“In the Globalization Era, Future is Owned by the Network Owner ...” - Murray Bain, CEO Global Expert -
xvi
BAB I PENGANTAR
1.1 Latar Belakang Dunia telekomunikasi mencatat sebuah sejarah pada tanggal 3 Desember 1992, di mana untuk pertama kalinya layanan pesan pendek atau Short Message Service (SMS) berhasil dikirimkan melalui jaringan GSM Vodafone oleh salah seorang insinyur pengembangnya, Neil Papworth, kepada Direktur Vodafone, Richard Jarvis berupa pesan selamat Hari Raya Natal. Dari sinilah berawal tantangan baru bagi industri jasa pos di seluruh dunia. Teknologi pesan pendek mengalami perkembangan yang sangat pesat pada tahun 2000an, bersamaan dengan perkembangan internet serta berbagai media sosial yang kemudian mengubah banyak gaya hidup manusia. Media komunikasi berupa surat menyurat, ucapan selamat ulang tahun, selamat hari lebaran, selamat tahun baru, dan lainnya tidak lagi dilakukan melalui kantor pos, namun melalui SMS, blackberry messenger, whatsapp messenger, line messenger maupun berbagai media sosial seperti facebook, twitter, skype dan lain sebagainya. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi menyebabkan penurunan secara drastis pangsa bisnis pos di banyak negara. Data Universal Postal Union (UPU) menunjukkan bahwa sepanjang dasawarsa tahun 2000 sampai dengan 2010, volume pengiriman surat mengalami penurunan sebesar 1,4 persen di tingkat domestik dan 4,4 persen pada tingkat internasional (UPU, 2012: 11). Selain itu, dalam sebuah laporan berjudul “Focus on the Future: Building a New Compelling Position for Posts,” International Post Corporation dan Boston
1
2
Consulting Group menggambarkan tren turunnya volume surat dan perlunya mengubah strategi para operator pos dunia, khususnya strategi agar tetap eksis dan relevan dalam dunia perposan yang sudah berubah.
Sumber: IPC-BCG (2012)
Gambar 1.1 Data Penurunan Volume Surat Dari studi atas keterkaitan antara pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan volume pengiriman surat terhadap enam negara yaitu Prancis, Jerman, Italia, Spanyol, Inggris dan Amerika Serikat dalam kurun waktu tahun 1983 hingga 2009 serta perkiraan sampai dengan tahun 2016 sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1, menunjukkan bahwa hingga tahun 2000 volume pengiriman surat mengalami kenaikan sejalan dengan pertumbuhan PDB, namun periode tersebut sekaligus menjadi titik balik, di mana pada periode-periode berikutnya kenaikan PDB justru berbanding terbalik dengan volume pengiriman surat yang terus mengalami penurunan.
3
Berdasarkan skenario dasar (base case scenario) yang ditandai dengan meningkatnya penetrasi teknologi pita lebar (broadband) sebagai substitusi pos, volume surat mengalami penurunan 3 persen per tahun atau 15 persen dalam 5 tahun. Terjadinya krisis keuangan global pada 2008-2009 membuat tren penurunan terus berlanjut. Bahkan berdasarkan skenario resesi (recession scenario), yang ditandai dengan turunnya angka pertumbuhan ekonomi pada 2012-2013 dan rendahnya tingkat pertumbuhan pada 2013-2016, volume surat diperkirakan akan merosot hingga 5 persen per tahun atau 25 persen dalam lima tahun. Kondisi lebih parah digambarkan dalam skenario akselerasi (acceleration scenario) yang ditandai dengan kenaikan substitusi paska resesi, di mana penurunan volume surat bisa mencapai 7 persen per tahun atau 30 persen dalam lima tahun. Tantangan yang muncul sebagai dampak perkembangan teknologi komunikasi, seperti juga dirasakan perusahaan pos di berbagai belahan dunia, dialami oleh PT Pos Indonesia sejak awal tahun 2000an. Kemajuan teknologi tersebut membuat masyarakat lebih memilih menggunakan telepon selular dan internet, antara lain melalui pesan pendek dan surat elektronik, yang jauh lebih cepat dan efisien daripada produk persuratan konvensional milik PT Pos Indonesia. Situasi menjadi bertambah berat bagi PT Pos Indonesia dengan adanya liberalisasi bisnis pos melalui terbitnya Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos, yang menempatkan PT Pos Indonesia pada situasi yang penuh tantangan dan persaingan bisnis yang luar biasa. Akibatnya pangsa pasar jasa pengiriman tergerus drastis. Tahun 2004 misalnya, surat biasa domestik yang
4
dikirimkan melalui PT Pos Indonesia mencapai 299,2 juta. Namun pada tahun 2009 jumlahnya tinggal 22,5 juta. Nasib serupa dialami bisnis surat kilat dan paket yang masing-masing turun dari 22,3 juta dan 60,5 juta pada 2004 menjadi tinggal 9,6 juta dan 1,7 juta pada 2009 (Dharmasaputra et. al., 2012: 95-96). Liberalisasi bisnis pos memunculkan banyak pesaing, dengan masuknya perusahaan-perusahaan multinasional seperti Federal Express (FedEx), DHL Express, TNT Post, dan UPS ke pasar domestik. Selain itu, perusahaan jasa pengiriman lokal seperti TIKI, JNE dan yang lainnya pun kian menjamur. Jumlah jasa titipan pun meningkat dari 655 pada tahun 2008 menjadi lebih dari 1.000 perusahaan pada tahun 2012 (Dharmasaputra et. al., 2012: 97). Periode tahun 2003-2008 merupakan masa-masa merugi PT Pos Indonesia serta menghadapi masalah dan tantangan besar, baik dari internal maupun eksternal perusahaan. Permasalahan internal antara lain: kinerja perusahaan yang terus merugi, psikologis dan semangat kerja karyawan terpuruk, ketidakmampuan untuk bersaing, tidak produktif dan lemah dalam pemasaran, buruknya reputasi, serta lemahnya pengendalian intern dan sistem akuntansi. Permasalahan eksternal antara lain: menurunnya pangsa bisnis persuratan dan paket, persaingan ketat di bisnis jasa keuangan, serta dominasi asing pada bisnis logistik. Hal yang sama juga dialami beberapa perusahaan pos di dunia. Bahkan, BusinessWeek edisi September 2011 memberitakan bahwa kantor pos di negara maju sekelas Amerika Serikat, United States Postal Service (USPS) terancam bangkrut. Perampingan organisasi melalui pengurangan karyawan di kantor pos negara adidaya itu menjadi langkah tak terhindarkan untuk menyelamatkan bisnis (Kartajaya, 2012).
5
Situasi yang dialami oleh USPS merupakan contoh keterlambatan perusahaan pos dalam mengantisipasi kondisi lingkungan bisnis yang terus berubah. Pada saat kantor pos negara lain sudah melaju dengan program transformasi, USPS masih disibukkan dengan pembahasan alot dengan senat mengenai upaya penyelamatan perusahaan. Kondisi berbeda dialami oleh kantor pos di beberapa negara yang sudah berhasil melakukan transformasi, yang tidak lagi terbelenggu oleh bisnis jasa pengiriman surat. Sebagian dari perusahaan pos tersebut berupaya melakukan modernisasi bisnis suratnya untuk menghemat biaya. Sebagian lainnya mengembangkan potensi bisnis lain seperti logistik, layanan jasa keuangan, ritel, telekomunikasi hingga properti. Contohnya adalah Deutsche Post Jerman, selain melakukan modernisasi proses penyortiran surat dan paket, kantor pos ini juga fokus pada pengembangan bisnis logistik, salah satunya melalui langkah mengakuisisi perusahaan logistik Amerika Serikat, DHL pada tahun 1998 yang dilanjutkan dengan mengakuisisi beberapa perusahaan logistik lain seperti Danzas dari Swiss dan Airborne Express dari Amerika Serikat tahun 2003. Sejak itu, Deutsche Post DHL berhasil menjadi perusahaan logistik kelas dunia. Beberapa kantor pos negara lainnya fokus pada pengembangan bisnis jasa keuangan, misalnya kantor pos Brasil yang dikenal dengan nama Empresa Brasileira de Correios e Telegrafos, melakukan kerjasama dengan bank swasta terbesar di Brasil, Bradesco Bank, membentuk Banco Postal pada tahun 2002. Dengan kepemilikan 6.000 jaringan kantor Correios yang tersebar hingga pelosok Brasil, Banco Postal fokus melayani penduduk di kawasan tertinggal yang belum
6
bersentuhan dengan jasa perbankan. Dalam waktu tujuh tahun, perusahaan berhasil mendapatkan nasabah penabung sebanyak 10 juta dan 600 ribu nasabah mikro mendapatkan pembiayaan. Perusahaan pos Korea Selatan menempuh cara yang berbeda untuk merevitalisasi bisnisnya. Perusahaan agresif mengembangkan bisnis ritel melalui layanan belanja online yang dikenal dengan nama ePost Shopping. Layanan ini menawarkan berbagai produk barang pertanian, peternakan, hingga elektronika, yang sebagian besar merupakan hasil karya produsen lokal di negara tersebut. Sampai dengan Oktober 2011, anggota ePost sudah mencapai 3 juta akun. Strategi transformasi yang lain dilakukan oleh kantor pos Italia, melalui diversifikasi ke bisnis telekomunikasi. Poste Italiane menjadi perusahaan pertama yang merambah bisnis selular dengan meluncurkan Poste Mobile pada tahun 2007. Produk ini memberikan beragam layanan melalui telepon genggam, seperti transfer uang dan bermacam tagihan. Bisnis baru Poste Italiane ini cukup berhasil, dengan mampu meraih 2,2 juta pelanggan hingga tahun 2011. Melalui beragam pola transformasi, perusahaan-perusahaan pos tersebut terbukti mampu lolos dari jurang kebangkrutan. Setelah bertahun-tahun mengalami kerugian besar, kini perusahaan pos di beberapa negara telah mampu bangkit dari keterpurukan. Keberhasilan transformasi pada beberapa perusahaan pos di dunia tersebut turut memberikan inspirasi bagi PT Pos Indonesia untuk melakukan strategi yang sama. Untuk itu sejak tahun 2009, seiring dengan perubahan kepemimpinan di PT Pos Indonesia, perusahaan pos BUMN tersebut merumuskan Revitalization and
7
Turnaround Strategy yang bertujuan menjadikan PT Pos Indonesia sebagai The Indonesia’s Best Postal Company pada tahun 2016. Bahkan diharapkan akan menjadi The Most Effective Network Company in South East Asia. Ide untuk transformasi PT Pos Indonesia sebenarnya telah muncul sejak tahun 1998, jauh sebelum pesatnya perkembangan teknologi komunikasi selular dan internet yang saat ini merupakan produk substitusi sekaligus menjadi salah satu pesaing pos. Namun, momentum untuk transformasi pada periode itu tidak berjalan efektif karena krisis ekonomi sedang melanda kawasan Asia, tidak terkecuali Indonesia, pada tahun 1997/1998. Proses transformasi PT Pos Indonesia ini menarik untuk diteliti, karena dibalik ancaman dan tantangan yang dihadapi seiring perkembangan zaman dan teknologi serta perubahan regulasi, eksistensi PT Pos Indonesia dengan dukungan jaringan kantor pos sebanyak 3.636, unit layanan pos (service points) lebih dari 24.000 unit di seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke, serta dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) sebanyak 20.170 orang (Pos Indonesia, 2013) tetap dibutuhkan oleh negara ini. Hal itu terkait dengan peran ganda PT Pos Indonesia, di satu sisi memiliki peran sebagai entitas bisnis yang bermotif ekonomi, namun di sisi lain juga mengemban fungsi sosial melalui kewajiban pelayanan umum kepada masyarakat atau Public Service Obligation (PSO). Program transformasi yang dicanangkan manajemen PT Pos Indonesia berlaku bagi seluruh jajaran PT Pos Indonesia baik di pusat maupun daerah, termasuk unit-unit kerja pelaksana teknis (kantor pos) sebagai ujung tombak kegiatan bisnis dan pelayanan perusahaan yang langsung berinteraksi dengan
8
masyarakat sebagai konsumen. Penelitian ini berupa studi atas implementasi transformasi bisnis pada level korporat PT Pos Indonesia serta didukung dengan penelitian pada level unit kerja pelaksana teknis di Kantor Pos Yogyakarta dan Cilacap Jawa Tengah, sampai dengan periode tahun 2012. Dalam penelitian ini penulis ingin melakukan analisis dan evaluasi mengenai sejauh mana implementasi transformasi yang dilaksanakan PT Pos Indonesia sampai dengan tahap kedua tahun 2012, dengan mengangkat pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Apa saja faktor-faktor utama yang mendorong PT Pos Indonesia melakukan transformasi bisnis? 2. Bagaimana
tahapan transformasi
bisnis
PT Pos
Indonesia tersebut
diimplementasikan? 3. Apa
saja
faktor-faktor
yang
mendukung
keberhasilan
implementasi
transformasi bisnis PT Pos Indonesia dan sebaliknya, apa saja faktor yang menghambat pencapaian keberhasilan tersebut? 4. Bagaimana dampak transformasi bisnis terhadap pencapaian kinerja keuangan PT Pos Indonesia? 1.2 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian dan kajian yang telah dilakukan berkaitan dengan transformasi bisnis dan menjadi inspirasi bagi penulis untuk melakukan penelitian terhadap transformasi bisnis PT Pos Indonesia, disajikan berikut ini. Baptiste (2004) melakukan penelitian mengenai transformasi perusahaan Pos milik negara Trinidad dan Tobago. Transformasi yang terjadi adalah berupa korporatisasi atau
9
perubahan organisasi perusahaan Pos Trinidad dan Tobago dari semula perusahaan publik (milik pemerintah) menjadi perusahaan swasta atau privatisasi. Metoda penelitian deskriptif kualitatif. Analisis dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan Direksi Trinidad and Tobago Post (TTPost), Kementerian Utilitas Umum (Minister of Public Utilities) dan asosiasi industri yang terkait. Tennant (2007) menggunakan metoda Strategic Quality Management (SQM) yang diperkenalkan oleh peneliti Jepang Hoshin Kanri untuk diterapkan dalam upaya perubahan budaya organisasi dan meningkatkan hasil kinerja bisnis pada perusahaan manufaktur skala kecil sampai dengan menengah (UKM) di Inggris. Hasilnya, metodologi Hoshin Kanri ini dinilai sangat inovatif. Sebagai sebuah metoda dengan pendekatan Jepang namun diterapkan pada UKM di negara Barat, hasil kajian ini termasuk sedikit di antara literatur akademik yang ada. Ferguson (2008) melakukan penelitian atas transformasi bisnis pada United States Postal Service (USPS). Penelitian dilakukan dengan pendekatan studi kasus. Metoda yang digunakan adalah constructive research methods. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa strategi transformasi yang dilakukan USPS merupakan strategi terbaik yang bisa dilakukan USPS untuk menghadapi berbagai ancaman dan tantangan bisnis yang dapat membawa USPS menuju kebangkrutan. Aspara et. al. (2011) melakukan penelitian studi kasus sejarah model transformasi bisnis Nokia Corporation antara tahun 1987 dan 1995. Penelitian dengan pendekatan studi kasus historis. Metoda penelitian deskriptif kualitatif. Fokus penelitian adalah menganalisis transformasi pada unit bisnis Nokia Corporation dan pengaruhnya terhadap transformasi tingkat korporasi. Hasil
10
penelitian menunjukkan bagaimana unit bisnis memberikan alternatif strategis dan kapabilitas untuk proses transformasi pada tingkat korporasi. Kuncoro, et. al. (2009) melakukan penelitian mengenai transformasi pada PT Pertamina. Metodologi penelitian meliputi lima tahapan, yaitu reviu terhadap studi sebelumnya dan identifikasi data yang diperlukan, identifikasi permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian, penyusunan desain analisis penelitian, pengumpulan data baik data primer melalui interviu, kuesioner dan Focus Group Discussion (FGD) maupun data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai lembaga penyedia data, serta tahap terakhir adalah analisis data. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa transformasi Pertamina untuk mewujudkan visinya masih membutuhkan perjuangan keras dan pentahapan tertentu, karena sejak berdiri tahun 1957 sampai dengan saat ini, Pertamina masih menghadapi berbagai permasalahan. Primasary (2011) melakukan penelitian terhadap program transformasi bisnis pada PT Tripatra, sebuah perusahaan swasta nasional dalam bidang Engineering, Procurement, and Construction (EPC). Metoda penelitian deskriptif kuantitatif dengan mengukur tingkat kesiapan dan komitmen stakeholders, serta aspek yang menyangkut pengelolaan program perubahan. Kesimpulan penelitian adalah mengetahui kesiapan stakeholders dalam menerima perubahan dan mengetahui hubungan antara variabel-variabel pada faktor transformasional, komunikasi, dan transaksional dikorelasikan terhadap komitmen stakeholders. Ristandi (2013) melakukan kajian atas program transformasi bisnis yang sedang dan telah dilaksanakan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (Telkom).
11
Metoda penelitian deskriptif dengan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendorong eksternal menjadi faktor yang penting dan dominan bagi Telkom untuk memutuskan melakukan program transformasi. Selain itu transformasi Telkom merupakan sebuah perubahan transformasional karena melibatkan
proses,
sistem,
orang
dan
kultur.
Pencapaian
transformasi
menunjukkan hasil yang baik dengan indikasi pertumbuhan bisnis new wave yang semakin signifikan dibandingkan dengan bisnis legacy. Dibandingkan dengan beberapa hasil penelitian dan kajian tersebut, penelitian ini memiliki perbedaan dalam hal objek, periode, dan fokus penelitian. Persamaannya sekaligus yang menjadi inspirasi bagi penulis adalah dalam penggunaan metoda penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut. 1. Menganalisis faktor-faktor utama yang mendorong PT Pos Indonesia melakukan transformasi bisnis. 2. Menganalisis tahapan implementasi transformasi bisnis pada PT Pos Indonesia. 3. Menganalisis
faktor-faktor
pendukung
keberhasilan
dan
penghambat
implementasi transformasi bisnis pada PT Pos Indonesia. 4. Menganalisis dampak transformasi terhadap pencapaian kinerja keuangan pada PT Pos Indonesia.
12
1.3.2 Manfaat penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan dapat memberikan manfaatmanfaat sebagai berikut. 1.
Manfaat praktis Bagi manajemen PT Pos Indonesia, berupa sumbangan pemikiran dan informasi untuk mengoptimalkan dan meningkatkan efektifitas pelaksanaan transformasi bisnis yang sudah berjalan selama ini.
2.
Manfaat teoritis Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang transformasi bisnis, baik pada perusahaan pemerintah (BUMN/BUMD) maupun perusahaan swasta serta sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya. 1.4 Sistematika Penulisan Tesis ini disusun dengan sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab I
Pengantar, berisikan latar belakang, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka, Landasan Teori dan Metodologi, berisikan uraian mengenai tinjauan pustaka yaitu penelitianpenelitian sebelumnya mengenai transformasi organisasi, uraian landasan teori berkaitan dengan perubahan manajemen dan transformasi, model-model perubahan, resistensi terhadap perubahan, serta teori agensi dan peran ganda BUMN di Indonesia. Bab ini juga menguraikan metodologi yang digunakan dalam penelitian ini. Bab III Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisikan uraian profil PT Pos Indonesia, hasil analisis mengenai faktor-faktor utama yang
13
mendorong PT Pos
Indonesia melakukan
transformasi bisnis, tahapan
implementasinya dikaitkan dengan teori dan model-model perubahan organisasi, analisis faktor pendukung dan penghambat keberhasilan transformasi, serta analisis atas dampak transformasi bisnis terhadap kinerja keuangan PT Pos Indonesia. Bab IV Simpulan dan Saran, berisikan uraian singkat mengenai simpulan hasil penelitian dan saran sebagai rekomendasi yang diberikan peneliti berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian.