Integrasi E‐Commerce dan Agridata Warehousing untuk Meningkatkan Daya Saing Produk Pertanian (The Integration of E‐Commerce and Agridata Warehousing to Develop Competitiveness of Agricultural Product) Akhmad Nuryahya1) dan Kudang B. Seminar 2) Program Doktoral Departemen Teknik Pertanian IPB 2) Departemen Teknik Pertanian IPB
1)
Abstract First step towards understanding any agricultural system is the comprehension of relationships between the system and market and customer factors influencing it. Any decision regarding such systems requires analytical exploration of the involved data. The exploration task must be supported by an efficient data storage and retrieval mechanism. In this paper we have presented the case of an integrated of e‐commerce and agro‐based data warehouse for this purpose. This paper discusses a process for establishing the data warehouse and integrated with e‐commerce. We have also shown how implementing an OLAP tool on top of the agro‐based data warehouse. Moreover, the database modeling techniques that permit end users fast and easy access to large amounts of micro‐level data contained in various data systems and time frames are presented. Keywords: e‐commerce, agro‐based data warehousing, OLAP Abstrak Langkah awal yang perlu dilakukan dalam memahami suatu sistem petanian adalah melihat secara lengkap bagaimana hubungan‐hubungan yang terjadi di antara sistem dengan faktor‐faktor yang mempengaruhinya seperti pasar dan juga pelanggan. Suatu pengambilan keputusan pada sistem pertanian membutuhkan analisis eksplorasi terhadap data‐data yang terkait tersebut. Untuk hal itu, maka proses eksplorasi haruslah didukung oleh sebuah sistem temu kembali dan penyimpanan data yang cukup efesien. Tulisan ini adalah paparan dari sebuah studi mengenai integrasi e‐commerce dan agro‐based data warehouse guna menunjang keperluan tersebut. Studi ini mencakup bagaimana peran penggunaan OLAP atas sistem penyimpanan data yang dikembangkan tersebut. Juga dijelaskan mengenai teknik pemodelan basis data yang memungkinkan pihak pengguna sistem dapat dengan cepat dan mudah berinteraksi terhadap berbagai sistem data pada level mikro. Kata kunci: e‐commerce, agro‐based data warehousing, OLAP maupun non‐tarif perdagangan hasil pertanian, Pendahuluan termasuk produk peternakan. Hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang yang Latar Belakang dapat dimanfaatkan secara optimal. Bagi negara yang mampu meningkatkan daya saingnya, Indonesia akan memasuki era terbuka peluang untuk memperbesar pangsa perdagangan bebas pada tahun 2010 di kawasan pasarnya baik di pasar internasional maupun APEC. Liberalisasi perdagangan dunia pasar domestik. Sebaliknya negara‐negara yang memberikan komitmen dalam WTO untuk tidak mampu meningkatkan daya saingnya menurunkan bentuk‐bentuk proteksi baik tarif
37
Akhmad Nuryahya dan Kudang B. Seminar: Integrasi E‐Commerce dan Agridata Warehousing untuk Meningkatkan Daya Saing Produk Pertanian
akan terdesak oleh para pesaingnya. Artinya liberalisasi perdagangan hanya akan menguntungkan kepada pihak yang sudah efisien dan berorientasi ekspor (Anonim, 1993). Untuk mencapai sasaran perdagangan tersebut, dibutuhkan peranan teknologi informasi dan komunikasi guna mempercepat proses produksi dan pendistribusian hasil pertanian. Schultheis dan Summer (1992) menyatakan bahwa rancangan sistem informasi merupakan sistem yang didukung oleh sumber data yang memadai, agar informasi yang dihasilkan akurat, tepat waktu, dan relevan. Sistem informasi merupakan kumpulan data yang menggambarkan tentang operasi pemasaran, pemrosesan data itu sendiri dan membuat sistem informasi yang disediakan untuk organisasi dalam pembuatan keputusan. Agar lebih efektif, sistem informasi pemasaran harus dikoordinasikan dengan sistem informasi organisasi lain seperti sistem pembelian (purchasing system), sistem produksi (production system), sistem pengadaaan (inventory system), sistem laporan keuangan (accounting receivable system), dan sistem kredit (credit system). Dalam bidang pertanian penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (information technology and communication) relatif belum optimal, hal ini disebabkan karena sistem pertanian di Indonesia tidak mendukung adanya penerapan teknologi informasi dan komunikasi. Alasan yang bersifat klasikal adalah tidak tersedianya SDM yang memadai karena pertanian di Indonesia masih bersifat semi‐komersial (antara subsisten dan semi‐ subsisten), aplikasi teknologi informasi (TI) dianggap berbiaya tinggi (high cost) dan perlu investasi yang mahal. Selain itu peranan pemerintah masih relatif lemah dalam memfasilitasi kepentingan produsen (petani), industri, hingga kepada konsumen (USDA, 2003). Dalam sebuah paparan di majalah e‐Bizz Asia (2003) disebutkan bahwa perusahaan pertanian di Thailand mulai menggunakan komputer genggam, teknologi Geographic Information System (GIS), dan teknologi Global Positioning System (GPS) untuk melacak sumber hasil bumi pertanian yang digunakannya di daerah pedalaman timur laut Thailand. Teknologi GIS digunakan untuk memantau dan
38
mengontrol tanaman pangan, sekaligus menyertakan informasi ini dalam kemasan e‐ commerce. Sedangkan teknologi GPS digunakan untuk memetakan daerah mana paling optimal untuk menanam dan memungkinkan perusahaan pertanian dalam merencanakan volume produksinya. Sebelum menggunakan teknologi ini, para pengawas lapangan harus menuliskan terlebih dahulu data lapangan di atas kertas dan kemudian memasukkannya ke komputer untuk diproses. Setelah menggunakan database yang disusun dengan teknologi GIS dan GPS, kini mereka bisa bekerja lebih efisien di lapangan dengan cukup menyimpan data tersebut dalam Personal Digital Assistant (PDA) kemudian menyelaraskannya dengan database pusat melalui internet. Data tersebut akan dikirim melalui jaringan internet dan ekstranet untuk diproses di kantor pusat perusahaan di Bangkok. Karakteristik E‐Commerce dan Agridata Warehousing Electronic Commerce System atau yang sering dikenal dengan sebutan electronic commerce (e‐commerce) merupakan aktivitas bisnis berbasiskan penggunaan elektronik termasuk di antaranya perdagangan barang (produk), jasa, serta penyediaan informasi (Timmers, 1998). Kegiatan perdagangan tersebut meliputi online marketing, pengorderan produk, pembayaran dan dukungan pengiriman produk. E‐commerce memiliki ketepatan dalam pelayanan transaksi karena end user dapat melakukan transaksi seperti yang diinginkan tanpa harus mengeluarkan biaya berlebihan untuk mencari informasi produsen, sebaliknya produsen lebih mudah untuk mencari customer yang diharapkan. Bentuk‐bentuk e‐commerce telah berkembang dalam kurun 20 tahun yang telah diaplikasikan dalam bisnis retail, otomotif, dan aplikasi CALS (Computer Assisted Lifecycle Support) di bidang industri manufaktur. Berikut ini akan dipaparkan beberapa karakteristik tentang aplikasi e‐commerce. Tipologi E‐Commerce Dalam perdagangan produk pertanian yang bersifat konvensional sering kali
Buletin Agricultural Engineering BEARING • Vol. 2 • No. 1 • Juni 2006
(C‐commerce), Business to Consumers (B2C), dilakukan dengan transaksi yang bersifat fisik. Business to Business (B2B), Consumer to Consumer Hal ini berarti harus tersedia fasilitas berupa (C2C), Intrabusiness (intraorganizational) commerce, pasar, produk pertanian yang diperdagangkan, Government to Citizens (G2C), dan Mobile serta bertemunya antara produsen dan Commerce (m‐commerce). Dari beberapa tipe konsumen atau produsen dan pedagang tersebut yang sering diaplikasikan adalah perantara (retailer/ broker) dan sebaliknya. Business to Customers (B2C) meliputi electronic Namun dengan aplikasi teknologi e‐commerce retailing dengan cara mendesain sendiri, sistem perdagangan tersebut dapat electronic storefronts dengan cara data diambil digambarkan secara sederhana melalui proses langsung dari satu sumber, dan electronic mails pembelian, penjualan, jasa dan pelayanan dengan cara melakukan belanja melalui internet. informasi jaringan via komputer, terutama Secara umum terdapat dua model bisnis beserta internet secara cepat dan efisien. kegiatannya yang dapat didukung oleh e‐ Menurut Viehland (2004) terdapat commerce seperti terlihat pada gambar berikut. beberapa tipe yang dikenal secara umum dalam e‐commerce antara lain: Collaborative Commerce Virtual communities e-shop focus on added value of promotion, cost-reduction, additional outlet, (seeking communication between Model 2 members demand) Value chain service provider e-procurement support part of value chain, e.g. additional inlet, (seeking logistics, payments suppliers) E-commerce (Business Model) Value chain integrator e-auction added-value by integrating electronic bidding (no need for multiple steps of the value prior movement of goods or chain parties) Model 1 e-mall Collaboration platforms (collection of e-shops), e.g. collaborative design aggregators, industry sector marketplace Information brokers 3rd party marketplace trust providers, business common marketing frontend information and consultancy and transaction support to multiple business Gambar 1. Model Bisnis dan Kegiatannya yang Didukung oleh E‐commerce (Sumber: Timmers, 1998) Karakteristik Internet, Intranet, dan orang dapat berinteraksi secara tidak Ekstranet langsung. Internet menggunakan suatu protokol yaitu TCP/IP (Transmission Control Protocol/ Internet Protocol), user dapat Internet adalah suatu jaringan terhubung dengan internet melalui server LAN komputer yang menghubungkan semua (Local Area Network), SLIP/PPP (Serial Line komputer di dunia sehingga semua
39
Akhmad Nuryahya dan Kudang B. Seminar: Integrasi E‐Commerce dan Agridata Warehousing untuk Meningkatkan Daya Saing Produk Pertanian
Internet Protocol/Point‐to‐Point Protocol), dan Online service (internet service provider). Penggunaan LAN untuk membuat jaringan yang menghubungkan komputer dengan komputer lain dalam jarak beberapa kilometer. Sedangkan user harus memiliki modem dan software yang khusus untuk dial melalui SLIP/PPP server. Internet sering digunakan untuk pekerja yang ingin mengakses internet atau intranet perusahaan. Layanan penggunaan internet diberikan dalam tiga yaitu komunikasi, informasi, dan web services. Layanan komunikasi berupa e‐mail, chatting, internet fax, internet telephone, dan layanan informasi berupa FTP (File Transfer Protocol), Archie (seperti search engine), WAIS. Sedangkan untuk web services berupa aplikasi software yang dapat dikirim melalui internet. Intranet adalah suatu jaringan yang bersifat privasi yang menggunakan software internet dan TCP/IP protocol. Biasa digunakan untuk perusahaan yang umumnya untuk menambah aplikasi‐aplikasi ke dalam intranet berupa document sharing, corporate telephone directories, training program, search engines, customer database, groupware, data warehouse, dan decision support access. Penggunaan groupware merupakan suatu perangkat lunak yang memberikan fasilitas komunikasi dan kerja sama antara orang‐orang dalam suatu organisasi yang didesain untuk semua tipe jaringan komputer. Sedangkan ekstranet adalah jaringan yang menghubungkan ke komputer lain melalui internet yang memberikan access ke area tertentu pada intranet komputer tersebut. Ekstranet ini biasa digunakan oleh suatu perusahaan atau orang tertentu yang ingin meng‐eksplor informasi‐informasi tertentu dari suatu perusahaan.
40
Karakteristik Sumber Data untuk Agridata Warehousing Data warehouse sangat populer dalam bidang industri, manufaktur, telekomunikasi, dan retail namun sangat minim sekali diaplikasikan dalam bidang pertanian. Aplikasi warehousing untuk bidang pertanian telah berkembang semenjak dekade akhir yaitu mulai tahun 2000. Beberapa jurnal ditemukan istilah yang digunakan untuk data warehousing bidang pertanian yang disebut sebagai Agridata Warehousing seperti dikutip dari tulisan Abdullah dan Brobst dari Teradata Daiton Ohio, USA (2003), Abdullah et al. (2004) serta Reddy (2003) dari International Institute of Information Technology Gachibowli, Hyderabad. Agridata Warehouse (ADW) menyimpan data yang berasal dari satu atau lebih sumber terkait dengan pengembangan produk pertanian. ADW tidak menciptakan data baru, tetapi data yang disimpan di dalam ADW sering diolah sebelum disajikan untuk end‐user, misalnya diringkas (summary) sebelum dicetak sebagai laporan (Darmawikarta, 2004). Tulisan ini membahas dua karakteristik penting dari sumber data yang perlu diperhatikan waktu merancang dan membangun ADW yaitu pendekatan kepada pemilik sumber data mengirim ke DW dan pendekatan kepada pengelola ADW untuk mengambil data dari sumber sesuai jadwal yang sudah disetujui bersama pemiliknya. Pada pendekatan pertama, pemilik data terbebani untuk membuat program baru atau menjalankan job untuk mengambil data yang diinginkan untuk disimpan di ADW, di mana proyek ADW mungkin tidak ada hubungan dengan aplikasi yang menjadi sumber data atau bukan prioritasnya. Pendekatan kedua lebih populer, karena pemilik data pada prinsipnya cukup memberi izin dan menyetujui kapan pengelola ADW boleh mengambil data yang diperlukan yang berkaitan dengan usaha pertanian dan pemasarannya.
Buletin Agricultural Engineering BEARING • Vol. 2 • No. 1 • Juni 2006
Menurut Bill Inmon dalam Darmawikarta (2004) terdapat empat sifat yang mencirikan data yang disimpan di dalam ADW. Subject oriented. Aplikasi untuk operasi perusahaan (operational system) berorientasi pada proses otomasi fungsi‐ fungsi proses bisnis. Misalnya pada bank yang memberi layanan kepada kredit pertanian, aplikasi kredit akan mengotomasi fungsi‐fungsi berikut: verifikasi lamaran petani dan credit checking, pemeriksaan kolateral, approval, pendanaan, dan tagihan. Di dalam data warehouse data‐data yang dihasilkan dari proses kredit ini diatur kembali (dikelompokkan) dan diintegrasikan (digabung) dengan data‐data dari fungsi‐fungsi lain, agar berorientasi pada misalnya nasabah dan produk. Integrated. Data dari macam‐ macam aplikasi transaksi (untuk bank, misalnya: tabungan, kredit, rekening koran) semua mengandung data
nasabah, baik data maupun data yang spesifik (data yang sama misalnya: nama dan alamat, data yang spesifik misalnya: untuk kredit dan kolateral, untuk rekening koran dan overdraft). Di dalam data warehouse data‐data yang sama harus diintegrasikan di satu database, termasuk misalnya keseragaman formatnya. Time variant. Data warehouse menyimpan historical data. Di dalam data warehouse sering disimpan macam‐macam waktu, seperti waktu suatu transaksi terjadi, diubah atau dibatalkan, kapan efektifnya, kapan masuk ke komputer, kapan masuk ke data warehouse; juga hampir selalu disimpan versi, misalnya terjadi perubahan definisi kode pos, maka data lama dan baru terekam dalam data warehouse. Non‐volatile. Di dalam warehouse, data‐ data umum terutama data tipe transaksi, tidak akan pernah di‐update atau dihapus (delete). Gambar 2 berikut ini merupakan satu sumber data dengan masing‐masing proses/stream untuk setiap keperluan.
Gambar 2. Sumber Data untuk Berbagai Alur Proses Sistem gudang data (data warehouse) seperti tampak pada Gambar 2 di atas, dibangun untuk mengatasi masalah teknis dan bisnis pertanian dalam kasus‐kasus sejenis di atas, yaitu kasus‐kasus yang berkaitan dengan
penggunaan data dan informasi untuk mengambil keputusan bisnis dan manajemen. Integrasi E‐Commerce dan Agrowarehousing
41
Akhmad Nuryahya dan Kudang B. Seminar: Integrasi E‐Commerce dan Agridata Warehousing untuk Meningkatkan Daya Saing Produk Pertanian
(costumer) atau aplikasi yang bersifat Fungsi utama Agridata Warehouse adalah query/reporting (read‐only) untuk petani. Namun mengambil (termasuk data dari luar yang hanya satu data terpercaya ini yang digunakan dibutuhkan, misalnya daftar alamat petani dan oleh semua yang membutuhkan (single version of konsumen yang berkaitan dengan kode pos dari truth), untuk pelaporan, analisa informasi, dan kantor pos), mengumpulkan, mempersiapkan mengambil keputusan (analytical application) (transforming, seperti membersihkan, seperti digambarkan pada Gambar 3 berikut ini. mengintegrasikan, decoding), menyimpan (loading) dan menyediakan data untuk pemakai Sumber Data Laporan Kebun 1 Database (data panen) Produk pertanian Extract Transform Data Laporan Load sekuensial Kebun 2 (luas AGRI DATA panen) WAREHOUSING ETL Master files Laporan External Perkembangan Data harga, dll. Intranet Aplikasi Ekstranet Online Query Mendatang Internet Data Mining Analytical Process Gambar 3. Integrasi E‐Commerce dan Agridata Warehousing Integrasi E‐commerce dan Agridata harus dilakukan adalah membuat spesifikasi kebutuhan informasi dan data yang tersedia Warehousing (sumber data). Spesifikasi kebutuhan informasi dan sumber data merupakan spesifikasi Sebelum mulai membuat data model kebutuhan fungsional. Dalam kenyataan untuk agridata warehouse melalui integrasi e‐ sesungguhnya akan lebih lengkap dan detail commerce, sebaiknya langkah pertama yang
42
Buletin Agricultural Engineering BEARING • Vol. 2 • No. 1 • Juni 2006
jika spesifikasi kecepatan respons dan penggunaan teknologi internet (web access) diintegrasikan terpadu. Selain itu sumber data berupa format dan ukuran data (field type dan length), volume, dan kualitasnya. Spesifikasi kebutuhan fungsional informasi secara teknis menyatakan data apa yang harus disimpan di dalam ADW untuk memenuhi analisa yang akan dilakukan oleh pemakai. Ini dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang harus dapat dijawab oleh data di dalam data warehouse, misalnya: berapa besar penjualan dan laba per bulan petani, per produk, per komoditas, pelanggan/pembeli (retailer, agroindustri, industri rumah, atau eksportir), jenis komoditas pertanian (dari pelanggan/ pembeli) dan ke mana produk pertanian pesanan dikirim (kabupaten, provinsi, atau nama negara). Pertanyaan pemakai seperti tersebut di atas disebut analisa multidimensi
(multidimensional analysis). Besaran (measure) yang ditanyakan (dianalisa) adalah ‘penjualan’ dan ‘laba petani’. Batasan (dimension) dari besaran tersebut adalah bulan (periode), produk pertanian, tipe pelanggan, jenis industri, dan tujuan pengiriman (location). Selain harus memenuhi spesifikasi fungsional dari pemakai, data model untuk ADW nantinya harus menampung data dari sumber data di dalam sistem operasional, adalah sistem pesanan (sales order system). Data model (logical) dari sumber data ini tergambar sebagai berikut. Diagram data model ini dibuat dengan menggunakan oracle designer (salah satu modeling software yang populer) dengan catatan: attribute yang bertanda # di depan namanya adalah primary key. Foreign key tidak ditunjukkan dalam diagram.
Gambar 4. Model Data untuk ADW Seperti tampak pada Gambar 4, solusi data model (logical) untuk agridata warehouse dengan menggunakan skema bintang (star schema), ditunjukkan pada Gambar 5 berikut ini.
43
Akhmad Nuryahya dan Kudang B. Seminar: Integrasi E‐Commerce dan Agridata Warehousing untuk Meningkatkan Daya Saing Produk Pertanian
Gambar 5. Skema Bintang Penjualan Produk Pertanian besar tetapi dibutuhkan dalam satu bangunan Dalam skema bintang ini, tabel data. penjualan adalah fakta (fact table) yang lain Seperti tampak pada Tabel 1, Abdullah adalah dimensi (dimension table). Tabel fakta et al. (2003) mengaplikasikan ADW untuk berisi besaran, sedangkan tabel dimensi berisi membuat alat bantu inovatif yang digunakan dimensi data yang diperlukan untuk menjawab untuk menganalisis secara integrasi data spesifikasi fungsional dari pemakai (analisa pertanian dan data agrometeorologi dalam multidimensi). bentuk Online Analytical Processing (OLAP). Aplikasi Agro‐Warehousing untuk Online OLAP digunakan melalui query data dan Analytical Processing (OLAP) agar lebih powerfull dikembangkan dengan menggunakan Graphical User Interface (GUI) untuk melaporkan data yang terkait dengan Agridata Warehousing merupakan kesesuaian lahan, iklim (cuaca dan integrasi berbagai macam koleksi data terutama kelembapan), populasi tanaman, jumlah data yang berkaitan dengan sistem pengambilan predator, dan pengendalian hama terpadu. keputusan dalam usahatani. Satu bagian data Aplikasi ini didukung dengan penggunaan warehouse terdiri dari integrasi data yang Geographic Infromation System (GIS) sebagai alat bersifat heterogen dari berbagai distribusi analisis spasial. Proses pembangunan OLAP sumber informasi, data historical, dan data meliputi empat tahap yaitu analisis kebutuhan, agregat (Abdullah dan Brobst, 2003). Biasanya akuisisi input data, implementasi dan analisis data warehouse memuat data dalam jumlah yang operasional seperti terlihat pada Gambar 6.
44
Buletin Agricultural Engineering BEARING • Vol. 2 • No. 1 • Juni 2006
Tabel 1. Atribut‐Atribut Data yang Dapat Direkam oleh OLAP Query/Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 13 14
Atribut
Cluster didasarkan kepada
Data kunjungan Nama dan alamat petani Luas tanah Varietas Populasi Tanaman Populasi Hama (tikus/pes) Populasi Predator Hari penyemprotan hama Pestisida yang digunakan Nama dan alamat pedagang Jenis komoditas yang diminati Harga Data kunjungan pelanggan
Koordinat/batas administrasi Lokasi (strata petani) Batas‐batas kepemilikan lahan Unggul, lokal Tutupan daun Jumlah tanaman yang rusak Jumlah tanaman yang rusak Cuaca Perusahaan yang berlisensi Lokasi (kategori pedagang) Spesifikasi produk pertanian Harga dasar Koordinat/batas administrasi
Sumber: Abdullah et al. (2004)
Requirement analysis
Input data acquisition Data Source identification
Availability, Volume and format
Data Entry
Data cleaning/standardization
Implementation
Web Design
Web Design
Develoment of dimentional model Online Catalogue
Scheme Develoment
Shopping basket (pemesanan)
Request box
Coding Maintenance Data integration
Check out system
Analytical operation Simple query
OLAP analysis
Data mining
Result and finding
Internet Online Gambar 6. Proses Pembangunan OLAP untuk Produksi Pertanian
45
Akhmad Nuryahya dan Kudang B. Seminar: Integrasi E‐Commerce dan Agridata Warehousing untuk Meningkatkan Daya Saing Produk Pertanian
atau pemerintah. Masing‐masing pelaku dalam Pada tahap pertama dilakukan dengan arsitektur OLAP mempunyai otoritas dalam analisis kebutuhan terhadap user (petani) dalam manajemen berupa sistem pengambilan melasanakan kegiatan budidaya pertanian. keputusan. Arsitektur tersebut tidak memberi Tahap kedua dilakukan dengan akuisisi melalui ruang bagi pelaku untuk saling mempengaruhi identifikasi sumber data, penyediaan data karena masing‐masing pelaku memiliki batasan (volume dan format), serta entri data. Memasuki otoritas, tetapi pelaku dapat melakukan sharing tahap ketiga dilakukan melalui implementasi informasi antarkomponen berdasarkan berupa pengembangan dimensi model, kebutuhan data masing‐masing pelaku. Setelah pengembangan skema, pengkodean, integrasi target pengguna sistem ditetapkan, maka harus data, dan pemuatan data. Sedangkan pada dilakukan identifikasi kebutuhan informasi dan tahap keempat dilakukan melalui proses simpel pendukung keputusan yang didasarkan pada query, analisis terhadap OLAP, dan eksplorasi pendekatan kebutuhan masing‐masing data yang dibutuhkan. pengguna. Analisa kebutuhan informasi untuk Pada akhirnya OLAP akan masing‐masing target pengguna seperti pada dikoneksikan dengan jaringan internet, Tabel 2 berikut. ekstranet, atau intranet yang dapat diakses oleh user baik sebagai produsen (petani), konsumen Tabel 2. Analisa Kebutuhan Jenis Informasi untuk Target Pengguna Target Pengguna
Jenis Kebutuhan
Informasi
Produsen
Produk dapat terserap pasar dengan harga yang wajar
Harga permintaan Volume dan mutu Pola pemasaran yang optimum
Database konsumen
Identifikasi pembeli Indentifikasi produk yang dibutuhkan
Kemudahan dalam menentukan saluran an pemasaran
Identifikasi rantai pemasaran (tata niaga) Jumlah saluran pemasaran
Mengurangi biaya pemasaran (marketing margin rendah)
Identifikasi dan karakteristik konsumen Menentukan lokasi pasar
Kemudahan produk
dalam
transportasi Jasa angkutan
Permintaan terpenuhi dengan harga yang wajar
Konsumen
Harga sewa Harga penawaran Volume dan mutu produk Pola pemasaran yang optimum
Database produsen
Identifikasi produsen Identifikasi produk yang ditawarkan
Perencanaan pembelian
Potensi produksi Harga penawaran Kondisi persaingan
Sumber: Nuryahya (2004): Rencana penelitian untuk disertasi
46
Buletin Agricultural Engineering BEARING • Vol. 2 • No. 1 • Juni 2006
Alat yang digunakan untuk perancangan sistem pendukung keputusan dan desain e‐marketing adalah perangkat keras dan periferalnya, berbagai perangkat lunak (software) untuk pembangunan program menggunakan misalnya Visual Basic 6.2, Visual BasicNet, Java Script, dan HTML (Hyper Text Markup Language), Dreaweaver dan untuk pembangunan data menggunakan Microsoft Access, sedangkan untuk komunikasi data dalam jaringan menggunakan ASP (Active Server Page). Kelebihan agro‐warehousing yang dikembangkan oleh Abdullah dan Brobst (2003) dan Abdullah et al. (2004) yaitu telah disusunnya skenario‐skenario yang memungkinkan bagi pelaku untuk mengidentifikasi keterlibatannya dalam sistem informasi tersebut. Selain itu para pelaku akan memiliki banyak alternatif solusi dalam kegiatan usaha tani. Tetapi kekurangan yang dapat penulis identifikasi adalah: sistem tersebut belum menjawab tantangan akan terjadinya over supply karena OLAP tidak dirancang untuk mengatasi persoalan mendasar dalam produk pertanian berupa elastisitas harga, produk pertanian yang masih bersifat musiman (seasonable), serta produk pertanian yang mudah rusak. Sehingga apabila OLAP dikembangkan menjadi integrasi model data antara produksi, distribusi, dan pemasaran yang dilengkapi oleh sistem pengambilan keputusan akan mampu menjawab tantangan dan persoalan mendasar pertanian tersebut. Implikasi Manajemen Jaringan informasi pasar menggunakan media elektronik (e‐commerce) dalam bentuk web site akan berpeluang terbentuknya jaringan pasar maya ‘virtual market’ tanpa batas ruang, waktu, dan wilayah. Manfaat dari hasil integrasi e‐commerce dan agridata warehousing adalah sebagai upaya untuk mendukung pengembangan terminal agribisnis sekaligus sebagai tempat bagi petani/kelompok tani dalam memasarkan produknya dengan mudah, mengembangkan jaringan pasar untuk memberikan alternatif pasar yang lebih meguntungkan, serta membuka lapangan kerja
baru di bidang pelayanan informasi pertanian. Selain itu manfaat yang diperoleh dari rancangan ini adalah sebagai upaya untuk merangsang pertumbuhan agribisnis dan agroindustri yang kuat dan kompetitif dalam menyongsong pasar global. Dalam rangka mewujudkan sistem informasi tersebut, perlu dilakukan penelitian yang lebih komprehensif yang memuat perancangan suatu sistem informasi dengan aplikasi agro‐warehousing. Dalam melakukan perancangan perlu diantisipasi adanya landasan pemikiran bahwa efisiensi produksi dan pemasaran suatu komoditas pertanian tidak dapat dicapai sekaligus, tetapi harus secara bertahap. Konsekuensi dari landasan tersebut adalah adanya pembaharuan yang terus menerus pada sistem produksi dan pemasaran suatu komoditas sampai ditemukan suatu sistem yang tepat untuk diterapkan dalam perekonomian yang berlaku di Indonesia. Adanya kenyataan ini menunjukkan bahwa sistem yang akan dibangun (agridata warehousing) akan senantiasa berubah menurut waktu dan ruang. Pembaharuan dapat terjadi pada komoditas yang diproduksi, lembaga pemasaran yang terlibat, sarana yang tersedia, dan kebijakan pemerintah. Salah satu di antara pembaharuan yang harus selalu diikuti dinamikanya adalah kebijakan dan regulasi pemerintah dalam membuat peraturan dan undang‐undang yang memuat transaksi dunia maya (internet) dan elektronik.
Kesimpulan dan Saran Upaya untuk mengintegrasikan data warehousing dengan e‐commerce bertujuan untuk memperbaharui metode yang selama ini dipakai dalam merancang suatu sistem informasi pertanian agar memperoleh efisien dan fleksibilitas serta memperoleh struktur data yang reliable dalam penyimpanan data maupun eksplorasi data. Untuk mengantisipasi pembaharuan yang terjadi secara terus‐menerus pada sistem agro‐warehousing, maka sistem informasi produksi dan pemasaran yang akan datang dirancang dengan menggunakan metode yang dapat menghasilkan rancangan
47
Akhmad Nuryahya dan Kudang B. Seminar: Integrasi E‐Commerce dan Agridata Warehousing untuk Meningkatkan Daya Saing Produk Pertanian
basis data dan operasi/fungsi yang bersifat terbuka. Format sistem informasi pertanian yang akan dirancang melalui integrasi e‐commerce dan agridata warehousing harus mampu mendukung kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan pelaku bisnis pertanian lainnya. Format informasi untuk pemerintah ditujukan untuk mendukung kemampuan pemerintah dalam melakukan monitoring, perencanaan, dan perumusan kebijakan. Format informasi bagi petani ditujukan untuk mendukung terlaksananya precision farming dan perspective farming. Sedangkan format informasi untuk pedagang/swasta ditujukan untuk mendukung kegiatan usahanya seperti informasi wilayah produksi, informasi pasar baik domestik maupun ekspor dan standar mutu.
Daftar Pustaka
Technology in Agriculture, January 24‐ 26, 1998. Wakayaman, Japan. Reddy, K. 2003. A Framework of Information Technology Based Agriculture Information Dissemination System to Improve Crop Productivity. International Institute of Information Technology Gachibowli, Hyderabad. Khols, R. L dan J.N. Uhl. 1990. Marketing of Agricultural Products. Seventh Edition. MacMillan Publishing Company, New york. Kotler,
P. 1994. Manajemen Pemasaran, Perencanaan dan Pengendalian. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Limbong, W.H. dan P. Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu‐ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.
Anomim. 1993. Sambutan Presiden RI pada Dies Natalis Ke‐30 Institut Pertanian Bogor dan Kongres Ke‐8 Himpunan Alumni Insitut Pertanian Bogor.
Onggo,
Abdullah, A., P. Brobst P, M. Umer dan Khan, W. 2004. The case for an agri data warehouse: Enabling analytical exploration of integrated Agricultural data. Teradata Division, NCR, Ohio, USA.
Nuryahya, A. 2004. Rancangan Bangun E‐ Marketing Produk Peternakan dengan Pendekatan Object Oriented. Manuskrip Proposal Penelitian Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian IPB. Bogor.
Abdullah, A dan P. Brobst. 2003. Agri Data Mining/Warehousing: Innovative Tools for Analysis of Integrated Agricultural & Meteorological Data. Teradata Division, NCR, Ohio, USA.
Rowley, J. 2001. Remodelling Marketing Communications in an Internet Environment’, Internet Research: Electronic Networking Applications and Policy, Volume 11, Number 3, pp 203‐ 212.
Darmawati, E. 2002. Desain Sistem Pendukung Keputusan Distribusi Hortikultura dengan Pendekatan Objek. Disertasi. Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian, program pascasarjana, IPB, Bogor. Hoa, T. 1998. Database for Agriculture in Information Center for Agriculture and Rural Development. Proceeding of the First Asian Conference for Information
48
B. J. 2003. ECommerce tanpa EMarketing ‐ Mungkinkah? http://ww.bjoconsulting.com. 15/10/2004
Schoell, W. F dan J. P. Guiltinam. 1990. Marketing Contemporary Concepts and Practices. Fourth Edition. Prentice Hall, Boston. Shulties, R dan M. Summer. 1992. Management Information System: The Manager view. Rhicard D. Irwin, Inc. Illionis‐USA. Svanberg, L. 2004. Internet Marketers. http://ww.bjoconsulting.com. 15/10/2004.
Buletin Agricultural Engineering BEARING • Vol. 2 • No. 1 • Juni 2006
Timmers, P. 1998. Business Models for Electronic Markets. European Commission, Directorate‐General III. USDA
(United States Department of Agriculture). 2003. Data Warehousing and Decision Support at the National Agricultural Statistics Service. Proceedings of the Association for Survey Computing‐Forth International Conference.
Viehland, D. 2004. Overview of Business Models for Electronic ommerce httpwww.onlinewbc.govdocsprocureba sicsba.html#EDI
Widiastuti, R dan Simanungkalit, S. 2002. Pertumbuhan Internet Positif di Tengah Krisis: Buku Indonesia dalam Krisis 1997‐2002. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.
49