INTERAKSI SOSIAL ANTARA ISTERI JAMAAH TABLIGH
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Pada Universitas Maritim Raja Ali Haji
Oleh : ALEINAWATI NIM : 100569201054
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA HAJI TANJUNGPINANG 2016
ABSTRAK
Para isteri Jamaah Tabligh dalam interkasi sosial dapat memberikan suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya kepada sesame isteri jamaah. Semenjak adanya lembaga dakwah ini di tengah masyarakat tidak hanya para suami, para isteri ikut berdakwah dengan membuka pengajian untuk khusus untuk isteri jamaah tabligh dan membuat kegiatan yang bermanfaat untuk para isteri jamaah tabligh. Para isteri bisa bertahan saat di tinggal oleh suami karena dibekali keimanan dan keikhlasan. Tidak hanya itu sebelum meninggalkan mereka juga ditinggalkan nafkah apabila tidak maka sang suami tidak boleh meninggalkan keluarganya. Isteri para pendakwah ini sangat mendukung suaminya saat pergi berdakwah, banyak dari mereka yang mau ditinggalkan dalam waktu yang cukup lama oleh suami yang sedang berdakwah keluar daerah. Dengan sesama isteri Jamaah mereka membuat perkumpulan positif, seperti pengajian, kemudian arisan yang diselingi dengan ceramah, hingga kegiatan positif lainnya seperti pembelajaran agama. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bentuk-bentuk interaksi sosial antara isteri jamaah tabligh. Pembahasan dalam skripsi ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Adapun yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 4 orang. Setelah data terkumpul maka data dalam penelitian ini dianalisis dengan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa Isteri Jamaah Tabligh selama ini sudah berinteraksi dengan baik dan mampu memberikan hal yang baik dan positif bagi sesama jamaah tabligh. Adanya kerjasama akan membawa dampak positif bagi para isteri jamaah tabligh karena dapat lebih mandiri. Pada dasarnya apa yang mereka ajarkan tentu saja untuk kebaikan yang lama kelamaan akan membawa kita dalam pengetahuan islam yang baik. Kata Kunci : Interaksi sosial
ii
ABSTRACT
The wife called the social Talbligh in Pilgrims can provide a view or an attitude that comes from himself to the wives of fellow worshipers. Since the existence of this propagation Institute in a society not only of the husband, the wife join the preaching by opening investigations for the special for the wife of Jemaah talbligh and create activities that are beneficial to the wife of Jemaah talbligh. The wife can survive while in residence by the husband because given the faith and sincerity. Not only that before leaving they also left behind a living if not then the husband must not leave his family. The wife of the travelling is very supportive of her husband while going to call people, many of them would want left in quite a long time by the husband who are preaching out of the region. With fellow Worshipers wives they make positive gatherings, such as payroll, then the arisan interspersed with lectures, until other positive activities such as learning, religion. The goal in this is to find out the research social interaction between the wife of Jemaah talbligh. To find out which forms of social interaction between the wife of Jemaah talbligh. The discussion in this thesis using a descriptive qualitative techniques. As for the used as informants in this study that is as much as 4. After the data is collected then data in this study were analyzed with descriptive qualitative data analysis techniques. Based on the research results then can be drawn the conclusion that social interaction Between the wife of Jemaah Talbligh is already well underway. Cooperation will bring a positive impact to the wife of Jemaah talbligh because it can be more independent. Basically what they teach for the greater good of course eventually will lead us in the knowledge of islam. Keywords: Social Interaction
iii
INTERAKSI SOSIAL ANTARA ISTERI JAMAAH TABLIGH
A. Latar belakang Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia membutuhkan orang lain dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Bersosialisasi disini berarti membutuhkan lingkungan sosial sebagai salah satu habitatnya maksudnya tiap manusia saling membutuhkan satu sama lainnya untuk bersosialisasi dan berinteraksi. Manusia bertindak sosial dengan cara memanfaatkan alam dan lingkungan untuk menyempurnakan serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya demi kelangsungan hidup sejenisnya. Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya. Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial. Interaksi merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang disampaikan. Selama dua dasawarsa terakhir, kehidupan masyarakat memperlihatkan peningkatan yang mencolok dalam kehidupan. Termasuk dalam kehidupan beragama. Salah satu hal yang paling kelihatan adalah munculnya berbagai aliran
1
agama dan kepercayaan. Dalam kelompok-kelompok tersebut khususnya agama Islam terdapat misi yang bertujuan untuk membawa kembali orang Islam pada ajaran sucinya. Secara lebih tegas gerakan fundamentalis tersebut berfungsi sebagai koreksi terhadap agama yang sudah mapan dan mengarah langsung pada kesadaran keagamaan yang merupakan upaya untuk menyegarkan dan menghidupkan kembali impuls-impuls asli agama. (Martin Van: 1998 : 87) Salah satu yang membawa perubahan mikro adalah ideologi agama. Sebagian dari organisasi agama seperti jamaah tabligh masih tetap ada ditengah masyarakat dan melakukan interaksi sosial secara normal. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi anatara kelompok tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya. nteraksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam masyarakat. Bergabungnya suami-istri dalam satu jamaah/harakah dakwah adalah keuntungan tersendiri. Visi-misi dakwah yang terpatri kuat di benak mereka membuat adanya kesamaan pemikiran dan perasaan sehingga membentuk kesamaan sikap. Pengalaman menunjukkan bahwa suami-istri yang bersama dalam satu harakah bisa saling mendukung dan menguatkan. Ketika suami sedang berdakwah keluar kota atau pergi dari satu tempat ketempat lain, maka isteri para Jamaah ini kerap melakukan hal yang positif, mereka ikut berdakwah dengan cara mereka sendiri
2
Para isteri Jamaah Tabligh dalam interkasi sosial dapat memberikan suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya kepada sesame isteri jamaah. Semenjak adanya lembaga dakwah ini di tengah masyarakat tidak hanya para suami, para isteri ikut berdakwah dengan membuka pengajian untuk khusus untuk isteri jamaah tabligh dan membuat kegiatan yang bermanfaat untuk para isteri jamaah tabligh. Berdasarkan penelitian terdahulu yaitu dampak sosial jamaah tabligh di Kota Makassar oleh Syamsu A. Kamaruddin (2011) diketahui bahwa sesungguhnya terjadi kontra pemahaman antara normatifitas agama dengan kontekstualisasi doktrin agama. Metode sosialisasi Jamaah Tabligh yang menghendaki kolektifitas, bermuatan afektif – solidaritas mekanik – harus berhadapan dengan kultur masyarakat yang telah berubah ke solidaritas organik terutama masyarakat kota. Sedangkan bagi masyarakat desa yang telah mapan dengan kultur agama sebagai produk akulturasi ”mengalami kekagetan” kultur keberagamaan terhadap Jamaah Tabligh. Menurut Teori Konflik yang muncul akibat keberadaan Jamaah Tabligh hanya disebabkan oleh perbenturan antara dimensi budaya Islam masyarakat lokal (Islam kultural) yang telah mapan dengan budaya Islam normatif. Dalam kelompok keagamaan, hubungan kelompok dan hubungan perorangan para anggotanya dengan Tuhan merupakan hal yang urgen, menyusul hubungan antara anggota kelompok satu sama lain. Dalam pengalaman perorangan, hubungan para anggota merupakan hal yang pertama-tama muncul, tetapi secara mendasar tetap bergantung pada pemikiran terhadap Tuhan.
3
Kemudian dalam penelitian Hermanto (2015) tentang Dakwah Gerakan Jama’ah Islam Di Kota Tanjungpinang diketahui bahwa Jama’ah Tabligh dalam berinteraksi kepada masyarakat KelurahanTanjung Ayun Sakti memberikan pengaruh yang positif terhadap individu-individu masyarakat. pengaruh tersebut berupa adanya gejala peniruan yang diterapkan oleh sebagian masyarakat dan diimplementasikan didalam kehidupan sehari-hari, keluarga maupun kehidupan bermasyarakat. Alasan penelitian ini dilakukan karena selama ini masyarakat hanya mengenal sosok Jamaah Tabligh yaitu laki-laki saja, sekelompok laki-laki yang menyebarkan agama Islam lewat dakwahnya, namun jika dilihat ada peran para isteri dibaliknya, dukungan isteri membuat gerakan ini menjadi besar. Para isteri bisa bertahan saat di tinggal oleh suami karena dibekali keimanan dan keikhlasan. Tidak hanya itu sebelum meninggalkan mereka juga ditinggalkan nafkah apabila tidak maka sang suami tidak boleh meninggalkan keluarganya. Jumlah Jamaah saat ini sekitar 2314 orang yang aktif, dan terdata di markas di Mesjid Baiturrahman Kota Tanjungpinang, ada sebanyak 1.789 jamaah laki-laki, sedangkan untuk jamaah perempuan yang terdata adalah 525 orang. Perempuan yang terdata ini adalah isteri dari jamaah tabligh yang aktif. Isteri para jamaah tabligh ini juga membentuk suatu perkumpulan sendiri yang tujuannya juga untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif. Dari jumlah yang terdata tersebut pengurus dari jamaah ini berjumlah 73 orang yang terdiri dari 43 laki-laki yang mengurus kegiatan-kegiatan baik di dalam maupun di luar untuk para jamaah tabligh,
4
kemudian 30 orang perempuan yang menjadi pengurus dalam setiap kegiatan dakwah, seperti arisan, dan kegiatan ceramah. Isteri para pendakwah ini sangat mendukung suaminya saat pergi berdakwah, banyak dari mereka yang mau ditinggalkan dalam waktu yang cukup lama oleh suami yang sedang berdakwah keluar daerah. Dengan sesama isteri Jamaah mereka membuat perkumpulan positif, seperti pengajian, kemudian arisan yang diselingi dengan ceramah, hingga kegiatan positif lainnya seperti pembelajaran agama. Sedangkan ada sebagian isteri jamaah tabligh yang bekerjasama membuat kegiatan yang tidak hanya untuk berdakwah tetapi dapat menghasilkan dan dapat membantu para isteri jamaah tabligh yang hidupnya kesulitan. Interaksi yang mereka lakukan diantara isteri jamaah tabligh, menjadi satu bukti bahwa mereka saling mendukung. Dari latar belakang permasalahan tersebut maka penelitian ini mengambil judul penelitian : Interaksi Sosial Antara Isteri Jamaah Tabligh. B. Perumusan masalah Dari identifikasi permasalahan diatas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi sosial isteri jamaah tabligh, rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana bentuk-bentuk interaksi yang dilakukan antara isteri jamaah tabligh? C.
Tujuan Dan Manfaat penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: untuk mengetahui bentuk-bentuk interaksi sosial antara isteri jamaah tabligh. 5
2. Manfaat Penelitian a. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat tentang keberadaan jamaah tabligh khususnya dalam berinteraksi dengan para istri dari jamaah tabligh. b. Dapat dijadikan refrensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melihat tentang interaksi sosial D. Konsep Operasional 1. Isteri Jamaah Tabligh adalah perempuan yang suaminya termasuk dalam kelompok jamaah tabligh, yang ditinggal pergi sementara oleh suaminya dalam rangka mensyiarkan agama atau berdakwa keluar kota selama berbulan-bulan. 2. Bentuk-bentuk interasi sosial Menurut Gilin dan Gilin (dalam Soekanto, 2003:56) ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yang sebagai berikut: 1. Proses-proses asosiatif (kerjasama, akomodasi, asimilasi) a. Kerjasama (cooperation) Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat bersamaan
mempunyai
cukup
pengetahuan
Akomodasi
(accommodation). Seperti para isteri Jamaah Tabligh ini mampu menjadi penengah dalam setiap permasalahan yang terjadi berkaitan dengan ekonomi keluarganya. Para isteri Jamaah
6
membuat suatu perkumpulan atau organisasi seperti pengajian, kemudian bimbingan belajar yang memungut biaya seikhlasnya. b. Akomodasi (accommodation) Suatu
cara
untuk
menyelesaikan
pertentangan
tanpa
menghancurkan orang lain. Seperti para isteri Jamaah Tabligh ini mampu menjadi penengah dalam setiap permasalahan yang terjadi
dan
mampu
menjadi
penengah
dalam
setiap
permasalahan. c. Asimilasi (assimilation) Merupakan suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaanperbedaan dari seorang isteri Jamaah Tabligh. Perbedaan berkaitan dengan pandangan tentang pendapatan ekonomi dan perbedaan agama. Karena setiap isteri Jamaah Tabligh pada dasarnya memang menjalankan ajaran Islam sesuai dengan apa yang diperintahkan namun hal ini tidak membuat beberapa dari isteri Jamaah Tabligh mengartikan dalam hal yang berbeda. 2. Proses-proses disosiatif (persaingan kontravensi dan pertentangan, pertikaian) a. Persaingan (competition) Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana para isteri Jamaah tabligh melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian umum dengan
7
cara menarik perhatian Persaingan yang selalu ditampakkan adalah mereka yang menjalankan perintah agama paling benar. b. Kontravensi (contravention) Merupakan bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian, kontravensi merupakan sikap mental yang tersembunyi yang ditunjukan para isteri Jamaah Tabligh terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. c. Pertentangan (pertikaian atau conflict) Pribadi maupun kelompok menyadari adanya perbedaanperbedaan misalnya: dalam ciri-ciri badaniah, emosi, unsurunsur kebudayaan, pola-pola prilaku, dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada sehingga menjadi suatu pertentangan atau konflik (conflict). d. Pertikaian Pertikaian merupakan bentuk lanjut dari kontravensi. Hal ini disebabkan, di dalam pertikaian, perselisihan sudah bersifat terbuka. Pertikaian terjadi karena semakin tajamnya perbedaan antara para isteri jamaah tabligh. Pertikaian jelas sekali mengarah pada disintegrasi antar individu. Dalam pertikaian unsur perasaan memegang peranan penting dalam mempertajam perbedaan-perbedaan yang ada sehingga masing-masing pihak berusaha saling menghancurkan.
8
E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dimana menurut Moleong (2012:248) kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. Dengan demikian penelitian ini mencoba menjelaskan dan memahami secara mendetail tentang Interaksi Sosial Antara Isteri Jamaah Tabligh, dalam penelitian ini akan dilihat dari bentuk interaksi antara para isteri jamaah tabligh. 2. Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Sei jang karena melihat perkumpulan ini banyak bermukim di Kelurahan Sei Jang ini, tidak hanya itu di Sei Jang ini terdapat mesjid besar tempat para Jamah Tabligh melakukan berbagai kegiatan yang mereka sebut dengan markas. Semenjak adanya lembaga dakwah ini di tengah masyarakat tidak hanya para suami, para isteri ikut berdakwah dengan membuka pengajian dan kegiatan selama suami tidak ada 3. Populasi dan Sampel Sesuai dengan jenis penelitian bahwa penelitian kualitatif tidak menggunakan pendekatan populasi dan sampel tetapi yang digunakan dengan pendekatan secara intensif ke informan yang akan dijadikan sumber data dalam penelitian ini. Penelitian ini teknik penentuan informan yang digunakan dalam
9
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan. Berdasarkan data yang didapatkan ada sekitar 30 orang isteri jamaah tabligh yang katif dalam setiap kegiatan dakwah, seperti arisan, dan kegiatan ceramah, namun tidak semua memberikan waktunya untuk bergabung menjadi pengurus dalam kegiatan tersebut. Dalam penelitian ini peneliti menggunaka Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Peneliti menggunakan Purposive Sampling untuk mengambil informan yang berjumlah 4 orang dengan kriteria adalah istri jamaah tabligh yang ditinggal pergi berdakwah suaminya selama 3 bulan. Kemudian informan yang diambil berdasarkan pendidikan dan usia. 4. Sumber dan Jenis Data a. Data Primer Menurut Sugiyono (2012 : 308) bahwa sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer secara khusus dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Dalam penelitian ini data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui wawancara dengan pihak pertama yang meliputi data tentang Interaksi Sosial Antara Isteri Jamaah Tabligh. b. Data Skunder Menurut Sugiyono (2012:141) mendefinisikan data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku. Dalam penelitian ini data
10
skunder yang diperoleh berupa gambaran umum lokasi penelitian, dan literatur mengenai isteri Jamaah Tabligh. 5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data a. Observasi Menurut Sugiyono (2011:166) teknik observasi merupakan suatu proses yang komplek dan sulit, yang tersusun dari berbagai proses biologis dan proses psikologis diantaranya yang terpenting adalah pengamatan dan ingatan. Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan meliputi interaksi sosial isteri para jamaah tabligh mulai dari kerjasama yang mereka lakukan, kegiatan yang mereka lakukan, kemudian melihat persaingan yang terjadi diantara isteri jamaah tabligh, dan usaha mereka untuk mengurangi perbedaan diantara mereka hingga dapat berinteraksi dengan baik. b. Wawancara Menurut Estrberg dalam Sugiyono (2012:316) mendefinisikan wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat diambil makna dalam suatu topik tertentu. Berdasarkan definisi tersebut maka wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui komunikasi langsung antara informan dan peneliti untuk mengetahui hal-hal awal mengenai masalah maupun hal-hal yang lebih mendalam tentang interaksi sosial antara isteri jamaah tabligh dalam kerjasama, akomodasi, asimilasi, kemudian dalam beinteraksi juga ingin diketahui tentang persaiangan,
11
kontravensi, pertentangan dan pertikaian yang mungkin terjadi di tengahtengah interaksi sosial isteri jamaah tabligh. 6. Teknik Analisa Data Setelah data diperoleh sepenuhnya, data-data tersebut akan dianalisa, dengan menggunakan analisa data kualitatif. Analisis data dilakukan untuk menganalisa data-data yang didapat dari penelitian ini adalah analisis Kualitatif, Menurut Sugiyono (2012:14) analisis kualitatif adalah sebagai berikut metode penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama dilapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan dilapangan, dan membuat laporan penelitian mengenai Interaksi Sosial Antara Isteri Jamaah Tabligh. Model analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan empat langkah yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Empat tahap dalam proses analisis data ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan yang berisi tentang apa yang dilihat, didengar, disaksikan dan juga temuan tentang apa saja yang dijumpai selama penelitian. 2. Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses dimana peneliti melakukan pemilahan dan penyederhanaan data hasil penelitian. Proses ini juga dinamakan proses transformasi data, yaitu perubahan dari data yang bersifat kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan menjadi
12
data yang bersifat halus dan siap pakai setelah dilakukan penyeleksian dengan membuang data yang tidak diperlukan. 3. Penyajian Data Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun sehingga
memberikan
kemungkinan
penarikan
kesimpulan
dan
pengambilan tindakan. Penyajian data dimaksudkan untuk mempermudah penelitian dalam melihat hasil penelitian. 4. Penarikan Kesimpulan Tahap penarikan kesimpulan ini menyangkut interprestasi peneliti, yaitu penggambaran makna dari data yang ditampilkan. Penarikan kesimpulan merupakan usaha untuk mencari atau memahami data yang diperoleh F. LANDASAN TEORITIS Manusia terlahir sebagai makhluk sosial, kenyataan tersebut menyebabkan manusia tidak akan dapat hidup normal tanpa kehadiran manusia yang lain. Hubungan tersebut dapat dikategorikan sebagai interaksi sosial. Adapun pengertian interaksi sosial menurut para ahli dapat dikemukakan oleh Setiadi dan Usman (2011: 63) bahwa Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang berkaitan dengan orang perorangan, kelompok perkelompok, maupun perorangan terhadap perkelompok ataupun sebaliknya. Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai budaya, secara logis akan mengalami berbagai permasalahan, di antara permasalah tersebut adalah terjadinya silang budaya, apakah antara sesama budaya lokal maupun dengan budaya yang datang dari luar. Interaksi sosial yang terjadi secara dinamis dalam proses tawar menawar bisa mewujudkan perubahan tata nilai yang tampil sekedar sebagai
13
pergeseran antar nilai, atau peresengketaan (conflict) antar nilai atau bahkan dapat berupa benturan (clash) antar nilai tersebut. Apapun bentuk dan perwujudan dari permasalahan silang budaya, harus dapat dipandu dan dikendalikan, atau paling tidak diupayakan adanya mekanisme yang dapat menjembatani permasalahan ini Pada dasarnya setiap individu adalah makhluk sosial yang senantiasa melakukan interaksi dengan individu lain dalam lingkungan yang ditempatinya. Keterlibatan individu dalam suatu hubungan sosial berlangsung semenjak usia dini. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial di dalam kehidupan bermasyarakat. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang-perorang dengan kelompok manusia. Interaksi sosial merupakan aspek yang sangat penting di dalam suatu kehidupan bermasayarakat. Tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan masyarakat. Syarbaini dan Rusdiyanta (2009:25-26). Menurut Nazir (2008:25) “Interaksi sosial dapat didefinisikan sebagai hubungan-hubungan timbal balik antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, serta antara individu dengan kelompok”. Sesuai dengan pengertian diatas menunjukkan bahwa interaksi sosial merupakan suatu hubungan timbal balik antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok dan antara individu dengan kelompok. Berbeda
menurut
Dirdjosisworo
dalam
Nazir
(2008:26)
“interaksi
dimaksudkan adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orangperorang dari kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan system bentuk-bentuk hubungan tersebut. Atau apa yang akan terjadi apabila ada
14
perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada”. Pendapat diatas sama menurut Murdiyatmoko dan Handayani (2004) “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial”. Hal ini berarti interaksi sosial adalah cara berhubungan yang dapat dilihat apabila individu atau kelompok saling bertemu dan melakukan interaksi sosial dan mengahasilkan hubungan kerjasama dengan tujuan pembentukan struktur sosial agar masyarakat menjadi terstruktur hingga membuaat suatu sistem sosial. Sementara itu menurut Maryati dan Suryawati (2003:22) menyebutkan “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok”. Dalam hal ini bahwa yang dimaksud dengan kontak social yaitu adanya hubungan timbal balik antara individu-individu, kelompok-kelompok dan antar individu dan kelompok .Hal ini berarti bahwa interakasi sosial merupakan hubungan timbal balik yang hasilnya mendapatkan suatu respon di dalam individu maupun kelompok. Hal ini berbeda dengan yang dikatakan oleh Soerjono Soekanto (2007:55): “Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorang, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia”.
15
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa interaksi sosial adalah hubungan timbal antar individu maupun kelompok yang kemudian memungkinkan terjadi aktivitasaktivitas sosial dimasyarakat. Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Maryati dan Suryawati (2003:22) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok”. Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004:50), “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial”. “Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling mendukung” (Siagian, 2004:216). Berdasarkan definisi di atas maka, penulis dapat menyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan kelompok. Menurut Maryati dan Suryawati (2003:33) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu: 1. Interaksi antara individu dan individu. Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).
16
2. Interaksi antara individu dan kelompok. Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam - macam sesuai situasi dan kondisinya. 3. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok. Interaksi sosial kelompok dan
kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi.
Misalnya, kerja sama antara dua organisasi islam untuk membicarakan ssesuatu yang berkaitan tentang agama. Syarat terjadinya interaksi sosial menurut Syarbaini dan Rusdiayanta (2009:26) yakni : a. Kontak sosial Kontak sosial merupakan usaha pendekatan pertemuan fisik dan rohaniah. Kontak sosial dapat bersifat primer (face to face) dan bersifat sekunder (berhubungan melalui media komunikasi, baik perantara orang maupun media benda, surat kabar, TV, radio). Kontak sosial juga dapat bersifat positif atau negative. Kontak sosial positif mengarah pada suatu kerjasama, sedangkan negative mengarah pada pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan interaksi sosial. b. Komunikasi Komunikasi merupakan usaha penyampaian informasi kepada manusia lainnya. Tanpa komunikasi tidak mungkin terjadi proses interaksi sosial. Dalam komunikasi sering muncul perbagai macam perbedaan penafsiran terhadapa makna sesuatu tingkah laku orang lain akibat konteks sosialnya.
17
Adapun berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada perbagai faktor menurut Soekanto( 2007:57-58) : 1. Faktor imitasi Faktor imitasi merupakan faktor yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Interaksi sosial disini mempunyai makna hubungan timbal balik antar orang perorang, individu dengan kelompok dan individu dengan individu. Dalam hal ini interaksi mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah dan nilai-nilai yang berlaku namun demikian imitasi juga mengakibatkan hal-hal yang negatif. 2. Faktor Sugesti Faktor kedua dari interaksi sosial adalah faktor sugesti yaitu berlangsung apabila seseorang sesorang memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Proses dari sugesti ini hampir sama dengan imitasi, tetapi titik tolaknya berbeda. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima dilanda oleh emosi, yang menghambat daya berpikir secara rasional. Hal lain dari pengertian sugesti bahwa sugesti terjadi oleh sebab yang memberikan pandangan atau sikap merupakan bagian terbesar dari kelompok yang bersangkutan atau masyarakat. 3. Faktor identifikasi Faktor identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini. Proses identifikasi
18
dapat berlangsung dengan sendirinya (secara tidak sadar), maupun dengan disengaja karena sering kali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam proses kehidupannya. Walawpun dapat berlangsung dengan sendirinya, proses identifikasi berlangsung dalam suatu keadaan dimana seseorang yang beridentifikasi benar-benar mengenal pihak lain. (yang menjadi idealnya) sehingga pandangan, sikap maupun kaidah-kaidah yang berlaku pada pihak lain tadi dapat melembaga dan bahkan menjiwainya. 4. Faktor Simpati Proses simpati sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegan peranan yang sangat penting, walawpun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya. Proses simpati akan dapat berkembang di dalam suatu keadaan dimana factor saling mengerti terjamin. Akan tetapi dapatlah dikatakan bahwa imitasi dan sugesti terjadi lebih cepat, walau pengaruhnya kurang mendalam bila dibandingkan dengan identifikasi dan simpati yang secara relative agak lebih lambat proses berlangsungnya. Ciri-ciri interaksi sosial menurut Nazir (2008:32) 1. Jumlah pelaku lebih dari seorang, dapat dua orang atau lebih. 2. Adanya komunikasi antara para pelaku dengan menggunakan symbolsimbol. 3. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kini, dan akan datang yang menentukan sifat dari aksi yang sedang berlangsung. 19
4. Adanya tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidak sama dengan yang diperkirakan oleh para pengamat. Menurut Gilin dan Gilin (dalam Soekanto, 2003:56) ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yang sebagai berikut: 1. Proses-proses asosiatif (kerjasama, akomodasi, asimilasi) a. Kerjasama (cooperation) Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat bersamaan mempunyai cukup pengetahuan b. Akomodasi (accommodation) Suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Seperti para isteri Jamaah Tabligh ini mampu menjadi penengah dalam setiap permasalahan yang terjadi di lingkunganya dan mampu menjadi penengah dalam setiap permasalahan. c. Asimilasi (assimilation) Merupakan suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara individu atau kelompok dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan bersama. Hal ini dapat dilihat dari seorang isteri Jamaah Tabligh membuat
20
kegiatan yang dapat mempersatukan kelompok khususnya ibu-ibu di lingkungan tempat tinggalnya. 2. Proses-proses disosiatif (persaingan kontravensi dan pertentangan, pertikaian) a. Persaingan (competition) Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok yang bersaing mencari keuntungan melalui bidangbidang kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa menggunakan kekerasan atau ancaman. Persaingan ada dua tipe yaitu yang bersifat pribadi dan yang tidak bersifat pribadi. b. Kontravensi (contravention) Merupakan bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian, kontravensi merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. c. Pertentangan (pertikaian atau conflict) Pribadi maupun kelompok menyadari adanya perbedaan-perbedaan misalnya: dalam ciri-ciri badaniah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola prilaku, dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada sehingga menjadi suatu pertentangan atau (conflict).
21
d. Pertikaian Pertikaian merupakan bentuk lanjut dari kontravensi. Hal ini disebabkan, di dalam pertikaian, perselisihan sudah bersifat terbuka. Pertikaian jelas sekali mengarah pada disintegrasi antar individu. Dalam pertikaian unsur perasaan memegang peranan penting dalam mempertajam perbedaan-perbedaan yang ada sehingga masing-masing pihak berusaha saling menghancurkan Menjelaskan bahwa dalam kehidupan masyarakat harus ada aksi dan reaksi, tanpa adanya aksi dan reaksi tersebut maka interaksi sosial antara seseorang dengan orang lain tidak akan berjalan dengan baik sebagaimana mestinya. apabila interaksi ini berjalan dengan baik maka terbentuklah suatu kerjasama antar peserta didik dan apabila interaksi sosial ini tidak berjalan dengan baik maka terjadilah suatu perselisihan
atau
terbentuknya
kelompok-kelompok
tertentu,
sehingga
mengakibatkan tidak adanya kesesuaian antara peserta didik yang satu dengan peserta didik lainnya atau interaksi yang baik. G.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kelurahan Sei Jang merupakan salah satu kelurahan yang ada didaerah
kecamatan Bukit Bestari kota Tanjungpinang. Kelurahan ini memiliki satu mesjid besar yang menjadi markas atau tempat berkumpulnya Jamaah Tabligh untuk beribadah dan melakukan pertemuan. Banyak para Jamaah tabligh memilih untuk tinggal di sekitar daerah Kelurahan Sei Jang. Kelurahan Sei Jang yang terbagi dalam 10 RW jumlah penduduk yang tercatat sampai dengan saat ini adalah 19.500 jiwa, cukup padat dengan banyak jumlah
22
penduduk yang ada, membuktikan bahwa Kelurahan Sei Jang merupakan pusat pertumbuhan pemukiman yang strategis. Kelurahan Sei Jang memang merupakan salah satu Kelurahan yang letaknya dekat dengan pusat pertumbuhan kota. Masyarakat setempat pun tergolong mudah dalam mendapatkan akses pelayanan dari pemerintah. Wilayahnya juga merupakan pusat pengembangan kota saat ini. Sebagai wilayah dalam kadar pengembangan kepadatan penduduk secara geografis ini menimbulkan sejumlah masalah dalam hal penanganan berbagai soal kependudukan. Disamping itu juga dengan latar belakang masyarakat yang berbeda-beda dari segi ras, agama serta pendidikan dengan keadaan sosial ekonomi yang berbedabeda pula maka ada dari sebagian masyarakat yang bermasalah dalam hal interaksinya juga. H. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Informan Sebelum membahas tentang “Interaksi Sosial Antara Isteri Jamaah Tabligh”, hendaklah dapat melihat bagaimana karakteristik dari informan yang menjadi atau yang membantu penelitian ini dengan hasil sebenar-benarnya. Dari beberapa karakteristik informan yag dapat kita lihat disini adalah dari segi jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan. Dari karakteristik informan berdasarkan kelompok umur seluruh informan memiliki umur 27 tahun, 29 tahun, 38 tahun dan 40 tahun tahun dan sudah menikah. Kemudian masih ada informan yang diatas 40 tahun diharapkan dapat memberikan kontribusinya dan juga dapat memberikan peranan penting dalam
23
memberikan jawaban karena mengingat pengalaman hidup yang sudah mereka jalani. Dalam penelitian ini informan berjumlah 4 orang, yang terdiri dari perempuan-perempuan isteri para jamaah tabligh. 2. Interaksi Sosial Antara Isteri Jamaah Tabligh Dalam kehidupan rumah tangga, yang menjadi salah satu kewajiban bersama suami-istri adalah kewajiban berdakwah. Bergabungnya suami-istri dalam satu jamaah/harakah dakwah adalah keuntungan tersendiri. Visi-misi dakwah yang terpatri kuat di benak mereka membuat adanya kesamaan pemikiran dan perasaan sehingga membentuk kesamaan sikap. Pengalaman menunjukkan bahwa suami-istri yang bersama dalam satu harakah bisa saling mendukung dan menguatkan. Ketika suami sedang berdakwah keluar kota atau pergi dari satu tempat ketempat lain, maka isteri para Jamaah ini kerap melakukan hal yang positif, mereka ikut berdakwah dengan cara mereka sendiri. Interaksi sosial dapat dilihat dalam beberapa bentuk seperti kerjasama dimana para isteri jamaah tabligh mampu membangun kelompok antara isteri jamaah tabligh untuk saling membantu meningkatkan ekonomi keluarga, kemudian bentuk interaksi asimiliasi dimana setiap para isteri jamaah tablig sebisa mungkin menghindari perbedaan di antara para isteri jamaah tabligh lainnya.
24
a. Proses-proses asosiatif (kerjasama, akomodasi, asimilasi) 1). Kerjasama (cooperation) Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat bersamaan mempunyai cukup pengetahuan Akomodasi (accommodation). Seperti para isteri Jamaah Tabligh ini mampu menjadi penengah dalam setiap permasalahan yang terjadi berkaitan dengan ekonomi keluarganya. Para isteri Jamaah membuat suatu perkumpulan atau organisasi seperti pengajian, kemudian bimbingan belajar yang memungut biaya seikhlasnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa bahwa saat ini perempuan-perempuan isteri Jamaah Tabligh saat ini sudah menjalin kerjasama dengan membuat perkumpulan, pengajian dan bimbingan belajar, hal ini dilakukan karena saat ini mereka juga ingin berguna di tengah masyarakat. Adanya jamaah tabligh akan membawa dampak positif jika kita mau menerimanya dengan tangan terbuka. Karena pada dasarnya apa yang mereka ajarkan tentu saja untuk kebaikan yang lama kelamaan akan membawa kita dalam pengetahuan islam yang baik. Namun tidak sedikit pula yang memiliki sikap pandangan yang berbada. Bagi Indonesia status yang setara bagi perempuan dan peluang mereka dalam aktifitas-aktifitas politik sesungguhnya telah mendapat dasar yuridis dalam UUD 1945. Terlepas masih ada banyak persoalan diskriminasi terhadap perempuan, sejumlah kemajuan atas status perempuan telah dicapai. Proses kemajuan bagi perempuan akan terus berlanjut termasuk bagi kaum
25
perempuan yang menjadi isteri dari salah satu perkumpulan keagamaan seperti Jamaah Tabligh. b. Akomodasi (accommodation) Suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Seperti para isteri Jamaah Tabligh ini mampu menjadi penengah dalam setiap permasalahan yang terjadi dan mampu menjadi penengah dalam setiap permasalahan. Berdasarkan wawancara dengan informan dapat dianalisa bahwa diantara isteri jamaah tabligh juga terjadi pertentangan apalagi pada saat bimbel dan pengajian mereka dirikan. Masing-masing tentu mempunyai ide yang berbeda. Hanya saja mereka menyikapinya dengan bijaksana. Bentuk akomodasi yang sering dilakukan para isteri jamaah tabligh adalah dengan kompromi yaitu suatu bentuk akomodasi dimana pihak yang berselisih saling mengurangi tuntutan supaya menemukan sebuah penyelesaian, serta seluruh pihak bersedia untuk memahami dan merasakan keadaan pihak yang lain. Atau apabila tidak bisa terselesaikan maka akan dilakukan mediasi mengikutkan pihak ke-3. Dan saat ini yang paling penting adalah mereka menerapkan toleransi karena adanya keinginan-keinginan untuk sebisa mungkin menghindarkan diri dari pertikaian yang dapat merugikan diantara kedua belah pihak.
26
c. Asimilasi (assimilation) Merupakan suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan dari seorang isteri Jamaah Tabligh. Perbedaan berkaitan dengan pandangan beragama. Karena setiap isteri Jamaah Tabligh pada dasarnya memang menjalankan ajaran Islam sesuai dengan apa yang diperintahkan namun hal ini tidak membuat beberapa dari isteri Jamaah Tabligh mengartikan dalam hal yang berbeda. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa bahwa para isteri jamaah tabligh untuk dapat berinteraksi dengan baik maka mereka harus mengurangi perbedaan-perbedaan yang ada, yang berawal dari perbedaan yang datang dari kelompok mereka sendiri. Perbedaan yang terlihat jelas adalah pembagian honor dalam kegiatan yang mereka lakukan. Namun tentu saja mereka membaginya dengan adil, perbedaan tentu saja datang karena berbagai macam faktor. Tabligh perilaku dalam bentuk aktifitas keagamaan yang dibudayakan Jamaah Tabligh merupakan salah satu bentuk penerapan norma-norma kelompoknya dan resosialisasi. Mereka adalah orang yang telah didakwahi dan kemudian mendakwahi, diobati dan kemudian mengobati, diperbaiki kepribadiannya kemudian membantu orang lain. Mereka adalah orang-orang yang meleburkan ego individunya dan membentuknya menjadi suatu impresi keanggotaan kolektif, sehingga dakwah yang dilakukan tidak lagi dipandang sebagai aktifitas individu melainkan aktifitas kelompok.
27
2. Proses-proses disosiatif (persaingan kontravensi dan pertentangan, pertikaian) a. Persaingan (competition) Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana para isteri Jamaah tabligh melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian Persaingan yang selalu ditampakkan adalah mereka yang menjalankan perintah agama paling benar. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa bahwa tidak ada persaingan antara para isteri Jamaah Tabligh adanya dakwah yang disosialisasikan oleh Jamaah Tabligh mampu mempengaruhi masyarakat untuk ikut dalam kebaikan. Dari dua informan diatas maka dapat dianalisa bahwa dari cara dakwah yang mereka lakukan kepada masyarakat mampu merangkul masyarakat. Ada banyak hal yang mampu membuat masyarakat memilih untuk bergabung dengan jamaah tabligh salah satunya bahwa Jama’ah Tabligh memaknai bahwa hakekatnya seorang muslim bekerja adalah untuk mendapat keridhoan Allah. Kemudian para Jamaah Tabligh selalu mengajarkan tentang arti Ikhlas. Makna ikhlas adalah bekerja dan berkarya semata-mata untuk mendapat ridho Allah. kegagalan disikapi dengan sabar sedangkan keberhasilan disikapi dengan bersyukur. Hal ini yang selalu disosialisasikan Jamaah Tabligh yang membuat banyak orang terpengaruh kemudian ikut berdakwah karena pada dasarnya apa yang di ajarkan adalah hal-hal yang benar yang diajarkan oleh Al-Quran.
28
b. Kontravensi (contravention) Merupakan bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian, kontravensi merupakan sikap mental yang tersembunyi yang ditunjukan para isteri Jamaah Tabligh terhadap orangorang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Berdasarkan hasil wawancara maka diketahui bahwa terkadang lapangan pekerjaan di masyarakat yang membutuhkan para wanita. Setiap wanita yang bekerja di luar rumah juga dituntut untuk tetap bisa menjaga diri dan kehormatannya serta menghindarkan hal-hal yang bisa menjatuhkan dirinya ke dalam fitnah. Adapun penghasilan yang didapat seorang istri dalam pekerjaannya adalah hak dia sepenuhnya dan dia berhak membelanjakannya sesuai dengan keinginannya. Tidak dibolehkan bagi seorang suami
untuk
terlalu
intervensi
didalamnya
akan
tetapi
diperbolehkan baginya memberikan pertimbangan dan menasehatinya manakala ada kesalahan dalam membelanjakannya. Seorang suami tidak berhak melarangnya untuk berinfak dan bersedekah kepada siapapun yang dikehendakinya atau membelanjakannya untuk kepentingan dirinya sendiri. Namun demikian si istri tetap dituntut untuk bijak didalam membelanjakan dan mensedekahkan harta tersebut. Ia juga harus bisa menentukan skala prioritas didalam membelanjakannya janganlah dia mendahulukan sesuatu yang komplemen dari pada yang sekunder atau yang sekunder daripada yang primer.
29
c.
Pertentangan (pertikaian atau conflict) Pribadi maupun kelompok menyadari adanya perbedaan-perbedaan
misalnya: dalam ciri-ciri badaniah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, polapola prilaku, dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada sehingga menjadi suatu pertentangan atau (conflict). Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa bahwa konflik yang timbul tentu saja ada, namun hal ini tidak dalam kerjasmaa yang dibetuk mereka, konflik datang dari orang diluar yang masih memiliki pola pikir yang berbeda. Selain masalah ekonomi, ada juga muslimah yang bekerja karena ingin mengabdikan ilmu yang telah didapatnya seperti dokter, guru dan lainnya. Dan mungkin ada juga muslimah yang bekerja untuk dapat meniti karirnya dibidang tertentu. Namun, selain alasan-alasan diatas, ada pula muslimah yang memilih tetap bekerja karena merasa bosan dengan pekerjaan rutinitas mengurus rumah tangga atau karena anggapan bahwa dengan bekerja pergaulan dan statusnya lebih baik dibanding hanya menjadi ibu rumah tangga. Islam tidak melarang seorang muslimah untuk bekerja, Tugas atau peran utama yang harus dijalankan oleh seorang muslimah yang telah menjadi istri dan ibu adalah mengurus rumah tangga, mendidik anak, menjaga harta suami, menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah yang tak kalah beratnya dari pekerjaan suami untuk memenuhi nafkah. Seorang istri tidak memiliki kewajiban untuk turut mencari nafkah, karena kewajiban ini telah
30
dibebankan kepada suami bagi seorang muslimah ada kaidah-kaidah syar’i yang perlu diperhatikan ketika bekerja di luar rumah untuk menghindari berbagai sisi negative. d. Pertikaian Pertikaian merupakan bentuk lanjut dari kontravensi. Hal ini disebabkan, di dalam pertikaian, perselisihan sudah bersifat terbuka. Pertikaian terjadi karena semakin tajamnya perbedaan antara para isteri jamaah tabligh. Pertikaian jelas sekali mengarah pada disintegrasi antar individu. Dalam pertikaian unsur perasaan memegang peranan penting dalam mempertajam perbedaan-perbedaan yang ada sehingga masingmasing pihak berusaha saling menghancurkan. Berdasarkan hasil seluruh wawancara dengan informan maka dapat dianalisa bahwa tidak pernah terjadi pertikaian. Pertikaian dapat terjadi karena proses interaksi, dimana penfsiran makna perilaku tidak sesuai dengan maksud dari pihak pertama,yaitu pihak yang melakukan aksi,sehingga menimbulkan suatu keadaan dimana tidak terdapat keserasian diantara kepentingan-kepentingan para pihak yang melakukan interaksi. Namun para isteri jamaah tabligh ini mengelakkan pertikaian yang terjadi, jika sudah terjadi pertentangan atau perbedaan maka akan duduk bersama dicari jalan tengahnya agar tidak bertikai.
31
I. PENUTUP a. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa Isteri Jamaah Tabligh selama ini sudah berinteraksi dengan baik dan mampu memberikan hal yang baik dan positif bagi sesama jamaah tabligh. Seperti dari kerjasama membawa dampak positif bagi para isteri jamaah tabligh karena dapat lebih mandiri. Pada dasarnya apa yang mereka ajarkan tentu saja untuk kebaikan yang lama kelamaan akan membawa kita dalam pengetahuan islam yang baik. Kemudian perbedaan pandangan tentu saja selalu ada namun para isteri jamaah ini membuka diri untuk bersama-sama berdiskusi untuk mengurangi perebedaan tersebut. para isteri jamaah tabligh sudah mampu mengurangi perbedaan yang ada. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa tidak ada persaingan antara para isteri Jamah tabligh, mereka malah saling menguatkan ditengah masyarakat. dengan keberadaan Jamaah Tablighperilaku dalam bentuk aktifitas keagamaan yang dibudayakan Jamaah Tabligh merupakan salah satu bentuk penerapan norma-norma kelompoknya dan resosialisasi. tidak ada persaingan antara para isteri Jamaah Tabligh adanya dakwah yang disosialisasikan oleh Jamaah Tabligh mampu mempengaruhi masyarakat untuk ikut dalam kebaikan b. Saran 1. Sebaiknya kerjasama para isteri Jamaah Tabligh lebih ditingkatkan lagi dan lebih terbuka dengan masyarakat. Sehingga pengajian, paud dan bimbel yang didirikan dapat berkembang lebih besar lagi.
32
2. Para isteri Jamaah Tabligh sebaiknya mengajak para isteri jamaah tabligh lainnya untuk ikut bersama-sama membangun hal-hal yang positif agar dapat saling menguatkan dan bersama-sama berdakwah sesuai dengan tujuan dari jamaah tabligh.
33
DAFTAR PUSTAKA
Damsar. 2015. Pengantar teori sosiologi. Jakarta : Kencana Dewi Wulan. 2009. Sosiologi Konsep dan Teori. Bandung: PT Refika Aditama Gunawan, Ary H., 2000, Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. Hortan, 1999, Paul B dan Hunt Chester L., Sosiologi Jilid I, Erlangga, Jakarta. Murdiyatmoko dan Handayani. 2004. Sosiologi I. Jakarta: Grafindo Media Utama. Moleong, J Lexy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Maryati dan Suyawati. 2003. Sosiologi 1. Jakarta : Erlangga Nanang Martono. 2014. Sosiologi perubahan sosial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Nazir. 2008. Teori-Teori Sosiolog, Widya Padjadjaran, Bandung: Widya Padjadjaran, Soejono,Soekanto. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Raja Grafindo _______________. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Raja Grafindo _______________. 2007. Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: P.T.Raja. Grafindo. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dan, R & D. Bandung: Alfabeta. Syarbaini, Syahrial dan Rusdiyanta. 2009. Dasar-Dasar Sosiologi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi. Kencana. Jakarta. Yulianti, Yayuk. 2003.Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama Zainal. 1997. Filsafat Manusia, Memahami Manusia Melalui Filsafat, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
34