ISSN No. 1978-5798
HATIBERIMAN Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Majalah Berita Warga Kota Salatiga
Ayo
M e m b a c a
Lensa
Upacara Peringatan Hari Kartini di halaman Pemkot Salatiga. Foto atas : Walikota Salatiga, John M. Manoppo, SH, beserta Muspida Kota Salatiga mengikuti upacara peringatan hari Kartini. Foto bawah : Walikota Salatiga memberi bunga kepada pembina upacara dan petugas upacara pada peringatan hari kartini.
HATIBERIMAN
SALATIGA
Majalah Berita Warga Kota Salatiga
SRI RA
ISSN No. 1978-5798, VOL. 2 No. 1, Maret 2008
Cover Artwork: Budi Susilo Karikatur: Fahmi
Foto/HB:Sakti
Daftar Isi
4 5 6 7 14 16 20 22 24 27 28 30 40 42. 43 44 45 46
PROFIL Berkarir Tetap Hargai Suami DARI REDAKSI Belajar Tidak Mengenal Batas Usia SURAT PEMBACA Perpustakaan Umum Terbengkelai, Potret Salatiga Dulu, Kini dan Nanti OPINI Kartini dan Domestikasi Perempuan PENDIDIKAN Salatiga Siap Melek Hukum RAGAM PANWASKOT Siap Hadapi Pilgub, KPU Salatiga Siap Songsong Pilgub 2008 KESEHATAN Campak Bisa Mematikan MIMBAR Spesialisasi dan Diversifikasi Kota HUKUM Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan KIPRAH Oppas Sangat Dibutuhkan BUDAYA Karawitan Budaya nan Syahdu LINTAS KOTA Kegiatan di Kota Salatiga ARTIKEL Pendidikan Anak Usia Dini, Modal Dasar Kecerdasan Bangsa TIPS Si Rimpang Kaya Manfaat POTENSI Ronde Susu Uenak Tenan...... LEGENDA Petilasan Eyang Sumo KARIKATUR RILEKS TTS HB 36
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca di kalangan masyarakat kita. Selain factor budaya, situasi pendidikan di kelas dan ruang kuliah juga sangat berpengaruh dalam menarik minat baca. Siswa cenderung merasa cukup dengan pelajaran yang mereka peroleh dari guru. Mahasiswa pun
AH STU S BHY WA STI PR AJA
tak merasa kurang dengan fotokopi bahan kuliah dari dosen. Padahal, setiap manusia memiliki keterbatasan. Guru dan dosen juga memiliki keterbatasan. Sehingga, jika mau jujur, pelajaran dari guru atau fotokopi bahan kuliah dari dosen saja sangat jauh dari cukup. Selain itu, kita menyadari bahwa sistem pendidikan di Indonesia ini masih lemah. Tidak semua anak mampu bersekolah. Apabila bersekolah pun, tidak semua sekolah mempunyai fasilitas belajar yang memadai yang mampu mendukung proses pembelajaran. Faktor yang lain adalah kebiasaan masyarakat kita yang senang berkumpul lantas ngobrol. Ngobrol untuk diskusi dan saling bertukar pengetahuan memang baik. Tetapi, jika ngobrol hanya untuk menghabiskan waktu berarti kita sudah membuang waktu dengan percuma. Daripada untuk ngobrol yang tidak bermanfaat, lebih baik waktu kita digunakan untuk membaca.
Foto/HB:Fahmi
Masyarakat antusias untuk mencari informasi di ruang baca Pemkot Salatiga
Redaksi Diterbitkan oleh : KANTOR INFORMASI DAN KOMUNIKASI KOTA SALATIGA Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Salatiga Nomor: 9 Tahun 2004. PEMBINA Walikota Salatiga; PENGARAH Sekretaris Daerah; WAKIL PENGARAH Asisten Tatapraja dan Administrasi Sekda; PEMIMPIN REDAKSI/PENANGGUNG JAWAB Kepala Kantor Informasi dan Komunikasi Drs. Petrus Resi, M.Si; REDAKTUR PELAKSANA Sri Hartono, SS; REDAKTUR Wiyarso BA, Bakti Harjanti, S.Sos; KOORDINATOR LIPUTAN Jumiarto, AP; PELIPUT/PENYUNTING Sumarno, S.Ag, Budi Susilo, S.Sos, Ady Indriasari, S.Sos, Lukman Fahmi, S.HI; Betty Wahyu Nilla Sari, S.T.P; SETTING&LAY OUT Sumadi, S.S, R. Koko Endarmoko, A.Md; DISTRIBUSI Kuswanto, R. Suprapto Sambodo, Muhammad Sidiq. ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga 50731 Telp/Fax. (0298) 326658. On line : http://hati-beriman.blogspot.com, e-mail :
[email protected]. Redaksi menerima sumbangan naskah berupa tulisan atau karikatur. Redaksi berhak mengedit naskah tanpa mengubah substansinya. Naskah berupa tulisan diketik dengan huruf Times New Roman 12, spasi tunggal, sebanyak 3-4 halaman folio. Naskah dikirim ke Redaksi Hati Beriman. Pengirim naskah yang dimuat berhak mendapat imbalan.
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
3
Profil
Berkarir Tetap Hargai Suami Balutan jilbab melingkari wajahnya yang putih bersih. Bulatan hitam nan bening di matanya menatap tajam. Kewibawaan memancar dari mimik dan pembawaan wanita ini. Herannya, tak ada kesan menakutkan. Sebaliknya, wajah Dra. Hj. Sri Sejati Kusumaningsih, M.M. yang tenang dan berwibawa itu justru membawa kenyamanan setiap lawan bicaranya. Keseriusan yang selalu tergambar di wajahnya mengisyaratkan sosok yang satu ini memiliki tanggung jawab dan beban kerja yang tinggi. Meskipun demikian, sorot matanya selalu tampak tenang. Tidak lain, ini karena kepandaiannya mengelola permasalahan yang dihadapi. wanita ini terbuka dan suka meminta pendapat meskipun kepada yang lebih muda, bahkan dari anak buah. Ibu yang satu ini memang tidak asing lagi bagi masyarakat Salatiga. Puluhan tahun sudah, dia mengabdikan diri sebagai PNS di kota berhawa sejuk ini. Panjangnya gelar yang dimilikinya seolah menyiratkan sepanjang itu pula perjuangan yang telah dilalui Sekretaris Daerah Kota Salatiga ini. Bu Jati, begitu beliau lebih suka dipanggil, memang terlahir 54 tahun yang lalu. Tetapi, hingga sekarang, produktifitasnya masih sangat tinggi. Jiwa dan semangat pengabdiannya untuk membangun Kota Salatiga tidak pernah surut. Ketekunan dan pengabdian yang tulus, disertai kepiawaian dalam mengoordinasikan staf, mengantarnya menduduki puncak karir PNS di Salatiga sebagai Sekretaris Daerah (Sekda). Fenomenalnya lagi, bu Jati adalah perempuan pertama yang menduduki kursi ini di Kota Salatiga. Wanita kelahiran Salatiga ini memiliki sejarah karir yang fantastis. Lulus kuliah, langsung diterima bekerja di Panin Bank. Sayangnya, karirnya di bank swasta ini tak langgeng. “Itu karena saya hamil anak pertama,” ungkapnya sambil mengenang masa lalu. Dengan terpaksa, bu Jati keluar dari Panin Bank. Beruntung, kebaikan selalu berpihak kepada ibu dua anak ini. Sebelum keluar dari dunia swasta, status PNS di Kantor Sosial Politik Kota Semarang telah dikantonginya. Setelah sekian tahun berlalu, bu Jati mendapat kesempatan untuk pulang kampung, ke Salatiga. Kesempatan ini muncul demi mengikuti sang suami, yang juga PNS, pindah ke kota ini. “Sesuai peraturan yang berlaku, saya harus rela melepas jabatan saya di Kantor Sospol Semarang,” jelasnya. Di Salatiga, ia pun bertugas di bidang tugas yang sama, sospol. Apa hendak dikata, dasar cerdas, karirnya pun mulai merambat naik kembali. Selang beberapa waktu, dia dipindahkan ke Bapeda sebagai Sekretaris Bapeda. Bu Jati memegang jabatan ini selama tiga tahun. Setelah itu, dia dipindahkan lagi dan menjadi Kepala Bagian Keuangan. Lima tahun kemudian, bu Jati diangkat menjadi Kepala Dipenda yang kemudian berubah nama menjadi Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) dan sekarang menjadi Dinas. Setelah menjabat selama dua tahun, perempuan yang dikenal disiplin ini menduduki jabatan sebagai Asisten I (Tata Praja). Jabatan ini pun
hanya berusia enam bulan karena bu Jati harus memegang jabatan baru sebagai Ka. Disnaker 7 bulan dan Asisten III. Setelah resmi menjabat Asisten III, bu Jati akhirnya menjadi Sekretaris Daerah Kota Salatiga. Dalam menjalani pekerjaannya, istri Johan Arifin ini menganut paham untuk selalu bersyukur dan menikmati pekerjaannya. “Saya juga selalu berusaha untuk berbuat sesuatu, yang berguna bagi masyarakat, setiap menduduki satu jabatan,” tegasnya. Tak heran, jika di masa kepemimpinan almarhum H. Totok Mintarto, dia selalu dimintai ide. “Pak Totok sering bertanya begini, 'Bu, opo sing iso digarap kanggo mbangun Solotigo (Bu, apa yang bias dikerjakan untuk membangun Salatiga, red)?'.” Menanggapi pertanyaan ini bu Jati merasa dipacu untuk terus berpikir bagaimana memberikan ide, terutama, bagi peningkatan pendapatan Kota Salatiga. Perempuan inilah salah satu pencetus ide pengelolaan SPBU untuk Pemerintah Kota Salatiga dan strategi deposito, termasuk dibangunnya unit pertokoan. Ide ini merupakan upaya peningkatan pendapatan kota. Gagasan tersebut telah muncul pada masa kepemimpinan Walikota sebelumnya, namun baru diterapkan ketika Pak Totok menjadi Walikota. Wanita yang satu ini selalu menerapkan sistem kebersamaan dalam instansi yang dipimpinnya. Demikian pula dalam menjaga suasana kekeluargaan di rumah tangganya. Seberapapun tinggi jabatannya, seorang istri tetap harus menghargai suami. Dengan kata lain, suami dan istri tetap harus saling m e n g hargai. (lux)
Foto/HB:Fahmi
4
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Dari Redaksi
Belajar Tidak Mengenal Batas Usia I
ni baru berita! Salatiga dinyatakan bebas buta aksara pada acara peringatan Hari Pendidikan Nasional (2/5) yang lalu. Artinya, sekitar 170 ribu penduduk kota di kaki Gunung Merbabu ini dapat membaca tanpa kecuali. Dengan kata lain, semua dapat membaca, khususnya huruf latin, yang dipergunakan sebagian besar penduduk dunia penghuni planet Bumi sebagai alat komunikasi. Mengapa baru sekarang? Mengapa memerlukan 63 tahun sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia? Apakah daerah lain yang wilayah dan penduduknya lebih besar juga bebas buta aksara? Belajar tidak mengenal batas usia. Siapa saja boleh belajar. Sesuai amanat Pembukaan UUD 1945, mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tanggung jawab negara. Melalui pemerintahannya, negara harus mengangkat harkat dan martabat manusia Indonesia melalui pendidikan. Pendidikan diperlukan untuk menciptakan manusia cerdas yang mampu bersaing dengan bangsa lain. Karena pendidikan, kita mampu mengolah alam untuk kehidupan dan kesejahteraan manusia Indonesia, khususnya, dan masyarakat dunia, umumnya. Untuk itu, pemerintah pusat dan pemerintah daerah melaksanakan amanat UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara konsekuen dan bertanggung jawab. Sesuai undangundang tersebut, pemerintah bertanggung jawab mengalokasikan anggaran untuk pendidikan nasional. Membangun sarana dan prasarana pendidikan, utamanya perpustakaan-perpustakaan umum yang representatif, sehingga mampu membangun minat baca masyarakat. Pemerintah juga dituntut memberikan perlindungan kepada masyarakat atas komersialisasi pendidikan. Pendidikan tidak boleh menjadi lahan untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya melalui pasar bebas. Memberikan solusi dan legalitas terhadap masyarakat yang secara mandiri mencerdaskan dirinya sendiri tanpa melalui pendidikan formal, sehingga keberadaan mereka terakomodasi oleh pemerintah. Bila biaya pendidikan semakin mahal, kelompok-kelompok masyarakat yang mengupayakan pendidikan mandiri akan tumbuh subur. Melalui proses membaca dan menulis inilah manusia mampu beriteraksi dengan yang lain sehingga tidak tertinggal dengan peradaban manusia itu sendiri. Redaksi
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
5
Surat Pembaca
Perpustakaan Umum Terbengkelai
S
ebagai salah seorang warga Kota Salatiga yang lahir, tinggal dan dibesarkan di kota ini, saya sudah lama mendengar sebutan “Kota Pendidikan” dan “Kota Pelajar” untuk menyebut Kota Salatiga. Kota kecil ini pun sudah memberikan sumbangan pemikiran baik lokal maupun global lewat para ilmuwan yang berasal dan dihasilkan ruang-ruang pembelajaran kota tercinta. Bahkan tak sedikit penulis yang tumbuh di Salatiga. Berita terakhir, penulis Novel Ayat-Ayat Cinta, juga bertempat tinggal di Kelurahan Bugel Salatiga. Namun saya begitu prihatin ketika melihat fasilitas publik berupa Perpustakaan Umum Kota Salatiga, tempat sebagian orang memperluas wawasannya, malah terkesan terbengkalai tak terurus. Fasilitas terkesan seadanya yang semakin menjauhkan pengunjung untuk kembali menengok ruang dan koleksinya di kemudian hari. Ini fakta yang memprihatinkan di sebuah Kota Pendidikan. Upaya berupa rencana untuk menumbuhkan perpustakaan lewat pembangunan gedung baru oleh Pemkot Salatiga, sudah barang tentu akan mendapat dukungan warga termasuk saya tentunya. Karena perpustakaan juga merupakan jendela dunia, tempat anak cucu kita mendapatkan wawasan dan ilmu yang berguna bagi masa depan. Kita tunggu saja kepedulian pengambil kebijakan di kota ini untuk secepatnya merealisasikan rencana ini, sehingga Salatiga memang layak disebut Kota Pendidikan. Salam hangat, Adi Utomo Warga Kelurahan Salatiga.
Potret Salatiga Dulu, Kini dan Nanti
K
etika menyaksikan foto-foto Salatiga tempoe doloe, saya amat terkesima dengan suasana Salatiga jaman dulu. Sungguh indah dan nyaman. Ternyata, sketsa kota Salatiga terlahir dari konsep tata kota dengan arsitektur yang bernilai tinggi serta memperhatikan harmonisasi alam dan lingkungan secara
seimbang. Namun, jaman sudah berubah. Saya tidak ikut merasakan keindahan Salatiga itu karena saya terlahir dalam era modernisasi. Tapi, kalau boleh memilih, saya tentu sangat mendambakan Kota Salatiga yang memiliki konsep pembangunan seperti jaman dulu yang terkesan lebih bijak karena sangat memperhatikan nilai keseimbangan dengan lingkungan dan memiliki nilai manfaat jangka panjang. Sebagai contoh adalah gedung jaman dulu yang nota bene dibangun oleh Belanda ternyata lebih megah dan kokoh sampai sekarang. Pohon-pohon besar nan rindang di sepanjang Jalan Diponegoro memberi kesejukan dan dapat mengurangi efek polusi udara. Banyaknya sumber mata air dan kolam mandi alami untuk kebutuhan hidup serta adanya Taman Sari sebagai paru-paru kota dan tempat untuk bersantai di tengah kota menambah keindahan kota. Sayangnya, saat ini, Salatiga belum memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga keberlangsungan lingkungan yang bersahabat dengan mengoreksi diri kita sendiri. Adakah kita memiliki kesadaran akan menanam pohon untuk anak cucu kita nanti? Sudahkah kita mengolah sampah dengan benar? Atau, sudahkah kita memiliki kepedulian dengan keberadaan bangunan kuno bersejarah yang dengan mudah beralih fungsi bahkan dirobohkan untuk kepentingan ekonomi semata? Mungkin, perubahan Salatiga seperti saat ini merupakan fenomena jaman yang dilatarbelakangi kompleksitas masalah. Banyak hal yang perlu kita rembug bersama. Pasalnya, keberadaan kota Hati Beriman ini adalah tanggung jawab kita bersama sebagai bagian dari warga Salatiga. Kita perlu lebih peka terhadap perubahan; menumbuhkan kesadaran lingkungan sejak dini; serta memiliki kesadaran akan konsep pembangunan yang bijak untuk lingkungan dan kesejahteraan bersama. Selain itu, yang lebih penting adalah kita sehati sepikir untuk melangkah menuju Salatiga yang lebih peduli terhadap alam sekitar, sesama, dan Sang Pencipta. Agustin Tamara Kalitaman-Salatiga Pengirim rubrik surat pembaca yang dimuat berhak mendapatkan imbalan dari Redaksi Majalah Hati Beriman.
6
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Opini
Kartini dan Domestikasi Perempuan Puput* “Bukan hanya suara-suara dari luar; dari Eropa yang sampai kepada saya yang menyebabkan saya ingin mengubah keadaan sekarang ini. Sejak saya masih kanak-kanak ... pada waktu kata emansipasi belum mempunyai arti apa-apa bagi saya dan tulisan itu masih di luar jangkauan saya, dalam hati saya sudah timbul keinginan untuk merdeka, bebas, dan berdiri sendiri.”
K
artini adalah sosok perempuan lokal yang melawan tirani (kekejaman) budaya feodalistis dan hegemonis. Budaya feodalistis dalam hal ini adalah sikap sewenang-wenang kaum laki-laki kepada kaum perempuan sedangkan hegemoni merupakan kekuasaan kaum laki-laki atas kaum perempuan. Mengenang Kartini berarti juga mengingatkan kita akan cita-citanya untuk mengentaskan kaum perempuan dari kebodohan dan kemiskinan serta memperjuangkan kesetaraan laki-laki dan perempuan. Kartini sangat gigih dalam berjuang untuk kemajuan bangsa Indonesia. Salah satu bentuk perjuangannya adalah melalui pendidikan, sebagaimana tertulis dalam suratnya, “Dan tidak hanya untuk perempuan saja, tetapi untuk masyarakat bumiputera seluruhnya pengajaran kepada anak-anak merupakan berkah” (surat 31-1-1901). Namun di sisi lain, ada beberapa pakar yang masih pro (setuju) dan kontra (tidak setuju) akan keberadaannya. Mengapa? Tanggal 21 April bisa dikatakan hari ke-ibu-an, karena hari itu, perempuan-perempuan memakai 'kain dan kebaya' sebagaimana yang dipakai Kartini semasa hidupnya. Anak-anak Taman Kanak-Kanak (TK) pun tidak mau ketinggalan merayakannya dengan berdandan ala orang dewasa (lucu). Lebih lucu lagi ketika pada hari Kartini, orang tidak hanya berbondong-bondong mengenakan pakaian adat Jawa, tetapi juga pakaian adat daerah lain. Pemandangan yang salah kaprah ini membuat Hari Kartini seolah menjadi Hari Budaya.
Tak hanya itu, beraneka lomba juga di gelar di semua sudut kota, baik di l e m b a g a pemerintahan, keagamaan, maupun lembaga pendidikan. Sejauh pengamatan (mudah-mudahan salah), aneka lomba tersebut justru memperkuat peran d o m e s t i k a s i p e r e m p u a n . Pertanyaannya adalah sudah Foto/HB:Marno relevankah refleksi Hari Kartini dengan aneka kegiatan tersebut ? Jelas tidak!!! Kartini lahir dan besar dalam tradisi dan budaya yang menempatkan perempuan dalam kedudukan yang lebih rendah. Pada jaman sekarang, kedudukan perempuan era Kartini ini diistilahkan sebagai the second class society (masyarakat kelas dua). Dari kondisi inilah Kartini ingin keluar dari penjara atau kungkungan tradisi tersebut. Untuk itu, Kartini menggelorakan emansipasi perempuan, pendidikan, nasionalisme, pluralisme (kemajemukan), dan humanisme (kemanusiaan). Lebih tepatnya, Kartini berjuang agar kaum perempuan tidak hanya berkutat di dalam rumah (wilayah domestik) saja, tapi kaum perempuan ikut berjuang dan berpartisipasi dalam pembangunan bangsa ini (wilayah publik). Walau cita-cita yang agung itu belum terwujud karena Tuhan keburu memanggilnya untuk selama-lamanya, kita harus melanjutkan perjuangan Kartini itu secara riil (nyata). Hari Kartini seharusnya bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk refleksi bagi pejuang isu-isu perempuan atau kartini-kartini baru yang bukan hanya meneruskan 'kain-kebaya' nya saja tapi punya tugas berat untuk meneruskan cita-cita luhur Kartini. Misalnya, mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat mencerdaskan dan mengubah pola pikir (mindset) kaum perempuan. Jadi, bukannya malah melanggengkan peran domestikasi kaum perempuan, seperti yang marak dalam kegiatan peringatan Kartini hingga kini.
*Sekcab Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Cabang Salatiga
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
7
Laporan Utama
Ayo Membaca Oleh: Elizabeth Sri Lestari* Antara selera, minat membaca, kebiasaan membaca, dan koleksi bacaan terjalin hubungan yang saling terkait tanpa ujung pangkal. Foto/HB:Sakti
Minat Baca Rendah: Faktor budaya, Situasi pendidikan, Kebiasaan ngobrol, Media elektronik, Bacaan bermutu langka
SELERA
MINAT MEMBACA
KOLEKSI BACAAN
KEBIASAAN
D
i era globalisasi dan canggihnya teknologi Meskipun demikian, kita tidak boleh tinggal diam. informasi, masih perlukah kita bicara tentang Pasalnya, membaca adalah salah satu fungsi penting dalam budaya membaca? Masih relevankah bila kita hidup. Semua proses belajar didasarkan pada kemampuan ramai-ramai menggelar promosi gemar membaca dan budaya membaca. Padahal kecerdasan seseorang hanya bisa diasah membaca? dengan belajar. Dengan kata lain, agar bangsa menjadi cerdas, harus diawali dari kegemaran membaca sejak dini. Kemampuan Dasar Jawaban tegas atas kedua pertanyaan di atas adalah jelas Sistem Pendidikan tetap perlu. Kita, toh, tetap membaca, sekalipun informasi Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca tersebut tersaji dalam berbagai bentuk/format. Masalahnya di kalangan masyarakat kita. Selain factor budaya, situasi adalah membaca belum menjadi kebiasaan bagi mayoritas orang pendidikan di kelas dan ruang kuliah juga sangat berpengaruh Indonesia, termasuk warga Salatiga pada umumnya. Dapat dalam menarik minat baca. Siswa cenderung merasa cukup dikatakan, membaca belum menjadi kebutuhan dalam hidup kita dengan pelajaran yang mereka peroleh dari guru. Mahasiswa ini. pun tak merasa kurang dengan fotokopi bahan kuliah dari Dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya, dosen. Padahal, setiap manusia memiliki keterbatasan. Guru dan membaca belum menjadi budaya warga. Hal ini dapat dimaklumi dosen juga memiliki keterbatasan. Sehingga, jika mau jujur, karena masyarakat kita masih harus berkutat dengan pelajaran dari guru atau fotokopi bahan kuliah dari dosen saja permasalahan sehari-hari. Masyarakat masih memikirkan sangat jauh dari cukup. Selain itu, kita menyadari bahwa sistem kebutuhan yang lebih hakiki, seperti pangan, sandang, dan pendidikan di Indonesia ini masih lemah. Tidak semua anak papan. Mereka masih dihadapkan kepada berbagai kenaikan mampu bersekolah. Apabila bersekolah pun, tidak semua bahan pokok dan biaya sekolah anak-anak. Tak jarang, anak-anak sekolah mempunyai fasilitas belajar yang memadai yang pun menghabiskan waktunya untuk membantu orang tua mampu mendukung proses pembelajaran. Faktor yang lain adalah kebiasaan masyarakat kita yang mencari nafkah. Jadi, hampir tak ada waktu untuk memikirkan senang berkumpul lantas ngobrol. Ngobrol untuk diskusi dan membaca atau belajar.
8
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Foto/HB:Sakti
Koleksi buku TMB Puspa Warna
saling bertukar pengetahuan memang baik. Tetapi, jika ngobrol hanya untuk menghabiskan waktu berarti kita sudah membuang waktu dengan percuma.Daripada untuk ngobrol yang tidak bermanfaat, lebih baik waktu kita digunakan untuk membaca. Media elektronik pun ternyata turut menjadi penyebab rendahnya minat baca. Acara-acara yang disuguhkan oleh media elektronik lebih menarik bagi masyarakat kita. Memang, kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan media elektronik. Pasalnya, memilih untuk membaca atau tidak bergantung kepada masyarakat sendiri. Rendahnya minat baca ini masih diperparah dengan langkanya bahan bacaan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembaca. Mulai dari Rumah Sebenarnya, banyak hal yang dapat kita lakukan, untuk membantu masyarakat agar menjadi gemar membaca dan menjadikan membaca sebagai kebutuhan. Pertama, mulailah dari rumah. Tanamkan kebiasaan membaca sejak anak masih kecil. Orang tua membacakan cerita kepada anaknya, dan membiasakan anak-anak membaca. Kedua, gunakan taman bacaan dan rumah pintar di daerah perumahan, lingkungan RT, des, serta kota untuk merangsang hasrat membaca. Sediakan koleksi bacaan yang
bermutu dalam berbagai macam minat atau hobby. Koleksi yang beragam akan menarik minat orang untuk membaca. Ajaklah masyarakat untuk membentuk kelompok Cinta Buku; Gemar Membaca sebagai pioner membangun taman bacaan. Ketiga, mengadakan lomba membaca dalam periode tertentu juga diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan masyarakat. Keempat, usahakan, adakan perpustakaan wilayah dan perpustakaan keliling yang dapat menjangkau masyarakat yang jauh dari pusat kota. Terakhir, sediakan buku-buku yang digemar anak-anak. Membangun generasi baru yang cerdas harus dimulai dari anakanak. Mengingat kebiasaan membaca ini sangat penting untuk menciptakan generasi yang cerdas, kita perlu berupaya agar setiap kita dapat berperan serta untuk meningkatkan dan memberdayakan kemampuan yang ada pada kita. Siapapun kita, apapun peranan/pekerjaan kita, mari kita bergandengan tangan, bahu membahu mencerdaskan bangsa melalui kebiasaan membaca. Pilih sarana yang paling dekat yang tersedia di sekitar kita untuk menyebarluaskan kebiasaan membaca ini. Cobalah dari sekarang, dari diri kita sendiri, dan keluarga kita sendiri. Bawalah kebiasaan ini ke teman, keluarga, handai taulan, dan rekan. Bila masing-masing kita sudah melakukan, saya
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
9
Laporan Utama
TBM,
Alternatif di Tengah Era Informatif
B
agi orang muslim, membaca (Iqra'=bacalah) adalah perintah pertama yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad. Bagaimana perkembangan minat baca di Salatiga? Berikut penelusuran reporter Hati Beriman, Kebutuhan Pokok Tak heran jika membaca menjadi perintah pertama Tuhan kepada umat-Nya. Pasalnya, membaca adalah jalan untuk mengerti dan memahami sesuatu. Membaca juga merupakan kebutuhan manusia di tengah derasnya arus informasi. Namun pernahkah Anda menggunakan waktu luang untuk membaca? Atau, pernahkah Anda membaca buku yang dipinjam dari sebuah perpustakaan atau taman bacaan swasta? Sebagian orang pasti menjawab pernah, entah buku yang dibaca dan dipinjamnya berupa buku pelajaran, buku umum dengan subyek tertentu, majalah, novel, bahkan komik. Sebagian yang lain tentu menjawab belum pernah dengan berbagai alasan, termasuk karena ketidakmampuan orang itu dalam membaca huruf. Adanya sebagian orang yang rajin mencari bahan bacaan menunjukkan masih adanya kebutuhan masyarakat akan informasi. Mereka pun mencarinya di perpustakaan, taman bacaan, atau tempat lain sebagai penyedia informasi. Beragamnya kebutuhan informasi dan banyaknya media penyedia informasi semakin memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya akan informasi. TBM sebagai Pilihan Secara geografis, sebagian perpustakaan atau taman bacaan swasta yang komersial belum terjangkau oleh seluruh masyarakat. Selain itu, keterbatasan kemampuan beberapa lapisan masyarakat dalam mengakses (menggunakan) media informasi, termasuk internet, menimbulkan keprihatinan tersendiri. Padahal, kebutuhan masyarakat akan informasi harus terpenuhi, terlebih di era globalisasi seperti sekarang ini. Untuk itulah, beberapa tokoh masyarakat, yang sebagian besar berusia muda, berinisiatif (mengawali) memberikan ruang dan media berupa taman bacaan masyarakat (TBM). TBM adalah sumber yang tepat bagi masyarakat untuk memperoleh berbagai informasi yang lebih dekat dengan kebutuhan masyarakat. Rupanya, upaya ini cukup berhasil. Terbukti, kini, di berbagai sudut Kota Hati Beriman ini telah muncul Taman Baca Masyarakat (TBM). Dari data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota Salatiga, tercatat 12 buah TBM berada di wilayah Kota Salatiga. Dua belas TBM itu tersebar di empat kecamatan, yaitu Kecamatan
10
TMB salah satu pilihan untuk mengakses media informasi
Tingkir, Argomulyo, Sidorejo, dan Sidomukti. Keberadaan TBM tersebut telah terdata dan mendapat pendampingan oleh Dinas Pendidikan serta mendapat bantuan dana perintisan dan pengembangan. Di TBM ini, pengunjung dapat memperoleh bahan bacaan sebagai sumber inspirasi (ide) dalam mengaktualisasikan (menerapkan) ide serta gagasan cemerlang yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar. TBM ini bukanlah seperti taman bacaan komersial yang menetapkan tarif tertentu bagi mereka yang meminjam bahan bacaannya, melainkan memberikan pelayanan peminjaman bahan bacaan (pustaka) secara gratis. Menjamurnya TBM seolah memberikan ruang pencarian informasi alternatif yang belum atau bahkan tidak ditemukan di pusat-pusat informasi publik, termasuk perpustakaan umum dan perpustakaan sekolah. Celah inilah yang berusaha diisi oleh TBM. Meskipun dalam skala kecil, TBM mampu menarik warga, termasuk yang buta huruf, untuk datang dan saling belajar melalui berbagai koleksi media informasi di TBM. Belum Semua Optimal Dari TBM yang sudah ada, belum semuanya bermanfaatn secara optimal. Hal ini dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia dalam hal pengelolaan dan pelayanan peminjaman bahan pustaka di TBM. Salah satu TBM yang aktif berkegiatan adalah TBM Futukhiyah yang berlokasi di Jalan Argowilis Nomor 15-16, Kecamatan Tingkir. Sebagian besar pengunjung TBM yang telah beroperasi selama hampir satu tahun ini adalah santri. Maklumlah, TBM ini memang berada di bawah naungan sebuah
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Foto/HB:Sakti
pondok pesantren. Dengan jadwal pelayanan peminjaman yang teratur, TBM Futukhiyah memberikan pelayanan peminjaman koleksi bacaannya kepada anggotanya. Koleksi buku yang berjumlah 500 eksemplar dan majalah sebanyak 200 eksemplar telah banyak membantu memenuhi kebutuhan informasi para santri. Hal ini tercermin dengan banyaknya pengunjung yang datang di sela-sela kegiatan rutin di pesantren. Tak hanya meminjam bahan bacaan, mereka juga mengasah kepekaan seni melalui pembuatan puisi dan menampilkannya lewat majalah dinding. Di sudut lain di Kota Salatiga, tepatnya di Dukuh Nobokulon terdapat sebuah TBM yang sedikit unik. Nama TBM ini adalah Puspa Warna. Jika kebanyakan TBM menggunakan bangunan permanen, lain halnya dengan Puspa Warna. Keseluruhan bangunannya terbuat dari bambu, mulai tiang sampai dindingnya. “Ini untuk memberikan kenyamanan dan berkesan kembali ke alam,” kata Rohmadi, pengelola TBM Puspa Warna. Ketika baru berdiri pada 15 Januari 2007, TBM ini memulai kegiatannya dengan mengumpulkan koleksi bahan bacaan dari rumah ke rumah di sekitarnya. Melalui upaya ini, Puspa Warna mampu mengumpulkan 250 eksemplar buku bekas. Sekarang, koleksi TBM ini cukup besar jika dibandingkan dengan TBM lain, yaitu sekitar 800 eksemplar bahan bacaan, termasuk buku-buku pelajaran untuk mempersiapkan ujian. Pengunjung TBM ini bervariasi, mulai anak-anak sampai orang dewasa. Mereka juga berasal dari berbagai kalangan. Kegiatan yang ada di TBM ini pun cukup beragam. Selain kegiatan rutin peminjaman bahan bacaan, Puspa Warna juga menjadi tempat pembinaan keaksaraan fungsional kepada 30
orang buta huruf; pendidikan anak usia dini kepada 18 orang anak; rapat Karang Taruna; serta diskusi dan nonton film bareng. Untuk memberikan dana insentif bagi petugas jaga, TBM mengoordinasikan pembayaran rekening listrik bagi pelanggan PLN di sekitar lokasinya. Menjelang ujian nasional, Puspa Warna biasa didominasi oleh para siswa yang hendak mempersiapkan diri menghadapi ujian. TBM Sinar Kasih adalah contoh lain TBM di Salatiga yang menunjukkan geliatnya. Meskipun usianya masih sangat muda, TBM ini telah memiliki 631 eksemplar koleksi pustaka. Sekarang, 65 orang telah tercatat sebagai anggota TBM yang berdiri pada tanggal 31 Maret 2007 itu. Menurut Yohana Septiani, SE., koordinator TBM Sinar Kasih, mereka tidak memungut biaya ketika seseorang ingin mendaftar menjadi anggotanya. “Tetapi, untuk penambahan koleksi bahan bacaan dan biaya operasional listrik, setiap peminjaman dikenakan biaya sebesar 500 rupiah per buku,” jelasnya. Dengan biaya ini, seseorang dapat meminjam bahan pustaka selama 3 hari. Selain yang sudah terdata di Dinas Pendidikan, masih banyak TBM lain yang luput dari pendataan. Contohnya adalah taman bacaan yang berada di salah satu petak trotoar di Jalan Diponegoro. Taman bacaan yang berlokasi di depan Kantor Badan Penanaman Modal dan Perusahaan Umum Daerah Kota Salatiga Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu ini dirintis oleh Keluarga Mahasiswa Islam Satya Wacana. Mereka mengumpulkan berbagai buku koleksi anggotanya. Buku yang terkumpul dikelola dan dipinjamkan kepada masyarakat umum untuk menambah wasasan. Tujuan awal pembentukan TBM ini adalah meningkatkan peran Mahasiswa Islam Satya Wacana, utamanya dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Mereka memilih TBM sebagai sarana yang mudah diakses masyarakat dan gratis. Hingga kini, tercatat sudah 400 eksemplar bahan bacaan yang dimiliki oleh TBM kecil ini. Tetapi, koleksi yang mereka miliki masih terbatas pada topik tentang keislaman. Kecilnya jumlah koleksi mereka, tidak menyurutkan komunitas ini untuk berperan dalam mengembangkan budaya baca masyarakat. Jika kita cermati, menjamurnya TBM di masyarakat, baik atas inisiatif pemerintah maupun inisiatif individu atau komunitas tertentu, tak terlepas dari keinginan masyarakat untuk memperoleh informasi. Kenyataan ini membangkitkan kerelaan berbagai pihak untuk berbagi informasi dengan meminjamkan atau menghibahkan bahan bacaan yang dimilikinya. Ruang publik berupa pusat informasi, baik perpustakaan umum, perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, atau warung internet, terasa kurang lengkap karena kurang menghadirkan kedekatan dengan semakin akarabnya silaturahmi antar pengelola dengan pengunjung, antarpengunjung, maupun antarpengelola. Celah inilah yang sedang digarap oleh TBM dan komunitas baca yang ada di Salatiga. Kedekatan ruang dan waktu di TBM, dengan sendirinya, menghadirkan keakraban yang jarang diperoleh di ruang publik lain. Ruang kecil TBM ini memang jarang tertangkap oleh media. Mereka relatif terkalahkan oleh isu lain yang dianggap lebih penting. Dampaknya, keberadaan TBM pun tak begitu
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
11
Laporan Utama
Membangun Foto/HB:Panji
Masyarakat dengan TBM
Dra. Ratna Susiani
D
dimanfaatkan sebagai sarana untuk mempertahankan kemampuan membaca selain untuk mendapatkan pengetahuan dalam berbagai bidang.
i era yang semakin global ini, pengetahuan menjadi sebuah kebutuhan pokok bagi manusia, sebagaimana sembako. Sudah pasti, pemerintah menyadari, keterlambatan dalam mencerdaskan masyarakat akan berakibat fatal. Yaitu, tersendatnya arus pembangunan yang tengah dan terus dilaksanakan. Untuk itulah, pada tahun 2005, program budaya baca dilucurkan. Program ini merupakan program pendidikan untuk seluruh lapisan masyarakat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Bidang Pendidikan Tahun 2005/2009. Salah satu program pemerintah dalam rangka mendukung program budaya baca tersebut adalah penyediaan fasilitas taman bacaan masyarakat (TBM). Untuk mengetahui lebih jauh perkembangan dan peran keberadaan TBM di Kota Salatiga, berikut petikan wawancara reporter HB dengan Kasi Pendidikan Luar Sekolah, Dinas Pendidikan Kota Salatiga, Dra. Ratna Susiani.
Bagaimanakah kebijakan pemerintah dalam membina dan mendukung TBM? Kebijakan pemerintah dalam hal ini termasuk dalam kebijakan pembangunan pendidikan non formal. Salah satu misinya adalah mendorong terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat melalui peningkatan budaya baca. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mendukung keberadaan TBM, pemerintah mengadakan dua kegiatan. Pertama, memberikan bantuan sosial rintisan dan penguatan TBM. Kedua, mengadakan diklat (pendidikan dan pelatihan, red) bagi pengelola TBM dengan materi pengelolaan administrasi TBM, tata cara pelayanan masyarakat, pengelolaan buku TBM, termasuk di dalamnya, pengategorian buku.
Apakah yang dimaksud TBM? Taman bacaan masyarakat (TBM) merupakan salah satu jenis perpustakaan yang menjadi wadah atau sarana yang bertujuan memberikan pelayanan bahan bacaan bagi masyarakat dalam rangka mendorong masyarakat gemar membaca. Pada awalnya, TBM ini merupakan kegiatan swadaya masyarakat yang telah memiliki kesadaran membaca, dengan membuat pojok baca, untuk dikonsumsi oleh masyarakat disekitarnya. Sehingga, TBM berawal dari partisipasi masyarakat dan direspon pemerintah dengan pemberian bantuan untuk pengembangannya.
Berapakah TBM yang telah mendapat bantuan/fasilitas dari pemerintah di Kota Salatiga? Sampai sekarang, baru ada 12 TBM yang telah mendapatkan bantuan dari pemerintah seperti. TBM itu adalah Damarjati, DIAN, Al Huda, Ganesha, Taman Pustaka, Remas Raudhatul Muttaqin, Salafiyah Darul Muhajiri, Sinar Kasih, Remaja Naggulan Peduli Pendidikan, Puspa Warna, Futukhiyah, dan Siranda Ilmu. Masing berlokasi di Jalan Damarjati, Jalan Argopuro, Klumpit (Sidorejo Kidul), Jalan Yatama (Tingkir Lor), Randuares (Kumpulrejo), Jalan Nanggulan, Nobokulon, Jalan Argowilis, dan Jalan Siranda Raya.
Apakah tujuan pemerintah melalui TBM? Tujuan dikembangkannya TBM adalah untuk membangun masyarakat yang berpengetahuan, berbudaya, maju, dan mandiri. Selain itu, TBM juga merupakan suatu sarana untuk mendukung salah satu program pemerintah, yaitu Gerakan Desa Tuntas Buta Aksara. Hal ini karena masyarakat yang telah mengikuti Gerakan Desa Tuntas Buta Aksara harus tetap dibina dan dilestarikan kemampuannya dalam membaca. Diharapkan, TBM dapat
Bantuan seperti apakah yang digulirkan pemerintah untuk TBM? Bantuan itu dalam bentuk dana untuk pembelian buku dan sarana prasarana TBM, seperti pengadaan rak buku, meja dan kursi, serta untuk keperluan administrasi pelaksanaan TBM. Sedangkan untuk operasional TBM, dalam hal ini kesejahteraan bagi pengelolanya, sampai saat ini pemerintah belum dapat mengalokasikan dana untuk keperluan tersebut. Sehingga, TBM
12
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Foto/HB:Sakti
sangat mengandalkan jiwa sosial dari para pengelolanya. Hal ini juga dapat dilihat dari waktu operasional TBM. Pada umumnya, TBM buka mulai pukul 15.00 s.d. 17.00 WIB. Pada siang hari, ada pengelola TBM yang bekerja atau kuliah sehingga TBM hanya dapat dibuka di luar aktivitas rutin pengelola.
perkembangan teknologi yang makin pesat? TBM yang difasilitasi pemerintah mengambil lokasi di daerah pedesaan karena memang sebagai sarana pendukung Gerakan Desa Tuntas Buta Aksara. Dengan begitu, sejauh ini, TBM masih merupakan sarana pembelajaran sepanjang hayat yang efektif. Hal ini tidak lepas dari keberadaan TBM yang dekat Bagaimana tata cara untuk mendapatkan bantuan sosial dengan masyarakat sehingga sangat mudah dijangkau dan bebas biaya administrasi karena bukan merupakan persewaan buku. TBM? Bantuan sosial TBM ini dapat diperoleh dengan cara Adakah kendala yang dihadapi TBM? mengajukan proposal bantuan sosial TBM melalui Dinas Pada umumnya, TBM di Salatiga ini terkendala dalam Pendidikan Kota Salatiga. Syarat yang harus dipenuhi adalah syarat administrasi dan teknis. Syarat administrasi meliputi persoalan sarana prasarana, termasuk penyediaan buku. Mereka permohonan tertulis; tidak/belum memperoleh bantuan; belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat mendapatkan rekomendasi dari Dinas Pendidikan; memiliki sekitarnya walaupun pemerintah sudah berusaha untuk surat/akte pendirian TBM/lembaga; dan memiliki rekening bank membantu dengan bantuan sosial Rintisan dan Penguatan TBM. atas nama TBM/lembaga. Sedangkan syarat teknis mencakup Tentu saja bantuan ini masih sangat kurang. Selain itu, pengelola memiliki tempat dengan ukuran minimal 12 meter persegi; TBM belum dapat mengelola TBM secara maksimal. Hal ini karena memiliki koleksi bahan bacaan (nonkurikulum) 50 judul dan 200 pengelolaan TBM masih bersifat samben (sambilan, red) atau di eksemplar; memiliki sarana/peralatan pengelolaan TBM; dan luar aktivitas utamanya. Keadaan ini dapat dimaklumi karena memang tidak ada dana kesejahteraan bagi pengelola TBM. telah memiliki (minimal) 2 orang tenaga pengelola. Apakah harapan di masa yang akan datang tentang TBM di Salatiga? Keberadaan TBM sebagai pendidikan berbasis masyarakat akhir-akhir ini semakin diminati di Kota Salatiga, terutama di daerah pedesaan. Diharapkan, TBM semakin dapat meningkatkan mutu/kualitas buku dan pelayanannya. Di sisi lain, pemerintah juga akan tetap memberikan bantuan sosial rintisan dan penguatan TBM serta menyelenggarakan pelatihan bagi Apakah keberadaan TBM tersebut masih efektif di tengah pengelola TBM. Lebih jauh, kami berharap dapat memunculkan
Selain TBM yang memperoleh fasilitas dari pemerintah, adakah TBM lain yang mandiri? Ide awal lahirnya TBM ini berasal dari masyarakat yang peduli pada lingkungan sekitarnya. Jadi, memang, selain TBM yang difasilitasi pemerintah ada TBM yang dikelola masyarakat secara swadaya. TBM tersebut dibiayai oleh suatu lembaga, yayasan, organisasi sosial, atau tempat- tempat ibadah.
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
13
Pendidikan
Salatiga Siap Melek Huruf dan waktu. Jadi, tidak ada kata terlambat untuk terus belajar. Semangat inilah yang terus memotivasi kalangan pendidikan untuk meningkatkan kinerjanya kepada masyarakat luas, salah satunya melalui jalur pendidikan non formal dengan program Pemberantasan Buta Aksara demi memberikan pencerahan bagi nilai kemajuan suatu bangsa.
Foto/HB:Fahmi
Minat baca generasi penerus semakin meningkat.
I
ndonesia harus bebas dari ketertinggalan. Namun, buta aksara menjadi kendala utama yang harus segera dicarikan solusinya.
Pengetahuan Dasar Salah satu kendala dari ketertinggalan ini adalah prasyarat bahwa nilai sebuah kemajuan dapat diukur dari tingkat ilmu dan pengetahuan. Padahal, bagaimana hal itu dapat tercapai apabila masyarakatnya tidak bisa membaca dan menulis. Ketertingalan dan keterbelakangan atas ilmu pengetahuan menyebabkan masyarakat pada posisi tawar yang rendah dalam pergaulan ekonomi dan sosial. Penduduk buta aksara tidak dapat memberikan konstribusi secara optimal terhadap proses pembangunan di berbagai segmen kehidupan. Oleh karenanya, saat ini Pemerintah Indonesia tertantang untuk mengubah nasib rakyatnya agar melek aksara. Melek aksara adalah pengetahuan dasar (basic) yang menjadi prasyarat mutlak bagi seseorang untuk mengetahui jendela dunia. Pemerintah menyadari kenyataan ini sebagai masalah krusial yang memerlukan perhatian dan penanganan serius. Pemberdayaan masyarakat adalah tanggung jawab bersama seluruh elemen bangsa. Semua pihak harus meyadari bahwa peningkatan kapasitas dan kemampuan masyarakat harus dilakukan seiring antara harapan dan tujuan. Dalam hal ini pemerintah dan masyarakat sepakat bahwa jalur pendidikan-baik formal, informal, maupun nonformal--merupakan langkah strategis untuk mencerdaskan dan mengentaskan bangsa dari keterpurukan. Dengan menyamakan persepsi tentang pentingnya nilai sebuah pendidikan, belajar dapat dilakukan sepanjang hayat, dimanapun, oleh siapapun, tanpa batas ruang
14
Salatiga siap tuntaskan buta aksara Optimisme program pemberantasan buta aksara secara nasional dapat terwujud apabila mendapat dukungan yang memadai dari seluruh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota beserta masyarakatnya. Strategi yang dilakukan pemerintah pusat untuk pemberantasan buta aksara ini memprioritaskan provinsi dan kabupaten/kota yang tingkat buta aksaranya tinggi. Stimulan yang diberikan oleh pemerintah pusat adalah pemberian anugerah Pratama bagi yang mampu menuntaskan 85 persen, Tuntas Madya jika 90 persen, dan Tuntas Utama jika 95 persen. Bagi pemerintah daerah yang telah mencapai target 100 persen penduduk bebas buta aksara akanmemperoleh pengharagaan Tuntas Paripurna. Oleh karena itu, untuk dapat menuntaskan kewajibannya dalam pemberantasan buta aksara di Kota Salatiga, Dinas Pendidikan Kota Salatiga merencanakan program aksi pemberantasan Buta Aksara pada tahun 2008 ini. Program tersebut diselenggarakan melalui serangkaian kegiatan, seperti keaksaraan lanjutan (tahap pelestarian), keaksaraan mandiri (tahap pelestarian), evaluasi pembelajaran warga belajar di tiap kelompok belajar yang tersebar di beberapa wilayah desa/kelurahan, dan pemberian Surat Keterangan Melek Aksara (Sukma) II dan III. Harapan Dinas Pendidikan, target 95 persen penduduk bebas buta aksara dapat tercapai pada akhir tahun ini. Manfaat pemberantasan buta aksara ini telah terasa bagi pembangunan jati diri masyarakat. Oleh karenanya, program ini akan terus dilaksanakan tanpa batas yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi masyarakat Salatiga. Langkah ini diambil oleh Pemerintah Kota Salatiga dan dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kota Salatiga beserta kelurahan dan kecamatan. Kebijakan ini juga didukung oleh berbagai mitra kerja, di antaranya adalah Tim Penggerak PKK, Muslimat NU, Aisyiyah, GOW, PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), dan Pondok Pesantren. Pelaksanaan tugas dan
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
tanggung jawab mereka berdasarkan kepada ketetapan UUD 1945 pasal 31, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Buta Aksara, Peraturan Mendiknas No. 35 Tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan percepatan penuntasan Buta Aksara, serta MOU Mendiknas dan Gubernur Jawa Tengah dan bupati/walikota se-Jawa Tengah tanggal 10 Juni 2006 tentang penuntasan Buta Aksara di Provinsi Jawa Tengah. Tujuan yang ingin dicapai melalui program pemberantasan buta aksara di Kota Salatiga secara umum adalah melaksanakan program Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Aksara, melaksanakan MoU tentang penuntasan Buta Aksara di Provinsi Jawa Tengah, memberikan bekal ketrampilan kepada warga belajar agar dapat mandiri, dan membuka wawasan masyarakat akan arti penting belajar dan pengetahuan. Oleh karena itu, pemerintah lebih spesifik dalam membidik masyarakat yang menjadi sasaran program ini. Mereka adalah yang sama sekali tidak dapat membaca, menulis, dan berhitung; anak putus sekolah dasar (SD) yang hanya mengeyam pendidikan dari kelas 1 sampai kelas 3 SD; masyarakat pengangguran dan berpenghasilan rendah; dan masyarakat buta aksara prioritas berusia 15 -44 tahun atau usia diatas 45 tahun. Partisipasi Warga Dalam rangka mendukung keberhasilan program buta aksara, secara teknis, pemerintah melalui Diknas Kota Salatiga melakukan pendataan penduduk yang buta aksara. Mereka dibagi dalam kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari 1020 warga belajar. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan di setiap desa/kelurahan melalui pendekatan keaksaraan fungsional dengan ciri pokok konteks lokal, yaitu kegiatan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan kebutuhan, budaya, serta potensi lokal yang ada disekitar warga belajar. Tutor (pengajar)/penyelengara diambil dari penduduk setempat/relawan atau seseorang yang memiliki pengaruh (tokoh masyarakat). Harapannya, mekanisme ini lebih mudah menjangkau masyarakat yang benar-benar menjadi sasaran pemberantasan buta aksara. Tutor dan penyelenggara harus memiliki kapasitas dan kemampuan mengajar agar dapat melaksanakan tugas dengan baik. Bersama warga belajar, mereka merancang kegiatan pembelajaran di kelompok belajar sesuai dengan minat warga sekitar, termasuk masalah prasarana belajar yang bisa dilakukan di rumah warga/balai RT/RW/Kelurahan/Pondok pesantren/tempat ibadah yang dapat terjangkau dan nyaman untuk kegiatan tersebut. Kesepakatan tersebut sebagai wujud nyata partisipasi aktif warga dalam menentukan tahapan perencanaan dan pelaksanaan belajar. Meskipun demikian, program ini tetap memiliki target waktu pembelajaran untuk menghasilkan evaluasi dengan mengacu pada ketentuan formal yang ditetapkan dari Diknas, yaitu tahap keaksaraan dasar, tahap
keaksaraan lanjutan, dan tahap keaksaraan mandiri. Tahap keaksaraan dasar atau tahap pemberantasan dilaksanakan sebanyak 144 jam pelajaran selama 6 bulan. Tahap keaksaraan lanjutan atau tahap pembinaan dilaksanakan sebanyak 96 jam pelajaran selama 4 bulan. Tahap keaksaraan mandiri atau tahap pelestarian dilaksanakan sebanyak 68 jam pelajaran selama 1,5 sampai 2 bulan. Dari strategi dan langkah tersebut diatas, diperoleh data bahwa pada tahun 2006 dengan penekanan pada tahap pemberantasan buta aksara telah mencapai sasaran sampai 50 %. Kemudian, pada tahapan pemberantasan yang dilaksanakan pada tahun 2007 berhasil mencapai 95 % dan secara kuantitas telah mampu mengentaskan sebanyak 3.097 penduduk Salatiga dari buta aksara. Mereka yang telah bebas buta aksara memperoleh Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA). Selanjutnya, pada tahun ini, Kota Salatiga menargetkan untuk menuntaskan program buta aksara melalui dua tahap, yaitu dimulai dengan tahap pembinaan sebanyak 118 kelompok yang terdiri dari 2004 warga belajar, kemudian dilanjutkan dengan tahap pelestarian dengan kapasitas 3.247 yang terbagi dalam 187 kelompok. Tingkatkan PD Kelancaran program ini tidak terlepas dari kebutuhan akan pendanaan. Untuk itu, pemerintah Kota Salatiga melalui Program Pemberantasan Buta Aksara telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 1.401.140.000,00 yang berasal dari sumber APBD Kota Salatiga sebesar 20 %. Pemerintah Kota Salatiga juga mendapat dukungan dana sesuai MOU antara pemerintah pusat dan provinsi, dari anggaran APBD Pemerintah Provinsi sebesar 50 % dan dari Pemerintah Pusat melalui APBN sebesar 30 %. Alokasi dana yang cukup besar tersebut diharapkan mampu menekan angka buta aksara di Kota Salatiga. Keberhasilan program melek aksara ini menjadi bernilai lebih bila menyaksikan masyarakat yang buta aksara bisa mengimplementasikan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung dalam menunjang kelancaran kehidupan mereka. Mereka dapat mengetahui berita yang tertempel di balai desa, dapat berhitung untuk berdagang, mengetahui haknya dalam sertifikat rumah-tanah dan sebagainya. Kemajuan ini dapat menghindarkan mereka dari kepentingan-kepentingan yang merugikan masyarakat desa dan pelosok yang masih lugu. Lebih dari itu, yang lebih penting adalah meningkatkan kepercayaan diri mereka untuk dapat bersosialisasi dengan masyarakat luas dan modern. Program ini mengupayakan agar masyarakat di berbagai lapisan dan penjuru daerah benar-benar terentaskan dari buta huruf. Sebagai tindak lanjutnya, pemerintah akan tetap melakukan pembinaan kepada warga belajar agar menjaga kelangsungan pembelajaran aksara melalui berbagai kegiatan seperti membuka Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di kantongkantong buta aksara; menyelenggarakan Kelompok Belajar Usaha (KBU) dengan memberikan dana stimulan kepada kelompok
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
15
Ragam
PANWASKOT Siap Hadapi Pilgub Foto/HB:Fahmi
Mashuri AK
A
nggota Panitia Pengawas (Panwas) Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Kota Salatiga telah terbentuk. Secara langsung Ketua Panwaskot Mashuri AK menyatakan siap menghadapi dan mensukseskan Pemilihan gubernur kali ini. Sekarang ini personil Panwaskot adalah: Mashuri AK dari unsure Pers, Syaemuri dari unsure Masyarakat, Astuti Sakdiyah dari unsure Perguruan Tinggi, Wagino, SH dari Kejaksaan Kota Salatiga dan AKP Sudarsono, SH dari Kepolisian. Sedangkan panwas tingkat Kecamatan adalah sebagai berikut: Kecamatan Sidorejo BRIPKA Muhammad Ridwan Kepolisian, Srihono Masyarakat, Adri Beni Masyarakat. Kecamatan Sidomukti BRIPKA Maryoto Kepolisian, Aris Supriyadi, S.Ag, Masyarakat, Farida Krisnayanti N dari unsur Masyarakat. Kecamatan Argomulyo AIPTU Suparjo Kepolisian, Sukahar Soedarno Masyarakat, Rahmadi, BA Masyarakat. Kecamatan Tingkir AIPTU Zaini Dahlan Kepolisian, Edy Suratno Masyarakat, Sutardi PNS Kec. Tingkir. Untuk visi Panwas Pilgub adalah menciptakan pengawasan yang mandiri dan non partisan, bekerja secara transparan, jujur, adil dan dapat dipertanggung jawabkan, serta mendapat legitimasi hukum dan politik. Dan misi Panwas pilgub melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan perundangundangan, meningkatkan partisipasi masyarakat di dalam pengawasan, serta membangun kerja sama dalam rangka mewujudkan Pilgub yang luber dan jurdil. Panwas memiliki tugas dan tanggung jawab pada sektor pengawasan. Pengawasan dalam hal ini terdiri dari semua tahapan pimilihan gubernur. Pengawasan yang dilakukan mencakup pengamatan,pengkajian, pemeriksaan dan penilaian proses penyelenggaraan Pilgub sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Rentang waktu pengawasan dilaksanakan mulai pendaftaran pemilih sampai pada pelantikan calon gubernur dan wakilnya yang terpilih. Jadi tidak terbatas dalam talam waktu dan tanggal tertentu, sebab bisa jadi prosesnya
16
melebihi jadwal yang dijadwalkan. Panwas dalam pengawasan juga memiliki kewenangan/kekuasaan pada hak akses informasi. Pihak-pihak terkait wajib memberikan kemudahan kepada panitia pengawas pemilihan untuk memperoleh informasi sesuai dengan perundang-undangan. Dan bila diperlukan Panwas dapat meminta bantuan polisi untuk mendapatkan informasi. Dalam hal terjadi kegagalan untuk mendapatkan informasi, panwas diperbolehkan melaporkan para pihak kepada polisi untuk mengambil tindakan yang perlu sesuai dengan hukum. Meskipun begitu Panwas dalam tugas pengawasan harus membawa surat resmi. Artinya anggota Panwas membawa surat tugas resmi sebagai bukti kewenangan untuk mengawasi. Mekanisme pengawasan, Ketua Panwas Mashuri AK menjelaskan, ada dua mekanisme yaitu: pertama, melakukan pengawasan aktif: memilih satu atau beberapa tahapan sasaran untuk difokuskan pada setiap tahapan Pilgub yang mempunyai potensi besar terjadinya pelanggaran, melakukan pengawasan acak terhadap sasaran kegiatan/tahapan tertentu pada pemilihan dan meminta informasi dalam pengawasan Pilgub dari penyelenggara kepada pihak terkait. Kedua, memilih sasaran yang disesuaikan dengan tingkatnya masing-masing. Pembagian tugas Panwaskot adalah berdasarkan sesuai dengan kepengurusan, yaitu: Ketua Mashuri, Wakil Ketua Syaemuri, Pelaporan: Astuti Sakdiyah, Pengawasan: agino, SH. Penyelesaian sengketa: AKP Sudarsono. Sedangkan tugas Panwas Kecamatan memiliki tugas kerja untuk membantu semua tugas panwas Kota pada setiap kecamatan masing-masing. Kesiapan secara umum sudah disiapkan mulai : Pertama, personil terbentuk sampai tingkat kecamatan. Kedua, sarana prasarana walau pun kapasitasnya sangat terbatas, ketiga, Kesiapan pengetahuan tentang kepengawasan. Kami semua anggota panwas telah diberi pengarahan tentang materi, perundang-undangan, s am pai pada ke m ungki nan permasalahan atau hambatannya. Kelima, kerja sama institusi/Instansi terkait dan persiapan lainnya. Kendala dalam melaksanakan tugas yang dihadapi panwas adalah keterbatasan personel pengawas sampai tingkat kelurahan atau TPS. Panwaskot dan Panwascam yang
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
personilnya berjumlah 17 personil harus menangani seluruh masyarakat dan semua wilayah Salatiga yang terdiri dari 22 Kelurahan dan empat kecamatan. Kesulitan lain adalah kekurangan sumber keuangan, volume pekerjaan yang tinggi, keamanan anggota dan pelapor dapat ditangani sebagaian dengan dengan cara berkordinasi dengan pihak-pihak yang berbeda dan bahkan dengan menerima sukarelawan dari masyarakat. Namun Panwas juga dibantu beberapa instansi dan ormas demi kelancaran tugas. Mereka adalah: Pemerintah Propinsi, Pemerintah kota, Kepolisian, kejaksaan, KPUD Salatiga, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Organisasi Masyarakat. Kerjasama ini didasarkan pada prinsip-prinsip kemandirian, keterbukaan, keadilan dan dapat dipertanggung jawabkan. Bila ada masalah Panwas menyikapi dengan beberapa kriteria. Ada 3 kreteria masalah :pertama, Sengketa, diselesaiakan secara perusasif mempertemukan para fihak untuk dicari solusinya. Kedua, pelanggaran administrasi diserahkan ke KPU untuk diambil tindakan sesuai peraturan. Dan ketiga, pelanggaran yang mengandung unsur pidana diserahklan ke aparat penyidik (kepolisian). Bila mendapati suatu pelanggaran selama pengawasan maka Panwas mengkaji dan bukti selama 7 hari. Bila memerlukan waktu atau penjelasan lebih, maka dapat diperpanjang sampai 14 hari. Setelah itu diputuskan hasilnya apakah masuk dalam tindak pidana, pelanggaran administratif ataukah tidak ada pelanggaran. Jika pelanggaran sifatnya Pidana maka akan diteruskan kepada penyidik/polisi. Sedangkan bila masuk pelanggaran administratif akan diteruskan kepada KPU sesuai tingkatnya. Namun jika tidak masuk pelanggaran maka dilakukan penghentian proses. Potensi kerawanan dalam pelaksanaan pemilihan gubernur dan wakil paling banyak pada saat: Pertama, pendaftaran pemilih, protes fihak-fihak yang merasa belum terdaftar Pemungutan suara. Kedua, Kampanye. Kampanye terbuka (arak-arakan dll). Ketiga, pada saat pemungutan suara. Adanya intimidasi, penggiringan/pengarahan untuk milih calon tertentu. Keempat, saat penghitungan suara. Dimungkinkan terjadi kesalahan penghitungan dan atau penggelembungan suara ataupun pengurangan pada pasangan tertentu. Dan keenam, saat penetapan calon terpilih. Karena adanya masalah yang ditimbulkan sebelumnya maka proses penetapan pemenang pun akan terhambat. Masalah lain yang sangat umum berlaku di masyarakat adalah Money Politik. Istilah ini menjadi polpuler ketika sistem pemerintah ini berubah dari sentralistik menjadi sistem pemerintahan desentralistik dengan segala kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Peristiwa ini biasanya muncul dan mengiringi proses pemilihan langsung, baik pemilihan presiden, gubernur maupun bupati/ walikota bahkan sampai ke pemilihan kepala desa. Kebiasaan ini cenderung terjadi di masyarakat yang kurang mendapat informasi dan pendidikan politik yang wajar
sebagai bagian dari warga negara. Oleh karena itu money politik dapat dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap hak-hak politik masyarakat sebagai warga negara. Money politik dalam dunia politik sebenarnya tidak hanya berwujud uang, tapi juga bisa barang dan lain sebagainya. Resiko money politik adalah hukum, dalam aturan UU. No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah, Pasal 117 ayat 2 menyebutkan:”Setiap orang dengan sengaja memberi atau menjanjikan uang atau materi lainnya kepada seseorang untuk tidak mengunakan hak pilihnya, atau memilih pasangan tertentu, atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya menjadi tidak sah, diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 bulan dan paling panjang 12 bulan dan atau denda paling sedikit 1.000.000 dan paling banyak 10.000.000”. Sedang dalam Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 pasal 64 ayat 1 dan 2 menyebutkan:”Pasangan calon dan atau tim kampanye dilarang menjanjikan dan atau memberikan uang atau materi lainnya untuk mempengaruhi pemilih, pasangan calon dan atau tim kampanye yang terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud di atas berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dikenai sangsi pembatalan sebagai calon oleh DPRD” Ketua Panwas menjelaskan, bahwa upaya proses pencegahan money politik merukan pekerjaan berat dan tidak mudah serta-merta hilang. Perlu perjuangan dan tanggung jawab kita semua. Karena pelanggaran ini imbasnya akan berdampak pada masyarakat. Contoh sederhana, kalau pejabat ingin berkuasa, di awal sudah mengeluarkan uang/modal, maka ketika menjabat nanti bisa-bisa yang dipikirkan pertama kali adalah bagaimana modal kembali. ”Di Salatiga, dari kesemua pasangan Cagub dan Cawagub
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
17
Ragam
KPU Salatiga Siap Songsong Pilgub 2008
P
emilihan umum Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah periode 2008-2013 sebentar lagi akan dilaksanakan, tepatnya pada hari Minggu (22/6) mendatang. Pesta demokrasi lima tahunan kali ini terasa istimewa bagi masyarakat Jateng karena merupakan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur yang pertama kali dilaksanakan secara langsung oleh rakyat. Memang di zaman reformasi ini rakyat mendapat hak yang lebih luas untuk dapat memilih sendiri kepala daerahnya sesuai hati nuraninya. Membahas pemilu di negeri ini, tentunya tidak lepas pula dari suatu komisi yang dibentuk pemerintah sebagai penyelenggara pemilu yakni KPU atau Komisi Pemilihan Umum. Secara institusional, KPU yang ada sekarang merupakan KPU yang ketiga yang dibentuk setelah pemilu demokratis sejak reformasi 1998. KPU yang pertama (1999-2001) dibentuk dengan Keppres No. 16 Tahun 1999. KPU kedua (2001-2007) dibentuk dengan Keppres No. 10 Tahun 2001. Sedangkan KPU ketiga (2007-2012) dibentuk berdasarkan Keppres No. 101/P/2007. Berikut laporan reporter HB tentang persiapan KPU Salatiga menjelang pilgub 2008. Anggota KPU Salatiga KPU Kota Salatiga yang berlokasi di Jalan Ki Penjawi, Salatiga, ini diketuai oleh K. Drs. Tamam Qaolany dan terdiri atas empat orang anggota. Keempatnya adalah Muh. Fauzi, S.Ag,M.Ag, Satuf Rohul Hidayat, S.E., R. Bambang Adi Nugraha, S.H., dan Dyah Sari Marhaeny. Susunan KPU Kota Salatiga ini sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu yang menyebutkan tentang komposisi keanggotaan KPU harus memperhatikan keterwakilan perempuan sekurangkurangnya 30 %.
memperhatikan pedoman dari KPU dan atau KPU Provinsi; dan memutakhirkan data pemilih b e r d a s a r k a n d a t a kependudukan dan menetapkan data pemilih sebagai daftar pemilih. Selanjutnya KPU Kota Salatiga juga memiliki tugas dan kewenangan untuk menerima daftar pemilih dari PPK serta m e n e t a p k a n d a n mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara dari seluruh PPK dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikasi hasil penghitungan suara. Selain itu, KPU Kota Salatiga membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikasi hasil penghitungan suara dan wajib menyerahkan kepada saksi peserta pemilu yang hadir dan memiliki surat mandat dari Ketua dan Sekretaris atau pimpinan dengan sebutan lainnya partai politik atau tim kampanye peserta pemilu kepada panwaslu kota dan KPU Provinsi. Masih menjadi tugas dan kewenangan KPU Kota Salatiga adalah memeriksa pengaduan dan atau laporannya lainnya pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh anggota PPK, PPS dan KPPS; menindaklanjuti dengan segera semua temuan dan laporan yang disampaikan oleh panwaslu kota; serta menonaktifkan sementara dan atau mengenakan sanksi administratif kepada anggota PPK, PPS, Sekretaris KPU Kota Salatiga yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan pemilu berdasarkan rekomendasi panwaslu kota dan ketentuan perundangundangan yang berlaku. Tugas dan kewenangan KPU Kota Salatiga yang terakhir adalah melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan pemilu; membuat evaluasi dan laporan penyelenggaraan pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah kepada KPU Provinsi; dan melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang diberikan oleh KPU, KPU Provinsi dan atau undangundang. Dari tugas dan wewenang tersebut, terlihat adanya perbedaan mengenai hierarki pertanggungjawaban dari KPU kabupaten/kota. Semula, menurut UU No. 32 Tahun 2004, KPU bertanggung jawab kepada DPRD. Setelah disesuaikan dengan UU No. 22 Tahun 2007, KPU kabupaten/kota bertanggung jawab kepada KPU provinsi yang notabene selaku pihak yang memiliki gawe dalam Pilgub Jawa Tengah 2008.
Pekerjaan KPU Kota Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2007 yang diatur lebih lanjut dengan Keputusan KPU Provinsi Jawa Tengah No. 2 Tahun 2007, Persiapan ada dua belas tugas dan wewenang KPU Kota Salatiga dalam Dalam rangka pelaksanaan Pemilihan Umum Gubernur pemilihan umum Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah. dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, KPU Kota Salatiga telah Tugas tersebut adalah membentuk PPK, PPS, dan KPPS dalam melaksanakan berbagai tahapan. Tahapan tersebut adalah wilayah kerjanya; mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan pembentukan/pengangkatan dan pelantikan PPK, PPS, dan mengendalikan semua tahapan penyelenggaraan pemilu dengan
18
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (gastarlih) dari tanggal 12 November 2007 s.d 20 Januari 2008. Tahapan berikutnya adalah pemutakhiran data pemilih sejak menerima DP4 (daftar penduduk pemilih potensial) dari Pemerintah Kota Salatiga (Kantor Dukcapil) sampai tersusunnya daftar pemilih tetap (DPT) dari tanggal 6 Desember 2007 s.d 27 Maret 2008. Adapun tahapan pemilu yang sedang dilaksanakan oleh KPU Kota Salatiga terdapat lima tahap. Pertama, pembentukan KPPS yang dijadwalkan selambatlambatnya tanggal 22 Mei 2008 sudah selesai. Kedua, KPU Kota Salatiga juga melakukan sosialisai Pilgub 2008. Sosialisasi ini diberikan kepada pemilih pemula, generasi muda, pemilih perempuan, dan pemilih tingkat akar rumput. Pemilih pemula adalah pemilih yang baru pertama kali ikut dalam proses pemilu. Keempat pemilih tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Jadi, kegiatan sosialisasinya pun dilaksanakan secara berbeda, baik dari segi bentuk sosialisasi hingga pemakaian sarana dan bahasa yang digunakan. Namun, secara umum, materi sosialisasinya sama, sesuai petunjuk dari KPU Provinsi Jawa Tengah. Dalam pelaksanaan sosialisasi, KPU Kota Salatiga menjalin kerja sama dengan berbagai unsur dan elemen masyarakat. Di antara berbagai elemen masyarakat itu adalah KNPI (untuk pemuda), KPI (untuk pemilih perempuan), instansiinstansi pemerintah dan RSPD. Sosialisasi yang dilaksanakan oleh KPU Kota Salatiga sendiri diperuntukan bagi pemilih pemula dan SKPD. Sasaran sosialisasi yang lainnya dilakukan oleh pihak kedua dengan terlebih dahulu membuat proposal sosialisasi Pilgub kepada KPU. Dalam kegiatan ini, KPU hanya menangani masalah pendanaan. Sosialisasi ini dilaksanakan dalam bentuk dialog, siaran
unit mobil keliling, penyebaran pamflet, pertemuan di tingkat SKPD, kecamatan, dan kelurahan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Tiga tahap berikutnya adalah pengecekan lokasi TPS per kelurahan; pengadaan logistik pemilu; dan persiapan pembentukan pos monitoring kampanye. Logistik Pilgub 2008 Kota Salatiga saat ini sudah siap karena memang sebagian masih menggunakan logistik dari Pilpres 2004. Logistik yang sudah siap adalah kotak suara, bilik suara, alat coblos, dan bantalan. Dengan demikian, KPU Kota Salatiga tinggal menghitung tingkat kebutuhan dan nantinya didistribusikan ke TPS bersama surat suara sejumlah pemilih yang terdaftar, ditambah 2,5% sebagai cadangan. Monitoring kampanye dilakukan oleh KPU, Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu) dan desk pilkada. Meskipun demikian, untuk saat ini sifatnya masih menunggu apakah Kota Salatiga nantinya akan menjadi tempat pelaksanaan kampanye dari para pasangan calon atau tidak. Dalam hal ini, KPU Kota Salatiga hanya menyediakan tempat yang telah mendapatkan ijin dari Pemerintah Kota Salatiga dan telah dikoordinasikan dengan panwaslu sebagai tempat penyelenggaraan kampanye. Hambatan dan Kendala Ada empat isu krusial dalam Pilgub 2008, yaitu pencalonan, daftar pemilih, kampanye, dan koordinasi antarpenyelenggara pilgub. Namun, karena pilgub ini merupakan kegiatan KPU Provinsi, maka pencalonan dilaksanakan oleh KPU Provinsi. Kerawanan dalam proses ini sangat minimal karena para pasangan calon adalah mantan pejabat yang tentunya sudah terseleksi ketika mereka dulu akan diangkat sebagai pejabat. Kampanye pilgub masih belum menjadi kendala karena
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
19
Kesehatan
Maria Agustini*
Campak Bisa Mematikan C
ampak atau dalam bahasa Jawa biasa disebut tampek atau gabag merupakan salah satu penyakit yang berpeluang menimbulkan wabah. Bahkan, penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada anakanak, terutama di negara berkembang, seperti Indonesia. Fase Campak Campak disebabkan oleh virus campak atau morbili yang ditularkan melalui pernafasan, yakni percikan ludah dari hidung, tenggorokan, atau mulut. Gejala penyakit campak sulit dideteksi secara dini, karena gejalanya hampir sama dengan penyakit flu biasa seperti batuk, piliek, dan demam. Menurut dr. Asti Praborini, Sp.A, spesialis anak dari RS M.H. Thamrin Internasional, Jakarta, secara garis besar penyakit campak bisa dibagi menjadi tiga fase: 1.fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari. Pada fase ini anak sudah mulai terkena infeksi tapi pada dirinya belum tampak gejala apapun. 2.fase kedua disebut fase prodmoral. Pada fase ini baru timbul gejala seperti penyakit flu yaitu batuk, pilek, dan demam. Mata menjadi kemerah-merahan dan berair. Bila melihat sesuatu, mata akan silau (photophobia). Di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Terkadang, penderita juga mengalami diare. Satu sampai dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5 derajat celcius. 3.fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan demam yang tinggi. Bercak muncul bertahap mulai dari belakang kuping, leher, dada, muka, tangan, dan kaki. Biasanya bercak akan memenuhi seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu minggu. Namun bila daya tahan tubuh anak baik, bercak merahnya tak terlalu menyebar dan tak terlalu penuh. Setelah itu, demam akan turun dengan sendirinya. Selanjutnya bercak merah akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi) lalu rontok atau sembuh dengan sendirinya. Waspadai Komplikasi Penularan pada penyakit campak perlu diwaspadai. Pasalnya, penularan berlangsung cepat melalui perantara udara atau semburan ludah (droplet) yang terhisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi pada masa fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul. Masalah lain yang perlu diwaspadai adalah komplikasi (munculnya penyakit lain yang menyertai campak). Komplikasi dapat terjadi karena virus menyebar melalui aliran darah ke jaringan tubuh lainnya. Komplikasi radang paru-paru (broncho
20
Penderita Campak: * Diisolasi * Beri makanan bergizi. * Beri vitamin A * Istirahat cukup * Konsultasi dokter * Jangan mandi jika demam * Opname jika komplikasi
pneumonia) dan radang otak (ensefalitis) adalah yang paling sering menimbulkan kematian pada anak. Gejala ensefalitis yaitu kejang satu kali atau berulang, kesadaran anak menurun, dan panasnya susah turun karena sudah terjadi komplikasi sampai ke otak. Campak juga bisa mengakibatkan kebutaan, terutama pada penderita yang mengalami
kekurangan vitamin A. Menurut Menteri Kesehatan RI, Dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K), di Indonesia diperkirakan lebih dari 30 ribu anak meninggal karena komplikasi yang diakibatkan oleh campak. Anak Diisolasi Apabila seorang anak telah terserang campak, orang tua harus segera mengambil langkah berikut. 1.Rawat anak di kamar yang terpisah (isolasi) dan hindari kontak langsung maupun tak langsung (melalui peralatan sehari-hari seperti alam makan, minum, baju, alas tidur, dll) antara penderita dengan orang lain. 2.Apabila penyakit campaknya berat atau sampai terjadi komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit. 3.Berikan makanan yang bergizi dan mudah dicerna agar daya tahan tubuhnya meningkat. Disarankan, makanan yang banyak mengandung vitamin A. 4.Berikan istirahat yang cukup. 5.Lakukan pengobatan yang tepat dengan berkonsultasi dengan dokter. 6.Jangan memandikan anak yang masih demam. Bila sudah tidak terjadi demam, anak bisa dimandikan untuk menjaga kebersihannya badannya. Campak Jerman Selain penyakit campak yang biasa menyerang anakanak, ada penyakit campak lain yang disebut campak Jerman atau rubella. Campak jenis ini jarang terjadi dan biasanya menyerang anak yang lebih besar, sekitar usia 5 sampai 14 tahun. Namun, gejalanya hampir sama dengan campak biasa. Campak Jerman sangat berbahaya bila menyerang wanita hamil karena bisa menular ke janin yang sedang dikandung
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
melalui plasenta (ari-ari). Hal ini dapat mengakibatkan syndrom rubella congenital (cacat bawaan akibat campak Jerman) pada bayi yang dilahirkan. Bayi dapat mengalami ketulian, katarak pada mata, dan pengapuran di otak, sehingga mengalami keterbelakangan dalam perkembangannya. Oleh karena itu, para pasangan suami istri yang sedang menantikan kelahiran anaknya, harus pandai menjaga kesehatan ibu hamil. BIAS Imunisasi adalah tindakan pemberian vaksin (antigen atau virus yang telah dilemahkan) untuk merangsang pembentukan kekebalan tubuh pada seseorang untuk melawan suatu penyakit. Penyakit campak merupakan salah satu penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi sebagaimana penyakit difteri, batuk rejan, hepatitis B, TBC, dan polio. Di Indonesia, imunisasi campak diberikan saat anak berusia 9 bulan. Sejak tahun 1990, program imunisasi di Indonesia telah mencapai UCI (universal child imunization),
artinya lebih dari 80 persen bayi telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap termasuk campak. Namun pada kenyatannya, masih ditemukan banyak kejadian luar biasa (KLB) campak di beberapa daerah dan menyerang anakanak usia sekolah. Oleh karena itu, pemerintah mengambil kebijakan untuk melakukan pemberian imunisasi campak ulangan/tambahan sebagai booster (penguat) pada anak usia sekolah sehingga tubuh anak dapat membentuk kekebalan yang diharapkan. Bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) adalah bulan ketika pemerintah melakukan gerakan pemberian imunisasi pada anak sekolah dasar. Untuk penyakit campak, BIAS ditetapkan pada awal tahun pelajaran baru. Tujuan imunisasi campak ini adalah untuk memberikan perlindungan seumur hidup kepada semua anak SD, MI, dan SDLB, baik negeri maupun swasta, termasuk pondok pesantren, terhadap penyakit campak. Pemerintah berharap, imunisasi ini mampu mengendalikan penularan penyakit campak yang sangat mungkin terjadi di lingkungan sekolah serta memutus mata rantai penularan kepada balita. Sebagai sebuah gerakan nasional, BIAS campak ini telah dilakukan secara bertahap. Pada tahap pertama, BIAS campak diberikan satu kali kepada anak kelas 1 sampai dengan kelas 6 sekolah dasar dan dilaksanakan mulai tahun 2003. Pada tahap kedua dan selanjutnya, BIAS campak diberikan satu kali pada anak kelas 1 dan dilakukan setiap tahun dilaksanakan mulai tahun 2004. Pada tahun 2007 imunisasi BIAS Campak di Kota Salatiga mencapai 98%. Dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Tengah, Kota Salatiga tergolong berhasil dalam menjalankan program BIAS. Tercatat, dari 2.922 siswa, 2.863 siswa telah terimunisasi. Limapuluh sembilan siswa yang tidak diimunisasi karena berbagai alasan, yaitu lima siswa menolak diimunisai, 47 siswa tidak diimunisasi karena sakit, empat siswa tidak masuk sekolah, seorang siswa pindah sekolah, dan dua orang siswa tanpa alasan yang jelas. Kelancaran program yang telah dilakukan pemerintah ini memerlukan kerja sama yang baik dari semua sektor pemerintah yang terlibat. Yakni, sektor kesehatan, pendidikan, dan pemegang kebijakan di pemerintahan kota atau kabupaten di seluruh Indonesia. Selain itu, dukungan dari orang tua masing-masing siswa juga memegang peranan penting dalam terlaksananya program tersebut.
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
21
Mimbar
Oleh: Drs. Kasmun Saparaus, M.Si*
Spesialisasi dan Diversifikasi
Kota S
ecara umum lingkunagn perkotaan mempunyai ciriciri yang berbeda dengan lingkungan pedesaan. Kota mempunyai struktur social yang khas dan mempunyai lingkungan yang khas pula. Perbedaan antara masyarakat kota dengan masyarakat desa ialah bahwa masyarakat kota terdapat spesialisasi dan diversifikasi yang besar di samping suatu kehidupan yang kompleks. Kehidupan yang kompleks ini merupakan salah satu akibat dari spesialisasi itu sendiri, yakni membentuk sebuah hubungan yang berbeda-beda antar kelompok. Hubungan itu didasarkan kepentingan kelompok (stakeholders), sehingga menyebabkan terjadinya dinamika social. Dengan demikian kota memperlihatkan perbedaan dengan desa yaitu antara lain dari segi perbedaan dan variasi pekerjaan serta pemisahan bahkan isolasi kelompok satu dari yang lain dan selanjutnya semakin meningkatkan control resmi. Di kota mempunyai sifat yang heterogen terdapat kepadatan penduduk, dan masing-masing menjalankan spesialisasinya. Orang dengan norma-norma yang berbeda-beda bercampur dan bekerjasama dan menampakkan perbedaan status, sehingga setiap kota akan memperlihatkan pola kebudayaan tersendiri. Hal ini lebih disebabkan oleh interaksi social yang ada di dalamnya. Diteropong dari hubungan antar manusia keadaan kota mencerminkan situasi sebagai berikut: pertama, secara fisik manusia tidak terisolasi, kedua, terdapat sejumlah persekutuan (associations) dengan keadaan bahwa individu adalah anggota dari banyak persekutuan. Ketiga, hubungan antar manusia lebih bersifat hubungan sekunder dari pada hubungan kelompok primer dan terkategori sesuai dengan profesi. Keempat, terdapatnya spesialisasi juga dalam kehidupan ekonomi dan hubungan kelompok social. Kelima, control social dilakukan oleh keluarga sebagai pengganti control social masyarakat desa, akan tetapi control social ini makin lama makin berubah menjadi control dalam bentuk perundang-undangan/ hubungan antar kelompok ditentukan oleh Negara. Keenam, keluarga bukan lagi
22
Foto/HB:Fahmi
Drs. Kasmun Saparaus, M.Si
merupakan kesatuan ekonomi tetapi menjadi kesatuan social dalam arti murni. Ketujuh, keputusan harus diambil individu sendiri. Kedelapan, ketrampilan dan prestasi lebih menentukan dari pada status social, bahakan sebaliknya status bias dicapai karena spesialisasi dan ketrampilan. Di negara berkembang seperti Indonesia, masalah migrasi dan urbanisai menjadi masalah yang rumit. Arus perpindahan penduduk dari desa ke kota menimbulkan masalah-masalah baru bagi masyarakat kota maupun masyarakat desa sendiri. Hal harus dimaklumi bahwa antara kota dan desa terdapat suatu perbedaan dan pertentangan besar. Banyak yang kurang memahami bahwa kota merupakan pusat perubahandalam arti positif maupun negative dan bahwa urbanisasi merupakan salah satu akibat dari pengaruh kota terhadap perubahan nilai penduduk di desa. Jika demikian halnya, maka sebenarnya antara kota dan desa terdapat suatu hubungan continue(continuum) dan galir (fluidum). Hal ini sangat ditentukan oleh factor-faktor: pertama, luas daerah yang mampu menampungh sejumlah penduduk. Kedua, konsentrasi atau kepadatan penduduk. Ketiga, seberapa kompleks-tidaknya hubungan social antar penduduk. Demikian dapat diartikan bahwa keberadaan kota dipengaruhi oleh factor urbanisasi. Urbanisasi sebagai salah satu bentuk migrasi (gerak fisik dari individu maupun kelompok dari lokasi satu ke lokasi yang lain) akan berakibat terjadinya: pertama, mobilitas ekologik/penyebaran penduduk serta perubahan tugas dan fungsi dalam masyarakat (mobilitas di sini tidak dipergunakan dalam arti mobilitas fisik. kedua, terjadinya perubahan dalam organisasi ekologi sebelumnya. Urbanisai sendiri disebabkan oleh factor pendorong (push factors) dan factor penarik (pull factor) (Soekanto, S., 1990). Adapun sebagai factor pendorongdapat mencakup: pertama, di desa lapangan pekerjaan pada umumnya kurang. Yang dapat dikerjakan adalah pekerjaan yang kesemuanya
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Foto:HB/INKOM
menghadapi berbagai kendala seperti irigasi yang tidak memadai atau tanah yang kurang subur serta terbatas. Keadaan tersebut menimbulkan pengaruh tersamar disguised un employment. Kedua, penduduk desa terutama kaum mudamudi, merasa tertekan oleh adapt istiadat yang mengakibatkan cara hidup yang monoton. Untuk menumbuhkan perkembangan jiwa, banyak yang pergi ke kota. Ketiga, di desa tidak banyak kesempatan untuk menambah pengetahuan. Oleh sebab itu banyak orang yang ingin maju, kemudian meninggalkan desa. Keempat, rekreasi yang merupakan salah satu factor penting di bidang spiritual kurang sekali dan kalau ada perkembangannya sangat lambat. Kelima, bagi penduduk desa yang mempunyai keahlian lain selain bertani seperti misalnya kerajinan tangan, tentu mengingini pasaran yang lebih luas bagi hasil prosuksinya. Ini tidak mungkin didapatkan di desa. Sedang factor penarik urbanisasi, dapat meliputi: pertama, penduduk desa kebanyakan mempunyai anggapan di kota banyak pekerjaan serta banyak penghasilan (uang). Oleh karena sirkulasi uang di kota jauh lebih cepat, lebih besar dan lebih banyak, maka relative lebih mudah mendapatkan uang daripada di desa. Kedua, di kota lebih banyak kesempatan mendirikan perusahaan industri dan lain-lain. Hal ini disebabkan oleh karena lebih mudahnya didapatkan izin dan terutama kredit bank. Ketiga, kelebihan modal di kota lebih banyak dari pada di desa. Keempat, pendidikan (terutama pendidikan lanjutan) lebih banyak di kota dan dengan sendirinya lebih mudah di dapat. Kelima, kota merupakan suatu tempatyang lebih menguntungkan untuk mengembangkan jiwa dengan
sebaik-baiknya dan seluas-luasnya. Keenam, kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan tempat pergaulan dengan segala macam orang dari segala lapisan. Sedangkan dalam memahami kota dapat didekati dari dua aspek, yakni aspek fisik(pengkotaan fisik) dan aspek mental(pengkotaan mental). Yang disebut pertama bersangkutpaut dengan masalah wilayah, kepadatan penduduk, dan tataguna tanah non-agraris. Aspek kedua bertalian dengan orientasi nilai serta kebiasaan hidup penduduk kota(Daldjoeni, N., 1978). Orientasi yang kedua inilah bersinggungan dengan kehidupan masyarakatnya. Menurut Louis Wirth, secara umum kehidupan masyarakat ditandai pola-pola perilaku sebagai berikut: pertama, banyaknya relasi kota tidak memungkinkan terjadinya kontak yang lengkap diantara pribadi-pribadi. Di dalam masyarakat yang besar terjadi segmentasi hubunganhubungan di antara manusia. Kalau jumlah relasi terlalu besar, maka orang hanya saling mengenal dalam satu peranannya saja, misalnya diantara pelayan took dan pembeli, supir taksi dan penumpangnya, tanpa perlu mengetahui sesuatu tentang keadaan keluarga, atau pandangan hidup masing-masing yang berhubungan itu. Kedua, orang kota harus melindungi diriny sendiri agar tidak terlalu hubungan yang bersifat pribadi, mengingat akan kosekuensi-konsekuensi terhadap waktu dan tenaga yang ada padanya. Ia juga harus menjaga potensi-potensi yang merugikan atau membahayakan dirinya pribadi dan keluarga, maupun kebudayaan. Ketiga, kebanyakan hubungan orang-orang kota
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
23
Hukum LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 8 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
D
8.
9.
engan Rahnat Tuhan Yang Maha Esa, Walikota Salatiga
Menimbang : a. bahwa sesuai hasil evaluasi Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan tidak dapat diimplementasikan sehingga perlu dilakukan penyesuaian; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 7 Tahuan 2000 tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Kecil dalam Lingkunga Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004
24
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 444); Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1992 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3500); Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532); Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
18.
19.
20.
21.
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga Nomor 5 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga (Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga Tahun 1988 Nomor 10 Seri D); Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga Nomor 7 Tahun 1991 tentang Bangunan di Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga (Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga Tahun 1992 Nomor 7 Seri B); Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan (Lembaran Daerah Kota Salatiga Tahun 2000 Nomor 19); Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 8 Tahun 2004 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Salatiga (Lembaran Daerah Kota Salatiga Tahun 2004 Nomor 20 Seri D). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SALATIGA dan WALIKOTA SALATIGA MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan (Lembaran Daerah Kota Salatiga Tahun 2000 Nomor 20) diubah sebagai berikut: 1. Ketentuan Pasal 7 ayat (3) diubah, sehingga Koefisien berbunyi No. Luas Bangunan 2 1. Bangunan 0,9 sebagai berikut:dengan luas 0-70 m 2 2. Bangunan dengan luas 71-100m 1 Pasal 7 2 3. Bangunan dengan luas 101-250 m 1,1 (3) Besarnya koefisien sebagaimana dimaksud pada ayat 4. Bangunan dengan luas 251-500 m2 1,2 (2) sebagai berikut: 5. ditetapkan Bangunan dengan luas 501-1000 m2 1,3 a. 6. Koefisien BangunanLuas denganBangunan luas 1001-2000 m2 1,4 7. Bangunan dengan luas 2001-3000 m2 1,5 8. Bangunan dengan luas 3001 m2 ke atas 1,6
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Bangunan Bangunan 1 Lantai Bangunan 2 Lantai Bangunan 3 Lantai Bangunan 4 Lantai Bangunan 5 Lantai ke atas
Koefisien 1,00 1,15 1,20 1,25 1,30
b. Koefisien Tingkat Bangunan No. Rencana Penggunaan Bangunan 1. Bangunan Sosial Murni (bebas retribusi) 2. Bangunan Sosial lainnya 3. Bangunan Rumah Tinggal 4. Bangunan Usaha/Industri 5. Bangunan Khusus
Koefisien 0,00 0,70 1,00 1,20 1,20
c. Koefisien Rencana Penggunaan Bangunan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tingkat Bangunan Di Jalan Arteri Primer Di Jalan Arteri Sekunder Di Jalan Kolektor Primer Di Jalan Kolektor Sekunder Di Jalan Lokal Primer Di Jalan Lokal Sekunder Di Jalan Lingkungan/Gang
Koefisien 1,100 1,075 1,050 1,020 1,010 1,000 1,000
d. Koefisien Letak Bangunan
2. Ketentuan Pasal 10 ayat (1) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 10 (1) Cara perhitungan nilai bangunan dan tariff adalah sebagai berikut: a. Nilai bangunan adalah luas bangunan yang dimohon dikalikan dengan harga standar bangunan per meter persegi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. b. Perhitungan tariff ditetapkan sebesar 1 % (satu perseratus) dari nilai bangunan sebagaimana dimaksud pada huruf a. 3. Ketentuan Pasal 11 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 11 (1) Setiap perubahan yang menyangkut struktur dan/atau arsitektur bangunan dikenakan tariff sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1). (2) Bangunan yang belum memiliki Izin Mendirikan Bangunan dikenakan biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1). 4. Ketentuan Pasal 12 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 12 Besarnya retribusi yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tariff sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dengan tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7. 5. Ketentuan Pasal 27 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 27 Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi lainnya. 6. Ketentuan Pasal 30 ayat (1) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
25
Pasal 30 bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dicabut (1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan dan dinyatakan tidak berlaku lagi. kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 8. Penjelasan pasal demi pasal diubah sebagaimana (tiga) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) tercantum dalam penjelasan. Ditetapkan di Salatiga kali jumlah retribusi terutang sesuai ketentuan pada tanggal 12 Juli 2007 sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 dan harus Pasal II WALIKOTA SALATIGA, tetap melaksanakan kewajibannya. Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal Cap TTD diundangkan. JOHN MANUEL MANOPPO 7. Ketentuan Pasal 33 diubah, sehingga berbunyi sebagai Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan berikut: pengundangan Peraturan Daerah ini dengan Pasal 33 Diundangkan di Salatiga penempatannya dalam Lembaran daerah Kota Salatiga. Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka pada tanggal 6 Agustus 2007 Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga Plt. SEKRETARIS DAERAH KOTA SALATIGA, Nomor 7 Tahun 1991 tentang Bangunan di Kotamadya Cap TTD Daerah Tingkat II Salatiga khususnya ketentuan yang SRI SEJATI KUSUMANINGSIH mengatur tentang Retribusi dan ketentuan lainnya yang LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2007 NOMOR 8 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN I.
UMUM Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, sesuai ketentuan pada Pasal 21 huruf e Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005, Daerah berhak memungut retribusi. Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah, pendapatan dari retribusi diharapkan mampu menjadi sumber pembiayaan dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di Daerah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya landasan hukum yang dapat memberikan pedoman bagi Pemerintahan Daerah dalam pemungutan retribusi daerah. Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang tersebut, Pemerintah Daerah telah menetapkan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Setelah pelaksanaan peraturan daerah tersebut berjalan selama 6 (enam) tahun kemudian diakukan evaluasi ternyata sudah tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk mengadakan perubahan atas Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.
Pasal 10 Cukup jelas, Pasal 11 Cukup jelas, Pasal 12 Besarnya retribusi IMB sebagai berikut: Tarif X koefisien luas bangunan X koefisien tingkat bangunan X koefisien rencana penggunaan bangunan koefisien letak bangunan, Pasal 13 Cukup jelas, Pasal 14 Cukup jelas,Pasal 15 Cukup jelas, Pasal 16 Cukup jelas, Pasal 17 Cukup jelas, Pasal 18 ayat (1) yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Namun dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pemungutan retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerja sama dengan badan-badan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis retribusi secara lebih efisien. Kegiatan pemungutan retribusi yang dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya retribusi yang terutang, pengawasan penyetoran retribusi dan penagihan retribusi. Pasal 18 Ayat (2) Yang dimaksud dengan dokumen lain yang dipersamakan antara lain berupa kontrak, Rencana Anggaran Belanja dan bestek. Pasal 19 Cukup jelas, Pasal 20 Cukup jelas, Pasal 21 Cukup jelas, Pasal 22 Cukup jelas, Pasal 23 Cukup jelas, Pasal 24 Cukup jelas, Pasal 25 Cukup jelas, Pasal 26 Cukup jelas, Pasal 27 Cukup jelas, Pasal 28 Cukup jelas, Pasal 29 Ayat (1) Saat kedaluarsa penagihan retribusi ini perlu ditetapkan untuk memberikan kepastian hokum kapan utang retribusi tersebut tidak dapat ditagih lagi; Ayat (2) huruf a Dalam hal diterbitkan Surat Teguran, kedaluarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Teguran; Ayat (2) huruf b Yang dimaksud dengan pengakuan utang retribusi secara langsung adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah; Pasal 30 P e n g a j u a n tuntuan ke pengadilan pidana terhadap Wajib Retribusi dilakukan dengan pemuh kearifan serta memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi dan besarnya Retribusi yang terutang yang mengakibatkan kerugian keuangan daerah. Pasal 31 Cukup jelas, Pasal 32 Cukup jelas, Pasal 33 Cukup jelas.
II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Cukup jelas, Angka 2 Cukup jelas, Angka 3 Cukup jelas, Angka 4 Cukup jelas, Angka 5 Cukup jelas, Angka 6 Cukup jelas, Angka 7 Cukup jelas; Angka 8 Pasal 1 Cukup jelas, Pasal 2 Cukup jelas, Pasal 3 Ayat (1) yang dimaksud dengan pertandaan ialah bangunan reklame atau sejenisnya yang didirikan di dalam maupun di luar kapling milik sendiri. Pasal 3 Ayat (2) Cukup jelas, Pasal 4 C u k u p Pasal II Cukup jelas jelas, Pasal 5 ukup jelas, Pasal 6 Cukup jelas, Pasal 7 Cukup jelas, Pasal 8 Cukup jelas, Pasal 9 Cukup jelas,
26
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Kiprah dalam 21 komoditi. Di antara 21 komoditi itu, 18 komoditi di antaranya adalah komoditi pangan. Delapan belas komoditi pangan tersebut adalah beras, gula pasir, tepung terigu, daging, telor, susu, jagung pipilan kering, garam beryodium, tepung akan merupakan kebutuhan pokok yang tidak terigu, kacang kedelai, mie bisa ditunda. Namun, bagaimana jika harga Foto/HB:Fahmi instant, cabe merah besar, pangan melonjak? Apakah operasi pasar bawang merah, bawang Adi Setiarso, SE diperlukan? putih, ikan asin teri, kacang hijau, kacang tanah, dan ketela pohon. Sisanya adalah komoditi nonpangan yang meliputi minyak tanah, Seiring perkembangan teknologi pertanian, bahan pupuk, dan semen. pangan semakin beragam. Namun beragamnya bahan pangan Masih menurut Adi, setiap tiga hari sekali, harga bahan itu belum mampu melepaskan manusia dari makanan pokok tersebut dipantau. Hasil pemantauan ini dianalisis untuk pokoknya. Seperti halnya manusia di Indonesia yang sangat dilaporkan ke Provinsi Jawa Tengah (Dinas Perdagangan). tergantung kepada nasi. Melalui hasil pemantauan itu pula, Disperindag Permasalahan pangan di Salatiga menjadi kewenangan memutuskan perlu atau tidaknya operasi pasar (oppas). “Untuk Satuan Perangkat Kerja Daerah yang membidangi ekonomi saat ini, operasi pasar masih dipandang sangat penting untuk bersama Asisten Ekonomi Pembangunan dan Kesra (Asisten II) mengendalikan harga, apa lagi dalam situasi yang mendesak,” selaku koordinator. Hal ini diperkuat dengan dikeluarkannya SK jelas Adi. Karena itulah, baru-baru ini, Disperindag mengadakan Walikota Nomor 750-05/56/2008 tentang Tim Koordinasi operasi pasar untuk minyak goreng. Pelaksanaan Kegiatan di Bidang Perekonomian pada SKPD di Pada tahap I, pasar murah minyak goreng di Salatiga Lingkungan Pemkot Salatiga. SKPD terkait terdiri atas terlaksana di 22 kelurahan. Menurut Adi, pasar murah di Salatiga Disperindag, Bagian Perekonomian, Dinas Koperasi dan UKM, ini mungkin memilik titik operasi pasar minyak goreng terbanyak Dinas Pertanian, Bapeda, dan Disnakertrans. di Jateng. “Hal ini kami lakukan untuk memenuhi permintaan Kepala Bagian Perdagangan Disperindag Kota Salatiga, masyarakat agar operasi pasar lebih didekatkan kepada Adi Setiarso, S.E. menerangkan, perdagangan adalah salah satu masyarakat sehingga tidak melalui kecamatan,” jelasnya. kekuatan pendukung dan pendorong pembangunan ekonomi Melalui operasi pasar minyak goreng, harga minyak serta menstabilkan harga pangan, khususnya sembako. goreng di pasar diharapkan bisa turun. Namun, Adi mengeluhkan, Berbagai jenis usaha, baik barang maupun jasa, telah pada prakteknya, harga minyak goreng masih fluktuatif. berkembang di Salatiga. Pertumbuhan itu merupakan hasil dari Meskipun Salatiga telah dibanjiri minyak goreng, permintaan upaya pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang tetap tinggi. Oleh karenanya, pemerintah daerah akan kondusif. melaksanakan operasi ini secara bertahap sampai 6 kali. Meskipun demikian, saat ini, sektor perdagangan barang “Tujuannya jelas, yaitu agar harga kembali stabil,” imbuh Adi. dan jasa dihadapkan pada berbagai permasalahan yang Upaya lain yang dilakukan Disperindag dalam kompleks. Di antaranya, membanjirnya produk impor, baik pengendalian harga adalah melaksanakan pengawasan, makanan, minuman, dan lain sebagainya. Di satu sisi, monitoring, serta mendata keberadaan maupun aktifitas para membanjirnya produk ini diharapkan mampu memenuhi distributor. Tetapi, Adi menegaskan, harga barang masih kebutuhan masyarakat yang juga semakin meningkat. Di sisi ditentukan oleh mekanisme pasar. lain, berbagai produk di pasaran ini belum tentu memenuhi Saat ini ketersedian sembako di Salatiga cukup aman. Hal persyaratan layak mutu dan kesehatan. “Untuk itu, kebijakan ini karena lumbung Salatiga menginduk kepada Dolog Jateng. yang ditempuh pemerintah, antara lain, ditekankan kepada Selain itu, hingga saat ini, sebagian produk pertanian di Salatiga peningkatan kekuatan pasar domestik dalam mengantisipasi berasal dari Boyolali, Semarang, dan Solo. Namun, masyarakat globalisasi perdagangan,” jelasnya. Salatiga juga cukup berandil dalam menyediakan produk Agar permasalahan pangan dapat tertangani lebih baik, pertanian. Disperindag membagi pekerjaannya dalam beberapa bidang. Tugas Disperindag lainnya adalah memberikan konsultasi “Dalam hal pangan, Bidang Perdagangan memusatkan dan advokasi (pembelaan) teknis, perijinan SIUP, rekomendasai perhatian kepada masalah perdagangan pangan,” kata Adi. Di importer dan eksportir, pengawasan, serta pemantauan. antaranya, pemantauan kebutuhan pokok masyarakat Disperindag juga mengadakan sosialisasi; pelatihan kemasan, (kepokmas) dan barang pokok penting strategis yang terinci ke merk, dan label; serta pelatihan lainnya. Disperindag juga aktif melakukan, pemantauan harga, (pemantauan) harga distributor, rapat koordinasi HATIBERIMAN, Vol.monitoring 2 No. 2, Mei 2008 27 bidang ekonomi, sosialisasi SIUP, dan pemberian kredit.(lux)
Oppas
Sangat Dibutuhkan
M
Budaya
Karawitan Tradisi nan Syahdu
S
alatiga adalah salah satu kota di Jawa Tengah yang masih getol melestarikan karawitan. Meskipun umurnya sudah sangat tua, jika dinikmati dengan sungguh-sungguh, musik karawitan begitu syahdu di gendang telinga kita. Merana dan Dicinta Di tengah nasibnya yang merana di negeri sendiri, karawitan masih memiliki tempat untuk berkembang di Salatiga. Di kota ini, ada berbagai paguyuban karawitan. Dalam satu kesempatan, reporter Hati Beriman menyempatkan diri menengok Paguyuban Asmoro Budoyo. Asmoro Budoyo Salatiga berdiri tahun 1991 yang di rintis Mester Sukardjo. Di Paguyuban Asmoro Budoyo, kita dapat menyaksikan berbagai kegiatan latihan untuk meningkatkan ketrampilan di bidang kesenian Jawa. Kegiatan itu meliputi karawitan, cokekan, ketoprak, wayang kulit, dan pawiyatan pedalangan anak-anak. Khusus kesenian karawitan, personil yang dibutuhkan cukup banyak, yaitu 15-20 orang. Alunan musik ini sangat luwes sehingga dapat digunakan untuk mengiringi berbagai pertunjukan kesenian Jawa. Kesenian tari Jawa, wayang kulit, dan fragmen wayang orang serasa tak lengkap tanpa iringan karawitan. Perangkat musik ini ditambah kentongan jika sedang mengiringi pertunjukan ketoprak. Karena keluwesannya, musik karawitan menjadi salah satu pilihan bagi orang yang sedang mempunyai hajatan. Hal ini karena musik karawitan dianggap mampu memberikan ketenangan bagi pendengarnya. Untuk meningkatkan kemampuan para anggota dalam memainkan alat musik, Ketua Paguyuban Asmoro Budoyo, Letkol (Purn) drg. K.R.H.T. H. Haryono, mengatakan, paguyuban mengadakan latihan rutin setiap malam Jum'at dan malam Minggu. Selama latihan berlangsung, anggota meningkatkan penguasaan terhadap alat musik, seperti bonang, kempung, saron, peking, gender, slentem, kenong, gong, gambang, siter, rebab, kemanak, dan terbang. Selain itu, setiap malam Selasa Kliwon, paguyuban yang bermarkas di Jalan Adi Sucipto ini mengadakan siaran langsung di RSPD. Kegiatan lainnya adalah Sarasehan Kebudayaan Jawa setiap malam Jum'at Kliwon dan mengisi acara rutin setiap Sabtu sore di Hotel Laras Asri. Asmoro Budoyo juga melayani warga yang ingin memanfaatkan keterampilan mereka dalam berkesenian. Biayanya cukup terjangkau untuk durasi (lama) pertunjukan selama tiga jam. “Kesenian Jawa saat ini membutuhkan generasi muda
28
untuk menjadi penerus dan mengembangkan budaya ini,” kata Haryono. Pasalnya, m e s k i p u n karawitan sudah mendunia, tapi merana di negeri sendiri. Gaungnya tertelan hingar bingar musik anak muda yang dinilai lebih modern dan Foto/HB:Fahmi gaul. Oleh karena Musik Karawitan itu, Asmoro Budoyo berupaya semakin banyak menggaet generasi muda untuk bergabung dengan paguyuban seni ini. Namun, seiring dengan perkembangan jaman, kendala yang mereka hadapi semakin tidak mudah. Menurut Haryono, menacari penerus untuk kesenian Jawa memang sangat sulit. “Rata-rata anak muda sekarang tidak suka dan tidak tertarik dengan kesenian tradisional Jawa,” tuturnya. Di antar kesulitan itu, yang paling sulit adalah mencari bibit sinden. Hingga saat ini, anggota Asmoro Budoyo mencapai 50 orang. Hubungan antaranggota ini sangat akrab dan sudah seperti keluarga sendiri. Apabila ada yang sakit atau terkena musibah, paguyuban akan berusaha turut meringankan penderitaan dengan memberi sejumlah bantuan. Mengapa Karawitan? Berbicara tentang karawitan di Salatiga, terasa kurang lengkap tanpa pengetahuan sejarahnya. Sebenarnya, mengapa musik tradisional ini disebut karawitan? Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen sebagai pernyataan musikal yang sering disebut dengan istilah karawitan. Karawitan berasal dari bahasa Jawa, yaitu rawit yang berarti rumit atau berbelit-belit. Rawit juga bisa berarti halus, cantik, berliku-liku, dan enak. Dalam bahasa Jawa, istilah karawitan khusus digunakan untuk mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang bersistem nada nondiatonis (dalam laras slendro dan pelog) yang garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memiliki fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia, vokalia, dan campuran yang indah didengar. Seni gamelan Jawa mengandung nilai-nilai historis dan filosofis bagi bangsa Indonesia. Dikatakan demikian karena gamelan Jawa merupakan salah satu seni budaya yang diwariskan oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih banyak digemari serta ditekuni. Secara hipotetis, sarjana J.L.A. Brandes (1889) mengemukakan bahwa masyarakat Jawa sebelum adanya pengaruh Hindu telah mengenal sepuluh
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
oto/HB:Fahmi FFoto/HB:Fahmi
keahlian, diantaranya adalah wayang dan gamelan. Gamelan Jawa mempunyai sejarah yang panjang. Seperti halnya kesenian atau kebudayaan yang lain, gamelan Jawa dalam perkembangannya juga mengalami berbagai perubahan. Perubahan terjadi pada cara pembuatannya, sedangkan perkembangannya menyangkut kualitas. Dahulu, pemilikan gamelan ageng Jawa hanya terbatas untuk kalangan istana. Kini, siapapun yang berminat dapat memilikinya sepanjang bukan gamelan-gamelan Jawa yang termasuk dalam kategori pusaka (Timbul Haryono, 2001). Gamelan yang lengkap mempunyai sekitar 72 alat dan dapat dimainkan oleh niyaga (penabuh) dengan disertai 1015 pesinden dan atau gerong. Susunannya, terutama, terdiri dari alat-alat pukul atau tetabuhan yang terbuat dari logam. Alat-alat lainnya berupa kendang, rebab (alat gesek), gambang yaitu sejenis xylophon dengan bilah-bilahnya dari kayu, dan alat berdawai kawat yang dipetik bernama siter atau celepung. Gamelan Jawa mempunyai tanggapan yang luar biasa di dunia internasional. Saat ini telah banyak diadakan pentas seni gamelan di berbagai negara Eropa dan memperoleh tanggapan yang sangat bagus dari masyarakat di sana. Bahkan, tak sedikit sekolah di luar negeri yang memasukkan seni gamelan sebagai salah satu musik pilihan untuk dipelajari oleh para pelajarnya. Ironisnya, di negeri sendiri masih banyak orang yang menyangsikan masa depan gamelan. Terutama para pemuda yang cenderung lebih tertarik pada musik-musik luar yang memiliki instrumen serba canggih. Dari sini diperlukan suatu upaya untuk menarik minat masyarakat kepada kesenian tradisional yang menjadi warisan budaya bangsa tersebut. Secara filosofis, gamelan Jawa merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Hal demikian disebabkan filsafat hidup masyarakat Jawa berkaitan dengan seni budayanya yang berupa gamelan Jawa serta berhubungan erat dengan perkembangan religi yang
dianutnya. Bagi masyarakat Jawa, gamelan mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral, dan spiritual. Gamelan memiliki keagungan tersendiri. Buktinya, dunia pun mengakui gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Gamelan merupakan alat musik yang luwes, karena dapat berfungsi juga bagi pendidikan. Sekarang ini, ada kecenderungan perbedaan persepsi yang dilakukan oleh generasi muda. Berbagai atraksi kebudayaan yang pada satu sisi kelihatan agak menonjol, tetapi di sisi lain merupakan kemunduran. Terutama yang menyangkut gerakgerak tari dan penyuguhan gendhing-gendhing yang dikeluarkan. Anak muda terlihat tak tertarik gamelan karena tidak ada yang memperkenalkan. Selain itu, tidak ada yang mengajarkan. Artinya, ketidaktertarikan anak muda ini tak bisa disalahkan. Mayoritas orang tua, bahkan lingkungan sekolah, tidak mendukung anak mengenal gamelan. Bagi generasi muda, gamelan sulit diminati kalau dibunyikan seperti masa-masa dulu pada era orang tua atau kakek dan nenek mereka. Anak muda sekarang lebih suka jika membunyikan gamelan sesuka mereka dan dipasangkan dengan alat musik dan seni apa saja. Walaupun begitu, lewat cara-cara inilah gamelan mendapat jalan untuk lestari. Gamelan bukan sekadar alat musik tradisional atau obyek, namun ada spirit di dalamnya, yakni kebersamaan. Yang penting di sini adalah manusianya, yaitu bagaimana mereka merasa dekat dengan gamelan. Perlu dipikirkan pula, demi kelestarian kebudayaan kita sendiri yang sungguh-sungguh adhi luhur, penuh dengan estetika, keharmonisan, ajaran-ajaran, filsafat-filsafat, tatakrama, kemasyarakatan, toleransi, pembentukan manusia-manusia yang bermental luhur, tidak lepas pula sebagai faktor pendorong insan dalam beribadah terhadap Tuhan, yaitu dengan sarana kerja keras dan itikat baik menjaga seni dan budaya sendiri. Jangan sampai ada suatu jurang pemisah atau gap dengan sesepuh yang benar-
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
29
Lintas Kota
Gusdur Kunjungi Salatiga mewakili Gubernur Jawa Tengah, Ali Mufidz, yang sedianya menjadi pembicara dalam seminar itu namun berhalangan hadir. “Sebenarnya dari dahulu tidak ada masalah dalam kebangsaan kita. Saya ini keturunan Tiong Hwa dari Puteri Campa. Bangsa ini merdeka juga atas usaha bersama suku Foto/HB:Fahmi bangsa yang ada di Nusantara ini,” kata Gus Dur. KH. Abdulrachman Wahid, hadir di sarasehan Nasional KebangsaMenanggapi permasalahan korupsi yang menjadi musuh an di Quality Hotel Wahid Salatiga. bersama bangsa, Priyo mengungkapkan bahwa korpsi bisa antan Preasiden Republik Indonesia, KH. terjadi dan dilakukan oleh siapa pun. “Sekarang ini, sorotan Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal masyarakat dan publik, yang namanya korupsi ya dilakukan oleh d e n g a n p a n g g i l a n G u s D u r , k e m b a l i eksekutif dan legislatif. Namun sebenarnya, pengusaha ataupun mengunjungi Salatiga. Kedatangannya kali ini dalam rangka pegawai juga bisa korupsi,” jelasnya. menghadiri seminar kebangsaan yang diadakan di Quality Hote Semetara itu, Ketua Panitia Penyelenggara, Sri Yuliani Wahid Salatiga (15/4). yang merupakan anggota DPRD Kota Salatiga menjelaskan Acara ini digelar oleh Paguyuban Nusantara Bangkit bahwa seminar ini tidak ada kaitannya dengan persoalan politik. Bersatu bekerja sama dengan Kantor Kesatuan Bangsa dan “Seminar ini murni berbicara masalah kebangsaan dan tidak Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Kota Salatiga. dikaitkan dengan persoalan politik,” tegasnya. Seminar kali ini mengambil tema Mewujudkan Kota Salatiga yang Lebih lanjut, Yulianis menjelaskan bahwa seminar ini Sejuk dan Harmonis. bertujuan mewujudkan Kota Salatiga menjadi kota yang sejuk Dalam seminar tersebut, Gus Dur tampil sebagai key note dan harmonis, sehingga bersinergi dengan pelaksanaan speaker (pembicara utama) yang akan mengupas tentang pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah. kebangsaan. Pemateri lainnya adalah Dr. Cahyadi dan Kepala Biro Beberapa tokoh penting juga menghadiri seminar ini, Hukum Provinsi Jawa Tengah, Priyo Anggoro, S.H., M.Si. Priyo
M
90 Ribu Liter Minyak Goreng Warga
W
arga kurang mampu di Salatiga kembali mendapatkan minyak goreng dengan harga murah. Pendistribusian minyak goreng bersubsidi ini dikemas dengan pasar murah. Subsidi sebesar 2.500 rupiah yang diberikan pemerintah ini cukup membantu Foto/HB:Fahmi warga di saat harga minyak curah di pasaran berkisar 9.500 Suasana pasar murah minyak oreng curah bersubsidi di Salatiga rupiah. Sekda berharap agar masyarakat memanfaatkan Pembukaan pasar murah ini berlangsung di Kelurahan program ini secara baik. “Harga minyak goreng sebesar 7 ribu Tingkir Lor pada 31 Maret lalu. Acara dibuka oleh Sekretaris rupiah per liter ini adalah untuk meringankan beban warga Daerah Kota Salatiga, Dra. Sri Sejati, M.Si. Rencananya, pasar murah serupa akan dibuka di 22 kelurahan yang ada di Salatiga. yang kurang mampu,” tegasnya. Sri Sejati juga menghimbau agar dalam proses distribusi Total minyak yang akan disalurkan sebanyak 90 ribu liter. ini, masyarakat dapat berlaku tertib dan tidak berdesakan.
30
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Lintas Kota
Nasyid Salatiga ke Jakarta
S
etelah memenangkan FASI tingkat Jawa Tengah dan menjadi Juara I, Tim Nasyid dan da'i kecil Kota Salatiga maju ke tingkat nasional. Perlombaan akan dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 3-7 Juli mendatang. Pelepasan dilakukan oleh Walikota, John M. Manoppo, S.H., dan Kepala Bagian Sosial, Drs. H. Adi Isnanto, M.M. di Ruang Sidang Walikota Salatiga, April lalu. Rombongan terdiri dari para pendamping, pemenang FASI (festival anak sholeh Indonesia) Jawa Tengah di Semarang asal Salatiga, yaitu Siti Nurhalisa juara I pidato Bahasa Indonesia, Satrio Bagas Pamungkas Juara II pidato Bahasa Indonesia dan Tim Nasyid Elfa Salam sebagai juara I. Sebagai ketua rombongan adalah Mustofa Dasirun yang juga merupakan Ketua Badan Koordinasi Taman Pendidikan Al-Qur'an (Badko TPQ) Cabang Salatiga. Sambil bercanda, dalam sambutannya, Walikota berharap agar anak-anak yang akan maju ke perlombaan
Foto/HB:Fahmi
Walikota Salatiga, John M. Manoppo, SH melepasan TimNasyid dan da’i kecil Kota salatiga.
tingkat nasional didampingi. “Sebab, jika jauh dari orang tua, nantinya suara anak-anak tidak keluar,” candanya. Walikota juga menegaskan, Pemkot Salatiga, DPRD, dan Masyarakat memberikan dukungan penuh kepada para peserta. Setelah memberikan sambutan Walikota juga mencoba kebolehan Siti Nurhalisa dalam berpidato. Sebelum meninggalkan ruangan, Walikota juga memberikan uang pembinaan kepada anak-anak yang menjadi juara di Tingkat Jawa
Meneladani
Rasulullah Foto/HB:Fahmi
Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW.
L
embaga Amalan Islam (LAI) Kota Salatiga menggelar pengajian dan dzikir bersama. Acara ini digelar dalam rangka memperingati kelahiran (Maulid) Nabi Muhammad SAW. Peserta peringatan salah satu hari raya umat Islam ini adalah PNS, TNI, dan Polri Kota Salatiga. Peserta tahun ini lebih banyak dari tahun sebelumnya. Bahkan, peserta sampai membludak keluar Ruang Sidang III. Suasana peringatan yang berlangsung pada 2 April itu berlangsung khidmad namun meriah. Sebagai hiburan, panitia menyuguhkan Hadroh Modern dari Ambarawa.
Tema yang diangkat panitia peringatan kali ini adalah Rasulullah Mencintai Kita. Sesuai dengan temanya, K.H. Habib Hasbullah menyampaikan ceramah bertopik keteladanan terhadap Rasul. Habib mengatakan, dengan cinta serta rasa persatuan dan kesatuan, masalah yang kita hadapi akan dapat terselesaikan dengan baik. Keteladanan inilah yang diberikan Rasulullah. “Rasulullah SAW sangat menghormati sesama, tak terkecuali membencinya. Suatu ketika, seseorang meludahi Rasulullah ketika hendak pergi ke masjid. Namun ketika orang tersebut tidak ada, beliau malah bertanya tentangnya. Ketika mengetahui bahwa orang tersebut sakit, Nabi Muhammad SAW menengoknya,” tuturnya. Habib juga melontarkan pertanyaan penting yaitu apakah kita mampu berbuat sesuai teladan yang diberikan Rasulullah SAW. Ceramah yang diselingi dengan shalawat bersama kepada Rasulullah SAW oleh dai asal Semarang itu semakin terasa khidmat dengan adanya dzikir dan doa bersama yang dipimpin oleh Drs. Nasiruddin dari Kelurahan Randu Acir
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
31
Lintas Kota
Lagi-Lagi
Kajari Perempuan baik di Kota Salatiga. “Saya merasa tenang ketika mendengar bahwa saya dipindah ke Salatiga karena situasi kota ini kondusif Foto/HB:Fahmi dan tidak banyak masalah.” Kajari baru ini juga berharap dapat Lepas sambut Kepala Kejaksaan Negeri Salatiga melanjutkan tugas Kajari lama secara lebih baik. Dalam kesempatan yang sama, Walikota Salatiga, John M. epala Kejaksaan Negeri (Kajari) Salatiga kembali dijabat oleh seorang perempuan. Setelah acara Manoppo, S.H. mengucapkan terima kasih kepada Crisnowati lepas sambut (10/4) di halaman Kantor Kejaksaan karena telah bersama-sama menjaga kondisi Salatiga. Walikota Negeri, Chrisnowati, S.H., M.Hum. menyerahkan jabatannya berharap, Chrisnowati dapat menjalankan tugas lebih baik di tempat kerja yang baru. Walikota juga menyambut positif secara resmi kepada Sri Yatmi, S.H. kehadiran Sri Yatmi sebagai Kajari di Kota Salatiga. “Kami semua Dalam sambutannya, Chrisnowati berpamitan seraya mohon doa restu. “Saya mengucapkan terimakasih atas menerima ibu dan menganggap ibu seperti keluarga kami,” sambutan yang diberikan Pemerintah Kota Salatiga, utamanya tegasnya. Sebelumnya, Sri Yatmi yang lahir di kota Sragen ini Walikota, serta rekan-rekan muspida selama saya bertugas di menduduki jabatan sebagai Kepala Bagian Tata Usaha sini,” tuturnya. Chrisnowati harus menyerahkan jabatannya Kejaksaan Tinggi di DKI Jakarta. kepada Kajari baru karena dipindahkan ke Kejaksaan Tinggi Turut hadir dalam acara itu adalah Sekretaris Daerah Kota Kepulauan Riau sebagai Asisten Kejaksaan Tinggi. Sementara itu, Sri Yatmi berharap bisa diterima dengan Salatiga, Dra. Sri Sejati K, M.M., serta muspida plus. Terlihat
K
Meski Hujan
Tetap Upacara
U
pacara bendera memperingati Hari Kartini Kota Salatiga berlangsung meriah dan penuh semangat. Meskipun hujan turun, upacara terus digelar sampai selesai. Bertindak sebagai Inspektur Upacara adalah Ketua Tim Penggerak PKK Kota Salatiga, Rosa Darwanti, SH. MSi. Sementara itu, Kepala Kecamatan Sidomukti, Nunuk Dartini, Foto/HB:Fahmi S.Pd., M.Si. menjadi pemimpin upacaranya. Yang berbeda dalam Upacara hari kartini Pemkot Salatiga diwarnai hujan gerimis. upacara kali ini, semua petugas adalah perempuan dan kepada masyarakat Salatiga. Juga hadir dalam peringatan ini mengenakan kebaya serta sanggul. adalah Muspida Plus, tokoh-tokoh wanita Salatiga, organisasi Usai upacara, Walikota Salatiga, John M. Manoppo, S.H., wanita Salatiga, dan tokoh masyarakat. yang juga hadir dalam upacara itu menyempatkan diri Setelah upacara, acara dilanjutkan dengan dengan lomba menghadiahkan setangkai mawar kepada semua petugas keluwesan busana oleh para ibu dan lomba memasak. Lomba upacara, termasuk kepada Ketua Tim penggerak PKK yang tidak keluwesan busana digelar di Ruang Sidang II Pemerintah Kota lain adalah istrinya. Selain itu, diberikan pula penghargaan Salatiga. Sedangkan di halaman Ruang Sidang yang sama kepada perwakilan ketua RT yang telah mengabdikan diri
32
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Lintas Kota
Seni Salatiga Belum Nyambung
S
ebagai upaya mencari solusi demi kemajuan sektor seni di Salatiga, Dewan Kesenian Salatiga (DKS) mengadakan temu wicara seniman se-Kota
Salatiga. Pertemuan yang berlangsung di Gedung Pertemuan (GPD) Kota Salatiga ini dihadiri oleh Kepala Dinas Pariwisata Seni Budaya dan olahraga, Dra. Diyah Puryanti, M.Si., Ketua Tim Penggerak PKK, Rosa Darwanti, S.H., M.Si., Ketua DPRD Kota Salatiga Sutrisno Supriantoro, S.E., beberapa anggota DPRD, seniman se-Kota Salatiga, dan Ketua Dewan Kesenian Jawa Tengah, H. Bambang Sadono. Dalam pengantar tanya jawab permasalahan kesenian, Sutrisno yang akrab dipanggil Pak Tris, mengutarakan kurang optimalnya DKS dalam menyambungkan (menyatukan visi, Red) semua potensi seni di Salatiga. “Akibatnya, potensi seni di Salatiga terkesan berkembang sendiri-sendiri. Mereka belum membentuk satu komunitas yang dapat berfanfaat bagi perkembangan pariwisata,” ungkap Pak Tris. Sementara itu, Ketua DKS, Didick Indaryanto, berharap
Foto/HB:Fahmi
Temu Seniman dengan Ketua Dewan Kesenian Jawa Tengah
temu wicara ini dapat menghasilkan solusi. “Saya mengharapkan masukan dan saran sehingga dapat menjadi koreksi bagi DKS. Hal ini semata-mata untuk menambah dan menumbuhkembangkan sektor pariwisata, utamanya bidang kesenian, seperti harapan Kadinas Pariwisata,” papar Didick. Adapun Bambang Sadono menyambut baik kegiatan temu wicara ini. Hal serupa dapat menjaga kelestarian dan memperkaya budaya lokal. Pertemuan tanggal 12 April itu juga dimeriahkan oleh berbagai acara hiburan. Liong Samsi, Reog Ponorogo, grup paduan suara, pembacaan puisi, gamelan, dan pentas musik turut ambil bagian dalam pertemuan itu. Tak ketinggalan, tanaman
Sultan HB X Hadir di UKSW Foto/HB:Fahmi
Sri Sultan Hamengku Buwono X bedah buku
S
ri Sultan Hamengku Buwono X berkenan hadir di Salatiga (22/4). Sri Sultan hadir dalam rangka memberikan kata pengantar dalam acara bedah buku karangan beliau dengan judul Merajut Kembali KeIndonesian Kita yang diselenggarakan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Dalam kata pengantar yang sekaligus sambutannya, Sri Sultan mengutarakan alasan bukunya berjudul Merajut. “Kata
merajut adalah upaya bersama untuk membangun kembali persatuan-kesatuan bangsa dan ke-Indonesiaan kita,” kata Sultan. Ditambahkannya, upaya tersebut dilakukan tekun dan teliti melalui pendekatan budaya, sehingga berbagai etnik teranyam dalam serat-serat budaya Indonesia yang saling menguatkan. Dalam kesempatan itu, Sultan juga mengadaptasi ucapan Bung Karno di depan Sidang Umum PBB, “To Build the World a New, ” yang berarti bangunlah suatu dunia di mana semua etnik hidup dalam suasana damai dan rasa persaudaraan. Acara bedah buku ditandai pula dengan penyerahan buku karya beliau kepada Walikota Salatiga, Kris Herawan Timotius (Rektor UKSW), Kasmun Saparaus (Anggota DPRD), Garin Nugroho (Cineas), dan mahasiswa. Tampil sebagai narasumber dalam bedah buku tersebut adalah Pdt. Em. Brotosemedi Wiryotenoyo, Kutut Suwondo, Garin Nugroho, Sukardi Rinakit, dan Ivan Haris (Wartawan An TV).(lux)
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
33
Lintas Kota
Sri Sejati Resmi Ketua BAZ Acara alih kepengurusan yang berlangsung di Ruang Sidang III Pemkot Salatiga (4/3) ini dihadiri oleh Walikota Salatiga, John M. Manoppo, S.H., yang juga menjadi dewan pertimbangan, Kepala Depag, Taufiq Rahman, pengurus lama, serta pengurus baru. Sri Sejati selaku ketua yang baru berusaha untuk dapat meningkatkan penggalian zakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. “Saya berharap pengurus lama dan dewan pertimbangan dapat selalu memberikan arahan untuk kemajuan BAZ Salatiga. Dalam pengumpulan (zakat, Red) saya juga meminta kepada para pengurus untuk memberikan contoh Foto/HB:Fahmi sesuai dengan ajaran agama. Jika masyarakat mendapatkan contoh kemungkinan besar kesadaran masyarakat dalam mengeluarkan zakat akan meningkat,” lanjutnya. Sri Sejati Resmi Ketua Baz Kota Salatiga. Sementra itu, Ketua Dewan Pertimbangan BAZ John M. Manoppo, S.H., memberikan ucapan selamat kepada pengurus erah terima pengurus Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Salatiga telah terlaksana. Posisi Ketua BAZ periode yang baru. “Semoga kinerja di kemudian hari akan terus 2008-2010 akhirnya di percayakan kepada meningkat dan membawa kemaslahatan. Ungkapan terimakasih juga saya sampaikan kepada kepengurusan lama yang telah Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Salatiga, Dra. Sri Sejati, Msi.
S
Sepak Takraw Maju ke Jawa Tengah
P
esta Olah Raga tingkat pelajar tahun 2008 di gelar di Salatiga. Pelaksanaan lomba berlangsung 6 hari sejak tanggal 14-19 April 2008. Lokasi yang di pilih adalah Lapangan yonif 411, Stadion Kridanggo, Gedung Olah Raga (GOR) Hati Beriman dan GOR SKB Ngebul serta Lapangan olah Raga Damatex. Cabang olah raga yang dilombakan adalah: Untuk Tingkat SD dan MI baik Putra dan Putri adalah Bola voly mini, Sepak Takraw dan Sepak Bola Mini. Sedangkan untuk Tingkat SMP dan MTs terdiri dari: Bola Voly, Sepak Bola, Sepak Takraw dan Basket. Sementara di tingkat SMA dan SMU adalah: Bola Voly, Sepak Bola, Sepak Takraw dan Basket. “Dan dari semua cabang yang dilombakan, dari Salatiga hanya sepak takraw putri tingkat SMP yang maju ke Tingkat Jawa Tengah. Kemungkinan menang 80% jika peserta tidak curi umur” terang Purwanto selaku koordinator Sepak takraw Salatiga. Untuk Kota Salatiga
34
Foto/HB:Fahmi
Walikota Salatiga, John M. Manoppo, SH saat memberi salam pada acara Pesta Olah Raga Tingkat Pelajar
penyelenggaraan ini adalah yang pertama. “POPDA yang digelar setiap tahun sekali ini Salatiga baru menjadi tuan rumah kali ini.dasarnya adalah penunjukan langsung Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah” jelas Drs. Mulyanto yang juga sebagai sekretaris penyelenggara. Sementara itu biaya yang dikumpulkan kepada panitia dari enam kota dan Kabupaten adalah sebesar 18 Juta. “Kendala yang kami hadapi adalah masalah pendanaan, dari tiap kabupaten dan Kota yang turut terkumpul 18 Juta. Ini tentu sangat berat untuk menggelar kesemua cabang olah raga.
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Lintas Kota
Panwascam Resmi Dilantik
P
ada tanggal 16 April lalu, Panitia Pengawas Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah tingkat kecamatan (panwascam) resmi dilantik. Acara yang berlangsung di Ruang Sidang DPRD Kota Salatiga ini dihadiri oleh Walikota Salatiga, Muspida Plus, Ketua Panwas Jawa Tengah, Ir. Sriyanto Saputro, M.M., tokoh agama, tokoh mayarakat, akademisi, serta perwakilan partai politik. Pelantikan dilakukan oleh Ketua Pengadilan Negeri Salatiga, Tumpak Pasaribu, S.H. Jumlah panwascam kali ini sebanyak 12 orang yang akan bertugas di empat kecamatan. Setiap kecamatan memiliki tiga orang panwascam dengan rincian dua orang dari masyarakat umum dan satu dari unsur kepolisian. Anggota panwascam ini dilantik setelah lolos uji kepatutan panwascam yang dilaksanakan Panwas Kota Salatiga. Tes seleksi ini dilakukan untuk menjaring kader terbaik untuk mewakili masing-masing kecamatan. Seleksi dilaksanakan di Ruang Serbaguna DPRD (9/4). Sedangkan keputusan diserahkan kepada DPRD Provinsi Jawa Tengah.
Foto/HB:Fahmi
Pelantikan Panwascam di Ruang Sidang DPRD Kota Salatiga
Para anggota Panwascam ini terpilih dari 13 orang pendaftar. Tujuh orang pendaftar dari Kecamatan Sidorejo, dua orang dari Kecamatan Sidomukti, seorang dari Kecamatan Tingkir, dan sisanya dari Kecamatan Argomulyo. Ketua Panwas Provinsi Jawa Tengah memberikan ucapan selamat kepada panwascam yang telah dilantik. “Saya ucapkan selamat menjalankan tugas kepada panwascam yang telah dilantik. Saya mohon bantuan sarana kepada Walikota Salatiga bagi anggota kami, selain itu anggaran berasal dari pemerintah provinsi,” tutur Ir. Sriyanto. Sebelum acara penutupan, dibacakan
Pesan Paskah Melalui Tali Asih hadir juga diingatkan akan kebangkitan Yesus Kristus yang menjadi dasar iman Kristiani. Selain menyampaikan pesan Paskah melalui khotbah pendeta, acara itu juga menjadi sarana penyerahan tali kasih yang berupa dana bantuan biaya pendidikan bagi beberapa siswa yang bersekolah di SD Kanisius Gendongan, TK PGRI Noborejo, SD Kristen III, SMP Kristen I, dan SMK Kristen BM. Foto/HB:Sakti Acara ini semakin meriah oleh kesenian angklung dan kulintang dari GPdI Siloam di bawah asuhan Boaz Rudi M. Pergelaran acara Paskah bersama di Pemkot Salatiga alam rangka memperingati Hari Paskah, umat Kelompok kesenian ini membawakan beberapa buah lagu Kristiani di lingkungan Pemerintah Kota dalam acara yang diselenggarakan di Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Siloam, Jalan Ahmad Yani, Salatiga itu. Salatiga menggelar acara Paskah Bersama. Peringatan Paskah yang dilaksanakan pada 3 April itu Mengambil tema Yesus Bangkit Memulihkan diikuti oleh sekitar seribu orang ini. Acara juga dihadiri oleh Pengharapan, G.A. Panjaitan, S.Th., pendeta yang memimpin Asisten I Sekda Kota Salatiga yang mewakili Walikota Salatiga; khotbah mengajak hadirin untuk terus memiliki pengharapan beberapa anggota DPRD; unsur dari Kodim, Polres, dan Yon 411; di tengah dunia yang semakin berat bebannya. Umat yang serta pegawai di lingkungan Pemkot Salatiga.(shk)
D
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
35
Lintas Kota
Walikota: PNS Harus Netral
Foto/HB:Panji
John M. Manoppo, SH memberi pengaraha pada Sosialisasi Pilgub.
S
alah satu misi Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum. Partisipasi aktif masyarakat sangat diperlukan dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang demokratis.
Berkaitan dengan misinya, KPU Kota Salatiga mengadakan Sosialisasi Pilgub 2008 pada 8 April silam. Sosialisasi yang dilaksanakan di Ruang Sidang III ini diberikan kepada semua pimpinan unit kerja di lingkungan Pemkot Salatiga. Walikota Salatiga, John M. Manoppo, S.H., yang berkesempatan hadir dalam acara itu menyampaikan ketegasannya terhadap netralitas PNS dalam Pilgub Jateng 2008. Secara jelas dan gamblang, Walikota menyatakan bahwa PNS dilarang terlibat dalam kegiatan kampanye mendukung salah satu calon kepala daerah. PNS juga dilarang menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatannya dalam kegiatan kampanye. Selain itu, PNS dilarang membuat keputusan dan atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon. Walikota juga menyatakan, PNS dapat menjadi anggota Panitia Pemilih Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS), Kelompok Penyelenggara Pemilih Suara (KPPS), dan
Foto/HB:Fahmi
SMPN 4 Siap Lebarkan Sayap
S
esuai jadwal yang telah ditetapkan, Sabtu (29/30), proses pembersihan lahan perluasan SMPN 4 Salatiga dilakukan. Lahan perluasan yang juga merupakan aset Pemerintah Kota Salatiga ini berada di Jalan Patimura, Salatiga. Lahan tersebut terdiri atas lahan kosong di bagian belakang dan bangunan rumah di bagian depan. Proses pembersihan dimulai sejak pukul 08.30 WIB dan dilakukan oleh petugas serta dibantu para siswa dan guru. Mereka menyiangi semak-semak yang menutupi lahan kosong yang rencananya akan dibagun untuk sarana belajar berupa ruang kelas dan lapangan olah raga. Selain itu, petugas juga menurunkan papan nama yang terpasang di depan bangunan dan menggantinya dengan papan nama SMPN 4 Salatiga. Tampak hadir dalam acara pembersihan lahan itu adalah Kabag Hukum Pemkot Salatiga, Kepala Pengelolaan Barang Daerah, petugas dari Kepolisian dan Kodim, serta Satpol PP Kota Siswa SMPN 4 membersihkan lahan perluasan
36
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Lintas Kota
Walikota: PNS Harus Semakin Profesional
R
abu, 26 Maret yang lalu, Korpri Kota Salatiga mengadakan rapat kerja yang diikuti oleh seluruh perwakilan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kota Salatiga. Rapat Kerja Dewan Korpri kali ini mengusung tema Netralitas Anggota Foto/HB:Sakti Korpri merupakan Salah Satu Kunci Memantapkan Peran Korpri Rapat Kerja Dewan Korpri Kota Salatiga di gedung sekretariat dalam rangka Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik. Korpri Kridanggo . Dalam kesempatan itu, Walikota berharap agar anggota pada tanggal 22 Juni 2008 mendatang. Korpri selalu meningkatkan kemampuannya dan semakin Bertempat di Gedung Sekretariat Korpri Kridanggo, rapat professional dalam menjalankan tugas. Tak lupa, Walikota kerja dimulai pada pukul 09.00 WIB dan dipadati oleh 210 mengingatkan PNS untuk menjaga netralitasnya dalam konteks undangan. Selain Walikota Salatiga, Ketua DPRD, Komandan pemilihan kepala daerah yang akan berlangsung di Jawa Tengah Kodim 0714, Komandan Bataliyon 411, dan Kapolres Salatiga,
LKM Kota Salatiga Mengikuti Wahana Komunikasi masyarakat
Foto/HB:Panji
Perwakilan LKM Kota Salatiga menghadiri WKM.
S
eluruh perwakilan Lembaga Komunikasi Masyarakat (LKM) Kota Salatiga dari 22 Kelurahan menghadiri acara Wahana Komunikasi Masyarakat (WKM) yang diselenggarakan olah Badan Informasi, Komunikasi, dan Kehumasan (BIKK) Provinsi Jawa
Tengah. Acara ini terselenggara berkat kerja sama antara BIKK dengan Kantor Informasi dan Komunikasi Kota Salatiga. Acara yang berlangsung pada 17 April di Ruang Pertemuan Rumah Makan Elang Sari Salatiga ini bertajuk Peran LKM dalam Mendukung Terwujudnya Salatiga Hijau. Melalui acara tersebut, peserta diajak untuk melihat alam dan lingkungan Salatiga beserta permasalahan yang dihadapi kini dan kelak. Narasumber yang mendukung WKM ini adalah Drs. Muchamad Yulianto, M.Si. (Dosen Fakultas Komunikasi Undip), Mardyono (Peneliti Lingkungan), dan Soenarto Notosoedarmo (Dosen Fakultas Biologi UKSW). Ketiganya memberikan paparan tentang peran penting LKM. LKM sebagai lembaga yang mandiri dan berakar di masyarakat diharapkan mampu menjadi pelopor untuk menumbuhkan kearifan lokal dalam menjaga kelestarian lingkungan Salatiga. Peserta yang merupakan perwakilan dari LKM di Kota Salatiga begitu antusias mengikuti dan melakukan interaksi tanya jawab yang dipandu oleh Wiyarso, B.A. dari Kantor Inkom Kota Salatiga. Mereka berharap, pada kesempatan lain,
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
37
Lintas Kota
Kartini, Salatiga, dan Persatuan
Foto/HB:Panji
Letkol Inf. Dwi Wahyu Winarto saat menyampaikan materi kebangsaan
S
arasehan yang digelar pada Rabu (23/4) ini menghadirkan beberapa narasumber. Mereka adalah Ketua Tim Penggerak PKK Kota Salatiga, Rosa Darwanti Manoppo, S.H., M.Si., Camat Sidomukti, Nunuk Dartini, S.Pd, M.Si., dan Komandan Kodim 0714 Salatiga Letkol Inf. Dwi Wahyu Winarto. Masing-masing menyampaikan materi berjudul Menggugah Pesan Kartini; Satu Visi Salatigaku, Kujaga dan Kubela; dan Melanjutkan Tugas Pejuang Bangsa Demi Keutuhan NKRI. Setiap pembicara menyampaikan pesan yang berbeda.
Rosa lebih menyoroti perjuangan Kartini dalam mendobrak tradisi yang membelenggu kaum perempuan tanpa meninggalkan norma dan kewajibannya sebagai perempuan. Sementara itu, Nunuk lebih menekankan kepada pentingnya rasa cinta kepada Kota Salatiga yang memiliki sejarah yang luar biasa. Rasa cinta ini akan menumbuhkan semangat mengisi pembangunan di Kota Salatiga. Menggunakan sudut pandang yang lebih luas, Dwi menyampaikan pentingya rasa kebersamaan dan musyawarah untuk menyelesaikan setiap permasalahan sehingga dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan. Indra Arumsari, S.E., ketua panitia kegiatan ini, menyampaikan bahwa tujuan penyelenggaraan sarasehan ini adalah untuk melestarikan nilainilai kepahlawanan dan terciptanya transformasi nilai kepahlawanan kepada generasi muda. Bertempat di Ruang Sidang II Pemkot Salatiga, sarasehan yang dihadiri 150 orang ini dimulai pada jam 09.00 WIB. Mereka yang hadiri adalah pelaku sejarah dan generasi muda. Pelaku
yang diperlukan SKPD. Agar proses pengadaan barang tidak membingungkan setiap SKPD, Bidang Pembangunan Pemkot Salatiga telah melakukan sosialisai dengan pengiriman bendel pemberitahuan kepada semua SKPD pada pada tanggal 23 April. Bendel tersebut berisi penjelasan bahwa ULP Pemkot Salatiga mulai berlaku per 15 April 2008. Dengan demikian, semua kegiatan pengadaan barang dan jasa yang belum engacu pada Perwali No.13 Tahun 2008, dimulai menjadi kewenangan ULP Pemkot Salatiga. tanggal, 15 April 2008 tentang Unit Layanan Selain itu, setiap SKPD diharapkan untuk segera menyerahkan Pengadaan Barang dan Jasa Kota Salatiga, dokumen yang diperlukan berkaitan dengan pengadaan Pemerintah Kota Salatiga resmi memiliki Sekretariat Unit barang dan jasa kepada Bagian Pembangunan Setda Salatiga Layanan Pengadaan (ULP) Barang dan Jasa. selaku Koordinator ULP. Penyerahan dokumen ini harus segera Ruang berukuran sekitar 3 x 4 meter ini diresmikan dilakukan selambat-lambatnya pada 30 April 2008. Dokumen penggunaannya pada Jumat (25/4) lalu. Ruang yang terletak tersebut meliputi fotocopy DPA; rencana anggaran biaya bersebelahan dengan bagian Hukum Setda Salatiga tersebut masing-masing pengadaan barang/jasa yang ditandatangani sebelumnya merupakan ruang gudang arsip yang telah di tata PPKom dan disahkan oleh Pengguna Anggaran; jenis dan ulang sehingga dapat berfungsi sebagai ruang Sekretariat ULP. spesifikasi kegiatan yang dituangkan dalam keputusan PPKom Peresmian yang dilakukan oleh Asisten II Setda Salatiga, dan disahkan oleh Pengguna Anggaran; serta gambar yang Priyono Sudharto, S.H., itu disertai acara pemotongan tumpeng disahkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna yang sangat sederhana. Pada kesempatan itu, Asisten II mewakili Anggaran untuk kegiatan pengadaan barang/jasa yang Walikota Salatiga yang berhalangan hadir. Dalam sambutannya, memerlukan gambar. Khusus untuk jasa konsultasi lainnya, Assisten II berharap, sekretariat ULP ini segera dapat dokumen dilampiri Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang dibuat menindaklanjuti segala bentuk pengadaan barang dan jasa oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.(dji)
Salatiga
Resmi Punya ULP
M
38
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Lintas Kota
Seleksi Paskibra 2008
P
eringatan Hari Ulang Tahun ke-63 Republik Indonesia masih tiga bulan lagi. Namun, geliatnya sudah mulai tampak di lingkungan Kota Salatiga. Pada Selasa (22/4) lalu, Dinas Pendidikan Kota Salatiga bekerja sama dengan Kodim 0714 Salatiga menyelenggarakan seleksi Pasukan Pengibar Bendera. Seleksi dilakukan di sepanjang Jalan Stadion Kompleks Stadion Kridanggo. Pasukan ini akan beraksi pada peringatan Hari Kemerdekaan RI, 17 Agustus mendatang. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin setiap tahun yang dibiayai oleh APBD Kota Salatiga. Sebanyak 362 peserta dari SMA/SMK se-Kota Salatiga begitu antusias mengikuti seleksi tersebut. Maklum, bila lolos seleksi, mereka berkesempatan tampil di depan khalayak dalam upacara kemerdekaan nanti. Syukur-syukur kalau bisa lolos sampai Jakarta. Tentunya hal seperti ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi siswa, sekolah asalnya, dan tak terkecuali, orang tua.
Foto/HB:Panji
Seleksi Paskibraka di komplek stadion Kridanggo
Menurut Dudi Swabudhi, S.Kar, salah seorang anggota Tim Penyeleksi Paskibra, seleksi ini dilaksanakan dalam tiga tahap. Dari setiap tahap, pasti ada yang gugur atau tidak lolos seleksi sehingga pada akhirnya nanti diperoleh 82 peserta yang lolos dari 362 peserta yang terdaftar. “Dari ke 82 peserta itu, satu peserta akan mewakili Kota Salatiga mengikuti seleksi Paskibra tingkat Provinsi Jawa Tengah,” ujarnya. Lebih lanjut, Dudi mengatakan, peserta yang telah dinyatakan lolos seleksi akan memulai pelatihan sebagai Paskibra mulai akhir Juli mendatang.(dji)
LPMK Gerakkan Masyarakat dalam Pilkada
B
eberapa waktu lalu, Camat Sidorejo melantik yang baru dilantik, menjelaskan beberapa program kerja LPMK pengurus LPMK (lembaga pemberdayaan ke depan. Beberapa program kerja itu adalah mengadakan kerja masyarakat kelurahan) Kelurahan Salatiga bakti setiap bulan sekali; perawatan saluran selokan di Jalan periode 20082011. Pelantikan dilaksanakan di Balai Kelurahan Pattimura; penataan pedagang kaki lima di Jalan Kartini; serta dan dihadiri tokoh masyarakat setempat. perbaikan Jalan Pemotongan, Jalan Much.Yamin, Makam Wates, Dalam pengarahan disampaikannya, Camat Sidorejo, dan lain-lain. “Sebagai pengurus LPMK, kami bertekad untuk Drs.Muntoqim, mengatakan, keberadaan LPMK sangat berperan serta secara aktif dalam meningkatkan keadaan penting karena mewadahi berbagai lembaga kepengurusan wilayah Kelurahan Salatiga.” Ditambahkannya, selama sepak masyarakat. Selan itu, LPMK juga menjadi mitra kelurahan terjang LPMK bersifat positif dan memikirkan warga masyarakat, untuk pembangunan masyarakat setempat. masalah dana pembangunan tidak perlu dikhawatirkan karena Oleh karena itu, Muntoqim berpesan agar pengurus pasti mendapat bantuan. LPMK baru menyusun program kerja sebaik-baiknya untuk Formasi pengurus inti LPMK Kelurahan Salatiga setelah meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan ini. dilantik adalah H. Siroen (Ketua), Suwandi (Wakil Ketua), Apalagi, dalam waktu dekat, masyarakat Kota Salatiga akan Bambang Ismoyo (Sekretaris), dan Purwanto (Bendahara). menghadapi pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Kepengurusan ini dilengkapi bidang Agama Islam, Kristen, dan Tengah. “Saya berharap, LPMK dapat menggerakan Katolik; bidang pendidikan dan penerangan; bidang kesehatan, masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya sebaik mungkin kependudukan, keluarga berencana; bidang olah raga, pemuda, pada 22 Juni mendatang.” dan pemberdayaan perempuan; bidang pembangunan; bidang Dalam kesempatan tersebut, H. Siroen, Ketua LPMK kebersihan, keindahan, dan lingkungan hidup; bidang ekonomi,
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
39
Artikel
Dwi Padmawati, S.Ag*
Pendidikan Anak Usia Dini Modal Dasar Kecerdasan Bangsa
U
sia dini atau usia 0-5 tahun merupakan fase yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak.
Kecerdasan yang Tersembunyi Rentang usia 0-5 tahun juga merupakan saat-saat yang sangat penting bagi pengembangan intelegensi permanen anakanak. Pasalnya, pengembangan intelegensi hampir seluruhnya terjadi pada usia di bawah lima tahun. Pada usia ini, anak-anak sudah memiliki kemampuan tinggi untuk menyerap informasi. Sebenarnya, anak-anak pada usia dini atau biasa disebut sebagai usia di bawah lima tahun (balita) memiliki kecerdasan (potential intelegence) yang luar biasa. Biasanya, anak-anak juga memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa. Namun, pada umumnya, orang tua dan guru kurang optimal dalam mengajarkan berbagai hal pada anak-anak. Akibatnya, kita selalu menyalahkan anakanak apabila tingkah laku mereka tidak seperti yang kita inginkan. Padahal, sesungguhnya, anak-anak usia muda tidaklah complicated (ruwet) dalam belajar. Sebaliknya, orang tua atau gurulah yang bermasalah. Tak jarang, orang tua justru menyuruh anaknya agar diam ketika si anak banyak bertanya. Di mata orang tua, anak yang banyak bertanya adalah anak-anak cerewet dan rewel. Hal ini lebih banyak disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pemahaman orang tua terhadap perkembangan jiwa anak sehingga kurang tepat dalam memperlakukan buah hati mereka. Kebanyakan orang tidak mengenali dan memahami kemampuan ajaib yang ada pada anak-anak. Mereka hanya bisa berkata, ”Saya tahu anak-anak belajar lebih cepat,” tetapi mereka tidak tahu seberapa cepat anak-anak dapat belajar. Sebagai akibat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan orang tua dan guru, sebagian besar potensi luar biasa yang ada pada setiap anak tersia-siakan. Pendidikan Sejak Janin Pengetahuan tentang potensi yang dimiliki balita sudah banyak diketengahkan oleh media massa. Bahkan, sudah banyak pula penelitian yang dilakukan untuk membuktikan bahwa balita telah memiliki intelegensi yang tinggi. Oleh karena itu, pendidikan usia dini, prasekolah, dan taman kanak-kanak tidak boleh diabaikan atau dianggap sepele. Bahkan, pendidikan seorang anak sebaiknya dilakukan sejak anak itu masih berada
40
dalam kandungan (janin). Keluarga dan masyarakat adalah komponen yang paling berpengaruh dalam keberhasilan pendidikan anak usia dini. Keluarga dan masyarakat berperan p e n t i n g d a l a m pembentukan karakter dan kepribadian anak. Oleh karena itu, keluarga dan Foto: HB masyarakat harus dapat memberikan contoh yang Dwi Padmawati, S.Ag baik bagi anak-anak. Hal ini karena pada dasarnya, seorang anak adalah peniru yang ulung. Mereka akan senantiasa mengikuti atau mencontoh orang di sekitarnya. Oleh karena itu, orang tua harus mengembangkan potensi diri dengan cara memperkaya ilmu pengetahuan dan informasi, baik melalui media massa cetak maupun elektronik. Dengan demikian, orang tua bisa menjadi pusat informasi (tempat bertanya) yang baik bagi anak mereka karena orang tua adalah guru pertama bagi buah hatinya. Faktor Ekonomi Menurut data tahun 2001, dari 26,1 juta anak yang ada di Indonesia, baru 7,1 juta atau sekira 28% anak yang telah mendapatkan pendidikan. Terdiri atas 9,6% terlayani di bina keluarga bawah lima tahun, 6,5% di taman kanak-kanak, 1,4% Raudhatul Athfal, 0,13% di kelompok bermain, 0,05% di tempat penitipan anak lainnya, dan 9,9% terlayani di sekolah dasar. Rendahnya angka-angka ini menunjukkan bahwa pendidikan usia dini belum mendapatkan perhatian yang serius. Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya perhatian terhadap pendidikan anak usia dini. Banyak orang tua, justru menganggap pendidikan taman kanak-kanak (TK) tidak penting. Faktor ekonomi, juga sering menjadi faktor pembenar untuk tidak memasukan anak-anaknya di bangku TK. Sedikitnya pendapatan dan naiknya harga kebutuhan pokok mengharuskan kaum ibu ikut bekerja memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Fenomena inilah yang menyebabkan perhatian akan pendidikan anak usia dini terbengkalai. Kondisi
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Perlu Prioritas Dibandingkan dengan negara tetangga, kita tergolong tertinggal dalam hal pendidikan anak usia dini. Tengoklah Singapura. Negara yang wilayahnya lebih sempit daripada Provinsi Jawa Tengah itu sangat memperhatikan pendidikan anak-anak usia dini. Hampir seluruh anak-anak usia dini di negara kecil itu telah mendapatkan pendidikan. Demikian pula di Korea Selatan. Human Development Index (HDI) atau tingkat pengembangan sumber daya manusia di kedua negara itu jauh di atas Indonesia. Singapura peringkat ke-25, Korea Selatan peringkat ke-27, sedangkan Indonesia hanya berada di peringkat 110 dari 173 negara. Hal ini membuktikan, betapa pendidikan anak usia dini berperan penting dalam pembangunan sumber daya manusia. Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini perlu mendapat perhatian serius dari
Foto/HB:Fahmi
ini menjadi semakin parah ketika pendidikan usia dini ternyata juga kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Bahkan, payung hukum untuk pendidikan anak usia dini yang mengatur pendidikan usia dini belum terlaksana dengan baik. Hal ini terbukti dari terbatasnya jumlah lembaga pendidikan atau program layanan pendidikan anak usia dini. Playgroup (kelompok bermain) dan TK memang sudah banyak bertebaran di berbagai kawasan elit sampai kawasan kumuh. Dari yang berdana besar sampai yang menggunakan anggaran seadanya sehingga harus kembang kempis untuk membiayai operasionalnya. Tetapi, lembaga yang sudah ada ini hanya berstatus lembaga swasta dengan biaya yang relatif mahal. Dengan demikian, tidak semua lapisan masyarakat dapat merasakan pendidikan usia dini. Kendala lain, lembaga pendidikan itu tidak memiliki program yang terstruktur, dalam arti tidak adanya keterpaduan antara pendidikan, layanan gizi, perawatan atau pengasuhan, serta kesehatan.
semua pihak, baik dari keluarga, lingkungan maupun pemerintah. Bagaimanapun, masa kanak-kanak sangat berpengaruh pada proses tumbuh kembang karakter, kepribadian, dan pertumbuhan jasmani si anak. Merujuk pada Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Anak Usia Dini (RPP PAUD), sudah saatnya, pendidikan usia dini mendapat prioritas dari semua pihak. Tidak hanya dalam hal pengadaan sarana, tetapi juga kurikulum dan program yang terstruktur. Prioritas ini sesuai dengan tujuan pendidikan usia dini, yaitu mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, dan sosial peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan. Berbagai sarana penunjang yang berpengaruh secara tak langsung terhadap pendidikan usia dini juga perlu menjadi perhatian. Sebagai contoh, sarana kesehatan seperti posyandu berpengaruh terhadap peningkatan gizi anak. Posyandu dapat memberikan penjelasan kepada orang tua tentang peran penting gizi. Gizi mempengaruhi IQ (tingkat kecerdasan) anak. Anak yang mendapatkan gizi yang buruk berisiko kehilangan 20-13 poin IQ. Merujuk pada jumlah anak Indonesia yang kekurangan gizi pada saat ini mencapai 1,3 juta, potensi kehilangan IQ anak di negara ini adalah 22 juta poin. Tidak hanya pemerintah, berbagai organisasi kemasyarakatan pun perlu berperan aktif dalam meningkatkan perhatian masyarakat terhadap pendidikan anak usia dini. Organisasi pemberdayaan perempuan, keluarga, atau anak perlu mengadakan program yang menunjang bagi pemecahan masalah itu. Misalnya, memberikan pendidikan dan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini dapat berjalan baik jika semua pihak dapat saling bekerja sama. Pasalnya, pendidikan usia dini adalah modal dasar bangsa untuk membentuk generasi penerus
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
41
Tips kebanyakan mengandung terpen, fellandren, dextrokamfen, bahan sesquiterpen yang dinamakan zingiberen, zingeron damar, dan pati. Sehingga Zingerber officinale mengandung 6% bahan obat-obatan yang sering dipakai sebagai rumusan obat-obatan atau sebagai obat resmi di 23 negara. Menurut daftar prioritas WHO, jahe merupakan tanaman obat-obatan yang paling banyak dipakai di dunia. Sejak dulu, jahe dipergunakan sebagai bumbu dapur dan aneka keperluan lainnya seperti pengobatan alami Cobalah back tu nature (kembali kea lam) dengan tanaman obat yang aman, tanpa efek samping, bahkan terjangkau ini, untuk keperluan anda sekeluarga. Khasiat Jahe: · Menghilangkan mual Mual-mual dapat dihilangkan dengan ramuan ini. Potong jahe secukupnya dan memarkan, kemudian campur dengan sedikit asam jawa dan gula pasir. Seduh dengan air panas lalu diminum. · Mengobati panu. Tumbuk dua ruas jahe dan segenggam daun turi. Balurkan pada kulit yang berpanu. Lakukan pengobatan ini pada pagi dan sore sesudah mandi. · Meredakan influensa Minum rebusan jahe, caranya potong jahe rebus dan kemudian beri gula jawa secukupnya dan tambahkan sedikit garam dapur. Masak sampai mendidih. Minum jika sudah dingin. · Menyembuhkan pegal Jahe dan kencur yang ditumbuk halus amat pas untuk menyembuhkan pegal. Caranya oleskan campuran ini osan dengan obat-obatan buatan pabrik pada bagian yang pegal. Biarkan sesaat sampai pegal farmasi? Mungkin, jahe bisa menjadi alternatif. berkurang. Jahe (Zingiber officinale) merupakan tumbuhan obat · Mengobati batuk Jahe sangat ampuh untuk menghangatkan tubuh dan (herbal) yang tumbuh di ladang-ladang berkadar tanah lembab meredakan batuk. Bakar 15 gram jahe selama 15 menit dan memperoleh banyak sinar matahari. Tumbuhan ini berasal kemudian dimemarkan. Seduh dengan 1 gelas air panas dari Asia Selatan (India) dan RRC, yang kini banyak ditemukan di dan tambahkan 1 sendok makan madu. Minum setelah wilayah tropis dan subtropis, contohnya di Indonesia. Tanaman diaduk rata. jahe bisa dipanen apabila daunnya telah menguning. Rimpang jahe mengandung minyak atsiri, damar, ineral · Mengobati mulas sewaktu haid Ramuan ini amat manjur untuk mereka yang kerap mulas sineol, fellandren, kamfer, borneol, zingiberin, zingiberol, gigerol di waktu haid. Sediakan 1 potong jahe sebesar ibu jahe, 1 zingeron, lipidas, asam aminos, niacin, vitamin A, B1, C, dan potong kunyit sebesar ibu jari, ½ kencur sebesar ibu jari. protein. Minyak jahe berwarna kuning dan kental. Minyak ini
Si Rimpang Kaya Manfaat B
42
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Potensi
Ronde Susu Uenak Tenan.........
W
edang ronde....hmmm....tentu lebih nikmat diminum pada malam hari. Terlebih di Kota Salatiga yang berhawa sejuk begini. Salah satu pedagang wedang ronde di Salatiga
Bagi warga Kota Salatiga, tak sulit untuk menemukan sentra pedagang wedang ronde. Sentra ini dapat dijumpai di sepanjang trotoar ruko Jalan Jenderal Sudirman. Di lokasi yang terletak di pusat Kota Hati Beriman ini, terdapat puluhan pedagang kaki lima alias PKL spesialis wedang ronde. Mereka setia menggelar angkringan untuk menjajakan ronde. Para pedagang ini berjualan setiap hari mulai pukul 17.00 WIB hingga dini hari. Menariknya, dari sekian banyak pedagang tersebut ada yang mencoba berkreasi membuat varian (macam) baru wedang ronde. Varian baru ini bernama ronde susu. Sebenarnya, cara pembuatan ronde susu tidak jauh berbeda dengan ronde biasa. Bedanya, kalau bahan minuman ronde biasa adalah air, minuman ronde susu berasal dari susu segar. Bagi pembeli yang hobi minum susu segar, ronde susu ini tentu terasa lebih nikmat dan gurih. Nah, bagi Anda yang menginginkan wedang ronde yang lebih variatif (beragam), bisa mencoba di Jalan Merapi. Menyusuri jalan kecil yang menghubungkan Lapangan Pancasila dengan pertokoan Makutarama ini, kita akan menjumpai sebuah warung. Warung yang terletak di sisi timur Jalan Merapi, tepatnya di depan rumah nomor 14, ini menjajakan beraneka wedang ronde. Wedang ronde di sini dikenal dengan Wedang Ronde Mak Pari. Warung ini menjajakan beraneka ragam wedang ronde. Mulai ronde komplit, jahe, coklat, susu, wijen, rumput laut, jeruk, serta kacang ijo. Harganya pun murah, hanya 2500 rupiah per mangkuk. Penjual ronde mak Pari adalah Slamet Waluyo, 30, yang tidak lain adalah cucunya mak Pari. Ia telah tiga tahun menggantikan Sumini, anak tunggal mak Pari yang telah meninggal tahun 1991 silam. Sebelumnya, Sumini telah berjualan ronde selamasekitar20 tahun. Menurut Waluyo, neneknya mulai berjualan ronde susu pada tahun 1943. “Tempatnya memang selalu berpindah. Namun, yang paling lama di Jalan Merapi ini,” tambahnya. Mak Pari memang dikenal menjual ronde susu. Setiap menu minuman memiliki isi yang berbeda. Untuk ronde susu
Foto/HB:Fahmi
atau coklat sama dengan ronde biasa hanya airnya diberi susu atau coklat. Namanya ronde, memiliki kekhasan, yaitu bulatan yang dibuat dari tepung ketan yang disebut ronde itu sendiri. Kebanyakan penjual membuat ronde yang berisi gula merah. “Kita ada (membuat ronde) yang berisi wijen dan kacang ijo,” imbuh Waluyo. Selain ronde, penyajian wedang ronde juga disertai pernak-pernik ampas. Pembuatan pernak-pernik ampas yang antara lain berupa agar-agar dan kacang goreng itu cukup sederhana. “Tidak ada yang sulit dalam membuat wedang ronde, semuanya mudah dibuat, termasuk membuat rondenya yang
Bahan Ronde (untuk 6 porsi): · 200 gr tepung ketan · 25 gr tepung kanji · 2 sdm air kapur sirih · 2 sdm gula pasir · 100 ml air hangat · Pewarna merah dan hijau Bahan Isi : · 100 gr kacang tanah, kupas, sangrai, haluskan. Bahan Wedang : · 1 liter air (susu segar) · 225 gr gula pasir · 150 gr jahe, kupas, memarkan · 5 lembar daun jeruk purut Cara Membuat : 1. Rebus bahan wedang hingga mendidih, saring, sisihkan. 2. Aduk tepung ketan, kanji, air kapur sirih, gula pasir, dan air hangat hingga kalis. 3. Bagi menjadi 3 bagian, satu bagian dibiarkan tanpa warna. Dua bagian sisanya masing-masing diberi warna merah dan hijau. 4. Ambil sedikit adonan lalu bulatkan. Ambil lebih banyak lagi adonan, tambahkan bahan isi. Rebus dalam air mendidih hingga terapung. Angkat bulatan yang terapung lalu masukkan dalam larutan gula.(Resep: Kompas)
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
43
Legenda
Petilasan
Eyang Sumo pembangunan cungkup itu. Pembangunan cungkup R. Sumo Ningrat dilakukan oleh warga setempat karena mereka merasa mendapat bisikan hati. Namun, kijing yang berupa batu masih dibiarkan utuh seperti sediakala. Sejak jaman Arisno muda hingga saat ini, masih banyak masyarakat yang berziarah dan berdoa di bangunan itu. Suatu ketika, ada seorang warga yang sedang sakit dan minta petunjuk pada paranormal yang tinggal di Tegalrejo. Warga yang sakit ini diberi petunjuk supaya berziarah ke lokasi makam itu sambil Foto/HB:Koestono berdoa kepada Tuhan. Usai berziarah dan berdoa, pasien itu Makam eyang R. Sumo Ningrat mendapat petunjuk agar bagian tubuhnya yang sakit diberi debu. Setelah petunjuk itu diterapkan, ternyata dia sembuh dari i satu sisi, ziarah ke sebuah petilasan dianggap penyakitnya. perbuatan syirik. Di sisi lain, tak bisa dipungkiri Demikian halnya ketika Arisno beserta pemuda lain bahwa masih banyak masyarakat kita yang merasa diuber-uber pemuda PKI dengan parang dan tongkat membutuhkan keberadaan sebuah petilasan. menjelang meletusnya G 30 S pada tahun 1965. Sebanyak 21 Demikian halnya dengan petilasan cungkup eyang R. Sumo orang pemuda Kauman Kidul berkumpul di lokasi makam dan Ningrat. Petilasan berukuran 10x8 meter persegi ini terletak di berdoa kepada Tuhan Yang Esa untuk menenangkan situasi tengah kebun warga Kauman Jadi di Kelurahan Kauman Kidul. yang mencekam. Ajaib, pemuda PKI yang mengejar mereka Tentu saja, petilasan ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat tidak tahu bahwa di lokasi makam itu ada beberapa pemuda setempat. sedang berdoa. Sejarah petilasan ini berawal dari sebuah peristiwa saat Pernah ada kejadian yang lucu di sekitar makam eyang Kerajaan Mataram masih dipimpin oleh Sultan Agung. Ketika itu, Sumo. Ada seseorang yang sedang memburu tupai. Tupai itu pasukan Kerajaan Mataram menyerang penjajah Belanda VOC di melompat dengan lincah hingga akhirnya berada di atas pohon Batavia. Eyang Sumo, salah satu putra Sultan Agung dari salah dekat makam. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, si penembak satu isteri selirnya, adalah komandan pasukan Mataram itu. pun langsung memberondongkan tembakan. Tupai pun mati. Selama peperangan itu, eyang Sumo dan pasukannya mengalami Namun, seketika itu juga, si penembak mendapati sekujur kekalahan. Karena kalah, eyang Sumo tidak kembali ke Mataram. tubuhnya gatal-gatal, bahkan seluruh tubuh terasa kejang. Sesuai hukum Mataram yang berlaku saat itu, komandan pasukan Penduduk sekitar yang mengetahui hal itu langsung bertindak yang kalah perang akan mendapat hukuman jika kembali ke dengan cepat. Mereka mengambil air putih dan membaca surat Mataram. Untuk menghindari hukuman itulah, Eyang Sumo al Fatihah sebanyak tiga kali. Lalu, air putih itu diberi tumbuhan beserta anggota pasukannya yang masih hidup menetap di lumut kijing. Selanjutnya, campuran air putih dan lumut kijing Kauman Kidul. diusapkan ke seluruh tubuh yang gatal. Dalam sekejap, si Menurut H. Arisno, BA, kelahiran eyang Sumo lebih awal penembak menjadi sehat kembali. jika di bandingkan Amangkurat I dari puteri permaisuri. “LamaMasih ada keanehan lain. Di sekitar makam ada tanaman kelamaan, keberadaan R. Sumo Ningrat diketahui pihak keraton,” yang cukup unik. Tanaman itu adalah pring pethuk, yakni kata penduduk setempat yang masih memiliki garis keturunan tanaman bambu yang memiliki daun berwarna hijau dan kuning. dari eyang Sumo ini. Namun, eyang Sumo tetap menetap di Ada seorang warga yang menginginkan tanaman bambu itu dan Kauman Kidul sampai akhir hayatnya dan dimakamkan di wilayah meminjam gergaji. Ternyata tanaman itu tidak bisa dipotong. itu juga. Sebuah petunjuk gaib pun muncul dan menyatakan Sebagai keturunan keluarga kerajaan, setiap tahun, pusara bahwa yang berhak memotong adalah Arisno. “Ternyata, saya makamnya selalu diberi kain putih. “Tetapi, pada jaman Jepang, bias memotongnya dengan baik,” kata Arisno. Potongan kecil kami tidak pernah mendapat bantuan kain kelambu putih,” tutur pring pethuk pun diserahkan ke Keraton Solo. Ketika di Keraton Arisno. Solo, kedua potongan kecil bambu itu ditekan sehingga dengan Sudah bukan hal yang aneh bahwa di petilasan makam ajaib mengeluarkan batu berwarna merah dan putih. kerabat kerajaan ada beberapa kejadian yang aneh. Namun, Peziarah yang mengunjungi makam R. Sumo Ningrat menurut Arsino, pada intinya, kejadian-kejadian aneh itu biasanya membawa bunga mawar, bunga kantil, kenongo, dan mengingatkan manusia untuk bertingkah laku baik dan bersyukur boreh seperti parutan kunir. Bahkan, kita dapat menjumpai kepada Tuhan Yang Maha Esa. bekas bakaran kemenyan yang bertumpuk dan dupa harum di Salah satu kejadian aneh yang pernah terjadi adalah proses dekat kijing. Ini menandakan bahwa lokasi itu sering
D
44
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Karikatur
Wah, lagi belajar ya? Sejak ada taman bacaan, adik jadi suka pinjam buku ......... Kali ini adik pinjam buku apa ya ?
Adik . . . . . ! Ambilkan kacamata bapak ya .......
Wah, pasti pinjam buku Matematika, IPA, IPS dan Bahasa Inggris !
He he he Pinjam Komik kok pa . . .
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
45
ON P U K
36 B H TT S
Rilek’s
Teka Teki Silang HB 36 Total Hadiah Rp. 300.000,untuk 6 orang pemenang @Rp. 50.000,-
MENDATAR: 1.Kata perintah (diulang), 2.Persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, 6.Palang Merah Indonesia, 8Undang-Undang Dasar, 9.Burung yang melambangkan perdamaian, 12.Surat Ijin Mengemudi, 13.Wilayah geografis yang digunakan untuk keperluan tertentu, 15.Bagian yang dimainkan, 18.Belas kasihan, 19.Atas Nama(Singk), 22.Cabang Olah Raga, 25.Plat Kendaraan Jambi, 28.sarjana Ekonomi, 29.Piala Bulutangkis Putra, 30.Angkatan Udara, 33. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 34.Alat pemindah barang, 36.Dalam(Inggris), 37.Surat Keputusan, 38.Pengendali Delman, 41.Perawatan dan Terapi, 42.Tiruan bunyi desis, 43.Satuan Kerja Perangkat Daerah
1
MENURUN: 1.Harapan, 3.Nomor Induk Pegawai, 4.Gelar bangsawan Bugis, 5.Nama Negara, 7.mayat yang diawetkan, 10.Gembira, 11.Tube, 13.Akademi Angkatan Udara, 14.Satu, 15.Pandai, 16.Negara Kita, 17.Mengakibatkan kebakaran, 20.Burung Kakak Tua Berbulu Merah dan Hijau, 21.Bentuk Pemerintahan yang berkedaulatan Rakyat, 23.Syurga, 24.Universitas Terbuka (Singk), 25.Ular sejenis Piton, 26.Hak Milik(singk), 27.Nami yang memiliki kitab Injil, 28.Memberi sesuatu dengan berharap, 31.Pendidikan Guru Sekolah dasar(Singk), 32.Lawan Bawah, 35.Kepala Keluarga(Singk), 36.Indek Prestasi, 39.Poros, 40.Sarjana Pertanian.
22
3
6 19
9
10
15
5
4
8
7
11 12
16
17
13
14
18 19 21
23
24
25
26
27
28
29 30 31 34 36 41
KETENTUAN MENEBAK : 1. Jawaban ditulis di Kartu Pos atau lembar tersendiri dengan mencantumkan Kupon TTS HB 36 (bisa foto kopi) kirim ke Redaksi Majalah Hati Beriman, tulis nama dan alamat lengkap. 2. Jawaban diterima Redaksi paling lambat tanggal 28 Juni 2008 3. Pemenang akan diumumkan pada Majalah Hati Beriman, Vol. 2. No. 3, Juli 2008 4. Akan diundi 6 (enam) orang pemenang masing-masing Rp. 50.000,00 dari sponsor. 5. Pemenang dapat mengambil hadiah di Kantor Redaksi Majalah Hati Beriman dengan menyertakan foto copy identitas diri.
PD. BPR
2
32
33
35 37
38 42
39
40
43
PEMENANG TTS HB 35 1.Irny Melawati Johan, SE Jagalan RT 01/RW 05 Kel. Cebongan, Kec. Argomulyo Salatiga. 2.Erin Diyah Sari Jl. Bangau No. 97 RT.5 RW.9 Klaseman, Mangunsari, Salatiga 3.Sri Hastuti Jl. Pramuka No. 52 Kalisombo Salatiga 4.Rudiyanto Jl. Tanggul Ayu RT.02/13 Salatiga 5.Bintari Rasti Bangsa Jl. Johar 36 Salatiga 6.Rinto Nugroho Jl. Kalibaru RT.03/05 Salatiga
Bank Perkreditan Rakyat
KOTA SALATIGA
Mitra Usaha Sejati Jl. Buksuling Salatiga Telp. (0298) 323001
KANTOR CABANG SALATIGA JL. PEMUDA NO. 1 SALATIGA TELP. (0298) 324750, 324751 FAX (0298) 324751 TELEX 22800 BPD SLG IA
20
Foto atas : Sekda Kota Salatiga, Hj. Dra. Sri Sejati Kusumaningsih, MM sedang menyaksikan pameran buku di Salatiga. Foto bawah : Petugas Satpol PP Kota Salatiga (kiri) dan siswa SMP (kanan) sedang berbondong-bondong membaca buku di perpustakaan keliling.
Lensa
Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau Dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (Hakim) dan harta terhukum Harta itu kurang Apabila dibelanjakan Tapi ilmu bertambah apabila dibelanjakan (Sahabat Ali) IKLAN LAYANAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA INI DISAMPAIKAN OLEH REDAKSI MAJALAH
HATIBERIMAN
Majalah Berita Warga Kota Salatiga
9 771978 579805