INDONESIAN SOCIAL PROTECTION SYSTEM
DR. BAMBANG WIDIANTO
DEPUTY FOR SOCIAL WELFARE, AND EXECUTIVE SECRETARY OF NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
OFFICE OF THE VICE PRESIDENT THE REPUBLIC OF INDONESIA
JUNE, 2010
NATIONAL TRENDS IN THE PROPORTION OF POPULATION BELOW $ 1 PPP PER DAY AND $ 2 PPP//DAY 70 60 60
59
50
54 51
50
50
49 45
45
43
%
40 30 20
Target 2015
Proportion of Population Below $ 1 PPP per day Proportion of Population Below $ 2 PPP per day MDGs Target
2014
6.100 5.900
2013
7.54
2012
6.1
2011
7.45
2010
6.6
2009
2001
2000
1999
1998
1995
1994
1993
1992
1991
1990
0
7.2
2008
9.2
2007
9.9
2006
12
2005
7.8
8.3
2004
13.4 9.8
1997
11.8
2003
14.8
1996
17.4 16.2
10
2002
20.6
Source: World Bank, Various publications and years of issue Note: The MDGs Target 1A: Halve, between 1990 and 2015, the proportion of people whose income is less than one dollar (PPP) a day NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
2
NATIONAL TREND OF TOTAL AND PERCENTAGE OF PEOPLE LIVING IN POVERTY BASED ON NATIONAL POVERTY LINE (BPS), 1976-2009. 60
54.2 49.5
50
48
43.2 38.7
40
%
40.1
35
37.9 38.39 37.34
34.5
39.05 36.15
35.1
37.17
34.960 32.530
30
30
27.2 28.6
25.9
22.5 24.2
20
21.6 17.4
10
23.4 19.14 18.41 18.19 17.75 17.42 16.66 16.58 15.97 15.420
17.7 15.1
13.7
7.550
14.150
11.3
2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
Target 2015
Population of Poor People (Million People) Percentage of people living below national poverty line (BPS) (%) MDGs Target
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1993
1990
1987
1984
1980
1976
0
Source: BPS, Various publications and years of issue NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
3
PERCENTAGE OF PEOPLE LIVING IN POVERTY BASED ON NATIONAL POVERTY LINE (BPS) BY PROVINCE, 2009 40
38 36
35 30
28 25
25
23
%
22
23
20
20
19
18
16
19 17
19
17
15
14.150
15 12
12 10
10
09
09
07
09
08
5
08
10
08
07 05
04
12
10 05
Percentage of People Living in Poverty (%)
PAPUA
PABAR
MALUT
MALUKU
SULBAR
GORONTALO
SULRA
SULSEL
SULTENG
SULUT
KALTIM
KALSEL
KALTENG
KALBAR
NTT
NTB
BALI
BANTEN
JATIM
DIY
JATENG
JABAR
DKI Jakarta
KEPRI
BABEL
LAMPUNG
BENGKULU
SUMSEL
JAMBI
RIAU
SUMBAR
SUMUT
NAD
0
National Percentage of People Living in Poverty (%)
Source: National Socio-Economic Survey (BPS) 2009. NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
4
NATIONAL TRENDS OF MATERNAL MORTALITY RATE PER 100,000 LIVE BIRTHS (MMR), 2007 500 425 390
400
373 334 307
300
Person
262 255 228
200
102 100
2014
2013
2012
2011
2010
2008
2007
2006
2009
MDGs Target
Target 2015
Maternal Mortality Rate per 100,000 Live Births (MMR
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
1992
0
Source: Indonesian Health and Demographic Survey (BPS, BKKBN, USAID, Ministry of Health), Various years. (BPS), 2007. NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
5
NATIONAL TREND OF PROPORTION OF THE POPULATION WITH ACCESS TO SAFE DRINKING WATER (%), 1992-2009 75.6
80
68.7
70 60
62.6 54.4
50
57.2 54.1
43.4
40 38.2 30 20 10
16.2
19.2
18.4
14.6
1992
2000
2006
2009
0 Proportion of the Population with Access to Protected Non-Pipe Drinking Water (%) Access to Piped Drinking Water (%)
Proportion of the Population with Access to Safe Drinking Water (%) Note: Safe drinking water are commutative number people with access to piped drinking water plus protected non-piped drinking water services. Source: National Socio-Economic Survey (BPS), Various years.
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
6
SULRA
GORONTALO
SULBAR
MALUKU
MALUT
PAPUA SULSEL
PABAR
21.07418
BABEL
KEPRI
DKI Jakarta
JABAR
JATENG
DIY
JATIM
BANTEN
BALI
NTB
NTT
KALBAR
KALTENG
KALSEL
KALTIM
SULTENG
18.96720
SULUT
16.06748
11.96138
18.53435
11.66773
21.35094 15.28013
21.39873 18.19089
LAMPUNG BENGKULU SUMSEL JAMBI RIAU
30.64235 27.24427
14.58169
7.01052
13.99573
18.17512
6.04108
15.94988
35.47927
39.80546
34.75204
SUMUT
SUMBAR
47.79314 43.75145 55.61589 42.31169 44.83132
44.21234 44.41376
36.58285 53.52541 45.77363 44.99255
55.57309
9.57405 16.04561 11.77926 22.73626 12.14873
1.79589
4.03177 13.13950
NAD 60
49.92539
59.24860
59.95622
51.87908
55.39592
069 70
7
7 NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
60.40319 58.08011 40.43287
40.30372 32.88801
15.63650
2.14724 20.55830
40.95770
19.37090
36.89074
37.63990
34.69766
48.99558 51.31417
40
22.34063
0
9.87088
10
46.68152
20
30.53438
30
51.16959
50 %
PROPORTION OF THE POPULATION WITH ACCESS TO SAFE DRINKING WATER (%), 2009 100
90
80
Proportion of the Households with Access to Protected Non-piped Drinking Water (%) Proportion of the Households with Access to Piped Drinking Water Service (%) Proportion of the Population with Access to Safe Drinking Water (%)
THE PROPORTION OF HOUSEHOLDS WITH ACCESS TO ADEQUATE SANITATION FACILITIES NATIONALLY, 1995-2009 80 69
70 60
%
50
51.02
40 37.82
30 20 18.16
21.39
23.7
24.95
29.37 27.82 28.47
30.95 30.96
40.13
33.44
30
10 0 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Proportion of Households with Access to Adequate Sanitation (%) MDGs Target Source: National Socio-Economic Survey (BPS) , Various Publication NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
8
THE PROPORTION OF HOUSEHOLDS WITH ACCESS TO ADEQUATE SANITATION FACILITIES BY PROVINCE, 2008 90 80.46346
80
75.85584
75.22425
70 60 52.02004
58.60587
53.85375 51.76044
52.84080
50
58.39621
57.19300
51.01952
50.95518
45.68186 42.04985
%
63.78015
60.85245
40
39.31277
41.75245 41.00253
39.81755
38.54046 34.77691
39.30479
41.10703
41.84196
45.74468 44.88285 43.81718
43.16908 39.24299 32.04578
30
25.42202 21.47678
20
15.33448
10
PAPUA
PABAR
MALUT
MALUKU
SULBAR
SULRA
SULSEL
SULTENG
SULUT
KALTIM
KALSEL
GORONTALO
Proportion of Households with Access to Adequate Sanitation Facilities (%) National Proportion of Households with Access to Adequate Sanitation Facilities (%)
KALTENG
KALBAR
NTT
NTB
BALI
BANTEN
JATIM
DIY
JATENG
JABAR
DKI Jakarta
KEPRI
BABEL
LAMPUNG
BENGKULU
SUMSEL
JAMBI
RIAU
SUMBAR
SUMUT
NAD
0
Note: Adequate sanitation facilities which must meet the criteria of being family owner with a ventilated pit latrine and septic tank. Source: National Socio-Economic Survey (BPS) 2009 NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
9
3 KLUSTER PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI INDONESIA KLASTER 1: PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERSASARAN KELUARGA/RUMAH TANGGA KLUSTER 2: PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN BERSASARAN KOMUNITAS KLUSTER 3: PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERSASARAN USAHA MIKRO DAN KECIL
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
10
KLASTER 1: PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERSASARAN KELUARGA/RUMAH TANGGA 1. PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) 2. BANTUAN KESEHATAN UNTUK KELUARGA MISKIN (JAMKESMAS) 3. BANTUAN PENDIDIKAN UNTUK KELUARGA MISKIN 4. BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN)
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
11
IDE DASAR MENGUBAH DARI SUBSISI KOMODITAS MENJADI SUBSIDI KEPADA KELUARGA Mudah dilaksanakan tetapi tidak adil Memiliki dampak besar terhadap anggaran pemerintah Bukan merupakan program pro-kemiskinan Data kemiskinan agregat tidak cukup
Subsidi bersasaran sebagai embrio dari sistem jaminan sosial: Transfer Tunai Lansung, Kesehatan, Program Beasiswa, dan Raskin.
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
12
130.7
Subsidi BBM menyebabkan pembangunan sektor yang berorientasi untuk menanggulangi kemiskinan kekurangan dana…… 140
Health Education Infrastructure Fuel Electricity
33 17
15
13
07
09
20
30
25.98739 24.59540
60
40
43.09656 54.28180
43.28740 49.61720 64.2
80
64.02917 70.75240
83.8
100
73
95.6
Triliun Rupiah
120
00 2005
2006
2007
2008
Source: APBN (2005-2008 NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
13
OPSI-OPSI PENARGETAN: Means-testing, meskipun metode ini membutuhkan data yang berkualitas tinggi yang hampir banyak negara berkembang tidak memiliki dan mungkin juga membutuhkan biaya yang besar untuk melaksanakannya.
Geographical targeting, dimana bantuan diberikan kepada semua/sebagian orangw yang tinggal di daerah yang memiliki tingkat kemiskinan tinggi. Community-based targeting, dengan menggunakan struktur komunitas untuk mengidentifikasi peduduk termiskin dalam komunitas tersebut atau berdasarkan kriteria yang disetujui bersama. Memberikan bantuan kepada kelompok masyarakat tertentu yang berkategori rentan; dan Atau mempekerjakan penduduk miskin pada program-program sosial, dimana setiap individu diberi kebebasan untuk memilih jenis pekerjaannya. NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
14
Contoh Kelompok Masyarakat yang Rentan 1. Fakir Miskin 2. Anak Yatim, Anak Jalanan 3. Gelandangan tanpa bantuan 4. Komunitas tertinggal 5. Sakit Mental 6. Masyarakat kurang beruntung lainnya NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
15
Penargetan Mandiri: Konversi Mitan ke LPG Pemerintah memberikan bantuan 3 kg. botol LPG untuk keluarga miskin, pedagang kecil, PKL, dan pelaku bisnis mikro lainnya 1000000.000
900000.000
Billion Litres
800000.000
Konversi Mitan ke LPG
700000.000 600000.000 500000.000
898,400
400000.000 300000.000 200000.000 100000.000 .000
0
0
0
(Estimation)
Konsumsi BBM
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
16
Bantuan Langsung tanpa Syarat Deskripsi dan ukuran program: • Pemerintah telah melaksanakan program bantuan langsung tanpa syarat (an unconditional cash transfer (UCT)) untuk 19.2 juta penduduk miskin dan hampir miskin sebagai kompensasi atas kenaikan harga BBM. • Setiap keluarga penerima manfaat akan menerima Rp. 100.000 per bulan, dibayar 3 bulan, awal bulan. • Anggaran untuk 2005-2006 adalah Rp. 23 triliun. Reallocation Schemes NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
17
Bantuan Langsung tanpa Syarat Proses penargetan dimulai July, BPS melaksanakan tugas untuk menyusun database rumah tangga miskin melalui “sensus kemiskinan”.
Initial List of Poor
BPS Langkah1: BPS menginterview kepala/tetua desa dan mengumpulkan informasi tentang keluarga termiskin dalam komunitas
Community Leaders
Langkah ke 3: BPS mensurvei karakteristik ekonomi dan sosial dari keluarga terpilih. BPS menggunakan Proxy Means Test (PMT) untuk memutuskan kelayakan dari penerima.
Langkah 2: Melakukan Cross-checked dengan sumber informasi tentang kemiskinan lainnya seperti: Data BKKBN data, sensus kemiskinan sebelumnya (pada provinsi tertentu).
Final List of Poor Reallocation Schemes NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
18
Bantuan Langsung tanpa Syarat Mekanisme Transfer: 3 institusi dilibatkan untuk mengatur proses pembayaran program BLT: BPS, PT POS, dan BRI.
BPS
Step1: BPS menghasilkan dan menyerahkan daftar daftar penerima kepada PT POS.
Step3: BPS mendistribusikan kartu penerima dan memberikan informasi terkait tempat dan waktu pengambilan bantuan.
PT Pos
Step2: PT Pos mencetak kartu penerima dan kupon penerimaan dan memberikannya kepada BPS untuk dilakukan kunjungan Step4: Kantor pos kedua. lokal memiliki Step 5: Penerima rekening di BRI bantuan akan dan dana akan diinformasikan untuk ditransfer melalui datang ke kantor pos rekening tersebut. pada waktu yang telah ditentukan.
Rumah Tangga
Bank Rakyat Indonesia Reallocation Schemes
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
20
PROGRAM KELUARGA HARAPAN - PKH
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
21
PROGRAM KELUARGA HARAPAN - PKH BANTUAN TUNAI BERSYARAT (Conditional Cash Transfer) PKH Adalah Program Perlindungan Sosial melalui pemberian Uang Tunai Kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) Dimana Sebagai Imbalannya RTSM Tadi Diwajibkan Untuk Memeriksakan Anggota Keluarganya Ke PUSKESMAS Dan/atau Menyekolahkan Anaknya Dengan Tingkat Kehadiran Sesuai Ketentuan.
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
22
MANFAAT BTB 1. Untuk jangka pendek memberikan income effect kepada rumah tangga miskin melalui pengurangan beban pengeluaran rumah tangga miskin. 2. Untuk jangka panjang dapat memutus rantai kemiskinan antar generasi melalui: - Peningkatan kualitas kesehatan/nutrisi, pendidikan dan kapasitas pendapatan anak di masa depan (price effect anak keluarga miskin) - Memberikan kepastian kepada si anak akan masa depannya (insurance effect). 3. Merubah perilaku keluarga miskin untuk memberikan perhatian yang besar kepada pendidikan dan kesehatan anaknya. 4. Mengurangi pekerja anak.
5. Mempercepat pencapaian MDGs (melalui peningkatan akses pendidikan, peningkatan kesehatan ibu hamil, pengurangan kematian balita, dan peningkatan kesetaraan jender).
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
23
KEWAJIBAN BAGI PENERIMA PKH 1. Penerima PKH diwajibkan: a. Ibu hamil: • Pemeriksaan kehamilan (min.4 kali) dan mendapatkan suplemen Fe. • Proses kelahiran yang ditangani tenaga medis • Kunjungan setelah melahirkan (min.2 kali) untuk penyuluhan kesehatan/ibu menyusui b. Anak usia 0-6 tahun: • Usia 0–11 bulan melakukan imunisasi komplet (BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B) dan pemantauan tumbuh kembang anak setiap bulan • Usia 6-11 bulan melakukan pemberian Vitamin A (2 kali setahun: Februari dan Agustus), • Usia 12–59 bulan melakukan imunisasi dan pemantauan tumbuh kembang setiap bulan • Pemantauan tumbuh kembang anak usia pra sekolah (5-6 tahun) c. Anak Usia 7-15 tahun: Mendaftarkan anak usia 6-15 tahun di SD dan/atau SMP dengan kehadiran min. 85% hari sekolah dalam sebulan selama thn ajaran berlangsung. RTSM dengan anak usia >15 tahun namun belum menyelesaikan dikdas dapat menerima bantuan apabila anak tsb bersekolah atau mengikuti pendidikan kesetaraan dan memenuhi ketentuan yang berlaku. 2. Bantuan diberikan per 3 bulan kepada ibu/wanita dewasa dalam RTSM. 3. Tidak ada persyaratan untuk penggunaan uang. NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
24
SKENARIO BESARAN BANTUAN Skenario Bantuan
Bantuan per RTM per tahun (Rp)
Bantuan tetap
200.000
Bantuan bagi RTSM yang memiliki: a. Anak Usia Balita b. Ibu Hamil/Menyusui c. Anak Usia SD/MI d. Anak Usia SMP/MTs
800.000 800.000 400.000 800.000
Rata-rata bantuan per RTSM
1.390.000
Bantuan minimum per RTSM
600.000
Bantuan maksimum per RTSM
2.200.000
Catatan: - Bantuan Per RTSM dibatasi maksimum Rp.2.200.000 dan jumlah anak 3. - Bantuan terkait dengan kesehatan berlaku bagi RTSM dengan anak di bawah 6 tahun dan/atau ibu hamil/nifas. - Besar bantuan ini tidak dihitung berdasarkan jumlah anak. - Besar bantuan rata-rata adalah 16% dari batas pendapatan RTSM per tahun. - Batas minimum dan maksimum adalah antara 15-25% dari batas pendapatan rata-rata RTSM per tahun.
LOKASI PKH SAMPAI TAHUN 2009 (726 .376 RTSM, Anggaran Rp. 1,1 T) PROVINSI
NO
RTSM
1
SUMATERA BARAT (1 Kab )
8.005
2
DKI. JAKARTA (1 Kota )
7.005
3
JAWA BARAT
199.42
4
JAWA TIMUR
280.114
5
NUSA TENGGARA TIMUR
69.287
6
SULAWESI UTARA
25.439
7
GORONTALO
9.174
8
NANGGROE ACEH DARUSSALAM
13.276
9
SUMATERA UTARA
42.311
10
DI. YOGYAKARTA
18.425
11
BANTEN
27.215
12
NUSA TENGGARA BARAT
11.973
13
KALIMANTAN SELATAN
14.732
JUMLAH
726.376
26
TAMBAHAN LOKASI PKH TAHUN 2010 NO
PROVINSI
RTSM 5,000
1
BALI (2 Kab)
2
SULAWESI SELATAN (3 kab)
36,000
3
SULAWESI TENGAH (2 kab)
8,000
4
KALIMANTAN TENGAH (2 Kab)
5,000
5
KEPULAUAN RIAU (2 kab)
6,000
6
BENGKULU (2 Kab)
8,000
7
KALIMANTAN BARAT (2 Kab)
7,000
8
PROVINSI PESERTA PKH 2009 (3 kab) TOTAL
15,000 90,000
Keseluruhan RTSM adalah 816.000, Anggaran Rp. 1,3 T NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
27
PERSENTASE ANAK BERUMUR 10-17 TAHUN MENURUT JENIS KEGIATAN, 2009 Mengurus Rumah Tangga 3%
Lainnya 4% Bekerja 10%
Pengangguran 3%
Sekolah 80%
Sumber: Survei Pekerja Anak, 2009. NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
28
BASIC HEALTH CARE AND HEALTH INSURANCE FOR THE POOR (JAMKESMAS)
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
29
Pelayanan Kesehatan Dasar dan Asuransi Kesehatan untuk Keluarga Miskin Deskripsi dan Ukuran Program: • Tujuan program adalah untuk meningkatkan akses kualitas pelayanan kesehatan untuk semua warga, khusunya untuk keluarga miskin dalam upaya memperbaiki indikator capaian kesehatan. • Program ini didisain untuk mencakup: – Gratis untuk pelayanan kesehatan di Puskesmas bagi semua orang dan; – Gratis pelayanan opname pada kelas 3 bagi penduduk miskin. • Anggaran program Jamkesmas untuk tahun 2010 adalah 5.1 trillion dan mencakup 76.4 juta penduduk miskin. Reallocation Schemes NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
30
Basic Health Care Pemerintah akan menyalurkan dana untuk Puskemas melalui pemerintah untuk mencakup: Pelayanan kesehatan dasar gratis di Puskesmas untuk semua penduduk beserta dana operasional Puskesmas. Pelayanan kelahiran bayi di Puskesmas oleh bidan dengan mencakup kelahiran bayi dan faktorfaktor penunjangnya Merevitalisasi Posyandu dan perbaikan gizi.
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
Health Services Insurance Pemerintah akan menyalurkan dana melalui PT ASKES dan akan melakukan reimbused pengeluaran kelas tiga untuk pelayanan kesehatan bagi kelaurga miskin, baik perawatan jalan atau opname. Kegiatannya mencakup: Perawatan opname di rumah sakit kelas 3.
Menindaklanjuti rawat jalan. Servis yang bersifat emergensi seperti ambulan.
31
BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAN PROGRAM BEASISWA
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
32
Bantuan Operasional Sekolah dan Program Beasiswa Deskripsi dan Ukuran Program: • Block grants diberikan kepada sekolah negeri dan swasta pada tingkat SD dan SMP. • Tujuan program adalaj untuk memberikan bantuan kepada sekolah di dalam menurunkan biaya persiswa yang harus dibayar oleh orang tua, tetapi juga memperbolehkan sekolah untuk menjaga kualitas pendidikan yang diberikan kepada masyarakat. • Anggaran didasarkan pada tingkat partisipasi dan tingkatan sekolah: Untuk SD Rp. 235,000 /siswa/tahun, sedangkan untuk SMP Rp. 324,500/siswa/tahun.
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
33
Alokasi Budget untuk Program Bantuan Operasional Sekolah 2008 ACTIVITY
2009
2010
TARGET
BUDGET
TARGET
BUDGET
TARGET
BUDGET
Siswa
Juta Rp.
Siswa
Juta Rp.
Siswa
Juta Rp.
26,862,332
6,823,032
27,130,968
10,486,868
27,673,587
11,002,605
9,015,069
3,191,334
9,465,836
5,406,804
9,655,153
5,514,940
Bantuan Operasional SD SMP
Bantuan Operasional Manajemen SMA
1,063
85,000
2,481,244
223,312
2,100,000
189,000
SMK
2,792,768
209,457
3,000,000
360,000
3,000,000
360,000
Source: Ministry of National Education, 2010.
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
34
Alokasi Anggaran untuk Program Beasiswa bagi Penduduk Miskin 2008
TINGKAT PENDIDIKAN
2009
2010
TARGET
BUDGET
TARGET
BUDGET
TARGET
BUDGET
SISWA
JUTA RP.
SISWA
JUTA RP.
SISWA
JUTA RP.
SD
898,400
323,424 1,786,800
684,580 1,796,800
677,261
SMP
499,105
359,355 751,193
398,883 751,193
413,156
SMA
310,609
242,275 248,124
193,536 248,124
193,537
SMK
410,020
329,168 329,000
256,620 305,535
251,484
UNIVERSITAS
165,116
443,351 590,000
930,000 211,967
635,901
Source: Kementerian Pendidikan Nasional, 2010.
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
35
BERAS UNTUK PENDUDUK MISKIN (RASKIN)
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
36
Deskripsi Program RASKIN •
Program RASKIN adalah program nasional yang bertujuan untuk membantu keluarga miskin dalam pemenuhan kebutuhan pokok dan menurunkan beban keuangan keluarga dengan memberikan subsidi beras.
•
Setiap keluarga target seharusnya menerima 10 kg. beras setiap bulan dengan harga Rp. 1,600 per-kg pada titik distribusi.
•
Bulog bertanggung jawab untuk mendistribusikan beras ke titik distrisbusi, sedangkan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk mendistribusikan beras dari titik distribusi ke keluarga sasaran.
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
37
Impact Evaluation Study of Raskin Program Berdasarkan kajian empiris, Program RASKIN memberikan dampak kepada penerimanya, meliputi: •
Memperbaiki kuantitas dan kualitas konsumsi penduduk miskin. Program RASKIN juga mampu menyelesaikan permasalahan kurang gizi yang sering terjadi pada kelompok miskin.
•
Memberikan kesempatan bagi penerima program untuk menabung guna memenuhi kebutuhan lainnya seperti kesehatan dan pendidikan..
•
Program RASKIN dapat menjaga stabilitas harga beras..
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
38
PNPM MANDIRI
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
39
Pendekatan Community-Driven Development (CDD) • Definisi – Konunitas memiliki kontrol atas keputusan yang diambil dan sumber daya yang digunakan – Masyarakat miskin diperlakukan sebagai pelaku utama (subyek dan mitra) dalam proses pengambilan keputusan – Pemberdayaan terjadi pada saat masyarakat berinteraksi secara saling hormat menghormati, bertoleransi dan terdapat dukungan sosial
• Dukungan yang diperlukan – Institusi pendukung/fasilitator yang demand-responsive – Terdapat akses informasi – Terjadi penciptaan lingkungan/kondisi yang memadai untuk pengembangan aset NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
40
PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Pemetaan Swadaya: • Merumuskan kebutuhan dan potensi yang ada. • Memecahkan persoalan dengan potensi yg dimiliki.
Refleksi kemiskinan: • Identifikasi kemiskinan • Merumuskan persoalan kemiskinan yang dihadapi • Merumuskan penyebabnya • Identifikasi potensi untuk menanggulanginya
Pertemuan Masyarakat: • Tahap belajar awal menggali kebersamaan • Berdemokrasi • Kesadaran akan ekistensi diri
Sosialisasi di Masyarakat : • Pemetaan sosial • Sosialisasi program
41
Pengorganisasian Masyarakat: • Lembaga masyarakat dibentuk/ditetapkan, dimiliki, dan dikelola untuk memenuhi kebutuhan bersama
Penyusunan Rencana: • Identifikasi dan Prioritisasi • Penyusunan Rencana/Program Penanggulangan kemiskinan
Pelaksanaan Kegiatan: • Pembentukan/Penetapan kelompok swadaya masyarakat pelaksana kegiatan • Media bersama untuk menyelesaikan masalah secara mandiri Penerima Manfaat: • Kelompok swadaya masyarakat dan masyarakat miskin lainnya
DAMPAK SOSIO-EKONOMI PNPM • Menaikkan belanja rumah tangga: Belanja rumah tangga di wilayah perdesaan penerima PNPM mengalami kenaikan hingga 11 % dibandingkan dengan belanja rumah tangga di wilayah perdesaan bukan penerima PNPM. • Menurunkan tingkat pengangguran: Studi independen menunjukkan tingkat pengangguran di wilayah perdesaan penerima PNPM menurun hingga 1,5 % • Menurunkan tingkat kemiskinan: Rumah tangga di wilayah perdesaan penerima PNPM 9,2% lebih tinggi keluar dari kemiskinan dibandingkan dengan wilayah perdesaan bukan penerima PNPM. NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
42
DAMPAK SOSIO-EKONOMI PNPM
• Tingkat pengembalian investasi: Berdasarkan studi di wilayah perdesaan penerima PNPM economic internal rate of return (EIRR) dari total kegiatan rata-rata 60%.
• Penghematan biaya: Berdasarkan studi di wilayah perdesaan penerima PNPM, prasarana yang dibangun melalui metoda PNPM Perdesaan rata-rata 56 % lebih murah.
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
43
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
44
Description of KUR Program •
Juni 2007, Pemerintah mengeluarkan INPRES No. 6/2007 tentang kebijakan untuk mendorong pembangunan sektor riil dan pemberdayaan UKM.
•
Melalui kebijakan ini, Pemerintah mendorong perbankan untuk menyalurkan kredit kepada UKM. Kredit ini disebut Kredit Usaha Rakyat – KUR.
•
Askrindo dan Perum Jamkrindo ditugaskan oleh pemerintah sebagai pemberi jaminan untuk skema kredit KUR. Premium Jaminan untuk program KUR ditentukan oleh pemerintah, yang mana 15 % per tahun dan dibayar oleh pemerintah.
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
45
Objectives of the KUR Program •
Tujuan program KUR adalah: 1. Untuk mengakselerasi pembangunan sektor riil dan UKM. 2. Untuk meberikan akses yang lebih mudah kepada UKM mendapatkan bantuan/kredit dari perbankan dan fasilitas lainnya yang dapat menunjang pertumbuhan bisnisnya; dan 3. Menaggulangi kemiskinan melalui penciptaan lapangan kerja.
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
46
REALISASI PENYALURAN KUR MENURUT PROPINSI PER 31 JANUARI 2010 3,000,000
3,000,000
2,500,000
2,500,000
2,000,000
2,000,000
1,500,000
1,500,000
1,000,000
1,000,000
500,000
500,000 0 NAD SUMUT SUMBAR RIAU JAMBI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG KEPRI BANBEL DKI JKT JABAR JATENG D.I. YOGYA JATIM BANTEN BALI NTB NTT KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SULBAR MALUKU MALUT IRJA BARAT PAPUA
0
Realisasi Penyaluran KUR
Rata-rata Nasional
Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian, 2010. NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
47
JUMLAH DEBITUR KUR MENURUT PROPINSI PER 31 JANUARI 2010 600,000
600,000
500,000
500,000
400,000
400,000
300,000
300,000
200,000
200,000
100,000
100,000
0
0
PAPUA IRJA BARAT MALUT MALUKU SULBAR GORONTALO SULTRA SULSEL SULTENG SULUT KALTIM KALSEL KALTENG KALBAR NTT NTB BALI BANTEN JATIM D.I. YOGYA JATENG JABAR DKI JKT BANBEL KEPRI LAMPUNG BENGKULU SUMSEL JAMBI RIAU SUMBAR SUMUT NAD
Jumlah Debitur
Rata-rata Nasional
Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian, 2010. NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
48
THANK YOU
NATIONAL TEAM FOR ACCELERATING POVERTY ALLEVIATION
49