40
INSTITUSI PENDIDIKAN MENGHADAPI ASEAN ECONOMY COMMUNITY (AEC) 2015 Oleh : Ditta Adelia Gunawan Program Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan
[email protected]
Abstrak Education plays an important role in building human resource competitive and able to compete with other countries. In the deal, the students are young people who have identity cards should be able to compete in the face of environmental change and development. The aim of research to find out the strategy undertaken by the University of Telkom in the face of Asean Economy Community 2015.The strategy can be taken is Telkom University in cooperation with universities in several countries so as to produce quality graduates as well as the cooperation and collaboration between the two parties is to build Indonesia into better. Keywords: Asean Economy Community, Telkom University Bandung, Strategy
A.
PENDAHULUAN
Tahun 2015 tepatnya bulan Desember merupakan awal diterapkannya sistem perekonomian bebas pada tingkat ASEAN atau dikenal dengan Asean Economy Community
(AEC).
Dengan
demikian,
masyarakat
Indonesia
harus
mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya sehingga mampu bersaing dalam sistem Asean Economy Community. Dampak terciptanya Asean Economy Community adalah pasar bebas di bidang permodalan, barang danjasa, serta tenaga kerja. Diterapkan Asean Economy Community bukan menjadi penjajahan ekonomi Indonesia justru menjadi tantangan yang harus dihadapi dalam meningkatkan perekonomian Indonesia, khususnya dan tingkat ASEAN pada umumnya. Tujuan dibentuknya Asean Economy Community adalah untuk meningkatkan stabilitas
41
perekonomian dikawasan ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalahmasalah dibidang ekonomi antar negara ASEAN. Pembentukan Asean Economy Community berawal dari kesepakatan para pemimpin ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada Desember1997 di Kuala Lumpur, Malaysia. Kesepakatan ini bertujuan meningkatkan daya saing ASEAN serta bisa menyaingi Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing. Indonesia dikenal dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah yang bisa mengalahkan Malaysia dan Singapura, namun hal ini belum terwujud karena Indonesia masih kekurangan tenaga kerja ahli dan terdidik serta kurangnya penguasan teknologi. Kelemahan yang dihadapi oleh Indonesia tersebut akan menjadi sasaran empuk bagi negara maju untuk mengeksploitasi sumber daya Indonesia dengan biaya yang murah. Pendidikan memegang peranan penting dalam membangun sumber daya manusia yang kompetitif dan mampu bersaing dengan negara lain. Oleh karena itu dalam menghadapi Asean Economy Community, pendidikan harus mampu mempersiapkan sumber daya manusia yang terampil dalam menghadapai tantangan serta perubahan yang terjadi didunia pendidikan, seperti menjamurnya lembaga pendidikan asing, standard dan orientasi pendidikan yang bertaraf internasional, serta menjamurnya pasar tenaga kerja yang akan dibanjiri oleh tenaga kerja asing. Mahasiswa merupakan generasi muda yang menuntur ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Mahasiswa juga merupakan anggota dari suatu masyarakat yang merupakan “elit” intelektual dengan tanggung jawab terhadap ilmu da masyarakat yang melekat pada dirinya. Identitas yang melekat dari dirinya tersebut, mahasiswa memiliki tanggung jawab sosial dan tanggung jawab moral yang harus dijalankan. Dalam hal ini peran generasi muda terutama mahasiswa sangat dibutuhkan. Mahasiswa dituntut untuk lebih kreatif, yang tidak hanya mampu berfikir secara kognitif namun juga harus bisa berfikir kreatif. Hal signifikan yang dapat dilakukan adalah menjadi mahasiswa yang tidak hanya mengejar nilai dan
42
terpaku pada kepentingan pribadi namun juga dituntut lebih untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang mendukung Indonesia di kancah internasional. Melihat dari tanggung jawab yang melekat pada diri mahasiswa tersebut, mahasiswa di tuntut bukan hanya cerdas dalam belajar, tetapi juga diharapkan juga harus kritis terhadap lingkungan sosial atau mahasiswa juga bisa di kenal dengan sebagai agent of change atau agent social of control. Melihat persaingan yang harus dihadapi mahasiswa, menyebabkan mahasiswa harus sanggup berkompetisi dalam menghadapi perubahan dan perkembangan lingkungan. Oleh karena itu, mahasiswa harus menjadi pribadi yang cerdas, kritis, dinamis dan berempati dalam menghadapi persaingan dengan kata lain, mahasiswa harus mampu menggunakan akalanya, tidak mudah percaya akan hal yang belum pasti dan mampu menempatkan dirinya dalam berbagai situasi dan kondisi. Serta untuk menghadapi Asean Economy Community yang penuh degan persaingan sumber daya manusia yang berkualitas harus dipersiapkan karena masih banyak industri padat karya yang kekurangan tenaga kerja terdidik dan terampil. Asean Economic Community (AEC) 2015 merupakan bentuk kerjasama baru antar negara-negara di regional ASEAN yang bertujuan untuk meningkatkan sektor perekonomian dan stabilitas politik serta keamanan. Asean Economy Community 2015 akan diikuti oleh 10 negara yaitu Indonesia, Myanmar, Thailand, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Philipina, Laos, Kamboja dan Vietnam. Sebagai negara yang telah bergabung dengan Asean Economy Community, maka Indonesia wajib dan harus siap untuk menghadapi Asean Economy Community sehingga Indonesia harus meningkatkan sumber daya manusia yang memadai serta berani bersaing di lingkungan Asean Economy Community. Penyiapan sumber daya manusia yang dilakukan salah satunya melalui jalur pendidikan tinggi yaitu pada mahasiswa-mahasiswa yang ada di kampus. Mahasiswa yang rata-rata berusia 20 tahun, merupakan aset bangsa yang sangat berharga karena mahasiswa masih berada pada masa-masa keemasan dalam mencari jati diri. Perguruan tinggi menjadi ladang yang sangat luas untuk mengali ilmu yang diperlukan di masa depan. Sehingga mahasiswa lulus dengan harapan
43
sudah mempunyai beberapa kompetensi atau memiliki kemampuan (skill) pada dirinya. Persaingan internasional dalam pendidikan dalam hal: kualitas kompetensi lulusan,
kemampuan
bahasa
internasional/bahasa
inggris,
kemampuan
bekerjasama, hasil penelitian, program yang dilaksanakan, kemampuan tenaga dosen, dan secara keseluruhan adalah kualitas perguruaan tinggi. Dengan adanya keadaan yang demikian, maka Indonesia harus bersiap diri untuk dapat bersaing di ASEAN. Potret kualitas pendidikan tinggi di Indonesia masih belum menunjukkan kualitas yang merata. Kualitas perguruan tinggi Indonesia, tercermin dengan lulusannya yang tidak siap pakai, kemampuan bahasa inggris yang rendah, kemampuan bekerjasama yang rendah, kemampuan inovasi yang rendah, kreativitas yang rendah, semuanya berujung pada daya saing lulusan yang rendah. Universitas Telkom dibentuk dari merger empat lembaga pendidikan tinggi di bawah Yayasan Pendidikan Telkom. Universitas Telkom secara resmi didirikan pada tanggal 17 Juli, 2013 berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Keputusan Budaya ada 270 / E / O / 2013 tentang persetujuan merger dari tiga lembaga, yaitu Institut Teknologi Telkom (IT Telkom), Institut Manajemen Telkom (IM Telkom), dan Politeknik Telkom. Tapi kemudian keputusan tersebut diperbaharui dengan Keputusan ada 309 / E / O / 2013 menyatakan bahwa Telkom Sekolah Seni dan Desain (STISI Telkom) bergabung untuk menjadi bagian dari Universitas Telkom. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa masalah adalah bagaimana strategi yang dilakukan oleh Universitas Telkom dalam menghadapi Asean Economy Community (AEC) 2015.
44
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa masalah adalah mengetahui strategi yang dilakukan oleh Universitas Telkom dalam menghadapi Asean Economy Community (AEC) 2015. Metodologi Penelitian Metode penelitian berisi langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini menggunaan metode studi literatur dan studi pustaka. Studi literatur dan studi pustaka dilakukan dengan melihat buku, website, ataupun jurnal. B.
TINJAUAN PUSTAKA
Strategi adalah sebuah cara dalam membangun identitas dan arah untuk pengembangan bisnis ke depan. Model siklus hidup adalah pendekatan berguna untuk menjelajahi dampak proses temporal kejenuhan pasar dan pengembangan teknologi dan penyebaran, dan dampaknya terhadap struktur industri dan dasar keunggulan kompetitif. Mengkategorikan industri sesuai dengan tingkat perkembangan dapat menjadi acuan untuk melihat persaingan yang mungkin muncul dan jenis strategi yang efektif. Dengan mengidentifikasi pola evolusi industri dan beradaptasi dengan perubahan menjadi tantangan besar untuk perusahaan (Grant, 2010). Di negara berkembang dan industri berbasis teknologi, memelihara dan memanfaatkan inovasi adalah sumber dasar keunggulan kompetitif dan fokus perumusan strategi. Dalam industri berbasis teknologi, pendekatan secara tradisional untuk strategi berdasarkan peramalan dan perencanaan rinci tidak memadai. Kombinasi kecepatan dan ketidakpastian perubahan berarti bahwa strategi yang efektif adalah mereka yang menggabungkan kejelasan visi dengan fleksibilitas dan responsif. Strategi ditujukan pada eksploitasi inovasi, pilihan apakah untuk menjadi pemimpin atau pengikut, dan manajemen risiko harus memperhatikan karakteristik organisasi. Untuk meningkatkan peluang dapat dengan cara misalnya mengevaluasi potensi untuk menghasilkan keuntungan,
45
melakukan
aliansi/joint
venture
untuk
mengembangkan
inovasi
dan
mengidentifikasi apa yang menjadi keuntungan komparatif dalam suatu perusahaan (Grant, 2010). Mature industries menyajikan lingkungan yang menantang untuk perumusan dan pelaksanaan strategi bisnis. Posisi stabil keunggulan kompetitif dalam mature industries dikaitkan dengan keuntungan biaya dari skala ekonomi atau pengalaman, dan keunggulan diferensiasi melalui loyalitas merek. Strategi seperti biasanya dilaksanakan melalui organisasi hirarkis, dengan tingkat tinggi spesialisasi dan formalisasi, dan pengambilan keputusan terpusat diarahkan memaksimalkan efisiensi statis. Peningkatan dinamika dalam mature industries yang dihasilkan dari kompetisi internasional, turbulensi ekonomi, dan tekanan yang lebih besar untuk inovasi telah memiliki dua konsekuensi. Pertama, kondisi untuk efisiensi biaya telah berubah. Dalam lingkungan yang dinamis, efisiensi biaya kurang tergantung pada skala, spesialisasi, dan kontrol yang kaku, dan lebih pada penyesuaian cepat berubah. Kedua, karena persaingan semakin ketat, perusahaan dipaksa untuk mencari sumber-sumber baru keunggulan kompetitif melalui inovasi dan diferensiasi (Grant, 2010). Integrasi vertikal berdasarkan pada efisiensi pasar dibandingkan dengan efisiensi perusahaan: jika biaya bertransaksi melalui pasar lebih besar dari biaya administrasi dalam perusahaan, maka perusahaan harus secara vertikal mengintegrasikan seluruh tahapan. Strategi integrasi vertikal dapat menjadi pertimbangan jangka panjang dalam pengembangan kemampuan organisasi. Jika sebuah perusahaan untuk mempertahankan keunggulan kompetitif, harus membatasi diri untuk kegiatan yang memiliki kemampuan yang unggul daripada perusahaan lain yang melakukan kegiatan tersebut (Grant, 2010). Dalam lingkungan internasional, potensi perusahaan untuk keunggulan kompetitif ditentukan tidak hanya dengan sumber daya sendiri dan kemampuan tetapi juga oleh kondisi lingkungan nasional termasuk harga input, nilai tukar dan sejumlah faktor lainnya. Sejauh mana sebuah perusahaan diposisikan di beberapa pasar nasional juga mempengaruhi kekuatan ekonominya. Membangun potensi untuk sebuah perusahaan untuk menciptakan nilai dari internasionalisasi hanyalah
46
sebuah permulaan. Analisis selanjutnya bagaimana merancang strategi untuk masuk ke pasar internasional. Perusahaan perlu mengenali sumber daya dan kemampuan yang didukung keunggulan kompetitif sehingga tidak mudah ditiru oleh pesaing lain (Grant, 2010). Akan tetapi dalam bidang industri suatu perusahaan yang tidak berkembang akan sulit untuk bertahan. Untuk bertahan hidup dan berkembang dalam jangka panjang perusahaan harus berubah dan melakukan diversifikasi walaupun mempunyai resiko yang besar. Diversifikasi adalah suatu langkah untuk memunculkan peluang yang memungkinkan perusahaan untuk terus bertahan dan berkembang. Tujuan diversifikasi harus jelas sehingga dapat menjadikan perusahaan yang lebih efektif (Grant, 2010). Untuk penguatan daya saing perguruan tinggi Indonesia, maka diperlukan strategi peningkatan mutu pendidikan tinggi, dengan menjalankan peningkatan mutu yang terus menerus (quality improvement continuously). Bagaimana cara sistematis, efektif dan efisien dalam melakukan peningkatan mutu yang terus menerus adalah dengan cara membangun budaya mutu disetiap perguruan tinggi dengan melakukan evaluasi mutu internal secara terus menerus. Dalam hal ini melakukan evalusi terhadap berbagai faktor produksi dalam perguruan tinggi, karena suatu perguruan tinggi pada dasarnya adalah bagian dari pelayanan jasa, yaitu jasa pendidikan (Panday, 2014). C.
PEMBAHASAN 1. Sejarah Universitas Telkom
Menurut Pangarso (2014), Universitas Telkom dibentuk dari merger empat lembaga pendidikan tinggi di bawah Yayasan Pendidikan Telkom. Dilihat dari sudut pandang organisasi terdapat kesesuaian Universitas Telkom dengan kondisi Asean Economy Community dapat dilihat dari: Visi Universitas Telkom adalah Telkom University's vision is to become a World Class University which actively involved in development of science and art with information technology-based. Dengan adanya kata “world
47
class” menunjukkan bahwa Universitas Telkom berkeinginan untuk berkiprah tidak hanya secara nasional tetapi juga internasional. Hal ini sesuai dengan adanya Asean Economy Community akan memungkinkan persaingan di bidang pendidikan tinggi yang makin tinggi, dikarenakan dimungkinkan bertambahnya perguruan tinggi di Indonesia yang disebabkan negara tetangga anggota ASEAN mendirikan perguruan tingginya di Indonesia. Selain itu terkait dengan tenaga terampil, maka juga dimungkinkan adanya ’aliran’ tenaga pengajar dari negara tetangga ASEAN ke Indonesia, begitupun sebaliknya. Hal ini harus diantisipasi oleh perguruan tinggi di Indonesia khususnya Universitas Telkom, untuk dapat bersaing di era Asean Economy Community 2015. Gambar 1 adalah visi jangka panjang Universitas Telkom untuk dapat masuk ke dalam kondisi Asean Economy Community:
Gambar 1. Visi Universitas Telkom Misi Universitas Telkom yaitu: 1. Organize and develop international standard education; 2. Advancing and disseminating science, technology, management, and art which is internationally recognized; 3. Utilizing science, technology, management, and art, for the welfare and betterment civilization (Pangarso, 2014)
48
Nilai Universitas Telkom yaitu: Profesionalism, Recognition of achievement, Integrity, Mutual respect Entrepreneurship (PRIME). Hal-hal yang sudah dilakukan Universitas Telkom terkait dengan persiapan AEC 2015 antara lain: 1. Menjalin kerjasama dengan Monash University Australia dalam hal peningkatan kualitas pendidikan. (Telkom, 2013) 2. Menjalin kerjasama dengan tiga universitas di Belanda, yaitu Saxion University, Fontys University, dan Twente University. (Telkom University, 2014) dalam hal pertukaran mahasiswa, pertukaran dosen, pengembangan dosen, program dual degree, magang atau internship bagi mahasiswa TelU (khususnya kelas Internasional) dan penelitian bersama (di bidang Teknologi dan Bisnis serta program pengembangan dosen untuk melanjutkan studi S3 dan Post Doktoral). 3. Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi & Bisnis (FEB) akan melakukan akreditasi ABEST21 yang berpusat di Tokyo Jepang. 4. Sertifikasi internasional dapat diberikan untuk meningkatkan daya saing lulusan dilevel internasional (Tel-U, 2104). 2. Mahasiswa dan Asean Economic Community (AEC) 2015 Setuju (2015) berpendapat Asean Economic Community (AEC) 2015 menuntut masyarakat Indonesia mempunyai mental luar biasa, karena berhadapan dengan masyarakat dari luar Indonesia. Salah satu upaya pembentukan masyarakat Indonesia yang bermental luar biasa melalui jalur pendidikan. Pendidikan dan pembentukan karakter sesuai dengan yang tercantum dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus merespon dengan tepat agar dapat menyiapkan SDM yang berkualitas. Pendidikan karakter penting diajarkan untuk menjadi manusia yang cerdas, jujur, tangguh, dan peduli. Keempat hal tersebut beralasanuntuk menjadi kunci sukses. Apabila mempunyai kecerdasan maka akan bisa memilah mana yang baik dan salah. Kecerdasan, harus diimbangi dengan kejujuran untuk mendapatkan kepercayaan orang lain. Sedangkan
49
tangguh diperlukan karena yang bermain dalam Asean Economy Community 2015 bukan hanya masyarakat Indonesia tapi juga negara lain di ASEAN (Setuju, 2015). Menurut Marzuki (2012), pendidikan diharapkan mempunyai outcome berupa life skill, yang menjadi bagian konsep dasar pendidikan nasional. Life skill merupakan kemampuan, kesanggupan dan ketrampilan yang harus dimiliki dalam menjalani proses kehidupan. Sehingga sanggup bersaing dan terampil dalam menjaga kelangsungan hidup dan tantangan pada masa depan. Hal yang perlu disiapkan dalam menghadapi Asean Economy Community adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal mampu bersaing dengan sumber daya manusia dari anggota MEA itu sendiri. Kesiapan dalam menghadapi Asean Economic Community (AEC) 2015 saat ini memerlukan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia baik formal maupun informasi, sehingga nantinya mahasisiwa yang akan menjadi calon tenaga kerja akan memiliki kualitas yang handal untuk mendukung partisipasi dalam Asean Economy Community. Hal ini bisa dilakukan dengan meningkatkan kualitas melalui pendidikan formal yaitu dengan melibatkan perguruan tinggi dalam melakukan pengembangan diberbagai sektor yang akan meningkatkan daya saing (Andriani, 2015). Andriani (2015) mengatakan aat ini masyarakat Indonesia berada pada lingkungan global yang sangat dinamis dan kompleks yang akan menghadapi faktor-faktor yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan masyarakat. Salah satu aspek penting yang harus dipersiapkan dalam menghadapi lingkungan global Asean Economy Community tersebut adalah dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten. Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Persiapan sumber daya manusia yang kompeten tersebut dapat dimulai dari peran dan kesiapan mahasiswa sebagai kaum intelektual muda bangsa. Mahasiswa sebagai agent of change diharapkan tidak hanya berpangku tangan dalam menghadapi Asean Economy Community yang penuh tantangan dan
50
persaingan. Mahasiswa merupakan elemen yang mendapatkan pengaruh yang besar dengan diberlakukannya Asean Economy Community harus mampu meningkatkan kualifikasinya dalam menghadapi Asean Economy Community. Dalam perkuliahan mahasiswa tidak hanya diharapkan mencari IPK tetapi harus juga menambah dan meningkatkan kompetensi yang nantinya diharapkan akan memiliki skill yang cukup dalam menghadapi Asean Economy Community. Mahasiswa Indonesia pada saat ini harus sadar akan pentingnya soft skill terutama dalam kemampuan berbahasa asing dan bakat-bakat individu. Sehingga hard skill dan soft skill harus dikuasai mahasiswa untuk mendapatkan karir yang lebih baik (Andriani, 2015). Mahasiswa akan lebih siap dalam menghadapi persaingan dalam era Asean Economy Community. Terdapat perbedaan kebutuhan dan pengembangannya serta sudut pandang terhadap hard skills dan soft skills antara dunia kerja/usaha dan perguruan tinggi pada saat ini. Rasio kebutuhan soft skills dan hard skills di dunia kerja/usaha berbanding terbalik dengan pengembangannya di perguruan tinggi (Pangarso, 2014). Dengan memiliki inovasi dan kretivitas, mahasiswa juga dapat berperan sebagai wirausaha muda yang memiliki daya kreativitas dan inovasi yang mampu bersaing dengan mahasiswa dari negara lain. Sehingga dengan menjadi wirusaha muda, mahasiswa akan membantu dalam penciptaan lapangan kerja baru dan menumbuhkan sikap pada setiap pribadi mahasiswa untuk menjadi job creator bukan sebagai job seeker sehingga akan mampu menciptakan produk-produk baru yang inovatif, bernilai daya guna tinggi dan tidak kalah dalam bersaing dengan negara-negara lain (Andriani, 2015). Perguruan Tinggi dan Asean Economic Community (AEC) 2015 Dalam menghadapi Asean Economy Community 2015, lembaga perguruan tinggi saat ini diharapkan tidak lagi hanya mengerluarkan ijazah untuk memperlihatkan kompetensi di balik ijazah tersebut, tetapi juga harus memperlihatkan kemampuan dan keterampilan yang melekat pada diri lulusan sehingga lulusan dari perguruan tinggi tersebut akan bisa masuk ke bursa tenaga kerja Asean Economy
51
Community. Dalam meningkatkan daya saing lulusan, perguruan tinggi harus mampu melahirkan sumber daya manusia yang memiliki daya saing dan daya guna serta memiliki kemandirian. Kemudian perguruan tinggi juga harus mampu merubah dan mengembangkan pola pikir lulusan yang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman (Andriani, 2015). Andriani (2015) mengatakan dosen sebagai tenaga pendidik yang akan memberikan ilmu pengetahuan kepada mahasiswa di perguruan tinggi memiliki peran yang sangat vital bagi kualitas lulusan. Kreativitas dosen dalam aktivitas belajar mengajar sangatlah diperlukan. Dosen juga harus mempunyai kualitas serta kapabilitas yang harus bisa diimplementasikan pada taraf nasional bahkan internasional. D.
KESIMPULAN
Posisi Universitas Telkom yang turut berkontribusi menyiapkan sumber daya manusia (lulusan) Indonesia yang bersaing. Hal ini dilakukan dengan cara: a.
Untuk menghadapi Asean Economy Community (AEC), peranan pemerintah dan institusi pendidikan sangat penting. Harus adanya kerjasama dan kolaborasi antara kedua pihak ini untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik di mata negara lain sehingga Indonesia tidak merasa bahwa Asean Economy Community (AEC) tidak menjadi ancaman bagi masyarakat Indonesia.
b.
Pendidikan dalam hal karakter sikap dan sifat di perguruan tinggi penting agar mahasiswa dapat memiliki daya saing dan mampu menghadapi Asean Economy Community (AEC).
c.
Program
pengembangan
pendidikan
membutuhkan
perencanaan,
implementasi, evaluasi, dan tindak lanjut. Kesemua tahapan harus dilakukan secara berurutan agar program pendidikan karakter dapat semakin sempurna. d.
Universitas Telkom Bandung sudah cukup dapat menghadapi Asean Economy Community (AEC) dengan bekerja sama dengan fakultas-fakultas dari luar negeri sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas.
52
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan kepada Universitas Telkom Bandung adalah agar Universitas Telkom meningkatkan kualitas pendidikan serta bekerja sama dengan universitas dari luar negeri sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas. Daftar Pustaka Andriani, C. 2015. Mahasiswa Dan Perguruan Tinggi Dalam Era Asean Economic Community 2015. Seminar Nasional Ekonomi Manajemen Dan Akuntansi (SNEMA) Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang ISBN: 978-60217129-5-5. Grant, R. M., 2010, Contemporary Strategy Analysis, 7thed. United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd. Marzuki, 2012. Pengembangan Soft Skill Berbasis Karakter Melalui Pembelajaran IPS Sekolah Dasar. Makalah seminar Nasional di IKIP PGRI Madiun. Panday, R., 2014, Strategi Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi Untuk Penguatan Daya Saing Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia Tenggara: Studi Kasus. Proceedings SNEB 2014. Panday, Rorim. (2014b). Quality Assurance Implementation in Higher Education to Strengthen the Innovation Strategy in Facing Globalization: A Case Study. Paper Presented at ICOI-2014. Pangarso, A., 2014, Persiapan Universitas Telkom Untuk Menghadapi Asean Economy Community 2015. Seminar Nasional Ekonomi dan Bisnis (SNEB) 2014 Proceedings SNEB 2014. Setuju, I, 2015, Penguatan Karakter Mahasiswa dalam Menghadapi MEA. Seminar dan Call for Paper, Dies Natalis Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa ke 60.