ISEFID Review, Volume.1 No.1
Kecukupan Emas Untuk Dinar - Dodik
1
ISEFID Review, Volume.1 No.1
Kecukupan Emas Untuk Dinar - Dodik 1. Pendahuluan
KECUKUPAN EMAS UNTUK DINAR DAN RASIONYA DENGAN DIRHAM STUDI KASUS INDONESIA Dodik Siswantoro Departement of Economic, University Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstract In the year of 2000s, there is a great issue to reuse gold as money or at least as monetary reserve or back up system. History has shown that money which is backed up by gold or as goldmoney itself is more stable compared to the fiat money. In this case, Indonesia as a big gold producer should realize this phenomenon. The paper tries to explain the feasibility and adequacy of gold as money exchange in Indonesia, and the ratio between dinar (gold money) and dinar (silver money). The result shows that actually gold in Indonesia is quite enough to be used as money, in condition that it must be supported by activities that are not only creativy money supply. In addition, the ratio of dinar and dirham may exist again in stable condition, since the value of gold may increase again as it is used in monetary sector.
Keyword: Dinar, Dirham, Money, Moneter
Merupakan suatu tanda tanya besar mengapa emas dan perak pada umumnya selalu digunakan sebagai mata uang dan standar pada zaman dulu. Tidak ada sejarah yang tepat kapan pertama kalinya manusia menggunakannya. Walaupun pada zaman Yunani juga dikenal uang kertas, namun hal ini bersifat sebagai check (dari bahasa Arab) bukan sebagai mata uang yang digunakan secara operasional. Ada hal yang masih mengganjal dalam penggunaan emas sebagai mata uang. Pertanyaan yang mungkin muncul adalah apakah jumlah emas yang tersedia memadai untuk mengukur segala jenis produksi dan jasa di muka bumi ini. Ditambah, di dalam ayat Qur'an banyak disebutkan kata emas, diperlukan tafsiran empirikal untuk hal ini. Disamping kata emas juga dipersandingkan dengan perak (Ali Imran: 14, At Tauba: 34), ada apa di balik ini gerangan? Di negara-negara maju pun penggunaan emas digunakan untuk mata uang pada tahun 1800-an, misalnya (Oppers, 2000) rasio emas dan perak di Spanyol 1786-1861 (1:16.61), Amerika 1792-1834 (1:15) dan 18341861 (1:16), Prancis 1803-1873 (1:15.5), Austria-Jerman 1786-1857 (1:15.29) dan Rusia 1764-1873 (1:15) (lihat figure 1 dan tabel 14). Dapat dikatakan bahwa rasionya berkisar pada 1:15-17 yang sebenarnya sudah pernah terjadi pada zaman pemerintahan Islam pada zaman Ibnu Faqih (800-an).
Kertas kerja ini dipresentasikan di seminar University of Malaya, Malaysia pada tanggal 15 September 2002. Ucapan terima kasih pada Handi Risza atas komentar dan kritiknya pada draft awal.
2
ISEFID Review, Volume.1 No.1
Kecukupan Emas Untuk Dinar - Dodik
Figure 1
Sumber: Oppers (2000) Terlebih-lebih pada ayat 91 surat Ali Imran yang menjelaskan ilustrasi jumlah emas yang ada di bumi berkaitan dengan pengukuran:
@AB وDAEرض ذهJء اMN OهPQ أSN METU SVW رDX آO@ا وهZDN[وا وX آSU\Bإن ا SU[_D` SN OaB DN وObB\اب أd OaB efB أوgى ﺏPjWا Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekalikali mereka tidak memperoleh penolon (3:91)
Dapat dikatakan bahwa ini merupakan standar pengukuran, terkait juga dengan aktivitas yang tidak sesuai dengan syari'ah Islam (kafir) misalnya margin trading, spekulasi, memungut suku bunga, dan bubble ekonomi lainnya. Karena pada dasarnya kegiatan ekonomi tersebut tidak riil dan hanya berdasarkan pada penggelembungan ekonomi semata atau hanya akan menambah jumlah uang di sektor keuangan yang tidak mempunyai nilai tambah pada sektor riil yang seharusnya diperhatikan. Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam paper ini. Namun demikian, AlGhazali dalam bukunya (Ihya Ullumuddin 2), mengatakan bahwa uang seperti cermin yang tidak mempunyai warna, tapi dapat merefleksikan semua warna. Namun dalam penerapannya cukup sulit memahami konsep ini. Di dalam sejarah, pemikir Islam yang membatasi uang hanya pada emas dan perak adalah Abu Hanifah, Abu Yusuf, Mujahid, Nakha'I, Nabhani, dan Baqir Sadr. Sedangkan kelompok yang tidak membatasi uang hanya emas dan perak adalah Shaybani, Ibn Taymiyyah, Ibn Hazm, Laith ibn Sa'ad, Al-Zuhri, Yusuf Qardhawi dan Muhammad Taqi Usmani. Lain halnya yang pernah terjadi di barat. Terdapat 2 kelompok yang saling bertentangan yang hidup pada periode yang sama. Pada tahun 1800-an di barat ada 2 kelompok besar, yang satu dapat disebut sebagai defender of gold and silver "Bullionist", "the currency school" sedangkan yang lainnya "Anti-Bullionist", "the banking school". Kelompok yang pertama adalah Henry Thornton, David Ricardo, John Wheatley, Lord Samuel Jones Loyd Overstone, Thomas Joplin, James R. McCulloch, Samuel Montiford Longfield dan Amasa Walker. Sedangkan kelompok kedua diusung oleh Colonel Robert Torrens, James Mill, Thomas Tooke, John Fullarton, dan John Stuart Mill. Maka debat pendapatpun terjadi, kelompok pertama mengatakan bahwa uang tanpa emas akan menimbulkan inflasi sedangkan kelompok kedua menolak pendapat pertama ini dengan mengeluarkan "the Real Bills
3
ISEFID Review, Volume.1 No.1 Doctrine" dengan prinsip reflux-nya. Yang isinya antara lain bahwa inflasi yang terjadi oleh uang kertas akibat ekses uang adalah sementara dan akan hilang dengan sendirinya. Pada saat itu terjadi perang Napoleon yang menurut "Anti-Bullionist" tidak dapat dijadikan sebab penggunaan uang kertas menyebabkan inflasi. Namun setelah perang tersebut berakhir ternyata malah terjadi deflasi, berbeda dengan hipotesanya "Bullionist". Menurut Sherman (1983), hal itu merupakan fenomena wajar yang juga terjadi pada perang lainnya, misalnya perang sipil (1861-1865) dan perang dunia I (1914-1918). Jadi pendapat "Bullionist" tidak dapat disalahkan. Ditambah uang kertas memang cenderung meningkatkan inflasi secara umum. Pada hakekatnya mata uang tidak boleh ditimbun dan apabila digunakan uang emas, kadar emasnya tidak boleh dicampur dengan yang lain. Dalam hal ini diperlukan manusia yang paham dan mengerti tentang syari'ah Islam agar terwujudnya sistem ekonomi yang Islami. Pada dasarnya, tulisan ini akan mengulas tentang 2 topik disebutkan di atas, kecukupan dan rasio antara dinar dan dirham. Perlu adanya kajian lebih lanjut dalam hal persiapan penggunaan dinar dan dirham kembali di muka bumi ini, khususnya di Indonesia.
Kecukupan Emas Untuk Dinar - Dodik (Vadillo 1996). Namun demikian penggunaan tembaga banyak yang dicampurkan pada dinar. Sehingga hal ini menimbulkan suatu fenomena uang dinar dengan kualitas yang rendah menggeser atau menghilangkan dinar dengan kualitas yang asli dan bagus. Fenomena ini dinamakan "hukum Maqrizi's" (Ghazali 1991). Hal serupa terjadi pada tahun 1500-an di Inggris, yang kemudian diintepertasikan oleh Sir Thomas Gresham. Walaupun berat dinar dan dirham sudah distandarkan oleh Umar bin Khattab dengan rasio 7 : 10 Atau dengan kata lain berat dinar menjadi 4.25-4.3 gram sedangkan berat dirham adalah sekitar 3 gram. Namun masih ada juga dinar dan dirham dengan dengan berat dan kharakteristik yang berbeda (lihat tabel 1). Namun demikian Rasulullah SAW mengisyaratkan bahwa dalam pertukaran dinar dan dirham walaupun jumlah mungkin berbeda namun beratnya harus sama.1 Karena pertukaran dinar dan dirham yang berbeda, dengan berat yang berbeda pula dapat dikategorikan riba. Mengenai ukuran 22 karat merupakan suatu kebijakan yang mungkin berdasarkan hadis yang mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib mengurangi nilai dinar sebesar 2 karat2 atau reformasi moneter yang dilakukan oleh Abdul Malik (dengan menetapkan 1 mitsqal = 22 karat).
2. Karakteristik singkat dinar dan dirham Penggunaan emas dan perak secara eksplisit dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Hal ini tertera di dalam hadis dan beberapa riwayat. Dinar dan dirham ini merupakan salah satu mata uang terhebat yang pernah ada di dunia (Mundell 1999). Dinar pertama kali timbul pada tahun 694 dan distandarisasikan pada tahun 697 kecuali di Afrika utara dan Spanyol. Beratnya sekitar 4.25 gram berdasarkan rata-rata Byzantium solidi. Sedangkan dirham yang pertama dikenalkan pada tahun 695. Ini dapat dikatakan diadopsi dari Sasanian dengan berat sekitar 3.5-4 gram. Kemudian yang lebih lanjut adalah fals, pertama kali diperkenalkan pada tahun 707, berasal dari follies Yunani. Fals ini terbuat dari tembaga dengan berat sekitar 3.5 gram
1 2
Hadis diriwayatkan oleh Malik No. 1153 Hadis diriwayatkan oleh Abu Daud No. 1711
4
ISEFID Review, Volume.1 No.1 Tabel 1 Series Iraq Khurasan Nishapur Damascus Jibal Isfahan Cordoba Shirwan Spain Egypt
Denominati on Dirham Dinar Dirham Fals Dinar Dirham Dirham Dirham Dinar Dinar
Kecukupan Emas Untuk Dinar - Dodik 3. Perkiraan jumlah emas di Indonesia dan di bumi
Weight (grams) 1.96-2.931 1.519-5.583 1.696-8.519 2.871-3.893 4.012-4.461 2.383-3.995 2.922-2.929 2.832 4.087 4.012
Sumber: The American Numismatic Society Dalam kaitan dengan surat Ali Imran ayat 75 yang memuat satu kata dinar. Al Kortoby menafsirkannya sebagai berikut
... ،eABـ|ون ذAb~U @نAN~B وا،SbNJ واSﺉDzBب اDjtB اM أهuW أنvBDwZ [Exأ ؛eB\@ن آN~Bن اD\آ[ وإن آBDب ﺏDjtB اM أهx و.Oawb~ بDj اـuEbW [bXZ vN P و.OVd وا أ.BDB اvVd مtB[ج اzW ،[ أآOabW `DbzBن اJ وﺱSN تDEQ [اط ﺙثbTB واD[اb [ونd وwرﺏW رDUPB اDN وأ.رDTBا ... gbVd ~N @ وه،EQ @نwEن وﺱDj اﺙgd@~~W ،[bwBا Beliau berpendapat bahwa satu dinar menggunakan 24 karat. Pada saat ini hal ini juga masih menjadi perdebatan (lihat di www.e-dinar.com dan penetapan dinar oleh murabitun movement).
Hal yang mungkin masih merisaukan adalah apakah jumlah emas yang di Indonesia dan bumi ini memadai untuk digunakan sebagai mata uang. Di samping komposisi produsen emas sudah berubah dari tahun 1970 hingga tahun 2000-an (lihat table 13). Dalam paper ini akan dibahas secara garis besar dan mendasar yang disertai adanya asumsi-asumsi yang juga harus dipatuhi. Hal-hal yang perlu dijadikan pertimbangan adalah: a. Tidak semua asset harus diback-up oleh uang. Hal ini sepertinya sudah menjadi kesalahan bahwa apabila digunakan uang emas maka semua asset harus diback-up. Bila melihat uang di dalam perusahaan, pada umumnya hanya 5 % dari total asset. b. Instrumen keuangan yang digunakan haruslah yang tidak mendukung pada penciptaan uang (money supply), misalnya suku bunga, spekulasi, margin trading dan lain sebagainya. Di samping transaksi tersebut tidak berdasarkan pada syariat Islam yang jelas (maqasid asysyari'ah) juga tidak memberikan nilai tambah pada ekonomi secara riil dan tidak berpihak pada rakyat banyak (seharusnya berprinsip pada maslahah mursalah). Oleh karena itu di dalam penggunaan dinar dan dirham ini haruslah juga didukung oleh Islamic human (tidak harus orang Islam), namun orang-orang yang mengerti dan paham tentang kegunaan uang sesuai dengan syariat Islam. Implikasi lainnya adalah dengan menghilangkan pengakuan untung dan rugi pada akuntansi yang digantikan dengan sistem reserve dan definisi ulang kata mata uang asing bagi dinar dan dirham (Rashid, et.al., 2002). Sehingga sistem yang ada juga mendukung untuk diterapkannya syariat Islam secara kaffah. Terkait dengan kesediaan emas untuk mata uang dinar, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
5
ISEFID Review, Volume.1 No.1
Kecukupan Emas Untuk Dinar - Dodik
Table 2 Produksi Emas Tahun
Indonesia (juta ons)
Kurs $
1996
Dunia (juta ons) 75
2.7
1997 1998 1999 2000 2001
80 82 82 83 84
2.8 4.7 4.1 4 3.9
2329.591 2869.917 10152.26 7813.417 8364.275
Harga emas 1 once 388.1117
331.2069 294.0506 278.6387 279.021 10190.87 270.6906
Jumlah +an Emas 2441
Penambahan uang beredar
2661 14030 8926 9335 10758
5937 12970 16959 14018 n.a
1680
Sumber: www.goldsheetlinks.com, Pacific Commerce database Keterangan: Jumlah +an (penambahan) emas dan penambahan uang beredar dalam milyar Rupiah Uang kartal = uang kertas dan logam, uang giral = giro yang sewaktu-waktu dapat diambil dengan cek
Pada keadaan normal pada tahun 1996, sebenarnya emas dapat digunakan untuk memback-up uang. Apabila diteliti lebih lanjut, misalnya uang yang beredar di sektor riil tentunya nilainya akan semakin berkurang. Di samping suku bunga yang tidak begitu tinggi (lihat table 16). Penyebab bertambahnya uang antara lain disebabkan oleh tagihan (obligasi) yang termasuk di dalamnya suku bunga (lihat table 15). Berkaitan dengan hal ini, dalam teori ekonomi neo-klasik akan didapat persamaan: MV = PT dimana: M = jumlah uang beredar pada satu perode (M1) V = kecepatan peredaran uang P = harga rata-rata satu perode T = banyaknya transaksi per periode.
Oleh karena itu M1 (termasuk uang kartal) sangat tergantung sekali oleh factor V, P dan T. Sangat tepat bila didalam qur'an digambarkan bahwa kekayaan jangan hanya beredar pada sekelompok orang saja (59:7) atau pelarangan penimbunan yang hanya akan memperbesar M (karena nilai V mengecil akibat penimbunan dan sirkulasi uang yang terbatas) sedangkan P terkait dengan suku bunga dan tingkat inflasi yang ada. Tingkat inflasi dapat berkurang apabila digunakan uang emas (Greenspan). Sedangkan jumlah transaksi, tidak semuanya dilakukan dalam bentuk kas. Kemudian untuk motif spekulasi dirumuskan: msp = m2 I dimana: msp = jumlah uang yang diminta untuk membeli obligasi m2 = faktor pembanding (suatu tetapan tertentu) i = suku bunga yang berlaku di pasar Dalam hal ini, spekulan akan melihat nilai suku bunga di pasar. Dalam sistem ekonomi Islam dimana tidak ada suku bunga dan dengan asumsi daya beli uang yang stabil (misalnya 1 ekor ayam selama 1400 tahun senilai dengan 1 dirham, www.murabitun.org). Maka sikap spekulatif sebenarnya tidak diperlukan. Berkaitan dengan sistem keuangan, di Amerika sendiri 71 % emas digunakan untuk di sektor moneter (lihat figure 2 dan 4), dengan demikian Amerika sendiri sudah mempunyai strategi yang jelas mengenai penggunaan emas ini dan kemungkinan kembali emas ini sebagai mata uang akan mungkin terwujud. Mengingat Alan Greespan pada tahun 1981 pernah mengajukan proposal untuk digunakannya kembali mata uang emas, namun hal ini ditolak oleh president Ronald Reagan. Gudang emas di Amerika terutama terdapat di Federal Reserves dan U.S. Gold Bullion Depository, Fort Knox, Kentucky. Di samping Rusia dan Cina juga akan turut serta dalam penggunaan emas sebagai standar mata uang ini (Norfed
6
ISEFID Review, Volume.1 No.1 newsletter Vol. 4 No. 1, Januari 2002). Lain hal dengan Korea Selatan yang menggunakan 250 ton emas untuk menstabilkan dan menjaga mata uangnya selama tahun 1998 (www.usagold.com). Berkaitan dengan balance of payment yang dapat disesuaikan secara otomatis akibat penggunaan uang emas ini. Misalnya, negara A mempunyai deficit dalam BOP dan negara B surplus. Tentunya uang emas akan mengalir ke negara B. Hal ini tentunya akan meningkatkan harga di negara B, sedangkan harga di negara A akan turun. Tentunya ini akan memudahkan negara A untuk meningkatkan ekspor, dan mengurangi impor. Hal ini akan berlaku sebaliknya di negara B, selain meningkatkan harga di B, uang yang mengalir juga meningkatkan pendapatan nasional yang meyebabkan B melakukan kegiatan tersebut (Horvitz, 1987). Untuk implementasinya dapat digunakan sistem bilateral agreement yang selanjutnya dapat meningkat untuk tingkat internasional. Terlebih-lebih di dalam Islam terdapat konsep khilafah yang sangat mendukung sekali terhadap penggunaan dinar dan dirham ini. Masalah yang timbul di Indonesia mungkin juga terefleksikan ketika sistem back-up mata uang dicabut pada tahun 1971, sejak itu Indonesia mengalami 3 kali devaluasi yaitu 15 November 1978, 30 Maret 1983, dan 12 Septermber 1986. Di tambah, adanya 8 kali perubahan kebijakan penetapan mata uang yang akhirnya hancur lebur pada saat krisis moneter (Siswantoro, 1999).
Kecukupan Emas Untuk Dinar - Dodik Figure 2
Sumber: www.fgmr.com
Figure 3 Gambar dengan moto "It's money. So use it"
7
ISEFID Review, Volume.1 No.1
Figure 4
Kecukupan Emas Untuk Dinar - Dodik Dalam paper akan dicoba memprediksi nilai dinar dan dirham menggunakan data periode tahun 1992-2001 (data harian) dengan metode time-series. Maka didapat persamaan sebagai berikut: x Yt = α + β . time + εt Ŷ dn = 55.159 – 1.742 . Time Ŷ dr = 0.449 + 0.004712 . Time Dalam ketetapan untuk mencari rasio 1:15, maka:
15 Ydn = 1 Ydr Maka akan didapat: Time = 26.714 Sumber: www.fgmr.com
4. Analisa rasio dinar dan dirham Penggunaan emas untuk estimasi juga dilakukan oleh Mark Skousen seorang kolumnis di Forbes dan editor of Forecasts & Strategies. Dengan menggunakan model ekonometrik untuk mengetes indeks komoditas (Indeks Dow Jones Commodity Spot, minyak mentah, dan emas) berkaitan dengan Consumer Price Index (CPI). Hal yang serupa dilakukan oleh Richard M. Salsman, ekonom di H. C. Wainwright & Co., Boston melakukan tes analisa hubungan nilai emas dan suku bunga. Sehingga emas dapat dikatakan sebagai standar untuk analisa atau perbandingan.
Berarti akan didapat rasio 1:15 pada tahun = 2019 (Wallohu a'lam). Hal ini mirip dengan fenomena pada zaman Abdul Malik dan sekitar tahun 1850an di Eropa (Oppers, 2000), Once in 1850s, when a decline in the gold price as a result of new discoveries caused its silver coinage to be replaced by gold, and once again in 1860s, when silver return to circulation. Namun apabila komposisi nilai dinar diubah menjadi beratnya sama dengan dirham (3 gram), maka:
8
ISEFID Review, Volume.1 No.1
Kecukupan Emas Untuk Dinar - Dodik
Ŷ newdn = 38.936 – 1.229 . time Masih dengan rasio yang sama 1 : 15, maka:
15 Ynew dn = 1 Ydr maka time untuk new dinar : dirham adalah: 24.776. Sehingga rasio 1:15 untuk new dinar dan dirham akan terjadi pada tahun 2017. Tetapi hal ini tidak mengubah secara mendasar dari nilai dinar itu sendiri.
Nilai dalamUS $
Figure 5 50 40 30
60 50 40 30
20
20
10 5 4 3
10 9 8 7 6 5 4 3
2
2
1 .5 .4 .3 1992
1993 1994 1995 1996
1997 1998 1999 2000
1 .9 .8 .7 .6 .5 .4 .3 2001
DINAR DIRHAM Next DINAR Next DIRHAM
TAHUN
Untuk analisa hasil statistik, bahwa 64.6 % nilai dinar dapat dijelaskan oleh variabel time atau dengan kata lain hubungan antara waktu dan nilai dinar cukup kuat (table 3). Karena nilai siknifikansi pada tabel 4 lebih
kecil dari 0.05 maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi nilai dinar, disamping pada tabel 5 keduanya siknifikan, yang berarti waktu benar-benar berpengaruh pada nilai dinar. Hal yang sama juga berlaku pada new dinar (yang mempunyai berat 3 gram). Kemudian dapat dikatakan persyaratan normalitas untuk nilai dinar terpenuhi (figure 6), karena penyebarannya sekitar garis. Namun demikian, model regresi untuk dinar dapat dikatakan kurang fit untuk prediksi, karena penyebarannya tidak pada titik 0 dan membentuk pola tertentu (figure 7), tetapi memenuhi persyaratan model fit tiap data untuk nilai dinarnya (figure 8). Selanjutnya adalah analisa untuk dirham yang ternyata hanya 8.3 % yang dapat dijelaskan oleh variabel time atau dengan kata lain hubungan antara waktu dan nilai dirham sangat lemah (tabel 6). Karena siknifikansi pada tabel 7 lebih besar dari 0.05 maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi nilai dirham, disamping pada tabel 8 menunjukkan bahwa waktu tidak mempunyai pengaruh pada nilai dirham. Namun demikian persyaratan normalitas untuk nilai dirham terpenuhi (figure 9). Tetapi, untuk persyaratan kelayakan untuk model regresi (model fit) dan persyaratan model fit tiap data tidak terpenuhi (figure 10 dan 11). Kemudian untuk hubungan antara dinar dan dirham dapat dikatakan tidak siknifikan atau tidak ada hubungan sama sekali, baik yang bertolak belakang (negatif) atau yang sejalan. Misalnya apabila nilai dinar naik atau turun, hampir dapat dipastikan bahwa nilai dirham tetap atau tidak terpengaruh. Namun demikian yang menjadi persoalan adalah nilai emas semakin berkurang dibandingkan US $, dalam hal ini Stevens (1975) berpendapat: The reason is that the value of the paper money, with which government forces everyone to deal, has fallen yearly relative to all commodities. Clearly, if a commodity (theoretically, almost any commodity) had been used as a medium of exchange over the past decades instead of
9
ISEFID Review, Volume.1 No.1 government's fiat money, prices would have remained relatively stable. It is important to realize that it is not commodities that are rising in value, but flat money that is falling in value. Namun demikian, nilai emas dan perak akan mungkin naik setelah mencapai rasio yang sama 1:15, seiring dengan kenaikan nilai emas dan perak dan dengan rasio yang sama. Dalam hal ini Jastram (1997) berpendapat:Gold always returns to its full purchasing power
Kecukupan Emas Untuk Dinar - Dodik ini setidaknya kita tidak kecurian start dan terutama dalam penguasaan emas sebagai mata uang. Wassalam.
Hal ini berbeda dengan uang kertas yang tidak pernah kembali pada nilai asalnya. Kecuali dengan pemotongan nilai atau devaluasi yang dapat tidak menstabilkan keadaaan ekonomi. Adapaun penyebab turunnya nilai emas disebabkan oleh (Fischer, 1999): Cyclical developments, the diminished attraction of gold as an investment alternative, expansion of mine output, central bank lending of gold, and the declining role of gold as a monetary asset Apabila bank sentral tidak dipinjamkan emas dan penggunaan emas sebagai aset moneter dilaksanakan secara kolektif, tentunya nilainya tidak akan berkurang, malah kemungkinan posisi rasio 1: 15 terjadi pada saat nilai dinar menguat.
5. Saran Sudah saatnya para "the so called" pakar moneter di Indonesia dan Bank Indonesia mulai atau paling tidak menyadari bahwa emas merupakan standar uang yang lebih baik dibandingkan uang kertas. Fakta dan data empirik telah menunjukkan dan banyak fakta yang memberikan penjelasan bahwa emas akan kembali banyak digunakan oleh bangsa lain, seperti Rusia dan Cina, tidak tertutup kemungkinan Amerika Serikat. Dalam hal
10
ISEFID Review, Volume.1 No.1 Referensi Fischer, Stanley. 1999. IMF response to the world gold council. IMF Gaynor P E & Kirkpatrick R C. 1994. Introduction to time-series modeling and forecasting in business and economics. McGrawHill Book Co., Singapore Ghazali A.1991. Islamic thinkers on economics, administration, and transactions. Quill Publisher: Kuala Lumpur Horwvitz, P M & Ward R A.1987. Monetary policy and the financial system. USA: Prentice Hall. Jastram, Roy W. 1997. The Golden Constant: The English and Amer-ican Experience, 1560-1976. New York: Wiley & Sons
Kecukupan Emas Untuk Dinar - Dodik Sherman, Howard J. 1983. Stagflation an introduction to traditional and radical macroeconomics. Harper and Row Publishers, New York Siswantoro, Dodik. 1999. Menggugat sektor moneter di Indonesia dengan sistem dasar. Paper untuk LKIEMI Siswantoro, Dodik. 2002 Dolarisasi vs dinarisasi. Republika 2 Juli 2002 Stevens, Paul. 1975. The gold standard: A standard for freedom. The Foundation for Economic Education, Inc., January, 1975, Vol. 25, No. 1 The Trail Widens... an Archive di www.usagold.com Vadillo UI. 1996. The return of the gold dinar, Madinah Press, South Africa.
Mundell RA. 1999. The Euro and the stability of the international monetary system, University of Columbia Norfed newsletter Vol. 4 No. 1, Januari 2002 Officer, Lawrence H. 2002. "What Was the Gold Price Then?" Economic History Services, EH.Net Oppers, Stefan Erik. 2000. Dual currency boards: A proposal for currency stability. IMF Working Paper. International Monetary Fund Rashid, Hafiz Majdi Abd., Dodik Siswantoro & John A Brozovsky . 2002. The stability of gold dinar and accounting implications: An empirical study. Proceeding International Conference on Stable and Just Global Monetary System. Kuala Lumpur. Malaysia
11