Indonesia Perlu Keberanian Tinggi Menegakkan Hukum 13-4-2007 Oleh : Syir'ah Sebagaimana sebelumnya, setiap Sabtu pagi, Gus Dur sudah hadir di Kedai Tempo, Jalan Utan Kayu No. 68H. Banyak juga hadirin yang sudah memenuhi kedai itu, bahkan sebelum Gus Dur datang. Transkrip ini kemali hadir untuk menyajikan siaran Kongkow bareng Gus Dur, Sabtu 7 April lalu. Redaksi Syir’ah Online menyampaikan mohon maaf sebesar-besarnya karena Transkrip siaran Kongkow Bareng Gus Dur Sabtu sebelumnya tak bisa disajikan dalam rubrik Kongkow Bareng Gus Dur di Syirah online ini. Alasannya? Sebenarnya masalah sepeleh, yaitu perkata teknis, bahwa kaset rekaman tak bisa didengar secara sempurna. Maklum saja, waktu itu Gus Dur dalam kondisi tak sehat, sehingga nada bicaranya terdengar lemah, oleh karenanya redaksi kesulitan untuk mentranskripnya dan akhirnya batal dimuat di Syir’ah online. Sekali lagi, Redaksi Syirah Online mengucapkan maaf sebesar-besarnya. Dan Siaran Kongkow Bareng Gus Dur edisi 7 April 2007 bisa anda baca kembali di bawah ini. Selamat membaca. Guntur: Selamat pagi Saudara. Kita kembali berjumpa dalam Kongkow Bareng Gus Dur di KBR 68H Jakarta. Acara ini disiarkan juga oleh sebanyak 63 jaringan kantor berita radio 68H, dari Papua hingga Aceh di Nusantara. Acara ini juga didukung oleh media Syirah Online. Bagi anda yang hobi berselancar di Internet, silakan membuka transkrip acara ini di www.syirah.com. Anda bisa membaca beberapa transkripsi yang sudah diedit oleh redaksi syir’ah on-line tersebut. Saudara, pagi ini saya, Guntur Romli bersama Pak Achun (KH. Abdul Wahid Maryanto) akan menemani anda satu jam ke depan, ada Bung Coki tekhnisi di kedai Tempo, dan Bung Ryan akan membacakan SMS anda dan menerima telpon anda. Pagi ini Gus Dur telah bersama kita di kedai Tempo, bersama beberapa hadirin yang akan mengikuti acara ini sampai usai. Guntur: Selamat pagi Gus Dur ! Gus Dur: Selamat pagi Guntur: Gimana kabarnya Gus ? Gus Dur: Baik-baik saja Guntur: Ya Saudara, anda yang ingin ikut berinteraksi dengan program ini silakan menelpon ke nomor bebas pulsa 08001403131 atau mengirim SMS ke 08121188181. ya, seperti biasa Pak Achun akan membacakan satu bait dari buku Al-Hikam, silakan Pak Achun! KH. Abdul Wahid Maryanto: “Bismilahirrohmanirrohim. Qul fidzulu madza fisamawati fataha laka fadzal islam walanakum fidzulu samawati aw walidunyaka ala wujudil ikhrom” (katakanlah! lihatlah apa yang terjadi di langit itu kamu akan mendapatkan pengertian. Dan jangan katakan lihatlah langitlangit itu supaya tidak kamu mendapatkan suatu kesalahan) Yang pertama adalah menggunakan “madza fi samawat” apa yang terjadi, apa yang terkandung di langit. Kemudian Yang kedua tidak menggunakan kata-kata “madza”. Mohon penjelasan, apa yang terkandung dalam hikmah tersebut? Gus Dur: Sebenarnya ini menceritakan atau menemukan sebuah proses ya, jadi apa yang terjadi di langit itu sebenarnya adalah proses, proses bagaimana Tuhan mengekspresikan diri dengan kejadian-
kejadian yang ada. Tapi sebaliknya, kalau kita melihat di langit, itu bukan proses. Tapi kejadiannya itu sendiri kita tidak dapat apa-apa. Itu intinya. Ya karena apa yang kita lihat sekarang ambil contoh katakata Al-Quranul karim “Bismilahirrohmanirrohim. Laqod kana lakum fi rosulillahi uswatun hasanah.” Uswatun hasanah, yaitu apa namanya uswatun solihah “Liman kana yardzulloha wa yaumal akhir wa dzakarulloha katsiro” limankana yardzulloha (bagi orang yang mencari ridho Allah) wa yaumal akhir (dan mencari kebahagiaan akhirat) wa dzakarolloha katsiro (dan berdzikir kepada Allah sebanyak mungkin) dzikir itu artinya memahami kebesaran Tuhan, nah ini proses memahami kebesaran Tuhan. Nah, ini-ini ambil saja contoh, bahwa air hujan itu ada yang disimpan di tanah oleh sumur-sumur dan lain sebagainya lalu ada yang ikut kali sampai ke pinggir laut. Di sana dia masuk kedalam laut, nah di laut itu akhirnya yang di air itu ada yang ke atas menguap menjadi uap air, uap air itu di atas menjadi awan, menjadi mega. Nah mega ini ada yang ditiup angin sampai ke pegunungan. Di atas pegunungan disana, dia mengalami pendinginan. Nah, setalah mengalami pendinginan, dia turun lagi, turun lagi ada yang mengikuti air sungai dan menjadi air sungai ada yang menjadi air sumur. Nah sekarang ini proses itu terganggu. Karena apa? karena begitu banyak pohon di tebang di negara kita. Sebagai akibat, maka akar-akar pada mati, kan akar itu hanya hidup kalau pohonnya hidup. Dengan matinya akar maka tidak ada lagi yang menyimpan air. Apa yang terjadi? Ya seperti kata orang Lamongan zaman dulu, yaitu (kalau ingin buang air besar pada) musim kering nggak bisa cebok, musim hujan nggak bisa jongkok. Mau jongkok di mana? Lha wong airnya banjir. (sekarang) Lamongan sudah mulai menanam pohon. Oleh karena itu saya melihat bahwa di situ contoh dari pada sebuah proses kejadian. Nah, artinya, proses itu jauh lebih penting daripada adanya kejadian itu sendiri. Guntur: Sehubungan dengan masalah pohon tadi, kan ada program penanaman empat puluh ribu pohon Gus? Gus Dur: Empat puluh ribu pohon itu terlalu sedikit, itu menunjukan kepada kita bahwa departemen kehutanan kehabisan duit. Guntur: Terima kasih Gus Dur atas keterangannya. Gus Dur, tadi sebelum acara ini di mulai, sepertinya anda ingin memberikan sesuatu yang bisa didengar oleh pendengar kita Gus, apa itu Gus ? silahkan Gus! Gus Dur: Begini, kemarin itu saya mendiktekan ungkapan saya untuk pengantar sebuah buku yang ditulis oleh Prof. Mahfud MD. Nah Prof. Mahfud MD ini menuliskan bahwa kok nggak kelihatan sih hukum kita itu? dia bilang ini nggak ada, itu nggak ada. Dia bilang, hukum nggak jalan. Koruptor dibiarkan. Yang ada tebang pilih dan seterusnya. Lalu saya jawab bahwa kalau menyatakan bahwa hukum tidak jalan orang harus berani mencari sebabnya. Nah, sebabnya itu menurut saya adalah sebabsebab politis. Yaitu adanya sikap dari pemerintah dalam hal ini artinya eksekutif maupun dari DPR dan dari yudikatif dan sebagainya, dimana hukum itu dilanggar-langgar dibiarin saja. Contoh terakhir untuk kita adalah bagaimana menteri seperti Hamid Awaludin itu mengambil uangnya Tommy Soeharto delapan juta dolar di simpan di rekening dia. Lah Hamid itu kan pegawai pemerintah, pejabat pemerintah, padahal menurut undang-undang, itu tidak boleh seorang swasta menyerahkan uang kepada rekeningnya pemerintah. Kalau pemerintah ya harus melalui menteri keuangan sehingga bisa di kontrol. Sekarang semuanya diam saja, presidennya diam, semua diam, ya sudah mau di apaain?. Ini menunjukkan dengan jelas bahwa hukum nggak jalan itu karena memang kita main sendiri-sendiri. Sebabnya menurut saya, itu karena kita tidak melaksanakan sebuah sistem nasional, melainkan sejumlah sub sistem. Jadi PDI Perjuangan itu melaksanakan sistem pemerintahan yang lain daripada Golkar, nah ini akibatnya adalah bahwa pertentangan-pertentangan ini berjalan terlalu jauh, karena itu harus ada semacam keberanian dari pihak pemerintah, dalam hal ini eksekutif di bawah pimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengambil inisiatif, yaitu inisiatif melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum. Nah ini tentu saja menghasilkan demokratisasi, dan ini yang dia nggak
mau. Bahkan sebegitu kuatnya sehingga saya menganggap bahwa sekarang ini lucu ya Undang-Undang Dasar 1945 tidak di dukung pemerintah, tapi undang-undang gantinya juga tidak di dukung, nah jadi terus apa? Yah padahal itu instrumen dasar negara kita. Ambil satu contoh, ucapan Da’i Bachtiar ketika dia masih Kapolri, bahwa mahasiswa dari UI yang demo ke Teuku Umar, rumahnya Megawati , waktu itu presiden, melanggar ketertiban umum. Saya bertanya, “siapa yang melanggar ketertiban umum? Siapa yang menentukan?.” Kalau polisi (yang menentukan), nggak sah. Yang berhak menetapkan ketertiban umum dilanggar atau tidak adalah mahkamah agung, tapi mahkamah agungnya penakut, jadi ya sudah. Nah inilah, jadi situasi kita ini betul-betul runyam. Tidak ada pegangan kita sama sekali. Yah inilah yang saya kemukakan dalam buku itu. Dan nanti, mudah-mudahan kita bisa berusaha untuk memperbaiki keadaan. Guntur: Ya, terima kasih Gus Dur. Ryan: Ya Guntur Romli. Kasus Kekerasan di IPDN ini menjadi hal yang dominan pada awal-awal pertanyaan sejumlah pendengar melalui pesan pendek, Pak Budi di Depok, kemudian Pak M. Husna di Pademangan, berikutnya Gus Lih di Jakarta, mereka menanyakan bagaimana pendapat Gus Dur tentang kekerasan yang ada di IPDN. Selain itu pak Budi di Depok juga menanyakan “Bagaimana DPP, Dewan Penasehat Presiden?”. Berikutnya soal Papernas, ada yang ditanyakan, “Gus Dur kemarin terjadi keributan antara Papernas dan FPI karena Papernas dianggap komunis. ini bagai mana tanggapan Gus Dur?”. Pertanyaan yang sama juga ditanyakan oleh pak Mahmud dari Kediri, “Bagaimana dengan statement Muhaimin bahwa PKB menang karena punya Papernas?”. Silahkan Gus! Gus Dur: Jadi begini ya... No satu, (soal) kasus IPDN, saya diwawancarai oleh Radio Muara, “Bagaimana kejadian IPDN itu?”. Saya bilang, segala macam tindak kekerasan, apalagi itu dilakukan sebuah institusi pemerintahan haruslah dijelaskan, diambil contoh-contohnya dan dipelajari, dan dicari caranya supaya tidak terulang. Ini termasuk kita harus berani menegakkan disiplin, termasuk mengambil tindakan kepada senior atau dosen atau pimpinan, bahkan yang ikut campur dalam hal itu, jadi jangan didiamin aja. Yang kedua, Dewan penasehat presiden itu hak preogratif presiden. (Tapi), menimbulkan persoalan bagi saya, karena didalamnya ada seorang kyai, yaitu KH. Ma’ruf Amin yang seumur hidupnya mengesahkan syariat Islam dalam arti menjadikan negara agamalah, gampangnya. Tapi PPKI, panitia persiapan kemerdekaan Indonesia tahun 1945 sudah memutuskan kita mempunyai negara bukan agama. Dan kedua bahwa apa itu namanya, pluralitas, kemajemukan itu dibiarkan. Ini yang nggak dibiarkan oleh Ma’ruf Amin. Saya heran, kok kenapa dia bisa masuk dalam timnya presiden itu. Ya ga tahu saya. Itulah kenyataannya. KH. Abdul Wahid Maryanto: Lalu Papernas versus FPI Gus? Gus Dur: FPI memang kerjaannya begitu kok. Jadi beraninya kepada partai-partai yang lemah aja. Baru-baru saja di STT Sekolah Tinggi Teologi itu diganggu oleh mereka, lalu saya perintahkan agar supaya anak-anak Garda Bangsa datang ke sana, dua puluh orang. Itu seratus orang FPI pada lari. Beraninya begitu, sama yang kuat nggak berani. Sama yang lemah saja dia berani. Dalam hal ini, saya rasa sebaiknya Papernas menuntut di pengadilan, menuntut Rizeiq dan kawan-kawan. Supaya dengan demikian, kita menjadi negara yang mengikuti aturan hukum. Guntur: Kemudian selanjutnya statement dari Muhaimin bahwa PKB menang itu karena faktor papernas, apa betul statement itu?. Gusdur: Ya jelas, artinya memang Papernas itu bagian dari rakyat dan dimenangkan oleh rakyat. Kan begitu kan?
Ryan: Mas Guntur Romli, meski sudah disampaikan pendapatnya oleh Gus Dur tadi soal IPDN, masih ada beberapa pernyataan ini melalui pesan pendek, “Gus Dur yang saya hormati, bagaimana negeri ini kalau tempat pendidikan calon aparatur pemerintah seperti IPDN masih amburadul?”. Berikutnya dari Pak Rafi di Bogor, “Gus bagaimana kalau IPDN kita jadikan kampus shaolin saja?”. Terus pertanyaan berikutnya, “Gusdur mohon pendapatnya tentang dua menteri terkait pencairan uang korupsi Tommy soeharto?”. Kemudian ini dari warga Porong, Sidoarjo, dari Andre, “Gus Dur, rumah saya di Porong sudah tenggelam oleh lumpur Lapindo, Gus Dur selalu bilang supaya ada sertifikasi tanah warga. Tapi Gus, ganti rugi ala Lapindo ini modelnya jual beli. Jangan-jangan sertifikat warga korban nanti jadi miliknya Lapindo, minta tausiyahnya Gus”. Kemudian dari Pak Maman di Leuwi Sadeng menanyakan, “Gus, kalau petani menjual padi sebelum masak istilahnya Ijon itu bagaimana?” KH. Abdul Wahid Maryanto: Ada dua pertanyaan, mengenai sertifikasi bisa dijelaskan kembali? Gus Dur: Begini, maksudnya sertifikasi itu adalah di dalam genangan air di Lapindo itu ada kekayaan minyak yang luar biasa, (yaitu) minyak gas dan emas, ini sudah dibenarkan oleh para ahli geology. Nah, sebenarnya ini yang harus dibuat sertifikasi, tapi pemerintah takut sertifikasi, bahkan mendukung Lapindo untuk membuat itu tadi semacam akte jual beli. Kita nggak tahu bagaimana nantinya, kita (perlu) pelajari lebih jauh. Kedua adalah tentang biaya resettlement pemukiman kembali penduduk daerah Porong yang tergusur, yang tanahnya rusak itu. Ini bisa saja diambilkan dari kredit atau dari mana, nggak tahu saya, tapi perlu dipelajari secara benar. KH. Abdul Wahid Maryanto: Tentang menjual padi secara ijon tadi... Gus Dur: Ya kalau bisa ya jangan ijon. Karena ijon itu pemerasan tersembunyi oleh karena itu jangan sampai ada ijon. Yang rugi kan petaninya. Tapi itu semua ya bagaimana, kalau secara makro pemerintah memutuskan bahwa PT Pupuk Kaltim ke atau Pusri ke itu semua harus mendukung atau menyokong keuangan semua pihak olah raga, parpol-parpol dan sebagainya belum korupsinya jadi kita melihat bahwa itu semua, merupakan hal yang melanggar katakanlah hak-hak para petani. Ryan: Mas Guntur sudah ada penelpon bersama kita, pak Dimas, pak Dimas selamat pagi, dimana pak Dimas? Dimas (Penelpon-Jakarta): Di Lebak Bulus Bung, Assalamualaikum Pak Kyai. Ke mas Guntur dan mas Achun, pertama-tama saya senang sekali pak kyai mendengar suara anda terdengar sangat sehat dan mudah-mudahan memang sehat dan betul-betul sehat. Kedua Saya tidak cenderung sepakat ini pak kyai bahwa tidak tegaknya hukum ini karena memang tidak dilakukannya sistem secara nasional tapi lebih ke arah struktural, cuma saya kurang sepakat pak Kyai kalau dikatakan mereka itu penakut, mereka bukan hanya penakut, kalau sekedar takut kan cenderung bisa difahami dan lebih mudah dimaafkan ya. Tapi menurut saya pak kyai di negeri anda ini mereka betul-betul berupaya memperkaya diri sehingga mereka gak perduli kepentingan masyarakat pada umumnya. Karena tingginya kepentingan pribadi dan kelompok itulah mereka gak peduli hal itu juga merusakan segala sesuatu dalam jangka panjang, jadi menurut saya inilah yang masyarakat perlu fahami mereka bukan hanya takut tapi lebih cenderung, ya tadi, hanya menggendutkan perutnya sendiri-sendiri walaupun mereka harus menindas yang lain, itu saja dulu pak kyai. Wassalamualaikum. Ryan: Mas Guntur Ramli, sebelum dijawab ingin saya tambahkan juga kebetulan temanya sama, tentang hukum dan korupsi, dari pak Tono di Bekasi, “Gus Dur, pemerintah benar-benar tebang pilih terhadap keadilan. Buktinya, kasus menteri kehakiman serta Sekneg terkait rekening Tomy adem ayem saja Gus”. Kemudian dari Virga di kota Fajar Aceh selatan, “Gus Dur yang terhormat, banyak sekali kasus korupsi yang terjadi di Aceh, tapi ini sedikit saja yang mencuat kepermuakaan. Kenapa ya Gus?”. Kemudian dari pak Edi di Wonosobo, “Gus Dur, di kabupaten saya kantor atau lembaga yang tampak
sepi dari aktifitas itu adalah kantor kejaksaan, sepertinya di daerah saya kok tidak ada berita soal korupsi.” KH. Abdul Wahid Maryanto: Masalah tebang pilih pemberantasan korupsi terkait rekening Tommy... Gus Dur: Lah ya ini, pemerintah tidak berani mengambil tindakan tegas terhadap menteri Awaludin dan menteri sekneg Yusril, kenapa? Karena kedua-duanya secara bekerja sama akhirnya membuat dana-dana dari tommy itu masuk ke rekeningnya Hamid Awaludin. Lah ini gak boleh menurut UU, Tapi gak ada yang berani yang mengingatkan. Jadi itulah ciri kita sekarang ini. Jadi.. ya..kita mau bagaimana? KH. Abdul Wahid Maryanto: Kemudian masalah korupsi di Aceh sedikit sekali yang mencuat dipermukaan... Gus Dur: Ya memang karena orang gak mau tahu tentang Aceh, sebetulnya Aceh itu korupsinya besar, satu rumah itu sampai dengan 500 ribu dolar biayanya, mana ada rumah yang sebegitu, saya dari dulu heran banget mendengarnya. Ya itu jelas kan korupsi. KH. Abdul Wahid Maryanto: Kantor kejaksaan di Wonosobo kok sepi-sepi aja Gus...? Gus Dur: Ya kalau sepi itu bukan jaminan tidak ada apa-apa di dalamnya, tapi bahwa memang Wonosobo itu salah satu di antara sedikit kabupaten yang bersih. KH. Abdul Wahid Maryanto: Bersih ya Gus, tapi bupatinya pernah kasus itu Gus Gus Dur: Ya nanti kita periksa... Ryan: Ini tidak menyebutkan namanya, tapi SMS nya cukup menarik, “DPP ini memang gaya kepemimpinan SBY yang suka mengumpulkan orang-orang penting. Betul begitu gak Gus??? Kalau menurut pakar politik UGM, SBY ini termasuk Megaloman”. Berikutnya pesan pendek yang menanyakan soal pertemuan ulama yang diadakan di Bogor, “Apa pendapatnya?”. Kemudian dari Ari di Cilacap, “Gus, PKNU yang dideklarasikan minggu lalu kira-kira masa depannya seperti apa?”. Dan kita bersama pendengar, pak Raja Bonar. selamat pagi! Silahkan Raja Bonar (Penelpon-Jakarta): Assalamu’alaikum Gus Dur, pertama saya mau tanya, yakinkah kita kalau korupsi diberantas apakah indonesia pasti maju?, saya ingin pendapatnya betul-betul jadi bukan secara metafora atau fatamorgana. Kalau memang korupsi diberantas, apakah betul Indonesia akan maju itu pertanyaan yang pertama, terus yang kedua kalau tuan-tuan SBY-JK dan aparatnya seperti ini memperlakukan korupsi, dan itu mengakibatkan pengalaman di masyarakat oh rupanya kalau koruptor kaya Hamid lebih dibiarkan, o..kalau ini dibeginikan, jadi kesadaran masyarakat yang baru meningkat menjadi pegawai katakanlah menjadi menteri baru cacat, oh gak apa-apa kok kalau kaya Yusril atau kaya Hamid kan gitu pak yah? Nah ini kalau menurut prediksi Gusdur, Sampai kapan ini ? sampai terjadi apa sehingga ini berubah apakah cukup hanya kita bersama setiap minggu bicara seperti ini dapat merubah dia saya kira tidak bisa kan. Nah sampai kapan itu, yang terakhir begini dari pengalaman dilapangan itu ada abang saya jadi Bupati di salah satu kabupaten di sumatra, dia sangat ketakutan sekali, apa-apa takut korupsi nanti jadi ini atau jadinya dia sulit bergerak jadinya seperti apa ya, menunggu diam saja begitu, katanya asal aman saja lah, nah ini juga masyarakat kan jadi menderita, berkeinginan iya tapi tidak ada pembangunan ngga ada.. harus ke pusat, harus nanya lagi, harus ini, birokrasi yang terlalu menghambat menurut pendapat saya. Saya kira demikian Gus Dur: Soal DPP tadi, ya kepemimpinan SBY itu diwarnai ketakutan, keragu-raguan dan ini kan nanti tidak banyak hasilnya dan tidak berani memberantas apa-apa. dia bikin sesuatu kalau dihadapi itu
mundur, itu yang terjadi sekarang. Guntur: Kemudian pertemuan ulama sedunia yang di Bogor baru-baru ini Gus Dur: Ya biar saja lah, mereka melakukan onani. Ya biar saja lah. Iya lha, kok (mereka) ngeributin Amerika?, ngurusin negara sendiri aja lha!!. KH. Abdul Wahid Maryanto: Kalau tentang PKNU yang baru gimana Gus? Gus Dur: PKNU itu gak ada apa-apanya, saya katakan gak ada apa-apanya karena saya tahu persis, saya itu kemana-mana di daerah-daerah ternyata PKNU itu ada, ya sedikit sekali jadi kita gak usah terlalu khwatir. Guntur: Kemudian pertanyaan dari pak Raja Bonar Gus, tentang korupsi ini kalau benar-benar di berantas, benar-benarkah Indonesia akan maju? Gus Dur: Tidak. Di samping pemberantasan korupsi dimulai, juga mengadakan orientasi pembangunan nasional. Bareng dua itu. Gak bisa tidak. Begitu juga penertiban kepegawaian negeri kita, dengan penghasilan seperti sekarang ini ya gak akan di cap apa-apa, korup semua. Ryan: Gus berikutnya dari pesan pendek ini, dengan pak Roy di Gunung Sahari, “Bagaimana pendapat Gus Dur tentang kemenangan redaktur majalah Playboy Erwin Arnada atas FPI? kalau menurut saya ini kemenangan kebebasan pers dan hak seseorang mendapatkan informasi, doa saya untuk Gusdur semoga tuhan memberkati”. Berikutnya dari beberapa pesan pendek yang bertanya soal pemilihan gubernur untuk DKI dari PKB dan PAN siapa jagonya?. Kemudian dari Guslih di Jakarta, “Ada pertemuan doa bersama di Istiqlal besok, minta pendapatnya dari Gusdur”. KH. Abdul Wahid Maryanto: Tentang kemenangan redaktur playboy Gus... Gus Dur: Kemenangan redaktur playboy itu menunjukan bahwa playboy itu ngga ada apa-apanya, kenapa dia kok terlalu dikhawatirkan. Dia nggak melanggar apa-apa kok, coba lihat itu playboy yang edisi pertama, gambarnya kan bagus-bagus, ha..ha.. cilaka itu, itu hanya emosi saja dari habib Rizieq dan kawan-kawan. Kalau calon gubernur dari PAN dan PKB apa sudah..di Jakarta itu persoalan ini belum selesai, saya bilang kepada Sarwono, baru tadi saya ketemu, Sarwono sudah kita omongkan dan sudah resmi menjadi calon gubernur yang di tunjuk oleh DPP PKB. Pada hari selasa malam rabu kemarin. Nah yang belum jelas adalah calon wakil gubernur, di situ PAN minta supaya calon wakil gubernur itu adalah saudara Jefri Geovani, ya terserah nanti bagaimana wong masih ada satu setengah bulan lagi kok. Jadi tenang-tenang saja. Guntur: Kalau Rano Karno gimana Gus ? Gus Dur: Ya.. Rano Karno ya tergantung. Kalo dia nanti pada akhirnya memilih bergabung dengan PKB ya kita buat. KH. Abdul Wahid Maryanto: Kemudian acara doa bersama yang besok akan dilaksanakan itu menurut bapak bagaimana? Gus Dur: Kalau saya selamanya bangsa begituan itu gak tertarik, karena apa ? Tuhan juga tahu, apa sih maksudnya orang-orang itu? hanya mencari kosmetik saja. Tindakan-tindakan kosmetis supaya kelihatan oleh rakyat prihatin, gitu aja. Para pejabat yang dalam doa bersama itu akan datang dan kemudian akan memanjatkan doa kepada Tuhan, (mereka) koruptor kok.
Ryan: Baiklah. Pa Prabu sudah bersama kita. Silahkan pak Prabu! Prabu (Penelpon-Jakarta): Saya mau tanya, apa tanpa KKN Indonesia bisa di bangun ? Gus Dur: ya.. mestinya bisa, kalau ga bisa ya kita cari dulu sebabnya. nah mencari sebabnya ini mempunyai akibat loh, bahwa kita harus berani bertindak keras. Nah ini yang pemerintah gak berani, presidennya gak berani. Ryan: Baiklah ini ada pesan pendek dari Umnah di Magelang Jawa Tengah, “Apa pendapat Gus Dur mengenai kekuasaan atau cengkraman Yahudi di banyak bidang?”. Berikutnya dari Karim Silalahi, “Selama jadi presiden Gusdur banyak menyebut Semar, siapa semar itu Gus ? ini kyai atau ulama NU dan apakah kapasitas beliau sehingga begitu berpengaruh?”. Dan kita bersama dengan seorang pendengar pak Andi Arya. Andi Arya (Penelpon): Assalamualaikum Gus, Alhamdulillah saya melihat anda kelihatannya sehat sekali pada hari ini. Pertanyaan saya seperti ini Gus, belum lama ini heboh tentang Mama Loren yaitu masalah ramal-meramal yang mengakibatkan sebagian daripada penduduk Kalimantan resah dengan ramalannya, namun waktu di konfirmasi ternyata Mama Loren tidak mengakui dia pernah berbicara di salah satu televisi swasta. menurut Gus Dur bagaimana sih kita menyikapi ramal-meramal ini supaya kita jangan sampai masuk atau tergelincir dengan apa yang di sebut ramal-meramal itu sendiri Gus. Terima kasih, selamat pagi, Assalamualaikum. KH. Abdul Wahid Maryanto: Pertama tadi tentang cengkraman Yahudi di beberapa bidang... Gus Dur : Yahudi itu mempunyai cengkraman di berbagai bidang itu saya rasa harus kita lihat dulu bidangnya apa. Sepak bola, jelas. Yang namanya Van Basten itu kan keturunan yahudi. Bayangkan coba! pokoknya di Belanda itu yang namanya pake Van itu asalnya yahudi. Nah dalam hal ini kita lihat bahwa orang yahudi berhasil mendidik anak-anak mereka untuk jadi jagoan-jagoan kan. Apa hal yang sama juga bisa terjadi pada orang lain? bisa! kenapa nggak. Zidan itu orang muslim dia jadi kapten kesebelasan Perancis dan kemudian kapten kesebelasan Real Madrid, dia menjadi pemain bola terbaik sedunia. Nah kenapa kita takut bersaing dengan orang yahudi, yang selalu mencari yang excellence, kita juga bisa kok. Saking kita itu orangnya ngga bisa begitu itu lalu menciptakan kebencian kepada yahudi, lha itu loh. Jadi kita harus tahu persis KH. Abdul Wahid Maryanto: kemudian yang disebut-sebut Semar itu siapa Pak? kyai apa siapa itu? Gus Dur: Semar itu adanya tujuh ratus tahunan yang lalu yaiu ketika sunan Lawu mulai beroperasi di pegunungan lawu. Nah ki Semar itu memang orang yang ya.. tergantung kita lah kita mau percaya atau tidak. Gitu aja kan. Sekarang ini ki Semar itu mengekspresikan diri melalui sejumlah orang diantaranya seorang teman saya yang dia itu adalah seorang konghucu kejawen. Nah bagaimana? ya kalau saya sih semua orang tua saya hargai. Jadi saya ngga milih-milih. Perkara urusan dia ada tidak itu urusan Tuhan, bukan urusan saya. Saya nggak mau sekarang ini mengambil keputusan, kan dalam Al-Qur’an juga sudah jelas segala sesuatu itu ada dua macam satu syar’i satu naqli. Ada yang tidak ada keterangannya secara rasional dan ada yang diterangkan secara rasional. Nah ini makanya saya menunda masalah ini. KH. Abdul Wahid Maryanto: Sama halnya dengan pertanyaan pak Andi Arya tentang ramalanramalan. Gus Dur: Kalau mereka meramal, itu urusan mereka. bukan urusan saya. Ryan: Ya Mas Guntur Romli. Ada SMS dari pak Setyo di Semarang, “Gus Dur yang terhormat, bagaimana pendapat Gus Dur kalau menurut saya bila pemerintah mengembalikan harga BBM seperti
semula maka semuanya ini akan menjadi baik”. Kemudian dari Sakti di Cawang, “Ketika kedzoliman, korups,i penindasan dan kemaksiatan merajalela maka Allah mengirim wabah penyakit yang sulit disembuhkan dan bencana. Apakah ini azab atau ujian?”. Berikutnya dari pak Mahmud di Kediri “Bagaimana kita menyikapi kaum gay dan lesbian di Indonesia yang sudah menformalkan diri?”. Kita juga sudah bersama pendengar, pak Syamsudin selamat pagi. Syamsudin : Pertama Gus, apa bedanya DPP dengan DPA dulu? Iya kalau sekarang dewan pertimbangan presiden dulu DPA, bedanya apa gus? Yang kedua, tadi malam saya mendengan Gus, bahwa pemberantasan korupsi era ini tebang pilih khususnya seolah-olah diarahkan kepada era pemeritahan Megawati. sebenarnnya begitukah yang terjadi mohon penjelasan. Saya sebagai masyarakat awam perlu informasi yang jelas. Terima kasih Gus. Assalamualaikum Wr.Wb KH. Abdul Wahid Maryanto: Yang pertama itu tentang BBM, apakah kalau diturunkan negara kita akan kembali baik ekonominya? Gus Dur: Ya bagaimana harga BBM mau diturunkan? Itu kan karena korupsi. disamping korupsi, Pertamina serta Garuda dan sejumlah BUMN lainnya termasuk PUSRI dan Perusahaan pupuk Kaltim itu diharuskan menyumbang bagi kepentingan atau kelangsungan macam-macam, dari perkumpulan olahraga sampai parpol. Nah yang ga ikut-ikutan itu PKB doang. Ini akibatnya adalah mereka tidak punya uang untuk mengadakan pengolahan dimulai dari apa penggalian kemudian pengolahan. Karena gak punya uang ini lalu mereka pinjam. Nah kalau pinjam kan dengan uang. Dengan bunga uang yah inilah yang kita derita sekarang ingin naiknya harga-harga BBM segala itu, itu adalah pencerminan dari situasi kita sendiri. jadi jangan kalau ini selesai kan beres apa sih, hilangin dong korupsinya KH. Abdul Wahid Maryanto: Kemudian antara gay dan lesbian mulai marak dan berani menampakan diri, ini gimana Gus? Gus Dur: Memang begitu itu konsekuensi dari usaha dari sejumlah politisi untuk membuat kita sangat tergantung kepada Amerika, melalui pola pembangunan pertumbuhan. tidak ada pemerataan. akibat dari itu yah dengan sendirinya yah kita gak bisa mengatakan gini gitu gay dan lesbian itu sudah ada lha bagaimana yah nanti kita buat undang-undangnyalah KH. Abdul Wahid Maryanto: Kemudian apa bedanya DPA yang dulu dengan dengan DPP sekarang? Gus Dur: Sama-sama tidak berdaya apa-apa. KH. Abdul Wahid Maryanto: Kemudian yang kedua apakah tebang pilih itu ditujukan kepada kelompok-kelompoknya pro Megawati? Gus Dur : Oh iya .... Memang Iya. Saya itu paling dirugikan oleh pengkhianatan Megawati. Tapi itu tidak berarti saya membenarkan tindakan-tindakan kepada dia. Teater Syahid : Assalamualaikum Gus saya dari Teater Syahid Jakarta, Cuma pengen bertanya ini Gus. Soal Nepotisme, Nepotisme itukan sebenarnyakan jaman dahulu kala hanya untuk berterimakasih. Maksud saya kolusi. Kolusi itu kan rasa terimakasih seseorang karena telah mendapatkan sesuatu maka diberikan imbalan terimakasih, tapi sejarah ini sekarang ini kenapa bisa melebar seperti itu Gus? Gus Dur: Kalau rasa terimakasih saja bukan kolusi namanya, tiap orang juga punya rasa terimakasih. Kolusi itu adalah sesuatu yang disertai janji saya berikan hal ini kepada kamu asal nanti kamu memilh saya untuk menjadi A. jadi ada sebab lainnya. Teater Syahid : Tapi sejarahnya kayak gitu gus
Gus Dur: Lho lha iya. Walaupun sejarah, walaupun apa pun, tapi intinya begitu. Intinya itu kalau cuma rasa terimakasih saja tidak berusaha mendapatkan apa-apa lha itu namanya ya sekedar apresiasi saja. Didit (Jakarta): Terimakasih telah diberi kesempatan kepada yang muda-muda, saya dari kelompok studi mahasiswa Universitas Nasional, pertanyaan pertama, masih mengenai resolusi dari salah satu negara misalnya Amerika, pertanyaannya sejauh mana sih Gus dari masa pemerintahan Gus Dur sejauh mana sih intervensi-intervensi dari negara adidaya itu terutama Amerika Serikat terhadap politik kebijakan luar negeri dan dalam negeri Indonesia. Yang kedua masalah Republik mimpi Gus, waktu itu kita pernah berbincang menteri Sofyan Djalil mengatakan bahwa acara republik mimpi itu yang parodi komuniksi politik untuk mengkritik pemerintah itu lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya, menurut Gus Dur bagaimana itu Gus? Yang ketiga, masalah pemberantasan korupsi kenapa dulu Gus Dur bilang sekarang ini menteri-menteri di bidang hukum aja pada terindikasi korupsi, nah apakah pa SBY ini nggak bisa seperti Gusdur ketika dulu berani menempatkan Baharudin Lopa sebagai jaksa agung yang mantan dekan UNAS itu?, apakah kita kekurangan stok orang seperti itu? terimakasih Gus. KH. Abdul Wahid Maryanto: Yang pertama intervensi Amerika Gus. Gus Dur: Ya, dimana saja di dunia ini segala sesuatu itu berdasarkan kenyataan. Jadi kalau di Indonesia orangnya melempem, takut untuk bersuara dan sebagainya dan lemah terhadap Amerika Serikat, ya Amerika serikat masuk dan berusaha mempengaruhi. Tapi kalu berani dia juga nggak bisa apa-apa, jadi kita berani atau tidak?. Coba kayak bung Karno, go to hell! Wah Amerika ketakutan. KH. Abdul Wahid Maryanto: Tentang somasi republik mimpi Gus Dur : Republik mimpi ini kan mentrinya terlalu jauh, jadi takut dimarahin SBY. Itu aja. kita nggak usah terlalu jauh melihatnya. Suharjo (Jakarta): Assalamualaikum, saya dari pesantren Ulu Jami, Pemalang mau nanya satu ayat yang bunyinya “ bismillahirrohmanirrohim. Arrohman ‘alal arsy istawa. bahwa Tuhan itu bersemayam diatas arsy. Iitu apa yang dimaksud dengan bersemayam diatas arsy? arti arsy dan mustawa apa? begitu Gus, terimakasih atas waktunya Gus Dur: Ya ini dari dulu para penafsir juga berkelahi dulu soal ini saya juga ngga sanggup turut menyelesaikan. Ya pengertian saya Allah itu apa itu namanya membuat dirinya berada di atas arsy, lha arsy itu apa ? ya itu jangan-jangan arsy itu adalah kekuasaan. bisa juga toh? jadi tuhan itu berdiri di atas kekuasaannya. Tapi ada yang mengatakan itu takhta, nggak tahu saya yang mana, yah sekali lagi saya ngga ikut-ikut dah itu. Guntur: Tadi itu tentang tidak adanya sosok seperti Baharudin Lopa, waktu Gusdur menjadi presiden kan berani menunjuk seperti Baharudin Lopa apakah sudah tidak ada sosok seperti Baharudin Lopa ini Gus? Gus Dur: Masih banyak, jadi harusnya kan dicari orang-orang seperti itu untuk bisa dijadikan pengganti Baharudin Lopa Guntur: Gus Dur, waktu kita sudah habis, terimakasih atas kedatangannya. Dan anda yang sudah mengirim SMS dan menelpon terimakasih atas respon anda, dan bagi hadirin yang di kedai tempo silahkan melanjutkan perbincangan dengan Gusdur dan kita akan berjumpa kembali pada pekan depan. Terimakasih, wassalam