Inilah Tiga Hal yang Dibahas dalam Rapat Rektor PTN seJatim UNAIR NEWS – Sebanyak sepuluh pimpinan perguruan tinggi negeri (PTN) di Jawa Timur hadir dalam forum “Rapat Kerja Paguyuban Rektor Perguruan Tinggi Negeri se-Jawa Timur”, Selasa (31/1). Acara dilangsungkan di Gedung Pembangunan Nasional Veteran.
Technopark,
Universitas
Kesepuluh PTN yang hadir itu adalah Universitas Airlangga, Institut Teknologi 10 Nopember, Universitas Brawijaya, Universitas Jember, Universitas Trunojoyo, Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dan UPN sebagai tuan rumah. Dalam forum yang dipimpin oleh Rektor UNEJ Drs. Moh. Hasan, M.Sc., Ph.D selaku Koordinator Paguyuban Rektor PTN se-Jatim membahas sejumlah poin penting. Yakni, pengadaan bersama jurnal dan buku elektronik, penerbitan buku yang berisi keunggulan PTN se-Jatim, serta penelitian dan publikasi bersama. Terkait pengadaan bersama jurnal dan buku elektronik, saat ini, total anggaran untuk berlangganan jurnal elektronik dan buku elektronik pada 11 perguruan tinggi mencapai Rp 25 miliar. Di UNAIR sendiri, total anggaran mencapai Rp 5,3 miliar, masing-masing adalah Rp 4,1 miliar dan Rp 1,2 miliar. Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, ketika ditemui usai pertemuan tersebut menyampaikan bahwa pengadaan bersama jurnal dan buku elektronik di PTN se-Jatim memakan biaya yang besar. Untuk itu, diperlukan formula yang efektif dan tepat agar biaya berlangganan jurnal menjadi efisien. Solusinya, adalah membentuk konsorsium untuk bersama-sama
berlangganan jurnal. Hanya saja, titik temu pembahasan mengenai pengadaan bersama jurnal dan buku elektronik masih belum disepakati. “Kita tidak bikin satu langganan untuk semua di Jawa Timur sehingga kita bisa dapat jurnal-jurnal yang bervariasi. Tapi masih belum diputuskan di sini. Kita tidak mungkin biarkan teman-teman yang belanjanya hanya Rp 150 juta, kemudian harus tetap segitu, kan nggak ada efeknya. Teman-teman yang belanjanya masih kecil ya kita dorong untuk naik lagi tapi tidak perlu untuk sama seperti UNAIR yang sampai Rp 4 miliar. Biar UNAIR turun, sedangkan yang lain naik sedikit,” tutur Nasih. Dalam forum tersebut, UNAIR ditunjuk menjadi koordinator penerbitan buku yang berisi keunggulan PTN se-Jatim, serta penelitian bersama di bidang sosial dan humaniora. Nantinya, buku itu berisi tentang keunggulan masing-masing PTN se-Jatim. Wakil Rektor IV UNAIR Junaidi Khotib, Ph.D., yang ditemui di sela-sela acara menuturkan, pihaknya tidak membatasi konten dalam buku itu dengan alasan diversifikasi perguruan tinggi. “Ada yang unggul di bidang agribisnis, atau ada juga yang unggul di bidang health sciences (ilmu kesehatan, red). Dan ketika itu menjadi satu buku, itu menjadi kekuatan bahwa perguruan tinggi negeri di Jawa Timur itu memiliki sesuatu yang dibanggakan,” imbuhnya. Targetnya, pada bulan Maret, buku tersebut akan naik cetak di penerbitan. Terkait dengan penelitian dan publikasi bersama di jurnal internasional terindeks Scopus atau Thomson Reuters, diakui Junaidi, lektor kepala dan profesor yang sudah terbiasa untuk mempublikasikan penelitian, hal tersebut bukan masalah besar. Namun, bagi yang belum terbiasa, itu menjadi masalah. Oleh sebab itu, kolaborasi riset dan publikasi antar perguruan tinggi negeri harus ditingkatkan. Ia mencontohkan, dalam satu tim peneliti yang menggunakan
anggaran program riset mandat UNAIR, maka ketua tim peneliti berasal dari UNAIR, sedangkan anggota lainnya berasal dari PTN lain. “Setiap grant-nya kan Rp 250 juta. Maka peneliti utama diberikan pada UNAIR, sementara tim peneliti harus mengambil dari peneliti dari perguruan tinggi lain yang termasuk dalam paguyuban ini,” terang dosen Fakultas Farmasi. Sebelumnya, kolaborasi peneliti antar perguruan tinggi adalah hal biasa. Hanya saja, melalui forum ini, kolaborasi penelitian dan publikasi bersama termasuk dalam agenda program agar bisa segera diakselerasi. (*) Penulis: Defrina Sukma S
Birokrasi yang Efektif adalah Kunci Kemajuan Ilmu Keperawatan UNAIR NEWS – Salah satu pakar ilmu keperawatan yang dimiliki UNAIR adalah Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs. (Hons). Dekan Fakultas Keperawatan ini memulai pendidikan strata satu di Lambton College, Sarnia Ontario dan kemudian ia lanjutkan studi master di Magister, University of Wolllongong, Australia dan Program Doktor, Universitas Airlangga (UNAIR). Tahun ini, Nursalam menerbitkan sebuah buku bersama Airlangga University Press. Judulnya, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabet. Menurut pria kelahiran Kediri 25 Desember 1966 ini, prospek lulusan S1 keperawatan sangat terang. Kebutuhan akan perawat selalu meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Maka itu, diperlukan sarjana keperawatan yang berkualitas. UNAIR, kata Nursalam, memastikan bahwa akan mencetak para perawat
handal dan potensial. Ilmu keperawatan, kata Nursalam, adalah future sciences dalam mendukung program pemerintah menurunkan angka kematian dan sakit, melalui peran promotif dan preventif. Juga, sebagai kajian holistik, humanistik dan caring yang selalu diterapkan dalam melaksanakan asuhan kepada pasien bagi semua profesi kesehatan. Nursalam berharap, baik pemerintah maupun institusi pendidikan/kampus bisa selalu mendukung dan memfasilitasi pengembangan ilmu keperawatan. Dengan memperbanyak program penelitian serta pembangunan SDM melalui penggelontoran beasiswa, penambahan alokasi formasi, dan lain sebagainya. Termasuk, menggenjot jumlah sarana praktik lewat pengadaan laboratorium yang representatif. Diperlukan pula penguatan jejaring penyaluran lulusan melalui program Government to Government, Person to Person, maupun Government to Person. “Yang jelas, di samping dukungan finansial, pemerintah juga harus serius membenahi birokrasi. Birokrasi harus dipangkas dan perlu action real untuk mendukung semua kebijakan,” ungkap lulusan Lambton College, Sarnia Ontario ini. Nursalam tergolong aktif di banyak organisasi. Termasuk, di Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Baik di level regional atau provinsi, maupun di tingkat nasional. Selain aktif mengajar dan memberi bimbingan tugas akhir, Nursalam pun rutin mempublikasikan hasil penelitian. Juga, sering mengikuti konfrensi baik tingkat nasional maupun internasional. Misalnya, pada 2009, dia mengikuti 4th National Nursing Research Conference, Malaysia, the immune response modulation on CD4 & cytokine (IFNy) nursing care approach model on patient with HIV/AIDS, Malaysia, 5th International Conference on Information & Communication Technology System, Nursing Informatics Development to Create Indonesia Nurses with Global Standard, ITS Surabaya dan Shanghai International Conference
(Nursing Education in Indonesia: Todays and Future Role), Shanghai.Tahun lalu, Nursalam turut serta di gelaran The 5th International Nursing Conference (The Power of Caring in Improving Nursing Quality of Care and Patient Safety). (*) Penulis: Rio F. Rachman Editor: Defrina Sukma Satiti
Dekan Vokasi Widi Hidayat Pastikan Prospek Cerah Lulusan Studi Terapan UNAIR NEWS – Dr. H. Widi Hidayat, S.E., MSi., Ak., CA., CMA adalah salah satu pakar akuntansi dan audit yang dimiliki Universitas Airlangga. Kiprahnya sudah tidak bisa diragukan lagi. Jejak rekam Widi di internal kampus maupun di luar UNAIR untuk memberi sumbangsih pada masyarakat sudah terjamin. Sejak 1994, Widi selalu mengemban jabatan struktural di kampus. Hingga kini, lelaki kelahiran Karanganyar ini diberi amanah sebagai Dekan Fakultas Vokasi. Yang artinya, dia diminta menjadi nahkoda di sana. Menjadi seorang dekan di sebuah fakultas yang tergolong baru berdiri, merupakan tantangan tersendiri bagi mantan Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi UNAIR ini. Dia terpacu untuk mengembangkan disiplin ilmu berbasis terapan yang menjadi semangat tiap prodi fakultas tersebut. Dinyatakan Widi, para mahasiswa Vokasi diajari praktik secara spesifik. Di sisi lain, ini memperjelas kepakaran mereka dengan pasar kerja yang sudah terang pula. Di sisi lain, keahlian mereka dalam satu bidang menjadi benar-benar terasah
dan mendalam. Hal ini membuat mereka benar-benar siap untuk terjun ke dunia kerja. Terbukti, hingga sekarang para lulusan yang telah magang di sebuah perusahaan, langsung ditawari pekerjaan di sana. Artinya, prospek para ahli madya atau jebolan Fakultas Vokasi terang benderang. Saat ditanya, bagaimana dengan bidang ilmu Akuntansi yang ditekuni Widi? Widi menjelaskan, prospek bidang ilmu ini pun tak kalah baik. Terlebih, dalam bidang auditing. Sebab, semua perusahaan dan instanasi pemerintah, pasti butuh akuntan dan auditor. Jadi, sudah barang tentu kebutuhan akan lulusan di bidang ini pun tidak pernah surut. Seiring perkembangan zaman yang memberi implikasi positif pada pertumbuhan ekonomi. “Keahlian di bidang auditing pasti selalu diperlukan pada tiap zaman. Termasuk, Karanganyar ini.
di
masa
datang,”
urai
pria
kelahiran
Selain mengajar, sebagai dosen, Widi juga aktif melakukan penelitian. Termasuk, menjalankan pengabdian masyarakat. Karya ilmiah maupun publikasi yang sudah dia torehkan tergolong pemikiran aplikatif. Khususnya, di bidang auditing. Widi juga sering menjadi pembicara/pemakalah dalam banyak lokakarya, simposium, maupun seminar ilmiah. Undangan menjadi pembicara dalam berbagai diskusi publik pun selalu diterimanya dalam banyak kesempatan. Seminar/simposium internasional yang pernah diikutinya antara lain bertajuk “International Symposium: Toward Development in The New Era of The Holistic Economics” dan “The International Seminar and Syimposium on Implementation of Islamic Economics in The World as Alternative of Conventional Economic System”. (*) Penulis : Rio F. Rachman Editor : Defrina Sukma Satiti
Eksplorasi Rektal, Satu Keahlian Mahasiswa Kedokteran Hewan MEMBICARAKAN tentang Universitas Airlangga, rasanya tidak afdol jika tidak menengok salah satu fakultasnya yang berdiri di kampus C. Ya, Fakultas Kedokteran Hewan tampil dengan 1001 keunikan yang menarik untuk ditelisik. Mulai dari “mini zoo” dengan berbagai hewannya, kandang hewan coba, serta Teaching Farm yang berada di wilayah Kabupaten Gresik yang digunakan mahasiswa untuk praktikum lapangan, juga Rumah Sakit Hewan Pendidikan, serta ilmunya yang spektakuler. Teori (ilmu) dalam perkuliahan serta praktikum yang tak hanya membahas tentang kehewanan, lebih dari itu mahasiwa FKH juga belajar banyak tentang ekonomi kewirausahaan, kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, ilmu penyakit satwa aquatik, obat-obatan, dan fisiologis yang tak jarang juga belajar mengenai ilmu kedokteran manusia. Satu dari 1001 yang unik dari kemampuan mahasiswa Kedokteran Hewan UNAIR yang menarik untuk dibahas adalah kemampuan indera perasa dalam mendiagnosa sesuatu yang tanpa melibatkan indera penglihatan. Mahasiswa sering menyebutnya sebagai Eksplorasi Rektal. Kegiatan salah satu praktikum wajib bagi mahasiswa semester VII ini dilakukan di Kandang Hewan Coba FKH, dan tak jarang juga dilakukan di Teaching Farm di Gresik. Untuk bisa melaksanakan Eksplorasi Rektal ini dituntut memiliki kemampuan tinggi dan bisa menyingkirkan rasa jijik jauh-jauh. Bagaimana tidak? Ketika tangan para praktikum harus memasuki
rektum hewan, contohnya sapi, terlebih dahulu harus membersihkan kotoran yang ada didalamnya. Kemudian harus bisa mendiagnosa organ reproduksi serta kelainan-kelainan yang terjadi di dalamnya. Otomatis, hanya tangan saja yang masuk, dan mata tidak bisa melihat apa yang ada di dalam dan yang terpegang oleh tangan. Kemampuan intuisi dan perasaan hebat inilah yang harus dimiliki sebagai salah satu skill mahasiswa FKH. Namun sebenarnya tidak semata hanya masalah perasaan, tentu harus dikaitkan dengan teori yang telah diperoleh sebelum melakukan praktikum. Jadi bukan ilmu perdukunan. Belum lagi jika hewan yang akan di-Rectal memiliki temperamen tinggi, sehingga sulit dikendalikan. Kemampuan mengendalikan hewan ini pun juga wajib dimiliki mahasiswa Kedokteran Hewan, dengan tetap memperhatikan konsep Animal Welfare, tanpa menyakiti hewan. Karena hewan coba juga punya hak-hak yang harus dipenuhi oleh para praktikan (mahasiswa praktik) dan sejawat yang menggunakan sebagai media pendidikan. Keselamatan diri sendiri tetap menjadi prioritas utama, namun untuk mahasiswa Kedokteran Hewan, rasanya belum “lengkap” kalau belum merasakan bagaimana disepak atau ditendang sapi sebagai “salam perkenalannya”. Apalagi praktikum Eskplorasi Rektal ini sering dilakukan pada hewan besar seperti sapi, kuda, kerbau dan hewan besar lainnya yang digunakan untuk kepentingan Inseminasi Buatan (IB), Diagnosa Kebuntingan, atau hanya sekedar pemeriksaan fisiologis patologis organ reproduksi hewan tersebut. Untuk bisa melakukan Eksplorasi Rektal dengan baik, memang tak cukup hanya sekali mencoba. Tetapi diperlukan berulang kali praktik atau percobaan agar dapat melakukan teknik dengan benar. Peralatan penunjang seperti baju pelindung Cattle Pack, sepatu boots, dan sarung tangan (glove) khusus, perlu digunakan untuk mencegah sesuatu hal yang tidak diinginkan. Itu belum lagi dengan persoalan bau kandang. Harus berani kotor. Setiap hari bertemu pasien (hewan) dengan berbagai
temperamen, dan bertemu pemilik hewan dengan berbagai latar belakang, menjadi kegiatan rutin harian mahasiswa FKH. Dari realitas seperti itu, jangan heran jika tidak semua mampu melakukan teknik Eksplorasi Rektal. Untuk itu sebagai mahasiswa FKH patut berbangga jika dapat menguasai ilmu tersebut, sebab teknik ini sering dilakukan di lapangan untuk melaksanakan Inseminasi Buatan pada ternak, membantu peternak untuk meningkatkan kualitas kehidupan ekonomi dan membantu pemerintah dalam menggalakan program swasembada daging bagi masyarakat Indonesia. Jadi, pekerjaan mulia tidak dilihat dari banyaknya materi yang dihasilkan, namun seberapa besar pekerjaan tersebut bermanfaat bagi masyarakat, meski pekerjaan tersebut tidak mudah. Begitulah professi dokter hewan digambarkan. (*) Editor: Bambang Bes
Prof. Kacung: Salah Satu Poin Penting Politik Ialah Keadilan UNAIR NEWS – “Politik tidak melulu bicara mengenai kekuasaan, tapi politik juga bicara tentang bagaimana alokasi dan distribusi resource dari sebuah negara itu dilakukan harus merata. Karena salah satu poin penting politik ialah Keadilan.” Pernyataan tersebut terlontar dari Prof. Kacung Marijan, Ph.D. Laki-laki yang akrab disapa Kacung, merupakan salah satu guru besar di bidang Ilmu Politik Universitas Airlangga.
Sosok Kacung Marijan juga cukup dikenal luas karena ia tergolong aktif dalam menuangkan pikiran-pikirannya di beberapa media massa. Kacung juga sering diminta untuk menjadi kolumnis di beberapa media cetak nasional untuk mengulas mengenai isu – isu sosial, politik, dan juga kebudayaan. Dari tahun 1986 hingga sekarang sudah terhitung lebih dari 300 artikel yang pernah ia tulis di koran maupun majalah. Selain menulis artikel di media masa, sebagai seorang penggiat pendidikan, Prof. Kacung juga telah menghasilkan beberapa jurnal Ilmiah dan buku. “Awalnya saya lebih banyak pada politik Islam karena skripsi saya lebih banyak bicara soal politik Islam, tulisan saya pun banyak soal itu. Dalam perkembangannya saya masuk ke wilayah ekonomi politik khususnya mengenai kebijakan public,” tandas Kacung. Kacung mengatakan bahwa disiplin ilmu mengenai ekonomi politik yang ia tekuni membahas tentang sumber dan alokasi pada negara itu dilakukan. Menurutnya, poin penting pada politik ialah keadilan, maka dari itu lewat ilmu ekonomi politik diharapkan menghantarkan masyarakat agar mengerti bagaimana kebijakankebijakan alokasi yang adil dan merata. “Politik itu bicara bagaimana dipergunakan,” ungkap Kacung
soal
kekuasaan
itu
Ia menambahkan bahwa dari ilmu politik, muncul teori yang bisa dijadikan acuan kebijakan dan intervensi untuk mewujudkan keadilan. “Kemakmuran itu terhalang dengan persaingan tidak sempurna, maka dari itu perlu menggunakan kebijakan” ungkapnya Dosen yang mengampu mata kuliah perbandingan politik ini juga kerap menjadi pembicara di beberapa seminar. Keterlibatannya dalam dunia politik tidak sekedar berupa tulisan. Di tahun 1999, Kacung mendirikan sebuah Pusat Studi Hak – Hak Asasi Manusia dan Demokrasi (PUSDEHAM) Surabaya.
Kiprahnya tidak hanya bersentuhan dengan dunia politik, ia juga merambah ke ranah budaya. Pria asal Lamongan ini pernah menjabat menjadi Direktur Jenderal (DIRJEN) Kementrian, Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2012 hingga 2015. Darisana ia mulai mendalami kebudayaan dan kebijakannya. Kacung juga sering memimpin dalam beberapa sidang kebudayaan UNESCO. Selain menjadi dosen dalam lingkungan akademisi UNAIR, nama Kacung juga cukup dikenal karena pernah menduduki beberapa jabatan penting diantaranya, anggota Senat Akademik, Koordinator Program Mahasiswa Kemitraan Negara Berkembang, Ketua Badan pertimbangan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dan Ketua Program Studi S2 Ilmu Sosial. “Manusia itu tidak akan hidup tanpa ilmu politik. Sekarang ini banyak menggunakan sarjana politik untuk menganalisis tren yang terjadi. Dan yang paling penting untuk kita adalah banyak-banyak belajar dan membaca,” ungkap Kacung Mengakhiri. (*) Penulis: Farida Hari Editor: Nuri Hermawan
Kusnanto Tekuni Keperawatan Sejak SLTA UNAIR NEWS – Menekuni ilmu keperawatan sedari muda menjadi jalan yang dipilih Dr. Kusnanto, S.Kep., M.Kes. Laki-laki kelahiran Mojokerto, 29 Agustus 1968 tersebut mengatakan bahwa sebelum menempuh program sarjana keperawatan di Universitas Padjajaran Bandung, ia lebih dulu mendalami ilmu keperawatan di Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) setara SLTA dan kemudian
ia juga mendalami ilmu keperawatannya di Akademi Keperawatan. Dari latar belakang pendidikan seperti itulah, Kusnanto pun mahir dalam bidang fundamental of nursing dan medical surgical nursing. “Untuk lebih mematangkan keilmuan yang sudah saya tekuni, saya juga melanjutkan master dan doktoralnya di bidang keperawatan di UNAIR,” terangnya. Untuk memanfaatkan ilmu yang ditekuni, Kusnanto yang kini menjabat sebagai Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan UNAIR, aktif dalam asosiasi keperawatan, seperti Indonesian Nursing National Association dan The Association of Indonesian Nursing Education. Selain itu, beberapa karya ilmiahnya pun juga telah dipublikasikan, tercatat beberapa jurnal yang terpublikasikan antara lain Self care management model-holistic psicospiritual care Development toward the independence and blood sugar level and HbA1C of type 2 diabetes mellitus patients, di tahun 2012. Tidak hanya itu, Kusnanto juga turut berperan aktif dalam berbagai pengabian masyarakat. “Dalam pengabdian masyarakat, pada tahun 2012, saya memberikan pelatihan manajemen stress melalui penerapan metode progressive muscle relaxation pada kelompok paguyuban penderita diabet di wilayah Surabaya,” imbuhnya.
kerja
puskesmas
Kebonsari
Dari berbagai karya dan ketekunannya dalam mengembangkan dan mengabdikan keilmuan Fundamental of Nursing, Medical Surgical Nursing, Tak ayal, kalau Kusnanto mendapatkan berbagai penghargaan, seperti Piagam penghargaan Dirjen Dikti, tahun 2006. Piagam Penghargaan Ketua PMI Propinsi Jawa Timur, tahun 2014 dan Piagam Penghargaan Walikota Surabaya, tahun 2014. Kusnanto juga menuliskan buku Pengantar Profesi dan Praktik keperawatan profesional yang terbit tahun 2004. Dintanya mengenai alasan menekuni keperawatan dasar, Kusnanto menjelaskan bahwa itu sudah bagian dari pendidikan yang diambil sejak masih muda.
“Kalau saya mengambil keperawatan dasar, karena itu yang mendasari ilmu keperwatan. Saya dilahirkan jadi perawat sejak SPK, Akademi Keperawatan, Sarjana Keperawatan, hingga doktor, itulah yang mendasari saya mengambil fokus keperawatan dasar,” pungkasnya. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor : Faridah Hari
Retno Palupi Angkat Masalah Kesehatan Gigi Penambang Belerang dalam Disertasi UNAIR NEWS – Benar adanya jika profesi penambang adalah pekerjaan paling berbahaya di dunia. Termasuk penambang belerang di kawah Gunung Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur. Selain harus melewati medan terjal menuju kawah, perlahan namun pasti, kualitas kesehatan mereka juga terancam. Potret kesehatan para penambang di kawah Gunung Ijen sebenarnya cukup memprihatinkan. Mengingat, mayoritas dari mereka tidak menggunakan alat pelindung diri yang memadai, seperti masker atau safety respirator mask. Mereka hanya mengandalkan gulungan kain basah lalu digigit begitu saja. Cara demikian sudah dilakukan secara turun menurun. Para penambang meyakini, cara ini ampuh melindungi paru-paru sekaligus menghindari resiko tersedak akibat paparan langsung uap belerang. Meskipun mereka meyakini cara ini aman, namun Retno Palupi, drg., M.Kes justru mencurigai hal tersebut sebagai pemicu kerusakan gigi yang ternyata banyak dialami oleh mayoritas penambang di sana.
“Mereka menghirup gas beracun setiap hari selama bertahuntahun, bahkan terhirup masuk di rongga mulut. Paparan asam sulfat berkadar tinggi yang terkandung dalam belerang memicu kerusakan pada enamel gigi. Akibatnya, gigi para penambang umumnya bermasalah. Sebagian besar gigi mereka mengalami erosi,” ungkapnya dalam orasi yang disampaikan pada Ujian Doktor Terbuka di Aula Fakultas Kedokteran (25/1). Dalam kamus kedokteran, istilah erosi gigi adalah suatu proses kronis hilangnya jaringan keras gigi yang disebabkan karena proses kimiawi zat asam, tanpa melibatkan bakteri. Salah satu kelompok yang berpotensi mengalami erosi gigi adalah penambang belerang. Dalam penelitiannya, Retno menghasilkan temuan baru yaitu mekanisme paparan asam sulfat pada rongga mulut penambang belerang. Menurutnya, seseorang yang terpapar uap belerang mempunyai risiko erosi gigi yang sedang hingga berat. Dampaknya, terjadi erosi yang dapat merusak enamel gigi dan jaringan lunak
di rongga mulut.
Aktivitas pengambilan belerang juga masih dilakukan dengan cara tradisional, seperti memecah belerang lalu memikul bongkahan ke keranjang. Cara ini jelas memperbesar kemungkinan seorang penambang terpapar langsung oleh kandungan asam sulfat dari uap belerang. “Kandungan asam sulfat yang tinggi pada belerang ternyata berkontribusi terhadap kerusakan enamel gigi sehingga meningkatkan keparahan erosi gigi. Oleh sebab itu, upaya pencegahan perlu dilakukan dengan cara menggunakan masker untuk melindungi hidung dan mulut” jelasnya. Dari pengamatan selama berbulan-bulan di lokasi, selain mengalami erosi gigi, Retno melihat para penambang juga banyak yang mengalami osteoporosis, sakit di bagian punggung hingga nyeri otot. Menurutnya, kondisi tersebut merupakan imbas dari kondisi erosi gigi yang mereka alami sebelumnya.
“Setiap para penambang ini harus memanggul hasil tambang seberat sekitar 70 kg. Tak heran jika banyak yang mengeluhkan nyeri di punggung. Namun sebenarnya ada faktor pencetus, dimana dampak dari erosi gigi yang mereka alami menyebabkan kurangnya produksi kalsium pada gigi. Akibatnya, tubuh harus bekerja ekstra keras dalam memasok kalsium, ini yang kemudian mengakibatkan osteoporosis dan gangguan tubuh lainnya,” ungkapnya. Menurut perempuan kelahiran Oktober 1974 ini, problem erosi gigi yang dialami oleh mayoritas penambang membutuhkan perhatian dan penanganan yang memadai. Mengingat, kesehatan gigi akan berpengaruh pada kondisi fisik secara keseluruhan. Seperti diketahui, Gunung Ijen adalah gunung berapi aktif penghasil belerang terbesar di Indonesia. Manfaat asam sulfat yang terkandung di dalam belerang digunakan secara luas dalam industri kimia, seperti pembuatan baterai, deterjen, pupuk, farmasi, hingga tekstil. Namun di lain sisi, asam sulfat tidak baik bagi kesehatan. Untuk itu, menurutnya, perlu dilakukan upaya pencegahan melalui kegiatan promosi kesehatan dengan melibatkan peran pemerintah daerah dan pengusaha tambang belerang setempat. “Kita tidak mungkin menghentikan aktivitas penambangan. Mengingat aktivitas pertambangan telah menjadi sumber mata pencaharian penduduk setempat. Yang bisa kita upayakan adalah tindakan pencegahan,” ungkapnya. Penduduk sekitar pun juga membutuhkan arahan. Untuk itu, Retno berencana akan melakukan upaya pendekatan kepada masyarakat setempat melalui kegiatan penyuluhan. Tujuannya, untuk membangun kesadaran akan pentingnya penggunaan masker pelindung yang memadai. “Saya berharap temuan ini dapat diketahui secara luas oleh masyarakat dan bisa menjadi bahan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang lain,” ungkapnya. (*)
Penulis : Sefya Hayu Editor : Binti Q. Masruroh
Mitos dan Fakta Rambut Beruban
Seputar
UNAIR NEWS – Seringkali masyarakat awam meyakini, jika rambut beruban disebabkan karena terlalu sering keramas atau karena tidak cocok dengan jenis shampo tertentu. Ada juga yang meyakini, rambut beruban karena terlalu banyak memikirkan sesuatu hal. Benarkah demikian?
Dokter ahli kulit kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Dr. Afif Nurul Hidayati Sp.KK, FINSDV (Foto: Istimewa) Kepada UNAIR NEWS, dokter ahli kulit kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Dr. Afif Nurul Hidayati Sp.KK, FINSDV menjelaskan seputar mitos dan fakta rambut
beruban. Setiap hari, siapapun, dihadapkan dengan banyak masalah atau urusan yang menuntut kita untuk berfikir. Selama berfikirnya wajar, maka tak akan berdampak bagi kesehatan. Namun ketika berfikir terlalu berat hingga mengakibatkan stres psikologis, maka itu yang harus dihindari. Sebab, stres yang berlebihan justru mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar oksidan di dalam tubuh. Dampaknya jelas merugikan tubuh, termasuk rambut. Sementara itu, pemakaian shampo sebenarnya tidak akan memicu munculnya uban secara dini. Sebab, shampo tidak memiliki efek menghilangkan melanin di rambut, kecuali shampo yang mengandung bleaching agents. Apakah mencabut rambut beruban aman dilakukan? Rambut beruban merupakan kondisi yang sifatnya progresif dan menetap, meskipun, dapat dimungkinkan terjadi repigmentasi. Pencabutan uban dianggap efektif jika dilakukan kurang dari 10% rambut yang beruban. Hindari pencabutan rambut yang terlalu banyak, karena menyebabkan terjadinya
kebiasaan ini sebenarnya dapat keradangan pada kulit kepala.
Oleh karena belum ada terapi yang efektif untuk rambut beruban, maka terapi yang efektif dilakukan adalah dengan kamuflase. Bagaimana caranya? Yakni dengan mengecat rambut menggunakan pewarna sementara (pewarnatekstil), natural (henna), semipermanen, dan permanen. Namun jika rambut beruban disebabkan karena penyakit atau kondisi tertentu, maka kondisi rambut akan membaik seiring dengan pulihnya kondisi fisik. (*) Penulis : Sefya Hayu Editor : Binti Q. Masruroh
Pelatihan Manajemen Interaksi Obat se-Indonesia oleh Farmasi UNAIR UNAIR NEWS – Program Studi Spesialis Farmasi dan Magister Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga menggelar beragam acara dalam rangka peringatan Dies Natalis yang ke-25 tahun. Salah satu dari kegiatan itu adalah pelatihan bertajuk Management of Drug Interaction in Clinical Setting. Pelatihan yang berlangsung Sabtu (28/1) ini ditujukan bagi apoteker yang bekerja di bidang pelayanan kesehatan. Pelatihan tersebut terselenggara atas kegelisahan yang terjadi di beberapa rumah sakit yang belum memiliki fasilitas mumpuni. Fasilitas yang dimaksud adalah validitas sumber data sebagai dasar dalam menentukan atau mengetahui interaksi obat. “Saya melihat di lapangan, banyak yang tidak rasional pada interaksi obat ketika pemberian beberapa jenis obat kepada pasien. Karena refrensi kurang valid, bisa berakibat fatal kepada pasien,” ungkap Dr. Suharjono, M.S., Apt. Koordinator Program Studi Magister Farmasi Klinik. Pelatihan ini menghadirkan pemateri profesional dengan bidang keahlian mereka. Seperti Dr. Suharjono, M.S., Apt., yang menyampaikan materi Identification and Management of Drug Interaction, materi Drug Interaction in Clinical Setting oleh Prof. Dr. Muh. Yogiarto, Sp.JP (K) FIHA, FAsCC, materi Drug Interaction in Nephrology oleh Dr. Budi Suprapti, M.Si., Apt., materi Drug Interaction in Intensive Care Medcation oleh Drs. Budi Rahardjo, Sp.FRS., Apt. Selain itu, ada pula materi Drug Interaction in Neurology oleh Khairil Armal, S.Si., Sp.FRS., Apt., Drug Interaction in Paediantric oleh Dra. Yulistiani, M.Si., Apt., Drug Interaction in Obstetry and Gynecology Medication oleh Drs.
Muh Yahya, Sp.FRS., Apt., dan Drug Interaction in Cardiology Medicine oleh bambang S. Z., S.S., M.Clin.Pharm., Apt. Para pemateri berasal dari RS. Dr. Soetomo, Departemen Farmasi Klinik, dan alumni FF UNAIR. Terdapat studi kasus selepas pemberian materi untuk lebih memperdalam pemahaman. Pelatihan diakhiri dengan praktik registrasi dan penggunaan software interaksi obat. Peserta pelatihan yang berjumlah 255, mayoritas terdiri dari apoteker. Selain itu ada akademisi dan juga dokter. Mereka berasal dari berbagai kota dan provinsi di Indonesia, seperti Biak Papua, Makassar, Palu, Manado, Kalimantan Sumatera, dan Pulau Jawa merupakan daerah terbesar asal peserta pelatihan. (*) Penulis : Akhmad janni Editor : Binti Q. Masruroh
Kimia UNAIR, Dari Akreditasi Internasional hingga Penguatan Karakter UNAIR NEWS – Program studi (prodi) Kimia merupakan salah satu program studi di Universitas Airlangga yang tidak diragukan lagi kiprahnya. Prodi yang berdiri sejak tahun 1982 ini, sudah mengantongi sertifikasi ASEAN University Network Quality Assesment (AUN – QA). Hal itu menjadikan prodi yang berada dalam lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR ini sudah teruji secara internasional. Ditemui di ruang kerjanya, Dr. Purkan. M.Si., selaku Ketua
Prodi Kimia mengatakan bahwa prodi yang dipimpinnya tersebut mengusung jargon “Based on academic with excellence morality”. Melalui jargon tersebut mahasiswa tidak hanya diberikan pengajaran mengenai akademik yang berkompeten, namun juga dilengkapi dengan pembangunan karakter supaya menjadi lulusan yang unggul. Ia juga menjelaskan bahwa selain itu prodi Kimia juga unggul dalam bidang akademik dan riset. “Kimia itu ilmu yang bersifat dasar dalam ilmu sains. Nah sains ini mendasari berbagai macam aplikasi, baik itu di industri, kesehahatan, dan pertanian,” tutur Purkan. “Kurikulum di prodi Kimia UNAIR, bersifat lentur mengikuti perkembangan zaman dan tidak lapuk. Karena selalu update dalam waktu yang reguler, menyesuaikan yang ada dan bisa diserap oleh pangsa kerja. Oleh karena itu, ketika kita menyusun kurikulum selalu melibatkan para stake holder, diantaranya pengguna dari lulusan kimia (perusahaan maupun instansi), alumni, dan para ilmuwan dari perguruan tinggi yg lain serta para SDM yang ada di prodi Kimia,” tambah Purkan. Purkan juga menjelaskan bahwa prodi Kimia memiliki mahasiswa yang unggul dalam bidang akademik. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya prestasi yang diraih mahasiswa prodi Kimia dalam gelaran PIMNAS ke-9 lalu dan juga beberapa olimpiade sains baik nasional maupun internasional. Dalam prodi tersebut juga didukung oleh tenaga pengajar yang professional dan sudah banyak berkiprah di bidangnya. Purkan menambahkan prodi Kimia juga dilengkapi dengan fasilitas laboratorium dan instrumen yang canggih untuk menunjang kemampuan mahasiswa dalam meneliti maupun menganalisis sistem kimia. Di prodi Kimia, tak jarang mahaisiswa dilibatkan dalam penelitian dosen untuk mengasah pengetahuan dan juga daya inovasi agar tercipta penelitian – penelitian yang baru. Sesuai tracer yang sering dilakukan oleh pihak prodi Kimia, 75% lulusan Prodi Kimia bekerja di wilayah industri dan
peneliti, sisanya banyak bekerja sebagai akademisi seperti dosen maupun guru. Banyak dari alumni prodi Kimia yang sudah berkarir menjadi dosen maupun peneliti di beberapa negara. “Kita menyiapkan lulusan dengan kemampuan mengerti konsep kimia dan mengembangkan konsep kimia. Sehingga nanti ketika ia terjun ke industri, ia bisa mengembangkan kemampuan akademik sehingga ia akan bersifat adaptable,” tutur purkan Prodi Kimia UNAIR juga terus mengembangkan kapasistas dan mutu pendidikan guna meningkatkan tidak hanya hardskill, namun juga softskill mahasiswa sehingga bisa menghasilkan lulusan yang berkompeten di bidangnya. “Bagi calon mahasiswa dan orang tua, tidak perlu khawatir untuk menyekolahkan anaknya di prodi Kimia karena kita memberikan bekal kepada mahasiswa itu excellence based academic with morality, jadi anak disini selain akademiknya kita junjung setinggi tingganya tapi juga diajari pembentukan karakter yang bagus. Kuliah di UNAIR selain meskipun berlatar belakang umum tapi disini juga tempat membekali karakter,” tandas Purkan (*) Penulis : Faridah Hari Editor: Nuri Hermawan