perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LAPORAN TUGAS AKHIR
IMPLEMENTASI TASK BASED RISK ASSESSMENT (TBRA) DI AREA WAREHOUSE CHEMICAL PT EASTERN LOGISTICS LAMONGAN
Danuaji Hananto R0009027
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK IMPLEMENTASI TASK BASED RISK ASSESSMENT (TBRA) DI AREA WAREHOUSE CHEMICAL PT EASTERN LOGISTICS LAMONGAN Danuaji Hananto*, Hardjanto*, Seviana Rinawati* Tujuan: Bahan baku, peralatan, manusia, serta lingkungan kerja mengandung potensi bahaya dan faktor bahaya yang tinggi sehingga diperlukan suatu upaya pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran tentang cara mengidentifikasi potensi bahaya dan faktor bahaya yang ada di tempat kerja, kemudian melakukan penilaian dan pengendalian terhadap potensi bahaya dan faktor bahaya tersebut. Metode: Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yang memberikan gambaran tentang task based risk assessment. Pengambilan data mengenai task based risk assessment di area warehouse chemical dilakukan melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara terhadap pekerja, serta studi kepustakaan. Hasil: Tempat kerja terdapat karyawan, peralatan dan lingkungan kerja yang memiliki potensi dan faktor bahaya. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan tersebut diperlukan identifikasi bahaya, penilaian risiko serta menentukan langkah pengendaliannya sehingga tempat kerja dapat menjadi aman. Pengambilan data tentang identifikasi bahaya dan penilaian risiko dilakukan melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara kepada karyawan serta studi kepustakaan. Data yang diperoleh kemudian dibahas dengan menyesuaikan OHSAS 18001 : 2007 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Simpulan: Perusahaan telah melakukan identifikasi potensi bahaya dan faktor bahaya di tempat kerja untuk menentukan tingkat risiko dan kemudian dilakukan pengendalian sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 klausa 4.3.1. Saran yang diberikan adalah supaya dilakukan pembuatan task based risk assessment untuk seluruh area kerja agar kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dikendalikan. Kata kunci: Task Based Risk Assessment *.
Prodi Diploma III Hiperkes dan KK, FK UNS.
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT IMPLEMENTATION OF TASK BASED RISK ASSESSMENT (TBRA) CHEMICAL WAREHOUSE AREA IN EASTERN LOGISTICS PT LAMONGAN Danuaji Hananto*, Hardjanto*, Seviana Rinawati* Purpose : Raw materials, equipment, people, and work environment contains potential hazards and high hazard factors necessitating a preventive effort to prevent accidents and occupational diseases. The purpose of this study was to determine an idea of how to identify potential hazards and hazard factors are at work, then do the assessment and control of potential hazards and the danger factor. Method : The study was conducted using descriptive methods that provide an overview of the task based risk assessment. Data retrieval task based on risk assessment in chemical warehouse area is done through direct observation in the field, interviews with workers, as well as library research. Results: The workplace are employees, equipment and working environment and potential danger factor. To prevent such accidents required hazard identification, risk assessment and determine the steps control so it can be a safe workplace. Retrieval of data on hazard identification and risk assessment is done through direct observation in the field, interviews of employees as well as library research. The data obtained and discussed by adapting OHSAS 18001: 2007 on the Safety Management System and Occupational Health. Conclusion: The company has to identify potential hazards and dangers in the workplace factors to determine the level of risk and control is then performed in accordance with the OHSAS 18001: 2007 clause 4.3.1. Advice given is to be done making task based risk assessment for the entire work area so that accidents and occupational diseases can be controlled. Key word : Task Based Risk Assessment * Prodi Hiperkes Diploma III and KK, FK UNS.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh. Alhammdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan khusus dengan judul “Implementasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja Serta Lingkungan di PT Eastern Logistics Lamongan”. Laporan ini disusun guna memenuhi tugas akhir sebagai syarat kelulusan studi di Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan penelitaian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan penelitian ini antara lain yaitu : 1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp. PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Sumardiyono, SKM, M. Kes, Selaku Ketua Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Tarwaka. Sc., M.Erg selaku penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis. 4. Bapak Hardjanto, dr., Ms,Sp.Ok selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran. 5. Ibu Seviana Rinawati, SKM, Selaku pembimbing II dalam penyusunan laporan ini, terima kasih banyak atas saran dan bimbingannya serta pengarahannya dalam pembuatan laporan. 6. Ibu Florentina Nining Hastiani, selaku Human Resources Director PT Eastern Logistics Lamongan yang telah memberi kesempatan penulis agar dapat melaksanakan program magang. 7. Bapak Yudhi Feri Kurniawan, selaku QHSE Manager PT Eastern Logistics yang telah memberikan spirit, bimbingan, ilmu dan waktu luangnya kepada penulis sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan. 8. Bapak Nurdiyanto, Bapak Syamputra Wahyu Ihroza, Bapak Wahyu Minar Widodo, Bapak Dedi Kurniawan, Bapak M. Imron, Bapak Ahmad Safurwanto, Bapak Rachmad Ahdan F dan Ibu Sinta Fitriandini, selaku QHSE officer staff PT. Eastern Logistics, terima kasih atas segala ilmu, masukan dan saran yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan laporan ini. 9. Bapak-Ibu staff dan karyawan PT Eastern Logistics, PT Mekar Bangun Eka Sejati, BP Tangguh, Petronas Carigali, Surveyor Indonesia, yang telah memberikan arahan demi kelancaran selama pelaksanaan penelitian. 10. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahandaku Almarhum Kadar Slameto, ibundaku Ibu Japtatik, kakak dan adik-adikku Danar Adji S, Ismi danawati M, Febrian Aji D tercinta terimakasih atas dukungan moril, materil dan doa commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang dipanjatkan serta dorongan semangat luar biasa untuk kesuksesan putera, adik dan kakak tercintanya. 11. Deviku yang tak lelah memberikan semangat dan menemani penulis sampai saat ini, serta saran dan bantuannya selama penulis menyelesaikan laporan. 12. Teman- teman hiperkes angkatan 2009 yang selalu bersemangat. 13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaandan memiliki banyak kekurangan . Untuk itu diharapkan kritik dan saran membangundemi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca. Wabitaufiq Walhidayah. Wassalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Surakarta, Juni 2012 Penulis,
Danuaji Hananto
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ......................................... iii ABSTRAK .................................................................................................. iv KATA PENGANTAR ................................................................................ v DAFTAR ISI ............................................................................................... vii DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi BAB I
PENDAHULUAN.................................................................... A. Latar Belakang Masalah .................................................... B. Rumusan Masalah ............................................................. C. Tujuan Magang ................................................................. D. Manfaat Magang ...............................................................
1 1 3 4 4
BAB II
LANDASAN TEORI ............................................................... A. Tinjauan Pustaka .............................................................. B. Kerangka Pemikiran .........................................................
6 6 54
BAB III
METODE PENELITIAN ......................................................... A. Metode Penelitian ............................................................. B. Lokasi Penelitian .............................................................. C. Objek Dan Ruang Lingkup Penelitian ............................. D. Sumber Data ...................................................................... E. Teknik Pengumpulan Data ................................................ F. Pelaksanaan ....................................................................... G. Analisa Data ......................................................................
56 56 56 56 57 57 58 59
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ A. Hasil Penelitian ................................................................ B. Pembahasan .......................................................................
60 60 96
SIMPULAN DAN SARAN ..................................................... A. Simpulan ........................................................................... B. Saran.................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. LAMPIRAN
102 102 104 105
BAB V
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tingkatan racun Bahan berbahaya dan beracun (B3) ...................
10
Tabel 2. Nilai Kemungkinan (Likelyhood)..................................................
46
Tabel 3. Nilai Keparahan (Saverity)............................................................
46
Tabel 4. Identifikasi Bahaya, penilaian resiko dan pengendalian Bongkar Muat Tanki Nitrogen (iso tank) ...................................................
68
Tabel 5. Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian Membuka dan memasang lashing ..................................................................
69
Tabel 6. Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian Bongkar muat gas asitilen ...........................................................................
71
Tabel 7. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan PengendalianBongkar Muat Barite ...................................................................................
73
Tabel 8. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan PengendalianBongkar Muat Gas Oksigen .........................................................................
74
Tabel 9. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Bongkar Muat Bentonaite .............................................................
75
Tabel 10. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Bongkar Muat Kcl ......................................................................
76
Tabel 11. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Membuka Dan Melhasing KCl ...................................................
77
Tabel 12. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Bongkar Muat Gas Hydrogen ..................................................... commit to user ix
80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 13. Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian Bongkar muat gas helium ..........................................................................
81
Tabel 14. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Bongkar Muat Gas Karbon Dioksida .........................................
82
Tabel 15. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Strapping Drum Methanol ..........................................................
84
Tabel 16. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Menata Drum Engine Oil Diatas Palet .......................................
85
Tabel 17. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian Menata Drum Methanol Diatas Palet .........................................
86
Tabel 18. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Strapping Tabung Oksigen .........................................................
87
Tabel 19. Identifikasi Bahaya, Penilaian Rsiko Dan Pengendalian Bongkar Muat Totetank ..............................................................
89
Tabel 20. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Transportasi Drum Methanol......................................................
90
Tabel 21. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Transportasi Jumbo Bag Barite ..................................................
91
Tabel 22. Identifikasi Bahaya, Penilaian Rsiko Dan Pengendalian Transportasi Tabung Oksigen .....................................................
commit to user x
93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. GHS Pictograms and Hazard Classes ......................................
13
Gambar 2. Transport "Pictograms" ...........................................................
14
Gambar 3. Acute Oral Toxicity ..................................................................
14
Gambar 4. Titik Penyalaan ..........................................................................
23
Gambar 5. Tiga Jalur Pemaparan Utama ....................................................
24
Gambar 6. Sistem gastrointestinal...............................................................
28
Gambar 7. Kemungkinan Dampak dan Resiko dari Penyimpanan B3 .......
30
Gambar 8. Panduan Untuk Daerah Penyimpanan Bahan Kimia.................
31
Gambar 9. Panduan untuk Container Bahan Kimia....................................
33
Gambar 10. Pola Penyimpanan Kemasan Drum di Atas Palet ..................
34
Gambar 11. Penyimpanan kemasan drum menggunakan rak ...................
35
Gambar 12. Penyimpanan Bahan Kimia yang Kompatibel .......................
37
Gambar 13. Rasio Perhitungan Peluang Dan Konsekuens ........................
47
Gambar 14. Kerangka Pemikiran ................................................................
55
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Surat Panggilan Magang
Lampiran 2.
Jadwal Magang
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kemajuan
pembangunan
industri
dewasa
ini
menunjukkan
perkembangan yang sangat pesat dalam rangka menunjang laju pembangunan di segala sektor. Kemajuan industri tersebut, dibarengi dengan penggunaan bahan-bahan berbahaya antara lain bahan-bahan kimia berisiko tinggi. Bahanbahan termasuk bahan kimia berbahaya adalah bahan di mana pada suatu kondisi tertentu dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang bersumber dari kandungan bahan kimia tersebut. PT. Eastern Logistics adalah Perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa untuk industri minyak dan gas bumi, serta batu bara di Jawa Timur. Pelayanan yang diberikan oleh PT Eastern logistic untuk menunjang industri migas, maupun industri batu bara yaitu berupa, barang, jasa, rekayasa, fabrikasi, perbaikan alat produksi dan perawatannya dan aktivitas pekerjaan manual, sehingga bermanfaat bagi semua klien dan pengguna jasa tersebut. Penyediaan fasilitas penunjang tersebut salah satunya adalah penyediaan gudang bahan kimia. Bahan-bahan kimia harus disimpan secara tepat, bilamana ingin dicegah kemungkinan bahaya-bahayanya. Selain itu, perlu dijamin agar bahan-bahan berbahaya tidak bereaksi dengan bahan-bahan lain yang disimpan dan perlu commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
dijaga agar bahan-bahan yang dapat menimbulkan bahaya seperti bahan eksplosif, obat narkotika, dan lain-lain tidak ikut tersimpan (Suma’mur, 1996) Menurut Suma’mur (1996) keamanan pengangkutan sehubungan dengan bahan-bahan yang berbahaya juga sangat penting, agar dicegah bahaya bagi tenaga kerja, bahaya terhadap masyarakat dan kerusakan harta kekayaan termasuk alat angkutan. Delapan belas orang tewas ketika bahan kimia yang sedang diturunkan dari sebuah truk di Linyi, Provinsi Shandong meledak insiden itu juga mencederai
10
orang.
Sejumlah
pemerintah
daerah
China
mulai
memberlakukan peraturan mengenai pengangkutan bahan kimia berbahaya, untuk mengurangi bahaya terhadap daerah penduduk ketika bahan kimia diangkut ke dan dari pabrik (Kompas, 2009) Maka jika mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep. 187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja, pada pasal 2 menyebutkan bahwa Pengusaha atau Pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai, memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, maka suatu perusahaan yang menyimpan dan mengangkut bahan kimia berbahaya harus dikelola secara tepat. Jika prosedur yang dijalankan dan tindakan pencegahan yang tepat dijalankan dengan benar maka baik tenaga kerja, masyarakat, maupun lingkungan akan terlindung dari paparan zat kimia. Akan tetapi, baik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
disengaja maupun tidak, buangan bahan kimia tidak dapat dihindari (Palupi, 2000). Oleh karena itu perlu adanya penerapan OHSAS 18001 : 2007 terutama Klausul 4.3.1 Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control yang diperlukan untuk mengelola sumber bahaya tersebut agar tidak meyebabkan kecelakaan. Dengan melihat Material Safety Data Sheet (MSDS) dapat pula membantu memberikan informasi mengenai karakteristik dan sifat utama bahan kimia serta potensi bahaya yang dimiliki oleh bahan kimia sehingga melalui pengetahuan MSDS dapat diprediksi seberapa besar potensi yang dapat dihasilkan (Robby, 2006). Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil judul “Implementasi Task Based Risk Assessment (TBRA) di Area Warehouse Chemical PT Eastern Logistics Lamongan”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1.
Apa faktor dan potensi bahaya yang terdapat pada proses pengangkutan bahan kimia di PT. Eastern Logistics Lamongan Jawa Timur?
2.
Bagaimanakah penerapan OHSAS 18001:2007 terutama klausul 4.3.1 Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control pada warehouse chemical di PT. Eastern Logistics Lamongan Jawa Timur?
3.
Bagaimana penerapan Task Based Risk Assessment di area warehouse chemical PT Eastern Logistics Lamongan Jawa Timur? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
C. Tujuan Tujuan pelaksanaan magang yang dilakukan penulis di PT. Eastern Logistics Lamongan adalah : 1.
Mengidentifikasi faktor dan potensi bahaya serta aspek yang timbul dalam proses pekerjaan di warehouse chemical.
2.
Mengidentifikasi dampak atau akibat faktor dan potensi bahaya serta konsekuensinya dari suatu pekerjaan.
3.
Menerapkan Task Based Risk Assessment sebagai langkah pengendalian terhadap faktor dan potensi bahaya di perusahaan..
D. Manfaat Kegiatan magang ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1.
Bagi Perusaahaan Dapat memberi masukan pada perusahaan mengenai data-data aspek K3, informasi tentang kondisi lingkungan kerja terbaru dan penerapan K3 yang telah dilaksanakan. Hal tersebut sebagai acuan untuk perbaikan lingkungan kerja dan pelaksanaan program K3 selanjutnya serta dapat memberikan tambahan masukan dalam klausul Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control berupa Task Based Risk Assessment.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
2.
Bagi Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kualitas pembekalan pengetahuan di bangku perkuliahan tentang penerapan klausul 4.3.1 Klausul 4.3.1 Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control terutama tentang Task based risk Assessment.
3.
Bagi Penulis Penulis dapat mengetahui faktor dan potensi bahaya yang terdapat di area
warehouse
chemical
serta
bagaimana
penerapan
OHSAS
18001:2007 terutama klausul 4.3.1 Klausul 4.3.1 Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control di PT. Eastern Logistics Lamongan dan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1.
Definisi Tempat Kerja Tempat kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, untuk tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan sesuatu usaha dan terdapat sumber-sumber bahaya (Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja). Dalam arti lain tempat kerja adalah setiap lokasi fisik dimana aktivitasaktivitas terkait pekerjaan dilaksanakan dalam kendali organisasi. (OHSAS 18001)
2.
Definisi Bahan berbahaya dan beracun Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Sedangkan menurut Suma‟mur (1996) bahan-bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang selama pembuatannya, pengolahannya, commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
pengangkutannya,
penyimpanan,
dan
penggunaannya
mungkin
menimbulkan atau membebaskan debu-debu, kabut, uap-uap, gas-gas, serat atau radiasi mengion yang yang mungkin menimbulkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, mati lemas, keracunan dan bahaya-bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan orang yang bersangkutan dengannya atau menyebabkan kerusakan kepada barangbarang atau harta kekayaan. Sedangkan terkait dengan perdagangan bahan berbahaya juga terdapat peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 254/MPP/Kep/7/2000 tentang Tata Niaga Impor dan Peredaran Bahan Berbahaya Tertentu. Menurut aturan di atas yang disebut dengan Bahan Berbahaya (B2) adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung yang mempunyai sifat racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi. 3.
Klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun Mengingat Bahan B3 ini sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan,
maka
terhadap
bahan
B3
ini
perlu
adanya
perlakuan/pengelolaan yang khusus/hati-hati. Pengelolaan B3 dilakukan dengan tujuan (Adang dkk, 2011) : a.
Mencegah dan atau mengurangi risiko dampak B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
b.
Setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib mencegah terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan. Menurut Anang dkk (2011) untuk dapat mengelola suatu bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) dengan baik dan benar, maka kita perlu mengetahui pengklasifikasian B3 tersebut. Pengklasifikasian bahan berbahaya dan beracun menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74/2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun adalah sebagai berikut : a.
Mudah Meledak (Explosive) Mudah meledak (explosive), adalah bahan yang pada suhu dan tekanan standar (250C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan di sekitarnya.
b.
Pengoksidasi (Oxidizing) Bahan-bahan ini kaya akan oksigen, yang mendukung terjadinya kebakaran, sehingga meningkatkan terjadinya kebakaran. Beberapa bahan yang mengoksidasi seperti klorat dan permanganat dapat menyebabkan nyala api pada bubuk kayu atau jerami jika terjadi gesekan. Asam-asam kuat tertentu seperti asam sulfat dan nitrat dapat menyebabkan pembakaran jika bersentuhan dengan bahanbahan organik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
c.
Sangat Mudah Sekali Menyala (Extremely Flammable) B3 baik berupa padatan maupun cairan yang memiliki titik nyala dibawah 0oC dan titik didih lebih rendah atau sama dengan 35oC.
d.
Sangat Mudah Menyala (Highly Flammable) Bahan berbahaya dan beracun (B3) baik berupa padatan maupun cairan yang memiliki titik nyala 0oC – 21oC.
e.
Mudah Menyala (Flammable); Mempunyai salah satu sifat sebagai berikut : 1) Berupa Cairan Bahan berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan atau pada titik nyala (flash point) tidak lebih dari 60oC (140oF) akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg. 2) Berupa Padatan Bahan berbahaya dan beracun (B3) yang bukan berupa cairan, pada temperatur dan tekanan standar (25oC, 760 mmHg) dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus dalam 10 detik.
f.
Amat sangat beracun (extremely toxic)
g.
Sangat beracun (highly toxic)\ commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
h.
Beracun (moderately toxic) Bahan berbahaya dan beracun (B3) yang bersifat racun bagi manusia akan menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut. Tingkatan racun B3 dikelompokkan sebagai berikut : Tabel 1. Tingkatan racun Bahan berbahaya dan beracun (B3) No Kelompok LD50 (mg/kg) 1 Amat sangat beracun ≤1 (extremely toxic) 2 Sangat beracun (highly toxic) 1 - 50 3 Beracun (moderately toxic) 51 - 500 4 Agak beracun (slightly toxic) 501 -5.000 5 Praktis tidak beracun 5001 -15.000 (practically non-toxic) 6 Relatif tidak berbahaya > 15.000 (relatively harmless) Sumber : Peraturan Pemerintah No.74/2001
i.
Berbahaya (harmful) Bahan baik padatan maupun cairan ataupun gas yang jika terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu.
j.
Korosif (corrosive) Bahan ini meliputi asam-asam, alkali-alkali, dan bahan-bahan kuat lainnya yang mungkin berakibat terbakar sebagian tubuh yang dikenainya atau merangsang kulit, mata atau sistem pernapasan atau mungkin berakibat kerusakan kepada benda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
k.
Bersifat Iritasi (irritant) Bahan baik padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara langsung, dan apabila kontak tersebut terus menerus dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan peradangan.
l.
Berbahaya Bagi Lingkungan (dangerous to the environment); Bahaya yang ditimbulkan oleh suatu bahan seperti merusak lapisan ozon (misalnya CFC), persisten di lingkungan (misalnya PCBs), atau bahan tersebut dapat merusak lingkungan.
m. Karsinogenik (carcinogenic) Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel liar yang dapat merusak jaringan tubuh. n.
Teratogenik (teratogenic) Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio.
o.
Mutagenik (mutagenic) Sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom yang berarti dapat merubah genetika.
4.
Pemasangan Label dan tanda Menurut Suma‟mur (1996) pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisan-tulisan peringatan pada wadah untuk bahan berbahaya adalah tindakan pencegahan yang esensial. Ketika bahan kimia sedang diproduksi, tenaga kerja biasanya mempraktekan usaha keselamatan kerja secara baik. Mengenai bahan-bahan kimia dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
botol, kaleng, atau wadah lainnya, biasanya tenaga kerja mengolahnya belum mengetahui sifat bahaya dalam wadah tersebut. Demikian pula, dalam pengangkutan lebih lanjut orang-orang yang bersangkutan dengan transportasinya tidak pula mengenal bahaya-bahayanya, dalam hal ini pemberian label dan tanda adalah sangat penting. Sesuai Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP- 05/BAPEDAL/09/1995 Tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Simbol adalah gambar yang menyatakan karakteristik limbah B3. Pemberian simbol dan label pada setiap kemasan B3 adalah untuk mengetahui klasifikasi B3 sehingga pengelolaannya dapat dilakukan dengan baik guna mengurangi risiko yang dapat ditimbulkan dari B3. Untuk Standar Internasional, Chemical label mengacu pada GHS standard (Globally Harmonised System), chemical label tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini : GHS Pictograms and Hazard Classes
Oxidizers
Flammables Self Reactives Pyrophorics Self-Heating Emits Flammable Gas Organic Peroxides commit to user
Explosives Self Reactives Organic Peroxides
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Acute
toxicity (severe)
Carcinogen Respiratory
Corrosives
Environmental Toxicity
Gases Under Pressure
Irritant Dermal Sensitizer Acute toxicity (harmful) Narcotic Effects Respiratory Tract Irritation
Sensitizer Reproductive Toxicity Target Organ Toxicity Mutagenicity Aspiration Toxicity Gambar 1. GHS Pictograms and Hazard Classes Sumber : GHS (Globally Harmonised System), 2005 Transport "Pictograms"
Flammable Liquid Flammable Gas Flammable Aerosol
Flammable solid SelfReactive Substances
commit to user
Pyrophorics (Spontaneously Combustible) SelfHeating Substances
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Substances, which in contact with water, emit flammable gases (Dangerous When Wet)
Oxidizing Gases Oxidizing Liquids Oxidizing Solids
Explosive Divisions 1.1, 1.2, 1.3
Explosive Division 1.4
Explosive Division 1.5
Explosive Division 1.6
Compressed Gases
Acute Toxicity (Poison): Oral, Dermal, Inhalation
Corrosive
Marine Pollutant
Organic Peroxides
G a m b a
Gambar 2. Transport "Pictograms" Sumber : GHS (Globally Harmonised System), 2005 ACUTE ORAL TOXICITY - Annex 1 Category 1 LD50
£ 5 mg/kg
Category 2 > 5 < 50 mg/kg
Category 3 ³ 50 < 300 mg/kg
Category 4 Category 5 ³ 300 < 2000 ³ 2000 < 5000 mg/kg mg/kg
Pictogram
Signal word
No symbol
Danger
Danger Danger commit to user
Warning
Warning
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Hazard statement
Fatal if swallowed
Fatal if swallowed
Toxic if swallowed
Harmful if swallowed
May be harmful if swallowed
Gambar 3. Acute Oral Toxicity Sumber : GHS (Globally Harmonised System), 2005 5.
Data Safety Sheet Bahan Berbahaya Berdasarkan PP 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, maka setiap orang yang memproduksi B3 wajib membuat Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet) dan setiap penanggung jawab pengangkutan, penyimpanan, dan pengedaran B3 wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet). Pengusaha atau Pengurus
yang
menggunakan, menyimpan, memakai, memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Pengendalian bahan kimia berbahaya dalam tempat kerja akan meliputi : a.
Penyediaan lembar data keselamatan bahan (LDKB) dan label;
b.
Penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia. Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet) dapat
diperbanyak dengan cara menggandakan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet) sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 254/MPP/Kep/7/2000 pada lampiran V dinyatakan bahwa Lembar Data commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Keselamatan Bahan (LDKB/MSDS) berisi mengenai hal-hal sebagai berikut: a.
Identitas Bahan dan Perusahaan Nama Bahan : Rumus Kimia : Kode Produksi : Sinonim : Nama perusahaan (pembuat) atau distributor atau importir : 1) Nama Perusahaan : Alamat : Phone : 2) Nama Distributor : Alamat : Phone : 3) Nama Importir : Alamat : Phone :
b.
Komposisi Bahan
c.
Identifikasi Bahaya 1) Ringkasan bahaya yang penting 2) Akibat terhadap kesehatan a) Mata b) Kulit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
c) Tertelan d) Terhirup e) Karsinogenik f)
Teratogenik
g) Reproduksi d.
Tindakan pertolongan pertama pada kesehatan (P3K) terkena pada : 1) Mata 2) Kulit 3) Tertelan 4) Terhirup
e.
Tindakan Penanggulangan Kebakaran 1) Sifat-sifat bahan mudah terbakar Titik nyala : C (.........F) 2) Suhu nyala sendiri : C 3) Daerah mudah terbakar Batas terendah mudah terbakar : % Batas tertinggi mudah terbakar : % 4) Media pemadaman api 5) Bahan khusus 6) Instruksi pemadaman api
f.
Tindakan Terhadap Tumpukan dan Kebocoran 1) Tumpahan dan kebocoran kecil 2) Tumpahan dan kebocoran besar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
3) Alat pelindung diri yang digunakan g.
Penyimpanan dan Penanganan Bahan 1) Penangan bahan 2) Pencegahan terhadap pemajanan 3) Tindakan pencegahan terhadap kebakaran dan peledakan 4) Penyimpanan 5) Syarat khusus penyimpanan bahan
h.
Pengendalian Pemajanan dan Alat pelindung Diri 1) Pengendalian Teknis 2) Alat Pelindung Diri : plindung pemajanan, mata, kulit, tangan, dan lain-lain.
i.
Sifat-sifat Fisika dan Kimia 1) Bentuk : Padat/Cair/Gas 2) Bau : 3) Warna : 4) Masa Jenis : 5) Titik Didih : 6) Titik Lebur : 7) Tekanan Uap : 8) Kelarutan Dalam Air : 9) P H :
j.
Reaktifitas dan Stabilitas 1) Sifat Reaktifitas : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
2) Sifat Stabilitas : 3) Kondisi yang Harus Dihadapi : 4) Bahan yang Harus Dihindari : 5) Bahan Dekomposisi : 6) Bahaya Polimerisasi : k.
Informasi Toksikologi 1) Nilai Ambang Batas (NAB) : …….. ppm 2) Terkena Mata : 3) Tertelan LD 50 (mulut) : 4) Terkena Kulit : 5) Terhirup LD 50 (pernapasan) : 6) Efek Lokal : 7) Pemaparan Jangka Pendek (Akut) : 8) Pemaparan Jangka Panjang (Kronik) : a) Korsinogen b) Teratogen c) Reproduksi d) Mutagen
l.
Informasi Ekologi 1) Kemungkinan dampaknya terhadap lingkungan 2) Degradasi 3) Bio akumulasi
m. Pembuangan Limbah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
n.
Pengangkutan 1) Peraturan internasional 2) Pengangkutan darat 3) Pengangkutan laut 4) Pengangkutan udara
o.
Peraturan perundang – undangan yang menjadi acuan bahan berbahaya tersebut.
6.
Informasi Sumber Bahaya yang Terkait Dengan Bahan Kimia Menurut Adidas Group (2010) menguraikan bahwa hampir semua bahan kimia yang digunakan dapat memberikan dampak merugikan pada pekerja, lingkungan kerja, masyarakat, umum dan lingkungan diluar pabrik. a.
Sumber Bahaya Bagi Kesehatan Berbagai sumber bahaya bagi kesehatan dikaitkan dengan bhaan kimia. Resiko yang ditimbulkan oleh setiap bahan tertentu merupakan fungsi dari : 1) Keseriusan Sumber Bahaya yaitu toksisitas bawaan dari bahan kimia atau “kekuatan”nya untuk menimbulkan dampak yang merugikan kesehatan. 2) Paparan : kemungkinan, lama waktu dan intensitas paparan (terhirup, masuk melalui kulit, tertelan) berbagai bentukbahan kimia (gas atau uap, cairan, debu yang terbawa udara atau serbuk padat)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
3) Kerentanan
atau
Kepekaan
Individu
pada
umumnya
kemungkinan ada rentang kerentanan individu terhadap paparan berbagai bahan kimia. Selain itu, sebagai individu bisa saja menjadi peka terhadap bahan kimia tertentu setelah terkena paparan, dan sesudahnya akan memperlihatkan dampak yang merugikan bagi kesehatan pada tingkat paparan yang tidak berpengaruh pada mayoritas individu. Sumber bahaya bagi kesehatan tertentu yang terkait dengan bahan kimia yang berbeda-beda dapat bervariasi. Pada umumnya terdapat dua kategori dampak yang merugikan kesehatan: akut (yang terjadi selama atau segera setelah terpapar) dan kronis (yang terjadi setelah kurun-waktu paparan rutin yang lama, misalnya dalam hitungan bulan atau tahun). Dalam dua kategori ini, bahan kimia dapat berdampak pada manusia dengan berbagai cara: 1) Karsinogenisitas : terpapar sebagian bahan kimia dapat mengakibatkan berkembangnya kanker di salah satu organ atau sistem tubuh atau lebih. 2) Korosivitas : paparan dapat mengakibatkan luka bakar akut, timbul tukak dan kerusakan jaringan pada mata, kulit dan saluran pernapasan. 3) Iritasi : paparan dapat menimbulkan iritasi pada kulit, mata dan pernapasan serta dermatitis [radang kulit] (tetapi yang pada umumnya dapat dibalik) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
4) Toksisitas
Organ
Sasaran
:
sebagian
bahan
kimia
memperlihatkan toksisitasnya pada organ (atau “sasaran”) tertentu, seperti hati, ginjal, paru, darah, mata, telinga atau sistem saraf, termasuk sistem reproduksi dan janin yang tengah berkembang 5) Kepekaan : paparan dapat menimbulkan reaksi alergi dari kulit atau sistem pernapasan (biasanya dimediasi oleh sistem kekebalan). b.
Sumber Bahaya Fisik Bahan kimia dapat menghadirkan sumber bahaya fisik disamping sumber bahaya bagi kesehatan. Yang sifatnya lebih umum mencakup: kemampuan menyala, kapasitas oksidasi, reaktivitas terhadap air, gas dan cairan bertekanan atau termampatkan, dan ketidak-kompatibelan dan kemungkinan reaktivitas dengan bahan kimia lain. Apabila terdapat kemungkinan sumber bahaya ini, maka kesadaran sangat penting agar bahan kimia yang relevan dapat disimpan dan digunakan dengan benar. Kemampuan menyala (atau kemampuan terbakar) adalah sumber bahaya fisik yang paling umum yang terkait dengan bahan kimia di pabrik. Pemahaman atas titik nyala, yaitu karakteristik unik dari cairan yang dapat menyala, dan perbedaannya dari titik penyalaan, yaitu karakteristik unik lain, sangat penting bagi kesadaran akan resiko kemampuan menyala dari bahan kimia commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
dimana dapat dilihat pada Gambar 2. Titik nyala dan titik penyalaan keduanya
adalah
temperatur
dan
keduanya
terkait
dengan
kemungkinan penyalaan. Pada temperatur titik nyala, terdapat uap yang cukup di udara tepat di atas wadah terbuka cairan sehingga pembakaran akan terjadi dengan adanya sumber penyalaan. Pada temperatur titik penyalaan (jauh lebih tinggi dari titik nyala), panas dari lingkungan setempat sudah cukup untuk menyalakan bahan. Untuk praktisnya, cairan kimia dengan titik nyala lebih rendah dari temperatur pabrik yang lazim (misalnya < 35°C) mengharuskan penyimpanan dan penggunaannya mendapat perhatian seksama.
Gambar 4. to Titik commit userPenyalaan Sumber : Adidas Group, 2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
7.
Jalur Pemaparan Bahan Kimia Terhadap Pekerja Menurut Palupi (2000) Zat kimia dapat menyebabkan kerusakan pada manusia dan makhluk hidup lainnya melalui berbagai jenis cara. Akan tetapi, sebelum dapat dikatakan sebagai zat membahayakan, zat kimia harus memiliki setidaknya satu jalur pemaparan terlebih dahulu. Jika tidak kontak dengan suatau zat, bagaimanapun toksiknya zat kimia itu tidak akan membahayakan. Jalur pemaparan ada berbagai jenis dan tipe pemaparan itu sendiri dapat mempengaruhi toksisitas zat kimia. Ada tiga jalur pokok pemaparan : penetrasi melalui kuilit (absorpsi kulit/dermal), absorpsi melalui paru-paru (inhalasi), dan absorpsi melalui saluran pencernaan (ingesti). Jalur pemaparan zat kimia berbahaya dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Tiga Jalur Pemaparan Utama Sumber : Palupi, 2000 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Berbagai jalur yang dapat dilewati zat kimia berbahaya dijelaskan dibawah ini : a.
Jalur Pemaparan Dermal Kulit merupakan jalur pemaparan yang paling umum dari suatu zat, namun kulit merupakan barier yang efektif terhadap berbagai jenis zat bahan kimia. Jika bahan kimia tidak dapat menembus kulit, toksisitasnya
akan
tergantung
berlangsung.
Semakin
besar
pada
derajat
absorpsinya,
absorpsi semakin
yang besar
kemungkinan zat tersebut untuk mengeluarkan efek toksiknya. Zat kimia lebih banyak diabsorpsi melalui kulit yang rusak atau tergores dari pada melalui kulit yang utuh. Begitu menembus kulit, zat tersebut akan memasuki aliran darah dan terbawa keseluruh bagian tubuh. Kemampuan suatu zat utntuk menembus kulit bergantung pada dapat atau larut tidaknya zat tersebut dalam lemak. Zat kimia yang dapat larut dalam lemak, kemungkinannya untuk menembus kulit lebih besar daripada zat yang dapat larut dalam air. Iritasi kulit dan alergi kult merupakan kondisi yang paling lazim ditemui akibat paparan terhadap kulit yang terjadi ditempat kerja. Iritasi adalah suatu kondisi pada kulit yang muncul akibat kontak berkepanjangan dengan zat kimia tertentu. Setelah beberapa waktu, kulit akan mengering, terasa nyeri, mengalami pendarahan, dan pecah-pecah. Kondisi ini diakibatkan oleh solven, asam, alkali (basa), deterjen, dan coolant. Begitu kontak dengan zat kimia yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
menyebabkan kondisi tersebut dihentikan, kulit akan pulih seperti sedia kala. Dermatitis kontak alergik merupakan satu tipe tunda penyakit kulit akibat sensitivitas yang tinggi terhadap suatu zat kimia. Zat kimia dalam kadar yang rendah yang biasanya tidak menyebabkan iritasi kulit, akan menimbulkan kerusakan pada kulit akibat meningkatkan sensitivitas. Gejalanya antara lain ruam kulit, bengkak, gatal-gatal, dan melepuh. Gejala tersebut biasanya akan lenyap begitu kontak dengan zat kimia penyebab dihentikan. Kontak zat kimia dengan mata dapat menyebabkan kerusakan kulit mulai dari tipe ketidaknyamanan ringan dan sementara sampai kerusakan permanen. Contoh substansi penyebab kerusakan pada mata antara lain asam, alkali, dan solven. Walaupun iritasi kulit umumnya terjadi setelah pemaparan dermal terhadap suatu zat kimia, efek yang paling dikhawatirkan adalah efek sistematik. Setelah terabsorpsi melalui kulit dan memasuki sistematik, zat kimia dapat menjalar kemana saja di dalam tubuh dan merusak organ serta sistem tubuh. b.
Jalur Pemaparan Inhalasi Paru merupakan sumber pemaparan yang umum, tetapi tidak seperti kulit, jaringan paru bukan merupakan barier yang sangat protektif terhadap paparan zat kimia. Fungsi utama paru adalah pertukaran antara oksigen dari udara ke dalam darah dengan karbon commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
dioksida dari darah keudara. Akibatnya, jaringan paru yang sangat tipis memungkinkan aliran langsung bukan saja oksigen teapi berbagai jenis zat kimia lain dalam darah. Selain kerusakan sistemati, zat kimia yang berhasil melewati permukaan paru dan mengganggu fungsi vitalnya sebagai pemasok oksigen. Zat kimia dapat menjadi bawaan udara melalui dua cara baik sebagai partikel yang sangat halus (misal debu) mauopn sebagai gas atau uap. Inhalasi zat kimia dapat berbentuk gas, uap, atau partikel dan absorpsinya melalui paru-paru merupakan jalur pemaparan yang paling penting. Berbagai jenis zat kimia dapat terawa melalui udara di tempat kerja. Resiko kesehatan akibat pemaparan okupational terhadap kontaminan bawaan udara seringkali lebuh tinggi ditempat kerja yang kecil karena biasanya tidak dilengkapi dengan sistem pengaturan nasional. Untk mengurangi resiko terhadap pemaparan inhalasi, penting untuk memiliki ventilasi yang sangat baik dan memakai respiator dengan tipe filter yang tepat. c.
Ingesti Sebagai Jalur Pemaparan Ingesti merupakan jalur utama masuknya senyawa yang terkandung dalam makanan dan minuman. Zat kimia yang tertelan masuk kedalam tubuh melalui absorpsi di saluran gastrointestinal. Jika tidak diabsorpsi, zat kimia itu tidak dapat menimbulkan kerusakan sistematik. Absorpsi zat kimia sapat berlangsung commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
sepanjang saluran pencernaan, dari mulut sampai rektum, tetapi lokasi utama absorpsi adlah usus halus karena fungsi fisiologisnya didalam mengabsorpsi zat gizi.
Gambar 6. Sistem gastrointestinal Sumber : Palupi, 2000 Ingesti merupakan jalur utama masuknya senyawa yang terkandung dalam makanan dan minuman, penejelasan mengenai makanan dan minuman adalah sebagai berikut : 1) Makanan Ingesti makanan yang terkontaminasi zat kimia berbahaya berkadar tinggi memang dapat menimbulakn kerusakan yang serius pada kesehatan manusia. Sebagai contoh adalah karena commit to user memakan roti yang terbuat dari biji gandum yang sebelumnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
disemprot dengan fungisida alkilmerkuri, metilmerkuri adalah bentuk merkuri yang paling beracun yang terbukti dapat menyebabkan efek yang serius pada sistem saraf, yang ada pada beberapa kasus parah. 2) Air Ribuan zat kimia organik berhasil diidentifikasi dalam air minum diseluruh dunia, banyak diantaranya ditemukan dalam konsentrasi yang rendah. Ada beberapa unsur kimia pokok dalam air yang dapat menimbulkan masalah kesehatan akut, kecuali terjadin pencemaran besar-besaran pada air. Air biasanya tidak dapat diminum karena rasa, bau, dan tampilannya tidak dapat diterima. Masalah yang berkaitan dengan unsur kimia pokok dalam air minum muncul terutama dari kemampuan unsur tersebut untuk menimbulkan efek yang merugikan kesehatan setelah periode paparan yang panjang. 8.
Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun Bahan kimia harus disimpan secara tepat, bilamana ingin dicegah kemungkinan bahaya-bahayanya. Selain itu perlu dijamin agar bahanbahan berbahay tidak bereaksi dengan bahan-bahan lain yang disimpan dan juga perlu dijaga agar bahan-bahan yang dapat menimbulkan bahaya seperti bahan eksplosif, obat narkotika, dan lain-lain tidak ikut tersimpan (Suma‟mur, 1996). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Gambar 7. Kemungkinan Dampak dan Resiko dari Penyimpanan B3 Sumber : Adidas Group, 2010 MSDS untuk tiap bahan kimia di pabrik harus mencakup informasi dan instruksi dasar terkait dengan penyimpanan yang benar dari material tersebut. Sebagai aturan umum, hanya pasokan bahan kimia satu hari yang boleh ada dan tersedia untuk digunakan di lantai produksi. Jika tidak, maka semua bahan kimia berbahaya harus disimpan di lokasi yang telah ditetapkan yang terpisah dari daerah produksi, daerah kantor, asrama, dapur, dst ( Adidas Group, 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Gambar 8. Panduan Untuk Daerah Penyimpanan Bahan Kimia Sumber : Adidas Group, 2010 Keterangan Gambar 8 : A. Bangunan tahan-api B. Sistem pendeteksian uap/asap C. Lampu kedap-ledakan D. Container : di‟ground‟/di‟bond‟, ditutup, diberi label E. Penampung sekunder F. Ventilasi yang dipaksa pada ruang penyimpan G. Tidak ada floor drain H. Material Safety Data Sheet (MSDS) I.
Pintu tahan-api yang dapat menutup sendiri
J.
Alat pemadam kebakaran atau sistem tetap yang sesuai
K. Saklar lampu kedap-ledakan L. Rambu peringatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
M. Pancuran darurat dan fasilitas pencuci mata diperlukan untuk penyimpanan bahan kimia yang dapat menyala dan diperlukan untuk penyimpanan bahan kimia lain yang berbahaya. Bahan kimia harus disimpan sedemikian rupa sehingga dampak yang dapat terjadi pada pekerja dan lingkungan minimal. Untuk memastikan hal ini, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut ( Adidas Group, 2010) : a.
Container, drum atau dispenser, apabila sedang tidak digunakan, harus ditutup dengan tutup rapat-udara.
b.
Seluruh container, drum atau dispenser memerlukan label yang dapat dibaca dan tahan lama dengan kata-kata ditulis dalam bahasa setempat yang sesuai dan dalam bahasa Inggris.
c.
Penampung sekunder harus disediakan untuk mencegah terjadinya kebocoran, tumpahan dan pembebasan lain ke tanah. Penampung sekunder ini harus memenuhi spesifikasi sebagai berikut: 1) Dibangun dari material tahan lama (misalnya: logam) dan tahan terhadap cairan kimia yang tersimpan (kedap-korosi apabila diperlukan). 2) Kapasitas volume penampung sekunder sekurang-kurangnya harus 10% dari total volume bahan kimia yang disimpan di dalamnya tetapi dalam hal apapun tidak boleh lebih kecil dari volume container tunggal terbesar di dalam penampung sekunder lihat Gambar 9. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Gambar 9. Panduan untuk Container Bahan Kimia Sumber : Adidas Group, 2010 Perancangan ruang penyimpanan bahan kimia menurut Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 dapat digunakan sebagai panduan. Dalam keputusan tersebut terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: a.
Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri atas 2 (dua) x 2 (dua) kemasan, agar dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan sehingga jika terdapat kerusakan kecelakaan dapat segera ditangani.
b.
Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar gang untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu lintas kendaraan pengangkut (forklift) disesuaikan dengan kelayakan pengoperasiannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Gambar 10. Pola Penyimpanan Kemasan Drum di Atas Palet Sumber : Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 c.
Penumpukan kemasan bahan kimia harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan kemasan. Jika kemasan berupa drum logam (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum adalah 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis dialasi palet (setiap palet mengalasi 4 drum).
d.
Jika tumpukan lebih dari 3 (tiga) lapis atau kemasan terbuat dari plastik, maka harus dipergunakan rak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Gambar 11. Penyimpanan kemasan drum menggunakan rak Sumber : Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 e.
Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap dan dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dari 1 (satu) meter.
f.
Kemasan-kemasan berisi bahan kimia yang tidak saling cocok harus disimpan secara terpisah, tidak dalam satu blok, dan tidak dalam bagian penyimpanan yang sama. Penempatan kemasan harus dengan syarat bahwa tidak ada kemungkinan bagi bahan kimia tersebut jika terguling/tumpah akan tercampur.
g.
Tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan lebih dari 1 (satu) karakteristik bahan kimia, maka ruang penyimpanan : 1) Harus dirancang terdiri dari beberapa bagian penyimpanan, dengan ketentuan bahwa setiap bagian penyimpanan hanya diperuntukkan menyimpan satu karakteristik bahan kimia, atau commit to user bahan kimia yang saling cocok.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
2) Antara bagian penyimpanan satu dengan lainnya harus dibuat tanggul
atau
tembok
pemisah
untuk
menghindarkan
tercampurnya atau masuknya tumpahan bahan kimia ke bagian penyimpanan lainnya. 3) Setiap bagian penyimpanan masing-masing harus mempunyai bak penampung tumpahan limbah dengan kapasitas memadai. 4) Sistem dan ukuran saluran yang ada harus dibuat sebanding dengan kapasitas maksimum limbah bahan kimia yang tersimpan sehingga cairan yang masuk ke dalamnya dapat mengalir dengan lancar ke tempat penampungan yang telah disediakan. 5) Lantai
bangunan
penyimpanan
harus
kedap
air,
tidak
bergelombang, kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun kearah bak penampungan dengan kemiringan maksimum 1%. Adidas
Group
(2010)
menjelaskan
untuk
meminimalkan
kemungkinan dampak dari bahan kimia yang bocor dan tumpah dan kemungkinan akibat dari kebakaran di daerah penyimpanan bahan kimia, maka bahan kimia yang tidak kompatibel perlu disimpan dengan pemisahan yang memadai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Gambar 12. Penyimpanan Bahan Kimia yang Kompatibel Sumber : Adidas Group, 2010 Menurut Suma‟mur (1996) pemisahan bahan-bahan kimia tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a.
Bahan-bahan yang Mudah Meledak Tempat penyimpanan harus terletak jauh dari bangunanbangunan agar pengaruh peledakan sekecil mungkin. Penyimpanan tidak boleh dilakukan didekat bangunan yang didalamnya terdapat oli, gemuk, bensin, bahan-bahan sisa yang dapat terbakar, api terbuka atau nyala api.
b.
Bahan-bahan yang Mengoksidasi Penyimpanan bahan-bahan yang mengoksidasi kuat tidak boleh berada di dekat cairan yang mudah terbakar. Maka dari itu, untuk user keamanan lebik baikcommit untuk to menjauhkan bahan yang dapat menyala
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
terhadap bahan-bahan yang mengoksidasi. Tempat penyimpanan bahan yang dapat mengoksidasi harus sejuk, mendapat pertukaran udara yang baik dan tahan api. c.
Bahan-bahan yang Dapat Terbakar Bahan-bahan yang mudah menyala harus disimpan di tempattempat yang cukup sejuk untuk mencegah nyala manakala uapnya bercampur dengan udara. Bahan-bahan yang sangat mudah terbakar harus disimpan terpisah dari bahan oksidator kuat atau dari bahanbahan yang dapat terbakar sendiri.
d.
Bahan- bahan Beracun Tempat penyimpanan harus sejuk dengan pertukaran udara yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung, dan jauh dari sumber panas. Bahan-bahan yang dapat bereaksi satu dengan yang lainnya harus disimpan secara terpisah.
e.
Bahan-bahan Korosif Bahan-bahan korosif harus dijaga suhunya dengan didinginkan tetapi diatas titik bekunya. Daerah penyimpanan bahan-bahan korosif harus terpisah dari bagian bangunan lainnya dengan dinding dan lantai tak tembus dan disertai perlengkapan untuk penyaluran tumpahan. Lantai harus tahan bahan korosif dan ventilasi harus baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
9.
Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun Menurut suma‟mur (1993) keamanan pengangkutan sehubungan dengan bahan-bahan yang berbahaya adalah sangat penting, agar dicegah bahaya bagi tenaga kerja, bahaya terhadap masyarakat dan kerusakan harta kekayaan termasuk alat angkutan. Bagi angkutan udara IATA mengeluarkan ketentuan-ketentuan pengankutan yang bertalian dengan bahan-bahan berbahaya antara lain larangan membawa bahan eksplosif dan bahan yang mudah terbakar. Untuk angkutan laut, antara lain terdapat norma-norma Maritim Internasional
Bahan-bahan
Berbahaya
(International
Maritime
Dangerous Goods Code) Dalam kegiatan pengankutan bahan-bahan berbahaya, bahaya utama adalah kebakaran dan peledakan. Pada angkutan kapal, berbagai faktor harus diperhatikan yaitu pengaturan muatan secara keseluruhan, pengaruh gerakan kapal dalam cuaca buruk, dan pengaruh perubahan suhu dan kelembapan terhadap keselamatan bahan yang diangkut. Beberapa bahan hanya boleh dilempatkan diatas dek, sedangkan lainnya dibawah dek dan jauh dari tempat-tempat orang atau bahan makanan. Kapal tangki minyak harus memiliki perlengkapan listrik yang bebas dari kemungkinan nyala api. Ketentuan-ketentuan yang bertalian dengan pengangkutan bahan-bahan yang berbahaya melalui laut, sunagi, terusan harus lebih ketat. Demikian juga peraturan pengangkutan bahan berbahaya lewat udara sangat ketat. Bahan radioaktif diangkut dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
suatu kompartemen kecil diujung sayap dan dimasukkan dalam tempat yang memberi perlindungan secara baik. Pada angkutan kereta api, terdapat pembatasan mengenai jumlah maksimum yang boleh disimpan dalam sesuatu wadah. Pada angkutan mobil, pengemudi harus sepenuhnya mengenal bahaya-bahaya dan pencegahan serta tindakan bila terjadi kebocoran, kebakaran atau kecelakaan lalu lintas. 10. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Menentukan Pengendalian Risiko Identifikasi faktor bahaya, penilaian dan pengendalian risiko pada proses produksi harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu, harus ditetapkan dan dipelihara prosedurnya. Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Rincian langkah umum yang biasanya dilaksanakan dalam melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan menentukan pengendaliannya meliputi : a.
Menentukan personil penilai Penilai risiko dapat berasal dari intern perusahaan atau dibantu oleh petugas lain diluar perusahaan yang berkompeten baik dalam pengetahuan, kewenangan maupun kemampuan lainnya yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
berkaitan. Tergantung dari kebutuhan, pada tempat kerja yang luas, personil dapat berupa suatu tim yang terdiri dari beberapa orang. b.
Menentukan obyek/bagian yang akan dinilai Obyek atau bagian yang akan dinilai dapat dibedakan menurut bagian/departemen, jenis pekerjaan, proses produksi dan sebagainya.
c.
Kunjungan/Inspeksi tempat kerja Kegiatan ini dapat dimulai melalui suatu “walk through survey Inspection” yang bersifat umum sampai kepada inspeksi yang lebih detail. Dalam kegiatan ini prinsip utamanya adalah melihat, mendengar dan mencatat semua keadaan di tempat kerja baik mengenai bagian kegiatan, proses, bahan, jumlah pekerja, kondisi lingkungan, cara kerja, teknologi pengendalian, alat pelindung diri dan hal lain yang terkait. Berdasarkan penjelasan tersebut pelaksanaan identifikasi bahaya,
penilaian risiko dan menentukan pengendaliannya dapat berupa : a.
Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya adalah upaya sitematis untuk mengetahui potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dan karakteristik bahaya, kita dapat lebih berhati-hati dan waspada dalam melakukan langkah-langkah pengamanan agar tidak terjadi kecelakaan, namun tidak semua bahaya dapat dikenali dengan mudah. (Ramli, 2009). Dalam arti lain indentifikasi bahaya adalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
proses untuk mengenali hazard yang ada dan menetapkan karakteristiknya. (OHSAS 18001 tahun 2007). Prosedur identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebaiknya mempertimbangkan : 1) Aktivitas rutin dan non rutin. 2) Aktivitas semua individu yang memiliki akses ke tempat kerja. 3) Perilaku, kemampuan dan faktor manusia. 4) Identifikasi semua bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja. 5) Bahaya yang ditimbulkan dari aktivitas pekerjaan. 6) Tersedianya
infrastruktur,
peralatan
dan
material
oleh
perusahaan. 7) Perubahan atau rencana perubahan baik kegiatan maupun materialnya. 8) Perubahan pada system manajemen K3 yang bedampak terhadap operasi, aktivitas maupun prosesnya. Tujuan persyaratan ini untuk memastikan identifikasi bahaya secara komperhensif dan rinci agar semua peluang bahaya dapat diidentifikasi
dan
dapat
dilakukan
tindakan
pengendalian.
Pelaksanaan identifikasi bahaya dapat dilakukan dengan metode dan aspek dalam melaksanakan di perusahaan. Beberapa teknik identifikasi bahaya menurut dapat diklasifikasikan menjadi : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
1) Teknik pasif Bahaya
dapat
dikenal
dengan
mudah
jika
kita
mengalaminya sendiri secara langsung. Misalnya, sesesorang akan tahu bahaya lobang dijalan setelah tersandung atau terperosok. Cara ini sangat primitif dan terlambat karena kecelakaan terjadi baru kita menyadari dan mengambil langkah pencegahan dan metode ini sangat rawan, karena tidak semua bahaya dapat menunjukkan eksistensinya sehingga dapat dilihat dengan mudah. 2) Teknik Semi Proaktif Teknik ini juga disebut belajar dari pengalaman orang lain karena kita tak perlu mengalaminya sendiri. Namun teknik ini tidak efektif karena tidak semua bahaya yang diketahui atau pernah menimbulkan dampak kejadian kecalakaan, tidak semua kejadian kecelakaan yang dilaporkan dan diinformasikan kepada pihak lain untuk dijadikan pelajaran, kecelakaan telah terjadi dan tetap menimbulkan kerugian, walaupun menimpa pihak lain. 3) Teknik Pro Aktif Metode terbaik untuk mengidentifikasikan bahaya adalah cara proaktif, atau mencari bahaya sebelum sebelum bahaya tersebut menimbulkan kecelakaan yang merugikan. Tindakan proaktif tersebut memiliki kelebihan: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
a) Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum menimbulkan kecelakaan atau cedera b) Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improvement) karena dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya pencegahan. c) Meningkatkan
“Awareness”
semua
pekerja
setelah
mengenal bahaya yang ada disekitarnya. d) Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan karena bahaya menimbulkan kerugian. Terdapat beberapa teknik identifikasi bahaya yang bersifat proaktif yang antara lain data kejadian, daftar periksa, Brainstorming, What If Analisys, Hazops (Hazard and Operability Study), analisa moda kegagalan dan efek (Failure Mode and Effect Analisys), task Analisys, Even Tree Analisys, analisa pohon kegagalan (Fault Tree Analisys) serta analisa keselamatan kerja (Job Safety Analisys). (Ramli, 2009) b.
Penilaian Risiko Menurut
Ramli
(2009)
risiko
adalah
manifestasi
atau
perwujudan potensi bahaya (hazard event) yang mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar, tergantung dari cara pengelolaannya, tingkat risiko mungkin berbeda dari yang paling ringan atau rendah sampai ke tahap yang paling berat atau tinggi. Sedangkan penilaian risiko adalah proses evaluasi risiko-risiko yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
diakibatkan
adanya
bahaya-bahaya,
dengan
memperhatikan
kecukupan pengendalian yang dimiliki dan menentukan apakah risiko dapat diterima atau tidak (OHSAS 18001). Penilaian risiko (Risk Assessment) mencakup dua tahap proses yaitu mengalisa risiko (risk analysis) dan mengevaluasi risiko (risk evaluation), dimana kedua tahapan ini sangat penting karena akan menentukan langkah dan strategi pengendalian risiko. 1) Analisis Risiko Analisis risiko adalah menentukan besarnya suatu risiko yang merupakan kombinasi antara kemungkinan terjadinya bahaya (likelyhood) dan tingkat keparahan (saverity). Banyak teknik yang dapat digunakan untuk melakukan analisis risiko baik kualitatif, semi maupun kuantitatif. Ada beberapa pertimbangan dalam pemilihan teknik alalisis risiko yang tepat antara lain memeperhatikan kondisi, fasilitas dan jenis bahaya yang ada, dapat membantu dalam penentuan pengendalian risiko serta dapat membedakan tingkat bahaya secara jelas agar memudahkan
dalam
menentukan
prioritas
langkah
pengendaliannya. Metode analisis risiko antara lain adalah: a) Menghitung peluang insiden (probability) atau Likelyhood Dalam menentukan peluang insiden yang terjadi ditempat
kerja
kita
dapat
berberdasarkan tingkat potensinya. commit to user
menggunakan
skala
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Tabel 2. Nilai Kemungkinan (Likelyhood) Tingkat Kriteria Penjelasan 4 Mungkin terjadi Umum atau sering terjadi 3 Sedang Pernah terjadi kejadian 2 Kecil Kejadian bisa terjadi atau kemungkinannya terdengar pernah terjadi 1 Jarang sekali Tidak mungkin terjadi Sumber : PT. Eastern Logistics, 2007 b) Menghitung tingkat keparahan (saverity)
1
2
3
4
Tabel 3. Nilai Keparahan (Saverity) Dampak Dampak Dampak Keselamatan Kesehatan Lingkungan Cidera ringan Perlu Berdampak pertolongan kelingkungan P3K, kasus unit kerja rawat jalan Berdampak Memerlukan Berdampak pada perawatan pencemaran performa intensif di lingkungan kerja, rumah sakit perusahaan pembatasan kerja Cacat Mengancam Berdampak permanen dan jiwa pencemaran pengaruh menimbulakn lingkungan performa kecacatan perusahaan kerja dalam atau penyakit dan waktu yang kronis masyarakat lama disekitar pabrik Menyebabkan kematian Berdampak kematian dan lingkunagn kematian sangat besar banyak orang dan masyarakat luas jauh dari kawasan pabrik Sumber : PT. Eastern Logistics, 2007
commit to user
Dampak Keuangan < 10 juta
100 juta atau lebih
100 juta – 1 milyar
> 1 milyar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
c) Mengkombinasikan perhitungan peluang dan konsekuensi untuk
menentukan
tingkat
risiko.
Tingkatan
risiko
ditentukan oleh hubungan antara nilai hasil identifikasi peluang bahaya dan konsekuensi. Hubungan ini dapat kita gambarkan dalam matriks sebagai berikut :
Gambar 13. Rasio Perhitungan Peluang Dan Konsekuens Sumber : PT Eastern logistics 2012 Keterangan : H : High (tinggi) M : Medium (sedang) L : Low (rendah) d) Prioritas resiko Setelah dilakukan penilaian tingkat resik, selanjutnya harus dibuat skala prioritas resiko untuk setiap potensi bahaya yang diidentifikasi dalam upaya menyusun rencana pengendalian resiko. Potensi bahaya (hazard) dengan tingkat resiko „urgent‟ harus menjadi prioritas utama, diikuti tingkat resiko „hight‟, „medium‟, dan terakir tingkat resiko „low‟. Sedangkan commit to user tingkat resiko „none‟ untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
sementara dapat diabaikan dari rencana pengendalian resiko, namun tidak menutup kemungkinan untuk tetap menjadi prioritas terakir. Berdasarkan
matrik
rangking
tersebut
kita
dapat
mengidentifikasi atau menentukan tindakan yang akan kita lakukan terhadap setiap risiko. Ketentuan tindak lanjutnya untuk penanganan risiko tersebut adalah sebagai berikut : a) Risiko Rendah Pengendalian tambahan tidak diperlukan. Hal yang perlu
diperhatikan
adalah
jalan
keluar
yang
lebih
menghemat biaya atau peningkatan yang tidak memerlukan biaya tambahan besar. Pemantauan diperlukan untuk memastikan bahwa pengendalian dipelihara dan diterapkan dengan baik dan benar, langkah pencegahan dengan kontrol administrasi, dan alat pelindung diri.
b) Risiko Sedang Perlu tindakan untuk mengurangi risiko, tetapi biaya pencegahan yang diperlukan perlu diperhitungkan dengan teliti dan dibatasi. Pengukuran pengurangan risiko perlu diterapkan dengan jangka waktu yang ditentukan, langkah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
pencegahan
dengan
substitusi,
kontrol
administrasi,
rekayasa enginering dan alat pelindung diri.
c) Risiko tinggi Pekerjaan tidak dilaksanakan sampai risiko telah direduksi. Perlu dipertimbangkan sumber daya yang akan dialokasikan untuk mereduksi risiko. Apabila risiko ada dalam pelaksanaan pekerjaan yang masih berlangsung, maka tindakan segera dilakukan, langkah pencegahan dengan eliminasi, substitusi, kontrol administrasi, rekayasa enginering dan alat pelindung diri. Setelah kriteria risiko dapat diterima ditetapkan, maka akan dibandingkan dengan hasil penilaian risiko
yang telah
ditentukan. Apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak oleh perusahaan. Apabila risiko tersebut masih berada pada tingkat yang dapat diterima, harus ada tindakan pengendalian. 2) Evaluasi Risiko Evaluasi risiko digunakan untuk menilai apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak, dengan membandingkan terhadap standar yang berlaku, atau kemampuan perusahaan untuk menghadapi risiko. Memprediksi tingkat risiko melalui evaluasi
yang
akurat
merupakan
langkah
yang
sangat
menentukan dalam rangkaian penilaian risiko. Kualifikasi dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
kuantifikasi risiko dikembangkan dalam proses tersebut. Konsultasi dan nasehat dari para ahli seringkali dibutuhkan pada tahap analisis dan evaluasi risiko. Risiko
memang
harus
ditekan,
namun
memiliki
keterbatasan seperti faktor biaya, teknologi, kepraktisan, kebiasaan, dan kemampuan dalam menjalankannya dengan konsisten. Kita dapat menekan risiko sampai ketingkat paling rendah dengan menggunakan teknologi yang canggih dengan sistem pengamanan yang mutakhir, namun memerlukan biaya yang sangat tinggi sehingga tidak dapat diterima oleh manajemen perusahaan. Perlunya kajian mendalam dari beberapa aspek untuk menentukan batas risiko yang dapat diterima As Low As Reasonably Practicably (ALARP) tidak mudah, aspek teknis, sosial, moral, lingkungan, atau tingkat ekonomi perusahaan membutuhkan analisa keuangan (cost benefit analisys) dan berbeda pada setiap perusahaan. Oleh karena itu tingkat ALARP yang ditetapkan harus baik untuk K3 dan baik pula untuk bisnis sehingga kelangsungan usaha dapat terus berjalan. c.
Tindakan Pengendalian Risiko Organisasi
harus
memastikan
bahwa
penilaian
risiko
dipertimbangkan dalam menentukan pengendaliannya. Pengendalian merupakan metode untuk menurunkan tingkat faktor bahaya dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
potensi bahaya sehingga tidak membahayakan. Cara pengendalian yang dapat dilakukan antara lain : 1) Pengendalian langsung pada sumber bahaya, misalnya : a) Eliminasi, upaya menghilangkan bahaya yang ada secara langsung. b) Subsitusi, mengganti bahan yang memiliki potensi risiko tinggi dengan bahan yang potensi risikonya rendah. c) Isolasi, pemisahan bahaya dari manusia agar tidak terjadi kontak langsung. 2) Pengendalian pada lingkungan Pengendalian terhadap lingkungan yang dapat dilakukan dengan : a) Lay out (tata ruang) dan housekeeping b) Ventilasi keluar setempat. c) Ventilasi umum untuk memasukkan udara segar dari luar d) Mengatur antara jarak sumber bahaya dengan tenaga kerja 3) Pengendalian pada tenaga kerja a) Rotasi tenaga kerja b) Peningkatan kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dikalangan karyawan. c) Penggunaan APD yang baik dan benar sehingga dapat memberi perlindungan terakhir kepada pekerja dari bahaya yang dihadapi di tempat kerja, berat alat pelindung diri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
seringan mungkin, dipakai secara fleksibel, tahan lama, bentuk menarik, memenuhi standar, tidak menimbulkan bahaya
tambahan
karena
salah
penggunaan,
tidak
membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakai, mudah disimpan, harus sesuai dengan standar yang ditetapkan. 4)
Pemberian pelatihan kepada karyawan yang sudah disesuaikan dari semua potensi bahaya yang ada di perusahaan, pemberian pelatihan tersebut harus dilakukan sesuai kebutuhan karyawan.
5) Referency of Document diperlukan agar ada petunjuk praktis bagi karyawan sebelum melakukan pekerjaan, biasanya dalam bentuk Standar operasional Prosedur perusahaan. Setelah dilakukan pengendalian risiko, kita dapat melihat sisa risiko (risk residu) dari hasil pengendalian bahaya tersebut, sehingga penilai terhadap efektifitas pengendalian bahaya dapat diketahui dan melakukan tindakan perbaikan berkelanjutan agar risiko yang masih besar dapat dikendalikan menjadi bisa ditoleransi. d.
Implementasi/Penerapan Langkah untuk implementasi hasil pelaksanaan Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control (HIRADC)
selanjutnya
dilakukan
penerapannya antara lain :
commit to user
pelaksanaan
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
1) Setelah menentukan kontrol yang sesuai, kepala departemen menetapkan pelaksanaan dalam setiap aktivitas harian di dalam tim. 2) Selama proses kegiatan, masing-masing departemen harus menetapkan tujuan, sasaran, program untuk mengurangi tingkat risiko yang akan ditinjau 6 bulan sekali. 3) Kemajuan pencapaian tujuan, sasaran, dan program harus dipantau secara berkala dan ditulis dalam formulir manajemen HSE. 4) Setiap karyawan harus menerapkan kontrol yang telah ditentukan di setiap area kerjanya. 5) Apabila kontrol tidak dapat diaplikasikan, karyawan dapat berpatisipasi
untuk
memberikan
kontrol
dengan
menyarankan ke supervisor atau manajer. 6) Seluruh karyawan harus melaksanakan pemantauan dan pengukuran dari kontrol yang ada. 7) Setiap manajer maupun manajer HSE harus meninjau kontrol
tersebut
setiap
6
bulan
sekali
untuk
mengakomodasi saran dari karyawan terhadap kontrol yang ada. e.
Review Setelah dilakukan penerapan pengendalian tersebut, tindakan tinjauan kembali atau review dilakukan menunjuk tim khusus yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
akan meninjau dan menilai apakah risiko tersebut sudah berkurang sampai tingkat yang bisa diterima oleh karyawan. Pelaksanaan review tersebut dilakukan dengan jangka waktu 6 bulan sekali dengan melihat apakah ada kegiatan baru yang ada di perusahaan, desain tempat kerja yang berubah maupun perubahan sistem kerja serta terjadi kecelakaan yang serius. Untuk semua dokumen HIRADC harus disimpan oleh safety officer atau supervisor yang telah diketahui oleh departemen QHSE.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
B. Kerangka Pemikiran Tempat kerja
B3
Pengangkutan dan penyimpanan bahan kimia Sumber-sumber bahaya
Identifikasi bahaya
Bahaya fisik
Tidak ada identifikasi
bahaya kesehatan
Kecelakaan kerja
Analisis bahaya
kemungkinan bahaya
Keparahan bahaya
Upaya pengendalian
Perbaikan analisis
Kurang aman
Aman Gambar 14. Kerangka Pemikiran Sumber : Hasil pendataan tahun 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian deskriptif, yaitu metode penelitian tersebut bersifat memberikan gambaran tentang Task Based Risk Assisment bahan chemical di PT Eastern logistics Lamongan.
B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Eastern Logistics yang terletak di Jalan raya Daendels 64 – 65 km Tanjung Pakis, Desa Kemantren, Kecamatan paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian Sebagai obyek dalam penelitian ini adalah penerapan OHSAS 18001:2007 terutama klausul 4.3.1 Klausul 4.3.1 Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control di area warehouse chemical PT Eastern Logistics. Sikap kerja individu adalah perilaku atau tidkana yang dilakukan oleh pekerja pada waktu melaksanakan pekerjaan. Keadaan adalah kondisi lingkungan kerja dari setiap aktivitas dan gejala adalah suatu hal yang potensial dapat menimbulkan bahaya atau kecelakaan bagi karyawan. commit to user 56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
D. Sumber Data 1.
Sumber Data Primer Sumber data ini diperoleh dari observasi tempat kerja, inspeksi, wawancara dan diskusi dengan karyawan PT Eastern Logistics yang berkaitan dengan kegiatan program magang.
2.
Sumber Data Sekunder Sumber data ini diperoleh dari data administrasi departemen HSE, HSE manual, dari Phortall, buku literatur dan standar peraturanperaturan yang digunakan berkaitan dengan kegiatan penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan data-data sebagai berikut : 1.
Data Primer a.
Observasi dan Penilaian Untuk dapat menganalisis obyek penelitian maka penulis perlu mengadakan observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung pada pekerja pengangkutan dan penyimpanan bahan kimia di PT. Eastern Logistics
b.
Wawancara Wawancara yaitu melakukan wawancara dan diskusi dengan pihak-pihak yang terkait pada pekerjaan pengangkutan dan penyimpanan bahan kimia di PT Eastern Logistics. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
2.
Data sekunder Untuk melengkapi data yang dipergunakan dalam penelitian, maka penulis menggunakan data sekunder yang diperoleh dengan membaca beberapa reverensi yang berkaitan dengan laporan ini yang berasal dari perusahaan.
F. Pelaksanaan Kegiatan praktek kerja lapangan dilaksanakan dari hari pertama hari senin tanggal 01 Februari sampai 30 April 2012. Pada tahap pelaksanaan meliputi : 1.
Menjelaskan latar belakang, permasalahan serta isu terbaru tentang K3 yang ada di perusahaan tempat diadakannya Penelitian.
2.
Mengobservasi secara umum kondisi K3 perusahaan.
3.
Mengobservasi berdasarkan wawancara dan diskusi.
4.
Pengamatan secara langsung terhadap kondisi lingkungan perusahaan.
5.
Melaksanakan program dan kegiatan yang dilakukan Departemen QHSE sesuai rekomendasi dari pembimbing perusahaan.
6.
Pencarian data pelengkap melalui arsip-arsip atau dokumen perusahaan dan buku-buku referensi yang ada di Departemen QHSE sesuai rekomendasi dari pembimbing perusahaan.
G. Analisis Data Data yang diperoleh penulis kemudian dianalisa untuk mengetahui dan menentukan potensi bahaya atau penyebab kecelakaan beserta sumbernya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
dengan menggunakan tabel matrik, kemudian ditinjau upaya pengendalian terhadap potensi bahaya yang telah teridentifikasi disesuaikan dengan hirarki pengendalian sesuai dengan standar perusahaan dan OHSAS 18001 : 2007.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil 1.
Area Kerja Berdasarkan hasil penelitian dan observasi di lapangan tentang Implementasi Task Based Risk Assessment pada area warehouse chemical di PT. Eastern Logistics. Warehouse adalah sebuah bagian dari departemen Operation di PT. Eastern Logistics yang di dalamnya terdapat banyak kegiatan/aktivitas yang banyak mengandung faktor dan potensi bahaya ataupun keadaan nearmiss yang kadang kurang di sadari oleh para tenaga kerja. Warehouse di sewakan kepada klien untuk menyimpan barang-barang keperluan mereka terutama barang-barang yang menunjang proses pengeboran migas mulai dari bahan kimia maupun bahan non kimia, untuk bahan-bahan kimia dalam pengangkutan dan penyimpanannya di Warehouse chemical harus sesuai dengan MSDSnya.
2.
Identifikasi Bahaya Proses
identifikasi
bahaya
yang
dilakukan
penulis
selama
melaksanakan program magang di PT Eastern Logistics yaitu dengan melakukan pengamatan, penilaian, dan diskusi untuk menganalisa potensi bahaya dan faktor bahaya pada pekerjaan pengangkutan dan commit to user 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
penyimpanan bahan kimia di warehouse chemical PT Eastern Logistics, antara lain: a.
Identifikasi Bahaya Bongkar / Muat Tanki Nitrogen (iso tank) 1) Anggota tubuh bersentuhan dengan nitrogen. 2) Jatuh dari atas tanki nitrogen (iso tank) 3) Menggunakan tenaga berlebih 4) Salah cara angkat manual 5) Tanki nitrogen meledak 6) Penurunan kadar oksigen di tempat kerja.
b.
Identifikasi Membuka dan Memasang Lashing 1) Jatuh dari kendaraan 2) Terpeleset, tersandung dan jatuh jalan di dek / bak truk. 3) Menggunakan tenaga berlebih 4) Terbentur oleh alat bantu lashing 5) Alat lashing terputus 6) Terjepit diantara barang yang dilashing 7) Muatan bahan kimia atau sampah tumpah.
c.
Bongkar / Muat Bejana Bertekanan (gas asitilen) 1) Kebocoran gas asitilen di tempat pengangkatan 2) Kebocoran gas asitilen kontak dengan oksigen cair. 3) Menggunakan tenaga berlebih. 4) Salah cara angkat 5) Terbentur pipa ketika di rolling commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
6) Tangan dan kaki terjepit ketika mengatur pipa 7) Menggunakan tenaga berlebih d.
Bongkar / Muat Bejana Bertekanan (gas oksigen) 1) Kebocoran gas oksigen di tempat pengangkatan 2) Kebocoran gas oksigen kontak dengan oksigen cair. 3) Menggunakan tenaga berlebih. 4) Salah cara angkat 5) Terbentur pipa ketika di rolling 6) Tangan dan kaki terjepit ketika mengatur pipa 7) Menggunakan tenaga berlebih
e.
Bongkar Muat Barite 1) Barite kontak dengan tubuh 2) Memforsir tenaga berlebih 3) Salah cara angkat manual 4) Jumbo bag jatuh saat diangkat 5) Barite bocor di tempat kerja
f.
Bongkar / Muat Bentonaite 1) Bentonaite kontak dengan tubuh 2) Memforsir tenaga berlebih 3) Salah cara angkat manual 4) bentonaite jatuh saat diangkat 5) jumbo bag bentonaite bocor di tempat kerja commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
g.
Bongkar Muat KCl 1) KCl kontak dengan tubuh 2) Memforsir tenaga berlebih 3) Salah cara angkat manual 4) KCl jatuh saat diangkat 5) jumbo bag KCl bocor di tempat kerja
h.
Memasang Dan Membuka Lashing KCl 1) Jatuh dari kendaraan 2) Terpeleset, tersandung dan jatuh jalan di dek / bak truk. 3) Menggunakan tenaga berlebih 4) Terbentur oleh alat bantu lashing 5) Alat lashing terputus 6) Terjepit diantara barang yang dilashing 7) Muatan bahan kimia atau sampah tumpah.
i.
Bongkar Muat Gas Hydrogen 1) Kebocoran gas hydrogen 2) Menggunakan tenaga berlebih 3) Tangan dan kaki terjepit saat mengatur pipa 4) Salah cara angkat 5) Jari atau tangan terpukul alat bantu 6) Terbentur pipa saat dirolling
j.
Bongkar muat gas helium 1) Kebocoran gas helium commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
2) Menggunakan tenaga berlebih 3) Tangan dan kaki terjepit saat mengatur pipa 4) Salah cara angkat 5) Jari atau tangan terpukul alat bantu 6) Terbentur pipa saat dirolling k.
Bongkar Muat Gas Karbon Dioksida 1) Kebocoran gas karbon dioksida 2) Menggunakan tenaga berlebih 3) Tangan dan kaki terjepit saat mengatur pipa 4) Salah cara angkat 5) Jari atau tangan terpukul alat bantu 6) Terbentur pipa saat dirolling
l.
Strapping drum methanol : 1) Tangan / jari terjepit alat strapping 2) Menggunakan tenaga berlebih 3) Tali strapping putus 4) Bahan kimia bersentuhan langsung dengan tubuh 5) Tangan / kaki terjepit diantara drum
m. Menata drum di atas palet : 1) Tangan / kaki terjepit diantara drum 2) Bahan kimia bersetuhan langsung dengan anggota tubuh 3) Menggunakan tenaga terlebih 4) Palet patah saat drum ditata commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
5) Salah cara angkat manual n.
Strapping tabung oksigen : 1) Tangan / jari terjepit alat strapping 2) Tangan / kaki terjepit diantara tabung 3) Tabung jatuh dan menggelinding saat akan distrapping 4) Tabung mengalami kebocoran 5) Menggunakan tenaga berlebih 6) Salah cara angkat manual
o.
Bongkar / muat totetank 1) Operator crane tidak kompeten 2) Operator crane bekerja sambil merokok 3) Operator crane bekerja sambil mengoperasikan Handphone 4) Tangan terjepit saat memasang sling dihook crane 5) Sling terputus saat dilakukan pengangkatan 6) Totetank tumpah atau bocor saat diangkat 7) Memakai tenaga berlebih 8) Bahan kimia kontak langsung dengan anggota tubuh
3.
Penilaian risiko (risk Assessment) Risiko merupakan kombinasi dari probability (kemungkinan) dan saverity (keparahan) dari suatu kejadian membahayakan yang terjadi, sehingga untuk mempermudah dalam menganalisa, penulis sajikan penilaian risiko tersebut dalam bentuk matrik analisa risiko berdasarkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
kegiatan pengangkutan dan penyimpanan bahan kimia yang ada di area PT. Eastern Logistics. 4.
Pengendalian Resiko Setelah dilakukan pengamatan dan identifikasi serta penilaian potensi bahaya maka potensi bahaya yang ada harus segera dikendalikan, hal ini bertujuan untuk menurunkan tingkat risiko yang mungkin timbul sehingga tidak membahayakan bagi tenaga kerja maupun karayawan. Pengendalian yang dilakukan di area warehouse PT. Eastern Logistics antara lain pengendalian rekayasa teknik, isolasi, pengendalian administrasi dan penggunaan alat pelindung diri (APD). Langkahlangkah pengendaliannya antar lain : a.
Rekayasa teknik 1) Desain peralatan agar aman bekerja (trolly, hand pallet ) 2) Penggunaan alat bantu yang aman. 3) Pemasangan safety sign di semua area. 4) Lashing peralatan dengan aman 5) Barikade tempat kerja dengan tingkat bahaya besar. 6) Preventive maintenance pada peralatan yang kritis. 7) Pemasangan peralatan proteksi dari bahaya (Fire extinguiser, eyewash, body shower).
b.
Pengendalian Secara Administratif Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang commit to user terpapar potensi bahaya, metode pengendalian ini sangat tergantung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
dari perilaku pekerjanya dan memerlukan pengawasan yang teratur unuk
dipatuhinya
pengendalian
administrasi
ini.
Contoh
pengendalian secara administrasi ini adalah : 1) Mengadakan pemeriksaan kesehatan secara berkala. 2) Membuat prosedur atau instruksi kerja. 3) Membuat sign tanda bahaya. 4) Penerapan house keeping tempat kerja dengan baik. 5) Melakukan pengawasan pekerjaan dan konsentrasi dalam bekerja. c.
Pemberian pelatihan (training) dan penjelasan tentang proses pengangkutan dan penyimpanan bahan kimia yang benar dan sesuai standart yang berlaku. Serta penerapannya akan dipantau oleh QHSE department .
d.
Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Alat Pelindung Diri secara umum merupakan sarana pengendali yang digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara apabila sistem pengendali yang lebih permanen belum dapat terapkan. APD merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem pengenda resiko di tempat kerja. Alat pelindung diri yang disediakan perusahaan antara lain : 1) Pelindung kepala : safety helmet 2) Pelindung mata : goggle (kacamata) untuk pekerjaan debu. 3) Pelindung telinga : ear muff, ear plug. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
4) Pelindung pernafasan : masker dan respirator. 5) Pelindung tangan : gloves (sarung tangan) untuk potensi bahaya panas, mekanik, electric, kimia. 6) Pelindung untuk pekerjaan di ketinggian : safety belt, safety hardness dan personal basket 7) Pelindung kaki : safety shoes untuk semua pekerjaan. 8) Alat pelindung badan appron dan coverall. Setelah dilakukan pengamatan pada area warehouse chemical didapatkan hasil identfikasi bahaya yang kemudian dari identifikasi tersebut dilakukan penilaian resiko dan pengendaliannya, hasil identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko dapat dilihat pada tabel berikut ini :
commit to user
69
Tabel 4 .Identifikasi Bahaya, penilaian resiko dan pengendalian Bongkar / Muat Tanki Nitrogen (iso tank) Penilaian Risk residu Potensi Risk Resiko Detrmening control (pengendalian) bahaya Level sev prob NR sev prob NR Anggota tubuh Elimination : 2 2 4 Low 1 2 2 bersentuhan dengan nitrogen
Jatuh dari atas tanki nitrogen
2
2
4
Low
Menggunakan tenaga berlebih
1
3
3
Low
Salah cara angkat manual
1
3
3
Low
Substitution : Engineering control : penyediaan body shower Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE: memakai sarung tangan Elimination : Substitution : Engineering control : pemasangan pengaman pada sisi tanki Administration: penerapan prosedur bekerja di ketinggian PPE: menggunakan body harness Elimination : Substitution : Engineering control : mengunakan alat bantu yang sesuai Administration: penerapan prosedur manual handling PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : mengunakan alat bantu yang sesuai Administration: penerapan prosedur manual handling PPE: -
Bersambung
Risk level Low
1
2
2
Low
1
2
2
Low
1
2
2
Low
70
Sambungan Tanki nitrogen meledak
Penurunan kadar oksigen di tempat kerja
4
3
2
8
2
med
6
med
Elimination : Substitution : Engineering control : menyiapkan APAR di area yang mudah dijangkau Administration:PPE:PPE Mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: larangan bekerja melebihi batas waktu yang ditentukan PPE: menggunakan masker
2
2
4
low
1
3
3
low
Sumber : Hasil Pendataan, April 2012 Tabel 5. Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian Membuka dan memasang lashing Penilaian Potensi Risk Resiko Detrmening control (pengendalian) bahaya Level sev prob NR Jatuh dari 2 2 4 Low Elimination : kendaraan
Terpeleset, tersandung dan jatuh jalan di dek / bak truk
2
2
4
Low
Substitution : Engineering control : Administration: melakukan tool box meeting sebelum bekerja PPE: PPE Mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : memasang penyangga pada sisi truk Administration: penerapan prosedur bekerja di ketinggian PPE:memakai body harness
Bersambung
Risk residu sev 1
prob 3
NR 3
1
1
2
Risk level low
low
71
Sambungan Menggunakan tenaga berlebih
1
3
3
Low
Terbentur alat bantu lashing
2
3
6
Med
2
2
4
Low
Terjepit diantara barang yang di lashing
2
3
6
med
Muatan bahan kimia tumpah
2
3
6
med
Alat lashing terputus
Sumber : Hasil Pendataan, April 2012
Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: penerapan prosedur manual handling PPE: PPE Mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: melakukan tool box meeting sebelum bekerja PPE:menggunakan sarung tangan Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: pengecekan alat sebelum dipergunakan PPE:PPE Mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan anggota tubuh dengan benar saat bekerja Administration: melakukan tool box meeting sebelum bekerja PPE:PPE Mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : menyediakan body shower di area kerja Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE:menggunakan masker, sarung tangan
1
2
2
low
1
2
2
low
1
2
2
low
1
3
3
low
1
3
3
low
72
Tabel 6. Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian Bongkar muat gas asitilen Penilaian Potensi Risk Resiko Detrmening control (pengendalian) bahaya Level sev prob NR Kebocoran gas 4 2 8 Med Elimination : asitilen
Menggunakan tenaga berlebih
1
3
3
Low
Salah cara angkat
1
3
3
Low
Terbentur pipa ketike di rolling
2
3
6
Med
Tangan dan kaki terjepit ketika mengatur pipa
2
3
6
Med
Substitution : Engineering control : Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE: menggunakan masker Elimination : Substitution : Engineering control : menggunakan alat bantu yang sesuai Administration: melakukan tool box meeting sebelum bekerja PPE: PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : mengunakan alat bantu yang sesuai Administration: penerapan prosedur manual handling PPE: Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan anggota badan dengan benar saat bekerja Administration: PPE: PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan anggota badan dengan benar saat bekerja Administration: melakukan tool box meeting sebelum bekerja PPE: PPE mandatory
Bersambung
Risk residu sev 2
prob 2
NR 4
Risk level low
1
2
2
low
1
2
2
low
2
2
4
low
1
3
3
low
73
Sambungan Jatuh saat
3
3
9
High
diangkat
Elimination : Substitution : Engineering control : menggunakan alat yang sesuai Administration: melakukan tool box meeting sebelum bekerja PPE: PPE mandatory
1
3
3
Low
Sumber : Hasil Pendataan, April 2012 Tabel 7. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Bongkar Muat Barite Penilaian Potensi Risk Resiko Detrmening control (pengendalian) bahaya Level sev prob NR Barite kontak 2 3 6 med Elimination : dengan tubuh
Debu terhirup
Tali jumbo bag putus
2
2
4
3
8
6
med
med
Substitution : Engineering control : penyediaan body shower dan eye wash diarea kerja Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE:memakai masker Elimination : Substitution : Engineering control : mengganti tali jumbo bag yang sudah tak layak Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE:
Bersambung
Risk residu
Risk level
sev
prob
NR
1
3
3
Low
2
2
4
Low
1
2
2
Low
74
Sambungan Barite bocor di tempat kerja
Forklift menabrak
Operator tidak kompeten
Operator bekerja sambil merokok
Crew bekerja sambil bercanda
2
3
3
2
2
2
2
3
3
4
4
6
9
6
8
Sumber : Hasil Pendataan, April 2012
Low
med
high
med
med
Elimination : Substitution : Engineering control : penyediaan body shower dan eye wash diarea kerja Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE: PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : Administration:penerapan prosedur pengoperasian forklift PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: memberikan training dan pelatihan PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : Administration:penerapan prosedur kerja PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : Administration:penerapan prosedur kerja PPE:-
1
2
2
Low
2
2
4
Low
2
2
4
Low
1
3
3
Low
1
2
2
Low
75
Tabel 8. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Bongkar Muat Gas Oksigen Penilaian Potensi Risk Resiko Detrmening control (pengendalian) bahaya Level sev prob NR Kebocoran gas Elimination : 4 2 8 Med oksigen di tempat kerja
Menggunakan tenaga berlebih
1
3
3
Low
Salah cara angkat manual
1
3
3
Low
Terbentur pipa ketika di rolling
2
3
6
Med
Substitution : Engineering control : penyediaan body shower dan eye wash diarea kerja Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration:penerapan prosedur manual handling PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur manual handling PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur kerja PPE: PPE mandatory
Risk residu
Risk level
sev 2
prob NR 2 4
low
1
2
2
low
1
2
2
low
1
2
2
Low
Bersambung
76
Sambungan Tangan dan kaki terjepit ketika mengatur pipa
2
3
6
Med
Jatuh saat diangkat
3
3
9
Med
Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur kerja PPE: PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE:-
1
3
3
low
1
3
3
low
Sumber : Hasil Pendataan, April 2012 Tabel 9.Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Bonkar Muat Bentonaite Penilaian Potensi Risk Resiko Detrmening control (pengendalian) bahaya Level sev prob NR Bentonaite Elimination : 2 3 6 Med kontak langsung dengan tubuh
Jumbo bag bocor
2
3
6
Med
Substitution : Engineering control : penyediaan body shower dan eye wash di area kerja Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : penyediaan body shower dan eye wash diarea kerja Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE: PPE mandatory
Risk residu
Risk level
sev 2
prob NR 2 4
med
1
3
low
3
Bersambung
77
Sambungan Tali jumbo bag terputus
2
3
6
Med
Operator forklift tidak kompeten
3
3
9
High
Forklift menabrak
3
2
6
Med
Debu terhirup
2
4
8
Med
Operator merokok
2
3
6
Med
Crew bercanda
2
4
8
med
Sumber : Hasil Pendataan, April 2012
Elimination : Substitution : Engineering control : melakukan penggantian yang rusak Administration: melakukan pengecekan secara berkala PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: penerapan prosedur pengoperasian forklift PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : Administration:penerapan prosedur pengoperasian forklift PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : penyediaan body shower dan eye wash diarea kerja Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE:memakai masker Elimination : Substitution : Engineering control : pemasangan sign dilarang merokok Administration: penerapan prosedur kerja PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: melakukan toolbox meeting sebelum kerja PPE:-
1
3
3
Low
2
2
4
Low
1
3
3
Low
1
3
3
Low
1
3
3
Low
1
2
2
Low
78
Tabel 10. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Bongkar Muat Kcl Penilaian Potensi Risk Resiko Detrmening control (pengendalian) bahaya Level sev prob NR KCl kontak Elimination : 2 3 6 med langsung dengan tubuh
Jumbo bag KCl bocor
2
3
6
med
Tali jumbo bag terputus
2
3
6
med
Operator tidak kompeten
3
3
9
high
Substitution : Engineering control : penyediaan body shower dan eye wash diarea kerja Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : penyediaan body shower dan eye wash diarea kerja Administration: penerapan prosedur kerja PPE: PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : penggantian tali yang rusak Administration: pengecekan secara berkala PPE: PPE Mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : dilakukan pelatihan dan training Administration: penerapan prosedur pengoperasian forklift PPE: PPE Mandatory
Risk residu
Risk level
sev 1
prob 3
NR 3
low
1
3
3
low
1
3
3
low
2
2
4
low
Bersambung
79
Sambungan forklift menabrak
3
2
6
med
Debu terhirup
2
4
8
med
Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: penerapan prosedur pengoperasian forklift PPE: PPE Mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE:memakai masker
1
3
3
low
1
3
3
low
Sumber : Hasil Pendataan, April 2012 Tabel 11. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Membuka Dan Melhasing KCl Penilaian Potensi Risk Resiko Detrmening control (pengendalian) bahaya Level sev prob NR Jatuh dari Elimination : 2 3 6 med kendaraan saat membuka/melas hing Terpeleset,tersan dung saat berjalan di bak truk
2
2
4
Low
Substitution : Engineering control : membuat pegangan pada sisi bak truk Administration: penerapan prosedur bekerja di ketinggian PPE body harness Elimination : Substitution : Engineering control : membuat pegangan pada sisi bak truk Administration:penerapan prosedur bekerja di ketinggian PPE:body harness
Risk residu
Risk level
sev 1
prob NR 3 3
low
1
2
low
2
Bersambung
80
Sambungan Terbentur alat bantu lashing
2
2
4
Low
Tangan/kaki terjepit diantara barang yang dilashing
2
3
6
med
Alat lashing putus
2
2
4
Low
Jumbo bag KCl bocor
2
3
6
med
Sumber : Hasil Pendataan, April 2012
Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur kerja PPE: PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur kerja PPE: PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : penggantian pada tali yang rusak Administration: pengecekan secara berkala PPE: Elimination : Substitution : Engineering control : penyediaan body shower dan eye wash diarea kerja Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE: PPE mandatory
1
2
2
low
1
3
3
low
1
2
2
low
1
2
2
low
81
Tabel 12. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Bongkar Muat Gas Hydrogen Potensi bahaya
Penilaian Resiko sev prob NR
Risk Level
Salah cara angkat manual
1
3
3
Low
Menggunakan tenaga berlebih
1
3
3
Low
Kebocoran hydrogen
3
2
6
Med
Tangan/ kaki terjepit saat dirolling
2
3
6
Med
Tangan/ jari terjepit saat ditata
2
3
6
Med
gas
Risk residu sev prob NR
Detrmening control (pengendalian) Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur manual handling PPE: PPE Mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur manual handling PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : penyediaan body shower dan eye wash diarea kerja Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE: PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur kerja PPE: PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur kerja PPE: PPE mandatory
Risk level
1
2
2
low
1
2
2
low
1
2
2
low
1
3
3
low
1
3
3
low
Bersambung
82
Sambungan Tabung hydrogen jatuh saat diangkat
3
3
9
High
Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE:-
1
3
3
low
Sumber : Hasil Pendataan, April 2012 Tabel 13. Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian Bongkar muat gas helium Potensi Penilaian Risk Detrmening control (pengendalian) bahaya Resiko Level sev prob NR Salah cara Elimination : 1 3 3 Low angkat manual
Menggunakan tenaga berlebih
1
3
3
Low
Kebocoran helium
3
2
6
med
gas
Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur manual handling PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur manual handling PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : penyediaan body shower dan eye wash diarea kerja Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE: PPE mandatory
Risk residu
Risk level
Sev 1
prob NR 2 2
low
1
2
2
low
1
3
3
low
Bersambung
83
Sambungan Tangan / kaki terjepit saat dirolling
2
3
6
Low
Tangan / jari terjepit ketika menata tabung helium
2
3
6
med
Tabung helium jatuh saat dilakukan pengangkatan
3
3
9
high
Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur kerja PPE: PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE:-
1
3
3
low
1
3
3
low
2
2
4
low
Sumber : Hasil Pendataan, April 2012 Tabel 14. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Bongkar Muat Gas Karbon Dioksida Penilaian Risk residu Risk Resiko Potensi bahaya Detrmening control (pengendalian) Level sev prob NR sev prob NR Salah cara Elimination : 1 3 3 Low 1 2 2 angkat manual
Risk level low
Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur manual handling PPE:
Bersambung
84
Sambungan Menggunakan tenaga berlebih
1
3
3
Low
Kebocoran gas karbon dioksida
3
2
6
med
Tangan terjepit saat dirolling
2
3
6
med
Jari/ tangan terjepit saat menata tabung
2
3
6
med
Tabung karbon dioksida jatuh saat dilakukan pengangkatan
3
3
9
high
Sumber : Hasil Pendataan, April 2012
Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur manual handling PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE: memakai masker Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur kerja PPE: PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur kerja PPE: PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE: PPE mandatory
1
2
2
low
1
2
2
low
1
3
3
low
1
3
3
low
1
3
3
low
85
Tabel 15. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Strapping Drum Methanol Potensi bahaya
Penilaian Resiko sev prob NR
Risk Level
Tangan/jari terjepit alat strapping
2
3
6
med
Tangan/kaki terjepit diantara drum
2
3
6
med
Kontak methanol dengan anggota tubuh
2
3
6
med
Drum bocor
2
2
4
Low
1
3
3
Low
methanol
Salah cara angkat manual
Detrmening control (pengendalian) Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur kerja PPE: memakai sarung tangan Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur kerja PPE: PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : penyediaan body shower dan eye wash diarea kerja Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE: PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : penyediaan body shower dan eye wash diarea kerja Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration:penerapan prosedur manual handling PPE:-
Risk residu sev prob NR
Risk level
1
3
3
low
1
3
3
low
1
3
3
low
1
2
2
low
1
2
2
low
Bersambung
86
Sambungan Menggunakan tenaga berlebih
1
3
3
Low
Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur manual handling PPE:-
1
2
2
low
Sumber : Hasil Pendataan, April 2012 Tabel 16. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Menata Drum Engine Oil Diatas Palet Penilaian Risk residu Potensi Risk Resiko Detrmening control (pengendalian) bahaya Level sev prob NR sev prob NR Tangan/kaki Elimination : 2 3 6 med 1 3 3 terjepit diantara drum
Menggunakan tenaga berlebih
1
3
3
Low
Drum engine oil bocor
2
3
6
med
Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur kerja PPE: memakai sarung tangan Elimination : Substitution : Engineering control :Administration:penerapan prosedur manual handling PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : penyediaan body shower dan eye wash diarea kerja Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE: PPE mandatory
Risk level low
1
2
2
low
1
3
3
low
Bersambung
87
Sambungan Salah cara angkat manual
1
3
3
Low
Palet patah saat drum ditata
2
3
6
med
Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur manual handling PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : membuat palet dari bahan yang tidak mudah patah dan rusak Administration: pengecekan sebelum bekerja PPE: -
1
2
2
low
1
2
2
low
Sumber : Hasil Pendataan, April 2012 Tabel 17. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian Menata Drum Methanol Diatas Palet Penilaian Risk residu Potensi Risk Resiko Detrmening control (pengendalian) bahaya Level sev prob NR sev prob NR Tangan/kaki Elimination : 2 3 6 med 1 2 2 terjepit diantara drum
Menggunakan tenaga berlebih
1
3
3
Low
Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur kerja PPE: PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : pembuatan alat untuk mempermudah pekerjaan Administration: penerapan prosedur manual handling PPE:-
1
2
2
Risk level low
low
Bersambung
88
Sambungan Drum engine oil bocor
2
3
6
med
Salah cara angkat manual
1
3
3
Low
Palet patah saat drum ditata
2
3
6
med
Elimination : Substitution : Engineering control : penyediaan body shower dan eye wash diarea kerja Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE: PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur manual handling PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : penggantian palet yang sudah tak layak Administration: pengecekan palet secara berkala PPE:-
2
2
4
Low
1
2
2
Low
2
2
4
Low
Sumber : Hasil Pendataan, April 2012 Tabel 18. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Strapping Tabung Oksigen Penilaian Potensi Risk Resiko Detrmening control (pengendalian) bahaya Level sev prob NR Tangan/ jari Elimination : 2 3 6 med terjepit alat strapping
Risk residu sev 1
prob NR 2 2
Risk level low
Substitution : Engineering control : memposisikan tangan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur kerja PPE : memakai sarung tangan
Bersambung
89
Sambungan Tangan/kaki terjepit diantara tabung
2
3
6
med
Tabung jatuh saat distrapping
2
2
4
Low
Menggunakan tenaga berlebih
1
3
3
Low
Tabung mengalami kebocoran
2
2
4
Low
Salah cara angkat manual
1
3
3
Low
Sumber : Hasil Pendataan, April 2012
Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur kerja PPE: memakai sarung tangan Elimination : Substitution : Engineering control : menggunakan alat yang layak Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE: PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: penerapan prosedur manual handling PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE: memakai masker Elimination : Substitution : Engineering control : penerapan prosedur manual handling Administration: melaksanakan toolbox meeting PPE:-
1
2
2
low
1
2
2
low
1
2
2
low
1
2
2
low
1
2
2
low
90
Tabel 19. Identifikasi Bahaya, Penilaian Rsiko Dan Pengendalian Bongkar Muat Totetank Penilaian Potensi Risk Resiko Detrmening control (pengendalian) bahaya Level sev prob NR Operator tidak Elimination : 4 12 high 3 kompeten
Tangan terjepit saat memasang sling ke hook crane
4
2
8
med
Sling terputus
2
3
6
med
Menggunakan tenaga berlebih
1
3
3
Low
Totetank bocor
2
2
4
Low
Substitution : Engineering control : Administration: melakukan seleksi awal pada operator sebelum masuk PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : memposisikan badan dengan benar saat bekerja Administration: penerapan prosedur memasang sling PPE: memakai sarung tangan Elimination : Substitution : Engineering control : mengganti sling yang sudah tidak layak Administration: pengecekan secara berkala PPE: Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: penerapan prosedur manual handling PPE: PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : penyediaan body shower dan eye wash diarea kerja Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE:-
Risk residu
Risk level
sev 2
prob NR 3 6
med
1
3
3
low
1
2
2
low
1
2
2
low
1
3
3
low
Bersambung
91
Sambungan Bahan kimia bersentuhan langsung dengan tubuh
2
3
6
med
Elimination : Substitution : Engineering control : penyediaan body shower dan eye wash diarea kerja Administration: penerapan prosedur chemical handling PPE: PPE mandatory
2
2
4
low
Sumber : Hasil Pendataan, April 2012 Tabel 20. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Transportasi Drum Methanol Penilaian Potensi Risk Resiko Detrmening control (pengendalian) bahaya Level sev prob NR Operator trailer Elimination : 3 3 9 high tidak kompeten
Operator trailer mengantuk
3
2
6
med
Operator trailer mengemudi sambil merokok
2
2
4
Low
Substitution : Engineering control : Administration: melakukan seleksi awal sebelum operator mulai bekerja PPE: ppe mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: penggantian dengan operator yang kondisinya fit PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : pemasangan rambu dilarang merokok Administration: toolbox meeting sebelum bekerja PPE:-
Risk residu
Risk level
sev 2
prob NR 2 4
low
1
2
2
low
1
2
2
low
Bersambung
92
Sambungan Operator trailer mengemudi melebihi batas kecepatan
4
3
12
high
Operator trailer mengemudi sambil mengoperasikan handphone Emisi gas buang trailer
2
3
6
med
4
3
12
high
Elimination : Substitution : Engineering control : pemasangan rambu batas kecepatan Administration: toolbox meeting sebelum bekerja PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: toolbox meeting sebelum bekerja PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : pengecekan dan perawatan mesin secara berkala Administration: hasil uji emisi gas buang PPE: pemakaian masker, kacamata
2
3
6
med
1
2
2
low
2
2
4
low
Sumber : Hasil Pendataan, April 2012 Tabel 21. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Transportasi Jumbo Bag Barite Penilaian Potensi Risk Resiko Detrmening control (pengendalian) bahaya Level sev prob NR Operator trailer Elimination : 3 3 9 med tidak kompeten
Risk residu sev 2
prob NR 2 4
Risk level low
Substitution : Engineering control : Administration: melakukan seleksi awal sebelul operator mulai bekerja PPE: ppe mandatory
Bersambung
93
Sambungan Operator trailer mengantuk
3
2
6
med
Operator trailer mengemudi sambil merokok
2
2
4
Low
Operator trailer mengemudi melebihi batas kecepatan
4
3
12
high
Operator trailer mengemudi sambil mengoperasikan handphone Emisi gas buang trailer
2
3
6
med
4
3
12
high
Sumber : Hasil Pendataan, April 2012
Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: penggantian dengan operator yang kondisinya fit PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : pemasangan rambu dilarang merokok Administration: toolbox meeting sebelum bekerja PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : pemasangan rambu batas kecepatan Administration: penerapan prosedur pengoperasian trailer PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: toolbox meeting sebelum bekerja PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : pengecekan dan perawatan mesin secara berkala Administration: hasil uji emisi gas buang PPE: pemakaian masker, kacamata
1
2
2
Low
1
2
2
Low
2
3
6
Med
1
2
2
low
2
2
4
low
94
Tabel 22. Identifikasi Bahaya, Penilaian Rsiko Dan Pengendalian Transportasi Tabung Oksigen Penilaian Potensi Risk Resiko Detrmening control (pengendalian) bahaya Level sev prob NR Operator trailer Elimination : 3 3 9 high tidak kompeten
Operator trailer mengantuk
3
2
6
med
Operator trailer mengemudi sambil merokok
2
2
4
Low
Operator trailer mengemudi melebihi batas kecepatan
4
3
12
high
Operator trailer mengemudi sambil mengoperasikan handphone.
2
3
6
med
Substitution : Engineering control : Administration: melakukan seleksi awal sebelum operator mulai bekerja PPE: PPE mandatory Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: penggantian dengan operator yang kondisinya fit PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : pemasangan rambu dilarang merokok saat bekerja Administration: tool box meeting sebelum bekerja PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : pemasangan rambu batas kecepatan Administration: penerapan prosedur pengoperasian trailer PPE:Elimination : Substitution : Engineering control : Administration: toolbox meeting sebelum bekerja. PPE: ppe mandatory
Risk residu
Risk level
sev 2
prob NR 2 4
low
1
2
2
low
1
2
2
low
2
3
6
med
1
2
2
low
Bersambung
95
Sambungan Emisi gas buang trailer
4
3
12
high
Sumber : Hasil Pendataan, April 2012.
Elimination : Substitution : Engineering control : pengecekan dan perawatan mesin secara berkala Administration: hasil uji emisi gas buang PPE: pemakaian masker, kacamata
2
4
4
low
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
B. Pembahasan 1.
Analisa faktor bahaya dan potensi bahaya pada area warehouse chemical PT Eastern logistics, yaitu : a.
Potensi bahaya terbesar yang ada pada pekerjaan pengangkutan dan penyimpanan bahan kimia di warehouse chemical yaitu pekerjaan pada saat pengangkutan bahan kimia, dan yang paling berbahaya yaitu operator alat berat yang tidak kompeten. Pengendalian yang dilakukan PT Eastern Logistics yaitu dengan seleksi awal sebelum bekerja, dan semua operator harus memiliki SIO (Surat Ijin Operator) sesuai dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No : 111/K/70/MEM/2003 tentang Pemberlakuan SNI Kompetensi Kerja Tenaga Teknik Khusus Minyak dan Gas Bumi Sebagai Standart Wajib Di Bidang MIGAS. Peralatan yang digunakan juga sudah sesuai dengan Keputusan Dirjen MIGAS No, 84.K/38/DJM/1998 dimana Semua Operator Alat angkut dan juru ikat telah disertifikasi oleh MIGAS. Sedangkan untuk potensi bahaya terkecil terdapat pada pekerja yang salah dalam cara mengangkat,dan menggunakan tenaga berlebih.
b.
Faktor bahaya terbesar yang ada pada pekerjaan pengangkutan dan penyimpanan bahan kimia di warehouse chemical yaitu tumpahan bahan kimia, bahan kimia bersentuhan langsung dengan tubuh. Pengendalian yang telah dilakukan PT Eastern Logistics yaitu commit to user dengan meyediakan APD (Alat Pelindung Diri) di area kerja, serta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
menyediakan eye wash dan body shower
hal ini sesuai dengan
Undang-Undang No.1 Tahun 1970 pasal 12 huruf b tentang Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja yaitu “Memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan”. 2.
Pembahasan Hasil Analisa a.
Dalam OHSAS 18001 : 2007 klausa 4.3.1 sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat resiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan hasil penilaian resiko tersebut kita dapat mengidentifikasi atau menentukan tindakan yang akan dilakukan terhadap setiap resiko. Berdasarkan tabel-tabel tersebut dapat
diketahui
beberapa bahaya
resiko/bahaya
tertentu
menyebabkan
terjadinya
yang bila
yang mempunyai tidak
kecelakaan
diatasi
kerja
dan
tingkat
akan
dapat
dapat
pula
menimbulkan penyakit akibat kerja pada tenaga kerja, untuk itu perusahaan mempunyai konsekuensi untuk mengambil langkah pengendalian pada proses pengangkutan dan penyimpanan bahan kimia dalam skala prioritas yang lebih besar. PT. Eastern Logistics selain melakukan pengendalian pada proses tersebut secara substitusi, rekayasa teknik, administrasi, mewajibkan pemakaian APD, pemberian training dan juga melakukan upaya lain yaitu dengan meminta permit kerja dan melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan untuk pekerjaan dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
bahaya yang tinggi sebelum pekerja melakukan pekerjaannya. Dari penilaian resiko yang telah dilakukan, ternyata resiko yang mempunyai tingkat pada level high juga masih terdapat di beberapa pekerjaan pengangkutan dan penyimpanan bahan kimia. Perusahaan seharusnya segera melakukan tindak lanjut dalam mereduksi resiko yang ada pada proses dengan tetap mempertimbangkan sumber daya yang akan dialokasikan untuk mereduksi resiko. Bahan kimia yang ada di area kerja PT Eastern Logistics telah dilakukan pelabelan sesuai LDKB (Lembar Data Keselamatan Bahan) bahan kimia tersebut. Sesuai dengan Kepmenaker R.I. No. Kep. 187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya yang berisi ”Pengusaha atau Pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai, memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan cara menyediakan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) dan label”. Kesesuaian dengan Permen LH No 3/2008 tentang tata cara pemberian symbol dan label bahan berbahaya dan beracun simbol B3 telah dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undangyang berlaku. Penyimpanan dan pelabelan bahan kimia berbahaya di PT Eastern Logistics telah dilakukan dan sesuai standart yang berlaku. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
b.
Skala Prioritas Dari hasil penilaian resiko pada pekerjaan di area warehouse chemical tersebut didapat skala prioritas yaitu untuk tingkat bahaya sangat tinggi (urgent)
terdapat pada pekerjaan pengisian tanki
nitrogen, untuk tingkat bahaya serius (hight) terdapat pada pekerjaan transportasi bahan kimia kususnya pada operator yang kurang kompeten, untuk tingkat bahaya sedang (medium) yaitu bahan kimia kontak langsung dengan anggota tubuh, untuk tingkat bahaya kecil (low) yaitu terdapat pada pekerjaan manual handling terutama kesalahan cara angkat manual. c.
Tindakan Pengendalian Perusahaan harus merencanakan pengelolaan dan pengendalian kegiatan-kegiatan, pengangkutan dan penyimpanan bahan kimia yang dapat menimbulkan resiko kecelakaan kerja yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan mendokumentasikan dan menerapkan kebijakan standar bagi tempat kerja, prosedur, instruksi kerja, apabila melaksanakan pekerjaan yang berpotensi bahaya besar dan penggunaan Alat Pelindung Diri yang disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada untuk mengatur dan mengendalikan resiko yang ada pada kegiatan, pengangkutan dan penyimpanan bahan kimia. Setelah
pengendalian
yang
dilakukan
selanjutnya
langkah
implementasi untuk melaksanakan kontrol dari bahaya tersebut. PT. Eastern Logistics sudah menerapkan langkah pengendalian dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
melaksanakan kontrol yang telah ditetapkan pada beberapa jenis pengangkutan bahan kimia yang ada di warehouse PT Eastern Logistics.
Penerapan
langkah-langkah
pengendalian
tersebut
dilakukan agar bahaya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja tidak terjadi di area warehouse chemical PT. Eastern Logistics. Dalam penerapan pengendalian tersebut juga melibatkan karyawan dengan menerapkan, memantau dan pengukuran dari penerapan pengendalian bahaya dengan cara memberi saran kepada supervisor maupun manager warehouse agar ada perbaikan berkelanjutan. Setelah dilakukan penerapan pengendalian tersebut, tindakan tinjauan kembali atau review dilakukan dengan menunjuk tim khusus yang akan meninjau dan menilai apakah resiko tersebut sudah berkurang sampai tingkat yang bisa diterima oleh karyawan dengan jangka waktu 6 bulan sekali dan apakah ada kegiatan baru yang ada di perusahaan, desain tempat kerja maupun sistem kerja serta ada kecelakaan yang serius. 3.
Pembuatan Task Based Risk Assessment ini telah sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 klausa 4.3.1 bahwa sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat resiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Serta pembuatan
Task
Based
Risk
Assessment
ini
bertujuan
untuk
mengidentifikasi faktor dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja, kemudian dilakukan penilaian terhadap potensi bahaya tersebut dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
selanjutnya dilakukan pengendalian terhadap potensi bahaya tersebut sehingga dapat berkurang atau dihilangkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di area warehouse chemical PT. Eastern Logistics mengenai Task Based Risk Assessment pada pekerjaan mempunyai banyak bahaya dan risiko yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Potensi dan faktor bahaya terbesar terdapat pada pekerjaan pengoperasian forklift, serta dengan tingkat bahaya yang dapat berakibat pada karyawan dan lingkungan. Potensi bahaya tersebut berhubungan dengan : a.
Bahaya
operasional/pekerjaan
akan
berhubungan
dengan
penggunaan sarana prasarana dan pengoperasian peralatan yang kurang baik seperti kesalahan pemberian sinyal kepada operator, tertabrak kendaraan, peralatan overload, bahaya penggunaan heavy material. b.
Bahaya kondisional berhubungan dengan keadaan lingkungan alam di PT. Eastern Logistics seperti kondisi cuaca yang dapat berubah sewaktu waktu seperti panas yang cukup ekstrim dan hujan badai yang lebat sehingga berakibat kapal menabrak diding jetty karena ombak yang besar, orang terjatuh kelaut karena angin besar dan sebagainya.
commit to user 102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
2. Manajemen PT Eastern Logistics Lamongan Shorebase telah menyadari pentingnya menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan sehat bagi tenaga kerja dengan melaksanakan program K3L, salah satunya adalah penerapan risk assesment, dengan melaksanakan Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control (HIRADC) terutama tentang Task Based Risk Assessment (TBRA) yang merupakan bagian dari planning point dalam OHSAS 18001 : 2007 klausa 4.3.1. 3. Dampak dari potensi dan faktor bahaya tersebut berakibat langsung pada karyawan maupun lingkungan yang berupa cidera ringan sampai kematian serta kerusakan lingkungan dan perusahaan maupun dampak pada wilayah yang luas. 4. Dari hasil penilaian yang dilakukan tidak banyak potensi bahaya yang tinggi (high), untuk nilai bahaya sedang (médium) banyak ditemukan pada pekerjaan handling chemical di warehouse , sedangkan untuk bahaya ringan (low) juga jarang ditemukan dalam pekerjaan di area warehouse chemical. 5. Penerapan enginering control masih belum bisa dilaksanakan efisien di beberapa area karena belum ada pengkajian terhadap enginering control tersebut serta penerapan penggunaan APD sebagai langkah terakhir dalam hirarki kontrol masih belum dilaksanakan dengan baik oleh pekerja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Diperlukan pembuatan Task Based Risk Assessment di seluruh area pekerjaan PT Eastern Logistics. 2. Memberikan pengertian yang jelas tentang istilah risk assesment dalam bentuk training sebagai upaya mencegah dan mengendalikan kecelakaan kerja kepada seluruh tenaga kerja.Sebaiknya pengendalian potensi bahaya yang nilai resiko sisanya masih tinggi dalam pekerjaan transporasi bahan kimia menjadi prioritas utama. 3. Diperlukan pemberian training kepada karyawan agar dalam pengelolaan dan penanganan material yang berat dapat dikendalikan dengan baik serta sesuai dengan prosedur perusahaan. 4. Penerapan enginering control masih belum bisa dilaksanakan dengan efisien perlu dilakukan review ulang oleh manajemen agar ada solusi untuk mengendalikan potensi bahaya tersebut. 5. Perlu adanya penumbuhan kesadaran dan motivasi karyawan maupun karyawan mitra kerja (klien/kontraktor) dengan cara memberikan penghargaan, bonus serta reward, terhadap karyawan yang melaksanakan program K3L dengan baik.
commit to user