Industri Pertambangan Masa Lalu dan Masa Depan Indonesia
Kata Pengantar Puji dan syukur di panjatkan ke-hadirat Allah SWT atas selesainya penulisan buku ini. Shalawat serta salam yang senantiasa dicurahkan kepaa Nabi Muhammad SAW, keluarganya, keturunannya, dan para sahabatnya hingga hari kiamat. Buku ini berjudul PT. Freeport Indonesia, Masa Lalu dan Masa Depan Indonesia , yang disusun berdasarkan referansi primer berupa bukubuku, laporan terkait, dari hasil aktifitas akademisi dan referensi sekunder yang berasal dari situs - situs resmi yang insyaallah dapat dipertanggungjawabkan isinya, serta pihak yang mengetahui secara benar peristiwa tersebut. Buku ini dimaksudkan untuk menjadi pedoman bagi masyarakat dalam mengenal sejarah serta mengetahui sejauh mana PT. Freeport Indonesia telah melakukan penambangan di Papua, serta informasi-informasi seputar kegiatan industri pertambangan di PT Freeport Indonesia lakukan. Dengan terbitnya buku ini semoga masyarakta Indonesia memiliki literasi tentang kebenaran fakta yang terjadi di ujung timur negeri Ini dan tidak ada lagi salahpaham dalam pandangan masyarakat indonesia tentang bahayanyaIndustri pertambangan,yang dilakukan secara bijak sehingga masyarakat indonesia menyadari pentingnya lingkungan yang diberikan Allah SWT bagi kelangsungan hidup kita. Sekaligus mengingatkan kembali kepada puhak yang mempunyai wewenang atas permasalahan ini, sehingga dapat dicari jalan keluarnya. sehingga menjadikan Bangsa Indonesia merdeka seutuhnya sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang - Undang Dasar 1945. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam menyusun dan menerbitkan buku ini kami ucapkan terimakasih. Jazakumullah khoiron katsiron. Tangerang Selatan, 23 Oktober 2014
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar Daftar Isi Lokasi Umum......................................................................................1 Pejalanan Sejarah............................................................................. 2 Lokasi Spesifik....................................................................................8 Tenaga Kerja.....................................................................................12 Proses Produksi................................................................................15 Hasil Produksi...................................................................................27 Pembuangan Limbah.....................................................................30 Dampak Terhadap Lingkungan ekosistem................................36 Dampak Terhadap Lingkungan ekonomi...................................46 Dampak Terhadap Lingkungan Sosial.........................................53 Nasionalisasi PT Freeport ..............................................................57 DaftarPustaka
Buku Ini Aku Persembahkan kepada Generasi Penerus Bangsa Indonesia, agar selalu ingat perkataan Ir. Soekarno akan kedaulatan bangsa di negeri sendiri.
Ku titipkan bangsa dan negeri ini kepadamu.
Tambang Ertsberg di bagian bawah dan Tambang Grasberg di bagian atas tampak lebih besar
Sumber: WALHI LOKASI UMUM PT. Freeport Indonesia merupakan perusahaan penambangan emas yang berada di Tembagapura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Industri ini memiliki luas wilayah kurang lebih 23.000 Ha dan sampai saat ini PT. Freeport Indonesia telah melakukan ekplorasi di Papua terhadap dua tempat yaitu, Tambang Ertsberg (1967-1988) dan Tambang Grasberg (1988Sekarang), di kawasan Tembagapura, Kabupaten Mimika.
Sumber: Google.com
1
2 kontrak tambang di Erstberg.
Untuk mendorong Investasi Swasta, rezim soeharto mengundang PT. Freeport ke Jakarta untuk membicarakan
Kesepakatan penambangan hanya berupa Tembaga, Perak, dan Molybdenum.
Generasi II (1968-1976) Dengan adanya keharusan divestasi maksimal 45% jumlah produksi tembaga 5.000 ton/hari di Erstberg
Generasi I (1967-1968) dengan masuknya PT Freeport Indonesia dan diberikan fasilitas Tax Holiday selama tiga tahun.
Kontrak karya (KK I) pertama kali ditandatangani untuk masa 30 tahun. Dengan penandatanganan kontrak karya, maka PT Freeport Indonesia menjadi kontraktor eksklusif tambang Erstberg di atas wilayah 10 Km2.
1967
Bertepatan dengan pemberian wewenang kepresidenan dari Soekarno ke Soeharto, perubahan mulai terasa.
1966
1963 Serah terima kekuasaan Netherlands Meskipun kekuasaan atas Irian barat Nieue Guniea (Irian Barat) ke PBB, yang sudah dialihkan, tetapi rencana kemudian memberikannya ke Indonesia. penambangan ditangguhkan karena kebijakan rezim soekarno yang sangat anti kapitalis asing.
1936 Ahli Geologi Shell Jean-Jacques Dozy Endapan Bijih tembaga berupa bukit melakukan ekspedisi dari Laut Arafuru setinggi 179 meter, pada ketinggian hingga mencapai gletser Gunung 3000 meter dpl, berjumlah cadangan Jayawijaya dan memberi nama Erstberg sekitar 30 Juta ton. untuk gugusan batu karang indah 1960 setinggi 180 meter yang menjulang dari Ekspedisi PT. Freeport Indonesia yang padang rumput Carstensz, warna biru- pertama kali dipimpin oleh Forbes Wilson m e n a n d a k a n p e r k i r a a n a d a n y a dan Del Flint, yang menjelajah Erstberg. kandungan tembaga berkualitas tinggi.
1919 Daerah tersebut dinyatakan sebagai daerah yang dilindungi.
bersalju yang dipimpin Dr. H. A. Lorentz
ekspedisi ke daerah bersalju pegunungan
Pemerintah colonial belanda mengadakan
1907
PERJALANAN SEJARAH
3
4 1987 Menemukan cadangan baru 100 Juta Ton. jumlah produksi tembaga 22.000 ton/hari di Erstberg.
Generasi V (1986-1996) Perusahaan KK diharuskan mengadakan smelting di dalam negeri disamping mengembangkan program pengembangan wilayah dalam upaya meningkatkan nolai tambah bagi kepentingan nasional berdasarkan PP No. 20/1994
Peme rintah Indone s ia m e ne rim a divestasi sebesar 8,5% dari PT FI.
1986
Generasi IV (1985-1986) Diberlakukan perpajakan progresif.
1985 Penemuan cadangan tembaga bawah tanah dibawah tambang bawah tanah GBT
1981 PT FI mulai memperluas kegiatan penambangan dengan tambang dalam di daerah tersebut sejalan dengan ditemukannya cadangan baru (under mine) di gunung bijih timur.
1980 Pengoprasian tambang bawah tanah GBT
Generasi III (1976-1985) Divestasi menjadi 5-51%, dan boleh joint venture.
Presiden Soeharto mengunjungi daerah operasi dan memberikan nama Tembagapura untuk kota baru PT. Freeport Indonesia.
PT Freeport Indonesia Mulai Produksi dengan teknik tambang terbuka (open pit mining).
Pengiriman 10.000 ton tembaga dari tambang Erstberg pertama kalinya ke jepang.
1972
1973
Pembangunan Proyek Skala Penuh.
1970
(LANJUTAN) PERJALANAN SEJARAH
5
6 1993 Ditemukannya cadangan baru 1,1 Milyar Ton
Cadangan baru 2,5 Milyar Ton
2006-Sekarang hasil produksi tembaga 246.500 ton/hari
2000 MoU tentang sumber daya social Pembangunan tambang bawah tanah ekonomi, HAM, hak ulayat, dan hak DOZ dimulai. lingkungan hidup diumumkan oleh pimpinan LEMASA (Lembaga Masyarakat Suku Amungme), LEMASKO (Lembaga Masyarakat Suku Lemasko), dan PT FI
Melakukan smelting Tembaga di Smelter gresik sebagai syarat meningkatkan jumlah produksinya. (25% Konsentrat)
1998
Generasi ke VI (1996-1997) Perusahaan diizinkan melakukan depresiasi dipercepat. Berdasarkan PP No. 34/1994
(1973-1994) mengaku hanya sebagai penambang tembaga. Jumlah volume emas yang ditambang selama 21 tahun tersebut tidak pernah diketahui public, bahkan oleh orang papua sendiri.
1995 Cadangan baru 2 Milyar Ton. Freeport baru secara resmi mengakui hasil produksi tembaga 125.000 ton/hari menambang emas di Papua setalah
Luas penambangan Freeport bertambah seluas 2,6 juta Ha yang disebut Blok B, yang kemudian dilakukan eksplorasi seluas 203.000 Ha. Ditemukannya cadangan baru yang sangat besar di daerah Grasberg pada ketinggian 4000 meter dpl.
PT. Freeport Indonesia mendapatkan kontrak karya baru (KK II) dengan izin operasi selama 30 tahun. Berikut perpanjangan selama 10 tahun. Artinya, kontrak karya tersebut baru berakhir pada tahun 2041. Cadangan 770 juta ton. hasil produksi tembaga 52.000 ton/hari
Tetapi tidak ada informasi yang jelas, sejak kapan PT Freeport Indonesia mulai menambang di kawasan Grastberg
1991
PT. Freeport Indonesia menemukan cadangan emas di Grastberg
1988
(LANJUTAN) PERJALANAN SEJARAH
7
LOKASI SPESIFIK Ribuan tahun silam, Papua sebagai batas utara dari lempengan tektonik Australia berbenturan dengan lempengan Pasifik dan menghasilkan barisan pegunungan yang membentang dari timur ke barat yang sebenarnya adalah bagian lempengan yang terangkat akibat benturan tadi, sehingga membentuk tulang punggung pulau papua.
Sumber: Google.com
Sumber: PT Freeport Indonesia
8
Bagian barat barisan pegunungan ini terletak di provinsi Papua di Indonesia, dan dinamakan barisan Pegunungan Sudirman, dimana pegunungan jayawijaya berada. Pada kenyataannya PT FI bersinggungan langsung dengan Taman Nasional Lorentz, dan daerah yang dicakup oleh kontrak Karya PT FI dan Taman Nasional Lorentz sekarang berdampingan, terbentang dari pegunungan Jayawijaya yang tertutup salju ke arah selatan melalui lembah sungai Ajkwa dan Otomona serta kipas alluvial (alluvial fans) menuju laut Arafuru yang terbentang sekitar 65 km dari dasar pegunungan. Dataran rendahnya sangat datar, dan muara Sungai Ajkwa mencapai 20 km kearah daratan. Situs Tambang Freeport berada di puncak gunung yang terletak pada ketinggian 4.270 meter dpl, dimana suhu terendah dapat mencapai 2oC. kilang bijih tambang berada di bawah situs tambang ini pada ketinggian sekitar 3.000 meter dpl. Situs tambang ini menerima curah hujan tahunan yang sebesar 4.000 mm hingga 5.000 mm, sedangkan kaki bukit menerima curah hujan tahunan lebih tinggi, yaitu sebesar 12.100 mm dan suhu berkisar antara 18 oC hingga 30 oC. dipantai suhu mencapai 38oC dan curah hujan sekitar 3.000 mm.
9
Dalam hal keanekaragaman hayati, kawasan Kontrak Karya PT FI dan Taman Nasional Lorentz terdiri dari ekosistem yang sama dan keduanya memiliki keanekaragaman hayati yang terbaik dari yang terbaik . Indonesia diperkirakan merupakan negara didunia yang paling kaya keanekaragaman hayatinya, dan sekitar 50% dari keannekaragaman ini ada di Provinsi Papua. Persilangan unik dari habitat-habitat ekologi yang terdapat dalam Taman Nasional Lorentz dan daerah Kontrak Karya PT FI adalah daerah yang paling beragam di Papua, merupakan salah satu daerah yang paling tinggi keanekaragaman hayatinya di dunia. Menurut Komite Warisan Dunia PBB (United Nations World Heritage Committee) Pada gambar sebelah kanan situs-situs dan Zona-Zona Utama Ajkwa Deposition Area (ADA) huruf dengan warna merah. Situs-situs sampel untuk daerah terkena dampak tailings dan situs rujukan ditandai dengan huruf warna hijau Daerah diblok hijau adalah pemukiman transmigrasi Garis kuning menandai tanggul sungai di timur dan barat ADA.
Sumber: PT Freeport Indonesia Asrama Penjunan merupakan sekolah berasrama yang berlokasi di desa Wonosari. Timika dibangun dan dikelola oleeh Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungne dan Kemoro (LPMAK) dengan menggunakan Dana Kemitraan Freeport untuk Masyarakat
10
Sumber: WALHI
11
Tenaga Kerja Berdasarkan publikasi PT FI dalam website resminya di ptfi.co.id tentang ketenagakerjaan menyatakan bahwa salah satu kebijakan mereka adalah untuk memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh masyarakat. PT Freeport Indonesia (PT FI) juga menjunjung tinggi hak pekerja sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Mereka juga berkomitmen untuk melindungi Hak Asasi Manusia dan sudah secara tegas memberlakukan dan menegakkan kebijakan Hak Asasi Manusia dan di dalam perusahaan mereka, diantaranya: 1. mereka memiliki komitmen dan kebijakan yang kuat dan tegas terhadap Hak Asasi Manusia. Komitmen untuk menyediakan peluang bagi pembangunan social, pendidikan, dan ekonomi yang dinyatakan melalui peraturan ketenagakerjaan social dan kebijakan Hak Asasi Manusia. 2. Pada tahun 2013 PT Freport Indonesia mempekerjakan lebih dari 12.000 karyawan langsung dan lebih dari 19.000 karyawan kontraktor.
12.333 orang
63,71% non Papua 34,83% Papua 1,44% Asing
Jumlah karyawan PT FI + Perusahaan Mitra dan Kontraktor, Termasuk Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN)
12
97,49% Indonesia 2,51% Asing
Jumlah karyawan langsung PT FI
31.694 orang
3. Sejak tahun 1996 perusahaan telah mengganfakan jumlah karyawan Papua. Dalam 10 tahun, jumlah karyawan Papua di tingkat staf meningkat 4x lipat.
4. Karyawan Papua memegang fungsi strategis manajemen di PT FI. 5. Pada tahun 2003 dibangun Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN) untuk memberikan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap maupun perilaku yang professional di bidang operasi dan penunjangnya. Program magang 3 tahun dengan empat bulan masa belajar off job dan 8 bulan on job. IPN mengikuti standar nasional dan peraturan dari ESDM serta standar internasional lainnya.
13
6. Meningkatkan karyawan staf wanita di PT FI dan Kontraktor.
7. PTFI berupaya menciptakan lingkungan kerja yang aman. Dan kami menjadikan keselamatan sebagai budaya dalam organisasi kami. Kami memiliki catatan terbaik dalam industry sumber daya alam, tapi yang bagi kami adalah tidak terjadinya kecelakaan. 8. PF FI dan SPSI telah menandatangani PKB XVII 2013-2015 secara resmi. Kedua pihak telah menyepakati seluruh aspek substansial yang diatur dalam dokumen PKB ini. Diantaranya adalah Presentase peningkatan upah pokok pekerja, peningkatan aspek pensiun dan beberapa aspek manfaat lainnya.
Sumber: PT Freeport Indonesia
14
Proses Produksi Penambangan Proses penambangan yang dilakukan oleh PT FI terdiri dari dua cara, yaitu penambangan terbuka (open pit mining) dan tambang bawah tanah dengan block caving. Metode pertambangan terbuka dilakukan di Grasberg karena keberadaan bijih tambang dekat dengan permukaan tanah pegunungan, sebagian besar proses penambangan terbuka melalui beberapa tahapan seperti, pengeboran, pemilahan, peledakan, pengangkutan, dan penggerusan batuan bijih. Pada tambang terbuka di Grasberg peralatan utama yang digunakan adalah bor, shovel, dan truk besar untuk menambang bahan tambang. Fungsi dari alat shovel adalah untuk mengeruk bahan tambang hasil pengeboran pada daerah-daerah di area tambang terbuka, dan memindahkannya ke atas truk untuk dibawa keluar area tambang terbuka. Setalah itu bijih masuk kedalam system arus bijih dimana terdapat alat penghancur bijih dan diangkut menggunakan ban berjalan (conveyor) dan ore pass menuju pabrik pengolahan (mill) untuk diproses.
Sumber: Google.com
15
Bahan tambang diklasifikasikan berdasarkan nilai ekonoisnya menjadi batuan bijih dan batuan penutup Batuan penutup (overburden) memiliki nilai ekonomis yang kecil yang membungkus bijih tambang, jenis-jenis overburden terdiri dari sejumlah jenis batu alam yang berbeda, termasuk gamping. Overburden dari tambang Grasberg yang telah dipisahkan diatur pembuangannya kedaerah-daerah yang sudah ditentukan, seperti padang rumput Cartensz atau dihancurkan dengan alat OHS (Overburden Handling System) pada jalan HEAT untuk ditempatkan di Wanagon Bawah di samping alat penimbun (stacker), perlu diketahui alat penghancur bijih pada tambang Grasburg berupa satu unit 63 x 114 Krupp Gyratory Crusher (#6) dan satu unit 60 x 113 Krupp Gyratory Crusher (#7) serta empat buah ore pass dengan diameter 6 hingga 7 meter dengan tinggi 600 meter. Selama masa penambangan di grasburg, perbandingan antara overburden yang dipisahkan terhadap bijih memiliki angka banding 10:4 dan mulai tahun 1990-2005
perbandingannya menjadi 14:5 dan diperkirakan mulai 2014 sampai masa akhir tambang terbuka perbandingan overburden dan bijih tambang sebesar 11:5. Daerah-daerah pembuangan overburden kelak akan dihijaukan kembali saat tambang terbuka selesai dikerjakan. Program yang kami Fokuskan adalah melakukan peningkatkan produktifitas armada truk dan shovel, pengeboran dan peladakan (drilling dan blasting), Scorecard operator , pemeliharaan lokasi, pengurangan inventori, penjadwalan kerja, pelatihan supervise lapangan, dan penggunaan kendaraan ringan. Selain itu dilakukan pula identifikasi terhadap peluang pengurangan biaya. Salah satunya adalah tenaga kerja yang terpusat pada penyesuaian lokasi kerja, tingkat pembebanan tugas, dan intensitas latihan untuk pekerja baru yang direkrut dari lembaga pelatihan kami. Pihak yang bekerjasama pada pertambangan terbuka di Grasberg ini diantaranya Drilltech/Sandvik yang melakukan pengeboran dan memberikan pemeliharaan bor, Trakindo CAT memberikan pemeliharaan truk. Type Alat
Ukuran
Jumlah
30 m3
8
3
4
3
4
3
34 m
6
CAT 785
135 mt
11
CAT 793
220 mt
98
CAT 979
320 mt
12
Komatsu 930E
290 mt
27
Shovel O&K RH200 Bucyrus 495 P&H 4100 P&H 2800
42 m
42 m
Haul Truck
Peledak ANFO Bor
Sumber: PT Freeport Indonesia
16
Sumber: Google.com Peralatan yang digunakan pada tambang terbuka ini diantaranya tercantum pada tebel kiri.
10 x 10 x 17 m
17
Metode penambangan bawah tanah yang digunakan adalah block caving, yaitu metode penambangan yang memiliki efisiensi sumberdaya yang tinggi untuk melakukan penambangan, dimana blokblok besar bijih di bawah tanah dipotong dari bawah sehingga bijih tersebut runtuh akibat gaya beratnya sendiri. Setelah runtuh, bijih yang dihasilkan ditarik dari drawpoint (titik Tarik) menuju alat Sumber: PT Freeport Indones Sumber: PT Freeport Indonesia penghancur. Metode penambangan bawah tanah yang digunakan adalah block caving, yaitu metode penambangan yang memiliki Selain itu PT FI juga berusaha mengembangkan cadangan Big efisiensi sumberdaya yang tinggi untuk melakukan Gossan, yang terletak lebih dekat dengan sarana pabrik penambangan, dimana blok-blok besar bijih di bawah tanah pengolahan, karena bentuk geometri dari cadangan ini, Big dipotong dari bawah sehingga bijih tersebut runtuh akibat Gossan sangat sesuai untuk ditambang secara selektif dengan gaya beratnya sendiri. Setelah runtuh, bijih yang dihasilkan menggunakan open stope with paste backfill . Bijih yang ditarik dari drawpoint (titik Tarik) menuju alat ditambang diangkut menuju pengolahan dengan penghancur. menggunakan sarana yang sama seperti bijih dari hasil block Pada block cave DOZ. Alat LHD (loader) memindahkan lumpur cave DOZ. Stope adalah galian yang terbentuk ketika bijih kedalam ore pass menuju saluran pelongsor. Kemudian mengambil bijih. Sebagian besar stope di Big Gossan kurang lumpur bijih pada saluran terebut diangkut menggunakan lebih akan memiliki dimensi: Panjang 40 meter, lebar 20 meter, truk-truk angkut AD-55 untuk dipindahkan ke alat penghacur dan tinggi 15 meter. bijih berupa satu unit 54 x 77 Fuller Crusher. Di sana, bijih yang telah dihancurkan dikirim ke pabrik pengolahan (mill) melalui ban berjalan (conveyor).
Sumber: PT Freeport Indonesia
16
Sumber: PT Freeport Indonesia
17
Pengembangan big gossan ini dimulai pada tahun 2005 hingga 2009 dan telah diperkirakan menghabiskan biaya $225 juta AS. Tambang ini mulai berproduksi pada tahun 2009 dan mencapai produksi tertinggi 7000 ton/haru pada tahun 2011. Big gossan diharapkan menghasilkan logam tambahan sebesar kurang lebih 135 juta pon Cu dan 65.000 ons Au setiap tahunnya. Cara penambangan open stope with paste backfill dimulai dengan dibangunnya drift pada berbagai tingkataan. Stoper di bor dan diledakkan dari atas, Bijih tambang dibawahnya akan dijatuhkan kedalam ore pass menuju alat penghancur. Kemudian dilakukan pengisian kembali (backfill) terhadap rongga hasil Stope dengan material overburden untuk menjaga stabilitas dan rongga padat. Stope ditambang dengan urutan tertentu, dengan stoping aktif pada berbagai tingkatan untuk memelihara stabilitas geoteknis dan memaksimalkan pengambilan bijih, metode ini memiliki biaya operasional yang lebih tinggi karena terhadap semua bijih dilakukan peledakan dan rongga yang terbentuk harus di backfill . Peralatan yang digunakan pada tambang bawah tanah ini diantaranya: Rgnc
Ukuran
Pembelah batuan tidak bergerak CAT Elphinstone LHD
8 3, 6, 8 cu yards
43
CAT Elphinstone Haul truck
16
Development Jumbos
8
Tamrock Commando (pemecah
7
sekunder) Peralatan pendukung
20
Jumlah
Beberapa alat pendukung lain diantaranya: Manhaul, Scissor lift, bolter, LHD loader, Jumbo Drill, AD55 Truck, dll Dari kedua jenis produksi yang menghasilkan overburden diperlukan alat penghancur OHS berupa Satu unit 64 x 114 Krupp Gyratory Crusher (#8) dan saru unit 60' x 89 Fuller Gyratory Crusher (#5) dan stacker 150 meter semi-mobile Krupp Stacker.
Sumber: PT Freeport Indonesia
21
Pengolahan Kompleks pabrik pengolahan tambang ini berada di area MP 74, pabrik ini menghasilkan konsentrat tembaga dan emas dari bijih yang ditambang dengan melalui proses pemisahan mineral berharga dari pengotor yang menutupinya. Langkah-langkah utamanya adalah penghancuran, penggalian, pengapungan, dan pengeringan. Proses penghancuran dan penggilingan mengubah bentuk besar bijih menjadi ukuran pasir halus yang 80% lebih kecil seukuran dengan partikel kurang dari 200 m guna membebaskan butiran yang mengandung tembaga dan emas, sedangkan tailing memiliki ukuran yang berkisar antara 1.000 m . Proses pengapungan (Flotasi) adalah proses pemisahan yang digunakan untuk menghasilkan konsentrat tembaga-emas.
Bubur konsentrat (slurry) yang terdiri dari bijih yang sudah halus (hasil gilingan) dan air dicampur dengan larutan SIBX yang mengandung reagen pengapung bijih logam ISBX, Isobutil alcohol, Oreprep OTX-140, Hyperfolce A-237, dan Cytec S-7249. Reagen yang digunakan terdiri dari kapur, pembuih (frother) dan kolektor. untuk selanjutnya dimasukkan kedalam serangkaian tangki pengaduk yang disebut dengan sel flotasi, dimana penambahan udara dipompa ke dalam slurry tersebut. Pembuih membentuk gelembung yang stabil, yang mengapung ke permukaan sel flotasi sebagai buih. Reagen kolektor bereaksi dengan permukaan partikel mineral sulfide logam berharga sehingga menjadikan permukaan tersebut bersifat menolak air (hidropobik). Butir mineral sulfide yang hidrofobik tersebut menempel pada gelembung udara yang terangkat dari zona-
Sumber: PT Freeport Indonesia slurry ke dalam buih yang mengapung di permukaan sel. buih yang bermuatan mineral berharga. Reagen kolektor bereaksi dengan permukaan partikel mineral sulfide logam berharga sehingga menjadikan permukaan tersebut bersifat menolak air (hidropobik). Butir mineral sulfide yang hidrofobik tersebut menempel pada gelembung udara yang terangkat dari zona slurry ke dalam buih yang mengapung di permukaan sel. buih yang bermuatan mineral berharga tersebut, menyerupai buih deterjen metalik, meluap dari bibir atas mesin flotasi kedalam palung (launders) sebagai tempat pengumpulan mineralmineral berharga. Mineral berharga yang terkumpul dalam palung tersebut adalah 'konsentrat'.
22
23
Sumber: Google.com Konsentrat (dalam bentuk slurry, 65% padat menurut berat) dipompa ke Portsite melalui empat jaringan pipa slurry sepanjang 115km. sesampainya di portsite , konsentrat ini dikeringkan sampai kandungannya hanya 9% air dan kemudian dikapalkan dan dijual. Disamping itu pasit yang tak bernilai dikumpulkan di dasar sel flotasi yang terakhir sebagai limbah yang disebut 'tailing' sebanyak 95-97% sisanya dibuang. Tailing akhir ini disalurkan ke sungai Aghwagon Timur, dan dialirkan ke sungai Aghwagon melalui sungai Aghwagon barat. Sungai Aghwagon menuruni gunung dan menyatu dengan sungai Otomona, yang membawa tailing ke dataran rendah, disini tailingmemasuki kanal sungai Ajkwa menuju suatu system pembuangan alami yang mengalir dari mill menuju daerah pengendapan Ajkwa yang dimodifikasi (ModADA). Ini disebut pembuangan limbah tailing ke sungai (riverine tailing disposal).
Sumber: WALHI
24
Emas yang masih kasar dan bebas tidak bereaksi dengan baik pada proses flotasi. Konsentrator Knelson, yang merupakan sebuah system pengambilan dengan menggunakan gravitasi, gaya sentrifugal untuk memisahkan dan mengambil emas kasar dan bebas tersebut. Dengan demikian, pengambilan emas dari bijih akan mengalami peningkatan secara keseluruhan. Pabrik pengolahan bijih (Mill) ini mengolah bijih dari tambang melalui daerah konsentrator utama yang terdiri dari tiga konsentrator, yaitu: 1. Konsentrator Utara.Selatan dengan kapasitas pengolahan 60.000 metrik ton/hari, konsentrator Utara difungsikan pada tahun 1972 dan konsentrator selatan difungsikan pada tahun 1991. Dengan spesifikasi: · 8 Ball Mill 15,5 ft · WEMCO 44 x 1500 ft3 · Outukumpu 16 x 1350 ft3 sel flotasi
Sumber: PT Freeport Indonesia
25
2. Konsentrator #3 (SAG #1) dengan kapasitas pengolahan 60.000 metrik ton/ hari, merupakan bagian dari proyek peningkatan 118K yang selesai pada tahun 1995. Dengan spesifikasi: · SAG 34 ft · 2 Ball Mill 20 ft · WEMCO 36 x 3000 ft3 sel flotasi 3. K o n s e n t r a t o r # 4 ( S A G # 2 ) d e n g a n k a p a s i t a s pengolahan150.000 metrik ton/ hari, konsentrator ini selesai dibangun pada tahun 1998 sebagai bagian dari proyek peningkatan besar terakhir. Dengan spesifikasi: · SAG 38 ft · 4 Ball Mill 24 ft · WEMCO 36 x 4500 ft3 sel flotasi Perlu diketahui bahwa tingkat kapasitas pengolahan dapat bervariasi berdasarkan kekerasan dan ukuran bijih, selain pertimbangan ekonomis lainnya yang bisa saja mengharuskan pengoperasian pada tingkat lebih rendah dalam rangka memaksimalkan nilai sumber daya secara keseluruhan.
Hasil Produksi Tembaga yang ditambang oleh PT FI mengandung metal sulfide, terutama pirit dan kalkopirit, kalkopirit sangat banyak terdapat dalam proses penambangan tembaga di pertambangan Grasberg. Mineral yang juga terkandung dalam buangan sulfur ini adalah besi dan tembaga, dan sejumlah kecil logam berat lainnya. Sulfide sebenarnya stabil jika dia 'terkunci' di dalam bebatuan di bawah tanah, tetapi ketika bebatuan digali, dihancurkan, dan diuraikan menjadi elemen-elemennya, dia menjadi tidak stabil dan terurai menjadi senyawa yang berbahaya bagi lingkungan yang disebut air asam batuan (Acid Rock Drainage). Terbukanya dinding lubang pertambangan, penggalian bawah tanah, pembuangan batu sisa tambang, dan tailing, semuanya dapat menjadi sumber ARD jika mengandung mineral sulfide. ARD adalah Proses oksidasi yang menghasilkan asam dan melepas logam berat dari bentuk mineral, dan dapat menyebabkan polutan ini meninggalkan area pertambangan atau area pembuangan tailing dan mencemari lingkungan sekitarnya seperti dasar sungai dan permukaan drainase air. Dampak ARD muncul secara tidak langusng akibat lambatnya laju perubahan kesetimbangan dari penghantar dan hasil reaksi ARD, dan bisa jadi dimanapun dilakukan penggalian batuan yang mengandung asam akan menimbulkan dampak jangka panjang.
Sumber: WALHI
Sumber: PT Freeport Indonesia
26
Terurainya pirit dan kalkopirit disebabkan oleh paparan oksigen dan air, serta dipercepat oleh bakteri aerobic, acedopfilic iron dan pengoksidasi sulfur seperti Acidithiobacillus ferooxidans. Di samping menghasilkan asam dan melepas logam, proses oksidasi -
27
sulfide juga menghasilkan panas, ini sebabnya mengapa reaksi yang aktif terjadi dalam buangan limbah batuan di PT FI terpantau dalam keadaan sangat panas. Reaksi pirit ayng menghasilkan produk berupa ARD termasuk asam sulfat dan besi berwarna coklat kemerahan adalah sebagai berikut: Oksidasi pirit: Pirit + oksigen FeS2 + 15/4 O2
+ +
air 7/2H2O
asam sulfat + besi (III) hidroksida 2 H2SO4 + Fe(OH)3
Selain pirit, reaksi kalkopirit juga perlu dipahami karena dalam proses ini tembaga dapat keluar dan mengkontaminasi lingkungan sekitar: dalam keadaan produksi asam yang tinggi, seperti pada dinding lubang tambang dan pada dataran tinggi limbah batuan, tembaga dikeluarkan dalam bentuk kalkopirit langsung menjadi bentuk ionnya sebagai berikut: Oksidasi kalkopirit dalam keadaan asam (pH < 5,5) Kalkopirit + oksigen + air asam sulfat + ion tembaga + besi (III) hidroksida + ion sulfat CuFeS2 + 17/4O2 + 5/2H2O 2 H2SO4 + Cu2+ + Fe(OH)3 + SO42Dalam kondisi lingkungan yang netral atau pH tidak terlalu asam (pH > 5,5), sepeti yang diinginkan pada tempat pembuangan limbah batuan dan tailing masa depan di sungai Otomona ADA muara Ajkwa, tembaga tetap terlepas dari mineral kalkopirit, menjadi tembaga (II) hidroksida, berikut reaksi oksidasinya:
Pada decade awal 1990-an ditemukan cara pemisahan yang merubah total industry logam, penemuan ini adalah pemisahan dengan cara flotasi gelembung, yang merupakan sebuah metode pemisahan yang efisien dan ekonomis untuk digunakan di pertambangan logam dasar. Metode ini dipilih oleh Freeport Indonesia karena memungkinkan bijih kadar rendah dapat diolah dengan ekonomis dan tidak menggunakan bahan kimia beracun. Proses ini merupakan proses fisika dimana bijih dihancurkan kemudian dicampur dengan reagen berbasis alcohol didalam bak flotasi (pengapungan). Melalui proses ini, mineral yang mengandung tembaga dan emas dipisahkan dalam bentuk konsentrat dari pertikel batuan yang tak mempunyai nilai ekonomis. Konsentrat yang dihasilkan adalah sebesar 3% dari bijih yang diolah, dan sisanya menjadi tailing.
Sumber: PT Freeport In
Oksidasi kalkopirit dalam kondisi keasaman rendah atau netral (pH > 5,5) Kalkopirit + oksigen + air asam sulfat + tembaga (II) Hidroksida + besi (III) hidroksida CuFeS2 + 7/4O2 + 9/2H2O 2 H2SO4 + Cu(OH)2 + Fe(OH)3 Tailing (pasir sisa tambang yang mengandung Silikat, Kalsit, dan Magnetit) dan konsentrat (terdiri dari Kalkopirit, bornit, kalkonit, dan kovelit) adalah dua kata yang sangat dikenal di Freeport Indonesia. Tahukah anda bagaimana proses terbentuknya tailing dan konsentrat? Untuk lebih jelasnya kita akan menengok bagaimana proses pemisahan mineral yang selama ini telah digunakan oleh Freeport Indonesia dari awal berdirinya di tahun 1967.
28
29
Pembuangan Limbah PT FI memproduksi dua jenis limbah khusus, yang disebut tailing dan batuan limbah. Dari batuan yang digali dari pegunungan, lebih dari separuhnya edalah overburden, yaitu bijih logam kualitas rendah yang menutupi kandungan logam kualitas lebih tinggi di bawahnya. Setelah waste rock atau batuan limbah. Batuan limbah ini mengandung presentase mineral yang lebih rendah dari standar yang dipakai Freeport untuk dapat diproses sebagai bijih tambang. Standar kualitas untuk pemrosesan bijih yang diterapkan Freeport memang dibuat lebih tinggi daripada penambang lainnya yang setingkat di seluruh dunia. Tahun 2005, hampir seperempat milyar ton batu limbah dibuang (225 juta ton menurut Enviromental Plan 2005 milik perusahaan), yang jika dirata-ratakan mencapai lebih dari 600.000 ton per hari. Kebanyakan dari limbah tersebut memiliki kandungan tembaga yang di tambang lain akan dianggap cukup bernilai untuk diproses sebagai bijih. Sumbersumber lain memperkirakan sekitar 3-4 milyar ton batuan limbah akan dihasilkan dari penambangan terbuka Grasberg sampai tahun 2014. Tipe kedua dari limbah adalah tailing, yang merupakan bijih halus dari kilang setelah proses ekstraksi mineral yang bernilai komersial (tembaga, emas). PT FI menggunakan system pengelolaan pembuangan tailing terkendali yang mengangkut tailing ke suatu daerah yang telah ditentukan di kawasan dataran rendah dan pesisir, yang disebut ModADA (Modified Ajkwa Deposition Area). Daerah pengendapan tersebut merupakan bagian dari bantaran sungai yang direkayasa dan dikelola bagi pengendapan dan pengendalian tailing. System ini membutuhkan tanggul untuk daerah pengendapan dan terus dilakukan berbagai pembangunan fisik, perbaikan system, pemeriksaan, dan pemantauan. Di dalam ModADA juga ddilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pengendapan Sumber: PT Freeport Indonesia tailing. System ini dijalankan dibawah rencana pengelolaaj sirsat komprehensif Freeport Indonesia, yang disetujui oleh pemerintah Indonesia setelah melakukan banyak studi teknis dan suatu proses peninjauan ulang secara tahun-jamak. Apabila pertambangan berakhir, sebuah penelitian-
Sumber: Google.com
30
memperlihatkan bahwa daerah pengendapan ini dapat direklamasi dengan vegetasi alamiah atau dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, kehutanan, dan perikanan. PT FI juga PT FI melibatkan pemangku kepentingan dalam praktik pengelolaan sirsat ini. Salah
31
Sumber: Google,com
satunya adalah program untuk mendaur ulang sirsat sebagai bahan campuran beton dalam pembangunan prasarana local. Disamping itu juga sirsat digunakan untuk membangun jembatan, kantor pemerintah, jalan, saluran drainase, dan mencetak sejumlah produk seperti batako, paving block, penahan ombak, serta gorong-gorong. Selain limbah dalam bentuk sirsat atau 'tailing' ini, ada limbah lain yaitu batuan penutup atau 'overburden' yang merupakan bebatuan yang harus dipindahkan ke sisi untuk dapat memperoleh akses pada bijih yang akan ditambang dan untuk mengambil logam-logam berharga. Banyak logam terdapat bebas dialam dalam bentuk logam sulfide. Apabila bijih tambang dan batuan penutup yang mengandung sulfide terpapar unsur-unsur tersebut, maka reaksi antara air, oksigen, dan bakteri yang hadir secara alamiah berpotensi menciptakan suasana air asam batuan. Air asam ini dapat melarutkan logam-logam yang terkandung dalam batuan penutup dan akan mengakibatkan dampak lingkungan yang nyata pada system drainase air jika tidak dikelola dengan semestinya. Atas wewenang rencana pengelolaan batuan penutup yang disetujui pemerintah, Freeport Indonesia menempatkan batuap penutup di daerah-daerah terkelola di sekitar galian tambang terbuka Grasberg. Kemudian air asam batuan dialirkan menuju ke lokasi pengolahan air asam di MP74 untuk dinetralisasi dengan kapur.
32
Freeport memiliki masalah dengan aliran batuan asam yang sudah diobservasi sejak 1993. Sumber ARD terbesar berasal dari batuan sisa tambang di Grasberg, walaupun juga berasa dari pekerjaan di bawah tanah dan dinding tambang terbuka Grasberg dan ertsberg, hingga menyebabkan air berwarna biru terang yang mengandung tembaga air di pertambangan ertsberg yang sudah ditutup. Hampir semua batuan sisa tambamg yang dihasilkan lubang galian tambang di Grasberg dari tahun 1980-an sampai 2003, yang berjumlah 1.300 juta ton adalah jenis batuan pembentuk asam potensial (PAPPotentially Acid forming) dan banyak batuan sisa (batu kapur sebanyak 25% dari jumlah keseluruhan batuan sisa pembentuk asam) yang dihasilkan untuk menetralisir ARD tidak mencukupi jumlahnya. Karena kebijakan Freeport dalam ambang batas kadar tembaga yang tinggi, PAP yang rendah dari periode ini mengandung tembaga sebanyak 450 kg/ton, dan penelitian menunjukan sekitar 80% kandungan tembaganya akan terurai dalam beberapa tahun. Batuan sisa tambang ini akan memproduksi ARD dalam waktu lebih dari satu decade dan akan terus berlanjut di masa depan sampai batas waktu yang tidak diketahui.
Sumber: Google,com
33
Cara yang paling efektif dan lebih mudah untuk mencegah polusi tembaga dari batuan limbah di Freeport menurut Enviromental Geochemistry International sebagai konsultan pertambangan ini adalah dengan menghasilkan batuan tambang yang lebih rendah. Ini bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, PT FI harus menghentikan pertambangan terbuka, dan memindahkan batuan limbah ke lubang yang lebih lebar dan dalam. Pertambangan bawah tanah jelas masuk akal, karenanya hal ini sudah dilakukan di beberapa tempat di Freeport (Big Gossan, kucing liar, DOZ, Grasberg Block Cave) dan akan menjadi satu-satunya cara pertambangan mulai tahun 2014-2041. Kedua, PT FI harus memotong proses bijih mineral di tambang, artinya batuan limbah tembaga akan diproses sebagai bijih besi, mengambil tembaganya untuk dijual dan mengurangi limbah dan polusi tembaga yang akan menjadi ARD (walaupun akan lebih banyak menghasilkan tailing). Kedua cara pengurangan ARD ini membutuhkan biaya yang lebi tinggi dibandingkan cara yang dilakukan data ini dan hampir tidak mungkin dilaksanakan tanpa paksaan dari pihak luar seperti pemaksaan berdasarkan hukum lingkungan hidup atau pengenaan pajak oleh pemerintah. Sangat disayangkan PT FI lebih senang memilih cara pengurangan ARD dengan menggunakan kapur sebagai penetralisir yang tersedia di sekitar area petambangan. Tingkat pembuangan tailing ini, yang hampir sama dengan jumlah bijih logam yang terproses setiap harinya, relative lebih rendah pada tambang Erstberg (1973-1991).
Setelah melakukan joint venture dengan Rio Tinto PT FI diberikan izin untuk meningkatkan produksinya hingga 300.000 ton per hari. Sejak tahun 1994 sebanyak 118.000 ton perhari menjadi rata-rata terakhir 238.000 ton per hari. Tingkat pembuangan limbah ini akan terus berlanjut hingga tahun 2015 ketika penambangan menjadi hanya penambangan bawah tanah saja dan produksi tailing akan menurun menjadi sekitar 200.000 ton per hari hingga penambangan dihentikan pada tahun 2041.
Sumber: PT Freeport Indonesia
34
35
Dampak Terhadap Lingkungan Ekosistem Kerugian yang ditimbulkan dari kerusakan lingkungan akibat operasi pertambangan Freeport Indonesia di Papua dinilai mencapai US$ 7,5 milyar, atau sekitar Rp 67,5 Triliun (kurs Rp 9.000 per US$). Kerugian itu hanya mencakup kerusakan Sungai Ajkwa yang digunakan untuk membawa tailing pertambangan ke daerah pengendapan ModADA. Menurut keterangan Direktur Eksekutif Greeneconomics, Elfian Effendi dalam Suara Pembaharuan selasa 9 Mei 2006 menyebutkan bahwa pemulihan ekologi sungai harus dilakukan secara bertahap untuk meminimalkan dampak yang akan terjadi. Beliau juga mengatakan bahwa, dengan luas kerusakan yang mencapai 43.451 Ha, diperkirakan pemulihannya menelan biaya Rp 3,2 triliun per tahun. Pemulihan itu mencakup pengaturan tata air, penyediaan air, pengendalian limbah, dan sumber bahan makan. Selain itu menurut beliau biaya restorasi yang harus dibayar PT FI adalah biaya rata-rata berdasarkan standar internasional. Dan perkiraan biaya restorasi tersebut adalah angka yang wajar, karena di Amerika Serikat saja biaya rata-rata restorasi sungai mencapai US$ 8 milyar. Selain itu Analisis yang telah dilakukan Greeneconomics menunjukan jika dilakukan penambahan luas area tambang Freeport, maka potensi kerusakan sungai akan lebih besar lagi karena saat ini kondisi sungai tersebut sudah sangat perah, karena areal ekologi sungai yang akan terganggu mencapai 663.225 Ha, yang mencakup wilayah daerah aliran sungai di Minajerwi, Kamura, Otakawa Blumen, di kawasan Taman Nasional Lorentz.
Sumber: PT Freeport Indonesia
36
Selain itu suku Kamoro yang merupakan salah satu suku yang menetap di dataran rendah sejak dulu yang masyarakatnya memiliki ketergantungan pada air sungai untuk melangsungkan hidup mereka. Menurut antropologi UNCEN dan ANU sebagian besar keluarga-keluarga suku Kamoro yang menggunakan air sungai dalam kegiatan sehari-hari. Mulai dari untuk mencuci dan sebagai sumber air minum utama. Di samping itu, sungai Ajkwa yang bermuara di laut Arafuru juga merupakan sumber air bagi makhluk hidup di Taman Nasional Lorentz, yang letaknya berdampingan dengan kawasan Kontrak Karya PT FI. Dari fakta tersebut tampak refleksi betapa berharganya aliran sungai Ajkwa bagi kelangsungan hidup manusia serta makhluk akuatik yang hidup di sungai mauoun di laut Arafuru, sehingga penting sekali untuk menjaga kualitas airnya.
Sumber: Goolge.com
37
Banyaknya persediaan logam yang terdapat di Grasberg memastikan bahwa umur tambang akan lama, sehingga akan lebih menguntungkan bagi Freeport untuk mempercepat memproses bijih logam dalam jumlah banyak setiap hari, biarpun logam yang dihasilkan tidak terlalu baik. Sekitar 14% kandungan tembaga dari bijih logam yang dihasilkan masuh terdapat dalam tailing yang dibuang ke sungai. Disamping tembaga yang terbuang ke dalam tailing, banyak terdapat batuan yang mengandung tembaga yang telah ditambang namun tidak diproses. Sebagian dari batuan yang ditambang di Grasberg merupakan limbah batuan overburden, misalnya batu kapur, yang diangkat untuk melebarkan lubang galian agar dapat melakukan penggalian lebih dalam dengan aman. Sayangnya, sebagian batu tambang yang mengandung tembaga dengan kadar sedang terkadang dibuang sebagai batuan limbah karena kapasitas pertambangan yang terbatas lebih diutamakan untuk memproses hasil tambang yang kadarnya lebih tinggi. Hal ini disebut keputusan ekonomis yang disebut High Grading . Pada tahun 1996 dilaporkan bahwa PT Freeport menetapkan ambang batas kadar bijih logam untuk diproses sangat tinggi yaitu mencapai 0,85% tembaga, yang dilaporkan sebagai nilai yang paling tinggi diantara tambang tembaga di seluruh dunia. Ambang batas ini menurun secara bertahap hingga mencapai rata-rata 0,45% tembaga, tetapi angka ini masih terhitung tinggi dalam standar industry, dan jauh lebih tinggi dibandingkan tambang lain di sekitarnya seperti Ok Tedi yang memproses semua kadar bijih logam hingga 0,2% tembaga. Dengan kata lain PT FI hanya mengambil yang terbaik dari yang terbaik , meninggalan tembaga dalam jumlah yng cukup signifikan dalam limbah batuan dan tailing. Dengan cara yang mereka lakukan, Freeport dapat memaksimalkan keuntungannya dan memproduksi tembaga hanya dengan biaya 10 sen setiap pound-nya, dibandingkan dengan sebagian besar tambang -
38
lain yang menghabiskan biaya 50-60 sen. Tindakan tersebut terjadi akibat penjagaan yang sangat lemah terhadap lingkungan dan sumber daya alam dengan membiarkan besarnya jumlah tembaga yang terbuang mengingat pencemaran lingkungan dari tembaga yang luruh dari batuan limbah dan tailing serta banyaknya bahan bakar diesel yang digunakan (sekitar 360 juta liter per tahun) untuk pembongkaran dan pengangkutan batu di Freeport. Selain tembaga terdapat juga kandungan emas didalam batuan limbah dan tailing yang mendorong masyarakat setempat melakukan kegiatan tidak sehat dan membahayakan dengan memproses batuan limbah dan tailing ini untuk emperoleh kandungan emasnya. Ini juga telah memicu bentrokan antara masyarakat dengan petugas keamanan tambang, dan menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan, belum lagi resiko yang mungkin timbul di tempat pembuangan batuan limbah setelah penutupan tambang nanti.
Sumber: PT Freeport Indones
39
Pembuangan tailing yang mengandung air asam batuan oleh PT FI jelas telah memberikan dampak yang cukup serius bagi ekosistem sekitar, mulai dari perusakan habitat muara, kontaminasi pada rantai makanan di muara khususnya bagi spesies hewan dan tumbuhan yang berada sepanjang sungai Ajkwa serta di Kawasan Taman Nasional Lorentz. Hal ini dikarenakan menurut WALHI tailing dari PT FI mengandung tingkat racun logam yang tinggi seperti, Selenim (Se), Timbal (Pb), Arsenik (As), Seng (Zn), Mangan (Mn), dan Tembaga (Cu). Konsentrat dari berbagai jenis logam tersebut ditemukan dalam tailing melampaui batas acuan US EPA dan pemerintahan Australia, Indonesia dan juga batas ilmiah phytotoxicity. Berdasarkan pada pengujian sampel di lapangan menunjukan bahwa tanaman yang tumbuh di sekitar tailing mengalami penumpukan logam berat pada jaringan, dan hal ini yang akhirnya menyebabkan bahaya bagi makhluk hidup di hutan yang memakannya. Beberapa jenis hewan (seperti burung dan, mamalia) yang ditemukan telah terkontaminasi logam berat akibat dari tailing baik secara langsung maupun tidak langsung karena kandungannya melebihi ambang batas. Berikut ini adalah unggs atau burung yang didapati terkontaminasi logam berat: (www.walhi.or.id) a. Burung Raja Udang (king fisher) b. Burunga Maleo (brush turkey) c. Burung Kipas (fantail) d. Burung Kasuari Sedangkan mamalia yang terancam bahaya logam berat dari tailing adalah sebagai berikut: a. Keluang pulau b. Kelelawar c. Kuskus d. Babi
40
Bukan hanya kehidupan didaratan, kehidupan dilaut juga menjadi terganggu akibat adanya pembuangan limbah sisa operasional PT FI ini. Contohnya: a. Larva Udang (Cardina sp) b. Udang Sungai Dewasa (Macrobarchium rosenbergii) c. Larva Ikan Minnow (Cyprinodont Variegatus dan Pimephales Promelas) d. Ganggang Sungai (Chorella) e. Embrio dan Larva Rainbow Fish (Metanoteania Spledida) Dan hewan tak bertulang belakang (Chammarus dan Nassarius sp) Informasi kualitas air tanah di area tambang dan batuan limbah tidak diberikan oleh PT FI kepada pemerintah. Walaupun laporan tiga bulanan kepada pemerintah memang memuat judul level air tanah dan kualitasnya namun sayangnya data yang tercentum tidak menunjukan kadar keasaman dan kandungan logam di air tanah. Tulisan yang tercantum tidak menyebutkan bahwa air dikumpulkan dari tempat yang menghasilkan air asam, misanya dekat NW Wanagon dan dites untuk menguji kadar tembaga, besi, keasaman, dan daya konduksinya. Hasil tes tersebut tidak disertakan di dalam laporan.
Sumber: Google.com
41
Sumber: WALHI
Bimbunan batuan limbah tahun 2006 sudah lebih dari 1,5 milyar ton yang terdiri dari pecahan-pecahan batu dan akan bertambah menjadi sekitar 3 milyar ton. Timbunan ini sangat rawan terhadap erosi tanah dengan curah hujan sekitar 4.0005.000 mm yang turun setiap tahun di lokasi tambang. Erosi terhadap timbunan limbah batuan ini memperparah muatan tailing yang sudah bersedimen tinggi dan masuk ke dalam aliran sungai. Dampak tambahan di sungai dataran tinggi ini tidak didiskusikan atau dipedulikan dalam laporan tiga bulanan Freeport atau di dalam ERA, dan merupakan sebuah kelalaian yang sangat signifikan.
Sumber: Google.com
42
Sumber: Google.com Daerah berwarna merah muda diatas merupakan bagian dari Taman Nasional Lorentz yang berada di Pulau Papua. di sebelah barat taman nasional ini berbatasan langsung dengan tambang Gresberg. sedangkan gambar peta di sebelah kiri daerah berwarna merah muda adalah daerah kontrak karya PT FI dan daerah berwarna krem adalah Taman Nasional Lorentz, garis ungu menandakan batas taman nasional yang lama, dan garis hijau menandakan batas taman nasional yang baru.
43
Telah terjadi beberapa kali longsor yang diakubatkan oleh timbunan batuan limbah, termasuk di tempat pembuangan batuan limbah di lembah Wanagon pada pukul 22.00 WIB, tanggal 4 Mei 2000. Dalam kecelakaan ini, empat ratus ton batuan limbah longsor dan masuk kedalam danau Wanagon yang menyebabkan gelimbang cukup besar menghantam danau. Gelombang setonggi 15 meter dan lumpur ARD termasuk kandungan tembaga yang beracun secara tiba-tiba meluncur menuju Sungai Wanagon, yang mengakibatkan terbunuhnya empat orang di hilir sungai dan menyapu sebagian hilir desa Banti. Investigasi yang dilakukan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) Indonesia bersama dengan Dirjen pertambangan sesudah musibah ini menemukan bahwa ketinggian dan kemiringan gundukan batuan memang tidak mampu lagi menahan bebannya jika hujan deras turun. Guyuran hujan deras pada berbagai celah diantara partikel batuan limbah menyebabkan pemicu longsor awal. Factor lain yang dapat menimbulkan dampak jangka panjang misalnya gempa yang sering terjadi dan penurunan permukaan tanah akibat metode block caving dalam pertambangan bawah tanah. Tidak seperti cara yang umum dilakukan, dimana terowongan digali dengan atap penahan, sedangkan block caving menggunakan material buangan untuk mengontrol rubuhnya gua dan bijih logam dari atas. Jika banyak materi yang dipinndahm goncangan permukaan adalah hal yang biasa terjadi.
Sumber: Google.com
44
Proses ekstraksi emas dan tembaga yang dilakukan Freeport memakai bahan kimia berikut ini, yang dalam proporsi tertentu bisa terbuang ke lingkungan sekitar, bersamaan dengan tailing dari lokasi pertambangan dan di pelabuhan Amampare selama proses peningkatan konsentrasi mineral: · SIBX (Sodium Isobutil Xanthate) · Oreprep OTX-140: Ø 70% C8-C10 Alcohol Ø 15% Polypropylene Glycol Ø 12% C10-C16 Aldehydes/Ester Ø 1-2% C5-C8 Alcohol · Hyperfloc A-237 (Anionic Polyacrylamide) · Cytec S-7249 (41% Sodium Diisobutyl Dithiophosphate) · Isobutyl Alcohol Sumber: Google.com Penduduk sekitar tepi sungai Amungme, desa Banti dan Waa mengeluh karena bau tidak sedap dari tailing melewati sungai Aghawagon, yang diasumsikan berasal dari satu atau beberapa bahan kimia.setelah dilakukan penelitian terhadap air sungai di dekat desa Banti, beberapa dari bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi menerima screening quotients (SQs) yang tidak jauh dari 1, yang mengindikasikan adanya bahaya dan harus diselidiki lebih lanjut, yakni: · Sodium Diisobutyl Dithiophosphate SQ = 0,61 · Sodium Isobutil Xanthate SQ = 0,41 Walaupun kadar SQ paparan yang masih < 1, masih dimungkinkan jika diperkirakan bahaya penuh itu diberikan dalam bentuk informasi kepada penduduk yang suka mencari emas di Sungai Aghwagon.
45
Dampak Terhadap Lingkungan Ekonomi Secara umum operasionalisasi PT Freeport Indonesia di Timika Papua telah menymbang banyak kerugian secara khusus dan bagi Indonesia secara umum. Kerugian itu diantaranya: 1. PT FI telah melakukan penambangan emas tanpa izin
selama 30 tahun. Penambangan emas dilakukan pada gunugn Erstberg selama 30 tahun tanpa izin (berdasarkan kontrak karya I tidak ada kesepakatan penambangan berupa emas, hanya tembaga, perak, dan molybdenum) 2. PT FI hanya menambah pendapatan Pemerintah pusat sebesar US$ 3,4 milyar (sampai dengan Desember 2013) dan Pemerintah daerah sebesar US$ 7,7 milyar (dalam bentuk infrasturktur). Pendapatan yang diperoleh pemerintah terbilang tidak sebanding dengan banyaknya sumber daya alam (berupa emas, perak, dan tembaga) Indonesia yang dieksploitasi oleh PT FI dan juga biaya kerusakan dan pencemaran lingkungan yang harus ditanggung oleh pemerintah dikemudian hari. 3. PT FI hanya menyumbang devisa yang sangat kecil bagi negara. Jika dibandingkan dengan pendapatan perusahaan selaku pengelola sumber daya alam dan negara Indonesia. Karena pertama, selama masa kontrak karya I sekitar 30 tahun terhitung dari tahun 1967-1991 perusahaan tidak membayar royalty -
46
sedikitpun kepada pemerintah Indonesia dan pada kontrak karya II perusahaan baru membayar royalty, royalty yang diberikan pun terbilang amat sangat sedikit, yaitu sebanyak 1%-3,5% dari 100% untuk tembaga dan 1% float fixed dari 100% untuk logam mulia seperti emas dan perak. Royalty ini juga bergantung pada harga konsentrat tembaga, serta berat kotor produk. Yang kedua, untuk pajak (pajak penghasilan juta dan lainnya) maupun deviden dan retribusi terbilang sangat kecil (semuanya ini diklaim perusahaan mencapai US$ 15,2 milyar sampai dengan desember 2013) 4. PT FI belum mampu meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat asli papua melalui penyerapan tenaga kerjanya, menurut data Freeport, perusahaan mampu menyediakan lapangan kerja dan mampu menyerap tenaga kerja dengan mempekerjakan 12.000 kayawan langsung dan 19.000 kontraktor. Namun jika dilihat berdasarkan presentasenya hanya beberapa persen saja masyarakat papua asli yang terkena dampak langsung dari operasional (suku Kamoro) yang dapat bekerja di perusahaan tersebut. Hal ini menjadikan demonstrasi atau protes sering kali disekitar perusahaan. Keberadaan PT Freeport Indonesia tidak terlepas dari politik akomondatif negara terhadap rezim tambang multinasional. Paradigma pembangunan yang ingin dikejar oleh pemerintah, menjadikan pemerintah gelap mata dan memasrahkan sumber daya alam yang dimiliki negara kepada pihak asing. Rezim telah lupa pada UUD 1945 yang mengamanahkan bahwa cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara (pasal 33 ayat 2). Rezim acuh tak acuh makna konstitusi yang secara tegas menyatakan bahwa bumi, air, dan kekayaan yang
47
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat (pasal 33 ayat 3).
Sumber: Google.com
Rezim tidak mau memikirkan dampak langsung dan tidak langsung dari konsesi pertambangan yang akan diberikan kepada pihak asing. Dan hal itu harus dibayar mahal dari sisi ekonomi dan non-ekonomi. Alangkah baiknya sector pertambangan memberikan sumbangan yang signifikan terhadap penerimaan pemerintah dalam Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN). Hal ini karena ekspor dan harga komoditi tambang mahal. Sayangnya, dari sisi ekonomi keuangan negara, sulit mengatakan kalau pertambangan memberikan sumbangan yang signifikan dalam penerimaan negara. Karena fakta mengatakan bahwa sector migas lebih mendominasi. Kesalahan ini terjadi karena system royalty yang ditandatangani bersama antara pemerintah dan PT Freeport Indonesia dalam kontrak karya, sangat tidak menguntungkan Indonesia, sehingga keuntungan yang masuk ke kas negara sangat minim. Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan apa yang diterima PT FI, yang mendapatkan bagi hasil yang jauh lebih besar. Dari system non-ekonomi, harga diri dan kehormatan kita sebagai bangsa yang bermartabat jelas telah tercabik-cabik kerena akses negated dari eksploitasi yang dilakukan PT FI di belahan timur tanah air kita.
48
Berikut ini perbandingan penerimaan negara dari sector migas dan pertambangan (dalam triliun rupiah) R_f s l
Migas
Pertambangan
2004
108,2
9,0
2005
137,7
17,7
2006
191,7
29,8
2007
186,6
37,3
2008
304,4
42,7
Sejak tahun 1998-2002 terlihat bahwa jumlah bahan tambang yang dieksploitasi fluktuatif. Fluktuasi yang sangat tajam terjadi pada eksploitasi emas. Pada tahun 1998, emas yang diambil 91.045 kg dan tahun 1999 naik menjadi 92.235 kg. namun, tahun 2000 mengalami penurunan sehingga menjadi 77.121 kg, kemudian naik drastic di tahun 2002. Situasi ini dapat dimengerti karena harga emas di pasar internasional tidak selalu stabil, sehingga perusahaan harus jeli mempertimbangkan factor biaya produksi. I mk mbgrg
1998
1999
2000
2001
2002
jumlah
2.640.040
2.605.180
2.522.670
2.209.640
2.283.220
12.260.750
809.077
766.027
776.048
690.347
694.098
3.735.597
Emas (Kg)
91.045
92.235
77.121
103.308
77.821
441.530
Perak (Kg)
163.324
141.744
136.931
150.161
141.566
733.726
(unit) Konsentrat (Dmt) Tembaga (Ton)
Produksi mineral dan logam dasar PT Freeport Indoesia
49
Dari hasil penjualan komoditasnya. PT Freeport Indonesia mendapatkan keuntungan yang sangat besar karena barangbarang tersebut termasuk barang mewah (lux), Terutama emas. Dari keuntungan yang diperolehnya, menurut PT FI, mereka memberikan efek berantai (trickle down effects) kepada pemerintah Indonesia, berupa manfaat ekonomi. PT Freeport Indonesia memberikan manfaat ekonomi, baik langsung maupun tidak langsung kepada pemerintah pusat, Provinsi papua dan Kabupaten Timika. Manfaat ekonomi tersebut diberikan dalam bentuk royalty, pajak, dividen, retribusi, dan dukungan lainnya. PT FI mencatat bahwa selama tahun 2008, mereka memberikan manfaat langsung mencapai US$ 1,2 milyar dan memberikan manfaat berupa pembangunan infrastruktur penunjang di Timika, seperti pembangkit listrik, pelabuhan, jalan, bandara, jembatan, dan lain-lain. Argumentasi tersebut hanya menjustifikasi untuk membuat kita yakni bahwa mereka banyak berkontribusi untuk republic ini. Namun, perlu dicatat bahwa sebuah badan usaha yang melakukan aktifitas eksploitasi pertambangan di suatu negara, akan sudah sepantasnya PT FI membayar royalty, pajak, dividen, dan retribusi. Namun sayangnya, royalty yang diterima oleh pemerintah Indonesia sangat timpang dengan penghasilan yang dinikmati oleh PT FI. Berdasarkan kontrak karya I yang ditandatangani pada tahun 1967 dan 1991, pemerintah Indonesia hanya mendapatkan royalty sebesar satu persen (1%).
Dari tahun ke tahun Freeport terus mengeruk keuntungan dari tambang emas, perak, dan tembaga terbesar didunia. Pendapatan utama Freeport adalah dari operasi tambangnya di Indonesia (sekitar 60%, Investor Daily, 10 agustus 2009). Setiap harinya hampir 700 ribu ton material dibongkar untuk menghasilkan 225 ribu ton bijih emas. Jumlah ini bisa disamakan dengan 70 ribu truk kapasitas angkut 10 ton berjejer sepanjang Jakarta hingga Surabaya (sepanjang 700 km). keberadaan PT Freeport juga tidak banyak berkontribusi bagi masyarakat di Papua, dapat dilihat dari buruknya angka kesejahteraan manusia di kabupaten Timika.
Sumber: Google.com
Sumber: Google.com
50
51
Penduduk kabupaten Timika yang berlokasi di mana Freeport berada, terdiri dari 35% penduduk asli dan 65% pendatang. Pada tahun 2002, BPS mencatat sekitar 41% penduduk papua dalam kondisi miskin, dengan komposisi 60% penduduk asli dan sisanya pendatang. Pada tahun 2005, kemiskinan rakyat papua mencapai 80,07% atau setara dengan 1,5 juta penduduk. Hampir seluruh penduduk miskin Papua adalah warga asli Papua. Jadi penduduk asli papua yang miskin adalah lebih dari 66% dan umumnya tinggal di pegunungan tengah, wilayah kontrak karya Freeport. Kepala biro Pusat statistika provinsi papua J A Djarot Doentaso, menyatakan data kemiskinan tahun 2006, bahwa setengah penduduk Papua miskin (47,99%). Disamping itu, pendapatan pemerintah daerah Papua demikian bergantung pada sector pertambangan. Sejak tahun 1975-2002 sebanyak 50% lebih dari PDRB Papua berasal dari pembayaran pajak, royalty, dan bagi hasil sumberdaya alam tidak terbarukan, permasuk perusahaan migas. Artinya ketergantungan pendapatan daerah dari sector ekstraktif akan menciptakan ketergantungan dan kerapuhan yang kronik bagi wilayah Papua.
Sumber: Google.com
52
Dampak Terhadap Lingkungan Sosial Wilayah dataran tinggi sangat penting artinya bagi pemilik tanah tradisional Amungme, baik secara praktis maupun spiritual. Pemetaan yang dilakukan dengan berjalan kaki oleh Universitas Cendrawasih di Papua dan Universitas Nasional Australia, ditemani oleh pemilik tanah setempat mengidentifikasi habitat dan nama Amungme untuk penandaan local seperti puncak gunung, perbukitan, sungai, dataran tinggi terbuka, dan lereng. Sebagian besar daerah tersebut sekarang telah dihancurkan atau benar-benar tidak boleh digunakan oleh suku-suku tradisional. Total wilayah dataran tinggi yang ter,asuk daerah pertambangan Grasberg dan wilayah pembuangan batuan limbah adalah 12 Km2 pada Juni 2005 (PT FI 2005b). Selain area yang secara langsung digunakan untuk penambangan, banyak situs keramat dan tempat yang menghasilkan sudah diubah menjadi lokasi bagi fungsi penunjang proses pertambangan, seperti tempat pemrosesan tambang, lokasi kerjam dan akomondasi pekerja. Situs suci yang penting bagi suku Amungme telah dihancurkan, seperti Danau Wanagon yang sekarang benarbenar hilang dibawah timbunan batuan limbah Lembah Wanagon.
Sumber: Google.com
53
Selain itu suku lain seperti suku Kamoro yang sebagian besar bermata pencarian sebagai nelayan. Dikarenakan lingkungan dataran rendah yang menjadi tempat masyarakat suku kamoro mencari ikan, molusca, dan tambelo telah tercemar, maka masyarakat beralih mata pencaharian dengan berusaha untuk mencari sumber pendapatan lain. Dengan mencari tempat lain yang letaknya lebih tinggi untuk bertani dan beralih cara bercocok tanam. Disamping itu, mereka juga beralih mata pencaharian dengan menjadi peternak agar mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya untuk makan dan memperolah penghasilan. Kesenjangan social kerap terjadi, bahkan Pelanggaran Hak Asasi Manusia. Dari semua itu masyarakat memprotes atau melakukan aksi demonstrasi sebagai bentuk ketidak puasan akan keberadaan PT FI di Papua. Protes ini diaplikasikan masyarakat suku asli Papua dalam bentuk pemasangan patokpatok silang pada lokasi operasional perusahaan, perusakan fasilitas dan penyanderaan mobil milik perusahaan. Dalam laporan keberlanjutan PT FI tahun 2012 mereka menyatakan berkomitmen untuk mematuhi deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, prinsip-prinsip UN Global Compact, dan UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM serta perundang-undangan lainnya yang berlaku. PTFI juga mengklaim kasus-kasus yang sudah kami selesaikan sejak 2010 sampai 2012 adalah seperti terlihat dalam tabel berikut. Kasus
54
2010
2011
2012
Total
Industrial
1
3
6
10
Kriminal
5
4
2
11
Diskriminasi
0
0
0
0
Intimidasi
0
0
0
0
Pelecehan seksual
1
1
2
4
Pelecehan Intelektual
1
2
0
3
Pencemaran Nama Baik
1
0
0
1
KDRT
0
2
9
11
Setelah komnas HAM melakukan investigasi pelanggaran HAM di daerah Timika dan sekitarnya, mereka mengungkapkan bahwa selama 1993-1995 telah terjadi 6 jenis pelanggaran HAM, yang mengakibatkan 16 penduduk terbunuh dan empat orang masih dunyatakan hilang. Pelanggaran ini dilakukan baik oleh aparat keamanan PT FI maupun pihak tentara Indonesia. Hampir seluruh kasus pelanggaran HAM terkait tambang Freeport tidak jelas penyelesaiannya. Para pelaku kejahatan HAM ini umumnya tidak ditemukan atau mendapat perlindungan sehingga lolos dari jerat hukum. Keadilan bagi korban pelanggaran HAM kasus-kasus Freeport tampaknya memang suatu hal yang aneh. Tidak ada investigasi yang menemukan keterkaitan Freeport secara langsung dengan pelanggaran HAM, namun semakin banyak penduduk Papua yang menghubungkaan Freeport dengan tindak kekerasan yang dilakukan oleh TNI, dan dalam sejumlah kasus kekerasan ini dengan menggunakan fasilitas Freeport.
Sumber: Google.com
55
Seorang ahli antropologi Australia, Chris Ballard, yang pernah bekerja untuk Freeport, dan Abigail Abrash, seorang aktivis HAM dari Amerika Serikat, memperkirakan, sebanyak 160 orang telah dibunuh oleh militer antara tahun 1975 1997 di daerah tambang dan sekitarnya. Kasus pelanggaran HAM ini tidak sesuai dengan sila kedua pancasila yang berbunyi kemanusiaan yang adil dan beradab, karena seharusnya mereka menghormati hak warga yang berada di sekitar wilayah pertambangan Freeport bukan malah sebaliknya. Pihak Freeport terkesan mengabaikan hak warga yang berada disana, yang berakibat pada perlawanan warga terhadap freeport.. Timika menjadi salahsatu tempat berkembangnya penyakit mematikan, seperti HIV/AIDS. Telah terdata, Papua menjadi lokasi dengan jumlah tertinggi penderita HIV/AIDS di Indonesia. Di sisi lain, pendapatan pemerintah papua demikian bergantung pada sector pertambangan. Sejak tahun 1975-2002 sebanyak 50 persen lebih PDRB papua berasal dari pembayaran pajak, royalty dan bagi hasil sumber daya alam tidak terbarukan, termasuk perusahaan migas. Artinya ketergantungan pendapatan daerah dari sector ekstraktif akan menciptakan ketergantungan dan kerapuhan yang kronik bagi wilayah papua ke depannya.
Sumber: Google.com
56
Nasionalisasi PT. Freeport Indonesia Sebagai sasaran target nasionalisasi PT Freeport Indonesia, argumentasi yang menguatkan wacana ini pertama, emas dan tembaga yang dieksploitasi oleh PT Freeport Indonesia adalah komodias strategis (strategic commodities) dan memiliki nilai jual yang tinggi di pasar internasional. Kedua, secara matematika-ekonomi, royalty yang diterima oleh pemerintah aras eksploitasi emas dan tembaga yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia sangat tidak logis, karena selama ini pemerintah hanya mendapatkan keuntungan satu persen dari total laba bersih yang diterima oleh PT Freeport Indonesia. Ketiga, berbagai persoalan lingkungan, pelanggaran hukum dan HAM, serta konflik social yang membelit PT Freeport Indonesia di Timika Papua. Pada awalnya Bung Karno sangat anti asing untuk menjarah sumber daya alam Indonesia. Namun sangat disayangkan, penguasa selanjutnya sangat bertolak-belakang dengan Bung Karno.
Sumber: Google.com
57
Sumber: Google.com Setelah kekuasaan berpindah tangan, Soeharto segera mengundang investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia, termasuk sector pertambangan. Pemerintahan Orde Baru mengeluarkan UU No. 1 Tahun 1967 tentang penanaman modal asing sebagai pintu masuk bagi perusahaan asing. Selanjutnya, di bidang pertambangan, untuk memberi jaminan bagi bekerjanya midal asing, rezim orde baru mengeluarkan UU No. 11 Tahun 1967. Atas dasar UU inilah, pemerintahan kemudian menandatangani kontrak karya dengan PT Freeport Indonesia pada tahun 1967 dan 1991. UU No. 11 Tahun 1967 ini adalah UU pertambangan yang sangat liberal dan akomondatif terhadap kepentingan kapitalis asing, karena UU ini memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada pemerintah untuk mengambil tanah rakyat atas nama konsesi pertambangan. Di samping itu, pemerintah juga dapat menggusur pertambangan rakyat yang telah ada sebelumnya, atas nama kepentingan negara. Sayangnya UU ini tidak mengatur reklamasi wilayah bekas tambang, sehingga perusahaan tidak merasa bertanggungjawab sepenuhnya dalam penyelenggaraan reklamasi. Selang 42 tahun setelah UU itu dikeluarkan, UU No. 11 Tahun 1967 direvisi menjadi UU No. 4 Tahun 2009. UU pengganti ini hadir dengan wajah baru, yaitu menggunakan rezim -
58
rezim perizinan, bukan rezim kontrak karya sebagaimana yang digunakan dalam UU sebelumnya. Inilah yang menjadi jiwa dalam UU ini sehingga tidak ada lagi kontrak karya, tetapi diganti dengan izin usaha pertambangan (IUP). Tetapi, UU ini terlalu pragmatis karena tidak menjelaskan status kontrak karya yang sudah ditandatangani sebelum UU baru ini diberlakukan. Oleh sebab ini, PP No. 24 Tahun 2012, sebagai derivasi dari UU No. 4 Tahun 2009 tidak bisa mengikat perusahaan tambang multinasional yang telah menekan kontrak, tarmasuk PT Freeport Indonesia. Singkat kata Pemerintah harus bertindak tegas Menasionalisasi PT Freeport Indonesia. Mengikuti jejak Soekarno yang pernah menasionalisasi perusahaanperusahaan Belanda yang ada di Indonesia, melalui peraturan pemerintah pengganti undang-undang tentang nasionalisasi perusahaan milik belanda yang ada di Indonesia, pemerintah orde lama melakukan nasionalisasi terhadap 38 perusahaan tembakau di wilayah Jawa dan Sumatera, 205 aneka perusahaan perkebunan dan industry, 22 aneka perusahaan dan perkebunan di Sumatera dan Jawa, dan 12 aneka perusahaan dan cabang perusahaan di Bandung. Nasionalisasi PT Freeport Indonesia adalah salah satu usaha untuk mengembalikan kedaulatan Indonesia atas bumi, air dan seisinya. Kontrak karya bukanlah alasan untuk enggan menasionalisasi PT Freeport Indonesia karena kedudukan Kontraak karya tidak lebih tinggi dari Konstitusi. Banyak isu yang dapat bangsa ini gunakan untuk mendesak PT Freeport McMoran menjual saham PT Freeport Indonesia secara keseluruhan kepada pemerintah Indonesia. Isu-isu tersebut diantaranya: ·Isu Lingkungan PT Freeport Indonesia melakukan penambangan dengan dua system, yaitu penambangan terbuka (open-pit)
59
dengan menggunakan truk pengangkut dan sekop listrik besar dan system tambang tertutup (blockcaving) pada tambang bawah tanah. Selama ini kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh PT Freeport Indonesia tentu tidak bisa dibenarkan secara hukum. Terkai dengan masalah kerusakan lingkungan ini, setidaknya terdapat beberapa aturan yang dilanggar oleh PT Freeport Indonesia, yaitu UU No.14 Tahun 1999 tantang kehutannan, UU No. 23 Tahun 1997 tentang lingkungan Hidup, dan UU No. 2006 Tahun 2007 tentang penataan Ruang. ·Isu Pelanggaran HAM Isu ini pertama kali dipicu sejak pertama kali PT Freeport membuka petambangan Ertsberg pada tahun 1971 di tanah Papua. PT Freeport Indonesia memindahan suku Amungme dari wilayah mereka, ke kaki pegunungan untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi tambang. Semenjak ditandatanganinya Kontrak Karya I, kehidupan suku Amungme, Kamoro, Damal, Dani, Mee, dan Moni sangat terganggu. Karena bagi suku-suku tersebut tanah Papua tidak hanya sekedar tempat tinggal semata. Sayangnya sangat sedikit sumber yang dapat memberikan informasi, apakah mereka dipindahkan secara manusiawi, apakah tanah adat mereka diganti secara adil dan beradab. Disamping itu, PR FI menyewa TNI dan Polri untuk mendukung pengamanan yang dilakukan oleh pengaman swakarsa selama 2005. Hal ini tidak dapat dijadikan pembenaran karena jelas bertentangan dengan fungsi dan tugas aparat negara sebagaimana diatur dalam UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI dan UU No. 2 Tahun 2002 tentang Polri.
60
· Isu Konflik Sosial. Akibat kerakusan PT Freeport Indonesia yang setiap hari harus mengeruk kekayaan tambang di Papua, tanpa memberikan dampak yang berarti bagi masyarakat setepat, menyebabkan munculnya gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang pada awalnya hanya menuntut keadilan kepada pemerintah pusat agar pembangunan dilakukan secara merata dan adil di tanah Papua. Masyarakat Papua memiliki sumber daya alam yang melimpah, amun mereka tidak dapat menikmatinya. Setelah berkembang organisasi ini menuntut untuk merdeka atau lepas dari Indonesia. Lebih dari itu sudah banyak literature yang mengungkapkan bahwa kehadiran PT Freeport Indonesia di Papua menghadirkan konflik social ditengahtengah masyarakat Papua. Maka dari itu, bangsa ini harus mengambil langkah strategis dengan menasionalisasikan PT Freeport Indonesia dan mengelolanya untuk kemakmuran masyarakat Papua dan seluruh rakyat Indonesia.
61
Daftar Pustaka Ahmad Daelami, Berkah dan Musibah yang Diciptakan PT. Freeport Indonesia, (Yogyakarta: STIMIK AMIKOM Yogyakarta, 2012) Berita Kita media komunikasi komunitas Freeport Indonesia, No 242-Juli (Timika: Corporate Communication Departement PT Freeport Indonesia, 2014) Dewi Aryani. Dr. M.Si, Kasus PT. Freeport Indonesia, Hilangnya nurani pemerintah, diakses dari: http://home.netvigator.com/~sadar/news/KasusPT.Free portIndonesiaHilangnyaNuraniPemerintah.pdf PT FI, Menghubungkan Dunia Laporan Berkarya Menuju Pembangunan Berkelanjutan 2011, (Timika: PT FI, 2011) PT Freeport Indonesia, Mengembangkan sumberdaya secara berkelanjutan laporan keberlanjutan PT Freeport Indonesia Tahun 2012, (Papua: PT FI, 2012) Ratih Hamsky, Dampak operasional PT. Freeport pada kehidupan suku Kamoro, (N.A:Universitas Mulawarman, 2014) Ukar W. Soelistijo, Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sains, Teknologi, dan Kesehatan, (Bandung: Universitas Islam Bandung, 2012) Wahyu Eko Yudiatmaja, Nasionalisasi PT. Freeport Indonesia, diakses dari: http://wayuguci.com/wpcontent/uploads/2013/06/Nasionalisasi-PT-FreeportIndonesia.pdf WALHI, Dampak Lingkungan Hidup Operasi Pertambangan Tembaga dan Emas Freeport-Rio Tinto di Papua, (Jakarta: WALHI, 2006) W w w . w a y u g u c i . c o m / w p content/uploads/2013/06/Nasionalisasi-PT-FreeportIndonesia.pdf www.PTFI.co.id/id/media/facts-about-freeport-indonesia
Tentang Penulis Penulis lahir di tangerang 14 April 1993, beliau tinggal bersama kedua orang tuanya dan mempunyai seorang adik perempuan. Pendidikan formal terakhir yang di terima beliau sampai saat ini adalah SMA di SMA Negeri 11 Tangerang. Sekarang penulis sedang melanjutkan studinya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sejak tahun 2011. Selama masa studinya beliau mengikuti beberapa organisasi yang ada di kampus diantaranya Unit Kegiatan Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus Syarif Hidayatullah (UKM LDK Syahid) dan ACE (Association of Chemistry Education) yang merupakan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Kimia di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sampai saat ini. Karya tulis lain yang pernah ditulis beliau diantaranya Artikel resensi dari jurnal penelitian internasional dalam bidang kesehatan yang berjudul Hepatocellular Carcinoma Radiation erapy: Review of Evidence and Future Opportunities (2013) ,Makalah Kimia Lingkungan: Pencemaran Disekitar Kita (2013), Makalah Kimia Pangan: Lemak Trans (2013), Serta Proyek Kimia Industri Biogas dari Eeceng Gondok sebagai tim Produksi biogas. buku Jamu Cekok dari dulu hingga kini, mengulas senyawa-senyawa kimia Jamu Cekok untuk memenuhi tugas perkuliahannya.