BIDANG UNGGULAN : PENDIDIKAN KODE/NAMA RUMPUN ILMU : PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
PENGEMBANGAN LESSON STUDY DALAM PEMBINAAN PASCA PELATIHAN MELALUI GUGUS PAUD Tahun ke-1 dari rencana 3 tahun
Oleh : Ketua : Dr. Ikka Kartika A.Fauzi, M.Pd / NIDN - 0028105201 Anggota : Gatot Yusuf Effendy, Drs., MM/ NIDN-0407085904 Nani Nur‘aeni, Dra., M.Pd / NIDN- 0015085802
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA ((UNINUS) Nopember 2014
HALAMAN PENGESAHAN Judul Kegiatan
:
Pengembangan Lesson Study dalam Pembinaan Pasca Pelatihan Melalui Gugus PAUD
: : : : : :
Dr. IKKA KARTIKA ABBAS F M.Pd. 0028105201 Lektor Kepala Pendidikan Luar Sekolah 08122335838
[email protected]
: :
Dra. NANI NURAENI M.Pd. 0015085802
Alamat
: : : : : :
Penanggung Jawab
:
Tahun Pelaksanaan Biaya Tahun Berjalan Biaya Keseluruhan
: : :
Drs. GATOT YUSUF EFFENDI M.M. 0407085904 Universitas Islam Nusantara Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang Dinas Pendidikan Kota Bandung Jl. Pendopo – Tegalkalong – Sumedang Jl. A.Yani – Bandung Ka.Sie PAUD Dinas Pendidikan kabupaten Sumedang Ka. Sie PAUD Dinas Pendidikan Kota Bandung Tahun ke 1 dari rencana 3 tahun Rp. 65.000.000,00 Rp. 196.850.000,00
Peneliti / Pelaksana Nama Lengkap NIDN Jabatan Fungsional Program Studi Nomor HP Surel (e-mail) Anggota Peneliti (1) Nama Lengkap NIDN Anggota Peneliti (2) Nama Lengkap NIDN Perguruan Tinggi Institusi Mitra (jika ada)
Mengetahui
Bandung, 4 Nopember 2014
Dekan FKIP UNINUS
Ketua Peneliti,
(Dr.H. HENDI S. MUCHTAR, M.Pd.) NIP/NIK 195405141983031005
(Dr. IKKA KARTIKA ABBAS. F., M.Pd.) NIP/NIK. 195210281982032001 Menyetujui
(R. RUBI ROBANA, IR., M.Sc) NIP/NIK . 200077
ii
KATA PENGANTAR
Puji sukur kami panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi karena atas karuniaNya
proses penelitian ini bisa berjalan lancar sesuai dengan
rencana. Penelitian ini ditujukan sebagai bentuk kontribusi terhadap upaya peningkatan kompetensi pendidik PAUD dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan anak usia dini. Ini disebabkan karena masih banyak di antaranya yang belum memiliki kualifikasi maupun kompetensi yang memadai . Pelatihan banyak dilakukan dan mereka aktif mengikutinya. Namun, penerapan hasil pelatihan masih belum optimal, atau bahkan belum diterapkan sama sekali. Kendalanya terutama masih belum paham betul terhadap materi pelatihan yang diikutinya. Gugus PAUD merupakan wadah yang tepat untuk melakukan pembinaan paska pelatihan karena
memang diperuntukkan bagi
peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan PAUD. Relevansi yang erat antara pembinaan paska pelatihan melalui Gugus PAUD dengan penerapan lesson study menjadi focus penelitian ini. Dari penelitian ini diperoleh model spesifik untuk pendidik PAUD yang siap diuji-cobakan . Semoga hasil penelitian ini bisa bermanfaat untuk pendidik PAUD serta pihak-pihak yang berkaitan dengan peningkatan mutu PAUD.
Bandung, 4 Nopember 2014 Tim Peneliti
iii
DAFTAR ISI Halaman Pengesahan Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Matrik Daftar Gambar BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
i ii iii v vi vii
: Pendahuluan A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Urgensi Penelitian E. Temuan yang ditargetkan serta kontribusinya terhadap ilmu pengetahuan
1 2 4 4 5
: Tinjauan Pustaka A. Kompetensi Pendidik PAUD B. Pelatihan C. Pembinaan Paska Pelatihan D. Lesson Study E. Gugus PAUD F. Pusat Kegiatan Guru (PKG) PAUD Kecamatan G. Hasil penelitian yang up to date dan relevan H. Peta Jalan Penelitian Pengusul I. Studi Pendahuluan
6 9 14 15 21 32 35 36 37
: Tujuan dan Manfaat Penelitian A. Tujuan Penelitian B. Manfaat Penelitian
38 41
: Metoda Penelitian A. Pendekatan dan Metoda Penelitian B. Capaian Penelitian C. Populasi dan Sampel Penelitian D. Instrumen Penelitian dan Analisis Data E. Waktu dan Lokasi Penelitian
43 45 47 47 49
: Hasil yang Dicapai A. Gambaran Kondisi Pendidik PAUD B. Gambaran Pembinaan Paska Pelatihan C. Model Pembinaan Pendidik Melalui Gugus PAUD D. Relevansi Kegiatan Gugus PAUD dengan Lesson Study
50 53 58 64
iv
E. Disain Awal Lesson Study untk Pembinaan Paska Pelatihan Pendidik melalui Gugus PAUD
71
BAB 6
: Rencana Tahap Berikutnya
75
BAB 7
: Kesimpulan & Saran A. Kesimpulan B. Saran
76 82
DAFTAR KEPUSTAKAAN
84
LAMPIRAN –LAMPIRAN Lampiran 1 : Produk Penelitian “Buku Panduan Model Pengembangan Lesson Study dalam Pembinaan Pasca Pelatihan melalui Gugus PAUD” Lampiran 2 : Artikel ilmiah (Draft) / Luaran Penelitian “Potensi Gugus Paud dalam Mengembangkan Pembinaan Pasca Pelatihan dengan Menggunakan Lesson Study” Lampiran 3 : Angket dan wawancara Lampiran 4 : Photo-photo kegiatan penelitian
v
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1.
Gugus PAUD yang Menjadi Obyek Penelitian
50
Tabel 5.2.
Usia Pendidik PAUD
51
Tabel 5.3.
Latar Belakang Pendidikan
51
Tabel 5.4.
Masa Kerja
52
Tabel 5.5.
Status Kepegawaian
53
Tabel 5.7
Kemampuan Pendidik PAUD dalam Menerapkan Hasil Pelatihan Waktu Pelatihan yang Diikuti Pendidik PAUD
Tabel 5.8
Pembinaan Paska Pelatihan
56
Tabel 5.9
57
Tabel 5.10
Pihak yang dihubungi Pedidik PAUD bila Belum / Tidak Memahami Hasil Pelatihan Keikutsertaan dalam Pertemuan Gugus PAUD
Tabel 5.11
Alasan Keikutsertaan dalam Gugus PAUD
62
Tabel 5.6
vi
55 55
61
DAFTAR MATRIK
Matrik 2.1.
Kompetensi Tenaga Pendidik PAUD
8
Matrik 5.1.
Program yang Sudah Dilaksanakan Gugus PAUD
59
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
.Gambaran Umum Lesson Study
16
Gambar 2.2.
Skema Kegiatan Lesson Study
17
Gambar 2.3.
20
Gambar 2.6.
Bagaimana Lesson study Menghasilkan Peningkatan Pengajaran: Dua Perkiraan Hubungan Lesson Study dengan Peningkatan Kompetensi Pendidik PAUD Bagan Gugus PAUD yang tediri dari TK,KB,TPA,SPS, Lembaga Inti dan PAUD Imbas Struktur Organisasi Gugus PAUD
Gambar 2.7.
Struktur Kepengurusan PKG PAUD Kecamatan
33
Gambar 2.8.
Roadmap Penelitian
37
Gambar 4.1.
Bagan Alir Penelitian
45
Gambar 4.2.
Komponen dalam analisis data (interactive model)
48
Gambar 4.3.
Desain One-group Pretest-posttest
48
Gambar 5.1.
Alur Pembinaan Gugus PAUD
63
Gambar 5.2.
Diagram Alir Model Penerapan Lesson Study Melalui Gugus PAUD
72
Gambar 2.4. Gambar 2.5.
viii
21 22 25
ix
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini (PTK PAUD), khususnya pendidik Kelompok Bermain, Tempat Penitipan Anak (TPA) dan Satuan PAUD sejenis (SPS) kondisinya tidak sebaik PTK Taman Kanak-Kanak (TK). Menurut Data Tahun 2012 Direktorat Pendidik dan Tenaga Pendidik Data Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, jumlah mereka sebesar 84.888 orang. Sebanyak 65 % berpendidikan SLTA dan 11 % berpendidikan SLTP, dan hanya 12,7% pendidik saja yang berasal dari sarjana S-1 atau D-4 sesuai yang disyaratkan dalam regulasi PAUD. Bila Mengacu kepada Peraturan Menteri Pindidikan Nasional No. 58 Tahun 2009, untuk menjadi Guru pengasuh pun mereka minimal harus berpendidikan SLTA ditambah kompetensi yang diperoleh melalui Diklat/Kursus PAUD. Hingga sekarang masih banyak guru PAUD dengan latar belakang pendidikan hanya SMP atau SMA sederajat. Bahkan di daerah atau pelosok banyak pula yang hanya lulusan SD. Berdasarkan kondisi tersebut, dalam rangka peningkatan kompetensi pendidik PAUD, pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud, menyelenggarakan training atau diklat tingkat dasar, lanjutan, dan mahir bagi para pendidik PAUD. Namun, Pendidikan dan Pelatihan atau Kursus PAUD tidak hanya diselenggarakan oleh pemerintah, akan tetapi diselenggarakan juga oleh perguruan tinggi, asosiasi profesi, Lembaga Pendidikan Keterampilan (LPK) bahkan perorangan . Kegiatan ini semakin marak karena mulai diberlakukannya tuntutan kompetensi sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 tahun 2009. Kompetensi ini bisa mereka miliki setelah mengikuti Pelatihan atau Pendidikan dan Pelatihan atau Kursus sebagai pendidik PAUD. Keberagaman penyelenggaraan ini berdampak terhadap penguasaan materi yang harus dimiliki mereka, padahal mereka dituntut mampu membelajarkan anak usia dini secara baik dan benar.
Dalam hal ini pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang
pembentukan Gugus PAUD yang diperuntukkan bagi pembinaan para pendidik PAUD terutama dalam aspek pembelajaran . Pada saat ini, Pembinaan TK dan PAUD disatukan pembinaanya dalam satu Direktorat berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 36 tahun 2010. Dengan digulirkan program PAUD Terpadu, maka Gugus
1
TK lebih diperluas menjadi Gugus PAUD, dimana dalam satu gugus beranggotakan pendidik TK, TPA, KB, dan atau SPS. Harapan besar keberadaan Gugus PAUD menjadi wadah pembinaan pendidik terutama dalam bidang peningkatan pengelolaan pembelajaran dan pengembangan kurikulum tingkat satuan lembaga PAUD. Namun, hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa Gugus PAUD belum berkembang sesuai harapan, bahkan ada yang sama sekali tidak berjalan. Disamping itu juga pendidik senior yang umumnya berasal dari Guru Taman Kanak-kanak, tidak selamanya mampu membina para PTK PAUD karena berbagai alasan
diantaranya
adanya kesenjangan kompetensi dan kualifikasi antara Guru Kober, TPA dan SPS PAUD yang relatif masih baru dengan guru TK yang relatif sudah lama bekerja sebagai guru PAUD. Di sisi lain, kondisi di lingkungan para pendidik PAUD pun kadang-kadang kurang mendukung penerapan hasil pelatihan sehingga melemahkan motivasi pendidik PAUD untuk meningkatkan kompetensi dirinya. Akhirnya pembinaan pasca pelatihan ini seolah-olah berjalan sendiri-sendiri tanpa ada pendamping yang secara khusus mengarahkan pada ketentuan yang sebenarnya. Alhasil penguatan kompetensi yang diperoleh para guru melalui Diklat tersebut belum bisa berkembang secara optimal.
B. Rumusan Masalah Pasca pelatihan pendidik, khususnya pendidik PAUD seringkali tidak dianggap penting dibandingkan dengan penyelenggaraan pelatihan karena masih banyak yang beranggapan keberhasilan pelatihan cukup diukur dari keluaran atau output pelatihan. Tentu saja hal ini bisa dianggap kurang efektif dan efisien karena dana yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah maupun oleh pendidik itu sendiri dianggap kurang berdampak terhadap peningkatan kompetensi kerjanya karena setelah pelatihan berakhir, berakhir pulalah hubungan dengan nara sumber dan fasilitator serta penyelenggara pelatihan yang selama ini membinanya, padahal saat implementasi hasil pelatihan seringkali ditemukan hal-hal yang tidak terduga sehingga pendampingan sangat diperlukan. Berdasarkan kondisi di atas, maka usulan penelitian ini akan difokuskan pada pengembangan Lesson Study dalam pembinaan paska pelatihan pendidik PAUD ( dalam penelitian ini khusus ditekankan pada Guru Kober, TPA dan SPS PAUD) melalui Gugus PAUD . Hal ini didasarkan pada pertimbangan berikut ini :
2
Pertama, dari sisi tujuan. Pembinaan paska pelatihan merupakan bagian dari rangkaian pelatihan yang memiliki peran penting dalam peningkatan kompetensi tersebut , karena keberhasilan pelatihan sebenarnya harus terletak pada kemampuan peserta saat mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperolehnya di tempatnya bertugas. Kedua, dari sisi tugas dan kewajiban pendidik PAUD. Latar belakang pendidikan pendidik yang pada umumnya berasal dari SLA, belum memiliki kemampuan khusus untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Oleh karena itu, peningkatan kompetensi melalui pelatihan menjadi sangat penting artinya, karena dapat memberi pengetahuan dan keterampilan dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya yang relatif rendah bahkan gratis. Ketiga, dari sisi penyelenggara pelatihan, bahwa secara kuantitas pendidik PAUD yang telah mengikuti pelatihan bertambah dengan pesat, namun secara kualitas belum semua pencapaian peserta mampu memenuhi tujuan pelatihan. Keempat, Lesson Study merupakan model yang dikembangkan
untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas, dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (learning community), dianggap tepat untuk digunakan dalam pembinaan paska pelatihan melalui gugus PAUD karena sekilas dasar penerapannya sesuai dengan kriteria Gugus PAUD. Pertimbangan ini akhirnya bermuara pada satu pertanyaan besar, “Model Lesson Study seperti apa yang dapat dikembangkan dalam pembinaan pasca pelatihan pendidik PAUD melalui Gugus PAUD agar dapat memberi dampak positif terhadap peningkatan kompetensi para pendidik tersebut”.
C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model lesson study yang
tepat bagi pembinaan pasca pelatihan pendidik PAUD melalui Gugus PAUD yang sesuai dengan kondisi pendidik PAUD dan kompetensi yang harus dicapai para pendidik tersebut. Secara khusus, tujuan penelitian tahun pertama adalah untuk : 1. Mengetahui kondisi pendidik PAUD pasca pelatihan.
3
2. Mengetahui mekanisme pembinaan Gugus PAUD secara nyata dalam melaksanakan peningkatan kinerja para pendidik PAUD. 3. Mengkaji potensi Gugus PAUD yang relevan untuk penerapan Lesson Study sebagai model Pembinaan Pasca Pelatihan. 4. Menyusun model awal/model pendahuluan penerapan Lesson Study untuk Pembinaan Pasca Pelatihan pendidik PAUD melalui Gugus PAUD. 5. Menyusun kelengkapan model awal/model pendahuluan penerapan Lesson Study untuk Pembinaan Pasca Pelatihan pendidik PAUD melalui Gugus PAUD
D. Urgensi (keutamaan) Penelitian Penelitian tentang pembinaan dampak pelatihan sangat penting dilakukan mengingat tiga hal penting berikut ini :
1. Bagi Dosen Peneliti Kendala tindak lanjut paska pelatihan yang dihadapi peserta adalah: (a) kekurangpahaman terhadap materi pelatihan dan cara penerapannya; (b) ketiadaan sarana atau fasilitas yang dapat menunjang penerapan hasil pelatihan; (c) ketidaksiapan pimpinan PAUD untuk memberikan peluang para pendidiknya menerapkan hasil pelatihan karena berbagai alasan. Diharapkan peneliti dapat menggali semua ini dan membuat model untuk mengatasinya serta
dapat
mempublikasikan hasilnya kepada masyarakat luas sehingga dapat dijadikan gambaran untuk penyelenggaraan pelatihan pendidik PAUD di masa yang akan datang .
2. Bagi Pendidik PAUD (Subyek Penelitian) Pelatihan pendidik PAUD dapat dikatakan berhasil bila para alumni pelatihan mampu menerapkan dan mengembangkannya sehingga berdampak positif terhadap terhadap kualitas proses pembelajaran sehingga anak didiknya memperoleh stimulasi
sesuai
dengan kebutuhan usia
pertumbuhan dan perkembangannya.
4
dan tahap-tahap
3. Bagi Masyarakat Peningkatan kompetensi pendidik PAUD memberikan harapan yang berarti bagi masyarakat, khususnya bagi yang memiliki anak Balita, karena para pendidik ini bisa diandalkan untuk membimbing tumbuh kembang anak secara optimal di sekolah.
4. Bagi Pengembangan IPTEKS Dari hasil penelitian ini akan diperoleh model pembinaan pasca pelatihan (bidang pendidikan non formal) bagi pendidik PAUD yang bisa dijadikan acuan bagi para penyelenggara pelatihan Pendidik PAUD. Hasil penelitian ini dimaksudkan agar penyelenggara maupun alumni pelatihan memahami bahwa pelatihan ini bisa membawa dampak positif bila ditindaklanjuti dengan pasca pembinaan secara memadai.
E. Temuan yang ditargetkan serta kontribusinya terhadap ilmu pengetahuan Temuan yang ditargetkan adalah diperolehnya model pembinaan Paska Diklat Pendidik PAUD melalui Gugus PAUD yang mampu diakses para pendidik PAUD sehingga bisa memberi dampak positif bagi peningkatan kompetensi mereka. Kontribusinya terhadap ilmu pengetahuan terutama dalam memahami tindak lanjut pasca pelatihan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan pelatihan. Hal ini perlu dipahami mengingat dalam kajian teoritis langkah-langkah penyelenggaraan pelatihan yang berkaitan dengan evaluasi dampak
telah banyak
dibahas, namun dalam kenyataannya masih kurang diperhatikan oleh penyelenggara pelatihan. Nampaknya kajian terhadap dampak pelatihan perlu diperluas dan diperdalam agar para penyelenggara memahami bahwa keberhasilan pelatihan sebenarnya berada pada kemampuan peserta saat menerapkan hasil pelatihannya
5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Pendidik PAUD 1. Pengertian Kompetensi Spencer & Spencer dalam Ruky (2003 : 104) menyatakan bahwa kompetensi merupakan “an underlying characteristic of an individual that is casually related to criterion – referended effective and/or superior performance in a job or situation “ (karakteristik dasar seseorang yang mempengaruhi cara berfikir dan bertindak , membuat generalisasi terhadap segala situasi yang dihadapi, serta bertahan cukup lama dalam diri manusia). Menurut Noor Fuad & Gofur Ahmad (2009 : 19), kompetensi yaitu kombinasi antara keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge) dan perilaku (attitude). Keterampilan, pengetahuan dan perilaku ini dapat diterapkan secara kritis untuk suksesnya sebuah organisasi dan prestasi kerja serta kontribusi karyawan terhadap organisasinya. Hadari Nawawi, seperti dinyatakan Noor, (2009:20), ―kompetensi secara umum adalah unjuk kerja atau kinerja maksimum sebagai standar kualifikasi atau kompetensi dalam proses pelaksanaan suatu pekerjaan/jabatan‖. Nawawi (dalam Noor. 2009: 21) membedakan kompetensi menjadi kompetensi individual dan kompetensi vokasional. Menurutnya, ―kompetensi individual adalah ke mampuan nyata dalam merealisasi kompetensi
yang telah dipelajari sebagaimana
dinyatakan dalam ijazah atau transkrip dari lembaga pendidikan atau pelatihan sama. Kompetensi individual inilah yang memungkinkan seseorang sukses atau gagal dalam melaksanakan pekerjaan / jabatannya‖. Adapun ―kompetensi vokasional berarti kemampuan kerja yang dituntut/dipersyaratkan oleh suatu pekerjaan atau jabatan pada pekerja yang melaksanakannya. Kompetensi ini dianggap sebagai ukuran maksimum dalam mengkategorikan suatu pekerjaan/jabatan suatu pekerjaan/jabatan dilaksanakan secara efektive dan efisien. Dengan kata lain, para pekerja dikatakan kompeten apabila mampu melaksanakan proses kerja secara benar sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan oleh pekerjaan atau jabatannya‖. Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi paling sedikit berkaitan dengan tiga hal, yaitu : (1) Cara berpikir atau bertindak seseorang dalam melaksakan tugas atau jabatannya didasarkan pada keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge) dan perilaku (attitude) yang sesuai dengan tuntutan 6
pekerjaannya; (2) Keberhasilan organisasi atau system kerja tergantung pada efisiensi dan efektivitas
seseorang atau karyawan
saat menerapkan keterampilan (skill),
pengetahuan (knowledge) dan perilaku (attitude) yang dituntut pekerjaan atau jabatannya; (3) kompetensi berkaitan erat dengan kinerja. Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara
tentang kinerja karyawan adalah : ―hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya‖. (Mangkunegara, 2009:9). Untuk mengetahui seseorang sudah memiliki kompetensi tertentu atau belum, diperlukan standar kompetensi. Menurut Sulipan (2007) seperti dinyatakan oleh Noor (2009: 39-40), ―Standar kompetensi adalah standar yang menjelaskan kompetensi yang dipersyaratkan untuk unjuk kerja yang efektif di tempat kerja. Standar kompetensi ini diantur dalam peraturan yang telah disyahkan dan berlaku umum, artinya semua orang yang bekerja di dalam bidang yang kompetensinya telah distandarisasikan secara syah, maka semua harus mengikuti standar tersebut.
2. Kompetensi Pendidik PAUD Pendidik PAUD pun tidak terlepas dari keharusan memiliki pengetahuan, keterampilan serta sikap kerja yang telah dipersyaratkan. Hal ini secara tegas tercantum dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa ―Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan‖. Standar kompetensi untuk pendidik PAUD pun telah tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58 tahun 2009. Kompetensi yang harus dimiliki setiap pendidik PAUD terdiri dari kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi paedagogik dan kompetensi sosial. Bila kompetensi tersebut diuraikan ke dalam sub kompetensi, maka akan terlihat seperti dalam matrik berikut ini.
7
Matrik 2.1. Kompetensi Tenaga Pendidik PAUD NO 1
2
3
4
KOMPETENSI
SUB KOMPETENSI *)
Kepribadian
1.1 Bersikap dan berperilaku sesuai dengan kebutuhan psikologis anak. 1.2 Bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma agama, budaya dan keyakinan anak. 1.3 Menampilkan diri sebagai pribadi yang berbudi pekerti luhur Profesional 2.1 Memahami tahapan perkembangan anak 2.2 Memahami pertumbuhan dan perkembangan anak 2.3 Memahami pemberian rangsangan pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan 2.4 Membangun kerjasama dengan orang tua dalam pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak. Pedagogik 3.1 Merencanakan kegiatan program pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan 3.2 Melaksanakan proses pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan 3.3 Melaksanakan penilaian terhadap proses dan hasil pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan Sosial 4.1 Beradaptasi dengan lingkungan 4.2 Berkomunikasi secara efektif *) Indikator dari masing-masing sub kompetensi dapat dilihat dalam lampiran
Dari keempat kompetensi di atas, yang paling sering dikeluhkan pendidik PAUD, terutama pendidik yang berlatar belakang pendidikan lulusan SLA atau program studi non PAUD adalah kompetensi pedagogik, kemudian menyusul komunikasi professional. Alasannya karena kedua kompetensi ini erat kaitannya dengan kemampuan merencanakan, melaksanakan dan menilai proses pembelajaran di kelas sesuai dengan perkembangan peserta anak usia dini. Bagi mereka, ini merupakan hal baru dan tidak mudah untuk dikerjakan karena untuk menyusun rencana pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak usia dini, apalagi harus menerapkan rencana tersebut langsung dalam proses pembelajaran anak-anak usia dini yang memiliki karakter berbeda dengan orang dewasa memerlukan kompetensi yang memadai.
Atas dasar inilah
pelatihan- pelatihan yang diselenggarakan untuk para pendidik PAUD lebih ditekankan pada kedua kompetensi ini.
B. Pelatihan 1. Pengertian Sikula dalam Sumantri (2000:2) mengartikan pelatihan sebagai: ―proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisir. Para peserta pelatihan akan mempelajari pengetahuan dan keterampilan 8
yang sifatnya praktis untuk tujuan tertentu‖. Rivai,Veithzal (2004:226) menegaskan bahwa ―pelatihan adalah proses sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini. Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan‖. Nawawi (1997) menyatakan bahwa pelatihan pada dasarnya adalah proses memberikan bantuan bagi para pekerja untuk menguasai keterampilan khusus atau membantu untuk memperbaiki kekurangannya dalam melaksanakan pekerjaan. Fokus kegiatannya adalah untuk meningkatkan kemampuan kerja dalam memenuhi kebutuhan tuntutan cara bekerja yang paling efektif pada masa sekarang. Bila dikaji lebih dalam ketiga pendapat di atas saling melengkapi. Secara umum ketiganya memiliki pendapat yang sama tentang pelatihan, yaitu suatu proses untuk membantu peserta (pekerja atau pegawai) untuk mencapai tujuan tertentu pada saat ini. Namun, Sikula lebih menekankan pada prosesnya yang sistematik dan terorganisir dan Rivai,Veithzal menambahkannya bahwa proses tersebut diperlukan dalam rangka meningkatan pencapaian keahlian dan kemampuan dalam pekerjaan saat ini. Nawawi menekankan bahwa pelatihan di samping diperlukan untuk peningkatan keahlian dan kemampuan saat ini, juga diperlukan untuk memperbaiki kekurangan dalam melaksanakan pekerjaan. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka pelatihan dapat diartikan sebagai proses yang sistematik dan terorganisir untuk membantu peserta dalam meningkatkan keahlian dan kemampuannya atau memperbaiki kekurangannya saat ini untuk memenuhi tuntutan kerja yang paling efektif pada masa sekarang . Jadi, fokus kegiatan pelatihan lebih ditekankan pada tuntutan kerja untuk memenuhi kebutuhan saat ini. Dalam hal ini perlu ditambahkan bahwa tuntutan kerja saat ini harus yang sesuai dengan ketentuanketentuan yang berlaku atau perkembangan yang terjadi di sekitarnya, agar dapat menjadi dasar yang kokoh untuk memenuhi tuntutan-tuntutan kerja serta perkembangan di masa yang akan datang.
2. Tujuan Pelatihan Menurut Moekijat (1993 : 2) tujuan umum pelatihan adalah sebagai berikut: (1) untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih 9
cepat dan lebih efektif, (2) untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional, dan (3) untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerjasama dengan teman-teman pegawai dan dengan manajemen (pimpinan). Bila dilihat dari pendapat Moekijat, sama dengan pendapat-pendapat sebelumnya , yang menyatakan bahwa tujuan pelatihan adalah perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang dalam menghadapi tugas pekerjaannya. Pernyataan ini mengandung arti bahwa pelatihan lebih dari sekedar belajar karena pelatihan dikatakan berhasil bila pesertanya mampu menerapkan hasil pelatihan dalam menghadapi tugas pekerjaannya. Ini berarti pula bahwa keberhasilan pelatihan bukan hanya dilihat dari output tapi yang lebih penting adalah dampak (impact) dari pelatihan terhadap kinerja orang yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (2001) yang mengemukakan komponenkomponen pelatihan
terdiri dari masukan mentah (raw input), masukan instrumental
(instrumental input), masukan lingkungan (environtmental input), proses keluaran (output) dan dampak (impact). Selanjutnya menurut Sudjana (2001) pengaruh (outcome atau impact) merupakan tujuan akhir pendidikan non formal (di dalamnya termasuk pelatihan), yang antara lain meliputi perubahan taraf hidup dan kemampuan untuk membelajarkan orang lain berdasarkan hasil belajar yang telah dimiliki dan dirasakan manfaatnya oleh peserta pelatihan, maka manfaat dapat diidentikkan dengan pengaruh tersebut. Lebih jauh Sudjana menguraikan bahwa perubahan taraf hidup lulusan ditandai antara lain dengan perolehan pekerjaan, perolehan atau peningkatan pendapatan dan penampilan diri. Oleh karena itulah para akhli mengelompokkan manfaat pelatihan menjadi tiga kategori yaitu :
a.
Manfaat bagi peserta pelatihan itu sendiri, yang ditandai antara lain dengan peningkatan
pemahaman terhadap bidang kerjanya, peningkatan rasa
tanggung jawab terhadap bidang kerjanya, peningkatan kemampuan kerja dan peningkatan kemampuan yang lebih luas untuk mengikuti pelatihan atau fasilitatoran
lanjutan.
Kesemuanya
ini
bermuara
pada
peningkatan
penampilan diri yang pada gilirannya dapat mendorong ke arah peningkatan karir dan pendapatan.
10
b.
Manfaat bagi pekerjaan yang menjadi tanggung jawab peserta pelatihan, yang ditandai antara lain dengan peningkatan kesadaran terhadap berbagai peluang untuk mengembangkan bidang kerjanya, peningkatan kemampuan untuk melakukan perbaikan dalam bidang pekerjaannya, peningkatan semangat kerja,
peningkatan
kuantitas,
kualitas
maupun
produktivitas
kerja.
Kesemuanya ini akhirnya bermuara pada peningkatan efisiensi dan efektifitas pekerjaannya.
c.
Manfaat bagi lingkungan pekerjaan di mana peserta pelatihan itu bekerja, yang ditandai antara lain dengan peningkatan kemampuan untuk berbagi pengetahuan, keterampilan dan sikap dengan rekan-rekan kerja atau mitra kerjanya sehingga dapat membawa perubahan terhadap budaya kerja dan peningkatan semangat kerja, peningkatan kemampuan untuk membimbing staf ke arah peningkatan semangat kerja, kuantitas, kualitas maupun produktifitas kerja, peningkatan kemampuan untuk memberi alternatif pemecahan masalah sesuai dengan bidang kerjanya sebagai bahan masukan bagi pimpinannya.
Dari pendapat di atas terlihat bahwa tujuan pelatihan harus jelas dan terukur, artinya harus jelas tingkat kinerja apa yang diperlukan dan tingkat pengetahuan dan keterampilan mana yang diinginkan untuk mencapai tingkat kinerja tersebut. Bila hal ini tidak atau kurang tercapai, berarti pelatihan tersebut dapat dikatakan kurang efektif untuk peningkatan kinerja.
3. Tujuan Akhir Pelatihan Dalam uraian di atas dinyatakan bahwa pengaruh
(outcome)
atau dampak
(impact) merupakan tujuan akhir pelatihan. Ada beberapa langkah untuk mengetahui pencapaian tujuan akhir pelatihan yaitu melalui evaluasi. Donald J. Kirkpatrick dalam “Evaluating Training Programs” (1994) menggambarkan 4 levels of training evaluation yang terdiri dari reaction, learning, behaviour and results. Penjelasannya adalah sebagai berikut: a. Reaction atau reaksi . Evaluasi pada tingkat ini berkaitan dengan kepuasan peserta. Tujuannya untuk melihat bagaimana reaksi pelatihan terhadap peserta. 11
Setiap program pelatihan setidaknya harus dievaluasi pada tingkat ini untuk menjawab pertanyaan mengenai persepsi peserta didik dan meningkatkan pelatihan. Disini akan terlihat peserta menyukai pelatihan jika itu relevan dengan pekerjaan mereka. Reaksi Negatif akan mengurangi kemungkinan pembelajaran;
b. Learning atau belajar . Evaluasi ini menilai sejauh mana peserta didik telah mengalami peningkatan dalam pengetahuan, keterampilan atau sikap. Ini berkaitan dengan
ukuran belajar (hasil peningkatan pengetahuan atau
kemampuan), evaluasi di sini menilai apa yang telah dipelajari yang diukur dengan tes akhir saja; c. Behaviour (perilaku), berkaitan dengan ukuran perubahan perilaku (tingkat perilaku dan kemampuan perbaikan dan implementasi / aplikasi). Evaluasi pada tingkat ini untuk menjawab pertanyaan apakah pelatihan telah ditransfer kembali ke pekerjaan.
Evaluasi ini biasanya dilakukan 3-6 bulan setelah
pelatihan; d. Results
(hasil) . Evaluasi di sini mengukur (setidaknya mencoba untuk
mengukur) dampak pelatihan pada hasil organisasi secara keseluruhan . Misalnya perubahan positif yang dipahami dan dapat dilihat atasan, seperti peningkatan produksi, peningkatan penjualan, penurunan biaya, peningkatan kualitas, mengurangi frekuensi kecelakaan, keuntungan yang lebih tinggi atau laba atas investasi, perubahan positif dalam gaya manajemen atau perilaku umum, peningkatan kadar keterlibatan port langsung dan umpan balik positif dari pelanggan, rekan dan bawahan. Misalnya, setelah pelatihan pada bulan April 2005, penjualan terus meningkat sepanjang tahun 2005 .
Hamblin adalah salah seorang yang memodifikasi model Kirkpatrick. Pada tiga pertama tingkat dalam modelnya sesuai dengan model Kirkpatrick. Namun, tingkat akhir dibagi menjadi dua, yaitu organisasi dan nilai akhir, sehingga menjadi lima tingkat berikut ini : (1) Reaksi ; (2) Belajar ; (3) Perilaku kerja; (4) Organisasi , yaitu efek
12
perubahan kinerja terhadap organisasi; (5)
Nilai
akhir - efek keuangan, baik di
organisasi maupun ekonomi. Industrial Society stages , Masyarakat Industri (sekarang Work Foundation) mengembangkan enam tahap Model melingkar yang dimulai dengan tahap perencanaan. Tahapan itu adalah: (1) identify the business need , mengidentifikasi kebutuhan bisnis; (2) define the development objectives, menentukan tujuan pengembangan; (3) design the learning process, merancang proses pembelajaran; (4) experience the learning process , pengalaman proses pembelajaran ; (5) use and reinforce the learning , menggunakan dan memperkuat pembelajaran (6) judge the benefits to the organization , yaitu menilai manfaat bagi organisasi (ukuran kualitas, kepuasan pelanggan dan keuntungan finansial menjadi langkah-langkah utama pada tingkat ini).
Organisasi ini
membedakan antara tahap 3 dan 4 yang bertujuan untuk
memvalidasi pelatihan, dan tahap 5 dan 6 yang bertujuan untuk mengevaluasinya. Evaluasi yang benar perlu dilakukan jauh sebelum dan sesudah pelatihan terjadi dan proses identifikasi kebutuhan bisnis merupakan komponen penting dari model evaluasi. Berdasarkan ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi pelatihan dapat dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu evaluasi proses, evaluasi hasil dan evaluasi dampak. Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan terhadap langkahlangkah kegiatan selama proses pelatihan berlangsung. Evaluasi hasil dilakukan pada akhir pelatihan terhadap penyerapan materi dan hasil pelatihan (output). Evaluasi dampak dilakukan setelah pelatihan berakhir dalam jangka waktu tertentu, terhadap lembaga/ organisasi tempat bekerja peserta. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga atau organisasi tempat peserta pelatihan bekerja sebagai akibat dari keterlibatannya dalam program pelatihan yang dilakukan.
C. Pembinaan Paska Pelatihan Uraian sebelumnya menekankan bahwa hasil pelatihan tidak sekedar dilihat dari keluaran (output) pelatihan
tapi yang lebih penting adalah dari dampak (impact)
pelatihan. Oleh karena itu evaluasi dilakukan tidak hanya saat berakhirnya pelatihan, namun juga setelah berakhirnya pelatihan. Kirkpatrick menyebutnya evaluasi pada tahap 13
behavior dan result. Hamblin‘s menekankan pada efek perubahan kinerja terhadap organisasi dan nilai
akhir - efek keuangan, baik di organisasi maupun
Industrial Society Stages menekankan pada: (1)
ekonomi.
use and reinforce the learning ,
menggunakan dan memperkuat pembelajaran; dan (2) judge the benefits to the organization , yaitu menilai manfaat bagi organisasi (ukuran kualitas, kepuasan pelanggan dan keuntungan finansial menjadi langkah-langkah utama pada tingkat ini). Dari ketiga pendapat ini terlihat bahwa penyelenggaraan pelatihan seharusnya tidak hanya menekankan perhatian saat proses pelaksanaan pelatihan saja, namun juga harus memperhatikan kondisi sesudah selesai pelatihan agar dapat melihat perubahan yang terjadi pada diri peserta serta perubahan pada organisasi tempat peserta bekerja. Artinya, penyelenggara pelatihan harus memahami bahwa proses pelatihan dan paska pelatihan merupakan satu kesatuan agar dapat melihat manfaat pelatihan bagi peningkatan kinerja peserta serta kontribusinya terhadap kemajuan organisasi. Dalam kenyataannya, hasil penelitian American Society of Training and Development (2002) terhadap peserta pelatihan dari perusahaan-perusahaan Amerika Serikat menunjukkan bahwa lebih dari 75% organisasi hanya mengukur tingkat reaksi, 44% hanya mengukur sampai pada tahap berapa banyak orang belajar, 21% mengukur sampai pada tahap berapa banyak orang yang berubah perilaku sebagai hasil dari pelatihan dan hanya 11% mengukur sampai tahap berapa banyak organisasi yang terkena dampak hasil pelatihan. Ini akan berbahaya untuk kualitas pelatihan karena jika reaksi peserta dalam pelatihan adalah satu-satunya aspek untuk mengukur kinerja, maka terlalu banyak energy yang dikeluarkan , dan tidak membantu orang untuk belajar, tumbuh, dan berubah menjadi lebih baik. Dalam kondisi seperti di atas, pembinaan paska pelatihan menjadi aktivitas penting yang harus dilakukan oleh pihak-pihak di luar penyelenggaraan pelatihan, namun yang memiliki kaitan dengan peningkatan kinerja peserta pelatihan. Misalnya oleh pimpinannya di tempat kerja, asosiasi profesi bidang tugas peserta, komunitas yang berkaitan dengan pembinaan peserta, perguruan tinggi yang memiliki kaitan dengan bidang tugas peserta, dan lain-lain. Bisa saja pembinaan paska pelatihan tidak dilakukan, namun ini mengandung arti kemampuan yang dimiliki peserta tidak sesuai dengan standar yang diinginkan sehingga kurang berpengaruh
terhadap
peningkatan
kinerja
dan
terhadap
peningkatan
produktivitas organisasi atau lembaga tempatnya bekerja. Ini berarti pula cost and benefit 14
penyelenggaraan pelatihan tersebut tidak seimbang. Pelatihan menjadi kegiatan mahal atau pemborosan dana karena hasilnya kurang berpengaruh terhadap peserta itu sendiri maupun terhadap lingkungan kerjanya.
D. Lesson Study 1. Pengertian Lesson study adalah model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas, dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (learning community) (Lesson Study, UPI Press, p.10). Lesson study juga dinyatakan sebagai ―Suatu metode analisis kasus pada praktik pembelajaran, ditujukan untuk membantu pengembangan profesional para guru dan membuka kesempatan bagi mereka untuk saling belajar berdasarkan praktik-praktik nyata di tingkat kelas (Panduan untuk Lesson Study, PELITA, p. 2). Menurut Lewis (2002:1) mendefinisikan lesson study sbb. ―As we will see, lesson study is a cycle in which teachers work together to consider their longterm goals for students, bring those goals to life in actual “research lessons,” and collaboratively observe, discuss, and refine the lessons.‖ Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa lesson study merupakan aktivitas peningkatan kompetensi guru melalui belajar sesama teman (peer learning), yang dilakukan secara terprogram, untuk mencari solusi terhadap kasus-kasus nyata yang dihadapi mereka di kelas, dengan tujuan agar guru dapat mengajar lebih profesional sehingga kegiatan pembelajaran lebih berkualitas. Lesson study ini diadopsi dari negara Jepang, merupakan terjemahan langsung dari jugyokenkyu, yang berasal dari dua kata yaitu jugyo yang berarti lesson atau pembelajaran, dan kenkyu yang berarti study atau research atau pengkajian. Dengan demikian lesson study dapat diartikan sebagai pengkajian terhadap pembelajaran atau secara bebas dapat diartikan sebagai salah satu bentuk pembinaan guru (in-service) yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru Di Indonesia penerapan disesuaikan dengan
kondisi Indonesia yang
pelaksanaannya dapat berbasis sekolah maupun Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Kelompok Kerja Guru (KKG). Menurut Lewis, Perry and Hurd, (dalam Riyati, 2007), gambaran umum tentang Lesson Study dapat dilihat dalam gambar pada halaman berikut ini. 15
Gambaran Umum Lesson Study Mempertimbangkan tujuan pembelajaran dan perkembangan siswa, dan merencanakan lesson study berdasarkan tujuan tersebut Observasi lesson study yang berfokus pada pengumpulan data tentang akivitas belajar siswa dan perkembangannya Menggunakan data hasil observasi untuk melakukan refleksi tentang pembelajaran secara mendalam dan lebih luas. Jika diperlukan, melakukan perencanaan ulang dengan topic yang sama untuk melakukan lesson study pada kelas berbeda
Tujuan Utama Meningkatkan pengetahuan tentang materi ajar. Meningkatkan pengetahuan tentang pembelajaran. Meningkatkan kemampuan mengobservasi aktivitas belajar. Semakin kuatnya hubungan Kolegalitas Semakin kuatnya hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan jangka panjang yang harus dicapai. Semakin meningkatnya motivasi untuk selalu berkembang. Meningkatkan kualitas rencana pembelajaran
Perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran
Gambar 2.1.Gambaran Umum Lesson Study (Lewis, Perry and Hurd,dalam Riyati, 2007)
Beberapa hal fisik sebagai indikator luaran hasil kegiatan lesson study antara lain, menurut Firman dan Kaniawati (Ed.) ( 2007: 7 - 10) adalah : Pengembangan silabus yang lengkap; Pembelajaran yang terencana dalam bentuk RPP; Teaching materials (handout, LKS); Teaching media (media pembelajaran, sumber belajar); Data input (peserta didik, guru, komunitas, lingkungan kerja); Data proses (perencanaan, implementasi, dan refleksi); Data output (kinerja guru, peningkatan kemampuan dan sikap pembelajar maupun pengajar, kegiatan laboratorium/studio, tanggapan pihak-pihak terkait); Data evaluasi dampak (keberlanjutan)
Pihak-pihak yang berpartisipasi dalam lesson study, berbasis KKG atau MGMP atau PKG PAUD maka yang dilibatkan adalah guru-guru dalam suatu gugus kerja, misalnya untuk guru
PAUD dalam suatu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan.
Dalam pelaksanaannya, berbagai pihak dari dinas terkait, termasuk pengawas TK dan Penilik PAUD juga dilibatkan. Sementara untuk pertimbangan ahli dapat melibatkan dosen dan mahasiswanya sebagai sarana pembelajaran dan latihan di lapangan.
16
2. Langkah-langkah Langkah
Lesson study
menurut Mulyana (2007) dilaksanakan dalam tiga
tahapan yaitu Plan (Perencanaan), Do(pelaksanaan/ implemenetasi ) dan See (Refleksi) yang berkelanjutan, sehingga bisa dikatakan bahwa
Lesson study merupakan cara
peningkatan mutu pendidikan yang tidak pernah berakhir (continous improvement). Skema kegiatan lesson study adalah sebagai berikut :
DO (Melaksanakan)
PLAN (Merencanakan)
SEE (Refleksi) Gambar 2.2. Skema Kegiatan Lesson Study (Mulyana, 2007)
Tahap perencanaan (Plan). Dalam tahap ini disusun rancangan pembelajaran yang dianggap mampu untuk membelajarkan peserta didik secara efektif serta membangkitkan partisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran. Rancangan pembelajaran yang akan dihasilkan mencakup aspek pengorganisasian bahan ajar, aspek pedagogis, maupun aspek penyiapan alat bantu pembelajaran. Dalam tahap ini juga disusun dan ditetapkan prosedur pengamatan termasuk instrumen yang diperlukan. Agar hasilnya optimal, dalam menyusun rancangan pembelajaran beberapa pendidik berkolaborasi dan semua komponen yang dimuat dalam rancangan pembelajaran disimulasikan terlebih dahulu. Tahap pelaksanaan (Do) merupakan tahap penerapan rancangan pembelajaran yang telah disusun dalam tahap perencanaan. Dalam penerapan ini ada pendidik yang bertindak selaku ―guru model‖ dan ada yang bertindak selaku observer atau pengamat. Tugas pengamat di dalam tahap ini di samping mengumpulkan informasi, juga belajar dari pembelajaran yang sedang berlangsung. Saat melakukan pengamatan, pengamat juga dapat melakukan perekaman kegiatan pembelajaran melalui video camera atau foto digital untuk keperluan dokumentasi dan atau bahan diskusi pada tahap berikutnya. Fokus pengamatan diarahkan pada aktivitas belajar peserta didik dengan berpedoman pada prosedur dan intrumen pengamatan yang telah disepakati pada tahap perencanaan, bukan untuk mengevaluasi penampilan guru yang sedang bertugas mengajar. 17
Tahap refleksi (See) ditujukan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksananaan pembelajaran. Dalam kegiatan ini dilakukan diskusi antara pendidik yang menjadi ―guru model‖ dengan pendidik bertindak menjadi pengamat serta pengamat dari luar. Kegiatan diawali dengan penyampaian kesan pendidik dalam kegiatan pembelajaran, kemudian disusul oleh kritik dan saran dari pengamat serta pengamat dari luar.
Maksud semua masukan tersebut ditujukan untuk perbaikan pembelajaran
berikutnya. Berdasarkan masukan dari diskusi ini dapat dirancang kembali pembelajaran berikutnya yang lebih baik.Semua kritik dan saran disampaikan tanpa merendahkan dan menyinggung perasaan pendidik yang bertindak selaku ―guru model‖. Bill Cerbin dan Bryan Kopp dari University of Wisconsin mengembangkan enam tahapan dalam Lesson study, yaitu: a. Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri dari pengajar yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan dengan Lesson study.
b. Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang akan diajarkan kepada siswa sebagai hasil dariLesson study.
c. Plan the Research Lesson: para pengajar mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons.
d. Gather Evidence of Student Learning: salah seorang pengajar tim melaksanakan pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan bukti-bukti dari kegiatan pembelajaran.
e. Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan pembelajran.
f. Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapantahapan mulai dari tahapan kedua sampai dengan tahapan kelima sebagaimana dikemukakan di atas, dan melakukan sharing atas temuantemuan yang ada. 18
3. Manfaat Lesson Study Lewis, Perry dan Murata (dalam Ibrohim, 2010) menjelaskan melalui bagan (gambar 2.3.) tentang mekanisme lesson study dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Proses tersebut berpotensi untuk mengubah sekolah menjadi tempat di mana guru dapat meneliti dan memverifikasi apa yang dikerjakan untuk murid-muridnya.
PERUBAHAN INTERVENING
CIRI-CIRI YANG TAMPAK DARI LESSON STUDY Mengacu pada tujuan jangka panjang untuk pembelajaran murid dan pengembangan. Menstudi kurikulum yang ada dan standar Perencanaan dan melakukan penelitian pembelajaran (research lesson). Mengumpulkan data selama penelitian pembelajaran. Manunjukkan dan meniskusikan data dari penelitian pengajaran, dan menggunakan implikasi (perbaikannya) untuk pengajaran selanjutnya.
PERKIRAAN 1 LESSON STUDY MENINGKATKAN RENCANARENCANA PEMBELAJARAN PERKIRAAN 2 LESSON STUDY MENGUATKAN PENINGKATAN PEMBELAJARAN DENGAN 3 CARA 1. Pengetahuan Guru : - Pengetahuan tentang materi ajar - Pengetahuan tentang pengajaran - Kemampuan untuk mengobservasi siswa - Hubungan antara praktek pembelajaran harian dengan tujuan jangka panjang; 2. Komitmen-komitmen Guru: - Motivasi untuk meningkat/maju - Hubungan kekolegaan yang dapat saling membantu - Rasa akuntabilitas untuk penilaian masyarakat. 3. Sumber-sumber Pembelajaran : - Rencana pembelajaran yang menyatakan dan mempromosikan kemampuan berpikir siswa. - Alat-alat yang mendukung pembelajaran kesejawatan selama lesson study
PENINGKATAN PENGAJARAN
Gambar 2.3: Bagaimana Lesson study Menghasilkan Peningkatan Pengajaran: Dua Perkiraan (Lewis, Perry, and Murata dalam Ibrohim, 2010)
Stepanek (dalam Ibrohim, 2010) menjelaskan bahwa lesson study dapat membantu para guru untuk melihat kelas atau pembelajarannya melalui ―kacamata‖ penelitian. Proses tersebut berpotensi untuk mengubah sekolah menjadi tempat di mana guru dapat meneliti dan memverifikasi apa yang dikerjakan untuk murid-muridnya. Bila tujuan utama lesson study dikaitkan dengan peningkatan kompetensi pendidik PAUD , maka hubungannya dapat dilihat dalam bagan berikut ini : 19
TUJUAN UMUM LESSON STUDY Meningkatkan pengetahuan tentang materi ajar
- Meningkatkan pengetahuan tentang pembelajaran. - Meningkatkan kemampuan mengobservasi aktivitas belajar. - Semakin kuatnya hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan jangka panjang - Meningkatkan kualitas rencana pembelajaran
KOMPETENSI YANG DITINGKATKAN Kompetensi Profesional
Kompetensi Pedagogik
Semakin kuatnya hubungan kolegalitas
Kompetensi Sosial
Semakin meningkatnya motivasi untuk selalu berkembang
Kompetensi Kepribadian
Perbaikan / peningkatan kualitas pembelajaran terus-menerus
Gambar 2.4. Hubungan Lesson Study dengan Peningkatan Kompetensi Pendidik PAUD
Bagan di atas menunjukan hubungan antara tujuan umum lesson study dengan kompetensi yang akan ditingkatkan dengan tujuan akhir perbaikan/peningkatan kualitas pembelajaran terus menerus.
E. Gugus PAUD Berdasarkan Buku Pedoman Pembinaan Gugus PAUD yang dikeluarkan oleh Ditjen PAUDNI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gugus PAUD dijelaskan bahwa salah satu strategi peningkatan mutu pendidik PAUD yang telah diberlakukan selama ini adalah melalui pengembangan Gugus. Upaya peningkatan mutu pendidik seperti dipersyaratkan dalam Undang-undang Nomor. 14 tahun 2005 tentang Dosen dan Pendidik, menjadikan Gugus sebagai pintu masuk pertama (starting gate) yang strategis. Hal ini didasari oleh dua pemikiran, pertama ; Gugus merupakan wadah berkumpulnya para pendidik pada level bawah dan paling memungkinkan bagi para pendidik untuk dapat berinteraksi dan berdiskusi secara cepat dalam mencari solusi terhadap permasalahan keseharian yang dihadapi disekolahnya. Kedua ; Gugus dapat ditingkatkan peran dan fungsinya sebagai wahana pembinaan profesi bagi pendidik dan pengelola/kepala lembaga PAUD oleh unsur dan instansi terkait. 1. Pengertian Gugus PAUD merupakan kumpulan dari 3-8 lembaga PAUD yang berdomisili dalam area terdekat, terdiri dari lembaga TK, KB, TPA, maupun SPS. Pembagian area 20
menjadi sangat relative, tergantung pada letak geografisnya.Setiap Gugus memiliki 1 PAUD Inti dan beberapa PAUD Imbas. PAUD Inti adalah Lembaga PAUD
yang
tercatat sebagai anggota gugus yang dipilih dan disepakati untuk mengkoordinasikan kegiatan gugus pada kurun waktu tertentu.
PAUD Imbas yaitu Lembaga-lembaga
PAUD anggota Gugus ini. Bila digambarkan, maka akan terlihat seperti berikut ini :
PAUD TERPADU
PAUD IMBAS
PAUD IMBAS LEMBAGA INTI GUGUS TERPADU MKG (KKG-PENGELOLA) PAUD IMBAS
PAUD IMBAS
PAUD IMBAS
Gambar 2.5. Bagan Gugus PAUD (Dikutip dari Pedoman Pembinaan Gugus Pendidikan Anak Usia Dini, 2010:6)
Penetapan Gugus PAUD merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, dimana pembinaan PAUD Formal dan Nonformal ditangani oleh satu direktorat, maka perlu adanya perluasan manajemen Gugus Taman Kanak-kanak menjadi Gugus PAUD. Gugus PAUD ini tergabung dalam Pusat Kerja Gugus (PKG) PAUD Kecamatan . Program layanan PKG dilaksanakan oleh kelompok kerja program yang merupakan kelompok teknis yang menfokuskan pada bidang layanan tertentu. Kelompok kerja ini terdiri dari: (a)
Kelompok Kerja Taman Kanak-kanak (KKTK) yaitu merupakan
program kerja PKG sebagai bengkel kerja yang membidangi program Taman KanakKanak; (b) Kelompok Kerja Kelompok Bermain (KKKB), merupakan program kerja PKG sebagai bengkel kerja yang membidangi program Kelompok Bermain; (c) Kelompok Kerja Tempat Penitipan Anak (KKTPA) merupakan program kerja PKG sebagai bengkel kerja yang membidangi program Taman Penitipan Anak; (d) Kelompok Kerja Satuan PAUD Sejenis (KKSPS)
merupakan program kerja PKG
sebagai bengkel kerja yang membidangi program Satuan PAUD Sejenis. 21
dan
2. Tujuan dan Fungsi Tujuan umum Gugus PAUD untuk meningkatkan kinerja Pembina pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan dalam mengelola program PAUD secara professional yang efisien dan efektif. Sedangkan tujuan khususnya untuk menjadikan wahana pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan PAUD dalam hal: (a) Pengembangan dan inovasi pembelajaran PAUD; (b) Peningkatan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan dalam rangka peningkatan mutu layanan anak usia dini sesuai dengan tahap perkembangannya; (c) Optimalisasi sumber belajar, sarana/prasarana dan potensi lingkungan untuk peningkatan, pengembangan dan eksistensi anggota Gugus PAUD; (d) Peningkatan komunikasi yang efisien dan efektif antar anggota komunitas Gugus PAUD, Gugus dengan orang tua dan masyarakat; (e) Fasilitasi terhadap akses fasilitas sumbersumber pembelajaran dari lingkungan dan pemerintah. Gugus PAUD berfungsi sebagai : (a) Wadah pembinaan professional dalam rangka meningkatkan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan PAUD yang terencana dan sistematis; (b) Sarana untuk saling bertukar informasi dan saling membelajarkan antar anggota dan anggota dengan lingkungan masyarakat; (c) Sebagai bengkel kerja dalam penyediaan dan pengembangan kreasi dan inovasi di bidang pembelajaran PAUD; (d) Sarana pembinaan kelembagaan PAUD secara efektif dan efisien.
3. Pembentukan Gugus PAUD Pembentukan Gugus PAUD didasarkan pada kedekatan wilayah dalam lingkup kerja Dinas Pendidikan Tingkat Kecamatan. Pembentukan gugus difasilitasi oleh Penilik/Pengawas PAUD dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan Pembentukan Gugus yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Kecamatan /Kabupaten/Kota. Ketentuan yang harus diperhatikan dalam pembentukan gugus PAUD adalah : a. Jarak lembaga PAUD dalam satu gugus relatif saling berdekatan, sehingga memudahkan dalam koordinasi dan komunikasi. b. Satu Gugus PAUD terdiri dari 3 sampai 8 lembaga PAUD, baik yang menyelenggarakan program TK, KB, TPA maupun SPS dan berada dalam wilayah kecamatan yang sama. Khusus di wilayah sulit, perbatasan, atau yang memiliki jumlah lembaga PAUD terbatas, keanggotaan gugus
22
disesuaikan dengan jumlah lembaga yang sudah terbentuk di kecamatan tersebut. c. Setiap gugus memiliki satu PAUD Inti dan lainnya sebagai PAUD Imbas. d. PAUD INTI
dipilih berdasarkan kesepakatan dengan memperhatikan
persyaratan berikut : 1)
Letaknya mudah dijangkau oleh pendidik/kepala/pengelola PAUD Imbas.
2)
Lokasi lingkungan memungkinkan untuk dikembangkan sebagai tempat berbagai kegiatan.
3)
Kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan yang memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam Standar PAUD.
4)
Memiliki inovasi
dalam
bidang tertentu dan terbuka terhadap
perkembangan keilmuan PAUD. 5)
Memiliki fasilitas dan sumber belajar yang memadai.
6)
Memiliki manajemen PAUD yang baik.
7)
Penentuan jangka waktu menjadi PAUD inti ditentukan oleh daerah, selanjutnya PAUD Inti dapat dipilih kembali atau bergulir.
e. Setiap Gugus PAUD menyusun kepengurusan,membuat visi, misi, dan program kerja gugus, serta terdaftar secara aktif di Kelompok Kerja Gugus PAUD Kecamatan
Untuk tahap awal pembentukan Gugus PAUD dapat mengoptimalkan TK Pembina Tk. Propinsi/Kabupate/Kota/Kecamatan, dan PAUD Percontohan Tk. Propinsi/ Kabupaten/Kota/ Kecamatan menjadi PAUD INTI di Gugus PAUD .Apabila jumlah lembaga PAUD ( TK, KB, TPA, SPS ) dalam satu kecamatan kurang dari 3 lembaga, maka lembaga PAUD tersebut dapat bergabung dengan Gugus PAUD terdekat dalam satu Kabupaten/kota.
4. Struktur Organisasi Gugus PAUD Struktur organisasi gugus PAUD terdiri dari Pembina Administrasi, Pembina Teknis, Ketua Gugus, Sekretaris Gugus, Bendahara Gugus dan Anggota Gugus. Apabila diperlukan, dapat ditambahkan koordinator Gugus PAUD. 23
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
Pembina Administratif ( Kepala UPTD) Pembina Teknis (Pengawas/Penilik PAUD)
Ketua Gugus /PAUD Inti
Gugus PAUD lain
Bendahara Gugus
Komite PAUD
Sekretaris Gugus Anggota Gugus PAUD IMBAS : Pendidik, Kepala/Pengelola PAUD
Gambar 2.6. Struktur Organisasi Gugus PAUD
Tugas dan fungsi setiap unsur dalam struktur organisasi Gugus PAUD sebagai berikut: 1. Pembina Administrasi Pembina Administrasi Gugus PAUD
di tingkat kecamatan adalah Kepala
UPTD/SKD Tingkat Kecamatan. Tugas dan wewenang Pembina Administrasi adalah sebagai berikut: -
Sebagai Tim Koordinasi pembinaan dan peningkatan mutu pembelajaran dan pembinaan bagi para pendidik PAUD di wilayahnya.
-
Memberikan dukungan kebijakan dan administrasi, serta memberikan motivasi terhadap pelaksanaan program pada semua gugus PAUD di wilayahnya.
-
Membantu kegiatan gugus.
2. Pembina Teknis Pembina Teknis Gugus PAUD adalah Pengawas TK/Penilik KB,TPA,SPS yang berperan merumuskan kebijakan teknis serta pokok-pokok program peningkatan mutu pendidikan di PAUD sesuai dengan Standar PAUD.
24
3. Ketua Ketua dipilih dari salah seorang kepala/pengelola PAUD dalam gugus atau kepala/pengelola lembaga inti. Ketua bersama dengan sekretaris dan bendahara menciptakan satu iklim kebersamaan antara sesama kepala/pengelola PAUD. Ketua menggerakan pertemuan-pertemuan berkala antara lembaga inti dan PAUD Imbas, menjabarkan dan menyusun program peningkatan mutu pendidikan PAUD . Dalam melaksanakan tugasnya, ketua bekerjasama dengan nara sumber menyusun program secara lebih teknis untuk keperluan pertemuan pendidik PAUD dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran.
4. Sekretaris Sekretaris dipilih dari salah seorang pendidik PAUD dalam gugus tersebut atau dari pendidik PAUD Inti. Sekretaris membantu ketua gugus secara administrasi , yakni menyiapkan program kerja gugus untuk kebutuhan pendidik, menyusun jadwal gugus menghimpun permasalahan untuk dijadikan topik pembahasan dalam gugus, mendokumentasikan dan menyebarluaskan hasil-hasil pertemuan gugus sebagai pegangan pendidik serta menyusun laporan hasil gugus kepada pembina kecamatan.
5. Bendahara Bendahara dipilih dari salah seorang pendidik/pengelola PAUD dalam Gugus PAUD
atau pendidik PAUD Inti.
Bendahara membantu ketua dalam
menghimpun dana, mengelola, membukukan dan mempertanggungjawabkan keuangan Gugus PAUD kepada anggota.
6. Anggota Anggota terdiri dari semua pendidik dan kepala/pengelola PAUD dari PAUD Inti dan Imbas.
7. Komite PAUD Tugas dan wewenang komite lembaga PAUD antara lain sebagai berikut : -
Memberikan bantuan dan dukungan penyelenggaraan pendidikan
25
-
Meningkatkan peran serta orang tua anak didik dalam penggalian sumber dana.
-
Membantu mendatangkan narasumber luar untuk peningkatan mutu pendidikan di gugus PAUD.
5. Mekanisme Kerja Gugus PAUD Komponen yang ada dalam Gugus PAUD merupakan satu kesatuan yang saling terkait. Oleh karena itu dalam Gugus PAUD harus ada mekanisme kerja agar manajemen Gugus PAUD berjalan dengan baik. Mekanisme kerja Gugus PAUD melibatkan :
a. PAUD Inti Paud Inti dalam setiap Gugus PAUD berfungsi sebagai berikut : -
Pusat kegiatan dan pusat informasi bagi PAUD Imbas yang tergabung dalam Gugus PAUD .
-
Merupakan PAUD Percontohan bagi PAUD Imbas dalam upaya peningkatan mutu pendidikan sesuai standar PAUD.
-
Mengelola sarana dan prasarana pendidikan untuk kepentingan seluruh anggota gugusnya.
-
Sebagai pusat informasi pengembangan pendidikan dalam Gugus PAUD.
-
Menjalin kerjasama dengan orang tua dan masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam pendidikan PAUD.
b. PAUD Imbas PAUD Imbas adalah PAUD yang berada dalam lingkungan Gugus PAUD dan menjadi anggota dari gugus PAUD . PAUD Imbas berfungsi sebagai berikut : -
Menerima informasi dan melaksanakan dilembaganya masing-masing.
-
Memberi informasi kepada PAUD Inti tentang gagasan atau kiat yang perlu dikembangkan.
-
Menjalin kerjasama dengan PAUD Inti dan Imbas lainnya dalam upaya peningkatan mutu pendidikan sesuai standar PAUD.
-
Berusaha meningkatkan diri dan berpacu secara kompetitif.
-
Menjalin kerjasama dengan orang tua dan masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam pendidikan. 26
c. PAUD Inti dan PAUD Imbas menginduk pada Pusat Kerja Guru (PKG) PAUD Kecamatan.
d. Pengurus dan anggota gugus membahas bersama-sama program kerja gugus, pengembangan gugus, dan kekhususan yang dihadapinya, baik yang bersifat teknis edukatif, seperti penyusunan program pembelajaran, metode pembelajaran, pembuatan alat permainan edukatif, keanggotaan pendidik, akses fasiltas yang di danai pemerintah, pemda, lembaga, atau pihak terkait dan alat peraga lainnya.
6. Program Kerja Gugus PAUD Program kerja Gugus PAUD disusun oleh pengurus dan anggota dengan melibatkan Komite PAUD dengan bimbingan dari Pengawas/Penilik PAUD . Secara umum program kerja Gugus PAUD meliputi :
a. Program Pengelolaan Manajemen Gugus PAUD Program pengelolaan manajemen Gugus PAUD, serta tata tertib administrasi Gugus PAUD.
b.Program Peningkatan Mutu Pendidikan Gugus PAUD 1) Menindaklanjuti hasil pertemuan di Pusat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan di tingkat kecamatan. 2) Pengembangan dan peningkatan Kurikulum Lembaga PAUD. 3) Inovasi pelaksanaan pembelajaran di PAUD. 4) Optimalisasi sarana dan prasarana PAUD serta penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. 5) Efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan yang meliputi perencanaa, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan di PAUD. 4) Mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar anak didik.
c. Program Pengembangan Gugus PAUD Keterlibatan orang tua dan masyarakat dapat mempercepat perkembangan program kerja Gugus PAUD. 27
d.Program Evaluasi Gugus PAUD Program evaluasi dapat dilakukan setiap saat atau secara periodik. Berkas setiap kegiatan dan dokumentasi dikumpulkan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan program.
7. Pelaksanaan Program Gugus PAUD Pelaksanaan program kerja Gugus PAUD dilakukan melalui kelompok kerja – kelompok kerja. Kelompok kerja dikatagorikan ke dalam Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Kelompok Kerja Kepala/Pengelola (KKKP), dengan ketentuan : 1.
Pelaksanaan program gugus dilakukan melalui pertemuan rutin yang dilakukan minimal 1 kali dalam 1 bulan.
2.
Waktu pertemuan diupayakan diluar waktu layanan PAUD.
3.
Tempat kegiatan pertemuan disepakati bersama dengan anggota atau disesuaikan dengan tema yang akan dibahas sesuai program kerja gugus.
4.
Dalam pertemuan gugus dapat mendatangkan narasumber dari instansi atau gugus lain.
8. Anggaran Gugus PAUD Anggaran operasional kegiatan gugus bersumber dari anggota, masyarakat, pemerintah dan bantuan lain yang tidak mengikat.
9. Pelaporan Gugus PAUD Pelaporan dilakukan secara periodik dan insidental, setelah kegiatan terlaksana atau evaluasi program. Pelaporan ditujukan kepada Pengawas TK/Penilik PAUD dan keseluruh anggota gugus, dilengkapi dengan berkas-berkas kegiatan, hasil karya, foto, daftar hadir, kritik, saran dan hal-hal lain yang terkait. Laporan yang dibuat adalah :
1. Laporan pelaksanaan program rutin dan insidental, sesuai dengan waktu pelaksanaan kegiatan. 2. Laporan pelaksanaan program tengah tahunan dan program tahunan.
28
10. Peran Serta Masyarakat Penyelenggara Gugus PAUD memerlukan dukungan masyarakat dalam berbagai bentuk. Peran serta masyarakat diwujudkan dalam bentuk kerjasama antara PAUD, masyarakat dan pemerintah yang dibangun berdasarkan kepentingan bersama. Langkahlangkah yang dapat dilakukan oleh gugus dalam rangka melibatkan peran serta masyarakat, antara lain : a. Identifikasi Potensi Masyarakat Dalam rangka melibatkan peran serta masyarakat untuk penyelenggaraan kegiatan gugus, dapat diidentifikasi potensi masyarakat sebagai berikut : Penggalian sumber dana, menjadi nara sumber kependidikan, membantu pengadaan fasilitas dan sarana prasarana, membantu penyebaran informasi gugus, pengguna jasa/konsumen produk gugus.
b. Pihak yang Berperan dalam Peran Serta Masyarakat Supaya bentuk peran serta masyarakat dapat terorganisir secara baik dan dapat berjalan efektif serta efisien, maka dilakukan koordinasi dengan pihak-pihak berikut ini : Komite PAUD, orang tua, Organisasi Mitra PAUD (IGTKI, HIMPAUDI, GOPTKI), Dunia Usaha maupun instansi terkait lainnya, misalnya : akademik, pendidikan tinggi, praktisi maupun LSM.
c. Pola Pembinaan Gugus PAUD Pembinaan
Gugus
PAUD
dilaksanakan
melalui
prinsip
pembinaan,
pemberdayaan, dan kemitaraan dalam mencapai tujuan bersama. Hal ini perlu ditunjang dengan struktur pembinaan yang mencerminkan pola hubungan kerja antara unsur-unsur terkait.
1) Tingkat Pusat Pembinaan gugus tingkat pusat dilakukan oleh Direktorat Pembinaan PAUD, yaitu: (a) Merumuskan kebijakan manajemen Gugus PAUD; (b) Pelaksanaan pembinaan secara berjenjang; (c) Peningkatan kemitraan dengan organisasi penyelenggara PAUD, dan organisasi profesi dimana pendidik PAUD bernaung; (d) Dukungan fasilitas penyelenggaraan Gugus PAUD.
29
2) Tingkat Provinsi Pembinaan melalui Gugus PAUD tingkat provinsi dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi dan Bidang Pendidikan Nonformal dan Informal yang menangani PAUD, dalam bentuk : (a) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembinaan
dilapangan;
(b)
Pengikutsertaan
dan
pengkoordinasian
instansi/lembaga kependidikan yang relevan untuk menyumbangkan tenaga ahlinya; (c) Koordinasi kemitraan dengan organisasi penyelenggara PAUD, dan organisasi profesi dimana pendidik PAUD bernaung.
3) Tingkat Kabupaten Pembinaan Gugus PAUD pada tingkat kabupate/kota dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Bidang Pendidikan Nonformal Kabupaten/Kota yang menangani PAUD melalui kegiatan : (a) Melaksanakan pembinaan program di tingkat kecamatan; (b) Membantu menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang pelaksanaan kegiatan pembinaan Gugus PAUD; (c) Mengkoordinasikan kerjasama dengan instansi/lembaga terkait untuk membina pelaksanaan pembinaan Gugus PAUD.
4) Tingkat Kecamatan Pembinaan Gugus PAUD tingkat kecamatan dilaksanakan oleh UPTD (unit Pelaksana Teknis Dinas), tanggungjawab administrasinya dilaksanakan secara teknis oleh Pengawas TK/SD, Kelompok Kerja Pendidik (KKG), Kelompok Kerja Kepala/Pengelola (K3P). Pengawas TK/SD merupakan penggerak maju mundurnya suatu gugus PAUD sehingga Gugus PAUD dapat difungsikan sebagaimana mestinya.
d. Pemantauan, Penilaian, Pelaporan dan Tindak Lanjut Pemantauan, penilaian, pelaporan dan tindak lanjut dilaksanakan secara terus menerus dan berkelanjutan. Mekanisme pelaksanaannya
disesuaikan dengan
tingkat pembinaan dan dilaksanakan secara berjenjang antara lain melalui pelaksanaan lomba Gugus PAUD.
30
Semua hasil pemantauan dan penilaian program yang baik maupun kurang, harus dilaporkan dan ditindaklanjuti sehingga dapat menjadi bahan penyusunan program pembinaan pada periode berikutnya.
F. Pusat Kegiatan Guru (PKG) PAUD Kecamatan 1. Pengertian dan Fungsi Pusat Kerja Gugus PAUD adalah wadah koordinasi antar gugus yang melaksanakan kegiatan pembinaan bagi seluruh anggota gugus di wilayah kecamatan. Berkedudukan di ibu kota kecamatan dan berfungsi sebagai : (a) Koordinasi antar gugus; (b) Wadah pembinaan seluruh anggota gugus; (c) Bengkel kerja peningkatan mutu layanan PAUD; (d) Pusat informasi terkait dengan perubahan kebijakan, pengetahuan terkini, dan hal-hal lain yang terkait dengan kegiatan PAUD.
2. Pembentukan dan Struktur Kepengurusan Pembentukan PKG PAUD Kecamatan dibentuk berdasarkan jumlah Gugus PAUD yang ada di kecamatan tersebut. Bila memiliki lebih dari satu gugus, maka dibentuk PKG PAUD Kecamatan. PKG PAUD Kecamatan beranggotakan seluruh gugus PAUD se kecamatan tersebut. PKG tidak menjadi organisasi profesi seperti halnya HIMPAUDI atau IGTKI, melainkan sebagai wadah aktivitas bersama seluruh guru dan pengelola PAUD se kecamatan. PKG PAUD kecamatan dibentuk oleh Kepala Kantor Dinas Pendidikan Kecamatan atau Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan dengan periode kepengurusan 3 tahun. Kepengurusan PKG berasal dari Pengelola/Kepala/Guru inti dari setiap gugus. Penunjukan kepengurusan PKG diajukan oleh gugus dan dikukuhkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kecamatan. Struktur Kepengurusan PKG PAUD sebagai berikut :
31
Pembina Administratif ( Kepala UPTD /SKD) Pembina Teknis (Pengawas/Penilik PAUD)
Instansi/Himpaudi/IGTKI / GOPTKI/Organisasi/ Stake Holder lain
Ketua PKG
Komite Pendidikan Kecamatan
Sekretaris PKG
Bendahara PKG
Kelompok Kerja TK
Kelompok Kerja Kepala/Pengelola
Kelompok Kerja KB
Kelompok Kerja TPA
Kelompok Kerja SPS
GUGUS-GUGUS PAUD WILAYAH KECAMATAN Gambar 2.7. Struktur Kepengurusan PKG PAUD Kecamatan
Struktur kepengurusan terdiri dari Pembina, pengurus dan mitra kerja. Pembina administrative adalah
Kepala UPTD /SKD, dan Pembina teknis adalah Pengawas/
Penilik PAUD. Pengurus terdiri dari Ketua, sekretaris dan Bendahara serta kelompok kerja, yang terdiri dari Kelompok Kerja Kepala/pengelola, Kelompok Kerja TK, Kelompok Kerja Kelompok Bermain (KB), Kelomok kerja Tempat penitipan Anak (TPA) dan Kelompok Kerja Stuan Pendidiklan Sejenis (SPS). Kelompok Kerja Program merupakan kelompok teknis yang memfokuskan pada bidang layanan (TK/KB/TPA/SPS). Jumlah kelompok kerja ini disesuaikan dengan bentuk layanan yang dilaksanakan di gugus-gugus. Mitra PKG PAUD terdiri dari Instansi/Himpaudi/IGTKI/ GOPTKI/Organisasi/ Stake Holder lain serta Komite PAUD. Koordinasi antar instansi/lembaga terkait tingkat kecamatan, seperti Puskesmas, Kepolisian, GOPTKI, IGTKI PGRI, HIMPAUDI, Forum PAUD, tokoh masyarakat dan pihak terkait sangat diperlukan PKG PAUD. Tujuannya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat agar lebih peduli terhadap peningkatan mutu pendidikan PAUD Komite PAUD memiliki tugas dan wewenang antara lain sebagai berikut : 32
(a) Memberikan bantuan dan dukungan penyelenggaraan PKG; (b) Memberikan masukan dan rekomendasi untuk peningkatan peran dan fungsi PKG; (c) Membantu mengembangkan jaringan kerja PKG dengan instansi/lembaga/ organisasi/ sumber lain yang diperlukan untuk peningkatan mutu pendidikan di Gugus PAUD. Anggota terdiri dari semua pendidik dan kepala/pengelola PAUD dari PAUD Inti dan Imbas
3.
Program Kerja dan Peningkatan Mutu PKG-PAUD Secara umum program kerja PKG adalah sebagai berikut :
- Menghimpun hasil identifikasi permasalahan dan kebutuhan dari semua PKG - Melaksanakan pertemuan KKG secara berkala. - Melaksanakan pengayaan umum kepada seluruh anggota. - Menginformasikan kebijakan/pengetahuan/keterampilan baru yang didapat dari berbagai kegiatan dan sumber belajar kepada gugus. - Melakukan pendampingan kepada gugus dalam upaya peningkatan kompetensi anggotanya. - Melaporkan kegiatan dan program kerja PKG kepada Pembina Administrasi secara berkala. - Mensosialisasikan program kerja dan pelaksanaan kegiatan kepada seluruh anggota, masyarakat, organisasi mitra melalui : Papan Informasi berisi informasi Display program kerja PKG PAUD dan jadwal kegiatan PKG PAUD. Leaflet sekolah, majalah pendidikan, koran lokal, radio lokal, website dan media komunikasi lain yang memungkinkan. Kegiatan bersama pada event tertentu.
Program peningkatan mutu PKG PAUD terpadu dilakukan secara berkala dalam pertemuan umum yang diikuti oleh perwakilan gugus atau oleh seluruh guru dan Kepala/ Pengelola lembaga PAUD se kecamatan. Bentuk kegiatan peningkatan mutu PKG PAUD, antara lain : -
Mengadakan pertemuan secara rutin dengan pembina tingkat kecamatan.
-
Memanfaatkan narasumber dari dalam dan mendatangkan narasumber dari luar.
33
-
Melakukan kunjungan kerja PKG lain atau lembaga lain yang dipandang lebih maju.
-
Mengadakan lomba antar gugus
-
Mengadakan lomba kreativitas guru
-
Jambore keakraban gugus
-
Festival kreativitas anak, dll
G. Hasil penelitian yang up to date dan relevan 1. Hasil penelitian Nurabnu, Uceh (2012) berjudul‖ Program Peningkatan Kompetensi Profesional Guru TK melalui Kelompok Kerja Guru TK ( Studi Analitik Deskriptif pada Gugus 48 TK di Kecamatan Bandung Kulon Tahun 2011)‖ menunjukkan bahwa kendala-kendala yang dihadapi dalam peningkatan kompetensi guru TK terdiri dari : (a) Kendala dalam menyusun perencanaan, yang terdiri dari kendala dalam menetapkan tujuan, menetapkan materi yang akan disajikan, menyusun strategi yang akan dilaksanakan dan menetapkan jadwal monitoring dan evaluasi; (b) Kendala dalam melaksanakan program, yang terdiri dari kendala dalam masalah waktu pelaksanaan, mendisiplinkan anggota, masalah yang datang dari para nara sumber dan dari team monitoring dan evaluasi. 2. Hasil penelitian Hiryanto, dkk (2012) berjudul ―Pemetaan Tingkat Pencapaian Mutu Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD ) Di Propinsi Daerah Istimewa Jogya‖, menunjukkan bahwa jumlah tenaga pendidik yang merupakan ujung tombak proses pembelajaran, rata-rata 3-4 orang dengan kualifikasi pendidikan formal juga beragam mulai dari SMA/SPG, Diploma serta S1, serta ada yang belum mengikuti pelatihan ke PAUD-an sama sekali . Selanjutnya dinyatakan bahwa salah satu yang menjadi faktor penghambat pencapaian mutu pendidikan anak usia dini antara lain kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh pendidik terkait dengan pendidikan anak usia dini. 3. Hasil penelitian Muttaqin, F. (2011) yang berjudul ―Dampak Pendidikan dan Pelatihan Dasar Profesi terhadap Peningkatan Kompetensi Pendidik PAUD‖ menunjukkan bahwa 72,73 % peserta Diklat lulusan SLTA/sederajat. Rata-rata hanya 32,92 % yang telah menerapkan hasil Diklat yang berkaitan dengan kompetensi Profesional dan kompetensi paedagogis. 34
H. Peta Jalan Penelitian Pengusul Dalam RIP tercantum bahwa riset unggulan institusi diantaranya adalah ―riset tentang Peningkatan produktifitas, efektivitas, dan efisiensi pendidikan formal, non formal dan informal di semua jenis dan jenjang pendidikan‖. Dalam penelitian ini ditekankan pada peningkatan produktivitas, efektivitas dan efisiensi pendidikan non formal , dalam hal ini pembinaan pasca pelatihan yang dilakukan oleh pendidik PAUD melalui Gugus PAUD. Adapun roadmap penelitian ini dapat dilihat dalam gambar berikut ini :
TAHUN KE-1 Penyusunan Disain Model Pra Riset Kondisi Awal kualitas pembinaan Gugus PAUD di Kota Bandung & Kab. Sumedang
Penelitian peningkatan kompetensi yang sedang berlangsung di Gugus PAUD Menyusun model pembinaan Gugus PAUD melalui lesson study
TAHUN KE-2 Implementasi Model Uji Coba Model pembinaan melalui Gugus Paud Model yang sudah teruji Implementasi model
OUTPUT Draft model pembinaan pasca pelatihan melalui Gugus PAUD Petunjuk teknis penerapan Draft Model
OUTPUT Model pembinaan Gugus PAUD Petunjuk teknis Penerapan Model
TAHUN KE-3 Desiminasi & Replikasi Model Desiminasi model kepada Gugus PAUD lainnya di wilayah lain Replikasi model pada Gugus PAUD di wilayah lain
OUTPUT Proseeding Publikasi di Jurnal Nasional & Draft Buku Ajar
Gambar 2.8. Roadmap Penelitian
I. Studi Pendahuluan yang Telah Dilaksanakan Penyusunan proposal ini didasarkan pada studi pendahuluan sebagai berikut : 1. Pada Januari 2013 telah diadakan survey terhadap alumni peserta Pendidikan dan Pelatihan yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga. Hasilnya menunjukkan bahwa 79,2 % peserta belum bisa menerapkan hasil pelatihan karena berbagai alasan. Alasan utama yaitu belum paham cara penerapannya.
2. Pada bulan Pebruari 2013 telah dilakukan pengamatan tentang penyelenggaraan kegiatan Gugus PAUD di beberapa Kecamatan di Kota Bandung. Hasilnya
35
menunjukkan ternyata masih banyak Gugus PAUD yang belum berjalan sebagaimana mestinya. 3. Pada bulan Agustus 2013 dilakukan pengamatan terhadap penyelenggaraan Gugus PAUD di beberapa kecamatan di Kabupaten Sumedang. Ternyata semua kecamatan telah memiliki PKG PAUD, dan masing-masing PKG PAUD terdiri dari 3 s.d. 8 Gugus PAUD dan hampir seluruh PKG sudah melaksanakan kegiatan secara rutin.
36
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN A. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian tahun pertama ini bertujuan untuk memperoleh model lesson study yang tepat bagi pembinaan pasca pelatihan pendidik PAUD melalui Gugus PAUD yang sesuai dengan kondisi pendidik PAUD dan kompetensi yang harus dicapai para pendidik tersebut. Adapun yang dimaksud dengan model yang tepat adalah model lesson study yang memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Sesuai dengan kondisi pendidik
PAUD saat ini yaitu : (1)
memiliki latar
pendidikan bervariasi. Data Tahun 2012 dari Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan , Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, jumlah mereka sebesar 84.888 orang. Sebanyak 65 % berpendidikan SLTA dan 11 % berpendidikan SLTP, dan hanya 12,7% pendidik saja yang berasal dari sarjana S-1 atau D-4; (2) memiliki tingkat kompetensi pedagogic dan kompetensi professional yang bervariasi ; (3) mengajar di lembaga PAUD yang memiliki sarana prasarana beragam (dari PAUD yang memiliki sarana prasarana sangat lengkap hingga PAUD yang tidak memiliki sarana prasarana sesuai standar penyelenggaraan PAUD); (4) lingkungan mengajar pendidik PAUD yang sangat beragam, mulai dari lingkungan bersih dan tertata baik hingga
lingkungan kumuh yang
semrawut; (5) kepedulian pemerintah daerah setempat yang beragam pula.
b. Sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai pendidik PAUD seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58 tahun 2009, Kompetensi yang harus dimiliki setiap pendidik PAUD terdiri dari kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi paedagogik dan kompetensi sosial. Kompetensi kepribadian mencakup sub kompetensi : bersikap dan berperilaku sesuai dengan kebutuhan psikologis anak, bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma agama, budaya dan keyakinan anak,
37
Menampilkan diri sebagai pribadi yang berbudi pekerti luhur. Kompetensi profesional mencakup: memahami tahapan perkembangan anak; memahami pertumbuhan dan perkembangan anak; memahami pemberian rangsangan pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan;
Membangun kerjasama dengan
orang tua dalam pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak. Kompetensi paedagogik
mencakup:
Merencanakan
kegiatan
program
pendidikan,
pengasuhan, dan perlindungan; Melaksanakan proses pendidikan,pengasuhan, dan perlindungan; Melaksanakan penilaian terhadap proses dan hasil pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan. Kompetensi Sosial mencakup : Beradaptasi dengan lingkungan; Berkomunikasi secara efektif.
c. Sesuai dengan tujuan dan fungsi Gugus PAUD selaku wadah pembinaan pendidik PAUD . Tujuan umum Gugus PAUD untuk meningkatkan kinerja Pembina pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan dalam mengelola program PAUD secara professional yang efisien dan efektif. Sedangkan tujuan khususnya untuk menjadikan wahana pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan PAUD dalam hal: (1) Pengembangan dan inovasi pembelajaran PAUD; (2) Peningkatan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan dalam rangka peningkatan mutu layanan anak usia dini sesuai dengan tahap perkembangannya; (3) Optimalisasi sumber belajar, sarana/prasarana dan potensi lingkungan untuk peningkatan, pengembangan dan eksistensi anggota Gugus PAUD; (4) Peningkatan komunikasi yang efisien dan efektif antar anggota komunitas Gugus PAUD, Gugus dengan orang tua dan masyarakat; (5) Fasilitasi terhadap akses fasilitas sumber-sumber pembelajaran dari lingkungan dan pemerintah. Fungsi Gugus PAUD yaitu sebagai : (1) Wadah pembinaan professional dalam rangka meningkatkan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan PAUD yang terencana dan sistematis; (2) Sarana untuk saling bertukar informasi dan saling membelajarkan antar anggota dan anggota dengan lingkungan masyarakat; (3) Sebagai bengkel kerja dalam penyediaan dan pengembangan kreasi dan inovasi di bidang pembelajaran PAUD; (4) Sarana pembinaan kelembagaan PAUD secara efektif dan efisien.
38
2. Tujuan Khusus Secara khusus, tujuan penelitian tahun pertama adalah untuk : a. Mengetahui gambaran kondisi pendidik PAUD pasca pelatihan. b. Mengetahui gambaran pembinaan pasca pelatihan pendidik PAUD. c. Mengetahui mekanisme pembinaan Gugus PAUD saat ini dalam melaksanakan peningkatan kinerja para pendidik PAUD. d. Mengkaji potensi Gugus PAUD yang relevan untuk penerapan Lesson Study sebagai model Pembinaan Pasca Pelatihan. e. Menyusun model awal/model pendahuluan penerapan Lesson Study untuk Pembinaan Pasca Pelatihan pendidik PAUD melalui Gugus PAUD. f. Menyusun kelengkapan model awal/model pendahuluan penerapan Lesson Study untuk Pembinaan Pasca Pelatihan pendidik PAUD melalui Gugus PAUD
Tujuan penelitian ini direncanakan dapat dicapai dalam waktu tiga tahun, yaitu : Dari hasil Tahun pertama, akan diperoleh model konseptual pembinaan pasca pelatihan melalui Gugus PAUD yang dapat memberi dampak positif terhadap peningkatan kompetensi para pendidik tersebut Dari Hasil Tahun Kedua, akan diperoleh model pembinaan pasca pelatihan hasil uji coba pendahuluan (skala kecil) dan uji coba utama. Model hasil uji coba ini siap untuk uji coba operasional pada tahun berikutnya . Dari Hasil Tahun Ketiga, akan dilakukan uji coba operasional agar model siap untuk disebarluaskan secara langsung kepada pihak pemakai dan penyebarluasan secara tidak langsung melalui buku panduan penerapan model serta publikasi dalam jurnal nasional / internasional.
B. Manfaat Penelitian Penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi pendidik PAUD serta pihak-pihak yang terkait dengan peningkatan kompetesi pendidik PAUD. Secara rinci, manfaat penelitian ini sebagai berikut :
39
1. Bagi Dosen Peneliti Peneliti dapat menggali semua permasalahan pembinaan pasca pelatihan dan membuat model untuk mengatasinya serta kepada
masyarakat
luas
sehingga
dapat mempublikasikan hasilnya
dapat
dijadikan
gambaran
untuk
penyelenggaraan pelatihan pendidik PAUD di masa yang akan datang . Ini merupakan salah satu bentuk kontribusi akademisi terhadap pembangunan sumber daya manusia.
2. Bagi Pendidik PAUD (Subyek Penelitian) Pendidik PAUD memahami bahwa Gugus PAUD merupakan wadah bagi peningkatan kompetensi atau peningkatan kinerjanya. Jika mereka belum mampu menerapkan atau mengembangkan hasil pelatihan yang diikutinya, maka Gugus PAUD dapat menjadi wadah yang akan membantu mereka untuk memecahkan masalahnya.
3. Bagi Masyarakat Peningkatan kompetensi pendidik PAUD memberikan harapan yang berarti bagi masyarakat, khususnya bagi yang memiliki anak Balita, karena para pendidik ini bisa diandalkan untuk membimbing tumbuh kembang anak secara optimal di sekolah. Oleh karena itu, kemampuan pendidik PAUD dalam menerapkan hasil pelatihan menjadi satu keharusan jika proses pembelajaran PAUD ingin memberi dampak positif bagi tumbuh kembang anak usia dini.
4. Bagi Pengembangan IPTEKS Dari hasil penelitian ini akan diperoleh model pembinaan pasca pelatihan (bidang pendidikan non formal) bagi pendidik PAUD yang bisa dijadikan acuan bagi para penyelenggara pelatihan Pendidik PAUD maupun pihak-pihak yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi pendidik PAUD. Penelitian ini juga menegaskan bahwa dalam penyelenggaraan pelatihan, keluaran (output), kemampuan menerapkan (outcome)
dan dampak (impact) adalah tiga hal yang berbeda.
Keberhasilan pelatihan bukan hanya dilihat dari output, namun dari outcome dan impact. Oleh karena itu, ketiganya penyelenggaraan pelatihan. 40
harus berada
dalam
satu paket
BAB 4 METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metoda Penelitian Pendekatan penelitian ini kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan model penelitian dan pengembangan (Research and Development) Borg dan Gall (1979 : 624). Mereka mengemukakan bahwa “Educational research and development a process used to develop and validate educational products”. Educational product yang dimaksudkan Borg dan Gall tidak hanya bahan-bahan material, seperti buku teks, film, dan sejenisnya, tetapi termasuk juga hal-hal yang berhubungan dengan prosedur dan proses, seperti metode mengajar atau model pembelajaran. Langkah-langkah dalam proses model ini merujuk kepada beberapa siklus, melalui siklus itu temuan penelitian menjadi dasar bagi pengembangan suatu produk. Siklus-siklus penelitian dalam model tersebut menurut Borg dan Gall (1979 : 626) mencakup langkah-langkah berikut: (1) Reseach and information collecting ( penelitian dan pengumpulan informasi); (2) Planning (perencanaan); (3) Developing preliminary form of product (mengembangkan bentuk produk awal); (4) Preliminary field testing (ujicoba pendahuluan); (5) Main product revision (revisi terhadap produk utama); (6) Main field testing (ujicoba utama); (7) Operational product revision ( revisi untuk mengahasilkan produk utama); (8) Operational field testing (ujicoba operasional); (9) Final product revision (revisi produk akhir); dan (10) Dissemination and implementation (diseminasi dan penerapan). Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1.
Penelitian
dan
pengumpulan
informasi,
termasuk
membaca
literatur,
mengobservasi kegiatan Gugus PAUD , dan menyiapkan laporan tentang kebutuhan akan pengembangan
2.
Perencanaan, yaitu merencanakan prototipe komponen yang akan dikembangkan, termasuk mendefinisikan keterampilan (kemampuan) yang akan dikembangkan, merumuskan tujuan, menentukan urutan kegiatan, dan membuat pengukuran skala khusus (uji coba skala kecil);
41
3.
Mengembangkan produk atau model awal dalam bentuk produk pendahuluan, misalnya menyiapkan prosedur kegiatan , materi pembinaan , buku teks, dan perangkat evaluasi;
4.
Uji coba pendahuluan, dilakukan di 2 gugus PAUD, dengan menggunakan alat pengumpul data, yaitu : pengamatan, wawancara, dan menyebarkan angket. Datanya kemudian dianalisis sebagai dasar bagi penyempurnaan model awal;
5.
Revisi terhadap produk utama yang yang didasarkan pada hasil uji coba pendahuluan.
6.
Uji coba utama, dilakukan pada 3 Gugus PAUD di daerah perkotaan dan daerah pedesaan. Kemudian dilakukan pengamatan,wawancara, dan penyebaran angket atau metode penggalian data lainnya, khususnya terhadap variabel kriterium yang ditetapkan. Kemudian hasilnya dievaluasi;
7.
Revisi untuk mengahasilkan produk utama yang didasarkan pada hasil evaluasi uji coba utama.
8.
Ujicoba operasional, dilakukan terhadap lebih banyak lagi Gugus PAUD, yaitu sekitar 9 Gugus PAUD. Pada tahap ini dikumpulkan data melalui angket dan hasil wawancara untuk selanjutnya dianalisis.
9.
Revisi produk akhir didasarkan pada hasil uji coba operasional. Langkah ini dilakukan bila peneliti dan pihak terkait menilai proses dan produk yang dihasilkan berupa model yang telah dianggap memuaskan.
10. Diseminasi dan penerapan terhadap berbagai pihak, melalui berbagai media publikasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut:
42
Thn.1 PENELITIAN PENDAHULUAN
Disain Pembinaan Gugus PAUD yang sedang berlangsung
MENGKAJI MODEL YANG ADA
Penyusunan draft disain model pembinaan melalui lesson study
Bahas draft Disain model
Revisi draft Disain model
Thn.2
Thn.3
Revisi Disain model Konklusi Uji Coba UJI COBA UTAMA
Revisi Disain model Konklusi Uji Coba
DISEMINASI MODEL YANG SUDAH TERUJI
Revisi Disain model Konklusi Uji Coba
UJI COBA PENDAHULUAN
UJI COBA MODEL OPERASIONAL
Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian
B. Capaian Peneliti Penelitian ini mengacu pada hasil-hasil penelitian terdahulu yang dilakukan peneliti, yaitu : 1. Hasil penelitian tentang ―Program Pelatihan Intel Teach-Getting Started Course di Indonesia‖ yang dilakukan pada tahun
2010/2011.
Sampel
penelitian terdiri dari para guru SMP dan SMA yang pernah mengikuti pelatihan Intel Teach-Getting Started Course . Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
penerapan teknologi computer
sebagai pendukung proses pembelajaran, dan model pembelajaran yang lebih ‗berpusat pada murid‘ (student-centered approaches atau SCL).
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara mengikuti program Intel Teach-Getting Started Course dengan tingkat pemahaman guru terhadap SCL, diduga bahwa program pelatihan selama ini lebih menekankan pada keterampilan menggunakan teknologi komputer dibandingkan dengan penguatan atau pengayaan model pembelajaran SCL. 43
2. Hasil penelitian tentang ―Dampak Pendidikan dan Pelatihan Dasar Profesi Terhadap Peningkatan Kompetensi Pendidik PAUD‖ yang dilaksanakan tahun 2011, menunjukkan bahwa kompetensi profesional dan kompetensi paedagogis cenderung baru dipahami bahkan diketahui saat pelatihan. Dalam implementasi hasil pelatihan nampaknya kompetensi profesional dan paedagodis agak sulit diimplementasikan karena peserta harus merubah kebiasaan mengajarnya selama ini menuju ke arah pembelajaran yang profesional. Dalam hal ini disarankan agar penyelenggara melakukan pelatihan-pelatihan singkat terutama yang berkaitan dengan implementasi kompetensi professional dan paedagogik, sehingga mereka benar-benar pahaam tentang cara mengimpelementasikannya. 3. Hasil penelitian tentang ―Dampak Pelatihan Bimbingan dan Konseling Terhadap Peningkatan Kemampuan Guru dalam Pengembangan Layanan di Sekolah Dasar‖ yang dilaksanakan pada tahun 2008,
ternyata bahwa
Pelatihan Program Bimbingan dan Konseling bagi Guru SD secara kuantitas berdampak positif terhadap pengembangan Program layanan Bimbingan dan Konseling di tempat kerjanya. Namun secara kualitas kondisi pelayanan masih belum seimbang dengan aspek kuantitas. Program Bimbingan dan Konseling yang dibentuk kurang dimanfaatkan secara optimal sehingga terkesan program Bimbingan dan Konseling sekedar dibentuk untuk memenuhi tuntutan pasca pelatihan. Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk memfasilitasi pendampingan hingga
tercapai target minimal yang sesuai
dengan karakteristik serta struktur program Bimbingan dan Konseling di SD.
Dari hasil-hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa para peserta pelatihan
sangat membutuhkan pembinaan paska pelatihan agar dalam
mengimplementasikan hasil pelatihan di lapangan
C. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian terdiri dari para pendidik PAUD dan pengurus Gugus PAUD yang pernah ikut pelatihan dan berasal dari Gugus PAUD yang ada di Kecamatan Mandalajati dan Batununggal Kota Bandung dan Gugus PAUD yang ada di Kecamatan 44
Rancakalong serta Kecamatan Sumedang Utara di Kabupaten Sumedang . Jumlah seluruhnya 756 orang. Sampel diambil secara acak (random sampling), sebesar 25% dari populasi yaitu 189 orang.
D. Instrumen Penelitian dan Analisis Data Instrumen penelitian yang dikembangkan mencakup: (1) Angket digunakan untuk mengetahui gambaran kondisi pendidik PAUD paska pelatihan; (2) Wawancara digunakan untuk
memetakan gambaran awal
tentang model pembinaan paska
pelatihan melalui Gugus PAUD; (3) Observasi digunakan untuk mengidentifikasi komponen-komponen yang terkait dalam kegiatan pembinaan di Gugus PAUD, seperti kemampuan dan kinerja pengurus Gugus PAUD, kemampuan dan aktivitas belajar pendidik PAUD, dan kemampuan dan kinerja nara sumber pembinaan dalam proses kegiatan pembinaan, kondisi dan pemanfaatan sarana, prasarana, lingkungan. Dari hasil observasi ini dapat dipetakan keterlibatan semuanya dalam kegiatan tersebut; (4) Tes Uji
Kompetensi
pendidik
PAUD
dengan
menggunakan
instrument
yang
dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (digunakan saat kegiatanuji coba) Analisis deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran awal kegiatan pembinaan paska pelatihan di Gugus PAUD. Analisis kualitatif digunakan terhadap data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi proses pembinaan dan analisis kuantitatif digunakan
untuk mengidentifikasi perkembangan kemampuan pendidik
PAUD dari uji coba model pendahuluan, uji coba utama hingga uji coba operasional . Analisis kualitatif digunakan terhadap data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam selama proses pembinaan. Dalam analisis data, peneliti menggunakan model interactive model dengan alur teknik analisis data dapat dilihat pada gambar berikut. Data collection Data display
Data reduction
Conclution: drowing/verifiy ing
Gambar 4.2. Komponen dalam analisis data (interactive model) (Spradley, 2007: 247)
45
Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui efektivitas model melalui identifikasi perkembangan kemampuan atau kompetensi
pendidik PAUD pada uji
coba model pendahuluan dan pada uji coba utama. Untuk tahapan validasi terhadap efektivitas model
pembinaan yang dikembangkan digunakan analisis kuantitatif
dengan desain pra-eksperimental, yaitu desain one-group pretest-posttest. Dalam desain ini digunakan satu kelompok subjek tunggal diberi pretest (T1), perlakuan (X) dan posttest (T2). Kelompok
Pretest
Treatment
Posttest
Eksperimen
T1
X
T2
Gambar 4.3. Desain One-group Pretest-posttest (McMillan, and Schumacher 2001)
Keterangan: T1 : Pre test untuk mengetahui kompetensi awal pendidik PAUD. X : Perlakuan dengan menggunakan model pembinaan lesson study melalui Gugus PAUD T2 : Post test untuk mengetahui kompetensi pendidik PAUD setelah mendapatkan perlakuan.
E. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan mulai Maret s.d. Oktober 2014 Lokasi penelitian dilakukan di Gugus PAUD di Kecamatan Batununggal dan Gugus PAUD di Kecamatan Mandala Jati di wilayah Kota Bandung serta Gugus PAUD Kecamatan Rancakalong dan Gugus PAUD Kecamatan Sumedang Utara di wilayah Kabupaten Sumedang.
46
BAB 5 HASIL YANG DICAPAI A. Gambaran Kondisi Pendidik PAUD 1. Gugus PAUD yang Menjadi Obyek Penelitian Pada Bab 4 telah diungkapkan bahwa Gugus PAUD yang akan menjadi obyek penelitian terdiri dari Gugus di Kota Bandung dan Gugus di Kabupaten Sumedang. Jumlah pendidik dari seluruh gugus sebanyak 190 orang . Rinciannya adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1.Gugus PAUD yang menjadi Obyek Penelitian
1
Kecamatan Mandalajati
Total Pendidik (orang) 48
2
Keamatan Batununggal
46
3
Kecamatan Rancakalong
46
4
Kecamatan Sumedang Utara
50
No
Gugus PAUD
JUMLAH
190
2. Identitas Pendidik PAUD Identitas pendidik PAUD dilihat dari usia, latar belakang pendidikan, masa kerja, dan status kepegawaian. Dari data yang sudah terkumpul diperoleh informasi sebagai berikut : Tabel 5.1. pada halaman berikut ini menunjukkan menunjukkan bahwa 82,00 % pendidik PAUD berada pada usia produktif, yaitu antara di bawah 20 tahun – 45 tahun, dan sisanya ( 18,00 %) sudah memasuki usia produktif menurun .
Mereka yang berada
dalam usia produktif terdiri dari 26.98% pendidik TK dan 64.55% pendidik Kober, sedangkan yang berada dalam usia produktif menurun terdiri dari 19.60% pendidik TK dan 19.70% pendidik Kober. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidik TK dan pendidik Kober cenderung berada dalam usia produktif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 5.2. di halaman berikut ini :
47
Tabel 5.2. Usia Pendidik PAUD No
Usia
1
Di bawah 20 tahun
2
21 - 25 tahun
3
26-30 tahun
4
31-35 tahun
5
36-40 tahun
6
41-45 tahun
7
di atas 46 tahun TOTAL
TK/RA 0 0.00% 1 2.00% 6 11.80% 7 13.70% 4 7.80% 23 45.10% 10 19.60% 51 100.00%
Tempat Mengajar Total Kelompok Pos SPS Bermain PAUD lainnya 4 1 1 6 3.30% 12.50% 12.50% 3.20% 11 1 3 16 9.00% 12.50% 37.50% 8.50% 10 3 2 21 8.20% 37.50% 25.00% 11.10% 31 1 0 39 25.40% 12.50% 0.00% 20.60% 15 1 0 20 12.30% 12.50% 0.00% 10.60% 27 1 2 53 22.10% 12.50% 25.00% 28.00% 24 0 0 34 19.70% 0.00% 0.00% 18.00% 122 8 8 189 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Kumulatif 6 3.20% 22 11.70% 43 22.80% 82 43.40% 102 54.00% 155 82.00% 189 100.00%
Tabel 5.3. Latar Belakang Pendidikan No 1 2 3 4 5 6 7
Pendidikan SMP / Sederajat SMA / sederajat Program D1 / D2 PAUD Program D1 / D2 Non PAUD Program D3 Non PAUD Program S1 PAUD Program S1 Non PAUD TOTAL
TK/RA 0 0.00% 13 25.50% 5 9.80% 1 2.00% 2 3.90% 22 43.10% 8 15.70% 51 100.00%
Tempat Mengajar Kelompok Pos SPS Bermain PAUD lainnya 13 1 0 10.70% 12.50% 0.00% 86 7 6 70.50% 87.50% 75.00% 2 0 0 1.60% 0.00% 0.00% 3 0 0 2.50% 0.00% 0.00% 7 0 0 5.70% 0.00% 0.00% 3 0 0 2.50% 0.00% 0.00% 8 0 2 6.60% 0.00% 25.00% 122 8 8 100.00% 100.00% 100.00%
Total 14 7.40% 112 59.30% 7 3.70% 4 2.10% 9 4.80% 25 13.20% 18 9.50% 189 100.00%
Kumulatif 14 7,40 % 126 66,70% 133 70.40% 137 72.50% 146 77.30% 171% 90.50% 189 100,00 %
Data di atas menunjukkan bahwa 66,67 % pendidik PAUD lulusan SMP (7,40 %) dan lulusan SMA (59,30 %). Pendidik yang berasal dari program D1/D2 PAUD hanya 48
sebanyak 3.70% %, dan S1 PAUD sebanyak 13.20% . Sisanya sebanyak 16,40 % lulusan dari perguruan tinggi program Non PAUD dengan rincian sebagai berikut : D1/D2 Non PAUD (2.10%), Program D3 non PAUD (4.80%) dan program S1 Non Paud (9.50%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hanya 16,90 % berlatar belakang pendidikan PAUD
dan 83,10 % berlatar belakang pendidikan non PAUD.
Kesimpulannya, apabila mereka tetap menjadi pendidik PAUD maka program peningkatan kompetensi sebagai pendidik PAUD harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak.
Tabel 5.4. Masa Kerja Pendidik PAUD
No 1 2 3 4 5 6
Usia Di bawah 1 tahun Antara 1,1 tahun – 2 tahun Antara 2,1 tahun – 3 tahun Antara 3,1 tahun – 4 tahun Antara 4,1 tahun – 5 tahun Di atas 5,1 tahun TOTAL
TK/RA 0 0.00% 2 3.90% 1 2.00% 1 2.00% 1 2.00% 46 90.20% 51 100.00%
Tempat Mengajar Total Kumulatif Kelompok Pos SPS Bermain PAUD lainnya 3 2 2 7 7 2.50% 25.00% 25.00% 3.71% 3.71% 16 2 2 22 29 13.10% 25.00% 25.00% 11.64% 15.35% 18 2 0 21 50 14.80% 25.00% 0.00% 11.11% 26.46% 5 1 1 8 58 4.10% 12.50% 12.50% 4.23% 30.69% 20 1 1 23 81 16.40% 12.50% 12.50% 12.17% 42.86% 60 0 2 108 189 49.20% 0.00% 25.00% 57.14% 100.00% 122 8 8 189 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Data di atas menunjukkan bahwa 42.86 % pendidik PAUD sudah memiliki masa kerja antara 1 s.d. 5 tahun dan sebanyak 57.14 % memiliki masa kerja di atas 5 tahun. Namun, persentase terbanyak yang memiliki masa kerja di atas 5 tahun adalah Pendidik TK (90,20 %). Pendidik Kober dan lain-lainnya di bawah 50 %. Kondisi ini disebabkan karena memang Kober tumbuh berkembang pesat pada 6 tahun terakhir ini. Kesimpulannya, pengalaman kerja pendidik Kober memang belum lama dibandingkan pendidik TK sehingga kemampuannya relative belum tentu sama. Namun, pendidik TK juga perlu memperoleh informasi tentang perkembangan PAUD terkini karena mereka
49
belajar tentang PAUD pada saat lalu, sehingga keduanya perlu mendapat perhatian yang sama. Tabel 5.5. Status Kepegawaian Status Kepegawaian
No 1
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
2
Non PNS TOTAL
TK/RA 17 33.30% 34 66.70% 51 100.00%
Tempat Mengajar Total Kelompok Pos SPS Bermain PAUD lainnya 3 0 0 20 2.50% 0.00% 0.00% 10.60% 119 8 8 169 97.50% 100.00% 100.00% 89.40% 122 8 8 189 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Data di atas menunjukkan bahwa hanya pendidik 89,40 % pendidik PAUD berstatus Non PNS. Jumlah terbanyak PNS terdapat di Guru TK (33,30 %), sedangkan pendidik Kober hanya sebanyak 2,50 %. Secara psikologis para pendidik TK yang sudah PNS merasa aman dalam aspek finansial sehingga tidak menutup kemungkinan mereka menjadi kurang semangat untuk mengikuti perkembangan kompetensi pendidik PAUD. Keberadaan Gugus PAUD bisa menjadi pemicu mereka untuk mendorong mereka mengembangkan kompetensinya. Bagi pendidik Kober status ini justru menjadi tantangan untuk menunjukkan diri bahwa tanpa menyandang status itupun mereka bisa tetap mengembangkan kompetensi sesuai standar yang seharusnya.
B. Gambaran Pembinaan Pasca Pelatihan Pedoman pelatihan yang
dilaksanakan
berbagai training provider
cukup
beragam, terutama dari segi waktu efektif yang digunakan pelatihan dan kedalaman materi.
Bagi
training
provider
yang
didanai
Ditjen
PAUDNI
Kemdiknas,
penyelenggaraan pelatihan mengacu pada Pedoman Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) berjenjang Ditjen PAUDNI Kemdiknas, yang terdiri dari Diklat Tingkat Dasar (48 jam tatap muka dan 200 jam pelatihan atau jampel tugas mandiri), kemudian Diklat Tingkat Lanjutan ( 64 jampel tatap muka dan 200 jampel tugas mandiri) dan terakhir Diklat Tingkat Mahir (80 jampel tatap muka dan 200 jampel tugas mandiri). Tugas mandiri 200 jampel dilakukan selama 25 hari kerja atau kurang lebih satu bulan). Diklat yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi waktu dan materinya lebih dikembangkan lagi karena untuk mempersiapkan peserta yang akan meningkatan 50
kualifikasi melalui program konversi. Jampel yang digunakan antara 90 – 980 jampel dengan model pembelajaran mirip perkuliahan, seperti ada beban tugas yang harus dikerjakan mahasiswa secara perorangan atau mandiri, di rumah atau di tempat peserta mengajar. Ada lembar observasi partisipasi peserta serta tes awal dan tes akhir Sementara itu, Diklat yang diselenggarakan secara swadana oleh masyarakat , baik oleh lembaga perorangan atau non lembaga , materi dan waktu kegiatan tidak sepenuhnya mengacu pada panduan Ditjen PAUDNI tapi mengacu pada kebutuhan lapangan atau permintaan calon peserta. Pembinaan pasca pelatihan pun bervariasi. Training provider yang didanai Ditjen PAUDNI Kemdiknas tidak semuanya mampu menyelenggarakan 200 jampel tugas mandiri atau 25 hari kerja. Ada yang dimonitor secara serius kemudian dilanjutkan dengan laporan hasil tugas mandiri atau dengan tes akhir, namun ada pula yang menyerahkan sepenuhnya kepada kepala sekolah tempat peserta bekerja tanpa dimonitoring.
Bagi Diklat yang diselenggarakan secara swadana oleh masyarakat,
kegiatan pasca pelatihan ini seringkali tidak dijadwalkan karena identik dengan pengeluaran dana tambahan. Sementara itu, Diklat yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi, pembinaan pasca pelatihan dilanjutkan melalui kegiatan perkuliahan (bagi peserta yang mengikuti program konversi) Bagi yang tidak mengikuti perkuliahan, pembinaan pasca pelatihan dilakukan melalui melalui Diklat Lanjutan atau melalui pendampingan dalam jangka waktu tertentu atau hanya kegiatan konsultasi . Namun ada juga perguruan tinggi yang tidak menyelenggarakan kegiatan paska pelatihan karena tugas mandiri yang dilakukan di tempat kerjanya telah masuk sebagai bagian dari proses pelatihan yang dilaksanakan secara mendalam dan dalam waktu yang relative panjang ( minimal 4 bulan) .Pada table berikut dapat dilihat jawaban pendidik PAUD tentang kemampuan mereka menerapkan hasil pelatihan. Tabel 5.6. Kemampuan Pendidik PAUD dalam Menerapkan Hasil Pelatihan
No 1 2
Kemampuan Menerapkan Bisa langsung diterapkan Hanya sebagian yang bisa diterapkan TOTAL
TK/RA 15 29.40% 36 70.60% 51 100.00%
Tempat Mengajar Total Kumulatif Kelompok Pos SPS Bermain PAUD lainnya 24 2 8 49 49 19.70% 25.00% 100.00% 25.90% 25.90% 98 6 0 140 189 80.30% 75.00% 0.00% 74.10% 100.00% 122 8 8 189 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
51
Data di atas menunjukkan bahwa pendidik PAUD cenderung baru mampu menerapkan sebagian hasil pelatihannya (74,10 %). Jumlah terbanyak terdapat pada pendidik Kober (80,30 %), pendidik Pos PAUD (75,00 % dan pendidik TK (70,60 %). Sementara itu, pendidik SPS lainnya mampu menerapkan langsung hasil pelatihan (100 %). Kondisi ini terjadi karena pengaruh dari berbagai berbagai factor berikut ini. Pertama, waktu pelatihan yang diikuti pendidik PAUD. Data tentang waktu platihan dapat dilihat pada table 5.7 berikut ini : Tabel 5.7. Waktu Pelatihan yang Diikuti Pendidik PAUD
No
Jumlah Hari Pelatihan
1
1-3 hari
2
4-6 hari
3
7-9 hari
4
10-12 hari
5
13 - 15 hari
6
15 hari ke atas TOTAL
Tempat Mengajar TK/RA
39 76.50% 8 15.70% 2 3.90% 2 3.90% 0 0.00% 0 0.00% 51 100.00%
Kober
65 53.30% 38 31.10% 1 0.80% 1 0.80% 10 8.20% 7 5.70% 122 100.00%
PosPAUD
7 87.50% 0 0.00% 1 12.50% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 8 100.00%
SPS lainnya
Total
8 119 100.00% 63.00% 0 46 0.00% 24.30% 0 4 0.00% 2.10% 0 3 0.00% 1.60% 0 10 0.00% 5.30% 0 7 0.00% 3.70% 8 189 100.00% 100.00%
Kumulatif
119 63.00% 165 87.30% 169 89.40% 172 91.00% 182 96.30% 189 100.00%
Kedua, pembinaan paska pelatihan. Data yang diperoleh dari hasil jawaban pendidik PAUD terhadap keberadaan pembinaan paska pelatihan dapat dilihat dalam Tabel 5.8. di halaman berikut . Data pada table tersebut menunjukkan bahwa hanya 33,33 % pendidik PAUD yang menyatakan ‗ada pembinaan‘ (29.10 %) dan ‗kadang-kadang ada pembinaan paska pelatihan‘ (4.23 %) . Sebanyak 47,10 % menyatakan tidak ada, bahkan sebanyak 19,04 % menyatakan ‗tidak tahu‘. Kondisi ini erat kaitannya dengan waktu pelatihan yang relative singkat karena ketiadaan pembinaan paska pelatihan akan lebih mengukuhkan ketidakmampuan mereka untuk menerapkan hasil pelatihan.
52
Tabel 5.8. Pembinaan Paska Pelatihan No
Jawaban
1
ada
2
Kadang-kadang ada
3
tidak ada
4
Tidak tahu
5
Tidak menjawab TOTAL
TK/RA 27 52.90% 0 0.00% 16 31.40% 8 15.70% 0 0.00% 51 100.00%
Tempat Mengajar Total Kumulatif Kelompok Pos SPS Bermain PAUD lainnya 28 0 0 55 55 23.00% 0.00% 0.00% 29.10% 29.10% 8 0 0 8 63 6.60% 0.00% 0.00% 4.23% 33.33% 63 4 6 89 152 51.60% 50.00% 75.00% 47.10% 80.43% 22 4 2 36 188 18.00% 50.00% 25.00% 19.04% 99.47% 1 0 0 1 189 0.80% 0.00% 0.00% 0.53% 100.00% 122 8 8 189 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Kekurangmampuan mereka menerapkan hasil pelatihan kelihatannya tidak membuat mereka menyerah. Mereka berupaya untuk menghubungi orang-orang yang ada di sekitarnya, yang dianggap mampu menjelaskan (Tabel 5.9.)
Tabel 5.9. Pihak yang dihubungi Pedidik PAUD bila Belum / Tidak Memahami Hasil Pelatihan
No
Sumber
1
Tidak ada
2
Nara sumber pelatihan
3
Teman di tempat kerja
4
Kepala Sekolah
5
Ketua/pengurus Gugus PAUD
6
Penilik/Pengawas PAUD TOTAL
TK/RA 0 0.00% 4 7.80% 12 23.50% 4 7.80% 22 43.10% 9 17.60% 51 100.00%
Tempat Mengajar Kelompok Pos Bermain PAUD 1 0 0.80% 0.00% 12 1 9.80% 12.50% 71 3 58.20% 37.50% 9 0 7.40% 0.00% 25 2 20.50% 25.00% 4 2 3.30% 25.00% 122 8 100.00% 100.00%
53
SPS lainnya
Total
0 1 0.00% 0.50% 2 19 25.00% 10.10% 1 87 12.50% 46.00% 0 13 0.00% 6.90% 5 54 62.50% 28.60% 0 15 0.00% 7.90% 8 189 100.00% 100.00%
Kumulatif 1 20 107 120 174 189
Sebanyak
46.00%
pendidik PAUD yang belum/Tidak
pelatihan , akan meminta penjelasan dari temannya, dan Ketua/pengurus
memahami hasil
28.60% bertanya kepada
Gugus PAUD. Sumber tempat bertanya lainnya menunjukkan
persentase rendah, di bawah 11,00 %. Dari data ini terlihat, mereka memilih teman di tempatnya mengajar karena merupakan orang terdekat yang bisa diajak bicara tentang kesulitan di tempatnya kerja. Mereka merasa bebas untuk mengungkapkan kekurangmampuannya itu. Ketua/pengurus Gugus PAUD juga terdiri dari teman-temannya, sehingga mereka pun tidak sungkan untuk meminta bantuan. Namun, penjelasan dari teman juga tidak selamanya sesuai dengan yang seharusnya, sehingga beberapa diantaranya meminta penjelasan dari Ketua/pengurus Gugus PAUD. Kondisi ini sangat menggembirakan, artinya Gugus PAUD menjadi tempat untuk mengatasi permasalahan mereka. Ketiga, latar belakang pendidikan peserta. Data pada Tabel 5.3. di atas menunjukkan bahwa 66,67 % pendidik PAUD lulusan SMP (7,40 %) dan lulusan SMA (59,30 %). Pendidik yang berasal dari program D1/D2 PAUD hanya sebanyak 3.70% %, dan S1 PAUD sebanyak 13.20% . Sisanya sebanyak 16,40 % lulusan dari perguruan tinggi program Non PAUD dengan rincian sebagai berikut : D1/D2 Non PAUD (2.10%), Program D3 non PAUD (4.80%) dan program S1 Non Paud (9.50%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hanya 16,90 % berpendidikan sebagai pendidik PAUD dan 83,10 % berlatar belakang pendidikan non PAUD. Wajarlah bila hanya sekitar seperlimanya yang bisa langsung memahami dan menerapkan hasil pelatihan karena pengetahuan dasar tentang kependidikan masih kurang
dimiliki sehingga untuk memahami
pengetahuan tingkat berikutnya memerlukan waktu.
C. Model Pembinaan Pendidik melalui Gugus PAUD Gugus PAUD yang diteliti termasuk aktif menyelenggarakan kegiatan untuk para anggota gugus. Dari empat gugus PAUD yang diteliti, secara garis besar memiliki aspek-aspek yang hampir sama dalam melaksanakan pembinaan terhadap para pendidik PAUD. Berdasarkan hasil pengumpulan data diperoleh informasi sebagai berikut :
1.
Kegiatan Pembinaan Pendidik di Gugus PAUD
Terdapat beberapa hal yang perlu diketahui dalam pembinaan pendidik di Gugus PAUD, seperti berikut ini: 54
a. Organisasi Gugus PAUD Seluruh Gugus PAUD di lokasi penelitian didirikan pada tahun 2012 setelah ada himbauan dari Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan Informal Kemdikbud. Organisasi Gugus PAUD di lokasi penelitian sudah hampir sesuai dengan Panduan Pembentukan Gugus PAUD , yaitu terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan anggota yang terdiri dari pendidik PAUD. Jumlah PAUD Imbas juga sudah sesuai, yaitu antara 5 s.d. 8 PAUD Imbas. Komite PAUD hanya ditemukan di dua Gugus PAUD . Personalia organisasi terdiri dari pendidik TK dan pendidik Kober. Pada tiga Gugus PAUD, Ketua Gugus berasal dari PAUD Inti, yaitu pendidik TK. Hanya satu Gugus yang dipimpin oleh pendidik PAUD yang bukan berasal dari PAUD Inti.
b. Program yang Sudah Dilaksanakan Gugus PAUD Program yang sudah dilaksanakan selama Gugus PAUD terdiri dari :
Matrik 5.1. Program yang Sudah Dilaksanakan Gugus PAUD No (1)
Program Gugus (2)
Gugus PAUD di Lingkungan PKG (3)
Bentuk Kegiatan (4) 1. Pembentukan pengurus Gugus 2. Pelatihan dan work shop 3. Pembinaan-pembinaan
Mandalajati
1
Program Pengelolaan Manajemen Gugus PAUD (Program pengelolaan manajemen Gugus PAUD, serta tata tertib adm. Gugus PAUD)
1. Pembentukan pengurus Gugus 2. Penyusunan Program Kerja Gugus 3. Pelatihan
Batununggal
1. 2. 4. 5.
Rancakalong Sumedang Utara
2
Program Peningkatan Mutu Pendidikan Gugus PAUD
Pembentukan pengurus Gugus Pelatihan untuk pengelola program kerja Pembentukan pengurus Gugus Pelatihan untuk pengelola program kerja
1. Diklat Berjenjang / Diklat Dasar Pendidik 2. Mengembangkan administrasi pembelajaran 3. Work Shop membuat media pembelajaran dari bahan Kokoru 4. Work Shop Menari 5. Work Shop PKG ( Penilaian Kinerja Guru) 6. Sosialisasi sekolah ramah anak 7. Program PLH untuk anak usia dini 8. Program pelayanan Kesehatan anaku usia dini 9. Seminar pola asuh anak 10.Studi banding ke PAUD yang sudah maju 11.Sosialisasi pengenalan camijasa 12.Work Shop Program Pendampingan Akreditasi PAUD Non Formal
Mandalajati
55
(1)
(2)
(3)
(4) Penyusunan program pembelajaran Penyusunan Program semester Mengembangkan administrasi pembelajaran Mensosialisasikan sekolah ramah anak Pelatihan membuat administrasi kelas Pelatihan pembuatan APE Pelatihan untuk turor dan guru TK Pembuatan program tahunan PAUD Penyusunan program pembelajaran Penyusunan Program semester Penyusunan Program PLH Penyusunan Program bahasa Sunda Penyusunan Administrasi TK Bintek/Workshop Permen 58 Manajemen Pembelajaran Manajemen Sarana Prasarana Manajemen SDM Pembinaan program tahunan/semester/ mingguan 2. Pelatihan tutor 1. Pembinaan program tahunan/semester/ mingguan 2. Pelatihan untuk turor dan guru TK 1. Studi banding 2. Seminar 3. Mengikuti lomba-lomba Diskusi dalam pertemuan Membuat laporan kerja Kunjungan/ monitoring ke PAUD –PAUD imbas 1. Membuat laporan kegiatan 2. Menyusun Program Tindak lanjut 1. Mengikuti kegiatan fasilitasi dan koordinasi upaya pelestarian dan pengembangan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat jawa barat 2. Outbond pendidik dan tenaga kependidikan PAUD 1. Outbond pendidik dan tenaga kependidikan PAUD 2. Silaturahmi pendidik, pengawas dan penilik 1. Silaturahmi antar anggota PAUD 2. Silaturahmi pendidik, pengawas dan penilik 1. Program Polisi Sahabat Anak 2. Silaturahmi Akbar 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 1.
Batununggal
Rancakalong Program Peningkatan Mutu Pendidikan Gugus PAUD
Sumedang Utara
Batununggal
3
Program PengembanganGugus PAUD
Rancakalong
Sumedang Utara
4
Program Evaluasi Gugus PAUD
Mandalajati Batununggal Rancakalong Sumedang Utara
Mandalajati
5
Program Lain-lain Batununggal Rancakalong Sumedang Utara
Dari data tentang program Gugus, terlihat bahwa setiap program sudah dilaksanakan melalui kegiatan yang cukup beragam. Ragam kegiatan tersebut cenderung mengarah pada peningkatan kompetensi pendidik. Ini bisa diartikan bahwa pengurus dan anggota Gugus Pihak sudah memahami fungsi Gugus. Hal ini diperkuat dengan data pada Table 5.9 tentang pihak yang paling dipilih untuk memperkuat hasil pelatihan yang
56
belum bisa diterapkan secara optimal atau belum bisa diterapkan cenderung memilih Gugus PAUD (28.60%) Pada saat pelaksanaan, seluruh PAUD Imbas diikutsertakan . Jika kegiatannya sangat penting untuk semua pendidik PAUD, kadang-kadang perwakilan dari IGTKI Kabupaten/ Kota dan Himpaudi turut bekerjasama menyukseskan kegiatan. Untuk lebih jelasnya, keikutsertaan pendidik PAUD dalam kegiatan Gugus PAUD dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 5.10. Keikutsertaan dalam Pertemuan Gugus PAUD
No Keikutsertaan 1
Sering
2
Kadangkadang
3
Tidak pernah
4
Tidak menjawab TOTAL
TK/RA 28 54.90% 23 45.10% 0 0.00% 0 0.00% 51 100.00%
Tempat Mengajar Total Kumulatif Kelompok Pos SPS Bermain PAUD lainnya 49 0 0 77 77 40.20% 0.00% 0.00% 40.70% 40.70% 67 7 7 104 181 54.90% 87.50% 87.50% 55.00% 95.70% 4 1 1 6 187 3.30% 12.50% 12.50% 3.20% 98.90% 2 0 0 2 189 1.60% 0.00% 0.00% 1.10% 1.10% 122 8 8 189 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Data di atas menunjukkan bahwa 95,70 % pendidik PAUD ikut berpartisipasi dalam kegiatan Gugus PAUD. Rinciannya adalah, 40,70 % pendidik PAUD selalu ikut kegiatan Gugus PAUD dan 55,00 % kadang-kadang mengikuti kegiatan Gugus PAUD. Menurut pengurus Gugus PAUD alasan mereka kadang-kadang saja ikut kegiatan Gugus karena kegiatan Gugus sering dilaksanakan pada hari kerja sehingga hanya sebagian pendidik yang bisa mengikuti kegiatan karena sebagian lagi harus tetap mengajar. Ini memperkuat data pada Tabel No. 5.9, bahwa pendidik PAUD memang memiliki perhatian terhadap kegiatan Gugus. Ini bisa diartikan bahwa mereka memahami manfaat Gugus PAUD bagi dirinya. Data ini juga diperkuat dengan data tentang ‗alasan keikutsertaan dalam Gugus PAUD seperti terlihat dalam Tabel 5.12 pada halaman berikut ini. Dalam table tersebut terlihat bahwa 88.81% menyatakan manfaat kegiatan Gugus PAUD bagi dirinya selaku pendidik PAUD. Rinciannya adalah, 37.00% menyatakan karena dapat ‗menambah ilmu 57
/ wawasan baru‘, 36.51% karena ‗kebutuhan‘ dan 15.30% karena dapat berbagi pengalaman. Ini artinya pendidik PAUD benar-benar telah merasakan manfaat kegiatankegiatan Gugus PAUD bagi peningkatan kemampuan mengajarnya.
Untuk lebih
jelasnya data tentang hal ini dapat dilihat pada Table 5.12.
Tabel 5.11. Alasan Keikutsertaan dalam Gugus PAUD
No 2 3 4 5
6 7 8 9
Alasan Keikutsertaan Kebutuhan Menambah ilmu / wawasan baru Berbagi pengalaman Kewajiban sebagai anggota Gugus PAUD Menjadi program utama Gugus PAUD Instruksi Ketua Gugus PAUD Tidak terlalu menyita waktu Waktunya memungkinkan TOTAL
TK/RA 11 5.82% 28 54.90% 8 15.70% 1
Tempat Mengajar Kelompok Pos Bermain PAUD 47 5 24.87% 2.65% 39 2 32.00% 25.00% 20 0 16.40% 0.00% 2 0
Total
Kumulatif
SPS lainnya 6 3.17% 1 12.50% 1 12.50% 0
69 36.51% 70 37.00% 29 15.30% 3
2.00%
1.60%
0.00%
0.00%
1.60%
3
2
1
0
6
5.90%
1.60%
12.50%
0.00%
3.20%
0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 51 100.00%
3 2.50% 6 4.90% 3 2.50% 122 100.00%
0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 8 100.00%
0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 8 100.00%
3 1.60% 6 3.20% 3 1.60% 189 100.00%
69 36.51% 139 73.51% 168 88.81% 171 90.41% 177 93.61% 180 95.21% 186 98.41% 189 100.01%
c. Waktu Pelaksanaan Waktu pertemuan gugus rutin dilaksanakan setiap bulan, kecuali bila ada kesibukan luar biasa, misalnya menjelang akhir tahun ajaran, dilaksanakan dua bulan sekali.
d. Pihak yang Terlibat dalam Pelaksanaan Pihak yang selalu terlibat dalam pelaksanaan kegiatan Gugus PAUD adalah PKG PAUD Kecamatan, pengawas TK dan Penilik PAUD. Di samping itu, ada juga pihak-pihak lain yang sewaktu-waktu bekerjasama dengan Gugus PAUD. Misalnya, Dinas Kesehatan, dalam hal ini Puskesmas, Dinas Lingkungan Hidup, Pemerintah Kecamatan, PKK, Perguruan Tinggi, dan lain-lain. 58
2. Alur Pembinaan Pendidik di Gugus PAUD Pembinaan pendidik di Gugus PAUD sudah diatur dalam panduan yang dikeluarkan Ditjen PAUDNI Kemdiknas. Namun, dalam kenyataannya tergantung pada situasi dan kondisi setempat. Jika hasil pengamatan dan wawancara tentang pembinaan Gugus PAUD digambarkan, maka akan diperoleh alur pembinaan seperti berikut ini :
Umpan balik Penilik PAUD
PAUD Imbas
PAUD Inti
Pengurus Gugus PAUD
Pengurus PKG PAUD
Pengawas TK
Sumber Ide Kegiatan
Umpan balik Pengawas TK Penilik PAUD
Penyusunan Program Kegiatan Gugus PAUD
PKG PAUD Kecamatan Pertemuan Lanjutan
Pelaksanaan Program Kegiatan Evaluasi dan Pelaporan
Tindak lanjut
Kunjungan/ monitoring ke PAUD Imbas
Hasil Tindak Lanjut
Bimbingan Teknis
Gambar 5.1. Alur Pembinaan Gugus PAUD
Diawali dengan munculnya sumber ide kegiatan Gugus PAUD yang berasal dari berbagai pihak, yaitu : dari pengurus PKG PAUD Kecamatan, pengurus Gugus PAUD, PAUD Inti maupun PAUD Imbas. Ide tersebut dibicarakan dalam rapat pengurus Gugus PAUD, jika disepakati disusun dalam bentuk program kegiatan. Pada saat penyusunan program, Ketua PKG PAUD, Penilik PAUD dan Pengawas TK diikutsertakan untuk diminta pendapatnya. Evaluasi kegiatan tidak dilakukan secara formal namun hanya dilakukan melalui kehadiran dan partisipasi peserta dalam proses kegiatan. Oleh karena itu keberhasilan
59
kegiatan dilihat dari: (1) jumlah peserta kegiatan ; (2) kehadiran peserta dalam setiap kegiatan Gugus PAUD; dan (3) variasi tempat kerja peserta( TK, RA, Kober, TPA, SPS). Laporan kegiatan disampaikan kepada PKG PAUD, Pengawas TK dan Penilik KF dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Tindak lanjut kegiatan dilakukan melalui pertemuan lanjutan, kunjungan ke PAUD Imbas, atau bimbingan teknis. Hasil tindak lanjut berupa implementasi hasil kegiatan di tempat kerja peserta dan bertambahnya PAUD yang mengajukan akreditasi dan sudah terakreditasi. Hasil tindak lanjut akan merupakan masukan untuk menyusun rencana kegiatan berikutnya.
2. Peningkatan Kompetensi Pendidik melalui Gugus PAUD Setelah mengikuti kegiatan Gugus PAUD, pendidik merasakan adanya dampak positif terhadap kinerjanya. Mereka merasakan adanya perubahan terhadap pengetahuan dan kemampuan mengajarnya. Hal ini didasarkan data yang diperoleh tentang dampak kegiatan Gugus PAUD, 100 % menyatakan
dampaknya
positif . Bahkan mereka
berharap agar kegiatan-kegiatan Gugus PAUD lebih ditingkatkan sehingga pengetahuan dan keterampilan mereka juga lebih meningkat.
D. Relevansi Kegiatan Gugus PAUD dengan Lesson Study 1. Potensi Gugus PAUD Dari hasil penelitian terhadap Gugus PAUD, terdapat beberapa aspek yang membuat wadah tersebut menjadi tumpuan harapan pendidik dalam meningkatkan kinerjanya. Aspek-aspek tersebut
merupakan potensi yang dimiliki Gugus PAUD
memiliki
relevansi dengan lesson study sehingga dapat mendukung pembinaan pasca pelatihan dengan menggunakan model lesson study Aspek yang dimaksud antara lain : Aspek-aspek atau potensi yang dimaksud adalah sebagai berikut : Pertama, terstruktur dan terorganisir. Lesson study adalah model pembinaan profesi pendidik yang kolaboratif, berkelanjutan , kolegalitas, mutual learning untuk membangun community learning atau komunitas belajar. Untuk menerapkan model pembinaan ini diperlukan wadah yang terstruktur dan terorganisir karena kegiatannya tidak hanya dilakukan sekali-sekali tapi berkelanjutan agar terbangun komunitas belajar. Wadah yang terstruktur memiliki struktur kepengurusan dan pembagian tugas yang jelas serta
memiliki legalitas serta pengakuan dari pihak yang berwenang. Terorganisir 60
maksudnya memiliki visi, misi, tujuan dan program yang jelas dan aktif melaksanakan kegiatannya sesuai dengan langkah-langkah manajemen yang baik , yaitu melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan dan tindak lanjut. Gugus PAUD dikembangkan oleh pemerintah dengan struktur yang jelas karena dikaitkan dengan struktur yang sudah berjalan sejak tingkat pusat hingga tingkat Kecamatan. Tugas pembinaan di masing-masing jenjang sebagai berikut : a. Pembinaan gugus tingkat pusat dilakukan oleh Direktorat Pembinaan PAUD, yaitu dengan :
(1) merumuskan kebijakan manajemen Gugus PAUD; (2)
Pelaksanaan pembinaan secara berjenjang; (3) peningkatan kemitraan dengan organisasi penyelenggara PAUD, dan organisasi profesi dimana pendidik PAUD bernaung; (4) dukungan fasilitas penyelenggaraan Gugus PAUD;
b. Pembinaan melalui Gugus PAUD
tingkat provinsi dilaksanakan oleh Dinas
Pendidikan Provinsi dan Bidang Pendidikan Nonformal dan Informal yang menangani PAUD, dalam bentuk : (1) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembinaan dilapangan; (2)
pengikutsertaan dan pengkoordinasian instansi/
lembaga kependidikan yang relevan untuk menymbangkan tenaga ahlinya; (3) Koordinasi kemitraan dengan organisasi penyelenggara PAUD, dan organisasi profesi dimana pendidik PAUD bernaung.
c. Pembinaan Gugus PAUD pada tingkat kabupaten/kota dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Bidang Pendidikan Nonformal Kabupaten/Kota yang menangani PAUD melalui kegiatan : (1) Melaksanakan pemninaan program di tingkat kecamatan; (2) Membantu menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang pelaksanaan kegiatan pembinaan Gugus PAUD; (3) Mengkoordinasikan kerjasama dengan instansi/lembaga terkait untuk membina pelaksanaan pembinaan Gugus PAUD.
d. Pembinaan Gugus PAUD tingkat kecamatan dilaksanakan oleh UPTD (unit Pelaksana Teknis Dinas), tanggungjawab administrasinya dilaksanakan secara teknis oleh Pengawas TK/SD, Kelompok Kerja Pendidik (KKG), Kelompok Kerja Kepala/Pengelola (K3P). Pengawas TK/SD merupakan penggerak maju 61
mundurnya suatu gugus PAUD
sehingga Gugus PAUD dapat difungsikan
sebagaimana mestinya.
Kedua, kebersamaan. Kebersamaan ini sangat diperlukan dalam penerapan lesson study karena model ini merupakan aktivitas peningkatan kompetensi guru melalui belajar sesama teman (peer learning), yang dilakukan secara terprogram, untuk mencari solusi terhadap kasus-kasus nyata yang dihadapi mereka di kelas, dengan tujuan agar guru dapat mengajar lebih profesional sehingga kegiatan pembelajaran lebih berkualitas. Salah satu diantara fungsi Gugus PAUD adalah sarana untuk saling bertukar informasi dan saling membelajarkan antar anggota dan anggota dengan lingkungan masyarakat. Fungsi ini menuntut adanya kebersamaan di antara para anggota gugus. Dalam Gugus PAUD kebersamaan antara pendidik TK, Pendidik Kober dan SPS PAUD dibangun agar keberadaan mereka bisa saling melengkapi dalam mengembangkan pendidikan bagi anak usia dini. Walaupun Gugus PAUD pada umumnya baru tumbuh sejak tahun 2012, namun beberapa diantaranya sudah mampu mengintegrasikan tiga kelompok pendidik tadi sehingga mereka bisa saling berbagi. Gugus PAUD tersebut sudah mampu memenuhi fungsi selaku wadah pembinaan professional dalam rangka meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan PAUD yang terencana dan sistematis, menjadi sarana untuk saling bertukar informasi dan saling membelajarkan antar anggota dan anggota dengan lingkungan masyarakat dan sebagai bengkel kerja dalam penyediaan dan pengembangan kreasi dan inovasi di bidang pembelajaran PAUD. Kebersamaan ini sebenarnya sudah tumbuh jauh sebelum Gugus PAUD dibentuk karena lokasi sekolah mereka berada dalam satu wilayah administrative dan tempat tinggalnya pun pada umumnya masih berada di wilayah yang sama sehingga kondisi social budayanya pun relative sama. Di samping itu mereka juga tergabung dalam asosiasi tenaga pendidik , seperti IGTKI dan Himpaudi, yang sering mempertemukan anggotanya dalam berbagai kegiatan local. Kebersamaan ini nampak juga dari hasil penelitian, sebanyak 46.00% pendidik PAUD akan bertanya kepada temannya bila ada hal-hal yang tidak dipahami saat menerapkan hasil pelatihan. Sebanyak 28.60% bertanya pada Ketua dan pengurus Gugus PAUD yang terdiri dari teman-temannya juga sesama pendidik PAUD. Jadi jika dijumlahkan sebanyak 74,60 % lebih memilih teman untuk bertanya tentang hal-hal kurang dipahami dalam menerapkan hasil pelatihan. Jika
62
disimpulkan nampak bahwa pembelajaran sesame teman (peer learning) yang menjadi salah satu fungsi Gugus PAUD sudah tumbuh dan berkembangan dengan baik. Kebersamaan lainnya yang memang dikondisikan oleh para Pembina Gugus PAUD, yaitu pertemuan rutin setiap bulan serta kegiatan-kegiatan rekreatif maupun lomba antar Gugus yang diselenggarakan mulai dari tingkat Kabupaten/kota hingga tingkat nasional . Ketiga, pendekatan partisipatif. Dalam lesson study ada tahap identifikasi kebutuhan pendidik yang diangkat dari kasus-kasus nyata yang dihadapi di kelas. Hasil identifikasi kemudian didiskusikan bersama untuk menentukan tujuan lesson learning, selanjutnya direncanakan pelaksanaannya secara bersama pula. Dalam menetapkan kegiatan pembinaan , Gugus PAUD selalu mengacu pada kebutuhan pendidik PAUD yang ada di Gugus Inti, Gugus Imbas maupun pengurus Gugus PAUD . Di samping itu juga masukan dari pengurus PKG PAUD Kecamatan , Pengawas TK dan Penilik PAUD. Masukan dari ketiga pihak ini umumnya berkaitan dengan sosialisasi aturan pemerintah.
Dalam pelaksanaannya, pengurus dan anggota gugus membahas
bersama-sama program kerja gugus, pengembangan gugus, dan kekhususan yang dihadapinya, baik yang bersifat teknis edukatif, seperti penyusunan program pembelajaran, metode pembelajaran, pembuatan alat permainan edukatif, keanggotaan pendidik, akses fasiltas yang di danai pemerintah, pemda, lembaga, atau pihak terkait dan alat peraga lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan kegiatan Gugus PAUD dilaksanakan secara partisipatif. Sumber ide kegiatan tidak melulu berasal dari pengurus gugus atau pemerintah (dalam hal ini Penilik PAUD dan Pengawas TK), namun juga dari para pendidik PAUD melalui PAUD Inti maupun PAUD Imbas, PKG PAUD Kecamatan bahkan dari pihak lain yang memiliki kepedulian terhadap peningkatan kompetensi pendidik PAUD. Ini menguntungkan bagi para pendidik PAUD karena Gugus terbuka untuk menerima usulan yang berkaitan dengan kebutuhan peningkatan kinerjanya. Selanjutnya pengurus gugus akan membicarakan kemungkinan pelaksanaanya, terutama menyangkut waktu, nara sumber dan pemberitahuan kepada Pembina . Hal inilah yang mendorong sebanyak 28.60%
pendidik PAUD bertanya pada Ketua dan pengurus
Gugus PAUD bila ada hal-hal yang kurang dipahaminya dalam pelatihan. Keempat, kemampuan bermitra. Beberapa diantara tujuan khusus Gugus PAUD adalah : (1) Optimalisasi sumber belajar, sarana/prasarana dan potensi lingkungan untuk peningkatan, pengembangan dan eksistensi anggota Gugus PAUD; (2) Peningkatan 63
komunikasi yang efisien dan efektif antar anggota komunitas Gugus PAUD, Gugus dengan orang tua dan masyarakat; dan (3) Fasilitasi terhadap akses fasilitas sumbersumber pembelajaran dari lingkungan dan pemerintah. Ini artinya Gugus PAUD harus terbuka untuk bermitra dengan pihak-pihak yang memiliki kepedulian terhadap perkembangan PAUD atau memiliki potensi untuk meningkatkan kinerja pendidik PAUD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gugus PAUD selama ini bermitra dengan Dinas Kesehatan, Kepolisian, Lingkungan Hidup, pemerintah daerah, Himpaudi, IGTKI, perguruan tinggi, dalam rangka meningkatkan kompetensi pendidik PAUD dalam bidang-bidang yang menjadi garapan lembaga-lembaga tersebut. Kelima, penumbuhan komunitas belajar. diantaranya adalah menjadi
Tujuan khusus Gugus PAUD
wahana pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan
PAUD dalam hal pengembangan dan inovasi pembelajaran PAUD serta peningkatan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan dalam rangka peningkatan mutu layanan anak usia dini sesuai dengan tahap perkembangannya. Tujuan ini menandakan bahwa Gugus PAUD dibangun untuk membentuk komunitas belajar melalui wadah yang teroganisir, artinya pihak pengurus maupun Pembina harus mampu mendorong atau mengkondisikan pendidik untuk terus menerus belajar
dalam rangka menumbuhkan
masyarakat gemar belajar (learning society). Gugus merupakan pintu masuk pertama (starting gate) yang strategis untuk peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan PAUD. Gugus merupakan wadah berkumpulnya para pendidik pada level bawah dan paling memungkinkan bagi para pendidik untuk dapat berinteraksi dan berdiskusi secara cepat dalam mencari solusi terhadap permasalahan keseharian yang dihadapi disekolahnya. Ini artinya pendidik didorong untuk terus menerus melakukan perbaikan terhadap kompetensinya melalui aktivitas yang bermuatan edukatif. Kepedulian Pembina serta pengurus Gugus akan membuahkan hasil yang baik terbukti dari hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa 88.81% mengikuti kegiatan Gugus PAUD menyatakan karena dapat ‗menambah ilmu / wawasan baru‘ (37,00 %) , karena ‗kebutuhan‘ (36.51% ) dan karena dapat berbagi pengalaman (15.30%). Jadi dapat disimpulkan mereka datang mengikuti kegiatan Gugus PAUD dengan tujuan untuk belajar. Ini menandakkan bahwa komunitas belajar mampu ditumbuhkan di gugus PAUD.
64
Dalam lesson study, perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran dapat tercapai dengan baik bila dilakukan secara berkesinambungan. Ini juga mengandung arti bahwa pendidik harus terus menerus belajar agar kualitas kinerjanya semakin meningkat.
2. Faktor pendorong dan penghambat. Beberapa hal yang dapat mendorong terlaksananya model pembinaan lesson study melalui Gugus PAUD dapat dilihat dari beberapa aspek yang ditemukan dalam penelitian, yaitu: a. Dukungan pemerintah , dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota serta ujung UPTD di tingkat Kecamatan sebagai ujung tombaknya,
memiliki andil
yang sangat besar terhadap keberadaan dan keberlangsungan Gugus PAUD. Bimbingan dan motivasi terus menerus dari Penilik PAUD dan Pengawas TK selaku Pembina Teknis Gugus PAUD, memberi kekuatan besar terhadap para pengurus Gugus PAUD untuk menjaga keberlanjutan kegiatan Gugus. ;
b. Sebagian pengurus Gugus PAUD berasal dari pengurus Himpaudi dan IGTKI. Kondisi ini berpengaruh positif terhadap kelancaran kegiatan gugus karena pengelolaan organisasi tidak terlalu berat sebab mereka sudah paham dengan kondisi pendidik PAUD di lingkungan organisasi profesinya, permasalahan serta kebutuhan-kebutuhannya dan sudah memiliki jaringan mitra kerja.
c. Keikutsertaan sebagian besar (95,8 %) pendidik PAUD dalam kegiatan Gugus merupakan ―nyawa‖ yang dapat menghidupkan Gugus PAUD, karena tanpa keberadaan mereka , kegiatan pembinaan tidak akan berlangsung. Keikutsertaan ini terutama terkait dengan pendekatan yang dilakukan Dinas Pendidikan . Di Kabupaten Sumedang, pada saat Gugus PAUD diperkenalkan, Dinas Pendidikan melakukan pendekatan melalui data jumlah anak usia dini yang belum mengikuti PAUD dengan jumlah PAUD formal ( dalam hal ini TK) yang tersedia serta Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang ketentuan usia PAUD Formal dan PAUD Non formal. Kesenjangan yang tinggi antara jumlah TK yang tersedia dengan jumlah anak usia dini yang harus dilayani, membuka mata semua pihak bahwa pelayanan PAUD harus dilaksanakan secara terintegrasi antara PAUD formal (TK) dengan PAUD Non formal (Kelompok Bermain, Pospaud dan SPS 65
lainnya). Di lapangan, kebijakan ini ditindaklanjuti oleh pengawas TK
dan
penilik PAUD untuk melakukan upaya-upaya untuk membangun kerjasama yang baik dalam membina Gugus PAUD sehingga pengurus yang berasal dari PAUD formal dan PAUD Non Formal tidak punya alasan untuk saling berjauhan. Kedua kelompok ini akhirnya mampu berintegrasi dalam wadah Gugus PAUD ;
d.
Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa sebanyak 73,01 % pendidik PAUD mengajar di PAUD Non formal, yaitu 64.5 5% mengajar di Kelompok Bermain, 4.23% mengajar di PosPAUD dan 4.23% Satuan PAUD Sejenis (SPS) lainnya. Dari jumlah tersebut
lulusan SMP (7,40 %) dan lulusan SMA (59,30 %).
Pendidik yang berasal dari program D1/D2 PAUD hanya sebanyak 3.70% %, dan S1 PAUD sebanyak 13.20% . Sisanya sebanyak 16,40 % lulusan dari perguruan tinggi program Non PAUD dengan rincian sebagai berikut : D1/D2 Non PAUD (2.10%), Program D3 non PAUD (4.80%) dan program S1 Non Paud (9.50%). Kondisi latar belakang pendidikan inilah yang menjadi motivasi besar bagi pendidik PAUD untuk ikutserta dalam kegiatan Gugus PAUD. Data menunjukkan bahwa 95,70 % pendidik PAUD ikut berpartisipasi dalam kegiatan Gugus PAUD.
Hambatan penyelenggaraan terutama berkaitan dengan masalah waktu kegiatan yang disepakati untuk dilaksanakan pada hari Kerja. Akibatnya, hanya sebagian pendidik PAUD yang bisa meninggalkan tugasnya mengajar, sebagian lagi harus tetap menjalankan tugas di sekolah.
E. Disain Awal Lesson Study untuk Pembinaan Paska Pelatihan Pendidik melalui Gugus PAUD Berdasarkan uraian sebelumnya nampak bahwa Gugus PAUD dan lesson study memiliki relevansi kuat sehingga penerapan lesson study melalui Gugus PAUD sangat memungkinkan untuk dilaksanakan. Dalam hal ini, langkah-langkah lesson study disesuaikan dengan kondisi Gugus PAUD. Untuk lebih jelasnya, alur penerapan model beserta penjelasan setiap langkah, dapat dilihat pada gambar di halaman berikut ini:
66
Tahapan
Diagram Proses
Dokumen terkait
M u
Daftar nama personil tim Lesson study
Membentuk Tim
PERSIAPAN
Identifikasi masalah dan kebutuhan
sesuai
Tidak
ya
Menentukan Tujuan
PERENCANAAN
Mendisain pembelajaran
Rencana Kegiatan harian (RKH)
Merencanakan instrument untuk mengkaji pembelajaran
Instrumen observasi
Melaksanakan pembelajaran
Revisi
PELAKSANAAN Observasi kegiatan pembelajaran Mendiskusikan dan menilai hasil pembelajaran
REFLEKSI
Sesuai Rencana
Tidak
ya Dokumentasi & diseminasi
TINDAK LANJUT
Laporan hasil Lesson Study / Karya tulis
Selesai
Gambar. 5.2. Diagram Alir Model Penerapan Lesson Study Melalui Gugus PAUD
Langkah ke-1, pembentukan team. Anggota team berjumlah antara 3 s.d. 6 orang pendidik PAUD yang tertarik untuk bekerja sama dalam upaya meningkatkan
67
kemampuan mengajarnya dan pembelajaran siswa. Mereka menentukan siapa yang akan menjadi guru dan siapa yang akan menjadi observer. Langkah ke-2, identifikasi masalah . Para anggota team melakukan identifikasi masalah terhadap hasil pelatihan yang belum dapat diterapkan di kelas secara optimal atau sama sekali belum diterapkan. Identifiksi juga dikaitkan dengan pengalaman nyata saat mereka melaksanakan pembelajaran di kelas. Selanjutnya mereka menetapkan masalah yang akan diprioritaskan penanganannya melalui lesson study saat ini. Langkah ke-3, menentukan tujuan. Para anggota tim bersama sama mendiskusikan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan lesson study. Untuk menentukan tujuan, terlebih dahulu harus ditetapkan lingkup perkembangan yang ingin ditingkatkan, kelompok usia anak, dan Tingkat Pencapaian Perkembangan anak Langkah ke-4, mendisain pembelajaran. Disain pembelajaran disusun berdasarkan tujuan pembelajaran . Isi disain pembelajaran tidak lepas dari lingkup perkembangan yang ingin ditingkatkan, kelompok usia anak, dan Tingkat Pencapaian Perkembangan anak Langkah ke-5, merencanakan
instrumen untuk mengkaji pembelajaran
.
Instrumen ini diperuntukkan bagi observer yang akan mengobservasi kegiatan pendidik yang melaksanakan pembelajaran atau yang menjadi guru. Langkah ke-6, melaksanakan Pembelajaran. Pendidik PAUyang menjadi guru, melaksanakan pembelajaran sesuai disain pembelajaran yang sudah disepakati bersama. Langkah ke-7, observasi kegiatan pembelajaran. Pada saat pembelajaran erlangsung, penidik PAUD yang mendapat tugas sebagai observer, melakukan observasi berdasarkan instrument observasi yang telah disusun sebelumnya. Saat obervasi, diikutsertakan pakar yang berasal dari akademisi/ dosen . Langkah ke-8, mendiskusikan
dan menilai hasil pembelajaran. Kegiatan ini
merupakan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran guru. Pertemuan refleksi segera dilakukan secepatnya setelah kegiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari guru observer, dan akhirnya komentar dari dosen atau pakar luar tentang keseluruhan proses serta saran sebagai peningkatan pembelajaran. Jika pada tahap ini pembelajaran sudah dianggap mencapai tujuan maka mereka bisa mengulangnya di kelas masing-masing atau untuk topik yang berbeda. Mereka bisa lanjut ke langkah 10, yaitu mendokumentasikan dan mendesiminasikan hasil lesson study . Namun, jika pencapaian belum optimal, maka mereka harus masuk ke langkah 9. 68
Langkah ke-9, merevisi
dan
mengulang pembelajaran. Dalam langkah ini
kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-tahapan mulai dari tahapan ketiga sampai dengan tahapan kedelapan, dan melakukan sharing atas temuan-temuan yang ada. Langkah ke-10, dokumentasi dan diseminasi. Pada tahap ini kelompok melakukan pemaparan hasil lesson study di
Gugus PAUD atau di PKG PAUD. Selanjutnya
kelompok membuat artikel untuk dimuat di jurnal atau blog agar hasil hasil lesson study bisa disebarluaskan.
F. Penyusunan Kelengkapan Model Untuk menerapkan draft model ini disusun draft Buku Panduan Penerapan Lesson Study melalui Gugus PAUD dan instrument observasi pelaksanaan Lesson study . Agar lebih sesuai dengan kebutuhan nyata di lapangan, buku panduan ini dibahas oleh beberapa orang yang berasal dari unsur akademisi (dosen) , praktisi (pendidik senior yang berprestasi) dan birokrasi (Pengawas TK)
G. Sosialisasi Draft Model 1.
Sosialisasi dilakukan untuk dua materi, yaitu “Pembinaan Pasca Pelatihan Melalui Gugus PAUD” dan
“Model pengembangan lesson study
dalam
pembinaan pasca pelatihan melalui Gugus PAUD” kepada para pengurus PKG, pengurus Gugus PAUD, pendidik PAUD, Penilik PAUD dan Pengawas TK serta akademisi di lokasi penelitian.
2.
Sosialisasi Buku Panduan Penerapan Lesson Study melalui Gugus PAUD kepada para pengurus PKG, pengurus Gugus PAUD, pendidik PAUD, Penilik PAUD dan Pengawas TK serta akademisi di lokasi penelitian.
3.
Seminar hasil pelatihan yang dilaksanakan pada tanggal 15 September 2014, yang dihadiri unsur akademisi, praktisi dan birokrasi.
69
BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA Rencana pada tahapan berikutnya (tahun kedua) yaitu uji coba pendahuluan dan uji coba utama. Rincian kegiatannya adalah :
1. Uji coba pendahuluan disain awal yang akan dilakukan di 2 gugus PAUD, dengan menggunakan alat pengumpul data, yaitu : pengamatan, wawancara, dan menyebarkan angket. Datanya kemudian dianalisis sebagai dasar bagi penyempurnaan model awal. Kegiatan dilakukan dalam satu siklus (putaran) 2. Revisi terhadap produk hasil uji coba pendahuluan sebagai bahan untuk mempersiapkan uji coba utama. 3. Uji coba utama, dilakukan pada 4 Gugus PAUD yang berada di wilayah perkotaan dan pedesaan. Kemudian dilakukan pengamatan,wawancara, dan penyebaran angket serta uji kompetensi , khususnya terhadap variabel kriterium yang ditetapkan. Kemudian hasilnya dievaluasi. Kegiatan uji coba utama dilaksanakan dalam tiga siklus (putaran) agar dapat diperoleh model yang terpercaya. 4. Revisi terhadap produk hasil uji coba utama sebagai bahan masukan untuk mempersiapkan uji coba operasional pada tahun berikutnya. 5. Hasil penelitian diseminarkan di kampus, di Kabupaten Sumedang dan Kota Bandung. 6. Keluaran hasil penelitian adalah artikel yang akan dimuat di Jurnal Nasional atau internasional dan Buku Ajar .
70
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari seluruh hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Kondisi pendidik PAUD Kondisi pendidik PAUD masih sangat menghawatirkan jika melihat ketentuan tentang standar kompetensi dan kualifikasi pendidik PAUD seperti yang tercantum dalam Permen Diknas No.58 Tahun 2009 tentang Standar PAUD, Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 82,00 % pendidik PAUD berada pada usia produktif, yaitu antara usia di bawah 20 tahun – 45 tahun. Sebanyak 66,67 % pendidik PAUD lulusan SMP (7,40 %) dan lulusan SMA (59,30 %). Hanya 16,90 % pendidik PAUD yang berlatar belakang pendidikan PAUD dan 83,10 % berlatar belakang pendidikan non PAUD. Sebanyak 42.86 % pendidik PAUD sudah memiliki masa kerja antara 1 s.d. 5 tahun dan sebanyak 57.14 % memiliki masa kerja di atas 5 tahun. Namun, persentase terbanyak yang memiliki masa kerja di atas 5 tahun adalah Pendidik TK (90,20 %). Sebanyak 89,40 % pendidik PAUD berstatus Non PNS. Jumlah terbanyak PNS terdapat di Guru TK (33,30 %), sedangkan pendidik Kober hanya sebanyak 2,50 %.
2. Gambaran pembinaan pasca pelatihan yang diikuti pendidik PAUD. Pedoman pelatihan yang dilaksanakan berbagai training provider cukup beragam, terutama dari segi waktu efektif yang digunakan untuk pelatihan dan kedalaman materi. Bagi training provider yang didanai Ditjen PAUDNI Kemdiknas, penyelenggaraan pelatihan mengacu pada Pedoman Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Berjenjang Ditjen PAUDNI Kemdiknas. Diklat yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi waktu dan materinya lebih dikembangkan lagi karena untuk mempersiapkan peserta yang akan meningkatan kualifikasi ke jenjang S1 melalui program konversi.
71
Diklat yang diselenggarakan secara swadana oleh masyarakat , baik oleh lembaga perorangan atau non lembaga , materi dan waktu kegiatan tidak sepenuhnya
mengacu pada panduan Ditjen PAUDNI tapi mengacu pada
kebutuhan lapangan atau permintaan calon peserta. Pembinaan pasca pelatihan pun bervariasi. Training provider yang didanai Ditjen PAUDNI Kemdiknas menyelenggarakan pembinaan paska pelatihan melalui 200 jampel tugas mandiri atau 25 hari kerja. Ada yang dimonitor secara serius kemudian dilanjutkan dengan laporan hasil tugas mandiri atau dengan tes akhir, namun ada pula yang menyerahkan sepenuhnya
kepada
kepala
sekolah
tempat
peserta
bekerja
tanpa
dimonitoring. Diklat yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi, pembinaan pasca pelatihan dilanjutkan melalui kegiatan perkuliahan (bagi peserta yang mengikuti program konversi) . Bagi yang tidak mengikuti perkuliahan, pembinaan pasca pelatihan dilakukan melalui melalui Diklat Lanjutan atau melalui pendampingan dalam jangka waktu tertentu atau hanya kegiatan konsultasi. Bagi Diklat yang diselenggarakan
secara swadana oleh
masyarakat, kegiatan pasca pelatihan ini seringkali tidak dijadwalkan karena identik dengan pengeluaran dana tambahan. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa pendidik PAUD cenderung baru mampu menerapkan sebagian hasil pelatihannya (74,10 %). Ini terjadi pada 80,30 % pendidik Kober , 75,00 % pendidik Pos PAUD dan 70,60 % pendidik TK. Sementara itu, 100 % pendidik SPS lainnya mampu menerapkan langsung hasil pelatihan. Penyebabnya
adalah : (a) waktu
pelatihan yang relative singkat. Data menunjukkan sebanyak 63,00
%
tenaga pendidik PAUD mengikuti pelatihan antara 1 – 3 hari dan 24,30% tenaga pendidik mengikuti pelatihan antara antara 4 – 6 hari. Sedangkan materi yang diberikan rata-rata 6 materi. Rata-rata dalam satu hari mereka hanya memiliki waktu efektif untuk menerima materi pelatihan sekitar 8 jampel. Jika satu jampel 50 menit, mereka hanya memiliki 400 menit sehari atau sekitar 6,67 jam/hari. Jika pelatihan dilaksanakan selama 3 atau 5 hari, maka jumlah jampel sekitar 20,01 jam atau 33,35 jam. Misalnya jika waktu hanya 3 hari dengan rata-rata 6 materi, maka setiap materi hanya memperoleh 3,33 jam. Waktu ini sangat kurang karena materi untuk peningkatan 72
kompetensi pedagogic dan professional membutuhkan kegiatan praktek yang memerlukan waktu relative banyak. Waktu tersebut bisa dianggap cukup jika tujuannya untuk membuka wawasan atau meningkatkan aspek kognitif. Namun, jika tujuannya untuk meningkatkan keterampilan kerja, waktu tersebut masih sangat kurang. Oleh karena itu ada kecenderungan mereka tahu tapi kurang paham cara menerapkannya; (b) Kurangnya/ tidak ada kegiatan pembinaan paska pelatihan. Data menunjukkan hanya 33,33 % pendidik PAUD yang menyatakan ‗ada pembinaan paska pelatihan ‘ dan ‗kadang-kadang ada pembinaan paska pelatihan‘. Sebanyak 47,10 % menyatakan tidak ada, bahkan sebanyak 19,04 % menyatakan ‗tidak tahu‘. Namun, mereka yang benar-benar ingin meningkatkan kompetensinya berusaha
meminta penjelasan dari temannya (46,00 %) ,
atau bertanya
kepada Ketua/pengurus Gugus PAUD (28.60%) . Sumber tempat bertanya lainnya menunjukkan persentase rendah, di bawah 11,00 %.
3. Mekanisme pembinaan Gugus PAUD saat ini dalam melaksanakan peningkatan
kinerja
para
pendidik
PAUD
dilakukan
secara
berkesinambungan dan mengikutsertakan berbagai pihak. Diawali dengan sumber ide kegiatan Gugus PAUD yang berasal dari berbagai pihak, yaitu : dari pengurus PKG PAUD Kecamatan, pengurus Gugus PAUD, PAUD Inti maupun PAUD Imbas. Ide tersebut dibicarakan dalam rapat pengurus Gugus PAUD, jika disepakati disusun dalam bentuk program kegiatan. Pada saat penyusunan program, Ketua PKG PAUD, Penilik PAUD dan Pengawas TK diikutsertakan
untuk
diminta
pendapatnya.
Pelaksanaan
juga
mengikutsertakan berbagai pihak. Evaluasi hasil kegiatan hanya dilihat dari: (1) jumlah peserta kegiatan ; (2) kehadiran peserta dalam setiap kegiatan Gugus PAUD; dan (3) variasi tempat kerja peserta( TK, RA, Kober, TPA, SPS). Laporan kegiatan disampaikan kepada PKG PAUD, Pengawas TK dan Penilik KF dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Tindak lanjut kegiatan dilakukan melalui pertemuan lanjutan, kunjungan ke PAUD Imbas, atau bimbingan teknis. Hasil tindak lanjut berupa implementasi hasil kegiatan di tempat kerja peserta dan bertambahnya PAUD yang mengajukan akreditasi
73
dan sudah terakreditasi. Hasil tindak lanjut akan merupakan masukan untuk menyusun rencana kegiatan berikutnya.
4. Potensi Gugus PAUD yang relevan untuk penerapan Lesson Study sebagai model Pembinaan Pasca Pelatihan yaitu : (a) terstruktur dan terorganisir. Lesson study adalah model pembinaan profesi pendidik yang kolaboratif, berkelanjutan, kolegalitas, mutual learning untuk membangun community learning atau komunitas belajar. Untuk menerapkan model pembinaan ini diperlukan wadah yang terstruktur dan terorganisir karena kegiatannya tidak hanya dilakukan sekali-sekali tapi berkelanjutan agar terbangun komunitas belajar. Gugus PAUD merupakan wadah yang terstruktur memiliki struktur kepengurusan dan pembagian tugas yang jelas serta memiliki legalitas serta pengakuan dari pihak yang berwenang. Gugus PAUD dikembangkan oleh pemerintah dengan struktur yang jelas karena dikaitkan dengan struktur yang sudah berjalan sejak tingkat pusat hingga tingkat Kecamatan; (b) kebersamaan. Kebersamaan ini sangat diperlukan dalam penerapan lesson study karena model ini merupakan aktivitas peningkatan kompetensi guru melalui belajar sesama teman (peer learning), yang dilakukan secara terprogram, untuk mencari solusi terhadap kasus-kasus nyata yang dihadapi mereka di kelas, dengan tujuan agar guru dapat mengajar lebih profesional sehingga kegiatan pembelajaran lebih berkualitas. Salah satu diantara fungsi Gugus PAUD
adalah sarana untuk saling bertukar informasi dan saling
membelajarkan antar anggota dan anggota dengan lingkungan masyarakat. Fungsi ini menuntut adanya kebersamaan di antara para anggota gugus. Dalam Gugus PAUD kebersamaan antara pendidik TK, Pendidik Kober dan SPS PAUD dibangun agar keberadaan mereka bisa saling melengkapi dalam mengembangkan pendidikan bagi anak usia dini; (c) pendekatan partisipatif. Dalam lesson study ada tahap identifikasi kebutuhan pendidik yang diangkat dari kasus-kasus nyata yang dihadapi di kelas. Hasil identifikasi kemudian didiskusikan bersama untuk menentukan tujuan lesson learning, selanjutnya direncanakan
pelaksanaannya
secara
bersama
pula.
Gugus
PAUD
dilaksanakan secara partisipatif. Sumber ide kegiatan tidak melulu berasal dari pengurus gugus atau pemerintah (dalam hal ini Penilik PAUD dan 74
Pengawas TK), namun juga dari para pendidik PAUD melalui PAUD Inti maupun PAUD Imbas, PKG PAUD Kecamatan bahkan dari pihak lain yang memiliki kepedulian terhadap peningkatan kompetensi pendidik PAUD; (d) Kemampuan bermitra. Dalam pelaksanaan Lesson study diperlukan adanya kemitraan dengan Pengawas TK/ Penilik PAUD, asosiasi pendidik dan tenaga kependidikan , perguruan tinggi. Mitra tersebut akan berperan selaku observer atau pendamping. Gugus PAUD selama ini bermitra dengan berbagai pihak, pemerintah maupun non pemerintah, yang terkait dengan tumbuh kembang anak usia dini, seperti dengan Dinas Kesehatan, Kepolisian, Lingkungan Hidup, pemerintah daerah, Himpaudi, IGTKI, perguruan tinggi, dalam rangka meningkatkan kompetensi pendidik PAUD dalam bidang-bidang yang menjadi garapan lembaga-lembaga tersebut; (e) Penumbuhan komunitas belajar. Dalam pembelajaran
lesson study, perbaikan atau peningkatan kualitas
dapat
tercapai
dengan
baik
bila
dilakukan
secara
berkesinambungan Gugus PAUD dibangun untuk membentuk komunitas belajar melalui wadah yang teroganisir, artinya pihak pengurus maupun Pembina harus mampu mendorong atau mengkondisikan pendidik untuk terus menerus belajar
dalam rangka menumbuhkan masyarakat gemar belajar
(learning society). Faktor pendorong . Beberapa hal yang dapat mendorong terlaksananya model pembinaan lesson study melalui Gugus PAUD dapat dilihat dari beberapa factor yaitu: (a) dukungan pemerintah (Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota serta ujung UPTD di tingkat Kecamatan); (b) pengurus Gugus PAUD
berasal dari pengurus Himpaudi dan IGTKI sehingga
memudahkan koordinasi; (c) Keikutsertaan
sebagian besar (95,8 %)
pendidik PAUD dalam kegiatan Gugus; (d) Kondisi pendidikan para pendidik PAUD yang memerlukan peningkatan kompetensi karena sebanyak 73,01 % pendidik PAUD mengajar di PAUD Non formal, berlatar belakang pendidikan SMP (7,40 %) dan SMA (59,30 %). Hanya 16,90 % berlatar belakang pendidikan PAUD dan 83,10 % berlatar belakang pendidikan non PAUD. Faktor penghambat penyelenggaraan terutama berkaitan dengan masalah waktu kegiatan yang disepakati untuk dilaksanakan pada hari Kerja. 75
Akibatnya, hanya sebagian pendidik PAUD yang bisa meninggalkan tugasnya mengajar, sebagian lagi harus tetap menjalankan tugas di sekolah
5. Model awal/model pendahuluan penerapan Lesson Study untuk Pembinaan Pasca Pelatihan pendidik PAUD melalui Gugus PAUD dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : a. Tahap Persiapan, mencakup : (a) Pembentukan Team lesson study (b) Identifikasi kebutuhan masalah nyata di kelas b. Tahap Perencanaan, mencakup : (a) Menentukan tujuan pembelajaran (b) Mendisain pembelajaran (c) Merencanakan instrument untuk mengkaji pembelajaran c. Tahap Pelaksanaan, mencakup : (a) Melaksanakan pembelajaran (b) Mengobservasi pembelajaran d. Tahap Refleksi, mencakup : (a) Mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. (b) Menganalisis dan merevisi bila tujuan pembelajaran belum tercapai. e. Tahap Tindak Lanjut dilakukan bila tujuan pembelajaran sudah tercapai. Tahap ini mencakup : (a) Dokumentasi (b) Diseminasi
6. Kelengkapan model awal/model pendahuluan penerapan Lesson Study untuk Pembinaan Pasca Pelatihan pendidik PAUD melalui Gugus PAUD terdiri dari Buku Panduan Penerapan Lesson Study melalui Gugus PAUD dan instrument observasi pelaksanaan Lesson study.
76
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa hal berikut ini yang perlu diperhatikan oleh para pembina dan penyelenggara Gugus PAUD agar penerapan lesson study bisa berjalan lancar. Hasil temuan dan saran pemecahan masalah dapat dilihat berikut ini : 1.
Masih adanya sikap diskriminatif
pendidik PAUD formal terhadap
pendidik PAUD non formal. Pendidik PAUD non formal dianggap ‗ guru bohong-bohongan‘ karena masih banyak yang belum memiliki kompetensi dan kualifikasi memadai
untuk mengajar di PAUD.
Padahal tujuan penggabungan kedua jalur PAUD tersebut dalam satu Gugus untuk menunjukkan bahwa keduanya memiliki kedudukan yang sama. Untuk mengatasinya, disarankan pihak Dinas pendidikan selaku Pembina , dalam hal ini Pengawas TK dan Penilik PAUD, untuk terus menerus memberikan pemahaman tentang kondisi PAUD saat ini, yaitu : (a) jumlah layanan pendidikan usia dini (PAUD) Indonesia baru menjangkau sekitar 30% dari 30 juta anak 0-6 tahun, tidak mungkin hanya ditangani oleh TK yang hanya melayani usia 4 – 6 tahun dan jumlahnya masih terbatas. Kober dan SPS sejenis lainnya harus diberi kesempatan agar seluruh anak usia dini bisa terlayani, terutama anak usia 0- 4 tahun, kondisi social ekonominya rendah atau jauh dari jangkauan layanan TK ; (b) Ketentuan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa ‗PAUD formal dan PAUD non formal memiliki kedudukan yang sama hanya dibedakan dari usia anak‘. Disamping itu juga ditetapkan standar pendidik PAUD dalam Permen Diknas No. 58 taun 2009. 2.
Pergantian Pengawas TK/Penilik PAUD seringkali berpengaruh terhadap penyelenggaraan program Gugus PAUD karena masih ada Pengawas TK/Penilik PAUD yang belum mau membina Gugus PAUD dengan baik. Penyebabnya , Pengawas TK dan Penilik PAUD belum mampu menyamakan persepsi tentang PAUD Formal dan PAUD Non formal. Untuk mengatasinya, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dalam hal ini Kasie PAUD, harus menyamakan persepsi dulu di antara keduanya sebelum ditugaskan di lapangan. 77
3.
Dalam penerapan lesson study, Gugus PAUD perlu bermitra dengan perguruan tinggi yang memiliki program studi kependidikan, terutama program studi PAUD maupun dengan pendidik PAUD yang berasal dari lembaga PAUD yang sudah lebih maju. Mitra perguruan tinggi berperan sebagai nara sumber atau pendamping yang
dapat melihat seluruh
aspek penyelenggaraan lesson study, sedangkan pendidik PAUD dari lembaga lain bisa sebagai teman berbagi pengalaman (peer sharing) dalam teknis pelaksanaan proses pembelajaran PAUD. Baik dosen maupun pendidik PAUD dari lembaga lain bisa berperan juga sebagai observer.
78
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Borg, W.R.dan Gall. M.D. (1979). Educational Research: An Introduction ( third ed.). New York-London: Longman. Bill Cerbin & Bryan Kopp. A Brief Introduction to College Lesson Study. Lesson Study project. online: http://www.uwlax.edu/sotl/lsp/index2.htm Depdiknas, Depag, JICA. (2009). Panduan untuk Lesson Study Berbasis MGMP dan Lesson Study Berbasis Sekolah. Jakarta : PELITA Firman, Harry dan Ida Kaniawati (Ed.). 2007. Monitoring & Evaluasi Program Lesson Study (Lesson Learned dari JICA-SISTTEMS). Bandung: UPI Press Hiryanto, dkk, (2011), Hasil Penelitian Research Grant Program Hibah Kompetisi (PHK) A-2 Prodi PLS, Jogyakarta, PLS FIP UNY Ibrohim, (2010), Paduan Pelaksanaan Lesson Study di KKG, Malang : Universitas Negeri Malang. McMillan, J.H., and S. Schumacher. 2001. Research in education a conceptual introduction. 5th ed. New York: Adiison Wesley Longman, Inc. IMSTEP-JICA. (2007). Lesson Study Suatu Strategi Keprofesionalan Pendidik, Bandung : UPI Press.
untuk
Meningkatkan
Kemmis, S. and Mc.Taggart, R. (1988). The Action Research Planner (Third Ed.). Victoria: Deakin University. Kirkpatrick, Donald, L. & James D. Kirkpatrick. (2009), Evaluating Training Programs, Published by Berrett-Koehler Publishers Lewis, Catherine ,2004, Does lesson study have a future in the United States?. Online: http://www.sowi-online.de/journal/2004-1/lesson_lewis.htm --------------------. 2002. Lesson Study: A Handbook of Teacher-Led Instructional Change. Philadelphia, PA: Research for Better Schools, Inc. Lewis, C. Perry, R. Dan Murata, A., 2006. How Should Research Contribute to Instructional Improvement?: The Case of Lesson study. Educational Researcher, 35 (3):3-14. Mangkunegara, A.A.Anwar Prabu, (2009), Evaluasi Kinerja SDM, Solo : Refika Aditama
79
Moekijat, 1991, Latihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bandung : Mandar Maju. Mulyana, S, (2007), Lesson Study (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat Muttaqin, F. (2011), Dampak Pendidikan dan Pelatihan Dasar Profesi Terhadap Peningkatan Kompetensi Pendidik PAUD, Skripsi, Bandung : FKIP-UNINUS Nawawi, Hadary, (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, Gajah Mada Universitas Press. Fuad, Noor & Gofur Ahmad, (2009), Integrated Human Resources Development, Jakarta : Grasindo Nurabnu, Uceh, (2012), Program Peningkatan Kompetensi Profesional Guru TK melalui Kelompok Kerja Guru TK ( Studi Analitik Deskriptif pada Gugus 48 TK di Kecamatan Bandung Kulon Tahun 2011)‖, Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia, repocitory.upi.edu Rivai, Veithzal . (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada Riyati, Siti (2007), Sistem Pembinaan Profesional Guru Pendidikan Ipa Melalui Lesson Study,Bandung : Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Ruky, Achmad S. (2004), Sumberdaya Manusia Berkualitas – Mengubah Visi Menjadi Realitas, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Simamora, Henry, (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Sumantri, S. (2000), Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bandung, Fakultas Psikologi Unpad. Zinovieff, Michael, A.(2008), Review and Analysis of Training Impact Evaluation Methods, and Proposed Measures to Support a United Nations System Fellowships Evaluation Framework, Geneva : WHO's Department of Human Resources for Healt
80
Lampiran I
81
BUKU PANDUAN PENERAPAN LESSON STUDY MELALUI GUGUS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA JULI, 2014 82
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan sukur ke hadirat Illahi Rabbi karena Buku Panduan ini telah dapat diselesaikan walaupun mungkin masih banyak yang perlu diperbaiki. Buku ini terdiri dari delapan Bab yang dapat dibagi ke dalam tiga kelompok materi. Kelompok pertama terdiri dari satu bab, menjelaskan tentang latar belakang dan tujuan serta ruang lingkup Buku Panduan. Kelompok kedua terdiri dari dua bab materi teoritis dan konsep tentang lesson study dan standar PAUD. Kelompok ketiga terdiri dari lima bab berisi tentang langkah-langkah pelaksanaan lesson study sejak persiapan hingga tindak lanjut. Isi Buku Panduan ini disusun sesederhana mungkin agar mudah dibaca, dipahami dan diterapkan. Memang untuk menerapkannya diperlukan suatu proses yang terdiri dari sosialisasi, pembekalan dan simulasi lesson study serta pelaksanaan. Harapan kami, mudah-mudahan buku ini dapat membantu Gugus PAUD dalam meningkatkan kompetensi para pendidik PAUD di tempat kerjanya, sehingga dampaknya bermanfaat bagi peningkatan kualitas PAUD di wilayahnya masing-masing. Bandung, 25 Juli 2014 Ketua Tim Peneliti
83
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR MATRIK DAFTAR GAMBAR BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup Penulisan D. Penjelasan Istilah
ii iii v vi 1 2 2 3
BAB II .KONSEP LESSON STUDY A. Pengertian B. Langkah-langkah C. Manfaat
5 7 9
BAB III. GAMBARAN SINGKAT GUGUS PAUD A. Pengertian B. Tujuan dan Fungsi C. Pembentukan Gugus PAUD D. Struktur Gugus PAUD E. Mekanisme Kerja Gugus PAUD F. Program kerja gugus PAUD G. Pelaksanaan Program Kerja Gugus PAUD H. Anggaran Gugus PAUD I. Pelaporan Gugus PAUD J. Peran Serta Masyarakat K. Identifikasi Potensi Masyarakat L. Pihak yang Berperan dalam peran Serta Masyarakat M. Pola Pembinaan Gugus PAUD N. Pusat Kerja Gugus PAUD (PKG PAUD) Kecamatan O. Pemantauan, Penilaian, Pelaporan dan Tindak lanjut
11 11 12 14 14 15 16 17 17 17 17 18 18 19 23
BAB IV. STANDAR PAUD A. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan B. Standar Pendidik C. Standar Isi, Proses dan Penilaian
24 29 32
BAB V. PERSIAPAN A. Pembentukan Tim Lesson Study B. Identifikasi Kebutuhan dan Masalah Pembelajaran BAB VI. PERENCANAAN 84
37 37
A. B. C. D. E.
Analisis Kebutuhan Menentukan Tujuan Pembelajaran Mendisain pembelajaran Presentasi Disain Pembelajaran Merencanakan Instrument untuk Mengamati Kegiatan Pembelajaran
BAB VI. PELAKSANAAN A. Pelaksanaan Pembelajaran B. Observasi Pembelajaran
40 41 41 42 43
44 44
BAB VII. REFLEKSI A. Mendiskusikan Hasil dan Menganalisis B. Merevisi BAB VIII. TINDAK LANJUT A. Dokumentasi B. Diseminasi DAFTAR KEPUSTAKAAN
47 48 49 49 50
85
DAFTAR MATRIK
Matrik 3.3.
Tingkat Pencapaian Perkembangan Kelompok Usia 2 – <4 Tahun Tingkat Pencapaian Perkembangan Kelompok Usia 4 – ≤ 6 Tahun Kompetensi Kepribadian
Matrik 3.4.
Kompetensi Profesional
30
Matrik 3.5
Kompetensi Pedagogik
31
Matrik 3.6
Kompetensi Sosial
32
Matrik 3.1. Matrik 3.2.
Matrik 4.1. Matrik 5.1.
Contoh Format Hasil identifikasi masalah dan Kebutuhan pembelajaran Contoh Format Analisis Kebutuhan
86
24 26 30
38 40
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Gambaran Umum Lesson Study
6
Gambar 2.2. Gambar 2.3. Gambar 2.4. Gambar 2.5.
Diagram Alir Penerapan Lesson Study Melalui Gugus PAUD Bagan Gugus PAUD Struktur Organisasi Gugus PAUD Struktur Kepengurusan PKG PAUD Kecamatan
8 13 14 20
87
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang No.14 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa Guru adalah tenaga profesional yang memiliki kewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Di samping itu juga guru wajib meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Salah satu prinsip profesionalitas adalah memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan profesi guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional menjadi satu hal yang sangat diperlukan. Berbagai program dikembangkan dalam rangka menunjang peningkatan kompetensi guru, misalnya pelatihan, magang, pendampingan dan sebagainya. Keterbatasan pemerintah dalam memberikan pelatihan dan pendampingan yang berjenjang dan berkelanjutan menjadi salah satu kendala pemerataan dan peningkatan kompetensi pendidik PAUD. Oleh karena itu dukungan aktif masyarakat dan pemerintah daerah sehingga bukan hal yang aneh bila pelatihan diselenggarakan oleh asosiasi profesi, Lembaga Pelatihan Keterampilan atau perguruan tinggi. Kegiatan ini semakin marak karena mulai diberlakukannya tuntutan kompetensi sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 tahun 2009. Kompetensi ini bisa mereka miliki setelah mengikuti Pelatihan atau Pendidikan dan Pelatihan atau Kursus sebagai pendidik PAUD. Keberagaman penyelenggaraan ini berdampak terhadap penguasaan materi yang harus dimiliki mereka, padahal mereka dituntut mampu membelajarkan anak usia dini secara baik dan benar. Namun, kecemasan ini dapat teratasi dengan munculnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 36 tahun 2010 yang berisi tentang program PAUD Terpadu. Gugus TK yang selama ini sudah berjalan, lebih diperluas menjadi Gugus PAUD, dimana dalam satu gugus beranggotakan pendidik TK, TPA, KB, dan atau SPS. Harapan besar keberadaan Gugus PAUD menjadi wadah pembinaan pendidik terutama dalam bidang peningkatan pengelolaan pembelajaran dan pengembangan kurikulum tingkat satuan lembaga PAUD. Di dalam pembinaan ini bisa termasuk juga pembinaan pasca pelatihan. Dalam Pedoman Pembinaan Gugus PAUD yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah dinyatakan bahwa Gugus memiliki arti strategis karena memiliki dua 1
hal yang sangat berarti bagi pembinaan pendidik PAUD. Pertama, Gugus merupakan wadah berkumpulnya para pendidik pada level bawah dan paling memungkinkan bagi para pendidik untuk dapat berinteraksi dan berdiskusi secara cepat dalam mencari solusi terhadap permasalahan keseharian yang dihadapi disekolahnya. Kedua, Gugus dapat ditingkatkan peran dan fungsinya sebagai wahana pembinaan profesi bagi pendidik dan pengelola/kepala lembaga PAUD oleh unsur dan instansi terkait. Dalam pembinaan ini dapat digunakan salah satu model pembinaan yang sudah dikembangkan di Indonesia yaitu lesson study. Menurut Ibrohim (2010: 5), lesson study adalah model pembinaan (pelatihan) profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas yang saling membantu dalam belajar untuk membangun komunitas belajar. Pembinaan terhadap Gugus PAUD dengan menggunakan model pembinaan lesson study diharapkan dapat meningkatkan dan dan memperkuat mutu serta eksistensi pendidik PAUD yang akhirnya berdampak positif terhadap peningkatan layanan PAUD yang lebih baik B. Tujuan Tujuan Buku panduan ini adalah untuk memberikan acuan sederhana dalam memahami dan menerapkan model lesson study melalui gugus PAUD kepada pendidik dan pengelola PAUD, Penilik PAUD dan Pengawas TK serta pihak-pihak terkait lainnya. Secara lebih rinci tujuan Buku Panduan ini adalah untuk : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Memahami tentang pengertian lesson study serta langkah-langkah penerapannya; Melakukan persiapan awal pelaksanaan lesson study; Merencanakan pembelajaran untuk pelaksanaan lesson study. Melaksanakan pembelajaran dan observasi dalam rangka penerapan lesson study; Melaksanakan diskusi dan refleksi secara efektif; Merencanakan tindak lanjut kegiatan lesson study; Menyusun dokumentasi dan melaksanakan diseminasi hasil lesson study.
C. Ruang Lingkup Penulisan Buku Panduan ini terdiri dari tujuh bab. Bab pertama menguraikan tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup penulisan dan penjelasan istilah. Bab dua menguraikan tentang konsep lesson study, terdiri dari pengertian, langkah-langkah serta manfaat lesson study. Bab tiga menguraikan Standar PAUD yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan lesson study, terdiri dari Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan, Standar Tenaga Pendidik serta Standar Isi, Proses dan Penilaian. Bab empat menguraikan tentang persiapan 2
lesson study, mencakup pembentukan tim lesson study serta Identifikasi Kebutuhan dan Masalah Pembelajaran. Bab lima menguraikan tentang perencanaan lesson study, mencakup analisis kebutuhan masalah nyata di kelas, cara menentukan tujuan pembelajaran, mendisain pembelajaran, presentasi disain pembelajaran serta merencanakan instrument untuk mengkaji pembelajaran. Bab enam menguraikan tentang pelaksanaan lesson study, yang mencakup penjelasan tentang cara melaksanakan dan mengobservasi pembelajaran. Bab tujuh menguraikan tentang refleksi, yang mencakup kegiatan mendiskusikan hasil pembelajaran serta menganalisis dan merevisi hasil pembelajaran. Bab delapan menguraikan tentang tindak lanjut, berisi tentang cara mendokumentasikan dan mendesiminasikan hasil lesson study. D. Penjelasan Istilah Untuk mempermudah pemahasan saat membaca uraian dalam buku ini, berikut dijelaskan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam Buku Panduan . 1. Lesson study, adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru serta meningkatkan kualitas pembelajaran (Ibrohim, 2010 : 9). 2. Gugus PAUD merupakan kumpulan dari 3 – 8 lembaga PAUD yang berdomisili dalam area terdekat. Pembagian area menjadi sangat relatif, tergantung pada letak geografisnya. 3. Kelompok Kerja Guru (KKG) PAUD merupakan program kerja Gugus sebagai bengkel kerja guru-guru anggota Gugus. 4. Kelompok Kerja Kepala/Pengelola (KKK/P) merupakan program kerja Gugus sebagai wahana bengkel kerja Kepala/Pengelola PAUD yang menjadi anggota Gugus. 5. Pusat Kerja Gugus (PKG) PAUD kecamatan merupakan kumpulan gugus yang ada di wilayah kecamatan tersebut. 6. Kelompok Kerja Taman Kanak-Kanak (KKTK) kecamatan, merupakan program kerja PKG sebagai bengkel kerja yang membidangi program Taman Kanak-Kanak. 7. Kelompok Kerja Kelompok Bermain (KKKB) kecamatan, merupakan program kerja PKG sebagai bengkel kerja yang membidangi program Kelompok Bermain. 8. Kelompok Kerja Taman Penitipan Anak (KKTPA) kecamatan, merupakan program kerja PKG sebagai bengkel kerja yang membidangi program Taman Penitipan Anak. 9. Kelompok Kerja Satuan PAUD Sejenis (KKSPS) kecamatan, merupakan program kerja PKG sebagai bengkel kerja yang membidangi program Satuan PAUD Sejenis . 10. PAUD Inti adalah Lembaga PAUD yang tercatat sebagai anggota gugus yang dipilih dan disepakati untuk mengkoordinasikan kegiatan gugus pada kurun waktu tertentu. 3
11. PAUD imbas adalah lembaga-lembaga PAUD anggota gugus. 12. Penilik PAUD adalah pejabat yang bertugas melakukan pemantauan, penilaian, dan pembinaan pada satuan pendidikan nonformal, khususnya program PAUD. 13. Pengawas adalah pejabat yang bertugas melakukan pemantauan, penilaian dan pembinaan pada satuan pendidikan formal anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 14. Pengelola PAUD adalah pengelola satuan pendidikan yang mengelola satuan pendidikan pada PAUD formal atau informal.
4
BAB II . KONSEP LESSON STUDY A. Pengertian Lesson study adalah model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas, dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (learning community) (Lesson Study, UPI Press, p.10). Lesson study juga dinyatakan sebagai “Suatu metode analisis kasus pada praktik pembelajaran, ditujukan untuk membantu pengembangan profesional para guru dan membuka kesempatan bagi mereka untuk saling belajar berdasarkan praktik-praktik nyata di tingkat kelas (Panduan untuk Lesson Study, PELITA, p. 2). Menurut Lewis (2002:1) mendefinisikan lesson study sebagai berikut. “As we will see, lesson study is a cycle in which teachers work together to consider their long-term goals for students, bring those goals to life in actual “research lessons,” and collaboratively observe, discuss, and refine the lessons.” Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa lesson study merupakan aktivitas peningkatan kompetensi guru melalui belajar sesama teman (peer learning), yang dilakukan secara terprogram, untuk mencari solusi terhadap kasus-kasus nyata yang dihadapi mereka di kelas, dengan tujuan agar guru dapat mengajar lebih profesional sehingga kegiatan pembelajaran lebih berkualitas. Lesson study ini diadopsi dari negara Jepang, merupakan terjemahan langsung dari jugyokenkyu, yang berasal dari dua kata yaitu jugyo yang berarti lesson atau pembelajaran, dan kenkyu yang berarti study atau research atau pengkajian. Dengan demikian lesson study dapat diartikan sebagai pengkajian terhadap pembelajaran atau secara bebas dapat diartikan sebagai salah satu bentuk pembinaan guru (in-service) yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Di Indonesia penerapan disesuaikan dengan kondisi Indonesia yang pelaksanaannya dapat berbasis sekolah maupun Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) , Kelompok Kerja Guru (KKG) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG) PAUD. Menurut Lewis, Perry and Hurd, (dalam Riyati, 2007), gambaran umum tentang Lesson Study dapat dilihat dalam gambar pada halaman berikut ini.
5
Gambaran Umum Lesson Study - Pertimbangkan tujuan pembelajaran dan perkembangan siswa, dan merencanakan lesson study berdasarkan tujuan tersebut
Tujuan Utama - Meningkatkan pengetahuan tentang materi ajar - Meningkatkan pengetahuan tentang pembelajaran - Meningkatkan kemampuan mengobservasi aktivitas belajar
- Observasi lesson study yang berfokus pada pengumpulan data tentang akivitas belajar siswa dan perkembangannya
B.
Tujuan
- Semakin kuatnya hubungan Kolegalitas
- Menggunakan data hasil observasi untuk melakukanrefleksi tentang C. Langkah-langkah pembelajaran secara mendalam dan lebihluas.
D.
Manfaat
- Jika diperlukan, melakukan perencanaan dengan E. ulang . topic yang sama untuk melakukan lesson study pada kelas berbeda
- Semakin kuatnya hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan jangka panjang yang harus dicapai
Perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran
- Semakin meningkatnya motivasi untuk selalu berkembang - Meningkatkan kualitas rencana pembelajaran
Gambar 2.1. Gambaran Umum Lesson Study
Beberapa hal fisik sebagai indikator luaran hasil kegiatan lesson study antara lain, menurut Firman dan Kaniawati (Ed.) ( 2007: 7 - 10) adalah : 1. Pengembangan silabus yang lengkap; 2. Pembelajaran yang terencana dalam bentuk RPP; 3. Teaching materials (handout, LKS); 4. Teaching media (media pembelajaran, sumber belajar); 5. Data input (peserta didik, guru, komunitas, lingkungan kerja); 6. Data proses (perencanaan, implementasi, dan refleksi); 7. Data output (kinerja guru, peningkatan kemampuan dan sikap pembelajar maupun pengajar, kegiatan laboratorium/studio, tanggapan pihak-pihak terkait); dan 8. Data evaluasi dampak (keberlanjutan) Pihak-pihak yang berpartisipasi dalam lesson study, berbasis PKG PAUD maka yang dilibatkan adalah guru-guru dalam suatu gugus kerja, misalnya untuk guru PAUD dalam 6
suatu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan. Dalam pelaksanaannya, berbagai pihak dari dinas terkait, termasuk pengawas TK dan Penilik PAUD juga dapat dilibatkan. Sementara untuk pertimbangan ahli dapat melibatkan dosen dan mahasiswanya sebagai sarana pembelajaran dan latihan di lapangan. B. Langkah-langkah Secara umum, langkah-langkah lesson study meliputi: merencanakan (plan), melaksanakan (do) dan see (refleksi) . Jika dikembangkan lebih rinci, maka langkah-langkah lesson study di Gugus PAUD adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan, mencakup : a. Pembentukan Team lesson study b. Identifikasi dan analisis kebutuhan masalah nyata di kelas 2.
Tahap Perencanaan, meliputi : a. Menentukan tujuan pembelajaran b. Mendisain pembelajaran c. Merencanakan instrument untuk mengkaji pembelajaran
3.
Tahap Pelaksanaan , meliputi : a. Melaksanakan pembelajaran b. Mengobservasi pembelajaran
4.
Tahap refleksi a. Mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. b. Menganalisis dan merevisi bila tujuan pembelajaran belum tercapai
5.
Tahap tindak lanjut dilakukan bila tujuan pembelajaran sudah tercapai. Tahap ini mencakup : a. Dokumentasi b. Diseminasi
Bila langkah-langkah tersebut digambarkan ke dalam diagram sebagai berikut :
7
alir, akan terlihat
Tahapan
Diagram Proses
Dokumen terkait
Mulai
Daftar nama personil tim Lesson study
Membentuk Tim
PERSIAPAN
Identifikasi masalah dan kebutuhan
sesuai
Tidak
ya
Menentukan Tujuan
PERENCANAAN
Mendisain pembelajaran
Rencana Kegiatan harian (RKH)
Merencanakan instrument untuk mengkaji pembelajaran
Instrumen observasi
Melaksanakan pembelajaran
Revisi
PELAKSANAAN Observasi kegiatan pembelajaran Mendiskusikan dan menilai hasil pembelajaran
REFLEKSI
Sesuai Rencana
Tidak
ya
TINDAK LANJUT
Laporan hasil Lesson Study / Karya tulis
Dokumentasi & diseminasi
Selesai
Gambar. 2.1. Diagram Alir Penerapan Lesson Study melalui Gugus PAUD
8
Pada tahap persiapan, langkah awal adalah pembentukan team lesson study. Setelah tim terbentuk dilakukan identifikasi masalah dan kebutuhan nyata yang dialami di kelas. Bila sudah sesuai dengan kondisi nyata dan kebutuhan, mereka menetapkan masalah yang akan diprioritaskan penanganannya melalui lesson study saat ini. Bila belum atau tidak sesuai, mereka mengulang lagi identifikasi masalah dan kebutuhan. Pada tahap perencanaan, tim menentukan tujuan yang ingin dicapai dari pemecahan masalah dan kebutuhan yang sudah mereka tetapkan sebelumnya. Selanjutnya mendisain pembelajaran yang disusun berdasarkan tujuan pembelajaran. Isi disain pembelajaran tidak lepas dari lingkup perkembangan yang ingin ditingkatkan, kelompok usia anak, dan Tingkat Pencapaian Perkembangan anak. Dalam tahap ini juga tim merencanakan instrumen untuk mengkaji pembelajaran. Instrumen ini diperuntukkan bagi pendidik PAUD yang akan mengobservasi kegiatan pendidik yang melaksanakan pembelajaran atau yang menjadi guru. Pada tahap pelaksanaan, Pendidik PAUD yang berperan menjadi guru model, melaksanakan pembelajaran sesuai disain pembelajaran yang sudah disepakati bersama. Pada saat pembelajaran berlangsung, penidik PAUD yang mendapat tugas sebagai observer, melakukan observasi berdasarkan instrument observasi yang telah disusun sebelumnya. Saat obervasi, diikutsertakan pakar yang berasal dari akademisi/dosen dan praktisi PAUD ( guru PAUD yang telah menjadi asesor, guru PAUD di luar anggota team lesson study dan Kepala Sekolah. Pada tahap refleksi, tim mendiskusikan hasil pembelajaran. Kegiatan ini merupakan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran guru model. Pertemuan refleksi segera dilakukan secepatnya setelah kegiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari guru observer, dan akhirnya komentar dari dosen atau pakar luar tentang keseluruhan proses serta saran sebagai peningkatan pembelajaran. Jika pada tahap ini pembelajaran sudah dianggap mencapai tujuan maka mereka bisa mengulangnya di kelas masing-masing atau untuk topik yang berbeda. Mereka bisa lanjut ke tahap tindak lanjut untuk mendokumentasikan dan mendesiminasikan hasil lesson study. Namun, jika pencapaian belum atau tidak sesuai dengan disain pembelajaran yang telah disusun bersama, maka mereka harus masuk lagi ke tahap perencanaan untuk menetapkan lagi tujuan pembelajaran. Namun sebelum mengulang pembelajaran mereka harus merevisi berbagai hal sesuai dengan masukan dari observer dan pakar. C. Manfaat Banyak manfaat yang bisa diambil dari penerapan lesson study melalui Gugus PAUD. Beberapa manfaat diantaranya adalah : 9
1. 2.
3. 4.
Mengembangkan pengetahuan dan kemampuan mengajar baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Memikirkan secara teliti tujuan-tujuan pembelajaran serta materi yang akan diajarkan sesuai tahapan perkembangan siswa untuk tujuan jangka panjang yang akan dicapai siswa. Mampu mendokumentasikan dan mendiseminasikan hasil lesson study. Ini akan menambah poin bagi kenaikan pangkat maupun sertifikasi guru. Membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru dapat saling mengajar tentang apa yang masih dianggap kurang, baik dalam hal pengetahuan ataupun keterampilan dalam mengajarkan siswa. Melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan pandangan siswa dan koleganya
10
BAB III. GAMBARAN SINGKAT GUGUS PAUD Berdasarkan Buku Pedoman Pembinaan Gugus PAUD yang dikeluarkan oleh Ditjen PAUDNI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gugus PAUD dijelaskan bahwa salah satu strategi peningkatan mutu pendidik PAUD yang telah diberlakukan selama ini adalah melalui pengembangan Gugus. Upaya peningkatan mutu pendidik seperti dipersyaratkan dalam Undang-undang Nomor. 14 tahun 2005 tentang Dosen dan Pendidik, menjadikan Gugus sebagai pintu masuk pertama (starting gate) yang strategis. Hal ini didasari oleh dua pemikiran, pertama ; Gugus merupakan wadah berkumpulnya para pendidik pada level bawah dan paling memungkinkan bagi para pendidik untuk dapat berinteraksi dan berdiskusi secara cepat dalam mencari solusi terhadap permasalahan keseharian yang dihadapi disekolahnya. Kedua ; Gugus dapat ditingkatkan peran dan fungsinya sebagai wahana pembinaan profesi bagi pendidik dan pengelola/kepala lembaga PAUD oleh unsur dan instansi terkait. A. Pengertian Gugus PAUD merupakan kumpulan dari 3-8 lembaga PAUD yang berdomisili dalam area terdekat, terdiri dari lembaga TK, KB, TPA, maupun SPS. Pembagian area menjadi sangat relative, tergantung pada letak geografisnya.Setiap Gugus memiliki 1 PAUD Inti dan beberapa PAUD Imbas. PAUD Inti adalah Lembaga PAUD yang tercatat sebagai anggota gugus yang dipilih dan disepakati untuk mengkoordinasikan kegiatan gugus pada kurun waktu tertentu. PAUD Imbas yaitu Lembaga-lembaga PAUD anggota Gugus ini. Gugus PAUD ini tergabung dalam Pusat Kerja Gugus (PKG) PAUD Kecamatan . Program layanan PKG dilaksanakan oleh kelompok kerja program yang merupakan kelompok teknis yang menfokuskan pada bidang layanan tertentu. Kelompok kerja ini terdiri dari: (a) Kelompok Kerja Taman Kanak-kanak (KKTK) yaitu merupakan program kerja PKG sebagai bengkel kerja yang membidangi program Taman Kanak-Kanak; (b) Kelompok Kerja Kelompok Bermain (KKKB), merupakan program kerja PKG sebagai bengkel kerja yang membidangi program Kelompok Bermain; (c) Kelompok Kerja Tempat Penitipan Anak (KKTPA) merupakan program kerja PKG sebagai bengkel kerja yang membidangi program Taman Penitipan Anak; (d) dan Kelompok Kerja Satuan PAUD Sejenis (KKSPS) merupakan program kerja PKG sebagai bengkel kerja yang membidangi program Satuan PAUD Sejenis. B. Tujuan dan Fungsi Tujuan umum Gugus PAUD untuk meningkatkan kinerja Pembina pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan dalam mengelola program PAUD secara professional 11
yang efisien dan efektif. Sedangkan tujuan khususnya untuk menjadikan wahana pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan PAUD dalam hal: (a) Pengembangan dan inovasi pembelajaran PAUD; (b) Peningkatan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan dalam rangka peningkatan mutu layanan anak usia dini sesuai dengan tahap perkembangannya; (c) Optimalisasi sumber belajar, sarana/prasarana dan potensi lingkungan untuk peningkatan, pengembangan dan eksistensi anggota Gugus PAUD; (d) Peningkatan komunikasi yang efisien dan efektif antar anggota komunitas Gugus PAUD, Gugus dengan orang tua dan masyarakat; (e) Fasilitasi terhadap akses fasilitas sumbersumber pembelajaran dari lingkungan dan pemerintah. Gugus PAUD berfungsi sebagai : (a) Wadah pembinaan professional dalam rangka meningkatkan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan PAUD yang terencana dan sistematis; (b) Sarana untuk saling bertukar informasi dan saling membelajarkan antar anggota dan anggota dengan lingkungan masyarakat; (c) Sebagai bengkel kerja dalam penyediaan dan pengembangan kreasi dan inovasi di bidang pembelajaran PAUD; (d) Sarana pembinaan kelembagaan PAUD secara efektif dan efisien. C. Pembentukan Gugus PAUD Pembentukan Gugus PAUD didasarkan pada kedekatan wilayah dalam lingkup kerja Dinas Pendidikan Tingkat Kecamatan. Pembentukan gugus difasilitasi oleh Penilik/Pengawas PAUD dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan Pembentukan Gugus yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Kecamatan /Kabupaten/Kota. Ketentuan yang harus diperhatikan dalam pembentukan gugus PAUD adalah : f. Jarak lembaga PAUD dalam satu gugus relatif saling berdekatan, sehingga memudahkan dalam koordinasi dan komunikasi. g. Satu Gugus PAUD terdiri dari 3 sampai 8 lembaga PAUD, baik yang menyelenggarakan program TK, KB, TPA maupun SPS dan berada dalam wilayah kecamatan yang sama. Khusus di wilayah sulit, perbatasan, atau yang memiliki jumlah lembaga PAUD terbatas, keanggotaan gugus disesuaikan dengan jumlah lembaga yang sudah terbentuk di kecamatan tersebut. h. Setiap gugus memiliki satu PAUD Inti dan lainnya sebagai PAUD Imbas.
12
PAUD Imbas Paud Imbas
Paud Imbas
PAUD INTI Paud Imbas
Paud Imbas
Paud Imbas
Gambar 2.3. Bagan Gugus PAUD
i.
PAUD INTI dipilih berdasarkan kesepakatan dengan memperhatikan persyaratan berikut : 1) Letaknya mudah dijangkau oleh pendidik/kepala/pengelola PAUD Imbas. 2) Lokasi lingkungan memungkinkan untuk dikembangkan sebagai tempat berbagai kegiatan. 3) Kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan yang memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam Standar PAUD. 4) Memiliki inovasi dalam bidang tertentu dan terbuka terhadap perkembangan keilmuan PAUD. 5) Memiliki fasilitas dan sumber belajar yang memadai. 6) Memiliki manajemen PAUD yang baik. 7) Penentuan jangka waktu menjadi PAUD inti ditentukan oleh daerah, selanjutnya PAUD Inti dapat dipilih kembali atau bergulir. j.
Setiap Gugus PAUD menyusun kepengurusan,membuat visi, misi, dan program kerja gugus, serta terdaftar secara aktif di Kelompok Kerja Gugus PAUD Kecamatan 13
Untuk tahap awal pembentukan Gugus PAUD dapat mengoptimalkan TK Pembina Tk. Propinsi/Kabupate/Kota/Kecamatan, dan PAUD Percontohan Tk. Propinsi/ Kabupaten/Kota/ Kecamatan menjadi PAUD INTI di Gugus PAUD .Apabila jumlah lembaga PAUD ( TK, KB, TPA, SPS ) dalam satu kecamatan kurang dari 3 lembaga, maka lembaga PAUD tersebut dapat bergabung dengan Gugus PAUD terdekat dalam satu Kabupaten/kota. D. Struktur Organisasi Gugus PAUD Struktur organisasi gugus PAUD terdiri dari Pembina Administrasi, Pembina Teknis, Ketua Gugus, Sekretaris Gugus, Bendahara Gugus dan Anggota Gugus. Apabila diperlukan, dapat ditambahkan koordinator sesuai dengan keadaan dan kebutuhan Gugus PAUD.
Pembina Administratif ( Kepala UPTD) Pembina Teknis (Pengawas/Penilik PAUD)
Ketua Gugus /PAUD Inti
Gugus PAUD lain
Komite PAUD
Sekretaris Gugus
Bendahara Gugus
Anggota Gugus PAUD IMBAS : Pendidik, Kepala/Pengelola PAUD Gambar 2.4. Struktur Organisasi Gugus PAUD
E. Mekanisme Kerja Gugus PAUD Komponen yang ada dalam Gugus PAUD merupakan satu kesatuan yang saling terkait. Oleh karena itu dalam Gugus PAUD harus ada mekanisme kerja agar manajemen Gugus PAUD berjalan dengan baik. Mekanisme kerja Gugus PAUD melibatkan : e. PAUD Inti Paud Inti dalam setiap Gugus PAUD berfungsi sebagai berikut :
14
-
Pusat kegiatan dan pusat informasi bagi PAUD Imbas yang tergabung dalam Gugus PAUD . Merupakan PAUD Percontohan bagi PAUD Imbas dalam upaya peningkatan mutu pendidikan sesuai standar PAUD. Mengelola sarana dan prasarana pendidikan untuk kepentingan seluruh anggota gugusnya. Sebagai pusat informasi pengembangan pendidikan dalam Gugus PAUD. Menjalin kerjasama dengan orang tua dan masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam pendidikan PAUD.
f. PAUD Imbas PAUD Imbas adalah PAUD yang berada dalam lingkungan Gugus PAUD dan menjadi anggota dari gugus PAUD . PAUD Imbas berfungsi sebagai berikut : - Menerima informasi dan melaksanakan dilembaganya masing-masing. - Memberi informasi kepada PAUD Inti tentang gagasan atau kiat yang perlu dikembangkan. - Menjalin kerjasama dengan PAUD Inti dan Imbas lainnya dalam upaya peningkatan mutu pendidikan sesuai standar PAUD. - Berusaha meningkatkan diri dan berpacu secara kompetitif. - Menjalin kerjasama dengan orang tua dan masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam pendidikan. g. PAUD Inti dan PAUD Imbas menginduk pada Pusat Kerja Guru (PKG) PAUD Kecamatan. h. Pengurus dan anggota gugus membahas bersama-sama program kerja gugus, pengembangan gugus, dan kekhususan yang dihadapinya, baik yang bersifat teknis edukatif, seperti penyusunan program pembelajaran, metode pembelajaran, pembuatan alat permainan edukatif, keanggotaan pendidik, akses fasiltas yang di danai pemerintah, pemda, lembaga, atau pihak terkait dan alat peraga lainnya. F. Program Kerja Gugus PAUD Program kerja Gugus PAUD disusun oleh pengurus dan anggota dengan melibatkan Komite PAUD dengan bimbingan dari Pengawas/Penilik PAUD . Secara umum program kerja Gugus PAUD meliputi : e. Program Pengelolaan Manajemen Gugus PAUD Program pengelolaan manajemen Gugus PAUD, serta tata tertib administrasi Gugus PAUD. 15
f. Program Peningkatan Mutu Pendidikan Gugus PAUD 6) Menindaklanjuti hasil pertemuan di Pusat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan di tingkat kecamatan. 7) Pengembangan dan peningkatan Kurikulum Lembaga PAUD. 8) Inovasi pelaksanaan pembelajaran di PAUD. Contoh Materi : - Penataan lingkungan bermain, lingkungan fisik, lingkungan sosial, alat permainan edukatif, alat permainan luar (outdoor), alat permainan dalam (indoor), keragaman dan keamanan alat bermain. - Strategi kegiatan, pembukaan (rutinitas, percakapan), transisi, inti dan penutup (diskusi, recall. Dll) - Strategi pembiasaan perilaku (Nilai-nilai Agama dan Moral, SosialEmosional) dan pengembangan kemampuan dasar ( bahasa, kognitif, fisik/motorik, seni). - Persiapan dan pengeloaan area/sentra - Strategi pemberian bimbingan pada kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. - Strategi bimbingan konseling secara individual dan kelompok. 5) Optimalisasi sarana dan prasarana PAUD serta penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. 6) Efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan yang meliputi perencanaa, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan di PAUD. 7) Mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar anak didik. g. Program Pengembangan Gugus PAUD Keterlibatan orang tua dan masyarakat dapat mempercepat perkembangan program kerja Gugus PAUD. h. Program Evaluasi Gugus PAUD Program evaluasi dapat dilakukan setiap saat atau secara periodik. Berkas setiap kegiatan dan dokumentasi dikumpulkan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan program.
16
G. Pelaksanaan Program Gugus PAUD Pelaksanaan program kerja Gugus PAUD dilakukan melalui kelompok kerja – kelompok kerja. Kelompok kerja dikatagorikan ke dalam Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Kelompok Kerja Kepala/Pengelola (KKKP), dengan ketentuan : 1. Pelaksanaan program gugus dilakukan melalui pertemuan rutin yang dilakukan minimal 1 kali dalam 1 bulan. 2.
Waktu pertemuan diupayakan diluar waktu layanan PAUD.
3.
Tempat kegiatan pertemuan disepakati bersama dengan anggota atau disesuaikan dengan tema yang akan dibahas sesuai program kerja gugus.
4.
Dalam pertemuan gugus dapat mendatangkan narasumber dari instansi atau gugus lain.
H. Anggaran Gugus PAUD Anggaran operasional kegiatan gugus bersumber dari anggota, masyarakat, pemerintah dan bantuan lain yang tidak mengikat. I. Pelaporan Gugus PAUD Pelaporan dilakukan secara periodik dan insidental, setelah kegiatan terlaksana atau evaluasi program. Pelaporan ditujukan kepada Pengawas TK/Penilik PAUD dan keseluruh anggota gugus, dilengkapi dengan berkas-berkas kegiatan, hasil karya, foto, daftar hadir, kritik, saran dan hal-hal lain yang terkait. Laporan yang dibuat adalah : 1.
2.
Laporan pelaksanaan program rutin dan insidental, sesuai dengan waktu pelaksanaan kegiatan. Laporan pelaksanaan program tengah tahunan dan program tahunan.
J. Peran Serta Masyarakat Penyelenggara Gugus PAUD memerlukan dukungan masyarakat dalam berbagai bentuk. Peran serta masyarakat diwujudkan dalam bentuk kerjasama antara PAUD, masyarakat dan pemerintah yang dibangun berdasarkan kepentingan bersama. Langkahlangkah yang dapat dilakukan oleh gugus dalam rangka melibatkan peran serta masyarakat, antara lain :
17
K. Identifikasi Potensi Masyarakat Dalam rangka melibatkan peran serta masyarakat untuk penyelenggaraan kegiatan gugus, dapat diidentifikasi potensi masyarakat sebagai berikut : 1. Penggalian sumber dana 2. Menjadi narasumber kependidikan 3. Membantu pengadaan fasilitas dan sarana prasarana 4. Membantu penyebaran informasi gugus 5. Pengguna jasa/konsumen produk gugus L.
Pihak yang Berperan dalam Peran Serta Masyarakat Supaya bentuk peran serta masyarakat dapat terorganisir secara baik dan dapat berjalan efektif serta efisien, maka dilakukan koordinasi dengan pihak-pihak lain di bawah ini : 1. Komite PAUD 2. Orang Tua 3. Organisasi Mitra PAUD (IGTKI, HIMPAUDI, GOPTKI) 4. Dunia Usaha maupun instansi terkait lainnya ( misalnya : akademik, pendidikan tinggi, praktisi maupun LSM. Matrik 2.1. Matrik Potensi Masyarakat dan Pihak yang Berperan dalam Gugus PAUD Potensi Masyarakat Penggalian Sumber Dana Menjadi narasumber Pengadaan fasilitas, sarana prasarana Penyebaran informasi gugus PAUD Pengguna jasa/ konsumen produk Gugus PAUD
Komite PAUD √ √ √ √ √
Orang Tua √ √
Organisasi Mitra √ √ √ √
Dunia Usaha / Instansi √ √ √ √
√
Keterangan : √ Potensi masyarakat dari pihak yang berperan dalam Gugus PAUD
M. Pola Pembinaan Gugus PAUD Pembinaan Gugus PAUD dilaksanakan melalui prinsip pembinaan, pemberdayaan, dan kemitaraan dalam mencapai tujuan bersama. Hal ini perlu ditunjang dengan struktur pembinaan yang mencerminkan pola hubungan kerja antara unsur-unsur terkait.
18
1.
Tingkat Pusat Pembinaan gugus tingkat pusat dilakukan oleh Direktorat Pembinaan PAUD, yaitu: Merumuskan kebijakan manajemen Gugus PAUD Pelaksanaan pembinaan secara berjenjang. Peningkatan kemitraan dengan organisasi penyelenggara PAUD, dan organisasi profesi dimana pendidik PAUD bernaung Dukungan fasilitas penyelenggaraan Gugus PAUD
2.
Tingkat Provinsi Pembinaan melalui Gugus PAUD tingkat provinsi dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi dan Bidang Pendidikan Nonformal dan Informal yang menangani PAUD, dalam bentuk : Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembinaan dilapangan Pengikutsertaan dan pengkoordinasian instansi/lembaga kependidikan yang relevan untuk menymbangkan tenaga ahlinya. Koordinasi kemitraan dengan organisasi penyelenggara PAUD, dan organisasi profesi dimana pendidik PAUD bernaung.
3.
Tingkat Kabupaten Pembinaan Gugus PAUD pada tingkat kabupate/kota dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Bidang Pendidikan Nonformal Kabupaten/Kota yang menangani PAUD melalui kegiatan : Melaksanakan pembinaan program di tingkat kecamatan Membantu menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang pelaksanaan kegiatan pembinaan Gugus PAUD Mengkoordinasikan kerjasama dengan instansi/lembaga terkait untuk membina pelaksanaan pembinaan Gugus PAUD.
4.
Tingkat Kecamatan Pembinaan Gugus PAUD tingkat kecamatan dilaksanakan oleh UPTD (unit Pelaksana Teknis Dinas), tanggungjawab administrasinya dilaksanakan secara teknis oleh Pengawas TK, Penilik PAUD, Kelompok Kerja Pendidik (KKG), Kelompok Kerja Kepala/Pengelola (K3P). Pengawas TK dan Penilik PAUD merupakan penggerak maju mundurnya suatu gugus PAUD sehingga Gugus PAUD dapat difungsikan sebagaimana mestinya.
19
N. Pusat Kerja Gugus PAUD (PKG PAUD) Kecamatan Apabila dalam satu kecamatan memiliki lebih dari satu gugus, maka dibentuk PKG PAUD Kecamatan. PKG PAUD Kecamatan beranggotakan seluruh gugus PAUD sekecamatan tersebut. PKG tidak menjadi organisasi profesi sepertti halnya HIMPAUDI atau IGTKI, melainkan sebagai wadah aktivitas bersama seluruh guru dan Pengelola PAUD sekecamatan. PKG PAUD Kecamatan dibentuk oleh Kepala Kantor Dinas Pendidikan Kecamatan atau Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan, dengan periode kepengurusan 3 tahun. 1. Struktur Kepengurusan Kepengurusan PKG berasal dari Pengelola/Kepala/Guru Inti dari setiap gugus. Penunjukan kepengurusan PKG diajukan oleh Gugus dan dikukuhkan oleh Kepala Dinas Pendidikan tingkat Kecamatan. Struktur Kepengurusan PKG sebagai berikut :
PEMBINA Kepala UPTD Kecamatan Pengawas TK/SD, Penilik PAUD Instansi/Himpaudi/IGTKI/ GOPTKI/Organisasi/ Stakeholders lain
Sekretaris PKG
Bendahara PKG
Pokja Kepala/ Pengelola
Pokja TK
Komite PAUD Kecamatan
Ketua PKG
Pokja Kober
Pokja TPA
Pokja SPS
GUGUS-GUGUS PAUD WILAYAH KECAMATAN Gambar 2.5 . Struktur Kepengurusan PKG PAUD Kecamatan
Tugas dan fungsi setiap unsur dalam stuktur organisasi PKG PAUD Kecamatan sebagai berikut : 1. Pembinaan Administrasi Pembinaan administrasi Gugus PAUD di tingkat kecamatan adalah Kepala UPTD/SKD tingkat Kecamatan Tugas dan wewenang Pembina tingkat kecamatan sebagai berikut : 20
Sebagai Tim Koordinasi pembinaan dan peningkatan mutu pembelajaran dan pembinaan bagi anggota Gugus. Memberikan dukungan kebijaksanaan dan administrasi, serta memberikan motivasi terhadap pelaksanaan program PKG. Menjalin kerjasama dengan instansi terkait diwilayahnya dalam usaha peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan Standar PAUD. Melakukan sosialisasi tentang PAUD di wilayahnya. Menetapkan program kerja PKG. 2. Pembinaan Teknis Pembinaan teknis Gugus PAUD adalah pengawasan TK/Penmilik KB,TPA,SPS yang berperan merumuskan kebijaksanaan teknis serta pokok-pokok program peningkatan mutu pendidikan di PAUD sesuai dngan STANDAR PAUD. 3. Ketua Ketua dipilih dari salah seorang kepala/pengelola PAUD perwakilan dari Gugus. Tugas Ketua : Menciptakan suatu iklim kebersamaan antara sesame anggota PKG. Bersama dengan pengurus PKG menyusun program kerja PKG sesuai dengan kebutuhan prioritas anggota yang terkait dengan peningkatan kompetensi anggota. Mengajukan program kerja untuk disyahkan oleh Pembina. Menggerakkan pertemuan-pertemuan berkala dan kegiatan yang ditetapkan dalam program kerja. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan program kepada Pembina. 4. Sekretaris Sekretaris dipilih dari salah seorang anggota PKG. Tugas Sekretaris : Bertanggungjawab dalam bidang administrasi PKG. Melaksanakan persuratan kegiatan PKG. Mendokumentasikan dan menyebarluaskan hasil-hasil pertemuan PKG. Menyusun laporan hasil kegiatan PKG untuk bahan pelaporan kepada Pembina Kecamatan.
21
5. Bendahara Bendahara dipilih dari salah seorang pendidik/pengelola PAUD dalam Gugus PAUD atau Pendidik PAUD Inti. Bendahara membantu ketua dalam menghimpun dana, mengelola, membukukan dan mempertanggungjawabkan keuangan Gugus PAUD kepada anggota. 6. Kelompok Kerja TK/KB/TPA/SPS Kelompok Kerja Program merupakan kelompok teknis yang menfokuskan pada bidang layanan tertentu (TK, KB, TPA, SPS). Jumlah kelompok kerja disesuaikan dengan bentuk layanan yang dilaksanakan di gugus-gugus. Tugas KKP : Mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan sesuai dengan program layanan. Menggali pengetahuan dari berbagai sumber belajar untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi di gugus. Menginformasikan pengetahuan/ketrampilan baru yang di dapat dari berbagai kegiatan dan sumber belajar kepada gugus. Mengevaluasi program kerja KKP dan kemajuan dari gugus binaan. Melaporkan kegiatan dan program kerja KKP kepada ketua sebagai bahan penyusunan laporan program kerja PKG. Menyusun alokasi kegiatan berdasarkan kalender akademik PAUD yang ditetapkan Dinas Pendidikan Kabupaten. Melakukan pendataan guru yang membina masing-masing program (TK/KB/TPA/SPS). Menyusun dan mengajukan program untuk peningkatan kemampuan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi guru PAUD. Menyusun strategi peningkatan kompetensi dan kualifikasi guru PAUD. Peningkatan pengelolaan pembelajaran. Melakukan pendampingan terhadap lembaga PAUD yang mengalami masalah pelaksanaan dan pengembangan pembelajaran. Mengembangkan strategi peningkatan peran serta orang tua, Komite sekolah dan stakeholders lainnya dalam kegiatan Gugus PAUD dan PKG. 7. Kelompok Kerja Kepala/Pengelola Sebagai bengkel kerja para Kepala TK dan Pengelola KB/TPA/SPS, Kelompok Kerja Kepala/Pengelola bertugas dalam : 22
Menterjemahkan kalender akademik PAUD yang ditetapkan Dinas Pendidikan Kabupaten ke dalam kalender akademik lembaga PAUD. Menyusun strategi penerimaan anak didik baru di lembaga-lembaga PAUD. Menyusun dan mengajukan program untuk peningkatan kemampuan kepemimpinan dan manajerial bagi kepala/pengelola PAUD. Melakukan pendataan lembaga PAUD dan bentuk layanannya. Menyusun strategi peningkatan status kelembagaan (izin pendirian lembaga, izin operasional, akreditasi lembaga, akreditasi program) PAUD. Pembenahan administrative pendidik, tenaga kependidikan dan lembaga (NUPTK, NISP). Melakukan pendampingan terhadap lembaga PAUD yang mengalami masalah manajerial dan pengembangan lembaga. Meningkatkan peran serta orang tua, Komite sekolah dan Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-Kanak Indonesia (GOPTKI) dan Ikatan Pendidik Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI-PGRI) dan HIMPAUDI dalam kegiatan Gugus PAUD dan PKG.
8. Anggota Anggota terdiri dari semua pendidik dan kepala/pengelola PAUD dari PAUD Inti dan Imbas. 9. Komite PAUD Tugas dan wewenang komite PAUD/Komite Pendidikan antara lain sebagai berikut : Memberikan bantuan dan dukungan penyelenggaraan kegiatan PKG. Memberikan masukan rekomendasi untuk peningkatan peran dan fungsi PKG. Membantu mengembangkan jaringan kerja PKG dengan instansi/lembaga/ organisasi/sumber lain yang diperlukan untuk peningkatan mutu pendidikan di gugus PAUD. O. Pemantauan, Penilaian, Pelaporan dan Tindak Lanjut Pemantauan, penilaian, pelaporan dan tindak lanjut dilaksanakan secara terus menerus dan berkelanjutan. Mekanisme pelaksanaannya disesuaikan dengan tingkat pembinaan dan dilaksanakan secara berjenjang antara lain melalui pelaksanaan lomba Gugus PAUD.
23
Semua hasil pemantauan dan penilaian program yang baik maupun kurang, harus dilaporkan dan ditindaklanjuti sehingga dapat menjadi bahan penyusunan program pembinaan pada periode berikutnya.
24
BAB IV. STANDAR PAUD Pelaksanaan lesson study ini hanya ditujukan pada siswa Kelompok Bermain (usia 2-<4 tahun) dan kelompok Taman Kanak-kanak (Usia 4 - < 6 tahun . Standar PAUD yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan lesson study adalah standar tingkat pencapaian perkembangan, standar kompetensi pendidi PAUD serta standar isi, proses dan penilaian untuk kelompok Kober dan TK. Secara lebih rinci dapat dilihat dalam uraian berikut. A. Standar tingkat pencapaian perkembangan 1.
Pengelompokan Usia Anak Tahap usia 2 – < 4 tahun
2.
2 – < 3 tahun 3 – < 4 tahun
Tahap usia 4 – ≤ 6 tahun
4 – < 5 tahun 5 – ≤ 6 tahun
Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Matrik No. 3.1. Tingkat Pencapaian Perkembangan Kelompok Usia 2 – <4 Tahun
Lingkup Perkembangan I. Nilai-nilai Agama dan Moral Merespons hal-hal yang terkait dengan nilai agama dan moral.
II. Motorik A. Motorik Kasar
Tingkat Pencapaian Perkembangan 2 – <3 tahun 3 – <4 tahun 1. Mulai meniru gerakan berdoa/ 1. Mulai memahami pengertian sembahyang sesuai dengan perilaku yang berlawanan agamanya. meskipun belum selalu 2. Mulai meniru doa pendek dilakukan seperti pemahaman sesuai dengan agamanya. perilakubaik-buruk, benar3. Mulai memahami kapan salah, sopan tidak sopan. mengucapkan salam, terima 2. Mulai memahami arti kasihan kasih, maaf, dsb. dan sayang kepada ciptaanTuhan. 1. Berjalan sambil berjinjit. 1. Berlari sambil membawa 2. Melompat ke depan dan ke sesuatu yang ringan (bola). belakang dengan dua kaki. 2. Naik-turun tangga atau tempat 3. Melempar dan menangkap bola. yang lebih tinggi dengan kaki 4. Menari mengikuti irama. bergantian. 5. Naik-turun tangga atau tempat 3. Meniti di atas papan yang yang lebih tinggi/rendah cukup lebar. dengan berpegangan. 4. Melompat turun dari ketinggian kurang lebih 20 cm (di bawah tinggi lutut anak). 5. Meniru gerakan senam sederhana seperti menirukan gerakan pohon, kelinci melompat
25
Lingkup Perkembangan B. Motorik Halus
1. 2. 3. 4.
Tingkat Pencapaian Perkembangan 2 – <3 tahun 3 – <4 tahun Meremas kertas atau kain 1. Menuang air, pasir, atau biji-bijian dengan menggerakkan lima jari. ke dalam tempat penampung Melipat kertas meskipun belum (mangkuk, ember). rapi/lurus. 2. Memasukkan benda kecil ke Menggunting kertas tanpa pola. dalam botol (potongan lidi, kerikil, Koordinasi jari tangan cukup baik biji-bijian). untuk memegang benda pipih 3. Meronce manik-manik yang tidak seperti sikat gigi, sendok terlalu kecil dengan benang yang agak kaku. 4. Menggunting kertas mengikuti pola garis lurus.
III. Kognitif A. Mengenal pengetahuan umum.
1. Menyebut bagian-bagian suatu gambar seperti gambar wajah orang, mobil, binatang, dsb. 2. Mengenal bagian-bagian tubuh (lima bagian).
1. Menemukan/mengenali bagian yang hilang dari suatu pola gambar seperti pada gambar wajah orang, mobil, dsb. 2. Menyebutkan berbagai nama makanan dan rasanya (garam, gula atau cabai). 3. Memahami perbedaan antara dua hal dari jenis yang sama seperti membedakan antara buah rambutan dan pisang; perbedaan antara ayam &kucing.
B. Mengenal konsep ukuran, bentuk, dan pola
1. Memahami konsep ukuran (besar-kecil, panjang-pendek). 2. Mengenal tiga macam bentuk ( , , ). 3. Mulai mengenal pola.
1. Menempatkan benda dalam urutan ukuran (paling kecil-paling besar). 2. Mulai mengikuti pola tepuk tangan. 3. Mengenal konsep banyak dan Sedikit
IV. Bahasa A. Menerima Bahasa
1. Hafal beberapa lagu anak sederhana. 2. Memahami cerita/dongeng sederhana. 3. Memahami perintah sederhana seperti letakkan mainan di atas meja, ambil mainan dari dalam kotak
1. Pura-pura membaca cerita bergambar dalam buku dengan kata-kata sendiri. 2. Mulai memahami dua perintah yang diberikan bersamaan contoh: ambil mainan di atas meja lalu berikan kepada ibu pengasuh atau pendidik
B. Mengungkapkan Bahasa.
1. Menggunakan kata tanya dengan tepat (apa, siapa, bagaimana, mengapa, dimana).
1. Mulai menyatakan keinginan dengan mengucapkan kalimat sederhana (saya ingin main bola) 2. Mulai menceritakan pengalaman yang dialami dengan cerita sederhana.
26
Lingkup Perkembangan V. Sosial-Emosional Mamp mengendalikan emosi
1.
2.
3.
4.
5.
Tingkat Pencapaian Perkembangan 2 – <3 tahun 3 – <4 tahun Mulai bisa mengungkapkan 1. Mulai bisa melakukan buang air ketika ingin buang air kecil kecil tanpa bantuan. dan buang air besar. 2. Bersabar menunggu giliran. Mulai memahami hak orang 3. Mulai menunjukkan sikap toleran lain (harus antri, menunggu sehingga dapat bekerja dalam giliran). kelompok. Mulai menunjukkan sikap 4. Mulai menghargai orang lain. berbagi, membantu, bekerja 5. Bereaksi terhadap hal-hal yang bersama. dianggap tidak benar (marah Menyatakan perasaan apabila diganggu atau terhadap anak lain (suka diperlakukan berbeda). dengan teman karena baik 6. Mulai menunjukkan ekspresi hati, tidak suka karena nakal, menyesal ketika melakukan dsb.). kesalahan. Berbagi peran dalam suatu permainan (menjadi dokter, perawat, pasien penjaga toko atau pembeli).
Matrik 3.2. Tingkat Pencapaian Perkembangan Kelompok Usia 4 – ≤ 6 Tahun Lingkup Perkembangan I. Nilai-nilai Agama dan Moral
1. 2. 3. 2. 3. 4. 5. 5. 6.
II. Fisik A. Motorik Kasar
Tingkat Pencapaian Perkembangan Usia 4 - <5 tahun Usia 5 - ≤6 tahun Mengenal Tuhan melalui agama 1. Mengenal agama yang dianut. yang dianutnya. 2. Membiasakan diri beribadah. Meniru gerakan beribadah. 3. Memahami perilaku mulia (jujur, Mengucapkan doa sebelum penolong, sopan, hormat, dsb). dan/atau sesudah melakukan 4. Membedakan perilaku baik dan sesuatu. buruk. Mengenal perilaku baik/sopan 5. Mengenal ritual dan hari besar dan buruk. agama. Membiasakan diri berperilaku 6. Menghormati agama orang lain. baik. Mengucapkan salam dan membalas salam.
1. Menirukan gerakan binatang, pohon tertiup angin, pesawat terbang, dsb. 2. Melakukan gerakan menggantung (bergelayut). 3. Melakukan gerakan melompat, meloncat, dan berlari secara terkoordinasi
27
1. Melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan. 2. Melakukan koordinasi gerakan kaki-tangan-kepala dalam menirukan tarian atau senam
Lingkup Perkembangan II. Fisik A. Motorik Kasar
B. Motorik Halus
C. Kesehatan Fisik
III. Kognitif A. Pengetahuan Umum dan sains
Tingkat Pencapaian Perkembangan Usia 4 - <5 tahun Usia 5 - ≤6 tahun 4. Melempar sesuatu secara 3. Melakukan permainan fisik terarah dengan aturan. 5. Menangkap sesuatu secara 4. Terampil menggunakan Tepat tangan kanan dan kiri. 6. Melakukan gerakan antisipasi 5. Melakukan kegiatan kebersihan 7. Menendang sesuatu secara diri. Terarah 8. Memanfaatkan alat permainan di luar kelas. 1. Membuat garis vertikal, 1. Menggambar sesuai horizontal, lengkung kiri/ kanan, gagasannya. miring kiri/kanan, dan 2. Meniru bentuk. lingkaran. 3. Melakukan eksplorasi dengan 2. Menjiplak bentuk. berbagai media dan kegiatan. 3. Mengkoordinasikan mata dan 4. Menggunakan alat tulis dengan tangan untuk melakukan benar. gerakan yang rumit. 5. Menggunting sesuai dengan 4. Melakukan gerakan pola. manipulative untuk 6. Menempel gambar dengan menghasilkan suatu bentuk tepat. dengan menggunakan 7. Mengekspresikan diri melalui berbagai media. gerakan menggambar secara 5. Mengekspresikan diri dengan detail berkarya seni menggunakan berbagai media. 1. Memiliki kesesuaian antara usia 1. Memiliki kesesuaian antara usia dengan berat badan. dengan berat badan. 2. Memiliki kesesuaian antara usia 2. Memiliki kesesuaian antara usia dengan tinggi badan. dengan tinggi badan. 3. Memiliki kesesuaian antara 3. Memiliki kesesuaian antara tinggi dengan berat badan. tinggi dengan berat badan. 1. Mengenal benda berdasarkan 1. Mengklasifikasi benda fungsi (pisau untukmemotong, berdasarkan fungsi. pensil untuk menulis). 2. Menunjukkan aktivitas yang 2. Menggunakan benda-benda bersifat eksploratif dan sebagai permainan simbolik menyelidik (seperti: apa yang (kursi sebagai mobil). terjadi ketika air ditumpahkan). 3. Mengenal gejala sebab-akibat 3. Menyusun perencanaan kegiatan yang terkait dengan dirinya. yang akan dilakukan. 4. Mengenal konsep sederhana 4. Mengenal sebab-akibat tentang dalam kehidupan sehari-hari lingkungannya (angin bertiup (gerimis, hujan, gelap, terang, menyebabkan daun bergerak, air temaram, dsb). dapat menyebabkan sesuatu 5. Mengkreasikan sesuatu sesuai menjadi basah.) dengan idenya sendiri 5. Menunjukkan inisiatif dalam memilih tema permainan (seperti: ”ayo kita bermain purapura seperti burung”).
28
Lingkup Perkembangan
B. Konsep bentuk, warna, ukuran dan pola
1.
2.
3.
C. Konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf
IV. Bahasa A. Menerima bahasa
B. Mengungkapkan Bahasa
1.
Tingkat Pencapaian Perkembangan Usia 4 - <5 tahun Usia 5 - ≤6 tahun 6. Memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Mengklasifikasikan benda 1. Mengenal perbedaan berdasarkan bentuk atau warna berdasarkan ukuran: “lebih atau ukuran. dari”; “kurang dari”; dan Mengklasiifikasikan benda ke “paling/ter”. dalam kelompok yang sama atau 2. Mengklasifikasikan benda kelompok yang sejenis atau berdasarkan warna, bentuk, dan kelompok yang berpasangan ukuran (3 variasi) dengan 2 variasi. 3. Mengklasifikasikan benda yang Mengenal pola AB-AB dan ABClebih banyak ke dalam kelompok ABC. yang sama atau kelompok yang Mengurutkan benda sejenis, atau kelompok berdasarkan 5 seriasi ukuran berpasangan yang lebih dari 2 atau warna variasi. 4. Mengenal pola ABCD-ABCD. 5. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya. Mengetahui konsep banyak dan 1. Menyebutkan lambing bilangan sedikit. 1-10.
2. Membilang banyak benda satu sampai sepuluh. 3. Mengenal konsep bilangan. 4. Mengenal lambang bilangan. 5. Mengenal lambang huruf. 7. Menyimak perkataan orang lain (bahasa ibu atau bahasa lainnya). 8. Mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan. 9. Memahami cerita yang dibacakan. 10. Mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat (nakal, pelit, baik hati, berani, baik, jelek, dsb) 1. Mengulang kalimat sederhana. 2. Menjawab pertanyaan sederhana. 3. Mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, senang, nakal, pelit, baik hati, berani, baik, jelek, dsb.). 4. Menyebutkan kata-kata yang dikenal. 5. Mengutarakan pendapat kepada orang lain.
29
2. Mencocokkan bilangan Dengan lambang bilangan. 3. Mengenal berbagai macam lambang huruf vokal dan konsonan. 1. Mengerti beberapa perintah secara bersamaan. 2. Mengulang kalimat yang lebih kompleks. 3. Memahami aturan dalam suatu permainan.
1. Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks. 2. Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama. 3. Berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbolsymbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung
Lingkup Perkembangan
C. Keaksaraan
V. Sosial emosional
Tingkat Pencapaian Perkembangan Usia 4 - <5 tahun Usia 5 - ≤6 tahun 6. Menyatakan alasan terhadap 4. Menyusun kalimat sederhana sesuatu yang diinginkan atau dalam struktur lengkap (pokok ketidaksetujuan. kalimat-predikat-keterangan). 7. Menceritakan kembali 5. Memiliki lebih banyak katacerita/dongeng yang pernah Kata untuk mengekpresikan ide didengar. pada orang lain. 6. Melanjutkan sebagian cerita/ dongeng yang telah diperdengarkan. 1. Mengenal simbol-simbol. 1. Menyebutkan simbol-simbol 2. Mengenal suara–suara huruf yang dikenal. hewan/benda yang ada di 2. Mengenal suara huruf awal sekitarnya. dari nama benda-benda yang 3. Membuat coretan yang ada di sekitarnya. bermakna. 3. Menyebutkan kelompok gambar 4. Meniru huruf. yang memiliki bunyi/ huruf awal yang sama. 4. Memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf. 5. Membaca nama sendiri. 6. Menuliskan nama sendiri. 1. Menunjukkan sikap mandiri dalam memilih kegiatan. 2. Mau berbagi, menolong, dan membantu teman. 3. Menunjukan antusiasme dalam melakukan permainan kompetitif secara positif. 4. Mengendalikan perasaan. 5. Menaati aturan yang berlaku dalam suatu permainan. 6. Menunjukkan rasa percaya diri. 7. Menjaga diri sendiri dari lingkungannya. 8. Menghargai orang lain.
1. Bersikap kooperatif dengan teman. 2. Menunjukkan sikap toleran. 3. Mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada (senang-sedih-antusias dsb.) 4. Mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai social budaya setempat. 5. Memahami peraturan dan disiplin. 6. Menunjukkan rasa empati. 7. Memiliki sikap gigih (tidak mudah menyerah). 8. Bangga terhadap hasil karya sendiri. 9. Menghargai keunggulan orang lain.
B. Standar Pendidik Standar pendidik menyangkut kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dan guru pendamping. Adapun yang dimaksud dengan guru dan guru pendamping adalah sebagai berikut:
30
Guru PAUD yaitu pendidik PAUD yang memiliki kualifikasi S1 dan kompetensi sebagai Guru PAUD; Guru pendamping atau guru pengasuh yaitu pendidik PAUD jalur pendidikan formal (TK, RA, dan yang sederajat) dan pendidik PAUD jalur pendidikan nonformal (TPA, KB, dan yang sederajat) yang belum memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai guru PAUD. Kualifikasi guru pendamping atau guru pengasuh yaitu pendidik yang memiliki ijazah D-II PGTK dari Perguruan Tinggi terakreditasi; ataumemiliki ijazah Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat dan memiliki sertifikat pelatihan/pendidikan/ kursus PAUD yang terakreditasi.
Adapun kompetensi guru PAUD, guru pendamping atau guru pengasuh terdiri dari kompetensi kepribadian, kompetensi professional, kompetensi pedagogic dan kompetensi social. Secara rinci dapat dilihat pada uraian berikut ini : Matrik. 3.3. Kompetensi Kepribadian Sub kompetensi a. Bersikap dan berperilaku sesuai dengan kebutuhan psikologis anak
b. Bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma agama, budaya dan keyakinan anak.
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berbudi pekerti luhur
Indikator 1) Menyayangi anak secara tulus. 2) Berperilaku sabar, tenang, ceria, serta penuh perhatian. 3) Memiliki kepekaan, responsif dan humoris terhadap perilaku anak. 4) Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan bijaksana. 5) Berpenampilan bersih, sehat, dan rapi. 6) Berperilaku sopan santun, menghargai, dan melindungi anak. 1) Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, budaya, dan jender. 2) Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum, dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. 3) Mengembangkan sikap anak didik untuk menghargai agama dan budaya lain. 1) Berperilaku jujur. 2) Bertanggungjawab terhadap tugas. 3) Berperilaku sebagai teladan.
31
Matrik 3.4. Kompetensi Profesional Sub kompetensi a. Memahami tahapan perkembangan anak.
Indikator 1) Memahami kesinambungan tingkat perkembangan anak usia 0 – 6 tahun. 2) Memahami standar tingkat pencapaian perkembangan anak. 3) Memahami bahwa setiap anak mempunyai tingkat kecepatan pencapaian perkembangan yang berbeda. 4) Memahami faktor penghambat dan pendukung tingkat pencapaian perkembangan.
b. Memahami pertumbuhan dan perkembangan anak.
1) Memahami aspek-aspek perkembangan fisikmotorik,kognitif, bahasa, sosial-emosi, dan moral agama. 2) Memahami faktor-faktor yang menghambat dan mendukung aspek-aspek perkembangan di atas. 3) Memahami tanda-tanda kelainan pada tiap aspek perkembangan anak. 4) Mengenal kebutuhan gizi anak sesuai dengan usia. 5) Memahami cara memantau nutrisi, kesehatan dan keselamatan anak. 6) Mengetahui pola asuh yang sesuai dengan usia anak. 7) Mengenal keunikan anak.
c. Memahami pemberian rangsangan pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan.
1) Mengenal cara-cara pemberian rangsangan dalam pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan secara umum. 2) Memiliki keterampilan dalam melakukan pemberian rangsangan pada setiap aspek perkembangan.
d. Membangun kerjasama dengan orang tua dalam pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak.
1) Mengenal faktor-faktor pengasuhan anak, social ekonomi keluarga, dan sosial kemasyarakatan yang mendukung dan menghambat perkembangan anak. 2) Mengkomunikasikan program lembaga (pendidikan, pengasuhan, dan perlidungan anak) kepada orang tua. 3) Meningkatkan keterlibatan orang tua dalam program di lembaga. 4) Meningkatkan kesinambungan progran lembaga dengan lingkungan keluarga.
32
Matrik 3.5. Kompetensi Pedagogik Sub kompetensi a. Merencanakan kegiatan program pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan
b. Melaksanakan proses pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan
c. Melaksanakan penilaian terhadap proses dan hasil pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan
Indikator 1) Menyusun rencana kegiatan tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, dan harian. 2) Menetapkan kegiatan bermain yang mendukung tingkat pencapaian perkembangan anak. 3) Merencanakan kegiatan yang disusun berdasarkan kelompok usia. 1) Mengelola kegiatan sesuai dengan rencana yang disusun berdasarkan kelompok usia. 2) Menggunakan metode pembelajaran melalui bermain sesuai dengan karakteristik anak. 3) Memilih dan menggunakan media yang sesuai dengan kegiatan dan kondisi anak. 4) Memberikan motivasi untuk meningkatkan keterlibatan anak dalam kegiatan. 5) Memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan anak. 1) Memilih cara-cara penilaian yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. 2) Melalukan kegiatan penilaian sesuai dengan caracara yang telah ditetapkan. 3) Mengolah hasil penilaian. 4) Menggunakan hasil-hasil penilaian untuk berbagai kepentingan pendidikan. 5) Mendokumentasikan hasil-hasil penilaian
Matrik 3.6. Kompetensi Sosial Sub kompetensi a. Beradaptasi dengan lingkungan
b. Berkomunikasi secara efektif
1) 2) 3) 4)
1) 2)
Indikator Menyesuaikan diri dengan teman sejawat. Menaati aturan lembaga. Menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar. Akomodatif terhadap anak didik, orang tua, teman sejawat dari berbagai latar belakang budaya dan sosial ekonomi. Berkomunikasi secara empatik dengan orang tua peserta didik. Berkomunikasi efektif dengan anak didik, baik secara fisik, verbal maupun non verbal.
33
C. Standar Isi, Proses, dan Penilaian 1. Standar Isi a. Struktur Program Struktur program kegiatan PAUD mencakup bidang pengembangan pembentukan perilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan bermain dan pembiasaan. Lingkup pengembangan meliputi: (1) nilainilai agama dan moral, (2) fisik, (3) kognitif, (4) bahasa, dan (5) social emosional. Kegiatan pengembangan suatu aspek dilakukan secara terpadu dengan aspek yang lain, menggunakan pendekatan tematik. b.
Bentuk Kegiatan Layanan 1) Kegiatan PAUD untuk kelompok usia 2 - < 4 tahun. 2) Kegiatan PAUD untuk kelompok usia 4 - ≤ 6 tahun.
c.
Alokasi waktu 1) Kelompok usia 2 - < 4 tahun: (a) Satu kali pertemuan selama 180 menit. (b) Dua kali pertemuan per minggu. (c) Tujuh belas minggu per semester. (d) Dua semester per tahun. 2) Kelompok usia 4 - ≤ 6 tahun (a) PAUD Jalur Pendidikan Formal: Satu kali pertemuan selama 150 – 180 menit. Enam atau lima hari per minggu, dengan jumlah pertemuan sebanyak 900 menit (30 jam @ 30 menit). Tujuh belas minggu efektif per semester. Dua semester pertahun. (b) PAUD Jalur Pendidikan Nonformal: Satu kali pertemuan selama 180 menit Tiga hari per minggu. Tujuh belas minggu efektif per semester. Dua semester pertahun.
d. Rombongan belajar 1) PAUD Jalur Pendidikan Formal, jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar sebanyak 20 peserta didik dengan 1 orang guru TK/RA atau guru 34
pendamping. Kelompok A untuk anak usia 4-5 tahun dan kelompok B untuk anak usia 5-6 tahun. 2) PAUD Jalur Pendidikan Nonformal, jumlah peserta didik setiap rombongan bersifat fleksibel, disesuaikan dengan usia dan jenis layanan program, dan tersedia minimal seorang guru/guru pendamping. Selain itu harus tersedia pengasuh dengan perbandingan antara pendidik (guru/guru pendamping/pengasuh) dan peserta didik sbb: Kelompok usia 2 - <3 tahun 1 : 8 anak; Kelompok usia 3 - <4 tahun 1 : 10 anak; Kelompok usia 4 - <5 tahun 1 : 12 anak; Kelompok usia 5 - ≤6 tahun 1 : 15 anak. e.
Kalender Pendidikan Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif pembelajaran, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur. Kalender pendidikan tersebut disesuaikan dengan kondisi daerah setempat.
2.
Standar Proses a. Perencanaan: 1) Pengembangan Rencana Pembelajaran (a) Perencanaan penyelenggaraan PAUD meliputi Perencanaan Semester, Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH). (b) Rencana Kegiatan untuk anak usia 0 – 2 tahun bersifat individual. Jadwal kegiatan disesuaikan dengan jadwal harian masing-masing anak. 2) Prinsip-Prinsip (a) Memperhatikan tingkat perkembangan, kebutuhan, minat dan karakteristik anak. (b) Mengintegrasikan kesehatan, gizi, pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan. (c) Pembelajaran dilaksanakan melalui bermain. (d) Kegiatan pembelajaran dilakukan secara bertahap, berkesinambungan, dan bersifat pembiasaan. (e) Proses pembelajaran bersifat aktif, kreatif, interaktif, efektif, dan menyenangkan. 35
(f) Proses pembelajaran berpusat pada anak. 3) Pengorganisasian (a) Pemilihan metode yang tepat dan bervariasi. (b) Pemilihan alat bermain dan sumber belajar yang ada di lingkungan. (c) Pemilihan teknik dan alat penilaian sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan. b. Pelaksanaan 1) Penataan lingkungan bermain (a) Menciptakan suasana bermain yang aman, nyaman, bersih, sehat, dan menarik. (b) Penggunaan alat permainan edukatif memenuhi standar keamanan, kesehatan, dan sesuai dengan fungsi stimulasi yang telah direncanakan. (c) Memanfaatkan lingkungan. 2) Pengorganisasian Kegiatan (a) Kegiatan dilaksanakan di dalam ruang/kelas dan di luar ruang/kelas. (b) Kegiatan dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan. (c) Kegiatan untuk anak usia 0 - <2 tahun, bersifat individual. (d) Pengelolaan kegiatan pembelajaran pada usia 2 - <4 tahun dalam kelompok besar, kelompok kecil dan individu meliputi inti dan penutup. (e) Pengelolaan kegiatan pembelajaran pada usia 4 - ≤6 tahun dilakukan dalam individu, kelompok kecil, dan kelompok besar meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu pembukaan, inti dan penutup. (f) Melibatkan orang tua/keluarga. 3.
Standar Penilaian Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan tingkat pencapaian perkembangan anak yang mencakup: a.
Teknik Penilaian Pengamatan, penugasan, unjuk kerja, pencatatan anekdot, percakapan/dialog, laporan orang tua, dan dokumentasi hasil karya anak (portofolio), serta deskripsi profil anak. b. Lingkup 1) Mencakup seluruh tingkat pencapaian perkembangan peserta didik. 2) Mencakup data tentang status kesehatan, pengasuhan, dan pendidikan. 36
c.
Proses 1) Dilakukan secara berkala, intensif, bermakna, menyeluruh, dan berkelanjutan. 2) Pengamatan dilakukan pada saat anak melakukan aktivitas sepanjang hari. 3) Secara berkala tim pendidik mengkaji-ulang catatan perkembangan anak dan berbagai informasi lain termasuk kebutuhan khusus anak yang dikumpulkan dari hasil catatan pengamatan, anekdot, check list, dan portofolio. 4) Melakukan komunikasi dengan orang tua tentang perkembangan anak, termasuk kebutuhan khusus anak. 5) Dilakukan secara sistematis, terpercaya, dan konsisten. 6) Memonitor semua aspek tingkat pencapaian perkembangan anak. 7) Mengutamakan proses dampak hasil. 8) Pembelajaran melalui bermain dengan benda konkret. d. Pengelolaan hasil 1) Pendidik membuat kesimpulan dan laporan kemajuan anak berdasarkan informasi yang tersedia. 2) Pendidik menyusun dan menyampaikan laporan perkembangan anak secara tertulis kepada orang tua secara berkala, minimal sekali dalam satu semester. 3) Laporan perkembangan anak disampaikan kepada orang tua dalam bentuk laporan lisan dan tertulis secara bijak, disertai saran-saran yang dapat dilakukan orang tua di rumah. e. Tindak lanjut 1) Pendidik menggunakan hasil penilaian untuk meningkatkan kompetensi diri. 2) Pendidik menggunakan hasil penilaian untuk memperbaiki program, metode, jenis aktivitas/kegiatan, penggunaan dan penataan alat permainan edukatif, alat kebersihan dan kesehatan, serta untuk memperbaiki sarana dan prasarana termasuk untuk anak dengan kebutuhan khusus. 3) Mengadakan pertemuan dengan orang tua/keluarga untuk mendiskusikan dan melakukan tindak lanjut untuk kemajuan perkembangan anak. 4) Pendidik merujuk keterlambatan perkembangan anak kepada ahlinya melalui orang tua. 5) Merencanakan program pelayanan untuk anak yang memiliki kebutuhan khusus.
37
BAB V. TAHAP PERSIAPAN A. Pembentukan Tim Lesson Study Langkah awal pada tahap persiapan adalah membentuk Tim Lesson Study yang terdiri dari para pendidik PAUD yang tertarik untuk bekerjasama meningkatkan pengajaran dan pembelajaran siswa dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan dengan Lesson Study. Jumlah anggota sebaiknya antara 3 – 6 orang agar pelaksanaannya lebih efektif. Setelah tim terbentuk, perlu dilanjutkan dengan kegiatan berikut ini : 1. Menetapkan pembagian peran masing-masing anggota untuk menentukan siapa yang akan beperan sebagai guru model dan siapa yang akan berperan sebagai pengamat atau observer; 2. Menentukan tim pakar yang akan memberikan masukan-masukan, terutama pada saat pelaksanaan dan refleksi. Pakar bisa berasal dari akademisi (dosen) yang memiliki keahlian di bidang PAUD, atau praktisi (guru TK) senior yang memiliki pengalaman banyak, di tingkat lokal, regional maupun nasional. 3. Membuat jadwal kegiatan karena tim harus bertemu secara teratur untuk melakukan persiapan, menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. 4. Pada saat pertemuan jangan lupa untuk membuat catatan tentang materi yang didiskusikan serta hasil diskusi. Catatan tersebut disimpan sebagai dasar untuk kegiatan berikutnya serta untuk menyusun laporan. Catatan yang akurat akan membantu tim untuk memetakan kemajuan dari waktu ke waktu dan membantu membangun kesinambungan dari pertemuan ke pertemuan. B. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Masalah pembelajaran muncul karena adanya perbedaan antara standar yang telah ditentukan dengan kondisi nyata. Antara kenyataan kemampuan belajar dan pemahaman siswa dengan harapan guru terhadap kemampuan siswa, berdasarkan pada data yang ada dan refleksi terhadap praktik pembelajaran di kelas.Dari perbandingan kedua aspek ini, muncul kesenjangan antara apa yang seharusnya dimiliki dengan kenyataan yang ada. Kesenjangan inilah yang akan mendorong tumbuhnya kebutuhan untuk mencapai standar yang seharusnya. Selain itu, guru-guru mendiskusikan bagaimana mereka akan dapat menutup kesenjangan kinerja siswa itu Identifikasi ini bisa meliputi materi ajar, karakteristik pokok bahasan, jadwal pelajaran, kompetensi dasar, menyiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, karakteristik siswa dan suasana kelas, metode/pendekatan pembelajaran, media, alat peraga, evaluasi proses 38
dan hasil belajar, dan sebagainya. Semuanya harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku saat ini. Identifikasi lebih ditekankan pada kegiatan pembelajaran bukan kegiatan mengajar. Artinya , identifikasi lebih ditekankan kepada bagaimana siswa belajar, bukan pada bagaimana guru mengajar, karena dalam lesson study kegiatan belajar mengajar lebih difokuskan pada siswa bukan difokuskan pada guru. Namun, kesenjangan ini tidak selalu dirasakan oleh setiap orang sehingga diperlukan beberapa teknik untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran dan kebutuhan di PAUD agar informasi dan data bisa diperoleh lebih akurat. Teknik yang dimaksud antara lain: -
Observasi digunakan untuk melihat kondisi nyata pembelajaran di kelas dalam rangka melihat kesenjangan yang terjadi. Kegiatan ini difokuskan terhadap sikap dan perilaku siswa saat pembelajaran berlangsung.
-
Wawancara digunakan untuk mengetahui kendala yang dihadapi pendidik PAUD sehingga munculnya masalah dalam pembelajaran. Disamping itu juga untuk mengetahui upaya yang pernah dilakukan pendidik PAUD atau pihak-pihak terkait untuk mengatasinya dan harapan ke depan terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Observasi dan wawancara dilakukan terhadap sampel terbatas, misalnya terhadap beberapa pendidik PAUD yang telah bersedia menjadi anggota tim lesson study;
-
Angket digunakan untuk mengetahui masalah pembelajaran serta kebutuhan pendidik PAUD dengan jumlah sampel yang lebih banyak jumlahnya. Misalnya terhadap pendidik PAUD dari beberapa gugus PAUD yang berada di bawah salah satu PKG PAUD Kecamatan.
Hasil identifikasi dapat disusun ke dalam format sebagai berikut :
39
Matrik 4.1. Contoh Format Hasil Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Pembelajaran
NO
KONDISI DI KELAS
1.
Pembelajaran belum diintegrasikan secara holistik dalam rencana maupun pelaksanaan pembelajaran PAUD Pemberian rangsangan kepada anak masih belum memperhatikan aspek perkembangan anak
2.
STANDAR KOMPETENSI YANG HARUS DIMILIKI Mengembangkan sikap anak didik untuk menghargai agama dan budaya lain.
KOMPETENSI Kepribadian
Memiliki keterampilan dalam melakukan pemberian rangsangan pada setiap aspek perkembangan
Profesional
3.
Cara penilaian untuk semua tujuan hampir sama
Memilih cara-cara penilaian yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
Paedagogik
4.
Komunikasi dengan anak didik masih bersifat verbal
Berkomunikasi efektif dengan anak didik, baik secara fisik, verbal maupun non verbal.
Sosial
KESENJANGAN YANG DIRASAKAN/ DITEMUKAN Belum memahami kurikulum PAUD holistic integrative
Belum memahami tahapan perkembangan anak dan pengembangan media yang sesuai perkembangan anak. Belum tepat menentukan cara penilaian dan menentukan indikator penilaian Belum optimal menggunakan seluruh cara berkomunikasi dengan anak
Hasil identifikasi di atas dijadikan dasar untuk menganalisis kebutuhan dan hasil analisis kebutuhan dijadikan arah untuk menyusun perencanaan lesson study.
40
BAB VI. PERENCANAAN
A. Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan diperlukan untuk memberi arah kepada tim lesson study dalam memecahkan masalah yang dihadapi di kelas melalui pendekatan lesson study sehingga pemenuhan kebutuhan dapat dipusatkan pada masalah tertentu yang sangat penting untuk segera diatasi. Data dan informasi yang akan dianalisis, didasarkan pada hasil identifikasi kebutuhan. Sebelum menetapkan kebutuhan yang diperlukan untuk memecahkan masalah nyata yang ditemukan di kelas, maka harus dilihat terlebih dahulu aspek berikut ini : 1. 2.
Menganalisis kemungkinan penyebab kesenjangan. Hal ini bisa dilihat dari aspek perilaku dan karakteristik siswa serta aktivitas pembelajaran yang dilakukan pendidik; Pengaruh pemecahan masalah tersebut terhadap tujuan pembelajaran PAUD jangka panjang. Matrik 5.1. Contoh Format Analisis Kebutuhan
NO 1.
KESENJANGAN YANG DIRASAKAN/ DITEMUKAN Belum memahami kurikulum PAUD holistic integrative
KEBUTUHAN Pendidik PAUD seharusnya memahami secara makro, prinsip holistik dan integratif, artinya penyelenggaraan PAUD dilakukan terintegrasi dengan sistem sosial yang ada di masyarakat dan menyertakan segenap komponen masyarakat sesuai tanggung jawab dan kewenangannya. Dalam hal ini, diharapkan adanya keselarasan antara pendidikan yang dilakukan di berbagai unit pendidikan, yaitu keluarga-sekolah dan masyarakat atau TRIPUSAT PENDIDIKAN. Selain itu, Pendekatan holistik juga dapat diartikan bahwa PAUD tidak hanya menekankan pada aspek pendidikan semata, tetapi mencakup juga aspek pelayanan gizi, pelayanan kesehatan, pengasuhan, dan perlindungan anak. Sedangkan pendekatan integratif mengandung pengertian program PAUD merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam keseluruhan stimulasi dan atau layanan terhadap tumbuh kembang anak disemua program layanan anak usia dini yang ada di masyarakat.
41
NO 2.
KESENJANGAN YANG DIRASAKAN/ DITEMUKAN Belum memahami tahapan perkembangan anak dan pengembangan media yang sesuai perkembangan anak.
KEBUTUHAN Pendidik Anak Usia Dini seharusnya memiliki pemahaman yang baik tentang tahapan perkembangan anak. Hal ini sebagai dasar bagi pembuatan alat permainan yang digunakan untuk pembelajaran di PAUD. Alat permainan ini selain untuk memenuhi kebutuhan naluri bermain anak juga sebagai sumber belajar yang sangat diperlukan untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak usia dini. Aspek-aspek perkembangan tersebut hendaknya dikembangkan secara serempak sehingga anak lebih siap menghadapi lingkungannya dan mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Guru PAUD juga sebaiknya memiliki kemampuan merancang alat permainan untuk pembelajaran anak usia dini, karena alat permainan yang dirancang dengan baik akan menarik anak daripada alat permainan yang tidak didesain dengan baik. Oleh sebab itu pengembangan konsep APE hendaknya menjadi keharusan dalam penyelenggaraan pembelajaran PAUD yang mudah, murah dan bermutu.
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan ini tim lesson study menentukan dan menyepakati tema permasalahan yang akan dijadikan tema lesson study. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan RKH, sehingga RKH menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran. B. Menentukan Tujuan Pembelajaran Merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan tema dan sub tema yang dipilih serta tingkat pencapaian perkembangan yang diharapkan. C. Mendisain Pembelajaran Pelaksanaan kurikulum PAUD terletak pada proses pembelajaran, dan perencanaan pembelajaran merupakan awal dari proses pembelajaran. Berdasarkan alasan inilah 42
pendidik dituntut dapat mendisain dan melaksanakan sebuah proses pembelajaran yang menjadi salah satu tugas profesional seorang guru. Dalam lesson study disain pembelajaran disusun oleh tim lesson study berdasarkan pada hasil analisis kebutuhan dan kurikulum yang berlaku. Tim merancang pelajaran yang akan membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki dalam kurikulum. Dalam hal ini tim harus memahami konsep kurikulum yang menjadi kesepakatan dalam penyelenggaraan pendidikan, baik kurikulum yang disusun dan dikembangkan pemerintah maupun kurikulum lokal yang dikembangkan oleh lembaga pendidikan. Penyusunan disain harus tetap terpusat pada siswa, artinya pendidik harus selalu melihatnya dari sudut pandang siswa, bagaimana siswa menafsirkan materi dan kegiatan pembelajaran. Dalam penyusunan disain ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. 2. 3.
Tujuan jangka panjang Kompetensi yang akan dicapai. Indikator-indikator yang dapat menunjukkan hasil belajar dalam bentuk perilaku yang menggambarkan pencapaian kompetensi dasar. 4. Tujuan pembelajaran yang merupakan bentuk perilaku terukur dari setiap indikator. 5. Perkiraan mengenai apa yang dipikirkan peserta didik, 6. Materi dan uraian materi yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. 7. Metode-metode yang akan digunakan dalam pembelajaran. 8. Langkah-langkah penerapan metode-metode yang dipilih dalam satu kemasan pengalaman belajar. 9. Sumber dan media belajar yang terkait dengan aktivitas pengalaman belajar siswa. 10. Instrumen penilaian yang sesuai untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. 11. RKH yang akan diterapkan Langkah-langkah pembelajaran disusun serinci mungkin, sehingga apabila rencana digunakan oleh pengajar lain mudah dipahami . D. Presentasi Disain Pembelajaran Dalam kegiatan ini anggota tim yang ditunjuk sebagai guru mempresentasikan rencana pembelajaran di depan semua anggota tim dan kelompok tim lesson study yang lainnya. Semua anggota tim dan anggota tim kelompok lesson study yang lainnya bisa memberi masukan-masukan sampai akhirnya diperoleh rencana pembelajaran yang lebih baik. Guru yang mempresentasikan rencana pembelajaran menggunakan masukan43
masukan tersebut untuk memperbaiki rencana pembelajarannya. Hasil perbaikan dikirimkan pada semua anggota tim agar mereka tahu bagaimana pembelajaran akan dilaksanakan di kelas. E.
Merencanakan Instrument untuk Mengamati Kegiatan Pembelajaran Dalam pelaksanaan lesson study, pengamatan sebaiknya dilakukan secara langsung karena memungkinkan observer untuk memperhatikan perubahan dalam pemikiran, sikap dan perilaku siswa. Di samping itu juga observer dapat melengkapi hasil observasinya dengan bukti pekerjaan siswa. Agar kegiatan pengamatan lebih terarah dan dapat memperoleh hasil maksimal, diperlukan adanya pedoman pengamatan (termasuk di dalamnya instrument pengamatan) yang akan digunakan observer saat melakukan pengamatan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyusun instrument pengamatan, antara lain seperti berikut ini. 1.
Apakah tujuan pembelajaran sudah jelas? Apakah aktivitas yang dikembangkan berkontribusi secara efektif pada pencapaian tujuan tersebut? 2. Apakah langkah-langkah pembelajaran yang dikembangkan berkaitan satu dengan lainnya? Dan apakah hal tersebut mendukung pemahaman siswa tentang konsep yang dipelajari? 3. Apakah hands-on atau teaching material yang digunakan mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang ditetapkan? 4. Apakah diskusi kelas yang dilakukan membantu pemahaman siswa tentang konsep yang dipelajari? 5. Apakah materi ajar yang dikembangkan guru sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. 6. Apakah siswa menggunakan pengetahuan awalnya atau pengetahuan sebelumnya untuk memahami konsep baru yang dipelajari? 7. Apakah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru dapat mendorong dan memfasilitasi cara berpikir siswa? 8. Apakah gagasan siswa dihargai dan dikaitkan dengan materi yang sedang dipelajari? 9. Apakah kesimpulan akhir yang diajukan didasarkan pada pendapat siswa? 10. Apakah kesimpulan yang diajukan sesuai dengan tujuan pembelajaran? 11. Bagaimana guru memberi penguatan capaian hasil belajar siswa selama pembelajaran berlangsung?
44
BAB VII. PELAKSANAAN
A. Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun dan disepakati oleh tim lesson study. Proses pembelajaran diupayakan dalam suasana wajar dan alami walaupun saat belajar dihadirkan pengamat yang akan mengamati dan mengumpulkan bukti-bukti dari kegiatan pembelajaran. Untuk mengupayakan suasana pembelajaran yang wajar dan alami, maka sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung, anggota tim lesson study yang akan berperan selaku guru model, melakukan lebih dahulu hal-hal berikut ini : 1. 2.
3.
4.
5. 6.
Memiliki kesiapan mental untuk menjadi guru model yang respons siswa-siswanya akan diamati oleh rekan-rekannya sendiri selama proses pembelajaran berlangsung; Memberikan gambaran secara umum kepada observer tentang rencana pembelajaran, hubungan tema yang akan diajarkan dengan tingkat pencapaian perkembangan anak, kedudukan pencapaian perkembangan anak dalam kurikulum yang berlaku, perkiraan respons siswa serta hal-hal lain yang berhubungan dengan itu; Perkiraan tentang kemungkinan respons siswa sangat diperlukan karena bisa saja guru model melakukan perubahan saat proses pembelajaran berlangsung dalam rangka penyesuaian terhadap kebutuhan saat itu. Perubahan kecil mungkin tidak dapat dihindari, tetapi sebaiknya perubahan tersebut diantisipasi dalam tahap perencanaan; Memberikan gambaran tentang setting kelas yang akan digunakan dan peta posisi tempat duduk siswa. Sebaiknya setting kelas ini ditata agar tidak mengganggu mobilitas siswa, guru model, dan observer sehingga siswa bisa tetap nyaman mengikuti proses pembelajaran. Siswa sebaiknya diberitahu terlebih dahulu tentang keberadaan observer dalam kegiatan pembelajarannya dengan bahasa sederhana yang bisa dipahami mereka. Orang tua siswa juga sebaiknya diberitahu lebih dahulu dan dimintakan ijin tentang keberadaan observer. Guru model perlu meyakinkan orang tua siswa bahwa kondisi ini tidak akan mengganggu proses pembelajaran.
B. Observasi Pembelajaran Observasi atau pengamatan pembelajaran dilakukan oleh anggota tim lesson study lainnya yang berperan sebagai observer. Ada beberapa hal yang harus dipahami observer, yaitu : 45
1.
2. 3.
4.
5.
6. 7.
Sebelum melakukan pengamatan, observer harus memperoleh penjelasan tentang gambaran rencana pembelajaran, hubungan tema yang akan diajarkan dengan tingkat pencapaian perkembangan anak, kedudukan pencapaian perkembangan anak dalam kurikulum yang berlaku, perkiraan respons siswa serta hal-hal lain yang berhubungan dengan itu; Observer memasuki kelas bersamaan dengan guru model . Sesama observer dilarang berbicara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada saat pengamatan berlansung, observer harus berbekal instrument observasi yang telah disusun dan disepakati pada tahap perencanaan. Instrumen disusun berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang tercantum dalam RKH. Observer hanya bertugas sebagai pengamat dan tidak melakukan penilaian terhadap pengajar maupun siswa. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung ; Observer harus fokus pada siswa dan apa yang mereka lakukan dalam menanggapi instruksi guru model, interaksi antar siswa, siswa dengan bahan ajar, siswa dengan guru model, siswa dengan lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen observasi yang telah disiapkan. Secara lebih rinci, observasi ditujukan terhadap halhal berikut ini: a. Mencatat kapan siswa mulai memahami instruksi guru model dan mengerjakan tugasnya; b. Membuat catatan tentang komentar atau diskusi yang dilakukan siswa serta jangan lupa menuliskan nama atau posisi tempat duduk siswa. c. Membuat catatan tentang situasi dimana siswa melakukan kerjasama atau memilih untuk tidak melakukan kerjasama. d. Mencari contoh-contoh bagaimana terjadinya proses konstruksi pemahaman melalui diskusi dan aktivitas belajar yang dilakukan siswa. e. Membuat catatan tentang variasi metode penyelesaian masalah dari siswa secara individual atau kelompok siswa, termasuk strategi penyelesaian yang salah. f. Membuat catatan tentang beberapa hal penting lainnya mengenai aktivitas belajar siswa Pengamatan terhadap guru model dilakukan terkait dengan pengamatan terhadap perilaku siswa di kelas. Observer tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru model maupun siswa. Dalam hal ini observer tidak diperbolehkan bicara dengan guru model dan siswa.
46
8.
Observer boleh saja merekam atau membuat photo untuk dokumentasi sebagai bahan analisis pada tahap tindak lanjut, tapi sepanjang tidak mengganggu proses pembelajaran. 9. Di kelas hanya ada guru model, siswa dan observer. Di luar itu semua, tidak diperbolehkan masuk. 10. Observer tidak meninggalkan kelas sebelum proses pembelajaran selesai.
47
BAB VIII. REFLEKSI Dalam tahap refleksi terdapat dua kegiatan utama yang harus dilaksanakan yaitu mendiskusikan hasil dalam rangka menilai kemajuan serta menganalisis dan merevisi. Tahapan ini sangat penting karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta yang didasarkan pada hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Untuk penjelasan lebih lanjut dapat dilihat dalam uraian berikut ini. A. Mendiskusikan Hasil dan Menganalisis Diskusi hasil lesson study diikuti oleh seluruh anggota team yang dipandu oleh Ketua Gugus atau Ketua PKG atau peserta lainnya yang ditunjuk. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan ini, yaitu : 1. Tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Tujuannya adalah untuk menganalisis dan mengevaluasi pembelajaran secara menyeluruh dalam hal belajar, berpikir dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran; 2. Diskusi menyangkut tiga aspek utama yaitu : (a) dalam hal apakah siswa dapat mencapai tujuan pembelajarannya? (b) Mungkinkah proses pembelajaran diperbaiki? ; (c) Apa yang dapat dipelajari anggota tim lesson study dari pengalaman ini?; 3. Diskusi dilakukan dalam dua langkah, langkah pertama melakukan tanya jawab antara guru model dengan observer. Langkah kedua adalah melakukan analisis bukti-bukti yang dikumpulkan saat proses pembelajaran berlangsung; 4. Pada langkah awal, guru model diberi kesempatan untuk menyatakan kesan-kesannya selama melaksanakan pembelajaran, baik terhadap dirinya maupun terhadap para siswa yang dihadapinya. Kemudian para observer (pengajar lain dan pakar) menyampaikan komentar, saran dan pertanyaan menyangkut semua aspek kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung berdasarkan hasil pengamatan, terutama yang menyangkut bagaimana siswa belajar, bagaimana siswa menanggapi dan menafsirkan penjelasan guru model , mengapa siswa mau belajar dan tidak mau belajar. Kegiatan ini bukan untuk mengadili pengajar, namun untuk memberikan masukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. 5. Pada langkah kedua, bukti-bukti tertulis atau hasil kerja siswa serta bukti-bukti visual lainnya dianalisis. Kegiatannya meliputi: (a) menyusun hasil checklist yang tercantum dalam lembar pengamatan; (b) menyusun catatan-catatan khusus siswa yang dibuat observer terutama yang berkaitan dengan cara-cara siswa berpikir, menafsirkan, 48
6.
menanggapi ide-ide dan konsep-konsep tertentu dari pengajar saat pembeljaran , serta perubahan sikap dan tindakan siswa saat proses pembelajaran ; (c) membandingkan pencapaian siswa dalam pembelajaran sebelumnya dengan saat pembelajaran dalam kegiatan lesson study; (d) memeriksa seluruh urutan kegiatan pembelajaran untuk menentukan bagaimana mereka memberikan kontribusi untuk belajar siswa. Guru model mendapatkan masukan-masukan untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. Sedangkan anggota tim yang menjadi observer dapat mencobakan model pembelajaran yang telah dicontohkan oleh guru model. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam tahap refleksi ini dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran.
B. Merevisi Sebagai hasil dari analisis mereka, tim mengidentifikasi cara untuk merevisi pelajaran. Revisi didasarkan pada masukan-masukan saat Tim juga dapat memodifikasi strategi mereka dengan mengumpulkan bukti-bukti untuk menyelaraskan agar pembelajaran lebih efektif setelah direvisi. Pada langkah ini tim lesson study mengulang tahapan-tahapan mulai dari tahapan perencanaan hingga tahapan refleksi. Ini merupakan kesempatan untuk menguji revisi dan untuk memperdalam pemahaman tentang pembelajaran Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusankeputusan penting untuk perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran indiividual, maupun menajerial. Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan yang disampaikan dalam tahapan refleksi menjadi modal bagi para pengajar, baik yang bertindak sebagai guru model maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik. Pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah (jika mereka dilibatkan sebagai anggota team lesson study atau observer Lesson study), akan memperoleh sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Dengan keterlibatan kepala sekolah secara langsung dalam lesson study, dia lebih dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses pembelajaran.
49
BAB IX. TINDAK LANJUT A. Dokumentasi Hasil lesson study harus didokumentasikan dengan tujuan sebagai berikut: 1. sebagai bukti pertanggung jawaban bahwa kegiatan tersebut sudah diselenggarakan dan bukti adanya peningkatan kualitas pembelajaran ; 2. sebagai bahan untuk dibaca dan dicobakan oleh pendidik PAUD lainnya tentang hakikat mengajar dan bagaimana guru belajar mengenai mengajar serta hakikat belajar dan bagaimana menciptakan situasi belajar; 3. sebagai dasar untuk menyusun kebijakan kepala sekolah dalam kegiatan pembelajaran di sekolahnya ; 4. sebagai bahan penelitian guru, mahasiswa maupun dosen yang tertarik dengan pembelajaran di PAUD. Dokumentasi dapat berupa: laporan tertulis tentang proses pelaksanaan lesson study, photo-photo, hasil kerja siswa dan video. Pendokumentasian dilakukan oleh tim lesson study dan bisa pula dibantu oleh team dari perguruan tinggi . Dengan mendokumentasikan pelaksanaan lesson study bisa berarti tim telah memberi kontribusi terhadap peningkatan pengetahuan pedagogis bagi guru PAUD dan peneliti maupun pihak-pihak yang terkait dengan PAUD. B. Diseminasi Hasil dokumentasi pelaksanaan lesson study, baik dalam bentuk laporan, video atau photo-photo, akan dapat diketahui banyak orang bila dilakukan diseminasi atau penyebarluasan. Beberapa cara diseminasi yang umum dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Seminar hasil lesson study di PKG Kecamatan; 2. Membuat karya ilmiah berdasarkan hasil lesson study untuk dipublikasikan melalui jurnal ilmiah atau majalah ilmiah; 3. Mengunggah video pelaksanaan lesson study untuk dipublikasikan melalui internet. Secara keseluruhan, tema umum yang didiskusikan dalam seminar sosialisasi atau karya yang dipublikasikan melalui jurnal ilmiah atau majalah ilmiah menyangkut : - Apa alasan dan tujuan digunakan lesson Sstudy ? - Bagaimana langkah-langkah Pelaksanaan lesson study ? - Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan lesson study diimplementasikan dalam kelas melalui tim lesson study di Gugus PAUD. 50
DAFTAR KEPUSTAKAAN Cerbin, Bill and Bryan Kopp, Lesson Study Project, http://www.uwlax.edu/sotl/lsp, pada tanggal 31 Juni 2014
diunduh
dari
Depdiknas, Depag, JICA. (2009). Panduan untuk Lesson Study Berbasis MGMP dan Lesson Study Berbasis Sekolah. Jakarta : PELITA Firman, Harry dan Ida Kaniawati (Ed.). 2007. Monitoring & Evaluasi Program Study (Lesson Learned dari JICA-SISTTEMS). Bandung: UPI Press
Lesson
Hiryanto, dkk, (2011), Hasil Penelitian Research Grant Program Hibah Kompetisi (PHK) A-2 Prodi PLS, Jogyakarta, PLS FIP UNY Hw,Slamet, dkk (2010), Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Dasar melalui Lesson Study (Sosialisasi LS bagi Guru SD N 1,2 Gentan Baki-Sukoharjo), WARTA, Vol .13, No.1, Maret 2010: 55 – 64, ISSN 1410-9344. IMSTEP-JICA. (2007). Lesson Study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik, Bandung : UPI Press. Kemmis, S. and Mc.Taggart, R. (1988). The Action Research Planner (Third Ed.). Victoria: Deakin University. Lewis, Catherine ,2004, Does lesson study have a future in the United States?. Online: http://www.sowi-online.de/journal/2004-1/lesson_lewis.htm --------------------. 2002. Lesson Study: A Handbook of Teacher-Led Instructional Change. Philadelphia, PA: Research for Better Schools, Inc. Moekijat, 1991, Latihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bandung : Mandar Maju. Mulyana, S, (2007), Lesson Study (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat Muttaqin, F. (2011), Dampak Pendidikan dan Pelatihan Dasar Profesi Terhadap Peningkatan Kompetensi Pendidik PAUD, Skripsi, Bandung : FKIP-UNINUS Nawawi, Hadary, (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, Gajah Mada Universitas Press. Nurabnu, Uceh, (2012), Program Peningkatan Kompetensi Profesional Guru TK melalui Kelompok Kerja Guru TK (Studi Analitik Deskriptif pada Gugus 48 TK di Kecamatan 51
Bandung Kulon Tahun 2011)”, Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia, repocitory.upi.edu Rivai, Veithzal . (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada Riyati, Siti (2007), Sistem Pembinaan Profesional Guru Pendidikan Ipa Melalui Lesson Study, Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Simamora, Henry, (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta Sumantri, S. (2000), Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bandung, Fakultas Psikologi Unpad.
52
LAMPIRAN 2 CONTOH RENCANA KEGIATAN HARIAN MENGGUNAKAN MODEL KELOMPOK KELOMPOK :B SEMESTER/MINGGU : I/ 10 TEMA/SUB TEMA : Sekolah HARI/TANGGAL : Jum’at, 22 Nopember 2013
NILAI INDIKATOR KARAK TER
KEGIATAN PEMBELAJARAN
KEWIRA USAHAAN
ALAT / SUMBER BELAJAR
o
I. PEMBUKAAN Religius
Disiplin
Komuni katif
Mandiri
Cinta damai
Mandiri
2.1.1. Berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan sesuai dengan keyakinannya 3.2.2. Mendengarkan dan memperhatikan teman berbicara 3.5.Dapat berlaku sportif
Berdo’a
Buku do’a
Observasi
Berbagi cerita
Kotak cerita
Penugasan
Kreatif
Mandiri
6.1.2. Menggambar bebas dengan bentuk dasar titik, lingkaran, segitiga, segiempat
Kelompok I Menggambar mural “situasi sekolah”
Crayon, kertas karton
Unjuk kerja
Tg. jawab
Mandiri
Kelompok II Menghitung ubin yang ada di kelas (tg. Jawab)
Ubun kelas, LKS
Unjuk kerja
Tg. Jawab
Mandiri
1.1.2. Membilang )mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) 120 1.1.1. Menyebutkan simbol-simbol huruf vokal dan konsonan yang dikenal di lingkungan sekitar
Kelompok III Bermain menyusun huruf “ g-ur-u” (mandiri)
Dadu huruf
Unjuk kerja
Bermain di luar
Alat bermain out door
Observasi
Cuci tangan
Lap tangan, sabun Alas makan, bekal
Observasi
PBKB: Berlaku sportif ketika mengikuti permainan II. KEGIATAN INTI
Observasi
III. ISTIRAHAT Cinta damai
Kerja Sama
Disiplin
Disip Lin Kerja Sama
Tg. jawab
Komuni katif
Mandiri
1.1.3. Mau bermain dengan teman 4.2.1. Melakukan perbuatan-perbuatan yang baik pada saat bermain 3.1.1. Sabar menunggu giliran 5.1.3. Mentaati aturan / tata tertib di kelas 2.1.2. Mau berbagi dengan teman 5. 3.2.2. Mendengarkan dan memperhatikan teman berbicara
Makan bersama
IV. PENUTUP Tanya jawab tentang kegiatan yang telah dilaksanakan
53
PENILAIAN PERKEM. ANAK
ALAT PENILAIAN
Observasi
Penugasan
Ø
v
●
Religius
Disiplin
Cinta damai
Disiplin
2.1.1. Berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan menurut keyakinannya 4.1.1. Memberi dan membalas salam
Berdo’a
Buku doa
Salaman
Observasi
Observasi
Mengetahui, Kepala TK.............................
Bandung, ........................... Guru Kelompok
_________________________
__________________________
54
LAMPIRAN 3 LEMBAR PENGAMATAN LESSON STUDY (1) Guru model Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Konsep/Sub Konsep Thema
: ……………………………………………………………………. : ……………………………………………………………………. : ……………………………………………………………………. : ......................................................................... : .........................................................................
Kejadian A. Kapan siswa mulai berkonsentrasi? 1. Pada awal pelajaran. a. Siswa yang berkonsentrasi ...…… b. Siswa berkonsentrasi karena: - Ada fenomena menarik disajikan oleh guru? - Ada fenomena yang menimbulkan masalah? - Ada sebab lain: c. Siswa yang berkonsentrasi tampak: - Mengajukan pertanyaan. - Mengemukakan pendapat/ide. - Menaruh perhatian dengan sungguh-sungguh 2. Pada saat Kegiatan Inti. a. Siswa yang berkonsentrasi ……… b. Siswa yang berkonsentrasi tampak: - Mengamati demonstrasi - Melakukan eksperimen - Berdiskusi dengan teman - Mengerjakan tugas latihan dengan tekun B. Kapan siswa tidak berkonsentrasi? 1. Pada Kegiatan Awal Pembelajaran? a. Apa penyebabnya?
Check
semua/sebagian, sebutkan namanya :
ya/tidak ya/tidak
................................................................... ya/tidak ya/tidak ya/tidak
semua/sebagian, sebutkan namanya:
ya/tidak ya/tidak ya/tidak ya/tidak
...................................................................
b. Tidak berkonsentrasi, tampak:
55
Kejadian - Menyiapkan peralatan belajar - Membicarakan/mengerjakan konteks lain - Kesibukan lain: ............. 2. Pada Kegiatan Inti Pelajaran a. Penyebabnya adalah: ................................................ b. Tidak berkonsentrasi, tampak: - mengerjakan pekerjaan di luar konteks/topik - berbicara di luar konteks/topik pelajaran - tidak melakukan aktivitas apaapa - Kesibukan lain : ....................
Check Ya/tidak Ya/tidak ...................................................................
...................................................................
Ya/tidak Ya/tidak Ya/tidak ...................................................................
3. Aspek pembelajaran apa yang dapat dipetik manfaatnya bagi pengamat?
a. ............................................................... b. ............................................................... c. ................................................................
4. Aspek pembelajaran apa yang bagi pengamat tidak perlu ada, atau tidak bermanfaat?
a. ............................................................... b. ............................................................... c. ...............................................................
Berikan catatan yang lain: ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................... ………………….., …………………. 2014 Pengamat,
______________________
56
LAMPIRAN 4
LEMBAR PENGAMATAN LESSON STUDY (1)
Guru Model Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Konsep/Sub Konsep Thema
: ……………………………………………………………………. : ……………………………………………………………………. : ……………………………………………………………………. : .................................................................. : ..................................................................
Kejadian 1. Apakah tujuan pembelajaran sudah jelas?
Check Sudah/Belum Jika belum, apa alasannya :
2. Apakah aktivitas yang dikembangkan berkontribusi secara efektif pada pencapaian tujuan tersebut ?
Ya/Tidak Jika tidak, apa alasannya :
3. Apakah langkah-langkah pembelajaran yang dikembangkan berkaitan satu dengan lainnya? 4. Apakah langkah-langkah pembelajaran tersebut mendukung pemahaman siswa tentang konsep yang dipelajari? 5. Apakah media pembelajaran yang digunakan mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang ditetapkan?
Ya / Tidak
Ya / tidak
Ya / tidak. Jika tidak, apa alasannya :
6. Apakah thema/sub thema yang dikembangkan guru sesuai dengan tingkat kemampuan siswa ? 7. Apakah penjelasan guru membantu pemahaman siswa tentang konsep yang dipelajari?
57
Kejadian 8. Apakah siswa menggunakan pengetahuan awalnya atau pengetahuan sebelumnya untuk memahami konsep baru yang dipelajari? 9. Apakah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru dapat mendorong dan memfasilitasi cara berpikir siswa? 10. Apakah gagasan siswa dihargai dan dikaitkan dengan materi yang sedang dipelajari? 11. Apakah kesimpulan akhir yang diajukan didasarkan pada hasil pengamatan terhadap siswa? 12. Apakah kesimpulan yang diajukan sesuai dengan tujuan pembelajaran? 13. Bagaimana guru memberi penguatan capaian hasil belajar siswa selama pembelajaran berlangsung?
Check
58
LAMPIRAN II
59
POTENSI GUGUS PAUD DALAM MENGEMBANGKAN PEMBINAAN PASCA PELATIHAN DENGAN MENGGUNAKAN LESSON STUDY Oleh : Ikka Kartika Abbas Fauzi.
Abstrak Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 menetapkan pembinaan PAUD Formal dan Nonformal ditangani oleh satu direktorat, maka perlu adanya perluasan manajemen Gugus Taman Kanak-kanak menjadi Gugus PAUD sebagai wadah peningkatan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan PAUD. Di sisi lain, hasil peningkatan kompetensi kurang optimal. Hasil penelitian di Kabupaten Sumedang dan Kota Bandung menunjukkan hanya 20,4 % tenaga pendidik / alumni Diklat yang langsung mampu menerapkan hasil pelatihannya, 20,8 % baru mampu menerapkan sebagian dan 58,8 % sama sekali tidak menerapkan. Ternyata kegiatan paska pelatihan baru dirasakan oleh 23,3 % pendidik PAUD, sebesar 15 % mengatakan tidak tahu dan sisanya 71,70 % menyatakan tidak ada pembinaan paska pelatihan. Gugus PAUD memiliki peluang untuk mengembangkan pembinaan Paska Pelatihan dengan menggunakan model pembinaan Lesson Studi karena memiliki potensi yang relevan dengan penyelenggaraan lesson study, yaitu : terstruktur dan terorganisir, kebersamaan, pendekatan partisipatif, kemampuan bermitra dan penumbuhan komunitas belajar. Namun dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan factor pendorong dan penghambat yang masih dirasakan hingga saat ini. Kata kunci : potensi gugus PAUD, lesson study , pembinaan pasca pelatihan
LATAR BELAKANG Dalam Undang-undang Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 28 ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Penyelenggaraannya dilakukan melalui jalur formal , non formal dan informal. Jalur formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
Jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (Kober atau KB),
Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Jalur formal, yaitu TK, telah sejak lama dikenal masyarakat , sejak penjajahan Belanda, penjajahan Jepang hingga saat ini. Pengakuan pemerintah sudah sejak lama diberikan yaitu melalui UU No. 4 tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah. Keberadaan TK resmi diakui sebagai bagian dari sistem pendidikan
60
nasional. Pada tahun itu pula, tepatnya tanggal 22 Mei 1950 berdiri Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia (IGTKI). Jalur non formal baru dikenal banyak orang sejak belasan tahun terakhir, terutama sejak dikeluarkannya Undang-undang no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada saat itu pemerintah mulai mendukung berkembangnya PAUD jalur pendidikan nonformal dalam bentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan satuan PAUD Sejenis (SPS) dalam bentuk pengintegrasian layanan PAUD dengan Posyandu atau biasa disebut Pospaud. Tumbuh dan berkembangnya kedua jalur ini dalam waktu yang berbeda cenderung dianggap berdampak terhadap kinerja mereka. Perbedaan pengalaman, kemampuan dan latar belakang pendidikan tenaga pendidik PAUD merupakan faktor yang menjadi bahan permasalahan kesenjangan. mengeluarkan
Sebagi jalan keluarnya, sejak
tahun 2010
pemerintah
kebijakan tentang penggabungan pembinaan PAUD formal dan PAUD
nonformal di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI) melalui Peraturan Presiden Nomor 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2010. Pada awal tahun 2011 pemerintah menggagas Pembentukan dan Pembinaan Gugus PAUD di seluruh Indonesia sebagai wadah yang dapat menjembatani kesenjangan tersebut agar para pendidik PAUD dapat memberikan layanan maksimal kepada peserta didiknya. Kebijakan ini juga merupakan strategi untuk peningkatan kompetensi dan kapasitas pendidik PAUD karena gugus merupakan wadah berkumpulnya para pendidik pada level bawah dan paling memungkinkan bagi para pendidik untuk dapat berinteraksi dan berdiskusi secara cepat dalam mencari solusi terhadap permasalahan keseharian yang dihadapi disekolahnya dan gugus dapat ditingkatkan peran dan fungsinya sebagai wahana pembinaan profesi bagi pendidik dan pengelola/kepala lembaga PAUD oleh unsur dan instansi terkait. Di sisi lain, peningkatan kompetensi dan kapasitas pendidik PAUD melalui pelatihan atau pendidikan dan pelatihan, telah diselenggarakan oleh berbagai pihak, yaitu pemerintah, asosiasi pendidik PAUD seperti Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI) , IGTKI dan Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA), perguruan tinggi, 61
lembaga-lembaga keterampilan, organisasi keagamaan, dan lain-lain. Namun, untuk mengimplementasikan hasil pelatihan ini bukanlah hal yang mudah karena ternyata hasil survey di Kabupaten Sumedang dan Kota Bandung, setelah selesai pelatihan hanya hanya 20,4 % tenaga pendidik/alumni Diklat yang langsung mampu menerapkan hasil pelatihannya dalam kegiatan pembelajaran PAUD, 20,8 % baru mampu menerapkan sebagian dan 58,8 % sama sekali tidak menerapkan. Ternyata kegiatan paska pelatihan baru dirasakan oleh 23,3 % pendidik PAUD, sebesar
15 % mengatakan tidak tahu dan sisanya 71,70 %
menyatakan tidak ada pembinaan paska pelatihan. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Muttaqin, F. (2011) terhadap 150 orang alumni Diklat dasar PAUD, bahwa hanya 32,92 % yang mampu menerapkan hasil Diklat yang berkaitan dengan kompetensi Profesional dan kompetensi paedagogis. Gugus PAUD merupakan wadah yang tepat untuk mengatasi kesulitan pendidik dalam menerapkan hasil pelatihan karena memiliki fungsi sebagai wadah pembinaan pendidik PAUD. Namun, hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa Gugus PAUD belum berkembang sesuai yang diharapkan, bahkan ada yang sama sekali tidak berjalan. Disamping itu juga guru senior yang umumnya berasal dari Guru Taman Kanak-kanak, tidak selamanya mampu membimbing
para
pendidik PAUD karena berbagai alasan
diantaranya adanya kesenjangan kompetensi dan kualifikasi antara Guru Kober, TPA dan SPS PAUD yang relatif masih baru dengan guru TK yang relatif sudah lama bekerja sebagai guru PAUD. Di sisi lain, kondisi di lingkungan para pendidik PAUD pun kadang-kadang kurang mendukung penerapan hasil pelatihan sehingga melemahkan motivasi pendidik PAUD untuk meningkatkan kompetensi dirinya. Akhirnya pembinaan pasca pelatihan ini seolah-olah berjalan sendiri-sendiri tanpa ada pendamping yang secara khusus mengarahkan pada ketentuan yang sebenarnya. Alhasil penguatan kompetensi yang diperoleh para guru melalui Diklat tersebut belum bisa berkembang secara optimal dan Gugus PAUD pun kurang berfungsi sebagai wadah pembinaan pasca pelatihan.
TUJUAN DAN PERTANYAAN PENELITIAN Beranjak dari latar belakang tersebut, tulisan ini bertujuan untuk membahas tentang
62
Peluang Gugus PAUD untuk mengembangkan pembinaan pasca pelatihan dengan menggunakan model pembinaan lesson study melalui potensi-potensi yang dimilikinya . Pembahasannya akan difokuskan pada bagaimana penerapan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kompetensi pendidik PAUD melalui pelatihan atau Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) , mekanisme kegiatan Gugus PAUD saat ini serta perlu dipertimbangkan pula berbagai potensi yang yang berasal dari factor pendorong dan penghambat pembinaan . Dengan menganalisis situasi yang ada akan diketahui aspek apa saja yang harus diperhatikan agar Gugus PAUD dapat benar-benar menjadi wadah pembinaan paska pelatihan dengan menggunakan model pembinaan lesson study. Aspek yang akan dibahas dalam artikel ini dapat dilihat dalam kerangka teoritis berikut ini .
Peningkatan Kompetensi Pendidik PAUD melalui Pelatihan
Model Lesson Study
Mekanisme Kegiatan Gugus PAUD Pendorong & Penghambat
Potensi Gugus PAUD yang relevan dengan penerapan Lesson Study untuk Pembinaan Pasca Pelatihan
Penerapan Lesson Study untuk Pembinaan Pasca Pelatihan Melalui Gugus PAUD
Gambar 1.1. Kerangka Penelitian
METODE Bahan penulisan artikel ini didasarkan pada hasil penelitian yang dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat, yaitu di Kabupaten Sumedang ( Kecamatan Sumedang Utara dan Kecamatan Rancakalong dan di Kota Bandung (Kecamatan Mandalajati) . Dipilihnya tiga kecamatan ini didasarkan pada alasan berikut ini . Pertama, karena pendidik PAUD yang berasal dari Gugus inti dan Gugus Imbas beragam, yaitu dari PAUD jalur formal dan jalur 63
non formal . Kedua, gugus mampu mengintegrasikan kedua jalur itu dalam melaksanakan program-programnya . Ketiga, gugus-gugus ini mampu mengembangkan program yang menjadi kewajibannya. . Penelitian menggunakan metoda survey dengan analisis deskriptif dalam rangka melihat kecenderungan pendidik PAUD dalam memanfaatkan Gugus PAUD sebagai wadah pembinaan. Pengumpulan data terhadap pendidik PAUD dilakukan melalui angket, sedangkan terhadap pengurus gugus, pengurus Gugus PAUD, pengurus Pusat Kerja Gugus PAUD (PKG PAUD) kecamatan, penilik PAUD dan pengawas TK di tingkat Kecamatan serta KaSie PAUD Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dilakukan melalui wawancara. Observasi dilakukan pada saat kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan Gugus PAUD .
HASIL DAN DISKUSI
Peningkatan Kompetensi Pendidik PAUD melalui Pelatihan Sejak tahun 2002, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang mencakup rentang usia 0 – 6 tahun di Indonesia mulai diperhatikan oleh pemerintah secara sungguh-sungguh. Perhatian pemerintah lebih besar lagi ketika PAUD dicantumkan dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional, yang mencakup jalur formal, nonformal dan informal.
Pada tahun berikutnya, dalam RPJM Nasional 2004-2009
program PAUD menjadi salah satu prioritas Pembangunan Nasional sehingga PAUD menjadi salah satu program pokok dalam pembangunan pendidikan di Indonesia (RPJM Nasional Tahun 2004-2009). Pada tahun 2009, diterbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor. 58 tahun 2009 tentang Standar PAUD (formal dan nonformal). Dalam Renstra Depdiknas tahun 2004 – 2009 telah dicantumkan rencana strategis program PAUD diantaranya Pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan PAUD. Pemerintah mentargetkan sekitar 59 ribu orang telah terlatih sebagai tenaga pengelola dan pendidik PAUD, dan sebanyak lebih dari 6.000 orang yang terdiri atas guru, kepala TK, dan
64
pembina akan mendapat pendidikan dan pelatihan sampai dengan tahun 2009. Di samping itu, diberikan bantuan bagi tenaga pendidik PAUD nonformal satu orang di setiap lembaga perintisan. Rencana ini mendorong pemerintah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kompetensi pendidik PAUD, apalagi beberapa produk hukum telah mengamanatkan hal tersebut. Misalnya, dalam undang-undang No.20 tahun 2003 , pada pasal 44 ayat (1) dan (3) telah dinyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membina dan mengembangkan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah dan membantu membina dan mengembangkan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Selanjutnya , dalam Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional pasal 28 ayat (3) dinyatakan bahwa
―Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi : Kompetensi pedagogik; Kompetensi kepribadian; Kompetensi profesional; dan d. Kompetensi social‖ . Kemudian dalam
Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan, pasal 176 ayat (4) dinyatakan bahwa
―Pembinaan karier
pendidik dilaksanakan dalam bentuk peningkatan kualifikasi akademik dan/atau kompetensi sebagai agen pembelajaran dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan‖. Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan PAUD diantaranya melalui pelatihan-pelatihan. Namun, pada tahun 2009 data masih menunjukan bahwa pendidik PAUD yang mengikuti peningkatan kompetensi hanya
7 % (Renstra 2010-2014). Kondisi ini berpengaruh terhadap Angka
Partisipasi Kasar (APK) PAUD pada tahun 2009 sebesar 43,73 % . Ini disebabkan karena belum optimalnya pelaksanaan PAUD nonformal dan informal terutama dalam memberikan layanan pengembangan anak usia 0—6 tahun serta masih kurangnya pendidikan orang tua dalam hal pengasuhan anak (parenting education), dan masih rendahnya peran orang tua serta masyarakat
dalam pengembangan program Taman Kanak-kanak (TK) usia 4—6
tahun, taman penitipan anak, kelompok bermain, dan satuan PAUD sejenis (SPS) antara lain yaitu Pos PAUD, SPS Taman Pendidikan Alquran (TPA), SPS Taman Asuh Anak Muslim (TAAM), SPS
Minggu terintegrasi dengan kegiatan umat Kristen (usia 0—4 65
tahun). Oleh karena itu dalam Rencana Strategi 2010 – 2014 diharapkan pendidik PAUD yang mengikuti peningkatan kompetensi meningkat menjadi 44,63% dan APK PAUD menjadi 72,00 %. Untuk melaksanakan rencana strategis tersebut, maka peningkatan kompetensi pendidik PAUD diperluas daya jangkaunya dan bentuk kegiatannyapun lebih beragam. Pada tahun 2011 tercatat 17 training provider mitra Ditjen PAUDNI, yang terdiri dari : (1) Asosiasi (HIMPAUDI, IGTKI, BPTKI); (2) Organisasi Sosial Masyarakat
(Aisyiah,
Muslimat NU, WI); (3) Unit Pelaksana Teknis /Unit Pelaksana Teknis Daerah (P2PNFI, BPPNFI, BPKB, SKB) dan (4) Perguruan Tinggi. Bentuk kegiatan peningkatan kompetensipun beragam, terdiri dari: Diklat berjenjang, magang, kursus, forum ilmiah / seminar/ workshop. Di perguruan tinggi hasil dari kegiatan diklat PAUD yang diselenggarakannya bisa ditindaklanjuti dengan kegiatan peningkatan kualifikasi melalui program Konversi. Program ini mengakui nilai hasil pelatihan dengan mengkonversikan ke dalam mata kuliah yang relevan dan jumlah Satuan Kredit Semester (SKS) yang sesuai dengan jumlah jam pelatihan yang ditempuh pendidik PAUD. Penyelenggaraan peningkatan kompetensi di atas
dilaksanakan di tingkat pusat,
provinsi dan kabupaten/kota. Ini merupakan kegiatan kompetensi yang dibantu pendanaannya dari Kemdiknas, karena beberapa training provider
tersebut juga
menyelenggarakan peningkatan kompetensi pendidik PAUD dengan dana mandiri.
Di
masyarakat, terdapat juga training provider yang sepenuhnya menggunakan mandiri , misalnya Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP), organisasi social, Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), bahkan kelompok-kelompok kecil / individual yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan PAUD. Kegiatan peningkatan kompetensi tersebut diiringi juga dengan kebijakan lainnya yaitu Pembentukan dan Pembinaan Gugus PAUD di seluruh Indonesia (tahun 2011). Gugus PAUD adalah
wadah strategis yang akan menjembatani kesenjangan latar belakang
pendidikan, pengalaman, kemampuan tenaga pendidik PAUD. Wadah ini yang dibangun dari, oleh, dan untuk pendidik dan tenaga kependidikan PAUD. Kepengurusan, program, bentuk kegiatan direncanakan, dikembangkan, dan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan profesi pendidik seuai dengan kebutuhan anggota . Keberadaan PKG menjadi 66
basecamp informasi yang terkait dengan upaya pembinaan dan peningkatan layanan PAUD untuk ditindaklanjuti ke gugus-gugus PAUD. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota berperan selaku Pembina yang pelaksanaannya di tingkat kecamatan dilakukan oleh UPTD di setiap Kecamatan. Kepala UPTD
menjadi Pembina Administrasi dan Penilik PAUD dan
Pengawas TK selaku Pembina Teknis. Setelah upaya-upaya tersebut dilaksanakan selama beberapa tahun, ternyata pencapaian yang diperoleh masih jauh dari harapan. Menurut pidato sambutan Ditjen PAUDNI Kemdiknas dalam kegiatan ―Sosialisasi dan Koordinasi Program Pembinaan PTK PAUDNI ― yang diselenggarakan dari tanggal 25 s.d 27 April 2013, capaian kompetesi pendidik PAUD baru sebesar 20,05 %. Dari sisi kualifikasi, ternyata sebanyak 81,35 % dari 353.266 orang pendidik yang telah memiliki NUPTK, masih belum memiliki ijazah S1. Mereka terdiri dari pendidik TK sebanyak 212.688 orang dan pendidik KB/TPA/SPS sebanyak 74.801 orang. Bila dikaitkan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.58 tahun 2009, tentang Standar PAUD, pendidik PAUD yang belum S1 ditempatkan sebagai Guru Pendamping atau pengasuh dengan catatan mereka memiliki ijazah minimal Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat dan memiliki sertifikat pelatihan/pendidikan/ kursus PAUD yang terakreditasi. Ini berarti hingga saat ini pelatihan pendidik PAUD untuk peningkatan kompetensi masih sangat diperlukan.
Pembinaan Pasca Pelatihan Pedoman pelatihan yang dilaksanakan berbagai training provider cukup beragam, terutama dari segi waktu efektif yang digunakan pelatihan dan kedalaman materi. Bagi training provider yang didanai Ditjen PAUDNI Kemdiknas, penyelenggaraan pelatihan mengacu pada Pedoman Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) berjenjang Ditjen PAUDNI Kemdiknas, yang terdiri dari Diklat Tingkat Dasar (48 jam tatap muka dan 200 jam pelatihan atau jampel
tugas mandiri), kemudian Diklat Tingkat Lanjutan ( 64 jampel
tatapmuka dan 200 jampel tugas mandiri) dan terakhir Diklat Tingkat Mahir (80 jampel tatap muka dan 200 jampel tugas mandiri). Tugas mandiri 200 jampel dilakukan selama 25 hari kerja atau kurang lebih satu bulan). 67
Diklat yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi waktu dan materinya lebih dikembangkan lagi karena untuk mempersiapkan peserta yang akan meningkatan kualifikasi melalui program konversi. Jampel yang digunakan antara 90 – 980 jampel dengan model pembelajaran mirip perkuliahan, seperti ada beban tugas yang harus dikerjakan mahasiswa secara perorangan atau mandiri, di rumah atau di tempat peserta mengajar. Ada lembar observasi partisipasi peserta serta tes awal dan tes akhir
Sementara itu, Diklat yang
diselenggarakan secara swadana oleh masyarakat , baik oleh lembaga perorangan atau non lembaga , materi dan waktu kegiatan tidak sepenuhnya
mengacu pada panduan Ditjen
PAUDNI tapi mengacu pada kebutuhan lapangan atau permintaan calon peserta. Pembinaan pasca pelatihan pun bervariasi. Training provider yang didanai Ditjen PAUDNI Kemdiknas tidak semuanya mampu menyelenggarakan 200 jampel tugas mandiri atau 25 hari kerja. Ada yang dimonitor secara serius kemudian dilanjutkan dengan laporan hasil tugas mandiri atau dengan tes akhir, namun ada pula yang menyerahkan sepenuhnya kepada kepala sekolah tempat peserta bekerja tanpa dimonitoring.
Bagi Diklat yang
diselenggarakan secara swadana oleh masyarakat, kegiatan pasca pelatihan ini seringkali tidak dijadwalkan karena identik dengan pengeluaran dana tambahan. Sementara itu, Diklat yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi, pembinaan pasca pelatihan dilanjutkan melalui kegiatan perkuliahan (bagi peserta yang mengikuti program konversi) Bagi yang tidak mengikuti perkuliahan, pembinaan pasca pelatihan dilakukan melalui melalui Diklat Lanjutan atau melalui pendampingan dalam jangka waktu tertentu atau hanya kegiatan konsultasi . Namun ada juga perguruan tinggi yang tidak menyelenggarakan kegiatan paska pelatihan karena tugas mandiri yang dilakukan di tempat kerjanya telah masuk sebagai bagian dari proses pelatihan yang dilaksanakan secara mendalam dan dalam waktu yang relative panjang. Pelatihan dikatakan berhasil jika peserta mampu menerapkan hasil pelatihannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 20,4 % tenaga pendidik / alumni Diklat yang langsung mampu menerapkan hasil pelatihannya,
20,8 % baru mampu menerapkan
sebagian dan 58,8 % sama sekali belum menerapkan. Kondisiini terjadi karena pengaruh dari berbagai berbagai factor berikut ini.
68
Pertama, waktu pelatihan yang diikuti pendidik PAUD. Sebanyak 50 % tenaga pendidik PAUD mengikuti pelatihan antara 1 – 3 hari dan 20,8 % antara 4 – 6 hari. Waktu ini relative singkat jika peserta dituntut agar mampu meningkatkan kompetensinya, karena dalam satu hari mereka hanya memiliki waktu efektif untuk menerima materi pelatihan sekitar 8 jampel. Jika satu jampel 50 menit, mereka hanya memiliki 400 menit sehari atau sekitar 6,67 jam/hari .
Karena pelatihan ini untuk meningkatkan kompetensi peserta,
terutama kompetensi pedagogic dan professional yang banyak memerlukan praktek, maka waktu 3 atau 5 hari (sekitar 20,01 jam atau 33,35 jam) sangat kurang untuk memperoleh keterampilan tingkat dasar yang memerlukan minimal 6 materi karena setiap materi hanya memperoleh jatah beberapa jam saja. Misalnya jika waktu hanya 3 hari dengan rata-rata 6 materi, maka setiap materi hanya memperoleh 3,33 jam. Jika tujuannya untuk membuka wawasan atau meningkatkan aspek kognitif, waktu tersebut bisa dianggap cukup. Namun, jika tujuannya untuk meningkatkan keterampilan kerja, waktu tersebut masih sangat kurang. Oleh karena itu ada kecenderungan mereka tahu tapi paham cara menerapkannya. Kedua, pembinaan paska pelatihan. Hanya sekitar 23,3 % pendidik PAUD yang menyatakan ada pembinaan pasca pelatihan, sekitar 15 % mengatakan tidak tahu ada pembinaan paska pelatihan dan sisanya 71,70 % menyatakan tidak ada pembinaan paska pelatihan. Kondisi ini erat kaitannya dengan waktu pelatihan yang relative singkat karena ketiadaan pembinaan paska pelatihan akan lebih mengukuhkan ketidakmampuan mereka untuk menerapkan hasil pelatihan.
Namun, mereka kelihatannya tidak menyerah dan
menghubungi orang-orang yang ada di sekitarnya, yang dianggap mampu menjelaskan. Sebanyak 25,8 % pendidik PAUD meminta penjelasan dari Penilik PAUD/Pengawas TK, sebanyak 21,72 % pendidik PAUD meminta penjelasan dari teman, sebanyak 20,8 % pendidik PAUD meminta penjelasan dari ketua/pengurus Gugus PAUD dan 17, 9 % pendidik PAUD meminta penjelasan dari Kepala Sekolahnya. Hanya 4,6 % yang langsung meminta penjelasan dari nara sumber pelatihan. Namun, upaya inipun nampaknya kurang efektif karena Penilik PAUD tidak selalu memahami dan mampu mempraktekan materi pelatihan secara detail berhubung pada umumnya mereka tidak berlatar belakang pendidik PAUD. Lain halnya dengan Pengawas TK , sebagian besar dari mereka berasal dari pendidik
69
TK. Sayangnya, Pengawas TK jumlahnya lebih sedikit dari Pengawas PAUD karena memang jumlah PAUD formal lebih sedikit dibandingkan dengan PAUD Non formal. Ketiga, latar belakang pendidikan peserta, sebanyak 52,90 % lulusan SMP sampai SLA non kependidikan, 32,10 % lulusan D1,D2, D3 dan S1 non PAUD dan hanya 15 % yang berpendidikan D1, D2 dan S1 PAUD. Wajarlah bila hanya sekitar seperlimanya yang bisa langsung memahami dan menerapkan hasil pelatihan karena pengetahuan dasar tentang kependidikan masih kurang
dimiliki sehingga untuk memahami pengetahuan tingkat
berikutnya memerlukan waktu.
Mekanisme Kegiatan Gugus PAUD Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan Gugus PAUD biasanya diawali dengan ide kegiatan yang berasal dari berbagai pihak, yaitu : dari pengurus PKG PAUD Kecamatan, pengurus Gugus PAUD, PAUD Inti maupun PAUD Imbas. Ide tersebut dibicarakan dalam rapat pengurus Gugus PAUD, jika disepakati disusun dalam bentuk program kegiatan. Pada saat penyusunan program, Ketua PKG PAUD, Penilik PAUD dan Pengawas TK diikutsertakan untuk diminta pendapatnya. Pada saat pelaksanaan, seluruh PAUD Imbas diikutsertakan . Jika kegiatannya sangat penting untuk semua pendidik PAUD, kadang-kadang perwakilan dari IGTKI Kabupaten/ Kota dan Himpaudi turut bekerjasama menyukseskan kegiatan. Evaluasi kegiatan tidak dilakukan secara formal namun hanya dilakukan melalui daftar hadir dan partisipasi peserta dalam proses kegiatan. Oleh karena itu keberhasilan kegiatan dilihat dari : (1) jumlah peserta kegiatan ; (2) kehadiran peserta dalam setiap kegiatan Gugus PAUD; dan (3) variasi tempat kerja peserta( TK, RA, Kober, TPA, SPS ). Laporan kegiatan disampaikan kepada PKG PAUD, Pengawas TK dan Penilik KF dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Tindak lanjut kegiatan dilakukan melalui pertemuan lanjutan, kunjungan ke PAUD Imbas, atau bimbingan teknis. Materi tindak lanjut biasanya sesuai dengan tugas dan fungsi Gugus PAUD, namun yang paling sering dilakukan adalah kegiatan peningkatan kompetensi pedagogik dan professional, manajemen PAUD, manajemen Gugus PAUD, serta kegiatan-
70
kegiatan lainnya yang berkaitan dengan anak dan diselenggarakan oleh lembaga pemerintah lainnya, seperti Dinas Kesehatan, Polisi lalu Lintas, lingkungan hidup dan lain-lain. Hasil tindak lanjut ini menjadi masukan untuk program Gugus PAUD berikutnya, misalnya berupa implementasi hasil kegiatan di tempat kerja peserta dan bertambahnya PAUD yang mengajukan akreditasi dan sudah terakreditasi Bila mekanisme kegiatan Gugus PUD ini digambarkan akan terlihat alur seperti berikut ini .
Umpan balik Penilik PAUD
PAUD Imbas
PAUD Inti
Pengurus Gugus PAUD
Pengurus PKG PAUD
Pengawas TK
Sumber Ide Kegiatan
Umpan balik Pengawas TK Penilik PAUD
Penyusunan Program Kegiatan Gugus PAUD
PKG PAUD Kecamatan Pertemuan Lanjutan
Pelaksanaan Program Kegiatan
Evaluasi dan Pelaporan
Tindak lanjut
Kunjungan/ monitoring ke PAUD Imbas
Hasil Tindak Lanjut
Bimbingan Teknis
Gambar 2. Alur Pembinaan Gugus PAUD
Potensi Gugus PAUD untuk Pengembangan Lesson Study Lesson study adalah model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas, dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (learning community) (Lesson Study, UPI Press, p.10). Lesson study juga dinyatakan sebagai ―Suatu metode analisis kasus 71
pada praktik pembelajaran, ditujukan untuk membantu pengembangan profesional para guru dan membuka kesempatan bagi mereka untuk saling belajar berdasarkan praktik-praktik nyata di tingkat kelas (Panduan untuk Lesson Study, PELITA, p. 2). Menurut Lewis (2002:1) mendefinisikan lesson study sbb. “As we will see, lesson study is a cycle in which teachers work together to consider their long-term goals for students, bring those goals to life in actual “research lessons,” and collaboratively observe, discuss, and refine the lessons.”. Lesson study ini diadopsi dari negara Jepang, dan di Indonesia penerapan disesuaikan dengan kondisi Indonesia yang pelaksanaannya dapat berbasis sekolah maupun Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Kelompok Kerja Guru (KKG). Untuk Pusat Kerja Guru PAUD (PKG PAUD) nampaknya belum banyak yang melakukan karena PKG PAUD itu sendiri relative masih baru (sekitar 2011-2012) dan belum terbentuk di semua daerah. Menurut Lewis, Perry and Hurd, (dalam Riyati, 2007), tujuan utama lesson study adalah
untuk : (1) Meningkatkan pengetahuan tentang materi ajar; (2) Meningkatkan
pengetahuan tentang pembelajaran; (3) meningkatkan kemampuan mengobservasi aktivitas belajar ; (4) Semakin kuatnya hubungan Kolegalitas‘ (5) Semakin kuatnya hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan jangka panjang yang harus dicapai; (6) Semakin meningkatnya motivasi untuk selalu berkembang;
(7) Meningkatkan kualitas
rencana pembelajaran. Langkah Lesson study menurut Mulyana (2007) dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu Plan (Perencanaan), Do(pelaksanaan/ implemenetasi ) dan See (Refleksi) yang berkelanjutan, sehingga bisa dikatakan bahwa Lesson study merupakan cara peningkatan mutu pendidikan yang tidak pernah berakhir (continous improvement). Bill Cerbin dan Bryan Kopp dari University of Wisconsin
menetapkan enam
tahapan dalam Lesson study, terdiri dari : (1) Form a Team, yaitu membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri dari pengajar yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan dengan Lesson study; (2) Develop Student Learning Goals, yaitu anggota tim memdiskusikan apa yang akan diajarkan kepada siswa sebagai hasil dariLesson study; (3) Plan the Research Lesson, yaitu para pengajar mendesain pembelajaran guna 72
mencapai tujuan pembelajaran dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons; (4) Gather Evidence of Student Learning. Dalam tahap ini salah seorang pengajar tim melaksanakan
pembelajaran,
sementara
yang
lainnya
melakukan
pengamatan,
mengumpulkan bukti-bukti dari kegiatan pembelajaran; (5) Analyze Evidence of Learning, yaitu tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan pembelajran; dan (6) Repeat the Process. Dalam tahap ini kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-tahapan mulai dari tahapan kedua sampai dengan tahapan kelima sebagaimana dikemukakan di atas, dan melakukan sharing atas temuan-temuan yang ada. Firman dan Kaniawati (Ed.) ( 2007: 7 - 10) mengemukakan indikator luaran hasil kegiatan lesson study yang bersifat fisik adalah : (1) Pengembangan silabus yang lengkap; (2) Pembelajaran yang terencana dalam bentuk RPP; (3) Teaching materials (handout, LKS); (4) Teaching media (media pembelajaran, sumber belajar); (5) Data input (peserta didik, guru, komunitas, lingkungan kerja); (6) Data proses (perencanaan, implementasi, dan refleksi); (7) Data output (kinerja guru, peningkatan kemampuan dan sikap pembelajar maupun pengajar, kegiatan laboratorium/studio, tanggapan pihak-pihak terkait); dan (8) Data evaluasi dampak (keberlanjutan). Terdapat beberapa potensi yang dimiliki Gugus PAUD yang dapat mendukung pembinaan pasca pelatihan dengan menggunakan model lesson study.
Potensi yang
dimaksud adalah sebagai berikut : Pertama, terstruktur dan terorganisir. Lesson study adalah model pembinaan profesi pendidik
yang kolaboratif, berkelanjutan , kolegalitas, mutual learning untuk
membangun community learning atau komunitas belajar.
Untuk menerapkan model
pembinaan ini diperlukan wadah yang terstruktur dan terorganisir karena kegiatannya tidak hanya dilakukan sekali-sekali tapi berkelanjutan agar terbangun komunitas belajar. Wadah yang terstruktur memiliki struktur kepengurusan dan pembagian tugas yang jelas serta memiliki legalitas serta pengakuan dari pihak yang berwenang. Terorganisir maksudnya memiliki visi, misi, tujuan dan program yang jelas dan aktif melaksanakan kegiatannya sesuai dengan langkah-langkah manajemen yang baik , yaitu melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan dan tindak lanjut.
73
Gugus PAUD dikembangkan oleh pemerintah dengan struktur yang jelas karena dikaitkan dengan struktur yang sudah berjalan sejak tingkat pusat hingga tingkat Kecamatan. Tugas pembinaan di masing-masing jenjang sebagai berikut :
a. Pembinaan gugus tingkat pusat dilakukan oleh Direktorat Pembinaan PAUD, yaitu dengan : (1) merumuskan kebijakan manajemen Gugus PAUD; (2) Pelaksanaan pembinaan secara berjenjang; (3) peningkatan kemitraan dengan organisasi penyelenggara PAUD, dan organisasi profesi dimana pendidik PAUD bernaung; (4) dukungan fasilitas penyelenggaraan Gugus PAUD;
b. Pembinaan melalui Gugus PAUD
tingkat provinsi dilaksanakan oleh Dinas
Pendidikan Provinsi dan Bidang Pendidikan Nonformal dan Informal yang menangani PAUD, dalam bentuk : (1) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembinaan dilapangan; (2)
pengikutsertaan dan pengkoordinasian instansi/
lembaga kependidikan yang relevan untuk menymbangkan tenaga ahlinya; (3)
Koordinasi kemitraan dengan organisasi penyelenggara PAUD, dan
organisasi profesi dimana pendidik PAUD bernaung. c. Pembinaan Gugus PAUD pada tingkat kabupaten/kota dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Bidang Pendidikan Nonformal Kabupaten/Kota yang menangani PAUD melalui kegiatan : (1) Melaksanakan pemninaan program di tingkat kecamatan; (2) Membantu menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang pelaksanaan kegiatan pembinaan Gugus PAUD; (3) Mengkoordinasikan kerjasama
dengan instansi/lembaga
terkait untuk membina
pelaksanaan
pembinaan Gugus PAUD. d. Pembinaan Gugus PAUD tingkat kecamatan dilaksanakan oleh UPTD (unit Pelaksana Teknis Dinas), tanggungjawab administrasinya dilaksanakan secara teknis oleh Pengawas TK/SD, Kelompok Kerja Pendidik (KKG), Kelompok Kerja Kepala/Pengelola (K3P). Pengawas TK/SD merupakan penggerak maju
74
mundurnya suatu gugus PAUD
sehingga Gugus PAUD dapat difungsikan
sebagaimana mestinya.
Kedua, kebersamaan. Kebersamaan ini sangat diperlukan dalam penerapan lesson study karena model ini merupakan aktivitas peningkatan kompetensi guru melalui belajar sesama teman (peer learning), yang dilakukan secara terprogram, untuk mencari solusi terhadap kasus-kasus nyata yang dihadapi mereka di kelas, dengan tujuan agar guru dapat mengajar lebih profesional sehingga kegiatan pembelajaran lebih berkualitas. Salah satu diantara fungsi Gugus PAUD
adalah sarana untuk saling bertukar
informasi dan saling membelajarkan antar anggota dan anggota dengan lingkungan masyarakat. Fungsi ini menuntut adanya kebersamaan di antara para anggota gugus. Dalam Gugus PAUD kebersamaan antara pendidik TK, Pendidik Kober dan SPS PAUD dibangun agar keberadaan mereka bisa saling melengkapi dalam mengembangkan pendidikan bagi anak usia dini. Walaupun Gugus PAUD pada umumnya baru tumbuh sejak tahun 2012, namun beberapa diantaranya sudah mampu mengintegrasikan tiga kelompok pendidik tadi sehingga mereka bisa saling berbagi. Gugus PAUD tersebut sudah mampu memenuhi fungsi selaku wadah pembinaan professional dalam rangka meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan PAUD yang terencana dan sistematis, menjadi sarana untuk saling bertukar informasi dan saling membelajarkan antar anggota dan anggota dengan lingkungan masyarakat dan sebagai bengkel kerja dalam penyediaan dan pengembangan kreasi dan inovasi di bidang pembelajaran PAUD. Kebersamaan ini sebenarnya sudah tumbuh jauh sebelum Gugus PAUD dibentuk karena lokasi sekolah mereka berada dalam satu wilayah administrative dan tempat tinggalnya pun pada umumnya masih berada di wilayah yang sama sehingga kondisi social budayanya pun relative sama. Di samping itu mereka juga tergabung dalam asosiasi tenaga pendidik , seperti IGTKI dan Himpaudi, yang sering mempertemukan anggotanya dalam berbagai kegiatan local. Kebersamaan ini nampak juga dari hasil penelitian, sebanyak 52.1 % pendidik PAUD akan bertanya kepada temannya bila ada hal-hal yang tidak dipahami saat menerapkan hasil pelatihan. Sebanyak 32.6 % bertanya pada Ketua dan pengurus Gugus PAUD yang terdiri dari teman-temannya juga sesama pendidik PAUD. Jadi jika 75
dijumlahkan sebanyak 84.7 % lebih memilih teman untuk bertanya tentang hal-hal kurang dipahami dalam menerapkan hasil pelatihan. Jika disimpulkan nampak bahwa pembelajaran sesame teman (peer learning) yang menjadi salah satu fungsi Gugus PAUD sudah tumbuh dan berkembangan dengan baik. Kebersamaan lainnya yang memang dikondisikan oleh para Pembina Gugus PAUD, yaitu pertemuan rutin setiap bulan serta kegiatan-kegiatan rekreatif maupun lomba antar Gugus yang diselenggarakan mulai dari tingkat Kabupaten/kota hingga tingkat nasional . Ketiga,
pendekatan partisipatif.
Dalam lesson study ada tahap identifikasi
kebutuhan pendidik yang diangkat dari kasus-kasus nyata yang dihadapi di kelas. Hasil identifikasi kemudian didiskusikan bersama untuk menentukan tujuan lesson learning, selanjutnya direncanakan pelaksanaannya secara bersama pula. Dalam menetapkan kegiatan pembinaan , Gugus PAUD selalu mengacu pada kebutuhan pendidik PAUD yang ada di Gugus Inti, Gugus Imbas maupun pengurus Gugus PAUD . Di samping itu juga masukan dari pengurus PKG PAUD Kecamatan , Pengawas TK dan Penilik PAUD. Masukan dari ketiga pihak ini umumnya berkaitan dengan sosialisasi aturan pemerintah.
Dalam pelaksanaannya, pengurus dan anggota gugus membahas
bersama-sama program kerja gugus, pengembangan gugus, dan kekhususan yang dihadapinya, baik yang bersifat teknis edukatif, seperti penyusunan program pembelajaran, metode pembelajaran, pembuatan alat permainan edukatif, keanggotaan pendidik, akses fasiltas yang di danai pemerintah, pemda, lembaga, atau pihak terkait dan alat peraga lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan kegiatan Gugus PAUD dilaksanakan secara partisipatif. Sumber ide kegiatan tidak melulu berasal dari pengurus gugus atau pemerintah (dalam hal ini Penilik PAUD dan Pengawas TK), namun juga dari para pendidik PAUD melalui PAUD Inti maupun PAUD Imbas, PKG PAUD Kecamatan bahkan dari pihak lain yang memiliki kepedulian terhadap peningkatan kompetensi pendidik PAUD. Ini menguntungkan bagi para pendidik PAUD karena Gugus terbuka untuk menerima usulan yang berkaitan dengan kebutuhan peningkatan kinerjanya. Selanjutnya pengurus gugus akan membicarakan kemungkinan pelaksanaanya, terutama menyangkut waktu, nara sumber dan pemberitahuan kepada Pembina . Hal inilah yang mendorong 76
sebanyak 32.6 % pendidik PAUD bertanya pada Ketua dan pengurus Gugus PAUD bila ada hal-hal yang kurang dipahaminya dalam pelatihan. Keempat, kemampuan bermitra. Beberapa diantara tujuan khusus Gugus PAUD adalah : (1) Optimalisasi sumber belajar, sarana/prasarana dan potensi lingkungan untuk peningkatan, pengembangan dan eksistensi anggota Gugus PAUD; (2) Peningkatan komunikasi yang efisien dan efektif antar anggota komunitas Gugus PAUD, Gugus dengan orang tua dan masyarakat; dan (3) Fasilitasi terhadap akses fasilitas sumber-sumber pembelajaran dari lingkungan dan pemerintah. Ini artinya Gugus PAUD harus terbuka untuk bermitra dengan pihak-pihak yang memiliki kepedulian terhadap perkembangan PAUD atau memiliki potensi untuk meningkatkan kinerja pendidik PAUD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Gugus PAUD selama ini bermitra dengan Dinas Kesehatan,
Kepolisian, Lingkungan Hidup, pemerintah daerah, Himpaudi, IGTKI, perguruan tinggi, dalam rangka meningkatkan kompetensi pendidik PAUD dalam bidang-bidang yang menjadi garapan lembaga-lembaga tersebut. Kelima, penumbuhan komunitas belajar. Tujuan khusus Gugus PAUD diantaranya adalah menjadi wahana pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan PAUD dalam hal pengembangan dan inovasi pembelajaran PAUD serta
peningkatan profesionalisme
pendidik dan tenaga kependidikan dalam rangka peningkatan mutu layanan anak usia dini sesuai dengan tahap perkembangannya. Tujuan ini menandakan bahwa Gugus PAUD dibangun untuk membentuk komunitas belajar melalui wadah yang teroganisir, artinya pihak pengurus maupun Pembina harus mampu mendorong atau mengkondisikan pendidik untuk terus menerus belajar
dalam rangka menumbuhkan masyarakat gemar belajar (learning
society). Gugus merupakan pintu masuk pertama (starting gate) yang strategis untuk peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan PAUD. Gugus merupakan wadah berkumpulnya para pendidik pada level
bawah dan paling memungkinkan bagi para
pendidik untuk dapat berinteraksi dan berdiskusi secara cepat dalam mencari solusi terhadap permasalahan keseharian yang dihadapi disekolahnya. Ini artinya pendidik didorong untuk terus menerus melakukan perbaikan terhadap kompetensinya melalui aktivitas yang bermuatan edukatif.
77
Kepedulian Pembina serta pengurus Gugus akan membuahkan hasil yang baik terbukti dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 95,8 % pendidik PAUD mengikuti kegiatan di Gugus PAUD dengan alasan ingin menambah pengetahuan atau wawasan baru (32,9 %) ,berbagi pengalaman (17,1 %) serta kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi (10 %). Jadi dapat disimpulkan mereka datang mengikuti kegiatan Gugus PAUD dengan tujuan untuk belajar. Ini menandakkan bahwa komunitas belajar mampu ditumbuhkan di gugus PAUD. Dalam lesson study, perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran dapat tercapai dengan baik bila dilakukan secara berkesinambungan. Ini juga mengandung arti bahwa pendidik harus terus menerus belajar agar kualitas kinerjanya semakin meningkat.
Pendorong Beberapa hal yang dapat mendorong terlaksananya model pembinaan lesson study melalui Gugus PAUD dapat dilihat dari beberapa aspek yang ditemukan dalam penelitian, yaitu: (1) Dukungan pemerintah , dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota serta ujung UPTD di tingkat Kecamatan sebagai ujung tombaknya, memiliki andil yang sangat besar terhadap keberadaan dan keberlangsungan Gugus PAUD. Bimbingan dan motivasi terus menerus dari Penilik PAUD dan Pengawas TK selaku Pembina Teknis Gugus PAUD, memberi kekuatan besar terhadap para pengurus Gugus PAUD untuk menjaga keberlanjutan kegiatan Gugus. ; (2) Sebagian pengurus Gugus PAUD berasal dari pengurus Himpaudi dan IGTKI.
Kondisi ini berpengaruh positif terhadap kelancaran kegiatan gugus karena
pengelolaan organisasi tidak terlalu berat
sebab mereka sudah paham dengan kondisi
pendidik PAUD di lingkungan organisasi profesinya, permasalahan serta kebutuhankebutuhannya dan sudah memiliki jaringan mitra kerja. (3) Keikutsertaan sebagian besar (95,8 %)
pendidik PAUD dalam kegiatan Gugus merupakan ―nyawa‖ yang dapat
menghidupkan Gugus PAUD, karena tanpa keberadaan mereka , kegiatan pembinaan tidak akan berlangsung. Keikutsertaan ini terutama terkait dengan pendekatan yang dilakukan Dinas Pendidikan . Di Kabupaten Sumedang, pada saat Gugus PAUD diperkenalkan, Dinas Pendidikan melakukan pendekatan melalui data jumlah anak usia dini yang belum mengikuti PAUD dengan jumlah PAUD formal ( dalam hal ini TK) yang tersedia serta Undang78
undang No.20 tahun 2003 tentang ketentuan usia PAUD Formal dan PAUD Non formal. Kesenjangan yang tinggi antara jumlah TK yang tersedia dengan jumlah anak usia dini yang harus dilayani, membuka mata semua pihak bahwa pelayanan PAUD harus dilaksanakan secara terintegrasi antara PAUD formal (TK) dengan PAUD Non formal (Kelompok Bermain, Pospaud dan SPS lainnya). Di lapangan, kebijakan ini ditindaklanjuti oleh pengawas TK
dan penilik PAUD untuk melakukan upaya-upaya untuk membangun
kerjasama yang baik dalam membina Gugus PAUD sehingga pengurus yang berasal dari PAUD formal dan PAUD Non Formal tidak punya alasan untuk saling berjauhan. Kedua kelompok ini akhirnya mampu berintegrasi dalam wadah Gugus PAUD ; (4) Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa sebanyak 73 % pendidik PAUD mengajar di PAUD Non formal, yaitu 64.6%
mengajar di Kelompok Bermain, 4.2% mengajar di PosPAUD dan
4.2% Satuan PAUD Sejenis (SPS) lainnya. Dari jumlah tersebut sebanyak 59.3% berlatar belakang pendidikan SLTA dan 7,4 % berpendidikan SLTP.Jumlah ini ditambah lagi dengan pendidik PAUD yang yang berlatar belakang D1, D2 dan D3 non PAUD sebesar 6,9 % dan S1 Non PAUD sebesar 9,5 %. Data ini dapat diartikan bahwa pendidik PAUD yang harus mendapat prioritas utama peningkatan kompetensi selaku pendidik adalah yang berlatar belakang pendidikan SLTP dan SLTA (66,7 %) . Disamping itu, sebesar 16,4 % pendidik yang berlatar pendidikan D1,D2,D3 dan S1 juga perlu diperhatikan kompetensinya. Artinya, Gugus PAUD harus membina peningkatan kompetensi 89,4 % anggotanya. Kondisi latar belakang pendidikan inilah yang menjadi motivasi besar bagi pendidik PAUD untuk ikutserta dalam kegiatan Gugus PAUD.
Penghambat Hambatan penyelenggaraan terutama berkaitan dengan masalah waktu kegiatan yang disepakati untuk dilaksanakan pada hari Kerja. Akibatnya, hanya sebagian pendidik PAUD yang bisa meninggalkan tugasnya mengajar, sebagian lagi harus tetap menjalankan tugas di sekolah.
79
Tahapan Penerapan Lesson Study untuk Pembinaan Pasca Pelatihan Melalui Gugus PAUD Secara umum, langkah-langkah lesson study meliputi: merencanakan (plan), melaksanakan (do) dan see (refleksi) . Bagi penerapan di Gugus PAUD langkah-langkah harus
dikembangkan secara lebih rinci agar tahapan-tahapannya
dapat benar-benar
dilaksanakan. Tahapan-tahapannya seperti berikut ini: 1.
Tahap Persiapan, mencakup : Pembentukan Team lesson study serta Identifikasi dan analisis kebutuhan masalah nyata di kelas
2.
Tahap Perencanaan, meliputi : Menentukan tujuan pembelajaran, Mendisain pembelajaran dan Merencanakan instrument untuk mengkaji pembelajaran
3.
Tahap Pelaksanaan , meliputi : Melaksanakan pembelajaran dan Mengobservasi pembelajaran
4.
Tahap refleksi, meliputi : Mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan pembelajaran serta menganalisis dan merevisi bila tujuan pembelajaran belum tercapai
5.
Tahap tindak lanjut dilakukan bila tujuan pembelajaran sudah tercapai. Tahap ini mencakup : Dokumentasi dan diseminasi
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Fokus penelitian ini adalah untuk mencari potensi GugusPAUD yang dapat menjadi peluang sebagai wadah pengembangan pembinaan pasca pelatihan pendidik PAUD melalui model pembinaan lesson study. Ternyata potensi yang dimiliki Gugus PAUD sangat relevan dengan kondisi yang dibutuhkan dalam penerapan lesson study, yaitu wadah yang terstruktur dan terorganisir, kebersamaan, pendekatan partisipatif, kemampuan untuk bermitra dan membangun komunitas belajar. Bagi Gugus PAUD yang akan menerapkannya perlu direkomendasikan hal-hal sebagai berikut agar hasilnya lebih optimal . 1. Pemerintah, sejak dari tingkat Pusat hingga tingkat Kecamatan
mendorong
pembentukan dan pengembangan Gugus PAUD serta melakukan pembinaan. Hal ini merupakan peluang bagi para pendidik PAUD, terutama pendidik PAUD non formal yang kualifikasi akademiknya banyak yang masih 80
belum memadai,
untuk
memanfaatkannya secara optimal bagi peningkatan kompetensi dirinya. Namun ada dua hal penting yang perlu diingat, pertama, bahwa dorongan pemerintah, dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota beserta perangkatnya hingga tingkat Kecamatan, belum memberi dampak apapun bila tidak ditindaklanjuti dengan tindakan konkrit yang dilaksanakan secara konsisten melalui pendekatan yang tepat sesuai kondisi masing-masing daerah. Kedua, para pengurus HIMPAUDI dan IGRA harus mampu menyamakan persepsinya serta mengintegrasikan kepentingan para anggotanya dalam wadah Gugus PAUD. Kedua pihak inilah
yang akan menjadi
pendukung dan pelaku utama berjalannya Gugus PAUD sesuai fungsinya.
2. Salah satu tujuan Gugus PAUD adalah memfasilitasi terhadap akses fasilitas sumbersumber pembelajaran dari lingkungan dan pemerintah. Ini artinya Gugus PAUD harus terbuka melakukan kemitraan dengan berbagai pihak, pemerintah maupun non pemerintah, kelompok masyarakat maupun perorangan . Dalam penerapan lesson study, kemitraan dengan pihak-pihak yang memahami tentang pembelajaran di PAUD sangat diperlukan, misalnya dengan pendidik PAUD yang sudah senior (praktisi) atau dengan ahli pendidikan dari perguruan tinggi.
3. Gugus PAUD maupun model Lesson Study mendorong tumbuhnya komunitas belajar, yang akan saling membelajarkan di antara Pendidik PAUD secara kolaboratif. Artinya, para pendidik PAUD yang terlibat sebagai anggota
tim Lesson
Study harus memiliki keinginan untuk belajar dan melakukan kegiatan secara kolaboratif. Ciri-ciri kegiatan kolaboratif adalah jika para pendidik PAUD bersama teman-temannya satu tim mampu menggali sendiri permasalahan yang ditemukan dalam kegiatan pembelajaran, mampu merencanakan pemecahan masalah yang dihadapinya, melaksanakan rencana pemecahan masalah , mengevaluasi hasilnya serta melakukan refleksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Mungkin sebagai awal penerapan diperlukan para pendidik yang memiliki karakteristik
tersebut ,
sehingga apa yang mereka lakukan mampu menginspirasi dan memotivasi temantemannya yang lain untuk mencoba. 81
DAFTAR KEPUSTAKAAN Asolihin. 2013. Sejarah Sekolah PAUD di Indonesia, online : http://paud- anakbermainbelajar.blogspot.com/2013/04/sejarah-paud-di-indonesia.html, tanggal 20 Agustus 2014 . Firman, Harry dan Ida Kaniawati (Ed.). 2007. Monitoring & Evaluasi Program Lesson Study (Lesson Learned dari JICA-SISTTEMS). Bandung: UPI Press IMSTEP-JICA. 2007. Lesson Study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik, Bandung : UPI Press Kementerian Pendidikan Nasional . 2011. Pedoman Pembinaan Gugus Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Lewis, Catherine ,2004, Does lesson study have a future in the United States?. Online: http://www.sowi-online.de/journal/2004-1/lesson_lewis.htm Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat PAUD, Ditjen PAUDNI Kemdiknas Peraturan Presiden Nomor 24 tahun 2010 yang disempurnakan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementrerian Negara serta Susunan Organisasi , Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, Jakarta : Kemdiknas Riyati, Siti (2007), Sistem Pembinaan Profesional Guru Pendidikan Ipa Melalui Lesson Study,Bandung : Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal, Kementerian Pendidikan Nasional. 2012. Bantuan Penyelenggaraan Rintisan Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Sejenis. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009, Menuju Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang 2025,Jakarta : Depdiknas Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional tahun 2010—2014, Jakarta : Depdiknas
82
LAMPIRAN III
83
ANGKET UNTUK PENDIDIK PAUD (PESERTA GUGUS PAUD) Petunjuk Pengisian : Mohon diberi tanda silang (X) pada jawaban yang tepat dengan kondisi anda. I.
DATA PRIBADI A. Usia : 1. Di bawah 20 tahun 2. 21 - 25 3. 26 - 30 4. 31 - 35 5. 36 - 40 6. 41 - 45 7. Di atas 46 B. Latar Belakang Pendidikan : 1. SMP / Sederajat 2. SMA / sederajat 3. Program D1 / D2 PAUD 4. Program D1 / D2 Non PAUD 5. Program D3 PAUD 6. Program D3 Non PAUD 7. Program S1 PAUD 8. Program S1 Non PAUD C. Tempat ibu/bapak mengajar : 1. Taman Kanak-kanak / Raudhatul Athfal 2. Kelompok Bermain 3. Tempat Penitipan Anak 4. Pos Paud 5. ………………………………….. D. Lama mengajar 1. Di bawah 1 tahun 2. Antara 1 tahun – 2 tahun 3. Antara 2,1 tahun – 3 tahun 4. Antara 3,1 tahun – 4 tahun 5. Antara 4,1 tahun – 5 tahun 6. Di atas 5,1 tahun
84
E. Status Kepegawaian : 1. Pegawai Negeri Sipil 2. Sedang proses usulan Pegawai Negeri Sipil 3. Non Pegawai Negeri Sipil
II.
No
KEIKUTSERTAAN DALAM PELATIHAN/PEMBINAAN PENDIDIK PAUD A. Tuliskan semua pelatihan/pembinaan yang pernah diikuti : Lama Pelatihan *) Hari minggu bulan
Nama Pelatihan/Pembinaan
*) Pilih salah satu
B. Hasil Pelatihan/pembinaan : 1. Apakah hasil pelatihan bisa langsung diterapkan ? a. Bisa langsung diterapkan b. Hanya sebagian yang bisa diterapkan c. Sama sekali tidak bisa diterapkan karena kurang paham
85
Penyelenggara
2. Jika hasil pelatihan kadang-kadang diterapkan atau sama sekali tidak bisa diterapkan, apa yang ibu lakukan ? Ibu bisa memilih jawaban lebih dari satu : a. Menghubungi penyelenggara pelatihan b. Meminta bantuan teman c. Meminta bantuan Kepala Sekolah d. Meminta bantuan Ketua/pengurus Gugus PAUD e. Meminta bantuan Penilik/Pengawas f. Meminta bantuan ……………………………………………….. g. Meminta bantuan ……………………………………………….. 3. Penjelasan dari siapa yang bisa membuat ibu dapat lebih memahami hasil pelatihan/pembinaan sehingga dapat menerapkannya dengan baik. Ibu boleh menuliskan paling banyak 3 pihak yang tertulis pada pertanyaan nomor 2.
C. Pembinaan Pasca Pelatihan/Pembinaan 1. Apakah setelah selesai pelatihan/pembinaan diadakan pembinaan lanjutan oleh penyelenggara pelatihan / pembinaan a. Diadakan b. Tidak diadakan 2. Jika ada pembinaan lanjutan dari penyelenggara , pelatihan mana saja yang mendapat pembinaan lanjutan?
No
Nama Pelatihan/Pembinaan
86
Bentuk Pembinaan Lanjutan
III.
Keikutsertaan di Gugus PAUD A. Partisipasi dalam Kegiatan Gugus PAUD
1. Apakah ibu sering mengikuti kegiatan di Gugus PAUD ? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 2. Jika sering atau kadang-kadang, apa alasannya.
3. Jika tidak pernah apa alasannya
B. Dampak terhadap Kinerja 1. Apa dampak positif yang ibu rasakan setelah mengikuti kegiatan di Gugus PAUD ?
2. Apa dampak negative yang muncul setelah mengikuti kegiatan di Gugus PAUD?
C. Harapan 1. Apa saran ibu terhadap keberlanjutan Gugus PAUD
87
Jika diadakan pelatihan, materi mana yang sangat ibu perlukan. Beri tanda V pada kotak yang tersedia. KOMPETENSI
MATERI
Kompetensi Profesional
Tingkat perkembangan anak usia 0 – 6 tahun Standar tingkat pencapaian perkembangan anak Faktor penghambat dan pendukung tingkat pencapaian perkembangan aspek-aspek perkembangan fisikmotorik, kognitif, bahasa, sosialemosi, dan moral agama. Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung aspek-aspek perkembangan fisikmotorik, kognitif, bahasa, sosial-emosi, dan moral agama. Tanda-tanda kelainan pada tiap aspek perkembangan anak Mengenal kebutuhan gizi anak sesuai dengan usia Cara memantau nutrisi, kesehatan dan keselamatan anak Pola asuh yang sesuai dengan usia anak. Cara-cara pemberian rangsangan dalam pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan secara umum Pemberian rangsangan pada setiap aspek perkembangan. Meningkatkan keterlibatan orang tua dalam program di lembaga Meningkatkan kesinambungan progran lembaga dengan lingkungan keluarga Merencana kegiatan tahunan, semesteran, bulanan,mingguan, dan harian Kegiatan bermain yang mendukung tingkat pencapaian perkembangan anak. Merencanakan kegiatan yang disusun berdasarkan kelompok usia. Mengelola kegiatan sesuai dengan rencana yang disusun berdasarkan kelompok usia. Menggunakan metode pembelajaran melalui bermain sesuai dengan karakteristik anak Memilih dan menggunakan media yang sesuai dengan kegiatan dan kondisi anak Memberikan motivasi untuk meningkatkan keterlibatan anak dalam kegiatan
Kompetensi Pedagogik
88
BERI TANDA
Memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan anak. Memilih cara-cara penilaian yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Melalukan kegiatan penilaian sesuai dengan cara-cara yang telah ditetapkan Mengolah hasil penilaian Menggunakan hasil-hasil penilaian untuk berbagai kepentingan pendidikan. Mendokumentasikan hasil-hasil penilaian
89
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENGURUS GUGUS PAUD
A. Kelembagaan 1. Sejak kapan gugus PAUD berdiri ? Tahun ……………… 2. Atas inisiatif siapa saja Gugus PAUD didirikan ? 3. Untuk tujuan apa Gugus PAUD didirikan ? 4. Struktur organisasi Gugus PAUD 5. Siapa saja yang menjadi personalia Gugus PAUD ?
Kedudukan dalam No Kepengurusan Gugus 1 Pembina Administratif 2 Pembina Teknis 3 Ketua 4 Sekretaris 5 Bendahara 6 Komite PAUD 7 Gugus Paud lain 8 Gugus Imbas
Nama (Mohon dicantumkan gelar yang dimiliki)
Tempat Bekerja
Kepala UPTD Penilik/Pengawas PAUD
B. Perencanaan 1. Siapa saja yang merencanakan program Gugus PAUD ? 2. Adakah pihak luar Gugus PAUD yang berpartisipasi dalam perencanaan ? Ada / Tidak ada 3. Jika ada, pihak mana saja yang berpartisipasi dalam perencanaan program ? 4. Kapan perencanaan program biasa dilakukan ? 5. Program apa saja yang sudah dilaksanakan gugus PAUD?
NO 1
PROGRAM
KEGIATAN
Program Pengelolaan Manajemen Gugus PAUD (Program pengelolaan
90
LAMA KEGIATAN
manajemen Gugus PAUD, serta tata tertib administrasi Gugus PAUD)
2
Program Peningkatan Mutu Pendidikan Gugus PAUD
3
Program Pengembangan Gugus PAUD
4
Program Evaluasi Gugus PAUD
5
Program Lain-lain
Catatan : Bila kurang bisa diisikan ditambahkan di halaman belakang
C. Pelaksanaan 1. Apakah program gugus sudah dilaksanakan secara rutin? Ya/tidak 2. Jika ya, kapan program pertemuan rutin gugus dilaksanakan . 3. Sejak Gugus PAUD ini berdiri, kegiatan apa saja yang sudah dilaksanakan ? N o
Nama Kegiatan
Materi yang disampaikan
Metoda yang digunakan
Waktu pelaksanaan
Jumlah peserta
Tempat Kerja Peserta TK = ….. org RA= ….. org Kober= ... org TPA = …. org SPS= …. org
91
N o
Nama Kegiatan
Materi yang disampaikan
Metoda yang digunakan
Waktu pelaksanaan
Jumlah peserta
Tempat Kerja Peserta TK = RA= Kober= TPA = SPS= TK = RA= Kober= TPA = SPS= TK = RA= Kober= TPA = SPS= TK = RA= Kober= TPA = SPS=
org org org org org org org org org org org org org org org org org org org org
Catatan : jika kolomnya kurang , mohon ditambahkan di lembaran akhir.
4. No
Program apa saja yang masih dalam proses pelaksanaan ?
Nama Program
Waktu pelaksanaan
Ketua Pelaksana
Tempat Kerja Ketua Pelaksana
Jumlah peserta
Tempat Kerja Peserta TK = ….. org RA= ….. org Kober= ... org SPS= …. org TK = org RA= org Kober= org SPS= org TK = org RA= org Kober= org SPS= org
Catatan : jika kolomnya kurang , mohon ditambahkan di lembaran akhir.
5. Program apa saja yang belum dilaksanakan ? 6. Apa alasannya program tersebut belum dilaksanakan ? a. Alasan internal (dari dalam): b. Alasan eksternal (dari luar) :
92
7. Darimana sumber dana anggaran Gugus PAUD diperoleh ? 8. Di mana tempat pelaksanaan kegiatan diselenggarakan ? a. Tempat Pertemuan rutin di …………………………. b. Tempat pelaksanaan kegiatan lainnya di ……………………………… 9. Adakah factor-faktor yang mendukung program? Ada/Tidak ada 10. Jika ada, factor apa saja yang mendukung penyelenggaraan program GugusPAUD ? a. Faktor pendukung internal (dari dalam) : b. Faktor pendukung eksternal (dari luar): D. Evaluasi 1. Program atau kegiatan gugus PAUD apa saja yang dianggap berhasil ? 2. Apa yang menjadi tolok ukur keberhasilan program atau kegiatan gugus PAUD tersebut? a. Jumlah peserta kegiatan b. Kehadiran peserta dalam setiap kegiatan Gugus PAUD c. Variasi tempat kerja peserta ( TK, RA, Kober, TPA, SPS ) d. Implementasi paska kegiatan di tempat kerja peserta e. ………… 3. Cara apa yang digunakan untuk mengetahui peserta telah menerapkan hasil kegiatan Gugus PAUD ? 4. Sudahkah gugus PAUD membuat laporan setiap akhir kegiatan ? sudah / kadangkadang/ belum 5. Kepada siapa laporan tersebut ditujukan ? E. Tindak Lanjut 1. Setelah satu kegiatan selesai, tindak lanjut apa yang dilakukan oleh pengurus Gugus PAUD? 2. Siapa saja yang dilibatkan dalam kegiatan tindak lanjut ?
93
LAMPIRAN IV
94
Sosialisasi penerapan Lesson Study dalam Pembinaan pasca pelatihan di Kec. Rancakalong Kab. Sumedang tanggal 25 Agustus 2014
Sosialisasi penerapan Lesson Study dalam Pembinaan pasca pelatihan di Kec. Sumedang Utara Kab. Sumedang tanggal 26 Agustus 2014 95
PERTEMUAN DENGAN HIMPAUDI PROVINSI JAWA BARAT
96
Seminar hasi penelitian di kampus UNINUS tanggal 15 September 2014
97
Pertemuan – pertemuan tim peneliti
Mengolah Data Angket
98
Sosoalisasi Pembinaan Paska Pelatihan Melalui Gugus PAUD di Kec. Mandalajati Tanggal 28 Agustus 2014
Sosialisasi penerapan Lesson Study dalam pembinaan paskca pelatihan di Gugus PAUD tanggal 2 September 2014 99
Wawancara dengan Kep.UPTD, Penilik PAUD dan Pengurus PKG Kec. Rancakalong Kabupaten Sumedang
Wawancara dengan Pengurus PKG Kec. Sumedang Utara Kabupaten Sumedang
Penjelasan sebelum Penyebaran Angket
100