Avanti Fontana. 6 Oktober 2015. Catatan Diskusi Panel Inovasi Nasional “Membangun Ekosistem Inovasi Indonesia: Perlu Kepemimpinan Inovatif untuk Bangun Ekosistem Inovasi Indonesia.” Yayasan Planet Inovasi dan The Ary Suta Center.
Peran kepemimpinan yang inovatif diperlukan untuk membangun ekosistem yang kondusif dan terintegrasi agar inovasi dapat berkembang dan memberikan kontribusi lebih besar terhadap pembangunan nasional. Pemerintah berperan krusial dalam membangun ekosistem inovasi nasional lewat perannya dalam menciptakan lingkungan politik, lingkungan regulasi, dan lingkungan bisnis yang kondusif. Selain itu, kecerdasan kolektif pada tatanan pembuat kebijakan juga diperlukan untuk menjamin pertumbuhan demokrasi dan kedaulatan nasional dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat. Kebijakan membangun ekosistem inovasi nasional perlu diikuti dengan perumusan strategi dan upaya yang terperinci yang siap diimplementasikan oleh para pemangku kepentingan sistem inovasi nasional. Demikian benang merah diskusi panel “Membangun Ekosistem Inovasi Indonesia” yang diselenggarakan oleh Yayasan Planet Inovasi (Planet Inovasi Foundation) bekerja sama dengan The Ary Suta Center for Leadership, Strategy, and Critical Thinking, di Jakarta, Selasa (6/10). Para panelis diskusi ini adalah President, Strategic Center for Indonesia Innovation, Moeldoko; Chairman, The Ary Suta Center, I Putu Gede Ary Suta; Ketua Umum Planet Inovasi dan Dosen Strategi dan Manajemen Inovasi Universitas Indonesia, Avanti Fontana; Pendiri Bina Swadaya dan Pelaku Wirausaha Sosial, Bambang Ismawan; dan Pengembang Bidang Energi Terbarukan dan General Manager Canadian Solar South East Asia Pte Ltd, Insan Boy; dengan moderator Direktur Eksekutif Kiran Resources, Soebowo Musa. Para panelis melihat peran kepemimpinan yang inovatif pada semua tingkat pemangku kepentingan, yaitu pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, dan komunitas serta komponen bangsa lainnya, merupakan faktor fundamental yang sangat penting untuk menciptakan lingkungan sistem inovasi yang terintegrasi bagi penguatan daya saing bangsa. Moeldoko menyampaikan, perlunya perubahan paradigma tentang inovasi pada tatanan pimpinan nasional dan daerah dengan menjadikan inovasi sebagai pola pikir dan pola tindak. Hal itu bisa dilakukan dengan memperbaharui struktur organisasi pemerintah termasuk meninjau pentingnya keberadaan Innovation National Agency yang berperan koordinatif dalam ekosistem inovasi nasional. Pembaruan struktur organisasi pemerintah perlu dilakukan agar kita 1 JIKA MENGUTIP ISI DOKUMEN INI, SEBUTKAN SUMBERNYA. Sumber: Avanti Fontana. 6 Oktober 2015. Catatan Diskusi Panel Inovasi Nasional “Membangun Ekosistem Inovasi Indonesia: Perlu Kepemimpinan Inovatif untuk Bangun Ekosistem Inovasi Indonesia.” Yayasan Planet Inovasi dan The Ary Suta Center.
memiliki kemampuan dan fleksibilitas dalam berinovasi serta menghadapi tantangan-tantangan strategis di masa depan. “Juga mendorong pengembangan sumber daya manusia sebagai agenagen pembangunan utama yang memiliki kompetensi dan komitmen tinggi untuk melakukan inovasi di berbagai bidang,” ungkap mantan Panglima TNI itu.
I Putu Gede Ary Suta mengatakan, faktor kepemimpinan dan intelijen kolektif merupakan faktor fundamental yang diperlukan guna mendukung pembangunan nasional berbasis inovasi. Diskusi panel ini, paparnya, merupakan upaya nyata di tingkat pemikiran strategis untuk melihat peluang dan tantangan dalam bangunan ekosistem inovasi nasional guna menunjang pembangunan berbasis inovasi dalam upaya mencapai tujuan nasional. Avanti Fontana menjelaskan, ekosistem inovasi yang kondusif memungkinkan terjadinya jejaring kerja sama inovasi di antara seluruh komponen bangsa dan organisasiorganisasi untuk menghasilkan dan memanfaatkan karya-karya inovasi itu sendiri. Lingkungan institusional yang kondusif untuk inovasi mencakup antara lain lingkungan politik, lingkungan regulasi, lingkungan bisnis. Lingkungan ini perlu dirancang bangun untuk memfasilitasi inovasi di berbagai bidang dan tingkatan usaha serta organisasi. Pendidikan dan riset, infrastruktur, kematangan pasar serta bisnis termasuk di sini adalah keberadaan sumber daya manusia yang ahli dan terampil dalam berinovasi, menjadi faktor penting lainnya yang harus disiapkan secara komprehensif nasional. Hal ini menuntut produk-produk kebijakan dan peraturan perundangundangan yang kondusif, menyeluruh dan menyentuh semua tingkat makro dan mikro nasional. Interaksi sistematis dan kondusif antar pelaku inovasi nasional, yaitu pemerintah, bisnis/industri, lembaga riset/universitas, dan komunitas perlu menjadi praktik keseharian pembangunan nasional berbasis inovasi. Bambang Ismawan mengungkapkan, keterkaitan antara sumber daya dan pelaku pembangunan seperti dana, peralatan, fasilitas, sumber daya manusia, peneliti dan perwakilan industri mencerminkan komponen sistem inovasi nasional yang terintegrasi. Hal ini memungkinkan terjadinya pembangunan dan perkembangan teknologi dan inovasi, melalui interaksi universitas, bisnis, kapitalis ventura, pusat riset universitas bekerja sama dengan dunia usaha dan industri, pengambil kebijakan, serta lembaga pendanaan. Peluang membangun ekosistem inovasi nasional terbuka untuk mendorong lahirnya grassroot-types of innovation pada tingkatan komunitas/masyarakat secara berkesinambungan. Insan Boy mengatakan, kebijakan inovasi pemerintah, insentif dan komitmen pemerintah untuk mendorong dan mendukung inovasi perlu diwujudkan secara nyata dan menyeluruh dan menyangkut berbagai sektor. Hal ini menuntut adanya ekosistem inovasi 2 JIKA MENGUTIP ISI DOKUMEN INI, SEBUTKAN SUMBERNYA. Sumber: Avanti Fontana. 6 Oktober 2015. Catatan Diskusi Panel Inovasi Nasional “Membangun Ekosistem Inovasi Indonesia: Perlu Kepemimpinan Inovatif untuk Bangun Ekosistem Inovasi Indonesia.” Yayasan Planet Inovasi dan The Ary Suta Center.
nasional yang kondusif. Dalam hal ini, ekosistem inovasi nasional sebagai pelaku dan entitas pelaksana proses inovasi nasional. Peran best practices nasional/internasional dalam konteks pembangunan berbasis inovasi penting dalam mendukung bangunan ekosistem inovasi yang memadai.
Indonesia belum optimal
Planet Inovasi dan ASC menyajikan data kinerja Inovasi Indonesia menurut Data Indeks Inovasi Global 2015 (Cornell University, INSEAD, and WIPO 2015: The Global Innovation Index 2015: Effective Innovation Policies for Development, Fontainebleau, Ithaca, and Geneva). Data menunjukkan kinerja inovasi Indonesia belum optimal. Indeks Inovasi Global 2015 menunjukkan peringkat Indonesia dalam perbandingan dunia 141 negara (Cornell University, INSEAD, and WIPO 2015: The Global Innovation Index 2015: Effective Innovation Policies for Development, Fontainebleau, Ithaca, and Geneva). Indonesia ada pada peringkat ke 97 dari 141 negara. Peringkat tersebut ditunjukkan oleh skor inovasi Indonesia pada angka 29,8 dari skor maksimum angka 100 atau baru sekitar 30% dari skor total. Hal itu dapat memproksi aktualitas dan potensi kapasitas produktif inovasi Indonesia. Sementara untuk kinerja input atau kinerja faktor-faktor pendukung proses inovasi nasional, Indonesia ada di peringkat 114. Sub-indeks input inovasi tersebut terdiri dari lima faktor yang terkait erat dengan bangunan ekosistem inovasi nasional, bangunan yang memungkinkan interaksi antar aktor/pelaku dan entitas pemerintah, lembaga riset, universitas, pelaku usaha bisnis dan industri mikro hingga besar, serta komunitas. Lima faktor tersebut (lihat Tabel 1) perlu mendapat perhatian serius karena skor dan peringkatnya menunjukkan kondisi Indonesia yang belum optimal: menurut Indeks INovasi 2015 (1) faktor institusi ada pada peringkat 130; (2) SDM dan riset ada pada peringkat 87; (3) infrastruktur peringkat 85; (4) lingkungan pasar peringkat 86; dan (5) lingkungan bisnis peringkat 124. Faktor institusional atau kelembagaan berhubungan dengan lingkungan politik, hukum dan peraturan serta bisnis. Faktor SDM dan Riset berkaitan dengan pendidikan, penelitian dan pengembangan. Faktor infrastruktur berkaitan tengan teknologi informasi dan komunikasi, infrastruktur umum serta lingkungan ekologi yang berkelanjutan keberadaannya. Tingkat kemuktahiran pasar (market sophistication) berhubungan dengan kredit, investasi, perdagangan 3 JIKA MENGUTIP ISI DOKUMEN INI, SEBUTKAN SUMBERNYA. Sumber: Avanti Fontana. 6 Oktober 2015. Catatan Diskusi Panel Inovasi Nasional “Membangun Ekosistem Inovasi Indonesia: Perlu Kepemimpinan Inovatif untuk Bangun Ekosistem Inovasi Indonesia.” Yayasan Planet Inovasi dan The Ary Suta Center.
dan kompetisi. Tingkat kemuktahiran bisnis terkait dengan pengetahuan tenaga kerja (keahlian dan keterampilan tenaga kerja), lingkaran inovasi bisnis dan pemangku kepentingannya, serta daya serap pengetahuan dan valuasinya. Lima faktor tersebut merupakan faktor-faktor dalam input inovasi yang diperlukan untuk menghasilkan output inovasi. Indeks Inovasi Global mengukur dua jenis output yaitu (1) output pengetahuan dan teknologi, yang berhubungan dengan penciptaan pengetahuan, dampak dan penyebaran pengetahuan, dan (2) output kreatif yang berhubungan dengan aset nirwujud, produk-produk kreatif, dan kreativitas online.
Tabel 1. Peringkat Inovasi Indonesia dalam Indeks Inovasi Global 2013-2015 No.
Indeks Inovasi
2013 2014 2015 (142 (143 (141 Negara) Negara) Negara) 1. Indeks Inovasi Global untuk Indonesia 85 87 97 2. Sub Indeks Output Inovasi 62 60 85 2.1. Output Pengetahuan & Teknologi 81 93 100 2.2. Output Kreatif 57 43 78 3. Sub Indeks Input Inovasi 115 117 114 3.1. Faktor Institusi 138 137 130 3.1.1. Lingkungan Politik 103 96 86 3.1.1.1. Stabilitas Politik 112 101 97 3.1.1.2. Efektivitas Pemerintah 84 87 84 3.1.1.3. Kebebasan Pers 112 114 3.1.2. Lingkungan Regulasi 139 140 138 3.1.2.1. Kualitas Regulasi 96 93 85 3.1.2.2. Peraturan Hukum 104 98 94 3.1.2.3. Biaya Biaya redundansi pemberhentian, minggu gaji 138 139 137 3.1.3. Lingkungan Bisnis 121 123 114 3.1.3.1. Kemudahan Memulai Bisnis 108 117 122 3.1.3.2. Kemudahan Menyelesaikan Kepailitan 129 123 70 3.1.3.3. Kemudahan Membayar Pajak 106 111 122 3.2. Faktor SDM & Riset 99 92 87 3.3. Faktor Infrastruktur 82 83 85 3.4. Faktor Pasar (Market Sophistication) 99 88 86 3.5. Faktor Bisnis (Business Sophistication) 112 124 124 4. Rasio Efisiensi Inovasi 6 4 42 Sumber: Planet Inovasi dan ASC berdasarkan Data Indeks Inovasi Global Tahun 2013, 2014, 2015 (Cornell University, INSEAD, and WIPO 2015: The Global Innovation Index 2015: Effective Innovation Policies for Development, Fontainebleau, Ithaca, and Geneva).
4 JIKA MENGUTIP ISI DOKUMEN INI, SEBUTKAN SUMBERNYA. Sumber: Avanti Fontana. 6 Oktober 2015. Catatan Diskusi Panel Inovasi Nasional “Membangun Ekosistem Inovasi Indonesia: Perlu Kepemimpinan Inovatif untuk Bangun Ekosistem Inovasi Indonesia.” Yayasan Planet Inovasi dan The Ary Suta Center.
Mari kita ambil contoh faktor institusi yang terdiri dari lingkungan politik, lingkungan regulasi dan lingkungan bisnis. Peringkat dari tahun 2013-2015 menunjukkan situasi yang jauh dari optimal dengan peringkat berturutan 138, 137, dan 130, atau ada sekitar 129 negara di atas kita yang lebih baik kondisi institusionalnya. Lingkungan regulasi merupakan subfaktor institusi yang paling memprihatinkan dalam hal ini. Kondisi ini tentu berpengaruh besar pada pembentukan ekosistem inovasi nasional yang kondusif sebagai stimulator berjalannya proses inovasi di berbagai sektor dan tingkatan entitas di Indonesia.
Tabel 2. Peringkat Input, Output, dan Indeks Inovasi Global 2013-2015: ASEAN Input Institusi ASEAN 2013 2014
Input SDM & Riset
Input Infrastruktur
Input Input Kemuktahiran Kemuktahiran Pasar Bisnis
Output Pengetahuan & Teknologi
Output Kreatif Indeks Inovasi Global
2015
2013 2014
2015
2013 2014
2015
2013 2014
2015
2013 2014
2015
2013
2014
2015
2013 2014
2015
2013
2014
2015
Singapore
7
7
2
3 2
5
6 2
1
5 4
6
1 1
1
11
13
12
40 33
33
8
7
7
Malaysia
49 50
42
40 35
37
33 35
44
23 17
27
27 29
22
24
39
35
38 39
32
32
33
32
Viet Nam
122 121
101
98 89
78
80 99
88
73 92
67
67 59
40
51
49
28
66 58
62
76
71
52
Thailand
93 94
92
46 36
60
60 71
64
37 34
41
60 55
54
53
47
48
76 60
52
57
48
55
Philippines 128 108
102
116 121 123
78 94
83
95 93
101
96 113
81
61
68
53
91 98
101
90
100
83
Cambodia
116 120
108
131 127 122 116 128 125
93 35
20
102 105
74
94
76
68
99 113 108
110
106
91
Indonesia
138 137
130
99 92
87
82 83
99 88
86
112 124 124
81
93
100
57 43
78
85
87
97
Myanmar
NA 140
137
NA 112
97
NA 138 139
NA 135 125
NA 143 141
NA 118
103
NA 134 136
NA
140
138
85
Sumber: Planet Inovasi dan ASC berdasarkan Data Indeks Inovasi Global Tahun 2013, 2014, 2015 (Cornell University, INSEAD, and WIPO 2015: The Global Innovation Index 2015: Effective Innovation Policies for Development, Fontainebleau, Ithaca, and Geneva).
Jika kita bandingkan dengan kinerja lingkungan institusional dari 129 negara lainnya di dunia dan Negara-negara di kawasan ASEAN yaitu Singapura, Malaysia, Viet Nam, Thailand, Filipina, dan Kamboja, kinerja lingkungan inovasi Indonesia masih jauh dari optimal. Keberadaan faktor input inovasi yang belum kondusif ini tentunya berdampak pada kinerja output inovasi Indonesia. Untuk indeks output inovasi tahun 2015 dalam bentuk pengetahuan 5 JIKA MENGUTIP ISI DOKUMEN INI, SEBUTKAN SUMBERNYA. Sumber: Avanti Fontana. 6 Oktober 2015. Catatan Diskusi Panel Inovasi Nasional “Membangun Ekosistem Inovasi Indonesia: Perlu Kepemimpinan Inovatif untuk Bangun Ekosistem Inovasi Indonesia.” Yayasan Planet Inovasi dan The Ary Suta Center.
dan teknologi, Indonesia ada pada urutan 100 dari 141 dan untuk output kreatif urutan 78 dari 141 negara. Peringkatnya dari 2013-2015 bahkan menunjukkan peringkat yang merendah. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat yang sama dunia berubah, Negara-negara yang tadinya tidak masuk dalam kategori berkinerja secara inovasi sekarang muncul di kancah inovasi dunia seperti untuk ASEAN muncul pelaku baru Vietnam dan Kamboja serta Kenya dan Uganda di Afrika. Faktor pemicunya adalah bangunan ekosistem inovasi nasional lewat lingkungan institusional yang kondusif (lihat Tabel 2 Input Institusi).
Tabel 3. Peringkat Input, Output, dan Indeks Inovasi Global 2013-2015: Negara BRICS, Kenya dan Uganda Input Institusi
Input SDM & Riset Input Infrastruktur
NEGARA
Input Kemuktahiran Pasar
Output Pengetahuan & Teknologi
Input Kemuktahiran Bisnis
Output Kreatif
Indeks Inovasi Global
2013 2014
2015
2013 2014
2015
2013 2014
2015
2013 2014
2015
2013 2014
2015
2013 2014
2015
2013 2014
2015
2013 2014
2015
Brazil
95 96
85
75 62
63
51 60
67
76 89
87
42 37
37
67 65
72
72 64
82
64 61
70
Russia
87 88
80
33 30
26
49 51
65
74 111
94
52 60
44
48 34
33
101 72
79
62 49
48
India
102 106
104
105 96
103
89 87
87
49 50
72
94 93
116
37 50
49
65 82
95
66 76
81
China
113 114
91
36 32
31
44 39
32
35 54
59
33 32
31
2
2
3
96 59
54
35 29
29
South Africa
44 44
43
102 70
75
83 84
89
16 18
23
71 68
73
79 62
58
68 70
76
58 53
60
Kenya
103 97
96
122 117
125
117 127
110
44 40
98
69 91
86
90 70
82
98 73
85
99 85
92
Indonesia
138 137
130
99 92
87
82 83
85
99 88
86
112 124
124
81 93
100
57 43
78
85 87
97
Uganda
85 86
90
115 114
109
128 102
113
88 102
116
121 48
49
85 87
92
70 90
126
89 91
111
Sumber: Planet Inovasi dan ASC berdasarkan Data Indeks Inovasi Global Tahun 2013, 2014, 2015 (Cornell University, INSEAD, and WIPO 2015: The Global Innovation Index 2015: Effective Innovation Policies for Development, Fontainebleau, Ithaca, and Geneva).
Saat melihat peringkat kinerja inovasi Indonesia di tengah Negara-negara BRICS, Kenya dan Uganda, peringkat Indonesia ada pada urutan di bawah (Lihat Tabel 3). Dalam konteks membangun ekosistem inovasi nasional, kita dapat pertama-tama memfokuskan pada tampilan 6 JIKA MENGUTIP ISI DOKUMEN INI, SEBUTKAN SUMBERNYA. Sumber: Avanti Fontana. 6 Oktober 2015. Catatan Diskusi Panel Inovasi Nasional “Membangun Ekosistem Inovasi Indonesia: Perlu Kepemimpinan Inovatif untuk Bangun Ekosistem Inovasi Indonesia.” Yayasan Planet Inovasi dan The Ary Suta Center.
data input institusi, input SDM dan riset, input infrastruktur, input pasar dan bisnis sebagai faktor yang mempengaruhi lingkungan interaksi para pelaku dan entitas sistem inovasi nasional. Kita pun dapat membandingkannya dengan kinerja input Negara-negara lain tersebut.
Diskusi Panel Inovasi Nasional ini bertujuan memberi masukan strategis kepada para pemangku kepentingan inovasi nasional tentang pentingnya membangun ekosistem atau lingkungan interaktif yang kondusif untuk efektivitas inovasi nasional di tengah lingkungan yang semakin dinamis dan kompleks. Masukan strategis diperoleh dari diskusi yang mengangkat gambaran peluang dan tantangan serta usulan solusi nyata tentang sistem inovasi nasional yang terintegrasi dalam suatu ekosistem yang kondusif.
Diskusi Panel Inovasi Nasional tentang Membangun Ekosistem Inovasi Indonesia ini dapat memberi gambaran peluang dan tantangan ekosistem inovasi Indonesia yang kinerjanya belum optimal serta langkah nyata yang dapat segera dilakukan adalah Pemerintah bekerja sama dengan para pemangku kepentingan sistem inovasi nasional. Pemerintah perlu segera melakukan evaluasi kebijakan, strategi, dan upaya yang ada selama ini dalam bidang sistem inovasi nasional dan menyempurnakan kebijakan, strategi, dan upaya dengan melibatkan semua pemangku kepentingan. Faktor-faktor yang mempengaruhi secara sistematis kinerja inovasi suatu Negara antara lain terkait dengan kualitas lingkungan politik, lingkungan regulasi, lingkungan bisnis, tingkat pendidikan, riset dan pengembangan, infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, infrastruktur umum, fasilitas kredit dan investasi untuk semua jenis dan besaran usaha, kualitas tenaga kerja, kualitas interaksi pelaku inovasi, daya serap pengetahuan pelaku dan entitas inovasi. (**)
TENTANG PENYELENGGARA YAYASAN PLANET INOVASI (PLANET INOVASI) & THE ARY SUTA CENTER (ASC)
7 JIKA MENGUTIP ISI DOKUMEN INI, SEBUTKAN SUMBERNYA. Sumber: Avanti Fontana. 6 Oktober 2015. Catatan Diskusi Panel Inovasi Nasional “Membangun Ekosistem Inovasi Indonesia: Perlu Kepemimpinan Inovatif untuk Bangun Ekosistem Inovasi Indonesia.” Yayasan Planet Inovasi dan The Ary Suta Center.
TENTANG PENYELENGGARA YAYASAN PLANET INOVASI (PLANET INOVASI) & THE ARY SUTA CENTER (ASC)
PLANET INOVASI Planet Inovasi didirikan di Jakarta pada tanggal 9 Januari 2014. Maksud: Planet Inovasi sebagai penggagas dan/atau penggerak inovasi nasional yang menyangkut delapan bidang geografi, demografi, sumber kekayaan alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Tujuan: Planet Inovasi menciptakan dan/atau mewujudkan inovasi-inovasi dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara demi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Visi: Planet Inovasi memfasilitasi perwujudan sistem inovasi nasional guna mendukung pencapaian citacita dan tujuan nasional. Misi: Planet Inovasi menumbuhkembangkan semangat kebangsaan, mengidentifikasi permasalahan dan persoalan bangsa menurut skala prioritas, mendorong lahir dan berkembangnya inisiatif-inisiatif pemecahan masalah bangsa berdasarkan skala prioritas kepentingan pembangunan, membantu dan/atau bekerja sama dengan seluruh komponen bangsa dalam memecahkan masalah bangsa, dan membantu Pemerintah dalam menggerakkan sistem inovasi nasional termasuk sistem inovasi daerah serta sistem inovasi komunitas lewat pembangunan jejaring-jejaring kerja sama inovasi secara terintegrasi. Kegiatan: Panggung Pemuda Kebangsaan I (Maret 2014), Workshop Inovasi Kebangsaan I (Sejak 2014), Talk Show RRI, Penjurian Kreativitas & Inovasi RRI, Pembicara pada Rakor Inovasi, Panglima TNI Innovation Award (Agustus-Oktober 2014), Cerita Inovasi Tanah Air (CINTA) Indonesia (Sejak 2015), Diskusi Panel Inovasi Nasional (Sejak 2015). Yayasan Planet Inovasi bersifat terbuka, non partisan, dan membangun jejaring keanggotaan seluruh komponen bangsa serta mengundang dan merekrut mitra yang berdedikasi untuk mengelola gerakangerakan inovasi di berbagai bidang dan berwawasan kebangsaan (inovasi kebangsaan). Sekretariat: Jl. Raya Gongseng 2A, Cijantung, Jakarta 13780, Tel. 0811 9127 222. www.planetinovasi.org
8 JIKA MENGUTIP ISI DOKUMEN INI, SEBUTKAN SUMBERNYA. Sumber: Avanti Fontana. 6 Oktober 2015. Catatan Diskusi Panel Inovasi Nasional “Membangun Ekosistem Inovasi Indonesia: Perlu Kepemimpinan Inovatif untuk Bangun Ekosistem Inovasi Indonesia.” Yayasan Planet Inovasi dan The Ary Suta Center.
THE ARY SUTA CENTER FOR LEADERSHIP, STRATEGY, AND CRITICAL THINKING (ASC)
Misi: (1) Membangun kompetensi, penciptaan nilai, dan daya saing bangsa; (2) melakukan penelitian yang berkualitas terhadap pemikiran masyarakat untuk menciptakan "fair mindness" dan kecerdasan eksekutif; (3) melakukan kajian yang komprehensif tentang kepemimpinan yang cocok dan berkualitas untuk Indonesia; (4) melakukan penelitian dengan fokus untuk meningkatkan kompetensi bangsa; (5) melakukan penelitian di bidang inovasi guna penciptaan nilai yang berkelanjutan dalam meningkatkan daya saing bangsa. Visi: Menempatkan ASC sebagai leading institusi yang dapat ikut mencerdaskan bangsa khususnya di bidang kepemimpinan, strategi dan pemikiran kritis melalui penelitian, karya tulis, konsep-konsep intelektual, dan penerbitan buku guna meningkatkan kecerdasan dan kapasitas bangsa. Sekretariat: Jl. Prapanca III No. II, Jakarta 12160, Indonesia, Telepon 021-739-3224. www.arysutacenter.com
9 JIKA MENGUTIP ISI DOKUMEN INI, SEBUTKAN SUMBERNYA. Sumber: Avanti Fontana. 6 Oktober 2015. Catatan Diskusi Panel Inovasi Nasional “Membangun Ekosistem Inovasi Indonesia: Perlu Kepemimpinan Inovatif untuk Bangun Ekosistem Inovasi Indonesia.” Yayasan Planet Inovasi dan The Ary Suta Center.