e
GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DI PROVINSI LAMPUNG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang
: a.
b.
c.
d.
Mengingat
bahwa pencemaran yang dihasilkan dari setiap usaha dan/atau kegiatan manusia menyebabkan pencemaran da/atau kerusakan lingkungan hidup, ekosistem dan keseimbangan kehidupan manusia; bahwa pencemaran dan/atau kerusakan sebagaimana dimaksud huruf a tersebut di atas, dapat menghambat dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, pelaksanaan pembangunan dan hasilnya, sehingga perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuangan air limbahnya; bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Gubernur Lampung Nomor 17 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan di Provinsi Lampung dan telah berubahnya peraturan perundang-undangan tentang ketentuan Baku Mutu Air Limbah oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup, maka Peraturan Gubernur dimaksud perlu ditinjau kembali; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf c tersebut di atas, dipandang perlu menetapkan kembali dengan Peraturan Gubernur Lampung tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan di Provinsi Lampung.
: 1. 2.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali, terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008; 3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara; 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Rawa; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
1
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air; 13. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup; 14. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 12 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Lampung; Memperhatikan : 1.
2.
3.
4. 5.
6.
7. 8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-51/ MENLH/X/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri; Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air; Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air atau Sumber Air, sebagaimana telah diubah menjadi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142 Tahun 2003; Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik; Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Batubara; Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 202 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Emas dan/atau Tembaga; Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut; Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 2 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Rumah Pemotongan Hewan; Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 9 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel; Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2006 tentang Persyaratan dan Tata Perizinan Pembuangan Air Limbah Ke Laut; Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 4 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi; Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Buah-buahan dan/atau Sayuran; Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 6 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan; Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Peternakan Sapi dan Babi; Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Kelapa; 2
16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Daging; 17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Kedelai; 18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota; 19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 6 Tahun 2009 tentang Laboratorium Lingkungan; 20. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal; 21. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Besi; 22. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 34 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Bauksit;
MEMUTUSKAN: Menetapkan
: PERATURAN GUBERNUR TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DI PROVINSI LAMPUNG BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan : 1. Gubernur adalah Gubernur Lampung. 2. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota di Provinsi Lampung. 3. Instansi adalah instansi yang bertanggungjawab dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota. 4. Usaha dan/atau Kegiatan adalah suatu aktivitas baik dalam bentuk pemrosesan suatu bahan, pelayanan jasa, penyimpanan dan lain lain yang menghasilkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup berupa pembuangan air limbah. 5. Air Limbah adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan yang dibuang dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. 6. Mutu Air Limbah adalah kondisi kualitas air limbah yang diukur dan diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan Peraturan Perundangundangan. 7. Baku Mutu Air Limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan/atau kegiatan. 8. Pemanfaatan Kembali adalah penggunaan kembali air limbah yang telah diproses di IPAL untuk proses produksi. 9. Titik Penaatan adalah satu lokasi atau lebih di outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan/atau inlet pemanfaatan yang dijadikan acuan untuk pemantauan dalam rangka penaatan baku mutu air limbah.
3
10. Kejadian Tidak Normal adalah kondisi dimana peralatan proses produksi dan/atau instalasi pengolahan air limbah tidak beroperasi sebagaimana mestinya karena adanya kerusakan dan/atau tidak berfungsinya peralatan tersebut. 11. Keadaan Darurat adalah keadaan tidak berfungsinya peralatan proses produksi dan/atau instalasi pengelolaan air limbah tidak beroperasi sebagaimana mestinya karena adanya bencana alam, kebakaran, dan/atau huru-hara. 12. Kadar Maksimum adalah ukuran batas tertinggi suatu unsur pencemar dalam air limbah yang diperbolehkan dibuang ke sumber air. 13. Debit atau Kuantitas Air Limbah maksimum adalah volume air limbah terbanyak yang diperbolehkan dibuang ke sumber air setiap satuan produk. 14. Beban Pencemaran Maksimum adalah jumlah tertinggi suatu unsur pencemar yang terkandung dalam air limbah. 15. Pencemaran Lingkungan Hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. 16. Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud ditetapkannya Peraturan Gubernur ini adalah sebagai pedoman bagi setiap penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan penghasil air limbah, instansi pengelola lingkungan hidup daerah dan pihak lainnya dalam mengupayakan pengendalian pencemaran air akibat buangan air limbah. Pasal 3 Tujuan ditetapkannya Peraturan Gubernur ini adalah dalam rangka mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan dan menjamin mutu air sehingga air tetap dapat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya serta dapat dijadikan pedoman dalam upaya pengendalian pencemaran air. BAB III BAKU MUTU AIR LIMBAH JENIS USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Pasal 4 (1)
Baku mutu air limbah bagi 35 (tiga puluh lima) jenis usaha dan/atau kegiatan yang diatur dalam Peraturan Gubernur ini, meliputi : a. Industri Kertas; b. Industri Karet; c. Industri Minyak Sawit Mentah (Crude Palm Oil / CPO) d. Industri Gula dan Gula Rafinasi; e. Industri Tapioka; f. Industri Alkohol (Etanol); g. Industri Mono Sodium Glutamat dan Bahan Penyedap Rasa. h. Industri Kayu Lapis dan Papan Partikel (Particle Board) i. Industri Minuman Ringan; j. Industri Sabun, Deterjen dan Produk-produk Minyak Nabati; k. Industri Bihun dan Sohun; l. Industri Biskuit dan Roti (Bakery); m. Industri Kacang Garing (Kering); n. Industri Makanan Spesifik; o. Industri Pengolahan Kelapa; 4
p. q. r. s. t. u. v. w. x. y. z. aa. bb. cc. dd. ee. ff. gg. hh. ii. jj.
Industri Pengolahan Daging; Industri Pengolahan Kedelai; Industri Sodium Siklamat; Industri Asam Sitrat; Pengolahan Buah-buahan dan/atau Sayur; Pembekuan Hasil Perikanan (Cold Storage); Pengolahan Hasil Perikanan; Rumah Potong Hewan; Peternakan Sapi dan Babi; Penimbunan (Stockpile) Batubara; Pembangkit Listrik Tenaga Termal Sebagai Proses Utama; Pembangkit Listrik Tenaga Termal Sebagai Sumber Kegiatan Pendukung; Pembangkit Listrik Tenaga Termal yang Menghasilkan Air Limbah yang Mengandung Minyak; Instalasi, Depo dan Terminal Minyak; Pertambangan Bijih Emas dan Tembaga; Pertambangan Bijih Besi; Pertambangan Bijih Nikel; Pertambangan Bijih Bauksit; Limbah Domestik; Hotel Berbintang; dan Rumah Sakit.
(2)
Baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Gubernur ini.
(3)
Untuk jenis usaha dan/atau kegiatan lainnya diluar yang ditetapkan pada ayat (1), yang belum ada baku mutunya, maka Baku Mutu Air Limbah usaha dan/atau kegiatan tersebut diatur sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Gubernur ini.
(4)
Apabila hasil kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) atau hasil kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) suatu usaha dan/atau kegiatan mensyaratkan Baku Mutu Air Limbah lebih ketat dari Baku Mutu Air Limbah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2), maka untuk usaha dan/atau kegiatan tersebut diberlakukan Baku Mutu Air Limbah sebagaimana yang dipersyaratkan oleh AMDAL atau UKL dan UPL. BAB IV IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH Pasal 5
(1)
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang akan membuang air limbah ke air atau sumber air, wajib memiliki izin tertulis dari Menteri Negara Lingkungan Hidup, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
(2)
Dalam memberikan izin pembuangan air limbah ditetapkan kadar maksimum bagi setiap parameter dan volume limbah cair yang tidak boleh melampaui setiap saat dengan memperhatikan daya tamping badan air serta tidak mengakibatkan penurunan kualitas badan air sesuai dengan peruntukannya.
(3)
Penetapan volume air limbah maksimum dan beban pencemaran untuk menentukan Mutu Air Limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada produksi bulanan senyatanya dari industri atau kegiatan usaha yang bersangkutan sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Gubernur ini.
5
(4)
Izin tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mencantumkan ketentuan sebagai berikut : a. kewajiban untuk mengolah limbah; b. persyaratan mutu dan kuantitas air limbah yang boleh dibuang ke air atau sumber air atau ke air laut; c. persyaratan cara pembuangan air limbah; d. persyaratan untuk mengadakan sarana dan prosedur penanggulangan keadaan darurat; e. persyaratan untuk melakukan pemantauan mutu dan debit atau kuantitas air limbah; f. persyaratan lain yang ditentukan oleh hasil pemeriksanaan analisis mengenai dampak lingkungan yang erat kaitannya dengan pengendalian pencemaran air bagi usaha dan/atau kegiatan yang wajib melaksanakan analisis mengenai dampak lingkungan; g. larangan pembuangan air limbah secara sekaligus dalam satu saat atau melepaskan air limbah secara mendadak (shock loading); h. larangan untuk melakukan pengenceran air limbah dalam upaya penaatan batas kadar yang dipersyaratkan; dan i. kewajiban melakukan upaya swapantau pengolahan air limbahnya serta melaporkan hasil-hasilnya
(5)
Ketentuan mengenai syarat, tata cara memperoleh perizinan pembuangan air limbah di air atau sumber air dan air limbah ke laut harus mengikuti ketentuan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air. sebagaimana diubah dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142 Tahun 2003 dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2006 tentang Persyaratan dan Tata Perizinan Pembuangan Air Limbah Ke Laut; BAB V HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 6
(1)
Setiap usaha dan/atau kegiatan berhak untuk : a. mendapat pembinaan dan penyuluhan dari pemerintah daerah mengenai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengendalian pencemaran air maupun tata cara pengolahan air limbah dalam rangka memenuhi ketentuan Baku Mutu Air Limbah; b. memperoleh rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa pencemaran air dan/atau air laut tidak diakibatkan oleh kegiatannya; dan c. hak-hak lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2)
Setiap usaha dan/atau kegiatan berkewajiban untuk : a. melakukan pengolahan air limbah dalam suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sehingga mutu air limbah yang dibuang tidak melampaui baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Gubernur ini atau tidak melampaui ketentuan baku mutu air limbah yang ditetapkan dalam izin pembuangan air limbah; b. menggunakan sistem saluran air limbah yang kedap air sehingga tidak terjadi perembesan air limbah ke lingkungan; c. memasang alat ukur debit atau laju alir limbah pada inlet IPAL, outlet IPAL dan/atau inlet pemanfaatan kembali; d. melakukan upaya swapantau pengolahan air limbah yang meliputi : 1) pencatatan debit harian air limbah baik untuk air limbah yang masuk ke IPAL, dibuang ke sumber air atau ke laut dan/atau yang dimanfaatkan kembali; 2) pencatatan pH harian air limbah, penggunaan bahan baku dan jumlah produksi bulanan serta jumlah hari kerja produksi setiap bulan; 6
e. f. g. h.
i.
(3)
3) memeriksakan kadar parameter air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Gubernur ini atau yang tercantum dalam izin pembuangan air limbah secara berkala, paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan di laboratorium yang terakreditasi atau yang ditunjuk oleh Gubernur. tidak melakukan pengenceran air limbah ke dalam aliran buangan air limbah; memisahkan saluran pembuangan air limbah dengan saluran limpasan air hujan; menetapkan titik penaatan untuk pengambilan contoh uji; menyampaikan laporan debit air limbah harian, pH harian, penggunaan bahan baku, jumlah produk, jumlah hari kerja produksi setiap bulan dan kadar parameter air limbah sebagaimana dimaksud dalam huruf d secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Gubernur dan Menteri serta instansi lainnya yang terkait; dan melaporkan kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Gubernur dan Menteri mengenai kejadian tidak normal dan/atau keadaan darurat yang mengakibatkan baku mutu air limbah dilampaui serta rincian upaya penanggulangannya paling lambat 2 (dua) kali dalam 24 (dua puluh empat) jam.
Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), setiap usaha dan/atau kegiatan yang membuang air limbah ke air dan/atau sumber air atau air limbah ke air laut, wajib membuat rencana penanggulangan pencemaran air pada keadaan darurat dan/atau keadaan tidak terduga lainnya. BAB VI TANGGUNGJAWAB Pasal 7
(1)
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang membuang air limbah ke air atau sumber air dan air limbah ke laut, bertanggungjawab untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan.
(2)
Dalam hal terjadi keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (3), maka penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan bertanggungjawab melakukan penanggulangan dan pemulihan lingkungan yang tercemar dan/atau rusak. BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 8
(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan air limbah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota melalui instansi yang bertanggungjawab di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. (2) Pembinaan dan pengawasan oleh instansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sekurang-kurangnya setiap 6 (enam) bulan sekali dan apabila dipandang perlu dapat dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali. (3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi : a. pembinaan dan penyuluhan mengenai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; b. pembinaan tentang pengolahan air limbah; c. penerapan kebijakan-kebijakan insentif reputasi dan disinsentif reputasi; dan d. Evaluasi tingkat ketaatan usaha dan/atau kegiatan dalam melakukan upaya pengendalian pencemaran air. 7
BAB VIII LARANGAN DAN SANKSI Pasal 9 Setiap usaha dan/atau kegiatan dilarang membuang air limbah air atau sumber air atau ke laut yang dapat menimbulkan pencemaran, kerusakan lingkungan, kerugian pada orang lain dan/atau lingkungan hidup. Pasal 10 (1) Instansi yang bertanggungjawab dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten/Kota agar memberikan peringatan tertulis kepada penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan di wilayah administratifnya masing-masing yang terbukti telah melanggar Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Gubernur ini. (2) Peringatan tertulis tersebut pada ayat (1) wajib disampaikan kepada Gubernur Lampung dengan tembusan disampaikan kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup. (3) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh hari) sejak dikeluarkannya peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pihak yang diberi peringatan tidak mengindahkan peringatan atau tetap tidak mematuhi ketentuan Pasal yang dilanggarnya, maka instansi yang bertanggungjawab dapat melakukan pelarangan terhadap usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pembuangan air limbah ke air atau sumber air atau pembuangan air limbah ke laut. (4) Bupati/Walikota dapat menghentikan sementara operasional usaha dan/atau kegiatan apabila pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dapat membahayakan lingkungan hidup. (5) Bupati/Walikota atau instansi penanggungjawab perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten/Kota dapat mencabut Keputusan tentang penghentian usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila pihak yang diberikan sanksi telah mematuhi ketentuan yang harus dilaksanakan. Pasal 11 Apabila usaha dan/atau kegiatan melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, maka penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan wajib membayar kerugian dan/atau melakukan tindakan tertentu, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 12 Apabila sanksi yang telah diberikan sebagaimana tersebut pada Pasal 10 ayat (1) dan ayat (3) Peraturan Gubernur ini kepada suatu usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan pencemaran air tidak efektif, dilain pihak perbuatan usaha dan/atau kegiatan tersebut memiliki tingkat kesalahan yang relatif berat, akibat yang ditimbulkan relatif besar serta menimbulkan keresahan masyarakat, maka usaha dan/atau kegiatan tersebut dapat diancam dengan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
8
9
LAMPIRAN I : PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : 7 TAHUN 2010 TANGGAL : 17 MARET 2010
BAKU MUTU AIR LIMBAH USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DI PROVINSI LAMPUNG 1.
Baku Mutu Air Limbah Industri Kertas PARAMETER BOD5
PROSES/PRODUK
COD
TSS
DEBIT (m3/ton)
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
Kraft dikelantang
85
100
8,5
350
29,75
100
8,5
Pulp larut
95
100
9,5
300
28,5
100
8,5
50
75
3,75
200
10
60
3
60
50
3
120
7,2
75
4,5
Semi kimia
70
100
7
200
14
100
7
Pulp soda
80
100
8
300
24
100
8
De-ink pulp (dari kertas bekas)
60
100
6
300
18
100
6
Halus
50
100
5
200
10
100
5
Kasar
40
90
3,6
175
7
80
3,2
Sparet
175
60
10,5
100
17,5
45
7,8
Kertas yang dikelantang
35
75
2,6
160
5,6
80
2,8
A. PULP
Kraft yang tidak dikelantang Mekanik (CMP dan Grounwood)
B. KERTAS
pH
6,0 - 9,0
Catatan : Penjelasan kategori proses di atas diberikan sebagai berikut : A.
PULP Proses kraft (dikelantang dan tidak dikelantang) adalah produksi pulp yang menggunakan cairan pemasak natrium hidroksida yang sangat alkalis dan natrium sulfida. Proses kraft yang dikelantang digunakan pada produksi kertas karton dan kertas kasar lain yang berwarna. Pengelantangan adalah penggunaan bahan pengoksidasi kuat yang diikuti dengan ekstraksi alkali untuk menghilangkan warna dari pulp, untuk suatu rentangan produk kertas yang lengkap. Proses pulp larut adalah produksi pulp putih dan sangat murni dengan menggunakan pemasakan kimiawi yang kuat. Pulpnya digunakan untuk pembuatan rayon dan produk lain yang mensyaratkan hampir tidak mengandung lignin. Proses grounwood adalah penggunaan defibrasi mekanis (pemisahan serat) dengan menggunakan gerenda atau penghalus (refiners) dari batu. CMP (proses pembuatan pulp kimia mekanis) menggunakan cairan pemasak kimia untuk memasak kayu secara parsial sebelum pemisahan serat secara mekanik. TMP (proses pembuatan pulp termo-mekanis) merupakan pemasakan singkat dengan menggunakan kukus dan kadang-kadang bahan kimia pemasak, sebelum tahap mekanis.
10
Proses semi kimia merupakan penggunaan cairan pemasak sulfit netral tanpa pengelantangan untuk menghasilkan produk kasar untuk lapisan dalam karton gelombang berwarna coklat. Proses soda adalah produksi pulp dengan menggunakan cairan pemasak natrium hidroksida yang sangat alkalis. Proses penghilangan tinta (De-ink) merupakan salah satu proses pembuatan kertas yang menggunakan kertas bekas yang didaur ulang melalui proses penghilangan tinta dengan kondisi alkali dan kadang-kadang dibuat cerah atau diputihkan untuk menghasilkan pulp sekunder, seringkali berkaitan dengan proses konvensional. B.
KERTAS Kertas halus berarti produksi kertas halus yang dikelantang seperti kertas cetak dan kertas tulis. Kertas kasar berarti produksi kertas kasar berwarna coklat, seperti linerboard kertas karton berwarna coklat atau karton. Kertas lain berarti produksi kertas yang dikelantang selain yang tercantum dalam golongan halus, seperti kertas karton.
2.
Baku Mutu Air Limbah Industri Karet. LATEKS PEKAT PARAMETER
Kadar Maks (mg/L)
KARET BENTUK KERING
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
BOD5
100
4
60
2,4
COD
250
10
200
8
TSS
100
4
100
4
15
0,6
5
0,2
25
1
10
0,4
Amonia Total (sbg NH3-N) Nitrogen Total sbg N
pH Debit limbah maksimum
6,0 - 9,0
6,0 - 9,0
40 m3 per ton produk karet
40 m3 per ton produk karet
Catatan : 1) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 2) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kilogram parameter per ton produk karet kering atau lateks pekat. 3) Nitrogen Total jumlah N organik + Amonia Total + NO 3 + NO2
3.
Baku Mutu Air Limbah Industri Minyak Sawit (Crude Palm Oil / CPO). Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
BOD5
PARAMETER
100
0,25
COD
350
0,88
TSS
250
0,63
Minyak dan Lemak
25
0,063
Nitrogen Total (sebagai N)
50
0,125
pH Debit limbah maksimum
6,0 - 9,0 3
2,5 m /ton produk minyak sawit (CPO)
Catatan : 1) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 2) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk minyak sawit (CPO). 3) Nitrogen Total adalah jumlah Nitrogen Organik + Amonia Total + NO3 + NO2
11
4.
Baku Mutu Air Limbah Industri Gula dan Gula Rafinasi. PARAMETER
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
BOD5
60
0,3
COD
100
0,5
TSS
50
0,25
Minyak dan Lemak
5
0,025
Sulfida (sebagai S)
0,5
0,0025
pH
6,0 - 9,0 5,0 m3 per ton produk gula
Debit limbah maksimum
Catatan : 1) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 2) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kilogram parameter per ton produk gula. 3) Debit limbah cair maksimum tidak termasuk air injeksi dan air pendingin
5.
Baku Mutu Air Limbah Industri Tapioka. PARAMETER BOD5 COD TSS Sianida (CN) pH Debit limbah maksimum
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
150 300 100 0,3
4,5 9 3 0,009 6,0 - 9,0 30 m per ton produk tapioka 3
Catatan : 1) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 2) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk tapioca
6.
Baku Mutu Air Limbah Industri Alkohol (Etanol). PARAMETER BOD5 COD TSS Sulfida (sebagai S) pH Debit limbah maksimum
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
100 300 100 0,5
1,5 4,5 1,5 0,0075 6,0 - 9,0 15 m3 per ton produk ethanol
Catatan : 1) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 2) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kilogram per ton produk ethanol
7.
Baku Mutu Air Limbah Industri Mono Sodium Glutamat dan Bahan Penyedap Rasa. PARAMETER BOD5 COD TSS pH Debit limbah maksimum
Kadar Maks (mg/L) 80 150 100
Beban Pencemaran Maks (kg/ton) 9,6 18 12 6,0 - 9,0 120 m3 per ton produk MSG
Catatan : 1) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 2) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kilogram per ton produk MSG.
12
8.
Baku Mutu Air Limbah Industri Kayu Lapis dan Papan Partikel Beban Pencemaran Maks (gr/m3 produk)
Kadar Maks (mg/L)
PARAMETER BOD5 COD TSS Fenol
Kayu Lapis 22,5 37,5 15 0,0750
75 125 50 0,25
Amonia Total (sbg N) pH
4
Papan Partikel 18,75 31,25 12,5 0,0625 1,00
1,20 6,0 - 9,0 3 0,30 m per m3 produk kayu lapis
Debit limbah maksimum
0,25 m3 per m3 produk kayu lapis
Catatan : 1) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 2) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam gram parameter per m3 produk kayu lapis / papan partikel. 3) 1000 m2 produk = 3,6 m3 produk dengan ketebalan 3,6 milimeter
9.
Baku Mutu Air Limbah Industri Minuman Ringan. BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM (gram/m3)
PARAMETER
Kadar (mg/L)
DENGAN PENCUCIAN BOTOL DAN DENGAN PEMBUATAN SIROP
DENGAN PENCUCIAN BOTOL DAN TANPA PEMBUATAN SIROP
TANPA PENCUCIAN BOTOL DAN DENGAN PEMBUATAN SIROP
TANPA PENCUCIAN BOTOL DAN TANPA PEMBUATAN SIROP
BOD5
50
175
140
85
60
COD
90
315
252
153
108
TSS
30
105
84
51
36
Minyak dan Lemak
6
21
17
10,2
7,2
6,0-9,0
6,0-9,0
6,0-9,0
6,0-9,0
3,5 L / L produk minuman
2,8 L / L produk minuman
1,7 L / L produk minuman
1,2 L / L produk minuman
pH Debit Limbah Maksimum
Catatan : 1) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 2) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam gram parameter per m3 produk minuman ringan yang dihasilkan
10. Baku Mutu Air Limbah Industri Sabun, Deterjen dan Produk-produk Minyak Nabati PARAMETER BOD5 COD TSS Minyak dan Lemak Fosfat (PO4) MBAS pH
KADAR MAKSIMUM (mg/L) 75 180 60 15 2 3
Debit Limbah Maksimum
BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM (kg/ton) SABUN
MINYAK NABATI
DETERJEN
0,6 1,44 0,48 0,12 0,016 0,024
1,88 4,5 1,5 0,375 0,05 0,075
0,075 0,18 0,06 0,015 0,002 0,003
6,0-9,0 25 m3 per ton 8 m per ton produk minyak produk sabun nabati 3
1 m3 per ton produk deterjen
Catatan : 1) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 2) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk sabun atau minyak nabati atau diterjen
13
11. Baku Mutu Air Limbah Industri Bihun dan Sohun. BIHUN PARAMETER
SOHUN
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
BOD5
150
1,5
150
2,25
COD
250
2,5
250
3,75
TSS
100
1
100
1,5
pH Debit limbah maksimum
6,0 - 9,0
6,0 - 9,0
10 m3 per ton bahan baku
15 m3 per ton bahan baku
Catatan : 1) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 2) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton bahan baku.
12. Baku Mutu Air Limbah Industri Biskuit dan Roti (Bakery) PARAMETER
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
BOD5
85
0,51
COD
175
1,05
TSS
85
0,51
pH Debit limbah maksimum
6,0 - 9,0 3 6 m per ton produk
Catatan : 1) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 2) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk biscuit dan backery.
13. Baku Mutu Air Limbah Industri Kacang Garing (Kering). PARAMETER
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
100 250 100 0,1 0,5
0,5 1,3 0,5 0,0005 0,0025
BOD5 COD TSS H2S Fenol
pH Debit limbah maksimum
6,0 - 9,0 5 m3 per ton bahan baku
Catatan : 1) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 2) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton bahan baku.
14. Baku Mutu Air Limbah Industri Makanan Spesifik. Mie
Kopi
Permen
Bumbu Mie
Makanan Kecil
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemara n Maks (kg/ton)
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemara n Maks (kg/ton)
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemar an Maks (kg/ton)
BOD5
50
0,15
50
0,15
50
0,25
50
0,25
50
0,25
COD
100
0,3
100
0,3
100
0,5
100
0,5
100
0,5
TSS
100
0,3
100
0,3
75
0,375
100
0,5
100
0,5
2
0,006
--
--
--
--
2
0,01
2
0,01
Parameter
Minyak dan Lemak pH Debit maks.
6-9
6-9
6-9
6-9
6-9
3 m /ton produk
3 m /ton produk
5 m /ton produk
5 m /ton produk
5 m /ton produk
3
3
3
3
3
Catatan : 1) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 2) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk makanan spesifik.
14
15. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pengolahan Kelapa Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
BOD5 COD
PARAMETER
75 150
1,125 2,250
TSS Minyak dan Lemak
100 15
1,500 0,225
pH Debit limbah maksimum
6,0 - 9,0 15 m3 per ton bahan baku
Catatan : 1) Usaha dan/atau kegiatan pengolahan kelapa adalah usaha dan/atau kegiatan di bidang pengolahan kelapa untuk dijadikan produk santan, produk tepung, minyak goreng kelapa, dan/atau produk olahan lainnya yang digunakan untuk konsumsi manusia dan pakan. 2) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 3) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton bahan baku
16. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pengolahan Daging. PARAMETER
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
BOD5
125
0,75
COD
250
1,50
TSS Amonia (NH3-N) Minyak dan Lemak
100 10 10
0,60 0,06 0,06
pH Debit limbah maksimum
6,0 - 9,0 6 m3 per ton produk
Catatan : 1) Usaha dan/atau kegiatan pengolahan daging adalah kegiatan pengolahan daging menjadi produk akhir berupa daging beku, produk olahan setengah jadi, dan/atau produk olahan siap konsumsi. 2) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 3) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk
17. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pengolahan Kedelai. Tahu Parameter BOD5 COD
Kadar Maks (mg/L) 150 300
TSS pH Debit maks.
100
Tempe
Beban Pencemaran Maks (kg/ton) 3,0 6,0
Kadar Maks (mg/L) 150 300
2,0 6-9 20 m3/ton bhn baku
100
Beban Pencemaran Maks (kg/ton) 1,50 3,00
1,00 6-9 10 m3/ton bahan baku
Catatan : 1) Usaha dan/atau kegiatan pengolahan kedelai adalah usaha dan/atau kegiatan yang memanfaatkan kedelai sebagai bahan baku utama yang tidak bisa digantikan dengan bahan lain. 2) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 3) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton bahan baku
18. Baku Mutu Air Limbah Industri Sodium Siklamat. PARAMETER BOD5 COD TSS Amonia (NH3-N) pH Debit limbah maksimum
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
100 250 100 5
3,00 7,50 3,00 0,15 6,0 - 9,0 30 m3 per ton produk
Catatan : 1) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 2) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk.
15
19. Baku Mutu Air Limbah Industri Asam Sitrat. PARAMETER
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
BOD5
80
6,00
COD TSS pH
100 60
7,50 4,50 6,0 - 9,0
Debit limbah maksimum 75 m3/ton produk Catatan : 1) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 2) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk.
20. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pengolahan Buah-buahan dan/atau Sayuran. Nenas Parameter
Buah Lainnya
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
BOD5
85
COD
160
TSS
60
pH Debit maks.
Jamur
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
0,765
75
1,440
140
0,540
60
Gabungan Buah2an dan sayuran
Sayuran
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
0,450
75
0,840
140
0,360
60
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
1,50
75
2,80
140
0,68
75
0,56
1,26
140
1,05
1,20
60
0,54
60
0,45
6-9
6-9
6-9
6-9
6-9
9 m3/ton bhn baku
6 m3/ton bhn baku
20 m3/ton bahan baku
9 m3/ton bahan baku
7,5 m3/ton bahan baku
Catatan : 1) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 2) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton bahan baku.
21. Baku Mutu Air Limbah Industri Pembekuan Hasil Perikanan (Cold Storage). PARAMETER
Kadar Maks (mg/L)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
100 200 100
1,0 2,0 1,0
BOD5 COD TSS
pH Debit limbah maksimum
6,0 - 9,0 10 m per ton bahan baku 3
Catatan : 1) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 2) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton bahan baku. 4) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 5) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton bahan baku.
22. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan. Kegiatan Pembekuan
Kegiatan Pengalengan Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
Parameter
Kadar Maks (mg/L)
Ikan
Udang
Lain-lain
Ikan
Udang
Lain-lain
BOD5
100
1,000
3
1,500
75
1,125
2,250
1,500
100
1,200
COD
200
2,000
6
3,000
150
2,250
4,500
3,000
300
3,600
TSS
100
1,000
3
1,500
100
1,500
3,000
2,000
100
1,200
M-Lemak
15
0,150
0,45
0,225
15
0,225
0,450
0,300
15
0,180
Amonia
10
0,100
0,3
0,150
5
0,075
0,150
0,100
5
0,060
Klor Bebas
1
0,010
0,03
0,015
1
0,015
0,030
0,020
---
---
Sulfida
---
---
---
---
1
0,015
0,030
0,020
1
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
pH Debit maks. (m3/ton)
Kadar Maks (mg/L)
Tepung Ikan Kadar Maks (mg/L)
6-9 10
6-9 30
15
15
0,012 6-9
30
20
12
16
Catatan : 1) Usaha dan/atau kegiatan pengolahan hasil perikanan adalah usaha dan/atau kegiatan di bidang pengolahan hasil perikanan (ikan, udang, dll) yang meliputi kegiatan pengalengan, pembekuan, dan/atau pembuatan tepung. 2) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 3) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk.
23. Baku Mutu Air Limbah Industri Rumah Pemotongan Hewan (RPH) PARAMETER BOD5 COD TSS Minyak dan lemak Amonia (NH3-N) pH Debit limbah maksimum untuk sapi, kerbau dan kuda Debit limbah maksimum untuk kambing dan domba Debit limbah maksimum untuk babi
Satuan mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Kadar Maksimum 100 200 100 15 25 6,0 - 9,0 1,50 m3 per ekor per hari 0,15 m3 per ekor per hari 0,65 m3 per ekor per hari
Catatan : 1) Usaha dan/atau kegiatan RPH meliputi : pemotongan, pembersihan lantai tempat pemotongan, pembersihan kandang penampung, pembersihan kandang isolasi, dan/atau pembersihan isi perut dan air sisa perendaman. 2) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah.
24. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Peternakan Sapi dan Babi. PARAMETER
Beban Pencemaran Maks (kg/ton)
Kadar Maks (mg/L)
Sapi 20,0 40,0 20,0 5,0 6,0 - 9,0 200
BOD5 100 COD 200 TSS 100 NH3-N 25 pH Debit limbah maksimum (liter/ekor/hari)
Babi 4,0 8,0 4,0 1,0
40
25. Baku Mutu Air Limbah Penimbunan (Stockpile) Batubara PARAMETER TSS Besi total Mangan total pH Debit limbah maksimum
Kadar Maks (mg/L) 200 7 4
Beban Pencemaran Maks (kg/ton) 0,400 0,014 0,008 6,0 - 9,0 2 m3/ton produk
Catatan : 1) Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. 2) Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk.
26. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal Sebagai Proses Utama a. Sebagai Blowdown Boiler* Parameter** Besi (Fe) Tembaga (Cu) pH Catatan : *
Satuan mg/L mg/L
Kadar Maksimum 3 1 6,0 – 9,0
Blowdown boiler adalah upaya. untuk mengeluarkan air buangan minimum dari proses resirkulasi air boiler berdasarkan best engineering practice ** Apabila sumber air limbah blowdown boiler tidak dialirkan ke IPAL
17
b. Sebagai Proses Utama* Parameter
Satuan mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
TSS Minyak dan Lemak Klorin bebas (Cl2)** Krom total (Cr) Tembaga (Cu) Besi (Fe) Seng (Zn) Phosphat (PO4-2)*** pH Catatan :
Kadar Maksimum 100 10 0,5 0,5 1 3 1 10 6,0 – 9,0
*
Proses utama adalah proses yang menghasilkan air limbah yang bersurnber dari proses pencucian (dengan atau tanpa bahan kimia} dari semua peralatan logam, blowdown cooling tower) blowdown boiler, laboratorium, dan regenerasi resin water treatment plant. ** Apabila cooling tower blowdown dialirkan ke IPAL *** Apabila melakulcan injeksi Phospat
c. Sebagai Blowdown Cooling Tower* Parameter** Klorin bebas (Cl2) Seng (Zn) Phosphat (PO4-2) pH Catatan
:
Satuan mg/L mg/L mg/L
Kadar Maksimum 1 1 10 6,0 – 9,0
*
Blowdown cooling tower adalah upaya untuk mengeluarkan air buangan hasil kondensasi dari proses pendinginan cooling tower berdasarkan best engineering practice. ** Apabila surnber air limbah blowdown cooling tower tidak dialirkan ke IPAL
d. Sebagai Demineralisasi / WTP* Parameter** Total Suspended Solid (TSS) pH Catatan
:
Satuan mg/L
Kadar Maksimum 100 6,0 – 9,0
*
Water treatment. plant (WTP) atau demineralisasi adalah proses pemurnian air baku untuk keperluan proses maupun domestik. ** Apabila sumber air limbah demincralisasi / WTP tidak dialirkan ke IPAL
27. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal Sebagai Sumber Kegiatan Pendukung, yang meliputi kegiatan fasilitas air pendingin, kegiatar. fasilitas desalinasi, kegiatan fasilitas stockpile batu bara, dan kegiatan air buangan dari fasilitas flue gas desulphurization (FGD) sistem sea water scrubber. a. Sumber Pendingin (Air Bahang)* Parameter Temperatur Klorin bebas (Cl2) Catatan
:
Satuan o C mg/L
Kadar Maksimum 40 ** 0,5
*
Air bahang adalah air limbah dari sumber proses pendinginan yang menggunakan air laut sebagai air baku yang diaiirkan satu kali lewat (once through system) melalui kondensor menuju badan airflaut.. ** Apabila sumber air bahang tidak dialirkan ke IPAL , merupakan hasil pengukuran rata-rata bulanan di oulet kondensor
b. Sumber Desalinasi* Parameter** Salinitas
%
pH Catatan
Satuan
:
Kadar Maksimum Pada radius 30 m dari lokasi pembuangan air limbah ke laut, kadar salinitas air limbah sudah harus sama engan kadar salinitas alami. 6,0 – 9,0
* Desalinasi atau reverse osmosis (ROJ adalah proses pernurnian air yang n .enghasilkan air limbah berupa brine reject ** Apabila sumber air limbah desalinasi tidak dialirkan ke IPAl
18
c. Sumber FGD System Sea Water Wet Scrubber* Parameter**
Satuan
Sulfat (SO4-2)
%
pH Catatan :
* **
Kadar Maksimum Kenaikan maksisum parameter sulfat 4% dibanding kadar Sulfat titik penaatan Inlet air laut 6,0 – 9,0
Flue gas desulphurizatiori (FGD) Sistem sea water wet scrubber aclalah sistern penyerapan sulfur dari emisi gas buang dengan menggunakan air laut. Apabila surnber air limbah FGD Sistem Sea Water Wet Scrubber tidak dialirkan ke IPAL
d. Sumber Coal Stockpile* Parameter** TSS Fe Mn pH Catatan
: * **
Satuan % mg/L mg/L
Kadar Maksimum 200 5 2 6,0 – 9,0
Stockpile batu bara adalah timbunan batu bara yang merighasilkan air limbah berupa air limpasan. apabila sumber air limbah Coal Stockpile tidak diailrkan ke IPAL
28. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal Air Limbah Mengandung Minyak (Oily Water)* Satuan mg/L mg/L
PARAMETER** Minyak dan lemak Total Organic Carbon (TOC) Catatan
: *
**
Kadar Maks 15 110
Oily water adalah air limbah yang mengandung minyak yang berasal dari drainase lantai kerja, kebocoran (seepage), kebocoran air limbah dari pencucian peralatan-peralatan, dan tumpahan dari kegiatan operasional yang dibuang ke media lingkungan melalui kolam separator atau oil separator atau oil catcher atau oil trap. apabila sumber air limbah Coal Stockpile tidak diailrkan ke IPAL
29. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Instalasi, Depo dan Terminal Minyak PARAMETER Minyak dan lemak Total Organic Carbon (TOC)
Satuan
Kadar Maks
mg/L mg/L
110
25 6,0 - 9,0
pH
Catatan
:
Depo adalah tempat kegiatan penerimaan, penimbunan dan penyaluran kembali bahan bakar minyak (BMM) yang penerimaannya dilaksanakan dengan menggunakan sarana angkutan (sungai, laut), system pipa, mobil tangki (bridgen) dan rail tank wagon (RTW).
.
30. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan atau Pengolahan Bijih Emas dan/atau Tembaga PARAMETER
Satuan
Penambangan
Pengolahan
Kadar Maks
Kadar Maks
200 2 0,1 5 1
200,00 2,00 0,10 5,00 1,00
TSS Cu* Cd* Zn* Pb *
mg/L
As*
mg/L
0,5
0,50
Ni*
mg/L
0,5
0,50
Cr*
mg/L
1
1,00
CN**
mg/L
---
0,50
Hg*
mg/L
0,005
0,005
pH
mg/L mg/L mg/L mg/L
6,0 – 9,0
19
Keterangan :
1). Kegiatan penambangan bijih emas dan atau tembaga adalah pengambilan bijih emas dan atau tembaga yang meliputi penggalian, pengangkutan dan penimbunan baik pada tambang terbuka maupun tambang bawah tanah; 2). Kegiatan pengolahan bijih emas dan atau tembaga adalah proses penghancuran, penggilingan, pengapungan, pelindian, pemekatan dan atau pemurnian dengan metoda fisika dan atau kimia; * Sebagai konsentrasi ion logam terlarut ** CN sebagai cyanid bebas, khusus untuk kegiatan pengolahan bijih emas yang memakai proses cyanidasi.
31. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Bijih Besi Parameter
Satuan
TSS Fe Mn Cu Ni Pb Cr6+ pH
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Kadar Maksimum Penambangan Pengolahan 200 50 5 5 1 1 1 1 0,5 0,5 0,1 0,1 0,1 0,1 6,0 – 9,0
Catatan : 1)
2)
Kegiatan penambangan bijih besi adalah pengambilan bijih besi dalam bentuk masif atau bongkahan yang meliputi pembersihan dan pemindahan tanah penutup, penggalian, pengangkutan dan penimbunan material di stockpile baik pada tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. Kegiatan pengolahan bijih besi adalah proses meningkatkan kadar besi dari bijih besi ke konsentrat meliputi penghancuran penggilingan dan/atau pemurnian dengan metoda fisika dan/atau kimia.
32. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Bijih Bauksit Parameter
Satuan
TSS Fe Mn Cu Ni Pb pH
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Kadar Maksimum Penambangan Pencucian 200 200 5 5 2 2 --2 --0,5 --0,1 6,0 – 9,0
Catatan : 1) Kegiatan penambangan bijih bauksit adalah pengambilan bijih bauksit yang meliputi pengupasan tanah penutup, penggalian dan pengangkutan. 2) Kegiatan pencucian bijih bauksit adalah proses untuk meningkatkan konsentrasi bijih bauksit meliputi pencucian dan pemisahan bijih bauksit dari unsur lain yang tidak diinginkan dan pengotor lainnya. 33.
Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Nikel. Parameter
Satuan
TSS Cu Cd Zn Pb Ni Cr6+ Cr total Fe Co pH
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Kadar Maksimum Penambangan Pengolahan 200 100 2 5 0,05 0,05 5 5 0,1 0,1 0,5 0,5 0,1 0,1 0,05 0,5 5 5 0,4 0,4 6,0 – 9,0
Catatan : 1) Kegiatan penambangan bijih nikel adalah pengambilan bijih nikel yang meliputi penggalian, pengangkutan dan penimbunan baik pada tambang terbuka, maupun tambang bawah tanah. 2) Kegiatan pengolahan bijih nikel adalah proses penghancuran, penggilingan, pengapungan, pelindian, pemekatan pengeringan, peleburan dan/atau pemurnian dengan metode fisika dan atau kimia.
20
21
22
LAMPIRAN III : PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : 7 TAHUN 2010 TANGGAL : 17 MARET 2010 PENJELASAN TENTANG PERHITUNGAN DEBIT AIR LIMBAH MAKSIMUM DAN BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM UNTUK MENENTUKAN MUTU AIR LIMBAH 1. Debit Limbah Cair Maksimum
Penetapan baku mutu air limbah pada pembuangan air limbah melalui penetapan debit air limbah maksimum, sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan ini, untuk masing-masing jenis usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan, didasarkan pada tingkat produksi bulanan yang sebenarnya. Untuk itu digunakan perhitungan: DM = Dm x Pb Keterangan : DM = Debit air limbah maksimum yang dibolehkan bagi setiap jenis industri yang bersangkutan, dinyatakan dalam m3/bulan Dm = Debit air limbah maksimum sebagaimana tercantum dalam ketentuan Lampiran I Peraturan ini yang sesuai dengan jenis usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan, dinyatakan dalam m3 air limbah per satuan produk atau per satuan bahan baku. Pb
= Produksi sebenarnya dalam sebulan, dinyatakan dalam satuan produk yang sesuai dengan yang tercantum dalam Lampiran I Peraturan ini untuk jenis usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.
Debit baku air limbah yang sebenarnya dihitung dengan cara sebagai berikut :
DA = Dp x H Keterangan : DA = debit air limbah yang sebenarnya, dinyatakan dalam m3/bulan Dp = hasil pengukuran debit air limbah, dinyatakan dalam m3/hari H = jumlah hari kerja pada bulan yang bersangkutan Dengan demikian penilaian debit adalah : DA tidak boleh lebih besar dari DM 2. Beban Pencemaran Penerapan baku mutu air limbah pada pembuangan air limbah melalui penetapan beban pencemaran maksimum sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan ini untuk masing-masing jenis usaha dan/atau kegiatan didasarkan pada jumlah unsur pencemar yang terkandung dalam aliran air limbah. Untuk itu digunakan perhitungan sebagai berikut : a. BPM = (CM)j x Dm x f
Keterangan : BPM
= Beban Pencemaran Maksimum per satuan produk, dinyatakan dalam kg parameter per satuan produk.
(CM)j Dm
= kadar maksimum unsur pencemar j, dinyatakan dalam mg/l. = debit air limbah maksimum sebagaimana tercantum dalam ketentuan Lampiran I Peraturan ini yang sesuai dengan jenis usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan, dinyatakan dalam m3 air limbah per satuan produk. 23
24