47
IV. KEADAAN INDUSTRI BIOETANOL DI PROVINSI LAMPUNG 4.1 4. .1 G Gambaran Umum Provinsi Lampung Secara geografis Provinsi Lampung terletak antara 1050 45' - 1030 48' B Bu Bujur uju jur Timur dan 3045' - 6045' Lintang Selatan, dengan batas wilayah adalah se ebbaaga berikut. sebagai -
Sebelah S Utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan.
-
S Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Sunda.
-
Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Samudera Indonesia S
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa. S Luas wilayah Provinsi Lampung adalah sekitar 35.376,50 km² atau sekitar
1,86 1, ,866 % dari luas wilayah daratan Indonesia (1.904.556 km²). Sebelum adanya kebijakan pemerintah tentang otonomi daerah, wilayah di atas masih terdiri atas ke ebbiijjaa delapan de elaapa kabupaten dan dua kota. Namun, sejak tahun 2009 terjadi pemekaran wilayah w ila laaya dengan penambahan Kabupaten Pesawaran yang merupakan pecahan Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Selatan. Provinsi Lampung memiliki Ka K abbuup sembilan kabupaten dan dua kota dan luasannya masing-masing disajikan pada se em mbbi b Tabel T abel 4. Tabel 4 Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Luas Wilayah No Kabupaten (Ha) Persentase (%) 11. Lampung Selatan 200.701,00 5,69 22. Lampung Tengah 478.982,00 13,57 33. Lampung Utara 272.563,00 7,72 433.789,00 12,29 44. Lampung Timur 495.040,00 14,03 55. Lampung Barat 777.084,00 22,02 66. Tulang Bawang 335.661,00 9,51 77. Tanggamus 392.163,00 11,11 88. Way kanan 117.377,00 3,33 99. Kabupaten Pesawaran 10. 19.296,00 0,55 110 0 Kota Bandar Lampung 11. 6.179,00 0,18 111 1 Kota Metro Total 3.528.835,00 100,00 Sumber S um mbb : BPS Provinsi Lampung 2009 Provinsi Lampung memiliki keunggulan secara geografis, yakni memiliki kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan ditambah keunggulan lain ke ekay ay
48
pintu gerbang utama menuju Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Secara sebagaii pint topografi Lampung terdiri atas dataran rendah (termasuk wilayah pantai), topogra afi wilayah wi bergelombang, berbukit hingga pegunungan. Provinsi Lampung masih memiliki bergelo o mba belum dipergunakan yang dapat dijadikan sebagai modal dalam luas lahan lahhan yang y investasi investas si di d bidang agribisnis. Luas lahan Provinsi Lampung berdasarkan penggunaan pengguna naaaann dan Kabupaten Kota disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Luas Lu L ua lahan Provinsi Lampung menurut penggunaan dan Kabupaten Kota tahun tah 2008 (Ha) ta No
Kabupaten/Kota Kab bup bu pa ate t
Sawah
Pekarangan
Kebun/Ladang
Tidak digunakan
Lainnya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lam mpu un ng Barat Lampung Tan ngga gaamu g Tanggamus Lam mpung mp un u ng Selatan Lampung Lam mpun mp ung Timur Lampung Lam mpu mp un ng Tengah Lampung Lam mpu mp un ng Utara ng Lampung y Kanan Kana Ka Way Tulaang g Bawang Ba Tulang Pesaawa warraan war a Pesawaran Kotta B aan nd Kota Bandar Lam mpun mp ung Lampung
19.268 31.240 44.132 56.798 73.311 16.232 17.885 169.085 13.233 1.062
50.399 65.114 84.878 92.238 127.161 108.925 110.493 145.404 30.057 2.397
16.470 2.509 480 763 1.716 1.837 21.038 36.050 65 682
23.676 24.608 5.704 28.131 26.565 33.525 24.337 38.028 5.873 2.002
385.227 212.190 65.508 255.859 250.229 112.044 218.410 388.517 68.149 13.153
495.040 335.661 200.701 433.789 478.982 272.563 392.163 777.084 117.377 19.296
11
Kotta Metro Meetr M Kota
2.562
312
9
1.468
1.828
6.179
444.808
817.378
81.619
213.916
1.971.114
3.528.835
Jum mlah ahh Jumlah
Jumlah
Sumber: Sumber r: B BP BPS P Provinsi Lampung, 2009 Dalam Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi daerah di bidang pertanian, pertania an, pperkebunan, peternakan, dan perikanan, maka sejak tahun 2007 Pemerintah Pemerin ntah daerah Provinsi Lampung dan seluruh Kabupaten/Kota mengeluarkan kebijakan kebijak kan dengan membuka peluang investasi di bidang agribisnis dan agroindustri. agroind dustri Dengan luas 213.916 Ha yang masih belum diusahakan, hal ini dapat dijadikan daya tarik bagi investor untuk berinvestasi di bidang agribisnis dijadika an sebagai se Provinsi di Prov vins nssii Lampung. L Menurut Djatnika ( 2007), Provinsi Lampung berpotensi menghasilkan M Me en en 130 ribuu kilo kil i o liter biodiesel dan 740 ribu kilo liter etanol setiap tahunnya. Potensi etanol tersebut ters te rseebb berupa luasan lahan ubi kayu dan tebu yang tersebar di beberapa Kabupaten Kabupa atteen di Provinsi Lampung. Dalam rangka menarik investor, Pemda Lampung Lampun ng ssaat ini mengembangkan kebijakan iklim investasi yang sehat, meningkatkan mening gkatk attk kemampuan aparatur negara dan pemerataan pertumbuhan wilayah.
49
4.2 4. .2 Vi Visi dan Misi Dinas Energi dan Pertambangan Provinsi Lampung
Visi Dinas Energi dan Pertambangan Provinsi Lampung adalah terwujudnya pengelolaan sumberdaya mineral dan energi secara optimal, te erwuj berkesinambungan be erkes
dan
berwawasan
lingkungan
yang
berorientasi pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat. pe enniinngg Di lain pihak misi Dinas Energi dan Pertambangan Provinsi Lampung adalah ad daalla lah sebagai berikut : 11.. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia di bidang energi dan sumberdaya mineral 22.. Optimalisasi intensifikasi, diversifikasi dan konservasi bidang energi dan sumberdaya mineral 33.. Perumuskan kebijakan umum, peraturan, penyediaan dukungan bagi pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya mineral dan energi serta air bawah tanah 44.. Meningkatkan pengusahaan pertambangan dan energi yang berwawasan lingkungan 5 Memelihara dan meningkatkan kontribusi penerimaan daerah dari sektor 5. pertambangan dan energi 6. Pengembangan sistem informasi sektor pertambangan dan energi. Untuk mencapai Visi dan Misi Dinas Energi dan pertambangan Provinsi Lampung yaitu terwujudnya pengelolaan sumberdaya mineral dan energy yang L amp berwawasan lingkungan, yang berorientasi peningkatan kesejahteraan masyarakat be erwa maka m aka pengembangan agroindustri bioetanol merupakan salah satu yang harus untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ddilakukan ilaku meningkatkan kontribusi penerimaan daerah dari sector energi terbarukan, perlu m me eni nin adanya ad dan any arah pembangunan energy terbarukan di Provinsi Lampung. Arah A rah ah Pembangunan Energi Terbarukan di Provinsi Lampung Provinsi Lampung berpotensi untuk menghasilkan energi terbarukan melalui m me elaalu l sumberdaya panas bumi, energi air, dan hasil produksi pertanian atau perkebunannya. Lampung sebagai salah satu daerah tropis memiliki sumberdaya pe errk keb alam al laam m yang sangat potensial. Usaha pertanian merupakan usaha yang sangat
50
potensial untuk dikembangkan di Provinsi Lampung karena Lampung memiliki potensia al un daya lahan, agroklimat dan sumber daya manusia yang memadai. potensi sumber sum Kondisii iklim ikli tropis dengan curah hujan yang cukup, ketersediaan lahan yang masih luas, luas serta berkembangnya teknologi optimalisasi produksi dapat mendukung menduk kuun ng kelayakan pengembangan usaha agroindustri di Provinsi Lampung. Dalam Dala D Da allaa upaya mengatasi krisis energi, khususnya bahan bakar minyak (BBM) yang yan diinduksi oleh meningkatnya harga BBM dunia, maka Provinsi ya Lampung berupaya untuk mencari sumber-sumber bahan bakar alternatif Lampun ng telah te yang dapat dappaat dikembangkan. Salah satu alternatif pengganti BBM konvensional da yang berasal beeras eras asa dari fosil adalah bioetanol, yang merupakan bahan bakar nabati. Kebutuhan Bioetanol berdasarkan Jumlah Stasiun Pengisian Bahan 4.3 Keb butu bu tu Bakar (SPBU) dan Jumlah Kendaraan di Provinsi Lampung Bak kar Umum ka U Berdasarkan data Dispenda Provinsi Lampung, jumlah SPBU di Provinsi Be erd Lampung Lampun ng pada pa tahun 2011 adalah 105 unit (Tabel 6). Bila diasumsikan rata-rata kapasitas liter per hari per SPBU, maka dalam 1 (satu) tahun Provinsi kapasita as 330.000 0 Lampung membutuhkan 1.512.000 kl BBM. Selanjutnya bila dikaitkan dengan Lampun ng m bahan bakar nabati Indonesia untuk tahun 2005-2010, yakni rencanaa penggunaan pen pe kebijakan penggunaan bioetanol sebesar 5 % dari total penggunaan kebijak kan untuk u premium m (TIM (T NAS BBN 2008), maka untuk Provinsi Lampung setiap tahunnya dibutuhkan dibutuh hkan 75.600 kl bioetanol. Selengkapnya kebutuhan BBM di Provinsi Lampung dapat dihitung berdasarkan dari jumlah kendaraan yang ada di Lampun ng tersebut te Provinsi (Tabel7). Provins si Lampung Lam Mengacu pada data Dispenda tahun 2011, jumlah kendaraan yang ada di Men Provinsi di tahun 2010, adalah 1.075.450 unit kendaraan roda 2 (dua), Provins si Lampung La dan 144.198 144 4.1998 unit kendaraan roda 4 (empat). Berdasarkan jumlah 1.219.648 unit 4. kendaraan kendara aan yyang ada di Provinsi Lampung, maka diperkirakan kebutuhan BBM di aa Tahun 2010 2010 adalah 1.756.293,12 kl. Jumlah tersebut diperoleh dari jumlah 20 kendaraan kendara aan ddan rencana pemerintah yang menginginkan agar penggunaan BBM aa untuk tahun tahu ta hun 2010 di subtitusikan dengan BBN, dalam hal ini bioetanol sebesar hun maka 5%, m aak ka kebutuhan bioetanol di Provinsi Lampung tahun 2010 adalah 88.811 Berdasarkan kebutuhan di atas maka diperlukan adanya pengembangan kl. Ber rdas rd asa agroindustri agroind dussttri bioetanol di Provinsi Lampung du
51
Tabel 6 Jumlah SPBU di Provinsi Lampung No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kabupaten/Kota Bandar Lampung Lampung Selatan Tanggaamus Metro Lampung Tengah Lampung Timur Tulang Bawang Lampung Utara Way Kanan Lampung Barat Pesawaran Prisewu Tulang Bawang Barat Mesuji Jumlah Sumber: Dispenda Lampung, 2011
Jumlah SPBU (unit) 18 22 4 5 14 4 8 10 3 3 3 4 4 3 105
Tabel 7 Jumlah Kendaraan di Provinsi Lampung Tahun 2010 Noo Wilayah N W
Kendaraan Roda dua 1 B Bandar lampung 275.792 2 M Metro 44.959 Lampung Utara 62.932 3 L Lampung Selatan 116.781 4 L Lampung Barat 31.117 5 L Tanggamus 73.336 6 T Tulang Bawang 105.454 7 T Lampung Tengah 165.344 8 L Way Kanan 37.982 9 W Lampung Timur 130.911 110 0 L Pringsewu 30.842 111 1 P 1.075.450 JJumlah Sumber: S um mbb Dispenda Lampung, 2011
Kendaran Roda Jumlah empat (unit) 76.734 352.526 9.344 54.303 7.651 70.583 9.258 126.039 2.629 33.746 5.266 78.602 6.084 111.538 13.026 178.370 2.946 40.928 9.164 140.075 2.096 32.938 144.198 1.219.648
4.4 Kondisi Kebutuhan dan Produksi Bioetanol 4. .4 K Untuk menganalisis pengembangan kinerja industri bioetanol dilakukan pendekatan kebutuhan dan produksi bioetanol di dunia internasional dan juga di pe end nde Indonesia. Dibawah dijelaskan kondisi kebutuhan dan produksi bioetanol tersebut. In ndo do ne
52
Dunia 4.4.1 Dun Untuk pangsa pasar internasional, permintaan etanol dunia cukup tinggi. Untu Bahan bakar baka etanol akan berkembang dalam dunia industry etanol. Jika proyek etanol yyang ang telah diumumkan terimplementasi, maka produksi bahan bakar etanol meningkat dari 20 juta liter pada tahun 2001 menjadi 31 juta liter pada dunia m me enin nin ni tahun 2006 200066 (Berg, 2001). Peningkatan produksi etanol dunia diikuti oleh 20 peningkatan peningk kattaann permintaan etanol di seluruh dunia setiap tahunnya. Data permintaan etanol ddunia uun nia periode tahun 1980 hingga 2009 dapat dilihat pada Tabel 8 Tabel 8 Permintaan Etanol Dunia Periode Tahun 1980-2009 T Tahun T a 1980 1 1981 1 1 1982 1983 1 1984 1 1985 1 1986 1 1987 1 1988 1 1989 1 1990 1 1991 1 1992 1 1993 1 1994 1 1995 1 1996 1 1997 1 1998 1 1999 1 2000 2 2001 2 2002 2 2003 2 2004 2 2005 2 2006 2 2007 2 2008 2 2009 2
Volume Juta Liter 4.368 4.977 7.149 9.280 12.880 14.129 13.193 14.599 14.902 15.191 15.190 16.348 15.850 15.839 16.802 17.970 18.688 20.452 19.147 18.671 17.315 18.676 21.715 27.331 30.632 44.875 51.056 49.587 66.329 72.773
Volume Juta Galon 1.154 1.315 1.889 2.452 3.403 3.732 3.485 3.857 3.937 4.013 4.013 4.319 4.187 4.184 4.439 4.439 4.937 5.403 5.058 4.932 4.574 4.934 5.736 722 8.092 11.855 13.489 13.113 17.524 19.227
Sumberr : Earth E policy Intitute data for 1980 – 2009 from F.O Licht, World Ethanol E and Biofuels Report, vol 7,no 18,p 365 di www.fo-licht.com ((Juni J 2010) Berdasarkan data permintaan etanol tahun 1980-2009 di atas ( Tabel 8) Be B erd rd etanol dunia mengalami peningkatan sebesar 10 persen per rata-rataa ppermintaan er Mengacu pada kondisi tersebut, maka permintaan etanol dunia untuk tahun. M en en
53
periode pe eriod tahun 2010 - 2020 dapat diprediksi seperti yang diperlihatkan pada Gambar G amb 13 .
250000
200000
150000 Tahun 100000
Juta liter
50000
0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Gambar Ga G am mbb 13 Prediksi Permintaan Etanol Dunia Dalam Juta Liter Tahun 20102019 Berdasarkan Data Permintaan Etanol Dunia Tahun 1980 - 2009 Berdasarkan prediksi permintaan etanol dunia tersebut, tahun 2010 permintaan etanol dunia dapat mencapai 65 miliar liter. Hal ini disebabkan karena pe erm rmi beberapa negara di dunia telah mengembangkan program-program yang be ebera mendukung penggunaan etanol sebagai pengganti maupun campuran premium, m endu seperti se epert yang di pererlihatkan pada Tabel 9 dan 10, yang memperlihatkan pengembangan program yang mendukung penggunaan etanol dan produksi etanol pe enge dari negara. da ari beberapa be
54
Pengembangan Program-Program Penggunan Etanol Di Beberapa Negara Tabel 9 Pen Lokasi Loka kaasi Ameriika Amerika Serikat Serika at
Bahan Baku Jagung
Kanada Kanad da da
Jagung, gandum
Brazill
Tebu
Peru
Tebu
Kolombia Kolom mbia Tebu
Amerika Ameri ika Tengah Tenga ah
Tebu
Thailand Thaila anndd
Ubi kayu, Tebu dan Padi
Produksi Etanol Pada tahun 2004,sebanyak 35 juta ton jagung (12% dari produksi jagung AS) telah digunakan untuk memproduksi 3,4 miliar galon etanol. Kapasitas ditingkatkan menjadi 4,4 miliar galon etanol di tahun 2005, dengan membangun 16 pabrik baru. Pada tahun 2009 ada 81 pabrik yang beroperasi dengan kapasitas 300 juta galon per tahun Kanada memproduksi 61 juta galon etanol tahun 2004. Untuk memenuhi perjanjian protokol kyoto, Kanada merencanakan menggunakan 35% bensin dengan pencampuran E10, sehingga membutuhkan 350 juta galon etanol. Pemerintah daerah Ontario, Saskatcchewan, dan Manitoba telah menyiapkan dukungan penggunaan etanol berupa subsidi produksi, penurunan pajak dan aturan pencampuran. Pemerintah Brazil memulai program nasional fuel alcohol pada pertengahan tahun 1970, dan Sejak tahun 1980 etanol telah menggantikan bensin. Brazil ádalah produsen dan eksportir paling unggul yang memproduksi 4 miliar galon di tahun 2004 Pada tahun 2002 Peru menerbitkan program mega proyek yang merencanakan pembangunan 20 pabrik etanol distilasi dan jalur pipa , Lebih dari 600 000 ha kebun tebu akan ditanam. Pemerintah berharap dapat mengekspor 300 juta galon etanol pada tahun 2010. Sejak tahun 2006 penggunaan 10% etanol pada bahan bakar diwajibkan di kota yang berpenduduk lebih dari 500 000 jiwa. Hal ini membutuhkan penambahan 370 000 ha kebun tebu dan sembilan pabrik etanol baru yang menghasilkan 260 juta galon etanol per tahun. Amerika Tengah memiliki total proyek 132 juta galon etanol hingga tahun 2010, cukup untuk memenuhi kebutuhan 10% etanol dalam bensin. Thailand mengeluarkan peraturan pencampuran etanol 10% mulai tahun 2007. Hal ini dapat meningkatkan produksi etanol dari 74 juta galon tahun 2004 menjadi 396 juta galon etanol.Sebanyak 18 pabrik etanol baru sedang dibangun.
55
Tabel 9 Lanjutan Lokasi Lo Australia Aust
Bahan Baku Sorgum manis dan Tebu
India In nddiia
Tebu
Cina Ci ina n
Jagung dan Gandum
Indonesia Inndo
Ubi kayu dan molase (tetes)
Produksi Etanol Pemerintah Australia telah mendukung etanol sejak tahun 2000, dengan memberikan keringanan pajak dan mensubsidi produksi etanol, sehingga diharapkan dapat memproduksi 92 juta galon etanol pada tahun 2010, dan dapat memenuhi 1% dari total pasokan. Produksi 2004 adalah 33 juta galon etanol. Sejak 2003, pemerintah mengharuskan penggunaan E5 di sembilan negara bagian. Produksen gula tebu merencanakan membangun 20 pabrik etanol baru. Kebutuhan etanol tahunan diprediksi 98 juta galon. Cina merupakan produksen etanol ketiga terbesar, dengan produksi 964 juta galon etanol di tahun 2004, sejak tahun 2001, Cina mempromosikan etanol sebagai bahan bakar utama di lima kota pada pusat dan wilayah timur laut. Pabrik etanol Jilin Tianhe adalah pabrik etanol terbesar di dunia dengan produksi 240 juta galon etanol per tahun. Di Indonesia teknologi pembuatan bioetanol mulai diteliti Balai Besar Teknologi Pati (BBPT) pada Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BP2T) sejak tahun 1983, menghasilkan produk bahan bakar bermerek Gasohol BE-10, pada tahun 2010 diproyeksikan sebesar 20% dari 15 juta Kl bensin digantikan oleh Gasohol BE10
Sumber Su umb : Dari berbagai sumber di dalam www.fo-licht.com ( Maret 2009)
56
Etanol Beberapa Negara Di Dunia Tahun 2004-2006 (Juta Tabel 10 Produksi Pr Galon) G Negara Negar ra Brazil U.S. China India France Rusia South Afrika U.K. Saudi Arabia Spain Thailandd German ny Germany Indonesi ia Indonesia Ukrainaa Poland Argentin na Argentina
2004 3.989 3.535 964 462 219 198 110
2005 4.227 4.264 1.004 449 240 198 103
2006 4.491 4.855 1.017 502 251 171 102
Negara Italy Australia Jepang Pakistan Sweden Philippines SouthKorea
2004 44 33 31 26 26 22 22
2005 40 33 30 24 29 22 17
2006 43 39 30 24 30 22 16
106 79
92 32
74 52
Guatemala Cuba
17 16
17 12
21 12
79 74 71 44 66
93 79 114 45 65
122 93 202 45 71
Ecuador Mexico Nicaragua Swaziland Canada
12 9 8 3 61
14 12 7 3 61
12 13 8 5 153
53 42
58 44
66 45
3 338
4 710
5 270
Kenya Others
Sumber: Sumber r: Renewable Ree R Fuels Association, Industry Statistics, 2007 http://www.ethanolrfa.org/industry/statistics/#E hhttt Berdasarkan Be B er Tabel 10 diketahui bahwa Brazil dan Amerika Serikat merupakan merupaakaan dua negara produsen etanol terbesar di dunia. Sejarah penggunaan bioetanol bioetanno l di Amerika Serikat (AS) ditandai dengan penandatanganan UndangUndang Kebijakan Energi pada bulan Agustus tahun 2005 yang meliputi standar g Keb bahan baka bakar terbarukan
Kebijakan tersebut memberikan amanat mandate
produksi produkssi 7,5 miliar gallon bahan baker terbarukan di tahun 2012. Tabel 10 juga menunjukkan menunjjukka produksi etanol disetiap Negara pada tahun 2004 hingga tahun 2006. Indonesia sebagai salah satu produsen etanol menghasilkan 45 juta gallon Indon etanol ddii tah tahun 2006, atau 0,033% dari total produksi dunia sebesar 13.480 juta galon. 4.4.2 Ind IIndonesia In ndo Di industri bioetanol sudah terdapat di beberapa tempat. Bahan Di Indonesia In baku industri innd nduusstr bioetanol berupa tetes tebu, ubi kayu dan jagung banyak terdapat di Indonesia. Indonessi siaa.. Proyeksi konsumsi bioetanol menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2006 konsumsi bioetanol adalah 1,71 juta kl dan Tahun tahunny ya. P ya
57
2010 20 010 diperkirakan konsumsi bioetanol sebesar 1,85 juta kl. Rincian proyeksi konsumsi bioetanol dan biodisel di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 11. ko onsu Tabel 11 Proyeksi Konsumsi Bioenergi di Indonesia Tahun Bioetanol (juta kL) Ta 22006 1,71 22007 1,75 22008 1,78 2,82 22009 1,85 22010 Sumber: S umb mb Prihandana. 2007
Biodiesel (juta kL) 1,19 1,2 1,22 1,23 1,24
Bio Oil (juta kL) 0,37 2,43 4,71 4,77 4,82
Proyeksi konsumsi bioetanol Indonesia diprediksi sebesar 1,85 juta kl di P tahun taahuun 2010. Hal ini menjadi potensi besar bagi Indonesia untuk memproduksi bioetanol, berbasis bahan baku dari hasil-hasil pertanian. Sebagai negara agraris, biioe oettaa potensi pooteens tersebut didukung oleh bahan baku unggulan hasil pertanian. Tahun 1986 pabrik paabbrrik etanol BPPT di Lampung mengubah bahan bakunya dari ubi jalar dengan ubi ubbi kayu ka dan molase (tetes) (Wahid 2008). Di Indonesia potensi penggunaan ubi kayu kaayyuu ddan molase diperkirakan akan mampu menyumbang 1, 85 juta KL bioetanol untuk unntuuk bahan bakar di tahun 2010. Hal ini dapat dilihat pada Gambar14.
58
Bahan Bakar Transportasi Tra (31 juta kL) (31.7
Listrik (7.6 juta kL)
Kerosin (10 juta kL) 3.8 juta kL
Premium Pr P rem em (18.5 (1 18..5 ju jjuta u kL
1 juta kL Solar (12.4 juta kL)
Bioetanol Biioeetta an 1.8 1.85 85 jjuta 85 u kL ut Biodiesel 1.24 juta kL
Ubi Ka Kayu K ay yu u 11 jut juta ton utta tto on
Bio Oil 4.8 juta kL
Bahan Baku
Molase 60 juta ton Minyak Sawit 30.2 juta ton
Minyak Jarak 3.84 juta ton
Gambarr 14 14 Perkiraan Kebutuhan Dan Potensi Bioenergi Untuk Substitusi Bahan Bakar Di Indonesia (Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati, 2008) pada saat ini etanol diolah dari tetes untuk keperluan bahan Di Indonesia Di In farmasii oleh PTPN XI, PG Rajawali II, PT Molindo Raya Industrial, PT Indo Lampung PT Indo Acidatama, dan PT Aneka Kimia Nusantara. Dari Lampun ng Distilerry, D Tahun 1997 hingga Tahun 2001, produksi etanol di Indonesia relatif konstan, yaitu sekitar seekitar 159.000 KL dan pada Tahun 2002 meningkat menjadi 174.000 KL. Sejumlah Sejumla ah 26% 26 dari total produksi pada Tahun 2002 tersebut diproduksi oleh PT Acidatama, kemudian diikuti oleh PT Molindo Raya Industrial, dan PT Indo Indo Ac cidat Lampung yang masing-masing besarnya produksi 23 % dari total Lampun ng Distilery D produksi produks si pada si pa saat itu. Pangsa produksi etanol dalam negeri tahun 2002 masingmasingg pabrik paabbr etanol ditunjukkan pada Gambar 15.
59
TOTA PRODUKSI BIOETANOL TOTAL TTAHUN 2002, 174000 kl 6% 4% 9%
PT. INDO ASIDATAMA
26 % PT.INDOLAMPUNG DISTILERY
9% PT. MOLINDO RAYA INDUSTRIAL
23%
23 %
PT. ANEKA KIMIA NUSANTARA PG. RAJAWALI 2 PTPN XI LAIN-LAIN
Gambar Ga G am mb b 15 Pangsa Produksi Etanol Tahun 2002 Dari Masing-Masing Pabrik Etanol di Indonesia (Wahid, 2008). 4.5 Keadaan Agroindustri Bioetanol di Provinsi Lampung 4. .5 K 4.5.1 4. .5..1 Identifikasi Potensi Agroindustri Bioetanol di Provinsi Lampung Identififikasi potensi agroindustri bioetanol di Provinsi Lampung dilakukan dengan pendekatan terhadap kondisi potensi bahan baku, kondisi di ilaku industri in ndust bioetanol dan peluang pengembangan industri bioetanol di Provinsi Lampung. Berdasarkan penelusuran pustaka dan survey, hasil identifikasinya L ampu adalah ad dalah sebagai berikut : 4.5.1.1 4. .5.1. Identifikasi Potensi Bahan Baku Bioetanol merupakan sumber energi alternatif non fosil yang bersifat terbarukan dan ramah lingkungan untuk kendaraan bermotor, dan juga sebagai te erb rbaarr bahan ba ahan hhaan baku bagi kepentingan industri. Bioetanol merupakan hasil fermentasi biomassa dengan mikroorganisme. Biomassa yang digunakan adalah yang dapat bi ioom ma berasal be erraasa sa dari jagung, ubi kayu, ubi jalar, sagu dan tebu. Berdasarkan hasil kajian BPPT B BP PP PT T (2007) dari 1 ton biomassa ubi kayu dapat diubah menjadi 166,66 liter bioetanol. Biomassa jagung adalah yang diunggulkan karena dari setiap satu bi ioet oeta oe ta tonnya to onn nnya nnya y dapat dihasilkan bioetanol sebanyak 400 liter.
60
Bioetanol (alkohol) dapat diproduksi dengan menggunakan bahan baku Bioe mengandung pati atau karbohidrat, yaitu melalui proses konversi yang m eng karbohidrat karbohiidrat menjadi gula (glukosa) larut air, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 12. Jenis-jenis tanaman yang banyak dijumpai sebagai bahan baku produksi Jen nis-je bioetanol antara lain adalah ubi kayu, sorgum manis (cantel), jagung, molasse bioetanno l aan n (tetes te tebu ebu - hasil samping produksi gula), ubi jalar, dan aren (nira aren). eb Tabel 12 Konversi Bahan Baku Tanaman yang Mengandung Pati Atau K Karbohidrat Dan Tetes Menjadi Bioetanol K Bahan Baaha Baku
Kandungan Gula Dalam Bahan Baku
Jumlah Hasil Konversi
Perbandingan Bahan Baku dan Bioetanol
Jenis Jen niss
Kebutuhan (Kg)
Kg
Bioetanol (Liter)
Ubi Ka Kayu ayyuu
1000
250-300
166,66
6.5 : 1
Ubi Ja Jalar alaar 1000 150-200 Jagung g 1000 600-700 1000 500 Tetes 1000 Tebu Sumberr : Taharuddin, Ta et al. (2008)
125,0 400,0 250,0 67,0
8:1 2,5 : 1 4:1 15 : 1
Ubi Ub U bi kayu, ubi jalar, dan jagung merupakan tanaman pangan yang biasa hampir di seluruh wilayah Indonesia, sehingga jenis tanaman ditanam m rakyat rak merupakan tanaman yang potensial untuk dipertimbangkan sebagai tersebutt me bahan baku pembuatan bioetanol. Namun demikian dari semua jenis sumberr bah ubi kayu merupakan tanaman yang mempunyai produktivitas tanamann tersebut, ter tumbuh baik pada kondisi tanah yang kurang subur. tinggi ddan an tu Mengacu pada jenis- jenis bahan baku bioetanol, beberapa diantaranya Men terdapat Provinsi Lampung. Jenis bahan baku tersebut adalah ubi kayu, jagung terdapa at di P at tebu dan teb bu yyang tersebar di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, bu Lampung Lampung Utara dan Tulang Bawang. Lampun ng Tengah, T Untuk Unt Un ntu menggambarkan potensi bahan baku pengembangan agroindustri bioetanol bioetan no l di d Provinsi Lampung, pada 3 (tiga) komoditas hasil pertanian (tebu, ubi . Diantara ketiga komoditas tersebut, ubi kayu merupakan jenis kayu dan daan an jagung) ja komoditas komodi itaas yang paling besar potensinya dari segi luas tanam dan produksi. Provinsi sendiri merupakan salah satu penghasil ubi kayu terbesar di Provins si Lampung si La
61
Indonesia. Produktivitas ubi kayu yang dicapai saat ini adalah sekitar 15-30 ton In ndon per hektar. Rendahnya produktivitas tersebut disebabkan pola pengusahaan ubi pe er he kayu ka ayu yang masih dilakukan secara sederhana, belum menggunakan varietas unggul un nggu dan tanpa pemupukan yang tepat dan cukup dosis ( Asnawi. R., 2007). Pada Tabel 13 terlihat bahwa luas areal tanam komoditas ubi kayu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Luas areal tanam yang tertinggi terdapat m me eng nga Kabupaten Lampung Tengah, kemudian disusul oleh Kabupaten Tulang ddii K a Bawang. Ba B awa wan Berdasarkan hasil observasi lapang dan wawancara dengan petani di beberapa kabupaten, sebagian besar kepemilikan lahan tanaman ubi kayu adalah be ebbeera r milik mili m illiik petani dengan rata-rata kepemilikan satu Ha per orang. Tabel T abe bel 13 Luas Panen dan Produksi Tanaman Ubi Kayu di Provinsi Lampung be Tahun 2006-2008 Kabupaten Ka K aab Laamp Lampung L Selatan S Se elata lat la Lampung L La amp Timur T Ti imu mu Lampung L La amp Tengah T Te enngg Lampung L La amp m Utara U tara Tulang T ulan Bawang B awa
2006 Ha
2007 Ton
Ha
2008 Ton
Ha
Ton
12.436
234.877
10.233
200.188
6.402
126.972
41.253
798.456
37.430
753.002
39.188
932.307
88.575
1.724.754
29.972
581.592
90.441
95.614 1.942.968 115.333 2.766.611 751.559
49.454 1.209.858
1.761.730 117.556 2.379.795
88.451 2.253.182
262.677 5.101.409 JJumlah umla Sumber Su umb : BPS Provinsi Lampung 2009
37.504
298.337 6.027.512 298.828
7.288.930
Pada sistem agroindustri bioetanol, satu Ha lahan tanaman ubi kayu menghasilkan 20 ton ubi kayu yang dapat menghasilkan 3.332 liter bioetanol m engh BPPT, BPP BP PT T 2007. Provinsi Lampung sebagai sentra utama produksi tanaman ubi kayu dan da an tterbesar, berpeluang untuk investasi di sektor pertanian untuk industri bioetanol. Kebijakan tersebut juga akan didukung oleh pengembangan jaringan bi iooeettaa pemasaran dan pengembangan intensifikasi pola kemitraan pe ema mas Luas panen dan produksi tanaman jagung juga mengalami peningkatan dari tahun ta ahu hun 2006 hingga 2008. Peningkatan tersebut terjadi di semua kabupaten seperti yang ya ang diperlihatkan pada Tabel 14. Saat ini produksi jagung yang diusahakan an petani pe ettaannii di 5 (lima) kabupaten tersebut adalah untuk dijual ke industri pakan ternak.
62
Panen dan Produksi Tanaman Jagung di Provinsi Lampung Tabel 14 Luas L Periode Tahun 2006-2008 P Kabupaten Kab bupat
2006
2007
Ha Ton Ha Lampuung Lampung Selatann 92.251 344.511 97.917 Lampung Lampu ung un Timur 99.566 349.652 112.797 Lampung Lampu ung un Tengahh 79.522 285.450 91.872 Lampung Lampu ung un Utara 29.468 98.104 33.429 Tulangg Bawang Bawan ng ng 9.980 32.945 12.837 Jumlah h 310.787 1.110.662 348.852 Sumberr : BPS B BP Provinsi Lampung 2009
2008 Ton
Ha
Ton
374.099
79.601
380.379
408.201
119.557
568.846
337.305
106.295
516.470
113.010
32.130
127.944
43.307 1.275.922
13.877 351.460
53.367 1.647.006
Luas L lahan dan produksi tanaman tebu di Provinsi Lampung dapat dilihat pa ppada addaa Tabel 15. Perkebunan tebu yang ada di Provinsi Lampung, sebagian besar adalah adala aalla milik swasta dalam bentuk perkebunan besar. Produksi tebunya digunakan pasokan bahan baku pabrik gula milik mereka. Perusahaan gula digunak ka n untuk ka u tersebutt jjuga uugga membeli produksi tebu dari perkebunan rakyat. Selain sebagai bahan gula, dapat juga digunakan sebagai bahan baku bioetanol. baku gu ulaa,, tebu ula, t Panen dan Produksi Tanaman Tebu di Provinsi Lampung Tabel 15. Luas L Periode Tahun 2008 P Kabupaten Kab bupat
Perkebunan Rakyat Ha Ton
Lampuung Lampung Tengahh 3.530 Lampung Lampu ung Utara U 8.554 Tulangg Bawang Baw 24 Way Ka Kanan K ana nan 12.108 Jumlah h Sumberr : BPS BP Provinsi Lampung 2009
13.944 45.404 87 59.435
Perkebunan Besar Ha Ton 51.411 39.993 5.549 93.671
371.701 289.149 46.391 677.241
Dalam Da D ala kaitannya dengan agroindustri bioetanol, satu Ha tanaman tebu menghasilkan 5 ton tebu yang jika diproduksi menjadi bioetanol akan dapat m me eng ng menghasilkan mengha assiilk lka 335 liter. Produksi tebu di Lampung sebagian besar dimiliki oleh perusahaan perusah haaan ha n gula, sedangkan bioetanol, diproduksi dengan menggunakan molase,
63
ddimana iman 1000 kg molase akan menghasilkan 250 liter etanol (Taharuddin et al. 2008) 20 008) 4.5.1.2 4. .5.1.2 Industri Bioetanol di Provinsi Lampung Pengembangan industri bioetanol di Provinsi Lampung banyak diminati oleh ol leehh perusahaan-perusahaan besar yang bergerak di bidang energi. Industri bioetanol yang sudah ada di Provinsi Lampung di sajikan dalam Tabel 16 di bi ioeettaa bawah. ba awa wah Tabel T abe bbeel 16 Kondisi Industri Bioetanol di Provinsi Lampung bel Nama Perusahaan Pe P e 1
Produk Utama 2
Produk Kedua 3
Keterangan 4
5
BPPT B BP PP PT T
Etanol
Etanol 95 %
Produk sesuai kebutuhan
Ubi Kayu
PT P T In IIndo Lampung D Di ist stel Distelery (ILD)
Gula
Etanol 95 %
Ekpor 95 % Etanol
Molase
PT GMP PT G
Gula
Etanol 95 %
Transportasi PT. GMP
Molase
Medco Energy PT P TM Sungai Budi PT S PT u
Etanol Tapioka
Etanol 95 % Etanol 95 %
Ekspor Konsumsi sendiri dan Ekspor
Ubi kayu Ubi kayu
Sumber Su um mbb : Timnas BBN (2008) dan Departemen Pertambangan dan Energy Provinsi Lampung (2010) 4.5.1.3 4. .5.1.3 Peluang Pengembangan Industri Bioetanol di Provinsi Lampung Peluang pasar bio-etanol untuk substitusi bahan bakar minyak (premium) sangat sa angat terbuka lebar disamping untuk keperluan industri farmasi dan lainnya. Sesuai dengan kebijakan nasional pemerintah Indonesia yang mencanangkan Sesua pengurangan konsumsi premium sebanyak 5% pada tahun 2010 melalui substitusi pe engu bioetanol, maka akan terbuka peluang pasar sebanyak kurang lebih 2,25 juta kilo bi ioe oetaa liter di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan li ite ter bioetanol b sekitar se ekkiittaa
15
juta
ton
ubi
kayu
(http://www.media-indonesia.com/berita.
as asp?id=103001 sp? p?id ). Untuk Provinsi Lampung, kebutuhan bio-etanol untuk substitusi premium pada pa ada da tahun 2010 diperkirakan sekitar 88.000 kilo liter yang setara dengan kebutuhan ubi kayu sebanyak 572.000 ton (Tim Daerah Pengembangan Bahan ke ebu butu t Bakar Ba B akkaar Nabati Provinsi Lampung, 2006). Gambar 16 memperlihatkan perkiraan
64
kebutuhan kebutuh han ppremium dan bioetanol di Provinsi Lampung dan Indonesia pada tahun 2010. Melihat Melih potensi bahan baku ubi kayu di Provinsi Lampung yang mencapai sekitar 7,2 jjuta ton atau setara dengan 1,107 juta kilo liter bio-etanol dengan 2 industri (dua) in ndust bio-etanol dengan kapasitas sekitar 60 000 kilo liter dan 33.000 kilo liter bioetanol, bio oettaan maka Provinsi Lampung berpotensi sebagai pemasok bio-etanol oe nasional. nasiona al. al
Premium Tanpa substitusi
Bioethanol (substitusi 10%)
25,0 25,000,000
Kilo liter
20,000,000 20,0 15,0 15,000,000 10,000,000 10,0 55,000,000 ,0 0
Lampung
Nasional
Gambarr 16 Perkiraan Kebutuhan Bahan BakarPremium dan Bioetanol di Provinsi Lampung dan Nasional pada Tahun 2010 (Tim Daerah Pengembangan Bahan Bakar Nabati, 2008) Berdasarkan Gambar 16, perkiraan kebutuhan bahan bakar premium dan Ber bioetanol bioetan no l di Provinsi Lampung dan nasional untuk tahun 2010 adalah 88.800 kilo liter. Peluang Peeluan pasar bioetanol baik di luar negeri maupun di dalam negeri masih dengan memanfaatkan ketersediaan bahan baku yang ada di dapat di dditingkatkan ittiing ng Provinsi dan juga didukung oleh kebijakan pemerintah seperti Provins si Lampung, si La disediakannya disediak kaan nn insentif bagi produsen bioetanol, keringanan pajak atau peraturan penggunaan penggu una naaann bioetanol dalam premium (Keputusan Presiden No 84/ P Tahun 2009 Peraturan dan Per ratu ra tura Menteri Keuangan No 03/PMK.02/2009).
65
4.5.2 4. .5.2 Teknologi Proses Produksi Bioetanol di PT Medco Lampung Secara umum, produksi bioetanol mencakup 3 (tiga) rangkaian proses, yaitu Persiapan bahan baku (ubi kayu), Fermentasi, dan Distilasi. Sebagai contoh ya aitu P proses pr roses produksi bioetanol PT Medco di Lampung dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar G amb 17
Diagram Blok Proses Pembuatan Bioetanol di PT Medco di Lampung, 2010
Tahapan proses pembuatan bioetanol berdasarkan bagan diatas adalah T sebagai se eba baaga ggaa berikut : 1..
Persiapan Bahan Baku P Bahan baku ubi kayu sebanyak 1167 MT/hari
diolah di bagian
Pada bagian tersebut bahan mentah ubi kayu pertama-tama ppretreatment. r dditimbang dengan menggunakan wighing bridge, selanjutkan dimasukan ke ddalam truck unloader untuk kemudian dilakukan pretreatment terhadap ubi kayu kka a tersebut. Pada pretreatment ditambahkan air sebanyak 813 m3 dan
66
selanjutnya akan didapat bubur ubi kayu yang ditampung pada cassava slury sela anjut tank. jumlah bubur ubi kayu yang didapat jumlahnya mencapai 1924 tan nk. Adapun A metrik me etrik ton t per hari. Pada proses pretreatment juga dihasilkan cangkang hasil pengelupasan kulit ubi kayu yang jumlahnya mencapai 56 metrik ton. Setelah pen ngelu didapat did dappaat bubur ubi kayu selanjutnya akan masuk ke area proses utama. Di da area are ea pproses ea rroo utama tersebut dilakukan prose liquefaction. 2.
Proses Pro oseess Liquefaction L Pada proses ini pati ubi kayu yang merupakan polimer glukosa yang panjang pan njan aanng (polisakarida) dipotong-potong secara acak, sehingga menjadi potongan-potongan oligisakarida. pot tong nga
Pada proses liquefaction ke dalamnya
dimasukkan enzim amilase guna mempercepat proses pembentukan dim massuuuk ma oligosakarida. Selanjutnya dilakukan persiapan proses pre-fermentasi. olig gos osak a 3.
Proses Pro oseess Fermentasi os F Pada proses pre fermentasi, ke dalam bahan dimasukkan , enzim dan nutrient nut trie ieent terutama unsur N, agar proses fermentasi berjalan cepat dan sekaligus sek kali ka lig igu menambahkan nutrisi untuk kebutuhan bakteri pengurai, sehingga proses pro oses es pre fermentasi dapat berjalan cepat, dan dari proses pre fermentasi akan dihasilkan glukosa. aka an dih Kegiatan berikutnya yang akan dilakukan adalah proses fermentasi. Pada fermentasi, ke dalamnya ditambahkan ragi sacharomyces Pad da proses p cerevicae cer revica , dengan tujuan agar proses fermentasi dapat berjalan cepat. Dari proses pro oses fermentasi ini akan dihasilkan gas CO2.
Namun demikian proses
fermentasi ferm ment bisa dilakukan tanpa prefermentasi, dalam arti setelah dilakukan proses pro oses liquefaction dapat langsung dilakukan fermentasi tanpa melalui tahapan tah happaan pre fermentasi terlebih dahulu. ha
Setelah dilakukan fermentasi
selanjutnya dilakukan proses destilasi. sela laanj njut 4.
Proses Pro oses ess Destilasi D Proses Destilasi dilakukan dengan menggunakan uap panas, sehingga terjadi terj jaaddi pemekatan dan selanjutnya diperoleh etanol sebanyak 180 KLPD. Setelah Set tela te lah itu akan dilakukan proses dekantasi, sehingga dari sini diperoleh endapan end dapan da ppaa basah yang jumlahnya mencapai 280 metik ton per hari. Endapan
67
tersebut akan dimanfaatkan untuk keperluan lain, seperti halnya untuk te membuat pupuk, sehingga pada area proses utama ini juga terjadi proses m produksi bersih (zero waste). pr 4.6 4. .6
Kendala dan Upaya Pengembangan Produksi Bioetanol di Provinsi Lampung Produksi bioetanol harus mempertimbangkan keekonomiannya dari dua
sisi yaitu sisi produksen bioetanol yang memerlukan bahan baku si isii kkepentingan, e produksi pr rodu odu tanaman dengan harga yang rendah, dan dari sisi petani penghasil bahan od baku ba akkuu yang menginginkan produksi tanamannya dibeli dengan harga tinggi dan biaya bi iayya produksi paling rendah. Hal tersebut disebabkan nilai produksi tanaman merupakan biaya pengeluaran untuk pembelian bahan baku bagi produsen me m erup rruup bioetanol. Oleh karena itu keekonomian program pemanfaatan bioetanol untuk bi ioeettaa bahan ba ahhaan an bakar kendaraan, bukan saja ditentukan oleh harga bahan bakar premium, tetapi te etaappii ditentukan pula oleh harga bahan baku pembuatan bioetanol. 4.6.1 4. .6..1 Kendala Pengembangan Produksi Bioetanol Dalam memenuhi program pemanfaatan bioetanol untuk bahan bakar kendaraan, pemerintah telah membuat road map teknologi bioetanol, yaitu: pada ke enndda periode pe eriod tahun 2005-2010 dapat memanfaatkan bioetanol sebesar 5% dari konsumsi premium 1,48 juta kiloliter, periode tahun 2011-2015 dapat ko onsu memanfaatkan bioetanol sebesar 10% dari konsumsi premium 2,78 juta kiloliter m ema dan da an pperiode tahun 2016-2025 dapat memanfaatkan bioetanol sebesar 15% dari konsumsi premium 6,28 juta kiloliter (Tim Nasional Pengembangan BBN, 2008). ko onsu Namun N amu bisnis bioetanol harus melibatkan banyak pihak, baik dari sisi Pemerintah maupun m ma aup upu Swasta. Mengingat sampai saat ini belum ada kesinambungan yang dalam satu dokumen rencana strategi yang komprehensif dan terpadu, ddiwujudkan iwu wuju j maka m ma akkaa diduga akan timbul beberapa kendala yang harus diatasi. Beberapa kendala tersebut, te errsseebb meliputi hal-hal berikut: 1. Rencana pengembangan lahan untuk tanaman penghasil bahan baku bioetanol yang dibuat oleh Departemen Pertanian dan Departemen Kehutan belum terkait langsung dengan rencana pengembangan bioetanol di sektor energi.
68
Pemerintah Daerah dalam pengembangan energi dan 2. Rencana R instrumen kebijakan yang diperlukan dalam pengembangan bioetanol i belum terkait langsung dengan rencana dari para pihak pelaku bisnis b bioetanol dan pengelola lahan pertanian yang sangat luas untuk b menghasilkan bahan baku. m resiko investasi dalam komersialisasi pengembangan 33. Ketidakpastian K bioetanol dan belum terbentuknya rantai tata niaga bioetanol b Agar Agar kendala-kendala di atas dapat diatasi maka harus ada kebijakan Ag Pemerintah Pemerin ntah ah mengenai pertanian dan kehutanan yang terkait dengan peruntukan insentif bagi pengembangan bioetanol, tekno-ekonomi produksi lahan, kkebijakan ebbiijj pemanfaatan bioetanol, sehingga ada kejelasan informasi bagi pengusaha dan pem manf ma tertarik yang ter errtaarriik dalam bisnis bioetanol. Upaya 4.6.2 Up pa Pengembangan Industri Bioetanol Dalam upaya pengembangan bioetanol diperlukan adanya beberapa Daala la langkahh yang yyaan harus dilakukan, yaitu sebagai berikut: agenda bersama (Pemerintah, Tim BBN, Industri Bioetanol 1.. Menyusun M dan d Pertamina) untuk mendapatkan konsensus terhadap program yang komprehensif dan terpadu agar dapat memberikan hasil yang konkrit k dan maksimal, antara lain melalui penetapan sasaran dan upaya d pencapaian nya untuk produksi, distribusi dan penggunaan bioetanol, p serta penjelasan agenda dan program implementasi yang konkrit. s inventarisasi dan evaluasi secara rinci berbagai peluang 2. Melakukan M dan d tantangan untuk investasi bioetanol. rantai tata niaga bioetanol secara bertahap yang 3. Membangun M difasilitasi oleh Pemerintah (Nurdyastuti, 2006). d 4.7
Rantai Ra R ant Tata Niaga Bioetanol Komponen rantai tata niaga bioetanol dimulai dari pengadaan bahan Ko K o
baku, proses proosses produksi bioetanol, pencampuran bioetanol dengan premium, hingga Rantai tata niaga bioetanol dapat berjalan sesuai yang diharapkan ke pemasaran. pem mas asaarra r apabila ada ada kejelasan potensi pasar bioetanol. Potensi pasar bioetanol dapat ad
69
berdasarkan perkiraan kebutuhan bioetanol yang disepakati oleh ddiperkirakan iperk semua se emua pihak yang terkait dan dituangkan dalam road map teknologi bioetanol, sehingga mendorong minat pengusaha dalam mengembangkan produksi se ehing bioetanol. Komponen rantai tata niaga bioetanol di Lampung ditujukkan pada bi ioeta Gambar Ga G am mbb 18. Perusahaan Perminyakan Petaanii Petani (penyedia (pen nyeedia bahan baha an baku ba ba ubi kayu) kayyuu) ka
Perusahaan Bioetanol (Produsen)
Perusahaan Otomotif
Distributor Bioetanol
Konsumen/ Masyarakat
Gambar 18 Rantai Tata Niaga Bioetanol di Provinsi Lampung 4.8 4. .8
Kebijakan Pemerintah Dalam Pengembangan Industri Bioetanol Untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi yang bersumber dari
minyak m inya bumi, pemerintah Indonesia telah menyiapkan serangkaian kebijakan pengembangan energi alternatif yang bersumber dari bahan nabati yang dapat pe enge Kebijakan yang ditempuh untuk mendorong energi terbarukan dan ddiperbaharui. iperb konservasi energi adalah mewajibkan pelaku usaha energi untuk memanfaatkan ko onse energi en nergi terbarukan, komitmen penerapan efisiensi energi dan menciptakan budaya hemat he emat energi. Langkah-langkah untuk melaksanakan kebijakan tersebut adalah sebagai berikut be erriikkuu (Tim Nasional Pengembangan BBN, 2006) 1. Menyusun kebijakan investasi dan pendanaan 2. Menyusun kebijakan insentif 3. Menyusun kebijakan harga energi 4. Menyusun kebijakan peningkatan Sumber Daya manusia 5. Menyusun kebijakan informasi
70
kebijakan standardisasi dan sertifikasi 6. Menyusun M Menyusun kebijakan penelitian dan pengembangan 7. M kebijakan kelembagaan 8. Menyusun M Pemerintah Pemerin ntah indonesia telah menerbitkan undang-undang dan peraturan-peraturan pemerintah pemerin ntaahh yang mendukung pengembangan bahan bakar nabati sebagai berikut ( nt Kumpulan Terkait Program BBN, 2008). Kumpu ulan ul an Peraturan P Direktorat Jendral Minyak dan Gas bumi No. 23204 K tahun 2008 1. Keputusan Keepu puttu u tentang ten ntan ang Standar dan Mutu (spesifikasi) Bahan Bakar nabati Jenis Bioetanol an ang yang di Dalam Negeri. yan ng Dipasarkan ng D Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi 2. Undang-undang Unndaa ng n yang mengatur mengenai energi mulai dari penguasaan dan pengaturan yan ng m ng sumber sum mbeerr daya energi sampai dengan penelitian dan pengembangan energi mb nasional. nas sion oonna 3. Peraturan Perra ratu tura Presiden No. 5 Tahun 2006 mengenai Kebijakan Energi Nasional untuk penggunaan energi alternatif hingga 80 persen dan unt tuk meningkatkan tu m menurunkan penggunaan BBM hingga kurang dari 20 persen pada tahun me enuuru ru 2025. 202 25. 25 4. Instruksi Insstru ru uks Presiden No. 1 tanggal 25 januari 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Bio Fuel) sebagai bahan bakar lain. Pem manf Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. 5. Keputusan Keeputu Presiden No. 10 Tahun 2006 tentang Tim Nasional Pengembangan 6. Keputusan Keeputu Bahan Bah han Bakar Nabati untuk Percepatan Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran. Pen ngan dikeluarkannya kebijakan tersebut, ditargetkan Indonesia mampu Dengann di mensubsitusi mensub bsitus minyak solar dengan biodiesel sebanyak 2% pada tahun 2010, 3% tahun 2015 201155 dan 5 % tahun 2025 serta mensubsitusi bensin dengan bioetanol 20 sebanyak sebanya ak 2 % pada tahun 2010, 3 % tahun 2015 dan 5 % tahun 2025 (Departemen ak Sumber Daya Mineral, 2005) Energi ddan aann S