INKUBATOR BISNIS DI PERGURUAN TINGGI Oleh: Ir. L. Setyobudi, MS.PhD. Ka.Div. Pendidikan Entrepreneurship UB Wk. Ketua Tetap Pengembangan Mutu dan Industri Pendidikan, KADIN Indonesia
PENDAHULUAN Hampir dapat dipastikan, kelak semua Perguruan Tinggi Negeri akan beralih bentuk menjadi lembaga otonomi atau Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Dalam bentuk baru ini, perguruan tinggi akan secara mandiri mengelola dana penyelenggaraan pendidikan. Otonomi juga memiliki salah satu arti bahwa dengan bentuknya yang baru ini perguruan tinggi harus membiayai berbagai keperluan yang dibutuhkannya. Untuk itu perlu kiranya segera diantisipasi dengan upaya mencari alternatif model bisnis yang potensial di perguruan tinggi. Secara hipotetik bila upaya bisnis di perguruan tinggi berkembang dengan baik sebagaimana diharapkan maka beban pendidikan yang harus ditanggung oleh masyarakat akan dapat semakin ringan dengan mutu lulusan yang semakin meningkat. Oleh Karena itu, perguruan tinggi harus segera mencari model yang sustainable untuk meningkatkan peran dan eksistensinya sebagai embrio penggerak perbaikan kualitas hidup dan kehidupan manusia. Hasil studi diberbagai perguruan tinggi di luar negeri menunjukkan bahwa kontribusi dana masyarakat yang berupa sumbangan pendidikan hanya mampu membiayai lebih kurang 25% kebutuhan penyelenggaraan pendidikan. Dana pemerintah sebagaimana tertuang dalam undang-undang umumnya hanya menyumbang antara 2025%, jadi sisanya sebesar lebih kurang 50% adalah menjadi tanggung jawab perguruan tinggi yang bersangkutan untuk mampu mencari kekurangannya agar pendidikan dapat berjalan dan berkembang dengan baik. Inkubator Bisnis (INBIS) Perguruan Tinggi berdasarkan studi empirik ternyata berhasil menjawab persoalan kekurangan dana tersebut. Konsep INBIS mulai dilahirkan di Batavia Industrial Center, New York, pada tahun 1959 dengan rekanan bisnisnya Charles Mancuso & Sons yang membeli komplek industri dan berupaya ingin mengisi komplek bisnis tersebut. Dalam hal ini penghargaan patut diberikan kepada Mr. Joseph L. Mancuso sebagai karyawan yang diberi tugas untuk melaksanakannya terutama dengan sasaran untuk mengisi komplek bisnis, memerangi masalah pengangguran dan merevitalisasi perekonomian masyarakat disekitar komplek Batavia Industrial Center. Konsep INBIS ini pada dasarnya meniru konsep “kelahiran” yang membangun usaha mulai dari lahirnya usaha (“hatched”) kemudian dipelihara/dibesarkan sampai dengan cukup kuat untuk dilepas menjadi mandiri, yang dalam terminologi INBIS dinyatakan dengan istilah “Graduates”.
PEMAHAMAN INKUBATOR BISNIS Inkubator bisnis dirancang untuk membantu pelaku bisnis mewujutkan bisnisnya terutama pada masa sulit ditahun-tahun permulaan usaha. Bantuan tersebut dapat dalam bentuk yang beragam kegiatan mulai dari kunsultasi manajemen dan teknik usaha, menyusun jejaring bisnis sampai dengan layanan fasilitas manajemen perkantoran. Pengalaman menunjukkan bahwa kurang dari 10% tenant mengalami kegagalan usaha ditingkat inkubator. Data di Inggris memperlihatkan bahwa 80% perusahaan yang menjalani proses Inbis ternyata lebih berhasil dibandingkan hanya 33% yang tidak pernah menjalani Inbis. Hal tersebut dievaluasi pada 5 tahun setelah perusahaan lepas dari Inbis. Tujuan utama Inkubator Bisnis adalah menghasilkan perusahaan yang mandiri terutama dalam aspek finansial. Perusahaan yang telah berhasil lulus dari inkubator bisnis memiliki potensi bermacam-macam antara lain dalam hal penciptaan lapangan kerja, transfer teknologi, komersialisasi teknologi, deversifikasi sumberdaya ekonomi, revitalisasi SDM, investasi modal usaha, peluang peningkatan peranan wanita sebagai pelaku bisnis, dan berakhir pada pemberdayaan ekonomi lokal serta nasional. Inkubator bisnis juga dapat sangat beragam dalam cara memberikan layanan untuk mencapai tujuannya. Namun model tersebut harus mampu mengakomodasi dan mencerminkan kebutuhan dan keinginan komunitas yang dibantu tersebut berada. Oleh karena itu, jaminan fleksibilitas model inkubator bisnis sangat dibutuhkan antara lain dapat berupa model layanan/retail, UKM dalam bidang produksi, R & D, Teknologi tinggi (highttech), atau gabungan dari berbagai usaha. Hal yang beragam juga dapat terjadi dalam hal skala usaha maupun sumberdaya yang menjadi basis kerjasama penunjang keberadaan inkubator bisnis, antara lain dapat berasal dari Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah, Organisasi/Masyarakat Swasta, dan lain-lain baik bertujuan profit, non-profit maupun kombinasi keduanya (Profit and Benefit).
SEJARAH KEBERHASILAN INKUBATOR BISNIS DI PERGURUAN TINGGI Pusat industri Batavia (Batavia Industrial Center) yang berpartner dengan Charles Mancuso & Sons di New York pada tahun 1959 diketahui adalah sebagai awal model inkubator bisnis di Amerika Serikat. Tetapi konsep Inbis untuk membantu pada awal berdirinya usaha tersebut, yang pertama kali dicetuskan idenya oleh Mr. Joseph L. Mancuso, baru dapat diterima oleh masyarakat luas dan sekitarnya pada akhir 1970 an. Saat ini Batavia Industrial Center telah menjadi investor jutaan dolar dalam bisnis real estate dan telah menciptakan ribuan lapangan kerja pada area yang jauh lebih luas dari asal areal Batavia Center. Pada tahun 1980an telah ada 12 Inkubator bisnis yang beroperasi di Amerika Serikat, dan saat ini terdapat 1.450 Inbis yang telah tergabung dalam Asosiasi Inkubator Bisnis Nasional (National Business Incubation Association/NBIA) dari 40 Inbis yang bergabung sejak
berdirinya ditahun 1985. Inkubator bisnis saat ini telah meluas keseluruh dunia yang keberadaannya terwakili dalam NBIA. Dewasa ini terdapat 3.950 Inbis yang berada di 68 negara di seluruh dunia yang telah memberikan manfaat antara lain menyediakan lapangan kerja dan investasi yang tidak terhitung lagi melalui berbagai program dan fasilitasnya bagi masyarakat. Konsep inkubator bisnis saat ini telah dapat diterima di seluruh dunia, misalnya di Australia, China, UK, Korea Selatan, dan USA sendiri. Model program Inkubator bisnis saat ini telah menjadi institusi yang sangat dihormati keberadaannya dalam upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat. Di lingkungan regional ASEAN baru tiga negara yang telah mengadopsi konsep Inbis dalam mengembangkan perekonomiannya yaitu Thailand, Malaysia dan Singapore. Inkubator bisnis di Perguruan Tinggi pada prinsipnya merupakan katalisator proses mulai dari awalan dan pertumbuhan suatu usaha. Peranan Inbis di Perguruan Tinggi dapat terlihat melalui penyediaan jasa konsultan kewirausahaan, jaring layanan dan fasilitas peralatan yang dibutuhkan oleh usahawan untuk mendukung keberhasilannya. Suatu pengalaman di Amerika Utara membuktikan bahwa Inbis pada tahun 2001-2004 mampu membantu lebih dari 35.000 awalan perusahaan dengan 82.000 tenaga kerja tetap yang mampu menumbuhkan pendapatan lebih dari 7 M dolar Amerika. Pengalaman menarik dari Inbis juga dapat dilihat di Lousiana University, yang dikenal dengan Lousiana Business & Technology Center (LBTC), sejak tahun 1988 mampu meluluskan 89 tenant bisnis dan mewujutkan 2.083 lapangan kerja di negara bagian Lousiana dan 82% perusahaan tersebut menunjukkan tingkat keberhasilan yang beragam. Pada tahun 2004 saja Inbis menginkubasi 25 klient perusahaan yang mampu mempekerjakan 75 orang tenaga kerja tetap dan 35 orang tidak tetap atau mahasiswa yang secara keseluruhan memerlukan upah bernilai US $ 2 juta dan mampu meningkatkan nilai jual US $ 6,6 Juta. Inkubator Bisnis di Lousiana State University (LSU) ini ternyata mampu menjadi motor penggerak ekonomi di kawasan negara bagian Lousiana, terutama dalam membantu pengusaha merencanakan pengembangan wirausahanya. Melalui tiga strategi layanannya yaitu inkubator, bantuan teknis kepada pengusaha kecil dan alih teknologi. LBTC telah melayani 5.691 permohonan informasi dan bantuan teknis, membantu lebih dari 353 usaha yang memberi 8.061 lapangan kerja dengan lebih dari $ 63 juta dalam bentuk proyek, pinjaman, hibah bagi klient bisnisnya. Kerjasama yang dinamis tersebut menempatkan LSU sebagai yang terdepan dalam layanan masyarakat dalam dua tahun terakhir (Forbes.com). Mengacu pengalaman pada NBIA untuk kondisi di USA, perusahaan baru dilepas dari inkubator setelah memiliki penghasilan sebesar USD 2-3 juta pertahun. Di Korea Selatan, 11 (sebelas) Inkubator bisnis baru berdiri pada tahun 1997 sebagai respon terhadap terjadinya krisis ekonomi pada saat itu dan pada tahun 2003 telah tumbuh menjadi 291 buah. Inbis-inbis tersebut terutama didirikan di Perguruan Tinggi dan lembaga penelitian diseluruh negeri.
Lembaga inkubator bisnis tersebut dalam perkembangannya menjadi jejaring yang menghubungkan antara dunia usaha dengan pemerintah daerah dan dapat menjamin keseimbangan pembangunan antar regional. Dewasa ini 291 inbis di Korea Selatan mengakomodasi 4.000 perusahaan dibidang Teknologi Informasi (IT), menciptakan 20.000 lapangan kerja yang mampu menghasilkan pendapatan sebesar 930 M won. Selain itu Inbis juga mampu melindungi 3.909 hak kekayaan intelektual termasuk didalamnya 1.181 telah di patenkan. Diantara perusahaan tersebut 254 buah atau 6,4% bergerak dibidang perdagangan luar negeri yang dibina oleh Inkubator Bisnis telah berhasil mengekspor senilai 91,9 M won. Pengalaman empirik di USA, inkubator bisnis yang berhasil selalu memiliki dua prinsip sebagai dasar operasional yang dijalankan selain fleksibilitas dalam program seperti telah diuraikan diatas. Prinsip dasar tersebut adalah: A.
Inkubator bisnis harus mampu memberi inspirasi yang memiliki dampak positif pada kesehatan ekonomi komunitas melalui upaya memaksimumkan keberhasilan usaha yang diinkubasinya.
B.
Inkubator bisnis sendiri harus merupakan model yang dinamik, sustainable dan efisien dalam operasional usahanya.
Kedua prinsip tersebut selanjutnya diwujutkan dan menjadi komitmen dalam program-program manajemen operasional inkubator bisnis. Jadi inkubator bisnis adalah tempat investasi atau bertumbuh kembangnya ide usaha yang pada akhirnya dapat mendukung pemberdayaan ekonomi regional dan nasional. Beranjak dari pengalaman sejarah keberhasilan Inkubator bisnis, maka sistem legislatif yang ada di USA memberikan dukungan politik terhadap inkubator bisnis dalam setting akademik dan hal-hal yang lain (Academic Setting and for other purposes) melalui ketetapannya nomor HR 2341 IH bulan Juni 3, 2003 (The Senate and House of Representatives of the United States of America Congress Assembled HR 2314 IH on June 3, 2003 Linking Educators and Developing Enterpreneurs for Reaching Success / LEADERS Act of 2003). Terdapat 9 seksi/pasal yang meliputi segala aspek dalam keputusan tersebut (Pasal 1. Short Title and Findings; 2. Purposes; 3. Definitions; 4. Program Authorized; 5. Uses of Funds; 6. Applications; 7. Matching Funds; 8. Report; 9. Authorization of Appropriations). Bahkan pada pasal 9 dinyatakan bahwa berdasarkan ketetapan ini dianggarkan dana sebesar USD 20 Juta untuk setiap tahun fiskal mulai dari tahun 2004, 2005, dan 2006.
INKUBATOR BISNIS DI PERGURUAN TINGGI Perguruan Tinggi di luar negeri banyak yang dapat menjadi contoh yang tepat betapa penting peranannya sebagai sumber ilmu pengetahuan dan institusi pertumbuhan ekonomi terutama di areanya. Bidang-bidang bioteknologi, elektronika (telepon mobil), agrobisnis, dan aerospace serta farmasi akan
menjadi aspek kompetisi dimasa depan. Oleh karena, itu penting artinya bahwa kurikulum IPTEK harus dibangun dengan mengarah ke aspek ekonomi atau memiliki visi berorientasi bisnis. Peluang tersebut ada disetiap Perguruan Tinggi sejalan dengan perubahan dunia, sehingga sistem pembelajaran harus mampu mendorong mahasiswa untuk memiliki jiwa kewirausahaan, ketrampilan dan senantiasa mampu berinovasi. Berbasis pada pemikiran tersebut maka kurikulum di Perguruan tinggi terutama di Universitas Brawijaya (UB) hendaknya dapat senantiasa bersifat fleksibel dan dinamik menyesuaikan dengan perubahan lingkungan bisnis paling tidak dikawasannya. Perguruan Tinggi, sekaligus yang berfungsi sebagai science parks & incubators terbukti menjadi faktor kunci pertumbuhan ekonomi pada abad 21 ini terutama dalam peranannya sebagai pengarah, penemu dan proses perwujutannya hingga menjadi produk yang sehat serta aman terhadap masyarakat dan lingkungannya. Inkubator bisnis di Perguruan Tinggi adalah langkah awal yang penting untuk mencapai tujuan tersebut karena membantu kita untuk mewujutkan ambisi menjadi kenyataan dan meningkatkan kemampuan berinovasi. Inkubator Bisnis di Perguruan Tinggi paling tidak secara umum akan memberikan dua area manfaat yaitu pertama terhadap pertumbuhan ekonomi lokal melalui bertambah banyaknya basis-basis perekonomian dan lapangan kerja. Sedangkan terhadap pertumbuhan pengusaha kecil yang berpotensi melalui upaya bantuan teknis agar dapat bertahan dan bertumbuh dalam pemasarannya. Namun demikian perlu disadari bahwa hasil inkubator adalah bukan sesuatu yang dapat dilihat dengan segera, sebagai contoh adalah lapangan kerja baru akan tersedia setelah suatu usaha menunjukkan keberhasilannya. DALAM NEGERI Hasil survei menunjukkan bahwa terdapat 7 (tujuh) Inkubator Bisnis di Perguruan Tinggi yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Hasanudin, Universitas Mataram, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Udayana, Universitas Negeri Sebelas Maret, dan Universitas Brawijaya (UB). Organisasi Inkubator Bisnis dalam Perguruan Tinggi yang telah berjalan di dalam negeri sangat beragam tingkat kemajuan dan modelnya yang semua itu dipengaruhi oleh visi dan misinya. Walaupun secara tegas belum semuanya berbentuk Inbis, namun secara umum mereka memiliki kesamaan yaitu ingin membantu masyarakat kampus maupun sekitarnya dalam mengembangkan usahanya. Khusus untuk masyarakat kampus selain sebagai laboratorium lapangan untuk belajar bisnis juga merupakan persiapan dalam menghadapi otonomi perguruan tinggi. Performen Inkubator bisnis yang telah terbentuk di perguruan tinggi tersebut diatas berbeda-beda misalnya di ITB disebut Inbis namun UGM sebenarnya lebih tepat sebagai holding company sedangkan di UB sendiri masih merupakan lembaga pembina pengusaha kecil dibawah LPM. Bila dibandingkan dengan kegiatan sejenis di luar negeri maka keadaan di dalam negeri terlihat masih baru masuk didalam inkubator.
Luar Negeri Data studi inkubator bisnis secara umum dan inkubator bisnis perguruan tinggi yang diperoleh dari internet tercatat 1.620.000 informasi tentang business incubator yang terkait dengan perguruan tinggi ditingkat Universitas, dan 1.050.000 inkubator bisnis yang terkait dengan fakultas. Bila informasi tersebut dikhususkan pada fakultas pertanian maka informasi yang diperoleh hanya 544.000 buah. Selanjutnya bila pertanian tersebut lebih di khususkan lagi maka ada 47.100 informasi inkubator bisnis yang terkait dengan masalah hortikultura. Perbandingan tersebut akan lebih menarik bila dapat diperbandingkan dengan aspek bisnis yang lain sehingga dapat dan tidak berlebihan kiranya kalau studi di internet tersebut memperoleh informasi tentang trend bisnis yang paling diminati oleh masyarakat kampus dan sekitarnya.
KESIMPULAN Uraian tersebut diatas hanyalah suatu pengenalan awal Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi. Uraian selanjutnya tentang aspek pembentukan dan pengembangan Inbis dan lain-lain hal yang terkait akan disajikan dalam kesempatan berikutnya. Berdasarkan hasil studi eksplorasi internet dan survei yang diuraikan tersebut diatas maka konsep Inkubator Bisnis di Perguruan Tinggi merupakan langkah awal untuk mendekatkan Perguruan Tinggi dengan stakeholdernya. Pengembangan konsep ini menjadi semakin fital bila Perguruan Tinggi ingin melangkah menuju otonomi atau menjadi perguruan tinggi mandiri. Selain itu konsep Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi juga sangat bermanfaat bagi proses belajar mengajar maupun pembelajaran. Karena secara langsung nuansa akademik akan terbawa ke suasana atmosfir yang mendekati kenyataan kehidupan dilapangan (diluar kampus). Dengan demikian mahasiswa akan lebih mantap menatap kehidupan setelah lulus nanti selain juga akan lebih percaya diri dalam menghadapi persaingan mencari maupun menciptakan lapangan kerja. Hasil studi empirik menunjukkan bahwa Inkubator Bisnis juga memiliki kontribusi nyata dalam perbaikan pertumbuhan ekonomi lokal terutama didalam kampus dan disekitar Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan program Inkubator Bisnis.
REFERENSI Ourso, E. J. 2005. LSU's LBTC WINS TOP HONOR AT NATIONALBUSINESS INCUBATION ASSOCIATION MEETING. http://www.bus.lsu.edu/students/news/stories/2005.05.16_LBTC_Wins_Top_ Honor.asp Anonymous. 2005. The Hampton University Business Incubator. http://www.hamptonu.edu/HUBAC/bus_inc/ -->The Hampton University Business Incubator.
Anonymous. 2005. The Kentucky Small Business Development Center http://www.ksbdc.org/Resources/AreYouReady.asp?section=1 -->The Kentucky Small Business Development Center 8 seri. Anonymous. 2005. Growing Successful Businesses. http://www.bus.ucf.edu/sbdc/ UCF Small Business Development Center The UCF Small Business Development Center. Goral, T. 2005. Business Incubators: Investing in Ideas. http://www.universitybusiness.com/page.cfm?p=227 University Business: Business Incubators: Investing in Ideas. University of Idaho. 2005. What is an Incubator?. http://www.bti.uro.uidaho.edu/whatis.htm. What's an Incubator?