[ TINJAUAN PUSTAKA ]
Infeksi Virus Zika Muhammad Aditya Bagian Epidemiologi, Fakutas Kedokteran Universitas Lampung Abstrak Penyakit Zika adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virus Zika yang menular pada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi. Nyamuk Aedes yang dapat menularkan virus Zika merupakan nyamuk yang sama yang mentransmisikan penyakit dengue, chikungunya, dan yellow fever. Selain itu, transmisi secara seksual dilaporkan pada 2 kasus, serta ditemukannya virus Zika pada cairan semen pada 1 kasus. Diduga transmisi dapat terjadi juga melalui transfusi darah dan perinatal. Patogenesis dari penyakti ini masih belum jelas, namun flavivirus yang ditularkan melalui nyamuk Aedes diduga bereplikasi pada sel dendrit dekat dengan tempat inokulasi kemudian menyebar ke nodus limfatikus dan ke aliran darah. Gejala yang umum muncul pada penyakit ini adalah demam, muncul ruam pada kulit, nyeri pada sendi, dan konjunktivitis. Penyakit ini biasanya ringan, berlangsung beberapa hari hingga 1 minggu. Virus ini dikenal dapat menginfeksi manusia sudah sejak lama (1952), virus ini menjadi perhatian dunia karena penelitian epidemiologi menemukan hubungan dengan peningkatan kejadian cacat lahir (mikrosefali) dan gangguan neurologis (sindroma Guillain-Barre) setelah terjadinya wabah virus Zika. Belum ada vaksin yang tersedia untuk saat ini, untuk itu tindakan kontrol dan pencegahan merupakan langkah yang signifikan dapat menurukan risiko penyebaran penyakit. Simpulan, Penyakit Zika berpotensi menimbulkan komplikasi neurologis dan cacat lahir berupa sindroma Guillian-Barre dan mikrosefali. [JK Unila. 2016; 1(1):203-207] Kata kunci: epidemiologi, mikrosefali, sindroma guillain-barre, virus zika
Zika Virus Infection Abstract Zika's disease is a disease caused by Zika virus infection that spread to humans through the bite of an infected Aedes mosquito. Aedes mosquitoes which can transmit virus Zika is the same mosquito that transmits dengue, chikungunya, and yellow fever. In addition, sexual transmission was reported in 2 cases, as well as the discovery of Zika virus in semen at 1 case. Suspected transmission also can occur through blood transfusions and perinatal. The pathogenesis of this disease is still unclear, but the flavivirus transmitted by Aedes mosquitoes thought to replicate in dendritic cells close to the site of inoculation and then spread to the lymph nodes and into the bloodstream. A common symptoms are fever, a rash on the skin, joint pain, and conjunctivitis. The disease is usually mild, lasting several days up to one week. The virus is known to infect humans since long ago (1952), the virus has become the world's attention because of epidemiological studies found an association with an increased incidence of birth defects (microcephaly) and neurological disorders (Guillain-Barre syndrome) after the Zika virus outbreak. There is no vaccine available at this time, control and prevention are step that can significantly lower the risk of disease. Conclusion, Zika disease potentially cause neurological complications and birth defects such as Guillian-Barre syndrome and microcephaly. [JK Unila. 2016; 1(1):203-207] Keywords: epidemiology, microcephaly, Guillain-Barre syndrome, Zika virus Korespondensi: dr. Muhammad Aditya, S.Ked. | Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1 | HP 085269226166 | e-mail:
[email protected]
Pendahuluan Penyakit Zika adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virus Zika (ZIKV) yang menular pada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi. Gejala yang umum muncul pada penyakit ini adalah demam, muncul ruam pada kulit, nyeri sendi, dan konjunktivitis. Penyakit ini biasanya ringan, berlangsung beberapa hari hingga 1 minggu. Penderita biasanya tidak sampai harus dirawat di rumah sakit dan sangat jarang untuk menimbulkan kematian. Gejala yang muncul juga umum
terjadi pada penyakit lain. Oleh karena itu, penderita biasanya tidak menyadari dirinya terinfeksi oleh virus Zika, selain itu banyak kasus bisa jadi tidak terdeteksi.1,2 Virus Zika pertama kali ditemukan pada tahun 1947, dinamakan seperti nama hutan Zika di Uganda. Pada tahun 1952, kasus pertama infeksi virus Zika pada manusia ditemukan, wabah penyakit Zika dilaporkan di Afrika, Asia Tenggara, dan kepulauan Pasifik.1 Virus ini menjadi perhatian dunia karena penelitian menemukan hubungan dengan kejadian
Muhammad Aditya | Infeksi Virus Zika
cacat lahir (mikrosefali) dan gangguan neurologis (sindroma Guillain-Barre)3,4 Isi Virus Zika adalah flavivirus yang berhubungan dengan dengue, yellow fever virus, Japanese encephalitis virus, dan West Nile virus. Klasifikasi sistematis, ZIKV termasuk dalam grup IV ((+)ssRNA), famili Flaviviridae, genus Flavivirus, spesies Zika virus. Virus ini berbentuk icosahedral, memiliki selubung, ukuran diameternya sekitar 18-45 nm. Genomenya positif strand RNA tertutup kapsid dan dikelilingi oleh membran. Pada RNA terdapat 10.794 nukleotida yang mengkode 3.419 asam amino. Virus dapat diinaktivasikan dengan ether, sodium dexoxycholate, dan klorofom.3
●
Epidemiologi
Virus Zika pertama kali diisolasi pada tahun 1947 dari darah monyet (Macaca mulatta) di hutan Zika di Uganda. Lebih lanjut, virus ditemukan pula pada manusia dan nyamuk di Uganda, Senegal, Nigeria, Afrika, dan Malaysia. Pada tahun 2007, wabah besar virus Zika melanda Pulau Yap, Mikronesia, hampir 75% penduduknya terinfeksi.1,3 Virus Zika belum menyebar ke negara Barat hingga Mei 2015, ketika Brazil mengumumkan terjadinya wabah virus Zika di Timur Laut Brazil. Sejak Brazil melaporkan wabah, virus Zika telah menyebar ke 21 negara dan wilayah Amerika. Saat itu diperkirakan 3-4 juta orang di seluruh Amerika akan terinfeksi pada tahun 2016. Sejauh ini belum ada bukti penyebaran ke benua Eropa3-6
Gambar 1. Struktur Virus Zika3
Gambar 2. Sebaran Aktif Transmisi Virus Zika (29 Februari 2016)1 JK Unila | Volume 1 | Nomor 1 | Juni 2016 |
204
Muhammad Aditya | Infeksi Virus Zika
●
Transmisi
Virus Zika menginfeksi melalui gigitan nyamuk (mosquito-bourne). Vektor dari virus ini adalah nyamuk Aedes, yang biasanya menggigit pada pagi dan sore hari, merupakan nyamuk yang sama yang mentransmisikan penyakit dengue, chikungunya, dan yellow fever.3-7 Selain itu, transmisi secara seksual dilaporkan pada 2 kasus, serta ditemukannya virus Zika pada cairan semen pada 1 kasus.2,6 Diduga transmisi dapat terjadi juga melalui transfusi darah dan perinatal.3,4,6 Walaupun ZIKV dapat ditemukan pada air susu ibu (ASI), namun belum ada laporan kasus infeksi melalui transmisi ASI.4Reservoir dari virus ini belum diketahui dengan pasti.3 ●
Patogenesis
Patogenesis dari penyakti ini masih belum jelas, namun flavivirus yang ditularkan melalui nyamuk diduga bereplikasi pada sel dendrit dekat dengan tempat inokulasi kemudia menyebar ke nodus limfatikus dan ke aliran darah. Walaupun replikasi flavivirus diduga terjadi di sitoplasma sel, salah satu penelitian membuktikan bahwa antigen ZIKV dapat ditemukan di nukleus sel yang terinfeksi.3
otot, nyeri sendi, malaise, dan sakit kepala. gejala umumnya ringan dan berlangsung dalam 2-7 hari.2,4,6 ●
Selama wabah yang terjadi di Polynesia Prancis dan Brazil pada tahun 2013 dan 2015, otoritas badan kesehatan nasional Brazil melaporkan potensi komplikasi neurologis dan auto-imun oleh karena infeksi virus Zika. Belakangan ini, otoritas kesehatan nasional Brazil melaporkan adanya peningkatan kejadian sindroma Guillian-Barre dengan infeksi virus Zika.2-4,6-10 Penelurusan lebih lanjut melaporkan adanya bukti peningkatan kejadian mikrosefali dan berbagai kelainan oftalmologis dengan infeksi virus Zika.2-4,6-11 Mikrosefali adalah defek lahir yang serius, sehingga bayi memiliki kepala yang kecil dan perkembangan otak yang tidak sempurna. hal ini mungkin terjadi saat wanita terinfeksi ZIKV pada trimester pertama kehamilan. Guillain-Barré syndrome (GBS) merupakan kelainan yang jarang terjadi, ditandai dengan sistem imun penderita merusak sel-sel saraf sehingga terjadi kelemahan bahkan kelumpuhan otot.3 Kematian akibat penyatit Zika sangat jarang terjadi.3-6 Belum ada laporan kematian akibat murni infeksi ZIKV. Terdapat satu laporan kematian pada pasien dengan sickle cell anemia dengan hasil test ZIKV positif.4 ●
Gambar 3. Nyamuk Genus Aedes Memiliki Corak Khas Belang Hitam Putih.7
●
Tanda dan Gejala
Periode inkubasi penyakit ini masih belum jelas, namun dari laporan kasus dan pengetahuan akan infeksi terkait flavivirus maka diduga masa inkubasi berkisar antara 3 hari hingga 2 minggu.4 Gejalanya mirip dengan infeksi arbovirus lainnya (misalnya penyakit dengue), seperti demam akut, ruam pada kulit berupa makulopapular pruritus, konjungtivitis non-purulent, nyeri
Potensi Komplikasi
Diagnosis
Infeksi virus Zika dapat diduga berdasarkan gejala dan riwayat berpergian ke daerah yang dilaporkan terdapat infeksi virus Zika ataupun tinggal di daerah yang terdapat virus Zika. Diagnosis virus Zika hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi ada tidaknya RNA virus Zika pada darah.3,6 Beberapa pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk mendeteksi infeksi ZIKV. Deteksi asam nukleat dengan reverse transcriptase-polymerase chain reaction (RT-PCR) menargetkan pada regio genom non-sruktural protein 5, Berguna pada 3-5 hari setelah onset
JK Unila | Volume 1 | Nomor 1 | Juni 2016 |
205
Muhammad Aditya | Infeksi Virus Zika
penyakit. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan diagnosis primer.3,6 Serologi test dengan ELISA test untuk mendeteksi IgM ZIKV setelah hari ke-5 onset penyakit. Namun, sensitifitasnya mungkin kurang karena virus ini berkaitan erat dengan virus dengue dan yellow fever, mungkin akan terjadi reaksi silang tes antibodi dari virus-virus tadi. Nucleic Acid Amplification Test, merupakan tes amplifikasi asam nukleat yang digunakan untuk mendeteksi RNA virus. Plaque Reduction Neutralization Assay, Pemeriksaan ini dapat meningkatkan spefisikasi pemeriksan immunoassay, namun tetap dapat terjadi reaksi silang antibodi pada infeksi sekunder flavivirus.3 ●
Pencegahan
Nyamuk dan sarang nyamuk mejadi faktor risiko signifikan infeksi virus Zika. Kontrol dan pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah nyamuk dengan memberantas ataupun memodifikasi tempat berkembang biak nyamuk dan menghindari gigitan nyamuk. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan repelan secara rutin terutama pagi dan sore hari, menggunakan pakaian yang menutup sebagian besar kulit serta berwarna cerah, menggunakan kelambu saat tidur siang. Sangat penting untuk mengosongkan benda-benda yang dapat menampung air. Penggunaan larvasida direkomendasikan pada tempat penampungan air yang besar.2-6 Walaupun ZIKV diketahui dapat berada pada air susu ibu, world heatlh organization (WHO)12 tahun 2016 tetap merekomendasikan ASI bagi bayi pada ibu dengan infeksi virus Zika, termasuk bayi dengan mikrosefali. Transmisi virus Zika melalui ASI belum pernah dilaporkan sejauh ini, namun demikian penelitian lebih lanjut perlu dilakukan.12 Saat ini vaksin belum tersedia, namun penelitian untuk membuat vaksin virus Zika sedang dikembangkan dengan menggunakan strategi yang sama dengan pembuatan vaksin flavivirus lainnya.8 Ringkasan Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk genus Aedes yang terinfeksi ZIKV. Penyakit ini berpotensi menimbulkan komplikasi kelainan neurologis berupa
cacat lahir mikrosefali pada infeksi trimester pertama kehamilan, serta diketahui infeksi ZIKV meningkatkan insidensi GBS. Gejala mirip dengan infeksi flavivirus lainnya, berupa demam akut, nyeri otot, nyeri sendi, ruam kulit, dan konjungtivitis. Gejala berlangsung dalam 2-7 hari dan tergolong penyakit yang dapat sembuh sendiri. Tidak ada pengobatan spefisik, terapi berupa simptomatis. Belum ada vaksin yang tersedia. Tindakan kontrol dan pencegahan penting untuk mencegah penyebaran penyakit. Pencegahan dapat dilakukan berupa pemberantasan sarang nyamuk, pemakaian repelan, kelambu, dan mengosongkan benda-benda yang dapat menampung air. Simpulan Penyakit Zika ditularkan melalui gigitan nyamuk genus Aedes yang terinfeksi ZIKV. Penyakit ini belakangan baru diketahui berpotensi menyebabkan bayi lahir cacat mikrosefali dan meningkatkan kejadian GBS. Tindakan pencegahan saat ini lebih utama. Daftar Pustaka 1. Centers for Disease Control and Prevention. Zika virus [internet]. Atlanta: CDC; 2016 [disitasi tanggal 2 Maret 2016]. Tersedia dari: http://www.cdc.gov/zika/about/index.h tml 2. World Health Organization. Zika virus [internet]. Geneva: WHO; 2016 [disitasi tanggal 2 Maret 2016]. Tersedia dari: http://www.who.int/mediacentre/factsh eets/zika/en 3. Giri D. Zika virus: structure, epidemiology, pathogenesis, symptoms, laboratory diagnosis and prevention [internet]. Tempat: Laboratoryinfo; 2016 [disitasi tanggal 2 Maret 2016]. Tersedia dari: http://laboratoryinfo.com/zika-virusstructure-epidemiology-pathogenesissymptoms-laboratory-diagnosis-andprevention/ 4. Fleming-Dutra KE, Neson JM, Fischer M, Staples JE, Karwowski MP, Mead P, et al. Update: interim guidelines for health care providers caring for infants and children with possible zika JK Unila | Volume 1 | Nomor 1 | Juni 2016 |
206
Muhammad Aditya | Infeksi Virus Zika
5.
6.
7.
8.
virus infection — United States, february 2016. MMWR. 2016; 65(7):182-7. European Center for Disease Prevention and Control. Zika virus infection [internet]. Europe: ECDC; 2016 [disitasi tanggal 2 Maret 2016]. Tersedia dari: http://ecdc.europa.eu/en/healthtopics/zi ka_virus_infection/Pages/index.aspx Pan American Health Organization. Zika virus infection and zika fever: frequently asked questions [internet]. Washington, D.C: PAHO; 2016 [disitasi tanggal 2 Maret 2016]. Tersedia dari: http://www.paho.org/hq/index.php?opti on=com_content&view=article&id=918 3:2015-preguntas-frecuentes-virusfiebre-zika&Itemid=41711&lang=en Gonzalez S. Zika virus [internet]. New York: WebMD, Inc.; 2016 [disitasi tanggal 3 Maret 2016]. Tersedia dari: http://www.emedicinehealth.com/zika_v irus/article_em.htm National Institute of Allergy and Infectious Disease. Zika virus [internet]. USA: NIH; 2016 [disitasi tanggal 3 Maret 2016]. Tersedia dari: https://www.niaid.nih.gov/topics/zika/Pa ges/default.aspx
9.
Petersen E, Wilson ME, Touch S, McCloskey B, Mwaba P, Bates M, et al. Rapid spread of zika virus in the Americas - implications for public health preparedness for mass gatherings at the 2016 Brazil olympic games. Int J Infect Dis. 2016; 44:1115. 10. Ioos S, Mallet HP, Leparc Goffart I, Gauthier V, Cardoso T, Herida M. Current zika virus epidemiology and recent epidemics. Med Mal Infect. 2014; 44(7):302-7. 11. Roth A, Mercier A, Lepers C, Hoy D, Duituturaga S, Benyon E, et al. Concurrent outbreaks of dengue, chikungunya and Zika virus infections - an unprecedented epidemic wave of mosquito-borne viruses in the Pacific 2012-2014. Euro Surveill. 2014; 19(41):1-8. 12. World Health Organization. Breastfeeding in the context of zika virus: interim guidance [internet]. Geneva: WHO; 2016 [disitasi tanggal 4 Maret 2016]. Tersedia dari: http://apps.who.int/iris/bitstream/1066 5/204473/1/WHO_ZIKV_MOC_16.5_ eng.pdf
JK Unila | Volume 1 | Nomor 1 | Juni 2016 |
207