146
HASIL PRASURVAI
HASIL PRASURVAI 1 Persiapan pelaksanaan upacara adat 1 Sura Hari/tanggal : Sabtu, 19 November 2011 Waktu : 20.30 WIB Durasi : 1 Jam Tempat : Balai Desa Traji HAL YANG DIAMATI Hasil Rapat Panitia
DESKRIPSI UMUM Para panitia ritual upacara adat 1 Sura melakukan rapat untuk pembagian kerja dan uang transport atau dana untuk masingmasing seksi dalam ritual. Acara dipimpin oleh ketua panitia yaitu Bapak Juwandi. Usulan dari juru kunci Sendhang Bapak Suwari untuk penambahan penerangan di jalan Kali Jogo, Kali Puring serta pelaksanaan dan persiapan tempat menjelang ritual Sendhang Sidhukun. Untuk pembagian dana dari masing-masing seksi adalah: keamanan: Rp. 885.000, listrik: Rp. 200.000, lagan: Rp. 185.000, perlengkapan: Rp. 50.000, lampu petromax: Rp. 75.000, dekorasi: Rp. 75.000, adminstrasi dan perijinan: Rp. 100.000, Dokumentasi: Rp. 250.000, konsumsi: Rp. 7.500.000, jenset: Rp. 700.000, sesaji: Rp. 1.700.000, kesenian: 1.000.000, sendhang: Rp. 50.000, kebersihan: Rp. 200.000, sound system: Rp. 100.000, laden wiyogo: Rp. 200.000, biaya dalang: Rp. 15.000.000, gagar mayang: Rp. 60.000, sesaji Gunungan: Rp. 150.000, panggung: Rp. 400.000, juru masak: Rp. 300.000, rias pengantin: Rp. 300.000, kayu bakar: Rp. 100.000.
147
HASIL PRASURVAI 2 Persiapan upacara adat 1 sura Hari/tanggal : Sabtu, 26 November 2011 Waktu : 11.00 WIB Durasi : 1 Jam Tempat : Sendhang Sidhukun HAL YANG DESKRIPSI UMUM DIAMATI Persiapan tempat Para panitia yang bertugas di seksi Sendhang melakukan persiapan penerangan di sepanjang jalan menuju sendhang dan di sekitar sendhang. Pemasangan terpal di sekitar sendhang, pembersihan dan pengecetan di sendhang sidhukun, di Kali jogo. Pemasangan sound system di sendhang untuk acara ritual agar berjalan dengan baik.
HASIL PRASURVAI 3 Persiapan upacara adat 1 Sura Hari/tanggal : Sabtu, 26 November 2011 Waktu : 17.00-02.00 WIB Durasi : 10 Jam Tempat : Balai Desa Traji dan Sendhang Sidhukun HAL YANG DIAMATI Lokasi
Persiapan yang Dilakukan Peneliti Sebelum Pelaksanaan upacara adat 1 Sura Persiapan Yang dilakukan Sebelum Tradisi Upacara adat 1
DESKRIPSI UMUM Lokasi yang digunakan untuk persiapan ritual upacara adat 1 Sura adalah di Balai Desa Traji, kemudian untuk tempat ritualnya di Sendhang Sidhukun. Untuk acara selamatan sadranan setelah dari Sendhang dilanjutkan di Kalijaga. Setelah itu pada pukul 24.00 WIB selamatan sadranan di lokasi makam Kyai Adam Muhammad dan Gumuk Guci. Peneliti mengamati jalannya proses persiapan para panitia. Peneliti mengambil gambar-gambar sesaji yang akan digunakan di Sendhang Sidhukun. Peneliti mengamati isi dari gunungan sesaji yang nanti akan di kirab menuju Sendhang Sidhukun. Pada waktu akan melakukan sesaji ke Sendhang Sidhukun, orang-orang yang berkewajiban ikut sesaji, maka kurang lebih pada pukul 17.00 WIB berkumpul di Balai Desa Traji. Para panitia yang akan mengikuti prosesi upacara adat 1 Sura,
148
Sura, Kirab Pengantin pembawa sesaji menuju ke Sendhang Sidhukun
Pelaksana Upacara adat 1 Sura
Pengantin pembawa sesaji menuju ke Sendhang Sidhukun mulai memakai pakaian adat Jawa. Untuk Bapak Kepala Desa dan istri juga memakai pakaian adat Jawa Pengantin. Sebelum berangkat mengadakan upacara selamatan Kenduri yang tak lain adalah melakukan do’a memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar perjalannya diberikan kelancaran dan keselamatan. Dalam selamatan Kenduri sesaji yang digunakan adalah nasi tumpeng, golong tujuh, dll. Maka kira-kira pada pukul 18.30 WIB rombongan sesaji meninggalkan Balai Desa Traji menuju ke Sendhang Sidhukun dengan berjalan kaki yang diawali oleh rombongan pembawa sesaji yang berpakaian adat seragam Jawa. Perjalanan menuju ke Sendhang diiringi dengan lampu Petromax, selanjutnya Bapak Kepala Desa serta Ibu Kepala Desa juga berpakaian adat Jawa yaitu pakaian Pernikahan yang memakai kain Truntum disertai parangkat desa, diringi Putri Domas, dan disambung belakangnya sesepuh desa yang juga memakai pakaian adat Jawa. Selain itu di belakangnya lagi juga didampingi seksi Keamanan dan seksi dokumentasi untuk mengabadikan proses ritual ini. Setibanya di Sendhang Sidhukun yaitu di tempat sesaji rombongan disambut oleh Seksi Sendhang dengan berjabat tangan, selanjutnya dipersilahkan menempati tempat sesaji. Selanjutnya juru kunci sendhang mulai membakar Menyan yang intinya memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberi keselamatan supaya upacara sesaji 1 Sura dapat berjalan dengan baik dan lancar. Setelah selesai itu, lalu mengambil sesaji yang pokok yaitu : uncet bakar, ingkung ayam, bunga harum, pisang, ketan bakar, ketela, gembili, bunga kecipir, kupat lepet, minuman: kopi, teh, air putih, santan, nasi tumpeng yang didalamnya berisi: kapala kambing beserta kakinya (untuk dibuang ke sendhang), makan jajanan pasar lengkap, tikar pasir, jodok: kendi dan bungkusbungkusan, beras putih dan kuning bungkusan-bungkusan bunga, dll. Selanjutnya Bapak Kepala Desa mulai memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dirinya keselamatan serta memohon keselamatan keberhasilan bagi desanya. Serta memohon doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar masyarakat Desa Traji diberi keselamatan dan ketentraman lahir dan batin, hidup rukun, kesejahteraan, dijauhkan dari mara bahaya, dan diberi rejeki oleh Tuhan yang banyak. Setelah
149
Sesaji yang di Kirab
selesai, maka Pak Kaum membaca do’a agar semua cita-cita masyarakat dapat terwujud dan dikabulkan oleh Tuhan YME, selanjutnya disambut dengan kidungan Macaphat yang intinya adalah untuk ketentraman dan kesejahteraan masyarakat desa Traji. Setelah selesai membaca do’a, maka seksi Sendhang mulai membagi-bagikan sesaji yang ada yaitu dengan ditaburkan kepada semua pengunjung dibuat dengan cara rebutan. Bagi yang percaya, maka hal itu seperti merebut rejeki. Menurut cerita, bahwa hal itu adalah waktu Mbah Kyai Dukun memberi rejeki kepada siapapun yang percaya. Setelah upacara ritual sesaji, maka Bapak Kepala Desa beserta rombongan meninggalkan lokasi sesaji di Sendhang Sidhukun dan meneruskan sesaji di Kali Jaga tujuannya juga sama. Setelah selesai upacara sesaji di Kali Jaga maka rombongan pulang menuju ke Balai Desa, dalam perjalanan menuju ke Balai Desa Ibu Kepala Desa membeli Jajanan di setiap penjual agar supaya jualannya laris. Pada malam harinya pukul 24.00 WIB dilanjutkan dengan malam tirakatan, yaitu menziarahi makam Kyai Adam Muhammad yang terletak di belakang Masjid dusun Kauman Traji dengan membawa sesaji untuk selamatan. Kemudian setelah dari makam Kyai Adam Muhammad dilanjutkan ke Gumuk Guci dengan membawa sesaji yang berupa ingkung dan aneka jajanan pasar Sesaji yang di kirab Gunungan yang berisi hasil bumi yang ada di Desa Traji. uncet bakar, ingkung ayam, bunga harum, pisang, ketan bakar, ketela, gembili, bunga kecipir, kupat lepet, minuman: kopi, teh, air putih, santan, nasi tumpeng yang didalamnya berisi: kapala kambing beserta kakinya (untuk dibuang ke sendhang), makan jajanan pasar lengkap, tikar pasir, jodok ; kendi dan bungkus-bungkusan, beras putih dan kuning bungkusan-bungkusan bunga, dll
150
HASIL PRASURVAI 4 Persiapan upacara adat 1 Sura WAYANG KULIT Hari/tanggal : Minggu-Selasa, 27-29 November 2011 Waktu : 15.00- 04.00WIB Durasi : 2 malam 1 hari HAL YANG DIAMATI Lokasi
Persiapan yang Dilakukan Sebelum Pagelaran Wayang Kulit
Lakon (Cerita) yang Dimainkan dalam Wayang Kulit
Dalang dalam Pagelaran Wayang Kulit
DESKRIPSI UMUM Lokasi yang digunakan untuk pegelaran wayang kulit berada di halaman Balai Desa Traji. Dahulu sebelum di halaman Balai Desa Traji berda di halaman rumahnya bapak Munjizat selaku mantan Kepala Desa Traji. Pada pukul 15.00 WIB, panggung untuk pagelaran Wayng Kulit dipersiapan. Setelah panggung siap, maka segala alat yang akan digunakan untuk pegelaran dipersiapkan: kelir (layar), blencong (lampu), kothak (kotak), gamelan, debog (batang pisang) untuk menancapkan Wayang Kulit, dan Sesaji. Sesaji yang digunakan dalam pagelaran Wayang Kulit adalah ancak besar, nasi tumpeng, ingkung ayam, kepala kambing, nasi tumpeng uriping dhamar, tumpeng kukuh, tumpeng yang dikasih bedak langis, nasi kendil, bunga ketelon: kantil dan mawar, tikar, sesaji: pisang kujo 1 tangkap, jenis minimum: teh, kopi, air putih dan santan, bunga wangi. Pada pukul 17.30 WIB menjelang maghrib Dalang yang akan memainkan Wayang yaitu Ki Dalang Sigit Manggolo Saputro dari Yogyakarta melakukan ruwatan ke Sendhang Sidhukun yaitu membasuh wayang yang akan menjadi lakon inti dalam pagelaran Wayang Kulit dan berdoa agar diberi kelancaran dalam pegelaran wayang kulit. Lakon yang dimainkan dalam pegelaran Wayang Kulit mengambil lakon tentang Tambak Situ Bondo, lakon ini dimainkan pada siang hari. Lakon yang dimainkan pada malam hari adalah Tumuruning Wahyu Kalimosodo yang dimainkan pada malam pertama, dan pada malam kedua lakon tentang Ciptoning Mintorogo. Dalang dalam pagelaran wayang kulit di Desa Traji adalah Ki Dalang Sigit Manggolo Saputro dari Tegal Kenonggo, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta dan Ki Dalang Sopo Nyono dari Yogyakarta, Ki Dalang Sopo Nyono adalah dalang yang memainkan lakon Tambak.
151
Pelaksana Kegiatan Wayang Kulit
Pertunjukan wayang dimulai dengan membunyikan gendhinggendhing gamelan. setelah itu dalang naik ke panggung, setelah naik panggung dalang memegang dua buah gunungan wayang menjadi satu. Kemudian dalang membaca mantara atau sair dalam bahasa Jawa. Selanjutnya dalang mulai memainkan lakon yang untuk ritual Sendhang Sidhukun yaitu tentang Temuruning Wahyu Kalimasada. Pagelaran wayang kulit ini berakhir pada pukul 04.00 WIB menjelang memasuki Subuh. Pada pukul 09.00 WIB dimulai lagi, yaitu dengan mengambil lakon tentang Tambak Situbanda yang dimainkan oleh dalang Sopo Nyono hingga pukul 18.00 WIB. Pada Pukul 21.00 WIB pegelaran Wayang Kulit di mulai lagi yaitu dengan lakon Cipta Mintaraga yang dimainkan oleh Ki Dalang Sigit lagi, pagelaran ini berakhir pada pukul 04.00 WIB.
152
PEDOMAN WAWANCARA DAN HASIL WAWANCARA
A. Wawancara dengan Juru Kunci Wawancara dengan Juru Kunci Bapak Suwari pada 5 April 2012. 1.
Apakah peran bapak dalam upacara adat 1 Sura di Desa Traji? Jawab : Saya didalam ritual upacara adat 1 Sura sebagai juru kunci Sendhang Sidhukun selama kurang lebih 19 tahun.
2.
Bagaiman sejarah asal mula dari Sendhang Sidhukun, Kalijaga, Makam Simbah Kyai Adam, dan Gumuk Guci ? Jawab : a. Sendhang Shidukun : Sejarahnya berasal dari Kanjeng Sunan Lepen (Sunan Kalijaga). Sunan Kalijaga di tempat tersebut akan menjalankan ibadah sholat dan ketika akan wudhu tidak ada air, maka beliau menancapkan tongkat kesayangannya kedalam tanah lalu tiba-tiba di sekitar itu keluar sumber air yang melimpah dan besar. Lalu Kanjeng Sunan Kalijaga menjalankan apa yang menjadi kewajibannya yaitu ibadah sholat wajib. Setelah selesai ibadah, Kanjeng Sunan Kalijaga melanjutkan apa yang menjadi
hajatnya.
Setelah
Kanjeng
Sunan
Kalijaga
tongkat
kesayangannya itu memang sengaja tidak dibawa dan ceritanya tongkat tersebut sebagai Tenger (tanda). Tongkat kesayangan beliau tersebut
153
tumbuh menjadi pohon beringin yang sekarang pohon itu hidup di sebelah samping sumber air tersebut b. Kalijaga Sejarahnya Kalijaga adalah sebuah aliran sungai dari Sendhang Sidhukun, tempat itu sering digunakan untuk bersemedi sehingga dikeramatkan oleh masyarakat Desa Traji c. Makam Simbah Kyai Adam Muhamad Karena menurut kepercayaan masyarakat Desa Traji disitulah bersemayamnya leluhur Desa Traji. Sehingga masyarakat Desa Traji mempunyai itikat untuk mendoakan Kyai Adam Muhammad dan para leluhur Desa Traji. d. Gumuk Guci Gumuk Guci merupakan sebuah bukit tandus yang tidak dapat ditanam karena pertanian masyarakat Desa Traji sering gagal sehingga dengan adanya sesaji ke Gumuk Guci adalah sebagai sarana berdoa agar masyarakat Desa Traji bisa lancar dalam pertanian. 3.
Bagaiman sejarah upacara adat 1 Sura ? Jawab : Sejarah upacara adat 1 Sura di Desa Traji yaitu Kirab Pengantin pembawa sesaji dan pagelaran wayang kulit bermula dari masyarakat Desa Traji yang mendengar suara pagelaran
154
wayang yang didengarkan dari Barat, Timur, Selatan dan Utara tetapi sumber suara tersebut berasal dari Sendhang Sidhukun. Tetapi ketika suara pagelaran wayang tersebut dihampiri di sendhang tersebut tampanya tidak ada apa-apa, tapi kedengaran dari jauh suara pagelaran wayang tersebut tetap berasal dari Sendhang Sidhukun. Pada keesokan harinya ada orang datang ke rumah Kepala Desa dan dia menceritakan kepada Kepala Desa bahwa tadi malam orang tersebut melakukan pagelaran wayang di Sendhang Sidhukun. Orang yang melakukan pagelaran wayang mengaku namanya adalah Ki Dalang Garu yang berasal dari Dusun Bringin Desa Tegalsari. Ki Dalang Garu tidak merasakan kalau tadi malam ditanggap (diundang) oleh Danyang (makhluk halus) untuk melakukan pagelaran wayang kulit di Sendhang Sidhukun sebab yang menyuruh seperti orang biasa. Tempat yang digunakan untuk pegelaran wayang juga rumah biasa tetapi tempatnya lebih baik dan penontonya juga banyak serta di sekitarnya juga banyak orang yang berjualan seperti pagelaran wayang pada umunya. Tetapi yang aneh dari pagelaran tersebut yang telah dirasakan oleh Ki Dalang Garu adalah setelah selesai pagelaran wayang yang punya hajat memberikan upah kepada Ki Dalang Garu bukan uang, tetapi
155
berupa kunir satu Irik. Ki Dalang Garu merasa terharu dengan pemberian tersebut sehingga beliau hanya mengambil 3 Rempang. Sepulangnya dari pagelaran wayang, Ki Dalang Garu diberi pesan oleh orang yang punya hajat tersebut agar selama tujuh langkah dari tempat ini jangan menoleh ke belakang. Setelah tujuh langkah Ki Dalang Garu baru teringat kalau Blencong (lampu untuk pagelaran wayang) tertinggal lalu kemudian beliau menoleh, dan tiba-tiba Blencong tersebut sudah tergantung di pohon Beringin. Selanjutnya Ki Dalang Garu terkenjut karena upah tadi yang berwujud Kunir berubah menjadi emas 24 Karat tapi itu semua yang menentukan adalah Tuhan Yang Maha Esa. Setelah mendengarkan cerita dari Ki Dalang Garu, maka Pak Lurah (Kepala Desa) mengambil kesimpulan dan menentukan bahwa tiap-tiap malam tanggal 1 Sura diadakan upacara ritual Sesaji Selamatan Sendhang Sidhukun dan Pegelaran wayang kulit. 4.
Apakah harus dilkasanakannya pada malam 1 Sura ? Jawab : Karena menurut orang Jawa bahwa tanggal dan tahun suci adalah pada bulan Sura, sehingga pada bulan tersebut digunakan untuk melakukan selamatan. Dilakasanakan pada bulan Sura karena pada bulan tersebut sebagai bulan kerukunan antar umat beragama, karena bulan tersebut tidak terbatas pada agama
156
tertentu. Selain itu, karena pada bulan Sura juga sebagai bulan untuk meminta atau berdo’a kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut kepercayaan masing-masing.
5.
Apa alasan dilaksanankannya upacara adat 1 Sura ? Jawab : Alasanya diadakanya upacara adat 1 Sura di Desa Traji adalah upacara adat Kirab Pengantin 1 Sura bagi warga masyarakat Desa Traji sudah menjadi aturan kesepakatan bersama, bahwa setiap tahun masyarakat Desa Traji harus melaksanakan ritual tersebut. Masyarakat Desa Traji tidak berani meninggalkan tradisi turun temurun tersebut karena tujuan diadakannya upacara adat 1 Sura bagi masyarakat Desa Traji sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur agar terbentuk
masyarakat yang aman,
nyaman, tentram dan sejahtera terbebas dari bencana atau balak. Pelaksanaan upacara adat 1 Sura memiliki manfaat dan tujuan bagi seluruh masyarakat di Desa Traji misalnya sebagai berikut : a. Menggalang rasa persatuan dan kesatuan seluruh umat beragama yang ada di Desa Traji agar menjadi satu tujuan, mengokohkan rasa persatuan dan kesatuan bagi masyarakat Traji yang terdiri dari berbagai golongan, baik dari segi agama atau status sosial, seperti ada yang beragama Islam, Kristen,
157
Katolik, Hindu, dan Budha serta ada yang kaya, miskin semua menyatu untuk ikut terlibat dalam pelaksanaan upacara adat Kirab Pengantin 1 Sura yang menjadi tradisi warisan leluhur Desa Traji yang harus dilakukan. b. Memelihara sumber mata air Sendhang Shidukun sebagai sumber kehidupan masyarakat Desa Traji. c.
Melestarikan adat istiadat peninggalan lelehur, memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar didalam kehidupan diberi keselamatan, kesehatan dan ketentraman lahir maupun batin.
6.
Apa dampak yang ditimbulkan setelah diadakan upacara adat 1 Sura bagi kehidupan masyarakat Desa Traji? Jawab : Dampak yang ditimbulkan setelah diadakan upacara adat Kirab Pengantin bagi masyarakat Desa Traji cerita yang sudahsudah dari dulu adalah ketentraman lahir dan batin yang dirasakan masyarakat Traji, agar dalam kehidupan masyarakt Traji baik dari segi pertanian, perdagangan maupun yang lainnya menjadi lancar.
7.
Apakah setiap tahun harus dilaksanakan ? Jawab : Sampai sekarang belum pernah dihilangkan tradisi upacara adat Kirab Pengantin 1 Sura di Desa Traji. Masyarakat sendiri beranggapan apabila tidak dilaksanakan takut terjadi sesuatu yang menimpanya.
158
8.
Bagaimana jika tidak dilaksanakan upacara adat 1 Sura dan apakah yang terjadi ? Jawab : Latar belakang harus dilaksanakannya ritual upacara adat 1 Sura adalah untuk melestarikan budaya peninggalan nenek moyang Desa Traji. Selain itu juga untuk selamatan atas anugrah sumber air yang ada di Desa Traji. Sebagai penghormatan kepada Danyang (mahkluk halus) yang berada di Sendhang Shidhukun. Kerena ketika tidak melaksanakan ritual ada dampak yang timbul seperti Pada tahun 1964-an Desa Traji yang terdiri dari 4 RW terjadi persilihan yaitu 2 RW ingin tetap melaksanakan pagelaran wayang, tetapi yang 2 RW lagi tidak melaksanakan pagelaran wayang. Sehingga dampak dari 2 RW yang melakukan pagelaran wayang ekonomi dan kehidupan masyarakatnya baik, sedangkan 2 RW yang tidak melaksanakan pagelaran wayang maka ekonomi dan kehidupan masyarakatnya buruk.
9.
Bagaiaman proses pelaksanaannya mulai dari persiapan sampai akhir ? Jawab : Pada waktu akan melakukan sesaji ke Sendhang Sidhukun, orang-orang yang berkewajiban ikut sesaji, maka kurang lebih pada pukul 17.00 WIB berkumpul di Balai Desa Traji. Sebelum
159
berangkat mengadakan upacara selamatan Kenduri yang tak lain adalah melakukan do’a memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar perjalannya diberikan kelancaran dan keselamatan. Setelah selamatan Kenduri, maka kira-kira pada pukul 18.30 WIB rombongan Kirab Pengantin pembawa sesaji meninggalkan Balai Desa Traji menuju ke Sendhang Sidhukun dengan berjalan kaki yang diawali oleh rombongan pembawa sesaji yang berpakaian adat seragam Jawa. Perjalanan menuju ke Sendhang diiringi dengan lampu Petromax, selanjutnya Kepala Desa dan istrinya juga berpakain adat Jawa yaitu pakaian Pernikahan yang memakai kain Truntum disertai parangkat desa, diringi Putri Domas, dan disambung belakangnya sesepuh desa yang juga memakai pakaian adat Jawa. Selain itu di belakangnya lagi juga didampingi seksi keamanan dan seksi dokumentasi untuk mengabadikan proses ritual ini. Setibanya di Sendhang Sidhukun yaitu di tempat sesaji rombongan disambut oleh Seksi Sendhang dengan berjabat tangan, selanjutnya dipersilahkan menempati tempat sesaji. Selanjutnya juru sendhang mulai membakar menyan yang intinya memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberi keselamatan supaya upacara sesaji 1 Sura dapat berjalan dengan baik dan lancar.
160
Setelah selasai itu, lalu mengambil sesaji yang pokok sedikit-sedikit yaitu: uncet bakar, ingkung ayam, bunga harum, pisang, ketan bakar, ketela, gembili, bunga kecipir, kupat lepet. Minuman: kopi, teh, air putih, santan, nasi tumpeng yang didalamnya berisi: kapala kambing beserta kakinya (untuk dibunag ke sendhang), makan jajanan pasar lengkap, tikar pasir, jodok ; kendi dan bungkus-bungkusan, beras putih dan kuning bungkusanbungkusan bunga. Selanjutnya Kepala Desa mulai memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dirinya keselamatan serta memohon keselamatan keberhasilan bagi desanya. Serta memohon doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar masyarakat Desa Traji diberi keselamatan dan ketentraman lahir dan batin, hidup rukun, kesejahteraan, dijauhkan dari mara bahaya, dan diberi rejeki oleh Tuhan yang banyak. Setelah selesai, maka Pak Kaum membaca do’a agar semua cita-cita masyarakat dapat terwujud dan dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, selanjutnya disambut dengan kidungan Macaphat yang intinya adalah untuk ketentraman dan kesejahteraan masyarakat desa Traji. Setelah selesai membaca do’a, maka seksi sendhang mulai membagi-bagikan sesaji yang ada yaitu dengan ditaburkan kepada semua pengunjung dibuat
161
dengan cara rebutan. Bagi yang percaya, maka hal itu seperti merebut rejeki. Menurut cerita, bahwa hal itu adalah waktu Mbah Kyai Dukun memberi rejeki kepada siapapun yang percaya. Seksi Sound System sendhang bekerja keras untuk menasehati kepada semua pengunjung dan memberi pengarahan terhadap prosesi ritual sesaji. Seksi keamanan adalah bertugas untuk mengamankan jalannya prosesi ritual sesaji, dan seksi dokumentasi mendokumentasikan prosesi ritual tersebut. Setelah upacara ritual sesaji, maka Kepala Desa beserta rombongan meninggalkan lokasi sesaji di Sendhang Sidhukun dan meneruskan upacara sesaji di Kalijaga tujuannya juga sama. Setelah selesai upacara sesaji di Kalijaga maka rombongan pulang menuju ke Balai Desa, dalam perjalanan menuju ke Balai Desa istri Kepala Desa membeli jajanan di setiap penjual agar supaya jualannya laris. Kemudian pada pukul 24.00 WIB dilanjutkan malam tirakatan ke makam Kyai Adam Muhammad dan Gumuk Guci. Setelah pelaksanaan Kirab Pengantin, maka pada malam keduanya diadakan pagelaran wayang kulit yang bertempat di Balai Desa Traji selama 2 malam 1 hari. Pagelaran Wayang Kulit dimulai pada Pukul 21.00 WIB.
162
10. Apa makna upacara adat 1 Sura bagi masyarakat Desa Traji? Jawab : Masyarakat Desa Traji mempunyai berbagai macam Agama, sehingga dengan adanya upacara adat 1 Sura sebagai sarana untuk mempererat kerukunan seluruh masyarakat tanpa menenal setatus sosial. 11. Apa manfaat sesaji dan gunungan hasil bumi dalam ritual upacara adat 1 Sura yang di perebutkan oleh warga? Jawab : Manfaat sesaji : bahwa sesaji yang digunakan dalam ritual upacara adat mempunyai makna dan tujuan tertentu bagi masyarakat Desa Traji menggunakan sesaji bukan sebagai persembahan untuk jin ataupun setan tetapi digunakan untuk slametan rasa syukur atas karunia dari Tuhan Yang Maha Esa Manfaat gunungan: Gunungan yang terbuat dari hasil bumi masyarakat Desa Traji yang dirangkai menjadi bentuk kerucut, seperti
halnya
dalam
bentuk
sekaten.
Bentuk
tersebut
menggambarkan hubungan vertical manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa. 12. Apa maksud dari pengambilan air di Sendhang Shidhukun, dan apakah makna dari air tersebut bagi masyarakat Desa Traji ?
163
Jawab: Khasiat dari air Sendhang tersebut yaitu: Sebagai sumber kehidupan, sebagai sumber air untuk pengairan sawah. berfungsi untuk obat awet muda, sebagai air untuk mencari jodoh, berfungsi untuk memperoleh keturunan, untuk menyembuhkan segala penyakit, untuk memperlancar ekonomi, pertanian, perdagangan, untuk mencari pekerjaan, untuk kelulusan anak sekolah, untuk menaikkan derajat dan pangkat. 13. Apakah kegiatan sosial masyarakat Traji selain menyambut pelaksanaan upacara adat 1 Sura ? Jawab : a.
Kalau dilihat dari segi ekonomi, perekonomiannya lebih meningkat kareana banyak yang berkunjung ke Desa Traji untuk ngalap berkah dan di sendhang sembari meminta air maka mereka mengisi kotak dengan seikhlasnya dari itu maka bisa untuk memperbaiki pembangunan Sendhang Shidukun tempat yang dijadikan tempat ritual.
b.
Kalau dilihat dari segi pertanian: maka hasil pertaniannya menjadi lancar dan baik, kerukunan masyarakat Desa Traji juga menjadi semakin baik.
164
c.
Dampak secara sosial yang di rasakan di dalam masyarakat biasanya tentang kerukunan dan persaudaraan menjadi lebih kuat sehingga terjalin kehidupan yang aman dan tentram dalam kerukunan bersama.
14.
Bagaimana antusias masyarakat Desa Traji menyambut pelaksanaan upacara adat di Desa Traji ? Jawab : Upacara adat 1 Sura yang dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Desa Traji disambut antusias oleh masyarakat Traji dan masyarakat diluar wilayah Desa Traji untuk ngalap berkah dari pelaksanaan upacara adat 1 Sura.
15. Bagaimana kehidupan yang dirasakan masyarakat Desa Traji setelah dilaksanakan upacara adat 1 Sura ? Jawab : Setelah melakukan upacara adat 1 Sura, semua terasa diberikan kelancaran dan ketentraman dalam kehidupan. 16. Adakah keuntungan yang dirasakan masyarakat dengan adanya upacara adat 1 Sura? Jawab : Keuntungannya yang dirasakan bagi masyarakat Desa Traji, secara lahir seperti para pedaganag yang jualan memperoleh
165
rizqi yang banyak karena daganganya laris dibeli pengunjung, dan orang yang tidak jualan juga memperoleh keuntungan seperti tempat dan halaman rumah mereka yang dijadikan tempat parkir dan tempat untuk hiburan-hiburan masyarakat yang akan menyaksikan upacara adat Kirab Pengantin pada malam 1 Sura di Desa Traji. B. Wawancara dengan Kepala Desa Traji Wawancara dengan Kepala Desa Traji, Bapak Hadi Walujo pada 5 April 2012. 1. Apakah peran bapak dalam pelaksanaan upacara adat 1 Sura? Jawab : Didalam pelaksanaan upacara adat 1 Sura Bapak Kepala Desa sebagai pelaku ritual yang didaulat
sebagai pengantin
bersanding dengan istrinya dan seluruh perangkat desa melakukan iring-iringan dari Balai Desa menuju Sendhang Sidhukun dan untuk melakukan serangkaian ritual lainya. 2. Sudah berapa kali bapak mengikuti upacara adat 1 Sura ? Jawab : Dari menjabat sebagai Kepala Desa, harus memimpin ritual pada malam 1 Sura dengan mengenakan pakaian adat Jawa. Bapak Hadi Walujo selaku Kepala Desa menjabat dari tahun 2008 sampai sekarang harus melakukan prosesi upacara adat 1 Sura sebagai hajatan seluruh masyarakat di Desa Traji.
166
3. Apakah simbolik pakaian adat jawa yang dikenakan oleh bapak kepala Desa di saat menjalankan upacara tanggap warsa 1 Sura? Jawab : Bapak Kepala Desa dan istrinya memakai pakaian Kejawen (pakaian adat Jawa) Kain Truntum, sehingga orang luar sering menyebutnya Kirab Pengantin, karena Pengantin tersebut diperankan oleh Kepala Desa sebagai pengantin yang akan dikirab menuju Sendhang Shidhukun. 4. Menurut bapak berapa besar pengeluaran kas desa untuk upacara adat 1 Sura dan darimanakah dana yang digunakan untuk pelaksanaan upacara? Jawab : Rp. 38,038,000 Dana yang di perlukan untuk pelaksanaan upacara adat 1 Sura di Desa Traji dan pengumpulan dana didapatkan dari iuaran seluruh masyarakat Desa Traji secara suka rela serta di bantu para pihak donatur. 5. Menurut Bapak apakah ada keunikan-keunikan yang timbul dalam pelaksanaan ritual upacara adat 1 Sura ? Jawab : Keunikan dalam ritual upacara adat 1 Sura adalah dalam hal kerukunan
beragama,
karena
dalam
ritual
tersebut
seluruh
masyarakat Desa Traji dari berbagai agama yang ada di Desa Traji, yaitu Islam, Budha dan Kristen semuanya tidak dibeda-bedakani
167
mereka rukun semua. dan disini tidak memandang setatus sosial, dari yang pejabat sampai ke petani terlibat langsung dalam pelaksanaan upacara adat 1 Sura karena dengan adanya, upacara adat tradisional di Desa Traji sarana untuk mempersatukan seluruh masyarakat di Desa Traji dan memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan seluruh masyarakat. 6. Apakah alasan perlu melestarikan upacara adat 1 Sura di Desa Traji ? Jawab : Pelaksanaan upacara adat 1 Sura di Desa Traji
adalah
sebagai ucapan syukur atas anugrah yang di berikan Tuhan Yang Maha Esa atas sumber mata air yang melimpah bermanfaat bagi kehidupan seluruh masyarakat Desa Traji sehingga diadakan selamatan sadranan atas hajat Desa, sebagai wujud selamatan bagi masyarakat Desa Traji, dengan harapan agar kehidupannya kedepan agar lebih baik. 7.
Adakah dampak positif bagi masyarakat setelah dilaksanakan upacara adat 1 Sura di Desa Traji? Jawab : Dalam kehidupan bermasyarakat meliputi segala aspek sosial, dan terjalin kerukunan seluruh masyarakat Desa Traji dan
168
semua agama yang ada menjadi semakin erat dan tumbuhnya rasa persatuan dan kesatuan tanpa membedakan. 8.
Apakah tujuan dilaksanakan upacara adat 1 Sura bagi masyarakat Desa Traji ? Jawab : Pelaksanaan upacara adat 1 Sura
bertujuan untuk
keselamatan dan ketentraman masyarakat Traji dengan harapan agar tahun berikutnya lebih baik dari tahun sekarang. Selain itu secara khusus ritual ini dilakukan sebagai wujud penghormatan kepada alam gaib yang dipercaya sebagai leluhur Desa Traji yang bersenyawa di sekitar Desa Traji dan tempatnya di Sendhang Sidhukun. Adapun tujuan-tujuan yang lain dari ritual adat 1 Sura bagi masyarakat Desa Traji adalah: a. Perayaan atau tasyakuran datangnya tahun baru, dalam hal ini adalah kalender Jawa. b. Agar mulai awal tahun yang akan dilaluinya, masyarakat Desa Traji dapat hidup harmonis, sejahtera, adil, makmur tanpa ada perselisihan dan pertengkaran antara warga, serta saling menghormati. Bersyukur dan berdo’a agar air yang mengalir
169
dari Sendhang yang ada di Desa Traji dapat mengairi semua lahan persawahan milik masyarakat Desa Traji khususnya. c. Agar masyarakat Traji yang bekerja pada instansi pemerintah ataupun swasta dapat berjalan lancar, dalam arti masyarakat dapat bekerja dan membuahkan hasil untuk kebutuhan hidup. d. Menggalang rasa persatuan dan kesatuan bagai seluruh umat beragama yang ada di Desa Traji menjadi satu tujuan. e. Melestarikan budaya Jawa peninggalan nenek moyang. f. Sarana memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dalam kehidupan diberi keselamatan, kesehatan dan ketentraman lahir maupun batin.
C. Wawancara dengan Seksi Sesaji Wawancara dengan Seksi Sesaji, Ibu Suyami pada 6 April 2012. 1. Apakah peran seksi sesaji dalam pelaksanaan upacara adat 1 Sura ? Jawab : Peran saya didalam upacara adat 1 Sura sebagai penata sesaji sudah bertahun-tahun dari dulu zamannya mbah mamu saya juga sudah ikut. 2. Berapakah dana yang dikeluarkan untuk keperluan pembuatan sesaji? Jawab : Pengeluaran dana yang dikeluarkan dalam pembuatan seluruh sesaji sekitar Rp. 1.850.000.
170
3. Persiapan apa yang dilakukan dalam pembuatan sesaji untuk upacara adat 1 Sura ? Jawab : Persiapan yang paling penting adalah belanja kebutuhan untuk pembuatan sesaji di pasar dan dirinci agar tidak ada yang kelupaan. 4. Berapa lama proses persiapan dalam pembuatan sesaji? Jawab : Pembuatan sesaji waktunya selama 6 hari karena banyak yang harus di buat, dan sesaji harus baru dalam penyiapan. 5. Apa sajakah macam-macam sesaji serta makna yang diperlukan untuk berlangsungnya upacara adat 1 Sura ? Jawab : Diperlukan ayam kampung 8 buah, kepala kambing 3 buah. Dalam sesaji ritual Sendhang Sidhukun ada ancak (besek) besar dan kecil: a. Gunungan hasil bumi Desa Traji. b. Ancak besar berisi: pisang raja bitung 1 tangkap, jajan pasar: buahbuahan, klepon, kupat lepet, ketan wajik, uwos, telur mentah, uang, sapu tangan, kaca, minyak srimpi, kemenyan besar 1 buah, sisir, tempe, kerupuk, rempeyek, empon-empon, kapas c. Ancak kecil berjumlah 80 buah, untuk isinya: aneka jamu, bucu kecil, jajan pasa yang diiris kecil-kecil, lauk pauk: daging, kerupuk dan rempenyek. Ancak kecil ini di teruh di setiap perempetan yang ad di Desa Traji yang berjumlah 80 buah.
171
1.
Sesaji yang di Balai Desa saat Kenduri: nasi tumpeng, golong (bulatan nasi) 7 buah, lanyahan (masakan) sayur, jenang, telur 7 buah, kerupuk, rempeyek.
2.
Sesaji di Sendhang Sidhukun: gunungan yang berisi hasil bumi yang ada di Desa Traji, ancak besar, tumpeng asin dan golong tujuh buah, kepala kambing, ingkung ayam, polo pendhem, tumpeng ketan salak, bungkusan beras kuning dan putih, tikar 1 lembar, bunga mawar putih dan mawar merah.
3.
Sesaji di Gumuk Guci: ancak besar, ingkung ayam, nasi tumpeng dan golong 7 buah.
4.
Sesaji di Makam Kyai Adam Muhammad: ingkung ayam, nasi tumpeng asin dan golong tujuh buah.
5.
Sesaji yang digunakan dalam wayang: ancak besar, nasi tumpeng, ingkung ayam, kepala kambing, nasi tumpeng uriping dhamar, tumpeng kukuh, tumpeng yang dikasih bedak langis, nasi kendil, bunga ketelon: kantil dan mawar, tikar, sesaji: pisang kujo 1 tangkap, jenis minuman: teh, kopi, air putih dan santan, bunga wangi.
6. Adakah akibat jika salah satu macam sesaji tidak terpenuhi ? Jawab :
172
Karena kalau salah satu sesaji ada yang kurang lengkap, maka mereka mempunyai kepercayaan akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. 7. Adakah tujuan yang terkandung dalam pelaksanaan upacara adat 1 Sura di Desa Traji ? Jawab : Tujuan diadakan upacara adat 1 Sura di Desa Traji sepenuhnya untuk kesejahteraan seluruh masyarakat Desa Traji.
8. Menurut ibu apakah ada keunikan-keunikan yang timbul dalam ritual upacara adat 1 Sura ? Jawab : a.
Upacara adat 1 Sura uniknya, selalu rutin dilakukan setiap tahunnya untuk selalu diadakan bertujuan untuk kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat di Desa Traji.
b.
Masyarakat Desa Traji tidak pernah meninggalkan tradisi ini karena mereka takut apabila meninggalkan tradisi ini akan terjadi sesuatu.
c.
Upacara ini wujud penghormatan kepada leluhur Desa Traji sebagai warisan adat istiadat yang yang harus dilestarikan dan dimiliki masyarakat Desa Traji.
9. Apakah alasannya perlu melestarikan tradisi adat istiadat upacara adat 1 Sura ?
173
Jawab : Karena sudah menjadi adat istiadat upacara tradisional mengenai sebab dilaksanakan pada bulan Sura, karena hal itu merupakan cikal bakal dari sejarah Ki Dalang Garu yang pertama kali mementaskan wayang kulit di Sendhang Sidhukun. Hal tersebut juga sudah merupakan tradisi dari nenek moyang zaman dahulu yang yang selalu melaksanakan pada bulan Sura.
10. Adakah dampak positif bagi masyarakat setelah dilaksanakan upacara adat 1 Sura di Desa Traji? Jawab : Dampak positif setelah pelaksanaan upacara adat 1 Sura masyarakat merasa ketentraman, baik secara lahir maupun secara batin. D. Wawancara dengan Ketua Panitia Pelaksana Wawancara dengan Ketua Panitia Bapak Juwandi pada 7 April 2012. 1. Panitia 1 Sura terdiri dari siapa sajakah? Jawab : Susunan kepanitiaan upacara adat 1 Sura di Desa Traji adalah sebagai berikut: a. Pelindung
: Kepala Desa
b. Penasehat
: Suwignyo, Asmaji Wadiyono,
c. Ketua
I
Sudarno S. Sos, Supardi AR, Spd : Juwandi
174
d. Ketua II e. Bendahara I
: Triyono : Sukadar
f. Bendahara II g. Sekretaris I
: Waluyo R : Susilo
h. Sekretaris II i. Seksi-seksi
: Agus Hartanto :
1) Sie keamanan
:
Samudi,
Wakijo,
A.Walujo,
linmas 2) Sie listrik
: Aminto, Antok
3) Sie penghubung dalang
: Juwandi. Triyono, Kades
4) Sie patean
: Saeri, Suroso, Rumadi
5) Sie perlengkapan panggung : Winarno, Purnomo Sidik Amanto 6) Sie lampu petromak
: Sudiyono
7) Sie dekorasi
: Setyowedi
8) Sie administrasi dan perijinan: Agus Hartanto 9) Sie konsumsi
: Ibu Kades/Perangkat/PKK
10) Sie diesel
: Triyono
11) Sie kesenian
: Prapti Wanggono
12) Sie sendang
: Suwari, Suradiyono
13) Sie laden
: Muladi, Suwadi, Wahyudi
14) Sie sound system
: Setyowedi, Warsudi
15) Sie dokumentasi
: Hadi Suyatno
16) Sie gunungan
: Muhyayin, Sujono
17) Sie sesaji
: Suyami, Nur Zaenudin, Juwadi
18) Sie kebersihan
: Ahmadi
19) Sie pembantu umum
: Ketua RT/RW Sedesa Traji,
Perangkat desa.
175
2. Apakah peranan panitia dalam pelaksanaan upacara adat 1 Sura? Jawab : Menyiapkan segala hal yang diperlukan dalam pelaksanaan upacara adat 1 Sura mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga selesai prosesi upacara dan pertunjukan wayang kulit. 3. Apa saja yang harus dipersiapkan sebelum pelaksanaan hingga selesai pelaksanaan upacara adat 1 Sura? Jawab : Mengenai persiapan adalah dengan musyawarah desa, dan musywarahnya hanya perwakilan saja. Dalam musyawarah tersebut hal yang dibahas adalah mengenai Dalang dan cara menggalangan dana untuk kegiatan ritual dan proses pelaksanaan ritual, dalam musyawarah masyarakat bebas mengemukakan pendapat dan mengambil kesimpulan dengan musyawarah mufakat sehingga menemukan titik kesimpulan. 4. Menurut bapak darimana saja dana yang diperoleh untuk pelaksanaan upacara adat 1 Sura? Jawab : Prolehan dana, dengan cara yaitu dengan cara iuran dari warga masyarakat Desa Traji yaitu dengan dibagi per RT masing-masing dusun yang ada di Desa Traji. Untuk iuran tiap warga dijatah tiap
176
rumah dan masing-masing jatah tiap rumah tidak sama tergantung kemampuan ekonomi, adapun iurannya antara Rp 10.000-Rp. 25.000. Sedangkan untuk dana yang lain seperti mencari sponsor dan para donatur. 5. Bagaiman tanggapan masyarakat dan respon masyarakat dalam pelaksanaan upacara adat 1 Sura ? Jawab : Partisipasi masyarakat Desa Traji dalam ritual upacara adat 1 Sura ada yang berwujud tenaga, harta benda, seperti menyumbanag beras untuk kegiatan ritual. 6. Apakah masyarakat Traji terlibat langsung dan berpartisipasi dalam menyiapkan segala persiapan pelaksanaan upacara ? Jawab : Partisipasi masyarakat Desa Tarji dalam ritual tersebut sangat bagus dan baik, salah satu partisipasinya adalah dengan mereka iuaran untuk pelaksanaan ritual, bahkan yang tidak dijatah iuran pun pingin ikut iuaran walaupuan itu cuma Rp. 5.000
7. Apakah manfaat dalam pelaksanaan upacara adat 1 Sura ? Jawab : Upacara adat 1 Sura sekarang akan dijadikan obyek wisata dikarenakan upacara adat Kirab Pengantin 1 Sura mendapat perhatian dari masyarakat luas, hal ini terbukti dengan banyaknya
177
pengunjung yang datang ingin menyaksikan upacara tersebut. Dari taun ke tahun pengunjung yang datang semakin bertambah. E. Wawancara Perangkat Desa Traji ( Pak Kaum) Wawancara dengan Kaur Kesra Bapak Juwadi pada 6 April 2012. 1. Apakah peran bapak dalam pelaksanaan upacara adat 1 Sura? Jawab : Penggombyong/domas (perangkat desa dan masyarakat) dan dalam pelaksanaan upacara adat 1 Sura di Desa Traji Pak Kaum berperan sebagai pembaca do’a diawal dimulainya upacara di Balai Desa dan pada saat prosesi berjalanya ritual. 2. Bagaimanakah antusias dan keikutsertaan masyarakat sebagai penduduk Desa Traji dalam pelaksanaan upacara adat 1 Sura ? Jawab : Bahkan acara ini sangat disambut antusias oleh masyarakat setiap tahunya faktanya meningkat dan semakin banyak animo masyarakat untuk menyaksikan ritual uapacara adat 1 Sura di Desa Traji, diantaranya seluruh masyarakat khususnya masyarakat di Desa Traji dan masyarakat luar DesaTraji. 3. Menurut bapak adakah tujuan dalam pelaksaaan upacara adat 1 Sura bagi masyarakat Desa Traji ? Jawaban :
178
Ritual tersebut juga sebagai selamatan bagi masyarakat Desa Traji, dengan harapan agar kehidupannya selalu selamat, aman dan tentram. 4. Apakah ada keunikan-keunikan yang timbul dalam pelaksanaan ritual upacara adat 1 Sura? Jawab : Sebagai acara sadranan, selametan, sodhakohan yang menjadi adat istiadat masyarakat Desa Traji setiap tahunya, ritual tersebut tidak ada maksud untuk kemusrikan, tetapi itu hanya sebagai do’a kepada Tuhan Yang Maha Esa. 5. Apakah kegiatan sosial yang dilakukan warga dalam menyiapkan pelaksanaan upacara adat 1 Sura? Jawab : Dampak secara sosial biasanya tentang gotong royong membangun Desa, kerukunan dan persaudaraan menjadi lebih terjalin terutama saudara-saudara yang jauh datang, walaupun hanya mengambil air dan menyaksikan upacara pada malam 1 Sura. 6. Adakah do’a- do’a khusus yang harus dibaca dalam proses ritual? Jawab : Do’anya berbunyi begini: Murih jangkep lan sampurnaning adicoro, menopo dene murih tansah pinaringan pepadang anggenipun panjenengan sedoyo lan kulo lelumban wonten ing madyaning bebrayan, semonggo kanti tajem permanem sumungkem manembah manengku pujo wonten
179
ngarso Dhalem Gusti Allah Ingkang Hakaryo Jagad. Wonten keparengipun kulo derekaken coro dongo puniko. A’UDZU
BILLAHIMINASY
SYAITHOONIRROJIM
BISMILLAHIRROHMANIRROHIM ALLOHUMMA SHOLLI WASALLIM ‘ALA
SAYYIDINA
MUHAMMADIN
SAYYIDIL
AWWALINA
WAL
AKHIRINA WASALLIM WARODHIYALLOHU TABAROKA WATA’ALA AN KULLI SHOHABATI ROSULILLAHI AJMA’IN WALHAMDU LILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN. Duh Gusti Allah ingkang Moho Welas lan Asih, Sedoyo puji syukur naming kunjuk wonten ngarso paduko ingkang Moho Agung awit sedoyo paring dalem karohmatan, kanikmatan tuwin kabagas warasan. Keparengo kawulo nyuwun pangapunten saking sekathahing doso, kalepatan tuwin kekhilafan. Inggih naming wonten ngarso Paduko kawulonyuwun pitulungan lan pangayoman. Duh Gusti Allah ingkang Moho Agung, Kanthi sekathahing keikhlasan, sarto katulusaning manah, kawulo warganing Dusun Traji mugi keparengo munjukaken dongo lan puji wonten ngarso Paduko inggih Dzat ingkang Moho Suci. Duh Gusti Allah ingkang Moho Kuwaos,
180
Kawulo warganing Dusun Traji mugi tansah pinaringan tetep iman lan taqwa soho katebihno saking tumindhak maksiat, nisto, ino, lan syirik. Kadidhene Paduko anebihaken antawisipun wetan lan kilen. Duh Gusti Allah ingkang Moho Wicaksono, Kawulo warganing Dusun Traji, wekdal puniko nembe ngawontenaken upacoro adat, mboten sanes naming kanthi sejo ngleluri tetilaranipun poro leluhur ingkang cikal bakal Dusun Traji, mugiyo pikantuk karidzan saking Paduko. Duh Gusti Allah ingkang Moho Mirah, Kawulo warganing Dusun Traji, menopo dhene sedoyo ingkang makempal ing papan puniko manuwun dhumateng ngarso Paduko mugiyo sedoyo warganing Dusun Traji tansah pinaringan kawidadan, karaharjan, nir ing sambikolo, tinebihno saking rebedo, kadumugen ingkang sinejo. Poro among kismo mugiyo tansah nemahi tukul ingkang sarwo tinandur. Tuwuh kang sarwo tinancepake. Poro among dedagangan tansah pinaringan kasil ingkang kathah lan berkah poro ingkang ngasto wonten ing babagan pemerintahan minggahing poro among projo menopo dhene poro manggalaning projo mugiyo tansah saget numandukaken jejibahanipun sowang-sowang kanthi saiyeg saeko proyo. Duh Gusti Allah ingkang Moho Linangkung,
181
Mugiyo wonten kepareng dhalem, poro manggalaning projo, poro satriyaning nagari, poro pangarsaning bongso, miwah poro ulama’ tansah pinaringan kakiyatan lahir batos, tetep iman lan ikhsan kanthi sae anggenipun mranoto bongso lan negari ngantos saget kadumugen gagayuaning masyarakat adil makmur rejo rejeh, tentrem-ayem. BALDATUN
TOYYIBATUN
WAROBBUN
GHOFUR,
YASIRLANA
KULLAL UMURI WA’AFIINA MIN KULLI HAMMIN AU BALA AU’ANI ALLAHUMMA SALLIMNA WASALLIM DINANA WASALLIM IMANANA WASALLIM
MA’RIFATANA
WASALLIM
JAMA’ATINA
MIN
AFATIDDUMYA WA’ADZABIL AKHIROH ROBBANA
ATINA
FIDDUNYA
HASANAH
WAFIL
AKHIROTI
MAUHAMMADIN
SUBHANA
HASABATAW WAQINA ADZABANNAR WASHOLLAHU
‘ALA
SAYYIDINA
ROBBIKA ROBBIL ‘IZZATI AMMA YASHIFUN WASALAMUN ‘ALAL MURSALIN WAL HAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIIN” Do’a yang dipanjatkan di Makam Kyai Adam Muhamamad adalah memintakan maaf Kyai Adam Muhammad kepada Allah yaitu dengan membaca Tahlil dan untuk yang di Gumuk Guci adalah do’a untuk keberhasilan pertanian do’a yang dibaca juga sama yaitu Tahlilan. 7. Apa makna dan manfaat yang terkandung didalam sesaji?
182
a. Bucu: yaitu bahwa hidup harus satu tujuan yang kuat yaitu kepada Allah. Dalam bucu ada: Golong (nasi bulat yang berjumlah tujuh buah) : mengolongkan atau menyatukan doa apa yang dituju. Lanyahan (macam-macam masakan sayuran) : supaya do’a terkabul b. Jajanan pasar : betul-betul pasrah kepada Tuhan Isi jajanan pasar: pisang, buah-buah lain, c. Kembang: menggambarkan bahwa manusia hidup itu harus bisa meninggalkan dan memberikan sesuatu kebaikan kepada sesama. d. Beras Kapuroto (Beras Kuning): bila mempunyai rizki atau kenikmatan dari Allah jangan dimakan sendiri, tapi harus dibagi-bagi dengan sesama agar menjadi berkah. e. Kepala Kambing: menandakan jika menjadi pemimpin menunduklah seperti kepala kambing tersebut, yaitu bisa menoleh ke atas dan menoleh ke bawah. Kaki di samping kepala kambing menandakan agar bisa tanggung jawab ke atas dan ke bawah. f. Jajan Pasar: •
Pisang: mengharap apa yang dituju
•
Tebu: niat hati
183
•
Kelapa Muda: berani melakukan apa saja jika sudah mempunyai nita yang kuat.
•
Polo Wijo (hasil bumi) : yaitu apa yang diharap oleh para petani khususnya petani Traji supaya bisa makmur dan bisa menghasilakan yang banyak dan berkah.
g. Ingkung Ayam: mengendalikan hawa nafsu Tali (ikatan dalam ingkung): Cucuknya (mulutnya ayam): mengendalikan hawa nafsu dari pembicaraan sehingga supaya dapat berbicara yang baik saja. Sayap: mengendalikan hawa nafsu dari mengambil barang yang bukan haknya. Kaki: mengendalikan hawa nafsu dari perjalanan yang tidak baik. h. Ketan Wajik: Ketan: mempererat persaudaraan, Wajik: wujud dari persaudaraan adalah menunjukan yang manis-manis atau yang baik-baik. i. Kembang Mboreh (kembang ketelon): menunujukan harus berbuat baik kepada tiga golongan: 2 orang tua, guru dan saudara.
184
j. Tigan Telur: menyimbolkan sifat manusia walaupun berbuat sedikit tapai harus berharga dan bermakna, dan janagn menganggap sepele kepada sesama. Putih Telur: asal muasal manusia Kuning: isinya manusia k. Gunungan hasil bumi: menyimbolkan hasil tani dari Desa Traji, dan suatu gambaran atau doa yang diharapakan oleh para petani Traji agar hasil buminya mengunung seperti gunungan tersebut. Dan yang berada di atas gunungan adalah hasil bumi yang lagi melimpah di Desa Traji, tergantung musim. l. Ayam wiyogo; ayam sebagai sesaji untuk Gong pada saat pagelaran wayang kulit” 8. Bagaiman tanggapan masyarakat dan respon masyarakat dalam pelaksanaan upacara adat 1 Sura ini ? Jawab : Atusias masyarakat Traji dan di luar Traji sangat besar karena mereka datang untuk ngalap berkah pada pelaksanaan upacara adat 1 Sura. 9. Apakah kegiatan sosial yang dilakukan warga dalam menyiapkan pelaksanaan upacara adat 1 Sura? Jawab :
185
Dampak dalam hal sosial, yaitu adanya ketentraman dan kerukunan kehiduapn masyarakat Desa Traji. Dampak positif kalau dari segi ekonomi, ekonomi masyarakat Traji menjadi lancar terutama dari segi perdagangan dan pertanian. 10. Apakah manfaat dan tujuan yang terkandung dalam pelaksanaan upacara adat 1 Sura? Jawab : a. Tujuan dari adanya ritual tersebut adalah sebagai wujud syukur masyarakat Traji kepada Tuhan Yang Maha Esa atas diberikannya hasil bumi, sebagai sarana untuk mengumpulkan seluruh masyarakat Desa Traji, sebagai wujud kebersamaan, kerukunan, dan kegotong royongan, sebagai wujud kebersamaan . b. Dampak sosial dari ritual tersebut, masyarakat di Desa Traji jadi lebih rukun,
jadi
lebih
kuat
rasa
kegotong-royongannya
dan
rasa
persaudaraannya semakin kuat. c. Mengenai manfaat dari diadakan upacara adat Kirab Pengantin sebenarnya manfaatnya tidak hanya dirasakan bagi masyarakat desa Traji saja, tetapi juga bagi masyarakat luas, terutama bagi yang percaya dan mengambil air di Sendhang Sidhukun yang digunakan sebagai sarana untuk mencari keberkahan dari Tuhan, tetapi hal tersebut tergantung pada kepercayaan masing-masing orang.
186
d. menumbuhkan kerukunan diantara warga Desa Traji yang terdiri dari berbagai agama dan kepercayaan. Nawusendang´, dimaksudkan sebagai usaha untuk memelihara sumber mata air yang bermanfaat bagi kehidupan seluruh masyarakat di Desa Traji. 11. Bagaimana kehidupan yang dirasakan setelah melaksanakan upacara adat 1 Sura? Jawab : Saya rasakan setelah melakukan ritual, seolah-olah kehiduapn ini menjadi tentram, sedangkan untuk para bertani adalah memperoleh kelancaran dalam hal bertani, kalo yang pedagang di permudahkan dalam perdaganganya. 12. Apakah alasan perlu melestarikan tradisi adat istiadat upacara adat 1 Sura? Jawab : Masyarakat Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung agar tetap melestarikan upacara adat 1 Sura, karena sebagai adat istiadat warisan leluhur yang memiliki keunikan tersendiri yang mengandung makna nilai-nilai luhur yang terkandung disetiap pelaksanaan dan berguna didalam kehidupan sehari-hari serta bagi generasi penerus bangsa yang berbudi luhur.
187
188
189
Sendhang Sidhukun sebagai tempat untuk prosesi ritual
Garis perbatasan wilayah Desa T ji
Balai Desa Traji sebagai tempat pegelaran Wayang Kulit
Desa Traji sebagai penyelenggara Pelaksana upacara adat 1 Sura. Wilayah Desa Traji terdiri 4 dusun: Kauman, Gamblok, Grogol, dan Karang Senen
190
DOKUMENTASI PENELITIAN
Wawancara Peneliti dengan Bapak Suwari : Juru Kunci Sendhang Sidhukun (Sumber: Dokumen Pribadi diambil pada Tanggal 5 April 2012)
Wawancara Peneliti dengan Bapak Juwandi : Ketua Panitia Pelaksana Upacara adat 1 Sura (Sumber: Dokumen Pribadi diambil pada Tanggal 7 April 2012)
191
Wawancara Peneliti dengan Bapak Juwadi : Pak Kaum Desa Traji (Seksi Do’a dan mengetahui makna sesaji dalam Pelaksanaan Upacara adat 1 Sura) (Sumber: Dokumen Pribadi diambil pada Tanggal 6 April 2012)
Wawancara Peneliti dengan Ibu Suyami : Seorang penata sesaji (orang yang bertanggung jawab dalam penataan sesaji) dalam Pelaksanaan Upacara adat 1 Sura (Sumber: Dokumen Pribadi diambil pada Tanggal 6 April 2012)
192
Wawancara Peneliti dengan Kepala Desa Traji Bapak Hadi Walujo : Kepala Desa sebagai Pelaku ritual yang di kirab dalam Pelaksanaan Upacara adat 1 Sura di Desa Traji (Sumber: Dokumen Pribadi diambil pada Tanggal 5 April 2012)
Wawancara Peneliti dengan Bapak Triyono : Bapak Triyono yang menyayikan kidung machapat Dandhanggula disaat ritual di Sendhang Sidhukun sekaligus sebagai wakit ketua panitia pelaksana upacara adat 1 Sura (Sumber: Dokumen Pribadi diambil pada Tanggal 7 April 2012)
193
DOKUMENTASI DESA TRAJI
Musyawarah di Balai Desa membahas pembentukan panitia, pembagian dana dan pemilihan dalang (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 20 November 2011)
Seksi perlengkapan dan panggung telah mempersiapkan pendekoran panggung (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011)
194
Seksi konsumsi yang terdiri dari istri-istri perangkat desa memasak di dapur Balai Desa, (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011)
Ibu Suyami menata sesaji di Balai Desa (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011)
Sesaji Kepala Kambing (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011)
195
Empon-empon (macam-macam jamu) (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011)
Pisang Rojo yang digunakan untuk sesaji (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011)
Beras Kapurata (Beras yang diberi kunyit) (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011)
196
Juwadah Pasar (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011)
Nasi Tumpeng atau Bucu (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011)
Lanyahan ( Sayur oseng-oseng boncis, tempe goreng, oseng-oseng bakmi, dan krupuk) (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011) 197
Golong yang berjumlah 7 buah terbuat dari nasi putih yang dibentuk bulat dan telur putih yang dibungkus daun Pisang (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011)
Isi sasaji dalam Ancak Kecil yang diletakkan di 80 tempat di sekitar Desa Traji (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011)
Isi sasaji dalam Ancak besar yang (Sumber: Dokumen Pribadi diambil pada Tanggal 26 November 2011)
198
Selamatan di Balai Desa (Sumber: Dokumen Pribadi diambil pada Tanggal 26 November 2011)
Kepala Desa Traji ((Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011)
Sendhang Shidukun (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 20 November 2011)
199
Pohon Bringin yang berada di Sendhang Shidukun (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 20 November 2011)
Tulisan Jawa yang berbunyi “Anggayuhsih Kadarmaning Gusti kanti Manunggaling Cipta” yang artinya adalah tentang waktu dibangunnya tempat sesaji ritual Sendhang Sidhukun yang seperti saat ini yaitu pada tahun 1998 Masehi (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 20 November 2011)
Sumber mata air Sendhang Sidhukun (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 20 November 2011)
200
Gunungan hasil bumi yang digunakan untuk Kirab Pengantin pembawa sesaji (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011)
Prosesi Kirab Pengantin pembawa sesaji meuju ke Sendhang Sidhukun (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011)
201
Penyambutan seksi sendhang terhadap rombongan Kirab Pengantin pembawa sesaji (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011)
Upacara di Sendhang Shidukun (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011)
Kidung machapat Dandhanggula yang dinyanyikan oleh Pak Triyono (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011) 202
Sesaji di Sendhang Sidhukun (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011)
Syukuran di rumah Kepala Desa (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011)
Upacara di makam Kyai Adam Muhammad (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011)
203
Sesaji yang digunakan di makam Kyai Adam Muhammad (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011)
Upacara di Gumuk Guci (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011)
Sesaji di gumuk Guci (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 26 November 2011)
204
Sesaji yang digunakan pada saat pegelaran Wayang Kulit dan diletakkan di panggung (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 27 November 2011)
Pagelaran wayang kulit di Desa Traji dilaksanakan selama 2 malam 1 hari, (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 27 November 2011)
Dalang Ki Sigit Manggolo Saputro (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 27 November 2011)
205
Dalang dalam pegelaran wayang kulit ini bernama Ki Sigit Manggolo Saputro (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 27 November 2011)
Dalang Ki Sopo Nyono (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 28 November 2011)
Dalang dalam pegelaran wayang kulit ini bernama Dalang Ki Sopo Nyono (Sumber: Dokumentasi Desa Traji diambil pada Tanggal 28 November 2011) 206
207