Lampiran INSTRUMEN PENELITIAN TENTANG PERAN PEMBELAJARAN PKn DAN KEGIATAN KEPRAMUKAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI MAN 1 YOGYAKARTA
A. Kegiatan Dokumentasi Mengumpulkan Data Tentang: 1.
Sejarah Berdirinya MAN 1 Yogyakarta
2.
Profil MAN 1 Yogyakarta
3.
Visi dan misi MAN 1 Yogyakarta
4.
Keadaan guru dan karyawan MAN 1 Yogyakarta
5.
Sarana dan prasarana MAN 1 Yogyakarta
6.
Struktur organisasi MAN 1 Yogyakarta
7.
Silabus
8.
Foto-foto Kegiatan
9.
Dokumen lain yang dianggap perlu
B. Kegiatan Observasi Mengumpulkan Data Tentang: 1.
Kondisi KBM mata pelajaran PKn
2.
Perilaku siswa MAN 1 Yogyakarta ketika mengikuti KBM
3.
Lingkungan sekitar MAN 1 Yogyakarta
4.
Kesiapan pembina dalam menyelenggarakan kegiatan kepramukaan
5.
Perilaku siswa MAN 1 Yogyakarta ketika mengikuti kegiatan kepramukaan
C. Kegiatan Wawancara diajukan kepada: 1. Guru PKn MAN Yogyakartaa 1 2. Pembina Pramuka MAN 1 Yogyakarta 3. Siswa MAN 1 Yogyakarta (Angket data terbuka)
PEDOMAN WAWANCARA
Rumusan Masalah 1. Bagaimana peran pembelajaran PKn dalam membentuk karakter siswapada siswa di MAN 1 Yogyakarta?
Pertanyaan a. Apakah dalam mempersiapkan pembelajaran PKn baik di kelas, lapangan dan laboratorium, guru sudah menyusun RPP secara lengkap berkaitan dengan pendidikan karakter pada mata pelajaran PKn di MAN 1 Yogyakarta? b. Bagaimana cara guru menyiapkan peserta didik supaya siap mengikuti proses pembelajaran PKn? c. Bagaimana cara guru selama pembelajaran PKn berlangsung dapat membangun dan meningkatkan partisipasi aktif siswa? d. Bagaiamana cara guru dalam memberikan tanggapan atau respon terhadap siswa atau peserta didik yang berpartisipasi aktif maupun tidak? e. (1) Apa saja strategi yang sudah dilakukan guru dalam membentuk karakter siswa di MAN 1 Yogyakarta dalam proses pembelajaran PKn? (2) Bagaimana cara melaksanakan strategi tersebut? f. (1) Apakah dalam melaksanakan proses pembelajaran PKn yang berdimensi pendidikan karakter guru telah memafaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi? (2) (Jika YA) Bagaimana cara guru dalam memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran PKn yang berdimensi pendidikan karakter? (3) (Jika TIDAK) Mengapa guru tidak memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran PKn yang berdimensi pendidikan karakter? g. Karakter siswa seperti apakah yang diharapkan dapat terbentuk apabila pendidikan karakter disampaikan melalui pembelajaran PKn? h. Bagaimana peran guru PKn dalam membentuk karakter siswa di MAN 1 Yogyakarta? i. Bagaimana cara guru mengukur keberhasilan pencapaian pendidikan karakter melalui pembelajaran PKn pada siswa atau peserta didik di MAN 1 Yogyakarta?
2. Bagaimanakah peran kegiatan kepramukaan
a. Apakah dalam menyiapkan kegiatan kepramukaan di MAN 1 Yogyakarta setiap minggunya pembina
dalam membentuk karakter siswapada siswa di MAN 1 Yogyakarta?
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
3. Apa sajakah hambatan yang ditemui guru dan pembina pramuka dalam membentuk karakter siswamelalui pembelajaran PKn dan kegiatan kepramukaan?
pramuka membuat semacam pedoman kegiatan pembelajaran seperti silabus/RPP? Bagaimana cara pembina menyiapkan peserta didik supaya siap mengikuti proses kegiatan kepramukaan di MAN 1 Yogyakarata? Bagaimana cara pembina pramuka selama kegiatan kepramukaan berlangsung dapat membangun dan meningkatkan partisipasi aktif siswa? Bagaiamana cara pembina pramuka dalam memberikan tanggapan atau respon terhadap siswa atau peserta didik yang berpartisipasi aktif maupun tidak? Apakah strategi yang dilakukan pembina pramuka dalam membentuk karakter siswa pada peserta didik di MAN 1 Yogyakarta? Bagaimana cara pembina pramuka melaksanakan pendidikan karakter melalui kegiatan kepramukaan di MAN 1 Yogyakarta? Apakah dalam melaksanakan kegiatan kepramukaan yang berdimensi karakter pembina pramuka juga memanfaatkan Teknologi Informasi dan komunikasi? Karakter siswa atau peserta didik yang seperti apakah yang diharapkan dapat terbentuk apabila pendidikan karakter disampaikan melalui kegiatan kepramukaan? Bagaimana peran pembina pramuka melalui kegiatan kepramukaan dalam membentuk karakter siswadi MAN 1 Yogyakarta? Bagaimana cara pembina pramuka mengukur keberhasilan pencapaian pendidikan karakter melalui kegiatan kepramukaan di MAN 1 Yogyakarta?
a. Apakah dalam memembentuk karakter siswa melalui proses pembelajaran PKn guru menemukan hambatan? b. Apa sajakah hambatan-hambatan yang ditemui guru tersebut? c. Apakah ketika memembentuk karakter siswa dalam kegiatan kepramukaan pembina pramuka menemukan hambatan? d. Apa sajakah hambatan-hambatan yang ditemui pembina tersebut?
4. Bagaimankah solusi yang dilakukan oleh guru dan pembina pramuka dalam menghadapi hambatan ketika membentuk karakter siswamelalui pembelajaran PKn dan kegiatan kepramukaan?
a. Apa sajakah solusi yang dilakukan guru ketika menghadapi hambatan-hambatan yang muncul dalam melaksanakan pembelajaran PKn yang berdimensi karakter? b. Apa sajakah solusi yang dilakukan pembina pramuka ketika menghadapi hambatan-hambatan yang muncul dalam melaksanakan kegiatan kepramukaan yang berdimensi karakter?
ANALISIS DATA LAPANGAN (Reduksi Data, Unitisasi dan Kategorisasi Data, Penyajian Data, Kesimpulan) Peran Pembelajaran PKn, Hambatan dan Upaya dalam Penanaman Nilai-nilai Karakter Pertanyaan 1: Apakah dalam mempersiapkan pembelajaran PKn baik di kelas, lapangan dan laboratorium, guru sudah menyusun RPP secara lengkap berkaitan dengan pendidikan karakter pada mata pelajaran PKn di MAN 1 Yogyakarta? Hartiningsih, S.Pd: “Ya, kita selalu membuat RPP, dan disitu juga memang RPP kita sudah bermuatan karakter, muatan karakter sudah ada dalam Silabus maupun RPP kita” Retno W., S.Pd : “Ya, secara lengkap Silabus dan RPP sudah ibu susun dengan dimensi pendidikan karakter di dalamnya” Kesimpulan : Guru PKn di MAN 1 Yogyakarta diketahui dalam proses penyusunan Silabus dan RPP, sudah memasukkan nilai-nilai karakter di dalamnya. Memasukkan pendidikan karakter di dalam Silabus dan RPP ini akan memudahkan guru dalam mengembangkan siswa-siswi di MAN 1 Yogyakarta menjadi berkarakter baik. Pertanyaan 2: Bagaimana cara guru menyiapkan peserta didik supaya siap mengikuti proses pembelajaran PKn? Hartiningsih, S.Pd: “Ya, kita selalu mempersiapkannya untuk minggu depan itu kita sampaikan hari ini. Jadi nak besok kita! Jadi gini setiap ngajar itu kita punya kontrak belajar. Jadi SK-KD ya? Setiap SK-KD kita punya kontrak belajar baru. Nah disitu kita sampaikan SK-KD, KD dan materi. Setelah materi lalu kita kontrak belajar mau berapa kali ulangan harian? Ini mau berapa kali tatap muka? Nah sehingga anak tau oh ini tanggal ini saya mau mempelajari materi ini. Oh tanggal ini materi yang dipelajari ini. Sehingga ketika ketemu itu anak sudah tau bahwa hari ini ibu akan menjelaskan apa? Hari ini kita akan mendiskusikan apa?” Retno W., S.Pd : “Ibu biasanya meminta anak-anak menata ruang kelas terlebih dahulu supaya ruang kelas menjadi kondusif dan nyaman untuk belajar, selain itu juga menanyakan kepada siswa apakah sudah siap kita belajar hari ini apa belum?” Kesimpulan : Cara guru PKn MAN 1 Yogyakarta dalam mempersiapkan siswa mengikuti proses pembelajaran adalah dengan membuat kontrak belajar untuk setiap SK-KD, menyiapkan
kelas supaya nyaman untuk belajar serta menanyakan kesiapan siswa untuk kegiatan belajar hari ini. Pertanyaan 3: Bagaimana cara guru selama pembelajaran PKn berlangsung dapat membangun dan meningkatkan partisipasi aktif siswa? Hartiningsih, S.Pd: ”Selalu memberikan suatu pertanyaan. Selalu melemparkan suatu pertanyaan, kasus-kasus dilematis yang berhubungan dengan materi otomatis anak akan terpacu. Jadi misalnya kasus-kasus dilematis. Ibu, biasanya 10 menit sebelum pembelajaran. Ibu selalu membahas tentang kasus-kasus politik yang update biar anak tidak gappol (gagap politik). Jadi, kalau misalnnya tentang kasus saat ini soal ujian nasional terlambat, lalu anak akan berpendapat ada yang pro dan kontra semua pendapat tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah, lalu kita benari itu bentuk partisipasi yang aktif tidak mendeskriditkan, jauh dari apa penilaian yang subjektif, etika-etika berpendapat, cara berpartisipasi yang benar, mengeluarkan pendapat yang baik. Itu kan untuk mencerminkan cara bermusyawarah yang baik” Retno W., S.Pd: “Untuk meningkatkan partisipasi aktif siswa ibu biasanya melakukan diskusi interaktif terhadap setiap penjelasan materi yang disimpulkan, kemudian juga menanyakan apakah ada materi atau hal-hal yang belum jelas atau belum dimengerti oleh siswa selain itu juga ibu merancang model dan media pembelajaran yang lebih interaktif, seperti diskusi kelompok, dll” Kesimpulan : Cara guru meningkatkan partisipasi aktif siswa yaitu dengan memberikan pertanyaan terkait kasus-kasus dilematis, melakukan diskusi interaktif serta merancang model dan media pembelajaran yang menarik. Pertanyaan 4: Bagaiamana cara guru dalam memberikan tanggapan atau respon terhadap siswa atau peserta didik yang berpartisipasi aktif maupun tidak? Hartiningsih, S.Pd: “Oh kita beri respon, jadi setiap pendapat itu kita hargai. Kita pasti langsung pertama pasti kita sebut nama anak. Ketika anak itu disebut namanya itu adalah suatu kebangaan tersendiri. Misalnya mbak Lysa yukk misal mbak Lysa tunjuk jari, ayo mbak Lysa mau berpendapat Good! Lalu kita beri penguatan, pendapatnya lalu kita simpulkan nah setiap ada yang berpendapatkan kita link kan seperti mbak Lysa tadi .. sehingga anak lalu akan termotivasi bahwa dia ada pengakuan dan jangan pernah menyalahkan pendapat
Retno W., S.Pd
Kesimpulan
anak karna berikutnya anak pasti akan down berikutnya pasti menjadi kesal”. : “Respon untuk siswa yang aktif ibu memberikan reward yaitu berupa penilaian yang berkaitan dengan keaktifan siswa, untuk siswa yang kurang aktif yaitu dengan merangsang anak tersebut agar lebih aktif dengan memberikan pertanyaan atau perintah-perintah lain supaya anak juga terpacu untuk bisa menjawab pertanyaan yang ibu berikan” : Cara guru memberi tanggapan pada siswa yang aktif adalah dengan memberi reward berupa pujian serta poin plus (+) dalam keaktifan sehingga akan semakin memacu siswa untuk lebih berpartisipasi aktif.
Pertanyaan 5: Apa saja strategi yang sudah dilakukan guru dalam membentuk karakter di MAN 1 Yogyakarta dalam proses pembelajaran PKn? Bagaimana cara melaksanakan strategi tersebut? Hartiningsih, S.Pd: “Strateginya input dengan pembelajaran. Strateginya itu mungkin itu tadi dengan eksplor, evaluasi diri itu penting, refleksi itu banget dalam PKn. Contoh kalo evaluasi diri itu kita ada materi, saya punya materi tentang Pancasila, lalu kemudian saya buat refleksi apa yang sudah anda lakukan untuk tanah air? Seberapa jauh bentuk cinta anda terhadap tanah air? Sudahkan anda cinta terhadap Indonesia? Itu mereka langsung evaluasi diri instropeksi diri, kalimat itu sederhana. Apakah anda cinta tanah air? Apa kontribusi anda terhadap negara kita? Apa yang sudah kamu lakukan untuk negara kita? Nah itu akan membuat anak mengerjakannya menjadi sangat sulit, karna dia harus instropeksi diri dan butuh kejujuran itu juga sudah menanamkan karakter banyak, banyak banget ketika dia intropeksi itu muncul karakter yang luar biasa dan itu langsung bersentuhan dengan evaluasi diri dan kedepannya dia langsung tau oh ternyata saya belum melakukan apa pun terhadap negara ini oh ya pantas negara kita tidak akan pernah maju karena negara kita dihuni oleh kita yang masih begini” Retno W., S.Pd : “Sejauh ini strategi yang ibu lakukan dalam membentuk karakteritu antara lain melalui pembiasaan, keteladanan, serta pemberian reward berupa poin plus (+) untuk poin positif dan poin minus (-) untuk poin bagi yang melanggar. Kalo dalam pembelajaran guru juga bisa memberikan poin selain itu juga misal pada anak yang tidak jujur ibu tidak mengoreksi hasil ulangan atau suka mengganggu temannya saat pembelajaran Tapi, jujur saja ya mbak, ibu sebenarnya
Kesimpulan
belum punya strategi secara khusus dalam membentuk karakterpada siswa. Tapi sejauh ini yang sudah ibu lakukan adalah dengan memotivasi siswa untuk bersikap jujur dan mandiri dalam mengerjakan tugas maupun ulangan. Itu kan termasuk karakter juga. Hal lain misalnya ibu memberikan instruksi untuk menyalin di lembar jawaban ulangan harian kalimat yang bernilai-nilai kejujuran. Dalam proses pembelajaran ibu juga bisa memberikan poin bagi siswa yang berperilaku positif maupun negatif.” : Strategi guru PKn dalam membentuk karakter yaitu eksplorasi, refleksi dan evaluasi dalam materi pembelajaran PKn serta melakukan pembiasaan, keteladanan dan pemberian reward pada siswa.
Pertanyaan 6 : Apakah dalam melaksanakan proses pembelajaran PKn yang berdimensi pendidikan karakter guru telah memafaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi? Bagaimana cara guru dalam memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran PKn yang berdimensi pendidikan karakter? Hartiningsih, S.Pd: “TIK jelas. Kita PKn jelas TIK banget karena setiap kita mau maju kita memberi materi kita tidak pernah lupa untuk akbit materi kan? Contoh kita cari fasilitas internet anakanak tak suruh cari kasus misalnya bu aning menjelaskan tentang hubungan internasional, perjanjian internasional, sengketa internasional itu anak-anak tak suruh cari kasus salah satu contoh kasus sengketa internasional lalu kemudian dianalisa kita bukan pelajaran TIK jadi tidak hanya sekedar print, ngeprint yang terbagus itu nilai terbagus tapi dianalisa subjeknya siapa, cara penyelesainnya apa, penyebabnya apa, nah itu anak-anak harus mengakses internet. Trus yang kedua movie, Bu Aning juga membuat strategi pembelajaran Pancasila dengan membuat film jadi anak-anak tak suruh mengamati kasus sosial lalu kasus sosial itu bermain peran dibuat skenario bermain peran langsung ke lokasi lalu diambil gambarnya lalu ditayangkan didiskusikan mana nilai perilaku yang sesuai dengan Pancasila mana yang enggak dari tayangan itu timbul diskusi yang pro dan kontra itu sudah TIK banget. Jadi pendidikan karakter itu tidak pernah lepas dari PKn apapun materinya muaranya adalah pendidikan karakter karena endingnya bagaimana guru bisa menanamkan nilai dari materi itu apa nilai yang bisa kita angkat dari materi itu. Hubungan internasional materinya seh teoritik banget tentang konsep HI tetapi kemudian yang akan kita sampaikan adalah bagaimana anak itu bisa melihat
masyarakat dunia itu sebagai sebuah tingkat kesederajatan yang sama bahwa semua manusia dimanapun dinegara manapun mempunyai hak yang sama, kita persamaan derajat tidak boleh melakukan diskriminasi, ekspansi, imperialisme, menganggap negara lain lebih rendah dari negara kita semua menanggung” Retno W., S.P : “Ya, ibu sudah cukup memanfaatkan TI dalam proses pembelajaran. Caranya yaitu dengan menampilkan mediamedia yang menarik dalam rangka menanamkan nilai-nilai yang berkaitan dengan karakter. Contohnya: nilai nasionalisme ibu menanamkannya dengan menampilkan film yang ditonton bersama-sama oleh siswa yang berkaitan dengan perjuangan bangsa, dll. Selain memanfaatkan media film tadi ibu juga dalam proses pembelajaran mengembangkan proses KBM yang memanfaatkan TI dengan mengikuti perkembangan berita-berita yang dijadikan sumber faktual dalam proses pembelajaran PKn melalui internet misalnya” Kesimpulan : Guru PKn MAN 1 Yogyakarta sudah memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran PKn yang berdimensi pendidikan karakter antara lain melalui tugas membuat film, tugas mencari kasuskasus/berita-berita di internet kemudian dianalisis. Pertanyaan 7: Karakter siswa seperti apakah yang diharapkan dapat terbentuk apabila pendidikan karakter disampaikan melalui pembelajaran PKn? Hartiningsih, S.Pd: “Karakter, karakter yang dibentuk adalah menjadi warga negara yang baik good citizens pasti. Orang PKn itu kan bagaimana menjadi warga negara yang baik. Good citizens itu yang bagaimana yang tau hak dan kewajibannya. Kalo anak sudah tau hak dan kewajibannya otomatis ia bisa menghargai orang, penghargaaan terhadap orang lain, trus prinsip persamaan itu kan nanti muncul nilai-nilai karakter itu akan membentuk manusia yang demokratis. Jadi bagaimana membentuk manusia yang demokratis? Ya tanamkan nilai-nilai karakter itu tadi persamaan, menghargai orang, tidak memandang suatu perbedaan, tau akan hak dan kewajibannya otomatis itu nilai-nilai karakter demokrasi dapat terbentuk dengan sub-sub nilai-nilai karakter tadi” Retno W., S.Pd : “Karakter siswa yang ingin dikembangkan kurang lebih ya karakter siswa yang jujur, percaya diri, nasionalis, religius, dan tidak pantang menyerah” Kesimpulan : Karakter yang diharapkan dapat terbentuk apabila pendidikan karakter disampaikan melalui PKn adalah menjadikan siswa
menjadi warga negara yang baik (good citizens) dan siswa yang berkarakter jujur, percaya diri, nasionalis, religius, dan tidak pantang menyerah Pertanyaan 8: Bagaimana peran guru PKn dalam membentuk karakter di MAN 1 Yogyakarta? Hartiningsih, S.Pd: “Sebagai fasilitator, memberi fasilitas. Anak-anak dalam membentuk karakteritu kita beri fasilitasi. Tapi selebihnya anak yang membentuk, ketika dia evaluasi diri dia dengan sendirinya dia akan membentuk karakternya sendiri ketika ketika bu aning memberikan kasus dilematis sosial politik itu dia akan bermain seolah-olah bagaimana dia menjadi anggota DPR itu karakter juga, fasiitator!” Retno W., S.Pd: “Peran ibu disini ya sebagai fasilitator, pendidik, dan mentransfer nilai-nilai yang berkaitan dengan karakter bangsa. Keteladanan, guru sebaiknya memberi contoh yang baik misalnya seperti datang tepat waktu. Kemudian sikap dikelas ketika proses pembelajaran juga harus diperhatikan supaya dapat memberi contoh yang baik, seperti tadi sebagai teladan. Selain itu tugas guru juga tidak hanya mentransfer ilmu tapi juga nilai. Anak disini bukan lagi sebagai objek tapi adalah sebagai subjek. Guru sebagai fasilitator misalnya ketika guru sedang mengkondisikan kelas supaya siap untuk belajar bersama. Ketika proses pembelajaran sedang terjadi guru tidak sebagai pokok (teacher center). Sementara guru sebagai pendidik seperti sebelumnya tadi guru tidak hanya memberikan pendidikan tentang ilmu tapi juga memberikan pendidikan nilai”. Kesimpulan : Peran guru PKn dalam membentuk karakterpada siswa yaitu sebagai fasilitator, pendidik, teladan, dan evaluator. Pertanyaan 9: Bagaimana cara guru mengukur keberhasilan pencapaian pendidikan karakter melalui pembelajaran PKn pada siswa atau peserta didik di MAN 1 Yogyakarta? Hartiningsih, S.Pd: “Mengukurnya jelas lebih ke observasi ketika pembelajaran berlangsung ketika anak berpendapat ketika anak sedang mengerjakan tugas guru tidak akan pernah berhenti, jangan pernah berpendapat ketika anak mengerjakan tugas ahh enak istirahat deh kita, enggak! Justru saat anak mengerjakan tugas anak diskusi guru punya tugas yang berat untuk mengamati karakternya. Contoh dalam mengerjakan tugas akan kelihatan kok anak yang punya karakter tanggung jawab atau enggak caranya bagaimana diamati dia sungguh-sungguh enggak mengerjakannya kalau sungguh-sungguh berarti dia punya karakter tanggung
jawab, dia mengerjakan tanpa melihat teman oh dia punya karakter mandiri nah itu pengukurannya berlangsung selama proses pembelajaran berlangsung tidak seperti pendidikan kognitif lainnya yang diukur dengan tes, tapi pengukuran karakter itu berlangsung sepanjang proses pembelajaran berlangsung” Retno W., S.Pd : “Ermm .. agak sulit ya mbak cara mengukurnya, tapi mungkin dapat dilihat dari indikatornya misalnya dari tingkat kejujuran siswa ketika mengerjakan ulangan, mengikuti upacara bendera, yang mana nanti dapat dikaitkan sehingga dapat meningkatkan minat anak terhadap pelajaran PKn. Selain itu pendidikan karakter ibu rasa prosesnya sangatlah panjang sehingga akan sulit untuk mengukur bagaimana tingkat keberhasilannya. Untuk itu sejauh ini dalam proses pembelajaran PKn yang bisa ibu ukur sebagai tingkat pencapaian pendidikan karakter melalui PKn adalah misalnya sikap siswa ketika mengikuti ulangan dengan sikap jujur, mengerjakan tugas secara sukarela ibu rasa itu sudah merupakan ketercapaian pendidikan karakter itu sendiri” Kesimpulan : Sulit bagi guru dalam mengukur tingkat keberhasilan pencapaian nilai-nilai karakter oleh siswa. Mengingat guru PKn harus dapat tetap menyeleaikan materi yang dibebankan dengan tidak mengesampingkan proses penanaman nilai-nilai karakter pada siswa. Sehingga guru PKn MAN 1 Yogyakarta dalam mengukur keberhasilan pencapaian penanaman nilai-nilai karakter pada siswa melalui sikap dan perilaku siswa ketika ulangan harian, ketika diskusi, ketika memperoleh tugas, ketika bersikap terhadap gurunya, terhadap temannya, terhadap lingkungan belajarnya, dll. Pertanyaan 10: Apakah dalam memembentuk karakter dalam proses pembelajaran PKn guru menemukan hambatan? Apa sajakah hambatan-hambatan yang ditemui guru tersebut? Hartiningsih, S.Pd: “Ya, hambatannya yang pertama jelas karakter itu kan tidak instan berkelanjutan hambatannya disatu sisi guru harus menyelesaikan materi ya, materinya PKn itu kan sekarang muatannya banyak banget ya sementara untuk sekaligus memberikan pendidikan karakter itu kadang-kadang apa sulit untuk memanajemen waktu. Satu sisi kita harus bagaimana mengejar materi karena bagaimanapun hasil akhir rapor anak kan dominannya bagaimana anak bisa mengerjakan ulangan harian”
Retno W., S.Pd
Kesimpulan
: “Ya banyak mbak, antara lain banyak anak-anak yang tidak berminat dalam pelajaran PKn yang mana dikarenakan anak-anak memiliki berbagai latar belakang yang berbedabeda (plural) dan juga terkadang ada anak-anak yang tidak mau membaur, sehingga kurangnya toleransi, dll” : Hambatan-hambatan yang ditemui dalam membentuk karakterpada siswa melalui pembelajaran PKn di MAN 1 Yogyakarta adalah pertama karena pendidikan karakter itu berkelanjutan maka hasilnya tidak dapat instan, terbatasnya waktu dalam memberikan penanaman nilai-nilai mengingat muatan materi dalam PKn begitu banyak, kurangnya minat peserta didik, latar belakang siswa yang beranekaragam.
Pertanyaan 11: Apa sajakah solusi yang dilakukan guru ketika menghadapi hambatan-hambatan yang muncul dalam melaksanakan pembelajaran PKn yang berdimensi karakter? Hartiningsih, S.Pd: “Solusinya gini untuk materi bu aning biasanya lebih senang meminta anak untuk mandiri ya yaitu dengan banyak membaca dulu baru kemudian kita didiskusikan, nah diskusi itu memudahkan kita untuk menanamkan karakter tapi kalo kita teks book materi memang waktunya menjadi sulit tapi memang bagaimana kita mengharmoniskan dalam proses pembelajaran itukan 90 menit untuk 2 jam pelajaran nah anak karena sudah siap dari rumah pembelajaran tidak akan habis hanya untuk membaca tapi kita bisa diskusi apa yang sudah kita baca pelajari sehingga dari diskusi itu kita bisa melihat karakter mandiri, tanggung jawab, demokratis, mengharagai pendapat orang lain, dll”. Retno W., S.Pd: “Solusinya ya dengan mencari kasus-kasus yang bermuatan nilai-nilai karakter dan anak-anak belajar untuk memecahkan atau menganalisis masalah kasus-kasus tersebut, nanti ketika diskusi ibu akan memandu mereka supaya dapat tercipta pendapat yang pro dan kontra dari sini kita akan bisa melihat apakah siswa bisa bersikap demokratis atau tidak dan itu juga bagian dari karakter. Solusi yang lain ya antara lain dengan metode role play” Kesimpulan : Upaya menghadapi hambatan adalah melakukan pengamatan sepanjang proses pembelajaran berlangsung kemudian melalui metode diskusi. Menguatkan materi di rumah dengan menggali informasi melalui berbagai media dan menganalisisnya.
ANALISIS DATA LAPANGAN (Reduksi Data, Unitisasi dan Kategorisasi Data, Penyajian Data, Kesimpulan) Peran Kegiatan Kepramukaan, Hambatan dan Upaya dalam Penanaman Nilai-nilai Karakter Pertanyaan 1: Apakah dalam menyiapkan kegiatan kepramukaan di MAN 1 Yogyakarta setiap minggunya pembina pramuka membuat semacam pedoman kegiatan pembelajaran seperti silabus/RPP? Ilham Musfah, S.E
:“Sejauh ini kami sudah ada dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan di sekolah menggunakan Silabus namun kalo untuk RPP memang masih belum. Tapi demi kemajuan kami juga akan segera membuat RPP nya” Nur Wulansari, S.Pd : “Sebetulnyaa untuk pembuatannya tidak pada setiap minggu, tapi di awal pembentukannya pada awal bakhti. Maksudnya awal bakti adalah dimana siswa itu nanti akan masuk pada tahapan salah satunya adalah membuat program kerja. Biasanya Silabus sudah dibentuk pembina disana. Hanya saja RPP itu diserahkan kepada dewan karena nanti yang akan mengkombinasikan antara Silabus dengan kegiatan kepramukaan yang terimplementasi dalam program kerja adalah dewan sendiri. Karena sifat pembina hanya untuk mendampingi dewan yang menjadi pengurus atau penggerak organisasi itu” Kesimpulan : Pembina telah menyusun Silabus dalam mempersiapkan kegiatan kepramukaan. Namun, untuk RPP belum disusun sebagaimana mestinya. Pertanyaan 2: Bagaimana cara pembina menyiapkan peserta didik supaya siap mengikuti proses kegiatan kepramukaan di MAN 1 Yogyakarata? Ilham Musfah, S.E
: “Begini setiap awal tahun ajaran baru pramuka MAN 1 Yogyakarta selalu menyelenggarakan yang namanya ODT atau Orientasi Dasar Tegak, disitu akan diberikan berbagai kegiatan yang menarik serta materi singkat terkait pengenalan pramuka MAN 1 Yogyakarta atau Amalan Alibasyah dan Ratnaningsih nah diharapkan dari kegiatan itu peserta didik yang baru saja berpindah dari SMP ke SMA dari penggalang ke penegak akan lebih mengenal pramuka dalam orientasi dasar itu.
Sementara dalam menyiapkan peserta didik dalam setiap latihannya mereka akan dibimbing oleh kakakkakaknya atau istilahnya Dewan Ambalan dalam mempersiapkan kegiatan” Nur Wulansari, S.Pd : “Ini terbagi menjadi dua ya. Maksudnya adalah yang pertama untuk golongan sendiri kalo untuk dewan biasanya dalam mengikuti kegiatan ini persiapan yang dilakukan pembina adalah diantaranya misalnya ODT atau kegiatan lainnya paling tidak disini pembina mengarahkan dewan untuk membentuk suatu sangga kerja dan disana ada tahapan-tahapannya. Tapi jika nanti sasarannya adalah peserta didik dalam artian kelas X yang memang menjadi sasaran program kegiatan di kepramukaan apalagi wajib paling tidak terimplementasi dari tiap kegiatan yang telah disusun jadi disana secara tidak langsung dewan itu sendiri yang mengarahkan adik-adiknya kepada kegiatan yang sudah terarah setiap minggunya” Kesimpulan : Pembina dalam mempersiapkan peserta didik atau siswa mengikuti kegiatan kepramukaan adalah melalui ODT (Orientasi Dasar Tegak) serta melakukan pembentukan panitia/ sangga kerja disetiap kegiatan dengan berbagai tahapannya. Pertanyaan 3: Bagaimana cara pembina pramuka selama kegiatan kepramukaan berlangsung dapat membangun dan meningkatkan partisipasi aktif siswa? Ilham Musfah, S.E
: “Yang jelas dalam pramuka itu kan learning by doing jadi mereka harus lebih aktif mengusahakan sendiri jadi di dalam bentuk kegiatannya itu kegiatan diluar ruangan seperti tali temali mereka melakukan sendiri dan pembina hanya memberi contoh” Nur Wulansari, S.Pd : “Ini juga sama kalo memang sebetulnya itu nanti arahnya ke dewannya maka kita bisa melihat keaktifan partisipasinya melalui kegiatan yang mengarahkan mereka menjadi bagian dari sangga kerja itu nah kalo misalnya mereka memang menjadi dalam suatu sangga kerja sebagai sie acara, sekretaris, atau mungkin menjadi pubdekdok, humas kan nanti bagaimana progresnya dalam dilihat dari seberapa jauh tanggung jawabnya, seberapa jauh dia bisa melaksanakan tugas yang menjadi tugasnya. Kemudian kalo untuk siswanya bisa ditinjau dari kegiatan yang telah dilakukan setiap minggunya dan itu tergantung pada program kerja yang telah dibuat oleh dewan itu sendiri karena mau tidak mau kalo kita
Kesimpulan
mengacu pada metode kepramukaan yang sudah ada salah satunya menjadinyakan peserta didik agar bisa berinteraksi dengan alam, berkelompok, learning by doing, dan lain sebagainya kalo mengacunya pada itu maka partisipasi aktif siswa itu akan bisa dibentuk dari kegiatan yang sudah disiapkan oleh dewan, nah dewan yang mempersiapkan kan dewan aktif agar nanti siswanya juga paling tidak kalo mengikuti prosedur yang dia siswa juga akan mengikuti kegiatan yang sudah disiapkan agar mereka aktif” : Pembina dalam membangun dan meningkatkan partisipasi aktif peserta didik atau siswa adalah dengan metode learning by doing, berinteraksi dengan alam, berkelompok, dsb.
Pertanyaan 4: Bagaiamana cara pembina pramuka dalam memberikan tanggapan atau respon terhadap siswa atau peserta didik yang berpartisipasi aktif maupun tidak? Ilham Musfah, S.E
: “Kalo yang berpartisipasi aktif otomatis pasti mereka mau menjadi dewan ambalan nah itu diberikan reward berupa tanda kecakapan umum yanga ada dua yaitu bantara dan laksana (yang menjadi kader dan pelaksana) yang tidak berpartisipasi aktif ya akan diberi poin dari sekolah karena di sekolah itu kan juga ada poin untuk setiap pelanggaran yang terjadi dan tentunya juga mendapatkan sangksi dari sekolah yang selama ini walaupun belum berjalan secara 100%, tapi juga ada beberapa teguranteguran yang dilakukan oleh pembina dan waka kesiswaan” Nur Wulansari, S.Pd : “Nah kalo yang aktif jelas kita punya reward, rewardnya apa yaitu adalah pada saat ada undangan kegiatan kalo tidak ada lomba misalnya nah kita bisa mendidik anakanak yang aktif untuk diikutsertakan anak-anak yang aktif ada prioritas tersendiri, kalo untuk sekolah biasanya nanti disana sepertinya ada nilai khusus oh ini yang aktif ada kategori nilai rapor keaktifan mereka disana untuk organisasi ada nilai plusnya. Kemudian kalo untuk siswa yang kurang aktif atau kategori yang bermasalah itu kita biasanya ada perlakuan khusus juga secara penggembelangan kita sesuaikan tidak seperti militer tidak tetapi ada arah positif yang berusaha kita bangun misalnya dalam kedisiplinan si siswa itu sendiri pada saat melakukan upacara pembukaan, upacara apel buka, apel tutup dan lain sebagainya itu awalnya dia tidak memakai seragam lengkap paling tidak dari hari
Kesimpulan
kehari ada kosekuensi khusus yang menjadikan ia memakai seragam lengkap, inikan bentuk dari bagaimana karakter itu terbangun contoh sepele tapi tidak bisa menjadikan siswa bisa lebih bertanggungjawab dan konsisten terhadap dirinya” : Respon atau tanggapan pembina pramuka kepada peserta didik atau siswa yang aktif yaitu dengan memberikan reward berupa TKU (Tanda Kecakapan Umum) setelah menyelesaikan SKU (Syarat Kecakapan Umum) berupa Bantara dan Laksana serta TKK (Tanda Kecakapan Khusus) serta dikirim sebagai Duta Ambalan dalam berbagai kegiatan atau perlombaan. Sementara siswa yang tidak aktif diberi teguran, mendapatkan poin pelanggaran, dan memberi pembinaan dengan lebih intensif.
Pertanyaan 5: Apakah strategi yang dilakukan pembina pramuka dalam membentuk karakter pada peserta didik di MAN 1 Yogyakarta? Ilham Musfah, S.E
: “Oke ada beberapa karakter. Karakter dalam pramuka harus ditekannya dengan adanya lima unsur sesosif, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik itu yang harus ditekankan. Makanya, di dalam SKU itu ditekankan dalam menguji menguji SKU itu semua ditekankan dalam lima unsur tersebut. Trus, untuk mendidik karakter ada kita kenal namanya kode kehormatan. Kode kehormatan itu yaitu Tri Satya dan darma. Ada sepuluh darma. Maka kalo kita mengakui sepuluh darma itu maka akan mencakup pendidikan karakter yang ada di sekolah. Lalu strateginya yaitu ya mengenalkan Dasa Dharma mengamalkan Dasa Dharma, menghayati Tri Satya dan mengamallkan Tri Satya. Dan setiap kegiatan itu diterapkan misalnya disiplin, trus takwa kepada Tuhan, trus berpakaian rapi dan lain sebagainya kita terapkan dalam setiap kegiatan jadi kalau misalnya anak-anak tidak melaksankannya secara tertib ya kita tegur kita beri peringatan” Nur Wulansari, S.Pd : “Yang jelas disini ada istilah korsa ya dalam kepramukaan, sekali lagi ini masih saya bagi menjadi dua karena ada yang arahannya dewan dimana mereka pihak-pihak yang menjadi pengerak yang sasarannya adalah adik-adiknya yang kelas X, jika memang pembentukan karakternya yang diarahkan untuk dewannya maka strategi yang kami gunakan ya tadi ada penanaman jiwa korsa, persoalan-persoalan yang terjadi
Kesimpulan
dalam setiap organisasi itu pasti ada. Nah bagaimana kita bisa mengarahkan mereka untuk memecahkan setiap persoalan-persoalan yang terjadi dalam diri mereka salah satunya paling tidak tadi kalo memang dia memiliki respon baik, keaktifan, dan tidak pasif rewardnya bisa kita arahkan pada lomba. Nah mungkin kita juga punya penilaian sendiri yang memang si anak awalnya itu misalnya di kelas X kita bisa memantau dia lama-lama dia bisa ikut secara aktif maka secara tidak langsung kita bisa punya bidikan oh si anak inilah yang nanti bisa meneruskan tampu kepemimpinan, oh si anak ini cenderung memiliki bakat dan karakter kearah apa misalnya kita bisa menilai dari situ. Kemudian untuk siswa-siswi kelas X yang memang memang diwajibkan strategi yang kami terapkan kami arahkan dalam pembentukan kedisiplinan, karena arahan dari pihak sendiri meminta kepada kami para pembina untuk menjadikan anak-anak lebih sigap, lebih tau diri dan lebih bisa menata diri” : Pengisian SKU yang dalam mengujinya dipusatkan pada area pengembangan spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik. Menumbuhkan jiwa korsa (kebersamaan) diantara sesama anggota dalam menghadapi berbagai persoalan, melakukan pendampingan kepada peserta didik atau siswa kelas X yang aktif agar bisa melakukan pengkaderan untuk regenerasi kepengurusan organisasi pada masa bhakti berikutnya.
Pertanyaan 6: Bagaimana cara pembina pramuka melaksanakan pendidikan karakter melalui kegiatan kepramukaan di MAN 1 Yogyakarta? Ilham Musfah, S.E : “Ya seperti tadi, banyak kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan untuk melaksanakan pendidikan karakter mendidik disiplin misalnya dengan baris berbaris, mendidik menghargai orang dengan musyawarah. Kalo di dalam pramuka kan ada yang namanya musyawarah ambalan, ada yang namanya musyawarah sangga, ada yang namanya musyawarah sangga kerja, dan lain-lain banyak Nur Wulansari, S.Pd : “Kalo untuk pembina arahannya pendidikan karakter secara tidak langsung dari dulu kalo saya lihat pramuka arahannya memang pada pendidikan karakter. Jadi, mau dikatakan mau ada kurikulum yang megarahkan pada bentuk karakterpun di kepramukaan pun sudah melekat
Kesimpulan
itu. Mau tidak mau anak dikatakan dikategorikan masuk bagian anak yang baik awalnya memang mungkin harus memandang wah pramuka kok elek banget atau pramuka dipandang miring ada anak-anak tertentu yang ketika ia bergabung dikepramukaan ada mental atau mungkin spiritual yang berpengaruh terhadap dirinya dalam artian apa ada nilai-nilai plus yang akan dia bawa dan cenderung anak-anak itu lebih memiliki jiwa kepemimpinan. Apalagi kalo untuk pramuka di MAN 1 Yogyakarta hampir sebagian besar itu tidak hanya terdiri anak-anak yang memang dalam masuk di organisasi kepramukaan tetapi hampir disetiap organisasi lain pun yang memegang peranan penting adalah juga dari anak-anak pramuka. Nah, dari situ dapat kita lihat ada nilai karakter yang terbentuk bukan berarti kalo kita melihat wah memang dasarnya si anak yang suka berorganisasi bukan tapi ternyata si anak memang memiliki jabatan yang penting di oraganisasi yang lain. Dan kalo dilihat pun dibandingkan yang lain di sekolah dia juga tidak termasuk anak-anak yang bermasalah karena dalam jiwa korsa yang dibentuk itu kekeluargaannya akan ada apalagi jika dia sudah masuk tahapan pada proses purna itu salah satu bentuk karakter plus bagi kami para pembina” : Melalui berbagai kegiatan musyawarah banyak karakter yang dapat dikembangkan oleh pembina, melalui pendampingan terhadap peserta didik atau siswa kelas X yang memiliki minat lebih terhadap pramuka. Hal ini akan memudahkan pembina dalam melakukan pengkaderan, penanaman nilai, pemberian ketrampilan dan ilmu pengetahuan. Menanamkan rasa kekeluargaan.
Pertanyaan 7: Apakah dalam melaksanakan kegiatan kepramukaan yang berdimensi karakter pembina pramuka juga memanfaatkan Teknologi Informasi dan komunikasi? Ilham Musfah, S.E : “Ya jelas, kita mencari informasi ya melalui internet. Banyak sekali aturan-aturan yang dikeluarkan Kwartir Nasional yang tidak diterapkan dan tidak tersampaikan oleh Kwartir Cabang dan Kwartir Ranting akhirnya kita mencari sendiri dan menggali informasi-informasi sendiri yang ada di dalamnya dan untuk peserta didik kita juga gag gaptek-gaptek banget, kita mengenal yang namanya facebook kita mengenal yang namanya twitter dan dari situ kita bisa mengetahui apa yang menjadi keluh kesah dari adik-adik kita (peserta didik)” Nur Wulansari, S.Pd : “Ya ini menyesuaiakan keadaan jaman kalo sekarang ini
Kesimpulan
seh kami memantaunya salah satunya melalui media blog. Ada blog khusus terkait dengan informasi-informasi yang dibuat di media maya. Nah, salah satunya facebook kami ada kami memiliki itu. Nah, disana menjadi bagian dari bagaimana kita bisa memantau keadaan adik-adik kita. Karena mau tidak mau teknologi informasi dan komunikasi yang disaring betul-betul bisa menjadikan si anak menjadi lebih baik misalnya ia sedang berkomen atau sedang memberikan masukan atau tulisan apapun yang dilontarkan di media itu yang menjadi salah satu fasilitas mereka untuk lebih menenangkan diri misalnya kita bisa memantau bagaimana kondisi si anak lewat itu secara tidak langsung karakter-karakter yang terbentuk bisa kita arahkan kesana itu kalo untuk pribadi si anak. Tetapi kalo misalnya kita kaitkan dengan bagaimana pola pendidikan kita juga tetap menyesuaikan misalnya ada suatu kegiatan yang mengarahkan mereka untuk memanfaatkan dan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi tersebut” : Teknologi Informasi dan Komunikasi dimanfaatkan oleh pembina pramuka untuk memperoleh informasi misalnya berbagai surat keputusan yang dikeluarkan oleh Kwarnas dan tidak tersampaikan kepada Kwarcab maupun Kwaran, selain itu juga memanfaatkan jejaring sosial maupun blog dalam berkomunikasi maupun mengakses informasi tentang suatu kegiatan yang akan diikuti.
Pertanyaan 8: Karakter siswa atau peserta didik yang seperti apakah yang diharapkan dapat terbentuk apabila pendidikan karakter disampaikan melalui kegiatan kepramukaan? Ilham Musfah, S.E : “Ya karakter yang memenuhi yang ada di dalam Dasa Dharma, yaitu karakter takwa kepada Tuhan yang maha esa, cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, patriot yang sopan dan kesatria, patuh dan suka bermusyawarah, rela menolong dan tabah, rajin terampil dan gembira, hemat cermat dan bersahaja, disiplin berani dan setia, bertanggung jawab dan dapat dipercaya, suci dalam pikiran perkataan dan perbuatan. Kalo dalam 24 karakter yang ada di sekolah masuk semua itu yang akan dibina dalam gerakan pramuka. Jadi karakter yang sesuai dalam tujuan dari gerakan pramuka. Cari sendiri ya” Nur Wulansari, S.Pd : “Yang jelas karakter yang kami harapkan dapat terbentuk adalah karakter yang sesuai dengan Tri Satya dan Dasa Dharma pramuka dan tujuan dari gerakan pramuka itu
Kesimpulan
sendiri melalui berbagai kegiatan kepramukaan yang diselenggarakan” : Tujuan pembentukan karakter yang ditanamkan melalui kegiatan-kegiatan kepramukaan adalah karakter yang sesuai dengan Tri Satya dan Dasa Dharma. Wujud dari pencapaian itu adalah dengan peserta didik atau siswa mampu menghayati Tri Satya sebagai tiga janji dan mengamalkan Dasa Dharma sebagai sepuluh ketentuan moral pramuka.
Pertanyaan 9: Bagaimana peran pembina pramuka melalui kegiatan kepramukaan dalam membentuk karakter siswa di MAN 1 Yogyakarta? Ilham Musfah, S.E : “Jadi dimana-mana peran pembina pramuka adalah sebagai mitra. Jadi pembina bermitra, sebagai penasehat, sebagai tempat curhat adik-adiknya, sebagai pengarah tujuan dan lain sebagainya. Karena prinsip dalam penegak adalah dari, oleh dan untuk penegak sendiri. Penegak itu adalah bermitra dengan anggota dewasa. Dimana saat anggota dewasa turun adalah saat dia memiliki masalah, saat dia tidak bisa bergerak, saat dia tidak mengerti apa yang akan dilakukan disitulah perannya. Kalo mereka sudah bisa dan tidak ada masalah ya teruskan kita hanya memantau dan melihat” Nur Wulansari, S.Pd : “Kalo yang ditanyakan peran pembina dalam membentuk karakter siswa di MAN 1 Yogyakarta itu paling tidak memang doktrin kami dari awal terutama pada saat mereka akan terpilih atau ketika mereka terjun di kepramukaan dan menjadi dewan salah satunya. Kalo tadi saya mengatakan korsa itu berarti anda nilai-nilai kekeluargaan yang sudah dibangun nah peran kami disana salah satunya tidak menjadikan mereka itu sebagai atasan atau bawahan kalo misal disatu sisi di organisasi lain kalo yang namanya pembina itu menjadi orang yang disegani kalo di pramuka tidak kami menganggap mereka sebagai bagian dari keluarga dan dalam posisi sebagai adik dan kakak sehingga akan memberikan kenyamanan sendiri pada diri peserta didik menjadi lebih dekat lebih akrab sehingga bagaimana kami dalam mengarahkan mereka akan lebih enak lebih mengetahui dari segala sisi yang lebih menekankan pada personalitasnya kalo memang ini untuk membentuk karakter siswa yang bersumber pada diri pribadi. Kalo dari segi umum ya tadi kita bisa melihat pembentukannya salah satunya diarahkan pada tangungjawab-tanggungjawab tertentu nah dari situ paling
Kesimpulan
tidak nilai-nilai yang bisa mereka ambil secara tidak langsung untuk bekal mereka hidup dari situ. Nah, paling tidak kami mengarahkan mereka untuk lebih dekat. Nah yang jelas peran pembina sebagai patner itu berlaku untuk dewannya. Nah kalo untuk kelas X yang menjadi sasaran nilai-nilai karakternya biasanya itu dengan membuat kesepakatan semacam kontrak belajar. Dari situ pada dasarnyakan kita juga mengarahkan pada pembentukan karakter. Yang jelas komunikasi antar personalitas itu kami tonjolkan. Karena apabila ada persoalan-persoalan yang menyangkut individu yang nantinya mempengaruhi jalannya organisasi itu biasanya menjadi kendala terberat bagi kami. Sehingga salah satu hal yang penting adalah pendekatan personal” : Peran pembina pramuka di MAN 1 Yogyakarta adalah sebagai mitra. Mitra disini adalah sebagai pembimbing dan penasehat apabila terjadi suatu permasalahan di organisasi yang tidak dapat dipecahkan sendiri oleh peserta didik. Bukan peran sebagai atasan maupun bawahan tetapi berperan selayaknya kakak terhadap adiknya
Pertanyaan 10: Bagaimana cara pembina pramuka mengukur keberhasilan pencapaian pendidikan karakter melalui kegiatan kepramukaan di MAN 1 Yogyakarta? Ilham Musfah, S.E
: “Ya tiga itu, Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Nah .. di dalam pendidikan kepramukaan itu kita juga mengenal dengan namanya sistem among yang sekarang dikeluarkan dalam PDK dan MK. PDK prinsip dasarnya MK metodik kepramukaannya. Salah satu contoh paling minimnya adalah pencapaian TKU dan TKK, SKU dan SKK itu paling minim. Tapi pada prinsipnya adalah siswa itu bisa saling menghargai, siswa bisa berubah secara sifat, sikap dan mentalnya” Nur Wulansari, S.Pd : “Kalo memang arahannnya pada prestasi ada perlombaan-perlombaan khusus yang membuat mereka itu memiliki semangat sendiri untuk belajar terkait materi kepramukaan maupun informasi maupun pengetahuan lain diluar kepramukaan. Dari sini cara pembina mengukur keberhasilan dalam mencapai pendidikan mereka maupun karakternya salah satunya bisa ditinjau lewat situ, salah satunya. Tetapi tidak harus dari situ karena yang lebih dipentingkankan jika memang dari karakternya adalah bagaimana mereka untuk tetap aktif,
Kesimpulan
tetap peduli, kalo sudah meninggalkan tanggungjawabnya sebagai pengampu organisasi pada saat itu. Apalagi kalo sudah menjadi alumni karakterkarakter mereka untuk mau kembali pada rumahnya dulu itu menjadi salah satu tolak ukur kami. Kepedulian itu yang memang kami rasakan penting karena bisa ditularkan kepada adik-adiknya itu apabila pencapaian keberhasilan peserta didik jika dari dewannya. Tetapi jika ketercapaian keberhasilan untuk adik-adik kelas X itu ya pada hasil akhir pada saat mereka melaksanakan kegiatan perkemahan bakti atau mahabhakti itu akan terlihat sekali bagaimana karakter mereka akan terbangun entah kebersamaan dengan sesama temannya atau hubungan dengan pembina maupun kakak-kakaknya yang menyelenggarakan kegiatan itu” : Untuk Dewan Ambalan dari pencapaian SKU dan SKK dengan reward TKU dan TKK. Selain itu juga melalui pencapaian prestasi dari berbagai perlombaan, prosesnya dapat dilihat dari bagaimana mereka bekerja sama, kompak, mandiri, menggali ilmu pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, dsb. Sementara untuk peserta didik atau siswa kelas X pada umumnya melalui perubahan sifat, sikap, dan mentalnya.
Pertanyaan 11: Apakah ketika memembentuk karakter pada siswa melalui kegiatan kepramukaan pembina pramuka menemukan hambatan? Apa sajakah hambatan-hambatan yang ditemui pembina tersebut? Ilham Musfah, S.E
: “Kalo bicara hambatan itu ada banyak. Salah satunya ya dari sekolah sendiri tidak ada dukungan, yah ada beberapa guru yang menganggap kegiatan pramuka atau memandang kegiatan pramuka sebelah mata, bahwa kegiatan pramuka sebagai bentuk pemborosan, kegiatan yang hanya membuang-buang waktu dan sebagainya padahal mereka tidak mengerti ada hal yang kita harapkan dari pendidikan kepramukaan diluar ekstra ekstrakurikuler lain. Makanya pemerintah sekarang mengharapkan bahwa pendidikan pramuka sebagai ekstra wajib yang ada di sekolah. Maksudnya semuanya wajib siswa masuk pramuka tidak. Tetapi, sekolah itu diharuskan memiliki ekstra pramuka di sekolah yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Sekolah wajib memberikan sarana bagi kegiatan kepramukaan di sekolah” Nur Wulansari, S.Pd : “Hambatan pasti ada ya, apalagi menjadi hal yang dapat
Kesimpulan
dikategorikan suatu tantangan sendiri. Apalagi melihat setiap angkatan itu memiliki karakteristik yang berbedabeda. Namun, dalam kami menanaman nilai-nilai karakter yang jelas kami menyesuaikan dengan peserta didik terutama kondisi pribadi yang melatarbelakangi. Nah, darisana akan ada terapi-terapi sendiri untuk memebentuk karakter mereka, karena sekali lagi setiap angkatan itu berbeda dan itu unik-unik mungkin permasalahan seperti ini akan kami temui di tiga tahun mendatang. Nah dari setiap angkatan itu kami akan menemui obat yang cocok oh ini obat yang cocok utuk persoalan semacam ini tuh seperti ini untuk angkatan ini. Jadi setiap hambatan-hamabatan yang terjadi kami sesuaikan dengan mereka. Nah, itulah untungnya peran pembina melaksanakan prinsip bukan sebagai atasan atau bawahan tetapi sebagai adik dan kakak damping” : Hambatan pembina pramuka dalam penanaman nilai-nilai karakter antara lain: kurangnya dukungan pihak sekolah dalam menyelenggarakan kegiatan kepramukaan; masih banyaknya pihak yang memandang sebelah mata pada pramuka; beranekaragamnya karakteristik peserta didik.
Pertanyaan 12: Apa sajakah solusi yang dilakukan pembina pramuka ketika menghadapi hambatan-hambatan yang muncul dalam melaksanakan kegiatan kepramukaan yang berdimensi karakter? Ilham Musfah, S.E : “Ya ikhlas, kalo istilahnya nothing tulus ya jalan terus. Solusi yang paling penting ya saya rasa sebagai seorang pramuka dia tidak akan mengenal menyerah, tidak akan mengenal mundur, tidak akan mengenal patah semangat. Jadi harus terus apapun yang dihadapi ya harus terus. Walaupun yang dihadapi kadang terjadi perang di dalam diri sendiri kenapa saya harus melakukan ini padahal orang lain tidak senang. Jadi pokoknya terus terus dan terus mengingat adik-adinya semangat maka kita akan menjadi semangat” Nur Wulansari, S.Pd : “Kami masih menerapkan terapi yang dibuat atau yang dilakukan dengan cara pendekatan secara personal tadi yang jelas disana musyawarah mufakat itu masih berlaku jika persoalan ini sudah menyangkut persoalan organisasi atau individu yang mempengaruhi persoalan organisasi nah itu nanti tergantung juga. Tetapi yang jelas disana hambatan-hambatan itu solusinya muncul dengan tetap menyesuaikan kondisi yang ada” Kesimpulan : Ikhlas untuk mengabdi dan memberikan ilmu kepada
peserta didik; Tidak mudah menyerah dan putus asa walaupun banyak orang yang memandang sebelah mata pada kegiatan kepramukaan; upaya yang dilakukan dalam menghadapi beranekaragamnya karakteristik peserta didik atau siswa adalah dengan menjalankan musyawarah mufakat, dan menjadikan pengalaman di masa lampau sebagai pertimbangan dalam mengambil kebijakan atau keputusan di masa yang akan datang.
OBSERVASI Nama Sekolah
: MAN 1 Yogyakarta
Pukul
: 12.45
Kelas
: XC
Tanggal Observasi
: Kamis, 25 April 2013
Mata pelajaran
: Pendidikan Kewarganegaraan
KD
: 5.2 Menganalisis persamaan dan kedudukan warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
No.
1.
Komponen
Aspek yang diamati
Aktivitas guru a. Kegiatan Pendahuluan dan siswa dalam 1) Berdoa proses 2) Presensi pembelajaran di 3) Menyanyikan lagu kelas nasional 4) Memberikan pertanyaan yang mengaitkan materi sebelumnya dengan yang akan dipelajari 5) Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai b. Kegiatan Inti 1) Guru menyampaikan materi
2) Peserta didik mengamati, menggali informasi tentang fakta, konsep dan membuat catatan dari berbagai sumber 3) Metode pembelajaran aktif, mendalami dengan diskusi 4) Cara guru memotivasi siswa agar aktif
Deskripsi hasil observasi
Terlihat Terlihat Belum terlihat Guru mempersilahkan siswa bertanya terkait materi sebelumnya Belum terlihat
Guru menyampaikan materi pengantar kemudian siswa diminta memperhatikan film yang ditayangkan. Belum terlihat
Belum terlihat
Pada awal KBM guru menyampaikan hasil ulangan harian, sekaligus memotivasi siswa yang nilainya tidak memenuhi KKM supaya meningkatkan hasil belajarnya
Nilai-nilai karakter yang dikembaangkan Religius, menghargai, disiplin, toleransi, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, peduli sosial, tanggung jawab.
2.
Teknik penguasaan kelas dan media pembelajaran
3.
Sumber Belajar
4.
Kondisi kelas dan siswa
5) Pesdik melakukan refleksi dan bertanya dan guru melakukan berbagai penjelasan c. Penutup 1) Pesdik membuat kesimpulan dan refleksi dibimbing guru 2) Pesdik mencatat tugas untuk pertemuan berikutnya 3) Menutup pelajaran dan berdoa
Belum terlihat
a. Penguasaan kelas
Pada siswa yang belum fokus ketika proses KBM guru menegurnya supaya dapat memperhatikan materi yang disampaikan Power Point, Film (Movie) LKS
b. Media pembelajaran Ketersediaan buku, surat kabar, internet, dll Kondisi kelas
Kondisi siswa
Belum terlihat
Terlihat
Terlihat
Kebersihan kelas terjaga dengan baik, sarana dan prasarana kelas juga cukup memadai Siswa memperhatikan materi yang disampaikan guru dengan cukup baik
OBSERVASI Nama Sekolah
: MAN 1 Yogyakarta
Pukul
: 07.25
Kelas
: XI IPA 2
Tanggal Observasi
: Jum’at, 26 April 2013
Mata pelajaran
: Pendidikan Kewarganegaraan
KD
: 4.5 Menghargai kerjasama dan perjanjian Internasional yang bermanfaat bagi Indonesia
No.
1.
Komponen
Aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas
Aspek yang diamati
a. 1) 2) 3)
Kegiatan Pendahuluan Berdoa Presensi Menyanyikan lagu nasional 4) Memberikan pertanyaan yang mengaitkan materi sebelumnya dengan yang akan dipelajari 5) Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai b. Kegiatan Inti 1) Guru menyampaikan materi 2) Peserta didik mengamati, menggali informasi tentang fakta, konsep dan membuat catatan dari berbagai sumber
3) Metode pembelajaran aktif, mendalami dengan diskusi
4) Cara guru memotivasi siswa agar aktif
Deskripsi hasil observasi
Nilai-nilai karakter yang dikembaangkan Religius, menghargai, Terlihat disiplin, Belum terlihat toleransi, Belum terlihat semangat Guru memberi pertanyaan kebangsaan, cinta tanah air, kepada siswa dan menghargai memandu siswa dalam menjawab pertanyaan dari prestasi, peduli sosial, guru tanggung Belum terlihat jawab, mandiri, jujur Guru mereview materi sebelumnya kemudian melanjutkan materi Siswa menjawab pertanyaan dari guru, membaca sumber materi (LKS) kemudian mencatat hal-hal yang belum diketahui/ada dalam LKS dibuku catatan Guru memandu siswa untuk mendiskusikan permasalahan yang terkait materi secara bersamasama Saat ulangan siswa dimotivasi agar jujur dan mandiri, untuk siswa yang nilainya dibawah KKM guru memotivasi untuk
5) Pesdik melakukan refleksi dan bertanya dan guru melakukan berbagai penjelasan c. Penutup 4) Pesdik membuat kesimpulan dan refleksi dibimbing guru 5) Pesdik mencatat tugas untuk pertemuan berikutnya 6) Menutup pelajaran dan berdoa 2.
Teknik penguasaan kelas dan media pembelajaran
a. Penguasaan kelas
b. Media pembelajaran 3.
Sumber Belajar
4.
Kondisi kelas dan siswa
Ketersediaan buku, surat kabar, internet, dll Kondisi kelas
Kondisi siswa
belajar dengan memberi pertanyaan-pertanyaan Terlihat
Belum terlihat
Terlihat
Terlihat
Guru mampu menciptakan suasana KBM yang hidup karena siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru Belum terlihat LKS Kebersihan kelas terjaga dengan baik, sarana dan prasarana kelas juga cukup memadai Pada jam pertama ulangan diikuti dengan tenang, pada jam selanjutnya dilanjutkan pelajaran biasa untuk siswa yang tidak memperhatikan guru ditegur (lebih dari 2x) secara tegas
OBSERVASI Nama Sekolah
: MAN 1 Yogyakarta
Pukul
: 10.30
Kelas
: XF
Tanggal Observasi
: Selasa, 30 April 2013
Mata pelajaran
: Pendidikan Kewarganegaraan
KD
: 6.3 Menampilkan peran serta dalam sistem politik Indonesia
No.
1.
Komponen
Aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas
Aspek yang diamati
a. 1) 2) 3) 4)
5)
b. 1)
Kegiatan Pendahuluan Berdoa Presensi Menyanyikan lagu nasional Memberikan pertanyaan yang mengaitkan materi sebelumnya dengan yang akan dipelajari Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai Kegiatan Inti Guru menyampaikan materi
2) Peserta didik mengamati, menggali informasi tentang fakta, konsep dan membuat catatan dari berbagai sumber 3) Metode pembelajaran aktif, mendalami dengan diskusi
4) Cara guru memotivasi siswa agar aktif
5) Pesdik melakukan refleksi dan bertanya dan guru
Deskripsi hasil observasi
Terlihat Terlihat Belum terlihat Belum terlihat
Terlihat (memasuki KD baru)
Guru memberikan materi pengantar, kemudian dilanjutkan dengan menonton film kemudian mereviewnya Siswa mencatat informasi dari film yang ditonton, dan mencatat hal-hal yang baru untuk ditanyakan Guru memandu siswa untuk secara bersamasama mendiskusikan makna film yang baru saja ditonton Guru mempersilahkan siswa bertanya tentang film maupun istilah-istilah baru yang muncul dalam film Siswa bertanya tentang hal-hal yang tidak
Nilai-nilai karakter yang dikembaangkan Religius, menghargai, disiplin, toleransi, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, peduli sosial, tanggung jawab, mandiri, jujur
c. 1)
2)
3)
2.
Teknik penguasaan kelas dan media pembelajaran
melakukan berbagai penjelasan Penutup Pesdik membuat kesimpulan dan refleksi dibimbing guru Pesdik mencatat tugas untuk pertemuan berikutnya Menutup pelajaran dan berdoa
diketahui kemudian guru memberi penjelasan
4) Penguasaan kelas
Siswa mengikuti pelajaran yang menggunakan media film dengan tenang Film, Power Point
5) Media pembelajaran
Belum terlihat
Terlihat
Terlihat
3.
Sumber Belajar
Ketersediaan buku, surat kabar, internet, dll
LKS, Film
4.
Kondisi Kelas dan siswa
Kondisi kelas
KBM dilaksanakan di Lab. IPS dengan kondisi ruang yang lengkap, bersih dan tidak panas Siswa menonton film dengan tenang
Kondisi siswa
OBSERVASI Nama Sekolah
: MAN 1 Yogyakarta
Pukul
: 09.10
Kelas
: XI Bahasa
Tanggal Observasi
: Selasa, 30 April 2013
Mata pelajaran
: Pendidikan Kewarganegaraan
KD
: 4.1 Mendeskripsikan pengertian, pentingnya dan sarana-sarana hubungan internasional bagi suatu negara
No. 1.
Komponen
Aspek yang diamati
Aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas
a. Kegiatan Pendahuluan 1) Berdoa 2) Presensi 3) Menyanyikan lagu nasional 4) Memberikan pertanyaan yang mengaitkan materi sebelumnya dengan yang akan dipelajari
5) Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai b. Kegiatan Inti 1) Guru menyampaikan materi
2) Peserta didik mengamati, menggali informasi tentang fakta, konsep dan membuat catatan dari berbagai sumber 3) Metode pembelajaran aktif, mendalami dengan diskusi
4) Cara guru memotivasi
Deskripsi hasil observasi
Terlihat Terlihat Belum terlihat Guru menghubungkan materi sebelumnya dengan yang akan dibahas pada pertemuan hari ini (Norma dengan Hukum Internasional) Terlihat
Guru menyampaikan materi dengan sebelumnya membahas materi sebelumnya bersamasama dengan siswa Siswa membuat catatan yang bersumber dari LKS dan dari yang disampaikan guru Guru memberikan contoh kasus dan bersama-sama dengan siswa mendiskusikan kasus tersebut Guru mengapresiasi
Nilai-nilai karakter yang dikembaangkan Religius, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Menghargai Prestasi, Bersahabat/Komuniktif, Tanggung-jawab, Kritis, menghargai pendapat orang lain, toleransi, semangat kebangsaan
siswa agar aktif
5) Pesdik melakukan refleksi dan bertanya dan guru melakukan berbagai penjelasan c. Penutup 1) Pesdik membuat kesimpulan dan refleksi dibimbing guru 2) Pesdik mencatat tugas untuk pertemuan berikutnya
2.
3. 4.
Teknik penguasaan kelas dan media pembelajaran Sumber Belajar Kondisi Kelas dan siswa
siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru sehingga siswa aktif menjawab Siswa bertanya tentang materi kemudian diberi penjelasan oleh guru
Belum terlihat
Siswa mengerjakan soal sebagai remidi hasil ulangan yang belum tuntas 3) Menutup pelajaran dan Terlihat berdoa a. Penguasaan kelas Terlihat Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan antusias b. Media pembelajaran Belum terlihat Ketersediaan buku, surat LKS kabar, internet, dll Kondisi kelas Sarana dan prasarana kelas cukup memadai, kebersihan kelas juga terjaga. Namun, kondisi kelas memang agak sempit Kondisi siswa Siswa aktif mengikuti penjelasan guru dan mencatat hal-hal penting dalam buku catatanya
OBSERVASI Nama Sekolah
: MAN 1 Yogyakarta
Pukul
: 13.30
Kelas
: XI A 1
Tanggal Observasi
: Rabu, 01 Mei 2013
Mata pelajaran
: Pendidikan Kewarganegaraan
KD
: 4. Menganalisis hubungan internasional dan organisasi internasional
No.
1.
Komponen
Aspek yang diamati
Aktivitas guru a. Kegiatan Pendahuluan dan siswa dalam 1) Berdoa proses 2) Presensi pembelajaran di 3) Menyanyikan lagu kelas nasional 4) Memberikan pertanyaan yang mengaitkan materi sebelumnya dengan yang akan dipelajari 5) Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai b. Kegiatan Inti 1) Guru menyampaikan materi 2) Peserta didik mengamati, menggali informasi tentang fakta, konsep dan membuat catatan dari berbagai sumber 3) Metode pembelajaran aktif, mendalami dengan diskusi 4) Cara guru memotivasi siswa agar aktif
5) Pesdik melakukan refleksi dan bertanya dan guru melakukan berbagai penjelasan c. Penutup 1) Pesdik membuat kesimpulan dan refleksi dibimbing guru 2) Pesdik mencatat tugas
Deskripsi hasil observasi
Terlihat Terlihat Belum terlihat Belum terlihat
Belum terlihat
ULANGAN -
-
Guru memotivasi siswa supaya saat ulangan mengerjkan dengan jujur dan mandiri Belum terlihat
Belum terlihat
Belum terlihat
Nilai-nilai karakter yang dikembaangkan Religius, menghargai, disiplin, toleransi, menghargai prestasi, tanggung jawab, mandiri, jujur, kerja keras
2.
3. 4.
Teknik penguasaan kelas dan media pembelajaran Sumber Belajar Kondisi kelas dan siswa
untuk pertemuan berikutnya 3) Menutup pelajaran dan berdoa a. Penguasaan kelas b. Media pembelajaran
Ketersediaan buku, surat kabar, internet, dll Kondisi kelas
Kondisi siswa
Terlihat Terlihat Belum terlihat
LKS Sarana dan prasarana kelas cukup memadai serta kebersihan kelas juga terjaga Siswa mengikuti ulangan dengan tenang
OBSERVASI Nama Sekolah
: MAN 1 Yogyakarta
Pukul
: 10.30
Kelas
: XF
Tanggal Observasi
: Selasa, 07 Mei 2013
Mata pelajaran
: Pendidikan Kewarganegaraan
KD
: 6.1 Mendeskripsikan infra struktur dan supra struktur politik
No.
1.
Komponen
Aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas
Aspek yang diamati
a. 1) 2) 3) 4)
5)
b. 1)
Kegiatan Pendahuluan Berdoa Presensi Menyanyikan lagu nasional Memberikan pertanyaan yang mengaitkan materi sebelumnya dengan yang akan dipelajari Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai Kegiatan Inti Guru menyampaikan materi
2) Peserta didik mengamati, menggali informasi tentang fakta, konsep dan membuat catatan dari berbagai sumber 3) Metode pembelajaran aktif, mendalami dengan diskusi 4) Cara guru memotivasi siswa agar aktif
5) Pesdik melakukan refleksi dan bertanya dan guru melakukan berbagai penjelasan c. Penutup 1) Pesdik membuat kesimpulan dan refleksi dibimbing guru
Deskripsi hasil observasi
Terlihat Terlihat Belum terlihat Guru membahas materi pertemuan minggu lalu sebelum masuk kemateri selanjutnya Belum terlihat
Setelah siswa membaca sumber bacaan guru menjelaskan materi Siswa membaca materi dari sumber bacaan dan internet
Terlihat
Guru masih menunjuk siswa terlebih dahulu supaya berani untuk bertanya dan menjawab Belum terlihat
Belum terlihat
Nilai-nilai karakter yang dikembaangkan Religius, menghargai, disiplin, toleransi, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, peduli sosial, tanggung jawab, mandiri, jujur, gemar membaca, ingin tahu, kerja keras
2) Pesdik mencatat tugas untuk pertemuan berikutnya 3) Menutup pelajaran dan berdoa 2.
Teknik penguasaan kelas dan media pembelajaran
3.
Sumber Belajar
4.
Kondisi Kelas dan siswa
4) Penguasaan kelas
5) Media pembelajaran Ketersediaan buku, surat kabar, internet, dll Kondisi kelas
Kondisi siswa
Belum terlihat
Terlihat
Terlihat Pada siswa yang belum fokus guru menegurnya serta meminta siswa untuk berdiskusi Power Point LKS, Internet, Power Point Sarana dan prasarana kelas cukup lengkap, kebersihan kelas juga terjaga Beberapa siswa pada awalnya masih ramai sendiri dan belum fokus mengikuti pelajaran
HASIL OBSERVASI KEGIATAN KEPRAMUKAAN MAN 1 YOGYAKARTA No. 1.
2.
Aspek yang diamati Kesiapan pembina dalam menyelenggarakan kegiatan kepramukaan
Perilaku siswa MAN Ykn 1 ketika mengikuti kegiatan kepramukaan
Pelaksanaan
Deskripsi Singkat Hasil Pengamatan
19 Maret 2013
Pembina melakukan koordinasi dengan sangga kerja terkait persiapan perkemahan tanggal 26-28 Maret 013
25 Maret 2013
Pembina memantau sangga kerja yang melakukan pengangkutan barangbarang peserta kemah yang diberangkatkan terlebih dahulu.
03 Mei 2013
Pembina memberikan pelatihan pioneering kepada Dewan Ambalan
26 Maret 2013
Peserta kemah (siswa-siswi MAN 1 Yk) mengikuti perjalanan bakti dengan tertib dan sampai di bumi perkemahan dengan tepat waktu
27 Maret 2013
Peserta Kemah (siswa-siswi MAN 1 Yk) melaksanakan kegiatan tadabur alam mengelilingi wilayah bumi perkemahan dipantau dan dikoordinir oleh sangga kerja 28 sangga mengikuti perlombaan yang diadakan oleh sangga kerja dengan dibagi-bagi kedalam berbagai kategori dengan baik dan antusias
28 Maret 2013
FOTO-FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN PKn
FOTO-FOTO KEGIATAN KEPRAMUKAAN
HASIL ANGKET DATA TERBUKA NO.
PERTANYAAN YA 45
JAWABAN TIDAK 5
ALASAN SINGKAT YA TIDAK Malas, masih menyelesaikan suatu Selalu berusaha ibadah tepat waktu pekerjaan, suka menunda-nunda
1.
Saya kadang-kadang tidak beribadah tepat waktu
2.
Saya selalu bersikap hormat kepada guru maupun siapa saja yang usianya lebih tua dari saya
43
7
3.
Saya tidak pernah terlambat sampai sekolah
22
28
4.
Saya kadang-kadang suka membolos sekolah
4
46
5.
Saya lebih suka menerima hasil yang buruk daripada berbuat curang ketika ulangan PKn
44
6
6.
Saya merasa dapat menerima pelajaran lebih baik jika guru PKn menggunakan metode selain ceramah
45
5
7.
Saya menghargai dan mampu menerima pendapat orang lain yang berbeda, maupun menerima kritik ketika berdiskusi saat pelajaran PKn
47
3
Bentuk toleransi, kritik adalah hal Bentuk dari idealisme yang membangun, menghargai pendapat orang lain, karena kita adalah makhluk sosial
8.
Saya kadang-kadang membuang sampah sembarangan
34
16
Reflek, tidak ada tempat sampah, Berusaha menjaga kebersihan dan tempat sampah jauh, malas, keindahan, dapat merugikan orang
Hormat kepada orang yang lebih tua ada kewajiban orang yang lebih muda serta merupakan bentuk sopan santun Takut terkena poin terlambat
Jika guru tidak mau menghormati maka saya (siswa) juga tidak mau menghormatinya
Kurang menghargai waktu, bangun kesiangan, macet, jarak rumah dan sekolah terlalu jauh Ada kesibukan lain, bosan, ada Bolos adahal yang tidak baik tugas yang belum terselesaikan Berusaha jujur, hasil yang buruk takut mengecewakan orang tua, merupakan usaha sendiri yang mendapat nilai jelek adalah hal yang harus diterima menyakitkan, lebih mementingkan nilai yang bagus Tidak bosan, lebih suka nonton film, Tergantung mood, lebih suka tidak monoton dan lebih asik ceramah
9.
Saya suka mengikuti berita-berita tingkat lokal maupun nasional melalui berbagai media baik cetak ataupun elektronik dan mendiskusikannya di kelas saat pelajaran
39
11
10.
Saya memiliki kemampuan menjadi seorang pemimpin, walaupun hanya dengan mengkoordinir teman-teman untuk menjenguk salah satu teman yang sakit
36
14
11.
Saya tidak suka mengikuti kegiatan kepramukaan di MAN 1 Yogyakarta
32
18
12.
Kegiatan pramuka di MAN 1 Yogyakarta sungguh membosankan
37
13
13.
Saya lebih banyak membolos daripada hadir ketika kegiatan latihan rutin pramuka
31
19
14.
Saya belajar lebih disiplin dan bertanggung jawab ketika mengikuti kegiatan latihan rutin
36
14
15.
Saya menjadi pribadi yang lebih mandiri dan peduli terhadap lingkungan alam setelah mengikuti kegiatan perkemahan
33
17
16.
Perkemahan
40
10
membangun
rasa
kepepet, lupa, tidak sadar Malas, tidak suka berdiskusi, tidak menarik, jarang membaca koran dan mengikuti berita, tidak suka membaca, bukan merupakan tugas sekolah, merasa tidak bisa berbuat apa-apa terhadap hal tersebut Merupakan hal baik dimulai dari hal kecil, wujud kesetiaan, simpati, serta harus saling membantu
lain, taat pada peraturan Hal yang penting karena mengupdate informasi serta dapat menambah wawasan
Terpaksa karena diwajibkan, merasa bosan, tidak berminat, capek, malas, merasa tidak penting dan tidak suka Menyita waktu, monoton, tidak ada minat, panas, dan tidak bermanfaat
Menyukai kegiatan pramuka yang asik, ingin jadi pembina, supaya disiplin, sebagai sarana pendidikan karakter, membentuk kepribadian Menyukai kegiatan pramuka yang asik
Kegiatannya tidak asik, bosan, merasa tidak penting, tidak suka, capek, ada keperluan lain Diperlukan dimasa yang akan datang, materi menarik untuk diikuti, berusaha tertib, wajib, bagian dari perbaikan diri, agar mendapat nilai bagus Menjadi lebih baik, belajar untuk peduli, menjadi sadar lingkungan, ingin berubah sedikit demi sedikit, jauh dari orang tua jadi lebih mandiri Saling gotong royong, hubungan
Karena selain wajib juga melatih kemandirian
Kurang bisa memimpin, tidak ingin repot, kurang peduli, serta kurang tanggungjawab
Tidak pernah ikut jadi tidak tahu, tidak penting, tidak selalu, tidak merasa, dan malas
Waktunya terlalu singkat, kemah hanyalah beban
Tidak suka kemah, teman ada yang
kebersamaan dan kekeluargaan saya dengan teman-teman satu sangga
menjadi dekat dan semakin kompak, dapat menghadapi masalah secara bersama-sama, muncul solidaritas ada hal baru yang dipelajari, banyak yang bisa dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya tali temali
17.
Saya memiliki lebih banyak ketrampilan kepramukaan yang dapat saya praktekkan dalam kehidupan sehari-hari jika saya mengikuti kegiatan latihan rutin
23
27
18.
Saya merasa memiliki keluarga baru karena pola pembinaan di pramuka khususnya penegak adalah seperti kakak dan adiknya
20
30
Menjadi saling mengenal bertambah akrab
19.
Saya ingin mendalami materi kepramukaan dengan mengikuti kegiatan latihan rutin walaupun sudah tidak diwajibkan
10
40
20.
Saya secara sukarela ingin menjadi anggota pramuka penegak bantara
10
40
Jika ada waktu, jika tidak ada kegiatan, suka kegiatan pramuka karena menarik sehingga ingin belajar dan dipraktekkan Suka terhadap pramuka jadi ingin mendalami
egois, tiap orang punya karakter berbeda sehingga sulit dikembangkan
Tidak suka pramuka, tidak tahu kaarena tidak memperhatikan saat latihan, hidup dikota jadi tidak perlu, hanya berlaku di alam tidak dijaman modern dan Tidak suka jadi merasa biasa saja
Malas, bosan, tidak suka, capek, tidak menarik
Malas, bosan, tidak suka, capek, tidak menarik
q;r $i/$i ffiffr-l
ffil
ffi,;tl @ W*-' ffi ffi -ffi; ffi'''i ffi 5ffi@i % wftr Mi ffijry#i ffi ffi ffii ffi,ti) fftl ffiS W $ffi) *r"r-, ffiTr &; *8rr'{'
#ffi;
roffi;h ilsn4d
ffi Htr ffi ffi*M
M
f,ffi m
mffi
ffi nffiE
mmrril ml
ffi
W'--'
g: ffi ffib \
@q--- T |,ff'
'ffill
tifffil:--r
#r€'
rR>;-l
f$j,.-l
------1 ** d,.#T \
Mi ffiFU ffi ffihlrll; m **o--l ffiFl -5
,Mi ffi,,t) 16+ \ *' l ffi\ Hn'','---'t
ffi-"..-r ffi'
#i #)
*d?
tffid-l
-d"1 Wr.
^<-1 IWF
ffi.}-
,*--l
ffiFa
#,J \ ffil) effill
#i K ffi;1 wt m ffi \
\
ffi
ffi lry
ffi ffi
4
STWqF
fi*n* ;"=S ,re4
Y,
d1 kr<
-6d
EE tr< r€A*l AJ ,J ca
9q
co3
a 4 d
z
;l
l-l
z
HEE 0ctr-vv
tJ' *
$e
c..I
6'l
.v
-11
}<E
z
K $fr€ H Plb:=
F(
c/r
v z
6d
>-* bobd c oo J\Vks 315 (9.'n * ccald
$H lfx "8 ,U H€ .l.'u EE F c/r'e
V)
rh
a
F (n
z a
Y{OO B
F\O
a n
lrl
E€.S; H 1Ti5
&
2
k€8-
.v -$ -v Ab'n €E€gpit "t, ,+ i, -q 'E
F<
.s F.E: l'l l-n hr l! E 8 E_J o--r3tri€6
v
aa
a r{
Dz
:
tu<
(n
l=t
F g.l
ZAr
z tll
53 )l:
trd!*4 a-l/. a
!
F
q:
HUo !
-\l
t5o
EO
6
{)
H-
s,E o6cr
.A E ,A c)cd=
tuv)
C
c! ho
ho
(q
ii
FooI c
JdF
I
a€o
"\5
.A
6ll
a
6J Y^ .c]5 d6 $^oc Y!-
ltr
uxu ;tt
ES s= AC^a
q Xftb 3"F.16 !i
^I ,)ach
.l
clJ
E
EEF#H' u .)4 bo'F gg gE€
a\d:x
-t5cd 'd.ln
6id ?u)
ff^
E E'3rl
?A
6J
v
J H" $t
'ii
d L
:{
c.
g
nbbo
tr 6 h
bo
zF.l
g.$
$'B
rl
oO
(l3
(h
s E:-3 H *RT' X A 6.
E
's 'Q o.
sS
b
-)a<J - F tq + b dbE
nltE.H 5 rV €'ts
U)
(r)
C.r
/
0)d)L9^ 0)6Jcd p.rc,(,
d)
e trs$H
a
bo(g *cA H6
6J h'=
$o
F
JS€ E Lru.o a
f€g$b $i
A)
M
F U)
Fa
a
z
u
-E##
,s$ 6cd 'o v: :$$
*ffigh E FE.A EdIE
F1
A
E"E 5s v.5a g
# H c^9 la E€ S.: E $E Ee
.io '6O dJ@ '!(! !hn
d(g(d
(/t .d .-n
d
a 5
o
,v
z
z
z
h
.E'*I
H,o K H 63.-
lJ
cocahltu
F
ecg r;r . ::- c 6'g bo3 -
eSFU
}4 J( '.d 7:,601:
.v JI
t.* fircd65#
c'J
o-P
a
d)
VdE*I
c..l
E
F
q
l-
o.P
f,
Ft
A -A
'S+ XC:
}{E
.54
FI
z
sd
p€d*r )J FEE cno.Mbl
6d
n
cr-a: r*€'d -i
v
d,4
t< €J g !r a.
J
-) -V-V Xra
i)k: a / A4 U)A cQ cQ A" 14
!4
CQJA
a
N
c.i
z#
-V
l4
,5<
A(
.V
X
c< J>
€
#
E ca
F
lEt
F
z
I e€q H.9 6t-<
z
c!
{
s.i
Id
A td
S HC
HJd'U
a
tA
zr!
Ff;€E$E$
$fit.$
* EE gE'$
- t'n 60 tr
fr^E
F
Dz H<
$€
d ci E
€ h h5C
% li'n-:)
F*?Xs8. 5€€r l(J'5; A c{ K c * t Fg g *$€€Exs g g€ g
H -v rdrSJ d bb- +{:.x :35 -J(
E.F.;E
$E
$ g€ s $ $ $ aa
a
€
IlJ-9aHO
fi
ad
6
l-'€
0.i)
T,
rErEt!
B
."lri
*. n
>r
qH94
d
H E€ E 4i ti '= '=
HTAV
*{(9#
hA^h*
O >\cd = E-V F Ti -5z|5ctx .Y-(€E ilGe6
s-=.!i e s€
'.H
14
H il ,fr' :. 6)df;l o.o" 6 X
d>,
oF
(qH
'x. d
€,s >4 [J
u??
bo
{)9
a
(tGt6
E,P
E 6i
€
5?-E E .sr Fo XHc
-!i
ah
(v
()
J&€
1H
(6
z,
V & l-l
7,
F cn
oa 6J
(h
zFl c,
F{ El th
trr
.C
,^L
L-
c* Hrb -d() o- q.) -A' dr!
(lj F'O q .9 c/f ,.: r+r*l!i =4dJc! Eo
$o)=>\
(!3H*= fv \ H -
!-
q d
sSE[i I E fo-q' r!^-vJ
;G -€
N
o,
=:vx .cg O o,a -ArMF kr!
c 6J
E E!-C cgdacd bo ll :t ri d.F >'
u au tr :ci F gi€d
o.H-Jf ='!3 s-! .Y 02 fo'
Llavd c.i
VrgH
c6
t-
i!tr:X &"J: o
(n
q)H
a H^g HEo ro trlf Hx(! -
(4 .c!:l (! ().H + \,/ ld
!f 6,1
E.H
bn
EF 'tr>
XF-c.50 S^ oxh tr 0) t€-Y
cd
'(J .-
€.;c h _tt6)t/)l b :p g 8'F
a
bo
!* I Fl 16l 8-x 2R tsr bO (.) bi lli an- .(q
:+J -<)
iE EAV.V
E E€? $ a.€}
$E{'E
J:H FE
EE E* H H!!cdE!+ E SE E € cg q) (6 'dJ
trs€ggg
"l F E
E 6-v
-
HH5bcHHcqtd FEx
€ sE
(g .q
^ co4
. !LALd
6
x< Ar<
bv S'E !Y'! 5 X
-:'6,c'= 3,sEV* E$ E [€ EE sE e €dut!x{x SE H
G6V:EG
E
cdc Jd d!+
bo E .-L -'tr ..i lRl c{ rr h c'?5 o. .F() Xncd h
.d
€=H€
V
Fi
|ESJZ
€t fi# €E f;g€*Eg
3 CrJ
2,
:lf.6
H€6- E
E x9l
z3
E$ H rr g-[j
3
[J
.. F
F
Ar
o
d
gE HgXEFE :gPs s.q ?E S
-qHq.
o-
IA
,o F
'UFtV
'tsAAOX
tr
-v;bo -vfc' id i: >' E, 8 c/) F".H
I
rd
A
F q) v
a
)v
,o
F* * € s E s€ s$
:-5 €H
Hg$ 9lr.S
C€ F! H.! rJ.oi "t, lJ
v
I
a
* H'd --g#.tsddd = iSH
z
!
>\
AS F"l s
E
E *c *'€ J
Y
")a
a
(g
cVL.d
F-
^()
ot
F
U
:5
\f!< cl
x'F
a
q)
t*
ni
o .f,*
F
R h d)
s*
"r{ 5 =(gU a
.+*
^q)
dc
a6
H
!
c).H
_sz
e,
:f,* xft
zf-l
z z v/,
d c*(; s* :\ tr i1-d /- :l .V't ?efrs,i
&'E}l
P66U
,J,
-l
A tl
F.o*
(a5
)4y z,
.X o-U
t/)
o (d
a. !!
(rC lr -a iti E -
E< ,aa)
nt
7
Y
-v
,X cJ
!i -V'-d 3(qi: CQF]o"
rf ..it |.d
;9
(\I A1
J4 Cg
V)
,o F
a()
tr^H h< )rc
'rt ,r *
€Hts IJ< V
d:
'c, >, o. -YEc fe, >-, E 136-S <s trLl
Efr s O.dcs (A
tu
.,.a
(qt F
I
I
-54 A 1 (c ->d *E >'
I
| I
,!!cn c c{ 0) i-n(!
HF.9€
15AVH H*dv =H.-F ': ..YZt^a-
5
*
E# E-g e_g fiSEE t4UrdU
:
t
HhH9
a cd
d t6
v) ce q)# 6?
FF
.-E
TA
Ct
>\ 6C
v) 0)
dt >r -V !t Ft >- ^ts -idd 't3 >d xllF bD
d>a
\o
I l
d4 2E VJ t=b$) g &J ptll ,v J'€ (acQ caCIcad
Ei
a
Fd
z z
o< dF
c\
9rl
Fi
A
J4Ji'd rp(oi:
b
!'d =$l:
\r/
l+t
g 6 !.)
r+€ XF o.H
ot
al
F
k
k
tt)
aA
F
F
,+(
,.rHE
(q
Rl'd
€lZ
'ri 'tJ d F
#HH '(1
fi $gE
bHE
*.;*l -ij:J3
H
Eg
hl
r**
X.H
f\
-v Lr 6
d)
a't E,g+J
dT $E tr
X
r-{
.v
H
Frl
lll
I8
()
1i€:
a
l4l
E-x
a
HE
F-
H<
d
.V
(t)
z z
*cd
"v
j
E
EEHH ;;rt- jjl
gC; E-r
!f!
z FI
2,*
V;68* a
Q>
O -.c a^-(d
=t =!.gJ csUt:
c{
q)6dt) o" .o ll (t
F
g €€
ta
EeEF s;
-51 a!
*ctl SHd
tr€
E5€* }1--fr
'i^qu.! rtJ
SHE E AA
H*:
cs rh
€ E#:
E
f;#E EgEE$
E E.S-8
EEEq
EFH*
w
&
z
a
trl
t*
zkl
-l a
z
z
a td a en
; v)
z g
F
-oD
Sl^
*€ * 5 S'X 6 dE
()Cqtrl c5{) H!?O.
EHP xnT
#3c ;-6
"5.d (i '€
lr)
V
c5-
i? F, ;x
dr:€
ESS rq Fi iL EFE fi trt A: JY ;.8
a
€ -E F EE S-J E: F
H
-d.:{!Jrt cS!'.=ci-u1v
3S F"g.H# E E s B'-q € FE E-IJ C H ,54 F{5
5 c }i
(l) C Q"H a-:r-
FcYEfi-EE
E cd
F
g€"$gg$EE
a
aaa
Eg
s6
g.
,x:F" 5::t) ll(4v iFr (tt
b6 g .r
-k(!0) H
d i\o r5tr Ee q-'E E '(' 3 € E'c
{) E ooll
trf;
Eg
a
Dz
a<<
A
!4 tc 't&
G
F( l.t
iar
;: r'l ad,
(d
sz
s€
cn L 'lF
t/')
(t)
zFl e(
!1 < pt tn
oi<
a, tl
(t
o*
rh ()
bo OJ
A'
b!t
\4
t6' t-\Z
"V k
,v
.v
H#
$5d
$e
ca}<
J&
(g rd
ca
(\t
-v R' b
cg
,rd (h
6
ll
F(d\F( E (ga (g5
oo q)
bo
gH
d
rh&
Cd
3Ec;
es
*t
+IH
zl
ir
-Y
!l
€b,FM e{
dJr
Ecq
-cd i: i-- A. c.]
s
i' !a'x =vH q u YE u
63
F trl
EI
a3
t,bo
tq
-6:t.ld
1!A 4dd
;>'
z
rd
dA2 tda,=
-ro qd
l:]
(n
bo
Hfi6 O-d €sd
2-v, 1 (udXX
HHK
.c
d
C!
boc d): = ^
hD
o'.t j =_g ',g?gg ase"E.- F?E.,* gesg$s uS$€€ s$,El*B 6#sxAi #sEEEg b3SEt
o
ta ri ql E
q
F^
q=
-g!
.f
1*
x
^G
<.
;E
s t 6 :€*sE E,z,$:gEEE Z & eE.9 E fi E gE- fo-8'e o..-
(! (E
(J
-
ooo
gf€E "E*s .€g EF-. gsF'S*e5!g*ag-*g'5e
UC E{) ^-o
IJ
z
tr-
\r
Etr€s[Ea"*€HggeH
EM
{\J
.rt
l-
lt
oo
$J
B rl
rc
a
a bo € .o q) ,a
trl
a
9. -so sgi;
tl lad cg (Eq6
'F'F$-e r q)
uoo
-
oE vg o
ql
a
ei
c!5
i!
s t3 s
a
cd
q-i:€= .= .r€:e u -^ -='6
-
.E.€
=Ld H\i
.";€^s
=
s F
*(
$s trF
q)
rt
!
6'= -::
Glo
z,=
(,
F{
a!\
ss dc)
'F.=
*x >,E aod s
i
zE
iltt $
tE bif ar)
Yr i L ,JdH*
o .:1
*-
€{)
E --9
g
.q
-cE
,-xF 6* md € k'a 6J * a fi.at
cq
€gg##*
l:
€s:gt: EklFF"X;sk
m
6 >:l
E-
b.cld
C'=
?6XS.q9-b6 -oJ(/)5;J
.++ F^ o -v-d q-c:-^@ 6):
q)
ct
l-^: =59 tb"cS€E"iil
vd '';:6
q,
3 E Ex ZF.<Xdh'oo aC)
9bdo : e O
B3o
3 b
7*
.q 6.-d LU .dd!q=d oO.5 :1
\
q)-
-rfo
g
q 'a-9f'F$-sf " X 6 b0d @ , -., J tr =.EPF';F"eEHEH
€
o e q --:3 .g;- E.*, f,Fl:Hs es*€€E *ry:$e*:E 3: H 5:d F SF# * F EE€ 2x t4.rE ; J i:E E tr ii O.-o'o tr= o.:f & y J tsE.= :l()
E\I c! cE
F
€€s-d* EcFgE 'EEi*![Eg€E
tl
Fl
S e
-F.d gHS
kl-:L5
-9
o
.d Bo
I
W
.: O
E 5 F" E._ E HJ qc BE# 5 i€ &FE
= ri
>
a{ d
E
D
!d
d ()
6 q)
d oo
o
Cd
Q/
v3
a
€
S
s
.'r
n $fAg E,o e.E X -H#S: : -E*-Ftr 3 o';
6= d-
3n do
- 6)q Eia u'A
H
iiJ
mvr! a
FJ
= caVFl&F4 aa
-v.3 oJq
Sox
P
.
1*
x
X
or
f\
gEE
c*
a<ji
a€
!$l95-E *es€as€g o
{)
'EH
o
o
o
g' .i- , .i .'- 5 P E} Ee .E! x-E *Ee -EF i Ee n-E 't = Esg€ aiIs g= EE€ axr"s . EEE€ aIr,s *ba n E€ g€ EE g;ji E€ g€ EE g€E e"F E€ gf EE g d E€
OI
I
::F
EO ^go
el{
v 2
(t) (l) o U 6)C) Q)= o C)o () o O a) = = o-J cl-o o.-v c J..o,o-o Z'-: -o -o z
O cd F o o () o (1) o o o >a E o--sd E .:l.o -o-o
-ad-Y vOO
2 o--v
dd 60!
CL
-Jgl '6!lc
€(! Eo
gggsegeg:gEg,Ea[gEa
4)
wc
tXd
J*J
;
c'c U'Y
> e-v t-.Ud=
g
!:-o. a'iA
:.9 t6;; =1r
bI
=!ff Z,A
g
'i
L
q il
-
€4l
F
:a€s E;-E S xHSEE* -:5
,aFg€€E $P;Es€ f€a: 6* b s b 9PF'U 5 I E b E 9 ed cd Yll
E€.=
tr o.-o€
-J:
tr=
a
5 o- jr
='a .=i,i .f.-
!:
q?=
I
)es '6oE a
cr :Y
(tr
.Fd
sa
z= c)
t99
Ets} e s.= -E ^6qEc:-
6ES * H c;dFq;ids c *^'E
Hi
'e HJl E odc = - d
E t * c 4 o.id-5<
tr c
P
g€ FEE g €'EE $E g"F E€ F" E trcQ:()oc) fi 8-_E x I S.E &-9 s ggoJEo.rE g_5
€
^6 d-3 -i5*J4-ro
oO
*L
vX "c,8 JEF c i."n-14 sq
&=
:i€o
" v
a6:Y
f *gs SH! s"c€ F{
E EE
E
s
q) q)
€ HE FT6 I8.8-'IJF a p.-5l 5 8,.!
o
(\
6dd
cod-Y
co!r= -u{) a .1
OE 6(l
L
G .?
E
h
E 54
.€
a^54y -64EM bo^
.=
a
!c4
tqiZg
O FC
L
6)
".d EE 6h>. i:q=-oE
a\=
-ulr o^F
1U O d.^C-6e
r
a€
g.g F_d>6 e i 5 €E 4
2€
({
gE-#E5eF"ffi' :^
G
oo
Ar
E'..-$'E*g€F *-g*S
r!
a.q?
s*E"-".E$a€€"+r;s*Eg"
cq) -{)E HO.
|
E"€
eL €c! G€ tri -c
g;cg
$€E
^6J 9>, -d o. -rr :? ag== c! o
Hg
[E
*r
!v 6:o!/
'i.'i eg
ooc
J
VE{] -Xc&* HE E H b FE 3".8 F ctrdbo'o
E E
:.o EC; SLbi
E=E -.€
'E: d 23 €gE Hg€eaEs€ga $
-l/ ca
r-= Go
a= O
.:= f"d
e€E-h'
.^dEU;
E
i"8
E:
ooooo LI
cq
Id l= l:v^
tr
d
-Y, d,^
E
d a s E iro '? lEi $gr$= q la.€ lh Fb "iF;E* a lSsEg;o;o5d !rl d
vl
sHE
L d
E
'tr oD€ ggF'8 ,E!-' Eip .= o -.-: P9-F-9tr r\(;.E aeZ * 9. ! aE a F,R E i: 9'; .g=3j'Ed
c( (,)
cq q)
ovHXOJ =6:-.EE aa
a
<XE.g3s
h=
6! ^9, J ^d
i>
.f
X c., d=q ;c9i,^d
!E"sF
s.EEi{*E
EEEefsES€sEI
o
Fr
o
o (dL
iZ:: '6 0-VE .d b I
z2 9.Y
d
-t
*5 '-u E6
E.9 s a6 3.ob'Eg"o3 FF c
3E*q?E*
.o:E gtr 6.= o 6.e 2 o"Zg .5 ' crx c'i,.\
z
o
o ;; ='C 2cd;Eco
o -b:
aa
i Fl r-f
gL (g(! G(E
e ir{
B"
-t
XEq)
(n
Fl
H\.r: (r -CQ
28, a
qi
6ra
R
za
o
L\
S
=P9 af; 1t-
€
.k ..: -3 t3
bocd
E
E ()
tzE # s$ES 6X
or
.*a g o
9
c)
H
r€
t.g -:, c{ L!
EF
#E E *; M*
q4-h13'oca tYlt
cd o
iEg38e =
c{;
#et=
ql q)
o
-i
e
giEi- * 'aiAg 6Heg +?3;*3 -t.Lavl!?
trSoOc.S;S.=O
qC;-EOeqGt=-o >e';s >Ea.Eas *..6
dc6= i;=33
L
.= _E
oEP*c.s.s -'t e .-rE a ;_ E* gE; EE€ F$E s '-s s"t'3oa !P rq'=* -J H.g
"'E
S
f€EEEFH€gTg€E€ge$ r=S{
--)-
*g €?st=;j*$Ece=ie=ga
*g* 5si $E5ass ;€Eae :?Ts tt
L
.3
e6 t>:E11
.890;
e-saE
* \
it= b!a ()q .dt
A:l
c
e
:.ri
c;i
: .a
:.o
a
16 6t
(d"o JZ!* ';d5(6
.+* &'a
€F ep.€i3E > \o
a;.= a,
d
6 a;d €4= dd
L
€ .?
gitF"E goE. r , $; Fp a idf , E
o FE
4)
d
bOd
9
-?E{fi-e;i
H'g?;A3 HtEE+
v) q=
Mrl EXOJ a
{
-gE o^F
X
X
1U
fi
*o. ^4e- -d:^g ..E 1?tr i.Ers"F =58*aF
C')
92Eo tutr -o:1
€Xs33s
EEEBfsESa*€s z
5E 1 i-n .FE:: *€.::E E s6 5.S -?*E.9
EO Jo'E .t.9
o
E *E EgE
'ai't =
sF () c'O5
Efrg
H
iF-d o-= 3 3 q o-6 E c "'=-
g€€.f {€ E"*€issE
zEil
o
o
o
o
o
g'=
a
9T € o tsM Fps._ po-aqtr
cO -:z'F
-:;
r.:.= ':e=-Yo
e.=
EI::JO iY .- t6 ooe:=
--- J 6
c=
etr cc 6'.ts e6.g Z= tr aa
b o
aa
CL 6(! 66
L,cFF I -G :EE 6.- b o.9
Etr
cq
B" -3
ggEE€
11 E {)
'o((; =Lu( E rq'5
a !q
33 -'E* o92Eitr.=
z2 6 b 9 6E
:l €E *F*3o-9 .9Rs€
FHFe''6EE#;59!
'3E'38 o :troo ::()d a4
o o
€ ts
E='5*
7,
E6-^i-i
E 9:Jq e >.
3:
!]^ crl :1,
OL;HO *o;2,D Z tr
L ^^a
.=.-:6'l
A 6
-.-
,;
=
dA96
,g Z
al
\o
E
a
Fy
66 l. 6
-lxotrA E ;.: o L) b odO; or o-E
ct dFc -v;*
e
b6 3 o-o-c
s.d
._ cd o'= -C, ;
eaE
9?
€:x
o
bjls= e t* a-E E
6::a
a--,
€)
@
€Ea:Esec$tsE -id
d
EgECB€
$sa'€aBg; e ag€Ega $ ,vOal
tr
-
q.a ';^F:! -d:
ui a
g
{)
E*€CE EE.St€
-8.8"-iS
'5:d
9J Go
oi€-o
j *:sE s E-3 -"8
sb '8"
-)ld
S
dd-
\c
O
!r 6
.E
o
oo9
(€ -(€ >iErC =!-v.!5 ;t d'o -i4 5=H()o)
€,
-5r
g U E6
EA
(A
rl ^
a
'adF
(q
o
(a O at.J
-tl
'cv 6
4
.^d q=c^:eF
EHo
+i.L:; C E ='HE€ gg'atidd trr
o
:.gc
r! aE E:E
S g x'E-; *€E
g
EEg ss
i'
€R PiJ
,na =.r ;-
GA
i:6
'2.
tp O€\
z
6t
E€ s J,2 g'F b*E f;"E^1'€E.--
EE$sgagFgEe€
(q
Err 63€ 6d
*Ft
-t
Bo
XEe) gts_EEi --v 9r
odoF c -o'O A.r= r*6 =35
rob
v ;F
-d c:';
5Ld HV
--H-X
zX
=
o:
RC'd
-
F"EEP-Egg$HF F'H;E#fi sts= S FT.E 9 E b F 9 AU g tr=
o tr A-oE
--lz
H!C
'Fc at' GO
z,=
)-6LA
O
n
r\-$g 9r
o a5 E -sE '=rloE4)o #a=&E€HSE .-
O.;:
&
U=.-
!
? d
L
H
4
A
k--
=sod-d-Y().dQ Y 4 o. >, 6 q./ o.'o o.
oo
I -61
o\
=bn
tar
€ o\
60Z t-,l a:
>a 4
q)
tr
6 6 lf)
V]
ta
0 z. a)
()
o
€bo
L
.F
da=tcl
9,0,qc
Ee
(t6
-QE
BIE
HaSEET SCSES.:rE"9E 6:c-SESEo* ei,3-g:S ra3:EE=q
tr
4)
s,{A:
6J
v)
tr14
$.s ri >H
SngSEEEg
cav:; a
6=
iI .i
ir
$
x
^d
X c.l
a
EU
'a
c 9DE arY o .Y-o o
(g
;s;s€€lsssE€E ooo
,a A
(q
c6\
t! 4J
ciq o}.i
z
o
*L rsf E€R=E g.E'u 'FE'4
LC ii
EHEggEg$$EE
eEb A
.i:a-,ll-5cd-uoo
-V o'= OLr .6()i: OQ.d C oqo0 .B
sM
3sgEg
b q'i
=.Y,
a o0
(! g! c
tl
e ri
,,=EF*; s
XEO
ggEilE
A
(a .x
a
* \ a
Fl
(n
!
:.O
b b d
HV
*t
7.4
e
=
a'C
EES.
'=
t f;gt*$E
rd q--o !d
b'E -i
a
(!
t,
s I'a
;'j
;E
6
= 4a-:EE€S*Es,€€ $ $Hs :*xErE! F s;E5g E FEEEE g gg
#i€-gE.f
.q
-iatr o o-r) E z.-D 6
5 tr o.-o o h,)tr o.= o-s
JO 6'= ;
o= o.r I a
bo F
\\J \ b. \ L
F= cd g0rJ 6)G^
tr Gri
PO gs Go.=
*X L!\ri
>,tr1 b!6r ol
>
zE SE =
Glo A= {)
Fr
'!:
.E
C{
s ,3-
€ ll E qr
a
tr9
'o.= -
cg d
4)
-
o
** (a{ a
.-,F
cE
g'-EF h';c!
fi16 Ei:csIs5 E ca= e o =
flEE8fi?
H
o q.)
d
c?6
}egfl€'i=€{E€
ca-ll
bo
r:_
Ss *5 - F.,( X c.r v o. a*CELLIV
o
h.t
a.)
atl
d d ao
L
-o-
-a
oi)
6o ';
sa
o-! q bO'; JO< !?Ei5 {.)do
+
6J
;E
-c oo oc d!
6q co {JJ
2 cl s
o
tr
'a
F*
o la
aa -li;?Ef
sgr$lE E3a-$$$
(t)
'6= G-rl 5
iF
x
^d
(\
q d G
"{
o
=^=
;s;s5€ igeaE;g
4')
o
r!
o
o 6d
H€!
6dH .yc -y (dl ?d .= .!:'.h FE n .3 c E €t"E Eg_$ g*" Ji-v j--
C(
ll..a6 gO o=
i-
'i.g€ bs
[x
HtO sEQ \-H'€te O ()O\
d\l
<
d dE < o.>.-rr)
2ya.^
!
!-6rH,q o.=Eq L -
€
I .O-H
AV\
SHi"Eo o= c-:il
F
6 d= = tr >EiJ
aa
n
5
€
EL dd Cd
c
A
.a .*Ee -= "'H ,i.fbP"i - i)'A 6--o
L.i
-L sq)
-
=LBT
'E; d H\,/
=
'Z- A
aq
,.
3e€sets, iE.is? ge€s f 'eE €r, Es €€
B".t
VEo (!-:a
'2""
S
gEiqE€F$EEAg€-g-F?F p€cc€ Pf€E E"gE€ aEgF€F
P
E
-
^ -.\
3c,
ej ogq
a= a
EgsFg;aEgEE'€*€ &
6 G
dn 3Or 3^ xFi
5 o -d
JLI
o 4) g
o
.-I qE.i
=
a:o =:\/ d i: di!:
H'=
cd
go'E fn 6
6 O.l.F= b.4,=
=
+
$c
d 6
o
3!$
ra
a'EE€E
r$;n
EEEEgEBggFt
6=
-g! o
1U-6! o
(!
.-'d-!
H,FE9FE.gEbq
gE
c)
q
4
U-J--6 o-gtC-
!!Eo
.E
fi AE $3'q
&
o
o
5 -.o SE.e a.? 4
=
lrl
"o-
9'7, 6 E .- '6
-d
';,s'fr H FS; H gx € sE gg;EE EL €G 66
Ht.^e
d
F=
l=3
ooq
E;5
VEo F g E
= t-Y
5 i
=Ld H\, =
z.;. lr
'Fq
E'E3._ 33.; g
S5 H E; H H E4 5 F,4 3 6i tr 6-v E;;-52-!E I
L:-
'n ^q d
sb
'o
'-
.9
-
r'6._
F{
t
aq
G
€) 4)
Ii
cJ
i.s.d3
d"; Hg;*E*$ qs€ psE $,ae€ - F - rq e s€ $H€E E"egE aEag€g 9c ; b
.J
S
'4 -e g'; E se 4x .-E
ea;-!OEEG!H
€5
z7() ;H'tdH:ks;o 5 ss tE FH;5p 6qo
_--i
$'* e6F"
6 'e
o
o
oEB
s
-q
sF€gXc $EEcsFgss$g3€
a qU d! -5c',j' ^d
\f
;> <,'-
X q d
s
€
E
a
-^=
- * F€ E c rsrBE
EEEg!ErSAEE€i
4)
o
o
o
r,
Utr E{] o:
;o
EEJ
E'3-".
E. E;8, -EEE€'E
H
g"
E€€pE€:€ A*i gi*e:
bE e 3:i b sx eli bo.!<'E Z-Y€ o-
C E* Zq, 6
bq
b Z, o.5-54
tr
Bs EE-s 3* E E'4'4.9 '= OOL-
CL 6€ 6cg
bo9
VEq)
.-
e !-.; 'a-Ea '= .iaiE - ;Ie -GLL
€c!; =LbI H\:a
ZA
g:
€o
()
6t
$
*o! sp€-EE:-o
o
p E
o- ::
o-E
€tEE€€gc€EgEEa5EE€€$ E5.i4.-orlrrl:c o o o d-VS o "Xf 6a
4t4
v
E
-)4'8.= 6:t o t o".o c) bo ts tr-=
-d
C!
6
;s.6 Fi; ry
;
'Ed
4) q)
;'i
FFFEEEEE,E?fiEE cl=.3-o d 6 9P5-6.E I H 6.E E€=*= 6 E 6 tr d tr4
F .D
E€s"f,E E"*€_E
6 -CA=
€'E 'a' ? ^'a
ge8€EE $aE reatEE$E q'
a:
'= E
E
rCO
l-v -v^ -1 6 -d
ii
q)
Mata Pelajaran Kelas/Semester Program Standar Kompetensi Alokasi waktu KOMPETENSI DASAR 1.1 Mendeskripsikan pengertian budaya politik
: Pendidikan Kewarganegaraan : XI/I : Agama dan Ilmu Alam : 1. Menganalisis budaya politik di Indonesia : 12 x 45 menit MATERI PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
Budaya politik
Menggali informasi dari berbagai sumber tentang pengertian budaya politik
Mendeskripsikan pengertian budaya politik
Mencari informasi dari berbagai sumber tentang macam-macam budaya politik
Mengidentifikasikan ciri-ciri budaya politik
Mengidentifikasikan budaya politik yang berkembang di daerahnya
Mengidentifikasikan tentang macam-macam budaya politik
Menjelaskan faktor penyebab berkembangnya budaya politik di daerahnya
Pengertian budaya politik
Macam-macam budaya politik
Budaya politik yang berkembang dalam masyarakat
NILAI KARAKTER Cinta Tanah Air, Kreatif, Kejujuran, Kedisiplinan,Demok ratis, Rasa Kemanusiaan, Jiwa Sosial,
PENILAIAN
Performance tes (tugas kelompok/ind ividu)
Tes tertulis (uraian, pilihan ganda, lainnya)
Presentasi
Performance tes (tugas kelompok/ind ividu)
Tes tertulis (uraian, pilihan ganda, lainnya)
Presentasi
Performance tes (tugas kel/individu)
ALOKASI WAKTU 2 x 45 menit
SUMBER BELAJAR
4 x 45 menit
Sistem politik Indonesia suatu pengantar. Rusadi Kartaprawira. Bandung. 1999
4 x 45 menit
Media massa cetak maupun elektronik atau buku paket yg relevan
Pendidikan Kewarganegaraan ; Demokrasi, hak asasi manusia, dan masyarakat madani. Tim ICCE UIN Jakarta. Dr. Dede Rosyada MA. Prenada Media. 2003
Menyimpulkan budaya politik yang berkembang di masyarakat 1.2 Menganalisis tipetipe budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia
Tipe-tipe budaya politik
Macam-macam tipologi budaya politik Perkembangan tipe budaya politik sejalan perkembangan sistem politik yang berlaku
Menggali informasi dari berbagai sumber tentang tipe-tipe politik yang berkembang di Indonesia
Mendeskripsikan tipe-tipe budaya politik
Mendiskusikan perkembangan tipe budaya politik sesuai dengan perkembangan sistem politik yang berlaku
Mendeskripsikan tipe budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia
1.3 Mendeskripsikan pentingnya sosialisasi pengembangan
Sosialisasi budaya politik
Makna sosialisasi kesadaran politik
Menggali informasi tentang makna kesadaran politik Mendiskusikan tentang fungsi dan peranan partai
Menyimpulkan dampak perkembangan tipe politik sesuai dengan perkembangan sistem politik yang berlaku Mendeskripsikan makna sosialisasi kesadaran politik
budaya politik
1.4 Menampilkan peran serta budaya politik partisipan
Fungsi dan peranan partai politik
Mekanisme sosialisasi budaya politik
Budaya politik partisipan
Bentuk-bentuk budaya politik partisipan
Contoh perilaku berperan aktif dalam politik yang berkembang di masyarakat
politik
Mendiskusikan tentang mekanisme sosialisasi budaya politik
Mengidentifikasikan fungsi partai politik
Menguraikan mekanisme sosialisasi pengembangan budaya politik
Mendiskusikan peran serta masyarakat dalam pengembangan budaya politik yang sesuai dengan tata nilai budaya bangsa Indonesia
Memberikan contoh budaya politik parokial, kaula dan partisipan
Menunjukkan budaya politik yang bertentangan dengan semangat pembangunan politik bangsa
Memberikan contoh budaya politik partisipan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara Mendemonstrasikan budaya politik partisipan di depan kelas
Tes tertulis (uraian, pilihan ganda, lainnya)
Presentasi
Performance tes (tugas kelompok/ind ividu)
Tes tertulis (uraian, pilihan ganda, lainnya)
Presentasi
2 x 45 menit
Mata Pelajaran Kelas/Semester Program Standar Kompetensi Alokasi waktu KOMPETENSI DASAR 2.1 Mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip budaya demokrasi
2.2 Mengidentifikasi ciri-ciri masyarakat madani
: Pendidikan Kewarganegaraan : XI/I : Agama,Bahasa : 2. Menganalisis budaya demokrasi menuju masyarakat madani : 12 x 45 menit MATERI PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
Pengertian dan prinsip-prinsip budaya demokrasi
Menggali informasi dari berbagai sumber tentang pengertian demokrasi
Macam-macam demokrasi
Prinsip-prinsip demokrasi
Menggali informasi dari berbagai sumber tentang prinsip-prinsip demokrasi
Menjelaskan perbedaan antara demokrasi liberal, komunis, dan demokrasi Pancasila
Pengertian budaya demokrasi
Mendiskusikan tentang makna budaya demokrasi
Prinsip-prinsip budaya demokrasi
Menyimpulkan tentang prinsip budaya demokrasi
Mendeskripsikan prinsipprinsip demokrasi
Menjelaskan makna budaya demokrasi
Menjelaskan tentang prinsip budaya politik
Masyarakat madani :
Pengertian masyarakat madani
Ciri-ciri masyarakat madani
Proses menuju masyarakat madani ala Indonesia
Mencari informasi dari berbagai sumber tentang pengertian masyarakat madani
PENILAIAN
Performance tes (tugas kelompok/ind ividu)
Tes tertulis (uraian, pilihan ganda, lainnya)
Presentasi
Mendeskripsikan pengertian masyarakat madani
Performance tes (tugas kel/individu)
Mengidentifikasikan ciri-ciri masyarakat madani
Menjelaskan proses menuju masyarakat madani ala Indonesia
Tes tertulis (uraian, pilihan ganda, lainnya)
Menguraikan kendala yang dihadapi bangsa Indonesia dalam mewujudkan masyarakat madani
Presentasi
Menjelaskan upaya mengatasi kendala yang dihadapi bangsa Indonesia dalam mewujudkan masyarakat madani ala Indonesia
Mendiskusikan tentang ciri-ciri masyarakat madani Mendiskusikan proses menuju masyarakat madani ala Indonesia
NILAI KARAKTER Rasa Ingin Tahu, Cinta Tanah Air, Kreatif, Kejujuran, Kedisiplinan ,Demokratis, Rasa Kemanusiaan, Jiwa Sosial,
ALOKASI WAKTU 4 x 45 menit
2 x 45 menit
SUMBER BELAJAR Mimbar Demokrasi. Jurnal Ilmiah. Jurusan Sosial Politik. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Jakarta. Vol. 5 No. 1 Oktober 2005
KOMPETENSI DASAR 2.3 Menganalisis pelaksanaan demokrasi di Indonesia sejak orde lama, orde baru dan reformasi
2.4 Menampilkan perilaku budaya demokrasi dalam kehidupan sehari-hari
MATERI PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
Demokrasi di Indonesia
Menggali informasi dari berbagai sumber tentang prinsip-prinsip demokrasi Pancasila
Menguraikan prinsip demokrasi Pancasila
Menggali informasi pelaksanaan demokrasi yang diterapkan di Idonesia sejak Orla, Orba dan orde reformasi
Prinsip-prinsip demokrasi di Indonesia
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia sejak orde lama, orde baru dan reformasi
Pemilihan umum/PEMILU
pengertian pemilu
tujuan pemilu
prinsip-prinsip dalam pelaksanaan pemilihan umum
Perilaku yang mendukung terhadap tegaknya prinsip-prinsip demokrasi
Menggali informasi dari berbagai sumber tentang pemilu di Indonesia Menganalisis tentang pelaksanaan pemilu di Indonesia
Mensimulasikan pelaksanaan pilkada di daerahnya
Mendemonstrasikan budaya demokrasi dalam kehidupan di sekolah dan lingkungan masyarakat
NILAI KARAKTER
PENILAIAN
Membandingkan demokrasi yang diterapkan di Indonesia pada masa orde lama, orde baru dan orde reformasi
Performance tes (tugas kelompok/ind ividu)
Membandingkan pelaksanaan pemilu pada masa orde lama, orde baru maupun orde reformasi
Tes tertulis (uraian, pilihan ganda, lainnya)
Presentasi
Performance tes (tugas kel/individu)
Tes tertulis (uraian, pilihan ganda, lainnya)
Mengidentifikasikan pelaksanaan pemilu pada masa orde baru dan orde reformasi
Mendemonstrasikan pelaksanaan pemilihan kepala daerah di daerahnya
Mengidentifikasi perilaku budaya demokrasi
Menunjukkan perilaku budaya demokrasi dalam lingkungan sekolah dan masyarakat
ALOKASI WAKTU 2 x 45 menit
SUMBER BELAJAR
4 x 45 menit
Kasus yang terjadi di masyarakat, media cetak dan elektronik
Perkembangan sistem pemerintahan di Indonesia : Pengkianatan demokrasi ala orde baru
Mata Pelajaran Kelas/Semester Program Standar Kompetensi Alokasi waktu KOMPETENSI DASAR 3.1 Mendeskripsikan pengertian dan pentingnya keterbukaan & keadilan dalam kehidupan berbangsa & bernegara
: Pendidikan Kewarganegaraan : XI/I : Agama,Bahasa : 3. Menampilkan sikap keterbukaan dan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara : 10 x 45 menit MATERI PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
Keterbukaan dan keadilan
Mengkaji dari berbagai sumber tentang pengertian dan pentingnya keterbukaan dan keadilan
Mendeskripsikan pengertian keterbukaan dan keadilan
Mengidentifikasikan macam-macam keadilan
Macam-macam keadilan
Makna keterbukaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
3.2 Menganalisis dampak penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan
Menggali berbagai informasi tentang macammacam keadilan Mendiskusikan makna keterbukaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Ciri-ciri keterbukaan
Mendiskusikan tentang penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan
Melakukan analisis tentang penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan
Penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan
Bentuk sikap yang mencerminkan keterbukaan
Menggali berbagai informasi baik cetak maupun elektronik tentang contoh sikap yang mencerminkan keterbukaan dan keadilan
Mendeskripsikan pentingnya keterbukaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Mengidentifikasikan ciri-ciri keterbukaan
Memberikan contoh penyelenggaraan pemerintahan yang transparan
Mendeskripsikan penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan
Mengidentifikasikan faktor penyebab terjadinya penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan
Menyimpulkan dampak penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan
Mengidentifikasi sikap keterbukaan dan keadilan
Memberikan contoh sikap
Dampak penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan
Sikap keterbukaan dan keadilan
Menggali informasi tentang ciri-ciri keterbukaan
Penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan
3.3 Menunjukkan sikap keterbukaan dan keadilan dalam
Pengertian keterbukaan dan keadilan
NILAI KARAKTER Rasa Ingin Tahu, Cinta Tanah Air, Kreatif,Kritis, Kejujuran, Kedisiplinan ,Demokratis, Rasa Kemanusiaan, Jiwa Sosial,
PENILAIAN
Performance tes (tugas kelompok/individ u)
Tes tertulis (uraian, pilihan ganda, lainnya)
Presentasi
Performance tes (tugas kel/individu)
Tes tertulis (uraian, pilihan ganda, lainnya)
Performance tes (tugas kel/individu)
ALOKASI WAKTU 4 x 45 menit
SUMBER BELAJAR
4 x 45 menit
Buku Paket PKn, media massa baik cetak maupun elektronik, kasus yang terjadi di masyarakat
2 x 45 menit
Buku Paket PKn, media massa baik cetak maupun elektronik,
Buku Paket PKn, media massa baik cetak maupun elektronik, kasus yang terjadi di masyarakat
kehidupan berbangsa dan bernegara
dan keadilan
Sikap keterbukaan dan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Menganalisis tentang sikap keterbukaan dan keadilan di lingkungan masyarakat, sekolah maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
keterbukaan dan keadilan di lingkungan sekolah dan masyarakat
Memberikan penilaian tentang sikap keterbukaan dan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Tes tertulis (uraian, pilihan ganda, lainnya)
kasus yang terjadi di masyarakat
SILABUS SEMESTER 2 2011-2012 Mata Pelajaran Kelas/Semester Program Standar Kompetensi Alokasi waktu
: Pendidikan Kewarganegaraan : XI/II : Agama,Bahasa : 4. Menganalisis hubungan internasional dan organisasi internasional : 14 x 45 menit
KOMPETENSI DASAR
MATERI PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
PENILAIAN
4.1 Mendeskripsikan pengertian, pentingnya dan sarana-sarana hubungan internasional bagi suatu Negara
Hubungan internasional
Menggali informasi dari berbagai sumber tantang pengertian hubungan internasional
Mendeskripsikan pengertian hubungan internasional
Mendeskripsikan dampak suatu negara yang mengucilkan diri dari pergaulan antar bangsa
Performance tes (tugas kelompok/individu)
Tes tertulis (uraian, pilihan ganda, lainnya)
Performance tes (tugas kelompok/individu)
Tes tertulis (uraian, pilihan ganda, lainnya)
Performance tes (tugas kelompok/individu)
Tes tertulis (uraian, pilihan ganda, lainnya)
4.2 Menjelaskan tahaptahap perjanjian internasional
4.3 Menganalisis fungsi perwakilan diplomatik
Pengertian hubungan internasional
Pentingnya hubungan internasional bagi suatu negara
Sarana-sarana hubungan internasional
Perjanjian internasional
Makna perjanjian internasional
Istilah-istilah perjanjian internasional
Tahap-tahap perjanjian internasional
Perwakilan diplomatik
Pengertian perwakilan diplomatik
Tingkatan perwakilan diplomatik
Perwakilan konsuler
Menganalisis tentang pentingnya hubungan internasional
Menguraikan pentingya hubungan internasional
Mengidentifikasi sarana-sarana hubungan internasional
Melakukan studi literatur tentang perjanjian internasional
Mendeskripsikan makna perjanjian internasional
Menggali informasi tentang istilah-istilah dalam perjanjian internasional
Menjelaskan macam-macam istilah perjanjian internasional
Menganalisis tentang tahap-tahap perjanjian internasional
Menguraikan tahapan perjanjian internasional
Menjelaskan hal-hal penting dalam ratifikasi perjanjian internasional yang memerlukan persetujuan DPR di Indonesia
Melakukan studi pustaka tentang pengertian perwakilan diplomatik
Mendeskripsikan pengertian perwakilan diplomatik
Menggali informasi tentang macammacam perwakilan diplomatik
Menguraikan tingkatan perwakilan diplomatik
Menggali informasi tentang perwakilan konsuler
Mengidentifikasikan perbedaan perwakilan diplomatik dengan perwakilan konsuler
Mengidentifikasikan sarana-sarana hubungan internasional
ALOKASI WAKTU 4 x 45 menit
SUMBER BELAJAR
4 x 45 menit
Rebecca MM Wallace, Sweet & Maxwell. London. Penerjemah Bambang Arumanadi, SH., M. Sc. (1993) Hukum Internasional. Semarang. IKIP Semarang Press. Lembar Kegiatan Siswa
2 x 45 menit
Syuffri Yusuf, SH (1989) Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri Sebuah Analisis Teoritis dan Uraian tentang Pelaksanaannya. Jakarta. CV Muliasari
JG Starke (2003). Pengantar Hukum Internasional. Edisi ke sepuluh. Jakarta. Sinar Grafika
KOMPETENSI DASAR
MATERI PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
PENILAIAN
4.4 Mengkaji peranan organisasi internasional (ASEAN, AA, PBB) dalam meningkatkan huubungan internasional
Organisasi Internasional
Menggali informasi dari berbagai sumber tentang pengertian organisasi internasional
Mendeskripsikan pengertian organisasi internasional
Mengidentifikasikan macam-macam organisasi internasional
Performance tes (tugas kelompok/individu)
Tes tertulis (uraian, pilihan ganda, lainnya)
Performance tes (tugas kelompok/individu)
4.5 Menghargai kerjasama dan perjanjian internasional yang bermanfaat bagi Indonesia
Pengertian organisasi internasional
Macam-macam organisasi internasional
Peranan dan tujuan PBB
Peranan dan tujuan ASEAN
Manfaat kerja sama dan perjanjian internasional
Bentuk-bentuk kerja sama dan perjanjian Indonesia dengan negara lain Hasil-hasil kerja sama dan perjanjian internasional yang bermanfaat bagi Indonesia
Melakukan studi literatur dab berbagai sumber tentang macam-macam organisasi internasional
Menguraikan peranan dan tujuan organisasi internasional PBB
Menggali informasi dari berbagai sumber tentang peranan dan tujuan PBB
Mendeskripsikan peranan Indonesia terhadap ASEAN
Melakukan studi literatur tentang tujuan ASEAN
Mengidentifikasikan peranan ASEAN bagi bangsa Indonesia
Menjelaskan tujuan ASEAN
Mengidentifikasi bentuk kerja sama Indonesia dengan negara lain
Menjelaskan manfaat kerja sama antar bangsa
Memberikan contoh perjanjian internasional yang bermanfaat bagi bangsa Indonesia
Tes tertulis (uraian, pilihan ganda, lainnya)
Presentasi
Menggali informasi berbagai sumber tentang bentuk-bentuk kerja sama internasional Mendiskusikan tentang hasil kerja sama internasional yang bermanfaat bagi bangsa Indonesia
ALOKASI WAKTU 2 x 45 menit
SUMBER BELAJAR
2 x 45 menit
Buku Paket yang relevan dan media cetak maupun elektronik
Buku Tata Negara dan Media Elektronik
Mata Pelajaran Kelas/Semester Program Standar Kompetensi Alokasi waktu
: Pendidikan Kewarganegaraan : X/II : Agama,Bahasa : 5. Menganalisis sistem hukum dan peradilan internasional : 12 x 45 menit
KOMPETENSI DASAR
MATERI PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
PENILAIAN
5.1 Mendeskripsikan sistem hukum dan peradilan internasional
Hukum dan peradilan internasional
Melakukan kajian pustaka (beberapa buku sumber) tentang makna, asas dan sumber hukum internasional
Mengemukakan makna hukum internasional
Menjelaskan hakeket hukum internasional
Performance tes (tugas kelompok/individu)
Tes tertulis (uraian, pilihan ganda, lainnya)
5.2 Menjelaskan penyebab timbulnya sengketa internasional dan cara penyelesaian oleh mahkamah internasional
Konsep dasar hukum internasional
Asas-asas hukum internasional
Sumber-sumber hukum internasional
Subyek-subyek hukum internasional
Lembaga peradilan internasional
Sengketa Internasional
Sebab-sebab sengketa internasional
Cara menyelesaikan masalahmasalah (sengketa internasional)
Jasa-jasa baik
Konsiliasi
Komisi penyelidik
Pewasitan (arbitrasi) mahkamah internasional
Menggali informasi tentang subyek hukum internasional Mendiskusikan peranan lembaga peradilan internasional
Melakukan analisis tentang faktor penyebab timbulnya sengketa internasional Menggali informasi berbagai sumber tentang cara penyelesaian sengketa internasional
Menjelaskan asas-asas hukum internasional
Mengidentifikasikan sumber-sumber hukum internasional
Mengidentifikasikan subyek-subyek hukum internasional
Mendeskripsikan peranan lembaga peradilan internasional
Mengidentifikasikan kewenangan mahkamah internasional
Mendeskripsikan kendala yang dihadapi mahkamah internasional dalam memerankan sebagai lembaga peradilan internasional
Mengidentifikasi penyebab timbulnya sengketa internasional
Mengidentifikasikan cara menyelesaikan masalah-masalah (sengketa) internasional
Memberikan contoh penyelesaian masalah internasional melalui arbitrase
Memberikan contoh penyelesaian masalah internasional melalui konsolidasi
Presentasi
Performance tes (tugas kelompok/individu)
Tes tertulis (uraian, pilihan ganda, lainnya)
ALOKASI WAKTU 4 x 45 menit
SUMBER BELAJAR JG Starke (2003). Pengantar Hukum Internasional. Edisi ke sepuluh. Jakarta. Sinar Grafika. Rebecca MM Wallace, Sweet & Maxwell. London. Penerjemah Bambang Arumanadi, SH., M. Sc. (1993) Hukum Internasional. Semarang. IKIP Semarang Press. Lembar Kegiatan Siswa
4 x 45 menit
Syuffri Yusuf, SH (1989) Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri Sebuah Analisis Teoritis dan Uraian tentang Pelaksanaannya. Jakarta. CV Muliasari
KOMPETENSI DASAR
MATERI PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
PENILAIAN
5.3 Menghargai putusan mahkamah internasional
Mahkamah internasional
Menggali informasi tentangn prosedur mahkamah internasional penyelesaian masalah internasional
Mendeskripsikan prosedur mahkamah internasional dalam penyelesaian masalah internasional
Performance tes (tugas kelompok/individu)
Menggali informasi tentang keputusan mahkamah internasional
Mengidentifikasikan sistematika keputusan mahkamah internasional
Menjelaskan dampak suatu negara yang tidak mematuhi keputusan mahkamah internasional
Tes tertulis (uraian, pilihan ganda, lainnya)
Mendeskripsikan contoh sikap negara yang mematuhi keputusan mahkamah internasional
Mekanisme kerja mahkamah internasional Keputusan mahkamah internasional
ALOKASI WAKTU 4 x 45 menit
SUMBER BELAJAR Boer Mauna, Hukum Internasional. Buku Paket yang relevan