Implementasi Universal Krigging 3 Dimensi Berbasis World Wind Nasa SDK Dedy Farhamsa
Abstrak: Universal Krigging sebagai salah satu metode standar dalam geostastik diimplementasikan secara luas dalam sistem informasi geografis. Penyajian hasil kontur baik segi performa, grafis 2D/3D, user-friendly dan sebagainya adalah tantangan tersendiri bagi bidang komputasi. Dalam penelitian ini, universal Krigging diimplementasikan dalam globe virtual menggunakan World Wind Nasa SDK dan menghasilkan layer 3-dimensi diatas topografi bumi. Secara visualisasi, hasil penelitian dapat memberikan informasi yang lebih baik kepada user sedangkan dari segi keakuratan analisis, metode ini menghasilkan korelasi diatas 90% untuk jumlah data pengukuran minimal 7 titik. Kata Kunci: Universal Krigging, Topografi 3D, World Wind Nasa SDK
PENDAHULUAN Krigging
pengukuran atau ketidakpastian kontur. adalah
satu
Kriging menggunakan informasi dari
metode geostatistik yang menjembatani
semivariogram untuk menemukan nilai
antara
Analisis
optimal bobot yang akan digunakan
teknik
dalam estimasi suatu nilai dari lokasi
statistik
geostatistik
dan
salah
GIS.
merupakan
geostatistik yang terfokus pada variable
yang
spasial, yaitu hubungan antara variable
semivariogram adalah fungsi dari jarak,
yang diukur pada titik tertentu dengan
nilai bobot berubah berdasarkan letak
variable yang tak terukur pada titik
geografis observasi.
dengan jarak tertentu dari titik terukur.
tidak
Nilai
diobservasi.
dari
lokasi
Karena
yang
tidak
Analisis geostatistika digunakan secara
diobservasi dinyatakan dalam rata-rata
luas
bobot nilai dari lokasi terobservasi.
baik
dalam
bidang
geologi,
ππ =
planotologi maupun meteorologi
ππ ππ
β¦β¦ 1)
Untuk daerah stabil (stasionary) atau Universal Krigging Keunggulan
mengikuti prosedur
trend
tertentu,
prosedur
ini
Krigging untuk mencari nilai π pada titik p
dibandingkan algoritma kontur yang lain
dari tiga titik observasi yang ketahui
adalah penggunaan optimalisasi secara
adalah
statistik sekaligus menyediakan error
π1 πΎ β 11 + π2 πΎ β 12 + π3 πΎ β 13 = πΎ
Jurusan Fisika FMIPA UNTAD Email :
[email protected]
89
β 1π
90
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2012 (89 β 95)
π1 πΎ β 21 + π2 πΎ β 22 + π3 πΎ β 23 = πΎ
β 2π
π1 πΎ β 31 + π2 πΎ β 32 + π3 πΎ β 33 = πΎ
β 3π
bobot
membentuk
Bentuk
πΎ β 12 πΎ β 22 πΎ β 32 1
πΎ β 13 πΎ β 23 πΎ β 33 1
Krigging
terlebih matrix
pengali-Lagrange
Untuk menyelesaikannya harus diketahui πΎ β 11 πΎ β 21 πΎ β 31 1
ππ
yang
disisipi
Ξ» sebagai derajat
kebebasan tambahan.
πΎ β 1π 1 π1 πΎ β 1π 1 π2 = πΎ β 1π 1 π3 1 0 π
sederhana
dahulu dengan
β¦β¦..(2)
diatas
adalah perbedaan antara pengukuran
disebut Punctual Krigging. Namun untuk
sebenarnya terhadap nilai drift. Nilai drift
daerah
dua
(M) itu sendiri untuk titik p dapat
komponen yang perlu diperhitungkan
didefenisikan sebagai polynomial orde-1
yaitu kehadiran Drift dan Residual. Drift
atau orde-2.
nonstasionary,
ada
adalah rata-rata nilai variabel regional disekitar observasi sedangkan residual
ππ = πΌ1 π1π + πΌ2 π2π
β¦β¦β¦..(3)
atau
2 2 ππ = πΌ1 π1π + πΌ2 π2π + πΌ1 π1π + πΌ1 π1π π2π + πΌ1 π2π
disini π1π
dan π2π
geografis ke-I
adalah kordinat
terhadap
titik
kontrol
πΎ β 13 πΎ β 23 πΎ β 33 1 π13 π23
1 π11 1 π12 1 π13
Matrix (II.26) apabila disisipkan dengan komponen drift menjadi:
tetangganya. πΎ β 11 πΎ β 21
πΎ β 12 πΎ β 22
πΎ β 31 1 π11 π21
πΎ β 32 1 π12 π22
0 0 0
πΎ β 1π π21 π 1 πΎ β 1π π22 π2 πΎ β 1π π23 π3 = π 1 0 0 πΌ1 π1π 0 0 πΌ π2π 2 0 0
bentuk Krigging ini disebut Universal
β¦β¦..(4)
double[][] parameter, matrixAlpha,
Krigging [3].
matrixBeta, matrixDrift;
Kode Program Java : Class Krigging
double[][] location;
public class Kriging {
int numObserver, numMatrixAlpha;
LinkedList
listData;
double xP, yP;
Matrix matrix = new Matrix();
double weight=1;
Matrix alpha;
boolean isMatrixSetted = false;
Farhamsa, D., Implementasi Universal Krigingβ¦β¦..91
public Kriging() {this.listData = new LinkedList();}
alpha = new Matrix(matrixAlpha); return (alpha); } private Matrix buildMatrixBeta() {
public void setData(double lat, double lon, double value) {
int i; matrixBeta = new double[numObserver+1][1];
isMatrixSetted = false; listData.add(new DataKriging(lat,lon,value));
for(i=0; i
} public void setMatrix() { isMatrixSetted = true;
location[i][1],xP,yP);
numObserver = listData.size(); location = new double[numObserver][2]; extract(); alpha = buildMatrixAlpha(); }
matrixBeta[i][0] = 1.0; return (new Matrix(matrixBeta)); } private double setDistance(double x0, double y0, double x, double y) { double temp = Math.pow(x0-x,2)+
private Matrix buildMatrixAlpha() {
Math.pow(y0-y,2);
numMatrixAlpha = numObserver + 1; matrixAlpha = new double[numMatrixAlpha][numMatrixAl pha]; for(int i=0; i
return Math.sqrt(temp)*weight; } public void setWeight(double weight) { this.weight = weight; } /* menampung lokasi observasi dlm array*/ private void extract() { int i = 0; for(DataKriging memo : listData) { location[i][0] = memo.getXLocation(); location[i][1] = memo.getYLocation(); i++;
92
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2012 (89 β 95)
}
Tradisional
}
pemodelan
relief
dulunya berupa kerajinan tangan yang /*operasi nilai dr lokasi tak observasi*/
berbiaya
public double getValue(double xP, double yP){
tinggi,
kebanyakan
namun
visualisasi
saat
medan
ini tiga-
dimensi hanya berupa model virtual.
if(!isMatrixSetted) setMatrix();
Semenjak perangkat keras komputer
int i = 0;
berteknologi
double krigValue = 0,obvValue;
komputer pribadi, aplikasi visualisasi
this.xP = xP;
tiga-dimensi
this.yP = yP;
aktivitas perorangan atau perusahaan
double[] paramKriging = matrix.gaussElimination(alpha, buildMatrixBeta()); for(DataKriging memo : listData) {
tinggi
tersedia
juga
meningkat
untuk
pada
kecil. Satu
contoh
aplikasi
yang
digunakan secara luas adalah Google Earth Software (Google,2005). Semenjak
obvValue = memo.getValue();
Google meluncurkan aplikasi Google
krigValue += paramKriging[i]*obvValue;
Earth, publik secara luas menyambut representasi
i++;
tiga-dimensi Data
ini
dari
tidak
data
}
geografis.
hanya
return krigValue;
disediakan untuk bisnis saja, tetapi
}
tersedia juga untuk personal. Hanya
}
beberapa
tahun
setelah
peluncuran
pertama, banyak aplikasi muncul dengan basis Google Earth. Saat ini Google
Visualisasi 3 Dimensi Visualisasi tiga dimensi adalah salah satu cara yang populer untuk mengilustrasikan masyarakat
topografi
kepada
Medan
topografi
umum.
digambarkan
dalam
bentuk
relief
Earth sudah memiliki banyak pengguna yang sudah familiar dengan navigasi explorasi diatas permukaan bumi virtual dan kebanyakan dari mereka tidak ingin kehilangan tool ini sama sekali. Alternatif aplikasi interaktif peta
sehingga sangat baik untuk mendukung imaginasi
manusia.
membantu
Hal
pemahaman
ini
dapat tentang
topografi lebih baik dari pemetaan duadimensi biasa.
bumi tiga dimensi adalah aplikasi open source World Wind, yang dikembangkan oleh
staff
NASA
dan
komunitas
pengembang (WorldWInd, 2008). NASA memperkenalkan aplikasi desktop siap
Farhamsa, D., Implementasi Universal Krigingβ¦β¦..93
install
pertama
Wind
library ini. Dengan peluncuran awal
dipertengahan 2004. Versi terakhir 1.4
World Wind Java SDK, disingkat WWJ,
diluncurkan
2007.
pengembang dapat memasukan peta
Aplikasi desktop ini bisa disamakan
bumi virtual kedalam aplikasi Java dan
dengan software Google Earth, namun
menjalankannya kesembarang platform.
lebih fokus pada tujuan pendidikan.
Meskipun,
NASA mengisi data image World Wind
membuat aplikasi desktop World Wind
dengan satelit Blue Marble da Lansat 7,
Java ini seperti software .NET yang
model elevasi SRTM, nama kota, batas
dijelaskan
negara dan sebagainya. Selain mengisi
melanjutkan dan mengembangkan SDK
data, pengguna dapat mengimpor data
dalam library [2]Dengan peluncuran awal
sendir
World Wind Java SDK, disingkat WWJ,
dan,
pada
World
February
sebagai
aplikasi
open
NASA
diatas,
tidak
berencana
namun
source, membuat kode add-on sebagai
pengembang dapat
fungsi tambahan yg diperlukan.
bumi virtual kedalam aplikasi Java dan
Aplikasi
desktop
dikembangkan
World
Wind
menggunakan
memasukan
tetap
peta
menjalankannya kesembarang platform. Meskipun,
NASA
tidak
berencana
Framework Microsoft .NET. Framework
membuat aplikasi desktop World Wind
ini adalah bagian dari operasi sisten
Java ini seperti software .NET yang
Microsoft Windows dan oleh karena itu
dijelaskan
aplikasi desktop Word Wind hanya bisa
melanjutkan dan mengembangkan SDK
dijalankan
Windows
dalam library [2]. Gambar 2. Menunjukkan
Karena
gambaran ketergantungan library dan
pada
(WorldWindCentral,2008).
kenyataannya aplikasi ini bukan cross
diatas,
namun
tetap
dukungan format pada prototype [7]
platform (tidak bisa berpindah ke operasi sistem lain), staf NASA kemudian mulai mengembangkan
World
Wind
menggunakan Java, yang cross platform, dan meluncurkan open Java software development kit (SDK). Tidak seperti aplikasi yang siap guna (installable), standar development kid adalah sebuah library, yang mana membolehkan para pengembang
perangkat
lunak
untuk
membuat aplikasi sendiri menggunakan
Gambar 1. Gambaran ketergantungan library dan dukungan format pada prototype [7]
94
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2012 (89 β 95)
Visualisasi Topografi 3D dan Layer
selisih kuadrat antara hasil interpolasi
Kontur Hasil Kriging
data
Data
penelitian
menggunakan
lokasi kota Palu Barat, Sulawesi Tengah, tepatnya disektor lat -0.942Β°LS, lon
dengan
topografi
sebenarnya
terhadap rata-rata ketinggiannya [6]. π
πΎππππππ π π
πππ’πππ = π=1
π€π π¦π β π¦π π€π π¦π β π¦π
2 2
119.817Β°BT hingga lat -0.902Β°LS lon
Gambar 3 memperlihatkan kontur hasil
119.855Β°BT.
diambil
interpolasi data dengan jumlah data
mewakili daerah landai dibagian timur
pengukuran 4 , 9, 25 dan 50 titik dengan
dan pegunungan dibagian barat. Seperti
nilai korelasinya. Walaupun besar rasio
nampak pada gambar.2 layer diletakkan
antar
diatas permukaan bumi virtual (overlay)
pengukuran tergantung pada ketepatan
mengikuti
Gambar.2
pengambilan lokasi pengukuran, dalam
adalah visualisasi layer kontur topografi
penelitian ini lokasi yang digunakan
sebenarnya dengan grid 500x500 seluas
adalah data yang menghasilkan rasio
Sektor
topografi
yang
bumi.
2
13,4 km .
korelasi terhadap jumlah titik
paling efesien.
Gambar 3. Layer topografi sebenarnya Ukuran keakuratan atau korelasi kontur hasil kriging diambil dari rasio jumlah
Gambar 4. Layer hasil interpolasi data menggunakan metode kriging dengan berbagai jumlah titik data pengukuran ketinggian permukaan tanah.
Farhamsa, D., Implementasi Universal Krigingβ¦β¦..95
Remote Areas in Lao P.D.R, 6th ICA Mountain Cartography Workshop. USA [3]. Davis.C.J, 1986, Statistics and Data Analysis in Geologi 2nd, John Willey & Son. Inc, Canada
Gambar 5. Grafik hubungan jumlah titik data pengukuran terhadap korelasinya dengan topografi sebenarnya
KESIMPULAN Penelitian ini berhasil membuat layer
kontur
interpolasi
data
diatas
permukaan bumi virtual menggunakan metode krigging dalam visualisasi 3Dimensi sehingga dapat memberikan informasi
topografi
yang
lebih
baik
kepada user. Keakuratan analisis dalam penelitian
ini
menghasilkan
korelasi
terhadap topografi sebenarnya diatas 90% untuk jumlah data pengukuran minimal 7 titik.
DAFTAR PUSTAKA [1]. _______, 1992, Numerical Recipes in C: The Art of Scientific Computing, Cambridge University Press. [2]. Weber A, Heinimann A, Messerli P, Use of NASA World Wind Java SDK for Tree Dimensional Accessibility Visualization of
[4]. Howison, Sam; Crighton (Deceased), C. G.; Ablowitz, M. J.; Davis, S. H.; Hinch, E. J.; Iserles, A.; Ockendon, J.; Olver, P. J., 2005, Practical Applied Mathematics: Modelling, Analysis, Approximation, Cambridge University Press. [5]. Jacobson, 1993, Object Oriented Software Engineering, Addison Wesley, USA. [6]. MathWork Group, 2007, MatlabR 7th Documentation- Data Analisys, Mathwork, Inc. [7]. Telea A.C, van Overveld C.W.A.M, 2005, An Object-Oriented Interactive System for Scientific Simulations: Design and Applications. Eindhoven University of Technology, Department of Mathematics and Computing Science, The Netherlands.