Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLOMBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR Irvansyah Putra Paharuddin 1
Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika melalui penerapan pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Polombangkeng Utara tahun ajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen yang melibatkan satu kelas sebagai kelas eksperimen. Penelitian ini mengacu pada 3 aspek kriteria keefektivan pembelajaran, yaitu: (1) ketuntasan belajar secara individu dan klasikal, (2) aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan (3) respons siswa. Desain penelitian yang digunakan adalah The One Group Pretest Posttest. Satuan eksperimennya adalah siswa Kelas ππΌπΌπΌ2 SMP Negeri 1 Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar dengan perlakuan pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). Instrument penelitian yang digunakan adalah: (1) tes hasil belajar, (2) lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa, dan (3) angket respons siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) skor rata-rata tes hasil belajar matematika siswa sebelum diterapkan pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) adalah 34,31 dan berada pada kategori sangat rendah dimana 29 siswa atau 100% tidak mencapai ketuntasan individu dan ini berarti bahwa ketuntasan secara klasikal tidak tercapai. (2) skor rata-rata hasil belajar matematika siswa setelah diterapkan pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) adalah 79,17 dan berada pada kategori sedang dimana 25 siswa atau 86% mencapai ketuntasan individu, 4 siswa atau 14% tidak mencapai ketuntasan individu dan ini berarti ketuntasan secara klasikal tercapai. (3) rata-rata persentase aktivitas siswa untuk setiap indikator telah mencapai kriteria aktif (4) angket respons siswa menunjukkan bahwa respons siswa terhadap pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) positif yakni 94% Dengan demikian pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika materi Persamaan Garis Lurus pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar. Kata Kunci: Efektivitas, Matematika, Pendekatan, Aptitude, Treatment, Interaction PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sekarang ini. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia selalu berusaha meningkatkan kualitas pendidikan untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas meskipun hasilnya belum memenuhi harapan. Salah satu indikator kualitas pendidikan di sekolah adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa di IRVANSYAH PUTRA PAHARUDDIN, DKK/ EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLOMBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR
65
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
sekolah. Dengan demikian hasil belajar siswa pada mata pelajaran tertentu merupakan salah satu indikator kualitas pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Dalam peningkatan kualitas pendidikan, matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang pendidikan formal sangat memegang peranan penting. Menyadari pentingnya matematika sebagai salah satu penopang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka hasil belajar matematika di setiap jenjang pendidikan perlu mendapat perhatian serius. Sehingga hasil belajar siswa sangat ditentukan oleh kualitas proses belajar yang dialami oleh siswa di setiap jenjang pendidikan. Sebagai tenaga pengajar/pendidik yang secara langsung terlibat dalam proses belajar mengajar, maka guru memegang peranan penting dalam menentukan peningkatan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar yang akan dicapai siswanya. Salah satu kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh pendidik dalam hal ini adalah bagaimana mengajarkan matematika dengan baik agar tujuan pengajaran dapat dicapai semaksimal mungkin. Dalam hal ini mengorganisasi dan memformulasikan model atau pendekatan pembelajaran yang dinilai dapat meningkatkan motifasi dan minat belajar siswa yang tentunya berimplikasi langsung pada pencapaian hasil belajar siswa. Hal ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan siswa bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya tetapi mereka juga sebagai mahluk sosial dengan latar belakang yang berbeda. Ormrod (2008: 207) mengemukakan βPerbedaan individual yaitu perbedaan kemampuan kognitif, kepribadian, keterampilan fisik, dan lain sebagainyaβ. Adanya perbedaan individu tersebut memberikan implikasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan praktek pembelajaran di sekolah. Dari kenyataan yang ada di lapangan diketahui bahwa di antara siswa terdapat perbedaan individu, terutama perbedaan dalam kemampuan (aptitude) sehingga dijumpai di setiap kelas adanya kelompok siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Pada model pembelajaran klasikal umumnya guru-guru pada jam pelajaran yang sama dalam suatu kelas, guru mengajarkan bahan dan materi yang sama dengan cara yang sama untuk semua siswa dalam kelas tersebut, sehingga perbedaan individu tersebut cenderung diabaikan. Guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual. Guru tidak cukup hanya merencanakan pembelajaran klasikal, karena masing-masing siswa mempunyai perbedaan dalam beberapa segi, misalnya intelegensi, bakat, tingkah laku, sikap, dan lain-lainnya (Slameto, 2003: 93). Hal itu mengharuskan guru untuk membuat perencanaan secara individual pula, agar dapat mengembangkan kemampuankemampuan siswa secara individual. Untuk mengakomodasi dan mengapresiasi perbedaan individual siswa dalam pembelajaran dalam rangka mengoptimalkan prestasi akademik/hasil belajar maka seorang guru harus pandaiβpandai memilih model atau pendekatan pembelajaran. Pengembangan model atau pendekatan pembelajaran merupakan hal penting sebagai solusi dari masalah perbedaan individual siswa tersebut. Dari hasil observasi di lapangan yang dilakukan oleh penulis di salah satu sekolah menengah pertama di Kabupaten Takalar yakni SMP Negeri 1 Polombangkeng Utara kelas VIII pada bulan Maret 2015 di peroleh gambaran bahwa sebagian besar siswa masih kurang serius dalam belajar matematika, sehingga hasil belajarnya pun tergolong rendah. Hal ini terlihat dari nilai rataβrata ujian akhir semester siswa di bawah standar yang
IRVANSYAH PUTRA PAHARUDDIN, DKK/ EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLOMBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR
66
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
diharapkan yaitu 69 dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan oleh sekolah yakni 73. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika materi Persamaan Garis Lurus melalui penerapan pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar, ditinjau dari: (1) hasil belajar siswa, (2) aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan (3) respons siswa terhadap pembelajaran. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan pendekatan, dan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Santrock (2007: 266) mengemukakan pembelajaran dapat didefinisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan dan keterampilan berfikir yang diperolah melalui pengalaman. Menurut Corey (Sagala, 2010: 61) bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Gintings (2008: 34) mengemukakan pembelajaran adalah memotivasi dan menyediakan fasilitas agar terjadi proses belajar pada diri si pelajar. Sedangkan Rusman (2012: 3) mengemukakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara pendidik, peserta didik dan sumber belajar guna membangun konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri sehingga dari proses belajar tersebut dapat diperoleh ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan.
B. Pendekatan Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) 1.
Pengertian Pendeketan Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction Secara subtantif dan teoritik Aptitude Treatment Interaction (ATI) dapat dijadikan sebagai satu konsep atau pendekatan yang memiliki sejumlah strategi pembelajaran yang efektif digunakan untuk individu tertentu sesuai dengan kemampuanya masing-masing. Dipandang dari sudut pembelajaran (Teoritik), ATI approach merupakan sebuah konsep yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran yang sedikit banyaknya efektif digunakan untuk siswa tertentu sesuai dengan karakteristik kemampuannya. Didasari oleh asumsi bahwa optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar dapat dicapai melalui penyusuaian antara pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa. Sejalan dengan pengertian diatas, Cronbach (Ferawati: 2009:22) mengemukakan bahwa ATI approach adalah sebuah pendekatan yang berusaha mencari dan menemukan IRVANSYAH PUTRA PAHARUDDIN, DKK/ EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLOMBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR
67
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
perlakuan-perlakuan (treatment) yang cocok dengan perbedaan (aptitude) kemampuan siswa, yaitu perlakuan (treatments) yang secara optimal diterapkan untuk siswa yang berbeda tingkat kemampuannya. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan diatas, dapat diperoleh makna essensial dari ATI approach, sebagai berikut: a. ATI approach merupakan suatu konsep atau pendekatan yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran (Treatment) yang efektif digunakan untuk siswa tertentu sesuai dengan perbedaan kemampuannya. b. Sebagai sebuah kerangka teoritik ATI approach berasumsi bahwa optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar akan tercipta bila mana perlakuan-perlakuan dalam pembelajaran disesuakan sedemikian rupa dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa. c. Terdapat hubungan timbal balik antara prestasi akademik/hasil belajar yang dicapai siswa dengan pengaturan kondisi pembelajaran dikelas atau dengan kata lain, prestasi akademik/hasil belajar yang diperoleh siswa tergantung kepada bagaimana kondisi pembelajaran yang dikembangkan guru di kelas. 2.
Tujuan Pendekatan Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Dari rumusan pengertian dan makna essensial yang telah dikemukakan di atas, terlihat bahwa secara hakiki ATI approach bertujuan untuk menciptakan dan mengembangkan suatu model atau pendekatan pembelajaran yang betul-betul peduli dan memperhatikan keterkaitan antara kemampuan (aptitude) seseorang dengan pengalaman belajar atau secara khas dengan metode pembelajaran (treatment). Untuk mencapai tujuan seperti digambarkan diatas, ATI approach berupaya menemukan dan memilih sejumlah pendekatan, metode/cara, strategi, kiat yang akan dijadikan sebagai perlakuan (treatment) yang tepat yaitu treatment yang sesuai dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa. Keberhasilan pendekatan ATI mencapai tujuan dapat dilihat dari sejauh mana terdapat kesesuaian antara perlakuan-perlakuan (treatment) yang telah diimplementasikan dalam pembelajaran dengan kemampuan (aptitude) siswa. Kesesuaian tersebut akan termanifestasi pada prestasi akademik/ hasil belajar yang dicapai siswa. Semakin tinggi optimalisasi yang terjadi pada pencapaian prestasi akademik/ hasil belajar siswa, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pengembangan pendekatan pembelajaran ATI. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan utama ATI approach adalah terciptanya optimalisasi prestasi akademik/ hasil belajar melalui penyesuaian pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa. 3.
Prinsip Pendekatan Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Agar tingkat keberhasilan pendekatan pembelajaran dapat dicapai dengan baik, maka dalam implementasinya perlu diperhatikan beberapa prinsip yang dikemukakan oleh Snow (Nurdin, 2005: 41) yaitu: a. Bahwa interaksi antara kemampuan (aptitude) dan perlakuan (treatment) pembelajaran berlangsung di dalam pola yang kompleks dan senantiasa dipengaruhi oleh variabel-variabel tugas/jabatan dan situasi. b. Bahwa lingkungan pembelajaran yang sangat terstruktur cocok bagi siswa yang memiliki kemampuan rendah, sedangkan lingkungan pembelajaran yang kurang terstruktur (fleksibel) lebih pas untuk siswa yang pandai.
IRVANSYAH PUTRA PAHARUDDIN, DKK/ EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLOMBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR
68
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
c.
Bahwa bagi siswa yang memiliki rasa percaya diri kurang atau sulit dalam menyesuaikan diri (pencemas atau minder), cenderung belajarnya akan lebih baik bila berada dalam lingkungan belajar yang sangat terstruktur. Sebaliknya bagi siswa yang memiliki rasa percaya diri tinggi akan lebih baik dalam situasi pembelajaran yang agak longgar (fleksibel). Dari prinsip-prinsip yang dikemukakan di atas, dapat dimengerti bahwa dalam mengimplementasikan pendekatan pembelajaran ATI, masalah pengelompokkan dan pengaturan lingkungan belajar bagi masing-masing karakteristik kemampuan (aptitude) siswa, merupakan masalah mendasar yang harus mendapat perhatian yang serius. 4.
Langkah-Langkah Pendekatan Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Berdasarkan prinsip-prinsip pendekatan pembelajaran aptitude treatment interaction di atas, maka dapat diadaptasi beberapa langkah yang dilakukan dalam pembelajaran, yaitu: a. Treatment Awal Pemberian perlakuan (treatment) awal terhadap siswa dengan menggunakan aptitude testing. Perlakuan pertama ini dimaksudkan untuk menentukan dan menetapkan klasifikasi kelompok siswa berdasarkan tingkat kemampuan (aptitude) dan sekaligus juga untuk mengetahui potensi kemampuan masing-masing dalam menghadapi informasi atau kemampuan-kemampuan yang baru. b. Pengelompokan siswa Pengelompokan yang didasarkan pada hasil aptitude testing.siswa didalam kelas diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. c. Memberikan perlakuan Kepada masing-masing kelompok diberikan perlakuan (treatment) yang dipandang cocok/ sesuai dengan karakteristiknya. d. Achievement test Diakhir setiap pelaksanaan, diadakan Achievement test untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap apa yang sudah dipelajarinya. Kegiatan pembelajarannya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tahap pendahuluan, tahap kegiatan inti, dan tahap kegiatan penutup. Ketiga tahapan tersebut akan diwujudkan dalam bentuk beragam kegiatan sesuai dengan model klasikal, kelompok, dan individu secara siklus dan dapat dimulai dari klasikal, kelompok, atau individu sesuai kebutuhan. Tim belajar kelompok kecil dengan anggota lima peserta didik dengan kemampuan awal berbeda dan dibentuk setiap tatap muka pembelajaran. 5.
Kelebihan Pendekatan Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Kelebihan pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction antara lain: a. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa b. Dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
IRVANSYAH PUTRA PAHARUDDIN, DKK/ EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLOMBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR
69
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
c. d. e. f.
Guru dapat lebih memperhatikan kemampuan setiap siswa baik secara individu maupun kelompok Guru dapat memberikan treatment sesuai dengan kebutuhan siswa Siswa dapat mengoptimalkan prestasi belajarnya sesuai dengan kemampuannya Memungkinkan pengulangan sampai berkali-kali tanpa rasa malu bagi siswa yang berbuat salah
C.
Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan sudah dilakukan oleh Ferawati (2009) yang menyimpulkan bahwa pembelajaran melalui pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) dapat membantu siswa memahami materi sehingga terjadi peningkatan hasil belajar matematika. Pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dapat meningkatkan rasa percaya diri dan keaktifan siswa dalam belajar matematika yang ditandai dengan adanya peningkatan frekuensi kehadiran siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung serta makin banyaknya siswa yang mulai memperhatikan materi, dan mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). D. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika materi Persamaan Garis Lurus pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian pre β experimental dengan melibatkan kelompok atau satu kelas.
satu
B. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian adalah hasil belajar siswa, aktivitas siswa, dan respons siswa pada pembelajaran matematika melalui penerapan pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). 2. Desain Penelitian Desain pada penelitian ini adalah satu kelompok pretest-posttest (The One Group Pretest-Posttest) yang termasuk dalam pre-experiment. Untuk lebih jelasnya desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 1. Desain the One Group Pretest β Posttest Pretest O1
Perlakuan X
Posttest O2
Sumber: Sugiyono (2013: 111) Keterangan: X = Perlakuan (Treatment) O1 = Hasil belajar siswa sebelum diberikan perlakuan pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).
IRVANSYAH PUTRA PAHARUDDIN, DKK/ EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLOMBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR
70
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
O2 = Hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). C. Satuan Eksperimen dan Perlakuan 1. Satuan Eksperimen Satuan eksperimen dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar tahun pelajaran 2015/2016, yang berjumlah sepuluh kelas, dari sepuluh kelas tersebut diambil satu kelas dengan menggunakan teknik simple random sampling untuk dijadikan subjek penelitian dan terpilih kelas VIII2 dengan jumlah siswa 29 orang. 2. Perlakuan Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). Dalam penelitian ini pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) merupakan perlakuan yang ingin diketahui keefektivannya dalam pembelajaran matematika. Untuk mengetahui apakah pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) efektif dalam pembelajaran matematika, maka ada tiga indikator keefektifan yang diguanakan yaitu; hasil belajar siswa, aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dan respons siswa terhadap proses pembelajaran. D. Instrumen Penelitian Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan beberapa instrument penelitian, yaitu lembar observasi dan tes. Untuk lebih jelasnya instrumen penelitian ini ditunjukan pada tabel berikut. Tabel 2. Instrument penelitian Objek penelitian Hasil belajar siswa
Instrument penelitian Tes hasil belajar
Aktivitas siswa
Lembar observasi
Respons siswa
Angket
E.
Prosedur Penelitian Prosedur penelitian dapat dibagi kepada tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 26 Oktober sampai dengan 11 November 2015dapat terlihat pada tabel 3. Tabel 3. Jadwal penelitian No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Hari/Tanggal Senin, 26 Oktober 2015 Rabu, 28 Oktober 2015 Rabu, 28 Oktober 2015 Senin, 02 November 2015 Rabu, 04 November 2015 Rabu, 04 November 2015 Senin, 09 November 2015 Selasa, 10 November 2015 Rabu, 11 November 2015
Waktu 08.30-09.30 07.30-08.15 08.15-09.30 08.15-09.30 07.30-09.30 14.30-15.30 08.15-09.30 14.30-15.30 07.30-09.30
Kegiatan Aptitude test Pretest Proses Belajar Mengajar Proses Belajar Mengajar Proses Belajar Mengajar Pelajaran Tambahan Proses Belajar Mengajar Pelajaran Tambahan Posttest
IRVANSYAH PUTRA PAHARUDDIN, DKK/ EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLOMBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR
71
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Statistik Deskriptif a. Hasil belajar siswa Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar matematika berdasarkan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pelajaran matematika yang ditetapkan oleh SMP Negeri 1 Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar adalah dinyatakan dalam tabel berikut: Tabel 4. Kategorisasi Interval Penilaian Hasil Belajar Siswa No. 1. 2. 3. 4. 5.
Skor 0 β€ x < 63 63 β€ x < 73 73 β€ x < 80 80 β€ x < 98 98 β€ x β€ 100
Kategori Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Tabel 5. Kategorisasi Standar Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar Skor 0 β€ π₯ < 73 73 β€ π₯ β€ 100
Kategori Ketuntasan Belajar Tidak tuntas Tuntas
Hasil belajar siswa harus mencapai ketuntasan belajar secara individual dan klasikal. Kriteria seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan oleh sekolah yakni 73, sedangkan ketuntasan klasikal tercapai apabila minimal 80% siswa di kelas tersebut telah mencapai skor ketuntasan minimal. Selanjutnya untuk mengetahui selisih antara nilai postest dan pretest digunakan skor gain ternormalisasi. Menurut Prichard (Jusmawati, 2015: 105) skor gain ternormalisasi yaitu perbandingan dari skor gain aktual dan skor gain maksimal. Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa sedangkan skor gain maksimal yaitu skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa. Gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan guru. Rumus indeks gain ternormalisasi menurut Meltzer (Jusmawati, 2015: 105) yaitu:
=
πβ²1 βπ1 ππππ₯ βπ1
Keterangan: = skor gain ternomalisasi T1 = skor pretes Tβ1 = skor postes Tmax= skor maksimum ideal
IRVANSYAH PUTRA PAHARUDDIN, DKK/ EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLOMBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR
72
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
Tabel 6. Klasifikasi Normalisasi Gain Koefisien Normalisasi Gain Klasifikasi g < 0,3 Rendah 0,3 β€ g < 0,7 Sedang g β₯ 0,7 Tinggi Sumber: Jusmawati (2015:105)
b. Analisis data aktivitas siswa Data hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung dianalisis dan dideskripsikan. Untuk mencari rata-rata frekuensi dan rata-rata persentase waktu yang digunakan siswa melakukan aktivitas selama pembelajaran ditentukan melalui langkah-langkah berikut: (1) hasil pengamatan aktivitas siswa untuk setiap indikator dalam satu kali pertemuan ditentukan frekuensinya dan dicari rata-rata frekuensi dari dua orang observer, kemudian ditentukan frekuensi rata-rata dari rata-rata frekuensi untuk beberapa kali pertemuan, (2) mencari persentase frekuensi setiap indikator dengan cara membagi besarnya frekuensi dengan jumlah frekuensi untuk semua indikator, kemudian hasil pembagian dikalikan dengan 100%. Selanjutnya mencari rata-rata persentase waktu untuk beberapa kali pertemuan dan dimasukkan dalam tabel rata-rata persentase. Tabel 7. Kriteria Batasan Waktu Ideal Aktivitas Siswa No
Kategori Aktivitas Siswa
1.
Memperhatikan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru dan siap untuk belajar. Mendengarkan / memperhatikan penjelasan guru. Mengajukan pertanyaan mengenai materi yang belum dipahami.
2.
3.
4. 5.
6.
7.
8.
Menjawab pertanyaan/soal yang diajukan oleh guru. Aktif dalam mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS) untuk kegiatan I Aktif dan bekerja sama dalam mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS) untuk kegiatan II Meminta bimbingan/bantuan dalam mengerjakan LKS
Mempresentasikan hasil kerja kelompok di papan tulis
Alokasi Waktu pada RPP I II III IV
πΊ
Waktu Ideal
5
5
5
5
20
5,55% dari WT
20
20
50
20
110
30,55% dari WT
25,55β35,55
5
5
5
5
20
5,55% dari WT
0,55 β 10,55
5
5
5
5
20
0,55 β 10,55
15
15
20
15
65
5,55% dari WT 18,05% dari WT
15
15
20
15
65
Interval Toleransi PWI (%) 0,55 β 10,55
13,05-23,05
13,05-23,05 18,05% dari WT
5
5
5
5
5
5
5
5
20
20
5,55% dari WT
5,55% dari WT
IRVANSYAH PUTRA PAHARUDDIN, DKK/ EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLOMBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR
0,55 β 10,55
0,55 β 10,55
73
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
9
Melakukan aktivitas lain diluar skenario pembelajaran (tidak memperhatikan penjelasan guru, mengantuk, tidur, mengganggu teman, keluar masuk ruangan). Jumlah
5
5
5
5
20
80
80
120
80
360
5,55% dari WT
0,55 β 10,55
100%
Keterangan: 1. PWI adalah Persentase Waktu Indikator 2. WT adalah waktu tersedia pada setiap pertemuan Data hasil pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran dianalisis sebagai berikut: β ππ πππ = Γ 100% βπ Keterangan: πππ = Persentase aktivitas siswa untuk melakukan suatu jenis aktivitas tertentu β ππ = Jumlah aktivitas tertentu yang dilakukan siswa setiap pertemuan β π = Jumlah seluruh aktivitas setiap pertemuan. Kemudian persentase aktivitas siswa tersebut dibandingkan dengan βInterval Toleransi (PWI)β yang diperoleh dari persentase waktu ideal dengan menggunakan toleransi 5%. Persentase waktu ideal siswa dalam melakukan aktivitas tertentu, dihitung berdasarkan persentase jumlah alokasi waktu dari RPP pada aktivitas tertentu terhadap jumlah waktu seluruh RPP, yang rumusnya sebagai berikut: Ξ£wa πππΌ = Γ 100% Ξ£π€ πππΌ= persentase waktu ideal untuk melakukan suatu jenis aktivitas tertentu Ξ£wa = jumlah alokasi waktu dari semua RPP pada aktivitas tertentu. Ξ£π€ = jumlah alokasi waktu dari semua RPP
c. Analisis data respons siswa Data tentang respons siswa yang diperoleh melalui angket dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan persentase. Persentase dari setiap respon siswa dihitung dengan rumus: Jumlah respons siswa untuk aspek positif ο΄ 100 % Jumlah seluruh siswa Respons siswa dikatakan efektif jika rata-rata jawaban siswa terhadap pernyataan aspek positif diperoleh persentase β₯ 75%. 2. Analisis Statistik Inferensial Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Teknik statistik ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu uji-t. Sebelum menguji hipotesis penelitian, dilakukan uji normalitas sabagai uji prasyarat.
IRVANSYAH PUTRA PAHARUDDIN, DKK/ EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLOMBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR
74
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
a. Uji Normalitas Uji normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data secara spesifik. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian tersebut digunakan uji Anderson Darly atau Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 5% atau 0, 05, dengan syarat: Jika Pvalue ο³ ο‘ = 0, 05 maka distribusinya adalah normal. Jika Pvalue < Ξ± = 0, 05 maka distribusinya adalah tidak normal. b.
Pengujian hipotesis Ketuntasan Pembelajaran 1) Ketuntasan individu Uji rata-rata ini dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata hasil belajar siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal atau tidak setelah diterapkan pendekatan pembelajaran Aptitute Treatment Interaction (ATI). Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut: H0: ΞΌPost ο£ 72, 9 H1: ΞΌPost οΎ 72, 9 Dimana ΞΌ = nilai posttest siswa Untuk pengujian ini digunakan uji t-test untuk satu sampel menggunakan aplikasi SPSS 18 dengan kriteria: Terima H0 jika P ο³ ο‘ = 0, 05 dan Tolak H0 jika P < ο‘ = 0, 05 2)
Ketuntasan klasikal (Uji proporsi satu pihak) Uji ketuntasan klasikal dilakukan untuk menguji apakah hasil belajar peserta didik setelah diterapkan pendekatan pembelajaran Aptitute Treatment Interaction (ATI) dapat mencapai ketuntasan klasikal. Ketuntasan klasikal didasarkan pada proporsi peserta didik yang mencapai KKM minimal 80%. Hipotesis yang digunakan adalah: π»0: π ο³ 80% π»1: π < 80% Dimana π = persentase ketuntasan klasikal siswa Rumus yang digunakan adalah
zο½
x οο°0 n ο° 0 ο¨1 ο ο° 0 ο© n
dengan x = banyak anggota kelompok eksperimen yang mencapai nilai β₯ 73, n = banyak data π0 = proporsi ketuntasan klasikal 80% atau 0, 8. Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika π§ < -π§0, 5βπΌ, dimana π§0, 5βπΌ didapat dari daftar normal baku. Untuk π§ ο³ -π§0, 5βπΌ hipotesis H0 diterima (Tiro, 2009: 263).
IRVANSYAH PUTRA PAHARUDDIN, DKK/ EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLOMBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR
75
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
3)
Peningkatan hasil belajar Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan pendekatan pembelajaran Aptitute Treatment Interaction (ATI) H0: ο g β€ 0, 29 H1: ο g > 0, 29 Keterangan: Β΅g = Parameter peningkatan hasil belajar matematika Untuk pengujian ini digunakan uji t-test untuk satu sampel menggunakan aplikasi SPSS 18 dengan kriteria: Terima H0 jika P ο³ ο‘ = 0, 05 dan Tolak H0 jika P < ο‘ = 0, 05 HASIL PENELITAN A. Hasil Analisis Deskriptif 1. Deskripsi Hasil Belajar Siswa sebelum Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) (Pretest) Tabel 8. Statistik Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII2 SMP Negeri 1 Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar Statistik Banyak Data Skor Ideal Skor Terendah Skor Tertinggi Rentang Skor Rata-rata Skor Standar Deviasi
Nilai 29 100 20 53 33 34,31 9,59
Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII2 SMP Negeri 1 Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar No.
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
1.
0 β€ x < 63
Sangat rendah
29
100
2.
63 β€ x < 73
Rendah
0
0
3.
73 β€ x < 80
Sedang
0
0
4.
80 β€ x < 98
Tinggi
0
0
5.
98 β€ x β€ 100
Sangat Tinggi
0
0
29
100
Jumlah
IRVANSYAH PUTRA PAHARUDDIN, DKK/ EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLOMBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR
76
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
Tabel 10. Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Sebelum Diterapkan Pendekatan Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Skor Kategori Tidak tuntas 0 β€ π < 73 Tuntas 73 β€ π₯ β€ 100 Jumlah
2.
Frekuensi 29 0 29
Persentase (%) 100 0 100
Deskripsi Hasil Belajar Siswa sesudah Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) (Posttest)
Tabel 11. Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas VIII2 SMP Negeri 1 Polombangkeng Utara setelah penerapan Pendekatan Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Statistik Banyak Data Skor Ideal Skor Terendah Skor Tertinggi Rentang Skor Rata-rata Skor Standar Deviasi
Nilai 29 100 65 95 30 79,17 6,91
Tabel 12. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII2 SMP Negeri 1 Polombangkeng Utara No. 1. 2. 3. 4. 5.
Skor 0 β€ x < 63 63 β€ x < 73 73 β€ x < 80 80 β€ x < 98 98 β€ x β€ 100 Jumlah
Kategori
Frekuensi
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
0 4 9 16 0 29
Persentase (%) 0 14 31 55 0 100
Tabel 13. Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Setelah Diterapkan Pendekatan Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Skor
Kategori
Tidak tuntas 0 β€ π₯ < 73 Tuntas 73 β€ π₯ β€ 100 Jumlah
Frekuensi 4 25 29
Persentase (%) 14 86 100
IRVANSYAH PUTRA PAHARUDDIN, DKK/ EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLOMBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR
77
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
3. Deskripsi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Tabel 14. Aktivitas Siswa Kelompok Satu Selama Kegiatan Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) No 1.
2.
3.
4. 5.
6.
7. 8. 9.
Aspek Pengamatan Aktivitas Memperhatikan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru dan siap untuk belajar. Mendengarkan / memperhatikan penjelasan guru. Mengajukan pertanyaan mengenai materi yang belum dipahami. Menjawab pertanyaan/soal yang diajukan oleh guru. Aktif dalam mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS) untuk kegiatan I Aktif dan bekerja sama dalam mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS) untuk kegiatan II Meminta bimbingan/bantuan dalam mengerjakan LKS Mempresentasikan hasil kerja kelompok di papan tulis Melakukan aktivitas lain diluar skenario pembelajaran (tidak memperhatikan penjelasan guru, mengantuk, tidur, mengganggu teman, keluar masuk ruangan).
Persentase Aktivitas Siswa pada Pertemuan ke I II III IV
RataRata
Rentang baik (%)
6,25
6,25
4,17
6,25
5,73
0,55 β 10,55
32,5
32,5
42,5
31,25
34,69
25,55β35,55
7,5
6,25
5
10
7,19
0,55 β 10,55
2,5
2,5
0,83
1,25
1,77
0,55 β 10,55
13,75
17,5
15
20
16,56
13,05-23,05
18,75
22,5
20,8 3
20
20,52
13,05-23,05
6,25
6,25
5,83
8,75
6,77
0,55 β 10,55
1,25
0
0,83
1,25
0,83
0,55 β 10,55
11,25
6,25
5
1,25
5,94
0,55 β 10,55
Tabel 15. Aktivitas Siswa Kelompok Dua Selama Kegiatan Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) No 1.
2.
3.
Aspek Pengamatan Aktivitas Memperhatikan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru dan siap untuk belajar. Mendengarkan / memperhatikan penjelasan guru. Mengajukan pertanyaan mengenai materi yang belum dipahami.
Persentase Aktivitas Siswa pada Pertemuan ke I II III IV
RataRata
Rentang baik (%)
6,25
6,25
4,17
6,25
5,73
0,55 β 10,55
33,75
33,75
38,33
33,75
34,9
25,55β35,55
6,25
10
5
7,5
7,19
0,55 β 10,55
IRVANSYAH PUTRA PAHARUDDIN, DKK/ EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLOMBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR
78
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
4. 5.
6.
7. 8.
9.
4.
Menjawab pertanyaan/soal yang diajukan oleh guru. Aktif dalam mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS) untuk kegiatan I Aktif dan bekerja sama dalam mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS) untuk kegiatan II Meminta bimbingan/bantuan dalam mengerjakan LKS Mempresentasikan hasil kerja kelompok di papan tulis Melakukan aktivitas lain diluar skenario pembelajaran (tidak memperhatikan penjelasan guru, mengantuk, tidur, mengganggu teman, keluar masuk ruangan).
2,5
1,25
1,67
2,5
1,98
0,55 β 10,55
17,5
21,25
21,67
17,5
19,48
13,05-23,05
20
18,75
20,83
22,5
20,52
13,05-23,05
6,25
5
4,17
6,25
5,42
0,55 β 10,55
1,25
1,25
0
1,25
0,94
0,55 β 10,55
6,25
2,5
4,17
2,5
3,86
0,55 β 10,55
Deskripsi Respons Siswa terhadap Pembelajaran Tabel 16. Persentase Respons Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) No. 1. 2.
3.
4.
5.
6.
UraianPertanyaan Apakah Anda senang terhadap pelajaran matematika? Apakah Anda menyukai pelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI)? Apakah Anda menyukai cara mengajar yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI)? Apakah Anda termotivasi untuk belajar matematika, setelah diterapkan pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI)? Apakah dengan pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) dapat membantu dan mempermudah Anda memahami materi pelajaran matematika? Apakah dengan pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam pembelajaran membuat Anda
Siswa Yang Merespons positif
Persentase (%)
29
100
29
100
28
97
28
97
27
93
29
100
IRVANSYAH PUTRA PAHARUDDIN, DKK/ EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLOMBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR
79
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
No.
7. 8.
9.
10.
11.
UraianPertanyaan menjadi siswa yang aktif? Apakah anda merasa terbantu dengan adanya Lembar Kerja Siswa (LKS)? Apakah Anda mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru dengan pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI)? Apakah rasa percaya diri Anda meningkat dalam mengeluarkan ide/pendapat/pertanyaan pada kegiatan pembelajaran dengan pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI)? Apakah Anda merasakan ada kemajuan setelah diterapkan pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI)? Apakah pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) merupakan hal yang baru bagi Anda?
Siswa Yang Merespons positif
Persentase (%)
27
93
22
76
27
93
27
93
28
97
Jumlah Rata-rata
1039 94
B.
Hasil Analisis Inferensial Analisis statistik inferensial pada bagian ini digunakan untuk pengujian hipotesis yang telah dirumuskan, dan sebelum melakukan analisis statistik inferensial terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji gain. 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah skor rata-rata hasil belajar siswa (pretest-posttest) berdistribusi normal. Kriteria pengujiannya adalah: Jika pvalueβ₯ Ξ± = 0, 05 maka distribusinya adalah normal. Jika pvalue< Ξ± = 0, 05 maka distribusinya adalah tidak normal. Dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnova dengan bantuan program SPSS versi 18,0, hasil analisis data skor pretest menunjukkan nilai pvalue> Ξ± yaitu 0,200 > 0,05, untuk data skor posttest menunjukkan nilai pvalue> Ξ± yaitu 0,20 > 0,05, dan untuk data indeks gain menunjukkan nilai pvalue> Ξ± yaitu 0,20 > 0,05 . Hal ini menunjukkan bahwa data skor pretest, posttest, dan indeks gain termasuk kategori normal. Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D. 2. Pengujian Hipotesis Karena data berdistribusi normal maka memenuhi kriteria untuk digunakannya uji-t dan uji-z untuk menguji hipotesis penelitian. Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika materi Persamaan Garis Lurus pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar.
IRVANSYAH PUTRA PAHARUDDIN, DKK/ EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLOMBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR
80
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
Uji Hipotesis Minor Ketuntasan individu Rata-rata hasil belajar siswa setelah diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Aptitute Treatment Interaction (ATI) dihitung dengan menggunkan uji-t one sample test yang dirumuskan dengan hipotesis sebagai berikut. H0: ΞΌPost ο£ 72, 9 H1: ΞΌPost οΎ 72, 9 Dimana ΞΌ = nilai posttest siswa Berdasarkan hasil analisis SPSS (Lampiran D), tampak bahwa Nilai p (Sig. (2tailed) adalah 0,000 < 0, 05. Ini berarti bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yakni ratarata hasil belajar posttest siswa kelas VIII2 SMP Negeri 1 Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar lebih dari atau sama dengan KKM 2) Ketuntasan klasikal (Uji proporsi satu pihak) Ketuntasan belajar siswa setelah diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Aptitute Treatment Interaction (ATI) secara klasikal dihitung dengan menggunakan uji proporsi yang dirumuskan dengan hipotesis sebagai berikut π»0: π ο³ 80% π»1: π < 80% Dimana π = persentase ketuntasan klasikal siswa Pengujian ketuntasan klasikal siswa dilakukan dengan menggunakan uji prorporsi satu pihak. Untuk uji proporsi satu pihak dengan menggunakan taraf signifikan 5% diperoleh nilai π§(0,5β0,05) = π§0,45 = 1,64 sehinngaβπ§(0,45) = β1,64. Karena zhitung = 0,81 β₯ βπ§0,45 = β1,64 maka H0 diterima, artinya proporsi siswa yang mencapai kriteria ketuntasan β₯ 80% dari keseluruhan siswa yang mengikuti tes, secara lengkap terdapat pada lampiran D. Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa setelah pembelajaran melalui pendekatan Aptitute Treatment Interaction (ATI) telah memenuhi kriteria ketuntasan klasikal. 3) Peningkatan hasil belajar Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan pendekatan pembelajaran Aptitute Treatment Interaction (ATI) dengan menghitung data skor indeks gain dengan menggunakan ujit one sample test yang dirumuskan dengan hipotesis sebagai berikut 1)
H0: ο g β€ 0, 29 H1: ο g > 0, 29 Keterangan: Β΅g = Parameter skor rata-rata gain ternormalisasi Berdasarkan hasil analisis (Lampiran D) tampak bahwa Nilai p (Sig. (2-tailed) adalah 0,000 < 0, 05 menunjukkan bahwa rata-rata gain ternormalisasi pada siswa kelas VIII2 SMP Negeri 1 Polombangkeng Utara lebih dari 0, 29. Ini berarti bahwa H0 ditolak dan H 1 diterima yakni gain ternormalisasi hasil belajar siswa berada pada kategori minimal sedang. KESIMPULAN Pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika materi Persamaan Garis Lurus pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar. Ditinjau dari: IRVANSYAH PUTRA PAHARUDDIN, DKK/ EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLOMBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR
81
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
1.
2.
3.
Ketuntasan hasil belajar siswa sebelum diterapkan pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) sebesar 100% siswa yang tidak mencapai ketuntasan individu. Sedangkan ketuntasan hasil belajar siswa sesudah diterapkan pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) sebesar 86% siswa yang yang mencapai ketuntasan individu dan mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Rata-rata persentase aktivitas siswa yang diharapkan meningkat setiap pertemuan dengan pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) yaitu telah memenuhi kriteria waktu ideal aktivitas siswa yang dibandingkan dengan interval toleransi PWI yang diperoleh dari persentase waktu ideal dengan menggunakan toleransi 5%. Dengan demikian, aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika melalui penerapan pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) sudah sesuai yang diharapkan / aktif. Pendekatan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Polombangkeng Utara mendapat respons positif dengan rata-rata persentase siswa yang memberi respons diatas 75%.
DAFTAR PUSTAKA Ferawati, (2009). Penerapan pendekatan Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IX.2 SMP Negeri 2 Bontoramba Kabupaten Jeneponto. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: FKIP Unismuh Makassar. Gintings, Abdorrakhman. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora. Nurdin, Syafruddin. (2005). Quantum Teaching Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Ciputat Press. Ormrod, Jeannne Ellis. (2008). Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Erlangga. Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sagala, Syaiful. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Santrock, John W. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana. Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka cipta. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Tiro, Muhammad Arif. (2009). Dasar-dasar Statistika. Makassar: Andira Publisher
IRVANSYAH PUTRA PAHARUDDIN, DKK/ EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLOMBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR
82