Imprint Penulis
Dr. Alexander Loch
Penerbit
InWEnt-Internationale Weiterbildung und Entwicklung gGmbH Capacity Building International Tulpenfeld 5 53113 Bonn Jerman
Penyunting Serial
Dr. Fauziah (Universitas Indonesia) Dr. Hefrizal Handra (Universitas Andalas) Dr. Alexander Loch (Universitas Negeri Papua)
Revisi
Thia Jasmina, Niniek L. Gyat, Uwe Krappitz, Dr. Paul Schiffmann, Novita Taroreh, Christine Wüst
Tata letak
Tri Prasetyaningtyas
Karikatur
Agus Palupi
Terjemahan
Boogie Setiawan, Hendragunawan Sardjan Thayf
Hak Cipta
Seluruh materi dari seri Materials for Training and Development (Bahan Pelatihan dan Pengembangan) dilindungi oleh hak cipta. Meskipun demikian, Editor dan Penerbit mendukung penggunaannya dalam pendidikan, advokasi dan pelatihan. Pengg Andaan atas bagian yang cukup besar dari dokumen ini, atau penggunaan lain di luar kegiatan pelatihan atau di luar kepentingan non-komersial, menghendaki adanya persetujuan tertulis yang eksplisit dari Editor terlebih dulu. Silakan mengubungi:
[email protected] Manokwari 2010
ii
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Daftar Isi vi
Prakata dari InWEnt
viii
Pengantar dari penulis
BAGIAN 1: MENGAPA SISWA SAYA TERTIDUR???
1
Tujuh gagasan kunci untuk sebuah kursus pelatihan yang menarik dan efektif
2
Sebuah solusi sederhana: 10:60:30!
3
7
BAGIAN 2: KONSEP PELATIHAN MENDASAR
8
Bagaimana orang dewasa belajar Karakteristik pelajar dewasa
11
Definisi: Pelatih, Fasilitator, Dosen dan Guru
13
Partisipasi
17
Keterkaitan partisipasi dengan desentralisasi
18
Anjuran dan larangan bagi pelatih yang baik
20
23
BAGIAN 3: VISUALISASI BERGERAK Bekerja dengan alat flipchart dan pin-boards
24
Aturan menulis
27
Kotak peralatan
28
Cara mengumpulkan ide dari kelompok
29
Agar partisipasi dan interaksi dapat berjalan
32
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
iii
BAGIAN 4: BEBERAPA METODE DAN TEKNIK
35
Presentasi yang baik
41
Menanyakan pertanyaan yang tepat
45
Memoderasi diskusi
46
Kelompok kecil yang efektif
47
Brainstorming & brainwriting
49
Mind-maps
50
Bekerja dengan studi kasus
52
Bermain peran
53
Fishbowl
57
Sosio drama
58
Permainan sosial
58
Falling leaves
60
Mood barometer dan stiker bulat lainnya
63
Kuis
65
Membuat video sendiri dan menjadi reporter
66
BAGIAN 5: PERSIAPAN UNTUK SEBUAH KURSUS PELATIHAN
69
Persiapan diri
70
Naskah
70
Persiapan logistik
73
Penutupan dan tim refleksi
74
BAGIAN 6: MENGATUR DINAMIKA SEMINAR
77
Membuat kontrak belajar
78
Icebreakers, energizers dan teambuilding
79
iv
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Cek silang harapan
88
Perjanjian untuk tujuan–tujuan
88
Dinamika kelompok
89
BAGIAN 7: FEEDBACK DAN EVALUASI
93
Cara untuk memberikan feedback
94
Metode evaluasi pelatihan
96
BAGIAN 8: PERMASALAHAN YANG KHAS – 101 DAN SOLUSI-SOLUSI CERDAS Menghadapi kelompok besar dalam ruangan yang kecil
102
Menghadapi peserta yang sulit
104
Melengkapi pusat pelatihan untuk seminar partisipatoris
106
BAGIAN 9: CONTOH PRAKTIK TERBAIK UNTUK PELATIHAN MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH DI INDONESIA
109
Menerapkan pendekatan partisipatoris dalam konteks keuangan daerah
110
Pengembangan bahan-bahan yang sesuai
112
Pelajaran yang dapat ditarik
113
Apendiks
116
Daftar Literatur
116
Daftar Kata
117
Indeks
119
Tentang InWEnt dan penulis
121
Materi-materi untuk pelatihan dan pengembangan
122
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
v
Prakata dari InWEnt
Dalam dekade terakhir, desentralisasi dan penguatan otonomi pemerintah daerah telah secara berkelanjutan terbentuk. Pemerintah daerah di Indonesia terus diberi kuasa untuk mengambil alih tanggung jawab Manajemen Keuangan Daerah. Meskipun begitu, usaha lebih lanjut untuk pembangunan kapasitas sangat penting untuk mendukung pemerintah daerah dalam meningkatkan kemampuan manajemen fiskal sumber daya manusia mereka. Rekanan pembangunan internasional, seperti InWEnt di Jerman bersama banyak rekanan lainnya, siap untuk menyediakan bantuan teknis dan pilihan untuk dialog politik. Namun, kami yakin bahwa hanya dengan usaha bersama dari para ahli ekonomi dan pengambil keputusan di Indonesia yang akan menjadikan desentralisasi sebuah cerita sukses – tangan merekalah yang harus menjangkau hati dan otak orang–orang yang akan mene rapkannnya dalam struktur dan rutinitas harian.
vi
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Kami sangat gembira mengetahui bahwa para peneliti dari LPEM Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, dalam kerjasama dengan penulis lain dari beberapa universitas di Indonesia, didukung oleh Local Government Initiative of the Open Society Institute (LGI OSI) dan ahli – ahli pengajaran Jerman, mengembangkan berbagai bahan pelatihan untuk peserta Pelatih an Keuangan Daerah (KKD/LKD/ KKDK). Kami mempertimbangkan sekitar 1200 personil keuangan daerah di masa depan akan sangat pen ting untuk memfasilitasi desentralisasi di Indonesia. Berinvestasi pada pembangunan kapasitas dan kualitas pembentukan mereka ber arti menciptakan sebuah kontribusi berkelanjutan bagi struktur keuangan daerah yang kompeten – dengan begitu, InWEnt tidak hanya berkontribusi pada pengembangan perangkat keras (bahan ajar), tetapi khususnya juga pada perangkat lunak (kompetensi metodologis dari pelatih KKD/LKD/ KKDK) dari sistem ini. Visualisasi,
komunikasi dan partisipasi adalah tiga isu utama dari kapasitas metodologis. Konsep dasar pengajaran InWEnt menekankan relevansi yang sama dari isi kursus dan metode yang digunakan untuk pelatihan dan pengembangan yang efektif. Program pelatihan tingkat lanjut dalam bidang manajemen keuangan dari InWEnt di Indonesia merupakan kegiatan komunikasi yang ditujukan tidak hanya untuk semata mentransfer pengetahuan, tetapi juga untuk mengubah kebiasaan orang dan untuk jejaring kerja peserta. Semua aktivitas yang diterapkan di Indonesia terdiri dari dialog dan pelatihan, pelatihan dan dialog. Kami sangat berterima kasih kepada para rekanan kami, kolega, dan peserta di Indonesia untuk komitmen dan dukungan mereka. Kami berharap proyek ini dapat mendukung kualitas dan keberlanjutan dari proses desentralisasi di Indonesia.
Dr. Richard Ratka InWEnt International Capacity Building, Jerman, divisi “Promosi Reformasi Demokrasi/ Pemerintahan” M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
vii
Pengantar dari Penulis
Para pengajar, khususnya dari Pusat Pelatihan untuk Manajemen Keuangan Daerah (KKD/LKD/ KKDK), telah berulang-ulang me minta adanya metode yang baru dan yang lebih baik untuk digunakan dalam pelatihan mereka. Departemen Keuangan dan Tim Penjamin Mutunya menyetujui untuk melaksanakan serangkaian PP (Pelatihan Pelatih) di berbagai pusat pelatihan di Indonesia, be kerja sama dengan InWEnt International Capacity Building serta pe ngarang buku ini. Peserta berkesempatan untuk mengeksplorasi berbagai metode alternatif, mempraktekkan penggunaan teknik-teknik visualisasi bergerak yang mutakhir, dan mendiskusikan dengan rekan serta pelatih internasional tentang metode mana saja yang berhasil dan mana yang tidak. Meskipun terdapat banyak jenis literatur tentang “metode peng ajaran” beredar di pasaran – kebanyakan dalam Bahasa Inggris, beberapa dalam Bahasa Indonesia – kami memAndang bahwa keha diran sebuah bahan bacaan untuk para dosen, pelatih dan fasilitator untuk menindaklanjuti keterampil an pengajaran baru ini, sebagai suatu kebutuhan.
viii
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Tujuh tahun lalu, salah satu divisi InWEnt bidang Lingkungan, Energi dan Air menerbitkan manual berjudul ”Moderasi dan Visualisasi untuk Kegiatan Kelompok” (MOVE, oleh M. Oepen). Buku tersebut memiliki filosofi dasar yang sama dengan buku ini sehingga sejumlah bagiannya dikutip dalam buku ini (dengan cetakan miring) disertai metode-metode spesifik yang tepat untuk pengajaran dalam konteks yang formal. Kami dipandu oleh sebuah pendekatan langsung, oleh kare na itu kami menyediakan hanya sedikit informasi latar belakang teoritis tetapi lebih berkonsentrasi pada contoh-contoh dan saransaran, yang selanjutnya akan dapat dibentuk sendiri oleh tiap individu pelatih menurut konteks pelatihannya. Lihatlah pada bagian literatur rujukan untuk bacaan lebih lanjut yang disarankan. Mengembangkan buku panduan pelatih yang demikian tentunya tidak akan mungkin tanpa dukungan dari berbagai institusi dan individu. Secara khusus, kami ingin berterima kasih kepada Bapak Adriansyah, Ahmad Yani and Adijanto (Divisi Pembangunan Kapasitas Kementerian
Keuangan Indonesia), Prof. Robert Simanjuntak (UI), Dr. Hefrizal Handra (UA) Dr. Richard Ratka, Pia Ströhuber (InWEnt), dan juga untuk Thia Jasmina, Niniek L. Gyat dan Dr. Fauziah (LPEM-FEUI) atas pertukaran ide yang kerap terjadi dan yang begitu mendalam terkait dengan praktik terbaik secara metodologis untuk diterapkan di Indonesia. Rekan-rekan saya, Uwe Krappitz, Dr. Paul Schiffman, Novita Taroreh dan Janina Pawelz yang telah memberikan feedback yang berharga atas naskah buku ini; Agus Palupi yang telah memberikan gambar ilustrasi; Boogie Royal dan Hendra Gunawan yang telah menerjemahkannya dan Tri Prasetyaningtyas yang merancang tata letaknya. Terima kasih, thank you, dan danke untuk kalian semua! Saya berharap kiranya semua fasilitator dan peserta dapat meraih kesuksesan dan mengalami sesi pelatihan yang sangat interaktif dengan menerapkan metode dari buku petunjuk ini dan berbagai studi kasus dari seri Materi untuk Pelatihan dan Pengembangan ini.
Dr. Alexander Loch
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
ix
x
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
BAGIAN 1: MENGAPA SISWA SAYA TERTIDUR? Tujuh gagasan kunci untuk sebuah kursus pelatihan yang menarik dan efektif Sebuah solusi sederhana: 10:60:30! Ada beberapa alasan mengapa seorang siswa bisa tertidur di dalam kelas: dia mungkin merasa malas, kehilangan minat, tidak memiliki kompetensi, dan masih banyak kemungkinan lain lagi. Bayangkan. Bukan peserta di kelas Anda yang tidak tertarik, tetapi salah satu siswa di ruang sebelah, mendengarkan uraian dari BapakBikin-Ngantuk. Apa yang harus Anda rekomendasikan pada kolega Anda tersebut? Apakah akar penyebabnya adalah siswa (karak ternya), atau apakah dosennya (yang membosankan) atau adakah alasan struktural (ruangan terlalu kecil, penataan tempat duduk yang konservatif tanpa penggunaan visualisasi, dan lain-lainnya?). Seringkali kita menyalahkan “karak ter siswa.” Psikolog menyebut pola penjelasan umum ini “sebuah kecenderungan atribusi”. Kita meng asumsikan bahwa masalahnya terletak pada seseorang. Tetapi se ringkali ternyata bukan. Seringkali,
masalah sebenarnya adalah terkait dengan keadaan lingkungan (setting). Dan juga dengan metode. Siswa yang sama, yang tidur dalam sesi pagi di kelas kita, bisa berubah menjadi sangat pintar dan termotivasi, ketika kita menemui dia pada malam hari di warnet (contoh lingkungan yang berbeda) sedang mencari nada dering baru untuk telepon genggamnya (metode pencarian informasi proaktif). Dalam buku petunjuk ini Anda akan mempelajari tujuh alat utama untuk membuat pelatihan Anda menarik dan sukses. Alat–alat itu secara khusus dirancang untuk pengajar Kursus Keuangan Daerah (KKD), yaitu pelatihan manajemen keuangan daerah untuk para pejabat peme rintah daerah yang diadakan oleh Departemen Keuangan bekerja sama dengan sejumlah universitas negeri, namun tetap dapat diapli kasikan juga oleh para moderator atau pelatih lainnya.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
1
Tujuh gagasan kunci untuk sebuah kursus pelatihan yang menarik dan efektif Di sini kami akan memberitahukan Anda tentang semuanya. Anda mungkin akan mengerti 7 gagasan kunci secara intuitif saat Anda pertama kali membacanya. Bagian selanjutnya dari buku manual ini akan menjelajahi secara mendalam, apa makna gagasan–gagasan itu. Contohnya, Anda mungkin mengetahui teknik “visualisasi” dan Anda penasaran untuk belajar dari peng alaman praktek terbaik, bagaimana mempersiapkan “visualisasi ber gerak” yang mutakhir. Inilah 7 kunci untuk seorang pelatih profesional, yang akan dijelaskan lebih lanjut: 1. Kurangi bicara. Terapkan aturan 10:60:30. Jika Anda bekerja de ngan orang dewasa, hanya 10% dari sesi pelatihan yang baik berupa masukan/input yang bersifat klasikal (sebagaimana cara guru mengajar murid-muridnya di dalam kelas). 2. Visualisasikan sebanyak mungkin. Orang mengingat lebih baik apa yang mereka lihat dan dengar. (Dan orang dewasa bahkan belajar lebih baik saat Anda berikan mereka kesempatan untuk berdiskusi dan berbicara). Hindari “Kekakuan PowerPoint”. Gunakan visualisasi bergerak daripada proyeksi LCD yang statis. 2
3. Rencanakan unit pelatihan Anda dengan baik sebelumnya. Harus ada dramaturgi agar pelajar dapat menarik nafas (menerima masukan atau topik baru) dan menghembuskan nafas (menghasilkan keluaran, contohnya mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan baru mereka). 4. Ajukan pertanyaan yang tepat. Rumuskan pertanyaan untuk ke lompok secara hati–hati dan tepat: jika mungkin, lakukan prauji pertanyaan tersebut kepada rekanrekan Anda. Beri motivasi melalui pertanyaan yang merangsang keingintahuan dan eksplorasi. Pertanyaan terbuka (“Bagaimana?”) lebih baik daripada pertanyaan tertutup (“Ya atau tidak?”). 5. Perlakukan orang dewasa de ngan serius. Mobilisasikan energi kreatif peserta dan pengetahuan yang telah mereka miliki serta bukalah ruang untuk interaksi aktif untuk semua dalam suasana yang santai dan informal. 6. Bangunlah jembatan untuk mentransfer. Hubungkan isu yang muncul dalam kegiatan pelatih an dengan situasi kerja peserta dan masalah yang dirumuskan.
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Sebuah solusi sederhana: 10:60:30! Metode campuran. Satu hari penuh pelajaran, hanya diselingi oleh beberapa kegiatan penyegar (energizer) bergaya militer, akan terasa menyiksa untuk kedua belah pihak. Gado–gado dari masukan yang menarik, diskusi, film, presentasi pekerjaan kelompok, mind-map, peristiwa kritis, dll. (lihat Bab membuat pembelajaran dan pengajar an menjadi sebuah aktivitas yang dapat dinikmati bersama.
Pengalaman dari para pelatih dan fasilitator di seluruh dunia telah menunjukkan: siswa/peserta tidak akan tidur, jika Anda meng aplikasikan sebuah aturan emas yang sederhana dari pendekatan partisipatif, yaitu Aturan 10:60:30. Dalam aturan ini, 60% dari waktu harus dialokasikan untuk orientasi praktek dalam kelompok kerja, 30% untuk diskusi dan kesimpulan dalam pleno dan hanya 10% untuk masukan teoritis.
60% dari waktu kegiatan digunakan untuk menemukan solusi dalam kelompok-kelompok kecil yang akan menyajikan hasil mereka dalam pleno untuk didiskusikan dengan peserta lain dan pelatih
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
3
Mungkin Anda akan protes: “Hei, bagaimana bisa aku mengajarkan silabus lengkap hanya dengan 10% waktu masukan??? Siswa membutuhkanku sebagai guru. Aku yang harus memberitahu mereka. Aku punya pengetahuan. Aku harus ajarkan pengetahuan ini!!!”. Ya, Anda benar. Andalah bosnya, Anda yang memandu prosesnya. Dan Anda memiliki pengetahuan dan kemampuan khusus/tingkat lanjut (jika tidak, universitas atau organisasi Anda tidak akan memilih Anda untuk mengisi materi). Namun, siswa dewasa Anda tidaklah bodoh. Mereka penuh pengalaman dari hidup mereka sendiri. Dan mereka memutuskan untuk mengikuti pelatihan Anda. “Seni”
melaksanakan pelatihan yang baik adalah mengkombinasikan pesan Anda (“masukan”, ”topik”) dengan pengetahuan dan pengalaman mereka. Sebuah contoh: Jika Anda ingin mengajarkan “siklus anggaran”, Anda bisa mengisi seluruh pagi dengan ceramah mendetil, PowerPoints, kopian materi, dan apa saja yang Anda anggap penting. Anda berbicara, mereka mendengarkan. Atau, Anda bisa menyiapkan sejumlah pertanyaan penuh makna untuk mereka dan mengundang mereka untuk membentuk kelompok kecil untuk menarik solusi dan jawaban terkait masalah penganggaran dalam konteks pekerjaan mereka.
Para peserta sedang berbagi informasi dan pengalaman
4
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Tak seorangpun tahu segalanya, tetapi setiap orang tahu sesuatu. Anda meminta kelompok– kelompok itu untuk mempresentasikan hasil pekerjaan mereka dan Anda akan terkejut melihat bahwa kelompok–kelompok kecil itu maju ke depan dengan jawaban dan solusi cerdas. Tentu saja Anda akan memberi informasi tambahan yang spesifik, aturan-aturan baru, dan akhirnya memberikan kopian materi tentang siklus anggaran, dan seterusnya.
pelajar secara aktif terlibat dalam melakukan sesuatu (contohnya, dalam kelompok kecil mendiskusikan dan menghasilkan solusi, yang kemudian dipresentasikan oleh ke lompok tersebut di hadapan pleno). Kemudian, 30% dari pelatihan digunakan setelah kelompok kecil be kerja untuk mengintegrasikan dan merangkum hasil–hasil mereka di depan pleno. Oke, dan tentu saja, jatah 10% di awal waktu pelatihan adalah milik Anda.
Pedomannya adalah: jika Anda ingin orang dewasa mempelajari sesuatu (dan kita akan melihat dalam bab berikutnya, bagaimana cara orang dewasa belajar) maka Anda harus mengalokasikan 60% dari waktu pelatihan untuk penggunaan metode-metode yang memungkinkan
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
5
6
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
BAGIAN 2: KONSEP PELATIHAN MENDASAR Bagaimana orang dewasa belajar Karakteristik pelajar dewasa Definisi: Pelatih, Fasilitator, Dosen dan Guru Partisipasi Keterkaitan partisipasi dengan desentralisasi Anjuran dan larangan bagi pelatih yang baik Beritahukan padaku – dan aku akan melupakannya. Tunjukkan dan – aku akan mengingatnya. Izinkan aku melakukannya – dan aku akan mengerti Confucius, filsuf (Tahun 551 – 479 SM)
Apa yang diamati oleh sang filsuf sejalan dengan hasil riset neurofisiologi modern. Orang dewasa belajar dengan cara berbeda dari anak–anak. Peserta pelatih an harus mendapatkan kesempatan untuk melakukan hal yang akan mereka pelajari. Belajar bukanlah – sebagaimana disalahpahami oleh banyak guru – sebuah jalan satu arah dari seseorang yang mengetahui kepada orang yang tidak mengetahui. Belajar lebih merupakan sebuah proses yang konstruktif.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
7
Bagaimana orang dewasa belajar
Diterima... namun tuntas?
Dikatakan... namun dide ngar? Pelajar harus siap untuk “membangun” “konstruktif”).
sesuatu
(proses
Didengar... namun dimengerti? Pelajar dewasa akan paham, ketika ia bisa memadukan secara aktif elemen yang telah dipelajari sebelumnya dengan elemen-elemen baru.
Dimengerti... namun dapat diterima? Bukan hanya
proses pengertian yang terjadi, tetapi juga sebuah sistem nilai utuh yang secara permanen memeriksa konstruksi baru (“Apa yang benar dan apa yang salah”).
Bahkan, jika seseorang telah me ngonstruksikan sesuatu yang baru dan menganggapnya “menarik”, ia tetap memerlukan jembatan untuk mentransfernya – wahana terbaik nya adalah dalam bertukar pikiran dengan pelajar lainnya.
Tuntas... namun memiliki ketahanan? Pendekatan guru sekolah adalah memberi pekerjaan rumah. Pendekatan pelatih adalah melontarkan pertanyaan yang tepat untuk merangsang terjadinya perenungan kelompok dalam upaya menerapkan dan memastikan tercapainya ketahanan (sustainability) dari apa yang telah dipelajari dalam benak para peserta.
Ditulis... namun dibaca?
Membagikan lembaran materi (handouts), fotokopian, atau teks tidak menjamin bahwa pelajar akan membaca, mengerti, dan menerimanya. Suatu penyampaian yang aktif melalui diskusi reflektif dalam kelompok kerja akan mening katkan secara signifikan kesempat an untuk mengubah pengetahuan menjadi sebuah tindakan. Peserta seminar tidak hanya menikmati perannya sebagai pendengar tetapi untuk terlibat secara aktif
8
Mari kita lihat bagaimana kita belajar dan apa yang kita ingat:
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Bagaimana kita belajar
Pengecap Peraba Penciuman Pendengaran Penglihatan 10%
20%
30%
40%
50%
Tentu saja, otak kita telah belajar banyak selama masa evolusi manusia dahulu dengan mengecap, membaui, dan menyentuh. Tetapi saat ini, untuk seorang dewasa modern, indera-indera tersebut bukan lagi menjadi saluran utama untuk mempelajari sesuatu yang baru (jika tidak, kita harus merancang pelatihan kita sebagai “acara membaui” dengan banyak bau busuk dan juga harum). Yang pa ling relevan adalah yang kita de
60%
70%
80%
90%
100%
ngar (di radio, dari tetangga, dari rekan dan pelatih). Bahkan lebih relevan lagi apa yang kita lihat (di televisi, di internet, di koran, juga ketika kita mengamati tetangga kita atau melihat apa yang divisual isasikan pelatih). Konsekuensinya jelas untuk pelatih yang baik: Lebih sedikitlah berbicara. Visualisasikan sebanyak mungkin! Soal belajar adalah satu hal, soal mengingat adalah hal lain:
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
9
Apa yang kita ingat
Baca Dengar Lihat Lihat & Dengar Katakan Katakan & Lakukan 10%
20%
30%
40%
50%
Tentu saja, orang dewasa meng ingat bagian-bagian dari teks yang mereka baca. Tetapi kita rata–rata mengingat hanya 10% dari informasi berbasis tulisan (Apakah Anda masih ingat baris kedua pada koran yang Anda baca pada Selasa lalu?). Orang mengingat apa yang mereka dengar (khususnya, ketika kita mendengar hal yang sama berulang kali – seperti slogan iklan di radio). Namun, kita akan lebih banyak mengingat ketika kita melihatnya (maka, sebuah iklan di TV lebih mahal daripada hanya di radio). Yang terbaik, ketika secara bersamaan kita melihat dan mendengar hal itu! 10
60%
70%
80%
90%
100%
Sejauh ini baik-baik saja. Hal yang menarik untuk seorang pelatih adalah bahwa orang mengingat lebih baik ketika mereka mengatakan sendiri hal-hal tertentu. (“Oh iya, aku ingat betul bahwa aku menyuruhmu untuk mengembalikan uangku Senin lalu…!”). Sebagai konsekuensinya, diperlukan metode, yang membuat peserta berbicara (dan tidak hanya menye rap dan melupakan apa yang dikatakan orang lain). Akhirnya, orang dewasa mengingat lebih baik akan apa yang mereka katakan dan lakukan. Oleh karena itu, seorang pengajar harus mene-
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
mukan cara untuk merangsang pesertanya untuk menghadapi secara praktis topik yang didiskusikan. Sebuah contoh: Anda bisa membaca bagaimana sebuah telepon genggam bekerja (buku petunjuk). Anda bisa mendengarkan seorang teman yang memberitahu Anda bagaimana cara kerjanya. Anda bisa melihat sendiri, atau Anda bisa mendengarkan teman Anda yang menunjukkan fungsi telepon genggam pada Anda. Namun Anda akan mengingat lebih. baik fungsi telepon ketika teman Anda memberikan piranti tersebut ke tangan Anda dan Anda bereks perimen sendiri dengannya. Dan apabila berikutnya Anda menjelaskan fungsinya pada orang lain, yang berdiri disebelah Anda – maka sangat besar kemungkinan Anda benar–benar mengingat pengetahuan yang baru diterima.
Karakteristik pelajar dewasa Kira–kira pada umur 18 tahun, seorang manusia telah mencapai puncak karir belajar individunya. Memang, ada belajar-seumurhidup. Tetapi, “kesegaran” otak, seperti kemampuan anak menerima bahasa, kemampuan motorik, dan segala yang penting untuk bertahan hidup di dunia ini, entah ba-
gaimana berubah dari “cair” (dan luwes) menjadi kecerdasan yang lebih “kristalit” (pengetahuan berdasarkan pengalaman). Kakek dan nenek tidak mahir lagi dalam bel ajar program komputer terbaru tetapi mereka telah mengecap asam-garam kehidupan dan oleh karena itu mendapatkan banyak “kecerdasan kristalit”. Pelajar dewasa, berada di antara keduanya. Apa artinya hal-hal tersebut dalam merencanakan dan melaksanakan kursus/seminar/penga jaran/unit pelatihan Anda? Anda harus memastikan beberapa keperluan yang paling mendasar dan membangun satu paket keah lian. Contohnya, seorang pelatih, moderator, atau fasilitator yang baik memiliki kompetensi berikut: • Melibatkan peserta dewasa dalam proses pembelajaran. • Mengetahui sudut pandang peserta tentang topik apa yang harus dibahas. • Membiarkan peserta menerima tanggung jawab untuk presentasi dan kepemimpinan kelompok. • Memandu peserta pada pengetahuan mereka sendiri daripada menyediakan fakta–fakta kepada mereka.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
11
1. Pelajar dewasa bersifat otonom dan mengarahkan diri sendiri (contohnya, mereka membuat keputusan sendiri kapan dan apa yang akan dipelajari atau tidak dipelajari). 2. Mereka telah mengakumulasikan dasar dari pengalaman hidup dan pengetahuan (contohnya, mereka tidak memulai dari nol: di tempat kerja mereka, dalam keluarga mereka, dalam pendidikan mere ka terdahulu, informasi yang relevan telah didapatkan dan akan di kombinasikan dengan informasi baru. 3. Mereka berorientasikan tujuan (bila tidak ada tujuan keseluruhan, mereka tidak akan mengikuti seminar). 4. Mereka berorientasikan relevansi (contohnya mereka menanyakan alasan memelajari sesuatu). 5. Banyak yang meminta penerapan praktis (contohnya mereka akan fokus pada aspek pelajaran yang berguna untuk mereka dalam konteks profesional mereka) 6. Sebagai mana halnya dengan anak – anak dan semua pelajar lain, mereka pun harus mendapatkan respek dari pengajar. (cp. Lieb 1991)
• Menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan/pengalam an mereka, yang relevan dengan topik. • Menghubungkan teori dan konsep dengan suatu situasi yang familiar bagi peserta. • Membuat mereka mengenal nilai pengalaman dalam belajar de ngan membiarkan peserta memilih proyek yang mencerminkan minat-minat mereka sendiri.
12
• Mengidentifikasikan dan menjelaskan tujuan pada awal kursus. • Menunjukkan pada peserta bagaimana kelas/pelatihan akan membantu mereka dalam meraih tujuan mereka. • Memberitahukan dengan jelas kepada peserta bagaiman pelajarannya akan berguna dalam pekerjaan mereka.
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
• Mengakui kekayaan pengalam an yang dibawa peserta dewasa ke dalam ruang kelas. • Memperlakukan peserta setara dalam pengalaman dan pengetahuan. • Mengizinkan peserta menyua rakan dengan bebas pendapat mereka di kelas.
Definisi: Pelatih, Moderator, Fasilitator, Dosen dan Guru Sangatlah berguna untuk membedakan secara jelas beberapa istilah berikut: Pelatih, Moderator, Fasilitator, Dosen, dan Guru. Kesemuanya adalah profesi yang terlibat dalam jalinan struktur yang menghasilkan pengetahuan dan mentransfer keterampilan dari satu orang ke orang yang lain. Namun, latar situasi di mana mereka bekerja se ringkali cukup berbeda dan begitu pula asumsi dasar mereka tentang bagaimana orang belajar. Istilah guru digunakan untuk sese orang yang mengikuti kurikulum di sebuah sekolah dan terutama bekerja dengan anak-anak. Guru sangat penting bagi sebuah masyarakat – masa depan dan nasib generasi selanjutnya ada di ta ngan mereka. Ingatlah, bagaimana guru mempengaruhi hidup Anda
Model Pembelajaran Lama (diilustrasikan oleh P. Eyanor, 2006)
kini! Guru yang baik adalah “pah lawan tanpa tanda jasa” dan guru yang buruk telah membuat Anda pernah mengalami saat-saat yang tidak menyenangkan dalam hidup Anda. Karena kita menghabiskan banyak waktu selama masa kanakkanak di sekolah bersama guru, maka mereka–disadari atau tidak– adalah sosok panutan yang sangat kuat untuk kita. Sebaliknya, seorang moderator memoderasi, seorang fasilitator memfasilitasi dan seorang pelatih melatih. Mereka biasanya bekerja dengan orang dewasa (dengan pengecualian olah raga – di sini kita juga menemukan banyak pelatih untuk anak-anak). Orang dewasa
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
13
Belajar secara berbeda dengan orang muda karena orang dewasa telah memiliki pengalaman dan pengetahuan melalui hidup mereka. Institusi dimana seorang moderator, fasilitator atau pelatih bekerja, mengakui: seorang moderator sebuah diskusi panel ilmuwan tidak akan memulai dengan mengajari pesertanya; seorang fasilitator dari organisasi non-pemerintah bidang perlindungan lingkungan mungkin memiliki informasi namun tidak akan mengajarkannya sebagaimana seorang guru sekolah dasar dan seorang pelatih untuk manajemen keuangan daerah akan memfasilitasi proses pembelajaran dan memperkayanya dengan masukan–masukan khusus. Seorang pengajar,
meski dipekerjakan oleh institusi pendidikan tinggi (universitas), tetapi tetap harus membuat keputusan mendasar tentang gaya mengajar: akankah ia mengikuti pendekatan “Aku tahu segalanya” (dalam identifikasi kuat dengan guru-guru yang dahulu mengajarinya) atau ia mempertimbangkan peserta sebagai orang dewasa yang berpengalam an (mengakui bahwa mereka ingin belajar dan oleh karena itu membutuhkan bauran metodologi yang tepat dari masukan dan pertukaran yang konstruktif dengan pengalaman terdahulu mereka). Meskipun sama berhubungan de ngan transfer pengetahuan, ada perbedaan mendasar diantara seorang pelatih dan seorang guru:
Ruang seminar, ruang tambahan untuk kelompok kerja kecil, pengaturan meja dan kursi yang fleksibel.
Setting
Kelas sekolah dengan papan tulis, kebanyakan bersifat statis.
7 – 30, kebanyakan dewasa
Jumlah Peserta
30 – 60, kebanyakan anakanak
Diberikan oleh pengelola, Dimodifikasikan oleh peserta
Tujuan
Diberikan oleh institusi endidikan, Dibentuk oleh p guru
Alur program yang disetujui Kurikulum Silabus yang terstandarisasi pada permulaan oleh peserta
14
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Diperlukan pengalaman dan kemampuan memfasilitasi Hari, Bulan Jarak kuasa rendah, kekuasaan awal untuk memandu proses Hampir tak ada kecuali disetujui dalam kontrak belajar Teknik partisipatif terapan 10:60:30!
Latar belakang Pendidikan
Diperlukan sertifikat mengajar
Jangka waktu Bulan, Tahun Kekuasaan dan Hierarki Hukuman
Metode Pendekatan
Jarak kuasa tinggi, terpusat, kekuasaan menyeluruh Berbagai jenis sanksi (denda nilai, hukuman) Pengajaran mendominasi “ceramah”
Visualisasi bergerak, berbagai material perangsang
Perangkat keras
Papan hitam, Papan putih
Persiapan intensif diperlukan dengan metode dan media berbeda
Persiapan
Sangat terstandarisasi
Setiap orang tahu sesuatu
Filosofi mengajar
Guru memilik pengetahuan yang harus dipelajari siswa.
Dibagi dengan peserta
Tanggung jawab
Dibagi dengan institusi
Memfasilitasi, merangkum, memvisualisasikan, dramaturgi, memancing partisipasi
Kemampuan
Mengetahui topik dan membuat anak–anak belajar
“Saya melayani dan menyediakan struktur“
Konsep diri
“Saya tahu dan mengajarkan”
Evaluasi
Nilai sekolah berdasarkan pencapaian
Feedback Kontraktual, dapat dinegosiasikan
Gaji
Bulanan, tetap
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
15
Apakah pelatih/fasilitator/moderator adalah “orang baik” dan guru adalah “orang jahat”? Tidak! Kenyataannya tidaklah hitam-putih, ada abu–abu di antaranya. Guru yang baik juga menggunakan berbagai metode yang diterapkan pelatih yang baik. Dan banyak pelatih yang dibebani oleh institusi mereka untuk “mengajarkan” sesuatu pada para peserta mereka.
Poin yang sangat penting untuk seorang pelatih dan fasilitator yang baik bagaimanapun juga harus sadar bahwa ada beberapa perbedaan mendasar – dan oleh karena itu, tidak “secara otomatis” bersikap seperti seorang guru, hanya karena seseorang telah bertahun– tahun dalam sebuah sekolah dimana guru menjadi – seringkali tanpa sadar! – sosok panutan yang menonjol.
Sebagai seorang moderator… …Anda tidak seharusnya memandang diri sendiri sebagai master atau guru tetapi sebagai seorang “fasilitator”, seorang “pelayan ke lompok”, atau seorang “kepala pelayan komunikasi”. Tetapi Anda pasti akan memerlukan kemampuan dan kompetensi khusus karena keberhasilan dari suatu pelatihan atau pertemuan sangat tergantung pada moderasi yang baik, yang merupakan suatu keterampilan dan sekaligus suatu seni kreatif. Oleh karena itu, jenis kemampuan dan kualitas yang paling akan Anda perlukan dalam pekerjaan rutin Anda diringkas di bawah ini… Kompetensi interaksi, memastikan hasil kerja terfokus dan sebagai hasilnya akan menciptakan pemecahan masalah dan komunikasi yang efektif. Kompetensi visualisasi, menunjang pengertian umum, dan berfungsi sebagai ingatan eksternal dari topik yang dikembangkan dan hasil yang diterima. Kompetensi Partisipasi, menghasilkan yang terbaik dari kelompok dalam artian pembelajaran kumulatif dimana semua individu memberikan kontribusi. Kompetensi dramaturgi, mengatur sebuah acara yang saling bertukar antara kejutan dan ketegangan, kelompok dan sesi pleno, pengalaman dan kognisi
• • • •
Sumber: MOVE 2003: 23ff
16
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Partisipasi “Berpartisipasi” berarti bergabung, mengambil bagian, melibatkan diri sendiri. “Partisipasi” dalam ilmu sosial dan ilmu pendidikan adalah sebuah istilah – payung yang melingkupi beragam sarana bagi publik dan pelajar untuk secara langsung berpartisipasi dalam politik, pendidik an, ekonomi, manajemen atau keputusan sosial lainnya. Hal itu seringkali berhubungan dengan melibatkan orang banyak ke dalam proyek, peninjauan kebijakan, dan gagasan-gagasan untuk mendo rong pengambilan keputusan dan pemberdayaan yang mempenga ruhi mereka dan mendorong keter libatan semua, berbagi kebersamaan dengan yang lain.
1. PENGATURAN DIRI SENDIRI (sebagai ganti permintaan disiplin) 2. PARTISIPASI DAN KERJA SAMA (sebagai ganti sekedar menikmati hasil) 3. ORIENTASI MASALAH (sebagai ganti solusi standar) 4. VISUALISASI BERGERAK (sebagai ganti PowerPoint dan visualisasi statis) 5. FASILITASI (sebagai ganti pengajaran atasbawah) 6. EVALUASI BERKELANJUTAN (sebagai ganti dari kebiasaaan yang dilakukan secara otomatis, tanpa refleksi terlebih dulu)
Pada tingkat pemerintah, partisipasi berhubungan dengan keterlibatan penduduk dalam proses demokrasi. Sebuah pendekatan partisipatif untuk acara kelompok bertujuan untuk membuat peserta aktif. Peserta yang aktif lebih menikmati pelatihan, mereka belajar lebih dan hasilnya jauh lebih bisa bertahan. Visualisasi bergerak adalah alat yang sangat berdaya-guna untuk membangun partisipasi. Setiap orang dapat menuliskan idenya pada kartu yang ditempelkan pada papan
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
17
Keterkaitan partisipasi dengan desentralisasi Secara mendasar, pendekatan partisipatif lebih dari sekedar sebuah “teknik”. Orang yang percaya akan pentingnya membuat peserta sendiri aktif dan bertanggung jawab, menggunakan pendekatan ini secara serius dan menginginkan mereka untuk menemukan solusi yang berkelanjutan. Pelatih partisipatif dengan demikian menyetujui nilai-nilai manusiawi dan gagasan demokratis. Mendorong peserta untuk mengekspresikan apa yang mereka maksud dan inginkan dalam sebuah cara yang terstruktur (contohnya melalui teknik visualisasi bergerak), sering membantu untuk mengatasi ide-ide sentralistik, dimana hanya yang berkuasa yang memutuskan “apa yang terbaik untuk semua”. Dalam sebuah kerajaan atau negara totaliter, anak-anak (di sekolah) dan orang dewasa (di masyarakat umum) tidak didorong untuk berpikir kritis. Dengan metode partisipatif memungkinkan proses dari bawah ke atas menjadi efektif dan efisien. Ketika orang memiliki kesempatan untuk partisipasi nyata, mereka siap untuk mengambil tanggung jawab nyata. Pengalaman telah menunjukkan bahwa pendekatan partisipatif bahkan dapat menyatukan ke lompok yang sangat heterogen, laki-laki dan perempuan, peserta 18
dari daerah atau negara berbeda (seperti halnya dalam programprogram InWEnt di Indonesia). Jika partisipasi menjangkau “hati dan kepala”, orang mampu melakukan desentralisasi – dengan menjadikan orang lain yang berada di luar lingkungan pusat, turut menjadi bagian dari satu gambaran yang lebih luas. Ingatlah kualifikasi profesional Anda setelah Anda meninggalkan sekolah tinggi. Jika Anda diperlakukan seperti mesin pada waktu Anda di universitas, yang memerlukan masukan agar dapat menghasilkan, tampaknya apa yang akan Anda hasilkan dalam pekerjaan Anda nantinya hanyalah solusi mekanis. Jika Anda mengalami dalam pelatihan Anda bahwa partisipasi nyata menyenangkan dan mengarah ke hasil yang lebih baik, mungkin Anda akan mentransfer pengalaman ini ke tempat kerja Anda. Jika Anda kemudian meng atur keuangan, merencanakan anggaran, berkomunikasi dengan berbagai pemegang saham, Anda terbiasa untuk mendorong orang untuk berpartisipasi dalam prosesproses demikian. Beberapa alat latihan, khususnya teknik perencanaan dengan visualisasi bergerak juga dapat diterapkan di kantor.
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
logika kumulatif dari pendekatan partisipatif Pembangunan Berkelanjutan Pengambilan Keputusan yg Sulit
Perencanaan + Aksi Partisipatoris
Metode Perencanaan Partisipatoris
Mengelola Situasi Kompleks
Bangun
Motivasi
Komitmen
Kepemimpinan
Dialog interaktif
Kerja Tim yang Efektif dan Efisien
Hormat kepada generasi mendatang
Desentralisasi
Para Pemangku Kepentingan Penilaian
Selalu menjaga sumberdaya
Partisipatoris Simulasi
Penggunaan Metode dan Instrumen
Studi Kasus
Komunikasi
Riset Tindakan
Segitiga Sustainibilitas
Konstruktif Saling Hormat
Implementasi
Martabat
dan Percaya Partisipasi
Sikap dan perilaku pribadi Rasa Memiliki Berpikir Positif Percaya Diri
Antusiasme
Diskusi Grup
Berbagi
Kecil
Informasi
Warga
Kontrol
Pemberdayaan Uji Coba
Orientasi Hasil
Visualisasi
kerja & kesenangan
Aktif
teambuilding
Energizer dan
Deskripsi
Latihan
Tugas
Teknik Presentasi
Manajemen waktu
Koleksi Ide
Masyarakat
Evaluasi
Feedback
Suasana Kreatif
Moderasi/ Fasilitasi
Sumber: Krappitz, 2009 M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
19
Anjuran dan larangan bagi pelatih yang baik Dinamika seminar bergantung pada sejumlah faktor. Beberapa faktor itu dapat dipengaruhi oleh pelatih – contohnya lingkungan, persiapan, suasana keseluruhan. Beberapa faktor lainnya diluar jangkauan • Mobilisasikan energi kreatif dan pengetahuan peserta; bukalah ruang untuk interaksi aktif seluruh peserta dalam suasana yang santai dan tak resmi. • Hubungkan masalah yang muncul selama kegiatan pada situasi kerja peserta dan pernyataan masalah. • Terapkan peraturan 60-30-10 pada model belajar: 60% latihan berorientasi praktek dalam ke lompok kerja, 30% diskusi dan kesimpulan dalam pleno, 10% masukan teoritis dari pelatih. • Camkan aturan 20/20 : minimal 20 menit untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok yang substansial dalam pleno. • Motivasi peserta melalui perta nyaan yang merangsang rasa ingin tahu dan eksplorasi. • Dengarkan sebelum Anda ber bicara, untuk menangkap sepe nuhnya latar belakang sosiokultural dan profesional, situasi 20
pelatih – contohnya, kepribadian peserta dan motivasi mereka. Ada beberapa nasehat umum, yang mungkin dapat membantu untuk membuat sebuah acara kelompok partisipatif berhasil:
kerja, dan masalah peserta Anda. • Fasilitasi pertukaran informasi dan solusi konflik melalui dialog, tetap jangan mencampuri secara langsung. • Perkenalkan petunjuk untuk pendekatan partisipatif dan ajukan proposal untuk konsensus dalam kelompok, tapi jangan paksakan pandangan Anda pada peserta. • Lemparkan pertanyaan terkait dengan topik dan metodologi kepada pleno atau narasumber; jangan langsung menjawab sendiri. • Jangan pertahankan prosedur Anda, tetapi kritislah pada diri sendiri dalam penggunaan aturan moderasi dan dalam evaluasi fungsi Anda sendiri. • Rumuskan pertanyaan kerja kelompok secara hati-hati dan tepat: jika memungkinkan, pra-
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
ujikan pertanyaan-pertanyaan itu pada anggota tim pelatih. • Selalu visualisasikan pertanyaan untuk kerja kelompok pada papan atau kertas peraga, jelaskan kepada mereka dengan hatihati dan tanyakan apakah penjelasan lebih lanjut diperlukan. • Jangan mengganti pertanyaan atau mengganti tindakan yang telah ditentukan sebelumnya tanpa berkonsultasi dengan peserta dan meminta persetujuan mereka. • Selalu alokasikan panduan waktu yang tepat dan mencukupi untuk kerja kelompok atau tugas lainnya; cobalah untuk tidak menyalahgunakan waktu istirahat untuk bekerja: peserta perlu beristirahat untuk regenerasi dan penyegaran pikiran. • Dari waktu ke waktu, pastinya di setiap pagi, berikanlah “benang merah” dari proses belajar: visualisasikan program dan langkah terakhir dalam proses belajar hari sebelumnya dan berikan pula tinjauan ke depan tentang program berikutnya di hari itu. • Selalu sediakan waktu dan ruang bagi kelompok kerja untuk menyajikan dan mendiskusikan
hasil mereka dalam pleno. Hormatilah usaha yang telah mereka lakukan. Mintalah kelompok-kelompok untuk mempresentasikan, tetapi bila soal waktu menjadi masalah, maka fokuskan pada garis besar dari kesimpulan mereka. • Selalu baca kartu dengan lantang sebelum menancapkannya pada pin-board, dan mintalah peserta untuk melakukannya juga. • Jagalah kontak mata dengan hadirin: ketika menancapkan kartu pada papan lunak atau menulis pada kertas peraga, jangan berbicara memunggungi hadirin. • Jangan pernah membuang kartu yang ditulis oleh peserta. Hargai gagasan mereka. Apabila gagasan yang sama disebutkan beberapa kali, Anda dapat mengelompokkan mereka atau meletakkan satu kartu diatas yang lain apabila ruang terbatas. • Untuk dokumentasi, simpan poster hasil kelompok atau pleno yang dihasilkan selama kegiatan; gunakan kode angka pada bagian sudut kanan bawah poster. Sumber: MOVE 2003: 33
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
21
22
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
BAGIAN 3: VISUALISASI BERGERAK Bekerja dengan alat flipchart dan pin-boards Aturan menulis Kotak peralatan Cara mengumpulkan ide dari kelompok Agar partisipasi dan interaksi dapat berjalan Visualisasi berarti membuat topik pembelajaran dapat dilihat. Seorang guru menulis “A-B-C” pada papan tulis telah memvisualisasikan (sebagai ganti hanya menggunakan cara audio dengan mengucapkan “a-b-c”). Seorang pengajar universitas menggunakan PowerPoint untuk menjelaskan ABC dari ilmu Akuntansi juga memvisualisasikan melalui LCD proyektornya. Dalam kedua kasus, visualisasinya statis. Sang guru/pengajar memiliki kekuasaan untuk menulis atau memproyeksikan (karena ia hanya memiliki sepotong kapur atau komputer). Ia menentukan apa yang benar dan apa yang salah; ia memberikan informasi satu arah pada hadirin. Ia adalah yang mengetahui, mereka adalah pendengar (meskipun hadirin boleh bertanya ataupun berdis-
kusi). Sebaliknya, visualisasi ber gerak menggunakan teknik-teknik yang mendorong peserta mengeks presikan gagasan mereka tentang sebuah topik. Ini memungkinkan semua orang menulis gagasan mereka pada sebuah kartu. Semua kartu lalu dikumpul dan dipajang. Dapat juga, beberapa pernyataan ditulis pada kertas peraga dan kemudian semua orang diundang untuk menandai dengan penunjuk tempel berwarna, bila ia setuju atau tidak setuju dengan pernyataan tersebut (voting). Untuk visualisasi bergerak, peralat an dan perlengkapan visualisasi khusus diperlukan. Seorang pelatih dapat membeli peralatan visualisasi profesional, sebagaimana orang dapat membeli sebatang pensil atau sebuah proyektor LCD.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
23
Bekerja dengan flipchart dan pinboards Moderator di seluruh dunia menggunakan kertas dalam ukuran dan warna berbeda – meskipun juga ada alternatif untuk memvisualisasikan tanpa kertas (contoh: menggambar di atas pasir, bila Anda bekerja den-
gan pendekatan partisipatif pedesaan, PPP). Format standar yang sering dipakai terdiri dari flipchart, pin-board-lunak, kartu-kartu berwarna dalam berbagai ukuran, dan jarum-jarum pentul.
126,5 cm 10,5 cm
56 cm
145 cm
11 cm
198 cm
20 cm
10 cm 118,5 cm
20 cm 53 cm
9,5 cm
24
14 cm
19,5 cm
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Pin-board dan kartu-kartu berwarna dalam berbagai bentuk memiliki keunggulan: pertama, mereka sangat fleksibel. Tanyakan peserta Anda contoh soal berikut: “Bagaimana kinerja suatu institusi dapat ditingkatkan?” Atau pertanyaan yang lebih sederhana: “Restoran mana yang harus kita pilih untuk sore terakhir kita dalam kebersamaan?” Mintalah peserta untuk menulis gagasan masing-masing pada satu kartu (baca aturan penulisan pada bagian berikutnya) dan Anda akan mendapatkan 20–40 jawaban dari satu kelompok dengan 10 orang peserta. Jawaban-jawaban ini da pat diguguskan (clustered) ke dalam 5-15 faktor dan dipasang di papan lunak dengan bantuan jarum-jarum pentol. Setiap kartu dapat dipindah-pindahkan dari satu gugus ke gugus lain. Selanjutnya, hasil diskusi kerja kelompok dapat dipindahkan dari tempat kelompok kerja ke pleno dan kembali lagi ke tempat semula, jika di-
Persiapkan materi Anda dengan warna dan bentuk yang berbeda, dan simpan untuk perkuliahan selanjutnya!
Kartu-kartu untuk visualisasi bergerak
perlukan. Keunggulan kedua, jika Anda mengumpulkan gagasangagasan setiap orang dalam kartu dan mencampurkan kartu-kartunya maka setiap orang akan menyadari bahwa hasil gagasan mereka akan bersifat anonim sehingga identitas penggagas tak akan diketahui oleh peserta lain. Dengan demikian, bahkan peserta termuda pun akan dapat memiliki kesempatan untuk memberikan gagasan sebaik sang bos. Pada akhir sesi, kartu-kartu dapat dilem secara permanen pada kertas coklat yang telah ditempelkan lebih dahulu (saat persiapan pelatihan) di papan. Kertas coklat dengan kartu tertempel ini dapat dipajang di dinding (contohnya, lembar tujuan pelatihan) sehingga dapat digunakan lagi pada hari terakhir, ketika peserta mengevaluasi apakah tujuan telah tercapai. Visualisasi dari hasil diskusi terpenting yang dihasilkan oleh kerja kelompok dapat di pindahkan ke serambi depan ruang pleno. Dengan cara ini, capaiancapaian dari seminar dapat dilihat oleh semua orang. Selain pin-board, flipchart juga dapat digunakan untuk menggambar diagram dengan cepat atau menuliskan instruksi untuk kerja kelompok.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
25
Bagaimana menggunakan peralatan visual secara efektif Contoh buruk
Contoh baik • •
•
•
•
•
•
• •
Menarik perhatian dengan merangsang mata. Menghubungkan sesuatu yang familiar pada hadirin (prauji), tetapi diletakkan dalam sebuah konteks baru. Menggambarkan isu atau proses yang rumit secara sederhana. Merangsang asosiasi mental dan gambaran yang berhubungan dengan teks dan topik. Disusun secara harmonis (mencocokkan warna, jarak, dll). Saling menguatkan antara informasi teks dengan gambar. Menggunakan teks dalam frase kunci saja, huruf besar ditunjang dengan pointer, kotak atau “penarik-mata” lainnya. Membangun hubungan yang jelas antara visual dan teks. Merangsang terjadinya dialog
•
•
•
•
•
•
•
•
Menyebabkan kebingung an, contohnya karena terlalu banyak informasi. Terlihat ‘aneh’ dan tak rele van pada kesan pertama, tetapi tidak dinterpretasikan lebih lanjut. Tidak menyediakan “sudut pandang” tambahan lain dari suatu topik. Menggunakan gambar-gambar yang tidak berhubungan dengan isi teks (contohnya gambar komersil atau simbol PowerPoint). Menyertakan gambar yang berlawanan makna atau warna dan tata letak yang tidak serasi. Teksnya menceritakan kisah yang berbeda dengan jarak gambar, huruf-huruf yang kecil (mirip isi buku teks peng ajaran). Menggunakan ‘keliaran’ dalam distribusi gambar dan teks yang tak berhubungan. Menciptakan suatu keadaan yang membingungkan Sumber: MOVE 2003: 54
26
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Aturan Menulis Untuk memastikan bahwa peserta menggunakan kartu berwarna se suai praktek terbaik, pelatih harus memperkenalkan aturan menulis sejak awal kegiatan. Aturan–aturan itu sederhana – tetapi bila tidak di ikuti, akan menggagalkan tercapai nya tujuan penggunaan metode visualisasi itu sendiri. Siapkanlah aturan menulis pada kartu-kartu sebelumnya, sehingga Anda menjelaskan sambil menggunakan kartu–kartu itu (dan dengan begitu, kartu–kartu itu akan terpampang untuk Anda di ruangan dan Anda dapat merujuk padanya bila ada aturan yang tidak dipatuhi). 1. Tulislah dengan cukup besar (kira-kira tiga baris kalimat per kartu) Sebuah keuntungan visualisasi bergerak adalah semua peserta bisa terhubung pada topik yang divisualisasikan. Namun, bila seseorang hanya menggunakan bolpen kecil dan mengisi 10 baris dalam kartu, tidak ada orang yang bisa membacanya dari jauh. 2. Gunakan sisi lebar dari spidol Dengan spidol yang baik Anda dapat menggambar garis–garis berbeda ukuran. Tulis sejelas mungkin hingga yang lain dapat membaca ide dan kontribusi penting Anda.
3. Gunakan HURUF KAPITAL dan huruf kecil Menggunakan HURUF KAPITAL seluruhnya kurang efisien untuk penglihatan. 4. Hanya satu gagasan per kartu Saat seorang pelatih mengetahui bahwa ada peserta yang telah menulis dua gagasan dalam satu kartu, berikan saja mereka dua kartu kosong baru dan mintalah untuk menulis pada dua kartu berbeda; kemudian apabila hasilnya dikelompokkan, penting agar kedua kartu itu ada. 5. Jangan menulis sebuah istilah, abstrak saja Jika hanya ada satu kata dalam sebuah kartu (contohnya “gender”, “uang”) maka kata itu seringkali tidak jelas apa maksudnya. Do-
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
27
ronglah penulis kartu itu untuk menulis sebuah pernyataan bermakna dalam tiga baris (“diperlukan uang lebih banyak untuk Lembaga Swadaya Masyarakat” atau “wanita harus mendapatkan akses pada informasi”).
Kotak Peralatan Untuk bekerja dengan visualisasi bergerak, disamping pin-board lunak dan flipchart, Anda akan memerlukan satu set alat visualisasi sebagai paket perlengkapan dalam koper atau kotak alat milik pelatih. Benda-benda paling penting adalah: Spidol dalam ukuran dan warna berbeda Periksalah sebelum pelatihan bahwa alat-alat ini lengkap dan berfungsi. Siapkan paling tidak satu set spidol hitam, dengan jumlah spidol sebanyak jumlah peserta. Kertas dalam bentuk berbeda
28
Bentuk lonjong terutama sangat pas untuk pengelompokan. Bentuk panjang dan besar (atau bahkan bentuk awan) baik untuk judul. Bentuk bulat kecil baik untuk menambahkan angka, bentuk bulat besar baik untuk memberikan label terakhir untuk sekelompok kartu. Bentuk segi empat paling sering digunakan untuk menuliskan gagasan. Lem batangan dan selotip Jika Anda ingin menjaga hasil ke lompok tetap tervisualisasikan, Anda harus mengelemnya pada kertas-kertas peraga yang lain agar pin-board kembali bisa digunakan. Jenis selotip berbahan kertas berguna untuk menempelkan kertas peraga di dinding (karena akan mudah dilepas kembali) atau sebagai kartu nama unik. Pemotong, gunting dan jarum pentol Pemotong dan gunting dibutukan jika Anda ingin memiliki kertas berwarna dengan bentuk-bentuk tambahan sendiri. Jarum pentol dapat disimpan dengan baik pada bantal an khusus. Pastikan sejak sebelum pelatihan bahwa kotak alat telah lengkap – dan ada cukup banyak jarum.
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Alat bantu visualisasi khusus Bergantung pada topik Anda, Anda dapat menggunakan peralatan visualisasi khusus yang telah dipersiapkan sebelumnya. Contohnya bila Anda membahas topik keuang an, mengapa tidak mencetak Dollar atau Rupiah dalam ukuran besar sebagai bahan yang menarik mata, yang dapat Anda tempelkan pada papan saat diperlukan.
Cara mengumpulkan gagasan dari kelompok Ada berbagai cara bagi moderator agar dapat mengumpulkan gagasan dari kelompok. Cara paling mudah adalah dengan “Brainstorming” (lihat bagian 4 tentang metode), dimana seorang pelatih meng
Gugusan jawaban setelah latihan brainwriting
undang peserta untuk mencurahkan gagasannya. Sebuah metode serupa, menggunakan perlengkap an visualisasi aktif, menggunakan kartu dan dikenal sebagai “penulisan pikiran”. Sekali lagi, gagasan pokoknya adalah dalam langkah pertama setiap gagasan boleh dilontarkan dan tidak disaring. Ha nya pada langkah kedua gagasan– gagasan tersebut baru diproses.
• Sebagai moderator, bacakan pertanyaan yang telah tervisualisasikan (ditulis pada kartu) dengan lantang dan bertanya kepada peserta apakah pertanyaan itu dimengerti. • Berikan sejumlah kartu kepada tiap peserta. Anda dapat membatasi jumlah kartu per orang atau per kelompok jika waktunya terbatas atau bila ruang pada papan tempel dibutuhkan untuk presentasi berikutnya. • Setiap peserta, atau sejumlah peserta dalam kelompok yang ramai, menuliskan jawaban atau gagasannya: satu gagasan – satu kartu. • Anda mengumpulkan kartu setelah semua orang selesai menulis. Anda bisa mencampur kartu–kartu itu untuk menghindari urutan dan menjaga anonimitas. • Anda membacakan kartu untuk kelompok–kelompok dengan memegang dan menghadapkan bagian depan kartu ke arah peserta, lalu menancapkannya secara acak di papan tempel. Jumlah sekitar 30 kartu masih sesuai untuk papan ukuran standar dan menyisakan M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
29
jarak yang cukup renggang hingga Anda masih bisa mengelompokkannya nanti. • Dalam langkah kedua, kumpulkan kartu–kartu berdasarkan saran atau struktur yang diajukan oleh peserta. Kartu yang termasuk dalam beberapa kelompok harus digAndakan sesuai jumlah kelompok di mana ia tergabung. • Kelompok-kelompok kartu yang berbeda dilingkari dengan garis, seperti ‘awan’. Ini akan membentuk ‘peta’ atau ‘poster’ dari pendapat kelompok-kelompok tersebut. • Judul untuk kelompok–kelompok ini harus dirumuskan oleh atau bersama dengan kelompok. Mungkin akan bermakna bagi kelompok untuk terlibat memutuskan apakah akan meletakkan ‘awan-awan’ dalam urutan kejadian atau berdasar tingkat prioritas, atau untuk memutuskan judul yang mana yang masih harus dibahas dengan lebih terperinci. • Untuk mengidentifikasikan kesenjangan, Anda bisa bertanya “Apa yang hilang?” • Kelompok tersebut akhirnya mendiskusikan dan menganalisa kesimpulannya lalu menambahkan kartu lagi, bila perlu. • Pada akhir hari, Anda harus melampirkan kode nomor urut pada sudut kanan bawah setiap ‘gambar’ untuk kepentingan dokumentasi atau laporan dengan photo. Sebagai tambahan, Anda bisa menandai tanggal dan jumlah sesi pada hari itu. Dengan demikian catatan me ngenai jumlah hasil kerja kelompok atau pleno dalam satu kegiatan dapat Anda miliki. Sumber: MOVE 2003: 34
Pengumpulan kartu dapat dikombinasikan dengan tugas kelompok kecil: selain mengumpulkan banyak kartu dari sejumlah orang, kelompok-kelompok kecil dapat mengajukan dua saran saja (ini lebih efisien, khususnya jika jumlah peserta cukup banyak)
30
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Cara pengumpulan dan strukturisasi gagasan pada kartu telah terbukti sangat sukses. Meskipun demikian, banyak cara mengumpulkan gagasan lainnya yang juga dapat digunakan oleh seorang pelatih. Pengelompokan jawaban idealnya tidak dilaksanakan oleh fasilitator, tetapi oleh peserta. Saat peserta menyetujui struktur yang mereka hasilkan maka akan tumbuh komitmen terhadap hasil kerja tersebut. Fasilitator dapat bertanya dalam proses penyusunan, “Haruskah kita
letakkan kartu ini di sini? Atau di sini?” Tetapi ia tidak akan pernah berkomentar (“Kartu yang keliru!”), mengambil posisi (“Saya pikir, bagian ini salah…”) atau bahkan menghapuskan kartu (kartu Anda lebih baik ditumpuk di atas satu sama lain daripada menghapus kartu-kartu itu – peserta mungkin tersinggung, ketika mereka menge nali tulisan tangan mereka pada kartu yang dihapus). Akhirnya, gunakan warna dan bentuk lain untuk memberi label yang bermakna pada sebuah gugus ide.
Aneka cara untuk mengumpulkan ide dari/dalam kelompok
tanpa
dengan
kartu
kartu
moderator menulis pada
peserta menulis pada
peserta menulisi kartu
pelatih menulis ide pada
papan flipchart
flipchart/pin-board
sendiri
kartu
(selected) daftar
peserta menempelkan
daftar
ide mereka di papan
mungkin harus ditata kembali susunannya
struktur baru (contoh: cluster)
moderator mengumpulkan dan berbagi ide
biasanya susunan final
struktur yang ditetapkan sebelumnya (contoh: gugusan)
Sumber: Krappitz, 2009 M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
31
Agar partisipasi dan interaksi dapat berjalan Visualisasi bergerak lebih dari sekedar menggunakan kartu-kartu berwarna dan pin-board. Sebagaimana telah disebutkan, Anda dapat mengisi perangkat pelatihan Anda dengan berbagai alat visualisasi. Bentuk mengikuti fungsinya: kertas dan material khusus mana yang Anda pakai tergantung pada konteks Anda. Mari kita ulangi dan rangkumkan: Pelatihan yang baik tidak dirancang untuk membuat sang pelatih gembira. Yang utama adalah para peserta. Membuat mereka aktif adalah langkah pertama, merang-
sang interaksi adalah langkah lainnya. Idealnya, seorang pelatih menyediakan sebuah setting, suasana dan proses, di mana peserta mulai berdiskusi satu sama lain, berinteraksi, mencoba, menghasilkan solusi, mengevaluasi, berimprovisasi (dan bahkan mengimplementasikan) dan kembali ke kelompok yang sama dimana mereka akan melakukan evaluasi ulang. Acara kelompok partisipatif yang dirancang dan direncanakan dengan baik mengikuti sebuah struktur, dimana awalnya sebuah masalah dipresentasikan, kemudian kelompok-kelompok kecil mengerjakan solusinya (dalam fase ini dimungkinkan terjadinya banyak interaksi) dan akhirnya hasilnya dipresentasikan dalam pleno.
Konsentrasi pada tujuan dan pada orang lain: ini partisipasi nyata
32
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Kemampuan berinteraksi: orientasi kerja tim M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
33
34
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
BAGIAN 4: BEBERAPA METODE DAN TEKNIK Presentasi yang baik
Bermain peran
Menanyakan pertanyaan yang tepat
Fishbowl
Memoderasi diskusi Kelompok kecil yang efektif
Sosio drama Permainan Sosial Falling leaves
Brainstorming & brainwriting
Mood barometer dan stiker bulat lainnya
Mind-maps
Kuis
Bekerja dengan studi kasus
Membuat video sendiri dan menjadi seorang reporter
Kata “metode” berasal dari bahasa Yunani kuno meta (melewati) dan hodos (jalan). Metode, adalah cara untuk mencapai sebuah tujuan; teknik, oleh karena itu, adalah instrumen yang diperlukan: metode partisipatif dapat menerapkan berbagai teknik visualisasi bergerak. Meskipun demikian, istilah “metode” dan “teknik” seringkali dipertukarkan. Penting bagi seorang pelatih untuk menggunakan beragam metode, fleksibellah dalam menangani teknik–teknik berbeda dan menerapkan teknik–teknik itu secara bermakna serta hindari dua situasi ekstrim: sebuah acara dengan metode tunggal yang membosankan (contohnya, “pengajaran klasik”) maupun suatu parade metode-metode yang berderet namun tidak memiliki hubungan signifikan dengan subyek. Metode-metode berbeda apa saja yang dapat digunakan seorang pelatih? Anda mungkin mau menyalin tabel berikut dan memasukkannya dalam tas pelatihan Anda. Metode-metode yang lebih rumit akan dijelaskan pada bab ini. Dalam Bagian 6 Anda akan menemukan dua tabel tambahan dengan teknik teambuilding dan juga icebreaker serta warm-ups. M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
35
METODE
GAMBARAN SINGKAT
Brainstorming (curah gagasan)
Menghasilkan banyak gagasan dengan mengutarakan pendapat. Kreatif. Setiap jawaban boleh saja. Tidak ada seleksi pada babak pertama. Sangat baik untuk melibatkan setiap orang dan juga merangsang beberapa jawaban yang tidak biasa. Pelatih dapat menulis daftar gagasan yang diutarakan flipchart.
Brainwriting (penulisan gagasan)
Serupa dengan tukar pikiran, tetapi tak ada orang yang menulis apa yang diutarakan oleh yang lainnya. Setiap orang menulis sendiri pada kartu. Kartu–kartu itu dapat dikelompokkan pada sebuah pin-board.
Studi Kasus
Contoh situasi dalam kehidupan nyata disediakan, baik sebagai suatu cerita atau teks. Studi kasus memberikan contoh dari praktek yang baik dan buruk untuk dibandingkan dan didiskusikan. Studi kasus rumit disediakan dalam sebuah buku petunjuk untuk fasilitator, dengan panduan untuk melalui langkah– langkah berbeda.
Pelatihan berbasis komputer (blended learning)
Pelatihan interaktif untuk individu melalui kompu ter (seperti software pembelajaran bahasa). Grafik, animasi dan video menunjang proses belajar. Dapat dikombinasikan dengan interaksi antar muka dalam seminar (pendekatan blended learning)
Demonstrasi
Seorang narasumber melakukan aktivitas instruksional pada saat peserta mengamati, mempelajari bagaimana melakukannya sebelum mencobanya sendiri (contohnya bagaimana sebuah kamera/mesin berfungsi).
Mendikte
Satu orang membaca atau memberitahukan sementara seorang lain lagi menulis kata–katanya. Tidak sesuai untuk pelatihan partisipatif.
36
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Diskusi
Sebuah masalah atau topik diperkenalkan secara singkat kemudian diperdebatkan, dievaluasi, dipecahkan. Seringkali jawabannya tidak seluruhnya benar atau salah. Pengajar bertindak sebagai pemimpin. Ada berbagai bentuk diskusi (meja bundar, pro dan kontra, kelompok kecil...)
Excursion (Darmawisata)
Meninggalkan tempat pelatihan untuk mengalami langsung suasana di sebuah institusi (contoh: rumah sakit) atau tempat, yang mungkin dapat mengarah pada persepsi/pemahaman baru yang tidak dapat dipresentasikan dengan baik oleh media.
Expert Interview (Interview dengan ahli)
Peserta mengambil inisiatif: Pertanyaan dikumpulkan lalu mengundang seorang ahli (atau se seorang dari kelompok yang mempelajari topik dengan mendalam dan diminta menjawab pertanyaan)
Falling leaves (Guguran Daun)
Menghasilkan banyak gagasan dengan menulisnya pada kertas A4, menyebutkan gagasan–gagasan tersebut dan menjatuhkannya ke tengah–tengah sebuah lingkaran besar. Setiap orang berjalan mengitari banyak hasil yang mengesankan, me minta penjelasan mengenai daun–daun (jawaban/ gagasan) yang belum diketahui.
Film
Menonton film (atau bagian film), diskusi tentang isi film tersebut
Fishbowl (Aquarium bulat)
Teknik skenario pendek dimana peserta dapat menggantikan satu sama lain. Kadang kala lebih dihargai daripada bermain peran karena setiap orang berpotensi terlibat.
Flashlight (Blitz)
Flashlight memang singkat secara natural. Setiap orang memberikan pernyataan pendek, mengeks presikan pandangan dalam 1-2 kalimat tanpa diskusi. Mendorong pendapat pribadi. Tanpa catatan.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
37
Group Work (Kerja kelompok)
Pleno dibagi menjadi dua atau lebih kelompok. Membutuhkan instruksi yang jelas (sebuah masalah untuk dipecahkan, sebuah pertanyaan untuk dijawab). Kelompok memutuskan sendiri bagaimana melakukannya dan mempresentasikan hasilnya pada pleno setelahnya.
Icebreaker/ Warm-ups (Pencair suasana/ pemanasan)
Mengurangi jarak interpersonal, membuat kelompok bekerja bersama, menyegarkan kembali tingkat energi yang rendah dalam kelompok – (lihat daftar terpisah di Bab 6)
Pasar informasi
Serupa dengan pasar, informasi dipresentasikan/ disajikan lewat gambar, video, instalasi, oleh “penjual” (peserta)
Kuliah – ceramah
Komunikasi satu arah. Semua informasi dibaca/disediakan oleh satu pembicara. Seorang pembicara yang baik menggunakan media (seringkali dikombinasikan dengan PowerPoint dan menghibur dengan beberapa gurauan dan retorika.
Metode untuk menyusun dan mempresentasikan Mind-map (pemetaan pikiran) gagasan atau hasil diskusi. Bagian pusat dari visualisasi adalah topik, cecabangnya adalah aspek. Lebih mudah dan lebih intuitif untuk diingat daripada daftar (list). Moderasi dengan Kartu
Pengetahuan, pengalaman, pendapat dan perta nyaan ditulis pada kartu. Setiap kontribusi dipertimbangkan. Dapat disusun, dievaluasi, dirancang ulang, dan didokumentasikan.
Memainkan Rencana (Plan Play)
Permasalahan kehidupan nyata yang rumit dan (saling) berhubungan dimainkan, untuk mengerti bagaimana permasalahan itu bekerja (contohnya fakta – fakta mengenai situasi politik dan sosial ditampilkan; peserta mencoba untuk menemukan solusi dalam kerja kelompok; dampak dari aktivitas terencana mereka dianalisa).
38
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Latihan praktek
Peserta mempraktekkan apa yang telah mere ka pelajari dalam masukan teori (contoh, tugas penghitungan)
Presentasi
Pelatih menyusun topik secara visual, seringkali berdiri di depan dan menjelaskannya pada peserta dengan beberapa slides PowerPoint.
Studi Mandiri
Setiap orang mendapatkan waktu sendiri untuk memecahkan sebuah masalah, menyiapkan sebuah permasalahan, melaksanakan latihan praktek dsb.
Pemecahan masalah
Sebuah tantangan atau sebuah masalah disajikan pada siswa. Sebagai tambahannya, peralatan (contohnya sebuah kalkulator) atau selebaran disediakan agar mereka dapat menemukan solusi dengan cara bereksperimen dan menerapkan pengetahuan yang didapat sebelumnya.
Psikodrama/ Sosio drama
Metode yang mirip dengan bermain peran, tetapi topiknya berkaitan secara khusus dengan masalah sosial dan emosional. Di samping dari “memainkan”, teknik tambahan dapat diterapkan (contohnya mendiamkan (freezing) permainan, menginterview tokoh protagonis) untuk memahami apa yang dialami orang.
Kuis
Kelompok dibagi menjadi dua sub-kelompok atau lebih untuk menjawab pertanyaan atau melaksa nakan tugas kompetitif. Tiap kelompok meraih nilai untuk jawaban yang benar dan kelompok dengan nilai teringgi menang – dan mendapatkan sebuah hadiah.
Role Play (Bermain peran)
Peserta terpilih berperan dalam waktu pendek sesuai peran yang ditentukan dalam situasi yang diberikan (peran dan situasinya diputuskan oleh sang pelatih). Fokusnya terletak pada “pelajaran yang dapat ditarik”; uraian oleh pelatih setelah permainan menjadi penting.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
39
Bernyanyi
Untuk mempraktekkan bahasa, kemampuan membaca tulis dan kemampuan hidup. Belajar menjadi menyenangkan dan asyik.
Dialog Sokratis, Tanya- Jawab
Dialog (filosofis) antara pembicara dan hadirin dengan bentuk tanya-jawab. Tanyakan perta nyaan terbuka (“Bagaimana…”) sebagai ganti pertanyaan tertutup (“Ya atau tidak?”).
Story telling (bercerita)
Hadirin mendengarkan sebuah cerita. Suara sa ngat penting. Seharusnya tidak terlalu panjang. Penerimaan cerita mungkin beragam dari budaya ke budaya.
Pembuatan video
Peserta memproduksi video klip dokumenter sepanjang 5-10 menit tentang satu topik. Mere ka merancang papan-ceritanya (contoh, menjelaskan sistem asuransi, mewawancarai orang di jalan) dan menunjukkan hasilnya dalam pleno. Jika videonya benar–benar bagus, mereka bahkan dapat mengunggahnya ke Youtube atau berbagi dalam kampus global InWEnt.
40
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Bentuk mengikuti fungsi. Tidak ada sebuah metode yang optimal. Pelatih harus memvariasikan dan memeriksa metode mana yang pa ling sesuai. Anda harus selalu mempertimbangkan: • Waktu yang tersedia • Setting (pengaturan belajar, ruangan) • Subyek dan tujuan unit pelatihan • Alat/bahan yang diperlukan • Berapa metode dalam satu pelajaran/sesi • Urutan metode • Kemampuan belajar apa yang dicakup? Adakah variasi? • Karakteristik peserta (pelajar yang cepat tanggap/ lambat, jenis kelamin, dll.) Dalam bagian berikut ini beberapa dari metode yang telah diuraikan akan digambarkan dalam cara yang lebih bisa dipahami. Ikutilah Pelatihan Pelatih (PP) untuk mencobanya sendiri, sebelum Anda mulai menerapkannya dalam seminar Anda sendiri.
Presentasi yang baik Perhatian manusia sangatlah terbatas. Jika Anda berniat untuk mempresentasikan sebuah topik, contohnya, kuliah dengan topik manajemen, jangan menumpuk terlalu banyak informasi, baik dalam setiap slide, maupun dalam keseluruhan pelajaran. Hindari terlalu banyak rincian: bagaimanapun juga, rincian-rincian tersebut tidak akan diingat. Ini adalah umum:
beberapa
petunjuk
• Berikan pengantar yang sangat jelas, untuk memotivasi apa yang Anda lakukan dan untuk menyajikan masalah yang ingin Anda pecahkan. Visualisasikan topik yang dibicarakan. Pengantar sa ngatlah strategis (penanaman filosofi; bagaimana pelajaran hari ini berhubungan dengan keseluruh an isu manajerial). • Milikilah slide kesimpulan yang baik pula: masukkan hasil dan gagasan kunci, yang paling Anda inginkan untuk diingat orang. Gunakanlah satu slide saja untuk bagian kesimpulan. • Cobalah untuk menarik benang merah yang menyatukan, khususnya bila Anda harus menyajikan banyak aspek berbeda dalam satu pelajaran.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
41
• Bantulah peserta untuk mengerti ke mana Anda akan mengarah. Sediakan mereka dengan gambar an tingkat tinggi pada awalnya, kemudian masuklah pada bagian detilnya (induktif-deduktif). Ini juga membantu mereka menyimpan energi otak untuk bagian pembicaraan berikutnya yang mungkin lebih penting. • Humor sangatlah berguna; persiapkanlah permainan kata-kata dan gurauan sebelumnya–namun hindari menjadi pelawak permanen. • Berikan peserta waktu untuk berpikir mengenai fakta-fakta pen ting dengan cara memperlambat penyajian, atau bahkan berhenti sejenak. • Dengarkanlah pertanyaan-perta nyaan dengan sangat berhati-hati; banyak pengajar menjawab pertanyaan yang berbeda dari pertanyaan yang ditanyakan. Bila Anda ingin menggunakan PowerPoint, inilah aturannya: • Buatlah slides Anda mudah diikuti Cantumkan judul di bagian atas slide di mana hadirin Anda berharap untuk menemukannya. Slide harus memiliki judul yang pendek. Judul yang panjang menunjukkan ada sesuatu yang salah.
42
• Sederhanakan dan batasi jumlah kata dalam tiap layar. (Cobalah untuk menggunakan tidak lebih dari 4 poin per slide). • Gunakanlah warna yang kontras antara teks dengan latar belakang (Yang terbaik: teks dengan warna gelap pada latar berwarna terang). Kadangkala latar belakang berwarna pastel yang lembut terlihat jauh lebih baik daripada yang putih. • Konsistenlah dengan tipe huruf dan hindari tipe huruf yang meriah. (Pilihlah sebuah tipe huruf yang sederhana dan mudah dibaca seperti Arial, Times New Roman atau Verdana. Hindarilah tipe huruf berukir karena mereka susah untuk dibaca pada layar dan hindari HURUF KAPITAL). • Jagalah semua huruf agar cukup besar (setidaknya pada ukuran 18) sehingga orang–orang di bagian belakang ruangan akan dapat membaca bagian teks pada layar dengan mudah. • Gunakanlah desain slide secara efektif. Pilihlah salah satu yang sesuai untuk hadirin (yang lucu dan berwarna–warni untuk anakanak; susunan yang bersih dan
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
sederhana,untuk bisnis...).
para
pelaku
• Hindari penggunaan pergantian slide dan animasi yang berlebihan. Jagalah juga agar penggunaan animasi tetap konsisten (presentasi PowerPoint dimaksudkan untuk menjadi sebuah alat bantu visual, bukan sebagai fokus presentasi). Jangan gunakan animasi yang meriah bila tidak perlu. • Hindari slide yang hanya berisi- kan tulisan Gunakan foto, tabel, dan grafik. Foto–foto yang bermakna le bih baik daripada clip-art yang umum. • Cantumkan tulisan sesedikit mungkin pada sebuah slide Hindari tulisan sepenuhnya bila Anda bisa. Masukkan tidak lebih dari satu gagasan per-slide (contohnya semua poin harus mengacu pada hal yang sama). Jika terdapat banyak tulisan, orangorang akan membacanya lebih cepat daripada Anda berbicara, dan tidak akan memperhatikan apa yang Anda katakan. • Gunakan ilustrasi grafis yang bersifat sugestif sebanyak mungkin Jangan jauhi penggunaan gambar kiasan yang bermakna. Sukailah gambar lebih dari tulisan.
Presentasi PowerPoint akan hilang, ketika slide berikutnya ditayangkan atau LCD-nya dipadamkan, tetapi hasil visualisasi bergerak akan tetap terlihat hingga akhir seminar— mengajak untuk melakukan “philosphic walk” (perjalanan filosofis) pada penutupan
• Jangan cantumkan angka untuk detil yang tidak akan Anda sebut kan dengan jelas. • Gunakan garis tebal dalam meng gambar (cotohnya 1 1/2 poin atau lebih). • Jangan buang informasi dengan menggunakan warna yang tidak perlu Tiap warna berbeda harus menjelaskan sesuatu yang berbeda, dan sesuatu yang penting. Kodewarnakan informasi Anda jika memungkinkan tetapi jangan ubah slide Anda menjadi pelangi. Gunakan warna yang kuat untuk informasi yang penting, warna pastel untuk yang kurang penting. • Batasi jumlah slide Rata–rata, satu slide per 50–90 detik.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
43
• Periksa ejaan Sebuah kesalahan ejaan adalah magnet perhatian yang sangat buruk. Dalam kasus terbaik hadirin hanya akan teralihkan perhatiannya; dalam kasus terburuk mereka akan mengatakan: Jika penyajinya bahkan tidak bisa benar dalam hal ejaan, bagaimana mungkin sajiannya juga bisa benar? • Pastikan presentasi Anda dapat dijalankan pada komputer mana pun Saat Anda melakukan presentasi dalam lingkungan baru
(contohnya konferensi, pusat pelatihan baru), periksalah perangkatnya sebelum presentasi (dan siapkan kabel audio, jika Anda menyertakan juga file suara/multimedia). • Anda adalah fokus presentasi Anda Gunakanlah PowerPoint sebagai pendukung presentasi Anda. Anda adalah fokus utama! Ja ngan hanya membaca dengan lantang apa yang tertulis pada slide.
Pendekatan partisipatoris dapat diterapkan dalam berbagai topik. Metode ini lebih dari sebuah teknik seminar untuk melibatkan pelajar: metode ini bertujuan menjaga perkembangan berkelanjutan
44
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Menanyakan pertanyaan yang tepat Filsuf Yunani kuno, Socrates dikenal dengan dialognya di mana sang bijak memimpin diskusi dengan cara tertentu sehingga lawan bicaranya
mendapatkan pengertian baru. Sang filsuf tidak berdiri di mimbar tinggi, kekuasaannya berasal dari kepintarannya bertanya.
PERTANYAAN YANG BAIK
PERTANYAAN YANG BURUK
• Menimbulkan rasa penasaran dengan memberikan pertanyaan terbuka
• Tertutup, mengarah ke retorika, contohnya meminta jawaban “ya/tidak” atau jawaban yang pasti
• Merangsang dialog lebih jauh • Menciptakan pengertian ke- lompok daripada mengucilkan individu • Menyentuh minat bersama • Memajukan secara strategis proses kelompok melalui pelibatan personal • Memberitahukan tujuan, menandakan aspirasi, atau memasukkan sebuah penjelasan dari niat dan aksi • Keluarkanlah kualitas positif dari satu kelompok dan pencapaiannya
• Pernyataan yang umum dan samar-samar • Hanya bisa dijawab oleh ahli yang tidak hadir di tengah- tengah peserta • Meminta bukti yang tidak ada • Mengancam untuk menyerang privasi atau budaya seseorang •
Bersifat sugestif
paternalistik
atau
• Mendemonstrasikan inkompetensi seseorang • Tidak fokus pada masalah yang dibahas.
• Mungkin saja bisa provokatif atau menantang, bila memang perlu atau bermanfaat Source: MOVE 2003: 42 M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
45
Memoderasi diskusi Ingatlah lagi aturan 10:60:30! untuk acara kelompok partisipatif: 30% terakhir disediakan untuk diskusi kelompok. Dalam waktu tersebut solusi yang disajikan dan gagasan-gagasan harus diintegrasikan, dimengerti, dan dirangkum dengan penuh makna–ini merupakan sebagian kerja pelatih. Ada kesempatan lain, seperti diskusi panel, dimana seorang moderator memfokuskan pada aliran keseluruhan dari diskusi. Tetapi mari kita lihat situasi suatu sesi pelatihan dalam sebuah seminar, dimana peserta belajar untuk pertama kalinya tentang sesuatu yang baru (contohnya, sebuah topik baru yang berhubungan dengan manajemen keuangan daerah) dan pelatih berniat untuk memperdalam pengetahuan peserta melalui diskusi. Apa yang harus ia lakukan?
Memoderatori diskusi dengan menggunakan kartu akan memperkuat partisipasi, karena sumbang saran dapat terlihat, dapat diubahubah dan ditata-ulang
4. Visualisasikan pada kertas peraga hasil utama (poin penanda) dari diskusi
1. Merangkum poin–poin utama (Mungkin visualisasinya bisa menggunakan kartu yang besar)
5. Parafrasekan aspek-aspek penting dari diskusi, yang mungkin belum diekspresikan dengan cukup jelas
2. Mengatur waktu (tidak ada diskusi tanpa akhir; membatasi pembicara individu yang berpanjang lebar)
6. Mengajukan pertanyaan metalevel, ketika emosi di antara ke dua pihak memuncak
3. Menyemangati peserta yang le bih pendiam untuk turut berkontribusi pada diskusi
7. Rasakan waktu yang tepat untuk berhenti berdiskusi dan memulai langkah metodologis selanjutnya.
46
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Kelompok kecil yang efektif Seberapa efisien dan baiknya sebuah kelompok kecil bekerja bergantung tidak hanya pada individu dalam kelompok. Paling tidak, ada tiga faktor lagi yang bisa dipenga ruhi fasilitator: 1. Petunjuk untuk pekerjaan harus sangat jelas. Bila tidak, “sesuatu” akan terjadi dalam kelompok kecil, tetapi tidak seperti yang diinginkan oleh pelatih. Maka pikirkanlah sebelum pelatihan apa yang Anda inginkan untuk dilakukan oleh kelompok dan visualisasikan instruksi Anda (contohnya tulislah pada flipchart atau pada selembar selebaran, yang Anda fotokopi untuk semua orang.
Jangan lupa untuk menyebutkan, apa yang akan dilakukan setelah kelompok kecil selesai bekerja (contohnya, langkah berikutnya – biasanya kelompok tersebut harus mempresentasikan hasil mereka di hadapan kelompok lain). 2. Lingkungan di mana kelompok kecil bekerja harus diatur dengan baik. Idealnya, Anda menyiapkan sebuah ruang terpisah dengan meja bundar, pena, flipchart, pinboard dan lain-lainnya tersedia. Sajian kopi atau minuman ringan akan sangat dihargai oleh kelompok–kelompok kecil. 3. Pemilihan waktu harus dikalkulasikan secara realistis dan dinyatakan secara jelas sebelum kelompok kecil mulai bekerja.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
47
Panduan untuk Kerja Kelompok • Aturlah sebuah tempat bekerja yang menyenangkan: Anda dapat duduk dalam setengah lingkaran dan letakkan materi dan papan di depan Anda • Tuliskan pertanyaan atau tugas dengan jelas dan perjelas hal tersebut • Alokasikan tugas-tugas – mode rator, penyaji pada pleno – dan setujui prosedur, pemilihan waktu, dan tipe visualisasi • Siapkan sebuah jadwal dengan memperkirakan waktu yang tersisip dalam tiap langkah dan dengan memonitor waktu secara hati-hati • Renungkan pertanyaan seca ra individual dan dalam keheningan • Kumpulkan kartu
gagasan
pada
• Tanyakan pada diri sendiri: Apa yang kurang? • Persiapkan hasil kerja kelompok untuk presentasi dalam sesi pleno • Presentasikan hasil kerja ke lompok sebagai satu tim • Pertahankan kontak mata de ngan pleno • Dukunglah visualisasi dengan kreativitas: bermain peran, melibatkan pleno dll. • Semua kartu hanya harus dibaca dengan keras dan kemudian dipertunjukkan tanpa penjelas an panjang • Catatlah feedback pleno pada kartu-kartu dengan warna atau bentuk berbeda dan tambahkan kartu-kartu tersebut ke papan.
• Lihat, jelaskan, kelompokkan dan analisis kartu-kartu tersebut Sumber: MOVE 2003:45
48
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Brainstorming dan brainwriting Ada sekurang-kurangnya dua tipe “pemikiran” manusia yang digambarkan oleh psikolog terdahulu berkaitan dengan kecerdasan sebagai “konvergen” dan “divergen”. Pemikir konvergen seringkali dapat ditemukan dalam profesi teknis dan admistrasi: mereka lebih suka memulai dari A ke B dan menyimpulkan di C, bersifat linier dan menyenangi prototipe. Pemikir divergen sering kita temukan dalam seni dan periklanan: Mereka kreatif, non linier dan pemikirannya tampak seperti “berlompatan”. Untuk bekerja dalam proyek pembangunan yang rumit (contohnya seperti industri luar angkasa), adalah penting untuk pemikir divergen dan konvergen bekerja sama secara efektif dan efisien.Hal ini seringkali merupakan sebuah tantangan – juga bagi para pelatih dengan peserta pelatihan yang heterogen. Jika sebuah kelompok bermaksud untuk keluar dari kerangka solusi
KIRI
yang telah ditetapkan, mereka dapat menerapkan teknik Brainstorming dan menuliskan gagasan. Keistimewaan penting dari dua teknik ini adalah bahwa setiap orang sepakat (dan fasilitator dapat menekankan kembali hal ini pada permulaan sesi) bahwa pada langkah pertama, semuanya (ya, semuanya) boleh dikatakan (atau dituliskan), bahkan jika hal itu tampak “aneh”, “tidak benar”, “tidak sesuai” atau tidak secara segera mengarah ke sebuah solusi. Hanya di babak kedua gagasan yang banyak tersebut dikelompokkan, didiskusikan, dievaluasikan – dan mungkin saja gagasan yang pada mulanya tidak dapat diterima, justru menjadi solusi untuk masalah. Ada kisah tentang NASA: Ilmuwan Amerika lebih dari sekedar terkejut ketika pada 1957 teman-teman mereka dari Rusia berhasil memasuki ruang angkasa lebih dulu dengan satelit Sputnik (sementara pengembangan Vanguard mereka sendiri gagal pada saat itu). Perlu beberapa waktu sampai banyak ilmuwan dan teknisi Amerika yang
KANAN
Kata-kata daftar hubungan linear organisasi disiplin analisis
verbal logika rasional deduktif
gambar kebebasan kreativitas kesenangan kesadaran ruang angan-angan
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
49
terlibat akhirnya sadar bahwa mereka sebenarnya tidak memiliki masalah dengan sumber keuang an melainkan harus meningkatkan proses internal mereka untuk menghasilkan solusi yang lebih baik. Brainstorming (dimana semua gagasan yang dilontarkan dicatat dalam sebuah daftar oleh mode rator) atau Brainwriting (dimana semua gagasan dituliskan pada kartu-kartu, yang dapat ditancapkan pada pin-board) menjadi satu teknik kunci untuk mengembangkan gagasan-gagasan baru dalam kelompok yang heterogen. Jadi, bagaimanakah cara menggunakan teknik Brainstorming bagi seorang pelatih? 1. Visualisasikan saja pertanyaannya (contohnya, tulis “Apa yang akan kita lakukan besok sore?”) 2. Perkenalkan aturan main dari Brainstorming (Segalanya oke saja! Jangan mengomentari gagasan orang lain!) 3. Biarkan mereka mencurahkan gagasan secara spontan. 4. Tuliskan semua gagasan yang dilontarkan peserta pada papan. 5. Moderasikan diskusi selanjut nya menurut prinsip yang diberikan pada Bab 3 (visualisasi bergerak)
50
Mind-maps Mind-maps adalah alat lainnya yang mengoptimalkan penggunaan pemikiran manusia tentang satu topik tertentu. Di sekolah kita belajar bahwa ada banyak hal terdapat di dunia luar sana – biologi, sejarah, bahasa, dll – dan kita menyusun mereka semua dalam pikiran kita sebagaimana sebuah buku biasanya disusun (contohnya, daftar isi): Ada judul (contohnya genetik), di ikuti oleh bab-bab (sel, kode genetis, kimia DNA…) dan sub-bab. Untuk ujian, siswa harus memelajari semuanya dalam urutan hirarkis – idealnya ia mampu, untuk meng ulang “bab-bab dalam buku” dalam urutan kategorinya. Mind-map menyusun kandung an pengetahuan secara berbeda. Judul utama diletakkan di tengahtengah. Dengan demikian, kita menemukan di daerah pusat itu apa yang dianggap sebagai isu sentral dan paling penting. Dalam cabangcabang di sekitarnya, visualisasikan informasi tahap lanjut. Sampai pada ranting-ranting yang lebih kecil, lebih banyak aspek yang lebih detil dapat ditempatkan. Telah ditunjukkan bahwa visualisasi menggunakan Mind-map dapat diingat lebih baik daripada daftar isi yang panjang. Persepsi manu-
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
sia lebih menyukai logika visual ini (mengaktifkan tidak hanya otak kiri tetapi juga otak kanan). Dengan demikian, Mind-map juga merupakan alat yang kuat dalam pelatihan: alih-alih tabel PowerPoint yang dirancang lebih dulu dengan daftar tak berujung (yang tidak akan diingat oleh siapapun), mulailah menuliskan pada fl ipchart, topik dari sesi yang tengah berlangsung. Selama 45 menit berikutnya, Anda dapat dengan gampang menambahkan cabang-cabang. Aspek mi-
nor dapat ditambahkan sebagai cabang pada tingkat ketiga atau keempat. Anda akan terkejut, bagaimana baiknya hadirin Anda dapat mengingat pada lain waktu tentang apa yang Anda telah jelaskan! Di internet Anda akan menemukan alat Mind-map tambahan yang menawarkan fleksibilitas dalam pengaturan dan juga desain yang canggih. (www.mindtools.com, www.mindmaster.com)
Contoh peta pikiran tentang “Manajemen Waktu”. Sumber: Mindtools (Reproduksi atas izin. http://www.mindtools.com/pages/article/newISS_01.htm) M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
51
Bekerja dengan studi kasus membutuhkan persiapan mantap
Bekerja dengan Studi Kasus Sebuah studi kasus adalah sebuah studi intensif dari kelompok, komunitas, peristiwa atau proses tunggal. Dalam konteks riset, studi kasus seringkali dikerjakan oleh ilmuwan sosial, perilaku atau politik. Dalam konteks pendidikan, studi kasus digunakan oleh pelatih untuk mene rapkan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya pada sebuah skenario yang lebih rumit, holistik, dan dengan demikian, realistis. Sebuah situasi konkrit digambarkan dan pelajar dikonfrontasikan de ngan berbagai fakta, pendapat, dan informasi latar belakang. Berdasarkan pada informasi ini, keputusan tertentu harus diambil. Tergantung pada jangka waktu keseluruhan (bekerja dengan studi kasus biasanya cukup memakan waktu), latar belakang informasi tertentu (contohnya undang-undang dan peraturanperaturan) dapat disediakan. Idealnya, pelatih mendapat sebuah buku panduan fasilitator yang dise-
52
diakan saat bekerja dengan studi kasus. Buku Panduan Fasilitator yang baik mengandung foto–foto kasus, visualisasi informasi latar belakang, selebaran untuk peserta, naskah singkat untuk kelompok kecil (seperti artikel koran) dan informasi yang komprehensif untuk bacaan lebih lanjut. Alur kerja yang khas dalam mene rapkan teknik studi kasus dapat terlihat seperti ini: • Pelatih menerangkan studi kasus dengan sejumlah masukan informasi (sekitar 15 menit) tentang kasusnya, menggunakan beberapa visualisasi untuk melibatkan peserta secara emosional dan kognitif dalam skenario kasus • Instruksi yang jelas disediakan terkait dengan apa yang harus dilakukan dengan kasusnya (pertanyaan keseluruhan, keputusan mana yang harus diambil, jangka waktu) • Peserta menerima materi yang diperlukan (naskah, informasi latar belakang) untuk menyiapkan diri mereka (termasuk visualisasi dari hasil kelompok kecil mereka) • Penyajian hasil kelompok de ngan berbagai cara (demons trasi solusi mereka; pada akhir nya sebuah bermain peran/ fishbowl, dll.) • Meringkas: pelajaran yang dipelajari dari studi kasus
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Bermain peran Bermain peran (Role-Playing Game, RPG) adalah sebuah simulasi kehidupan nyata dimana peserta menerima peran karakter fiktif. Mereka menentukan aksi dari tokoh mereka berdasarkan karakterisasi mereka (seringkali diberikan dalam gambaran peran). Dalam satu set peraturan, pemain memiliki kebebasan untuk berimprovisasi; pilihan spontan atau strategis mereka membentuk arah dan hasil permainan. Bermain peran harus realistis; gambaran peran harus mengundang identifikasi dengan mudah (contohnya: seorang polisi dan pengemudi mobil, yang didenda; Boss dan pekerja, yang meminta keuntungan). Bermain peran membutuhkan persiapan yang hati-hati dari pelatih. Hanya pelatih yang sangat berpengalaman dengan kelompok yang termotivasi dan berfungsi dengan baik yang dapat menggunakan bermain peran spontan. Sangat direkomendasikan untuk
menghabiskan waktu beberapa saat sebelum sesi pelatihan untuk memikirkan instruksi bagi para pemain. Semakin baik instruksinya, semakin berkurang resiko bahwa bermain peran akan berakhir dalam ketidakrelevanan yang komunikatif di para pemain telah puas berakting namun tak ada pelajaran bermakna yang dapat ditarik. Bermain peran dapat menimbulkan emosi yang kuat dalam diri peserta saat permainan. Khususnya saat pemain tidak hanya memainkan peranan (“polisi”) tetapi juga diri nya sendiri terlibat dengan sangat emosional , lebih atau kurang memainkan gayanya sendiri dalam berurusan dengan situasi sosial yang sulit (contohnya konflik dll). Sebagai konsekuensinya, bermain peran memerlukan penjelasan yang baik dari pelatih kepada para pemain pada akhir sesi (“terima kasih, Anda TADI adalah polisi sungguhan yang me ngagumkan, SEKARANG Anda adalah seorang peserta kembali, Pak Bagus…”). Jika tidak, kemungkinan seorang pemain tetap dijuluki sesuai perannya oleh peserta lainnya bahkan setelah satu minggu… Ini adalah contoh untuk instruksi kelompok dan aktor untuk sebuah bermain peran dalam konteks sebuah pelatihan manajemen keuangan daerah di Indonesia:
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
53
Instruksi
untuk Kelompok (Persiapan bermain peran) Bayangkan kita ada di Kota Bulawumba Di malam ini ada pertemuan tingkat tinggi di Balai Kota dengan: 1. Satu perwakilan dari Departemen Keuangan (Direktur Transfer) 2. Bupati 3. Sekda
4. Kepala Bappeda 5. Tiga orang anggota DPRD 6. Seorang jurnalis yang kritis.
Tujuan pertemuan hari ini adalah: menyusun sebuah strategi, bagaimana caranya agar uang (DAU dan DAK) ditransfer secepat mungkin dan mencapai kesepakatan dengan semua aktor yang terlibat untuk melakukan beberapa aksi konkrit sehingga mulai tahun ini dan ke depannya masalah yang sama tidak akan terjadi lagi. 1. buat 9 kelompok 2. baca instruksi Anda dan diskusikan bagaimana setiap aktor mungkin akan berargumentasi 3. tentukan siapa pemain dari kelompok Anda yang akan mengikuti pertemuan
20 mnt Di samping instruksi umum di atas yang menggambarkan proses bermain peran, pelatih mungkin telah mempersiapkan beberapa salinan untuk aktor berbeda untuk mengarahkan peranan mereka, posisi mereka, dan apa 54
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
yang harus dicapai dalam pertemuan sebelum bermain peran dimulai. Lihatlah contoh instruksi berikut untuk pemain yang memerankan tokoh Bupati: Instruksi untuk bermain peran Bulawumba Aktor: Bupati Anda adalah bupati kabupaten Bulawumba dan Anda ingin – seperti semua orang – yang terbaik untuk kabupaten Anda. Sore ini Anda akan menghadiri sebuah pertemuan besar dibalai kota. Ini bulan Maret dan kabupaten Bulawumba Anda belum menerima transfer dana (DAU dan DAK) dari pemerintah pusat di Jakarta. Alasannya adalah anggaran dana Anda (APBD) tidak diserahkan pada 31 Desember tahun lalu (karena hal itu diperlukan untuk menerima transfer pada waktunya). Tujuan pertemuan hari ini adalah: Menyusun sebuah strategi, bagaimana caranya agar uang ditransfer secepat mungkin dan mencapai kesepakatan dengan semua aktor yang terlibat untuk melakukan beberapa aksi konkrit sehingga mulai tahun ini dan ke depannya masalah yang sama tidak akan terjadi lagi. Orang – orang berikut diundang untuk mengikuti pertemuan tingkat tinggi balai kota: 6. Seorang anggota DPRD (yang 1. Satu perwakilan dari Departemen TIDAK satu partai dengan Anda) Keuangan (Direktur Transfer) 7. Seorang anggota DPRD 2. Bupati (Anda) (yang putranya menikah 3. Sekda dengan putri Anda) 4. Kepala Bappeda 8. Seorang jurnalis yang kritis. 5. Seorang anggota DPRD (yang satu partai dengan Anda) Anda adalah seorang Bupati yang kuat, orang-orang menyukai Anda. Anda tidak terlalu puas dengan kinerja parlemen daerah di distrik Anda (DPRD). Penundaan saat ini adalah kesalahan mereka! Anda berada dalam masalah dengan pemerintah pusat karena berbagai masalah di masa lalu Cobalah menemukan sebuah solusi untuk menerima budget Anda secepat mungkin! Cobalah menemukan sebuah solusi sehingga permasalahan ini tidak terulang lagi! Anda memiliki 20 menit untuk menyiapkan diri. Kemudian pertemuan akan dimulai. Semoga berhasil!
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
55
Sebagaimana untuk Bupati, aktoraktor lainnya juga mendapatkan instruksi; seluruhnya juga turut “membumbui” agar skenario bermain peran di balai kota lebih kontroversial, realistis dan penuh makna sebagai pengalaman belajar. Berikut adalah beberapa contoh dari apa yang dibaca aktor-aktor lainnya dalam lembar instruksi mereka: Direktur Transfer dari Departemen Keuangan diinstruksikan: “Anda adalah seorang direktur yang tegas, mewakili secara jelas keputusan dan kebijakan pemerintah nasional. Anda tidak puas dengan kinerja Kabupaten Bulawumba. Jika semua kabupaten selambat Bulawumba, hal itu akan menim bulkan banyak pekerjaan tambahan dan masalah untuk Anda. Anda mengenal Bupati Bulawumba sejak lama – ada beberapa kasus
Permainan Peran pada salah satu Pelatihan (2009). Dengan perlengkapan sederhana, seperti papan nama untuk para aktor, peserta dapat mengidentifikasikan diri dan berperan seperti dalam dunia nyata
56
di masa lalu, dimana ia berbicara melawan Departemen Anda di depan publik... – Inilah waktunya untuk menggunakan dialog ini untuk menjelaskan, siapa menginginkan apa dan dari siapa...” Sekda Kabupaten Bulawumba diinstruksikan: “Anda sangat berpendidikan dan sangat ambisius. Anda berasal dari keluarga kaya – dan paman Anda berkata pada Anda bahwa semakin lama penundaan pendanaan daerah, semakin baik untuk bisnis keluarga Anda. Keadaan tidak berjalan mulus di kabupaten Anda. Sementara secara resmi Anda mendukung bupati, secara pribadi Anda berpikir bahwa inilah saatnya bagi orang yang lebih pantas untuk mengambil alih kekuasaan... – bahkan mungkin orang itu adalah Anda sendiri.” Kepala Bappeda diinstruksikan: “Anda seorang Kepala Bappeda yang berpengalaman. Anda sa ngat marah karena pada mingguminggu terakhir ini semua orang menyalahkan Anda karena Anda tidak menyerahkan dokumendokumen yang dibutuhkan. Bagaimana mungkin! Unit-unit itulah yang tidak menyerahkan dokumen mereka...” Jurnalis yang kritis sangat mengenai korupsi dan ketiga anggota DPRD mendapat instruksi yang memiliki perspektif kritis yang berbeda.
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Fishbowl Metode Fishbowl adalah variasi dari bermain peran. Sementara peserta dalam bermain peran memilih peran yang mana yang ingin mereka mainkan dan kemudian selama 5-10 menit para aktor memainkan permainan, dalam Fishbowl pemeran dapat “diganti” di tengah-tengah aksinya. Sebuah ilustrasi: dalam pelatihan manajemen keuangan daerah, topik “Pelayanan satu atap” didiskusikan (contohnya seberapa jauh sebuah kotamadya memiliki satu kantor yang menerbitkan izin, sehingga membuka bisnis baru sangatlah mudah). Satu peserta memerankan seorang pengusaha, yang ingin mendapatkan izin transportasi khusus dari seorang petugas. Tetapi sang petugas adalah seseorang yang berkepribadian sangat sulit… Instruksi khas yang digunakan oleh pelatih dalam metode Fishbowl bisa jadi seperti ini: “Oke, kita akan melihat dialog antara petugas – diperankan oleh Pak Bagus – dan sang pengusaha – diperankan oleh Ibu Ratna. Kita akan mengamati apa yang terjadi. Mungkin saja strategi yang digunakan oleh sang pengusaha untuk berurusan dengan sang petugas yang sulit tidak menghasilkan hasil yang diinginkan.
Lalu kita menggunakan tekhnik Fishbowl: jika ada dari pengamat yang memiliki gagasan atau strategi alternatif, Anda dapat berdiri, masuk ke dalam permainan dan melanjutkan dialog – seolah-olah Anda adalah sang pengusaha. Dalam kata lain, Pak A dan Pak B yang memulai, tetapi setiap orang dapat membantu atau menggantikan mereka pada setiap saat. De ngan demikian, kita dapat mencoba strategi dan solusi yang berbeda”. Metode Fishbowl dapat juga digunakan untuk melibatkan lebih banyak orang: contohnya, hadirin Anda dapat memainkan pertemuan sekelompok petani (5 orang) de ngan kelompok tuan tanah (5 orang), duduk berhadap-hadapan, mendiskusikan sebuah topik. Undanglah semua peserta lain sehingga mereka bisa kapan saja menepuk pundak seseorang dan berkata, “Hei, saya melanjutkan peranmu, ya?” Pada akhirnya, Anda bahkan dapat “melipatgandakan” jumlah aktor. Jika Anda melakukan diskusi antara “pengusaha” dengan “petugas”, Anda dapat meletakkan 6 kursi pada area permainan dan meng undang 3 orang untuk memeran kan pengusaha (ketiganya adalah pengusaha yang sama) dan 3 orang untuk memerankan petugas (ketiganya mewakili orang yang sama pula). Dengan melakukan ini, Anda
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
57
mendapatkan banyak masukan pemikiran ke dalam sistem. Fishbowl membantu mengatasi halangan memainkan bermain peran (saat peserta Anda malu dan tidak seorang pun mau menonjolkan dirinya – tetapi dengan berada dalam satu kelompok yang terdiri dari 3 orang, mewakili peran satu orang petugas akan menjadi lebih mudah).
Sosio drama Sebuah drama (dari bahasa Yunani, drama = peran) mengacu pada semua jenis naskah dengan sejumlah peran yang berbeda. Aristoteles, seorang filsuf Yunani Kuno, menggambarkan ‘drama’ sebagai aksi dengan dialog. Sebuah Sosio drama, dengan demikian, adalah sejenis dialog antara aktor sosial (dan dengan demikian berhubungan dengan metode bermain peran, ketika drama itu dimainkan), dimana masalah sosial tertentu yang bersifat universal dimainkan. Masalahmasalah itu seringkali berkaitan dengan isu-isu seperti “pria dan wanita” (jenis kelamin), “tua dan muda” (generasi), ‘yang kuat dan yang lemah” (ketidaksetaraan), dll. Contohnya, dalam satu keluarga kaya, putri tertua telah jatuh cinta dengan seorang pemuda dari keluarga miskin. Orangtuanya sebenarnya telah memilih seorang laki-laki lain untuknya sebagai ‘pasangan idealnya’.
58
Seorang pelatih berpengalaman dapat menggunakan Sosio drama untuk mencerminkan kepada para peserta betapa sulitnya dimensi sosial dan emosional dari sebuah topik. Pertanyaan-pertanyaan khas untuk wawancara adalah “Apa yang Anda rasakan dalam situasi ini” atau untuk hadirin yang mengamati: “Apa yang diekspresikan oleh bahasa tubuhnya?”
Permainan sosial Sementara bermain peran, Fishbowl, dan sosio drama mengacu pada metode, dimana peserta untuk sementara mengidentifikasikan aktoraktor berbeda sebagai peranan, permainan sosial diklasifikasikan dalam kategori permainan. Oleh kare na itu permainan sosial bukanlah sebuah metode utama untuk meng ajarkan sesuatu (atau mencapai tujuan yang berhubungan dengan topik seminar). Permainan sosial, bagaimanapun juga, merujuk pada fakta sosial dimana orang-orang dalam ruang seminar adalah manusia. Dan oleh karena itu, mereka ingin mengetahui, siapa saja yang ada di sekeliling mereka. Psikolog menyebutnya kebutuhan berhubungan dan “perbandingan sosial”. Apakah ia mengenal seseorang, yang juga saya kenal? Apakah ia lebih cantik daripada saya? Dapatkah saya mempercayainya? Dapatkah saya bersendagurau dengannya?
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Jawaban untuk pertanyaan yang demikian dapat sangat menentukan apakah sebuah kursus, seminar, pelatihan akan dialami de ngan “baik” dan menarik ataukah orang-orang akan pulang dan merasa mereka terhalangi serta tidak dapat menikmati masa-masa pelatihannya. Maka, berguna untuk berinvestasi waktu di permulaan untuk memperhatikan “faktor manusiawi” ini – terlebih bila telah terjadi konflik antara peserta/kelompok. Seringkali permainan sosial digunakan pada permulaan sebuah pelatihan sebagai “Warm-ups” atau “Icebreaker”. Satu variasi
yang mudah adalah untuk merangsang perbandingan peserta. Contohnya: Pelatih dapat pergi de ngan kelompok ke tempat lapang di dalam ruang seminar atau di luar ruangan dan berkata: “Tolong semuanya membentuk satu barisan. Di sisi kiri adalah yang paling tua, di sisi kanan adalah peserta paling muda (sehingga peserta akan bertanya satu sama lain mengenai hari ulang tahun mereka, dll). Apabila terdapat banyak wanita dalam satu kelompok, Anda mungkin akan le bih menyukai menyusun barisan berdasarkan tempat kelahiran (utara ke selatan), ukuran sepatu, jumlah anak, berat badan, urutan alphabet nama ayah, dll.
Latihan “Flying Eggs” dalam pelatihan di Makassar (2009) M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
59
Falling leaves Falling leaves adalah sebuah metode untuk menghasilkan banyak pilihan dan memvisualisasikannya secara mengesankan. Di daerah beriklim non-tropis, dedaunan dari sebuah pohon akan rontok dalam musim gugur – dan begitu juga dedaunan dalam sebuah sesi pelatihan yang menggunakan metode ini: 1. Pelatih memutuskan topik dan memvisualisasikan pertanyaannya. Contohnya; “Strategi apa saja yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemasukan?” 2. Peserta mendapat lembaran kertas A4 sebanyak yang mereka suka. Ditambah satu spidol untuk setiap orang.
3. Sekarang semua orang menuliskan gagasannya pada lembaran kertas putih – satu gagasan (strategi) pada setiap lembar kertas. Seorang peserta mungkin memiliki 5 gagasan, sehingga akan tertulis di atas 5 lembar kertas: “menjual tanah”, “mengundang investor asing”, “mencetak lebih banyak uang”, “meningkatkan perikan an”, “naikkan tarif jalan tol”. Peserta lainnya mungkin memiliki tujuh gagasan. Dua di antaranya kurang lebih sama dengan gagasan orang pertama… 4. Sekarang semua orang berdiri di dalam sebuah lingkaran besar (seperti banyak pohon).
Mengumpulkan ide dengan teknik “Falling Leaves”
60
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
5. Peserta pertama menyebutkan dengan lantang gagasan pertamanya (“menjual tanah”) dan membiarkan lembar kertasnya yang berisikan solusi pertama jatuh ke lantai (seperti daun jatuh pada musim gugur). Pada waktu yang sama semua peserta lainnya, yang telah menuliskan gagasan yang sama, menjatuhkan kertas mereka ke lantai. Jadi, kita akan melihat sekarang mungkin enam lembar kertas bertebaran di lantai (dari enam peserta dengan gagasan yang sama). Selanjutnya… 6. Tetangganya menyuarakan salah satu gagasannya (“memproduksi BBM Alternatif”), membiarkan daunnya jatuh dan semua orang lainnya, yang memiliki gagasan yang sama dalam daunnya, menjatuhkannya pula. Sekarang ada beberapa daun di tanah. 7. Peserta selanjutnya menyuarakan gagasannya. Semua orang de ngan gagasan yang sama meng ikuti dengan menjatuhkan daun. Dengan demikian, lebih banyak gagasan disuarakan, jatuh dan menutupi tanah.
8. Biasanya beberapa gagasan muncul, yang setiap orang punya, tetapi setelah beberapa waktu, beberapa gagasan yang sangat luar Biasa, yaitu gagasan yang kreatif, juga muncul. Mungkin saja pada akhirnya hanya beberapa peserta (yang sangat kreatif) yang masih memiliki daun di tangan mere ka, dan sebuah kompetisi kecil pun dimulai pada bagian ini, siapa yang memiliki gagasan terbanyak, hingga semua gagasan yang tertulis pada lembaran kertas A4 atau ‘dedaunan’ berserakan di lantai. 9. Pelatih kemudian mengajak ke lompok untuk berjalan mengitari dedaunan. Lihat, begitu ba nyak dedaunan! Begitu banyak gagasan kita semua, ternyata (ini seringkali memberikan efek yang mengagumkan, ketika orang-orang tersadar bahwa pada mulanya mereka menyangka hanya memiliki gagasan yang sangat terbatas).
Memilih & menjelaskan solusi dengan teknik “Falling Leaves” M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
61
10. Akhirnya, semua peserta diundang untuk mengambil satu daun dari dedaunan di tanah, yang ingin mereka pelajari lebih lanjut (atau yang memang tidak mereka mengerti sama sekali). Bayangkan instruksi, “Tulislah semua metode yang Anda ketahui” dan semua orang menulis “pelajaran”, “PowerPoint”, tetapi Anda juga menemukan daun bertuliskan “Fishbowl” atau “Daun gugur” yang mungkin belum pernah didengar sebelumnya. Sekaranglah saatnya, dimana penulis daun de ngan gagasan yang masih asing bagi sebagian peserta yang lain ini dapat memberikan penjelas an, apa sebenarnya makna dari gagasan/solusi/strateginya tersebut.
62
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
8.00
Mood barometer dan stiker bulat lainnya Di toko alat tulis Anda dapat mene mukan stiker bulat aneka warna. Bulatan–bulatan itu adalah alat visualisasi yang sangat baik yang ha rus selalu Anda masukkan ke dalam tas pelatihan Anda. Anda dapat menggunakan bulatanbulatan itu, contohnya, untuk mengundang hadirin Anda untuk mengekspresikan suasana hati mereka (“Pengukur suasana hati”). Stiker bulat menawarkan untuk kwantifikasi dan visualisasi hasil apa saja secara cepat. Mari kita ambil contoh lagi tentang kelompok yang telah melakukan brainstorming mengenai kegiatan pada malam terakhir. Ide ide yang muncul seperti “restoran padang”, “menonton film” atau “tidak bikin apa-apa”... Tentu saja, Anda dapat meminta untuk mengacungkan tangan –
12.00
17.00
tetapi Anda juga bisa menawarkan dua stiker bulat kepada masingmasing peserta untuk menempelkannya pada dua pilihan favorit mereka, (jika itu dilakukan secara anonim, ini juga bisa mengurangi ketegangan, apabila sebelumnya tidak terjadi suatu kesepakatan). Dengan bulatan seperti ini Anda juga dapat meminta para peserta untuk menelusuri dengan cepat pada sebuah skala, bagaimana mereka menyukai topik/makanan/ presentasi hari ini. Stiker bulat ini juga dipakai pada pelatihan untuk suatu “rapid self assessment” (penilaian cepat dirisendiri). Metode ini memberikan sebuah gambaran luas, seberapa berpengalaman para peserta tersebut (atau lebih tepatnya: bagaimana mereka mempersepsikan diri mereka sendiri).
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
63
Bulatan-bulatan berperekat memungkinkan pelatih untuk melakukan penghitungan dengan cepat,dan anonim (sebagai contoh, dalam evaluasi pertengahan pelatihan, penilaian diri sendiri dan barometer harian dari suasana hati peserta)
64
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Kuis
Local Finance Quiz
Sebuah kuis yang dipersiapkan de ngan baik selalu dapat meningkatkan level energi dan mengundang peserta berpartisipasi. Berikut adalah sebuah saran sederhana bagaimana mengombinasikan teknik visualisasi dan teknik kuis: 1. Siapkan 25 (atau lebih) perta nyaan yang cerdas dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Sebuah pertanyaan bernilai 10 poin – mudah, sebuah perta nyaan bernilai 50 poin – sangat sulit. 2. Buatlah tiga atau lebih kelompok yang berkompetisi, visualisasikan ke 25 pertanyaan melalui kartu segi empat berukuran 5x5 dimana Anda menulis 10, 20, 30, 40, 50 dan kategori di mana pertanyaan tersebut tergolong (contohnya Akuntansi, Pendanaan, Manajemen Pengeluaran, Pengawasan dan Evalua si, Statistik). 3. Jelaskan peraturannya: Satu orang pemain dari kelompok 1 memulai: Pemain dapat memilih pertanyaan (“Akuntansi 40!”). Pertanyaan pada sisi lain kertas berwarna akan dibacakan de ngan lantang sehingga semua orang dapat mendengarnya. Jika pemain menjawab pertanyaan dengan benar, kelompoknya akan mendapat 40 poin. Jika ia memberikan jawaban
Accounting
Budgeting
Expenditure Management
Monitoring & Evaluation
Statistic
10
10
10
10
10
20
20
20
20
20
30
30
30
30
30
40
40
40
40
40
50
50
50
50
50
yang salah, kelompoknya kehi langan 40 poin (contohnya minus 40). Namun, sebelum menjawab ia juga bisa mengatakan “Saya tidak tahu, saya berikan pada ke lompok saya”. Sekarang, seorang lainnya dari anggota kelompok dapat menjawabnya. Jika ia menjawab dengan benar, kelompoknya mendapatkan setidaknya 20 poin. Bila jawabannya salah, kelompoknya kehilangan 40 poin (contohnya minus 40). Kelompoknya juga dapat memutuskan bahwa pertanyaannya terlalu beresiko. Dalam hal ini, pertanyaannya dilimpahkan kepada semua kelompok. Resiko yang sama: Ketika seseorang dari kelompok lainnya mengetahui jawaban yang benar, kelompok ini akan mendapatkan 40 poin. 4. Tetapi berpikirlah dua kali: memberikan jawaban yang salah, juga akan menghasilkan defisit 40 poin untuk kelompok ini. Pertanyaan berikutnya dapat dipilih dari peserta pertama ke lompok kedua. Prosedur yang sama (pertama, pesertanya sendi ri; kedua, kelompoknya; ketiga,
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
65
pleno). Akhirnya nilai kelompokkelompok tersebut dapat dikal kulasikan. Jangan lupa, bumbui suasana dengan sedikit gurauan! Dan sediakan sebuah hadiah kecil, yang dapat dibagi dengan mudah dalam sebuah kelompok.
Membuat video sendiri dan menjadi reporter Menyaksikan tayangan video dalam sebuah seminar adalah hal yang mudah – bila Anda dapat menemukan video yang sesuai. Tetapi pernahkah Anda berpikir tentang membuat sebuah video dengan peserta Anda? Atau lebih tepatnya: menciptakan kondisi sehingga peserta Anda membuat video yang bermakna dan dengan melakukannya mereka menerapkan pengetahuan mereka tentang topiknya dan mendapatkan pengetahuan tambahan. Yang Anda perlukan hanyalah beberapa telepon genggam yang dilengkapi dengan fitur video atau bahkan satu atau dua buah kamera video yang sebenarnya. Langkahlangkah memproduksi video Anda sendiri dapat dilihat pada halaman berikut ini: 1. Pilihlah sebuah topik, yang memungkinkan para peserta da pat mengembangkan kreativitas mereka dalam mengubah topik itu menjadi sebuah video. 66
2. Instruksikan mereka untuk membuat sebuah klip berdurasi 5 menit. Mereka dapat meminta pernyataan dari orangorang di jalanan; mereka dapat menggunakan karton sederhana sebagai kotak untuk seorang penyiar televisi; mereka dapat melukis diagram pada kertas peraga, yang mereka filmkan selama 10 detik; idealnya, mereka dapat mendemonstrasikan suatu proses, dan lain sebagainya. 3. Akhirnya, hasil (video) dari kelompok-kelompok kecil akan dipertunjukkan pada pleno untuk menjadi bahan diskusi lebih lanjut. Dan apabila video-video itu benar-benar bagus, bebe rapa peserta mungkin akan mengunggahnya ke Youtube setelah sesi pelatihan berakhir. Camkan bahwa “membuat video” sebagai sebuah metode pelatihan tidak bertujuan untuk mencapai kesempurnaan teknik jurnalisme televisi. Jika Anda tidak memiliki sebuah mikrofon terpisah untuk reporter, mainkanlah dengan sebuah pena yang besar seolah-olah pena itu adalah mikrofon. Video yang lucu malah akan paling diingat oleh penonton! Anda bahkan dapat menyiarkan hasil pelatihan Anda melalui stasiun radio lokal
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
67
Visualisasi Evaluasi
Partisipasi
Teambuilding Manajemen Waktu
68
Energizer
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
BAGIAN 5: PERSIAPAN UNTUK SEBUAH KURSUS PELATIHAN Persiapan diri Naskah Persiapan logistik Penutupan dan tim refleksi
Dalam mempersiapkan suatu hidangan lezat, seorang koki harus memiliki bahan-bahan yang segar dari pasar, bumbu-bumbu yang bagus, alat masak yang sesuai dan waktu yang cukup. Kursus pelatihan juga membutuhkan hal yang sama—dan sesudahnya, Anda juga membutuhkan waktu yang cukup untuk meringkas seluruh materi yang telah diberikan. Dalam bab ini Anda dapat memperoleh ide tentang bagaimana menyiapkan diri, mempersiapkan naskah untuk pelatihan sehari, menata setting, menetapkan kontrak belajar dan menutup/meng akhiri satu hari atau satu kegiatan.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
69
Persiapan diri Persiapkan diri Anda sendiri paling tidak dalam dimensi kognitif (pengetahuan), emosional (perasa an), dan logistik (sarana pendukung). Persiapan ini dimulai de ngan hal-hal mendasar seperti tidur yang cukup pada malam sebelum pelatihan, mempersiapkan dengan baik transportasi ke tempat pelatihan (tak ada yang lebih buruk dari seorang pelatih yang datang terlambat) dan membawa semua benda-benda kecil, fotokopian, alat visualisasi. Jangan menunggu hingga menit terakhir. Mesin fotokopi di institusi Anda pasti akan kehabisan kertas pada hari Anda tiba terburu buru hanya 5 menit sebelum sesi dimulai, untuk memfotokopi lembaran-lembaran kertas berisikan materi pelatihan Anda… Secara emosional dan profesional, persiapan juga merupakan masalah yang penting: Sebagai seorang pelatih Anda bukanlah seorang guru sekolah (lihat Bab 2), yang tetap memiliki otoritas penuh di dalam kelas meskipun sedang tidak siap untuk mengajar. Adalah bagian dari tugas Anda untuk mempersiapkan diri dengan seksama (dan de ngan demikian, Anda harus mempertimbangkan waktu persiapan yang dibutuhkan ini, dalam negosiasi Anda dengan institusi pelatih an, terkait soal durasi). Tentu saja, 70
Anda pun harus familiar dengan isi pelatihan dan meningkatkan kualitas diri secara berkelanjutan.
Naskah Sebuah “naskah” sebenarnya ber arti “sesuatu yang tertulis” Naskah biasanya dibuat untuk produksi film. Ia memberikan petunjuk tentang semua informasi yang relevan dengan aspek dialog, pemeran, kamera, tata suara, dll. Sebuah naskah untuk kursus pelatihan dapat mengikuti susun an serupa: Saat pelatih menyiapkan sebuah naskah, yaitu menuliskan apa yang akan terjadi dalam pelatihan, semua aspek yang rele van harus diantisipasi.
Pelatihan dalam PP: perencanaan waktu yang realistis dan merancang naskah berdasar aturan emas 10:60:30
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Naskah Mini Sebuah naskah mini bisa dengan mudah difotokopi sebagai kartu kecil. Contoh: suatu unit pelatihan tentang manajemen belanja daerah dari kursus keuangan daerah.
MATERI
NO
METODE
DURASI
1
Pengantar Klasifikasi Belanja Pemerintah Kota Makassar
Input dari pakar yang diundang
15 min
2
Konsistensi perencanaan jangka panjang dengan program/kegiatan jangka pendek
Kerja kelompok kecil dengan pin-board dan presentasi hasil di hadapan pleno
30 min 15 min
3
Penyusunan memo kebijakan
Diskusi kelompok kecil & visualisasi hasil
30 min 15 min
4
Analisis Pola Belanja dan Indikator Kinerja
Penghitungan dengan tabel excel yang telah dipersiapkan dan presentasi hasil secara berpasangan
45 min
Diskusi pleno dengan lembar materi
15 min
5
Simpulan: Pelajaran dari Kota Makassar
15 min
Naskah Terperinci Untuk naskah yang terperinci, Anda boleh menambahkan selain dari kolom materi, metode, dan waktu, sejumlah keterangan lain, seperti: • Pelatih utama (jika ada lebih dari satu pelatih) • Peralatan dibutuhkan (LCD, pin-board, dll)
• Referensi dari silabus (atau undang-undang dan peraturan yang akan diterapkan) • Pertanyaan pemandu (misalnya, “bagaimana menguatkan kapasitas keuangan daerah”
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
71
Program Flowchart Sebagai tambahan, kadang akan membantu bila kita memvisualisasikan satu unit pelatihan dengan menggunakan program flowchart yang singkat. Ini juga suatu cara memvisualisasi informasi yang terdapat di dalam suatu naskah. Input dari pakar yang diundang (I) Pengantar tentang Kota Makassar 15 mnt
Kerja Kelompok (1) Konsistensi antara rencana jangka panjang dgn program/kegiatan jangka pendek 30 mnt kerja kelompok, 15 mnt presentasi pinboard
Kerja Kelompok (2) Pengembangan Memo Kebijakan 30 mnt kerja kelompok 15 mnt presentasi flipchart
Kerja perpasangan (3) Analisis Pola Belanja dan Indikator Kinerja 45 mnt kalkulasi tabel excel 15 min presentasi hasil
Sesi Pleno Pelajaran dari Makassar Kuliah dengan lembar materi 15 mnt 72
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Persiapan logistik Berikut adalah sebuah daftar periksa aspek-aspek umum yang wajib Anda perhatikan saat Anda mempersiapkan sebuah pelatihan: Apakah saya memiliki daftar nama peserta? Apakah peserta mendapatkan informasi yang tepat mengenai acara (brosur program, bacaan awal, dll.)? Apakah saya memiliki akses (seperti kunci) ke tempat pelatihan dan toilet terdekat? Apakah saya memiliki nomor telepon darurat Kepala Departemen atau pembantu teknis institusi terkait? Apakah semua orang tahu apa yang harus dilakukan? (Apabila saya mengajar dalam satu tim atau bila Anda memiliki staf untuk seminar) Sudahkah saya memeriksa sehari sebelumnya bahwa tersedia cukup kursi, pinboard, flipchart (minimal 30 halaman)? Apakah tas pelatihan sudah terisi lengkap (kartu visualisasi, bulat an tempel, pin, dll, dalam jumlah yang cukup)? Sudahkah saya mengatur tempat pelatihan dengan setidaknya satu meja untuk pelatih (bahan visualisasi, selebaran, dll) dan meja – meja khusus untuk kelompok kerja kecil (masing–masing dilengkapi dengan kartu dan spidol)? Apakah bahan visualisasi khusus sudah siap (peta, poster, bahan demonstrasi)? Apakah proyektor LCD berfungsi (periksalah bila LCD proyektor itu tersambungkan pada komputer untuk menghindari mencaricari di depan hadirin!), apakah ada bola lampu cadangan dan adakah sebuah kabel audio, apabila ingin menunjukkan video? Apakah saya membawa kamera foto untuk mengambil foto dari hasil pelatihan untuk tujuan dokumentasi? M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
73
Penutupan & Tim Refleksi Sementara persiapan hari pertama sebuah seminar dilaksanakan oleh pelatih atau tim staf seminar, aca ra kelompok yang dirancang untuk seminggu atau bahkan secara teratur dalam satu semester, dapat mengikutsertakan peserta dalam persiapan sejak dari unit kedua dan seterusnya. Menyimpulkan sebuah seminar adalah hal penting: kita paling ingat awal dan akhir sebuah film, begitu juga dengan seminar. Seorang pelatih harus selalu mengantisipasi untuk memiliki waktu yang
cukup pada akhir seminar untuk “ritual” yang diperlukan (mungkin termasuk rangkuman dari pelajar an yang telah dipelajari, tinjauan untuk sesi yang akan datang, peng umuman dari panitia, dll). Bukan ide yang baik untuk memperpanjang waktu – karena peserta mungkin memiliki kegiatan lain yang telah direncanakan. Selesai 5 menit lebih cepat akan lebih baik lagi. Tim refleksi Satu metode ampuh untuk seminar profesional adalah “Tim refleksi”. Sebuah tim refleksi terdiri dari sekurang kurangnya tiga orang. Ada dua jenis tim refleksi menurut fokus perhatiannya.
Kelompok refleksi, diketuai oleh salah seorang panitia pelaksana (Bukittinggi, 2009)
74
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
1. Tim refleksi tentang isi seminar diinstruksikan untuk bertemu setelah penutupan seminar selama 30-45 menit lagi untuk membicarakan atau “mencerna” isi seminar hari itu. Seorang peserta yang pemalu mungkin akan bertanya pada dua orang lainnya dalam tim kecil ini tentang apa yang belum ia pahami. Atau, setelah seharian diwarnai konflik dalam kelompok yang tidak dibicarakan secara terbuka, tim refleksi dapat menjadi tempat seseorang mengekspresikan kemarahan dan kekecewaannya. Seringkali, tim refleksi hanya merangkum pelajaran penting yang dipelajari pada hari itu.
2. Tim refleksi organisasional memiliki fokus yang agak berbeda. Pelatih, penyelenggara acara, pendukung (teknisi, penerjemah, sekretaris) dan perwakilan kelompok peserta (seringkali, seorang pria dan seorang wanita) sengaja bertemu untuk membahas apa yang harus ditingkatkan pada besok hari. Peserta dapat meminta untuk fotokopi tambahan, makanan/minuman yang berbeda, pendingin ruangan, dll. Pelatih dapat meminta penyelenggara supaya menyediakan ruangan terpisah untuk kerja kelompok kecil tambahan, integrasi pembicara tamu atau program sosial dapat didiskusikan dll.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
75
76
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
BAGIAN 6: MENGATUR DINAMIKA SEMINAR Membuat kontrak belajar Icebreaker, energizer dan teambuilding Cek silang harapan Perjanjian untuk tujuan-tujuan Dinamika kelompok Ruang kelas, seminar, pelajaran, pelatih an… Di manapun orang–orang bergabung untuk belajar, acara kelompok akan memunculkan sejumlah tantang an sosial, disamping tujuan pendidik annya – alasannya sederhana, karena kita adalah manusia. Orang jatuh cinta, bertengkar satu sama lain, tertidur, takut kehilangan muka, dll. Adalah tugas fasilitator untuk menyadari proses pararel yang demikian dan mengatur dinamika yang mungkin muncul. Bagian ini memperkenalkan beberapa alat dan teknik untuk secara aktif membentuk apa yang sedang terjadi.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
77
Membuat kontrak belajar Seorang guru di sekolah mungkin ingin memulai pekerjaannya dengan menyusun sejumlah peraturan kelas. Namun, seorang pelatih akan mencoba untuk membangun hubungan personal yang positif dengan peserta terlebih dulu, mendapatkan kepercayaan mereka untuk memoderasi proses nya. Ia tidak akan mengenakan aturan (dan sanksi untuk pelanggaran), tetapi pada sebuah titik tertentu dalam fase warm-ups, ia akan menawarkan bahwa kelompok itu sendiri dapat membuat sebuah kontrak belajar.
memerlukan tanggung jawab dari semua pihak untuk membuatnya sukses. Apa yang dapat dikontribusikan individu itu dan apa yang dapat disetujui oleh sebuah ke lompok? Pelatih dapat mengajukan pertanyaan ini dan memvisualisasikannya pada kertas peraga apa yang dipikirkan kelompok, seperti: • Bagaimana dengan penggunaan telepon genggam? • Bagaimana dengan pengaturan waktu (bila seseorang datang terlambat)? • Bagaimana dengan panjang pernyataan (berbicara terlalu lama) • Bagaimana dengan kebutuhan khusus agama atau budaya (waktu berpuasa, kewajiban agama)?
Sebuah kontrak belajar antara orang dewasa didasarkan pada pengalaman dari individu dewasa bahwa sebuah acara kelompok
Seorang pelatih berpengalaman memaparkan usulan jadwal yang terbuka bagi penyesuaian sesuai kehendak kelompok
78
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Icebreaker, energizer, & teambuilding Orang ingin melihat orang lain dan ingin terlihat oleh orang lain. Mengalokasikan waktu untuk memberikan kesempatan peserta mene mukan siapa rekan-rekan lainnya pada hari pertama adalah investasi waktu yang baik dalam seminar. Bila sebuah kelompok harus bekerja bersama dalam waktu yang lebih lama, sejumlah latihan teambuilding pada permulaan memungkinkan terciptanya suasana kepercayaan yang positif. Catatan: icebreaker, energizer dan teambuilding tidaklah sama! Sebagai seorang pelatih Anda harus membedakan ketiga jenis aktifitas dan menangani mereka sebagaimana rempah-rempah digunakan oleh koki yang handal: dalam jumlah yang tepat dan pada waktu yang tepat, mereka akan membuat seminar Anda penuh cita rasa. Apabila terlalu banyak, disiapkan dan ditampilkan dengan buruk, maka dapat menghasilkan sebaliknya. Anda mungkin pernah melihat seorang pengajar, yang mengajar dengan cara yang sangat membosankan dan mencoba menyemangati siswanya dengan “energizer” ala latihan militer yang membuat semua orang merasa kekanak-kanakan dan “bapak/ ibu pelatih” memperoleh kembali kekuasaannya. Hal ini berlawanan
dengan pendekatan partisipatif: peserta tak tertidur karena mereka terlibat aktif dalam seminar – kare nanya, icebreaker, energizer dan teambuilding lebih memiliki fungsi untuk merespon kebutuhan pelajar. Icebreaker dibutuhkan, untuk menghangatkan orang-orang saat mereka masih “kaku”. Energizer dibutuhkan setelah waktu konsentrasi yang lama, untuk mensirkulasikan darah dan mengistirahatkan otak manusia. Energizer dan icebreaker dapat membawa banyak kesenangan, tetapi latihan teambuilding masuk lebih dalam lagi dan menantang peserta untuk bekerjasama demi hasil yang lebih baik. Beberapa icebreaker & energizer Ada banyak cara untuk mencairkan suasana atau meningkatkan level energi dalam sebuah kelompok. Anda dapat bernyanyi (misalnya, ”Siapa suruh datang ToT”), menari atau melakukan sejumlah aktifitas lucu di bawah ini (Anda dapat menyalin halaman ini dan memasukkannya ke dalam tas pelatihan).
Selalu siap menganakan energizer apabila diperlukan
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
79
NAMA Energizer
GAMBARAN
Samson, Singa & Delilah
Dua kelompok dibentuk. Pelatih menemui tiap kelompok secara terpisah untuk memutuskan apakah mereka akan memilih peran “seekor singa”, seorang gadis cantik (Delilah) atau seorang ahli bela diri (Samson). Kedua kelompok harus merahasiakan pilihan mereka. Nanti, sesuai aba-aba, mereka harus serentak mengambil gaya yang sesuai dengan pilihan kelompok, selama 3 detik. Kemudian ke dua kelompok berbaris saling berhadap an. Pelatih menghitung mundur: 5-4-3-2-1… dan semua orang sekarang berperan seperti singa (oooaaahhhh!!!), seorang petarung karate (posisi agresif) atau seorang gadis cantik (gaya kemayu) sesuai dengan perjanjian rahasia dalam kelompok itu. Hasilnya: seorang ahli bela diri dapat membunuh seekor singa (jika salah satu kelompok mengaum seperti singa, tetapi yang lainnya memerankan Samson, sang ahli bela diri, kelompok ini yang menang dan singa adalah pihak yang kalah). Seekor singa dapat membunuh seorang gadis (pemenangnya adalah singa, jika kelompok lain memerankan Delilah) dan akhirnya, seorang gadis cantik dapat menawan hati sang ahli bela diri (pemenang: Delilah, pecundang: Samson). Anda dapat memainkannya 4 ronde dan hitunglah skornya.
Salad buah
Semua orang duduk di kursi yang ditata melingkar. Jumlah kursi kurang satu dari jumlah peserta sehingga ada satu orang yang berdiri sendirian di tengah saat semua orang duduk. Pelatih membagikan catatan yang telah disiapkan kepada semua orang, buah mana yang diwakili oleh peserta (“pisang”, “nanas”, “kelapa”, “sa lad buah”). Pemain yang sendirian di tengah, meneriakkan nama salah satu buah (contohnya “pisang!!!”) dan semua yang memerankan pisang harus saling bertukar tempat duduk. Pada saat inilah orang yang berteriak tadi dapat melompat ke salah satu kursi kosong dalam kekacauan pertukaran tempat. Seorang lainnya tertinggal, ia dapat meneriakkan “kelapa!!!” untuk menemukan tempat baru bagi dirinya, saat orang orang bertukar tempat. Ia bahkan dapat berteriak “Salad buah!!!”
80
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
dan semua orang harus bertukar tempat… tetapi akan selalu ada seseorang terakhir yang tertinggal, melanjutkan teriakannya. Apakah kamu mencintaiku?
Aturan main “Apa kamu mencintaiku?” mirip Salad Buah. Semua orang duduk di kursi yang diatur melingkar. Satu orang tidak mendapat kursi dan akan berdiri di depan seorang peserta lainnya dan menanyainya “Apakah kamu mencintaiku?” Orang akan tergelak, dan sekarang jawabannya harus memiliki susunan tertentu: “Tidak, tetapi…” diikuti dengan gambaran, orang yang seperti apa yang dicintai. Contohnya, “Tidak, tapi siapapun yang memakai kacamata”. Dan dengan begitu, semua orang yang memakai kacamata harus bertukar tempat dan sang pencinta yang sendirian dapat melompat ke satu kursi di tengah kekacauan. Seorang lainnya tertinggal. Menanyai seseorang lainnya “Apakah kau mencintaiku?” dan ia akan menjawab “Tidak, tapi siapapun yang lahir di bulan Agustus.” Atau “Tidak, tetapi siapapun yang mengenakan kaus” dan seterusnya...
Ambilkan saya sesuatu yang biru
Logika serupa diterapkan dalam latihan energizer ini. Kelompok yang berlomba harus menemukan sebuah benda yang diminta pelatih secepat mungkin. “Ambilkan saya sesuatu yang biru!” Satu poin untuk kelompok yang paling cepat membawakan apapun yang berwarna biru. “Bawakan saya soket berukuran 39”, atau “sebuah kartu kredit”, “tanda tangan dari resepsionis”…
Menepuk tanah
Energizer yang berbeda, yang membuat semua orang meniru orang lain secara fisik atau melakukan hal yang aneh bersamaan. Contohnya, mintalah orang-orang berlutut dan meletakkan tangan mereka di lantai lalu perintahkan “Letakkan tangan kiri tepat di samping kiri dari tangan kanan tetangga Anda yang di kiri”. Berhasil. Sekarang perintahkan: “Letakkan tangan kanan tepat di samping kanan tangan kiri tetangga Anda di sebelah kanan”. Jika dilakukan dengan benar, akan ada lingkaran tangan di lantai, di mana tiap orang memiliki dua tangan lainnya diantara tangannya sendiri (dari tetangga di kiri dan kanan). Kini kelucuan yang sebenarnya (dan konsentrasi) dimulai, saat Anda menginstruksikan: “Sekarang kita menepuk tanah. Tiap tangan, satu tepukan. Setelah satu tangan menepuk, tetangganya harus menepuk. Secepat mungkin!” Kacau! (Anda bisa mengajak melaku-
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
81
kan tepukan gAnda untuk mengubah arah permainan, jika peserta terbiasa dengan instruksi awal). Duduk di atas lutut dalam sebuah lingkaran
Jika tidak akan ada masalah dengan perbedaan gender, Anda dapat meminta kelompok untuk membentuk lingkaran. Berputar! Jadi, ada seseorang di belakang Anda dan seorang di depan Anda. Ajak mereka selama bebe rapa detik memberikan pijatan bahu pada orang di depan mereka – sangat merelaksasikan – sementara Anda menerimanya dari orang di belakang Anda). Sekarang mintalah untuk membuat lingkarannya semakin mengecil dan mengecil dengan bergerak ke tengah. Jadi orang di depan Anda menjadi lebih dekat dengan Anda dan begitu juga orang di belakang Anda. Sekarang perla han-lahan mintalah untuk mulai menduduki lutut orang di belakang. Berhasil! Jika semua orang percaya, akan ada cincin orang-orang yang duduk di lutut orang lain yang stabil. Tetapi kekacauan dan efek domino akan terjadi, bila lingkaran hancur di satu titik…
Botol Bowling
Diperlukan 9 botol plastik kosong. Labeli dengan label yang lucu, menurut isi seminar. Dalam sebuah seminar mengenai komputer Anda dapat menulis “Excel”, “Word”, “Adobe”, “Youtube”. Botol-botol ini akan berfungsi sebagai pin bowling. Sekarang ambil selembar kertas dari kertas peraga serta selotip dan bentuklah menjadi sebuah bola (atau gunakan bola kasti sungguhan). Buatlah dua kelompok dan biarkan mereka bermain bowling, siapa yang mendapat poin terbanyak…
Pembunuh dengan mata
Semua orang berdiri melingkar. Fasilitator menyiapkan potongan kecil kertas bagi semua orang (kartu remi juga dapat dipakai, asalkan Anda menentukan satu kartu tertentu sebagai kartu “pembunuh” dan satu kartu sebagai kartu “detektif”). Kebanyakan dari kertas–kertas itu kosong, kecuali satu bertuliskan “detektif” dan satu bertuliskan “pembunuh”. Si detektif masuk ke tengah lingkaran dan harus secepat mungkin menemukan siapa si pembunuh. Si pembunuh tidak memberitahu siapa pun bahwa dialah pembunuhnya – tetapi ia memulai pekerjaannya dengan mengedipkan mata. Ia menatap ke salah seorang lalu berkedip. Orang yang menjadi sasaran kedipan harus menjatuhkan diri, mati. Perlahanlahan setiap orang dalam lingkaran akan “terbunuh”. Jika Anda memiliki seorang detektif yang sangat bodoh,
82
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
pada akhirnya hanya ada dia dan si pembunuh. Tetapi detektif yang pAndai akan mengetahui setelah sejumlah orang berjatuhan, siapa yang berkedip (si pembunuh) dan siapa yang tidak. “Sekarang sentuh hidung kita!”
Dalam energizer jenis ini, diperlukan konsentrasi penuh hadirin: Fasilitator memberikan sebuah perintah yang harus diikuti semua orang. Contoh: “Sekarang sentuh hidung kita” atau “Sekarang letakkan kaki kiri kita diatas yang kanan…” Tidak sulit sejauh ini, tetapi ia menunjukkan pada saat yang sama sesuatu yang berbeda dengan tubuhnya sendiri (contohnya, menyentuh telinganya, saat ia meminta semua orang menyentuh hidungnya). Yang harus diikuti adalah permintaan lisannya.
Bilangan prima
Dalam cara serupa, konsentrasi mungkin diperlukan dalam permainan menghitung. Anda membuat sejumlah aturan aritmatika lalu meminta semua orang untuk menentukan apakah angka yang Anda sebutkan memenuhi/tidak memenuhi aturan itu. Contoh: saat satu angka dapat dibagi 7, jangan katakan “7” atau “14”, tapi katakan ”Blub!”. Bila itu adalah sebuah angka prima (1,2,3,5,7,11, 13, ... ), katakan “Puh!”. Lalu pelatih mulai menyebutkan sederet an angka yang harus direspon peserta dengan “Blub” atau “Puh”.
Bola di lengan
Semua orang berdiri melingkar sambil merentangkan lengannya di depan tubuh mereka. Sekarang letakkan sebuah bola yang besar pada kedua lengan orang pertama, lalu mintalah ia menggelindingkan bola itu ke te tangganya dari lengan ke lengan, tanpa menyentuhnya dengan tangan. Hal ini mungkin, meskipun sulit. Bolanya harus digelindingkan berkeliling satu kali menyelesaikan putaran peserta.
Variasi tepukan
Jenis energizer ini mengajak untuk meniru dan mengembangkan sejumlah kreativitas. Contohnya Anda dapat meminta setiap orang untuk menepukkan tangan mereka dalam cara yang berbeda: Pertama “Bertepuklah sebagaimana Anda membunuh seekor nyamuk! Bagus. Sekarang, bertepuklah, seperti bila Anda meminta pelayan di restoran untuk mendatangi Anda. Bagus. Bertepuklah seperti di stadion sepak bola!” Begitu pula seterusnya.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
83
“Selamatkan dunia” teambuilding favorit penulis
Beberapa latihan teambuilding Sebagaimana disebutkan, ada perbedaan mendasar antara latihan penyegar dan teambuilding: Anda memerlukan waktu lebih banyak untuk latihan teambuilding: Anda harus menginstruksikan dengan jelas, dan di akhirnya menanyai tim-tim yang ada: Apa yang Anda alami? Siapa pemimpinnya? Apa kah Anda terlibat secara personal, apakah Anda berada di tengahtengah atau tertinggal? Mengapa berhasil, mengapa tidak?
Camkanlah, latihan teambuilding bukan untuk bersenang-senang (meski kegembiraan membuat segalanya berjalan lebih mulus). Tujuannya untuk membuat orangorang bekerja sama dengan lebih baik. Khusus dalam kerja kelompok, kerjasama dan komunikasi lebih efisien dari kompetisi dan kese ragaman. Berikut adalah beberapa latihan:
NAMA LATIHAN
URAIAN
Pedagang Kerbau
Latihan teambuilding yang disebut “Pedagang Kerbau” adalah mengenai kesulitan dalam membentuk konsensus. Bermula dari berbagai hasil individual, kelompok seharusnya sampai pada sebuah kesimpulan umum mengenai sebuah tugas yang relatif sederhana. Hasil kelompok harus benarbenar berdasarkan pengertian bersama, bukan tawar menawar antara individu yang terlibat.
84
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Durasi: 45-90 menit Metode yang diterapkan: Latihan individual, kelompok kerja, presentasi pleno. Alat yang dibutuhkan: Kertas peraga, kertas kosong, pena Tindakan: Bentuklah kelompok-kelompok yang terdiri dari tiga orang. Situasi dan tugas berikut ditulis pada kertas pe raga untuk referensi permanen, dibacakan dengan lantang kepada para peserta. “Seorang pedagang kerbau mengunjungi pasar mingguan. Ia membeli kerbau seharga 6 Juta. Sejenak kemudian, ia menjualnya seharga 7 Juta. Tetapi karena ia sangat menyukai kerbaunya, tak lama kemudian ia membelinya kembali seharga 8 Juta. Akhirnya, seseorang menawar 9 Juta untuk kerbaunya, maka ia menjualnya sekali lagi”. Tugas individual. Kalkulasikan sendiri dalam hati berapa keuntungan yang dihasilkan pedagang kerbau pada hari itu. Tuliskan hasilnya dan simpanlah untuk diri Anda sendiri. Setiap orang punya waktu 3 menit untuk tugas ini. Tugas kelompok: Berkumpullah dalam kelompok dan bahaslah kasusnya. Anda kemudian harus mempresentasikan pada pleno, satu hasil saja dari kelompok Anda. Kelompok memiliki 15 menit untuk tugas ini. Dokumentasikan hasil Anda pada selembar kertas, yang akan dipampang. Diskusi Setelah selesai, peserta kembali kepada kelompok dan di minta untuk menulis pada kartu dan menyajikannya di papan: Apa yang terjadi dalam kelompok? Apa yang Anda rasakan? Kesimpulan apa yang Anda tarik? Apa yang membantu mencapai kesepakatan dan apa yang tidak? “Dalam kebanyakan kasus, individu akan sampai pada berbagai pemecahan untuk tugas matematika yang relatif sederhana ini. Seringkali rasionalisasi mereka menyingkapkan persepsi, pandangan dunia, nilai-nilai budaya, atau norma-norma sosial yang berbeda. Jika hal ini terjadi bahkan dengan masalah yang sederhana, bagaimana dengan masalah yang lebih rumit yang mungkin berkaitan dengan dimensi moral atau etika, dimensi budaya atau sosial, semisal masalah-masalah yang berhubungan dengan lingkungan, manajemen sumber daya atau pembangunan berkelanjutan?”
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
85
Telur Terbang
“Telur terbang” sangatlah menarik. Ia menjadi latihan teambuilding yang sangat baik pada permulaan pelatihan di Indonesia. Latihan ini membantu peserta untuk saling mengenal, menemukan kekuatan dan kelemahan mereka dibawah tekanan, dan untuk menemukan, siapakah pemimpin yang potensial. Selain itu, peranan setiap individu yang berbeda-beda dalam kerja kelompok juga menjadi terang dalam latihan ini. Bahan yang diperlukan: Setiap kelompok disediakan sebutir telur mentah, 15 sedotan plastik, 100 cm selotip dan satu lembaran kertas peraga. Siapkan beberapa telur mentah untuk cadangan, siapkan juga tisu pembersih dan air. Durasi: 90 menit Tindakan: Pleno dibagi menjadi kelompok dengan 5–7 peserta. Tiap kelompok dibekali dengan instruksi tertulis dan bahan- bahan yang diperlukan. Kelompok-kelompok itu mendapat jatah waktu maksimal 20 menit untuk memecahkan tugasnya. Instruksi: a) Dalam 20 menit, telur yang diberikan pada ke lompok akan dijatuhkan dari meja. b) Harap membuat wadah disekeliling telur untuk mencegahnya pecah. c) Anda memiliki bahan-bahan berikut untuk membangun wadahnya: 15 sedotan, 1 meter selotip, 1 lembar kertas peraga. d) Anda tidak diizinkan untuk menggunakan material lainnya! e) Jika telur milik lebih dari satu kelompok tidak pecah saat dijatuhkan dari meja, telur-telur itu akan dijatuhkan lagi dari ketinggian yang lebih tinggi. f) Tim yang mampu mencapai ketinggian tertinggi dinyatakan sebagai pemenang. Pada babak pertama jatuhkan dari tepi meja (ketinggian satu meter) dan kemudian keluarlah dari tempat pelatihan untuk melemparkan telur dan wadahnya. Misalnya, mintalah salah satu peserta dari kelompok untuk melontarkannya setinggi yang ia pikir telur itu akan bertahan tak pecah. Kelompok yang melontar tertinggi akan menjadi pemenangnya (dan jangan lupa menyiapkan beberapa permen sebagai hadiah untuk mereka). Diskusi saat kembali di ruang pelatihan: Mintalah mereka mendiskusikan dan memvisualisasikan pertanyaan wawancara berikut: Apa yang terjadi dalam kerja kelompok? Bagaimana pembagian tugasnya? Apa yang Anda rasakan? Kesimpulan apa yang dapat Anda tarik? Apa yang membantu, apa yang tidak?
86
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Segi Empat Tercerai
Segi Empat Tercerai adalah suatu “puzzle-task” untuk kooperasi. Durasi: 60 menit Persiapan: Siapkan untuk setiap kelompok, satu amplop berisi lima amplop lain yang lebih kecil.Dalam tiap amplop kecil itu ada potongan-potongan kertas berbagai ukuran untuk membentuk sebuah segi empat. Distribusi awal potongan-potongan itu adalah sebagai berikut (pelatih harus berhati-hati mengikuti pola-pola ini): Potongan-potongan kecil di atas kemudian dibaurkan lalu dari bauran ini, ambil tiga-tiga potong untuk dimasukkan ke dalam setiap amplop. Tindakan: Kelompok-kelompok dibentuk dengan 5 anggota. Jumlah kelompok tergantung pada besarnya jumlah hadirin/pleno, namun anggota setiap kelompok harus selalu hanya lima orang saja. Para peserta diberikan instruksi berikut (dituliskan pada papan yang terlihat oleh semua anggota: 1) Setiap kelompok menerima potongan kertas untuk membentuk segi empat. 2) Tugas kelompok adalah untuk menyusun lima buah segi empat berukuran sama dengan menggunakan semua potongan. 3) Tugas individunya adalah untuk menyusun satu dari lima segi empat. 4) Komunikasi sama sekali tidak diperbolehkan. 5) Tidak diperbolehkan mencampuri pekerjaan orang lain. 6) Setiap orang dapat menempatkan potongan-potongan yang tidak dibutuhkan di tengah meja. 7) Potongan-potongan ini adalah milik bersama semua orang. Setelah peraturannya dijelaskan, setiap anggota kelompok menerima sebuah amplop dengan potongan potongan kertas (yang tidak secara otomatis menghasilkan segi empat miliknya – ia perlu menukar potongannya dengan potongan milik anggota kelompok yang lainnya) dan latihan ini berlangsung selama 20 menit sesi kerja kelompok. Mungkin saja beberapa individu memiliki ide yang sangat bagus – tetapi hasilnya hanya akan bagus bila semua orang bekerja sama dengan pintar. Diskusi Setelah latihan Segi Empat yang Tercerai selesai, para peserta dapat ditanyai: Apa yang terjadi dalam kelompok? Apa yang Anda rasakan? Kesimpulan apa yang Anda tarik? Apa yang membantu, apa yang tidak? apa artinya untuk kerja sama lebih lanjut kelompok ini?
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
87
Cek silang harapan Cara yang baik untuk memperlakukan secara serius peserta dewasa (dan mengakrabkan para peserta Anda dengan visualisasi bergerak) adalah mengklarifikasi harapan belajar peserta pada hari pertama. Penting untuk memahami, apa yang sebenarnya diketahui oleh peserta, mengapa mereka berada dalam lokakarya/seminar/pertemuan, apa yang ingin mereka pelajari (dan apa yang tidak). Jadi, bertanyalah kepada mereka! Cara paling mudah, Anda dapat menggunakan metode penulisan pikiran dengan sejumlah kartu dalam dua atau tiga warna berbeda, masing masing mewakili dua atau tiga pertanyaan. Visualisasikan tajuknya (nama kategori dari seke lompok jawaban yang mirip). Gunakanlah warna yang sama untuk pertanyaan dan tajuk, contohnya Apa yang ingin saya pelajari dalam 3 hari kedepan? (kategori fokus pembelajaran) Apakah pengetahuan saya, yang dapat saya kontribusikan? (kategori sumber daya) Disarankan untuk juga menanyakan sebuah kategori ketiga, jika ada “halangan” yang terjadi – khususnya saat Anda bekerja dalam kelompok, yang pernah mengi88
kuti sesi-sesi lain sebelumnya, yang mungkin dirasakan kurang partisipatif. Contohnya, seringkali ditemukan bahwa peserta tidak lagi menyukai presentasi PowerPoint yang berkepanjangan. Mungkin Anda dapat menggunakan bentuk pertanyaan kategori ketiga seperti: Apa yang tidak saya inginkan terjadi dalam seminar ini? (kategori halangan)
Perjanjian untuk tujuan-tujuan Idealnya, “fokus pembelajaran” peserta yang ditunjukkan cocok de ngan tujuan seminar. Namun, mungkin saja orang juga memiliki harapan berbeda dan perlu untuk mengklarifikasikan harapan-harapan ini di awal – daripada baru mengetahui nya belakangan pada saat evaluasi, bahwa ternyata orang-orang telah memendam kekecewaan mereka. Jika Anda menemukan banyak kartu yang mengekspresikan harapan yang tidak nyata dan tidak spesifik (“mempelajari segala hal tentang manajemen keuangan daerah”), kembalikan kartu- kartu itu kepada peserta dan doronglah ia untuk menjelaskan, apa tepatnya yang ia maksud dengan “segala hal”. Jika tujuan peserta tidak cocok de ngan kerangka kerja institusi (“Saya
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
tidak ingin belajar apa-apa” atau “Saya hanya berada di sini karena atasan saya mengutus saya”), ajaklah penulisnya untuk serius dengan menanyakan: “Apa yang harus terjadi, agar seminar ini juga berarti untuk Anda?” Dalam konsekuensi akhirnya, lebih baik menawarkan seseorang untuk meninggalkan seminar dan melakukan apa yang dia anggap lebih penting daripada memaksanya untuk bergabung.
Dinamika kelompok Setiap kelompok mengembangkan dinamikanya sendiri, tetapi kita mengetahui dari riset psikologi sosial bahwa ada pola tertentu yang cukup umum berlaku. Contohnya, setelah beberapa waktu, setiap ke lompok akan memiliki Alpha dan Omega–nya, yaitu jenis pemimpin
tak resmi dan peserta yang kurang disukai. Penting agar fasilitator menyeimbangkan kecenderungan ini. Sesungguhnya, setiap orang pasti mengetahui sesuatu namun tidak seorangpun yang tahu segalanya! Dinamika tertentu muncul menurut sifat pribadi dari karakter-karakter yang berbeda. Dalam bagian berikut ini diuraikan tinjauan singkat dari ciri khas peserta. Disertakan pula rekomendasi bagaimana reaksi moderator bila ia perlu campur tangan mengarahkan dinamika kelompok jika kelompok itu tidak dapat menemukan keseimbang annya sendiri (dapat saja terjadi, pelatih tidak perlu mengkritisi seseorang sebab berbicara terlalu lama atau bertele-tele karena dalam waktu singkat, peserta lain dapat mengekspresikannya atas nama semua orang).
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
89
Si Badut
Badut gemar bercAnda – jadi mereka suka memikirkan pernyataan atau aksi lucu selanjutnya dari pada berkontribusi pada diskusi yang sesungguhnya.
Si Pelaksana
Para pelaksana adalah pilar dalam setiap kegiat an, mereka memoderasi kerja kelompok kecil dan bekerja secara konstruktif. Biarkan mereka merangkum.
Si Cerdas
Kontribusi cerdas dapat merangsang diskusi yang baik. Cobalah untuk mengkonfrontasikan pertanyaannya dengan pleno.
Si Tukang cakap
Peserta yang gemar berbicara memerlukan batasan yang jelas. Alokasi waktu yang ketat akan membantu.
Si Introver
Introver tidak berarti tanpa potensi sama sekali untuk kontribusi penting. Tanyakan pada mereka pertanyaan sederhana dan hargai kontribusi mereka secara eksplisit.
Si Skeptis
Bagaimana agar si skeptis ikut serta? Lakukan usaha ekstra untuk menyatukan mereka de ngan menggunakan potensi kritis mereka, gunakanlah pertanyaan mereka sebagai titik awal untuk diskusi lebih jauh.
Si Apatis
Peserta apatis atau “berkulit tebal” dapat dijangkau dengan baik melalui pemberian contoh yang berhubungan langsung dengan konteks pekerjaannya. Mintalah ia memberikan contoh.
Si Sinis
Orang sinis susah untuk dihadapi. Bagi moderator, ada kemungkinan dia seorang ahli dalam topik yang dibahas dan ia menikmati penentangannya terhadap Anda. Jika ia memancing, jangan merespon langsung tapi biarkan pleno yang menghadapinya.
90
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Si Buaya
Orang seperti ini selalu berusaha menyerang pelatih bila ada kesempatan. Sebagai pelatih harus siap secara emosional karena hal seperti ini bisa saja terjadi dan hadapilah secara profesional apabila pada kenyatannya hal ini menyakitkan.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
91
Kamu pecundang!
Cape deh!!
Parah!
92
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
BAGIAN 7: FEEDBACK DAN EVALUASI Cara untuk memberikan feedback Metode evaluasi pelatihan
Untuk meningkatkan pelatihan dan komunikasi, diperlukan evaluasi dan feedback. Memberikan dan menerima feedback dapat membantu untuk memperoleh pandangan pada tingkat individual, sedangkan mengevaluasi pelatihan penting pada tingkat sistemik dan organisasional. Hampir tidak mungkin untuk belajar tanpa adanya feedback dari orang lain. Seorang pelatih atau sebuah institusi pelatihan yang berkomitmen pada pembelajaran seumur hidup membutuhkan mekanisme untuk memastikan kontrol kualitas yang konstan. Tetapi, tidak selalu mudah untuk memberi dan mene rima feedback – semua orang suka menerima dukung an positif dan kebanyakan tidak suka dikritisi. Bab ini menyediakan sejumlah petunjuk bagaimana untuk memberikan feedback dan merancang jenis-jenis eva luasi yang beragam.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
93
Cara untuk memberikan feedback Ada beberapa kriteria dan aturan untuk feedback yang efektif dan konstruktif. Feedback akan efektif saat: 1. “Dihubungkan dengan perilaku yang diamati dan dapat didemonstrasikan, dan bukan pada pribadi orangnya. 2. Deskriptif: Hal ini berarti BUKAN sebuah interpretasi atau sebuah penilaian tentang perilaku. Intinya adalah untuk hanya menggambarkan apa yang Anda amati, dan bagaimana Anda menangkap hal ini serta reaksi apa yang
ditimbulkannya pada diri Anda. Ingatlah, penggambaran ini selalu subyektif. Maka, cobalah untuk tidak menghakimi. 3. Bersifat spesifik dan tidak umum, ditujukan pada perilaku yang nyata, spesifik, dan terdefinisikan dengan jelas. 4. Langsung mengikuti perilaku. 5. Membantu penerima untuk melakukan sesuatu dengannya. Memberikan saran yang tidak dapat dilaksanakan, tidaklah menolong. 6. Diberikan pada waktu yang tepat (saat si penerima dapat menerimanya). 7. Dirumuskan sedemikian rupa sehingga feedback itu memancing penerimanya untuk bereaksi”.
Adalah sulit untuk mendengarkan feedback dari para pengamat dan cukup bilang “Terima kasih”. Memberikan feedback seperti “Tapi...” tidak diperbolehkan dalam situasi feedback yang telah disepakati seperti ini
94
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Aturan memberi feedback: 1. Gunakan waktu untuk memikirkan apa yang ingin Anda katakan. Menuliskan (untuk Anda sendiri) suatu gambaran ringkas dari peristiwa yang terjadi akan membantu dalam memberikan feedback yang baik. 2. Berikan feedback dimulai dengan kata “Saya”, seperti “Saya pikir bahwa…” Hindari memulai de ngan kata “Anda...”. karena dapat dianggap sebagai menuduh atau menghakimi dan akan membuat feedback itu kehilang an tujuannya. 3. Batasi feedback pada apa yang terjadi dalam hubungannya de_ ngan orang terkait. 4. Gambarkan perasaan Anda sen diri sebagai tambahan pada feedback. 5. Jelaskan efek kelakuan peserta itu pada diri Anda. Sumber: Nelissen, H., 1978
Selain aturan di atas, ada sejumlah gagasan mengenai bagaimana memberikan feedback dalam sebuah kelompok dan bagaimana untuk memberikan feedback indi vidu sebagai seorang dosen ter hadap seorang muridnya:
Apabila para peserta saling menuliskan surat feedback yang ringkas; setiap orang akan menerima banyak informasi berharga
meluangkan waktu untuk teambuilding. Hanya kelompok yang bagus dengan anggota yang berpikiran mendalam dapat menggunakan feedback verbal terhadap satu sama lain. Tetapi ada bentukbentuk lain yang menggunakan kekuatan pengamatan oleh banyak orang, misalnya “metode surat cinta”. Kepada setiap peserta Persiapkan amplop sebanyak jumlah peserta dalam kelompok Anda. Siapkan pula beberapa pola “surat cinta”, seperti contoh berikut: Salam. Setelah mengamati penampilan Anda sepanjang hari/minggu/bulan ini, ada beberapa saran membangun dari saya: Yang saya sukai dari Anda -
Pertama, pertimbangkan faktor malu di kedua belah pihak: saat Anda meminta beberapa peserta untuk memberikan feedback kepada yang lain, jangan terkejut jika upaya ini tidak akan berhasil bila Anda sebelumnya tidak cukup
Selain itu, saya juga melihat beberapa hal yang masih perlu untuk ditingkatkan, yaitu -
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
95
Memberikan feedback anonim dalam surat membantu untuk mengekspresikan aspek yang mungkin akan sukar dibicarakan secara terbuka. Jika Anda memberikan feedback pada siapapun dengan berhadap an langsung, pastikan feedback itu diberikan dalam suasana yang mendukung, dan penting diingat untuk meminta orang lain untuk meme riksa diri sendiri terlebih dahulu. Dalam kata lain, sebelum Anda menumpahkan kata-kata bijak Anda terkait situasi tertentu, cari tahu dulu apa yang sedang dipikirkan orang itu. “Bagaimana Anda merasakan presentasi/situasi hari ini?” mungkin adalah sebuah titik awal yang baik. Bantulah orang lain untuk berintrospeksi. Dapatkan izin untuk memberikan feedback dan mulailah dengan positif. Jika Anda fokus hanya pada sisi negatif, reaksi yang cenderung akan muncul dari peserta/siswa adalah rasa malu atau sikap membela diri. Dia akan menutup diri, berkata atau menganggap feedback Anda sebenarnya “tidak re levan”. Di sisi lain, saat Anda memu lai dengan feedback positif, orang akan membuka dirinya, siap untuk menerima feedback negatif pada akhirnya. Bersikaplah seimbang. Akhirnya, ingatlah bahwa feedback yang spesifik jauh lebih baik dari pada feedback yang tidak spesi-
96
fik. Jika Anda mengatakan “Saya mengamati bahwa Anda mengkal kulasikan tugas tersebut dengan sangat cepat dan akurat, namun setelahnya Anda menarik diri de ngan buku dan tidak bergabung dengan diskusi kelompok dalam 15 menit berikutnya”. Pernyataan ini lebih konstruktif daripada “Anda bukanlah seorang pemain tim”. Feedback kedua ini terlalu umum/ tidak spesifik. Pastikan bahwa dalam kasus feedback kritis yang demikian, segala apa yang dikatakan di antara Anda berdua, tetap diketahui hanya oleh Anda berdua pula.
Metode evaluasi pelatihan Pada akhir sesi pelatihan, di tengahtengah minggu pelatihan, atau pada akhir sebuah program, Anda dan institusi Anda mungkin tertarik untuk mengevaluasi pelatihan tersebut. Berikut adalah sejumlah gagasan bagaimana melaksanakannya: 1. Mengevaluasi satu topik/unit Mintalah semua peserta berdiri melingkar. Katakan bahwa Anda tertarik pada penilaian mereka dan untuk melakukannya, Anda akan membacakan satu set kalimat. Semua orang harus merenungkan kalimat itu selama dua detik dan kemudian:
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
• Maju satu langkah, bila ia setuju, • Mundur satu langkah, bila ia ti- dak setuju, • Tetap berdiri, jika ia tidak dapat memberikan pendapat. Ini adalah cara cepat untuk mengetahui kecenderungan keseluruhan kelompok. Dan akan baik apabila semua orang dapat melihat yang dilakukan oleh yang lain. Contoh kalimat yang digunakan, seperti: • “Waktu pembahasan topik ini ti daklah cukup” • “Sesi ini membosankan” • “Saya telah mengerti relevansi topik anu“ • “Saya akan mampu menerapkan pengetahuan dari sesi ini dalam konteks pekerjaan saya sendiri”. 2. Evaluasi di pertengahan Dalam Bab 4 (tentang metode) telah kita kenal stiker bulat, yang antara lain dapat digunakan sebagai “pengukur suasana hati”. Stiker-stiker bulat itu juga dapat digunakan untuk evaluasi cepat di pertengahan pelatihan. Tuliskan kategori-kategori yang Anda inginkan pada kertas peraga. Sedia kan bagi setiap orang stiker bulat sebanyak jumlah kategori dan persilahkan untuk menempelkannya pada satu dari lima kolom (yang dilabeli mulai dari “sangat buruk” sampai “sangat baik” atau “sama sekali tidak setuju” sampai “setuju sepenuhnya”).
3. Evaluasi akhir yang komprehensif Istilah “evaluasi” menggambarkan pertanyaan mengenai “nilai”. Nilainilai bervariasi dari orang ke orang dan dari institusi ke institusi – maka, soal “apa yang dievaluasi” sangat terkait dengan pertanyaan-perta nyaan yang diajukan, apakah dipertimbangkan sebagai “nilai” yang positif. Untuk satu perusahaan, “keuntungan” mungkin menjadi satu-satunya indikator “keberhasil an” sedangkan untuk yang lainnya “keberlanjutan” mungkin juga penting disamping keuntungan. Setiap daftar pertanyaan evalua si apapun mesti dirancang serupa dengan nilai-nilai ini. Sebuah daftar pertanyaan yang baik mengombinasikan pertanyaan-pertanyaan terbuka (“Bagaimanakah pelatihan ini dapat ditingkatkan pada masa mendatang?”), data nyata/fakta (usia peserta, durasi) dan skala peringkat, seperti “Apakah isi pelatihan relevan untuk pekerjaan Anda?” yang dapat dijawab dengan “sa ngat relevan” hingga “sangat tidak relevan”. Item-item evaluasi berikut ini adalah contoh format evaluasi PRIME dari InWEnt, karena penulis menggunakannya untuk Pelatihan Pelatih di Indonesia dan dapat dimodifikasi serta diperkaya dengan pertanyaan lain yang diminati suatu institusi pelatihan.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
97
1. Informasi Umum Nama Program: Jangka waktu: _ _ 2. Dampak pada tugas rutin harian Apakah topik dan kurikulum kursus berhubungan dengan pekerjaan Anda?
YA
TIDAK
Harap sebutkan topik apa yang Anda anggap penting namun belum tercakup dalam pelatihan ini! Dapatkah Anda menerapkan keterampilan yang baru dipelajari dari pelatihan ini dalam pekerjaan Anda? ya
sebagian
tak tahu
sebagian
tidak
++
+
0
-
--
Jika tidak, berikanlah alasannya:
Apakah Anda mempunyai rencana konkrit untuk menerapkan keterampilan yang baru Anda pelajari ini? YA TIDAK Jelaskan rencana Anda secara singkat: Dukungan apakah yang Anda perlukan untuk sebuah penerapan yang efisien? Dapatkah Anda menularkan keahlian baru Anda ini kepada rekan kerja dan yang lainnya di tempat Anda bekerja? YA TIDAK Jika tidak, berikanlah alasannya:
3. Metodologi/Efek pembelajaran Berilah tanda menurut pendapat Anda berdasarkan petunjuk pada tabel berikut, untuk setiap penyataan setelahnya: - Kualitas dari materi kursus (presentasi, lembar materi)? - Keseimbangan antara teori dan praktek? - Jangka waktu keseluruhan pelatihan?
sangat
baik
cukup
dapat ditingkat -kan
buruk
++
+
0
-
--
4. Para Pelatih Bagaimanakah Anda menilai - Kualifikasi dari para pelatih? - Kerja sama dan komunikasi dengan pelatih? 98
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
5. Peserta pelatihan Bagaimanakah Anda menilai - Tingkat pengalaman dan keahlian para anggota kelompok? - Pertukaran informasi dan pengalaman pada tingkat kelompok? - Atmosfir kerja dalam kelompok Anda?
sangat
baik
cukup
++
+
0
dapat ditingkat -kan -
buruk
dapat ditingkat -kan -
buruk
--
6. Tujuan yang Dicapai Dalam pendapat Anda - Sudahkah tujuan-tujuan pelatihan telah tercapai? Jelaskan!
7. Pengorganisasian Bagaimanakah penilaian Anda terhadap: - Keseluruhan pelaksanaan pelatihan? - Akomodasi? - Kegiatan pelengkap, seperti acara budaya? - Informasi sebelum pelatihan (seperti agenda kegiatan, daftar peserta, perincian teknis, dll)?
sangat
baik
cukup
++
+
0
--
Dalam pandangan Anda, bahan atau informasi apakah yang kurang?
8. Tindak Lanjut Kegiatan tindak lanjut apakah yang Anda sarankan untuk diadakan?
9. Penilaian Keseluruhan Apakah penilaian Anda terhadap ukuran keberhasilan pelatihan ini? Akankah Anda menyarankan orang lain mengikuti kursus ini? Komentar dan saran lainnya untuk perbaikan:
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
99
100
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
BAGIAN 8: PERMASALAHAN YANG KHAS DAN SOLUSI-SOLUSI CERDAS Menghadapi kelompok besar dalam ruangan yang kecil Menghadapi peserta yang sulit Melengkapi pusat pelatihan untuk seminar partisipatoris
Permasalahan adalah bagian dari eksistensi manusia. Masalah dalam pelatihan seringkali bukanlah terletak pada adanya suatu masalah, tetapi pada bagaimana memecahkannya. Guru sekolah dasar, contohnya, memiliki satu set “solusi” untuk “permasalahan umum” dalam konteks mereka. Tetapi, seorang pelatih, moderator, atau fasilitator harus mengembangkan set kemampuannya sendiri untuk menghadapi masalah umum yang muncul dalam kegiatan kelompok partisipatif. Sebagaimana dibahas dalam Bab 2 (tentang konsep dasar), pen ting untuk direnungkan bahwa ukuran yang sesuai untuk anak-anak mungkin akan kurang sesuai digunakan saat berurusan dengan pelajar dewasa yang mandiri.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
101
Menghadapi kelompok besar dalam ruangan yang kecil Institusi pelatihan yang berpeng alaman tahu bahwa untuk keberhasilan seminar, suasana lingku ngan yang tepat sangatlah penting. Menempatkan 40 peserta dalam satu ruangan kecil dengan pelatih tunggal bukanlah gagasan yang bagus, tetapi sayangnya seringkali terjadi. Sebagai pelatih profesional Anda harus memberikan beberapa saran strategis kepada institusi yang demikian. Mungkin mereka akan mendebat bahwa demi alasan ekonomis mereka harus membuat kelompoknya besar, ruangannya kecil dan hanya mengontrak seorang moderator. Ambillah selembar kertas dan hitunglah, apa saja pengeluaran sebenarnya dari sebuah pelatihan: Berapa banyak gaji setiap peserta yang bergabung? Transportasi dan akomodasinya? Biaya institusional untuk mengatur acara? Pada
102
mumnya, tem-item inilah yang u membutuhkan pengeluaran yang tinggi, dan sehubungan dengan itu, honor pelatih secara proporsional tidaklah tinggi. Dengan berinvestasi begitu banyak, tidakkah seharusnya kondisi yang ideal diciptakan? Namun, hal-hal tersebut mungkin saja di luar jangkauan pengaruh Anda, dan Anda berada dalam situasi harus berhadapan dengan sebuah kelompok besar. Semua yang telah dibahas dalam Bab 1–7 masih dapat diterapkan. Berikut ini beberapa saran tambahan: 1. Tahanlah godaan untuk “mengajar lebih”, hanya karena ada lebih banyak orang. Dari pada melakukan itu, persiapkan perlengkapan visualisasi yang lebih banyak dan rencanakan dramaturgi hari itu dengan cermat. Aktivitas yang lebih banyak harus dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil, tetapi tidak semuanya harus disajikan pada pleno (yang dapat membosankan karena akan ber ulang-ulang).
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
2. Aturlah pengaturan duduk dalam setengah lingkaran sebelum pelatihan dimulai sehingga tidak seorangpun dapat bersembunyi di balik punggung orang yang ada di depannya. 3. Pastikan tidak ada suara yang dapat mengalihkan perhatian (pendingin ruangan yang berisik) dan siapkan mikrofon/amplifier kecil, sehingga peserta yang bersuara tidak cukup lantang bisa mendapat kesempatan untuk didengar; namun, cobalah untuk membuat standar agar tidak bergantung pada alat-alat teknis itu – karena Anda akan selalu membutuhkan kedua tangan Anda untuk visualisasi bergerak yang efektif. 4. Persiapkan asisten seminar yang bergabung dengan kelompokkelompok kecil. Sekali lagi, be kerjalah sebanyak mungkin dalam kelompok-kelompok kecil – orang harus berbicara, dan ini lebih mungkin terjadi bila mereka bekerja dalam kelompok kecil dari pada di dalam pleno.
5. Fasilitasi pertukaran pengetahuan dan pengalaman dalam kelompok besar. Kemungkinan besar ada beberapa ahli dalam topik x dan beberapa lainnya dalam topik y; buatlah mereka bekerja bersama dan mempresentasikan hasil kerja mereka di hadapan peserta lainnya. 6. Gunakan beberapa penanda untuk memperjelas, siapa berada dalam grup yang mana (contohnya, topi merah, biru, dan ku ning saat Anda membagi pleno ke dalam “pro”, “kontra”, dan “pengamat”). 7. Dalam kelompok besar Anda akan selalu menemukan sese orang yang belum mengerti, apa yang harus dilakukan selanjutnya. Dalam kondisi ini, menjadi lebih penting lagi bagi Anda untuk memvisualisasikan instruksinya, tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Sediakanlah sedikit waktu khusus untuk berteman dengan tim refleksi pada akhir hari. Bekerja dengan jumlah peserta yang besar memerlukan persiapan matang dan perlengkapan visualisasi yang mencukupi untuk membagi peserta ke dalam sejumlah kelompok kecil
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
103
Menghadapi peserta yang sulit Ada beberapa masalah khas yang muncul dengan peserta yang sulit. Berikut beberapa saran untuk menanganinya: MASALAH
SOLUSI
Seseorang atau beberapa orang peserta mendominasi diskusi
Rangkum sudut pandang peserta tersebut, dan lanjutkan, mintalah masukan dari yang lainnya. Pada kerja kelompok kecil berikutnya,masukkan orang-orang yang sangat fasih dalam satu kelompok – sehingga mereka akan “menetralisir” satu sama lain.
Salah seorang peserta mencoba melawan pelatih secara non verbal, bercAnda dan menunjukkan perilaku tidak menghormati
Ajaklah bersama sama orang tersebut pada istirahat berikutnya. Jadilah teman. Katakan secara jujur padanya Anda akan menghargai perlakuan yang lebih menghormati. Jelaskan pilihan bahwa ia tidak boleh mengikuti pelatihan jika ia merasa pelatihannya tidak relevan untuknya.
Seorang peserta terus menerus datang terlambat
Setujuilah dengan kelompok untuk menunjuk seorang penjaga waktu, yang mengontrol semua orang (termasuk pelatih – bahwa ia selesai tepat waktu, dan peserta – bahwa mereka tiba tepat waktu)
Seorang peserta melenceng dengan mengutarakan permasalahan yang tidak relevan de ngan diskusi pada saat itu
Mintalah si peserta untuk menahan permasalahannya sampai nanti pada peng hujung acara. Rangkum sudut pandang peserta dan lanjutkan. Tekankan kembali topik yang sebenarnya dan tujuan diskusi.
104
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
MASALAH Beberapa peserta terus menerus berbincang tentang hal pribadi
SOLUSI Gunakan metode non-verbal untuk mendapat perhatian peserta melalui kontak mata lalu mendekatlah. Lontarkan pertanyaan kepada salah satu dari mereka, dengan menyebutkan nama peserta. Setelah beberapa menit buatlah sebuah penyegaran yang menghasilkan susunan duduk yang baru untuk 90 menit berikutnya.
Seorang peserta menunjukkan ketidak setujuannya dengan moderator
Rangkum sudut pandang peserta tersebut. Mintalah pendapat dari yang lain. Sepakat bahwa tidak harus setuju 100 persen; lalu nyatakan bagaimana dan mengapa Anda berbeda.
Beberapa peserta sama sekali tidak ambil bagian dalam diskusi
Gunakanlah cara non-verbal untuk menarik peserta ke dalam diskusi. Tanyakan pertanyaan secara langsung tanpa nada ancaman. Jalinlah hubungan dengan peserta selama istirahat.
Seorang peserta terus menerus menggunakan ponselnya meski pun kelompok telah menyetujui dalam kontrak belajar untuk mematikannya
Ajukan pertanyaan tentang bagaimana berurusan dengan pelanggaran kontrak belajar. Tawarkan padanya untuk mening galkan ruangan selama 30 menit untuk mengatur urusannya yang lebih penting, jika ia berjanji untuk mematikan ponsel setelah itu.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
105
Melengkapi pusat pelatihan untuk seminar partisipatoris Pengajaran profesional memerlukan pengaturan setting. Hal ini tidak berarti bahwa harus ada perlengkapan teknologi tinggi yang keren – Siddharta Gautama (Buddha) mengajar di bawah pohon beringin tanpa LCD – namun lingkungannya dipilih dengan baik. Pusat pelatihan harus secara berkala menyediakan perlengkapan visualisasi bergerak, yang bisa dibeli di tempat-tempat tertentu. Secara internasional, Anda dapat meng hubungi situs http://www.neuland. eu. Di Indonesia, Anda dapat meng hubungi toko percetakan lokal dan memesan kartu-kartu berwarna yang dipotong dalam berbagai ukuran dan bentuk. Tukang kayu lokal dengan senang hati akan membuatkan Anda pin-board dan flipchart peraga yang lebih murah dari pada yang diimpor. Namun, pin-board jangan dibuat terlalu sederhana (mereka akan cepat rusak) atau terlalu berat (karena mereka harus mudah dipindahpindahkan).
106
Sebuah ruang pelatihan harus dilengkapi dengan: FF
8-12 buah pin-board. Ukuran papan 122,5 x 150 cm, tinggi 193 cm, kaki dan rangka terbuat dari aluminium atau kayu yang ringan.Papan dibuat de ngan 3 lapisan, salah satunya karet atau Styrofoam yang dipress di belakang agar mudah dihujami jarum pentol, pijakannya harus masuk ke arah dalam, kaki-kakinya dapat dilepas agar mudah dipindahkan
FF 2 flipchart, masing-masing de ngan tiga blok kertas putih FF Spidol hitam atau biru dengan ujung bersisi (tidak bulat): sediakan 2 x jumlah peserta ditambah 3 untuk pelatih FF 5–10 spidol, warna berbeda, ukuran besar, dengan ujung bersisi, tidak bulat
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
FF Kartu standar: 500 putih, 150 kuning, 150 hijau muda. Ukur annya 21,5 x 10,5 cm, berat 165 gram. Jika tidak ada kartu moderasi tersedia, Anda dapat memotong kertas A4 menjadi 3 kartu kartu standar, tetapi pastikan berat kertasnya lebih dari 120 gram. Beberapa tambahan kartu-kartu warna terang (tergantung persediaan) FF Kartu-kartu panjang: 50 ku ning, 20 hijau muda. Ukuran 156,5 x 10,5 cm. Berat 165 gram
FF 400 stiker bulat kecil (bukan yang berwarna putih, tetapi merah, biru, hitam atau warna kuat lainnya)
FF Kartu-kartu bulat kecil: 50 putih, 20 kuning, 20 hijau muda yang berdiameter 10,5 cm dengan berat 165 gram
Selain dari daftar tersebut, sejumlah item tambahan juga sebisa mungkin tersedia. Alat tambahan itu adalah:
FF Kartu-kartu bulat besar: 20 kuning, 20 hijau muda, berdiameter 20,5 cm, beratnya165 gram
satu printer laser (berwarna), satu mesin fotokopi, satu LCD proyektor (termasuk bola lampu cadangan), 1 VCD player dan sebuah pere kam video VHS, 1 kamera digital (untuk dokumentasi), 1 kamera video digital (untuk merekam bermain peran atau bekerja dengan metode video), soundsystem (termasuk mikrofon nirkabel dan sebuah kabel untuk dihubungkan ke laptop) minuman serta makanan ri ngan untuk peserta.
FF 250 kartu bulat sedang (14 cm diameter) dan kartu oval, warna terang, 165 gram, 500 jarum pentol FF 125 lembar kertas coklat lebar untuk menutupi pin-board: beratnya 90 gram, ukurannya 122,5 x 150 cm FF 10 lem batangan berbeda ukuran
FF Selotip sepanjang 50 meter, 3 gunting, 3 cutter FF Kertas A4 80 gram sebanyak 500 lembar, 20 lembar kertas A3 165 gram yang berwarna, 10 pensil, 3 penghapus FF Nametag untuk semua peserta.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
107
108
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
BAGIAN 9: CONTOH PRAKTIK TERBAIK UNTUK PELATIHAN MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH DI INDONESIA Menerapkan pendekatan partisipatoris dalam konteks keuangan daerah Pengembangan Bahan-Bahan yang Sesuai Pelajaran yang dapat ditarik Direktorat Pembiayaan dan Kapasitas Daerah dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Departemen Keuang an Republik Indonesia mendukung adanya kualifikasi bagi Sumber Daya Manusia dalam manajemen keuangan daerah. Sejak tahun 1980, Depkeu telah bekerja sama de ngan beberapa universitas untuk melaksanakan pelatihan dan kursus manajemen keuangan daerah bagi para pejabat pemerintah daerah. Universitas-universitas tersebut, atas nama Departemen Keuangan, melaksanakan Kursus Keuangan Daerah (KKD), Latihan Keuangan daerah (LKD), dan sejak 2007, juga menyelenggarakan Kursus Keuang an Daerah Khusus Penatausahaan/Akuntansi Keuangan Daerah (KKDK) . Tantangan yang dihadapi oleh para dosen dari tujuh universitas terpilih – yaitu Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Andalas, Universitas Hasanuddin, Universitas Brawijaya, Universitas Sam Ratulangi, dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara – adalah bagaimana menyajikan suatu silabus yang sesungguhnya sulit dan seringkali teoritis, dengan metode yang partisipatoris. Ini mencerminkan semangat dasar dari desentralisasi dan partisipasi. Bagian ini menggambarkan sejumlah masalah yang dihadapi dan pengalaman praktek terbaik untuk memecahkannya.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
109
Menerapkan pendekatan partisipatoris dalam konteks keuangan daerah Pengembangan kapasitas bukan sekedar soal “lokakarya” dan begitu juga latihan partisipatoris tidak dapat direduksi menjadi hanya seperangkat “alat-alat”. Adanya kebutuhan untuk mening katkan metode pengajaran dalam pelatihan-pelatihan keuangan daerah pada mulanya ditemukan oleh Tim Penjamin Mutu KKD/ LKD. Tuntutannya ditujukan pada tiga tingkatan: (1) individu pelatih harus mengikuti pelatihan (PP atau ToT), (2) lembaga harus menyediakan prasyarat yang memungkinkan terlaksananya kegiatan partisipatoris (seperti membeli peralatan visualisasi bergerak), dan (3) suatu
110
lingkungan yang mendukung kegi atan partisipatoris harus diciptakan (antara lain, termasuk di dalamnya adalah pengembangan bahanbahan pelatihan yang sesuai untuk kegiatan partisipatoris). Tantangan yang dihadapi seringkali tidak terletak pada perangkat keras – sebagian kartu visualisasi dengan mudah dapat dipotongkan oleh toko fotokopi. Masalahnya adalah lingkungan yang tidak fleksibel (misalnya kelas-kelas di universitas yang sulit – namun masih mungkin – untuk diubah-ubah tata letaknya) dan pola pikir.
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Seorang dosen mungkin merasa senang ketika mengikuti pelatih an metode-metode baru, namun ia akan kembali ke flashdisk kesayangannya yang berisi presentasi PowerPoint, jika tidak diberi insentif untuk berupaya lebih keras lagi untuk membuat rencana pengajaran yang lebih baik dan bersungguh-sungguh agar dapat membawakan mata pelajarannya benar-benar secara partisipatoris.
dalam salah satu sesi pelatihan KKD. Setelah sesi selesai, pelatih meminta peserta mengisi kuesioner feedback mengenai metode yang baru dipelajari, apakah mereka memAndang metode tersebut berguna dan tepat untuk diterapkan dalam KKD. Metode diterapkan di tiga kelas KKD tahun 2008 di LPEM FEUI yang mana setiap kelasnya diikuti oleh 35 peserta. Hasil feedback dari peserta ditunjukkan dalam gambar di bawah. Sebagian besar peserta KKD menganggap metode ini berguna dan cocok untuk diterapkan dalam KKD.
Pada tahun 2008, LPEM FEUI (salah satu universitas yang melaksanakan KKD) mencoba menerapkan metode pengajaran partisipatif
100%
97%
91%
80%
79% 60% 40%
20% 0%
21% 9% 1st
3%
2nd Yes
3rd
Session
No
Feedback dari peserta KKD pada pelaksanaaan methode ini di kursus keuangan daerah, LPEM-FEUI 2008
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
111
Pengembangan bahan-bahan yang sesuai Untuk setiap pelatihan, bahanbahan yang terkait dengan subyek pelatihan adalah sangat penting. Pusat pelatihan yang profesional seharusnya membangun basis data yang tidak hanya terkait dengan kandungan pelatihan (yaitu peraturan-peraturan pemerintah yang baru), tetapi juga dengan bahanbahan pelatihan yang tepat untuk digunakan bagi materi tersebut (yaitu studi kasus, film, poster, dll). Kurikulum dan bahan-bahan KKD/ LKD/KKDK dikembangkan secara bersama-sama oleh para pakar dari beberapa universitas di bawah koordinasi Departemen Keuangan. Bila seorang dosen secara individu mempunyai presentasi PowerPoint tentang topiknya, studi kasus-studi kasus yang lebih rumit dirancang dalam kelompok-kelompok dan digunakan bersama oleh berbagai pusat-pusat pelatihan. Pemutakhiran rutin atas bahan-bahan pelatihan dibutuhkan untuk mencerminkan perkembangan administratif dan politis terbaru dalam menajemen keuangan daerah. Lembaga mitra internasional, seperti InWEnt dan OSI-LGI mendukung semua perkembangan ini. Prof. Dr. Mardiasmo, Dirjen Perimbangan Fiskal Departemen Keuangan, me ngatakan: “Salah satu modul yang dihasilkan dari kerjasama tersebut 112
Sebuah kotak studi kasus untuk manajemen keuangan daerah, terdiri dari manual fasilitator, bahan tertulis, kartu-kartu terlaminating berisikan undang-undang dan peraturan yang relevan, dan peralatan untuk energizer.
adalah Modul Studi Kasus untuk beberapa kabupaten/kota di Indonesia. Modul studi kasus yang disusun ini ditekankan pada keseimbangan antara pendekatan teori dan praktek dari kasus nyata yang terjadi di beberapa kabupaten/kota di Indonesia. Dengan demikian, diharapkan peserta kursus/pelatihan dapat belajar bagaimana mengelola keuangan daerah dengan berbagai permasalahan riil dan mengambil pelajaran dari studi kasus ini untuk menjawab tantangan yang ada di daerah masing-masing”. Cakupan topik yang luas (seperti penganggaran dan perencanaan pembangunan, menangani kerangka waktu kerja penganggaran serta menghadapi para pemangku kepentingan yang berbeda-beda, konsekuensi keuangan dari pemekaran wilayah, layanan satu pintu, pendapatan bagi hasil atas sumber
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
daya alam, dan lain sebagainya) ternyata dapat dilingkupi dengan tepat oleh metode studi kasus yang dirancang untuk kebutuhan kerja kelompok partisipatoris.
Niniek L. Gyat, seorang pengajar KKD dan LKD yang berpengalam an dari LPEM-FEUI merefleksikan pengalamannya dalam penerapan metode partisipatif pada bulan November tahun 2009 lalu, sebagai berikut:
harus menggunakan ruangan besar pada sepanjang periode pelatihan. Mengingat keterbatasan jumlah ruangan besar di beberapa universitas, barangkali memang kelas Anda tidak perlu menggunakan teknik partisipatif dari awal hingga akhir pelatihan. Anda juga dapat menggunakan ruangan terbuka, seperti taman atau koridor untuk permainan dan latihan (pembangkit energi, pembentukan tim, atau diskusi kelompok kecil) lalu kembali ke kelas untuk melakukan refleksi dalam pleno. Ini akan sangat membantu dalam menjaga antusiasme peserta.
Ruang kelas. Untuk mengatasi masalah ruang kelas yang sempit, kordinator/pelatih dapat melakukan beberapa hal, seperti mencari ruangan yang lebih besar (misalnya ruang rapat, aula, dll) agar dapat melaksanakan setidaknya beberapa sesi pelatihan di sana. Anda tidak
Fasilitas Kelas dan Bahan Ajar. Memang benar, kita membutuhkan banyak alat dan bahan untuk membuat visualisasi bergerak agar dapat menciptakan suasana kelas yang partisipatif dan hidup, seperti: flipchart, pin-board, kertas peraga, kertas coklat lebar, aneka warna
Pelajaran yang dapat ditarik
Seorang dosen dapat mengombinasikan visualisasi bergerak (kiri), slide yang diproyeksikan LCD dan film pendek, kuliah dan penggunaan studi kasus partisipatoris M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
113
spidol, perlengkapan kertas serta aneka warna spidol dan kartu—dan juga bola kecil, bantal dan alat-alat lainnya untuk aneka permainan dan latihan. Koordinator pelatih an harus menyiapkan setidaknya sejumlah perlengkapan standar seperti flipchart, kertas-kertas dan spidol-spidol. Untuk bahan-bahan lain, pengajar harus mencoba untuk kreatif seperti dengan menggunakan double tape untuk me nempel kertas-kertas di papan tulis (sebagai alternatif dari pin-board dan jarum-jarum pentol), menggunakan tali untuk menggantung hasil kerja kelompok, atau pun merekam kegiatan dengan menggunakan ponsel berkamera, untuk diputar kembali di akhir pelatihan dalam bentuk slide PowerPoint ataupun klip video, agar dapat menyegarkan kembali ingatan peserta tentang kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan bersama. Anda juga dapat merubah pengaturan kursi dan meja pada setiap peralihan sesi yang partisipatif. Variasi dalam penataan (misalnya pengaturan kursi secara berkelompok atau melingkar) akan dapat meningkatkan partisipasi dalam diskusi maupun dalam kegiatan kelas lainnya. Para peserta. Pertimbangkanlah selalu beragam latar belakang dan karakteristik dari peserta Anda (misalnya, jabatan, usia, dan lainlain) dalam melakukan latihan
114
pembangkit energi, pembentukan tim, maupun penyampaian materi. Jumlah peserta yang terlalu besar dalam satu ruang kelas memang dapat menjadi kendala serius dalam melaksanakan metode partisipatif. Adalah masih mungkin untuk menerapkan teknik partisipatif untuk pelatihan dengan jumlah 30 orang (untuk LKD), 35 orang (untuk KKD), dan 40 orang (untuk KKDK). Tentu, metode-metode ini akan semakin efektif jika diimplementasikan untuk jumlah peserta yang lebih sedikit lagi. Hanya saja, untuk KKD/LKD, jumlah peserta telah ditetapkan oleh Depkeu, dan pelatih serta pelaksana pelatih an memiliki keterbatasan untuk menetapkan jumlah peserta. Berdasar pengalaman, jumlah peserta sebanyak 20-25 orang merupakan jumlah yang paling sesuai untuk menerapkan metode pengajaran partisipatif. Selain itu, peserta KKD maupun LKD umumnya berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Adalah penting bagi pengajar membentuk group diskusi yang berganti-ganti untuk setiap kegiatan agar setiap peserta dapat berinteraksi dalam kelompok-kelompok dengan orang yang berbeda-beda. Hal ini juga dapat mengurangi kecende rungan seseorang untuk mendominasi kelompoknya. Jangka waktu dan kurikulum KKD/ LKD. Tidak banyak perubahan atas kurikulum dan jadwal yang
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
dapat dilakukan oleh Anda. Lagi pula, tidak semua sesi atau setiap hari dari pelatihan harus diberikan dengan metode partisipatif (terutama bila materi yang akan diberikan bersifat teoritis atau sa ngat baru sehingga peserta belum memiliki pengetahuan awal tentangnya). Untuk membantu para pelatih dalam mempersiapkan sesi mereka, pengelola pusat pelatihan bersama-sama dengan para pelatih harus mengidentifikasikan sesi-sesi mana saja dari kurikulum, yang se suai untuk diselenggarakan dengan menggunakan metode partisipatif dan mana yang kurang sesuai. Pelatih. Para pelatih KKD/LKD haruslah memiliki pengetahuan yang mendalam dan tuntas me ngenai kondisi keuangan daerah,
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan hal-hal baru mengenainya. Oleh karena itu, ada baiknya pusat pelatihan mempersiapkan daftar para pelatih dengan kepakaran berbeda-beda (Human resources database), khususnya untuk topik-topik utama dalam kurikulum. Selalu mutakhirkan pengetahuan para pelatih tentang isu-isu terkini dan perkembangan terbaru dalam praktek dan teori keuangan daerah. Terakhir, penerapan metode partisipatif memerlukan persiapan yang cukup lama dan terinci. Oleh karenanya, berbagi tugaslah dalam membawakan sesi Anda: dari pada membebankan tanggung jawab pada satu orang, adalah lebih baik untuk berkolaborasi dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pelatihan.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
115
Appendiks Daftar Literatur Arends, Richard. 2008. Learning to teach, Belajar untuk Mengajar. Jogyakarta. Pustaka Pelajar. Buzan, Tony & North, Vanda.1999. Business Mind Mapping, Ueberreuter. Klebert, Karin et al. 2000. Winning Groupresults. Techniques for guiding group thought and decision-making processes with the Moderation Method. Hamburg: Windmühle. Krappitz, Uwe & Loch, Alexander. 2009. Documentation of the KKD Training of Trainers in Manado, Makassar, Jakarta & Padang. InWEnt. Unpublished. Lieb, Stephen. 1991. Principles of Adult Learning. Vision. Fall. Lipp, Ulrich & Will, Hermann. 2001. Das große Workshop-Buch. Konzeption, Inszenierung und Moderation von Klausuren, Besprechungen und Seminaren. Weinheim. Beltz-Verlag. Loch, Alexander (ed.). 1999. Trainerhandbuch Interkulturelle Kommunikation. Bad Honnef. InWEnt/V-EZ. Meadows, Dennis & Seif, Amy. 1995. Creating High Performance Teams for Sustainable Development: 58 Initiatives. Durham. University of New Hampshire. Nelissen, H. 1978. Samen werken, samen leren. Bloemendaal. SOVA. Neuland, Michèle. 1998. The World of Moderation, Künzell. Neuland. Oepen, Manfred. 2003. Moderation and Visualization for Group Events. Berlin. InWEnt. Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. (Edisi Revisi) Senge, Peter. 2003. The Fifth Discipline, The art and practice of the learning organization. New York. Doubleday. Soenarno, Adi. 2007. Decision Making & Problem Solving, Games untuk Pelatihan Manajemen. Zaini, Hisyam; Munthe, Bermawy; Aryani & Sekar Ayu. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta. Zulfiandri. 2007. Qualitan Teaching, Cara Cerdas Menjadi Guru Mencerahkan. Bogor Qualitan Press.
116
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Daftar Kata Aturan 10-60-30 aturan emas pendekatan partisipatif: 10% masukan teoritis, 60% bekerja dan berlatih, 30% diskusi dan kesimpulan. Brainstorming (Penulisan Pikiran) adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan ide melalui lontaran spontan (Brainstorming) atau menulis pada kartu-kartu (brainwriting). Ide-ide yang dikumpulkan dapat ditampilkan pada flipchart atau pin-board. Didaktik (Pengajaran) adalah sebuah filosofi artistik yang menekankan kualitas instruksional dan informatif. Daripada “menghibur”, tujuannya adalah untuk “menyampaikan sebuah pesan” sehingga pesan itu mencapai pendengar. Dramaturgi adalah sebuah teater – seni komposisi dan representasi elemen utama dari permainan di atas panggung. Dalam sebuah pelatihan, ini adalah seni me rancang alur dan pergantian metode dalam sebuah cara yang ideal untuk menjaga semua orang tetap tertarik dan memaksimalkan keefektifan pelatihan. Energizer (Penyemangat) adalah sebuah metode untuk mening katkan konsentrasi dan “tingkat ener gi” dari kelompok melalui sejumlah aktivitas (kebanyakan bersifat lucu). Evaluasi adalah determinasi sistematis mengenai keunggulan, kegunaan, dan signifikansi suatu hal dengan menggunakan kriteria terhadap satu set standar. Eval-
uasi seringkali digunakan untuk mengkarakterisasikan dan menilai subyek yang diminati, seperti pelatihan atau serangkaian kuliah. Fasilitator adalah seseorang yang membantu seke lompok orang untuk memahami tujuan umum mereka dan membantu mereka untuk merencanakan pencapaian tujuan tersebut tanpa mengambil posisi keberpihakan tertentu dalam diskusi. Feedback (Tanggapan, umpan balik) adalah sebuah mekanisme, proses atau tanda yang diumpankan kembali ke dalam sistem untuk mengendalikan sistem itu sendiri. Pelatih memberikan feedback pada peserta untuk “pengembangan berkelanjutan” sesuai dengan aturan dalam memberikan f eedback.
Flashlight (Lampu kilat) makna sebenarnya adalah suatu kilat an; sebagai sebuah metode pelatih an ini adalah sebuah cara untuk mendapatkan pernyataan yang sangat singkat dari setiap peserta tanpa me ngomentarinya. Flipchart (Papan peraga) adalah sebuah alat presentasi berupa papan putih, biasanya ditunjang oleh tiga buah kaki. Sebuah tumpukan kertas biasanya dipasang pada sisi atasnya. Interaksi adalah sejenis tindakan atau komunikasi yang muncul karena dua obyek atau lebih yang saling memengaruhi satu atas yang lain. Gagasan mengenai efek dua arah sangatlah penting dalam konsep interaksi, berlawanan dengan efek satu arah yang biasa.
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
117
Meta-plan (Meta-Rencana) mengacu pada sebuah sistem atau teknik visualisasi untuk mengumpulkan gagasan dengan kartu-kartu ketika sekelompok orang sedang bekerja bersama. Metode adalah cara atau jalan yang dapat dipilih untuk mencapai sebuah tujuan tertentu, contohnya cara yang dipilih seorang pengajar untuk mengajar siswanya. Mind-map adalah sebuah diagram yang digunakan merepresentasikan kata-kata, gagasan, tugas, atau item lainnya yang diatur dan terhubungkan di sekeliling sebuah kata kunci atau gagasan sentral. Mind-map digunakan untuk menghasilkan, memvisualisasikan, menyusun, dan mengklasifikasikan gagasan. Moderator Adalah orang yang berfungsi serupa dengan fasilitator (Moderator adalah istilah yang lebih sering digunakan di Jerman, Fasilitator di Inggris). Secara tegas dapat dikatakan bahwa mode rasi menekankan pada “cara” atau “modus” dari pelaksanaan sesuatu hal. Fasilitasi lebih menekankan pada upaya membuat proses tertentu menjadi “le bih mudah”.
118
Partisipasi adalah sebuah istilah yang memayungi cara-cara berbeda yang dilakukan agar publik turut terlibat secara langsung dalam keputusan politik, ekonomi, manajemen, sosial atau lainnya. Ideal nya, setiap aktor akan memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan. Hak suara ini proporsional besarnya dengan sejauh mana keputusan yang akan diambil dapat mempengaruhi aktor bersangkutan. Pelatih seseorang yang mendidik orang lain dalam topik tertentu (yang penting dalam kaitannya dengan profesi orang tersebut) dengan menggunakan metode yang sesuai untuk mengajar orang dewasa. Pin-board (Papan tempel) adalah sebuah alat visualisasi untuk menancapkan kartu-kartu yang dapat terlihat dan alat-alat visualisasi, yang dapat dikelompokkan dan diatur-ulang dengan mudah dalam cara yang partisipatif. ToT istilah singkat Trainers.
untuk
Training
of
Visualisasi adalah seni untuk membuat isi pelajar an, hasil diskusi atau topik atau pola menjadi terlihat (contohnya dengan menggunakan kertas peraga, pinboard, dan alat-alat visualisasi lainnya).
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Indeks 10:60:30; iii, 1, 2, 3, 15, 46, 70 Alat; iii, 1, 17, 18, 23, 28, 32, 41, 50, 51, 63, 69, 70, 77, 85, 103, 107, 110, 113, 114, 117, 118, 119
Guru; iii, 2, 4, 7, 8, 13, 14, 16, 23, 70, 78, 101, 116 Harapan; v, 77, 88 Icebreaker; iv, 35, 38, 59, 77, 79
Alat bantu visual; 29, 43
Ilustrasi; ix, 43, 57
Anjuran dan larangan; iii, 7, 20
Indeks; v, 119
Aturan emas; 3, 70, 117
Ingatan; 16, 114
Aturan menulis; iii, 23, 27
Instruksi; 25, 36, 38, 47, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 62, 66, 75, 82, 86, 87, 103, 117
Bermain peran; iv, 35, 37, 39, 48, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 107 Bernyanyi; 40, 79
Interaksi; iii, 2, 16, 20, 23, 32, 33, 36, 117
Blended learning; 36
InWEnt; ii, iii, v, vi, vii, viii, ix, 18, 40, 97, 112, 116, 121
Brainstorming; iv, 29, 35, 36, 49, 50, 63, 117
Kamera; 36, 66, 70, 73, 107, 114
Brainwriting; iv, 29, 35, 36, 49, 50, 117
Kartu; 17, 21, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 36, 38, 46, 48, 50, 65, 71, 73, 81, 82, 85, 88, 106, 107, 110, 112, 114, 117, 118
Ceramah; 4, 15, 38 Cluster; 25, 31 Darmawisata; 37
Kelompok kecil; iv, 3, 4, 5, 30, 32, 35, 37, 47, 52, 66, 71, 75, 90, 102, 103, 104, 113
Desentralisasi; iii, vi, vii, 7, 18, 19, 109
Kelompok kerja; 3, 8, 14, 20, 21, 25, 73, 85
Didaktik; 117
KKD; vii, viii, 1, 109, 110, 111, 112, 113, 114, 115, 116
Dinamika kelompok; v, 77, 89 Diskusi; iv, 3, 8, 14, 19, 20, 25, 35, 37, 38, 39, 45, 46, 50, 57, 67, 71, 85, 86, 87, 90, 96, 104, 105, 113, 114, 117, 118 Dosen; iii, viii, 1, 7, 13, 95, 109, 111, 112, 113, 121
KKDK; vii, viii, 109, 112, 114 Kompetensi; vii, 1, 11, 16 Konflik; 20, 53, 59, 75 Konsep; iii, vii, 7, 12, 15, 101, 117
Dramaturgi; 2, 15, 16, 102, 117
Kontak mata; 21, 48, 105
Energizer; iv, 3, 19, 77, 79, 80, 81, 83, 112, 117
Kontrak belajar; iv, 15, 69, 77, 78, 105
Evaluasi; v, 15, 17, 19, 20, 25, 32, 64, 65, 88, 93, 96, 97, 117
Kontrol; 19, 93
Falling leaves; iv, 35, 37, 60, 61
Kuis; iv, 35, 39, 65
Fasilitator; iii, viii, ix, 3, 7, 11, 13, 14, 16, 31, 36, 47, 49, 52, 77, 82, 83, 89, 101, 112, 117, 118
Kuliah; 38, 41, 72, 113, 117
Feedback; v, ix, 15, 19, 48, 93, 94, 95, 96, 111, 117
Literatur; v, viii, ix, 116
Film; 3, 37, 63, 66, 70, 74, 112, 113 Fishbowl; iv, 35, 37, 52, 57, 58, 62 Flashlight; 37, 117 Flipchart; iii, 23, 24, 25, 28, 31, 36, 47, 51, 72, 73, 106, 113, 114, 117
Kotak peralatan; iii, 23, 28
LKD; vii, viii, 109, 110, 112, 113, 114, 115 Manajemen; v, vi, vii, viii, 1, 14, 17, 19, 41, 46, 53, 57, 65, 71, 85, 88, 109, 112, 116, 118 Materi; ii, v, ix, 4, 5, 8, 25, 48, 52, 69, 70, 71, 72, 98, 112, 114, 115, 122 Media; 15, 37, 38 Meta-plan; 118
Gagasan; iii, 1, 2, 17, 18, 21, 23, 25, 27, 28, 29, 31, 36, 37, 38, 41, 43, 46, 48, 49, 50, 57, 60, 61, 62, 95, 96, 102, 117, 118 M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
119
Metode; iv, v, vii, viii, ix, 1, 3, 5, 10, 15, 16, 18, 19, 27, 29, 35, 36, 38, 39, 41, 44, 57, 58, 60, 62, 63, 66, 71, 74, 85, 88, 93, 95, 96, 97, 105, 107, 109, 110, 111, 113, 114, 115, 117, 118 Mind-map; iv, 3, 35, 38, 50, 51, 118 Moderasi; v, ix, 13, 16, 19, 20, 35, 38, 46, 50, 78, 90, 107, 118 Moderator; 1, 11, 13, 14, 16, 24, 29, 31, 46, 48, 50, 89, 90, 101, 102, 105, 118 Monitoring; 65 Mood barometer; iv, 35, 63 MOVE; IX, 16, 21, 26, 30, 45, 48 Naskah; iv, ix, 52, 58, 69, 70, 71, 72
Peserta; v, vii, viii, ix, 1, 2, 3, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 23, 25, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 45, 46, 49, 50, 52, 53, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 64, 65, 66, 73, 74, 75, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 95, 96, 97, 99, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 111, 112, 113, 114, 115, 117 Peserta yang sulit; v, 10, 104 Pin-board; iii, 21, 23, 24, 25, 28, 31, 32, 36, 47, 50, 71, 106, 107, 113, 114, 117, 118 Poster; 21, 30, 73, 112 PowerPoint; 2, 4, 17, 22, 26, 38, 39, 42, 43, 44, 51, 62, 88, 111, 112, 114
Orientasi masalah; 17
Presentasi; iv, 3, 11, 19, 29, 35, 39, 41, 42, 43, 44, 48, 63, 71, 72, 85, 88, 96, 98, 110, 112, 117
Otak; vi, 9, 11, 42, 51, 79
Prinsip; 50
Para peserta; 4, 8, 16, 32, 58, 63, 66, 85, 87, 88, 95, 114
Pusat pelatihan; v, viii, 44, 101, 106, 112, 115, 121
Partisipasi; iii, vii, 7, 15, 16, 17, 18, 19, 23, 32, 46, 65, 109, 114, 118
Reporter; iv, 35, 66
Pasar; 38, 69, 85
Ruang kelas; 13, 77, 113, 114
Pelajar; v, 2, 5, 7, 8, 11, 12, 17, 41, 44, 52, 79, 101, 116
Skenario; 37, 52, 56
Pelajar dewasa; iii, 7, 8, 11, 12, 101 Pelatih; iii, vii, viii, ix, 1, 2, 3, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 16, 18, 20, 21, 23, 25, 27, 28, 29, 31, 32, 35, 36, 39, 41, 46, 47, 49, 50, 52, 53, 54, 57, 58, 59, 60, 61, 64, 67, 70, 71, 73, 74, 75, 77, 78, 79, 80, 81, 83, 87, 89, 91, 93, 97, 98, 101, 102, 104, 106, 110, 111, 113, 114, 115, 117, 118
Role play; 39
Socrates; 45 Sosio drama; iv, 35, 39, 58 Stiker bulat; iv, 35, 63, 97, 107 Studi kasus; iv, ix, 19, 34, 36, 52, 112, 113 Surat cinta; 95 Tangung jawab; vi, 11, 15, 18, 78, 115
Pelatihan; ii, iii, iv, v, vii, viii, ix, 1, 2, 4, 5, 7, 9, 11, 12, 16, 17, 18, 25, 28, 32, 35, 36, 37, 41, 46, 47, 48, 51, 53, 56, 59, 60, 63, 64, 66, 69, 70, 71, 72, 73, 77, 79, 86, 93, 96, 97, 98, 99, 101, 102, 103, 104, 109, 110, 111, 112, 113, 114, 115, 116, 117, 121, 122
Teambuilding; iv, 19, 35, 77, 79, 84, 86, 95
Pembelajaran; 3, 11, 12, 13, 14, 16, 23, 36, 88, 93, 98, 116
Transfer; 14, 54, 55, 56
Tim refleksi; iv, 69, 74, 75, 103 Teknik; iv, viii, 2, 15, 18, 19, 23, 35, 37, 39, 44, 49, 50, 52, 60, 65, 66, 77, 113, 114, 118 Tempel; 23, 29, 72, 118
Pemecahan masalah; 16, 39
Tujuan; v, 12, 14, 25, 26, 32, 35, 40, 45, 54, 55, 58, 73, 77, 88, 99, 104, 117, 118
Penerjemah; 75
VCD; 107
Permainan; 39, 42, 53, 56, 57, 58, 82, 83, 113, 114, 117
Video; iv 35, 36, 38, 40, 66, 73, 107, 114
Persiapan; iv, 14, 20, 25, 52, 54, 69, 70, 74, 87, 103, 115 Persiapan diri; iv, 69 70 Persiapan logistik; iv, 69, 73
Visualisasi; vii, ix, 1, 2, 16, 17, 19, 23, 25, 27, 28, 29, 32, 38, 48, 50, 52, 63, 65, 70, 71, 73, 102, 110, 118 Visualisasi bergerak; iii, viii, 2, 15, 17, 18, 23, 25, 27, 28, 32, 35, 43, 50, 88, 103, 106, 110, 113 Wawancara; 58, 86
120
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
Tentang InWEnt & Penulis InWEnt – Capacity Building International, Jerman adalah sebuah organisasi untuk pengembangan personalia, pelatihan profesional tingkat lanjut, dan dialog tingkat internasional. Pemerintah Jerman, negara-negara bagian, dan sektor swasta berfungsi sebagai badan pengawas utama InWEnt. InWEnt mulai hadir pada bulan Oktober 2002 segera setelah penyatuan Yayasan Jerman untuk Pembangunan Internasional dan Carl Duisberg Society. Saat ini InWEnt dibangun berdasarkan pengalaman kerjasama internasional yang telah diperoleh kedua organisasi ini selama beberapa dekade. Selain dari Pemerintah Jerman, negara-negara bagian, dan Uni Eropa, klien dan mitra kerja InWEnt yang paling penting juga termasuk institusi multilateral seperti Badan Perdagangan Dunia (WTO), PBB, dan juga yayasan dan perusahaan swasta. Dengan kantor-kantor di lebih dari 35 lokasi domestik dan internasional, 900 anggota staff InWEnt melayani lebih dari 35.000 peserta pelatihan tiap tahunnya.
Dr. Alexander Loch adalah seorang ahli di bidang capacity building (pengembangan kapasitas) asal Jerman. Dia dosen tamu di Universitas Negeri Papua (Manokwari, Indonesia) dan peneliti di Centre Asie Sud-Est (Paris, Perancis). Dia telah berpeng alaman mengajar selama 20 tahun di sejumlah universitas, akademi dan pusat pelatihan internasional di Eropa dan Asia. Dia menyelenggarakan Pelatihan Pelatih reguler bagi InWEnt dan mengelola beberapa proyek pendidikan dari organisasi-organisasi yang bergerak di bidang pembangunan. Publikasi utamanya berkaitan dengan komunikasi antar budaya, antropologi pembangunan terapan, dan dokumentasi kearifan lokal (indigenous knowledge). Kontak: www.alexander-loch.de
M e t o de untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator
121
Materi-materi untuk pelatihan dan pengembangan (in print)
122
Metode untuk Pelatih, Pengajar, dan Fasilitator