IS. TIIYJAUAN PUSTAKA
Dalam bat, ini diuraikan s e w a ringkas tentang berbagai twri yang digmakan sebztgsti dasar ddam penefitian ini serta hrbagai hmi1 penelitian yang relevan dengan
rnasdah ymg sedang diteliti. Uraim ymg dimaksud mulai dari (1) hutan rakyyat dm penguszthaannya, (2) ekonomi pedesaan dm ekonomi nxmstRtanggh (3) sistem pemasaan, (4) pendekatm sistem, (5) analisis SWOT, (6)proses hierarki analisis dm (7) pernodefan stnrlctural.
Uraim-uraim tersebut: baik kmpa penjelsrsan dari buku teks maupurz sajian
dari bebempa studi ymg telah dilakukan para peneliti terdahulu, baik yang berupa smdi psusistl maupurr komprehensif, penerapan
teori dm metode tersebut
di atas
terhadap berbagai obyek atau bidang, Uraian dalm bab ini akan rnenjadi dasar datam pengembangan kerangka
pemikiran dm metode pendekatan ddam penelltian ini.
2.1, Hutan Rakyat dan Pengusahaannya 2. 1. 1. Perrgertian
Xstilah
hutan rakyat
banyak
dikemukakan
berbagai
pihak,
mereka
mengungkapkan dengan nama hutan kemasyarakatan atau kebun rakyat atau hutan mi tik. Menurut Undang-undang No. 4 1 tahun 1999, hutan berdasarkan pernilikannya dibagi menjadi hutan negara dan hutan milik. Hutan negara merupakan kawasan hutan yang tumbuh di atas tanah y m g tidak dibebmi hak milik, sedangkan hutan
milik addah hutan yang turnbuh di
atas tanah yang dibebztni
hak. mi£&dm lazim
disebut hutan rak-yat. Menurut Mergen (1 987) diacu &lam Anomim (1 989) kebun rakyat menrpakan
sistem pengelolaan atau perrggwm lahm Eradisiod ymg sebagian besar sesing diternuh di drteratr tropika Iembab meskipun berada pa& Iereng-lereng yang curam. Selmjutnya ia mengemukdzm bahwa kebun-kebun d y a t tersebut dicirikan oleh suatu struktur lapisan tegkan ganda,
2. 1.2. Bentuk dan Manfaat Menurut IPB (1 983) pula pernbangunan hutan rakyat terdiri dari dua, y h i : a.
Hutan rakyat tradisional : merupakm cara penanaman tanman hutan pada tanah
milik ( l d m Hrering) yang d i u s & h oleh m a s y h t itu sendiri tanpa utmpur tangan pemerintah. Bentuk pertanammya yaitu campuran mtar buah-buatran,
misalnya : Durian (Durio zibefhinus), Melinjo (Gnetum g~emonf,dm lain-lain.
Bent& tersebut lebih dikenal dengan pola usatra tani lahan kering atau lhan darat.
b. Hutm rakyat inptes : yaitu hutan mkyat yang pnmamannya m m i difakukan di
tanah terlmtar, Pernbangunm hutm rakyat ini diprakarsai oleh proyek bantwn penghijauan. Sedang hutan rakyat menurut pola tanmnya terdiri dari : a. Hutan Rakyrtt Mumi
Pada hutan rakyat murni hmya ditmmi satu jenis pohon kayu-kayuan saja. b. Hutan Rakyat Campwan
Pada hutan ini biasanya ditanam lebih dari satu jenis tanaman keras.
c. Hutan Rakyat dengan Sistem Agoforestry Sistem yang cukup baik untuk dikernbangkan dafam pengelolam hutan ralcyat
addah sistem agrafurestry dengan cam turnpang sari. Menurut Michon (1983) ada tiga tipe Rutan rakyat yaitu : tipe pekarmgm, Mun dm kebun c m p m . PerWaan diantara ketigmya adalah sebagai krilcut : a. P e h g m mempunyrni sistem pengabran tanaman yang termg dm baik serka
biamya berada di sekitar rumah. Luas minimum sekitar 0,l Ha, dipagari mulai dari jenis sayur-sayuran hingga pohon yang berukuran sedan6 dimma tingginya mencapai 20 meter.
b. Talun mempunyai ukuran yang lebih fum, penanaman paRon sedikit rapat, tinggi pohun-pahonnya mencapai 35 meter dm terdapat bebrapa pohon yang m b u h secara liar dari jenis herba atau liana.
c. Tipe ketiga kadang-kadmg dapat dditemui di kberapa desa. Jenis tumbuhan cenderung lebih hamugen dengan satu jenis tanaman pokak Cengkeh atau Pepaya dm berbztgai macam jenis tanaman herb. Kcbun tersebut sringkali diternui di
sekitar desa.
Dari segi pengelalaannya hutan rakyat: sama dengan kebun mkyat. &tau agroforestry, dimana ha1 tersebut rnenrpakan sistem taia guna lahan permmen dengm
dicirlkm unsur tmaman semusirn dm tanaman tahunan. Sementara itu Nenzoma (1987) diacu dstlstm Anonim (1989) mendeskripsikan benrpa penmaman tanaman berkayu dengan tanaman pertmian atau bersama-ma pada Iahan yang sama sebagai upaya memaddm kehutanan dengan pcrtanim. Sementara itu Haemman (2003)
menyebutkan bahwa terdapat tujuhbelas macam budidttya masyarakat dafam
mengusdmkan tanrunan jenis pobon-pahonan yang terbagi ddam tiga golongan yaitu: (a) budidaya pohon-phonan be~ampwtmman p e r k e b w , tmman makmm dm
semak, (b) paRon-pohoxlan dm tamman malranan tern& dm tern& dm (c) pohonpohonm d m i k . Sementara itu Haemman (2001) menyaaan bahwa hutan milik rnasyarakat yang memilfki banyak bent&, dapat berfungsi produksi material dm
penghasii jasa lingkungan. Selanjutnya dinyatakan bahwa hutan masyarakat dalam
kntuk: kebun crnmpumn merupakan produsen kayu yang m a t besar di daerah s e m i
di Jawa ymg padat penduduk, dm ddam ha1 ini hrunpir tidrrk ada lembaga
pmerintah yang membantu masyaakat mengurus "hutan"nya. Berlcaitan dengm manfaat: hutsuz rak:yat, KEPAS (3 988) mengemukakan bahwa upaya pewggulangan terhadap erusi dm konservasi tanah melalui penanaman pohon-pohonan telah dilaks-
pemerintah sejak tcthun 1950 melalui berbagai
bentuk yang secam tents menems dikernbangkan dm diperbaiki seperti Upaya Komando Operasi Gerakan Makmw khun 1950, Gerakan Pekm Penghijaum
Nasional tahw 1961, Prayek Departemen Pertmian 001-037 khun 1967, Proyek B a n W Tehis FAO-UNDP tahun 1973-1976, Proyek Pengembangan dm Pengelalaan Daerah Alirstn Sungai khun 1979, Pruyek Pengembangan Wilayah DAS Citanduy t&un 1981 dm Prayek Permian L&an Kering tahun 1984. Menurut Bashar (1964) umha hutan rakyztt yang u m a n y a bertujuan untuk
rneningkatkan kcsejahtcraan para petani, disamping itu beberap mrtrrfaat lain juga
diperuleh dalarn pengusahztan hutan rakyat ini yaitu : a. Kayu dm hasil hutan lainnya
b. Pengawctan tanah d m air
c. Perlinclungm tanman-tanman pertmian
d. ~erlinddganbinatang liar Disamping itu hutan rakyat berhngsi untuk menmbah pendapatan pnduduk, memenuhi kebutuhan kayu bakar dm pertukangan, sebagai hidro-urologis Iahan dm men-ngi
terjadinya kwu&an hutan,
Secara garis besar manfaat Rutan rakyat terdiri dwi manfaat hutan secwa langsung (sosial ekanami) dm manfaat secara tidak: langsung (terhadap Ridra-
arologis, klimatolagis, strategis dm estetik). Hutan rakyat:dalam bent& agroforestry dapat memenuhi pengawetan tanah dm air, ppohonm dapat melindmgi tm& dari butiran air hujan, jug8 sinar matahxi dapat dirnanfmtk.an secara optimal dengan strata tajuk yang beriapis. 2,1.3. Luas PemiXikan, dan Potensi Hutan Rakyat
Hutan rakyat dirniliki oleh banyak: petani, baik golongan ptstni kecil, menengah rnaupun besar, dari sebagim k s a r luasannya reiatif sempit f< I hekar).
Dari hasii studi Haemman el 01. f 1986) meliputi enam Kabupaten di 3awa Barat, yaitu : Kabupatcn Rogar, Pandeglang, MajaIengka, Tasihalaya, Subang dm Sukstbumi
menunjukkan bahwlt luas rata-rata hutan rakyat setiap kabupaten yaitu 0,66 ha, dengan selang iuasan mta-rata terbesar 1,07 ha di Kabupaten Pandeglang dm terkecil 0,34 ha di Kabupatcn Tasikrnalaya. Nutan rakyat yang cukup lum (> 1 hektar)
terutarna dimiliki aleh petani goiangan menengah dm besar. Pernilikan hutan rayat yang cukup Iuas per satwan pemilik terutztma dijumpai di daerah-dacrah yang masih
jarang penduduknya serta kondisi tanahnya yang kering. Pengelolaan hutan r&yat dalam skaIa usaha yang kecif urnumnya dikerjakan langsung oleh perniiiknya.
Sedangkm dalam skala usaha yang besar, pmilik jugt rnempekerjakan para penggarap sebagai bunrh di l&m rnilihya. Sementara itu peneiitian H a e m a n et al. (1 991) terhadap 6 desa contoh di tiga kecamatan di Kabupaten Bandung rnenunjukkan bahwa tuas p m i l i b n hutan rakyat
rata-rata adalah 1,08 ha. Dari berbagai m a a m p n g g u m I&m di wilayah studi tersebut, yang menjadi arcal potentid penghasii kayu rakyat adalah yang berupa
I&an kering (kebun, tegalan dm pekarangan), sdmg sawah, jumlah kayu rakyat yang ada sangat terbatas. Dengan demikian kmena lahm potential pnghasil kayu rakyat adalah lahm kering maka putensi kayu rakyat di suatu damah dapat didekati
dari Iuas l h n kering.
Lahsi hutm d y a t terpencar-pencar dari satu pemilik ke pemilik lainnya dengan luasan relatif sempit. Usahatmi kayu rakyat ini terdapat pada berbagai pola
penggunaan lahstn, seperti : di pekarmgctn, kebun czunpuran, talun/tegalan dm hutan. Penyebaran hutan rakyat dapat diproyeksikm dari jumlah puhon ymg terdapat di krbagai pola penggunaan lahan. HasiI studi Haemman er al. (1990)terhadap desa-
desa contoh di Jawa Barat. menunjukkan bahwa jumlah pohon per hektar yang paling banyak ditanami kayu rakyat yaitu pada pola penggurzaan lal-~ansebagai "hutan" sebanyak 422 pohodha atau 50% d a i total pohon untuk seiuruh pola penggunam
lahm. Lalu diikuti kebun carnpuran sebanyak 226 pohodha (27% d a i total), talun sebanyak I09 pohodha (1 3% dari totaf) dan terkecil pckarangm 9 I pohon/ha (1 0%
dari total).
Potensi kayu rakyat yang berasai dari hutan rakyat culcup ksrtr, hanya karena belum adanya pola pernantauan yang baik sehirigga perannya belum terlihat d a i m
statistik ygng terpublikasikan. Menurut Suyana ( I 976), ratrt-rata putensi produksi hutan rakyat di Sukabumi sebesar 2,9447 m3&a/th. Potensi kayu rakyat dorninan di
Jaws Barat yaitu jenis jeunjing, dwi total potensi praduksi kayu r&yat sebanyak
2,2954 rn3/halth atau 77% dari total praduksi berasd dari kayu jeunjing, lalu 0,5109
m3ihaltth atau 17% dari total pmduksi berasal dari kayu kampung (duren, nangka, kuprt, teureup, sawo, rambutan, kernlandingan, gempal dm sebagainya) d m 0,1384
m3/hdth atau 4% berasal dari kayu-kayu kehutman (bayur, huru, manili, gelam,
suren, cangcaram, vitex, kernpas dm sebagainya) sisanya 0,0589 atau 2% dari total berasal dari kayu-kayu iaimya. Di Kabupaten Sukabumi, dari jumlah volume kayu yang dikunsumsi rnasyarakat tahun X. 976 sebanydc 87,6% krasal dcui b y u rakyat,
H a i l studi Haemman ei al. (1986) dengrtn contoh 6 kabupaten (Bogor, Pandeglang, Majalengka, "I'asikmalstya,Subang dm Sukabumi) rnenunjukkrtn bahwa
potensi rata-rata per lrektar sebesar 144 batmg, dengm selang jumlah pohon rata-rara terbesar 364 batangha di Mupaten Sukabumi dm terkecil 60 batangha di Kabupaten Pandeglang,
Dari h a i l studi terhadap enam desa contoh di tiga
kecamatan di Kabupaten Bandung rnenunjukkan bahwa potensi rata-rata puhon per hektar sebesar 156 batang. Potensi rata-rata terbesar di Kecamatan Padalarang 181 batandha, lalu cfiikuti Kecamatan Cipatat 165 batangha dm terkecil Kecamatan Cipeundeuy I22 batanglha.
Pula sebaran diameter pohon yang terdapat di hutan sangat bbewariasi antar
jenis, pemilik dan lokasi. Studi terhadap pohon-pohon yang terdapat di hutan rakyat Jawa Barat yang dilalcukan aleh Haeruman er al. ( I 990) rnenunjukkan bahwzt s e b m
diameter pohon yang terbesar yaitu antara kelas umur 1
-
5 tahun dengan kelas
diameter rata-rata antara X
- SO cm. Dari data ymg
diperoleh menunjukh b&wa
-
s e b m diameter terbesar yaitu pada umur 1 tahun dewan selmg diameter 1 10 cm sebanyak 1.237 batang atau 33 % dari total jumlah pohon sampel, lalu diikuti umur 2
-
tahun dengan selang diameter I 1 20 cm sebmyak 1.212 batang atau 32% dari total,
-
umur 3 tahun dengan selang diameter 2 1 30 cm sebmyak 7 t 9 batang atau 20% dari
-
total, umur 4 tahun dengan ~ l m diameter g 3 1 40 crn =banyak 290 batang m u 8 %
dari total, umw: 5 tahun dengan slang diameter 4 1 - 50 cm sebanyak: 134 htang atau 3 O/o dmi total dm umur diam 5 tatrun dengan diameter 50 cm keatas sebanyak 175
bamg atau hanya 4 % drtri total puhun sampel. Ben& sebaran diameter pohon yang sangat beragam ini menyebabkm kesulitan pengaturan kelestmim hasil hutan M a t .
2.1.4. Sistem Produksi, Pengolaham dan Pemasaran
Unit p r o d h i usaha kayu rakyat umurnnya berskala kecil dm bersifat individudperomgan.
Pola usaha tani
krtyu
rakyat ini rnasih dilakukan secara
tradisional dm belum sepnuhnya memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi kmsaha ymg lebih menguntungkan. Pemilik kayu rakyat umumnya beium menggmtungh
kehidupruurya pada pahan-pohon yang dimiiikinya. U m m y a bagi mereka us& tani kayu rakyat ini masih rnerupakm sumber pendapatan w b i l a n , dimping hasil
dai sawah dm hmil pertmian lainnya. Usaha h i in4 merup-
tabungm yang
sewaktu-waktu dapac dimmfaatkan bila diperlukan (Haeman et al. 1990). Di kberapa damah, usaha tani kayu rakyat rnempakan traaisi turn-ternurun sebagai
wrtrisan dmi leluhur mereka (misalnya penanaman pohan jati di Yogyakarta dm Jawa Timur). B e l W g a n ini usstha kayu rakyat berkembang pesat terukma karena adanya pas=
terhadap kayu-kayu rakyat ini.
Pengetahurn masyarakat dalam menanam pahon-pohonan belum diwujudkan dengm baik. Upaya maksimd dalm budidaya befum diterapkan, seperti pengwaan bibit unggd, pengaturan jarak tanam, pmeliharm dm sebagainya sehingga pertumbuhan pohon dm mutu yang dihasiikan kumg baik Umumnya ptani h y a menggwdm bibit dari permudaan alm yang mutunya k m g baik, h e m biasanya
pohan induknya masih muda dm bibit tidak dipifih khusus dari pahon induk yang
bermutu baik, sehingga anakan yang dihasilkan juga h a n g baik. Dari beberap studi yang telah dilakukan menunjukkm bahwa sebagian besar bibit diadakan sendiri
aleh rakyat, sedangkan peran pemerintah ddam p g a h bibit. hanya sebagian ksiX dari jumlah total bibit yang ditanam di hutan mkyat. Dalam penmaman, umumnya jar& tanam kurang diperhatih, pada iokasi sekitar pohon irrduk jarak; tanamnya
terlalu rapat, sementara di fokasi lain terldu j m g . Pemangkasan cabmg hanya
dil&&an pada mat pohon masih kecil, setelah b a r pemangkasan sama sekali tidak dilakukan. F e r n b a r n dm penjarangm dil&&an menurut pengetahurn masing masing pemiliknya, pada umumnya mutu kayu ymg dihasilkan masih lnrrang baik,
Masalah lain yang cukup menanjol dalam membangun hutan rakyat yaitu k l u m adanya kerjmama antar pemitik hutan rakyat, sehinggst keprrtusan pengelalaan
tergmtung pada masing-masing pemilik yang jumlahnya banyak.
Kelestarian hutan rakyat ditentukan aleh stnrktur tegakan hutan, yang digambarkan oleh sebaran diameter dm jumlah pohon pada setiap petmi p i l i k dm pola pemanenmya. Struktur tegakan hutan yang diharapkan memenuhi syarat bagi
tercapainya kelesmim, yaitu lebih kurang menyerupai hutan normal.
Berdasarkan penelitian Haemman et al, (19901, s e a m m u m bahwa strulctur tegakm yang ada belum menunjukkan h u m normal. Hal tersebut memperkihatkan bahwa kelestarian kayu rakyat dmgm pola pengeialaan yang berlaku s a t ini belurn dapat menjamin kelestarim, baik untuk kesinambungan pendapatan petmi rnaupun
keberadaan kayu rakyat itu sendiri.
Hal tersebut terjadi karma keputusan
pengelolaan kayu rakyat tergantung kepada petani pemilik secara individual. Setelah
penebangm tidak semua petmi selalu melakukm penmaman kernbdi, tetapi ada pula
yang ditanami dengan kumoditi lain atau bahkan terjadi perubahan penggunm lahm. Selain itu pola pemanenan yang dilakukan atas dasar kebutuhm uang y m g tidak terencana seringkali rnernpercepat habisnya sediaan pohon-phan ymg dimilikinya,
Walaupun terjadi perkembangan permintaan dari industri yang menginginkan syaratsyarat diameter p h o n , tetapi tnmpaknya belurn
bisa merubah pola panen sebagim
besar petmi. Selain itu ketidakteraturan siklus pengelolam kayu mkyat berkaitan pula dengm belum adanya pengaturan pengeloiaan kayu rakyat yang direncanalcan
secara bersarna-ma dan atau di bawah birnbingan pernerintah. Sehingga seluruh keputusan dalam pengelolam berdda sepenuhnya pada masing-masing petani, dimma petani sendiri urnumnya lebih mendasarkan keputusannya kepada kebutuhan dirinya
sendiri. Dengan demikinn pengelolaan dengan rotasi penmaman dan pemancnan yang teratur belum bisa diharapkan dilakukan oleh petani. Hal lain yang perlu rnendapat perhatian dalam masalah kefestaristn ini adrtlzth sernpitnya pernilikan lahan dm pola ranam campuran rnenjadikan jurnlah anrtkan untuk penggmti pohon ymg
ditebang terbapasi oleh kepentingan penanaman tanaman scmusim. Dalam kaitan ini
Brokensha dan Riley (1 987: 188- 1 9 1) melaporkan bahwzt k a u s di Mbeere-Kenya,
ddam penanaman polrun, jumiah keluarga miskin tebih sedikit dibanding jurnlak keluarga kaya, demikian pula jumiah p h o n yang ditanam rumahtangga miskin Iebih sedikit dari rumahtangga kztya.
PengoXahm hasil kayu rakyat oleh petani rnasih menggunakm alat-alat yang sederhana (seperti : gergaji tangan, guiok dm sebagainya) serta masih kurangnya
pengetahuan petani dalam rnengolah kayu menyebabkan mutu kayu olahan ymg
dihasilkm seringkdi masih rendah dm banyak menghasilkan limbah, Jenis-jenis kornoditi hasil pengoI&an kayu rakyat ini terntarria berupa kayu gergajiadkayu bangman fdalam bentuk papan, bdok, reng, kaso dm sebagainya).
Pernasaran kayu rakyat: biasanya dilakukan seperti p m a m hasil-hasil pertanian lainnya, Pernilik langswg menjual kayu yang masih berdiri kepada para pem-
beli. J m g sekali pmilik rnengolah sendiri kayu-kayunya d m menjual lmgsung ke
kunsumen, Sebagim ksar petmi masih s w a t kurang pengetahuannya dalam memasarkan hasil-hail kayunya, beiwn adanya infumasi pasar dm ditambah kurangnya modal menyebabkan masilr dominannya pem tenglculak ymg membeti b y u -
kayu dwi rakyat dengan harga yang relatif rendah. Dari hasil studi terhadap cara pernasctran kayu ymg biasa d i l a k h oleh petani di Jawa Barat (Haemman et a!.
1990) rnenunjukkan bahwa cara pemasaran Brayu yang paling banyak dilakukan aleh petmi yaitu menjual dalarn bentuk pohon (berdiri) yaitu sebesar 3 1 % dari total cara
pemasaran, kernudian menjual produk dalam bentuk kayu gergajian sebesar 27 7,
laiu kayu bakar 23 %, kayu bulat 13 % dm terkecil dalam bentuk papan 6 90' dari total cara pemasaran. Cara pernasaran yang diiakukan oleh petani adalah dengan menjual pohon masih berdiri atau menjual kayu gelondongan stau kayu bakar atau kayu
gergajim, rata-rata memberikm pendapatan bagi petani pemilik berkistu an-
Rp
4.000 - Rp 165.0001haIth. Sementara itu Andayani (2003) juga melaporkan bahwa penjdan pohon oleh petani di beberapa kecamatan di wilayah kabupaten Wanosobo
ddm bentuk p h o n berdiri. Lebih lmjut petmi memperoleh rnarjin pemasaran paling kecil dibmding penebas maupun p&gang pengumpul.
Daer& tujum pemrpsaran temtama untuk: memenuhi kebutuhan permintam bahm b&u industri ymg terdapat Lraik di pedesaan maupun di daerah. perkotaan.
Dari hasil pneiitian H a e m a n ef a/. (1 990) menunjukkm bahwa d a e d tujuan pemasaran kayu mkyat sebagian ksar y&tu untuk memenuhi kebutuhan di dalam
desa sebesar 74,78 %, sedangkan sisanya untuk tujurtn pmasaran ke luar desa sebesar 25,22 %. Unhk Iokasi tujuan pemasaran ke luar desa sebagian bsar mtuk
memenuhi kebutuhan bahan b&u industri di d a d perkotaan. H a i l pnelitian tersebut memjukkm b h w a dari total, tujuan p x n a s m kayu ke I w desa tersebut,
sebmyak 60,92 % dijual ke lmr kecamatm dm h y a 39,09 % untrak: tujuan pemasam ke dalm k e c m a h , 2.1.5. Kclembagaan Dafam Usaha Pertanirmn a, Organisasi
Suatu organisasi pengelolaan h u h rakyat umwnnya berkujum agar pola kerja
pengelolaan lebih baik dm teratur, Menurut Merker (1985) dafam Anonim (I 989)
hd tersebut dapat mengefektifkm sistem perencanam dm evaluasi perkembmgannya dalam melihat apakah program dm tujuan dilakmakan secara efektif dm efisien. Untwk menigkakan hasil yang optimum dalam pengefolstan hutan-Rutan rakyat prlu
admya suatu pmtuan mtar petmi ( H a e m a n ef al. 1990). AIternatif lembaga
sebagai wadah bagi para ptani bisa berupa Koperasi atau lembaga kelompok tani jenis lainnya.
Brudjosaputro ( I 989) mendefinisikan bahwa koperasi Unit Desa adalah organisasi ekonomi d y a t yang berwatak sosial, t d i r i dari kumpulan orang-orang
dalam kesamam dm k e b e m a a n keptingm ekonomi serta bekerja sama lrntuk
meningkatkan kesejahkraan hidupnya. Suatu orgmisasi kemasy&tm
bertujustn
unruk: memenuhi kebututxan p k u k mwymkatnya (Smkanto 1990).
b. Kecenderungan Petani
Sundoro dm Sumaryati (1989) diacu dalam Kumiadi (1 993) menyatakan bahwa kecenderungm pmi ymg dapat mernpengaruhi keberhasilmya, etdalah karma: a. Berorientasi ke arah selaras dengm dam; masyarakat menyatakm bahwa
lingkungan di sekihmya perlu dipelihara dan yang mak perlu diperbaiki. b, Berorientasi ke ar&
gotong royong; artinya gotang rayang yang hidup di
masyardcat:m e m p h kewajibm yang hams difaksanakan oleh warp desa. c. Berurientasi ke arah vertikd; artinya amg-ormg ymg
mempunyai
kedudukan tinggi ahu lebih senior di lingkungamya, merekdah yang
dianggap paling dihurmati dm dijadikan sebagai teladan serta dapat memotivasi m a s y h t n y a .
Hasii penelitian di Pantai Utam Jawa Barat, Ari-ief (1990) rnengemukakan bahwa petani di daerah diversifikasi mempwtyai kernampurn memperkirakan kemungkinan
yang relatif tinggi terhadap keberhasilan tanaman, dukungan iklim, serangan hama
dm un-g
rugi dalam mengelola pertmian. Dikernukakan bahwa keberhailan usaha
tani tersebut secara komersial ditent-ukan aleh mionditas petani dalam bemaha tmi.
2.1.6. Keberhwflan dan Kendala Pengusahaan Hutan Rabat
Usaha kayu rakyat yang terjadi di Jam temyata suaah cukup lam diialrukan
oleh para petmi pemilik. Sejauh ini usaha knyu rakyat memiliki keragman antar dxrah tetapi cenderung seragam ddam daerah, Aspek-aspek y m g menyebabkm
terjdnya keragaman yaitu : tingkat perhatian terhadap kayu rakyat, pendapatan,
penyerapan tenaga kerja, keleshan fisik, intensitas penutupm lahan dm pemntase
pernenuhan kayu b
h dari kayu rakyat.
Ddam mpek tingkat perhatian texhadap by"dcyat sampai saat ini masyardcat
di beberapa daerah mwih rnemdmg b&wa usaha ini mwih menxpakm u d a sampingan sehingga prioritas perhatimnya menjadi rendah (Priyoadi, 1992;
Suhardana,2003). Oleh kwemya perlu dila'kukm upaya menibah pandangan tersebut kemh yang lebih positif yang berupa contoh-contoh nyata di Inpangan. Persentase pndapatan dari. kayu terhadap pendapatan total di beberap damah
tersebut relatif masih rend& (
insentif-insentif ymg
meinberih penghailan lebih baik bagi petani hutan rakyat, seperti fasiltas permodalan, perbaikm tcltaniaga, bimbingm t e h i k budidaya dm sebagainya. Dalam aspek penyerapan tenaga kmja masih relatif rendah, disamping itu juga befum ada inovrtsi banr fseperti : diversifrkasi pengolahran hyu) ymg mengakibatkan terbulcanya lagangan kerja,
01eh kmenanya mtuk:meningkatkan u d a kayu rakyat ti& hanya diupayakan
kesemgaman atas aspelc-aspek tersebut, tetapi juga upaya peningkatan nilai setiap aspeknya. Sementrtra aspek lain y m g sudah seragm yaitu : luas pernilikan I&m, jenis pohon yang diusahakan clan pusisi ddam s t r u h mata pencaharian.
Bebefapa faktur prxghambat dalm usaha kayu rakyat f H a e m a n et al, 1 990) adatah : a. Belum adanya persaturn antar pemilik hutan d y a t.
b. Sistem budidaya yang digunakan belum memhri.km hmif optimal. c. K m g n y a pengetahurn petmi dalam pmasarstn hasiX hutan mkyat,
d. Belum admya fembaga khusus yang menangani pengusaRaan hutan rkyat. Fungsi d m manfaat h u m rakyat bagi kelima pihak (pemilik, penggarap, pen-
duduk, pemda dm lingkungm) telah dapat dimakan manfaatnya, namun demikian masih px1u ditingkatkan. Peningkatm manfaat ekonami bagi pemilik, penggarap d m penduduk sejalan dengan usaha yang dilakukm, tetapi peningkatan ekunurni bagi pernerintah daerah
nampaknya perlu diatw tersendiri agar supaya tetap mernberikan situasi yang kondusif k g i kemajuan usaha kayu rakyat, Manfaat sosial nampalrnya juga mstsih perlu ditingkatkan khususnya agar dapat lebih bmyak menyerap tenaga kerja. Manfaat
ekolagi secara mum telah dapat dirasakan oleh 5 pihak yang terlibat ddam pengelolaan kayu rakyat, tetapi mstsih diperlukan upaya peningkatm khususnya melafui bimbingan penyuluhm tehik budidaya dm pengatman h i 1 kayu rakyat. Untuk
keperlum itu adanya penvuluh &usus hutan mkyat di daerah akan rnernpercepat peningkatan manfaat tersebut. Menurut Suhardana (2003) sztlah sahl kendala ddam
pengembangan hutan rakyat adstlah sempitnya prnilikm l&m sehingga pohon yang
dirnilikipun sedikit akibatnya masifx suiit untuk mewujudkan kelestarian u s h a
maupun kelestarian hutan.
2.2. Ekonomi Pedesaan Sayogyo ddam Mubyarto (1995) menyatak:an bahwa : Jika mda ingin
memahami perek~namiannegm kami, pefajarilah kebudayam dm sistm pofitik kami ;j i b anda ingin memahami kebudaym dm sistem politik k m i , pelajarifah perekonomian k m i .
Dari pernyatam tersebut @at diyakini bahwa pemalan ekonomi ti&
pernah
berdiri sendiri, dm &m setdu kitan dengan masalah kebudaya dm politik. Apabila pernyataan tersebut krlaku pada setiap ruang dm wakb di negeri ini, maka
untuic memperlajari etranorni pedesaan pasti ada perbedm dibanding mempelajari. ekanomi perkotaan. Bmhitan dengm fial tersebut, Boeke (19821, menunjukkan
adanya hutrungan kebutuhm eonomi dan kebututran sosid bagi masyarakat Indonesia meldui teori dualisme ekoriominya. Ekonomi p & e m yang d i d s u d disini tebih diartikan sebagai ekonomi yang
berlaku di wilayah pedesaan, Berbicara wilayah pedesaan m&a sering erat k a i m y a dengan rakyat (banyak).
Dengan demikian jika ada istilah ekanomi pdewan,
ekonomi d y a t dan ekonomi kerakyatan pada umumnya ketiganya d i r d r t n sebagai satu top& bahasm
yang sarna.
Tapik ini menjadi sangat pnting dm relevan
dibicstrakan smpai saat ini karena bukan saja sebagim ksstr penduduk (mkyat)
tinggal di pedesaan, tetapi Iebih dari itu y i t u bahwa kinerja ekonominya masih t m s memprihatinitan dalam arti k l u m m e n d a p a h ruang yang c&up
unhk
mengernbmgkannya (masih tertindas).
Dalam sub bat, ini disrtjikm beberapa segi dari ekonomi pdesaan antara lain : sejaah perkernbangan, ciri-ciri ekanami pedesaan, pasang-sumt ekonami gdesaan,
2.2.1. Sejarah Ekonomi Pedesaan
Sejak jmm penjajahm, perekonomian dibagi tiga sektor yaitu sektur ekonomi
modem yang kapitalistik, sektur ekanomi rakyat (priburni) yang trrtdisianat, dm sektor ekunumi pedagang perantata yang merkmtilistik f Mubymto, 199 f b). Sdstnjutnya dijelaskan bahwa ketiga sektar tersebut perniliknya terpisalr. Berkaitan
dengm ha1 tersebut, Boeke dm juga Clifford Geertz yang mtropolog Amerika, begitu pesimis mengenai peran penduduk pribumi &lam perekonamian Indonesia, kwena
dua sektor yang lain telah hm-benar mengusai tampuk produksi dm distribusi termasuk pemasaran ke luar negeri. Setel& kelahiran Budi Utomo (1908) bemlah perjuangan pemm rakyat dalam perekonomian dimuld dengan admya Sarekat
Dagang Islam, Sarekat Islam dm AdB Bumiputra 1912 di Magelang. Pmjuangan ekanomi rakyat disini selanjutnya me:mp&an bagim dari perjuangan politik. Dari uraian tersebut jjelas bahwa suatu sistem pofitik yang gigih untuk.
mewujudkan ekonomi rakyat y q kmt dengm rnenterjemahkm pasal33 UUD 1945 untuk direalisasikm menjadi perekonamim bfang berasas kekelwrgaan.
Pasal33 UUD 1945 yang dirumuskm aleh Bung Hatta sebagai takoh ekunomi sangat jelas rnencmtumh tujuan atchir sistern k e m d c m m mkyat secara maksirnal.
Pmekanamian haws disusun berdasar demubasi ekonomi, di maria k e m h u r a n masyardcat:lebih diutmakm ketimbang kemalvnuran perarmgan/individml. Sebab, j i b kemakYnuran prorangan yang justm diutamakan, m&a tampuk pruduksi akan jatuh ke tangan perorangan yang berkuaa, dm jika ini terjadi rakyat ymg jurnlsthnyst
banyak &an ditindasnya. Dernikian maka bumi d m air dan kekayaan alam ymg terkmdung dalam burni, adalah pokuk-pakuk kemakmm rakyat, sehingga harus
dihasai oleh negara wtuk: ~besar-besar k e - m
xakyat.
Inilah bunyi
penjelasan UUD 1945 pasat. 33, (Mubyartu, t 991a) Djogo diacu ddam Mubyarto (1999) mmyebutkan bahwa " ekonomi
konglomerat " addah ekonomi prtumbuXran dm " ekanami rakyat " Adah ekonomi pemerataan. Dengan demifcian krarti bafxwa bila keduanya ingin brdampingan secara sehat ten& barus ada kebijakm yang simultan p d a kedmya.
Kasus Indonesia ini menunjukkan kegagdan hmpan trr'cMe down eQ'ect ddam teori pembangunan yang mengutamah pertumbuhan seprti yang dipelajari, aleh
Rostow. Kenyatw yang ada saat ini menghanrskan bmgsa Indonesia berpilrir ulang tentang pilihm kebij&an pembangunan (ekonomi) khususnya* Dengan semangat
clernokrasi dm keadilan nafnpdaya tidak ada pilihan bin kawtli h a m rndakuIcan pmihdcan kepada ekanumi rakyat.
Pernerintah hams menerapkan kebijakm yang benar-benar berpihak pada
ekonomi d y a t d m pelaku ekonorni kecil, bukm lagi pada kongfamerat, kalau ingin menggalakkan kembali ekonomi mkyat. Sikap berpihak itu buim dilakukan dengan rnemberikan fasilitas gratis pada mereka, tetapi dengm menciptah sistern ekonumi
ymg terbuka, adil, dm berdasarkm mekanisme pasar.
Orientasi kebijakan ini
h e n d h y a juga bukan sernata-mata pa& eIrspor, tetapi lebih pada upaya peningkatm daya beIi rakyat. Agar ckanomi kerakyatan dapat berkembang, pernerintah h
s rnembustt
kebijakm yang sebanyaic mungkin membuka peluang bagi usaha kecil dan menexlgah
serta tak. baleh Iagi terlalu banyak memberi petuang kepada konglomerat. Caranya menerapkan UU antimonopol d m kebijaIran yang kandusif bagi ppeguusrtka kecil.
Selain ikr pemerintah haus memberi bimbingan teknis menyangkut standarisasi produk, bantuan keumgan, atau memberi latihan alnrntsfisi agar mereka bisa menjadi perusaham kmil dmgm sistem yang rndem,
Dibyo Prabowo menyatdm bahwa masdah ymg dibadapi oleh pngusaha kecil dm menengah berWa-Ma sehingga bantuan yang dapat diberikan sebaiknya
tidak seragam. Pemerintah h m s jeli sebab ada yang butuh dana, ada ymg butuh pasar, namun ada yang butuh bimbingan mmajamen saja. Bagi pemerintah yang penting jmgan membustt kebijakan ymg mengganggu pengwaha kecil dm menengah
k h m n y a ymg h
g berkembang (Kompm, 20 A p t u s 200 1)
2.2.2, Ciri-ciri Ekonarni Pedesaan
Baswir dalam Mubyarto dm Baswir (1989) rnenyebukm bahwa ciri sistem ekonomi Indonesia menurut pas& 33 UUD 1945 addah sebagai berikut : 1, Perekonomian terbagi &lam 2 (dual wilayah : a. Wilrtyafr Sekor Formal, terdiri atas :
I) WilayrtR cabang-cabang pruduksi yang pentkg bagi negara ;dm 2) Wilayah ~bmg-cabmgpruduksi yang menguasai hajat hidup orang
banyak* b. Wilayah Sektor Informal, disebut juga sebagai wilay& cstbmg-cabang produksi yang tidak penting bagi negara dan tidak menguasai hajat hidup orang banyak.
2. Kecuali d d m wilayah cabang-cabang produksi yang penting bagi negara; peranan pemerintah dalam perekommian lebih dititik beratkan sebagai pengawas
dari pengatur.
3. Kopmi m e r u p h satu-satunya bentuk: pmahaan ymg beroprasi dalam wilayah cabang-cabang produksi yang rnengurtsai hajat hidup orang banyak. 4. Ruang gerak usaka-usaha swash yang tidak kbentuk: kopemi terbatas pada
wilayah =bang-cabmg produksi ymg tidak pentirig bagi negItSa dm ti& m e n g d hajat hidup orang banyak, Karen8 skala kegiatannya rats-mta kecil
r n a b wifayah ini tidak diatw oIeh pemerintah. 5. Penentuan harg8 lebih banyak: disc:mMn kepada mekmisme pasar,
Berbiwa masalah pedesaan pada dunia ketiga umumnya dan pedesaan di
Indonesia khususnya, sangat erat dengotn kmiskinan. Megapa dmikim, karma secara relagif sumberdaya manusia berHrualitas lebih rend& penguman met (fahan)
ymg sempit serta seretnya iHim d e m o h i di segala bidang, Dati ciri sistem ekonami Indonesia tersebut, sebnamya telah memberikm ruang yang cukup bagi seluruh warga negara khususnya masyrtrrtkat pedesrtan untuk:
s e w 8 &if melalukamya, Namun demkian ddam kenyatam rnengapa masymkat pedesw mas& banyak yang miskin, hal ini karena belum d m y a kekrpihakan secara nyata. Herlaitan dengan hal tersebut: Sen dalam femy (1 990) menunjukm
bahwa kematian karma keiaparan di dalam kncana k e l a p m tidak sepnuhnya atau
sebagim besar disebabkan aleh adnya kekwangan pangan, tetapi penyebab utama
adalah admya kegagalan pernberian hak: (entitlements). Disini tersedia cukup pangan tetapi p a w dm lembaga-lembaga lainnya bekerja sedemikim nrpa sehingga orang
tidak rnampu rnemperoleh kesempatan yang cukup untuk memperoleh pangan, Hd ini berarti bahwa rnasih terjadi diskriminmi dalam pmktek pas%.
Sejalan dengan sistem ekunomi Indonesia, Clark dm Hetswell Balm Penny (19901, menyahkan dengm tegas bahwa perlunya pasafisasi dalam ekonomi pdesaan.
Namun demikian Penny (19901, menyangsikm para ekonom
pembangunan yang menifai ketexbukm pada kekuatan pa= sebagai jalur menuju kesejahteraaxl bagi ptani subsisten.
Dengan datanya mengemi dem-desa di
Indonesia, Penny menunjukkan bahwa p n g d p a w dapat menrsak, d i m p i n g membantu. Dalam konteks terakhir ini bennrti knar bahwa pemerintah hendaknya
berpem sebagai pengawas dan pengatw. Usaha kayu rakyat di Jawa tidak lain di1ak:ukm aleh keIuarga ptani kecil biasanya subsisten yang memp&m ciri mum petani Indonesia. Golongan petmi
subsisten tersebut menurut Scott (1 976) rnereka memiliki kcbiasam mendahulukan selamat minya apa yang diusahakm prioritas p m a adalah untuk. memukupi
kebutuhan kunsumsi sendiri, ymg biasa disebut dengm etika subsisten.
Penduduk pdesaan pada umumnya memiliki fahan ymg relatif sempit; dengan lahan tabatas tersebut prioritas bercocuk tmm adafah menanam tanman pangan untuk: memenuhi kebutuhannya sehasi-hari, kemudian tanaman buah-bu&m dm yang terakhir adalah tanaman yang merighasilkan kayu. Dapat pula terjadi pohon ditanam tanpa pemair berpikir untuk dapat ddiambil hasilnya, tetapi sekedar untuk
mendapat Eungsi lain misalnya sebagai titanaman pelindung, pagar, pencampur dan sebagainya. Dari hail s e l u d usaha prtaniannya, beberapa jenis hasil dijwl untulc
diprtukxkan dengm b m g lain dan atau untuk mencukupi kebutuhan selain konsumsi. h n g m rata-rata petani seperti itu m&a volume barang yang dipcrjual-
belikan juga dalztrn jumlah terbatas. OIeh kuenanya volume pasar pada pasar-pasw
pedesaan juga tecbatas, atau dengan kata lain di dalamnya terhpat banyak Magangpe8agmg kecil.
Keseluruhan usaha tersebut baik sebagai produsen maupun
konsumen tazim disebut dengan usaha kecil. Modal-modal usah ymg febih besar di
pedesam biasanya dimiliki oleh para pernil& tanah yang luas (tuan tanah) &itrat adanya alr~uzldasitabungannya. Hal ini dijelmkan ofeh Scott (1976) pada petmi-
petani di Asia Tenggm. Cantoh lain seperti yang d'kemdmkm oleh Hardjosoediro (1 977)tentang tumbuhnytt industri mebe1 @ti)
di daerah KIaten.
h e n a pemilikan sumberdaya masing-masing rumahtangga terbatm, serta
adanya kesrunm lingkungan fisik, sosial dm budztya m a b suatu usaha brtentu segera &an diikuti oleh mahtangga fahmya baik itu bmpa kegiatan memproduksi bahan b&u maupun kegiatan ymg berupa pengolahan. Dengan demikian timbullah
kesamm usaha yang dikerjakan oleh banyak rurnahtmgga, dengan slrafa usaha kecil, yang ticlak jarang belum memenuhi skila ekonurni.
Usaha-usaha tersebut di atas sering masih dilakukm dengm cm-cara
irebermam antar nrmahtangga ddam proses pmduksinya, sehingga cendemg menutup muncufnya rnonapoli us&.
Hal ini disebabkan karena pada dasamya
setiap rumah mgga rnemerlukan pekerjactn, sementara kesempatan kerjst sangat
terbatas. Dalarn ekanami rakyat, modal utama berupa tenaga kerja (kelwga) dm
modal serta teknolagi sseahyst (Mubyarta t 999). Modal yang dirniliki Iebih banyak hmaf dari modal sendiri, sehingga umumnya helm mengenal lembaga k e m g m perbankan yang dianggap sebagai produk perekonomian modern, yang tidak: segera sesuai dengan kulturnya.
2.2.3, Pasang Surut Ekonomi Pedwaan Ekonomi psdesam ymg sering dianalogkan sebagai ekonomi rakyat, tentu sudah ada sej&
rakyat itu ada, karena ekonami pada dasamya mengatur
ntmahtannga. Jika ekonomi rakyat hi dilihat mdai jamm penjajahan w p a i saat ini,
maka sebenarnya ekonomi rakyat belum pernah mendapah pernihakan s e w
hati. Dengan. bta lain xlalu tersingkirkan. Pada jaman penjajahan, ekonomi &at
sangat marjind perkembangmya,
karena perekolramian dikuasai oleh penjajah yang kapitalis d m para pechgrtng
(merkantilis).
Setelah kemerdekaan, penvujudan ptasal 33 UUD 1945 seperti yang
diterjemahkm oleh Bung Hatta, sangat banyak mendapat hambatan &lam pelaksmsuuzya.
Pada jaman pemerintEthan Orde Baru, kwena seem kuznsisten mengmut tmrj. pertmbubmya Rastow (F&h 200 1), d i m a mmerlukm rndal-modd besax yang
artinya rnasuk dalam sistem ekonomi kapitdis, maka selama kurang lebih 30 t&un
ekunomi r&yat ttidak mendzipat m
g y m g cukup untuk berkembang.
Dari sejstrah ekonomi rakyat itu jeXas bahwa ekunami rakyat seldu terpinggirkan.
Namun demikician. Alice Dewey dalam Mubysuto (X99fa),
rneneranghi bahwa " peasant markets " bisa lxrtahan rnenghadapi " glabalisasi ". Dengan kattta lain walaupun ekonomi rakyat. di Jawa (Mrususnya) telrth diterjang afeh ekonomi modern yang kapitalistik dm seldigus dieksplaitasi oleh sektur ekonomi
merhtilistik, toh bisa bertahan dan pada waktunya berkembang, k e n a sektor ini sesungguhnyrt cukup luwes dan efisien serta bersifat padat tenaga kerja. Selanjutnya
ditegaskan oleh klubyrrrto (1991a), W w a sistem pasar ymg cocok dengan kondisi Jawa adalah sistem pasar dengan unit gelayanan yang kecit dm tersebar, dm bukan unit ksar yang terpusat.
Sdanjutnya dikatakm bahwa ekonomi mkyat telah
rnenemulcan cara-caranya send% untuk bisa be-
menghwkpi gfobalisasi yang
keras dm semakin canggih. Menurut Mubyarto (1999) apabila ekanomi rakyat telah dapat berbhm mmghadapi gempuran sistem ekonomi modern dari luar %lama
penjajahm (350 tahun), m k a ekonumi rakyat yang sudaxl m a k i n kuat dm krdaya pasti dapat Iebih d i d d k a n lagi menghadapi era globalisasi abad 21. Ekonorni rakyat atau ekonomi kemkyatan addah sumber kekwtan kiw s m k r daya tahan ketangguhan ekonomi nasional masa depan. Dimuka telah disebutkm perbdaan anma ekonomi d y a t (ekonomi
pememtaan) dcngan ekunomi konglumerat (ekonomi pmtumbuhan). Kebijaksanaan ekonomi ymg menghasilkm pertumbuhan ekonomi amat tinggi ~ t a m ah p i r 30
tahun temkhir memang telah berhasil menumbuhkan prekonomian Indonesia dengan rab-rats 7%
per $ahtatun, tetapi jelas b l u m berhasil meratdm pembagiannya. Maka
krisis moneter dm krisis ekonami yang r n e r o n t o ~ekonami konglomerat h m dipmdang sebagai tindakan Tuhan. Sefanjutnya ddam G B W 1998 unh& perkma
kdinya ddam 20 hhun terakhir sejak PancasiIa diterima sebagai satu-satunya asas berbangsa dm bernegara, tereantum f stilah Sistem Ekanami Pancasifa (SEP) y m g dianggap paling cocok unhlk dilaksanakan di Indonesia. 2.3. Ekonomi Rumahtangga
Perekonomlan tersusun atas perekonomian kefampok-kelompk
pada
mstsyarakat, rumahtangga, perusahaan, pmerinhh dimana kelompok-kelompok
tersebut menggunakan sumbrdaya ymg dimilikinya dalam pencapaim tujmnya. Sebagai eontoh perusahaan menggmakm tenaga kerja, tanah dm modal untuk:
mencttpai mjum parusahm yaitu m&simum kewtungan.
Rdtangga
mengalok8sikm sumberdaya yang dimililrinya ke dalam beberapa kegiatan dengan hampan dapat menghsilkan ouput yang memuaskan d m dam meningkatkan derajat kesejahteraan anggota keluarga. Keadaan di dalm dm di luar rumahtangga &an menentukan jurnlah dm jenis sumberdaya nrmafrtangga, produkivitas masing-masing kegiatm dm kepuasan yang diterima, Dengan demikim bila kondisi dl dalam dm di Iuar mmhtangga bembafi, mka pola penggunaan sumberdaya dm kegiatan nrmaXrtangga &an berubah. Pola
baru ini disebut dengm pengaturan ekonomi mmhtangga,
Berbicara tentang sumkrdaya rumahtangga menurut Bryant f 1990), terdapat tiga hd penting yaitu : ulrum, kompasisi dm stwktw nrmahtangga.
Ukuran
mahtmgga bera-ti menunjukkm bmapa ksar / jumlrntr anggata ddam nrmahtmgga. Koniposisi berarti rnembicarakan mengenai macm mggota ketuarga dilihat dari
kategori dalam umur, sedang s t m h w berarti berbicara tentang keluwga ddam kaitannya dengan pernikahan. Mengatur ekonomi nunahtangga b e m i mengatur ukwan, struktur d m kompsisi rumahtangga yang menunjukkan poIa penggunw
sumberdaya dm kegiatan ymg ingin dicapai oleh rumahtangga. Sumberdaya mnahtmgga dibagi menjadi dm yaitu sumberdaya fisik (physical
capital) dm sumberdaya manusia (human capital). Sumberdaya manusia meliputi : waktu, keahlim dm enerai (berupa fisik dm mental). Sedmg swnberdaya fisik meliputi sumberdaya keuangan dm sejenisnya dm dapat direncandcm.
Kegiatan nunahtangga berarti penggunw sumberdaya baik sumberdaya
rnanusia, sumberdaya fisik, dimma kegiataxx tersebut dapat m e m k r i h kquasan
bagi wahtangga baik secara tangmg maupun ti&&
langsung, Bekerjct menxpakan
contoh kegiatan y m g rnemberikan kquasan tidak fangsung sdang konsumsi merupah cantoh kegiatan yang memberikm kepuasan larigsung.
Ddam kegia-ya
untuk: rnemaksimumkm kepuasan, rumah tangga tidak
bebas nilai, tetapi disana tmdapat pembatas-pembatas yang hams d i p h i . Pembatas tersebut menurut Bryant (1 990) addah ekonami, teknik, h&um dm susid budaya.
Pembatas ekonomi berarti menentuk.an apa yang akm dilakukm
rumahtangga, bagaimana
melakukan dm apa ymg &an digeroleh. Contah
pembahs ekonomi addah walctu yaitu bahwa sehari hanya terdiri dari 24 jam saja. Pembatas teknik menerangkan b&wa sef d kegiatm mengikuti proses-proses hukum bialogi, fimia, fisika dm sebagainya,
Pembatas h k u m serta pembatas sosid-budaya %id&lain addah pembatas y m g ditentukm atau diatur hukum, peratwan, paiitik, rronna-norma sosia1 budrtya dimma
mahtan.gga ikut krpartisipasi di d a l m y a .
Dua pembatas pertam disebut
pembatas absolut kmem tidak dapat diabaikm, sedang dua pembatas terak:hir disebut pernbatas relatif karena ddam prdctek dqat diabrtikan oleh mmhtmgga
(Bryant, 1990).
2,3. I. Bekerjit dan Waktu Senggang Strategi rumahtangga untuk
menjalmi kehidupannya gum rnencapai
kesejahteraan, ditunjukkan oleh kuntribwi kerja atau alokasi wak-tu setiap mggota
keluarganya untuk mencmi ria&&, pekerjam nunahtmgga dm kegiaratl lainnya.
Dengan demikian kontribusi kerja merupakan refleksi sistern produksi dalam rumah tangga. Namun demiErian sebagai sumberdaya rnanusist setiap mggota nrmahtangga
ddm mencurahkan waktu untuk kegiah baik bmpa kegiatan ekornomi atau bukan, dia ingin memaksimumkan kepuasan dirinya maupun keluarganya. Oleh karenartya setiap keputumya akm seldu terkait dengtn keputusan kelwga secara
keselunrhsux (Bryant, 1990). R d t a n g g a merupakan w i t terkecil pengambil keputusan, b n a hampir mirip dengan perusaham j i b ditinjau dari twri permintam tenaga kerja. Seorang anggota keluarga
&an kkerja, pasti Rams melihat pertirnbangan mggota fain,
Dengm kata lain suplai tenaga Icerja ditentukan secara simultan dalam rurnaktangga unmk mencapai kepuasan mahimum dengan sumberdaya terbatas. Secara alamiah sumberdaya manusia mempunyai dua pilihan yaitu bekerja dm
memanfaatkm w a h senggang. Bekerja baik di dalam m a h maupun di luar m a h ,
keduanya menyita w&tu, sebalihya w&tu yang lain tidak diisi dengm bekerja, tetapi justru dinikmati xbagai wakh luang. Dai sini yang menjadi pertanyam
adalah bagaimanzt alokasi waktu bagi rumahtang@ maupun setiap anggotstnya
(Becker, 1976).
2.3.2. Kegiatan Ekonomi Rumahtangga Kegiatan ekonorni yang dirnalrsud disini lebih diartikan kepada pembagian kerja s r t a fmgsinya ddm hubungannya dengm pendapatan dm konsumsinya
didalm rumhtmgga. Dengan demikistn alakrasi wakcu setiap anggota k e l w g a dalam krbagai kegiatan untuk mendapatkan kesejAteraan menja& penting.
Menurut Mangkuprawira (19841, kontribusi kerja reIatif tiap anggota keluarga
akan beragam ymg diduga berkaitan d e n p segi-segi kedudukan di
dtrtngga,
j 6 s seh, l o h i dm lapisan ekanomi. Tingkat k e p m stau kewjahtemn yang
telah dicapai akan memprtkan umpan balik bagaimma mggota keluarga atau rumahtmgga melakuican proses pngambilan kqutusrtn berikutnya baik dalarn proses pengeluaran, untuk: pmduksi mupun mtuk konsumsi. Penentuan pola pengelman
kefuarga t a u m a didasarkan pada pertimbangm tin&at pendapatan ketuarga Pendapatan tiap angguta keluarga atau nunahtmgga dapat berasal dEtri upah, keufltungm usaha dm dari bukan upah. Tergantung dari k b a g a i faktor, tiap anggota mmperateh pendapatannya bisa c h i swtu atau lebih sumber.
Sebagai
cantah, semdainya pendaptan kepada kelmga dari gaji tidak: mencukupi kebukrhan keluargmya maka jika a& modal dia cendenmg m e n d tambahan dengan usaha
sendifi. Begitu pula seomg petani-pemilik-penggarap l&an sempit, dia tidak saja menmi &ah
dari lahannya t e q i cenderung dia akan menjadi bruslh tani apabila
kesempatan itu ada. Babkan tidak j m g hampir setiap anggota keluarga ddam
nunahagga cenderung mengkuntribusikan kerja unhrk m&& apabila pendapatan
kefwga dm kebutuhan keIuarga mas& kwmg. Pendapatan keluarga d i p h mtuk: kebutuhan konsumsi pangan dm bdcm pangan, serta pengelumm untuk. investmi dm tabungm. Proporsi pendapatan yang dibelanjakan utuk bahan r n & m &pat dipakai sebagai ukwm kesejahterstan keluarga &tau rwmhtangga.
Di Indonesia yang
ternauk nepra sedstng berkembang sekitar 70 % d a i pengeluam dipakai untuk:
konsumsi pangan.
Sedangkm negara-negara maju seperti faggris d m Amerika
Serikat proprsi tersebut lebih kecil dari 50 %. Praparsi untuk: konsumsi bukan
p q a n Ban untuk lain-lain yang lebih bsar biasanya dialoicasikan wtuk pndidikm,
kesehatan, invatmi rumah tangga dm lain-lain. U k m atau proporsi m a k : x m tersebut ~ p a k n y ajuga mengkuti hukm
Engel di untuk .-nr
rnanzt
makln tinggi pndapatan maka malcin rendah proporsi pngelustran Di samping itu &pat dinyabkan d d m ukuran elastisitas konsumsi
terhdap pndqatan atau pengelwan total. Ada kecendemgrtn makin tinggi tingkat pendapatan keluarga makin rendah elastisitas konsumsi pangan dibmdhg komumsi bukan pangan. Hal ini j u g ada hubmgannya dengan jumlah keluttrga. Suam rumah tangga dengan jumlah mggota ymg malrin banyak dengan pendapatm tertentu berarti
proporsi pengeluaran unhrk. konsumsi pmgm &an makin besar pula. demikian elastisitas konsumsi untuk pmgm akan makin be=
Dengan
sejalm dengan
pertimbahan jumlrth anggota. Keadaan di atas diduga terjadi pula pada rumahtangga
ymg &an diteliti.
Selain faktor-faktur di ddam mmhmgga, f&or di luar rumah tangga diduga ada p e n g d y a tahadap perilaku konsumsi rumah tmgga seperti tingkat upah, k g a b r a s dm h q a bukan beras. Tin&$ upah yang makin tinggi sebenarnya
mericeminkan tingkat pendapatm keluarga semdcin tinggi pula. Dalam kaitannya dengan investasi pendidikm maka dianggap bahwa tingkat pendidikan yang dicapai &an mempunyai pengaruh positif terhadap produktivitas kerja, Produktivitas ymg makin tinggi diduga &an diikuti aleh pendapatttn yang tinggi pula. N m u n dernikian keputusm suatu keluarga unhrk: rnengalokasikan pndapaknnya mtuk pendidilcm &an
ditentukan oleh tingkat ekanomi atau
pendapabnnyzt. Di sinilah prinsip ot~artunitycast &an mcncirikan seberapa jauh
suatu keluafga mengmbil keputusan di ddm rnengalokwikan pndapatan ufltuk.
pendidih. 2.3.3. Rumahtangga Pedesaan
Rumahtangga pedes~tanyang karma sebagiarn besax bermata pencaharian sebagai petani, &a
daiam M a n ini d i a s w s h menjadi prototipe rumahtmgga
petani. Banyak peneliti, penufis sepexti Sayogyo, P m y , Mubyarto, Sumodiningmt,
Scstt, White dm sebagainya ketika membicmkan petani di pdesaan sdalu tidak dapat Iepas dari pernbahasan tentang kerniskinan. Dalam konteks kemiskinan ini
brarti bahwa apa yang diproduksi oleh mmahtangga petmi selalu febih keciX dari
tingkat: konsumsinya. Hal ini berarti secara implisit masih banyak mahtangga yang membutuhkan lapangan kerja bruduktif) untuk menmbah pendapatrtn M a mrangka mencapai kesejahteram ymg diinginkan. Karena itu kondisi s e m m ini &pat digbut pasar tenaga kerja dalam kondisi suplai amga kerja tidak terbatas.
Pada pasar tenaga kerja ymg normal, sewa tearitis tiap anggota mmhtangga
&an rnetlydiakan jrtsanya j i b upah yang a h diterima cufcup mmarik baginya. Dalam m&tangga petani h e m tenaga kerja mmpakm w t u - m y a f&rproduksi ymg climiliki relatif melimpah, &a
ia terpaksa rnelakukm kegiatan-
kegiatm yang rnemeriukan banyak tenaga kerja dengm h i 1 sangat kecil sampai
kebutuhan subsistennya terpenuhi (Scott, 1 976). Mangkuprawh 1984 menyebutkan '' krapapun " upahnya &an tetap diterima pkerjaan tersebut agar tidak mengmggur. Selanjutnya dalrarn penelitiannya rnenghasilh beberapa kesimpulan antara lain :
(I) Distribusi kerja untuk menmi n&ah lebih banyak didokasikan kepada pihak Xaki-laki,sedTin&m pekerjaan nunahtangga f ebih banyak didistribusikan kepada wanita ; wdaupun dernikim peranan isteri dalam mencari
&ah
cukup tinggi
(70O/o) dari jumlah isteri &if ddam kegiatm produktif. (2) Makin rendah tingkat pendapatan atau pngelumn wahtangga mak;in tinggi
respon suami dm isteri dalm mencari nafkah, karma ha1 ini berkai-
dengan
dorongan untuk mencukupi kebutuhan keluafganyrt.
(3) Masih tingginya underutilization dikdangan isteri dan an&-anak usia kerja m e n e w masih banyak wafau Iuang yang dimilikinya. 2.4. Sistem DisEribusi dan Penentuan Warga 2.4.1. Sistem Distribusi
Evan dan Beman, (1987) membedakttn phil~sopipemasam dm pjuztlan,
J i b dalam pemasaran krdapat: arus balik @edback) antara produsen dm konsumen dalam rangka memperbaiki kkinerja dm hasil pemasaran bagi kedua b l a h pihak,
A a n g pada penjdm tidak. demilsian, Pa& penjudan, dim informasi hanya satu
mh dari produsen kepada Iconsumen. Permman keduanya adalah adanya atiran
barmg/jasa dari produsen kepada konsumennya. Inilrph lingkup dari sistem distribusi yang dirnaksud pada sub bab ini. P e m i I i h suatu sistem distribusi hams meldui suatu perencarram yang baik karena hal ini menyangkut biaya d m manfaat bukan saja pada sistem distribusi
tersebut, tetapi juga menyangkut biaya dm manfaat p e n r s h .
Karenmya
pernilihm saluran distribusi rnenjadi masalah penting (Evan & Beman, 1987).
Berkaitm dengan pemilihan sistem distribusi tersebut, Bressler (1 970) ;Kotler (1 986)
menyebutkan sebagai one time strategic decision karena pada dasamya kebijakan penentun sistem distribusi bemifat W d a k mudah d i d a h seb& dengm
mengubah sistem distfibusi dannpaknya &an m e l i b a h biaya - manfaat serta
banyak pihak. Dalam distribusi d i k e d perencanam distribwi d m distribusi fislk.
ferencanaan distribusi addah suah keputum sistematik tentang perpindah b m g
d m kepmilikm dari produsen kepada konsmen. Jadi M a m ha1 ini p e m i l i h saluran distribusi sangat penting, Sedang distritrusi fisik lebih membicmkm tentang lokasi, waktu dm kondisi pemasrtrstn (Evan & Beman, 1987). Dengan demikim manajer akan sefdu rnemifih sistem diswibwi yang mampu membrikan kepuasan maksirnum kepada semua p e l u yang terlibat di dalamnya,
Dalm
konteks sistem distribusi, pada umumnya pemahaman dan
pemmfaatamya lebih banyak digunakm dafam sisrem prnasmm modern dalm arti h g s i dm keberadm organisasi &pat dikwjakan dengan baik. Pada dunia perhian secant mum pmbicaraan distribwi h i 1 pertmian dari petani (prodwen) sampai
kepada konsumen rnemiliki perbedam-perbedam dibmdig industri manufaktur. Bebrapa masifah daXam pemasaran hail pertanian menurut Kohls & Uhl (1990) misalnya : (I) diproduksi oleh petani dalam unit kecil-kecil (2) produksi terganhmg kepada musirn dm pola biologi (3) petani lebih banyak berfindak sebagai pengambil
harga (4) adanya " penmggung bebas " (free rider) d m sebagainya. Terdapat dua faktor penting yang perlu diperhatikan &lam kaitmnya dengm pmasarm basil pertanian yaitu kwaktefistik pruduk d m karakteristik produksi.
Karakteristik produk yaitu memakan w i n g (bulky), mudah busuk, kualitas bewariasi.
S e d q k~trakteristikproduksi yaitu adanya v a b i praduksi tahunan, variasi produksi musiman, konsentrasi g e ~ g r ~variasi s , biaya produksi (Kohls & Uhl 1990). Berkaitan dengan karakteristik prod& y m g mem-
ruang (bulky), maka
peranan transpomsi menjadi sangat penting ddam pernasarmya. Oleh karenmya
rnasaiah transportasi sering digmakm dalm penyelesaian rnasdah distribusi d m dokasi prod& seperti yang dikernukakan aleh Wager (1975).
Dalam distribusi
h i 1 hutan, pentinpya masdah transportasi ini juga dikemuMan aleh Nasendi (1982) ;ZPB f 1976) dm UGM f 1977) ;Sinclair (1992). Penyelesaian masdah distribusi rndalui pndekatan problema transportasi biasanya dengan menggmdm program linier sebagai alat p m e h . Meldui pendekatm ini &pat diternuh salusi optimal ymg mampu menjawat, kepuasan
rnstk:simwn bagi pelaku ekonomi yang bertindalr. Berhitm dengm kdteristik produksi, pada umumnya semua produk percanian dipengaruhi oleh faktar alm, dengan demikiatl konthiks suplai
sepmjang tah.un seringkali tidak terwujud. Konsentrasi gmms
dm variasi biaya
produiEsi rnerupkan faktor yang ikut mempenunit perneeahan mmd& distribusi. Ketiga karakteristik produksi tersebut &an rnembawa kansekuenasi biaya &lam
distribusi. Buongiorno (1 9801, yang meI&&an studi distribusi kayu dwi wilayah pruduksi kayu di iuar Jawa ke sentra-sentra industri pengolahan, mengRasilkan solusi bukm saja d a i segi optirnasi biaya, tetapi juga dapat mengantisipasi kenrsakan hutan.
Dalam pelaksanaan pemasarttn, agar barangljasa m p a i kepada kansumen, biasanya ditempuh dua cara. Pertama cam langsung dm kedua yaitu cara tidak
tangsung.
CarEi tidak fangsung berarti m e l i b a h bebrapa pihak untuk
menympaikan barang kepada konsumen. Cam kedm inilah yang membentuk saluran tataniaga. Bressler & King (1 970) menyatakan b&wa pedagang perantara sering
diprlulran k m n a selain membantu menyederhanakan plaksanaan fungsi penwaran ymg merupakm hban produsen, juga airan mempelancar a m barang. N m u n
demikian pedagang perantam &pat juga menjadi kendda fancamya anrs b m g ,
Ddam studi pemwarrtn pada dasarnya efisiensi pasar menjadi sangat penting. Efisiensi pemasaran dari segi ekonami tulak ukumya addah pembagim keunhmgan yang adil antarn pdaku ekonomi yang terlibat. Dalam hal tatmiaga maka pembagian marjin keuntungan dimtara lembaga tataniaga menjadi isu sentd dalam eGsiensi pmasxan ini. 2.4.2. Penentuan Hrmrga
Penenturn harga kayu sebagai h i 1 hutan biasanya terkait dengan nilai t e g W (stumpage value). Kayu yang hrasal dari h u h mefalui proses produHrsi dengm
spesifikasi tersendiri yaim : ( I ) pabrik s e k a l i p merupakan produknya (2) proses produksi rnemerlukan waktu relatif panjang dm (3) riap mmpakan acuan untuk menghitung produksi (Gregory, 19741, Ddm proses produksi tersebut penetapan daur menjadi sangat pedng karena seam Imgswg rnernpengdi nilai ekonomi kg&m (Openshaw, 19801, yang pada gilirannya &an menentukan harga kayu bulat
yang dihasilkm.
Studi tentang penentuan harga kayu bulat masih helm banyak dilakukm,
diduga h d ini berhitm dengm spesifikasi produksi serta sifat pmintaannya yang
inelatis. Namun studi mengenai nilai tel;akan t e l h banyak dilak-.
Hal ini
menurrjuMcan bahwa labih pnting mengungkapkm " biaya praduksi " s e c m sepihak dibmding rnengmalisisnya secara simulm dengan prmintaannya,
Pendekatan
hrrrga kayu melahi pihak produsen (sisi suplai) ini merqakan pendekatan yang sederhma k m a dengm mengetahui nilai tegkan, maka kebijdm harga mudah untuk segera dibuat. Penenban lzarga yang berpedoman kepada nifai kgakamya
banyak antma lain dikemukakan aleh Duerr (19741, Haynes (19771, IPB (1999) dm sebagainya. Seem teori h e n a harga terjadi di pasar m a h dengan sendirinya penentuan
harga suatu komoditi dipengaruhi oleh keadaan pas% khususnya struktur pasar
(market structure). Struktur pasar untuk: tujuan pmktis hrarti sifat-sifat organismi pasar yang mempunyai pengaruh s e w a strategis pada sifat-sifat persaingan dm pembenmkm
harga pada suatu pasar f Baiq 1959). Dengan mengetahui stnrlctur pasar k w t i &an rnemberikan gambaran karakteristik struktur p a s a terdiri dari ( f ) tingkat konsentrrpsi penjual (2) tingkat konsentrasi pernbeli (3) tixlgkat deferensiasi prod& d m (4) kondisi mask ke pasar. Sedmg menwit Caves (1976) diacu dalam Trigono (1 9841, stmkhx pmar mempunyai beberapa unsur yaitu : (1) ironsentrasi penjualan atau
pembelian barang (2) deferensiasi produk (3) hambatan mas& ke pasar (4) pertumbuhan permintaan (5) elastisitas k g a d m (6) rasio biaya ti& t e t q terhadap
biaya tetstp untuk jangka pendek.
Unsur pertama yaitu kunsentrasi penjualan atau pembelian barwig merupakan unsur yang sering digunakan untuk: menggmbarlcan stdtur pa%.
Pengukurm
konsentrasi tersebut menurut Bain (1959) anbra bin k s m y a persentase penjualan
empat perusaham. Afat kur lain &pat pula d i m a n k w a txlrenz, Indek G h ,
Indek k m e r dm Indek Herfind&. Pa& suatu pasar manopoli berarti komntrasi pada satu produsen dimma
keunhtngan sebagai tujuan utama, m& dengan p s a r persrtingm,
k g a barang pastj, lebih tinggi dibmding
Kebijakan harga pnting untuk: pasar pasaingan
mon~palistisatau digopolistis karena pala puar tersebut terdapat persaingan tetapi tidak mempunyai kemampuan kuat mtuk mematikm pausaham lain. Analisis s t w k u r pas= ditinjau dari segi pembeli (kunsuen) s m a dengan
andisis s t d d m p a w ditinjau dari segi penjual. Dengan dernikiatz istilab monopfi dm monopsuni adalah s e p h p':iWmmya tergantung Mrnana tinjauan andisis
dilakukan.
Penenturn hwga swtu b m g tentu $id& hmya tergmmg kepada vwiabelvariabel ekonorni mja, variabef-vBTiabe1 non ekanomi seringkdi memegang peranan penting. Mengapa demikian ? Hal ini disebabkan k a r m pada dasmya proses p a w
m
e
m proses ~ Xrubungan sosial antar martwia, sehingga banyak: variabel yang
sesungguhya bekerja di ddamnya,
Hwga kayu memegang peranan pnting baik krhadap penciapatan petani, pendapatm pedagmg permma dm kesejahteraan konsumen.
Sayangnya harga
komoditi pertanim pada umumnya Iebih berfluktuasi dibanding harga komoditi non pertmian atau jasa.
Hal ini disebabkan karma sifat biologis kwmuditi prtanim,
adanyrt hama dm penyakit, c m dm ~ variasi m u s h sehingga jumlah yang dihasilkm swing b e r M dengm yang direncanakan (Tomek & Robinson 1972).
Untuk
komoditi kayu rakyat selaln faktar-f&tor tersebut, ditambrth faktor keputusan petmi untuk menjual. pahun berdiri sangat berbeda mtar individu petani.
Keputusan petani untuk rnenjual pohon berdiri dikaitkan dengm pmolehan
harga memiliki dm kernurrgkinsur yaitu pertama, dengm menunda pnjualan bermti &an mengurangi volume paar ymg herd dapat menEtiMran harga ;kedua, dengttn
menunda penjualan justru pohannya menjadi tidak laku karena jumlah p h o n setiap p&
biasanya sedikit sehiigga tidak seimbang dengm biaya trasporhsiya apabifa
dibefi oieh W g a n g .
Secara teoritis apabila ptani tersebut mernbentuk: sutttu
kerjasama jnsosiasi) m a h setidhya akan menkigkatkan pasisi tawmya, sehingga keputum stpapun yang diambil untuk menjual pohon, ada harapan unhtk dapat lebih
sejahtera rnefdui harga y m g diterirnanya.
Beberapa pnelitian mtara laitin aleh Soerwiatmoka (1988), H a e m a n ef al.
( I 9901, Hayonu (1996), menunjuhn bahwa psisi petani paling lemah dalm perdagangan kayu rakyat, yang ditujukan oieh marjin keuntungan y m g paling rendah,
Dilzzparkan juga bahwa seiain pwar $id& ada intervensi dari pernerintrtXr, petani juga
tidak mernifiki aatu meld-
lcerjasamrt rnenuju semacam asosiasi. Sementara itu
para pembeli yang jumlahnya relatif sedikit, walaupun s c m a nyata ti&
memiliki
kerjasama, tetap saja memiiiki pusisi tawar ysulg lebih tin& ketika krhadapan
dengan petani pemilik secara individual. 2.5. Pendebtan Slstem
Pada dasamya setiap orang bisa dm boleh rnenyampaikan terminologi sistem atas dwar
padangm pribadi maupun kegmaan untuk kelarnpalurya, yang penting
hams ada visi tentang sesuatu yang '%utuR"
dm keutuhan (Eriyatno, 1999).
Selanju~nyadinyatakan bahwa sistm addah rnerupakm himgunan atau kombinwsi
dari bagian-bagim yang mernbntuk sebuah kesahran yang komplek dm memiliki
kesahan (unity), hubungan fungsional dm tujuan yang bergma. Sehingga secara
definitif, sistem adalah suakr gugus dari elemen ymg saling berhubungan dm terorganisasi untuk men~pait u j m atau suatu gugus dari tujuan-tujuan (Menetsch
dm Park, 1999 diacu MamEriyatna, 1999). Kompfeirsitas suatu pernasalahan yang dimdai dengan kemgaman. y m g begitu besalr tidak mungkin dikaji atau dikendalikan oleh satu atau dua metode spesifrk saja.
Oleh karena itu perlu dicari pmec&an melalui keterpaduaxl antar bagian meIdui pemahmm yang uhh, ymg mernerlukm suahr kerangka fikir baru y m g d i k e d
dengan pendebtan sistem. Sebagai contuh, ddam menyefesaikan masdah di b i h g industri atau ekonomi pedesw, ti&
bisa dianalisis pada bagian-bagiannya saja,
nmun harus dimengerti sebagai kesefwuhm, karena bila hanya pmbahan pada
bagiannya, &a
hanya terjadi pefubahm keciX dztn tidak efektif (Eriyatno, t 999).
Menurut Eriyatno f 19991, pendekatan sistem merupdm metadalagi yang krsifat rasiond m p n i bersifat intuitif untuk. mernecahkan masalah gum mencapai
tujw tertentu. Pemasal&m yang sebaihya menggunakan pendekatm sistem
ddm pengkajimya, yaitu pennasalahan yang memenuhi k d e r i s t i k : ( I ) kompleks, yaitu interaksi antar elemen c&up rumit, (2) dinamis, dalam mi fkturnya ada ymg berubah menurut w&tu dm ada pendugaan kc m m depan, dm (3)
prababilistik, yaitu diperlukamya h g s i pelumg Balm inferensi kesimpulan mupun rekornendasi.
Terdapat tiga pula pikir yang menjadi pegangm pokok ddam
mengandisis permasalalran dengm pendebtan sistem, yaitu : (1) sibernetik
fcybernetic),~inya berorientasi pada tujuzm, (2) holistik f holistic), yaitu cara pandmg yang utuXx terhadap keu-
sistem, dan (3) efektif (eflectiveness),yaitu
prinsip ymg lebih mementingkm hasil g w a yang opemional serta dapat
dif&san&m dari pada pendalamm tmritls untuk: mencapai efesiensi keputusm (Eriyatno, 1999). Tefaah pemasdahan dengan pendebtan sistern ditandai ~ l e hcificiri : (1) mencari semua f b r penting y m g terkait Warn mendapatkm solusi ymg
baik untuk menyelesaikm masdah, dm (2) a h y a model kuantitatif untuk rnembmtu keputusan secara rasiond, Dengan demikim pengambilan keputusrux
biasanya dibantu dengan Sistem Penunjang Keputusan (SPK).
Keen dm Morton (1986) d i m &lam Eriyatno (1999) mendefinisih SPK sebagai swtu sistem berbasis komputm yang mendukung mmajemen pngambilan keputwan yang berhubungan dengm pmasdaErttn. yang bersifat semi terstruktur.
Millet (1 992) diacu ddam Eriyatno (1 999) mendefinisikan SPK sebagai suatu sistem yang menggmakan model y m g berhubmgan mtara keputusan dm jalan keluar unhtk menunjang pemaahan rnasafah y q dititikberrttkm pada masalah keputusan spesifik ataupun kumpdan rnasalah-masalah yang berhubungm. Minch dm Burns (1983)
diacu dalam Eriyatno (1999) mengemukakm bahwa kowepsi model SPK addah menggmbarkan secara abstrak tiga komponen utama pnunjang keputusan yaitu
pengmbilan keputusan, data dm model. Menurut Eriyatnu (1 9991, SPK terdiri dari tiga elemen pembentuk utamst, ystitu basis data, basis madel dm mmajemen dialog.
Rekayasa sistem berbasis komputer yang paling mum digunakan adalah System Develupenf Lve Cycle ((SDLC), yaitu tahapan yang dimulai dari perencanam dm anrtlisis sistem, desstin sistem, pengembangan sistem dm
pengetasan, impf emenmi sistem, pengoperasionalan d m pxlgevduasian wh pngendalian. &pan
Setiap tahapan hanrs seIesai terfebh rfahulu seklum mas& ice
selmjutnya, dm didokumentasikm agar dapat digunakan oleh tim kerja pa&
takapan berikutnya (Turban, 1993). 2.6. Analisis Strengths,Weakness,Opportu~pifies~ Threaik (SWQT)
Analisis SWOT didasarkan pada la&
y m g dapat memak:simdh kekuatan
(Strength) dan peluang (Opportunities), m u n
secara
b e m m dapt
merninimalkan kelemahan (Weakness)dm ancaman (Threats). M s i l analisis SWOT
biasmya B i g u n b dalam pengambifm kepuhsm, dan sefma ini banyak digmidm
oleh penwhm. Beberap penelitim menunjukkan bafiwa kinmja pmahaan dapat
ditentukan aleh korntrinasi faktor internal dm e k s d dimanrt kedua f&ur tersebut harus diprtimbangkan ddam analisis SWOT.
Analisis SWOT pa& dammy8
membandingkm mtm f&or eksteml pe1uang (Opportunities) dan ancaman (Threars) dengan faktor internal. kekuatm (Strength) dm kelemahan (Weahzess) (Rmgkuti, 1997).
Menurut P a c e
and Robinson (19911, kekuatm adatah
sumberdaya, keterampilan atau keunggulan, lain relatif terhadap pesaing dm
kebutuhan pas= sum pmsahaan,
Kelemahan mempakan herbatasan dalam
sumkrdaya, keterampilan dm kemampuan yang secara serius rnenghaltangi kinej a suatu perusahaan. Peluang rnerupakan situasi yang menguntungkan pemahaan,
berbagai kecendenmgan addah salah satu peluctng seperti peraturan-peraturan, dan
pubahan teknoiogi. Sedangkan ancaman addah situasi yang tidak menguntungkm, rintangan bagi pemdaan seperti masuhya pestping banr, prubahan teknufogi dm peratwan baru atau perubahan yang direvisi.
Analisis SWOT menurut Pwce and Rubinson (1 99 1), didasarkan pada amrmsi
bahwa suatu strakgi yang efektif rnemaksimumkm kekuatm dm peluang, dm
merninimumkan kelemahan dm anman. Unmk dapt membandigkan mtztr mur SWOT, maka perlu diketahui nilai masing-masing mur SWOT. Selanjutnya nilai masing-masing unsur SWOT ditempatkan ke dalm diagram SWOT.
Diagram
SWOT mewpalcan perpadurn mtara perbandingan kekuatan dan kelemahan (diwakili
Pada diagram tersebut kekuatan d m p l w g d i b d tanda positif, &an&an
kelemahan dm ancaman diberi tmda negatif. Dengan menempatkm selisih nilai S (kekuatan) - W (Icelamahan) pa& sumbu (x), dm m e n e m p a b selisih nifai antara 0 (peluaxlg) - T (ant-1p d a (y), mrtka ordinat (x,y) akan menempati salah satu sel
dari diagram SWOT. Letak nilai ti
- W dm 0 - T ddm diagram SWOT akan
mexlentukan araIx strategi yang akm ditempuh suatu bentuk: usaha seperti, d i s a j h
Kelemahan (W)
Kekuatan ( S )
Ancaman (T)
Gambar 2.1. Diagram SWOT Pada sel I (support an agresive sfrafegy) adafah situasi yang pding
menguntungkan, dimana sistem rnempunyai pelumg dm kekuatan. Jika sistem pada
sel 2 (support dive~.sLfxucion slrufep), berztrti mernpunyai kekuatan tetapi menghadapi mman yang tidak menguntungkm. Jika sistem tersebut beds pada
sel 3 (support a hrrylczround oriented strategy), berarti &stem tersebut mempunyai peluang, tetapi memiliki kelemahm. Tetapi sistem berada pads se1 4 (support a defensive strategy), berarti sistem tersebut mengkdapi s i W i yang paling eidak
menptungkan, yakfii, mempunyai ancaman d m kelemahan internal, Setiap scl pada diagram SWOT memperlihatkm ciri ymg b r b d a suatu unit
U&*
sehingga
diprlukan strategi yang berbeda dalm penmgmmya. Selain dengan diagram SWOT, unt& menggmbarkm secara jelas bagaimam peluang dan m m m eksternal ymg dihadapi perusaham &pat disesuaikm dengan
kekuat2U1 dm kefemafian yang dimilikinya, malca dqat digunaim mat& SWUT (Rangkuti, 1 997). Teknik andisis SWOT yang dijelaskan di atas, menunjukkan bahwa teknik ini mernpunyni kernampurn untuk: mengidentibhi peubak-peubah internal dm
ekstemat secara baik. Remudim dengan diagram SWOT, yang dibuat b e r d a s h bwamya nifai, pengad unsur SWOT, &an dapat dirumuskan h t u k strategi perusaham yang tepat. Oleh hens itu, jika sistem usaha kayu rakyat dianggap sebagai bent& usaha, maka dengm analisis SWOT tersebut, d i f i m p h akm drtpat
dikmukan peubah-peubah unsur e h e d dm internal yang kpngarufi terfiadap
sistem u s a h h y u rakyat, Kemudian dengn menggmakan diagram SWOT d m rnatrik SWOT, akan dapat dimmuskan mengwi strategi dan pengembangan sistern usaha kayu rakystt. 2.7, Proses Xllierarki Analisis (Ana@ticaIHiercrrhy Process, AHP)
AHP adalah sebuah hierarki hgsional dengan input utamanya persepsi
rnanusia, S u m masalah ymg tidak terstruktur dipecahkan kedalm kelompk-
kelampok yang kemudian diatur menjadi suatu hierai. Dalam penerapannya suatu tujuan yang bersifat mum dijabarkan ke ddam sub-sub tujuan, dilakukan dalam
bebentpa tahap sehingga dipmoleh tujuan yang opemiond.
AEtP dikembangkan oleh Saaty (1998)
memedkm madah kampleks,
dimana aspek atstu kriteria yang dimbil cukup banyak.
Kompleksitas juga
disebabkan oleh h t u r madah yang IAum jelas, ketidakphan persepsi
pengmbil keputwm serka ketidakpastim temdianya data statistik yang & m t . M P mempunyai, kemmpuzin untuk mernecahkan rnasalah yang h i f a t multi-abyektif
dm multi-kiteria, berdasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elernen dalam hierarki.
Langkah-langkah dalam metode AHP meliputi : I) mendefinisikan masdah dm rnenentukm solusi yang diinginkm, 2) membmt stmhr hierarki yang diawali
dengan tujuan mum, dilanjutkan dengan subtujum-subtujuan, krikria dm
kemungkinm alternatif pada tingkatan kiteria yang paling bawah, 3 ) mernbuat rnatriks perbandingan. bepasangan yaxlg menggambarkan kantribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan kriteria yang setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukm berdasarh judgmeat dari pengmbil keputusan
dengm rnenilai tingkat keppentingan suatu elemen dibmdingkan elemen iainnya
menggunakan skala penilaian perbandingan (Smty, 19981, 4) rnelakukan perbandingan berpasangm sehingga diperoteh jugdment seluruhnya sebanyak n x
[(n-1)/2) bu&, dengan n dal& banyaknya elemen yang dibandingkan, 5 ) menghitung nilai eigen dari setiap matriks perbandingan berpasmgan. Nilai vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini wit& mensinfesis judgmenr
daXm penenturn prioritas efemen-efemen pada tingkat hierarki W e d a h sampai pencapaim tujuan, 6) memeriksa konsistensi trjerarki, j i h nildnya Xebih dari 10 persen m&a pmilaian datajudgment hams diperbaiki. 2. 8. Pernodelan Struktural f nterpretatif (Ixtderprefatbe Sd~ucfuralModelingt
ISM)
Berbagai tmri telah dikembangkstn untuk pmncanastn strategi dimana infommi kuditatif dan nomatif mendominasi input kebijkm. dimtmmya addah "lnferpretative Sflwctt.tral Modeling
"
Salah satu
(ISM), yakni teknik
permodelan deskriptif yang merupakan alat strulcturisasi untuk suatu hubungm lmgsung.
Teknik ISM adalah proses pengkajian kelompok, dirnana model stwktural dihasilkm guna memobet m a l a h kompleks diui suatu sistem, melalui pofa yang dirancang secara seksama dengan mengpmkm gr&s grta kalimat. Meldui teknik
ISM, model mental ymg tidak jelas ditransfomash menjadi model sistem yang tampak (visible).
Bagian pertama dari teknik ISM adalah melrplcutcan pnyusunan hiemki. Penentusux tingkat hierarki dapat didekati dengm lima kriteria (Eriyatno, 1999) yaitu 1) kekuatan pengikat (bond strength) di dalm
frekwensi relatif dari oskilasasi,
c hatau antar kelompaWtingkat, 2 )
tingkat yang Iebih rendah lebih cepat
tergunmg dibmdlngkan tingkat rttasnya, 3) konteks, berarti Eingkat yang lebih tinggi
beropemi pada jmgka w&tu yang lebih lambat dalam ruang yang lebih has, 4) iiputan, artinya tingkat yang Iebih tinggi mencakup tingkat dibawatxtrya, dm 5 )
Sebagai bagim kedua addah membagi s u b m i yang sedang diteld kedalm elemen-elemen dm sub-sub elemen ini menggunakan masukan dmi kelompok ymg
dinyaaan ddam terminalogi sub ordinat yang menuju pada pmbmdingan
Berdstsarkm pertirnbangan hubungm kontekstd, disusun Structural Self Interaction Matrix (SSXiw), kemudian dibuat tabel Reachability Matrix (RM)dm
diperoleh mtriks tertutup. RM yang tel& memenuhi trculsivity mte kemudim diolafi untuk menetapkan pilihan jenj ang f level partition). Hasilnya dapat digambarkan
Berdaarkan RM,sub elemen di dalam satu elemen dapt disusun menurut Driver
Power Dependence (DP-D) menjadi 4 klsifikasi atau sebor s q x d terlihat ddam
-
IV. Independent :
11% Linkage :
Strong driver weak dependent variables. I.
Autonomous:
Strong driver - strongly dependent variables. 11 Dependent :
Weuk driver - weak dependent variables,
Weak driver - srrongly depencbend variables.
Dependence