HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi Jasad Renik Dari 43 contoh tanah (20 Lampung, 14 Sragen, 9 Madura) dan 16 contoh akar tebu (10 Lampung, 6 Sragen) dapat dikoleksi 219 jasad renik pelarut fosfat, yang terdiri atas 150 bakteri dan 69 cendawan. Komposisinya disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut. Tabel 1. Perolehan jasad renik pelarut fosfat menurut asalnya
Metode Isolasi Cawan Tuang, medium Ca,(PO,),
Penyuburan, medium AIPO,
Asal Contoh Asal akar
Lampung ( 122 ) Sragen ( 58 ) Madura ( 39 )
Q
5 2 0
Total
17
7
( 219 )
8 9
Asal tanah
Asal akar
40 28 28
14 2 8
10
96
24
Asal tanah
5 0
4 2 0
17 4 0
24 6 4
15
6
21
34
Keterangan : B = Bakteri C = Cendawan
Dari Tabel 1 terlihat bahwa bakteri dari contoh tanah lebih banyak diperoleh dari isolasi dengan metode cawan Nang bermedium Ca,(PO,),,
sedangkan
cendawamya lebih banyak diperoleh dari isolasi dengan metode penyuburan
54 berrnedium medium AlPO,.
Ini dapat dipahami, karena medium Ca3(P04),
mempunyai pH 7.5 dan medium AlPO, ber pH 4.1.
Pada tingkat kernasaman
demikian, bakteri berpeluang lebih banyak dijumpai pada medium Ca3(P04), dibanding pada medium AlPO,, dan sebaliknya untuk cendawan. Berbeda dengan komposisi jasad renik asal contoh tanah, jasad renik asal akar tebu lebih banyak bakterinya daripada cendawan, baik yang diisolasi dengan medium AlPO, maupun Ca,(PO,),.
Perbedaan jumlah perolehan jasad renik dari kedua
macam medium tersebut tidak hanya disebabkan oleh beragamamya kemampuan jasad renik dalam melarutkan kedua macam senyawa fosfat yang bersangkutan, tetapi juga disebabkan oleh teknik isolasi yang berbeda. Dari 219 jasad renik yang terkoleksi, 20 % di antaranya merupakan jasad renik yang diisolasi dari permukaan akar (rhizoplane) dan 80 % dari tanah perakaran tebu (rhizosphere).
Seleksi Jasad Renik
Tahap 1 : Seleksi kemarnpuan jasad renik dalam melarutkan batuan fosfat dan AlPO, Kemampuan 150 bakteri dan 69 cendawan dalam melarutkan batuan fosfat dan AlPO, disajikan pada Tabel Lampiran 2 dan 3. Tampak bahwa kemampuan jasad
55
renik sangat bervariasi, bahkan beberapa jasad renik tidak mampu melarutkan kedua senyawa tersebut.
Ini menunjukkan bahwa terdapatnya zona jernih di sekeliling
koloni pada saat isolasi belum tentu berarti koloni tersebut secara kuantitatif mampu melarutkan senyawa P, atau kalaupun mampu mungkin saja kemampuan pelarutan yang dimiliki oleh jasad renik tersebut tidak stabil. Dari 150 bakteri yang diuji dalam medium batuan fosfat, 12 tidak terdeteksi kemampuannya karena medium terkontarninasi, 15 tidak mampu melarutkan, dan 122 mampu melarutkan batuan fosfat dengan kemampuan yang sangat bervariasi. Pada medium AIPO,, 13 bakteri tidak terdeteksi kemampuannya, 24 tidak mampu melarutkan, dan 112 mampu melamtkan AIPO, dengan kemampuan yang bervariasi. Di pihak lain, pengujian 69 cendawan untuk melarutkan batuan fosfat, ternyata 5 tidak terdeteksi kemampuamya, 4 tidak mampu, dan 60 mampu melarutkan batuan fosfat dengan tingkat yang bervariasi, sedangkan dalam pengujian pelarutan AIPO,,
3 cendawan tidak terdeteksi kemampuamya, 8 tidak mampu, dan 58 mampu melamtkan AIPO, dengap tingkat yang bervariasi. Dari hasil pengujian kemampuan pelamtan batuan fosfat dan AIPO, oleh 150 bakteri dan 69 cendawan pelamt fosfat, maka dipilih 42 bakteri dan 10 cendawan yang akan diseleksi lebih lanjut.
Komposisi isolat yang 1010s seleksi tahap pertama
disajikan pada Tabel 2. Pada Tabel 2 tampak bahwa cendawan yang 1010s seleksi ini tidak satupun berasal dari akar tebu yang diisolasi dengan medium AIPO,.
Demikian pula
Tabel 2. Jasad renik 1010s seleksi tahap I menurut asalnya
Cawan Tuang, medium Ca,(PO,),
Penyuburan, medium AIPO,
Asal Contoh Asal T
Lampung (34) Sragen (15) Madura ( 3)
0
1 0 0
Total
9
1
(52)
Keterangan :
7 2
d
Asal Akar
Asal Tan&
10 10 3
1 1 0
2 0 0
0 0 0
6 2 0
7 0 0
23
2
2
0
8
7
Asal Akar
B = Bakteri C = Cendawat~
cendawan asal contoh tanah Madura tidak satupun yang 1010s pada seleksi ini. Cendawan yang 1010s seleksi terutama berasal dari medium AIPO, dengan teknik penyuburan dan bakteri yang 1010s lebih banyak berasal dari medium Ca,(PO,), dengan teknik cawan tuang. Di antara jasad renik yang 1010s seleksi tahap 1, 23 % berasal dari permukaan akar , yang hampir semuanya bakteri. Kemampuan jasad renik yang 1010s seleksi ini amat bervariasi, yaitu berkisar antara 1 sampai 5 1 kali lipat lebih besar dalam melarutkan batuan fosfat dan 1 sampai 43 kali lebih besar dalam melarutkan AIPO, terhadap kontrolnya.
57 Tidak semua jasad renik yang 1010s seleksi ini mampu melarutkan kedua senyawa fosfat (batuan fosfat dan AIPO,) dengan baik. Kemampuan beberapa jasad renik dalam melarutkan batuan fosfat cukup rendah (1S3T12Ca;21+A4Ca), tetapi dalam melarutkan AlPO, amat menonjol. Demikian pula sebaliknya untuk isolatisolat 1L12T2,Ca,1L,,T2,Ca, lLllT,Ca, 1b3T2Aldan 2Ll,,TlAl.
Jasad renik lainnya
mempunyai kemampuan yang tinggi dalam melarutkan AIPO, dan batuan fosfat, masing-masing lebih besar dan sama dengan 3.5 kali lipat jika dibandingkan dengan kontrol .
Tahap 2 : Seleksi kemampuan jasad renik dalam meningkatkan P terekstrak tanah masam dan basa Sejumlah 42 bakteri dan 10 cendawan yang unggul dalam melarutkan batuan fosfat dan AIPO, diuji kemampuannya dalam meningkatkan P terekstrak tanah masam (Ultisol Lampung) dan tanah yang bersifat basa (Inceptisol Sragen). Hasil uji tersebut disajikan dalam Tabel Lampiran 4 dan 5. Tampak bahwa tidak semua jasad renik mampu meningkatkan P terekstrak Bray I di tanah masam dan P terekstrak Olsen di tanah basa. Dari 42 bakteri yang diuji, 13 diantaranya tidak mampu meningkatkan P terekstrak di tanah masam, dan 4 tidak rnampu di tanah basa.
Di pihak lain, dari 10 cendawan yang diuji, hanya 2 yang tidak mampu
meningkatkan P terekstrak tanah basa.
Secara umum bakteri yang diuji lebih
58 menonjol peranannya di tanah bereaksi basa daripada di tanah masam, dan sebaliknya untuk cendawan yang diuji. Berdasarkan kemampuan jasad renik yang menonjol dalam meningkatkan P terekstrak tanah masam dan basa, maka dipilih 10 bakteri dan 3 cendawan pelarut fosfat, yang selanjutnya diuji pada rangkaian percobaan 1 sampai 7. Kemampuan ke
12 jasad renik tersebut dalam melarutkan batuan fosfat, AlPO,, P tanah masam, dan P tanah basa disajikan pada Tabel 3. TabeI 3. Kemampuan jasad renik terpilih dalam melarutkan batuan fosfat (RP),AIPO, dan P tanah
PH lsolat
Medium RP
Kontrol 1btl8ca 1 L-,A,Ca 1 L,,A4Al 1 L,,T,Ca 1 S3T1Ca 1 S,T,Ca 1 S,T,Ca 1S3T12Ca 1b8T1A1
Kontrol 2SST,Ca 2k3T,A1 2L,,T,Al
AIPO,
P-larut Aerekstrak, ppm Tanah Masam Basa
Medium RP
AIPO,
Tanah
Masam
Basa
59 Kemampuan jasad renik yang terpilih sangat bervariasi dalam melarutkan batuan fosfat, AIPO,, dan dalam meningkatkan P terekstrak pada tanah masam maupun basa. Jika dibandingkan dengan kontrol (tanpa inokulasi), maka jasad renik terpilih tersebut mampu meningkatkan P larut pada medium batuan fosfat dan AIPO, masing-masing sebesar 12-19 dan 1-43 kali lipat.
Ke 12 jasad renik yang terpilih (1010s Seleksi
Tahap 1 dan 2) tersebut berasal dari Lampung dan Sragen, yang komposisinya disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Jasad renik yang 1010s seleksi tahap 1 dan 2 menurut asalnya
Metode Isolasi Cawan Tuang. medium Ca,(PO,),
Penyuburan, medium AIPO,
Asal Contoh Asal akar
Lampung ( 7 ) Sragen (5) Madura ( 0 ) Total
(12)
Asal tanah
Asal akar
Asal tanah
0
0 0 0
2 4 0
0 1 0
1 0 0
0 0 0
0
2 0 0
1
0
6
1
1
0
1
2
1 ;O
1 0
Keterangan : B = Bakteri C = Cendawan
Jasad renik lS,T,,Ca lebih baik dalam melarutkan AIPO, daripada batuan fosfat, 2S,T,Ca dan 2L,,T,Al lebih baik dalam melarutkan batuan fosfat daripada AIPO,,
60 sedangkan jasad renik yang lain secara umum sama baiknya dalam melarutkan batuan fosfat maupun AlPO,.
Hasil tersebut menyerupai hasil uji pada peningkatan P
terekstrak tanah bereaksi basa dan masam, kecuali isolat 2LloTlAl yang tidak menunjukkan perbedaan kemampuan dalam meningkatkan P terekstrak pada dua jenis tanah tersebut. Sebanyak dua jasad renik diperoleh dari akar tebu (rizoplane) dan 10 dari tanah (ritosphere). Dari total jasad renik yang terpilih, empat diisolasi dari medium AlPO, (metode penyuburan) dan delapan jasad renik dari medium Ca,(PO,), (metode cawan tuang). Jasad renik terpilih yang diisolasi dengan medium AlPO, hanya berasal dari Lampung, yang mikrobiotanya telah beradaptasi dengan lingkungan pH rendah. Jasad renik terpilih ini selanjutnya diuji pada tanah dengan perIakuan kombinasi kapur dan bahan organik (Percobaan 1 dan 2), kecuali isolat 2S5T,Ca yang ternyata tidak tahan disimpan selama dua bufan, dan tidak berhasil ditumbuhkan kembali pada saat peremajaan. Di antara jasad renik tersebut terdapat lima isolat yang menonjol kemampuannya dalam melarutkan batuan fosfat, AlPO,, maupun P tanah, termasuk di dalamnya dua isolat yang berasal dari permukaan akar (1bA5Ca, 1b,A4AI, lLloTICa, lb,TIAl, dan 2b,T,Al).
Jasad-jasad renik ini langsung diuji pada Percobaan 3, 4, dan 5
dengan menggunakan tanaman tebu.
Telaah Jasad Renik Identifikasi Jasad Renik Bakteri.
Sejumlah bakteri pelamt fosfat yang terpilih pada tahap seleksi,
diident ifikasi meng ikuti petunjuk Bergey 's Manual of Determination Bacferiology (Krieg dan Holt, 1984). Hasil pengamatan morfologi dan beberapa sifat fisiologinya disajikan pada Tabel Lampiran 6. Dari sembilan isolat bakteri yang diamati, enam berbentuk batang (l&T,,Ca, 1L,,TlCa, 1b7A3AI, 1S3T,Ca, 1S3T,Ca, dan 1S3T,,Ca) , sisanya berbentuk kokoid (1b,T,AI, 1b7A,Al, 1bA,Ca, dan 1S3T3Ca). Semua bakteri bersifat motil, dan hampir semuanya gram negatif (G-), tidak berspora, kecuali lS,T,,Ca yang bersifat gram positif (G+) dan membentuk endospora. Dengan mengikuti petunjuk determinasi, ke 9 bakteri diklasifikasikan ke dalam genus Pseudornonas (4 isolat), Klebsiella (3 isolat), Bacillus (1 isolat), dan Yersinia (1 isolat). Hasil pengklasifikasiannya disajikan pada Tabel 5. i
Cendawan. Kedua cendawan yang diamati menunjukkan adanya konidiospora, yang terdiri atas konidium, sterigma, vesikel, dan konidiofor yang spesifik. Kedua cendawan tersebut mempunyai ciri-ciri morfologi, yang disajikan pada Tabel Lampiran 7. Pada medium Czapek dan MEA (Malt Extract Agar) cendawan ini mempunyai sterigma 2 tingkat tanpa septum, panjang konidiofor 1-1.5 mrn, vesikel besar berukuran 50-75 u ,
kepala konidium khas berukuran 3.0-4.5 u,
62 berwarna hitam arang, dan mempunyai pertumbuhan cepat pada medium C q e k , yang mencapai diameter koloni 5.0-5.5 cm pada umur 5 hari.
Tabel 5. Hasil identifikasi bakteri pelarut fosfat Asal
Nama Spesies
Lampung Lampung Sragen Sragen Sragen Lampung Lampung Lampung Sragen
Klebsiella terrigena Klebsiella terrigena Klebsiella terriguna Yersinia kristensenii Pseudomonas putida Pseudomonas putida Pseudomonas putida Pseudontonas fluorescens Bacillus substilis
Isolat
Berdasarkan ciri-ciri morfologi tersebut di atas, kedua cendawan ini dimasukkan ke dalam Klas Deuteromycetes, Genus Aspergillus, Kelompok Aspergillus niger, Spesies Aspergillus ficuum (Rich.) Hennings.
Penetapan Asam Organik Hasil analisis asam organik yang dihasilkan oleh lima spesies jasad renik (A. ficuum-2b3T,Al, P. putida- 1b,T,Al, P. fluorescens- 1L,A,Ca,
K. terriguna-
63 lL,,T,Ca, dan P. putida-lh,A,,Al)
pada medium Pikovskaya bersumber P batuan
fosfat disajikan pada Tabel 6. Pada Tabel 6 tampak bahwa beberapa macam asam organik dihasilkan oEeh aktifitas jasad renik yang ditumbuhkan pada medium Pikovskaya dengan surnber P batuan fosfat. Dari tujuh macam asam organik yang diteliti, asam format ditemukan pada semua medium jasad renik, tetapi tidak satupun medium jasad renik rnenghasilkan asam asetat. Asam suksinat paling banyak dihasilkan oleh A. jicuum, asam propionat oEeh K. terriguna, dan P. putida-1b7A4Al, asam butirat oleh P. putida (lh,T,AI dan 1 ~ , A 4 A 1 )dan , asam sitrat oleh A. jicuum.
Tabel 6. Asam-asam organik yang dihasilkan jasad renik dalam medium Pikovskaya
Asam organik, ppm Jasad renik Asetat Suksinat Propionat Butirat Format Oksalat Sitrat
P. jlcorescens- 1bA,Ca P. purida- 1 &,A,AI P. purida-1 &,T,AI K. rerriguna-1L,,T,Ca A. ficuum-2b,T,Ca
-
1.4 6.2
3.2
4.3
-
14.7 19.6
67.7
3.6 6.6 5.7 6.7
12.2 46.5 11.5 4.9 7.9
6.5
1.4
10.9 9.2 8.2
1.8 14.1
Dari ketujuh asam organik yang dianalisis, enam macam di antaranya dijumpai dalam medium P. fluorescens, lima macam dalam K. terriguna, empat m x a m dalam
64
P. putida, dan tiga macam dalam medium A. ficuum. Dalam medium A. ficuum hanya ditemukan asam suksinat dan sitrat.
Pertumbuhan Jasad Renik
Hasil telaah pertumbuhan jasad renik terpilih pada medium kaldu nutrien disajikan pada kurva pertumbuhan dan waktu generasi (Gambar 2, Tabel 7 dan Tabel Lampiran 8). Kurva Pertumbuhan.
Hasil telaah menunjukkan bahwa bakteri dapat
dikelompokkan ke dalam empat pola pertumbuhan, yaitu Pola A, B, C,dan D. Pada Pola A (P. fluorescens- 1bA,Ca, P. putida- 1S,T,Ca) mempunyai pertumbuhan yang amat cepat. Pada 6 jam pertama, kedua bakteri tersebut telah tumbuh mencapai populasi (0.5-3.0) x 1012 sel ml-', dan mencapai populasi maksimum (8.5-9.8) x 1012 sel ml-'. Bentuk k
~ sigmoid ~ a pada pola ini dicapai
setelah inkubasi 24 sampai 30 jam. Pertumbuhan Pola B terdiri atas 3 isolat (P. putida-lb,&Al,
P. putida-
1k,T,Al, dan B. substilis- 1S,T,,Ca), yang mempunyai kecepatan tumbuh sedang. Populasi pada 12 jam pertama (0.45-0.85) x 1012 sel ml-' yang mencapai puncak populasi (2.7-3.7) x lot2sel ml''. Bentuk kurva sigmoid dicapai setelah inkubasi 24 sampai 30 jam.
66 Pertumbuhan Pola C terdiri atas 4 isolat, 3 dari spesies K. terriguna dan Yersinia kristensenii yang mempunyai pertumbuhan lambat. K. terrigm-lL,,T,Ca dan Y. kristensenii bahkan mempunyai pertumbuhan amat lambat, dengan populasi pada 12 jam pertama mencapai 2x10" sel ml-' dan populasi maksimum (0.14-1.51) x 1012sel ml-l. Kedua isolat K. terriguna yang lain relatif mempunyai pernmtruhan
yang lebih baik. K. terriguna-1S3TlCa pada awalnya mempunyai pertumbuhan yang lambat, sampai 30 jam pertama populasinya masih konstan. Pertumbuhan bakteri pada pola ini membentuk kurva sigmoid setelah inkubasi 36 sampai 42 jam, kecuali Y. kristensenii pada inkubasi 24 sampai 30 jam.
Pola D adalah pertumbuhan 3 isolat cendawan (A. ficuum-2L,,,T,Al, A. ficuum2LloT1Al,dan isolat-2S,TlCa). Pola pertumbuhan cendawan diamati sampai 144jam. Pertumbuhan cendawan lebih lambat jika dibanding bakteri. Pada 48 jam pertama populasi sel mencapai 0.6 x 10'' sel ml-l, tetapi pada periode selanjutnya laju ,Al pertumbuhan ketiga cendawan tersebut tidak sama. A. f i c ~ u r n - 2 ~ ~ T mempunyai pertumbuhan paling baik, dengan populasi maksimum 11.8 x 10l0sel mt'. Sedangkan isolat-2S,TlCa mempunyai pertumbuhan paling lambat, dengan populasi maksimum 2.95 x 10'' sel ml". Populasi maksimum ketiga jenis cendawan sampai membentuk kurva sigmoid yang dicapai setelah inkubasi 108 jam.
Waktu Generasi.
Waktu generasi (generation time / doubling time) jasad
renik terpilih (Tabel 7) sejalan dengan kurva pertumbuhan yang disajikan pada Gambar 2. Pola A, B, C, dan D pada gambar tersebut menunjukkan kecepatan
waktu generasi sel, berturut turut A = cepat (< 3.0jam), B = agak cepat (3.1 4.9) jam , C = agak lambat (5.0- 7.0) jam, dan D = lambat (> 7.0) jam. Tabel 7. Waktu generasi sel jasad renik yang terpilih
Pola
Jasad Renik
A
P. fluorescens- 1L,A,Ca P. putida- 1S,T3Ca
B
P. putida- 1 b,T, A1 P. putida- 1h,A,Al B. Substilis- 1S3T,,Ca
C
K. terriguna-1S3T,Ca K. terriguna-1 L,T,,Ca K. terriguna-1L,,,T,Ca Y. kristensenii- 1S3T,Ca
Waktu Generasi, jam
Percobaan 1. Pengaruh Jasad Renik dan Bahan Organik Terhadap P terekstrak Tanah Basa Pengaruh jasad renik dan bahan organik terhadap P tersedia pada tanah basa disajikan pada Tabel 8, Gambar 3, Tabel Lampiran 9 dan Tabel Lampiran 10.
Tabel 8. Pengamh jasad renik dan bahan organik terhadap P terekstrak dari tanah basa Bahan Organik, ton ha-' Jasad Renik
Rataan 0
................
%
10
P, ppm
...............
Tanpa Inokulasi K. terriguna-1 L,T,,Ca K. tem'guna- 1S3T,Ca K. terriguna- 1 L,,T,Ca P. putida- 1 S3T3Ca P. putida- 1 b8T,AI P. putida- 1 b,A,AI P. fluorescens- 1 L,A,Ca B. substilis- lS,T,,Ca Y. kristensenii-1 S,T,Ca A. ficuurn-2b3T,Al A. ficltum-2L,,,T,AI Rataan
9.9
10.0
9.9
Hasil uji sidik ragamnya menunjukkan bahwa jasad renik berpengaruh nyata meningkatkan P terekstrak Olsen, tetapi tidak mampu meningkatkan P larut air dan pH tanahnya . Pengamh tunggal jasad renik (Tabel 8) menunjukkan bahwa 8 dari 11 jasad renik yang diuji dapat meningkatkan P terekstrak. Jasad renik tersebut adalah P. purida1S,T,Ca, B. substi-lis-lS,T,,Ca, K. terriguna- 1L,,,T,Ca, P. fluorescens-lL,A,Ca,
P.
putida- 1b,T,Al, P. putida- 1b,A,Al, A. ficuum-2b3T,Al, dan A. ficuurn-2L,,T,Al,
69 masing-masing meningkatkan P tersedia sebanyak 7, 7, 7, 9, 10, 10, 24, clan 25 %. Pada percobaan ini cendawan meningkatkan P terekstrak tanah bereaksi b a s dengan lebih baik daripada bakteri. Secara alami populasi cendawan di tanah masarn lebih dominan daripada bakteri, dan sebaliknya di tanah bereaksi basa (Alexander, 1988; Burgess, 1967). Namun hasil penelitian ini menunjukkan cendawan justru unggul pada tanah basa dan sebaliknya bakteri lebih unggul pada tanah masarn dari pada cendawan yang diuji.
JASAD RENlK
Gambar 3. Pengaruh jasad renik terhadap P terekstrak pada tanah bereaksi basa
70 Jika dilihat dari persentase angka peningkatan P terekstrak, maka seolah-olah hampir semua jasad renik tersebut dapat meningkatkan P terekstrak tanah masam dengan baik. Tetapi jika dikaji dari selisih P terekstrak akibat perlakuan terhadap kontrolnya (tanpa inokulasi), maka tarnpak bahwa jasad renik ini (terutama cendawan) lebih mampu meningkatkan P terekstrak tanah bereaksi basa dibanding tanah masam. Hasil analisis statistik juga menunjukkan bahwa dari beberapa jasad renik yang diuji, ternyata Iebih banyak yang mampu meningkatkan P terekstrak tanah bereaksi basa daripada tanah masam. Diduga senyawa P dalam tanah bereaksi basa berada dalam bentuk ikatan Ca dan Mg-fosfat yang pada umumnya lebih mudah larut daripada A1 ,Fe, maupun occluded-P yang lazim dijumpai pada tanah masam. Kemampuan cendawan yang tinggi pada tanah bereaksi basa belum tentu menghasilkan pola yang identik pada keadaan alami.
Percobaan ini tidak dapat
menggambarkan keadaan alami tanah, karena tanah yang digunakan untuk percobaan telah dibebashn dari jasad renik lain dengan radiasi sinar gamma.
Percobaan 2. Pengaruh Jasad Renik, Bahan Organik, dan Kapur Terhadap P terekstrak Tanah Masam Pengaruh inokulasi jasad renik yang dikombinasi dengan kapur dan bahan organik pada tanah masam disajikan pada Tabel 9, Gambar 4, serta Tabel Lampiran I 1 dan 12.
Tabel 9 menunjukkan bahwa perlakuan jasad renik nyata meningkatkkan P terekstrak tanah masam (Bray I), tetapi hasil uji sidik ragam untuk perlakuan kapur, bahan organik, dan interaksi semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan dalam meningkatkan P terekstrak, meskipun nilai rataannya cenderung lebih tinggi daripada kontrolnya.
Tabel 9
.
Pengaruh jasad renik, bahan organik, dan kapur terhadap P tersedia tanah masam
Bahan Organik, ton ha-' Jasad Renik
0
10
Rataan
Tanpa Dengan Tanpa Dengan Kapur Kapur Kapur Kapur
................. P, ppm ...................... Tanpa Inokulasi K. rerriguna- 1 L,T,,Ca K. rerriguna- 1 S,T,Ca K. terriguna- 1 L,,T,Ca P. prrrida- 1 S,T,Ca P. purida- 1 b8T,Al P. purida- l b,A,AI P. jluorescens- 1L,A5Ca B. subsrilis- 1 S,T,,Ca Y. kristensenii- 1 S,T5Ca A. ficuum-2b,T,Al A. ficuum-ZL,,T,Al Rataan
4.5
4.8
4.7
5.1
96
72 Bakteri P. fluorescens dan P. putida- 1h,A,Al mempunyai pengaruh lebih dominan dibanding jasad renik yang lain. Masing-masing mampu meningkatkan 51 dan 38 % P terekstrak.
Kedua jasad renik tersebut berasal dari contoh akar
tebu Lampung. Y. kristensenii dan A. flcuum-2h,T,Al masing-masing meningkatkan
P terekstrak sampai 26 %.
JASAD RENlK
Gambar 4. Pengaruh jasad renik terhadap P terekstrak tanah masam Pada percobaan ini tampak bahwa jasad renik asli (indigenous microbe) lebih dominan pengaruhnya daripada jasad renik introduksi. Dari ke empat jasad renik yang nyata meningkatkan P terekstrak tanah masam, tiga di antaranya berasal dari tanah masam yang terdiri atas dua bakteri dan satu cendawan.
73 Peningkatan P terekstrak Bray I tidak diikuti dengan P larut yang diekstrak dengan air (uji sidik ragam disajikan pada Tabel Lampiran 11). Diduga P yang dilepas karena aktivitas jasad renik masih terikat pada anasir penjerap P dalam bentuk ikatan yang lemah. Hal tersebut dapat saja terjadi jika tidak semua muatan positif penjerap dipenuhi oleh muatan negatif anion organik yang dihasilkan jasad renik pelarut fosfat. Fosfor dalam ikatan tersebut dapat diekstrak dengan larutan Bray I, tetapi tidak dapat dengan air. Hasil uji statistiknya juga menunjukkan bahwa inokulasi jasad renik tidak mempengaruhi pH tanah. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Premono dkk. (1991), yang kemungkinan disebabkan oleh tingginya kapasitas daya sangga yang dimiliki tanah. Interaksi perlakuan jasad renik, bahan organik, dan kapur tidak menyebabkan adanya perbedaan terhadap peubah yang diamati (pH, P-Bray, dan P-air).
Transformasi P-anorganik Hasil fraksionasi P-anorganik tanah masam setelah diinokulasi dengan jasad renik pelarut fosfat disajikan pada Tabel 10. Pada Tabel 10 tampak bahwa komposisi P-anorganik tanah ternyata didominasi oleh occluded-P, diikuti oleh Fe-P, Ca-P, dan AI-P.
Tabel 10. Beberapa bentuk P-anorganik tanah masam yang diinokulasi dengan jasad renik
Bentuk P-inorganik Jasad Renik P-larut Al-P Fe-P
........... Kontrol A.ficuum-2&,T,Al P. purida- 1h,T,Ai P. fluorescens- 1L,A,Ca K. rerriguna- 1L,,,T,Ca P. purida- 1&,A,Al
5.1' 9.2' 9.5' 9.3' 8.6b llSd
Rataan
20.4
8.0 8.0 8.7 8.4 7.6 8.7 19.4
Occ-P
% Terhadap Total
15.5' 13.5' 14.9k 14.Pb 13.5' 13.2' 34.1
61.0 60.8 56.5 57.4 61.1 58.6 153.7
Ca-P
Total
........... PPm P 10.4b 8.5' 10.4b 10.9b 9.2' 8.0'
256.6 257.4 226.9 225.5 242.6 243.9
23.7
242.2
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sarna berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5 %
Pada penelitian ini terlihat bahwa telah terjadi perubahan bentuk-bentuk Panorganik di dalam tanah, terutama P mudah larut yang diekstrak dengan NH4Cl 1.0
M, Ca-P dan Fe-P yang dipengaruhi oleh jasad renik. Inokulasi jasad renik A. ficuum, P. putida- 1I+,A4Al, P. putida- 1I+,T, A1, P. fluorescens dan K. terriguna
nyata meningkatkan persentase P mudah larut berturut-turut 125, 86, 82, 80 dan 69 %. Peningkatan P mudah larut ini jika ditelusuri pada Tabel 10, diduga berasal dari bentuk-bentuk Fe-P, Ca-P dan kemungkinan occluded-P. Dugaan ini berasal
75 dari semakin rendahnya fraksi-fraksi P tersebut setelah diinokulasi dengan jasad renik, meskipun secara statistik hanya Fe-P dan Ca-P saja yang nyata menurun. Aspergillus ficuurn, P. putida- 1b7A4Al dan K. terriguna mampu melarutkan Fe-P dan Ca-P. P. fluorescens hanya mampu melarutkan Fe-P.
Sedangkan P.
putida- 1I=,,T,Al tidak mampu melarutkan Ca, Fe-P maupun occluded-P. Peningkatan P mudah larut pada perlakuan jasad renik ini berasal dari akumulasi pelarutan ketiga fraksi P tersebut.
Percobaan 3. Pengaruh Jasad Renik, Pupuk P dan Kapur Terhadap Pertumbuhan Tebu dan Efisiensi Pupuk P Dengan Teknik Pengenceran Isotop "P Pada Percobaan 3, lima jasad renik pelarut fosfat terpilih (pada Seleksi Tahap 1 dan 2). diinokulasikan pada tanaman tebu yang dipupuk dengan TSP bertanda '2P
untuk mengetahui jumlah sebenarnya dari P pupuk yang diserap tanaman. Ringkasan hasil uji sidik ragam percobaan ini disajikan pada Tabel 11 dan Tabel Lampiran 15. Kelima jasad renik yang diuji adalah P. putida- 1b,T,Al, P. putida- 1I=,,A,Al,
P. fluorescens- 1LA,Ca, K. terriguna- 1L,,T,Ca' (bakteri), dan A. ficuum-2b,T,Al (cendawan). Jasad renik renik tersebut, terutama P. fluorescens, P. putida, dan A. ficuurn ternyata berpenampilan konsisten pada Seleksi Tahap 1 dan 2, serta pada Percobaan 1 dan 2.
Tabel 11. Hasil uji sidik ragam Percobaan 3 Perlakuan Peubah
Bobot kering jaringan Kadar P jaringan P-TSP P-RP Efisiensi serapan RP Efisiensi serapan TSP Ekivalen RP dengan TSP
I
P
IxP IxK PxK IxPxK
**
tn
*
-
-
tn tn tn tn tn
tn tn
-
-
tn
tn
tn
*
tn tn
**
tn
*
-
*
* tn
*
** *
= Jasad renik; P = Fosfat; K = Kapur = Sangat nyata = Nyata
tn
= Tidak nyata
Keterangan : I
tn
*
-
-
tn tn tn tn tn tn tn
Peubah yang dikaji pada percobaan ini adalah bobot kering, kadar P-total dan P-pupuk tanaman, efisiensi serapan pupuk oleh tanaman, serta nilai kesetaraan P tersedia dari batuan fosfat terhadap P tersedia setara TSP pada tanaman tebu berumur 6 minggu.
Bobot Kering Jaringan Hasil pengamatan peubah bobot kering jaringan tanaman tebu disajikan pada Tabel 12 dan Gambar 5. Pada peubah ini tampak bahwa jasad renik nyata meningkatkan bobot kering tebu umur 6 minggu, demikian pula interaksinya dengan kapur, sedangkan perlakuan pupuk P, interaksinya dengan kapur, dengan jasad renik, dan ketiganya tidak memperlihatkan perbedaan dalam meningkatkan bobot kering jaringan tebu umur 6 minggu.
JASAD RENIK
Gambar 5. Pengaruh jasad renik pelarut fosfat terhadap bobot kering tebu umur 6 minggu
Tabel 12. Pengaruh perlakuan pada Percobaan 3 terhadap bobot kering tebu umur 6 minggu Pupuk P, kg P,O, ha-' Rataan Jasad Renik
TSP
RP
..................g pot-' ................ KO:Kontrol A. ficuum-2LT,Al P. putida- 1b,T,AI P. fluorescens-1L,A,Ca Kterriguna-1Ll0T,Ca P. putida- 1 L,,A,AI
2.7 3.1 3.4 3.4 3.1 2.6
2.5 3.1 3.4 4.2 2.6 2.9
3.0 2.7 3.0 3.1 3.3 3.3
2.8 3.2 3.2
3.1
3.1
3.0
2.8 3.5 4.8 2.6 3.1 2.6
2.6 4.6 3.1 3.1 4.1 3.6
3.1 5.6 4.1 3.4 4.1 3.0
3.0 4.6 2.8 4.8 3.0 2.7
2.9P 4.6qr 3.9'4' 3.2PL 3.2" 3.P
3.2 3.8 3.5
3.9
3.5
4.3
Kontrol A. ~ ~ C U U ~ - ~ L , , T , A I P. putidu- 1b,T, A1 P. jluorescens- 1 L,A,Ca K. terriguna-1 L,,T,Ca P. putida- 1b,A,AI
2.4 3.0 3.8 2.5 3.1 3.2
2.7 3.8 3.2 3.2 3.6 3.1
2.8 4.3 3.7 3.8 3.3 3.0
3.0 3.6 2.9 3.9 3.2 2.9
2.7" 3.7YL 3.5" 3.5" 3.3" 2.9"
Rataan
3.0 3.5 3.4
3.5
3.3
3.6
Rataan
K,: Kontrol A. ficuum-2L,,T,Al P. putida- 1L,,T,Al P. fluorescens- 1 L,A,Ca Kterriguna-IL,oT,Ca P. putida- 1 L,,A,AI Rataan
2.1 2.3 2.8 2.4 3.2 3.8
2.4 3.2 3.6 3.0 3.4 3.2
2.7 4.7 4.6 4.9 3.0 2.9
2.6 3.9 4.1 3.9 3.3 3.1
2.6" 2.P
3.2' 3.2' 3.1" 3.2'
Ket. : 1. K, = Tanpa kapur; K, = Dengan kapur IxAldd 2. Angka yang diikuti oleh huruf sarna menurut kolom berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan 5 %.
79 Peningkatan bobot kering jaringan tebu yang disebabkan oleh jasad renik berkisar antara 13 sampai 38 %. Aspergillus ficuurn mampu meningkatkan bobot kering paling tinggi (38 %), diikuti P. putida- 1L,T,Al, P. fluorescens, K. temguna, dan P. putida-1L,A4Al, masing-masing sebesar 31, 28, 22, dan 13 %. Beberapa jasad renik semakin baik jika dikombinasikan dengan pengapuran setara 1 x A l d d
(2.8 ton CaCO, ha-'), yang dapat disebabkan oleh membaiknya lingkungan turnbuh jasad renik. Pola peningkatan bobot kering tersebut serupa pada perlakuan tanpa dan dengan kapur. Pada percobaan ini secara umum pengapuran dapat meningkatkan efektivitas jasad renik pelarut fosfat yang diuji, kecuali isolat P. putida-1L,A4Al. Pengaruh pemberian pupuk P dan interaksinya dengan kapur cenderung meningkatkan bobot kering tanaman, tetapi hasil uji statistiknya tidak menyebabkan adanya perbedaan yang nyata.
Kadar P Total Jaringan Tebu
Hasil pengukuran kadar P total pada jaringan tebu disajikan pada Tabel 13 dan Gambar 6.
Tabel 13. Pengaruh perlakuan pada Percobaan 3 terhadap kadar P total tebu umur 6 minggu Pupuk P, kg P,O, ha-'
Jasad Renik
TSP
RP
Rataan
................... g pot-' ...................... KO:Kontrol A.ficuum-2b,T,Al P.putida-Ib,T,AI P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terrigunu-1 L,,,T,Ca P.putida-1b,A,AI
0.06 0.08 0.07 0.08 0.08 0.07
0.08 0.09 0.08 0.08 0.09 0.09
0.07 0.07 0.09 0.09 0.08 0.08
0.08 0.08 0.10 0.08 0.1 1 0.08
0.09 0.08 0.09 0.09 0.08 0.11
0.07 0.08 0.09 0.08 0.09 0.11
Rataan
0.07
0.08 0.08
0.09
0.10
0.09
A.ficuum-2b,T,AI P.putida-lb,T,AI P. fluorescens-1L,A,Ca K. terriguna-IL,,,T,Ca P. putida-IL,,A,AI
0.07 0.07 0.06 0.09 0.07 0.08
0.07 0.08 0.08 0.08 0.09 0.09
0.08 0.08 0.10 0.1 1 0.07 0.10
0.08 0.09 0.09 0.09 0.07 0.09
0.08 0.09 0.08 0.08 0.10 0.10
0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.09
Rataan
0.08
0.08 0.09
0.09
0.09
0.08
Kontrol A. ficuum-2b,T, A l P. putida- I b,T,AI P. fluore.scens-l L,A,Ca K. terriguna-l L,,)T,Ca P. putidu- lb,A,A I
0.09 0.07 0.07 0.08 0.07 0.09
0.08 0.08 0.08 0.08 0.09 0.09
0.08 0.09 0.09 0.08 0.09 0.10
0.08 0.09 0.09 0.08 0.09 0.13
0.08 0.08 0.09 0.08 0.08 0.10
Rataan
0.07'
0.08ab0 . W 0 . W 0.09''
0.08
K,:Kontrol
0.08 0.08 0.10 0.10 0.08 0.09
Ket. : 1. = Tanpa kapur; K, = Dengan kapur IxAldd 2. Angka yang diikuti oleh humf sarna rnenurut baris berarti tidak
0.0
/
'
, 0
/
/
46TSP
/ SO-TSP
/ 90-RP
/
150-RP
DOSIS P2 05,kg. ha-1
Gambar 6. Pengamh pupuk P dan kapur terhadap kadar P total tanaman tebu umur 6 minggu
Ternyata bahwa hanya perlakuan pupuk fosfat saja yang menunjukkan perbedaan nyata terhadap peubah kadar P total jaringan tanaman tebu. Sedangkan pengaruh jasad renik dan interaksi semua perlakuan tidak menyebabkan adanya perbedaan kadar P total jaringan tanaman. Pemberian pupuk TSP maupun batuan fosfat (RP)dapat meningkatkan kadar P jaringan, tetapi pemberian P taraf 45 dan 90 kg P,O, ha-' tidak mengakibatkan adanya perbedaan kadar P jaringan tanaman tebu yang masih berumur 6 minggu. Kemungkinan sampai periode 6 minggu sebagian besar kebutuhan fosfat masih dipasok oleh simpanan P pada bibit.
82 Oleh karena itu, secara total perbedaan berbagai taraf dan jenis pupuk belum terlihat berbeda. Secara kuantitatif fenomena ini akan dikaji pada Tabel 14, yang menyajikan jumlah P-pupuk yang diserap oleh tanaman.
Namun demikian terlihat bahwa
pernberian kapur secara umum cenderung meningkatkan kadar P jaringan tanaman tebu (Gambar 6). Pada semua kombinasi perlakuan, kadar P jaringan tanaman tebu ini menurut Jones, Wolf dan Mills (1991) tergolong cukup tinggi.
Kandungan P Tanaman asal TSP (P-TSP) Hasil pengukuran kadar P-pupuk dalam tanaman asal TSP disajikan pada Tabel 14 dan Garnbar 7. Jasad renik yang diinokulasikan maupun interaksinya dengan pemberian kapur dapat rneningkatkan serapan P asal pupuk TSP secara nyata. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas jenis isotop 32Pjaringan tanaman tebu pada perlakuan yang diinokulasi dengan jasad renik. Peningkatan serapan P pupuk paling tinggi dicapai oleh P. fluorescens, diikuti oleh P. putida- 1b,T,AI, K. terriguna- 1L,,,T,Ca, P. putida-1 b,A,AI, dan A. ficuum2b,T,AI, masing-masing sebesar 117, 102, 84, 79, dan 65 %. Secara umum pengapuran rneningkatkan serapan P pupuk, kecuali untuk perlakuan P. putida-lb,T,Al dan P. fluorescens yang cenderung lebih rendah dibanding perlakuan tanpa kapur. Meskipun serapan P pupuk nyata meningkat karena inokulasi jasad renik, tetapi persentase total P jaringan pada Tabel 13 tidak
Tabel 14. Pengaruh perlakuan pada Percobaan 3 terhadap kadar P-TSP tanaman tebu urnur 6 minggu TSP, kg P,Os ha-' Jasad Renik
90
45
Rataan
............rng P tan-' ............ --
KO:Kontroli A. fituum-2L3TIAl P. puridu- 1 &,TIA1 P. j7ure.scens- 1 bA,Ca K. terrigunu- l LloT,Ca P. putida- 1 &,A4AI
0.82 1.21 2.07 3.08 1.72 1.27
0.94 1.12 2.22 1.79 1.20 1.14
0.88" 1.16" 2.14& 2.43" 1.46"" 1.21"
Rataan
1.69
1.40
1.54
A. fiiuum-2 L,,T,Al P. puridu- 1 &,T,AI P. flurescens- l L-,A,Ca K. terrigunu- 1 LlOT,Ca P. putidu- l &,A4AI
0.87 1.59 1.72 1.52 1.28 1.20
1.21 2.47 1.76 1.95 2.87 3.26
1 .Mb 2.03" 1.74& 1 .7Pb 2.07" 2.23"
Rataan
1.36
2.25
1.81
1.53
1.83
1.63
I(,:Kontrol
Kontrol A. ficuum-2 &,TIA l P. puridu- 1 b,T,AI P. j7uresc.en.s- l L,A,Ca K. terrigunu- l L,,;T,Ca P. putidu- I b,A,AI Rataan
Ket. : 1 . K, = Tanpa kapur; K, = Dengan kapur I x A l d d 2. Angka diikuti oleh huruf sarna rnenurut kolom rnenunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan taraf 5 %
84 menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Secara total, ternyata jumlah P tanaman yang berasal dari TSP sangat sedikit (kurang dari 10 %, Tabel Lampiran 16.) sehingga terlalu lemah untuk mempengaruhi kadar P total. Rendahnya kadar P tanaman yang berasal dari pupuk mengindikasikan bahwa sumber P selain pupuk berada dalam status berlimpah. Artinya tanaman sebagian besar (lebih dari 90 %) memperoleh P bukan dari pupuk. Pada percobaan ini dapat diketahui bahwa sampai umur 6 minggu setelah tanam, lebih dari 90 % kebutuhan P tanaman tebu masih dapat dicukupi oleh
JASAD RENlK
Gambar 7. Pengaruh jasad renik dan kapur terhadap serapan P pupuk (TSP) oleh tanaman tebu umur 6 minggu
85
cadangan hara bibit, bukan dari tanah karena hasil analisis
pendahuluan
menunjukkan kadar P tanah yang rendah (Tabel Lampiran 1). Hasil percobaan ini analog dengan penelitian Sisworo (1975) pada tanaman padi, yang menunjukkan bahwa dengan teknik isotop dapat diketahui bahwa tanaman tersebut baru memanfaatkan pupuk P (TSP) setelah berumur 11 hari. Kadar P-pupuk tanaman padi setelah berumur 16 hari hanya berkisar 5 sampai 6 %.
Kandungan P Tanaman asal Batuan Fosfat (P-RP) Nilai P-RP (P-tanaman asal batuan fosfat) merupakan hasil perhitungan secara tidak langsung dengan teknik pengenceran radio isotop 32P seperti yang telah disebutkan dalam Bab Bahan dan Metode. Teknik ini digunakan karena batuan fosfat merupakan hasil alam yang tidak dapat ditandai dengan radio isotop 32P. Metode pendekatannya dilakukan dengan menentukan Nilai-A (Sisworo dan Sisworo, 1985). Hasil perhitungan P tanaman yang berasal dari batuan fosfat disajikan pada Tabel 15. Hasil analisis sidik ragamnya menunjukkan bahwa semua perlakuan yang diberikan tidak mempengaruhi jumlah P asal batuan fosfat daiam tanaman. Fenomena ini dapat dijelaskan oleh rendahnya nilai aktivitas 32Pdalam tanaman kontrol yang digunakan untuk menghitung Nilai-A. Rendahnya aktivitas 32Pdalam jaringan tanaman disebabkan pada periode umur tersebut, tanaman tebu baru menyerap kurang dari 10 % P dari total P yang dibutuhkan, sehingga pendekatan
'
Tabel 15. Pengaruh perlakuan pada Percobaan 3 terhadap kandungan P-RP tanarnan tebu umur 6 minggu Dosis RP, kg P,05 ha-' Jasad renik
90
150
Rataan
............. mg P tan-' .............. &: Kontrol A. ficuum-2bTlAl P. putida- 1 b T , A l P. jluorescens- 1 L-,A,Ca
K. terriguna-lLloTICa P. putida- 1 b7A4Al Rataan K,: Kontrol A. ficuum-2L,,T1Al P. putida- 1 b,T,Al P. jluorescens- 1LA,Ca K. terriguna- 1 LloTICa P. putida- 1 L,,A4Al
Rataan Kontrol A . ficuum-2bT1Al P. putida- 1 b,T,Al P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terriguna- 1 L,,T,Ca P. putida- 1 b A , A l
Rataan -
---
-
Keterangan : K, = Tanpa kapur; Kl = Dengan kapur
Efisiensi Serapan P Pupuk Efisiensi serapan P pupuk oleh tanaman merupakan persentase jumlah P pupuk dalam tanaman terhadap jumiah P pupuk yang diberikan. Nilai rataan efisiensi serapan P pupuk disajikan pada Tabel 16 untuk TSP dan Tabel 17 untuk RP.
JASAD RENIK
Gambar 8. Pengaruh jasad renik dan dosis TSP terhadap efisiensi serapan P-pupuk Uji sidik ragam peubah ini menunjukkan bahwa inokulasi jasad renik pelarut fosfat dan interaksinya dengan kapur maupun taraf pupuk TSP nyata meningkatkan efisiensi serapan P pupuk. Di pihak lain penggantian TSP oleh batuan fosfat secara statistik tidak mempengaruhi peningkatan efisiensi serapan P pupuk. Paling tidak, sampai umur 6 minggu peran TSP belum dapat digantikan oleh RP.
Tabel 16. Pengaruh perlakuan terhadap efisiensi serapan TSP pada tanaman tebu umur 6 minggu Dosis TSP,kg P,O, ha-' Jasad Renik
45
90
Rataan
&: Kontrol A. ficuum-2bT,Al P. putida- 1b,T,Al P. fluorescens- 1bA,Ca K. terriguna-1L,,T,Ca P. putida- 1b,A,Al
2.10 3.10 5.30 5.30 4.41 3.25
1.21 1.43 2.85 3.57 1.54 1.46
1.65 2.26 4.07 4.40 2.97 2.36
Rataan
3.90
2.00
2.95
2.27 4.10 4.41 3.89 3.28 3.08
1.80 3.17 2.26 2.50 3.68 4.18
2.04 3.63 3.33 3.19 3.48 3.63
3.49
2.88
3.18
Kontrol A. ficuum-2LT,Al P. putida- 1b,T,Al P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terriguna-1L,,T,Ca P. putida- 1L27A4Al
2.25' 3.59" 4.85p 4.62p 3.84" 3.15'
l.5lP 2.2gP 2.55P 3-14" 2.W 2-82"
1.83' 2.94* 3.70b 3.87b 3.22b 2.681b
Rataan
3.69
2.35
3.W
K,: Kontrol A. ficuum-2LJT,Al P. purida- 1L,,T, A1 P. fluorescerts- 1bA,Ca K. terriguna-1L,,T,Ca P. putida- 1b7A4Al Rataan
Ket : 1. K, = Tanpa kapur; K, = Dengan kapur 1xAldd 2. Angka yang diikuti oleh hurufsarna menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Duncan taraf 5 %
89
Pada Tabel 16 dan Gambar 8, terlihat bahwa perlakuan jasad renik mampu meningkatkan efisiensi pemupukan TSP sebanyak 60 sarnpai 135 % . Peranan bakteri lebih dominan darigada cendawan. Pengapuran secara umurn dapat meningkatkan efisiensi serapan P dari pupuk, tetapi uji statistiknya tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Seperti halnya pada kandungan P-TSP dan P-RP, tingkat efisiensi pemupukan ini tergolong rendah (berkisar 0.26 sampai 5.30 %). Hasil ini lebih rendah dari penelitian Sisworo dkk (1982) dengan menggunakan teknik yang sama pada tanaman pangan yang mencapai efisiensi serapan P-TSP berkisar antara 10 sampai 15 %. Rendahnya nilai efisiensi pada percobaan ini disebabkan oleh umur tanaman tebu yang masih muda (6 minggu) dan baru menyerap kurang dari 10 % dari pupuk P yang diberikan. Pada Tabel 14 terlihat bahwa tanaman yang dikapur maupun tidak dikapur, pada pemberian TSP 45 dan 90 kg P205ha-' (TSJ2P)tidak menyebabkan adanya perbedaan terhadap kadar P-pupuk (P-TSP dan P-RP). Hal inilah yang menyebabkan efisiensi serapan P pupuk pada taraf rendah (45 kg P20, ha-') nyata lebih tinggi dibanding dengan pemupukan pada taraf yang lebih tinggi (90 kg P20, ha-'). Perbedaan ini dapat juga disebabkan oleh pengaruh P dosis tinggi terhadap pertumbuhan akar yang lebih baik, sehingga memungkinkan akar menyerap P tanah lebih banyak.
*
Tabel 17. Pengaruh perlakuan pada Percobaan 3 terhadap efisiensi RP pada tebu umur 6 minggu
Dosis RP,kg P,O, ha-' Jasad Renik
90
150
&: Kontrol A. ficuum-2bTIAl
P. putida- 1b,T,Al P. fluorescens- 1bA,Ca K. terriguna- 1L,,T,Ca P. putida- 1b7A4Al Rataan K,: Kontrol A. ficuum-2bT,Al P. putida- 1b,T, Al P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terriguna- 1L,,T,Ca P. putida- 1b7A4Al Rataan Kontrol A. ficuum-2bT,Al P. putida-lbTIAl P. fluorescens- l L,A,Ca K. terriguna- 1L,,T,Ca P. putida- 1LA,Al Rataan Keterangan : K, = Tanpa kapur; K, = Dengan kapur
Rataan
91 Pengaruh tunggal jasad renik dan interaksinya dengan kapur tidak mempengaruhi nilai efisiensi serapan P batuan fosfat, tetapi terdapat kecenderungan bahwa inokulasi
P. fluorescens dan P. putida-lhT,Al dapat memperbaiki nilai
efisiensi serapan P batuan fosfat. Nilai efisiensi serapan P batuan fosfat ini hanya berkisar antara 0.26 sampai 1.06 %.
Kesetaraan Batuan Fosfat Terhadap TSP Nilai ekuivalen P tersedia dari TSP terhadap batuan fosfat disajikan pada Tabel Nilai tersebut dihitung dengan teknik radio isotop, yang menunjukkan nilai
18.
kesetaraan P tersedia untuk tanaman dari TSP terhadap P tersedia dari batuan fosfat. Nilai kesetaraan ini ini sering digunakan sebagai kriteria evaluasi agronomi batuan fosfat . Uji sidik ragam peubah nilai kesetaraan TSP terhadap batuan fosfat menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan dan semua interaksinya tidak menyebabkan perbedaan nilai kesetaraan tesebut. Tetapi pemberian P. fluorescens dan K. terrigurzu mampu meningkatkan nilai kesetaraan TSP terhadap batuan fosfat dari 0.10 menjadi 0.15. Artinya, jasad renik cenderung meningkatkan kesetaraan dari 0.10 menjadi 0.15 kg TSP terhadap setiap kg batuan fosfat yang digunakan pada tanaman tebu umur 6 minggu. Nilai kesetaraan P tersedia P pada terhadap batuab fosfat pada penelitian ini berkisar dari 0.09 sampai 0.17.
Tabel 18. Pengaruh perlakuan Percobaan 3 terhadap kesetaraan P tersedia TSP terhadap RP pada tanaman tebu umur 6 minggu Dosis Kapur Jasad Renik
0
....
1xAl-dd
Rataan
kg TSP setara RP ....
A. ficuum-2b,T,Al P. putida- 1bsT,Al P. fluorescens- 1bA,Ca K. terriguna- 1L,,T,Ca P. putida- 1L,,,A,Al
0.09 0.13 0.11 0.13 0.15 0.12
0.11 0.13 0.15 0.17 0.15 0.17
0.10 0.13 0.13 0.15 0.15 0.15
Rataan
0.12
0.14
0.13
Kontrol
Percobaan 4. Pengaruh Jasad Renik, Pupuk P dan Kapur Terhadap Beberapa Sifat Agronomi Tanaman Tebu (Percobaan Rumah Kaca) Percobaan ini dilakukan di rumah kaca, dan tanaman tebu dievaluasi sampai berumur 3 bulan. Peubah-peubah yang diamati adalah tinggi tanarnan, bobot kering tanaman, serta kadar N, P, dan K jaringan tanaman. Ringkasan uji sidik ragamnya disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19. Ringkasan hasil uji sidik ragam Percobaan 4
Perlakuan Peubah 1 Tinggi tanaman Bobot kering jaringan Kadar P tanarnan Kadar N tanaman Kadar K tanaman Keterangan : I
** *
tn
P
* ** ** ** * * tn tn * tn
IxP IXK PXK IxPxK tn tn tn tn tn
tn tn tn tn tn
= Jasad renik; P = Fosfat; = = =
** **
tn tn
tn tn tn
tn
K
*
tn = Kapur
Sangat nyata Nyata Tidak nyata
Tinggi Tanarnan Rataan tinggi tanaman tebu umur 3 bulan disajikan pada Gambar 9, 10 dan Tabel 20. Dari uji sidik ragamnya diketahui bahwa pengaruh tunggal pemberian P dan jasad renik sangat nyata mempengaruhi tinggi tanaman.
Pada pengaruh
interaksinya, hanya perlakuan pupuk P dengan kapur yang menyebabkan perbedaan nyata dalam meningkatkan tinggi tanaman tebu umur 3 bulan. Tampak pada Tabel 20 bahwa pemberian TSP 90 kg P,O, ha-', batuan fosfat 90 dan 150 kg P20, ha-' nyata meningkatkan tinggi tanaman, tetapi masing-masing
94
taraf tersebut tidak menyebabkan perbedaan tinggi tanaman.
Pola peningkatan
tersebut terjadi baik pada perlakuan tanpa maupun dengan kapur. Peningkatan tinggi tanaman semakin tajam pada perlakuan kombinasi kapur dan pupuk P.
TANPA KAPUR
0
90-TSP
DENGAN KAPUR
SO-UP
oosls P P 0 5 .
150-RP
kg. h i '
Gambar 9. Pengaruh interaksi pupuk P dan kapur terhadap tinggi tanaman tebu umur 3 bulan
Hampir semua jasad renik yang diuji mampu meningkatkan tinggi tanaman, kecuali cendawan (A. ficuum-2b,T,Al). Meskipun peningkatan tinggi tanaman nyata menurut uji statistiknya, tetapi nilai peningkatannya tidak terlalu besar, berkisar antara 6 sampai 12 %. Jasad renik yang paling baik dalam meningkatkan tinggi tanaman adalah P. purida-lk,T,Al.
Tabel 20. Pengaruh perlakuan pada Percobaan 4 terhadap tinggi tanaman tebu umur 3 bulan Dosis Pupuk, kg P,O, Jasad Renik
TSP
RP
&: Kontrol A. ficuum-2bTlAl P. putida-1&T,Al P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terriguna- 1LloTICa P. putida- 1b,A4Al Rataan
K,: Kontrol A. ficuum-2&T,Al P. putida- 1L T , A1 P. fluorescens- 1L-,A,Ca K. terriguna- 1L,,T,Ca P. putida- 1LA,Al Rataan Kontrol A. ficuum-2&T,Al P. putida- 1b T I A l P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terriguna- 1L,,T,Ca P. puti&- 1b A 4 A l Rataan Ket. : 1. K, = Tanpa kapur; K, = Dengan kapur 1xAl-dd
Rataan
JASAD RENlK
Gambar 10. Pengaruh jasad renik terhadap tinggi tanaman tebu umur 3 bulan.
Bobot Kering Tanaman Perlakuan tunggal jasad renik, pupuk P, dan interaksi pupuk P dengan kapur berpengaruh sangat nyata dalam mening-katkan bobot kering tebu umur 3 bulan. Sedangkan interaksi jasad renik, pupuk P, dan kapur tidak mempengaruhi bobot kering jaringan tanaman. Nilai rataan bobot kering disajikan pada Tabel 21. Pada Tabel 21 terlihat bahwa pemupukan P mampu mening-katkan bobot kering jaringan tebu umur 3 bulan. Peningkatan bobot tersebut mencapai lebih dari 90 %. Peningkatan bobot jaringan tebu yang mencolok juga terlihat pada perlakuan pengapuran. Pengapuran yang diikuti dengan pemupukan P semakin meningkatkan bobot kering jaringan tebu (lihat Gambar 11). Pada perlakuan tanpa pengapuran,
97 terlihat bahwa pemupukan P dengan TSP lebih baik daripada batuan fosfat. Sedangkan pada perlakuan pengapuran, pengaruh TSP dan batuan fosfat sama baiknya terhadap bobot kering jaringan tebu umur 3 bulan yang ditanam di rumah kaca. Pemberian dosis 90 dan 150 kg P205 ha-' dalam bentuk batuan fosfat tidak menyebabkan adanya perbedaan bobot kering jaringan tebu umur 3 bulan. Diduga ha1 ini disebabkan sukar larutnya senyawa P dalam bentuk batuan fosfat, sehingga dalam jangka 3 bulan, dosis rendah atau dosis tinggi belum menyebabkan perbedaan terhadap bobot kering jaringan tebu. Pengaruh jasad renik nyata meningkatkan bobot kering jaringan tebu umur 3 bulan,
terutama
1Ll,T,Ca.
oleh P. fluorescen,
P. putida-1b7A4AI, dan K. terriguna-
Sedangkan P. putida- lb,T,Al dan cendawan A. ficuurn-2bTlAl tidak
mengakibatkan perbedaan yang nyata terhadap peubah ini.
P. putida-1b7A4Al paling mampu meningkatkan bobot kering jaringan tebu, diikuti oleh P. fluorescens dan K. terriguna. Masing-masing mampu meningkatkan 21, 15, dan 15 %. Secara umum dapat dikemukakan pula bahwa efektivitas semua jasad renik dapat diperbaiki dengan pengapuran.
Tabel 21. Pengaruh perlakuan pada Percobaan 4 terhadap bobot kering jaringan tebu umur 3 bulan Dosis Pupuk, kg P,O, ha" Jasad Renik
RP
TSP
0
90
...............
90
Rataan 150
g pot-' ................
I&: Kontrol A. ficuum-2bT,Al
P. putida- 1&TIA! P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terriguna- 1LloT,Ca P. putida- I b,A,AI Rataan
K,: Kontrol A. ficuum-2bT,Al
P. putida- 1b T I A ! P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terriguna- 1Ll0T,Ca P. putida- 1b A , A 1 Rataan Kontrol A. ficuum-2bT,Al
P. putida- 1L T I A l P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terriguna- 1L,,T,Ca P. putida- 1k A , A l Rataan Ket. : 1. & = Tanpa kapur; K, = Dengan kapur IxAldd 2. Angka yang diikuti huruf sarna menurut baris (a,b,c) atau menurut kolom (x.y.2) berarti tidak berbeda nyata menurut
Gambar 1 1 . Pengaruh interaksi pupuk P dan kapur terhadap bobot kering tebu umur 3 bulan
0 '
.
/
r
/
?
/
o
,
'
r
JASAD RENlK
Gambar 12. Pengaruh jasad renik terhadap bobot kering jaringan tebu umur 3 bulan
Kadar N Tanaman Hasil pengamatan kadar N tanaman disajikan pada Tabel 22.
Uji sidik
ragamnya menunjukkan bahwa pengaruh tunggal jasad renik, pupuk P, interaksi jasad renik dengan kapur, jasad renik dengan fosfat, dan fosfat dengan kapur tidak berbeda nyata. Tetapi interaksi antara jasad renik, fosfat, dan kapur menyebabkan perbedaan yang nyata terhadap kadar N tanaman. Pada Tabel 22 dan Gambar 13 dapat dilihat bahwa secara umum pengapuran mampu meningkatkan kadar nitrogen tanaman, tetapi pengaruh jasad renik pada perlakuan kapur untuk semua tingkat pemberian fosfat tidak menyebabkan perbedaan kadar N. Sebaliknya beberapa jasad renik pengaruhnya tampak nyata meningkatkan kadar N tanaman pada perlakuan tanpa kapur, terutama pada pemberian 90 kg P,O, ha-' dalam bentuk TSP dan 150 kg P205ha-' dalam bentuk batuan fosfat.
Aspergillus_ficuumpada pemberian 90 kg P20, TSP ha-' dan P. fluorescens pada tingkat pemberian 150 kg P205RP ha-' nyata meningkatkan kadar N tanaman pada perlakuan pengapuran. Peningkatan kadar N tanaman lebih disebabkan pengaruh tidak langsung dari perbaikan kondisi tanaman karena perlakuan yang diberikan. Jasad renik pelarut fosfat, disamping perannya meningkatkan P tersedia, juga menghasilkan zat pengatur tumbuh serta vitamin yang dapat memperbaiki kondisi tanaman. Mungkin ha1 ini ada kaitannya dengan P.putida dan P. fluorescens yang menurut laporan Vancura (1989) aktif menghasilkan auksin, giberelin, senyawa sejenis giberelin, dan beberapa vitamin.
Tabel 22. Pengaruh perlakuan pada Percobaan 4 terhadap kadar N tanaman tebu umur 3 bulan Dosis Pupuk, kg P,O, ha-' Jasad Renik
RP
TSP
Rataan 0
90
90
150
&: Kontrol A. ficuum-2&T,Ai P. p u t i d a - l b T I A l P. fluorescens- 1L-,A,Ca K. terriguna- I LloT,Ca P. putida- 1L A 4 A l
Rataan
K,: Kontrol A. jicuum-2bTlAl P. putida- 1b T I A l P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terriguna- 1LloTICa P. putida- 1L,A4Al Rataan Kontrol A. ficuum-2bTlAl P. p u t i d a - l b T I A I P. fluorescens- 1bA,Ca K. terriguna- 1Ll0T,Ca P. putida- 1b A , A l Rataan Ket. : 1. 2.
.
K, = Tanpa kapur; K, = Dengan kapur IxAl-dd Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan taraf 5 %
JASAD RENlK
Gambar 13. Pengaruh jasad renik dan fosfat terhadap kadar N tanaman pada tanaman tebu umur 3 buIan tanpa dikapur
Kadar P tanaman Hasil analisis kadar P tanaman disajikan pada Tabel 23, dan Gambar 14 dan 15.
Tampak bahwa perlakuan tunggal jasad renik dan pupuk P mempengaruhi
peubah kadar P, tetapi interaksi keduanya bersama-sama dengan kapur tidak mempengaruhi peubah tersebut.
Tabel 23. Pengaruh perlakuan pada percobaan 4 terhadap kadar P tanaman tebu umur 3 bulan Dosis Pupuk, kg P,O, ha-' TSP Jasad Renik
RP Rataan
&: Kontrol A. ficuum-2bT,Al
P. putida- 1b T , A l P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terriguna- 1LloT,Ca P. putida- 1b A 4 A l
Rataan
K,: Kontrol A. ficuum-2bT,Al P. putida-lLT,Al P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terriguna- 1LloTlCa P. putida- 1b A 4 A l Rataan Kontrol A. ficuum-2bT,Al P. putida-lbT,Al P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terriguna-1 Ll0T1Ca P. putida- 1&A4Al Rataan Ket. : 1. 2.
K,, = Tanpa kapur; K, = Dengan kapur 1xAl-dd Angka yang diikuti huruf sama (a,b,c) menurut kolom dan (x,y,z) menurut baris berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5 %
DOSlS P2OS. kg. ha-'
Gambar 14. Pengaruh jasad renik dan pupuk P terhadap kadar P tanaman tebu umur 3 bulan Peningkatan dosis pupuk P sampai 90 kg P,O, TSP ha-' dan 150 kg P205RP ha-' nyata meningkatkan kadar P tanaman, tetapi pemberian dosis 90 kg P205 ha" dalam bentuk RP tidak mempengaruhi kadar P tanaman. Pola rataan yang diperoleh (Tabel 23), juga menggambarkan bahwa terdapat kecenderungan yang lebih baik pada perlakuan interaksi pengapuran dan pupuk P. Terlihat bahwa kadar P lebih tinggi dijumpai pada perlakuan pemupukan fosfat yang dikapur terlebih dahulu. Pengaruh tunggal jasad renik terhadap kadar P tanaman terlihat nyata pada perlakuan jasad renik A. ficuum, P.putida- 1h,T,Al, dan K. tenigum-IL,,T,Ca. Tetapi persen peningkatamya tidak terlalu tinggi, yakni berkisar antara 6 sampai 12 %.
Isolat
P. fluorescens dan P. putida-lh,A,Al secara statistik tidak nyata
meningkatkan kadar P tanaman, tetapi nilai rataan kadar P tanaman cenderung lebih
105
baik dari pada perlakuan tanpa inokulasi. Hasil tersebut m e n d u h g percobaan sebelumnya, bahwa pemberian jasad renik diketahui marnpu meningkatkan P tersedia tanah (Percobaan 1 dan 2), memperbaiki kadar P tanaman dan efisiensi pemupukan TSP (Percobaan 3).
JASAD RENIK
Gambar 15. Pengaruh jasad renik terhadap kadar P tanaman tebu umur 3 bulan
Meskipun uji sidik ragam pengaruh perlakuan interaksinya tidak berbeda dalam meningkatkan kadar P, tetapi pada Tabel 24 tersebut dapat di1ihat bahwa terdapat kecenderungan yang positif, bahwa pengapuran mampu meningkatkan efektivitas jasad renik pelarut fosfat yang diinokulasikan dalam tanah masam.
Kadar K tanaman Hasil pengamatan kadar K jaringan tanaman tebu umur 3 bulan disajikan pada Tabel 24 dan Gambar 16. Tampak bahwa hanya perlakuan jasad renik yang nyata meningkatkan kadar K tanaman. Peningkatan kadar K tanaman mencapai 20 persen oleh jasad renik A. ficuum, P. putida- 1h,T,Al, dan P.putida- 1b,&Al.
Sedangkan
jasad renik yang lain tidak menyebabkan perbedaan yang nyata terhadap kadar K tanaman.
JASAD RENlK
Gambar 16. Pengaruh Jasad renik terhadap kadar K tanaman tebu umur 3 bulan
Tabel 24. Pengamh perlakuan pada Percobaan 4 terhadap kadar K tanaman tebu umur 3 bulan Dosis Pupuk, kg P,O, ha-, Jasad Renik
TSP
RP
Rataan
&: Kontrol A. ficuum-2bT,Al
P. putida- 1b T , A l P. fluorescens- 1bA,Ca K. terriguna- 1L,,T,Ca P. putida- 1L,A,Al Rataan
K,: Kontrot A. ficuum-2bT,Al P. putida- 1b T , A l P. jluorescens- 1bA,Ca K. terriguna- 1L,,T,Ca P. putida- 1I+,A,Al Rataan Kontrol A. ficuum-2&TlAl
P. putida-lLT,Al P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terriguna- 1LloT,Ca P. putida- 1b A , A l
Rataan Ket. : 1. 2.
K,, = Tanpa kapur; K, = Dengan kapur 1xAldd Angka yang diikuti oleh huruf sama menurut kolom berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 %
108 Peningkatan kadar K tanaman karena perlakuan tersebut diduga disebabkan oleh membaiknya kondisi tanaman, sehingga eksplorasi hara oleh akar tanaman dapat dilakukan dengan baik. Percobaan Premono dkk. (1991) menunjukkan bahwa jasad renik pelarut fosfat dapat meningkatkan bobot kering akar jagung, yang berarti meningkatkan kapasitas serapan hara, tetapi peneliti tersebut tidak mendapatkan bahwa inokulasi jasad renik dapat meningkatkan kadar K tanaman jagung. Meskipun uji sidik ragamnya tidak berbeda nyata dalam mempengaruhi kadar
K tebu, tetapi pemberian pupuk P cenderung meningkatkan kadar K tanaman tebu umur 3 bulan.
Percobaan 5. Pengaruh Jasad Renik, Pupuk P dan Kapur Terhadap Beberapa Sifat Agronomi Tanaman Tebu (Percobaan Lapang)
Percobaan ini dilaksanakan di lapang, dengan mengamati tanaman tebu sampai panen pada umur 11 bulan.
Peubah yang diamati adalah tinggi, bobot kering
jaringan, kadar N, P, dan K jaringan tanaman umur 3 bulan, serta bobot dan kadar sukrosa nira tebu umur 11 bulan. Ringkasan sidik ragam dari peubah-peubah yang diamati disajikan pada Tabel 25.
Tabel 25. Ringkasan uji sidik ragam Percobaan 5
Perlakuan Peubah I
P
IxP IxK PxK IxPxK
Umur 3 bulan : Tinggi tanaman Bobot jaringan Jumlah tunas Kadar N jaringan Kadar P jaringan Kadar K jaringan Umur 11 Bulan : Kadar sukrosa Bobot tebu Ket. : I
** *
tn
= Jasad renik; P = Pupuk P; K = Kapur = Sangat nyata = Nyata = Tidak nyata
Pada Tabel 25 tampak bahwa perlakuan tunggal jasad renik dan pupuk P sangat nyata mempengaruhi tinggi, bobot jaringan, dan kadar K untuk yang pertama dan kadar P untuk yang kedua pada tanarnan tebu umur 3 bulan. Sedangkan pada umur 11 bulan, interaksi jasad renik dengan pupuk P atau kapur nyata mempengaruhi kadar sukrosa.
Tinggi Tanaman Hasil pengamatan tinggi tanaman tebu umur 3 bulan disajikan pada Gambar 17, Gambar 18 dan Tabel 26.
0
90-TSP
DOSlS
SO-RP
150-RP
5 05,kg. hs
Gambar 17. Pengaruh pemberian pupuk P terhadap tinggi tebu umur 3 bulan yang di tanam di lapang Pada Tabel 26 tersebut tampak bahwa pengamh tunggal jasad renik dan pupuk P sangat nyata meningkatkan tinggi tanaman. 6
Pemupukan P dosis 90 kg P205ha-' dalam bentuk TSP nyata meningkatkan
tinggi tanaman sampai 15 persen. Sedangkan pada dosis yang sama clan yang lebih tinggi (150 kg P,05 ha-') dalam bentuk RP tidak berpengamh terhadap tinggi tanaman tebu.
111 Semua jasad renik terlihat mampu meningkatkan tinggi tanarnan tebu, tetapi hasil uji Duncan menunjukkan tidak adanya perbedaan di antara jasad renik yang digunakan. Peningkatan tinggi tanaman berturut-turut mencapai 21 persen untuk P. putida- 1h,T,Al dan K, Terriguna, serta 18 persen untuk isolat-isolat P. putidalk,A,AI, P. fluorescens, dan A. ficuurn.
/"
/
/
,/
I
/
/'
JASAD RENlK
Gambar 18. Pengaruh jasad renik terhadap tinggi tanaman tebu umur 3 bulan yang ditanam di lapang Interaksi jasad renik, pupuk P dan kapur tidak mampu rneningkatkan tinggi tanaman, tetapi terdapat kecenderungan bahwa pada perlakuan tanpa pupuk P, atau dengan pupuk P dalam bentuk RP,efektivitas jasad renik tampak lebih baik. Terlihat bahwa efektivitas jasad renik semakin baik pada kondisi kritis P, y&ni pada perlakuan tanpa dan dengan pupuk P dosis rendah.
Tabel 26. Pengaruh perlakuan pada Percobaan 5 terhadap tinggi tanaman tebu umur 3 bulan
Dosis Pupuk, kg P205ha-' Jasad Renik
TSP
RP
Rataan
&: Kontrol A. ficuum-2bTlAl P. putida- 1&TIAl P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terriguna- 1LlOTlCa P. putida- 1L,A4Al
Rataan
K,: Kontrol A. ficuum-2bTlAl P. putida- 1b T I A l P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terriguna- 1LloTICa P. putida- 1&A4Al Rataan Kontr~l A. ficuum-2L,TlAl P. putida-1 &T,Al P. fluorescens- 1L.,A,Ca K. terriguna- 1L,,T,Ca P. putida- 1L,A,Al Rataan Ket. :
1. K, = Tanpa kapur; Kl = Dengan kapur 1xAldd 2. Angka yang diikuti huruf sarna menurut kolom (x,y) atau baris (a,b) berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan 5 %
113
Seperti halnya pada percobaan-percobaan sebelumnya, bahwa pemberian kapur cenderung meningkatkan tinggi tanaman, dan memperbaiki efektivitas jasad renik.
Bobot Kering Jaringan Tebu Peubah ini diukur dengan memanen tanarnan tebu umur 3 bulan pada petak contoh yang berukuran (2 x 3) m2, hasilnya disajikan pada Gambar 19, Gambar 20, dan Tabel 27.
0
00-TSP
D W S Pa
90-RP
150-RP
4. kg. h i '
Gambar 19. Pengaruh pupuk P dan kapur terhadap bobot jaringan tebu umur 3 bulan yang ditanarn di lapang Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa pengaruh tunggal jasad renik maupun pupuk P sangat nyata meningkatkan bobot kering jaringan tebu umur 3 bulan yang ditanam di lapang. Demikian pula pengaruh interaksi pupuk P dan pengapuran.
114 Pemberian jasad renik mampu meningkatkan bobot kering jaringan tebu berturut-turut 27, 35, 35, 38, dan 45 % , masing-masing oleh AspergiZZusfiCMUrn,
P. putida- 1b,T,Al,
P. fluorescens, K. terriguna, dan P. putida- 1L,A4Al.
Peningkatan tersebut nyata jika dibanding dengan perlakuan tanpa inokulasi. Di antara jasad renik sendiri, tidak menunjukkan perbedaan dalam meningkatkan peubah bobot kering jaringan tebu.
JASAD RENlK
Gambar 20. Pengaruh jasad renik terhadap bobot jaringan tanaman tebu umur 3 bulan yang ditanarn di lapang
Tabel 27. Pengamh perlakuan pada Percobaan 5 terhadap bobot jaringan tebu umur 3 bulan Dosis Pupuk, kg P,O, ha-' Jasad Renik
.............. I&,: Kontrol
RP
TSP
kg plot-'
Rataan
................
P. putida-1b T , A l P. fluorescem-1L,A,Ca K. terriguna-1Ll0T,Ca P. putida- 1bA4Al
1.06 1.04 1.41 1.21 1.25 1.09
0.61 0.58 0.69 0.79 0.74 0.90
Rataan
0.61'
1.17'
0 . 7 P O.Wb 0.84
0.59 0.64 0.61 0.67 0.66 0.83
1.01 1.15 1.05 1.04 1.71 1.48
0.89 0.94 0.98 0.80 0.81 0.80
0.56 0.62 0.98 0.99 0.51 0.79
0.76 0.84 0.90 0.88 0.92 0.98
0.67'
1.24b
0.87'
0.76'
0.88
Kontrol A. ficuum-2bTlAl P. putida- 1b T I A l P. jluorescens- 1L,lp,Ca K. terriguna-1LIoTICa P. putida- 1L&Al
0.53 0.72 0.57 0.60 0.67 0.74
1.04 1.10 1.23 1.13 1.48 1.29
0.75 0.76 0.83 0.80 0.77 0.85
0.57 0.73 0.90 0.99 0.67 0.87
0.65" 0.8Y 0.88" 0.88Y 0.W 0.94
Rataan
0.64'
1.2@
0.79" 0.80b
K,: Kontrol A. ficuum-2bT,Al P. putida-1&T,Al P. fluorescenr-1L,A,Ca K. terriguna-1Ll0T,Ca P. putida- 1bA4Al Rataan
0.69 0.85 1.12 0.99 0.83 0.94
0.70 0.82 0.94 0.88 0.87 0.90
0.46 0.79 0.53 0.54 0.67 0.65
A. ficuum-2bT,Al
0.86
Ket. : 1. K,, = Tanpa kapur; Kl = Dengan kapur IxAldd 2. Angka yang diikuti huruf sama menurut kolom (x,y) atau baris (a,b,c) berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan 5 %
Jumlah Tunas Tebu Hasil pengamatan jumlah tunas pada setiap meter juringan tanaman tebu umur
3 bulan disajikan pada Tabel 28. Dari hasil uji sidik ragamnya dapat dilihat bahwa pengaruh tunggal perlakuan maupun interaksi masing-masing perlakuan tyang diberikan idak mempengaruhi jumlah tunas per meter tanaman tebu umur 3 bulan. Tetapi terdapat kecenderungan bahwa pemberian pupuk P (terutama dalam bentuk TSP), jasad renik, dan interaksi antara pemupukan P dengan inokulasi jasad renik menyebabkan jumlah tunas tebu lebih banyak dari pada perlakuan kontrolnya. Pada Tabel 28 dapat dilihat bahwa jumlah tunas tebu umur 3 bulan ini berkisar antara 8 sampai 12 tunas per meter juringan. Pemupukan P dalam bentuk TSP baik yang dikombinasi dengan kapur maupun tidak, mengakibatkanjumlah tunas tebu umur 3 bulan Iebih banyak dari pada tanaman yang dipupuk P dari batuan fosfat dan ataupun kombinasinya dengan jasad renik. Jumlah tunas pada perlakuan pupuk P dalam bentuk TSP berkisar antara 11 sampai 12 tunas tebu per meter juringan, sedangkan pada perlakuan pupuk batuan fosfat berkisar antara 9 sampai 11 tunas tebu.
Tabel 28. Pengaruh perlakuan pada Percobaan 5 terhadap jurnlah tunas tanaman tebu umur 3 bulan
Dosis Pupuk, kg P205ha-' Jasad Renik
TSP
RP
Rataan
................ tunas m" ................ &: Kontrol A. jicuum-2&T,Al
P. putida- 1b T I A l P. fluorescens- 1bA,Ca K. terriguna- 1LloTICa P. putida- 1b A , A l
Rataan
K,: Kontrol A. ficuurn-2bTlAl P. putida- 1b T I A l P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terriguna- 1LloT,Ca P. putida- 1&&A1 Rataan Kontrol A. ficwtm-2LTlAl P. pwida-1 b T I A l P. jluorescens- 1L,A,Ca K. terriguna-1 L,,TICa P. pmunda1L & A l Rataan Ket. : K,, = Tanpa kapur; K, = Dengan kapur IxAldd
Kadar N Tanaman Hasil analisis kadar N jaringan tanaman tebu umur 3 bulan yang ditanam di lapang disajikan pada Tabel 29. Tidak seperti halnya hasil percobaan pada rumah kaca, pada percobaan tapang ini, pengaruh semua perlakuan baik tunggal maupun interaksinya tidak menyebabkan perbedaan yang nyata terhadap kadar N tanaman, tetapi jika dilihat dari nilai rataannya (Tabel 29), maka pemberian pupuk P, kapur, dan jasad renik cenderung menyebabkan nilai kadar N tanaman yang lebih tinggi dari pada kontrol. Secara umum, pemberian TSP dan inokulasi jasad renik
P. fluorescens
menyebabkan kadar N tanaman lebih tinggi dari pada kontrolnya. Pada tanaman jagung umur 4 minggu, jasad renik pelarut fosfat dari kelompok Pseudornonas sp yang diuji oleh Premono dkk. (1991) sangat nyata dalam meningkatkan kadar N tanaman.
Tabel 29. Pengaruh perlakuan pada Percobaan 5 terhadap kadar N tanaman tebu umur 3 bulan
Dosis Pupuk, kg P205ha-' Jasad Renik
K,,: Kontrol A. ficuum-2LT,Al P. pwida- 1LT,Al P. fluorescens-1L,A,Ca K. terriguna- 1L,,T,Ca P. putida- 1b7A4Al
TSP
Rataan
RE'
0.56 0.64 0.71 0.58 0.81 0.63
0.81 0.88 0.82 0.99 0.94 0.88
0.81 0.85 0.92 0.80 0.80 0.81
0.44 0.88 1.05 0.95 0.75 0.86
0.55 0.81 0.88 0.83 0.82 0.79
0.65
0.89
0.83
0.83
0.80
0.53 0.62 0.56 0.92 0.69 0.87
1.12 1.21 1.10 1.24 1.10 0.92
0.70 0.94 0.84 0.79 0.70 0.69
0.91 0.98 0.95 1.06 0.89 1.20
0.82 0.93 0.86 1.00 0.85 0.92
0.69
1.1 1
0.78
0.99
0.89
P. putida- 1k A , A l
0.54 0.63 0.63 0.75 0.75 0.75
O.% 1.04 O.% 1.1 1 1.02 0.90
0.76 0.89 0.88 0.82 0.79 0.75
0.68 0.93 1.00 1.00 0.82 O.%
0.73 0.87 0.87 0.93 0.84 0.82
Rataan
0.68
1.00
0.80
1.24
0.93
Rataan
K,: Kontrol A. jicuum-2&T,Al P. p ~ t i h1-LT,Al P. fluorescens-1L,A,Ca K. terriguna- 1L,,T,Ca P. putida- 1b7A4Al Rataan Kontrol A. jicuum-2b,T,Al
P. putida- 1LT,Al P. fluorescens-1L,A,Ca K. terriguna-1L,,T,Ca
-
-
-
Ket. : K,, = Tanpa kapur ; K, = Dengan kapur IxAldd
Kadar P Tanaman Hasil ananlisis kadar P tanaman tebu umur 3 bulan yang ditanam di lapang disajikan pada Gambar 21 dan Tabel 30.
Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa
hanya perlakuan pupuk P dan interaksinya dengan kapur saja yang s e w a statistik nyata meningkatkan kadar P tanaman tebu umur 3 bulan. Pada perlakuan tanpa kapur maupun dengan kapur, pemberian pupuk P marnpu meningkatkan kadar P tanaman. Tetapi pemberian kapur tunggal tampaknya tidak mempengaruhi kadar P tanaman tebu.
0
UTdP
B0-w
1SORP
w s l 8 P A . kg. G'
Gambar 2 1. Pengaruh pemberian pupuk P dan kapur terhadap kadar P tanaman tebu umur 3 bulan yang ditanam di lapang
Tabei 30. Pengaruh perlakuan pada Percobaan 5 terhadap kadar P tanam& tebu umur 3 bulan
Dosis Pupuk, kg P205&' Jasad Renik
TSP
RP
Rataan
K,,: Kontrol A. ficuum-2bTlAl P. pwida-1 L T , A l P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terriguna- 1LloTICa P. putida- 1b A 4 A l Rataan
K,: Kontrol A. ficuum-2bTlAl P. putida- 1L T , A l P. fluorescens-1 bA,Ca K. terriguna- 1LloT,Ca P. putida- 1b,A4Al Rataan Kontrol A. ficuum-2 L T , A l
P. putida- 1L T I A l P. fluorescens- 1bA,Ca K. terriguna- 1L,,T,Ca P. putida- 1L A , A l Rataan Ket. : 1. K, = Tanpa kapur ; K, = Dengan kapur IxAldd 2. Angka yang diikuti oleh huruf sama menurut baris berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan taraf 5 X
122 Pemberian pupuk P pada dosis 90 kg P205ha" dalam bentuk TSP dan 150 kg P205 ha-' dalam bentuk RP dapat meningkatkan kadar P lebih baik , sedangkan pemberian 90 kg P,05 ha-' dalam bentuk RP belum dapat meningkatkan kadar P tanaman tebu secara nyata. Meskipun perlakuan jasad renik menyebabkan nilai kadar P tanaman lebih tinggi, tetapi secara statistik perbedaan tersebut belum nyata. Jasad renik yang terlihat menonjol dalam meningkatkan kadar P tanaman tebu umur 3 bulan yang ditanam di lapang adalah P. putida- 1t,,T,Al dan P. fluorescens.
Kadar K Tanaman Hasil analisis kadar K tanaman disajikan pada Tabel 31 dm Gambar 22. Hasil uji sidik ragamnya (Tabel Lampiran 8) menunjukkan bahwa kadar K tanaman dipengaruhi oleh inokulasi jasad renik. Pemberian jasad renik mampu meningkatkan kadar K tanaman antara 18 sampai 29 % . Tampaknya P. putida- lh,T,Al lebih baik daripada isolat lain, tetapi di antara jasad renik satu dengan yang lain tidak tampak berbeda nyata dalam peningkatan peubah ini.
Tabel 31. Pengaruh perlakuan pada Percobaan 5 terhadap kadar K tanaman tebu umur 3 bulan Dosis Pupuk, kg P,O, b-' TSP
Jasad Renik
RP
Rataan
K,,: Kontrol A. ficuum-2&TlAl P. putida-l&TIAl P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terriguna- 1LloTICa P. purida- 1b,A,Al Rataan K,: Kontrol A. ficuum-2LJTlAl P. purida- 1&TIAl P. fluorescens- l L,A,Ca K. terriguna- 1Ll,,TICa P. putida- 1b,A,Al
,
Rataan Kontrol A. ficuum-2bT,Al P. putida- 1L T I A l P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terriguna-1 LloTICa P. putida- 1L & A l Rataan Ket. : 1. K, = Tanpa kapur; K, = Dengan kapur 1xAldd 2. Angka yang diikuti huruf sama rnenurut kolorn berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan taraf 5 %
JASAD RENIK
Gambar 22.
Pengaruh jasad renik terhadap kadar K tanaman tebu umur 3 bulan yang ditanam di lapang
Bobot Tebu Hasil pengamatan pada percobaan lapang terhadap bobot tebu disajikan pa& Tabel 32.
Pada Tabel 32 dapat dilihat bahwa baik pengamh tunggaI maupun
interaksinya secara statistik tidak mempengaruhi bobot tebu, tetapi terdapat kecenderungan bahwa pengapuran mampu memperbaiki peubah ini. Demikian pula pemberian pupuk P dan inokulasi jasad renik, terutama oleh P. paida-lL.&AI
dan
K. terriguna. Periode umur tebu yang panjang diduga menyebabkan uji statbtik bobot tebu tidak menghasilkan perbedaan yang nyata, meskipun pada saat berumur
3 bulan bobot jaringannya sangat dipengaruhi oleh jasad renik.
Tabel 32. Pengaruh perlakuan pada Percobaan 5 terhadap bobot tebu saat panen Dosis Pupuk, kg P205ha-' Jasad Renik
RP
TSP
Rataan
.............. ku plot-' ............... 2.99 3.13 2.93 2.83 3.25 3.93
3.43 3.86 3.24 3.56 3.68 3.65
2.69 3.36 2.96 3.69 3.17 2.93
3.04 3.20 3.69 3.54 3.60 3.04
3.04 3.29 3.21 3.41 3.42 3.38
3.17
3.57
3.13
3.35
3.31
3.05 3.03 3.47 3.34 3.22 3.50
3.41 3.68 3.77 3.39 3.52 3.63
3.43 3.42 3.57 3.34 3.64 3.74
3.07 3.15 3.46 3.50 3.80 3.55
3.24 3.32 3.57 3.39 3.54 3.60
3.26
3.57
3.52
3.35
3.44
P. putida- 1LT,Al P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terriguw- 1LloTICa P. putida- 1k & A l
3.02 3.08 3.20 3.08 3.23 3.71
3.42 3.77 3.50 3.47 3.60 3.64
3.06 3.39 3.36 3.51 3.40 3.33
3.05 3.15 3.57 3.52 3.70 3.29
3.14 3.35 3.39 3.40 3.48 3.49
Rataan
3.22
3.57
3.33
3.39
3.38
K,,: Kontrol A. ficuum-2bTlAl P. putida- 1LT,Al P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terrigwra-1 LloT,Ca P. putida- 1b7A4Al Rataan K,: Kontrol A. ficuwn-2bTlAl P. putida-1 &T,Al P. jluorescens- 1L,A,Ca K. terriguna-1LloTICa P. putida- 1bA4AI
Rataan Kontrol A. ficuum-2~T,Al
Ket. : 1. K, = Tanpa kapur; K, = Dengan kapur 1xAldd
Kadar Sukrasa Tebu Kadar sukrosa diukur pada tebu yang telah berumur 11 bulan. pengamatannya disajikan pada Gambar 23 dan Tabel 33.
Hasii
Uji sidik ragamnya
menunjukan bahwa interaksi jasad renik dengan kapur dan dengan pupuk P @at meningkatkan kadar sukrosa. Pada perlakuan tanpa kapur, jasad renik tidak berperan nyata dalam meingkatkan kadar sukrosa tebu, tetapi dengan pengapuran, P. Jruormcens nyata lebih baik dalam meningkatkan kadar sukrosa dibandingkan tanpa inokulasi. Peningkatak kadar sukrosa tersebut mencapai 8 %.
Kemampuan antar jasad renik
sendiri tidak berbeda satu sama lain. Kombinasi perlakuan pupuk TSP dengan jasad renik nyata meningkatkan War sukrosa. Pada kombinasi tersebut P. putida- 1L,T,Al, P. fluorescens, A. ficuurn, K.
terriguna, dan P. putida- 1LA,AI, masing-masing meningkatkan kadar sukrosa 16, 14, 14, 12, dan 3 %.
JASAD RENlK
Gambar 23. Pengaruh jasad renik dan kapur tehadap kadar sukrosa
Tabel 33. Pengaruh perlakuan pada Percobaan 5 terhadap kadar sukrosa tebu - --
Dosis Pupuk, kg P,O, ha-' Jasad Renik
TSP
.............
RP
% sukrosa
Rataan
...............
K,,: Kontrol A. jicuum-2&TlAl P. putida-1 b T , A l P. fluorescens- 1L,A5Ca K. terriguna- 1LloTICa P. putida-1 h7A4Al Rataan
K,: Kontrol A. jicuum-2&TlAl P. putida- 1LzsTIAl P. fluorescens- 1L,A,Ca K. terriguna- 1LloTICa P. putida- 1h7A4Al Rataan Kontrol A. ficuum-2bT,Al
P. putida- 1&T,AI P. fluorescens- 1L,A5Ca K. terriguna- 1LloTICa P. putida- 1b A 4 A I Rataan Ket. : 1. K, = Tanpa kapur; K, = Dengan kapur 1xAldd 2. Angka yang diikuti oleh huruf yang sarna menurut kolom berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan 5 96
Kepekaan P. putida dan P. fluorescens Terhadap Antibiotik Dua spesies dari anggota Pseudomnas dipilih untuk Percobaan 6 dan 7, karena genus ini sering dilaporkan mempunyai resistensi yang tinggi terhadap antibiotik (Moeharjo, 1986; Pelczar dkk, 1986). Spesies yang dipilih addah P.
fluorescens- 1&A,Ca dan P. putida- 1h,T,Al, dengan pertimbangan bahwa kedua jasad renik tersebut dapat dengan cepat (waktu generasi masing-masing 2.4 dan 3.0 jam) dan berpenampilan konsisten pada percobaan I sampai 5.
Uji Kepekaan Hasil uji kepekaan (sensitivitas) kedua jasad renik terhadap antibiotik disajikan pada Gambar 24 dan Tabel lampiran 19. Tampak bahwa jasad renik yang diuji mempunyai kepekaan yang beragam terhadap 5 jenis antibiotik (eritromisin, penisilin, khloramfenikol, teramisin, dan streptomisin). Kedua spesies Pseudornonas yang dipakai ternyata resisten terhadap terarnisin sampai dosis 100 ug ml-' . Terhadap penisilin dan khloramfenikol, keduanya agak resisten. Pada medium kaldu nutrien yang mengandung antibiotik ini, populasi kedua spesies ini menurun drastis mulai pada konsentrasi 80 ug ml-',yang ditunjukkan oleh rendahnya nilai rapat optis suspensi bakteri. Di pihak lain terhadap eritromisin dan streptomisin, kedua Pseudomonus tersebut sangat peka, yang ditunjukkan oleh
f 29
rnenurunnya populasi biakan dengan drastis pada konsentrasi streptomisin 20 ug d1
dan eritromisin 40 ug ml*'. Penisilin dan khloramfenikol dipilih sebagai antibiotik yang akan digunakan untuk penanda (marker) jasad renik. Pemilihan tersebut didasarkan pada tolemmi jasad renik terhadap kedua antibiotik tersebut, yang menunjukkan kemungkinan bahwa bakteri tersebut mernpunyai enzim pengurai kedua jenis antibiotik (penisilinase dan khloramfenikolase).
XONSENTRABI ANTIBIOTIK, ug.
Gambar 24.
orl-I
Hasil uji kepekaan Pseudornonus terhadap firna macam antibiotik
130 Terarnisin tidak dipilih karena sama sekali tidak menimbulkan penurunan populasi jasad renik, sedangkan streptomisin dan eritromisin tidak dipilih karena jasad renik terlalu peka terhadap antibiotik tersebut.
Adaptasi pada Medium Antibiotik Kedua spesies Pseudomonas diadaptasikan secara bertahap- bertingkat pada medium tumbuh yang mengandung campuran antibiotik penisilin dan khloramfenikol (1 :1, bobot) sarnpai tingkat konsentrasi 1000 ug mi-', seperti telah dikemukakan pada
Bab Bahan dan Metode. Pseudomonas yang tahan pada tingkat konsentrasi tinggi dinamai Pseudomonas-Mt (Mt = mutant) untuk mernbedakannya dari tipe liarnya (wild type). Populasi jasad renik pada setiap tingkat konsentrasi campuran antibiotik disajikan pada Gambar 25 dan Tabel Lampiran 20. Pada gambar tersebut, secara umum tampak bahwa pada tingkat konsentrasi campuran penisilin dan khlorarnfenikol 250 ug ml-' populasi kedua Pseudomonas belum terpengaruh, tetapi pada medium dengan konsentrasi antibiotik tinggi (di atas
400 ug ml-I), jumlah sel yang bertahan hanya berkisar 1.5 %. Titik kritis populasi Pseudomonas pada medium ini berada pada konsentrasi,carnpuran antibiotik penisilin dan khloramfenikol 300 ug rnl-'. Sarnpai tingkat konsentrasi campuran antibiotik 250 ug ml-', populasi P. putida lebih tinggi daripada
tetapi sebaliknya pada tingkat konsentrasi
131
di atas
400 ug ml".
Pada tahap ini terlihat bahwa, P. jlimrescens relatif lebih
mudah beradaptasi daripada P. putida.
Gambar 25. Populasi Pseudomonas pada medium berantibiotik
Percobaan 6. Stabilitas Mutan Pseudomonas (Pseudomonm-Mt) Pada Medium Non-antibiotik
Pseudomonas-Mt (P. putida-Mt dan P. fluorescens-Mt) yang ditumbuhkan pada medium non-antibiotik diuji stabilitas resistensinya terhadap campuran penisilin dan khloramfenikol pada tingkat konsentrasi 5W ug ml-l. Pemilihan tingkat konsentrasi ini
berada di atas titik kritis populasi Pseudomonas pada medium berantibiotik dosis tinggi, yang ditunjukkan pada Gambar 25. Hasil pengamatannya disajikan pada Tabel 34.
Tabel 34. Uji stabilitas Pseudomnas-Mt dalam medium tanpa antibiotik
Populasi Mutan P. fiuorescens-Mt
Medium Tumbuh
P. pununda-Mt
Hari ke +ANT
............ Tanpa Antibiotik (-ANT)
5 10 15 20 25 30
Dengan Antibiotik (+ANT)
5 10 15 20 25 30
-ANT
+ANT
x 10" CFU mi-'
-ANT
.............
Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa Pseudomonas-Mt yang ditumbuhkan dalam medium kaldu nutrien mengandung campuran antibiotik penisilin dan kloramfenikol (1: I), populasinya cenderung menurun menurut waktu. Setelah masa inkubasi selama 15 hari, populasi P. fluorescens-Mt stabil pada tingkat (5-7) x 1012sel ml-', sedangkan P. putida pada periode tersebut mempunyai populasi yang lebih rendah,
133 yakni (0.6-2.9) x 1012 sel ml-I.
Hal tersebut menunjukkan bahwa sifat resistensi
antibiotik yang dimiliki Pseudomonas dapat dipertahankan pada medium berantibiotik. Jika Pseudomonas-Mt ditumbuhkan pada medium kaIdu nutrien yang tidak mengandung antibiotik, maka setelah selang beberapa waktu, hasil uji resisitensi antibiotiknya menunjukkan kestabilan yang berbeda antara P. fluorescens-Mt dan P.
putida-Mt . Pada Tabel 34 tampak bahwa sifat resistensi antibiotik yang dimiliki oleh P.
fluorescens-Mt hanya bertahan sampai 15 hari, jika jasad renik tersebut ditumbuhkan dalam medium kaldu nutrien
non antibiotik.
Artinya jika
P. fluorescens-Mt
ditumbuhkan dalam medium kaldu nutrien non antibiotik, maka setelah 15 hari jasad renik ini akan kehilangan sifat resistensinya terhadap campuran penisilin dan khloramfenikol pada konsentrasi 500 ug ml" di dalam medium kaldu nutrien. Sedangkan P. putida-Mt masih memiliki sifat resisten terhadap antibiotk sampai hari ke 30 inkubasi, meskipun jumlah sel yang resisten semakin sedikit. Sifat yang dimiliki oleh P. fluorescens ini agak unik, karena jasad renik ini lebih mudah beradaptasi terhadap campuran penisilin dan khloramfenikol daripada P. putida (Tabel 33). Tetapi ternyata stabilitas resistensi antibiotik P. fluorescens ini lebih rendah daripada
P. putida.
Percobaan 7. Uji Ekologi Pseudomonas-Mt dalam Tanah Masam
Pada perwbaan ini Pseudomonas-Mt yang d iinokulasikan ke dalarn tanah masam, selanjutnya populasinya diamati dengan metode pencawanan langsung menggunakan medium agar nutrien yang mengandung campuran antibiotik penisilin dan kloramfenikol (1: I) pada tingkat konsentrasi 500 ug ml''.
Hasil
pengamatannya disajikan pada Tabel 35.
Tabel 35. Populasi Pseudomonas-Mt setelah diinokulasikan ke dalam tanah
Medium Hari ke
Dengan Antibiotik P.fluorescens P.putida Kontrol
..................
Tanpa Antibiotik P.jluorescens P.putida Kontrol
x lo6 CFU g-' tanah
............
135 Pada Tabel 35 dapat dilihat bahwa ternyata Pseudomonas-Mt yang diinokulasikan pada tanah masam masih bertahan hidup sampai hari ke 30 inkubasi, meskipun populasinya cenderung menurun.
Menurunnya populasi Pseudomonas-Mt lebih
disebabkan oleh tidak stabilnya sifat resistensi antibiotik yang dimiliki oleh sebagian Pseudomonas-Mr. Jasad renik yang diinokulasikan ke dalarn tanah (Pseudomonas) mampu hidup dan berkembang biak cukup baik. Hal tersebut dapat dipahami dengan mengkaji populasi bakteri pada kontrol (tanah tanpa diinokulasi mutan) dalam medium agar cawan yang mengandung campuran penisilin dan khloramfenikol 500 ug ml-' (Tabel 35). Ternyata tidak satupun koloni bakteri tanah mampu tumbuh pada medium yang mengandung antibiotik tersebut. Pada Tabel 35 dapat dilihat bahwa Pseudomonas yang tumbuh dalam medium agar nuuien tanpa antibiotik, adalah campuran Pseudomunas-Mt yang diinokulasikan dengan Pseudomonas penghuni asli tanah tersebut. Tampak bahwa Pseudomonas dapat tumbuh dengan baik dan diharapkan mampu beraktivitas sesuai karakter yang dimilikinya. Percobaan ini membuktikan bahwa perubahan sifat tanah yang berhubungan dengan status P, serta perbaikan sifat agro-nomi tanaman tebu pada pertanaman yang diinokulasikan dengan jasad renik pelarut fosfat dapat dipastikan karena jasa dari jasad renik tersebut, terutama untuk jasad renik dari genus Pseudomonas.
Pembahasan Umum Metode penyuburan yang digunakan untuk mengisolasi JRPP pada penelitian ini ternyata mampu menyumbang 40 % terhadap total JRPP yang terkoleksi dan 30 % terhadap JRPP yang 1010s seleksi, yang didominasi oleh cendawan. Ini menunjukkan bahwa metode ini dapat digunakan untuk mengisolasi JRPP, terutama dari golongan cendawan. Metode ini memungkinkan mengisolasi JRPP dengan menggunakan AIPO, atau FePO, sebagai satu-satunya sumber P. Kelemahannya adalah memerlukan tahap yang lebih panjang daripada metode pencawanan langsung yang telah dikenal selama ini. Jasad renik yang dicoba pada Percobaan 1, 2, 3, 4, dan 5 menunjukkan kemampuan yang beragam, dengan konsistensi kemampuan yang beragam pula. Pada tanah bereaksi basa, kemampuan cendawan Aspergillus ficuum dalam meningkatkan P tersedia jauh lebih baik dari pada semua bakteri yang dicobakan, sedangkan pada tanah masam, bakteri terutama Pseudomonas putida dan Pseudomonas j7uorescens tampak lebih baik daripada cendawan. Dominansi A. ficuum pada tanah bereaksi basa diduga karena bentuk Ca-P yang dominan pada tanah tersebut relatif mudah dilarutkan
daripada Al, Fe, maupun
Occluded-P yang lazim terdapat pada tanah masam. Dugaan ini didukung oleh hasil fraksionasi tanah setelah diinokulasi dengan jasad renik (disajikan pada Tabel 10). Ternyata A. ficuum lebih banyak melarutkan senyawa Ca-P daripada A1 maupun Occluded-P.
Meskipun fraksionasi P ini hanya dilakukan pada tanah masam, tetapi -
137 paling tidak mampu memberikan gambaran transformasi P anorganik dalam tanah yang disebabkan oleh inokulasi jasad renik pelarut P. Dari tujuh macam asam organik yang dianalisis (sitrat, oksalat, butirat, propionat, format, suksinat, dan asetat) yang dihasilkan oleh jasad renik dalam medium tumbuh Pikovskaya dengan sumber P batuan fosfat, ternyata hanya A. ficuum yang menghasilkan asam sitrat. Domsch dkk. (1991) juga mengemukakan bahwa beberapa genus Aspergillus menghasilkan asam sitrat dan oksalat. Demikian pula Goyal dkk. (1982), yang menemukan bahwa Aspergillus awamori mampu melarutkan senyawa P karena cendawan tersebut menghasilkan asam sitrat. Semua jasad renik yang diuji menghasilkan asam format, tetapi laporan-laporan terdahulu mengemukakan bahwa asam organik ini kecil sekali peranannya dalam peningkatan P tersedia tanah (Traina dkk., 1986; Hue dkk., 1986; Fox dkk., 19W, 1990'').
Lemahnya pengaruh asam format ini disebabkan karena asam ini berantai
pendek, berkarbon satu, mudah menguap, dan sangat mudah dirombak oleh jasad renik yang memil iki enzim hidrogen liase, sehingga keberadaannya di dalam tanah tidak dapat bertahan lama. Asam suksinat, propionat, butirat, dan oksalat dihasilkan dalam jumlah yang bervariasi, tetapi tidak satupun jasad renik yang diuji ini menghasilkan asam asetat. Ini dapat dimengerti , karena asetat merupakan salah satu hasil fermentasi, yang banyak dibentuk oleh jasad renik pada kondisi kurang oksigen, sehingga NADH, yang terbentuk pada reaksi glikolisis ataupun lintasan metabolisme yang lain akan mereduksi asetil coA menjadi asam asetat.
138 Meningkatnya P tersedia dan P mudah larut (ekstraksi NH,CI) erat kaitannya dengan asam-asam organik yang dihasilkan oleh jasad renik pelarut fosfat tersebut. A. ficuum menghasilkan asam sitrat dan suksinat.
Menurut Nagarajah dkk. (1970), Hue
dkk. (1986) dan Fox dkk. (1990'; 199@), asam sitrat dan oksalat sangat kuat dibanding dengan asam organik berbobot molekul rendah lainnya dalam meningkatkan mobilitas aluminium dan besi, serta melarutkan P melalui mekanisme persaingan erapan maupun pembentukan senyawa kompleks Al-ligan dan Fe-ligan. Tetapi pada penelitian ini, A. ficuum yang menghasilkan asam sitrat tidak mampu mengurangi senyawa AI-P tanah masam, tetapi sangat baik dalam melarutkan Ca dan Fe-P. Pseudomonas jluorescens, P. putida- 1b,T,Al, dan K. terriguna menghasilkan asam oksalat. Kedua Pseudomonas lebih baik dalam meningkatkan P larut, tetapi hanya
K. terriguna saja yang mampu mengurangi AI-P tanah, itupun dengan nilai yang rendah, yakni sekitar 5 %. Secara umum dapat dikemukakan, bahwa semua jasad renik yang dicobakan pada tanah masam mampu meningkatkan P larut, dengan cara melarutkan Fe, Ca, dan Occluded-P. Al-P sulit dilarutkan, meskipun beberapa jasad renik menghasihn asam sitrat dan oksalat. Upaya mengaitkan peubah transformasi P anorganik di dalam tanah dengan peubah asam organik yang dihasilkan oleh jasad renik akan lebih akurat jika menggunakan medium yang sarna. Agaknya faktor inilah yang mengaburkan keterkaitan kedua peubah tersebut, sehingga terjadi penyimpangan-penyimpangan, yang seolah-olah
139 bertentangan dengan hasil penelitian Nagarajah dkk. (1970), Hue dkk. (1986) dan Fox dkk.(1990"; 1990b). Pada Percobaan 1 dan 2, perlakuan jasad renik, kapur, rnaupun bahan organik tidak menyebabkan peningkatan P yang diekstraksi dengan air, meskipun pada kedua percobaan tersebut, pengaruh jasad renik nyata meningkatkan P terekstrak Olsen (Percobaan 1) dan P terekstrak Bray (Percobaan 2). Hal tersebut menunjukkan bahwa P yang telah dilarutkan oleh jasad renik masih berada dalam jerapan lemah pada permukaan koloid tanah. Ikatan P-koloid tersebut dapat bempa ikatan elektrostatik yang meiibatkan sisa muatan positif koloid yang tidak tertutup oleh rnuatan negatif anion organik. Ortofosfat pada ikatan tersebut tersedia untuk tanarnan, yang rnampu diekstrak dengan larutan Bray (tanah masarn) ataupun Olsen (tanah basa), tetapi tidak dapat diekstrak dengan air. Pemberian kapur pada tanah masam secara urnum marnpu mernperbaiki penampilan JRPP dalarn meningkatkan P Bray. Demikian pula pemberian bahan organik. Kapur dapat memperbaiki lingkungan kimia tanah ternpat hidupnya JRPP, sedangkan bahan organik merupakan surnber energi dan penyusun kerangka karbon bagi sel JRPP, yang kesemuanya bersifat heterotrof. Pengujian jasad renik pada tanarnan tebu yang ditanam pada tanah masam digambarkan pada Percobaan 3, 4, dan 5. Hampir sernua peubah yang diamati bersifat positif dalam memperbaiki pertumbuhan tanaman tebu. _Pseudomonas fuorescens dan P. putida-lh,T,Al
cukup konsisten dalam
meningkatkan bobot kering jaringan dan tinggi tanarnan tebu umur 3 bulan, tetapi pada
140 percobaan rumah kaca (Percobaan 4) keduanya kurang memuaskan dalam memperhaiki kadar P total tanaman.
Tetapi kedua jasad renik tersebut paling tinggi dalarn
meningkatkan efisiensi serapan TSP, yang diukur dengan teknik radio isotop 32Ppada Percobaan 3.
Kedua hasil tersebut agak sulit dihubungkan, karena Percoban 3
mengevaluasi tanaman tebu sampai umur 6 minggu, sedangkan Percobaan 4 sampai umur tebu 12 minggu. Diduga bahwa pada umur yang lebih tua, kemarnpuan akar menyerap P tanah menjadi semakin baik, sehingga secara total kadar P tanaman dapat saja tidak berbeda nyata. Namun demikian, jika dirunut maka kemungkinan P tanaman asal pupuk akan lebih banyak daripada P asal tanah, seperti yang dibuktikan pada Percobaan 3. Pada percobaan lapangnya (Percobaan 5 ) , semua jasad renik mampu memperbaiki kadar P tanaman tebu. Hasil tersebut diperkuat oleh hasil Percobaan 2, yang menunjukkan bahwa JRPP mampu meningkatkan P terekestrak Bray pada tanah masam. Peningkatan kadar N dan K tebu pada semua perlakuan jasad renik lebih disebabkan oleh membaiknya kondisi tanaman. Vancura (1989) mengemukakan bahwa
P. putida dan P. fluorescens disamping melarutkan P juga menghasilkan zat pengatur tumbuh seperti auksin, giberelin, dan senyawa sejenis. Hasil penelitian Premono dkk. (1991) dan Buntan (1992) juga menunjukkan bahwa JRPP dapat meningkatkan serapan N dan K tanaman jagung.
Pemberian kapur pada semua tingkat pemberian P pada Percobaan 3 mampu memperbaiki efektivitas A. ficuum, K. terriguna, dan P. purida-lLA,Al, tetapi kurang dapat mendorong penampilan P. putida- 1h,T,AI dan P. fluorescens dalam meningkatkan
141 bobot kering dan kadar P tebu. Hasil yang mirip juga tampak pada pengarnatan peubah kadar N tanaman Percobaan 4. Fenomena ini berhubungan dengan ekotipe jasad renik, yang erat berkaitan dengan lingkungan secara mikro. Peubah-peubah yang lain tidak dipengaruhi oleh interaksi jasad renik dengan pengapuran. S e w a umum, pada hampir semua percobaan ( 1 , 3 , 4 , dan 5) perlakuan kapur cenderung memperbaiki pertumbuhan tebu. Dari Percobaan 3 sampai 5, pada hampir semua peubah yang diarnati, pemberian TSP dapat memperbaiki pertumbuhan tebu dengan jauh lebih baik daripada RP, kecuali peubah kadar sukrosa. Ini dapat dimengerti karena P TSP lebih mudah tersedia dari pada P batuan fosfat, dan agaknya pengaruh pengasaman (acidulation) RP oleh jasad renik pada penelitian ini masih belum mampu mengimbangi ketersediaan P TSP. Namun demikian, penggunaan jasad renik mampu meningkatkan lima kali lipat nilai kesetaraan P tersedia TSP terhadap P tersedia RP, terutama oleh P. fluoresceas. Pemberian jasad renik juga meningkatkan efisiensi serapan P pupuk TSP sampai dua kali lipat, terutama oleh P. putida-1 L,A,Al dan P. jkoresceas.
Peningkatan
tersebut cukup meyakinkan, meskipun nilai efisiensinya rendah, yaitu 3.87 $5. Konsistennya peranan P. putida dan P. fluorescenr pada Percobaan 1 sampai 5 dapat pula dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan jasad renik tersebut. Kedua spesies bakteri tersebut mempunyai pertumbuhan yang sangat cepat, dengan waktu generasi kurang dari 3 jam. Unggulnya P. putida dan P. fluorescenr akan menguntungkan karena kedua spesies tersebut merupakan rhizopseudomonas, yang diisolasi dari permukaan akar
142,
(rhizoplane). Jasad renik yang hidup di daerah tersebut akan menguntungkan bagi tanaman atau jasad renik itu sendiri.
Tanaman secara langsung dan cepat *at
merasakan pengaruh positif jasad renik, sebaliknya jasad renik dapat memperoleh eksudat akar sebagai sumber karbon organik. Pseudomonas putida- lb,T,AI dan P. fluorescens yang telah ditandai (diberi marker) dengan sifat resisten terhadap antibiotik dosis tinggi pada Percobaan 6 dan 7, dapat digunakan untuk mendukung peranan jasad renik terhadap fenomena-fenomena yang terjadi pada Percobaan 1, 2, 3, 4, dan 5. Pada Percobaan 6 dapat diketahui bahwa sifat res isten terhadap antibiotik yang dimiliki oleh P. fluorescens hanya stabiI sampai 15 hari, sedangkan pada P. purida sampai 30 hari.
Tetapi pada Percobaan 7, kedua isolat masih menunjukkan
kestabilannya sampai 30 hari. Hal tersebut dapat saja terjadi karena ekosistem tanah mampu memberikan lingkungan yang lebih sesuai bagi sifat resisten yang dimiliki oIeh jasad renik terhadap antibiotik, terutama dalam ha1 aerasi dan terdapatnya senyawa alami (di antaranya antibiotik) yang dihasilkan oleh mikrobiota lain. Adanya antibiotik di dalam tanah dapat berfungsi sebagai agen penginduksi enzim pengurai antibiotik yang dimiliki jasad renik. Meskipun sifat utama mutan Pseudomonas dapat saja berubah dari tipe liarnya, tetapi besar kemungkinan sifat adaptasinya terhadap lingkungan ekosistem baru tidak berbeda satu sama lain. Sehingga, terjadinya transformasi P anorganik tanah,
143 meningkatnya P tersedia, kadar hara tanaman, serta membaiknya pertumbuhan tebu dan
efisiensi serapan P pupuk pada Percobaan 1, 2, 3, 4, dan 5 memang tidak lepas dari peranan jasad renik yang diinokulasikan.