INOVASI PELAYANAN KESEHATAN (PROSES INOVASI JEMPUT BOLA DI PUSKESMAS II PUNGGELAN KABUPATEN BANJARNEGARA) Oleh : Indah Noviyanti Sugiharto, Dyah Hariani DEPARTEMEN ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Jalan Profesor Haji Soedarto Sarjana Hukum, Tembalang, Semarang 12693 Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405 Laman : http://www.fisip.undip.ac.id Email :
[email protected]
ABSTRACT Public service in the health sector becomes a strategic issue. Public service improvements in Indonesia nowadays tend to be slow. One of the way to improve the quality of health services is innovation. An innovation have the importance to realize quality services in the health sector as well as in basic health services at the Center for Public Health (Community Health Centre). One of the areas that implementate the innovation of health services in Puskesmas is Banjarnegara Region. Community of Health Centre II Punggelan in corporation with the government of Banjarnegara Regenc created Innovation Pick up service. This study aims to determine the process of innovation pick up the service in Community of Health Centre II Punggelan Banjarnegara know the factors driving and inhibiting innovation process pick up the service in Community of Health Centre II Punggelan Banjarnegara Region. The method used in this research is descriptive qualitative research method. Researchers use theory of Rogers to identify the innovation process of pick up theservicel and theory of Fontana to identify the inhibiting factors and factors driving the innovation of pick up the service. There are several obstacles found in pick up service Innovation: there is no clear structure chart, there is a small part of traditional society culture, the availability of human resources, especially ambulance drivers are limited. The advice given is to make innovation of Pick up service as a service for the general public not only for labor alone. Keywords : Innovation, Service, Pick up Service, Structure of Bureaucracy, Human Resource Capacity 1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
(23%) utama
dalam
mendapatkan layanan kesehatan adalah
Tingkat
masyarakat masih ada yang merasa lokasi
500.0001.000.000 (19%)
puskesmas terlalu jauh dari tempat asal
dan karena kondisi geografis yang sangat untuk
300.000-500.000 (21%)
beberapa wilayah kabupaten Banjarnegara,
sehingga
Pendapatan
kendala biaya, jarak dan transportasi. Di
beragam
Perguruan tinggi
1.000.0001.500.000 (19%)
menjangkau
puskesmas masih ada sedikit hambatan.
>Rp 1.500.000 (8%)
Tabel 1.1 Sumber : Jurnal Kajian Tingkat Pelayanan Pengguna Puskesmas di Kabupaten
Puskesmas di Kabupaten Banjarnegara
Banjarnegara 2016 VARIABEL
Tabel
PENGGUNA PUSKESMAS
1.1
menjelaskan
bahwa
berdasarkan jenis kelamin, perempuan yang
lebih
banyak
menggunakan
Laki-laki (35%)
Perempuan (65%)
Usia
0-6 (9%)
Pengguna
7-18 (19%)
20-50 (53%)
>50 th (19%)
Jenis
Buruh (4%)
Pekerjaan
Pedagang (14%)
Peg. Swasta (8%)
kehamilan
Petani (39%)
kandungan.
PNS (26%)
menggunakan
Wiraswasta (7%)
memeriksakan kesehatan dan konsultasi
SD (10%)
kepada bidan yang bertugas di puskesmas
SMP (18%)
tersebut. Dilihat dari tingkat pendapatan,
SMA (49%)
ada
Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
puskesmas
untuk
mengatasi
masalah
kesehatan mereka dibanding laki-laki. Prosesntase perempuan 65% sedangkan laki-laki hanya 35%. Hal ini terjadi karena perempuan lebih banyak membutuhkan pelayanan kesehatan, karena perempuan selain untuk berobat juga ada yang membutuhkan pelayanan untuk memeriksa (mengontrol
kesehatan
Pengguna
biasanya
kaitannya
puskesmas
dengan
untuk
kemampuan 2
membayar mereka. Pengguna puskesmas
Sumber : Hasil wawancara dengan Bidan
didominasi
Puskesmas II Punggelan
oleh
mempunyai
masyarakat
pendapatan
yang kisaran
Gambar 1.2 menjelaskan bahwa angka kematian tinggi. Namun setelah inovasi jemput bola diimplementasikan pada tahun 2014, angka kematian ibu berkurang menjadi 3 ibu meninggal. Lalu pada tahun 2015 hanya ada 1 ibu yang meninggal dan pada tahun 2016 tidak ada
mereka Pj
Bupati
Banjarnegara,
Prijo
Anggoro menilai, AKB dan AKI di Banjarnegara
masih
tinggi.
Berikut
pendapat dari Bapak Prijo Anggoro :
ibu yang meninggal. Dalam kasus ini penulis memilih lokus pada salah satu puskesmas yang ada di Kecamatan Punggelan, yaitu Puskesmas
“Puskesmas diharapkan menjadi
II Punggelan. Luas Kecamatan Punggelan
garda terdepan dalam menurunkan
102,84 Ha yang terdiri dari 17 Desa, 80
tingginya kasus AKI dan AKB di
Dusun, 105 RW dan 415 RT. Jumlah
Banjarnegara”
penduduk Kecamatan Punggelan per tahun
Gambar 1.2
2014 70.049 jiwa. Ada dua Puskesmas di Kecamatan Punggelan, namun penulis
Angka Kematian Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas II Punggelan Tahun
memilih Puskesmas II Punggelan karna beberapa faktor.
2012-2016 Letak Puskesmas II Punggelan berada pada wilayah yang terpencil. Lokasi Puskesmas II Punggelan yang berada di daerah pelosok dengan kondisi jalan yang rusak dan letaknya yang kurang bisa dijangkau oleh kendaraan umum sehingga
menyebabkan
pelayanan
kesehatan masyarakat kurang maksimal. Lalu, kondisi jalan menuju Puskesmas II Punggelan sudah beraspal. Namun pada kenyataanya banyak jalan yang rusak dan 3
tidak
segera
diperbaiki.
menyebabkan
Hal
proses
ini
mengarah kepada Paradigma Administrasi
pelayanan
Negara seperti yang dikemukakan oleh
pengobatan menjadi terhambat.
Nicholas Henry dalam Pasolong (2011:2830) sebagai Administrasi Negara, dimana
Oleh karna itu, Puskesmas II Punggelan pemerintah
yang
bekerjasama
Kabupaten
dengan
Banjarnegara
menciptakan inovasi pelayanan kesehatan. Inovasi pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas II Punggelan adalah inovasi pelayanan jasa baru.
uraian
fokus dan lokus yang jelas dengan teori manajemen publik. Fokus administrasi negara dalam penelitian ini adalah proses inovasi jemput bola di Puskesmas II Punggelan
Kabupaten
Banjarnegara.
Sedangkan lokusnya berada di Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara.
B. Tujuan Penelitian Berdasarkan
dalam paradigma tersebut telah memiliki
rumusan
Dwight Waldo dalam Pasolong
masalah
tentang proses inovasi jemput bola di
(2011:8),
Puskesmas II Punggelan maka tujuan dari
publik adalah manajemen dan organisasi
permasalahan di atas, yaitu:
dari manusia-manusia dan peralatanya guna
1.
2.
mendefinisikan
mencapai
administrasi
tujuan
pemerintah.
Mengetahui proses inovasi jemput
Chandler and Plano menjelaskan bahwa
bola yang ada di Puskesmas II
administrasi publik merupakn seni dan
Punggelan Kabupaten Banjarnegara.
ilmu (art and science) yang ditunjukan
Mengetahui faktor pendorong dan
untuk mengatur “public affairs” dan
penghambat inovasi proses inovasi
melaksanakan
jemput bola yang ada di Puskesmas II
ditentukan.
Dari
Punggelan Kabupaten Banjarnegara.
administrasi
publik,
berbagai
tugas
beberapa dapat
yang definisi
dipahanmi
C. Tinjauan Pustaka
bahwa
Tinjauan pustaka dalam penelitian ini
kerjasama
adalah paradigma administrasi publik,
sekelompok orang atau lembaga dalam
administrasi publik, manajemen publik,
melaksanakan tugas-tugas pemerintahan
pelayanan publik, reformasi pelayanan
dalam memenuhi kebutuhan publik secara
publik, serta inovasi.
efektif dan efisien.
administrasi yang
publik dilakukan
adalah oleh
Negara
Pada dasarnya manajemen publik
dalam penelitian ini lebih cenderung
yaitu manajemen instansi pemerintah.
Paradigma Administrasi
4
Overman
dalam
Keban
(2004:85),
mengemukakan bahwa manajemen publik bukanlah
“scientific
meskipun
sangat
management”,
dipengaruhi
oleh
Reformasi
dan
merata.
bukanah
masyarakat
mereflksikan
tekanan-teknan
publik,
Harapan
demikian
dihubungkan dengan menguatnya kontrol masyarakat
administrasi
harapan
terhadap pelayanan publik yang lebih adil
manajemen bukanlah “policy analysis”, juga
memberi
dan
besarnya
dalam
kontribusi
penyelenggaraan
orientasi
pemerintahaan. Dwiyanto dalam Sanconko
“rational-instrumental” pada satu pihak,
(2010:43) Reformasi pelayanan tidak dapat
dan orientasi politik kebijakan dipihak
dipisahkan dari sebuah inovasi. Selama
lain. Dari paparan manajemen publik
perubahan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa inovasi
sebagaimana mestinya, maka diperlukan
pelayanan kesehatan ada kaitanya dengan
inovasi untuk menyelamatkan kegiatan
manajemen publik. Supaya penerapan
pelayanan.
pelayanan
tidak
berjalan
proses inovasi jemput bola berjalan dengan Inovasi menurut Rogers dalam
efektif dan efisien maka diperlukan ilmu
Suwarno (2008:9) adalah sebuah ide,
manajemen. Definisi pelayanan publik menurut Kepmen PAN Nomor 25 Tahun 2004 dalam Pasolong (2011:129) adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima layanan, pelaksanaan
maupun
dalam
ketentuan
rangka peraturan
perundang-undangan. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah kewajiban pemerintah dalam memberikan pelayanan barang dan jasa yang diberikan oleh pemerintah pusat maupun daerah sebagai kewajiban dalam
praktek, atau objek yang dianggap baru oleh individu satu unit adopsi lainnya. Pengertian
inovasi
di
atas
dapat
disimpulkan bahwa inovasi merupakan ide kreatif teknologi atau cara baru dalam teknologi pelayanan atau memperbarui yang sudah ada di bidang teknologi pelayanan atau menciptakan terobosan atau penyederhanaan di bidang aturan, pendekatan, prosedur, metode, maupun struktur
organisasi
pelayanan
yang
manfaatnya hasil mempunyai nilai tambah baik dari segi kuantitas maupun kualitas pelayanan.
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
Adapun proses inovasi menurut
sesuai dengan perundang undangan serta
Rogers
dapat dipertanggungjawabkan.
sebagai berikut :
dalam
Suwarno
(2008:98-99)
5
1.
Proses Inovasi Menurut
meredefinisi
Rogers
dalam
Suwarno
saling menyesuaikan.
organisasi berbeda dengan proses
Fase klarifikasi terjadi ketika
yang terjadi secara individu. Sebagai
inovasi
sebuah organisasi, sektor publik dalam
meluas
mengadopsi
mempengaruhi
inovasi
akan
melalui tahapan sebagai berikut : 1.
dan
mengalami proses perubahan untuk
(2008:98-99), proses inovasi bagi
produk
masing-masing
sudah
digunakan
dalam
secara
organisasi seluruh
dan elemen
organisasi dalam keseharian kerjanya.
Initiation (Perintisan)
Fase rutinisasi adalah fase di
Tahapan perintisan terdiri atas
mana inovasi sudah diangap sebagai
fase agenda setting dan matching. Ini
bagian dari organisasi.
merupakan tahapan awal pengenalan situasi dan pemahaman permasalahan
Pada tahapan agenda setting ini dilakukan proses identifikasi dan penetapan prioritas kebutuhan dan
Fontana dalam Larasati (2015:21-22) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat merangsang inovasi dalam organisasi.
masalah. Fase
tahapan
Faktor Pendorong dan Penghambat Inovasi
yang terjadi dalam organisasi.
matching
2.
selanjutnya
atau ini
penyesuaian. permasalahan
teridentifikasi
dan
adalah
1) Organisasi membutuhkan orang-
Pada
orang dan kelompok-kelompok
telah
yang kreatif dalam organisasi.
dilakukan
2) Faktor budaya, dimana budaya
penyesuaian atau penyetaraan dengan
berperan
inovasi yang hendak diadopsi.
merangsang
2.
inovasi.
Implementation (Pelaksanaan)
Pada tahapan ini, perintisan telah menghasilkan
keputusan
untuk
3) Faktor organisasi
penting dan
manusia, perlu
dalam memelihara
dimana melakukan
mencari dan menerima inovasi yang
investasi dalam pengembangan
dianggap
sumber daya manusia yang ada
permasalahan
dapat
menyelesaikan
organisasi.
Tahapan
pada organisasi melalui pelatihan
implemenasi ini terdiri atas fase
dan pengembangan, pendamping
redefinisi, klarifikasi dan rutinisasi.
coaching.
Pada fase redefinisi, Pada fase ini, baik inovasi maupun organisasi 6
D. Fenomena Penelitian
organisasi
Pada penelitian ini fenomena yang menjadi
kerjanya.
dalam
keseharian
kajian peneliti adalah proses inovasi,
Fase rutinisasi : inovasi
faktor pendorong inovasi dan faktor
sudah diangap sebagai bagian dari
penghambat inovasi, sebagai berikut :
organisasi.
1.
Proses Inovasi Tahapan proses inovasi adalah sebagai
2.
Faktor Pendorong dan Penghambat Inovasi Jemput Bola di Puskesmas II
berikut :
Punggelan
1) Initiation (Perintisan) Fase Agenda Setting : dilakukan
1) Organisasi : Mengetahui tugas Puskesmas II Punggelan dalam
proses identifikasi dan penetapan
inovasi jemput bola.
prioritas kebutuhan dan masalah. Fase selanjutnya adalah matching
2) Faktor
3) Faktor
2) Implementation (Pelaksanaan)
dapat
permasalahan
organisasi.
atas
fase
redefinisi,
klarifikasi dan rutinisasi. Pada
Mengetahui
Puskesmas
II
E. Metodologi Penelitian Penelitian proses inovasi jemput bola ini menggunakan
tipe
deskriptif
dengan
pendekatan kualitatif karna penelitian ini
Tahapan implemenasi ini terdiri
SDM
:
Punggelan.
menghasilkan keputusan untuk mencari dan menerima inovasi
manusia
kualitas
Pada tahapan ini, perintisan telah
menyelesaikan
Mengetahui
jemput bola.
dengan kebutuhan masyarakat.
dianggap
:
budaya masyarakat terkait inovasi
atau penyesuaian permasalahan
yang
budaya
fase
bertujuan untuk menggambarkan proses inovasi jemput bola di Puskesmas II Punggelan. Penelitian ini dilaksanakan di
redefinisi
:
Puskesmas II Punggelan. Puskesmas II
inovasi sudah melewati proses re-
Punggelan terletak di Desa Tangkisan
invention, sehingga lebih dekat
Kelurahan
Petuguran
Kecamatan
dalam mengakomodasi kebutuhan
Punggelan
Kabupaten
Banjarnegara
Fase klarifikasi : inovasi
Sedangkan fokus dari penelitian ini adalah
sudah digunakan secara meluas
proses
dalam
penelitian
organisasi
dan
mempengaruhi seluruh elemen
inovasi
jemput
menggunakan
bola.
Subjek
purposive
sampling dengan metode key informan
7
atau informan narasumber dengan mencari
PEMBAHASAN
informasi
A. Proses Inovasi Jemput Bola di
dari
Kepala
Puskesmas
II
Punggelan, Penanggung Jawab Kesehatan
Puskesmas II Punggelan
Jaringan Pelayan Puskesmas dan Jejaring
1.
Fasilitas
Pelayanan
Puskesmas
II
Kesehatan,
Punggelan,
Bidan
Masyarakat
Initiation (Penerintisan) a) Fase Agenda Setting Merangkum hasil wawancara dari
pengguna inovasi jemput bola. Sumber
para
data yang digunakan dalam penelitian
permasalahan
proses inovasi jemput bola meliputi,
wilayah
sumber
Punggelan
data
primer
yaitu
informan
informan
bahwa
yang terjadi
di
Puskesmas
II
kerja
sangat
kompleks.
narasumber dan sumber data sekunder
Mulai dari kondisi geografis,
yaitu dokumen, arsip, artikel dari berbagai
keadaan
media baik cetak maupun elektronik.
Selain itu, angka kematian ibu
Teknik
dan
pengumpulan
data.
Cara
ekonomi
bayi
yang
masyarakat,
tinggi
karna
pengumpulan data yang digunakan yaitu
terlambat
interview atau wawancara, observasi atau
pelayanan. Karna kasus kematian
pengamatan, dan dokumentasi. Teknik
ibu dan bayi yang tinggi maka
analisis
ini
masalah
menggunakan reduksi data, penyajian, dan
prioritas
penarikan kesimpulan. Kualitas data yang
Puskesmas II Punggelan.
data
dalam
penelitian
digunakan dalam penelitian ini yaitu
mendapatkan
persalinan
menjadi
permasalahan
di
Penemuan ide inovasi jemput
menggunakan metode triangulasi sebagai
bola
teknik untuk mengecek keabsahan data.
keprihatinan Bidan Puskesmas II
untuk menguji kredibilitas data dilakukan
Punggelan karna tingginya angka
dengan cara mengecek data yang telah
kematian
diperoleh
sumber.
utama dari kasus di Kecamatan
Alasan peneliti menggunakan triangulasi
Punggelan adalah terhambatnya
sumber data adalah data yang diperoleh
pertolongan
bisa didapatkan melalu berbagai sumber
beresiko
tinggi
dan data dari berbagai sumber tersebut,
ditangani
oleh
nantinya
Punggelan sebagai rujukan oleh
melalui
dapat
beberapa
dideskripsikan,
dikategorisasikan, mana pandangan yang
bidan
sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari sumber-sumber itu.
dilatar
belakangi
ibu.
Permasalahan
cepat
desa.
oleh
ibu
hamil
yang
harus
Puskesmas
II
Hal
tersebut
disebabkan
kondisi
geografis
Kecamatan
Punggelan
sebagai 8
daerah
pegunungan,
menjadi
Merangkum hasil wawancara dari
hambatan para ibu hamil menuju
para informan bahwa inovasi
Puskesmas untuk mendapatkan
jemput bola di Puskesmas II
perawatan. Hal ini berujung pada
Punggelan
meningkatnya kasus kematian ibu
sejak
di Kecamatan Punggelan.
Implementasi inovasi jemput bola
Oleh karena itu, keengganan
di
diimplementasikan
1
Januari
Puskesmas
II
2014.
Punggelan
warga melakukan persalinan di
bertujuan
Puskesmas dikarenakan mayoritas
pertolongan lebih cepat untuk
penduduk Kecamatan Punggelan
persalinan ibu hamil, menjamin
berstatus sebagai keluarga pra-
keamanan
sejahtera yang bekerja sebagai
persalinan ibu hamil beresiko
petani
tinggi, dan angka kematian ibu
dan
persoalan
buruh
tani.
tersebut,
Dari
lahirlah
memberikan
dan
keselamatan
berkurang.
“Inovasi Jemput Bola”. Puskesmas
b) Fase Matching Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan informan yaitu Kepala Puskesmas Bidan
II
Desa
Punggelan
dan
Puskesmas
II
Punggelan, dapat diketahui bahwa dari sekian banyak permaslahan yang ada di wilayah Puskesmas II Punggelan, inovasi jemput bola dirasa
bisa
memecahkan
persoalan
dan
memenuhi
kebutuhan
masyarakat
akan
persalianan. Karna selama ini kasus kemtin ibu dan bayi di Kecamatan
Punggelan
sangat
tinggi dibandingkan kecamatan lain di Kabuapten Banjarnegara. 2.
Implementasi (Pelaksanaan) a) Fase Redefinisi
II
Punggelan
bermitra dengan bidan-bidan desa maupun
aparat
desa
beserta
kader-kader PKK untuk turut mendukung implementasi inovasi jemput
bola.
Semua
berjalan
melaui alur yang sudah terencana dengan matang. Inovasi jemput bola
ini
mekanisme
berjalan
melalui
kemitraan
(pra
kelahiran) dan pengaduan (waktu kelahiran). langkah
Kemitraan dasar
adalah dalam
pengumpulan informasi tentang jumlah ibu hamil di Kecamatan Punggelan dengan bantuan bidan desa.
Pengaduan
merupakan
langkah yang dilakukan setelah mendapat informasi jumlah ibu 9
yang akan melahirkan. Gunanya adalah
memperkirakan
kapan
5.
Layanan antar jemput ini bersifat gratis, sehingga tidak
salah satu pasien akan melahirkan
membebani
untuk
masalah biaya transportasi
mempersiapkan
fasilitas
(mobil ambulance) dan sopirnya.
layanan
antar
jemput
dalam
menuju puskesmas.
Di bawah ini mekanisme kerja dari
warga
Sebagai catatan, jika ada dua atau lebih panggilan untuk
persalinan gratis. Alur tersebut
penjemputan
di
saat
yang
bisa dijelaskan sebagai berikut :
bersamaan, maka diprioritaskan menjemput salah satu pasien yang
1.
Pengaduan dari pasien yang akan melahirkan atau dari bidan desa bisa dilakukan dengan menghubungi nomor 082243752966.
2.
Puskesmas,
maka
ambulance
akan
datang
menjemput
pasien
dengan
membawa
serta
bidan
dalam
mobil
perawat jemputan. 3.
dijemput
ambulance
dan
Puskesmas
II
oleh tiba
di
Punggelan,
pasien akan dibawa ke ruang untuk
melakukan
persalinan aman. 4.
Setelah
selesai
Merangkum hasil wawancara dari
jemput bola di Puskesmas II Punggelan mempunyai pengaruh bagi Puskesmas II Punggelan sendiri maupun bagi masyarakat. Pengaruh inovasi jemput bola bagi Puskesmas II Punggelan
diantar pulang ke rumahnya dengan
ambulance.
masyarakat
Reponsibilitas Punggelan karna
Puskesmas
menjadi
mereka
melayani
baik. II
meningkat
dituntut
persalinan
untuk selama
24jam. Mereka juga menjadi lebih kreatif, aktif, dan cekatan dalam
melakukan
persalinan, ibu dan anak akan
lagi
b) Fase Klarifikasi
maupun
Setelah
bersalin
tinggi.
para informan bahwa Inovasi
Setelah aduan diterima oleh pihak
memiliki tingkat kegawatan lebih
mobil
melakukan
pelayanan
masyarakat.
Bagi
kepada
masyarakat,
inovasi jemput bola memberikan pencerahan ilmu bagi mereka supaya
melakukan
persalinan
dibantu tenaga profesional. 10
Selain itu, inovasi jemput
kesehatan. Tugas Puskesmas II
bola dapat diterima dengan baik
Punggelan memberikan pelayanan
oleh semua kalangan. Baik dari
kepada ibu hamil mulai dari pra
pihak Puskesmas II Punggelan,
melahirkan
dari
pemantauan kehamilan sampai
Pemerintah
Banjarnegara,
Kabupaten
maupun
dari
dengan
yang
pasca
meliputi
bersalin
yaitu
masyarakat.
mengantarkan kembali ibu dan
c) Fase Rutinisasi
anak kerumah mereka sendiri.
Merangkum hasil wawancara dari para
informan
Untuk tugas bidan, ada
bahwa
kekhususan tugas karna bidan
implementasi inovasi jemput bola
dalam inovasi jemput bola adalah
terselenggara dengan baik. Untuk
ujung tombak utama.
tingkat
keberhasilan
inovasi
Kendala
yang
dihadapi
jemput bola sudah bisa dikatakan
Puskesmas II Punggelan adalah
baik. Data dari Puskesmas II
struktur inovasi jemput bola tidak
Punggelan menyebutkan sebelum
tergambar
ada
Walaupun
inovasi
jemput
bola,
dengan tidak
ada
jelas. bagan
Kecamatan Punggelan termasuk
organisasi secara jelas, namun
kedalam wilayah danger atau
semua
berbahaya karna banyak kasus
operasional inovasi jemput bola.
kematian
akibat
Tidak ditemukan kendala yang
penanganan.
berarti karna semua bekerjasama
ibu
hamil
keterlambatan
paham
akan
Namun setelah ada inovasi jemput
dengan baik.
bola,
2) Faktor Budaya
masyarakat
menjadi
alur
tertolong dan kasus kematian ibu hami sudah tidak ditemukan lagi. B. Faktor
Pendorong
Penghambat
Proses
dan Inovasi
bahwa budaya masyarakat yang tradisional
mempersulit
1) Organisasi Merangkum hasil wawancara dari informan
informan bahwa dapat diketahui
masih
Jemput Bola
para
Merangkum wawancara dari para
bahwa
tugas
Puskesmas II Punggelan yaitu sebagai penyedia jasa pelayanan
jalanya
dapat proses
inovasi jemput bola. Masyarakat enggan bersalin di puskesmas karna alasan biaya, tidak bisa dekat
dengan
keluarga,
lebih 11
nyaman melahirkan di rumah, dll.
Punggelan
namun seiring dengan berjalanya
Puskesmas
inovasi jemput bola, masyarakat
kekurangan tenaga profesional.
menjasi
melek
Banyak terjadi tumpang tindih
kesehatan bahwa persalinan harus
tuposki karna kekurangan tenaga
dibantu oleh tenaga medis yang
medis. Selain itu ketersediaan
profesional. Sehingga sekarang
tenaga sopir ambulance yang
masyarakat malah sangat antusias
terbatas. Namun bisa disiasati
dengan adanya inovasi jemput
dengan tenaga medis lain yang
bola ini.
bisa
`
sadar
Puskesmas
dan
II
Punggelan
ini
tidak
II
baik.
Punggelan
mengendarai
mobil
ambulance.
mempunyai cara utuk mengubah Untuk
mindset masyarakat yaitu dengan
kualitas sumber daya manusia di
cara melakukan FGD (Forum Discussion
Group),
Puskesmas II Punggelan melalui
lalu
pendidikan dan pelatihan.
penyuluhan inovasi jemput bola, jika masyarakat masih bandel ada
meningkatkan
PENUTUP
cara lain yaitu pihak Puskesmas II Punggelan persatu
mendatangi rumah
berdiskusi
satu
warga
bersama
dan
anggota
A. Kesimpulan 1.
Proses Inovasi Jemput Bola di Puskesmas
II
Punggelan
keluarga.
Kabupaten Banjarnegara
3) Faktor Manusia
a) Initiation (Perintisan)
Fase Agenda Setting
Merangkum hasil wawancara dari para informan bahwa pegawai Puksesmas
II Punggelan tiap
bidangnya memiliki peran dalam pelaksanaan inovasi jemput bola. Semua anggota Puskesmas II Punggelan
merupakan
faktor
penting dalam tercapainya inovasi jemput bola. Kualitas sumber daya manusia di Puskesmas II
Permasalahan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas II Punggelan sangat kompleks. Kasus kematian ibu dan bayi yang tinggi maka masalah tersebut
menjadi
prioritas
permasalahan di Puskesmas II Punggelan. Penemuan ide inovasi jemput bola dilatar 12
belakangi oleh keprihatinan
Pengaruh inovasi jemput bola
Bidan
bagi Puskesmas II Punggelan
Puskesmas
II
Punggelan karna tingginya
menjadi
meningkat
karna
angka kematian ibu.
mereka
dituntut
untuk
melayani persalinan selama Fase Matching
24jam.
Bagi
masyarakat,
Inovasi jemput bola dirasa
inovasi
sudah
memberikan pencerahan ilmu
sesuai
kebutuhan
dengan
masyarakat
jemput
bagi
di
bola
mereka
supaya
Kecamatan Punggelan karna
melakukan persalinan dibantu
untuk
tenaga profesional.
menekan
tingginya
angka kematian ibu dan bayi.
b) Implementation
Implementasi inovasi jemput
(Pelaksanaan)
bola
Fase Redefinisi
Inovasi
jemput
Fase Rutinisasi
terselenggara
dengan
baik. Keberhasilan inovasi bola
jemput
ini
bola
sudah
bisa
berjalan melalui mekanisme
dikatakan baik. Perubahan
kemitraan (pra kelahiran) dan
nyata yang dirasakan setelah
pengaduan (waktu kelahiran).
inovasi
Penjemputan
diimplementasikan
dilakukan
jemput
bola yaitu
setelah adanya panggilan dari
angka kematian ibu dan bayi
masyarakat.
berkurang.
Dana
untuk
melaksanakan inovasi jemput bola
berasal
dari
Jampersal
Dana
(Jaminan
Persalian) yang berasal dari anggaran Pemerintah Pusat. Petugas siap selama 24jam untuk melayani masyarakat dalam inovasi jemput bola.
Fase Klarifikasi
2.
Faktor Pendorong dan Penghambat Proses Inovasi Jemput Bola di Puskesmas II Punggelan Kabupaten a) Organisasi Faktor Pendorong : Semua
pegawai
Puskesmas
II
Punggelan sudah melaksanakan tugas sesuai
tupoksi
yang
ditentukan
13
sebelumnya, sehingga semua pegawai
Kualitas
beroritentasi pada tugas.
Punggelan
SDM
di
Puskesmas
masih
kurang.
Ketersediaan SDM khususnya sopir
Faktor Penghambat :
ambulance
yang
terbatas
Tidak terdapat bagan struktur yang
meneyebabkan
jelas dalam
jemput bola tidak optimal.
namun
inovasi jemput bola,
pegawai
Punggelan
II
Puskesmas
paham
akan
operasional
inovasi
II alur
operasionalnya.
B. Saran 1) Puskesmas II Punggelan harus lebih peka dan lebih tanggap lagi
b) Faktor Budaya
terhadap masalah-masalah yang ada di wilayah kerja mereka.
Faktor Pendorong :
2) Puskesmas
II
Punggelan
Seiring dengan berjalanya inovasi
menciptakan dan meningkatkan
jemput
inovasi-inovasi
bola,
masyarakat
di
lagi
Kecamatan Punggelan menjadi sadar
masyarakat
dan melek kesehatan bahwa persalinan
pelayanan yang prima.
harus dibantu oleh tenaga medis yang profesional.
supaya
mendapatkan
3) Puskesmas
II
Punggelan
meningkatkan kualitas pelayanan dalam inovasi jemput bola.
Faktor Penghambat :
4) Inovasi
jemput
bola
juga
Ada sebagian kecil budaya masyarakat
diterapkan
di Kecamatan Punggelan yang masih
umum
tradisional mempersulit jalanya proses
persalinan saja. Untuk masyarakat
inovasi jemput bola.
umum juga harus diperhatikan.
penyakit Faktor Pendorong : Semua
pegawai
masyarakat
hanya
yang dan
untuk
mengidap
membutuhkan
pertolongan medis. Puskesmas
II
Punggelan merupakan faktor penting dalam tercapainya inovasi jemput bola.
tidak
Masyarakat
c) Faktor Manusia
untuk
5) Pembentukan struktur organisasi untuk inovasi jemput bola harus digambarkan dengan bagan-bagan dan struktur yang jelas. Berikut bagan struktur inovasi jemput
Faktor Penghambat :
bola di Puskesmas II Punggelan : 14
6) Puskesmas II Punggelan harus lebih proaktif bersosialisasi yang rutin
kepada
Supaya
ibu-ibu
hamil.
hamil
paham
ibu-ibu
tentang inovasi jemput bola. 7) Puskesmas
II
Punggelan
memberikan pengetahuan yang
Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset Rogers, Everett M. 1983. Diffusion of Innovations Third Edition. New York : The Free Press Said, M. Mas’ud .2007. Birokrasi di
mendalam kepada ibu-ibu hamil
negara birokratus. Malang : UMM
supaya mereka melek kesehatan.
Press
8) Puskesmas II Punggelan harus
Sinambela, dkk. 2006. Reformasi
merekrut pegawai khusus untuk
Pelayanan Publik. Jakarta : PT
sopir ambulance sehingga tidak
BumiAksara Suwarno, Yogi. 2008. Inovasi di Sektor
ada tumpang tindih tupoksi. 9) Puskesmas II Punggelan harus menambah personil untuk sopir ambulance
Publik. Jakarta: STIA-LAN Press Sumber Jurnal :
supaya
operasionalisasi inovasi jemput
Jurnal: Inovasi dalam
bola berjalan dengan optimal.
Pelayanan
Kesehatan
Meningkatkan
Kualitas
Pelayanan Puskesmas Jangir Kota DAFTAR PUSTAKA
Surabaya, oleh Cindy Anggareni, Mahasiswi Administrasi
Sumber Buku :
Negara
FISIP Unair Surabaya. Volume 1, Keban, Yeremias T. 2008. Enam Dimensi Strategis
Administrasi
(Konsep,
Teori,
Nomer 1 Januari 2013.
Publik
dan
Isu).
Jurnal: Kajian
Tingkat
Puskesmas
Yogyakarta: Gava Media
di
Pelayanan Kabupaten
Banjarnegara, oleh Sri Rahayu, Larasati, Endang. 2015. Inovasi Pelayanan
Umi
Masrifun
Khoeriyah,
Publik Bidang Perijinan D
Mahasiswa Jurusan Perencanaan
Kabupaten Kudus : Semarang
Tata Wilayah dan Kota Fakultas
Manurung, Managam. 2013. Buku Saku Reformasi. Jakarta : BPN RI
Teknik Undip. Volume 2 Nomer 3 2013.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian
Kualitatif.
Bandung: 15