ISSN 2087-5967
FEB UGM Rebut Second Runner Up di APEX Global Challenge
Daftar Isi
Preface Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB UGM) tidak pernah sepi dari kegiatan dan berkegiatan. Kegiatan yang bertaraf nasional bahkan internasional sudah menjadi agenda sehari-hari bagi fakultas kita tercinta ini. Economics Jazz 2011 dan Seminar Nasional Gadjah Mada Accounting Days (GMAD) adalah agenda tahunan yang selalu mendapatkan applause atas keberhasilannya. Visi dari FEB untuk menjadi Fakultas Ekonomika dan Bisnis terkemuka di kawasan Asia Tenggara di tahun 2013 dalam pengkajian, pengembangan, penerapan, pengamalan dan penyebarluasan ilmu ekonomi, manajemen dan akuntansi yang menjunjung etika, kejujuran, dan kebebasan akademik, kiranya sejalan dan selaras dengan proses akreditasi internasional AACSB yang sekarang tengah giat dijalani. Bertambahnya kerjasama dengan universitas dari luar negeri memberikan implikasi yang signifikan pada bertambahnya mahasiswa asing yang mengikuti program pertukaran di FEB, yang di sisi lain menempatkan FEB setara dengan universitas di luar negeri. Tahun ini, semakin banyak dosen FEB yang berkiprah sebagai pembicara dan peneliti dalam konferensi-konferensi internasional di berbagai negara. Kiprah mahasiswa dalam ajang kompetisi baik nasional dan internasional sangat membanggakan. Pulang dengan senyum kebanggaan atas prestasi dalam Nielsen Challenge dan keluar sebagai pemenang dalam kompetisi APEX 2011 di Singapura adalah beberapa dari banyak prestasi mahasiswa FEB. Kiranya jelas membuktikan bahwa visi FEB juga diamini dan menjadi semangat bagi seluruh civitas akademika FEB. Akhir kata, selamat membaca dan mengambil manfaat dari edisi eb news edisi IX ini. Salam. Yogyakarta, Juli 2011 Prof. Marwan Asri, MBA., Ph. D. Dekan
3 | Preface 4 | Content 5 | What’s Up FEB 40 | Special Report 44 | Scholarship and Recruitment 45 | Partnership 46 | News from Abroad Kabar dari Negeri Sakura 49 | Lecturer’s Article Penegakan Hukum dan Pencegahan Tindak Kejahatan dalam Tinjauan Ilmu Ekonomi 55 | Alumni Corner Warna-Warni Perjalanan Studi dan Karir Parmaningsih 58 | Unit News 61 | Around Bulaksumur UGM Residence Serba Baru dengan Manajemen yang Baru 62 | Student Corner Soraya Ayu Hapsari: Mahasiswa Berjiwa Wirausaha 64 | Who’s Who Indriyo Gitosudarmo: Semangat Mengajarkan Ilmu Kehidupan 66 | Exchange Student’s Comment 68 | Advertorial M. Adri Yahdiyan, Menggapai mimpi di Balik Kesederhanaan 70 | Facilities Dukungan Alumni dalam Pembangunan Pertamina Tower 72 | Upcoming Event 73 | FEB in Pictures
Diterbitkan oleh Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Jl. Sosio Humaniora Bulaksumur, Yogyakarta 55281 T: + 62 274 548 510 (hunting) F: + 62 274 563 212 E:
[email protected] W: http://www.feb.ugm.ac.id
Pengarah
Prof. Marwan Asri, MBA., Ph.D (Dekan) B.M. Purwanto, MBA., Ph.D (Wakil dekan Bidang Akademik, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Eko Suwardi, M.Sc., Ph.D (Wakil Dekan Bidang Administrasi, Keuangan dan Sumber Daya Manusia)
Penanggung Jawab
Prof. Wihana Kirana Jaya, M.Soc.Sc, Ph.D (Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, Kerjasama dan Pengembangan Usaha)
Tim Editor
Hestining Kurniastuti Dian Puspa Hartiani Dwi Andi Rohmatika
Tim Liputan
Rahmat Dwi Santoso Prima Yustitia Lukitasari
Artistik
Lingga Binangkit
What’s Up
Seminar Nasional GMAD 2011: Exploring the Prospects of Investment in Indonesia’s Financial Market
M
asih dalam rangkaian acara GMAD, pada Sabtu (30/4) IMAGAMA menyelenggarakan seminar nasional Akuntansi Gadjah Mada bertemakan “Exploring the Prospects of Investment in Indonesia’s Financial Market”. Seminar yang menghadirkan pembicara berkompeten dari Bapepam LK, PT Danareksa Sekuritas, dan akademisi FEB UGM ini digelar di auditorium gedung Pascasarjana UGM. Acara dimulai pada pukul 08.30 WIB dengan sambutan dari ketua GMAD 2011, M. Irka I., yang dilanjutkan dengan pembukaan acara secara resmi oleh Wakil Dekan Bidang Administrasi, Keuangan, dan Sumber Daya Manusia, Eko Suwardi, M.Sc., Ph.D. Seminar yang terdiri dari dua sesi ini diawali dengan keynote speech dari Ketua Bapepam LK, Ir. Nurhaida, M.B.A., yang dibacakan oleh Etty Retno Wulandari, Ak., M.B.A., Ph.D., selaku Kepala Biro Standar Akuntansi dan Keterbukaan Bapepam LK. Dalam keynote speech tersebut, Nurhaida menyampaikan berita terbaru dari pasar modal Indonesia yang tengah tumbuh pesat dan menggembirakan. Dalam kesempatan tersebut, beliau juga mengajak peserta seminar untuk mengembangkan pasar modal Indonesia agar ekonomi semakin maju dan pasar modal lebih aktif lagi. Sesi pertama diisi oleh Prof. Dr. Slamet Sugiri, MBA dan Etty Retno Wulandari dengan Gunawan Wibisono, S.E., M. Acc. sebagai moderator. Slamet Sugiri, Ketua Jurusan Akuntasi FEB UGM, menyampaikan “Analisis Statemen Keuangan untuk Keputusan Investasi Sekuritas Ekuitas” sebagai gambaran bagi peserta tentang konsep analisis laporan keuangan untuk
4|5
Edisi 9 | Juli 2011
membantu investor mengambil keputusan atas saham atau financial assets. Selanjutnya, Etty Retno Wulandari menjelaskan tentang “Konvergensi Analisis Laporan Keuangan di Pasar Modal”. Etty menekankan pada dampak konvergensi PSAK ke IFRS pada analisis laporan keuangan yang dilakukan investor di pasar modal. Sesi ini diakhiri dengan tanya jawab. Acara dilanjutkan kembali setelah istirahat. Sesi ini tak kalah menariknya dengan sesi pertama. Dimoderatori oleh Sumiyana, M. Si., Ph.D., sesi ini menghadirkan Marcianno Hersondrie Herman (Direktur Utama PT Danareksa Sekuritas) dan Dr. Edison Hulu (Ketua Perhimpunan Pendidikan Pasar Modal Indonesia dan Chief Economist PT Bursa Efek) sebagai pembicara. Marcianno memberikan gambaran tentang penawaran umum dan penjaminan emisi efek. Sedangkan Edison memaparkan kondisi terkini, dimulai dari kondisi ekonomi makro (dunia) yang kemudian mengerucut pada kondisi pasar modal Indonesia. Pukul 16.15 WIB, sebuah ajakan bagi para mahasiswa untuk ikut menghidupkan pasar modal Indonesia dengan jalan ‘bermain’ saham di sana pun mengakhiri acara seminar nasional ini. [Prima]
What’s Up Michael Paulo Menghidupkan Acara BNI-Economics Jazz 2011 Alunan nada-nada yang menari dari gitar, saxophone, bass, keyboards, dan drum memenuhi Grand Pacific Ballroom malam itu, meninggalkan kesan mendalam bagi penonton yang hadir.
K
onser BNI-Economics Jazz kali ini berbeda dengan sebelumnya. Pertama, konser yang identik dengan Grha Sabha Pramana UGM sebagai tempat penyelenggaraannya ini mengambil Grand Pacific Ballroom sebagai tempat pelaksanaan pada kali ini. Kedua, konser tahunan FEB UGM pada kali ini sudah menanjak ke level internasional dengan mengundang pemusik jazz kawakan asal Amerika Serikat, Michael Paulo. Konser pada Sabtu (14/5) lalu dibuka dengan penampilan dari Fariz RM yang diiringi oleh Barry Likumahuwa and friends. Beberapa penonton mulai ikut bersenandung saat lagu-lagu seperti Sakura, Barcelona, Nada Kasih, serta Hasrat dan Cita mulai dinyanyikan. Kali ini, Fariz RM tidak menyanyi sendiri tetapi mendaulat penyanyi jebolan Indonesian Idol, Citra Scholastika dan Lucky Octavian, untuk menyanyi bersama. Lucky membawakan beberapa lagu Broery Pesolima yang diaransemen ulang. Setelah puas bergoyang dengan beberapa nomor lagu jazz dari Fariz RM, mulailah Michael Paulo menampilkan keahliannya. Meskipun sebagian penonton yang masih muda tidak begitu mengenal lagulagunya, tetapi semuanya dapat ikut bergoyang bersama dengan aksi panggungnya yang sangat “lively”. Bersama dengan grupnya yang terdiri dari Freddie Washington (bass), James “Kimo” Cornwell (keyboards),
6|7
Edisi 9 | Juli 2011
Fred Schreuders (gitar), dan Land Richards (drum) yang didatangkan langsung dari California, Amerika Serikat, panggung jazz pada Sabtu malam itu menjadi lebih meriah dengan berbagai lagu yang bersemangat. Apalagi pada malam itu, Michael Paulo menyuguhkan lagu khusus dan meminta Tony A. Prasetiantono bersama istri untuk maju ke panggung dan berdansa sebagai kado pernikahan. Pada akhir penampilan, Michael Paulo berduet dengan Once, vokalis Dewa 19. “Kami cukup lama memikirkan, siapakah penyanyi Indonesia yang paling tepat untuk berkolaborasi dengan Michael Paulo di Yogyakarta. Sesudah lama berdiskusi dengan para mahasiswa saya di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, kami sepakat untuk mengajak Once bergabung. Once adalah penyanyi yang sukses memberi warna khas kelompok Dewa 19 yang memiliki banyak penggemar. Sudah seminggu ini Once dan Michael Paulo saling bertukar ide dan contoh musik masing-masing,” kata A. Tony Prasetiantono, ketua dan produser eksekutif Economics Jazz 2011 ini. [Dwi Andi]
What’s Up Kuliah Umum Reformasi Sistem Keuangan Indonesia
S
abtu (7/5) lalu, kuliah umum bertema Reformasi Sistem Keuangan Indonesia diselenggarakan dengan menghadirkan dua pembicara berkompeten di bidang keuangan, Dr. Wimboh Santoso dan Winang Budoyo.Acara ini diselenggarakan di Ruang Audio Visual Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM dengan mendaulat Dr. Sri Adiningsih sebagai moderator. Dr. Wimboh Santoso, Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia, berkesempatan memberikan kuliah pertama dengan mengusung topik kebijakan makro prudensial dalam reformasi sistem keuangan dunia, khususnya pada Indonesia. Lebih lanjut, dia memaparkan langkahlangkah Bank Indonesia dalam reformasi sistem keuangan yang sedang berlangsung.
8|9
Edisi 9 | Juli 2011
Kuliah umum dilanjutkan dengan materi dari Winang Budoyo, Chief Economist Bank CIMB Niaga. Winang menuturkan perkembangan dunia perbankan Indonesia, mulai dari kisah Pakto 88, krisis 1998, hingga pertumbuhan net interest margin bank-bank di Indonesia yang saat ini sedang tinggi dengan potensi pertumbuhan yang besar. Selain itu, pemaparan kinerja Bank CIMB Niaga sebagai salah satu bank yang berkiprah di Indonesia juga diberikan. Acara kuliah umum yang berlangsung sejak pukul 11.15 WIB hingga 13.30 WIB ini diikuti oleh puluhan mahasiswa yang menyimak dengan antusias dan mengajukan berbagai pertanyaan kritis atas reformasi sistem keuangan yang tengah terjadi di Indonesia. [Prima]
Guest Lecture oleh Josef Bataona, HR Director PT Unilever Indonesia Tbk
M
anajemen sumber daya manusia merupakan elemen penting dari kesuksesan bisnis. Josef Bataona, Human Resource Director PT Unilever Indonesia Tbk, berkesempatan hadir di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM untuk berbagi pengalaman dan pengetahuannya dalam acara yang bertajuk “How We Develop Our Talent to Deliver 2015 Ambition” (31/3). Acara yang dilangsungkan di Ruang Audio Visual FEB UGM ini mampu mengundang animo 60 mahasiswa S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. ”Ini adalah sebuah kesempatan yang langka untuk berdiskusi dengan direktur perusahaan multinasional. Bagaimanapun, Unilever adalah perusahaan yang produknya hampir selalu kita gunakan setiap hari,” Azim Amirin, (Akuntansi 2009) berkomentar. Acara yang dimulai tepat pukul 08.30 WIB ini diawali dengan presentasi Josef Bataona mengenai strategi dan dinamika manajemen sumber daya manusia yang terjadi di PT Unilever Indonesia Tbk. “Sebelum memahami manajemen sumber daya manusia, seorang manajer harus mengerti bisnis perusahaan,” terangnya. Setiap strategi yang dirumuskan harus kongruen dengan visi utama perusahaan. Dalam merumuskan hal tersebut, para direktur dari berbagai divisi harus duduk bersama untuk mencapai kesepakatan. Dengan begitu, perencanaan dan evaluasi dapat berjalan dengan fair. Josef Bataona, direktur kelahiran Flores dengan segala keterbatasan ekonomi, berusaha memotivasi para mahasiswa untuk mengejar cita-citanya. “Mimpi bisa diperoleh jika kita memiliki komitmen untuk meraih mimpi tersebut, apapun keadaan kita,” tegasnya. Josef juga menekankan pentingnya pembentukan (make) tal-
enta daripada merekrut (buy) karyawan yang sudah ada. PT Unilever Indonesia Tbk memiliki program talent sourcing berupa management trainee bagi karyawan baru. Perusahaan ini juga memiliki agenda presence at campus untuk menjaring potensi para lulusan baru. Visi yang ingin dicapai dalam bidang sumber daya manusia adalah growth people to grow. PT Unilever Indonesia Tbk. memiliki sejumlah misi untuk meraih hal tersebut. Misi yang dimaksud antara lain continuously nurture and grow people, proactively provide strategic solution for other divisions, energize people to balance life while meeting the business, and deliver HR service excellence. Presentasi Josef dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab oleh peserta. Mahasiswa antusias menyambut sesi ini dengan beragam pertanyaan yang diajukan, mulai dari gaya kepemimpinan yang baik, ketersediaan beasiswa, sampai dengan program perekrutan karyawan baru. Yang cukup menarik, terdapat seorang mahasiswa yang bertanya tentang gaya penampilan Josef yang tampak kasual pada waktu itu. Josef pun menanggapi, “Ini adalah cara saya untuk lebih dekat dengan Anda.” Acara ini diakhiri dengan pemberian plakat sebagai kenang-kenangan yang diwakili oleh pihak fakultas kepada Josef Bataona. [Rahmat]
What’s Up Seminar Series FEB UGM Presentasi Hasil Penelitian dan Penulisan Kasus Pendek oleh Dosen FEB UGM
U
ntuk meningkatkan kompetensi dan standar mutu dosen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Seminar Series” yang berlangsung dari awal hingga pertengahan tahun 2011. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk seminar yang mempresentasikan hasil penelitian ilmiah dan juga penulisan kasus pendek sebagai bahan mengajar dosen. Kegiatan ini berawal di tahun 2010 ketika fakultas meluncurkan program untuk mendanai proposal penelitian dan penulisan kasus pendek bagi dosen, mahasiswa pascasarjana, maupun tim dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Karena keterbatasan dana, diadakanlah seleksi untuk memilih proposal yang akan didanai oleh fakultas. Setelah diseleksi oleh blind reviewer yang terdiri dari dosen FEB yang tidak mengikuti program ini bersama dengan dosen fakultas lain yang memiliki kompetensi dalam bidangnya, terpilih 25 proposal penelitian ilmiah dan 10 proposal penulisan kasus pendek dari 70 judul proposal lebih yang dikumpulkan. Wakil Dekan Bidang Akademik, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat, B.M. Purwanto MBA., Ph.D. yang sekaligus menjadi koordinator program menjelaskan, “Jika (kegiatan ini) dikatakan baru sebenarnya tidak juga. Pada ta-
10|11
Edisi 9 | Juli 2011
hun 2009 fakultas pernah menyelenggarakan program ini dengan dana dari Dikti (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi -red), tapi proposal yang didanai jumlahnya sedikit. Setelah dana dari Dikti berhenti, kita memutuskan tetap melanjutkan kegiatan ini dengan menggunakan dana fakultas karena dirasa memberikan efek yang positif. Maka, disusunlah program yang sama dengan mengundang lebih banyak dosen maupun tim dosen untuk berpartisipasi.” B.M. Purwanto selanjutnya menambahkan bahwa kegiatan ini sejalan dengan tuntutan akreditasi fakultas baik di level nasional maupun internasional yang mengharuskan dosen maupun staf pengajar memiliki kualifikasi yang baik dalam mengajar. Berdasarkan penilaian Dikti, dosen yang memiliki kualifikasi baik dinilai menggunakan tiga indikator: penelitian, pengajaran, dan pengabdian kepada masyarakat. Seminar Series merupakan salah satu upaya fakultas mendorong dosen meraih pencapaian ini dengan melakukan kegiatan riset dan publikasi ilmiah untuk memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan. [Rahmat]
Visitasi Mentor: Memantapkan Langkah Menuju Akreditasi AACSB
B
ulan Mei lalu FEB UGM kedatangan seorang tamu spesial. Dia adalah Prof. Michael Tearney, seorang mentor bagi FEB UGM yang membantu dalam akreditasi AACSB (Association to Advance Collegiate School of Business). Dalam kunjungan yang relatif singkat tersebut, Tearney memberikan evaluasi dan saran demi terpenuhinya seluruh standar untuk akreditasi prestisius AACSB. Michael Tearney datang ke FEB UGM sebagai respon dari AACSB atas laporan tahunan yang dibuat FEB untuk AACSB. Ada dua poin utama (sekitar lima standar) yang belum dipenuhi oleh FEB UGM sehingga hingga saat ini fakultas kita belum bisa dinilai langsung oleh AACSB. Kedatangan Tearney adalah untuk memberikan masukan berupa langkah-langkah yang dapat diambil untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Ada dua poin utama yang ditekankan oleh Tearney. Pertama, status dosen FEB UGM, yang meskipun sudah doktor ataupun profesor, namun jarang melakukan riset atau publikasi. Hal ini belum memenuhi kualifikasi akademisi menurut AACSB. Untuk itulah FEB UGM berusaha mengajak dosen-dosen untuk aktif melakukan riset dan publikasi dengan mensyaratkan minimal dua publikasi selama lima tahun.
Kedua, mengenai kompetisi yang ingin dibangun FEB UGM untuk lulusan di masing-masing program yang ada di fakultas ini. Tantangannya adalah bagaimana cara mengukur kompetensi yang dicapai oleh lulusan tersebut. Untuk hal ini, FEB UGM tengah menyusun learning goals masing-masing jurusan, yang kemudian di-breakdown menjadi learning objective. Dari sini, FEB mencari cara untuk mengukur kompetensi lulusan. Nantinya, akan ada komite kurikulum yang akan mengevaluasi dan merevisi kompetensi lulusan dibandingkan dengan kurikulum yang ada. Selain itu, Tearney juga mengusulkan perlunya dibentuk tim khusus yang berkonsentrasi mengurus persiapan menuju akreditasi AACSB. Maka, dibentuklah tim Assurance of Learning serta tim akreditasi AACSB yang dikoordinatori oleh Prof. Indra Wijaya Kusuma. “Akreditasi ini jauh lebih sulit daripada akreditasi pemerintah di Indonesia,” ujar Indra. Namun demikian, ia menuturkan bahwa, “Michael Tearney merasa optimis bahwa sekarang kemajuannya (proses FEB menuju akreditasi AASCB-red) sudah terlihat,” ungkapnya. [Prima]
Magister Akuntansi Terapan
What’s Up MAKSI Berbenah
P
rogram Magister Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada pada awal tahun 2011 ini semakin mempercantik dan melengkapi fasilitas yang dimiliki untuk memberikan kenyamanan serta pelayanan yang maksimal kepada mahasiswa serta staf pengajar. Perbaikan dan peningkatan kualitas yang dilakukan antara lain penambahan satu ruang kelas lagi menjadi empat ruang kelas yang awalnya hanya berjumlah tiga. Jadi jadwal yang ditetapkan oleh akademik bisa lebih fleksibel dengan adanya penambahan jumlah kelas ini. Sekarang terdapat tiga ruang diskusi mahasiswa yang dulunya walaupun ada, tetapi belum bisa dikatakan sebagai ruang mahasiswa karena lokasinya yang kurang nyaman untuk dijadikan ruang diskusi. Program Magister yang diketuai oleh Prof. Dr. Jogiyanto HM, MBA dengan tagline nya “building integrity” ini juga menambahkan beberapa ruangan yang tadinya tidak ada, seperti penambahan perpustakaan & ruang baca, ruang IT, ruang HIMMA, ruang tunggu dosen, loby/student lounge, ruang tamu program, ruang rapat direksi, dan ruang rapat/ kerja dosen. Ruang akademik yang tidak nyaman dulunya, sekarang sudah diubah menjadi lebih luas dan tertata sehingga akses mahasiswa ke bagian akademik menjadi lebih leluasa. Penambahan dan pembangunan ruangan ini bukan tanpa alasan seperti wacana pembangunan gedung DPR di Senayan yang penuh kontroversi, namun pembangunan ini memiliki tujuan agar pelayanan Program MAKSI FEB UGM menjadi lebih maksimal baik kepada staff pengajar, mahasiswa serta peserta pelatihan.
12|13
Edisi 9 | Juli 2011
Magister Akuntansi Terapan
What’s Up
Orientasi Mahasiswa Baru
P Orientasi Mahasiswa Baru
D
alam rangka menyambut mahasiswa baru periode perkuliahan Mei 2011 maka pada tanggal 6 Mei 2011, Program MAKSI mengadakan Orientasi Mahasiswa Baru. Orientasi mahasiswa baru ini mempunyai tujuan untuk mengenalkan pada mahasiswa baru mengenai Program MAKSI secara lebih detail dan sistem perkuliahan yang dijalankan Dr. Agus Setiawan, M.Soc.Sc. selaku wakil pengelola Program MAKSI menjelaskan mengenai panduan akademik yang ada di program. Dijelaskan pula mengenai nilai-nilai yang harus dipegang teguh oleh mahasiswa sampai dengan mereka kelak menjadi alumni. Nilainilai yang harus dipegang itu adalah: integritas, profesionalisme, keadilan, objektivitas, dan kepedulian sosial. Sebagai salah satu program studi master andalan dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM yang mempunyai misi untuk menjadi 10 terbaik program pascasarjana akuntansi di tingkat Asia pada tahun 2020, Program MAKSI juga memberi kesempatan kepada para mahasiswanya untuk berorganisasi dalam wadah HIMMA (Himpunan Mahasiwa Magister Akuntansi). Pada orientasi mahasiswa baru ini HIMMA juga berkesempatan untuk sharing pengalaman selama di MAKSI UGM serta menjelaskan mengenai kegiatan mahasiswa di MAKSI UGM.
14|15
Edisi 9 | Juli 2011
embelajaran akuntansi sekarang tidak seharusnya mentransfer pengetahuan di kelas, tetapi harus mentransfer wisdom di kelas. Di samping itu, untuk membuat mahasiswa mengalami sendiri proses pembelajaran dan aktif di kelas, maka prosess pembelajaran harus diarahkan ke mahasiswa bukan ke dosen. Metoda pembelajaran ini disebut dengan SCL (Student Centered Learning). Metode SCL ini sudah mulai banyak diterapkan di sekolah-sekolah bisnis terutama di program-program MBA. Metode ini belum banyak diterapkan di sekolah-sekolah akuntansi terutama di tingkat bachelor dan master. Jika metoda ini diterapkan di program akuntansi, tentunya penerapannya tidak akan sama jika diterapkan di program lainnya supaya efektif. Hal di atas yang mendasari Magister Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan workshop mengenai SCL yang sasaran pesertanya merupakan dosen-dosen jurusan akuntansi yang ingin menerapkan SCL di kelasnya dan ingin menerapkan proses pembelajaran yang efektif. Workshop pembelajaran ini menjelaskan bagaimana metode SCL diterapkan di program akuntansi baik untuk tingkat S1 maupun S2. Workshop ini selain mendiskusikan bagaimana penerapan metode SCL, tetapi juga mendiskusikan bagaimana metode kontingensi
harus unik di program akuntansi supaya proses pembelajaran efektif. Workshop ini diselenggarakan pada hari Jumat-Sabtu tanggal 11-12 Maret 2011, dimulai pada pukul 07.30 dan selesai pada pukul 16.30 di Gedung Magister Akuntansi. Di hari pertama, workshop dibagi menjadi empat sesi. Sesi pertama diisi dengan materi “Kritik dan Tuntutan Pendidikan Akuntansi”. Lalu dilanjutkan dengan pembahasan “Konsep Pembelajaran SCL, Metoda Kasus dan Proyek”. Kemudian sesi ketiga dan keempat berturut turut diisi dengan materi “Peran Dosen, Mahasiswa dan Institusi” dan “Proses Pembelajaran SCL: Metoda Kontingensi”. Sesi di hari pertama ini diisi oleh Prof. Dr. Jogiyanto HM, MBA., Ak. Materi di hari kedua berisi tentang: “Konsep dan Penerapan SCL di Akuntansi Manajemen” dan “Praktik Penerapan SCL di Akuntansi Manajemen” yang disampaikan oleh Dr. Bambang Riyanto LS, MBA., Ak. Kemudian di sesi tiga dan empat diisi oleh Prof. Dr. Suwardjono, M.Sc. dengan materi “Konsep dan Penerapan SCL di Akuntansi Keuangan” dan “Praktik Penerapan SCL di Akuntansi Keuangan”. Para peserta yang terdiri dari dosendosen akuntansi dari berbagai universitas di Indonesia sangat antusias mengikuti workshop ini karena banyak ilmu yang bias mereka ambil untuk diterapkan dalam proses pembelajaran.
Magister Akuntansi Terapan
What’s Up
Pelepasan Wisuda Periode April 2011
P
ada Rabu (27/4), Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan pelepasan wisudawan untuk beberapa angkatan. Acara pelepasan wisuda diadakan di Gedung FEB UGM Ruang Sidang Dekanat yang terletak di lantai dua. Dengan kerjasama yang baik dan koordinasi yang tepat baik antara panitia pelaksana dan peserta wisuda, acara bisa berjalan dengan lancar dan tepat waktu. Pada acara pelepasan wisuda kali ini hanya dihadiri oleh Dr. Agus Setiawan, M. Soc. Sc. selaku Wakil Ketua Bidang Administrasi dan Keuangan Program MAKSI FEB UGM dan Wakil Dekan Bidang Administrasi, Keuangan dan Sumberdaya Manusia Dr. Eko Suwardi, M.Sc. mewakili Dekan FEB UGM. Di kesempatan kali ini, MAKSI FEB UGM meluluskan 24 wisudawan. Yang terdiri dari 11 wisudawan pria dan 13 wisudawan wanita. Dan terdapat tiga mahasiswa yang lulus dengan predikat cumlaude, atas nama Ahmad dengan IPK 3,78 dalam waktu tempuh studi 18 bulan. Yang kedua adalah Devy Rusli lama studi 20 bulan dan dengan IPK 3,78. dan yang terakhir adalah Karianton Tampubolon dengan lama studi 19 bulan dan dengan IPK 3,85. Catatan lain yang menarik juga untuk diikuti pada acara wisuda April ini adalah terdapat 12 mahasiswa lulus dengan predikat lulus dengan sangat memuaskan dan terdapat 9 mahasiswa lulus dengan predikat memuaskan. IPK tertinggi pada wisuda angkatan saat ini adalah 3,85 diraih oleh Karianton Tampubolon dan IPK terendah adalah 3,02. Mahasiswa dengan waktu tempuh tercepat pada wisuda kali ini ditempuh dengan kurun waktu 18 bulan diraih oleh Ahmad, dengan yang terlama adalah 48 bulan.
16|17
Edisi 9 | Juli 2011
Mahasiswa termuda berumur 24 tahun dan yang tertua adalah 48 tahun. Acara wisuda dikemas dengan sedemikian rupa supaya ringkas, cepat dan tepat sasaran. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kelelahan para peserta dan pengantarnya yang sudah dari pagi mengikuti rangkaian acara wisuda yang diselenggarakan oleh UGM. Maka acara yang dimulai pada pukul 09.30 pagi selesai pada pukul 12.00 siang. Diawali dengan sambutan oleh pengelola, sambutan perwakilan dari mahasiswa yang diwakilkan oleh saudara Kanton Tampubolon, penyerahan transkrip, dan ditutup dengan doa dan foto bersama. Setelah semua selesai ditutup pula dengan acara makan siang yang dilakukan di depan Ruang Sidang Dekanat. Bagi semua wisudawan dan wisudawati, MAKSI FEB UGM mengucapkan selamat dan syukur semoga ke depannya para wisudawan bisa mengharumkan dan membawa nama baik alumni MAKSI FEB UGM dan Program MAKSI FEB UGM. Baik di tempat kerja dan keluarga yang telah beberapa bulan ditinggalkan, serta di tengah-tengah masyarakat dan dimanapun para wisudawan dan wisudawati berada dan menginjakkan kakinya. Seperti kata para pengelola pada saat wisuda, MAKSI FEB UGM dengan napas lega bisa mengembalikan semua wisudawan ke keluarga yang telah ditinggalkan selama beberapa bulan dan bisa mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah di berikan dengan suka cita oleh para staf pengajar dengan sebaik-baiknya.
Magister Ekonomika Pembangunan
What’s Up
DWI WINDU MEP
FUTSAL TOURNAMENT, FUN FAIR DAY WORKSHOP NASKAH AKADEMIK DESENTRALISASI FISKAL, SEMINAR NASIONAL SATU DASAWARSA DESENTRALISASI FISKAL
Workshop Naskah Akademik Desentralisasi Fiskal
S
ebagai wujud tanggung jawab akademik dan sumbangsih MEP FEB UGM terhadap bangsa dan negara, Program MEP FEB UGM menyelenggarakan Workshop Naskah Akademik Desentralisasi Fiskal di Hotel Melia Purosani pada tanggal 3 Juni 2011. Peserta yang hadir di workshop ini terdiri dari kalangan akademisi dan praktisi. Workshop tersebut mengkritisi keberadaan UU No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Acara dimulai dengan presentasi tim naskah akademik yang dipaparkan oleh Dr. Anggito Abimanyu, M.Sc. Selanjutnya, wakil pemerintah daerah turut menyampaikan pandangannya mengenai kedua undang-undang tersebut. Diantaranya, Ir. Abd. Rahman Wairoy, M.Ec. Dev. (Staf Ahli Bupati Kabupaten Raja Ampat), Drs. Irwan, M.Si. (Bupati Kepulauan Meranti), Azhari, S.E., M.Si. (Staf Ahli Bupati Kabupaten Aceh Utara), Drs Riyantono, M.Si. (Kepala Bappeda Kabupaten Bantul) dan Wahyu Widayat, S.H., M.Si. (Kepala BKD Kabupaten Sragen). Abd. Rahman Wairoy menuturkan bahwa dana bagi hasil yang diberikan ke daerah cenderung lebih sedikit tetapi porsi pemerintah pusat
18|19
Edisi 9 | Juli 2011
lebih besar. “Sumber daya alam daerah telah tereksploitasi”, ujarnya. “Di sisi lain daerah dituntut untuk menjaga kelestariannya namun kenyataannya dana tidak banyak yang kembali ke daerah”, imbuhnya. Selain itu, Irwan menambahkan bahwa Undang-Undang, Peraturan Menteri dan keputusan Menteri, misal Permendagri dan Permenkeu yang tidak sinkron mengakibatkan APBD tidak berjalan sebagaimana mestinya. “Akibatnya daerah dirasa tidak mampu menjalankannya urusannya”, ujarnya. Pandangan juga disampaikan oleh Wahyu Widayat, Kepala BKD Kabupaten Sragen, bahwa sekarang ini APBD terbebani dengan kenaikan gaji pegawai dan rekruitment CPNS 2010, penghasilan tetap perangkat desa, kesejahteraan pegawai, pilkada 2011 dan dana pendampingan. Satu dasawarsa desentralisasi fiskal menuai berbagai tanggapan beragam, polemik pelaksanaan UU No.32 dan UU No. 33 Tahun 2004. Prof. Wihana Kirana Jaya, M.Soc. Sc., Ph.D. mengungkapkan bahwa kedua peraturan tersebut memunculkan tumpang tindih kewenangan antara kementerian keuangan dan kementerian dalam negeri. Akhirnya pemerintah daerah dirugikan. Prof., Dr., Abdul
Halim berpendapat bahwa perlu adanya jembatan antara teori dan praktik. Peserta seminar pun ikut menyumbangkan tanggapan, salah satunya peserta asal kabupaten Lumajang yang berpen-
dapat bahwa UU No 32 dan UU No. 33 tidak perlu digabungkan, karena sudah banyak rencana draft revisi. Yang penting adalah implementasi dari regulasi yang ada.
Magister Ekonomika Pembangunan
What’s Up
Seminar Satu Dasawarsa Desentralisasi Fiskal
“Hubungan Pusat dan Daerah dan Penataan Keuangan Daerah: Evaluasi Satu Dasawarsa Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal”
S
20|21
eminar Satu Dasawarsa Desentralisasi Fiskal merupakan potret akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah yang belum optimal. “Timbul permasalahan tentang kepegawaian daerah setelah pemberlakuan UU No.32 dan UU No. 33 Tahun 2004”, ujar Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Akt sebagai Keynote Speech Seminar Satu Dasawarsa Desentralisasi Fiskal di Hotel Melia Purosani (4/6). Menurutnya regulasi yang jelas dan sumber daya manusia yang berkompeten menjadi dasar suksesnya desentralisasi. “Pengaturan pemerintah daerah dan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah dalam satu regulasi yang utuh termasuk pembinaan kepegawaian daerah menjadi salah satu solusi dalam otonomi daerah”, imbuhnya. Seminar yang dimoderatori Prof. Dr. Wihana Kirana Jaya, M.Soc.Sc., Ph.D. menghadirkan narasumber dari praktisi yang berkaitan langsung dengan permasalahan desentralisasi fiskal diantaranya, Dr. Marwanto Harjowiryono, M.A. (Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan RI), Dr. Ir. Yuswandi A. Tumenggung, M.Sc., M.A. (Direktur Jenderal Keuangan Daerah Departemen Dalam Negeri), Dr. Harry Azhar Azis, M.A. (Wakil Ketua Komisi XI DPR RI), Barnabas Suebu, S.H (Gubernur Papua), Prof. Dr. Denny Juanda (Kepala Bappeda Prov. Jawa Barat), dan Drs. Sriyadi, M.M (PLH Sekda Prov. Jateng). Peserta yang hadir dalam seminar kali ini berasal dari kalangan akademisi, perwakilan pemerintah daerah dan mahasiswa. Marwanto mengungkapkan isu yaitu apakah dana alokasi umum (DAU) yang dibagikan ke daerah sudah adil dan merata. “Kenyataannya daerah pemekaran lebih banyak mendapat DAU”, ujarnya. “Penggunaan DAU di
Edisi 9 | Juli 2011
daerah pemekaran lebih banyak digunakan untuk pembangunan infrastruktur pemerintah daerah dan belanja pegawai”, jelasnya. Menurutnya DAU yang semestinya digunakan untuk menggerakkan perekonomian daerah yang belum optimal berjalan. Sriyadhi menuturkan, banyak urusan pusat yang diberikan ke daerah namun tidak diikuti dengan pendanaannya sehingga daerah harus berusaha sendiri untuk menutupi pendanaan urusan tersebut. Di sisi lain, Yuswandi menjelaskan bahwa dilihat dari pendapatan agregat APBD secara nominal peningkatannya sangat fantastis tetapi secara riil cenderung datar. Selain itu, belanja agregat APBD secara nominal meningkat namun secara riil cenderung datar. Desentralisasi fiskal masih menuai tanggapan beragam. Menurut Harry Azhar Azis, UU 32 dan 33 tahun 2004 sudah ada pembahasan oleh pemerintah dari masing-masing kementerian namun sampai saat ini terjadi ketidaksepahaman. Permasalahan lain yang timbul, “Pemerintah tidak mau mendistribusikan pajak yang besar-besar ke daerah”, ujar Harry Azhar Azis. Barnabas Suebu mengungkapkan bahwa pelaksanaan desentralisasi fiskal mengalami pasang surut. “Ketergantungan daerah pada APBN menjadi masalah tersendiri”, ujarnya. Menurut Barnabas salah satu solusinya adalah dengan melakukan reformasi anggaran dengan merubah mindset. Denny Juanda menambahkan perlunya pendataan yang akurat secara nasional. Selain itu, perlunya ketetapan tertulis tentang pernyataan kewenangan.
Magister Ekonomika Pembangunan
What’s Up Konser Nyanyian Negeriku Fun Fair Day: Berbaur Dalam Keceriaan MEP Futsal Tournament
S
abtu 4 juni 2011, adalah puncak kegiatan Dwi Windu Program MEP UGM, MEP menyelenggarakan konser bertajuk Nyanyian Negeriku di Pusat Kesenian Koesnadi Hardjosoemantri (Purna Budaya) UGM. Poppy Ismalina selaku ketua Program MEP dalam sambutannya mengungkapkan bahwa konser ini didedikasi untuk para Dekan FEB, Ketua Pengelola MEP dan karyawan yang telah mencurahkan tenaga dan pikiran terhadap perkembangan MEP mulai dari tahun 1995 hingga sekarang ini. Prof. Dr. Soediyono R., MBA selaku pengambil kebijakan saat itu turut hadir beserta Prof. Dr. Nopirin, MA, Prof. Dr. Zaki Baridwan, M.Sc., Prof. Dr Ainun Na’im, MBA, Prof.Dr. Marwan Asri, MBA., dan Dr. Soetatwo Hadiwigeno, MA. Acara ini juga merupakan ajang temu alumni MEP UGM dari berbagai angkatan. Selanjutnya, konser bertajuk Nyanyian Negeriku ini lebih menonjolkan lagu-lagu dan musik dengan khas daerah yang dikemas secara menarik. Pengisi acara tersebut diantaranya, Dwiki Dharmawan, Andien, Anggito Abimanyu, Icha Jikustik, Ivan Nestorman, Nina Tamam, Linda Sitinjak, PSM UGM, Kelompok Tari Saman FEB UGM, Kelompok Angklung FEB UGM, UKM Tari Bali UGM, Etnik ISI, Gadjah Mada Chamber Orchestra bersama musisi-musisi Institut Seni Indonesia dan Conductor: Singgih Sanjaya.
22|23
Edisi 9 | Juli 2011
R
angkaian acara Dwi Windu Program MEP FEB UGM (15/5) diisi dengan kegiatan Fun Fair Day di halaman kampus MEP. Sebagai awal dari rangkaian kegiatan Dwi Windu MEP, Dekan FEB UGM Prof. Dr. Marwan Asri, MBA membuka secara resmi kegiatan ini dengan pelepasan balon. Segenap keluarga besar Program MEP mengikuti kegiatan Fun Fair Day. Peserta yang berpartisipasi di kegiatan ini diantaranya pengelola, dosen, karyawan, mahasiswa MEP dan unitunit FEB UGM. Acara yang dimulai pukul 06.45 diawali dengan kegiatan jalan sehat. Rute yang ditempuh peserta cukup dekat dengan berjalan di selatan program pasca sarjana UGM. Setelah kembali di kampus MEP, acara dilanjutkan dengan senam sehat di depan halaman kampus MEP. Kemudian acara dilanjutkan dengan berbagai perlombaan yang dibagi menjadi 2 kategori yaitu lomba untuk anakanak dan dewasa. Lomba untuk anak-anak adalah lomba lari kelereng, makan kerupuk dan memasukan pensil ke dalam botol. Kategori lomba dewasa adalah lomba tenis meja, bakiak dan lomba tarik tambang.
S
emarak rangkaian Dwi windu MEP FEB UGM dalam suasana kekeluargaan. Salah satu kegiatan yang bersifat nonakademik adalah kegiatan MEP Futsal Tounament (21/9). Peserta yang berpartisipasi adalah bagian dari unit-unit FEB UGM dan mahasiswa MEP UGM, diantaranya, karyawan FEB, Vokasi, MAKSI, MM, MSI dan mahasiswa MEP dari berbagai angkatan. Pukul 10.00 kick off pertandingan dimulai, turnamen kali ini menggunakan sistem gugur yang berakhir pukul 14.30. Kemenangan dan kekalahan bukan menjadi tujuan utama. Namun, membangun kebersamaan, kekeluargaan dan sportivitas merupakan hal yang ditekankan dalam tournament futsal kali ini. Laga final mempertemukan tim dari karyawan program MM dan tim dari Mahasiswa MEP angkatan 44. Pertandingan 2x15 menit berkedudukan 1-1 kemudian dilanjutkan dengan adu penalti untuk menentukan juara. Hasil adu penalti 2-1 untuk kemenangan tim Mahasiswa MEP angkatan 44.
Magister Sains dan Doktor
What’s Up Kunjungan President Georgia State University, Dr. Mark Becker
Kuliah Umum A New ASEAN: ASEAN Community in a Global Community of Nations
D M
erupakan kebanggaan bagi Program MSi FEB UGM untuk menerima kunjungan President (Dr. Mark Becker) dan Provost (Dr. Risa Palm) Georgia State University (GSU) serta Dekan Andrew Young School of Policy Studies (AYSPS) GSU (Dr. Mary Beth Walker) pada tanggal 23 Mei 2011. Ditemui Dekanat FEB UGM yang diwakili oleh Dr. BM. Purwanto, MBA, Prof. Wihana Kirana Jaya, M.Soc.Sc., Ph.D, delegasi GSU menyatakan apresiasinya atas kerjasama penyelenggaraan program dual degree ini. Dekanat FEB UGM juga mengemukakan preferensi untuk memperluas program dual degree antara program International Undergraduate Program (IUP) dengan Robinson College of Business GSU. Delegasi GSU menyambut baik proposal ini. yang kemudian dilanjutkan pertemuan dengan 12 mahasiswa yang dinyatakan diterima oleh AYSPS GSU .
24|25
Edisi 9 | Juli 2011
Beberapa hal dalam kunjungan ini Pengelola program MSi menginformasikan kepada pihak GSU perkembangan akademis 12 mahasiswa yang telah dipersiapkan untuk melanjutkan program dual degree ini ke GSU. President dan Provost GSU serta Dekan AYSPS GSU juga berkunjung ke Rektorat UGM dan berdiskusi mengenai kolaborasi lebih jauh UGM-GSU dengan Rektor UGM Prof. Ir. Sujarwadi, M.Eng, Ph.D., Wakil Rektor Senior Bidang Administrasi dan Sumber Daya Manusia Prof. Ainun Na’im, M.B.A., Ph.D., Sekretaris Eksekutif Drs. Djoko Moerdiyanto, MA, Kepala Kantor Urusan Internasional Dr. Eng. R Rachmat A Sriwijaya ST, MT. Dalam kunjung-an ini, Dr. Anggito Abimanyu mengemukakan concern-nya tentang menurunnya animo ekonom US dalam mengamati dan menggunakan perekonomian Indonesia sebagai laboratory-nya. President GSU akan menindaklanjuti concern ini.
Kolaborasi UGM-GSU ini akan diperluas ke fakultas-fakultas lain di lingkungan UGM. Kunjungan ini berakhir dengan UGM campus tour. Kolaborasi UGM-GSU telah berlangsung sejak 2007 ketika ditandatanganinya MoU antara Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSEKP) UGM dengan Andrew Young School of Policy Studies untuk kegiatan capacity building. Program ini ditandai dengan diselenggarakannya pelatihan bersama sekitar 40 pegawai Pemerintah Provinsi dan kabupaten/kota di Papua untuk bidang Desentralisasi Fiskal dan Pemerintahan Daerah dalam dua batch di PSEKP UGM dan di AYSPS GSU. Kolaborasi dual degree MSi-Econ AYSPS GSU semakin memperkuat simbiosis mutualisme ini.
alam kuliah umum yang bertajuk A New ASEAN: ASEAN Community in a Global Community of Nations dan dimoderatori oleh Prof. Dr. Mudrajad Kuncoro, M.Soc.Sc., Djauhari Oratmangun, Dirjen Kerjasama ASEAN Kemenlu RI menyampaikan transformasi keanggotaan ASEAN dari waktu ke waktu baik dari berbagai sisi baik regulasi, legalitas, instrument, sehingga pada tahun 2015 ASEAN community dapat berperan dalam berbagai sektor. Sektor-sektor ini dibentuk dalam tiga community besar yaitu: ASEAN Political-Security Community (APSC), ASEAN Economic Community, dan ASEAN Socio-Cultural (ASCC). Pada tahun 2015 dan seterusnya diharapkan ASEAN mampu memperkuat kontribusi secara kolektifnya dalam penanganan berbagai isu dan tantangan global. Prioritas yang diusung diharapkan berpusat pada masyarakat dalam berbagai bidang. Kegiatan-kegiatan selama Indonesia menjadi ketua ASEAN 2011 ini juga dipaparkan sehingga masyarakat juga mengetahui kegiatan yang dilakukan Indonesia dan peranannya dalam masyarakat global.
Magister Sains dan Doktor
What’s Up Pelepasan Mahasiswa Dual Degree MSi FEB UGM-MA Econ GSU
P
ada hari Selasa tanggal 21 Juni 2011 Program Magister Sains resmi melepas mahasiswa kelas dual degree batch 1 yang akan berangkat ke Georgia State University, Atlanta, Amerika Serikat. Program dual degree ini terselenggara berkat kerjasama dengan Georgia State University (GSU), USAID, dan Kementerian Keuangan RI. Program MSi berhasil memperoleh unsolicited grants sebesar USD 3 juta dari USAID untuk membiayai tahun kedua dari program dual degree tersebut. Biaya pendidikan di tahun pertama dibebankan kepada Kemenkeu RI. Program ini terdiri dari dua batch. Dari 19 mahasiswa batch 1, 12 di antaranya berhasil diterima di GSU. Selebihnya, 7 mahasiswa akan melanjutkan ke International University of Japan (IUJ). Para mahasiswa program ini merupakan staf Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu RI. Program dual degree yang diprakarsai bersama oleh Program MSi dan Dr. Anggito Abimanyu ini bertujuan untuk mengoptimalkan utilisasi sumber daya manusia di BKF sebagai think-tank Kemenkeu RI. Pemberdayaan dan pengembangan SDM merupakan hal yang esensial untuk memenuhi pertumbuhan permintaan jasa publik. Program dual degree ini didesain untuk membekali mahasiswa dengan kompetensi tinggi untuk melakukan pengambilan kebijakan yang akurat. Struktur program ini didasarkan pada kurikulum Program MSi dan Department of Economics Andrew Young School of Policy Studies GSU, namun beberapa mata kuliah adalah tailored untuk memenuhi kebutuhan Kemenkeu, yaitu diberikannya kaitan antara aspek mikro dan aspek makro dalam pembelajaran ekonomika publik. Selain menda-
26|27
Edisi 9 | Juli 2011
patkan core courses seperti Mikroekonomika, Makroekonomika, Mikroekonometrika, mahasiswa juga mendapatkan akuntansi keuangan, manajemen keuangan, teori dan kebijakan fiskal. Seminar penelitian dikhususkan untuk keuangan publik yang juga tailored dengan manajemen keuangan dan akuntansi keuangan. Pelepasan dilakukan oleh Dekan FEB UGM Prof. Dr. Marwan Asri, MBA dan dihadiri oleh staf pengajar program dual degree, para pengelola prodi di lingkungan FEB UGM, dan para mahasiswa. Dari 19 mahasiswa MSi FEB UGM resmi melepas 12 mahasiswa ke GSU yang disampaikan oleh Dr. Supriyadi, M.Sc. dalam sambutannya melaporkan tentang proses pembelajaran, atmosfer akademik, dan usaha para mahasiswa selama belajar di Program MSi di hadapan mahasiswa, staf pengajar, perwakilan dari Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu RI serta Dekan FEB UGM. Dr. Artidiatun Adji, M.Ec., MA selaku pengelola program studi Ilmu Ekonomi MSi juga menyampaikan bahwa walaupun merupakan baby project, kolaborasi dual degree ini disambut dengan antusias oleh berbagai pihak, terutama donor. Faktor tersedianya cost-sharing merupakan hal yang menarik para donor untuk berpartisipasi. Program MSi menyediakan cost-sharing berupa penyelenggaraan seminar, workshop, guest lectures di bidang public finance dan ekonomika lainnya. Cost-sharing juga dilakukan untuk menyelenggarakan workshop di bidang mikroekonometrika yang diberikan oleh Dr. Elan Satriawan, MEc, MA. Selain USAID, AUSAID juga berpartisipasi dengan memberikan grants sebesar hampir AUD 2 juta untuk program dual degree (dengan mitra Australian National University) dengan
berlanjut dengan program berikutnya. Acara mahasiswa dari Kemenkeu RI. Dekan FEB Prof. Dr. Marwan Asri, MBA ini ditutup dengan foto bersama seluruh maha memberikan pesan dan selamat seluruh ma- siswa, Dekan, staf pengajar, dan pengelola. hasiswa serta apresiasi yang tinggi karena keberhasilan program ini dan diharapkan terus
Magister Sains dan Doktor
What’s Up Kuliah Umum Prof. Dr. Miranda S. Goeltom
GSU-USAID Reception Dinner
Lessons from Financial Crisis 2007 for Monetary Policy in Emerging Markets: Indonesia’s Perspectives and Policy Responses
P
rof. Dr. Miranda S. Goeltom (Former Senior Deputy Governor, Bank Indonesia) memberikan sharing keilmuan, pengalaman secara akademis dan empiris selama berkiprah di Bank Indonesia dalam proses pembentukan arah kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Kuliah umum ini dimoderatori oleh Prof. Dr. Wihana Kirana, M.Soc.Sc. Kuliah ini mengangkat krisis keuangan yang melanda Indonesia dan Asia Tenggara pada tahun 2007 sebagai tema dan mengkaji permasalahan yang memicu krisis keuangan berdasar pada banking regulation yang ada pada saat itu. Masalah yang dihadapi
28|29
Edisi 9 | Juli 2011
dunia perbankan misalnya adalah adanya informasi yang asimetris dan pasar keuangan yang relatif dangkal. Krisis keuangan yang mengguncang ekonomi global selama dua tahun penuh berimplikasi bahwa Bank Indonesia harus menjelajahi jalan baru intervensi kebijakan moneter. Kita semua harus bereksperimen dengan alat-alat baru karena instrumen konvensional telah menumpulkan dan rusak sampai batas tertentu oleh runtuhnya keuangan.
T
he U.S. Agency for International Development (USAID) dan Georgia State University (GSU) pada Rabu, 25 Mei 2011 menyelenggarakan reception dinner dalam rangka melepas mahasiswa yang akan berangkat studi ke GSU. Host acara dinner ini adalah GSU dan USAID yang bertempat di kediaman Mission Director USAID untuk Indonesia Dr. Walter North dengan mengundang mahasiswa dual degree MSi FEB UGM-GSU, alumni GSU, kolega USAID, BKF Kemenkeu, Dekanat FEB UGM dan pengelola MSi FEB UGM. Turut hadir di acara ini adalah Prof. Dr. Wihana Kirana Jaya, MSoc.Sc, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, Kerjasama dan Pengembangan Usaha FEB UGM, para pengelola Program MSi-Doktor FEB UGM (Dr. Supriyadi, Dr.
Amin Wibowo, dan Dr. Arti Adji), Kepala Bagian Akademik dan Admisi MSi FEB UGM (Rosi Setyorini dan Melania Roryana), President GSU Dr. Mark Becker, Provost GSU Dr. Risa Palm, dan Dekan AYSPS GSU Dr. Mary Beth Walker. President Becker memberikan sambutan dengan antusias dan apresiasi dengan keberhasilan Program MSi untuk memberangkatkan 12 orang mahasiswa ke GSU. Dalam sambutannya, Dr. Walter North mengemukakan bahwa pengembangan, kemitraan akan dilanjutkan dengan program-program yang lain sesuai dengan misi USAID dan Indonesia.
Magister Manajemen
What’s Up Sekolah Pasar Modal MM FEB UGM 2011
P
rogram Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (MM FEB UGM) melalui Finance Club bekerja sama dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan PT Danareksa Sekuritas melaksanakan Sekolah Pasar Modal 2011 dengan tema “Edukasi dan Lomba Simulasi Transaksi Pasar Modal 2011”. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan pemahaman tentang produk pasar modal dan mekanisme transaksi pasar modal, memberikan pengalaman transaksi saham melalui simulasi transaksi secara online, serta untuk memperkenalkan Pojok BEI MM FEB UGM yang baru saja diresmikan pada 10 Februari 2011 lalu. Kegiatan yang didukung oleh Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Danareksa (Persero) dan Danareksa Research Institute ini diikuti oleh 111 peserta yang terdiri atas 73 mahasiswa Program MM FEB UGM Yogyakarta dan 38 mahasiswa S1 dan S2 di lingkungan UGM dan luar UGM. Kegiatan diselenggarakan selama kurang lebih dua bulan dan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Edukasi Pasar Modal yang dilaksanakan pada 4 Maret 2011, Lomba Simulasi Transaksi Saham yang diselenggarakan pada 7 Maret-29 April 2011, dan Review Hasil Simulasi dan Pengumuman Pemenang Lomba Simulasi yang dilangsungkan pada 7 Mei 2011. Edukasi Pasar Modal dilaksanakan di Faculty Meeting Room Kampus MM FEB UGM Yogyakarta, dibuka oleh Wakhid Slamet Ciptono, Ph.D., Deputi Direktur Bidang Akademik dan Penelitian Program MM FEB UGM. Pada kesempatan ini, Wakhid Slamet Ciptono, Ph.D. menjelaskan bahwa kegiatan Sekolah Pasar Modal dilaksanakan secara rutin setahun sekali
30|31
Edisi 9 | Juli 2011
oleh Program MM FEB UGM, BEI, dan PT Danareksa. Kegiatan hari ini merupakan angkatan ke-7 setelah kegiatan serupa terakhir dilaksanakan pada 10 April-7 Mei 2010. Setelah acara pembukaan, peserta selanjutnya secara berurutan menerima penjelasan tentang Struktur dan Produk Pasar Modal, Mekanisme Transaksi, Analisa Fundamental, Analisa Teknikal, Simulasi Manual, dan Sistem Simulasi Virtu Trade. Para narasumber yang mengisi kegiatan edukasi ini adalah Dedy Priadi, Kepala Unit Edukasi Divisi Pemasaran BEI; Yahuda Nawa Yanukrisna Branch Manager Sentra Investasi Danareksa; serta Alifa Yustisia dan anggota tim lainnya dari Danareksa. Yahuda dan Alifa merupakan alumni Program MM FEB UGM Kampus Yogyakarta. Setelah mengikuti Edukasi Pasar Modal, peserta mengikuti simulasi transaksi dengan menggunakan sistem Virtu Trade yang dikembangkan oleh Danareksa Research Institute. Dalam simulasi ini, setiap peserta mendapatkan uang virtual sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dari Danareksa sebagai modal awal mengikuti lomba ini. Selama mengikuti lomba ini, para peserta menerima bimbingan tentang Analisa Fundamental dan Analisa Teknikal Saham yang disampaikan oleh Yahuda Nawa Yanukrisna dan Elton Buyung Satrianto, Analis Danareksa Sekuritas. Elton juga merupakan alumnus Program MM FEB UGM. Rangkaian kegiatan Sekolah Pasar Modal ditutup dengan Review dan Penyerahan Hadiah Pemenang Lomba Simulasi Transaksi Pasar Modal yang diawali dengan penyampaian materi tentang Reksadana serta Review Analisa Fundamental dan Teknikal selama periode Simulasi yang disampaikan oleh Yahuda. Setelah pemaparan hasil review simu-
lasi, acara dilanjutkan dengan presentasi tiga peserta yang berhasil meraih hasil simulasi terbaik. Mereka adalah Felix Bram Samora, mahasiswa Kelas Penuh Waktu Angkatan 56 Program MM FEB UGM yang berhasil meraih hasil simulasi Rp547.000.000,00 (lima ratus empat puluh tujuh juta rupiah); Budiarto Rahardjo, mahasiswa Kelas Penuh Waktu Angkatan 53 Program MM FEB UGM dengan hasil simulasi Rp544.000.000,00 (lima ratus empat puluh empat juta rupiah); dan Rini Yunita, mahasiswa Program S2 Matematika Fakultas MIPA UGM meraih hasil simulasi Rp542.000.000,00 (lima ratus empat puluh dua juta rupiah). Tiga peserta yang dinyatakan sebagai Juara I, Juara II, dan Juara III simulasi ini membagikan pengalaman serta tips dan trik yang mereka gunakan selama mengikuti simulasi, mulai dari Analisa Fundamental, Analisa Teknikal, Strategi, dan Trading Plan. Presentasi ketiga peserta ini mendapatkan evaluasi dan tanggapan langsung dari pihak Danareksa, antara lain Yahuda dan Elton. Di akhir acara, para pemenang menerima hadiah berupa uang tunai dari BEI, Danareksa, dan Program MM FEB UGM. Juara I mendapatkan hadiah Rp600.000,00 (enam ratus ribu rupiah), Juara II Rp500.000,00 (lima ra-
tus rupiah), dan Juara III sebesar Rp400.000,00 (empat ratus rupiah). Hadiah Juara I diserahkan oleh Hardo Basuki, Ph.D., Deputi Direktur Bidang Keuangan dan Umum Program MM FEB UGM, sedangkan hadiah bagi Juara II dan III masing-masing diserahkan oleh Yahuda dan Elton. Selain penyerahan hadiah kepada ketiga juara tersebut, pada kesempatan ini juga diberikan hadiah bagi sepuluh peserta yang meraih hasil simulasi tertinggi. Peserta yang menduduki peringkat keempat adalah Lingga Madu Darutama (mahasiswa Angkatan 56 Program MM FEB UGM) yang selanjutnya disusul oleh Aulia Farizqi (mahasiswa Program S1 FEB UGM), Indika Mustika (mahasiswa Program S1 Fakultas MIPA UGM), Ricky Caesar Latumallo (mahasiswa Angkatan 55 Program MM FEB UGM), Satrio Haryoseno (mahasiswa Angkatan 54 Program MM FEB UGM), Arif Aulia Rahman (mahasiswa Program S2 Matematika Fakultas MIPA UGM), dan peringkat kesepuluh ditempati oleh Muhtad Fadly (mahasiswa Angkatan 55 Program MM FEB UGM). Hadiah yang diterima berupa cinderamata dari Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) Cabang Yogyakarta.
Magister Manajemen
What’s Up Semangat Melestarikan Budaya: Pameran dan Pelatihan Membatik di MM FEB UGM
A
lunan gending Jawa mewarnai gedung Magister Manajemen FEB UGM Kamis (24/3) lalu. Bagian depan auditorium yang biasanya tampak sepi dihiasi dengan deretan rak gantung berisi kain batik dan beragam baju batik. Selama sehari penuh diselenggarakan pameran batik dan pelatihan membatik bagi mahasiswa dan karyawan MM UGM. Acara bertajuk ‘Masterpiece of Batik’ ini mengundang tiga Usaha Kecil Menengah (UKM) di Yogyakarta. Klub SMART Center, selaku penyelenggara acara, mendatangkan tujuh UKM batik di Yogyakarta, seperti Sri Kuncoro, Batik Ahmadi, Pertiwi, dan Adiningrat. Selain UKM batik, ada pula UKM makanan khas daerah dan juga aneka kreasi plastik daur ulang yang turut memeriahkan pameran. Pelatihan membatik juga menjadi salah satu agenda acara ini. Pelatihan yang dilaksanakan pukul 16.00 WIB ini terbuka untuk mahasiswa dan karyawan MM UGM. Retno, ketua klub SMART Center, mengungkapkan bahwa ada beberapa tujuan diselenggarakannya acara ini. Pertama, memperkenalkan UKM batik pada mahasiswa dan karyawan MM UGM. Kedua, meningkatkan softskill mahasiswa melalui pelatihan membatik. Alasan lainnya, agar mahasiswa lebih mencintai dan mau melestarikan warisan budaya Indonesia. Nantinya, pameran dan pelatihan seperti ini akan terus diadakan dengan mengundang UKM-UKM dari berbagai daerah di Indonesia. [Prima]
32|33
Edisi 9 | Juli 2011
Magister Manajemen
What’s Up Merapi Back to Green
S
ivitas Akademika MM FEB UGM bersama-sama dengan aparat dan masyarakat Dusun Gondang, Kelurahan Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman melakukan aksi penanaman bibit pohon untuk menghijaukan kembali area perkemahan Sinolewah, Kabupaten Sleman. Kegiatan yang mengambil tema “Merapi Back to Green” ini merupakan salah satu agenda Dies Natalis Program MM FEB UGM ke-23 dan dilakukan sebagai salah satu wujud kepedulian Program MM FEB UGM terhadap lingkungan sosial dan alam di Yogyakarta terutama wilayah Umbulharjo, Sleman yang sebagian besar alamnya rusak parah akibat erupsi Gunung Merapi akhir tahun 2010 lalu. Kegiatan yang melibatkan mahasiswa Program MM FEB UGM yang tergabung dalam Sustainable Development Club ini dilaksanakan pada hari Minggu (15/5) lalu. Sebelum memulai kegiatan penanaman bibit pohon, rombongan sivitas akademika Program MM FEB UGM yang diketuai oleh Direktur Program MM FEB UGM, Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D. dengan didampingi Deputi Direktur Bidang Keuangan dan Umum, Hardo Basu-
34|35
Edisi 9 | Juli 2011
ki, Ph.D. diterima oleh aparat dan masyarakat desa setempat di pendopo Bumi Perkemahan Sinolewah. Aparat dan masyarakat desa yang diwakili oleh Bejo Mulyo, S.Pd. selaku Lurah Umbulharjo menyampaikan rasa terima kasih kepada Program MM FEB UGM atas kepedulian dan bantuan yang diberikan untuk memulihkan kembali lahan desa yang gersang akibat terkena dampak erupsi Merapi. Samsul Bahri, S.I.P., M.M., Camat Cangkringan yang turut hadir dalam acara ini selanjutnya menambahkan bahwa di wilayah Kecamatan Cangkringan terdapat 25 dusun dan dukuh yang lahannya kini menjadi rusak dan tandus pasca erupsi Merapi. Padahal selama ini Cangkringan merupakan daerah sumber resapan air di wilayah Yogyakarta. Untuk itulah, bantuan berupa penanaman pohon di kawasan ini sangat diharapkan. Samsul Bahri yang juga merupakan alumnus Program MM FEB UGM karyasiswa dari Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman ini mengucapkan terima kasih atas bantuan Program MM FEB UGM berupa bibit-bibit pohon yang berkualitas yaitu bibit Sengon, Mahoni, Munggur, Petai, Durian, dan Asam Jawa.
Lebih lanjut diungkapkan bahwa lahan di Sinolewah yang akan ditanami ini merupakan lahan yang sudah layak dan siap untuk ditanami sehingga bantuan bibit pohon dari Program MM FEB UGM diharapkan akan dapat bertahan hidup dan membuat lingkungan alam di Cangkringan akan pulih dan bahkan menjadi lebih baik dari sebelum dilanda erupsi Merapi. Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D. dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan penghijauan ini bukan merupakan kegiatan insidental namun merupakan program yang terencana. “Program MM FEB UGM saat ini tengah menggalakkan implementasi konsep pangarusutamaan etika atau ethics mainstreaming kepada mahasiswanya. Para mahasiswa kini tidak hanya diajari tentang etika akademik tapi juga dibekali dengan pengetahuan tentang etika sosial dan etika lingkungan. Dengan demikian, lulusan Program MM FEB UGM diharapkan tidak hanya menjadi orang yang pintar tetapi juga mempunyai etika. Tidak hanya memiliki pemahaman keilmuan tapi juga menguasai praktik di lapangan. Program MM FEB UGM juga telah membantu pengembangan Desa Beji di Kecamatan Ngawen dan Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari. Keduanya berada di Kabupaten Gunung Kidul. Dengan adanya program Merapi Back to Green di Kelurahan Umbulharjo ini maka desa binaan Program MM FEB UGM bertambah menjadi tiga,” ungkapnya. Lebih lanjut Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D. menjelaskan bahwa sebagai wujud implementasi konsep pangarusutamaan etika tersebut pada tahun 2010 Program MM FEB UGM telah mendirikan Sustainable Development Club (SDC) dan Entrepreneur Club. Kedua klub ini merupakan klub kemahasiswaan yang memfokuskan kegiatannya di bidang pembangunan berkelanjutan terutama kelestarian lingkungan hidup serta bidang pengembangan sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Sebelum mengakhiri sambutannya, Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D. mengharapkan bahwa bantuan bibit pohon dari Program MM FEB UGM yang terdiri atas 6.000 bibit Pohon Sengon, 502 bibit Pohon Mahoni, 465 bibit Pohon Munggur, 200 bibit Pohon Petai, 50 bibit Pohon Durian 50, dan 33 bibit Pohon Asam Jawa ini dapat memberikan manfaat baik untuk penghijauan maupun untuk dinikmati hasilnya kelak oleh masyarakat di Kelurahan Umbulharjo. Selain bibit pohon untuk penghijauan, Program MM FEB UGM juga memberikan bantuan bibit tanaman sayuran keluarga dalam polibag berupa cabai, terung, tomat, kol, dan kacang panjang; masing-masing sebanyak 1.750 buah. Bibit tanaman syurga ini dibagi pada 310 Kepala Keluarga korban erupsi Merapi yang saat ini mendiami shelter Plosokerep di Umbulharjo. Pemberian bibit tanaman ini diharapkan akan dapat membantu pemulihan ekonomi masyarakat Umbulharjo pada umumnya dan penghuni shelter Plosokerep pada khususnya. Setelah penyampaian kata sambutan, acara dilanjutkan dengan penyerahan bibit tanaman secara simbolis oleh Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D. kepada Camat Cangkringan. Acara berikutnya adalah penanaman bibit Pohon Sengon secara simbolis oleh Direktur Program MM FEB UGM, dilanjutkan dengan penanaman bibit Pohon Petai oleh Camat Cangkringan, penanaman bibit Pohon Asam Jawa oleh Lurah Umbulharjo, penanaman bibit Pohon Durian oleh Deputi Direktur Bidang Keuangan dan Umum Program MM FEB UGM, penanaman bibit Pohon Mahoni oleh Kepala Dukuh, dan penanaman bibit Pohon Munggur oleh Carik atau Sekretaris Desa Umbulharjo. Setelah penanaman bibit pohon secara simbolis, acara diisi dengan penanaman beberapa bibit pohon oleh sivitas akademika Program MM UGM ke dalam lubang yang telah disediakan oleh masyarakat di lahan tersebut.
Magister Manajemen
What’s Up Guest Lecture Program MM FEB UGM:
IBM Shaping the Future: 100 Year Track Record of Innovation and Sustainable Development
P
rogram MM FEB UGM melalui Sustainable Development Club mengundang Suryo Suwignjo, Presiden Direktur IBM Indonesia untuk memberikan kuliah tamu kepada mahasiswa Program MM FEB UGM Kampus Yogyakarta. Acara ini dilaksanakan pada Sabtu, 12 Maret 2011 pkl. 09.00-12.30 WIB di Auditorium Kampus MM FEB UGM Yogyakarta. Kuliah tamu dibuka oleh B.M. Purwanto, Ph.D., Wakil Dekan Bidang Akademik, Penelitian, dan Pengabdian Pada Masyarakat Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM dengan didampingi oleh Wakhid Slamet Ciptono, Ph.D., Deputi Direktur Bidang Akademik dan Penelitian Program MM FEB UGM. Dalam sambutannya, B.M. Purwanto mengharapkan Suryo Suwignjo yang merupakan alumnus FEB UGM dapat membagikan pengalaman suksesnya, terutama pengalamannya dalam memimpin IBM Indonesia sejauh ini. Dengan mengangkat tema ”IBM Shaping the Future: 100 Year Track Record of Innovation and Sustainable Development”, Suryo menguraikan bagaimana teknologi mempengaruhi pekerjaan dan kehidupan manusia terutama dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Menghadapi perkembangan teknologi yang sangat cepat ini, perusahaan dan individu harus melakukan inovasi secara terus menerus agar dapat bertahan dan memenangkan persaingan di dunia bisnis atau dunia kerja. Dalam kuliah tamu ini, Suryo tidak hanya mengupas tentang teknologi namun juga menularkan wawasannya tentang leadership dan pengalamannya dalam mengelola perusahaan khususnya IBM Indonesia.
36|37
Edisi 9 | Juli 2011
Kuliah yang dimoderatori oleh Setiyono Miharjo, Ph.D., staf pengajar Program MM FEB UGM ini berlangsung menarik dan atraktif dengan diselingi sesi tanya jawab. Para peserta nampak antusias berlomba mengajukan pertanyaan karena materi yang disampaikan oleh Suryo sangat menarik, terlebih pihak IBM Indonesia menyediakan cinderamata menarik bagi sepuluh penanya pertama. Program MM FEB UGM Kampus Yogyakarta juga menyelenggarakan guest lecture pada hari Jumat, 20 Mei 2011 mulai 09.00 WIB sampai 11.20 WIB dengan narasumber Dr. Nasir Tamara, DEA, DESS, Ketua Umum Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4). Sosok yang pernah menjadi Research Fellow di Harvard dan Oxford University serta sebagai Senior Research Fellow di Institute of Southeast Asia (ISEAS), Singapore dan di National University of Singapore (NUS) ini memberikan kuliah tamu terkait kepakarannya di bidang media. Kuliah tamu yang diperuntukkan bagi mahasiswa Kelas Penuh Waktu Angkatan 55, Kelas Penuh Waktu Angkatan 56, Kelas Penuh Waktu Angkatan 57, dan Kelas Penuh Waktu Angkatan 58 dan KK Diknas Program MM FEB UGM ini mengambil tema ”Bisnis dan Revolusi Media: Peranan ICT, New Media dan Media Sosial”. Acara berlangsung di Auditorium Kampus MM FEB UGM dengan dipandu oleh Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D., Direktur Program MM FEB UGM, yang bertindak sebagai moderator. Dalam paparannya, Dr. Nasir Tamara mengatakan bahwa pada awalnya kebutuhan informasi dan komunikasi manusia terbatas pada hiburan, bisnis, politik, dan membangun jejaring sosial. Namun pada perkembangan-
nya media juga menjadi sarana untuk mencari kebahagiaan. Harus disadari bahwa kelahiran information communication technology (ICT) atau yang lebih sering disebut sebagai internet ini telah mempercepat perubahan politik, sosial, dan ekonomi dunia. Kepada mahasiswa Program MM FEB UGM Dr. Nasir Tamara menyampaikan bahwa
peluang bisnis di media masih sangat terbuka lebar di Indonesia terutama di media digital. Bagi yang berminat membangun bisnis di media ini disarankan untuk fokus pada industri kreatif. “Bisnis melalui media digital tidak perlu modal besar karena yang paling dibutuhkan adalah ide dan kreativitas,” tegasnya di akhir kuliah umumnya.
Program Profesi Akuntansi
What’s Up Workshop Audit Internal pada Lembaga Kesehatan
P
endidikan Profesi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Workshop Audit Internal pada Lembaga Kesehatan pada tanggal 13-24 Juni 2011 bertempat di Ruang S 311 FEB UGM. Workshop ini diikuti oleh 12 orang pegawai dari Kementerian Kesehatan Timor Leste serta beberapa staf dari rumah sakit di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Tujuan workshop ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian para peserta di bidang teori dan praktik audit internal. Materi yang diberikan antara lain: Overview Audit Internal, Standar Profesi Audit Internal, Proses Audit Internal, Compliance Audit, Performance Audit dan topik-topik penting lainnya. Di samping pendalaman teori, pelatihan ini juga dilengkapi dengan simulasi kasus di organisasi atau lembaga kesehatan seperti rumah sakit, apotek, dan puskemas untuk setiap topik sehingga para peserta akan dapat langsung menerapkannya ketika mereka kembali bertugas.
Evaluasi Diri Program Studi (EDPS)
E
valuasi Diri Program Studi merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Kantor Jaminan Mutu UGM dengan sasaran program studi di seluruh Universitas Gadjah Mada. Tujuan diselenggarakannya kegiatan ini adalah untuk mengevaluasi kualitas masing-masing program studi yang ada di seluruh Universitas Gadjah Mada. Di samping bertujuan untuk meningkatkan mutu dan kua-litas program studi, EDPS ini juga bertujuan untuk mempermudah akreditasi perguruan tinggi yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional. Kriteria penilaian untuk Pendidikan Profesi di seluruh UGM sendiri menggunakan standar yang sama. Jangka waktu pengerjaan Evaluasi Diri Program Studi berkisar antara 1,5 bulan.
38|39
Edisi 9 | Juli 2011
Wisuda Pendidikan Profesi Angkatan XVII, XVIII dan XIX
W
isuda Pendidikan Profesi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada akan dilaksanakan pada hari Sabtu (25/6) bertempat di Grha Sabha Pramana. Wisuda periode ini akan diikuti oleh 239 wisudawan. Selain itu, wisuda kali akan menghadirkan Bibit Samad Riyanto, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, sebagai pembicara.
Kelas Baru Matrikulasi Angkatan XXII B
K
elas baru matrikulasi angkatan XXII B dimulai pada tanggal 6 Juni 2011 dan diikuti sebanyak 36 mahasiswa. Kelas baru matrikulasi ini merupakan hasil saringan dari tes validasi kompetensi yang diselenggarakan pada tanggal 21 Mei 2011. Mahasiswa yang lulus matrikulasi ini nantinya akan menempuh kuliah reguler di Pendidikan Profesi pada September 2011.
Pelatihan Simakun Simagama dan Audit Internal Untuk Mahasiswa Angkatan XXI
P
elatihan Simakun Simagama bagi mahasiswa angkatan XXI merupakan pelatihan untuk persiapan magang mahasiswa pendidikan profesi akuntansi di lingkungan Universitas Gadjah Mada. Simagama adalah aplikasi yang digunakan untuk menajemen anggaran di lingkungan Universitas Gadjah Mada, sedangkan Simakun adalah aplikasi yang digunakan untuk menghasilkan laporan keuangan. Laporan yang bisa dihasilkan antara lain: register jurnal umum, jurnal koreksi, register kas masuk, register kas keluar, laporan buku besar, buku besar pembantu, laporan aktivitas, dan neraca. Pelatihan ini diikuti sebanyak 80 orang peserta. Melalui pelatihan ini, para mahasiswa yang akan melaksanakan magang di lingkungan UGM diharapkan dapat memahami dan melaksanakan tugas magangnya dengan baik denagan pemahaman akan sistem keuangan UGM. Instruktur workshop ini diampu oleh tim dari Direktorat Keuangan serta Satuan Audit Internal UGM. Pelatihan ini akan dilaksanakan dari tanggal 13 – 16 Juni 2011.
Special Report FEB UGM Rebut Second Runner Up di APEX Global Challenge
M
ahasiswa FEB UGM kembali membuktikan kemampuannya. Kali ini, tiga mahasiswa IUP FEB UGM yang tergabung dalam tim Phinisi berhasil menyabet posisi second runner up dalam kompetisi prestisius dunia, APEX Global Challenge. Hebatnya lagi, Phinisi adalah satusatunya tim dari empat universitas besar di Indonesia yang dapat maju ke putaran final. Tim Phinisi terdiri dari tiga mahasiswa brilian: Muhammad Adri Yahdiyan (Business IUP 2007), Yanuar Kurniawan (Accounting IUP 2006), dan Alessandra Fesilia Aldy (Business IUP 2007). Selama pra hingga pelaksanaan lomba, mereka didampingi seorang pelatih yang juga dosen FEB UGM, Prof. Dr. Jogiyanto Hartono M., MBA, Akt. Perjalanan panjang dan berliku ini berawal dari sebuah niat. “Untuk mengukirkan prestasi gemilang yang terkenang,” ujar Fesilia. Selain itu, mereka ingin menambah pengalaman dan menjajagi kemampuan mereka dibandingkan mahasiswa dari universitas-universitas asing. Sebagai langkah awal, tim Phinisi mengikuti seleksi internal APEX Global Challenge di tingkat universitas. Meski menjadi satu-satunya tim yang melakukan presentasi melalui video conference, namun ternyata tim ini dinilai sebagai tim terbaik. Selama 2,5 bulan menuju kompetisi, Phinisi melakukan coaching rutin, membaca berbagai buku IT dan strategi bisnis, serta konsultasi kepada dosen-dosen ahli IT di FEB. Tim Phinisi kemudian berangkat menuju Singapore Management University untuk berkompetisi mulai 25 April 2011 dengan pe-
40|41
Edisi 9 | Juli 2011
serta sebanyak 27 universitas dari 14 negara di seluruh dunia. Hari pertama perlombaan bergengsi ini, seluruh peserta diberi coaching oleh perusahaan konsultan terkenal, Deloitte. Semua tim yang terbagi dalam empat divisi diberi case yang harus diselesaikan dalam waktu 24 jam. Fesilia menuturkan, jam-jam pertama dari waktu yang sempit itu mereka pakai untuk brainstorming dan memahami maksud kasus. “Mencari inspirasi tidak mudah,” ungkap Fesilia sehingga mereka baru dapat menyusun solusinya saat malam hari. Phinisi yang tergabung dalam divisi B berkesempatan presentasi pada siang harinya. Begitu diumumkan delapan besar pada siangnya dan ternyata tim Phinisi menjadi salah satunya, mereka bersiap-siap untuk mempresentasikan solusi kasus dalam waktu sepuluh menit yang dilanjutkan tanya-jawab. Saat makan malam, diumumkan empat tim yang masuk putaran final, yaitu Target (University of Hongkong), Aspire (Copenhagen Business School), Frothill Neo8 (Ateneo de Manila University), dan Phinisi (FEB UGM). Di babak final ini, mereka kembali menyelesaikan kasus dalam waktu 12 jam. Kali ini, masing-masing tim diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan coach mereka. Selesai presentasi, terdapat lightning round di mana peserta diberi informasi tambahan atas kasus dan diminta meresponnya. Saat gala dinner, dilangsungkan pengumuman pemenang APEX Global Challenge. Saat dipanggil sebagai 2nd runner up, Phinisi merasa senang. Fesilia menuturkan, “Karena semuanya sudah predictable. Kita sudah memprediksi antara juara 2 atau 3.”
“Lombanya capek tapi berkesan. Selain itu, benar-benar dites untuk memberikan solusi yang tepat. Ini benar-benar learning curve yang tidak akan bisa didapatkan di kampus,” ujar Adri. Yanuar sendiri berkomentar, “Kadang orang Indonesia itu agak sungkan untuk berbicara. Kalau tidak punya confidence, walau se-
bagus apapun presentasi kita, kita tidak akan bisa convincing.” Menurutnya, bahasa Inggris bukan halangan untuk berbicara. Bahkan yang masuk grand final bukan tim dari English speaking country. Sebagai penutup, Fesilia menyatakan, “Berharap UGM bisa menyelenggarakan kompetisi serupa dan dapat mengirim tim yang lebih baik tahun depan.” [Prima]
Special Report Berkibarnya Warna Fakultas Jingga Biru di Nielsen Challenge 2011 “Memenangkan kompetisi bertaraf internasional berarti kita dituntut untuk mampu berpikir besar, orisinal dan berkonteks global.” (Tim Prophetique, runner up Nielsen Challenge 2011)
P
ada edisi kali ini, EB News berkesempatan mewawancarai Tim Prophetique FEB UGM yang menjadi runner up dalam kompetisi Nielsen Challenge 2011. Tim Prophetique yang beranggotakan mahasiswa IUP FEB UGM angkatan 2007, yakni Handini Aulia, Muhammad Adri Yahdiyan, dan Ivan Samuel telah berhasil menyingkirkan puluhan tim dari berbagai universitas di Indonesia yang mengikuti kompetisi ini. Berikut adalah petikan wawancara EB News dengan ketiga anggota Tim Prophetique.
menuhi kuota tertentu. Untuk mencapai hal ini, pembeli dituntut untuk aktif menawarkan informasi diskon tersebut, terutama melalui jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan juga e-mail.
EB NEWS: Bagaimana diskon tersebut dapat terjadi? Tim Prophetique: Ketika pemesanan telah mencapai kuota tertentu, produsen dapat berproduksi pada tingkat kapasitas yang efisien atau mencapai efficient of scale. Dengan ini, sangat dimungkinkan bagi pembeli untuk mendapatkan harga yang lebih rendah dibandingEB NEWS: Apa itu Nielsen Challenge ? Tim Prophetique: Nielsen Challenge adalah kan dengan harga pasar yang berlaku. sebuah kompetisi penelitian dalam bidang pemasaran (marketing). Kompetisi ini diadakan EB NEWS: Bagaimana proses seleksi yang disetiap tahunnya oleh Nielsen, perusahaan jasa lakukan Nielsen Challenge? konsultasi yang bergerak dalam bidang pe- Tim Prophetique: Pada awalnya kami harus masaran dan berbasis di New York, Amerika bersaing di tingkat universitas untuk menjadi Serikat. Kali ini, peserta diwajibkan melakukan wakil dari UGM. Setelah berhasil lolos, kami penelitian dan menunjukkan fenomena ke- berangkat ke Jakarta untuk mengikuti grand giatan pemasaran yang ada dalam masyarakat, final bersama wakil-wakil dari universitas ternama di Indonesia, seperti UI, ITB, UNPAD, dan khususnya kehidupan anak muda. Prasetiya Mulia. EB NEWS: Apa tema penelitian yang diangEB NEWS: Apa yang membedakan Nielsen kat? Tim Prophetique: Pada kompetisi kali ini, kami Challenge dengan kompetisi lain? mengangkat tema yang cukup baru untuk dit- Tim Prophetique: Nielsen Challenge menuntut erapkan di Indonesia, yakni collective buying kami untuk melakukan riset secara langsung di power. Bisnis model yang dilakukan adalah pasar. Apa yang kami sajikan dalam presentasi mengirim katalog barang-barang diskon mela- di grand final harus benar-benar berdasarkan lui internet. Pembeli akan mendapatkan kupon data dan fakta lapangan. Banyak hal yang telah diskon jika jumlah peminat barang telah me- kami lakukan, seperti membagikan kuesioner
42|43
Edisi 9 | Juli 2011
secara langsung baik kepada masyarakat umum EB NEWS: Saran apa yang bisa dibagikan bagi maupun pelaku bisnis sampai pada tahap ana- mahasiswa lain yang ingin mengikuti kompetisi serupa? lisis data. Tim prophetique: Memenangkan sebuah komEB NEWS: Apa kesan Tim Prophetique terha- petisi bertaraf internasional berarti kita dituntut untuk mampu berpikir besar, orisinal dan dap kompetisi ini? Tim Prophetique: Perlombaan yang benar-be- berkonteks global. Selain itu, kita juga harus nar melelahkan, seperti membuat skripsi han- mengenal lebih dekat siapa penyelenggara ya dalam waktu satu setengah bulan. Namun, kompetisi. Melalui hal ini, terkadang kita mesetelah selesai dikerjakan, kami merasa sangat nemukan petunjuk dan ide sebagai bekal menjalani kompetisi. [Rahmat] puas atas kerja keras selama ini.
Special Report
Hanze University Groningen Meminang FEB UGM
R
eputasi FEB UGM sebagai Fakultas Ekonomika dan Bisnis terkemuka di kawasan Asia Tenggara telah mengundang Hanze University Groningen untuk menjajaki kemungkinan kerjasama dengan FEB UGM dalam bidang pertukaran mahasiswa dan staf. Setelah menjalani proses pembicaraan dan diskusi dengan pihak FEB UGM selama 7 bulan, akhirnya dilakukan penandatanganan perjanjian kerja sama tersebut secara terpisah oleh Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D. dan Chairman of Executive Board Hanze University Groningen, University of Applied Sciences, Drs. H.J Pijlman pada 18 Maret 2011. Hanze University Groningen adalah salah satu universitas di Belanda yang menyelenggarakan pendidikan bersifat terapan. Program studi yang ditawarkan pun beragam, meliputi manajemen, bisnis, teknologi informasi, dan komunikasi. Program-program studi turunannya pun tersedia lengkap seperti studi tentang pembuatan game edukatif , musik, termasuk juga studi tentang pengembangan diri. Dengan ditandatanganinya perjanjian ini, diharapkan mahasiswa FEB UGM akan semakin terfasilitasi untuk mengembangkan pendidikan dan kualitasnya agar dapat bersaing secara nasional maupun internasional. [dian]
44|45
Edisi 9 | Juli 2011
Partnership
News from Abroad Kabar dari Negeri Sakura
“Bagi saya sekolah di manapun sama saja. Asalkan niat dan usaha keras, saya yakin akan ada manfaat yang diperoleh,” ungkap Kusdhianto.
K
epada EB News, Kusdhianto Setiawan bercerita mengenai awal pemilihan institusi pendidikan sampai proses studi doktoralnya. Sebagai dosen Manajemen FEB UGM, belajar pada level yang lebih tinggi adalah suatu kebutuhan. Jepang akhirnya menjadi pilihan yang menarik dan masuk dalam salah satu negara incarannya setelah dia memperoleh gelar master dari Høgskoleni Agder (sekarang University of Agder -red), Norwegia. Kus, sapaan akrabnya, banyak mencari tahu mengenai Hiroshima University of Economics (HUE) dari sumber apapun. Salah satunya dari Tri Widodo, Ph.D., kolega di FEB UGM yang sudah terlebih dahulu lulus dari sana. HUE adalah universitas swasta yang relatif kecil. Tetapi berdasarkan informasi yang didapatkannya, universitas ini memiliki banyak sumber daya, di antaranya mampu mendatangkan dosen-dosen tamu dari universitas terkemuka lain di Jepang ataupun dari luar Jepang. Dia semakin mantap memilih HUE karena dibimbing langsung oleh Presiden HUE, Professor Koichi Maekawa yang merupakan ketua dari Japanesse Association of Financial Econometrics and Engineering (JAFE), suatu bidang yang sangat sesuai dengan minat penelitiannya. Melalui Professor Maekawa, dia yakin akan memiliki akses yang luas pada econometric and financial engineering society di Jepang dan internasional. Hal lain yang memantapkannya memilih HUE yaitu tersedianya dukungan
46|47
Edisi 9 | Juli 2011
finansial yang sangat memadai baginya dan keluarga dari institusi tersebut. Bulan April 2010, dia tercatat sebagai mahasiswa Graduate Program of Economics di bidang Finance, khususnya International Finance. Program doktoral di HUE ditempuh melalui pengambilan mata kuliah dan disertasi. Mata kuliah yang diambil sangat customized dan disesuaikan dengan topik disertasi mahasiswa. Akibatnya, ada banyak perkuliahan yang sifatnya intensif. Hal ini tampaknya sudah merupakan ketentuan di HUE. Meskipun kelas hanya terdiri dari satu mahasiswa, jumlah pertemuan yang telah terjadwal tetap harus diselenggarakan. Hasil dari perkuliahan tersebut adalah menulis artikel ilmiah atau mempresentasikan artikel ilmiah dari jurnaljurnal yang relevan. Interaksi akademik sangat cair karena dosen benar-benar berniat membantu mahasiswa dalam menyelesaikan studinya. Semua materi yang sulit akan dijelaskan oleh dosen terkait, mulai dari hal yang sifatnya fundamental. Kus menulis tentang investasi dan integrasi pasar modal dunia pada disertasinya. Ia fokus pada pengembangan alat penelitian, dalam hal ini ekonometri, sehingga kebanyakan mata kuliah yang diambil memang “berbau” ilmu ekonomi dan ekonometri. Di HUE, bidang tersebut memang lebih banyak terkait pada bidang Ilmu Ekonomi daripada Bisnis. Hal ini terkait tokoh-tokoh utama dalam Finance,
apalagi International Finance, semuanya adalah economist meskipun saat ini banyak yang mengajar di School of Business (penjelasan pada tulisan rubrik News from Abroad oleh Eddy Junarsin, Ph.D (Cand) pada dua edisi sebelumnya –red). Dalam disertasinya, Kus berfokus pada topik tentang pengembangan pengukuran derajat integrasi pasar-pasar modal dunia. Ia mengembangkan metode pengukuran yang baru di mana biasanya derajat integrasi diukur secara bilateral (antara satu pasar dengan pasar lain atau antara satu pasar dengan world benchmark index). Namun, alat ukur yang sifatnya bilateral akan sensitif terhadap pemilihan world index yang dijadikan acuan. Hal ini adalah suatu kelemahan. Walaupun banyak indeks yang bisa dijadikan acuan, belum tentu indeks-indeks tersebut sesuai dengan tujuan pembentukan portofolio internasional seorang investor atau sekumpulan investor dari pasar tertentu. Akibatnya, pemilihan aset yang dimasukkan dalam portofolio internasional dapat menjadi tidak benar atau tidak mencapai tujuannya (untuk mendiversifikasi risiko atau memaksimumkan tingkat pengembalian). Untuk itulah ia mengusulkan ukuran yang sifatnya
multilateral. Alat yang ia ajukan dapat membantu investor untuk menghindari contagious effect atas goncangan yang terjadi pada suatu pasar. Secara ekonometri, alat ukur multilateral akan memiliki kelebihan berupa kemampuan untuk digunakan pada model ekonometri yang lebih parsimonious. HUE sangat mendukung keberhasilan studi mahasiswanya. Buku-buku yang dibutuhkan mahasiswa tapi tidak tersedia di perpustakaan akan disediakan oleh institusi tersebut. Tidak hanya buku, beberapa software statistik dan matematika juga dibelikan khusus untuknya. “Saya kira hal ini merupakan fasilitas yang langka dan luar biasa”, ujarnya. Dengan dukungan fasilitas tersebut, dia dituntut juga untuk menghasilkan beberapa publikasi internasional. Genap satu tahun menempuh program doktoral di HUE, dia telah mempresentasikan artikel ilmiah pada International Conference of Japan Economic Policy Association di Waseda University, Tokyo dan Conference on Micro/Macroeconomics and International Finance di Singapore Management University, Singapura. Artikel ilmiah pertama bertopik dinamika hubungan dan integrasi pasar modal, termasuk emerging market dan developed market. Artikel ilmiah
News from Abroad kedua mengeksaminasi Consumption-Capital Asset Pricing Model (model penilaian aset yang lebih baru dan secara teori lebih baik daripada standar CAPM, tetapi pada ulasan-ulasan sebelumnya memunculkan banyak puzzle -red) di Amerika Serikat dan Jepang. Hal ini juga menguji apakah saham-saham dari pasar modal di Amerika Serikat digunakan oleh rumah tangga di Jepang untuk consumption smoothing. Artikel ilmiah kedua ini selain menguji teori juga lebih fokus pada pengembangan model ekonometri, terutama untuk deteksi structural break pada model yang sifatnya non linear pada estimasi menggunakan Generalized Method of Moment (GMM). Presentasi artikel ilmiah pada dua konferensi internasional tersebut dibiayai sepenuhnya oleh HUE. Atas dukungan dari FEB UGM, dia juga telah presentasi artikel ilmiah pada International Conference on Emerging Market yang diselenggarakan oleh Journal of International Money and Finance (JIMF) dan CASS Business School, City University London pada Mei lalu. Artikel ilmiah yang dipresentasikan masih mengulas integrasi pasar modal dunia dengan lebih menekankan pada alat ukur yang dia kembangkan dan aplikasinya pada model ekonometri. Berbicara mengenai kehidupannya di Hiroshima, Kus mengatakan banyak hal baru dialaminya selama menjalani proses penyesuaian diri di HUE dan Jepang pada umumnya. Dia bersyukur tidak banyak kendala nonakademik dan akademik yang dialami. Apalagi dengan tinggal terpisah dari keluarga tercinta yang masih di Yogyakarta. Di tengah kesibukannya, Kus merindukan suatu hal yang tidak ditemukannya di Jepang. “Yang tidak ada di Jepang adalah angkringan,” ujarnya berkelakar. Untuk mengobati kerinduannya akan makanan khas Indonesia, Kus memiliki stok wedang jahe instan, bumbu pecel, dan makanan Indonesia lainnya. Kus juga bercerita sedikit mengenai keadaannya saat
48|49
Edisi 9 | Juli 2011
gempa bumi dan tsunami dasyat yang melanda beberapa daerah di Jepang pada bulan Maret tahun ini. Kus bersyukur Hiroshima sangat jauh dari lokasi bencana. Di akhir wawancara, Kus berkomentar, “Bagi saya sekolah di manapun sama saja asalkan niat dan usaha keras, saya yakin akan ada manfaat yang diperoleh”. Namun, kepada mahasiswa, alumni, dan kolega yang berniat melanjutkan jenjang studi yang lebih tinggi, pilihan sekolah juga bergantung pada minat studi dan preferensi pribadi masing-masing. Pilihan sekolah di Jepang merupakan salah satu alternatif yang menarik untuk diambil. [hk]
Lecturer’s Article Penegakan Hukum dan Pencegahan Tindak Kejahatan dalam Tinjauan Ilmu Ekonomi Oleh: Rimawan Pradiptyo, Ph.D
Pendahuluan Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, aktivitas ekonomi berkembang semakin pesat, baik dari sisi ragam maupun intensitasnya. Meski di negara maju sekalipun, komputer baru dinikmati rumah tangga di tahun 1970-an, dan internet dalam bentuknya yang paling sederhana digunakan di universitas-universitas di tahun 1980-an. Meski demikian, saat ini, baik di negara maju maupun berkembang, komputer dan internet sudah merupakan barang kebutuhan yang sulit dinafikkan keberadaannya. Keberadaan internet membawa kemudahan orang untuk berkomunikasi dan mencari informasi. Namun tidak disanggah bahwa lewat internet pula kejahatan seksual terhadap anak-anak, plagiarisme, bullying, penipuan via email hingga pencucian uang justru semakin mudah dilakukan. Hal serupa
terjadi pada keberadaan telepon genggam. Di satu sisi, telepon genggam mempermudah komunikasi, di sisi lain, HP sering digunakan untuk praktik penipuan, dan praktik gendam. Tentu saja jika kita hidup 20-30 tahun lalu, kita tidak akan pernah berfikir munculnya berbagai aktivitas kejahatan tersebut yang memanfaatkan kemajuan teknologi informatika tersebut. Beberapa contoh di atas menunjukkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh langsung terhadap ragam dan intensitas kegiatan ekonomi baru. Namun demikian, kecepatan munculnya jenis aktivitas ekonomi baru ini sering kali kurang diimbangi oleh upaya pengaturan pemerintah untuk meminimasi potensi kejahatan yang mungkin timbul. Fenomena ini tentunya bukanlah hal yang mengherankan, karena diperlukan waktu bagi pemerintah untuk mengkaji dampak buruk dari penyalahgunaan perkembangan teknologi. Terlepas dari perkembangan teknologi, kejahatan-kejahatan yang bersifat konvensional tetap terjadi di masyarakat. Pencurian, perampokan, penyelundupan dan penggunaan narkoba, pembunuhan dan pemerkosaan, merupakan hal yang sering kita baca atau dengar beritanya di berbagai media massa. Di saat yang bersamaan muncul berbagai inovasi di bidang kejahatan, misalnya fenomena adanya makelar pajak maupun makelar kasus/hukum. Perkembangan demokrasi di Indonesia yang kurang diikuti dengan praktik good governance, ternyata justru menyuburkan makelar anggaran. Beberapa inovasi kejahatan yang terakhir tumbuh subur di Indonesia dan belum tentu dapat
Lecturer’s Article ditemui di negara lain, meski di negara berkembang lain seperti India, misalnya. Makelar kasus atau yang popular disebut Markus, ternyata tidak ditemui di India, meski tingkat korupsi di negara tersebut tidak bisa dibilang rendah. Berbagai fenomena yang terjadi di ranah hukum, seringkali memiliki dampak ekonomi yang tidak kecil. Kerugian ekonomi eksplisit akibat tindak pidana korupsi yang telah mendapat putusan Mahkamah Agung (MA) dari tahun 2001-2009 sebesar Rp73,07 triliun (harga tahun 2008). Meski demikian, total nilai hukuman finansial yang dijatuhkan kepada para koruptor adalah Rp5,32 triliun, sehingga implikasinya kerugian akibat korupsi yang tidak ditanggung koruptor adalah senilai Rp67,75 triliun yang menjadi tanggung jawab wajib pajak dalam pembayarannya (Pradiptyo, 2009; 2010). Setiap tindak kejahatan selalu memiliki implikasi ekonomi. Hal serupa juga terjadi di ranah hukum perdata. Kasus Temasek menunjukkan bahwa meski penurunan surplus konsumen akibat praktik bisnis Temasek mencapai Rp14 triliun. Namun, Temasek hanya dijatuhi denda Rp25 miliar saja. Di Indonesia, jenis hukuman yang diterapkan terhadap narapidana cenderung masih konvensional. Hukuman penjara, denda, pembayaran uang pengganti, adalah beberapa contoh jenis hukuman yang dijatuhkan kepada narapidana. Namun demikian belum ada studi di Indonesia dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hukuman-hukuman tersebut efektif menurunkan tindak pidana maupun membuat jera pelaku kejahatan. Ekonomika Kriminalitas Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa fenomena hukum tidak bisa dipisahkan dari aspek ekonomi. Ekonomika Kriminalitas atau Crime Economics atau Law and Economics adalah cabang ilmu ekonomika yang menitikbe-
50|51
Edisi 9 | Juli 2011
ratkan analisis ekonomika pada bidang hukum dan regulasi. Cakupan pembahasan di Ekonomika Kriminalitas tidak saja terbatas pada tindak pidana yang terkait langsung dengan aspek ekonomi (misalnya korupsi, pencucian uang, fraud, dll), namun juga berbagai tindak kejahatan konvensional lain (misalnya pencurian, pembunuhan, perkosaan dll) dan kejahatan terorganisasi (misalnya perdagangan narkoba, terorisme, perdagangan manusia, prostitusi anak-anak, dll). Ekonomika Kriminalitas juga membahas fenomena yang terjadi di hukum perdata, misalnya terkait dengan persaingan usaha, perceraian, peradilan pajak, dan lain sebagainya. Analisis tentang kriminalitas dan upaya penanggulangannya telah menjadi diskusi sejak terbitnya tulisan Montesquieu (1748) yang kemudian diikuti oleh Cesare Beccaria (1767) dan Jeremy Bentham (1789). Meski demikian perkembangan studi ini mengalami stagnasi dan baru muncul kembali setelah terbitnya seminar paper dari Gary S Becker (1968) yang kemudian mengantarkan beliau mendapatkan hadiah Nobel. Sejak terbitnya seminal paper tersebut perhatian para ekonom terhadap analisis ekonomi mengenai fenomena hukum menjadi meningkat pesat. Secara umum terdapat dua pendekatan utama di Ekonomika Kriminalitas, yaitu adalah pendekatan decision theory dan game theory. Pendekatan game theory dimulai dari terbitnya artikel karya George Tsebelis (1989, 1990, 1991, 1992, 1993) yang menciptakan polemik panjang diantara para ekonomi dan game theorists. Tsebelis (1989) menyatakan bahwa jika teori Becker (1968) dianalisis dengan menggunakan game theory, maka setiap upaya peningkatan intensitas hukuman atau pelaksanaan penanggulangan kejahatan, justru akan menurunkan probabilitas polisi dalam menangani kejahatan dan tidak menurunkan probabilitas
pelaku kejahatan dalam melakukan kejahatan. Berbagai pro dan kontra bermunculan di kalangan para ekonom menanggapi artikel kontroversial karya Tsebelis tersebut. Sebagian besar ekonom menunjukkan bahwa dengan metoda permainan yang berbeda, maka solusi yang ditawarkan Tsebelis (1989) belum tentu berlaku. Pradiptyo (2007) melakukan penyem-purnaan (refinement) terhadap inspection game yang diajukan oleh Tsebelis (1989) dan menunjukkan bahwa sebenarnya konstruksi game yang diajukan Tsebelis berbeda dengan konstruksi analisis yang dikemukakan oleh Becker (1968). Pradiptyo (2007) menunjukkan bahwa jika struktur game disetarakan dengan struktur analisis Becker (1968), maka teori yang dikemukakan oleh Tsebelis (1989) tidak berlaku. Lebih lanjut Pradiptyo (2007) mengemukakan bahwa tidak ada perbedaan mendasar dalam hal solusi yang ditawarkan decision theory dan game theory di bidang penanggulangan dan pencegahan kejahatan, selama analisis dikonstruksikan secara tepat. Menurut Becker (1968) keputusan seseorang untuk melakukan tindak kejahatan didasarkan pada perhitungan manfaat-biaya (benefit-cost analysis) dari tindak kejahatan itu sendiri. Jika expected benefit suatu tindak kejahatan melebihi expected cost-nya, maka sebagai pelaku ekonomi yang rasional, individu akan cenderung melakukan tindak kriminal. Sebaliknya, jika perhitungan dari seorang individu menunjukkan bahwa expected cost melebihi expected benefits dari suatu tindak kejahatan, maka yang bersangkutan tidak akan melakukan tindakan tersebut. Didasarkan pada mekanisme tersebut, menurut Becker (1968), tindak kriminalitas dapat diminimasi dengan cara menciptakan aturan hukum yang menyebabkan expected cost dari tiap individu untuk melakukan kejahatan lebih tinggi daripada expected benefit-nya.
Implikasinya, pemerintah memiliki dua alternatif pilihan kebijakan yaitu: 1. Menentukan hukuman yang berat dengan probabilitas penangkapan kecil, atau 2. Menentukan hukuman yang ringan namun dengan probabilitas penangkapan yang besar. Semakin berat suatu hukuman diberikan, semakin besar biaya yang ditanggung oleh wajib pajak. Untuk hukuman denda, diperlukan berbagai sumber daya untuk memungut denda. Hasil penelitian di Inggris menunjukkan bahwa untuk setiap £1 denda yang mampu dipungut, diperlukan tak kurang dari 11%-44% untuk biaya pengumpulannya. Biaya social service juga tidak murah, yaitu kira-kira £3500 per tahun per narapidana. Sebagian besar dari biaya tersebut adalah digunakan untuk biaya pengawasan (policing cost). Biaya untuk memenjarakan seseorang terbukti paling mahal, yaitu sekitar £30.000 per tahun per pesakitan (Bowles and Pradiptyo, 2005). Perlu dicatat bahwa biaya ini hampir sama dengan gaji seseorang yang baru lulus mendapatkan gelar PhD dan kemudian bekerja sebagai dosen di universitas di Inggris. Seperti layaknya analisis ekonomi di sektor lain (misalnya kesehatan, pendidikan dan lingkungan) ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan untuk meminimasi pelanggaran. Pemberian hukuman dipandang sebagai salah satu metoda untuk mengurangi kejahatan. Di sisi lain, ekonom percaya bahwa tindak kejahatan bisa diminimasi dengan pemberian kompensasi kepada individu untuk tidak melukan tindak kejahatan. Pada umumnya pelaku kejahatan konvensional berasal dari keluarga miskin, meski hal ini tidak berlaku pada pelaku kejahatan korupsi dan pencucian uang. Subsidi yang diberikan pemerintah kepada individu diharapkan mampu menurunkan hasrat seseorang untuk melakukan tindak kejahatan karena semua
Lecturer’s Article kebutuhan pokoknya tercukupi. Dalam kaitannya dengan pencegahan tindak pidana korupsi, pemerintah menempuh reformasi birokrasi melalui peningkatan standar gaji, akuntabilitas dan standar kinerja pegawai negeri. Reformasi birokrasi diharapkan akan mengurangi hasrat pegawai negeri melakukan korupsi akibat ketidaklayakan gaji yang diterima. Namun demikian, reformasi birokrasi tidak akan efektif menurunkan korupsi yang disebabkan oleh dorongan keserakahan para aparat. Berbagai kebijakan atau program di atas disebut dengan crime prevention atau pencegahan tindak kriminalitas. Dalam praktiknya, crime prevention seringkali tidak dilaksanakan dengan memberikan subsidi dalam bentuk uang, namun dalam bentuk berbagai program yang ditujukan kepada individu-individu yang beresiko besar terlibat dalam kejahatan. Salah satu contoh dari program dalam pencegahan tindak kejahatan adalah the safer school partnership di Inggris. Program ini dilaksanakan di sekolahsekolah menengah di Inggris yang murid-muridnya tinggal di daerah kumuh dengan tingkat kejahatan yang tinggi. Seorang polisi dibantu oleh minimal dua pekerja sosial, bertugas di sekolah yang rawan terjadi tindak kejahatan. Tidak saja tim ini bertugas memberikan penyuluhan kepada para siswa, menjaga keamanan sekolah, namun juga menyalurkan bakat siswa dalam berbagai kegiatan positif (misalnya: kursus motocross, berkuda, memperbaiki motor, dll). Hasil evaluasi program ini menunjukkan peningkatan prestasi akademik dari sekolahsekolah yang mengikuti program ini. Tingkat insiden kejahatan di sekolah-sekolah tersebut juga turun drastis sejalan dengan keberadaan polisi dan petugas sosial yang bekerja di sekolah tersebut (Youth Justice Board, 2005). Berbeda dengan penanggulangan terorisme maupun pencucian uang, program
52|53
Edisi 9 | Juli 2011
pencegahan kejahatan yang fokusnya ke anak-anak dan generasi muda seringkali bukan dianggap program yang kurang prestisius oleh para penegak hukum. Namun demikian, mengingat manfaat jangka panjang dari program pencegahan tindak kejahatan, programprogram seperti inilah yang sebenarnya harus mendapatkan perhatian di masa datang. Secara teoritis, Pradiptyo (2007) membuktikan secara matematis bahwa program pencegahan kejahatan ternyata lebih efektif dibandingkan upaya untuk meningkatkan intensitas hukuman dengan tujuan meningkatkan efek jera. Kasus di Indonesia Ekonomika kriminalitas adalah cabang ilmu ekonomi yang relatif baru di Indonesia dan belum banyak mendapatkan perhatian, baik dari para ekonom maupun juga para ahli dan praktisi hukum. Berbagai proses dan keputusan hukum di Indonesia hanya mempertimbangkan aspek hukum semata dan belum mempertimbangkan aspek ekonomi. Lebih jauh lagi, di Indonesia, penyusunan mekanisme pengawasan, pemberian sanksi hukum, sistem insentif maupun penyusunan pembentukan lembaga baru yang dituangkan dalam undang-undang, seringkali lebih berat mempertimbangkan aspek hukum dibandingkan aspek ekonomi. Sanksi hukum di Indonesia seringkali tidak menciptakan efek jera kepada para pelaku kejahatan. Di UU Tipikor disebutkan bahwa maksimum denda kepada koruptor adalah Rp1 miliar, berapapun nilai uang yang berhasil dikorupsi oleh koruptor tersebut. Penetapan hukuman maksimal di dalam undang-undang mungkin rasional ditinjau dari Ilmu Hukum, meski dari perspektif Ilmu Ekonomi, khususnya di Game Theory dan Behavioural Economics, hal tersebut justru cenderung mendorong pelaku kejahatan ataupun calon pelaku kejahatan untuk melakukan kejahatan.
Implikasi dari penetapan hukuman maksimal di dalam UU yang cenderung rendah bagi koruptor, menyebabkan munculnya mekanisme subsidi rakyat kepada para koruptor! Seperti dijelaskan di awal, bahwa nilai kerugian negara yang harus ditanggung oleh pembayar pajak adalah Rp67,75 triliun. Implikasi dari temuan ini adalah bahwa negara, melalui UU Tipikor, justru menciptakan sistem subsidi dari rakyat kepada para koruptor. Permasalahan menjadi semakin ironis, ketika karakteristik koruptor umumnya adalah tingkat pendidikan tinggi, berkedudukan tinggi di masyarakat dan seringkali memiliki kekayaan di atas rata-rata. Jika subsidi dari masyarakat yang mampu kepada masyarakat yang kurang mampu disebut derma atau sedekah, mungkin perlu diciptakan satu kosakata baru untuk mengakomodasi fenomena orang miskin mensubsidi koruptor yang notabene orang kaya. Permasalahan serupa terjadi pula di ranah hukum perdata. Kasus Temasek adalah bukti yang menunjukkan lemahnya hukum di Indonesia akibat penetapan sangsi yang tidak mempertimbangkan aspek rasionalitas pelaku pelanggar ketentuan. Lewat investasinya di PT Indosat, Temasek dinyatakan bersalah melanggar 10 tuntutan berdasarkan undang-undang persaingan usaha. Sesuai dengan UU nomor 5/1999, untuk setiap kasus yang terbukti bersalah, Temasek didenda Rp 25 miliar sehingga total denda adalah Rp 250 miliar. Meski angka ini terlihat besar. Namun, jika dibandingkan dengan besarnya keuntungan yang diperoleh Temasek dari investasi di Indosat maka angka tersebut tidaklah berarti. Perhitungan dari pihak KPPU menunjukkan bahwa besarnya consumer surplus yang hilang akibat praktik dagang Temasek adalah sebesar Rp 14 triliun. Jika kita menggunakan asumsi konservatif bahwa 50% dari consumer surplus yang hilang tersebut bisa dinyatakan sebagai profit perusahaan,
itu berarti keuntungan Temasek adalah Rp 7 triliun. Dibandingkan dengan besarnya denda, maka keuntungan Temasek tersebut adalah 28 kali besarnya total denda yang harus dibayar Temasek. Implikasinya, UU no 5/1999 memberikan hak kepada Temasek untuk melanggar UU persaingan usaha sebanya 27 kali lagi!!! Sejauh ini, upaya penanggulangan kejahatan di Indonesia masih belum terfokus pada upaya mencegah tindak kejahatan. Tawuran pelajar adalah fenomena yang sejak tahun 1980-an sering kita dengar terjadi di kota-kota besar Indonesia, khususnya Jakarta. Meski demikian, upaya sistematis untuk meredam tawuran pelajar belumlah optimum. Hal yang sama juga terjadi dengan penanggulangan bullying di sekolah-sekolah. Studi yang dilakukan oleh Bowles dan Pradiptyo (2004) menunjukkan bahwa anak pelaku bullying umumnya pernah menjadi korban kekerasan sebelumnya (entah itu di rumah maupun di sekolah serta lingkungan hidupnya). Problem menjadi serius, ketika ternyata baik pelaku maupun korban bullying memiliki kecenderungan tinggi melakukan tindak kejahatan di masa datang. Penutup Saat ini adalah momentum yang paling tepat bagi kita untuk mengembangkan Ekonomika Kriminalitas di Indonesia. Di saat negara kita banyak menghadapi permasalahan korupsi, penyelundupan narkoba, praktik pencucian uang dan juga terorisme, adalah saat yang tepat bagi para ahli dibidang hukum, ekonomi, ilmu sosial dan budaya untuk bertukar pikiran menanggulangi masalah tersebut bersama. Adalah bukan waktunya lagi untuk menjunjung egosentris cabang keilmuan karena hal inilah yang menyebabkan para ahli terkotak-kotak dan tidak mampu bekerja sama untuk menyelesaikan masalah sosial yang dihadapi bersama.
Lecturer’s Article Daftar Pustaka Andreozzi, L. (2004) Rewarding Policemen Increases Crime. Another Surprising Result from the Inspection Game, Public Choice, 121: 69-82. Beccaria C, (1774) An Essay on Crimes and Punishment. Translated by H Paolucci: Indianapolis: Prentice Hall 1963. Becker, G.S. (1968) Crime and Punishment: An Economic Approach, Journal of Political Economy, 70: 1-13. Bentham J, (1789) An Introduction to the Principles of Morals and Legislation, London, Pickering. Bianco WT, PC Ordeshook and G Tsebelis (1990). Crime and Punishment: Are One- Shot, TwoPerson Games Enough? American Political Science Review, 84: 569-586. Bowles, R., F. Gordon, R. Pradiptyo, C. McDougall, A. Perry, and R. Swaray. (2004) Costs and Benefits of Sentencing Options, Report to the Home Office, mimeo, Centre for Criminal Justice Economics and Psychology, University of York. Bowles R A and Pradiptyo R (2005) Young Adults in the Criminal Justice System: Cost and Benefit Considerations, Barrow Cadbury Trust. Bowles, R. and R. Pradiptyo (2004) An Economic Approach to Offending, Sentencing and Criminal Justice Interventions, Report to Esmee Fairbairn Foundation, Esmee Fairbairn Foundation, London. Hirshleifer J and E Rasmusen (1992). Are Equilibrium Strategies Unaffected by Incentives? Journal of Theoretical Politics, 4:353-367. Pradiptyo R (2007) Does Punishment Matter? A Refinement of the Inspection Game, Review of Law and Economics, Vol. 3 : Iss. 2, Article 2. Tsebelis G (1993). Penalty and Crime: Further Theoretical Considerations and Empirical Evidence. Journal of Theoretical Politics, 5:349-374. Tsebelis G (1992). Are Sanctions Effective? A Game-Theoretic Analysis. Journal of Conflic Resolution, 34: 3-28. Tsebelis G (1991). The Effects of Fines on Regulated Industries: Game Theory vs. Decision Theory. Journal of Theoretical Politics, 3: 81-101. Tsebelis G (1990). Penalty Has No Impact on Crime? A Game Theoretical Analysis. Rationality and Society, 2: 255-286. Tsebelis G (1989). The Abuse of Probability in Political Analysis: The Robinson Crusoe Fallacy. The American Political Science Review, 83:77-91. Weissing F and E Ostrom (1991). Crime and Punishment: Further Reflections on the Counter Intuitive Results of Mixed Equilibria Games. Journal of Theoretical Politics, 3: 343-350. Youth Justice Board (2005). Monitoring and Evaluating the Safer School Partnership Programme. Youth Justice Board for England and Wales, http://www.youthjusticeboard.gov.uk/Publications/Scripts/prodView.asp?idProduct=269&eP=YJB, London: Youth Justice Board.
54|55
Edisi 9 | Juli 2011
Alumni Corner Warna-Warni Perjalanan Studi dan Karir Parmaningsih ”Bekerja, berusaha sebaik mungkin, berdoa, dan selebihnya serahkan kepada kebaikan Allah SWT”
S
iapa yang tak kenal Parmaningsih, sosok wanita yang bekerja di Danone Aqua yang berkembang pesat dan mendapatkan berbagai penghargaan pada beberapa tahun terakhir ini. Menelusur perjalanan studi dan karirnya dengan melihat gerak di masa lalunya sungguh menarik. Cerita berawal dari saat ia tergabung sebagai mahasiswa FE UGM (sekarang FEB UGM -red) pada tahun 1974 di Jurusan Akuntansi. Banyak kenangan tersimpan rapi di benaknya. Ia menuturkan lebih banyak suka daripada dukanya. Kota pelajar tidak banyak berubah dari waktu ke waktu, masih terkenal dengan biaya hidup yang relatif rendah. Masa perpeloncoan
dengan segala kehebohan dan kelucuannya juga sayang untuk dilupakan. Para senior (saat itu disebut sebagai Gamawan dan Gamawati – red) berusaha tampil galak, akan tetapi sebagai tiyang Ngayogyakarta yang “dari sananya” mempunyai budaya ramah dan santun, maka kelihatan sekali galak tersebut hanya dibuat. Hal ini ia manfaatkan sebaik mungkin. Salah satu “keberhasilan”-nya –tanpa berpura-pura sakit dan cukup mengatakan bahwa ia haus– adalah minum es jeruk yang manis dan segar sambil beristirahat di salah satu warung sekitar sungai yang mengalir di hutan Bulaksumur dengan ditemani salah satu Gamawati, sementara teman-temannya mahasiswa baru diceburkan
Alumni Corner dan di-gojlog di sungai. Melihat sekilas mengenai asal usulnya, Ibu dua putri ini lahir dan besar di Jakarta. Meskipun orangtuanya berasal dari Jawa Tengah, akan tetapi beliau telah menetap di Jakarta sebelum kakak tertuanya lahir, sehingga ia dan kakak-kakaknya sama sekali tidak bisa berbahasa Jawa. Ingatannya kembali pada saatsaat pertama kali mengikuti kuliah, Parma tidak mengerti istilah yang banyak digunakan oleh para dosen. Awal usahanya berbicara dalam bahasa Jawa, dikomentari wagu (tidak pantas -red) oleh teman-temannya. Akan tetapi, ia tidak peduli karena ia berpikir bahwa tinggal di suatu daerah untuk waktu yang cukup lama haruslah dapat berbicara dalam bahasa daerah tersebut. Hasilnya dia bisa berbahasa Jawa dengan fasih bahkan Krama Inggil sekalipun. Saat ia menyelesaikan Sarjana Muda, sistem kredit diperkenalkan dan mulai diterapkan di FE UGM. Mahasiswa dapat dengan bebas memilih mata kuliah apa saja yang ingin diikuti untuk meraih gelar Sarjana. Dengan kebebasan memilih mata kuliah tersebut, Parma memilih antara lain mata kuliah Metodologi Riset (MR), tanpa mengetahui bahwa mata kuliah tersebut adalah untuk mereka yang akan menyusun skripsi. Pertama kali mengikuti kuliah MR, ia merasa asing dan banyak mata tertuju kepadanya karena ternyata Parma mahasiswa yang paling junior. Alhasil ia diolok-olok dan disebut kewanen (terlalu berani –red) dan akhirnya ia memutuskan untuk membatalkan mata kuliah MR karena ia berpendapat mengikuti kelas itu memang agak kewanen. Bercerita mengenai keaktifannya di organisasi kemahasiswaan, Parma banyak membantu di berbagai kegiatan Dewan Mahasiswa UGM, akan tetapi tidak pernah tergabung sebagai anggota Dewan Mahasiswa karena ia tidak mau terikat. Berbagai ajakan masuk organisasi pun ditolak karena ia tidak ingin di-
56|57
Edisi 9 | Juli 2011
hubungkan dengan perkumpulan mahasiswa ”beraliran tertentu” karena yang diinginkannya adalah bergaul seluas mungkin dengan siapa saja tanpa dibatasi aliran, ideologi, atau apapun namanya. Istri dari Nirantoro Hadinegoro ini menyelesaikan kuliah di pertengahan tahun 1980, cukup membanggakan ia merupakan perempuan pertama yang lulus dari angkatan 1974 Jurusan Akuntansi. Setelah menyelesaikan program sarjananya, Parma mengirim lamaran ke beberapa perusahaan, mendapat beberapa panggilan dan mengikuti berbagai tes serta interview. Buah dari kesungguhannya ketika di bangku perkuliahan, ia diterima di beberapa perusahaan serta instansi. Pilihannya jatuh pada PT. Unilever Indonesia yang saat itu nampaknya paling menjanjikan. Tepat Desember 1980, ia bergabung dengan PT. Unilever Indonesia sebagai management trainee. Sepuluh tahun bukan waktu yang singkat ia curahkan di perusahaan tersebut. Beruntung, banyak pengalaman karena hampir setiap dua tahun ia dipindahkan dari satu departemen ke departemen lain di dalam divisi Commercial (Commercial di Unilever meliputi Finance & Accounting, IT/IS, Buying, dan Distribution). Setelah sepuluh tahun mencurahkan waktu di perusahaan tersebut, ia memutuskan untuk meneruskan karir di tempat lain. Bergabunglah ia dengan grup perusahaan lokal karena keinginannya bekerja untuk perusahaan yang dimiliki putra bangsa Indonesia. Dalam perjalanannya ia mengalami “gegar budaya”, mungkin karena terlalu lama bekerja di lingkungan di mana secara umum semuanya lebih teratur, pasti dan tidak ada daerah abu-abu. Kurang dari satu tahun ia kemudian pindah kerja lagi, kali ini ke perusahaan multinasional (lagi) karena tidak ingin mengalami “gegar budaya” yang kedua kalinya. Pada tahun 2001 Parma mendapat tawaran untuk bergabung dengan Danone Aqua. Banyak
waktu ia persembahkan untuk perusahaan ini, banyak inovasi dilahirkan sehingga membuahkan berbagai penghargaan. Sosok wanita yang selalu berusaha melakukan sebaik mungkin ini bertahan di Danone Aqua sampai saat ini, bahkan menjadi pimpinan di sana. Keberhasilan karirnya saat ini bukan tanpa proses dan usaha keras. Ilmu dan pengetahuan yang didapatnya di bangku kuliah turut menunjang pekerjaan yang dilakukan saat ini. Namun, menurutnya di dalam bekerja dan berkarir diperlukan tidak hanya pengetahuan akademik saja. “Dalam bekerja dan berkarir diperlukan juga antara lain, hubungan antar manusia yang baik, kematangan individu, kemauan untuk bekerja keras dan menghasilkan yang terbaik, mengerti kemauan atasan (selama itu adalah memang sesuatu yang benar) dan dapat bekerja sama dengan baik dengan anggota tim yang lain (a good team player),” tutur wanita yang hobi membaca ini. Mau bekerja keras, melakukan yang terbaik sambil berdoa dan menyerahkan semuanya kepada kemurahan Sang Maha Pemberi merupakan kunci suksesnya. Selain itu seperti diungkapnya, di dalam bekerja sebisa mungkin bisa merespon segala pertanyaan dengan jelas dan straight to the point. Bertutur mengenai FEB UGM, menurutnya apa yang sudah dicapai pada saat ini sungguh luar biasa. Menyimpan harapan bagi almamaternya Parma mengungkapkan, ”Harapan saya semoga FEB UGM dapat terus menerus memperbaiki diri agar dapat menjawab tantangan dunia modern yang sangat cepat berubah, sehingga dapat menjadi fakultas unggulan baik di dalam negeri maupun di dunia internasional dan mencapai peringkat tertinggi.” Dia berharap, FEB UGM bukan hanya menjunjung nilai-nilai akademik saja akan tetapi juga nilai-nilai kemanusiaan, kejujuran, dan kehormatan sehingga fakultas dapat menghasil-
kan lulusan yang bukan saja memiliki prestasi akademik yang baik tetapi juga mempunyai integritas tinggi, jujur, mau bekerja keras, dan menjadi agent of change: manusia-manusia bermartabat yang akan membawa Indonesia menjadi negara besar yang disegani dan jauh dari budaya korupsi. Parma juga berharap lulusan FEB UGM lebih terbuka melihat kesempatan bekerja (ia sengaja memilih kata bekerja, dan bukan berkarir) di banyak sektor, tidak hanya tertuju pada sektor pemerintahan saja seperti cara pandang rekan-rekannya pada saat itu. [HK]
Unit News Workshop Socio-Economic and Legal Aspects for Loan Agreement Tahun 2011
P
2EB FEB UGM kembali bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan RI dalam Workshop: Socio-Economic and Legal Aspects for Loan Agreement Tahun 2011 angkatan II. Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari dari tanggal 7-9 Juni 2011 dan diikuti oleh 20 peserta yang merupakan pegawai di lingkungan DJPU. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta nilai sosial, ekonomi dan legal sehingga meningkatkan pemahaman, pengertian, dan kemampuan mereka dalam persiapan, pembuatan, dan pelaksanaan perjanjian internasional dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutang oleh aparatur pemerintah, khususnya oleh aparat kementerian perekonomian sebagai salah satu pemangku kepentingan utama dan sebagai focal point kepentingan nasional Indonesia dalam hubungan internasional. Hasil pelatihan ini diharapkan dapat berupa: Meningkatnya pengetahuan sosial, 1. ekonomi, dan hukum perjanjian internasional dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutang;
58|59
Edisi 9 | Juli 2011
2. Meningkatnya keterampilan penerapan kemampuan hukum dalam membuat dan melaksanakan suatu perjanjian internasional tentang hutang negara; 3. Meningkatnya kesadaran akan nilai-nilai serta tanggung jawab jabatan dalam melaksanakan tugas pada pembuatan dan pelaksanaan perjanjian internasional yang mengatur dan menentukan hutang negara Indonesia dengan pihak lain. Untuk mencapai tujuan dan hasil tersebut, peserta diberikan materi yang disampaikan oleh instruktur yang merupakan dosen dari bidang ekonomi, sosial politik, serta hukum. Dari sisi ekonomi, peserta diberikan materi mengenai analisis pasar internasional dalam konteks hutang luar negeri. Dari sisi sosial politik, peserta diberikan materi mengenai dampak hubungan sosial dan politik dalam konteks hutang piutang. Materi pengantar hukum internasional juga diberikan pada pelatihan ini. Selain itu, terdapat materi yang terkait dengan loan agreement seperti pelatihan mengenai pembuatan perjanjian internasional serta cara melakukan negosiasi.
Peluncuran Buku “Refleksi dan Gagasan Kebijakan Fiskal”
A
cara peluncuran buku “Refleksi dan Gagasan Kebijakan Fiskal” beserta CD “Olah Rasa, Olah Kata dan Olah Raga” karya Dr. Anggito Abimanyu dilaksanakan pada Rabu, 25 Mei 2011, di gedung auditorium MM UGM. Acara yang diselenggarakan pada tepat satu tahun kembalinya Dr. Anggito Abimanyu ke Universitas Gadjah Mada ini terselenggara atas kerja sama P2EB FEB UGM dan MEP UGM. Buku “Refleksi dan Gagasan Kebijakan Fiskal” merupakan buku yang berisi tulisantulisan Dr. Anggito Abimanyu dari masa beliau menjabat di pemerintahan hingga saat ini. Sebagian besar tulisan tersebut sudah pernah dimuat di beberapa media massa nasional seperti Kompas, Bisnis Indonesia, Republika dan media-media lainnya. Tulisan-tulisan tersebut berisi pandangan Dr. Anggito Abimanyu mengenai kebijakan-kebijakan fiskal yang terjadi di Indonesia dan juga gagasan-gagasan beliau untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
CD “Olah Rasa, Olah Kata dan Olah Raga” berisi lagu-lagu ciptaan Dr. Anggito Abimanyu yang menggandeng beberapa musisi terkenal seperti Dwiki Dharmawan, Dira Sugandi dan Nugie. Lagu “From Asia to the World” yang menjadi soundtrack Asian Development Bank dan “Ksatria Basket” yang dijadikan soundtrack persatuan bola basket seluruh Indonesia merupakan lagu andalan dalam album ini. Acara peluncuran buku ini mendapatkan respon yang sangat baik, terlihat dari undangan yang habis dipesan oleh para peserta pada hari pertama pembukaan pendaftaran. Seluruh peserta acara yang berlangsung mulai dari jam 10.00 hingga jam 13.00 tersebut mendapatkan buku dan CD gratis dengan menukarkan undangan yang mereka bawa. Acara peluncuran tersebut dimulai dengan pemaparan singkat oleh Dr. Anggito Abimanyu sendiri mengenai beberapa poin menarik yang terdapat dalam buku beliau seperti beberapa isu kontroversial contohnya divestasi Newmont, IPO Krakatau Steel, kasus Century dan ACFTA.
Unit News Acara kemudian dilanjutkan dengan pembahasan buku oleh Rektor UII, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec. dan Wisnu Nugroho. Pada akhir acara, beberapa musisi juga ikut meramaikan peluncuran buku dengan membawakan beberapa lagu karya Dr. Anggito Abimanyu. Dira sugandi yang menyanyikan lagu “From Asia to the World”, “Dzikir Merapi” dan “Ie” serta Duta Sheila on Seven yang menyanyikan “Ksatria Basket” berhasil menghibur sekitar 300 peserta yang terdiri dari kalangan pelaku ekonomi, akademisi dan mahasiswa. Selain itu, dilakukan juga penyerahan buku dan CD secara simbolis kepada Prof. Dr. Sukanto Reksohadiprodjo, M.Com. (mantan Rektor dan Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
60|61
Edisi 9 | Juli 2011
Gadjah Mada) dan Walikota Yogyakarta, Herry Zudianto. Selain di Yogyakarta, peluncuran buku juga dilakukan di Jakarta. Peluncuran buku di Jakarta diselenggarakan di auditorium direktorat pajak Jakarta pada hari jumat tanggal 27 mei 2011. Acara yang berlangsung mulai jam 19.00 sampai jam 22.00 tersebut dibuka dengan jamuan makan malam. Peluncuran buku tersebut dimeriahkan oleh Dwiki Dharmawan dan Dira Sugandi. Pada acara tersebut berlangsung pula penyerahan buku secara simbolik dari penerbit Gramedia kepada Dr. Anggito Abimanyu.
Around Bulaksumur UGM Residence Serba Baru dengan Manajemen yang Baru
S
ebagai langkah mewujudkan “World Class Research University”, UGM terus berupaya melakukan perbaikan. Salah satu yang menjadi perhatian adalah fasilitas hunian, yaitu asrama tempat tinggal mahasiswa. UGM dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, bukan hanya di kelas tetapi juga di lingkungan tempat tinggal mahasiswa. UGM Residence, kompleks asrama mahasiswa yang dimiliki UGM, berusaha menjawab tantangan ini. Boyke R. Purnomo, general manajer UGM Residence mengatakan, “UGM Residence menawarkan hunian dekat kampus yang aman, nyaman, dan berfasilitas lengkap untuk mendukung suasana belajar yang kondusif bagi penghuninya. UGM Residence juga menjadi pilihan bagi orang tua karena mereka dapat memonitor keberadaan buah hati mereka dengan mudah selama kuliah di UGM.” Semenjak pengelolaannya diserahkan kepada Magister Manajemen (MM UGM) pada tahun 2008, UGM Residence telah banyak berbenah. Asrama mahasiswa yang dulu dikenal kurang layak dan tidak memiliki tata kelola yang baik kini telah berubah menjadi asrama layak huni yang dikelola secara profesional. Boyke menuturkan, “Konsep yang kita usung adalah
change management. Kita memutuskan mengubah nama asrama menjadi UGM Residence untuk membawa semangat baru.” Saat ini terdapat empat asrama yang dikelola oleh UGM Residence, yakni Dharmaputra Residence yang terletak di kawasan Baciro, Ratnaningsih Residence yang terletak di kawasan Sagan, Cemara Lima Residence yang terletak di Karang Gayam, dan yang terbaru Bulaksumur Residence yang terletak di Bulaksumur. Keempat asrama ini berkapasitas total 800 kamar. UGM Residence menawarkan sesuatu yang berbeda dibandingkan hunian luar asrama. Di sini, penghuni asrama akan diberikan seri pelatihan khusus secara gratis untuk meningkatkan softskills mahasiswa. Pelatihan tersebut mencakup kepemimpinan, kewirausahaan, dan juga ke-UGM-an. Hal ini sangat diperhatikan oleh pihak manajemen yang percaya bahwa kesuksesan mahasiswa merupakan gabungan dari hardskills yang diperoleh di kelas dan juga softskills yang diperoleh dari pengalaman langsung. Untuk mengetahui perkembangan terkini dalam bidang pelayanan mahasiswa, UGM Residence telah tergabung dalam APSSA (Asia Pacific Student Service Association), yakni or-
Student Corner
Student Corner ganisasi internasional yang concern dalam membahas pelayanan mahasiswa. Melalui ini, UGM Residence diharapkan dapat terus meningkatkan pelayanannya, yakni dengan berbagi informasi dan pengalaman bersama universitas-universitas terkemuka di luar negeri yang tergabung dalam asosiasi ini. Manajemen berharap UGM Residence nantinya mampu memberikan kontribusi bagi tercapainya visi dan misi UGM. Sebagai contoh, untuk mendukung minat meneliti penghuni asrama, UGM Residence menyediakan fasilitas internet untuk mengakses informasi dan jurnal secara langsung dari kamar penghuni. Di sisi lain, terbatasnya kapasitas asrama menjadi kendala tersendiri bagi manajemen. Boyke menuturkan, “Kita hanya menerima mahasiswa tahun pertama yang ingin tinggal di asrama. Selanjutnya setelah satu tahun
berlangsung, mahasiswa tersebut harus mencari tempat tinggal baru di luar asrama.” Untuk mengatasi hal ini, UGM telah membangun dua asrama baru yang terletak di Sendowo dan Kinanthi. Dibangunnya dua asrama ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas menjadi 2.000 kamar. Peran UGM Residence untuk mewujudkan kampus yang educopolis diperhatikan juga oleh Boyke. “Kami telah menerapkan berbagai inisiatif internal, misalnya di setiap ruangan termasuk kantor pimpinan di Bulaksumur Residence tidak ada AC (air conditioner) yang terpasang. Kami memutuskan menggunakan kipas angin untuk menghemat energi. Selain itu, kami juga menyediakan sepeda yang dapat disewa oleh mahasiswa. Hal ini semata-mata untuk mendukung terwujudnya visi mulia yang dimiliki UGM.” [Rahmat]
Soraya Ayu Hapsari: Mahasiswa Berjiwa Wirausaha
S
antun, ceria, dan bersemangat. Tiga kata ini tampaknya sangat tepat menggambarkan Soraya Ayu Hapsari. Ia adalah mahasiswi jurusan Manajemen 2008, yang menjadi juara pertama ITB Entrepreneurship Challenge 2011 bersama dua rekannya. Aya, begitu panggilannya, mulai gemar berkompetisi sejak semester tiga, terutama karena ajakan seorang kawan. Lalu, dimulailah ‘petualangan’-nya. Selama satu tahun terakhir, Aya mengikuti beberapa perlombaan bergengsi dan menjadi pemenangnya, seperti juara dua Atmajaya Management Competition pada 2010 dan juara tiga pada kompetisi yang sama di tahun 2011. Ketika ditanya apa motivasinya mengikuti beragam kompetisi, dia menjawab, “Saya ikut lomba dengan harapan kompetisi tersebut dapat berkon-
62|63
Edisi 9 | Juli 2011
tribusi bagi cita-cita saya sebagai pengusaha.” Ya, dari berbagai perlombaan itu, ia ingin mendapatkan networking, belajar team work dan presentasi dengan baik, merasakan pengalaman under pressure dan berkompetisi, serta mengembangkan creative thinking. Fokus Kepada Masa Depan Mahasiswi berotak cemerlang dengan IPK 3,92 ini menyatakan dirinya sudah tidak ingin mengikuti perlombaan lagi. Baginya, saat ini yang penting adalah berusaha untuk mandiri. Ia melihat lomba-lomba yang ada hanya sebagai sebuah momen yang belum tentu manfaatnya bisa diaplikasikan di dunia nyata. “Sebentar lagi lulus, dan nggak pengen bingung sehabis lulus. Makanya ingin fokus ke pekerjaan,” ujarnya. Aya ingin selepas kuliah nanti dapat berwirausaha. Saat ini pun, dia tengah berfokus pada bisnis keluarga yang digarap bersama kakaknya: Savitri Wedding. Ia menganggapnya sebagai magang, sebab di sini ia belajar mengaplikasikan ilmu-ilmu yang didapatnya di kampus, memahami produk-produknya, dan nanti pada akhirnya belajar mengambil keputusan. Semangat seorang entrepreneur melekat dalam diri Aya. Buktinya, selama duduk di bangku perkuliahan, dia telah menjalani beberapa bisnis kecil-kecilan. Contoh produk yang pernah dijualnya adalah sepatu lukis, baju muslim, keripik pisang, dan kaos FEB. Dari sini, Aya mengerti bagaimana rasanya bekerja dan mendapatkan pengalaman yang berharga. Baginya, bisnis kecil-kecilan ini membangun mental. “Kalau mental sudah terbentuk dari situ (bisnis kecil-kecilan-red), masuk jadi wirausaha dan karyawan kan gampang,” kata Aya bersemangat. Gadis yang hobi membaca dan mencoba hal-hal baru ini memiliki idealisme yang berbeda. Menurutnya, menjadi karyawan di
perusahaan maupun berwirausaha sama baiknya, yang penting adalah bagaimana menjadi mandiri secepat mungkin. “Wah, sedih banget kalau sudah lulus, gelar sarjana, bayar mahal per semesternya, tapi tidak bisa segera mandiri. Salut sama orang-orang yang bisa membayar kuliah pakai uang sendiri. Itu patut dicontoh,” ungkapnya. [Prima]
Who’s who Indriyo Gitosudarmo: Semangat Mengajarkan Ilmu Kehidupan “Le monde va de lui même, the world goes on by itself”. Quote dari Sam Durant ini juga terdapat pada doa terakhir salat setiap umat muslim, fil alaminna innaka hamidun majid. Hal itulah yang selalu dipegang teguh oleh Indriyo Gitosudarmo.
P
erawakan yang masih tetap tegap walaupun guratan usia sudah nampak di wajah. Itulah yang pertama kali tertangkap mata saat melihat sosok Indriyo Gitosudarmo, dosen Manajemen FEB UGM. Senyum tampak mengembang di wajahnya saat ditemui seusai mengajar. “Saat mengajar, saya sering menggunakan foto-foto sebagai contoh dari kehidupan sehari-hari,” ujarnya yang juga menjadi pengusaha armada bus kota dan pariwisata ini. Berkecimpung di dunia bisnis bukan hal baru bagi pengampu kelas Manajemen Pemasaran dan Manajemen Operasi ini. Kakek empat orang cucu ini terlihat sumringah saat menceritakan upayanya membangun Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi (BPFE, sekarang menjadi PT Bakti Profesindo sejak 1990 –red). BPFE yang dulu hanya berlokasi di lantai dua gedung FEB UGM dikembangkannya sedikit demi sedikit hingga mampu membuat pabrik dua lantai di daerah Umbulharjo dan gedung tiga lantai yang sekarang menjadi toko buku BPFE. Bahkan, omset penjualan yang hanya setengah miliar saat Indriyo masuk pada 1990 melejit menjadi satu miliar dua tahun selanjutnya dan terus merajai angka tiga miliar saat krisis berkecamuk di tahun 1998. Begitu pula dengan wilayah pemasaran produk-produk BPFE yang merambah pasar luar negeri di Malaysia. Pada tahun 2002, BPFE mulai dipegang oleh Drs. Harnanto. Indriyo memiliki pendapat bahwa seorang dosen harus selalu memperlihatkan real actions dari pengalaman dosen sendiri saat
64|65
Edisi 9 | Juli 2011
mengajar. Layaknya seorang dokter yang memiliki sebuah klinik, dosen FEB seharusnya juga memiliki laboratorium bisnis untuk dipergunakan sebagai tempat menimba pengalaman. Baginya, BPFE adalah salah satu laboratorium bisnis selain usaha pribadinya di bidang transportasi. Saat ini, bisnis yang dikelolanya sudah memiliki 30 armada bus kota dan sembilan armada bus pariwisata yang bermarkas di Surakarta. Pengalaman mengajar yang sudah 41 tahun tidak membuatnya jenuh. Bagi dosen yang telah melalang buana hingga Selandia Baru ini, mempelajari ilmu manajemen berarti juga mempelajari bagaimana cara mengatur diri sendiri sebelum mampu mengatur orang lain. Hal itulah yang diterapkannya mulai dari organisasi terkecil, keluarga. “Konflik-konflik itu terjadi karena saling menyalahkan. Jika mau merubah orang lain, rubah diri sendiri terlebih dahulu,” tegasnya. Indriyo mencoba menerapkan ilmu manajemen yang juga merupakan ilmu kehidupan. Setelah manusia berusaha, selanjutnya alam semestalah yang akan merubahnya. Di usia senjanya, dia berharap agar generasi muda memiliki satu hal yang terpenting: kejujuran. Optimisme akan perubahan moralitas anak bangsa ke depannya pun tersirat dalam wajah penuh kearifan sebagai penutup perbincangan. [Dwi Andi]
Exchange Student’s Comment Nadia Graca
Exchange Student – MM UGM, Erasmus University Rotterdam, Rotterdam School of Management, the Netherlands. Exchange Student – MM UGM, Erasmus University Rotterdam, Rotterdam School of Management, the Netherlands. I had a great time in Yogyakarta for four months and it was nice to spend my time here as a student of MM UGM! Smooth organization, nice and active co-student. It is interesting to visit business lectures in a different country, so far from home. I’m sad to leave Yogyakarta and MM soon. Thanks for that great time in Yogyakarta at MM UGM.
Lena Fahrenson
Exchange Student – MM UGM, Erasmus University Rotterdam, Rotterdam School of Management, the Netherlands.
At first I would like to thank all the people, especially all staff at the International Office of FEB. Without you it would have been very hard to come over the cultural shock I had in the beginning. The arrival here was very comforting with our student ambassador and the help of the International office. We got to know all the things we needed to and also the VISA process was much easier with a little help from our friends. We got so much useful information so that the fact, that our Bahasa Indonesia is very bad, didn’t really matter. Also with the choosing of the courses we got huge help also from the professors of the faculty. Every single person we met at university was so nice and very helpful. The International Undergraduate Program is a very good opportunity to meet the smart Indonesians and discuss with them about the differences between their country and the western states. It is very interesting to see, that they all are aware of Indonesia’s situation. About Indonesia itself I can only say that I had an amazing time there. It is so exciting to see and live the cultural differences between Asia and Europe. The people smile most of the time and they all want to help you. I got rid of the cultural shock from the beginning of my stay here after a while, because I met so many interesting people with different origins and opinions. Thank you very much that I was allowed to study at the IUP of FEB!
66|67
Edisi 9 | Juli 2011
Markus Pietsch
Exchange Student, Southern Denmark University (German) My name is Markus and I am from Germany. First of all, I want to thank Universitas Gadjah Mada for the possibility to spend one semester in Indonesia. It was a great pleasure to be part of the University. From the beginning I experienced a lot of help and friendliness, particularly from the International Office of the Faculty of Economics and Business. It was also a good idea of the university to give the international students a study ambassador who helped to get to know the campus and solve all visa applications. The life in Yogyakarta and UGM was great for me. I met many friendly and interesting people I don’t want to miss and who made my stay very pleasant, also during the volcano eruption. Since I attended to 6 courses at FEB, it was a bit challenging because of the workload, but most of the classes were interesting to me and I learned a lot. Still there was time to explore beautiful Indonesia which was the second main purpose of my visit, for example Bali, Lombok, Sulawesi or Sumatra. But of course, the main purpose was to study one semester at UGM. At the end I can say I benefitted a lot from my exchange at UGM both as student and for myself. All these experiences lead to the conclusion that I can recommend UGM and Yogyakarta to students who want to do an exchange in a very different cultural background. Thank you UGM and I wish you lots of more international students.
Who’s who
M. Adri Yahdiyan, Menggapai Mimpi di Balik Kesederhanaan Think outside the box, itulah istilah yang tepat digunakan untuk menjuluki mahasiswa yang telah mengantongi beberapa penghargaan internasional ini untuk mendeskripsikan dirinya. Tidak semua orang tahu, di balik sikapnya yang supel dan bersahaja itu dia menyimpan segudang prestasi dan mimpi-mimpi besar.
S
atu-satunya peserta program double degree di Escem University, Perancis yang berasal dari UGM ini mengungkapkan hal yang paling berkesan saat belajar di sana. “Mengetahui, kenal dari teman-teman yang kamu sendiri mungkin pertamanya nggak tahu negaranya. Kayak dulu ada teman dari Trinidad dan Tobacco, jujur saja aku nggak tahu di mana itu. Tapi setelah ngobrol jadi tahu,” tuturnya dengan bersemangat. Walaupun bahasa merupakan salah satu kendala, tetapi pengalaman ini membuatnya mengerti pola pikir mahasiswa dari negara-negara itu pula. Dengan sistem business school, lebih banyak diskusi dan case study di sana walaupun sebenarnya kuliah di sana dan di Indonesia cenderung sama. Menurutnya, kuliah di Indonesia malah lebih berat dengan banyaknya tugas yang ada. Boim, nama panggilannya, merasa mendapatkan banyak keuntungan dengan memilih International Undergraduate Program UGM. Dengan antusias, dia menceritakan manfaat besar yang diperoleh dengan berdiskusi menggunakan bahasa Inggris di program ini. Selain itu, presentasi yang banyak dilakukan dengan teman sebaya menggunakan bahasa Inggris juga membantunya dalam memahami permasalahan melalui perspektif global. Disinggung tentang sikap mahasiswa yang belum begitu aktif mengikuti kompetisi saat ini, Boim dengan tegas menjelaskan pandangannya. “Jangan terlalu senang dengan kursimu. Kamu harus selalu mencoba me-
68|69
Edisi 9 | Juli 2011
lakukan sesuatu yang baru,” terangnya. Menurutnya, kuliah bukan semata-mata belajar dan lulus dengan cumlaude. Apalagi berdasarkan pengalamannya berkompetisi kemarin di mana dalam pandangannya masih banyak mahasiswa UGM yang kurang dalam proses analisis kasus. Mahasiswa manajemen IUP angkatan 2007 yang bercita-cita menjadi enterpreneur ini ternyata memiliki sebuah mimpi, “Menjadi pemilik perusahaan solar power. Mimpiku cuma satu: bisa bikin semua orang Indonesia bisa nonton teve. Istilahnya mereka punya akses informasi ke dunia luar, bisa memajukan hidup pada akhirnya.” Ide-idenya banyak didapatkan dari tempat-tempat yang tak terduga, mulai dari komik sampai koran. Tiap mahasiswa, menurut Boim, harus memiliki keberanian untuk memulai sesuatu dan imajinasi yang tak terbatas. Menilik pengalaman mahasiswa pemenang Nielsen Challenge dan APEX Global Challenge ini, kedua hal tersebutlah yang menentukan sejauh mana mahasiswa mampu melompat dan melewati batas yang ditentukan oleh diri mereka sendiri. [Dwi Andi]
Facilities
Dukungan Alumni dalam Pembangunan Pertamina Tower
K
awasan kampus FEB UGM tidak terlihat sama seperti beberapa bulan lalu. Ada beberapa alat berat di sebelah jalan raya untuk masuk FEB UGM. Tampak pula konstruksi bangunan persis di pintu masuk halaman kampus yang sudah setengah jadi. Itulah hasil dari proses pembangunan Pertamina Tower FEB UGM yang tengah berjalan. Saat ini, bangunan gedung tujuh lantai tersebut sudah tampak menjulang di antara gedung-gedung lain di sekitarnya. Namun, ada beberapa kendala yang dihadapi selama pengerjaan proyek ini seperti kendala cuaca yang sering tidak menentu. Seperti dikutip dari penjelasan Paminto, Pejabat Pembuat Komitmen Pembangunan Pertamina Tower, pembangunan Pertamina Tower ini akan tetap diselesaikan sesuai rencana awal, yakni tanggal 13 Agustus. “(Untuk itu) ada penambahan personel dan jam kerja di lapangan,” terangnya. Prof. Wihana Kirana Jaya, M.Soc.Sc., Ph. D., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, Kerja Sama dan Pengembangan Usaha, optimis pembangunan ini akan selesai tepat waktu. Gedung yang dibangun dengan bantuan mitra yaitu Pertamina juga tidak menutup kemungkinan keterlibatan para alumni FEB UGM dalam pembangunannya. “Di luar negeri juga alumni sangat berperan sebagai salah satu stakeholder,” ujar Wihana. Selama ini, para alumni telah membantu pengembangan pendidikan di FEB UGM dengan memberikan berbagai beasiswa penunjang pendidikan mahasiswa, seperti beasiswa alumni angkatan ‘66, beasiswa alumni angkatan ‘74, dan beasiswa alumni angkatan ‘76. Keterlibatan para alumni ini pula yang di-
70|71
Edisi 9 | Juli 2011
harapkan dalam proses pengembangan Pertamina Tower sebagai icon fasilitas penelitian dan pelatihan bidang ekonomika dan bisnis. Pertamina Tower nantinya akan sangat memberikan manfaat bagi dunia keilmuan pada umumnya dan para stakeholders terkait pada khususnya. Pertamina Tower didesain untuk memiliki berbagai fasilitas penelitian dan pelatihan yang lengkap dan mutakhir yang bisa dipergunakan seoptimal mungkin. Selain itu, bantuan dana dari para alumni juga akan diabadikan dalam bentuk prasasti maupun nama ruang, misalnya Kafe Angkatan ‘80. Wihana menegaskan, keterlibatan alumni dalam pengembangan pendidikan FEB UGM ini diharapkan mampu mempererat hubungan alumni dan FEB UGM seperti yang telah terlihat dalam berbagai kegiatan, seperti Alumni Back Home, Alumni Peduli, maupun Napak Tilas dalam Lustrum FEB UGM.[Dwi Andi]
Upcoming Event Susunan Acara Dies Natalis FEB UGM 1. Senin, 5 September 2011 Kick Off Festival Kebersihan FEB UGM dan Lomba Olahraga: - Voli Tingkat UGM - Badminton Tingkat FEB UGM - Tenis Tingkat FEB UGM Lapangan Bulutangkis Lembah UGM 2. Senin-Sabtu, 5-17 September 2011 Lomba Olahraga antar unit FEB UGM 3. Rabu, 14 September 2011 Anjangsana 4. Kamis, 15 September 2011 Sawitsari, Kotagede, dan Sendowo 5. Sabtu, 17 September 2011 Seminar
72|73
Edisi 9 | Juli 2011
FEB In Picture