IMPLEMENTASI TEKNIK BRAINSTORMING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA (Studi Penelitian Tindakan Kelas VIII SMP Negeri 1 Cilimus)
SKRIPSI diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana pendidikan matematika
oleh VINA NURSAMAWIYAH NPM : 109070158
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2013
LEMBAR PENGESAHAN
IMPLEMENTASI TEKNIK BRAINSTORMING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA (Studi Penelitian Tindakan Kelas VIII SMP Negeri 1 Cilimus) oleh VINA NURSAMAWIYAH NPM 109070158 Menyetujui: Pembimbing I,
Dr. H. Ena Suhena Praja, M.Pd.
Pembimbing II,
Ferry Ferdianto, ST., M.Pd.
Mengetahui: Dekan FKIP Unswagati Cirebon
Prof. Dr. H. Abdul Rozak, M.Pd
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Tonah, M.S
ABSTRAK Vina,
2013. Implementasi Teknik Brainstorming Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Pemahaman matematis Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII.4 SMP Negeri 1 Cilimus Kabupaten Kuningan). Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.
Penelitian tindakan kelas ini dilatar belakangi oleh kurangnya kemampuan pemahaman matematis siswa dan kurangnya keaktifan siswa dalam pelajaran matematika di SMP Negeri 1 Cilimus Kelas VIII.4 sehingga guru harus memilih teknik pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik brainstorming dapat meningkatkan pemahaman matematis siswa secara keseluruhan dan pada tiap indikator, ketuntasan belajar siswa, aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dan mengetahui respon siswa terhadap teknik pembelajaran yang di gunakan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Apakah pembelajaran matematika menggunakan teknik brainstorming dapat meningkatkan pemahaman matematis siswa secara keseluruhan dan pada tiap indikator? (2) apakah pembelajaran matematika dengan menngunakan teknik brainstorming dalam meingkatkan pemahaman matematis siswa dapat mencapai ketuntasan belajar? (3) Bagaimana aktivitas siswa dan guru selama mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik brainstorming? (4) Bagaimana respon siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik brainstorming? Hasil penelitian pada siklus I hanya 32,43% siswa yang mendapatkan nilai ≥72 , berarti hal ini belum memenuhi ketuntasan belajar dan rata-rata pada siklus I adalah 44,03 masih dibawah nilai KKM dan aktivitas siswa mencapai 65,90% sedangkan aktivitas guru mencapai 62,50%. Pada siklus II terdapat 54,05% siswa yang mengalami ketunsan belajar yang mendapat nilai ≥72 dengan rata-rata 75,41 berarti hal ini belum memenuhi ketuntasan belajar masih dibawah nilai KKM dan aktivitas siswa mencapai 75% sedangkan aktivitas guru mencapai 77,08%. Sedangkan pada siklus III terdapat 83,78% siswa yang mengalami ketunsan belajar yang mendapat nilai ≥72 dengan rata-rata 81,57 berarti hal ini sudah memenuhi ketuntasan belajar diatas nilai KKM dan aktivitas siswa mencapai 88,63% sedangkan aktivitas guru mencapai 81,25 %. Siswa merespon sangat baik dengan adanya pembelajaran matematika menggunakan teknik brainstorming. Berdasarkan analisis hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui implementasi teknik pembelajaran brainstorming pada siswa kelas VIII.4 SMP Negeri 1 Cilimus dengan materi pembelajaran relasi dan fungsi dapat meningkatkan pemahaman matematis siswa, ketuntasan belajar, aktivitas siswa dan guru serta respon siswa sangat kuat terhadap teknik pembelajaran brainstorming. Dengan demikian disarankan sebaiknya guru matematika dalam proses belajar mengajar menggunakan teknik brainstorming agar pemahaman matematis keaktifan siswa dapat menjadi lebih baik. Kata Kunci: Teknik Brainstorming
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat, Karunia, serta pertolongan-Nya yang begitu besar sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada hambatan yang berarti. Penulisan Skripsi penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana pada Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon dengan judul “ Implementasi Teknik Brainstorming Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Pemahaman Matematis Siswa”. Dalam menyelesaikan Skripsi Penelitian ini, penulis tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1.
Dr. H. Djakaria Machmud, S.E., S.H, M.Si. selaku Rektor Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.
2.
Bapak Prof. Dr. H. Abdul Rozak, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.
3.
Ibu Tonah, M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.
4.
Bapak Dr. H. Ena Suhena Praja, M.Pd. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam pembuatan Skripsi dan memberikan masukan serta motivasi dalam pembuatan Skripsi Penelitian sehingga dapat selesai dengan baik.
5.
Bapak Ferry Ferdianto, ST., M.Pd. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam pembuatan Skripsi dan memberikan masukan serta motivasi dalam pembuatan Skripsi Penelitian sehingga dapat selesai dengan baik.
6.
Para dosen pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIPUniversitas Swadaya Gunung Jati yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
7.
Kedua Orang Tua yang selalu memberikan do’a, dukungan dan penertian kepada penulis selama ini.
8.
Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Cilimus, Drs. H. S. Setiawan, Bc.Ak,M.pd yang telah berkenan mengizinkan penelitian.
9.
Guru matematika SMP Negeri 1 Cilimus, Hj. Aksomah, S.Pd yang telah membantu banyak penulis selama penelitian.
10. Seluruh pihak yang telah mambantu kelancaran penulisan skripsi ini yang tidak dapat di sebutkan satu persatu. Penulis menyadari atas semua keterbatasan yang dimiliki, oleh karena itu proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna. Akhir kata semoga Skripsi Penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Cirebon,Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN....................................................................................................i ABSTRAK .............................................................................................. .............ii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii DAFTAR ISI .......................................................................................................v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...........................................................................................1 B.Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian .................................5 C. Tujuan Penelitian .......................................................................................6 D. Manfaat Penelitian .....................................................................................7 BAB II TEKNIK BRAINSTORMING DAN PEMAHAMAN MATEMATIS A. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................................8 B. Pengertian Pemahaman ...........................................................................11 C. Pemahaman Matematis ...........................................................................12 D. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ...................................................16 E. Teknik Pembelajaran ...............................................................................19 F. Teknik Brainstorming ...............................................................................20 G. Keterkaitan Teknik Brainstorming dengan Pemahaman Matematis..24 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian .................................................................26 B. Subjek Penelitian ......................................................................................27
C. Alur Penelitian..........................................................................................27 D. Prosedur Penelitian ..................................................................................29 E. Instrumen Penelitian ................................................................................32 F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................41 G. Teknik Pengolahan Data .........................................................................42 BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN HASIL
A. Deskripsi Hasil Penelitian………...……………..........……………….45 B. Analisis Hasil Penelitian………..………………...........……………....64 C. Pembahasan Hasil Penelitian……………………...........…….……….82 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan..............................................................................................89 B. Saran........................................................................................................91 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam menciptakan suatu pendidikan yang bermutu perlu mendapat perhatian dan penanganan yang lebih baik yang menyangkut berbagai masalah yang berkaitan dengan kuantitas dan kualitas. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Di dalam Undang-Undang tentang sistem pendidikan No. 20 tahun 2003 (Sagala, 2012 :3) “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas jika dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Mengingat pentingnya peranan matematika dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karena itu kegiatan belajar dan mengajar matematika seharusnya tidak bisa disamakan begitu saja dengan ilmu pengetahuan yang lain, karena siswa yang belajar matematika
itupun berbeda-beda pula kemampuannya, maka kegiatan belajar mengajar haruslah diatur sekaligus memperhatikan kemampuan yang belajar. Pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
tahun 2006 tujuan
mata pelajaran matematika adalah sebagai berikut: 1.
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah;
2.
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;
3.
Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh;
4.
Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; Berdasarkan tujuan pelajaran matematika dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut tampak jelas bahwa pemahaman itu merupakan tujuan yang paling utama dalam pembelajaran matematika, hal ini akan memudahkan siswa dalam memahami dan menganalisis setiap materi dan persoalan–persoalan matematika yang dipelajari. Pemahaman matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukanlah hanya sekedar sebagai hafalan, namun lebih dari itu
dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap meteri yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan. Secara umum indikator pemahaman matematika meliputi (Sumarmo, 2010:4) ; mengenal, memahami dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan idea matematika. Dalam kenyataannya, kemampuan pemahaman matematis siswa pada saat ini masih tergolong rendah, hal ini di sebabkan karena banyaknya siswa yang mampu menguasai tingkat hafalan yang baik, akan tetapi mereka tidak bisa memahami lebih mendalam materi pelajaran yang didapat, khususnya dalam pelajaran matematika. Penyebabnya, proses pembelajaran yang dilakukan oleh sebagian guru disekolah saat ini adalah dengan pembelajaran mekanistik. Dimana guru hanya memberikan informasi dan mengaharapkan siswa untuk menghafal dan mengingat apa yang telah dipelajari serta menekankan pada latihan soal dan menggunakan rumus yang telah diberikan tanpa memberikan penekanan pemahaman materi yang telah diberikan oleh guru dan tanpa adanya kesempatan bagi siswa untuk memberikan pendapat/gagasan atau hanya sekedar untuk bertanya sehingga terkesan guru itu lebih aktif dibandingkan siswanya. Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru siswa itu hanya mendengarkan saja apa yang sedang di jelaskan dan menekankan siswa pada mengerjakan latihanlatihan soal. Berangkat dari pelaksanaan observasi dan hasil wawancara terhadap guru dan siswa, ditemukan salah satu materi yang dijumpai di SMP Negeri 1 Cilimus
yang menjadi masalah dalam rendahnya pemahaman matematis siswa adalah materi mengenai fungsi. Pada materi ini, siswa diharapkan untuk dapat memahami relasi dan fungsi serta dapat membedakan antara fungsi dan relasi dan dapat membuat sketsa grafik fungsi, dikarenakan masih banyak siswa yang tidak dapat menyatakan relasi, membuat grafik fungsi, menghitung nilai fungsi dan siswa juga kurang bisa mengkaitkan suatu konsep dengan konsep yang lain. Hal ini dilihat dari hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika lebih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Selain itu juga, masih terdapat siswa yang belum mencapai nilai yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diharapkan dalam pelajaran matematika di sekolah sebesar 72. Akan tetapi siswa yang telah memenuhi KKM sebesar 51% dari 38 siswa. Dengan demikian, diperlukannya suatu upaya untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran matematika di sekolah, yaitu rendahnya pemahaman matematis siswa. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah ketepatan menggunakan cara atau teknik yang sesuai dengan tujuan, jenis, dan sifat materi pelajaran serta kemampuan guru dalam memahami dan melaksanakan cara pembelajaran tersebut. Salah satu teknik pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman matematis siswa yaitu dengan teknik pembelajaran brainstorming. Pembelajaran
dengan
menggunakan
teknik
pembelajaran
brainstorming
menerapkan suatu teknik atau cara mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Ialah dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat
diartikan pula sebagai satu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang sangat singkat. Teknik Brainstorming ini diharapkan akan mampu meningkatkan pemahaman matematis, kemampuan bekerja sama dalam memperoleh ide-ide dan menghargai pendapat orang lain. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam yang berjudul “Implementasi Teknik Brainstorming Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Pemahaman Matematis Siswa”.
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1.
Apakah pembelajaran matematika menggunakan teknik brainstorming dapat meningkatkan pemahaman matematis siswa. a) Secara keseluruhan? b) Pada tiap indikator?
2.
Apakah
pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan
teknik
brainstorming dalam meningkatkan pemahaman matematis dapat mencapai ketuntasan belajar belajar siswa? 3.
Bagaimana aktivitas siswa dan guru selama mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik brainstorming?
4.
Bagaimana
respon
siswa
dalam
menggunakan teknik brainstorming?
pembelajaran
matematika
dengan
Agar pembahasan masalah ini tidak terlalu meluas, maka ruang lingkup pelaksanaan penelitian ini meliputi: 1.
Materi yang akan diberikan kepada siswa mengenai fungsi.
2.
Objek yang akan diteliti adalah siswa kelas VIII.4 SMP Negeri 1 Cilimus.
3.
Teknik pemebelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik brainstorming (curah pendapat).
4.
Variabel terikat yang akan diteliti dibatasi pada pemahaman matematis siswa.
5.
Variabel bebas yang akan diteliti dibatasi pada tenik pembelajaran brainstorming (curah pendapat).
C. Tujuan Penelitian Suatu penelitian memiliki tujuan sebagai alat kontrol yang dapat digunakan sebagai acuan sehingga penelitian ini sesuai dengan apa yang diharapkan. Ada beberapa tujuan penelitian antara lain : 1. Untuk mengetahui pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik brainstorming apakah dapat meningkatkan pemahaman matematis siswa secara keseluruhannya dan pada tiap indikator. 2. Untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik brainstorming dalam meningkatkan pemahaman matematis dapat mencapai ketuntasan belajar siswa. 3. Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik brainstorming. 4. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan teknik brainstorming.
D. Manfaat Penelitian Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bermanfaat bagi : 1. Siswa a. Sebagai acuan dalam meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa untuk menigkatkan pemahaman matematis siswa serta menumbuhkan keberanian dalam mengeluarkan pendapat. b. Sebagai acuan dalam mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. 2. Guru a. Meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan suatu teknik pembelajaran, serta dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran. b. Sebagai masukan pertimbangan untuk meningkatkan pemahaman matemais siswa dengan mengunakan teknik brainstorming. 3. Sekolah Dengan adanya cara pembelajaran yang baik maka mampu mewujudkan siswa yang cerdas dan berprestasi. 4. Peneliti Sebagai tambahan pengetahuan untuk menjadi seorang pendidik kelak dengan menerapkan teknik brainstorming untuk meningkatkan pemahaman matematis siswa.
BAB II TEKNIK BRAINSTORMING DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA
A. Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian Ratih berjudul “Penerapan Teknik Pembelajaran Brainstorming Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Kelas VII C SMP Negeri 2 Kecamatan Sawoo
(Studi Penelitian Tindakan Kelas Tahun Pelajaran
2012/2013)”. Tujuan dalam penelitian ini adalah mendeskrikpsikan penerapan teknik pembelajaran Brainstorming untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok bilangan bulat SMPN 2 Kecamatan Sawoo, mendeskrikpsikan penerapan teknik pembelajaran Brainstorming untuk meningkatkan aktivitas siswa pada materi pokok bilangan bulat di SMPN 2 Kecamatan Sawoo, mendeskrikpsikan bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan guru pada materi
pokok
bilangan
mendeskrikpsikan
bulat
penerapan
menggunakan teknik
teknik
pembelajaran
Brainstorming Brainstorming
dan untuk
meningkatkan rasa senang siswa pada materi pokok bilangan bulat SMPN 2 Kecamatan Sawoo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan teknik pembelajaran Brainstorming pada siswa kelas VII C SMPN 2 Sawoo dapatmeningkatkan hasil belajar siswa yaitu dari rata–rata 64,76 pada siklus I menjadi 85,6 pada siklus II. Ketuntasan hasil belajar mengalami kenaikan yaitu 32% pada siklus I menjadi 76% pada siklus II. Aktivitas siswa meningkat yaitu dari 23% dengan kategori kurang aktif pada siklus I menjadi 78% dengan kategori aktif pada siklus II. Kemampuan guru dalam mengelola kelas mengalami
peningkatan yaitu dari nilai rata–rata 1,8 dengan kategori cukup pada siklus I menjadi 3,5 dengan kategori baik sekali pada siklus II. Respon siswa menunjukkan 83% respon yang setuju dengan kategori sangat tinggi. Penelitian Fadilah yang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick on The Draw untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan model kooperatif tipe quick on the draw dapat meningkatkan pemahaman matematis siswa? Bagaiman aktivitas siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw ? Bagaimana respons siswa terhadap medel pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw? Jenis penelitian ini adalah penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penerima tindakan adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Karangsembung tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 34 siswa. Hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan pemahaman matematis siswa. Hal ini dapt dilihat dari hasil evaluasi siswa yang dilakukan pada setiap siklus. Dalam penelitian ini terdiri dari 3 silus, dari siklus I ke siklus II rata-ratasiswa mengalami peningkatan dari 73,35 menjadi 85,35 dan dari siklus II ke siklus II mengalami peningkatan dari 85,35 menjadi 92,76. Aktivitas siswa dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Aktivitas siswa pada siklus I sebesar 43,86%, pada siklus II sebesar 57,14% dan siklus III sebesar 76,73%. Berdasarkan hasil analisis angket respon siswa dapat disimpulkan bahwa siswa memberikan respon yang sangat kuat terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw dalam pembelajaran matematika.
Penelitian Lutfiyati yang berjudul “Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui penerapan Model Pembelajaran Osborn, serta membandingkannya dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Disamping itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis pada kelompok siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Tujuan selanjutnya adalah untuk mengetahui sikap siswa terhadap Model pembelajaran Osborn. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kuasi Eksperimen dengan Desain Kelompok Kontrol Pretest dan Post-test. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 1 Bandung. Sampel pada penelitian ini adalah dua kelas dari kelas VIII, satu kelas sebagai Kelas Eksperimen yang diberikan perlakuan, satu kelas sebagai kelas kontrol. Data penelitian diperoleh melalui tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, angket siswa, dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan Model pembelajaran Osborn lebih baik daripada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis pada siswa kelompok kemampuan tinggi, sedang dan rendah di kelas Osborn dan kelas konvensional. Secara umum, siswa memberikan sikap yang positif terhadap model pembelajaran Osborn.
B. Pengertian Pemahaman Menurut kamus Bahasa Indonesia tahun 2003, pemahaman berasal dari kata “paham” yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Sedangkan pemahaman dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang diikuti hasil belajar sesuai dengan tujuan tujuan pembelajaran. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta – fakta atau konsep. Menurut Bloom ( Sagala, 2012:157),
“Aspek pemahaman ini mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat dan memaknai dari bahan bahan atau materi yang dipelajari. Pada umumnya pemahaman ini menyangkut pada kemampuan menangkap makna suatu konsep dengan kata-kata sendiri.” Bloom
membedakan
pemahaman
menjadi
tiga
ketegori,
penerjemahan (translation) misalnya dari lambang ke arti,
yaitu:
penafsiran
(interpretation) dan ekstrapolasi (extrapolation) yaitu menyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui. Jadi, pemahaman merupakan tingkatan kemampuan yang mengarapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini tidak hanya hafal secara verbalitas tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, sehingga dapat membedakan, mengubah, menginterpretasikan, menentukan, memberi contoh dan mengambil keputusan.
C. Pemahaman Matematis Pemahaman matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika, yang memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukanlah hanya sekedar sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga salah satu tujuan dari setiap meteri yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan. Pemahaman matematis merupakan kemampuan seseorang menemukan dan menjelaskan suatu masalah yang diperolehnya dengan menggunakan kata-kata sendiri dan tidak sekedar menghafal saja. Dengan memiliki kemampuan pemahaman, siswa akan mampu memberikan argumen-argumennya atau menyampaikan pendapatnya mengenai makna yang terkandung dalam informasi yang diperolehnya. Menurut Polya (Sumarmo, 2010:4) merinci kemampuan pemahaman pada empat tahap yaitu: a. Pemahaman mekanikal yang dicirikan oleh mengingat dan menerapkan rumus secara rutin dan menghitung secara sederhana. Kemampuan ini tergolong pada kemampuan berfikir matematik tingkat rendah. b. Pemahaman induktif: menerapkan rumus atau konsep dalam kasus sederhana atau dalam kasus serupa. Kemampuan ini tergolong pada kemampuan berfikir matematik tingkat rendah namun lebih tinggi dari pada pemahaman mekanikal.
c. Pemahaman rasional: membuktikan kebenaran suatu rumus dan teorema. Kemampuan ini tergolong pada kemampuan berfikir matematik tingkat tinggi. d. Pemahaman intuitif: memperikirakan kebenaran dengan pasti (tanpa ragu-ragu) sebelum menganalisis lebih lanjut. Kemampuan ini tergolong pada kemampuan berfikir matematik tingkat tinggi. Berbeda dengan Polya, Pollatsek (Sumarmo, 2010: 4) menggolongkan pemahaman dalam dua jenis yaitu: a. Pemahaman komputasional: menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana, dan mengerjakan perhitungan secara algoritmik. Kemampuan ini tergolong pada kemampuan berfikir matematik tingkat rendah. b. Pemahaman fungsional: mengkaitkan satu konsep/prinsip dengan konsep/prinsip lainnya, dan menyadari proses yang dikerjakannya. Kemampuan ini tergolong pada kemampuan berfikir matematik tingkat tinggi. Menurut Copeland (Sumarmo, 2010:5) menggolongkan pemahaman dalam dua jenis yaitu: 1.
Knowing how to: mengerjakan suatu perhitungan secara rutin/ algoritmik. Kemampuan ini tergolong pada kemampuan tingkat rendah.
2.
Knowing: mengerjakan suatu perhitungan secara sadar. Kemampuan ini tergolong pada kemampuan berfikir matematik tingkat tinggi. Secara umum indikator pemahaman matematis (Sumarmo, 2010:4) meliputi: mengenal, memahami dan menerapkan konsep, prosedur dan prinsip serta idea matematika. Dari pendapat para
ahli tersebut, maka penulis mengambil beberapa
indikator pemahaman matematis siwa pada materi relasi dan fungsi dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam: 1.
Menyatakan ulang kosep materi yang telah dipelajarai.
2.
Mengkaitkan konsep dengan kehidupan sehari-hari.
3.
Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lain.
4.
Menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk merepresentasikan suatu konsep. Jenis pemahaman yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu pemahaman
instrumental dan pemahaman relasional. Menurut Skemp (Sumarmo, 2010:5) pemahaman instrumental sejumlah konsep diartikan sebagai pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya hafal rumus dalam perhitungan sederhana. Sebaliknya pada pemahaman relasional termuat suatu skema atau struktur yang dapat di gunakan pada penyalesaian masalah yang lebih luas. Dalam pemahaman relasional sifat pemakaiannya lebih bermakna. Contoh soal 1.
pemahaman instrumental Relasi dari himpunan A ke himpunan B ditunjuukan pada diagram panah berikut:
A
R
B
Andi
Merah
Resa
Kuning
Rudi
Hitam
Mita
Biru
Nia
Hijau
a. Nyatakan relasi yang mungkin dari himpunan A ke himpunan B. b. Nyatakan relasi dari A ke B dalam bentuk himpunan pasangan berurut. Jawab: a. Relasi yang mungkin terjadi dari himpunan A ke himpunan B adalah “menyukai” b.
R = {(Andi, Hitam), (Resa, Hijau), (Rudi, Merah), (Mita, Kuning), (Nia, Biru)}
2.
Pemahaman relasional Diketahui fungsi f: x → 2x – 2 pada himpunan bilangan bulat. Maka tentukan nilai f (1) dan f (2).
Jawab: a. f (x) = 2x – 2 f (2) = 2(2) – 2 f (2) = 4 – 2 f (2) = 2 b. f (x) = 2x – 2 f (5) = 2(5) – 2 f (5) =10 – 2 f (5) = 8 Jadi nilai untuk f (2) = 2 dan f (5) = 8. Dalam tingkatannya siswa diharapkan mampu mengetahui atau mengingat dan memaknai arti dari materi yang dipelajari. Dalam penelitian ini pemahaman matematis yang dimaksud adalah kemampuan siswa untuk memahami hubungan
yang sederhana di antara faktor-faktor atau konsep dalam pembelajaran matematika selain itu siswa diharapkan mampu mengubah informasi kedalam bentuk pararel yang lebih bermakna atau memberikan interpretasi dari sesuatu yng telah diketahui. Kemampuan pemahaman matematis tersebut akan dilihat dari kemampuan
siswa
menyelesaikan
persoalan
matematika.
Dalam
setiap
penyelesaian persoalan matematika aspek-aspek pemahaman matematis diukur melalui indikator yang telah ditentukan.
D. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannnya menurut Slameto (Hamdani, 2010:20). Belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain dan cita-cita. Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungannnya. Beberapa ciri belajar, seperti dikutip oleh Darsono (Hamdani, 2010:22) adalah sebagai berikut: a. Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan. Tujuan ini digunakan sebagai arah kegiatan, sekaligus tolak ukur keberhasilan belajar. b. Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Jadi, belajar bersifat individual.
c. Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan. Hal ini berarti individu harus aktif apabila dihadapkan pada lingkungan tertentu. Keaktifan ini dapat terwujud karena individu memiliki potensi untuk belajar. d. Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar. Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang terpisahkan satu dengan yang lain. Pembelajaran matematika pada dasarnya menganut: prinsip belajar sepanjang hayat, prinsip siswa belajar aktif, dan prinsip “learning how to learn” (Sumarmo, 2010:14). Pembelajaran merupakan kegiatan membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajajan merupakan proses komunikasi dua arah,
yaitu
mengajar dilakukakan oleh guru sebagai pendidik dan belajar dilakukan oleh siswa. Dalam kamus besar bahasa indonesia kata pembelajaran adalah kata benadayang diartikan sebagai “proses, cara, menjadikan orang atau makhluk belajar”. Kata ini berasal dari kata belajar yang berarti “berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”. Menurut Corey (Hamdani 2010:198) pembelajaran adalah suatu proses yang lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
Dari beberapa definisi di atas menunjukkan bahwa pembelajaran itu berpusat pada kegiatan siswa belajar dan bukan berpusat pada kegiatan guru mengajar. Oleh karena itu pembelajaran matematika pada hakikatnya adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana memungkinkan untuk sesorang melaksanakan kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada siswa untuk belajar dan berpusat pada guru untuk mengajar. Menurut Piaget (Dimyati, 2010:14), pembelajaran terdiri dari empat langkah, yaitu: 1. Menentukan topik yang akan dapat dipelajari oleh anak sendiri. 2. Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut. 3. Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah. 4. Menilai
pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan dan
melakukan revisi. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika. Matematika memiliki karakteristik, yaitu (Sumarmo, 2010:1) memiliki obyek kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicara dan konsisten dalam sistemnya. Berdasarkan
hal
tersebut
dalam
pembelajaran
matematika
perlu
disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa, dimuali dari yang konkrit menuju abstrak. Namun demikian meskipun objek pembelajaran matematika
adalah abstrak, tetapi mengingat kemampuan berpikir siswa yang masih dalam tahap operasional konkrit, maka untuk memahami suatu konsep dan prinsip masih diperlukan pengalaman melalui objek konkrit.
E. Teknik Pembelajaran Menurut kamus besar bahasa Indonesia teknik adalah metode atau sistem mengerjakan sesuatu, cara membuat atau seni melakukan sesuatu. Teknik dalam pembelajaran didefinisikan sebagai daya upaya, atau usaha-usaha yang ditempuh oleh seseorang guru dalam rangkanuntuk mencapai suatu tujuan pengajaran dengan cara yang paling praktis, namun tetap harus selalu merujuk dan berpijak pada metode tertentu. Teknik dalam pembelajaran bersifat taktis, dan cenderung bernuansa siasat. Teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah disusun. Teknik yang digunakan oleh guru bergantung pada kemampuan guru itu mencari akal atau siasat agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil dengan baik. Dalam menentukan teknik pembelajaran ini, guru perlu mempertimbangkan situasi kelas. lingkungan, kondisi siswa, sifatsifat siswa, dan kondisi-kondisi yang lain. Dengan demikian. Teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat bervariasi sekali. Untuk metode yang sama dapat digunakan teknik pembelajaran yang berbeda-beda, bergantung pada berbagai faktor tersebut. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
memperoleh hasil yang optimal. Teknik pembelajaran ditentukan berdasarkan metode yang digunakan, dan metode disusun berdasarkan pendekatan yang dianut. Dengan kata lain. pendekatan menjadi dasar penentuan teknik pembelajaran. Dari suatu pendekatan dapat diterapkan teknik pembelajaran yang berbeda-beda pula. Teknik pembelajaran ditentukan berdasarkan metode yang digunakan dan metode disusun berdasarkan pendekatan yang dianut.
Faktor yang dapat
mempengaruhi penentuan teknik pembelajaran adalah: situasi kelas, lingkungan dan kondisi siswa, sifat-sifat siswa dan kondisi yang lain.
F. Teknik Brainstorming Brainstorming barasal dari Bahasa Inggris, jika diterjamahkan kedalam Bahasa Indonesia menurut kamus besar bahasa Indonesia maka mempunyai arti sumbang saran atau curah pendapat. Menurut Roestiyah (2012:73), Teknik Brainstorming adalah teknik mengajar yang dilaksanakan guru dengan cara melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab, menyatakan pendapat, atau memberi komentar sehingga memungkinkan masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru. Secara singkat dapat diartikan sebagai satu cara untuk mendapatkan banyak/berbagai ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat. Tujuan dari penggunaan teknik brainstorming (curah pendapat) menurut Roestiyah (2012:74) adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasil akhirnya lantas dijadikan peta info, peta pengalaman, atau peta ide (mindmap) buat jadi evaluasi berbarengan. Metode ini dipakai buat menguras habis apa yang
dipikirkan para siswa di dalam menanggapi permasalahan yang dilontarkan guru di kelas tersebut. Tugas yang harus dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan teknik brainstorming (Roestiyah, 2012: 74), yaitu memberikan masalah yang mampu merangsang pikiran siswa, sehingga mereka tertarik untuk menanggapinya, tidak boleh mengomentari atau mengevaluasi bahwa pendapat yang dikemukakan oleh siswa itu benar atau salah, guru tidak perlu menyimpulkan permasalahan yang telah ditaggapi siswa, guru hanya menampung semua pernyataan pendapat siswa, dan memastikan semua siswa di dalam kelas mendapat giliran, memberikan pertanyaan untuk memancing siswa yang kurang aktif menjadi tertarik. Selain itu, dalam proses pembelajaran dengan menggunakan teknik brainstorming siswa juga memilki tugas (Roestiyah, 2012:74) menanggapi masalah dengan mengemukakan pendapat, komentar, mengajukan pertanyaan, atau mengemukakan masalah baru, belajar dan melatih merumuskan pendapatnya dengan bahasa dan kalimat yang baik. Berpartisipasi aktif, dan berani mengemukakan pendapatnya. Dahlan (Lutfiyati, 2011:4) mengemukakan tahapan-tahapan pembelajaran untuk memulai brainstorming antara lain: 1.
Tahap orientasi (Guru menyajikan masalah atau situasi baru kepada siswa)
2.
Tahap analisa (Siswa merinci bahan yang relevan atas masalah yang ada, dengan kata lain, siswa mengidentifikasi masalah)
3.
Tahap hipotesis (Siswa dipersilahkan untuk mengungkapkan pendapat terhadap situasi atau permasalahan yang diberikan)
4.
Tahap pengeraman (Siswa bekerja secara mandiri dalam kelompok untuk membangun kerangka berfikirnya)
5.
Tahap sintesis (Guru membuat diskusi kelas, siswa diminta mengungkapkan pendapatnya atas permasalahan yang diberikan, menuliskan semua pendapat itu, dan siswa diajak untuk berfikir manakah pendapat yang terbaik)
6.
Tahap verifikasi (Guru melakukan pemilihan keputusan terhadap gagasan yang diungkapkan siswa sebagai pemecahan masalah terbaik) Teknik brainstorming digunakan karena memiliki banyak keunggulan
seperti (Roestiyah, 2012:74) anak-anak aktif berfikir untuk menyatakan pendapat, melatih siswa berfikir dengan cepat dan tersusun logis, merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan dengan masalah yang diberikan oleh guru, meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran, siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang pandai atau dari guru, terjadinya persaingan yang sehat antar siswa, anak merasa bebas dan gembira serta suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan. Langkah-langkah umum dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dengan menggunakan teknik brainstorming, sebagai berikut: 1. Pendahuluan a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah pembelajaran dan menjelaskan alur kegiatan yang akan dilakukuan.
b. Guru memberikan apersepsi kepada siswa mengenai materi pelajaran yang sudah diberikan. c. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar siswa dapat memahami materi relasi dan fungsi. d. Siswa di kelas dibagi menjadi delapan kelompok, masing-masing tiap kelompoknya terdiri dari lima orang. e. Guru membagikan lembar kegiatan siswa (LKS) dan menyampaikan situasi yang ada pada LKS secara umum. (Tahap orientasi) 2. Kegiatan Inti a. Siswa di tiap kelompok mengidentifikasi setiap masalah yang diberikan dalam LKS, mengumpulkan data yang bisa diperoleh dari situasi yang diberikan dan siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya. (Tahap analisis) b. Setelah
dapat
mengungkapkan
mengidentifikasi
masalah
dan
gagasannya
menuliskan
yang
diberikan,
untuk
siswa
menyelesaikan
permasalahan yang diberikan. Gagasan siswa tersebut ditulis dalam kolom pendapat. Siswa menuliskan gagasannya secara bergantian untuk suatu permasalahan. (Tahap hipotesis) c. Guru memantau jalannya diskusi di setiap kelompok. Setelah itu, semua gagasan dari masing-masing siswa dituliskan dan didiskusikan dalam kelompok masing-masing. (Tahap pengeraman) d. Guru membuat diskusi kelas, guru mempersilahkan salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil dari penyelesaian masalah yang paling tepat
menurut kelompok. Dari beberapa gagasan yang ada, siswa diajak untuk berfikir, manakah gagasan terbaik. (Tahap sintesis) e. Kelompok yang alin diminya untuk menanggapi/ melengkapi hasil dari kelompok yang mempresentasikan. f. Guru mengelompokkan hasil diskusi yang hampir sama dan menyusun berdasarkan pioritas yang paling penting. g. Setelah siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, dan ketika terdapat perbedaan pendapat, guru memutuskan gagasan mana yang terbaik yang diambil dan menghasilkan jawaban yang benar. (Tahap verifikasi) 3. Penutup a. Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa. b. Guru membimbing siswa untuk membuat rangkuman materi pembelajaran yang telah dibahas. c. Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran dengan pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah. d. Menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
G. Keterkaitan Teknik Brainstorming dengan Pemahaman Matematis Tekink brainstorming adalah kegiatan pembelajaran yang diawali dengan tahap orientasi, guru menyajikan masalah atau situasi baru kepada siswa mengenai materi pelajaran. Siswa diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pendapat terhadap permasalahan yang diberikan. Dengan demikian, teknik brainstorming ini diduga dapat meningkatkan potensi intelektual siswa,
khususnya dalam pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran teknik brainstorming siswa didorong untuk belajar aktif . Penggunaan tekinik brainstorming dalam pemahaman matematis siswa dirasa sangat efektif. Karena pada saat ini siswa masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika, siswa tidak bisa memahami materi dengan benar, tidak mengerti arti lambang-lambang dan tidak memahami asal usul suatu prinsip. Untuk mencapai tujuan pembelajaran secara tuntas, maka teknik brainstorming baik untuk meningkatkan pemahaman matematis siswa. Dengan menggunakan teknik brainstorming, dapat melatih siswa untuk memahami dan menyelesaikan sendiri berbagai konsep. Karena pemahaman matematis dengan cara menemukan sendiri, penguasaan terhadap materi yang ditemukan akan selalu melekat di ingatan siswa dan itu jauh lebih baik dari pada pemahaman matematis yang diajarkan dengan pemberitahuan. Dengan menemukan sendiri maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan, tidak mudah dilupakan. Pemahaman matematis memang tidak akan efektif bila hanya disampaikan dengan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Dari uraian diatas, jelas bahwa ada hubungan teknik brainstorming dengan pemahaman matematis siswa yaitu cara mengungkapkan pendapat sendiri dalam proses pembelajaran, maka penguasaan terhadap pemahaman akan selalu melekat di ingatan siswa dan tidak mudah dilupakan. Belajar matematika akan lebih bermakana bagi siswa apbila mereka aktif dengan berbagai cara untuk membangun sendiri pengetahuaanya.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian Menurut Arikunto (2010: 203) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiaannya. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini, maka rancangan penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2012:3) penelitian tindakan kelas merupakan suatu percermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Ciri atau karakteristik utama dalam penelitiaan tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi anatara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang “dicoba sambil jalan” dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung. Desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggunakan pretes dan postes (Arikunto, 2010: 124), yaitu sebagai berikut: S:O Keterangan: S
: subjek
X1O1 X2O2
X3O3 O
O : pretes digunakan sebagai tes awal untuk mengetahui rata-rata awal siklus sebelum pembelajaran sedangkan postes digunakan untuk mengetahui ratarata akhir siklus selesai. X1 : perlakuan, yaitu pembelajaran dengan teknik brainstorming pada siklus I O1 : tes sebagai latihan pada siklus I X2 : perlakuan, yaitu pembelajaran dengan teknik brainstorming pada siklus II O2 : tes sebagai latihan pada siklus II X3 : perlakuan, yaitu pembelajaran dengan teknik brainstorming pada siklus III O3 : tes sebagai latihan pada siklus III
B. Subjek Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini, diperlukan subjek penelitian. Menurut Arikunto (2010: 188) subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah kelas VIII SMP Negeri 1 Cilimus. Subjek penelitian diambil secara purposive yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas tujuan. Sehingga ditentukan kelas yang akan menjadi subjek penelitian adalah kelas VIII.4 SMP Negeri 1 Cilimus yang berjumlah sebanyak 37 siswa.
C. Alur Penelitian Alur penelitian dalam pelaksanaan tindakan penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Tagggart (Arikunto, 2010: 137)
yang terdiri dari emapat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Untuk lebih lanjut alur penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut. Perencanaan
Evaluasi Refleksi
SIKLUS 1
Pelaksanaan Tindakan
Pengamatan
Perencanaan
Evaluasi Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan Tindakan
Pengamatan
Perencanaan
Evaluasi Refleksi
SIKLUS III
Pengamatan
Hasil
Gambar 3.1 Alur Penelitian (Arikunto, 2010:137)
Pelaksanaan Tindakan
Penjelasan alur penelitian diatas sebagai berikut (Arikunto, 2012:17) : 1.
Perencanaan awal. Sebelum mengadakan penelitian, terlebih dahulu menyusun rumusan masalah tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya instrumen penelitian perangkat pemebelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
2.
Pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan kelas. Pada tahap ini guru menerapkan tindakan yang telah direncanakan atau disusun sebelumnya. Yang tidak lain adalah langkah-langkah kegiatan pembelajaran terkait dengan penerapan teknik pemeblajaran brainstorming yang telah dipilih.
3.
Pengamatan. Tahap ini pelaksannannya bersamaan dengan tahap sebelumnya, yakni pelaksanaan tindakan.
4.
Refleksi. Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Pad tahap ini merupakan kegiatan untuk merenungkan dan memikirkan kembeli tindakan-tindakan yang sudah maupun yang belum dilakukan, keberhasilan dan kekurangan, hambatan-hambatan yang dihadapi selama melakukan tindakan dan lain sebagainya. Kegiatan refleksi ini adalah kegiatan evaluasitindakan, analisis, pemaknaan, penjelasan, penyimpulan dan identifikasi tidak lanjut dalam perencanaan siklus penelitian berikutnya.
D. Prosedur Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
1. Persiapan penelitian a.
Studi literatur, telaah kurikulum/silabus dan survey pendahuluan.
b.
Membuat proposal.
c.
Merancang instrumen penelitian.
d.
Menyusun jadwal penelitian.
e.
Menguji validitas dan reliabilitas instrumen uji coba, kemudian melakukan revisi.
f.
Pelaksanaan penelitian.
2. Pelaksanaan penelitian a. Rencana tindakan Sebelum melaksanakan tindakan akan dipersiapkan beberapa hal, agar penelitian berlangsung dengan lancar. Persiapan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Penyusunan rencana atau model pembelajaran dengan membuat skenario pembelajaran dengan teknik pembelajaran brainstorming. 2. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes dan lembar observasi sebagai pengumpulan data pemahaman matematis siswa terhadap materi pelajaran matematika. b. Pelaksanaan tindakan Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Guru menjelaskan aturan dalam pemebelajaran dengan menggunakan teknik pembelajaran braistorming.
2. Siswa dikelas membuat delapan kelompok, yang terdiri dari lima orang siswa pada masing-masing kelompok. 3. Guru membagikan lembar kegiatan siswa (LKS) dan menyampaikan situasi yang ada pada LKS secara umum. 4. Siswa di tiap kelompok mengidentifikasi setiap masalah yang diberikan dalam LKS, mengumpulkan data yang bisa diperoleh dari situasi yang diberikan dan siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya. 5. Setiap kelompok mendiskusikan permasalahan yang terdapat pada lembar kerja siswa (LKS). 6. Guru
memberikan
kesempatan
kepada
setiap
kelompok
untuk
mempresentasikan hasil dari diskusi. 7. Hasil dari diskusi dari setiap kelompok ditulis di papan tulis. 8. Guru mengelompokkan hasil diskusi yang hampir sama dan menyusun berdasarkan pioritas yang paling penting. 9. Siswa menyimpulkan hasil diskusi dari permasalahan yang telah diberikan guru pada lembar kerja siswa (LKS). 3. Pengamatan dan evaluasi Langkah-langkah pengamatan dan evaluasi ini dilaksanakan melalui penelitian tingkat pemahaman matematis siswa dengan tiga cara, yaitu: 1.
Mengamati aktiviats guru dan siswa selama pelaksanaan pembelajaran.
2.
a. Penilaian terhadap tugas yang dibuat siswa secara kelompok atau individu. b. Penilaian terhadap hasil diskusi kelompok dan saat penyajiannya di kelas.
c. Penilaiaan terhadap siswa dalam meyampaikan pendapatnya atau bertanya saat diskusi dan penyajian di kelas. 3. Mengadakan evaluasi dengan memberikan tes hasil belajar. Pada tahap ini, akan diketahui kekurangan dan kelemahan serta hambatanhambatan yang muncul pada tiap-tiap siklus yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan dalam merancang tindakan untuk siklus berikutnya.
E. Instrumen Penelitian Intrumen penelitian adalah alat atau fasiltas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Instrumen Tes Menurut Arikunto (2010: 193) tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes merupakan suatu alat prosedur yang sistematik dan obyektif untuk memperoleh data atau keterangan tentang seseorang dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat. Dalam menggunakan metode tes, peneliti menggunakan instrumen berupa soal-soal tes. Soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes awal dan soal tes akhir, di mana pemberian soal tes awal untuk mengetahui
kemampuan pemahaman matematis siswa sebelum menggunakan teknik brainstorming, sedangkan tes akhir dilakukan untuk melihat peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa selelah pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik barinstorming diberikan. Untuk mengetahui uji coba kelayakan instrumen suatu penelitian di berikan di kelass XI.7 yang berupa soal uraian sebanyak 10 soal, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010:211). Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kuarang valid berarti mempunyai validitas yang rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Untung menghitung validitas tes menggunakan rumus kolerasi Product Moment sebagai berikut (Suherman, 2003: 120): Dengan menggunakan angka kasar ( √(
) (
Keterangan: rxy = Indeks korelasi antara vasiabel x dan variable y N = banyaknya siswa yang mengikuti tes X = nilai hasil uji coba
)(
) )
Y = skor total Tabel 3.1 Klasifikasi Koefisien Validitas Nilai rxy Interpolasi 0,90 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,70 < rxy ≤ 0,90 Tinggi (baik) 0,40 < rxy ≤ 0,70 Sedang (cukup) 0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah (kurang) 0,00 < rxy ≤ 0,20 Sangat rendah rxy ≤ 0,00 Tidak valid Sumber: Suherman (2003: 113) Kemudian untuk menguji keberartian validitas koefisien korelasi setiap soal uraian di hitung dengan menggunakan (Sudjana, 2005:377): t = rxy
√ √
Keterangan: rxy = koefisien korelasi product moment t
= thitung
n = banyaknya siswa yang mengikuti tes b.
Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan
sebagai
suatu
alat
yang
memberikan
hasil
yang
tetap
sama/konsisten. Untuk mencari reabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya pada soal berbentuk uaraian maka menggunakan rumus Alpha (Suherman, 2003: 154), yaitu: r11 = (
)(
)
Keterangan: r11 = koefisien reabilitas n = banyaknya butir soal ∑
= jumlah varians soal tiap item = varians skor total Sedangkan untuk menghitung varians skor yaitu dengan menggunakan
(Suherman, 2003: 154): (
)
= Keterangan: N = banyaknya siswa yang mengikuti tes xi = skor butir soal ke i i = nomor soal Klasifikasi koefisien reliabilitas tersaji pada tabel berikut ini. Tabel 3.2 Koefisien reliabilitas Nilai r11 r11 ≤ 0,20 0,20 ≤ r11 < 0,40 0,40 ≤ r11 < 0,70 0,70 ≤ r11 < 0,90 0,90 ≤ r11 < 1,00 Sumber: Suherman (2003:139) c.
Interpretasi Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Daya Pembeda Soal Daya pembeda dari sebuah soal menyatakan seberapa jauh kemampuan
butir soal tersebut mampu membedakan antara testi (siswa) yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi (siswa) yang tidak dapat menjawab soal
tersebut (atau testi yang menjawab salah) menurut Suherman (2003:160). Dengan perkataan lain, daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara testi (siswa) yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda soal digunakan rumus menurut Kurikulum 1994 (Praja, 2001:42)sebagai berikut: DP = Keterangan: DP
= daya pembeda
SA
= jumlah skor yang dicapai siswa kelompok atas
SB
= jumlah skor yang dicapai siswa kelompok bawah
N
= jumlah siswa dari kelompok atas dan kelompok bawah
Maks = skor maksimal Klasifikasi koefisien daya pembeda tersaji pada tabel berikut: Tabel 3.3 Klasifikasi koefisien daya pembeda Nilai Daya Pembeda Interpretasi DP ≤ 0.00 Sangat jelek 0,00 < DP ≤ 0.20 Jelek 0,20 < DP ≤ 0.40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0.70 Baik 0,70 < DP ≤ 1.00 Sangat baik Sumber: ( Suherman, 2003: 161) d.
Indeks Kesukaran Soal Indeks kesukaran merupakan derajat kesukaran suatu butir soal yang
dinyatakan dengan bilangan indeks kesukaran. Bilangan tersebutt adalah bilangan real pada interval (kontinum) dari 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal
dengan indeks kesukaran 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah. Untuk menghitung indeks tingkat kesukaran soal uraian menurut Kurikulum 1994 (Praja, 2001: 41) yaitu: IK = Keterangan: IK = Indeks Kesukaran SA = jumlah skor yang dicapai siswa kelompok atas SB = jumlah skor yang dicapai siswa kelompok bawah N = jumlah siswa dari kelompok atas dan kelompok bawah Maks = skor maksimal Klasifikasi koefisiean indeks kesukaran tersaji peda tabel berikut: Tabel 3.4 Klasifikasi koefisien indeks kesukaran Nilai Indeks Kesukaran (IK) Interpretasi IK = 0,00 Soal terlalu sukar 0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang 0,70 < IK ≤ 1,00 Soal mudah IK = 1,00 Soal terlalu mudah Sumber: (Suherman, 2003: 170) Adapun hasil perhitungan analisis hasil soal tes uji coba disajikan pada tabel 3.5 sebagai berikut:
Tabel 3.5 Analisis Hasil Soal Tes Uji Coba Validitas
Kesahihan
Reliabilitas
Daya Pembeda
Indeks Kesukaran
ndeks
Interprestasi thitung
ttabel Interprestasi Indeks Interprestasi Indeks Interprestasi Indeks Interprestasi
53
Sedang
4,54
Sahih
0,31
Cukup
0,69
Sedang
So
54
Sedang
4,55
Sahih
0,45
Baik
0,55
Sedang
So
58
Sedang
5,24
Sahih
0,43
Baik
0,54
Sedang
So
24
Rendah
1,52
Tidak Sahih
0,26
Cukup
0,73
Mudah
So
0,42
Baik
0,54
Sedang
So
Di
62
Sedang
6,04
2,02 Sahih
71
Tinggi
8,59
Sahih
0,63
Baik
0,46
Sedang
So
63
Sedang
6,26
Sahih
0,41
Baik
0,29
Sukar
So
74
Tinggi
9,81
Sahih
0,59
Baik
0,53
Sedang
So
52
Sedang
4,27
Sahih
0,40
Baik
0,57
Sedang
So
67
Sedang
7,29
Sahih
0,62
Baik
0,37
Sedang
So
0,72
Tinggi
Catatan: Soal yang digunakan sebanyak 9 soal, yaitu no 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10. Sedangkan soal no 4 itu tidak digunakan, karena setelah dihitung tingkat kesahihannya ternyata soal itu tidak sahih.
3.
Obervasi Menurut Arikunto (2010: 199) obsevasi adalah menatap kejadian, gerak
atau proses. Observasi merupakan suatu teknik evaluasi non-tes yang menginventarisasikan data tentang sikap dan kepribadian siswa dalam kegiatan belajarnya. Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan dan perilaku siswa secara langsung. Adata diperoleh untuk dijadikan bahan evaluasi. Data ini bersifat relatif, karena dapat dipengaruhi oleh keadaan dan subyektivitas pengamat. Didalam pengertian psikologi, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, perada dan pengecap. Di dalam artian penelitian obsevasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar maupun rekaman suara. Instrumen observasi guru dan siswa berupa lembar observasi yang di gunakan untuk mengamati perilaku/gaya mengajar guru, perilaku siswa dan interaksi guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Instrumen tersebut yang berupa pedoman pengamatan, biasa digunakan dalam observasi sitematis dimana si pelaku observasi bekerja sesuai dengan pedoman yang telah dibuat. Pedoman tersebut berisi daftar jenis kegiatan yang kemungkinan terjadi atau kegiatan yang akan diamati. Dengan observasi peneliti dapat mengetahui kegiatan siswa dalam mempersiapkan, memperhatikan, presentasi dan keaktifan dan mencurahkan pendapat atau menyumbangkan ide serta keaktifan dalam bertanya selam proses
pembelajaran berkaitan dengan penggunaan teknik pembelajaran brainstorming sebagai upaya dalam meningkatkan pemahaman matematis siswa SMP Negeri 1 Cilimus dalam pemebelajaran matematika. Dalam lembar observasi yang dibuat peneliti berupa catatan penting yang digunakan
untuk
mengobservasi
hal-hal
yang
terjadi
dalam
kegiatan
pembelajaran, seperti keterlaksanaan RPP dan keterlaksanaan tindakan. 4.
Angket Angket merupakan subuah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus
dijawab oleh orang yang akan di evaluasi. angket berfungsi sebagai alat pengumpul data. Data tersebut berupa keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap atau pendapat mengenai suatu hal. Data yang akan dikumpulkan melalui angket itu berkisar pada kondisi atau keadaan siswa, guru dan petugas pendidik lainnya, kegiatan belajar mengajar, sarana dan prasarana serta serta fasilitas lainnya. Angket tidak dimaksudkan untuk untuk menguji responden, akan tetapi lebih mengutamakan pencarian atau pengungkap dari responden. Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Angket ini menggunakan skala likert yang terdiri dari dua jenis pertanyaan yaitu pertanyaan positif dan negatif. Untuk setiap pertanyaan positif dan negatif disediakan empat pilihan jawaban yaitu: sangan setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Lembar angket digunakan untuk memperoleh data melalui respon belajar siswa. Angket berisi
kumpulan pernyataan yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui seberapa besar respon belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik pembelajaran brainstorming.
F. Teknik Pengumpulan Data Dalam memperoleh data yang diperluakan, maka peneliti melakukan pengumpulan data. Untuk mengetahui data yang diperlukan oleh penulis maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data yaitu tes uraian dengan maksud untuk mengetahui sampai sejauh mana peningkatan pemahaman matematis siswa dan umtuk mengetahui ketuntasan belajar siswa sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Lebar observasi guru dan aktivitas siswa digunakan untuk mengamati perilaku/gaya mengajar guru, perilaku siswa pada saat proses belajar mengajar dan interaksi guru dan siswa selam proses belajar mengajar berlangsung. Angket siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaaan teknik brainstorming dengan memberikan daftar pertanyaan yang disusun untuk mengumpulkan informasi tertentu.
No. 1.
2. 3.
Tabel 3.6 Teknik pengumpulan data Jenis Data Teknik Pengumpulan Data Peningkatan pemahaman matematis dan ketuntasan belajar siswa
Tes
Aktifitas guru dan siswa pada saat proses
Lembar observasi dan
belajar mengajar
aktivitas siswa
Repon siswa terhadap pemebelajaran
Angket siswa
G. Teknik Pengolahan Data Pengolahan data ditujukan untuk mengetahui apakah teknik brainstorming dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan pemahaman matematis siswa dan seberapa daya serap siswa dalam memahami materi yang telah disampaikan. 1. Hasil Belajar Siswa Untuk mengetahui peningkatan pemahaman matematis siswa baik secara keseluruhan maupun perindikatornya yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan teknik brainstorming
dihitung dengan
rumus indeks gain menurut Hake (Meltzer, 2002: 13), yaitu: Indeks Gain =
No. 1. 2. 3.
Tabel 3.7 Kriteria Gain Indeks Gain g > 0,70 0,30 < g ≤ 0,70 g ≤ 0,30
Interpretasi Tinggi Sedang Rendah
Sumber: (Meltzer, 2002: 13). 2. Ketuntasan Belajar Siswa Ketuntasan belajar dari setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal untuk ketuntasan masingmasing indikator sebesar 72%. Adapun kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran matematika yang diteliti adalah 70 dari skala 100, maka siswa dikatakan tuntas apabila telah mencapai nilai KKM. Data yang diperoleh dari ketuntasan hasil belajar setiap siswa selama proses pembelajaran pada setiap siklusnya di analisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Presentase ketuntasan hasil belajar kelas =
× 100% Zainal Aqib (Fitria, 2012: 36)
3. Lembar Observasi Untuk menganalisis data observasi aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran matematika memalui teknik brainstorming yang diperoleh saat proses belajar mengajar berlangsungdianalisis dengan menggunakan rumus: Presentase aktivitas guru dan siswa =
× 100% Sugiyono (2012: 137)
Tabel 3.8 Kriteria presentase aktivitas Presentase Kriteria < 60% Kurang 60% - 69% Cukup 70% - 84% Baik 85% - 100% Sangat baik Sumber: Sugiyono (2012: 137) 4.
Angket Respon Siswa Untuk mengetahui respon siswa terhadap suatu pernyataan terhadap
pembelajaran matematika, dengan menggunakan angket siswa. Pengolahan data angket Sujdana (2006 : 131)
P= Keterangan: P
= presentase jawaban
f
= frekuansi jawaban
n
= jumlah responden
× 100%
Tolak ukur untuk menentukan presentase dan kriteria responden dapat tersaji pada tabel berikut ini. Tabel 3.9 Kriteria responden Presentase 80% < P ≤ 100% 60% < P ≤ 80% 40% < P ≤ 60% 20% < P ≤ 40% 0% < P ≤ 20% Sumber: Riduwan (2008 :89)
Kriteria Sangat Kuat Kuat Cukup Lemah Sangat Kuat
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian tindakan kelas serta pembahasannya yang diperoleh dari data seluruh rangkaian penelitian yang telah dilaksanakan. Data tersebut yaitu hasil kemampuan pemahanan matematis siswa, hasil obeservasi aktivitas siswa dan gurus serta data hasil angket untuk mengetahui respon siswa terhadap teknik pembelajaran yang digunakan. Hasil penelitian dan pembahasan dari temuan-temuan pada setiap siklus dilakukan
bertujuan
untuk
mengetahui
apakah
pembelajaran
dengan
menggunakan teknik brainstorming dapat meningkatkan pemahaman matematis siswa, maka diadakan pretes postes, tes siklus I, tes siklus II dan tes siklus III. Dalam bab IV ini dijabarkan kedalam beberapa bagian yaitu, deskripsi hasil penelitian, analisis hasil penelitian serta pembahasan.
A. Deskripsi Hasil penelitian 1. Deskripsi Tindakan pembelajaran Pada Siklus I, II dan III 1.1 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus I a.
Perencanaan Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Cilimus kelas VIII.4 Kabupaten
Kuningan, dengan pokok bahasan Fungsi dan Relasi yang mengambil sampel penelitian kelas VIII.4. Dalam suatu penelitian perlu adanya suatu perencanaan
yang tepat untuk melakukan tindakan dalam upaya menyelesaikan masalah yang terjadi. Teknik pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut adalah teknik pembelajaran brainstrming. Dimana langkah-langkah dalam proses pembelajaran
yang pertama yaitu, kegiatan pendahuluan yaitu memberikan
motivasi kepada siswa terlebih dahulu agar siswa itu termotivasi untuk lebih giat untuk belajar. Setelah itu, siswa diajak untuk membuat kelompok. Pada kegiatan inti dengan menggunakan alokasi waktu selama 65 menit. Pada kegiatan ini siswa diajak untuk dapat memperhatikan dan menyimak penjelasan tentang fungsi dan relasi berserta contoh yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya tahap orientasi siswa diberikan lembar kerja siswa (LKS) dan gu menyampaikan situasi yang ada dalam LKS tersebut. Pada tahap analisis, siswa dibimbing untuk dapat mengidentifikasi masalah yang terdapat pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Selanjutnya yaitu tahap hipotesis setelah
mengidentifikasi, siswa dapat mengungkapkan dan menuliskan
gagasannya untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Tahap berikutnya yaitu tahap pengeraman, dimana guru meninjau jalannya diskusi yang terjadi dalam setiap kelompok. Setelah itu guru membuat diskusi kelas dan memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil dari diskusi kelompok secara bergiliran ini terjadi pada tahap sintesis. Kelompok yang lainnya diminta untuk menanggapi atau melengkapi hasil dari kelompok yang mempresentasikan. Kemudian siswa diajak untuk dapat mengelompokkan hasil diskusi yang hampir
sama dan menyusun berdasarkan pioritas yang paling penting. Dalam tahap verivikasi, setelah siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan ketika terdapat perbedaan pendapat, guru memutuskan hasil mana yang terbaik yang dapat diambil untuk dapat menghasilkan jawaban yang benar. Siswa diberikan umpan balik dan penguatan dalam bentuk lisan maupun tulisan terhadap ahil kerja siswa. Diakhir kegiatan inti, guru mengadakan tes tentang pemahaman matematis siswa tentang materi yang telah dipelajari (Postes siklus I). Kegiatan penutup dengan alokasi waktu selama 10 menit, pada kegiatan ini siswa merefleksi hasil pembelajaran dan di bimbing untuk dapat membuat kesimpulan
tentang
materi
pembelajaran
yang
telah
dipelajari.
Guru
melaksanakan tindak lanjut pembelajaran dengan memberikan tugas atau latihan untuk menguatkan
pemahaman
matematis siswa yang telah dipelajari.
Kemudian guru menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. b.
Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus I sebanyak dua kali pertemuan dengan alokasi
waktu selama 4 jam pelajaran. Pelaksanaan pembelajaran berpedoaman pada rancangan pengajaran yang telah disusun sebelumnya. Materi yang di sampaikan pada pertemuan kali ini adalah tentang pengertian fungsi dan relasi beserta contonhnya yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan menyatakn relasi dengan diagram panah, himpunan pasangan berurut dan diagram cartesisus. Pada kegiatan pendahuluan, pembelajaran di buka dengan mengucapkan salam dan pembacaan do’a. Peneliti bertindak sebagai guru dan terlebih dahulu
memperkenalkan identitas peneliti terlebih dahulu, serta menjelaskan secata singkat mengenai teknik pembelajaran brainstorming yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dan memberikan motivasi kepada siswa serta mengajak siswa untuk membuat kelompok belajar yang terdiri dai 5-6 siswa. Pada kegiatan inti, guru membeikan lembar kerja siswa (LKS). Di dalam LKS pada pertemuan ke-1 dan ke-2 tersebut terdapat permasalahan soal yang harus di selesaikan siswa secara berkelompok yang berkaitan dengan relasi dan fungsi. Guru membimbing siswa untuk dapat mengidentifikasi masalah yang diberikan, dan mengajak siswa untuk mengungkapkan dan menuliskan pendapatnya untuk dapat menyelesaikan masalah pada kolom pendapat. Jalannya diskusi setiap kelompok ditinjau oleh guru. Setelah itu, gagasan dari masingmasing siswa didiskusikan dalam kelompok masing-masing. Kemudian, grur membuat diskusi kelas dan mempersilahkan salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil dari penyelesaian masalah yang paling tepat menurut kelompoknya. Kelompok lain diminta untuk menanggapai atau melengkapi hasil dari kelompok yang telah mempresentasikan. Setelah itu siswa dan guru mengelompokkan hasil diskusi yang hampir sama dan menyusun berdasarkan pioritas yang paling penting. Jika terdapat perbedaan pendapat, guru memutuskan gagasan mana yang terbaik yang diambil dan mengahsilkan jawaban yang benar. Siswa juga diberikan umpan balik dan penguatan dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Pada kegiatan penutup guru melakukan tes kemampuan (Postes siklus I) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman matematis siswa dalam menerima materi yang telah disampaikan. Tes ini terdiri dari 4 soal dan terdapat 4 indikator pemahaman matematis siswa dengan skor total 100 selama 15 menit. Adapu hasil perolehan nilai dari tes siklus I, dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Hasil Tes Siklus I Secara Keseluruhan dan Tiap Indikator No
Subjek
1
Indikator Ke
Jumlah
Ketuntasan
2
34
Tidak Tuntas
5
5
23
Tidak Tuntas
10
6
0
26
Tidak Tuntas
20
10
0
0
30
Tidak Tuntas
S-05
5
0
30
0
35
Tidak Tuntas
6
S-06
20
20
0
0
40
Tidak Tuntas
7
S-07
20
2
30
20
72
Tuntas
8
S-08
20
20
15
20
75
Tuntas
9
S-09
20
20
2
3
45
Tidak Tuntas
10
S-10
20
8
1
15
44
Tidak Tuntas
11
S-11
12
20
3
30
65
Tidak Tuntas
12
S-12
20
20
1
30
71
Tidak Tuntas
13
S-13
14
10
1
0
25
Tidak Tuntas
14
S-14
5
20
1
1
27
Tidak Tuntas
15
S-15
20
10
1
1
32
Tidak Tuntas
16
S-16
20
20
10
6
56
Tidak Tuntas
17
S-17
0
20
30
30
80
Tuntas
18
S-18
20
20
23
12
75
Tuntas
19
S-19
20
20
15
5
60
Tidak Tuntas
1
2
3
4
S-01
20
10
2
2
S-02
8
5
3
S-03
10
4
S-04
5
20
S-20
14
20
30
3
67
Tidak Tuntas
21
S-21
14
10
30
1
55
Tidak Tuntas
22
S-22
20
10
0
5
35
Tidak Tuntas
23
S-23
20
20
0
0
40
Tidak Tuntas
24
S-24
6
0
30
4
40
Tidak Tuntas
25
S-25
20
20
30
8
78
Tuntas
26
S-26
20
20
30
10
80
Tuntas
27
S-27
20
0
0
5
25
Tidak Tuntas
28
S-28
20
20
30
10
80
Tuntas
29
S-29
20
10
20
1
51
Tidak Tuntas
30
S-30
6
0
0
30
36
Tidak Tuntas
31
S-31
20
20
10
30
80
Tuntas
32
S-32
20
20
3
2
45
Tuntas
33
S-33
5
2
15
8
30
Tidak Tuntas
34
S-34
20
20
30
9
79
Tuntas
35
S-35
20
20
12
30
82
Tuntas
36
S-36
20
10
6
2
38
Tuntas
37
S-37
10
10
5
30
55
Tidak Tuntas
Jumlah
589
497
457
368
1911
Skor Maksimal
20
20
30
30
Rata-rata
15,92 13,43 12,35
9,95
51,65
Sebagai tindak lanjut daripembelajaran tersebut, guru memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah (PR) dan guru juga menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya. Siswa dibimbing untuk dapat membuat rangkuman dari materi yang telah dipelajari dan guru mengonfirmasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
c.
Observasi Pada saat pembelajaran berlangsung terdapat beberapa observer yang
memantau jalannya aktivitas kegiatan guru dan siswa. Observer mencatat semua aktivitas kegiatan kelas selama kegiatan pemeblajaran berlangsung dalam Lembar Observasi yang telah disediakan. Dimana aktivitas guru pada tindakan pembelajaran siklus I baik, dengan perolehan nilai sebesar 62,50 %. Artinya, aktivitas guru pada siklus I sudah terlaksana dengan cukup baik. Aktivitas siswa pada proses pembelajaran siklus I dengan perolehan nilai 64,58%. Artinya, aktivitas siswa pada tindakan siklus I terlaksana dengan cukup baik. d.
Refleksi Refleksi berdasarkan temuan-temuan pada kegiatan tindakan pembelajaran
siklus I, diperoleh catatan-catatan dari hasil observer yang diberikan kepada peneliti. Dari hasil observer, peneliti menemukan masalah-masalah yang terjadi selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan teknik brainstorming mengenai materi fungsi yang menjadi kendala pada tindakan pembelajaran siklus I yang perlu diperbaiki pada saat proses pembelajaran pada tindakan siklus II dan catatan lapangan tindakan pembelajaran siklus I dan saran untuk perbaikan pada proses pembelajaran tindakan siklus II.dapat dilihat pada tebel 4.2 sebagi berikut. Tabel 4.2 Hasil Tindakan Siklus I dan Saran untuk Perbaikan Hasil Tindakan 1. Terdapat beberapa siswa yang kurang aktif dalam berkelompok. 2. Belum banyaknya siswa yang
Saran untuk Perbaikan 1. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran maka guru
perlu
memberikan
kurang mengerti dengan teknik pembelajaran yang digunakan. 3. Kurang
bisa
mengoptimalkan
waktu.
2. Guru harus memberikan lebih baik lagi motivasi kepada siswa. 3. Harus
4. Adanya guru yang kesulitan untuk mengatur
dan
mengendalikan
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 5. Siswa
pembelajaran yang fariatif.
masih
mengerjakan diberikan.
bisa
mengoptimalkan
waktu dengan baik pada saat pembelajara. 4. Guru harus mampu mengatur dan mengendalikan siswa pada saat
bingung soal
LKS
dalam yang
proses
belajar
mengajar
berlangsung. 5. Guru harus bisa membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal.
1.2 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus II a.
Perencanaan Berdasarkan hasil observasi pada tindakan siklus I terdapat temuan-
temuan di dalam pembelajaran yang telah dilakukan yaitu terdapat beberapa siswa yang kurang aktif dalam berkelompok, masih adanya siswa yang kurang mengerti dengan teknik yang digunakan dalam pembelajaran, guru kurang bisa mengoptimalkan waktu dengan baik dan guru meresa kesulitan untuk mengatur dan mengendalikan siswa dalam proses pembelajaran serta adanya siswa yang masih bingung dalam mengerjakan soal. Dalam perencanaan tindakan
pembelajaran siklus II, kegiatan awal yaitu dengan pemberian motivasi kepada siswa agar lebih semangat lagi untuk belajar. Setelah itu siswa di ajak untuk tanya jawab dan membahas latihan soal yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Siswa diarahkan untuk bergabung dengan kelompok yang telah dibentuk. Pada kegiatan inti dengan menggunakan alokasi waktu selama 75 menit. Pada kegiatan ini siswa diajak untuk dapat memperhatikan dan menyimak penjelasan yang disampaikan oleh guru. Selanjutnya siswa dibimbing untuk dapat mengidentifikasi masalah yang terdapat pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Setelah dapat mengidentifikasi, siswa mengungkapkan dan menuliskan gagasannya untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Guru meninjau jalannya diskusi yang terjadi dalam setiap kelompok. Setelah itu guru membuat diskusi kelas dan memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil dari diskusi kelompok secara bergiliran. Kelompok yang lainnya diminta untuk menanggapi atau melengkapi hasil dari kelompok yang mempresentasikan. Diakhir kegiatan inti, guru mengadakan tes tentang pemahaman matematis siswa tentang materi yang telah dipelajari (Postes siklus II). Kegiatan penutup dengan alokasi waktu selama 10 menit, pada kegiatan ini siswa merefleksi hasil pembelajaran dan di bimbing untuk dapat membuat kesimpulan
tentang
materi
pembelajaran
yang
telah
dipelajari.
Guru
melaksanakan tindak lanjut pembelajaran dengan memberikan tugas atau latihan untuk menguatkan
pemahaman
matematis siswa yang telah dipelajari.
Kemudian guru menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. b.
Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus II sebanyak dua kali pertemuan dengan
alokasi waktu selama 4 jam pelajaran. Materi pada pertemuan kali ini adalah tentang merumuskan suatu fungsi serta menghitung nilai fungsi dan menentukan bentuk fungsi. Pada kegiatan pendahuluan, pembelajaran di buka dengan mengucapkan salam dan pembacaan do’a. Selanjutnya guru memerikasa dan membahas PR yang siswa tidak bisa atau kesulitan untuk mengerjakannya. Setelah itu guru menjelaskan materi yang akan di bahas, menyampaikan tujuan dan memberikan motivasi kepada siswa. Pada kegiatan inti, guru memberikan lembar kerja siswa (LKS). Di dalam LKS pada pertemuan ke-3 dan ke-4 tersebut terdapat permasalahan soal yang harus di selesaikan siswa secara berkelompok yang telah dibentuk sebelumnya. Guru membimbing siswa untuk dapat mengidentifikasi masalah yang diberikan, dan mengajak siswa untuk mengungkapkan dan menuliskan pendapatnya untuk dapat menyelesaikan masalah pada kolom pendapat. Jalannya diskusi setiap kelompok ditinjau oleh guru. Setelah itu, gagasan dari masing-masing siswa didiskusikan dalam kelompok masing-masing. Kemudian, grur membuat diskusi kelas dan mempersilahkan salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil dari penyelesaian masalah yang paling tepat menurut kelompoknya. Kelompok lain diminta untuk menanggapai atau melengkapi hasil dari kelompok yang telah mempresentasikan. Setelah itu siswa dan guru mengelompokkan hasil diskusi
yang hampir sama dan menyusun berdasarkan pioritas yang paling penting. Jika terdapat perbedaan pendapat, guru memutuskan gagasan mana yang terbaik yang diambil dan mengahsilkan jawaban yang benar. Siswa juga diberikan umpan balik dan penguatan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Pada kegiatan penutup guru melakukan tes kemampuan (Postes siklus II) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman matematis siswa dalam menerima materi yang telah disampaikan. Tes ini terdiri dari 3 soal dengan skor total 100 selama 15 menit. Adapun nilai hasil tes siklus Iidapat dilihat pada tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Hasil Nilai Tes Siklus II Secara keseluruhan dan Tiap Indikator No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Indikator Ke
Subjek S-01 S-02 S-03 S-04 S-05 S-06 S-07 S-08 S-09 S-10 S-11 S-12 S-13 S-14 S-15 S-16 S-17 S-18 S-19
1 16 0 0 3 30 30 30 30 30 30 4 30 2 8 10 30 30 15 30
2 10 10 10 10 6 10 10 2 10 10 10 10 10 10 10 5 10 10 10
3 30 0 30 30 30 15 30 30 30 16 30 2 30 30 30 30 15 30 2
4 10 30 30 30 2 25 20 20 4 4 30 30 30 12 5 30 30 20 30
Jumlah
Ketuntasan
66 40 70 73 68 80 90 82 74 60 74 72 72 60 55 95 85 75 72
Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
S-20 S-21 S-22 S-23 S-24 S-25 S-26 S-27 S-28 S-29 S-30 S-31 S-32 S-33 S-34 S-35 S-36 S-37 Jumlah Skor Maksimal Rata-rata
30 30 30 30 10 30 30 7 30 30 30 4 30 10 30 30 12 30 791 30 21,38
10 10 10 10 10 5 5 10 10 10 10 10 10 5 10 10 7 10 335 10 9,05
30 30 6 30 30 30 30 30 15 30 15 30 30 10 10 15 30 30 871 30 23,54
9 8 30 16 30 30 30 10 30 13 30 30 2 25 30 30 30 10 785 30 21,22
79 78 76 86 80 95 95 57 85 83 85 74 72 50 80 85 79 80 2782
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
75,19
Sebagai tindak lanjut daripembelajaran tersebut, guru memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah (PR) dan guru juga menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya. Siswa dibimbing untuk dapat membuat rangkuman dari materi yang telah dipelajari dan guru mengonfirmasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. c.
Observasi Pada saat pembelajaran berlangsung terdapat beberapa observer yang
memantau jalannya aktivitas kegiatan guru dan siswa. Observer mencatat semua aktivitas kegiatan kelas selama kegiatan pemeblajaran berlangsung dalam Lembar Observasi yang telah disediakan. Dimana aktivitas guru pada tindakan
pembelajaran siklus II baik, dengan perolehan nilai sebesar 77,08%. Artinya, aktivitas guru pada siklus I sudah terlaksana dengan baik. Aktivitas siswa pada proses pembelajaran siklus II dengan perolehan nilai 75%. Artinya, aktivitas siswa pada tindakan siklus I terlaksana dengan baik. d.
Refleksi Refleksi berdasarkan temuan-temuan pada kegiatan tindakan pembelajaran
siklus II, diperoleh catatan-catatan dari hasil observer yang diberikan kepada peneliti. Dari hasil observer, peneliti menemukan masalah-masalah yang terjadi selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan teknik brainstorming mengenai materi fungsi yang menjadi kendala pada tindakan pembelajaran siklus II yang perlu diperbaiki pada saat proses pembelajaran pada tindakan siklus III dan catatan lapangan tindakan pembelajaran siklus II dan saran untuk perbaikan pada proses pembelajaran tindakan siklus III.dapat dilihat pada tebel 4.4 sebagi berikut. Tabel 4.4 Hasil tindakan siklus II dan saran untuk perbaikan Hasil Tindakan
Saran untuk Perbaikan
1. Kekurangan yang terjadi pada siklus
1.
I sudah di perbaiki.
Berikan lagi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
2. Masih kurangnya kepercayaan diri
2.
Guru harus menumbuhkan lagi
siswa untuk mempresentasikan hasil
kepercayaan diri siswa agar lebih
kerja siswa.
percaya
3. Guru harus memberikan kesempatan
mempresentasikan
lagi kepada siswa untuk bertanya. 4. Aktivitas tingkatkan.
siswa
harus
lebih
diri
untuk hasil
kerja
siswa di depan teman-teman. di
3.
Aktivitas siswa harus lebih di tingkatkan lagi dengan interaksi antara guru dan siswa.
1.3 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus III a.
Perencanaan Berdasarkan hasil observasi pada tibdakan siklus II terdapat temuan-
temuan di dalam pempelajaran yang telah dilakukan yaitu masih kurangnya kepercayaan diri siswa untuk mempresentasikan hasil kerja siswa, guru harus memberikan kesempatan lagi kepada siswa untuk bertanya, dan aktivitas siswa harus lebih di tingkatkan. Dari beberapa temuan, maka guru harus merencanakan pertemuan selanjunya agar lebih baik lagi. Dalam perencanaan tindakan pembelajaran siklus III, kegiatan awal yaitu dengan pemberian motivasi kepada siswa agar lebih semangat lagi untuk belajar. Setelah itu siswa di ajak untuk tanya jawab dan membahas latihan soal yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Siswa diarahkan untuk bergabung dengan kelompok yang telah dibentuk. Pada kegiatan inti dengan menggunakan alokasi waktu selama 65 menit. Pada kegiatan ini siswa diajak untuk dapat memperhatikan dan menyimak penjelasan yang disampaikan oleh guru. Selanjutnya siswa dibimbing untuk dapat mengidentifikasi masalah yang terdapat pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Setelah dapat mengidentifikasi, siswa mengungkapkan dan menuliskan gagasannya untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Guru meninjau jalannya diskusi yang terjadi dalam setiap kelompok. Setelah itu guru membuat diskusi kelas dan memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil dari diskusi kelompok secara bergiliran. Kelompok yang lainnya diminta untuk menanggapi atau
melengkapi hasil dari kelompok yang mempresentasikan. Diakhir kegiatan inti, guru mengadakan tes tentang pemahaman matematis siswa tentang materi yang telah dipelajari (Postes siklus III). Kegiatan penutup dengan alokasi waktu selama 10 menit, pada kegiatan ini siswa merefleksi hasil pembelajaran dan di bimbing untuk dapat membuat kesimpulan
tentang
materi
pembelajaran
yang
telah
dipelajari.
Guru
melaksanakan tindak lanjut pembelajaran dengan memberikan tugas atau latihan untuk menguatkan
pemahaman
matematis siswa yang telah dipelajari.
Kemudian guru menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. b.
Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus III sebanyak satu kali pertemuan dengan
alokasi waktu selama dua jam pelajaran. Materi pada pertemuan kali ini adalah tentang Menyajikan kembali pasangan nilai peubah dengan nilai fungsi ke dalam sebuah tabel dan menggambar grafik fungsi aljabar pada bidang cartesius. Pada kegiatan pendahuluan, pembelajaran di buka dengan mengucapkan salam dan pembacaan do’a.. Selanjutnya guru memerikasa dan membahas PR yang siswa tidak bisa atau kesulitan untuk mengerjakannya. Setelah itu guru menjelaskan materi yang akan di bahas, menyampaikan tujuan dan memberikan motivasi kepada siswa. Pada kegiatan inti, guru memberikan lembar kerja siswa (LKS). Di dalam LKS pada pertemuan ke-5 tersebut terdapat permasalahan soal yang harus di selesaikan siswa secara berkelompok yang telah dibentuk sebelumnya. Guru
membimbing siswa untuk dapat mengidentifikasi masalah yang diberikan, dan mengajak siswa untuk mengungkapkan dan menuliskan pendapatnya untuk dapat menyelesaikan masalah pada kolom pendapat. Jalannya diskusi setiap kelompok ditinjau oleh guru. Setelah itu, gagasan dari masing-masing siswa didiskusikan dalam kelompok masing-masing. Kemudian, grur membuat diskusi kelas dan mempersilahkan salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil dari penyelesaian masalah yang paling tepat menurut kelompoknya. Kelompok lain diminta untuk menanggapai atau melengkapi hasil dari kelompok yang telah mempresentasikan. Setelah itu siswa dan guru mengelompokkan hasil diskusi yang hampir sama dan menyusun berdasarkan pioritas yang paling penting. Jika terdapat perbedaan pendapat, guru memutuskan gagasan mana yang terbaik yang diambil dan mengahsilkan jawaban yang benar. Siswa juga diberikan umpan balik dan penguatan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Pada kegiatan penutup guru melakukan tes kemampuan (Postes siklus III) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman matematis siswa dalam menerima materi yang telah disampaikan. Tes ini terdiri dari 3 soal dengan skor total 100 selama 15 menit. Adapun hasil nilai siklus III dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut. Tabel 4.5 Hasil Nilai Tes Siklus III Secara Keseluruhan dan Tiap Indikator No 1 2 3
Indikator Ke
Subjek S-01 S-02 S-03
1 20 15 20
2 20 20 1
3 30 5 30
4 2 30 30
Jumlah
Ketuntasan
72 70 81
Tuntas Tidak Tuntas Tuntas
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
S-04 S-05 S-06 S-07 S-08 S-09 S-10 S-11 S-12 S-13 S-14 S-15 S-16 S-17 S-18 S-19 S-20 S-21 S-22 S-23 S-24 S-25 S-26 S-27 S-28 S-29 S-30 S-31 S-32 S-33 S-34 S-35 S-36 S-37 Jumlah Skor Maksimal Rata-rata
20 20 30 12 20 1 30 30 20 20 30 19 20 20 13 30 7 20 30 30 20 20 30 16 20 20 11 20 15 20 30 14 20 10 30 22 20 20 3 30 20 20 15 30 20 20 0 30 20 20 30 30 20 20 30 30 20 20 25 14 20 20 30 5 20 20 11 30 20 20 30 2 20 5 30 30 20 20 30 20 15 20 30 30 20 20 30 30 20 20 30 30 20 20 12 18 8 20 30 30 20 20 25 30 20 20 15 30 20 20 30 15 20 6 30 30 5 10 30 30 10 20 30 30 20 3 30 30 20 20 30 10 15 16 30 30 671 632 915 879 20 20 30 30 18,14 17,08 24,65 23,73
82 81 89 83 87 86 71 79 82 73 85 70 100 100 79 75 81 72 85 90 95 100 100 70 88 95 85 85 86 75 90 83 80 91 3097 83,70
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Sebagai tindak lanjut daripembelajaran tersebut, guru memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah (PR) dan guru juga menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya. Siswa dibimbing untuk dapat membuat rangkuman dari materi yang telah dipelajari dan guru mengonfirmasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Pembelajaran semua dianggap selesai dan guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. c.
Observasi Pada saat pembelajaran berlangsung terdapat seorang observer yang
memantau jalannya aktivitas kegiatan guru dan siswa. Observer mencatat semua aktivitas kegiatan kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung dalam Lembar Observasi yang telah disediakan. Dimana aktivitas guru pada tindakan pembelajaran siklus III baik, dengan perolehan nilai sebesar 77,08%. Artinya, aktivitas guru pada siklus I sudah terlaksana dengan baik. Aktivitas siswa pada tindakan siklus III baik, dengan perolehan nilai sebesar 81,25%. Artinya, aktivitas siswa pada siklus III terlaksana dengan baik. d.
Refleksi Refleksi berdasarkan temuan-temuan pada kegiatan tindakan pembelajaran
siklus III, diperoleh catatan-catatan dari hasil observer, segala kekurangan yang terjadi selama proses kegiatan belajar mengajar dari siklus I dan siklus II sudah diperbaiki. Dari kegiatan belajar mengajar (KBM) berjalan dengan lancar. Tidak ada catatan yang mengganggu dalam proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Berdasarkan pelaksanaan pada tindakan siklus I sampai dengan tindakan siklus III, aktivitas guru dan siswa mengalami kemajuan yang sangat baik dari sebelumnya terlihat pada tabel 4.6 berikut. Tabel 4.6 Hasil Tindakan Pembelajaran Siklus III dan Saran Untuk Perbaikan Hasil Tindakan
Saran
1. Kekurangan pada tindakan siklus I dan
tindakan
siklus
II
sudah
diperbaiki.
1. Pertahankan
kegiatan
belajar
seperti ini, dan tidak hanya pada materi ini saja tetapi gunakan
2. Pembelajaran pada tindakan siklus
teknik pembelajaran seperti ini
III berjalan dengan lancar, siswa
dalam materi lain agar siswa tidak
dapat
merasa bosan dalam belajar.
mengikuti
pembelajaran
dengan baik.
B. Analisis Hasil Penelitian 1.
Analisis Hasil Pretes dan Postes Sebelum melaksanakan tindakan pembelajaran, guru melaksanakan
terlebih dahulu pretes dimana pretes ini untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikannya tindakan pembelajaran dengan menggunakan teknik brainstorming. Banyaknya soal yang digunakan sebanyak 9 soal dengan total skor 100 dan memuat setiap indikator pemahaman matematis siswa. Pada akhir tindakan pembelajaran guru memberikan postes, dimana postes ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diberikannya
tindakan dari beberapa siklus. Berdasarkan hasil nilai rata-rata pada pretes dan postes yang didapat secara keseluruhan, maka dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut. Tabel 4.7 Hasil Pretes dan Postes Keseluruhan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Subjek S-01 S-02 S-03 S-04 S-05 S-06 S-07 S-08 S-09 S-10 S-11 S-12 S-13 S-14 S-15 S-16 S-17 S-18 S-19 S-20 S-21 S-22 S-23 S-24 S-25 S-26 S-27 S-28 S-29 S-30 S-31 S-32 S-33 S-34
Pretes 15 13 6 10 15 20 42 23 25 4 35 5 8 7 12 36 30 23 11 35 35 15 23 20 42 30 5 23 32 16 7 25 10 23
Postes 67 60 89 81 88 85 83 95 85 50 91 62 76 82 72 90 100 93 78 73 86 60 76 100 80 100 77 93 85 76 80 86 69 93
Uji Gains 0,61 0,54 0,88 0,79 0,86 0,81 0,71 0,94 0,80 0,48 0,86 0,60 0,74 0,81 0,68 0,84 1,00 0,91 0,75 0,58 0,78 0,53 0,69 1,00 0,66 1,00 0,76 0,91 0,78 0,71 0,78 0,81 0,66 0,91
Keterangan Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
35 36 37
S-35 S-36 S-37 Jumlah Rata-rata
26 19 35 761 20,57
88 87 86 3022 81,68
0,84 0,84 0,78 28,64 0,77
Tinggi Sedang Tinggi Tinggi
Berdasarkan tabel 4.7 di peroleh peningkatan pemahaman matematis siswa yang termasuk kategori tinggi dalam uji gain sebanyak 27 siswa, yang termasuk kategori sedang sebanyak 12 siswa dan tidak ada siswa yang termasuk kategori rendah. Berikut ini adalah diagram rekapitulasi perolehan uji gain. Gambar 4.1 Rekapitulasi perolehan uji gain 30 25 20 15 10 5 0 Tinggi
Sedang
Rendah
Adapun hasil nilai rata-rata dari pretes dan postes yang didapat pada tiap indikatornya, maka dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut. Tabel 4.8 Hasil Pretes dan Postes Indikator 1 dan Indikator 2 No
Indikator 1
Subjek
Uji Gain
Postes 9
Uji Gain
Kriteria
Tinggi
Pretes 0
1,00
0,36
Sedang
1
S-01
Pretes 8
2
S-02
11
30
1,00
Tinggi
0
12
0,48
Sedang
3
S-03
1
19
0,62
Sedang
5
25
1,00
Tinggi
4
S-04
10
20
0,50
Sedang
0
23
0,92
Tinggi
1,00
Tinggi
5
13
0,40
Sedang
0,65
Sedang
5
25
1,00
0,10
Rendah
10
25
1,00
1,00
Tinggi
10
25
1,00
0,00
Rendah
10
25
1,00
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
5 6 7 8 9
S-05 S-06 S-07
10 7 20
Postes 30
Indikaor 2 Kriteria
30 22 21
S-08
7
30
S-09
13
13
10
S-10
0
30
1,00
Tinggi
3
8
0,23
Rendah
11
S-11
15
30
1,00
Tinggi
10
25
1,00
Tinggi
12
S-12
5
15
0,40
Sedang
0
7
0,28
Rendah
13
S-13
5
30
1,00
Tinggi
1
16
0,63
Sedang
14
S-14
7
25
0,78
Tinggi
0
23
0,92
15
S-15
0
30
1,00
Tinggi
10
25
1,00
1,00
Tinggi
10
25
1,00
1,00
Tinggi
10
25
1,00
0,53
Sedang
5
25
1,00
S-19
8
21
0,59
Sedang
0
25
1,00
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
20
S-20
15
15
0,00
Rendah
10
20
0,67
Sedang
21
S-21
15
30
1,00
Tinggi
10
25
1,00
Tinggi
22
S-22
10
23
0,65
Sedang
5
6
0,05
Rendah
23
S-23
15
17
0,13
Rendah
5
25
1,00
24
S-24
7
30
1,00
Tinggi
10
25
1,00
0,00
Rendah
10
25
1,00
10
25
1,00
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
0
15
0,60
Sedang
16 17 18 19
25
S-16 S-17 S-18
S-25
20 14 15
15
30 30 23
15
26
S-26
14
30
1,00
27
S-27
5
30
1,00
Tinggi Tinggi
28
S-28
15
23
0,53
Sedang
5
25
1,00
29
S-29
15
30
1,00
Tinggi
10
25
1,00
S-30
8
16
0,36
Sedang
0
25
1,00
31
S-31
7
22
0,65
Sedang
0
25
1,00
32
S-32
13
30
1,00
10
25
1,00
33
S-33
10
30
1,00
0
6
0,24
Rendah
34
S-34
15
30
1,00
Tinggi Tinggi Tinggi
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
5
18
0,65
Sedang
35
S-35
10
23
0,65
Sedang
10
25
1,00
36 37
S-36 S-37
11
17
Sedang
5
25
15
21
0,32 0,40
Sedang
10
25
1,00 1,00
Tinggi Tinggi
Jumlah
391
911
25,88
209
776
30,42
Skor Maksimal
30
30
25
25
Rata-rata
10,57
24,62
5,65
20,97
30
0,70
Tinggi
0,82
Tabel 4.9 Hasil Pretes dan Postes Indikator 3 dan Indikator 4 No
Subjek
1
Indikator 3
Indikaor 4
Pretes
Postes
Uji Gain
Kritreria
Pretes
Postes
Uji Gain
Kriteria
S-01
7
8
0,06
Rendah
0
20
1,00
Tinggi
2
S-02
2
8
0,26
Rendah
0
10
0,50
Sedang
3
S-03
0
25
1,00
Tinggi
0
20
1,00
4
S-04
0
17
0,68
Sedang
0
16
0,80
Tinggi Tinggi
0
20
0,80
Tinggi
0
12
0,60
Sedang
S-06
3
18
0,68
Sedang
5
20
1,00
Tinggi
S-07
10
25
1,00
12
0,56
Sedang
8
S-08
6
25
1,00
Tinggi Tinggi
2 0
15
0,75
9
S-09
2
18
0,70
Sedang
0
20
1,00
Tinggi Tinggi
10
S-10
1
10
0,38
Sedang
0
2
0,10
Rendah
11
S-11
10
25
1,00
0
11
0,55
Sedang
12
S-12
0
20
0,80
0
20
1,00
Tinggi
13
S-13
1
18
0,71
1
12
0,58
Sedang
14
S-14
0
18
0,72
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
0
16
0,80
15
S-15
2
7
0,22
Rendah
0
20
1,00
16
S-16
6
25
1,00
0
15
0,75
17
S-17
6
25
1,00
0
20
1,00
18
S-18
3
25
1,00
Tinggi Tinggi Tinggi
0
20
1,00
19
S-19
3
15
0,55
Sedang
0
17
0,85
20
S-20
10
18
0,53
Sedang
0
20
1,00
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
21
S-21
10
13
0,20
Rendah
0
12
0,60
Sedang
22
S-22
0
25
1,00
Tinggi
0
7
0,35
Sedang
23
S-23
3
16
0,59
Sedang
0
16
0,80
24
S-24
3
25
1,00
0
20
1,00
25
S-25
10
25
1,00
0
15
0,75
26
S-26
6
25
1,00
Tinggi Tinggi Tinggi
0
20
1,00
27
S-27
0
12
0,48
Sedang
0
20
1,00
28
S-28
2
25
1,00
1
20
1,00
29
S-29
6
25
1,00
Tinggi Tinggi
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
1
3
0,11
Rendah
30
S-30
8
15
0,41
Sedang
0
20
1,00
31
S-31
0
14
0,56
Sedang
0
20
1,00
32
S-32
2
15
0,57
Sedang
0
16
0,80
33
S-33
0
8
0,32
Sedang
0
20
1,00
34
S-34
3
25
1,00
0
20
1,00
35
S-35
6
25
1,00
0
15
0,75
36
S-36
2
25
1,00
1
20
1,00
37
S-37
10
25
1,00
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
0
10
0,50
Sedang
Jumlah Skor Maksimal Rata-rata
143
713
27,20
11
592
29,49
25
25
20
20
3,86
19,27
0,30
16,00
5
S-05
6 7
0,74
0,80
Dari data yang telah diperoleh berikut ini adalah tabel 4.10 statistik uji gain pada pretes dan postes.
Tabel 4.10 Statistik Uji Gain Pretes dan Postes Tiap Indikator Kriteria Uji Gain Indikator 1
Indikator 2
Indikator 3
Indikator 4
Tinggi
19 siswa
26 siswa
21 siswa
27 siswa
Sedang
13 siswa
7 siswa
12 siswa
8 siswa
Rendah
5 siswa
4 siswa
4 siswa
2 siswa
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa yang termasuk kriteria uji gain pada tingkat tinggi mengalami peningkatan yang cukup baik, akan tetapi pada indikator ke 3 mengalami penurunan. Sedangkan pada kategori sedang dan rendah mengalami penurunan. Hal ini disebabkan adanya peningkatan pada kategori tinggi sehingga terjadinya penurunan pada kategori sedang dan rendah. Dari hasil nilai tes pada siklus I dan siklus II dapat dihitung uji gain, maka dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut. Tabel 4.11 Uji Gain Siklus I – Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Subjek S-01 S-02 S-03 S-04 S-05 S-06 S-07 S-08 S-09 S-10 S-11 S-12 S-13 S-14 S-15
Siklus I 34 23 26 30 35 40 72 75 45 54 65 71 68 27 32
Siklus II 66 40 70 73 68 80 80 82 74 60 74 72 72 60 55
Uji Gain 0,48 0,22 0,59 0,61 0,51 0,67 0,29 0,28 0,53 0,13 0,26 0,03 0,13 0,45 0,34
Kriteria Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
S-16 S-17 S-18 S-19 S-20 S-21 S-22 S-23 S-24 S-25 S-26 S-27 S-28 S-29 S-30 S-31 S-32 S-33 S-34 S-35 S-36 S-37 Jumah Skor Maksimal Rata-rata
56 80 75 60 67 55 35 40 40 78 80 25 80 51 36 80 45 30 79 82 38 55 1964 100 53,08
95 85 75 72 79 78 76 86 80 95 95 57 85 83 85 74 72 50 80 85 79 80 2772 100 74,92
0,89 0,25 0,00 0,30 0,36 0,51 0,63 0,77 0,67 0,77 0,75 0,43 0,25 0,65 0,77 -0,30 0,49 0,29 0,05 0,17 0,66 0,56 15,42
Tinggi Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang
0,42
Sedang
Dan dari hasil nilai tes pada siklus II dan siklus III dapat dihitung uji gain, maka dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut. Tabel 4.12 Uji Gain Siklus II – Siklus III No 1
Subjek S-01
Siklus II 66
Siklus III 72
Uji Gain 0,18
Kriteria Rendah
2
S-02
40
70
0,50
Sedang
3
S-03
70
81
0,37
Sedang
4
S-04
73
82
0,33
Sedang
5
S-05
68
81
0,41
Sedang
6
S-06
80
89
0,45
Sedang
7
S-07
80
83
0,15
Rendah
8
S-08
82
88
0,33
Sedang
9
S-09
74
86
0,46
Sedang
10
S-10
60
71
0,28
Rendah
11
S-11
74
79
0,19
Rendah
12
S-12
72
82
0,36
Sedang
13
S-13
72
73
0,04
Rendah
14
S-14
60
85
0,63
Sedang
15
S-15
55
70
0,33
Sedang
16
S-16
95
100
1,00
Tinggi
17
S-17
85
100
1,00
Tinggi
18
S-18
75
79
0,16
Rendah
19
S-19
72
84
0,43
Sedang
20
S-20
79
81
0,10
Rendah
21
S-21
78
72
-0,27
Rendah
22
S-22
76
85
0,38
Sedang
23
S-23
86
90
0,29
Rendah
24
S-24
80
95
0,75
Tinggi
25
S-25
95
100
1,00
Tinggi
26
S-26
95
100
1,00
Tinggi
27
S-27
57
70
0,30
Rendah
28
S-28
85
88
0,20
Rendah
29
S-29
83
95
0,71
Tinggi
30
S-30
85
85
0,00
Rendah
31
S-31
74
85
0,42
Sedang
32
S-32
72
86
0,50
Sedang
33
S-33
50
75
0,50
Sedang
34
S-34
80
90
0,50
Sedang
35
S-35
85
90
0,33
Sedang
36
S-36
79
90
0,52
Sedang
37
S-37
80
91
0,55
Sedang
Jumah
2772
3123
15,36
Skor Maksimal
100
100
Rata-rata
74,92
84,41
0,42
Sedang
Dari data yang telah diperololeh berikut ini adalah tabel 4.13 statistik uji gain pada siklus I – siklus II dan siklus II – siklus III. Tabel 4.13 Statistik Uji Gain Siklus I – Siklus II dan Siklus II – Siklus III Kriteria Uji Gain
Siklus I-II
Siklus II-III
Tinggi
5 Siswa
6 Siswa
Sedang
17 Siswa
19 Siswa
Rendah
15 Siswa
12 Siswa
2. Analisis Tes Tiap Siklus Dari data yang telah diperoleh berikut ini adalah tabel statistik ketuntasan belajar siswa melalui teknik pembelajaran brainstorming. Tabel 4.14 Statistik Ketuntasan Belajar Siswa No
Data Statistik
Siklus I
Siiklus II
Siklus III
1.
Jumlah Siswa
37
37
37
2.
Rata-rata
44,03
75,41
83,70
3.
Nilai Tertinggi
42
100
100
4.
Nilai Terendah
20
40
72
5.
Siswa Yang Tuntas
12
28
31
6.
Siswa Yang Tidak Tuntas
25
9
6
7.
Presentase Ketuntasan
32,43%
54,05%
83,78%
3. Analisis Hasil Observasi Selama Pembelajaran a. Aktivitas Guru Dari hasil observasi terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran dianalisis dalam bentuk tabel. Hasil pengamatan selama tiga siklus tindakan pembelajaran terlihat pada Tabel 4.15 berikut ini. Tabel 4.15 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru No 1
2
Aspek yang diamati Guru membangkitkan motivasi belajar siswa. Guru menyampaikan apersepsi di awal pembelajaran.
Siklus I
Siklus II
Siklus III
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
4
Guru mampu mengontrol dan 3
mengendalikan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
4 5
Guru menyampaikan materi-materi pembelajaran yang akan diajarkan. Guru mengkaitkan bahan ajar yang baru. Guru memfasilitasi siswa untuk
6
menuliskan hasil jawaban pada lembar jawaban.
7
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
8
9
guru mampu menjawab pertanyaan yang
3
3
3
3
4
3
4
4
3
3
3
3
4
4
Jumlah Skor
36
38
43
Presentase
75%
79,16%
89,58%
Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Guru melaksanakan evaluasi
10
11
3
siswa ajukan.
pembelajaran. Guru memberikan tugas atau pekerjaan rumah kepada siswa. Guru menginformasikan materi
12
berikutnya.
Tabel 4.16 Tolak Ukur Menentukan Presentase dan Kriteria Presentase
Kriteria
< 60%
Kurang
60% - 69%
Cukup
70% - 84%
Baik
85% - 100%
Sangat baik
Perhitungan
aktivitas
guru
menggunakan teknik brainstorming. Siklus I = = Siklus II = =
x 100% x 100% = 75% x 100% x 100% = 79,16%
dalam
proses
pembelajaran
dengan
Siklus III = =
x 100% x 100% = 89,58%
Berdasarkan tabel 4.10 terlihat jelas bahwa aktivitas guru tiap siklus pada umumnya mengalami peningkatan yang cukup baik. hal ini berarti guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah direncanakan. b.
Aktifitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Seorang observer yang mengobservasi aktivitas siswa dan aktivitas guru,
karena observasi terhadap aktivitas siswa juga tidak kalah pentingnya dengan aktivitas guru. Observer memantau situasi atau kondisi aktivitas siswa selama pembelajaran di kelas dan mencatat semua kekurangan-kekurangan yang terjadi selama
proses
pembelajaran
berlangsung
dengan
menggunakan
teknik
pembelajaran brainstorming dianalisis dalam data hasil pengamatan selam pembelajaran selam tiga siklus yang dilakukan oleh observer selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, dan hasil pengamatan tersebut akan diserahkan kepada peneliti. Untuk lebih jelas, aktivitas siswa selam pembelajaran di implementasikan kedalam bentuk tabel, seperti yang terlihat pada tabel 4.17 berikut ini adalah tabel hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran brainstorming sebagai berikut: Tabel 4.17 Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa No 1 2
Aktivitas Siswa Siklus I Siklus II Siswa menertibkan diri dengan baik agar 2 3 kelas tetap dalam keadaan kondusif. Siswa termotivasi untuk belajar sesuai 3 2 dengan materi yang akan diajarkan.
Siklus III 3 3
Siswa 3
saat
guru
menyampaikan materi atau tugas Siswa
4
menyimak
berdiskusi
dengan
3
3
4
2
3
3
2
3
4
2
4
3
3
3
3
3
3
4
2
3
3
3
3
3
3
3
3
29 65,90
33 75
36 88,63
teman
kelompoknya. Siswa mampu bekerja sama dengan
5
kelompoknya. Siswa bertanya pada teman atau guru jika
6
ada yang tidak mengerti. Siswa aktif bekerja dalam kelompoknya
7
untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Siswa
8
9
mendengarkan
saat
temannya
menyajikan hasil kerja kelompoknya. Siswa berani mengungkapkan pendapat. Siswa mampu menyelesaikan soal atau
10
tugas yang diberikan Siswa
11
menyimak
saat
guru
sedang
memberikan umpan balik terhadap hasil jawaban siswa. Jumlah Presentase
Berikut ini adalah tolak ukur menentukan presentase dan kriteria responden terhadap pembelajaran matematika dalam meningkatkan pemahaman
matematis siswa melalui teknik pembelajaran brainstorming, untuk lebih jelas lihat pada tabel 4.18 berikut ini. Tabel 4.18 Tolak Ukur Menentukan Presentase dan Kriteria Presentase
Kriteria
< 60%
Kurang
60% - 69%
Cukup
70% - 84%
Baik
85% - 100%
Sangat baik
Perhitungan
aktivitas
guru
dalam
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan teknik brainstorming. Siklus I =
x 100%
=
x 100% = 65,90 %
Siklus II = =
x 100% x 100% = 75 %
Siklus III = =
x 100% x 100% = 88,63 %
Berdasarkan Tabel 4.18 terlihat bahwa aktivitas siwa tiap siklus mengalami peningkatan yang baik. hal ini berari siswa lebih aktif saat mengikuti proses pembelajaran.
4. Analisis Angket Respon Siswa Angket diberikan kapada masing-masing siswa setelah pelaksanaan proses pemeblajaran berakhir dengan menggunakan teknik brainstorming. Angket ini dimaksudkan untuk mengetahui respon siswa terhadap teknik pembelajaran brainstorming.
Dalam pengisian angket, siswa diminta memilih salah satu
jawaban yang sesuai dengan pendapat mereka masing-masing. Banyaknya item yang digunakan dalam angket ini sebanyak 10 item. Hasil angket siswa digunakan untuk mengetahui repon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan teknik brainstorming
sebagai upaya untuk
meningkatkan pemahaman matematis siswa. Tabel 4.19 Daftar Hasil Perhitungan dan Pengelompokan Angket Respon Siswa No SS S TS STS Jumlah Pernyataan Skor % Skor % Skor % Skor % Skor % 1 12 32,43 23 62,16 2 5,40 0 0 37 100 2 0 0 7 18,91 26 70,27 4 10,81 37 100 3 12 32,43 21 56,75 3 8,10 1 2,70 37 100 4 3 8,10 1 2,70 25 67,56 7 18,91 37 100 5 8 21,62 27 72,97 0 0 2 5,40 37 100 6 1 2,70 5 13,51 24 64,86 7 18,91 37 100 7 14 37,83 22 59,45 1 2,70 0 0 37 100 8 7 18,91 26 70,27 4 10,81 0 0 37 100 9 11 29,72 23 62,16 3 8,10 0 0 37 100 10 4 10,81 10 27,02 20 54,05 3 8,10 37 100
Berdasarkan pada data hasil jawaban angket di atas, nampak jelas bahwa siswa memberikan respon yang baik terhadap pembelajaran matematika dengan mengunakan teknik pemebelajaran brainstorming yang terdiri dari 10 item.
Item I, teknik pemelajaran brainstormig yang dipakai oleh guru dalam proses pemebelajaran di kelas lebih menarik dibandingkan dengan pemebelajaran biasanya. Dari 37 siswa, sebagian menjawab setuju sebanyak 23 siswa atau 62,16%, yang menjawab sangat setuju sebanyak 12 atau 32,43% dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 2 siswa atau 5,40% sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju tidak ada atau 0%.
Hal ini berarti menunjukan bahwa
sebagianbesar siswa lebih senang belajar matematika dengan menggunakan teknik brainstorming. Item II, soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan sangat sulit untuk dikerjakan. Dari 37 siswa, sebagian menjawab sangat setuju tidak ada atau 0%, yang menjawab setuju sebanyak 7 siswa atau 18,91% dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 26 siswa atau 70,27% sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 4 siswa atau 10,81%. Hal ini berarti menunjukan bahwa sebagian besar siswa tidak begitu merasa kesulitan dalam mengerjakan soal atau tugas pada saat belajar matematika dengan menggunakan teknik brainstorming. Item III, saya lebih bersemangat untuk belajar jika menggunakan teknik pembelajaran brainstorming. Dari 37 siswa, sebagian menjawab sangat setuju sebanyak 21 siswa atau 56,75%, yang menjawab setuju sebanyak 12 siswa atau 32,43% dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 3 siswa atau 8,10% sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 siswa atau 2,70%. Hal ini berarti menunjukan bahwa siswa lebih bersemangat belajar matematika dengan menggunakan teknik brainstorming.
Item IV, saya merasa bosan belajar dengan menggunakan teknik pembelajaran brainstorming. Dari 37 siswa, sebagian menjawab sangat setuju sebanyak 3 siswa atau 8,10%, yang menjawab setuju sebanyak 1 siswa atau 2,70% dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 25 siswa atau 67,56% sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 7 siswa atau 18,91%. Hal ini berarti menunjukan bahwa sebagian besar siswa tidak merasa bosan pada saat belajar matematika dengan menggunakan teknik brainstorming. Item V, saya lebih senang memahami materi belajar melalui teknik pembelajaran brainstorming. Dari 37 siswa, sebagian menjawab sangat setuju sebanyak 8 siswa atau 21,62%, yang menjawab setuju sebanyak 27 siswa atau 72,97% dantidak ada siswa yang menjawab tidak setuju sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 2 siswa atau 5,40%. Hal ini berarti menunjukan bahwa sebagian besar siswa lebih dapat memahami materi yang diberikan oleh guru pada saat belajar matematika dengan menggunakan teknik brainstorming. Item VI, saya merasa kesulitan belajar dengan menggunakan teknik pembelajaran brainstorming. Dari 37 siswa, sebagian menjawab sangat setuju sebanyak 1 siswa atau 2,70%, yang menjawab setuju sebanyak 5 siswa atau 13,51% dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 24 siswa atau 64,86% sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 7 siswa atau 18,91%. Hal ini berarti menunjukan bahwa sebagian besar siswa tidak merasa kesulitan pada saat belajar matematika dengan menggunakan teknik brainstorming.
Item VII, saya lebih senang belajar berkelompok dibandingkan tidak berkelompok. . Dari 37 siswa, sebagian menjawab sangat setuju sebanyak 14 siswa atau 37,83%, yang menjawab setuju sebanyak 22 siswa atau 59,45% dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 1 siswa atau 2,70% sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju tidak ada atau 0%. Hal ini berarti menunjukan bahwa sebagian besar siswa lebih senang belajar secara berkelompok pada saat belajar matematika dengan menggunakan teknik brainstorming. Item VIII, teknik pembelajaran brainstorming membuata saya lebih rajin dalam mengikuti pembelajaran. Dari 37 siswa, sebagian menjawab sangat setuju sebanyak 7 siswa atau 18,91%, yang menjawab setuju sebanyak 26 siswa atau 70,27% dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 4 siswa atau 10,81% sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju tidak ada atau 0%. Hal ini berarti menunjukan bahwa sebagian besar siswa lebih merasa rajin mengikuti pembelajaran pada saat belajar matematika dengan menggunakan teknik brainstorming. Item VIIII, dengan menggunakan teknik pemebelajaran brainstorming soal-soal atau tugas-tugas dapat lebih mudah saya kerjakan. Dari 37 siswa, sebagian menjawab sangat setuju sebanyak
11 siswa atau 29,72%, yang
menjawab setuju sebanyak 23 siswa atau 62,16% dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 3 siswa atau 8,10% sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju tidak ada. Hal ini berarti menunjukan bahwa sebagian besar siswa dapat mengerjakan soal-soal atau tugas lebih mudah untuk dikerjakanpada saat belajar matematika dengan menggunakan teknik brainstorming.
Item X, teknik pembelajaran brainstorming yang diterapkan oleh guru di kelas tidak ada bedanya dengan pembelajaran yang biasanya. Dari 37 siswa, sebagian menjawab sangat setuju sebanyak 4 siswa atau 10,81%, yang menjawab setuju sebanyak 10 siswa atau 24,32% dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 20 siswa atau 54,05% sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 3 siswa atau 8,10%. Hal ini berarti menunjukan bahwa sebagian besar siswa merasa terdapat
perbedaan
antara
pembelajaran
dengan
menggunakan
teknik
brainstorming dengan pemebelajaran yang seperti biasanya.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Pelaksanaan
penelitian
dengan
menerapkan
teknik
pembelajaran
brainstorming dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman matematis siswa dalam penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas VIII.4 SMP Negeri 1 Cilimus memberikan suatu pengaruh yang positif terhadap proses pembelajaran yang dapat dilihat dari deskripsi tindakan pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, aktivitas siswa dan guru, dan hasil tes pemahaman siswa mengalami presentase peningkatan yang baik dengan demikian berdasarkan pelaksanaan tindakan dari rangkaian siklus yang telah dilaksanakan, maka akan dibahas sebagai berikut. 1. Peningkatan
Pemahaman
Matematis
Siswa
Dalam
Pembelajaran
Matematika Dengan Menggunakan Teknik Brainstorming Pemahaman matematis siswa melalui teknik pembelajaran brainstorming menunjukan bahwa adanya peningkatan pemahaman matematis siswa baik secara
keseluruhan maupun pada tiap indikatornya yang sesuai dengan rencana dan tujuan pembelajaran yang diiinginkan, ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada evaluasi setiap siklusnya, dikarenakan pada saat proses belajar mengajar siswa diberikan kesempatan untuk berkelompok, di dalam menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur, selain itu teknik pembelajaran brainstorming dapat mendorong keterlibatan siswa dan juga komunikasi dan iteraksi diantara sesama teman sekaligus akan meningkatan pemahaman matematis. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan dari hasil postes siswa secara keseluruhan diperoleh rata-rata pada pretes adalah 20,57 dan rata-rata postes adalah 81,68. Dari nilai tes tiap siklus dapat dilihat adanya peningkatan dari mulai siklus I diperoleh rata-rata 44,03. Pada tindakan siklus I ini dapat disimpulkan bahwa masih terdapatnya siswa yang kurang aktif dalam kelompok, belum banyaknya siswa yang kurang mengerti dengan teknik pembelajaran yang digunakan serta siswa masih bingung dalam mengerjakan soal di dalam LKS. Siklus II diperoleh rata-rata 75,41. Pada siklus II ini dapat disimpulkan masih kurangnya percaya diri siswa untuk mempresesntasikan hasil kerjanya, aktivitas siswa yang harus ditingkatkan lagi dan guru harus memberikan kesempatan lagi kepada siswa untuk bertanya. Serta siklus III diperoleh rata-rata 83,70. Pada pelaksanaaan siklus III guru lebih terfokus pada teknik pembelajaran yang digunakan agar pada pelaksanaan tindakan siklus III lebih meningkat dibandingkan tindakan siklus sebelumnya. Pada tindakan siklus III, siswa sudah memahami teknik brainstorming, sehingga untuk mengaplikasikannya soal-soal
yang berkaitan dengan kemampuan pemahaman matematis siswa mengenai materi relasi dan fungsi menjadi lebih mudah dan dimengerti oleh siswa. Hasil tersebut menunjukan adanya peningkatan nilai rata-rata siswa, dengan kata lain proses pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik brainstorming dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa secara keseluruhan maupun pada tiap indikatornya. Hal ini disebabkan karena pada pelaksanaannya siswa diberikan penjelasan terlebih dahulu teknik brainstorming yang akan dipakai, baik langkah-langkahnya maupun kelebihan dari teknik tersebut. Setelah itu guru menggunakan teknik brainstorming dalam pembelajaran matematika sampai kegiatan belajar mengajar (KBM) selesai. Mulai dari tahap orientasi (guru menyajikan masalah atau situasi bari kepada siswa), tahap analisa (siswa merinci bahan yang relevan atas masalah yang ada, dengan kata lain siswa mengidentifikasi masalah), tahap hipotesis (siswa mengungkapkan pendapat terhadap situasi atau permasalahan yang diberikan), tahap pengeraman (siswa bekerja secara mandiri dalam kelompok untuk membangun kerangka berfikirnya), tahap sintesis (guru membuat diskusi kelas, dan siswa diminta untuk mengungkapkan pendapatnya atas permasalahan yang diberikan, dan siswa diajak untuk berfikir manakah pendapat yang terbaik dan benar) dan pada tahap terakhir yaitu tahap verifikasi (guru dan siswa melakukan pemilihan keputusan terhadap pendapat yang diungkapkan siswa sebagai pemecahan masalah yang terbaik dan benar). Dengan demikian penerapan teknik brainstorming dalam pembelajaran matematika di kelas VIII.4 SMP Negeri 1 Cilimus Kabupaten Kuningan dapat
meningkatkan pemahaman matematis siswa baik secara keseluruhan maupun pada tiap indikatornya. 2. Ketuntasan Belajar Siswa Pada Pembelajaran Dengan Menggunakan Teknik Brainstorming Hasil ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran dengan menggunakan teknik brainstorming menunjukan hasil yang baik, dikarenakan pembelajaran brainstorming lebih dari sekedar belajar berkelompok atau kerja kelompok karena dalam teknik brainstorming
ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat
kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan interpedensi efektif diantara kelompok. Dari data hasil siklus I menunjukan bahwa dari 37 siswa ada 10 siswa yang mencapai ketuntasan belajar, dengan presentase 27,02% dan nilai tertingginya 80. Dari hasil siklus II menunjukan bahwa dari 37 siswa ada 28 siswa yang mencapai ketuntasan belajar, dengan presentase 75,67% dan nilai tertingginya 95. Pada hasil siklus III menunjukan bahwa dari 37 siswa ada 31 siswa yang mencapai ketuntasan belajar, dengan presentase 83,78% dan nilai teringginya 100. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami peningkatan ketuntasan belajar di setiap siklusnya.
3.
Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Teknik Brainstorming
a.
Observasi Aktivitas Guru
Dari hasil observasi aktivitas guru pada pembelajaran siklus I baik, dengan perolehan nilai sebesar 75%. Artinya, aktivitas guru pada tindakan pembelajaran siklus I sudah terlaksana dengan cukup baik. Sedangkan pada tindakan pembelajaran siklus II juga lebih baik, dengan perolehan nilai sebesar 79,16%. Artinya aktivitas guru padatindakan pembelajaran siklus II sudah terlaksana dengan baik. Sedangkan pada pembelajaran siklus III sudah sangat baik, dibandingkan dengan pembelajaran siklus I dan siklus II dengan perolehan nilai sebesar 89,58%. Artinya aktivitas guru pada tindakan pembelajaran siklus III sudah terlaksana dengan sangat baik dibandingkan dengan tindakan pembelajaran sebelumnya. b.
Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Teknik Brainstorming Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan
teknik brainstorming dalam meningkatkan pemahaman matematis siswa menunjukan hasil ke arah yang baik. Pada tindakan siklus I aktivitas siswa memperoleh nilai sebesar 65,90%. Artinya aktivitas siswa selama tindakan pembelajaran siklus I menunjukan bahwa siswa bersikap cukup baik terhadap pembelajaran dengan menggunakan tenkik brainstorming. Sedangkan pada tindakan siklus II aktivitas siswa memperoleh nilai 75%. Artinya, aktivitas siswa pada tindakan pembelajaran siklus II menunjukan bahwa siswa bersikap baik terhadap pembelajaran dengan menggunakan teknik brainstorming. Dan pada tindakan siklus III aktivitas siswa memperoleh nilai sebesar 88,63%. Artinya, aktivitas siswa pada tindakan pembelajaran siklus III menunjukan bahwa siswa
bersikap sangat baik terhadap pembelajaran dengan menggunakan teknik brainstorming dibandingkan dengan tindakan pembelajaran sebelumnya.
4. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran dengan Menggunakan Teknik Brainstorming Gambaran mengenai angket respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik brainstorming dapat dilihat sebagai berikut: 1. Teknik pembelajaran brainstormig yang dipakai oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas lebih menarik dibandingkan dengan pembelajaran biasanya. Dari 37 siswa, sebagian menjawab setuju sebanyak 23 siswa atau 62,16%, Hal ini berarti menunjukan bahwa sebagian besar siswa lebih senang belajar matematika dengan menggunakan teknik brainstorming. 2. Soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan sangat sulit untuk dikerjakan. Dari 37 siswa yang menjawab tidak setuju sebanyak 26 siswa atau 70,27% . Hal ini berarti menunjukan bahwa sebagian besar siswa tidak begitu merasa kesulitan dalam mengerjakan soal atau tugas pada saat belajar matematika dengan menggunakan teknik brainstorming. 3. Saya lebih bersemangat untuk belajar jika menggunakan teknik pembelajaran brainstorming. Dari 37 siswa, sebagian menjawab setuju sebanyak 21 siswa atau 56,75%. Hal ini berarti menunjukan bahwa siswa lebih bersemangat belajar matematika dengan menggunakan teknik brainstorming.
4. Saya merasa bosan belajar dengan menggunakan teknik pembelajaran brainstorming. Dari 37 siswa yang menjawab tidak setuju sebanyak 25 siswa atau 67,56%. Hal ini berarti menunjukan bahwa sebagian besar siswa tidak merasa bosan pada saat belajar matematika dengan menggunakan teknik brainstorming. 5. Saya lebih senang memahami materi belajar melalui teknik pembelajaran brainstorming. Dari 37 siswa yang menjawab setuju sebanyak 27 siswa atau 72,97%. Hal ini berarti menunjukan bahwa sebagian besar siswa lebih dapat memahami materi yang diberikan oleh guru pada saat belajar matematika dengan menggunakan teknik brainstorming. 6. Saya merasa kesulitan belajar dengan menggunakan teknik pembelajaran brainstorming. Dari 37 siswa yang menjawab tidak setuju sebanyak 24 siswa atau 64,86%. Hal ini berarti menunjukan bahwa sebagian besar siswa tidak merasa kesulitan pada saat belajar matematika dengan menggunakan teknik brainstorming. 7. Saya lebih senang belajar berkelompok dibandingkan tidak berkelompok. Dari 37 siswa yang menjawab setuju sebanyak 22 siswa atau 59,45%. Hal ini berarti menunjukan bahwa sebagian besar siswa lebih senang belajar secara berkelompok pada saat belajar matematika dengan menggunakan teknik brainstorming. 8. Teknik pembelajaran brainstorming membuat saya lebih rajin dalam mengikuti pembelajaran. Dari 37 siswa yang menjawab setuju sebanyak 26 siswa atau 70,27%. Hal ini berarti menunjukan bahwa sebagian besar siswa lebih merasa
rajin mengikuti pembelajaran pada saat belajar matematika dengan menggunakan teknik brainstorming. 9. Dengan menggunakan teknik pemebelajaran brainstorming soal-soal atau tugas-tugas dapat lebih mudah saya kerjakan. Dari 37 siswa yang menjawab setuju sebanyak 23 siswa atau 62,16%. Hal ini berarti menunjukan bahwa sebagian besar siswa dapat mengerjakan soal-soal atau tugas lebih mudah untuk dikerjakanpada saat belajar matematika dengan menggunakan teknik brainstorming. 10. Teknik pembelajaran brainstorming yang diterapkan oleh guru di kelas tidak ada bedanya dengan pembelajaran yang biasanya. Dari 37 siswa yang menjawab tidak setuju sebanyak 20 siswa atau 54,05%.
Hal ini berarti
menunjukan bahwa sebagian besar siswa merasa terdapat perbedaan antara pembelajaran
dengan
menggunakan
teknik
brainstorming
dengan
pemebelajaran yang seperti biasanya. Artinya, siswa dapat menerima banyak pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik brainstorming membuat proses pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan dari pembelajaran yang biasanya, siswa juga merasa bersemangat belajar dan siswa juga lebih merasa mudah untuk memahami materi.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data yang telah dibahas pada bab sebelumnya tentang meningkatkan pemahaman matematis siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan teknik brainstorming, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Secara umum
terdapat peningkatkan kemampuan pemahaman matematis
anatara siswa sebelum diberikan tindakan dengan setelah diberikan tindakan berupa tindakan pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik brainstorming. Bila dilihat dari kualitas peningkatan pada perhitungan gain dari siklus I ke Siklus II ternyata dari 37 siswa, 14% termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan dari siklus II ke Siklus III ternyata dari 37 siswa, 16,21% termasuk dalam kategori tinggi. Bila dilihat dari peningkatan pada perhitungan gain pretes dan postes ternyata dari 37 siswa sebesar 72,29% yang termasuk kedalam kategori tinggi serta 32,43% yang termasuk kedalam kategori sedang dan tidak ada siswa yang termasuk ke dalam kategori rendah. 2.
Teknik pembelajaran brainstorming dalam pembelajaran matematika di kelas VIII.4 SMP Negeri 1 Cilimus Kabupaten Kuningan dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa yang akan berpengaruh pada ketuntasan belajar siswa. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi rata-rata siswa tiap siklusnya yang terus meningkat yang mengalami ketuntasan belajar pada siklus I 32,43%, pada siklus II mengalami ketuntasan belajar sebesar 54,05% dan pada siklus III mengalami ketuntasan belajar sebesar 83,78%.
3.
Selama proses pembelajaran dengan menggunakan teknik brainstorming aktivitas belajar siswa menunjukan peningkatan yang baik. Pada siklus I
aktivitas belajar siswa memperoleh 65,90%, siklus II aktivitas belajar siswa memperoleh 75% dan siklus III aktivitas belajar siswa memperoleh 88,63%. Sedangkan aktivitas guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan teknik brainstorming juga menunjukan peningkatan ke arah yang baik. Pada tindakal siklus I aktivitas guru memperoleh 75%, siklus II aktivitas guru memperoleh 79,16% dan pada siklus III aktivitas guru memperoleh 89,58%. Hal ini berarti aktivitas siswa maupun guru selama pembelajaran berlangsung menunjukan peningkatan yang baik pada setiap tindakan. 4.
Hasil pembagian angket kepada siswa menunjukan bahwa adanya respon yang positif terhadap teknik pembelajaran brainstorming. Artinya, siswa menerima bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik brainstorming membuat proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dari pembelajaran biasanya. Siswa merasa lebih termotivasi dalam belajar, lebih berminat dan siswa juga lebih dapat memahami materi-materi pelajaran yang diberikan oleh guru serta siswa merasa pengetahuan yang baru didapatnya itu ditemukan sendiri oleh mereka, baik secara individu maupun secara kelompok.
B. SARAN Berdasarkan hasil dari kegiatan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut:
1.
Pembelajaran brainstorming
matematika
yang
menggunakan
teknik
pembelajaran
membutuhkan waktu yang relatif lama dalam proses
pembelajraran. Karena tersita banyak waktu untuk tahap hipotesis dan tahap sintesis. Oleh karena itu, diperlukan persiapan dan perencanaan yang matang agar pembelajaran di dalam kelas berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa
dan
meningkatkan ketuntasan hasil belajar. 2.
Dari hasil observasi aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan teknik brainstorming, guru hendaknya harus sering mengontrol kerja siswa dalam diskusi agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik brainstorming.
3.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan teknik brainstorming masih terdapat siswa yang kurang baik dalam merespon pembelajaran yang telah dilakukan, karena masih terdapat siswa yang pasif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus lebih memperhatikan siswa yang kurang aktif, dan lebih memotivasi siswa untuk berperean aktif dalam melakukan kegiatan diskusi agar proses pembelajaran lebih bersifat efektif.
4.
Untuk peneliti lain hendaknya lebih mengembangkan pembelajaran dengan teknik brainstorming dalam penelitiannya, sehingga hasilnya lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dimyati. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Fatimah, S. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Knisley dengan Metode Brainstorming Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA. Skripsi. repository.upi.edu Fadilah, F. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick on The Draw untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa. Skripsi FKIP Unswagati. Tidak diterbitkan Fitria, N.(2012). Upaya Meningkatkan Pemahaman Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Advance Organizer. Skripsi FKIP Unswagati. Tidak diterbitkan. Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia Jihad, A. (2008). Pengembangan Kurukulum Matematika. Yogyakarta: Pressindo. Luthfiyati. (2011). Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. [Online]. Tesedia: http://www.te2hicacu.files.wordpress.com/2011/12/artikel.docx. [akses: Mei 2013] Meltzer. (2002). The Relationship Between Methematics Preparation and Conceptual Learning Gains In Physics: A Possible “Hidden Vaiable” In Diagnostic Pretest Scores. Ames Lowa: Depaertement Of Phsics And Astronomy. [Online]. Tersedia: http://www.physics.iastate.edu/per/docs/Addendum_on_normalized_gain.pd f . [Akses:Mei 2013] Praja, E.S. (2001) pembelajaran keterampilan proses matematika melalui belajar kooperatif. Tesis FMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Riduwan. (2008). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta. Roestiyah. (2012). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sagala, S. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sudjana. (2010). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production. Sudjana, N. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya. Sudijono, A. (2007). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo. Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika, Bandung: JICA UPI Sumarmo, U. (2010). Jurnal Berfikir Dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, Dan Bagaimana Dikembangkan Pada Peserta Didik. Tersedia di http://www.Scribd/doc/76353753 (Akses: Mei 2013) Talajan, G. (2012). Menumbuhkan Kreativitas & Prestasi Guru, Yogyakarta: LaksBang. Tirtarahardja. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.