INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL DALAM PEMBENTUKAN PERILAKU PESERTA DIDIK DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 3 MATARAM Baharudin1, Farida Batnur2 1
IAIN Mataram, 2Alumni Program Pascasarjana IAIN Mataram Email:
[email protected],
[email protected]
Abstrak: Pelaksanaan proses internalisasi nilai-nilai moral dalam membentuk perilaku peserta didik dilakukan melalui kegiatan intrakurikuler melalui proses belajar mengajar di dalam kelas bertujuan agar guru mengaitkan materi pembelajaran dengan nilai-nilai moral, dan melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam, dengan beberapa tahapan, yaitu: a) tahap pemberian pengetahuan, b) tahap pemahaman, c) tahap pembiasaan, dan d) tahap transinternalisasi. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yang pengkajiannya dilakukan secara komprehensif, salah satu pendekatan yang secara primer menggunakan paradigma pengetahuan berdasarkan konstruktivis atau pandangan advokasi partisipatori atau keduanya. Dalam mengumpulkan data penelitian digunakan teknik-teknik observasi, wawancara atau interview, analisis isi untuk menyajikan respons-respons dan perilaku subyek, tidak hanya sebatas mendesikripsikan data tetapi memberikan penafsiran atau interpretasi dan pengkajian secara mendalam (verstehen) setiap kasus dan mengikuti perkembangan kasus tersebut. Hasil penelitian ini adalah bahwa dalam proses internalisasi nilai-nilai moral peserta didik, Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram menggunakan beberapa pendekatan: Pertama, pendekatan vocation, pendekatan yang memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada peserta didik untuk secara bebas mengekspresikan respon efektipnya terhadap stimulus yang diterimanya. Kedua, pendekatan inculcation, suatu pendekatan yang memberikan penekanan pada penanaman niai-nilai sosial dalam diri peserta didik. Nilai-nilai sosial perlu ditanamkan kepada peserta didik, karena nilai-nilai sosial berfungsi sebagai acuan berperilaku dalam intraksi sosial dengan sesama sehingga keberadaannya dapat diterima di masyarakat. Ketiga pendekatan value awareness, pendekatan agar peserta didik menerima stimulus dan dibangkitkan kesadarannya akan nilai tertentu. Implikasi internalisasi nilai-nilai moral hadap pembentukan perilaku peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman, penghayatan, kesadaran peserta didik dalam menerapkan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap meningkatkan kedisiplinan, membangun kerjasama, bertanggung jawab, berperilaku sopan, di kalangan peserta didik. Kata kunci: internalisasi; nilai-nilai moral; perilaku; peserta didik
PENDAHULUAN Dalam menghadapi berbagai perubahan yang terjadi, bangsa Indonesia dihadapkan dengan berbagai persoalan termasuk persoalan moral. Krisis moral yang terjadi dapat dilihat pada hampir semua lapisan masyarakat, termasuk dikalangan pelajar. Setidaknya ada tiga gejala sosial yang menjadi indikasi bahwa bangsa kita masih mengedepankan krisis moral, yaitu: pertama, masih merajalelanya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dari tingkat hulu sampai hilir birokrasi pemerintahan dan dalam berbagai aspek kehidupan
19
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 1, Januari 2016: 19-40
masyarakat; kedua, lemahnya rasa tanggung jawab sosial para pemimpin bangsa serta pejabat publik umumnya; ketiga, kurangnya rasa kemanusia masyarakat.1 Searah dengan hal di atas, dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan moral dan moraltersebut muncul dilatarbelakngi oleh setidaknya ada dua kondisi, yaitu, pertama, Indonesia saat ini sepertinya telah kehilangankrisis karakter yang telah dibangun berabad-abad. Keramahan, tenggang rasa, kesopanan, rendah hati, suka menolong, solidaritas sosial, dan sebagainya yang merupakan jati diri bangsa seolah-olah hilang begitu saja.Keadaan ini telah mengubah kesadaran bersama terhadap perlunya memperkuat kembali dimensi moralitas bangsa kita. Kedua, kondisi lingkungan sosial yang belakangan ini diwarnai oleh maraknya tindakan barbarisme, vandalisme baik fisik maupun non-fisik, semakin tumbuh suburnya perilaku korupsi, nepotisme, kolusi baru, hilangnya keteladanan pemimpin, sering terjadinya pembenaran politik dalam berbagai permasalahan yang jauh dari kebenaran universal, larutnya semangat berkorban bagi bangsa. Dapat dikatakan, krisis moral menimpa bangsa semakin menjadi-jadi, ditandai dengan maraknya tindakan asusila, kekerasan, pembunuhan, perjudian, pornografi, meningkatnya kasus, kenakalan remaja, jumlah pecandu narkoba dan minuman-minuman keras serta menjalarnya penyakit sosial lain yang semakin kronis. Menurut sebagian pengamat sosial, terjadinya krisis moral seperti sekarang ini sebagian bersumber dari kesalahan lembaga pendidikan yang dianggap belum optimal dalam membentuk kepribadian peserta didik. Lembaga pendidikan dinilai menerapkan paradigma partialistik karena memberikan porsi sangat besar untuk transmisi pengetahuan, namun melupakan pengembangan sikap, nilai dan perilaku dalam pembelajarannya, dimensi sikap juga tidak menjadi komponen penting dari proses evaluasi pendidikan. Hal demikian terjadi karena model penilian yang berlaku untuk beberapa mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan nilai selama ini hanya mengukur kemampuan kognetif peserta didik.2 Orientasi pendidikan nasional yang cenderung melupakan pengembangan dimensi nilai dan moral telah merugikan peserta didik secara individual maupun kolektif. Tendensi yang muncul adalah, peserta didik akan mengetahui banyak tentang sesuatu, namun ia menjadi kurang memiliki sistem nilai, sikap, minat maupun apresiasi secara positif terhadap apa yang diketahui. Anak akan mengalami perkembangan intelektual tidak seimbang dengan kematangan kepribadian sehingga melahirkan sosok spesialis yang kurang peduli dengan lingkungan sekitar (split personality) dan rentan mengalami distorsi nilai. Internalisasi nilai-nilai moral merupakan upaya untuk membantu subyek didik mengenal, menyadari pentingnya, dan menghayati nilai-nilai moral yang seharusnya dijadikan panduan bagi sikap dan perilakunya sebagai manusia, baik secara perorangan maupun bersama-sama dalam suatu masyarakat. Internalisasi nilai-nilai moral mendasari
Sudarminta, Pendidikan Masa Depan, Jakarta: Rajawali Press,2004) 106 Sukidi, Spritualitas Pendidikan, menuju pendidikan Moral, Jakarta PT Kompas, 25 Juni 2002 p. 4
1 2
20
Internalisasi Nilai-Nilai Moral (Baharudin & Batnur)
prinsip dan norma hidup baik yang memandu sikap dan perilaku manusia sebagai manusia dalam hidupnya. Kualitas hidup seseorang sangat ditentukan oleh nilai-nilai yang berlaku di tengah-tengah masyarakat, termasuk didalamnya nilai moral yang senyatanya dihayati sebagai pemandu serta penentu sikap dan perilakunya, baik dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam sekitar maupun dalam hubungnnya dengan Tuhan. Watak dan kepribadian seseorang dibentuk oleh nilai-nilai yang senyatanya dipilih, diusahakan, dan secara konsisten dihyati dalam tindakan.3 Dalam Sistem pendidikan nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas merumuskan tujuan pendidikan, yaitu: mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Maksud manusia seutuhnya adalah manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bermoral luhur. Disamping itu juga memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.4 Pendidikan dan pengajaran sebenarnya suatu upaya membantu pertumbuhan dan perkembangan pendidik di dalam melakukan internalisasi nilai-nilai moral terhadap peserta didik dalam meningkatkan kualitas perilakunya ke arah yang lebih baik dan lebih maju. Jadi secara implisit berbagai macam upaya internalisasi nilai-nilai moral bermuatan untuk menanamkan kesadaran peserta di dalam mendasarkan perilakunya pada nilai-nilai kebaikan dan keburukan, sehingga diharapkan para lulusannya meningkatkan perilaku baiknya dari waktu ke waktu dan perilaku buruk berkurang sebanyak mungkin, jika tidak dapat dihapuskan sama sekali. Oleh karena itu di dunia ini masalah baik dan buruk itu tetap ada, dan manusia memang tidak sempurna seratus persen, artinya manusia memang memiliki kelebihan-kelebihan, tetapi juga tidak luput dari kelemahan-kelemahan. Oleh karenya selalu ada kemungkinan berbuat salah atau tidak baik, terlebih lagi dengan derasnya arus globalisasi tentulah akan membawa banyak pengaruh, baik pengaruh yang baik maupun pengaruh yang buruk, maka kemampuan memilih hal-hal yang baik perlu ditingkatkan terus menerus. Sebagai lembaga pendidikan Islam formal, Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, memiliki tanggung jawab dalam melakukan internalisasi nilai-nilai moral kapada para peserta didik dengan harapan perilaku peserta didiknya sesuai dengan nilai-nilai moralitas yang berlaku. Berdasarkan hasil observasi awal peneliti di Madarsah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, dapat diketahui bahwa pihak Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram berupaya semaksimal mungkin melakukan berbagai macam upaya intrenalisasi nilai-nilai moral kepada para peserta didiknya, baik melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.5 Berdasarkan uraian di atas penelitian ini memfokuskan kajiannya pada: 1) 3
Sudrminta, Pendidikan Masa Depan….,2004: 109).
4
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang (Bandung: Umbara,
2006), 76 5
Observasi pada tanggal, 4 Maret 2014
21
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 1, Januari 2016: 19-40
Bagaimana pelaksanaan Internalisasi Nilai-Nilai moral pada peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram?, 2) Bagaimana Pendekatan Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram dalam melakukan Internalisasi Nilai-Nilai moral pada peserta didiknya? 3) Bagaimana implikasi Internalisasi Nilai-Nilai moral yang dilakukan Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram dalam membentuk perilaku peserta didiknya? METODE PENELITIAN Dilihat dari fokus dan ciri kajiannya penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Ciri utama penelitian kualitatif, menurut Lexy J. Moleong,6 terletak pada fokus penelitian, yaitu kajian secara intensif tentang keadaan tertentu, yang berupa kasus atau suatu fenomena. Sedangkan menurut Emzir7 meyatakan bahwa pendekatan penelitian kualitatif adalah salah satu pendekatan yang secara primer menggunakan paradigma pengetahuan berdasarkan konstruktivis atau pandangan advokasi partisipatori atau keduanya. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian di mana peneliti dalam melakukan penelitiannya menggunakan teknik-teknik observasi, wawancara atau interview, analisis isi, dan metode pengumpulan data lainnya untuk menyajikan responsrespons dan perilaku subyek. Dalam penelitian kulaitatif, peneliti tidak cukup hanya mendesikripsikan data tetapi ia harus memberikan penafsiran atau interpretasi dan pengkajian secara mendalam (verstehen) setiap kasus dan mengikuti perkembangan kasus tersebut8. Adapun seumber data dalam peneltian ini, yaitu data primer dan data sukunder. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata lisan, gerak gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subyek yang dapat dipercaya. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, para guru dan peserta didik serta staf pegawainya. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen grafis (catatan, natulen rapat) foto-foto, video yang dapat memperkaya data primer.9 Data skunder merupakan data penunjang bagi peneliti di dalam mengungkap pendidikan moral dan implikasinya terhadap perilaku peserta didik Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, seperti buku, hasil penelitian seperti tesis, jurnal, koran, artikel, makalah yang ditulis pihak lain, yang memiliki kaitan dengan subyek penelitian. Dalam penelitian ini ada beberapa teknik yang dipergunakan dalam pengumpulan data, yaitu: 1). Metode Observasi. Metode observasi merupakan pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang sedang diteliti10. Adapun data yang Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 1988), 125. Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualtitatif , (Jakarta: Rajawali Press, 2010), 280. 8 Setyosari, Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan ,( Jakarta: Rajawali Press, 2010), 34. 9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) 21-22. 10 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) 229. 6 7
22
Internalisasi Nilai-Nilai Moral (Baharudin & Batnur)
dikumpulkan melalui metode observasi ini adalah data berkaitan dengan pelaksanaan internalisasi nilai-nilai moral, proses pendekatan dan metode yang dipergunakan dalam pembentukan perilaku peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram. 2). Metode Wawancara Mendalam (deep Interview.) Cara ini dilakukan agar peneliti mengetahui lebih dalam maksud dan motivasinya yang bisa terungkap melalui pertanyaanpertanyaan kondisional tetapi mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari.11Adapun data yang diperloleh melalui wawancara ini berkaitan dengan pelaksanaan internalisasi nilainilai moral, pendekatan dan metode yang dipergunakan dalam pembentukan perilaku peserta didik Madrasah Tsanawiyah Negeri3 Mataram. Melalui metode wawancara ini peneliti juga mengumpulkan data tentang pendekatan, serta implikasinya dalam pembentukan moral peserta didik yang dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri3 Mataram. 3). Metode Dokumentasi. Metode dokumen yaitu upaya untuk menelusuri dan mencari data dari sumber lain yang berupa catatan-catatan, buku-buku, laporan, arsip, majalah, jurnal, surat kabar dan lainnya yang terkait dengan tema yang dibahas12. Adapun data yang diperoleh dari metode dokumentasi adalah dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan moral dan implikasinya terhadap perilaku peserta didik Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, baik itu berbentuk jurnal, buku, catatan-catatan dokumen yang berkaitan dengan internalisasi nilai-niIai moral dan implikasinya terhadap perilaku peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram yang meliputi: pendekatan, pendekatan dan implikasinya dalam pembentukan peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Internalisasi Nilai-Nilai Moral Dalam melaksanakan Internalisasi nilai-nilai moral dalam pembentukan perilaku peserta didik, Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, dilakukan dengan berbagai cara, baik melalui proses pembelajaran secara langsung maupun melalui kegiatan ektrakurikuler kerohanian Islam. Internalisasi nilai-nilai moral peserta didik, di kelas misalnya, para guru dituntut untuk masuk ke ruang kelas tepat waktu, dengan demikian, maka peserta didiknya pun akan mengikuti masuk ke kelas tepat pada waktunya. Bagaimanapun juga untuk membiasakan peserta didik masuk ke kelas tepat waktu, maka hal dibutuhkan pembiasaan dari para guru yang menjadi panutannya. Dalam proses belajar mengajar di dalam kelas, para guru juga senantiasa mengaitkan antara materi pembelajaran yang menjadi pokok bahasan pada saat itu, dengan hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai moral, seperti bagaimana berdisiplin, bagaimana membangun kerjasama, bagaimana membangun kepercayaan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa lainnya.
11 12
Subagyo, Metodologi penelitian Pendidikan(Jakarta: UI Press, 1998)139. Suharsimi, Prosedur , 231.
23
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 1, Januari 2016: 19-40
Belajar kelompok merupakan salah metode yang diterapkan oleh para guru ketika mengajar di kelas. Ketika ia mengajar di kelas para guru selalu meminta kepada peserta didik untuk terus belajar secara berkelompok, karena dengan belajar berkelompok selain dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik, juga dapat meningkatkan rasa persaudaraan di antara mereka, serta dapat mendorong peserta didik yang kurang rajin menjadi rajin, yang kurang disiplin menjadi meningkat kedisipinannya, karena melihat teman-teman di kelompoya rajin-rajin dan berdisiplin dalam menyelesaikan tugas yang diberikan gurunya di kelas, peserta didik yang tadinya termasuk tugas yang diberikannya. Selain melalui proses pembelajaran di kelas, internalisasi juga dilakukan melalui kegiatan ekstra kurikuler kerohanian Islam yang telah dibentuk oleh Madrasah Tsanawiyah. Pelaksanaan internalisais nilai-nilai moral kepada peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, melalui kegiatan ekstrakurikuler tidak dapat dilakukan secara sekaligus melainkan ada tahap-tahapan yang harus dilalui. Internalisasi nilai-nilai moral seperti menanamkan kedidiplinan, kejujuaran, membangun kerjasama, sopan, santun, bersih tidak dapat dilakukan dengancara sekaligus, tapi dengan cara step by step atau perlahan-lahandan itu merupakan proses yang harus dilalui dalam memperolehhasil yang terbaik. Ada Beberapa kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, dapat diketahui bahwa dalam melakukan internalisasi nilai-nilai moral peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram dilakukan melalui 4 (empat) tahap yaitu: 1) tahap pemberian pengetahuan, 2) tahap memahami, 3) tahap pembiasaan, dan 4) tahap transinternalisasi
a. Tahap Pemberian Pengetahuan Pemberian pengetahuan merupakan tahap awal di dalam menanamkan nilai moral kepada peserta didik di lingkungan Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram. Tahap pemberian pengetahuan ini dilakukan oleh para guru dan pembina kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, dengan maksud sebagai upaya di dalam memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang nilai-nilai moral. Tahapan ini dilakukan demi menunjang tercapainya internalisasi nilai-nilai moral terhadap perilaku peserta didik. Dalam tahap ini, hanya terjadi melalui komunikasi verbal, di mana guru aktif memberikan pengetahuan. Tahap ini dilakukan melalui kegiatan pembelajaran di kelas dalam mata pelajaran keagamaan seperti aqidah akhlaq, qur’an hadits, Bahasa Arab, fiqh. bahkan mata pelajaran IPS ekonomi. dan sebagainya. Karena bagaimanapun juga pemberian pengetahuan di kelas ketika guru melakukan proses belajar mengajar dapat memberikan pengaruh dalam tercapainya internalisasi nilai-nilai moral. Proses belajar mengajar yang diberikan guru secara bertahap dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik, termasuk pengetahuan akan nilai-nilai moral. Dengan adanya peningkatan pengetahuan ini, maka diharapkan kepada peserta didik dapat berubah perilakunya.
24
Internalisasi Nilai-Nilai Moral (Baharudin & Batnur)
Sementara itu kegiatan ekstrakurikuler juga secra tidak langsung dapat menambah pengetahuan peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler, seperti kegiatan kerohanian Islam, meliputu: kegiatan Imtaq, Peringatn Hari Besar Islam, pesantren Kilat, kegiatan Pramuka dan lainnya, merupakan bagian dari upaya madrasah dalam memberikan peningkatan pengetahuan bagi semua peserta didiknya. Keberadaan berbagai kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, bertujuan untuk meningkatkan pegetahuan sealigus mendorong peserta didik agar medasarkan segala perilakunya berdasarkan nilai-nilai moral sebagaimana dalam ajaran Islam, sehingga dapat menunjukkan kredibilitas tersendiri bagi lembaga Madrasah Tsanawiyah ini. Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram merupakan lembaga pendidikan yang agamis, maka visi dari kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam adalah peserta didik yang keluar dari Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram ini diharapkan memberikan ciri khas dalam keagamaannya seperti menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral berdasarkan ajaran Islam, sesuai dengan visi dan misi serta tujuan yang diharapkan oleh Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram. Target yang diharapkan dari proses kegiatan ekstakurikuler ini adalah tertanamnya nilai-nilai moral, seperti kedisiplinan, kerjasama, jujur, sehingga para peserta didik memiliki perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku sesuai dengan ajaran Islam. Kegiatan ektrakurikuler ini dalam pelaksanaan mengacu pada visi, misi dan tujuan madrasah yaitu mengembangkan terampil, maju, islami. Kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam yang dilaksanakan oleh Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram ini dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku peserta didik sehingga dapat diterapkan dalam kesehariannya, baik dalam lingkungan madrasah maupun di masyarakat. Ada beberapa kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam yang ada di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram dalam menunjang tercapainya proses internalisasi nilai-nilai moral terhadap perilaku peserta didik adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan Harian seperti: a). Berdo’a di awal dan di akhir Jam Pelajaran, b).Khitobah 2 bahasa, c). Shalat Dhuha dan Shalat Dhuhur berjama’ah 2) Kegiatan Mingguan: a) Amal Jum’at, b) Seni Baca Alqur’an, dan c) Group Shalawat 3) Kegiatan Bulanan meliputi: a) Kajian Islami, b) Tadarus dan Khataman Alqur’an 4) Kegiatan Tahunan: a) Peringatan Hari-Hari Besar Islam seperti: 1). Peringatan isro’ mi’roj, 2).Peringatan tahun baru hijriah 3). Peringatan maulid nabi Muhammad 4). Hari raya idhul adha (qurban) dan, 5). Nuzulul Qur’an, b) Pondok Ramadhan, c) Pengumpulan Zakat Fitrah, d) Bakti Sosial dan e) Istighosah
b. Tahap Pemahaman Tahap pemahaman ini merupakan tahap yang memberikan keyakinan dalam diri peserta didik, sehingga peserta didik tidak hanya mengetahui pengetahuan saja tetapi memahami pengetahuan yang menimbulkan adanya keinginan untuk melakukan perilaku
25
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 1, Januari 2016: 19-40
yang sesuai dengan nilai-nilai moral. Tahap ini terjadi dengan jalan melakukan komunikasi dua arah atau interaksi antara peserta didik dengan guru yang bersifat interaksi timbal balik. Dalam tahap ini guru tidak hanya menyajikan pengetahuan tentang nilai-nilai moral saja, tetapi juga menggunakan metode ketauladanan yaitu melaksanakan dan memberikan contoh-contoh perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral secara nyata. Metode ini paling efektif dalam membentuk moral, spiritual dan rasa sosial peserta didik karena internalisasi nilai-nilai moral akan menjadi sia-sia apabila hanya melalui teori saja. Internalisasi nilai-nilai moral kepada peserta didik di lingkungan Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram terus diupayakan oleh para guru. Para guru dalam proses belajar mengajar selalu memberikan pemahaman akan pentingnya arti dan maa nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari kepada peserta didik di kelas, seperti perilaku didiplin, serta mentaati aturan yang telah ditetapkan pihak madrasah. Kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam merupakan wahana lainnya di dalam melakukan internalisasi nilai-nilai moral kepada peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram. Kegiatan ektrakurikuler yang meliputi: kegiatan Imtaq, Peringatn Hari Besar Islam, pesantren Kilat, kegiatan Pramuka, pelatihan kepemimpinan dan lainnya. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari seluruh pengembangan institusi Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram.. Keberadaan berbagai kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, bertujuan untuk menanamkan atau melakukan internalisasi nilai-nilai moral berdasarkan ajaran Islam. Melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam pula dapat terciptanya budaya madrasah yang berbeda dengan madrasah lainnya, sehingga dapat menunjukkan kredibilitas tersendiri bagi lembaga Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram. Visi dari kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam adalah peserta didik yang keluar dari Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram ini diharapkan memberikan ciri khas dalam keagamaannya seperti menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral berdasarkan ajaran Islam, sesuai dengan visi dan misi serta tujuan Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram. Target yang diharapkan dari proses kegiatan ekstakurikuler ini adalah terjadinya internalisasi nilai-nilai moral sehingga para peserta didik memiliki perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku sesuai dengan ajaran Islam. Kegiatan ektrakurikuler ini bagaimanapun mengacu pada visi, misi dan tujuan madrasah yaitu mengembangkan nilai, moral, sosial dan perilakupeserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam yang dilaksanakan oleh Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram ini dapat memberikan pengaruh cukup besar terhadap perilaku peserta didik sehingga dapat diterapkan dalam kesehariannya, baik dalam lingkungan sekolah maupun di masyarakat.
c. Tahap Pembiasaan Tahap pembiasaan merupakan tahap selanjutnya dalam melakukan internalisasi nilai-nilai moral kepada peserta didik. Tahap pembiasaan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, merupakan proses membiasakan diri melakukan sesuatu hal untuk memperoleh
26
Internalisasi Nilai-Nilai Moral (Baharudin & Batnur)
pengetahuan yang mendalam sehingga mendapatkan apa maksud dari pengetahuan yang diperolehnya.Tahapan ini dapat memberikan suatu perenungan maupun penghayatan yang mendalam bagi diri peserta didik. Tahap pembiasaan dalam pelaksanaan internalisasi nilainilai moral melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam adalah peserta didik menghayati nilai-nilai moral yang terkandung dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh Pembina ekstrakurikuler kerohanian Islam, baik itu kegiatan yang bersifat wajib maupun kegiatan pilihan. Proses pembiasaan perilaku disiplin, membangun kerjasama, berperilaku jujur, sopan, santun, bertanggung jawab, serta pembiasaan untuk melakukan segala kegiatan berdasarkan nilai-nilai moral, kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam yang terdapat di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram dapat menjadi motivator peserta didik berperilaku sesuai dengan nilainilai moral. Fasilitas yang mendukung kelancaran kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram adalah: 1) Mushalla sebagai Wahana Menanamkan Kultur Keagamaan Dilihat dari persyaratan sarana, proses internalisasi nilai-nilai moral di madrasah ditampilkan dengan kelengkapan secara fisik, khususnya dengan dibangunnya mushalla di madrasah. Kebersihan dan kenyamanan mushalla dan kepedulian warga madrasah terhadap pengembangan kegiatan kerohanian Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, mencerminkan bahwa kegiatan keagamaan di madrasah ini dikelolah dengan baik. Mushalla menjadi sentral bagi kegiatan keagamaan peserta didik, karena itu, selain digunakan untuk kegiatan-kegiatan ritual keagamaan seperti shalat berjamaah, mushalla dijadikan pula sebagai tempat bimbingan baca tulis Alqur’an, berdiskusi dan belajar membiasakan memelihara kerapian dan kebersihan tempat ibadah. 2) Sarana Bacaan Islami di perpustakaan Keberadaan perpustakaan yang memadai dan buku bacaan keagamaan yang tersedia di perpustakaan madrasah telah mampu mendorong peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya akan nilai-nilai moral yang harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Meningkatnya motivasi peserta didik di lingkungan Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram dapat menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan penanaman nilai-nilai kedisiplinan, kesopanan, kejujuran, melakukan kerjasama dengan teman-teman, bertanggung jawab atas segala sikap dan perilakunya, serta nilai-nilai moral lainnya, terhadap perilaku peserta didik yang masih perlu ditingkatkan. Penciptaan budaya akademik di lingkungan madrasah serta adanya kelengkapan fasilitas yang memadai yang telah disediakan pihak Madrasah Tsanawiyah Negeri 3
27
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 1, Januari 2016: 19-40
Mataram, dapat menjadi motivasi tersendiri bagi peserta didik dalam membiasakan perilakunya berdasarkan nilai-nilai moral. Selain itu, mendatangkan ustadz-ustadzah dan mengundang para da’i untuk memberikan pencerahan kepada peserta didik melalui ceramah-ceramah yang disampikan, dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan, sekaligus untuk berbagai pengalaman tentang manfaat yang diperoleh dengan membiasakan segala perilaku berdasarkan nilai-nilai moral. Melalui kegiatan ekstrakurikuler, peserta didik tidak hanya mendapatkan pengetahuan agama secara teoritik saja, tetapi juga dapat diaplikasikan dalam kesehariannya. Di samping itu, nilai-nilai moral itu dapat meresap ke dalam diri peserta didik sehingga dapat membentuk perilaku peserta didik yang sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam. Internalisasi nilai-nilai moral terhadap perilaku peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, menjadi lebih penting lagi karena tidak peserta didik yang ada di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram berasal dari sekolah dasar umum, meskipun sebagian berasal dari madrasah ibtidayah. Pembina ekstrakurikuler kerohanian Islam dan para guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, terus mencari solusi dalam melakukan berbagai upaya dalam menginternalisasi nilai-nilai moral, dengan harapan peserta didik dapat menjadikan nilai-nilai moral sebagai dasar perilakunya. Berkaitan dengan pembiasaan perilaku seseorang dalam mempraktekkan nilainilai moral dapat memmbentuk perilakunya, Imam al-Ghazali menyatakan:
"Sesungguhnya perilaku manusia menjadi kuat dengan seringnnya dilakukan perbuatan yang sesuai dengannya, disertai ketaatan dan keyakinan bahwa apa yang dilakukannya adalah baik dan diridhai"13 d. Tahap Transinternalisasi Tahap transinternalisasi merupakan komunikasi dan kepribadian masing-masing terlibat secara aktif. Dalam tahap ini peserta didiktidak hanya mempunyai pengetahuan yang diterapkan dalam perilaku ke arah lebih baik sesuai dengan nilai-nilai moral, akan tetapi peserta didik benar-benar telah menunjukkan kepribadiannya yangsesungguhnya. Jadi, perilaku yang ditampilkan peserta didik bukan sosok fisiya saja melainkan sikap mentalnya (kepribadiannya). Proses internalisasi nilai-nilai moral padatahap ini dalam membentuk perilaku peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam dapat menggunakan beberapa metode seperti pengawasan, nasehat dan hukuman. Metode pengawasan bertujuan memberikan perhatian lebih atas perilaku peserta didik dalam kesehariannya. Metode 13
28
Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Jilid III , (Dar-al-Mishri: Beirut : 1977), 61.
Internalisasi Nilai-Nilai Moral (Baharudin & Batnur)
nasehat bertujuan memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam membentuk keimanan anak, mempersiapkan secara moral serta mengajarkan prinsip-prinsip tentang Islam. Metode hukuman (sanksi) bertujuan untuk memelihara kebutuhan-kebutuhan peserta didik dalam mempertahankan prinsip-prinsip agama Islam seperti memelihara agama, jiwa, nama baik, akal dan harta benda. Penanaman nilai-nilai moral pada peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, sebagaimana dijelaskan di atas, selain dilaksanakana secara bertahap juga membutuhkan berbagai macam pendekatan dan metode sesuai dengan ajaran Islam. Pendekatan Internalisasi Nilai-Nilai Moral Dalam proses internalisasi nilai-nilai moral diperlukan pendekatan-pendekatan yang tepat dan efektif, sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan. Mengingat pentingnya pendekatan dalam melakukan internalisasi nilai-nilai moral, Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, mempergunakan beberapa pendekatan. Karena bagaimanapun suatu pendekatan yang dipergunakan dalam internalisasi nilai-nilai moral peserta didik, selain sangat kondisional dalam implimentasinya, juga, karena masingmaisng pendekatan memiliki kelebihan dan kelemhan. Dalam menanamkan nilai-nilai moral peserta didiknya, Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram selalu didasarkan pada kebutuhan dan situasi dan kondisi peserta didiknya. Hal ini dilakukan karena peserta didik yang ada di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram memiliki berbagai perbedaan, baik secara ekonomi, latar belakang keluarga, psikologi peserta didik, dan permasalahan yang dihadapinya. Peserta didik yang ada di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram ini berasal dari latar belakang sosial yang berbeda, sebagian mereka merupakan anak petani, pedagang kecil, dan di antara mereka juga ada yang beral dari kelaurga pegawai negeri, TNI, dan pegusaha. Smeua latar belakang peserta didik ini, menyebabkan mereka memiliki dan menunjukkan sikap dan perilaku yang berbeda. Yang berasal dari keluarga pegawai lebih rajin, disiplin daripada peserta didik yang beral dari keluarga petani atau pedagan kecil. Perbedaan latar belakang sosial peserta didik tersebut di atas, dalam proses internalisasi nilai-nilai moral peserta didik, Madrasah Tsanawiyah 3 Mataram mempergunakan beberapa cara, seperti setiap guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam meningkatkan pengetahuannya, termasuk peningkatn pengetahuan mengenai nilainilai moral. Selain itu, para guru juga melakukan komunikasi dan kerja sama dalam proses belajar mengajar. Hal dimaksudkan agar intraksi antara guru dan peserta didik menjadi semakin terjalin, dan sematara itu, secara emosional terjalin kedekatan antara guru dan peserta didik. Penanaman nilai-nilai moral kepada peserta didiknya, pihak madrasah Tsanawiyah selalu melihat dan mempertimbangkan berbagai macam perbedaan peserta didik secara individual, karena bagaimanapun setiap peserta didik memiliki pengetahuan, pemahaman yang berbeda, sehingga perilakunya yang ditunjukkapun berbeda-beda pula. Selain itu, para 29
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 1, Januari 2016: 19-40
guru juga didorong dalam proses belajar mengajar yang dilakukan agar terus mengaitan antara teori dengan realitas, khususnya teori-teori yang berkaitan dengan nilai-nilai moral, dan mendorong setiap peserta didik untuk mempraktikkan nilai-nilai moral tersebut dalam kehidupan sehari-harinya Efektivitas dalam proses internalisasi nilai-nilai moral peserta didik dipengaruhi oleh ketepatan pendekatan yang dipilih guru dalam mengajarkan materi tersebut. Ada beberapa pendekatan yang dipergunakan Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram dalam melakukan internalisasi nilai-nilai moral, yaitu: pertama, para peserta didik diberikan kesempatan dan keleluasaan untuk kepada peserta didik untuk secara bebas mengekspresikan dinya dalam berbagai kegiatan, selama itu positif dan tidak menunjukkan perilaku negatif seperi melanggar aturan madrasah, dan pada saat tertentu nilai-nilai sosial ditanamkan secara tegas dan bila perlu dengan tekanan, karen nilai-nilai sosil berfungsi sebagai acuan berperilaku dalam intraksi sosial dengan para guru dan sesama peserta didik lainnya. Berkaitan dengan nilai-nilai sosial, Raven menyatakan bahwa niai-nilai sosial merupakan seperangkat sikap individu yang dihargai sebagai suatu kebenaran dan dijadikan standar berperilaku memperoleh kehidupan masyrakat yang demokratis dan harmonis. Pendekatan ini disebut dengan pendekatan inculcation14 Selain itu, pendekatan internalisasi nilai-nilai moral di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, juga dilakukan dengan pendekatan yang mengarah kepada kepribadian integrasi antara perkembangan kejiwaan dan perkembangan fisik peserta didik dapat berkembang dengan seimbang. Dalam pendekatan ini diharapkan dapat membantu membentuk kepribadian peserta didik seutuhnya, baik yang berkaitan dengan fisik maupun perkembangan kejiwaaan diupayakan selaras dan seharmonis mungkin agar dapat mewujudkan perilaku baik nyata, seperti menunjukan keperibadian yang jujur, penuh percaya diri, mampu bertanggung jawab, memiliki disiplin, sehingga para peserta didik dapat mencapai tujuan belajar di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram. Dalam kegiatan yang diprogramkan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, kita selalu menyiapkan kegiatan yang tidak hanya mengarah kepada aspek jasmani saja, melainkan juga kita mempersiapkan juga kegiatan yang mengarah kepada perkembangan spiritualitas berdasarkan nilai-nilai Islam. Kegiatan yang mengarah kepada perkembangan jasmini contohnya kegiatan kepramukaan, teakwondo, dan lintas alam. Kegiatan-kegiatan seperti ini mampu membangun kepercayaan dirik, membangun kerjasama di antara peserta didik, membentuk sikap disiplin. Sedangkan, kegian yang mengarah kepada perkembangan kejawaan seperti kegiatan imtaq. Kegiatan dimaksudkan untuk menambah pengetahuan peserta didik, dan dari pertambahan pengetahuan tersebut peserta didik dapat mengimplemnetasikan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta Rineka Cipta, 1991) 32
14
30
Internalisasi Nilai-Nilai Moral (Baharudin & Batnur)
Dalam menanamankan nilai-nilai moral seperti disiplin, bertanggung jawab, sopan, santun, mampu membangun kerjasama, memiliki empaty, mawas diri dikalangan peserta didik, dibutuhkan strategi dan metode yang baik. Setidaknya ada 6 (enam) metode yang diterapkan Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram di dalam melakukan internalisasi nilai-nilai moral kepada peserta didik. Adapun keenam metode tersebut yaitu: a) metode keteladanan (uswah hasanah); b) latihan dan pembiasaan; c) mengambil pelajaran (ibrah); d) nasehat (mauidzah); e) metode hukum, f) pujian dan ancaman (targhib wa tarhib). Pendekatan metode ketauladanan merupakan salah metode yang tepat di dalam melakukan internalisasi nilai moral kepada peserta didik. Metode ketauladanan ini memiliki peran penting dan strategis, karena selain memperoleh pengetahuan, melalui ketaludanan yang diberikan para guru, peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram secara langsung dapat menirukan suatu sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh para gurunya. Melalui ketauladanan, guru secara tidak langsung dapat menjadi motivasi tersendiri bagi peserta didik di lingkungan Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, dalam mengikuti dan mempraktekkan berbagai macam nilai-nilai moral yang berlaku serta menjadikan sebagai pedoman di dalam berperilaku kesehariannya. Melalui ketauladanan pula peserta didik dapat melihat contoh kongkrit dalam mempraktekkan suatu nilai moral dalam bersikap dan berperilaku. Di lingkungan Madrasah Tsananawiyah Negeri 3 Mataram, perilaku guru atau karyawan di lingkungannya dapat menjadi contoh bagi para peserta didik secara tidak langsung di dalam memparktekkan nilai, bersikap dan berperilaku seharisehari. Oleh sebab itu, para guru ditekan unutk mampu menjadi teuladanan bagi peserta didik. Para guru senantiasa memberikan tauladan yang baik bagi para peserta didiknya, baik dalam bersikap, berperilaku, ibadah ritual, kehidupan sehari-hari maupun yang lain15, karena ketauladanan para guru merupakan aktualisasinya terhadap apa yang diajarkan di dalam kelas. Semakin konsekuen seorang guru menjaga perilakunya, semakin didengar kata-katanya. Bagi peserta didik, perilaku guru dalam bertindak, dapat menjadi contoh yang akan ditirunya dalam tindakan kesehariannya, baik disadari ataupun tidak disadarnya, bahkan contoh yang ditampakkan guru dalam bersikap akan tercetak dalam jiwa dan perasaan peserta didik, baik dalam ucapan atau perbuatan baik yang bersifat material, inderawi atau spiritual karena keteladanan merupakan salah satu faktor yang menentukan baik buruya anak didik.16Melalui metode ini parapendidik memberi contoh atau tauladan terhadap peserta didik bagaimana cara berbicara, berbuat, bersikap, mengerjakan sesuatu atau cara beribadah dan lain sebagainya. Berkaitan dengan motode ketauladanan ini, al-Qur’an telah menandaskan dengan tegas pentingnya contoh atau tauladan dan pergaulan yang baik dalam usaha membentuk kepribadian seseorang. Al-qur’an mengajarkan kepada manusia untuk meneladani Zuhdy Mukhdar, KH. Ali Ma'shum Perjuangan dan Pemikirannya, (Yogyakarta, 1989). 66 Abd. Rahman an Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam,diterjemahkan Dahlan & Sulaiman, (Bandung, Dipenegoro, 1992),389. 15 16
31
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 1, Januari 2016: 19-40
kehidupan Rasulullah Saw dan menjadikan tauladan yang utama. Dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab: 21 sebagai berikut:
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suritauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia bany menyebut Allah”.17 Metode pembiasaan merupakan metode lainnya yang dilakukan Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram dalam menanamkan nilai-nilai moral peserta didiknya. Melalui pembiasaan dilakukan dengan cara memberikan latihan-latihan pelaksanaan nilainilai moral, kemudian membiasakan peserta didik untuk melakukannya. Perilaku moral peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram yang perlu pembiasaan seperti kedisiplinan, kerjasama antarpeserta didik, bertanggung jawab, kejujuran, dan lainnya. Dalam pembinaan di lembaga pendidikan Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, metode ini diterapkan pada kedisiplinan dalam mengikuti jam pelajaran, kedispilan dalam mengikuti setiap yd Ridhokegiatan pembelajaran, ibadah-ibadah amaliyah, seperti shalat berjamaah, kesopanan pada guru, pergaulan dengan sesama peserta didik dan pegawai di lingkungan madrasah. Berkaitan dengan metode pembiasaan dalam membentuk perilaku peserta didik Imam al-Ghazali menyatakan: "Sesungguhnya perilaku manusia menjadi kuat dengan
seringnnya dilakukan perbuatan yang sesuai dengannya, disertai ketaatan dan keyakinan bahwa apa yang dilakukannya adalah baik dan diridhai"18 Metode Nasehat dalam menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, kejujuran, kerjasama, empati, sopan, santun, serta nilai-nilai moral lainnya, menjadi perhatian para guru di lingkungan Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram. Setiap guru selalu memberikan nasehat kepada para peserta didik, tidak hanya ketika para peserta didik yang melanggar aturan madrasah, melainkan nasehat juga diberikan guru ketika proses belajar mengajar berlangsung di kelas atau setiap kegiatan ekstrakuriler kerohanian Islam dilaksanakan. Pemberian nasehat kepada peserta didik sangat efektif dalam pembentukan keimanan, mempersiapkan moral spiritual dan sosial peserta didik. Nasehat dapat membukakan mata peserta didik terhadap hakekat sesuatu, serta motivasinya untuk bersikap luhur, berakhlak mulia dan membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.19 Menurut Rasyid Ridha, nasehat merupakan mengartikan peringatan atas kebaikan dan kebenaran dengan jalan apa yang dapat menyentuh hati dan membangkitkannya untuk
17
Kementerian Agama Islam, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Ma’arif, 2003) Imam al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Jilid III , (Dar-al-Mishri: Beirut : 1977), 61. 19 Abdullah Nasikh Ulwan, al-Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, (Dar al-Salam Lith Ta’lim Washifi Li alKibar al-Alam al-Araby, 1997) 35 18
32
Internalisasi Nilai-Nilai Moral (Baharudin & Batnur)
mengamalkan”.20 Berkaitan dengan metode nasehat Al-Qur’an Surat Lukman 13-15 menjelaskansebagai berikut:
Artinya: “Dan (ingat) ketika Lukman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran padanya” “Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan Allah benar-benar-benar kezaliman yang besar. Dan kami perintahkan kepada manusia berbuat abaik kepada kedua ibu bapaknya, ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah, dan menyusui dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.”21 Pemberian hukuman merupakan salah metode yang dipergunakan Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram di dalam menanamkan kedisiplin, bertanggung jawab, memiliki empaty, mampu bekerjasama dengan baik, memiliki sifat jujur kepada semua peserta didiknya. Pemberian hukuman ini telah diatur pihak Madrasah seuai dengan tingkat kesalahan peserta didik. Masing-masing kesalahan yang dilakukan peserta didik memiliki skor yang berbeda tergantung pelanggaran tata tertib yang dilakukannya dan konsekuensi juga berbeda. Konsekuensi yang diberikan mulai dari sangsi yang ringan, sedang, dan berat. Setiap peserta didik yang melanggar tata tertib akan diberikan sanksi dalam point berdasarkan pelanggaran yang dilakukannya. Apabilai seorang peserta didik sudah mencapai bobot 100 point, maka peserta didik tersebut akan dikembalikan kepada orang tua (dikeluarkan). Bobot 100 point berlaku selama 1 (satu) tahun pelajaran. Rincian jenis pelanggaran beserta pointnya dan tahapan pelaksanaan sanksi tercantum pada butir-butir tata tertib yang telah ditetapkan pihak Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, yaitu: 110 teguran/peringatan lisan/penugasan/sanksi, 11-30 panggilan orang tua, teguran tertulis/surat pernyataan diberikan skor 30 maksimal, 31-50 panggilan orang tua, skorsing Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, Jilid II, (Mesir; Maktabah al-Qahirah, tt), 404. Al-Qur.an dan Terjemahannya, Kementerian Agama, (Bandung: Al-Ikhlas: 2010)
20
21
33
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 1, Januari 2016: 19-40
2-3 hari/pembinaan khusus, 51-80 panggilan orang tua, skorsing 3-6 hari/pembinaan khusus, dan 81-100 dikembalikan kepada orang tua (dikeluarkan).22 Pembentukan perilaku disiplin, bertanggung jawab, memiliki sifat jujur, mawas diri, serta perilaku moralis lainnya yang harus dipunyai peserta didik, memerlukan ketegasan dan kebijaksanaan. Ketegasan mengharuskan seorang guru memberikan sangsi bagi peserta didik yang melakukan pelanggaran. Sementara kebijaksanaan mengharuskan seorang guru berbuat adil dan arif dalam memberikan sangsi, tidak terbawa emosi atau dorongan lain. Dalam persepektif pendidikan Islam, pemberian hukuam kepada peserta didik dengan istilah tarhib. Tahrib adalah ancaman untuk menimbulkan rasa takut berbuat tidak benar23. Tekanan metode tahzib terletak pada upaya menjauhi kejahatan atau dosa. Meskipun demikian metode tidak sama pada metode hadiah dan hukuman. Perbedaan terletak pada akar pengambilan materi dan tujuan yang hendak dicapai. Metode Tarhib berakar pada Tuhan (ajaran agama) yang tujuannya memantapkan rasa keagamaan dan membangkitkan sifat rabbaniyah, tanpa terikat waktu dan tempat. Adapun metode hadiah dan hukuman berpijak pada hukum rasio (hukum akal) yang sempit (duniawi) yang tujuannya masih terikat ruang dan waktu.24 Metode Kemandirian merupakan salah satu metode yang diterapkan oleh Madrsah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram. Kemandirian peserta didik dalam tingkah-laku merupakan kemampuan peserta didik untuk mengambil dan melaksanakan keputusan secara bebas. Proses pengambilan dan pelaksanaan keputusan peserta didik yang biasa berlangsung di sekolah dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu keputusan yang bersifat pentingmonumental dan keputusan yang bersifat harian. Keputusan yang dimaksud adalah keputusan yang bersifat rutinitas harian. Terkait dengan kebiasan peserta didik yang bersifat rutinitas menunjukkan kecenderungan peserta didik lebih mampu dan berani dalam mengambil dan melaksanakan keputusan secara mandiri, misalnya pengelolaan keuangan, perencanaan belanja, perencanaan aktivitas rutin, dan sebagainya. Hal ini tidak lepas dari kehidupan mereka yang tidak tinggal bersama orangtua mereka dan tuntutan pesantren yang menginginkan peserta didik-peserta didik dapat hidup dengan berdikari. Peserta didikdapat melakukan sharing kehidupan dengan teman-teman peserta didik lainnya yang mayoritas seusia (sebaya) yang pada dasarnya memiliki kecenderungan yang sama. Apabila kemandirian tingkah-laku dikaitkan dengan rutinitas peserta didik, maka kemungkinan peserta didik memiliki tingkat kemandirian yang tinggi. Implikasi Internalisasi Nilai-Nilai Moral Terhadap Perilaku Peserta Didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram.
22
Lihat Pelanggaran tata tertib peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, 2014 Abd. Rahman An Nahlawi, Prinsip-Prinsip…,412. 24 Tamyiz Burhanuddin, Akhlak Pesantren…, 61. 23
34
Internalisasi Nilai-Nilai Moral (Baharudin & Batnur)
Pendidikan, selain menjadi wahana transformasi ilmu pengetahuan, juga menjadi sarana di mana terjadinya penanaman nilai-nilai oleh guru kepada peserta didiknya. Proses internalisasi nilai-nilai moral yang dilakukan pihak sekolah dapat membentuk perilaku dan sikap para peserta didiknya. Sebagai lembaga pendidikan Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram melakukan penanaman nilai-nilai moral kepada peerta didiknya, selain dilakaukan melalui proses pembelajaran di dalam kelas, juga dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikukuler rohanian Islam. Dari berbagai proses ini telah dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan para peserta didik berkaitan dengan nilai-nilai moral. Membentuk perilaku peserta didik yang memiliki kepribadian baik dan memiliki perilaku santun, sopan, jujur, disiplin, mempu membangun kerjasama, baik dengan para guru maupun peserta didik lainnya, merupakan cita-cita yang diinginkan pihak Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram. Nilai-nilai moral yang perlu dibina dalam diri peserta didik adalah nilai aqidah, akhlaq dan ubudiyahnya sehingga menjadikan perilaku peserta didik sesuai dengan ajaran agama Islam. Internalisasi nilai-nilai moral melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam dapat memberikan pengaruh yangcukup besar atau tinggi terhadap perubahan perilaku peserta didik. Ini terbukti dengan perilaku yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam kesehariannya baik di lingkugan madrasahmaupun di luar madrasah. Melalui internalisasi yang dilakukan mellaui berbagi macam cara ini dapat meningkatkan pengetahuan para peserta didik, terjadinya peningkatan kualitas pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Mereka juga berupaya mengimplementasikan apa yang telah diketahui tentang nilai-nilai kedisiplinan, kejujuran, kebersihan, hidup sehat, membangun kerjasama, serta bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. Dampak lain dari upaya internalisasi nilai-nilai moral yang dilakukan pihak Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram terhadap perilaku peserta didik adalah dapat mencegah pengaruh-pengaruh yang buruk dan menekan kenakalan dikalangan peserta didik. Ketika para peserta didik sedang asyik mengkuti segala kegiatan yang berkaitan dengan internalisasi nilai-nilai moral, baik yang disampaikan oleh guru di dalam kelas, maupun melalui kegiatan ekstrakurikulernya, secara otomatis peserta didik itu akan menekan pengaruh-pengaruh buruk dari luar sehingga tidak begitu besar pengaruhnya pada peserta didik dan menekan kenakalan peserta didik itu sendiri di era sekarang ini. Melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam adalah berupa terbiasa melakukan shalat sunnat, sahalat berjamaah dhuhur, mengucapkan salam, cium tangan guru, menjaga sopan santun kepada semua orang dan bahkan dalam hal cara berpakaian sorang muslim atau muslimah, telah memberikan dampak yang dirasakan oleh peserta didik dalam hal perilaku. Pengaruh yang dirasakan peserta didik sangat banyak seperti terbiasa shalat dhuhur berjamaah, mengerjakan shalat sunnat, menjaga kesopanan, menjaga
35
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 1, Januari 2016: 19-40
eksistensi ajaran agama Islam dengan menerapkan berbusana muslimah dan muslim pada peserta didik. Peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram merasa senang dan aktif dalam mengikuti kegiatanekstrakurikuler kerohanian Islam, jadi pengaruhnyainternalisasi ini sangat besar terhadap perilaku peserta didik seperti taat pada peraturan madrasah, menyapa guru maupun teman dengan sopan, shalat berjamaah dan sebabgainya. Bertambahnya pengetahuan secara bertahap dapat merubah sikap, sifat dan perilaku secara lebih positif. Artinya peserta didik yang belum mengetahui dan belum menyadari arti pentingnya nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari. Begitu juga dengan peserta didik yang belum memiliki perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral, dengan adanya kesadaran dari dirinya sendiri, dapat merubah perilakunya, dari kurang disiplin menjadi disiplin, dari egois menjadi mamppeu membangun kerjasama, dari kurang bertanggung jawab menjadi bertanggung jawab. Perubahan perilaku peserta didik ini terjadi karena bertambahnya pengetahuan dan semakin meningkatnya kesadaran dari para peserta didik. Selain itu melalui internalisasi nilai-nilai moral tersebut, dapat melahirkan peserta didik yang memiliki karakter, Bedasarkan pada paparan di atas, maka jelas bahwa pendidikan nilai-nilai moral yang diberikan kepada peserta didik akan memiliki implikasi terhadap perubahan perilaku peserta didik itu. Keberhasilan pelaksanaan pendidikan moral yang dilaksanakan oleh sualembaga pendidikan dianggap berhasil manakala terjadi perubahan pada perilaku peserta didiknya. Proses perubahan perilaku yang dialami peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 terjadi Matram, setelah ia memiliki pengetahuan dan adanya kesadaran akan nilainilai moral. Kesadaran akan nilai-nilai moral peserta didik tersebut dapat mendorng dirinya dapat menilai dan membedakan hal-hal yang baik dan tidak baik, hal yang etis dan tidak etis. Peserta didik yang bermoral dengan sendirinya akan tampak dalam penilaian dan penanaman moralnya serta pada perilakunya baik, jujur, dan etis. Ini berarti bahwa ada kesatuan antara pengetahuan nilai-nilai moral dengan perilaku moral peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram. Dalam konteks pendidikan, sikap merupakan cara bertingkah laku seorang peserta didik secara khas yang tertuju kepada orang-orang atau kelompok ataupun dapat ditujukan kepada persoalan-persolaan tertentu di sekolahnya. Fudyartanto merinci faktor yang mempengaruhi sikap seorang peserta didik meliputi: sikap, cita-cita, minat, hobi, motif, perhatian, kehendak, perasaan, afeksi, emosi dan kecerdasan.25 Dalam melakukan perubahan sikap peserta didik, pendidikan memiliki peran penting dan strategis. Setidaya ada tiga fungsi pendidikan, yaitu: (1) pendidikan berfungsi sebagai sarana transmisi ilmu pengetahuan dan nilai moral dari satu generasi ke generasi Fudyartanto, Ki, RBS, 2002, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2003) 34 25
36
Internalisasi Nilai-Nilai Moral (Baharudin & Batnur)
berikutnya, (2) pendidikan memainkan peranan utama di dalam membimbing seseorang memiliki berbagai posisi dalam masyarakat, (3) pendidikan berfungsi untuk mendorong terjadinya perubahan sosial suatu masyarakat.26 Melalui pendidikan moral memungkinkan peserta didik mengalami perubahan sikap, sifat dan perilaku secaraa lebih positif. Tentunya dengan ukuran minimal untuk menilai seorang peserta didik telah mengalami perkembangan kualitasmoral. Seorang anak didik akan dinilai telah memiliki karakter jika ia mampu mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku sehari-hari. Jika berperilaku jujur, suka menolong, bekerja keras, ada rasa kebersamaan. Ia dapat dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Berangkat dari prinsip-prinsip di atas, jelas bahwa pendidikan moral yang diberikan kepada peserta didik akan memiliki implikasi terhadap perubahan perilaku peserta didik itu. Keberhasilan pelaksanaan pendidikan moral yang dilaksanakan oleh sualembaga pendidikan dianggap berhasil manakala terjadi perubahan pada perilaku peserta didiknya. Proses perkembangan moralitas yang dialami peserta didik akan terjadi setelah ia memiliki kesadaran moral. Kesadaran moal peserta didik dapat mendorng dirinya dapat menilai dan membedakan hal-hal yang baik dan tidak baik, hal yang etis dan tidak etis. Peserta didik yang bermoral dengan sendirinya akan tampak dalam penilaian dan penanaman moralnya serta pada perilakunya baik, jujur, dan etis. Ini berarti bahwa ada kesatuan antara penalaran moral dengan perilaku moralnya. Atas dasar ini maka betapapun bermanfaatnya suatu moral terhadap nilai kemanusiaan, namun jika perilaku tersebut tidak disertai dan didasarkan pada penalaran moral, maka perilaku tersebut belum dapat dikatakan sebagai perilaku moral yang mengandung nilai moral. Suatu perilaku moral dianggap jika perilaku tersebut dilakukan secara sadar atas kemauan sendiri dan bersumber dari pemikiran atau penalaran moral yang bersifat otonom. Bersadarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa bahwa pendidikan moral memainkan peran penting di dalam melakukan berbagai perubahan pada diri peserta didik. Perubahan perilaku pada dirinya peserta yang terjadi sangat nampak pada adanya perubahan dari tidak memiliki pengetahuan menjadi memiliki pengetahuan. Ada perubahan pengetahuan yang dimiliki peserta didik akan membawa implikasi pada adanya perubahan perilaku pada diri peserta didik, dari perilaku tidak atau kurang bermoral menjadi memiliki moralitas yang baik, yang tergantung pada nilai-nilai dan norma yang ditanamkan oleh oleh lembaga pendidikan pada peserta didiknya. KESIMPULAN Berdasarkan uraian pembahasan pada bagian terdahulu, maka dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan, yaitu: pertama, Pelaksanan proses internalisasi nilai-nilai moral dalam membentuk perilaku peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram 26
Basrowi, Pengantar Sosiologi, ( Ghalia Indonesia: Jakarta.2005) 44
37
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 1, Januari 2016: 19-40
dilakukan melalui dua cara yaitu, pertama melalui kegiatan intrakurikuler melalui proses belajar mengajar di dalam kelas dimana guru mengaitkan materi pembelajaran dengan nilainilai moral, dan kedua, melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam. Internalisasi nilai-nilai moraldilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: a). Tahap Pemberian Pengetahuan.b). Tahap Pemahaman c). Tahap Pembiasaan, dan d). Tahap Transinternalisasi. Kedua, Dalam proses internalisasi nilai-nilai moralpeserta didiknya, Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram, mempergunakan beberapa pendekatan, yaitu: Pertama, pendekatan vocation adalah pendekatan yang memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada peserta didik untuk secara bebas mengekspresikan respon efektipnya terhadap stimulus yang diterimanya. Kedua, pendekatan inculcation adalah suatu pendekatan yang memberikan penekanan pada penanaman niai-nilai sosial dalam diri peserta didik. Nilai-nilai sosial perlu ditanamkan kepada peserta didik Karena nilai-nilai sosial berfungsi sebagai acuan berperilaku dalam intraksi sosial dengan sesama sehingga keberadaannya dapat diterima di masyarakat.Ketiga pendekatan value awareness, adalah pendekatan agar peserta didik menerima stimulus dan dibangkitkan kesadarannya akan nilai tertentu. Ketiga, Implikasi internalisasi nilai-nilai moral hadap pembembentukan perilaku peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman, penghayatan, kesadaran peserta didik dalam menerapkan nilainilai moral dalam kehidupan sehari-hari, Selain itu mampu menekan tingkat kenakalan dikalangan peserta didik. Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Mataram ini dapat memberikan pengaruh terhadap meningkatkan kedisiplinan, membangun kerjasama, bertanggung jawab, berperilaku sopan, di kalangan peserta didik. DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an dan Terjemahanya. Semarang: PT. Tanjung Mas Inti. Abdullah, Taufik. Ensiklopedi Dunia Islam Jilid 3. Jakarta: PT. Ichtiar Baru , 2002. Ahmadi, Abu.. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Al Albani. Shahih Sunan At-Tarmidzi Jilid2. Jakarta: 2002. Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin.Jilid IIIbairut: Dar-al-Mishri, 1977. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis.Jakarta: Rineka Cipta,2010. Ali, Muhammad DaudPendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada,2006. Alim, Muhammad.Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim. Bandung:Remaja Rosdakarya,2006. Arikunto, Suharsimi.Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Basrowi, Pengantar Sosiologi, Penerbit Ghalia Indonesia: Jakarta, 2005. Bogdan dan Biklen.Metodelogi Penelitian, Yogyarta: Pustaka Pelajar, 1982. 38
Internalisasi Nilai-Nilai Moral (Baharudin & Batnur)
Burhanuddin, Tamyiz, Akhlak Pesantren: solusi bagi Kerusakan Akhlak, Yogyakarta: ITTIQA PRESS,2001. Bukhori, Pendidikan Antisipatoris, Jakarata: Kanisius, 1998. Daradjat, Zakiyah. Remaja Harapan Dan Tantangan. Jakarta: Ruhama.1994. Departemem Agama RI. Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam,2005. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1989 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualtitatif, (Jakarta: Rajawali Press, 2010 Fudyartana, Ki.Pendidikan Budi Pekerti, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2010. Faisal, Sanapiah.Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar dan Aplikasi. Malang: IKIP 1990. Fuad, Amsyari.Islam Kaffah Tantangan Sosial dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Gema Insani 1995. Hadi, Sutrisno. Bimbingan Menulis Skripsi, Tesis.Yogyakarta, andi opset 1990. Khozin, Nur, tentang, Strategi Sekolah dalam Pendidikan Akhlak Peserta didik (Studi Kasus di MTs Al Fatich Surabaya),1 merupakan tesis dari Nur Khozim, pada sekolah pascasarjana IAIN Sunan Ampel tahun 2012. Langgulung, Hasan.Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna 1992. Matrasi, Implementasi Sistem Pendidikan Moral di Sekolah Dasar Al-Falah Tropodo 2, Waru Sidoarjo.Pasacasarjana (S2) PAI IAIN Sunan Ampel Surabaya, pada tahun 2012. Muhaimin. Nuansa Baru Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2006. Muhaimin dkk.Srategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media 1996. Muhaimin dan Abdul Mudjib.Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangaka Dasar Operasionalnya. Bandung: TrigandaKarya 1993. Mulyana, Rohmat. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: VCAlfabeta 2004. Moleong, Lexy J.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2006. Nawawi, Haidari, Pendidikan dalam Islam, Surabaya. Al-Ikhlas: 1993. Nahlawi,Abd. Rahman.Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, diterjemahkan Dahlan & Sulaiman, Bandung, Dipenegoro, 1992. Nawawi, Haidari.Pendidikan dalam Islam, Surabaya; Al-Ikhlas: 1993. Nata, Abuddin.Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan PendidikanIslam di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2007.
39
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 1, Januari 2016: 19-40
Rais, M. Amin.Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta. Cetakan ke-VII.Bandung: Mizan. 1999. Rohmad, Muhammad Ali, Pembinaan Akhlak Peserta didik di Madrasah Aliyah Negeri Mojokerto. Tesis tidak diterbitkan Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surabaya, 2011. Ridha, Muhamad Rasyid, tt, Tafsir al-Manar, Jilid II, Mesir; Maktabah al-Qahirah. Sarwono, Sarlito Wirawan. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: BulanBintang, 1989. Shaleh, Abdul Rahman. Pendidikan Agama dan Pembangunan WatakBangsa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,p,2005. Shalahuddin, Mahfudh.Pengantar Psikologi Umum. Surabaya: SinarWijaya. 1986. Sukardi, Dewa Ketut.Bimbingan Karir di Sekolah-Sekolah. Jakarta: GaliaIndonesia, 1987. Setyosari, Pengantar, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 2010. Sudarminta. Pendidikan Masa Depan, Jakarta: Rajawali Press, 2004. Sukidi,Spritualitas Pendidikan, menuju pendidikan Moral, Jakarta PT Kompas, 25 Juni 2002. Singarimbun. Metodologi penelitian Survey, Yagjayarta: UGM Press, 1989, Sukmadinata. Nana Syaodih.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2007. Sugiono.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta, 2008. Ulwan, Abdullah Nashih.Pendidikan Anak Menurut Islam Kaidah-Kaidah Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. TentangSistem Pendidikan Nasional (Sisdias). Bandung : Penerbit Citra Umbara, 2006. Zainuddin, A & Jamhari, Muhammad, Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlaq Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999, Zuhairi (dkk), Metodologi Pendidikan Agama. Solo: Ramadhani, 1993.
40