Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi Pertanian Berkelanjutan (Hasil-Hasil Penelitian Mendukung Pajale) Luthfi Fatah Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat E-mail:
[email protected]
Pendahuluan Kedaulatan pangan bersama-sama dengan kemandirian pangan adalah kondisi yang diperlukan oleh suatu negara untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan masyarakat dan perseorangan yang sehat, aktif, dan produktif, secara berkelanjutan. Ketahanan Pangan sendiri adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi suatu negara sampai kepada para individual yang ada di negara tersebut. Pencerminan sebuah negara yang telah mencapai ketahanan pangan adalah tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya. Pangan yang tersedia adalah beragam, aman, dengan kandungan gizi yang baik. Ketersediaan pangan ini bersifat merata dan terjangkau. Selain itu ketersediaan pangan ini tidak bertentangan dengan agama, keyakinan mapun budaya masyarakat, serta memungkinkan masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Kedaulatan pangan merupakan hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak rakyat atas pangan dan yang memberikan masyarakat hak menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal. Sedangkan kemandirian pangan merupakan kemampuan negara dan bangsa untuk memproduksi aneka ragam pangan di dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan secara bermartabat segenap potensi sumber daya alam dan manusia, memanfaatkan dan merekayasan faktor-faktor sosial dan ekonomi, serta menggali, memanfaatkan dan mengembangkan kearifan lokal (Permentan No: 15/ Permetan/ HK.140 /4/ 2015). Secara konseptual dan normatif tentang persoalan pangan ini telah diatur dengan sangat baik sebagaimana tercermin dari uraian definisi di atas.
Namun demikian negara dan bangsa
kita masih harus terus mengupayakan segenap daya untuk dapat mewujudkan konsep dan norma tersebut kedalam implementasi yang aktual, sehingga ketahanan pangan dapat terwujud dari kemampuan kita merealisasikan kondisi kedaulatan dengan kemandirian pangan dengan memanfaatkan segenap sumberdaya dan kemampuan yang kita miliki, bersatu padu bergerak secara sinergi dalam lingkup wilayah negara Republik Indonesia yang maha luas ini. Untuk kebijakan apapun juga yang mengatur berbagai aspek dalam berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang
berdaulat, mandiri dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong, termasuk dalam merumuskan kebijakan pangan, konteks luasan wilayah negara Indonesia menjadi faktor strategis. Wilayah dengan luasan yang besar ini membawa perbedaan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi strategi untuk keberhasilan suatu usaha atau program. Menjadi dilematis ketika kita harus merumuskan sebuah kebijakan untuk wilayah yang luas ini. Di satu sisi ada tuntutan untuk mencapai economy of scale yang memadai untuk memaksimumkan benefit yang dapat diperoleh, di sisi yang lain keragaman wilayah dengan beragam karakteristik fisisk, sosial,
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
21
ekonomi dan budayanya membuat generalisasi sulit dilakukan dan, seperti yang seringkali dilakukan, hal itu kemudian harus dipaksakan dengan berbagai metode dan sistem, namun seringkali pula dengan ongkos ekonomi, sosial, dan ongkos kerugian lingkungan yang tidak sedikit. Dari uraian di atas dapatlah dipahami kebutuhan untuk memperhitungkan aspek spesifik lokasi adalah sebuah keniscayaan bagi Indonesia yang luas ini. Lebih-lebih lagi dalam perumusan strategi untuk mendukung kedaulatan pangan sebagaima yang diinginkan. Banyak faktor dari beragam aspek yang memerlukan penanganan dan addressing secara spesifik, tidak bisa disandarkan pada satu preskripsi generik untuk seluruh wilayah Indonesia. Berbagai inovasi agronomi telah banyak sekali dihasilkan dalam mendukung pembangunan pertanian. Namun kita perlu cermat memilih dan mengkombinasikan pilihan agroinovasi yang sesuai, agar maksud pembangunan pertanian dapat berkelanjutan dan dapat menjadi jalan perwujudan peningkatan produktivitas pertanian dan perbaikan kesejahteraan petani. Bila tidak dilakukan dengan cermat pemilihan strategi yang keliru bisa saja berdampak saling meniadakan, atau bahkan dalam keadaan tertentu yang bersifak ekstrim dapat menghasilkan kondisi yang kontra produktif bagi upaya pembangunan pertanian. Inovasi, Teknologi dan Pembangunan Apa yang dimaksud dengan Inovasi? Menurut Webster innovation is the introduction of something new: a new idea, method, or device. Jadi inovasi adalah memperkenalkan sesuatu yang baru, bisa berupa ide, metode maupun peralatan. Orang yang melakukan inovasi disebut inovator. Ada juga yang memberikan batasan bahwa inovasi adalah sebuah proses pembaruan dalam unsur kebudayaan masyarakat, yakni teknologi. Inovasi berarti penemuan baru dalam teknologi manusia. Dalam pengertian yang lain, inovasi juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk memperkenalkan hal-hal baru atau temuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau sudah dikenal sebelumnya (Alston, 2010). Sesuatu hal yang inovatif haruslah bermanfaat bagi sang inovator atau orang lain. Inovasi dapat menyebabkan perubahan berbagai bidang dalam masyarakat. Contoh, penemuan dalam bidang teknologi pertanian tentu akan mempengaruhi teknik atau cara petani mengolah pertaniannya. Pada umumnya inovasi dibedakan atas inovasi yang terjadi karena sengaja (invention) dan inovasi yang terjadi tanpa disengaja (discovery). Invention adalah proses munculnya suatu hal baru dari kombinasi hal-hal lama yang telah ada yang memang direncanakan prosesnya. Sedangkan, discovery adalah penemuan hal baru, baik berupa alat, produk ataupun gagasan yang sebelumnya tidak dirancang secara khusus untuk menghasilkan hal-hal baru tersebut. Namun demikian discovery dapat menjadi invention jika masyarakat sudah mengakui, menerima, dan memanfaatkan hasil inovasi tersebut (Fatah, 2007b). Pengertian inovasi hampir sama dengan pengertian kreatif. Satu hal penting yang menjadi pembeda kedua istilah tersebut adalah tidak semua orang memiliki sikap inovatif. Kreativitas adalah naluri sejak lahir, sedangkan inovasi muncul apabila kreativitas terus diasah dan dikembangkan. Sedangkan teknologi secara umum dapat didefinisikan sebagai entitas, benda maupun tak benda yang diciptakan secara terpadu melalui perbuatan dan pemikiran untuk mencapai suatu nilai. Secara etimologis, akar kata teknologi adalah "techne" yang berarti serangkaian metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan sebuah objek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang metode dan seni.
22
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
Definisi teknologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis ilmu pengetahuan terapan, merupakan keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi dapat dipandang sebagai kegiatan yang membentuk atau mengubah kebudayaan. Selain itu, teknologi adalah terapan matematika, sains, dan berbagai seni untuk faedah kehidupan seperti yang dikenal saat ini. Menurut Miarso (2007) : teknologi adalah proses yang meningkatkan nilai tambah, proses tersebut menggunakan atau menghasilkan suatu produk , produk yang dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada, dan karena itu menjadi bagian integral dari suatu sistem. Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Setiap orang dengan caranya masing-masing tentu ingin mendayagunakan segala sumberdaya, aset, dan kemampuannya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Limpahan sumberdaya yang diterima (resource endowment), jumlah aset yang dikuasai, dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dan setiap golongan masyarakat tidaklah sama. Ini akan berimplikasi pada kemampuan orang atau golongan masyarakat tersebut untuk mencapai tujuan mereka dalam rangka memperbaiki aspek-aspek kehidupannya (Fatah, 2004). Pembangunan sesungguhnya usaha untuk menerapkan kemampuan dalam pengelolaan sumberdaya dan aset yang dimiliki untuk mencapai keadaan yang lebih baik. Kemampuan mengelola, ketersediaan sumberdaya, dan jumlah aset yang dimiliki dengan demikian merupakan tiga faktor utama yang menentukan keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Semakin tinggi kemampuan mengelola akan membuat semakin banyak alternatif-alternatif yang dapat dikembangkan untuk melaksanakan pembangunan. Demikian juga dalam hal sumberdaya, semakin banyak sumberdaya yang dikuasai dan semakin besar tingkat penguasaan terhadap sumberdaya tersebut, akan semakin besar pula peluang pembangunan yang dilaksanakan akan berhasil dengan lebih baik. Dalam hal jumlah aset, kecenderungannya adalah bahwa semakin banyak aset yang dikuasai (misalnya dukungan infrastruktur, sarana, dan prasarana) akan semakin mudah mewujudkan rencana dalam pelaksanaan pembangunan (Fatah, 2007a). Pentingnya Inovasi dalam Pembangunan Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi landasan pokok agar pembangunan nasional dapat memberikan kesejahtraan rakyat lahir dan batin yang setinggi- tingginya, termasuk pembangunan sektor pertanian di bidang pangan. Penyelenggaraannya perlu menerapkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mendorong pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara seksama dan bertanggung jawab dengan memperhatikan nilai-nilai agama serta nilai-nilai luhur budaya bangsa, sehingga dapat mengupayakan pencapaian sasaran umum pembangunan jangka panjang yang diselenggarakan melalui berbagai bidang pembangunan. Ilmu pengetahuan erat hubungannya dengan teknologi.
Sering dikatakan bahwa ilmu
pengetahuan adalah kunci rahasia alam dan teknologi disebut-sebut sabagai penerapan ilmu pengetahuan untuk menghasilkan inovasi di dalam rangka memecahkan permasalahan yang dihadapi berkait dengan alam, pemanfaatan sumberdaya dan pemeliharaan keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan untuk menghasilkan inovasi seiring berkembangnnya permasalahan yang dihadapi. Hal ini seperti dinyatakan oleh Fatah (2010) bahwa teknologi hanya dapat dikembangkan melalui pengaplikasiannya pada masalah Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
23
yang nyata. Aplikasi rekayasa teknologi yang sesuai pada masalah nyata yang dihadapi merupkan bentuk inovasi yang mendukung proses pembangunan berjalan dengan baik dan berkelanjutan. Perkembangan inovasi dan teknologi yang cepat dan dinamis serta berlangsung secara terus menerus dari waktu ke waktu telah membangkitkan kekuatan besar yang mendorong terjadinya perubahan-perubahan yang mendasar. Proses globalisasi adalah perubahan kondisi yang sedang terjadi saat ini. Globalisasi ini selain dalam tata hubungan antar bangsa, juga meliputi globalisasi dibidang informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi serta ekonomi. Menyikapi perubahan yang terjadi itu diperlukan inovasi yang sesuai untuk mendukung keberhasilan dan keberlanjutan pelaksanaan pembangunan (Fatah, 2007b). Sebagai salah satu dampak langsung proses globalisasi tersebut adalah terciptanya suatu suasana keterbukaan.
Suasana keterbukaan yang membangkitkan persaingan yang kuat.
Kecepatan perkembangan ilmu pengetahuan, inovasi dan teknologi yang sangat pesat telah membuat persaingan demikian tingginya sehingga terjadilah suatu seleksi dimana hanya bangsa bangsa yang dapat berinovasi dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sajalah yang dapat bertahan di arena persaingan tersebut. Satu bangsa yang berkeinginan untuk bertahan dalam proses globalisasi ini serta terus mempunyai kemampuan untuk berkembang, harus mampu untuk bersaing secara terbuka. Persaingan dan keterbukaan ini seyogyanya merupakan tantangan yang harus dijawab oleh bangsa. Perkembangan ilmu pengetahuan, inovasi dan teknologi yang semakin pesat dan persaingan antar bangsa yang semakin ketat serta adanya dampak arus globalisasi yang semakin meluas menuntut pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi secara lebih tepat, cepat dan cermat serta bertanggung jawab agar mampu memacu inovasi untuk menuju terwujudnya masyarakat yang mandiri, maju dan sejahtera (Fatah, 2009a). Agroinovasi yang Telah di Kembangkan Inovasi di bidang pertanian terus maju dan berkembang. Perkembangannya di Indonesia juga sangat dirasakan. Berbagai sudut pandang dan teknik pendekatan, berbagai disiplin ilmu dan berbagai komponen stakeholders masing-masing berkontribusi terhadap akumulasi inovasi dan teknologi baru di bidang pertanian. Inovasi ini tersebar di berbagai tempat termasuk juga lembaga-lembaga riset, di perguruan tinggi, di bagian R&D lembaga atau institusi pemerintah maupun swasta, dan juga pada beberapa kelompok think tank termasuk di organisasi LSM. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Balitbangtan telah melaksanakan berbagai kegiatan penelitian pertanian dan telah menghasilkan pula berbagai inovasi teknologi. Melalui Balai Penelitian yang menghasilkan teknologi strategis nasional dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di daerah yang menghasilkan teknologi pertanian spesifik lokasi, Balitbangtan mengarahkan programnya memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal sesuai paradigma pembangunan pertanian untuk mendorong sistem dan usaha pertanian yang efisien. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah mengorganisir dan mendokumentasikan berbagai inovasi di bidang pertanian ini ke dalam sebuah buku yang diberikan judul 400 Teknologi Inovatif Pertanian. Upaya proaktif Balitbangtan ini dimaksudkan agar dapat memberikan akselerasi bagi proses alih teknologi dari hasil-hasil penelitian litbang pertanian dan sekaligus juga agar dapat menarik
24
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
berbagai Badan Usaha pemerintah maupun komersial untuk mengembangkannya dalam skala luas bagi kesejahteraan petani. Secara garis besar buku 400 Teknologi Inovatif Pertanian ini mencakup informasi dasar, input produksi, pupuk dan pengendali hayati, perangkat uji, alat dan mesin pertanian, pengembangan produk pertanian, bioenergi dan lingkungan.
Masing-masing bagian tersebut
mempunyai sub bagian lagi yang lebih mendetail. Sehingga sebagai sebuah sumber informasi buku ini mengkompilasi sangat komprehensif temuan-temuan berbagai inovasi yang sudah dihasilkan. Buku ini mengandung berbagai inovasi teknologi yang dapat mendukung peningkatan produksi pertanian berkelanjutan dan untuk memperbaiki perolehan nilai tambah dari komoditas tanaman pangan yang diusahakan petani. Dengan mendasarkan pada berbagai hasil penelitian seperti yang dipaparkan dalam buku tersebut program strategis pemerintah untuk mendukung program Pajale dapat merujuk kepa buku ini untuk menemukan inovasi dan teknologi yang sesuai dan dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan spesifik yang dihadapi. Kebutuhan Kebijakan Inovasi yang Imperatif Untuk mengoptimalkan kekuatan dari inovasi dalam mendukung tercapainya tujuan dari kebijakan publik para pengambil keputusan dapat memainkan peran yang penting, untuk itu kepemimpinan yang kuat merupakan hal yang esensial. Pengembangan inovasi hendaknya dapat bermuara kepada peningkatan produktivitas, pertumbuhan dan kesejahteraan (OECD, 2015a). Tidak ada satu paket lengkap kebijakan untuk pengembangan inovasi yang paling sesuai. Yang dibutuhkan adalah kemampuan meramu dan merumuskan kombinasi berbagai kebijakan untuk mendukung inovasi (Fatah, 2009b). Ini akan bervariasi tergantung pada konteksnya dan akan meluas melampaui batasan sempit kebijakan pengembangan riset dan inovasi yang lazim, yakni yang berorientasi pada satu aspek atau fokus dari stakeholder utamanya. Mengkonsentrasikan kebijakan pada lima bentuk kegiatan akan membantu pemerintah untuk mempromosikan dan mendorong kemajuan pembangunan menuju terwujudnya masyarakat yang lebih inovatif, produktif dan makmur, meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas dan memperkuat perekonomian dalam menghadapi persaingan global (OECD, 2015a). Kelima bentuk kegiatan yang dimaksud akan diuraikan berikut ini. Bentuk pertama adalah strategi membangun keterampilan yang efektif (effective skills strategy). Inovasi sangat bergantung kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menghasilkan berbagai inovasi berupa ide-ide baru, metode baru, approach baru, desain baru serta pengembangan berbagai teknologi baru dan selanjutnya membawa inovasi tersebut untuk melakukan penetrasi terhadap pasar, agar dapat diterima masyarakat dan demandnya tumbuh. Berikutnya inovasi ini harus diimplementasikan di tempat kerja dan ketika itu inovasi yang dikembangkan haruslah mampu beradaptasi dengan perubahan struktur yang terjadi dalam masyarakat yang luas dan beragam. Namun demikian harus diingat bahwa pengalaman dan observasi terhadap data yang ada menunjukkan bahwa duapertiga orang yang bekerja tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk berhasil mengarungi belantara lingkungan kerja yang kaya teknologi (technology-rich environment). Keadaan ini semakin menekankan pentingnya kegiatan membangun keterampilan yang efektif ini untuk dilaksanakan (Fatah, 2010).
bentuk
Bentuk kegiatan yang kedua adalah menciptakan lingkungan bisnis yang kuat, terbuka dan kompetitif (A sound, open and competitive business environment). Lingkungan bisnis yang sehat ini akan mendorong investasi dalam teknologi dan dalam modal yang berbasis pengetahuan. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
25
Hal tersebut akan memberikan peluang bagi industri yang inovatif untuk bereksperimen dengan ide- ide baru, teknologi baru, model-model bisnis yang baru sesuai dengan inovasi yang mereka lakukan dan kembangkan. Lingkungan bisnis yang baik juga akan memungkinkan industri untuk tumbuh dan berkembang mencapai skala yang lebih stabil, skala ekonomi (economy of scale). Bentuk kebijakan yang dikembangkan hendaknya menghindari untuk berfokus pada penguatan petahana (incumbent), karena bentuk kebijakan seperti ini akan menghambat inovasi dan menurunkan kegiatan-kegiatan percobaan untuk mewujudkan inovasi (Fatah dan Heiriyani, 2011). Kebijakan tersebut dengan sendirinya juga akan memperpanjang proses exit dari perusahaan atau pelaku usaha yang kurang produktif. Lebih jauh lagi hal tersebut juga akan membuat proses realokasi sumberdaya dari kegiatan yang kurang produktif kepada yang lebih produktif berjalan lebih lambat. Bentuk kegiatan yang ketiga adalah mengembangkan investasi dalam sistem kreasi dan difusi inovasi yang efisien (investment in an efficient system of innovation creation and diffusion). Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjaga keberlanjutan berlangsungnya proses inovasi. Dengan investasi yang memadai maka dukungan dana dan insentif kegiatan bagi pelaku bisnis dan usaha untuk berinovasi akan tersedia. Pengembangan riset dan percobaan percobaan dapat ditingkatkan, demikian pula mekanisme entry dan akses pasar untuk memanfaatkan dan membangun demand terhadap produk inovasi yang dihasilkan dapat dilakukan dengan lebih baik. Pemerintah adalah pihak yang memegang peranan strategis dan menentukan dalam penyediaan pendanaan untuk mendukung inovasi. Penelitian fundamental secara khusus adalah menjadi pemicu dan pengendali pertumbuhan produktivitas jangka panjang dengan cara mempertahankan kemampuan perekonomian untuk mengambil pelajaran dari inovasi-inovasi termutakhir pada tataran global. Dana publik sangat diperlukan untuk dapat menyelesaikan persoalan yang menjadi fakta dalam dunia bisnis bahwa kebanyakan pelaku usaha berinvestasi terlalu rendah (under investment) untuk penelitian-penelitian fundamental. Padahal penelitian itu justru sangat penting karena dampak tumpahan pengetahuan dan keterampilan yang dihasilkan melalui kegiatannya sangat besar dan menentukan perkembangan kepuasan di masyarakat, baik penghasil maupun pengguna dari produk inovasi yang dihasilkan. Bentuk kegiatan yang keempat adalah meningkatkan akses dan partisipasi dalam digital ekonomi (Increased access and participation in the digital economy). Teknologi digital menawarkan potensi yang sangat besar untuk inovasi, untuk pertumbuhan dan untuk kesejahteraan yang lebih baik lagi. Namun demikian kebijakan yang diimplementasi dalam berbagai kegiatan yang relevan diperlukan untuk memanfaatkan jaringan internet yang mebuka luas untuk mengatasi persoalan- persoalan yang terkait dengan privacy dan security sambil tetap membuka lebar akses dan kompetisi. Inovasi digital juga memerlukan investasi dalam infrastruktur baru seperti broadband, namun dengan tetap mempertahankan kondisi bahwa kita memiliki spektrum dan dukungan internet untuk menyelesaikan persoalan dan permasalahan yang dihadapi. Dewasa ini hampir tidak ada bisnis yang dijalankan tanpa dukungan dari ICT. Sebagai ilustrasi di tahun 2014 hampir 95% perusahaan di wilayah OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) sudah memiliki koneksi broadband. Namun demikian hanya 21% perusahaan yang menjalankan e-sales, dan hanya 22% diantara perusahaan ini yang menggunakan jasa cloud computing (OECD, 2015). Merespon kondisi ini agar tidak tertinggal dan dapat menjadikan inovasi sebagai basis untuk percepatan perbaikan produktivitas, pertumbuhan maupun kesejahteraan maka pemerintah perlu proaktif untuk meningkatkan laju investasi dalam broadband, infrastruktur yang tepat guna, dan pengaturan pelayanan internet
26
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
menuju efisiensi, efektifitas dan timing yang sesuai. Bentuk kegiatan yang terakhir yaitu yang kelima adalah pengaturan dan implementasi yang konsisten dari kebijakan kebijakan inovasi (strong governance and implementation of policies for innovation). Dampak dari kebijakan-kebijakan inovasi tergantung sepenuhnya pada bagaimana pengelolaan kebijakan tersebut dalam penerapannya dan bagaimana adaptasi dan difusi inovasi tersebut dilakukan supaya dapat diterima masyarakat. Kebijakan harus konsisten memang , namun tidak berarti bahwa kebijakan inovasi tidak boleh dirubah. Justru perubahan itulah yang perlu konsisten, sehingga inovasi dapat menangkap dan merefleksikan perubahan situasi, kondisi dan perbedaan kebutuhan pada titik waktu yang berbeda. Kebijakan inovasi yang baik akan sangat bergantung pada kerangka institusional yang terbangun dengan baik, kepabilitas yang kuat untuk monitoring dan evaluasi, penerapan dari praktik-praktik yang telah terbukti baik dan sesuai disertai dukungan dari sektor publik yang kapabel dan inovatif. Proses penyusunan strategi nasional termasuk untuk pengembangan inovasi menuju perbaikan produktivitas, pertumbuhan dan kesejahteraan memerlukan keterlibat sejak dini dari komponen- komponen stakeholder, termasuk dunia bisnis, akademis, patner sosial dan pelakupelaku kunci lainnya (OECD, 2015b). Oleh karena banyak sekali kebijakan yang dapat mempengaruhi inovasi, maka adalah sangat penting agar berbagai kebijakan dengan berbagai kepentingan dan sudut pandang tersebut dibuat agar berjalan harmonis dan sinergis, tidak hanya pada tingkat pusat atau level nasional, melainkan juga dalam hubungan antara pusat dan daerah sampai kepada pihak-pihak otoritas lokal setempat. Karena dari merekalah justru tumbuh dan berkembangnya ide-ide inovasi dan tuntutan kebutuhan untuk kemudian dicarikan solusinya melalui pengembangan inovasi yang sesuai. Dalam perkembangan dunia yang semakin kompleks ini, dengan globalisasi dan dimensi jarak dan waktu yang relatif semakin pendek, dimana tingkat compleksitas dan ketidakpastian semakin tinggi, maka peran pemerintah bergeser lebih banyak kepada peran fasilitator.
Ini
memungkinkan kordinasi yang lebih dekat antara pelaku-pelaku kegiatan yang terlibat, memungkinkan lebih berkembangnya percobaan-percobaan untuk pengembangan teknologi dan inisiasi inovasi. Penekanan dewasa ini kemudian lebih berkembang ke arah pembangunan network, memperbaiki kordinasi dan pengaturan serta mempromosikan kesadaran untuk self reliance dan mengurangi ketergantungan kepada pendanaan pemerintah. Peningkatan Keragaan Sektor Pertanian Secara Berkelanjutan Untuk kelangsungan hidupnya, manusia tergantung pada produktivitas dari ekosistem tanah dan air, yang kedua-duanya saling berkaitan dan terpadu dalam keseluruhan sistem daur biogeokimia. Tetapi dalam beberapa dasawarsa yang terakhir ini manusia telah menemukan cara-cara untuk peningkatan produksi pertanian dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan dengan menggunakan teknik-teknik tertentu yang seringkali sangat produktif namun dengan mengabaikan dampak-dampak yang mereka sebabkan seperti makin rapuhnya ekosistemekosistem tertentu, kerugian tanah, dan kemungkinan terganggunya peredaran siklus dalam biosfer (Fatah, 2007a). Siklus biogeokimia adalah nama yang diberikan kepada bertukarnya peralihan di unsurunsur biosfer antara medium an organik dengan benda hidup. Unsur-unsur itu bergerak di antara reservoir-reservoir utama : atmosfir dan hidrosfir, litosfir dan biosfir. Beberapa siklus mempunyai fase yang utama dalam atmosfir, yang lain dalam sedimen dari litosfir. Fase yang Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
27
berlainan itu berlangsung dalam ekosistem. Siklus-siklus biogeokimia dapat mengatur diri sendiri dan menjamin kelestarian ekosistem. Rangkaian-rangkaian, jaringan dan siklus dari ekosistem itu saling berkaitan dan disinkronisasikan dalam pola yang lebih luas dari siklus-siklus biogeokimia yang pokok. Siklus Pertanian Pertanian didasarkan atas proses biologi dan memiliki kemungkinan diperbaharuinya kemampuan berproduksi dari pengelolaan ekosistem dengan baik. Terlepas dari keadaan mendesak dan jumlah kebutuhan manusia, produksi tidak dapat ditopang kelangsungannya jika teknik atau pelaksanaan pertanian mengancam lingkungannya misalnya dengan mencakup siklussiklus pada tingkat yang berlainan, mereka membahayakan kemungkinan diperbaharuinya dasar pertanian itu sendiri : tanah, air dan sumber-sumber genetik. Dengan perkataan lain, kegiatan pertanian untuk dapat berkelanjutan, harus tidak membebani alam melebihi kapasitasnya dan karena itu harus memperhatikan kondisi agroekosistem untuk reproduksi. Kemampuan untuk terus berproduksi dari suatu agro-ekosistem tergantung pada efektifitas siklus biologinya. Pemupukan tanah akan memperbaiki sifat fisik, kimia fisik dan sifat biologinya untuk mendorong kegiatan siklus. Dalam konteks ini, ilmu pengetahuan modern telah menemukan kembali peranan humus yang utama, dengan demikian terjadi daur ulang zat organik sementara penyimpangan air dan bahan gizi serta pertukaran gas diperbaiki. Humus yang seimbang membantu berkembangnya pengumpulan yang mengatur kemantapan susunan tanah dan selanjutnya ketahanannya terhadap pengaruh iklim : hujan lebat dan erosi angin. Pupuk-pupuk mineral memberikan sumbangan penting untuk memperoleh hasil produksi yang tinggi, tetapi tidak mampu memulihkan turunnya isi humus dalam tanah jika zat organik tidak dikembalikan kepada tanah. Merosotnya kesuburan yang seringkali berjalan perlahan dan membahayakan pada tanah yang demikian itu, memberikan hasil maksimum, diikuti dengan penurunan panen dan kerawanan tanaman yang meningkat. Agro-ekosistemnya menjadi tidak seimbang dan siklus nitrogen dan fosfor terganggu. Misalnya, jika kita mengingat bahwa siklus nitrogen itu dalam sistem produksi yang linier tanpa pendaurulangan zat organik , nitrogen akan hilang dengan empat cara : penguapan nitrogen amonium ke dala atmosfir, limpasan permukaan air dan lautan, pelumeran nitrat-nitrat yang mengotori tanah maupun air permukaan, dan akhirnya denitrifikasi dalam tanah yang susunannya menjadi tidak sempurna atau kurang baik alirannya. Menurut perkiraan terakhir, hanya kira-kira 30 sampai 70% pupuk nitrogen yang diberikan kepada tanah sekarang ini diperoleh kembali dalam tanaman. Kesuburan tanah mungkin berkurang karena suatu proses asidifikasi rumit yang melibatkan interaksi tanah dengan air. Fiksasi nitrogen secara biologi mungkin dihambat oleh pupuk N tingkat tinggi. Sebagai kesimpulan dikatakan bahwa pupuk mineral dan pupuk organik itu sesungguhnya saling melengkapi, dengan demikian ilmu pengetahuan modern memperkuat pengajaran yang diperoleh dan pengalaman yang menjadi dasar sistem pertanian yang produktif dan sangat mantap, baik di daerah-daerah dengan iklim sedang maupun dengan iklim tropis. Dengan jumlah unsur mineral yang sama, hasil produksi seringkali menjadi lebih tinggi jika dipakai pupuk organik. Bagaimanapun juga, rasionalitas ekonomi yang menjajarkan beraneka sistem produksi tidak mengetahui tentang adanya kekacauan yang mungkin terjadi pada salah satu siklus dan dampak- dampak dari sinergi yang diperoleh karena pupuk campuran.
28
Pupuk yang
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
menggabungkan bahan-bahan campuran mineral dan organik mendorong faktor pertumbuhan biotik yang menguntungkan nutrisi dan daya tahan tanaman. Peningkatan Produksi atau Peningkatan Nilai Tambah Mengatur dan memanfaatkan siklus pertanian merupakan upaya yang harus dilakukan untuk dapat memperoleh produksi tanaman, dan agar hal ini dapat berkelanjutan maka diperlukan rekayasa siklus pertanian yang sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan sesuai konsep pembangunan berkelanjutan. Dalam rekayasa yang berorientasi peningkatan produksi maka inovasi yang dihasilkan bisa jadi suatu saat akan menemui titik levelling off, yakni suatu tingkatan dimana peningkatan sudah tidak dapat lagi diperoleh meskipun input teknologi dan seluruh input lainnya telah ditingkatkan. Pada kondisi ini maka pencurahan tambahan alokasi sumberdaya tidak lagi memberikan nilai tambah bagi produk yang dihasilkannya, bahkan sebaliknya pada titik jenuh ini kecenderungan yang terjadi adalah pemborosan sumberdaya yang dicurahkan, karena bagaimanapun tambahan input diberikan kepada usahatani yang dilakukan, hasil yang diperoleh tidak dapat lagi ditingkatkan, dan bahkan dalam kasus-kasus khusus justru mengalami penurunan. Peningkatan produksi pertanian memang merupakan salah satu tujuan dari pembangunan pertanian. Namun demikian pemikiran dan pengembangan pembangunan pertanian sebaiknya tidak dikungkung dengan tujuan ini saja karena seperti telah dikemukakan di atas, peningkatan produksi semata bisa saja secara natural tertahan atau tidak berjalan. Pembangunan untuk penataan dan pengembangan subsektor pangan dimaksudkan untuk dapat mencapai kondisi ketahanan pangan yang dilandasi oleh terwujudnya keadaan kedaulatan pangan dan kemandirian pangan. Dapat kita pahami bahwa dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan, peningkatan produksi semata-mata belumlah cukup. Peningkatan produksi memang dapat menggeser tingkat suplai sehingga membuat harga produk yang dihasilkan menjadi lebih murah.
Keadaan ini memang menguntungkan bagi konsumsi dan konsumen yang
menggunakan produk tersebut. Namun bila tidak disertai dengan penanganan yang cermat untuk membantu menjaga harga bagi produsen agar tetap pada tingkat yang menguntungkan bagi jenis usahatani yang bersangkutan untuk terus dijalankan, maka produsen bisa terpuruk, dan pada gilirannya usahatani yang bersangkutan dapat saja terhenti sehingga tidak berkelanjutan. Bentuk yang lebih baik dari peningkatan produksi berkelanjutan untuk digunakan sebagaai indikator pengukur keberhasilan pembangunan pertanian adalah peningkatan nilai tambah berkelanjutan. Berbeda dengan peningkatan produksi, dalam upaya meningkatkan nilai tambah tidak hanya inovasi pada faktor teknis produksi yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Melainkan juga diperlukan inovasi berkait dengan beberapa faktor lain yang juga sangat besar pengaruhnya, seperti harga produk, serapan pasar, distribusi dan pengangkutan, proses pengolahan dan pengemasan dan bahkan tidak kalah penting juga adalah kelembagaan pendukung yang sesuai misalnya pelayanan lembaga keuangan yang dapat diakses petani, asuransi usahatani baik untuk cuaca maupun untuk serangan hama dan penyakit. Satu hal lagi yang juga tidak kalah pentingnya adalah rekayasa dan pembinaan kelompok tani yang kuat, harmonis dan tepat waktu. Inovasi pada faktor-faktor yang disebutkan di atas merupakan ranah pembinaan yang tidak dapat ditinggalkan dalam upaya mewjudkan pertanian pangan yang lebih baik yakni yang bernilai tambah lebih tinggi. Masalah-Masalah
Lingkungan
dalam
Upaya
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
Peningkatan
Produksi
Pertanian
29
Berkelanjutan Akibat dari over eksploitasi manusia terhadap sumberdaya-sumberdaya yang dikandung oleh lingkungan itu dapat disatukan dalam sebutan pollution (polusi atau pencemaran). Kata polusi biasa dihubungkan dengan substansi-substansi yang membahayakan yang disebarkan ke dalam lingkungan oleh aktivitas manusia. Dengan makin banyaknya jenis polutan makin beraneka pula bahaya yang ditimbulkannya; bencana polusi dapat dibagi atas 3 katagori sebagai berikut : 1. Mengganggu manusia, misalnya persoalan kesehatan berupa peracunan paru2.
paru lewat polusi udara; Mengganggu properti yang dimiliki manusia, misalnya efek korosif dari polusi udara dan pengaruh negatifnya terhadap gedung-gedung serta luas lahan yang
3.
dipanen; Mengganggu lingkungan yang mengancam kualitas kehidupan manusia seperti onggokan pupuk kandang, peceran, dll.
Dalam usaha pengambilan dan penggunaan sumber-sumber alam dalam pembangunan perlu juga dijaga agar lingkungan hidup tidak menjadi rusak sehingga pembangunan dapat berkelanjutan. Penggunaan sumber-sumber alam untuk pembangunan apabila dilakukan secara tidak bijaksana dapat merusak lingkungan hidup. Sebaliknya keterbelakangan dalam pembangunan dapat menyebabkan buruknya lingkungan hidup. Oleh karena itu agar dapat berkelanjutan maka pengembangan lingkungan hidup perlu dilakukan baik dalam lingkungan pembangunan maupun dalam pembangunan lingkungan. Dengan pendek kata dapat dikatakan bahwa pembangunan yang mengabaikan kaitan ekologis akan mengakibatkan goncangan-goncangan ekologis yang pada masanya nanti akan memusnahkan manusia sendiri, dan karena itu pembangunannya sendiri bukan pembangunan yang berkelanjutan. Dalam uraian di muka secara sederhana sudah digambarkan kaitmengkaitnya dan saling ketergantungan antara manusia dan lingkungan hidupnya. Perubahan pada satu sub system dalam ekosistem akan dapat menimbulkan goncangan ekologis. Alam sendiri menyediakan mekanisme keseimbangan alamiah, namun kadang-kadang perubahan tersebut tidak dapat dinetralisir oleh mekanisme tadi, terlebih lagi apabila perubahan itu dibuat oleh manusia. Apabila perubahan lingkungan hidup tadi menimbulkan masalah yang langsung atau tidak langsung menyebabkan pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia, maka di sinilah kita mulai menghadapi apa yang dinamakan masalah lingkungan hidup. Sebagian besar penyebab banjir dan erosi adalah karena luasnya tanah kritis, pertambangan yang salah kelola, cara bercocok tanam yang kurang baik dan pola tata guna tanah yang belum sesuai dengan prinsip pengelolaan lingkungan yang baik.
Perluasan tanah pertanian punya batas tertentu yang tak
dapat dilanggar untuk tidak merusak lingkungan hidup. Program peningkatan produksi pangan memperkenalkan unsur revolusi hijau : bibit unggul, herbisida, inesktisida dan pupuk dapat membawa pula perusakan lingkungan. Pestisida untuk pemberantasan hama di sawah membawa akibat sampingan lain yang dulu merupakan komponen penjaga keseimbangan alam : matinya jenis burung, ular dan sebagainya. Lain daripada itu menumpuknya sisa-sisa pestisida di laut atau sungai menyebabkan gangguan proses fotosintesis algae, produksi oksigen di laut berkurang menyebabkan tata kehidupan laut terganggu; ikan mati.
30
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
Penggunaan pupuk yang berlebihan dan sisa-sisa pupuk yang juga terbawa air sungai akan merugikan kepentingan lain daripada manusia. Dari segi pangan, pertumbuhan penduduk yang cepat dan sempitnya tanah garapan mengakibatkan kelaparan, karena memang tanah garapan tersebut tidak akan dapat menghidupi. Dengan kata lain ada batas kemampuan alam (habitat) untuk dapat menghidupi manusia dengan baik. Kemiskinan dan tingkat pendidikan yang rendah dari masyarakat desa di satu pihak memang menyebabkan pemanfaatan kelewat batas atas sumber-sumber alami ( tanah, perikanan air sungai/ danau/laut, hutan) di pihak lain ternyata belum dipergunakan secara penuh sumber daya yang tersedia di desa : tanah, air, matahari, angin, tanaman, ikan, ternak dan tenaga manusia. Tingkat ketrampilan pemanfaatan sumber daya yang rendah ini erat hubungannya dengan tingkat gizi yang rendah. Mutu gizi yang rendah erat hubungannya dengan kemiskinan karena tingkat pendapatan per kapita yang rendah. Usaha-Usaha untuk Pelestarian Lingkungan Pelestarian alam lingkungan hidup manusia pada hakekatnya adalah menjalin hubungan yang selaras antara kebutuhan hidup manusia dengan sumber daya alam yang tersedia. Melestarikan alam tidak berarti alam dibiarkan tidak terusik, dimana manusia tidak menarik manfaat apapun. Melestarikan alam lingkungan hidup harus diartikan memanfaatkan terus menerus dengan senantiasa memperhatikan dinamika dan polusi dan produktivitas daripada sumber daya alami tersebut. Apabila pengelolaan lingkungan hidup kita hubungkan dengan rencana pembangunan baik yang sifatnya nasional maupun yang regional maka dalam proses pembuatan rencana pembangunan harus dipertimbangkan lingkungan hidup manusia. Apakah ternyata suatu rencana pembangunan dipandang dari sudur kebijakan lingkungan hidup mempunyai impak yang positif maka rencana tersebut dapat dilanjutkan untuk dilaksanakan. Sebaliknya apabila suatu rencana pembangunan mempunyai impak yang negative terhadap lingkungan hidup maka rencana tersebut semestinya akan ditolak untuk dilaksanakan. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam usaha pelestarian dan pendayagunaan sumber daya alami antara lain: 1.
Kait mengkaitnya sumber daya alam mengandung pendekatan yang integral dan interdisipliner dalam usaha pelestarian dan pendayagunaan sumber-sumber daya alami.
2.
Prinsip in optimum.
Tidak ada sumber daya alam, terutama yang hayati, yang bisa
berkembang dalam suatu lingkungan yang optimum bagi semua faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Akibatnya dapat kita lihat adalah adanya kecenderungan manusia untuk mengubah lingkungan suatu sumber alam hayati menuju ke arah optimum suatu faktor lingkungan tertentu demi memenuhi kebutuhan jangka pendek tanpa memperhatikan akibat buruk jangka panjangnya. Misal: pemupukan yang terus menerus. 3. Prinsip daya toleransi. Tiap jenis sumber alam hayati mempunyai daya toleransi sendiri (yang dibatasi oleh faktor genetic dan ekologis) terhadap berbagai faktor lingkungan yang ekstrim yang ditimbulkan oleh berbagai bentuk perubahan, apakah oleh aktivitas manusia atau oleh alam sendiri.
Selama batas toleransi itu belum terlampaui maka sumber daya alam
hayati masih mampu memperbaharui diri (natural recycling). Seringkali terjadi perubahan lingkungan itu yang diakibatkan oleh aktivitas manusia sedemikian cepat dan drastisnya sehingga daya toleransi terlampaui dan akibatnya daya produksi turun malah dapat punah sama sekali. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
31
4.
Prinsip faktor pengontrol. Semua sumber daya alam hayati itu memberikan respon secara menyeluruh terhadap pelbagai faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Namun ada pula faktor lingkungan tertentu yang mempunyai daya pengontrol. Faktor pengontrol ini bekerja baik melalui ukurannya yang terlalu sedikit atau terlalu banyak tetapi mampu menentukan dinamika populasi dari suatu jenis sumber alam hayati. udara, pestisida, pupuk, air tanah dapat menjadi faktor pen
5.
Contoh: pencemaran
gontrol dinamika populasi tanaman pertanian dalanm takarannya satu persatu. Prinsip ketanpabalikan. Beberapa sumber daya alami tidak bisa dan tidak mungkin memperbaharui diri lagi, baik karena proses fisis biologis maupun karena ekosistemnya tidak berfungsi lagi. Akibatnya sumber daya alami ini tak dapat diperbaharui dan akan habis atau punah. Dalam menghadapi sumber alam yang demikian ini pengelolaan lingkungan tidak bisa lain daripada menghemat pemanfaatannya dan mencari backstop technology dan sumber-sumber baru : minyak, batubara dan mineral.
6.
Prinsip pembudidayaan. Sumber-sumber alam hayati (tumbuh-tumbuhan dan hewan) yang telah dibudidayakan oleh manusia harus dipelihara dan dilindungi. Usaha demikian perlu untuk kelangsungan dari pemanfaatan sumber-sumber hayati tersebut demi kehidupan manusia sendiri. Dalam rangka inilah kita memahami adanya hutan lindung, hutan produksi dan hutan suaka alam. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut maka dalam pengelolaan sumber daya
alam dapat lebih mempertimbangkan kelestarian lingkungan untuk memperoleh produksi yang optimum. Berlawanan dengan sistem produksi linier yang dijajarkan, yang mulai dari sumber daya alam dan terus-menerus berlanjut sampai berakhir dengan konsumsi (tanpa mengakui residu-residu yang dikeluarkan dari sistem), suatu sistem produksi yang terpadu dipahami sebagai terjadinya saling pengaruh antar siklus yang berlangsung dalam keseimbangan dinamika yang cocok dan serasi dengan keseluruhan siklus biogeokimia. Tanaman tumpang sari misalnya merupakan penanaman jenis-jenis tanaman yang berlainan untuk mempertinggi cara-cara penangkapan tenaga dan unsur-unsur gizi yang berlainan. Beberapa jenis tanaman dibudidayakan bersama di lahan yang sama dengan banyak sekali variasi dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit, yang menggabungkan tanaman campuran, tanaman penutup, tanaman tumpang gilir yang semuanya dimaksudkan untuk sebanyak mungkin memanfaatkan waktu dan ruang agar dapat terus menutupi tanah, yang menghasilkan panen berturut-turut sepanjang tahun. Tanaman tumpang sari mempunyai dua tujuan rangkap- ekologis dan ekonomis. Pemanfaatan komponen-komponen lingkungan dengan baik : air, bahan gizi, cahaya matahari; kombinasi terbaik dalam waktu dan ruang bagi daun dan akar, persyaratan gizi, penutupan tanah dan sebagainya, telah mengurangi erosi dan pengikisan tanah. Pengurangan serangan dan resiko, karena keanekaragaman serangan hama dan penyakit lainnya telah berkurang. Pertumbuhan gulma jadi terkendali. Keanekaragaman yang luas dari tumbuh-tumbuhan yang ditanam mengurangi resiko, oleh karena tidak semua tanaman dipengaruhi pada tingkat yang sama oleh perubahan iklim yang mana memberikan suatu jaminan yang nyata bagi produsen. Penyebaran tenaga kerja yang lebih teratur sepanjang tahun dan juga peningkatan produksi, hasil dan pendapatan petani. Agrisilvikultur merupakan contoh yang lain. Sistem ini merupakan pertanian dalam beberapa tahap didasarkan atas cara susunan umum hutan tropis yang jauh lebih sederhana.
32
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
Tujuannya untuk memperoleh perbandingan terbaik; daun-daun permukaan, produk bermanfaat. Kombinasi tanaman yang paling cocok hendaknya dicari supaya dapat memenuhi persyaratan pelengkap (kedalaman akar yang berbeda dan kebutuhan gizi yang cocok) dan supaya dapat memberikan masukan bergizi atau ekonomis, umbi-umbian, akar-akar, semak-semak, pohonpohon. Adapun manfaat ekologis dari agrislvikultur ini : 1. Penyerapan unsur-unsur gizi : tanaman penutup melindungi tanah terhadap radiasi matahari yangb berlebihan dan khususnya terhadap sinar ultraviolet yang intensitasnya akan mengakibatkan perubahan nitrogen dan karbondioksida menjadi gas, 2.
yang akan lenyap di udara. Penyimpanan unsur-unsur nutrisi : ini berkat produksi bertambah terus menerus yang membantu siklus nitrogen berkembang terus menerus.
3.
Perlindungan tanah terhadap erosi : ancaman yang gawat dan tetap bagi tanah tropis atau gersang jika hujan jatuh mendadak dengan lebatnya maka dapat terjadi erosi.
4.
Mengisi celah-celah dalam suhu, yang merusak baik tanaman maupun tanah dimana suhu yang berlebihan dapat menghambat atau bahkan menghentikan timbunan humus yang mengakibatkan demineralisasi tanah. Singkatnya, sudur tanaman yang berlapis memperlunak suhu (dengan mengurangi lompatan-lompatan mendadak dari suhu pada saat matahari terbit).
Wisata Ranch Peternakan merupakan contoh selanjutnya.
Di lahan yang digunakan
dikembangkan tanaman rumput untuk pakan ternak, disediakan ternak yang menjadi objek wisata dan dapat dijual juga sebagai souvenir, misalnya pemerahan susu, kelinci, ayam khusus yang aneh dan menarik dan jenis hewan lainnya. Pada lahan peternakan wisata ini juga akan terdiri dari penanaman pohon dan belukar untuk tempat berteduh, makanan atau sudut tanaman. Wisata Pemancingan dan Tambak ikan. Usaha tani ikan secara intensif di kolamkolam oleh petani merupakan sarana yang berpotensi untuk memproduksi protein hewani. Ada dua metode yang dapat dipilih untuk menggiatkan produksi: dengan makanan tambahan atau de ngan penggunaan pupuk berbasis posfat. Dari sudut pandang ekologi, kolam-kolam ikan dengan mudah dipadukan dengan kehidupan petani. Pada tempat ini juga diberikan pelayanan rekreasi untuk pemancingan. Sistem kombinasi berbagai cabang usaha tani. Sistem yang berdasarkan susunan dan fungsi padang rumput atau hutan yang dibuka, mengkombinasikan penanaman pohon untuk konsumsi manusia atau hewan dengan lapisan tanaman makanan ternak. Pendaurulangan bahan sisa organik, baik hewani maupun tumbuh-tumbuhan menjadi tepat guna, dan oleh karena itu kesuburan meningkat bersama dengan produksi. INOVASI UNTUK PEMBANGUNAN PANGAN BERKELANJUTAN Ketahanan fisik Indonesia, yaitu daya dukung sumber-sumber alam negara ini, telah amat dirugikan oleh model pembangunan konvensional; sehingga bila model pembangunan tersebut terus berlangsung tanpa suatu perubahan atau penyesuaian hanya dalam beberapa tahun saja Indonesia akan kehilangan ketahanannya dan kondisi itu tidak mungkin lagi dibalikkan. Penyusutan hutan, persediaan air yang semakin kecil akibat kebutuhan yang melonjak tinggi, kebutuhan udara bersih akibat desakan asap polusi, pertumbuhan jumlah penduduk Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
33
dengan berbagai kebutuhan domestiknya, semua hal tersebut berpengaruh kepada subsektor pangan khususnya dan sektor pertanian pada umumnya. Karena pembangunan subsektor pangan bertumpu sepenuhnya pada luasan lahan yang dapat digunakan untuk pembangunan pangan tersebut serta pada ketersediaan air yang cukup untuk mengembangan berbagai jenis tanaman pangan pada lahan tersebut. Konsep Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development adalah suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan pengambilan berlanjut manfaat dari sumber daya alam dan sumber daya manusia, dengan menyerasikan sumber alam dengan manusia dalam pembangunan. (Emil Salim, 2006). Ada beberapa ide pokok yang mendasari paham ini, yaitu: 1.
2.
Pertama, proses pembangunan itu mesti berlangsung secara berlanjut terusmenerus, kontinyu, ditopang oleh sumber alam yang berlanjut dan manusia yang berkembang secara berlanjut. Kedua, Sumber alam terutama udara, air dan tanah memiliki ambang batas, diatas mana penggunaannya akan menciutkan kuantitasnya. Penciutan itu berarti berkurang kemampuan sumber alam tersebut untuk menopang pembangunan secara berlanjut sehingga menimbulkan gangguan pada keserasian sumber alam dengan sumber daya
3.
manusia. Ketiga, kualitas lingkungan berkorelasi langsung dengan kualitas hidup. Semakin baik kualitas lingkungan, semakin positif pengaruhnya pada kualitas hidup yang antara lain tercermin pada meningkatnya kualitas fisik pada harapan usia hidup, pada turunnya tingkat kematian dan lain-sebagainya. Oleh karena itu pembangunan berkelanjutan mengandaikan pembangunan berkualitas lingkungan secara berkelanjutan supaya memberi pengaruh posiitif terhadap kualitas hidup
4.
Keempat, Dalam pembangunan berkelanjutan pola penggunaan sumber daya alam masa kini mestinya tidak menutup kemungkinan pilihan lain dimasa depan. Karena berbagai aspek masa yang akan datang belum kita ketahui sepenuhnya sekarang ini, penggunaan sumber alam bagi arah pilihan masa depan harus terbuka.
5.
Kelima, Pembangunan berkelanjutan mengandaikan solidaritas transgenerasi, dimana pembangunan ini memungkinkan generasi sekarang untuk meningkatkan kesejahteraannya, tanpa mengurangi kemungkinan bagi generasi masa depan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Keterbatasan sumber-sumber alam pada gilirannya akan mendesakkan suatu langkah
untuk menyelamatkan ketahanan sosial. Jelas bahwa daya dukung sektor pertanian akan segera mencapai ambang batasnya. Mengingat pertumbuhan penduduk yang masih terus meningkat, serta menyusutnya persediaan air dan tanah, Indonesia sudah cukup lama tidak lagi dapat mengandalkan produksi gula dan beras. Swa sembada beras yang pernah dicapai tahun 1984 misalnya pada dewasa ini sangat sulit untuk diwujudkan kembali. Alhamdulillah sudah dibuktikan bahwa tahun-tahun terakhir ini Indonesia dapat tidak mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhannya, melainkan menggunakan sumber-sumber di dalam negeri. Agar Indonesia mampu untuk menghentikan dan mengatasi berbagai dampak pembangunan yang tidak berkelanjutan, aspek ketahanan sosial harus juga ditangani. Jelaslah kiranya bakwa reditribusi penduduk, dengan cara apaun tidak akan amat membantu, bila hal itu
34
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
tidak secara simultan disertai dengan redistribusi kekayaan. Sejauh menyangkut Indonesia, redistribusi itu telah dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui kebijakan fiskal, dan melalui perbaikan term of trade antara produk pertanian dan produk industri. Dengan kebijakan fiskal itu diharapkan bahwa meraka yang mendapatkan keuntungan lebih besar dari pembangunan akan membayar lebih banyak demi mereka yang hanya memiliki sedikit (atau sama sekali tidak memiliki) akses terhadap berbagai keuntungan pembangunan; sementara itu, melalui perbaikan term of trade diharapkan bahwa perdagangan yang tidak berimbang antara sektor pertanian yang terikat oleh harga yang tetap dan sektor industri, yang harga produksinya dapat dengan bebas mengikuti dinamika pasar dapat diganti dengan perdagangan yang berimbang. Penggunaan sumberdaya alam untuk masa datang secara langsung dihubungkan dengan apa yang disebut imbangan antara penduduk dengan sumberdaya alam. Apabila penduduk membutuhkan terlalu banyak sumberdaya alam, maka muncullah kebutuhan untuk meningkatkan penggalian sumberdaya alam ekstraktif dan meningkatkan permintaan akan sumberdaya alam seperti lapangan terbuka, tempat reekreasi dan udara yang bersih. Namun dampaknya adalah memburuknya kondisi fisik dari dunia ini, dan sayangnya masyarakat sangat lamban dalam menemukan pemecahan masalah yang timbul itu. Mengingat kesulitan dalam ekologi, perlulah dicari perbaikan usaha penanggulangan masalah. Usaha perbaikan dan pencarian alternatif baru haruslah ditujukan pada pemecahan sumber masalah, yaitu sedapatnya mengurangi, atau bila mungkin meniadakan, tekanan penduduk yang melampaui daya dukung lingkungan. Tekanan penduduk dapat dikurangi dengan menaikan daya dukung atau dan mengurangi jumlah petani. Usaha pengurangan penduduk merupakan usaha baik untuk mengatasi lahan kritis maupun urbanisasi. Karena itu penanggulangan lahan kritis bukanlah masalah kehutanan yang sempit, melainkam masalah pembangunan yang luas. Over eksploitasi mengakibatkan terganggunya keseimbangan ekologis dalam arti menyederhanakan ekosistem sebagai akibat dari aktivitas manusia yang masif dalam memanfaatkan sumberdaya alam dengan bersenjatakan teknologi baik jenis yang tradisional maupun yang modern. Sebenarnya modifikasi terhadap ekosistem sudah dimulai sejak manusia mengusahakan pertanian; dengan bertambahnya jumlah manusia, terjadi kegiatan-kegiatan seperti pembakaran rumput, penebangan hutan, pemasangan dam, pendirian kota dengan gedung dan jalan raya, industri dan seterusnya. Strategi Pembangunan Pangan Berkelanjutan Pertanian pangan berusaha mengelola ekosistem lewat usaha pemupukan, obat-obatan, irigasi, bibit unggul dan sebagainya untuk memaksimalkan produktivitas sedang alam sendiri mengelola ekosistem untuk memaksimalkan stabilitas lingkungan. Manusia dalam pembangunan subsektor pangan tidak dapat melepaskan diri dari siklus pertanian yakni kaitan-kaitan ekologis dalam ekosistem.
Karena pembangunan, juga pembangunan pedesaan adalah bagi manusia
maka rencana-rencana pembangunan tidak boleh mengabaikan pertimbangan ekologis, industrialisasi, pemakaian teknologi baru, perencanaan kota yang mengatur tempat mana daerah industri dan di mana letak perkantoran. Eksplorasi dan eksploitasi sumber-sumber alami yang biasanya terkait pada rencana pembangunan, apabila tidak memperhatikan akibat-akibat ekologis yang ditimbulkannya akan mengakibatkan hal yang tidak diinginkan. Kebijakan lingkungan tidaklah membenarkan pembangunan hanya demi kemajuan karena akan dapat memusnahkan manusia sendiri. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
35
Akibat-akibat fatal dapat terjadi apabila pembangunan melalaikan pertimbangan ekologis; rusaknya alam, terkuras habisnya sumber alam, polusi : baik udara, air, maupun suara; habisnya tanah pertanian, penggundulan hutan, dan lain-lain. Pengelolaan dan penggunaan sumber- sumber alam yang tidak efisien dan efektif dan keadaan lingkungan yang buruk akan menghambat pembangunan.
Efisiensi yang tinggi dalam penggunaan sumber-sumber alam
sangat diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa. Dalam Pembangunan berkelanjutan atau pembangunan berwawasan lingkungan atau sustainable development rumusan strategi yang perlu dikembangkan adalah meliputi beberapa komponen sebagaimana diuraikan berikut ini. 1.
Pembangunan berwawasan lingkungan harus memenuhi kebutuhan masa kini dan memperhitungan kepentingan generasi yang akan datang.
2.
Oleh karena pembangunan harus berkelanjutan dan merata dan berkeadilan s osial, maka pembangunan dengan pemerataan masih perlu menduduki posisi sentral dalam pembangunan.
3.
4.
Proses mengelola sumber alam agar pada satu pihak menopang proses pembangunan dan dilain pihak proses tidak menghasilkan limbah yang mencemarkan sehingga kualitas lingkungan menurunkan kualitas hidup. Apabila terjadi penurunan kualitas lingkungan,
maka yang pertama menderita
akibatnya adalah para penduduk yang miskin yang tidak memiliki kemampuan untuk menangkalnya. Maka pertimbangan keadilan sosial mendesak pula dilaksanakannya pembangunan dengan wawasan lingkungan. 5.
Dimensi lingkungan akan semakin menonjol dalam 25 tahun yang akan datang karena perkiraan bahwa dunia menghadapi krisis lingkungan global yang serius seperti a) Kekurangan air tawar, b) Ancaman naiknya suhu bumi, c) Ancaman naiknya permukaan laut, d) Ancaman perubahan iklim, e) Sehingga sentra produksi pertanian akan mengalami pergeseran.
6.
Ancaman-ancaman lingkungan ini akan sungguh terjadi apabila ditempuh pola pendekatan yang konvensional yang dikenal dunia selama 25 tahun terakhir ini.
7.
Oleh karena itu pola pembangunan 25 tahun yang akan datang harus berpegang pada pola pembangunan yang berkelanjutan. Dalam kontek ini maka kebijakan energi, industri, pertanian dan pemukiman harus bertumpu pada pengembangan teknologi yang
8.
memungkinkan pemanfaatan sumber alam secara berkelanjutan (sustainable) Sejalan dengan itu pembangunan kualitas manusia dan kualitas
masyarakat
perluditingkatkan. 9.
Proses pembangunan berkelanjutan dalam 25 tahun yang akan datang bergeser dari penggunaan sumber alam secara besar-besaran menjadi penggunaan sumber daya manusia sebagai penggerak pembangunan.
Arahan Kebijakan Inovasi Untuk mendukung peningkatan produksi pertanian berkelanjutan di Indonesia bentuk kebijakan inovasi yang perlu dikembangkan dapat dikelompokkan menjadi empat area, yaitu: 1.
Inovasi untuk Pelayanan masyarakat. Agenda pelayanan masyarakat pada dasarnya merupakan perwujudan prinsip sosial ekonomi pembangunan berkelanjutan. Agenda ini mendapat penekanan didasarkan atas fakta masih banyaknya penduduk dunia yang hidup dalam tingkat kesejahteraan yang minim. Di Indonesia, agenda pelayanan masyarakat
36
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
diletakkan sebagai agenda pertama menyiratkan bahwa fokus pembangunan dan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia memang diarahkan pada dimensi sosialekonomi, tanpa mengabaikan dimensi lain. Enam sub agenda dirumuskan dalam agenda pelayanan masyarakat ini, yaitu menyangkut pengentasan kemiskinan, perubahan pola produksi
dan
konsumsi,
dinamika
kependudukan,
pengelolaan
dan
kesehatan,
pengembangan perumahan dan pemukiman serta sistem perdagangan global, instrumen ekonomi serta neraca ekonomi dan lingkungan terpadu. 2.
Inovasi dalam Pengelolaan limbah. Agenda ini dirumuskan terutama dengan sasaran untuk memperbaiki kondisi dan kualitas lingkungan hidup manusia serta mencegah proses degradasi lingkungan hidup secara keseluruhan. Lima aspek menjadi sasaran utama pengelolaan limbah yakni : (1) perlindungan atmosfer, (2) pengelolaan bahan kimia beracun, (3) pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, (4) pengelolaan limbah radioaktif,
3.
serta (5) pengelolaan limbah padat dan cair. Inovasi dalam Pengelolaan sumberdaya tanah.
Pengelolaan sumberdaya tanah
dipandang penting dan didasari oleh pertimbangan bahwa proses-proses pembangunan yang akan terjadi di Indonesia masih akan ditumpukan pada sumberdaya tanah. Oleh karenanya, sumberdaya tanah dengan segala komponen yang ada didalamnya termasuk air, biota dan lainnya harus dikelola secara baik. Empat sub-agenda dirumuskan dalam hal ini yakni : (1) penatagunaan sumberdaya tanah, (2) pengelolaan hutan, (3) pengembangan pertanian dan 4.
perdesaan, dan (4) pengelolaan sumberdaya air. Inovasi dalam Pengelolaan sumberdaya alam.
Tiga sub-agenda dirumuskan dalam
agenda ini, yakni : (1) konservasi keanekaragaman hayati, (2) pengembangan bioteknologi, dan (3) pengelolaan terpadu wilayah pesisir dan lautan. Penanganan bagi ketiga aspek ini diarahkan pada upaya-upaya pelestarian dan perlindungan keanekaragaman biologi pada tingkat genetik, spesies dan ekosistem, serta menjamin kekayaan alam, binatang dan tumbuhan di seluruh kepulauan Indonesia (Mitchell,2000). Dari pemaparan di atas dapat dilihat bahwa sumberdaya pertanian dan lingkungan memegang peranan penting dalam pembangunan, khususnya di Indonesia. Sektor pertanian menjadi salah satu parameter yang menjadi ukuran keberhasilan pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Kesimpulan Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah mengorganisir dan mendokumentasikan berbagai inovasi di bidang pertanian ini ke dalam sebuah buku yang diberikan judul 400 Teknologi Inovatif Pertanian. Secara garis besar buku 400 Teknologi Inovatif Pertanian ini mencakup informasi dasar, input produksi, pupuk dan pengendali hayati, perangkat uji, alat dan mesin pertanian, pengembangan produk pertanian, bioenergi dan lingkungan. Masing-masing bagian tersebut mempunyai sub bagian lagi yang lebih mendetail. Untuk mengoptimalkan kekuatan dari inovasi dalam mendukung tercapainya tujuan dari kebijakan publik para pengambil keputusan dapat memainkan peran yang penting, untuk itu kepemimpinan yang kuat merupakan hal yang esensial. Pengembangan inovasi hendaknya dapat bermuara kepada peningkatan produktivitas, pertumbuhan dan kesejahteraan. Ini akan bervariasi tergantung pada konteksnya.
Ada lima bentuk kegiatan yang perlu dilakukan
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
37
pemerintah meliputi: 1) strategi membangun keterampilan yang efektif, 2) menciptakan lingkungan bisnis yang kuat, terbuka dan kompetitif, 3) mengembangkan investasi dalam sistem kreasi dan difusi inovasi yang efisien, 4) meningkatkan akses dan partisipasi dalam digital ekonomi dan 5) pengaturan dan implementasi yang konsisten dari kebijakan kebijakan inovasi. Pertanian didasarkan atas proses biologi dan memiliki kemungkinan diperbaharuinya kemampuan berproduksi dari pengelolaan ekosistem dengan baik. Mengatur dan memanfaatkan siklus pertanian merupakan upaya yang harus dilakukan untuk dapat memperoleh produksi tanaman, dan agar hal ini dapat berkelanjutan maka diperlukan rekayasa siklus pertanian yang sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan sesuai konsep pembangunan berkelanjutan. Bentuk yang lebih baik dari peningkatan produksi berkelanjutan untuk digunakan sebagaai indikator pengukur keberhasilan pembangunan pertanian adalah peningkatan nilai tambah berkelanjutan. Pelestarian alam lingkungan hidup manusia pada hakekatnya adalah menjalin hubungan yang selaras antara kebutuhan hidup manusia dengan sumber daya alam yang tersedia. Prinsipprinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sumberdaya alam meliputi: 1) Prinsip Kait mengkaitnya sumber daya alam, 2) Prinsip in optimum, 3) Prinsip daya toleransi. 4) Prinsip faktor pengontrol, 5) Prinsip ketanpabalikan, 6) Prinsip pembudidayaan. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut maka dalam pengelolaan sumber daya alam dapat lebih mempertimbangkan kelestarian lingkungan untuk memperoleh produksi yang optimum. Untuk pembangunan berkelanjutan ada beberapa ide pokok: 1) pembangunan itu harus berlanjut terus menerus, 2) ada ambang batas SDA, 3) kualiatas lingkungan berkorelasi langsung dengan kualitas hidup, 4) keseimbangan transgenerasi, 5) solidaritas transgenerasi. Untuk mewujudkan hal tersebut strategi yang perlu dikembangkan meliputi beberapa komponen sebagai berikut: 1) Memenuhi kebutuhan masa kini dengan memperhitungkan masa datang, 2) pemerataan, 3) pengelolaan SDA untuk menjaga kualitas lingkungan, 4) pertimbangan keadilan sosial, 5) dimensi lingkungan semakin dominan, 6) merubah pendekatan konvensional pembangunan, 7) teknologi untuk keberlanjutan pemanfaatan SDA, 8) pembangunan SDM, 9) Bergeser dari SDA ke SDM. Rekomendasi Berdasarkan uraian dan pembahasan di atas dapat dipahami bahwa untuk inovasi teknologi mendukung peningkatan nilai tambah dari produk pertanian secara berkelanjutan dan juga untuk inovasi yang didasarkan dari hasil-hasil penelitian dalam rangka mendukung program pajale, maka arahan kebijakan inovasi yang disarankan meliputi: 1) Inovasi untuk pelayanan masyarakat, 2) Inovasi pengelolaan limbah, 3) Inovasi dalam pengelolaan sumberdaya tanah, dan 4) Inovasi dalam pengelolaan SDA. Daftar Pustaka Alston, J. M. 2010. “The Benefits from Agricultural Research and Development, Innovation, and Productivity Growth”, OECD Food, Agriculture and Fisheries Papers, No. 31, OECD Publishing. Luthfi Fatah. 2004. The Utilization of Social Accounting Matrix (SAM) for Poverty Monitoring and for Investigating the Implications of a Poverty Alleviation Strategy. Book
38
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
Section in Poverty Monitoring in Asia (Edited By Hans Gsanger and Myriam Fernando). Centre for Poverty Analysis. Colombo. Luthfi Fatah. 2007a. Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (Dynamics of Agricultural and Rural Development). Pustaka Banua. Banjarmasin. Luthfi Fatah. 2007b. The Potentials of Agro-Industry for Growth Promotion and Equality Improvement in Indonesia. Asian Journal of Agriculture and Development, 2007, vol. 4, issue 1, pages 57-74 Luthfi Fatah. 2009a. Building Communication in Agricultural Research Adaptive to Accelerate the Improvement of Farmer Welfare. Paper presented at the Australasia Pacific Extension Networks 5th International Conference “Shaping Change in Communities”, on Tuesday 17th November 2009, in Busselton, Western Australia. Luthfi Fatah. 2009b. The Roles of Agroindustries in Regional Economic Development (Study Case in South Kalimantan). Economic Journal of Emerging Market. Special Edition on Regional Economics. September 2009. Page 79-89. Luthfi Fatah. 2010. Sumberdaya Alam, Pembangunan Pertanian dan Pengembangan Wilayah – Mengelola Eksternalitas untuk Memperbaiki Kesejahteraan (Natural Resource, Agricultural Development and Regional Development – Managing Eksternality to Improve Welafare). A book Chapter in Pengelolaan Sumberdaya Alam dalam Perspektif Kesejahteraan dan Keberlanjutan (Natural Resource Management in the Perspective of Welfare and Sustainability). Lambung Mangkurat University Press. Banjarmasin. Luthfi Fatah and Tuti Heiriyani. 2011. The Identification of Leading Agroindustries in South Kalimantan. Jurnal Agrides Volume 1 No 1 June 2011. Page 114-128. Mitchell, D. 2000. Cultural Geography - A Critical Introduction, 2000, Oxford / Malden (Mass.), Blackwell, 325 p. Miarso, Yusufhadi. (2007) Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Cetakan Ketiga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. OECD. 2015a. “The Innovation Imperative Contributing to Productivity, Growth and Well being”. OECD STI Policy Note. OECD. 2015b. “Innovation Policies for Inclusive Growth Main Findings”. International Conference on Innovation for Inclusive Growth. India. February, 2015. OECD. 2015c. “Oecd Innovation Strategy 2015 An Agenda For Policy Action.” Meeting of the OECD Council at Ministerial Level Paris, 3-4 June 2015. Salim, E. 2006. Pengelolaan Lingkungan dalam Pembangunan. Disampaikan sebagai bahan kuliah Pasca Sarjana (S3) Program Studi PSL di IPB, Bogor, pada tanggal 12 Agustus 2006.
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
39