JAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA
P
ada abad 15 di Eropa telah berkembang
dua super power maritim dari
Semanjung Iberia yakni Portugis dan Spanyol. Kapal-kapal mereka telah mulai dapat melakukan pelayaran jarak jauh. Keduanya bersaing ketat untuk
mengarungi samudra, mencari negeri yang diyakini sebagai negeri yang kaya raya akan rempah-rempah, yakni “Kepulauan Rempah-Rempah” (Spice Islands) di Maluku. Tetapi negeri yang menjadi impian itu, bagi orang Eropa saat itu masih penuh dengan misteri. Bagaimana jalan atau jalur pelayaran menuju ke sana merupakan pertanyaan besar yang masih harus dicari
Gambar 1. Jan Huygen van Linschoten (1563-1611) (www.raremaps.com/gallery)
1
dan tentu saja penuh dengan risiko. Oleh karena itu pengetahuan akan jalur-jalur laut yang sudah mereka ketahui merupakan sesuatu yang sangat strategis dan besifat top secret (sangat rahasia). Informasi mengenai jalur-jalur laut ini dituangkan dalam portolanos yang berupa peta-peta navigasi dalam bentuknya yang masih sederhana, penuh dengan garis-garis pedoman dan hiasan berupa gambar kapal, dan mahluk-mahluk laut, dan yang harus dijaga ketat kerahasiannya. Informasi tentang arus laut, kedalaman laut dan jalur-jalur aman untuk pelayaran merupakan hal yang sangat penting pula untuk dirahasiakan dari pesaing. Pada akhir abad 16 mulai muncul kekuatan-kekuatan maritim baru dari negeri-negeri bagian sebelah utara Eropa seperti Belanda, Inggeris, Perancis, yang mulai mengancam hegemoni Portugis dan Spanyol. Belanda, meskipun sebuah negeri kecil, telah berhasil mengembangkan kemampuan kapal-kapalnya dan kekuataan tempurnya, dan sangat begairah untuk menggeser dominasi Portugis di samudra. Dalam maritim
ini,
kaitan
persaingan
pentinglah
peranan
seorang Belanda bernama Jan Huygen van Linschoten, seorang perantau, adminstratur,
sejarawan
dan
juga
seorang kartografer (pembuat peta) handal
yang
membongkar
bisa
dan
berhasil
portolanos
rahasia
Portugis dengan membuat peta-peta Asia Timur termasuk Nusantara, serta informasi-informasi strategis lainnya. Karya van Linschoten
inilah yang
kemudian membuka jalan lebar dan mempercepat upaya Belanda untuk datang
dan menguasai Nusantara
hingga menjadi kekuatan baru di kawasan ini. Jan Huygen van Linschoten yang lahir tahun 1563 berasal dari Gambar 2. Buku Itinerario karya Jan Huygen van Linschoten (1596). (nl.wikipedia.org)
Haarlem, Belanda. Dalam usia yang sangat muda ia pindah ke Seville,
2
Spanyol, mengikuti kakaknya. Selama enam tahun ia bekerja di Semenanjung Iberia, membantu seorang saudagar di Lisbon (Portugal). Ketika situasi perdagangan melesu, ia berusaha mencarai alternatif pekerjaan lainnya. Dengan bantuan saudaranya, Willem, ia mendapat posisi untuk membantu seorang uskup yang baru saja diangkaat untuk bertugas di Goa, koloni Portugis di India. Uskup ini, Vicente de Fonseca, berangkat ke posnya yang baru pada bulan Februari pada bulan Februari 1583, ditemani oleh van Linschoten. Di tempatnya yang baru ini van Linschoten bertugas sebagai sekretaris pada keuskupan (Archbishop) Goa. Dalam posisi ini ia mempunyai privelage atau kemudahan untuk mengakses banyak portolanos Portugis dan berbagai informasi komersial strategis lainnya yang sifatnya sangat rahasia. Entah apa yang mendasari pertimbangannya yang membuatnya menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Secara diam-diam ia meng-copy dokumen-dokumen itu dengan ketelitian dan kecermatan yang tinggi. Pada bulan Januari 1587 uskup Vicente de Fonseca berlayar kembali ke Portugal untuk memberi laporan kepada Raja. Sementara itu van Linschoten tetap tinggal di Goa. Ternyata sang uskup wafat dalam perjalanannya. Begitu mendengar kematian sang uskup, van Linschoten pun memutuskan untuk segera pula meninggalkan Goa dan kembali ke Lisbon. Tetapi perjalanannya tidaklah berjalan mulus. Kapalnya dikejar oleh armada Inggeris, kemudian dihantam badai, dan akhirnya ia terdampar di Kepulauan Azores. Setelah beberapa tahun disini, akhirnya tahun 1592 ia balik ke Lisbon, dan selanjutnya kembali ke negeri asalnya di Belanda. Setiba di negerinya, ia pun menyiapkan penulisan kisah perjalanannya dan menjual naskahnya kepada penerbit Cornelis Claesz di Amsterdam yang kemudian menerbitkannya tahun 1596. Judul bukunya: Itinerario Voyage ofte schipvaert van Jan Huygen van Linschoten. Buku ini, yang judulnya sering disingkat dengan Itinerario, sangat kaya akan ilustrasi, peta dan informasi yang sangat strategis untuk perniagaan yang dikumpulkannya selama masih bermukim di Goa, India. Itinerario, boleh dikatakan telah menelanjangi Portugis dalam hal informasi maritim yang selama ini kerahasiannya dijaga dengan sangat ketat. Buku ini berisikan sintesis atas portolanos Portugis untuk menuju ke Nusantara. Dokumen itu juga berisikan informasi strategis lainnya seperti titik-titik pembekalan ulang (resupply points) Portugis di sekitar Afrika, stasiunstasiun perdagangan di dunia Timur, informasi navigasi
yang penting seperti pola arus,
kedalaman laut, lokasi pulau-pulau dan gosong pasir (sand banks) yang dapat membahayakan pelayaran. Van Linschoten juga menyajikan “panduan” untuk mengelak atau menghindari cengkeraman kekuatan Portugis atas Selat Malaka dengan menyarankan rute pelayaran
3
alternatif lewat Selat Sunda, antara Pulau Sumatra dan Pulau Jawa. Untuk itu, panduan bagi pelaut untuk berlayar dengan aman di selat ini diberikan dengan sangat rinci.
Gambar 3. Peta Asia Timur termasuk Kepulauan Nusantara karya Jan Huygen van Linschoten yang terbit dalam bukunya, Itinerario, 1596. Orientasi peta bagian atas adalah Timur. (www.raremaps.com)
Peta yang dibuat oleh van Linschoten telah menampilkan dengan jelas geografi Nusantara dalam bentuknya yang sangat sederhana (Gambar 3). Pulau Jawa dikenal sebagai Java Mayor. Pulau Sulawesi (Celebes) mempunyai bentuk yang aneh tidak seperti yang kita kenal sekarang, sedangkan Papua boleh dikatakan belum dikenal.
Berbeda dengan peta
sekarang (bagian atas menunjuk arah utara), bagian atas peta van Linschoten justru menunjuk ke arah timur. Petanya juga banyak dihias dengan berbagai gambar seperti kapal layar, berbagai mahluk laut, dan garis-garis pedoman.
4
Gambar 4. Peta bagian barat Nusantara oleh Theodore de Bry, tahun 1598. https://www.raremaps.com/gallery Buku Itinerario ini juga menjelaskan dengan rinci kawasan-kawaan koloni Portugis dan bagaimana administrasinya. Tak kalah pentingnya, dalam buku itu juga dipertelakan tumbuhan dan rempah-rempah yang sangat tinggi nilainya serta dimana saja bisa ditemukan. Van Linschoten juga tak lupa mengemukakan hal-hal lain dari dunia Timur yang mempunyai potensi ekonomi seperti batu permata, mineral, tekstil, kayu dan porselen. Informasi yang terdapat dalam bukunya mempunyai nilai yang tak terkira dan telah sangat kuat mempengaruhi kebijakan ekspansi Belanda di Nusantara dan merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan kekuatan perdagangan luar negerinya. Tak dapat dipungkiri, buku Itinerario telah mengilhami pelaut-pelauat ulung Belanda seperti Cornelis de Houtman untuk berlayar mengitari ujung selatan benua Afrika dan akhirnya tiba di Nusantara, pelayaran historis yang
membuka lembaran baru bagi berkembangnya
kolonisasi Belanda atas Nusantara selama berabad-abad. 5
Gambar 5. Peta India dan Kepulauan Nusantara karya Willem Janszoon Blaeau tahun 1662. Pulau Papua belum banyak dikenal. (http://nla.gov.au)
Demikian besar minat akan buku Itinerario hingga buku ini dicetak-ulang berkali-kali dalam edisi bahasa Belanda sampai 50 tahun kemudian, dan telah diterjemahkan (juga dalam banyak edisi) ke dalam bahasa Latin, Jerman, Perancis dan Inggeris. Setelah buku Itinerario, menyusul pula kemudian karya-karya kartografer lainnya mengenai Nusantara seperti peta yang dibuat oleh Theodore de Bry, tahun 1598 (Gambar 4), dan Willem Janszoon Blaeau, tahun 1662 (Gambar 5) dan lain-lain. Peta-peta mereka merupakan hasil karya perpaduan kartografi dan seni yang indah yang ikut mewarnai perjalanan sejarah geografi maritim Nusantara.
PUSTAKA
6
Willem Janszoon. id.wikipedia.org/wiki. Nontji, A. 2009. Penjelajahan dan Penelitian Laut Nusantara dari Masa ke Masa. Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: 433 hlm. van Aken, H. 2005. Dutch oceanographic research in colonial times. Oceanography 18 (4): 3041. Key to the East: Jan Huygen van Linschoten’s Itinerario. http://bc.library.uu.nl/key-east-janhuygen-van-linschoten-s-itinerario.html.
----Anugerah Nontji 09/07/2017
7