Jaka Tarub & 7 Little Angel (Adaptasi Cerita Rakyat Jawa Tengah “Jaka Tarub dan 7 Bidadari”) Pemain: 1. Jaka Tarub 2. Bidadari Ungu 3. Bidadari Biru 4. Bidadari Hijau 5. Bidadari Kuning 6. Bidadari Jingga 7. Bidadari Nila 8. Bidadari Merah 9. Ibu Tua (Ibunda Jaka Tarub) 10. Anak-anak Nakal 11. Pohon-pohon 12. Kupu-kupu 13. Bunga-bunga Cantik 14. Penyanyi Cilik Setting: Hutan dan Pedesaan
BABAK I. BERTEMU 7 BIDADARI Adegan I Intro Ilustrasi Musik Tata Cahaya Lagu Latar Tempat Tarian
: Panggung gelap : Bunyi petir, suara hujan, suara angin : General, Fide in (semakin terang, 50%), blitz. Gun smoke : : Hutan, tepian hutan : -
(Pentas redup, mendung. Angin bertiup menggoyangkan pepohonan yang ada. Sesekali terdengar petir, lalu gelap dan hujan turun dengan lebat. Di tengah cuaca gelap tersebut, muncul seorang anak lelaki kecil sambil berlarian berpayung daun pisang menuju sebatang pohon yang cukup rindang untuk berteduh.) Jaka Tarub : “(menyeka air di dahinya)…. Aduh hujan deras sekali, pasti Ibu : cemas menungguku di rumah”. (Petir kembali berkilat) Jaka Tarub : “Ibu….Oh, hujan berhentilah… Aku janji tidak akan main : terlalu jauh ke dalam hutan ini lagi” (Jaka Tarub sangat ketakutan mendengar suara petir, hujan deras membuat tubuhnya basah. Ia pun bersembunyi di balik sebuah batu besar di bawah sebuah pohon rindang.) Adegan II Ilustrasi Musik
Tata Cahaya Lagu Latar Tempat
: : : : : : : :
Bunyi petir, suara hujan, suara angin menghilang, suara burung sore terdengar lalu semakin sunyi, sayup-sayup terdengar musik pengiring tari bedana semakin menguat. Bunyi air dan riak orang mandi Dominan merah, jingga, Fide in (semakin terang, 60— 100%), warna pelangi 100%. Hutan, tepian hutan
Tarian
: Bedana
(Hujan berhenti, lampu pentas perlahan-lahan menjadi terang. Langit mendung berganti cerah. Dari kaki langit muncul pelangi yang sangat indah memantulkan warnanya.) Jaka Tarub : “(dari balik batu besar) …..Wah indah sekali pelangi itu, belum : pernah aku melihat pelangi seindah itu!” (Tiba-Tiba dari arah pelangi muncul tujuh gadis cilik yang cantik dan lincah. Mereka menuruni tangga pelangi dengan riang dan gembira, menuju telaga jernih di tengah hutan tepat di sebelah persembunyian Jaka Tarub berada.) Jaka Tarub : “Hei…ada orang datang. Kira-kira mereka itu siapa? Aku : harus segera bersembunyi kembali (ke balik batu besar)” (Para Bidadari cilik itu bergerak menuruni tangga pelangi. Setelah sampai di tepi telaga jernih mereka pun menarikan tarian gembira.) Bida. Ungu : “(selesai menari) Ayo cepat…kita harus mandi di telaga jernih : ini!” Bida. Jingga : “Iya…cepat sedikit…nanti ketahuan Ayah, kalau kita pergi : meninggalkan kayangan untuk turun ke telaga ini lagi.” Bida. Merah : “Hei…! Nila ayo…buka selendangmu!” Bida. Nila
: “Iya,…yang lain ayo cepat buka selendang kalian!”
Semua
: “Baiklah….(meletakkan selendang di atas batu)”
Semua
: “Ayo kita mandi…..wihhh asyik!”
(Para Bidadari cilik itu mandi. Perlahan Jaka Tarub mengintip mereka dan terkejut.) Jaka Tarub : “(Berbisik) Wah, betapa cantiknya bidadari-bidadari itu. Ingin rasanya aku punya teman seperti mereka Tetapi bagaimana caranya ya..? (Berfikir) Ehmm…..selendang! ya….selendang. Aku harus mengambil selendang salah satu bidadari itu agar dia tak dapat terbang ke pelangi itu lagi dan bisa menjadi kawanku di sini. Betapa membosankan bermain sendirian di hutan ini,
tidak punya kawan rasanya tidak menyenangkan. (mengambil selendang Ungu)” (Setelah mengambil selendang Jaka Tarub kembali bersembunyi. Tak lama berselang para Bidadari cilik itu pun selesai mandi, dan segera bersiap memakai kembali selendangnya. Semua Bidadari telah mengenakan selendangnya masing-masing kecuali Bidadari Ungu.) Bida. Merah : “Bagaimana, semua sudah siap? Ayo kita berangkat!” Bida. Ungu : “Tunggu…tunggu dulu, aku tidak dapat menemukan : selendangku…Oh dimana selendangku?” Bida. Hijau : “Tadi kau letakkan dimana selendangmu?” Bida. Ungu : “Di sini (menunjuk batu besar). Mengapa sekarang tidak ada?” Bida. Biru
: “Ayo kita bantu mencari, siapa tahu selendang itu diterbangkan : angin ke tempat yang lain!”
Semua
: “Ayo…!” (mencari selendang).”
(Mereka semua mencari selendang Bidadari Ungu, pergi ke bawah pohon rindang, ke sudut telaga dan berkeliling. Selendang Ungu tetap tak ditemukan) Bida. Ungu : “Oh, bagaimana ini…aku tidak mungkin kembali ke kayangan : tanpa selendangku. Aku tak mungkin bisa terbang.” Bida. Nila
: “Maafkan kami, Ungu. Kami juga tak mungkin menunggu lebih lama lagi. Cahaya pelangi itu sudah mulai memudar. Sebentar lagi tangga kayangan akan hilang. Kami harus segera kembali, kalau Ayah sampai tahu kita semua akan kena hukuman.”
Bida. Jingga : “Ya, Ungu. Maafkan kami. Kami terpaksa meninggalkanmu sendirian di hutan ini. Kau harus mencari selendangmu sendirian.” Bida. Merah : “Benar, ayo kita berangkat! Selamat tinggal Ungu. Jaga dirimu baik-baik dan berhati-hatilah.”
Bida. Ungu : “Jangan…jangan pergi! Jangan tinggalkan aku sendirian di hutan ini! Tolong jangan tinggalkan aku (menangis)”. (Enam Bidadari yang mengenakan selendangnya masing-masing segera terbang menuju tangga kayangan. Pergi ke balik pelangi dan meghilang.) Adegan III Ilustrasi Musik Lagu Tata Cahaya Latar Tempat Tarian
: Suasana sedih, suara angin perlahan, suara burung sore terdengar lalu semakin sunyi, sayup-sayup terdengar orang melangkah. Bunyi air : Lagu sedih : General, terang 60%, warna pelangi 100%--hilang. : Hutan, tepian hutan : -
(Bidadari Ungu sangat sedih, ia duduk di tepi telaga sambil menangis. Lalu terdengar suara nyanyian yang sangat merdu dan mengharukan. Ketika lagu berhenti, Jaka tarub muncul dihadapan Bidadari Ungu.) Jaka Tarub : “(pura-pura terkejut) Hei..siapa kamu, sedang apa disini sendirian? Kenapa menangis?” Bida. Ungu : “Oh? (terkejut). Aku..…aku Bida…eh, maksudku aku puteri Ungu… (terbata-bata)…aku tersesat di hutan ini.” Jaka Tarub : “Oh, aku Jaka. Jaka Tarub. Aku kebetulan lewat di sini dan melihatmu menangis.” Bida. Ungu : “Aku takut sekali…hutan ini begitu menyeramkan.” Jaka Tarub : “Di mana rumahmu, nanti kuantarkan kau kembali ke rumahmu!” Bida. Ungu : “Aku tidak tahu, aku tidak ingat (sedih).” Jaka Tarub : “Sudah, jangan bersedih lagi, maukah kau jadi temanku. Kita pulang ke rumahku saja, di tepi hutan ini. Di sana pasti ibuku sudah menunggu.” Bida. Ungu : “Oh, kau baik sekali…terima kasih banyak. Aku mau jadi
temanmu. Apakah kau tidak punya teman yang lain?” Jaka Tarub : “Tidak, aku hanya tinggal bersama ibuku saja. Selama bertahun-tahun aku tidak punya teman yang bisa kuajak bermain.” Bida. Ungu : “Oh, begitu. Kalau begitu kita sama. Aku juga tidak punya kawan di hutan ini.” Jaka Tarub : “Ayo..kita pulang ke rumahku sekarang.” Bida. Ungu : “Baiklah….” (Mereka berjalan menuju kiri panggung dan masuk.) Adegan IV Ilustrasi Musik Tata Cahaya Lagu Latar Tempat Tarian
: Suara orang berjalan di serasah, bunyi burung, bunyi serangga. : Remang (50%) : : Rumah Gubuk Jaka Tarub, Tepi hutan : -
(Panggung perlahan-lahan berubah menuju suasana pedesaan. Suara seruling merdu terdengar. Burung-burung pulang ke sarang sambil berkicau. Hari sudah mulai gelap. Jaka Tarub dan Bidadari Ungu tiba di sebuah gubuk kecil di pinggir hutan. Di gubuk itu sudah menanti perempuan tua yang tak lain adalah Ibunda Jaka Tarub.) Jaka Tarub : “Ibu, aku pulang! Ibu…!” Ibu Tua
: “(dari dalam) Masuklah, Nak! Dari mana saja kau, nak. Ibu sudah menunggumu dari tadi. Hujan deras yang turun tadi benar-benar membuat Ibu cemas!” Jaka Tarub : “Maafkan aku, Ibu. Tadi aku mengejar kelinci dan tanpa terasa aku telah masuk terlalu jauh ke dalam hutan. Ketika aku hendak pulang hujan turun dengan derasnya, jadi terpaksa harus berteduh dahulu di bawah pohon rindang. (menggandeng Bidadari Ungu) Ibu, aku membawa seorang teman. Ia tersesat di tengah hutan di dekat telaga. Bolehkah ia
tinggal di sini bersama kita?” Ibu Tua
: “Ya Tuhan, Siapa kamu? Dimana rumahmu? Orang tuamu pasti cemas sekali mencarimu, Nak.”
Bida. Ungu : “Namaku Ungu, Ibu. Aku tersesat dan tak tahu jalan pulang. Aku tidak ingat semuanya.” Ibu Tua
: “Oh, baiklah. Kau boleh tinggal di sini dulu. Nanti Ibu akan bertanya-tanya ke kota siapa tahu ada orang tua yang kehilangan anaknya dan itu mungkin dirimu. Sekarang istirahatlah dulu.”
Bida. Ungu : “Terima kasih, bu.” (Hari mulai gelap dan malam pun tiba. Suara jangkrik dan binatang hutan menemani tidur malam Bidadari Ungu, Jaka Tarub dan Ibunya. Ketika semua orang sudah tertidur Jaka Tarub mengeluarkan selendang Ungu yang dicurinya dari balik pakaian. Kemudian selendang itu disembunyikannya di balik tumpukan padi di dalam lumbung padi milik ibunya.) Jaka Tarub : “(menuju lumbung) Lebih baik kusembunyikan saja selendang ini di sini, supaya Bidadari Ungu tidak dapat menemukannya. Dengan begitu ia akan tetap menjadi temanku dan tinggal bersamaku di bumi selamanya.” (Jaka Tarub mengendap-endap menuju lumbung, berjalan dengan sangat hatihati) Jaka Tarub : “(menyembunyikan selendang) Nah, selesai sudah. Aku harus kembali ke dalam rumah. Agar Ibu dan Bidadari tidak tahu perbuatan nakalku ini.” (Jaka Tarub kembali ke dalam rumah dan melanjutkan tidurnya) Ilustrasi Musik Tata Cahaya Lagu Latar Tempat Tarian
: : : : : :
Suara burung malam, serangga, katak, lolong srigala Remang, Fide out (semakin redup, 100%--black out) Nina bobo (seruling) Rumah Gubuk Jaka Tarub -
BABAK II. PUNYA TEMAN Adegan I Ilustrasi Musik Tata Cahaya Lagu Latar Tempat Tarian
: Kokok ayam, suasana riang, suara pagi, burung berkicau, suara anak-anak tertawa, suara kaki berlari, suara gaduh anak-anak berkelahi) : Fide in (semakin terang—100%), General : Lagu tentang suasana pagi : Pedesaan : Bunga-bunga
Suasana pagi, angin semilir, lampu pentas perlahan-lahan terang. Kokok ayam jantan terdengar, diiringi suara burung berkicau riang. Tampak Jaka Tarub dan Bidadari Ungu sedang bermain sambil bernyanyi (Lagu Tentang Pagi Cerah), dan bunga-bunga cantik menari di halaman rumahnya. Bunga
: “(setelah menari) Selamat pagi, Jaka? Siapa gadis cantik yang bersamamu itu?”
Jaka Tarub : “Selamat pagi Bunga-Bunga temanku! Ini puteri Ungu sahabatku, dan sekarang juga akan menjadi sahabat kalian.” Bida Ungu : “Halo semua, namaku Ungu. Wah, kalian ternyata bunga kecil yang cantik sekali!” Bunga
: “Terima kasih, Ungu.”
(Tiba-Tiba masuk beberapa anak-anak membawa jaring penangkap KupuKupu, sambil tertawa) Anak I
: “Hai lihat ada bunga sedang mekar. Kita petik Yok!”
Anak II
: “Ya, benar!...Ayo..kawan-kawan!”
Bida.
: “Jangan!..Jangan kalian petik bunga cantik ini. Kalian tak punya rasa kasihan ya. Bunga-Bunga ini juga ingin menikmati pagi cerah seperti kita!”
Anak III
: “Hei, jangan ikut campur urusan kami!”
Anak IV
: “Hei lihat di atas sana juga ada Kupu-Kupu! Kita tangkap Yok. Kembangkan jaringnya!”
Jaka Tarub : “Jangan, kasihan mereka!” Bida. Ungu : “Kalian benar-benar anak-anak nakal! Kupu-Kupu larilah sejauh mungkin! Selamatkan dirimu!” (Terjadi kejar-kejaran antara anak-anak nakal dan Kupu-Kupu. Kemudian Kupu-Kupu terbang menjauh.) Anak I
: “Yah, tidak kena! Ini semua gara-gara kalian berdua. Awas kalian.”
Anak II
: “Ya, kalian harus di beri pelajaran! Ayo teman-teman kita kepung mereka.”
(Terjadi perkelahian antara rombongan Anak-Anak nakal dan Jaka Tarub. Di tengah perkelahian tersebut Bidadari Ungu memanggil Kupu-Kupu temannya.) Adegan II Ilustrasi Musik Tata Cahaya Lagu Latar Tempat Tarian
: Suasana riang, suara kaki berlari, suara gaduh anak-anak berkelahi) : General (100%) : : Pedesaan : Kupu-kupu
(Masuk rombongan kupu-kupu dan mengurung anak-anak nakal tersebut sambil menari.) Kupu-Kupu : “(setelah menari) Bagaimana kalian masih belum kapok juga? Masih ingin nakal dan membuat kekacauan lagi di hutan ini?” Anak-Anak : “Tidak..kami berjanji tidak nakal lagi..! Tetapi maukah kalian menjadi teman kami?” Ungu + Jaka : “Tentu saja kami mau!”
Jaka Tarub : “Aku tak pernah punya kawan selama ini, tentu saja aku sangat ingin punya teman seperti kalian.” Anak-Anak : “Terima kasih Jaka, terima kasih Ungu.” Jaka + Ungu : “Ayo kita bermain lagi.” (Mereka semua memainkan permainan Ular Naga dengan riang gembira.)
BABAK III. KEMBALI KE KHAYANGAN Adegan I Ilustrasi Musik Tata Cahaya Lagu Latar Tempat Tarian
: Suara angin, bunyi alu, seruling, suara burung sesekali : General 100% : : Pedesaan : -
(Pentas kosong. Pohon-pohon bergerak ke kiri dan ke kanan, daun-daun berterbangan tertiup angin yang semilir. Seruling terdengar melantunkan musik yang merdu. Masuk Ibu Tua membawa alu penumbuk padi.) Ibu Tua
: “Jaka, tolong bantu ibu.”
Jaka Tarub : “(dari dalam) Iya, sebentar Bu! (masuk) Ada apa, Bu?” Ibu Tua
: “Tolong bantu Ibu menumbuk padi ini, Nak. Persediaan padi kita di lumbung sudah semakin menipis. Sebentar lagi musim hujan. Kita harus rajin bekerja agar punya persedian makanan yang cukup saat musim hujan dating nanti.”
Jaka Tarub : “Jaka akan membantu, Ibu. Ibu tenang saja dan jangan cemas ya.” Ibu Tua
: “Sudah berapa lama, Ungu tinggal dengan kita. Lama sekali rasanya. Ibu kasihan dengan kedua orang tuanya, pasti mereka sangat khawatir dengan puterinya yang hilang.”
Jaka Tarub : “Ibu jangan takut seperti itu. Lagi pula lebih baik Ungu di sini. Supaya Jaka punya teman bermain, Bu.” Ibu Tua
: “Bagaimana dengan teman-temanmu dari desa itu Jaka? Mereka masih sering kemari untuk bermain denganmu?”
Jaka Tarub : “Masih, Bu. Mereka teman-teman yang baik.” (Masuk Bidadari Ungu.)
Bida. Ungu : “Maukah kau kalau kubantu?” Jaka Tarub : “Dengan senang hati, terima kasih Ungu.” Bida. Ungu : “Baiklah, apa yang harus kukerjakan sekarang.” Jaka Tarub : “Bisa tolong ambilkan padi-padi yang ada di lumbung untuk kutumbuk agar menjadi beras.” Bida. Ungu : “Ya, baiklah. Tunggu sebentar.” (Jaka Tarub masih menumbuk padi. Bidadari Ungu masuk ke dalam lumbung padi dan mengambil padi.) Adegan II Ilustrasi Musik Tata Cahaya Lagu Latar Tempat Tarian
: Suara angin, bunyi alu, seruling, suara burung sesekali, suasana tegang : General 100%--meredup, Gun smoke : Lagu sedih (perpisahan) : Pedesaan : -
Bida. Ungu : “Nah, ini dia padi yang kucari. Akan kuambil sedikit demi sedikit.” (Bidadari Ungu mengambil sedikit demi sedikit persedian padi Ibu Tua, lalu membawanya kepada Jaka Tarub untuk ditumbuk agar menjadi beras. Ketika ia masuk ke dalam lumbung untuk yang ketiga kalinya ia sangat terkejut.) Bida. Ungu : “(terkejut) Hai, itukan selendang ungu milikku. (memeriksa) Oh, untung tidak rusak sedikit pun. Aku harus segera memakainya dan kembali kekayangan. Akhirnya aku bias bertemu dengan ayah dan ibuku kembali. Terima kasih Tuhan.” (Bidadari Ungu keluar dari lumbung padi sambil mengenakan selendang ungu miliknya.) Jaka Tarub : “(terkejut) Di…di…dimana kau temukan selendang itu?”
Bida. Ungu : “Kau jahat sekali telah menyembunyikan selendangku selama ini, Jaka!” Jaka Tarub : “Maafkan aku, Ungu. Aku tidak bermaksud seperti itu padamu. Aku hanya ingin punya teman. Dengan menyembunyikan selendangmu pasti kau tak bisa kembali ke kayangan dan bisa tinggal bersamaku. Lalu kau bisa menjadi temanku.” Bida. Ungu : “Tapi aku tak bisa tinggal lebih lama lagi di sini! Aku bukan manusia seperti dirimu. Manusia harus berteman dengan manusia juga.” Jaka Tarub : “Jangan pergi, Ungu. Jangan tinggalkan kami.” Bida. Ungu : “Maafkan aku, teman. Aku harus pergi! Selamat tinggal Ibu, selamat tinggal Jaka!” Jaka Tarub : “Jangan pergi, Ungu……! Jangan tinggalkan aku! (Tiba-tiba petir berbunyi, langit mendung, hujan gerimis turun, pelangi muncul. Muncul 6 bidadari di kaki langit. Panggung dipenuhi asap putih, 6 bidadari mengiringi kepergian Bidadari Ungu menuju kayangan.) Suara
: “Selamat tinggal Jaka. Maafkan aku, aku tak bisa tinggal lebih lama lagi. Kau sudah memiliki banyak teman yang lain selain diriku. Jagalah teman-temanmu. Jangan pernah kau sakiti temanmu, dan jadilah anak yang berbakti kepada orang tuamu.”
Ilustrasi Musik Tata Cahaya Lagu Latar Tempat Tarian
: Bunyi petir, suara hujan, suara angin. : Blitz General, Fide out (semakin redup, 50%)—black out,. Gun smoke : Lagu sedih (perpisahan) : Hutan, tepian hutan : TAMAT