INOVASI JAMU DALAM KEMASAN SIAP MINUM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN POLA KONSUMSI JAMU DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN JATEN Fea Prihapsara1, Anif Nur Artanti1 1Program Studi Farmasi/ Universitas Sebelas Maret, Surakarta Alamat Korespondensi : Jl. Ir. Sutami No. 36A, Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Sebelas Maret Telp. (0271) 663375 E-mail: 1)
[email protected]
Abstrak Penanaman tanaman obat sebagai kegiatan masyarakat telah dirintis di Desa Brujul, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Saat ini terdapat kelompok pemberdayaan masyarakat yakni PKBM Al Hikmah dan CV Andromeda selaku home industry yang bergerak dalam perdagangan dan produksi minuman instan yang bersama-sama melakukan edukasi kepada masyarakat melalui proses penanaman tanaman obat, pemeliharaan, pemanenan hingga memasarkannya dalam bentuk produk minuman serbuk instan. Program pengabdian masyarakat ini (Ipteks bagi Masyarakat) bertujuan untuk mengembangkan produk usaha masyarakat yang hanya sebatas pada pembuatan minuman instan saja, sementara itu beberapa potensi pemanfaatan herbal sebagai produk belum optimal. Program pengabdian masyarakat ini menginisiasi produk inovasi jamu siap minum yang dibuat dengan berbagai komposisi dan formula yang sudah diteliti dan terbukti secara empiris yakni 3 varian produk: teh daun sirsak, teh secang dan teh serai. Produk ini diharapkan dapat menambah jenis produk usaha masyarakat di Desa Brujul sekaligus diharapkan dapat menjadi komoditas ekonomi masyarakat dengan sasaran adalah anggota PKBM Al Hikmah yang belum memiliki pekerjaan. Diversifikasi pengolahan minuman jamu dalam kemasan siap minum dinilai sangat potensial untuk dikembangkan mengingat pada saat ini masyarakat banyak yang membudidayakan tanaman obat namun pengolahannya menjadi produk yang bernilai ekonomi masih belum optimal. Hasil dari program pengabdian masyarakat ini antara lain: pelatihan pembuatan jamu dalam kemasan, sanitasi higiene dan dokumentasi; produk inovasi jamu dalam kemasan yang telah memperoleh izin edar, dan transfer teknologi dengan metode pasteurisasi yang meningkatkan masa edar produk dari 3 hari (metode konvensional) menjadi 2 minggu. Melalui program pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat memberikan alternatif usaha perekonomian baru di masyarakat. Kata kunci: inovasi, jamu, kemasan, pemberdayaan masyarakat
1. PENDAHULUAN Industri jamu menyerap tenaga kerja sampai 15 juta orang di mana 3 juta di antaranya terserap di industri jamu untuk obat, sedang 12 juta terserap di industri jamu yang telah berkembang ke arah makanan, minuman, suplemen, kosmetik, spa, aroma terapi. Sebagai gambaran, saat ini terdapat kurang lebih 1.247 industri terdiri atas 129 industri obat tradisional (IOT), dan 1.037 industri kecil obat tradisional (IKOT). Omzet obat tradisional dan herbal pada tahun 2014 diperkirakan meningkat menjadi Rp 15 triliun, atau naik Rp 1 triliun dari perolehan tahun lalu sebesar Rp 14 triliun menyusul makin diminatinya penyembuhan kesehatan menggunakan obat herbal. Industri jamu merupakan salahsatu industri yang paling tuadi Indonesia serta tumbuh dan berkembang dari akar budaya asliIndonesia. Tidak hanya itu, industri jamu juga memiliki struktur industri yang cukup kuat karena ditopang oleh ketersediaan sumber bahan baku berupa rempah-rempah, tanaman obat dan sumber plasma nutfah lainnya (Menperin, 2014) [1].
24
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Kesiapan pengusaha jamu tradisional menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA),maka mau tidak mau obat tradisional kita, dianggap sudah mampu bersaing. Perusahaan multinasional ataupun PMDN seperti dianggapsudah bagus dan sudah mampu bersaing. Namun permasalahannya adalah perusahaan kecil obat tradisional (UKOT) masih terkendala keterbatasan sarana maupun SDM untuk membuat produk high quality dan kompetitif. Melihat kondisi tersebut, maka diperlukan suatu terobosan untuk meningkatkan sustainabilitas UKOT salah satunya adalah inovasi teknologi dalam produk obat tradisional. Pengembangan inovasi jamu dalam kemasan berawal dari ide pengembangan dan penggunaan produk non kimiawi yang saat ini lebih diminati masyarakat karena rendah efek samping. Tren di masayarakat yang menjalani kehidupan “back to nature” menjadi suatu penciptaan pangsa pasar yang strategis dalam pemasaran produk jamu dalam kemasan yang berkualitas. Salah satu wilayah di Kabupaten Karanganyar yang menjadi lokasi mitra dalam kegiatan ini adalah Kecamatan Jaten yang secara geografis terletak pada 7°34'41"S 110°53'51"E. Batas wilayah Kecamatan Jaten di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kebakkramat, sebelah selatan dengan Kecamatan Mojolaban dan Kecamatan Polokarto, sebelah barat dengan Kecamatan Jebres dan Kecamatan Gondangrejo sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tasikmadu. Kecamatan Jaten memiliki topografi berupa aluvial dan grumasol kelabu dengan ketinggian rata-rata 200 mdpl. Kecamatan Jaten memiliki 8 desa yaitu Brujul, Dagen, Jetis, Sroyo, Ngringo, Suruh Kalang, Jati dan Jaten. Data statistik menunjukkan bahwa luas area produktif di Karanganyar berupa tanah seluas 2,5 Ha dengan produktivitas tanaman obat seperti jahe yang mencapai 987.184 kg, kencur yang mencapai 62.733 kg serta kunir yang mencapai 675.480 kg pada tahun 2012 (Karanganyar Dalam Angka, 2013) [2].
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
25
Gambar 1. Lokasi Mitra IbM berjarak 9 km dari kampus UNS dengan waktu tempuh kurang lebih 15 menit
Kerangka pemecahan masalah terkait dengan pengelolaan pasca panen tanaman obat maka, kegiatan pemberdayaan masyarakat diawali dengan sosialisasi program IbM 2016 di dua mitra yakni PKBM Al Hikmah dibawah naungan Ibu Bakti Sri Rahayu yang berlokasi di Dusun Soka, Desa Brujul dan CV Andromeda dibawah pimpinan Bapak Urip Setiawan yang berlokasi di Dusun Duwet, Desa Brujul. Selain kegiatan sosialisasi juga diikuti dengan kegiatan berupa pelatihan kepada masyarakat khususnya anggota Mitra IbM melalui pengelolaan tanaman obat keluarga menjadi diversifikasi usaha jamu dalam kemasan. Kelebihan dalam produksi pengembangan jamu dalam kemasan ini diharapkan dapat menjadi komoditas ekonomi masyarakat sekaligus menjadi solusi untuk mengatasi masalah ekonomi masyarakat, karena sebagian besar anggota PKBM Al Hikmah adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja sehingga dapat berkolaborasi dengan CV Andromeda yang telah memiliki legalitas untuk memproduksi, untuk memproduksi dan memasarkan produk inovasi ini. Produk jamu dalam kemasan dibuat dari aneka bahan baku herbal yang didapat dari pembudidayaan masyarakat sekitar. Selain itu, pengabdian juga meliputi kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh Tim Pengabdian kepada CV Andromeda yang meliputi : cara pengolahan bahan baku, pengeringan bahan baku, formulasi, pembuatan, sterilisasi, pengemasan, dan kontrol kualitas jamu, hingga pengujian mikrobiologi di Dinas Kesehatan Karanganyar untuk mendapatkan legalitas dan Nomor PIRT dari Dinas Kesehatan.
26
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
2. METODE Metode pelaksanaan IbM untuk meningkatkan nilai tambah produk tanaman obat menjadi minuman jamu dalam kemasan siap minum yang berkhasiat obat telah direalisasikan dengan mekanisme sebagai berikut: a. Sosialisasi Program b. Trial and error dalam pembuatan jamu dalam kemasan c. Pelatihan teknologi pembuatan inovasi jamu dalam kemasan d. Pengajuan izin edar produk (PIRT) e. Aplikasi mesin pasteurisasi dan teknik pengemasan jamu untuk meningkatkan mutu dan harga jual dengan packing yang lebih berkualitas
Kegiatan utama adalah transfer teknologi pembuatan inovasi jamu dalam kemasan. Disebut jamu inovatif mengingat jamu yang digunakan berbahan dasar formulasi dari beberapa tanaman obat yang berkhasiat sebagai obat [3] [4] [5]. Pelatihan diikuti praktek pembuatan jamu dalam kemasan oleh mitra IbM. Pelatihan yang diadakan selama 1 bulan berturut-turut. Praktek secara mandiri oleh kelompok mitra didampingi oleh Tim Pelaksana dan dilakukan untuk meningkatkan ketrampilan praktis para anggota PKBM Al Hikmah dan
CV Andromeda. Adapun metode
pendekatan dan prosedur kerja dalam pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Bentuk Kegiatan Pengabdian Masyarakat No.
Kegiatan
Output
1
Sosialisasi Program dan Pengelompokan
Pemahaman terhadap kegiatan yang akan dilakukan
anggota
dan pembagian kelompok peserta
Trial dan error dalam pembuatan jamu
Didapatkan formula dan metode pembuatan jamu
dalam kemasan siap minum
yang tepat dilihat dari aspek bentuk, warna,
2
rasa,aroma dan keawetan produk sehingga layak untuk dipasarkan 3
Pelatihan penggunaan teknologi tepat
Kemampuan melakukan proses produksi jamu
guna
dalam kemasan dan tehnik pengemasan agar menghasilkan produk yang berkualitas
4
Pengajuan izin edar produk
Setelah memperoleh penyuluhan dari Dinas Kesehatan dan produk telah lolos uji sehingga diperoleh sertifikat PIRT DINKES
5
Pelatihan pengolahan untuk memperlama
Dengan teknologi pasteurisasi diperoleh produk
masa edar produk
yang masa edar lebih lama daripada dengan pembuatan secara konvensional
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
27
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian masyarakat diawali dengan melakukan observasi dan pengamatan beberapa di kabupaten Karanganyar. Dalam observasi awal tim menemukan bahwa di Kabupaten Karanganyar masih sedikit pengusaha di bidang obat tradisional. Salah satunya adalah mitra CV. Andromeda yang bergerak di bidang obat tradisional. CV. Andromeda baru memproduksi sediaan obat tradisional berupa teh herbal yang dikemas dalam kantong teh celup. Oleh karena itu, tim pengabdian melakukan upaya dalam rangka peningkatan daya saing dari mitra dengan melakukan inovasi produk baru yakni inovasi jamu dalam kemasan siap minum. Pengabdian yang telah dilakukan memberikan dampak yang lebih baik bagi masyarakat maupun CV Andromeda, sebagaimana uraian berikut ini : 3.1 Sosialisasi Program Dalam sosialisasi program pengabdian ini, dihadiri para peserta dari kedua mitra IbM (PKBM Al Hikmah dan CV Andromeda). Kedua mitra diberikan pemahaman bahwa kegiatan ini bertujuan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dengan membuat produk inovasi sekaligus diharapkan dapat menjadi komoditas ekonomi masyarakat dengan sasaran adalah anggota PKBM Al Hikmah yang berkolaborasi dengan CV Andromeda untuk pembuatan produk minuman jamu dalam kemasan siap minum.
28
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Gambar 2. Kegiatan Sosialisasi Pengabdian Masyarakat
3.2 Trial and Error dalam Pembuatan Jamu dalam Kemasan Siap Minum Kegiatan ini dilakukan di CV Andromeda Dusun Duwet, Desa Brujul. Dalam pembuatan jamu dalam kemasan perlu dilakukan trial and error terlebih dahulu untuk mendapatkan formulasi yang sesuai, warna, rasa, aroma, dan keawetan produk. Setelah dilakukan trial and error selama kurang lebih 2 minggu didapatkan 3 varian produk yang paling sesuai yaitu Teh Daun Sirsak, Teh Secang, dan Teh Serai, dengan formula sebagai berikut:
Tabel 2. Formula Jamu dalam Kemasan Formula Teh Daun Sirsak
Formula Teh Secang
Formula Teh Serai
Teh* 5 gram;
Teh* 5 gram;
Teh* 5 gram;
Daun Sirsak* 3 gram ;
Kayu Secang* 3 gram ;
Serai* 3 gram ;
Temulawak* 1 gram ;
Temulawak* 1 gram ;
Temulawak* 1 gram ;
Kunyit* 1 gram;
Kunyit* 1 gram;
Kunyit* 1 gram;
Cengkeh* 0.5 gram
Cengkeh* 0.5 gram
Cengkeh* 0.5 gram
Gula 70 gram
Gula 70 gram
Gula 70 gram
(dalam 1 liter minuman
(dalam 1 liter minuman
(dalam 1 liter minuman
jamu)
jamu)
jamu)
*dalam bentuk simplisia
*dalam bentuk simplisia
*dalam bentuk simplisia
kering
kering
kering
Prosedur pembuatan jamu dalam kemasan siap minum: Timbang semua bahan yang disesuaikan dengan formula masing-masing, masukkan dalam air mendidih pada mesin pasteurisasi, atur temperature pada 100 oC selama 2 jam. Saring untuk memisahkan ampas dengan sari minuman jamu. Segera kemas dalam cup sealer dan dicek jangan sampai ada segel yang bocor/rusak. Simpan produk ditempat sejuk dan kering, apabila perlu dalam cooler box agar produk lebih tahan lama.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
29
Gambar 3. Kegiatan Trial and Error Pembuatan Jamu dalam Kemasan Siap Minum
3.3 Pelatihan pembuatan inovasi jamu dalam kemasan Pelatihan pembuatan jamu dalam kemasan dilakukan di PKBM Al Hikmah Dusun Soka, Desa Brujul, dipandu oleh Tim Pegabdian dan Mahasiswa KKN Universitas Sebelas Maret. Pelatihan diikuti oleh 30 peserta yang merupakan anggota PKBM Al Hikmah. Dari kegiatan pelatihan ini sebagian besar peserta mampu melakukan proses produksi jamu dalam kemasan dan tehnik pengemasan agar menghasilkan produk yang berkualitas
Gambar 4. Pelatihan pembuatan inovasi jamu dalam kemasan di PKBM Al Hikmah
30
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
3.4 Pengajuan izin edar produk (PIRT) Pengajuan izin edar produk dilakukan dengan berbagai tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan sebagai berikut: a. Pendaftaran produk ke Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar. Dalam hal ini, pengajuan dilakukan oleh mitra yang telah mempunyai badan usaha yakni CV Andromeda b. Mengikuti penyuluhan PIRT yang dilaksanakan oleh Dinkes c. Pengujian produk ke bagian pengujian Dinkes untuk melihat parameter mikrobiologi, yaitu Pengujian Angka Lempeng Total. Setelah lolos uji Angka Lempeng Total, barulah izin edar dapat diterbitkan. d. Izin edar diterbitkan untuk produk jamu dalam kemasan dengan No. PIRT 21033131950368-21
3.5 Aplikasi mesin pasteurisasi dan teknik pengemasan jamu untuk meningkatkan mutu dan harga jual dengan packing yang lebih berkualitas Pasteurisasi
dengan
mesin
pasteurisasi
dilakukan
dalam
rangka
menghilangkan
mikroorganisme baik bakteri baik patogen, non patogen dan spora. Untuk membunuh bakteri patogen dan non patogen tidak memerlukan waktu yang lama (< 5 menit) namun, untuk mensterilkan spora butuh waktu minimal 2 jam untuk memastikan bahwa spora yang terkandung di dalam produk benar-benar mati, sehingga pasteurisasi dilakukan selama 2 jam [6]. Dengan produk yang lebih steril maka masa edar produk menjadi lebih lama, dimana dengan metode konvensional masa edar produk hanya 3 hari, namun dengan metode pasteurisasi masa edar produk menjadi 2 minggu (setelah dilakukan evaluasi) dengan syarat bahwa segel/kemasan tidak rusak.
Gambar 5. Mesin Pasteurisasi Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
31
Meskipun pelaksanaan pengabdian masyarakat ini sudah terlaksana sesuai dengan perencanaan program, akan tetapi tim pengabdian masyarakat selalu membina secara berkesinambungan agar kegiatan produksi jamu kemasan yang dilakukan oleh mitra IbM akan tetap bertahan dengan selalu melakukan langkah perbaikan sistem untuk memenuhi aturan persyaratan produk minuman sebagaimana yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Dinas Kesehatan dan BPOM sehingga akan dihasilkan produk yang tetap aman, stabilitasnya baik, dapat diterima dan berkhasiat. Tim pengabdian selalu melakukan pembinaan melalui konsultasi dan pemberian wacana menuju UKOT yang berstandar. Kelompok PKBM Al Hikmah dan UKM CV Andromeda, sebagai mitra berpartisipasi aktif dalam diversifikasi pengolahan tanaman obat menjadi produk jamu dalam kemasan. Setelah pelatihan dan praktek, secara bertahap dan sistematis mereka mampu mengolah produk jamu dalam kemasan dengan standarisasi mutu mulai dari penyediaan bahan baku, proses produksi hingga pengemasan, pelabelan dan pemasaran. Permasalahan yang dihadapi dalam transfer paket teknologi akan dikaji bersama-sama dalam evaluasi kegiatan serta umpan balik dari kelompok masyarakat PKBM Al Hikmah dan CV Andromeda. Adapun masalah yang belum dapat dipecahkan akan dikonsultasikan lebih lanjut kepada narasumber yang kompeten. Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan akan disusun konsep strategi produksi dan pemasaran jamu dalam kemasan siap minum untuk untuk menjamin keberlanjutan program secara mandiri.
4. KESIMPULAN Adapun kesimpulan dari program pengabdian ini sebagai berikut: 1. Adanya sistem sanitasi dan dokumentasi yang lebih baik di CV Andromeda untuk menjaga keberlangsungan produksi dimana sebelumnya belum diterapkan dengan baik, antara lain: pembuatan sekat antara ruang produksi dan rumah tangga untuk menghndari kontaminasi 2. Jamu dalam kemasan telah memiliki izin edar PIRT dengan nomor PIRT. 21033131950368-21 3. Pembuatan jamu dalam kemasan yang dengan metode konvensional mempunyai masa edar 3 hari namun dengan teknologi pasteurisasi diperoleh masa edar hingga 2 minggu. 4. Kegiatan masyarakat anggota bertambah dengan adanya pembuatan jamu dalam kemasan sekaligus mampu meningkatkan perekonomian masyarakat melalui penjualan jamu dalam kemasan. 5. Jamu dalam kemasan hasil produksi masyarakat menjadi salah satu produk identitas Desa Brujul. Pengabdian inovasi jamu dalam kemasan siap minum sebagai upaya pemberdayaan masyarakat di kecamatan jaten telah dapat dijalankan dengan baik dengan kerjasama tim pengabdian yang baik dan peran aktif dari penyuluh/narasumber dalam kegiatan pengabdian ini maka semuanya telah berjalan sesuai yang diharapkan dan harapannya dapat memberikan manfaat 32
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
bagi mitra pengabdian masyarakat dalam keberlanjutan usaha produksi jamu dalam kemasan pada kedua kelompok mitra.
UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih kepada Universitas Sebelas Maret atas dukungan finansial berupa hibah pengabdian PNBP tahun 2016 sehingga pengabdian ini dapat terlaksana dengan baik. DAFTAR PUSTAKA [1] Kementerian Perindustrian, 2014, Kosmetika dan Herbal Menghadapi MEA 2015, Jakarta. [2] Pemkab Karanganyar, 2013, Karanganyar Dalam Angka tahun 2013, Kabupaten Karanganyar. [3] Badan Pengawas Obat dan Makanan R.I, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Vol 5, Badan POM RI Jakarta. [4] Anonim, 2010, Herbal Indonesia Berkhasiat, Vol.10, Trubus, Jakarta, Indonesia. [5] Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009, Farmakope Herbal Indonesia, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. [6] Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2012, Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik, Jilid 2, Badan POM RI, Jakarta.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
33