INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKESULITAN BELAJAR DI SD NEGERI BANYUSOCO II
ARTIKEL JURNAL SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Oleh Anggar Ratman NIM 10108244094
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FEBRUARI 2015
Interaksi Sosial Anak…. (Anggar Ratman) 1
INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKESULITAN BELAJAR DI SD NEGERI BANYUSOCO II SOCIAL INTERACTION OF CHILDREN WITH LEARNING DISABILITIES IN SD NEGERI BANYUSOCO II Oleh : Anggar Ratman, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta,
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mendukung terjadinya interaksi sosial anak berkesulitan belajar di SD N Banyusoco II. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif jenis deskriptif. Subjek penelitian adalah anak berkesulitan belajar di kelas tinggi (kelas IV,V,VI). Pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data menggunakan model Interaktif Huberman & Miles. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktorfaktor yang mendukung interaksi sosial anak berkesulitan belajar berupa (1) imitasi dengan melihat seseorang di lingkungannya dan televisi, (2) sugesti eksternal dan sugesti internal, (3) identifikasi berupa ketertarikan dan keinginan menjadi seperti orang tertentu, (4) simpati bersifat intelektual berupa perasaan sedih atau senang menanggapi sebuah peristiwa dan simpati respon reflek berupa trauma terhadap suatu kejadian yang pernah dialami, (5) komunikasi, (6) faktor yang sangat berpengaruh adalah pemberian sugesti langsung oleh orangtua, guru, teman, dan (7) upaya yang ditempuh sekolah melalui program ekstrakurikuler serta pendampingan khusus.
Kata kunci: interaksi sosial, anak berkesulitan belajar, sekolah dasar
Abstract The purpose of this research was to know and describe the factors that encourage social interaction of children with learning disabilities in SDN Banyusoco II. This research used descriptive qualitative method. Subjects were children with learning disabilities in grade IV, V, and VI. Data collection was conducted through interviews, observation, and documentation. Data had been analyzed by interactive model of Huberman & Miles method. The results showed that the support factors social interaction of children with learning disabilities were (1) imitation to see someone in the neighborhood and television, (2) external suggestions and internal suggestion, (3) identification in the form of interest and a desire to be like a certain person, (4) intellectual sympathy in the form of feeling sad or happy to respond to an event and be traumatic reflex sympathetic response to an event that never happened, (5) communication, (6) a affacting factor is the provision of direct suggestion by parents, teachers, friends, and (7) school taken effort through by extracurricular programs and special assistance.
Keywords: social interaction, children with learning disabilities, elementary school
2 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 5 Tahun ke IV April 2015
seiring dengan pola hubungan dengan
PENDAHULUAN Pendidikan kemajuan
menjadi
suatu
indikator
sesama peserta didik maupun warga
Bangsa
sekolah lainnya dalam bentuk interaksi
bangsa.
berpendidikan dan terpelajar dipercaya
sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan
memiliki kualitas sumber daya manusia
sosial yang dinamis, yang menyangkut
yang unggul dan mampu bersaing. H.A.R.
Tilaar
mengemukakan pendidikan
bahwa
adalah
28)
hubungan timbal balik antarindividu,
hakikat
antarkelompok manusia, maupun antara
(2000:
suatu
proses
orang
dengan
kelompok
manusia
eksistensi
(Herimanto dan Winarno, 2011 : 52).
memasyarakat,
Pendidikan yang dapat memfasilitasi
membudaya, dalam tata kehidupan yang
peserta didik dalam berinteraksi sosial
berdimensi lokal, nasional, dan global.
harus diwujudkan dalam kesatuan sistem
Pendapat ini menunjukkan bahwa peran
yang
sentral pendidikan yaitu mendorong
memberikan keadilan tanpa memandang
eksistensi peserta didik dalam berbagai
status, kemampuan, dan keadaan peserta
bidang. Eksistensi dalam masyarakat,
didik.
menumbuhkembangkan peserta
budaya,
didik
dan
yang
tata
kehidupan
ini
jelas.
Peserta
Sistem
didik
itu
diharapkan
dengan
kondisi
membutuhkan kemampuan sosial peserta
menderita suatu kelainan, cacat, atau
didik. Salah satu cara untuk membina
luar biasa ini sering mendapat sebutan
kemampuan sosial peserta didik ini
sebagai anak berkebutuhan khusus. Jopy
melalui proses pendidikan di lingkungan
Liando dan Aldjo Dapa (2007: 21)
sekolah.
mendeskripsikan pengertian mengenai
Pendidikan formal di Indonesia pada
ABK (anak berkebutuhan khusus) yaitu
tingkatan paling dasar dikenal dengan
mencakup anak-anak yang menyandang
sekolah dasar (SD). Sekolah dasar
kecacatan tertentu (disable children)
sebagai pondasi awal dalam pendidikan
baik secara fisik, mental dan emosional
formal
pada
(termasuk anak autis) maupun yang
pengembangan kemampuan akademik
mempunyai kebutuhan khusus dalam
peserta didik. Sekolah dasar merupakan
pendidikannya (children with special
salah satu wahana membina kemampuan
educational needs).
sosial
tidak
bagi
hanya
peserta
terbatas
didik
untuk
SDN Banyusoco II merupakan salah
mempersiapkan diri pada jenjang yang
satu sekolah dasar inklusi yang berlokasi
lebih tinggi. Kemampuan sosial peserta
di
didik di sekolah dasar akan berkembang
Gunungkidul. Status SD inklusi yang
Kecamatan
Playen,
Kabupaten
Interaksi Sosial Anak…. (Anggar Ratman) 3
II
Semua anak bisa saling membangun
berdasarkan Keputusan Kepala Dinas
komunikasi dan bertukar informasi tanpa
Pendidikan dan Olahraga Kabupaten
ada bentuk diskriminasi. Hal yang
Gunungkidul No. 420/109/KPTS/2011
terpenting
tentang
penyelenggara
pendidikan
belajar tidak mendapat
inklusif.
Keputusan
Disdikpora
kurang baik dari teman-temannya.
disandang
SDN
Kabupaten
Banyusoco
Gunungkidul
adalah
anak
berkesulitan label
yang
Menurut guru dan komite di SDN
itu
menerangkan terdapat 22 sekolah dasar
Banyusoco
negeri dengan status inklusi khususnya
tentang
di Kecamatan Playen.
program pendidikan inklusif diragukan
Catatan hasil wawancara peneliti
inklusif
dan
Sekolah
berdasarkan
Banyusoco
I,
SDN
pada
awal
instruksi
menyatakan
bahwa
dalam praktiknya dapat berjalan lancar
dengan 3 narasumber yaitu Kepala SDN
II
harmonis.
Fakta
di
lapangan
keterangan
guru
Banyusoco II, dan SDN Sawah Lor
menyatakan bahwa pada awalnya anak
menyatakan bahwa di Kecamatan Playen
berkesulitan belajar dinilai mengalami
khususnya Desa Banyusoco terdapat 3
keadaan yang sulit berkembang dan
sekolah dasar negeri dengan jumlah
menyesuaikan diri. Anak berkesulitan
populasi 228 siswa dan 15 siswa
belajar dalam aktifitasnya di sekolah
diantaranya termasuk dalam kategori
merasa kurang percaya diri dan didapati
anak berkebutuhan khusus. Lima belas
kurang berkomunikasi dengan orang lain
anak
karena tekanan
berkebutuhan
khusus
tersebut
akibat
kelemahanya
sejumlah 12 siswa sedang menempuh
dalam belajar. Anak berkesulitan belajar
pendidikan di SD Banyusoco II dan
bersikap pemalu menarik diri dari
tergolong anak berkesulitan belajar.
lingkungan sosialnya.
Sebagai sekolah inklusif interaksi
Seiring berjalannya proses sistem
sosial secara khusus harus diperhatikan
inklusif di SD Negeri Banyusoco II
karena menyangkut hubungan antar
dalam kurun waktu 3 tahun terakhir,
warga sekolah yang memiliki perbedaan
perlahan menunjukkan kondisi yang
kemampuan. Anak berkesulitan belajar
berbeda. Keadaan siswa khususnya anak
dengan anak lain harus mendapatkan
berkesulitan
kesempatan
dikatakan
yang
sama
dalam
belajar
saat
memperoleh
ini
dapat
kenyamanan
aktivitasnya di kelas maupun di luar
belajar. Peneliti melihat bahwa iklim
kelas. Anak berkesulitan belajar harus
yang terbangun sudah mengarah pada
bisa menjalin hubungan dengan baik
bentuk
tanpa dipandang dari kelemahan dirinya.
sesungguhnya. Bentuk ideal interaksi
pendidikan
inklusif
yang
4 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 5 Tahun ke IV April 2015
sosial anak berkesulitan belajar dan anak lain sudah nampak. Anak berkesulitan
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD
belajar
Negeri Banyusoco II pada tahun ajaran
mengajar di kelas bersama anak lain
kedua 2013/2014 yakni selama dua
dapat berjalan dengan lancar. Guru
bulan terhitung sejak bulan Juli 2014
memperlakukan
hingga Agustus 2014.
belajar
belajar
mengikuti
kegiatan
anak
untuk
berkesulitan
terlibat
aktif
dalam
kegiatan di kelas.
Subjek Penelitian
SDN Banyusoco II sebagai perintis pendidikan
inklusif
pertama
di
Subjek
dalam
penelitian
ini
berjumlah 9 anak berkesulitan belajar.
Kabupaten Gunungkidul bisa menjadi percontohan
bagi
sekolah-sekolah
inklusif lain utamanya dari sisi interaksi
Prosedur Penelitian Penelitian didahului dengan tahap
sosial di lingkungan sekolah. Faktor-
pra-lapangan
faktor yang mempengaruhi terjadinya
pendahuluan.
interaksi sosial menarik untuk dikaji dan
melakukan pengambilan data dengan
menjadi
dalam
observasi dan wawancara. Penelitian ini
pengembangan sekolah inklusif pada
melihat gejala dan fakta yang muncul di
tingkat sekolah dasar. Interaksi sosial
lapangan kemudian dianalisis dan diberi
yang
penafsiran yang akurat.
bahan
saling
referensi
mendukung
dalam
yaitu
observasi
Selanjutnya
peneliti
kesuksesan belajar di sekolah inklusif ini harus ditularkan. Berdasarkan uraian masalah tersebut peneliti tertarik untuk menyelidiki
interaksi
sosial
anak
berkesulitan belajar melalui penelitian skripsi berjudul “Interaksi Sosial Anak
Data,
Instrumen,
dan
Teknik
Pengumpulan Data Teknik
pengumpulan
data
yang
digunakan berupa metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Berkesulitan Belajar di SD Negeri Banyusoco II”.
Teknik Analisis Data Keabsahan data di uji menggunakan
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
trianggulasi
sumber,
perpanjangan
pengamatan, kemudian dianalisis dengan menggunakan model interaktif yaitu pengumpulan
data,
reduksi
penyajian data dan verifikasi.
data,
Interaksi Sosial Anak…. (Anggar Ratman) 5
HASIL PENELITIAN DAN
anak
ini
juga
PEMBAHASAN
pembicaraan anak.
menjadi
bahan
Penelitian ini berupaya mengetahui
Anak berkesulitan belajar di SDN
dan mendeskripsikan faktor-faktor yang
Banyusoco II mengalami bentuk imitasi
mendukung
interaksi
anak
yang dipengaruhi oleh proses melihat
berkesulitan
belajar
Negeri
seseorang di lingkungan tinggalnya dan
sosial di
SD
Banyusoco II, akan diuraikan lebih
publik figur di televisi.
lanjut dalam pembahasan berikut ini.
2. Proses Sugesti Anak Berkesulitan
1. Proses Imitasi Anak Berkesulitan
Belajar Anak berkesulitan belajar di SDN
Belajar Proses imitasi anak berkesulitan
Banyusoco II pernah mengalami sugesti
belajar di SDN Banyusoco II banyak
baik dalam bentuk nasihat, perintah, atau
dipengaruhi proses inderawinya yaitu
saran.
melihat hal-hal menarik dari sosok
menerima dan mematuhi sugesti untuk
tertentu di lingkungannya dan artis
segera dilaksanakan. Namun, dijumpai
televisi.
anak
pada beberapa anak terdapat bentuk
hal-hal
respon penolakan yang disampaikan
anak
tidak langsung yaitu melalui teman.
Bentuk
berkesulitan sederhana
mengimitasi
belajar misal
pada
dikalangan
Anak
berkesulitan
belajar
perempuan terjadi saling meniru dalam
Kemudian
hal gaya berpakaian. Sedangkan anak
menolak
laki-laki banyak meniru dalam hal
memberikan pandangan dan alasan-
bermain
alasan tertentu terhadap sugesti yang
seperti
gaya-gaya
pemain
ditemukan dalam
juga
bentuk
keadaan
anak
bisa
sepakbola. Ada juga beberapa anak yang
diberikan.
senang menirukan artis idola mereka
menunjukkan ekspresi sedih saat di
dalam hal bernyanyi.
nasihati.
Ada
pula
anak
yang
Imitasi merupakan tindakan manusia
Ekspresi sedih berkaitan dengan
untuk meniru tingkah pekerti orang lain
emosional anak. Pendapat Etta Brown
yang berbeda di sekitarnya. Imitasi
(2008: 30) bahwa anak yang mengalami
banyak
tingkat
trauma tetap dalam keadaan ketakutan
jangkauan inderanya, yaitu sebatas yang
dan merasa sulit memproses informasi
dilihat, didengar, dan dirasakan (Elly M.
verbal, maka akibatnya menjadi sulit
Setiadi dan Usman Kolip, 2011: 67).
untuk mengikuti petunjuk, mengingat
Anak berkesulitan belajar mengalami
apa yang ia dengar, dan memahami
proses meniru dan peristiwa mengimitasi
terhadap apa yang dikatakan. Anak
dipengaruhi
oleh
berkesulitan belajar yang umumnya
6 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 5 Tahun ke IV April 2015
mendapat motivasi dari sugesti-sugesti
Anak berkesulitan belajar di SDN
dalam kasus ini menjadi ketakutan.
Banyusoco II mengalami dua peristiwa
Ketakutan yang berasal dari peristiwa di
sugesti.
masa
dengan
berupa nasihat, perintah, atau saran yang
perkataan-perkataan yang mengganggu
disampaikan orang lain. Kedua, sugesti
kestabilan emosional anak.
yang datang dari dalam dirinya sendiri
lalunya
berkaitan
Sugesti yang mudah dipahami anak berupa
perintah
langsung
yang
Pertama,
sugesti
eksternal
berupa bentuk motivasi diri. Anak saat menerima
sugesti
khususnya
dari
disampaikan dengan baik dan perlahan.
orangtua dan guru selalu berusaha untuk
Dalam hal pemberi sugesti yang paling
melaksanakan
berpengaruh,
pelaksanaanya anak masih harus terus
hasil
penelitian
walaupun
pada
menunjukkan sugesti yang disampaikan
diingatkan.
langsung oleh orangtua dan guru.
berulang ini diterapkan pula pada saat
Sugesti berlangsung apabila sesorang
Sugesti
yang
diberikan
menyampaikan materi pelajaran sebagai
memberi pandangan atau sesuatu sikap
upaya
yang berasal dari dirinya yang kemudian
pemahaman. Anak berkesulitan belajar
diterima oleh pihak lain (Soerjono
juga memiliki sugesti dari dalam diri
Soekanto, 2010: 61). Sugesti yang
yang banyak berkaitan dengan aktivitas
sifatnya eksternal dialami oleh semua
sehari-hari seperti mengajak bermain,
anak
menekuni
berkesulitan
belajar.
Sesuai
guru
memberikan
hobi
penguatan
tertentu,
dan
pendapat Soerjono Soekanto ada bentuk
mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
sugesti yang berasal dari dalam diri
3. Proses
Identifikasi
Anak
kemudian diterima pihak lain. Sugesti
Berkesulitan Belajar
internal dalam diri anak berkesulitan
Anak berkesulitan belajar sebagian
belajar tumbuh dengan bentuk-bentuk
besar
kalimat mengingatkan yang disampaikan
identifikasi yang khas. Sementara anak
orang lain. Beberapa anak diketahui
yang
dalam belajar dan menjalankan ibadah
belum
wajib harus diingatkan terlebih dahulu
seperti orang lain atau berpikiran untuk
tetapi ada anak yang memang sudah
mengidentifikasi
memiliki kemauan sendiri. Kemauan
sebatas kagum tanpa disertai prilaku
tersebut misalnya dalam bentuk motivasi
khusus. Anak yang sudah mendekati
belajar
proses
bermain,
kelompok, dan
mengajak
membantu
rumah tangga di rumah.
teman
pekerjaan
belum
sudah
mengalami
mengalami
memiliki
identifikasi
keinginan
menyeluruh
identifikasi
ini
bentuk
menjadi
hanya
biasanya
menunjuk pada sosok orang terdekat dan sering dijumpai di lingkungan tempat
Interaksi Sosial Anak…. (Anggar Ratman) 7
tinggalnya.
Misalnya
ada
3
anak
dijadikan
bahan
pembicaraan
anak
berkesulitan belajar yang sangat tertarik
dengan teman-temannya.
dengan kesenian jathilan sampai-sampai
4. Proses Simpati Anak Berkesulitan
dari
mereka
memiliki
masing-masing. kemudian
sosok
Sosok
menjadi
idola
Belajar
tersebut
gambaran
cita-
citanya di masa depan.
Anak
berkesulitan
kesemuanya Ketika
memiliki
melihat
belajar kepedulian.
orang
lain
yang
Identifikasi sifatnya lebih mendalam
membutuhkan pertolongan anak sudah
daripada imitasi, karena kepribadian
memiliki kepedulian berbentuk rasa
seseorang dapat terbentuk atas dasar
ingin tahu dan ingin menolong tetapi
proses ini (Soerjono Soekanto, 2010:
terkadang hanya melihat atau membantu
61).
secara beramai-ramai. Sementara saat
Fakta
kebiasaan
yang
anak
terungkap
berkesulitan
dari belajar
melihat
suatu
kebahagiaan
yang
memang belum bisa dikatakan sebagai
dirasakan teman atau orang lain anak
bentuk identifikasi karena bila berdasar
tidak terlalu terpengaruh. Anak hanya
pada teori identifikasi berpengaruh pada
merasa
kepribadian. Anak berkesulitan belajar
motivasi
memang cenderung berpikir mengalir
kesenangan yang sama. Pada beberapa
saja karena belum mencapai pemahaman
anak memang ditemukan perasaan ingin
sejauh identifikasi. Hal ini berkaitan
menjadi seperti temannya dikarenakan
dengan usia dan pengalaman anak yang
pernah mendapatkan prestasi, hadiah,
memungkinkan masih dapat berubah-
atau ditunjuk sebagai ketua kelas.
ubah.
ikut
senang
untuk
tidak
bersaing
ditemui mendapat
Menurut Bouman (1980: 22) simpati
Anak berkesulitan belajar belum
ialah
kesanggupan
untuk
dengan
mengalami bentuk identifikasi yang
langsung turut merasakan barang sesuatu
sesungguhnya. Proses identifikasi anak
dengan orang lain. Sesuai pendapat
berkesulitan
berupa
tersebut simpati memang tidak sebatas
ketertarikan pada sosok tertentu dan
pada kepedulian perasaan iba saja tetapi
suatu saat ingin menjadi seperti sosok
juga simpati terhadap peristiwa bahagia.
tersebut.
Seperti halnya anak berkesulitan belajar
belajar
Kaitannya
masih
dengan
proses
interaksi sosial di SDN Banyusoco II
di
yaitu identifikasi yang hanya sebatas
pertolongan tergerak untuk membantu
kagum kepada seseorang karena sifat,
dan
keahlian, dan profesi tertentu kemudian
kebahagiaan dapat larut dalam suasana
saat
ada
ketika
senang.
ada
yang
yang
membutuhkan
memperoleh
8 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 5 Tahun ke IV April 2015
Simpati juga memiliki bentuk dasar
peristiwa tidak mengenakkan dengan
sesuai dengan pendapat Adam Smith
hewan tertentu.
(Abu Ahmadi, 2002: 65) dibedakan
5. Proses
menjadi 2 yaitu :
Anak berkesulitan belajar yang ikut merasa senang saat teman mendapat kebahagiaan termasuk dalam simpati bersifat intelektual. Sementara simpati yang berbentuk respon reflek juga dalam
diri
anak.
Anak
banyak mengalami ketakutan bersifat reflek terhadap hewan tertentu dan ada anak yang merasa trauma psikis akibat bullying. Rasa
peristiwa
kemudian tertentu
Anak berkesulitan belajar di SDN Banyusoco II menunjukkan keadaan yang normal dalam berinteraksi. Selama ini
anak
berkesulitan
menjalin
hubungan
belajar
dengan
bisa warga
sekolah baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Hal ini ditandai dengan komunikasi anak berkesulitan belajar berjalan
normal
ketika
kontak
langsung
dan
melakukan pembicaraan
dengan teman, guru, maupun, warga sekolah. Interaksi sosial sendiri terjadi apabila memenuhi syarat yang membuat pihak-pihak
yang
mengalami
berinteraksi
hubungan
timbal
balik.
Abdulsyani (2007:155) mengemukakan bahwa dikatakan terjadi interaksi sosial, apabila telah memenuhi persyaratan sebagai aspek kehidupan bersama, yaitu
simpati
anak
berkesulitan
belajar berupa perasaan larut dalam suatu
Anak
Berkesulitan Belajar
Pertama, yang menimbulkan response yang cepat hampir seperti reflek. Hal-hal seperti ini kita rasakan orang lain yang menderita, seperti halnya kita sendiri. Kedua, yang sifatnya lebih intelektuil kita dapat bersimpati terhadap seseorang, meskipun kita tak merasakan sebagai yang ia rasakan. Kita akan mengucapkan syukur dan menyatakan simpati bila seseorang berhasil dalam usahanya.
ditemukan
Komunikasi
dan
diikuti untuk
suasana
dengan
yang
tindakan
menunjukkan
ekspresinya. Simpati bersifat intelektual yaitu perasaan sedih atau senang sesuai peristiwa yang dihadapinya. Simpati berupa respon reflek terhadap sesuatu yang membuat anak trauma seperti peristiwa takut dengan hewan karena sebelumnya anak pernah mengalami
adanya kontak sosial dan komunikasi sosial. Anak berkesulitan belajar diketahui telah
memenuhi
menunjukkan
telah
syarat terjadi
yang interaksi
sosial. Kontak terjadi di lingkungan sekolah dan komunikasi terjadi dengan warga sekolah. Hanya saja terdapat kendala bahwa anak berkesulitan belajar dalam
memahami
informasi
pembelajaran membutuhkan penjelasan berulang.
Kendala
lain
yaitu
saat
Interaksi Sosial Anak…. (Anggar Ratman) 9
penyampaian materi pelajaran di kelas
Fakta ditemukan pada kasus anak
yaitu kurang bisa menanggapi dan
berkesulitan belajar di SDN Banyusoco
bertanya.
II yang mengalami hambatan dalam
Soerjono
Soekanto
(2010:
mengemukakan
bahwa
adalah
seseorang
bahwa
59)
berkomunikasi khususnya pemahaman
komunikasi
dan penggunaan bahasa formal dalam
memberi
tafsiran pada perilaku orang lain yang wujud
pembicaraan
Anak berkesulitan belajar di SDN
gerak
Banyusoco II dalam aktivitas di luar
badaniah sikap, perasaan-perasaan apa
kegiatan belajar mengajar berjalan baik.
yang ingin disampaikan oleh orang
Kendala komunikasi di kelas terjadi
tersebut.
Anak
karena kekurangan anak berkesulitan
ketika
berkomunikasi
pembahasan
gerak
kegiatan belajar mengajar.
berkesulitan
materi
belajar
di
luar
pelajaran
dapat
belajar yang lebih lambat merespon.. 6. Pengaruh
berlangsung normal. Ditandai dengan isi
Terjadinya
pembicaraan
Terhadap
anak
yang
banyak
Faktor-Faktor Interaksi Anak
Sosial
Berkesulitan
membahas mengenai permainan, tugas
Belajar
guru, dan acara televisi. Sementara
Anak berkesulitan belajar dalam hal
ketika dalam kegiatan belajar mengajar
interaksi sosial tidak ada perbedaan
anak tidak terlalu lancar memahami
dengan anak normal. Anak berkesulitan
informasi pembelajaran. Sehingga dapat
belajar
dikatakan
yang
klasifikasi anak berkebutuhan khusus.
proses
komunikasi
tidak
lain
menjadi
bagian
berakibat
kepada
anak
sebagai
Joppy Liando dan Dappa (2007: 37)
komunikan
dapat
memberi
tafsiran
menyatakan penting untuk mengetahui
belum tercapai utuh. Anak berdasarkan
bahwa
berkesulitan definisi
federal
anak
berkebutuhan
khusus
belajar
memiliki perasaan emosional yang sama
adalah
tentang kebutuhannya dalam berinteraksi
sebagai berikut. Kesulitan belajar khusus (spesific learning disability) berarti suatu gangguan pada satu atau lebih proses psikologis dasar yang meliputi pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau tulisan, yang dapat diwujudkan dengan kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau melakukan perhitungan matematis(Smith, 2006: 75) .
dengan orang lain seperti halnya anak normal pada umumnya. Anak berkesulitan belajar ketika berkativitas di kelas seperti siswa lain pada umumnya. Berkomunikasi dengan teman dan mengikuti kegiatan belajar mengajar sesuai jam yang ditentukan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui interaksi sosial anak berkesulitan belajar
10 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 5 Tahun ke IV April 2015
di kelas banyak dipengaruhi faktor
kelemahan anak berkesulitan belajar
sugesti terutama yang berasal dari
tersebut.
pengarahan
berulang
dan
Anak ketika berkomunikasi dengan
pendampingan khusus. Anak jika tidak
warga sekolah di luar aktivitas belajar
dipantau akan mudah kehilangan fokus
sangat baik, saat kontak dengan guru
belajar dan tertinggal dalam pemahaman
karyawan anak mau menyapa dan
materi.
perhatian
membiasakan berjabat tangan. Beberapa
makan anak akhirnya juga terpancimg
anak menunjukkan perilaku yang sangat
berkomunikasi
berani apabila di luar kelas yaitu seperti
Ketika
guru
diberikan
dalam
bentuk
menanggapi pertanyaan guru maupun
menyapa
bekerja kelompok.
dengan teman atau kurang sopan.
Berbeda keadaannya ketika anak
guru
Munawir
layaknya
Yusuf
berbicara
(2005:
63)
berkesulitan belajar di luar kelas. Anak
menjelaskan anak berkesulitan belajar
sudah bisa menyesuaikan diri secara
mengalami kesulitan dalam penyesuaian
pribadi yang banyak dipengaruhi ajakan,
perilaku sosial yang terangkum dalam
dukungan, dan pemahaman dari teman-
kutipan berikut ini.
masalah
Ada anak yang perilakunya tidak dapat diterima oleh lingkungan sosialnya, baik sesama anak, guru, maupun orangtua. Ia ditolak oleh lingkungan sosialnya karena sering mengganggu, tidak sopan, tidak tahu aturan, atau berbagai perilaku negatif lainnya. Jika kesulitan penyesuaian perilaku ini tidak segera ditangani maka tidak hanya menimbulkan kerugian bagi anak itu sendiri, tetapi juga bagi lingkungannya. Pendapat yang disampaikan
seperti minder, berpura-pura, tersingung,
Munawir Yusuf sesuai dengan keadaan
menghindar,
ketergantungan
di lapangan bahwa ditemukan beberapa
pada orang lain dan mencari perhatian.
anak mengalami kesulitan penyesuian
Keadaan
temannya. Selain faktor sugesti eksternal maupun
internal
yang
berpengaruh
ditemukan bahwa aktivitas anak di luar kelas juga dipengaruhi faktor imitasi terhadap teman bermain. Padahal
teori
mengenai
karakteristik anak berkesulitan belajar oleh Harwell (2001: 8) menyebutkan adanya
kelemahan
gelisah,
hadap
pernah
dialami
anak
perilaku. Guru sering mengeluhkan ada
belajar
tetapi
tidak
anak yang sulit untuk diminta berbicara
ditemukan
kembali
pada
anak
lebih sopan dengan orang yang harus
berkesulitan
belajar
SD
Negeri
ini
berkesulitan
di
Banyusoco II saat ini. Kuatnya faktor sugesti diketahui dapat meminimalisir
dihormati.
Interaksi Sosial Anak…. (Anggar Ratman) 11
7. Upaya Sekolah Untuk Mengatasi Keterbatasan
Interaksi
Sosial
memberikan interaksi
pengaruh
sosial
anak
terhadap berkesulitan
Anak Berkesulitan Belajar
belajar. Empat faktor yaitu imitasi,
SDN
sugesti,
Banyusoco
program-program
II
menerapkan
khusus
yang
identifikasi,
simpati
memberikan pengaruh masing-masing.
sistematis guna menunjang aktivitas
Imitasi
siswa secara keseluruhan.
dipengaruhi
Smith (2009: 45) mengemukakan
dan
anak
berkesulitan dari
belajar
proses
melihat
kemudian munculah bentuk komunikasi
bahwa inklusif dapat berarti penerimaan
berkaitan
anak-anak yang memiliki hambatan ke
berasal dari eksternal
dalam kurikulum, lingkungan, interaksi
perintah, atau bujukan dan sugesti
sosial, dan konsep diri (visi-misi)
internal
sekolah.
Identifikasi berupa ketertarikan dan
Pendapat
ahli
tersebut
dengan
meniru.
berupa
Sugesti
berupa saran,
motivasi
menjadi
menegaskan bahwa bentuk penerimaan
keinginan
anak-anak yang memiliki hambatan
tertentu,
yaitu pada
4 hal yaitu kurikulum,
belajar baru sebatas tertarik saja belum
lingkungan, interaksi sosial, dan visi-
ada bentuk perilaku khusus. Simpati
misi sekolah.
bersifat intelektual berupa
namun
seperti
diri.
anak
orang
berkesulitan
perasaan
program
sedih atau senang menanggapi sebuah
membangun iklim interaksi sosial dapat
peristiwa dan simpati respon reflek
dijabarkan
Guru
berupa trauma terhadap suatu kejadian
mencari kesukaan anak berkesulitan
yang pernah dialami. Komunikasi anak
belajar supaya mengembangkan diri
berkesulitan belajar di sekolah baik dan
menjadi
dengan
normal, kendala saat kegiatan belajar
mengenalkan komputer, seni musik, dan
dikarenakan anak lambat menanggapi
seni rupa. Kegiatan ekstrakurikuler
informasi.
memancing interaksi dengan teman-
berpengaruh adalah pemberian sugesti
temannya.
langsung oleh orangtua, guru, dan
Berkaitan
dengan
sebagai
lebih
berikut.
aktif
Kurikulum
sekolah
menerapkan pemisahan isi muatan dan
teman
diberikan materi pendukung yang lebih
sekolah
ringan dicerna.
interaksi
Faktor
dan
upaya
Faktor-faktor pendukung terjadinya interaksi sosial di SDN Banyusoco II
khusus.
yang
mengatasi sosial
ekstrakurikuler SIMPULAN
yang
ditempuh
keterbatasan
melalui dan
sangat
program
pendampingan
12 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 5 Tahun ke IV April 2015
SARAN Perlu adanya penelitian lanjutan yang
berfokus
pada
faktor-faktor
interaksi sosial dengan lingkungan yang lebih luas mencakup keluarga dan bermasyarakat hambatan
serta
interaksi
M. Harwell, Joan. (2001). Compelete Learning Disabilities Handbook. California: Jossey Bass
identifikasi pada
anak
berkesulitan belajar untuk menentukan penanganan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA Abdulsyani. (2007). Sosiologi Skematika Teori Dan Terapan. Jakarta PT bumi aksara Abu Ahmadi. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta. Rineka Cipta Bimo Walgito. (2003). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset Bouman, P.J. (1976). Sosiologi: Pengertian dan MasalahMasalah.Yogyakarta: Yayasan Kanisius Brown, Etta. (2008). Learning Disabilities: Understanding The Problem and Managing The Challenges. Minneapolis: Langdon Street Press H.A.R. Tilaar. (2000). Pendidikan, Kebudayaan, Dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya Herimanto & Winarno. (2011). Ilmu sosial dan Budaya. Jakarta : Bumi Aksara Joppy Liando & Aldjo Dapa. (2007). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Prespektif Sistem Sosial. Jakarta: Depdiknas
Munawir Yusuf. (2005). Pendidikan Bagi Anak Dengan Problema Belajar. Jakarta: Depdiknas Smith, J. David . 2009. Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua (Editor Mohammad Sugiarmin, MIF Baihaqi). Bandung: Nuansa Soerjono Soekanto. (2010). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul Nomor : 420/109/KPTS/2011. Tentang Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif