HASIL DAN PEMBAKASAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Secara adrninistrasif, Kabupaten Sumedang dengan luas wi
ah 152.220 ha
atau 1.522,2 kmZ, terdiri atas 18 kecarr-atan dan termasuk wilayah Pr,
nsi Jawa Barat.
Wilayah ini terletak pada Garis Meridian 7' 50' Bujur Barat: 68' 1'23' Lintang Selatan dan 1'43'
int tang
Utara. Jarak ke kota propi
Bujur Tirnur, sekitar 35 km
dapat diternpuh dalam waktu 2 jam, sedangkan ke Ibu Kota J&&r
~erjxakseki!ar
200 ktn d m dapat ditempuh dalarn waktu 4 jm. Wilayah tersebut dit
si oleh:
-
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu da
-
Sebelah timur berbatasan dengan Kabupalen Majalengka
-
Sebelah selalan berbatasan dengan Kabupaten Ga-ut
-
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung
ubang
Ketinggian Ternpat Wilayah Kabupalen Sumedang nlempunpai bentuk topogra
.ang bervariasi
mulai dari datar, berbukit sampai bergunung. Rincian pembagian wi
h berdasarkan
ketinggian tempat dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3. Luas Wilayah Kabupaten Sumedang Berdasarkan Kelompok Tempat di Atas Permukaan Laut (DPL) Luas (Ha) Kelompok Ketinggian 5.858,05 25 - 50 meter dpl 5.673,54 51 - 75 meter dpl 7.294,82 76 - 100 meter dpl 66.564,55 101 - 500 meter dpl 49.339,71 501 - 1001 meter dpl 17.464,78 > 1001 meter dpl 152.220,OO Jumlah Sumber : Badan Pusat Statislik Kabupaten Sumedang, 2000 No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kabupaten Sumedang mempulyai dua musim y,aitu musim hujan (OktoberJuni) dengan curah hujan 998-6500 mn~/tahahundan musim kemarau (Juli-September) dengan curah hujan 286-1300 d t a h u n . Temperatur udara berkisar antara 16 "C sampai dengm 30 "C, atm
rata-rata 23
OC,
sedangkan kelembaban udara berkisar
antara 60%- 80% atau rata-rata 70% (BPS Kabupaten Sumedang, 2000)
Ketersediaan Lahan Berdasarka~tatagw-a khan: luas d'm uljenis penggunaan lahan di Kabupaten Sumedang sebagai berikut: sa~vah33.672 ha (22,12%) dan darat 118.548 ha (77,88%). Luas da~.ljenispenggunaan lahan di Kabupaten Sumedang disaiikan padaTabel4.
Tabel 4 Luas dan Jen~sPenggunaan Lahan dl Kabupaten Sumedang
-
7
Lurj (ha)
Prosentase (%)
Savvah
33 672
2.12
Pekarangan
11 060
7.26
Ladeang/kebun
44 041
28.90
Padang rumput
375
0,25
7 504
4,93
44 473
29,22
4 592
3,02
Jen~sPensgunam
Hutm rak!'at Hutan negara Derkebunan
Total
1
152 220
Sumber BPS Kabupaten Sumedang, 2000
Penduduli Populas~penduduk dl Kabupaten Sumedang pada tahun 2000 adalah 967.049 jiwa yang menghuni wilayah seluas 1.522,20 km2 , dengan tingkat kepadatan 635 ]~wa/k,m~ Lqu pertumbuhan penduduk Kabupaten Sumedang adalah 1,56 persen per 24
Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dl Kabupaten Sumedang
tahun
disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Penduduk Kabupaten Sumedang Berdasarkan Kelompok Umur
I
Kelompok Umur (th)
r
I
Jumlah (orang)
I
Persentme (%)
0 - 14
255 204
26,39
15 - 60
604 600
62.52
> 60
107 245
11,09
JXZ-
967 049
IOO,OO
I
Suinber BPS Kabupaten Sumedang. 2000) Jumlah usla produkilf dl Kabupaien Sumedang menduduk~persentase iertlnggl yaitu 62.52 % Hal mi dapat dijadikan sebaga~ salah satu Lekuatan dalam pengembangan sapi potong di wilayah ini.
Potensi ini didukung oleh lingginya
persentase penduduk yang bekerja pada sektor peitanlan, yaiu sebesar 45.35% (203 816 orang), pegawadkruya\van 32.16% (144518 orang). dan profes~ la~nnya lainnya sebesar 22,49%. Klasifikasi penduduk usia di atas 10 tahunberdasarkan jellis pekerjaan digambarkan pada Tabel 6. Tabel 6 Klaslfikasi Penduduk Usla dl Alas 10 Tahun Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jeiiis bidang pekerjaan
Jumlah (orang)
Lain-lain Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Sumedang, 2001.
Persentase (%)
70.353
15,65
449.425
100,OO
Jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pertanian menempati urnt'an tertiuggi, ha1 ini menggambarkan bahrva sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian di bidang pertmian. Potensi ini dapat dijadikan suatu kekuat'm yang menduhung pe~_nembangan sapi potong di Kabupaten Sumedang. Tingkat pendidikan formal penduduk suatu wilaph &an menentukan laju penyerapan ino\asl, perubahan pola p~kir,dan kepekaan terhadap perubahan soslal lainnya (Wiriaatmadja, 1977). Klasifikasi penduduk usia di atas 10 tahun di Kabupaten Sumedang menurut tingkar pendidikan diganbarkan pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah dan Persenlase Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Fornial
Tingkat Pendidikan
Jumlah (Orang)
'Tidak/belum pernah bersekolab Sekolah Dasar (SD)
I I
SMTP SMTA
20.305
Dipl I - Universitas Tidak sekolah layi Juinlah
802 048
100,OO
Sumber BPS Kabupalen Sumedang. 2001. Dari Tabel 7 terlihat bahxva tingkat pendidlkan formal penduduk Kabupaten Sumedang termasuk masih rendah. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk )$angmemiliki ijasah berjumlah sek~tar14%, sehmgga seleb~hnyasek~tar86% adalah penduduk yang Gelundtidak dapat meneruskan sekolah. Rendahnya tingkat pendidikan ini berpengaruh terhadap lalu penverapan i n o teknologl ~ ~ ~ ~ 26
Sumberdaya temalc Jenis tern& ruminansia yang ada dl Kabupaten Surnedang antara lain sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda, domba, dan kambing. Jumlah Populasi setiap ternak di Kabupaten Sumedang disajikan pada Tabel 8. Tsbel 8. Jumlah Populasi Ternak Ruminansia di Kabupalen Sumedang Jenls ternak Sap1 potong
Jumlah (ekor) 28 627
Sap1 perah Icerbau Kalnblng Domba
32 691 169 853
Kuda Jumlah
240 140
I
$umber Sub Dlnas Peternakan Kabupaten Sumedang. 2000 D a r ~Tabel 8 terllhat bahwa populasi sap1 potong menempall m t a n ke dua setelah tern& domba. Dengan demikian jenis tern& ini cukup berkembang dan sesuai dengan hngkungan serta sos~alekonomi masyarakat petan1 dl Kabupaten Sumedang Dl Java Earat, populasl sap1 potong yang tertlnggi terdapat dl Kabupaten Sumedang yallu sekitar 18,28%, sehlngga daerah ml dlsebut daerah kantung ternak sal~ipotong dl Jawa Barat (Dlnas Peternakan, 2000)
Pote~lsiKetersediaan Sumberdaya Lahan dan Tenaga Kerja di Kabupaten Sumedang Potensi pengembangan peternakan pada suatu wilayah dapat diulrur dengan cara menghitung ketersediaan bahan p&an yang meliputi hijauan y p g berasal dari 27
--
pekarangm: perkebunan, limbah pertanian d m industti. Ketersedia& tenaga kerja
dlperoleh berdasarkan jurnlah petani petani ternak dikalikan dengan kemampuan petani ternr& untuk memelihara sejumlah sapi potong dalam suatu keluarga (Dirjen Peternakan, 1998).
Data hail perhitungan potensi pengembangan petemakan lisp
Lecamatan dl Kabupaten Sumedang dapat dillhat pada Tabel 9.
Tabel 9. Kapasitas Pningkatan Tenlak Ruminmsia pada Tiap-tiap Kecamatan di Kslbupaten Sumedang.
--No
Kecamatan
T-TemzBesar (ST)
Sumedang Selatan Surnedang Utara Cirnalaka Tanjungkerta Tanjungsari Cikeruh Cimanggung Rancakalong 9 Darmaraja 10 Situraja 11 Wado 12 Cadasngampar 13 Conggeang 14 Paseh 15 Buahdua 16 Tomo 17 Ujungjaya 18 Cibugel Sumber : Hasil perhitungan 1 2 3 4 5 6 7 8
1.340:7 1.481,6 l.OC18~1 3.517,8 7.097,7 936:9 1.345:O 2.229,l 2.372:3 3.860,2 3.320,7 3.409,2 3.031,7 1.185,2 958,6 675,7 2.439,6 1.302,7
JSPPTR SD lahan 12.131,7 4.986,2 6.588,9 5.103,5 8.144,4 1.479,2 3.431,4 5.153,9 8.001,6 9.867,O 11.305,4 11.523,9 9.601,9 1.479,7 20.116,8 8.529,O 7.397,l 5.368,5
Tenaga
Potensi pengembangan petemakan masing-masing kecamatb di Kabupaten Sumedang berdasarkan potensi sumberdaya lahan dan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 7. Daerah yang mempunyai potensi pengembangan efektif terlinggi ada!ah Kecamatan Buahdua dengan nilai 12.718,2 ST yang diambil berdasarkan potensi tenaga kerja. Daerah ini ditunjang oleh potensi pengembangan sumnberdaya lahan yang
trnggr yartu 20.116,0 ST. Hal lam yang merupakan faktor pendukung adalah dijadikanya daerah ini sebagai wilayah budidaya lahan kering terrnasuk petem&an
I
menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumedaq5. Daerah lain yang mempunyai KPPTR-efektif tinggi ac12 Sumedang Selatan dengan nilai !2.131,7 ST yang berasal dari poE t :nsi sumberdaya Man. tetapi daerah ini tidak ,&an dijadikan wilayah pengembang:an temalc karena ditetapkan sebazai daerah suaka dam, resapan air dan pariwisata menurut RUTR Kabupaten Sumedang. Kecmatan Situraja dan Conggeang mempt11iyai nilai KPPRefektif cukup tinggi setelah Kecamatan Buahdua yaitu 9.867,l ST Iian 9.601,2 ST. Reernpat kecamatan tersebutdi atas mempunyai potensi sangat besiu dan berada pada ketinggiatl 100-500 m dpl sehingga terinasuk dataran sedat~g. Selanjutnya, daerah yang mempunyai potensi besar se agai penunjang pegeinbangan sapi potong adalah Kecatnatan Tanjungsari yang mem iki aaia dukung lahan 8.144.4 ST. Daerah ini mempunyai luas wilayah paling besar dan berada pada dataran tinggi dengan ketinggian > 500 m dpl, temperalur sangat I lendukung untuk pertumbuhan berbagai jenis temak termasuk sapi perah. Selai~ itu daerah ini rnerupakan penghasil tanaman horiikultura dan palawija sehingg; potensi limbah pertaian cukup tersedia sepanjang tahun. Kecamatan Ujungjajja adalah daerah selanjutnya yang mr npunyai potensi sebagai pendukung pengembangan peternakan sapi potong dengan ~ilai7.397,2 ST. Daerah ini berada pada ketinggian 40 m dpl sehingga terinasuk 1 : dalam wilayah dataran rendah dan dicanangkan sebagai daerah budidaya lallan kering termasuk budidaya ternak dalam tata mang wilayah Kabupaten Sumedang.
PETA POTENSI PENGEMBANGAN SAP1 POTOMG Dl ICAEUPATEN SUMEDANG
01. Sumedang Selatan 02. Surnedang Utara 03. Cirnalaka 04. Tanjungkerta 05. Tanjungsari 06. Cikeruh 07. Cirnanggung 08. Rancakalong 09. Darmaraja Majalengka
10. Situraja
I I.Wudo 12. Cadasngampar 13. Congeang
14. Paseh 15. Buahdua 16. Tomo 17. Ujungjayn
18. Cibugel
Wilayd~kecamatan lainnya masih mempunyai potensi untuk pengembangan temak, nanlun nilainya tidak besar seperti daerah-daerah tersebut di atas. Peta kapasitas peningkatan ternak ruminansia berdasarkan ketersediaan sumberdaya lahan dan tenaga kerja setiap wilayah kecamatan di Kabupaten Sumedang dapat diliha?pada Gambar 1.
Ksrakteristik Umum Daewli Pene1iti;ln
,.
Berdasarkan ketinggian telnpat dari vermukaan laut maka
ayah Kabupaten
Sumedang berada pada ketinggian antara 25 m dpl sampai deng
> 1000 m dpl.
Perbedaan ketinggian tempat rersebut berdampak terhadap sistem usaha tani, sistem produksi ternak: d m sosial budaya masyarakat. Sehingga untuk melakukan pendekatan dalam ~nenentukan pola pengembangan peternakan sa$i potong di Kabupaten Sumedang, maka terlebih d
500 m dpl). Selain itu ketiga lokasi penelitian mempunyai KPPTR efektif besarnya hampir sama.
Daerah dataran rendah mempunya~luas ~vllayah81 km2 dengan jumlah penduduk sebesar 28.006 jiwa, dengan kepadatan penduduk 348 jiwa/km2. Laju perlambahan penduduk sebesar 0.88 dan berada dlbawah n11a1 laju pertambahan penduduk rata-rata Kabupaten Sumedang yaltu sebesar 1,57 Dengan d e m ~ k ~ a n 31
pergeseran penggunaan lahan akibar berlambahnya penduduk terrnasuk l a b a t , dan in1 merupakan salah satu kekuatan yang menddung pengembangan sapi potong di daerah ini. Gambaran keadaan umum daerah dataran rendah dapat dilihat dari Tabel 10. Tabel 10. Kondlsi Umum Daerah Dataran Rendah Karaltteristik L u a ~Wilayah (km') Jarak dari Ibu Kota Propinsi (km) Jumlah penduduk (jiwa) Kepadaim penduduk (jiwa/kmn2) Ketinggian tempat (rn dpl) Jumlah sapi potong (ST) Kepadatan sapi potong ( S T I ~ ~ ~ ) Suhu rata-rata ( "C ) Curah llujati (mndth) Jumlah hari hujm (hhlth) Vegetasi tanaman : (ha) Perkebunan Hutan S a1vah
Padang rumput Frekuensi tanam padiltahun
Ketinggian suatu tempat dari permukaan laut berpengaruh terhadap suhu dan tekman udara, oleh karena itu ketinggian merupakan salah satu E&or penting dalanl menentukan pola penggunaan tanah untuk perlanian khususnya petemak'm. Daerah dataran rendah berada sekitar 40 m dpl, mempunyai topografi datar dengan temperatur rata-rata 29 OC. Curah hujan cukup tinggi yaitu 1.645 mmlth. Kondisi ini masih berada 32
Gambaran umum mengenai karakteristik peternak sapi potcng di daerah dataran rendah dapat dillhat pada Tabel 11. Tahel 1 I Karaklerist~hPetemak Sap1 Potong dl Daerah Dataran Rendah Karakteristik Rataan umur petani temak ( th ) Tingkat Pendidikan (%) s. Tidak tamat SD b. Tamat SD c. S1,TP d. 2 SLTP Tujuan Perneliharaan Sapi (%) a. Sebagai temak kerja b. Sebagsi tcrnak potong c. Ternak potong + kerja d. Penghasil pupuk kandang Rataan jumlah TK keluarga Pengalaman beternak sapi (th) Pengetahuan tanda birahi (%) a. Tahu b. Tidal; tahu Sistern perkaivinan (%) : a. Kawin alam b. Inserninasi buatan (IB) kepernilikan sapi potonglpetani ternak (ST)
Mata pencaharian utama petemak responden di daerah dataran rendah umumnya adalah bertani. Aktivitas pemeliharaan sapi potong rnerupakan bagian dari kegiatan usaha tani yang dilakukan sebagai usaha sarnbilan. Dilihat dari pengalaman betemak sapi yakni
+ 16 tahun, maka pekerjaan ini sudah merupakru~kegiatan turun
temurun. Pengalaman betemak ymg cukup lama merupakan suaki kekuatan dalan pengembangan sapi potong.
Alok;lsi Tenaga Kerja
Sumber tenaga kerja utama dalam usaha tani pada daerah dataran rendah umumnya adalah tenaga kerja keluarga Jumlah tenaga kerja keluarga pada daerah dataran rendah yang terlibat dalam usaim peternakan sapi potong rata-rata 2,5 orang. Nilai ini mengambarkan bahwa pemeliharaan ternak tersebut dilakukan oleh suami istri dibantu oleh anahya yang masih sekolah, sedangkan anaknya lebih memilih bekerja di kota di l u x usaha tani. Hernanto (1983 potensi tenaga kerja keluarga dapat diartikan sebagai jumlah t pang tersedia pada satu keluarga petani Kegiatan rutin dalam pemeliharaan sapi diiakukan 01 bergantian. Pada pekerjaan yang cu1;up berat seperti memandikan ternak, mengambil rumputljerami padi, men01 oleh suami, sedangkan isteri mengerjakm pekerjam yang cukup ririgan seperti memberikan pakan dan membersilkan kandang. Pada umumnya p dilakukan oleh suami, mereka bergabung dalam kelornpok penzge petemak membuat kesepakatan jadwal penggembalan bergili kelompok yang berjumlah sekitar 20 petemak cukup digembalak Para petemak yang tidak mendapat giliran rnenggembalakan s aktivitx lain seperti kegiatan pertanian atau bekerja sebagai bur&.
Pola Pemeliharaan Temak Sistem pemeliharaan sapi yang dilakukan di daerah dataran rendah umumnya dengan cara digembalakan. Daerah yang dijadikan tempat pengembalaan adalah hutan 35
jati milik Perhutani Kabupaten Sumedang. Sapi-sapi digembalakan setiap harinys pada pukul 09.00 dan dikandangkan pada pukul 17.00. Temak sapi dimqdikan sedikitnya dua kali dalam seminggu, dilakukan ketika sapi berada di penggembalaan yaitu ketika rombongan sapi menj~ebrangialiran sungai. Kontruksi perkandangan sspi potong di daerab dataran rzndabsangat sederhana, dinding kandalg, tiang penyangga uinumnya terbuat dari kayu batangan Atap kandang \
mengunakan genting dan alas kandang langsung pada permukaan tanah. ICondisi perkandangan di arah ini umumnya kumuh, becek, karena drainase kandang serta pengaliran limbah yang tidak tertata dengan baik. Kondisi perkandangan yang kurang baik didaerah ini disebabkan temak sapi hampir befada di areal penggembalaan sepanjang hari, kecuali sepi yang baru melahirkan atau sedang sakit, sehingga petemak kurang memperhatikan kondisi kandang dan sekitamya Lokdisasi kandaig ini berada di pinggir hutan tempat pengembalaan pang letaknya tidak j penduduk. Sistem pemeliharaan yang kurang baik di daerah ini yang harus diperbaiki dalam usaha pengembangan sapi potong. Cara pemeliharaan sapi potong dengan sistem pengge temak sapi hampir sepanjang hari berada di tempat penge yang dikonsumsi sangat tergantung kepada kualitas dan kuan di areal penggembalaan. Umumnya peternak di daera!! ini tambahan baik hijauan ataupun konsentrat kepada temak sehingga limbah pertanian bempa jerarni padi atau pun jag ternak kecuali pada musim kemarau saat hijauan di s kekeringan.
Komposisi pakan hijauan yang diberikan atau dikonsumsi ternak sapi pada daerah dataran rendah dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Komposisi Zat-zat Hijauan Makanan Ternak di Lokasi Penelitian
1 1 I
/
Zat-zat rnakanan
Kandungan (%)
Prote~nkasar
10,!4
Serat kasar
24,64
Kals~um(Ca)
0,75
BETN
'
Gross E~lerg~ (GE)
44,92
I
3845,36
Sumber Laboratonurn Nutr~sldan M&anan Ternak Unpad, 2001
-
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa kunlilas hijauan yang dikonsumsi ternak sapi di daerah dataran rendah sudah c ~ k u pbaik, hal ini disebabkan iampuran hijauan yalg tersedm dl areal penggernbalaan terdrr~dar~rumput lapang, kacang-kacangan. kallandra. dan sebaganya Ketersed~aan hijauan yang cukup besar dan 11rnba.h pzr~anlalyyan belurn dlmanfaatkan sebagar p&an ternak rnerupakan suatu kekuatan bag1 pengembangan sap1 potong dl daerah in1
Produktivitas Sapi Potong Karakteristik Reproduksi
Cnlfcrop (%) adalah angka yang menggambarkanjurnlah anak lepas sapih yang diproduhi dalan~satu tahun terhadap jumlah induk. Cnlfcrop dipengyhi oleh jurnlah anak sekelahiran, presentase induk yang rnelahirkai dalam total populasi indul; persentase kematian (mortalitas) pada saat an& beIum disapih, dan jar& beranak (Arrington dan Kelley, 1976.). Jarak kelahiran dipengaruhi oleh lama kebuntingan dan 37
jarak antara melahirkan dan perkawinan berikutnya (service period). Service period dipengaruhi oleh keterampilan petani temak dalam mengawinkan ternak yang ditunjukan oleh besarnya angka service per conception dan waktu menyusui (Eraser, 1979).
Untuk rnengetahui calf crop dan perliembangan populasi ternak sapi potong dilakukan pendekatan dengan membuat asumsi berdasarkan strukmr populasi, mortalitas an& d m jar& beranak. Struktur populasi sapi potong d i lokasi penelitian dapat di!ihat pada Tabel 13. Tabel 13. Struktur Populasi Ternak Sap1 dl Daerah Dalaran Rendah --
Struktur Populasi Jantan Total induk Induk kering lnduk bunting Induk l&
Ekor 4 56 12 24 20 13 6 8 12
% &,04 56,56 12,12 24,24 20,20' 19,19 6,06 8,08 12,12 ,
Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa sapi betina menempati jublah pang paling tinggi, struktur tersebut rnenunjukkan bahwa sebagian besar petemal; tujuan pemeliharaan sapi adalah untuk produksi an&. Tingginya prosentase induk (56,56%) dari keseluruhan populasi menentukan tingkat perkembangbiakan sapi di daerah tersebut. Dengan menggunakan data struktur populasi sapi pada lokasi penelitian, selanjutnya dapat dihitung nilai calf crop seperti yang terlihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Pengelolaan Reprodnksi d m Produktiv~t~s An& Sapi Potong di Daerah Dataran Rendah I
Kriteria Rasio Pejantan : induk
Nilai
1 :30
Umur induk pertarna dikawinkan (bl)
26,O
Mortalitas anak (%) Jumlah an& dalam 1 tahun (ekor) Jar& beranak (bl) Angka panen anak (%)
Dari Tabel 14 terlihat bahwa angka panen anak (cdf crop) sapi-sapi di daerah dataran rendah adalah 32 %. Nilai ini termasuk rendah, sebab dengan manajemen pemelihwaan yang baik calf crop sapi potong bisa mencapai 80%. Re~ldahnyanilai tersebut disebabkan beberapa faktor diantaranya perhitungan didasarkan pada data tahun berialan, jadi kemungkinan induk-induk sapi belum melahi yang cukup panjang (18 bulan), d m kesulitan mendapatkan p kelompok pengembalm. Sistem pemeliharm ternak dengan cara digembalakan menjadi liar terutama dengan orang yang dianggap asing, seh suntik (Inseminasi Buatan) di daerah ini sulit untuk diterapkan. Upaya yang dapat dilakukm h t u k memperbaiki genetik sapi-sapi tersebut adalah pejantan yang unggul pada setiap kelompok penggembalaan y pemerintah atau kelompok peternak. Dengan program ini dihar kesulitan petemak untuk mendapatkan sapi pejantan pada saat
Bobot liidup dapat dijadikan ukuran pertambaha~iseekor ternak. Perbedaan lajr~ pertuiiibuhan diantara bangsa dan individu telnak di dala~nsuatu bangsa disebabltan oleh perbedaan ukursn t ~ ~ b udewasa h (Berg dan Butterfield, 1976). Dari Tabel 15 dapat kita lihat baliwa penampiIan bobot tubuh rata-rata sapi-sapi di daerali dataran rendah pada masing-masing ltelompok uinur berada di bawah bobot tubuh Sapi Peranakan Ongole (PO), ha1 ini disebabkan sapi-sapi di daerah ini sebagian besar adalah sapi-sapi yalig berukuran tubuh kecil dengan ciri-ciri ysng menyerupai sapi madura. Tabel 15. Bobot Tubuli Rata-rata Sapi Potong pada Berbagai Tingkat Umur d a ~Jenis i ICelamin di Daerah Dataran Rendah Bobot badan rata-rata (kg)
Kriteria Sapi Sapi lepas sapih ( < 1 tahun)
.:*
Jantan
*:
Betii;a
Sapi Muda +:*
.:.
Janta~i Betina
/ Sapi Dewasa
/ *:. /1
Jantan
+:+ Betina
I 1
204,2
I
Suiiibel. : Hasil Pengukuran di Lokasi Penelitian, 2001. Bobot badan rata-rata sapi jantan dewasa rata-rata 223,4 kg, berada di bawah rata-rata bobot badan sapi Peranakan Oligole yaitu 400 kg. Pola pertuinbuhan sapi-sapi di dataran rendali pada berbagai tingkat uinur aiitara jailtan dan betina dapat dililiat 40
pada Lampiran 2. Grafik perlombuhan sapi-sapi di daerah dataran
iah berada di
bawah grafilc pe~~nrnbuhan Sapi-sapi Peranaka11 Ongole, ha1 ini d
abkan adanya
perbedaan bangsa. Bangsa teniak yang besar akan lahir lebih berat, t
1111 lebili
dan bobot tubuh lebili berat saat mencapai ltedewasaa~idari pada
a ternalc yang
L,
cepat
ltecil (Tulloh, 1978; Williams, 1982).
n Potong. Siraregi P e n g e ~ l ~ b a n g aSapi Pengemba:igan sapi potong tnerupakan llpaya unti~kmenil
.Itan produks~ suniberdaya
sernak secara kuantitas maupnn kualitas, mengembangkan penggl
1
~ersedia,an lebili jauh meninglcatltan nilai tambah bagi peternak
gai pengelola
usaha peternakan. Untuk 1:iencapai tujua~itersebut, ~iiakasebelumny;
us nielakultan
identifiltasi terlladap ltetersediaan lahan dan palcan, tenaga kerja, pr~
tivitas tzmak,
dan sisteni i~saliatani pada wilayah te~.sebut. Potensi pengenlbangan sapi poto~lg berdasarlcan daya tal
ig lalian d a ~ i
lcetersediaan tenaga kerja pada daerah ataran rendah dapat dilihs
~ d aTabel 16.
Pop~~lasi ternalc runiinansia di daerah dataran rendah tidalah 2439
T, sedangkan
laha11yang ada dapat n:enampung sekitar 9836.8 ST, dengan delniltia
erah ini masili
dapat ~iie~ia~iipung ternak ri~nii~iansia sebesar 7.397 ST. Sisteni pen!
ibalaan ternalc
di areal hutan jati dengan daya tampung ternak yalig cukup tinggi me
~abltanlimbah
pertanian beluni dimanfaatkali secara optinlal sebagai pakan terns
Iaya la~n]lung
lahan tersebut didnkung oleh ketersediaan tenaga kerja petani sebes
966 ST. Daya
tampung laha11 dali lcetersediaan tenaga kerja yang cukup besar
.upakan si~alu
ltekuatan bagi pengernbangan sapi potong di daerah ini. 41
Tabel 16. Populasi Ternak Ruminansia, Daya Tampung dan Kapasitas Peningkatan Temak Ruminansia(JSPPTR) di Daerah Dataran Rendah Uraian
Besamya potensi
2439.5
Kepadatan temak ruminansia (ST/KM~) I
Daya tampung lahan dar, sisa pertmian KPPTR sumberdaya lahan (ST) KPPTR tenaga keja keluarga (ST) IQPTR el'ektif
30,3
1
9836,8
2;
Sumber : Easil perhilungan di lokasi penelitian, 2001.
1
-
Berdasarkan data-data has11 perh~tunganmengeniu potensi pengembangan sap1 potong di daerah dataran rendah yang mencakup ketersediaan lahan, pakan, serta tenaga kerja dan h a i l identifikasi terhadap sisiem usahs tani, sistem pemeliharaan sapi potong, serta kebipkan pemerinrah setempat,
Dilakukan analisis SWOT (Strength.
Weakness, Opportunity, Threat) untuk menyusun strategl dalam mengembangkan sapi
Berdasarkan has11 iu~allslsSWOT (Lamplran 3) dan rnengacu kepada rencana pembangunm
daerah
Kabupaten
Sumedwg,
dimmuskan
beberapa
strategr
pengembangan sap1 potong untuk dataran rendah, meliputi. (1)
Perlyedmnn pejnnmn snpl potong ynng iunggul. dapat dilakukan dengan cara bantuan pemerintah berupa plnjarnan ringan kepada kelompok petemak yang dikembal~kandengan jangka \\laktu yang cukup lama
(2)
Penlngkntnn s m m n penduhozg Inseminnsu Bzlntnn (IB), dlupayakan pada setiap desa tersedia Pos Keswan yang dilengkap~dsngan kendaraan operasional dan peralatan yang memada~
(3)
Optirnalisnsi dayn dzikung lnhnn dnlnm penyedinan p n h n ternnk, dilakukan dengan cara peningkatan produktivitas lahan melalui penananian rumput pada lahan kosong, pematang sa\vah dan pengolahan hijauan p & q tern& dengan banturn teknologi tepat guna misalnya anioniasi jerarni padi
(4)
Peninghztnn kunlitns sumberdnyn mnnusin (petelauk) don perl.l~msncmz~snlza, melalui pendidikan informal dan pelatihan terutama tentang manajemen pemel~haraansapi potong, peningkatan skala usaha benvawasan agnbisnis
(5)
Pen~ngkntnn hlal~rnstertmk dntz hnsd fernnk dengnn penernpnn teknologr, misalnya peningkatan pertambahan bobot badan sapi dengan perkawinan silang dan manajemen pemeliharaan untuk menghasilkan daging berkuditas.
(6)
Petnberdqnntl kelompok perernnk, dengan cara pengaktifan pembin~an anggota kelompok, beksrja sama dengan lembaga-lembaga ekonorni yang relevan.
(7)
Penitzgkntnn kerjnsnmn detzgnrz instnnsi ferkait,( Dinas Pertanian Tanaman pangan, Dinas Petemakan, dan Perhutani) untuk optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal.
Kondisi Umum Daerah Dataran Sedang Daerah dataran sedang memiliki luas ~vilayahsebesar 90 penduduk 53.852 jiwa, sehingga kepadatan penduduknya
km2 dengan jumlah
adaiah 597 jiwalkm2.
Laju pertambahan penduduk sebesar 0,86 dan berada di haw* nnilai laju perlambahan Tabel 17. Karakteristik Umum Daerall Dataran Sedang -
ICaraliteristik Luas Wllayah Jar& darl Ibu Kota Propins] (km) Jumlah penduduk Qlwa) Icepadatan penduduk (ywaikm2)
Y Satuatl 76 53.852 597
Ketinggian tempat (m dpl) Jumlah sapi potong (ST) Kepadatan sapi polong ( ~ ~ l k r n ~ ) Suhu sata-rata ( "C ) Cusah hujan (rnnillh) Ju~nlahhari hujan (hhlth) Vegetasi tanaman : (%) Perkebunan Hutan Sawah Padang rumput Frekuensi tanam padiltahun
penduduk rata-rata Kabupaten Sumedang yaitu sebesar 1,57.
Dengan demikian
pergeseran penggunaan lahan akibat bertambahnya penduduk termasuk lambat, dan ini merupakan salah satu kekuatan yang mendukung pengembangan sapi potong di daerah tersebut.
Ketinggian suatu tenlpat dari permuknan laut berpengmh terhadap suhu dan tekanan udara, oleh karena itu ketinggian merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan pola penggunaan tanah untuk pertanian khususnya peternakan. Daerah dataran sedang berada sekitar 400 m dpl, menipunyai topografi datar sainpai berbukit dengan temperatur rata-rata 25 OC. Cural; hujan cuhcup tinggi yaitu 1.714 d t h . \
Kondisi ini masih berada dalam lingkungan yang dibutuhkan untuk sapi potong yaitu suhu antara 15 - 30 'C dengan curah hujan 900 - 3000 mm'th. Keadaan topografi yang datar sampai berbukit menyebabkan sebagian besar Iahan digunakan sebagai lahan perlanian berupa sawah dengan luas 5.716 ha, kemudian hutan pinus, hutan rimba sebagairesapm air dengan luas 1.851 ha. Tanah garap'm berl!pa sawah dan tegalan digunak'm untuk menanam padi dsngan frekuensi 2s musim tmam dan diselingi tanaman palawija seperli jagung, kacang tanah, dan kacang kedelai pada saat musim kemarau. Pengolahan lahan untuk pesawahan ada mesin mekanis yaitu traktor untuk kondisi lahan sawah datar, mengunakan tenaga manusia dan tenaga ternak sapi pada pada ko berbentuk ternserirtg . Penanaman padi tidak dilakukan dalam w sehingga waktu panen padi atau palawija tejadi pada saat ya11 menyebabkan limbah pertanian berupa jerami padi, jerami jerami jagung tersedia sepanjang waktu. Limbah pertmian terse
sebagiw sudah
dimanfaatkan sebagai pakan ternak terutama pada musim kem
ketika peternak
kesulitan untuk mendapatkan hijauan pakan temak.
Karalcteristiic P e t e n ~ a l t Rataan umur pet'mi ternak pada dataran sedang 48,5 tahun, Kelompok tersebut menurut Bakir dan Manning (1984), masih tergolong dalam usia produktif yaitu antara 15 - 55 t a h ~ nTlngkal pend~dlkanformal para peternak sebag~anbesar 72,5 % adalah
tamat Sekolah Dasar (SD) dan SLTP sebanyak 9,5 persen, dan > SLTP sebanyak 3,5 persen termasuk lulusar~diploma. Tingkat pendidikan petani tern* ini tergolong yasih rendah jika dikaitkan dengan program penlerintah yaitu wajib belajar 9 tahun. Gambaran umum mengenai karakteristik peternak sapi potong di daerah sedang dapat d111hatpada Tabel 18. Tabel 18. Karakteristik Peternak Sapi Polong di Daerah Dataran Sedang Karakleristik Rataan umur pet<miternak ( th ) Tingkat Pendidikan (%) a. Tidak tamat SD b. Tamat SD c. SLTP d. >SLTP Tujuan Pemeliharaan Sapi (%) a. Sebagai ternak kerja b. Sebagai ternak potong c. Ternak poiong + kerja d. Penghasil pupuk kandang Rataan jumlah T K keluarga Pengalaman beternak sapi (th) Pengetahuan tanda birahi (%) c. Tahu d. Tidak tahu Sistem perka\vinan (%) : c. I
-.Saturn --
48,5: 143 72,5 9:s~ 3,5 0,o 91,O 98 o,o, 2,s 15:O 95,O 5:Q 12,5 87;5
Lo
Tingkat p e n d i d i k ~formal ini akan berpengaruh terhadap laju pe yerapan inovasi, perubahan pola pikir dan kepekaan terhadap perubahan sosial lainnya Wiriaatmadja, 1977). Mata pencaharian utama peternak responden di daerah datarm rendah umumnya adalah bertani. Aktivitas pemeliharaan sapi potong meru akan bagim dari kegiatan usaha tani yang qlakukan sebagai usaha sambilan. Dilihal dari pengalaman beternak sapi yakni i 15 tahun, maka pekerjaan ini sudah merupak n kegiatan tunln temurun. Pengalaman beternak yang cukup lama rnerupakan suah kekuatan dalam pengembangan sapi potong.
A l o h s i Te~iagaKerja
Sumber tenaga kerja utama dalam usaha tani pada daera dataran sedang umumnya adalah tenaga kerja keluarga. Jumlah tenaga kerja kelu rga 'pada daerah dataran rendah yang terlibat dalam usaha petemakan sapi potong n a-rata 2,8 orang. Nilai ini mengambarkan bahwa pemeliharaan ternak tersebut dilakuk; 1 oleh suami istri dibantu oleh anaknya yang masih sekolah: sedangkan anaknya ya g sudah dewasa lebih memilih bekerja di kota di luar usaha tani. Hernanto (1989) n myatakan bah~va potensi tenaga kerja keluarga dapat diartikan sebagai jumlah tena:
i kerja
potensial
yang tersedia pada satu keluarga petani. Kegiatan rutin dalam pemeliharaan sapi dilakukan oleh s~ uni isteri secara bergantian. Pada pekerjaan yang cukup berat seperti memp rbaiki kmdang; memandikan ternak, mengambil rumpuVjerami padi, menolong kc ahiran dilakukan
oleh suaini, sedaqgkan isteri mengerj'aka~ pekerjaan yang cukup ingan seperti memberikan pakan dan membersihkan kandang.
Pola Pemeliha~aanTeinak
Sistem pemeliharaan sapi yang dilakukan di daerah dataran st mg umumnya dengan cara dikandangkan. Sistem pemberian pakan dilakukan di kat mg 2x dalam sehari yaitu pagi dan sore hari. Pemeliharaan sapi potong dengan
r a dikandang
memudahkal pengawasarl dar~ penanganan, tetapi jika pemberian )&an kurang mencukupi baik kuantitas maupun kualitasnya maka sering terjadi kel mpuhan akibat sapi kurang bergerak atau e.xer.ci.re. Konlruksi perkandugan sapi potong di daerah dataran rendah c up sederhana, dindiug kandang, tiang penyangga unmummya terbuat dari kayu.
,tap kandang 'tanah yang
mengunakan genting dan lantai kandang langsung pada permuk~
dipadatkan. Kondisi perkandangan di arah ini umumnya cukup baik, mtai kandang berada lebih tinggi dari pada lingkungan sekitamya, sehingga pt ~ukaan lantai kandang dalam keadaan kering. Kotoran sapi dimanfaatkan sebag: pupuk untuk tanaman pala\vija atau kebun rumput. Umurnnya peternak di daerah ini sudah mempunyai kebun sehingga pada musim hujan mereka tidak kesulitan u ~ t u kmendapatl
mput sendiri: I
pakai. Pada
musim kemarau sebagian besar pakan berupa jerami padi, jerami jag1 ;, dan kacang tanah yang telah dikeringkan. Sebagian peternak sudah terbiasa me] berikan pakan tambahan berupa dedak padi atau onggok. Komposisi pakan hijauan mg diberikan atau dikonsumsi temak sapi pada daerah dataran sedang dapat dilihat pz
ITabel
17.
48
Tabel 19. Komposisi Zat-zat Hijauan Makanan Ternak di Daerah Dataran Sedang Zat-zat rnakanan
Kandungan (%)
Protein kasar
11,85
I Serat kasar / Kalsium (Ca)
25,08 0,52
/ BETN
44,68
Gross Energi (GE)
\
3.750,21
-
Sumber : Laboratorium Nutris dan Makanan Ternak Unpad, 2001
Berdasarkan Tabel 19 terlihat bahwa kualitas hijauan yang dikonsurnsi temak sapi di daerah dataran sedang sudah cukup baik, ha1 ini disebabkan campuran hijauan yang diberikan kepada temak sapi potong terdiri dari rumput gajah; rump& lapang, kacang-kacmgm, kaliandra; d m sebagainya
Protluktivitas Sapi Potong I<arakteristik Reproduksi Cn!f'crop (%) adalah angka yang rnenggambarkan jumlah an diproduksi dalan satu tahun terhadap jumlah induk. Caycrop dipe anak sekelahiran, presentase induk yang melahirkan dalam to persentase kematian (mortalitas) pada saat an& belum disapih, (Arringtou d m Kelley, 1976). Jarak kelahiran dipengaruhi oleh 1 ,jar& antara melahirkm dm perkavvinan berikutnya (selvice p dipengaruhi oleh keterampilm petmi temak dalam meng ditunjukan oleh besarnya mgka service per conceptiorz d m w 1979).
Untuk mengetahui cnlfcrap d m perkembangan populasi temak sapi potong dilakukan pendekatan dengan membuat asumsi berdasarkan struktur populasi, mortalitas an& dan jarak beranak. Struktur populasi sapi potong di Iokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Struktur Populasi Temak Sapi di Daerah Dataran Sedang
Stroktur - Fopulasi
Jantan Total induk Induk kering Induk bunting Induk laktasi Sapi dara Jantan muda Anak jantan meyusu Anak betina menyusu
Ekor
1
3
1
7 -
14
Yo 3.57
8,33 16,67
Berdasarkan Tabel 20 terlihat bahwa sap1 bellna menempati jumlah yang yallng linggi, struktur tersebut menunjukkan bahwa sebagian bes perneliharaan sapi adalah untuk produksi anak. Tingginya prose dari keseluruhan populasi menentukan tingkat perkembangb tersebut. Dengan menggunakan data struktur populasi sapi p selanjutnya dapat dihitung nilai calf crop. Dari Tabel 21 terlih anak (calf crop) sapi-sapi di daerah dataran sedang adalah 4 rendah, sebab dengan manajemen pemelharmn yang baik cal rnencapai 80%.
Tabei 21 Pengelolaan Reprodnksi dan Prcduktivitas Anak Sapi Potong dl Daerah Dataran Sedang IGiteria Rasio Pejantan : induk
Nilai
IB
Umur induk pertama dikawinkan (bl)
/ Mortalitas anak
(%)
Julnlah an& dalam 1 tahun (ekor)
:
30,O
I
33
Jar& beranak (bl) Angka panen anak (%)
40,O
Rendahnya nilai tersebut dlsebabkan beberapa faktor d~antaranyaperhitungan didasarkan pada data tahun berjalan, jadi kemungkinan induk-induk sapi belum nelah~rkan.fasal~tasIB kurang mendukung. servrce pel- corzcept!otz d m lama menynsul yang mas111 tlnggl
I<araliteristik Produlisi Bobot hidup dapat dipdikan ukuran pertambahan seekor ternak. Perbedaan Iaiu pertumbuhan dlantara bangsa dan individu ternak di dalam suatu bangsa disebabkan oleh perbedaan uknran tubuh dewasa (Berg dan Butlerfield, 1976). Dari Tabel 22 dapat kita l~hatbahwa penampllan bobot tubuh rata-rata sapl-sap1 dl daerah dataran sedang pada masing-masing kelompok umur uinurnnya suciah mendekati bobot tubuh sapi-sapi Peranakan Ongole (PO) dengan kondisi pertumbuhan normal. Performan pertumbuhan sapl-sapi
yang sudah cukup baik di daerah ini
dlsebabkan cukup bruknya manajemen pemeliharaan, btuk kesehatan, reproduksl serta manqemen pemberian pakan dimana para peternak di daerah ini sudah banyak yang 51
sudah terbiasa rnemberikan pakan tambahan misalnya dedak padi atau onggok. Disamping itu daerah ini merupakan wilayah binaan dari Dinas Petemakan dan rnerupakan peternak percontohan di wilay$h Kabupaten Surnedang. Dengan demikian tingkat pengetahuan dan keterampilan peternak dalam budidaya sapi potong sudah cukup baik. Keterampilan petemak dan performan pertumbuhan sapi-sapi yang cukup balk di daerah ini merupakan kekuatan yang menduhng rencana pengembangan sapi \
potong di Icabupaten Sumedang. Tabel 22. Bobot Tubuh Rala-rata Sapi Potong pada Berbagai Tingkat Umur d m Jenis Kelamln di Daerah Dataran Sedang
IOiteria Sapi
Bobot badafi rala.
Sapi lepas sapih ( < I tahun)
+:.Janian
90,4
.:*
83,2
Belina
Sapi Muda -3
Janlan
.:. Betina Sapi Dewasa .:. Janlan f.
Betina
245,6 231,2 340,s 315,6
Sumber : Hasil Pengukuran di Lokasi Penelitian, 2001. Bobol badan rata-rata sap1 jantan dewasa rala-rata 340.8 kg dan betma 315 5 kg, kondisi ini sudah cukup baik tetapi masih berada di bawah rata-rata bobot badan sapi Peranakan Ongole yaitu 400 kg dan 350 kg. Hal ini disebabkan masih kekurangan pakan baik secara kuantitas maupun kuantiias, dimana umumnya para peternak memberikan jumlah hijauan sekemampuannya tanpa mempertimbangkan umur dan
bobot tubuh te~naksapi, dimana semakin meningkat umur dan bobot lubuh sapi maka akan semakin tinggi kebutuhan pakan. Jurnlah pakan yang tidak mencukupi sesuai kebutuhan ternak menyebabkan pertumbuhan ternak sapi menjadi terhambat dan tidak dapat mencapai bobot badan sapi standar. Pola pertumbuhan sapi-sapi di dataran sedang pada berbagai tingkat umur antara jantan dan betina dapat dilihat
pada
Lampiran 2.
Strategi Pengembangan Sapi Patong. Pengembangan sapi potong merupakm upaya untuk maningkatkan produksi sernak secara kuantitas maupurl kualitas, mengembangkan penggunaan sumberdapa tersedia, d m lebih jauh meningkatkan nilai tambah bagi petemak sebagai pengelola usaha peternakm. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sebelumnya harus melakukan identifikasi terhadap ketersediaan lahan d m pakan, tenaga kerja; pro dan sistem usaha tani pada wilayah tersebut. Polensi pengembangan sapi potong berdasarkan daya t ketersediaan tenaga kerja pada daerah ataran sedang dapat dilihat 'pada Tabel 15. Populasi temak ~.uminansiadi daerah dataran sedang adalah 3.860,3 ST, sedangkan lahan yang ada dapat menampung sekitar 13.727,4 ST: dengan demikian daerah ini rnasih dapat menampung ternak ruminansia sebesar 9.867 ST. potensi sumber daya lahan seiuruhnya belum dim<mfililtkansecara ketersediaan tenaga kerja keluarga petani yang cukup besar yaitu tern& sapi dewasa 16.784 ST sangat mendukung pengembang
potong di daerah ini. Daya lmpung lahan dan ketersediaan tenaga kerja yang cukup besar rnerupakan suatu kekuatan hagi pengembangan sapi potong di daerah ini. Tabel 23. Populasi Temak Ruminansia Daya Tampung dan Kapasitas Peningkatan Temak Ruminansia(KPPTR) di Daerah Dataran Sedang
Ura~an
Besamya potens1
Populasl te~nakruminans~a(ST)
3.860,3
Daya tampung lahan dan sisa pertanim
13.727,4
KPPTR sumberdaya laha11 (ST)
9.867,O
IWPTR tenaga keja keluarga (ST)
16.784,s
KPPTR efektif
9.867,O
Sumber : Hasil Perhilungan di Lokasi Penelitian, 2001. Berdasarkan hasil perhilungan potensi pengembangan sapi potong di daerah dataran sedang yang mencakup ketersediaan lahan: pakan, serta t didukung hasil identifikasi terhadap sistem us'&a tani, sistem polong: serta kebijakan pemerintah: inaka selmjutnya dilakuk (Strength, Weakness: Opportunily: Threat)
untuk
menyus
mengembangkan sapi potong di daerah tersebut. Berdasarkan hail analisis SWOT (Lampiran 3) dan men pembangunan daerah Kabupaten Sumedang, dirumuskan strategi p potong untuk daerah dataran sedang, yaitu: (1)
Peningkntnn snrnnn perzd~lkzlng Insemimsi Buntnn (IB), tersedia Pos Kesvvan yang dilengkapi dengan kendar peralatan yang memadai
Optimnlisnsi dnyn d~ikurzglnhai7 dalnin penyedinan paknn tern 'k, dengan cwa
peningkatm proauktivitas lahan seperti penanamzn rumput pad lahan kosong, pematang sawah dan pengolahan hijauan pakan ternak
(
:ngan bantuan
teknologi tepat guna misalnya amoniasi jerami padi Peningkntnn kunlitns surnberdnp innnusin (peternnk), den an pendidikan
informal d m pelatihan diantaranya mengenai manajemen pe neliharaan dan manajemen usaha sapi potong berwa\\.asan agribisnis. Peningkntnn populnsi rertznk snpi porotzg, dengan cara meniogl dkan kelahiran
sepzrti rnemperbaiki genetik induk: mernperpendek masa
I
lenyusui an&,
rnenekan angka kematian dengan mernperbaiki manajemen kt ;ehatiu~ternak, ~nengontrolpernotongar. terutama betirla produktif Peizingkntnn kunlitns rernnk don hrisil rernnk detzgnn pener pnn rekizologi,
untuk peningkatan pertarnbahan bobot badan aelalui per1 >winan silang, manajemen d m teknologi pemberian pakan untuk mengf Isilkan daging berkualitas. Peinbern'oynniz kelornpok peteriznk: dengan
cara meng: ctifkan
dalam
pernbinaan anggota kelompok, bekerja sama dengan If nbaga-lembaga ekonomi, dan berperan dalam pemasaran sapi anggota kelornpol Peningkc~mn kerjnsninn detzgnn irzsmnsi 1el.koit (Dinas Perl nian Tanar.an
pangan, Sub Dinas Peternakan, Deperindag, Perhutani, dan se againya) untuk optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal
ICondisi Umum daerah tlataran tinggi Daerah dataran tinggi memiliki luas wilayah sebesar 122 km2 dengan jumlah penduduk 114.070 jiwa, sehingga kepadatan penduduknya adalah 933 ji1vdkm2. Laju Tcbel24. Karakterist~kUmum Daerah Dataran Tinggi Karakteristik Luas Wilayah Jarak dari Ibu I
Satuan 122 34 114.070
Icepadatan penduduk (ji,bvdkm2)
933
Ketinggi~ntempat (m dpl)
600
Jumlah sapi potong (ST)
2.586
Icepadatan sapi potong ( ~ ~ / l ; r n ~ )
21
Suhu rata-rata ( "C )
22
Curah hujan (rnmNh) Jumlah hari hujan (hhlth)
1.625 127
Vegetasi tanaman : Perkebunan Hutr? Sawah Padmg rumput Frekuensi tanam padiltahun
pertambahan penduduk sebesar 2,30 dan berada di atas nilai laju pertambahan penduduk rata-rata Kabupaten Sumedang yaitu sebesar 1,57. Dengan dernikian pertambahan penduduk yang tinggi merupakan salah satu kekuatan yang mendukung pengembangan sapi potong yang menyediakan tenaga kerja dan sekaligus sebagai daerah pemasaran yang potensial u t u k daerah ini.
Ketinggian suatu tempat dari permukaan laui berpeng tekanan udara, oleh karena itu ketinggian merupakan salah satu meneniukan pola penggunaan tanah untuk pertanian khusus dataran iinggi berada sekitar 1000 m dpi, menlpunyai topografi dat dengan temperatur rata-rata 22 OC. Curah hujan cuLxip tin Icondisi ini masih berada dalarn lingklwgar. yang dibutuhkan suhu antara 15 - 30 "C dengan curah hujan 900 - 3000 mmlth. Keadaan topografi yang datar sampai berbukit me lahan digunakan sebagai lahan pertanian berrlpa saw perkebilnan seluas 742 ha ki!ik sivasta, kemudim hutan resapan air dengan luas 3.591 ha. Tanah garapan berupa s untuk men'marn padi dengan frekuensi 2s musin1 tanam d seperti jagung, kacang tanah, d m kacang kedelai pada sa Komoditas pertanian yang merupakan produk sayuran karena tekstur tanah yang subur dan temp kondusif bagi pertumbuhan tanaman horlikultura. Pen hanya sebagian kecil yang menggunakan mesin mek lahan sawah datar, sedangkan lahan lainnya dengan t lahan terasering yang merupakan lal~anterbesar diol d m tenaga ternak sapi atau kerbau. Penanaman padi bersamaan, sehingga waktu panen padi atau palawij Kondisi ini menyebabkan limbah pertanian beru kacangan, d m jerami jagung tersedia sepanjang
sebagian besar sudali dimanfaatkan sebagai pakan temak temtama p&a musim kemarau ketika petemak kesulitan untuk mendapatkan hijauan pakan ternak.
Karakteristik Peternak Rataan umur petani temak pada dafaran tinggi adalah 46,O tahun, Kelompok tersebut menurut Bakir dan Manning (1984), masih tergo!ong &dam usla produkbi 1 abel 25 Karakteristik Peternak Sapi Potong di Daeiah Dataran Tinggi
Rataan umur petani ternak ( th ) Tingkat Pendidikan (%) a. Tidak tamat SD b. Tamat SD c. SLTP d. > SLTP Tujuan Pemeliharaan Sapi (%) a. Sebagai temak kerja b. Sebagai tern& potong c. Ternak potong + kerja d. Penghasil pupuk kandang Rataan jumlah TK keluarga Pengalaman betemak sapi (th) Pengetahuan tanda birahi (%) a. Tahu b. Tidak tahu Sistem perkawinan (%) : a. Kawin alam b. Inseminasi buatan (IB) kepemilikan sapi potonglpetani temak (ST) yaitu antara 15 - 55 tahun. Tlngkat peudid~kanformal para petemak sebagan besar 80,5 % adalah tamat Sekolah Dasar (SD) d m SLTP sebanyak 4,s persen. Tingkat pendidikan petani ternak ini tergolong masih rendah jika dikaitkan' dengan program pemerintah yaitu wajib belajar 9 tahun. Tingkat pendidikan 'formal ini akan 58
berpengaruh terhadap laju penyerapan inovasi, peybahan pola pi& d m kepekaan terhadap perubahan sosial lainnya (Wiriaatmadja, 1977). Mata pencaharian utama petemak responden di daerah dataran tinggi umurnnya adalah bertani. Aktivitas pemeliharaan sapi potong merupakan bagian d x i kegiatan usaha tani yang dilakukan sebagai usaha sambilan. Dilihat dari pen&daman betemak sapi yakni i 14,5 tahun, maka pekejaan ini sudah merupakm,kegiatan tumn temurun. Pengalaman betemak yang cukup lama merupakan suatu kehatan dalam yengembangan sapi potong.
.4lolcasi Tenaga Kerjx Silrnber tenaga kerja utama dalam usaha tani pada da umurnnys Serasd dari tenaga kerja keluxga. Jumlah tenaga kerja dataran rendah yang terlibat dalam usaha petemakan sapi poton Nilai ini mengambarkan bahwa pemeliharaan temak terssbut dil dibantu oleh anaknya yang belum berpisah rumah. Hemanto (19 potensi tenaga kerja keluarga dapat diartikan sebagai jumlah yang tersedia pada satu keluarga petani. Kegiatan rutin dalam pemeliharaan sapi dilakukan oleh bergant~an. Pada pekerjaan yang cukup berat seperti memandikan ternak, mengambil rumpuUjerarni padi: menolong oleh suami, sedangkan isteri mengerjakan pekejaan yang cukup ringan seperti memberikan pakan dan membersihkan kandang.
Fola Pemeliharaan Telnak Sistem pemeliharaan sapi yang dilakukan di daerah dataran tinggi umumnya dengan cara dikandangkan. Sistem pe~nberianpakan dilakukan di sehari yaitu pagi dan sore hari. Pemeliharm sapi potong de~ig niemudahkan pengawasan dan penanganan, tetapi jika pembe mencukupi baik kuantitas maupun kuali!asnya maka sering terjadi sapi kurang bergerak atau exrrcise. Kontruksi perkandangan sapi potcng di daerah dataran ting dinding kandang, tiang penyangga umumnya terbuat dari k mengunakm genting d m lantai kandang iangsung pada per dipadatkai. Kondisi perkanda~gaidi arah ini umumnya cukup berada lebih tinggi dari pada lingkungan sekitarnya, sehing k m d a ~ gdalam keadaan kering. Kotoran sapi dimanfaatkan t a ~ a m mpalalvija atau kebun rumput. Umumnya petemak sapi potong di daerah ini tidak mempuny sendiri, hijauan yang diberikan kepada temak merupakan campuran jerami jagung, kacang-kacangan, dan rumput lapang. Pakan utama yang sering diberikan kepada sapi potong adalah jerami padi sedangkan limbah tanaman palawija umumnpa diperoleh pada saat musin kemara~.Pemberian pakan tambahan seperli konsentrat sangat jarang dilakukan karena sulilnya memperoleh harganya yalg cukup mahal. Komposisi pakan hijauan y'mg diberikan temak sapi padadaerah dataran tinggi dapat dilihat padaTabel26.
Tabel 26. IComposisi Zat-zat H~jauanMakanan Ternak di Daerah Dataran Tinggi Zat-zat makanan
Kandungan (%)
Protein kasar
8,96
/ Serat kasar Kalsium (Ca) Gross Energi (GE)
Berdasarkan Tabel 26 terlihat bahwa kualitas hijauan yang dikonsumsi ternak sapi di daerah dataran tinggi masih cukup rend& selain itu jumlah pakan hijauan pang diberikan k u r a g mencukupi kebutuhan. Hal ini terlihat dari kebiasaan petani yang nlemberikan pakan jerami padi kepada snpi dengm jumlah yang sanla tanpa memperhitungkan perbedaan umur dan bobcrt tubuh sapi potong. l
dm
keterampilan peternak dalam manajemen usaha sapi potong, disampingitu dibatasi oleh kemampuan peternak dalam penyediaan pakan temak dan pada: akhirnya aka1 menurunkan pertumbuhan ternak tersebut.
Prodtiktivitas Sapi Potong
Karakteristik Reproduksi Calfcrop (%) adalah angka yang menggambarkan jumlah an& lepas sapih yang diproduksl dalam satu tahun terhadap jumlah induk. Calfcrop dipengaruhi oleh jumlah anak sekelahlran, presentase mduk yang melahlrkan dalam total populasl lnduk, persentase kematian (mortalitas) pada saat an& belum disapih, d& jarak beranak. 61
(Arringlon dan Kelley, 1976). Jarak kelahiran dipengaruhi oleh lama kebuatingan dan jarak ~antararnelahirkan dan perkawinan berikutnya (service period). Service period dipengaruhi oleh keterampilan petani ternak dalam mengawinkan ternak yang ditunjukan oleh besamya angka ser~iceper conception dan waktu menyusui (Fraser, 1979).
Untuk mengetahui calf crop d q perkembangan populasi temak sapi potong dilakukan pendekatan dengan membuat asumsi berdasarkan struktur populasi, mortalitas anak dan jarak bermak. Struktur populasi sapi potong di lokasi penelitian 0
dapat dilihat padaTabel 27. Tabel 27. Struktur Populasi ~ e m a kSapi di Daerah Dztaran Tinggi Strulitur Populasi J'mcan Total induk Induk kering lnduk bunting lnduk laktasi Sapi dara Jantan muda Anak jantan rneyusu Anak betina menyusu
Ekor I I5 8 IS 19 10 12 9 10
% 4_44
50,OO 8,88 20,00 21.J 1 11,11 13,33 10,OO 1i,11
"
Berdasarkan Tabel 27 terlihat bahwa sap1 betina menempati jumlah yang paling tinggi, struktur tersebut rnenunjukkan bahwa sebagian besar peternak tujuan perneliharaan sapi adalah untuk produksi anak. Tingginya prosen~asiinduk (50,O %) dari keseluruhan populasi rnenentukan tingkat perkembangbiakan sapi di daerah tersebut. Dengan rnenggunakan data struktur populasi sapi pada lokasi penelitian, selanju~nyadapat dihitung nilai caZfcrop seperti yang terlihat pada Tabel 28.
Tabel 28 Pengelolaan Reproduksi dan Produktiv~tasAnak Sap1 Potong dl Daerah Dataran Tingg Kriteria
Nilai
Rasio Pejantan : induk
IB 1
Umur induk pertama dikawinkan (bl) Mortalitas 'ulak (%) Jurnlah anak dalam 1 tahun (ekor) Jzak beranak (bl) k k a panen anak (%)
26,O
Dar~Tabel 28 terlihat bahwa angka panen anak sapi-sap1 dl daerah dataran t ~ n g gadalah ~ 26% N~laimi termasuk rendah, sebab dengan manajemen pemellharaan yang balk cnlf crop sap1 potong blsa mencapal SO% Rendahnya n ~ l atersebut dlsebabk~n beberapa f&or
d~antaranya perhitungan d~dasarkan pada data tahun
berjalan, jadi kemungkinan induk-induk sapi belum melahirkan, fasilitas 1B kurang mendukung, service per. coizceprioiz dan lama menyusui yang masih tingg~
Bobot h~dupdapal d~jad~kan ukuran pertambahan seekor lemak Perbedaan lqu pertumbuhan diantara bangsa dan ind~vidutemak di dalam suatu bangsa disebabkan oleh perbedaan ukuran tubuh dewasa (Berg dan Butterfield, 1976). Dari Tabel 29 dapat kita lihat bahwa penampilan bobot tubuh rata-rata sapl-sapi di daerah dataran tinggi pada masing-masing kelompok umur masihdi bawah bobot tubuh Sap1 Peranakan Ongole (PO) dengan kondisi pertumbuhan normal. Hal ini
Tabel 29 Bobot Tubuh Ratz-rata Sap1 Potong pada Berbaga Tingkai Umur dan Jenis I<elamm dl Daerah Dataran T~nggi Ib-iteria Sapi Sapi lepas sapih ( < 1 tahun) *:
Jantan
*:*
Betina
-
Bobot badan rata-rata
Sapi Muda *:*
Jantan
*:*
Betina
Sapi Delvasa f.
Betina
Sumber : Hasil Pengukuran di Lokasi Penel d~sebabkan manqemen pemelharaan kesehatan, reproduks~ serta pemberlan pakan kurang balk Pakan utama sap1 potong dl daerah m~ adalah limb& pertman karena mudah d~perolehdi sekitar perkampungan. Disamping itu perkembangan sapi potong dl daerah ml belum mendapat perhatlan secara serlus d m D~nasPetemakai, sehingga tingkat pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam usaha sapi potong masih rendah Rendahnya pengetahuan dan keteramp~lanmasyarakat terhadap usaha sapi potong mempakan salah satu kelemahan yang memerlukan perhatian serius dalam usaha pengembangan sap1 potong dl Kabupaten Sumedang. Bobot badan rata-rata sap1 anta an dewasa rata-rata 320,5 kg dan betlna 308,4 kg, kondisi in1 sudah cukup baik tetapi masih berada di bawah rata-rata bobot badan sapi Peranakan Ongole yaitu 400 kg dan 350 kg. Hal ini mungkin disebabkan pakan yang diberikan ~umlahnya masih di balvah kebutuhan normal, para petemak umumnya
memberikan pakan tanpa me~p~rtimbangkan umur d m bobot tu uh temak sapi, dimana semakin meningkat umur dan bobot tubuh sapi maka kebutuil; 1 pakan semakin tinggi. Disamping itu sapi-sapi di dataran tinggi sering digunakan set lgai temak kerja sehingga pakan dibutuhkan lebih tinggi dari sapi-sapi yang tidak dl :unakan sebagai temak kerja
Jumlah pzkan yang tidak mencukupi sesuai k butuhan temak
aenyebabkan pertumbuhan temak sapi menjadi terhambat dan tidak dapat mencapai bobot badan sapi standar. Pola pertumbuhan sapi-sapi di dataran tine :i pada berbagai tingkat umur aniara jantan dan betina dapat diiihat pada Larnpiran 2.
Strategi Pe~~gembangan Sapi Potong. Petlgembangan sapi potong lnerupakan upaya untuk menin; catkan produksi ternak secara kuantitas aaupun kualitas: mengembangkan penggur ran sumberdaya lokal yang tersedia, dan meningkatkan nilai tambah bagi petemak s bagai pengelola usaha peternakan. Uniuk mencapai tujuan tersebut, maka sebelumnya arus melakukan identifikasi terhadap ketersediaan lahan dan pakan, tenaga kerja, pro1 lktivitas ternak, dan sistem usaha tani pada wilayah tersebut. Potensi pengembangan sapi potong berdasarkan daya tam ung lahan dan ketersediaan tenaga kerja pada daerah dataran tinggi dapat dilihat pada Tabel 15. Populasi ternak ruminansia di daerah dataran tinggi adalah 7.097.8 ST, edangkan lahan yang ada dapat menampung sekitar 1.5242.2 ST, dengan demikian I ~erahini masih dapat menampung ternak mminansia sebesar 8.144.5 ST. Dengan
(
:mikian potensi
sumber daya lahan seluruhnya belum dimanfaatkan secara opti nal. Selain itu ketersediaan tenaga kerja keluarga petani yang cukup besar yaitu d pat memelihara 65
ternak sapi dewasa 58.450,8 ST sangat rnendukung pengembangan peternakan sapi potong di daerah ini. Days tampung lahan dan ketersediaan tenaga kerja yang cukup besar merupakan sualu kekuatan bagi pengembangan sapi potong di daerirh ini. 'Tabel 28. Populasi Ternak Ruminansia: Daya Tampung dan Kapasitas Peningkatan Ternak Ruminansia (KPPTR) di Daerah Dataran Tinggi
I
Uratan
1
Besamya potensi
1
Kepadatan ternak mminansia (STIKM') Daya tampung lahan dan sisa pertanian KPPTK sumberdaya lahan (ST)
1
KPPTR tenaga keja keluarga (ST)
IQPTR elreklif
1
58.450,8 8.144,5
Sumber : Hasil Perhilungan di Lokasi Penelitian, 2001. Berdasarkan data-data has11 perl~rtunganmengena potensr pengembangan sap] potong dl daerah dataran tlnggl yang mencakup ketersedraan lal~an.pakan.,serta teiiasa kerja yang didukung hasil identifikasi terhadap sistem usaha tali, slstem perneliharaan sap1 potong. serta kebl~akanpemermtah. maka selan~utnyadtlakukan analls~sSWOT (Strength, Weakness; Opporlunit);, Threat) terhadap data hail penelilian itu untuk menpusun strategi dalam mengembangkan sapi potong di daerah tersebut. Berdasarkan hasil analisis SWOT (Lampiran 3) dan mengacu kepada rencana pembangunan daerah Kabupcten Sumedang, dimmuskan strategi pengernbangan sapi potong untuk daerah dataran tinggi, yaitu: (1)
Penzngkatm snrmn penduh~izgIi~sem~nasi Buatnn (IB), pada setrap desa tersedia Pos Keswan yang dilengkapi dengan kendaraan operasional dan peralatan pang memadai
(2)
Oplimnlisnsi dnyn dz!kzmng lnhrrrz dalcm penyediann pakan ternqk, dengan cara peningkatan produktivitas lahall seperti penanaman rumput padi lahan kosong, pematang sawtah dan pengolahan hijauan pakan temak tcknologi tepab guna misalnya. amorliasi jerami padi
(3)
Peningkntan kunlitns sumbe?dciyn manusia (peternak), dapat perididikan dan pelatihan diantaranya tentang sistem p manajemen usaha sapi potong ke arah bisnis.
(4)
Peningkntnn popruinsi ternnk snpi potong, dengal cara mening seperti memperbaiki genetik induk, memperpendek masa menyusui an&, menekan angka kematiw~dengan memperbaiki manajeme mengontrol pernotongan terutama betina produklif
(5)
Perzingknmri h[alirns terrznk dniz hnsil ternnk dengnn p untuk peningkatan pertambahan bobot badan sapi deng manajemen dan teknologi pemberim pakan untuk berkualitas.
(6)
Loknlisnsi peternnknn snpi potoizg, berlujuan untuk lnemud pengelolaan dan pembinaan. Kaniasan petemakan tersebut tanah milik pemerintah (mnnh cnrik), biaya yang diperluk kandang dapat berasal dari nulik prihadi, kelompok pemerintah.
(7)
Pernberdnynntz kelornpok peternnk, dengan cara meng anggota kelompok, bekerja sama dengan investor, d pemasaran sapi anggota kelompok.
$3)
Peningkataz kerjasama n'erzgan insransi ierkait, (Dinas Pertmian Tanaman
pangan, Sub Dlnas Peternakan, Deperindag, Perhutani, dan sebagainya) untuk optimaiisasi pemanfaatan sumberdaya lokal. Berdasarkan
komponen-komponen
produksi
yang
mempengaruh~
perkembangan populasi sapi potong di Kabupaten Sumedang, disusun suatu rencana pengembangan untuk jangka lima tahun menggunakan koefisien tekn~sdengan asumsi bahwa popul,zs~stab11 Dengan rnel~hat koefis~en teknls yang ada, dapat terl~hat komposisi sapi potong menurut umur dan jenis kelanlin, komposisi ternak, d'm jumlah ternak penggantl, pengeiuaran seh~nggapopulasl sap1 tldak terganggu Data koefisien teknis untuk pengembangan tahun ke-1 sanlpai tahun ke-2 s~ pemklran bah~vaperbsllkan angka koefislen pengembangan d ~ p r e d ~ kberdasarkan teknis tersebut dapat dilakukan pada masing-masing karakteristik wilayah Pada Tabel 31. 32. d m 33 dapat d~llhatproyeksl perkembangan populasl sap1 potong untuk jangka ~vaktulima tahun mendatang pada ketiga lokasi penelitian. Data koefisien teknis ternak sapi seperti kelahiran, tingkat kematian an&, kkmatia~dewasa da1.a tampung lahan d~peroleh d a r ~h m l penelltian, sedangkan data afkir ~nduk d~asumslkansebesar 10% dengan pert~mbangand~lakukanpada ternak sudah tua dan majir. Semua data koefisien teknis diasumsikar. meningkat setiap tahun setelah d~lakukanperbaikan man4emen termasuk daya tmpung lahan. Ssdangkan ternak jantan diasumsikan 10% untuk daerah dataran rendah karena jenis ternak yang masih liar sehingga sulit untuk dilakukan inseminasi buatan. Pada dataran sedang dan tinggi perkawinan sudah menggunakan IB sehingga pejantan diasumsikan sebagai pengganti b l a ~ alnsemlnas~Buatan Sap1 dara umur 2-3 tahun, d~masukansebaga tambahan
induk sedangkan. jantan
umur 1-2 tahun digunakan sebagai bakalan uniuk
penggemukm dan pada saat umur 2-3 tahun dijual sebagai surnber pendapatan petani iernak. Tabel 31. Proyeksi Perkembangan Populasi Sapi Potong dalam Jmgka Wak~uLima Tahun pada Daerah Dataran Rendah
Induk Anak ulnur < l th Dara umur 1-2 th Dara umur 2-3 th Jantan urnur 1-2 th
Jantar, utilur 2-3 th Proyeksi perkembangan populasi sapi potong di daerah dataran rendah dapat dilihat pada Tabel 31. Populasi awal merupakan jumlah sapi potong yang ada pada saat penelitian berlangsung dan koefisien teknis yang digunakan merupakk hasil observasi selama penelitian di daerah tersebut. Daya tampung lahan pada tahun pengembangan kelima maksimal sehingga daya tm9ung bebasnya no1 atzu tidak ada penambahan temak induk. Sapi alkir dara dan induk serta penjualan sapi lainnya digunakan untuk biaya operasional, sedangkan pada tahun kelima afkir dan penjualan cukup tinggi dengan maksud untuk pengangsuran pinjaman modal dari Bank atau pemodal. Dan semenjak tahun ini pembelian/penambahan lernak sudah tidak dilakukan.
Tabel 32. Proyeksi Perkembangan Populasi Sapi Potong dalam Jangka Waktu Lima Tahun pada Daerah Dataran Sedang IComposisi temak (ST) Populasi
Tahun pengembangan
awal 1
2
3
4
5
90
114
60
85
; 34
94
Induk
900
2.278
3.034
3.418
3.777
3.738
Anak umur < 1 th
342
984
'1.471
1.823
2.198
2.538
Dara umur 1-2 th
164
477
721
894
1.077
1.244
Dara urnur 2-3 th
1.520
1.180
1.047
1.182
901
1.144
Jantan unlur 1-2 th
164
477
721
894
1.077
1.244
anta an umur 2-3 th -
158
463
706
876
i.056
1.219
Pejantan
Untuk meningkatkan pcpulasi digunakan pendekatan perbaikan koefisien teknis melalui perbaikan manajernen yang rneliputi peningkatan kelahiran, kematian pada an& dan dewasa dan mernperpendek jarak beranak Disamping itu optimalisasi penggilnaan lahan periu dilakukan mis peningkatan produktivitas lahan, introduksi rumput unggul dalam rangka meningkatkan daya tampung lahan. Perbaikan kualitas pejantan ~lnggulatau sar Inserninasi Buatan sangat perlu dilakukan dalam rangka memp coizcepiion dan rneningkatkan mutu genetik ternak sapi potong di
wilayah sesuai pola pengembangan yang direncanakan.
Tabel 33. Proyeksi Perkemb~mganPopulasi Sapi Potong dal'un Jangka Waktu Lima Tahun pada Daerah Oataran Tinggi Kompos~srtemak (ST)
1
Popul?si awal
I
Tahun pengembangan . I
Pejantan Induk Dara urnnix 1-2 th Dara um-u 2-3 th Jantan umur 1-2 th Jantan uinur 2-3 th
120
2 85 4.265
3 1 4 138 150 5.538 , 5.981
1
5 148 5.919
2.271 468 454
Pa& tahun ke-4 pengembangal. daya ta~npungtern<& pada masiilg-masing \vllayah sadah rn&s~rnal sehlngga daya tampung bebasnya no1 alau t ~ d a k lag1 penan~bzl~an te~nakA k i r dan penjualan sap1 potong padatal~unperlslma sanlpal tahun keempat drm&sudkan untuk menutupl kebutiihan speras~onal,selam iru penjualan tersebut d ~ g u n a k auntuk ~ pengenloalrau prnjatnan pada Bank yang mular diangsur pzda tahun ke-6 pengemb'mga~