ISSN: 2407-2095
PENGGUNAAN AUTHENTIC ASESMENT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MODEL PEMBELAJARAN MATHEMATICS PROBLEM SOLVING PERFORMANCE MODELLING UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR Nurcholif Diah Sri Lestari Pendidikan Matematika, Universitas Jember
[email protected]
Abstrak Pembelajaran kemampuan pemecahan masalah siswa sekolah dasar jarang menjadi fokus perhatian guru karena sulitnya mengajarkan sekaligus menilai kemampuan pemecahan masalah. Penilaian kemampuan pemecahan masalah merupakan kewajiban guru ketika melaksanakan pembelajaran pemecahan masalah. Penilaian ini harus bersifat menyeluruh mulai dari proses hingga akhir sehingga guru dapat memonitor perkembangan belajar siswa. Penilaian pemecahan masalah dapat dilakukan melalui penilaian terhadap performa siswa dalam memecahkan masalah dengan menggunakan authentic asesment . Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling menawarkan solusi untuk menggunakan penilaian sebagai media pembelajaran. Artikel ini bertujuan untuk memaparkan tentang bagaimana kemampuan pemecahan masalah diases dengan menggunakan instrumen authentic asesment dalam format pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling. Instrument authentic asesment yang digunakan meliputi exemplar rubrik siswa dan exemplar rubric guru
37
Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar Kata kunci: problem solving, exemplar rubric, Mathematics Problem Solving Performance Modelling. Pendahuluan Masalah merupakan hal yang pasti dijumpai oleh manusia. Ketika seseorang dihadapkan pada suatu masalah, maka kemampuannya pemecahan masalah menjadi hal penting dalam pengambilan keputusan untuk memperoleh solusi terbaik. Oleh karena itu, dalam kurikulum pendidikan di Indonesia dan pada setiap level pendidikan formal termasuk juga di sekolah dasar, kemampuan pemecahan menjadi learning outcome yang diharapkan dapat dicapai siswa. misal melalui pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah. Pembelajaran kemampuan pemecahan masalah seringkali dilaksanakan melalui pendekatan pemecahan masalah. Namun sayangnya, pembelajaran pemecahan masalah jarang diterapkan di sekolah dasar karena sulitnya mengajarkan sekaligus menilai kemampuan pemecahan masalah. Hal ini mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah siswa juga kurang berkembang. Padahal siswa sekolah dasar mempunyai potensi yang cukup besar untuk bisa mengembangkan kemampuan pemecahan masalahnya. Para siswa pada usia ini begitu haus dengan pengetahuan tentang bagaimana sesuatu bekerja (Kallick and Brewer, 1997). Sugiarti dan Lestari (2014) memperkenalkan model pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling sebagai alternatif solusi bagi permasalahan tersebut. Model pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling merupakan model pembelajaran pemecahan masalah yang memfokuskan pada pemodelan terhadap kinerja dalam memecahkan masalah baik dalam kelompok belajar maupun secara individu. Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa Sekolah Dasar (Sugiarti
38
Nurcholif Diah Sri Lestari dan Lestari, 2015). Dalam model pembelajaran ini, terdapat tiga instrumen penting dalam pelaksanaan pembelajarannya yaitu: 1. Masalah yang disajikan dalam bentuk exemplar problem untuk memfasilitasi pemodelan performance secara individu, 2. Lembar Kerja Siswa yang memfasilitasi pemodelan performance secara kelompok, dan 3. Instrumen authentic assessmen untuk menilai kemampuan pemecahan masalah . Artikel ini bertujuan untuk memaparkan tentang bagaimana kemampuan pemecahan masalah diases dengan menggunakan instrumen authentic asesment dalam format pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling. Instrument authentic asesment yang digunakan meliputi exemplar rubrik siswa dan exemplar rubric guru MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROBLEM SOLVING PERFORMANCE MODELLING Sintaksis dalam model pembelajaran problem solving performance modelling meliputi fase pra pembelajaran, 8 fase pembelajaran, dan fase pasca pembelajaran (Sugiarti dan Lestari, 2014). Berikut ini adalah penjabarannya: Pra pembelajaran Pada kegiatan pra pembelajaran, guru memberikan soal tes awal berupa pemecahan masalah kepada siswa, membagikan exemplar rubric siswa dan mensosialisasikan penggunaannya, meminta siswa untuk mencoba melakukan penilaian sendiri terhadap jawaban tes awal mereka dengan menggunakan exemplar rubric berdasarkan persepsi atas kemampuan masing-masing. Hasil tes awal siswa dinilai dan dianalisis berdasarkan exemplar
39
Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar rubric guru untuk dapat mengkategorikan siswa dalam level kemampuan pemecahan masalah dan sebagai bahan pertimbangan untuk membentuk kelompok heterogen. Fase 1. Orientasi Fase orientasi bertujuan untuk menyiapkan siswa dalam belajar. Pada fase ini, guru diharuskan untuk menyampaikan tujuan pembelajaran, dan memotivasi siswa. Tujuan pembelajaran terkait dengan konten kurikulum dan tujuan model pembelajaran. Kegiatan motivasi dapat dilakukan dengan memberikan siswa pengalaman–pengalaman tentang (1) bagaimanakah hasil pemecahan masalah mereka diases dan atau (2) memperkaya strategi pemecahan masalah siswa serta materi prasyarat yang diperlukan. Kegiatan ini dilakukan dengan mencontohkan bagaimana pekerjaan salah satu siswa (beserta exemplar rubric yang telah diisi) diases. Fase 2. Pemecahan Masalah Secara Individu Pada fase ini pembelajaran telah bergeser dari teacher centered menjadi student centered. Setelah guru membagikan exemplar problem (uncued problem) dan pedoman pemecahan masalah serta menjelaskan bagaimana pedoman pemecahan masalah dapat digunakan untuk membantu mereka dalam memecahkan masalah, maka siswa mulai mengerjakan exemplar problem secara individu. Masalah yangn digunakan adalah masalah yang sifatnya uncued, yaitu masalah yang memungkinkan adanya banyak cara atau banyak jawaban benar Fase 3. Pengorganisasian Kelompok Pada fase tiga, siswa ditempatkan dalam setting belajar kooperatif. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang heterogen berdasarkan level kemampuan pemecahan masalah awal (hasil pretes pada pra pembelajaran atau hasil evaluasi dari pembelajaran sebelumnya). Setiap kelompok terdiri atas 4-5
40
Nurcholif Diah Sri Lestari siswa dengan level kemampuan pemecahan masalah yang beragam mulai dari level pemula sampai level ahli (jika ada). Fase 4. Diskusi Kelompok Fase ini betujuan untuk memperkuat ketajaman penalaran dalam pemecahan masalah melalui tukar pendapat dalam suatu diskusi kelompok. Kelompok ini diberi tugas untuk mendiskusikan kembali exemplar problem yang telah dikerjakan secara individu pada fase sebelumnya yang dikemas dalam suatu lembar kerja siswa (LKS). Pada kegiatan ini siswa dalam kelompok-kelompok bertukar pendapat, saling menyempurnakan gagasan pemecahan masalah dan terakhir memilih strategi dan pemecahan masalah yang paling mudah atau paling efektif sesuai petunjuk yang ada dalam LKS. Fase 5. Diskusi Kelas Pada fase diskusi kelas, guru meminta perwakilan beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Ketika perwakilan suatu kelompok menyampaikan materi di depan kelas, siswa pada kelompok yang lain berkewajiban untuk memberikan saran, masukan ataupun argumen terhadap hasil diskusi kelompok yang presentasi. Pada waktu siswa anggota kelompok tidak mewakili kelompoknya menyajikan hasil di depan kelas, mereka bertugas membantu teman yang presentasi jika memerlukan bantuan. Dalam kegiatan diskusi kelas, guru berperan sebagai moderator dan fasilitator yang menghubungkan kelompok penyaji dengan audience, dan mendukung terciptanya suasana diskusi kelas yang kondusif. Fase 6. Pemberian contoh Penilaian Setelah perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusinya dan siswa lain menanggapi, selanjutnya guru memberi contoh bagaimana hasil pemecahan masalah kelompok tersebut diases dengan menggunakan exemplar rubric. Berdasarkan contoh
41
Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar penilaian yang dilakukan guru, setiap kelompok akan diminta untuk melakukan penilaian sendiri terhadap hasil kerja pemecahan masalah kelompok atau individu. Fase 7. Evaluasi Fase evaluasi ditujukan untuk menguji kemampuan siswa dalam pemecahan masalah setelah pembelajaran dilaksanakan. Pada fase ini, guru membagikan exemplar problem dan pedoman pemecahan masalah kepada siswa. Siswa diminta untuk menyelesaikan soal dalam exemplar problem dengan berdasar pada pedoman pemecahan masalah serta melakukan penilaian terhadap pekerjaannya dengan exemplar rubric. Fase 8. Penutup Fase penutup ditujukan untuk mereview dan menyatukan pengetahuan yang baru diperoleh siswa pada pembelajaran hari ini. Review dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang siswa untuk memperoleh poin-poin penting pada pembelajaran yang diharapkan. Pasca Pembelajaran Pembelajaran dengan model pembelajaran matematika berbasis authentic asesment melalui exemplar problem ini dapat dilakukan berulang-ulang (siklus) dengan menggunakan exemplar problem yang berbeda-beda (terutama berkaitan dengan strategi pemecahan masalah yang bisa digunakan) maksimal 1 kali seminggu. Kemampuan Pemecahan Masalah Pelevelan kemampuan pemecahan masalah yang disampaikan oleh Kallick and Brewer [1] adalah sebagai berikut. a. Pemula (Novice)
42
Nurcholif Diah Sri Lestari Siswa pada level ini benar-benar tidak bisa memulai, siswa ini tidak memiliki penyelesaian yang sesuai dengan masalah karena mereka tidak memahami masalah, tidak dapat mengembangkan strategi, dan atau tidak dapat menggunakan prosedur matematika yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Seorang pemula tidak mempunyai penjelasan yang bisa dipahami atau yang berkaitan dengan masalah, bahkan mereka tidak menggunakan secara tepat gambar-gambar atau istilah matematika. b. Pemagang (Apprentice) Siswa pada level ini sudah mampu memulai, tetapi tidak bisa menemukan penyelesaian yang lengkap. Siswa memahami masalah, dan mampu menggunakan sebagian strategi pemecahan masalah, tetapi tidak memiliki cukup pemahaman untuk mendapatkan penyelesaian yang lengkap. Pemagang sudah menggunakan beberapa istilah dan notasi matematika atau gambar representasi masalah. c. Pelaksana (Practitioner) Siswa pada level pelaksana mampu memahami masalah dengan baik dan memilih strategi yang tepat dalam menyelesaikan masalah dengan benar. Pelaksana menggunakan penalaran dan prosedur matematika dengan efektif, penjelasan yang diberikan jelas, dan menggunakan gambar, notasi dan istilah matematika yang sesuai. d. Ahli (Expert) Siswa dalam level ahli memberikan penyelesaian yang melebihi siswa pada level pelaksana. Ahli menggunakan strategi yang lebih efisien dan penalaran yang lebih kompleks, menggunakan prosedur dengan akurat dan benar, penjelasannya jelas, menggunakan representasi gambar, istilah dan
43
Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar notasi dengan tepat, bahkan siswa dapat memverifikasi penyelesaiannya dengan mengecek langkah demi langkah Instrumen authentic asesment . Penilaian adalah salah satu bagian pembelajaran yang sangat penting. Melalui penilaian (assessment) maka seorang akan bisa mengetahui seberapa efektif pembelajaran yang dilaksanakan. Menurut Department of Education Republic of South Africa (2003:45) sebelum seorang guru menilai kinerja siswanya, hal penting yang tidak dapat diabaikan adalah bahwa tujuan dari pelaksanaan asesmen harus jelas dan tidak ambigu. Hal ini penting untuk membantu guru dalam mengambil keputusan tentang jenis asesmen yang akan digunakan. Menurut Johnson & Johnson (2002:2-6) asesmen adalah suatu kegiatan yang melibatkan pengumpulan informasi tentang kualitas atau kuantitas dari perubahan dalam siswa, kelompok, kelas, sekolah, guru atau administrator. Sehingga dalam pelaksanaannya terdapat banyak hal yang akan dilihat tingkat keberhasilannya (diases) misal hasil belajar akademik, penalaran, ketrampilan dan kompetensi, perilaku, dan kebiasaan dalam bekerja. Asesmen yang efektif bergantung pada: pencapaian tujuan bahwa asesmen yang dibuat adalah asesmen yang valid dan reliabel, hubungan kerjasama yang baik antara pengases (guru), yang diases (siswa) dan stakeholder-stakeholder yang relevan, serta peningkatan motivasi semua pihak yang terlibat untuk berpartisipasi lagi. Menurut Nurhadi & Senduk, (2003:52), authentic asesment memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) mengukur semua aspek pembelajaran, yang terdiri dari proses, kinerja, dan produk; b) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung;
44
Nurcholif Diah Sri Lestari c) menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber dalam proses penilaiannya; d) tes hanya sebagai salah satu alat pengumpul data penilaian; e) tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan siswa sehari-hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari; f) penilaian harus menekankan pada kedalaman pengetahuan dan keahlian siswa, bukan keluasannya (kuantitatif). Berdasarkan uraian di atas maka jelaslah bahwa ada banyak alasan mengapa penilaian performa/kinerja siswa dalam memecahkan masalah harus diases. Model pembelajaran problem solving performance modelling adalah model pembelajaran yang ditujukan untuk mengajarkan kemampuan pemecahan masalah matematika dengan cara memodelkan atau memberikan contoh bagaimana suatu kemampuan pemecahan masalah matematika dinilai dengan instrument authentic asesment yaitu exemplar rubric siswa dan exemplar rubric guru [2]. Instrumen ini harus dikomunikasikan dan dicontohkan bagaimana penggunaannya kepada siswa sehingga dapat membangun kebiasaan berpikir secara disiplin, mengetahui apa yang diperlukan, mengecek keakuratan, ketepatan dan kualitas pekerjaan mereka dalam pemecahan masalah bahkan siswa dapat menilai sendiri pekerjaan mereka sebelum dikumpulkan kepada guru. Kallick & Brewer (1997), memperkenalkan exemplar rubric yang disusun berdasarkan level-level kemampuan siswa dengan indikator penilaian kemampuan penyelesaian masalah meliputi: (1) pemahaman, (2) strategi, penalaran dan prosedur, dan (3)
45
Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar komunikasi. Terdapat dua macam exemplar rubric yaitu, exemplar rubric untuk guru dan exemplar rubric untuk siswa. Isi kedua exemplar rubric tersebut disusun sedemikian hingga memuat maksud yang sama dan atau saling melengkapi sebagai suatu bentuk triangulasi. Namun khusus untuk siswa exemplar rubric disajikan dengan bahasa yang lebih sederhana dan lebih mencerminkan pada apa yang seharusnya dilakukan. Rubrik ini selain digunakan sebagai alat penilaian juga digunakan sebagai bagian dari pembelajaran. Dengan menggunakan exemplar rubric diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk membangun kebiasaan berpikir secara disiplin dalam menghadapi masalah, mengetahui apa yang mereka perlukan untuk mengecek keakuratan, ketepatan dan kualitas pekerjaan mereka bahkan siswa dapat menilai sendiri pekerjaan mereka sebelum dikumpulkan kepada guru Exemplar Rubric Guru Petunjuk 1) Isilah nama siswa pada tempat yang telah disediakan 2) Lingkarilah simbol ( ) untuk setiap kategori yang sesuai dengan performance yang siswa. 3) Level kemampuan pada setiap aspek adalah level dengan performance terbanyak yang dilingkari. 4) Level kemampuan pemecahan masalah siswa adalah level dengan aspek kemampuan yang dominan. 5) Exemplar rubric juga dapat digunakan untuk menilai aspek kognitif dan aspek keterampilan siswa 6) Indikator untuk aspek kognitif ditandai dengan huruf yang tercetak miring sedangkan indikator untuk aspek keterampilan adalah huruf standart Nama Siswa: Level
Strategi, Pen-
Pemahaman
46
Komunikasi
Nurcholif Diah Sri Lestari alaran dan Prosedur ▪ Tidak menun▪ Tidak ada Pemula ▪ Tidak ada penyelesaian, jukkan strategi penjelasan ▪ Ada penyelesaian atau prosedur tentang tetapi pemecahan mapenyelesaian penyelesaiannya salah, atau , atau sama sekali tidak ▪ Menggunakan ▪ Ada penjelasesuai dengan mastrategi yang san tetapi tidak membantidak dapat salah tu medipahami nyelesaikan maatau tidak salah. berkaitan ▪ Tidak menundengan majukkan adanya salah penalaran ma- ▪ Tidak tematika yang menggunaka logis n representa▪ Ada banyak si matematkesalahan daika yang lam prosedur sesuai (misal: matematika segambar, diahingga masalah gram, grafik tidak dapat atau tabel, dll). diselesaikan. ▪ Tidak menggunaka n istilah dan notasi matematika yang sesuai atau
47
Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar menggunaka n istilah dan notasi matematika tetapi tidak sesuai Pemagang
▪ Ada sebagian dari ▪ Menggunakan ▪ Penjelasan penyelesaian yang strategi yang tidak mengarah pada bermanfaat lengkap, tidpenyelesaian masa- meskipun hanak disajikan lah meskipun ya sebagian dengan jelas. penyelesaiannya yang mengarah ▪ Menggunaka belum sempurna/ pada n sedikit reppenyelesaian resentasi mabelum lengkap ▪ Menunjukkan tematika sedikit penyang sesuai alaran matemat- ▪ Menggunaka ika logis n sedikit ▪ Tidak dapat istilah dan menggunakan notasi maprosedur matematika tematika secara yang sesuai dengan malengkap salah.
Pelaksa- ▪ Mendapatkan satu ▪ Menggunakan ▪ Ada penjelapenyelesaian yang strategi yang san yang jelas na sesuai dengan mengarah pada ▪ Menggunaka permasalahan serpenyelesaian n representata menunjukkan matematika si matematkemampuan yang benar ika dengan memahami per- ▪ Menggunakan benar masalahan, menpenalaran ma- ▪ Menggunaka
48
Nurcholif Diah Sri Lestari gidentifikasi tematika yang konsep matematbenar ika dan informa- ▪ Menggunakan si yang sesuai prosedur mauntuk metematika nyelesaikan madengan benar salah. Ahli
▪ Mendapatkan lebih dari satu penyelesaian atau cara penyelesaian yang sesuai permasalahan atau ▪ Mendapatkan satu penyelesaian yang benar dan efektif
n istilah dan notasi matematika dengan benar
▪ Menggunakan ▪ Menjelaskan strategi yang secara jelas, sangat efektif efektif dan deyang mengarah tail tentang langsung pada bagaimana penyelesaian. masalah ter▪ Menggunakan sebut penalaran yang diselesaikan. kompleks dan Termasuk halus setiap ▪ Menerapkan langkah prosedur penyelesaian dengan akurat sehingga untuk mepembaca tidnyelesaikan maak perlu salah dengan menduga benar dan bagaimana memverifikasi dan mengapa sebuah hasil. keputusan dibuat ▪ Memilih menggunaka n representasi matemat-
49
Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar ika sebagai alat untuk mengkomunikasikan ide dan menyelesaikan masalah dengan tepat ▪ Menggunaka n istilah dan notasi matematika secara tepat dan efektif Exemplar Rubric Siswa Lingkarilah simbol ( ) untuk setiap kategori yang sesuai dengan performance siswa Level kemampuan siswa adalah level dengan performance terbanyak yang dilingkari Nama Siswa: Level
Pemula
Pemahaman
Strategi, Penalaran dan Prosedur
Komunikasi
▪ Saya tidak tahu ▪ Saya tidak ▪ Saya tidak apa yang punya ide samenuliskan diketahui dan ma sekali penjelasan tenyang ditanya bagaimana tang ▪ Saya tidak mengerjakann penyelesaian mengerjakan ya ▪ Saya menulis▪ Saya ▪ Saya hanya kan langkahmengerjakan mencoba-coba langkah
50
Nurcholif Diah Sri Lestari meskipun asal- ▪ Saya penyelesaian asalan sehingmelakukan tetapi sulit ga jawabannya banyak dipahami kesalahan pa- ▪ Saya tidak salah da langkahmenggunakan langkah peker- gambar, diagram, grafik jaan atau tabel. ▪ Saya salah menggunakan istilah (kata) atau notasi (simbol) matematika Pemagang
▪ Sebagian peker- ▪ Sebagian cara ▪ Saya menjelasjaan/jawaban yang saya kan langkahsaya benar gunakan benar langkah ▪ Saya tahu penyelesaian bagaimana meskipun tidmencari sebaak lengkap gian data yang ▪ Saya saya perlukan menggunakan ▪ Jawaban saya gambar, grafik belum lengkap atau tabel tetapi tidak lengkap ▪ Sebagian istilah (kata) atau notasi (simbol) yang saya gunakan benar
Pelaksa- ▪ Jawaban saya
▪ Saya hanya
51
▪ Saya menulis-
Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar na
Ahli
benar meskipun awalnya saya bingung bagaimana mengerjakannya
▪ Saya dapat menemukan cara atau jawaban yang lain
mengetahui kan penjelasan satu cara seppada setiap erti yang saya langkah lakukan untuk ▪ Saya mendapat jamenggunakan waban yang salah satu dari benar grafik atau ▪ Saya gambar atau menggunakan tabel yang data yang disesuai perlukan ▪ Saya ▪ Saya mengecek menggunakan kembali istilah (kata) langkah peker- dan notasi jaan saya (simbol) matematika yang benar ▪ Saya ▪ Saya menulismenggunakan kan secara cara yang paljelas, detail seing mudah un- tiap langkah tuk pekerjaan mendapatkan ▪ Saya jawaban yang menggunakan benar. beberapa ▪ Saya gammenggunakan bar/tabel/simb langkahol untuk langkah memperjelas penyelesain pemikiran yang tepat saya
52
Nurcholif Diah Sri Lestari ▪ Saya mencoba menemukan cara atau jawaban yang berbeda
53
▪ Saya menggunakan istilah dan notasi matematika yang tepat dan benar
Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar Tabel 1. Konversi Level Kemampuan Pemecahan Masalah ke Skor Pemecahan Masalah No 1 2 3 4
Level Pemecahan Masalah Pemula (Novice) Pemagang (Apprentice) Pelaksana (Practitioner) Ahli (Expert)
Skor 1 2 3 4
Penutup Penilaian yang dilakukan dalam model pembelajaran mathematics problem solving performance modelling dilaksanakan secara holistik yang meliputi penilaian kognitif, keterampilan, dan sikap. Penilaian kognitif dan keterampilan dilaksanakan dengan menggunakan exemplar problem dan exemplar rubric. Pemetaan antara aspek kognitif dan aspek keterampilan tampak pada exemplar rubric untuk guru. Penilaian sikap diperoleh melalui penilaian aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Penilaian individu diperoleh dari hasil evaluasi pada akhir pembelajaran yang didasarkan pada exemplar rubric guru. Penilaian kelompok (dalam proses pembelajaran di kelas) diperoleh melalui penyelesaian masalah dalam LKM. Nilai pemecahan masalah ini dikonversi dari level pemecahan masalah siswa. Skor ini kemudian digabungkan menjadi skor kognitif dan keterampilan kelompok. Skor akhir setiap kelompok diperoleh baik skor kognitif dan keterampilan maupun skor afektif. Kelompok terbaik akan ditentukan berdasarkan skor akhir tertinggi dan akan diumumkan pada pertemuan berikutnya.
54
Nurcholif Diah Sri Lestari
DAFTAR PUSTAKA Johnson & Johnson. 2002. Meaningfull Assessment A Manageable and Cooperative Process. Bosto: Allyn & Bacon Kallick & Brewer. 1997. How to Assess Problem-Solving Skills in Math. Scholastic: New York. Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Malang: Universitas Negeri Malang. Polya, G. 1973. How to Solve It. Second Edition. Princeton University Press. Princeton, New Jersey. Sugiarti, Titik dan Lestari, NDS. 2014. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berbasis Authentic asesment dengan Exemplars Problem untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Sekolah Dasar. Laporan penelitian tidak dipublikasikan _______. 2015. Profil Perkembangan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Sekolah Dasar Dalam Menyelesaikan Masalah Melalui Model Pembelajaran Problem Solving Performance Modelling. Makalah dalam prosiding seminar nasional SEMNASTIKA di Unesa Surabaya.
55