INTRODUKSI KAPAL FIBERGLASS DAN MANAJEMEN KEMITRAAN PRODUKSI LOIN TUNA Fiberglass Boat Introduction and Partnership Management of Loin Tuna Production Akhmad Mansyur1 dan La Anadi2 1
Jurusan Agrobisnis Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo, Kampus Hijau Bumi Tri Dharma Anduonohu Kendari Hp 085398277721 e-mail :
[email protected]. 2 Jurusan MSP FPIK Universitas Halu Oleo, Kampus Hijau Bumi Tri Dharma Anduonohu Kendari
ABSTRAK Tulisan ini ditujukan secara umum bagi peningkatan kapasitas produksi loin tuna sebagai potensi unggulan percepatan pembangunan Sulawesi Tenggara. Upaya ini ditempuh melalui introduksi kapal fiberglass berbasis kemitraan nelayan agar terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan. Secara khusus, ditujukan untuk perbaikan system armada industri loin tuna, perbaikan system kemitraan nelayan dan peningkatan kemampuan karyawan industri di bidang service armada yang profesional. Metode pencapaian tujuan dilakukan melalui pelatihan teknis usaha perikanan tangkap laut dalam dan pemagangan pada industriindustri loin tuna & galangan kapal fiberglass. Di samping itu, dilakukan dengan pembimbingan, pengawasan terhadap kelompok binaan, pemberian bantuan teknologi dan upaya penyelesaian masalah usaha yang dibangun. Pendekatan yang digunakan adalah konvergensy, implementary dan developmentally. Hasil yang dicapai adalah nelayan tangkap tuna mampu mengolah hasil tangkapannya menjadi loin di masing-masing lokasi penangkapan. Kualitas loin tuna Tipe A masih dapat dipertahankan hingga pada penampungan sebagai manfaat dari metode pengemasan dan penggunaan kapal fiberglass yang memberikan ketepatan prediksi waktu pendaratan. Akhirnya, wirausahawan loin tuna telah dapat dihasilkan sebanyak tiga orang dengan mengedepankan pola kemitraan dengan pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Tenggara maupun industry Loin Tuna yang ada di Kabupaten Buton sebagai organisasi pengakuisisi. Kata Kunci : kapal fiberglass, loin tuna, dan manajemen kemitraan
ABSTRACT This paper is directed generally loin crease the production capacity of loin tuna as excellent potential acceleration of development Southeast Sulawesi. These efforts are pursued through the introduction of fiberglass boats based on fishing partnerships that an increase in the welfare of a sustainable society. In particular, aimed at improving the system of industrial fleet loin tuna, repair fishing partnership system, and increase the ability of employees in the field service fleet industry professionals. Methods of achieving the intended objectives, done through technical training in the marine capture fisheries, and apprenticeship in industries loin and ship building fiberglass. In addition, done with coaching, supervision of the target group, the provision of technology support, and resolving business is built. The approach used is konvergensy, implementary and developmentally. The results achieved are catching tuna fishermen are able to process their catch into loin in each capture site. Loin tuna quality of type A can still be maintained up to the shelter as a benefit of the method of packaging and the use of fiberglass boats which provide a prediction accuracy of landing. Finally, entrepreneurs can of tuna has produced as many as three people by promoting a partnership with local government of Southeast Sulawesi Province and loin tuna industry in Buton as the acquirer organization. Keywords : fiberglass boat, loin tuna, partnership management
Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 2(1): April 2015: 45-64
45
Akhmad Mansyur dan La Anadi, Introduksi Kapal Fiberglass
Buton. Sebagian besar dari mereka, telah
PENDAHULUAN Sulawesi
Tenggara
merupakan
mampu
mengolah
ikan tuna
dalam
provinsi yang meliputi wilayah kepulauan
menjadi loin sebagai salah satu komoditas
dan daratan (sebagian Pulau Sulawesi).
andalan. Namun usaha ini semakin lemah
Salah satu potensi wilayah tersebut
akibat dari kelangkaan sumberdaya kayu
adalah perikanan laut dalam. Potensi ini
sebagai bahan baku pembuatan kapal.
dijadikan indikator utama kekuatan modal
Kenyataan yang ditunjukkan adalah harga
sosial masyarakat Sulawesi Tenggara,
kapal berfluktuatif dan cenderung tinggi
khususnya masyarakat pesisir dan pulau-
sehingga sebagian besar nelayan tidak
pulau kecil bagi peningkatan kesejah-
dapat melakukan operasi penangkapan
teraan (Mansyur, 2010). Selanjutnya,
akibat keterbatasan armada (modal). Oleh
armada penangkapan seharusnya mampu
karena
menunjang peningkatan kapasitas pro-
kapasitas produksi industri loin dapat
duksi usaha masyarakat pesisir bukan
dilakukan
memberikan ancaman bahaya erosi akibat
pancing tonda tuna Fiberglass (KPT2F).
itu,
peluang
melalui
pengembangan
introduksi
kapal
adanya pemanfaatan sumberdaya kayu
Hasil kajian Anadi (2011) diperoleh
sebagai bahan baku armada (Anadi,
bahwa KPT2F dapat menunjang kese-
2011). Di sisi lain, masyarakat yang telah
suaian olah gerak baik dalam adaptasi
membangun
dengan
industri
perikanan
laut
kondisi
perairan
maupun
dengan komoditi Loin Tuna, mampu
keterampilan nelayan tradisional dalam
meraih
operasi penangkapan tuna. Lebih utama
pendapatan
Rp25.000.000/trip.
kotor
Oleh
sebesar
karena
itu,
dinyatakan bahwa dengan menggunakan
industri Loin Tuna dapat dianggap seba-
tenaga penggerak yang sama, KPT2F
gai sumber pendapatan strategis bagi
dapat menghasilkan kecepatan tinggi
masyarakat Sulawesi Tenggara khusus-
dibanding kapal pancing tonda tuna
nya masyarakat pengguna WPP-RI 714
tradisional untuk menunjang ketepatan
yaitu Laut Banda dan Teluk Tolo.
waktu penangkapan maupun pemasaran
Masyarakat potensil yang telah
hasil tangkapan. Karenanya, pelaku pe-
mengembangkan industri loin di Sulawesi
nangkapan dapat meningkatkan kapasitas
Tenggara adalah mereka yang mendiami
produksinya hingga mencapai 2 – 5 kali
wilayah
lipat
Kecamatan
46
administratif Sampolawa
Desa
Lande
Kabupaten
dibanding pemanfaatan armada
tradisional (Anadi, 2012). Oleh karena
ISSN : 2355-6617, http//ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan
Akhmad Mansyur dan La Anadi, Introduksi Kapal Fiberglass
itu,
peningkatan
kapasitas
produksi
dimaksud dapat diupayakan baik dalam
industri loin perlu dikembangkan melalui
bentuk pengembangan khusus armada
introduksi KPT2F.
maupun
Industri loin merupakan kegiatan
pengembangan
kelembagaan
usaha bersama (Mansyur, 2012).
ekonomi yang mengolah bahan baku
Beberapa isu pokok menyangkut
perikanan tangkap tuna menjadi barang
pengembagan industri loin di Sulawesi
setengah jadi. Pengolahan yang dimaksud
Tenggara adalah (1) Tingkat produktivitas
meliputi transformasi dan pengawetan
penangkapan cenderung menurun, rerata 50
melalui perubahan fisik, penyimpanan,
kg/trip. Hal ini disebabkan oleh : (a) masih
pengemasan
Industri
rendahnya nilai ketepatan waktu pe-
merupakan
nangkapan, (b) ikan hasil tangkapan tidak
dalam
dan
sistem
distribusi.
perikanan
penyempurnaan yang merangkai semua
mendapat
komponen menjadi satu kesatuan yang
penampungan yang memadai, (c) nelayan
kuat. Artinya, kegiatan industri mem-
belum memanfaatkan sepenuhnya kapal-
punyai
kapal
keterkaitan
memenuhi
ke
bermaterial
Fiberglass
dan
bantuan
pemerintah akibat tidak memenuhi standar
penguatan industri hilir dan ke belakang
layak laut dalam operasi penangkapan tuna.
memberikan
terhadap
Kemudian untuk operasi penangkapan
produk perikanan. Keterpaduan yang
dengan menggunakan kapal desain baru
dibangun melalui pengembagan industri
belum banyak dipahami nelayan maupun
loin mempuyai dimensi yang amat luas
pihak industri galangan kapal. Akibatnya
mulai
manajemen produksi tidak dapat berjalan
nilai
pasar
untuk
perawatan
melalui
dari
permintaan
depan
tempat
tambah
penguatan
pasar
hasil
tangkapan sampai dengan pembentukan
optimal,
nilai tambah dan daya saing komoditas.
perbaikan
sehingga yang
perlu dapat
dilakukan menjamin
Berangkat dari kenyataan luasnya
ketersediaan bahan baku industri yeng
potensi pengembangan produk, kemajuan
jelas; (2) Terbatasnya galangan kapal yang
ekonomi perikanan di tingkat makro (daya
dapat menghasilkan desain baru kapal
saing di pasar global) maupun mikro
unggul untuk konversi kapal tradisional.
(pendapatan nelayan, nilai tambah dalam
Akibatnya,
negeri dan subtitusi impor), menuntut
tradisional dan perluasan penggunaan kapal
dukungan pengembangan industri dalam
bermaterial Fiberglass dilakukan dengan
secara kluster sebagai prasyarat. Klaster
menggunakan prosedur asalan atau proses
Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 2(1): April 2015
47
kegiatan
konversi
kapal
Akhmad Mansyur dan La Anadi, Introduksi Kapal Fiberglass
sapuan (tidak mengikuti ketentuan standar
Buton Provinsi Sulawesi Tenggara dari
pembuatan kapal seperti IMO). Dengan
Bulan Oktober s/d November 2013.
demikian, perlu dilakukan kaji tindak
Khalayak sasaran pelaksanaan program
tentang Peningkatan Kapasitas Produksi
ini
Industri Loin Melalui Introduksi Teknologi
masyarakat nelayan dengan spesifikasi
Kapal Pancing Tonda Tuna Fiberglass dan
penangkap tuna di WPP-RI 714 yang ada
Manajemen Kemitraan Nelayan
Di
di lokasi penerapan program. Khalayak
Sulawesi Tenggara khususnya Kabupaten
sasaran pengembangan kemitraan adalah
Buton yang dominan menguasai kegiatan
nelayan potensial lainnya yang ada di
perikanan tangkap laut dalam seperti
sekitar
Masyarakat Desa Lande.
pemerintah
adalah
karyawan
Desa
Lande seperti
industri
dan DKP
loin,
Instansi Provinsi
Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Buton. METODE
Demikian pula CV. Jamadi sebagai mitra
A. Lokasi, Waktu dan Khalayak Sasaran Program ini dilaksanakan di Desa
yang dapat menunjang service senter kapal fiberglass.
Lande Kecamatan Sampolawa Kabupaten Tabel 1 Jumlah nelayan potensial dan terdaftar pada program pembinaan industri loin tuna di Kabupaten Buton tahun 2013 Jumlah Nelayan (orang) Daerah Asal Potensial Pendaftar Hasil Seleksi Batauga 37 25 4 Sampolawa 49 28 4 Pasar Wajo 33 15 4 Wabula 31 20 4 Jumlah 150 88 16 Sumber : Data diolah, 2013
dan upaya penyelesaian masalah usaha
B. Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan yang digunakan dalam program ini adalah pelatihan
yang dibangun. B. Metode Pendekatan
teknis usaha perikanan tangkap laut
Rancangan pendekatan pemecahan
dalam dan pemagangan pada industri-
masalah dalam program ini dibagi ke
industri loin maupun galangan kapal yang
dalam tiga tahap. Pertama, tahap konver-
ada di Kabupaten Buton dan Kota Bau-
gensy
Bau. Disamping itu, dilakukan pula pem-
produktivitas dan rantai stok tuna. Tahap
bimbingan, pengawasan terhadap kelom-
ini diawali dengan identifikasi nelayan
pok binaan, pemberian bantuan teknologi
potensial baik berupa ketersediaan ar-
48
merupakan
tahap
perbaikan
ISSN : 2355-6617, http//ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan
Akhmad Mansyur dan La Anadi, Introduksi Kapal Fiberglass
mada terpakai maupun potensi pengem-
pelatihan yang telah dilaksanakan pada
bangan armadanya. Selanjutnya, dilaku-
tahap awal kegiatan.
kan identifikasi produksi dan produk-
Tahap developmentally, merupakan
tifitas kapal yang diikuti dengan registrasi
tahap penguatan manajemen industri loin
kepemilikan kapal. Hal ini akan mem-
tuna.
berikan kejelasan tentang ketersediaan
melalui suatu workshop berguna bagi
stok, alokasi waktu kerja dan waktu
perbaikan manajemen rantai stok bahan
optimal penangkapan. Bagian akhir dari
baku tuna. Tahapan ini diawali dengan
tahapan ini adalah pembentukan klaster
identifikasi
sebagai sentra-sentra produksi yang akan
penangkapan
menjadi mata rantai stok dalam industri
dimaksud memiliki dwi fungsi yaitu
loin.
membangkitkan minat nelayan potensial
Koreksi
hubungan
profit
kemitraan
melalui
operasi
tuna.
Operasi
massal
Tahap implementary, sebagai tahap
lainnya, dan lembaga atau institusi yang
peningkatan kuantitas dan kualitas nilai
ada agar terlibat dalam kemitraan industri
tambah produksi. Tahapan ini diawali
loin akibat adanya profit yang dapat
dengan
ekonomi
ditunjukkan melalui suatu workshop.
untuk menentukan standar konstribusi
Akhirnya penguatan kelembagaan mitra
investasi bagi penerapan pola merger dan
industri
akuisisi dalam kemitraan. Pelaksanaan
terselenggara.
identifikasi
potensi
loin
diharapkan
dapat
merger diawali dengan identifikasi penda-
Tahap developmentally, merupakan
patan nelayan yang kemudian akan
tahap penguatan manajemen industri loin
diberikan introduksi kemampuan inves-
tuna. koreksi hubungan kemitraan melalui
tasi perorangan, selanjutnya dapat diakui-
suatu workshop berguna bagi perbaikan
sisi oleh kelompok sebagai kepemilikan
manajemen rantai stok bahan baku tuna.
saham bersama atas pengadaan kapal
Tahapan ini diawali dengan identifikasi
fiberglass.
profit
Dengan
demikian,
akan
melalui
operasi
penangkapan
terbentuk pola kemitraan nelayan dan
massal tuna. Operasi dimaksud memiliki
industri yang dapat memberikan pening-
dwi fungsi yaitu membangkitkan minat
katan nilai tambah produksi perikanan
nelayan potensial lainnya, dan lembaga
tangkap laut dalam. Pada tahap ini pula
atau institusi yang ada agar terlibat dalam
akan dapat memperlihatkan hasil kinerja
kemitraan industri loin akibat adanya profit yang dapat ditunjukkan melalui
Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 2(1): April 2015
49
Akhmad Mansyur dan La Anadi, Introduksi Kapal Fiberglass
suatu workshop. Akhirnya penguatan
(LBD). Semuanya terdiri dari dua tipe
kelembagaan kelembagaan mitra industri
kapal yaitu tipe inboard (menggunakan
loin diha-rapkan dapat terselenggara.
mesin
1) Ketersediaan Armada Nelayan
(menggunakan
Hasil
identifikasi
ketersediaan
kapal pancing tonda di lokasi kegiatan,
dalam)
dan mesin
tipe
outboard
tempel).
Hasil
pengukuran dimensi utama kapal dapat dilihat pada Tabel 2.
diperoleh enam kelompok dimensi utama Tabel 2 Dimensi utama kapal pancing tonda Kabupaten Buton Sampel kapal Tenaga mesin (HP) LOA (m) B (m) KPT-1 16 9,17 1,06 KPT-2 24 9,60 1,26 KPT-3 30 10,60 1,30 KPT-4 5,5 7,50 0,80 KPT-5 15 8,65 1,04 KPT-6 40 9,75 1,13
D (m) 0,62 0,73 0,92 0,60 0,70 0,80
Sumber : Hasil penelitian 2013
2) Potensi Pengembangan Armada
diketahui dengan membandingkan para-
Rasio dimensi utama merupakan
meter
panjang dengan
lebar
(L/B),
hal penting dalam proses pengembangan
panjang dengan tinggi (L/D), dan lebar
desain kapal. Nilai rasio tersebut dapat
dengan tinggi (B/D).
Tabel 3 Rasio dimensi utama kapal pancing tonda Kabupaten Buton Tipe Kapal L/B L/D Inboard 8,65 14,79 Outboard 8,32 12,36
B/D 1,71 1,49
Sumber : Hasil penelitian 2013
Tabel 4 Kisaran nilai rasio dimensi utama jenis kapal ikan di Indonesia Metode operasi L/B L/D B/D Static gear 2,83 – 11,12 4,58 – 17,28 0,96 – 4,68 Encircling gear 2,60 – 9,30 4,55 – 17,43 0,55 – 5,00 Towed/dragged gear 2,86 – 8,30 7,20 – 15,12 1,25 – 4,41 Multipurpose gear 2,88 – 9,42 8,69 – 17,15 0,35 – 6,09 Sumber: Iskandar dan Pujiyati (1995)
50
ISSN : 2355-6617, http//ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan
Akhmad Mansyur dan La Anadi, Introduksi Kapal Fiberglass
Hasil perhitungan rasio dimensi
inboard (PKKI) dan produksi kapal kayu
utama kedua tipe kapal pancing tonda di
outboard
Kabupaten Buton dapat dilihat pada
inboard terdapat sebanyak delapan orang
Tabel 3. Sebagai pembanding, disajikan
binaan,
kisaran nilai rasio dimensi utama jenis
outboard terdapat sebanyak 12 orang
kapal ikan di Indonesia sebagai mana
binaan. Penilaian kinerja masing-masing
Tabel 4.
kelompok
1) Produksi dan produktivitas kapal Berdasarkan aspek penangkapan, maka
produksi
eksisting
tuna
(PKKO).
Kelompok
sedangkan
kelompok
lebih
diutamakan
kapal
kapal
pada
indikator efektifitas dan efisiensi penangkapan yang bersumber pada titik impas
di
kegiatan produksi. Instrumen titik impas
Kabupaten Buton dapat dibagi menjadi
yang digunakan mengacu pada Mansyur
dua sumber yaitu produksi kapal kayu
at all (2010) sebagaimana Tabel 5.
Tabel 5 Titik impas produksi kapal pancing tonda tuna gelondongan Keterangan PKKI PKKO Harga Jual gelondongan (Rp/kg) 40.000 40.000 Kilogram produksi (kg) 10,96 10,94 Pendapatan (Rp) 438.350 437.600 Biaya Produksi Per kg (Rp/kg) 2.900 2.200 Biaya Variabel (Rp) 408.600 410.000 Biaya Tetap (Rp) 29.750 27.600 Total Biaya (Rp) 438.350 437.600 Laba per Produk (Rp) (0) (0) (0) (0) Total Laba (Rp) Sumber : Hasil penelitian, 2013
2) Kinerja kelompok Nelayan KKI dan KKO
pengguna kapal kayu outboard (KKO).
Keragaan produktifitas kelompok
komponen-komponen volume produksi,
Perbedaan
tersebut
nampak
pada
nelayan pengguna kapal kayu inboard
biaya
(KKI) berbeda dengan kelompok nelayan
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6.
Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 2(1): April 2015
variabel
dan
biaya
tetap
51
Akhmad Mansyur dan La Anadi, Introduksi Kapal Fiberglass
Tabel 6 Keragaan produktifitas nelayan pengguna KKI dan pengguna KKO. Keragaan ekonomi produksi KKI Produksi : 150 kg Biaya variabel: 408.750 Biaya tetap : 29.750 Total biaya : 438.350 Laba : 5.561.650
Keragaan ekonomi produksi KKO Produksi : 200 kg Biaya variabel : 410.000 Biaya tetap : 27.600 Total biaya : 437600 Laba : 7.562.400
Sumber : Hasil penelitian, 2013
menjadi perhatian utama dalam introduksi
A. Introduksi Loin Tuna
tuna
Loin Tuna adalah daging ikan
adalah ukuran standar tuna gelondongan,
segar
mengalami
masa rigormortis, teknik penggunaan dan
gelondongan
jenis peralatan filet, kualitas Loin Tuna,
perubahan
yang bentuk
telah dari
menjadi filet. Introduksi Loin Tuna
serta
merupakan
Kinerja pelatihan dapat dilihat dari
penerapan
teknologi
dan
jenis dan teknik pengemasan.
keterampilan dalam pemisahan daging
performa
khas tuna dari tulang dan daging rucah.
produksi Loin Tuna sebagaimana pada
Melalui
Tabel 7 berikut;
pelatihan,
komponen
yang
kelompok
Tabel 7 Performa kelompok nelayan dalam produksi Loin Tuna Pembersihan Seleksi Tuna Pembersihan daging khas dari Gelondongan awal daging rucah Asal : laut Pemotongan Belah tuna noncemar kepala, sirip utuh jadi 4 dan ekor bagian Sais min. : 25 kg Pembersihan Pembersihan darah dari tulang Insang : red (duri) cerah Pembukaan jeroan Pembersihan Rusak fisik dari daging rendah rucah Suhu max. o 4.4 C
nelayan
dalam
Teknis Pengemasan Pengecekan slice Perlakuan U.V I Pengemasan Pemvakuman In to metal detektor Perlakuan U.V II Produk dibekukan
Sumber : Hasil penelitian, 2013
52
ISSN : 2355-6617, http//ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan
Akhmad Mansyur dan La Anadi, Introduksi Kapal Fiberglass
Sebagai
pembanding,
disajikan
titik
impas produksi kapal pancing tonda loin
tuna sebagai mana dapat dilihat pada Tabel 8 berikut
Tabel 8 Titik impas produksi kapal pancing tonda Loin Tuna Keterangan PKKI Harga Jual gelondongan (Rp/kg) 60000 Kilogram produksi (kg) 8.66 Pendapatan (Rp) 519850 Biaya Produksi Per kg (Rp/kg) 3,466 Biaya Variabel (Rp) 488,600 Biaya Tetap (Rp) 31,250 Total Biaya (Rp) 519,850 Laba per Produk (Rp) 0 Total Laba (Rp) 0
PKKO 65000 7.99 519100 2,596 490,000 29,100 519,100 0 0
Sumber : Hasil penelitian, 2013
B. Introduksi Kapal Pancing Tonda Tuna Fiberglass
Gambar 2 Program peningkatan kapasitas produksi industri loin melalui magang dan introduksi kapal pancing tonda tuna fiberglass di Kabupaten Buton Introduksi teknologi kapal pancing tonda fiberglass dilakukan melalui
Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 2(1): April 2015
kegiatan
pemagangan
industri
galangan
pada kapal
industrifiberglas
53
Akhmad Mansyur dan La Anadi, Introduksi Kapal Fiberglass
tradisional
di
Kota
dan
dengan kapal kayu milik nelayan yang
pemberian bantuan pengadaan armada
memiliki ukuran dimensi utama kapal
dari
yang sama. Kenyataannya diterakan pada
Pemerintah
Bau-Bau
Provinsi
Sulawesi
Tenggara.
Tabel 9 dan Tabel 10.
Keragaan kapal hasil introduksi dapat
dilihat
dari
perbandingannya
Tabel 9 Hasil analisis kecepatan dan resistensi kapal tipe inboard antara kapal kayu dan kapal fiberglass berdasarkan kondisi distribusi muatan Kapal kayu Kapal fiberglass Kondisi muatan Resist. (kN) Speed (Kts) Resist. (kN) Speed (Kts) Kosong 0,82 16,65 0,81 18,07 Berangkat 0,94 15,24 0,89 16,20 Beroperasi 0,98 14,37 0,95 15,17 Pulang 0,96 14,50 0,92 15,33 Sumber : Hasil penelitian, 2013
Tabel 10 Hasil analisis kecepatan dan resistensi kapal tipe outboard antara kapal kayu dan kapal fiberglass berdasarkan kondisi distribusi muatan Kapal kayu Kapal fiberglass Kondisi muatan Resist. (kN) Speed (Kts) Resist. (kN) Speed (Kts) Kosong 0,79 17,17 0,78 17,20 Berangkat 0,82 15,62 0,81 16,20 Beroperasi 0,90 14,79 0,88 15,24 Pulang 0,88 15,03 0,86 15,33 Sumber : Hasil penelitian, 2013
C. Kinerja Manajemen Kemitraan Hasil
pengujian untuk meng-
rata-rata sebesar -0,168. Dalam uji beda ttest
untuk
mengetahui
signifikansi
analisis adanya pengaruh merger dan
manajemen laba antara sebelum dan
akusisi terhadap tindakan manajemen
sesudah akuisisi didapatkan bahwa nilai t
laba menunjukkan hasil yang dapat
untuk manajemen laba sebelum merger
dilihat
secara
tindakan
jelas
manajemen
bahwa
rata-rata
dan akuisisi adalah sebesar -0,130 dengan
laba
sebelum
probabilitas
signifikansi
0,875
(two
merger kedalam UMKM dan akuisisi
tailed). Karena probabilitas signifikansi
oleh KIAT-MMP mempunyai nilai rata-
(0,875) lebih besar daripada 0,05 maka
rata sebesar -0,185 sedangkan untuk
dapat disimpulkan tindakan manajemen
kelompok
laba sebelum dan sesudah merger dan
manajemen
laba
sesudah
merger dan akuisisi mempunyai nilai
54
akuisisi tidak berbeda secara signifikan.
ISSN : 2355-6617, http//ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan
Akhmad Mansyur dan La Anadi, Introduksi Kapal Fiberglass
Pengujian kedua adalah untuk menganalisis
kinerja
keuangan
akuisisi
dana
yang tertanam
dalam
yang
keseluruhan total aktiva rata-rata dalam
diproksikan dengan total asset turnover
satu tahun berputar 1,067 x atau setiap
(TATO), Net profit margin (NPM) dan
rupiah yang diputar akan menghasilkan
return on assets (ROA) sebelum dilak-
revenue sebesar Rp10.67. Sedangkan
sanakan merger dan akusisi dibandingkan
dalam
setelah merger dan akuisisi. Berdasarkan
didapatkan nilai t untuk TATO adalah
pengujian didapatkan bahwa total asset
sebesar
turnover sebelum merger dan akuisisi
signifikansi sebesar 0,24 (two tailed) pada
mempunyai nilai rata-rata sebesar 0,80
tingkat
dibandingkan dengan TATO sesudah
probabilitas
merger dan akuisisi mempunyai nilai
besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan
rata-rata sebesar 1,057.
bahwa tidak terdapat perbedaan antara
Pengujian kedua adalah untuk menganalisis
kinerja
keuangan
yang
uji
paired
-1,10
samples
dengan
kepercayaan signifikansi
t-test
probabilitas
95%.
Karena
(0,24)
lebih
TATO sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
pada
usaha-usaha
budidaya
diproksikan dengan total asset turnover,
rakyat yang diestimasi. Artinya adanya
Net profit margin dan return on assets
merger dan akuisisi tidak mempunyai
sebelum dilaksanakan merger dan akusisi
pengaruh
dibandingkan setelah merger dan akuisisi.
TATO. Adapun untuk Net profit margin
Berdasarkan pengujian didapatkan bahwa
sebelum
total asset turnover sebelum merger dan
akuisisi mempunyai nilai rata-rata sebesar
akuisisi mempunyai nilai rata-rata sebesar
0,152
0,80
TATO
sesudah merger dan akuisisi dengan nilai
sesudah merger dan akuisisi mempunyai
rata-rata sebesar 0,089. Artinya jika
nilai rata-rata sebesar 1,057. Dari data
sebelum merger dan akusisi setiap rupiah
tersebut, dapat dijelaskan bahwa sebelum
yang diinvestasikan KIAT-MMP akan
merger dan akuisisi dana yang tertanam
menghasilkan keuntungan netto sebesar
dalam keseluruhan total aktiva rata-rata
Rp16.50
dalam satu tahun berputar 0,850 x atau
akuisisi setiap rupiah penjualan hanya
setiap
akan
menghasilkan Rp9.20. Dalam uji paired
menghasilkan revenue sebesar Rp9.025,
samples t-test didapatkan nilai t untuk net
maka setelah dilaksanakan merger dan
profit margin adalah sebesar 2,47 dengan
Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 2(1): April 2015
55
dibandingkan
rupiah
yang
dengan
diputar
yang
signifikan
dilaksanakan
dibandingkan
maka
setelah
terhadap
merger
dengan
merger
dan
NPM
dan
Akhmad Mansyur dan La Anadi, Introduksi Kapal Fiberglass
probabilitas
signifikansi
0,028
(two
tailed) pada tingkat kepercayaan 95%. Pengujian
terhadap
tinggal di daerah masing-masing minimal enam bulan berturut-turut tanpa mening-
return on
galkan daerah asal. Oleh karena itu,
assets sebelum dilaksanakan merger dan
jumlah nelayan yang dapat direkrut pada
akuisisi
awal
mendapatkan
nilai
rata-rata
pelaksanaan
program
terdapat
sebesar 0,133 dibandingkan dengan ROA
sebanyak empat orang nelayan untuk
sesudah merger dan akuisisi dengan nilai
setiap kecamatan sebagai binaan. Tiga
rata-rata sebesar 0,123. Artinya jika
orang dari mereka, selanjutnya dinya-
sebelum merger dan akuisisi setiap satu
takan sebagai kelompok nelayan binaan
rupiah modal menghasilkan keuntungan
sedangkan satu orang diantaranya pada
Rp1.33 maka setelah merger dan akuisisi
masing-masing
setiap rupiah modal hanya menghasilkan
sebagai
keuntungan Rp1.23. Dalam uji paired
armada kapal pancing tonda.
samples t-test diperoleh nilai t untuk
kecamatan
kelompok
Kepada
usaha
pendaftar
diarahkan perbaikan
yang
tidak
indikator ROA sebesar 0,117 dengan
dapat direkrut diberikan himbauan agar
probabilitas signifikansi 0,89 (two tailed)
selalu menga-jukan permintaan bantuan
dengan tingkat kepercayaan 95%.
pengadaan kapal melalui pemda terkait maupun melalui dana aspirasi anggota
PEMBAHASAN
dewan perwakilan rakyat. Tema yang
A. Nelayan Potensial Terdapat
disarankan adalah peningkatan kapasitas
minat
yang
besar
nelayan dari empat Kecamatan (Batauga, Sampolawa, Pasar Wajo, dan Wabula) di Kabupaten program
Buton pembinaan.
untuk
mengikuti
Namun
produksi tuna yang ada di lingkungan masing-masing berdasarkan pemanfaatan potensi WPP-RI 714. 1) Ketersediaan Armada Nelayan
dengan
adanya persyaratan yang harus dipenuhi nelayan calon binaan, maka tidak semua pendaftar dapat terakomodir dalam proses seleksi.
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa tiap sampel memiliki spesifikasi ukuran tersendiri sesuai dengan kapasitas mesin
penggeraknya.
Semakin
besar
ukuran kapal maka mesin penggerak yang Persyaratan utama yang banyak
menggugurkan
calon
peserta
adalah
nelayan harus memiliki/pernah memiliki
dipakai juga lebih besar. Kapal tipe Inboard umumnya menggunakan mesin penggerak Dong Feng dan Jiang Dong
kapal penangkap tuna desain kayu dan
56
ISSN : 2355-6617, http//ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan
Akhmad Mansyur dan La Anadi, Introduksi Kapal Fiberglass
dengan kapasitas horse power sebesar 16,
utama kedua tipe kapal pancing tonda
24 dan 30 HP, sedangkan tipe outboard
sampel berada dalam kisaran nilai rasio
menggunakan mesin penggerak Yamaha
semua jenis kapal pembanding. Hal ini
berkapasitas 5,5; 15 dan 40 HP.
mengindikasikan
Kelompok dimensi utama kapal sampel
dapat
kelompok
dibagi
dominan
masing-masing
tipe
kedalam
desain
antara
adanya kapal
kesesuaian
pancing
tonda
dua
Kabupaten Buton dengan beberapa jenis
untuk
mewakili
kapal penangkap ikan di Indonesia, baik
kapal.
Pertama,
yang menggunakan metode operasi static
Kapal pancing tonda (KPT-1) mewakili
gear,
tipe kapal inboard dan KPT-5 mewakili
maupun multipurpose gear. Dengan kata
tipe outboard. Berdasarkan hal tersebut
lain, dimensi utama kedua tipe kapal
maka dalam kajian potensi pengem-
pancing tonda tersebut cukup ideal dan
bangan
cenderung
armada
hanya
diambil
dua
encircling
gear,
dapat
towed
digunakan
gear,
untuk
kelompok ukuran kapal sampel untuk
beberapa metode operasi penangkapan.
dianalisis lebih lanjut, dimana kelompok
Kenyataannya, kapal pancing tonda yang
kapal PT-1 disebut tipe inboard dan
digunakan untuk menangkap tuna dan
kelompok
cakalang umumnya terdiri dari dua
kapal
PT-5
disebut
tipe
outboard.
metode
2) Potensi Pengembangan Armada
pancing dalam keadaan diam (static gear)
Kesesuaian nilai rasio dimensi
maupun
operasi
yang
yaitu,
ditarik
menggunakan
atau
ditonda
utama sangat menentukan kemampuan
(towed/dragged gear). Dilihat dari nilai
sebuah kapal ikan. Nilai L/B berpengaruh
rasio L/B, L/D, dan B/D masing-masing
terhadap kemampuan olah gerak kapal;
tipe kapal pancing tonda berturut-turut
nilai L/D berpengaruh terhadap kekuatan
sebesar 8,65; 14,79; dan 1,71 untuk tipe
memanjang kapal; dan nilai B/D ber-
inboard dan 8,32; 12,36; dan 1,49 untuk
pengaruh terhadap stabilitas kapal. Jika
tipe outboard, ternyata lebih sesuai
nilai-nilai rasio dimensi utama kapal
dengan nilai-nilai rasio dimensi utama
pancing tonda di Kabupaten Buton
kapal towed/dragged gear yang berkisar
dibandingkan dengan nilai rasio dimensi
antara 2,86 – 8,30 (L/B), 7,20 – 15,12
utama beberapa jenis kapal ikan di
(L/D), dan 1,25 – 4,41 (B/D). Dengan
Indonesia yang diterakan pada Tabel 4,
demikian, kapal pancing tonda yang
menunjukkan bahwa nilai rasio dimensi
dibangun pengrajin di Kabupaten Buton
Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 2(1): April 2015
57
Akhmad Mansyur dan La Anadi, Introduksi Kapal Fiberglass
memiliki kesesuaian rasio dimensi utama
Nilai L/D yang besar berpengaruh
dengan kapal penangkap ikan di daerah
negatif terhadap kekuatan memanjang
lain yang mempunyai metode operasi
kapal, yang berarti semakin besar nilai
yang sama (towed/dragged gear).
rasio L/D maka kekuatan memanjang
Hasil perbandingan antara nilai
kapal akan semakin rendah. Nilai L/D
rasio dimensi utama kapal pancing tonda
yang berada pada kisaran atas kapal
dengan nilai rasio dimensi utama kapal
pembanding, kurang menguntungkan bagi
ikan towed gear di Indonesia, menun-
kapal
jukkan bahwa nilai L/B dan L/D kedua
mengurangi kekuatan transversal kapal
tipe kapal pancing tonda berada pada
terhadap pengaruh gaya-gaya luar yang
kisaran nilai atas kapal pembanding
bekerja pada kapal. Kapal pancing tonda
(towed gear) sedangkan nilai B/D berada
Kabupaten
pada kisaran nilai bawah. Nilai L/B yang
mempunyai daerah jelajah yang luas dan
besar mempunyai pengaruh yang positif
kemungkinan besar berpapasan dengan
terhadap kecepatan dan olah gerak kapal.
kondisi lingkungan yang ekstrim, akan
Dengan demikian, semakin besar nilai
lebih baik jika dilakukan penambahan
rasio L/B suatu kapal maka kecepatan
dimensi tinggi (D). Penambahan nilai
yang dihasilkan juga semakin tinggi,
tersebut akan mengurangi nilai rasio L/D
begitu pula dengan kemampuan olah
sehingga kekuatan memanjang kapal
geraknya. Nilai rasio L/B kapal pancing
dapat dinaikkan. Selain itu, penambahan
tonda yang berada pada kisaran nilai atas
nilai D juga menambah ruang kerja dalam
kapal pembanding, cukup menguntung-
kapal.
kan karena akan menghasilkan kecepatan
pancing
Nilai
tonda
Buton
B/D
karena
yang
yang
akan
umumnya
kecil
akan
dan olah gerak yang tinggi sesuai
berpengaruh negatif terhadap stabilitas
peruntukannya sebagai kapal penangkap
kapal. Jika nilai rasio B/D semakin kecil
tuna dan cakalang yang dikenal memiliki
maka akan menghasilkan stabilitas kapal
kecepatan renang tinggi, melakukan olah
yang buruk. Walaupun nilai B/D kapal
gerak (manuver) mengikuti pergerakan
pancing tonda berada pada kisaran nilai
gerombolan ikan. Kecepatan yang tinggi
bawah, tetapi nilai rasio tersebut masih
juga diperlukan untuk perjalanan dari dan
berada dalam kisaran nilai rasio kapal
ke daerah penangkapan yang jaraknya
pembanding yang memungkinkan stabili-
dapat mencapai 60 mil laut.
tas
58
dan
kemampuan
olah
gerak
ISSN : 2355-6617, http//ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan
Akhmad Mansyur dan La Anadi, Introduksi Kapal Fiberglass
(propulsive ability) yang baik. Untuk
melaut, sedangkan efisiensi penangkapan
memperbaiki stabilitas kapal pancing
dilihat dari selisih persentatif antara
tonda dapat dilakukan dengan menambah
kilogram
tangkap
dimensi lebar (B). Pada kondisi ini nilai
kilogram
tangkap pada titik impas.
rasio B/D akan membesar sehingga
Berdasarkan Tabel 5 nampak bahwa
berpengaruh positif terhadap stabilitas
standar kilogram produksi bagi opera-
eksisting
dengan
Berdasarkan hasil dan uraian di
sional KKI terdapat sebesar 10.96 kg,
atas, dapat diketahui bahwa nilai rasio
sedangkan KKO sebesar 10.94 kg tuna
dimensi utama (L/B, L/D, dan B/D) kapal
gelondongan. Dengan demikian, ketika
pancing tonda yang dibangun secara
harga tuna gelondongan mencapai nilai
tradisional masuk dalam kisaran nilai
Rp40.000/kg, maka pendapatan minimal
kapal pembanding dan cenderung sama
yang
untuk tiap daerah pembangunan kapal.
Rp438.350 (KKI) dan Rp437.600 (KKO).
Nilai L/B dan L/D berada pada nilai
4) Kinerja kelompok Nelayan KKI dan KKO
kisaran atas sedangkan nilai B/D berada pada
kisaran nilai bawah. Hal
menunjukkan
bahwa
rata-rata
dicapai
adalah
sebesar
Rasio antara Tabel 5 dan 6,
ini
kapal
harus
diperoleh
informasi
bahwa
kondisi
pancing tonda di Kabupaten Buton
eksisting produksi lebih tinggi daripada
memiliki ukuran panjang (L) yang lebih
titik impas. Kenyataan ini dapat diartikan
besar dibanding lebar (B) dan tinggi kapal
bahwa efektifitas kerja nelayan terhadap
(D). Kapal seperti ini menggambarkan
standar minimal produksi telah mencapai
sebuah prototip kapal long boat yang
100% dengan efisiensi teknologi sebesar
ramping. Dengan demikian dapat dikata-
16%. Dengan demikian, keterampilan
kan bahwa desain kapal yang dilakukan
tangkap yang dimiliki nelayan telah
galangan tradisional telah memperhatikan
sesuai
efisiensi pemakaian tenaga penggerak
penangkapan tuna di Indonesia pada
untuk
umumnya
mendapatkan
kecepatan
yang
dengan
dan
performa
WPP-RI
maksimal.
khususnya.
3) Produksi dan produktifitas kapal
B. Introduksi Loin Tuna
kapal-kapal
714
pada
dapat
Performa nelayan dalam produksi
dilihat dari tercapai atau tidaknya nilai
Loin Tuna mampu mendorong nilai
kilogram titik impas pada setiap kali
tambah pendapatan dan efisiensi kegiatan
Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 2(1): April 2015
59
Efektifitas
penangkapan
Akhmad Mansyur dan La Anadi, Introduksi Kapal Fiberglass
yang cukup signifikan. Hal ini dapat
yang sama. Pada kondisi kapal bero-
dilihat dari perubahan harga jual yaitu
perasi, kapal kayu tipe inboard memiliki
mulai dari Rp40.000 menjadi Rp60.000
resistensi
(nelayan KKI) dan menjadi Rp65.000
menghasilkan kecepatan sekitar 14,37
(nelayan KKO). Perbedaan dimaksud
knot. Pada kondisi yang sama, kapal
lebih didorong oleh teknologi penge-
fiberglass yang dihasilkan peserta binaan
masan yang baik dilakukan oleh nelayan
memiliki nilai resistensi yang lebih
pengguna KKO. Daya dorong pening-
rendah yaitu 0,95 kN dan dapat mencapai
katan nilai tambah pendapatan lebih
kecepatan sebesar 15,17 knot. Begitu pula
nampak ditunjukkan oleh titik impas
pada kapal kayu tipe outboard memiliki
produksi. Dalam hal ini, titik impas
resistensi 0,90 kN dan kecepatan 14,79
produksi
(KKO)
knot, sedangkan kapal fiberglass hasil
terdapat sekitar 10.94 kg dengan nilai
magang memiliki resistensi 0,88 kN
pendapatan sebesar Rp437.600 (Tabel 5).
dengan kecepatan mencapai 15,24 knot.
tuna
gelondongan
sebesar
0,98
kN
dan
Berbeda dengan titik impas produksi Loin
Kecepatan yang dibutuhkan kapal
Tuna (KKO) terdapat sekitar 7.99 kg
pancing tonda untuk melakukan perja-
dengan
sebesar
lanan dari dan ke daerah penangkapan
Rp519.100 (Tabel 8). Kenyataan ini,
dan melakukan operasi penangkapan,
menunjukkan bahwa terdapat efisiensi
minimal 15 knot. Bila berpatokan pada
pemanfaatan
dan
kecepatan tersebut maka kapal kayu
kemasannya sebesar 2.65 kg dari tuna
dengan kecepatan di bawah 15 knot akan
gelondongan dan mampu mendorong
selalu mengalami lost momentum pada
perubahan positif pendapatan hingga
setiap upaya untuk menemukan, menang-
mencapai
kap, dan membawa ikan tepat waktu.
nilai
pendapatan
produk
titik
loin
perubahan
tuna
sebesar
Rp172.250.
Upaya yang mungkin dapat dilakukan
Secara umum resistensi gerak
untuk mendapatkan kecepatan tertentu
kapal terbesar terjadi pada kondisi kapal
yaitu dengan jalan
menambah daya
beroperasi. Berdasarkan hasil pelatihan
mesin (HP) yang lebih besar atau dengan
dan pemagangan, peserta telah dapat
menambah efisiensi (%) penggunaan
menghasilkan kapal dengan nilai kece-
daya mesin yang ada.
patan dan resistensi yang relatif lebih unggul dibanding kapal kayu dalam tipe
60
ISSN : 2355-6617, http//ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan
Akhmad Mansyur dan La Anadi, Introduksi Kapal Fiberglass
Untuk menganalisis kinerja keu-
C. Kinerja Manajemen Kemitraan Berdasarkan hasil dapat disimpulkan
bahwa
yang
NPM dan ROA sebelum dilaksanakan
praktik
merger dan akusisi dibandingkan setelah
manajemen laba yang dilakukan KIAT-
merger dan akuisisi. Berdasarkan pengu-
MMP dengan cara menaikkan nilai akrual
jian dapat disimpulkan bahwa tidak
(income increasing accruals) sebelum
terdapat perbedaan antara total asset
merger
terbukti.
turnover (TATO) sebelum dan sesudah
Berdasarkan hasil ini maka hipotesis nol
merger dan akuisisi pada usaha-usaha
yang menyatakan bahwa tidak terdapat
budidaya rakyat yang diestimasi. Artinya
praktik manajemen laba yang dilakukan
adanya
KIAT-MMP dengan cara menaikkan nilai
mempunyai pengaruh yang signifikan
akrual sebelum merger dan akuisisi
terhadap TATO. Adapun untuk net profit
dinyatakan diterima.
margin (NPM) berarti jika sebelum
menyatakan
dan
hipotesis
bahwa
akuisisi
satu
angan yang diproksikan dengan TATO,
terdapat
tidak
merger
dan
akuisisi
tidak
Hasil pengujian dimaksud dapat
merger dan akusisi setiap rupiah yang
dimungkinkan untuk terjadi dikarenakan
diinvestasikan KIAT-MMP akan meng-
periode pengamatan dalam kajian ini
hasilkan
hanya kurang lebih dua tahun (satu tahun
Rp16.50 maka setelah merger dan akusisi
sebelum dan satu tahun sesudah akuisisi).
setiap
Padahal penilaian kinerja usaha dalam
menghasilkan Rp9.20. Dalam uji paired
melakukan
di
samples t-test didapatkan probabilitas
dasarkan pada rasio-rasio keuangan dan
signifikansi (0,028) lebih rendah daripada
harga jual beli di sekitar periode kajian.
0,05, maka dapat dinyatakan bahwa
Metode
semakin
indikator NPM mempunyai perbedaan
panjang baik sebelum maupun sesudah
yang signifikan secara statistik antara
dimungkinkan dapat menganalisis terja-
NPM sebelum dan sesudah merger dan
dinya praktek manajemen laba antara
akuisisi
sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.
rakyat yang diestimasi. Artinya adanya
Selain itu juga sedikitnya jumlah usaha-
merger dan akuisisi akan mempengaruhi
usaha rakyat yang diestimasi dalam
secara signifikan terhadap NPM.
merger
pengamatan
dan
akuisisi
yang
keuntungan
rupiah
pada
netto
penjualan
usaha-usaha
sebesar
hanya
budidaya
menganalisis tindakan manajemen laba
Adapun pengujian terhadap return
sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.
on assets (ROA) didapatkan probabilitas
Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 2(1): April 2015
61
Akhmad Mansyur dan La Anadi, Introduksi Kapal Fiberglass
signifikansi (0,89) lebih besar daripada
penelitian menunjukkan tidak adanya
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak
perbedaan kinerja yang signifikan untuk
terdapat perbedaan secara statistik antara
periode sebelum dan sesudah merger dan
ROA sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi baik dari return saham maupun
akuisisi
rasio keuangan.
pada
usaha-usaha
budidaya
rakyat yang diestimasi. Artinya adanya
Hasil pengujian terhadap kinerja
merger dan akuisisi tidak berpengaruh
keuangan
yang
diproksikan
dengan
signifikan terhadap ROA perusahaan.
TATO, NPM, dan ROA ini sesuai dengan
Berdasarkan hasil tersebut dapat
penelitian yang dilakukan oleh Payamta
disimpulkan bahwa hipotesis kedua yang
(2000), kecuali untuk indikator NPM.
menyatakan bahwa terdapat perbedaan
Payamta (2000) menemukan tidak adanya
antara kinerja keuangan sebelum dan
perbedaan
sesudah
tidak
sebelum dan sesudah merger dan akuisisi,
terbukti. Berdasarkan hasil ini maka
baik dari segi rasio keuangan maupun
hipotesis nol yang menyatakan bahwa
harga
tidak terdapat perbedaan antara kinerja
menambahkan ada kemungkinan terjadi
keuangan sebelum dan sesudah merger
tindakan window dressing atas keuangan
dan akuisisi dinyatakan diterima.
perusahaan pengakuisisi untuk tahun-
merger
Hasil
dan
kajian
akuisisi
saham.
yang
signifikan
Selanjutnya
Payamta
kinerja
tahun sebelum merger dan akuisisi
keuangan usaha sebelum dan sesudah
dengan menunjukkan kekuatan-kekuatan
merger dan akuisisi yang diproksikan
yang lebih baik sehingga menarik bagi
melalui indikator TATO, NPM dan ROA
perusahaan target. Secara teori, setelah
sesuai
merger dan akuisisi ukuran perusahaan
dengan
terhadap
kinerja
kajian
Payamta
dan
Sektiawan (2004) kecuali indikator net
dengan
profit margin dimana kajian ini telah
karena aset, kewajiban, dan ekuitas
dikonfirmasi oleh Sadi’yah (2005) dan
perusahaan digabung bersama. Dasar
Rosana (2005) yang meneliti pengaruh
logis
merger dan akuisisi terhadap kinerja
akuntansi adalah bahwa jika ukuran
perusahaan manufaktur selama 2 tahun
bertambah besar ditambah dengan sinergi
sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan
yang dihasilkan dari aktivitas-aktivitas
akuisisi, yang diproksikan melalui return
yang simultan, maka laba perusahaan
saham
juga akan meningkat. Oleh karena itu,
62
dan
rasio
keuangan.
Hasil
sendirinya
dari
bertambah
pengukuran
besar
berdasarkan
ISSN : 2355-6617, http//ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan
Akhmad Mansyur dan La Anadi, Introduksi Kapal Fiberglass
kinerja
pasca
merger
dan
akuisisi
itu perlu dilakukan penyempunaan mela-
seharusnya semakin baik dibandingkan
lui pembuatan lodang sirkulasi air yang
dengan sebelum merger dan akuisisi.
dapat melintasi seluruh kompartemen.
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Program pengabdian peningkatan kapa-
Anadi. 2011. Desain dan Keragaan Kapal Pancing Tonda Material Fiberglass di Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara. Buletin Penelitian dan Pengembangan Undayana. Vol. XII No. 3. 2011
sitas produksi Loin Tuna dapat menghasilkan nelayan tangkap tuna yang mampu mengolah hasil tangkapannya menjadi loin di masing-masing lokasi penangkapan. Kualitas dan mutu loin hingga pada penampungan masih dapat dipertahankan pada kondisi mutu Tipe A sebagai manfaat
metode
pengemasan
dan
penggunaan kapal fiberglass yang memberikan ketepatan prediksi waktu pendaratan. Akhirnya, wirausahawan tuna telah dapat dihasilkan sebanyak tiga orang dengan mengedepankan pola kemitraan dengan
Pemerintah
Daerah
Provinsi
Sulawesi Tenggara maupun industry Loin Tuna yang ada di Kabupaten Buton sebagai organisasi pengakuisisi. SARAN Aplikasi teknologi kapal pancing tonda tuna yang telah diterapkan oleh nelayan binaan
pada
tahun
pertama
masih
memiliki kelemahan utama yaitu sirkulasi
Anadi.
2012. Pengembangan Desain Kapal Pancing Tonda dengan Material Fiberglass di Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara. Buletin PSP Bogor. Vol. XX No. 1. 2012
Mansyur, A. 2012. Manajemen Armada Semut dalam Peningkatan kapasitas produksi perikanan tangkap tuna di WPP-RI 714. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional, Membangun Negara Maritim. Kendari. Mansyur, A. 2011. Peranan Modal Sosial bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan GU Lakudo Kabupaten Buton. Jurnal Agribisnis Pertanian. Vol. 21. P. 75. Munirwan. 2012. Analisis Pembuatan Minyak Kelapa Skala Rumah Tangga Kelompok Wanita Tani di Desa Peoha Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka. Laporan penelitian BOPTN Unhalu. 2012.
air pembuangan masih tertampung pada masing-masing
kompartemen
kapal
sehingga merepotkan pengguna ketika melakukan pembuangan air. Oleh karena
Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 2(1): April 2015
Traung, JO. 1988. New Possibilities for Improvement in the Design of Fishing Vessels, Fishing Boat of The World 1. FAO. Italy.
63
Akhmad Mansyur dan La Anadi, Introduksi Kapal Fiberglass
Zakki, A F. 2005. Deskrispsi kapal ikan tradisional di Propinsi Jawa Tengah. Kapal Vol. 2. No. 2. Program Studi Teknik PerkapalanUNDIP. Zakki, A F. 2006. Pengkajian Karakteristik Ukuran Utama Kapal Tipe Batang. Kapal Vol. 3. No. 1, Program Studi Teknik PerkapalanUNDIP.
64
ISSN : 2355-6617, http//ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan