INDUSTRI KREATIF BERBASIS SUMBER DAYA ALAM Untung Sumotarto Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta
ABSTRAK Ekonomi kreatif adalah ekonomi yang juga didukung oleh industri kreatif. Terdapat sejumlah jenis/kelompok industri kreatif yang dinilai dapat dikembangkan di Indonesia. Secara umum pengembangan industri membutuhkan sekurangnya empat pilar (soko guru) utama yakni bahan baku (resources), teknologi (technology), sumber daya manusia (SDM) (human resources) dan lembaga-lembaga pembiayaan (financial institutions). Industri kreatif berbasis sumber daya alam adalah industri kreatif yang memanfaatkan bahan baku yang berasal dari alam (natural resources), termasuk di antaranya hasil pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, pertambangan, dll. Berdasarkan tingkat kecanggihannya, teknologi yang akan diterapkan dalam pengembangan suatu jenis industri dapat dikelompokkan menjadi teknologi tingkat tinggi (high tech), madya, dan sederhana atau tepat guna (appropriate technology). Sementara itu sumber daya manusia yang siap mengembangkan industri semestinya merupakan SDM yang memiliki cukup pendidikan atau sekurangnya pelatihan (skillfull), terlebih bila dikehendaki pengembangan industri yang akan membutuhkan proses penciptaan baru (new creation) bahkan bisa pula penemuan baru (new invention), yakni industri kreatif. Berdasarkan kondisi geografis setempat, sumber daya alam yang ada serta kemampuan SDM, industri kreatif yang cocok (suitable) dikembangkan di Kabupaten Purworejo dan daerah sekitarnya sekurangnya selama lima tahun ke depan memiliki karakteristik industri yang memanfaatkan sumber daya alam, menggunakan teknologi madya atau teknologi tepat guna, serta sedapat mungkin bersifat padat karya. Kata kunci: industri kreatif, sumberdaya alam, sumberdaya manusia
PENDAHULUAN Persaingan dagang dan pembangunan ekonomi yang semakin mendunia (globalisasi), menyebabkan seluruh bangsa berusaha mengejar ketertinggalan. Bangsa-bangsa dengan berbagai kelebihan dan kekurangan telah berusaha membangun dengan menyesuaiakan kemampuan dan aset yang dimilikinya. Sumber daya manusia sangat memegang peran dalam pembangunan suatu bangsa. Bukan saja tingkat pendidikan tetapi faktor kedisiplinan, kerja keras, kreatifitas, dll menjadi penentu daya tahan (survival) dan keberhasilan suatu bangsa dalam membangun. Kini ketika kreatifitas ikut menentukan daya saing suatu bangsa, pengembangan ekonomi dan industri juga membutuhkan kreatifitas agar dapat menghasilkan produk-produk dan pada akhirnya perkembangan ekonomi yang mampu membawa bangsa tersebut berdiri di depan (leading) bangsa-bangsa lain.
Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 6
Ekonomi kreatif ditopang oleh industri yang juga kreatif. Pada gilirannya kunci keberhasilan industri yang kreatif terletak pada SDM yang juga kreatif. Meskipun tersedia pilihan teknologi yang berragam, namun kondisi geografis, termasuk kelimpahan dan kemampuan tenaga kerja dan SDM, menyebabkan pemilihan teknologi tidak dapat sangat leluasa. Suatu pengembangan industri berteknologi tinggi yang mengurangi tenaga kerja justru dapat berakibat naiknya tingkat pengangguran. Tetapi di sisi lain, industri dengan teknologi madya atau rendah sering menghasilkan “return” (yakni keuntungan) yang kecil. Dilema seperti ini perlu disikapi para pengambil kebijakan. Kabupaten Purworejo dengan wilayahnya yang terdiri dari daerah perbukitan dan dataran, telah banyak mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya alam misalnya dalam pengusahaan pertanian, perkebunan, perikanan, dll sebagai andalan dalam pembangunan dan pengembangan ekonominya. Potensi ini dapat disinergikan dengan pola dan arah pembangunan industrinya khususnya industri keatif untuk menghasilkan produk dengan daya saing tinggi. TANTANGAN MEMBANGUN INDUSTRI Dalam buku ”Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025: Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015,” yang diterbitkan oleh Departemen Perdagangan RI dikatakan antara lain: “Industri kreatif merupakan bagian tak terpisahkan dari ekonomi kreatif.” Dengan kata lain ekonomi kreatif adalah ekonomi yang ditopang antara lain oleh industri kreatif. Dan selanjutnya dikatakan bahwa ”Pengembangan ekonomi kreatif Indonesia tidak hanya menekankan tentang pengembangan industri yang termasuk dalam kelompok industri kreatif nasional, melainkan juga pada pengembangan berbagai faktor yang signifikan perannya dalam ekonomi kreatif, yaitu sumber daya insani, bahan baku, teknologi, tatanan institusi dan lembaga pembiayaan yang menjadi komponen dalam model pengembangan.” Dalam kalimat terakhir jelas bahwa sumber daya manusia (SDM) dan teknologi menjadi faktor penting dari sejumlah faktor lain dalam pengembangan industri. Meskipun Indonesia telah melangkah memasuki era industrialisasi, namun dalam perjalanannya banyak tantangan dan permasalahan yang dihadapi. Faktor populasi penduduk dan tingkat pendidikan sangat mempengaruhi jenis industri yang akan dibangun. Industri berteknologi tinggi (high-tech) dengan SDM yang juga berpendidikan dan berketrampilan tinggi tidak selalu mudah berkembang. Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk mengembangkan industri high-tech bukan saja membutuhkan infrastruktur yang mendukung tetapi juga lingkungan akademik dan SDM yang memenuhi syarat. Sederhananya berpikir, untuk mengembangkan industri high-tech membutuhkan lingkungan riset dan akademik yang maju sehingga mampu bertahan (survive) dan bersaing Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 7
(competitive) secara global. Ada universitas maju, ada lembaga riset maju, ada pemodal berpikir maju dan tentu bermodal besar. Sebagai contoh industri pesawat terbang PT. Dirgantara Indonesia (PTDI) yang semula bernama Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN). Sekalipun infrastruktur pada awalnya mendukung namun dalam perkembangannya mengalami permasalahan. Bandung merupakan kota besar dengan infrastruktur memenuhi syarat yakni terdapat landasan terbang bahkan bandara dan hanggar serta bengkel pesawat terbang Nurtanio. Bandung juga merupakan kota dengan sejumlah universitas besar (ITB, Unpad, STTP Nurtanio, dll) lengkap dengan jurusan Teknik Penerbangan, ada pula lembaga-lembaga riset (LIPI, dll). Tetapi membangun industri dengan menerapkan kebijakan padat teknologi sekaligus padat karya akhirnya membebani keuangan perusahaan yang berakibat PHK besar-besaran, dan dampak selanjutnya persoalan perburuhan yang tak kunjung henti. Sehingga pembangunan ekonomi melalui industrialisasi yang diharapkan memecahkan persoalan pengangguran justru sebaliknya menciptakan pengangguran. Ini sebuah ironi yang penting menjadi pelajaran bagi daerah lain di negara berkembang dengan populasi tinggi seperti Indonesia. INDUSTRI KREATIF BERBASIS SUMBER DAYA ALAM (SDA) Kembali merujuk pada buku ”Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025: Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015,” yang diterbitkan oleh Departemen Perdagangan RI dikatakan bahwa ”Pengembangan ekonomi kreatif Indonesia tidak hanya menekankan pada pengembangan industri yang termasuk dalam kelompok industri kreatif nasional, melainkan juga pada pengembangan berbagai faktor yang signifikan perannya dalam ekonomi kreatif, yaitu sumber daya insani, bahan baku, teknologi, tatanan institusi dan lembaga pembiayaan yang menjadi komponen dalam model pengembangan.” Dari kalimat itu dapat diambil sari bahwa pengembangan industri di Indonesia membutuhkan dukungan sekurangnya empat pilar (soko guru) utama yakni ketersediaan bahan baku (resources), infrastruktur dan teknologi, sumber daya manusia yang siap pakai, serta lembaga-lembaga penyokong keuangan (financial institutions). Buku ”Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025: Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015” juga menjelaskan makna industri kreatif. Definisi Industri Kreatif yang saat ini banyak digunakan oleh pihak yang berkecimpung dalam industri kreatif, adalah definisi berdasarkan UK DCMS Task Force 1998:
Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 8
”Creative Industries as those industries which have their origin in individual creativity, skill & talent, and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property and content”. (adalah industri-industri yang berasal-usul dari kreatifitas, ketrampilan dan bakat individu/perseorangan, serta yang memiliki potensi untuk penciptaan kesejahteraan dan pekerjaan melalui penciptaan dan eksploitasi daya cipta dan kandungan intelektual seseorang). Studi pemetaan industri kreatif yang dilakukan oleh Departemen Perdagangan RI tahun 2007 juga menggunakan acuan definisi industri kreatif yang sama, sehingga industri kreatif di Indonesia dapat didefinisikan sbb: “Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.” Dari definisi tersebut tampak bahwa sesungguhnya industri kreatif tidak merujuk pada satu atau sekelompok industri tertentu yang dapat dikategorikan sebagai industri kreatif. Sehingga menurut penulis, semua industri yang mengandung unsur kreatifitas dapat dikategorikan pada industri kreatif. Padahal semua industri membutuhkan kreatifitas sehingga semua industri pada dasarnya adalah industri kreatif, sehingga istilah industri kreatif menjadi istilah yang redundance, rancu, mereduksi makna, dan bahkan bisa membingungkan. Penulis tidak mendiskusikan definisi ini, tetapi pada pendirian bahwa semua industri adalah industri kreatif. Karena merancang pesawat terbang, membuat chip komputer juga membutuhkan kreativitas, yang tidak harus sarat dengan unsur seni. Dengan kata lain yang bersifat kreatif tidak selalu harus mengandung unsur seni. Departemen Perdagangan RI mengelompokkan adanya 14 (empat belas) jenis industri kreatif, yakni 1) Periklanan, 2) Arsitektur, 3) Pasar Barang Seni, 4) Kerajinan, 5) Desain, 6) Fesyen, 7) Video, Film, dan Fotografi, 8) Permainan Interaktif, 9) Musik, 10) Seni Pertunjukan, 11) Penerbitan dan Percetakan, 12) Layanan Komputer dan Piranti Lunak, 13) Televisi dan Radio, serta 14) Riset dan Pengembangan. Sementara itu John Howkins dalam bukunya ”The Craetive Economy, How People make Money from Ideas,” (Penguin Books, 2001) mengelompokkan 15 (lima belas) kelompok industri yang termasuk industri kreatif yakni 1) Advertising, 2) Architecture, 3) Art, 4) Craft, 5) Design, 6) Fashion, 7) Film, 8) Music, 9) Performing Arts, 10) Publishing, 11) R&D, 12) Software, 13) Toys and Games, 14) TV & Radio, 15) Video Games. Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 9
Tampak bahwa kedua pengelompokan tersebut esensinya sama kecuali bahwa Departemen Perdagangan mengelompokkan jenis no 13 (Toys and Games) dan 15 (Video Games) pada klasifikasi Howkins menjadi satu kelompok. Sehingga menggunakan klasifikasi yang manapun pada dasarnya sama. Dari ke-14 kelompok industri kreatif tersebut, dua atau tiga kelompok di antaranya membutuhkan bahan baku (resources) yang dapat dikaitkan secara langsung berasal dari atau menggunakan objek sumber daya alam, yakni industri kerajinan (crafts), barang seni (arts), serta riset dan pengembangan (R&D), dengan catatan yang terakhir ini merupakan industri yang memang diarahkan melakukan R&D dengan objek sumber daya alam. Akan tetapi karena penulis menganggap semua industri adalah industri kreatif, maka penulis tidak menerapkan pengelompokan tersebut secara ketat. Pemikiran yang harus dikemukakan adalah bagaimana membangun industri berbasis sumber daya alam dengan mempertimbangkan faktor lingkungan akademik, kuantitas dan kualitas SDM (tenaga kerja), sumber pendanaan, dan kondisi geografis lokal lainnya. KONDISI GEOGRAFIS DAN FAKTOR PENDUKUNG INDUSTRI Prasyarat empat soko guru pembangunan industri yakni aspek bahan baku (resources), teknologi, SDM, dan lembaga pendanaan (finance), perlu dikaji pada kondisi lokal setempat yakni di wilayah sekitar Kabupaten Purworejo dan sekitarnya. Kondisi Geografis Secara geografis, Kabupaten Purworejo dan daerah sekitarnya merupakan daerah yang memiliki wilayah perbukitan di bagian utara dan timur, serta daerah dataran di bagian barat dan selatan. Daerah perbukitan digunakan sebagai daerah perkebunan dan perhutanan, sedangkan daerah dataran sangat sarat dengan kegiatan pertanian (padi sawah). Ke arah selatan yang berbatasan langsung dengan Lautan Indonesia posisinya sangat menguntungkan karena memiliki potensi dan akses sumber daya alam laut. Meskipun daerah perbukitan di utara dan timur layak digunakan untuk pengembangan hutan industri namun kondisi iklim dan udaranya tidak cukup dingin sehingga kurang cocok untuk industri pertanian berhawa dingin, seperti budidaya jamur tertentu, sapi perah (sapi susu), sayur-mayur sebagaimana dijumpai seperti di daerah Temanggung dan Wonosobo. Namun demikian lahan yang ada layak digunakan untuk perkebunan dan hutan industri. Potensi ini layak digunakan untuk menopang industri kreatif berbasis sumber daya perkebunan dan kehutanan. Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 10
Sementara itu daerah dataran di selatan dan barat yang banyak digunakan untuk pertanian padi sawah dapat digunakan sebagai penopang industri kreatif berbasis pertanian padi sawah. Wilayah pesisir yang banyak dihuni masyarakat nelayan merupakan daerah yang potensial menopang industri berbasis perikanan dan kelautan. Meskipun wilayah Kabupaten Purworejo memiliki potensi bahan pertambangan seperti pasir besi (di pesisir selatan), tetapi mayoritas bahan tambang yang dapat dijumpai termasuk golongan C seperti kapur, pasir, tanah liat, dan jenis bahan galian C yang lain. Bahan-bahan hasil pertambangan ini juga dapat menopang industri (kreatif). Bahan Baku (Resources) Memperhatikan kondisi geografis Kabupaten Purworejo dan sekitarnya seperti diuraikan di atas dapat dilihat bahwa bahan baku dari sumber daya alam lokal yang tersedia untuk mengembangkan industri akan datang dari kegiatan pertanian, perkebunan, kehutanan, pertambangan, dll. Menilik potensinya bahan baku dari industri kehutanan dan pertambangan tampaknya tidak terlalu menyolok, meskipun di masa yang akan datang tetap berpeluang dapat dikembangkan. Misalnya pada industri kreatif berbasis bahan baku kehutanan. Meskipun tidak ada wilayah hutan yang luas di Kabupaten Purworejo, namun usaha-usaha penghijauan dengan menanam tanaman hutan produksi dapat mendukung industri kreatif seperti furniture dan kerajinan (crafts). Sementara itu bahan baku pertambangan seperti kapur dan tanah liat juga dapat digunakan sebagai bahan baku pada pengembangan industri kreatif kerajinan. Hasil-hasil pertanian padi sawah termasuk limbahnya juga dapat dimanfaatkan untuk industri baik yang bersifat tradisional maupun industri modern kreatif. Jerami padi secara alamiah dan tradisional dapat diolah untuk pakan ternak (sapi), tetapi dengan kreatifitas dapat digunakan sebagai bahan baku industri seperti budidaya jamur. Demikian pula dengan kulit padi. Dedak dan katul dapat digunakan bukan saja secara tradisional untuk bahan pakan ternak tetapi dengan sentuhan teknologi juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri pangan (manusia) yakni sereal. Sementara itu merang (kulit padi) dapat digunakan sebagai bahan baku media tanam baik tanaman bunga maupun media tanam budidaya jamur. Teknologi Teknologi merupakan faktor penting dalam pengembangan industri. Pemilihan jenis teknologi untuk industri membutuhkan kecermatan, karena kesalahan dalam pemilihan jenis dan tingkat kecanggihannya dapat menyulitkan pengelolaan industri di kemudian hari. Pemilihan jenis teknologi berpotensi Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 11
menimbulkan permasalahan yang dilematis terutama berkaitan dengan faktor pendukung industri penting lainnya yakni SDM (manpower) sebagai tenaga kerja. Dalam negara berkembang dengan populasi tinggi, pengembangan industri diharapkan menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi masalah pengangguran (unemployment). Tetapi di sisi lain semakin tinggi tingkat teknologi yang diadopsi suatu industri semakin sedikit membutuhkan tenaga kerja manusia. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat teknologi semakin sedikit penyerapan tenaga kerja, dan sebaliknya semakin rendah tingkat teknologi diharapkan semakin banyak menyerap tenaga kerja. Karena itu kebijakan menerapkan padat teknologi sekaligus padat karya dapat menyulitkan pengembangan suatu industri sebagaimana dicontohkan pada industri pesawat terbang PTDI di atas. Dengan contoh tersebut, pemilihan jenis dan tingkat kecanggihan teknologi perlu dilakukan secara hati-hati dengan berbagai pertimbangan termasuk faktor kelimpahan tenaga kerja. Dari uraian dalam subbagian Bahan Baku di atas, dapat diamati bahwa industri yang dapat dikembangkan di Kabupaten Purworejo dsk memiliki pilihan yang luas, dari teknologi sederhana, madya bahkan dapat diterapkan teknologi tinggi. Industri (kreatif) budidaya jamur, kerajinan tangan (gerabah, ukiran, dll) misalnya masih dapat dipilih pada jenis teknologi madya atau sederhana. Di sisi lain meskipun industri pembuatan sereal dapat diarahkan menggunakan teknologi madya, tetapi ketelitian, kebersihan dan pengetahuan tentang bahan pangan industri ini membutuhkan teknologi tinggi, yang melibatkan teknologi pangan. Sehingga industri ini selain membutuhkan peralatan dan mesin-mesin canggih juga membutuhkan sumber daya manusia berpendidikan tinggi (ahli gizi, ahli teknologi pertanian, insinyur teknik kimia, dlsb). Secara teknologi sederhana merang (kulit padi) dapat digunakan sebagai bahan baku media tanam, tetapi dengan teknologi pula merang dapat digunakan sebagai bahan baku industri arang aktif, yang jika dikehendaki hasil berkualitas baik memerlukan teknologi tinggi. Sumber Daya Manusia (Manpower) Telah diuraikan dalam bagian Teknologi di atas bahwa pilihan tingkat teknologi berkaitan langsung dengan ketersediaan tenaga kerja. Dalam konteks inilah bila terdapat banyak jumlah tenaga dan ledakan angkatan kerja, kebijakan pengembangan industri yang bersifat padat karya perlu dipertimbangkan. Jenis industri (kreatif) dengan karakter yang justru mengurangi penerapan teknologi adalah industri-industri (kreatif) yang membutuhkan aktifitas dan pekerjaan manusia yang sedikit atau bahkan tidak bisa digantikan oleh mesin. Pekerjaanpekerjaan tersebut biasanya berkarakter mengandalkan ketrampilan kerajinan tangan seperti melukis, mengukir, memahat, membatik (tulis), menyulam (bukan membordir), dll. Karena itu industri (kreatif) jenis kerajinan tangan berpotensi Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 12
dikembangkan di negara dengan tenaga kerja melimpah, sehingga menjadi industri yang lebih bersifat padat karya. Meskipun di Kabupaten Purworejo belum cukup memiliki infrastruktur dan lingkungan akademik yang memenuhi syarat untuk pengembangan industri (kreatif) berteknologi tinggi, namun sumber daya manusia yang (pernah) ada di Purworejo masih dapat dimanfaatkan untuk membantu pembangunan Purworejo. Telah banyak putra putri Purworejo mengenyam pendidikan tinggi meskipun tidak berdomisili di Purworejo. Inilah aset yang perlu dimanfaatkan secara jeli oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Purworejo. Mereka dapat diundang, diajak, dan diminta bantuannya untuk membangun Purworejo. Forum Simposium ini merupakan awal yang baik jika pihak-pihak yang berkepentingan mampu melanjutkan guliran bola salju yang telah menggelinding menuruni bukit. Sehingga moment ini dapat terus diarahkan untuk kepentingan pengembangan industri kreatif dan pada akhirnya membangun ekonomi kreatif Purworejo. Lembaga Finansial Dari kacamata ekonomi, sebenarnya di Indonesia telah banyak tersedia lembaga pemodalan, termasuk untuk membangun industri. Selain lembaga perbankan yang sudah sangat banyak, terdapat lembaga pemodalan lain seperti lembaga Pemodalan Nasional Madani (PNM). Hal penting yang diperlukan dalam masalah ini adalah aturan yang memudahkan bagi pengucuran modal khususnya untuk mendukung industri kreatif. Aturan setiap lembaga pemodalan (termasuk bank) kan mengacu pada atauran pusat karena itu pemerintah pusat menjadi kunci perubahan dalam peraturan yang akomodatif dalam pengembangan industri kreatif. Meskipun lembaga pemodalan memegang peran penting, namun banyak industri kreatif yang dapat dimulai dengan modal kecil yang tidak tergantung pada lembaga pemodalan. Banyak contoh industri kreatif yang sukses berkembang dari sumber pemodalan tabungan dan aset pribadi dalam jumlah terbatas. Salah satu bidang misalnya industri kerajinan tangan yang dimulai dari industri rumahan (home industry). Banyak industri pakaian jadi, bordir, sablon, batik, dan lainnya bermula dari modal pribadi dalam jumlah terbatas. Karena itu dapat disimpulkan bahwa bila aturan pengucuran modal dari lembaga pemodalan dinilai belum cukup akomodatif, industri kreatif tetap dapat dimulai dengan modal terbatas. Kuncinya terletak pada kreatifitas dan keuletan calon industriawannya. Peran pemerintah yang diharapkan adalah sisi pemasaran produk hasil industri kreatif termasuk pemasaran ke luar negeri.
Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 13
MEMBANGUN INDUSTRI KREATIF (PURWOREJO) Untuk memulai mengembangkan industri kreatif (ala Indonesia), diperlukan persiapan. Selain pemilihan bidang-bidang industri yang cocok untuk Kabupaten Purworejo, ke-empat pilar industri yang telah dibahas sebelumnya (bahan baku, SDM, teknologi, dan modal) perlu mendapat penanganan dan sentuhan sehingga dapat tercapai arah dan tujuan industri kreatif yang diharapkan. Tujuan membangun industri secara umum adalah menciptakan nilai tambah (added value) terhadap barang mentah menjadi setengah jadi atau selanjutnya setengah jadi menjadi barang jadi. Nilai keuntungan barang mentah atau setengah jadi (material atau bahan baku) menjadi terdongkrak dengan sentuhan teknologi dan ketrampilan tenaga kerja serta ketersediaan modal. Karena itu empat soko guru industri seperti diuraikan di atas sangat berperan penting dalam pengembangan dan pembangunan industri. Bidang-Bidang Industri Potensial Industri Kreatif Berbasis Sumber Daya Alam yang dapat dikembangkan di Purworejo antara lain dalam bidang-bidang seperti: 1. Agroindustri: Termasuk dalam bidang ini adalah industri pertanian, kehutanan, perkebunan, perikanan dan kelautan serta produk-produk bahan hasil pertanian, kehutanan, perikanan, kelautan, dll. Potensi SDA laut pesisir Purworejo, bukan saja dapat dikembangkan sebagai penopang industri pariwisata tetapi hasil laut (ikan, udang, kepiting, dll) bukan hanya dapat dijual mentah termasuk untuk diekspor, tetapi juga berpeluang dikembangkan (dengan kreatifitas & seni memasak) menjadi industri kuliner yang pada akhirnya juga mendukung industri pariwisata. Hasil laut (dengan sentuhan teknologi) juga dapat dikemas menjadi produk-produk makanan awet (preserved/canned foods) termasuk berjenis-jenis bentuk nuggets yang akan mendongkrak nilai tambah dan lebih tahan lama. Potensi hutan produksi yang dapat dikembangkan di Purworejo saat ini dan masa yad berpeluang untuk memasok bahan baku industri furniture dan kerajinan tangan. Masih ada peluang-peluang lain dalam bidang agroindustri yang dapat digali. 2. Industri Ecowisata (Ecotourism Industry): Ciri industri ini adalah mengandalkan ketersediaan sumber daya alam berupa objek-objek alam yang dapat diubah dan/atau dikemas menjadi objek wisata lingkungan (ecowisata), berwisata sekaligus mengenal (untuk mencintai) alam dan lingkungan. Potensi objek-objek alam Purworejo untuk dikembangkan menjadi industri wisata cukup berpeluang. Terdapat objek alam dan wisata yang dapat dikemas dalam paket wisata. Gua Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 14
Kiskendo dapat dikemas dalam wisata eco dan petualangan. Peternakan kambing Etawa memiliki daya tarik wisata lingkungan. Bedug Kiai Bagelen memiliki daya tarik sebagai objek wisata religius. Sungai Bogowonto berpotensi menjadi ajang wisata arung jeram. Proses membatik di sentra-sentra batik seperti Baledono dapat dikemas menjadi objek wisata. Masih banyak objek-objek lain yang dapat digarap. Sekali lagi dengan kreatifitas dan sentuhan serta kerja keras dan ulet, objek-objek alam ini berpotensi dikembangkan menjadi industri ecowisata. Masih terdapat bidang-bidang industri lain yang dapat digali. Namun ruang dalam makalah ini membatasi pembahasannya, dapat diuraikan pada kesempatan lain. Soko Guru Industri Selain menggali potensi bahan baku (dari sumber daya alam) yang dapat dikembangkan dalam mendukung industri (kreatif) peran SDM (tenaga kerja) perlu dipersiapkan secara matang. Secara klasik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) umumnya menyediakan jurusan-jursan mesin, otomotif, elektronika, bangunan, dll. Tapi banyak pemda dan kota di Indonesia kini mengembangkan kurikulum SMK dengan tujuan menyiapkan tenaga siap kerja dalam bidang industri kreatif. SMK seperti ini menyediakan jurusan-jurusan dan kurikulum pendidikan seperti seni ukir, kriya, batik, informatika, broadcasting, dll. Di dalamnya sangat ditekankan pelajaran desain, rekayasa, dan bekal ketrampilan lain yang mendukung industri kreatif lengkap dengan praktek-praktek langsung bermacam ketrampilan. Bila industri kreatif perlu segera dikembangkan di Purworejo, saatnya kini Purworejo memiliki jenis-jenis sekolah seperti ini untuk para siswa yang berminat dan berbakat langsung bekerja setelah lulus SLTA. Memperhatikan potensi daerah yang ada, ada baiknya industri kreatif yang dapat dikembangkan di Purworejo dapat dimulai dari industri dengan teknologi madya atau bahkan teknologi sederhana (tepat guna). Bila sisi keuangan dan modal mencukupi di kemudian hari terbuka kemungkinan mengalihkannya ke teknologi tinggi. Ini dilakukan pada jenis industri yang memang dapat diarahkan menggunakan teknologi tinggi. Sebab tidak semua jenis aktifitas dan proses perlu atau dapat menggunakan teknologi tinggi seperti misalnya melukis, mengukir, menyulam (merajut), memahat, membatik, dll. Sebagaimana telah diuraikan di atas, kegiatan-kegiatan sejenis ini dapat tetap menggunakan teknologi sederhana atau madya. Agar tidak terlalu tergantung kepada lembaga pemodalan, sebagaimana telah disinggung, industri kreatif dapat dimulai dengan modal kecil untuk membangun industri skala rumahan (home industry). Peran wirausahawan (entrepreneur) meski dengan modal kecil sangat diperlukan, bahkan menempati posisi sentral. Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 15
Pula, yang juga diperlukan adalah wirausahawan kreatif. Di tangan mereka, potensi-potensi yang ada akan mampu menangguk nilai tambah. Selain dua hal penting di atas, masih ada masalah lain yang perlu mendapatkan penanganan serius. Seperti yang telah disebutkan di atas, salah satu faktor penentu suksesnya industri adalah masalah pemasaran (marketing). Masalah ini paling sering menjadi batu sandungan bagi industriawan pemula. Banyak industri mampu membuat barang (produk) tetapi kesulitan memasarkan. Situasi perekonomian nasional yang lesu menyebabkan daya beli masyarakat dalam negeri sangat menurun. Pada saat seperti ini pemasaran ke luar negeri harus menjadi peluang yang perlu digarap dengan serius. Tapi ketika banyak industriawan kreatif lokal belum mampu melakukan secara optimal, pemerintah harus mampu membantu misalnya dengan kursus-kursus pemasaran termasuk dengan memanfaatkan media internet. KESIMPULAN Terdapat sejumlah bidang industri dengan sumber daya pendukungnya yang dapat dikembangkan sebagai industri (kreatif) di sekitar Kabupaten Purworejo. Tersedia bahan baku, objek-objek dan wahana yang dapat diberi sentuhan teknologi dan ketrampilan SDM untuk memperoleh nilai tambah (added value) ketimbang dijual/diekspor mentahan. Potensi ini perlu digarap serius untuk membangun industri kreatif yang pada akhirnya mampu meningkatkan ekonomi (kreatif) daerah. Menilik kondisi geografis dan bermacam potensi soko guru industri yang ada di Purworejo, industri yang akan dapat dikembangkan di Kabupaten Purworejo dan daerah sekitarnya cenderung akan mengandalkan bahan baku (material) yang berasal dari sumber daya alam (SDA). Dengan kondisi dan tingkat pendidikan masyarakat (penduduk menetap) serta tingkat populasinya, pilihan teknologi untuk mendukung pengembangan industri cenderung pada teknologi madya atau tepat guna. Namun seiring dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan, sehingga tingkat pendidikan masyarakat yang secara bertahap meningkat, tidak menutup kemungkinan pengembangan industri kreatif yang ditopang oleh teknologi tinggi. Seandainya lembaga pemodalan belum cukup akomodatif mendukung pengembangan industri kreatif, pemodal (individu) skala kecil tetap dapat memulainya, karena industri kreatif dapat dimulai dari industri kecil (UKM) berskala rumahan (home industry). Peran wirausahawan (entrepreneur) amat sentral sementara Pemerintah Daerah perlu memberi dukungan fasilitasi, promosi dan pemasaran termasuk pameran produksi dan lain-lain.
Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 16
REFERENSI Departemen Perdagangan Republik Indonesia: “Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025: Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 20092015,” Deperdag RI, 2009. Howkins, J.: ”The Craetive Economy, How People make Money from Ideas,” Penguin Books, 2001.
Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif - 17