Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
MODEL PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN WIRAUSAHA MUDA MELALUI INKUBATOR PERGURUAN TINGGI Dyan Nindyawati*), Janti Gunawan , dan Udisubakti Ciptomulyono Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, ITS Surabaya Kampus ITS Keputih, Sukolilo Surabaya 60111 Telp. (031) 5994251 * e-mail:
[email protected] ABSTRAK Pemerintah telah mencanangkan program inkubator perguruan tinggi untuk menggerakkan kewirausahaan pemuda sebagai upaya lebih lanjut dalam mengatasi permasalahan pada pengangguran terdidik. Namun tidak semua inkubator mencapai keberhasilan dikarenakan adanya keterbatasan, terutama kurangnya dukungan peran stakeholder. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi peran inkubator perguruan tinggi dalam pembinaan dan pengembangan wirausaha muda, mengkaji hubungan peran inkubator perguruan tinggi terhadap keberhasilan wirausaha muda, serta hubungan antar variabel lain dalam model. Hasil pengolahan data dengan Structural Equation Modelling (SEM) menunjukan bahwa tidak ada variabel yang signifikan mempengaruhi peran inkubator perguruan tinggi dalam pembinaan dan pengembangan wirausaha muda. Hal ini dapat dilihat dari loading factor peran perguruan tinggi sebesar 0,183, peran pemerintah sebesar -0,101, dan kerjasama antar perusahaan sebesar 0,775. Adapun peran inkubator perguruan tinggi signifikan mempengaruhi keberhasilan wirausaha muda dengan loading factor sebesar 0,840. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah tentang peran inkubator perguruan tinggi masih bersifat umum. Diperlukan kebijakan dan peraturan khusus yang mengatur inkubator dan komitmen antar peran untuk mendukung peran inkubator dalam meningkatkan keberhasilan wirausaha muda. Kata kunci: wirausaha muda, inkubator perguruan tinggi, stakeholder, SEM
PENDAHULUAN Latar Belakang Pengangguran menjadi isu penting dalam ketenagakerjaan dan merupakan tantangan yang sangat berat. Menurut International Labour Organization (ILO, 2010) bahwa sejak terjadi krisis finansial global, dampak yang dihadapi dunia salah satunya adalah pengangguran bagi pemuda. Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan (Pusdatinaker) melaporkan bahwa jumlah penganggur terbuka di Indonesia tahun 2012 sebesar 7,61 juta orang dan sekitar 794 ribu orang (10%) diantaranya justru disumbang oleh lulusan perguruan tinggi. Jumlah tersebut cukup signifikan dan turut menyumbang terhadap total pengangguran di Indonesia. Mengutip dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti, 2010), pengangguran di Indonesia kemungkinan disebabkan sistem pembelajaran pada perguruan tinggi yang tidak menyiapkan lulusan yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Selain itu, aktivitas kewirausahaan pada perguruan tinggi relatif masih rendah.
ISBN : 978-602-97491-6-8 A-32-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Inkubator Perguruan Tinggi Untuk mengurangi pengangguran terdidik sekaligus menciptakan pertumbungan wirausaha muda sebagai bagian dalam mendukung daya saing bangsa, pemerintah melakukan gerakan kewirausahaan pemuda melalui inkubator perguruan tinggi. Inkubator merupakan keseluruhan kelompok atau organisasi yang membentuk lingkungan kondusif dalam mendukung inkubasi start-up (tahap awal usaha) dan pengembangan usaha baru berdasarkan inovasi teknologi (Bergek dan Norrman, 2008). Mekanisme inkubator adalah menghubungkan tenant dengan lingkungannya untuk mendongkrak bakat dan sumber daya wirausahawan (Grimaldi dan Grandi, 2005), sebagai media pemandu start-up untuk mempromosikan inovasi (Aerts et al., 2007) sehingga dapat mempercepat terciptanya kesuksesan wirausaha (Bruneel et al., 2012). Di Indonesia, inkubator bisnis dan teknologi pertama kali didirikan atas prakarsa Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil sejak tahun 1994. Mekanisme inkubator dijelaskan secara detail dalam Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Tahun 2002 bahwa: 1).inkubasi adalah proses pembinaan bagi usaha kecil dan atau pengembangan produk baru yang dilakukan oleh inkubator dengan penyediaan sarana dan prasarana usaha, pengembangan usaha, dan dukungan manajemen serta teknologi, 2).inkubator adalah lembaga yang bergerak dalam bidang penyediaan fasilitas dan pengembangan usaha, baik manajemen maupun teknologi bagi UKM untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan usaha dan atau pengembangan produk baru agar dapat berkembang menjadi wirausaha yang tangguh dan atau produk baru yang berdaya saing dalam jangka waktu tertentu. Namun hingga saat ini jumlah inkubator di Indonesia termasuk paling sedikit diantara negara-negara lain. Hal ini diduga karena operasionalisasi inkubator di Indonesia belum maksimal serta kurang mendapat dukungan dan perhatian dari peran stakeholder inkubator (AIBI, 2012). Adanya permasalahan-permasalahan pada inkubator secara tidak langsung juga berpengaruh pada tingkat kebertahanan atau eksistensi suatu inkubator dalam melakukan pembinaan. Menurut Panggabean (2007), sebagian besar model inkubator di Indonesia mempunyai mekanisme proses inkubasi yang mengacu pada univeristyrelated incubator, dimana terdapat aliran komersialisasi pengetahuan dan teknologi dari perguruan tinggi pada industri kecil, serta didukung langsung oleh perguruan tinggi dan bekerjasama dengan pihak-pihak lain yang memiliki perhatian. Namun masih banyak program pengembangan usaha melalui inkubator baik konsep maupun operasionalisasi belum sesuai dengan konsep dasar inkubator, khususnya inkubator perguruan tinggi. Sehingga implementasi program belum maksimal yang menyebabkan rendahnya kinerja inkubator dalam mencetak wirausaha baru. Pemerintah selaku stakeholder selama ini telah menjalankan perannya dalam pembinaan dan pengembangan UKM dan kewirausahaan melalui program inkubator. Adapun inisiatif kebijakan pemerintah dalam mendukung gerakan kewirausahaan melalui inkubator antara lain : 1).UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, 2).UU No. 40 Tahun 2009 tentang kepemudaan, 3).PP RI Nomor 41 Tahun 2011 tentang pengembangan kewirausahaan dan kepeloporan pemuda, serta penyediaan prasarana dan sarana kepemudaan, 4).Keputusan Bersama Kementerian Koperasi dan UKM dengan Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2000 tentang pendidikan perkoperasian dan kewirausahaan, 5).Kesepakatan Bersama antara Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Pendidikan Nasional, dan Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 2010 tentang gerakan nasional pengembangan inkubator bisnis dan teknologi dalam menumbuhkembangkan wirausaha yang inovatif. Namun jika ditinjau ISBN : 978-602-97491-6-8 A-32-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
lebih lanjut, beberapa kebijakan tersebut belum bersinergi satu sama lain. Kebijakan inkubator hanya mengulas aspek-aspek umum tetapi secara khusus belum membahas satu kesatuan tentang aspek pemberdayaan kewirausahaan dengan melibatkan semua peran stakeholder serta mengarahkan pada kewirausahaan pemuda. Padahal yang dibutuhkan adalah kebijakan yang mengatur keseluruhan aspek termasuk teknis, operasionalisasi, serta pengawasan pada inkubator di Indonesia. Selain itu diperlukan sosialisasi kebijakan agar implementasi inkubator di Indonesia tidak saling salah tafsir dan dapat berjalan sesuai tujuan pemerintah. Tujuan Penelitian Untuk mencapai keberhasilan pada inkubator, maka inkubator secara manajemen maupun operasional diharapkan mendapat dukungan oleh para pemangku kepentingan dan membutuhkan komitmen yang kuat antara semua pihak yang terkait agar pelaksanaan program inkubator berjalan maksimal. Dukungan tersebut antara lain dari stakeholder yaitu pemerintah, perguruan tinggi, dan industri. Oleh karena itu penelitian ini akan mengusulkan model pembinaan dan pengembangan wirausaha muda melalui inkubator perguruan tinggi. Dengan adanya model ini, maka dapat diketahui dan dikaji faktor-faktor peran stakeholder yang mempengaruhi peran inkubator perguruan tinggi dalam melakukan pembinaan dan pengembangan pada wirausaha muda. Selain itu, dengan model ini diharapkan dapat diketahui hubungan peran inkubator dalam meningkatkan keberhasilan wirausaha muda. METODE Penyusunan Model Konseptual Penyusunan model konseptual pada penelitian ini diawali dengan adanya peran lembaga perantara. Inkubator juga diartikan sebagai lembaga perantara (Zeng et al., 2010; Lai, 2011). Beberapa penelitian yang telah melakukan pengukuran peran stakeholder terhadap lembaga perantara antara lain Sugandhavanija et al. (2010), Zeng et al. (2010), dan Lai (2011). Dari penelitian-penelitian tersebut diketahui bahwa peran stakeholder sangat penting bagi lembaga perantara dalam mendukung efektifitas transfer teknologi dan kinerja inovasi perusahaan, baik melalui inovasi produk maupun inovasi proses. Namun pengukuran peran stakeholder pada penelitian-penelitian terdahulu masih bersifat parsial, sehingga penting untuk mengadopsi dan melakukan penelitian yang secara bersama-sama melibatkan peran stakeholder terhadap lembaga perantara yaitu inkubator. Penelitian tentang pengukuran peran perantara dalam mempercepat proses kemampuan inovasi produk dilakukan oleh Taufiqurrahman (2011). Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa pengaruh peran perantara terhadap kemampuan inovasi produk sangat signifikan. Namun Taufiqurrahman (2011) belum mengukur peran stakeholder terhadap lembaga perantara seperti yang dilakukan Sugandhavanija et al. (2010), Zeng et al. (2010), dan Lai (2011). Sehingga belum diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi peran perantara dalam melakukan pembinaan dan pengembangan. Peran penting dari lembaga perantara salah satunya adalah untuk menciptakan kesuksesan atau keberhasilan bagi pelaku usaha. Penelitian lain yang mengulas keberhasilan usaha telah dilakukan oleh Budiretnowati (2007). Berdasarkan ulasan diatas, model dikembangkan dari penelitian-penelitian terdahulu dan studi literatur yang mengulas peran inkubator perguruan tinggi. Terdapat
ISBN : 978-602-97491-6-8 A-32-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
5 variabel laten dan 20 indikator yang digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya model konseptual dan hipotesis penelitian ditetapkan dari variabel-variabel yang diduga mempunyai hubungan pada peran inkubator perguruan tinggi dalam pembinaan dan pengembangan wirausaha muda. Model tersebut memperlihatkan: 1). hubungan faktorfaktor yang mengaruhi peran inkubator perguruan tinggi, 2). hubungan antara peran inkubator perguruan tinggi dengan keberhasilan wirausaha muda, dan 3). hubungan lain antar variabel dalam model (Gambar 1).
Gambar 1 Model Konseptual Pembinaan dan Pengembangan Wirausaha Muda melalui Inkubator Perguruan Tinggi
Hipotesis penelitian yang dibangun dari hubungan antar variabel adalah : Hipotesis 1 : Peran perguruan tinggi berhubungan signifikan terhadap keberhasilan wirausaha muda Hipotesis 2 : Peran perguruan tinggi berhubungan signifikan terhadap peran inkubator perguruan tinggi Hipotesis 3 : Peran pemerintah berhubungan signifikan terhadap peran inkubator perguruan tinggi Hipotesis 4 : Peran pemerintah berhubungan signifikan terhadap kerjasama antar perusahaan Hipotesis 5 : Peran pemerintah berhubungan signifikan terhadap peran perguruan tinggi Hipotesis 6 : Kerjasama antar perusahaan berhubungan signifikan terhadap peran inkubator perguruan tinggi Hipotesis 7 : Kerjasama antar perusahaan berhubungan signifikan terhadap keberhasilan wirausaha muda Hipotesis 8 : Peran inkubator perguruan tinggi berhubungan signifikan terhadap keberhasilan wirausaha muda Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang telah dikembangkan dari 20 indikator penelitian. Penilaian responden pada indikator penelitian menggunakan skala likert dengan skor 1 (sangat tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3 (kurang setuju), 4 (setuju), dan 5 (sangat setuju) untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden (Ghozali dan Fuad, 2008). Secara garis besar, kuesioner didesain untuk mendapatkan data-data yang mengkonstrak variabel penelitian. Wawancara juga dilakukan untuk mendapatkan data seputar lembaga inkubator atau program kewirausahaan yang ada pada masingmasing perguruan tinggi. Dengan wawancara pula, untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan tenant yang aktif melakukan kewirausahaan yang akan ditetapkan sebagai responden. Dalam pemilihan lokasi penelitian terdapat beberapa pertimbangan yaitu : 1). lokasi perguruan tinggi di wilayah Surabaya, 2). perguruan tinggi tersebut mempunyai
ISBN : 978-602-97491-6-8 A-32-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
inkubator, atau program kewirausahaan namun mempunyai mekanisme sama seperti inkubator, serta 3). inkubator atau program kewirausahaan berusia kurang dari lima tahun dan mempunyai kegiatan pembinaan dan pengembangan pada wirausaha muda secara aktif. Terdapat 5 (lima) lokasi penelitian yang terpilih yaitu ITS, UPN, STIE Perbanas, Untag, dan Unitomo. Metode yang digunakan untuk mengkonfirmasi hubungan dalam model adalah SEM dengan AMOS 20. Penentuan jumlah sampel minimum untuk SEM menurut Satata (2006) adalah jumlah indikator dikalikan lima sampai sepuluh. Oleh karena itu jumlah sampel minimal pada penelitian ini adalah 20 x 10 atau sebanyak 200 responden sebagai sampel. Penyebaran maupun pengembalian kuesioner dilakukan secara online melalui email. Selain kuesioner, wawancara dilakukan secara langsung pada pihak direktur/kepala laboratorium/pengurus/dosen pembina pada inkubator atau program kewirausahaan di perguruan tinggi. Sebelum penyebaran kuesioner dilakukan secara keseluruhan sebanyak sampel, survey awal dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada 60 responden. Survey awal dilakukan untuk melihat validitas dan reliabilitas butir-butir pertanyaan dalam kuesioner. Setelah memastikan bahwa hasil survey awal memenuhi syarat valid dan reliabel, maka penyebaran kuesioner dilakukan secara keseluruhan. Pengolahan Data dan Analisa Deskriptif Pengolahan data dilakukan dengan metode SEM. Pada pengujian model struktural ini menggunakan estimasi model maximum likelihood. Tahapan model struktural ini berfungsi untuk memastikan apakah model telah sesuai dengan data atau model telah fit, dan memastikan ada tidaknya pengaruh antar variabel yang diteliti (untuk keperluan pengujian hipotesis), serta kekuatan hubungan dengan melihat nilai loading factor. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan data dengan SEM AMOS menghasilkan nilai kriteria CMIN Model, df, CFI, dan IFI telah fit dan memenuhi standar sesuai dengan batas yang direkomendasikan. Sedangkan nilai probability, RSMEA, NFI, NNFI, RFI, CN, RMR, GFI, dan AGFI menunjukkan model tidak fit. Mengacu pada Solimun (2002) bahwa hasil model dikatakan telah fit, jika ada salah satu atau dua kriteria fit model telah terpenuhi. Dari berbagai indeks kesesuaian tersebut dapat disimpulkan bahwa model struktural yang diajukan fit atau mempunyai kesesuaian yang baik. Hasil signifikansi hubungan antar variabel laten dalam model diterima jika estimasi nilai probabilitas (P) ≤ 0,05 (Santoso, 2012). Hubungan yang signifikan terdapat pada peran inkubator perguruan tinggi terhadap keberhasilan wirausaha muda (H8) dengan loading factor 0,837, hubungan yang signifikan antara peran pemerintah terhadap peran perguruan tinggi (H5) dengan loading factor 0,862 dan hubungan yang signifikan antara peran pemerintah terhadap kerjasama antar perusahaan (H4) dengan loading factor 0,963. Sedangkan hubungan yang tidak signifikan ditentukan dari estimasi jika nilai P > 0,05. Hubungan yang tidak signifikan terdapat pada peran perguruan tinggi terhadap keberhasilan wirausaha muda (H1) dengan loading factor 0,050, peran perguruan tinggi terhadap peran inkubator perguruan tinggi (H2) dengan loading factor 0,171, peran pemerintah terhadap peran inkubator perguruan tinggi (H3) dengan loading factor -
ISBN : 978-602-97491-6-8 A-32-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
0,044, kerjasama antar perusahaan terhadap peran inkubator perguruan tinggi (H6) dengan loading factor 0,750, dan kerjasama antar perusahaan terhadap terhadap keberhasilan wirausaha muda (H7) dengan loading factor 0,101. Hasil ini menunjukkan bahwa peran inkubator perguruan tinggi dalam pembinaan dan pengembangan wirausaha muda sangat penting. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya hubungan yang signifikan dari peran inkubator perguruan tinggi terhadap keberhasilan wirausaha muda. Namun, peran inkubator perguruan tinggi tidak dipengaruhi oleh hubungan langsung dengan peran perguruan tinggi, peran pemerintah, dan kerjasama antar perusahaan. Dapat dikatakan bahwa inkubator perguruan tinggi berjalan sendiri tanpa mendapat dukungan dari peran stakeholder. Secara institusional, komitmen perguruan tinggi, pemerintah, dan dunia usaha kurang dalam mendukung peran inkubator. Sehingga kegiatan inkubator dalam menciptakan keberhasilan wirausaha muda menjadi tidak maksimal. Kondisi ini semakin mempertegas bahwa peran pelaku inkubator masih didominasi secara perorangan atau individual lembaga, terutama inkubator-inkubator yang ada dibawah perguruan tinggi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan penelitian yang dapat diambil adalah : 1. Penolakan terhadap hipotesis penelitian menunjukan kondisi yang sebenarnya dari inkubator perguruan tinggi. Pada kenyataannya inkubator perguruan tinggi kurang mendapat dukungan stakeholder dan komitmen yang lemah dari pihak yang terkait. Kondisi ini semakin mempertegas bahwa peran inkubator perguruan tinggi masih bersifat individual dalam pembinaan dan pengembangan wirausaha muda. 2. Secara institusional, perguruan tinggi belum sepenuhnya mendukung aktifitas inkubator dalam melakukan pembinaan dan pengembangan pada wirausaha muda. Padahal inkubator yang didirikan dibawah naungan perguruan tinggi sangat tergantung pada institusi sebagai penyedia fasilitas sekaligus sarana dan prasarana didalamnya. Kemungkinan perguruan tinggi kurang membuka diri terhadap lingkungan eksternal dalam mencari dukungan pada inkubator yang dibawahinya. Oleh karena itu diperlukan peningkatan hubungan dengan pihak stakeholder yang terkait agar pelaksanaan inkubator yang dinaunginya berjalan maksimal. 3. Kebijakan pemerintah secara khusus belum tepat sasaran pada peran inkubator perguruan tinggi dalam mencetak keberhasilan wirausaha muda, terutama yang menyangkut aspek pemberdayaan dan secara sinergis melibatkan peran stakeholder. 4. Kebijakan pemerintah perlu disosialisasikan untuk menghindari pelaksanaan atau implementasi sesuai penafsiran masing-masing, serta perlu adanya pengawasan pada peran inkubator perguruan tinggi, sehingga dapat diketahui sejauh mana implementasi kebijakan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. 5. Model pembinaan dan pengembangan wirausaha muda melalui inkubator perguruan tinggi dapat ditingkatkan dengan 1). lebih mensinergikan peran stakeholder untuk mendukung aktifitas inkubator perguruan tinggi sehingga pembinaan dan pengembangan pada wirausaha muda lebih maksimal, 2). penyediaan tenaga ahli dan SDM yang profesional serta dukungan kelembagaan melalui fasilitas, sarana, dan prasarana, 3). pembinaan oleh inkubator perguruan tinggi selain berbasis inovasi dan teknologi, juga tetap menonjolkan potensi lokal masing-masing daerah wirausaha muda, 4). lebih difokuskan pada inovasi dan
ISBN : 978-602-97491-6-8 A-32-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
kewirausahaan pemuda dengan memaksimalkan 8 aspek pemberdayaan usaha kecil dan menengah. Berikut adalah saran-saran yang dapat direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya: 1. Perlu ditelusuri lebih dalam adanya kemungkinan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap peran inkubator perguruan tinggi dalam pembinaan dan pengembangan wirausaha muda, serta faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap keberhasilan wirausaha muda. 2. Dalam penelitian ke depan sangat penting digunakan metode atau alat bantu penyelesaian masalah lainnya selain SEM, atau menggunakan kombinasi dengan metode lain untuk perbandingan hasil. Hal ini dikarenakan, hasil-hasil pengujian hubungan yang menunjukkan tidak signifikan dalam model SEM, belum tentu juga dihasilkan output yang sama dengan metode lain. 3. Perlu memperhatikan jumlah minimal indikator yang akan digunakan untuk membentuk variabel laten dalam model, serta memperhatikan definisi tiap-tiap indikator agar didapatkan butir pertanyaan dalam kuesioner yang akurat sehingga dapat menggali informasi dengan tepat. 4. Pengisian kuesioner hendaknya didampingi oleh pihak yang berkepentingan dalam penelitian, agar responden benar-benar mengerti isi dan maksud pertanyaan serta dapat memberikan jawaban sesuai tujuan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Aerts, K., Matthyssen, P., Vandenbempt, K. (2007). Critical Role and Screening Practices of European Business Incubators. Technovation. Vol. 27. pp. 254–267. Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (AIBI). (2012). Peranan Pemerintah dalam Program Pengembangan Inkubator Bisnis. [Online]. Available: http://gin.web.id/index.php?option=com_k2&view=item&id=216:perananpemerintah-dalam-program-pengembangan-inkubator-bisnis&Itemid=1. [Accessed : Sabtu, 3 Nopember 2012; 22.00 WIB]. Bergek, A. dan Norrman, C. (2008). Incubator Best Practice: A Framework. Technovation. Vol. 28. pp. 20–28. Bruneel, J., Ratinho, T., Clarysse, B., Groen, A. (2012). The Evolution of Business Incubators: Comparing Demand and Supply of Business Incubation Services Across Different Incubator Generations. Technovation. Vol. 32. pp. 110–121. Budiretnowati, G. (2007). Kajian tentang Profil UKM Sukses. Kepala Bidang Perkaderan. Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. (2010). Pedoman Program Mahasiswa Wirausaha (PMW). Kementerian Pendidikan Nasional. Direktorat Kelembagaan. Jakarta. Ghozali, I. dan Fuad. (2008). Structural Equation Modelling: Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan Program LISREL 8.80. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Grimaldi, R. dan Grandi, A. (2005). Business Incubators and New Venture Creation: An Assessment of Incubating Models. Technovation. Vol. 25. pp. 111–121.
ISBN : 978-602-97491-6-8 A-32-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
ILO. (2010). How to Build An Enabling Environment for Youth Entrepreneurship and Sustainable Enterprises. Paper for the knowledge sharing event on Integrated Youth Employment Strategies. Moscow. Keputusan Menteri Koperasi dan UKM No. 81.3/Kep/M.KUKM/ VIII/2002. (2002). Jakarta. Kesepakatan Bersama antara Kementerian Koperasi dan UKM RI, Kementerian Pendidikan Nasional RI, dan Kementerian Negara Riset dan Teknologi RI. (2010). Gerakan Nasional Pengembangan Inkubator Bisnis dan Teknologi dalam Menumbuhkembangkan Wirausaha Inovatif. Jakarta. Lai, W. H. (2011). Willingness to Engage in Technology Transfer in Industry– University Collaborations. Journal of Business Research. Vol. 64. pp. 1218– 1223. Panggabean, R. (2007). Profil Inkubator dalam Penciptaan Wirausaha Baru. Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK. Kementerian Negara Koperasi dan UKM. Jakarta. PP RI Nomor 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda, serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan. (2011). Jakarta. Pusdatinaker. (2012). [Online]. Available: http://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id/. [Accessed: Kamis, 25 Oktober 2012; 08.20 WIB]. Santoso, S. (2012). Analisa SEM Menggunakan AMOS. Kompas Gramedia. Jakarta. Satata, A. (2006). Analisis Pengaruh Orientasi Strategik, Teknologi Informasi Pemasaran terhadap Inovasi Produk dan Dampaknya terhadap Pencapaian Keunggulan Bersaing. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Solimun. (2002). Multivariate Analysis: Structural Equation Modelling (SEM) Lisrel dan Amos. Penerbit Universitas Negeri Malang. Malang. Sugandhavanija, P., Sukruedee, S., Nipon, K., Sakol, K. (2010). Determination of effective university–industry joint research for photovoltaic technology transfer (UIJRPTT) in Thailand. Renewable Energi. Vol. 36. pp. 600- 067. Taufiqurrahman. (2011). Model Pembinaan dan Pengembangan Kemampuan Inovasi Produk dan Peran Intermediary pada UKM Kerajinan dengan Pendekatan Structural Equation Modelling (SEM). Tesis. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya. UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. (2008). Jakarta. UU Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan. (2009). [Online]. Available: www.bpkp.go.id. [Accessed: Kamis, 25 Oktober 2012; 08.50 WIB]. Zeng, S. X., Xie, X. M., Tam, C. M. (2010). Relationship Between Cooperation Networks and Innovation Performance of SMEs. Technovation. Vol. 30. pp. 181–194.
ISBN : 978-602-97491-6-8 A-32-8