Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni
Vol.1, No.2, Oktober 2016 ISSN 2503-4626
INTERNALISASI KARAKTER INDIVIDU MELALUI PENDIDIKAN MUSIK MENUJU KERANGKA KONSEPTUAL SEBUAH KUALITAS PEMBELAJARAN
1
Yulianti Fitriani1, Dedy Satya Hadianda2 Universitas Pendidikan Indonesia, Kampus Serang 2 Institut Seni Budaya Indonesia, Bandung Email :
[email protected]
Abstract : This paper will discuss how individual learners are able to synergize the life values that make up the character. Character; Recognize not only as a wrapper dress selves filled sentences formalists but also something that embodied in the view of behavior, attitude, said, thought, action and feeling when somebody is on their living environment. The main focus of the discussion is the issue of why the art of music education that has taken place in schools has not yet been integrated providing learning interest in the learning process. The discussion is not only to talk about how education ways may shape the character education for both, an educators and learners, to be able to translate a personality, but the depth for understanding an individual learners when balanced their mind, feelings, will/trust, and behavior/attitude in order to avoid frequent lately a crisis of personality. In real life, the characters may look strong if the attitude or attitude of a person look strong so are vice versa. Character that appear is the value that resides in the behavior. So that, by descriptive-corelative methodology an educators must be able to convince the students that a strong attitude would be a vehicle to reach their full potential and also the allure of music education can be one of the framework concept to quality of learning. Ke words : music education, characters, quality of learning.
Tulisan ini akan membahas tentang bagaimana seorang individu pembelajar mampu mensinergikan nilai-nilai kehidupan yang membangun sebuah karakter. Karakter, bukanlah sekedar sesuatu yang membungkus diri melalui serangkaian kata-kata manis, namun juga sesuatu yang merepresentasikan perilaku, sikap, perkataan, pikiran, perbuatan dan perasaan ketika seseorang berada di lingkungan dimana Ia berada. Pokok persoalan dalam pembahasannya lebih menekankan pada isu mengapa pendidikan seni musik masih belum memperoleh ketertarikan yang terintegrasi dalam proses pembelajaran di sekolah. Tidak hanya membahas tentang bagaimana pendidikan sebagai salah satu jalan yang dapat memantulkan kedua karakter, baik guru maupun siswa, yang dengan sendirinya mampu menterjemahkan sebuah kepribadian, namun juga sejatinya memahami secara esensial bahwa seorang pembelajar mampu melawan krisis kepribadian yang diperoleh dari kemampuan menyeimbangkan pikiran, perasaan, keinginan/keyakinan dan perilaku/sikap. Pada kenyataannya, sebuah karakter akan terlihat kuat jika sikap seseorang kuat, begitu pula sebaliknya. Karakter yang nampak merupakan nilai yang
140
141 Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.1, No.2, Oktober 2016 : 140-153
mewujud sebagai perilaku. Oleh karena itu, melalui pendekatan deskriptif-korelatif, seorang pendidik seyogyanya mampu mengembangkan dan meyakinkan siswanya agar memiliki perilaku yang dapat menjadi kendaraan yang mengantarkan lahirnya potensi optimal siswa dan menjadikan pendidikan seni musik sebagai salah satu konsep yang dapat membingkai kualitas pembelajaran. Kata kunci : pendidikan music, karakter, kualitas pembelajaran.
menjadi optimal, fokus selanjutnya
PENDAHULUAN Direktorat
Pembinaan
adalah
bagaimana
meningkatkan
Sekolah Dasar merumuskan arah
mutu pendidikan agar relevan dan
kebijakan pembangunan pendidikan
berdaya saing. Sasaran dan program-
tahun 2015 melalui visi: Tersedianya
program kerja yang terkait harus
sekolah
merata,
mampu menjawab tuntutan mutu dari
terjangkau, bermutu, sebagai pranata
kapasitas pendidikan yang semakin
pembentukan karakter bangsa (2010-
besar dan desentralisasi fiskal serta
2014), Terwujudnya Sekolah Dasar
otonomi
yang
dewasa.
dasar
yang
Berkualitas
untuk
Semua
(2015), dan misi: 1) Meningkatkan akses
pendidikan
sekolah
dasar
daerah
yang
semakin
Strategi penguatan pelayanan ini merupakan milestone peralihan
untuk memberikan kesempatan yang
fokus
lebih luas bagi anak untuk terus
pembangunan
bersekolah. 2) Menerapkan standar
kepada aspek kualitas. Didampingi
pendidikan
akses
untuk
meningkatkan
atau
penekanan aspek
pendidikan
dari
kuantitas
yang
semakin
kinerja sekolah
yang bermutu. 3)
mudah dan akuntabilitas publik yang
Meningkatkan
transparansi
dan
semakin
transparan,
tema
mutu
Tema
layanan
pendidikan
ini
akan
akuntabilitas
tata
kelola.
strategis pada periode tahun 2010-
menciptakan
2015 ditekankan pada pembangunan
pembangunan menuju visi negara
penguatan pelayanan. Setelah rasio
dan bangsa Indonesia yang aman,
kebutuhan dan ketersediaan sarana
adil, dan sejahtera. Sasaran-sasaran
dan prasarana pendidikan nasional
pendukungnya
ISSN 2503-4626
para
penggerak
antara
lain
Intenalization Of The Individual (Yulianti Fitriani & Dedy Satya Hadianda)
implementasi
dan
operasi
yang
142
Karena tidak satu bangsa pun di
optimal terhadap tata nilai, sistem
bumi
prosedur (sisdur), dan koordinasi
”permainan bunyi di dalam waktu”,
kerja yang telah terstruktur. Pada
maka sesungguhnya memang tidak
periode
satu bangsa pun yang tidak mengenal
ini
Pendidikan
pula,
Kementerian
Nasional
diharapkan
ini
musik.
yang
Dengan
tidak
mengenal
demikian
setiap
menjadi benchmark technocracy atau
bangsa mengenal seni artifisialisasi
teladan di antara institusi pemerintah
bunyi
lainnya.
113). Nilai-nilai
Sejalan tersebut, pendidikan
(Hardjana,
dengan
landasan
keterlibatan
dunia
tertentu
diperlukan
secara
pencerminan
2003,
hlm.
intrinsik
dari
sebuah karya musik (lagu) pada skala dapat
merupakan yang
signifikan oleh para stakeholders
merepresentasikan gambaran kondisi
yang
output
sosio-kultural yang terkait dengan
sekolah,
bidang-bidang kehidupan lainnya,
seperti halnya para guru. Guru dapat
termasuk ketahanan budaya suatu
dikatakan sebagai agent of change
bangsa. Senada dengan lebih spesifik
yang
kesimpulan
berada
penggiat
di
sekitar
pendidikan
di
menyambungkan
pendidikan nasional
tujuan
yang
dinyatakan
secara utuh
Tyasrinestu bahwa fungsi lagu anak
kepada sasaran pendidikan (peserta
berbahasa Indonesia selain untuk
didik) dengan berbagai pendekatan
belajar bahasa juga mengandung
yang
nilai pendidikan dan karakter positif
strategis
sesuai
dengan
kebutuhan prosesnya. Oleh karena
untuk
itu, inilah kesempatan bagi kita
bermakna positif pada lirik-liriknya
untuk dapat berpikir makro dari
(2014,
pikiran-pikiran mikro yang belum
menunjukkan kepada kita bahwa
disentuh kekuatannya.
musik
Masyarakat di belahan dunia manapun
nampaknya
mengenal
anak
dengan
hlm.167).
mempunyai
pengaruh
sangat
kata-kata
Hal
peran
penting
ini
dan dalam
kehidupan manusia
musik sebagai salah satu cerminan
Pembahasan tentang musik
kebudayaan yang mereka miliki.
dalam konteks pendidikan dasar,
ISSN 2503-4626
143 Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.1, No.2, Oktober 2016 : 140-153
sejauh ini masih memfokuskan pada
METODOLOGI
pengembangan potensi peserta didik yang
memiliki
kecenderungan
Tulisan
ini
menggambarkan
ingin
keterhubungan
berupa praktik/bermain instrumen
antara
musik
karakter yang menjadi salah satu
dan
bernyanyi.
Pada
pengembangan
pembelajarannya, praktik tersebut
landasan
lebih
pembelajaran
mengutamakan
pendidikan
konseptual
kerangka
bermutu
dengan
bakat/kemampuan bawaan peserta
pemaknaan pendidikan seni musik
didik
melalui
di
setiap
bernyanyi
kegiatan,
maupun
baik
memainkan
pendekatan
deskriptif-
korelatif. Pendekatan deskriptif akan
instrumen musik. Kapasitas pengajar
digunakan
di
yang
situasi real pembelajaran seni musik,
notabene mengajar lebih dari satu
khususnya di tingkat pendidikan
mata
sejatinya
sekolah dasar dan kondisi kualitas
memberikan ruang lebih bagi guru
pembelajaran secara umum yang
untuk
sedang
Sekolah
Dasar
(SD)
pelajaran,
dapat
menyeluruh.
mengajar Sehingga
secara hal
ini
untuk
mengambarkan
berlangsung.
pendekatan
Sementara
korelatif
digunakan
(penintegrasian materi ajar yang
untuk melihat secara deskriptif pola
dilakukan
pengembangan
dengan
pendekatan
kualitas
tematik1) memerlukan adanya sebuah
pembelajaran
kondisi yang menarik di setiap
pengembangan karakter di sekolah
pertemuan
Adapun
maupun di lingkungan tempat tinggal
musik, seyogyanya dapat dijadikan
peserta didik melalui pemaknaan
sebagai sebuah tool yang dapat
pendidikan
seni
membantu mencerdaskan kehidupan,
berlangsung
di
mengembangkan manusia berbudaya
kendekatan koralatif yang secara
yang memiliki keseimbangan akal,
kuantitatif mencari dan menemukan
pikiran dan kalbu, serta memiliki
batas-batas
kepribadian yang matang.
spontanitas pemikiran.
pembelajaran.
dan
musik
yang
sekolah.
Bukan
tertentu
Pendekatan 1
Diatur dalam kurikulum SD untuk kelas rendah; 1, 2, dan 3. Baik KTSP 2006 maupun KURNAS 2013.
ISSN 2503-4626
korelatif
ini
pola
lebih
dari
hasil
deskriptifmenekankan
Intenalization Of The Individual (Yulianti Fitriani & Dedy Satya Hadianda)
144
pandangan penulis terhadap dua
Melalui pembelajaran yang
variabel sederhana; pengembangan
terarah, seni musik dengan daya
pendidikan karakter sebagai salah
abstraktifnya
satu
konsep
ruang bawah sadar manusia ke arah
dengan
penyadaran
hakiki
pemaknaan pendidikan seni musik di
kehidupan.
Berikut
akan
sekolah melalui sudut pandang yang
digambarkan
beberapa
persoalan
dikemas baru.
pembelajaran pendidikan seni musik
pembangun
pembelajaran
bermutu
mampu
membawa
tentang
yang telah berlangsung di berbagai SD dari pengalaman guru-guru, baik
HASIL DAN PEMBAHASAN Pendidikan
seni
musik
bukanlah sekedar hiburan untuk
yang memiliki latar belakang musik secara akademis maupun tidak.
memancing siswa menjadi semangat dalam belajar, seperti menyanyikan
Keterbatasan
sebuah lagu sebagai pengobat rasa
Keterampilan Seni yang Dimiliki
bosan terhadap salah satu mata
oleh Guru Kelas
pelajaran.
Bukan
penawar
rasa
Wawasan
pula
sebagai
kantuk
ketika
berpendekatan tematik (dapat dilihat
pembelajaran berlangsung kemudian
di kurikulum nasional 2013 di tiap
dimainkan musik melalui permainan-
tingkat kelas, mulai dari kelas rendah
permainan bunyi dari benda di
hingga
sekitar. Lebih jauh dari hal ini,
berbagai
kegiatan
pendidikan
diberikan
dalam
seni
musik
pada
Pada
buku
dan
kelas
paket
tinggi) seni
bentuk
terdapat yang praktik.
hakekatnya memiliki peranan yang
Seperti pada seni musik, siswa
sangat penting dalam membentuk
dibimbing untuk bernyanyi dengan
manusia seutuhnya. Seperti halnya
berpanduan pada notasi/partitur lagu
pelajaran
sila-sila
yang tertera. Kesulitan guru adalah;
Pancasila yang sejatinya menjadi
tidak dapat membaca notasi lagu,
landasan perikehidupan bangsa yang
sehingga untuk lagu-lagu baru yang
dirumuskan negara.
tidak dikenal secara melodius akan
pengamalan
kesulitan
dalam
menyampaikan
ISSN 2503-4626
145 Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.1, No.2, Oktober 2016 : 140-153
materi musiknya. Salah satu contoh pada silabus tema 1 di kelas VI “Selamatkan
tentang
Makhluk
Hidup”. Kompetensi Dasar (KD) yang
ingin
Membuat
dicapai
adalah;
1).
produk olahan sampah
organik dan sampah anorganik di lingkungan sekitar. 2). Memainkan ansambel
alat
musik
campuran
dengan membaca partitur dengan komposisi
sederhana.
3).
Mengeksplorasi gerak tari bertema berdasarkan pengembangan gagasan
(bernyanyi, bermain instrumen musik). 2) Kurangnya tenaga guru professional yang benarbenar memiliki kualifikasi akademik di bidang pendidikan seni musik, sehingga banyak dari materi-materi pelajaran terpenting dari pendidikan seni musik yang terabaikan. 3) Belum terdapat sebuah metode yang tepat guna, efektif dan efisien untuk mengajar pendidikan seni musik. 4) Kemampuan dasar musikal, baik konsep teori maupun praktik yang sebaiknya dimiliki oleh seorang guru kelas yang bukan berlatarbelakang pendidikan seni, bahkan musik (Fitriani, 2014, hlm. 129).
dan imajinasi dengan komposisi tari. Pernyataan
Jika memperhatikan KD yang kedua, maka indikator yang dikembangkan adalah; Menyebutkan alat musik ansambel dan Memainkan alat musik ansambel lagu-lagu tentang alam. Namun apa yang terjadi di lapangan dapat
tergambarkan
melalui
pernyataan berikut ini. “Kesulitan guru kelas dalam mengajarkan seni musik disebabkan pada umumnya oleh beberapa permasalahan yang mereka hadapi, yaitu: 1) Kurangnya waktu yang tersedia untuk pembelajaran pendidikan seni musik karena dalam satu jam pelajaran SBK dibagi untuk 3 cabang dari rumpun kesenian, yaitu seni rupa (menggambar, kerajinan tangan), seni tari (gerak, menari), dan seni musik
ISSN 2503-4626
senada
juga
disampaikan oleh tim pembina pusat ekstrakurikuler kesenian direktorat pembinaan
sekolah
dasar
dalam
penjabarannya bahwa alasan utama yang menyebabkan mata pelajaran seni budaya dan prakarya di SD kurang
dapat
diimplementasikan
dengan baik adalah; 1) keterbatasan wawasan dan keterampilan seni yang dimiliki oleh guru kelas, serta 2) ketidakmampuan guru kelas dalam pengelolaan pembelajaran di kelas (2014, hlm. 1). Terutama
musik,
untuk melatih peserta didik dalam bentuk
ansambel
diperlukan
pengetahuan dan pengalaman praktis
Intenalization Of The Individual (Yulianti Fitriani & Dedy Satya Hadianda)
terhadap
sebuah
146
alat/instrumen
pada urutan pertama agar mampu
musik, misalnya pianika. Bagaimana
memberikan penguatan akan respect
cara
dan
meniup,
menekan
tuts,
memegang alatnya, sampai pada
responsibility
terhadap
pendidikan.
pengaturan nafas/tiupannya menjadi pelajaran pertama yang seharusnya
Nilai-Nilai yang diajarkan dalam
diterima oleh peserta didik. Bukan
Pendidikan
sekedar memperlakukan instrumen
kegiatan Bermusik
musik
tersebut
selayaknya
sebagai
alat
yang
bisa
mainan
Karakter
melalui
Karakter individu pembelajar; istilah pembelajar
yang menjadi
diperlakukan dengan tanpa aturan-
fokus pengembangan karakter di
aturan.
semua tingkat pendidikan, seringkali Keterkaitannya
pernyataan
dengan
permasalahan
dianggap
sebagai
tabula
rasa2.
ke-4
Karakter mengandung pengertian;
menurut Fitriani di atas, bahwa
suatu kualitas positif yang dimiliki
meskipun seorang guru kelas tidak
seseorang,
sehingga
memiliki latar belakang pendidikan
menarik
dan
musik, tetap saja mereka harus
menunjukkan
memiliki wawasan dan pengetahuan
seseorang
dasar, baik yang bersifat praktik
memiliki kepribadian yang eksentrik.
maupun
musik.
Akar kata karakter dapat dilacak dari
dasar
kata latin kharakter, kharassein, dan
pembelajaran seni musik di sekolah
kharax, yang maknanya “tools for
dapat berjalan sesuai dengan tujuan
making”,
pendidikan nasional dan membantu
“pointed stake”. Kata ini mulai
perkembanan
aspek
banyak digunakan (kembali) dalam
pendidikan sebagaimana dirumuskan
bahasa Perancis ‘caractere’ pada
teoritik
Sehingga,
tentang
konsepsi
ketiga
membuatnya
atraktif, reputasi
yang
“to
serta
seseorang,
unusual
engrave”,
atau
dan
kembali pada kurikulum nasional (kurikulum 2013) menjadi Afeksi, Skiil,
dan
Kemampuan
Kognisi afeksi
(ASK).
ditempatkan
2
teori yang menyatakan bahwa setiap individu dilahirkan dengan jiwa yang putih bersih dan suci (yang akan menjadikan anak itu baik atau buruk adalah lingkungannya). Dalam hal ini, pembentukan karakter menjadi gaung di setiap tingkat pendidikan menjadikannya seolah-olah sebagai inovasi produk perilaku yang baru diciptakan.
ISSN 2503-4626
147 Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.1, No.2, Oktober 2016 : 140-153
abad ke-14 dan kemudian masuk
1) moral awareness, 2) knowing
dalam
menjadi
moral values, 3) perspective taking,
akhirnya
4) moral reasoning, 5) decision
menjadi bahasa Indonesia ‘karakter’.
making, dan 6) self knowledge.
bahasa
‘character’,
Inggris sebelum
Karakter
diartikan
sebagai
Moral feeling. Terdapat enam hal
tabiat; watak; sifat-sifat kejiawaan,
yang merupakan aspek dari emosi
akhlak
yang
yang harus mampu dirasakan oleh
daripada
seseorang untuk menjadi manusia
atau
budi
membedakan
pekerti
seseorang
yang lain (Kamus Poerwadarminta).
yang
Dari
conscience,
pengertian
dikatakan
tersebut
bahwa
dapat
berkarakter 2)
yakni
self
:
1)
esteem,
3)
membangun
emphaty, 4) loving the good, 5) self
karakter adalah proses mengukir atau
control, dan 6) humility. Moral
memahat
rupa,
Action. Perbuatan/tindakan moral ini
sehingga ‘berbentuk ‘ unik, menarik
merupakan hasil (outcome) dari dua
dan berbeda atau dapat dibedakan
komponen karakter lainnya. Untuk
dengan orang lain.
memahami apa yang mendorong
jiwa
Dalam
sedemikian
karakter,
seseorang dalam perbuatan yang baik
menekankan
(act morally) maka harus dilihat tiga
pentingnya tiga komponen karakter
aspek lain dari karakter yaitu: 1)
yang baik (components of good
kompetensi
character) yaitu; moral knowing atau
keinginan
pengetahuan tentang moral, moral
(habit). Dalam bukunya, Lickona
feeling atau perasaan tentang moral
membuat sebuah pernyataan berupa
dan moral action atau perbuatan
pertanyaan yang cukup menggelitik,
bermoral. Hal ini diperlukan agar
yaitu “If we do character education,
peserta didik mampu memahami,
willacademic learning improve?”.
merasakan
Pertanyaan ini menyangsikan para
Lickona
pendidikan (1992)
dan
mengerjakan
sekaligus nilai-nilai kebajikan. Moral enam
hal
Knowing.
Terdapat
yang menjadi tujuan
diajarkannya moral knowing, yaitu :
ISSN 2503-4626
(competence), (will),
3)
2)
kebiasaan
pendidikan yang jika berlama-lama menghabiskan banyak waktu dan tenaga
untuk
mengembangkan
program pendidikan karakter, maka
Intenalization Of The Individual (Yulianti Fitriani & Dedy Satya Hadianda)
akankah
juga
memperbaiki
memiliki
konsep
karakter
148
dan
pembelajaran bagi peserta didik?.
komitmen yang digunakan untuk
Lickona
kemudian
menanggapinya
dengan
pernyataan berikut.
mengembangkannya
kepada peserta didik. Kedua unsur
We can confidently answer yes, academic learning will improve, if (1) the school’s character education program improves the quality of human relationships between adults and kids and each other, thereby improving the invironment for teaching and learning; and (2) the character education effort includes a strong academic program that teaches students the skills and habbits of working hard and making the most of their education” (2004, hlm.122).
tersebut; rasa hormat dan tanggung jawab, diyakini mampu membantu orang menjadi pintar dan lebih baik. Baik dapat diartikan sebagai nilainilai moral yang memiliki kebaikan yang objektif, yaitu nilai-nilai yang memperkuat martabat manusia dan dapat memajukan kebaikan individu dan masyarakat. Rasa
hormat
tidak
saja
dilakukan terhadap seseorang atau sesuatu yang berharga, namun juga
Penjabaran tentang karakter di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat unsur utama dari karakter yang
perlu
dibangun
dan
dikembangkan di sekolah. Hubungan kemanusiaan antara orang dewasa dan anak-anak serta antara satu dengan lainnya dapat membangun suasana
belajar
dan
mengajar.
Kebutuhan untuk saling berhubungan baik,
sama
halnya
seperti
rasa
hormat dan tanggung jawab (respect and
responsibility)
yang
telah
disarangkan di dalam diri setiap insan, maka sekolah seyogyanya
terhadap diri sendiri dalam bentuk manifestasi hak-hak dan martabat kemanusiaan,
bahkan
terhadap
lingkungan yang dapat menopang keseluruhan sisi moralitas kehidupan sehingga dapat menjaga kita untuk tidak merugikan apa saja yang harus kita hargai. Sementara tanggung jawab merupakan sisi aktif dari moral yang senantiasa
membawa
kesadaran
seseorang untuk tetap terhubung dengan segala aktivitas kehidupan yang dijalaninya. Dalam kaitannya dengan bermain Waditra Gamelan
ISSN 2503-4626
149 Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.1, No.2, Oktober 2016 : 140-153
(instrumen musik tradisional Bangsa
local genius yang membawa sebuah
Indonesia yang terdapat di beberapa
karakter mampu terdiseminasikan
wilayah terutama di pulau Jawa dan
dengan baik, terutama di dalam
Bali) yang merupakan permainan
tubuh bangsa kita sendiri yang tentu
musik kelompok yang melibatkan
saja
kedua unsur pembangun karakter
bertahap ke arah yang lebih global.
akan
tadi, sebagai contoh; masing-masing nayaga
(penabuh
waditra
berkembang
Selain
waditra
secara
gamelan,
dalam pendidikan seni musik yang
gamelan/player) saling mendengar
mampu
tabuhan (pukulan/permainan) setiap
hormat dan tanggung jawab, paling
waditra, mana yang dibunyikan keras
umum masyarakat awam pun sudah
dan mana yang dibunyikan lembut
mengenal adanya instrumen musik
agar keseimbangan bunyi secara
Angklung. Musisi (istilah sepadan
keseluruhan
sebagai
nayaga) yang terlibat lebih banyak,
serta
disesuaikan dengan jumlah not/nada
yang
yang digunakan dalam repertoar lagu
representasi
terbentuk rasa
tanggung
hormat,
jawab
merepresentasikan
dimainkan3.
rasa
direpresentasikan melalui tetabuhan
yang
yang berbeda untuk masing-masing
pemain harus saling mendengar dan
waditra
menunggu
(bonang
berbeda
pola
giliran
kapan
bagian
tabuhnnya dengan saron, jenglong,
notnya
kempul dan goong, bahkan kendang)
dengan aturan-aturan musik yang
agar
berlaku dan proses latihan yang
diperoleh
harmonisasi
dan
dibunyikan.
Masing-masing
dinamika pada repertoar lagu yang
intensif,
dibawakan.
menemukan
Rasa hormat dan tanggung jawab yang dapat dibangun dari
memperlakukan
seperangkat
saja
musisi
keterhubungan
akan antar
nada-nada yang menjadikan satu kesatuan karya musik yang utuh.
bermain gamelan juga terlihat pada saat
semua
Tentu
Dalam permainan Angklung ini, tanggung jawab sangat terlihat
waditra ini sebagai produk warisan 3
budaya
yang
dilestarikan,
ISSN 2503-4626
perlu sehingga
dijaga
dan
nilai-nilai
Pada perkembangannya hingga saat ini, permainan Angklung semakin banyak penambahan instrumen. Seperti arumba, double bass (bass betot), combo (keyboard, gitar elektrik maupun akustik, alat musik melodius seperti violin, saxophone, suling, rebab, dsb.
Intenalization Of The Individual (Yulianti Fitriani & Dedy Satya Hadianda)
ketika masing-masing musisi sudah
untuk
menghafal
sekolahnya.
bagiannya
sendiri
kemajuan
150
pendidikan
Sekolah
memperoleh
sehingga pada saat penggabungan,
hadiah
lagu dapat dimainkan dengan aspek
sebuah program ekstrakurikuler yang
musikalitas
dan
dapat memberikan berbagai manfaat.
dengan
Misalnya, dengan adanya rutinitas
yang
melahirkan
baik
simfoni
harmonisasi yang indah.
berupa
di
bermusik
terselenggaranya
di
meningkatkan
sekolah kepekaan
dapat musikal
Kerangka Konseptual Pembelajaran
peserta didik, guru, bahkan seluruh
Berkualitas
unsur sekolah yang ada, sehingga
Sejak tahun 2013, pemerintah melalui
direktorat
sekolah
dasar
pembinaan
menyelenggarakan
akan banyak ditemukan kesadaran betapa dunia ini memberikan banyak pelajaran bagi semua.
program pembinaan dalam bentuk
Sebagai
bimbingan
menggawangi penulisan artikel ini,
teknis,
seminar
dan
payung
yang
lokakarya pelajaran ekstrakurikuler
maka
kesenian untuk tingkat nasional.
digambarkan maksud korelatif yang
Sasaran dan tujuan utamanya adalah
telah dibahas meski masih berbentuk
mendaya-upayakan
partisif.
dalam bakat
potensi
guru
menumbuh-kembangkan dan
minat
peserta
didik
secara
besar
Gambar
konseptual
1
akan
menunjukan
sebuah badan gedung yang masingmasing
bagian
membentuk
satu
terhadap rumpun keilmuan kesenian
kasatuan. Pancasila, filsafat keilmuan
yan sedang berkembang (musik, tari,
dan historikal bangsa dan budaya
rupa dan teater).
dapat digunakan sebagai landasan
Di bidang pendidikan seni
untuk
mengamalkan
sila-sila
musik, guru akan belajar tidak
Pancasila secara hakiki. Meskipun
melulu tentang bagaimana dapat
hingga saat ini terlihat menurun
memainkan instrumen musik atau
popularitasnya di masyarakat, dalam
bernyanyi,
belajar
tulisan ini sangat meyakini bahwa
kegiatan-kegiatan
dengan tetap berpegangan kokoh
bermusik agar dapat berkontribusi
pada nilai-nilai Pancasila, memaknai
mengelola
melainkan
ISSN 2503-4626
151 Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.1, No.2, Oktober 2016 : 140-153
secara
esensial
perkembangan
terlebih
dahulu)
maka
kualitas-
filsafat keilmuan dan mempelajari
kualitas
sejarah/historikal bangsa dan budaya
pendidikan pada umumnya secara
(bangsa dan budaya kita sendiri
unik akan dimiliki oleh bangsa ini.
pembelajaran
maupun
PEMBELAJAR BERKUALITAS: INDIVIDU YANG MEMILIKI RASA HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB
OUTPUT
AFEKSI PENGEMBANGAN
SKIIL
PENGEMBANGAN
KARAKTER
KOGNISI
KARAKTER
PROSES
KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RKYAT INDONESIA
KERAKYATAN YG DIPIMPIN O/ HIKMAT KEBIJAKSANAAN DLM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN
PERSATUAN INDONESIA
KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
KETUHANAN YANG MAHA ESA
INTERNALISASI NILAI
INPUT
LANDASAN
PALSAFAH PANCASILA, FILSAFAT KEILMUAN, HISTORIKAL BANGSA DAN BUDAYA
Gambar 1. Kerangka Konseptual Pembelajaran Berkualitas
Pendidikan, dalam hal ini
kognitif
sangat
memungkinkan
ibarat ‘proses’ penanaman nilai-nilai
karakter-karakter yang ada dapat
kehidupan
berkembang
untuk
memberikan
penguatan akan pengetahuan dan
sesuai
dengan
keunikannya masing-masing.
wawasan baik teoritis, praksis dan
Afeksi,
memungkinkan
implementatif, sehingga berkembang
seseorang
potensi aktif yang dimiliki setiap
potensi
individu pembelajar. Oleh karena itu,
sebagai bentuk ‘peduli’/’tepa salira”
indikator
berupa
terhadap yang lain. Bermain musik
internalisasi nilai-nilai pendidikan
dalam bentuk ensambel, personal
dalam bentuk afektif, skiil, dan
ataupun
pendidikan
ISSN 2503-4626
mampu memaksimalkan internal
yang
komunal,
dimiliki
selayaknya
Intenalization Of The Individual (Yulianti Fitriani & Dedy Satya Hadianda)
mampu
melahirkan
sikap-sikap
bukan
sekedar
tersebut. Skiil, diperlukan sebagai
kemampuan
bentuk
melatih,
sebagai
dan
namun
‘proses’
mengembangkan
potensi,
terampil
dalam
tantangan
jaman
Kognisi,
menghadapai secara
sebagai
di
musisi
memiliki
bidang atau
sebagaimana
musik;
komposer, yang
juga
dinyatakan Sjukur bahwa musik
global.
hidup sebagai pendidikan, bukan
landasan
sekedar pelajaran. Tujuannya bukan
peningkatan wawasan seni secara
untuk
holistis
pemusik,
dan
agar
152
berkesinambungan
membuat sama
orang
menjadi
halnya
dengan
melalui serangkaian proses berfikir.
pendidikan olahraga dan matematika
Sementara internalisasi nilai, sangat
yang tidak memaksa semua untuk
diperlukan untuk mengaktualisasikan
menjadi
sinergisitas
kemampuan
matematikawan (2012, hlm.29). Hal
individu yang diintegrasikan dalam
ini berimbas tidak hanya terhadap
konteks pendidikan. Sehingga, hal
perkembangan
inilah
yangdapat
disimpulkan
seperti di sekolah-sekolah namun
menjadi
kekuatan bangsa dalam
juga kematangan pendidikan non-
dunia pendidikan, melalui nilai-nilai
formal yang seyogyanya diperoleh
kebhinekaan
ketiga
4
terwujudnya pembelajaran
olahragawan
atau
pendidikan
formal
membantu
peserta didik secara menyeluruh,
suatu
kualitas
utuh, dan berkualitas (Fitriani, 2014,
dengan
keterlibatan
hlm.128).
nilai estetik, yang salah satunya dikontribusikan
oleh
pendidikan
musik.
Persoalan akan
berkaitan
problematika
karakter
selalu
dengan
berbagai
kehidupan
individu
yang berdiri di atas kaki yang berbeda
PENUTUP Pendidikan
seni
musik
mengajarkan kepada peserta didik
satu
sama
lainnya.
Pendidikan musik yang mau tidak mau
mengajarkan
tentang
rasa
keindahan dalam memaknai bunyi4
Bersifat saling menghormati dan menghargai akan adanya perbedaan. Sehingga terbangun sikap tanggung jawab yang dapat menyemaikan nilai-nilai kebersamaan.
bunyian, baik secara teratur maupun abstraktif, juga memberikan ruang
ISSN 2503-4626
153 Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.1, No.2, Oktober 2016 : 140-153
kesadaran
bagi
seseorang
untuk
menancapkan jati dirinya sebagai manifestasi
tertinggi
sebuah
perkembangan karakter. Maka hal ini
. (1991). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility [terjemahan]. Jakarta: Bumi Aksara.
akan sangat berpengaruh terhadap mutu maupun kualitas pembelajaran yang secara detil mengarah kepada individu
yang
berkarakter,
yang
memiliki rasa hormat dan tanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA Buku : Hardjana, Suka. (2003). Corat-coret: Musik Kontemporer Dulu dan Kini. Jakarta: Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Lickona, Thomas. (2004). Character Matters: How to Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essential Virtues. US of America: Simon and Schuster, Inc.
ISSN 2503-4626
Sjukur, Slamet Abdul. (2012). Virus Setan, Risalah Pemikiran Musik. Yogyakarta: Art Music Today Publishing. Jurnal : Fitriani, Yulianti. (2014). “Model Pembelajaran Seni Musik melalui Lesson Study: Studi Kasus di SDN Jawilan, Serang” dalam Resital Jurnal Seni Pertunjukan, Volume 15, No. 2. Desember. Tyasrinestu, Fortunata. (2014). “Lirik Musikal pada Lagu Anak Berbahasa Indonesia”. Volume 15, No. 2. Desember. Kepustakaan : Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. (2014). Petunjuk Teknis Ekstrakurikuler Kesenian Sekolah Dasar Tahun 2014.