Pengembangan Model Sistem Berbasis Pengetahuan Untuk Pengelolaaan Perguruan Tinggi Swasta
PENGEMBANGAN MODEL SISTEM BERBASIS PENGETAHUAN UNTUK PENGELOLAAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA Oleh Dr. Heni Nurani Hartikayanti Fakultas Ekonomi UNJANI
[email protected]
Abstrak Pengelolaan sebuah Perguruan Tinggi yang baik dan benar bergantung kepada ketersediaan dokumen aturan seperti Undang-undang, Peraturan Akademik, Statuta, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan sebagainya. Selain itu, diperlukan pengalaman pengelola sebagai subjek. Pengalaman adalah pengetahuan yang melekat pada seseorang, pengetahuan tersebut akan hilang apabila orang yang bersangkutan tidak ada. Untuk mendapatkan pengalaman yang banyak memerlukan waktu yang lama. Oleh karena itu pengalaman yang sudah ada lebih bermanfaat apabila dapat disimpan dalam sebuah dokumen sehingga orang lain dapat membacanya. Dokumen yang dimaksud berisi permasalahan dan cara mengatasi permasalahan tersebut dengan berbagai sudut pandang, sesuai dengan kedudukan pejabatnya. Apabila ada pejabat baru yang menghadapi permasalahan yang sama di kemudian hari, maka dokumen-dokumen tersebut dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Di dalam penelitian ini akan dijabarkan pengembangan model Sistem Berbasis Pengetahuan yang menyimpan informasi berupa dokumen-dokumen dari hasil proses penyelesaian masalah manajemen yang biasa terjadi dalam sebuah perguruan tinggi swasta. Sistem ini memungkinkan pengguna (pejabat baru) untuk mengakses kumpulan pengetahuan dan memilih pengetahuan mana yang relevan (sesuai permasalahan) untuk dapat digunakan pada permasalahan yang dihadapi. Kata kunci : Sistem Berbasis Pengetahuan, Pengelolaan Perguruan Tinggi Swasta
Abstract Management of a university is good and right depending on the availability of the document rules such as Law, Academic Regulations, Statutes, Statutes and Bylaws, and so on. In addition, the necessary management experience in the subject. Experience is attached to the person's knowledge, that knowledge will be lost if the person in question does not exist. To get the experience that many take a long time. Therefore the existing experience more useful if they can be stored in a document so that others can read it. The documents containing the problems and how to overcome these problems with a variety of perspectives, according to the position of officials. If there are new officers who face the same problems in the future, then these documents can help solve the 85
Volume 9 No. 2, Nopember 2012 : 85 - 95
problems it faces. In this study the development of the model will be outlined Knowledge-Based Systems that store information in the form of documents from the settlement process management problems that are common in a private college. This system allows users (new officers) to access a collection of knowledge and choose where relevant knowledge (as problems) to be used on the problems faced. Keywords: Knowledge-Based Systems, Management of Private University
I. PENDAHULUAN Secara umum di indonesia, perguruan tinggi merupakan jenjang terakhir dari rangkaian jenjang pendidikan. Dimulai dari tingkat SD, SMP, SMA/SMK, dan yang terakhir adalah Perguruan Tinggi. Di tingkat perguruan tinggi pendidikan sudah diarahkan/difokuskan ke penjurusan, artinya setiap mahasiswa akan dididik sesuai dengan jurusan yang dipilih berdasarkan bakat dan minat yang dimilikinya masingmasing. Saat ini ada sekitar 3.000 perguruan tinggi, baik nageri maupun swasta, yang dikembangkan dan dikelola di seluruh Indonesia. Hal ini menunjukkan tingginya persaingan pengelolaan perguruan tinggi. Kondisi ini memicu perubahan perubahan panorama selama dekade terakhir. Perubahan panorama yang dimaksud meliputi perubahan paradigma, pengelolaan, persaingan dan sebagainya. Oleh karena itu maka dalam pengelolaannya perguruan tinggi perlu menerapkan manajemen modern ( Prof. Dr. Ir. Lucia C Manday MS).Perubahan paradigma ini terutama dipicu oleh perkembangan teknologi informasi, sehingga e-learning, e-university, dan sejenisnya mulai banyak dibicarakan dan diusahakan. Begitu juga dengan perubahan pengelolaan menyangkut badan penyelenggaraan pendidikan tinggi, baik yang diselenggarakan pemerintah maupun swasta. Perguruan tinggi tidak hanya perlu dilihat sebagai pusat ilmu pengetahuan, pusat penelitian, dan pusat pengabdian kepada masyarakat, tetapi juga suatu entitas korporat ‘’penghasil ilmu pengetahuan’’ yang perlu ‘’bersaing’’ untuk menjamin kelangsungan hidup. Persaingan, sebagaimana dialami oleh perusahaan profit, meliputi persaingan di bidang mutu, harga, dan layanan. Pengelolaan memerlukan pengetahuan dan ketrampilan manajemen Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,variabilitas dan disparitas perguruan tinggi di Indonesia, baik di antara perguruan tinggi negeri maupun swasta, masih lebar (Kompas 11 Juli 2012).Dari jumlah PTS sebanyak 3.000 PT,disparitasnya juga sangat lebar. Tak sampai 50 persen PTS ”sehat”. Untuk itulah maka diperlukan pengelolaan yang lebih baik lagi dalam manajemen perguruan tinggi swasta. Menurut studi Bank Dunia (1999) ada tiga pilar utama yang menopang sistem pendidikan yang baik yaitu akses, kualitas, dan dukungan. Dengan kondisi pendidikan di Indonesia saat ini, perguruan tinggi negeri tidak perlu lagi khawatir mengenai ketiga hal tersebut. Akses yang mudah terhadap sumber-sumber keilmuan, kualitas sumber daya peserta didik, tenaga pengajar, pengajaran, dan pengelolaan serta dukungan yang baik dari pemerintah, industri dan masyarakat. Ketiga hal tersebut belum tentu dapat
86
Pengembangan Model Sistem Berbasis Pengetahuan Untuk Pengelolaaan Perguruan Tinggi Swasta sepenuhnya dimiliki oleh perguruan tinggi swasta. Perguruan tinggi swasta harus terus berlomba agar dapat mengimbangi perguruan tinggi negeri. Salah satu hal penting yang dapat menjadi fokus pembenahan bagi perguruan tinggi swasta adalah dengan memanfaatkan aset pengetahuan dari setiap pengelola untuk dapat ditransfer kepada pengelola selanjutnya sehingga dari waktu ke waktu proses pengelolaan perguruan tinggi swasta dapat berkesinambungan. Selain dapat digunakan oleh pengelola selanjutnya, pengetahuan tersebut juga dapat digunakan oleh pengelola lainnya yang menghadapi permasalahan serupa. Proses berbagai pengetahuan tersebut akan memperkaya wawasan seorang pengelola dalam menyelesaikan masalah pengelolaan. Namun yang terjadi saat ini, institusi tidak memiliki sumber daya pengetahuan apapun. Saat seseorang berada dalam satu jabatan dengan berbagai kondisi dan masalah yang dihadapi maka Ia pun akan berpengalaman untuk menyelesaikan kondisi dan permasalahan tersebut. Pengalaman tersebut sayangnya hanya dimiliki oleh individu yang bersangkutan. Ketika orang tersebut digantikan orang lain yang tidak berpengalaman, aset pengetahuan yang dimiliki orang terdahulu tidak dapat diakses secara langsung, sehingga penanganan permasalahan pengelolaan perguruan tinggi menjadi kurang efektif. Hal tersebut dikarenakan tahap observasi data dalam mencari data-data awal yang dibutuhkan untuk proses observasi berikutnya akan dilakukan secara berulang.Aset pengetahuan itu sendiri sebenarnya dapat dilihat melalui dokumen-dokumen pengelolaan perguruan tinggi sebelumnya. Namun tentu saja dokumen tersebut jumlahnya akan semakin meningkat, akan terdapat banyak dokumen yang harus dikaji dan digali pengetahuannya hanya untuk menyelesaikan satu masalah.Permasalahan terhadap akses informasi dan aset pengetahuan tersebut dapat terbantu dengan dibangunnya sistem berbasis pengetahuan (Knowledge Management System). Pada implementasinya aset pengetahuan baik yang tersimpan pada dokumendokumen pengelolaan perguruan tinggi maupun yang ada dalam individu akan diekstraksi ke dalam sistem, sehingga informasi dan pengetahuan tersebut dapat dengan mudah untuk diperoleh kembali oleh pengguna
II. SISTEM BERBASIS PENGETAHUAN ( KNOWLEDGE MANAGEMENT) Knowledge Management (KM) adalah pengelolaan atau manajemen dari knowledge organisasi untuk menciptakan nilai bisnis dan membangun daya saing. Pengelolaan pengetahuan mampu untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke segala macam kegiatan bisnis untuk pencapaian tujuan bisnis. Menurut Carl Davidson dan Philip Voss (2003), mengelola knowledge merupakan cara bagaimana sebuah organisasi mengelola karyawannya, identifikasi pengetahuan yang dimiliki karyawan, menyimpan dan membagi di tim, meningkatkan dan terjadi inovasi. Sebenarnya knowledge management adalah bagaimana orang-orang dari berbagai tempat yang berbeda mulai saling bicara, yang sekarang populer dengan nama learning organization. Polanyi seorang ahli kimia merupakan orang pertama yang memperkenalkan bahwa knowledge terdiri dari dua jenis yaitu tacitknowledge dan explicitknowledge. 87
Volume 9 No. 2, Nopember 2012 : 85 - 95
Tacitknowledge merupakan pengetahuan yang diam di dalam benak manusia dalam bentuk intuisi,judgment, skill, values dan beliefyang sangat sulit diformalisasikan dan dibagi dengan orang lain.Sedangkan explicitknowledge adalah pengetahuan yang dapat atau sudah terkodifikasi dalam bentuk dokumen atau bentuk berwujud lainnya sehingga dapat dengan mudah ditransfer dan didistribusikan dengan menggunakan berbagai media. Explicitknowledge dapat berupa formula, kaset/cd video dan audio, spesifikasi produk atau manual. Kedua jenis pengetahuan tersebut, oleh Nonaka dan Takeuchi (1995) dapat dikonversi melalui empat proses konversi, yaitu Sosialisasi, Eksternalisasi, Kombinasi dan Internalisasi. Keempat jenis proses konversi ini disebut SECI Process (S: Socialization, E: Externalization, C: Combination, I: Internalization)
Gambar 1 : SECI model 1. Sosialisasi Berbagi pengetahuan tacit melalui komunikasi tatap muka atau berbagi pengalaman. 2. Eksternalisasi Mencoba untuk mengubah pengetahuan tacit ke pengetahuan eksplisit dengan mengembangkan konsep dan model. Dalam fase pengetahuan,tacit dikonversi untuk membentuk dimengerti dan diinterpretasi, sehingga dapat juga digunakan oleh orang lain. Externalized dan pengetahuan teoritis adalah dasar untuk menciptakan pengetahuan baru. 3. Kombinasi Kompilasi pengetahuan eksplisit untuk entitas yang lebih luas dan sistem konsep. Ketika pengetahuan dalam bentuk eksplisit itu dapat dikombinasikan dengan pengetahuan yang telah diajukan sebelumnya. Pada tahap ini pengetahuan juga dianalisis dan terorganisir. 4. Internalisasi Internalisasi berarti memahami pengetahuan eksplisit. Hal ini terjadi ketika pengetahuan eksplisit mengubah untuk diam-diam dan menjadi bagian dari informasi dasar individu. Siklus terus sekarang dalam spiral pengetahuan kembali ke sosialisasi ketika saham individu pengetahuan tacit-nya diam-diam. Ini adalah bagaimana jumlah pengetahuan tumbuh dan konsep-konsep sebelumnya bisa berubah. 88
Pengembangan Model Sistem Berbasis Pengetahuan Untuk Pengelolaaan Perguruan Tinggi Swasta
III. TAHAPAN IMPLEMENTASI SISTEM BERBASIS PENGETAHUAN Dalam memutuskan strategi pengimplementasian KMS pada organisasi, terdapat lima tahap yang harus diikuti. Kelima tahap tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 2 : Tahapan Implementasi Knowledge Management 1. Analysis Of Current Situation Menganalisa situasi atau kondisi yang saat ini berlangsung di dalam organisasi. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui hasil seperti apa yang diinginkan organisasi serta sumber daya apa saja yang tersedia. Dengan analisis ini, akan dapat mengidentifikasikan gap antara apa yang diinginkan organisasi dan yang saat ini tersedia dalam organisasi. 2. Problem Definition Setelah melalui tahapan analisis, maka tahap selanjutnya adalah mendefinisikan permasalahan yang telah ditemukan. 3. Identification of Needs Melakukan identifikasi kebutuhan apa saja yang dibutuhkan dan domain apa saja yang akan diangkat dalam sistem. 4. Identification of Organizational Enablers/Resistors Mengidentifikasi halangan yang mungkin akan menghambat dan melancarkan pengembangan sistem seperti masalah akses, keengganan individu untuk berbagi dan hal-hal lainnya. 5. Selection and Implementation of Technique/Strategies Pada tahap terakhir ini, akan dilakukan evaluasi dari proses sebelumnya untuk menentukan strategi dan jenis knowledgemanagement yang akan diterapkan.
89
Volume 9 No. 2, Nopember 2012 : 85 - 95
IV. Siklus Knowledge Management Siklus manajemen pengetahuan merupakan sebuah fase yang menjelaskan penangkapan (capture), penciptaan (creation), kodifikasi (codification), penyebarluasan (sharing), pengaksesan (accessing), aplikasi, dan penggunaan kembali pengetahuan yang berada dalam sebuah organisasi. Sintesis dari pendekatan yang akan dijabarkan akan dibangun menjadi kerangka kerja dalam mengubah sebuah informasi menjadi aset pengetahuan yang berharga untuk organisasi. Ilustrasi mengenai siklus knowledge management ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3 : Siklus Manajemen Pengetahuan Bukowitz and Williams 1. Get Proses mencari informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan, pemecahan masalah atau untuk inovasi. 2. Use Bagaimana menggunakan informasi untuk berinovasi (baik individual maupun kelompok). 3. Learn Bagaimana organisasi dapat belajar dari pengalamannya, baik dari kesuksesan (best practice) maupun dari kegagalan (lesson learned) untuk menciptakan keunggulan persaingan (competitive advantage). 4. Contribute Memberikan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pembelajaran untuk individu lainnya. 5. Assess Proses evaluasi dari sisi manusia (kompetensi), pelanggan (hubungan pelanggan), modal perusahaan (dasar-dasar pengetahuan, proses bisnis, infrastruktur teknologi, nilai, norma, budaya) dan modal intelektual (hubungan antara manusia, pelanggan dan modal organisasi). 6. Build and Sustain Proses untuk meyakinkan bahwa modal intelektual perusahaan di masa yang akan datang akan membawa perusahaan tetap bertahan dan bersaing. 7. Divest
90
Pengembangan Model Sistem Berbasis Pengetahuan Untuk Pengelolaaan Perguruan Tinggi Swasta Tempat pembuangan pengetahuan yang sudah tidak terpakai lagi (tidak bernilai). V. PERANCANGAN SISTEM BERBASIS PENGETAHUAN 5.1 Analisa Sistem Berjalan Dalam aktivitas dan proses manajemen pengelolaan perguruan tinggi swasta,pada umumnya setiap pejabat telah terikat pada aturan dan SOP (Standard Operating Procedure) yang telah ditetapkan. Jika terjadi suatu kondisi atau permasalahan, maka pejabat diharuskan melakukan instruksi yang terdapat pada aturan dan SOP. Beberapa masalah yang belum terdapat pada aturan dan SOP akan memerlukan keahlian dan pengalaman masing-masing pejabat dalam menyelesaikannya. Permasalahan yang dihadapi salah satu pejabat belum tentu merupakan masalah bagi pejabat lainnya. Bisa jadi permasalahan yang dihadapi pejabat lain merupakan kondisi yang menguntungkan bagi pejabat lainnya. Hal tersebut bergantung pada sudut pandang seorang pejabat dalam menilai suatu kondisi. Ada pula pejabat yang tidak mau terbuka mengenai pekerjaan yang dilakukannya sehari-hari, merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi dengan orang lain mengenai pekerjaan dan permasalahan yang dihadapinya. Pada satu kondisi atau permasalahan yang sama, memungkinkan beberapa pejabat dengan bidang ataupun level jabatan yang berbeda terlibat. Dalam hal ini, setiap pejabat akan mengeluarkan keputusan yang mungkin berbeda satu sama lain, bergantung pada jabatan yang dimilikinya. Jabatan tersebut akan menentukan lingkup kerja pejabat dalam menyelesaikan masalah. Selama menjabat, pejabat tersebut akan memiliki pengetahuan menyelesaikan masalah yang berasal dari pengalamannya. Saat seseorang pejabat turun dari jabatannya, pengetahuan yang dimilikinya selama menjabat pada posisi tersebut akan dibawa, sehingga ketika ada pejabat baru yang menjabat di posisi itu, proses observasi data akan berulang kembali. Pejabat baru perlu mencari data-data awal yang dibutuhkan, sehingga menjadi tidak efektif. Aset pengetahuan itu sendiri sebenarnya dapat dilihat melalui dokumen-dokumen pengelolaan perguruan tingga sebelumnya. Namun tentu saja dokumen tersebut jumlahnya akan semakin meningkat, akan terdapat banyak dokumen yang harus dikaji dan digali pengetahuannya hanya untuk menyelesaikan satu masalah. Tidak jarang pula ada pejabat yang tidak ingin berbagi pengetahuan dan pengalamannya tersebut. Ketika pejabat tersebut turun dari jabatannya, dokumen penyelesaian masalah yang dibuat kemudian dihapus atau dipindahkan sehingga tidak dapat dilihat oleh pejabat lainnya. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan sistem pengelolaan berbasis pengetahuan yang dapat mengintegrasikan aset-aset pengetahuan yang dimiliki sumber daya manusia di dalam lingkungan Unjani. Sistem ini dapat digunakan sebagai media penyimpanan dan berbagi pengetahuan dalam organisasi juga sebagai media komunikasi yang menjembatani komunikasi tiap individu. 5.2 Analisa Sistem Pada tahap analisa sistem ini akan diuraikan dan diidentifikasikan permasalahanpermasalahan serta kebutuhan dalam pembuatan sistem KnowledgeManagement Sistem Pengelolaan Manajemen Perguruan Tinggi Swasta.
91
Volume 9 No. 2, Nopember 2012 : 85 - 95
5.2.1 Pembentukan Pengetahuan Knowledge Management System Berdasarkan Model SECI Nonaka dan Takeuchi, terdapat empat proses utama dalam pembentukan pengetahuan yaitu Socialization, Externalization, Combination dan Internalization. Pada pengelolaan manajemen perguruan tinggi, proses socialization`dilakukan tiap individu contohnya dengan cara bercakap-cakap, diskusi dan aktivitas serupa lainnya. Saat bercakap-cakap tersebut terdapat proses transfer pengetahuan, tacit ke tacit. Secara umum, sistem Knowledge Management merupakan bagian dari proses Externalization. Pada proses tersebut terdapat transfer pengetahuan dari tacit knowledge ke explicit knowledge. Dalam pengelolaan manajemen perguruan tinggi, tacitknowledge tersebut berupa pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang tidak diatur di dalam SOP (Standard Operating Procedure) berdasarkan pengalaman, intuisi, penilaian, kemampuan dan kepercayaan tiap individu. Setiap pejabat akan membagikan permasalahan dan solusi yang telah diselesaikannya ke dalam sistem. Pengetahuan tersebut kemudian akan menjadi pengetahuan baru bagi pejabat lainnya dalam menyelesaikan masalah yang sama atau mirip.
-
Tacit Knowledge Pengalaman Intuisi Judgment Skill Belief dll
Knowledge Base
-
Explicit Knowledge Buku Formula Spesifikasi produk Manual dll
Gambar 4 : Proses Pembetukan Pengetahuan Proses Combination merupakan proses transfer explicit knowledge ke explicitknowledge. Contohnya pada proses pembuatan suatu prototype, buku dan lain sebagainya. Sementara proses Internalization melakukan transfer explicitknowledge ke tacitknowledge seperti dosen yang mengajar mahasiswa dan lain sebagainya. Proses pembentukan pengetahuan dari tacit knowledge menjadi explicit knowledge seperti pada Gambar 3.2 melalui sebuah knowledge base. Knowledge base tersebut merupakan tempat penyimpanan pengetahuan untuk kemudian dapat dikelola dan dibagikan kepada individu lainnya dalam bentuk yang telah terkodifikasi (explicit knowledge). Di dalam KMS yang akan dibangun, knowledge base tersebut merupakan mesin yang dapat menyimpan data pengetahuan serta melakukan pencarian dokumen yang bersesuaian dengan yang dibutuhkan. 5.2.2 Siklus Knowledge Management Pada siklus knowledge management ini akan dijelaskan siklus dari knowledge management.
92
Pengembangan Model Sistem Berbasis Pengetahuan Untuk Pengelolaaan Perguruan Tinggi Swasta
Gambar 5 : Siklus Knowledge Management Dari gambar 5 dapat dilihat sebuah siklus knowledge management. Tacit knowledge yang berada dalam otak manusia berupa pengalaman, intuisi dan pengetahuan lainnya (pengetahuan yang belum terkodifikasi) dalam menyelesaikan suatu masalah akan ditangkap (get). Proses penangkapan pengetahuan ini dilakukan dengan beberapa cara diantaranya melalui wawancara dan penyebaran quisioner kepada para pakar. Setelah ditangkap, pengetahuan tersebut kemudian dikodifikasikan ke dalam bentuk yang mudah dipahami dan dibagikan, explicit knowledge. Pada proses use, pengetahuan yang telah terkodifikasi tersebut akan digunakan untuk keperluan organisasi. Pengetahuan akan dibagikan kepada elemen-elemen organisasi agar dapat berinovasi. Pada proses learn, elemen-elemen organisasi dapat belajar dari pengalaman, baik dari kesuksesan (best practice) maupun dari kegagalan (lesson learned) untuk menciptakan keuntungan bagi organisasi maupun individu. Tahap siklus selanjutnya yaitu contribute, pada tahap ini diharapkan terjadi proses memberikan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pembelajaran untuk individu lainnya, sehingga tiap individu akan mendapatkan pengetahuan baru yang dapat dibagikan kembali. Pada gambar 6 terdapat gambaran umum dari sistem yang akan dirancang. Pada blok masukan terdapat dua buah masukan yaitu dokumen dan kata kunci pencarian. Kedua masukan tersebut sama-sama melalui tahap pre-processing. Pre-processing ini merupakan salah satu proses pada text mining. Dalam tahap pre-processing, proses akan dibagi lagi ke dalam beberapa sub proses yaitu case folding,stopword removal dan analyzing. Proses ini bertujuan untuk membersihkan dokumen dari hal–hal yang bisa mengacaukan hasil pengolahan pengetahuan selanjutnya. Proses case folding akan menghilangkan tanda baca dari dokumen dan juga akan merubah semua huruf dalam dokumen menjadi huruf kecil. Kemudian proses stopword removal, proses ini akan menghilangkan kata-kata yang tidak penting dari dokumen seperti kata sambung. Setelah melalui kedua proses pada pre-processing, baik masukan dokumen dan kata kunci pencarian akan melalui tahap ekstraksi dahulu sebelum melalui tahap analyzing. Tahap ini akan memetakan setiap kata pada dokumen dengan wordnet sehingga didapatkan concept dari setiap kata ataupun frase. Sementara proses analyzing akan menentukan keterhubungan setiap dokumen berdasarkan concept yang dimilikinya.
93
Volume 9 No. 2, Nopember 2012 : 85 - 95
Input Kata Kunci Pencarian
Dokumen
Proses
Pre-Processing
Analyzing
Pre-Processing
Case Folding
Hitung CF
Case Folding
Stopword Removal
Hitung DF
Stopword Removal
Ekstraksi
Hitung CF-IDF
Ekstraksi
Output Rekomendasi Dokumen dengan Similaritas
Gambar 6 : Gambaran Umum Sistem Masukan dokumen yang telah melalui proses ekstraksi akan melalui tahap analyzing. Dalam tahap tersebut terdapatproses perhitungan nilai CF dan perhitungan nilai DF. Nilai CF ini merupakan frekuensi kemunculan concept pada dokumen sementara nilai DF dihitung berdasarkan total dokumen yang memiliki concept. Masukan kata kunci pencarian yang telah melalui proses ekstraksi selanjutnya akan melalui tahap perhitungan nilai CF-IDF. Proses perhitungan nilai CF-IDF ini akan menghasilkan nilai similaritas isi dokumen dengan kata kunci pencarian. Dokumen-dokumen yang memiliki similaritas dengan kata kunci pencarian kemudian akan ditampilkan sebagai keluaran dari sistem. 6. PENUTUP Perguruan tinggi tidak hanya perlu dilihat sebagai pusat ilmu pengetahuan, pusat penelitian, dan pusat pengabdian kepada masyarakat, tetapi juga suatu entitas korporat ‘’penghasil ilmu pengetahuan’’ yang perlu ‘’bersaing’’ untuk menjamin kelangsungan hidup. Persaingan, sebagaimana dialami oleh perusahaan profit, meliputi persaingan di bidang mutu, harga, dan layanan. Pengelolaan memerlukan pengetahuan dan ketrampilan manajemen. Pergantian pimpinan merupakan hal yang biasa dalam pengelolaan sebuah lembaga. Agar pergantian pengelola tidak menyebabkan perguruan tinggi tidak kehilangan aset dengan pergantian ini maka diperlukan suatu sistem yang dapat membantu pimpinan yang baru untuk mengembangkan lembaga lebih baik lagi. Hal ini dapat dibantu dengan dinagunnya sistem berbasis pengetahuan (knowledge management system). 94
Pengembangan Model Sistem Berbasis Pengetahuan Untuk Pengelolaaan Perguruan Tinggi Swasta DAFTAR PUSTAKA Alavi, M., Leidner, D.E.”Review: Knowledge Management and Knowledge Management Systems: Conceptual Foundations and Research Issues”. MIS Quarterly. 2001. Nonaka, Ikujiro., Takeuchi, Hirotaka. “The knowledge creating company: how Japanese companies create the dynamics of innovation”, New York: Oxford University Press. 1995. BIODATA PENULIS Dr. Hj. Heni Nurani Hartikayanti., SE., MSi., Ak. Sebagai dosen Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Unjani
95