INOVASI RANCANG-BANGUN FIDEKS COMPACT WORKSTATION DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) Slamet Riyadi, Ong Andre Wahyu W, Hamdan Mahfirin Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik - Universitas Wijaya Putra Surabaya Kampus I Jl. Benowo 1-3 Surabaya
[email protected]
Abstrak Penggunaan Workstation pada suatu sistem kerja sangat diperlukan untuk membantu proses pekerjaan yang dilakukan oleh manusia. Dalam dunia industri yang mempertimbangkan waktu dalam bekerja akan berguna dalam peningkatan produktivitas pekerja, mutu produk yang dihasilkan, dan efisiensi kerja. Tujuan dari penelitian ini yaitu Merancang, Mengidentifikasi serta menganalisa kebutuhan pelanggan akan kebutuhan Workstation sehingga Menghasilkan produk berupa Workstation sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Penentuan tingkat urutan prioritas kebutuhan konsumen terhadap atributatribut meja tata cara kerja didapat dari hasil rekomendasi menggunakan metode QFD (Quality Function Deployment). Metode QFD (Quality Function Deployment) memberikan rekomendasi untuk mendapatkan kebutuhan teknik yaitu bentuk meja, variasi bentuk meja, ukuran meja, bentuk tata letak fitur, variasi fitur tambahan, ukuran box, bentuk box, bentuk pijakan kaki, ukuran tempat meletakkan monitor, bentuk tempat meletakkan monitor, ukuran tempat meletakan lampu, variasi tambahan bahan meja, jenis bahan meja, ukuran laci atau lemari kecil, bentuk laci atau lemari kecil, ukuran roda, warna meja. Hasil akhir dari penelitian ini adalah menghasilkan produk sesuai rancangan
Kata kunci: Workstation, QFD, Desain
I.
PENDAHULUAN Produk merupakan suatu perwujudan dari hasil perancangan desainer dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Produk-produk yang di hasilkan dan di perkenalkan ke konsumen, tidak seluruhnya dapat memuaskan atau memenuhi sesuai keinginan konsumen. Hal ini disebabkan, salah satu diantaranya kesulitan desainer dalam menterjemahkan keinginan konsumen yang bervariasi dan berubah-ubah. Meskipun demikian, secara umum seharusnya produk yang berada di pasar dapat memberikan manfaat yang besar bagi pemakainya. Tetapi kenyataannya banyak produk yang beredar di pasar tidak disukai oleh konsumen, karena konsumen merasa tidak menyukainya atau membutuhkannya akan produk tersebut. Di era globalisasi sekarang ini, kemajuan teknologi semakin pesat dan canggih yang akhirnya dapat mempermudah konsumen dalam cara pemakaian dan penyimpanan, Fideks Compact Workstation adalah suatu desain meja kerja yang dapat dipindah-pindah, dilipat dan berubah bentuk sesuai dengan fungsinya dengan mempertimbangkan dalam aspek inovasi, efisiensi dan efektivitas kerja. Salah satu terobosan dari masa ke masa
[1]
Workstation biasanya berbentuk besar dan memakan banyak tempat sehingga kurang efisiensi dalam penggunaannya. Dengan dibuatnya Fideks Compact Workstation ini konsumen dapat menikmati tiga fungsi sekaligus. Salah satu pendekatan untuk membuat rancang Fideks Compact Workstation yaitu dengan teori ergonomi dan Quality Function Deployment (QFD). Rancangan inovasi Compact Workstation yang tepat guna dan multifungsi sangat membantu dalam menentukan tata letak suatu ruang tempat kerja sehingga efisiensi dan efektivitas dalam melakukan kegiatan pekerjaan dapat dilakukan dengan baik dan juga memberikan suasana ruangan terasa lebih lapang dan tidak merasa berdesak-desakan antara Workstation satu dengan yang lainnya. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Ergonomi Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia (Sutalaksana, 2006), dimana secara hakiki akan berhubungan dengan segala aktivitas manusia yang dilakukan untuk menunjukkan performansinya yang terbaik.
mempengaruhi penampilan dan fungsi produk tertentu menurut yang diisyaratkan oleh pelanggan. Adapun parameter rancangan yang didefinisikan menurut (Philip Kotler, 2001) adalah sebagai berikut : a. Gaya (style), menggambarkan penampilan dari suatu produk. b. Daya Tahan (durability), menggambarkan umur beroperasinya produk dalam kondisi normal atau berat, merupakan atribut yang berharga untuk produk-produk tertentu. c. Kehandalan (reliability), merupakan ukuran probabilitas bahwa produk tertentu tidak akan rusak atau gagal dalam periode waktu tertentu. d. Mudah diperbaiki (reparability), ukurankemudahan untuk memperbaiki produk ketika produk itu rusak.
2.2 Dimensi Kualitas Pada Produk Vincent (Susanti, 2006) mendefisikan kualitas sebagai konsistensi peningkatan perbaikan atau penurunan variasi karakteristik di suatu produk (barang dan jasa) yang dihasilkan agar memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan guna meningkatkan kepuasan pelanggan internal atau pelanggan eksternal, Garvin (Yamit, 2001) mengembangkan kualitas ke dalam delapan dimensi yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan strategis terutama bagi perusahaan atau manufaktur yang menghasilkan barang. Kedelapan dimensi tersebut adalah sebagai berikut: a. Performance (kinerja), yaitu karakteristik pokok dari suatu produk inti. b. Features, yaitu karakteristik pelengkap atau tambahan. c. Reliability (kehandalan), yaitu memungkinkan tingkat kegagalan pemakaian. d. Conformance (kesesuaian), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. e. Durability (daya tahan), yaitu berapa lama produk dapat terus digunakan. f. Serviceability, yaitu meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, kemudahan dalam pemeliharaan dan penanganan keluhan yang memuaskan. g. Eustetica, yaitu menyangkut corak, rasa dan daya tarik produk. h. Perceived, yaitu menyangkut citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
2.4 Tahapan dalam Pengembangan Produk Proses pengembangan produk secara umum terbagi menjadi beberapa fase. Proses diawali dengan suatu fase perencanaan, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pengembangan teknologi dan penelitian tingkat lanjut. Output fase perencanaan adalah pernyataan misi proyek, yang merupakan input yang dibutuhkan untuk memulai tahap pengembangan konsep. Kemudian masuk pada fase perancangan tingkatan sistem dan detail produk. Penyelesaian dari proses pengembangan produk adalah peluncuran produk, di mana produk sudah dilakukan pengujian dan perbaikan pada fase sebelumnya. Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek, Karl T. Ulrich & Steven D. Eppinger (2001) mengusulkan lima tahapan proses yaitu mengidentifikasi peluang, mengevaluasi dan memprioritaskan proyek, mengalokasikan sumber daya dan rencana waktu, melengkapi perencanaan pendahuluan proyek, merefleksikan kembali hasil dan proses. Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternative konsepkonsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh. Konsep adalah uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan suatu produk dan biasanya dibarengi dengan sekumpulan spesifikasi, analisis produk-produk pesaing serta pertimbangan ekonomis proyek. Fase perancangan tingkatan system mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi subsistem-subsistem serta komponenkomponen. Gambaran rakitan akhir untuk system
2.3 Perancangan dan Pengembangan Produk Pengembangan desain dapat ditujukan sebagai suatu proses berturut-turut didasarkan pada informasi tertentu. Tahap-tahap pengembangan ini dapat dilakukan melalui penyaringan, analisa, pengembangan komersialisasi. Desain mungkin sekali merupakan titik tolak produk baru yang diminta oleh konsumen dan ini terutama berlaku dalam perusahaan. Dalam hal ini mungkin desainnya meliputi gagasan baru, yang harus dikembangakn dan di terapkan ke dalam produk yang sedang digarap. Rancangan atau desain (Design) adalah dimensi yang unik, dimensi ini banyak menawarkan aspek emosional dalam mempengaruhi kepuasan pelanggan. Menurut (Philip Kotler, 2001), menyatakan bahwa rancangan adalah totalitas fitur yang
[2]
produksi biasanya didefinisikan selama fase ini. Output pada fase ini biasanya mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap subsistem produk, serta diagram aliran proses pendahuluan untuk proses rakitan akhir. Fase perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material, dan toleransitoleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok. Rencana proses dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap komponen yang dibuat dalam system produksi. Output dari fase ini adalah pencatatan pengendalian untuk produk: gambar pada file komputer tentang bentuk tiap komponen dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen yang dibeli, serta rencana proses untuk pabrikasi dan perakitan produk. Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi produksi awal produk. Prototipe awal (alpha) biasanya dibuat dengan menggunakan komponenkomponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya, namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama dengan yang dilakukan pada produksi sesungguhnya. Prototype (alpha) diuji untuk menentukan apakah produk akan bekerja sesuai dengan yang direncanakan dan apakah produk memenuhi kebutuhan kepuasan konsumen utama. Prototype berikutnya (beta) biasanya dibuat dengan komponen-komponen yang dibutuhkan pada produksi namun tidak dirakit dengan menggunakan proses perakitan akhir seperti pada perakitan sesungguhnya. Prototipe beta dievaluasi secara internal dan juga diuji oleh konsumen dengan menggunakannya secara langsung. Sasaran dari prototipe beta biasanya adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai kinerja dan keandalan dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan perubahanperubahan secara teknik untuk produk akhir. Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan system produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada proses produksi sesungguhnya. Produkproduk yang dihasilkan selama produksi awal kadang-kadang disesuaikan dengan keinginan pelanggan dan secara hati-hati dievaluasi untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang muncul. Fase-fase tersebut dapat digambarkan secara umum sebagai berikut:
Gambar 1. Diagram Fase dalam pengembangan produk
2.5 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Proses identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan bagian integral dari proses pengembangan produk, dan merupakan tahap yang mempunyai hubungan paling erat dengan proses penurunan konsep, seleksi konsep, benchmark dengan pesaing (competitive benchmarking), dan menetapkan spesifikasi produk. 2.6 Quality Function Deployment Quality Function Deployment (QFD) marupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan prioritas kebutuhan dan keinginan konsumen serta mengelompokkannya. QFD dapat digunakan baik pada perusahaan yang menawarkan produk atau jasa bagi konsumen. Menurut Ulrich (2001), proses QFD dibagi dalam empat fase seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Proses QFD Berdasarkan beberapa definisi diatas, QFD merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui keinginan konsumen dengan mengumpulkan customer voice dan customer needs. Kedua hal tersebut kemudian di klasifikasi dan diurutkan berdasarkan prioritas. Proses QFD dapat melibatkan satu atau lebih matriks. Matriks pertama dalam QFD disebut juga dengan House of Quality (HoQ). Matriks tersebut terdiri dari beberapa sub-matriks yang bergabung dengan beberapa cara, masing-masing memiliki informasi yang saling berhubungan antar satu dengan yang lain.
[3]
Uraian misi: Tabel 1. Pernyataan Misi Pernyataan Misi : Produk meja kerja yang mudah dipindah-pindahkan untuk industri, perkantoran ataupun individu yang mempunyai nilai estetika, efisien, dan ergonomi serta produk yang berkualitas Uraian Produk Meja kerja yang mudah di pindah-pindahkan, dengan mempunyai desain yang ergonomi, efisien, estetika serta kualitas produk yang baik. Sasaran Bisnis Mendukung efisiensi tempat Utama di sebuah perusahaan yang mempunyai ruangan tidak terlalu lebar. Mampu bersaing dengan produk dipasaran. Ramah lingkungan serta mempunyai desain estetika yang baik. Pangsa pasar Perkantoran. Sekolah ataupun universitas. Rumah tangga. Distributor alat perkantoran. Asumsi dan Peningkatan pengembangan Batasan produk yang telah ada. Visibel dan harga dapat di sesuaikan dengan jenis serta spesifikasi produk. Sake holder Konsumen (pembeli dan pemakai). Distributor. Pembuat (operasional manufaktur).
Gambar 3. Matrik House of Quality (Cohen, 1995) III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian berfungsi untuk mengarahkan penyusunan laporan sehingga tersusun dengan baik. Metode penelitian ini menjelaskan tentang langkah dan tahapan yang dilakukan selama penelitian
4.2 Hasil identifikasi kebutuhan pelanggan Penyebaran kuesioner dilakukan dalam upaya memperoleh informasi mengenai apa yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen terhadap produk. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mencakup beberapa dimensi kualitas pada produk seperti performance, price, serviceability, durability, conformace, dan feature. Dimensi kualitas ini kemudian diterjemahkan dalam sebuah pertanyaan yang merupakan kebutuhan responden terhadap obyek atau produk yang akan dirancang. Tabel 2. Interprestasi Kebutuhan Pelanggan
Gambar 4. metodologi penelitian
Primer
IV. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pernyataan misi proyek Adapun visi dan misi dari perencanaan dan pengembangan alat ini adalah sebagai berikut: Visi: ”Mengembangkan alat produksi yang berkualitas berdasarkan pada kebutuhan pelanggan”.
Sekunder Performance
Compact Workstation
Price Serviceability
[4]
Tersier Dapat dipindahpindahkan Efisien penempatan Harga dapat disesuaikan dengan spesifikasi yang ada Penggunaan Mudah
Durability Conformance
Feature
Perawatan dan Perbaikan Mudah Tidak mudah rusak Kenyamanan Bekerja Desain Menarik Dilengkapi Instalasi Penerangan dan Line Dilengkapi Instalasi Power Dilengkapi Monitor dan Pesawat Telephone
Skala Likert digunakan untuk mengukur tingkat kepentingan dari kebutuhan tersebut. Dari yang sangat tidak penting (skala 1), tidak penting (skala 2), cukup penting (skala 3), penting (skala 4) sampai dengan sangat penting (skala 5). Tabel 3. Penilaian tingkat kepentingan No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Atibut Kebutuhan Dapat dipindahpindahkan Efisien penempatan Harga Penggunaan Mudah Perawatan dan Perbaikan Mudah Tidak mudah rusak Kenyamanan Bekerja Desain Menarik Dilengkapi Instalasi Penerangan dan Line Dilengkapi Instalasi Power Dilengkapi Monitor dan Pesawat Telephone
No
Atibut Kebutuhan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Dapat dipindah-pindahkan Efisien penempatan Harga Penggunaan Mudah Perawatan dan Perbaikan Mudah Tidak mudah rusak Kenyamanan Bekerja Desain Menarik Dilengkapi Instalasi Penerangan dan Line Dilengkapi Instalasi Power Dilengkapi Monitor dan Pesawat Telephone
11
Tabel kebutuhan di atas merupakan atribut “apa (What)” yang akan dimasukkan dalam tabulasi QFD sebelah kiri. Untuk merespon kebutuhan tersebut maka perlu diterjemahkan ke dalam atribut atau karakteristik teknis yang akan dimasukkan dalam tabulasi QFD sebelah atas yang merupakan atribut “bagaimana (How)”. Functional requirements merupakan kebutuhan atau proses yang harus dikerjakan untuk memenuhi permintaan konsumen.
Skala Kepentingan 4 5 4 4
Tabel 5. Daftar Metrik kebutuhan Teknis
5 5 5 4
No 1 2 3 4
3
Kebutuhan Teknis Jenis Material Ukuran Biaya produksi per unit User friendly
4
-
Mengumpulkan informasi tentang pesaing. Tujuannya adalah untuk membandingkan kelebihan dan kekurangan produk yang sedang dikembangkan dengan produk yang sudah ada. Analisis hubungan antara produk baru dengan produk pesaing sangat penting dalam menentukan kesuksesan komersial. Bagan analisis pesaing (competitive benchmarking chart) yang terdapat dalam House of Quality ini didapat dari kuesioner. Berikut adalah pesaing yang akan dijadikan benchmarking.
3
4.3 Pengolahan data dengan QFD - Menyiapkan Daftar Metrik Kebutuhan. Dengan menggunakan input dari tabel 3 di atas, tahapan spesifikasi produk dapat dilakukan dengan tujuan mengetahui apa yang harus dilakukan produk mesin es puter ini untuk menjawab dari kebutuhan pelanggan yang telah teridentifikasi. Tahapan spesifikasi produk secara keseluruhan menggunakan metode QFD (Quality Function Deployment). Tabel 4. Daftar Metrik kebutuhan konsumen
[5]
4.4 Pengembangan konsep produk nilai terbesar masing-masing item yang sering muncul dan menjadi konsep rancangan produk adalah : 1. Bentuk : Mudah Dibongkar 2. Sarana Pendukung : Monitor Komputer dan Telepon 3. Bahan : Kayu 4. Warna : Polos 5. Ukuran : Kecil Sehingga desain produk yang dipilih dan dirancang memiliki spesifikasi seperti tersebut. Setelah mengetahui konsep desain, maka peneliti merancang desain meja workstation menggunakan Software Solidwork
Gambar 6. Produk pesaing worktation -
Menetapkan spesifikasi target.
Ada beberapa spesifikasi target yang akan dicapai dalam pengembangan produk workstation ini, berikut target performansi dari workstation yang akan dibuat. Tabel 6. Daftar performansi target yang akan dicapai No 1 2 3 4
Kebutuhan Teknis Jenis Material Ukuran Biaya produksi per unit User friendly
Performansi Target Kuat, Ringan, Murah Protable, Compact, Minimalis Maksimal 7 juta, sesuai spesifikasi Ergonomi, Estetis
Tahapan-tahapan diatas dapat ditabulasikan dengan menggunakan program QFD yang sudah tersedia. Dari tabulasi pada tabel QFD diperoleh hubungan masing-masing metrik dan nilai-nilai yang dijadikan proritas dalam pengembangan produk. Tabel 7. Matrik QFD
Gambar 7. Konsep Workstation Perhitungan perkiraan biaya pembuatan worksatation skala prototipe adalah sebagai berikut:
[6]
V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil identifikasi didapat bahwa kebutuhan untuk meja kerja dengan desain baru mendapat peluang untuk dikembangkan. Dilihat dari kuesioner derajat kepentingan, ternyata responden sangat mengutamakan efisien dalam penempatan, kenyamanan bekerja serta mempunyai kemudahan dalam perawatan dan handal. Sedangkan dalam pengujian konsep desain responden mengutamakan desain yang staylis, inovatif, compact atau mudah di pindah-pindahkan serta portabel karena lebih praktis dan ergonomis. Atribut-atribut yang tidak valid tidak akan dikembangkan dan atribut yang dikembangkan didasarkan pada pertimbangan tertentu serta hasil kuesioner responden.
Tabel 13. Perhitungan biaya produksi
Saran Meskipun hasil uji validitas dan reliabilitas dari data sudah terpenuhi, disarankan untuk penelitian selanjutnya lebih memperbesar populasi agar informasi yang diperoleh lebih sesuai dengan kebutuhan responden. Dalam mengembangkan hasil prototipe alat ini agar membuat diferensiasi dengan produkproduk yang sudah ada sebelumnya. Dilakukan penilaian tingkat kepuasan hasil produksi untuk pengembangan produk selanjutnya. Hendaknya ada optimasi dalam pemilihan bahan atau material untuk memperoleh biaya produksi terendah.
*biaya dihitung saat pembuatan prototipe.
Hasil perhitungan biaya pembuatan untuk satu unit Workstation adalah sebesar Rp. 7.914.700. Asumsi harga dihitung saat pembelian saat itu. 4.5 Analisis ekonomi Tahapan terakhir dalam suatu proses pengembangan produk adalah analisis ekonomi untuk memperkirakan gambaran prospek dari penjualan produk ini beberapa periode ke depan. Hasil dari analisis ini akan menentukan keputusan untuk terus menjalankan pengembangan produk ini (bila menguntungkan) atau tidak (bila tidak menguntungkan, bahkan mengalami kerugian). Tabel 14. Perhitungan Profit No 1 2 3 4
Biaya Biaya Produksi Kapasitas Produksi per Bulan Profit (10%HPP) Profit per bulan
Satuan Rp / Unit Unit Rp / Unit Rp
DAFTAR PUSTAKA Akao, Y., 1990, QFD : Intergrating Costemer Requitment Tinto Product Design, Productivity Press Cambridge, Massachusetts.
Jumlah 7.914.700
Bridger, R.S. 1995. Introduction to Ergonomics. New York: McGraw-Hill Book Company.
3
Cohen, Lou, 1995, Quality Function Development : How to Make QFD Work for You, Addison Wesley Longman, Massachusetts.
791.470 2.374.400
[7]
Djati, Pantja dan Khusaini. 2003. Kajian Terhadap Kepuasan Kompensasi, Komitmen Organisasi, dan Prestasi Kerja, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol.5, No.1, Maret 2003:25-41
Susanti 2006. Perancangan Sistem Kerja Ergonomi. Jakarta : Universitas Sahid Jakarta Supriyono, R.A. 1999. Manajemen Biaya Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis. BEFE, Yogyakarta.
Gary Armstrong, 2006, Principles of Marketing, Tenth Edition, PearsonPrentice Hall , New Jersey.
Supriyono. 2000. Akuntansi Biaya Buku 1. Edisi dua. Yogyakarta: BPFE
Khalifa, Azaddin Salem, 2004, Customer Value : A Review of Recent Literature and An Integrative Configuration, Management Decision, Vol. 42, No. 5, pp. 645-666.
Ulrrich, Karl T. dan Eppinger, Steven D, 2000 Perancangan dan Pengembangan Produk, Salemba Teknika, Jakarta.
Kotler, Philip, & Kevin Lane Keller, 2006, Marketing Management, Twelfth Edition, Pearson Prentice Hall, New Jersey
Zulian Yamit, 2001, Manajemen Produksi Dan Operasi, Edisi Pertama, Ekonisia, Yogyakarta.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong, (alih bahasa Alexander Sindoro). 1997. Dasar – Dasar Pemasaran. Jilid 1, Jakarta: prenhalindo Maholtra, Naresh.K. (2006). Marketing Research An Applied Orientation. Prentice-Hall., inc., Upper Saddle River, New Yersey. Mas’ud Mahfoedz. 1995. Akuntasi Manajemen Buku Satu Edisi IV Cetakan Ketiga. Yogyakarta : BPFE – Universitas Gajah Mada Mulyadi. 1993. Akuntansi Biaya Edisi ke-5. Yogyakarta: BP-STIE YKPN Montgomery, Douglas C, 2001, Introduction to Statistical Quality Control, Fourt Edition,John Willy and Son’s Phillip, Kotler 2001, Marketing Management Analysis, Planing, Implementationand Controling, Upper Sadle River Pulat, Mustafa B.,1992, Fundamentals of Industrial Ergonomics, Prentice-Hall, Inc, New Jersey,USA Sutalaksana, 2006, Teknik Perancangan Sistem Kerja, Edisi Kedua, Penerbit ITB, Bandung
[8]