i
KINERJA KEUANGAN TOWER BERSAMA GROUP DALAM PENGEMBANGAN USAHA JASA PENYEWAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA
Oleh NATASYA KEYKO PERMATASARI H24061531
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ii
RINGKASAN Natasya Keyko Permatasari. H24061531. Kinerja Keuangan Tower Bersama Group dalam Pengembangan Usaha Jasa Penyewaan Menara Telekomunikasi Bersama pada. Di bawah bimbingan Budi Purwanto. Tower Bersama Group merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa penyedia menara bersama. Dengan adanya peluang usaha, peningkatan permintaan menara oleh operator telekomunikasi dan persaingan usaha, maka perusahaan berencana untuk menambah menara yang dimiliki untuk memperluas usahanya melalui ekspansi. Oleh karena itu, maka diperlukan analisis keuangan perusahaan untuk melihat kemampuan perusahaan. Penelitian ini bertujuan (1) Melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang, (2) Mengetahui efektivitas aset yang dimiliki perusahaan, (3) Mengetahui profitabilitas perusahaan dan (4) Mengetahui sumber pendanaan untuk rencana ekspansi yang akan dilakukan perusahaan. Penelitian ini dilakukan di Tower Bersama Group yang berlokasi di Barclays House lt.6 Jl. Jendral Sudirman Kav. 22 Jakarta. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan data sekunder diperoleh dari perusahaan seperti laporan neraca dan laporan laba rugi serta sumber dari buku dan literatur lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan analisis rasiorasio keuangan. Likuiditas perusahaan mengalami peningkatan dilihat dari rasio lancar sebesar 85,52% dan rasio cepat sebesar 85,30% namun masih berada di bawah standar yang ditetapkan yaitu sebesar 131%. Ini berarti perusahaan belum mampu untuk menutupi hutang lancarnya dengan aktiva lancarnya. Solvabilitas perusahaan, rasio hutang Tower Bersama Group 71,16%. Hal ini berarti bahwa hutangnya sudah melampaui batas standar yaitu 37% sehingga resiko atas pengembalian hutang perusahaan besar. Efektivitas penggunaan aset yang dimiliki belum optimal dilihat dari besar perputaran total aktiva, perputaran aktiva tetap, perputaran piutang, dan perputaran modal kerja yang relatif kecil yaitu 0,06 kali, 0,08 kali, 0,69 kali, dan (1,74) kali. Hal ini dikarenakan dengan adanya ekspansi yang baru dijalankan menyebabkan belum semua menara dapat dioperasikan. Profitabilitas perusahaan dalam margin laba kotor, rasio operasi, dan margin laba bersih mengalami peningkatan setelah adanya ekspansi yaitu sebesar 73,24%, 69,24%, dan 58,77% sehingga merupakan kelayakan kinerja keuangan yang baik. Namun untuk tingkat pengembalian ekuitas dan tingkat pengembalian investasi, nilainya sangat kecil yaitu sebesar 3,52% dan 12,19%. Rasio hutang yang tinggi menunjukkan sumber pendanaan ekspansi perusahaan sebagian besar dari hutang. Dilihat dari rasio hutangnya maka perusahaan sudah berada pada posisi insolvable, maka untuk mendanai ekspansi dengan menambah hutang sudah tidak direkomendasikan dan keputusan untuk memperbaiki internal perusahaan seperti fokus pada peningkatan aktivitas perusahaan dengan mempertahankan profitabilitas perusahaan yang sudah baik sangat direkomendasikan kepada perusahaan.
iii
KINERJA KEUANGAN TOWER BERSAMA GROUP DALAM PENGEMBANGAN USAHA JASA PENYEWAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh NATASYA KEYKO PERMATASARI H24061531
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
iv
Judul Skripsi : Kinerja Keuangan Tower Bersama Group dalam Pengembangan Usaha Jasa Penyewaan Menara Telekomunikasi Bersama Nama
: Natasya Keyko Permatasari
NIM
: H24061531
Menyetujui : Pembimbing,
(Ir. Budi Purwanto, ME) NIP : 196307051994031003
Mengetahui : Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.) NIP : 196101231986011002
Tanggal Lulus:
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 7 november 1989 di Jakarta. Penulis yang bernama lengkap Natasya Keyko Permatasari adalah anak kedua dari dua bersaudara pasangan ayahanda Eko Waluyo dan ibunda Estu Purwaty. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Hidayatut Thalibin tahun 1992, lulus tahun 1994. Kemudian melanjutkan ke pendidikan dasar di Sekolah Dasar Swasta Dwi Matra tahun 1994 hingga 1997 dan meneruskan ke Sekolah Dasar Negri I Sukaraja Bogor hingga lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Don Bosco Pondok Indah, tamat tahun 2003. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas pada SMA Cenderawasih I Jakarta Selatan pada tahun 2006. Setelah tamat, penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Selama di SMA penulis meraih prestasi Juara Umum dan mendapatkan beasiswa selama bersekolah. Dan dalam mengikuti perkuliahan, penulis aktif di dalam kepanitiaan acara-acara yang diadakan oleh Centre of Management (Himpunan Profesi Departemen Manajemen). Selain itu, penulis juga pernah menjadi staf pengajar les mata kuliah Metode Kuantitatif di bawah naungan Centre of Management.
vi
KATA PENGANTAR
Seiring dengan perkembangan usaha penyewaan menara telekomunikasi, berbagai peluang usaha dan permintaaan yang tingi akan suatu menara telekomunikasi serta timbulnya persaingan yang semakin ketat menuntut pihak manajemen
perusahaan
untuk
dapat
mengembangkan
usahanya
demi
memenangkan persaingan. Begitu juga dengan Tower Bersama Group yang menginginkan usahanya dapat berkembang, maka perusahaan merencanakan ekspansi usaha untuk memenangkan persaingan usaha. Dengan adanya rencana ini maka diperlukan pula analisis keuangan perusahaan untuk melihat apakah perusahaan sudah mampu untuk melakukan ekspansi tersebut. Oleh karena itu penelitian ini berjudul Kinerja Keuangan Tower Bersama Group dalam Pengembangan Usaha Jasa Penyewaan Menara Telekomunikasi Bersama. Penelitian ini dilakukan pada Tower Bersama Group yaitu perusahaan yang menyediakan jasa penyewaan menara telekomunikasi bersama. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Budi Purwanto, ME selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam menyusun skripsi, Bapak Tri Boewono yang telah memberikan kesempatan kepada penulis atas kesempatan yang telah diberikan untuk melakukan penelitian, dan Chief Financial Officer Tower Bersama Group yang sudah memberikan data dan keterangan mengenai perusahaan. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM dan Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT selaku dosen penguji serta kepada seluruh staf departemen manajemen yang telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan. Akhirnya tanpa restu dan hidayah dari Allah SWT maka skripsi ini tidak akan tersusun dan penulis panjatkan segala puji pujian ke hadiratNya. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembacanya. Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dan penulis minta maaf apabila masih banyak kekurangan. Bogor, Oktober 2010
Penulis
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Papi, Mami, dan Mbak Icha atas segala upaya serta dorongan, doa, dan kesabaran dalam menghadapi penulis.
2.
Seseorang yang telah menemani dan mencurahkan kasih sayang, perhatian, dorongan, waktu, doa serta kesabaran dalam menghadapi penulis.
3.
Aurora, Vita, Basti, Echa, dan Radius (Coffee Break) atas bantuan selama masa-masa kuliah dan sudah menjadi sahabat di kelas.
4.
Rina, Tia, dan Yessa atas persahabatan kita dan selalu menemani di saat-saat penulis kesepian.
5.
Yanti, Sisi, Maget, Mon-mon, Joko, dan Wahyu atas kebersamaan kita sebagai satu bimbingan.
6.
Seluruh rekan Manajemen’43 yang namanya tidak dapat disebut satu per satu.
7.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Kepada semuanya, semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat
ganda. Akhir kata penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih yang tak terhingga.
viii
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi DAFTAR TABEL .............................................................................................viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x I.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6 1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7 1.5. Ruang Lingkup Penelitian....................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Perusahaan ................................................................................. 8 2.2. Macam-Macam Kinerja dan Pengukurannya.......................................... 9 2.2.1 Likuiditas ....................................................................................... 9 2.2.2 Solvabilitas ..................................................................................10 2.2.3 Aktivitas ......................................................................................10 2.2.4 Profitabilitas ................................................................................11 2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ........................................11 2.3.1 Teknologi.....................................................................................12 2.3.2 Pasar ............................................................................................12 2.3.3 Manajemen ..................................................................................12 2.3.4 Hukum .........................................................................................12 2.3.5 Lingkungan ..................................................................................13 2.3.6 Keuangan .....................................................................................14 2.4. Laporan Keuangan Proforma ................................................................15 2.5. Penelitian Terdahulu .............................................................................16 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran..............................................................................18 3.2. Metode Penelitian .................................................................................19 3.3. Jenis dan Sumber Data ..........................................................................20 3.4. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................20 3.5. Pengolahan dan Analisis data ...............................................................20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran umum Perusahaan................................................................26 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ........................................................26 4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan............................................................27
ix
4.1.3 Struktur Organisasi .....................................................................27 4.2. Faktor faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan ...........................29 4.2.1 Teknologi ....................................................................................29 4.2.2 Pasar ............................................................................................29 4.2.3 Hukum.........................................................................................30 4.2.4 Manajemen ..................................................................................30 4.2.5 Lingkungan .................................................................................30 4.2.6 Sumber Dana ...............................................................................30 4.3. Analisis Rasio Keuangan Tower Bersama Group ................................31 4.1.1 Analisis Likuiditas .......................................................................31 4.1.2 Analisis Solvabilitas ....................................................................34 4.1.3 Analisis Aktivitas ........................................................................37 4.1.4 Analisis Profitabilitas ..................................................................39 4.4. Implikasi manajerial..............................................................................42 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ...................................................................................................44 2. Saran..............................................................................................................45 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................46 LAMPIRAN .......................................................................................................48
x
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Perkembangan Nilai Rasio Likuiditas ............................................................32 2. Perkembangan Nilai Rasio Solvabilitas .........................................................34 3. Perkembangan Nilai Rasio Aktivitas .............................................................37 4. Perkembangan Nilai Rasio Profitabilitas .......................................................40
xi
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Jumlah Menara Telekomunikasi dari Beberapa Operator, 2008 ....................2 2. Pengguna Telepon Selular di Indonesia .........................................................3 3. Bagan Kerangka Pemikiran ............................................................................19 4. Diagram Alir Rencana Analisis Data .............................................................21 5. Struktur Organisasi Tower Bersama Group ...................................................28
xii
DAFTAR LAMPIRAN No. 1. 2. 3. 4.
Halaman
Laporan Neraca Tower Bersama Group Periode 2005-2009 (Juni) ..............49 Laporan Laba/Rugi Tower Bersama Group Periode 2005-2009 (Juni) ........52 Laporan Neraca Tower Bersama Group 2009 dan 2010 (Proyeksi) .............53 Laporan Laba/Rugi Tower Bersama Group 2009 dan 2010 (Proyeksi) ........55
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penyedia Menara Telekomunikasi tengah menjadi trend baru dalam bisnis telekomunikasi. Sejak dikeluarkannya Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi (Permen Kominfo) No. 2 tahun 2008 tentang Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi, berbagai pelaku industri telekomunikasi mulai berbenah menyambut peluang baru tersebut. Mulai dari operator telekomunikasi, kontraktor, vendor, konsultan, dan perusahaanperusahaan yang terkait bisnis infrastruktur telekomunikasi yang mencoba menyusun rencana dan bahkan restrukturisasi organisasi guna memenangkan persaingan di segmen bisnis ini. Penyedia Menara Telekomunikasi merupakan usaha/unit bisnis yang bergerak di bidang jasa penyewaan, penyediaan, pembangunan dan pengelolaan menara telekomunikasi untuk dipergunakan oleh para operator telekomunikasi dalam penyelenggaraan aktivitas telekomunikasi. Sejak tahun 2008, bisnis Penyedia Menara Telekomunikasi terdiversifikasi ke dalam dua kategori besar, yaitu pembangunan menara dan penyewaan menara. Salah satu pendorong utama lahirnya bisnis baru penyewaan menara adalah adanya dua regulasi pemerintah yaitu Permen Kominfo No. 2 tahun 2008 tentang Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi, terutama pada pasal 5 yang menyebutkan bahwa kini menara telekomunikasi wajib digunakan secara bersama tanpa mengganggu pertumbuhan industri telekomunikasi, dan Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga Menteri dan satu Kepala Badan yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan Informatika serta Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 18 Tahun 2009, Nomor 07/PRT/M/2009, Nomor 19/PER/M.KOMINFO/3/2009, dan Nomor 3/P/2009 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi. Kedua regulasi tersebut, kemudian direspon secara cepat oleh Pemerintah Daerah dengan mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) dan rencana tata ruang wilayah provinsi, atau kabupaten, atau
kota sektor telekomunikasi yang mengatur dan menata
penempatan zona-zona persebaran menara bersama telekomunikasi, yang
2
divisualisasikan dalam matriks koordinat geografis dan peta arahan rencana persebaran menara bersama telekomunikasi (Cellplan) guna mengatur dan menata peletakan menara-menara bersama telekomunikasi di masing-masing wilayahnya.
30,000
25,000 25,000 20,000 15,000
11,000
10,000
11,000 7000
5,000
1800
900
700
700
406
271
270
214
0
Jumlah Menara (ASPIMTEL,2008)
Gambar 1. Jumlah Menara Telekomunikasi dari Beberapa Operator, 2008 Gambar 1 menunjukkan pada tahun 2008 menara telekomunikasi di Indonesia telah mendekati 60 ribu unit. Perkembangan penyelenggaraan telekomunikasi semakin cepat khususnya telepon seluler dapat dilihat pada Gambar 2 Jumlah pelanggan seluler di Indonesia mengalami peningkatan tiap tahun dan mencapai 116.144.392 pelanggan pada tahun 2008. Menurut data Wireless Inteleigence Indonesia (2008), negara Indonesia berada di posisi ke-6 sebagai negara yang mempunyai pelanggan seluler paling banyak. Berkaitan dengan itulah investasi dalam penyediaan infrastruktur menjadi penting bagi tiap operator khususnya menara telekomunikasi.
3
140 120 100 80 60 40 20 0
Pengguna Telepon Selular (juta) 2003
2004
2005
2006
2007
2008
(Wireless Inteleigence Indonesia, 2008)
Gambar 2. Pengguna Telepon Selular di Indonesia Bertambahnya jumlah pengguna jasa komunikasi di Indonesia juga berpengaruh pada bertambahnya menara telekomunikasi di seluruh pelosok tanah air. Berdasarkan data yang ada jumlah operator telepon, baik seluler maupun bergerak terbatas (fixed wireless access) dengan teknologi GSM (Global System for Mobile communication) dan CDMA (Code Division Multiple Access) hingga saat ini ada lebih dari 10 operator, diantaranya: PT Telkom, Tbk. (Flexi), PT Telkomsel (Halo, As, Simpati), PT Indosat, Tbk. (Matrix, Mentari, IM3, Star One), PT Excelcomindo Pratama, Tbk. (Xplor, Bebas, Jempol), PT Bakrie Telecom, Tbk. (Esia, Wifone, Wimode), PT Mobile-8 Telecom (Fren), PT Sinar Mas Telecom (Smart), PT Hutchison Charoen Pokhand Telecomunication (3 “Three”), PT Sampoerna Telecom Indonesia (Ceria), PT Natrindo Telepon Seluler (NTS, AXIS) dan PT Pasifik Satelit Nusantara (Byru, Pasti). Melihat peluang industri seluler di Indonesia maka dalam tahun 2010 diperkirakan membutuhkan sekitar 43.000 unit menara baru dengan investasi setiap menara mencapai Rp 1,5 Miliar (Citigroup, 2007). Tower Bersama Group (TBG) adalah perusahaan yang berdiri sendiri yang tidak terikat dengan pihak manapun dan menangani bidang menara telekomunikasi yang menyediakan infrastruktur telekomunikasi beserta layanan pengoperasian dan pemeliharaannya bagi Operator seluler. TBG berdiri pada tahun 2004 dan pada tahun 2006 perusahaan mulai mengakuisisi beberapa perusahaan lain yang sekarang menjadi satu naungan di bawah Tower Bersama
4
Group. Saat ini perusahaan besar yang menjadi pesaing TBG dalam bisnis sewa menara adalah PT Indonesian Tower dan PT Protelindo. Sejak
berdirinya
Tower
Bersama
Group,
perusahaan
terus
mengembangkan solusi infrastruktur telekomunikasi dan perluasan portfolio infrastrukturnya. Saat ini perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam TBG adalah PT Tower Bersama, PT United Towerindo, PT Telenet Internusa, PT Batavia Towerindo, PT Bali Telekom, PT Prima Media Selaras PT Tower One, dan PT Bayan Mas. Masing-masing perusahaan tersebut dikelola secara langsung oleh satu manajemen TBG. Sejak tahun 2008, TBG cukup agresif melakukan akuisisi menara-menara telekomunikasi dan pendirian menara-menara baru. Sampai dengan tahun 2009, TBG sudah mengoperasikan 1200 menara. Dari jumlah tersebut, sekitar 50% diantaranya sudah disewa oleh PT Telkom Tbk. dan PT Telkomsel. Sisanya dibagi rata oleh operator lain. Para pelanggan TBG adalah PT Telkom Tbk., PT Telkomsel, PT Indosat Tbk., PT Excelcomindo Pratama Tbk., PT Mobile-8, PT Hutchison Charoen Pokhand Telecomunication, PT Bakrie Telecom Tbk., PT Natrindo Telepon Selular. TBG menganggarkan Capex (capital expenditure) sekitar 600 sampai 800 miliar rupiah di tahun 2010 dan perusahaan akan melakukan ekspansi dengan menambah 600 hingga 800 unit menara baik membangun sendiri maupun akuisisi perusahaan. Pada akhir tahun 2009, TBG sudah membukukan pendapatannya kurang lebih 320 miliar rupiah. Dengan adanya tren penghematan energi ke depannya, di tahun 2010, TBG memprediksikan pertumbuhan pendapatan hingga 30%, menjadi sekitar 416 miliar rupiah. Pertumbuhan akan permintaan menara yang tinggi membuat bisnis penyedia menara semakin diminati. TBG yang berkecimpung dalam bisnis sewa menyewa menara tersebut terus berusaha mengembangkan usahanya untuk bersaing dalam industri telekomunikasi ini dengan cara melakukan ekspansi secara besar-besaran melalui rencana penambahan 600 sampai 800 menara. Rencana ini tidak mudah dilakukan tanpa melihat sisi keuangan perusahaan. Dalam pelaksanaan rencana ekspansi maka keuangan perusahaan harus memiliki
5
kinerja keuangan yang sehat. Karena tanpa kinerja keuangan yang sehat maka rencana untuk melakukan ekspansi tidak dapat berjalan dengan lancar. 1.2. Perumusan Masalah TBG merencanakan untuk mengembangkan usahanya dengan melakukan ekspansi yaitu menambah 600 hingga 800 unit menara baik membangun sendiri maupun akuisisi perusahaan lain. Permintaan untuk menara cukup besar dengan melihat pertumbuhan telekomunikasi yang terus meningkat membuat peluang bagi perusahaan untuk menambah menara yang dimiliki. Mengenai pasar untuk menara yang akan dibangun, TBG tidak khawatir lagi karena sudah ada empat perusahaan yang berminat untuk menyewa menara tersebut kepada TBG per tahunnya meskipun menara tersebut baru akan dibangun pada tahun 2010 dan TBG akan menindaklanjuti masalah kontraknya dengan empat perusahaan yang berminat untuk menyewa menaranya. Rencana ekspansi melakukan penambahan 600-800 menara membutuhkan dana yang tidak sedikit, mengingat untuk membangun satu menara membutuhkan dana mencapai 1,5 M maka keuangan perusahaan pun perlu diperhatikan. Untuk menjalankan rencana tersebut, TBG perlu melihat kondisi keuangan perusahaan saat ini sudah mendukung rencana ekspansi tersebut atau belum. Bagaimanakah kesehatan keuangan perusahaan saat ini dan bagaimana dengan kewajibankewajiban perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjangnya. Apakah perusahaan saat ini sudah mampu memenuhi kewajibannya dengan baik atau belum karena apabila rencana ekspansi nantinya dijalankan maka akan meningkatkan kewajiban perusahaan. Peningkatnya kewajiban perusahaan mebuat apakah perusahaan akan tetap mampu memenuhi kewajibannya apabila rencana ekspansi sudah berjalan nantinya. Saat ini TBG sudah memiliki sekitar 1200 menara. Apakah menaramenara tersebut sudah di operasikan dan dimanfaatkan secara maksimal ataukah masih ada yang belum dioperasikan secara maksimal. Bagaimana mengenai efektivitas atas aset-aset yang dimiliki perusahaan saat ini. Apakah aset-aset yang dimiliki saat ini sudah efektif atau belum dan apakah perusahaan perlu menambah aset-aset yang baru. Bagaimanakah profitabilitas perusahaan nantinya setelah menambah menara baru. Apakah dengan penambahan menara profitabilitas
6
perusahaan akan mengalami peningkatan yang berarti ataukah malah mengurangi tingkat profitabilitas perusahaan. Pada akhir tahun 2009 TBG sudah membukukan pendapatannya kurang lebih 320 M. Apakah dengan dana yang dimiliki perusahaan saat ini sudah mampu memenuhi pendanaan rencana ekspansi. Bagaimanakah kondisi keuangan perusahaan saat ini, apakah kondisi keuangan perusahaan saat ini sudah mendukung rencananya tersebut atau belum. Maka dari sisi pendanaan TBG perlu memperhatikan darimana sumber pendanaan yang mampu mencukupi pendanaan untuk rencana yang akan dilakukan, apakah dana internal sudah mampu mencukupi rencananya tersebut atau belum. Jika belum mencukupi maka TBG dihadapkan pada pilihan apakah akan meminjam dana dari bank ataukah menerbitkan saham untuk menjalankan rencananya tersebut. Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang dihadapi TBG saat ini adalah : 1. Ekspansi merupakan investasi jangka panjang perusahaan yang akan menambah kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang perusahaan. Apakah perusahaan akan tetap mampu memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka panjangnya setelah rencana dijalankan? 2. Apakah TBG memilih untuk mengefektifkan aset-aset yang sudah ada atau menambah aset-aset baru? 3. Apakah
rencana
ekspansi
yang
akan
dilakukan
TBG
mampu
meningkatkan profitabilitas bagi perusahaan di masa yang akan datang? 4. Bagaimana perusahaan mendanai rencana ekspansi penambahan menara? 1.3. Tujuan penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji bagaimana
kelayakan Tower Bersama Group dalam melakukan rencana ekspansi penambahan menara. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis kemampuan TBG dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang perusahaan serta melihat apakah rencana investasi baru akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya tersebut. 2. Menganalisis efektivitas TBG dalam memaksimalkan aset-aset yang dimiliki saat ini.
7
3. Mengetahui tingkat profitabilitas perusahaan setelah rencana ekspansi dijalankan. 4. Mengkaji darimana sumber pendanaan TBG dalam melakukan ekspansi dan antisipasi penggunaan hutang apabila tingkat hutang perusahaan sudah banyak. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat membawa manfaat sebagai berikut : 1. Memberikan informasi kepada perusahaan apakah perusahaan sudah siap untuk melakukan rencana ekspansi dengan penambahan 600-800 menara. 2. Menunjukan kepada perusahaan alternatif kebijakan pengembangan usaha. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini dilakukan di Tower Bersama Group yang terletak di Barclays House lt.6 Jl. Jendral Sudirman Kav. 22 Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Junii 2009. 2. Menganalisis kinerja keuangan Tower Bersama Group yang bergerak di bidang penyedia menara telekomunikasi tahun 2005-2009. 3. Dalam melakukan rencana ekspansi penambahan menara, Tower Bersama Group tidak perlu mempertimbangkan aspek pasar karena pasar untuk menara yang ditawarkan sudah ada. 4. Evaluasi terhadap proyeksi keuangan Tower Bersama Group termasuk kinerja perusahaan pada tahun yang akan datang.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan perusahaan merupakan tingkat pencapaian hasil atau tujuan perusahaan, tingkat pencapaian misi perusahaan, tingkat pencapaian pelaksanaan tugas secara aktual dan pencapaian misi perusahaan dalam hal ini yang berkaitan dengan pencapaian keuntungan. Kinerja keuangan juga dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam satu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan tersebut (Sugiyarso dan Winarni, 2005). Menurut Sawir (2000), kinerja adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan penghasilan atau untuk meraih keuntungan dan kemampuan dalam mengelola perusahaan secara efisien. Kinerja keuangan merupakan suatu prestasi yang diperlihatkan oleh perusahaan dari hasil usahanya melalui analisa laporan keuangan. Kinerja keuangan perusahaan merupakan gambaran mengenai hasil kegiatan operasi perusahaan yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan dalam periode tertentu yang disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan (Darsono, 2006). Hasil kegiatan perusahaan periode sekarang harus dibandingkan dengan kinerja keuangan periode masa lalu, anggaran, dan neraca rugi-laba agar manajemen dapat mengadakan perbaikan dalam perencanaan dan perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. Pengertian pengukuran kinerja dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilaksanakan oleh seseorang untuk mengevaluasi secara kuantitatif hasil dari aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Pada prinsipnya kinerja dapat dilihat dari siapa yang melakukan penilain itu sendiri. Pengukuran kinerja bagi manajemen dapat diartikan sebagai pengukuran atas kontribusi yang dapat diberikan oleh suatu bagian dari pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan. Pengukuran kinerja bagi pihak diluar manajemen dapat diartikan sebagai pengukuran atas suatu prestasi yang dicapai oleh suatu satuan organisasi dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat hasil pelaksanaan kegiatannya.
9
Penilaian kinerja perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan hasil penilaian tersebut ukuran keberhasilan perusahaan selama suatu periode tertentu dapat diketahui dan hasil penilaian tersebut dapat digunakan sebagai pedoman bagi usaha perbaikan maupun peningkatan kinerja perusahaan selanjutnya. 2.2. Macam-macam Kinerja dan Pengukurannya Pengukuran kinerja keuangan yang dilakukan oleh perusahaan merupakan penilaian dari sisi keuangan. Kinerja digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola dana yang dimiliki. Ukuran efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha dapat dilihat dari kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban, kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan aset-aset, dan juga kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu (Sugiyarso dan Winarni, 2005). Kewajiban adalah hutang perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor (Munawir, 2002). Hutang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan menjadi : a. Hutang Jangka Pendek (Current Liabilities), yaitu kewajiban perusahaan yang pelunasannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun) dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. b. Hutang Jangka Panjang (Long term Liabilities), yaitu kewajiban keuangan yang yang jangka waktu pembayarannya atau jatuh temponya lebih dari satu tahun. 2.2.1 Likuiditas Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat jatuh tempo penagihan (Riyanto, 1997). Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar
10
yang lebih besar daripada hutang lancarnya atau hutang jangka pendek. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan ilikud. Dengan demikian, likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo. Perusahaan yang tidak likuid akan kehilangan kepercayaan dari pihak luar terutama para kreditor dan pemasok, dan juga dari pihak dalam perusahaan yaitu karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut. Untuk memperbaiki likuiditas perusahaan dapat dilakukan dengan cara pemilik menambah modal, menjual sebagian harta tetap, utang jangka pendek dijadikan utang jangka panjang, dan utang jangka pendek dijadikan modal sendiri (Darsono,2006). 2.2.2 Solvabilitas Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang (Riyanto, 1997). Suatu perusahaan dikatakan solvable apabila perusahaan tersebut memiliki aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya. Sebaliknya apabila jumlah aktiva tidak cukup atau lebih kecil daripada jumlah hutangnya, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan insolvable. Solvabilitas bertujuan untuk menganalisis pembelanjaan yang berupa komposisi utang dan modal serta kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan beban tetap lainnya (Sugiono, 2009). 2.2.3 Aktivitas Aktivitas perusahaan menggambarkan tingkat pendayagunaan harta atau sarana modal yang dimiliki perusahaan dan bertujuan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mengoperasikan dana (Sugiono, 2009). Analisis aktivitas atau perputaran
(turn
over)
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
dalam
mengoptimalakan harta untuk memperoleh pendapatan (Darsono, 2006). Perputaran aset berkaitan dengan penjualan dan penjualan merupakan perkalian antara harga dan kuantitas. Harga dipengaruhi oleh aspek pasar dengan adanya permintaan dan penawaran suatu produk. Sedangkan konsumen menginginkan
11
produk yang berkualitas tinggi serta service yang memuaskan sehingga produk yang dihasilkan atau diproduksi dapat laku dan diminati oleh pelanggan. Selain itu juga aspek hukum dan lingkungan berpengaruh dalam permintaan konsumen karena konsumen tentu saja menginginkan produk yang sesuai dengan hukum yang berlaku serta ramah lingkungan. 2.2.4 Profitabilitas Profitabilitas bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan atas hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi dalam pengelolaan kewajiban dan modal (Sugiono, 2009). Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Untuk memperoleh laba diatas rata-rata, maka manajemen harus mampu meningkatkan pendapatan (revenue) dan mengurangi semua beban (expenses) atas pendapatan (Darsono, 2006). Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Profitabilitas merupakan keuntungan yang didapat dari hasil penjualan. Dengan rencana ekspansi yang akan dilakukan Tower Bersama Group maka perusahaan membutuhkan dana yang besar untuk melaksanakan ekspansi tersebut. Maka perusahaan perlu melihat adakah efisiensi dari rencana penambahan menara yang akan dilakukan dan ternyata 60% dari pengeluaran perusahaan merupakan biaya tetap sehingga ada efisiensi cost dari penambahan menara tersebut. Karena apabila tidak ada efisiensi maka tidak ada peningkatan profit yang berarti. Dengan adanya pembangunan menara baru maka perusahaan melihat bagaimana profotabilitas saat ini dan melihat bagaimana tingkat profitabilitas kedepannya. 2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan, yaitu faktor teknologi, pasar dan pemasaran, manajemen, hukum, lingkungan, dan keuangan (Umar, 2000). Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi usaha atau bisnis yang
12
dijalankan
oleh suatu perusahaan. Apabila perusahaan tidak memperhatikan
faktor-faktor tersebut maka kegiatan usaha atau bisnis yang dijalankan oleh perusahaan tidak akan dapat berjalan dengan lancar serta sulit untuk berkembang. 2.3.1 Teknologi Aspek teknologi atau teknis mempelajari dan mengevaluasi kebutuhankebutuhan teknikal proyek atau bisnis, seperti penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi yang dipakai, pemakaian peralatan dan mesin, lokasi proyek, dan letak pabrik yang paling menguntungkan. 2.3.2 Pasar Evaluasi aspek pasar dan pemasaran sangat penting untuk dilakukan mengingat bahwa suatu bisnis atau usaha tidak akan dapat berjalan tanpa adanya permintaan atas barang/jasa yang dihasilkan bisnis tersebut. Pada dasarnya analisis pasar bertujuan untuk mengetahui berapa luas pasar, pertumbuhan permintaan atas barang/jasa yang dihasilkan, dan pangsa pasar dari produk yang dihasilkan. 2.3.3 Manajemen Adanya rencana pengembangan usaha melalui ekspansi membuat faktor manajemen juga perlu diperhatikan. Penambahan menara tentu saja membuat perusahaan berkembang menjadi lebih besar sehingga apakah struktur organisasi saat ini sudah sesuai serta efektif dan efisien dalam mengelola perusahaan kedepannya. Selain itu, apakah kemampuan karyawan saat ini sudah cukup ataukah diperlukan pelatihan tambahan dalam mengelola perusahaan yang lebih besar dan juga apakah jumlah karyawan yang ada saat ini sudah memadai ataukah diperlukan karyawan dengan jumlah lebih besar lagi. 2.3.4 Hukum Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi (Permen Kominfo) No. 2 tahun
2008
tentang
Pembangunan
dan
Penggunaan
Menara
Bersama
Telekomunikasi menetapkan bahwa pembangunan, pemilikan dan pengelolaan menara telekomunikasi atau Base Transceiver Station (BTS) tidak boleh dilakukan oleh penanam modal asing (PMA). Perusahaan penyelenggara jasa
13
menara dan kontaktor menara 100 persen harus dimiliki perusahaan dalam negeri. Untuk menunjang efisiensi dan efektifitas infrastruktur telekomunikasi nasional, menara wajib digunakan secara bersama tanpa mengganggu pertumbuhan industri telekomunikasi (Ramadhan, 2008). Pada Pasal 6 (Permenkominfo, 2008) disebutkan bahwa pembangunan menara harus sesuai dengan standar baku tertentu untuk menjamin kemanan lingkungan dengan memperhitungkan faktor-faktor yang menentukan kekuatan dan kestabilan konstruksi menara, antara lain: a. tempat/space penempatan antena dan perangkat telekomunikasi untuk penggunaan bersama; b. ketinggian menara; c. struktur menara; d. rangka struktur menara; e. pondasi menara; dan f. kekuatan angin. Pasal 7 ayat 1 (Permenkominfo, 2008) menyebutkan bahwa, menara harus dilengkapi dengan sarana pendukung dan identitas hukum yang jelas. Pada pasal 7 ayat 2 (Permenkominfo, 2008) disebutkan bahwa sarana pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, antara lain: a. pentanahan (gronding); b. penangkal petir; c. catu daya; d. lampu halangan penerbangan (Aviation Obstruction Light); dan e. marka halangan penerbangan (Aviataion Obstruction Marking). 2.3.5 Lingkungan Berbagai fakta yang muncul di berbagai daerah, keberadaan tower memiliki resistensi/daya tolak dari masyarakat, yang disebabkan isu kesehatan (radiasi, anemia) dan isu keselamatan. Hal ini semestinya perlu disosialisasikan ke masyarakat bahwa kekhawatiran pertama (ancaman kesehatan) tidaklah terbukti. Radiasinya jauh diambang batas toleransi yang ditetapkan WHO. Tower BTS terendah (40 meter) memiliki radiasi 1 watt/m2 (untuk pesawat dengan frekunsi
14
800 MHz)s/d 2 watt/m2 (untuk pesawat 1800 Mhz). Sedangkan standar yang dikeluarkan WHO maksimal radiasi yang bisa ditotelir adalah 4,5 (800 Mhz) s/d 9 watt/m2. Radiasi ini makin lemah apabila tower makin tinggi (Ramadhan, 2009). Rata-rata tower seluler yang dibangun di Indonesia memiliki ketinggian 70 meter. Oleh karena itu radiasinya jauh lebih kecil lagi. Adapun mengenai isu mengancam keselamatan, dapat diatasi dengan penerapan standar material, dan konstruksinya yuang benar, serta kewajiban perawatan tiap tahunnya. 2.3.6 Keuangan Sisi keuangan menunjukkan dari manakah perusahaan membiayai seluruh kegiatan usahanya. Pemenuhan kebutuhan dana pada dasarnya dapat dibedakan antara pemenuhan kebutuhan dana secara sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan masing-masing aktiva yang akan dibiayai dan cara pemenuhan kebutuhan dana secara keseluruhan dengan memandang semua kebutuhan sebagai satu kesatuan (Riyanto, 1997). Pemenuhan kebutuhan dana secara sendiri-sendiri dapat dibedakan menjadi: 1. Aktiva lancar hendaknya dibiayai dengan kredit jangka pendek yang umumnya tidak lebih pendek daripada terikatnya dana dalam aktiva lancar. 2. Aktiva tetap yang tidak berputar seperti tanah, pada prinsipnya dibiayai dengan modal sendiri, karena jenis akiva ini tidak diadakan depresiasi. 3. Aktiva tetap yang berputar secara berangsur-angsur dapat dibiayai dengan kredit jangka panjang atau modal sendiri. Apabila perusahaan memandang kebutuhan dana sebagai satu kesatuan secara keseluruhan, maka dapat dibedakan menjadi: 1. Kebutuhan dana permanen (modal konstan), maka harus dibiayai dengan modal sendiri atau kredit jangka panjang. 2. Kebutuhan dana yang berubah-ubah (modal variable) pada dasarnya dibiayai dengan kredit jangka pendek yang jangka waktu atau umurnya tidak lebih pendek daripada kebutuhannya. Menurut Umar (2000), sumber dana dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: 1. Sumber Intern, merupakan laba yang terkumpul sebagai hasil operasi perusahaan. Selain laba, kumpulan cadangan penyusutan aktiva tetap juga
15
merupakan sumber intern yang dapat digunakan untuk keperluan pembelanjaan perusahaan. 2. Sumber Ekstern, merupakan dana yang terkumpul atau diperoleh sebagai jaminan dari pihak luar. Dana ekstern dapat dibagi menjadi pinjaman jangka pendek (kurang dari 1 tahun), pinjaman jangka menengah (2-4 tahun), dan pinjaman jangka panjang (lebih dari 5 tahun). 3. Modal Sendiri, merupakan dana yang diperoleh dari pemilik perusahaan. Modal sendiri adalah modal yang ikut serta dalam perusahaan yang berupa saham. 2.4. Laporan Keuangan Proforma Faktor-faktor seperti teknologi, pasar, manajemen, hukum,lingkungan, dan keuangan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan. Mempertimbangkan faktor-faktor tersebut sangat diperlukan manajemen di dalam memproyeksikan laporan keuangan perusahaan untuk kedepannya. Laporan keuangan proforma merupakan proyeksi laporan keuangan untuk suatu periode tertentu yang proses penyusunannya memerlukan beberapa asumsi. Untuk mendapatkan suatu proyeksi laporan keuangan yang baik, diperlukan suatu analisis tentang hubungan antara berbagai rekening neraca (balance sheet) dan rugi laba (income statement) (Tampubolon, 2005). Peramalan keuangan dalam perusahaan digunakan untuk memperkirakan kebutuhan keuangan dimasa yang akan datang dalam perencanaan pertumbuhan perusahaan. Unsur pokok dalam proses perencanaan perusahaan adalah meramalkan penjualan. Metode yang biasa digunakan adalah metode presentase penjualan (Keown, 2004). Laporan keuangan proforma untuk beberapa periode kedepan dibuat berdasarkan rasio keuangan dan asumsi-asumsi yang akan disusun. Melalui rasio yang ada maka dapat dilihat apakah penambahan menara proporsional dengan penjualan. Biaya operasional yang lebih kecil karena ada efisiensi biaya akan berpengaruh pada laporan keuangan perusahaan di waktu yang akan datang. Hal ini membuat profitabilitas perusahaan di masa yang akan datang diperkirakan akan meningkat.
16
2.5. Penelitian Terdahulu Sampai saat ini belum ada penelitian yang dilakukan pada Tower Bersama Group. Untuk studi kelayakan mengenai usaha penyewaan menara telekomunikasi secara umum telah dilakukan oleh Indra pada tahun 2008 dengan judul Analisa Peluang Usaha dan Peluang Kerjasama Pengelolaan Menara telekomunikasi Terpadu kepada para Operator Telepon seluler di Indonesia. Menurut penelitian yang dilakukan Indra, Menara Telekomunikasi Terpadu apabila ditinjau dari beberapa aspek bisnis, semuanya memberikan gambaran yang positif. Baik dari aspek regulasi pemerintah, pasar, teknis, modal kerja, manajemen,dan lingkungan. Penelitian terdahulu terhadap perusahaan sejenis yaitu pada PT Indonesian Tower dilakukan oleh Purwanto (2008). Purwanto melakukan penelitian mengenai pengembangan sistem pengontrolan kinerja dalam proses pembangunan menara pada PT Indonesian tower. Penelitian yang dilakukan yaitu melakukan pengontrolan jarak jauh pada suatu kegiatan dengan menerapkan sistem informasi yang berhubungan dengan sistem pendirian suatu menara. Melalui Process Monitoring System (PMS) maka perusahaan dapat memonitoring pembangunan dan perawatan (maintenance) menara. Proses perawatan (maintenance) dapat melakukan pengontrolan terhadap kegiatan vendor dalam proses maintenance, dapat dilakukannya pengontrolan terhadap jumlah ketersediaan barang/material untuk proses maintenance. Sistem manajerial dapat melakukan proses standar kelayakan vendor (Vendor rating) dan perusahaan dapat dengan mudah mendapatkan laporan-laporan sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan seperti laporan pekerjaan menara, laporan kelayakan vendor, dan proses pengontrolan sistem pembayaran vendor. Penelitian yang dilakukan Vibiarta (2008) adalah penelitian mengenai analisis kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi di Indonesia terhadap pengaruh kebijakan investasi menara telekomunikasi. Penelitian ini menggunakan analisis rasio dan regresi linier berganda. Hipotesisnya diduga ada pengaruh rasio keuangan perusahaan telekomunikasi terhadap investasi yang terkait dengan menara telekomunikasi. Pengujian hipotesis menggunakan regresi linier berganda dan terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik agar menghasilkan model analisis yang tidak biasa, kemudian dilakukan pengujian hipotesis secara simultan dan
17
secara parsial. Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa current ratio, debt to asset ratio, operating leverage, ROA dan ROI tidak berpengaruh terhadap investasi yang terkait dengan menara telekomunikasi. Sedangkan analisis mengenai kebijakan investasi terhadap kinerja keuangan belum dilakukan oleh Vibiarta. Ferdian (2008) melakukan penelitian mengenai optimisasi struktur modal dan manajemen kas pada PT Indonesia Power untuk memenuhi ekspansi usaha yang dimiliki. Dan penelitian yang belum dilakukan oleh Ferdian yaitu penelitian terhadap perusahaan penyedia menara telekomunikasi dengan metode analisis rasio keuangan. Penelitian Ferdian bertujuan untuk melihat prospek Indonesia Power sebagai perusahaan yang bergerak dalam bisnis tenaga listrik. Di dalam penelitiannya, Ferdian menggunakan metode Adjusted Present Value (APV) untuk menilai perusahaan dan metode Discounted Cash Flow Analysis sebagai perbandingan. Hasil perhitungan valuasi menunjukkan bahwa perusahaan masih memiliki prospek yang baik untuk berkembang dan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi para share holder-nya. Dari aspek optimisasi struktur modal, rasio hutang 30% merupakan struktur modal optimal bagi perusahaan dan perusahaan diperhitungkan masih dapat memenuhi kewajibannya terhadap stockholder maupun share-holder.
18
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Permintaan akan menara telekomunikasi yang tinggi dan terus meningkat membuat
Tower
Bersama
Group
melihat
peluang
besar
untuk
terus
mengembangkan usahanya. Oleh karena itu, Tower Bersama Group berencana untuk menambah menara yang dimilikinya. Dengan adanya rencana tersebut, maka dibutuhkanlah penilaian kinerja keuangan perusahaan untuk melihat sejauh mana kemampuan perusahaan untuk mengembangkan usahanya tersebut. Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan suatu hal yang dapat membantu proses pengambilan keputusan, karena kinerja keuangan menunjukkan sejauh mana perusahaan berhasil menjalankan bisnisnya. Dalam hal ini penilaian kinerja keuangan digunakan untuk menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan rencana ekspansi penambahan menara baru sehingga perusahaan dapat membuat keputusan atau kebijakan yang tepat sesuai dengan kondisi perusahaan. Penilaian kinerja keuangan terhadap Tower Bersama Group dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan. Penilaian yang dilakukan yaitu menganalisa bagaimana kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya,
bagaimana
pengoptimalan
perusahaan
dalam
menggunakaan aset-aset, dan juga bagaimana proyeksi pendapatan perusahaan kedepannya dengan menganalisis rasio-rasio keuangannya serta melihat faktorfaktor yang mempengaruhi sehingga dapat diketahui informasi mengenai kinerja keuangan dan perusahaan dapat mengambil tindakan untuk rencana ekspansinya. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 3.
19
Pengembangan Tower Bersama Group
Rencana Ekspansi Tower Bersama Group Kinerja Keuangan
Efektivitas aset‐ aset
Likuiditas
Aktivitas
Teknologi
Proyeksi Pendapatan
Kemampuan Memenuhi Kewajiban
Pasar
Hukum
Solvabilitas
Manajemen
Lingkungan
Profitabilitas
Sumber Dana
Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran 3.2. Metode Penelitian Metode riset yang dipakai adalah metode deskriptif analisis dengan menggunakan analisis rasio keuangan perusahaan. Metode penelitian deskriptif analisis adalah metode yang bertujuan untuk mencatat, mengolah, menyajikan, dan mengintepretasikan data untuk memberikan suatu gambaran yang nyata dan jelas mengenai perkembangan perusahaan. Sedangkan analisis rasio merupakan suatu metode analisis yang menghitung dan mengintepretasikan rasio keuangan perusahaan untuk memberikan gambaran mengenai kinerja dan gambaran mengenai kinerja dan keadaan keuangan perusahaan.
20
3.3. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan yang digunakan adalah data kuantitatif dan kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang diambil secara langsung dari Tower Bersama Group yang terdiri dari gambaran umum perusahaan, bidang usaha, keadaan manajemen yang berhubungan dengan keputusan-keputusan keuangan, dan hasil wawancara dengan manajer keuangan perusahaan. Dan juga data sekunder, yaitu data yang diperoleh langsung dari Tower Bersama Group yang berupa laporan keuangan dan literatur-literatur seperti buku-buku manajeman keuangan, koran, jurnal, majalah, laporan penelitian, dan media elektronik sebagai penunjang. 3.4. Teknik Pengumpulan Data Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara kepada manajer keuangan perusahaan untuk mendapatkan informasi. Teknik kepustakaan, yaitu dengan mencari data pada laporan keuangan tahun 2005- 2009 (juni) yang ada di perusahaan dan mencari informasi melalui media elektronik mengenai pesaing perusahaan serta membaca literatur di perpustakaan. 3.5. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul. Dalam penelitian ini, data yang telah diperoleh diolah menggunakan perangkat lunak komputer (Microsoft Excel 2007) berdasarkan kerangka pemikiran yang telah disusun. Data diolah menggunakan analisis rasio keuangan dan ditampilkan dalam bentuk tabel untuk memudahkan membacanya. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang ada, maka dibuat asumsi-asumsi yang akan digunakan untuk memproyeksikan laporan keuangan tahun 2010 (Laporan Keuangan Proforma). Secara ringkas, pengolahan data disusun dalam diagram alir di bawah ini:
21
Mulai
Mengumpulkan danMenyatukan Data Keuangan Perusahaan
Menganalisis Rasio Keuangan Perusahaan
Mengamati Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Perusahaan Menyusun Asumsi-Asumsi dalam Membuat Proyeksi Laporan Keuangan
Membuat Estimasi Laporan Keuangan Tahun 2009 dan Proyeksi Laporan Keuangan Tahun 2010
Saran / Rekomendasi
Selesai Gambar 4. Diagram Alir Rencana Analisis Data Metode analisa yang digunakan adalah analisis rasio keuangan. Analisis rasio merupakan suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Jenis rasio keuangan yang digunakan yaitu: 1.
Rasio likuiditas, rasio ini mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya yang akan segera jatuh tempo, dan juga mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghadapi ketidakpastian yang mungkin terjadi. Rasio likuiditas terdiri dari: a. Rasio Lancar (current ratio) adalah rasio yang dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar . Rasio ini merupakan ukuran yang
22
paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya, karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan atau tagihan dari kreditur segera dapat berubah menjadi tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang atau tagihan tersebut. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Rasio Lancar
A
.......................................................................... (1)
H
b. Rasio cepat (quick ratio) adalah rasio yang dihitung dengan menggunakan aktiva lancar tanpa memperhitungakan persediaan dibagi dengan kewajiban lancar. Rasio cepat merupakan ukuran penting untuk mengetahui
kemampuan
perusahaan
memenuhi
kewajiban
jangka
pendeknya tanpa memperhitungkan penjualan persediaan. Rasio ini dirumuskan: Rasio Cepat
2.
A
P H
......................................................(2)
Rasio solvabilitas (leverage), rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban keuangannya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi dan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang, yang terdiri dari: a. Rasio total hutang dengan total aktiva (debt ratio) atau sering disebut juga rasio hutang, mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai pembelian atau investasi atas aktiva perusahaan. Rasio ini dirumuskan: Rasio Hutang
T
H
T
A
............................................................................ (3)
b. Rasio total hutang dengan modal sendiri (total debt to equity
ratio)
menunjukkan perbandingan antara jumlah seluruh hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang, dengan jumlah modal perusahaan sendiri. Rasio ini dirumuskan: Rasio Total Hutang dengan Modal Sendiri
T
H
T
M
............................ (4)
c. Rasio modal sendiri dengan total aktiva (equity to total activa ratio) menunjukkan besarnya proporsi jumlah aktiva yang dibiayai dari modal
23
sendiri, disamping menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: M
Rasio Modal Sendiri dengan Total Aktiva
T
A
..........................(5)
d. Rasio antara laba sebelum pajak dengan beban bunga (time interest earned ratio), rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga atau mengukur seberapa jauh laba sebelum bunga dan pajak dapat berkurang tanpa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Rumusnya adalah: EBIT B
3.
................................................ (6)
B
Rasio aktivitas, yaitu rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektifitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya, yang terdiri dari: a. Rasio perputaran total aktiva (total assets turn over ratio) memberikan gambaran relatif mengenai efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang ada dalam perusahaan untuk menghasilkan penjualan atau kecepatan berputarnya total aktiva dalam satu periode tertentu. Semakin cepat perputarannya, yang ditunjukkan dengan angka rasio yang lebih besar, maka semakin baik karena perusahaan dapat memanfaatkan total aktivanya dengan efisien untuk menhasilkan penjualan. Rumusnya adalah: Rasio Perputaran Total Aktiva
P T
.............................................. (7)
A
b. Rasio perputaran aktiva tetap (fixed assets turn over ratio) berguna uintuk mengukur efisiensi perusahaan dalam penggunaan aktiva tetapnya untuk menghasilkan penjualan. Rumusnya adalah sebagai berikut: Rasio Perputaran Aktiva Tetap
P A
T
........................................(8)
c. Rasio perputaran piutang (receiveable turn over ratio) merupakan kemampuan dana yang tertanam dalam piutang untuk berputar dalam suatu periode tertentu. Semakin tinggi angka rasio berarti semakin cepat perputaran piutang dalam satu periode, maka modal kerja yang tertanam dalam piutang semakin turun karena semakin cepat pencairan piutang menjadi bentuk kas, dan dirumuskan sebagai berikut:
24
Rasio Perputaran Piutang
P
......................................................... (9)
P
d. Rasio perputaran modal kerja (working capital turn over ratio) mencerminkan kemampuan modal kerja yang berputar dalam suatu siklus kas dari perusahaan dan membandingkan penjualan dengan rata-rata net working capital. Dan dirumuskan sebagai berikut: P A
4.
H
....................... (10)
Rasio Profitabilitas, yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan perusahaan, yang terdiri dari: a. Marjin laba kotor (gross profit margin) adalah rasio keuntungan yang menunjukkan kemampuan dari penjualan untuk mendapat laba kotor dan berguna untuk memberikan indikasi mengenai efisiensi operasi perusahaan dan penetapan harga jual. Dan dirumuskan sebagai berikut: Marjin Laba Kotor
..................................................................... (11)
P
b. Rasio operasi (operating ratio) adalah rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam operasi guna menghasilkan laba dalam setiap rupiah dalam penjualannya. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan keadaan yang kurang baik, karena hal ini berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi dan yang tersedia untuk laba kecil. Dan dirumuskan sebagi berikut: Rasio Operasi
EBIT P
............................................................................... (12)
c. Marjin laba bersih (net profit margin) adalah rasio keuntungan yang menunjukkan kesanggupan perusahaan dalam melakukan penjualan untuk memperoleh laba bersih, dan memberikan gambaran relatif mengenai efisiensi perusahaan setelah memperhatikan semua pengeluaran biaya maupun pajak. Rumusnya adalah: Margin Laba Bersih
EAT P
...............................................................(13)
d. Rasio tingkat pengembalian investasi atau ROI (return on investment) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan dari seluruh dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih pada tahun berjalan, yaitu laba bersih setelah dikurangi bunga dan pajak. Rumusnya adalah:
25
ROI
EAT T
A
............................................................................................. (14)
e. Rasio tingkat pengembalian ekuitas atau ROE (return on equity) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas modal yang ditanam oleh para pemiliknya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: ROE
EAT M
......................................................................................... (15)
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam membuat laporan keuangan proforma disusun berdasarkan skenario bahwa: 1. Kemampuan perusahaan disesuaikan berdasarkan aset yang dimiliki perusahaan. 2. Untuk laporan keuangan estimasi 2009 dibuat berdasarkan analisis tren rasio keuangan dari tahun 2007-2009 semester pertama dengan menggunakan metode kuadrat terkecil. Pada laba rugi 2009 estimasi, pendapatan diasumsikan 2 kali dari 2009 semester pertama. 3. Laporan keuangan proforma 2010 disusun berasarkan metode kenaikan persentase penjualan, yaitu sebesar 30%, kenaikan ini sesuai dengan keinginan perusahaan yang disebabkan dengan adanya penambahan menara.
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan Tower bersama group (TBG) merupakan perusahaan perusahaan penyedia infrastruktur
telekomunikasi
bagi
penempatan
BTS/RBS
para
operator
telekomunikasi dengan konsep Menara Bersama; satu menara digunakan lebih dari satu operator telekomunikasi. Lingkup pelayanan dan kegiatan Tower Bersama Group meliputi perencanaan jaringan, akuisisi lahan dan perijinan, desain infrastruktur dan konstruksi, instalasi jaringan dan manajemen proyek untuk tower telekomunikasi dan DAS (Distributed Antenna System), program perluasan dan penggelaran jaringan, serta pengoperasian dan pemeliharaan site selama masa penyewaan infrastruktur. TBG berkomitmen untuk selalu siap dalam memberikan solusi tower maupun DAS yang responsif, lengkap dan dapat diandalkan untuk kebutuhan ekspansi jaringan para pelanggan di berbagai wilayah di Indonesia. 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan TBG
berdiri
sejak
tahun
2004.
Sejak
itu,
perusahaan
terus
mengembangkan solusi infrastruktur telekomunikasi dan perluasan portfolio infrastrukturnya melalui build-to-suite dan akuisisi tower-tower eksisting maupun perusahaan-perusahaan tower telekomunikasi. Dan pada tahun 2006 TBG melakukan konsolidasi kepemilikan serta manajemen operasi antara PT Tower Bersama, PT United Towerindo, PT Batavia Towerindo, dan PT Telenet Internusa sehingga keseluruhannya berada dalam naungan Tower Bersama Group. Di tahuntahun berikutnya, melalui berbagai aktivitas akiusisi menara, dilakukan akuisisi menara yang sudah ada maupun perusahaan penyediaan menara, dilakukan hal yang sama terhadap PT Bali Telekom, PT Prima Media Selaras, PT Tower One, dan PT Bayan Mas. Saat ini infrastruktur Tower Bersama Group telah menjangkau pulau Jawa, Bali, Sumatera dan Batam. Kami juga tengah memperluas jangkauan layanan ke wilayah Kalimantan dan Sulawesi. Dan juga perusahaan berupaya untuk terus
27
berinovasi melalui pemanfaatan teknologi terbaru dalam industri telekomunikasi guna meningkatkan kualitas solusi-solusi layanan bagi pelanggannya. 4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan 1. Visi Perusahaan Industri telekomunikasi adalah salah satu industri yang paling dinamis dan berkembang pesat di dunia dan membutuhkan infrastruktur yang dapat dimanfaatkan pasar secara cepat serta memiliki penyebaran geografis luas untuk mendukung jangkauan yang dibutuhkan. Dengan penawaran produk yang responsif, lengkap dan handal, dan juga tim spesialis pendukung industri telekomunikasi, Tower Bersama Group berkomitmen untuk Menjadi Penyedia Infrastruktur Telekomunikasi dan Penyedia Jasa yang Premier Melalui Solusi dan Pelayanan Terdepan untuk Mendukung Komunikasi Seluler di Seluruh Indonesia. 2. Misi Perusahaan Untuk mencapai visinya, maka perusahaan memiliki beberapa misi, yaitu:
a. Mendedikasikan kerja kami untuk memberikan kepuasan pelanggan melalui penyelesaian pekerjaan tepat waktu, kualitas yang superior dan kemitraan yang dibangun berdasarkan sinergi. b. Bekerja dengan kesungguhan sebagai sebuah tim yang memiliki prinsip yang sama, yakni untuk menjadi lebih baik setiap hari di segala hal yang kami kerjakan. c. Membangun kerjasama yang baik dengan regulatory stakeholder di seluruh Indonesia sehingga memungkinkan layanan seluler dimanapun pelanggan inginkan. d. Mendorong dan menghargai karyawan untuk mencapai pengembangan
personal dan kinerja tertinggi. 4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan Struktur Organisasi tower Bersama Group terdiri dari: 1. Bagian keuangan bertugas untuk mengelola dan bertanggung jawab atas keuangan perusahaan baik pemasukan maupun pengeluaran perusahaan.
28
2. Bagian pemasaran bertugas untuk memasarkan dan mengelola pemasaran dan kerjasama dengan klien tower bersamagroup. 3. Bagian SDM bertugas untuk menyeleksi para karyawan yang berkompeten untuk bekerja di Tower Bersama Group dan juga merencanakan pelatihanpelatihan yang diperlukan oleh para karyawan. 4. Bagian CME (Civil, Mechanical, Engineering) bertugas
sebagai teknisi
lapangan untuk mengontrol kondisi yang ada di lapangan. 5. Bagian IT bertanggung jawab atas sistem yang ada di dalam perusahaan. 6. Bagian Internal Audit bertanggung jawab untuk mengaudit internal perusahaan apakah ada penyimpangan atau tidak. Struktur organisasi Tower bersama Group digambarkan dalam struktur di bawah. Presiden Direktur
Direktur Utama Internal Audit Direktur Keuangan
Direktur Pemasaran
Direktur SDM
Manajer Keuangan
Manajer Pemasaran
Manajer SDM
Manajer CME
Manajer IT
Staf Keuangan
Staf Pemasaran
Staf SDM
Staf CME
Staf IT
Direktur Operasi
Gambar 5. Struktur Organisasi Tower Bersama Group
29
4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan Tower Bersama group yaitu faktor teknologi, pasar, hukum, manajemen, lingkungan, dan keuangan yang akan dibahas satu per satu di bawah ini. 4.2.1 Teknologi Bisnis penyewaan menara telekomunikasi yang dilakukan oleh Tower Bersama Group menawarkan solusi layanan efisiensi energi. Konsep Manajemen Energi dapat mereduksi biaya energi hingga 54%. Konsep Manajemen Energi yang diterapkan TBG adalah pemanfaatan energi sesuai dengan yang dibutuhkan (energy management) dengan menerapkan sistem pengaturan daya (controller) dan pendinginan (cooling) secara intensif sehingga meningkatkan efisiensi penggunaan daya listrik yang dibangkitkan sekaligus menjadikannya sebagai sistem pembangkit energi menara telekomunikasi yang ramah lingkungan. Konsep Manajemen Energi yang dilakukan oleh TBG didukung oleh teknologi dari ACME, perusahaan solusi energi dari India. ACME Telepower Ltd sendiri merupakan perusahaan pengembang solusi energi efisien dan inovatif untuk infrastruktur telekomunikasi dari India yang telah berpengalaman selama enam tahun di industri telekomunikasi. 4.2.2 Pasar Permintaan akan telepon selular selalu meningkat tiap tahunnya dan Indonesia merupakan Negara pengguna telepon selular terbesar ke-enam di dunia. Hal ini membuat meningkatnya kebutuhan menara telekomunikasi di Indonesia. Meningkatnya kebutuhan menara telekomunikasi di Indonesia merupakan peluang bagi Tower Bersama Group untuk mengembangkan bisnisnya dengan menambah menara yang dimiliki perusahaan. Oleh karena itu, TBG berencana melakukan ekspansi dengan menambah 600-800 menara. Mengenai aspek pasar, sudah ada empat perusahaan operator besar yang bersedia untuk menyewa menara yang baru akan dibangun oleh TBG.
30
4.2.3 Hukum Dilihat dari segi hukum, bisnis yang dijalankan oleh Tower Bersama Group sudah mengikuti aturan-aturan yang berlaku di Indonesia. Mengenai pengelolaan dan kepemilikan, perusahaan ini tidak dimiliki dan dikelola oleh penanam modal asing dan untuk penggunaan menara sudah dilakukan secara bersama. Selain itu, untuk pembangunan menara, perusahaan sudah mengikuti standar baku yang telah ditetapkan untuk menjamin keamanan lingkungan dan kekuatan serta kestabilan konstruksi menara. Tower Bersama Group juga memiliki seluruh persyaratan perizinan pengoperasian untuk menara yang dimilikinya, jadi tidak melanggar hukum yang berlaku di Indonesia. 4.2.4 Manajemen Mengenai manajemen, tentu saja Tower Bersama Group menambah jumlah manajemen dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, mengingat ekspansi yang akan dilakukan demi terciptanya efisiensi dan efektifitas perusahaan. Penambahan jumlah karyawan dilakukan agar semua kegiatan bisnis mereka dapat terkoordinasi dengan baik, selain itu perusahaan pun menambah karyawan yang memiliki kemampuan yang sesuai dengan yang perusahaan butuhkan. 4.2.5 Lingkungan Banyak penolakan dari masyarakat akan pembangunan menara yang disebabkan oleh isu kesehatan akan adanya radiasi serta isu keselamatan. Pada kenyataannya ancaman kesehatan tidak terbukti. Karena menara yang semakin tinggi maka radiasinya pun semakin rendah. Standar radiasi maksimal yang dikeluarkan oleh WHO adalah 4,5-9 watt/m2 sedangkan untuk menara yang memiliki tinggi 40 m memiliki radiasi 1 watt/m2. Dan rata-rata menara yang ada memiliki tinggi lebih dari 70m, maka radiasinya pun semakin kecil. Jadi radiasinya berada jauh dari standar yang ditetapkan oleh WHO. 4.2.6 Sumber Dana Pada praktiknya, untuk menutupi kekurangan akan kebutuhan dana, perusahaan memiliki beberapa pilihan sumber dana yang dapat digunakan.
31
Pemilihan sumber dana ini tergantung dari tujuan, syarat-syarat, keuntungan dan kemampuan perusahaan tentunya. Sumber-sumber dana secara garis besar dapat diperoleh dari modal sendiri dan pinjaman (bank atau lembaga keuangan lainnya). Perusahaan dapat memilih dana dari salah satu sumber tersebut atau kombinasi dari keduanya. Sumber pendanaan dalam menjalankan ekspansi pada tahun 2010 yang dilakukan oleh Tower Bersama Group yaitu dengan menggunakan modal sendiri dan juga dengan menggunakan hutang. Apabila dilihat dari proyeksi yang dilakukan
pada tahun 2010 maka penggunaan hutang untuk menjalankan
usahanya yaitu sebesar
71,16% dan rasio penggunaan modal sendiri yaitu
28,84%. 4.3. Analisis Rasio Keuangan Tower Bersama Group Analisis rasio merupakan suatu metode analisis yang menghitung dan mengintepretasikan rasio keuangan perusahaan untuk memberikan gambaran mengenai kinerja dan gambaran mengenai kinerja dan keadaan keuangan perusahaan. Selain itu analisis rasio juga bermanfaat dalam membantu pengambilan keputusan perusahaan. Dalam analisis rasio, dibuat perbandingan dari laporan keuangan perusahaan selama periode tertentu untuk diketahui arah pergerakannya dan juga bisa membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya atau bisa juga dengan menggunakan indikator atau tolak ukur tertentu dalam memperbandingkannya. 4.3.1 Analisis Likuiditas Analisis likuiditas digunakan untuk mengetahui gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (hutang) jangka pendeknya, yang sudah atupun yang akan jatuh tempo. Selain itu analisis ini juga dapat menunjukkan bagaimana posisi keuangan dalam jangka pendek. Nilai rasio likuiditas dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terdapat pada aktiva lancar dan kewajiban lancar perusahaan. Pengukuran tingkat likuiditas Tower Bersama Group dapat dilihat pada Tabel 1.
32
Tabel 1. Perkembangan Nilai Rasio Likuiditas (%) Likuiditas 2005 2006 2007 2008 2009 (Juni) 2009 (Estimasi) 2010 (Proyeksi) Rata-rata rasio Rasio Pesaing 2009
Rasio Lancar
Rasio Cepat
35,61 22,96 96,18 47,11 80,87 85,52 85,52 62,15 119,00
35,61 22,96 95,76 46,86 80,66 85,30 85,30 61,96 119,00
Sumber: Laporan Keuangan Tower Bersama Group Periode 2005-2010 (diolah)
1. Rasio Lancar Rasio lancar digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancarnya. Laporan keuangan estimasi 2009 merupakan laporan keuangan yang dibuat berdasarkan analisis tren rasio dari tahun 2007 hingga 2009 semester pertama, sedangkan laporan keuangan proforma dibuat berdasarkan metode presentasi penjualan dari estimasi laporan keuangan 2009. Dari hasil analisis, rasio lancar meningkat dari tahun 2005 hingga 2007 dan mengalami penurunan di tahun 2008. Kemudian mengalami kenaikan di tahun 2009. Dari data diatas maka rata-rata rasio lancar Tower Bersama Group adalah 62,15% yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- hutang lancarnya dijamin dengan Rp. 61,15 aktiva lancar. Jika dilihat dari peningkatan rasio lancar tiap tahunnya, pada tahun 2009 dan 2010 rasio lancarnya meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, akan tetapi rasio tahun 2009 dan 2010 berada di bawah tahun 2007. Apabila dilihat pada tahun 2009 rasio lancar perusahaan mengalami kenaikan dari bulan juni hingga estimasi akhir tahun 2009, namun apabila rasio perusahaan dibandingkan dengan pesaingnya maka dapat terlihat bahwa rasio lancar perusahaan kurang baik, karena berada di bawah pesaingnya, yaitu PT Protelindo yang
memiliki rasio 119% pada tahun 2009. Pada
proyeksi tahun 2010 diasumsikan rasio lancar tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 85,52%. Menurut Munawir (2001), current ratio 200% kadang sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya rasio tergantung pada beberapa faktor, suatu standar atau rasio yang umum
33
tidak dapat ditentukan untuk seluruh perusahaan. Current ratio 200% hanya merupakan kebiasaan atau rule of thumb dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian atau analisa yang lebih lanjut. Maka, apabila dilihat dari standar yang ada, maka dapat dikatakan bahwa rasio lancar Tower Bersama Group dapat dikatakan buruk karena berada jauh di bawah 200%. Namun pedoman standar rasio 200% bukanlah standar mutlak bagi perusahaan. Berdasarkan logika, standar dari rasio lancar adalah sebesar 100% ditambah dengan deviasinya, yaitu sebesar 131%. Jika dilihat dari standar rasio ini, rasio lancar perusahaan belum memenuhi standar. Oleh karena itu rasio lancar tower bersama group dapat dikatakan buruk. Ini disebabkan karena perusahaan belum memaksimalkan aset yang dimilki karena ekspansi yang dilakukan menyebabkan belum semua menara dapat digunakan, sehingga laba yang dihasilkan kurang maksimal akibat penjualan yang rendah. 2. Rasio Cepat Rasio Cepat digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya tanpa memperhitungkan persediaan. Dalam rasio ini persediaan diperhitungkan dengan anggapan bahwa persediaan merupakan aktiva lancar yang likuiditasnya rendah sehingga tidak diperhitungkan. Analisis di atas menunjukkan bahwa rata-rata rasio cepat Tower Bersama Group adalah 61,96 yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- utang lancar dijamin dengan Rp. 61,96 aktiva lancar tanpa persediaan. Perkembangan nilai rasio tiap tahunnya mengalami peningkatan namun terjadi penurunan pada tahun 2008. Hal ini dikarenakan di tahun 2008 terjadi peningkatan hutang lancar yang sangat besar. Pada estimasi akhir 2009 rasio cepat perusahaan mengalami kenaikan dari bulan juni 2009 menjadi sebesar 85,30%. Apabila dibandingkan dengan pesaingnya, maka rasio cepat Tower Bersama group lebih rendah dibandingkan dengan PT Protelindo yang memiliki rasio sebesar 119%. Dan pada proyeksi tahun 2010 rasio dianggap tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 85,30%. Apabila dilihat dari standar rasio cepat yaitu sebesar 131%, maka rasio cepat Tower Bersama group masih berada di bawah standar. Oleh karena itu rasio cepat perusahaan masih buruk. Ini disebabkan karena
34
perusahaan belum memaksimalkan aset yang dimilki karena ekspansi yang dilakukan menyebabkan belum semua menara dapat digunakan, sehingga laba yang dihasilkan kurang maksimal akibat penjualan yang rendah. 4.3.2 Analisis Solvabilitas Analisis solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi keuangan jangka pendek yang baik belum tentu menjamin kondisi keuangan jangka panjang yang baik pula. Semakin tinggi rasio solvabilitas maka semakin tinggi pula resiko kerugian yang dihadapi, tetapi juga ada kesempatan mendapatkan laba yang besar. Sebaliknya apabila perusahaan memiliki rasio solvabilitas yang rendah tentu mempunyai resiko kerugian yang lebih kecil. Analisis solvabilitas Tower Bersama Group dilakukan dengan menggunakan rasio hutang, rasio hutang terhadap ekuitas, rasio ekuitas terhadap total aktiva dan rasio laba sebelum pajak terhadap beban bunga. Perkembangan nilai-nilai rasio solvabilitas Tower Bersama Group dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Nilai Rasio Solvabilitas (%) Solvabilitas
2005 2006 2007 2008 2009 (Juni) 2009 (Estimasi) 2010 (Proyeksi) Rata-rata rasio Rasio Pesaing 2009
Rasio Hutang
57,93 94,19 84,49 81,47 75,25 71,16 71,16 76,73 84,00
Rasio Hutang dengan Modal 137,70 1621,77 544,72 439,62 303,99 246,73 246,73 539,55 517,00
Rasio Rasio Laba Modal sebelum dengan Pajak dengan Aktiva Beban Bunga 42,07 5,81 (211.800,68) 15,51 (487,17) 18,53 (1.373,82) 24,75 (1.595,49) 28,84 (194.080,26) 28,84 (194.080,26) 23,27 (120.364,44) 16,22 (6.821,85)
Sumber: Laporan Keuangan Tower Bersama Group Periode 2005-2010 (diolah)
1. Rasio Hutang Rasio ini merupakan rasio untuk menunjukkan banyaknya jumlah aktiva yang dibiayai dengan menggunakan pinjaman. Pada tahun 2010 diproyeksikan rasio hutang perusahaan tetap, yaitu sebesar 71,16%. Melihat standar rasio hutang sebesar 50% ditambah dengan deviasinya yaitu sebesar
35
63%, maka rasio hutang Tower Bersama Group dapat dikatakan sudah melampaui batas standar dan ini menandakan rasio hutang yang kurang baik. Selama enam periode (2005-2010), nilai rata-rata rasio ini sebesar 76,73% yang berarti bahwa jumlah aktiva yang dibiayai oleh pinjaman sebesar 76,73% dan sisanya dibiayai dari modal sendiri sebesar 23,27%. Dilihat dari perkembangannya, rasio hutang menurun dari tahun 2006 hingga 2010. Dibandingkan dengan pesaingnya pada tahun 2009, rasio hutang Tower Bersama Group lebih kecil dari pesaingnya, hal ini menunjukkan rasio hutang Tower Bersama Group lebih baik daripada PT. Protelindo. Kondisi ini menunjukkan resiko yang ditanggung perusahaan relatif lebih kecil dari pesaingnya karena semakin kecil rasio hutang maka dengan aktiva yang dimilikinya, perusahaan dapat menutupi semua hutangnya. Pada tahun 2010 diproyeksikan rasio hutang perusahaan tetap, yaitu sebesar 71,16%. Apabila melihat standar rasio hutang sebesar 50% dikurang dengan deviasinya yaitu sebesar 37%, maka rasio hutang Tower Bersama Group dapat dikatakan sudah melampaui batas standar dan ini menandakan rasio hutang yang tidak baik. 2. Rasio Hutang terhadap Ekuitas Rasio ini menunjukkan seberapa besar modal sendiri dapat menjamin hutang perusahaan. Rata-rata rasio ini adalah 539,55%. Hal ini berarti perusahaan hanya mampu menjamin hutang Rp. 539,55 dengan modal Rp. 100,- yang artinya perusahaan tidak mampu menutupi hutangnya dengan modal sendiri. Dilihat dari tahun 2006 hingga tahun 2010 rasio ini mengalami penurunan dan rasio paling kecil terjadi di tahun 2005. Apabila dibandingkan dengan pesaingnya pada tahun 2009 maka rasio Tower bersama Group lebih baik dari PT. Protelindo, karena rasionya leih kecil, yaitu sebesar 246,73% sedangkan rasio PT. Protelindo sebesar 517%. Ini berarti resiko yang dimiliki Tower bersama Group lebih kecil dari PT. Protelindo. Standar rasio hutang terhadap modal yaitu sebesar 100%, maka besar rasio hutang terhadap ekuitas sudah jauh melampaui batas dan ini tidak baik.
36
3. Rasio Ekuitas terhadap Total aktiva Rasio ini menunjukkan seberapa besar proporsi modal sendiri dan pinjaman terhadap pembiayaan aktivanya. Disamping itu rasio ini juga menunjukkan besarnya tingkat keamanan bagi para kreditur yang memberikan pinjamannya kepada perusahaan. Dari tabel 2. dapat dilihat rata-rata dari rasio ini sebesar 23,27% yang berarti bahwa proporsi aktiva yang dibiayai modal sendiri lebih kecil bila dibandingkan dengan yang dibiayai oleh pinjaman. Perkembangan rasio ini meningkat dari tahun 2006-2010. Dan rasio paling besar terjadi pada tahun 2005. Apabila dibandingkan dengan pesaingnya pada tahun 2009, maka rasio Tower Bersama Group dapat dikatakan lebih baik daripada pesaingnya karena rasio Tower Bersama Group lebih besar daripada PT. Protelindo yang memiliki rasio sebesar 16,22%. Apabila dilihat dari besar nilai rasio ekuitas terhadap aktivanya maka dapat terlihat besarnya aktiva yang dibiayai oleh hutang. Semakin kecil rasio ini, maka semakin besar aktiva perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Standar dari rasio ini adalah sebesar 50% ditambah deviasinya, yaitu 63%. Jika dilihat dari standar rasio ini, maka rasio perusahaan dapat dikatakan buruk, karena kecilnya rasio ini menunjukkan hutang perusahaan yang besar untuk membiayai aktivanya. 4. Rasio Laba sebelum Pajak terhadap Beban Bunga Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi beban tetapnya berupa bunga atau mengukur seberapa jauh laba sebelum bunga dan pajak dapat berkurang tanpa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Dari tabel 2. dapat diliha rata-rata rasio ini yaitu sebesar 120.364,44% yang berarti bahwa perusahaan mampu menjamin Rp. 100,- beban bunga dengan laba sebelum pajak Rp. 120.364,44. Ini berarti perusahaan mampu menutupi beban bunganya. Dari perkembangannya rasio mengalami penurunan dan mulai meningkat pada tahun 2008. Dilihat dari pesaingnya, rasio Tower Bersama Group pada tahun 2009 lebih besar dari PT Protelindo yang memiliki rasio 6.821,85%. Dilihat dari besarnya rasio ini, maka kemampuan perusahaan sangat baik dalam memenuhi beban bunganya. Dilihat dari besarnya standar rasio ini yaitu sebesar 100%,
37
maka rasio Tower Bersama Group berada diatas standar yang berarti rasio perusahaan baik karena mampu menutupi beban bunganya. 4.3.3 Analisis Aktivitas Analisis
akivitas
digunakan
untuk
mengukur
tingkat
efektivitas
perusahaan dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan. Pengukuran tingkat aktivitas perusahaan dilakukan dengan menilai tingkat perputaran total aktiva, tingkat perputaran aktiva tetap, tingkat perputaran piutang, dan tingkat perputaran modal kerja. Tabel 3. Perkembangan Nilai Rasio Aktivitas Aktivitas
2005 2006 2007 2008 2009 (Juni) 2009 (Estimasi) 2010 (Proyeksi) Rata-rata rasio Rasio Pesaing 2009
Perputaran Total Aktiva 0,16 0,13 0,27 0,21 0,13 0,06 0,06 0,15 0,16
Perputaran Perputaran Aktiva Piutang Tetap 0,19 10,88 0,16 2,66 0,38 5,80 0,30 4,22 0,18 1,45 0,08 0,69 0,08 0,69 0,20 4,16 0,20 20,52
Perputaran Modal Kerja (0,59) (0,20) (23,19) (1,01) (2,62) (1,74) (1,74) (4,74) 6,69
Sumber: Laporan Keuangan Tower Bersama Group Periode 2005-2010 (diolah)
1. Rasio Perputaran Total Aktiva Rasio perputaran total aktiva menunjukkan sejauh mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktivanya untuk melakukan penjualan dan memperoleh keuntungan (laba). Perkembangan nilainya mengalami kenaikan dari tahun 2005-2007 dan menurun dari tahun 2008-2010. Nilai ratarata dari rasio ini adalah 15% yang berarti setiap Rp.100,- total aktiva yang dimiliki, perusahaan mampu melakukan penjualan sebesar Rp. 15,-. Penurunan rasio yang terjadi pada tahun 2008-2010 disebabkan karena adanya ekspansi penambahan
menara, dimana belum semua menara dapat langsung
dioperasikan untuk menghasilkan laba. Apabila dibandingkan dengan PT Protelindo pada tahun 2009 rasio Tower Bersama Group berada jauh di bawah pesaingnya. Pada tahun 2009 perusahaan memiliki rasio sebesar 0,06 kali. Semakin besar rasio ini maka
38
semakin baik. Dengan rasio yang kecil, maka perusahaan belum efektif dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. 2. Rasio Perputaran Aktiva Tetap Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dari penggunaan aktiva tetapnya. Nilai rasio yang semakin besar menunjukkan semakin efisiennya pemanfaatan aktiva tetap. Nilai rata-rata dari rasio ini adalah 20%, nilai ini berarti setiap penggunaan Rp. 100,- pada aktivatetap perusahaan mampu menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 20,-. Dilihat dari perkembangannya tiap tahunnya perusahaan mengalami penurunan dan hanya terjadi kenaikan pada tahun 2007. Apabila dibandingkan dengan pesaingya yaitu PT Protelindo pada tahun 2009, rasio Tower Bersama Group berada jauh lebih rendah. Semakin besar rasio ini maka efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktiva tetapnya semakin baik. Jika dilihat rasio perusahaan yang hanya sebesar 0,08 kali, maka rasio ini menunjukkan kurangnya efektifitas dan efisiensi yang dilakukan perusahaan dalam pengoperasian aktiva tetapnya untuk melakukan penjualan. Hal ini dikarenakan ekspansi yang dilakukan sehingga belum semua menara dapat dioperasikan pada tahun tersebut. 3. Rasio Perputaran Piutang Rasio perputaran piutang menunjukkan berapa kali waktu yang diperlukan perusahaan untuk melakukan penagihan terhadap piutangnya dalam suatu periode yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Secara keseluruhan rata-rata rasio ini adalah 4,16 kali. Hal ini berarti dalam satu periode perusahaan mampu melakukan penagihan piutangnya sebanyak kurang lebih 4,16 kali. Dilihat dari perkembangan tiap tahunnya perusahaan mengalami penurunan dan hanya mengalami kenaikan pada tahun 2007. Kecilnya nilai rasio ini disebabkan karena penjualan yang kurang maksimal. Apabila dibandingkan dengan pesaingnya pada tahun 2009 maka rasio Tower Berasama Group berada jauh lebih rendah dari PT Protelindo yang memiliki rasio sebesar 20,52 kali. Maka dapat dikatakan perputaran piutang Tower Bersama Group sangat rendah. Semakin besar perputaran piutang maka semakin baik perusahaan dalam melakukan penjualan. Hal ini terjadi
39
dikarenakan ekspansi yang membuat belum semua menara dapat dioperasikan sehingga penjualan akan menara belum maksimal. 4. Rasio Perputaran Modal Kerja Perputaran modal kerja menggambarkan jumlah pendapatan yang diperoleh perusahaan dari setiap modal kerja yang digunakan. Nilai rata-rata dari rasio ini adalah sebesar (4,74) kali, nilai ini menunjukkan bahwa setiap penggunaan Rp. 100,- modal kerja yang digunakan perusahaan mendapatkan kerugian sebesar Rp. 474,-. Dilihat dari perkembangan tiap tahunnya, rasio ini berfluktuasi mengalami kenaikan dan penurunan. Apabila dibandingkan dengan pesaingnya maka rasio Tower Bersama Group lebih rendah dibandingkan dengan PT Protelindo yang memiliki rasio sebesar 6,69 kali. Sedangkan tower Bersama Group memiliki nilai rasio sebesar (1,74 kali). Nilai rasio ini bernilai negatif dikarenakan besarnya hutang lancar lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancarnya. Semakin besar rasio ini maka semakin baik. Jika dilihat dari nilainya yang negatif maka perusahaan dikatakan belum efektif dalam menggunakan modal kerjanya. 4.3.4 Analisis Profitabilitas Rasio profitabilitas bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Selain itu juga dapat diketahui efisiensi perusahaan dalam penggunaan atau pengelolaan modal yang dimiliki. Profitabilitas yang baik akan meningkatkan posisi keuangan perusahaan serta memperkecil kemungkinan perusahaan
menglami kebangkrutan. Analisis
profitabilitas yang dilakukan pada Tower Bersama Group adalah marjin laba kotor, rasio operasi, marjin laba bersih, tingkat pengembalian investasi dan tingkat pengembalian ekuitas.
40
Tabel 4. Perkembangan Nilai Rasio Profitabilitas (%) Profitabilitas
2005 2006 2007 2008 2009 (Juni) 2009 (Estimasi) 2010 (Proyeksi) Rata-rata rasio Rasio Pesaing 2009
Margin Laba Kotor 70,28 58,58 66,79 69,37 70,98 73,24 73,24 68,58 61,9
Rasio Operasi 12,78 (12,07) 9,88 93,93 33,39 69,24 69,24 40,50 52,4
Margin Laba Bersih 3,35 (21,84) (1,95) 76,85 23,89 58,77 58,77 28,99 54,00
Tingkat Pengembalian Investasi 0,55 (2,81) (0,52) 16,25 3,01 3,52 3,52 3,43 9,00
Tingkat Pengembalian Ekuitas 1,31 (48,43) (3,37) 87,68 12,14 12,19 12,19 10,26 53,00
Sumber: Laporan Keuangan Tower Bersama Group Periode 2005-2010 (diolah)
1. Marjin Laba Kotor Marjin laba kotor perusahaan menunjukkan besarnya laba (dalam persen) yang dapat diperoleh perusahaan atas kegiatan yang dilakukan. Nilai rata-rata rasio ini adalah 68,58%. Nilai ini berarti dari setiap Rp. 100,pendapatan usaha perusahaan dapat menghasilkan laba kotor sebesar Rp. 68,58. Dilihat dari perkembangan setiap tahunnya rasio ini selalu mengalami kenaikan kecuali pada tahun 2006. Jika dibandingkan dengan PT Protelindo pada tahun 2009 yang memiliki rasio sebesar 61,9%, rasio Tower Bersama Group lebih baik karena memiliki rasio yang lebih besar yaitu sebesar 73,24%. Maka dapat dikatakan perusahaan baik dalam menghasilkan laba kotor dari penjualan yang dilakukan. 2. Rasio Operasi Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam operasi guna menghasilkan laba dalam setiap rupiah dalam penjualannya. Nilai rata-rata dari rasio ini adalah 40,50% yang berarti dari setiap Rp. 100,- pendapatan usaha perusahaan dapat menghasilkan EBIT sebesar Rp. 40,50-. Dilihat dari perkembangan setiap tahunnya rasio ini berfluktuatif mengalami kenaikan dan penurunan. Jika dibandingkan dengan PT Protelindo pada tahun 2009 yang memiliki rasio sebesar 52.4%, rasio Tower Bersama Group lebih baik karena memiliki rasio yang lebih besar yaitu sebesar 69,4%. Maka dapat dikatakan bahwa perusahaan baik dalam menghasilkan pendapatan sebelum bunga dan pajak dari setiap penjualannya.
41
3. Marjin Laba Bersih Rasio marjin laba bersih menunjukkan tingkat laba bersih yang diperoleh perusahaan dari setiap penjualan yang dilakukan. Rata-rata nilai rasio ini adalah 28,99% yang berarti bahwa setiap Rp. 100,- penjualan yang dilakukan mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 28,99. Perkembangan rasio ini mengalami penurunan dari tahun 2005 hingga tahun 2007 dan mengalami kenaikan pada tahun 2008 kemudian turun lagi pada tahun 2009. Apabila dibandingkan dengan rasio PT Protelindo tahun 2009 yang memiliki rasio sebesar 54% maka rasio Tower Bersama Group lebih besar dari pesainya. Pada tahun 2009, perusahaan memiliki rasio sebesar 58,77%. Maka dapat dikatakan perusahaan baik dalam menghasilkan laba bersih atas penjualan yang dilakukan. 4. Tingkat Pengembalian Investasi Tingkat pengembalian investasi merupakan suatu indikator rasio yang digunakan
untuk
mengetahui
tingkat
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan keuntungan atau laba atas investasi yang ditanamkan ke dalam perusahaan dan untuk melihat keefektifan dari kegiatan operasi perusahaan. Nilai rata-rata dari rasio ini adalah 3,43% yang berarti bahwa setiap Rp. 100,aktiva yang diinvestasikan perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar Rp. 3,43. Dari setiap tahunnya, rasio ini mengalami penurunan pada tahun 2006 kemudian rasio terus meningkat. Jika dibandingkan dengan PT Protelindo pada tahun 2009, rasio Tower Bersama Group berada di bawah pesaingnya yang memiliki rasio sebesar 9%. Sedangkan pada tahun 2009, perusahaan hanya memiliki rasio sebesar 3,52%. Maka dapat dikatakan kemampuan perusahaan atas pengembalian atas investasi yang ditanam oleh perusahaan buruk. 5. Tingkat Pengembalian Ekuitas Tingkat pengembalian ekuitas menunjukkan tingkat produktivitas modal yang digunakan perusahaan yang merupakan suatu pengukuran penghasilan yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan. Semakin besar nilai rasio ini maka modal sendiri yang terpakai semakin produktif dalam menyumbangkan laba bersih bagi perusahaan. Nilai
42
rata-rata dari rasio ini adalah 10,26% nilai tersebut berarti dari setiap Rp. 100,modal sendiri perusahaan mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 10,26. Setiap tahunnya perkembangan rasio ini berfluktuatif mengalami kenaikan dan penurunan. Apabila dibandingkan dengan rasio PT Protelindo tahun 2009, maka rasio Tower bersama Group berada jauh di bawah pesaingnya yang memiliki rasio sebesar 53%. Sedangkan pada tahun 2009 perusahaan hanya memiliki rasio sebesar 12,19%. Maka tingkat pengembalian bagi para pemilik modal sangat kecil jika dibandingkan dengan PT Protelindo. 4.4. Implikasi Manajerial Melihat analisis profitabilitas, nilai rasio Tower Bersama Group untuk gross profit margin, operating ratio, dan juga net profit margin memiliki nilai diatas perusahaan pesaingnya yang berarti nilai rasionya baik dan perusahaan sebaiknya mempertahankan nilai tersebut. Namun jika dilihat dari tingkat pengembalian ekuitas dan tingkat pengembalian investasi nilai rasionya kecil. Hal ini berarti untuk setiap penjualan yang dilakukan oleh perusahaan baik dalam menghasilkan laba namun dalam tingkat pengembalian ekuitas dan investasi kecil. Ini disebabkan karena perusahaan belum memaksimalkan aset yang dimilki karena ekspansi yang dilakukan menyebabkan belum semua menara dapat digunakan, sehingga laba yang dihasilkan kurang maksimal akibat penjualan yang rendah. Maka dari itu perusahaan sebaiknya memperbaiki aktivitas perusahaan yang lemah. Rasio hutang yang tinggi mampu membantu perusahaan untuk meningkatkan ROE. Namun jika dilihat dari rasio hutangnya, hutang perusahaan sudah melampaui standar hutang tetap tidak membuat ROE meningkat. Dan dilihat dari tingkat solvabilitasnya sudah tidak dimungkinkan untuk menambah hutang lagi. Ini disebabkan apabila menambah hutang lagi, maka belum tentu ada lembaga keuangan yang mau untuk memberikan pinjaman karena resiko hutang yang tinggi. Jadi sebaiknya perusahaan memperbaiki aktivitasnya agar penjualannya meningkat. Melihat rasio hutang yang tinggi dan likuiditas perusahaan yang buruk, sebaiknya perusahaan memperbaikinya dengan pendekatan defensif yaitu dengan mengecilkan rasio hutangnya atau dengan pendekatan progresif yaitu dengan
43
meningkatkan aktivitasnya agar penjualan meningkat dan aktivanya juga meningkat. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa perusahaan belum siap untuk melakukan ekspansi. Akan lebih baik bagi perusahaan melakukan perbaikan manajemen bisnis internalnya dengan cara meningkatkan penjualan dan perbaikan aktivitasnya melalui pendayagunaan aset secara maksimal.
44
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Penelitian pada Tower Bersama group dengan adanya rencana ekspansi yang dilakukan oleh perusahaan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Likuiditas perusahaan mengalami peningkatan dilihat dari rasio lancar sebesar 85,52% dan rasio cepat sebesar 85,30% namun masih berada di bawah standar yang ditetapkan yaitu sebesar 131%. Ini berarti perusahaan belum mampu untuk menutupi hutang lancarnya dengan aktiva lancarnya. Sedangkan untuk solvabilitas perusahaan, rasio hutangnya sebesar 71,16%. Hal ini berarti bahwa hutangnya sudah melampaui batas standar yaitu 37% sehingga resiko atas pengembalian hutang perusahaan besar. 2. Efektivitas penggunaan aset yang dimiliki belum optimal dan masih berada di bawah perusahaan pesaingnya, dapat dilihat dari besar perputaran total aktiva, perputaran aktiva tetap, perputaran piutang, dan perputaran modal kerja yang relatif kecil yaitu 0,06 kali, 0,08 kali, 0,69 kali, dan (1,74) kali. Hal ini dikarenakan dengan adanya ekspansi yang baru dijalankan menyebabkan belum semua menara dapat dioperasikan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik efektifitas perusahaan dalam penggunaan asetnya. 3. Profitabilitas perusahaan dalam margin laba kotor, rasio operasi, dan margin laba bersih mengalami peningkatan setelah adanya ekspansi yang dilakukan oleh Tower Bersama Group dalam penambahan menara yaitu sebesar 73,24%, 69,24%, dan 58,77% sehingga merupakan kelayakan kinerja keuangan yang baik. Namun untuk tingkat pengembalian ekuitas dan tingkat pengembalian investasi, nilainya sangat kecil yaitu sebesar 3,52% dan 12,19%. 4. Rasio hutang yang tinggi menunjukkan sumber pendanaan ekspansi perusahaan sebagian besar dari hutang. Jika dilihat dari rasio hutangnya maka perusahaan sudah berada pada posisi insolvable. Maka untuk mendanai ekspansi dengan menambah hutang sudah tidak direkomendasikan dan apabila perusahaan ingin melakukan go public maka sebaiknya perusahaan memperbaiki internal perusahaannya terlebih dahulu.
45
5.2.
Saran Tower Bersama Group dapat memperbaiki rasio keuangannya dengan memperhatikan beberapa rekomendasi berikut: 1. Disarankan bagi perusahaan fokus pada peningkatan penjualan yang akan meningkatkan aktivitasnya sekaligus meningkatkan aktiva lancar sehingga efektifitas aset yang dimiliki meningkat dan juga likuiditas dan solvabilitas menjadi lebih baik. 2. Mempertahankan
profitabilitas
dan
meningkatkan
profit
melalui
pendayagunaan aset untuk mendukung penjualan. 3. Dari sisi pendanaan, penambahan hutang jangka panjang sudah tidak direkomendasikan karena rasio hutang yang sudah melebihi standar, sehingga untuk mendukung pendanaan usaha, tambahan dana dapat diharapkan dari penambahan modal sendiri dengan cara pemilik menambah modal atau melakukan perbaikan internal perusahaan terlebih dahulu apabila perusahaan ingin melakukan go public di waktu yang akan datang.
46
DAFTAR PUSTAKA
ASPIMTEL. 2008. Jumlah Menara Telekomunikasi dari Beberapa Operator. Asosiasi Pengembang Infrastruktur Menara Telekomunikasi. Jakarta. Citigroup. 2007. Kebutuhan Menara Telekomunikasi. Citigroup. Jakarta. Darsono. 2006. Manajemen Keuangan Pendekatan Praktis Kajian Pengambilan Keputusan Bisnis Berbasis Analisis Keuangan. Diadit Media. Jakarta. Ferdian, Mohamat Emir. 2008. Analisa Optimasi Struktur Modal dan Manajemen Kas PT Indonesia Power dalam Usahanya untuk Memenuhi Ekspansi Usaha yang Dimiliki. Skripsi pada Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta. Indra, Adrian. 2008. Analisis Peluang Usaha Penyewaan 1.000 Menara Telepon Seluler Terpadu (BTS). PT Bina Mitra Waskita Trustell. Jakarta. Keown, Arthur J., John D. Martin, J. William Petty, dan David F. Scott, JR. 2004. Manajemen Keuangan. PT Indeks Kelompok GRAMEDIA, Jakarta. Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta. Permen Kominfo No. 2. 2008. Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama telekomunikasi. Mentri Komunikasi dan Informasi. Jakarta Purwanto, Iwan. 2008. Pengembangan Sistem Pengontrolan Kinerja (Studi Kasus: Proses Pembangunan Tower pada PT. Indonesian Tower). Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi. 21 Juni 2008, Yogyakarta. Ramadhan, Ahmad. 2008. Persaingan pada Usaha Menara Telekomunikasi (Kajian terhadap Dampak Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 02/PER/M.KOMINFO/3/2008) dalam Untaian Sewindu Hukum Persaingan Usaha. KPPU, Jakarta. Riyanto, Bambang. 1997. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE, Yogyakarta. Sawir, A. 2000. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sugiyarso dan F. Winarni. 2005. Manajemen Keuangan (Pemahaman Laporan Keuangan, Pengelolaan Aktiva, Kewajiban, dan Modal, Serta Pengukuran). Media Pressindo. Yogyakarta. Sugiono, Arief. 2009. Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan. PT Grasindo. Jakarta.
47
Tampubolon, Prof. Dr. Manahan. 2005. Manajemen Keuangan (konseptual, Problem, dan Studi Kasus). Ghalia Indonesia. Bogor. Umar, Husein. 2000. Business an Introduction. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Vibiarta, Teddy Eka. 2008. Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi di Indonesia Terhadap Kebijakan Penggunaan Menara BTS. Skripsi pada Fakultas Ekonomi, Universatas Airlangga, Surabaya. Wireless Inteleigence Indonesia. 2008. Jumlah Pengguna Telepon Seluler di 10 Negara. Wireless Inteligence Indonesia. Jakarta. Wireless Inteleigence Indonesia. 2008. Pengguna Telepon seluler di Indonesia. Wireless Inteligence Indonesia. Jakarta.
48
LAMPIRAN
49
Lampiran 1. Laporan Neraca Tower Bersama Group Periode 2005-2009 (Juni) 2005
2006
2007
2008
2009 (Juni)
Aktiva Aktiva lancar Kas
836.976.414
10.376.763.591
70.181.795.752
45.589.972.466
27.427.086.110
11.917.353.940
17.584.366.451
35.984.722.303
72.721.820.917
17.899.719.160
35.815.530.745
Piutang Piutang dagang
-
Piutang lain-lain
248.618.271
2.334.800.339
5.017.149.750
Piutang pihak yang berhubungan
527.841.980
439.881.979
416.881.979
Total
776.460.251
14.692.036.258
23.018.398.180
53.884.441.463
109.729.801.662
Pendapatan akrual
3.263.984.897
11.061.022.308
20.530.023.148
16.374.299.316
41.109.263.231
641.421.847
1.043.093.896
668.897.338
Persediaan
-
-
-
1.192.450.000
Pembayaran dibayar dimuka
1.002.813.470
524.578.398
4.657.135.749
3.002.173.384
6.377.795.528
Beban dibayar dimuka
328.585.152
1.551.424.388
3.192.735.057
3.669.182.274
15.324.262.815
Pajak dibayar dimuka
1.647.200.152
19.254.278.530
21.143.260.650
17.761.016.288
40.600.349.887
50
Pajak yang ditangguhkan
47.634.360
Beban yang ditangguhkan
134.574.246 -
556.050.588 -
-
-
2.412.442.071
11.070.217.904 4.798.000.000
Kewajiban dari pihak yang berhubungan
25.000.000
101.000.000
1.076.000.000
57.034.893.621
Total Aktiva lancar
7.928.654.696
57.695.677.719
144.996.820.971
200.771.514.778
257.105.674.475
Biaya Akuisisi Biaya untuk penyesuaian pasar
46.155.004.524 -
260.726.318.027 -
412.196.337.994 -
879.644.915.278
824.661.308.344 209.101.906.087
Akumulasi depresiasi
(2.741.311.055)
(15.469.699.409)
(59.697.149.240)
(115.374.747.800)
Total
43.413.693.469
245.256.618.618
352.499.188.754
764.270.167.478
Investasi
60.000.000
60.000.000
26.000.000
Aktiva Tidak Lancar Aktiva Tetap
-
(139.574.223.021) 894.188.991.410
(1.479.722.222)
7.617.534.941
806.986.520
1.070.649.201
Pengembalian deposit
-
-
136.496.340
Jaminan deposit
-
-
240.000.000
Goodwill
-
-
900.000.000
112.150.012.624
105.543.495.787
-
240.000.000
Total Aktiva Tidak Lancar
43.473.693.469
245.316.618.618
353.801.685.094
875.747.444.399
1.008.660.671.339
Total Aktiva
51.402.348.165
303.012.296.337
498.798.506.065
1.076.518.959.177
1.265.766.345.814
51
Kewajiban Kewajiban Lancar Hutang Dagang Pihak Ketiga Pihak yang berhubungan
11.358.091.005 -
19.251.392.662 32.269.270
8.982.954.690 54.803.425
23.442.278.467
Lain-lain
6.819.221.739
198.852.016.341
82.482.163.177
135.186.725.912
10.864.542.403
TOTAL
18.177.312.744
218.135.678.273
91.519.921.292
158.629.004.379
39.929.022.896
Kewajiban Kepada pihak yang berhubungan Pendapatan yang ditangguhkan
1.474.918.177
17.590.504.104 -
18.839.851.274 -
228.995.506.215
Pendapatan yang belum diterima
1.155.426.802
14.273.574.494
21.081.056.405
23.072.604.420
7.084.679.316
Hutang pajak
139.424.219
740.561.732
14.647.617.778
7.731.863.897
32.565.975.502
Beban akrual
1.317.118.298
498.928.973
4.664.642.493
7.791.467.220
18.934.608.211
Total Kewajiban Lancar
22.264.200.240
251.239.247.576
150.753.089.242
426.220.446.131
317.909.857.273
Kewajiban jangka panjang
1.258.842.500
15.086.248.058
67.851.053.818
190.946.247.218
201.180.375.892
Kewajiban yang jatuh tempo
6.096.077.500
18.639.386.780
196.310.126.473
256.546.110.568
430.521.181.446
Provisi untuk post pekerjaan
158.781.201
448.580.822
1.853.501.959
2.074.107.392
-
-
-
29.064.480.493 -
189.110.486.521 30.285.084.827
Kewajiban Tidak Lancar
1.663.609.775
52
Investasi bersama jangka panjang
-
-
4.663.067.527
1.236.305.435
1.173.347.007
Total Kewajiban Tidak lancar
7.513.701.201
34.174.215.660
270.677.749.777
450.802.770.613
634.538.514.120
Total kewajiban
29.777.901.441
285.413.463.236
421.430.839.019
877.023.216.744
952.448.371.393
50.000.000
50.000.000
Ekuitas Modal saham
50.000.000
Modal disetor
21.850.248.012
26.247.209.283
80.155.467.068
Defisit
(787.801.288)
(9.310.152.725)
(11.915.466.663)
Laba/Rugi Saham Minorotas PT Batavia Towerindo/PT Bali Telekom
-
-
-
36.578.224.832
50.000.000 -
40.000.000.000
(29.337.268.857)
214.756.176.118
174.914.157.176
38.038.155.888
512.000.000
611.776.543
9.077.666.641
17.340.629.282
20.473.642.415
TOTAL Ekuitas
21.624.446.724
17.598.833.101
77.367.667.046
199.495.742.433
313.317.974.421
TOTAL Kewajiban dan Ekuitas
51.402.348.165
303.012.296.337
498.798.506.065
1.076.518.959.177
1.265.766.345.814
53
Lampiran 2. Laporan Laba/Rugi Tower Bersama Group Periode 2005-2009 (Juni) LABA DAN RUGI Penjualan Harga Pokok Penjualan Laba Kotor
Biaya Operasional
2005
2006
2007
2008
2009 (Juni)
8.444.203.474
39.022.177.489
133.460.449.271
227.610.944.213
159.207.103.480
(2.512.106.318)
(16.164.355.561)
(44.328.389.228)
(69.720.815.844)
(46.195.422.593)
5.932.097.156
22.857.821.928
89.132.060.043
157.890.128.369
113.011.680.887
(28.784.661.752)
(33.477.859.278)
(23.523.168.440)
60.347.398.291
124.412.269.091
89.488.512.447
(47.159.788.654)
89.380.977.065
(55.270.946.663)
(3.228.384.237)
(9.249.157.415)
Pendapatan dari Operasi
2.703.712.919
13.608.664.513
Pendapat Lain (Ongkos)
(1.624.260.756)
(18.317.961.543)
Pendapatan Apresiasi Aktiva (Biaya)
Laba/Rugi Sebelum Pajak
Pendapatan Pajak Laba/Rugi Sebelum Bunga
-
1.079.452.163
(796.785.988) 282.666.175
-
-
-
18.934.074.225
(4.709.297.030)
13.187.609.637
213.793.246.156
53.151.640.009
(3.815.277.864)
(13.085.919.679)
(23.317.145.007)
(11.782.115.403)
(8.524.574.894)
190.476.101.149
41.369.524.606
54
Beban Bunga
Laba bersih (Rugi)
-
282.666.175
2.223.457
(2.707.003.896)
(15.561.943.973)
(3.331.368.718)
(8.522.351.437)
(2.605.313.938)
174.914.157.176
38.038.155.888
55
Lampiran 3. Laporan Neraca Tower Bersama Group 2009 (Estimasi) dan 2010 (Proyeksi) Estimasi 2009 Aktiva Aktiva lancar Kas Piutang Piutang dagang Piutang lain-lain Piutang pihak yang berhubungan Total
Pendapatan akrual Persediaan Pembayaran dibayar dimuka Beban dibayar dimuka Pajak dibayar dimuka Pajak yang ditangguhkan Beban yang ditangguhkan Kewajiban dari pihak yang berhubungan Total Aktiva lancar Aktiva Tidak Lancar Aktiva Tetap Biaya Akuisisi Biaya untuk penyesuaian pasar Akumulasi depresiasi Total
Proforma2010
151.547.981.277 116.575.370.213 401.823.405.905 309.094.927.619 197.898.214.962 152.229.396.124 6.588.865.822 5.068.358.325 606.310.486.689 466.392.682.068 227.148.659.885 174.729.738.373 3.695.982.900 2.843.063.769 35.240.420.123 27.108.015.479 84.674.000.178 65.133.846.291 224.336.666.310 172.566.666.392 ‐ 61.168.334.431 47.052.564.947 26.511.281.995 20.393.293.842 1.092.795.241.376 1.420.633.813.789 3.505.118.879.020 4.556.654.542.726 1.155.389.661.942 888.761.278.417 (593.242.630.866) (771.215.420.126) 3.800.637.526.571 4.940.828.784.542
56
Investasi
32.377.371.490
Pengembalian deposit
4.550.659.391
Jaminan deposit
1.020.089.730
Goodwill
448.599.316.953
Total Aktiva Tidak Lancar
4.287.184.964.134
Total Aktiva Kewajiban Kewajiban Lancar
5.379.980.205.510
Hutang Dagang Pihak Ketiga
116.823.968.981
Pihak yang berhubungan Lain-lain
43.669.762.650
TOTAL
160.493.731.631
Kewajiban Kepada pihak yang berhubungan
760.124.978.547
Pendapatan yang ditangguhkan
121.730.158.268
Pendapatan yang belum diterima
28.476.695.355
Hutang pajak
130.898.142.590
Beban akrual
76.107.194.926
Total Kewajiban Lancar Kewajiban Tidak Lancar
1.277.830.901.317
Kewajiban jangka panjang
808.639.603.875
Kewajiban yang jatuh tempo
1.730.469.366.512
Provisi untuk post pekerjaan
6.686.838.831
Investasi bersama jangka panjang
4.716.239.617
Total Kewajiban Tidak lancar
2.550.512.048.835
Total kewajiban
42.090.582.936 5.915.857.208 1.326.116.648 583.179.112.039 5.573.340.453.374 6.993.974.267.163 151.871.159.675 56.770.691.445 208.641.851.120 988.162.472.111 158.249.205.749 37.019.703.961 170.167.585.367 98.939.353.404 1.661.180.171.712 1.051.231.485.038 2.249.610.176.466 8.692.890.480 6.131.111.502
3.315.665.663.486 3.828.342.950.152 4.976.845.835.198
57
Ekuitas Modal saham
50.000.000
Modal disetor
40.000.000.000
Defisit
1.296.872.551.787
Laba/Rugi Saham Minorotas
189.111.111.647
PT Batavia Towerindo/PT Bali Telekom
25.603.591.924
TOTAL Ekuitas
1.551.637.255.358
TOTAL Kewajiban dan Ekuitas
5.379.980.205.510
*) Estimasi 2009 dibuat berdasarkan analisis tren rasio dari tahun 2007-2009 (juni) **) Proyeksi dibuat berdasarkan metode presentasi penjualan dari tahun 2009 estimasi
65.000.000 52.000.000.000 1.685.934.317.323 245.844.445.141 33.284.669.501 2.017.128.431.965 6.993.974.267.162
58
Lampiran 4. Laporan Laba/Rugi Tower Bersama Group 2009 dan 2010 (Proyeksi)
2009 (Estimasi)
LABA DAN RUGI Penjualan
321.761.439.155
Harga Pokok Penjualan
(86.088.393.290)
Laba Kotor
Biaya Operasional
Pendapatan dari Operasi
Pendapat Lain (Ongkos)
Pendapatan Apresiasi Aktiva (Biaya)
Laba/Rugi Sebelum Pajak
Pendapatan Pajak
Laba/Rugi Sebelum Bunga
Beban Bunga
Laba bersih (Rugi)
*) Estimasi 2009 dibuat berdasarkan analisis tren rasio dari tahun 2007-2009 (juni) **) Proyeksi dibuat berdasarkan metode presentasi penjualan dari tahun 2009 estimasi
418.289.870.902
(111.914.911.277) 235.673.045.865 306.374.959.624 (38.171.056.803) (49.622.373.844) 197.501.989.062 256.752.585.780 32.853.960.789 25.272.277.530 ‐ 222.774.266.592 289.606.546.569 (43.612.881.436) (33.548.370.335) 189.225.896.257 245.993.665.134 (149.219.992) (114.784.610) 189.111.111.647 245.844.445.141
2010 (Proyeksi)