FORM!
LAPORAN AKIIIR PROGRAM INSENTIF PENELITI DAN PEREKAYASA LIPI TAHUN ANGGARAN 2010
IPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP KONDISI PLAA'KTON DI PERAIRAN TELUK JAKARTA
PENELITI PENGUSUL: Penanggungjawab Anggota
JI~l:S
INSENTIF
BIDANG FOKUS
Prof. Dra. Quraisyin Adnan MSi. Dra. Hikmah Thoha MSi. Nurul Fitriya S.Si., M.Si.
Riset Dasar
Sumbcr Daya Alam dan Lingkungan
PUSAT PENELITIAN OSEANOGRAFI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
FORM1
LEMBARPENGESAHAN SATUAN KERJA PENANDATANGAN KONTRAK 1. Judul Kegiatan/Penelitian
2. Bidang Fokus
: Dampak pemanasan global terhadap kondisi plankton di perairan Teluk Jakarta Sumber Daya Alam dan Lingkungan
3. Peneliti Pengusul • Nama Lengkap • Jenis Kelamin
: Prof. Dra. Quraisyin Adnan, M.Si. : Wanita
4. Surat Perjanjian • Nomor • Tanggal
: 08/SU/SPllnsf-Ristek/IV/2010 : 6 April2010
5. Biaya Total
: Rp. 150.000.000,-
DISETUJUI: KEPALA PUSAT PENELITIAN OSEANOGRAFI
~-
Prof Dr. Suharsono NIP: 19540720 198003 1 003
Prof Dra. Quraisyin Adnan L L NIP: 19450808 197803 2 001
RINGKASAN Pe elitian untuk mengetahui dampak: pemanasan global terhadap kondisi plankton di perai.ran Teluk Jakarta telah dilaksanakan sebanyak 2 kali dalam kurun waktu bulan Mei dan Juli 2010. Stasiun penelitian ditentukan secara acak pada 10 lokasi yang mewakili Teluk Jakarta. Pengumpulan sampel plankton dilakukan secara vertikal dengan menggunakan jaring Kitahara (mesh size 80 Jlm) untuk fitoplankton dan jaring NORPAC (mesh size 180 Jlm) untuk zooplankton. Parameter lingk:ungan yang diukur meliputi suhu, salinitas, pH, nitrat, posfat dan oksigen. Dari hasil penelitian ditemukan 24 marga fitoplankton yang terdiri atas 2 kelompok yaitu diatom (15 marga) dan dinoflagellata (9 marga) pada bulan Mei 2010 dan 21 marga terdiri dari 12 marga diatom dan 9 marga dinoflagellata pada bulan Juli 2010. Kisaran kelimpahan fitoplankton pada masing-masing pengamatan yaitu 2,472,145 sel!m3 ( stasiun 1) - 133,117,091 sel!m3 (stasiun 4) (Mei 2010) ; 26,617,309,09 sel/m3 ( stasiun 1) - 141,730,909,09 sel!m3 (stasiun 4) ( Juli 2010). Marga dominan dari kelompok diatom yaitu Chaetoceros sp, Skeletonema sp dan Thalassiosira sp sedangkan dari dinoflegellata yaitu Ceratium sp, Protoperidinium sp. Kelimpahan zooplankton rata2 mencapai 2.292 individu/m3 • Populasi zooplankton didominasi oleh 4 taksa yaitu Calanoida, Cirripedia, Polychaeta, dan Ophiopluteus. Calanoida mendominasi populasi zooplankton pada 4 stasiun penelitian yang diamati (stasiun 3, 5, 6, dan 7). Cirripedia mendominasi pada 3 stasiun (st. 1, 2, dan st. 10). Polychaeta dominan pada stasiun 8 dan 9. Ophiopluteus dominan hanya pada st. 4. Komposisi taksa zooplankton: terdiri dari 35 taksa. Dijumpai 6 taksa dengan kehadiran 100% di perairan, yaitu Medusae, Calanoida, Cyclopoida, Oikopleura. Cirripedia dan Polychaeta. Dijumpai pula 2 taksa dengan kehadiran 90 % yaitu Cnaetogrsar.t:1a Luciferidae zoea. Kelimpahan zooplankton rata2 mencapai 4.791 · · · 'ooo:13sl zooplankton didominasi oleh 2 taksa yaitu Calanoida dan P ...~~ mendominasi populasi zooplankton pada 7 stasiun yaitu st. L 5 6. i Penelia mendomina.-;i pada 3 stasiun yaitu st. 2, 3, dan st. 4. Takasa LAA'lJk'LJ..LIIJI.UU dari 40 taksa, dengan dijumpai 8 taksa dengan kehadiran 1000/o di Medusae, Chaetogn.ata, Penelia, Calanoida, Cyclopoida, Oikopleura, LuciferioaeZDea. dan Luciferidae mysis; dan hanya taksa Evadne dijumpai dengan kehadiran 90 %. Kondisi kualitas air meliputi pH, Oksigen, fosfat, nitrat, dan suhu. Konsentrasi pH rata-rata 7,73. Konsentrasi oksigen rata-rata 4,82 ppm. Konsentrasi fosfat rata-rata 1,56 JlgA/L. Konsentrasi nitrat rata-rata 3,52 JlgA/L. Suhu rata-rata 29,30°C. Nilai suhu tertinggi (30 °C) terjadi di stasiun 5, 7 dan 10 yang semuanya terletak di bagian pantai perairan Teluk Jakarta. Korelasi antara parameter lingkungan tidak terjadi dengan kelimpahan plankton secara keseluruhan tetapi hanya terjadi pada beberapa marga fitoplankton. Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa pemanasan global belum memberikan dampak nyata pada kondisi plankton di Teluk Jakarta. Fluktuasi kelimpahan plankton yang terjadi merupakan akibat dari fluktuasi musiman serta kombinasi berbagai faktor lingkungan. Hal ini dikarenakan kurun waktu penclitian yang singkat sehingga perubahan suhu permukaan yang teruk:ur tidak terlihat nyata. Disarankan pengamatan dilakukan lebih kontinyu berdasarkan musim atau setiap bulan dalam satu tahun dan disarankan mengacu kepada penelitian 30 tahun sebelumnya.
Kata Kunci : pemanasan global, plankton, suksesi, struktur komunitas, Teluk Jakarta
PRAKATA Alhamdulillah, penulisan laporan akhir ini (meliputi penelitian tahap I dan II) denganjudul: "Dampak Pemanasan Global Terhadap Kondisi Plankton Di Perairan Teluk Jakarta". Dengan Program Insentif Peneliti dan Perekayasa LIPI Tahun Anggaran 2010 telah selesai dilakukan dengan baik. Adapun isi laporannya telah menyentuh gambaran kondisi perairan khususnya kondisi plankton sebagai penerima dampak dari pemanasan global dan perubahan iklim yang saat kini telah berlangsung. Insya Allah masalah ini dapat menjadi salah satu referensi untuk penelitan selanjutnya dan semoga dapat menjadi bahan acuan pada pengambilan keputusan oleh instansi-instansi terkait. Penelitian ini perlu terus dilakukan untuk melihat perkembangan yang terus berlangsung sehubungan dengan pembahan-perubahan global dunia yang semakin berat. Teluk Jakarta merupakan wilayah estuarin yang sangat penting untuk diteliti mengingat perairan ini telah menjadi barometer kondisi kota Jakarta dan sekitarnya sebagai Ibu Kota tercinta. Oleh karena itu perairan ini harus selalu dipantau untuk melihat perkembangan-perkembangan pengaruh dampak pemanasan global yang tak pernah berkurang. Kalau tidak kita perhatikan sejak dini dengan seksama mengingat pencemaran-pencemaran di daratan semakin meningkat. Menurut Richardson (2008), bahwa pemanasan global kemungkinan lebih berdampak pada ekosistem laut dari pada ekosistem daratan karena pengaruh stabilisasi kolom dari suhu air dan pengayaan perairan pada tingginya kelimpahan plankton dan komposisi jenisnya Oleh penelitian di laut perlu untuk selalu dilakukan dan ditingkatk.an. Kami mohon saran dan kritk membangun dari semua pem
:a.
Pa:a
IL- ....~
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak atas segala ba.I1tuo:m
'""=""-'c._,/
penyelesaian laporan akhir ini. Akhirnya kami mohon maaf apabila ada tulisan . · berkenan di hati para Pembaca. Terima kasih. Alhamdulillahi Rabbil Alamin. Jak~
November 2010
Tim Peneliti 1. Prot: Dra. Quraisyin Adnan MSi. 2. Dra. Hikmah Thoha MSi. 3. Nurul Fitriya S.Si., MSi.
11
DAFfARISI
JUDUL
Halaman
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
Ringkasan Prakata
ii
l)aftar lsi
iii
Daftar Gambar
iv
BABl.PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Permasalahan
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
3
BAB3. TUJUANDANMANFAAT
5
3.1 Tujuan
5
3.2 Manfaat
6
BAB 4. METODOl..OGI
6
4.1 Plankton
6
4.2 Parameter Lingkungan BAB 5. BASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Basil 5.1.1 Fitoplankton
9
5.1.2 Zooplankton
14
5.1.3 Kualitas perairan Teluk Jakarta
21
5.2 Pembahasan
25
BAB 6. KESIMPlJLAN DAN SARAL'i
29
6.1 Kesimpulan
29
6.2 Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
31
lll
DAFfAR TABEL Tabell. Kelimpahan dan marga dominan fitoplanktonan di T. Jakarta, Mei 2010 ..... 12 Tabel2. Kelimpahan dan marga dominan fitoplankton di T. Jakarta, Juli 2010........
13
Tabel3. Komposisi dan Frekuensi kejadian fitoplankton,T.Jakarta Mei 2010 .........
13
Tabel4. Komposisi dan Frekuensi kejadian fitoplankton, T.Jakarta Juli 2010 .......
14
Tabel5. Taksa zooplankton dan Frekuensi kejadian (FK) di T. Jakarta, Mei 2010 .... 16 Tabel6. Taksa predominan pada setiap stasiun penelitian di T. Jakarta, Mei 2010 .... 16 Tabel 7. Taksa zooplankton dan Frekuensi kejadian (FK) di T. Jakarta, Juli 2010 ....
20
Tabel 8. Taksa predominan pada setiap stasiun penelitian di T. Jakarta, Juli 2010 ..... 20 Tabel9. Konsentrasi beberapa parameter kimia di perair.m T.Jakarta, Mei 2010.....
23
Tabel 10. Konsentrasi beberapa parameter kimia di perairan T.Jakarta, Mei 2010 ....
24
lV
BABl.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Gejala pemanasan global merupakan isu yang mendapat perhatian dari seluruh negara diberbagai belahan dunia. Sudah banyak dampak bencana alam yang diduga diakibatkan oleh pemanasan global ini, antara lain tinggi gelombang laut diluar kebiasaan, meningkatnya paras air laut dan suhu air laut. Luas permuk:aan air laut yang mencapai 71% dari seluruh permuk:aan dunia akan menjadikan laut sebagai wilayah yang paling banyak mendapat pengaruh dari pemanasan global ini. Komponen yang paling utama terkena dampaknya adalah plankton karena habitatnya yang tersebar di seluruh perairan. Terganggunya kondisi plankton akan memberikan pengaruh besar kepada kehidupan laut lainnya karena peran penting plankton sebagai rantai pakan, sehingga menjadi tumpuan hampir seluruh mahluk hidup di ekosistem laut. Suhu merupakan salah satu parameter fisik paling penting
di dalam penataan
ekosistem laut, yaitu menjadikan pengaruh kritis yang membuat sistem Laut rentan terhadap pemanasan global (Richardson, AJ. 2008). Bahkan Rahimbashar dkk. (_009 menyatakan bahwa plankton akhir-akhir ini telah digunakan sebagai ind.ibnor meneliti dan memahami adanya perubahan global, karena plankton sang--a.t ·peon_ oleh kondisi iklim. Selanjutnya Suhu dan stratiftkasi permukaan penentu bagi komposisi komunitas dan produksi fitoplankton. Perubahan iklim global akan berpengaruh sangat luas terhadap kondisi e o ..~·».....,lil laut. Meningkatkan suhu air laut menyebabkan perpindahan massa air bersuhu panas sehingga menyebabkan kematian ikan dan terjadi pergerakan zat hara dari dasar ke permukaan ]aut sehingga menimbulkan ledakan fitoplankton yang bersifat racun (Harmful Algal Blooms, HAB). Selanjutnya, adanya ledakan fitoplankton beracun ini dapat menimbulkan masalah kesehatan yang cuk:up fatal serta kematian ikan, seperti yang dilaporkan pernah terjadi di Teluk Jakarta (Adnan, 2003).
Pada saat kini perubahan cuaca sudah semakin nyata di hadapan kita, antara lain sering terjadinya hujan, baik hujan ringan maupun lebat. Hujan berakibat kepada banjir yang terjadi di mana-mana di seluruh Indonesia. Selain banjir juga terjadi topan/badai
1
·"
atau angin
encang yang juga melanda seluruh wilayah Indonesia Dampak perubahan
cuaca belum banyak diungkap di perairan Indonesia, antara lain terutama dampaknya terhadap peningkatan kelimpahan plankton yang meliputi : kelimpahan fitoplankton dan zooplankton, serta perubahan-perubahan kondisi oseanografi kimia, perubahan kondisi oseanografi fisika di perairan yang diteliti. Untuk mengantisipasi akibat dari perubahan iklim global ini khususnya pemanasan global terhadap ekosistem Iaut di kemudian hari, maka perlu dilakukan kajian secara terencana dan hati-hati
melalui penelitian secara terintegrasi, sehingga dapat
dihasilkan informasi yang bermanfaat bagi perumusan kebijakan di bidang lingkungan di masa yang akan datang. Hasil pengamatan kondisi kelimpahan plankton yang menjadi dampak dari gejala pemanasan global perairan telah tampak memberikan basil yang nyata walaupun masih bersifat pendahuluan yaitu dengan peningkatan suhu perairan yang telah didapatkan di perairan sekitar 29-31 °C, terlihat peningkatan kelimpahan yang sangat signifikan. Proyek DIKTI 2009). Kondisi ini menunjuk.kan ada keterkaitannya kenaikan suhu di perairan dengan peningkatan kelimpahan plankton. Oleh karena itu penelitian "Dampak pemanasan global terhadap kondisi plankton di perairan Teluk Jakarta" sangat dilanjutkan mengingat sampai sejauh mana dampak perubahan pemanasan
~
ditolerir oleh kondisi planktonnya.
1.2 Permasalahan Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai beri1rut: 1. Perubahan iklim khususnya suhu permukaan laut akan berdampak terhadap aspe kchidupan ekosistem laut. Salah satu organisme yang akan merasakan dampak langsung dari kenaikan suhu air laut ini adalah komunitas plankton baik dari sisi kelimpahan maupun stru.ktur komunitasnya Pengamatan yang dilakuk.an secara berkesinambungan seperti yang dilakukan dalam penelitian ini di...'larapkan dapat menjawab fenomena dampak kenaikan suhu air laut terhadap kelimpahan dan struktur komunitas plankton. 2. Kenaikan suhu air laut menyebabkan perpindahan massa air bersuhu panas sehingga dapat menimbulkan iedakan firoplankton yang bersifat racun. Fenomena timbuinya
2
fitoplankton yang bersifat racun ini bisa dijadikan sebagai peringatan dini bagi masyarakat pesisir untuk menghlndarkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat.
BAB2. TINJAUANPUSTAKA Gejala pemanasan global merupakan isu yang mendapat perhatian dari seluruh negara diberbagai belahan dunia. Sudah banyak dampak bencana alam yang diduga diakibatkan oleh pemanasan global ini, seperti tinggi gelombang taut diluar kebiasaan, meningkatnya paras air taut dan suhu air taut dan lainnya. Komponen yang paling utama terkena dampaknya adalah plankton karena habitatnya yang tersebar di seluruh perairan. Terganggunya kondisi plankton akan memberikan pengaruh besar kepada kehidupan taut lainnya karena peran penting plankton sebagai rantai pakan, sehingga menjadi tumpuan hampir seluruh mahluk hidup di ekosistem taut Suhu dan stratifikasi permukaan laut telah menjadi kunci penentu bagi komposisi komunitas dan produksi fitoplankton. Perubahan iklim global dapat menyebabkan perubahan secara sistematis fitoplankton baik dari sisi kelimpahan maupun struktur komunitasn; -a. Di sisi lain, perubahan terhadap kondisi fitoplankton di sebuah perairan dapat pengaruh yang sangat signifikan terhadap kesuburan suatu perairan karena pendukung rantai pakan tingkat tinggi yaitu sebagai sumber pakan utama bagi ..........- ,.......u.. kepiting, udang dan zooplankton lainnya. Karena sifatnya yang sangat sens;tif ........ '""""'"'""'+" perubahan lingkungan (Mukai, 1987; Madariaga et al., 1992; Webber & Roff. 1996: Soedibjo, 2006). Maka fitoplankton dapat digunakan sebagai indikator yang sangat sesuai dalam mengamati perubahan iklim global. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemantauan secara berkala terhadap kelimpahan fitoplankton di suatu perairan. Perubahan iklim global akan berpengaruh sangat luas terhadap kondisi ekosistem laut. Meningkatnya suhu air taut menyebabkan perpindahan massa air bersuhu panas ke massa air bersuhu rendah. Kejadian ini akan menyebabkan kematian ikan dan terjadi pergerakan zat hara dari dasar ke permukaan taut sehingga menimbutkan ledakan fitoplankton yang bersifat racun (Harmful Algal Blooms I HAB). Selanjutnya, adanya ledakan fitoplankton beracun ini dapat menimbulkan rnasalah kesehatan yang cukup fatal serta kematian ikan. Kondisi seperti ini pernah tetjadi di Teluk Jakarta (Adnan, 2003).
3
Perubahan nilai derajat keasaman (pH) yang terjadi sebagai akibat masuknya zatzat kimia tertentu ke dalam perairan berpengaruh terhadap kualitas air dalam suatu perairan yang pada akhimya berdampak terhadap kehidupan biota di dalamnya. Banyaknya buangan yang berasal dari rumah tangga dan industri-industri tertentu ke dalam suatu perairan dapat berpengaruh terhadap nilai pH di dalamnya. Oksigen: perubahan yang terjadi dalam konsentrasi oksigen terlarut juga merupakan suatu tanda terjadinya perubahan kualitas perairan. Oksigen merupakan zat pengoksidasi yang kuat dan berperan penting dalam pernafasan biota laut. Kelarutannya dalam air laut cukup untuk membuat ikan dan biota hidup di dalamnya. Permasalahan akan timbul bilamana konsentrasinya berubah sampai batas di luar batas angka kenormalan dalam suatu perairan. Penurunan konsentrasi oksigen ini biasanya disebabkan oleh terjadinya perubahan kualitas air sebagai dampak terjadinya pengayaan zat hara (fosfat dan nitrat) dalam perairan Senyawa fosfat: adalah salah satu komponen nutrisi yang berperan penting dalam menunjang kehidupan organisme akuatik dan merupakan unsur esensial bagi tumbuhan sehingga merupakan faktor pembatas yang berpengaruh terhadap produktivitas perairan. Dalam air laut sendiri terdapat dalam bentuk organik (berupa partikulat) dan anorganik terlarut (orto dan poli fosfat) yang berasal dari beberapa sumber seperti dekomposisi bahan organik. (JEFFRIES & MILLS 1996). Senyawa nitrat: selain fostat, unsur nitrogen juga merupa.kan unsur hara yang tidak kalah pentingnya, berperan dalam proses pembentukan protoplasma. Dalam air laut nitrogen terdapat dalam bentuk nitrogen anorganik ( nitrat, nitrit, amonia ) dan nitrogen organik ( urea dan asam-asam amino). Konsumen senyawa nitrogen dalam air laut adalah algae bentos dan plankton. Kedua macam tumbuhan laut tersebut menurut SMAYDA (1983) mengambil senyawa nitrogen secara bertahap dengan urutan pertama yaitu nitrogen-nitrat (N03 -N), kemudian nitrogen-nitrit (NOr N), dan terakhir nitrogenammonia (NH3-~) Konsentrasi zat hara (fosfat dan nitrat) dalam perairan berperan penting terhadap kesuburan perairan sehubungan dengan pembentukan sel jaringan jasad hidup organisme. Kesuburan perairan merupakan salah satu faktor yang menunjang dalam penenman kualitas suatu perairan. Secara alamiah konsentrasi zat hara dalam perairan bervariasi 4
untuk masing-masing bentuk
senyawany~
namun dalam kondisi tertentu dapat terjadi
keadaan di luar batas yang dinyatakan aman untuk kategori perairan tertentu. Kondisi yang dimaksud antara lain terjadinya pembuangan limbah yang melewati batasan konsentrasi yang telah ditentukan oleh instansi yang berwenang, atau pada umumnya adalah berdasarkan dari ketidak tahuan atau bahkan mungkin dari ketidak pedulian terhadap lingkungan perairan sekitar. Akibatnya akan terjadi penurunan kualitas perairan yang berdampak negatif terhadap biota yang hidup di perairan tersebut. Untuk mengantisipasi akibat dari perubahan iklim global ini khususnya pemanasan global terhadap ekosistem laut di kemudian hari, maka perlu dilakukan kajian secara terencana dan hati-hati
melalui penelitian secara terintegrasi, sehingga dapat dihasilkan
informasi yang bermanfaat bagi perumusan kebijakan di bidang lingkungan di masa yang akan datang serta perlunya data pendukung penelitian sebelumnya.
BAB3. TUJUANDANMANFAAT
3.1 Tujuan Penelitian dampak perubahan cuaca ini diharapkan dilakukan setiap bulan untuk melihat suksesi kelimpahan plankton berkaitan dengan perubahan iklim ·ang tetah terjadi saat ini. Pengamatan direncanakan untuk periode tahun 201 0. Hasi1 peneli · diharapkan dapat menjawab berapa besar pengaruh dampak perubahan terhadap kelimpahan planl1:on di perairan Teluk Jakarta
khususn~a ~ao.g
selama ini dimana perkembangan dunia semakin menuju kondisi menq:Jilll.awcu.;:a:::L. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan masukan-masukan secara e ·o _· dampak yang terjadi akibat pemanasan global, dan dapat memberikan saran-saran pengendaliannya.
3 .1.1 . Mengetahui bagaimana variasi kelimpahan fitoplankton dan zooplankton secara temporal. 3 .1.2. Mengetahui bagaimana hubungan antara kelimpahan fitoplankton dan zooplankton dengan variable oseaanografi (suhu, salinitas, oksigen, pH, fosfat, dan nitrat) 3.1.3. Mengetahui apakah timbul organisme pembentuk HAB.
5
3.2. Manfaat
3 .2.1. Diperolehnya data plankton dan data oseanografi secara temporal di perairan Teluk Jakarta. 3.2.2. Diperolehnyajawaban apakah kenaikan suhu berdampak terhadap kelimpahan dan struktur plankton di perairaan Teluk Jakarta. 3.2.3 .Diperolehnya informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perubahan kelimpahan plankton dan timbulnya organisme pembentuk HAB yang mempengaruhi kesehatan.
DAB 4. METODOLOGI
4. Penelitian mengenai "Dampak Pemanasan Global terhadap Kondisi Plankton di Perairan Teluk Jakarta" telah dilaksanakan sebanyak 2 kali pengamatan (bulan Mei dan Juli 2010) sesuai dengan
yang direncanakan. Penelitian dilakukan pada 10 stasiun
(Gambar 1). 4. 1. Persiapan
Sebelum turun ke lapangan dilakukan persiapan, antara lain: Penentuan lokasi dan stasiun-stasiun pengambilan sampel Pembuatan peta lokasi. Perbaikan net fitoplankton dan zooplankton Persiapan bahan pengawet; lugol, alkohol, campuran formalin dan borax Pengecekan alat-alat seperti flowmeter, pH meter, refraktometer, secchidisk, SCTmeter Persiapan alat-alat yang dibutuhkan dalam pengambilan sampel seperti tali, botol sampel dan lain-lain
4.2. Kegiatan lapangan 4.2.1.Pengambilan sample plankton Pengambilan sampel fitoplankton dilakukan pada setiap stasiun dengan jaring
6
bermata j
~
berukuran (25 mikron) secara tegak/vertikal pada kedalaman tertentu.
Sampel zooplankton diambil juga pada setiap stasiun, dengan jaring Norpac mata jaring berukuran (300 mikron) secara horizontal. Setelah pengambilan semua sampel segera diawetkan dengan formalin 4 % yang telah dinetralkan dengan borax. Selama pengambilan sampel fitoplankton dan zooplankton di lapangan temyata kondisi cuaca selalu tampak agak gelap, mendung, kelabu. Perairan juga tampak keruh dan turun hujan. 4.2.2. Pengukuran parameter lingkungan Sampel air laut diambil dengan menggunakan botol Nansen. pH air laut diukur langsung di lapangan dengan menggunakan pH meter. Sampel untuk oksigen ditempatkan dalam botol gelas, langsung difiksasi di lapangan dengan larutan MnCh dan NaOH-KJ , konsentrasinya diukur di laboratorium secara titrasi oksidimetri. Sampel untuk pengukuran konsentrasi fosfat dan nitrat ditempatkan dalam botol polietilen kemudian disaring menggunakan kertas saring ukuran 0,45 J.liD dengan bantuan pompa isap bertekanan. Filtrat (hasil saringan) diukur konsentrasi fosfat dan nitratnya menggunakan alat Spektrofotometer UV berdasarkan metode kolorimetri setelah teijadi senyawa kompleks berwama biru untuk fosfat dan merah keunguan untuk nitrat (STRICKLAND & PARSONS 1968).
Suhu air laut diukur dengan menggunaka:n
termometer. 4.2.3. Kegiatan Laboratorium Setelah sampel plankton (sampel fitoplankton dan zooplankton) dari lapangan terkumpul kcmudian dilakukan proses identifikasi dan pencacahan di laboratorium dengan menggunakan mikroskop- high power untuk fitoplankton dan low power untuk zooplankton dengan bantuan beberapa pustaka yang tersedia seperti WICKSTEAD (1965), YAMAJI (1966), HALLEGRAEFF (1991) dan TAYLOR ( 1995). Selanjutnya data dibuat tabulasi, dianalisis, dan dibuat garnbar penyebarannya dan dibuat laporannya. Dalam laporan akhir ini, proses kegiatan yang akan dilaporkan merupakan hasil dari dua k:ali survei lapangan yaitu survei bulan Mei 2010 dan bulan Juli 2010. Demikian pula data-data kualitas perairan penyelcsaiannya dilakukan juga di laboratorium Puslitbang Oseanografi-LIPI.
7
,
55'
I I
tr:b·'
:;::)P. Untwrgja..'
·:) P. Damar Besar
I • P. Wanara
PU iBesar 6"
P. A ·er ·~
Tx.P.Yr
.""'
8 TEL
~
\\
0
0
5'
45'
0
®
50'
Tanjang Prio
106"55 '
58'
Gambar 1. Peta lokasi Penelitian di Teluk Jakarta.
8
BAB 5. BASIL DAN PEMBAHASAN
Dari dua kali pengamatan yaitu penamatan bulan Mei dan bulan Juli 2010 telah diperoleh data kelimpahan & komposisi fitoplankton dan zooplankton, serta data kualitas perairan yang masuk ke dalam laporan ini yaitu"Laponm akhir Program Insentif Pene liti dan Perekayasa LIPI Tahun Anggaran 2010. Dari dua kali pengamatan yang dilakukan telah diperoleh data-data kelimpahan & komposisi fitoplankton dan_ zooplankton, serta data kualitas perairan yang diuraikan sebagai berikut: 5. 1. Fitoplankton Secara keseluruhan hasil perhitungan kelimpahan fitoplankton dan dominansinya
selama 2 kali pengamatan disajikan pada Tabel 1 dan 2. Kehadiran marga-marga fitoplankton yang disajikan dalam bentuk tabel 2a dan 2b. Komposisi marga pembentuk populasi fitoplankton dan kebadiran marga-marga itu tertera pada gambar 3a dan 3b. Pengamatan I ( Mei 201 0) Kelimpahan fitoplankton pada pengamatan pertama berkisar antara 2,472 14seVm3 (st 4)- 133,117,091 seVm3 (st 1). Komunitas fitoplankton tersusun atas 24 genus dan didominasi oleh genus Chaetoceros (50%), Skeletonema (390/o) dan Thalassiosira
(7%). Terdapat 5 genus fitoplankton dengan nilai FK mencapai 100% yaitu Chaetoceros,
Skeletonema, Thalassiosira, Nitzschia, Lauderia sedangkan dinoflagellata terdiri dari Ceratium dan Protoperidinium.
9
,
Abundance of Phytoplankton in Jakarta Bay
•u
~ 60,000,000 c
"' ~
40,000,000
20,000,000
st 1
st2
st 3
514
st 5
st6
st 7
st 8
st 9
st 10
Research Station
Gambar2. Kelimpahan Fitoplankton di Teluk Jakarta, Mei 2010
Composition of Phytoplankton In Jakarta Bay o B actenastrum • Ctlaetoceros o Eucampia
I
0 ~
lhalassiosira 7%
• • •
I
o • • • • • • • • •
o
Chaetoceros 50%
I
L__ __________________
o o Io a o o
Hemia\Aus Lauderta Leptocyindrus tzsctia Odo:xel3 Pleu:osigma Rhizosoieaa S k eletonema Stre ptotheca Thalassiosira Thalassiothrix Ceratium Diplopsali s Gymnodinium Gonyaulax Noctiluca Protoperidinium Prorocentr<J!Tl Pyrodinium Pyrophacus
Gambar 3. Komposisi fitoplankton di Teluk Jakarta, Mei 2010
10
Pengarnatan II (Juli 2010) Kelimpahan fitoplankton pada pengamatan kedua ini berkisar antara 26, 617,309.09 sel/m3 (st.4)- 141,730,909.09 sellm\st. 1). komunitas fitoplankton tersusun
atas 21 genus dan didominasi oleh genus Chaetoceros (50%), Skeletonema (390/o) dan
Thalassiosira ( 7%). Terdapat 5 genus fitoplankton dengan nilai FK mencapai 100% yaitu
Chaetoceros, Skeletonema, Thalassiosira,
Nitzschia, Lauderia sedangkan
dinoflagellata masih terdiri dari Ceratium dan Protoperidinium. Abundance of Phytoplankton in Jakarta Bay 140,000,000 120,000,000 ... 100,000,000
~
I
eo,ooo.ooo
.1.
60,000,000
~
40,000,000
c
20,000,000
st 1
st 2
st 3
st 4
st 5
st 6
st 7
st 8
st 9
st 10
Re•orch Stotlon
Gambar 4. Kelimpahan Fitoplankton di Teluk Jakarta, Juli 2010
Pada gambar 4 terlihat fluktuasi kelimpahan fitoplankton pada penelitian. Hal yang sama juga terjadi pada kelimpahan fitoplankton yang juga
u t\. J..U..:JU&..l
kelimpahan bervariasi pada setiap lokasi. Kondisi ini disebabkan oleh kemampuan reproduksi dari diatom lebih besar dibandingkan dinoflagellata, diatom selalu memanfaatkan zat hara dari perairan pantai sehingga kelompok diatom dijumpai dengan persentase diatas 50- 90%.
11
Ill Bacteriastrum 1 Chaetoceros
o Coscinodiscus o Eucampia
1 Hemiaulus 1 Leptocylindrus 1 Lauderia
o Nitzschia
Na!Jcula Rhizosolenia Skeletonema Thalassiosira Ceratium 1 Dinophysis 1 Gymnodinium I 1 Gonyaulax 1 Noctiluca o Prorocentrum o Protoperidinium o Pyrodinium o Scriepsiella 1 1 1 1 1
Chaetoceros 48%
Skeletonema 47%
Gambar 5. Komposis fitoplankton di Teluk Jakarta, Juli 2010
Tabel 1.Kelimpahan total fitoplankton, diatomae, dinoflagellata dominansi m..arga _ 2010
No. Sta.
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 X
1 - - --
Total Diatomae Fitoplankton 10() sel/mj 10() sel/mJ
Dinoflagellata
10() sel/m3 133,12** 132,00** 99,16 1,12 57,15 56,96 99,66 0,19 25,08 25,04 99,85 0,04 2,47* 2,46* 0,01 * 99,67 3,62 3,62 100,00 0 0,37** 64,92 64,55 99,44 56,02 ~56,00 1 99,96 _ . 0,02 35,25 -0,03 35,22 I 99,91 107,13 0,04 99,96 107,09 0,26 44,37 44,11 99,40 52,89 52,71 99,70 l 0,21 %
!% I 0,84 0,34 0,15 0,33 0,00 0,56 0,04 0,09 0,04 0,60 0,30
· Dominasi
~iarg:l
Marga Dominan Chaetoceros Chaetoceros Chaetoceros Chaetoceros Skeletonema Skeletonema 1 Skelelonema Skeletonema ,5ke'tetonema Skeletonema
I % Thd Fitoplank 71,35 64,51 70,99 28,34-, 59,53 151,40 51,83 -----j I 56,63 -,.,57 I I),,~ j 45,69
12
Tabel 2. Kelimpahan total fitoplankton, diatomae, dinoflagellata dominansi marga, Juli 2010 No. Sta.
Total Diatomae Fitoplankton 106 sellm-' 106 sel/m3
%
Dinoflagellata
Dominasi Marga
100
Marga Dominan Skeletobema Chaetoceros Skeletonema Chaetoceros Chaetoceros Chaetoceros Chaetoceros Chaetoceros Skeletonema Chaetoceros
% 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
141,73** 68,44 51,64 26,62 99,52 15,30 10,26 5,60 51,92 1,13* 46,93
x-
141,57** 68,27 51,57 26,54 99,36 15,24 10,08 5,50 50,74 1,11 * 46,90
sel/m 1,16 0,18 0,06 0,07 0,10 0,06 0,18 0,10 0,18 0,03 2,12
99,10 99,74 99,88 99,72 99,84 1 99,60 98,21 98,18 99,65 97,44 99,24
0,82 0,26 0,12 0,28 0,16 0,40 1,79 1,82 0,35 2,56 0,76
%Thd Fitoplank 65,69 71,49 70,67 57,49 67,60 69,90 53,37 69,58 74,79 47,69
-
Tabe13. Komposisi dan Frekuensi Kejadian (%) marga fitoplankton Mei 2010.
No
1 2 3 4 5 6 7 8 -9 10 ll 12 113 14 15
Fitoplankton
FK (%)
Diatomae Bacteriatrum Chaetoceros Eucampia Guinardia Hamiau/us Lauderia Leptoc..ylindrus Nitzschia Odontela Pleurosi~a
Rhizosolenia Skeletonema Streptotheca Thalassiosira Thalassiothrix
No
I 16 17 18 19 20 21 22 23 24
50 90 40 30 30 60 50 90
10 I
20 100 100 40 10 30
I
FK(%)
Fitoplankw
Dinoflagellara Ceratium Dip/opsalis Gymnodinium Gonyaulax Noctiluca Protoperidinium Prorocentrum Pyrodinium Pyrophacus
IJ 10 20 ~0
I
I
10 60 40 30 10
I
-- -·-------<
I I
I
_j
Tabel 4. Komposisi dan Frek.-uensi Kejadian (%) marga fitoplankton Juli 2010.
13
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Fitoplankton Diatomae Bacteriatrum Chaetoceros Coscinodiscus Eucampia Hemiaulus Leptocylindrus Lauderia Nitzschia Navicula Rhizosolenia Skeletonema Thalassiosira
FK(%)
No
30 100 30 10 10 20 100 80 20 90 100 60
13 14 15 16 17 18 19 20 21
Fitoplankton Dinoflagellata Ceratium Dinophysis Gymnodinum Gonyaulax Noctiluca Prorocentrum Protoperidinium Pyrodinium Scripsiella
FK(%) 90 10 60 20 60 40 100 10 10
-
5.2 Zooplankton Secara keseluruhan hasil perhitungan kelimpahan zooplankton dan dominansinya selama 2 kali pengamatan disajikan pada Tabel1 dan 2. Pengamatan I (Mei 201 0) Secara keseluruhan zooplankton yang berhasil diidentifikasi pada penelitian di Teluk Jakarta bulan Mei 2010 berjumlah 35 taksa dengan kelimpahan to antara 443-4655 ind/m3 . Hasil yang diperoleh pada penelitian ini relative le dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada penelitian talmn 2009 pada 1 sama yaitu pada awal Juli 2009 yang berkisar antara 2012-12.323 indfm dengan ju.u..L~ 3
taksa keseluruhan 38 taksa serta akhir juli 2009 dengan basil penelitian diperole 3
taksa dengan kelimpahan berkisar antara 514-9814 ind/m
-
•
14
Zooplankton Abundance in Jakarta Bay 5000 4500 4000 M'
3500
-g
3000
e
:;. Q)
u
c
2500
I'll
c 2000
"t:l :I
.c < 1500
1000 500 0 2
3
4
5
6
7
8
10
9
Research Station
Gambar 6. Kelimpahan Zooplankton di Teluk Jakarta, Mei 2010
13 loleo..:sae
~ SCI!~~IJOI~IO~~:.mra
0 Sieacyno es
• Olae:og- .. :: -
Composition of Zooplankton in Jakarta Bay
II Evadne • Peoela 0 Ostracoda • Calanoda (Copepoda) • Cyclopoida (Copepoda) • Harpacfuoida (Copepoda) • Caprekl Arrph~ •Fritlaria
• Oikopleura • • il 0
o 0 0 o
c 0
lucleri:iae zoea Luciferidae my sis lucWeridae adults Mysidacea larvae Tad DOle Aceies zoea Acetes post larvae Brachyura zoea Brachyura megaiOpa Caridean larvae
o Ctripedia
Ca~no~a (Copepoda) I! a •
18% Luciferidae zoea
23%
12%
I
• • •
Cypris Penaeidae post ~rva Polychaeta Echinoplu1eus Ophiop!u1eus
• • •
Gastropoda Fish eggs FISh larvae
Bivalvia I IIIii Creseis
!
I
I
i
I I I
I
__j
Gambar 7. Komposisi Zooplankton di Teluk Jakarta, Mei 2010
15
_,
Terdapat 6 taksa zooplankton dengan nilai FK mencapai 100% yang berarti bahwa taksa tersebut ditemukan di seluruh stasiun penelitian yaitu Medusae, Calanoida, Cyclopoida, Polychaeta, Cirripedia dan Oikopleura. Tabel 5. Taksa Zooplankton dan Frekuensi Kehadirannya (FK) di Teluk Jakarta, Mei 2010 No FK(%) No Taksa Tak:sa FK(%) 1 Medusae 100 19 Tadpole 20 2 Necto_phore 10 20 Acetes zoea 50 Siphonophora 3 70 21 i\cetespostlarvae 20 4 Stenophores 30 22 Brachyura zoea 40 5 Chaetognatha 90 23 Brachyura megalopa 10 40 6 Evadne 24 Caridean larvae 20 Penelia 70 7 25 Cirripedia 100 8 Ostracoda 30 26 Cypris 30 100 27 Penaeidae post larvae Calanoida 9 10 Cyclopoida Polychaeta 100 28 100 10 11 Harpacticoida 20 29 Echinopluteus 30 12 Caprellid .Amphipoda 10 90 30 O_phio_Q).uteus 50 70 31 Bivalvia 13 Fritillaria 30 14 Oikopleura 100 32 Creseis 30 15 Luciferidae zoea 90 33 Gastropoda 80 70 34 Fish eggs 16 Luciferidae mysis -+0 Fish larvae 17 Luciferidae adult 70 35 I 10 18 Mysidaceaelarvae
Tabel 6. Taksa Predominan Pada Setiap Stasiun Penelitian di Teluk Jakarta, Mei _o 0 Tak:sa Predominan Kelimpahan Stasiun Persentase 3 (%) (ind./m ) 1745 Stasiun 1 Cirripedia 35.14 ' Polychaeta 18.92 11 89 I Medusae ---4-02-0----+-C--i,..--m ~.p-e_d_i,_a-------+---mn Stasiun 2 Calanoida 7 13.)7 , Chaetognatha Oikopleura 13.57 Luciferidae zoea 13.32 Calanoioda 30.36 4655 Stasiun 3 Luciferidae zoea 19.17 Cirripedia 15.56 Ophiopluteus 33.21 1893 Stasiun 4
I
I
I
I
16
Stasiun 5
2722
Stasiun 6
1957
Stasiun 7
508
Stasiun 8
466
Stasiun 9
443
Stasiun 10
3229
Oikopleura Calanoida Ophiopluteus Calanoida Luciferidae zoea Ophiopluteus Calanoida Cirripedia Polychaeta Calanoida Luciferidae zoea Cirripedia Polychaeta Calanoida Cirripedia Cirripedia Calanoida Luciferidae zoea Chaetognatha
11.94 37.92 14.81 42.24 15.52 10.83 37.50 29.17 22.22 21.21 16.16 12.12 30.85 24.47 12.77 44.20 15.75 15.54 12.25
Pengamatan II (Juli 2010) Kelimpahan zooplankton pada pengamatan kedua ini berkisar antara indlm3 (st. 7)- 11575 indlm3 (st. 5). komunitas zooplankton tersusun
atas
didominasi oleh taksa Calanoida (24%) dan Penelia (21%). Terdapat dengan nilai FK mencapai 1000/o yaitu Medusae, Chaetognatba, Penelia Cyclopoida, Oikopleura, Luciferidaae zoea, Luciferidae mysis, Cirripedia
Pol~
ra.
dan Bivalvia.
17
Kelimpahan Zooplankton di Teluk Jakarta, Juli 2010
St 1
St2
St3
St4
SIS
SIS
Sti
SIB
St9
St 10
Lokasl Peneltian
Gambar 8. Kelimpahan Zooplankton di Teluk Jakarta, Juli 2010
Pada gambar 8, diatas terlihat fluktuasi kelimpahan zooplankton pada setiap stasiun penelitian. Hal yang sama juga terjadi pada kelimpahan fitoplankton .:ang j _ memiliki kelimpahan bervariasi pada setiap lokasi. Ketersediaan makanan yan_ dalam hal ini fitoplankton serta kondisi perairan yang layak akan pertumbuhan zooplankton dengan baik. Pergerakan zoooplankton di""" .............. pergerakan fitoplankton. Populasi yang besar dari zooplankton dicapai hila ju.LU........_. fitoplankton mencukupi, walaupun tidak selamanya demikian karena ada teori perbedaan kecepatan pertumbuhan, teori grazing, teori penyingkiran.
18
,
Komposisi Zooplankton di Teluk Jakarta, Juli 2010
Calanoida (Copepoda) 24%
IJ Medusae • ~honophora o stenophores 0 Olaetognatha • Evadne • Pene6a • Ostracoda 0 calanoida (Copepoda) • CVclopoida (CoRepoda) • ..Srpacticokla (Copepoda) • Altllhipoda • Gaprelid (Aitllhipoda) : ~%autes • Oikooleura • Luciferidae zoea • I 'ICiferidae lllf~ is 0 Luciferidae adults o ~Wsidacea larvae o Tad_pole o Thaliacea 13 Acetes zoea o Acetes post larV"ae o Brachyura zoea • caridean larvae • Cirripedia • ~pris • Penaeidae zoea • Penaeidae post larvae • Eo~Ychaeta • Alicelanid larvae rJ Stomatopoda • Bipinnana • EChinopluteus • g>hiopluteus • BIValvia O"eseis • Gastropoda • Rsheggs • FISh iarvae
,• I
----------------------------------L_==================~ Gambar 9. Komposisi Zooplankton Di Teluk Jakarta, Juli 20 10 Gambar 9 di atas menunjukkan bahwa hanya ada dua taksa )an_ meDGA:nn:ma5:; komposisi zooplankton pada bulan Juli yaitu Calanoida (24%) dan Penelia _ Calanoida sebagai taksa dominan tertinggi pada pengamatan ini merupakan jenis neri ·, yang berukuran relatif kecil dan biasa hidup pada perairan yang masih mendapat pengaruh daratan, seperti yang banyak ditemukan di Laut Jawa (Arinardi, 1995). Perbedaan taksa-taksa zooplankton yang mendominasi komunitas zooplankton pada dua kali pengamatan tersebut menunjukkan bahwa telah tetjadi sedikit perubahan pada komunitas zooplankton teramati.
19
Tabel 7. Taksa Zooplankton dan Frekuensi Kehadirannya (FK) di Teluk Jakarta, Mei
2010 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12 13
14 15 16 17 18 19 20
Taksa Medusae Siphonophora Stenophores Chaetoggatha Evadne Penelia Ostracoda Calanoida Cyclopoida Harpacticoida Amphipoda Caprellid Amphipoda Cyphonautes Fritillaria Oikopleura Luciferidae zoea Luciferidae mysis Luciferidae adult Mysidaceaelarvae Tad pole
FK(%)
No
100 80 50 100 90 100 40 100 100 40 10 10 20 60 100 100 100 80 10 10
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Tak:sa
FK(%)
Thaliacea Acetes zoea Acetespostlarvae Brachyura zoea Caridean larvae Cirripedia Cypris Penaeidae zoea Penaeidae post larvae Polychaeta Porcellanid larvae Stomatopoda Bipinnaria Echinopluteus Ophiopluteus Bivalvia Creseis Gastropoda Fish eggs Fish larvae
I
80 60 40 30 20 100 60 20 20 100 10 10 20 30 80 100 50 90_ .3 0
-";" {'
I!
. stasmn Pene1t1an r · d.1 TeIuk Jakarta- ~a T ab e18 Tak:sa P re domman p a da setlap Ll 10 Taksa Predominan Kelimpahan Persentase -------stasi un (%) (ind./m3) Stasiun 1 2828 Calanoida 22.83 Cirripedia 20.33 Penelia 11.53 Stasiun 2 4595 Penelia 33.19 Calanoida 21:~1 Stasiun 3 10584 28.06 1 Penelia I Calanoida 1 17.23 Luciferidae zoea I 15.76 Luciferidae mysis 15.10 I Stasiun 4 8704 Penelia 24.61 I Calanoida 19.58 Stasiun 5 11575 Calanoida 24.26 Penelia 16.23 14.49 I Luciferidae zoea Evadne 10.30 I
I
+-
I
I
20
C'
•
6
Stasiun 7
2746 843
Stasiun 8
2055
Stasiun 9
1866
Stasiun 10
2111
..J~w.l
Calanoida Calanoida Cirripedia Calanoida Penelia Calanoida Oikopleura Calanoida Penelia
··-.
38.61 37.99 13.41 33.94 21.10 31.52 26.67 34.45 24.40
5.1.3. Kualitas air di Perairan Teluk Jakarta Perubahan nilai derajat keasaman (pH) yang terjadi sebagai akibat masuknya zatzat kimia tertentu ke dalam perairan berpengaruh terhadap kualitas air dalam suatu perairan yang pada akhirnya berdampa.k terhadap kehidupan biota di dalamnya. Banyaknya buangan yang berasal dari rumah tangga dan industri-industri tertentu ke dalam suatu perairan dapat berpengaruh terhadap nilai pH di dalamnya Di samping pH, perubahan yang terjadi dalam konsentrasi oksigen terlarut juga merupakan suatu tanda tetjadinya perubahan kualitas perairan. Oksigen merupakan zat pengoksidasi yang kuat
dan berperan penting dalam pernafasan biota laut. Kelarutannya dalam air laut cukup untuk membuat ikan dan biota hidup di dalamnya, permasalahan akan timbul bilamana konsentrasinya berubah sampai batas di luar batas angka kenormalan d.alam perairan. Penurunan konsentrasi oksigen ini biasanya disebabkan oleh perubahan kualitas air sebagai dampak tetjadinya pengayaan zat hara fosfat dalam perairan Senyawa fosfat adalah salah satu komponen nutrisi yang berperan penting dalam menunjang kehidupan organisme akuatik dan merupakan unsure esensial bagi tumbuhan schingga merupa.kan factor pembatas yang berpengaruh terhadap produktivitas perairan. Dalam air laut sendiri terdapat dalam bentuk organik (berupa partikulat) dan anorganik terlarut (orto dan poli fosfat) yang berasal dari beberapa sumber seperti dekomposisi bahan organik. (JEFFRIES & MILLS 1996).
Selain fosfat, unsur nitrogen juga
merupakan unsur hara yang tidak kalah pentingnya, berperan dalam proses pembentukan protoplasma. Dalam air laut nitrogen terdapat dalam bentuk nitrogen anorganik ( nitrat, nitrit, amonia ) dan nitrogen organik ( urea dan asam-asarn amino). Konsumen senyawa
21
·"
nitrogen dalam air laut adalah algae bentos dan plankton. Kedua macam tumbuhan laut tersebut menurut SMAYDA (1983) mengam.bil senyawa nitrogen secara bertahap dengan urutan pertama yaitu nitrogen-nitrat (N03 -N), kemudian nitrogen-nitrit (N02-N), dan terakhir nitrogen-ammonia (NH3-N) Konsentrasi zat hara (fosfat dan nitrat) dalam perairan berperan penting terhadap kesuburan perairan sehubungan dengan pembentukan sel jaringan jasad hidup organisme. Kesuburan perairan merupakan salah satu faktor yang menunjang dalam. penentuan kualitas suatu perairan. Secara alamiah konsentrasi zat hara dalam. perairan bervariasi untuk masing-masing bentuk senyawanya, namun dalam kondisi tertentu dapat terjadi keadaan di luar batas yang dinyatakan aman untuk kategori perairan tertentu. Kondisi yang dimaksud antara lain terjadinya pembuangan limbah yang melewati batasan konsentrasi yang telah ditentukan oleh instansi yang berwenang, atau pada umumnya adalah berdasarkan dari ketidak tahuan atau bahkan mungkin dari ketidak pedulian terhadap lingkungan perairan sekitar. Akibatnya akan terjadi penurunan kualitas perairan yang berdampak negatif terhadap biota yang hidup di perairan tersebut. Untuk memantau kualitas suatu perairan dibutuhkan beberapa kriteria penelitian ini beberapa parameter kimia seperti fosfat, nitrat, pH dan or ·_en yang dianalisis untuk dievaluasi sejauh mana variasi konsentrasi arau berpengaruh terhadap lingkungan sekitar. Hasil analisis yang diperoleh
di.t.a.LL4Jll."'-'1U
dalam tabel berikut :
22
Tabel9. Konsentrasi beberapa parameter kimia di perairan Teluk Jakarta, Mei 2010
Parameter Sta.
Waktu
Kedlm
pH
Oksigen
P04
N03
Sal.
Suhu
1
8.34
0
8.17
4.00
0.38
0.45
29.0
2
8.45
0
8.27
4.32
0.42
0.40
29.0
3
9.00
0
8.16
4.58
0.50
0.60
29.0
4
9.5
0
8.04
3.86
0.63
0.40
29.0
6
10.45
0
7.98
4.66
0.33
1.69
29.0
8
11.18
0
7.90
4.67
0.45
2.18
29.0
9
11.35
0
8.01
4.70
0.58
1.79
29.0
7
11.58
0
7.56
3.07
0.25
0.74
30.0
10
12.45
0
8.26
6.56
1.96
2.93
30.0
0
8.28
5.93
0.67
0.50
30.0
Min
7.56
3.07
0.25
0.40
29.00
Max
8.28
6.56
1.96
2.93
30.00
Rata-rata
8.06
4.64
0.62
1.17
29.30
5
13.05
Tingkat keasaman (pH) air laut pada penelitian ini yang bervariasi antara 7 ~ 6 8,28 menunjukkan variasi yang normal untuk suatu perairan. Demikian juga dengan variasi konsentrasi oksigen
yang berkisar antara 3,07 - 6,56 ppm.
Nilai pH dan
konscntrasi oksigen yang rendah diperoleh di lokasi yang sama, yaitu di Stasiun 7 (masing-masing 7,56 dan 3,07 ppm), hal ini menunjukkan bahwa kualitas air di lokasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan di lokasi lainnya hila ditinjau dari nilai pH dan konsentrasi oksigen. Bila mengacu kepada peraturan dari Menneg KLH yang menetapkan pH > 7 untuk kepentingan pariwisata dan biota di laut, maka kondisi pH di perairan ini masih baik. Demikian juga halnya dengan oksigen, Meneg KLH dalam ANONIM (2004) telah menetapka.I1 konsentrasi oksigen terlarut minimal2,5 ppm untuk hal yang sarna. Analisis fosfat dan nitrat menunjukkan bahwa masing-masing konsentrasinya bervariasi antara 0,25 - 1,96 J.1gNL dan 0,40 - 2,93 J.lgA/L, dengan konsentrasi tertinggi diperoleh di Stasiun 10 (masing-masing 1,96 J.lgA/L dan 2,93 ~tgA/L). Dapat dikatakan
23
,
v. eli Stasiun 10 ini lebih banyak mendapat pasokan zat hara (fosfat dan nitrat) yang
berasal dari daratan dibandingkan dengan di lokasi lainnya .
Suhu air laut relatif homogen, bervariasi antara 29,0- 30,0°C, nilai suhu yang lebih tinggi (30 °C) diperoleh di Stasiun 5, 7 dan 10.
TabellO. Konsentrasi beberapa parameter kimia di perairan Teluk Jakarta, Juli 2010 Parameter Fosfat
Kedalaman
pH
Oksigen (ppm)
I
0
6.98
4.93
3.40
2.65
27.9
2
0
7.03
5.49
0.76
2.76
27.0
3
0
8.03
5.68
0.45
1.83
27.0
4
0
8.01
5.40
0.36
2.37
28.0
5
0
8.14
5.41
0.54
2.37
28.3
6
0
7.80
3.77
0.54
6.74
28.6
7
0
7.68
4.08
1.84
5.41
27.2
8
0
7.69
3.77
2.96
3.86
27.0
9
0
7.86
3.69
3.54
4.34
27.3
10
0
8.08
5.98
1.48
2.84
28.3
Minimum
6.98
3.69
0.36
1.83
27.0
Maksimum
8.14
5.98
3.54
5.41
28 .6
4.82
1.59
3.52
27.7
Stasiun
I Rata-rata
7.73
I
I
(~gAIL)
Nitrat (~gAIL)
Suhu
eq
Tingkat keasaman (pH) dan oksigen terlarut
Perubahan nilai derajat keasaman (pH) yang terjadi sebagai akibat masuknya zatzat kimia tertentu ke dalam perairan berpengaruh terhadap kualitas air dalam suatu perairan yang pada akhirnya berdampak terhadap kehidupan biota di dalamnya. Banyaknya buangan yang berasal dari rumah tangga dan industri-industri tertentu ke dalam suatu perairan dapat berpengaruh terhadap nilai pH di dalamnya. Di samping pH, perubahan yang terjadi dalam konsentrasi oksigen terlarut juga merupakan suatu tanda terjadinya perubahan kualitas perairan. Oksigen merupakan zat pengoksidasi yang kuat dan berperan penting dalam pemafasan biota laut. Kelarutannya dalam air laut cukup untuk membuat ikan dan biota hidup di dalamnya, permasalahan akan timbul bilamana
24
,
on.sentrasinya berubah sampai batas di luar batas angka kenormalan dalam suatu
5.2. PEMBAHASAN Kelimpahan-kelimpahan
fitoplankton,
diatomae,
dan
dinoflagellata
serta
dominasinya pada pengamatan bulan Mei dan Juli 2010 tertera pada tabel 1a dan 1b. Kehadiran marga-marga fitoplankton yang disajikan dalam bentuk tabel 2a dan 2b. Komposisi marga pembentuk populasi fitoplankton dan kehadiran marga-marga itu tertera pada gambar 3a dan 3b. Kelimpahan fitoplankton (tabel 1a, 1b, dan gambar 2a, 2b):
Kelimpahan
fitoplank-ton bulan Mei berkisar: 2,47 - 133,12 juta sel/m3• Kelimpahan fitoplankton rata-rata mencapai jumlah 52,89 juta sel/m3• Kelimpahan fitoplankton pada bulan Juli berkisar: 1,13 - 141,73 juta sel/m3• Kelimpahan fitoplankton rata-rata 46,93 juta sel/m3. Kelimpahan ini temyata agak lebih rendah daripada pengamatan sebelumnya pada pengamatan pada bulan Juli 2009 pada lokasi yang sama (Adnan dkk., 2009), tetapi walaupun demikian pada pengamataan tahun 2010 masih tetap dalam kondisi blooming. Pada pengamatan Juli 2009 kelimpahan rata2 mencapai nilai 116 juta sel/m3 . Ad.nan
~~
(2003) pada bulan Juli 2003 mendapatkan kelimpahan fitoplankton rata2 eli perairan _ : sama sebesar 315 juta sel/m3 . Tetapi Adnan dkk (2004)
pada pengamatan j
wilayah yang sama pada bulan Mei 2004 dan bulan Agustus 2004 juga mendapatkan ke]impahan yang relatiftinggi masing2 mencapai 37,44 juta sel/m3 dan 32,36 juta selJm~ . Pada saat ini di seluruh perairan yang diteliti tampak populasi fitoplankton didominasi oleh 2 marga fitoplankton dari kelompok diatomae yaitu Skeletonema dan Chaetoceros, sedangkan dari kelompok dinoflagellata hanya 1 marga yaitu Ceratium yang dominan yang dijumpai di perairaan walaupun dalam kelimpahan yang relatif rendah. Adnan (2010, belum dipublish) mengamati kelimpal1an fitoplankton selama kurun waktu 35 tahun, mulai November 1975 s/d 2010 mendapatkan kisaran kelin1pahan fitoplankton : 0,9 juta sel/m 3 ( April2004) - 315 juta sellm3 ( Juli 2003). Dominasi marga fitoplank-ton:
Dominasi pada bulan Mei: Skeletonema
mendominai populasi fitoplankton pada 6 stasiun penelitian (st. 5, 6, 7, 8, 9, dan 10), sedangkan Chaetoceros mendominasi pada 4 stasiun (st. 1, 2, 3, dan 4).
25
Kelimpahan sel-sel fitoplank:ton kelompok diatomae (tabel 1a,lb dan gbr 2a ,2b): juga bervariasi. Prosentase kelimpahan kelompok diatomae pada bulan Mei
rata2
mencapai 52,71 juta sel/m3 (99,70 %), dan untuk dinoflagellata rata2 mencaapai 0,21juta sellm3 (0,30 %). Untuk bulan Juli prosentase kelimpahan diatomae rata2 mencapai 46,90 juta sel/m3 (99,24%) dan untuk dinoflagellata rata2 mencapai 2,12 juta sel/m3 (0,76%). Dengan demikian besarnya kelimpahan sel-sel fitoplankton kelompok diatomae adalah juga hampir sama besarnya dengan besarnya kelimpahan sel-sel fitoplankton total pada kedua pngamatan ini dan kelimpahan sef dinoflagellata umumnya sedikit dijumpai di perarran. Komposisi marga dan Frekuensi Kejadiannya (tabel 2a,2b dan gbr.3a,3b): Pada pengamatan bulan Mei, sel-sel fitoplankton kelompok diatomae dijumpai 15 marga dengan 3 marga pada kehadiran 100% di perairan yaitu Rhizosolenia, dan Skeletonema ; dan pada kehadiran 90% oleh Rhizosolenia dan Nitzschia ; sedangkan pada kelompok dinoflagellata dijumpai 9 marga, kehadiran 100% atau 90%.
tetapi tidak dijumpai sama sekali marga dengan
Pada pengamatan bulan Juli, fitoplankton kelo
diatomae dijumpai 12 marga dengan kehadiran 100% (Chaetoceros, Sr.elero
Lauderia) dan kehadiran 90% oleh Rhizosolenia, sedangkan fitoplankto dinoflagellata dijumpai 12 marga dengan dijumpai 100% oleh Protopen<1mlurii
Ceratium dijumpai 90%. Gambar 3 di atas menunjukkan bahwa hanya ada tiga genus yang men.....,,..LJ..Lij.....:" komposisi fitoplankton pada bulan Juli yaitu Chaetoceros (50%) , Skeletonema 39 %) dan Bacteriastrum (7 %). Chaetoceros sebagai genus dominan tertinggi pada pengamatan ini merupakan jenis sub tropik, namun pada penelitian ini ditemukan melimpah sehingga dimungkinkan. perairan Teluk Jakarta telah mengalami yutrifikasi (Pra'ieno D. P. dan Sugestiningsih (2000); ( Thoha. H, 2004). Dominansi ke dua yaitu Skeletonema, gejala ini sering terlihat di perairan temperate serta biasanya berlangsung dalam musim semi
dan dikenal dengan sebagai SDI (Spring Diatoms Increase). Di perairan sepanjang pantai tropis terutama di sekitar mulut sungai, melimpahnya diatom sebagian besar karena pengaruh darat an ( land mass effect) sebagai akibat terbawanya nutrisi dari sawah, ladang. limbah industri dan rumah tangga melalui air sungai ke laut dan juga karena turbulensi ( pengadukan) oleh gelombang pasang dan arus laut yang bergerak dari
26
,
perairan relatif dalam ke yang lebih dangkal ( Thoha
a
2003). Genus Thalassiosira
sebesar 7 % pada bulan Mei 2010 juga dominan tapi masih relatif kecil nilainya tapi harus diwaspadai karena apabila adanya ledakan populasi menyebabkan kematian massal pada kerang, di perairan Teluk Jakarta dijumpai pada tahun 1997 ( Praseno D.P. dan Sugestiningsih, 2000 dan Thoha, H ( 2003-2004). Dominansi dinoflagellata
genus
Ceratium sering terjadi di perairan Teluk Jakarta dan perairan Indonesia seperti Ujung pandang, Flores timur, Kaltim, Lampung, Teluk Bayur, T. Sabang, Batam, Bitung, Teluk Ambon, dinoflagellata ini toleran terltddap variasi saliitas yang besar ( 5 - 70 %o). Ledakan populasinya dapat menyebabkan gangguan pada burayak invertebrata melalui suatu mekanisme tersedaknya insang sehingga jenis ini diduga menjadi peneyebab kematian burayak tiram (oyster) yaitu di perairan Jepang ( Fukuyo, et al, 1990) Pada penelitian ini juga ditemukan tiga taksa predominan pada komposisi zooplankton adalah Calanoida (copepoda), Cirripedia dan Oikopleura (Gambar 3). Calanoida sebagai taksa dominan tertinggi pada pengamatan ini merupakan jenis neritik yang berukuran relatif kecil dan biasa hidup pada perairan yang masih mendapat pengaruh daratan, seperti yang banyak ditemukan di Laut Jawa (Arinardi, 1995). Tingginya dominasi Cirripedia pada komunitas zooplankton pada penelitian ini diperkirakan terjadi karena lokasi stasiun penelitian merupakan tempat lalulintas kapal dan berdekatan dengan tempat berlabuhnya kapal sehingga cocok sebagai tempat hidup Cirripedia nauplius. Sebagaimana diketahui bahwa perairan Teluk Jakarta merupakan perairan yang banyak dimanfaatkan manusia untuk berbagai macam kegiatan mulai dari kegiatan mencari ikan bagi nelayan dan sebagai lalulintas laut utama untuk kapal-kapal yang ke1uar masuk pelabuhan Tanjung Priok. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Smith (1977) bahwa jenis zooplankton Cirripedia merupakan jenis yang paling banyak ditemukan di daerah pelabuhan. Tingkat keasaman (pH) air laut pada penelitian ini yang bervariasi antara 6,98 8,14 menunjukkan variasi yang normal untuk sua..+u per-airan. Demikian juga dengan variasi konsentra'5i oksigen yang berkisar antara 3 69 - -.9 ppm. Nilai pH yang rendah (6,98) diperoleh di Stasiun 1 yang posisinya lurusan dari muara Sungai Grogol, hal ini menunjukkan bahwa kualitas air di lokasi tersebut le · lokasi lainnya bila ditinjau dari nilai pH. Bila men~
dibandingkan dengan di peraturan dari Menneg
27
KLH yang menetapkan pH > 7 untuk kepentingan pariwisata dan biota eli laut, maka kondisi pH eli perairan ini (antara 6,98- 8,14) masih baik. Demikianjuga halnya dengan oksigen, variasi konsentrasi oksigen antara 3,69 - 5,98 ppm menunjukkan variasi konsentrasi yang normal hila mengacu kepada Menteri Negara KLH dalam ANONIM (2004) yang telah menetapkan konsentrasi oksigen terlarut minimal 2,5 ppm untuk hal yang sama Konsentrasi oksigen yang terrendah (3,69 ppm) eliperoleh eli Stasiun 9 yang posisinya ada eli bagian barat pelabuhan Tanjung Priok.
Fosfat Secara umum unsur kimia fosfor merupakan unsur hara yang sangat penting dalam pembentukan sel jaringan jasad hidup. Dalam air laut unsur ini terdapat dalam bentuk ion fosfat yaitu ortofosfat, polifosfat, dan fosfat organik. Dari ketiga bentuk. ion fosfat tersebut hanya ortofosfat yang dapat langsung eligunakan oleh tanaman air. Oleh karena itu konsentrasi ortofosfat dalam air laut sering elipakai sebagai indikator tingkat kesuburan suatu pemiran. Sumber fosfat dalam air laut terutama berasal dari sungai penguraian ssisa organisme dan pengadukan eli dasar laut. Konsentrasi fosfat laut tergantung pada kedalaman air laut, menurut SVERDRL""P er konsentrasinya bervariasi antara 0 - 2,79 J..lgA/1. Di alam fosfor ti keadaan bebas, namun hampir selalu terbentuk dalam suatu persenya dioksidasi sepenuhnya sebagai fosfat (RILEY & SKIRROV 197 . Pengamatan fosfat eli perairan Teluk Jakarta menunjukkan bah bervariasi antara 0,36 - 3,54 J..lgA/L, dengan konsentrasi tertinggi diperoleh di
tasi
(3,54 J.lgA/L). Posisi stasiun pengamatan tersebut berada di bagian barat pelabuhan Tanjung Priok, sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa berbagai kegiatan yang tejadi di pelabuhan Tanjung Priok berpengaruh terhadap konsentra-;i fosfat.
Nitrat Unsur nitrogen merupakan unsur hara (nutrien) yang berperan dalam proses pembentukan protoplasma. Konsumen seuyawa nitrogen dalam air laut adalah algae bentos dan plankton. Kedua macam tumbuhan laut tersebut menurut SMAYDA dalam SUSANA (1999), mengambil senyawa nitrogen secara bertahap dengan urutan pertama yaitu nitrogen-nitrat (N03 -N), kemudian nitrogen-nitrit (N02-N), dan terakhir nitrogen-
28
ammonia (NH3-N). Nitrat adalah bentuk senyawa nitrogen utama dalam air laut, merupakan sumber milcro nutrien yang dibutuhkan oleh fitoplankton. Nitrogen-nitrat sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil, dalam air laut berasal dari proses nitrifikasi atau dekomposisi bahan organik pada keadaan cukup oksigen. Variasi konsentrasi nitrat yang diperoleh pada pengamatan di perairan ini antara
1,83 - 5,41
~gAIL,
kosentrasi tertinggi diperoleh di Stasiun 7 (5,41
~gAIL)
. Posisi
stasiun pengamatan ini ada di bagian utara pelabuhan Tanjung Priok Suhu air laut relatif homogen, bervariasi antara 27,0 - 28,6°C, nilai suhu yang lebih tinggi (28,6 °C) diperoleh mulai dari Stasiun 4 sampai I 0, yaitu antara Pelabuhan Sunda Kelapa dan pelabuhan Tanjung Priok. Berdasarkan data yang diperoleh secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa, kualitas air perairan Teluk Jakarta pada pengamatan bulan Juli menunjukkan bahwa kegiatan di perairan sekitar pelabuhan Tanjung Priok berpengaruh terhadap kualitas air di sekitarnya .
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6 1. Kesimpulan
Melimpahnya tiga marga fitoplankton pada bulan Mei dan Juli yaitu Chaetoceros (50%) , Skeletonema (39 %)
dan Thalassiosira (7 %). Chaetoceros sebagai marga
dominan tertinggi pada pengamatan ini merupakan jenis sub tropik, namun pada penelitian ini ditemukan melimpah sehingga dimungkinkau perairan Teluk Jakarta telah mengalami yutriflkasi. Dominansi ke dua yaitu Skeletonema, gejala ini sering terlihat di perairan temperate serta biasanya berlangsung dalam. musim semi dan dikenal dengan sebagai SDI (Spring Diatoms Increase). Di perairan sepanjang pantai tropis terutama di sekitar mulut sungai, melimpahnya diatom scbagian besar karena pengaruh daratan (land mass effect) sebagai akibat terbawanya nutrisi dari sawah, ladang, limbah industri dan rumah tangga melalui air sungai ke laut dan juga karena turbulensi ( pengadukan) oleh gelombang pasang dan arus laut yang bergerak dari perairan relatif dalam kc yang lebih dangkal. Marga Thalassiosira sebesar 7 % pada bulan Mei 2010 juga dominan tapi
29
masih relatifkecil nilainya tapi hams diwaspadai karena apabila adanya ledakan populasi menyebabkan kematian massal pada kerang, di perairan Teluk Jakarta dijumpai pada tahun 1997. Dominansi dinoflagellata genus Ceratium sering terjadi di perairan Teluk Jakarta dan perairan Indonesia seperti Ujung pandang, Flores timur, Kaltim, Lampung, Teluk Bayur, T. Sabang, Batam, Bitung, Teluk Ambon, dinoflagellata ini toleran terhadap variasi salinitas yang besar (5 -
70 %o). Ledakan populasinya dapat
menyebabkan gangguan pada burayak invertebrata melalui suatu mekanisme tersedaknya insang sehingga jenis ini diduga menjadi peneyebab kematian burayak tiram (oyster). Taksa yang mendominasi komposisi zooplankton pada bulan
Mei dan Juli yaitu
Calanoida (24%) dan Penelia (21 %). Calanoida sebagai taksa dominan tertinggi pada pengamatan ini merupakan jenis neritik yang berukuran relatif kecil dan biasa hidup ada perairan yang masih mendapat pengaruh daratan, seperti yang banyak ditem Jawa. Perbedaan taksa-taksa zooplankton yang mendominasi kom
· -
...
.ll.A..,~-
:.....a.J......-u
pada dua kali pengamatan tersebut menunjukkan bahwa telah teij pada komunitas
zooplankton teramati. Berda.sarkan clara •
keseluruhan dapat dikatakan bahwa, kualitas air perairan Tel - J bulan Mei dan Juli menunjukkan bahwa kegiatan di perairan : Priok berpengaruh terhadap kualitas air di sekitarnya . Dapat
uc·......-~o..::::..u.
10 ini lebih banyak mendapat pasokan zat hara (fosfat dan daratan dibandingkan dengan di lokasi lainnya .
6 2. Saran Aliran buangan yang menuju ke Teluk Jakarta telah menyebabkan kualitas air di dalamnya berkurang yang mengakibatkan berlimpahnya fitoplankton. Dengan demikian perlu dimonitoring kualitas buangan yang berasal dari sumber tak tentu yaitu domestik, industri, pertanian, perikanan dan petemakan. Pemda setempat perlu rnengambil langkah antisipasi, jika perairan sepanjang Teluk Jakarta digunakan untuk budidaya. Hal ini karena sedimentasi yang berlebihan dan kemungkinan adanya ancaman penyebaran limbah buangan industry yang masuk melalui muara-muara sungai sekitar perairan Teluk Jakarta. Data series diperluk.an sebagai dasar penelitian selanjutnya.
30
,
DAFfAR PUSTAKA Adnan, Q. 2003. Laporan Akhir "Dampak Pasca Banjir Melalui 3 DAS Terhadap Kuali tas Air Laut dan Sumberdaya Perikanan Di Pantai Utara Jakarta. P20-LIPI, Jakarta: 90 hal. Adnan, Q. 2004. Laporan Akhir"Dampak Pasca Banjir Melalui 3 DAS Terhadap Kualitas Air Laut dan Sumberdaya Perikanan Di Pantai Utara Jakarta. P20-LIPI, Jakarta: 53 hal.+ 40 hal gainbar. Adnan, Q. dkk. 2009. Laporan Akhir. Kegiatan Program Insentifpenelitian Perekayasaan LIPI 2009. "Dampak Pemanasan Global Terhadap Kondisi Plankton Di Perairan Teluk Jakarta": 24 hal. Adnan, Q. dkk. 2010. Laporan Kemajuan Kegiatan tahap 1. Program InsentifPenelitian dan Perekayasaan LIPI 2009. "Dampak Pemanasan Global Terhadap Kondisi Plankton Di Perairan Teluk Jakart. Mei 2010: 18 hal. ANONIM 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 . tentang Bak'll Laut untuk kehidupan Biota Laut: 11 hal
Arinardi, Q, Adnan , A.B. Sutomo, 1984. Dalam : M.K. Moosa, D.P. Kastoro ( Eds). Evaluasi Kondisi Perairan Selat Malaka 197 -19 0. lO. ·LIPI, Jakarta. 30-41 h. Arinardi, Trimaningsih dan Sudirdjo 1994. Pengantar Tentang plankton serta kisaran Kelimpahan dan Plankton Predominan di sekitar Pulau jawa dan bali, P30LIPI, Jakarta. 1-35 h. BMKG, 2010. Musim hujan berpeluang maju. Waspadai gelombant tinggi. Dalam · Kompas (26 Juli 2010). Elberizon dan Zulkifli. 1996. Potensi Red Tide oleh Pyrodinium
di Perairan Pantai
Timur Pulau Bintan Kabupaten Daerah Tingkat II Riau. Laporan Pene1itian. Program Studi Ilmu Kelautan Universita~ Riau, Pekan Baru. Fukuyo, Y. 2003. Biological Character of Red Tide Organisms. Edited by Tomotoshi Okaichi. Red Tides. Terra Scientific Publishing Company, Tokyo, 439 p.
Hallegraeff, G. M. Aquaculturists'Guide To Harmful Australian Microalgae. Publ.
31
Fishing Industry Training Board of Tasmania 25 Old Wharf, Hobart, Tasmania 7000-CSIRO Div. OfFisheries, Hobart, Australia.: 111pp. 1991 Hasle, G.R. and G.A. Fryxell. 1995. Taxonomy of Diatoms (G. M. Hallegraef, D.M. Anderson and A.D. Cembella) Eds. Manual on harmful Marine Microlagae. UNESCO, France, 551 p. Jeffries, M and Milss, D. 1996. Freshwater &ology, Principles and App/icstions. John Willey & Sons. Chichester.U.K: 285 pp Kamali, D. 2004. Kelimpahan Fitoplankton pada Keramba Jaring Apung di Teluk Hurun, Lampung. Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan , Institut Pertanian Bogor, Bogor, 49 hal. Sidabutar T. 2005. Ekologi dan Strain HAB di Perairan Teluk Hurun, Lampung. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta. 28-37 h.
Soerjodinoto, 1960. Synopsis of Biological data on Biol. Branch on Lemuru Clupea (Harengula) ( CV) Fish. Div. Bioi. Branch FAO- UN. STRICKLAND, J.D. Hand T. R. PARSONS
1968. A practical handbook of seawater
analysis. Fish. Res. Board. Canada. Bull. 167 : 311.35 - 39. SMAYDA, T. 1983. The phytoplank1:on of estuaries. In : B.H. KETCHUM (ed).
Estuaries and enclosed seas. Ecosystem of the World 26. Elsevier Sci. Publ. Com, Amsterdam. Oxford : 65 - 102 pp. SUSANA, T.
1999. Konsentrasi N-ammonia di muara-muara sungai perairan Teluk
Jakarta. Dalam : D.P.PRASENO., W.S.ATMAJA ., I.SUPANGAT., RUYITNO, dan B.S.SUDIBJO (Eds). Pesisir dan Pantai Indonesia III. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi -LIPI : 61 - 68. Taylor, F. J. R. 1978. Dinoflagellates from The International Indian Ocean Expedition. Bibl. 132 (1978): 234 hal.+ 46 fotos. Taylor, F.J.R. 1994. Re.ference manual Taxonomic Identification of Phytoplankton with
Reference
to
HAB
Organisms.
ASEAN-Canada
Cooperative
Programme on Marine Science Workshop on the Taxonomy of
32
Phytoplankton and Harmful Algal Bloom-Organisms Hosted by LIPI, Jakarta. 1-568 p. Thoha, H, Pengaruh Musim Terhadap Plankton di Perairan Riau Kepulauan
dan
Sekitarnya, MAKARA SAINS, Vol. 7 No. 2, Agustus 2003. Diterbitkan Bagian DRPM-UI. 20- 31h. Yamaji, I.E. 1966: Rlustration of the Marine Plankton of Japan. Hoikusha, Osaka, Japan. 1-345 h. Wickstead, J.H. 1961. A quantitative and Qualitative Study of Some Indo-West-Pacific Plankton. Her Majesty"s Stationery Office, London Wiadnyana, N. Dan D.P. Praseno. 1997. Dampak: Munculnya species
~ed
Tide Terhadap
Perikanan di Indonesia. Jurnal Berkala Perikanan Terilbuk. 69: 15-27.
33
,