INDIKATOR KINERJA TELEKOMUNIKASI DALAM PEMANFAATAN MENARA SELULER BERSAMA Abdul Hafid Paronda Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Islam "45" (UNISMA) JI. Cut Meutia No. 83 Bekasi, Indonesia Telp. 021-88344436, 021-8802015 Ext. 124 E-mail : paronda©yahoo.co.uk Abstract Enhancement of mobile cellular subscribers number need amount of cell site within it BTS supporting system. It face on government policy that arrange the utilizing of the cellular common tower in order to maintain the esthetical planology city management. Telecommunication performance system tend to change down as impact of telecommunication operator co-existence on cellular common tower and subscribers intensity around the cell site. Keywords : Telecommunication performance, common cellular tower, esthetical city management. PENDAHULUAN
Teknologi telekomunikasi telah berkembang sangat pesat, balk karena keberhasilan riset ilmu pengetahuan dan penerapan sistem yang cukup sukses dan berke!anjutan, maupun karena kebutuhan pemanfaatan telekomunikasi yang kian bertambah secara signifikan. Sistem komunikasi bergerak seluler (mobile cellular communication system) merupakan tolok ukur yang riil, di mana jumlah penggunanya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat secara berkala. Angka teledensitas (jumlah pengguna telepon seluler setiap 100 jiwa penduduk) beberapa tahun terakhir menunjukkan kecenderungan itu (13% : 2004, 29% : 2006, 50% : 2008, 60,18% : 2009). Mobilitas kegiatan manusia seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi. Bahkan, dalam beberapa bidang kegiatan tertentu, fasilitas teknologi telekomunikasi dilibatkan sebagai pilar utama pendukung manajemen dan sistem kelembagaan. Misalnya: pemanfaatan e-mail, sms (short message service), dan Internet dalam dunia perbankan ; rancang bangun aplikasi perangkat lunak yang dilaku kan oleh content provider/developer untuk pengembangan usaha ( marketing, advertising, dan Sistem Informasi Manajemen — SIM, e — commerce , dsb). Sala h satu dampak tak terhindarkan dari kecenderungan tersebut adalah tantangan bagi operator sistem dan teknologi telekomunikasi
bergerak seluler untuk meningkatkan pelayanan, balk secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Pemilihan perangkat dan pengembangan sistem ditekankan pada orientasi peningkatan kepuasan pengguna dan daya tahan serta keandalan sistem yang makin tangguh. Untuk menanggulangi peningkatan jumlah pengguna, maka operator sistem dan teknologi telekomunikasi seluler harus menambah sel (satuan area layanan) yang berarti jugaharus menambahjumlah menara BTS (Base Transceiver System), dengan asumsi bahwa setiap menara BTS digunakan oleh hanya satu operator. Profit oriented business (usaha berorientasi keuntungan) sudah barang tentu akan menggunakan segenap fasilitas untuk meraih keuntungan yang seoptimal mungkin. Dalam kaitan ini, operator telekomunikasi seluler akan membangun .sebanyak mungkin menara pada wilayah yang teridentifikasi sebagai lokasi pengguna terpadat. Konsekuensinya, di berbagai kota, kabupaten atau daerah ditemukan jumlah menara seluler yang sangat banyak dan relatif terkonsentrasi pada titik tertentu, sementara sangat jarang atau bahkan tidak ada pada titik atau bagian wilayah lainnya. Fenomena hutan menara di beberapa kota di Indonesia merupakan i mplikasi dari kecenderungan ini, yang karena itu kemudian direspon dengan kebijakan penggunaan menara seluler bersama (Peraturan Bersama Menteri dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan
JREC
1
Informatika dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor : 18 Tahun 2009, Nomor : 0 7 /PRT/M/2 0 0 9, Nomor : 19/PER/M/KOMINFO/03/2009 dan Nomor : 3/P/2009 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi). Hal ini dimaksudkan agar pemberian ruang tumbuh kembang bagi kemajuan teknologi telekomunikasi dan tingginya animo masyarakat untuk memanfaatkannya tidak melahirkan efek samping (side effect) tak terkendali dalam pengelolaan tata ruang wilayah. Diharapkan bahwa keindahan kota tetap terpelihara dengan balk (estetika planologis) walaupun pada saat yang bersamaan pembangunan menara seluler tidak dapat dihindari, dan bahkan harus bertambah.
TINJAUAN PUSTAKA Sistem Telekomunikasi Seluler Rancang bangun sistem telekomunikasi seluler dibedakan atas dua macam, yakni circuitswitched system dan packet-switched system. Circuit-switched system terbagi ke dalam sistem analog dan sistem dijital [1,2]. Pada sistem analog, komponen sistem terdiri atas unit bergerak ( mobile unit, MU), Cell Site (tempat
kedudukan sel), dan MTSO ( Mobile Telephone Switching Office). Ketiganya didukung oleh faktor keempat agar sistem dapat beroperasi, yakni keterhubungan / koneksi (connection) antara ketiga komponen yang disebutkan terdahulu. Sementara, pada sistem dijital, selain MS ( Mobile Station) dan Cell Site (BTS — Base Transceiver Station), ada BSC (Base Station Controller) dan sub-sistem penyambungan (switching subsystem). Pada sistem analog, MU adalah sebuah pesawat telepon bergerak yang berisi control unit, transceiver, dan sistem antena. Cell site menjalinkan hubungan antara MTSO ( Mobile Telephone Switching Office) dan MU, mempunyai control unit, radio cabinet, antenna, catu daya (power plant) dan data terminal (bagman penyimpanan data). MTSO adalah pusat koordinasi seluruh sel, yang berisi cellular processor dan cellular switch. Pada tingkat ini dilakukan hubungan dengan kantor telepon lokal, kendali proses panggilan (call processing), penanganan "operation and maintenance", dan kegiatan billing. Struktur konfigurasi sistem telekomunikasi seluler analog dapat dilihat pada gambar 1.
Semi bagi Egui, Mod sees Fung yg d bahv
alat Adar mela (pen• yang kecei peng bersi man( serta Pada subs) sebai a. I\ p
b. H lephone network
Voice circuits
Switches and processor
Mobi l e telephone
switching office (MTSO) Dedicated voice g rade circuits
Cell 42
Cell sites (Radio base station sites)
Gambar 1. Sistem seluler analog [2]
r ii
Sementara pada sistem dijital, MS terdiri atas dua bagian, yaitu peralatan bergerak ( Mobile Equipment - ME) dan SIM (Subscriber Identity Module) - semacam chip yang berisi semua data spesifik pelanggan yang tersimpan pada sisi MS. Fungsi BTS pada sistem dijital sama saja dengan yg diberlakukan pada sistem analog, kecuali bahwa BTS pada sistem dijital memiliki sebuah alat yang disebut TRAU (Transcoder/Rate Adapter Unit) - yakni alat yang berfungsi melakukan coding (pengkodean) dan decoding (penerjemahan kode) dengan kecepatan data yang sama dengan hasil penyesuaian, jika kecepatan data bervariasi. Dalam BSC dilakukan pengelolaan Radio Resources (RR) untuk sel yang bersangkutan, penanganan handover, power management, sinkronisasi waktu dan frekuensi serta realokasi frekuensi di antara BTS. Pada subsistem penyambungan (switching subsystem) terdapat 9 (sembilan) bagian, yakni
sebagai berikut: a. MSC ( Mobile Switching Center - yang fungsi utamanya adalah mengkoordinasikan pengaturan panggilan antara MS dengan pengguna PSTN - Public Switch Telephone Network-jaringan telepon umum yang tidak bergerak). b. HLR (Home Location Register): sebuah basis
data terpusat untuk semua pelanggan yang terdaftar dalam suatu PLMN (Public Land Mobile Network - jaringan telepon umum bergerak) c. VLR (Visitor Location Register) : basis data semua pengguna bergerak dari wilayah lain (mobile roaming), dalam daerah kendali MSC. d. AUC(Authentication Center): yang melakukan pengautentikan data pada HLR untuk keamanan sistem. e. EIR (Equipment Identity Register): basis data untuk menyimpan semua nomor peralatan bergerak (ME) yang terdaftar. f. I WF : menjadikan pelanggan dengan layanan data yang dapat mengakses kecepatan data (data rate) dan fasilitas konversi protokol dan menghubungkannya dengan jaringan data umum dan pribadi. g. EC (Echo Canceller) - penghapus echo : digunakan pada sisi PSTN dari MSC untuk semua rangkaian suara (voice circuit). h. XC (Transcoder) - penkode pengiriman , yang biasanya diinstal pada setiap BTS. Namun dengan pertimbangan biaya, bisa juga hanya diinstal pada BSC atau MSC. I. OMC (Operational and Maintenance Center): pusat perawatan dan, pengoperasian sistem. Struktur konfigurasi sistem seluler dijital dapat dilihat pada gambar 2.
TBSC
A-bis in ace ss to different services
Base station system
MS - — — — Information transmission Call connections and in format n transmission Gambar 2. Sistem seluler dijital [2] JREC
Packet-switched system terdiri atas 6(enam) elemen, yaitu: MS, Node B (semacam BTS pada GSM – Global System for Mobile Communication), RNC (Radio Network Controller), SGSN (Service GPRS Support Node), GGSN (Gateway GPRS Support Node), dan CGF (Charging Gateway Function). RNC dalam sistem
pembicaraan dapat dimengerti dengan mudah sekalipun masih ada sedikit gangguan (noise), sedangkan skala 5 mewakili kualitas suara pembicaraan yang sempurna, dan sangat mudah dimengerti, tanpa gangguan. Nilai rata – rata skor CM disebut dengan MOS ( Mean Opinion Score) – yang nilai kelayakannya lebih besar atau sama dengan 4 (MOS 4).
ini, mirip BSC dalam GSM. Beberapa RNC tergabung dalam RNS (Radio Network Subsystem), dan setiap 2 RNS dibawahi oleh UTRAN (UMTS Terrestrial Radio Access Network), yang dalam hal ini UMTS adalah singkatan dari
kom – pent systi
men fasil
sebz yang upaN, pro
b. Kualitas Data Kualitas data dapat diketahui dengan menghitung nilai beberapa parameter berikut, yakni : BER (Bit Error Rate– Laju salah bit), CER (Chip Error Rate – Laju salah chip), SER (Symbol Error Rate – Laju salah symbol), FER (Frame Error Rate – Laju salah frame). Angka CER dan SER diperoleh dengan melakukan pengukuran kualitas data di sepanjang jalur transmisi (transmission path),
Universal Mobile Telecommunication System.
Struktur konfigurasi sistem paket seluler dapat dilihat pada gambar 3.
t; GGSN MS 1_1E);
per kete pang diny pan dilak lain beril 1. C 2. L
3. t4. T Atai. [3]: Tab E
LIMAN)
Gambar 3. Sistem paket seluler [2] B N :
Kinerja Telekomunikasi Seluler Secara umum, kualitas layanan telekomunikasi seluler dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu pengolahan informasi, transmisi, clan propagasi, ketersediaan jaringan, serta keberhasilan penyambungan. Kualitas pengolahan informasi ditentukan sesuai jenis informasinya (suara, data/teks, dan gambar), sebagaimana yang diuraikan berikut ini: a.
Kualitas Suara Kualitas suara dinyatakan dengan skala kualitas luaran (output) dari Circuit Merit (CM) – pengukuran kualitas suara sistem (system voice quality) dari pengirim ke penerima. Indikator kualitasnya dinyatakan dengan skala berjenjang yang nilainya dari 1 hingga 5. Yang dinyatakan memenuhi syarat hanya dua skala teratas (4: baik – good, dan 5: sangat balk Skor 4 menunjukkan bahwa suara–exclnt).
4
JREC _
sedangkan angka BER dan FER didapatkan melalui pengukuran kualitas data pada hasil luaran (throughput)sistem. c. Kualitas Ga mbar Kualitas gambar dapat diketahui dengan beberapa parameter berikut: color acuity, depth perception, flicker perception, motion perception, noise perception, dan visual acuity.
Secara keseluruhan, kualitas gambar dapat dinyatakan denga laju rugi piksel (elemen gambar) – yang dapat dikarakterisasi dengan membandingan besarnya rugi resolusi vertical dan rugi resolusi horizontal dari sebuah piksel (pixel).
Selain itu, kualitas layanan juga merupakan tolok ukur kualitas sistem, yang parameternya adalah (1)Kapasitas cakupan (coverage), (2).Tingkat kualitas layanan – Grade of Services (GOS)– yang
secara matematis memiliki hubungan
BL
Bc N( BL
Seth CSR, droT
den bes; Intel dan barb
info' I
komplementatif dengan QoS (Quality of Services — kualitas layanan), yang berkenaan dengan penerapan sistem penyambungan (switching system) untuk menghubungkan dua pihak yang membutuhkan komunikasi melalui pemanfaatan fasilitas sistem yang disediakan. Nilai GOS sebaiknya tidak lebih dari 0.02 atau 2% - angka yang menunjukkan peluang terbloknya suatu upaya penyambungan komunikasi (blocking probability) — yang berkaitan dengan perencanaan/rancang bangun sel dan ketersediaan kanal komunikasi. (3). Jumlah panggilan yang terputus (dropped call) — yang dinyatakan dengan perbandingan antara jumlah panggilan terputus dengan total panggilan yang dilakukan. Standar performansi BTS GSM, antara lain dinyatakan dengan beberapa parameter berikut: 1. CSR (Call Success Rate) lebih dari (>) 90%. 2. Drop Call kurang dari (<)1,5%. 3. Handoverfailure kurang dari (<) 1%. 4. TCH (Traffic Channel) call blocked (<) 1%. Atau secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut [3]:
Menara Seluler Bersama Keberadaan menara seluer bersama berdasarkan SKB para pihak (sebagaimana yang dikutip pada awal tulisan ini) dimaksudkan sebagai solusi atas fenomena kecenderungan operator telekomunikasi seluler yang kurang memperhatikan keindahan tata kota (estetika planologis). Secara singkat, iatar belakang kecenderungan itu dapat dipaparkan sebagai berikut. Pertama, bahwa sebagai perusahaan yang mengelola kegiatan bisnis, maka sudah barang tentu setiap operator telekomunikasi seluier berusaha meraih keuntungan yng semaksimal mungkin (profit oriented). Kedua, Sebagai dukungan infrastruktur, lokasi atau wilayah segmen pelanggan dengan konsentrasi paling tinggi dipilih oleh semua operator sebagai titik lokasi pembangunan menara (tower) telekomunikasi seluler. Hal ini kemudian tanpa disadari mengakibatkan terkonsentrasinya bangunan menara seluler dengan jumlah yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan keberadaan bangunan yang sama pada wilayah yang lain.
Tabel 1. Parameter Kinerja Seluler GSM TCH Assign Success Rate (%)
Call Success Rate (%)
Dropp Call Rate (%)
>93,0
>93,0
<1,0
1,0 — 2,0
90,0-93,0
90,0— 93,0
1,0 — 2,0
>2,0
<90,0
<90,0
>2,0
SDCCH Call Blocked (%)
SDCCH Assign Success Rate (%)
Handover Success Rate
Handover Failure Rate (%)
<1,0
>93,0
(%) >97,0 _
<1,0
1,0 — 2,0
90,0-93,0
90,0— 97,0
1,0 — 2,0
>2,0
<90,0
<90,0
>2,0
TCH Call Blocked Balk Normal Buruk
Baik Normal Buruk
( %) <1,0
Sedangkan pada sistem seluler CDMA[4], selain CSR, service coverage, FER, voice quality, dan dropped call, kualitas kinerjanya juga dinyatakan dengan Eb/lo atau Eb/No (perbandingan besarnya energi tiap bit sinyal dengan interferensi atau sinyal derau yang menyertainya) dan processing gain (perbandingan antara lebar bandwidth sinyal pembawa terhadap sinyal informasi yang dikirimkan).
Solusi penanggulangannya kemudian terbuka dengan adanya kebijakan yang menetapkan keharusan menggunakan menara telekomunikasi seluler bersama. lni berarti bahwa faktor tata ruang merupakan acuan prioritas pertimbangan daripada factor lainnya, termasuk kualifikasi teknologi dan sistem yang ada. Justru sebaliknya, dengan penetapan lokasi menara yang sedemikian rupa, maka para operator
telekomunikasi seluler ditantang untuk menyesuaikan diri dengan menyediakan peralatan dan instrumen yang memungkinkan terpenuhinyan QoS (Quality of Service) bagi pelanggan, sekaligus kelayakan kinerja sistem pada sisi internal. Dengan latar belakang seperti di atas, maka dapat dipahami bahwa keberadaan menara bersama pada prinsipnya relatif tidak terlalu mempengaruhi indikator kinerja sistem telekomunikasi seluler secara umum, karena perpindahan lokasi menara atau posisi antena pun dapat diatasi dengan melakukan sinkronisasi terhadap parameter lain yang terkait dalam satu kesatuan sistem. Namun, secara spesifik, keberadaan menara bersama berpotensi mempengaruhi indikator kinerja telekomunikasi yangterkait dengan beberapa aspek berikut: a. lntensitas User dan Kapasitas Trafik Dengan dibangunnya menara bersama berarti lokasi konsentrasi pelanggan dipertahankan, sedangkan banyaknya menara yang dikurangi agar jumlahnya seminimal mungkin. Bahkan, dengan menara bersama maka intensitas keberadaan pengguna jasa telekomunikasi (user) akan kian meningkat jumlahnya pada lokasi tertentu — jika mereka secara radar memilih kualitas layanan sistem dengan posisi jarak signifikan dari pusat sel (cell site— BTS). Kalau sebelumnya, kepadatan pelanggan/pengguna jasa hanya relatif bergantung pada pengguna jasa operator telekomunikasi yang sama, maka dengan keberadaan menara seluler bersama secara praktis dan bertahap akan meningkatkan angka konsentrasi pelanggan yang tersebar di sekitar menara, pada batas jangkauan layanan sinyal telekomunikasi yang masih signifikan, yang dilayani oleh beberapa operator yang berbeda (pengguna menara bersama). Hal ini dapat mengakibatkan dua hal, yakni: pertama, peluang gangguan (interferensi) antar sistem makin potensial, dan yang kedua, peluang peningkatan kapasitas trafik, baik karena bertambahnya pengguna baru — yang sebelumnya belum menggunakan jasa operator tertentu, maupun karena adanya penggunaan jasa lebih dari satu operator yang kesemuanya beroperasi menggunakan menara yang sama. Konsekuensi lanjut dari
6
JREC
kecenderungan ini adalah perlunya segera dilakukan sektorisasi (yang berarti penambahan antena) sel atau bahkan pemecahan sel (cel splitting) — yang menuntut dilakukannya investasi tambahan. Akhir — akhir ini sudah sangat sering ditemukan gangguan sistem komunikasi seluler berupa kasus fenomena cakap silang (cross talk) di tengah — tengah kesibukan komunikasi yang sangat padat, yang belum sepenuhnya bisa dideteksi asal — usulnya. Secara khusus, aspek ini merupakan sebuah tantangan baru untuk diteliti lebih saksama, terutama berkenaan dengan pemanfaatan menara komunikasi seluler bersama oleh beberapa operator. b. Ketinggian Antena Ketinggian antena berkaitan langsung dengan posisi tertentu pada menara , yang dalam hal ini hanya bisa ditempati oleh satu buah antena (satu operator). Pada kenyataannya, setiap operator akan mendapatkan titik pemasangan antena pada ketinggian yang berbeda, yang tidak selamanya sesuai dengan kondisi ideal sebagaimanan pada menara yang digunakan sepenuhnya oleh ha nya satu operator telekomunikasi seluler. Untuk itu harus dilakukan penyesuaian teknis yang berdampak pada seluruh komponen sistem (khususnya kualitas piranti pemancar, penerima, dan penetapan daya pancar sinyal). Juga, pengelolaan dan perawatan sistem layanan dalam hubungannya dengan variasi ukuran sel (makrosel, mikrosel, dan pikosel) yang berkaitan dengan jarak efektif dan layak antara MS dan BTS. Pengaruh ketinggian antena terhadap alur lintasan komunikasi bergerak seluler dapat dilihat seperti pada gambar 4.
c. F C t r
t
F ii k
r F t r
2 km or further Gambar 4. Model komunikasi bergerak [2]
c. Potensi Kegagalan Handover Di satu sisi, peningkatan jumlah pengguna telekomunikasi di sekitar pusat sel tertentu (lokasi menara seluler bersama) akan mengakibatkan kepadatan trafik yang cenderung selalu berada pada kondisi puncak. Sementara pada sisi yan lain, kepadatan aktivitas para pengguna jasa telekomunikasi berkorelasi langsung dengan pelayanan operator melalui mekanisme penyambungan (switching) dan penerapan skema antrian (queue) yang memperlebar interval jam sibuk (busy hour). Kondisi yang demikian secara otomatis menurunkan kualitas kinerja sistem, khususnya yang berkenaan dengan kesiapan melayani pengguna yang sedang bergerak melintas di sekitar sel yang memfungsikan menara bersama. Dalam hal ini, dibutuhkan pengalihan layanan ke sel terdekat agar pengguna bergerak tersebut tetap bisa melakukan komunikasi dengan balk tanpa dropped coil (komunikasi terputus). Pengalihan layanan yang demikian hanya bisa terjadi jika pengguna tersebut tetap menerima sinyal yang kualitas atau levelnya cukup kuat dan memenuhi batas ambang untuk berkomunikasi (kasus handoff atau handover). Realitas "kegagalan handover" (handover failure) sangat memungkinkan
terjadi dalam kategori inter MSC handover (pada sistem yang dioperasikan GSM) atau hard handover (yang dioperasikan dengan sistem CDMA). Yakni, ketika kedua MS yang berkomunikasi berada pada wilayah layanan MSC yang berbeda dengan operator yang sama, atau dalam MTSO yang berdekatan, tetapi yang dikelola oleh operator yang berbeda. d. Pengendalian pengelolaan sistem Sebagai peralatan dan kelengkapan penting yang berada pada BTS, maka kelaikan menara sangat dibutuhkan, terutama berkenaan dengan posisi penempatan antenna. Upaya perawatan antena yang dilakukan oleh masing — masing operator pengguna menara perlu dikoordinasikan dengan baik untuk menghindari terjadinya gangguan antar operator. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan adanya pengendalian pengelolaan sistem li ntas operator yang berfungsi memelihara keamanan operasional setiap komponen sistem yang dipasang oleh masing — masing operator pada menara seluler bersama tersebut. Peran dan fungsi pengendalian ini sebaiknya diemban oleh pengelola jasa menara bersama yang berkoordinasi dengan assosiasi operator telekomunikasi seluler.
7
-0P;:q
I MPLIKASI MENARA BERSAMA
Pemanfaatan menara seluler bersama sudah barang tentu akan melahirkan sejumlah dampak dalam berbagai aspek, balk yang berkaitan langsung dengan layanan pelanggan maupun yang berhubungan dengan para pemangku kepentingan (stakeholder). Dampak Umum Secara umum, pemanfaatan suatu menara seluler secara bersama — sama oleh beberapa operator akan berakibat pada beberapa hal berikut: 1. Pergeseran pusat kendali kebijakan Kendall kebijakan atau tata kelola pemanfaatan menara dalam hal ini otomatis akan berpindah dari operator tunggal tertentu kepada pemerintah setempat, atau badan usaha yang secara khusus ditunjuk untuk maksud dan tujuan tersebut. Hal ini dapat diperkuat oleh keberadaan asosiasi operator telekomuikasi. Sejumlah aspek kegiatan termasuk dalam ruang lingkup kewenangan ini, misalnya antara lain : pemetaan wilayah untuk penetapan sel dan kapasitas atau cakupan area layanan (coverage area), penetapan titik lokasi penempatan menara, jenis, kualifikasi dan standarisasi konstruksi rnenara serta SOP (Standard Operational Procedure) pembangunan menara. 2. Peran asosiasi penyelenggara dan pengelola jasa telekomunikasi. Hal ini sangat penting dan urgen terutama terkait dengan 2(dua) hal. Pertama, pemanfaatan menara bersama menuntut adanya komunikasi manajerial lintas operator yang melibatkan semua operator pengguna menara tersebut. Perlu disepakati aturan main tertentu yang berkenaan dengan penyelenggaraan layanan jasa telekomunikasi secara umum tanpa mengabaikan nuansa ketentuan internal yang harus berlaku dan sudah diterapkan dalam tata kelola operator masing — masing. Kedua, pusat kendali kebijakan yang berpindah kepada pemerintah setempat perlu dipasok dengan sejumlah informasi yang khas bernuansa telekomunikasi dengan segenap aspek perkembangan teknologinya. Karena bagaimanapun, dipastikan bahwa pemegang
8
RzE C
pusat kendali yang dimaksud memiliki berbagai keterbatasan akan informasi yang justru sangat dibutuhkan setiap saat. Dengan demikian, peran asosiasi tersebut, di samping mewakili kepentingan semua operator, juga sekaligus membantu pemerintah setempat dalam melaksanakan tata kelola pemanfaatan menara bersama dengan sebaik — baiknya, untuk mencapai tingkat efektivitas dan efisisensi yang diharapkan. 3. Integrasi peran vendor dan operator Juga, keberadaan atau peran vendor dan operator harus seiring sejalan dalam mengantisipasi dinamika perkembangan kebutuhan teknologi telekomunikasi. Dalam hal ini, terutama yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan peralatan atau piranti teknologi terbaru serta pentingnya pembaruan (updating) dan peningkatan (upgrading) dalam orientasi pemantapan kualitas sistem, sehingga tetap memelihara kualitas layanan terhadap pelanggan atau pengguna jasa telekomunikasi. 4. Keandalan fungsi dan kualitas peralatan Sebagaimana yang diketahui bersama bahwa pemanfaatan menara bersama berarti terjadinya pelayanan pengguna yang cenderung selalu bertambah dan terkonsentrasi pada satu titik tertentu. Hal ini menuntut tersedianya peralatan pendukung sistem yang selalu optimal dalam kualitas dan keandalan fungsi secara terpadu. Keandalan ini dibutuhkan untuk mengantisipasi fluktuasi trafik dan potensi gangguan yang cenderung terjadi karena bertambahnya intensitas massa atau jumlah pengguna telekomunikasi dalam area layanan menara bersama. 5. Kontribusi akademisi dan peneliti profesional Untuk mengetahui secara akurat fenomena perkembangan dan kecenderungan perubahan kualitas sistem dalam kaitannya dengan pemanfaatan menara bersama, maka keterlibatan akademisi dan para peneliti sangat dibutuhkan. Kontribusi mereka diharapkan mampu menunjukkan formulasi aktual berbagai masalah baru yang timbul akibat pemanfaatan menara bersama. Formulasi itu meliputi aspek manajerial, sosial ataupun pemodelan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat terkait dengan
Da Sel ak ker be kel a.
5.
b.
pengembangan sistem dan peningkatan kualitas layanan telekomunikasi di sekitar area pemanfaatan menara bersama. Dampak Khusus Secara khusus, pemanfaatan menara bersama akan membuka peluang keuntungan dan kerugian atau kelebihan dan kekurangan dalam beberapa aspek terkait. Adapun kelebihan dan kekurangan tersebut, antara lain sebagai berikut: a. Kelebihan 1. Pemanfaatan ruang terkendali karena pembangunan menara melalui kajian dan pertimbangan yang sistemik, sistematik, menyeluruh dan terpadu, dengan melibatkan berbagai pihak, dan dengan mengakomodasi informasi segenap aspek terkait. 2. Sebaran menara proporsional terhadap luasan lahan yang ada, sehingga estetika tata kota tetap terpelihara (terhindar dari stigma hutan menara). 3. Periantauan dan penertiban relatif lebih mudah dilakukan dengan mengacu pada kebijakan RUTRW (Rencana Umum Tata Ruang Wilayah) dan kajian atas daya dukung lingkungan. 4. Meningkatkan kualitas persaingan operator. Hal ini merupakan aspek yang sangat positif, karena masing — masing operator selalu ingin mengedepankan kualitas !ayanan terbaik atas nama dirinya kepada pengguna jasa telekomunikasi seluler. 5. Dalam hal penataan dan pengendalian, bargaining position pemerintah setempat makin kuat, karena is yang harus menjadi prioritas rujukan utama oleh seMua operator pengguna menara bersama. b. Kekurangan Adapun kekurangannya, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Jumlah menara berkurang sehingga penerimaan pajak menara relatif turun. Sekalipun hal ini bisa diimbangi dengan menetapkan diversifikasi (keragaman) pajak pemanfaatan menara berdasarkan ketinggian antena, aspek strategis lokasi dan kondisi realitas lahan dalam tata ruang.
2.
Operator terkesan dibatasi, sehingga mereka seolah kurang mendapatkan ruang gerak yang memadai. Hal ini penting diantisipasi oleh pemerintah setempat. terutama berkenaan dengan pemeliharaan kualitas koordinasi dengan para operator dalam orientasi pengamanan pertumbuhan PAD (Pendapatan Asli Daerah). 3. Posisi antena diperebutkan oleh operator, karena dalam rancang bangun sistem dan jaringan telekomunikasi, poisi antenna sangat berpengaruh terhadap kualitas sinyal komunikasi yang dapat diterima oleh MS yang tersebar dalam area layanan sel. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
1. Indikator kinerja telekomunikasi dalam pemanfaatan menara seluler bersama pada prinsipnya tidak berbeda dengan parameter performansi telekomunikasi pada umumnya. 2. Dalam hal ini, indikator kinerja sistem tetap terkait dengan kapasitas trafik, intensitas pengguna yang terkonsentrasi di sekitar menara, dan peluang kegagalan handover. 3. Potensi penurunan kinerja sistem secara signifikan dipengaruhi oleh jumlah operator pengguna menara bersama serta jumlah pengguna jasa telekomunikasi yang berada dalam area layanan menara seluler bersama. 4. Penurunan kualitas layanan lebih mudah pada menara bersama daripada menara operator tunggal. Saran
Model probabilitas teoritik penurunan kinerja telekomunikasi dalam pemanfaatan menara bersama merupakan kajian urgen yang dapat diteliti lebih lanjut. Temuan penelitian ini akan memudahkai) operator dalam merancang layanan komunikasi yang seoptimal mungkin.
9
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
1. Lee, William C.Y, 1995, "Mobile Cellular
Abdul Hafid Paronda : Lahir di Bone, Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Maret 1964. Sarjana (S1) Jurusan Elektroteknik Universitas Hasanuddin Makassar tahun 1989. Selanjutnya menamatkan pendidikan di Pascasarjana (S2) Program Studi Teknik Elektro Telekomunikasi, Fakultas Teknologi lndustri Institut Teknologi Bandung pada tahun 1999, Dosen Tetap Yayasan pada Fakultas Teknik Universitas Islam "45" Bekasi.
Telecommunications", Mc. Graw Hill, USA. 2. Lee, William C.Y, 2006, "Wireless and Cellular
Telecommunications", Mc. Graw Hill, USA. 3. Usman, Uke Kurniawan, 2012, "Parameter
Trafik Seluler", ITTelkom, Bandung. 4. Ahmadi, Hazim, 2012 , 'Analisis Performansi
Jaringan CDMA", belum diterbitkan. 5. Paronda, Abdul Hafid, 2011,"Analisis
Keberadaan Menara Telekomunikasi Di Kota Bekasi", Jurnal Resultan" , Fakultas Teknik UN IS MA Bekasi. of b( tc K( ar in fr
lc"( Sy PI sa PE
in ul p( in pr pE k€ tr it] tE
di P1
bi K(