TINJAUAN PUSTAKA
Sampah Sampah sebagai limbah dapat didefinisikan sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan dari kegiatan manusia. Dengan demikian, sampah dapat berasal dari kegiatan industri, pertambangan, pertanian, peternakan, perikanan, transportasi, rumah tangga, perdagangan, dan kegiatan manusia lainnya (Mohammad, 2007). Sedangkan definisi lain dikemukakan oleh Hadiwijoto (1983) dalam Amurwaraharja (2006), sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan baik telah diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak bermanfaat, dari segi ekonomi sudah tidak ada harganya serta dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian alam. Pengertian sampah diatas yaitu sampah dapat diartikan sebagai limbah pada sisa aktivitas manusia, tidak terpakai yang dapat bersifat membahayakan kesehatan lingkungan dan harus dibuang atau
dikelola dari lingkungan. Dilain pihak terdapat
pengertian bahwa sampah merupakan potensi sumber daya yang dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai tambah sebagai produk daur ulang maupun produk baru (Sudradjat, 2006). Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi dua kelompok yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah organik bisa didaur ulang menjadi biji plastik sedangkan sampah organik dapat diolah menjadi kompos. Dengan cara seperti ini, niscaya sampah tidak akan menjadi suatu permasalahan dan tentunya lingkungan pun dapat menjadi bersih, nyaman dan sehat (Simamora dan Salundik, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Penggolongan Sampah Penggolongan sampah sangat penting sekali diketahui, selain untuk mengetahui macam-macam sampah dan sifatnya juga sebagai dasar penanganan dan pemanfaatannya (Amurwaraharja, 2006).
1. Sampah Berdasarkan Sifat Murtadho dan Gumbira (1988) dalam Amurwaraharja (2006),
membedakan
sampah atas sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik meliputi limbah padat semi basah berupa bahan-bahan organik yang umumnya berasal dari limbah hasil pertanian. Sampah ini memiliki sifat mudah terurai oleh mikroorganisme dan mudah membusuk karena memiliki rantai karbon relatif pendek. Sedangkan sampah anorganik berupa sampah padat yang cukup kering dan sulit terurai oleh mikroorganisme karena memiliki rantai karbon yang panjang dan kompleks seperti kaca, besi, plastik, dan lainlain. Jika diurai lebih rinci, sampah dapat dibagi sebagai berikut: 1. Human Erecta, yaitu sampah yang dihasilkan dari buangan yang dikeluarkakn oleh tubuh manusia sebagai hasil pencernaan misalnya, tinja (faces) dan air seni (urine). 2. Sewage, yaitu sampah yang berasal dari limbah buangan rumah tangga maupun pabrik seperti limbah dapur dan bekas cucian yang pada umumnya langsung dialirkan ke dalam got tanpa proses penyaringan. 3. Refuse, sampah jenis ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu garbage (sampah lapuk) dan rubbish (sampah lapuk dan sampah tidak mudah lapuk). Sampah lapuk ialah sampah sisa-sisa pengolahan rumah tangga atau hasil sampingan kegiatan pasar bahan makanan, seperti sayur mayur. Sementara itu sampah tidak lapuk merupakan jenis sampah yang tidak dapat lapuk sama
Universitas Sumatera Utara
sekali seperti mika, kaca, plastik. Sampah tidak mudah lapuk merupakan sampah yang sangat sulit terurai, tetapi bisa hancur secara alami dalam jangka waktu lama. Sampah jenis ini ada yang dapat terbakar (kertas dan kayu) dan tidak terbakar (kaleng dan kawat) Sampah Lapuk (Garbage) Contoh: sayuran dan makanan sisa Sampah (Refuse)
Sampah tidak lapuk dan tidak mudah lapuk (Rabbish) Sampah tidak lapuk Contoh: plastik, kaca, mika
Sampah yang bisa terbakar Contoh: kertas, kayu Sampah tidak Mudah lapuk Sampah yang tidak terbakar Contoh: kaleng, kawat
bisa
Gambar 1. Bagan Pembagian Sampah (Tim Penulis PS, 2008) 4. Industrial waste, pada umumnya dihasilkan dalam jumlah dalam skala pasar dan merupakan bahan-bahan buangan dari sisa-sisa proses industri (Tim Penulis PS, 2008).
2. Sampah Berdasarkan Komposisi Pada satu jenis kegiatan manusia mungkin akan menghasilkan jenis sampah yang sama, sehingga komponen-komponen penyusunnya juga akan sama. Misalnya sampah yang hanya terdiri dari kertas, logam atau daun-daun saja dan apabila memungkinkan sampah-sampah tersebut tercampur dengan bahan-bahan lain, maka sebagian besar komponennya dapat dibedakan menjadi dua macam: -
Sampah yang seragam adalah hasil dari kegiatan industri pada umumnya termasuk dalam golongan ini. Sampah dari kantor sering hanya terdiri dari kertas,
Universitas Sumatera Utara
karton, kertas karbon, dan masih dapat digolongkan dalam golongan sampah yang seragam. -
Sampah yang tidak seragam atau campuran, misalnya sampah yang berasal dari pasar atau sampah dari tempat-tempat umum (Yamin, 1992).
Karakteristik dan Komposisi Sampah Karakteristik dan komposisi sampah merupakan hal yang terpenting untuk dipelajari sebelum memilih teknologi pengolahan sampah, oleh karena itu perlu sekali untuk mengetahui karakteristik serta komposisi sampah. Yang dimaksud dengan karakteristik sampah adalah sifat-sifat sampah yang meliputi sifat fisis, kimiawi dan biologisnya. Apabila ditinjau secara fisis, adalah sukar untuk merinci sifat-sifat sampah, terutama sampah yang berbentuk padatan selalu tidak homogen. Lain pula halnya dengan sampah yang berbentuk cairan lebih mudah diadakan identifikasi sifat-sifat fisisnya. Demikian pula apabila dilakukan peninjauan secara biologis. Sedemikian jauh masih sedikit literatur yang mendukung mengenai sifat-sifat fisis dan biologis sampah, baik padatan maupun cairan. Yamin (1992), menyatakan bahwa kebanyakan sampah adalah heterogen dan terdiri dari berbagai macam bahan, misalnya logam, gelas, kertas atau karton, karet, daun dan
sebagainya.
Perbedaan
komposisi
komponen-komponen
penyusunnya
ini
memberikan karakteristik sampah di suatu daerah. Meskipun demikian hal yang paling menyolok secara umum yaitu komponen yang paling banyak terdapat dalam sampah adalah sisa-sisa tumbuhan. Di beberapa kota jumlah sisa tumbuh-tumbuhan di dalam sampah hampir mencapai 80%, kemudian disusul oleh plastik dan sisa-sisa kain dan kertas. Hal ini mungkin disebabkan sampah paling banyak berasal dari pasar, seperti sisasisa sayuran, buah, daun pembungkus, plastik, kertas dan karton yang paling banyak
Universitas Sumatera Utara
sekali digunakan. Komponen-komponen lain seperti logam, kaca, karet, jumlahnya boleh dikatakan sangat sedikit. Tabel 1. Komposisi dan karakteristik sampah rata-rata No
Komponen
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Total
Organik Kertas Kaca Plastik Logam Kayu Kain Karet Baterai Lain – lain
% 73.98 10.18 1.75 7.86 2.04 0.98 1.57 0.55 0.29 0.86 100
Kadar Air (%) 47.08 4.97 2.28 0.32 0.63 0.02 55.3
N. Kalor (Kkal/Kg) 674.57 235.55 555.46 38.28 42.64 7.46 1553.96
Sumber: Studi Komposisi dan Karakteristik BPPT, 1994. Dilain pihak, tidak semua jenis sampah yang apabila dibuang ke alam akan mudah hancur. Diperlukan waktu berbulan-bulan atau bahkan puluhan tahun agar dapat terurai. Akibatnya jika volume sampah yang dihasilkan warga banyak dan lama hancur, maka akan dibutuhkan lahan yang luas untuk lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah (Some, 2007). Tabel 2. Umur degradibilitas beberapa komponen sampah No
Jenis Sampah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kertas Kardus Kulit jeruk Busa sabun (Deterjen) Sepatu kulit Kain nilon Plastik Aluminium Streofom
Umur Degradibilitas 2,5 bulan 5 bulan 6 bulan 20-25 tahun 20-40 tahun 30-40 tahun 50-80 tahun 90-100 tahun Tidak dapat terurai
Sumber: Some, 2007. Sampah organik mampu terurai secara alami di alam dengan bantuan mikroba. Selain sampah organik, beberapa bahan anorganik dapat juga terurai secara alami walaupun dalam kurun waktu yang cukup lama. Proses ini disebabkan oleh tingkat
Universitas Sumatera Utara
penguraian atau degradibilitas tiap bahan berbeda. Berikut urutan tingkat kemudahan sampah dalam penguraiannya (Tim Penulis PS, 2008). Tabel 3. Tingkat degradibilitas komponen bahan sampah No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Komponen Sampah Selulosa dari kertas karbon Hemiselulosa Karbohidrat Selulosa dari kertas bungkus Bambu Lemak Protein Ranting Lignin Plastik
Degradibilitas (%) 90 70 70 50 50 50 50 5 0 0
Sumber: Sudradjat, 2006.
Pengolahan Sampah Sistem pengelolaan sampah kota secara garis besar mencakup dua aspek utama: pertama aspek teknis yang meliputi (1) pewadahan, (2) pengumpulan, (3), pemindahan, (4) pengangkutan, (5) pengolahan dan (6) pembuangan ke tempat akhir (TPA); dan kedua aspek non teknis yang (1) meliputi perilaku masyarakat, (2) kelembagaan, (3) teknologi, (4) regulasi, (5) sistem keuangan dan (6) kemauan politik (political will) dari pemerintah (BPPT, 2000 dan Dept. PU, 1992 dalam Kholil, 2006). Pengolahan sampah adalah perlakuan terhadap sampah yang bertujuan untuk memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan (Azwar, 1990). Sedangkan Hutagalung (2007) menyatakan bahwa tujuan suatu sistem pemanfaatan sampah ialah dengan mengkoversi sampah tersebut menjadi bahan yang berguna secara efesien dan ekonomis. Untuk melakukan pemilihan alur konversi sampah diperlukan adanya informasi tentang karakter sampah, karakter teknologi konversi yang ada, karakter pasar dari produk pengolahan, implikasi lingkungan dan sistem serta persyaratan lingkungan (Hutagalung, 2007) sedangkan Bebassari (2008) dalam BPPT (2006) menyatakan bahwa teknologi harus dilihat utuh sebagian dari sistem jika ingin
Universitas Sumatera Utara
mengolah sampah oleh karena itu dalam memilih berbagai teknolgi konversi sampah kita harus menyesuaikan dengan kondisi setempat, komposisi serta karakteristik sampahnya.
Pengomposan Pengomposan merupakan proses perombakan (dekomposisi) dan stabilitas bahan organik oleh mikroorganisme dalam keadaan lingkungan terkendali atau terkontrol dengan hasil akhir berupa humus atau kompos. Proses ini melibatkan sejumlah mikroorganisme tanah termasuk bakteri, jamur, protozoa, actynomicetes, nematoda, cacing tanah dan serangga (Simamora dan Salundik, 2006). Tidak semua jenis sampah bisa dijadikan bahan dalam pembuatan kompos. Jenis yang
dipakai
adalah
sampah
organik
yang
mudah
sekali
membusuk,
(Tim Penulis PS, 2008). Jenis sampah organik yang bisa diolah menjadi kompos adalah sebagai berikut: sampah sayur baru, sisa sayur basi, sisa nasi, sisa ikan, ayam, kulit telur dan sampah buah tetapi tidak termasuk kulit buah yang keras (Litauditomo, 2007). Kualifikasi pengomposan antara lain dapat dikelompokkan atas dasar: 1.
Ketersediaan Oksigen - Pengomposan aerob, apabila dalam prosesnya menggunakan oksigen - Pengomposan anaerob, apabila dalam prosesnya tidak memerlukan adanya oksigen.
2.
Kondisi Suhu - Suhu mesofilik, apabila berlangsung pada suhu normal, biasanya terjadi proses anaerob - Suhu termofilik, apabila berlangsung diatas 400C, biasanya terjadi pada proses aerob.
Universitas Sumatera Utara
3. Teknologi yang Digunakan -
Pengomposan tradisional (alamiah) seperti dengan cara windrow
- Pengomposan yang dipercepat (high rate), bersasaran mengkondisikan dengan rekayasa lingkungan proses yang mengoptimalkan kerja mikroorganisme, seperti pengaturan pH, supply udara, kelembaban, suhu dan pencampuran bahan. Pengomposan aerobik lebih banyak dilakukan karena tidak menimbulkan bau, waktu pengomposan lebih cepat, temperatur proses pembuatannya tinggi sehingga dapat membunuh bakteri patogen dan telur cacing, sehingga kompos yang dihasilkan lebih higienis (Damanhuri dan Padmi, 2007). Adapun perbedaan antara keduanya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4. Perbandingan pengomposan aerob dan anaerob No
Karakteristik
Aerob
Anaerob
1.
Reaksi pembentukannya
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Produk akhir Reduksi volume Waktu proses Tujuan utama Tujuan sampingan Estetika
Eksotermis, butuh energi luar, dihasilkan panas Humus, CO2, H2O Lebih dari 50% 20-30 hari Reduksi volume Produksi kompos Tidak menimbulkan bau
Endotermis, tidak butuh energi luar, dihasilkan biogas sebagai sumber energi Lumpur, CO2, CH4 Lebih dari 50% 20-40 hari Produksi energi Stabilisasi buangan Menimbulkan bau
Sumber: Damanhuri dan Padmi, 2007 Imbangan C/N bahan baku kompos merupakan faktor terpenting dalam laju pengomposan. Proses pengomposan akan berjalan baik jika imbangan C/N bahan organik yang dikomposkan sekitar 25-35. Setiap bahan organik memiliki imbangan C/N yang berbeda. Imbangan C/N limbah ternak umumnya lebih rendah dibandingkan dengan C/N tanaman. Karena itu penggunaannya sebagai bahan baku kompos harus dicampur dengan bahan organik yang memiliki imbangan C/N tinggi sehingga dapat menghasilkan
Universitas Sumatera Utara
imbangan C/N yang optimal (Simamora dan Salundik, 2006). Perbedaan imbangan C/N berbagai jenis bahan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 5. Imbangan C/N dari berbagai sumber bahan organik No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Jenis Bahan Organik Urine Ternak Kotoran Ayam Kotoran Sapi Kotoran Babi Kotoran Manusia Darah Tepung Tulang Urine Manusia Enceng Gondok Jerami Gandum Jerami Padi Ampas Tebu Jerami Jagung Sesbania sp. Serbuk Gergaji Sisa Sayuran
Imbangan C/N 0,8 5,6 15,8 11,4 6 - 10 3 8 0,8 17,6 80 - 130 80 - 130 110 - 120 50-60 17,9 500 11-27
Sumber: Gaur A.C., 1983 dalam Simamora dan Salundik, 2006 Dalam proses pengomposan zat hara yang dikandungnya akan tergantung pada karakteristik bahan baku yang digunakan. Oleh karena sampah kota karakteristiknya sangat heterogen dan fluktuatif maka kualitasnya akan mengikuti karakteristik sampah yang digunakan sebagai bahan kompos setiap saat (Damanhuri dalam Tsabitah, 2007). Hal yang penting untuk diperhatikan dalam proses pengomposan adalah alat komposternya. Wikipedia (2007) memberikan pengertian pada komposter adalah sebuah alat mesin pemroses kompos yang berfungsi dalam mengalirkan udara (aerasi), memelihara kelembaban dan mengatur tempertaur sehingga bakteri dan jasad renik bekerja mengurai bahan organik secara optimal. Disamping fungsi tersebut, dengan komposter memungkinkan aliran lindi terpisah dari material padat dan akan menguntungkan bagi pembuatan pupuk cair. Jenis-jenis komposter skala rumah tangga dapat dibagi tiga yaitu, (1) komposter tertanam; (2) komposter dengan aerator; (3) komposter tanpa aerator.
Universitas Sumatera Utara
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek yaitu: 1. Aspek ekonomi: -
Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
-
Mengurangi volume atau ukuran limbah
-
Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya.
2. Aspek lingkungan: -
Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
-
Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.
3. Aspek bagi tanah atau tanaman: -
Meningkatkan kesuburan tanah
-
Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
-
Meningkatkan kapasitas jerap air tanah, (Wikipedia, 2007).
Daur Ulang Daur ulang adalah salah satu strategi pengolahan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk atau material bekas pakai, (Wikipedia, 2007). Komponen sampah yang mempunyai nilai tinggi untuk dimanfaatkan kembali adalah sampah kertas, logam dan gelas (BPPT, 2006). Pusat Pengolahan Sampah (PPS) ITB melakukan pengolahan sampah berdasarkan jenis sampahnya yaitu organik dan anorganik. Sampah anorganik yang punya nilai ekonomi seperti plastik, botol air minum dan kemasan makanan, dipisahkan tersendiri untuk dijual ketempat pengumpulan dan kemudian diolah di pabrik daur ulang, sedangkan sampah seperti kertas dan plastik yang tidak bernilai ekonomi diolah menggunakan unit insinerasi dengan cara yang dibakar (Indreswari, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Beberapa pemanfaatan sampah kering yang dapat dihasilkan dari pengolahan sampah untuk didaur ulang dan mempunyai nilai ekonomis antara lain: 1. Sampah Plastik Sampah plastik sebagian besar dapat diolah baik menjadi: a. Produk baru; alat rumah tangga seperti ember, bak, tali plastik b. Digunakan kembali seperti pembungkus, pot tanaman, tempat bumbu c. Sebagai bahan industri daur ulang seperti pellet, biji plastik. 2. Sampah Kertas Pada umumnya Jenis kertas bekas serta produk daur ulang yang dapat dihasilkan dari pengolahan sampah untuk daur ulang dan mempunyai nilai ekonomis antara lain seperti tabel berikut: Tabel 6. Produk recyclling dari sumber sampah kertas No.
Jenis Kertas Bekas
1.
Kertas komputer dan kertas tulis
2.
Kantong kraft
3.
Karton dan box
4.
Koran, majalah dan buku
5.
Kertas bekas campuran
6.
Kertas pembungkus makanan
7.
Kertas tissue
Sumber Perkantoran, percetakan dan sekolah Pabrik, pasar dan pertokoan Pabrik, pertokoan dan pasar Perkantoran, pasar dan rumah tangga Rumah tangga, perkantoran, LPS/ TPA dan Pertokoan Pertokoan, rumah tangga dan perkantoran Rumah tangga, perkantoran, rumah makan dan pertokoan
Produk Recycling Kertas komputer, kertas tulis dan art paper Kertas kraft dan art paper Karton dan art paper Kertas koran dan art paper Kertas tissue, kertas tulis kualitas rendah dan art paper Tidak dapat di daur ulang Kertas tissue (tetapi sangat jarang yang dapat didaur ulang kembali)
Sumber: BPPT 2006 3. Logam Logam yang dihasilkan dari sampah kota dapat dimanfaatkan antara lain: a. Digunakan seperti kaleng susu
Universitas Sumatera Utara
b. Dijadikan produk baru seperti tutup botol kecap dan mainan c. Sebagai bahan tambahan bahan baku baku industri seperti industri logam. 4. Bahan lain Bahan lain seperti gelas, karet mempunyai persentase yang cukup kecil dalam komponen sampah kecuali pada kasus tertentu. Oleh karena itu dalam skala kecil tidak ekonomis untuk diolah (Anonim, 2008).
Konsep Sistem Definisi sistem sebagai suatu entitas merupakan serangkaian dari bagian-bagian yang saling berkaitan dan membentuk suatu bagian yang kompleks tetapi utuh (Tunas, 2007). Manetsch dan Park, (1997) secara definisi mengartikan sistem sebagai suatu gugus dari elemen-elemen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai satu tujuan atau gugus tujuan. Sedangkan Gerald (1981), Lucas (1987), Kumarotomo (1998) dan Eriyatno (1999) dalam Kholil (2005) lebih menitikberatkan pada prosedur, yang pada intinya sistem merupakan suatu jaringan yang terdiri dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, terorganisasi untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran dan tujuan tertentu. Prosedur artinya suatu tata aturan yang tepat dari tahapan-tahapan instruksi yang menerangkan apa (what) yang harus dikerjakan, siapa (who) yang mengerjakan, kapan (when) suatu tugas dikerjakan dan bagaimana (how). Leod dalam subsistem-subsistem
Turban (1993) dalam Kholil (2005) membagi sistem kedalam (komponen),
batasan
(boundary),
lingkungan
luar
sisten
(enviroment), penghubung (interface), masukan (input), proses (process), keluaran (output), sasaran (objective), dan tujuan (goal). Elemen dari suatu sistem adalah unsur (entity) yang mempunyai tujuan atau realitas fisik, setiap elemen mengandung suatu
Universitas Sumatera Utara
atribut yang dapat berupa nilai bilangan, formula intensitas, ataupun suatu keberadaan fisik seperti, mesin, organisasi dan lainnya (Eriyatno, 1999). Tunas (2007) menyatakan bahwa karakteristik bagi sistem terdiri atas (1) karakteristik purposive behavior: suatu sistem pasti memiliki alasan akan keberadaannya atau mempunyai tujuan (output) tertentu oleh karena itu tujuan atau outputnya harus diketahui dengan jelas; (2) Karakteristik keseluruhan (Wholism): suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur dan fungsi, hanya dapat bekerja secara optimal bila mereka secara keseluruhan dapat bekerja secara terpadu; (3) karakteristik openess: bahwa interaksi dengan lingkungan merupakan sifat dasar dari semua sistem terbuka; (4) karakteristik transformation: efektivitas dan efisiensi suatu sistem diukur dari sejauh mana proses dari sistem itu dapat mentransformasikan inputnya menjadi output yang diharapkakn; (5) karakteristik interlatedness: keterkaitan antar unsur yang ada di dalam sistem dan keterkaitannya dengan sistem lain harus diperhatikan dengan seksama dan (6) karakteristik control mechanism: maksud dari karakteristik ini bahwa agar sistem dapat bertahan dan sesuai dengan kebutuhan penggunanya maka sistem tersebut memelurkan sebuah feedback yang terus-menerus, guna mengetahui sejauh mana penyimpangan terhadap output sistem yang dikeluarkan.
Pendekatan Sistem Pendekatan adalah suatu cara untuk menangani suatu masalah. Pendekatan sistem terhadap
suatu
mempertimbangkan
masalah semua
adalah
untuk
aspek
yang
menangani terkait
suatu
dengan
masalah masalah
dengan itu
dan
mengkonsentrasikan perhatiannya kepada interaksi antara aspek-aspek yang terkait dari permasalahan tersebut (Tunas, 2007). Sedangkan Eriyatno (2003) menyatakan bahwa pedoman terhadap pendekatan sistem yaitu merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya
Universitas Sumatera Utara
identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi yang dianggap efektif. Untuk dapat menyelesaikan permasalahan dengan pendekatan sistem, harus diawali dengan cara berpikir sistemik. Berpikir sistemik adalah cara pandang terhadap suatu kejadian dengan memikirkan seluruh interaksi antar unsur atau variabel dalam batas lingkungan tertentu (Muhammadi, 2001 dalam Kholil, 2005). Sehingga melalui berpikir kesisteman dan pendekatan sistem ini kita akan dapat melihat permasalahan dengan prespektif yang lebih menyeluruh, yang mencakup struktur, pola dan proses serta keterkaitan antara komponen-komponen atau kejadian-kejadian yang ada padanya, jadi tidak hanya kepada kejadian yang tunggal yang langsung dihadapi. Berdasarkan prespektif yang luas ini kita akan dapat mengidentifikasi seluruh rangkaian sebab-akibat yang ada dalam permasalahan tersebut dan menentukan dimana sebaiknya kita harus memulai tindakan pemecahannya (Tunas, 2007).
Metodologi Pendekatan Sistem Pada hakikatnya pendekatan sistem dapat dipakai untuk memecahkan masalah: perancangan sistem baru, evaluasi sistem yang berjalan atau yang telah ada dan perbaikan atau penyempurnaan sistem yang telah ada. Gigch dalam Tunas (2007) menyebutkan langkah-langkah yang diperlukan dalam merancang suatu sistem yang baru adalah: 1. Tahap pembuatan kebijakan atau pra perencanaan a. Merumuskan problema yang dihadapi b. Memahami persepsi atau pandangan dari klien dan perencana, hal ini mencakup asumsi, premis (fakta dan sistem nilai yang berlaku) dan pendekatan yang digunakan c. Penentuan tujuan sistem d. Mencari dan menemukan alternatif-alternatif yang potensial.
Universitas Sumatera Utara
2. Tahap evaluasi a. Mengidentifikasi output, atribut, kriteria, skala pengukuran dan model serta data yang diperlukan b. Evaluasi alternatif, dengan menggunakan model dan mengukur output c. Proses pemilihan alternatif. 3. Tahap implementasi dari alternatif yang dipilih (Tunas, 2007). Langkah satu dan dua umumnya dilakukan dalam satu kesatuan kerja yang dikenal sebagai analisa sistem (Eriyatno, 2003).
Analisis Kebutuhan Whitten dkk (2004) dalam Maulidiana (2008) menyatakan bahwa jika kita mengasumsikan sebuah sistem, maka akan terdapat para pelaku sistem atau stakeholder. Dimensi stakeholder menunjukkan mereka yang mempunyai kepentingan dengan sistem informasi yang sedang dievaluasi (Seddon dkk, 1999 dalam Hartono, 2007). Dalam analisis kebutuhan, masing-masing stakeholder ini akan dianalisis sehingga didapat secara rinci faktor-faktor apa saja yang dibutuhkan pengguna sistem. Analisa kebutuhan merupakam permulaan pengkajian dari suatu sistem, yang menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seseorang pengambil keputusan (decision maker) terhadap jalannya sistem. Analisa ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat seorang ahli, diskusi, observasi lapangan dan sebagainya (Eriyatno, 2003).
Identifikasi Sistem Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Tunas (2007) dalam Maulidiana (2008) menyatakan bahwa pada dasarnya definisi sistem akan bergantung pada latar belakang
Universitas Sumatera Utara
cara pandang orang yang mencoba mendefinisikannya. Menurut industri sistem dipandang sebagai proses pemasukan (input) yang ditransformasikan menjadi keluaran tertentu (output). Proses pada tahap ini, sistem dilihat seperti sebuah “Black box”. Dalam meninjau suatu perihal untuk menyusun diagram kotak hitam perlu diketahui macam informasi yang dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu 1) peubah input, 2) peubah output, 3) parameter-parameter yang membatasi struktur sistem (Eriyatno, 2003).
Model Diagram Kotak Gelap (Black Box Diagram) Dalam rangka melakukan pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan sistem diperlukan model-model sistem yang tepat. Semakin cocok model yang dipilih semakin efektif pula langlah-langkah pemecahan yang diambil dan pada akhirnya akan menghasilkan solusi yang sesuai dengan apa yang diharapkan (Tunas, 2007). Sebuah sistem, dimana struktur internnya (relasi-relasi antara elemen-elemen sistem) sama sekali tidak diperhatikan, dinamakan model pendekatan sistem Black Box (Winardi,1980). Dalam meninjau suatu perihal untuk menyusun kotak gelap perlu diketahui macam informasi yang dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu; (1) peubah input, (2) peubah output dan (3) parameter-parameter yang membatasi struktur sistem (Eriyatno, 2003). Diagram input-output merepresentasikan input lingkungan, input terkendali dan tak terkendali, output dikehendaki dan tak dikehendaki, serta manajemen pengendalian. Sedangkan parameter rancangan sistem dipresentasikan sebagai kotak gelap (black box) pada tengah diagram, yang menunjukkan terjadinya proses transformasi input menjadi output (Sadelie, 2003)
Universitas Sumatera Utara
INPUT LINGKUNGAN
Input Tidak Terkendali
SISTEM
Input Terkontrol
Output dikehendaki Output Tidak Dikehendaki
MANAJEMEN
Gambar 2. Diagram Kotak Gelap (Eriyatno, 2003). Hasil dari kegiatan sistem yang berupa output ini dievaluasi tanpa kecuali dalam sistem-sistem terbuka dan salah satu informasi seperti umpan balik (feedback) dikembalikan lagi kedalam sistem sehingga akan mempengaruhi kegiatan sistem selanjutnya (Tunas, 2007). Secara terperinci pengertian komponen kotak gelap dapat diuraikan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 7. Uraian Komponen Sistem No. A.
KOMPONEN INPUT SISTEM
A.1
Input lingkungan (Eksogenous)
A.2
Input yang endogen (yang terkendali dan tidak terkendali
A.2.1
Input yang terkendali
URAIAN 1. 2. 1. 2. 1.
2. 3. A.2.2
Input yang tak terkendali
1. 2. 3.
B.
OUTPUT
B.1
Output yang dikehendaki
SISTEM 1. 2.
B.2.
Output yang tak terkendali
1.
2.
3.
C.
PARAMETER RANCANGAN SISTEM
1. 2.
3.
4.
D.
Mempengaruhi sistem, akan tetapi tidak dipengaruhi sistem. Tergantung pada jenis sistem yang ditelaah. Merupakan peubah yang sangat perlu bagi sistem untuk melaksanakan fungsinya yang dikehendaki. Sebagai peubah untuk mengubah kinerja sistem dalam pengoperasiannya. Dapat bervariasi selama pengoperasian sistem untuk mencapai kinerja yang dikehendaki atau untuk menghasilkan output yang dikehendaki. Perannya sanngat penting untuk mengubah kinerja sistem selama pengoperasian. Dapat meliputi aspek : manusia, bahan, energi, modal dan informasi. Tidak cukup penting perannya dalam mengubah kinerja sistem. Tidak diperlukan agar sistem dapat berfungsi. Bukan merupakan input lingkungan (eksogenous) karena disiapkan oleh perancang.
MANAJEMEN PENGENDALI
Merupakan respon dari sistem terhadap kebutuhan yang telah ditetapkan (dalam analisis kebutuhan). Merupakan peubah yang harus dihasilkan oleh sistem untuk memuaskan kebutuhan yang telah diidentifikasi. Merupakan hasil sampingan yang tidak dapat dihindarkan dari sistem yang berfungsi dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki Selalu diidentifikasikan dalam tahap identifikasi sistem, terutama semua pengaruh negatif yang potensial dapat dihasilkan oleh sistem yang diuji. Sering merupakan kebalikan dari keluaran yang dikehendaki. Digunakan untuk menetapkan struktur sistem. Merupakan peubah keputusan penting bagi kemampuan sisten menghasilkan keluaran yang dikehendaki secara efisien dalam memenuhi kepuasan bagi kebutuhan yang ditetapkan. Dalam beberapa kasus kadang-kadang perlu merubah peubah ini selama pengoperasian sistem untuk membuat kemampuan sistem bekerja lebih baik dalam keadaan lingkungan berubah-ubah. Tiap sistem memiliki parameter rancangan khas tersendiri untuk identifikasi.
Merupakan faktor pengendalian (kontrol) terhadap pengoperasian sistem dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki.
Sumber: Eriyatno (2003).
Universitas Sumatera Utara