INTISARI
KARYA TULIS ILMIAH. D III KEBIDANAN NGUDI WALUYO. Silva Octariani 1), Ari Andayani, S.SiT,M.Kes2), Eti Salafas, S.SiT3)
Perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk memantau pertumbuhan anak. Apabila kenaikan berat badan anak lebih rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko akan mengalami kekurangan gizi. Sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari yang seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi. Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antopometri berat badan menurut umur, dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan kader dengan pengisian KMS Balita di desa Jetak dan Samirono, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Desain penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif korelasional dan pengambilan data menggunakan data primer. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader yang berada di desa Jetak dan Samirono dengan tehknik total sampling sebanyak 55 orang. Hasil penelitian yaitu ada hubungan antara pengetahuan kader dan pengisian KMS Balita di desa Jetak dan Samirono, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang dengan menggunakan uji statistik chi square (χ²) diperoleh nilai X2 = 7,447 lebih besar dari X2 tabel = 3,841 , dengan demikian dengan nilai p value 0,024 < 0,05. Sebanyak 72,0% kader dengan pengetahuan baik dan tepat dalam pengisian KMS Balita. Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan pendidikan kepada kader posyandu tentang kesehatan ibu dan anak khususnya cara pengisian KMS Balita.
Kata Kunci : pengetahuan kader, pengisian KMS Balita
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PENGISIAN KMS BALITA DI DESA JETAK DAN SAMIRONO, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG
1
ABSTRACT
Changes in body weight is a very sensitive indicator for monitoring the growth of children. If the child's weight gain is lower than it should be, the growth is disturbed and children at risk will experience malnutrition. Conversely, if the greater weight gain it should be an indication of the risk of excess nutrients. Toddler Growth And Development Book Monitor is a card that contains the child's normal growth curve based index antopometri weight according to age, with growth disorders or risk toddler growth and development book monitor excess nutrients can be caught early, so that preventive action can be done more quickly and just before the problem is more severe. This study aims to determine the relationship between cadre’s knowledge and charging of toddler growth and development book monitor Jetak and Samirono village, District Getasan, Semarang regency. The design of this study used a descriptive correlational research design and data collection was primary data. The population in this study were all cadres located in the Jetak ad Samirono village and taken with total sampling technique that was 55 people. The results of the study found that there is a relationship between and knowledge charging toddler growth and development book monitor cadres in the Jetak and Samirono village, Getasan subdistrict, Semarang regency using chi-square statistical test (χ²) values obtained X2 = 7.447 is greater than the table X2 = 3.841, thus the value of p value 0.024 <0.05. A total of 72.0% with a cadre’s of knowledge of good and right in charging Toddler growth and development book monitor. It is expected that health workers can provide education for a cadre of neighborhood health center on maternal and child health in particular how to fill Toddler growth and development book monitor. Keywords: knowledge of cadres, charging Toddler Growth and Development Book Monitor
Latar Belakang Perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk memantau pertumbuhan anak. Apabila kenaikan berat badan anak lebih rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko akan mengalami kekurangan gizi. Sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari yang seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi. Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antopometri berat badan menurut umur, dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara
lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat (Permenkes RI, 2010 ;h.3). KMS di Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an sebagai sarana utama kegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari (1) penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan berat badan setiap bulan, pengisian KMS, menentukan status pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan berat badan, dan (2) menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. Tindak lanjut hasil pemantauan pertumbuhan biasanya berupa konseling, pemberian makanan tambahan, pemberian suplementasi gizi dan rujukan (Permenkes RI, 2010; h.3).
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PENGISIAN KMS BALITA DI DESA JETAK DAN SAMIRONO, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG
2
Pada saat ini pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan utama Pos pelayanan Terpadu (Posyandu) yang jumlahnya mencapai lebih dari 260 ribu yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 74,5% (sekitar 15 juta) balita pernah ditimbang minimal 1 kali selama 6 bulan terakhir dan sebanyak 65% (sekitar 12 juta) balita memiliki KMS (Permenkes RI, 2010 ; h.5). Pelaksanaan program-program posyandu memerlukan kerjasama dari berbagai pihak terkait diantaranya perangkat desa, kader kesehatan, pemuda. Lembaga swadaya Masyarakat (LSM), dan seluruh warga masyarakat pada umumnya. Kader Kesehatan merupakan pelaksana program posyandu. Salah satu indikator keberhasilan pengembangan program posyandu yakni kader kesehatan yang aktif melaksanakan tugasnya dengan baik (Syafrudin dan Hamidah,2009 ;h.32) Menurut Kemenkes (2011), kader bertugas untuk melakukan penimbangan berat badan bayi, menentukan status pertumbuhan berdasarkan kurva KMS serta memberikan penyuluhan dan konseling gizi. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005 hanya 46,6% kader posyandu yang pernah mendapat pelatihan tentang KMS. Menurut 58,6% kader yang disurvey, penggunaan KMS adalah untuk memantau pertumbuhan balita. Akibatnya pemanfaatan KMS sebagai sarana penyuluhan gizi dinilai masih rendah. Ini membuktikan bahwa masih lemahnya pengetahuan kader tentang KMS bila ditinjau dari aspek pemanfaatan KMS. Banyak terjadinya angka putus (droup out) ataupun pergantian kader tanpa diikuti pelatihan atau retraining menyebabkan lemahnya pengetahuan kader dalam memberikan pelayanan, salah satunya pengetahuan tentang KMS. Hal ini akan mengakibatkan kegiatan pemantauan pertumbuhan balita yang dinilai dari KMS tidak dapat dilakukan secara optimal,
sehingga upaya pemantauan menjadi kurang efektif (Sulistyorini dkk, 2010 ;h.43). Hasil studi pendahuluan pada tanggal 23 November 2013, di desa wilayah kerja Puskesmas Jetak yang terdiri dari 5 desa dan dilakukan pengamatan saat posyandu. Dengan hasil beberapa kader yang belum tepat dalam pengisian KMS Balita yaitu di Desa Samirono dan di Desa Jetak, Kecamatan Getasan. Di Desa Samirono terdapat 25 kader dan di Desa Jetak tedapat 30 kader. Sudah dilakukan pelatihan kader baik tentang KMS maupun Posyandu di masing masing desa. Bidan Desa juga ikut berperan dalam posyandu setiap bulannya dan ikut mengawasi bagaimana kader dalam mengisi KMS Balita. Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi pada 15 kader, 10 di antaranya hanya mampu menimbang dan mengisi pada buku penimbangan. Tetapi untuk mengisi pada grafik berat badan, membaca, dan menilai KMS masih belum mampu. Jika pengetahuan dan kemampuan Kader Posyandu dalam mengisi grafik berat badan secara benar dan menafsirkan kurang, maka akan berakibat terjadinya penafsiran pertumbuhan sehingga tidak diketahui penyimpangan. Gizi buruk yang seharusnya terdeteksi secara dini tak dapat dilakukan pada akhirnya terjadilah keterlambatan dalam intervensi dan penatalaksaannya (Lenocoly, 2008). Sebaliknya jika kader mampu mengisi grafik berat badan dan menafsirkan KMS dengan benar maka keadaan kurang gizi akan cepat terdeteksi dan tertangani sehingga status gizi balita menjadi baik. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Hubungan tingkat pengetahuan Kader dengan pengisian KMS Balita di Desa Jetak dan Samirono,Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PENGISIAN KMS BALITA DI DESA JETAK DAN SAMIRONO, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG
3
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pengisian KMS Balita di Desa Jetak dan Samirono, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang ?” POPULASI Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang tetapi juga benda alam lain (Setiawan dan Sayono, 2011;h.88). Populasi dalam penelitian ini adalah semua kader posyandu yang berada di Desa Jetak dan Samirono, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang yaitu 25 kader berada di Desa Jetak dan 30 kader berada di Desa Samirono. SAMPEL Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang di teliti (Arikunto, 2006;h.137). Menurut Hidayat (2007;h.120), sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik total sampling Menurut Notoatmodjo (2010), total sampling yaitu teknik sampling yang mengambil semua populasi untuk dijadikan sampel. Dalam hal ini, peneliti mengambil seluruh kader yang berada di desa Jetak dan Samirono dari untuk dijadikan sampel, dan didapatkan sejumlah 55 kader posyandu. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yaitu suatu cara pengumpulan data atau suatu masalah yang banyak menyangkut kepentingan umum atau banyak orang. Kuesioner dilakukan dengan cara mengedarkan suatu daftar
pernyataan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). SUMBER DATA 1. Data Primer Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara memberikan kuisioner pengetahuan kader tentang KMS Balita meliputi pengertian, fungsi KMS, kegunaan KMS, penjelasan umum KMS, langkah pengisian, dan tindak lanjut penimbangan. 2. Data sekunder Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia yaitu catatan jumlah kader posyandu yang aktif diwilayah kerja puskesmas Jetak diperoleh dari catatan yang dimiliki bidan setempat dan lembar cheklist pengisian KMS Balita. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sesuai tujuan penelitian bab ini menyajikan hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan kader dengan pengisian KMS Balita (Pengertian, fungsi, kegunaan, langkah langkah pengisian, tindak lanjut hasil penimbangan) di Desa Jetak dan Samirono Kecamatan Getasan. Responden dalam penelitian adalah kader posyandu yang berada di wilayah Desa Jetak dan Samirono, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang yaitu sejumlah 55 orang. Hasilhasil dari penelitian disajikan berikut ini.
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PENGISIAN KMS BALITA DI DESA JETAK DAN SAMIRONO, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG
4
HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Umur Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Kader Posyandu di Desa Jetak dan Samirono, Kec. Getasan, Kab. Semarang, 2014 Umur 17-25 Tahun (Remaja Akhir) 26-35 Tahun (Dewasa Awal) Jumlah
Frekuensi 12
Persentase (%) 21,8
43 55
78,2 100,0
Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa dari 55 responden kader Posyandu di wilayah Puskesmas Jetak, Kec. Getasan, Kab. Semarang, sebagian besar berusia 26-35 tahun (masa dewasa awal) sejumlah 43 orang (78,2%). Pendidikan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Kader Posyandu di Desa Jetak dan Samirono, Kec. Getasan, Kab. Semarang, 2014 Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah
Frekuensi 3 24 26 2 55
Persentase (%) 5,5 43,6 47,3 3,6 100,0
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa dari 55 responden kader Posyandu di Desa Jetak dan Samirono, Kec. Getasan, Kab. Semarang, lebih banyak berpendidikan SMA sejumlah 26 orang (47,3%). Analisis Univariat Pengetahuan Kader tentang Pengisian KMS Balita Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Kader Posyandu tentang Pengisian KMS Balita di Desa Jetak dan Samirono, Kec. Getasan, Kab. Semarang, 2014
1. Desa Samirono Pengetahuan Kurang Cukup Baik Jumlah
Frekuensi 4 9 12 25
Persentase (%) 16 36 48 100,0
Frekuensi 8 9 13 30
Persentase (%) 26,67 30 43,33 100,0
2. Desa Jetak Pengetahuan Kurang Cukup Baik Jumlah
Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa pengetahuan kader Posyandu tentang pengisian KMS balita di Desa Samirono lebih banyak dalam kategori baik, yaitu sebesar 12 responden (48%) dan di Desa Jetak lebih banyak dalam kategori baik yaitu sebesar 13 responden (43,33%). Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Kader Tentang Pengisian KMS Balita Berdasarkan Pertanyaan Berdasarkan tabel dapat dilihat 50 responden yaitu 90,1 % sudah mengetahui pengertian dari KMS Balita, dan tanggal pengisian imunisasi yang ditulis oleh petugas kesehatan setelah imunisasi diberikan. Tetapi banyak juga yang belum mengetahui penjelasan tentang kemungkinan berat badan balita tidak naik dalam 1 kali penimbangan dan menganjurkan ibu untuk datang pada penimbangan berikutnya yaitu sebesar 32 responden (58,2%). Kemampuan Kader Posyandu dalam Pengisian KMS Balita Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kemampuan Kader Posyandu dalam Pengisian KMS Balita di Desa Jetak dan Samirono, Kec. Getasan, Kab. Semarang, 2014
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PENGISIAN KMS BALITA DI DESA JETAK DAN SAMIRONO, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG
5
1. Desa Samirono Kemampuan Kader dalam Pengisian KMS Tepat Tidak tepat Jumlah
Frekuensi
Persentase (%)
15 10 25
60 40 100,0
Frekuensi
Persentase (%) 50 50 100,0
2. Desa Jetak Kemampuan Kader dalam Pengisian KMS Tidak Tepat Tepat Jumlah
15 15 30
Berdasarkan tabel 4.5, kemampuan kader dalam pengisian KMS Balita di Desa Samirono lebih banyak dalam kategori tepat, yaitu sebesar 15 responden (60%), dan di Desa Jetak 15 responden (50%) dalam kategori tepat dan 15 responden (50%) dalam kategori tidak tepat. Tabel 4.6
No 1
2 3 4 5 6
7
8 9
10
Distribusi Frekuensi Kemampuan Kader Posyandu dalam Pengisian KMS Balita di Desa Jetak dan Samirono, Kec. Getasan, Kab.Semarang,2014 Pernyataan
KMS ditulis berdasarkan jenis kelamin. Terdapat nama anak. Terdapat bulan lahir. Terdapat bulan penimbangan anak. Berat badan dicatat. Penulisan berat badan berdasarkan umur Penghubungan garis penimbangan tepat Terdapat pemberian tanda N/T. Terdapat Kenaikan Berat Badan Minimum. Kolom pemberian ASI eksklusif terisi.
Ya 54
Frekuensi % Tidak 98,2 1
% 1,8
54
98,2
1
1,8
54
98,2
1
1,8
52
94,5
3
5,5
54 51
98,2 92,7
1 4
1,8 7,3
50
90,9
5
9,1
51
92,7
4
7,3
43
78,2
12
21,8
46
83,6
9
16,4
Berdasarkan tabel 4.6 yaitu tabel distribusi frekuensi kemampuan kader posyandu dalam pengisian KMS balita di Desa Jetak dan Samirono, sebanyak 54 responden (98,2%) menulis KMS berdasarkan jenis kelamin anak, 52 responden (94,5%) mencatat bulan penimbangan anak. ANALISIS BIVARIAT Analisis bivariat pada bagian ini menyajikan hasil analisis hubungan tingkat pengetahuan dengan kemampuan kader dalam pengisian KMS di Desa Jetak dan Samirono, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Untuk mengetahui hubungan ini digunakan uji Chi Square, dimana hasilnya disajikan berikut ini. Tabel 4.7
Pengeta huan Kurang Cukup Baik Jumlah
Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Kemampuan Kader dalam Pengisian KMS di Desa Jetak dan Samirono Kec. Getasan, Kab. Semarang, 2014
Kemampuan Pengisian KMS Tidak Tepat Tepat F % f % 9 75,0 3 25,0 9 50,0 9 50,0 7 28,0 18 72,0 13 45,5 30 55,5
Total f 12 18 25 30
% 100 100 100 100
χ²
7,447 0,024
Berdasarkan tabel 4.5, dapat diketahui bahwa kader dengan pengetahuan kurang sebagian besar tidak tepat dalam pengisian KMS sejumlah 75,0%, dan kader dengan pengetahuan cukup yang tepat dalam pengisian KMS sejumlah 50,0%, sedangkan kader dengan pengetahuan baik sebagian besar tepat dalam pengisian KMS sejumlah 72,0%. Berdasarkan uji Chi Square didapat nilai χ² hitung sebesar 7,447 dengan pvalue 0,024. Oleh karena p-value = 0,024 < α (0,05), disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kemampuan kader dalam pengisian KMS di Desa Jetak dan Samirono, Kecamatan Getasan.
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PENGISIAN KMS BALITA DI DESA JETAK DAN SAMIRONO, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG
Pvalue
6
Pembahasan Dalam bagian ini, disajikan mengenai pembahasan hasil penelitian yang meliputi tingkat pengetahuan kader dengan pengisian KMS Balita di Desa Jetak dan Samirono, Kec.Getasan, Kab. Semarang. ANALISIS UNIVARIAT a. Pengetahuan Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian terhadap pengetahuan kader dengan pengisian KMS Balita diketahui dari 55 responden kader posyandu, 25 kader berada di Desa Samirono, dan 30 kader berada di Desa Jetak, didapatkan 12 responden (48%) dalam kategori baik, 9 responden (36%) dalam kategori cukup,4 responden (16%) dalam kategori kurang. Sedangkan di Desa Jetak didapatkan 13 responden (43,3%) dalam kategori baik, 9 responden (30%) dalam kategori cukup, 8 responden (26,67%) dalam kategori kurang. Masih rendahnya pengetahuan kader ini dapat dilihat dari beberapa jawaban pernyataan responden yang tidak sesuai dengan semestinya walaupun sebagian besar jawaban pertanyaan responden sudah benar. Hal tersebut dikarenakan kader tidak menerapkan pengetahuan yang dimilikinya secara maksimal, mereka hanya sekedar mengisi KMS tanpa meneliti kembali hasil pengisian KMS. b. Pengisian KMS Balita Berdasarkan tabel 4.4 yaitu kemampuan kader posyandu pengisian KMS Balita di Desa Samirono didapatkan 15 reponden (60%) dalam kategori tepat, 10 responden (40%) dalam kategori tidak tepat,sedangkan di Desa Jetak 15 responden (50%) dalam kategori tepat dan 15 responden (50%) dalam kategori tidak tepat. Dan dilihat dari distribusi kemampuan kader dalam pengisian KMS Balita, 98,2 % responden menulis KMS berdasarkan jenis kelamin balita, 98,2
% responden menulis bulan lahir, 94,5 % menulis bulan penimbangan anak. Tetapi hanya 83,60 % responden yang mengisi pada kolom pemberian ASI Eksklusif. Data penelitian terhadap pengisian kader dalam pengisian KMS Balita menunjukkan bahwa kader di Desa Jetak dan Samirono Kabupaten Semarang dengan kategori pengisian tepat yaitu sebanyak 30 responden (54,5%) dan kategori pengisian tidak tepat sebanyak 25 responden (45,5%). Hal tersebut membuktikan bahwa sebagian besar responden di Desa Jetak dan Samirono Kabupaten Semarang dalam melakukan pengisian KMS sudah tepat, yang dilihat dengan tinggi prosentase jawaban responden yang sesuai dengan teori. Reponden tidak hanya sekedar mengetahui tentang pengertian, fungsi dari KMS saja tetapi mereka juga sudah fasih dalam pengisian KMS dan tindak lanjut yang harus dilakukan sesuai dengan hasil penimbangan. Berdasarkan jawaban responden, peneliti mengetahui bahwa responden sudah sangat mengetahui setiap item yang sangat penting di dalam KMS yang sangat menentukan ketepatan dalam pengisian KMS. c. Analisa Bivariat Berdasarkan uji korelasi Chi Square, diperoleh nilai p-value sebesar 0,024 oleh karena p-value = 0,024< α (0,05) dan hasil X² hasil = 7,447 > X² tabel = 5,991 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara hubungan tingkat pengetahuan kader dengan pengisian KMS Balita di Desa Jetak dan Samirono, Kecamatan Getasan, Kab. Semarang. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, diketahui responden dengan pengetahuan kurang dan kategori tidak tepat dalam pengisian KMS Balita sebanyak 9 responden (75,0%), pengetahuan
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PENGISIAN KMS BALITA DI DESA JETAK DAN SAMIRONO, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG
7
kurang dan kategori tepat dalam pengisian KMS Balita sebanyak 3 responden (25,0%). Responden dengan pengetahuan cukup dan kategori tidak tepat dalam pengisian KMS Balita sebanyak 9 responden (50,0%), pengetahuan cukup dan kategori tepat dalam pengisian KMS Balita sebanyak 9 responden (50,0%). Responden dengan pengetahuan baik dan kategori tidak tepat dalam pengisian KMS Balita sebanyak 7 responden (28,0%), pengetahuan baik dan kategori tepat dalam pengisian KMS Balita sebanyak 18 responden (72,0%). Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa Jetak dan Samirono, Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang tentang ”hubungan antara tingkat pengetahuan kader dengan pengisian KMS Balita”. Dapat disimpulkan bahwa : 1. Kader di Desa Samirono sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik tentang KMS Balita sebanyak 12 orang (48%). 2. Kader di Desa Jetak sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik tentang KMS Balita yaitu sebanyak 13 orang (43,3%). 3. Kemampuan kader posyandu dalam pengisian KMS Balita di Desa Samirono sebanyak 15 orang (60%) dalam kategori tepat, sedangkan di Desa Jetak sebanyak 15 orang (50%) dalam kategori tepat dan 15 orang (50%) kategori tidak tepat. 4. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan kader dengan kemampuan kader dalam pengisian KMS Balita di Desa Jetak dan Samirono, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, yang dapat dilihat dari hasil uji chi square sebesar 7,447 dengan nilai value 0,024 dan p-value (0,024) < α (0,05).
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. ProsedurxPenelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2006. Pegangan Kader Posyandu, Surabaya. Dinas Kesehatan jawa Timur. 2006. Pedoman Pelatihan Kader Posyandu, Surabaya. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta. Eny dan Sriati. 2011. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika Gubernur Jawa Tengah, Peraturan Gubernur Jawa Tengah nomor 67 tahun 2006 tentang Pedoman Operasional Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) Model di Propinsi JawaTengah, Semarang. 2006 Hidayat, A. 2010 Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. Ismawati, Cahyo.2009 Posyandu dan Desa Siaga. Yogyakarta : Nuha Medika. Kementerian Kesehatan RI. 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta : Kemenkes RI Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta : Kemenkes RI Kementerian Kesehatan RI. 2011c. Buku Panduan Kader Posyandu, Menuju Keluarga Sadar Gizi. Jakarta : Kemenkes RI.
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PENGISIAN KMS BALITA DI DESA JETAK DAN SAMIRONO, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG
8
Kementerian Kesehatan RI. 2010b. Peraturan Menteri Kesehatan No.155 tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat bagi Balita. Jakarta : Kemenkes RI. Mashudi, Sugeng. 2011. Pengetahuan Kader Posyandu Tentang Kartu Menuju Sehat (KMS) Baru. Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Prasetyarwati, Arsita. 2012. Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Dalam Millenium Development Goals (MDGs). Yogyakarta : Nuha Medika. Pujiastuti, Ratna Dewi. 2011. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika Sabri, L dan Hastono, S. 2008. Statistik Kesehatan. Jakarta : Rajawali Pers. Setiawan, Ari dan Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Yogyakarta : Nuha Medika. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. 2010. Statiska Untuk Penelitian . Bandung : Alfabeta Yunisiswanti. 2008. Pengetahuan dalam Menilai Tumbuh kembang Balita, Tidak dipublikasikan.
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PENGISIAN KMS BALITA DI DESA JETAK DAN SAMIRONO, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG
9