INVENTARISASI HASIL-HASIL P E N E L I T M TENTANG PERTUIY~BUHAN POHUN DAN PENGATUIZAN HASIL HUTAN DI INDO?lESIA
Oleh: Agus Dwi Harmoko
E01400012
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2004
RINGKASAN Agus Dwi Harmoko. E01400012. INVENTARISASI HASIL-HASIL PENELlTlAN TENTANG PERTUMBUHAN POHON DAN PENGATURAN HASlL HUTAN DI INDONESIA. Di bawah bimbingan Ir. Muhdin MSc. --
Pengelolaan hutan dalam keadaan lestari jika besarnya hasil sama dengan pertumbubannya dan berlangsung secara terus-menerus. Dalam rangka mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari ini diperlukan perencanaan strategi pengelolaan hutan yang baik. Informasi tentang pertumbuhan pohon dan pengaturan hasil hutan mempakan informasi yang penting dan diperlukan dalam penyusunan rencana pengelolaan hutan. Dengan melihat perlunya informasi tersebut maka banyak dilakukan berbagai macam pengkajian maupun penelitian tentang pertumbuhan pohon dan pengaturan hasil hutan untuk mendukung kegiatan pengelolaan hutan. Meskipun informasi pertumbuhan pohon dan pengaturan hasil hutan ini demikian esensial dan dibutuhkan dalam pengelolaan hutan, akan tetapi untuk mendapatkan informasi mengenai ha1 tersebut tidaklah mudah karena ketersediaan informasi yang hingga saat ini masih sangat terbatas dan sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, maka penelitian mengenai inventarisasi hasil-hasil penelitian tentang pertumbuhan pohon dan pengaturan hasil hutan di Indonesia dan penyajiannya dalam bentuk data base penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan menghimpun hasil-hasil penelitian tentang pertumbuhan pohon dan pengaturan hasil hutan dalam pengelolaan hutan di Indonesia serta menyajikannya dalam bentuk monograph. Penelitian ini dilakukan berdasarkan data yang diambil dari Perpustakaap Fakultas Kehutanan dan Pusat Institut Pertan'ian Bogor, Perpustakaan Penelitian dan Pengembangan Hutan Bogor, Perpustakaan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada dan Perpustakaan Manggala Wana Bhakti. Pengambilan data dilakukan mulai bulan Pebruari salnpai Mei. Sedangkan pengolahan data dilaksanakan selama 3 bulan (Juni - Agustus 2004). Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menginventarisir hasil-hasil penelitian tentang pertumbuhan pohon dan metode pengaturan hasil hutan yang ada di Indonesia baik yang berbentuk laporan penelitian, skripsi, jurnal maupun prosiding. Data yang terkumpul dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu kategori pertumbuhan pohon dan pengaturan hasil hutan. Kategori pertumbuhan pohon dengan sub kategori riap diameter; riap tinggi; riap volume; ingrowth, recrlritment dan nlortalily; riap diameter dan riap tinggi; riap diameter dan riap volume; riap diameter, riap tinggi dan riap volume; riap diameter dan mortalily; riap diameter, riap tinggi dan mortalify. Kategori pengaturan hasil dengan sub kategori berdasarkan luas dan volume; berdasarkan volume dan riap ; berdasarkan jumlah pohon; berdasarkan luas volume dan volume riap. Judul penelitian yang berhasil diinventarisir sebanyak 160 judul. Hasil inventarisir judul-judul penelitian tentang pertumbuhan pohon sebagian besar meneliti tentang peningkatan dimensi pertumbuhan pohon sampai jangka waktu tertentu saja. Riap rata-rata yang dihasilkan belum mencapai maksimum, karena pertumbuhan dimensi tegakan yang diteliti masih berada pada tahap awal pertumbuhan. Penelitian dilakukan sebatas penilaian apakah pohon yang ditanam memiliki pertumbuhan yang normal atau tidak, dan sebagai pedoman dalam melakukan pendugaan potensi tegakan pada saat tanaman mencapai umur tertentu. Dari beberapa jenis pohon yang informasinya telah sampai mencapai daur dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk rotasi tebang (daur) kelompok jenis medang di Kalimantan Barat dengan batas diameter tebang 50 cm atau lebih rata-rata selama 75 tahun. Daur yang cocok untuk pengusahaan kayi~pulplkertas pada hutan tanaman Eucalypllrs trrophyNa S.T. Blake adalah 6 tahun, sedangkan untuk iujuan produksi kayu perkakas minimal diperlukan daur 25 tahun. Tegakan Pinus merktrsii untuk produksi kayu pertukangan dapat mulai ditebang pada umur 25 tahun, sedangkan untuk produksi serat dapat ditebang antara umur 11 hingga 13 tahun. Untuk tegakan Agarhis loranthifolia Salisb, daur produksi maksimum yaitu pada selang umur 13 sampai 15 tahun. Sedangkan untuk pertumbuhan jati (Tectona grandis t.0 di KPH Randublatung daur volume maksimat jati dicapai pada umur rata-rata 70 tahun. Pengelolaan tegakan hutan yang bertujuan mendapatkan ukuran dimensi pohon yang besar, perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dimensi pohon-pohon yang
membentuk tegakan hutan. Faktor-faktor tersebut antara lain: curah hujan, intensitas cahaya, umur, kerapatan, topografi, sifat fisik dan kimia tanahnya. Berdasarkan hasil penelitian yang diinventarisir, terlihat bahwa sebagian besar Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) yang ada di Pulau Jawa merupakan kelas perusahan jati dan pinns. Dimana sebagian besar metode pengaturannya menggunakan metode Bum. Sedangkan di luar Pulau Jawa sebagian besar bempa hutan alam dimana pengaturan hasilnya yang terpilih sebagian besar menggunakan metode berdasarkan jumlah pohon. Penerapan metode Heyer untuk pengaturan hasil hutan jati perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut karena metode ini dapat mengatasi masalah kekosongan tebangan yang dihadapi oleh metode Burn dan diikutsertakannya faktor pencurian dalam perhitungan etatnya dapat menciptakan suatu metode pengaturan hasil yang lebih sesuai daripada metode Bum. Dengan melihat sifat-sifat tegakan yang merupakan tegakan hutan tidak seumur yang ada di Indonesia, maka penelaahan lebih lanjut terhadap kemungkinan penerapan metode pengaturan hasil berdasarkan jumlah pohon pada sistem silvikultur TPTI kiranya merupakan ha1 yang mendesak untuk dilakukan. Saran dalam penelitian ini adalah penelitian tentang riap diameter, riap tinggi dan riap volume hendaknya tidak hanya sampai pada jangka waktu tertentu saja, tetapi sebaiknya hingga saat tercapainya daur. Perlu penelaahan lebih lanjut terhadap kemungkinan penerapan metode Heyer untuk diterapkan pada hutan jati dan metode pengaturan hasil berdasarkan jumlah pohon pada sistem silvikultur TPTI. Perlu adanya sistem data base hasil-hasil penelitian yang berbasis komputer pada perpustakaan-perpustakaan seperti: Perpustakaan Badan Penelitian dan Pengembangan Hutan Bogor dan Perpustakaan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada, sehingga lebih memudahkan dalam mengakses informasi-informasi penelitian yang dibutnhkan. Perlunya sumber datdinformasi selain dari tempat-tempat yang sudah dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian ini, sehingga nantinya bisa didapatkan informasi yang lebih lengkap.
"Ingathh, 6ahwa apa yang hari ini anda takmau muhi mngerjat&annya, 6esolFpun tielurn tentu anda mau mengejaiepnnya"
"Keindahan 6ersinar h6ih terang d fiati orang yang merindiukannya daripada di mata orang yang tehh melihatnya"
"Mengingat ingat &&cewaan yang &marin, 6erarti menam6ah satu &&cewaan hi''
' w a e t a tdakmeinifi& apa yang &ta sukaiai, e t a h a m menyu!&ai apa yang tehh &ta miE&"
"Engkau adahti k6aikan manakah 6ersatu rikngan drimu, tetapi saat engkau tdakmenyatu dengan drimu 6u(an(ah engkau adahti &ja fiatan "
"Sungguh mahng apa6ih aku menguCurkan se6uah tangan kosong &pada orangorang dun tida~menerimaapa-apa, tetapi sungguh sengsara andaikata a@ mengulurkan tangan yang 6erisi rlhn tdakseorangpun y a w menerimanya"
"Nerara bingung adahh awaldaripengetahuan"
INVENTARISASI HASIL-HASIL PENELITIAN TENTANG PERTUMBUHAN POHON DAN PENGATURAN HASIL HUTAN DI INDONESIA
Skripsi ScfiagaiSahhSatu Syarat Z'ntu@4entperohh GehrSarjuna I(ehutanan %& Fakubas Kehutanan
Institut Peftanian Bogor
Oleh:
Agus D ~ v Harmoko i E01400012
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITTJT PERTANIAN BOGOR 2004
Judul Penelitian
: Inventarisasi Hasil-Hasil Penelitian tentang Pemmbuhan Pohon dan
Pengaturan Hasil Hutan di Indonesia Nama Mahasiswa
:Agus Dwi Harmoko
NW
: E01400012
Menyetujui : Dosen Pembimbing
Ir. Muhdin MSc. Tanggal:
I 1-(
Mengetahui :
Tanggal lulus: 12 Januari 2005
.
%'3
s-
RIWAYAT HIDUP Agus Dwi
Harmoko, lahir di Wonosobo pada tanggal 16 Mei 1982 dari pasangan
Bapak Kardiyono dan lbu M. Y. Supar, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1988 di Sekolah Dasar Negeri M a n g u ~ e j oI, pada tahun 1994 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kertek dan lulus pada tahun 1997, penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Wonosobo dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis diterima di lnstitut Pertanian Bogor di Fakultas Kehutanan, Departemen Manajemen Hutan melalui program Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama
kuliah penulis pernah duduk dalam organisasi Dewan Penvakilan Mahasiswa (DPM) periode 200112002 dengan jabatan Ketua I. Selain itu, pernah menjadi asisten pada mata kuliah inventarisasi sumberdaya hutan pada tahun ajaran 200212003 dan 200312004, Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Getas, Baturaden dan Cilacap, - serta Kuliah Kerja Nyata di Desa Megamendung, +
Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Dalam penyelesaian kegiatan Praktek Khusus sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana, penulis melakukan penelitian dengan judul : "Inventarisasi Hasil-Hasil Penelitian Tentang Pertumbuhan Pohon dan Pengaturan Hasil di Indonesia". Bapak Ir. Muhdin MSc.
Di bawah bimbingan
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji bagi Allah, atas segala limpahan rahmat-Nya yang memberikan kemudahan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini berjudul "Inventarisasi Hasil-Hnsil Penelitian Tentang Pertumbuhan Pohon dan Pengatnran Hasil di Indonesia". Pada bagian ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan rasa terimakasihnya kepada mereka-mereka yang langsung atau tidak, melalui moril maupun materiil, telah berjasa dalam mendorong, memotivasi, memberi semangat, sehingga kegiatan Praktek Khusus ini bisa terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada : 1. Ibunda tercinta Mama M. Y. Supar, yang telah mengandung dan melahirkan penulis; Ayahanda penulis Papa Kardiyono yang telah mencurahkan segala perhatian dan pengorbanan serta kasih sayang dan do'anya. Kakak-Adikku tercinta, Mbak Nita dan Dik Martin atas perhatian, kasih sayang dan do'anya. 2.
Bapak 11. Muhdin MSc. selaku dosen pembimbing skripsi pada saat penulis melaknkan Praktek Khusus.
3.
Bapak Ir. Edhi Sandra MSc. dan Ibu Lina Karlinasari, S.Hut.,MSc. selaku dosen penguji selama penulis menjalani njian komprehensif.
4.
Para gum dan dosen yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan di TK, SD, SMP, SMU dan Fakultas Kehutanan IPB.
5. Hertika Novarini yang telah banyak memberi dorongan, motlvasi, semangat, keceriaan dan do'anya sehingga terselesaikannya Praktek Khusi~sini.
6. Teman seperjuangan lndah Fajanvati atas motivasi, bantuan dan doanya. Teman-teman di Mahameru Eri, Ajat, Joko, Ucup, Dasep, Wiji, Asrul, Rian dan Tejo atas kebersamaan dan keceriaannya. Kepada Echa, makasih juga atas semangatnya. 7.
Teman-teman MNH 37 atas kebersamaan, dukungan dan keceriaannya.
Khusus buat
almarhum Sabnu sang motivator yang selalu membuat kita tertawa semoga mendapat tempat yang terbaik disisi-Nya, Amiin 8. Kepada selumh pihak yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis meyadari bahwa skripsi ini masih banyak memiliki kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki kekurangan-kekuranngan tersebut. Akhirnya semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi yang memerlukan. Bogor, Januari 2005
DAFTAR IS1 RIWAYAT HIDUP .................
................................... I KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii
DAFTAR IS1.............................. DAFTAR TABEL ............................................................................................................................. v DAFTAR GAMBAR ..........
I
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................................... ~ i i I. PENDAHULUAN .......................................................... A . Latar Belakang ..
B . Tujuan ............ C . Manfaat Penelitian
.
I1 TINJAUAN PUSTAKA ..
A . Pemmbuhan Pohon .................................................................................................... 3 B . Metode Pengaturan Hasi
5
C. Pendekatan Rumus Dalam Metode Pengahlran Hasil .................................................. 6
.
111 METODE PENELITIAN .......................................................................................... A . Lokasi dan \Vaktu Penelitian B. Bahan dan Ala
..........................
8
8
..............................................8
.. C. Metode Peneht~an......................................................................................................... 8 D . Analisis Data ............................
9
.
................................................................................ 10 I . Penelitian-penelitian yang Berhasil Diinventarisir ...................................................................10 A . Pertumbuhan Pohon ............................................ .....10 1. Riap Diameter ..................... . .............................................................................. 10 2. Riap Tinggi .............................. 19 21 3 . Riap Volume................................................................................................................. 4 . Ingrowth. Recruilment. dan Mortality .................... . .................................................. 23 ......................................................... 5. Riap Diameter dan Riap Tinggi ................... . . 24 IV HASIL
6 . Riap Diameter dan Riap Volume ................................................................................... 37 7 . Riap Diameter, Riap T i g g i dan Riap Volume.............................................................. 39 8. Riap Diameter dan Mortality ....................................................................................... 42
9 . Riap Diameter, Riap Tinggi dan Mortality .......................................d B. Pengaturan Hasil ................................................................................................................ 44 1. Berdasarkan Volume dan Luas ...................................................................................... 44 2 . Berdasarkan Volume dan Riap ........................... . . ......................................................46
3 . Berdasarkan Jumlah Pohon
7
4 . Berdasarkan Luas Volume dan Volume Ria
9
.
11 Sistem Silvikultur dan Metode Pengaturan Hasil Untuk Hutan Produksi Alami di
52 Indonesia .................................................................................................................................
.
V PEMBAHASAN ....................................
............................................................................. 55
A . Tempat Pengambilan Data Hasil Penelitian dan Kecendemngan Ketersediaan Datanya ...................................................................................................................... 55
.
.
.
..
B. Distr~bus~ Has11 Penel~tlan............................................................................................. 56
. . Tahun Penel~t~an .. C. Distr~bus~ ........................................................................................... 57 D . Distribusi Lokasi Penelitian
.......................................
E. Distribusi Penelitian Berdasarkan Jenis Pohon ............................
59
. . ..........................61
F. Distribusi Berdasarkan Kategori Areal Penelitian ....................................................... *
63
G . Pertumbuhan Pohon dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ........................................ 64
H . Pengaturan Hasil dan Metode Pengaturan Hasil yang Terpilih .....................................67 I . Perkembangan Sistem Silvikultur dan Metode Pengaturan Hasil di Indonesia .............68
I . Kemungkinan Pengembangan atau Pemanfaatan Hasil-Hasil Penelitian ......................69
.
VI KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................................... 70 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 72 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No
Teks
Halarnart
1. Beberapa Contoh Rumus Perhitungan Hasil (Wright, 1999) .............................................
7
2. Jumlah dan Kategori Judul Penelitian ......................................................................................... 10 3.
Fungsi-Fungsi Periumbuhan Diameter (19 Jenis) Untuk Plot-Plot Tebangan Lebih dari
........ . .
15 Tahun yang Lalu ................... 4.
Fungsi-Fungsi Pertumbuhan Diameter (17 Jenis) Untuk Plot-Plot Tebangan Kurang dari 15 Tahun yang Lal
5.
Fungsi-Fungsi Mortalfry Untuk Plot-Plot Tebangan ..........
6.
Fungsi-fungsi Recruitment (7 Jenis) Untuk Plot-Plot Tebanga
7.
Diameter Rata-rata, Tinggi Rata-rata dan Riap Tahunan Rata-rata (MAI) Tegakan Pinus merkusii pada Tahun 1986 (Umur 1I tahun) .....................
37
8. Petak Permanen dan Perlakuan P@a Tahun 1994 Untuk Tegakan Mahoni (Swiefenia ~i~acrophylla) di Benakat
42
Jadwa! Kegiatan Dalam Sistem TPTI ..........................................................................................53 .. 10. Dishibusi Tahun Penel~tlan........................................................................................................ 57
9
11. Distribusi Lokasi Penelitian Tentang Pertumbuhan Pohon .......................................................... 59 12. Distribusi Lokasi Penelitian Tentang Pengaturan Hasil ...........................................................
................................................... 61 Distribusi Jenis Pohon Untuk Kategori Pengaturan Hasil .......................................................... 62 .. Distribusi Berdasarkan Kategori Areal Penellt~an......................................................................63 Metode-Metode Pengaturan Hasil Terpilih Berdasarkan Hasil Penelitian .................... . ...........66
13. Distribusi Jenis Pohon Untuk Kategori Pertumbuhan Pohon 14. 15. 16.
60
DAFTAR GAMBAR
No
Teks
Hala~t~an
1 . Proporsi Hasil Penelitian Tentang Pertumbuhan Pohon yang Diinventarisir............ . ..............56
2 . Proporsi Hasii Penelitian Tentang Pengaturan Hasil yang Diinventarisir ...................................57
3 . Pengelompokan H a i l Penelitian Pertumbuhan Pohon Berdasar Tahun Penelitian .....................58 4.
Pengelompokan H a i l Penelitian Tentang Pengaturan Hasil Berdasar Tahun Penelitian ........... 58
DAFTAR LAMPIRAN
No
Teks
I. Nilai MA1 dan CAI untuk Riap Pohon 2. Hasil lnventarisasi Penelitian Pertumbuhan Pohon di Perpustakaan IPB
3. Hasil lnventarisasi Penelitian Pertumbuhan Pohon di Balitbang Hutan, Bogor 4. Hasil Inventarisasi Penelitian Pertumbuhan Pohon di Perpustakaan UGM
5. Hasil Inventarisasi Penelitian Pertumbuhan Pohon di Manggala Wanabakti 6. Hasil Inventarisasi Penelitian Pengaturan Hasil Hutan di Perpustakaan IPB
7. Hasil lnventarisasi Penelitian Pengaturan Hasil Hutan di Perpustakaan UGM 8. Hasil Inventarisasi Penelitian Pengaturan Hasil Hutan di Perpustakaan Manggala Wanabakti
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Hutan merupakan salah satu sumber kekayaqn negara yang besar, dimana jika dapat dioptimalkan dengan baik dapat mendatangkan pendapatan yang tidak sedikit dan bahkan bisa meningkatkan derajat hidup bangsa. Untuk dapat mengoptimalkannya, maka diperlukan pengelolaan hutan secara lestari. Pengelolaan hutan dalam keadaan lestari jika besarnya hasil sama dengan pertumbuhannya dan berlangsung secara terus-rnenerus. Dalam rangka mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari ini diperlukan perencanaan strategi pengelolaan hutan yang baik. lnformasi tentang pertumbuhan pohon dan pengaturan hasil hutan merupakan informasi yang penting dan diperlukan dalam penyusunan rencana pengelolaan hutan. Dengan melihat perlunya informasi tersebut maka banyak dilakukan berbagai macam pengkajian maupun penelitian tentang pertumbuhan pohon dan pengaturan hasil hutan untuk mendukung kegiatan pengelolaan hutan. Dari penelitian-penelitian tentang pertumbuhan pohon dapat diketahui informasi antara lain tentang riap dari berbagai jenis pohon seperti riap diameter, riap tinggi, maupun riap volume. Dari penelitian pemmbuhan pohon dapat diketahui juga tentang model penduga pertumbuhannya yang bisa menduga daur yang cocok serta faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pohon tersebut. Sedangkan dari penelitian-penelitian tentang pengaturan hasil hutan dapat diketahui salah satunya yaitu tentang metode pengaturan hasil yang terbaik yang dapat diterapkan pada suatu jenis hutan tertentu. Metode pengaturan hasil yang telah diterapkan pada jenis hutan tertentu, bisa berubah pada saat-saat tertentu seperti pada saat metode yang diterapkan sudah tidak sesuai iagi dengan kondisi hutan yang dikelola. Meskipun informasi perturnbr~hanpohon dan pengaturan hasil hutan ini demikian esensial dan dibutuhkan dalam pengelolaan hutan, akan tetapi untuk mendapatkan informasi mengenai ha1 tersebut tidaklah mudah karena ketersediaan informasi yang hingga saat ini masih sangat terbatas dan sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, maka penelitian rnengenai inventarisasi hasil-hasil penelitian tentang pertumbuhan pohon dan pengaturan hasil hutan di Indonesia dalam bentuk data base penting untuk dilakukan. B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan menghimpun hasil-hasil penelitian tentang pertumbuhan pohon dan pengaturan hasil hutan dalam pengelolaan hutan di Indonesia serta menyajikannya dalam bentuk monograph.
C. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalali: 1. mengetahui "slate of [he art' perkembangan hasil-hasil penelitian tentang pertuinbuhan pohon dan pengaturan hasil hutan dalam pengelolaan hutan di Indonesia. 2.
Menjadi salah satu rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengall pertulnbuhan pohon dan pengaturan hasil hutan dalam pengelolaan hutan di Indonesia.
.
Dapat lnenjadi salah satu sumber informasi dalam penyusunan rencana dan pelaksanaan pengelolaan hutan di Indonesia.
11. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Pohon
Pertulnbuhan pohon adalah pertambahan ukuran (dimensi) pohon atau tegakan sepanjang ulnur~iyza.Sedany riap adalah pertambahan ukuran (dimensi) pohon atau tegakan dalam jangka waktu tertentu (Suharlan dan Sudiono,l973 a R i y a n t i n i , 1987). Riap merupakan pertalllbahan volume pohon atau tegakan per satuan waktu tertenhl.
Riap juga sering digunakan untuk menyatakan
pertambahan nilai tegakan, pertambahan diameter atau pertambahan tinggi pohon setiap tahun (Departemen Kehutanan, 1992). a.
Diameter Pohon Diameter merupakan salah satu parameter yang mempunyai arti penting dalam
pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan pengelolaan. Dalam pengukuran diameter, yang biasa digunakan adalah diameter setinggi dada (dbh). Dbh merupakan pengukuran diameter yang termudah dan memiliki korelasi yang kuat dengan parameter lainnya, seperti luas bidang dasar dan iolume batan:.
Di Indonesia, diameter setinggi dada diukur rada ketinggian batang 1,30 meter dari
pel-mukaan tanah (Departemen Kehutanan, 1992). b. Tinggi Pohon Depanemen Kehutanan (1992), menjelaskan bahwa tinggi adalah parameter lain seteiah diameter yang mempunyai arti penting
dalam pendugaan dimensi tegakan.
Pengukuran tinggi
merupakan penentuan jarak lurus dari beberapa objek dari permukaan bumi atau beberapa bidang datum lainnya dalam arah normal terhadap bidang dasar tersebut. Dalam inventarisasi hutan dikenal beberapa macam pengukuran tinggi pohon yaitu: 1. Tinggi pohon total, yaitu tinggi pangkal pohon dari permukaan tanah hingga puncak pohon. 2. Tinggi bebas cabang atau permukaan tajuk, yaitu tinggi pohon dari pangka! batang di permukaan tanah sampai cabang pertama yang membentuk tajuk. 3.
Tinggi batang komersil, yaitu tinggi batang pada saat itu laku dijual dalam perdagangan.
c.
Volume Pohon Volume pohon adalah suatu besaran tiga dimensi dari suatu benda atau objek yang
basaiannya dinyatakan dalam kubik.
Volume pohon dapzt ditentukan secara langsung dengan
menggunakan sylometer dan secara tidak lzngsung dengan mengguna!:an cara anaiitik dan cara grafis (Suliarlan dan Sudiono. 1976 dalam Riyantini 1987).
0. I~zgro!vfl~ Pengertian ingrowtlz menurut Davis dan Johnson (i3S7) adalah pohon-pohon yang tumbuh ke dalam suatu kelas diameter setelah periode tertentu. Vanclay (1994) mendefinisikan ingrowth sebagai individu pohon yang mengalami penambahan ukuran dari sifat spesifik. Ingrowth dipengaruhi oleh jumlah pohon per liektar dan luas bidangdasar tegakan (Badan Litbang Kehutanan, 1993).
Recruitnrent nierupakan julnlah pohon yang mengalami pertumbuhan dan mencapai ukuran
minimum diameter pohon selaina pengukuran dalam suatu periode. Recruitnrent didefinisikan berdasarkan batas minimum diameter dalam pengukuran. Faktor penyebab terjadinya recruir~nent adalah banyaknya pohon induk, derajat gangguanlkerusakan, frekuensi pennudaan alalni tiap tahunnya dan tipe hutan (Alder, 1995).
g
Mortality M o r l a l i h (kematian) adalab banyaknya individu pohon yang lnati selalna periode
pertumbuhan (Davis dan Johnson, 1987). Mortality merupakan fungsi dari diameter, probabilitas survival dan probabilitas matinya pohon (Badan Litbang Kehutanan, 1993).
Kematian dapat
diakibatkan oleh adanya naungan, infeksi virus dan serangga, kerusakan akibat pemanenari, aogin dan akibat pembukaan kawasan hutan.
Rata-rata kematian pada kisaran ukuran I%
- 5%
di hutan hujan
tropik (Alder, 1995) h.
Riap Taliunan Berjalan (CAI) dan Riap Rata-Rata Taliunan (MAI) CAI adalah pertambahan tumbuh dimensi pohon atau tegakan selatna jangka waktu satu
taliun. dan dirumuskan sebagai berikut:
!',-, - v,
CAI = 1
Dan dalam praktek untuk memperlnudah dibuat dalam suatu periode tertentu, yaitu:
",-" - 6 CAI = ----11
Dimana:
v,
= volume
tegakan pada saat umur t tahun
v,~.
= volume
tegakan pada saat umur t + n tanun
n
= interval antara
pengukuran pertama dan kedua
MA1 meripakan rata-rata pertambahan tumbdh din~ensipohon atau tegakan tizp tahunnya dan dirumuskan sebagsi berikut:
Di mana: vt
= volume
t
= umur
tegakan saat pensukuran
tegakan saat dilakukan pengukuran (Soeroso, 1961 &Tuti Riyantini, 1987)
B. Metode Pengaturan Hasil Pengaturan hasil adalah penenti!,. . hasil kayu dan produk lainnya dalani preskripsi rencana petlgelolaan, tertnasuk di mana, kapan dan h ;zimana hasil seharusnya dapat diekstraksi (FA0,1998). Sebuah metode pengaturan hasil !~mgbet-tujuan untuk suatu kelestarian harus menetapkan intensitas pemanenan (volume atau jumlah pfihon yang dipanen per liektar), interval pemanenan, dan besarnya pemanenan (luas maksitnum yan::. dapat dipanen setiap tahunnya) (Seydack, 1995 da1or11 Krisnawati 2001). Ada beberapa alasan pengaturaii liasil dalatn jumlah, mutu, tempat dan waktu. Menurut Osmaston (1968) alasan-alasannya antara lain: 1.
penyediaan bagi konsumen, penebangaii liarus dilaksanakan agar tersedia jenis, mutu, dan ju~nlahkayu sesuai permintaan pasar.
2.
pemeliharaan Groiving Rock untuk mempe~tahankandan tnengetnbangkan produksi dalam betituk setta kualitas yang baik secepat mungkin.
3.
penyesuaian jutnlah dan bentuk tegakan persediaan agar lebih sesuai dengan tujuan pengelolaan.
4.
penebangan perlindungan, terutama digunaka~idalam sistem silvikultur untuk nlelindungi tegakan dari angin, kebakaran hutan dan sebagainya. Osmaston (1968) menyebutkan bahwa ada beberapa tiietode pengaturan hasil yang dapat
digunakan pada hutan seumur. yaitu : 1,
metode berdasarkan area
2.
metode berdasarkan volume dan riap
3.
metode berdasarkan luas dan volume.
Sedangkan metode petigaturan hasil untuk hutan tidak seumur adalah metode junllah pohon atau metode brandis. Kriteria yang dipakai dalam metode ini adalah mengusahakan agar besarnya hasil (volume) yang dipanen untuk ukuran diameter di atas batas diatneter minimal yatlg ditetapkan (limit diameter) harus sama untuk setiap 'tahunnya sepanjang daur. Suhendang (1993), menyebutkan ada beberapa tilacam metode pengatusan hasil yang apabi!a dikelompokkan berdasarkan persyaratan umum yang dituntutnya dapat dikelompokkail ke dalam 4 (etnpat) kelompok besar, yaitu: 1. Metode pengaturan hasil berdasarkan luas Pada metode ini setiap tahun ditebang areal hutan deiigan luas yang sama, yaitu seluas seperdaur dari total luas areal yang di~usahakan.Metode ini merupakat~:netode paling kiasik clan paling sederhana yang hatiya baik apabila produktivitas lahan di seluruh areal kerja relatif homogen. Metode ini hanya akan efektif dipakai apabila sistem pe~ebzngandipakai tebang habis.
2. Metode pengaturan hasil ber. iarkan volume Dalam metode ini tujuan pengusahs..~hutan yang diharapkan adalah diperoleh besamya volume kayu yang sama setiap tahun, walaupui. !uas areal yang ditebang tidak perlu sama. Tidak perlu ada pembatasan dalam besamya d i a m e i ~ ipohon yang holeh ditebang dan banyaknya pohon yang harus tersisa. Metode ini paling cocok untu:. sistem penebangan dengan tebang habis. 3. Metode pengaturan hasil berdasarkan volume dan riap
Pada metode ini perhitungan perkiraan total volume pada seluruh areal berdasarkan pada penumbuhan nyata dari setiap kesatuan pengelolaan (petak) sesuai dengan tingkat pertumbuhannya sehingga akan diperoleh perkiraan volume total yang lebih mendekati keadaan yang sebenarnya. Metode ini tidak dituntut adanya pembatasan diameter pohon yang boleh ditebang maupun persyaratan banyaknya polion pada tegaka~itinggal. Metode ini paling cocok diterapkan pada sistem penebangan dengan tebang habis. 4. Metode pengaturan hasil berdasarkan jumlah pohon Metode ini biasanya dipakai dalam pengusahaan hutan yang besifat ekstensif ( liutan belum tertata, terdiri atas tegakan tidak seumur dengan komposisi jenis yang tinggi), dikehendaki adanya pembatasan besarnya diameter pohon yang boleh ditebang dan persyaratan banyaknya pohon yang harus tersedia pada tegakan tinggal. Pengaturan hasil berdasarkan kepada jumlah pohon pada setiap keias diametemya yang apabila dikehendaki dapat saja dinyatakan dalam satuan volumenya. Suhendang (1993) mengusulkan untuk hutan alam di Indonesia agar menggunakan metode pengaturan hasil berdasarkan jumlah pohon yang merupakan bentuk modifikasi dari metode Brandis. Pada metode Brandis. perhitungan besarnya pohon yang dapat ditebang dalam satu tahun (AAC) diperoleh dari hutan tidak seumur yang homogen yang belum mengalami penataan hutan. Selalijutnya, Suhendang (1993) memodifikasikannya untuk hutan tidak seumur yang heterogen dan telah rnengalami penataan hutan terlebih dahulu. Metode pengaturan hasil ini ~iiensyaratkan penebangan pohon yang bersifat proporsional untuk setiap jenis dan setiap kelas diameter. Menurut Wright (1999), daur adalah jumlah tahun yang direncanakan antara penbangunan hutan tanaman (dengan penanaman atau permudaan) dan penebangan akhir. Siklils tebangan adalah interval waktu yang berumtan di tempat yang sama.
C. Tendeliatan Rumus Dalam Metode Pengaturaii Hasil Metode pengaturan hasil dengan ~endekatanrumus digunakan apabila lokasi, jenrs dan struktur tegakan hutan homogen. Pendekatan ini rnenggeneraiisasikan jenis-jenis ke dalam kelompok jenis komersial tunggal dengan asumsi laju mortaiitas, penumbuhan, slrukiur dan lokasinya homogen. Dalam pendekaian ini asumsi atau perliitungan sederhzna hams diiakukan uniuk menentukan siklus penebangan dan limit diameter minimum (Alder. 1999).
Beberapa contoh metode pengaturan hasil dengan dengan mmus disajikan dalam Tabel 1. 'l'abel I. Deberapa contoh nlmus perhitungan hasil Nnma Rumus Rentuk Rumus Rumus Von Mantel Rumus modifikasi Von Mantel
I
2Va
AAC = R
Va = volume aktual Vp =merchantable volume sekarang
(VP - Vf) AAC = R
Vf
= merchanrable
R
= panjang
la Rumus Austrian
AAC=la+-
(Heyer)
(Va - Vn) P
= riap
volume yang akan datang
dua siklus tebang
volume rata-rata tahunan aktual
Va =volume growing stock aktual Vn
= volume
growing stock normal
P
= periode
penyesuaian hutan untuk mencapai normal
Y
= hasil-jumlah
T
=jumlah
batang per petak
pohon di atas diameter minimum per petak
T = jumlah pohon di bawah kelas diameter tertentu per
petak Vm
=
volume rata-rata jenis-jenis komersial di atas
diameter tertentu pada luas hutan tertentu =
Ip
riap volume jenis-jenis komersial pada hutan
tertentu dan pada periode regenerasi tertentu P Rumus BlanfordSimmons
AAC =
2v (I - m ' ) ~
V m
volume di atas limit diameter tertentu
=
rasio umur pada diameter minimum yang sampai
=
rotasi R El
= etat
luas
Ev
= etat volume
L
=
luas areal produktif dari kelas perusahaan
V1 = volume tegakan kelas umur pada umur tebang ratarata V2 = volume kayu miskin riap D = daur
Rumus Hundeshagen
E = AGx(NY/NG)
E
= tebangan
AG
= tandon
NY
= riap
NG
=
(hasil) tahunan
tumbuh (ocllral growingstock)
atau hasil kayu menurut tabel normal
tandon tumbuh (growing stock) menurut tabel
normal
111. METODOLOGI PENZLITIAN
A. Loltasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan data yang diambil dari Perpustakaan
Fakul:as
Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor, Perpustakaan Pusat Institut Pertanian Bogor, Perpustakaan Badan Penelitian dan Pengembangan Hutan Bogor, Perpustakaan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada, Perpustakaan Manggala Wana Bhakti. Pengambilan data dilakukan mulai bulan Pebmari sampai Mei 2004. Sedangkan pengolahan data dilaksanakan selama 3 bulan (Juni - Agustus 2004).
B. Balian dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kumpulan hasil-hasil penelitian tentaog penumbuhan pohon dan pengaturan hasil hutan yang ada di Indonesia. Sedangkan alat yang digunakan adalah alat tulis dan komputer. Untuk pengolahan data dilakukan dengan rnenggunakan bantuan sofi{,ave komputer Microsofr Word dun Micvosofr Excel
C. hletode Penelitian I. Pengumpulan Data Jenis data yang diinventarisir berupa hasil-hasil penelitian tentang penumbunan po'non aan metode pengaturan hasil hutan serta pemanfaatan sumberdaya hutan yang ada di Indonesia baik yang berbentuk laporan penelitian, skipsi, jurnal, prosiding maupun data penunjang lainnya. Banyahya data yang dikumpulkan tergantung atau sesuai dengan kemampuan untuk dapat menemukan data tersebut. 2. Pengolahan Data Data yang terkumpul kemudian dilakukan pengolahan dengan tahap-tahap pengelompokan sebagai berikut: A. Kategori Pertumbuhan Pohon
a. Sub Kategori Riap Diameter b. Sub Kategori Riap Tinggi c. Sub Kategori Volume
d. Sub Kategori Ingroivth, Recruitment dan Mortality e. Sub Kategori Riap Diameter dan Riap Tinggi f. 'Sub Kategori Riap Diameter dan Riap Volume g. Sub Kategori Riap Diameter, Riap T i n g ~dan i Riap Volume h. 'Sub Kategori Riap .Diameter dan Mortality i. Sub Kategori Riap Diameter, Riap Tinggi dan Mortality
B. Kategori Pengaturan Hasil a. Sub Kategori Berdasarkan Luas dan Volume b. Sub Kategori Berdasarkan Vo!ume dan Riap c . Sub Kategori Berdasarkan Ju~nlahI'ohon
d. Sub I
U. Analisis Data Data-data
hasil inventarisasi dan hasil pengelompokkan kemudian di analisis secara
deskriptif. Analisis tersebut dilakukan untuk mengevaluasi penelitian-penelitian dengan
yang berkaitan
pertumbuhan pohon dan pengaturan hasil yang telah dilakukan, sebaran hasil penelitian
berdasarkan tahun, lokasi (propinsi) dan jenis lahannya. Tahap akhir yaitu pe~nbuatandatabase hasilhasil penelitian.
I. Peneliiian-Penelitian yang Berliasil Diinventarisir Judul Penelitian yang berhasil diinvetarisir sebanyak 160 buah. Jumlah terdiri atas kategori bidang sebagai berikut:
31,03%
9
I
74
I
inn nnv-
A. Pertumbuhan Pohon 1. Riap Diameter
1. a. Riap Diameter Berbagai Jenis Pohon
Abdurachman, Saridan dan Subagio (1995) melakukan penelitian penumbuhan diameter terhadap jenis Shorea di hutan alam PT. lnhutani I Berau, Kalimsntan Timur. Hasil peneikian menyimpulkan bahwa riap diameter per tahun sebesar 0,34 cm. Kisaran pertumhuhan maksimum terjadi pada kelas dianieter 60 - 90 cm yaitu sebesar 0,iO - O;65 cm per tahun. Abduracman (1999) melakukan penelitian lagi terhadap jenis Shorea di hutan bekas tebangan PT Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa rataan riap
diameter per tahun adalah 0,34 cm dengan galat baku 0,02 a n . Sedangkati pemmbuhan lllaksimum terjadi pada kelas interval 30 - 39 cm yaitu sebesar 0,37 cm per tahun danterkecil pada keias > I00 cm yairu 0;23 cm pel. tahun. Penelitian jenis Shorea juga dilakukan oleh Butarbutar dan Supriana (1988) yang meneliti riap rata-rata dan rlap berjalan diameter hutan tanarnan S/?oreaplaryclados V. SL di Purba Tongah Sumatera Utara. Daii psnelitian ini didapat rata-rata dizmeter pohon pada tahun tanam 1951 (umur
35 tahun), 1949 (umur 37 tahun) dan 1948 (umur 38 tahun) berturut-turut 40,28 cm; 40,47 cm dan 38,99 cm. Adapun nilai rata-rata MA1 dan CAI per pohon dalam tiap tahun tanam adalah sebagai berikut: a. Tahun Tanam 195 1: MA11 = 1,16 cdtahun, MA12 = 1,14 cmltahun, CAI = 0,96 cmltahun b. Tahun Tanam 1949 : MA11 = 1,13 cdtahun, MAIz= 1,ll cdtahun, CAI = 0,75 cmltahun c. Tahun Tanam 1948 : MAI, = 1,03 cdtahun, MA12 = 1,O 1 cmltahun, CAI = 0,68 cmltahun Pada jenis dan lokasi yang sama Butar-Butar dan Sembiring (1991) meneliti lagi riap rata-rata dan riap berjalan diameter selama 5 (lima) tahun terakhir. Didapat hasil hahwa tanaman tahun 1948 mempunyai MA1 pada umur 37- 41 tahun, menunjnkkan nilai yang hampir sama (masing-masing 1,14; 1,14; 1,14; 1,16 dan 1,13 ) cm, sedangkan nilai CAI pada umur (38 - 39) tahun meningkat yaitu 0,47 sampai 2,07 cm. Kemudian mulai dari umur (39 - 41) tahun nilai CAI menurun yaitu dari 2,07 cm menjadi 0,54 cm dan menjadi 0,53 cm. Periode umur (39 -41) tahun tanaman 1948 termasuk miskin riap diameter. Selanjutnya tanaman tahun 1949 mempunyai nilai MA1 yang hampir sama pada umur 36 - 40 tahun (masing-masing: l,l3 cm; 1,12 cm; 1,13 cm; 1.14 cm; dan 1,ll cm) sedangkan nilai CAI pada umur (37 - 39) tahun meningkat yaitu dari 0,55 cm menjadi 1,85 cm dan kemudian menjadi 1,23 cm, kemudian pada periode umur (39
- 40)
tahun menurun yaitu dari 1,23 menjadi
0,3 1 cm. Nilai CAI dari seluruh tahun tanam atau pada umur (34 - 41) tahun adalah (0,31 - 2,07) cm dengan nilai rata-rata 1,06 cm. Dengan berlokasi di Selat Panjang, dilakukan juga pengukuran riap diameter terhadap jenis Meranti, Geronggang, Suntai, dan Punak sebagai tanaman perkayaan, Riau. tlasil-hasil Pengukuran pertambahan diameter selama selang waktu 2 tahun dapat diketahui bahwa untuk jenis Meranti sebesar 1,963 cm, jenis Geronggang sebesar 1,969 cm, jenis Suntai sebesar 1,800 cm, jenis Punak (2,172 cm). Sedangkan pertumbuhan diameterltahun rata-rata selama selang waktu 5 tahun dapat diketahui bahwa untuk
jenis Meranti sebesar
0,982 cmlthn, jenis Geronggang sebesar
0,985 cdtahun, jenis Suntai sebesar 0,900 cdtahun, jenis Punak 1,086 cmltahun ( Rio,1985 ). Penelitian riap diameter juga dilakukan Trisnanto (2003) terhadap kelompok jenis Medang (Litsea spp.) pada hutan alam bekas tebangan di Kalimantan Barat. Besarnya riap diameter (R) untuk kelas diameter 50 cm ke atas dapat diduga oleh diameter setinggi dada (D) dengan model: R = -0,308191 i0,00019 D~ dengan R' sebesar 27.4% dan ~ ' a d jsebesar 24,1%. Rotasi tebang kelompok jenis Medang di lokasi penelitian dengan batas diameter tebang 50 cm atau lebih dan batas diameter pohon inti 20 cm
- 50 cm
rata-rata selama 75 tahun. Abdurachman (1997) melakukan penelitian pertumbuhan diameter jenis Lophopefalztm Javanicum (Zoll) Turcz di areal hutan rawa PT lnhutani I Berau Kalimantan Timur. Dari hasil penelitian didapat nilai rataau riap diameter per tahun 0,41 cm dengan galat baku sebesar 0,014 cm. Maka kisaran nilai parameter riap diameter (u) pada selang kepercayaan 95% adalah 0,38 - O,44 cm.
Kalau dilihat angka yang termasuk dalam kisaran nilai riap diameter ini adaiah kecil. Untuk melihat pergeseran diameter, semua hasil pengukuran dikelompokkan ke dalam kelas diameter dimana kelas yang terkecil adalah 10 cm dan tertinggi 56 cm. Jenis-jenis pohon yang termasuk jenis komersial-dominan di areal HPH PT. Bina Balantak Utama, Propinsi Papua secara beNNt dari yang paling dominan, yaitu: jenis matoa (Pomeliapinnato), pala (Horsfeldio sp.), marendom (Pimeleodendron sp.) dan merbau (Instia bijuga). Besamya CAI untuk jenis matoa (Pometiapinnata) pada kelas diameter 10 - 50 cm adalah 0,87 cdtahun, untuk jenis marendom (Pimeleodendron spp ) pada kelas diameter 10 - 20 cm adalah 1,10 cmltahun, untuk jenis merbau (Intsia bijuga) pada kelas diameter 20 cm-up adalah 1,22 cdtahun dan untuk jenis pala (Horsfldia sp.) pada kelas diameter 10 cm up adalah 1,12 cmltahun (Knstiwa, 2003). Berdasarkan jenis dipterocarpaceae dan non dipterocarpaceae pada hutan bekas tebangan dan hutan alam di Sumatera Barat, Butarbutar dan Sembiring ( 1995) melakukan penelitian riap diameter. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa pertumbuhan diameter Dipterocarpaceae lebih rendah daripada Non Dipterocarpaceae pada hutan alam ( 0,445cmlthn <0,5 cdthn), sedangkan pada hutan bekas tebangan lebih tinggi (1,105cdthn > O,Slcm/thn). Sedangkan berdasarkan arealnya terlihat bahwa pertumbuhan Dipterocarpaceae dan Non Dipterocarpaceae lebih tinggi pada areal bekas tebangan (1,105 c d t h n dan 0,81 c d t h n ) daripada pada hutan alam ( 0,445 c d t h n dan 0,5 cmlthn). Hal ini disebabkan oleh berkurangnya pohon pada bekas tebangan sehingga persaingan ruang tumbuh berkurang dibandingkan dengan di hutan alam (6,3 - 15,3) pohonl0,I ha. Dengan melihat kelompok jenis intoleran dan toleran, Qiram (2002) meneliti riap diameter pohon di hutan alam bekas tebangan areal HPH. PT. Sumalindo Lestari Jaya IV, Kalimantan Timur. Dengan basilnya riap diameter untuk kelompok jenis intoleran dan jenis toleran adalah berbeda. Riap diameter terbesar adalah pada jenis intoleran sehesar 0,34 cmlth. Kisaran riap diameter pada jenis
-
intoleran berkisar 0,28 - 0,34 c d t h . Sedangkan pada kelompok toleran berkisar 0,20 0,26 c d t h . Hasil penelitian pertumbuhan pohon pada berbagai umur tegakan tinggal di kesatuan usaha Stagen PT. Inhutani I1 Pulau Laut, Kalimantan Selatan didapat riap diameter tahunan rata-rata kelompok pohon cepat tumbuh terkecil 0,510 cm per tahun dan terbesar 3,025 cm per tahun, sedangkan pohon lambat tumbuh riap diameter tahunan rata-rata terkecil adalah 0,532 cm per tahun dan terbesar 1,612 cm per tahun (Viveryani, 1988). Menurut Pratomo (1992), pertumbuhan Mangium pada tegakan murni dan tegakan campur di Kalimantan Selatan ternyata berbeda nyata pada diameter tajuk, yaitu bila ditanam campur dengan sengon. Perlu diketahui bila ditanam campur dengan Melina pada umur 47 bulan pertumbuhannya 14 % lebih tinggi, 25% lebih besar diameter batang dan 34% lebih besar tajuknya. Bila dicampur dengan sengon pertumbuhannya 32% lebih tinggi, 41% lebih besar diameter batang dan 49% lebih lebar tajuknya. Pertumbuhan Melina pada tegakan mumi herbeda dengan pada tegakan campur mangium dan Melina. Pada tegakan campur ini mangium pada umur 47 bulan pertumbuhannya 51%
46% lebih besar diameter batang dan 28% lebih lebar tajuknya dibanding pertumbuhannya pada tegakan murni. Bila dicampur deiigan sengon peltumbuhannya 16% lebih rendah, 17% lebih kecil diameter batangnya dan 15% lebih sempit tajuknya dibandingkan pada tegakan niurni. Husni (1997) melakukan penelitian tentang pertumbuhan hutan alam bekas tebangan di HPH PT. Asialog Jambi. Tegakan yaxig menjadi objek penelitian ini adalah bekas tebangan tahun 199011991. Pohon-pohon yang terdapat dalam PUP dikelompokkan menjadi 2 kelompok jenis yaitu kelo~iipokjenis medang (Litsea spp.) dan kelompok jenis non-medang. Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat besarnya riap kelompok jenis medang cenderung meningkat dari kelas diameter 20-30 cm sebesar 0,60 c d t h sampai kelas diameter 70 ke atas sebesar 1,49 cidth, sedangkan riap kelompok jenis non medang pada setiap kelas diameter cenderung meningkat dari kelas diameter 20-30 cidth sebesar 0,55 c d t h sampai kelas diameter 60-70 cin sebesar 1,22 cmlth. Riap maksimuin ierjadi pada kelas diameter 60-70 cm yaitu sebesar 1,22 cmlth. Sedangkan berdasarkan perbedaan pengukuran antar waktu terlihat kecenderungaii menurunnya riap pohon pada pengukuran awal ke pengukuran selanjutnya. 1. b. Model Penduga Riap Diameter
Rismayanti (2001) meneliti model penduga riap diameter pohon jenis Resak (Palica rassak) pada hutan alam bekas tebangan di kalimantan Timur. Hasil peiielitian dapat disimpulkan bahwa dari ketujuh model regresi yang dicobakan diperoleh model-model yang terpilih scbagai model yang terbaik yaitu: 1. model Ln CAI = -3,16 + 1,49 Ln D - 0,19 (L~D)'untuk PUP I dengan R' sebesar 11,3% 2.
model CAI = 1,23 - 0,00036 DN + 0,00396 D') untuk PUP 2 dengan R' sebesar 16%
3.
model Ln CAI = 0,543
4.
+ 0,0921 Ln D - 0,00166 D ~ untuk ) PUP 4 dengan R' sebesar 12,6% riiodel Ln CAI = 1,17 - 1,23 Ln D + 0,109 D) untuk PUP 5 dengan R2 sebesar 17%.
Dirnana D adalah diameter setinggi dada (cm). Fachmrozy (2000) meneliti jenis Kapur (Diyobalanops spp.) di Kalimantan Timur dan didapatkan hasil bahwa uiituk memudahkan praktek di lapangan maka dibentuk model penduga untuk plot yang inengalami perlakuan dan tidak mengalami perlakuan. Model penduga terbaik yang dipilih untuk plot yang mengalami perlakuan dan tidak mengalami perlakuan masing-masing adalah: I. model Y
= 0,176
+ 0,000409 DN - 0,00Oi?9 D~
2. model Y = 0,466 - 0,000021 DN + 0,000442 D'
Y
= Riap
diameter (cdtahun)
D =Diameter pohon (sm) N = Kerapatali tegakan untck pohon-pohon berdiameter lebih besar dari 30 cm (individuhekar)
Sedangkan besar riap diameter (CAI) untuk plot yang mengalami perlakuan dan tidak, berdasarkan model terbaik yang dipilih secara berturut-turut adalah 0,92 c d t h dan 0,7S c d t h . Fungsi penduga pertumbuhan dan riap diameter tegakan sengon (Paroserianlhe$falcataria
L. Nielsen) dari ulilur 4 sarnpai S tahun di Jawa Tiniur hasil penelitian Kuswandana (1994) adalah sebagai berikut : Secara umum tanpa melnbedakan bonita : D = -7.72 + 6.95 U - 0,33 u', R' = SS,O % Do, = 6,95 - 0,66 U DMAI = 6,95 - 7,72 (U-1) - 0,34 U Dimana D adalah diameter tegakan (cm), U adalah umur tegakan (tahun), DC4[ adalall riap diameter tegakan rata-rata tahunan berjalan (cdtahun) dan (cmltahun). Pada umur yang sama (4
- S tahun),
adalah riap diameter rata-rata tahunan
tegakan yang tutilbuh pada bonita yang lebih tinggi
mempunyai tingkat pettu~nbuhan diameter tegakan yang lebih tinggi. Pada umur dan bonita yang sama, tegakan yang kerapatannya lebih rendah mempunyai tingkat pel-tunibuhan diameter tegakan yang lebih tinggi. Berdasarkan data hasil pengolahan analisis batang yang berupa ringkasan dbh per pohon yang dilakukan oleh Siswoko (2000) pada tegakan Jati di Jawa Tengah ~nenunjukkankemungkinan adanya korelasi yang k u a ~anrara dbh dengan umur. Jika dbh sebagai variabel dependen dan umur sebagai variabel independent, niaka dapat disusun persamaan dbli sebagai fungsi umur. Model persamaan regresinya : Dbh = lI((l1u) + bo*biAumur) Dimana: u = harga batas atas bo = konstanta regresi bi = koefisien regresi Menurut Kuncahyo (1984), faktor lokasi berpengaruh nyata dalam menentukan model persamaali kurva pertumbuhan diameter pohon jati. Dengan demikian penerapan metode plot tstap akan membutuhkan areal plot yang luas, sedangkar? penerapan metode plot berubah sulit lilenghasilkan kurva yang reliri. Model hipotetik log Y = log A + B log X dapat dipergunakan untuk menduga kvrva pettumbuhan diameter pohon jati, dengan Y tilerupaka~lnilai karakteristik tumbuhan, X merupakan umur dan A, B merupakan parameter ,dari fungsi tersebut. Sedangkan model persamaan yang dihasilkan dari penelitian dengan lnetode multiphase sampling untuk populasi hutan jati Perhutani Unit 11 adalah log Y = 0,61 + 0,50 log X. Ternyata dengan model penduga riap diameter bisa melakukan pengelompokan jenis pohon pada hutan ala~llbekas tebangan. Studi Kasus di HP1-I PT. Sumalindo Lestari Jaya 11, Kalimatan Timur. Uerdasarkan hasil pengelompokan jenis didapatkan bahwa dari keelnpat be!ss jenis y3ng ada dapat dikelompokkan ke dalam 9 kelompok, yakni kelolnpok 1 (Di!Iej?ia mcelsa), kelompok 2
(Litsea odorifera, Canarium asperurn), kelompok 3 (Palaqui~rnmaingayi, Nepheliurn sp), kelolnpok 4 (Shorea acurnunatissirr~a),kelompok 5 (Slzorea lepros~rla,Dracorrtomelon mangijerum), kelompok 6 (Myristica nlarirna, Narak), kelompok 7 (Mezzetia parviflora),
kelompok 8 (Syzygium sp,
Karamunyik) dan kelompok 9 (Gluta wallichi~]. Riap rata-rata diameter terbesar dimiliki oleh kelompok 4 (Shorea ac~rrnina!issin~a)yaitu sebesar 1,163 c~nlthdengan kisaran 0,959 -. 1,367 c d t h , sedangkan riap rata-rata diameter yang terkecil dimiliki oleh kelompok 1 (Dillenia excelsa) yaitu sebesar 0,262 cmlth dengan kisaran 0,241 - 0,283 c d t h (Ratika, 2002). Dewi (2003) melakukali penelitian juga tentang pengeloinpokan jenis berdasarkan model penduga riap diameter pohon pada iiutan alam bekas tebangan di Jambi. Pengukura~idilakukan 6 kali densan selang waktu
i
I tahun pada periode tahun 1995 - 2000. Berdasarkan perbandingan nilai JKS
terkecil dari semua pengelompokkan jenis sementara model terpilih, dihasilkan 11 kelompok jenis. Yaitu kelompok 1 (X)dopia sp.), kelompok 2 (Ganzia nzotleyana Pierre), kelonipok 3 (Plonco17ia valida BLtIlex cyr~~osa BL.), kelompok 4 (Urandra scorpioides O.Ktze+Castonopsis sp.). kelo~npok 5 (Sllorea rnachanta Brandis), kelompok 6 (Cantleya corniculala Howard), kelompok 7 (Tetrameriasta glabra Miq+So17liria 1.revigala BL), kelo~npok8 (Ilex sp.+Gluta renghas L.), kelompok 9 (Coloniirs optir~~irs+Dacoidesroslrala H.J.L.), kelompok 10 (Kerlik+Eugenia sp.) dan kelompok 11 (D~rriocarinatus Mast). Pendugaan CAI diameter rata-rata setiap kelompok diperoleh dengan lnenggunakan model gabungan dari masing-masing kelompok menghasilkan nilai untuk kelonipok 1) 0,392 cmlth dengan selang 0,334-0449 cmlth, 2) 0,402 cmlth dengan selang 0,343-0,462 cmkh, 3) 0.380 cmlth dengan seiang 0,321-0,440 cmlth, 4) 0,374 cmlth dengan selang 0,313-0,435 cnlith,
5 ) 0,385 c d t h dengan selang 0,281-0,490 c d t h , 6) 0,354 cmdth dengan selang 0,255-0,452 cndth, 7) 0,360 ~1111thdengan selang 0,282-0,438 c d t h , 8) 0,038 cmn/th dengan selang 0,030-0,045 cmith, 9) 0,366 cnlith dengan selang 0,279-0,452 c d t h , 10) 0,382 cmlth dengan selang 0,268-0,497 cmlth, dan 1 I) 0,366 cmlth dengan selang 0,178-0,555 cmlth. Sriyono ( 1 987) ~nelakukonpenelitian tentang model penduga riap bidang dasar tegakan Pinus rilerkzrsii Jungh. et De Vriese di Jawa. Kriteria pemiliha~lmodel didasarkan pada hasil uji F nyata, besamya nilai koefisien detenninasi (R') dan salah baku estilnasi (Se) yang kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model penduga riap bidang dasar tegakan P. Merkusii yang terbaik diantara bentuk-bentuk yang diuji adalah: CAI = - 2,7779 - 0,0478 (dA) + 707,5206 (IIA) + 1,1656 (Ln G) - l20,03 13 (Ln G)IA
+ 4,4685. 10"(N2) MA1 = 0,7147 + 11,0378 (GIA) + 0,0904 (G,)-4,3863.10~ (N) Adapun A adalah uliiur tegakan (bulan), dA adalah tenggang waktu penjarangan (bulan), G adalah bidang dzsar tegakan pada awal pengukuran (m~lia),N adalah jumlah batang per hekar dan G, adalah
bidang dasar penjarangan total (m2/ha). Besarnya nilai R' persanian di atas ialah 0,75 untuk CAI dall sebesar 0,70 untuk MAI. Model penduga di atas berlaku untuk bonita 111 dan IV. Kleine dan Hinrichs (1999) meneliti tentang pertumbuhan diameter, dimana ada dua tipe fungsi pertu~iibuhandiameter dibawah ini yang merupakan versi DIPSIM sekarang ini : Untuk plot-plot tebangan lebih dari 15 tahun yang lalu : 1.0: (Dl . 0.2) = bO
- SI*log(BA) + b2*D + b3*log(D)
Ulituk plot-plo~tebangan kurang dari I5 tahun yang lalu : Log (Dl + 0.2) = bO + bl *log(BA) + b2*D + b3*log (D) + b4*YAL Dimana : Dl
: Pertumbuhan Diameter (cmlthn)
Log
: Logaritma alami
BA
: Basal Area (m2/ha)
D
: Diameter (cm)
YAL
: Waktu sejak penebangan terakhir (tahun)
CF
: Faktor Koreksi
1. c. Riap Diameter Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap riap diameter Shorea, Mahruni (1983) melakukan penelitian di wilayah Kesatuan usaha Stagen PT. Inhutani I1 Pulau Laut :
acuii~ii?atissiniadan Dipterocarptis caadifriis di hutan sekunder lebih besar daripada di hutan primer. Temperatur merupakan faktor cuaca yang paling berpengaruh terhadap riap diameter pohon
Dipterocarpus caudijierus di hutan sekunder. Curah hujan merupakan faktor cuaca yang paling berpengaiuh terhadap riap diameter pohon Shorea actrn~inalissimadi hutan primer, dan berpengamh besar terhadap riap diameter pohon Dipterocarpus caadferus dl hutan sekunder. Laina penyinarail matahari inerupakan faktor cuaca yang paling berpengaruh terhadap riap diameter pada Shorea
ac~~i~rtnotissiiito di hutan sekunder setelah pembalakan. Perlakuan dengan manipulasi pemberian masukan cahaya dapat memberi pengaruh positif terhadap pertambahan diameter Shorea leprostrla yang bemmur 5 tahun di Jambi. Pertambahan diameter terbesar diperoleh rnelalui perlakuan C (penebangan terhadap pohon berdianleter 50 cin keatas baik jenis komersil maupun non komersil), terutama untuk jenis dipterocar;, pada kelas diameter 10 - 19 cm yang menunjukkan riap dianleter tahunan 1,l I cm, kemudian diikuti perlakuan A ()tang menebang tingkat sapihan non dipterocarp pada jalur 20 m) dengan riap tahunan sebesar 1,06 cm. Kedua per!akuan ini menunjuman beda secara nyata terhadap blok kontrol dengan taraf uji masingmasing sebesar
!Oh
(untuk .4(0,104>0,103)dan C(0,107>0,033)), 5% (untuk A(0,104>0,086) dan
C(0,107>0,069)). Perlakuan ;.ang tidak bcrpengarfih secara nyata terhadap peitumbuhan diameter
adalah perlakuan D yaitu penebangan tingkat sapihan jenis non dipterocarp padajalur 10 m (Marsono, Sastrosumarto dan Soewamo ,1990) Makin tinggi curah hujan akan semakin besar riap diameter Albizia falcalaria yang dihasilkan di wilayah Dogor. Sedangkan untuk Pinus caribaea tidak berpengaruh nyata. Perbedaan tersebut terjadi karena Albizia fa!cataria niemiliki sifat penguapan yang kuat, sedangkan Pintrs caribaea lemah. Falitor-faktor iklini lain (temperatur udara, kelembaban nisbi, intensitas cahaya, lamanya penyinarai~, dan evaporasi) tidak berpengaruh secara nyata terhadap riap diameter niiiigguan kedua jenis yang diteliti. Secara ulnum didapat bahwa respon riaplpembahan diameter Albizia falcatario terhadap faktor-faktor iklim lebih peka daripada Pinus caribaea (Santoso, 1981) Sedangkan pada lokasi yang sama, riap diameter mingguan rata-rata polion Pitius azerktrsii yang berumur 18 tahun adalah 0,237 mmlminggu. Evaporasi total mingguan berpengaruh sangat nyata yang diperlihatkan oleh hubungan keeratan
antara kedua peubah itu yang kuat dan uyata yaitu
0,917822 dan 0,842398 masing-masing untuk regresi linier dan kuadratik. Untuk temperatur udara, lama penyinaran, kelembaban nisbi, curah hujan tidak berpengaruh nyata yang diperiihatkan oleh hubungan keeratan antara kedua peubah itu yang sangat lemah dan tidak nyata baik untuk regresi linier maupun kuadratik (Suhaendi , 1983) Effendi (1992) melakukan penelitian tentang pengaruh penjarangan terhadap peitambahan diameter permudaan alam bakau {Rhizophora apiculafa) umur 5 tahun dan i 0 tahun yang dilakukan di areal HPH PT. Bina Lestari Cabang Tembilahan, Riau. Didapatkan hasil untuk diameter rata-rata pemiudaan alam umur 5 tahun berkisar antar 3 3 9 cm sampai 6,13 cin atau rata-rata 4,72 cm sedangkan untuk perinudaan alam uniur 10 tahun antara 6,07 cm sampai 8,10 cm atau rata-rata 7,52 cin. Hasil pengukuran setelah penjarangan diperoleh pe~tambahandiameter rata-rata 7,7 mm untuk jarak 3m x 3m; 9,3 mm untuk jarak 4m x 4m dan 3,7 mm untuk kontrol pada permudaan alam umur 5 tahun. Untuk permudaan alam umur 10 tahun pertambahan diameter rata-ratanya adalah 7,O mm untuk jarak 3m x 3m; 8.4 mm untuk jarak 4m x 4m dan 4,7 mm untuk perlakuan kontrol. Rata-rata pertambahen diameter pohon pada hutan bekas tebangan di Ria11 yang terbesar didapatkan pada perlakuan pembebasan (R), penjarangan (T), dan pengayaan (E) secara jalur (R + T + E jalur) untuk dipterocarpaceae 0,90 cm, non dipterocarpaceae 1,03 cm dan semua jenis 1,00 cm. Rata-rata pertambahan diameter pertumbuhan tiang terbesar untuk dipterocaipaceas pada perlakuan kontrol yaitu 0,74 cm; non dipterocarpaceae dan semua jenis pada perlakuan pembebasan penjarangan dan pengayaan secara jalur masing-masing 1,45 cni dan 1 2 2 cm. Rata-rata pertambahan diamster perlnudaan pancang terbesar untuk dipterocarpaceae pada perlakuan pembebasan, pelijara~igandan pengayaan secara total (R + T + E total) yaitu O,G5 cm; non dipterocarpaceae dan semua jenis pacia perlakuan pembebasan dan pengayaan secara total masing-masing 0,SO cni dan 0,72 cm (Yefri dan Mas'ud , 1995).
Berdasarkan hasil penelitian Sianturi (1999) terhadap tanalnan sungkai (Peronerna canercens) di Benakat terlihat bahwa jarak tanam nampaknya berpengaruh terhadap pettambahan diameter, makin besar jarak tanaman makin besar diameter rata-rata. Diameter rata-rata untuk jenis tanaman tersebut pada umur I3 dan 14 :shun adalah 13,27 cm dan 14,57 cm, sedangkan pertambahan diameter tahunan dan pcrtatilbaha~idiameter tahun berjalan adalah 1,12 cm dan 1,30 cm. Dengan penjarangan maka rata-rata diameter pohon ~ilenjadilebih besar. Pe~nbuatanplot permanen yang telah dilakukan pada tanaman sungkai di Benakat ~nenunjukkanbahwa jarak tanat11 4 x 2 m nlelnberikan riap yang lebih besar dari jarak tanam 4 x 1,5 m d m 4 x 4 m. Menurut Wijayanti (2001), laju pertumbuhan dan riap diameter dipengaruhi jenis tanaman dan sifat individu tanalnan yang bersangkutan. Besarnya riap diameter hasil penelitian dipengaruhi ole11 diametel- awal pengukuran, senlakin besar diameter awal pengukuran maka semakin besar riap diarneternya. Kondisi pembukaan tajuk setelah kegiatan penebangan mengakibatkan intensitas masuknya cahaya tnatahari tinggi dan mampu mensti~nulirpertumbuhan individu pohon. Perlakuan pemeliharaan tegakan berupa kegiatan pembebasan dan penjarangan ~nemberikanpengaruh positif terhadap perta~nbahandiameter pohon pade areal bekas tebangan. Dari hasil pengukuran riap diameter dalam PUP lhasil rataan riap untuk petak perlakuan 1,43 c~nlthndan petak tanpa perlakuan l , l 3 cmdthn. 2. Riap Tinggi
2. a. Riap Tinggi Berbagai Jenis Pohon Butarbutar dan Napitupuiu (1988) melakukan penelitiao terhadap pe~tumbuhantir~ggitiga jenis pohon di Penlatang Siantar dan Padang Lawas, Sumatera Utara. Hasil penelitian ~nenyimpulkan bahwa tinggi rata-rata anakan Acacia ~na~tgizrm Willd, Lagerstrantia speciosa Pers. dan Pericopsis ~iioortiartuThw. berulnur satu tahun di Pematang Siantar berturut-turut 239,75 cm; 133,22 cm dan 79,l cm; sedangkan di Padang Lawas berturur-turut 81,25 cm; 5 1,34 cm dan 28,44 cm. Sebelumnya, Butarbutar (1986) juga melakukan studi pendahuluan tentang riap rata-rata tahunan hutan tanaman Shorea platyclados V.SI. di Purba Tongah, Sumatera Utara. Didapatkan hasil bahwa pada tahun tanem 1952 (MA1 bebas cabang
=
0,320149 mi/ha/thn dan MA1 sampai
tajuk = 0,456848 m3/ha/thn), tahun tanam 1951 (MA1 bebas cabang = !,682226 m3/ha/thn dan MA1 sampai tajuk
=
2,610755 m3ihdthn): tahun tanam 1949 (MA1 bebas-cabang = 2,739379 m31ha/thn dan
MA1 sampai tajuk = 4 , j 16141 mn3/ha/thn), tahun tafiam 1948 (MA! bebas cabang = 3,279461 niiha/thn dan MA1 sampai tajuk = 5,073152 inS/ha/thn).~iap rata-reta tahunan hutan tanaman Shorea platyclados di Purba Tongah terinasuk kecil, ha1 ini ~nungkindisebabkan kurangnya perneliharaan sejak penanaman. Butar-butar, Sunarto dan Safrudin (200 I) melakukan penelitian tentang pertumbuhan tanaman Jambu Mente (Anacardiuri; occidenlale), P.nssana (Pterocarpus indicus), Sungkai (Peronema ca~~escer7s) di keLun percobaan lahan kritic Pulau Bintar.. Hasil yang didaperkan Eahwa jznis yang
lnelllpunyai
pertumbuhan tinggi tanaman paling besar setelah berumur elnpat buian adalah sungkai
(3S,G7 cm) yatig diikuti oleh angsana (31,24 cm), jambu menle (27,29 cm) dan randu (0 cm). Jenis randu tidak ada yang hidup dalam percobaan ini. Hal ini dapat disebabkan oleh penyesuaian tanah dan iklim. Berdasarkan kondisi iklim dan tanah di Pulau Bintan, hanya ja~nbu meltte yang memenuhi persyaratan tempat tutnbuh dari faktor ketinggian tempat. Tentang pertulnbuhan tinggi juga diteliti Omon dan Abdurrohim (l9SG) terhadap tiga jenis matoa pada Wanariset I Anggresi, Manokwari. Hasil yang didapat bahwa petiambahan tinggi rata-rata Po~neliapinnola, Panielia cariacea dan Ponleria acwizinala masing-masing sebesar 44.39 cm,
37,03 ctn dan 11,65 cm. Kecenderungan perbedaan peltambahan tinggi rata-rata Poinelia pinnoin dengan dua jenis lainnya mungkin diakibatkan oleh perbedaan lania petneliharaan bibit di persemaian. Hasil pengukuran di Tapanuli Selatan menunjukkan bahwa rata-rata pertutnbuhan tinggi (cni) dan diameter anakan 10 jenis tanaman Paraserianthes falcataria, Saga-saga, Acacia crassicarpcm. Pericopsis ~iiooniana,Acacia aulacocarpa, Acacia ~ ~ i a n ~ i G~nelina ~ m ~ i ~ , arborea, Pintrs ~~ierklrsii, Castmarina j~tmnglnrhnimia.Etrcalyp!prlrs trropylla setelah berumur enain bulan masing-masing adalah
(20.10; 15.20: 39,57; 20,57; 5730; 47,20; 3S,70; S,07; 21,23; 40,63) dan (0,22; 0,32: O,39; 0,271 0,43; 0 3 ; 0,37; 0..;7; 0,lS; 0>10;0,2S).Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pettumbuhan tinggi a~takan 10 jenis tanaman yang diuji cukup bervariasi, dilnana jenis anakan Pintrs miierkirsii tnetniliki pertumbuhan terendah yaitu sebesar 8,07 cm sedangkan jenis anakan Acacia atrlacocarpa me~npunyai pe~iu~nbuhan tinggi
terbaik yaiti~sebesar 57,80 cm. Jika dihitung rata-rata pertumbuhan ringgi
~tlencapai30.90 cm (Jayusman, 1993). Dengan rentang waktu 24 bulan, diketahui pertumbuhan titlggi rata-rata Agalhis labillardieri setelah penanaman di Takar berturut-turut adalah 1S7,48 cm untuk THPB habitat Agarhis; 13697 cm untuk THPB habitat non-Agathis, 37,4S cm untuk perkayaan habitat Agathis dan 3339 cm untuk perkayaan habitat non-Agathis. Perta~nbahantinggi tanaman Agathis pada sistem perkayaan lebih larnbat dibandingkan dengan sistein THPB. Hal ini diduga tanaman Agathis pada sistem perkayaan kalah bersaing dalain perolehan sinar mataliari langsung dengan tanamanlpohon sekitar (Utomo dan Kuswandi ,I991 2 2. b. Riap Tinggi dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya
ilntarto, Maai, Suripatty dan Rizal (1 996) meneliti pertumbuhan Da~nar(Agarhis labillardieri Warb.) sate tahun setelah penanaman. Hasilnya dapat disi~npulkanbahwa dengan adanya perlakuan naungan pada 3 bulan setelah penanaman ~nemberikanrata-rata perta~nbahantinggi sedikit lebih besar (3,52 cni/jalurhulan) dibanding perlakuan terbuka (3,Il cm/jalur/bulan), tetapi sebaliknya pada usia
I tahun setelah penanaman pertaltibahan rata-rata tinggi anakan Darnar di daerah terbuka lebih tinggi (1 $4 cm/jalur,bulan) dibanding setengah naungan (1,32 cm/jalurhuian). Secara keseluruhm perlakuan
setensah naungan terhadap anakan Daniar pada awal penar~atnanmasilt diperlukan untuk nlerangsang peltumbuhannya dan setelah beru~nurI tahuti tanaman ridak layi mentbutuhkan naungan.
Dari perlakuan naungan juga diperoleh Iiasil bahwa rata-rata riap tinggi tanaman akasia untuk persemaian dengan naungan sarion hitaln mencapai 3,63 cmlbulan, untuk persemaian tanpa naungan lnencapai 5,3 1 cmlbulan dan untuk tipe persemaian rumah kaca mencapai 7,39 cmhulan. Untuk rumah kaca, variasi kecepatan tumbuh tinggi akasia berkisar antara 4,SS cmhulan (untuk Acacia aurictrliforr~zis) sampai 13,65 cmhulan (untuk Acacia azrlacocarpa); untuk naungan sarlon hitam variasi kecepatan tumbuh tinggi akasia berkisar antara 2,65 cmhulan (untuk Acacia cinci~mata) sampai 6,03 c~nlbulan(untuk Acacia aulacocarpa); dan untuk tanpa liaungan variasi kecepatan tumbuh iinggi akasia berkisar antara 4,02 cmlbulan (untuk Acacia auriczilifort~zis)satnpai 9,24 cmtbulan (untuk Acacia aulacocarpa. Rata-rata kecepatan tumbuh tinggi kelima jenis akasia secara keselurulian bervariasi dan berkisar antara 3,SS cmlbulan (untuk Acacia auriculifor~nis) sampai 9,64 ctn/buian (untuk Acacia azrlacocarpa) (Kapisa dan Sapulete , 1998). Pertu~nbuhansemai Sonokembang (Pterocarpus indicus) yang baik setelali berkecambah di lapangan. segera dipindahkan ke ru~nahkaca dan di sini tnenutljukkan pertumbuhan yang lebih cepat. Tidak ada pengaruh penegak terhadap pertumbuhan
semai, tetapi sedikit berpengaruh terhadap
kelurusanitegaknya batang semai. Semai Sonokembang (Pterocarpus indicus Willd) menunjukkan dimorphisme daun dimana pada waktu semai masill kecil (tinggi 7 cm) berdaun tuoggal, tetapi selanjumya semai berdautl majernuk menyirip. Bintil akar niulai tumbuh pada semai n~encapaitinggi I4 cm ( Wiyono , 1991).
Hasil penelitian tnenunjukan bahwa struktur tegakan Dipteracarpaceae dari tingkat semai satnpai tingkat pohon di Kalimantan Timur, secara utnum semakin besar diameter maka jutnlah individu atau kerapatan selllakin keci!, dan selllakin kecil diameter maka jumlah individu atau kerapatan semakin besar (Wahono , 1993). Sti~dipertu~nbuhan tinggi dilakukan juga ierhadap tanaman manyrove pada jalur hijau di Kecamaran Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung. Berdasarkali hasil pengukuran tinggi di lapangan diperoleh bahwa RZ = 94,l % untuk tambak, sedangkan untuk non tambak R' = 97.5%, ini beratti bahwa faktor lingkungan sangat berpengaruh pada lahan non tambak. (Pumama, 1998). 3. Riap Volume 3. a. P.iap Volume Berbagai Jenis Pohon
Hasil penelitian Butar-Butar dan Sembiring (1997) terhadap tanaman Pinus nzerkusii di Tapanuli Utara terlihat bahwa volume rata-rata (m3/hal:ahun) pada kelas umur I (0 - 10) tahun, il (10
- 20) tahun
dan 111 (20
- 30) tahun beiturut-turut
21,92 m3/ha/tahun; 40,22 m'lhaltahun dan
40,Sl tn3/ha/tahun. Dengan kerapatan yang relatif saina pada petak umur 10 tahun tanaman mempunyai riap volutne rata-rata/:ahun
sebesar 26,44 m3, pada petak umur
5
tahun
(21,6S m'lhaltahun) dan pads petak umur 25 tahun 26,5 m3!ha/rahun. Riap volume rata-rata/tahun
tanaman dalam petak-petak tersebut di atas, menunjukkan bahwa adanya perbedaan sistem penjarangan yang dilakukan di hutan rakyat Tapanuli utara. Riap volume rata-rata jenis tanaman Hutan Tanaman Indonesia (HTI) di PT. Inhutani I1 Sub-unit HTI Semaras adalah: Mangium (belukar) : 20,66 m3iha/thn ; Sengon (belukar) : 29,75 m3/ha Ithn; Mangium (alang-alang): 8,76 m3iha/thn; Sengon (alang-alang) : 15,95 m3/ha/thn
( Raharjo, 1996).
Sesuai dengan site indeksnya, derajat kenormalan jumlah batang pada umur 8 tahun di Kalimantan Selatan untuk tegakan Acacia mangizrm tergolong rendah dengan rata-rata 0,4, derajat kenormalan basal areal nilainya sedang (0,69), sedangkan volume bisa dikatakan sedang (0,65) ( Invansyah ,2003). 3. b. Model Penduga Riap Volume
Model matematika yang terbaik mennrut Husein (1 986) sebagai penduga kurva pertumbnhan volume tegakan Pinus merkusii adalah model regresi log ? = a + b, log A + b2 log2A. Fungsi riap volume dugaan yang didapatkan dari penurunan fungsi pertumbuhan untuk masing-masing bonita adalah seperti berikut: 1. Untuk tegakan Pinus merktcrii bonita 3 diperoleh : 9 = 2,718 AO."~ 2. Untuk tegakan Pinus merkusii bonita 4 diperoleh : 9 = 6,808 A
~
.
~
~
~
3. Untuk tegakan Pinus merkusii bonita 5 diperoleh : 9 = 4,122 A
~
.
~
~
~
Dimana A adalah umur tegakan yang dihitung mulai saat penanaman sampai pelaksanaan pengukuran dari register tanaman (dalam tahun). 3. c. Riap Volume dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya
Gaol (1987) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi riap volume tanaman jati di KPH Randublatung. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa bonita, umur tegakan, kerapatan (jumlah pohonlhektar), diameter rata-rata dan kwalita batang berpengaruh nyata terhadap riap volume kayu batang dan kayu perkakas rata-rata. Semakin tua suatu tegakan semakin kecil riap volume kayu batang rata-rata sedang riap volume kayu perkakasnya semakin besar. Semakin tinggi kerapatan suatu tegakan semakin kecil riap volume kayu perkakas rata-rata tetapi riap volume kayu batang rata-rata semakin besar. Faktor-faktor yang benar-benar bebas dalam persamaan regresi taksiran riap volume kayu batang dan riap volume kayu perkakas rata-rata adalah bonita, umur tegakan dan kerapatan tegakan. Hasil penelitian Rifa'i (1999) di Sampit Kalimantan Tengah dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan volume dari bawah (ingrowth) dan tambah tumbuh (zipgrowth) dan PUP yang dipelihara, untuk famili Dipterocarpaceae 2,5757 m3/ha/thn. Dan volume pertumbuhan dan PUP yang dipelihara, untuk famili Dipterocarpaceae lebih kurang 1,1922 m3/ha/thn. Riap volume jenis Meranti pada PUP yang dipelihara tertinggi lebih kurang 0,3557 m3Iph/thn, karena jenis meranti selalu berkompetisi dengan pioner untuk pertumbuhannya, meranti banyak tumbuh berkelompok dan berada pada bagian punggung atau perbukitan, sehingga kompetisi untuk mendapatkan tajuk paling atas cukup tinggi
Untuk jenis acacia aurictrlforrris, dengan adanya jumlah pohon yang kurang karena jarak tanam lebar atau adanya pencurian kayu, atau penebangan setempat secara seleksi dari normal mengakibatkan volume total sampai umur sekarang ( I 8 tahun) yang jauh lebih kecil dari ukuran normal. Membahas perkembangan riap volume total maka didapatkan keterangan perkembangan riap sudah kecil sekali pada umur 18 tahun. Ini berarti tidak dapat dibenarkan apabila tegakan ditebang sesudah bemmur I 8 tahun (Djuwadi, Janani dan Durbani, 1981) 4. Itigrowlli, Recrrrittnetit, dan Mortality 4.a. Z~igrowflr, Recruittnent, dan Mortality Berbagai Jenis Pohon Abdulah (2003) meneliti tentang recruittnent, ingrowth dan mortaliry untuk pohon yang berdiameter mulai dari 10 cm ke atas pada hutan alam bekas tebangandl Halmahera Tengah. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-rata recrtritmenf per tahun selama lima tahun yang diukur
-
-
sekali dalam setahun adalah berkisar antara 0,54% 9,8%. Sedangkan rata-rata mortality pada kelas diameter 10-19 cm sebesar 0%
- 5,6%, rata-rata mortality
pada kelas diameter 20-29 cm antara
0% - 9,4%. Rata-rata nzortality pada kelas diameter 30-39 cm berkisar antara 0% - 12,5%. Pada kelas diameter 40 cm up rata-rata mortality sebesar 0% - 18,2%. Rata-rata ingrowth kelas diameter 20-29 cm adalah 3,2% - lo%, sedangkan rata-rata ingrowth pada kelas diameter 30-39 cm adalah 0%-1 I%,
-
sedangkan rata-rata ingrowth pada kelas diameter 40-49 cm adalah 0% 13,6%. Rata-rata ingrowth ke kelas diameter 50-59 cm yakni 0%
- 14,3% dan rata-rata
ingrowlh ke kelas diameter 60 cm up
adalah 0% - 16,7%. 4.b. Model Penduga Ingrowtli, Recriritttretit, dan Mortality Menurut Kleine dan Hinrichs (1999), ada 2 dua perbedaan fungsi mortality yang digunakan DIPSIM. Satu fungsi untuk persediaan tebangan lebih dari 15 tahun dan fungsi yang satu untuk persediaan tebangan sampai 15 tahun terakhir. Mortal1 : Mortality Alami (Hutan dengan > 15 tahun setelah penebangan) 1. Untuk jenis komersial dan dilindungi Kemampuan Hidup = (l+exp[-l.293-0.0282*~-0.0648*~~+0.0008*~*~~])~'~~~~ 2. Untuk non komersial
Kemampuan Hidup=(l+exp[+l.4101+0.0223*D-0.5989*log( D ) - O . ~ ~ ~ * D * B A ] ) - ' ~ ' ~ ~ Mortal 2 : Mortality Alami (Hutan dengan <= 15 tahun setelah penebangan) Kemampuan Hidup = (l+exp[aO+al *D+a2*Log(D)+a3*BA+ a4*log(BA) +aS*YaL +a6*log(~a~)])"".~~ Dimana: D
= Diameter
BA
= Basal
YaL
= Angka
(cm)
Area (m2/ha) Tahun Setelah Penebangan
Menurut Kleine dan Hinrichs (1999), recruirntenl tahunan dimodelkan terpisah untuk tujuh slxsies berbcda dengan ~nenggunakandua ripe fungsi di bawali ini:
+ al*BA or *log(BA) and Lo@) = a0 + a l *log(BA) N
= a0
Dimana: N
: jumlah pohon (pohon/ha/thn)
BA
: total basal area (m2/ha)
7.
Non-commercial jtidak diketahui)
Log 0*I)
7,281
0
-1,538
5. Riap Diameter dan Riap Tinggi 5.a. Riap Diameter dan Riap Tinggi Berbagai Jenis Pohon
Ginoga, Seran, Lempang dan Allo (1987) melakukan penelitian tentang pertumbuhan kayu tolnaku (Macadamia hildebrandii V. St.). Berdasarkan hasil yang didapat, pe~tumbuhantinggi setelah umur 1 bulan, berkisar antara 20 cm sampai 35 cm, dengan rata-rata pertunbuhan tinggi 25.91 cm. Pada ulnur 3 bulan. terlihat pertumbuhan tinggi makin bertambah, yaitu antara 23 cm sampai dengan 40 cm, dengan rata-rata 2S,S3 cm. Pertumbuhan diameter setelah umur i bulan berkisar antara 4,10 mm salnpai 6,60 mm, dengan rata-rata 5,41 mm. Pada umur 3 bulan, diameter batang berkisar antara 4,43 lnm sampai dengan 6,Yj mm, dengan rata-rata 5,75 mm. Serzn dan .ill0 (1988) melakukan penelitian tentang pertdmbuhan beberapa jenis kayu perdagangan di Kolnplek Hutan Tsminanga, Kecamatan Malili Sulawesi Selatan. Hasil analisa data minunjukkan bahwa selalna pcriode satu tahun, cntuk jenis Darna dere (Palaqni?r~nobr~~zijjiiti~n), Jampu-jampu (Kjel!bergiodend~'on celcbicu~~tMerr), dan Tapi-tapi (Sanliria laevigala Bl.)
lnemperlihatkan pertumbuhan diameter rata-rata adalah 0,l cm; 0,146 cm dan 0,073 cm. dan lnemperlihatkan pertumbuhan tinggi rata-rata adalah
8,497 cm; 7,16 cm dan 6,155 cm. Setelah
dianalisis, didapat bahwa K. ce!ebicum menipunyai tingkat pertumbuhan diameter tertinggi diantara ketiga jenis lainnya karena mampu hidup yang ada sedikit bukaan, sehingga pertumbuhan ke samping lebih bebas. Sedangkan P. optrrsifolium mempunyai tingkat pertumbuhan tinggi terbaik diantara ketiga jenis lainnya karena lnampu bersaing dengan baik di tempat yang tertutup walaupun dalani keadaan permudaan yang cukup rapat. Sedangkan Siregar dan Djadingsastro (19SS), meneliti tentang pertumbuhan awal Acacio ir~artgiurn Willd. di Petak Percobaan Tanjung Bintang, Lampung. Berdasarkan hasil pengukuran (el-lihat bahwa peltumbuhan anakan Acacia mangitoii cukup baik. Rataan diameter dan rataan tinggi umur 3 bulan ~nasing-masingadalah 0,487 cm, 49,97 cm (pada tingkat kerapatan 5000 tanalnan per hektar); 0,461 cm, 46,57 cm (pada tingkat kerapatan 3.300 tanaman per hektar); 0,414 cm, 41,93 cln (pada tingkat kerapatan 2.500 tanaman per hektar). Utama (1988) melakukan penelitian tentang studi pertumbuhan terhadap 17 jenis tanalnan uji prda saat berumur 4 bulan, I0 bulan dan 15 bulan di Rialn Kiwa, Kalilnantan Selatan. Pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 10 bulan dan IS bulan berbrda sangat nyata antara jenis-jenis tanaman uji. Rata-rata tinggi tanaman yang paling tingi dicapai oleh Acacia mangium pada umur 10 bulan dan Acacia crassicarpa pada umur I5 bulan. Pertumbuhan diameter batang pada umur 10 bulan dan 15 bulan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara jenis-jenis tanaman uji. Rata-rata diameter batang paling besar selalu dicapai oleh Gnzelina arborea pada dua tingkat umur yang diteliti. Pada Lokasi yang sama (Riam Kiwa), Mulia (1989) melakukan kajian peitumbuhan berbagai jenis tanaman uji Eucalyptzrs spp. Rata-rata tinggi tanaman yang paling tinggi dicapai oleh Eucalyptus carnaldulensis pada tiga tingkat umur yang diteliti, yaitu pada ulnur 9 bulan tinggi 182.31 cm, pada umur 14 bulan tinggi 344,06 cm dan pada umur 21 bulan tinggi 636,25 cm. Rata-rata diameter batang paling besar dicapai oleh Eucalyptus carnaldulensis, yaitu pada umur 9 bulan diameter batang 20.8 1 mni d a ~ pada i ilmur 14 bulan 43.88 mm, pada umur 21 bu!an yaitu S4,94 mm.
Kelnudian Yudjar (1990), lnelakukan penelitian dengan jenis yang berbeda yaitu jenis Eucalyptus deglupta di PPHTI PT Suma1indo;Site Sungai Pesat. Berdasarkan pengamatan pada umur 3 bulan dan 9 bulan didapatkan hasil bahwa mereka tumbuh cukup baik di petak tanaman no. 10 dan 81, diniana rataan diameter dan tingginya pada umur 3 bulan masing-masing sebesar 0,54 cm dan 55,;s cm; 1,98 cm dan 150,97 cm. Renden,
Sallata dan Seran (1991) lneneliti tentang laju pertunibuhan Casuarina
junghuhniana, Pharaserianthes falcataria dan Tristaniu sp. di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Pertatlibahan qinggi pada uniur 14 bulan masing-masing Cemara (Casuarina junghuhniana), Sengon (Paraserinathes falcataria) dan Trislania sp. secara berturut-turut adalah 233 cm, 84,s cm dan
I35,j cm. Den~ikianpula penambahan diametemya bertumt-turut adalah 26,j mm, 15,75 mm dan 16,j mm. Darwo dan Mas'ud (1993) melakukan pendugaan riap tahunan rata-rata sungkai di Propinsi Riau. Dari hasil pengamatan tanaman sungkai yang berumur 3 tahun didapat sebaran diameter antara (0,SO - 9 3 ) cm dengan rata-rata 4,83 cm dan sebaran tinzgi antara.(0,40 - 6,60) m dengan rata-rata 3.80 rn. Frekuensi penyebaran kelas diameter yang teninggi adalah kelas diameter (4,O - 4,9) cm, kelas
i
5.0
5.9) cln dan kelas diameter (6,O - 6,9) cnl masing-masing sebesar 24,11%; 21,42%;
dan 1 S,38%. Penelitian terhadap Pertumbuhan 8 (delapan) jenis tanaman industri di Lokasi HTI PT. Inhutani I Gowa- Maros Sulawesi Selatan dilakukan oleh Sumardjito dan Halidah (1993). Berdasarkan pengamatan pada tanaman yang berumur 18 bulan, didapatkan rata-rata pertutnbuhan tinggi yaitu Angsana (Pterocarptis indicus) 1,13 m; Pulai (Alslonia scolaris) 1.60 m; Nak (Acacia nia~igitrm) 2,07 m; Jabor: (Arithocephalus cadaniba) 2,27 m; Leda (Eucalyptus deglupta) 2,70 m; Glnelina (G~itelbiaarborea) 3,10 m; Sengon (Paraserianlhes falcataria) 3.39 m; Mindi (A4elia azedarcli) 3,84 m. Sedangkan untuk rata-rata pertumbuhan diameter yaitu Angsana (Plerocarpus indictrs) 12 mm; Pulai (Alsro~iiascolaris) IS mm; Nak (Acacia ~itangiurit) 18 mm; Jabon (Arilhocephaltrs codnrrrha) 37 mm: Leda (Eucalyprtcs degltrpta) 28 mm; Gmelina (Grl7elina arborea) 64 mm; Sengon (i'~~r~r.sa.i~r,irhrr jcricororio) 47 mm; iviindi (Meiia azeaarach) 40 mm. Dari hasii tersebut dapat dikemukakan bahwa pe~tumbuhan tinggi paling cepat diperlihatkan oleh jenis Mindi. Untuk penumbuhan diameter yang tercepat diperlihatkan oleh jenis Gmelina. Pemmbuhan Eucalyplus tiropylla diteliti oleh Yefri, Ibnu dan Sembiring (1994) di Areal Aek Nauli, Sumatera Utara. Dari hasil pengamatan pertumbuhan diameter rata-rata pada umur 1, 2, 3, 4. j,6, dan 7 rahun benurut-turut adalah 1,s cm; 3,7 cm; 9,2 cm; S,7 cm; 9,O cm; I1,l cm; dan 9,O cm. Pertumbuhan tinggi rata-rata pada umur 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 tahun bertumt-turut adalah 2,O3 m; 3,20 m; 7,07 m; 8,82 m; 9,00 m; 11,54 m; dan 9,97 m. Rendahnya pertumbuhan tinggi tanaman umur tujuh tahun jika dibandingkan dengan tanaman umur enam tahun, berdasarkan pengamatan bahwa tanaman umur enam tahuli jauh lebih baik rawatannya. Penanaman berbagai jenis meranti .(Shores spp.) secara ulnum di Haurbentes, BKPN Jasinga, KPH Bogor adalah baik. Pertumbuhan riap diameter per tahun berkisar antara 0,444 cmhahun sampai
2,498 cmltahun, sedangkan pertumbuhan tinggi per tahun berkisar antara 0,53 mltahun sampal 1,S7 mltahun. Dari hasil penelitian diketahui bahwa riap diameter per tahun tertinggi adalah Shorea stenoptera Burck., yakni sebesar 2,444 cmitahun pada umur 10 tahun. Sedangkan riap tinggi per rahun yang ierbesar adalah jenis Shorea platyclados V. SI. Sebesar 1,S7 mirahun pada umur 6 iahun (Mukhanladun, 1994) Butar-Bu:ar,Yefri dan Suhada (!994) melskukan studi pendahulozn pemmbuhall taneman Pinus werkusii di Aceh Tengah, Daerall Istimewa Aceh. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan,
didapatkan hasil untuk letak, umur, riap rata-rata diameter (cm) dan riap rata-rata
tinggi (m) masing-masing adalah (Bindi Timur; 3; 1,16; 0,9), (Rajawali; 4; 1,17; 0,9) dan (Bur~iiTelong; 6; 1,03;
0,87). MA1 dari diameter pada 3 tahun, 4 tahun dan 6 tahun masing-masing adalah 1,16 cm; 1,17 cm dan I,O3 ctn. Sedangkan MA1 tinggi totalnya pada 3 tahun, 4 tahuti dan 6 tahun adalah 0,9 m; 0,9 cm dan 0,87 m. Ke~nudianButarbutar, Pramono dan Pasaribu (1995) mengkaji tentang pertumbuhan Acacia ttlangiunl dan Elrcalypl~~s urophylla pada lokasi penghijauan di Propinsi Aceh. Pada umur 12 bulan, rata-rata tinggi total (cm) dan rata-rata diameter setinggi dada (cm) adalah Acacia mangilmt tipe A (224 dan 2.38); Acacia tt~angi~trn tipe B (456 dan 6,57); Eucalyptus urophylla (172 dan 1,60). .4. iiiangi~oi~ tipe A pertumbuhannya kurang
, A. niatigilrm tipe B pettulnbuhannya baik sedangkan
E, ~rrophyllapertumbuhannya relatif sama. Dari kondisi tersebut, tanaman E. urophylla kurang cocok
di lokasi penghijauan tahun 1995 Propinsi Aceh. Kurang tersedianya air tnerupakan penyebab utama . Jayusman. Harahap dan Mas'ud (1995), meneliti pertumbuhan Eucalyptus urophylla 14 bulan setelah penanaman. Pengamatan terhadap rataan pertumbuhan tinggi ~nenunjukkandaerah asal benih Mahoka menunjukkan nilai yang terbaik yaitu sebesar 289,98 cm diikuti betturut-turut oleh Waikui sebesar 262,28 cm, Lasinisir (253,73 cm) dan Tanaka (24669 cm). Sedangkan rataan pertumbuhan diameter provenance Talettii menunjukkan hasil terbaik yaitu sebesar 3,70 ctn diikuti oleh Mahoka (3,69 cm), Kapuasantatara (3,63 cm), Lasinisir (3,62 cm), Rotus (3,53 cm), Waikui (3,49 cm) dan Tanaka (3,48 cm). Yefri (1996) meneliti tentang pertumbuhan tanaman Geronggang (Cratoxylon arborescens) di Sungai Pedan, Selat Panjang. Dari pertumbuhan tanaman (setelah 16 tahun) didapatkan rata-rata diameter 22,7 cm dengan kisaran antara 9,9 cm diameter terendah dan 44,; cm diameter teltinggi. l'inggi rata-rata 14,9 m dengan kisaran antara 8,O m terendah dan 17,O In tertinggi. Kelas diameter yang mempunyai jumlah terbanyak adalah kelas diameter 14 (22,O cm - 22,9 cm) yaitu 8,2% dati kelas diameter 17 (25.0 ctn - 25.9 cm) yaitu 6.3%. Dilihat dari rata-rata diameter, pertambahali diametemya setiap tahun 1.0 -
1,s cm.
La~nbatnyapenumbuhan tanamall itii herdasarkan pengamatan karena
terlalu rapatliya tanaman dan kurangnya perawatan. Rizal, Yafid dan Lekitoo (1997), melakukan penelitian tentang pertumbuhan empat jetiis tanaman di Jayapura. Rataan tinggi dan diameter tanaman setelah berumur 14 bulan terliitung sejak tahun penanaman, mengalami pettambahan. Nilai tertitlggi ditunjukkan oleh Acacia mangium dengan rataan tinggi 374,26 cm dan rataan diameter 59,37 mm, selanjutnya disusul oleh Callopyl!um inophylhrtiz (104,40cm; 20,41 mtn) Swietenia macropl~ylla(77,73 cm; 16,6S mm), dan Araucaria ctmninghamii (36,72 cm; 8,83 mm). Pertumbuhan tinggi dan diameter terbesar selaina 6 bulan ditunjukkan oleh Acacia niangiutn dengan rataan pertumbuhan tinggi 138,12 crn dan rataan pa?utnbuhcn dizmeter 20,21 mm, selanjotnya disusul oleh Callophylluni itiophyllutn (32,91 cm;
S,65 mm), Swiere~iiamacrophyiia (22,56 cin; 4,75 mm), dan Araucaria cunninghamii (14,lO cm; 2,59 mm). Istomo, Wibowo dan Hidayati (1999) melakukan evaluasi pertumbuhan tanaman meranti (Sl?orea spp.) di Bogor, Jawa Barat. Hasil penelitian adalah bahwa Shorea Iepros~rlaMiq mencapai pertumbuhan diameter dan tinggi yang terbesar, yaitu pada ulnur I3 tahun telah mencapai diameter 30.65 cm dan t i n ~ g i19.88 m. Pertumbuhan diameter dan tinggi selama enam bulan pengukuran pada tanaman meranti di lokasi penelitian terbesar terdapat pada umur 9 tahun yaitu berkisar antara 0,4S - 0,64 cm untuk pertumbuhan diameter dan 0,49 - 0,66 m untuk pertumbuhan tinggi. Riap iatarata diameter per tahun untuk jenis Shorea selanica BI umur 9 tahun dan 5 tahun ~nasihdi bawah l,00 cm. Riap tinggi adalah hasil pengukuran akhir dikurangi dengan hasil pengukuran peitalna setelah penanaman. Riap tinggi rata-rata sepuluh jenis Dipterocarp di areal hutan tanaman industri PT lnhutani I
Batu
Aunpar-Mentawir,
Balikpapan,
Kalirnantan
Timur urnnlnnya bervariasi yaitu dari
7,49 - 13,05 cm pada umur 6 bulan dan 21,18 - 43,32 cm pada umur 12 bulan. Pettumbuhan diameter adalah hasil pengukuran akhir dikurangi pengukuran awal pada ketinggian 3 - 5 cm atas perlnukaan tanah. Da1.i lhasil pengalnatan ternyata pertumbuhan bervariasi dari 0,10 - 0,16 c n ~(umur 6 bulan ) dan 0.32 -- 0.39 cm (ulnur 12 bulan) (Ornon, 1999).
Santoso. Yusril dan Aziz (2002), melakukan kajian tentang pertulnbuhan talnalnan jati (Tecronn grmidis I. f) daii beragai ras lahan di Kendari Selatan. Hasil penelitian lnenunjukkan penulnbuhan tinggi ras lahan Nganjuk yzng te~tinggi(55S,10 cm) dan pe~tumbuhantilnggi ini berbeda nyata pada ras lahan Madiun (363,33 cm), Bojonegoro (434,77 cm), dan Soppeng ( 452,20 cm). Pe~tu~nbuhan tinggi terpendek dicapai ras lahan Madiun (363,33 cm). Hasil penelitian menunjukkan penumbuhan diameter yang terbesar dicapai ras lahan Nganjuk (5,0103 cm) dan pe~tumbuhanini berbeda nyata dengan rasa lahan Madiun (3,463 cm), Bojonegoro (4,040 cm), dan Soppeng (4,047 cm). pertumbuhan diameter terkecil dicapai ras lahan Madiun. Susila dali Akhmad (2002), meneliti riap/pertumbuhan hutan tsnaman di Sumbawa. Hasil yang didapat yaitu riap rata-rata tahunan (MAl) jenis sonokeling adalah MA1 diameter urnur 6 tahun =
1,695 cm; MA1 tinggi 1,571 m. Untuk jenis johar, MA1 diameter umur 4 tahun adalah 1,493 cm; dan
MA1 tinggi 0,491 m. Untuk jenis mahoni MA1 diameter umur 7 tahun 2,015 cm dan MA1 tinggi 1,51 7 m. Riap rata-rata tahun berjalan(CA1) jenis sonokeli~ngadalah CAI diameter 1,067 cm Oahun 1) dan 1,499 cm (Tahun ke 2); CAI tinggi l,29i m (tahun ke I) dan 1,244 m (tahun ke 2). Untuk jenis ,johar. CAI diameter 1.965 cm (Tahun ke I) dan 2,856 cm .(;shun ke 2), CAI tinggi 0,622 m (tahun 1) dan
1,99 m (tahun ke 2). Untuk jenis mahoni CAI diameter 2,323 cm (tahun 1) dan 3,070 cm jtahun
ke 2); CAI tinggi 1,970 (tahun 1) dsn 2,045 m (tahun ke 2). Untuk meningkatkan kualitas tegakan hutan tanaman terutama untuk tegakan sonokeiing dan johar, mnka diperlukan tindakan si!vikultur berupa penjarangan.
Berlokasi di Jawa Barat, Mindawati dan Tiryana (2002) mengkaji tentang pertumbuhan jenis pohon Khaya anthotheca. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa jenis Khaya anthotheca pada umumnya termasuk jenis dengau kriteria pertumbuhan yang sangat cepat (diameter > 58,24 cm dalam 40 tahun atau MA1 > 1,4 cmlthn) hampir di setiap lokasi uji coba (Pasir Hantap, Cikampek, Carita, Cikole, dan Pasir Awi), sedangkan di Yanlappa pada umumnya termasuk daiam kategori normal (diameter 38,83
-
48,53 cm dalam 40 tahun atau MA1 0,79
-
1,19 cmlthn). Namun jika kita
bandingkan pertumbuhan jenis Khaya anthotheca ini dengan jenis Mahoni lokal (Swietenia macrophylla) terlihat di semua lokasi pertumbuhannya lebih besar dan lebih cepat, sehingga jenis ini layak dikembangkan di Indonesia sebagai jenis tanaman HTI karena telah beraklimatisasi. Sautoso dan Anwar (2002) mengkaji tentang pertumbuhan tanaman konsewasi eksitu Eboni (Diospyros celebica Bakh.). Hasilnya terlihat bahwa pertumbuhan tinggi tanaman mengalami perubahan seiring bertambahnya umur tanaman. Hasil menunjukkan pertumbuhan provenan barn pada umur 1 tahun (14,73 cm) dan umur 3 tahun (26,81 cm) pada parameter tinggi tanaman adalah yang tertinggi. Untuk pertumbuhan diameter mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Pada pengukuran 12 dan 36 bulan terindikasi adanya variasi pertumbuhan diameter asal tempat tumbuh. Menurut Seran (1991) pertumbuhan anakan eboni selama satu tahun sebesar 2,4 mm. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata total tanaman konservasi eboni di Malili. Oleh karena itu pertumbuhan diameter eboni yang berasal dari Barru (4,45 mm) dan Malili (4,21 mm) memperlihatkan kelebihannya dibandingkan tempat asal lainnya. Wahyuni (1995) melakukan analisis pertumbuhan tanaman Acacia mangitim Willd pada umur 2 tahun di Parung Panjang, Bogor. Pada tahun pertama, pertumbuhan tegakan A. Mangizim menunjukkan adanya fluktuasi yang cukup tinggi untuk nilai rata-rata tinggi pohon dan diameter batang yang diperoleh. Pertumbuhan pada tahun kedua secara rata-rata mencapai tinggi pohon 7,87 m dan diameter batang sebesar 9,93 cm. Peningkatan pertumbuhan terbaik untuk pemmbuhan tinggi sebesar 4,62 m dan pertumbuhan diameter batang sebesar 4,80 cm. Zulhanif (2000) meneliti tentang pertumbuhan awal uji jenis eksotik (Khaya anthoteca, Ptrigota alata, dan Maesopsis emini) di Kebun Rumpin Bogor. Dari hasil penelitian didapatkan adanya perbedaan pertumbuhan dari ketiga jenis yang diuji pada umur 6 bulan di lapangan. Jenis yang memiliki riap tinggi yang tertinggi adalah M. eminii dengan nilai riap 25,45 cm dan yang terendah adalah P. alata dengan nilai 17,40 cm, sedangkan untuk riap diameter K. anthoteca memiliki riap yang tertinggi dengan nilai 7,36 mm dan P. alata terendah dengan nilai 5.36 mm. 5. b. Model Penduga Riap Diameter dan Riap Tinggi
Omon, Harbagung dan Masano (1985), meneliti tentang pertumbuhan Etrcalypt~isdeglupla BI di Jawa Barat. Data adalah hasil pengukuran yang dilakukan pada tahun 1948, 1954, 1956, 1957, 1960 dan 1970 untuk KP Pasir Hantap sedangkan KP Sumber Wringin dilakukan pada tahun 1948,
1950, 1952, 1957, !964 dan 1970. Dalam membentuk penamaan antara tinggi pohon dengan umur melalui regresi diperoleh Bentuk persamaan 2 untuk KP Pasir Hanap dan persamaan 3 untuk KP Sumber Wringin. Sedangkan hubungan antara diameter pohon dengan umur diperoleh persamaan 4 untuk KP Pasir Hantap dan persamaan 5 untuk KP Sumber Wringin.
....................................................... (2)
'1'1,11= 5.89 + 25,17 log U Tsw
= -0,95
t 3 2 3 log
(3)
DpH = -1,39 + 33,5l log
.................................................. (4)
D~\,,= -34,03 + 67,40 log u .......
(5)
Keterangan : T
= Tinggi
U
= Umur
Pohon
dari Pohon
D =Diameter Setinggi Dada PH
= Pasir
Hantap
SW = Sulnber Wringin Persamaan-persamaan tersebut secara bermrut-turut mempunyai koefisien deterlninasi sebesai 0,67; 0,711 0,36 dan 0:70. Dari besar koefisien determinasi tersehut, dapat dinilai bahwa untuk lokasi dua kebun percobaan keragaman umur pohon kurang sepenuhnya bisa menerangkan penumbuhan Ezrcalyptzrs degiupla. Dari analisa diketahui bahwa E. Deglupta di KP Sumber Wringin tumbuh lebin baik dibandingkan dengan di KP Pasir Hantap. Walaupun demikian, pertu~nbuhanE Deglupra di KP Pasir Hantap juga dapat dinilai cukup baik yaitu sarnpai umur 20 tahun riap rata-rate tahunan (MAI) untuk diameter sebesar + 2 cm dan tinggi sebesar
* !,9 m.
Riyantini (1957), melakukan studi terhadap riap tegakan Agathis lorantl7ifolia Salisb, di KPH Banyumas Timur. Fungsi riap tahunan berjalan (CAI) dan Riap rata-rata tahunan (MAI) pada daerah penelitian lebih sesuai dipaparkan dalam bentuk kuadratik, yaitu : Y = A + B,X + B'x',
dimana :
Y = Karakteristik Pertumbuhan seperti Diameter, Tinggi dan Vo!ume X = Dimensi Pohon (Diameter, Tinggi atau Volume) Fungsi riap berbeda untuk setiap bonita. Fungsi riap tahunan berjalan (CAI) hasil penelitian ini diperoleh : Bonita I (Y = - 38,57442 + 5 , 3 4 6 5 S X 0,) 1664 x') Bonita l l ( Y = 99,553 - 5,54842 X + 0,07692 x') Bonita I l l (Y
=-
8,02866 +4,81296 X-0,15153
x')
Fungsi riap iata-rata tahunan (MAI) hasil penelitian ini dipero!eh: Bonita I (Y
= 8,93699
+ 0,67094 X -0,01326 x')
Bonita i1 (Y = 1,6203 + 1,29914 X-0,02515 X') Bonita !!!(Y = - 13,5538 + 2,68333 X - 0,0547 X"
[)a]-i lhasil pcrbandingan terhadap riap nornialnya, kondisi tegakan di daerah penelitian ada kecenderungan menghasilkan riap yang lebih baik. Tentang model penduga terhadap riap diameter dan riap tinggi ini telah dilakukan penelitiannya
juga oleh Siregar, Djaingsastro dan Satjapradja (1991) dengan judul Model
Pertumbuhan Acacia wangium Willd Berumur 27 Bulan di Lampung. Model pertumbuhan diameter dan tinggi terhadap waktu, masing-masing : y =-13,9170+ 11,S310 l n x , r = 0 , 9 3 y
= -94,5593
+ 120,8485 In x, r = 0,97
Dapat disin~pulkanbahwa persainaan diatas sebagai persamaan yang baik dalam inenduga nilai harapan parameter diameter dan tinggi berdasarkan selang waktu umur dari 3 sampai 27 bulan. Hubungan antara diameter (x) dan tinggi (y) dapat digambarkan dengan baik oleh persamaan dibawah ini !rang masing-masing berlaku pada Acacia r17angiun1beru~nur16,21 dan 27 bulan :
y = i3.5219 y
=
+ I l,5.?62x
72,4988 + 9 , 0 2 4 7 ~
y = 226,9041 + 3 , 7 2 1 3 ~ Harbagung (1991), meneliti jenis Eucalyptus deglzrpta yaitu tentang model pertumbuhan diameter dan tinggi tegakan hutan tanaman Eucalyptzis deglzipfa BL. di Borisalo, Sulawesi Selatan. Objek penelitian adalah tegakan hutan tanaman Eucalyptus deglzipta umur 2 , 5 , 7 dan 10 tahun. Bentuk persamaan Ln R = a + b (IIA)
' dan R = a + b (Ln A) ' (dimana R adalah diameter atau tinggi dan
A adalah umur tegakan) dapat digunakan untuk menyusun model pemmbuhan diameter dan tinggi tegakan hutan E. deglupta di Borisalo, Sulawesi Selatan. Model pertumbuhan diameter tegakan hutan tanaman E. deglupta diBarisalo adalah : D
-
2.64095
7
3,33876 (Ln A)
, dimana D adalah diameter dan A adalah umur tegakan.
1.81541
Model pertumbuhan tinggi tegakan hutan tanaman E. deglupta di Barisalo adalah :
H = 2,36047 + 4,22143 (Ln A)
'.6"50
:
dimana H adalah tinggi dan A adalah umur tegakan.
Harbagung (1991) melakukan penelitian yang sama namun pada daerah yang berbeda yaitu pada hutan tanaman Euca1yp:us urophylla S.T. Blake. di Jawz Timur. Berdasarkan hasil pengumpuidn data pada tegakan berumur 4 - 23 tahun, bentuk persamaan Ln R = dibandingkan bentuk persamaan R = a
+
b (Ln A)'
. Dalam
a + b (11~)'temyata lebih baik
kedua Sentok persamaan tersebut,
peubah A adalah umur tegakan sedangkao peubah R adalah diameter atau tinggi tegakan. Grmbaran is di daerah Pujon perkembangan diameter dan tinggi tegakan hutan tanaman E u c a l y ~ f ~urapylla sesudah umur 4 tahun dapat didekati dengail persamaan : Ln D = 4,00002 - 4;60841 ({/A) 0.8432' Ln 1-1 = 3,46726 - 6,83380 (1IA) '.38713
Dari persamaan yang ada dapat diketahui bahwa riap tahunan herjalan dari tegakan yang berumur lebih dari 4 :ahun sudah menurun, daur yang cocok untuk pengusahan kayu pulplkertas adalah 6 tahun, sedangkan untuk tujuan produksi kayu perkakas minimal diperlukan daur 25 tahun. Suha~tati(1993) ~nelakukanstudi tentang pertumbuhan Pinus. Penelitian ini memanfaatkan metode yang ~nlengkombinasikan data rangkai waktu dan rangkai tempat (ti111e-series dan cross section1 TS-TC). Model yang dianggap paling baik adalah: Peninggi, In OH
= 4,0849-
l5,84861A + 2 2 , 8 7 2 1 1 ~ ~
Tinggi, In H = 4,1217 - 18,16151A + 29,37521~' Diameter, Dbh
= 30,8076
- 165,186lA +4235,72/N,.,
Ditnana A adalah umur tegakan dan N,.I adalah jumlah pohon pada saat t-I. Riap rata-rata tahunan peninggi maksimum dicapai pada umur I I tahun sebesar 1,55 m, tinggi pada umur 13 tahun setinggi 1,39 m dan diameter pada umur 10 tahun sebesar 2,18 cm. Tegakan Pinus lnerklisii untuk produksi kayu pertukangan dapat mulai ditebang pada umur 25 tahun dengan riaw diameter rata-rata tahunan sebesar 0,092 cmlthn. Sedangkan untuk produksi serat dapat ditebang antara umur 11 hingga 13 tahun. Kemudian Harbagung (1996) melakukan penelitian lagi pada jenis Eucalyptus degl~rptaBL. di Benakat, Sumatera Selatan dan Kenangan, Kalimantan Timur. Objek penelitian adalah tanaman Eucalyprus degllrpta dengan tahun tanam antara tahun 1979
-
1985. Melalui pengukuran secara
periodik pada 10 buah petak coba permanen diperoleh model pertumbuhan diameter dan tinggi tegakan hutan tanaman E~tcal.vpt~is degl~rptasebagi berikut: 1.11
0 , -:5.7594 + bi ( ] / A )".""
Ln HA= 4,7984 + bi (11A) dimana: D, = diameter tegakan (cm) pada umur A tahun, HA= tinggi tegakan (m) pada utnur A tahun, A = umur tegakan (tahun), Bi = koefisien regresi untuk masing-masing petak coba. Sedangkan Model pertumbuhan diameter dan tinggi tegakan hutan tanaman Eucalyptus deglupla di daerah Benakat adalah sebagai berikut: Ln D,
= 5,7594 - 6,2469
(IIA)
Ln HA= 4,7984 - 4,9699 (11A) a.32io Laju pertilmhuhan tegakan Gaham (Aquilaria rnalaccensis) di Riau merupakan salah satu penelitian Sumadiwangsa dan Harbagilng (2000). Objek penelitian adaiah tanaman A. i~~alaccensis umur 2 tahun dan 4 tahun. Model perkembangan diameter dan tinggi tanaman A, n~alaccensisyang ditanam secara intensif mengikuti persamaan sebagai berikut: D = 60 EXP (-3,605 I l I A ~ . ~ ~ ~ ~ ~ ) H = 40 EX? (-2,90497 1 A ~ , ' ~ ~ ~ ~ ) dimana, D adalah diameter iata-rata tatlarnan .(cm), H adalah tinggi rata-rata tanaman (m), dan A adnlah unur tatinman (tahun) .
Model pertumbuhan rata-rata diameter dan rata-rata tinggi pohon untuk tegakan Agathis loranthifolia Salisb telah diteliti oleh Budiyanto (2002). Model pertumbuhan diameter dan tinggi terbaik yang terpilih adalah: a.
Model pertumbuhan rata-rata diameter, yaitu D = 52,9 - 0,015 (N/H)- 286 (IIA) dengan nilai R2 = 81,5%, R2adj = 81,2%, SR = 5,312% dan SA = 0,049%.
b.
Model pertumbuhan rata-rata tinggi, yaitu T = 40.9 - 3 11 (IIA) Dengan nilai R2 = 75,7%, R2adj = 75,5%, SR = 6,469% dan SA = 0,03%
Dimana: D = rata-rata diameter tegakan (cm), NM = kerapatan tegakan (jumlah pohonlha), T = tinggi tegakan, A = umur tegakan. Dari model pemmbuhan dapat ditentukan daur produksi maksimum, yaitu pada saat dicapai titik perpotongan antara MA1 dan CAI pada selang umur 13 - 15 tahun. Ramdan (1994) mengevaluasi pertumbuhan tanaman mahoni daun besar (Swietenia macrophylla King) pada beberapa jenis tanah di KPH Banten. Jenis tanah yang diteliti adalah Oksisol, Mediteran, dan Renzina. Parameter perlumbuhan tanaman yang diukur terdiri dari tinggi pohon total (YI), tinggi pohon bebas cabang (YZ), diameter no1 meter (Y3), dan diameter 1,3 meter (Y4) dari permukaan tanah. Sifat-sifat tanah yang dijadikan peubah bebasnya adalah tebal solum (XI), kandungan bahan organik (XZ), Ph solum (X3), kandungan hara P dalam solum (X4), kandungan hara K dalam solum (X5), kandungan hara MG dalam solum (X6), kandungan hara Ca dalam solum (X7), dan menggunakan peubah boneka untuk jenis tanah oksisol (Dl), Mediteran (DZ), dan Renzina (D3). Hubungan antara sifat-sifat tanah dan parameter pertumbuhan dilakukan dengan analisis regresi berganda. Persamaan regresi terbaik yang diperoleh, adalah sebagai berikut: Y1 = 9 9 2 + 2 , 8 4 X 1 +7,8X2+293X3-0,44X4-246X5-34,7X6+628
Dl + 4 5 4 D 2
R12 = 92,9 % Y2 = 472 + 3,54 X1 + 8,s X2 + 16,s X3 - 0,27 X4 -229 X5 - 30,4 X6 + 345 Dl
+ 153 D2
~ 2= .82,9 ~ %
Y 3 = 6 , 4 + 0 , 1 5 2 X 1 +2,46X3-0,0104X4-2,5 R3"91,1
X5-0,17X6-0,377X7+
19,4D1 + 14,6D2
%
Y4=9,9+0,166XI-O,28OX2+ 1,49X3-0,0001 X4-3,91 X5-0,292X7+ 16,6Dl + 11,4D2 ~4~ = 93,6 % Tebal solum, pH, dan jenis tanah merupakan peubah bebas yang memiliki kontribusi besar terhadap setiap parameter pertumbuhan tanaman mahoni daun besar. Nilai konb.ibusi rataan tebal solum, pH solum, dan jenis tanah terhadap keempat parameter pertumbuhan yang diukur masing-masing adalah 64,33 %, 9,87 %, dan 7,00 %. Sirait (2000) melakukan penelitian tentang penyusunan model pertumbuhan diameter dan tinggi tegakan Eucalypttrs urophylla S. T. Blake. Kisaran umur tanaman yang digunakan sebagai data pokok adalah 4 - 30 tahun. Selang waktu pengukuran
* 2 tahun.
Model peltumbulian diameter yang terpilih adalah: Ln D = 2,5638 -0,79646 P + 0,19541 . ( L ~ A ) ' . ~ ~ ' ~ ' sedangkan model pertumbuhan tinggi yang terpilih adalah: Ln H = 1,7768 - 0,5746 P i 0,56206 (LnA)
0,9'SS'
dimana: A = umur tegsakan (tahun) D =diameter tegakan (cm) pada umur A tahun
H = tinggi tegakan (m) pada umur A tahun P = 0 untuk lokasi Pujon I untuk lokasi Subanjeriji 5. c. Riap Diameter dan Riap Tinggi Serta Falitor-Faktor Yang Mempengaruhinya
Masano (1985) melakukan penelitian tentang pertutiibuhan tanaman Sltorea leprosula Miq. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan (riap) tinggi rata-rata per tahun berkisar antara 1,04 - l,3l
111 dan
riap diameter rata-rata per tahun antara 1,S7 - 2,03 cm. Pertumbuhan tinggi satu
sama lain berbeda dernikian pula pertumbuhan diameternya. Hal ini disebabkan antara lain karena perbedaan teinpat tumbuh (tanah, iklim dan ketinggian tempat) atau faktor lain sepe~tijarak tanam dati kerapatan. Suhanati, Seran dan Ginoga (1990) melakukan penelitian rerhadap pertu~nbunanEucaiyprtls degltrpta BI. di Sulawesi Selatan. Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa derajat kemiringan lapangan dapat berpengaruh sangat nyata terhadap pettumbuhan tinggi tanalnan pada umur dua tahun ((Fhitung(27.1 lS)>Ftabel(4,71)). Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa derajat kemiringan lapangan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman
((Fhitung(l,32)
pertumbuhan
Sedangkan untuk diameter, sidik ragam meni~njukka~i pada umur dua
diameter
((Fhitung(O,37)
pada umur tiga tahun
pada
berbagai
tingkat
kemiringan
tidsk
berbeda
nyata
Hal ini berlainan dibanding dengan pettumbuhan tinggi. Sebaliknya
pada tanaman dengan umur tiga tahun, kemiringan lapangan berpengaruh sangat nyata terhadap penumbuhcn diameter tanaman ((Fbitung(9,26)>Ftabe1(4,71)). Semakin rendah derajat kemiringan, pertumbuhan diameter cenderung lebih besar. Pengaruh peiljarangan terhadap perkembangan riap diteliti o:eh Djuwadi dan Setyarso (1990). Dari penelitian ini didapatkan hasil bah~vatemyata benar di dalam praktek penjara!gan di basian hutan Ngarengan telah dilakukan penjarangan rendah dengan keras sampai dengan dkn 0,7. Kekerasan pe~ijarangan detigan d'm 0,7 akan niemberikan pengaruh tatnbahan riap sebesar 30% atau bisa mencapai kbd l,3. Pengamb pencurian kayu akan inemberikan dampak positif bagi pertumbuhan riap sampai batas tel?entu yaitu dkn 0,4. Banyaknya pencurian kayu di bagian hutan Ngarengan berkisar antara 15% - ?O% dari hasil penjarangan yang inengkin didapatkan.
Siregar, Djaingsastro dan Sukandi (1991) ~nenelititentang pertumbuhan Pinus merkusii di petak bekas tumpangsari dan di luar petak tumpangsari di Jawa Barat. Hasil yang didapat, rataan diameter tanaman pinus umur 4 tahun untuk areal tumpangsari dan non-tumpangsari adalah 8,12 cm dan 7.70 cm. Sedangkan rataan tinggi tanaman pinus umur 4 tahun untuk areal tumpangsari dan non-tumpangsari adalah 5,96 m dan 5,70 m. Pertumbuhan pinus yang ditanam di areal tumpangsari lebih baik. Hal ini kemungkinan merupakan dampak positif dari pemupukan dan pengolahan tanah serta penyiangan tanaman pangan selama masa tumpangsari. Halidah dan Suhartati (1991) melakukan penelitian terhadap pertumbuhan berbagai jenis bibit pohon serba guna di Kabupaten Jeneponto. Dari hasil sidik ragam pertumbuhan tinggi batang bibit pada umur 5 bulan terlihat bahwa faktor asal media berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi ((Fhitung(105,040) > Ftabe1(4,28)), faktor jenis bibit berpengaruh sangat nyatB terhadap pertu~nbuhantinggi ((Fhitung(l99,345)>FtabeI(5,56)).
Di liliat dari ketersediaan lkondisi unsur hara
yang relatif rendah, ternyata bahwa uniuk pertumbuhan tinggi bibit, jenis leda (E. De~lupta)dapat mencapai pertumbuhan tinggi yang lebih baik dibandingkan dengan berbagai jenis yang dicobakan. Sedangkan untuk pertumbuhan diameter, diperlihatkan oleh jenis sengon (Paraserianlhes falcalaria). Adanya pertumbuhan yang lebih baik dari jenis Leda serta sengon kemungkinan disebabkan oleh sifat-sifat tanah yang sesuai dengan jenis bibit tersebut. Santoso (1992) melakukan studi awal tentang sifat penghambat pertumbuhan pada Acacia nilotica (L) Willd ex Del. Penelitian yang diiakukan untuk mengetahui keberadaan sifat mengha~nbat pemmbuhan, khususnya peracunan intra species, dan didapatkan kesimpulan bahwa terdapat sifat penghambat pertumbuhan khususnya peracunan intraspecies pada Acacia nilolica. Peracunan intra species terjadi melalui pelepasan zat penghambat jenis t; oleh buah dan daun yang tercuci ke dalam lingkungan, menghambat perkecambahan dan pertumbuhan se~naiyang berada di bawah naungan tajuk. Dengan menggunakan berbagai ukuran koker, Johane, Auri dan Nurochim (1994) nielakukan penelitian terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter semai Aleurites molucana. Hasil yang diperoleh ~crliiiatbah\r.a penumbuhan tinggi yang lebih besar dicapai oleh koker ukuran C = tinggi 16,08 cm diameter 8,9 mm kemudian benurut-turut A
=
tinggi 15,45 cm; diameter 8,32 mm dan B = tinggi
:5,23 cm; diameter 9.96 mm. Perbedaan tinggi pada perlakuan A dan B tarjadi karena perbedaan sinar yang diterima yang mengakibatkan kebanyakan semai pada perlakuan A tumbuh memanjang (etiolis). Berarti semakin besar ukuran tinggi koker, pertumbuhan semai lebih baik karena banyak tersedianya unsur hara, lebih besar ruang tumbuh bagi perakaran dan kemungkinan pemadatan tanah oleh adanya siraman air setiap hari akan lebih kecil. Purwanto, Harahap dan Mas'ud (1994) meneliti pertumbuhan tanaman Eucalyptus uropylla di Daerah Istimewa Aceh. Hasil evaluasi menunjukkan pertumbuhan diameter dan tinggi pada lokasi : tanah terbuka (tanpa top soil): tanah dengan topografi datar dan tidak disiangi, tanah dengan topografi
miring dan tidak disiangi, tanah dengan topografi datar dan disiangi dan lahan bekas agroforesrry benurut-turut : (4,07; 3,53; 2-29; 12,97 dan l5,SO) cm dan (1,41; 1,37; O,89; 3,97 dan 5,02)m. Untuk lnendapatkari pertumbuhan yang baik dari Eucalyptus uropylla perlu dilakukan penyiangan pada lokasi yang ditumbuhi oleh gulma dan dilakukan pemupukan denzan bahan organik terutama yang mengandung unsur P dan K. Ardimen (1997) melakuken Evaluasi pertumbuhan tanaman berbagai jellis Dipfoocarpoceae di Sukabultli. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pertumbuhan jenis Dipterocarpaceae cuhtip
hcr\ar13si. Pcrtl~~nbuhan tinggi per tahon berkisar aritara 0,22 mltahun sarnpai 1,16 mlrahun.
Untuh riap tinggi, ternyata Hopea odorata paling besar. Hal ini tidak terlepas dari kematnpuan jenis ini untuk beradaptasi dengan caliaya yang meliputi intensitas, kualitas dan perioditas cahaya. Riap diameter jenis Diprerocarpaceae secara keseluruhan cukup tinggi yaitu berkisar antara 1,07 cmltahun sampai 2,S7 cmltahun. Untuk riap diameter diketahui bahbva jenis Shorea Selanica me~nilikiriap yang teltinggi. yaitu rnencapai 2,94 cmltahun pada umur 32 - 37 tahun Dengan berdasar pada musiln penghujan dan kemarau, Effendi (1997) meneliti pertu~nbuhan tanaman Pulai (Alsto17iascholaris). Pertumbuhan tanaman pulai pada setiap interval musim penghujan dan lnusim kemarau di bawah pengaruh perlakuan pengolahan tanah masing-masing cemplongan, olah tanah piringan. olah tanah jalur, olah tanah total secara berturut-turut adalah 55,6 I%, S2,44%, 84,00%, 86.80%. Penumbuhan tinggi tanaman pada interval waktu dengan musim hujari berbeda nyata antara pcrlahuan pensolahan tanah aka11tetapi pada musiln kemarau tidak berbeda nyata. Syamsudin (1998) ~nelakukan studi pertumbuhan Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) pada tanaman tulnpangsari padi di Areal Bekas Hutan Payau di Jawa Tengah. Hasilnya, pertumbuhan tanaman Sengon sangat bagus untuk daerah bekas hutan payau yang tidak tergenang air, sedangkan untuk areal yang sewaktu-waktu tergtnang air sangat jelek. Faktor utama yang berpengaruh sangat nyata terhadap pe~tun~buhan tananan sengon adalah adanya variabel dummy yaitu adanya perbedaan kering dan basah. Danu dan Kartiko (2000) meneliti pertumbuhzn tanaman Gmelina arborea Linn asal stek dan ,
...
DIJI
di Rumpin, Bogor. Berdasarkan evaluasi terhadap pertumbuhan awal.:umur 10 bulan) di lapangan
dari stek dan bibit Glnelina arborea ,memperlihatkan bahwa stek memiliki pertumbuhan yang kurang baik dibanding dengan bibit ditinjau j ~ m l a htanaman berbatang luius yang dihasilkan (36% banding 72%), walaupun keduanya lnelniliki pertumbuhan tinggi dan diameter batang yang sama. Walaupun
stek lnemperlihatkan pertumbuhan yangkurang baik dibandingkan dengan bibit asal biji, belnm berarti stek tidak dapat digunakan sama sekali untuk keperluan produksi tanaman di lapangan. Kesimpulan yang !ebih tepat akan diketahui pada akhir daur (8-10 tahun) atau pel-tengahan umur daur panen (4-5 tahun). Pudjihttrta (2001) meneliti tentang perturnbuhan tanaman Mahani (Swietenia i;ral?rr,oonij, Iohar (Cassio javanica) rian Kayu Puiih (Melalel~cacuju,uuli Powell) di Tuban Jawa Tirnur. Untuk
mengetahui perlakuannya dilakukan analisis varian (Anova). Berdasarkan anova menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk kandang, pupuk abu dan tanpa pupuk terhadap pertumbuhan tinggi batang dan pertambahan diameter pada tanaman mahoni, johar,dan
kayu putih tidak berbeda, ha1 ini
ditunjukkan oleh nilai F hitung yang lebih kecil dari F table (nilai F hitung cenderung bernilai negatif sedangkan nilai F tabel bernilai positif). fvlahfudz (2002) melakukan kajian tentang pertumbuhan Jati (Tectona grandis) di Jawa Timur. Hasil yang didapat bahwa jati cukup adaptif terhadap kondisi lahan pada tiga lokasi uji coba yaitu di Lamongan, Sleman dan Gunung Kidul yang ditunjukkan dengan presentase hidup yang tinggi yaitu antara 91,00% sampai 99,50% dan rata-rata 94,59%. Pertumbuhan tinggi dan diameter jati KBP La~iiongantidak berbeda jauh dengan pertumbuhan pada habitat asalnya di Thailand yaitu 3 2 0 n~ untuk tinggi dan 3,326 cm untuk diameter dengan kondisi tanah lempung berkapur dan lempung berkapur coklat. Prehaten (2002) melakukan penelitian lain lagi yaitu tentang pertumbuhan tinggl dan diameter batang uji klon Jati (Teclonagrat7dis L.0 umur 16 bulan di KPH Bojonegoro. Hasil yang didapat yaitu nilai [ahsiran heratibilitas untrk sifat pet-tutnbuhan tinggi sebesar 0,38 dan untuk pertumbuhan dlametel. sebesar O,53, artinya bahwa 38% sifat pertu~nbuhantinggi diwariskan secara genetik dan 35% pertu~nbuhandiameter tanaman diwariskan secara genetik. Terdapat korelasi yang positif antara sifat pertumbuhan tinggi dan pertumbuhan diameter tanaman. Besarnya nilai korelasi genetiic antara kedua sifat tersebut adalah 0,99. Hal ini berarti bahwa sebesar 98% pertumbuhan diameter dipengaruhi oleh pertumbuhan tinggi dan 2% lainnya dipengaruhi oleh faktor genetik lain. Nurjanah (1990) meneliti tentang pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan pohon Pinus iilerkusii Jungh Et Vriese di KPH Kedu Utara. Pinus merkusii yang diteliti ditanam pada tahun 1975. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa diameter rata-rata terbesar dicapai oleh jarak tanam yang paling lebar, sedangkan tinggi rata-rata dan riap tahunan rata-rata (MAI) terbesar dicapai oleh jarak tanam yang paling rapat. 1-abei 7. Dian,eter Rata-rata, T i n g i Rata-rala dan Riap Tahunan Rata-rata (MAI) Tegakan Pinus ii,erkusrr ada Tahun 1 9 8 6 ( ~ m u rI I tahun). Diamet;:fY-rat I .... Perlakuan
.
6. Riap Diameter dan Riap Vo:ume
6.a. Riap Diameter dzn Riap Volume Bcrbagai Jenis Pohon !rsal (1996) meneliti tentang perkembangan riap, struktur dan komposisi tegakan setelah pemanenali kayu dengan sistem TPlKPTI di Kalimantan Timur. Hasilnya dapat disirnpulkan bahwa
riap diameter pohon rata-rata pada semua plot contoh bekas tebangan untuk kelompok komersil jenis dipterocalpaceae sebesar O,50 c d t h , kelompok komersial non dipterocarpaceae sebesar 0,40 c d t h dan kelompok Non Komersial sebesar 0,42 c d t h , sedangkan riap diameter untuk semua kelompok jenis dari keseluruhan plot sebesar 0,49 cndth. Pertambahan diameter tertinggi untuk semua kelo~npok jenis pada kelas diameter 30-39 cm sebesar 0,52 c d t h . Riap volume pohon inti tahunan berjalan keseluruhan plot contoh sebesar 0,7S m3/ha/th. Dengan men~zunakanareal bekas tebangan, Rudiana (1996) melakukan penaksiran riap. Hasil yang didapat, pada umur 20 tahun, riap rata-rata dia~neterkomersil 0,71 c d t h n , non komersil 0,46 c d t h n , riap volume rata-rata komersil20,90 m3/ha/thn, non ko~nersil0,24 m3fl~a/thn.Petak yang dipelihara riap diameter:i,68 c d t h n , riap volume: 23,47 m31ha/thn. Petak yang tidak dipelihara riap diameter: 0,64 c d t h , riap volume:18,79 m3/ha/thn. Sopandi (1996) melakukan penaksiran riap pertumbuhan untuk hutan tanaman Shorea polyandra dan Shorea ovalis di Kalimantan Selatan. Dari penaksiran riap dia~neterdidapatkan hasil yaitu rerata diameter batang Shorea polyandra umur 20 tahun pada PUP I mampu menghasilkan diameter sebesar 23,10 cm, sehingga riap diameter yang dihasilkan sebesar 0,71 cmlthn. Sedangkan berdasarkan hasil analisis persamaan regresi pada akhir daur akan dihasilkan diameter sebesar 120.64 cm dengan riap diameter sebesar l,59 cmlthn. Rerata diameter batang Sl7or.e~ovalis umur 20 tahun pada PUP I 1 tnalnpu ~nenghasilkandiameter sebesar 17,iO cm, sehingga riap diameter yang
dihasilkan sebesar I,jI cmlthn. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan persamaan regresi pada akhir daur akan dihasilkan diameter sebesar 7 7 3 6 cm dengan riap diameter sebesar 1,21 cdthn.. Rerata diameter batang Shorea polyandra umur 20 tahun pada PUP 111 nlampu menghasilkan diameter sebesar 18,68 cm dengan riap diameter sebesar 1,36 cmlthn. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan persamaan regresi pada akhir daur akan dihasilkan diameter sebesar 84,lI cm dengan riap diameter sebesar 1,: 1 c d t h n . Sedangkan untuk riap volume Shorea polyandrn umur 20 tahun pada PUP 1 mampu menghasilkan volume sebesar 41,1440 m2/ha dengan riap volume sebesar 2,9726 m3/ha/thn. Riap volume Shorea ovalis umur 20 tahun pada PUP I1 mampu menghasilkar? volume sebesar 19,5272 m3/ha dengan riap volume sebesar 3,7313 m31halthn. Riap volume Shorea polyandra umur 20 tahun pada PUP I11 mampu menghasilkan volume sebesar 24,3079 m3/ha dengan riap volume sebesar 3,9247 m3/ha/thn. Babe (2003) rnelakukan kajian terhadap riap beberapa jenis komersil pada hutan alam bekas tebangan di Jambi. Dari pengkajian didapatkan hasil yaitu untuk riap diameter, dari 3 (tiga) pohon jenis komersil yang diamati yaitu Meranti (Shorea s~acranthaBrandis), Jelutung .(Dyers polyplla), Punak (7e/ro,l,~.risln glohro) angka (CAI) diameter tertinggi yaitu pada jenis Meranti sebesar 0,80 c~nlhakelas diameter 10-19 cm pada tahun 1998 di petak 5 . Untuk riap volume, dari :iga jenis pohon, volume tertinggi yaitu padajenis Punak s ~ b e s a r1,12 m3ith pada kelas diame:er 70-up.
Nanjaya (2003) melakukan penelitian juga yaitu tentang studi riap beberapa jenis komersil dan non-komersil pada hutan alam bekas tebangan di Kalimantan Timur. Hasil yang didapat yaitu unruk untuk riap diameter, angka riap komersil Dipterocarpaceae tertinggi dihasilkan oleh kelas diameter 40-49 cm (sebesar 0,6 cndth). Sedangkan riap terendah dihasilkan oleh kelas diameter 70-79 cm (sebesar 0,295 c d t h ) . Angka riap tertinggi kelolnpok non-dipterocarpaseae dihasilkan oleh kelas diameter 50-59 cm (sebesar 0,68 cmlth). Sedangkan angka riap terendah dihasilkan oleh kelas diameter 20-29 cm (sebesar 0,29 c d t h ) . Untuk riap volume, angka riap jenis Komersil Dipterocarpaceae tertinggi dihasilkan oleh kelas diameter SO cm-up (sebesar 0,955 m3/th). Sedangkan angka riap terendah dihasilkan oleh kelas diameter 10-19 cm (sebesar 0,0082 m3/th). Angka riap jenis Non-Dipterocarpaceae tertinggi dihasilkan oleh kelas diameter 59 cm-up (sebesar 0,1122 n'lth). Sedangkan angka riap terendah dihasilkan oleh kelas diameter 10-19 cm (sebesar 0,0189 ni3/th). 7. Riap Diameter, Riap Tinggi dan Riap Volume 7. a. Riap Diameter, Riap Tinggi dan Riap Volume Berbagai Jenis Pollon
Suyijanro (1990) melakukan penelitian tentang pertu~nbuhantegakan Acacia nlangiu~~i Willd, Elrcalyprus deglupla Blums, Albizia falcataria (L) Fasberg dan Pinus Oocarpa Sciede di Kali~nantan Timur. Hasil penelitian disimpulkan bahwa tingkat dan karakteristik pertumbuhan masing-masing spesies, pada Acacia mangiurn : MA1 volume 25,; m3/hektar dan sampai umur 10,1 tahun masih menunjukkan adanya pertumbuhan yang sangat kuat, MA1 diameter 2,2 cm, MA1 tinggi pohon 2 in; Ez,ca!vplzis
degllpta: MA1 volume 18 m3/ha dan sampai umur 10,2 tahun masih menunjukkan
pertumbuhan yang sangat kuat, MA1 diameter 2,l cm, MA1 tinggi pohon 2,; m; A. falcataria MA1 volume 41 m3/ha dan sampai umur 6 tahun masih menunjukkan pertumbuhan yang sangat kuat, MA1 diameter 3,9 cm, MA1 tinggi pohon 3,6 m. .4rim (1995) melakukan penelitian tentang pertumbuhan tanaman Meranti (Shoiea spp.) di K P H Bogor. Hasilnya. pertumbuhan S. leprosula terbesar pada tahun tanam 1984 (umur 11 tahun), \ahni dengan rataan diameter = 21,94 cm, MA1 = l,99 cm, rataan tinggi
=
13,lO m, MA1 = 1,19 cm,
d m MA1 (volume) = 5,21 m31ha/thn, sedangkan untuk S. stenoptera Burck. Pada tahun tanam 1984 (umur I I tahun) diperoleh rataan diameter 19,11 cm dengan MA1 = 1,74 cm, .dan rataan tinggi =
1 I ,33 In dengan MA1 = 1,03 m, dan MA1 (volume) = 2,88 m3/ha/thn. Muddztstsir (1995) melakukan studi tentaug peltumbohan Jati (Tectona grandis L.f) di KPH
Randublatung . Didapatkan hasil hahwa permlnbuhan tegakan jati melewati 3 fase yaitu fase muda, fase dewasalmatang dan fase tua. Tegakan jati dapat ditebang apabila telah mencapai fase matang. Tegakan jati bonita I11 mencapai fase matang lnulai umur 57-76 tahun, bonita IIIlIV mulai umur 54-73 tahun, dan bonita IV mulai umur 46-62 tahun. Daur volume maksi~naljati dicapai pada umur rata-rata 70 tahun. Abidin (19%) melakukan pmzlitian tecteng pertumbuhan tega!:an jenis Eucalyplus pellita,
E. rerericornis, Acacia Aulacocaipa dan A. Auriculifornlis di Kalimantan Selatan. Rata-rata diameter,
tinggi dan volume per hektar serta riap rata-rata tahunan secara bemrutan adalah: jenis Acacia aulacocarpa ( 9,9 cm; 10,4 cm; .64,647 cm m3iha dan 23,508 m5!ha~thn), jenis Acacia auriculiformis (10,2 cm; !0,3 m; 63,816 m31ha dan 23,206 mvhdthn), jenis Eucalypflis pellira ( 7,s rn; 8,2 m; 39,506 m3/ha dan ; 14,815 m31hdthn), jenis Eucalvplus fereticornis ( 7,4 cm; 8,l m; 31,362 m31ha dan 1 1.404 m'ihaitlin). Dari keempat jenis menunjukkan bahwa yang terbaik adalah Acacia aulacccarpa.
Butarbutar dan Darwo (1996) melakukan evaluasi pertumbuhan tanalnan Paraserianfhes falcararia di Jambi. Hasilnya, variasi pertumbuhan tinggi, diameter dan volume untuk masing-masing lokasi adalah HTI Asia Log umur 4,6 tahun (17,14 m; 15,20 cm; 75,813 m3!hdthn), HTI Asia Log ulnur 4,6 tahun (17,40 m; l5,lO cm; 43,035 m31hdthn), HTI Transmigrasi umur 2,7 tahun (13,40 m; 13,06 cm; 50,484 m3!ha/thn), HTI Transmigrasi umur 2,7 tahun (12,62 m; 13,OOcm; 46,365 m3ihdthn). Darwo (1997), melakukan penelitian tentang pertumbuhan Sungkai (Peronema canescens Jack.) di Riau. Pada umur 2
- 4 tahun riap dan pertumbuhan
diameter cukup tinggi dengan CAI
maksimum pada umur 2 tahun sebesar 2,30 cdtahun, MA1 maksimum terjadi pada umur 4 tahun sebesar 1,70 cmitahun. Pada umur 4
- 6 tahun, CAI dan MA1 ~nulaimenurun.
Pada umur 2 - 3 tahun
riap dan pertumbuhan tinggi total cukup tinggi dengan CAI maksimuni pada umur 2 tahun sebesar 1,87 mltahun. MA1 maksitnum terjadi pada umur 3 tahun sebesar 1,32 mitahun dan pada ulnur 3-6 tahun CAI dan MA1 mulai menurun. Sedangkan pertumbuhan volume tegakan, CAI dan MA1 cenderung meningkat. Butar-Butar, Harahap dan Murdiana (1998) melakukan evaluasi pertumbuhan tanalnan Pi~zzrs merklaii di Aceh Tengah. Hasilnya, riap rata-rata tahunan volume di lokasi penelitian antara lain:
- 5,7760 dan 10,5 - 34,0675.
kelompok I (Bonita I - Ill) dengan riap volume ku~zng(MA1 m3/ha/tahun) : 0,42 kelompok II (Bonita IV - V) dengan riap volume sedang (MA1 m31hdtahun) :
Sedangkan untuk riap rata-rata tahunan diameter dan tinggi yaitu: kelompok I, riap diameter : 0,76-1,27
cdtahun,
riap tinggi:
0,65-1,57
mitahun
dan kelolnpok
11, riap
diameter:
2,60-3,32 cdtabun, riap tinggi : 1,7-2,7 mltahun. 7. b. Model Penduga Riap Diameter, Riap Tinggi dan Riap Volume
Latifah (2000) meneliti tentang pemmbuhan Acacia mangium Willd. Bahan penelitian adalah tegakan Acacia mangium pada tahun tanam 1992 (umur 6 tahun) sampai dengan 1996 (umur 2 tahun). Hasilnya, persamaan regresi terbaik yang menyatakan perlumbuhan hasil tegakan Acacia nlangiu~n masing-masing adalah: a. untuk tinggi, V
= exp
b, un~ukdiameter. Y
(3,7559 - 3,4703t" - 2 7 4 , 5 0 3 0 ~ ' )
= exp
(I ,5040) t 0.775q
c. untuk luas bidang dasar tegakar,, Y = exp (1,4569 - 4,8561f1 - 626,5193 N" ) d. untuk volume tegakan Y = exp (7,4143 - 8,3264 t.' -901,0531 N-')
dimana: Y
. dapal berupa diametel; tinggi, bidang dasardan volunle
N
= jumlah
t
= umur
pohon (pohodhektar)
tegakan (tahun).
K u v a pertumbuhan tegakan Acacia mangin~s yang menyatakan hubungan antara umur dengan dimensi tegakan yaitu tinggi, diameter, luas bidang dasar tegakan dan volume sampai umur 6 tahun masih menunjukkan tahap pertumbuhan linier (pertumbuhan cepat), yang berarti tegakan Acacia mangiurn telah mampu beradaptasi dengan kondisi tempat tumbuhnya. Dalnayanti (2000) meneliti tentang pertumbuhan tegakan Pinus ~nerkzrsiietde Vriese pada berbagai ketinggian tempat tumbuh di Pulau J m a . Penyusunan model pertumbuhan dilakukan dengan rnenggunakan data hasil pengukuran tegakan P. merktisii yang dilakukan dari tahun 1968-1992 dengan kisaran umur 4 tahun sa~npai30 tahun. Model persamaan yang dihasilkan adalah: Ilntuh ketinsgian 1(0-500 m dpl) yaitu: D = t/(0,3647+0,01 19t), T
= 39,5012/(1+91,9090t~'~~~~~) dan V =
l347~84/(1+182,4965t~'~"~~).
Untuk kelas ketinggian 2(500-1000 m dpl) yaitu D = 45,~099/(1+37,1069t~'T ~ ~=~52,1739/(1+70,5399t-'.~~~') ~~, dan V = 997,7135l(li400,9982t~~'~~) untuk kelas ketinggian 3 (>I000 m dpl) yaitu D = 43,5893 l/(l+34,83 17t.~.~~"), T = t/(0,6943+0,0078t) dan V
=
1554:276/(1+592,2225t~'~"3"')
Dimana: D = Diameter tegakan (cm)
T = Tinggi tegakan (m) V = Volume tegakan (m3/halthn)
T = Umur tegakan (tahun) 7.c. Riap Diameter, Riap Tinggi dan Riap Volume Serta Falctor-Faktor Yang Mempengaruhinya
Widianto (1996) melakukan kajian pengamh macam tanah terhadap permmbuhan tanaman mahoni daun besar (Swietenia macrophylla King) di KPH Banten. Hasilnya: nlacam tanah yang berbeda menyebabkan perbedaan mutu pertumbuhan tanaman mahoni (Swietenia macrophyNa King) umur 20 tahun (tahun tanam 1975) yang ditanam di 8KPH Pandeglang dan Rangkasbitung. Mahoni yang ditanam pada macam tanah Oksisol Krcmik mempunyai perhllnbuhan decgan rataan
D, = 42,52 cm; Dbh
=
40,02 cm; Ttot
=
19,07 m dan Vol/pohon = 1,21 m3. Pada tanah Kambisol
Kalsik Do = 37,44 cm; Dbh = 3524 cm; Ttot = 1 6 6 4 m dan VoYpohon = 0 3 9 m3. Pada tanah Oksisol Plintik Do = 30,75 cm; Dbh = 28,85 cm don Ttot = 16,16
n;;
dan Vol/pohon = 0,56 m3.Perbedaan
pertumbuhan pada ketiga macam tanah ini akibat dari adanya perbedaan sifat fisik dan kimia tanahnya. Harisivara (1996) ~nelakukanstudi perto;r.bu!xin mahoni daun besar (S~vieteniamacrophyila King) pada tanah iatsrit di Kesatuan Pemangkuan Hutan Purwaka~ta,Jswa Barat. Nilai rataac diameter sctinggi dada, diameter pangka!, tinggi total dan tinggi bebas cabzng di tanah Laterit Kuning setelah
berumur 13 tahun bermrut-turut adalah 18,4 cm, 22,4 cm, 11,5 tn, dan 4,: cm, di tanah Laterit Coklat berturut-turut adalah 20,2 cm, 25,5 cm, 13,3 m dan 4,7 m, serta di tanah Laterit Merah berturut-turut adalah 23,l cm, 30,4 cm, 11,s m dan 3,9 In. Volume pohon untuk tanah Laterit Merah, Laterit Coklat dan Laterit Kuning berturut-torut adalah 0.37 m" 0,30 m3, dan 0,27 m3. Data tersebut menunjukkan adanya perbedaan pertutzbuhan tanaman mahoni daun besar diantara ketiga macam tanah yang diteliti. Tabel 8. i'etak Pen~ianen dan Perlakuan Pada Tabun 1994 Untuk Tegakan Mahoni (Slvrerenra ntaoophylla) di Benakat Lnas Tahun Jarak Jumlah No. petak Penjarangan Pemangkasan petak tanam tanam pohon pnhon
I
2 500 tn'
1981
4x2111
236
2.
SO0 m'
1983
4x2m
82
19
40
3
960 m2
1983
4x3m
63
1
29
Dari pembllatan 3 petal; per:llanen yang telah diiaitukar! pada fananran &$dc!eniuwa~.i-op/ryllc. ~nenunjukkanbahwa siste~npengolahan lahan semi mekanis memberikan hasil yang lebih baik dari pada siste~nmekenis, jarak tanam 4 x 2 m memberikan pertumbuhan yang lebih baik daripada jarak tanain 4 x 3 m. Hasil sementara ~nenunjukkanbahwa riap rata-rata tahunan dari diameter, tinggi, dan volume tegakan secara berurutan adalah l,55 cm; 1,25 cm; 35,18 m3/ha sebelum diadakan perlakunn penjarangan dan pemangkasan. Setelah ada perlakuan penjarangan dan pemangkasan maka riap rersebut meiiiadi 1.10 cm. 1.70 cm. dan 14.29 m31ha (Sianturi, 1997) h'uiandari (2003) ~nelakukananalisis penumbuhan tegakan Acacia Ma17zito1t di Sumatera Selatan. Hasil yang didapat terlihat bahwa pertumbuhan tinggi, diameter dan volume tegakan untuk umur 1, 2, 3 tahun menunjukkan korelasi positif terhadap pertambahan umur. Pettumbuhati tinggi, diameter, volume tegakan pada umur 1, 2, 3 tahun pada kondisi lahan dengan gulma rendah ~nenunjukkannilai yang lebih besar daripada kondisi lahan dengan gulma tinggi.
8. Riap Diameter dan Mortality 8.a. Riap Diameter dan Mortality Berbagai Jenis Pohon Jayanto (1994) tnelakukan studi riap tegakan satu tahun sesudah pemanenan di Kalimantan Timur. Hasilnya, pada plot I untuk tingkat semai tidak tcrjadi mortalitas sedang pada tingkat tiang dan pohon Inengalami penurunan mortalitas dari 17,0% menjadi 13,6%. Pada plot I1 untuk tingkat semai pe1.sc11mortali:asnya 55.2 % (Komersial Dipterocarpaceae) sedangkan untuk tinekat tiang dan pobon persen monalirasnya menurun dari 26,6% t~ienjadii2,5%. Pada plot 111 untuk tingkat setnai persen mortalitasnya 30,3%
(Komersial Dipterocarpaceae) sedangkan untuk tingkat tiang dan pohon
~no~talitasnya mengalami penurutian dari 6,O % menjadi 2,O %. Pada plot IV untuk tingkat semai pcrsen lnortaiitasnya 50,0% (Komersial Non Dipterocarpaceae) dan 50,O % (Non Komersial) sedangkan untuk Tingkai tiang dan pohon moi;ali;asnya mengalami kenaikan daii 0,0% menjadi 2,A%.
I'erta~nbalian diameter tiang dan pohon pada plot I sebesar 0,9 crn (Komersial Dipterocarpaceae), 0.7 cm (Komersial Non Dipterocarpaceae) dan 0,7 (Non Komersial). Pada plot I1 sebesar 1,O cm (Komersial Dipterocarpaceae), 0,s cm (Komersial Non Dipterocarpaceae) dan 0,8 (Non Komersial). Pada plot I11 sebesar 0,s cm (Komersial Dipterocarpaceae), 0,6 cm (Komersial Non Dipteroca~paceae), dan 0,G (Non Komersial). Pada plot IV sebesar 1,O cm (Komersial Dipterocarpaceae), 0,s cm (Komersial Non Dipterocarpaceae) dan 1,O cm (non Komersial:. Pertanlbahan diameter tertinggi didolninasi oleh famili Dipterocarpaceae pada semua plot. Selanjutnya, Prastowo (1999) meneliti pertumbuhan diameter berbagai jenis pohon di Kalimantan Timur. Pertumbuhan diameter selama 41 bulan berkisar antara 0,14 - 5,84 cm dengall ratarata 3,51 cm. Pertumbuhan diameter dalarn satu tahun berkisar 0,04 - 1,71 dengan rata-rata 1,03, yang sesuai dengan asu~nsi yang umum digunakan di Indonesia yaitu sebesar 1 cm periambahan portaliunnya. Banyaknya pohon yang mengalami kematian secara keseluruhan selatna 41 bulan dari bulan juni 1995 sampai dengaii bulan November 1998 sebanyak 828 pohon dari 3288 pohon, dengan prosentase mortalitas sebesar 25,18 %. 9. Riap Diameter, Riap Tinggi dan Mortality
9.a. Riap Diameter, Riap Tinggi dan Mortality Berbagai Jenis Pollon Ruswandi dan Wibowo (1986) ~neneliti tentang pertumbuhan tanaman sekat bakar di Sumatera Utara. Hasilnya, pada umur 12 dan 17 bulan setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil total mortalitasnya untuk Makadatnia Izilderbrandii sebesar 21,34%, Acacia auriculfortnis 29,57% dan Albizia falcararia 29,49%. Pertambz5an tinggi Makadamia berbeda nyata dengan akasia dan albizia, sedangkan pertambaban tinggi albizia tidak berbeda nyata dengan akasia. Untuk pertambahan diameter dari ketiga jenis tanaman sekat bakar tersebut tidak berbeda nyata. Dari hasil penelitian in;, ternyara jenis Macadatnia hilderbrandii mempunyai sifat-sifat yang lebih baik dari jenis Acacia
nariclrli/orn~isdan Albizia falcataria. Bratawinata M. (1988) meneliti tentang pertumbuhan Swietenia Macroplylla King di Kalimantan Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari luas plot coba 1 hektar, selama 2 tahun derajat kematian tanatnan mencapai 16.71%. Rata-rata riap diameter selatna 2 tahun mencapai 5,85 cm a!au 2,97 ctn per tahun. Pertumbuhan tinggi dari tahun 1986 sampai dengan tahun 1988 rata-rata riap tinggi mencapai 4,36 m atau sekitar 2,18 m per t-h un. Subendra (1988) meneliti pertumbuhan Tectona grandis L.f. di Yogyakarta. Hasil yang didapat bahwa uji provenan Tectona grandis L. f pada umur 3 bulan menunjukkan adanya variasi tinggi, pertambahan tumbuh meninggi dan diameter tanaman, sedangkan pertambanan tumbuh diameter dan kematian tidak menunjukkan variasi. Provenans Java (28,82 cm) menunjukkan pertumbuhan yang tertinggi, sedangkan Provenens Kay (12,12 mm) dan Bangiian (12,15 m:n) memiliki diameter terbesar. Tada analisis pertambahan tumbuli :inggi menunjukkan bahwa rrovenans
Cepu (12,41 cm) dan Kouai (12,12 cm) adalah yang terbaik. Provenans Bangi!an (S,05 mm) dan Cepu (12,15 cln) rnenunjukkan pertambahan tumbuh diameter yang baik. Subiantoro (1991) meneiiti tentang pertumbuhan Paraserianthes falcataria
(L) Nielsen.
Hasilnya, pada tanaman uji sumber benih Paraserianthes fclcataria yang berumur S, 12, 16 dan 20 bulan keseluruhannya terdapat variasi di antara seedlot untuk karakter tinggi dan diameter tanaman. Untill; karakter persen kematian tanaman tidak terdapat perbedaan. Sumber benih Wonosobo ~nempunyaipe~~umbuhan paling baik karena pada setiap kelas utilur selalu mempunyai karakter tinggi dan diameter tanaman terbesar. Pada hutan raws gambut di Sumatera Selatan, pertumbuhan Ramin (Go~zisr)~l~is bancanus Kurz) pada ulnur 1 dan 2 tahun adalah sebagai berikut : tingkat kematian tanaman ramin paling tinggi terjadi sampai umur 1 tahun setelah tanam, yaitu 63,0% pada areal terbuka dan 25,5% pada areal bekas rebangan. Pada umur 2 tahun setelah tanam, tingkat kematian tnenurun drastis, yaitu 1,096 pada areal terbuka dan 2.1%
pada areal bekas tebangan. Pertalnbahan diameter pada areal terbuka
(O,39 cmitahun) lebih rendah daripada areal bekas tebangan (0,61 cmhahun). Pertambahan tinggi pada areal terbuka (7,02 cmitahun) lebili rendah aaripada areal bekas tebangan (26,90 cmltahun) 'Bastoni, 1998). Hasil penelitian Wulandari (2002) tentang pertumbuhan Pinus merkusii Jungh, et de Vriese di Jawa Timur dapat disimpulkan bahwa persen kematian untuk Blangkejeran adalah 35,59%, sedangkan untuk Takengon adalah sebesar 32,59%. Pada Blangkejeran rata-rata tinggi 6,36 ni dan kisaran kelas tinggi antara5,70 sampai dengan 7,70 m, sedangkan pada Takengon rata-rata tinggi 7,025 m dan kisaran kelas antara 5,50 sampai dengan 8,50 m. Pada Blangkejeran rata-rata keliling 44,58 cm dan kisaran kelas keliling antara 38,OI sampai dengan 56,OO cm, sedangkan pada Takengon rata-rata keliling 43,13 cm dan kisaran kelas keliling antara 34,Ol sampai dengan 52,00 cm.
B. Pengaturan Hasil I. Berdasarkan Volume dan Luas Yuningsih (1992) rnelakukan penelitian tentang
pengaturan hasil pada tegakan Pinus
~t~erkt~sii Jungh et de Vriese di KPH Bandung Utara. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dilihat dari susunan keias umurnpa, kondisi hutan tanaman pinus di KPH Bandung Utara masih jauh dari kondisi hutan normal. Dengan metode kompromi akan dicapai kondisi hutan normal dalam jangka waktu sekitar 260 tzhun. Metode Bum ,(berdasarkan volume dan luas) lebih sesuai diterapkan pada kondisi hutan seperti di KPH Bandung U:ara ini, karena berdasarkan hasil pengujian jangka waktu penebangrn , diperoleh ku~nulatifangka jangka waktu penebangan dengan selisih 0,22 tahun, sehingga tidak perlc diperbaiki lagi. jadi etat volume dit~tapkansebesar 23.579 m3/th danetat luasnya 635,7 ha. Aonillah (1999) lneneliti tentang pengaturan hasil pada tegakan Mahoni (Slvietenia
MccroF/?yila G>g) di Jaws Barat. liasi! penelitiaii dapat disirnpulkan bahwa jika dilihat dari susunan kelas umu:nya, pelvsahaan lnahoni di KPH Tasikmalaya belumlah normal. Metode pengaturan hasil
terpilih untuk inembentuk formasi norinal di KPH Tasikmalaya adalah metode Burn. Etat volume diperoleh dari hasil pengujian ke 1 dengan besamya kumulatif JWP 39,14 tahun. Maulana (2003) meneliti tentang pengaturan hasil kelas perusahaan jati (recrona grandis, I. f) di Jawa Barat. Dalam rencana pengaturan hasil kelas perusahaan jati KPH Indramayu melalui pengujian jangka waktu penebangan, etat luas ditetapkan sebesar 149,93 ha pertahun sedangkan etat volume melalui pengujian jangka waktu penebangan terakhir ditetapkan sebesar 7.996,36 m' pertahun. Rencana tebangan jangka pertama dimulai tabun 2003
- 2012
dengan luas 1.281,06 ha dan volume
79.962,36 mi., lebih kecil dari potensi produksi sebesar 79.963,60 m'. Hal itu dapat dijadikan sebagai salah satu jaminan kelestarian hutan, selama pibak KPH lndran~ayudalam memproduksi kayu jati lebih kecil atau salna dengan jatah tebangannya. Meisandi (2003) meneliti tentang pengaturan hasil hutan jenis Sieietenia ~nacrophyllaKing di Jawa Barat dan Banten. Hasil penelitiannya, hutan Mahoni di KPH Cianjur ~nempunyaihutan produktif seluas 3.144,32 Ha yang didominasi oleh ulnur muda (KU !I, KU 111, KU IV dan KU V) seluas 2.446,20 Ha, sedangkan sisanya adalah umur tua (KU VI, KU VII, KU VIII dan MT) seluas 998.12 Ha. Penyebaran kelas hutan Mahoni di KPH Cianjur ini lnempunyai nilai kecondongan sebesar 1.42. yang bernni tegakan didominasi oleh umur muda. Etat luas dan volume sebelum pengujian jangka waktu penebangan berturut-turut sebesar 86,Il hdth dan 17.802,52 mi/th. Sedangkan setelah dilakukan pengujian sebanyak empat kali (teraknir) maka eta1 volume menjadi 16.127,42 mi/th dan etat luas 86,lI bdth, yang berlaku untuk jangka pemsahaan Mahoni tahun 1998/2007. Hutasoit (1992) melakukan penelitian tentang pengaturan hasil pada kelas perusahaan jati (Tecrona grandis L.f) di KPH Balapulang, Pemm Perhutani Unit I Jawa Tengah. Penentuan etat yang dilakukan di Perum Perhutani adalab dengan menggunakan tnetode Bum yaitu berdasarkan luas dan volume. Penggunaan metode ini menghasilkan etat volume sebesar 35152,33 m3/thn. Penggunaan metode ini baik bagi kemudahan pengelola, karena volume yang ditebang tiap tahunnya relatif sama. Namun disayangkan penggunaan metode ini sekarang pada tegakan KPH Balapulang dengan susunan kelas umur yang tidak normal menyebabkan adanya penebangan pada umur muda (28 tahun). I'cnggunaan Metode Burn dalaill penentuan etat di KPH Balapulang sekarang ini sebaiknya jangan dilakukan karena akan terjadi penebangan tegakan muda. Rahayu (2002) meneliti tentang penentuan etat kelas perusahaan jati (Teclona grandis L. F.) dengan metode Bum, di Bagian Hutan Pagotan KPH Mediun PT. Perhutani Unit I1 Jawa Timur:Dari hasil penentuan etat awal jangka perusahaan hasil pengujian jangka waktu penebangan pe~tamadan kedua diperoleb etat luas sebesar 34,40 hdthn dan etat massa sebelum pengujian sebesar 5.893 mi/rbn dan setelzb penguj~ankedua sebesar 5.555 m3/thn, sehingga terjadi penurunan sebesar 338 mi/thn (5,74 %). Hasil perbitungan volume per hektar menurut data dari RPRH berbeda d e n g ~ nperhitungan penulis karena data RPKH ~nenggunakanumur rata-rata sedangkan penilis mecgguna~tanulnur tengah. Hal tersebut menyebabkan perbedaan volume total dan etat volume atau massa.
Heyer untuk pengaturan hasil hutan jati kiranya dapat menciptakan suatu metode pengaturan hasil yang lehih sesuai daripada metode Umur Tebang Rata-rata. Tentang pengaturan hasil kayu bakar dicoba untuk diteliti oleh Juniarto (1994) di Daerah lstimewa Yogyakarta. Pe~ighitunganetat volume kayu bakar di Tegal dan pekarangan di seluruh Desa Banaran dengan daur 10 tahun memberikan hasil sebesar 17,7387 m3/ha/tahun. Tingkat konsumsi kayu bakar total di Desa Banaran sebesar 6.347 rn3/~K/tahun atau sebesar 5458,32 m3. Model pemanfaatan pohon untuk kayu bakar di Desa Banaran dapat digambarkan dengan persalnaan garis regresi sebagai berikut: Y = 1,2850 + 0,1080 X I + 29,7157 X2 Y = 5,03 14 + 8,9890 X3 dengan perincian: Y = berat kayu yang dapat di~nanfaatkan untuk kayu bakar dari' I pohon, XI = diameter pohon yang diambil kayunya, X,
=
tinggi pohon yang diambil kayuuya, X3 = volume
pohonnya. Wallyono (1995) meneliti tentang pengaturan hasil hutan tanaman Pinus di KPI-I Lawu. 'lasil )an; didapat bahwa daur optitna! tegakan Pinus tercapai pada umur 25 tahun. Nilai kini neto yany dihasilkan sebesar Rp 1.123.000,00/ha dengan tingkat imbalan hasil sebesar 16.3%. Nilai kini neto yang dicapai pada dasamya berasal dari hasil komoditas getah Pinus, sebesar Rp 1.598.000,00/h~, karena pendapatan dari komoditas kayu perkakas nilainya negatif. Bila teyakan dimungkinltan untuk ditebang hingga umur 60 tahun, tujuan penataan hutan yang optimal memberi hasil fillansial (Rp 368.636.000,OO) yang lebih baik daripada pencapaian tujuan pengaturan hasil kayu perkakas Rp 128.770.000,00), sedangkan pencapaian tujuan pengaturan hasil getah Pinus (Rp IS7.160.000,OO) ~nemberihasil finansial yang terbaik. Fauziyah (2003) mencoba melakukan penyusunan model simulasi pengaturan hasil hutan kelas perusahaan pinus di KPH Garut. Berdasarkan implikasinya terhadap faktor ekonomi, lingkungan, dan sosial metode pengaturan hasil yang lebih diprioritaskan untuk diterapkan di KPH Garut adalah ~iis[odeVon Mante!. Penerapan metode Von Mantel daur 20, 25, 30 tahun ~nenghasilkanetat volume atau hasil kayu yang relatif konstan sampai tahun 2075, sedangkan pada daur 35 tahun etat volume mengalami penurunan mulai tahun 2050-an 3. Berdasarkan Jumlah Pohon
Lestarini (1991) meneliti tentang pengaturan hasil hutan sengon (paraserianthes falcataria (I) nielson ) di Bogor. Berdasarkan hasi! penelitiannya dapat disimpulkan bahwa metode kelestarian hasil yang dipilih yaitu metode jumlah batang secara periodik. Hal ini untuk me~npermudahpetani mengerti dan memakai metode tersebut, serta disesuaikan dengan keadaan sosial ekonomi petani. Metode ini diharapkan akan memberikan pendapatan yang tetap bagi petani &an dalam waktu yany relatif singkat.
Metode yang diajukan adalah sebagai berikut :
LxNoxt 12xD
pada kebun :
2.
pada hutan rakyat murni Ni =
Dimatla Ni No
Ni =
I.
=-
-
Lxt 12dxD
Jumlah pohon yang ditanam atau dipanen setiap periode pada lahan petani (pohon),
Kerapatan pohon per hektar (pohon per ha), L = Luas lahan petani (ha),
D = Daur atau umur
tebang (tahun), t = Periode tanam atau tebang (bulan) dan J = Jarak tanam (m'). Suhendang (1993) menulis makalah yang memberikan alternarif lnetode pengaturan hasil pada areal bekas tebangan hutan tidak seumur. Untuk dapat lnemulai kegiatan pengusahaan hutan alam produksi di luar Pulau Jawa, perlu segera dirumuskan metode pengaturan hasil yang sesuai, ditinjau dari sifat utiiuln tegakan hutan yang dimiliki bentuk hasil yang diinginkan serta kendala pemeliharaan keanckarzgaman h q z t i j'azg disj'zrst!:sn.
Metcde ?ecga!urzn hrsi! ini k ! u x dia:;?r d z l m p~do~::an
TPTI yang sekarang berlaku, sedangkan metode pengaturan hasil berdasarkan volume dan luas sebagai~nanaditerapkan pada siklus penebangan pertama tidak dapat diterapkan lagi. Mulai siklus tebang kedua (2005/2006) dalam pengusahaan hutan alam di luar Pulau Jawa disarankan untilk diterapkan Metode Pengaturan Hasil Berdasarkan Jumlah Pohon. Alternatif pengaturan
hasil
berdasarkan jumlah
poho~i dikemukakan kelnbali oleh
Suhendang, Soerianegara, Rusolono, Prihanto dan Purnonio (1995) dala~nbentuk makalah juga. Kesimpulannya, agar metode pengaturan hasil berdasarkan jumlah pohon ini dapat diterapkan dengall baik, diperlukan persyaratan-persyaratan sebagai berikut: 1.
Pembuatan petak percobaan permanen mutlak diperlukan dalam setiap kesatuan pengusahaan dengan jumlah dan penyebaran yang mewakili keadaan ripe hutan dan tipe tclnpat tumbuhnya.
2.
Perlu diadakan pengelompokan tegakan menurut tipe tempat tumbuhnya. Tipe tempat turnbull dapat dicirikan bentuk strukur tegakan pada keadaan hutan primer untuk setiap tipe hutan.
3.
Penggunaan komputer untuk penentuan besarnya AAC dengan metode ini mutlak diperlukan, oleh karena cara ini akan sangat berat apabila harus dikerjakan secara manual. Cahyadi (2001) meneliti tentang pengaturan hasil hutan alam bekas tebangan di Kalilnantali
Tengah. Hasil yang didapat bahwa pengayaan yang dilakukan dengan target jumiah s e m i tertentu tanpa lnemperhatikan kondisi tegakan tinggal tidak ~nemberikan pengaruh yang signifikan. Penjarangan yang hanya dilakukan terhadap kelompok jenis Non Dipterocarpaceae dapat nieningkatkan jamla11 masak tebang komersial pada siklus berikutnya. Namiin juga menyebabkan turuncya masak tebang Non Dipterocarpaceae. Penjarangan demikian daizn kasus ini dapat mengara1:kan hu:;:c bekzs tebangan nienuju llutan tanaman Dipterocarpaceae. Manajemen adaptif
lnampu mendatangkan nilai penerimaan maksimal namun menyebabkan penurunan populasi masak tebang kelompok jenis tertentu. I'ada Hutan Alaln Bekas Tebangan juga, Aryanto (2001) meneliti sistem pengaturan hasil hutan Kalilnantan Timur. Hasilnya, pengaturan hasil adaptif mampu niemberikan keuntungan finansial yang lebih besar dibandingkan pengaturan hasil dengan siklus 20 tahun, 35 tahun dan 50 tahun. Hai ini terjadi karena pada pengaturan hasil adaptif, penebangan hanya dilakukan pada saat harga bagus, sedangkan pada pengaturan hasil dengan siklus 20 tahun, 35 tahun dan 50 tahun, penebangan dilakukan baik pada saat harga bagus maupun pada saat harga jelek. Pengaturan hasil adaptif mampu menjamin kelestarian hasil, yang terlihat dari jumlah pohon inti komersial setelah periode penebangan nilainya lebih besar dari 25 pohonhektar. Pengaturan hasil kayu adaptif dapat diterapkan pada pengusahaan hutan yang penjualan kayunya langsung ke pasar. Sedangkan pengusahaan hutan yang penjualan kayunya dilakukan kepada industri sendiri, pengaturan hasil tidak bisa diterapkan karena hal-$a di pasar tidak lnemberikan pengaruh terhadap proses pemanenan. IKrisnawati (2001) lneneliti tentang pengaturan hasil di Kalimantan Tengah. Nasil simulasi menunjukkan bahwa periode waktu untuk mencapai kondisi klimaks bervariasi menurut karakteristik tegakan awal dan dinamika tegakannya, yaitu pada tahun ke-18 atau 26 setelah penebangan pada areal bekas tebangan 8 tahun, tahun ke-12 atau 18 tahun setelah penebangan pada areal bekas tebangan 6 tahun, tahun ke-:2 atau 54 tahun setelah penebangan pada areal bekas tebangan 2 tahun. Pada areal bekas tebangan 8 tahun tingkat tebangan optimal dicapai pada siklus tebang 39 tahun dengan intensitas tebangan 1,4 % (setara dengan 6 pohon per hektar), areal bekas tebangan 6 tahun pada siklus tebang 32 tahun dengan intensitas tebangan 1,6 % (setara dengan 7 pohon per hekar), areal bekas tehangan 2 tahun pada siklus tebang 42 tahun dengan intensitas tebangan
0,4 % (setara dengan 3 pohon per
hektar), dan pada areal bekas tebangan 1 tahun pada siklus tebang 30 tahun dengan intensitas tebangan 0.1 % (setara dengan 4 pohon per hektar). Taptajani (2002) meneliti tentang pengaturan hasil hutan kayu di Kalimantan Timur. Kesimpulan yang didapat bahwa manajemen adaptif mampu memberikan nilai penerimaan lebih besar dibandingkan manajemen siklus 20 tahun, 35 tahun, dan 50 tahun. Hal ini terjadi karena pada manajemen adaptif penebangan hanya dilakukan pada saat harga bagus dan jumlah pohon masak tebangnya lebih dari atau sama dengan jumlah yang telah ditetapkan sebelumnya, sedangkan pada nlanajernen siklus 20 iahun, 30 tahun dan 50 tahun, penebangan dilakukan pada kondisi harga bagaimanapun (saat harga bagus maupun jelek) dengan syarat sudah masuk hitungall siklus tebangnya. Syarat-syarat pengaturan hasil adaptif hams disesuaikan dengan kemampuan tumbuh tegakan. 4. Zerdasarkail Luas Volume dan Voiume Rizp Astri (2000) mencoba mengurutkan prioritas pilihan metode pengahlran hasil pada hutan Pi,?trs Merktrrii Jur!gh. Ft de Vriese di KPH Bogor. Hasil yang didapat bahwa tegakan hutan
keadaannya be!~ninormal. Berdasarkzn analisis: urutan prioritas pilihan metode penga:uran hasil yang
paling sesuai meliuju pembentukan hutan normal adalah sebagai berikut: Metode Hundeshagen (0,187), Metode Austrian (0,1851, Metode Cotta (0,163) , Metode Von Manthel (0,162), Metode Von Mauthel Modifikasi (0,155), dan Metode Burn (0,148). Metode yang memberikan potensi penyerapan tenaga kerja palin$ besar baik pada kondisi sebelum tercapai hutan liormal atau setelalinya adalah Metode Cotta d a ~ iVon Mantliel (0,174). Panen tahunan berdasarkan metode dengan prioritas pilihan tet-baik (Metode Hundeshagen) adalah 9649,06 m'lthn dengan etat luas 47,04 halthn. Baroto (2001) meneliti juga tentang pengaturan hasil pada tiga kesatuan pemangkuan hutan Perum Perliutani. Hasil yang didapat bahwa metode pengaturan hasil yang paling cocok dalatn pengelolaan hutan untuk tujuan menghasilkan kayu ditentukan oleh karakteristik spesifik keadaan biofisik hutan dan keadaan sosial masyarakat di sekitarnya. Pernilihan tiletode pengaturan hasil seyogyanya dilakukan secara holistik, dengan metnperti~nbangkan berbagai faktor dan harapan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap pemanfaatan hutan, faktor-faktor yang seyogyanya dipettimbangkan adalah faktor mana.iemen, produksi, lingkungan dan sosial, di~nanapettimbangan kebijakan atas faktor-faktor tersebut diperoleh dari berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu perencatla, pengelola, Pemerintah Daerah dan masyarakat, terutama masyarakat di sekitar hutan. Sumadi (2002) meneliti tentang pengaturan hasil hutan seumur di KPH Blora. Metode pengaturan hasil yang menjadi prioritas pettama Von Mantel (0,l71), Metode Bum (0,170) menjadi prioritas kedua, dalam pemilihan metode pengaturan hasil yang paling sesuai di KPH Blora. Hutan Tanaman Jati di KPH Blora. Pengaturan hasil dengan metode Von Mantel yang berfluktuasi dapat lnenghasilkan volume kayu tebangan sebesar 732.956,84 m3 sedangkan pada lnetode Burn statis yang diretapkan 10 taliitn sekali saat penyusunan buku RKPH volume kayu tebangan yang dapat dihasilkan srbesar 671.163.45
m3. NPV keuntungan perusahaan tnetode Von Matltel fluktuasi sebesar
Rp. 91.692.621.374,12 sedangkan pada metode Bum statis NPV keuntungan perusahaan sebesar Rp. 85.169.S18.401,69. Triono (2002) meneliti tentang pengaturan hasil kelas pemsahaan Pinus di KPH Kedu. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jika didasarkan pada penilaian kepentingan relatif pzmilihan tiletode pengaturan hasil, metode Von Mantel menempati prioritas pertama dengan bobot 0,171 dan diikuti oleh metode Burn pada prioritas kedua dengan bobot 0,168. Hasil simulasi menunjukkan bahwa penerapan metode Von Mantel dinamis lebih baik dalam ha1 besarnya etat massa, penerimaan KPH, dan penyerapan tenaga kerja dibandingkan dengan metode Burn statis. Hasil simulasi menunjukkan bahwa penerapan tnetode Von Mantel dinamis daur 20 tahun merupakan daur yang terbaiic dalam ha1 besarnya etat inassa, penerimaan KPH, dan penyerapan tenaga kerja dibanditigkan penerapan daur 25 dan 15 tahun. Penerapan lnetode Von Mantel dinamis lebih baik dalam ha1 penyediaan kayu bakar bagi
industri genteng bila dibandingkan dengan metode Bum statis. Dalani iangks mewu.iudkan hutan normal, Rosa (2003) mencoba merrentilkan
metode
pengaturan hasil pada kelas perusahaan Jati (Tectona grandis L.0 di Kendal. Didapatkan hasil bahwa
metode pengaturan hasil terpilih untuk mewujudkan hutan normal di BH Subah adalah formula Bum denran besar paneti tahunan I 1,871.6S nl3/th , umur tebang minimum 46,OS tahun, selisih kumulatif JWP deligall daur 0.69 tahun dan selisih volume total terhadap potensi sebesar 466.596,94m3. Metode pengaturan hasil terpilih untuk mewujudkan hutan normal di BH Kalibodri adalah formula Von Mantel dengan besar panen tahunan 13.416,04 m3/th, umur tebang minimum 52,35 tahun, selisih kumulatif JWP dengan daur 0,67 tahun dan selisih volume total terhadap potensi sebesar 521.554.73 m3. Metode pengaturan hasil terpilih untuk mewujudkan hutan normal di BH Kaliwungu adalah formula Von Mantel dengan besamya panen tahunan 13.707,56 m3/th, umur tebang minimum 46,10 tahun, selisih kumulatif JWP dengan daur 0,40 tahun dan selisih volume total terhadap potensi sebesar 536.055,25 m3. Indriastuti (1998) melakukan penelitian tentang
metode pengaturan hasil bada kelas
perusahaan jati (Tecrona grandis L. f.) di KPH Cepu, KPH Mantingan dan KPH Pati Pemm Perhutani llnil I Java 'Trtyal~. Didapatkan hasil hahwa metode pengatt~ran hasil terpilih untuk membentuk formasi normal di KPH Cepu adalah metode Burn. Etat volume diperoleh dari hasil pengujian JWP kedua yaitu sebesar 41.408 tn3/th. Selisih etat setelah pengujian dengan etat sebelun pengujian sebesar 1.491 m3/:h. Di KPH Mantingan, metode terpilihnya adalah metode Austria atau Hundeshagen. Besamya etat volume di KPH Mantingan merupakan hasil pengujian JWP kelima yaitu sebesar 22.030,75 imjlth. Selisih dengan etat sebelum pengujian sebesar 7.630,98 mvth. Sedangkan di KPH Pati, formula terpilihnya yaitu Cotta. Etat volume diperoleh dari hasil pengujian JWP keenam yaitu sebesar 27.902,07 m3/th (selisih dengan etat sebelum pengujian 8.378,97 m3/tb. Dari hasil-hasil penelitian diatas, terlihat bahwa penyeragaman Formula Bum di KPH-KPH dengan perbedaan kondisi hutan sebenamya sudah tidak dapat diterapkan lagi. Pratiwi (2004) meneliti pengaturan hasil pada kelas perusahaan jati (Teclonagrandis L. f ) di KPti Cianjur i'erum Perhutani Unit I11 Jawa Sarat dan Banten. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan pengujian jangka waktu penebangan, untuk metode berdasarkan volume dan riap, pada formula Austria di Bagian Hutan Ciranjang diperoleh etat sebesar 7.679,85 m3/thn dan pada Bagian Hutan Sindang Barang diperoleh etat sebesar 18.624 in3/thn. Pada hasil perhitungan dengnn imenggunakan formula Von Msntel etat yang diperoleh adalah sebesar 7.896,16 m3/thn. Dengan tnenggunakan formula ini pada Bagian Hutan Sindang Barang menghasilkan etat sebesar 17.483,31 m3,'thn. Pada metode berdasarkan volume dan luas, setelah dilakukan pengujian jangka waktu penebangan pada formula Bum didapat nila! eta1 sebesar 7.893,08 tn3/thn untuk Bagian Hutan Ciranjang sedangkan pada Bagian Hutan Sindang Barang dipelaleh etat sebesar 17.800,96 m3/thn. Azizah .(2004) meneliti jug2 tentang
metode pengaturan pada kelas perusahaan jati
(Tecrona grondk IL. f) di KPH Ciamis Perum Perhutani Unit 111 Jawa Barat dan Banten.Berdasarkan ihasil penelirian, inerode peiigaZrar, hasil yacg ses-ai diterapkan pada BE. Paogendaran ada!ah
formula Bum Modifikasi dengan panen tahunan (etat volume) sebesar 11.197,09 m3/thn, dan mempunyai selisih volume total dengan tegakan persediaan aktualfnyata 97.1 12,93 m3. Pada BH. Banjar Ca, metode pengaturan hasil yang sesuai diterapkan adalah forniula Cona yang menghasilkan paiien tahunan sebesar 15.540,19 m3/thn, dan mempunyai selisih volume total de~igan tegakan pel-sediaan aktuallnyata 1.865.552,23 m3. Dan meiode pengaturan hasil yang sesuai diterapkan pada
BH. Cijulang yaitu formula Cotta yang menghasilkan panen tahunan sebesar 3.293,08 m3/thn, dan me~npunyaiselisih volume total dengan tegakan persediaan nyata 29.845,16 m3. Gusdaji (1990) melakukan tinjauan terhadap beberapa cara penentuan etat kelas pemsahaan li~~tari tanaman pinus (Pinus ~ ~ ~ e r k uJungh. s i i Et De Vriese) di KPH Kedu Utara. Metode yang ditinjau adalah mrtode Luas, metode Cona, dan metode Burns. Berdasarkan hasil penelitian, etat yang dihasilkan oleh metode Luas untuk 5 tahun pertama adalah 450,jS haltahun dengan voiume yang beragam setiap tahunnya, yaitu antara 74.096,53 mi/tahun -171.346,561n~/taliun sehingga perlu perlakuan khusus dalam pengaturan tebangnya. Formula Cona menghasilkan etat sebesar 106.896,46 m3/tahun dengan riap total 71.264,31 mi/tahun. Dan melalui metode Burns, sebelu~n dilakukan pengujian jangka waktu penebangan menghasilkan etat sebesar 73.43 1 m3/tahun, diamana volumenya dihitung pada umur tebang rata-rata 22,93 tahun. Setelah dilakukan pengujian jangka waktu penebangan ditetapkan etat sebesar 113.395 m3/tahun dengan kumulatif jangka waktu penebangan sebesar 26,52 tahun, berbeda 1,52 tahun dengan daumya. 11. Sistem Silvikultur dan Metode Pengaturan Hasil Untuk Hutan Produksi Alami di Indonesia
Suhendans (2002) nlenjelaskan ada dua jenis tebang pilih yang diterapkan di hutan tropis di Indonesia. yaitu Tebang Pilili Indonesia (TPI) dan Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) . A.
Sistem Silvikulrur TPI : 1972-1989 (Keputusan.Direktur Jenderal Kehutanan No: 351 Kptsl DD/ I/ 1972, tanggal 13 maret 1972) a.
Definisi : TPI adalah sistem silvikultur tebang pilih sebagai integrasi dari beberapa sistem berikut :
b.
I.
penebangan dengan diameter minimum pohon dari Indonesia.
2.
sistem tebang pilih Philipina (tebang pilih).
3.
perbaikan dari tegakan hutan dengan rehabilitasi
4.
sistem regenerasi dan perbaikan.
Asumsi dan pengaturan dasar : I.
siklus tebang: 35 tahun.
2.
pohon yang dapat ditebang : jenis pohon bernilai tinggi dengan diameter 2 50 ctn
3.
pemmbahan diameter pohon : 1 cm per tahun.
4.
AAC = 1/35 x SO % x V Diinana : V
= volume
dari tegakan tinggal untuk jenis pohon bemilai tingi (m3).
AAC= Annual Allowable Cut (ni3/tahun) 35
= siklus tebang(tahun)
SO % = faktor keamanan
B. Sistem silvikultur TPTI : I989 - saat ini (Keputusan Menteri Kehutanan No. 485/Kpts/lIi1989, tanggal IS September 1989, dan Direktur Jenderal Kegunaan Hutan No. 5641KptsllV-BPHH11989, tanggal 30 November 1989) a.
Definisi : TPTI adalah sebuah sistem perbaikan dari TPI yang menekankan kepada pengaturan hutan, rehabilitasi dan pengelolaan dari LOA. Jadual kegiatan dalam sistem TPTI adaiah sebagai bcrikut :
Dalam Sistem TPTI .Tabel 9. Jadwal Keciatan L Nomor Kegiatan Kegiatan
I
1.
Pengaturan wilayah kerja
Et-3
2.
lnventarisasi tegakan sebelum penebangan
Et-2
I-
Pembukaan wilayah hutan
3. 4.
b
Waktu
I
ebang pilih
Et- I Et
5.
Perbaikan tegakan
Et+ I
6.
lnventarisasi tegakan LOA
Et + 2
7.
Perbaikan (tahap pertama)
Et + 2
8.
Pengumpulan bibit
Et+2
9.
Perkayaanlrehabilitasi
Et + 3
10.
Pemeliharaan penanaman rehabilitasi
I I.
Perbaikan (kedua, ketiga)
12.
Pet~langkasantegakan LOA
II
Et + 3 , 4 , 5 Et + 4, 6 Et + 10, 15,20
I
Asumsl dan pengaturan dasar
Asumsi dan pengaturan dasar dari TPTI sama dengan sisten TPI. penebaligan pohon diameter minimum yang dapat ditebang adalah : 1. hutan produksi tetap : 50 cm 2.
hutan produksi terbatas : 60 cm
B. Kelemahan utama dari sistem TPI dan TPTI adalah : 1.
asutnsi dasar dalam peningkatan diameter pohon 1 cm per tahun untuk selilua jenis, semua tipe hutan dan semsa kondisi hutan adalah salah. Data dat.i pengukuran menunjukkan Sshwa
peningkatan diameter pohon adalah beragam menurut jenis pohon atau kelompok jenis dan tempat. 2.
penentuan dari siklus tebang (35 tahun) untuk semua tipe hutan dan kondisi adalah salah. Siklus tebang seharusnya ditentukan berdasar peningkatan diameter pohon.
3.
menggunakan metode pengaturan hasil berdasar volume tegakan tiuggal, tanpa pengamatan diameter pohon aktual atau peningkatan volume tegakan akan menyebabkan kesimpulan yang salah.
A. T e ~ n p a Pengambilan t Data Hasil Penelitian dan Kecenderungan Ketersediaan Datanya
Peliga~nbilan data dilakukan pada tempat-tempat antara lain: Perpustakaan Fakultas Kehutanan Institut Peltanian Bogor, Peipustakaan Pusat Institut Peltanian Bogor, Perpustakaan Badali Penelitian dan Pengembangan Hutan Bogor, Perpustakaan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada, Perpustakaan Manggala Wanabakti dan sumber-sumber lain yang mendukung. Di Perpustakaan Fakultas Kehutanan dan Pusat Institut Pertanian Bogor, ketersediaan data dari kedaa kategori cukup merata dengan jumlah penelitian yang cukup banyak untuk masing-masing kategori, dan kategori peltumbuhan pohon lebih banyak (41 buah,dimana 37 buah data ada di Fakultas Kehutalian dan 4 buah data ada di Pusat) dibandilig pengaturan hasil (19 buali, dimana 15 buah data di Fakultas dan 4 buah data di Pusat). Untuk ketersediaan data penelitian di Balitbang Bogor yang terbanyak adalah kategori pertulnbuhan pohon dengan julnlah yang hampir mencapai seratus persen (37 buah) karena hanya didapatkan saru buah data penelitian tentang pengaturan hasil. Berbeda dengan data hasil penelitian di Perpustakaan Universitas Gajah Mada, kategori pertumbuhan pohon mendominasi ketersediaan data yang ada (26 buah), dan untuk kategori pengaturan hasil datanya tidak terlaln banyak (4 buah). Untuk Perpustakaan Manggala Wanabakti ketersediaan datanya tidak berbeda jauh dengan yang ada di Perpustakaan Badan Penelitian dan Pengembangan Hutan Bogor, dimana jurnlah datc tentang pertumbuhan pohon adalah yang paling mendominasi dari hampir semua data yang ditelnukan dengan jumlah data 27 buah sedangkan kategori pengaturan hasil yang hanya sedikit ditemukan (4 buah). Untuk data dari koleksi pribadi didapatkan 2 buah data penelitian tentang kategori pengaturan hasil. Ketersediaan data yang banyak pada masing-masing sumber data dimungkinkan karena fokusnya kegiatan penelitian dari instansi yang bersangkutan terhadap salah satu kategoii yang ada ataupun karena kurang berkepentingannya terhadap salab satu kategori yang ada sehingga menyebabkan ketersediaan datanya sedikit atau bahkan tidak ditelnukan pada salah satu instansi tempat dilalcukan pengambilan data ini. Dari telnpat pengambilan datz yang dilakukan, Perpustakaan Fakul:as Kehutanan dan Pusat !nstitut Pertanian Bogor merupakan tempat yang paling audah dan cepat dalaln mengakses data-data penelitian karena sudah tersedianya komputer yang biss mengakses data-data penelitian yang diperlukan.
Perpustakaan Manggala Wanabakti juga sudah tersedia
komputer yang bisa tnembantu mengakses data penelitian, tetapi kurang lengkap data infor~nasinya karena ada sebagian data penelitian yang harus dicari secara manual. Sedangkan untuk pengambilan Hutan data-data penelitian pada dua tempat yaitu Perpustakaan Badan Penelitian dan Pengembe~~gali Bogor dan Perpustakaan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada cukup ~nengalamikesulitan karena harus dilakukan secara manual.
B. Distribusi Hasil Penelitian
Dari hasil inventarisasi penelitian yang dilakukan terdapat dua kategori bidang penelitian yaitu pertumbuhan pohon dan pengaturan hasil hutan. Bidang penelitian pertumbuhan pobon mempunyai proporsi yang lebih besar (N= 131) bila dihandingkan dengan bidang penelitian pengaturan hasil (N= 29). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh banyaknya data yang diperlukan dalam satu kali pengaturan hasil, dimana pengaturan hasil yang biasanya dilakukan secara langsung oleh pihak-pihak yang terkait m e ~ ~ ~ e r l u kdata a n dari pettumhuhan pohon cukup banyak yang berasal dari penelitian tentang pertumbuhan pohon. Penelitian yang berhasil diinventarisir untuk bidang penelitian pertumbuhan pohon umumnya membahas tentang riap diameter, riap tinggi dan riap volume. Untuk bidang pengaturan hasil umumnya ntentbahas tentang l~tetodeyang digunakan dalam pengaturan hasil tersebut, yang dianggap cocok dilakukan pada saat itu dan sesuai dengan koildisi yang ada.
Gambar I . Proporsi Hasil Penelitian Tentang Pettumbuhan Pohon yang Diinventarisir Pada bidang penelitian pemmbuhan pohon terlihat bahwa kategori riap diameter dan riap tinggi paling banyak dilakukan karena memiliki persentasi yang paling tinggi yaitu sebesar 38,93% (N= 5 I). Hal ini dimungkinkan karena bidang tersebut adalah yang paling sering dan mewakili dalam ilal pemmbuhan pohon. Kemudian diikuti dengan kategori riap diameter dengan proporsi sebesar 24,43 % (N= 32) dimana kedua kategori tersebut merupakan kategori paling dominan. Setelah itu kategori lainnya mengikuti sesuai dengan proporsi yang semakin kecil dan yang terakhir adalah kategori r~igrowrh,recruitmer?t, dan mortalify sedang proporsi paling sedikit yaitu sebesar 2,29 % (N= 3).
Gambar 2. Proporsi Hasil Penelitian Tentang Pengaturan Hasil yang Diinventarisir Pada bidang penelitian tentang pengaturan hasil terlihat bahwa penelitian dengan kategori berda~arluas volume dan volume riap adalah palins banylk dilakukan karena n:emiliki prooorsi terbesar yaitu sebesar 3I,O3 % (N= 9). Hal ini karena banyaknya penelitian yang melakukan semacam perbandingan penggunaan metode pengaturan hasil hutan yang terbaik yang bisa digunakan pada suatu hutan tertento. Kemudiai; diikuti oleh kategori lainnya dan terakhir kategori berdasar luas dan volume dengan proporsi terkecil yaitu sebesar 2 0 5 9 % (N=6). C . Distribusi Tallun Penelitian
Tahun penelitian yang diinventarisir adalah dari tahun 1981 sampai tahun 2004. Pengelompokkan berdasarkan tahun penelitian di bagi dalani lilna periode, dengan setiap periode memiliki jangka waktu lima tahun untuk tiap kategorinya. Penyajian dalam bentuk grafiknya terlihat pada pambar ;dan gambar 4, untuk pengelompokan hasil penelitian tentang pertumbuhan pohon berdasar tahun penelitian dapat dilihat pada gamhar 3, sedangkan untuk pengelompokan hasil penelitian tentang pengaturan hasil berdasarkan tahun penelitian pada gambar 4.
Ga~nbar4. Pengelon~pokanHasil Penelitian Tentang Pengaturan Hasil Berdasarkan Tahun Penelitian Dari hasil pengelonlpokan berdasar tahuo penelitian? sebagzimxa te:saji pada tabel, dapat dililiat bahwa penelitian tentang pertumbuhan pohon adalah kategori penelitian yang paling banyak
dilakukan sejak tahun 1981-2004. Jika dilihat dari sub kategori yang dibuat, dari seluruh sub kategori yang ada terlihat bahwa sub kategori riap diameter adalah sub kategori yang paling banyak diteliti sejak tahun 1981-1985. Sedangkan pada periode tahun 1986-1990 sampai dengan 2001-2004 yang paling banyak diteliti adalah sub kategori riap diameter dan riap tinggi dimana penelitian tentang sub kategori ini mempunyai kecenderungan meningkat tajam sampai periode 1991
-
1995 walaupun
setelah itu terjadi penurunan, namun niasih tetap lebih banyak dari sub kategori yang lain. Dari keselurulian sub kategori, jika dilihat berdasarkan dua periode tahun terakhir maka ada 4 sub kategori dari kategori pengaturan hasil mengalami peningkatan jumlah penelitian, 1 sub kategori pertuliibuhan pohon tetap dan 7 sub kategori permmbuhan pohon mengalami penurunan.
Pembuatan distribusi
tahun penelitian dilnulai da:i periode 1981-1985 sampai dengan periode 2001-2004 dikarenakali tidak ditemukannya data hasil penelitian sebeluln periode tahun 1981-1985 dan beluln munculnya data hasil penelitian setelah periode 2001-2004 sampai saat selesainya pengambilan data. D. Distribusi Lokasi Penelitian
Keterangan: PPI
: Riap Diameter
PP6 : Riap Diameter dan Riap Volume
PP?
: Riap Tinggi
PP7 : Riap Diameter, Riap Tinggi dan Riap Volume
I
: Riap Volume
PP8 : Riap Diameter dan Mortality
PP4
: Ingrowth, Recruitment dan Mortali@
PP9 : R a p Diameter, Riap Tinggi dan Mortalily
PP5
: Riap Diameter dan Riap Tinggi
Keterangan: PHI
: Berdasarkan Luas dan Volume
pH2
: Berdasarkan Volume dan Riap
pH3
: Berdasarkan Jumlah Pohon
pH4
: Berdasarkan Luas Volume dan Volume Riap
Dari tabel di atas, dapat dilihat pengelompokan berdasar pada lokasi penelitian yang berhasil diinventarisir. Pengelonpokkan
lokasi penelitian ini dilakukan berdasarkan propil~si dengall
pertimbangan agar lebih mudah dalam melakukan pengelompokan dan lebih mudah memahami lokasi mana saja yang telah dijadikan sebagai lokasi penelitian dan juga untuk mengkaji wilayah yang mendominasi penelitian ini. Dari lokasi penelitian secara keseluruhan, didapatkan bahwa dari kedua kategori pengelompokan yang paling banyak dilakukan penelitian adalah Jawa Barat (N= 19) untuk kategori penumbuhan pohon dan Jawa Barat juga (N= 9) untuk kategori pengaturan hasil. Hal ini cukup beralasan dikarenakan terdapatnya beberapa lembaga penelitian yang terletak di Bogor. Misalnya Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor di Darmaga, LIP1 di Cibinong dan Jln. Djuanda, Balai Teknologi Penelitiail di Ciheuleut dan Badan Penelitian dan Pengembangan Hutan di Gunung Batu yang secara administratif lokasi lembaga-lembaga tersebut termasuk wilayal; Bogor, Jawa Barat..
E. Distribusi Penelitian Berdasarkan Jenis Pohon
I
I
41
Sengon (Paroserian~irea f~~lcoIori(~)
42
Sonokernbang (P1erocorptt.rhdicus)
43
junskal IPerone,r:c conescem)
I
Suntai (Poloquiat,t burckii)
' 1
44
/
2
1
I 1
I
I
I
5
I
I
2
2
1
I
I 1
Tapi-tapi (joniirio loevigorc)
46
Tornaku (.\hcodomio hildebrandii)
1
47
Trcrnberi (Enierolobizmzsp.)
I
13
2 1
4
1
I
I
45
I
I 1
1
I
2 I
61
PPI
: Riap Diameter
PP2
: Riap Tinggi
PP3
: Riap Volume
PP4
: Ingro>vth,Recruilme171dan Mortalily
PP5
: Riap Diameter dan Riap Tinggi
PP6
: Riap Diameter dan Riap Volume
PP7
: Riap Diameter, Riap Tinggi dan Riap Volume
PP8
: Riap Diameter dan Mortality
PP9
. Riap Diameter. Riap Tinggi dan Morta1it.v
Keterangan: PHI
: Berdasarkan Luas dan Volume
pH2 : Berdasarkan Volume dan Riap pH3
: Berdasarkan Jumlah Pohon
pH4
: Berdasarkan Luas Volume dan Volume Riap
Dari distribusi jenis pohon yang dihasilkan berdasarkan tabei di atas, terlihat bahwa untuk kategori pertumbuhan pohon, jenis pollon yang paling banyak dilakukan penelitian adalah jenis Akasia
(N= 19). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh ketertarikan pengembangan jenis tersebut di berbagai tvilalah dan prospek yans ingin diketahui dari pengembangan jenis-jenis tersebut. Banyakjenis pohon yang dilakukan pengkajian atau penelitian, akan tetapi jenis tersebut termasuk yang mendominasi penelitian dibandingkan dengan jenis-jenis yang lain, ini terlibat dari jumlah penelitiannya yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis-jenis lainnya. Lrntuk kategori pengaturan hasil, didapatkan hasil yaitu untuk jenis hutan jati (N= lo), merupakan jenis yans paling banyak diteliti. Hal ini dimung!
F. Distribusi Berdasarkan Kategori Areal Penelitian
tietei.an$an: FIT
: Hutan Tanalnan
HM
: Hutan Mangrove
HA
: Hutan Alam
HR
: Hutan Rawa
LK
: Lahan Kritis
HABT : Hutan Alam Bekas Tebangan
Dari tahel dapat dilihat bahwa hutan tanaman mendominasi kategori areal yang digunakan dalaln penelitian dengan jumlah (N= 110) mencapai lebih dari setengah dari keselumhan jumlah lahan yang digunakan untuk penelitian. Hal ini dikarenakan penelitian sebagian besar dilakukan pada areal Kesatuan Pengilsahaan Hutan (KPH) dan Hutan Tanaman Indonesia (HTI). Kategori areal bempa hutan tanaman mendapat perhatian untuk dijadikan objek penelitian karena kategori areal tersebut mempunyai kemungkinan untuk dikemhangkan pada masa yang akan datang seiring dengan keadaan hutan alam yang semakin herkurang, yang tentunya untuk pembuatan kategori areal ini disesuaikan dengan ke~nampuanjenis tanaman pada areal yang akan digunakan sebagai hutan tanaman. Penelitian dengan kategori areal berupa hutan tanaman banyak dilakukan di Pulau Jawa yang kondisi hutan alamnya semakin berkurang. Selain itu, pada penelitian pada hutan tanaman juga memudahkan untuk mengkaji pertumbuhan suatu jenis pohon tertentu dan memudahkan didalam pengaturan hasilnya. Sedangkan penelitian di hutan mangrove dan hutan rawa mempunyai jumlah yang paling sedikit (N= i),dikarenakan ketertarikan penelitian terhadap kategori areal ini n~asihterasa kurang dengan resiko yang dirasa rnasik cukup berat.
G . Pertumbuhan Pohon dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dari hasil inventarisir judul penelitian tentang pertumbuhan pohon dapat diketahui riap dari berbagai jenis pohon, model penduga pertumbubannya serta faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pohon tersebut. Hasil inventarisir judul-judul penelitian tentang pertumbuhan pohon sebagian besar ~neneliti tentang peningkatan dimensi pertumbuhan pohon sampai jangka waktu tertentu saja. Riap rata-rata yang dihasilkan belum mencapai maksin~um,karena pertumbuhan dimensi tegakan yang diteliti masih berada pada tahap awal pertumbuhan, dimana pada awal pe~-tu~nbuhan berjalan lambat kemudian naik secara bertahap. Penelitian dilakukan sebatas penilaian apakah pohon yang ditanam memiliki pe~tumbuhanyang norma atau tidak, dan sebagai pedoman dala~u~nelakuka~i pendugaan potensi tegakan pada saat tanaman mencapai umur tertentu. Dari data penelitian yang diinventarisir, sangat sedikit sekali didapatkan data dan inforlnasi mengenai struktur tegakan dan riap yang sampai mencapai daur yang berguna bagi pengaturan hasil dalain pengelolaan hutan. Dari bzberapa jenis pohon yang informasinya telah sampai mencapai daur dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk rotasi tebang (daur) kelompok jenis medang di Kali~nantanBarat dengall batas diameter tebang 50 c ~ natau lehih rata-rata selama 75 tahun. Daur yang cocok untuk pengusahaan kayu pulplkertas pada hutan tananlan Elrcalyp/us zo.ophylla S.T. Blake adalah 6 tahun, sedangkan untuk tujuan produksi kayu perkakas minimal diperlukan daur 25 tahun. Tegakan Pinzrs merkusii untuk produksi kayu pertukangan dapat lnulai ditebang pada umur 25 tahun, sedangkan untuk produksi serat dapat ditebang antara umur 11 hingga 13 tahun. Untuk tegakan Agathis loranrhifolia Salisb,daur produksi maksimum, yaitu pada selang umur 13 sampai 15 tahun. Sedangkan u~.tukpertu~nhuhanjati (Tecrona grandis L.f) di KPH Randublatung daur volume maksimal jati dicapai pada ulnur rata-rata 70 tahun. Berdasarkan informasi yang sedikit ini, dirasa belu~ncukup inemberikan jawaban terliadap
informasi-informasi tentang daur yang dibutuhkan secara menyeluruh. Sehingga dengan demikian, untuk ke depannya perlu adanya penelitian-penelitian yang lebih banyak lagi tentang dimensi -dimensi pertumbuhan pohon (riap diameter, riap tinggi, dan riap volume) yang tidak hanya sampai pada jangka waktu tertentu saja, tetapi hingga sampai pada tercapainya daur. Pengelolaan tegakan hutan yang bertujuan mendapatkan ukuran dimensi pohon yang besar, perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dimensi pohon-pohon yang membentuk tegakan hutan. Pertumbuhan pohon antara jenis yang saru dengan jenis yallg lain berbeda baik penumbuhan diameter, tinggi maupun volumenya. Jenis pohon yang tumbuh pada tempat yang sesuai akan memherikan nilai parameter yang lebih tinggi dibandingkan bila ditanam pada tempat yang kurang sesuai. Berdasarkan hasil penelitian yang diinventarisir didapatkan informasi bahwa makin tinggi curah hujan akan semakin besar riap diameter dlbiziafalcataria yang dihasilkan di wilayah Bogor. Kondisi pembukaan tajuk setelah kegiatan penebangan mengakibatkan intensitas lnasvliliya cahaya matahari tiirggi dan milmpu lnenstimulir pertumbuhan individii pohon. Perlakuan dengaz manipulasi pemberian n~asukan cahaya dapat inemberi pengaruh positif terhadap pertanlbahan
dialiieter Shorea Ieprosula. Terhadap pertumbuhan damar (Agothis Iabillardieri Warb.) satu tahun setelah penanaman, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya perlakuan naungan pada 3 bulan setelah penanaman memberikan rata-rata pertambahan tinggi sedikit lebih besar dibanding perlakuan terbuka, tetapi sebaliknya pada usia 1 tahun setelah penanaman pertambahan rata-rata tinggi anakan damar di naungan. Hasil lain didapatkan bahwa secara umum daerah terbuka lebih tinggi dibanding sete~~gah seiilakin besar diameter ~ n a k aju~nlah individu atau kerapatan semakin kecil, dan semakin kecil diameter maka jumlah individu atau kerapatan semakin besar. Perlakuan pemeliharaan tegakan bempa kegiatan pembebasan dan penjarangan memherikan pengaruh positif terhadap pertambahan diameter pohon pada areal bekas tebangan. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa diameter rata-rata terbesar dicapai oleh jarak tanaln yang paling lebar, sedangkan tinggi rata-rata terbesar dicapai oleh jarak tanam yang paling rapat. Berkaitan dengan topografi,semakin rendah derajat kemiringan, pertumbuhan diameter cendemng lebih besar. Data menunjukkan juga adanya perhedaan pertumbuhan tanaman mahoni pada macam-niacam tanah yang diteliti. Perbedaan pe~hlmbuhan ini akibat dari adanya perbedaan sifat fisik dan kimia tanahnya (unsur hara, tekstur tanah, solu~ntanah, pH, bahan organik).
H. P e ~ ~ g a t u r aHasil n dan Metode Pengaturan Hasil yang Terpi:iin Metode-metode pengaturan hasil yang terpilih menurut peneliti, yang bisa diterapkan pada suatu keadaan hutan dengan lokasi dan waktu tertentu tersaji dalam Tabel 16. Tabel 16. Metode-Metode Pengaturan Hasil Terpilih Berdasarkan Hasil Penelitia~i Objek Tahun Lokasi No Pencliti Metode Tcrpilil~ penelitian Penclitian
I
1
10. KPH Garut
Pengaturan hasil hutan ~nerupakan salah satu faktor penting dalam ~nendukungkegiatan pengelolaan hutan. Dalam pengaturan hasil hutan, metode pengatxran hasil yang telah diterapkan pad& jenis hutan rertentu, hisa saja berilbah pada saat-saat tertentu ketika metode yans diterapkan sudah tidak sesuai iagi dengan kondisi hutan yang dikelola. Ini penting, karena untuk menjaga kelestarian
hutan dan menjamin tujuan pengelolaan hutan sebagaimana yang diharapkan. Berdasarkan hasil penelitian yang diinventarisir, didapatkan metode-metode pengaturan hasil yang terpilih dan dirasa cocok menurut peneliti untuk diterapkan pada suatu keadaan hutan dengan lokasi dan waktu tertentu. Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) yang ada di Pulau Jawa merupakan kelas perusahan jati dan pinus. Dimana sebagian besar metode pengaturannya menggunakan metode Bum. Akan tetapi ada sebagian metode terpilih yang tidak menggunakan metode Bum, yang bal ini mengindikasikan bahwa metode Bum tidak sepenuhnya diterapkan pada semua KPH di pulau jawa dikarenakan penyesuaian dengan kondisi hutan yang ada. Sedangkan di luar Pulau Jawa sebagian besar berupa hutan alam dimana pengaturan hasilnya yang terpilih sebagian besar menggunakan metode berdasarkan jumlah pohon. 1.
Perkembangan Sistem Silvikultur dan Metode Pengaturan Hasil di Indonesia. Tebang Pilih Tanam Indonesia adalah salah satu sistem silvikultur yang diterapkan pada
hutan-hutan alam tak seumur di Indonesia. Sejarah sistem tebang pilih di Indonesia secara resmi ditandai dengan diterbitkannya Surat Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan no. 35/Kpts/DD/1/1972 tentang Pedoman Tebang Pilih Indonesia, tebang Habis dengan Permudaan Alam, Tebang Habis dengan Penanaman Buatan, dan Pedoman-pedoman Pengawasannya. Selama masa pelaksanaannya, dijumpai beberapa kesulitan, sehingga pada tahun 1989 diterhitkan SK Menteri Kehutanan no. 4851Kpts-I111989 tentang sistem silvikultur pengelolaan hutan alaln produksi di Indonesia. SK ini kemudian ditindaklanjuti dengan SK Dirjen Pengusahaan Hutan no. 5641KptslIV-BPHH189 tentang Pedoman Tebang Pilih Tanam Indonesia. Tujuan TPTI adalah terbentuknya struktur dan komposisi tegakan hutan tak seumur yang optimal dan lestari sesuai dengan sifat-sifat biologi dan keadaan tempat tumhuh aslinya. Dalam rentang waktu dari pelaksanaan TPI sampai dengan sistem TPTI yang dipakai sekarang ini, berdasarkan penelitian yang berhasil diinventarisir telah banyak dilakukan penelitian tentang pengaturan hasil. Dimana, jika dilihat dari metode pengaturan hasilnya, terlihat bahwa pengaturan hasil dengan menggunakan metode luas sudah tidak dipakai lagi karena sudah tidak sesuai dengan kondisi hutan yang ada saat ini. Dari pelaksanaan TPI sampai dengan diganti dengan sistem TPTI, sangatlah sedikit sekali penelitian yang mengkaji tentang metode pengaturan hasil ini. Tapi setelah berlakunya sistem TPTl banyak penelitian yang mengkaji tentang metode pengaturan hasil. Berdasarkan kecenderungan hasil-hasil penelitian yang berhasil diinventarisir tentang pengaturan hasil, sejak berlakunya TPTI terlihat bahwa metode pengaturan hasil yang digunakan sebagian besar menggunakan metode terpilih berdasarkan jumlah pohon untuk diterapkan pada hutan alam di luar Pulau Jawa. Sedangkan berdasarkan metode-metode pengaturan hasil yang terpilih juga, sebagian besar KPH yang ada di Pulau Jawa masih cocok untuk diterapkan lnetode Burn. Akan tetapi, ada sebagian metode terpilih yang tidak menggunakan metode Burn, ha1 ini mengindikasikan bahwa
penerapan metode Burn tidak sepenuhnya diterapkan pada semua KPH di pulan jawa dikarenakan penyesuaian dengan kondisi hutan yang ada. J. Kemungkinan Pengembangan atau Pemanfaatan Hasil-Hasil Penelitiau Data tentang riap akan terasa penting yaitu salah satunya ketika akan dilakukan peninjauan terhadap struktur tegakan di masa mendatang. Struktur tegakan berguna untuk mengetahui kondisi hutan. Pada tegakan hutan bekas tebangan, struktur tegakan yang terbentuk berada lebih rendah dari struktur tegakan hutan primer. Kondisi ini dapat dikembalikan ke bentuk semula seiring dengan berjalannya waktu. Namun
waktu yang diperlukan bagi tegakan itu sendiri bersifat variatif,
bergantung pada besarnya riap tegakan yang dihasilkan. Semakin tinggi riap suatu tegakan, maka waktu yang diperlukan untuk kembali ke kondisi semula akan semakin pendek. Di dalam pengelolaan hutan alam produksi harus seialu memegang prinsip bahwa kayu yang
.
.
dipanen sebesar riap tegakan. Untuk mendapatkan informasi pertumbuhan dan riap tegakan, cara terbaik saat ini adalah dengan membangun Petak Ukur Permanen (PUP). Terhadap PUP-PUP tersebut dilakukan pengukuran secara berulang setiap selang waktu tertentu, sehingga diperoleh gambaran dinamika suatu tegakan dari waktu ke waktu. Berkaitan dengan kurva pertumbuhan, sampai saat ini ini masih banyak jenis-jenis pohon yang belum diketahui banyak kurva pertumbuhannya. Hal ini diantaranya disebabkan metode pendugaan kurva pertumbuhan yang telah ada yaitu metode plot tetap dan metode plot berubah, banyak kelemahannya sehingga menimbulkan keengganan untuk melakukan penelitian kurva pemmbuhan ini. Sehingga ada penelitian untuk mendapatkan suatu metode pendugaan kurva pertumbuhan yang dapat dipergunakan sebagai altsrnatif untuk metode pendugaan yang telah ada yaitu dengan penerapan multiphase sampling pada pendugaan kurva pertumbuhan diameter pohon jati. Hasil kurva pertumbuhan yang diperoleh berbeda nyata dengan nilai hasil pendugaan kurva pertumbuhan menggunakan metode plot tetap dan tidak berbeda nyata dengan nilai hasil pendugaan kurva pertumbuhan menggunakan metode plot berubah. Berdasarkan data hasil penelitian, dapat dilihat bahwa sebagian besar metode pengaturan hasil yang terpilih untuk hutan jati di Pulau Jawa adalah metode Burn. Akan tetapi ada penelitian yang mengkaji kemungkinan penerapan metode Heyer untuk pengaturan hasil hntan jati. Hal ini perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut karena menurut peneliti pengetrapan metode ini dapat mengatasi masalah kekosongan tebangan yang dihadapi oleh metode Umur Tebang Rata-rata (metode Bum). Demikian pula metode ini dapat memberikan hasil perhitungan etat yang tepat, sesuai dengan pertumbuhan yang ada pada waktu itu. Dengan diikutsertakannya faktor pencurian dalam perhitungan etatnya metode Heyer kiranya dapat menciptakan suatu metode pengaturan hasil yang lebih sesuai daripada metode Umur Tebang Rata-rata. Sebagian hesar kegagalan yang berkaitan dengan terwujudnya kelestarian pengusahaan hutan ialah penerapan sistem silvikultur TPTI yang mengabsolutkan semua kondisi tegakan hutan alam di
Indonesia, tanpa metnperhatikan kondisi hutan setempat (penerapannya tidak secara ~ i l ~ - ~ ~ ~ ~ i f i k ) . Sehubungan dengan ha1 tenebut, perlu adanya pengkajian secara seksama mengenai asumsi dasar dalam siste~nsilvikultur TPTl tentalig peningkatan diameter pohon 1 cm per tahun untuk semua jenis, semua tipe hutan dan semua kondisi hutsn karena berdasarkan data dari pengukuran menut~jukkan bahwa peningkatan diameter pohon adalah beragaln lnenurut jenis pohon atau kelo~ilpokjenis dan tempat. Begitu juga dengan penentuan siklus tebang (35 tahun) untuk seniua tipe hutan dan kondisi karena siklus tebang seharusnya ditentukan berdasar peningkatan diameter pohon. Berdasarkan pada penerapan sisteln silvikultur TPTI juga, dirasa perlu adanya perubahan di dalaln lnetode pengaturan hasil untuk hutan slam tidak seulliur di luar Pulau Jawa yang sekarang lnenggunakan metode pengaturan hasil berdasarkan Volume dan Luas. Dengan ~nelihatsifat-sifat tegakan yang merupakan tegakan hutan tidak seumur, memiliki koniposisi jenis yang heterogen dan bernilai ekonomis tinggi, ~naka adanye pembatasan diameter pohon yang boleh ditebang dan persyaratan banyaknya pnhon yanz tersedia dalain tegakan tingcal merupakan pilihan yang seyogyanya dikaji lebih lanjut. Sehubungan dengan itu lnaka penelaahan lebih lanjut terhadap kemungkinan penerapan nietode pengaturan hasil berdasarkan jumlah pohon pada sistem silvikultilr TPTI kiranya merupakan ha1 yang mendesak untuk dilakukan.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
I.
Hasil inventarisir judul-judul penelitian tentang pertumbuhan pohon sebagian besar nieneliti tentang peningkatan dilnensi pertumbuhan pohon sampai jangka waktu tertentu saja. Riap rata-rata yang dillasilkan belum liiencapai maksimum, karena pertumbuhan dimensi tegakan yang diteliti masih berada pada tahap awal pertumbuhan. Penelitian dilakukan sebatas penilaian apakah pohon yang ditanam lnemiliki pemmbuhan yang normal atau tidak, dan sebagai pedoman dalam lnelakukan pendugaan potensi tegakan pada saat tanaman mencapai umur tertentu.
2. Dari beberapa jenis pohon yang informasinya telah salnpai mencapai daur dapat ditarik kesi~npulan bahwa untuk
rotasi tebang (daur) kelompok jenis medang di ~alinlantanBarat
dengan batas diameter tebang j 0 cm atau lebih rata-rata selama 75 tahun. Daur yang cocok untuk pengusahaan kayu pulplkertas
pada hutan tanaman Ezrcalyptus lrro.~hyilaS.T. Blake adalab
6 tahun, sedangkan untuk tujuan produksi kayu perkakas minimal diperlukan daur 25 tahun. Tegakan Pi~zzrs,,zerku;ii untuk produksi kayu pettukangan dapat mulai ditebang pada umur 25 tahiln. sedangkan untuk produksi serat dapat ditebang antara umur I I hingga 13 tahun. Untuk vgakan .-l,aorhisloran/hijblia Salisb, daur produksi maksimum yaitu pada selang ulililr I3 sampai 15 tahun. Sedangkan uktuk pertumbuhan jati (Tecfona grandis
L.0
di KPH Randublatung daur
volume maksimal jati dicapai pada umur rata-rata 70 tahun. 3. Pengelolaan tegakan hutan yang bertujuan mendapatkan ukuran dimensi pohon yang besar, perlu
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dimensi pohon-pohon yang rnembentuk tegakan hutan. Faktor-faktor tersebut antara lain: curah hujan, intensitas cahaya, umur, kerapatan, topogiafi, sifat fisik dan kimia tanahnya. 4. Berdasarkan hasil ienelitian yang diinventarisir, terlihat bahwa sebagian besar Kesatuan Pengusahaan Hutan (KPH) yang ada di Pulau Jawa merupakan kelas perusahan jati dan pinus. Diniana sebagian besa'r metode pengatuiannya mengunakan metode Bum. Sedangkan di luar Pulau J a w sebagian besar berupa hutan alarn dimana pengaturan hasiinya yang terpilih sebagian besar lnenggunakan ~netodeberdasarkan jumlah pohon. 5. Penerapan metode Heyer untuk pengaturan hasil hutan jati perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut karena lnetode ini dapat mengatasi masalah kekosongan tebangan yang dihadapi oleh metode metode Bum dan diikutsertakannya faktor pencurian dalam perhitungan etatnya dapat menciptakan suatu metode pengatwan hasil yang lebih sesuai daripada metode Bum.
6. Dengan meliliat sifat-sifat tegakan yang merupakan tegakan hutan tidak seumur yang ada di lx!onesia, maka penelaahan lebih lanjut terhadap kemungkinan penerapan lnetode pengaturali hasil kerdzsarka?. jumlah pohon padz sistem silvikultor TPTI kiranya merupakan ha1 yang mendesak untuk dilakukan.
R. Saran 1. Penelitian tentang riap diameter, riap tinggi dan riap volutne hendak!iya tidak lianya sanipai pada jangka waktu tertentu saja, tetapi sebaiknya hingga saat tercapainya daur. 2. Perlu penelaahan lebih lanjut terhadap kemungkinan penerapan metode Heyer untuk diterapkan
pada hutan jati dan metode pengaturan hasil berdasarkan jumlah pohon pada sistem silvikultur TPTI. j. Perlu
adanya siste~udata base hasil-hasil penelitian yang berbasis komputer pads perpustakaan-
perpustakaan seperti: Perpustakaan Badan Penelitian dan Pengembangan Hutan Bogor dan Perpustakaan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada, sehingga lebih memudahkan dalani mengakses informasi-informasi penelitian yang dibutuhkan. 4. Perlunya sumber data/informasi selai~idari tempat-iempat yang sudali dijadikan sebagai sumber data dala~npenelitian ini, sehingga nantinya bisa didapatkan infortnasi yatig lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA Abdulah, L. 2003. Recruitment, Ingrowth dan Mortali@ Beberapa Kelompok Jenis Pohon Pada Hutan Alam Bekas Tebangan Studi Kasus di HPH PT. Tunggal Agathis Indah Wood Industries, Halmahera Tengah. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institur Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Abdurachman. A. Saridan dan P. Subagio. 1995. Pertumbuhan Diameter jenis-jenis Shorea di Hutan Alam PT. Inhutani I Berau, Kalimantan Timur. WANATROP Vol. 8 No.2 Hal 12 - 16. Samarinda. Abdurachman. 1997. Pertumbuhan Diameter Jenis Lophopetahrn~Java17icum (Zoll) Turcz di Areal Hutan Rawa PT Inhutani I Berau Kalimantan Timur. Buletin Penelitian Kehutanan BPK Samarinda Vol. I l No. 2 ha1 23 - 30. Samarinda.
. 1999. Pertumbuhan Diameter Jenis-Jenis Shorea di Hutan Bekas Tebangan PT Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah. Buletin Penelitian Kehutanan Samarinda Vol. 13 No. 2 ha1 1 - 10. Samarinda. Abidin, A. Z. 1996. Keadaan Pemmbuhan Tegakan Jenis Etrcalyptus pellita, E. tereiicornis, Aulacocarpa dan A. Atrriculifornzis Pada Tahun ke-3. Studi Kasus di Sektor Adininistratur HTI Pelaihari PT lnhutani III Unit Banjar Baru Kalimantan Selatan. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Uliiversitas Gajah Mada. dipublikasikan.
Acacia Jnrong Skripsi Tidak
Afianto, S. 2000. Nilai Sumberdaya Hutan Yang Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Sekitar Kawasali Taman Nasional Kerinci Seblat (Studi Kasus Ds. Sungai Kemh Kec. Gunung Kerinci Prop. Jambi). Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Alder, D. 1999. Workshop Conclusion. In: H.L. Wright and Alder (Editors). 1999. Proceeding of a Workhop on Humid and Semi-humid Tropical Forest Yield Regulation with Minimal Data. Oxford Forestry Institute, Department of Plant Sciences, University of Oxford. O.F.I. Occasional Papers No. 52: 91-92. Aonillah, F. 1999.Studi Pembentukan Hutan Normal dan Pengaturan Hasil pada Tegakan Mahoni (Swierenia MacrophyNa King). Studi Kasus di KPH Tasikmalaya Pemm Perhutani Unit I11 Jawa Barat. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Ardimen. 1997. Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Berbagai Jenis Dipterocarpaceae Di Kebun Percobaan Pasir Hantap, Sukaburni. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. P.riftien, A. B. M. 1988. Pertumbuhan Siviefenia Macrophylla King Pada Areal HTI PT. Kiani Lestari, Batu Anipar Kalimantan Timur. Prosiding Diskusi Hasil Penelitian Silvikultur Jenis Kayu HTI. Jaka~ta. Arim, H. D . 1995. Studi Pertumbuhan Tanaman Meranti (Shorea spp.) Di BKPH Jasinga, KPH Boxor. SL-ipsi I c ~ ~ s M3cajemen an Hu:an Fakultas !<ehutanan Instieit Pertznlan Bogor. Tidak dipublikasikan.
Aryanto. 2001. Simulasi Pengaturan Hasil Hutan Kayu Secara Adaptif pada Hutan Alam Bekas Teban~an.Studi Kasus di HPH PT. Belayan River Timber, Kalimantan Timur. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Astri, D. R. 2000.Urutan Prioritas Pilihan Metode Psngaturan Hasil pada Hutan Seumur Studi Kasus Pada Kelas Perusahaan Pinus Merk~isiiJungh. Et de Vriese di KPH Bogor. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Auri, J. P. dan N. Nurochim. 1994. Pertumbuhan Tinggi dan Diameter Semai Aleurites s1011rcana.Pada Tiga Ukuran Koker. PARATROPIKA Vol. 11, No. 2 ha1 12 - 140. Monokwari. Azizah, N. 2004. Studi Metode Pengaturan Hasil Menuju Formasi Hutan Normal Pada Kelas Perusahaan Jati (Teclona grandis L. t) di KPH Ciamis Perum Perhutani Unit I11 Jawa Barat dan Banten. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pe~tanianBogor. Tidak dipublikasikan. Babe. A . K. 1003. Kajian Riap Beberapa Jenis Komersil Pada Hutan Alam Bekas Tebaligan (Studi Kasus Pel-tumbulian Tegakan Pada Areal PUP HTH PT. Putraduta Indah Wood Propinsi jambi). Skripsi jurusan Manaje~nen Hutan Fakuitas Kehutanan Insiiiut Pe~lanianBogor. Tidak dipublikasikan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bagian Proyek Research. 1993. Laporan a h i r Perancangan Studi Pertumbuhan Penyosuoan Tabel Tegakan. Petunjuk Teknis Untuk Hutan Alam Produksi Tak Seumur. PT. Wanabhakti Persada. Jakarta. Bahrudin, A. B. 1999. Jenis Sumberdaya Taman Nasional Gunung Halimun Yang Di~nanfaatkanOleh Masyarakat Desa Kiarasari, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Baroto, J. 2001. Penggunaan Teknik Kriteria Ganda Dalam Pemilihan Metode Pengaturan Hasil pada Tingkat Kesatuan Pengelolaan Hutan. Studi Kasus pad Tiga Kesatuan Pemangkuan Hutan Peruln Perhutani. Tesis Program Pasca Sarjana lnstitut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Bastoni. 1998. Pettumbuhan Ramin (Gonisrylus bancanus Kurz) Pada Hutan Rawa Gambut, Daerah Air Sugihan Sumatera Selatan. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian Dan Pengembangan BTR Palembang Hal 56 - 70. Palembang. Bruenig, E.F. 1996. Conservation and Mana~ern~izt qf Tropical Rainforesf: An inlegrated Approach lo Sustainabiliry. CAB International, Wallingford. 339p. Budiyanto, E 2002. Model Pertumbuhan Rata-Rata Diamet$r dan Rata-Rata Tinggi Pohon Untuk Tegakan Agathis loranthifolia Salisb. Skripsi J u ~ S a nManajemen Hutan Fakultas Kehuta~an Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Butaibutar, T. 1986. Studi Pendahuluan tentang Tempat Tumbuh Dan Riap Rata-Rata Tahunan Hutan Tanaman Shorea plaryclados V.SI. di Purba Tooxah Sumatera Utara. Euletin penelitian Keiiutanan Vol. 1 No. 2 Hal 9 - 17. Sumatera Utara.
, dan B. Napitupulu. 1988. Pertumbuhan Tiga Jenis Pohon di Pematang Siantar Dan Padang Lawas, Sumatera Utara. Buietin Penelitian Kehutanan Vo!. 4 No. 2 Tahun Hal 43 53. Sumatera Utara. , dan N. Supriana. 1988. Riap Rata-Rata dan Riap Berjalan Diameter Hutan Tanaman Slrorea piat),ciados V. SL di Purba Tongah Sulnatera Utara. Buletin Penelitian Kehutanan Vol. 4 No. I I-la1 3 - 6. Sumatera Utara. , dan S. Sembiring. 1991. Riap Rata-Rata Dan Riap Berjalan Diameter Selama 5 (lima) Tahun Terakhir llutan Tanaman Shoreaplatyclados V. S1 di Purba Tongah, Sumatra Utara. BPK Pematang Siantar Hal 4 - 7. Sumatera Utara.
. N. Yefri dan D. A.Suhada. 1994. Studi Pendahuluan Pertumbuhan Tanaman Pinus ~~lerkirriiPada Hutan Tanaman lndustri Aceh Tengah, Daerali Istimewa Aceh. Buletin Penelitian Kehutanan BPK Pematang Siantar Vol. 10 no. 3 Hal 271 -284. Sumatera Utara. , dan S. Sembiring. 1995. Riap Diameter Jenis Dipterocarpaceae dan Non Dipterocatpaceae Pada Hutan Bekas Tebangan Dan Hutan Alam di HPH PT. Pasar Besar, Sumbar. Buletin Penelitian Kehutanan BPK Pematang SiatltarVol. 1 I no. 1 Hal 3 - 15. Sumatera Utara. , dan Darwo. 1997. Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Paraserianthes falcataria di Areal IHutan Tanainan lndustri (HTI) PT. Asia Log, Jambi. KONIFERA BPK Peinataiig SiantarN0,2/thnXII Hal 47 - 56. Sumatera Utara.
. dan S. Sembiring. 1997. Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Rakyat Pitrus merkusii di Tapanuli Utara, Sumatera Utara. KONIFERA BPK Pelnatang SiantarNo.2/thi1XlI1 Hal 25 34. Sumatera Utara. . I . R . Pra~nonodan R. Pasaribu. 1998. Pertumbuhan Acacia rt7angizorl dan Eucalyptus Lokasi Penghuauan di Pt.opinsi Aceh. KONIFER4 BPK Pematang Siantar No. IithnXlV Hal 1 - 10. Sumatera Utara.
~,r-~,p,l,i?~/lc~Pada
, R. M. S. Harahap dan P. Murdiana. 1998. Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Pinus rnerkusii di Aceh Tengah. Buletin Penelitian Kehutanan Vol. 13 No. 4 Hal 329 - 358. Sumatera Utara.
, Sunarto dan A. Safrudin. 2001. Pertumbuhan Tanaman Jambu FAente (Atzacardiun~ occide~rtaie),Angsana (Pterocarpus indicus), Sungkai (Peronema canescens) di Kebun Percobaan iahan Kritis Pulau Bintan. KONIFERA BPK Pematang Siantar, edisi khusus thn XVI Hal 15 -20. Sumatera Utara. Cahyadi, E. R. 2001. Simulasi Perlakuan Silvikultur dan Manajemen Pengaturan Hasil di Hutan Alam Bekas Tebangan. Studi Kasus di HPH PT. Sari Bumi Kusuma A:as Kusuma Group Kalimantan Tengah. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Fertanian 13ogor. Tidak dipublikasikan. Damayanti, A. 2000. Penyusunan Model Pertunibuhan Tegakan Pinus tnerkusii et de Vriese Pada Berbagai Ketinggian Tempat Tumbuh di Pulau Jawa. Skripsi Jiirusan Manajemen Hutaii Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Danu, H. D. P. Kartiiio. 2002. Penumbuhan Awa! l'anainan Gtnelina arboreu Linn Asal Stek Daii Diji Rumpin, Bogor. Buletili Tek?ologi Perbetiihaii Vol. 9 iu'o. 2 Hal I3 - 19. Bogor.
Darwo, H. A. F. Mas'ud. 1993. Pendugaan Riap Tahunan Rata-Rata dan Potensi Volume Sungkai di Propinsi Riau. Buletin Penelitian Kehutanan BPK Pematang Siantar Vol. 9 no. 4 Hal 209 222. Sumatera Utara.
,
. 1997. Model Pertumbuhan Sungkai (Peronema cmrescens Jack.) Sampai Umur 6 Tahun di HTI PT. Wana Nugraha Bima Lestari, Propinsi Riau. Buletin Penelitian Kehutanan BPK Pematang Siantar Vol. 12 no. 4 Hal 315 - 323. Sumatera Utara.
Davis, L. and K. N. Johnson. 1987. Forest Managenlent. Third edition. Mc Graw Hill Book Co. New York. Departemen Kehuranan. 1992. Manual Kehutanan. Departemen Kehutanan RI. Jakarta. Devi, H. T. 1994. Studi Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Studi Kasus: Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat). Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Dcwi. A. K . 2003. Pengelompokan Jenis Berdasarkan Model Pendusa Riap Diameter Pohon Pada Hutan Alam Bekas tebangan (Studi Kasus di HPH PT. Putraduta Indah Wood, Jambi). Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. 'Tidak dipublikasikan. Direktorat Jenderal Kehutanan. 1967. Undang-Undang Pokok Kehutanan R1 No. 5 Tahun 1967. Direktorat Jenderal Kehutanan. Jakarta. Djuwadi, Z. Janani dan M. Durbani. 1981. Menentukan Riap Volume Tegakan Acacia auriculifor~l~is Dari lndikator Lingkaran Tahunnya di Proyek Pengembangan Tanah Kritis Imogiri LPM UGM. Laporan Penelitian Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Yogakarta.
___, A. Setyarso. 1990. Pengaruh Penjarangan Terhadap Perkembangan Riap. Laporan Penelitian Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
-,.
1991.Metode Pengaturan Hasil di Hutrn Rakyat. Laporan Peoelitian Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Effendi, R. 1992. Pertambahan Diameter Permudaan Alam Bakau (Rhizhophora Apiculala) Enam Bulan Sctelah Penjarangan. Buletin Penelitian Hutan No. 548 tahun 1992 Hal 9 - 18. Bogor. Effendi, M.1997. Pertumbulian Tanaman Pulai (Alslonio scholaris) Pada Musim Penghujan dan Ke~naraudi Bawah Pengaruh Pengolahan Lahan. Buletin Penelitian Kehutanan BPK Kupang Vol. 12 no. 4 Hal 515 - 323. Kupang. Fachrurozy, H. 2000. Model Penduga Riap Diameter Pohon Jenis Kapur (Dryobalanops spp.) Pada Hutan Alam Bekas Tebangan (Studi Kasus di HPH PT. Sumalindo Lestari Jaya I, Kalimantan Timur). Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. FAO. 1998. Gurdelines for the h4anogen1enl of Tropical Forest, 1. The production of wood. F A 0 Forestry Paper 135. 293 p.
Fauziyyah, E. K. 2003. Penyusunan Model Simulasi Pengaturan Hasil Hutan Kelas Perusahaan Pinus Studi Kasus di KPH Garut. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Gaol, P. L. 1987. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Riap Volume Kayu Batang dan Kayu Perkakas Rata-Rata, (Studi Pada Tegakan Tanaman Jati di KPH Randublatung). Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Ginoga. B., D. Seran, M. Lempang dan M. K. Allo. 1987. Pertumbuhan dan Sifat Kayu Tomaku (Macadamia hildebrandii V. St.). Jumal Penelitian Kehutanan Vol. I, No.1 Hal 1 - 5. Bogor. Gusdaji. 1990. Tinjauan Beberapa Cara Penentuan Etat Kelas Perusahaan Hutan Tanaman Pinus ( P ~ ? Inierkluii I.s Jungh. Et De Vriese) di KPH Kedu Utara. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan I-'akul~asKehutanan lnstitut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Hadi, D. W. 1994. Keanekaragaman Floristik Taman Nasional Gunung Halimun dan Pemanfaatannya Oleh Masyarakat Sekitar. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Halidah din Suhartari.lY9I. Pertumbuhan Berbagai Jenis Bibit Pohon Serba Guna Pada Tanah Lahan Kritis Kabupaten Jeneponto. Jumal Penelitian Kehutanan Vol. V No. 2 Hal 56 - 64. Bogor.
. 2. Sumardjito.
1993. Pertumbuhan S (delapan) Jenis Tanaman Industri di Lokasi HTI PT. I ~ ~ h t aInGowai Maros Sulewesi Selatan. Jumal Penelitian Kehutanan Vol VIl No. 1 Ha! 2730. Sulawesi Selatan.
Harbagung. 1991. Model Pertumbuhan Diameter dan Tinggi Tegakan Hutan Tanaman Eucalyptus urophylla S.T. Blake. Di Daerah Pujon, Jawa Timur. Buletin Penelitian Hutan No. 545 Hal 11 - 27. Bogor.
. 1991. Model Pertumbuhan Diameter dan Tinggi Tegakan Hutan Tanaman Eucalyptus Deglupfa BL. Di Borisalo, Sulawesi Selatan. Buletin Penelitian Hutan No. 536 Hal 1 - 16. Bogor. . 1996. Model Peltumbuhan Diameter dail Tinggi Tanaman Eucalyptus deglupta 3L. Di Benakat, Sumatera Selatan dan Kenangan, Kalimantan Timur. Buietin Penelitian Hutan No. 599 Hal 15 - 30. Bogor. Hariswara, B. 1996. Studi Pertumbuhan Mahoni Daun Besar (Swietenia macrophylla King) Pada Tanah Laterit. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Hendriyadi.1994. Studi Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Gunung Gede Pangango (Studi Kasus : Kecamatan Sukahumi, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat). Skripsi Jumsan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pe~tanianBogor. Tidak dipublikasikan. Husein,
R. 1986. Penaksiran Pdap Rata-Rata Tegakan Pinus merkusii Berdasarkan Kurva Peltumbuhan. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.
I-lusni. J. 1997. Studi Dinamika Pertu~nbuhanHutan Alam Bekas Tabangan di HPH PT. Asialog Jambi (Studi Kasus .Data Badan -Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bogor). Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Hutasoit, D. 1992. Langkah Membentuk Hutan Normal Pada Kelas Pemsahaan Jati (Tectona grandis L.0 di KPH Balapulang, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Skripsi J U N SManajemen ~~ Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Indriastuti, H. 1998. Penentuan Metode Pengaturan Hasil Menuju Formasi Hutan Normal Pada Kelas Perusahaan Jati (Tectona grandis L. f.) di KPH Cepu, KPH Mantingan dan KPH Pati Pemm Perhutani Unit 1 Jawa Tengah. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Irsal, R. 1996. Studi Perkembangan Riap, Struktur dan Komposisi Tegakan Setelah Pemanenan Kayu Dengan Sistem TPI/TPTI di Areal HPH PT. Kiani Lestari Kalimantan Timur. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. lrwansyali, P. 2003.AnaIisis Pertu~nbuhanTegakan Acacia ~ilangiurnWilld Umur 1 ,2,3,4 tahun dan Evnluasi Tegakan Pada Umur 8 Tahun.(Di Areal HTI PT. Hutan Rindang Banua, Unit Kintap, Kelimantan Se!a*ac>. Skripci .'uru~en Manajemcn EM-n F-knlt;s Kzhctacan Univzrsitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. lrwanto. G.1987. Evaluasi Hasil Penentuan Etat Menurut Beberapa Metode Pengaturan Hasil : Studi Kasus di KPH Jombang Perum Perhutani Unit 11 Jawa Timur. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Istomo, C. Wibowo dan N. Hidayati. 1999. Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Meranti (Shorea spp.) di Haurbentcs BKPH Jasinga KPH Bogor Perum Perhutani Unit 111 Jawa Barat. Jumal Penelitian Hutan Tropika Vol. 1 No. I - 2 Hal 93 - 99. Bogor. Jayanto, P. 1994. Studi Riap, Stmktur dan Komposisi Tegakan Satu Tahun Sesudah Pemanenan Kayu Dengan Sistem Silvikultur TPTI di Areal HPH PT. Narkata Rimba Kalimantan Timur. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Jayusman. 1993. Pertumbuhan Anakan I0 Jenis Tanaman Cepat Tumbuh di Binanga, Tapanuli Selatan. Buletin Penelitian Kehutanan Vol. 9 No. 2 Hal 89 - 98. Bogor.
, R. M. S. Harahap dan H. A. F. Mas'ud. 1995. Penampilan Den Pertumbuhan Eucalyptus 11ropI~~~1la T. Blake Dalam Uji Asal Benih di Sialiali Laporan Pertama : 14 Bulan Setelah I'enanaman Buletin Penelitian Kehutanan Vol 1 1 No. I Hal 45- 60. Bogor. Juniatto, R. 1994. Pengaturan Hasil Kayu Bakar Pada Tegal dan Pekarangan di Desa Banaran, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi Jumsan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Kapisa, N. dan E. Sapulete. 1998. Pzrtumbuhan Lima Jenis Acacia di Tiga Tipe Persemaian. Buletin Penelitian Kehutanan Vol. 13 No. 4 Hal 206 -215. Bogor. Kleine, M. And A. Hinric!ls. 1999. Dipterocarp Forest Growth Sirnulalion Model Version East ::,-!i~nanton. lndonesizn - German Technical Cooperation. SFMP Document No. 3 (1999).
Krisnawati, H.2001. Pengaturan Hasil Hutan Tidak Seumur dengan Pendekatan Dinamika Struktur Tegakan. Smdi Kzsus Hutan Alam Bekas Tebangan. Tesis Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Kuncahyo, B. 1984. Penerapan Multiphase Sampling Pada Pendugaan Kurva Peltumbuhan Diameter Pohon Jati (Tectona grandis L.0. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogoi. Tidak dipublikasikan. Kustiwa, E. 2003. Riap Diameter Pohon Beberapa Kelompok Jenis Pohon Di Hutan Alam Bekas Tebangan Areal HPH PT. Bina Balantak Utama, Propinsi Papua. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Penanian Bogor. Tidak dipublikasikan. falcataria L. Kuswandana, J . 1994. Studi Pe~tumbuhandan Riap Diameter Tegakan Paraseria~?~hes Nielsen di KPH Kediri Jawa Timur. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Latifah, S. 2000. Keragaan Pertumbuhan Acacia rnangiunl Willd. Pada Lahan Bekas Tatnbang Timah (Studi Kasus Di Areal K e j a PT. Timah TBK). Tesis 1l111u Pengetahuan Kehutanan Program Pasca Sarjana institut Pertanian E o g ~ rTidak . dipubiikasikan. Lestarini, R. 1991. Sistem Pengaturan Hasil Pada Hutan Rakyat Se~igon(Paraserianthes falcataria (L) Nielson ) Dengan Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Sogor. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Mahfudz. 2002. Kajian Pertumbuhan Jati (Teclona grandis) Dari Kebun Bibit Permznen (KBP) Lamongan. Buletin Penelitian Pemuliaan Pohon Vol. 6 No. 1 Hal 61 - 71. Bogor. Mahruni. 1983. Pengaruh Beberapa Faktor Lingkungan Terhadap Riap Diameter Pohon Shorea oczi~~linastissin~a Sym. Dan Dipterocarpus caudferus Men. Di Wilayah Kesatuan Usaha Stagen PT Inhutani I1 Pulau Laut Kalimantan Selatan..Skripsi Jurusan Manaje~nenHutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan Marsono. D., S. Sastrosumarto, dan Soewarno HB. 1990. Riap dan Sebaran Diameter Pohon Pada Tegakan Tinggal TPI Setelah Pemeliharaan di PT STUD Jambi. Buletin Penelitian Kehutanan Vol. 6 No. 1 Hal 37 - 48. Bogor. Masano. 1985. Perkembangan Pertumbuhan Tanaman Shorea leprosula Miq. Di Kebun Percobaan Haurbentes, Carita, dan Pasir Hantap. Buletin Penelitian Hutan No. 467 Hal 12 - 35. Bogor. Maulana, .4. R. 2003. Rencana Pengaturan Hasil Kelas Perusahaan Jati (Tectona grandis, L. t) di Bagian Hutan lndramayu PT. Perhutani Unit 111 Jawa Barat. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipubliitasikan. Medi, L. 1998. Peinanfaatan dan Pelestarian Hasil Hutan Non Kayu Oleh Suku Sakai di Desa Sebangar, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkaiis, Propinsi Riau. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan Melsandi. A. 2003. Pengaturan Hasil Hutan Jenis Sleieirnia ~nacrophylla King di Kesatuan I'emangkuan Huian Cianjur Perum Perhutani Unit I11 Jawa Barat dan Banten. Skripsi 1::rusan Manajelnen Hutan Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan
Mindawati, N. dan T. Tiryana. 2002. Pertumbuhan Jenis Pohon Khaya anthotheca di Jawa Barat. Buletin Penelitian Hutan No. 632 Hal 47 - 58. Bogor. Mochlis. 2000. Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan (Studi kasus di Desa Karyamukti, Kec. Pemayung, Kab. Batanghari, jambi). Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Muddatstsir. 1995. Studi Pertumbuhan Jati (Tectona grandis L.f) Melalui Pendekatan Analisis Batang di Wilayah KPH Randublatung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Mudofar, 1. 1999. Manfaat Ekonomi Hasil Hutan Taman Nasional Gunung Halimun Bagi Masyarakat Desa Sirnarasa, Kecamatan Cisolok, Sukabumi. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasika~i Mukhamadun. 1994. Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Berbagai Jenis Shorca spp. Di Haurbentes, BKPH Jasinga, KPH Bogor. Skripsi Jurasan Mauajemen Hutan Fakultas Kehutanan lnstitut Penanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Mulia, H. 1989. Kajian Pel-tumbuhan Berbagai Jenis Tanaman Uji Eucalyptzrs spp. Di Riam Kiwa Kalimantan Selatan. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Ga.jali Mada. Tidak dipublikasikan. Mulyono. 1993. Kemungkinan Pengetrapan Prinsip-Prinsip Metode lieyer Untuk Pengaturan Hasil Hutan Jati. Proceeding SEMINAR DAUR JATI Persaki Cabang Yogyakarta 1985 Hal 119 129. Yogyakarta. Nanjaya, E. K. 2003. Studi Riap dan Prospek Kelestarian Beberapa Jenis Komersil dan Non-Komersil Pada Hutan Alam Bekas Tebangan (Studi Kasus Pertumbuhan Tegakan Pada Areal HPH PT. Gunung Gajah Abadi, Kalimantan Timur). Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan Nugraha, G. 1996. Penilaian Manfaat Xasil Hutan dan Tata Nilai Sosial Budaya Pada Masyarakat Terasing (Studi Kasus di Masyarakat Badui Desa Kanekes Kabupaten Lebak Propinsi Jawa Barat). Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pe~tanianBogor. Tidak dipublikasikan. Nurjanali, N. 1990. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Pohon Pinus nzerkusii Jungli Et Vriese di KPH Kedu Utara. Skripsi Juiusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Oiwend, A. F. S. M. 2003. Pemanfaatan Sumberdaya /.lam Oleh Masyarakat Desa Sereh Dalam Kaitannya Deligan Kelestarian Ekosistem di Kawasan Cagar Alam Pegunungan Cyclcps Kabupaten Jayapura. S k i p s i Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universiras Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Omon, R. M., Harbagung dan Masano. 1985. Pertumbuhan Eucalyptus Deglupta BL di Kebun Percobaan Pasir Hantap dan Sumber Wringin, Jawa. Buletin Penelitian Hutan No. 466 Hal 1 11. Bogor
, dan S. Abdun.oliim. 19P.6.Persentase Hidup da" Pertunsbuhzn Tinggi Tiga Jenis Matoa Peda Wanariset 1 Anggresi, Maookwari. Matoa Vol. 1 No. 2 Hal 1 -6. Menokwari.
. 1999. Pertumbuhan Sepuluh Jenis Dipterocarp di Areal Hutan Tanaman Industri PT lnhutani I Batu Ampar-Mentawir. Balikpapan, Kalimantan Timur. Buletin Penelitian Kelxtanan BPK Samarinda Vol. 14 No. 1 Hal 1 - 11. Samarinda. Osmaston, F. C. 1968. The Manazemenf ofForesrs. George Allen and Unwin Ltd, London. Parthama,l.B.P. 1999. Yield Regulation Problem in Indonesia. In: H.L. Wright and D. Alder (Editor). 1999. Proceedings of a Workshop on Humid and Semi-humid Tropical Forest Yield Regulation with Minimal Data. Oxford Forestry Institute, Depart of Plant Sciences, University of Oxford. O.F.I. Occasional Papers No. 52: 77-84. Patiwiri, A. Y . 2004. Studi Pengaturan Hasil Pada Kelas Perusahaan Jati (Tectona grandis L. f) di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit I11 Jawa Barat dan Banten. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Prastowo, Y. D. 1999. Pertumbuhan Diameter Berbagai Jenis Pohon Di Areal Nalzrral Park'PT. Badak NGL. CO. Bonfang Kalimantan Timur. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Pratomo, A. 1992. Studi Pertumbuhan Tiga Jenis Tanaman Cepat Tumbuh Sampai Umur 47 Bulan Pada Tegakan Murni dan Campur di Riam Kiwa, Kalimai~tan Selatan. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Preharen, D. 2002. Pertumbuhan Tinggi dan Diameter Batang Uji Klon Jati (Tectona grana'is L.f) Umur 16 Bulan di KPH Bojonegoro. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Priantono, A. 1992. Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Dalam Bentuk Usaha Wisata : Studi Kzsus di Areal Wisata Baturaden. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Pudja, M. U. dan R. Kuswandi. 1991. Pemmbuhan Agarhis labillardieri Warb Pada Petak Coba Penanaman PT. Sumalindo Lestari Jaya (SLJ) 111 di Takar. PARATROPIKA Vol. I11 No. 2 Hal 23 - 26. Manokwari. Pudjiharta, A. 2001. Pertumbuhan Tanaman Mahoni (Swietenia mahagoni), Jotiar (Cassia javanica) dan K a y Putih (Meluleuca cujupuri Powell) Pada Lahan Kritis Daerah Kering di Tuban Jawa Timur. Buletin Penelitian Hutan No. 625 ha1 i - 18. Bogor. Purnama, E. 1998. Studi Pertumbuhan Tanaman Mangrove Pada Jalur Hijau Di Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung. Skripsi J U N S Konservasi ~~ Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Purwanto, R. M. S. Ilarahap, dan H. A. F. Mas'ud. 1994. Pertunlbuhan Tanaman Eucalypfus uropylla di Hutan Tanaman Industri Blang Bintang, Aceh Besar, Daerah Istimewa Aceh. Buletin Penelitian Kehutanan BPK Pematang Siantar Vol. 10 No. 3 Hal 257 - 270. Sumatera Utara. Qirom, M. A. 2002. Riap Diameter Pohon Kelompok Jenis intoleran dan Toleran di Kutan Alam aekas Tebangan Areal HPH. PT. Sumalindo Lestari Jaya IV, Ka!imantan Timur. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultzs Kehutanan Institut Pe~ianian Bogor. Tidak dioublikasikan.
R, Muliady. 2002. Nilai Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Mangrove Muara Angke Oleh Masyarakat Sekitar Daerah Khusus 1bu Kota Jakarta. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan Ralika. 2002. Pengelompokan Jenis Berdasarkan Model Penduga Riap Diameter Pohon Pada Hutan Alam Bekas Tebangan. Studi Kasus di HPH. PT. Sumalindo Lestari Jaya 11, Kalimatan Timur. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Raharjo, K. 1996. Pertumbuhan Acacia M a n g i ~ mdan ~ Paraserianthes falcataria Pada Type Vegetasi Awal Belukar dan Alang-Alang, Studi Kasus Sub Unit HTI Semaras PT. Inhutani I1 Kalimantan Selatan. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Rahayu, S. 2002. Penentuan Etat Kelas Perusahaan Jati (Teclona grandis L. F.) Dengan Metode Bum, di Bagian Hutan Pagotan KPH Madiun PT. Perhutani Unit 11 Jawa Timur. ~ k r i ' ~Jurusan si Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Ramdan, H. 1994. Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Mahoni Daun Besar (Swietenia macrophylla King) Pada Beberapa Jenis Tanah Studi Kasus di KPH Banten. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan lnstitut Perianian Bogor. Tidak dipublikasikan. IRende~~.R., M. K. Sal!ata dan D. Seran. 1991. Laju Pertumbuhan Caslrarina j~mghth17iana. Pharaser~anrhesfalcatariadan Trisrania sp. Pada Sistem Agrokehutanan di Buntu Dengen, Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Jumal Penelitian Kehutanan Vol. V No. 2 ha1 49 - 55. Ujung Pandang. Rifa'i, M. R. 1999. Pertumbuhan Volume Pohon Pada Hutan Alan Bekas Tebangan di PT Inhutani 111 Sampit Kalimantan Tengah. Skripsi Jurusan Manajetnen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Rio, Y.19S5. Pengukuran Riap Diameter dan Kemampuan Hidup dari Jenis Meranti, Geronggang, Suntai, dan Punak sebagai Tanaman Perkayaan di Daerah Selatpanjang, Riau. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Rismayanti, Y. 2001. Model Penduga Riap Diameter Pohon Jenis Resak (Vaticu rassak) Pada Hutan Alam Bekas Tebangan. Studi Kasus di HPH PT. Belayan River Timber Kalimantan Timur. Skripsi Jurusan Msnajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan Riyantini. T. 1987. Studi Riap Tegakan Agathis loranthfoliu Salisb, di KPH Banyumas Timur. Skripsi Jurusan Manajemen Hutzn Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Rizal. A,, B. Yafid dan Y . 0. Lekitoo. 1997. Pertumbuhan Empat Jenis Tanatnan di Laban Kritis Daerah Tangkapan Air Danau Sentani, Jayapura. Buletin Penelitian Kehutanan Manokwari No. 1 Hal 10 - 16. Manokwari. Rosa, T. F. 2003. Penentuan Metode Pengaturan Hasil Dalam Rangka Mewujudkan Xutan Normal pada Kelas Perusahaan Jati (Tectona grandis L.f.). Studi Kasus di KPH Kendal PT. Perhutani Unit I Jawa Tengah. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan F~kul:as Kehutanar. !zsritut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.
Rudiana, D. 1996. Penaksiran Riap Hutan Alam Produksi Pada Areal Bekas Tebangan. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan F a h i t a s Kehutanan Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Rusmana, A. 1996. Studi Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan (Studi Kasus di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi). Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan Ruswandi. H. dan A.Wibowo. 1986. Pertumbuhan Tiga Jenis Tanaman Sekat Bakar di Sipiso-Piso, Sumatera Utara. Buletin Penelitian Hutan No. 476 Hal 23 - 30. Sumatera Utara. Santoso, A. B. 1996. Pertumbuhan Diameter Pohon Pada Hutan Alam Bekas Tebangan di PT. Dwimajaya Utama Kalimantan Tengah. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Santoso, B. 1981. Hubungan Antara Faktor-Faktor Iklim Dengan Riap / Perubahan Diameter Pada Dua Jenis Pohon di Damaka - Bogor. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. . -.-.,
C. Anwar. 2002. Pertumbuhan Tanaman Konservasi Eksitu Eboni (Diospyros celebica Bakh.). Buletin Penelitian Kehutanan BPK Ujung Pandang Vol. 8 no. 1 Hal 23 - 32. Ujung Pandang , M. M. Yusril dan M. A. Rakhman. 2002. Pertumbuhan Tanaman jati (Tectona grandis L. f) Dari Berayai Ras Lahan di Kendari Selatan. Buletin Penelitian Kehutanan BPK Ujung Pandany Vol. 8 no. I Hal 33 4 1 . Ujung Pandang.
Santoso, R. 1992.Studi Awal Tentang Sifat Penghambat Pertumbuhan Pada Acacia nilotica (L) Willd ex Del. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Saragih, W. 1993. Studi Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan Taman Nasional Gununy Gede Pangrango di Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan Sari,Y. 1993. Studi Pemanfaatan Barang dan Jasa Hutan Oleh Masyarakat Desa Sekitar Taman nasional Gunung Gede Pangrango (Smdi Kasus : Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Jawa Bzrat). Skiipsi Jurusan Manajemen I-Iutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Seran. D., M. K. Allo. 1988. Pertumbuhan Beberapa Jenis Kayu Perdagangan di Komplek Hutan Tominanga, Kecamatan ivlalili Sulawesi Selatan. Iurnal Penelitian Kehutanan Vol. !, No.2 Hal l 1 - 15. Ujung Pandang. Setiaji, A. 200. Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Sumber bahan Kayu Bakar (Studi Kasus di BKPH Rawa Timur, KPH Banyumas Barat, Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah). Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan Setianingrum, S. 1. 1996. Nilai Manfaat Hasil Hutan Bagi Masyarakat Desa di Sekitar Taman Nasional Baluran (Studi Kasus di Desa Sliinber Waru Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo). Skripsi Juriisan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor. Tidak dipubiikasikan.
Sianturi, A . 1999. Riap Tegakan Sungkai (Peronema canescens) di Benakat. Tekno Reboisasi BTR Palembang No. 12 Hal 1 - 7. Palembang. 1997.Riap Tegakan Mahoni (Swielenia macrophylla) di Benakat. Tekno Reboisasi BTR Palembang No. 07 Hal I - 7. Palembang. Simon, H. 1993. Penerapan Daur Ganda Untuk Pengaturan Hasil Hutan Jati. 1985. KEHUTANAN INDONESIA No. 5 TH. VII September Hal 31 - 36. Bogor. Siregar, C. A. dan Nurhadi Djaingsastro. 1988. Pertumbuhan Awal Acacia n~angitrrnWilld. Di Petak Percobaan Tanjung Bintang, Lampung. Buletin Penelitian Hutan No. 504 Hal I - 10. Lampung. Sirait, I. R. 2000. Penyusunan Model Pertumbuhan Diameter dan Tinggi Tegakan Eircalyplus urophylla S. T. Blake. Skripsi Jumsan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.
.
N. Djaingsastro dan T. Sukandi. 1991. Pemmbuhan iinzcs merk~esiidi Petak Bekas Tumpsngsari dan di Luar Petak Tumpangsari di Cikole, Lemhang. Jawa Barat. Buletin IJe!:elirian Hutan No. 542 tfal 9 - 17. Lampung.
, N. Djaingsastro dan 0. Satjapradja.1991. Model Pertumbuhan Acacia nlangiunz Willd Berumur 27 Bulan di Tanjung Bintang, Lampung. Buletin Penelitian Hutan No. 539 Hal I 12. Lampung. Siswoko. B. D. 2000. Studi Pertumbuhan dan Penjarangan Pada Tegakan Jati (Tector2a grandis L. f! Melalui Analisis Batang di Wilayah Pemm Perhutani KPH Purwodadi, Kebonharjo dan Kendal. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Sopandi. 1996. Penaksiran Riap Pertumbuhan Hutan Tanaman Shorea polyandra dan Shorea ovalis Pada Areal Bekas Perladangan Berpindah (Studi Kasus di Unit Usaha TPTI PT. INHUTANI 11 Pulau Laut Utara Kalimantan Selatan). Skripsi Jumsan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Sriyono. 1987. Model Penduga Riap Bidang Dasar Tegakan Pinus ~nerkusiiJungh. et De Vriese di Jawa. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Subiantoro, A. 1991. Studi Pemmbuhan Paraserianthes falcalaria (L) Nielsen Umur 8, 12, 16 dan 20 Bulan Dari Beberapa Sumber Benih. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Sugijanto, 1990. Penumbuhan dan Taksiran Hasil Tegakan Acacia mangiua? Willd, Ezccalypfus deglupta Blums, Albizia falcataria (L) Fasberg dan Pirzus .Oocarpa Sciede : Studi Pada Hutan Tanaman Industri PT. ITCI Balikpapan Kalimantan T i u r . Skripsi Jumsan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Suhaendi, H. 1983. Pengaruh Unsur-Unsur lklim Terhadap Riap Diameter Pohon Pinus merkusii Jungh. Et De Vriese di Kebun Percobaan Darmaga, Bogor. Laporan Puslitbang1 FRDC Report No. 412 Hal 1 - I I. Bogcr.
Suharlan, A. dan Y. Sudiono. 1976. llmu Ukur Kayu. Bagian Pendidikan Direktorat Jenderal Kehutanan. Jakarta. Suhartati, D.Seran dan B. Ginoga. 1990. Pertumbuhan Eucalyptus deglupta BI. Pada Beberapa Tingkat Kemiringan Lapangan, di Areal HTI Gowa- Maros Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Kehutanan Vol. IV, No.3 ha1 7 - 1 I . Ujung Pandang. Suhartaii. T. 1993. Studi Pertumbuhan Pinus (Pendekatan Model Time Series dan Cross Section). Tesis Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Suhendang, E. 1993. Alternatif metode pengaturan hasil pada areal bekas tebangan hutan tidak seumur. Makalah disampaikan dalam Seri Diskusi llmiah Kehutanan dalam rangka Dies Natalis IPB ke-30 dan HAPKA 1X-1993 Fakultas Kehutanan IPB. Bogor, 4 September 1993.
, 1. Soerianeyara, T. Rusolono, Prihanto dan H. Purnomo. 1995. MNH IPB-I, Program Ke~nasanKomputer Untuk Pengaturan Hasil Berdasarkan Jumlah Pohon RlMBA INDONESIA, Vol. XXX No. 1 - 2, Hal 42 - 51. Bogor. 2002. Growth and Yield Studies: Their Implication For The Management Of Indonesian Tropical Forest. Dalam: Proceeding Of The Malaysia-ITTO International Workshop On Groeth And Yield Of Managed Tropical Forest. Malaysia. Suhendra. 1988. Studi Variasi Pertumbuhan Tinggi dan Diameter Pada Uji Provenans Tectona grandis L.f.di Wanagama I Gunung Kidul Yogyakana. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Suhirin. 2000. Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan (Studi Kasus di Desa Karya Mukti, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari, Propinsi Jambi). Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor. Tidak dipi~blikasikan Sumadi, A. 2002. Model Simulasi Pengaturan Hasil Hutan Seumur. Studi Kasus Pada Kelas Perusahaan Jati di KPH Blora. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Sumadiwangsa, S. Dan Harbagung. 2000. Laju Pertumbuhan Tegakan Gaharu (Aquilaria malaccensis) di Riau Yang Ditanam Dengan Intensitas Budidaya Tinggi Dan Manual. Info Hasil Hutan Vol. 6 No. 1 Hal 3 15. Bogor.
-
Syamsudin, A. D. 1998. Studi Pertumbuhan Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielszn) Pada Tanamar. Tumpangsari Padi di Areal Bekas Hutan Payau RPH Tritih, BKPH Rawa Timur, KPH Banyumas Barat Perum Perhutani Unit I Jawa Tsngah. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Taptajani, R. 2002. Simulasi Pengaturan Hasil Hutan Kayu Secara Adaptif. Studi Kasus di HPH PT. Timberdana, Kalimantan Timur. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Sogor. Tidak dipublikasikan. Triono, J. 2002. Model Simulasi Pengaturan Hasil Kelas Perusahaan Pinus. Studi Kasus di KPH Kedu Selatan PT. Perhutani Uni: 1 Jawa Tengah. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutailarr insiirut Pertanian Bogcr. Tidak dipublikasl1:afi.
Trisnanto. A. 2003. Riap Diameter pohon Kelompok Jenis Medang (Lilsea spp.) Pada Hutan Alam Bekas Tebangan. Studi Kasus di HPH PT. Suka Jaya Makmur-Kalimantan Barat. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Tujuanto, G. D. 1992. Pendugaan Model Pertumbuhan Luas Bidang Dasar Tegakan Damar (Agathis loranrhifolia Salisb.) Yang Mengalami Penjxangan Satu Kali (Studi Kasus di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur). Skripsi Jurusan Manajemen Hutall Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Untarto, T. M., R. R. Maai, B. A. Suripatty dan A. Rizal. 1996. Pertumbuhan Damar (Agathis labillardieri Warb.) Satu Tahun Setelah Penanaman di Wanariset 11 inamberi. Buletin Penelitian Kehutanan Manokwari Vol 1 No. 1 Hal 14 - 18. Manokwari. Utama, S. 1988. Studi Pertumbuhan Berbagai Jenis Tanaman Uji Species Proyek ATA-267 di Riam Kiwa, Kalimantan Selatan. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas 'Kehutanan Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Viveryani, D . 1988. Pertumbuhan Pohon Pada Berbagai Umur Tegakan Tinggal Di Kesatuan Usalia Stagen PT. lnhutani 11 Pulau Laut, Ka!imantan Selatan. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Wahono, P. B. 1993. Studi Pertumbuhan Tegakan Hutan Alam Dipterocarpaceae di Areal HPH PT. Edi Mulya Coporation Propinsi Daii I Kalimantan Timur. Kumpulati Ringkasan Skripsi Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan Thn 1992 Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor. Bogor. Wahyono, D.1995. Pengaturan Hasil Ganda Suatu Pendekatan Penataan Hutan Tanaman Pinus : Studi Kasus di KPH Lawu Ds Perum Perhutani Unit I1 Jogjakarta. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Wahyuni, S. 1995. Analisis Pertumbuhan Awal Tanaman Acacia mangiuni Willd di Kebun Benih Uji Keturunan Parung Panjang, Kabupaten Bogor. Skripsi Jumsan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Wibisono, 1.1997. Studi Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional (Studi Kasus di Taman Nasiona! Alas Purwo, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur). Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan lnstitut Pertaniali Bogor. Tidak dipublikasikan. Widhians. I . W. dan S. C. Akhmad. 2002. RiapIPertu~nbuhanHutan Tanaman di Sumbawa. AISULI No. 17 Tahun 2002, ha1 I - 13. Kupang. Widianto, S. H . 1996. Kajian Pengaruh Macam Tanah Terhadap Pe~tumbuhanTanaman Mahoni Daun Besar (Swiefenia rnacrophylla King) Studi Kasus Di KF'H Banten. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Widjijanto, W . 1992. Metode Pengaturan Hasil Hutan RaLyat Acacia auriculiforrriiis A. Cunn (Studi Kasus di Keca~natanGeger Kabupaten Bangkalan Pulau Madura). Kumpulan Ringkasan Skripsi Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wijayanti, E . 2001. Analisis Pertumbuhan dan Riap Tanaman Pada Petak Ukur Permanen Hutan Alam Tanah Kering Bekas Tebangan. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Wiyono. 1991. Studi Pertumbuhan Semai Sono Kembang (Pterocarpus indicus Willd) di Hutan Pardiyan. Laporan Penelitian Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Wright, H. L. 1999. Yield Deterrninalion in Tropical moist forest. In: H.L. Wright and D. Alder (Editor). 1999. Proceedings of a Workshop on Humid and Semi-humid Tropical Forest Yield Regulation with Minimal Data. Oxford Forestry Institute, Department of Plant Sciences, University ofOxford. O.F.I. Occasional Papers No. 52 : 3-13. Wulandai-i. ti. 2005. Analisis Pertumbuhan Tegakan Acacia Mangium Umur 1,2,3 tahun di Wilayah I Subanjeriji PT. Musi Hutan Persada Sumatera Selatan. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan. Wulandari, -f. 2002. Pertumbuhan Pinus merkusii Junph, et de Vriese Hasil lnfusi Genetik Dari ?opulasi Alan1 Blangkejeran dan Takengon Umur 4 Tahun di Sempolan, Jember, Jawa Tin~ur. Skripsi Jurusan Manajenlen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. T iaak dipublikasikan. Yasmi, Y. 199S.Studi Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat di Sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat Untuk Mendukung Kegiatan Konservasi (Studi Kasus di Desa Air Dingin Barat, Kabupaten Solok, Propinsi Sumatra Barat). Skripsi Jurusan Manajetnen Hutan Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Yefri. N., Z. lbnu dan S. Sembiring. 1994. Evaluasi Pertumbuhan Eucalyptus uropylla Sebagai Jenis Hutan Tanainan lndustri di Areal Aek Nauli, Sumatera Utara. Buletin Penelitian Kehutanan BPK Pematang Siantar Vol. 10 No. 3 Hal 175 - 181. Sumatera Utara.
, dan H. A. F. Mas'ud. 1995. Pertambahan Diameter Pohon Pada Hutan Bekas Tebangan Pasir Pangaraian, Riau. Buletin Penelitian Kehutanan BPK Pematang Siantar Vol. I I no. 3 Hal 273 - 291. Sumatera Utara. 1996. Pertumbuhan Tanaman Geronggang (Cratorylon arborescens) di Sungai Pedan, Selat Panjang. KONIFERA BPK Pematang Siantar No.2/thnXIII Hal 83 - 89. Sumatera Utara. Yudjar, E. 1990. Pertumbuhan Awal Eucalyptus deglupta BL. Di PPHTI PT Sumaiindo-Site Sungai Pesab. Wanatrop Vol. 5 No. 1 Hal 61 - 65. Samarinda. Yuningsih, Y. 1992. Studi Pengaturan Hasil Pada Tegakan Pinus nterkusii Jungh et de Vriese di KPH Bandung Utara. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Zulhanif. 2000. Pertu~nbuhan Awal Uji Jenis Eksotik (Khaya anthoteca, Plrigota alata, dan Maesopsis enriizi) di Kebun Rumpin Bogor. Skripsi Jumsan Manajeinen Hutan Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.
;l
Jcnis
Akaria (Acocia mon~is!r!)
1
Lokasi
I
Rinp Tinggi MA1 C.41 (cm/th) (ca/tB)
;T I
Pa oa
Lliap Dhmcter cndtlt 0,507
(cm/tb)
319.66
/
Rial, V o l u x ~ ~ c MA1 CAI (n,'/ha) (m3/hn)
I<etc~.nngns -
--
L8han Kritis (M),umur I? bulan 8 hula!~
-
kayaati non habitat Apthis
Sub Kategorl
Riap D~amctcr MA1 CAI (enl/th) (cm/th)
74
75
Perupuk (Lophoperahajovo,~ic~,n)
Kalimantan Tin~ur
Pinua (Pinxis merktaii)
Jawu Timur
Pinus (Pinas merL7tsii)
Jawa Timur
76
-
RiapTinggi MA1 CAI (cmllh) ( e m
Riap Volume MA1 CAI (ml/ha) (n~'/l~a)
Kcterangan -.
I-lulun Rawa (NR).0 =10 cnl-up, fabitn 1 , a a n 3
0.41
3,55
171,5
HT, umur 4 lh, di Blangkqirrnn
3.43
175.75
HT. umur 4 111. di Takcneon
1,amp~ranI Lanjutan
77
Pinus (Pinus merhrsii)
I
I
Sunlatera Utara
78
Pinus (Pinus merkusii)
Acel,
79
Pinus (Pinur jnerkaii)
80
Pinus . . (Pinur merkroii) Pinus (Pinusmerkusii)
Jawa Barat Jawa Barat
81 82
Jawa Barat Sulawcsi Sclatan :Sumatera Sclatan Sun~atcraS c l a t a n
84
Pulai (Alsloniu scolrrrisl Ramin (Gonysfylusbonconus)
85
Ramin (Gonysfylrrrbo,ica~zl~sl
93
Sungkai (Peronemu ca~?escern)
Bintan
94
Sungkai (Perone,?zoco,,esceils)
95
Sungkai (Peronemn conescens) ., .
Benakat Riau
96
Tapi-tapi (Sonfirioloevipolo)
Sulawesi Selatan
97
Tomaku (Mocodorniohildebrondii)
Sulawesi Selatan
.
,
1
Sub I
26,5 0.170,38
14.530,O
2.03
149 142.5
1 ,9 1.14
HT, umur 10-25 tal~un HT, umur3- 6 tahun HT, umur 4 tahun, areal tumpangsari HT, unlur 4 tahun, areal non tumpangsnri HT, umur I8 taliun -HT, 1~11nlao HR, umur 2 tahun, areal tcr+-_ HR, umur 2 t a l ~ u n , e a lbekas tebangan
106.67
0.12 0,39
7.02 26.9
0,61
77.34 0,08
65
1.61
7.26
2,3
6.37 2.52
3.08 103,64
-
I.K, umur 6 b111an 886.64
127 0,037
-
6,83
I-IT, omur 13 dan 14 tahun HT, umur 3 tallun IiT, tahun 1982-1985 IiT, amur-n
--
-
tun~bulianPohon i riap diameter dan riap volume
2002. Ratika
''
pengelompokan Jenis Berdasarkan Model Penduga Riap Diameter Pollon Pada Hutan Alam Bekas Tebangan. Studi Kastts di HPH. PT. Sumalindo Lestari J a w 11, Kalimatan Timur. 2002.
*.
Model Penduga Riap Diameter Pollon Jcnis Resak (Volica rossoU Pada Hulan Alam Bekas Tebangan. Studi Kasus di HPN 1'T. Belayan Rivcr Timbcr Kalimantan Timur. 2001.
9'
Model PcndagaRiap Diameter Pohon Jcnis Kapur (D,yobnlu~!o~lrspp.)Pada Hutan Alam Bekas Tebangan (Studi Kasus di HPH PT. Suinalindo Lestari Jay.1 1, Kalimantan Timur). 2000.
14cndr.l Fachrurozy
Stu& perkembangan Riap, Struktur dan Komposisi Tegakan Seteiah Penlanenall Kayu Dengan Sistenl TPIiTPTI di Areal HPH P'T.Kiani Lestari Kalilnantan Timur. 1996.
Riki lrsal
lo'
I!.
Stud; Pertumbdian dan Riap Diamcter Tegakan Poraserion1lresJ;:lcoIoriu L. Nielsen di KPH Kediri Jawa Timur. 1994.
Y;alli Ilisnu~yiaili
Jady Kunvandana
E.MNH.2002. 095. Skripsi ~umsan~4anajemen Hutan Fakultas Rehutanan IPB. Kodc Buku F;lkullas E.MN11.2002. 105. Skripsi J u ~ s a l Manajcrnen l Ilutal, Fnkallas Keha1;tnan II'l3. Kode Buku 1:akalhs E.MNH.2001._068. Skripsi Jurusan Man2jen1en Hutan Fakultas Kchutanan IPB. Kode Buku Fakultas E.MNH.2000.073. Skripsi Jurusan Tcknclogi Hasil Hulan Fakultas Kehutanan IPB. Kode Buku Fakultas E.THH. 1996.063. Skripsi Junlsan Manajemen Nutan Fakultas Kchutanan 1PB. Kodc Buku Fvkulras I: MNH I O O L no7
Kntegori I1ertembuh& Pohon Sub kategori riap diamctcr Kvtegori Pertusbuhan Pollon Sub katcgori rinp diamclcr Kategori Pertumbuhan Poholt Sub kategori riap diameter Kntegori Penumbuhan Pohon Sub kategori riap diameter d m riap volume Ketegoii fe'erlumbuhanPohvn Sub kategori riap diameter
.
N o -.'
:.. Judul dau Tahun Studi Riap, Struktur dan Komposisi 'Tcgokun Salu Tnhun Scsudah Pclnanenan Kayu Dengan Sistem Silvikultur TPII di Areal HPH PT. Narkata Ri~nba Kalimantan Timur. 1994.
,,:
12'
Studi Riap Tegakan Agothis loruntltrjo/zoSalisb, di KPH Banyun.as Timur. 1987.
13.
Pirn,,~~ierhrsiiBerdasarkan Kurva
Pertumbuhan. 1986. Pengukuran Riap Diameter dan Kemampean Hidup dari Jcnis Mcranti, Gcronggang, Suntai, dan Punak scbvgai Tanaman Pcrkayaas di Daerall Selatpanjang, Riau. 1985 Penerapan Multiphase Sampling Pada Pendugaan Kuwa P e ~ u m b i ~ l ~Dianetcr an Pohon Jati (Tecfonogrmdis L.O. 1984.
16.
I'cnulis
Jenis Publikasi Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kchutanan lPB. Kode Buku Fabltas E.THH. 1994.03 1. Skripsi Jumsan Manaje~nen Mutan Fakultas Kehatanan IPB. Kode Buku Fakultas
Padan. Jayanto
Tuti Illyantini
Riswan I-luscin
Hutan Fakultas Kchutanan IPB. Kode Buku Fakultas S.Il'86.05.Hus.P. Skripsi Jumsan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Kode Buku Fakultas S.l/'8S.OS.Rio.~ Skripsi J u n l s a ~Manajcmen Hutan Fakuitas Kehutanan IPB. Kode Buku Fakultas S.ll'84.0S.Kun. P. Skripsi Jurusan Manajemcn Hutan Fakultas Kchotanan IPB. Kodc Buku Fakultas S.ll'83.0S.Mah.P. Skipsi Jumsan Manajcmen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Kode Buku Fakultas S.1/'81.OS.San.H. Skripsi Jumsan Manajemcn Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Kode Buku Fnkultas E.MNI-1.2003. 108. 'Tesis llmu I'engetahuai~ Kehutanan Progranl Pasea Szrjana IPB. Kode Buku Fakultas TS.
Yusi llio
Budi Kuncahyo -
Pengaruh Bebeiapa Faktor Lingkungan Tcrhadap Riap Dian~etcs?ohon Sllorea ocu,ni,zostissi,,ro Sym. Dan Dipferocurpt,.scarrd$enw Mcrr. Di Wilayah Kesatuan Usaha Stagcn PI. lnllutani I1 Pulau Laut Kalimantan Sclatan.l983.
17'
Hubungan Antara Faktor-Faktor lklim Dengan Riap I Pcrubahan Diameter Pada Dua Jenis Pohon di Darmaga-Bogor. 1981.
18.
Riap Diameter Pohon Beberapa Kclompok Jellis Pohon Di Hutan Alan1 Bekas Tebangan Areal HPH PT. Bina Balantak Utama, Propinsi Papua. 2003.
19.
Mahruni
Budi Santaso
Ekus Kustiwa
Keragann Penumbuhan Acacia mmtgitt,n Willd. Pada Lahan Bckas Tambang Timah (Studi Kasus Di Areal Kcrja PT. Tintah TBK). 2000. Sili Latilhh
20.
Yoga Dwi I'rastowo I
22.
Kategori Penumbuhan POIIFSub kategori riap diameter dan riap tinggi
Sub kaagori riap volume Kategari Penunlbullan Pollon Sub kategori riap diameter Katcgori Pcnumbuhan Pollon Sub kategori riap dialneter Kategori Pcrtumbuhan Pohoil Sub kalegori riap diameter Kntcgori Pcrtumbulta~P o l ~ o , ~
Sub katcgori riap diametrr Kategori Penumbul~anPollon Sub kategori riap diameter Kategori Penanlbuhan Pollon Sub kategori riop diameter, ria(, tinggi dm ri;!p volume Kategori Pertumbuhan Pollon Sub kntegori riap diameter d.ul marlalily
Pertumbuhan Diameter Berbagai Jenis Pohon Di Areal Nuiural P,zrk PT. Badak NGL. CO.Bontang Kalimantan 'I.imur.1999. 21.
Kategort
Kvtegori I'enembuhan Pokon Sub kategori riap diameter dan mortality
I
Studi Pertumbuhan Taxaman Mangrovc Pada Jalur llijuu Di Kecainalall Labuhan Maringgni, Kabupaten Lampung Tcngah, Propinsi Lampang. 1998. Eris I'un~anla
Kchutanan IPB. Kode Buku Fakullas E.KSH. 1999.036. Skripsi Jumsan Konscrvasi Sumbcrdaya I-lutan Fakultas Kel~utananIPB. Kode Buku
Kategori Pertombuhan Pohon Sub katcgon riap tinggi
-7
Judul dan Tahun valuasl Pertumbuhan Tanaman Berbagal Jcnls Diphromrpoccoe DLKebun 'ercobaan Pas11Hanap, Sukabuml 1997
Pcnulis Ardlmen
r-
\ s ~ l xI'cngardh ~ M a c ~ mTanah l'trludnp Pcn~tnbubm' I : ~ t > a ~ ~Ml n~# I>I U0x1111 II~ 3~13,(St,,,elen,on~ucropl~,Ilo King) Studi Kasus Dl KPH H:~nleo 1996
jtudi Pcrtumbuhan Mahoni Daun Besar (Swielenin ?~acroplylla King) Pada lanah Laterit. 1996.
S Ilari \V~Jl=nro
Budiman Hariswara
jtudi Pertumbuhan Tanaman Meranti (Shoren spp.) Di BKPH Jasinga, KPii Bogor. 1995.
Hery Darmawan Ariln
Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Bcrbagai Jenis Slroreo spp. Di Haurbentes, BKPH Jasinga, KPH Bogor. 1994.
Mukhan~adun
Pertumbuhan Pohon Pada Bcrbagai Umur Tegakan Tisggal Di Stagen PT. lnhutani 11 Pulau Laut, Kalimantan Selatan. 1988. Evaluast I'enulnbuhan T ~ n a m mlullhonl D u n 13crar (Xwldre,zru ,rl~cr~p/,)'//d Klng) Padn Beberapa J c n Tanah ~ Studi K ~ I IdiS KPH 13mlen 1491. Analisis Pertumbuhan Awal Tananla" Acocia mongiunt Willd di Kcbun Benih Uji Ketumnan P m n g Panjang, Kabupaten Bogor. 1995. Pcngaruh Jarak Tanam Terhadap Pcrtuslbuhan I'ohon Pinrrs !,le,l!rrii Jangh El Vriese di KPH Kedu Utara. 1990.
Pertumbuhan Awal Uji Jenis Eksotik (Khoya onll~oieca,Plrigoro nlolo, dan Maesopsis enrini) di Kebun Rumpin Bogor. 2000.
Penyusunan Model Pertumbuhan Diameter dan Tinggi Ttgakao L,,co(ypius urophfi S. T. Blake. 2000.
Dyah Viveryani
Jenis Publikasi SLlnst Jurusan Mana~cmcn 3ut& Fakultas Kehuianan
~ u t &Fakultas Kehuianan IPB. Kode Buku Fakultas E.MNH. 1996.053. Skrbsi Jumsan Manaiemen nut& Fakultas Kehuianan
H u t k Fakultas Kehuianan
Zulhanif
Iva Rianti Sirait
(ategori Pertumbtihan Pohon Sub kategori iiap diameter, riap tinggi dan .iap volume.
Katigori Perturnbullan Pohon Sub kategori riap diameter Kalegori Pertumbuhan Pohon Sob kategori riap diameter dwi riap tinggi
Hikmat llnmdm
Nunung Nurj;tnal,
Rategori Perttlmbuhan Pohon Sub kategori riap diameter, riap tinggi dan :iap volun~e -Rategori Pertumbul~anPollon Sub kategori riap diamcter dm riap tinggi
t--
Sri Wahyuni
-
jub kategori riap diameter dan riap tinggi
~ u t &Fakultas K e h u L a n IPB. Kode Buku Fakoltas E.MNlH.1995. 028. Skri~siJurusan Manaicmen
Kategori Pertumbuhan Pollon Sub kategori riap diameter dm1 riap tinggi -.
Kategori I'ertu~~~bulian Pohon Sub kategori r i ~ pdianlcter 4an riap tinggi
IPB. Kode Iluka Fakultas E.MNH.1990.098. Skrinsi Jurusan Manaiemen Hut& Fakultas Kehuianan IPB. Kode Buku LSI E.MNH.2000.0200.
Kategori Pertumbuhan Pohon Sub kategori riap dianieler d a l riap tinggi
Shiosi Jumsall Manniemen
Kategori Perumbuhan ~ 0 t . T Sub kategori riap diameter d m riap til~ggi
No., 34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
-
-.
Judul d m T:tllun Pcnyusunan Modcl Perlumbuhm~Teg3kan i',.~,~.? rnerktar,r ct dc I'riuse I'ada I3crbagat Kclinggun l'mmpxl 'Tumbul>di 1P~ls.1 J;wa 2000 IJmgclompokan lcnis Bcrd~sarksnhlodel P c n d ~ g aR i ~ pDlameter I'ollun I'nda Hutan Alnnt Bckas l r b ~ n g s n(Studi Kasus dl Ill'tl PT Putiaduta Indlh Wood, Jambi). 2003. Model Pcnduga Riap Bidang Dasar Tcgakan Pinus ,~erkrrsiiJ u ~ l tet. Dc Vriese di Jawa. 1987. Dipterocarp Forest Growth Simulation Model (DIPSIM) Kaltim iSub Kategori Pcrtumbuhan Dinmclcr). 199[). Dipterocarp Forest Growth Sitnulation Model (DIPSIM) Kaltia (Sub Katcgori monalita). 1999.
-
- Penulis
Jcni-si . Skripsi Jurusan Manajemcn Hutan Fakultas Kehutana~ IPB. Kode Buku LSI E.MNH.2000.0087 Shipsi Jurusan Manajelncn Hutan Fakultas Kehutanan lPB, Buku I.SI E.MNR.2003.102 Skripsi Jurusan Ma~ajemen Flutan Fakultas K c l t ~ ~ t w ~ a ~ IPB. Kode Buku
Asih Dumaywti
Adinda Kusuma Dewi
Sriyono
SFMP
Alerondcr I linrichs
Dipterocarp Forest Grorvth Simulation Model (DIPSIM) Kaltim (Sub Katcgori Recruitment). 1999.
SFhlP
Pendugaan Model PertunIbuhun Luas Bidang Dasar Tegakan Damar (Agolltis loro,trhfolia Salisb.) Yang Mengalami Pcnjarangnn Satu Kali (Stodi Kasus di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur). 1992.
Gogod D. Tujuanto
Studi Dinamik, Penumbuhnn Flutan Alnm U'ku 7-~h_mgandi IIP-I PT. As~aIog J m b i (Swdl Kasus Data Badm I'enr.llt~an dan I'ungc~nbmgm~ Keh~tm3n
Jamal tlusni
Skripsi Jumsan Mw~ajemcn klutan Fakultas Kchutanan IPB. Kode Buku Fakultas E.hmH.1990.098.
I
Hutan Fakultas Kchutanan IPB. - Kode Buko Fakullas E MNM 1990 098
Katcgori Pcnumbuhan Pohos Sub kategori riap diameter Katcgori I'enombuhan Pohon Sub kategori rivp diameter Kategori I'ertotnbuhan Pohon Sub ktlcgori riql cIi~!n,clcr
'Tcchnici$lCaol,er;dion. S1:MI'
Alcxandcr I limicl~s
, Kateaori Kategori Penumbullan Pohon Sub katepori riap diameter, riap 1in:gi dan riap volumc
I
Kategori Pertombuhan Pohon Sub kabgori A ~ o r l o l iRecrr,ilnre,rl. ~~ Ingro,v1lr Kategori Pertunibuhan Pollon Sub katego1.i A4orlnlily, R<:crrrirnze,rl, /ngr0,,,1lr Kategori Pcrt~~mbuhan Pollon Sub katcgori riap diameter
Sub kategori riap diameter
I
--
.
1.ampiran 3. Ansil lnventarisnsi Penelitian Per1ss~buh;inPoljun di Ili1lith)i81>l:I I u I P ~ IBogor ,
.
, : Judul dsnTallun Riap/Penumbullan Hutan Tanaman di Sumbawa. 2002.
;' i 2 ~ ,o.: ,$
1.
Penulis I Wayan Widhiana Susila C ~ I O Akhmad ~N~ Mahfildz
Togor Butar-butar, Sunarto, Apud Safrudin
6.
Kajian pcrtumbuhan Jati (Teetono grondis) Dari Kebun Bibit Pcrnlaacn (KBP) Lamongan. 2002. Pcrtumbuhan Tanaman Mahoni (Svieteni~.~mal~ogoni), Johar (Co.~iro jmonica) dan Kavu Putih (Melolesca cajupuli Powell) Pada Lahan Kritis D.!crah Kering .. di ~ u b &lawa ~ i m u r2001. . Pertumbuhan Tanaman Jambu Mcnte (Anncard;ttn> occidentoie), ,\sgsana (Pterocorpzrs indicrs), Sungkai (Peronema conescens) di Kcbun I'crcobaan Lahan Kritis Pulau Bintan.2001. pertumbuhan Awal Tanaman Grnelina arborea Linn Asal Stek Dvu Biji Rumpin, Bogor. 2002. pertumbuhan Diameter Jenis-Jenis Sl~oreodi Hutan Bekas Tcbangun PT Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah. 1999.
7.
Pertumbuhan Empat Jenis Tanaman di Lahan Kritis Daerah Tangkapan Air Danau Sentani, Jayapura. 1997.
Achnlad Rkal >I. B., Bugris Yafid, Yoseph 0. Lekitoo
8.
Pertumbuhan Damar (Agoll~islobillordieri Warb.) Salu Tallull Sctcl~lil Penanaman di Wanariset 11 Inambcri. 1996.
Tatuk M. Ustarto, R. R. Maai. B. A. Suripatty d m A. Riznl
9.
Modcl Perturnbullan Diameter dan Tinggi Tanan,an E~rcalyplrrrdeght[~laBL. Di Benakat, Sumatera Selatan dan Kcnangan, Kalitnaltan Tiaor. 1996.
2. 3. . ~
4.
"
lo. 11. 12. 13.
PenampiIan Dan Pertumbuhan Errcalypact r,ropl~ylloT. Blake Dalanh Uji Asal Benih di Sialiali Laporan Perlama : 14 Bulan Setelah Penanaman. 1995. Pertumbuhan Tinggi dan Diameter Semai Aleorites moh~cana.Pad~ Tiga Ukuran Koker. 1994. Pertuxnbuhan 8 (delapan) Jenis Tanmlan lndustri di Lokasi 1-IT1 1'r. lnhutani I Gowa- Maros Sulawesi Selatan. 1993. Pertambahan Diamcter Pcrrnudaan Alan1 Bakau (Rl~izl~ol~l~o,o Apicslola) Ellam Bulan Sclclall Penjarangan. 1992.
Ag. Pudjiharta
Danu dan Hero Dien P. Karlika Abdurachman
I-larbagung Jayusman, Rusli MS Hamhap, Ii. A. Fauzi Mas'ud J~~~~~
P, Auri dan Nurkilll Nurochim
Ilnlidah, Zilu Su~nardjito R i s h s En'cndi Chairil Anwar Siregar, Norilodi Djaingsastro dan Dmbo Satjapraqa
1 .
17.
Laju Penumbuhan Cm,ori,m jr,ngl~ttI~nio,,o,Plraroserianll~esfolc.~lnrinda~h Trifloniasp. Pada Sistem Agrokehutanan di Bunru Dcngen, Tana'Toraja, Sulawesi Selatan. 1991. Pertumbuhan Bcrbvgai Jenis Bibit Poi~onSerba Guna Pada Tanah Lahan Kritis KabupaIen Jeneponto. 1991. Pertumbuhau Agotllis lobillardieri Warb Pada Petak Coba Penana:nan PT. Sumalindo Lcstari Jaya(SU) Ill di Takar. 1991.
Ruben Rcndcn, M. Kudeno Sallata, David Seran Halidah, Suhanali PudjaM.U. dan R. Kusrvandi
Jenis Pltbliknsi AlSULl No. 17 Tallun 2002 ,lhnl I 13 Buletin Penelitiiln Pemuliaan Pohon Vol. 6 No. I T&n 2002 hai 61 - 71 Buletin Penelitian Hutan No. 625 Tahun 2001 ha1 1 - 18
Ka-i Kategori Pertumbuhan Pollon
KONIFERA edisi M,usus thn BPKxV1, Pematang 2001 Siantai,
Kategori Pertumbuhan Pollon Sub kategori riap tinggi
Hal 15 - 20 Buletin Teknologi Perbcnihan Vol. 9 No. 2 tahun 2002 ha1 13 - 19 Buletin Penelitian Kchutanan Samarinda Vol. 13 No. 2 Tahun 1999 ha1 I - 10 Manok,vari Buletin Pcnelitian No, Kehutanan td,un 1997 16 Bulctin Penelitian Kehutsnal Manokwari Vol 1 No. 1 tahun 1996hal i 4 - 18 Buletin Penelitian Mutan No. 599 taliun 1996 ha1 15-30 Buletin Penelitian Kehutanan Vol I I No. I tahun 1995 lhal45- 60 PARATROPIKA Vol. 11, No. 2 tdlun i994 lhal 12- 140 Jurnal Pcnelitian Kehutanan Vol VII No. I tnhun 1993 i ~ a27i 30 Dulctin I'cnclitias 1-lulnn No. 548 tnhun 1992 hal9-18 Buletin Penelitian I-lutan No. 539 tahun 1991 ha1 I - I2 Jurnal Peliclitian Kehutanan Vol. V No, 21ahun 1991 49 - 55 Jumal Penelitian Kellutanan Vol. V No. 2 tahun 1991 ihal 56 - 64 PARATROPIKA Vol. 111No. 2 t d u n 1991 ha1 23 -26
Kategori Pertumbuhan Pollon Sub kategori riap diameter dan riap tinggi
Kategori Pertumbuhan Pohon Sub katcgori riap diametwdrdiap tin&$ Kategori Pertumbuhan Pahon Sub kategori riap diameter Kategori Pertumbuban !'ohon Sub katcgori riap dianxter dan riap tinggi Kategori Pertumbul~anI'ohon Sub kalegori riap linggi Kategori Pertombuhan Pollon Sub kategori riap diametcr dan riap tinggi Kategori Pertumbuha~Pohon Sub kategori riap diameter d m riap tinggi Kategori Pcrtumbuha~iPohon Sub kategori riap diameter dan riap tiaggi Kalcgori Pertumbul~asPohon Sub kalcgori riap d i i s n c t c ~ riap ~ , tinggi Kalcgori Pcrtambuhni~I'ohon Sub kslegori rinp diamclcr Kategori Pertumbuhan I'ohon Sub kalegori riap diameter dan rivp tinggi Kalcgori Pertumbuhm PO;I Sub kategori riap diarnetel- d a riap ~ tinggi . -
Kategori Perlumbultan Pohon Sub kategori riap dixnctcr dan riap tinggi Kategori Perlumbuiian Pohon Sub kategori riap tinggi
18.
.ludal dan Tahun Model Pertumbultan Diarneicr dan Tinggi Tcgakan Hutan Tanamrm fircolypftlsurophyllo S.T. Blake. Di Daerah Pujon, Jawa Timur. 1991.
19.
Model Pertumbuhan Diamcar dan Tinggi Tegakan tlutan Tanamdn Ez~calyprzw Deglupfa BL. Di Borisalo, Sulawesi Selatan. 1991.
No.'
20'
22.
Penulis Harbagung
tehun 1991 Ilal 11-27
Sub kategori riap diameter dan riap tinggi
tahun 1991
Sub kategori riap dianieter dan riap tinggi
Harbagung hrll-lh
Pertumbuhan Awal Ezrcolypn,~degl~rplaBL. Di PPHTl PT Sumalindo-Site Sungai Pesab. 1990. Pertumbuhan Eucalyptus deglupta BI. Pada Beberapa Tingkat Kc Lapangan, di Areal ETI Gowa- Maros Sulawesi Selatan. 1990. Pertumbuhan Beberapa Jenis Kayu Pcrdagangan di Komplck Hut Kecamatan Malili Sulawesi Selatan. 1988. Pertumbuhan dat Sifat Kayu l'omuku (Macodu,nio hildebrondii V. St.). 1987.
23.
25.
Penentasc Hidop dan Pcrtumbuh;ln Tinggi Tiga Jcnis Matoa Pada Wanarisct I Anggresi, Mnnokwari. 1986. pertumbuhan Eucalyptus Dcglupta BL di Kcbun Percobvan Pasir liantap dan Sumber Wringin, Jawa. 1985.
26.
pemmbuhan Tiga lcnis Tananlan Sekat Bakar di Sipiso-Piso, Sumatera Utara. 1986.
24'
Riap Tegakan Sungkai (Peronento eonescens) di Benakat. 1999. 27. 28.
pertumbuhan Sepuluh Jenis Diplcrocarp di Amal Hutan Tanaman industri PT lnhutani I Balu Ampar-Mentawir, Balikpapan, Kalilnantan Timur. 1999.
29.
Pertumbuhan Ramin (Go,risly(lcs bonconro Kurz) Pada tlotar~R a w Ganrbul, Daeralt Air Sugihan Sumatera Selatan. 1998.
30.
Perturnbullan Diameter Jcnis Lophopcfolw,l Jovrrtticr,,,, (Zoll) Turcz di Areal Autan RawaPT Inllu!ani I Bcrau Kalimantan Tinlur. 1997.
i Pcrlumbul~anP o h n gori riap diameter dan riap tinggi
Riap Tegakan Mahoni (Swielenia ,,,oo.opllyiIo) di Benakat. 1997. 31. 32.
Pertumbuhan Agoflris lobillordieri Warb Pada Pet& Coba Penana'nan PT. Sumalindo Lestari Jaya (SU) 111 di Takar. 1996. Pewmbuhan Diametcrjenis-jenis Slzoreo di Hutan Alam PT. Inhulani I Bcrau, Kalimantan Timur. 1995
33.
Pudja lv1.U. dan R. Kuswandi Abduracl~man,Amiril snridan, Prapto Subagio
Tahun 1997 hal 1 - 7 PARATROPIKA Vol. Ill No. 2 Tahun 1996 ha1 23 - 26 WANATROP Val. 8 No.2 Tahun 1995 Hal 12- 16
Kategori Pcrtombul~ar~ Pohon Sub kategori riap tinggi Kategori Perlustbullan I'ohon Sub kategori riap diameta-
No.
,'
34.
35. 36. 37.
Pcnulis
Judul dan T a h u n Studi Penurnbuhan Tegakan Hutan Alam Dipterocarpaeeae di Are?! I i1'1I PT. ~ d Mulya i Coporation Propinsi Dati I Kalilnantan Timur. 1993. ,
pcnumbuhan S , ~ ; ~ I ~Mocropl,yll~ ,,B King I'.adi! Arcni II'FI 1°F. Kii~niI.~sliri. Batu Ampar Kalimantan Timur. 1988. Studi Penaahuluan tcnt~angTempat Tumbuh Dan Riap Rala-Rata 'I aiiunon Hutan Tanaman Sl~oreo~lotyclados V.SI. di PurbaTongall Sumatera Ulara. 1986. Laju Pertumbuhan Tegakan Gaham (ilqzrilnria nroloccensis) di Riau Yang Ditanam Dengan Intensitas Budidaya Tinggi Dan Manual. 2000.
Budi Wahono
Ach. Ariflien Bratawinala M. Tigor Butarbutar Suwardi SumadiwangsaDan Harbagung
-
Jenis Publikasi Kumpulan Ili~!gkasan Skripsi Mahasiswa .lurusan Manajemen Hutan Thn 1992 Fakultas Kehutanal IPB. Talion 1993. Ihal 11-3 sld 11-4 I'rosiding I)iskosi I-lasil I'enciitian Silvikultur Jenis Kay11 HTI Thn 1988 ha1 591 -597 Buletin penclitian Rehutanan Val. I No. 2 Tahun 1956 ha19 - 17
Kategyi Katcgori Pertumbuhan Pohon Sub kategori riap tinggi
2000Hasil liutan Vol. 6 No. 1 Tahun Info
Kategori Pertombuhx: Pohon Sub kategori riap diameter clan riap tinggi
ha13 - 15
--
Kalcgori I'crlombahan I'ohon Sub kalcgori riap diameter, riap :inggi dan mortalit Katego~PcrtumbuhaP.~hon Sub kategori riap ting;:i
Lamniran 4. Hasil Invcntarisasi Pcnelitian Pcrtumbuhan Pohon di Perpnstaka;un UGfiI Penulis ..r .
Evaluasi Tegakan Pada Umur 8 Tahun.(Di Areal NTI PT. Hutan Rindang SubanjerGi PT. Musi Hutan Persada Sumatera Selatan. 2003.
Pentrl lrwansyah Krcsna Wulandarl Ycnnl Wulandar~ --
5.
h a ] i s i s pertumbuhan dnn Riap Tanaman I'ada I'etak Ukur Pcnnunen I-lulan Alam Tanah Kering Bekas Tcbangan. 2001.
''
stlldi pertunlbullan d m I'cnjilrangan Pnda'fegahn Jati (Teclono gvrrralir I. I) Mclalui Analisis Batang di Wiluyah I'erum Perhutani KPI-I Punvodadi, Kcbonharjo dan Kcndal. 2000.
7.
Pertumbuhan Volumc Pohon Pvda Hutan Alum Bekas Tcbangan di I? lnilutani 111 Sampit Kalilnantan Tcngal1.1999. Studi Penumbuhan Sengon (Poroserionrl~esfalcarari~~ (L) Nielsell) Pada Tanaman Tumpangsari Padi di Areal Bckas Hutan Payau RPH Trilih, BKPH R ~ ~ KPH~Banyumas T ~Barat ~Pcrum~ Perilutani ~ Unil , I J a w Tcngah. 1998.
Endry Wijayanli
B"'vO
Dwi SiswOko
Muhammad Roqib Rifa'i
Adan%Damlawan Syamsudin
.-
~
~~~~~
.,......
~
Hutan Fakultas Kehutanan ^^^_ UUM. ~ n Ln~ U J . Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan UGM. -Thn 2003. Skripsi Jurusan Manajemen Hula, Fakultas Kehutanan UGM.Thn 2002. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IJGM. Thn 2002. Skripsi Jurusvn Mtxlajclacn Hulan Fnkullas Kcl~olannn UGM. I'hn 2001. Skripsi Jumsil:~Manajclncn Hutal Fakultas Kchutanan IJGM. Thn 2OCO.Kodc buka Pk.OO.160I.Bow.S. Skripsi J u r u s a ~Manajcmcn I-lutan Fakuiras Kehu1av;ui UGM, 1999,Kode bul;uD3.99.114.Muh.P. Skripsi Jurusan Manajen~en Hutan Fakultas Kchutanan UGM,Tl,n 1998,Kode buku Pk.98.1442.Ada.S.
I Sub categoririap volumc Katcgori Pertumbuhan Poholl Sub kategori riap diameter, riap linggi d;m Kategori Pcnumbuhan P o h m Sub kategori riap diameter, riap tinp.gi d a ~ mortali Kategori Pertumbuhan Pohon Sub kategori riap diameter d a l riap tinggi Kategori Perlumbuhan Pohon Sub kntcgori ri.~pdinmc1c:r Klllcgori Pcrtumbohw~Pollon Sub katcgori riap diameter Katcgori Pcrlumbuhan Pohon Sub katcgori riap volumc Kategori Pcrtumbuban Polion Sub kategori raip diameter dan riap tinggi
I
:-No. 9.
lo'
,I
Juduf don Tafrull Pertumbuhan Diameter Pohon Pada Hutan Alam Bekas Tebangan di PT. DwimajayaUtmaKalimanran Tengah. 1996. , .,,
:..,,
. , ,.'
.
Pertumbuhan Acacia hIangrr,>ndan PoraserianN~esjalcuIu~ia Pada Type Vegetasi Awal Belukar dan Aiang-Alang, Studi Kasus Sub Unit H'TI Semaras PT. lnhutani I1 Kalimantan Selatan. 1996. ~ e a d a Pertumbuhan b Tegakan Jenis Et~calypluspellifa.E. fereliconris, Acacio Aulococorpa dan A. Auricsli/or,nis Pada Tahun kc-3. Stiidi Kasus di Sektor Jorong Administratur HT! Pelaihari PT Inhutani 111 Unit Balljar B m Kalimantan Selatan. 1996. Penaksiran Riap Hutan Alam Praduksi Pada Areal Bekas Tebangan. 1996.
14'
16.
17.
18.
19.
Penulis
Santoso
Kundi Raharjo
Ahmad Zaenal Abidin
Dadan Rudiann
12.
13'
I
pcil&siran Riap Pertumbulvan Hutan Tanaman Sl~oreopoiyrr,~dra jan Sl8orea owljspada Areal Bekas Pcrladangan Berpindah (Studi Kasus di Unit Usaha TPTI PT. INHUTAN1 I1 Pulau Laut Utara Kalimantan Selatan). 1996.
Sopandi
Studi Penumbuhan Jati (Tccrona .qrondis L.0 Mclalui Pendekatan Analisis Batangdi Wilayall KPH Randiiblatullg Perum Perhutani Unit I Jawa'Tengzh 1995.
Muddatstsir
Studi Pertumbuhan Pinus (Pendckatan Model Time Series dan Cross Section). 1993. Studi Pertumbuhan Tiga Jcnis Tanaman Ccpal Tumbuh Snnlpai Uanur 47 Bulan PadaTeg&m Murni dan Canipur di R i m Kiwa, Kalin~antanSelatan. 1992.
Tatik Suhartati Agus Pratomo
Studi Awal Tentang Sifat Penghmbat Pertumbuhan Pada Acacin :tilolica (L) Willd ex Dcl. 1992.
Rahmnd Sanloso
Studi Pcrtumbuhan Poroserio,~lhes/olcofaria(L) Nielsen U a u r 8, 12, 16 dall 20 Bulan Dari Beberapa Sumber Benih. 1991.
Ari Subinntoro
Studi Pertumbuhal S e m i Sono Kembang (Plcrocn,prrr indictis \Lri1ld) di Hula11 Pardiyan. 1991.
Wiyono
~cniEPubliknsi Skripsi Jumsan M a k j e a e n Hutan FaLvltas Kchutanan UGM. Thn 1996,Kode buku PK.96.1293.Agu.P. Skripsi Jumsan Manajemen Hutan Fakultas Kdlutanan UGM.Thn 1996. Kode buLvD3.96.022.Kum.P. Skripsi Jurusan Maiajemen Hutan UGM, Fakultas Thn 1996,Kode Kehutanan bokuD3.96.034.Ahm.K. Skripsi Jurusan Manajenlen Nutan Fakullas Kehuta~~an UGM. Tlin 1996. Skripsi Jumsan Manajcmen Hutan Faliultas Kehutanan UGM. Thn. 1996.Kode bukuD3.96.023.Sop.P. Skripsi Jumsan hfanajcmen Hutan Fakultas Kchutanan UGM. Thn. 1995.Kodc buku I'K.95.I I3O.Mud.S. Tesis Pasca Sarjana UGM.Tlin 1993.Kodc bukuTl+.S.2.Tat.S. Skripsi Jurusnn Manajcmen Hutan Fakultas Kehutsnan UGM.Thn 1992. Kode buhi PK.92.786.Agu.S, Skripsi Jumsan Manajcnlcl~ Hutsn Fakultas Kehulimail UGM. Thn 1992.Kodc buku PK.92.798.11ah.S. Skripsi Jurusan Manajcincn Ilulan Fakultas Keliulasnn UGM.Ths 1991. Kodc buhl IPK.91.656.Ari.S. Laporan Penelitinn Faku!tas Kchotanan ,no, UGM. Dcp.Dik.Bud.
Katekori Kategori Pertembu1,an Pohon Sub kategori riap diameter
--
Kategori Perlumbiihan Pohon Sub kategori riap volume Kategori Pertumbuhan Pohon Sub kategori riap diameter, rinp tinggi dan riap volume Katcgori Pertumbuhan Pollon Sub kategori riap dianictcr d m riap volume Kategari Pcrlumbehan ~ o l i o n Sub kategori riap diameter d a l riap volume
--
Kategori Pcrtumbuhal Pohon Sub katcgori rinp diameter, ri,lll tinggi dan riap volume Kategori Pcrtumbuhan Pohon Sub kategori riap diameter dan riap titlggi 1:ategori Pertlimbuhan Pohon Sub kategori riap diameter Katcgori Pertii~nbuhanPolion Sub kategori riap diameter clan rial, tinggi Katcgori I'erllnebuhan Pollon Sub katcgori riap diameter, riap tinggi d m inorlalily Katcgori Pertumbuhan l'oho; Sub kalegori riap tinggi
177,.
degluplo Blums, Aibbio folco~orirr(L) Fasberg dan Pbrzts Oocarpa Sciedc : Studi Pada Hutan Tanaman lndustii PT. ITC1 Balikpapan Kalimantan
Sugijsnto
Iljuwndi, Agos Sctyano
Skripsi Junrsa~Malajenren Hutw Fakultas Kcliutanan UGM.Tlin 1990. Kode buko PK.90.612.Sug.P. Laporan Penelitian Fakultas Kehutanan UGM. Dcp.Dik.Bud.
Kvtegori Perlumbahan Pobon Sub kategori riap dian>cter,ri;p, tinggi dan riap volume Katcgori Perturnbuhun Pollon Sub kategori riap diametcr d a riap ~ linggi
No.,. . 22.
23.
24.
25'
26,
,, Judul dan't'nl~u~l ~ ~pcrtumbuhan j i Bcrbagai ~ Jenis ~ Tanaman Uji Et~colypf~isspp. 3 i Riaill Kiwa Kalimantan Sclatan. 1989.
studi variasi pcriumbullan Tinggi dan Diarnclcr Padv Uji I'rovcnuns Icctulla grandis L.f. di Wanap,ama I Gunung Kidul Yogyakarta.1988. pertumbuhm Bcrbagai Jenir Taiamas Uji Species Proyek ATA-267 di Riam Kiwa, Kalimantan Sclatan. 1988. ~ ~ k ~ o r - ~yang ~ k tMempcngaruhi or Riap Volume Kayu Batang dart Kayu Pcrkakas Ram-Rats, (Studi PadaTcgakan Tanaman Jati di KPH Il;.ndublalung). 1987. ~ ~~i~~ Volume ~ Tcgakan ~Acocio asrictrli/or,nis ~ Dari t indikator ~ ~ i Tahunnya ~ di ~ r o y~ e kPengembangan k Tanah ~ Kritis ~ Imogiri~ LPM UGM. 1981.
Pcnulis Mandoko Mulia
Suhendra Suwlgnya Utama
I'antun Lumban Gaol k DJuwadi3Zainudin ~ Durbani'anmi' Mull.
Jcnir P~lbliknsi Skripsi Jurusan Manajcmen Hutan Fakoltas Kchutanan IJGM.Thn 1989. Kode buku PK.89.492 I I:!n.K_ Skripsi J u r u r a ~Maiajcmco ~ H u t a ~Fakultas Kehutanan UGM. Tlin 1988. Kode buku PK.88.419.Suh.S. Skripsi Junnsas Manajcmcn I4ulan Fakellns Kchutelan UGM. Thn 1988.Kode buko PK.88.399.Surv.S. Skripsi Jumsan Manajemcn flutan Fakollas Kehulanan UGM,Tl,,, 1987, buku PK.7.314.P.m.F. Laporan Pcnclitian Fakultas Keliuta~anI!GM. Dep.Dik.Bud. 1981.
10ltcgoriKategari Perlumbuhan Pohon Sub kategori riap diameter dan riap tinggi Kategori I'ertumbuhan Pohon Sub katcgori riap diamctcr, riap tinggi dan mortality Katcgori Pertambuhk Pohon Sub kalegori riap diametcr d m riap linggi Kalegori Pertumbuhan Pollol~ Sub kategori rinp volumc
----
Kategori Pertumbuhan Po!lon Sub kategori riap volume
___
Markurn Effendi
SiantarNo.IltlinX1V/April/l998
Sub kntcgori riap dian~cterdim riap
VO. 5
I
-
Pcnulis
Jndul dan Tnliun Evnluasl Pcrlumbuhan Eucolyplus eropyllo Scbaga~Icnls Hutan Tanamas lndustr! dl Areal AckNaull, Sumatera Utnra 1994
6.
Pcrlumbuhan Tanaman L:zrcolypltw rrropyllo di Hutan Tanvnlan Industri Blang Bintang, Aceh Besar, Daerah lstimewa Aceh. 1994.
7.
Stud; Penddluluan Pertumbuhan Tanaman Phrrr nlerhsii Pada Hutan lndustri Aceh Tengah, Daerah Istimcwa Acch. 1994.
Nofdlnal Yefn, Zulklflt lbnu, Saslra Scn~btrlng
'I Purwanto, Rusli M. S. Narahap, dan H. A. Fauzi Mas'ud Ycfri, Ilodo Ahn,:vd Suhada
8.
Penumbuhan Anakan 10 Jcnis Tanaman Cepat Tumhuh di Binanga , Tapnnali Sclatan. 1993.
Jiiyusmao
19.
Pendugaan Riap Tahunan Rata-Rata dan Potensi Volume Sungkai di Propinsi Riau. 1993.
Danvo, 11. A. F. Mus'ud
10.
Riap Rata-Rata Dan Riap Berjalan Diameter Selama 5 (limn) Tahun Tcrakhir Hutan Tanaman ShorenplorycIadosV. S1 di Purba Tongah, Sumatra Utara. 1991.
Tigor Bular-Butar, Sastra Sembiring Chairil Anwar Sircgar, Nu~liadiDjaingsastro dun Taulana Sukandi Djoko Marsono, Setyono Sastrosumarto, ,,..dan Soewarno nu
21.
Pertumbuhan Pinas merLusii di Petak Bekas Tumpangsari dan di Luar Pet& Tumpangsari di Cikole, Lembang, Jawa Baral. 1991.
22.
Riap dan Sebaran Diameter Pohon Pada Tegakan Tioggal TPI Setelall Pemeliharaan di PT STUD Jambi. 1990.
23.
Riap Rata-Rata dan Riap Berjalsl Diameter Hutan Tanasla. Sl~o,eaplafyclados V. SL di Purba Tongah Sumalcra Ulara. 1988.
Tigc,rButvrbular da,l Nana Suprinna
24.
Perlumbuhan Awal Acacio nrongijrnr Willd. Di Pctak Pcrcobaan Taljung Binlang, Lampung. l 9 8 b
Chairil Anwar Sircgar dan
25.
pemmbuhan Tiga Jcnis Pohon di Pcnlatang Sianlar Dan Pndalg Lawas, SumateraUtara. 1988.
'figor Butarbutar dan Boykc Napilupulu
26,
perkembangan Pertumbuhan Tanaman Slroreo lepras~rloMiq. Di t?ebu~~ Pereobaan Haurbentes, Cerita, dun Pasir Hanlap. 1985.
27,
pengaruh Unsur.Unsur Iklim Terhadap Riap Diamclcr I'ohon Pinus lllcrkllsii J u n h . Et De Vriese di Kcbun Percobaa~lDarmaoa, Bozor.1983.
Nurltadi Djadingsaslro
Masnno I-lcndiSuh.aendi
--
Jrais I'ublihnsi Btrlelm P r ! , c l l t . ~Kclnitmul ~~ 13PK Pematang Sianlar Val. 10 No. 3 lahun 1994 Hal 175 - 181 Ruletin Pcneliliun Keholunan BPK Penlatang Siantar Vol. 10 No. 3 tali11111994 Hal 257 -270 Buletin Penelilian Kehutanan BPK Penlatang Sianlar Vol. 10 no. 3 'fohen 1994. ha1 271 - 284 Bulctin Penclitian Kehutansl Val. 9 NO. 2 talron 1993 Hal 89 - 98 Bulelin Penelitian Kchutanan BPK Pematane Sinntar VOI. 9 no. 4 ~a11uo1993. ha1 209 - 222 Buletin Penclitian Kchutanan BPK Pematang Siantar tahun 1991 Hal4-7 -Buletin Penelitian llutan No. 542 tahun 1991 Hal 9 - 17 Buletin Penelitian Kehuranan Vol. 6 No. I tahun 1990 Hal37-48 Buletin Penelitian Kehutaoan Vol. 4 No. 1 Talam 1988 lhal3 - 6 Buletin Penclitian I-lulan No. 504 lahull 1988 I-la1 l - 10 Bulclin Peselilian Kchutanan Vol. 4 No. 2 Tahun 1988 ha1 43 - 53 Bulclin Penclitian Hetan No. 467 tahon 1985 ha1 12-35 Laporan Puslitbangl FRDC Report NO. 412Tahun 1983 ha1 1-11
-
Sub katcgori riap diameter d;al riap tinggi Kategori Pertumbulian l'llllotl Sub htceori - riap diameter [Ian riap tinggi Kategori Perlunibohan I'ohv11 Sub kategori riap di.amder dan riap tinggi
--
Kategori Pertomhulien 1'ohu:l Sub katcgori riap tinggi
tinggi Kiltcgor. I'rrt.unbulran I'OIIJII Sub k3tcgori rl:lp dtnnielul Kategori Pertumbulian i%on Sub kategori riap dialneter dart riap tinggi Katcgori Pc~tutabuhan?ohon Sub kategori riap diameter
-
Kategori Pertu~nbulianiohon Sub katcgori riap diamcter Kategori Pertumbulian ~ Z o n Sub kalcaori - rinp dian~clerdan rial,
a,
--
Kalcgori Pcrtunibuhan Pohon Sub kalegori riap tinggi
Katcgori Pertumbshan Pohun Sub kalcgori riap dianlaer d a riap ~ tingsi Kategori P e r l u ~ ~ ~ b a l ~ m ~ ~ o l t o s -Sub kategori
~~~~i~~~ 6. wasil ~
~
~
I'enclitias ~ ~ t I'esgnturan ~ ~ illasil ~ llutsn ~ di s I'<.rpusmknan i IPB . .
~,,
.
.. ..
NO', ...,' I.
2.
.
,
.
,
,.
Judul dan Taltun
penenturn ~ e t o d Pengaturan e Hasil Dalam Rangka Mewujudkan ~ u Normal t pada ~ Kelas Perusahaan Jati (Tccfonogrondis L.f). as^^ di KPH Kendal PT. Perhutani Unit I Jawa Tengah. 2003. penyusunan Model Simulasi Pengaturan Hasil Hulan Kelas perusshaan Pinus. Studi Kasus di KPH G a t . 2003.
5.
~ e n c p~e nag a ~ r a nHasil Kelas Perusahaan Jati (Tecfono L. 0 di Bagian Nutan lndramayu PT. Perhutani Unit 111 Jaws Barat. 2003. pengnluran 1-1asi1 ~ l u t a lJcnis S\viefcnia ntrrcropl~ylluKing di ~ ~ ~ ~ pemangkuan t u a n klutan Cianjur Pcrunl Pcrllutani Unil 111 Jarva Barat dan Banles. 2003. ~ ~ simulasi d ~Pengaturan l Hasil Hutan Seutnur. Studi Kasus Pa& Kclas perusnhaan Jati di KPH Blora. 2002.
6.
sirnulmi pengaturan H a i l Hutan Kayu Sccara Adaplif. Shidi K a u s di HPH PT. Tinlberdana. Kalinlantan Timur.2002.
3, 4,
~ 7, 8,
9. 10.
1'.
12, 13,
14.
K
--
Peuulis
Teddy Friadi Rosa
Akhmad Ricky Maulana Andi Meissndi Agus Sumadi Ranli 'Taptajani Joko l'rioi~o
~simulzi d Pengaturan ~ l Hasil Kelas Pcrusahaan Pinus. Studi Selatan PT. Perhutani Unit 1 JatvaTengah
~ di KPH ~ SKedu
2002. simulasi perlakuan Silvikultur dan Manajemen Pengaturan Hilsil di ~ u t a n lam Bckas Tebangan. Studi Kasus di HPH PT. Sari mi ~ u s ~ Alas m a Kusulna Group Kalimantan Tengah. 2001. simulasi pengaturan Hasil Hutan Kayu Secara Adaptifpada Mu!an .4lam ~ e k a Tebangan. s Studi Kasus di HPH PT. Belayan River Timber, Kalimantan Timur. 2001. pingaturan ~ a s i Hutan l Tidak Scumur dengal Pendckatan ~ i ~ a m i Struktur ka Tegakal. Studi Kasus Hulan Alan? Bckas Teban an.2001. ~ ~ k nKriteria ik Ganda Dnlam Pemilihan Mclode pengaturan ~ a s i padaTingkat l Kesatuan Pengelolaan Hutan. Studi K~~~ pad TigaKcsatuan Pemangkual ~ u t a nPcruxn Perhutani. 2001. urutan priorit= Pililian Metode Pcngattlran H a i l pada Hutan scumur. studi Kasus Pada Kelas Perusahaan P~IIILS Me~kt~sii Jungh. Et de Vriese di KPH Bogor. 2000. studi pembentukan Hutan Normal dan Pengateran llasil ?aria T ~ ~ ~a ] (Stuiefenio &~ ~ ~ ~ Macroplyllo i~ King). Stt~diKasus di K ~ ~H a s i k ~ ~Perum l ~ y Perhutani a Unil Ill Jaws Borat. 1999. pcngatuian Hasil Pada'Tcgakas Pi,rrrs,nerk~rsiiJungh el dC Vricse di KPH Bandung Utara. 1992.
Jcnis Publikasi Skripsi Jurusan Manajcmen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Kode Buku Fakultas E.MNH.2003.05I.
-
Icategori
Kategori pengatur;al hasil Sub kategori berdasarkan volunle dcngan luas dan volume dengan riap
Skripsi Jurusan Manajernen Nutan Fnkultas Kehutanan IPB. Kode Buku Fakultas E.MNH.2003.021. Skripsi Jurusan Manajemen Hutal Fakultas Kehutanan IPB. Kode Buku Fakultas L.D3.MHP.2003.014 Skripsi Jurusan Manajcmc~~ I-lulan Fakultos Kehula~anIl'B. Kodc Buku Fakultas L.D3,MH-28 Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Rode Bukx Fakultas E.MNH.2002. 1C1. Skripsi Jurusan Manajemen Hulan Fakultas Kehutanan IPB. Kode Buku Fakoltas E.MNH.2002.046. Skripsi Jurusan Manajeniell Hulan Fakullas Kchutanan IPB. Kode
Kategori pengaNran lhasil Sub kategori berdasarkan volume dcngan riap
Tcsis Prograt~lPasca Sarjala IPB. Kodc Buku Fakultas Kchutanan TS.IPK..2001.011
Katcgori pcngaturas hosil Sub kalcgori berdasarkan volunlc dengan lust dan volusle dengan riap
Skripsi Jun~sanManajemcn Hutnn Fakultas Kehutanan IPB. Kode Buku LSI E.MNH.2000.0048. Skripsi Junlsan Manaje~nenHulan Fakaltns Kchutanen IPB. Kodc Buku Fakultas E.hlNH.1999.080. Skripsi Jumsan Manajcrncn Hutan Fakultns Kehutanan IPB. Kode Buku E.MNH.1992.050.
Katcgori pengaluran llasil Sub katcgori berdasarkan volulne dengan luas dm1 volume dengan rinp Kategori pengaNran h a i l Sub katcgori berdasarkan r:olume dan Inas
Kategori pengaturan hasil Sub kategori berdasarkan volume dengan luas .
Kntcgori pco@luran lhasii Sub kategori berdasarkan \.olunlc dengan luas Kategori pengaluran lhasil Sub kategori berdasarkan \'olume dengall luas dan volume oengan ria^Kategori pengatural hasil Sub kategori berdasarknn jtunlall pohoe Kategori pengaturan hasil Sub kategori berdasarkan rolulnc dcngan luas
Eko Ruddy Cahyadi
Aryanto I-laruni Krisnnwlti
penggtnaan
Joka Baroto
Dyall Retnaning Astri Fityall Aosillah
Yuyun Yu$lingsih
Kategoli pcngaluran hoail Sub katcgori berdasarkai, volume dan luas
Jcnis Pub@si Skripsi Jumsan hlanaieslen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Kodc Buku Fakultas E.MNH.1991.OSI.
I
Kolcksi Pribadi
Kategori pcngaturan hasil Sub kategori berdasarkan volunlc dengan luas d m volulne dcngan riap
Andikv Yanaar I'ntiwiri
Skripsi Jumsan Manajc~nenHutail Fakaltns Kchutanan IPl3. Kode Buku LSI E.MNI-1.2004 029.
Kategori pcngaturan hasil Sub katcgori bcrdasarkan volume dengas Illas dan volumc dcngru~riap
Nurul Azizall
Skripsi Jurusan Manajemcn llutan Fakultas Kehutanan IPB. Kode Bulh LSI E.MNH.2004.020.
Kategori pengaturan hasil Sub katcgori berdasarkan voleme dengan luas dan volunle dengait riap Kategori pcllgatllrall hasil Sub katcgori bcrdasarkan luas dun volume
Donal I-lulasoil
Skripsi Jumsan Munajcmcn Hutan Fakoltas Kehutanan II'B. Kode Buku Fakullas E.MNH.1992. 028. Skripsi Jurusan Manajcmen Mutan Fakultas Kel~tltanmIPB. Rode Buku Fakultas L.D3.MHP.2002.033.
Kategori pengaturan llasil Sub katcgori bcrdasarkan luas dun volume
Pcnulls
Judul dan Tahun No;' - i , , sjstem pengaturn Hasil Pada Rutan Rul;yat Sengon (poraserion~/tesfolcororin (L) Nielson ) Dcngan Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor. 1991 1j.
Resti Lestarini
-----
16'
penenturn Metode Pengaturan Hasil Mcnuju Formasi Hutan ~ ~ padamKclas ~Perusahaan l Jati (Tecrona grmpdis L. t) di K ~ cepu, H KpH Mantingan dan KPH Pali Perum Pcrhutani Unil 1 JarvnTengah. 1998.
I?.
studi pengaturan Hasil Pada Kelas Perusallaan Jati (Teclo,m gr,,nd;S L. 0 , ~ KPH i cianjur Pcrum Perhutnni llnit Ill Jawa Barnt dm Bantcn. 2004.
18.
studi ~ ~pengatwan t Hasil o Menuju ~ Formasi ~ Hutan Nomial p a d a ~ = l a sperusaham lati (Tedotzogrand;~L. 0 di KPH Cianiis perurn perhutani Unit Ill Jawa Barat dan Banten. 2004.
19.
~ ~ Membentuk ~ Hutan k Nom~al ~ Pada h Kelas Perusahaan Jati ( ~ ~ ~L.0 dil KPH~ Balapulong, ~ ~ Pcrum ~ Pcrhulani ~ ~ UniIdI JawaTcngah. 1992.
20.
penenman p tat Kelas Perusahaan Jati (Tecronu grotrdis L. F.) ~~ u mt di, Bagian ~ Hutan d Pagotan ~ KPN Madiun PT. Perhutmi Unit I1 Jawa Timur. 2002.
21.
~ i ~~ j &i Cara ~ ~Pcnentuan ~ ~ Eta1~Kclos ~Pcrusallaan a I-lutall ~ ~ l a mpinus m (Pintw ,,zerktoii Jungh. El Dc Vriesc) di KPI-I Kedu Utara. 1990.
D~~~~~~
Hcny Indriastuti
-
i
~
Sri Rahayu
Kolcksi Pribadi Gusdaji
-
Katcgori pengaturan llasil Sub katcgori bcrdzlsarkan volunlc dcngan liias dan volonlc dcngan riap
-
No. 1.
2'
Judul dan'l'ahun Pcngatumn I-lasil Gandv S u a u ~ I'cndekl;m I1cn;!;l~an 1lul;al Tananla" Pinus : Studi Kusus di KIJII Larr,o Ds I'cnrm I'erh~~l>ei Unit I1 Jogiakma. 1995. Pengaturan H a i l Kayu Bakar Pada Tegai dan Pekarangan di Desa Banaran, Kccamatan Playen, Kabupaten Gunung Kid31, Daerah lstimewa Yogyakma. 1994.
--
l ' c z > L
Iljoka Wnliyono
Risa Juniailo
Metode Pcngaturan Hasii di Hulan Rakyat. 1991. Djuwadi
3-. '
4.
Evaluasi H a i l Penenturn Etat Menurut Beberapa Metode Pengaturan Hasii : Studi Kasus di KPH Jombang Perum Pcrhutani Unit I1 Jawa Timur. 1987.
Giri Irwanto
dcnis Publikasi 'I'csis I'rogrilm I'nscn Sirjaws UGM. Tahun 1995. Kodc Buku TH. S.2. Di0.P. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan UGM. Thn 1994.Kode buki PK.94.lO42.Ris.P. Laporan Pcnelitian Fakultns Kehutanan UGM. Dep.Dik.Bud. 1991. Skripsi Junlsan Manajcmen Hutan Fakuitas Kehutanan UGM. Thn 1987.Kodc buku PK.87.287.Gir.E.
I
r - I Kategori pengaturan hasil Sob kategori berdasarkan volumc d m riap
Lsmpirsn 8. I I a ~ iInvcntarisasi l Penelitinn Pengaturan Hasil Hutan di gcrpustakann hlanggala \\';tnnbalili
Altenlatif Metode Pcngaturnn I-lnsil Pndn Arcal Bekas Tcbaugan Hutan Tidak Seernur. 1993. 2.
1
lindang Suhendilng
11: Mulyono
KUMI'ULAN MAKALAH SERI DlSKUSl ILMIAH KEI-IUTANAN, Panitin I-IAPKA 1x11993 F.nkultas Kehstnnn~lll'B Bogor 1993 lhai 14 -
---I
Katcgori pcngaturan h;~sil Sub kategori berdasilrkan ju~nialIpollon
I'ersaki Cab:alg Yogya1;wta 1985 Kategori pcngalerm ihasil
1-1. Sicnon
1993 ha1 31 - 36