IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang tempat program Prima Tani dilaksanakan. Lokasi penelitian ini ditentukan secara purposive (sengaja), dengan pertimbangan lokasi tersebut memiliki karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini diawali dengan pengambilan data primer ke lapangan yang dilakukan mulai bulan Maret 2012 hingga selesai. 4.2. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dengan bantuan daftar pertanyaan terstruktur (kuesioner). Adapun responden penelitian ini adalah petani anggota dan pengurus gapoktan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Magelang, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Gapoktan Desa Banyuroto, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah, jurnal, buku, internet, maupun sumber lain yang dapat menyediakan data yang akan digunakan pada penelitian ini. Data primer meliputi data mengenai kemandirian petani, kesejahteraan petani, dan keberlanjutan pertanian, pola interaksi antar aktor, karakteristik kelembagaan dalam Gapoktan Desa Banyuroto, stakeholders yang berperan, dan analisis
kualitas
kelembagaan
terhadap
peningkatan
kemandirian
dan
kesejahteraan petani, serta keberlanjutan pertanian strawberry. Sedangkan data sekunder meliputi data tingkat kemiskinan, PDRB Kecamatan Sawangan, data
30
monografi desa, peraturan perundang-undangan, dan AD/ART Gapoktan Desa Banyuroto. Tabel 1 menyajikan matriks keterkaitan antara tujuan penelitian, parameter, dan cara mengumpulkan serta analisis data. Tabel 1. Matriks Keterkaitan Antara Tujuan Penelitian, Parameter atau Indikator, dan Cara Mengumpulkan serta Analisis Data No. 1.
2.
Tujuan Penelitian Menganalisis tata kelola dan kualitas kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto.
Mengidentifikasi peran kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto dalam mencapai keberhasilan usahatani strawberry.
Parameter atau indikator Identifikasi kelembagaan meliputi: a. Tata kelola kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto Aktor-aktor yang terlibat dan pola interaksinya seperti apa Analisis konten kelembagaan berupa aturan main, yang terdiri dari aturan eksternal (aturan-aturan yang terkait dengan gapoktan beserta seluruh komponennya), aturan internal (aturanaturan yang terkait dan berlaku di dalam keanggotaan gapoktan), boundary rule, peraturan mengenai monitoring dan sanksi, dan aturan mengenai penyelesaian konflik. Biaya transaksi yang timbul bisa berupa: biaya setting kelembagaan biaya sosialisasi kelembagaan biaya operasional bersama
Cara Mengumpulkan dan Analisis Data Wawancara langsung kepada key person atau leading actor dalam gapoktan yang terkait dan memiliki pengetahuan, analisis dokumen, Peraturan Menteri, atau AD/ART Gapoktan Desa Banyuroto dan menggunakan analisis biaya transaksi.
b. Kualitas kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto Kejelasan kelembagaan: Struktur, aturan, dan pengetahuan anggota tentang kelembagaan. Keefektivan kelembagaan: Partisipasi dalam kelembagaan dan efektivitas kelembagaan.
Kuesioner mengenai persepsi yang disusun berdasarkan skala likert kepada seluruh petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto.
Kemandirian petani Bargaining position petani Kemandirian petani secara teknik bertanam kemampuan petani memenuhi kebutuhan modal Kesejahteraan ekonomi petani Perbandingan pendapatan petani Tingkat nilai tukar petani Keberlanjutan pertanian Penggunaan pestisida organik Penggunaan pupuk organik Pencemaran air dan tanah
Kuesioner kepada para petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto dan untuk mendapatkan nilai pendapatan petani dan nilai tukar petani, maka dihitung dengan menggunakan rumus.
31
4.3. Metode Penentuan Sampel Penelitian Penelitian ini menggunakan informan dan responden sebagai sumber data primer. Informan adalah pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan informasi mengenai diri sendiri, keluarga, pihak lain, dan lingkungannya. Sedangkan responden adalah pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan persepsi pribadinya mengenai suatu objek penelitian. Pengumpulan data diperoleh dengan wawancara secara mendalam (depth interview) menggunakan teknik pendekatan informan kunci (Key Informant Approach). Teknik pendekatan ini adalah teknik mengumpulkan data melalui orang-orang tertentu yang dipandang sebagai pemimpin, pengambil keputusan atau juga dianggap sebagai juru bicara dari kelompok atau komunitas yang jadi obyek pengamatan, dan orang tersebut dianggap akan bisa memberikan informasi akurat dalam mengidentifikasi masalah-masalah dalam komunitas tersebut (Rudito dan Famiola 2008). Dalam penelitian ini informan kunci (key person) yang dipilih diantaranya adalah petinggi gapoktan atau tokoh masyarakat setempat. Pemilihan informan kunci ini didasarkan pada asumsi bahwa mereka adalah orang-orang yang mengetahui dan memiliki pengalaman secara mendalam terkait dengan kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto. Sedangkan responden adalah seluruh petani yang bergabung dan merupakan keterwakilan dari seluruh kelompok tani yang ada di bawah Gapoktan Desa Banyuroto yang berjumlah 28 orang. 4.4. Metode dan Prosedur Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan terlebih dahulu mengolah data hasil
32
wawancara kedalam
matriks, kemudian dilakukan
pengkodean.
Setelah
pengkodean data, tahap selanjutnya adalah penghitungan persentase responden dan merepresentasikannya secara deskriptif melalui tabel dan grafik. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual menggunakan komputer dengan program Microsoft Excel 2007. 4.4.1. Analisis Tata Kelola dan Kualitas Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik kelembagaan dan aturan Gapoktan Desa Banyuroto yang meliputi beberapa parameter yang bersifat kualitatif, yaitu: pertama, aktor dalam kelembagaan dianalisis dengan mengidentifikasi struktur kelembagaan yang terdapat dalam Gapoktan Desa Banyuroto. Kemudian masing-masing aktor tersebut diidentifikasi perannya dalam kelembagaan. Kedua, aturan main kelembagaan diklasifikasikan dalam lima bagian yaitu: (1) aturan formal, yang kemudian dibagi lagi menjadi aturan main eksternal dan internal; (2) aturan informal; (3) boundary rule; (4) monitoring dan sanksi; serta (5) aturan dalam penyelesaian konflik yang terjadi dalam pelaksanaan kelembagaan. Tabel 2 menyajikan matriks analisis kelembagaan gapoktan. Tabel 2. Matriks Analisis Kelembagaan Parameter Profil kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto: Identifikasi aktor dan karakteristik interaksi aktor dalam kelembagaan. Identifikasi infrastruktur kelembagaan baik secara internal maupun eksternal. Konten kelembagaan yang mengatur hubungan antar aktor secara internal: 1. Aturan formal 2. Aturan informal 3. Boundary rule 4. Monitoring dan sanksi 5. Penyelesaian konflik dalam kelembagaan.
Analisis Untuk mengetahui aktor-aktor utama dalam gapoktan dan mengetahui interaksi dari aktor-aktor tersebut. Aktor dianalisis secara deskriptif dengan mengidentifikasi struktur kelembagaan dengan peran masing-masing aktor tersebut. Mengetahui kualitas hubungan antar aktor : harmonis, sinergi, konflik, dan lain-lain. Analisis konten untuk mengetahui aturan main yang berlaku dalam Gapoktan.
33
Selain itu, interaksi antar aktor maupun antar stakeholder dianalisis dari hasil kuesioner dengan parameter keharmonisan dan sinergisme antar aktor yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Tabel 3 berikut ini menyajikan matriks hubungan antar aktor maupun antar stakeholder yang terlibat dalam kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto. Tabel 3.
Matriks Hubungan Antar Aktor Maupun Antar Stakeholder dalam Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto
Indikator Interaksi antar aktor maupun antar stakeholder
Parameter Untuk mengetahui bagaimana pola interaksi antar aktor maupun antar stakeholder yang terlibat dalam kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto, kategorinya adalah: 1. Keharmonisan antar aktor Tinggi, jika semuanya berjalan selaras dan tidak ada konflik Sedang, jika masih terdapat konflik Rendah, jika sering terjadi konflik 2. Sinergisme antar aktor Tinggi, jika interaksi antar aktor saling mendukung dan bekerjasama Sedang, jika interaksi antar aktor kurang saling mendukung dan bekerjasama Rendah, jika interaksi antar aktor tidak saling mendukung dan bekerjasama
4.4.1.1. Analisis Biaya Transaksi Analisis biaya transaksi pada penelitian ini lebih difokuskan pada biaya setting, biaya sosialisasi, dan biaya untuk menjalankan organisasi. Biaya setting adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembentukan sebuah kelembagaan, kemudian biaya sosialisasi meliputi biaya untuk melakukan sosialisasi dan implementasi kelembagaan. Sedangkan biaya operasional meliputi biaya pengambilan
keputusan
(biaya
pertemuan
musyawarah
anggota),
biaya
operasional bersama, dan biaya kumpul rutin. Persamaan yang digunakan untuk biaya transaksi dalam kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto adalah sebagai berikut:
34
TrC = ∑ Sij Keterangan:
TrC : Total Biaya Transaksi Sij
: Komponen Biaya Transaksi
4.4.1.2. Analisis Kualitas Kelembagaan Penelitian ini juga ditujukan untuk menganalisis kualitas kelembagaan dalam mencapai
outcome kelembagaan
yaitu
peningkatan kemandirian,
kesejahteraan petani, dan keberlanjutan pertanian strawberry. Selain itu, kualitas kelembagaan dianalisis untuk mengetahui bagaimana kelembagaan gapoktan tersebut
selama ini bekerja menurut persepsi aktor-aktor yang bekerja di
dalamnya. Untuk melihat persepsi petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto terhadap kualitas kelembagaan, digunakan skala likert, yaitu antara 1sampai 3, dimana 3 = tinggi, 2 = sedang, dan 1 = rendah (Rianse dan Abdi 2009). Tabel 4 berikut ini menyajikan parameter dan indikator yang digunakan dalam analisis kualitas kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto. Tabel 4. Matriks Analisis Kualitas Kelembagaan Parameter 1. Kejelasan kelembagaan
2. Keefektivan kelembagaan
Indikator Kejelasan struktur kelembagaan meliputi: Kelengkapan susunan pengurus. Terdapat uraian kerja (pembagian tugas dan wewenang). Anggota kelembagaan mengetahui susunan pengurus. Anggota kelembagaan menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Keteraturan waktu pergantian atau penyempurnaan pengurus kelembagaan. 2. Kejelasan aturan merupakan analisis untuk mengetahui aturan informal yang dibuat secara tertulis atau lisan. 3. Pengetahuan masyarakat terhadap kelembagaan. 1. a. b. c. d. e.
1. a. 2. a. b.
Partisipatif, indikatornya adalah: Demokrasi dalam kelembagaan Efektivitas kelembagaan Perubahan perilaku. Tingkat keberhasilan program.
Tabel parameter dan indikator analisis kualitas kelembagaan yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 6.
35
4.4.2. Analisis Keberhasilan Gapoktan Keberhasilan kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto diindikasikan dengan adanya pengaruh dan peran kelembagaan terhadap kemandirian, kesejahteraan petani, dan keberlanjutan pertanian. Kemandirian petani dalam penelitian ini mencakup persepsi anggota gapoktan tentang tingkat bargaining position petani dalam hal pemasaran produk pertanian, kemandirian petani secara teknik bertanam, dan kemampuan petani memenuhi kebutuhan permodalan ketika bergabung dalam Gapoktan Desa Banyuroto. Karakteristik keberlanjutan pertanian dilihat dari persepsi petani mengenai tingkat penggunaan pupuk dan pestisida organik, serta tingkat pencemaran air dan tanah yang ditimbulkan akibat kegiatan pertanian di Desa Banyuroto. Keberlanjutan
pertanian
dilihat
pada
inovasi
tanaman
strawberry
dan
pemakaiannya pada produk pertanian lain yang sudah biasa ditanam oleh para petani anggota. Kesemuanya kemudian dianalisis bagaimana kaitannya dengan kualitas kelembagaan gapoktan. Persepsi mengenai tingkat kemandirian petani dan keberlanjutan pertanian strawberry didapatkan melalui skala likert dengan skala 1 sampai 3. Sedangkan untuk
tingkat
kesejahteraan
petani
anggota
dilihat
melalui
parameter
perbandingan pendapatan antar usahatani dan nilai tukar petani. Kemudian dari semua hasil parameter outcome kelembagaan tersebut dianalisis secara deskriptif dan dikaitkan hubungannya dengan kualitas kelembagaan Gapoktan. Tabel 5 berikut ini menyajikan parameter dan indikator yang digunakan dalam analisis keberhasilan Gapoktan Desa Banyuroto.
36
Tabel 5. Matriks Analisis Keberhasilan Gapoktan Parameter 1. Kemandirian petani
Indikator Peningkatan bargaining position petani setelah bergabung dengan gapoktan, kategorinya adalah: - Tinggi, jika petani punya peran dan power yang kuat dalam setiap keputusan usahataninya maupun dalam menjalin kemitraan dengan pihak eksternal. - Sedang, jika petani kurang punya peran dan power yang kuat dalam setiap keputusan usahataninya maupun dalam menjalin kemitraan dengan pihak eksternal. - Rendah, jika petani tidak punya peran dan power yang kuat dalam setiap keputusan usahataninya maupun dalam menjalin kemitraan dengan pihak eksternal. Kemampuan petani dalam teknik bercocok tanam strawberry, kategorinya adalah: - Tinggi, jika petani telah mampu bercocok tanam tanpa pendampingan dari penyuluh. - Sedang, jika petani telah mampu bercocok tanam masih ada pendampingan dari penyuluh. - Rendah, jika petani telah mampu bercocok tanam harus ada pendampingan dari penyuluh. Kemampuan petani dalam memenuhi kebutuhan permodalan untuk menjalankan usahataninya, kategorinya adalah: - Tinggi, jika petani mampu memenuhi kebutuhan dan tidak lagi kesulitan mengakses modal. - Sedang, jika kemampuan petani biasa saja dalam mengakses modal. - Rendah, jika petani tidak mampu dan sangat kesulitan mengakses modal.
2. Kesejahteraan ekonomi Petani
Untuk menghitung pendapatan petani merujuk pada Doll dan Orazen (1984) dalam Sahara et al. (2010) dan untuk menghitung nilai tukar petani merujuk pada Sunanto dan Sahardi (2006).
3. Keberlanjutan pertanian
Bagaimana tingkat penggunaan pestisida organik oleh para petani - Tinggi : jika petani sudah menggunakan pestisida organik dalam kegiatan bercocok tanamnya. - Sedang : jika petani masih mencampur pestisida organik dan anorganik dalam kegiatan bercocok tanamnya. - Rendah : jika petani tidak menggunakan pestisida organik dalam kegiatan bercocok tanamnya. Bagaimana tingkat penggunaan pupuk organik oleh para petani, kategorinya adalah: - Tinggi : jika petani sudah menggunakan pupuk organik dalam kegiatan bercocok tanamnya. - Sedang : jika petani masih mencampur pupuk organik dan anorganik dalam kegiatan bercocok tanamnya. - Rendah : jika petani tidak menggunakan pupuk organik dalam kegiatan bercocok tanamnya. Bagaimana persepsi petani terhadap pencemaran air dan tanah akibat kegiatan pertanian di Desa Banyuroto, kategorinya adalah: - Tinggi: jika tingkat pencemaran air dan tanah masih tinggi. - Sedang: jika tingkat pencemaran air dan tanah sedang. - Rendah: jika tingkat pencemaran air dan tanah rendah.
37
Karakteristik kesejahteraan ekonomi petani dilihat dari peningkatan pendapatan petani dan nilai tukar petani. Adanya Inovasi tanaman strawberry kemudian dianalisis apakah berdampak atau tidak terhadap peningkatan pendapatan mereka. Menurut Doll dan Orazen (1984) dalam Sahara et al. (2010), pendapatan petani dari usahatani dapat dihitung dengan menggunakan rumus: π = TR - TC dimana: π
= pendapatan petani
TR
= total penerimaan
TC
= total biaya produksi Perubahan pendapatan petani setelah menanam strawberry dapat dihitung
dengan menggunakan rumus: x 100% dimana: X1
= pendapatan petani dari usahatani sayuran
X2
= pendapatan petani dari usahatani strawberry Parameter yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi daya beli petani
adalah nilai tukar petani. Nilai tukar petani merupakan ukuran tingkat daya tukar atau daya beli petani atau komoditas pertanian terhadap produk non pertanian. Nilai tukar petani tidak hanya dipengaruhi oleh kinerja sektor pertanian namun juga sektor diluar pertanian. Analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis pendapatan rumah tangga petani, yaitu menghitung seluruh penerimaan baik dari usaha pertanian maupun non pertanian dan menghitung pengeluaran baik pengeluaran untuk
38
usahatani maupun untuk konsumsi rumah tangga. Selanjutnya, dari perhitungan tersebut dihitung nilai tukar petani menurut rumus sebagai berikut (Sunanto dan Sahardi, 2006): NTPt = Yt/Et dimana: Yt
= Ypt + Ynpt
Et
= Ept + Ekt
keterangan: Ypt = total pendapatan petani dari usaha pertanian (Rp) Ynpt = total pendapatan petani dari usaha non pertanian (Rp) Ept = pengeluaran total petani untuk usahatani (Rp) Ekt = pengeluaran total petani untuk konsumsi keluarga petani (Rp) T
= periode waktu dalam tahun (1 tahun)
39