INVENTARIS ARSIP STATIS KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Tahun 1922
BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT 2012
KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE
1
DAFTAR ISI Halaman
1.
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………..............................
I
Kata Pengantar ………………………………………………………………………….......... ....................
Il
Lembar Pengesahan ………………………………………………………………..................................
Ill
Tim Penyusun …………………………………………………………………………………….....................
lV
Pendahuan ………………………………………………………………………………………….....................
1
a.
1
Sejarah Pembangunan Gedung Sate……………………………………….………..................
b.
2.
Sejarah Kantor Wilayah Departemen Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat................ c. Riwayat Arsip Kearsitekturan Gedung Sate ……………………….............…..................
3
d.
Pengolahan Arsip ……………………………………………………………………………..................
7
e.
Skema Pengaturan Arsip ……………………………....………………………………..................
8
Senarai Arsip Statis Kantor Wilayah Departemen Pekerjaan Umum Provinsi Jawa
6
9
Barat...... 3.
Lampiran 1.
Index ………………………………………………………………………………….............................
16
2.
Terjemahan .......………………………………………………………………...............................
17
KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE
2
KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, atas segala limpahan rahmat serta kasih sayang dari Allah SWT dengan telah diselasaikannya sarana temu balik arsip Kearsiterkturan Gedung Sate Kantor Wilayah Departemen Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat dalam bentuk Inventraris arsip Statis sebagai bahan untuk Penemuan kembali arsip-arsip Departemen Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat yang disimpan pada Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Barat. Inventaris Arsip Kearsiterkturan Gedung Sate Kantor Wilayah Departemen Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengguna arsip maupun peneliti sebagai bahan referensi kilas balik sejarah adanya Gedung bersejarah dan pembangunan Gedung sate pada masa pemerintahan Belanda yang berada di Provinsi Jawa Barat bagi para pengguna maupun penyelenggara kearsipan. Namun penyusunan Inventaris Arsip Kearsiterkturan Gedung Sate Kantor Wilayah Departemen Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat ini tidak luput dari kerkurangan dan jauh dari sempurna, sehingga tim penyusun mengharapkan masukan positif untuk menyempurnakan isi ataupun daftar arsip yang dibuat ini. Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang turut serta didalam penyusunan Inventaris Kearsiterkturan Gedung Sate Kantor Wilayah Departemen Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Bandung,
Oktober 2012
Tim Penyusun,
Bidang Akuisisi dan Pelestarian Arsip Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat
KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE
3
LEMBAR PENGESAHAN
Lembar pengesahan ini telah disetujui dan disahkan oleh :
Koordinator Arsiparis,
Ketua Tim Penyusun,
Drs. Uu Ubad Sutisna
R. Permana, SE
Arsiparis Madya
Arsiparis Pertama
Mengetahui, Kepala Bidang Akuisisi dan Pelestarian Arsip Badan Perpustakaan Dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat
UMIATI UNISWATI, SH., M Si Pembina Tk. I NIP. 19950305 198603 2 004
KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE
4
Tim Penyusun
Inventaris Arsip Kearsiterkturan Gedung Sate Kantor Wilayah Departemen Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat Periode 1922
1.
Ketua
R. Permana, SE
2.
Anggota
1. 2. 3.
KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE
Samsudin Djuanda Sukmara
5
A. PENDAHULUAN 1. Sejarah Gedung Sate Bagi masyarakat Jawa Barat keberadaan Gedung Sate yang saat ini menjadi Kantor Pusat Pemerintahan Jawa Barat memberikan kebanggaan tersendiri. Bangunan ini selain bernilai sejarah tinggi juga kehadirannya tidak saja dikenal oleh masyarakat pribumi tetapi dikenal juga secara nasional. Gedung sate dibangun sejak tanggal 27 Juli 1920 ini merupakan asset sejarah, bahkan dunia internasional pun mengenalnya mengingat gedung ini dibangun sejak jaman colonial Belanda, tidak heran kalau gedung yang terletak di kota Bandung ini menjadi ciri dan symbol Jawa Barat. Tusuk Sate yang tertancap dipuncak bangunan ini semakin menguatkan cirri Khas gedung yang kini menjadi pusat Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Bentuk bangunan persegi panjang, membentang dari selatan ke utara, gedung sate bersumbu lurus ke tengah-tengah Gunung Tangkuban Perahu. Semula Gedung ini disebut Gedung Hebe yang merupakan singkatan dari GB atau Gouvernements Bedrijven oleh penduduk pada masa itu namun kini lebih dikenal dengan nama Gedung Sate karena hal ini berkaitan pada puncak gesung terdapat 6(enam) tusuk sate dengan ornament berbentuk jambu air, ke enam tususk sate tersebut konon melambangkan modal awal pembangunan pusat pemerintahan sebesar 6 Juta Gulden dan dengan enam Gulden tersebut dapat diselesaikan bangunan utama Gedung Sate, Kantor Pusat Pos dan Telegraf dan Telepon (PTT), Laboratorium dan museum Geologi serta Dinas Tenaga Air dan Listrik. Namun karena krisis yang terjadi didunia termasuk di Pemerintahan Belanda di Indonesia maka pembangunan Gedung Sate mengalami keterlambatan bahkan tidak dapat terselesaikannya bangunan tersebut. Meski demikian berdirinya Bangunan yang megah dan monumental tersebut kini setelah 91 tahun masih kokoh berdiri dan menjadi saksi perjalanan pemerintah Jawa Barat menuju terciptanya mayarakat Gemah Ripah Repeh Kerta Raharja. Pendirian Gedung Sate pada tahun 1920 awalnya memang dibangun sebagai pusat pemerintahan pada saat Pemerintahan Belanda menetapkan Kota bandung sebagai Ibu Kota Bandung negeri jajahannya di Indonesia. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan iklim yang cocok karena kota Bandung memiliki udara yang sejuk dan senyaman Prancis selatan di musim panas. Dengan penetapan pusat pemerintahan itu maka dibangunlah Gedung Sate atau Gouvenements Bedrijven dengan perencanaan yang dibuat secara matang oleh tim yang diketuai oleh Purnawirawan V.L. Slors yang beranggotakan antara lain Ir. J. Berger, Delft Nederland, Ir. Eh. De Rood an In G. Hendriks serta pihak Gemeete Van Bandoeng. Tim ini bertugas merencanakan dan membangun berbagai gedung perkantoran yang merupakan pindahan dari keseluruhan departemen dan instansi lainnya yang berjumlah 14 dari Batavia ke Bandung termasuk pembangunan komplek perumahan untuk menampung sekitar 1500 pegawai pemerintah setelah itu berhasil disusun perencanaan pembangunan GB dilakukan peletakan batu pertama pada tanggal 27 Juli
KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE
6
1920 oleh Johana Catherina Coops putrid sulung dari Walikota Bandung B. Coops dan Petronella Roelofsen mewakili Gubernur Jendral Batavia. Pembangunan Gedung Sate melibatkan sekitar 2000 pekerja, 150 orang diantaranya pemahat atau ahli bongpay pengukir batu nisan dan pengukir kayu berkebebasan cina yang berasal dari konghu atau kanton selebihnya adalah tukang batu, kuli aduk dan peladen yang merupakan pekerja bangunan yang berpengalaman menggarap Gedong sirap ( Gedung ITB ) gedong Papak (Balai Kota) mereka adalah penduduk dari kampong Sekeloa, Coblong, Dago, Gandok dan Cibarengkok. Arsitektur gedung sate merupakan pemilihan Pemerintah Belanda terhadap usul rancangan desain para arsitek yang diajukan untuk pembangunan pusat pemerintahan Belanda di Indonesia. Yang terpilih saat itu karya arsitek Ir. J. Berger dan kelompoknya yang mengambil tema bernuansa arsitektur bergaya Tradisional Nusantara. Pilihan tersebut tidak terlepas dari adanya masukan pendapat maestro arsitek Belanda yang bernama Dr. Hendrik Petrus Berlage. Gaya arsitektur tersebut merupakan kolaborasi dari gaya arsitektur wajah timur dan Barat yang ditopang gaya teknik konstruksimaju dari negeri Barat yang tidak mustahil didalamnya iktu pula gaya Borobudur ikut mewarnai Bangunan Monumental tersebut. Pembangunan Gedung Sate merupakan proyek kerja konstruksi yang besar menurut ukuran jamannya. Walaupun proses pembangunan masih menggunakan cara konvensional dengan materi bangunan local dan mengerahkan buruh bangunan yang cukup banyak namun kualitas dan hasil ciptanya cukup mengagumkan. Setelah empat tahun dibangun dengan melibatkan 2000 pekerja berhasil dibangun Kantor PTT dan bangunan induk Gedung Sate. Sedangkan pembangunan pusat pemerintahan Belanda di Indonesia tidak tuntas mengingat krisis ekonomi yang melanda dunia saat itu. Gedung Sate yang saat ini berlokasi di jalan Dipenogoro Nomor 30 Bandung ini berdiri diatas lahan seluas 27.990.859 m2 dengan luas bangunan 10.877.734 m2 terdiri atas bangunan basement 3.039.264 m2, lantai I 4.062.533 m2, teras lantai I 212.976 m2, lantai II 3.023.796 m2, teras lantai II 212.976 m2, menara 121 m2 dengan teras menara seluas 205.169 m2. Setelah rampungnya pembangunan Gedung Sate pada September 1924, gedung Sate yang semula memang diperuntukan untuk Departemen Lalu Lintas dan Pekerjaan Umum, digunakan oleh Jawatan Pekerjaan Umum . Dalam perjalanannya, pada jaman perang kemerdekaan tepatnya 3 Desember 1945 terjadi peristiwa yang memakan korban tujuh orang pemuda yang gugur saat mempertahankan Gedung Sate dari serangan pasukan Gurkha. Sehingga untuk mengenang ke tujuh pemuda tersebut dibuatlah Tugu dari batu yang diletakan di belakang halaman Gedung Sate dan pada tahun 3 Desember 1970 ke halaman depan atas perintah Menteri Pekerjaan Umum pada saat itu. Sekian lama menjadi pusat kegiatan Jawatan Pekerjaan Umum, maka sejak tahun 1980 Gedung Sate ini menjadi pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Barat setelah pindah secara bertahap dari kantor sebelumnya dari gedung Kertamukti yang berada di jalan Braga Bandung.
KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE
7
Dan saat ini Gedung sate dikenal dengan sebutan Kantor Gubernur Jawa Barat, hal ini berkenaan dengan dijadikannya pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Sumber : Haryoto Kunto, Ir., (Balai Agung di Kota bandugn, 1995)
2. Sejarah Pembentukan Departemen Pekerjaan Umum Istilah "Pekerjaan Umum" adalah terjemahan dari istilah bahasa Belanda " Openbare Werken" yang pada zaman Hindia Belanda disebut "Waterstaat swerken". Di lingkungan Pusat Pemerintahan dibina oleh Dep.Van Verkeer & Waterstaat (Dep.V&W), yang sebelumnya terdiri dari 2 Dept.Van Guovernements Bedri jven dan Dept.Van Burgewrlijke Openbare Werken. Dep. V dan W dikepalai oleh seorang Direktur,yang membawahi beberapa Afdelingen dan Diensten sesuai dengan tugas/wewenang Depertemen ini. Yang meliputi bidang PU (openbare werken) termasuk afdeling Waterstaat,dengan onder afdelingen. : 1. Lands gebouwen, 2. Wegen, 3. Irrigatie & Assainering, 4. Water Kracht, 5. Constructie burreau (untuk jembatan). Disamping yang tersebut di atas, yang meliputi bidang PU (Openbare Werken) juga afd. Havenwezen (Pelabuhan),afd. Electriciteitswezen (Kelistrikan)dan afd. Luchtvaart (Penerbangan Sipil). Organisasi P.U (Open-bare werken) di daerah-daerah adalah sebagai berikut : 1.
2.
3.
a.
Di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur urusan Waterstaat/openbare werken diserahkan pada Pemerintahan Propinsi yang disebut :Provinciale Waterstaatdienst" dan dikepalai oleh seorang Hoofd Provinciale Waterstaatsdients (H.P.W) Diwilayah Gouv,Yogyakarta dan Gouv. Surakarta urusan-urusan Pekerjaan Umum/Waterstaat dijalankan oleh "Sultanas Werken" (yogya) "Rijkswerken" (Surakarta), Mangkunegaranwerken". Disamping itu diwilayah Vorstenlander terdapat 3 organisasi "Waterschap", "s" Lands gebouwendienst",Regentschap Werken" dan "Gremeente werken" Untuk daerah luar jawa Gouv.Sumatera, Borneo (Kalimantan) dan Grote Oost (Indonesia Timur) terdapat organisasi "Gewestelijke Inspectie v/d Waterstaat" dikepalai oleh seorang Inspektur.Diwilayah Residentie terdapat "Residentie Water Staatsdienst" yang dahulu dikenal dengan nama "Dienst der B.O.W". dan kepala dinas ini biasa disebut "E.A.Q" (Eerst Aanwzend Waterstaatsambtenar). Ketentuan yang dikeluarkan pada jaman Hindia Belanda untuk pedoman dalam pelaksanaan tugas dalam lingkungan Pekerjaan Umum dapat dibaca dalam "A.W.R". 1936 B.W.R 1934 dan "W.V.O/W.V.V.".
Jaman Jepang Setelah Belanda menyerahkan dalam perang pasifik pada tahun 1942, kepada Jepang, maka daerah Indonesia ini dibagi oleh Jepang dalam 3 wilayah pemerintahan, yaitu Jawa/Madura, Sumatera dan Indonesia Timur dan tidak ada Pusat Pemerintahan tertinggi di Indonesia yang menguasai ke 3 wilayah pemerintahan tersebut. Dibidang Pekerjaan Umum pada tiap-tiap wilayah organisasi Pemerintahan Militer Jepang tersebut diatas, diperlukan organisasi Jaman Hindia Belanda dan disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dari fihak jepang,kantor pusat "V & W". di Bandung, dinamakan
KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE
8
"Kotubu Bunsitsu", sejak saat itu istilah "Pekerjaan Oemoem" (P.O), Oeroesan Pekerdjaan Oemoem (O.P.O), "Pekerjaan Umum" (PU), disampinmg "Doboku" lazim dipergunakan. Kotubu Bonsitsu di Bandung hanya mempunyai hubungan dengan wilayah Pemerintahan di Jawa/Madura, hubungan dengan luar Jawa tidak ada. Organisasi Pekerjaan Umum di daerah-daerah, di Karesidenan-Karesidenan pada umumnya berdiri sendirisendiri. Sistem pelaksanaan pekerjaan ada yang mempergunakan sistem dan nama jaman Ned. Indie, disamping menurut sistem Jepang. b.
Jaman Indonesia Merdeka Setelah Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan pada tanggal 17-8-1945, maka semenjak itu Pemuda-pemuda Indonesia mulai berangsur-angsur merebut kekuasaan Pemerintahan dari tangan Jepang baik di pusat pemerintahan (Jakarta/Bandung) maupun Pemerintahan Daerah-daerah. Sesudah Pemerintahan Indonesia membentuk Kabinet yang pertama, maka pada Menteri mulai menyusun organisasi serta sifatnya. Pekerjaan Umum pada waktu itu (1945) berpusat di Bandung, dengan mengambil tempat bekas gedung V.&W. (dikenal dengan nama "Gedung Sate"). Ketika Belanda ingin mengembalikan kekuasaaan pemerintahan di Hindia Belanda sebelum perang, datang mengikuti Tentara Sekutu masuk ke Indonesia. Akibat dari keinginan Pemerintahan Belanda ini, terjadilah pertentangan fisik dengan Pemuda Indonesia yang ingin mempertahankan tanah air berikut gedung-gedung yang telah didudukinya, antara lain "Gedung Sate" yang telah menjadi Gedung Departemen Pekerjaan Umum pada waktu itu (peristiwa bersejarah itu dikenal dengan peristiwa "3 Desember 1945"). Pada waktu revolusi fisik dari tahun 1945 s/d 1949, Pemerintah Pusat RI di Jakarta terpaksa mengungsi ke Purworejo untuk selanjutnya ke Yogyakarta, begitu juga Kementerian PU. Sesudah Pemerintahan Belanda tahun 1949 mengakui kemerdekaan Republik Indonesia maka pusat pemerintahan RI di Yogyakarta, berpindah lagi ke Jakarta. Sejak tahun 1945 itu, Pekerjaan Umum (PU) telah sering mengalami perobahan pimpinan dan organisasi,sesuai situasi politik pada waktu itu. Sebagai gambaran garis besar organisasi PUT diuraikan sebagai berikut: 1. 2.
Sebelum tentara Belanda masuk ke Yogyakarta Susunan Kemerdekaan PU. Perhubungan dapat dibagi menjadi 8 Jawatan dan 4 Balai. Khusus pada masa Republik India Serikat Kementerian Perhubungan dan POU RIS dibagi dalam beberapa Departemen dan beberapa Jawatan dan beberapa instansi yang hubungan erat dengan tugas dari dep.PU. RIS.
KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE
9
Kementerian Perhubungan PU.RIS tersebut terdiri atas penggabungan 3 Departemen prae federal yaitu : 1. 2. 3.
Departemen Verkeer, Energie dan Mynbouw dulu (kecuali Mynbouw yang masuk dalam kementerian Kemakmuran). Departemen Van Waterstaat di Wederopbouw. Departemen Van Scheepvaart.
Penggabungan dari 3 Departemen dari pemerintahan prae federal dalam satu Kementerian yaitu Kementerian Perhubungan Tenaga dan PU.RIS dianggap perlu, supaya hubungan 3 Departemen tersebut satu dengan lain menjadi sangat erat, terlebih-lebih jika diingat, bahwa untuk pembangunan Negara akan diadakan koordinasi dan rasionalisasi yang baik dan adanya tenaga ahli dan pula untuk melancarkan semua tugas yang dibebankan pada Kementerian Perhubungan Tenaga dan PU.RIS. Khusus pada permulaan terbentuknya Negara Kesatuan RI, maka susunan Kementerian berbeda sebagai berikut : Dalam masa proloog G 30 S. PKI terjadilah dalam sejarah Pemerintahan RI suatu Kabinet yang besar disebut dengan nama Kabinet DwiKora atau Kabinet 100 Menteri, dimana pada masa ini dibentuk Koordinator Kementerian. Tidak luput Departemen PUT. yang pada masa itu ikut mengalami perubahan organisasi menjadi 5 Dept. dibawah Kompartemen PUT Kabinet Dwikora, dipimpin Jenderal Suprajogi. Adapun Kompartemen PUT ketika membawahi, antara lain 1. 2. 3. 4. 5.
Departemen Listrik dan Ketenagaan Departemen Bina Marga Departemen Cipta Karya Konstruksi Departemen Pengairan Dasar Departemen Jalan Raya Sumatera
Setelah peristiwa G.30S PKI Pemerintah segera menyempurnakan Kabinet Dwikora dengan menunjuk Ir.Soetami, sebagai menteri PUT untuk memimpin Kompartemen PUT. Kabinet yang disempurnakan itu tidak dapat lama dipertahankan. Kabinet Ampera, sebagai Kabinet pertama dalam masa Orde Baru. Kembali organisasi PUT dibentuk dengan Ir.Soetami, sebagai Menteri. Dengan Surat Keputusan Menteri PUT tertanggal 17 Juni 1968 N0.3/PRT/1968 dan dirobah dengan Peraturan Menteri PUT tertanggal 1 Juni 1970 Nomor 4/PRT/1970. Departemen PUT telah memiliki suatu susunan struktur Organisasi. Sebagai gambaran lebih jauh pembagian tugas-tugas dalam lingkungan Dep. PUT, maka pada waktu itu azas tugas-tugas PU telah diserahkan pada kewenangan daerah itu sendiri. Sumber : Majalah Air
KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE
10
3.
Visi dan Misi Visi dan Misi Kementerian Pekerjaan Umum Visi : Tersedianya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman yang Andal untuk Mendukung Indonesia Sejahtera 2025. Misi : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
4.
Mewujudkan penataan ruang sebagai acuan matra spasial dari pembangunan nasional dan daerah serta keterpaduan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman berbasis penataan ruang dalam rangka pembangunan berkelanjutan. Menyelenggarakan pengelolaan SDA secara efektif dan optimal untuk meningkatkan kelestarian fungsi dan keberlanjutan pemanfaatan SDA serta mengurangi resiko daya rusak air. Meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas wilayah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan penyediaan jaringan jalan yang andal, terpadu dan berkelanjutan. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman yang layak huni dan produktif melalui pembinaan dan fasilitasi pengembangan infrastruktur permukiman yang terpadu, andal dan berkelanjutan. Menyelenggarakan industri konstruksi yang kompetitif dengan menjamin adanya keterpaduan pengelolaan sektor konstruksi, proses penyelenggaraan konstruksi yang baik dan menjadikan pelaku sektor konstruksi tumbuh dan berkembang. Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan serta Penerapan: IPTEK, norma, standar, pedoman, manual dan/atau kriteria pendukung infrastruktur PU dan permukiman. Menyelenggarakan dukungan manajemen fungsional dan sumber daya yang akuntabel dan kompeten, terintegrasi serta inovatif dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance. Meminimalkan penyimpangan dan praktik-praktik KKN di lingkungan Kementerian PU dengan meningkatkan kualitas pemeriksaan dan pengawasan profesional.
RIWAYAT ARSIP KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE Arsip KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE merupakan hasil akuisisi arsip Orde Baru dari lembaga-lembaga vertikal (pusat) yang berada didaerah yang telah dihapus, digabung maupun diubah nama pada saat masa Orde Reformasi pemerintah di Indonesia terjadi yaitu pada tahun 2001/2002. Dengan terjadinya penghapusan, penggabungan maupun ubah nama dari lembaga vertikal tersebut maka secara otomatis adanya pemindahan atau pun pelimpahan kewenangan baik pengurusan kelembagaan maupun asset-asset yang dimilki kepada pemerintah daerah yang bersangkutan, begitu pula dengan arsip yang di hasilkan selama organisasi/lembaga tersebut berjalan. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 197/MK. Wapan/5/1999 Tentang Akuisisi Nasional Arsip Orde Baru yang ditindak lanjuti
KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE
11
oleh Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 4 Tahun 2000 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Akuisisi Orde Baru bagi lembaga Vertikal yang berada di daerah Provinsi Jawa Barat bahwa arsip yang dihasilkan oleh lembaga vertikal yang telah dihapus, digabung maupun diubah nama tersebut perlu diselamatkan sebagai bahan pertanggungjawaban nasional terhadap keberadaan kelembagaan tersebut yaitu melalui akuisisi arsip dengan pelimpahan kewenangan diserahkan kepada lembaga kearsipan daerah dimana lembaga tersebut berada. Demikian pula halnya dengan Bapusipda Provinsi Jawa Barat yang pada saat itu masih berstatus Kantor Arsip Daerah Provinsi Jawa Barat diberikan kewenangan untuk mengadakan penyelamatan Arsip (akuisisi Arsip) terhadap lembaga vertical yang telah , digabung maupun diubah nama di wilayah binaannya yang disertai pula dengan kewenangan untuk pengelolaanya sebagai khasanah arsip statis yang perlu dirawat dan dilestarikan. 5.
PENGOLAHAN ARSIP Dari hasil identifikasi arsip KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE yang meliputi penelaahan Struktur Organisasi, Togas pokok dan Fungsi Organisasi, format arsip, Kondisi Arsip maupun volume arsip tersebut dapat diketahui bahwa arsip kearsitekturan gedung date adalah merupakan jenis arsip mengenai gambar konstruksi pembangunan gedung sate tanpa diikuti oleh berkas arsip tekstual sebagai kesatuan dari berkas pembangunan gedung sate, sehingga didalam pengaturan penataan fisik arsip maupun penataan/pengaturan deskripsi arsip mengacu kepada fisik arsip yang ada yaitu diatur menurut susunan dan urutan nomor lembar gambar yang tertera pada arsip itu sendiri sebagai identititas keterangan gambar. Kondisi arsip yang telah diselamatkan pada lokasi sebelumnya tidak merupakan satu kesatuan yang utuh sehingga diperlukan penanganan kembali atau rekonstruksi arsip tersebut yang bertujuan agar arsip tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh mengenai berkas pembangunan gedung sate periode tahun 1922 di Jawa Barat. Guna memberkaskan kembali arsip gedung sate ini tim telah mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan penanganan arsip kacau seperti yang akan diuraikan di bawah ini. Pengolahan arsip Kearsitekturan Gedung Sate ini meliputi : 1.
Perencanaan, yaitu tahap persiapan yang meliputi persiapan tim pengolah arsip, tim penilai arsip yang disimpan ataupun yang dimusnahkan, persiapan sarana dan prasarana kerja seperti Boks arsip, Kertas Pembungkus Arsip serta alat tulis yang dipergunakan;
2.
Pengolahan Arsip KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE yang terdiri atas : a. Identifikasi arsip, yaitu untuk mengetahui Struktur organaisasi dan tata kerja Departemen Pekerjaan Umum, Tugas pokok dan fungsi Organisasi, Penyusunan Skema Pengaturan Arsip; b. Rekonstruksi yaitu pengelompokan fisk arsip yang didasarkan pada skema arsip yang dibuat; c. Pendeskripsian arsip, yaitu mencatat isi ringkas informasi arsip yang terkandung dalam arsip tersebut dengan unsur-unsur kartu deskripsi yaitu Pencipta arsip, Kode intial pencatat, Bentuk redaksi, isi informasi arsip, Tahun penerbitan arsip, Tingkat Perkembangan, jumlah arsip;
KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE
12
d. Manuver Fisches, yaitu proses memberkaskan arsip dengan cara penyortiran kartu deskripsi bedasarkan Skema Arsip yang dibuat;
e. Penomoran Definitif pada kartu deskripsi; f. Manuver Fisik Arsip; g. Pembuatan Daftar Arsip atau Senarai Arsip Kearsitekturan Gedung Sate Departemen Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat;
h. Penyusunan Inventaris Arsip; 6.
SKEMA PENGATURAN ARSIP KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Skema pengaturan arsip yang dipergunakan dalam Senarai Arsip ini didasarkan kepada aturan asli (Principle of provenance) dari arsip-arsip kearstekturan Gedung Sate yang di olah. Arsip Kearsitekturan Gedung Sate merupakan Arsip gambar/denah Gedung yang terdiri dari denah pondasi sampai dengan struktur bagian atap bangunan. Tim penyusun membuat skema pengaturan arsip berdasarkan Nomor lembar Gambar/denah yang tertuang dalam informasi gambar/denah tersebut. Dengan kondisi Kelengkapan dari arsip gambar/denah kearsitekturan Gedung Sate yang diselamatkan oleh Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat ini ternyata tidak lengkap dan hal ini terlihat dari terputus-putusnya urutan nomor lembar gambar/denah pada identitas atau keterangan gambar yang tertera sehingga tim penyusun hanya membuat skema berdasarkan arsip yang diserahkan dan diterima oleh Badan Perpustakaan daerah Pronsi jawa Barat. Skema Pengaturan Arsip berdasarkan nomor urut lembar gambar atau denah yang menjelaskan mengenai susunan atau urutan gambar pada masa dinamisnya
KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE
13
SENARAI ARSIP KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE DEPARTEMEN VAN GOUVERNEMENTS BEDRYVEN PERIODE 1922 01
Middenparty Hoogebown Tahun 1922 1 lembar Ukuran 35 cm x 50 cm Scala 1 : 100 Tingkat Perkembangan : Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw
02
Situatie Teekening Van De Gebouwen I en II, Blad No. 6A HG
(Bangunan Situasi gambar I dan II, Jurnal No. 6A HG) Tahun 1922 1 lembar Ukuran 105 cm x 95 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw 03
Sorsterraiplan Van De Vleuge, Blad No. 7 W dan E
(Sorsterraiplan Of The Wings, Journal. 7 W Dane) Tahun 1922 1 lembar Ukuran 85 cm x 85 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw 04
Plan Souterrin Middenparty, Blad No. 9 W dan E
(Rencana Basement Journal Partai Tengah. 9 W Dan e) Tahun 1922 1 lembar Ukuran 62 cm x 40 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw 05
Doorsnede Middenparty, Blad No. 9 A
(Sectional Partai Tengah, Jurnal No. 9 A) Tahun 1922 1 lembar Ukuran 35 cm x 35 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw
KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE
14
06
Plan Begane Grond Bu Vlegels, Blad No. 10 W Dan E (Rencana Lantai Dasar Bu Vlegels, Journal. 10 W Dan E) Tahun 1922 1 lembar Ukuran 80 cm x 75 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw
07
Doorsnede Vleugelged Met Gang In Het Midden, Blad No. 10 AW dan E
(Diameter Sayap Terletak Dengan Berjalan Di Middle, Jurnal No. 10 AW dari E) Tahun 1922 1 lembar Ukuran 31 cm x 29 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw 08
Doorsnede Vleugelged Met Gang Aan Binnenplein, Blad No. 11 AW dan E
(Diameter Sayap Terletak Dengan Walkway Untuk Binnenplein, Jurnal No. 11 AW dari E) Tahun 1922 1 lembar Ukuran 31 cm x 29 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw 09
Plan Beganeground Midden Party, Blad No. 11 W dan E
(Rencana Lantai Dasar Central Party, Jurnal. 11 W Dane) Tahun 1922 1 lembar Ukuran 64 cm x 34 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw 10
Plan Beganeground, Blad No. 18 C HG
(Rencana Lantai Dasar, Jurnal No. 18 C HG) Tahun 1922 3 lembar Ukuran 120 cm x 90 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw
KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE
15
12
Plan Souterrain, Blad No. 19 C HG
(Rencana Basement, Jurnal No. 19 C HG) Tahun 1922 2 lembar Ukuran 121 cm x 90 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw 13
Doorsnede A.B, Blad No. 22
(Diameter A.B, Jurnal No. 22) Tahun 1922 2 lembar Ukuran 91 cm x 59 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw 14
Voorgevel , Blad No. 23 HG
(Bagian depan, Jurnal No. 23 HG) Tahun 1922 2 lembar Ukuran 122 cm x 86 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw
15
Zygevel, Blad No. 23 A HG (Zygevel, Jurnal No. A 23 HG) Tahun 1922 2 lembar Ukuran 91 cm x 87 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw
16
Gevels C-D en E, Blad No. 40 WE
(Bagian muka C-D dan E, Jurnal No. 40 WE) Tahun 1922 1 lembar cm x cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw
KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE
16
17
Gevels C-D en E, Blad No. 41 WE
(Bagian muka C-D dan E, Jurnal No. 41 WE) Tahun 1922 2 lembar cm x cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw 18
Gevels A en b, Blad No. 42 WE
(Bagian muka A dan B, Blok No. 42 WE) Tahun 1922 1 lembar Ukuran 77 cm x 57 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw
19
Gevels F en G, Blad No. 43 WE
(Bagian muka F dan G, Jurnal No. 43 WE) Tahun 1922 1 lembar Ukuran 91 cm x 58 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw 20
Gevels H-K en L, Blad No. 44 WE
(Bagian muka H K dan L, Jurnal No. 44 WE) Tahun 1922 1 lembar Ukuran 80 cm x 55 cm Scala 1 : 100 Blue Print 21
Plate Grond Sousterreint, Blad 45 W.F
(Basement denah, 45 Jurnal W.F) Tahun 1922 2 lembar Ukuran 100 cm x 55 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw
KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE
17
22
Doorsnede C. D, Blad No. 46 HG
(Diameter CD, Lembar 46 HG) Tahun 1922 1 lembar Ukuran 125 cm x 65 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw 23
Doorsneden, Blad No. W en E
(Bagian, Lembar W dan E) Tahun 1922 1 lembar cm x cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw 24
Plate Grond Beganegron, Blad No. 46 WE
(Peta Lantai Dasar, Jurnal No. 46 WE) Tahun 1922 2 lembar Ukuran 97 cm x 50 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw
25
Platte Grond Verdieping, Blad No. 47 WE
(Denah lantai, Jurnal No. 47 WE) Tahun 1922 2 lembar Ukuran 95 cm x 55 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw 26
Doorsnede Ef, Blad No. 57 HG Tahun 1922 2 lembar Ukuran 91 cm x 60 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw
KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE
18
27
Plan Verdieping, Blad 59 B HG Tahun 1922 3 lembar Ukuran 120 cm x 88 cm Scala 1 : 100 Blue Print
28
Departemen Van Gouverments Bedryven Ontwerp Voor De Beton Constructies, Doornede A-B Tahun 1922 1 lembar cm x cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw
29
Departemen Van Gouverments Bedryven Ontwerp Voor De Beton Constructies, Doornede C-D Tahun 1922 1 lembar cm x cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw
30
Beton Construction Voor Souterrain Onder Kantoorhal, Blad No. 137 HG Tahun 1922 1 lembar Ukuran 100 cm x 65 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw
31
Bedryven Ontwerp Voor De Beton Constructies, Plan Begane Grond Tahun 1922 1 lembar Ukuran 115 cm x 80 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw
32
Bedryven Ontwerp Voor De Beton Constructies, Plan Souterrain Tahun 1922 1 lembar Ukuran 115 cm x 80 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw
KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE
19
33
Bedryven Te Bandoeng, Tweede Vleugeul – Kelder Tahun 1922 3 lembar Ukuran 100 cm x 50 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw
34
Bedryven Te Bandoeng, Tweede Vleugeul – Verdieping Tahun 1922 2 lembar Ukuran 100 cm x 50 cm Scala 1 : 100 Blue Print De Ingeniur Voor de Landsgebouw
35
Bedryven Te Bandoeng, Tweede Vleugeul – Begane Grond Tahun 1922 2 lembar Ukuran 100 cm x 50 cm Scala 1 : 100 Blue Print
KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE
20
INDEX
1. 2.
Bedryven Te Bandoeng Departemen Van Gouverments Bedryven
KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE
: 33. 34, 35 : 28, 29
21
TERJEMAHAN 1.
Bedryjven
: Pelaksana, Pelaku
2.
Begane
: Diatas
3.
Beganegrond
: Diatas Tanah
4.
Binnen plain
: Didalam Skema
5.
Blad
: Lembar
6.
Constructies
: Susunan/ Bangunan
7.
Doorsnede
: Penampang
8.
Gebouwen
: Bangunan
9.
Gevels
: Dinding luar
10. Grond
: Tanah
11. Governements
: Pemerintah
12. Hoofageboun
: Pembangunan Gedung
13. Midden
: Bagian Tengah
14. Plan
: Rencana
15. Plate
: Atap yang rata
16. Situatie
: Situasi
17. Vleuges
: Sayap
18. Verdieping
: Tingkat/Loteng
KEARSITEKTURAN GEDUNG SATE
22