IMPLEMENTASI PROGRAM TAHFIDZ AL-QURAN JUZ 29 DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 CIGANJUR JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.I)
Oleh Putri Firdah Rajak NIM 111201000100
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
i
ii
iii
iv
ABSTRAK PUTRI FIRDAH RAJAK (1112011000100), “Implementasi Program Tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan”. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan serta faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di sekolah tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan pendekatan studi kasus di Madrasah Tsanawiyyah Negeri 2 Jakarta Selatan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Dan berdasarkan data yang diperoleh tersebut peneliti analisis menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan atau menggambarkan apa adanya hasil temuan di lapangan terkait pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs Negeri 2 jakarta Selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa MTs Negeri 2 Jakarta telah melaksanakan program tahfidz Al-Qur’an Juz 29 sebagai bentuk implementasi kurikulum muatan lokal sebagaiman ketentuan dari Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan peneliti memperoleh temuan-temuan antara lain manfaat yang dirasakan oleh siswa, guru, maupun orang tua, penetapan alokasi waktu dan pembagian materi hafalan, metode menghafal yang digunakan guru dalam pembelajaran cukup beragam, adanya perencanaan pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran berupa ujian lisan maupun tertulis serta pembagian sertifikat bagi siswa yang telah menelesaikan hafalannya. Pelaksanaan program tahfidz dapat terlaksana dengan baik karena adanya faktor pendukung dari segi usia anak didik, lingkungan belajar yang cukup baik, dukungan dari guru maupun orang tua, serta fasilitas yang cukup memadai dan kegiatan pendukung di luar KBM. Di dalam melaksanakan program terdapat kendala-kendala atau penghambat terlaksananya program tahfidz di sekolah. Adapun faktor penghambat terlaksananya program tahfidz tersebut yaitu dari segi alokasi waktu, kurang dapatnya siswa mengatur waktu, faktor lupa, serta lingkungan pergaulan. Kata Kunci: Program tahfidz, tahfidz Al-Qur’an, menghafal Al-Qur’an
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang tiada pernah berhenti mencurahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada semua makhluk-Nya. Dengan kekuasaan-Nya menciptakan manusia menjadi makhluk yang paling sempurna dengan diberikan akal agar manusia dapat berfikir akan nikmat Allah yang melimpah. Melalui pertolongan Allah akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Program Tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan”. Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang senantiasa mengikuti ajarannya hingga akhir zaman. Semoga kita semua termasuk ke dalam orang beriman yang mendapatkan syafa’atnya pada hari kiamat kelak. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pada program studi Pendidikan Agama Islam. Peneliti menyadari tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti hadapi dalam penelitian skripsi ini. Namun atas bimbingan dari-Nya serta motivasi dan arahan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan meskipun masih banyak kekurangan. Sudah selayaknya peneliti menghanturkan untaian terima kasih dan penghormatan yang tak ternilai kepada: 1. Prof. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Marhamah Saleh, Lc. MA., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Masan Af., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I dengan penuh kesabaran dan keikhlasan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
vi
6. M. Shaleh Hasan MA., selaku Dosen Pembimbing II dengan penuh kesabaran dan keikhlasan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Dr. Muhammad Dahlan, M.Hum., selaku dosen Penasehat Akademik yang dengan penuh perhatian telah memberi nasihat, arahan, motivasi serta ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa perkuliahan. 8. Utob Tabroni Lc.,M.Cl. dan Nailil Huda, Lc., M.Ed selaku pengasuh Ma’had UIN Jakarta
dan Nailil Huda Pengasuh Asrama UIN Jakarta yang telah
membimbing, mengarahkan dan memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama berada di Asrama UIN Jakarta. 9. Seluruh Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan Dosen Pembinaan di Ma’had yang telah mengajar dan memberikan ilmunya kepada peneliti selama proses perkuliahan berlangsung. Semoga Allah SWT memberikan balasan dan pahala berlipat atas ilmu yang telah diberikan. 10. Seluruf Staf Pegawai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama Staf Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Staf Kemahasiswaan yang selama ini telah memberikan pelayanan yang baik bagi peneliti selama proses perkuliahan. 11. Drs. Wawan M, M.Pd. selaku Kepala MTs Negeri 2 Jakarta. yang telah membantu dan memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. 12. Tuti Ani, M.Pd.I. dan Dr. Faiz, Lc. M.Ag., selaku guru Tahfidz MTs Negeri 2 Jakarta yang telah meluangkan waktu untuk membantu proses penelitian. 13. Seluruh guru dan Staf MTs Negeri 2 Jakarta yang membantu memberikan arahan dan motiavasi kepada peneliti serta seluruh siswa MTs Negeri 2 Jakarta. 14. Kyai Yasif Maimun dan Nyai Hj. Ianah Pengasuh Pondok Pesantren Assalafiat II Ciwaringin Cirebon yang senantiasa mendoakan, memberi nasihat dan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama ini. 15. Abdul Rojak dan Saidah selaku kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada peneliti selama ini hingga akhirnya peneliti mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
vii
16. Seluruh Keluarga terdekat yang telah mendoakan dan memberikan dukungan kepada peneliti, terutama Iqbal dan Adib, selaku adik peneliti. 17. Seluruh rekan dan sahabat yang selalu memberikan motivasi dan semangat, terutama Syaiful Bahri, sahabat Sejuta Umat (Zuya, Fitri, Siti, Devita, Richa, Aldita, Nita), mutiara, mutiyowati, ka yuni, weni, dewi, mika, dan seluruh teman seperjuangan saat di MIN 6 Jakarta, MTs Negeri 2 Jakarta, MAN 2 Cirebon, dan Pondok Assalafiat II. 18. Keluarga Besar Ma’had UIN syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan motivasi kepada peneliti. 19. Keluarga Besar PAI UIN Jakarta angkatan 2012, Kancawan dan Kancawati PAI C, terutama Zuhdiyati, Nurjanah, Sholihati, Een, Rini , Febi, Ira, Ayu, Fuji, Syifa, Susy, Ranti, Mala, Zairina, dan Amel, Sayidah, dan Arum, yang telah banyak memberikan masukkan dan motivasi kepada peneliti. 20. Semua pihak yang tidak dapat peneliti tuliskan satu persatu, yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini. Peneliti hanya dapat berdoa mudah-mudahan bantuan, bimbingan, motivasi masukan, dan doa yang telah diberikan akan mendapat balasan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan di akhirat Akhir kata dengan segala keterbatasan yang ada, peneliti mengucapkan mohon maaf atas segala kekurangan dan ketidak sempurnaan skripsi ini. Kritik dan saran sangat peneliti harapkan untuk perbaikan kedepannya, namun dengan kerendahan hati peneliti berharap skripsi ini dapar bermanfaat, minimal untuk peneliti sendiri.
Jakarta, Januari 2016
Peneliti
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................. ii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJUAN MUNAQASAH .............. iii PERNYATAAN KARYA SENDIRI ........................................................... iv ABSTRAK .......................................................................................................v KATA PENGANTAR ................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................. ix DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii BAB I:
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................9 C. Pembatasan Masalah...................................................................9 D. Perumusan Masalah ..................................................................10 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..............................................10
BAB II: KAJIAN TEORI A. Implementasi Program ..............................................................12
1. Pengertian Implementasi ...................................................12 2. Pengertian Program ............................................................12 3. Langkah Penyusunan Program ...........................................13 4. Komponen-komponen Program .........................................14 5. Macam-macam Program.....................................................15 B. Tahfidz Al-Qur’an ....................................................................16 1. Pengertian Program Tahfidz Al-Qur’an .............................16 2. Hukum Menghafal Al-Qur’an. ...........................................18
ix
3. Urgensi Menghafalkan Al-Qur’an ......................................21 4. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an ......................................24 C. Implementasi Program Tahfidz Al-Qur’an di Sekolah.............27 1. Pengertian Program Tahfidz Al-Qur’an .............................27 2. Landasan Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an ..........28 3. Tujuan Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an ..............28 4. Materi dalam Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an ....29 5. Metode Menghafal Al-Qur’an ............................................29 6. Faktor Pendukung dan Penghambat Menghafal dalam Al-Qur’an............................................................................34 D. Hasil Penelitian Relevan ...........................................................38 BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................40 B. Latar Penelitian .......................................................................40 C. Metode Penelitian.................................................................... 42 D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 43 E. Pemeriksaan atau Pengecekkan Keabsahan Data .................. 47 F. Teknik Analisi Data ................................................................ 50 BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ..........................................................................52 B. Pembahasan 1. Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta ................................................................. 55 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta ...........72 BAB V: PENUTUPAN A. Kesimpulan ............................................................................... 82 B. Implikasi ................................................................................... 83 C. Saran ..................................................................................................84
x
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................85 LAMPIRAN ..................................................................................................88
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Sumber dan Teknik Pengumpulan data
Tabel 3.2
Kisi-kisi Observasi
Tabel 3.3
Kisi-kisi Wawancara
Tabel 3.4
Daftar Ceklist
Tabel 4.1
Gambaran Diri Informan
Tabel 4.2
Gambaran Data Hasil Wawancara
Tabel 4.3
Gambaran Data Hasil Studi Dokumentasi
Tabel 4.4
Materi Program Tahfidz Al-Quran Juz 29
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Observasi Sekolah
Lampiran 2
Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Tahfidz
Lampiran 3
Lembar Observasi Kegiatan Pendukung
Lampiran 4
Hasil Wawancara Kepala Madrasah
Lampiran 5
Hasil Wawancara Guru Tahfidz kelas VII dan VIII
Lampiran 6
Hasil Wawancara Guru Tahfidz kelas IX
Lampiran 7
Hasil Wawancara Siswa Kelas VII
Lampiran 8
Hasil Wawancara Siswa kelas VII
Lampiran 9
Hasil Wawancara Siswa kelas VIII
Lampiran 10
Hasil Wawancara Siswa kelas VIII
Lampiran 11
Hasil Wawancara Siswa kelas IX
Lampiran 12
Hasil Wawancara Siswa kelas IX
Lampiran 13
Hasil Wawancara Orang tua Murid
Lampiran 14
Hasil Daftar Ceklist
Lampiran 15
Hasil Studi Dokumentasi Profil Sekolah
Lampiran 16
Foto-foto
Lampiran 17
Surat Keterangan Hasil Penelitian dari Sekolah
Lampiran 18
Lembar Uji Referensi
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ilmu pendidikan Islam merupakan ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam, yang berisi ajaran-ajaran tentang kehidupan manusia, dan ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada Al-Qur’an, hadits, dan akal. Dalam pendidikan agama Islam, Al-Qur’an adalah hal pokok yang harus dipelajari dan dipahami oleh setiap muslim. Karena Al-Qur’an merupakan landasan dan pedoman hidup umat muslim dalam menjalani kehidupan. Semua aspek kehidupan ini tercangkup di dalam Al-Qur’an. Kalam Allah yaitu AlQur’an adalah cahaya yang gemerlap di hati orang yang beriman, firman Allah SWT dalam surat Al-Ankabut (29) ayat 49:
ي َّ ي ين أُوتُوا الْعيْل َم َوَما ََْي َح ُد بيآيَاتينَا إيََّّل الظَّالي ُمو َن ٌ َات بَيِّ ن ٌ َبَ ْل ُه َو آي ُ ات يِف َ ص ُدور الذ " Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.”1 Materi pembelajaran Al-Qur’an adalah materi yang paling agung di antara sekian banyak materi pembelajaran lainnya. Betapa agungnya manusia yang mau mempelajari dan mengajarkannya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
ٍ ي ،َت َس ْع َد بْ َن عُبَ ْي َد َ َ ق،ُ َحدَّثَنَا ُش ْعبَة،اج بْ ُن يمْن َه ٍال ْ أ:ال ُ ََس ْع،َخبَ َريِن َع ْل َق َمةُ بْ ُن َم ْرثَد ُ َحدَّثَنَا َح َّج ي الر ْْح ين ُّ ي ي :ال َ َصلَّا ى ا ُهُ َعلَْي يه َو َسلَّ َم ق ِّ َع ين الني،ُالسلَم ِّي َع ْن عُثْ َما َن َرض َي اللَّهُ َعْنه َ َّ َع ْن أيَِب َعْبد َ َِّب »ُ« َخْي ُرُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم ال ُق ْرآ َن َو َعلَّ َمه “Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal Telah menceritakan kepada kami Syu'bah ia berkata, Telah mengabarkan kepadaku 'Alqamah bin 1
Departemen Agama RI. Al-Hikmah ; Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Bandung : CV Penerbit Diponegoro .2008), hal. 402
1
2
Martsad Aku mendengar Sa'd bin Ubaidah dari Abu Abdurrahman As Sulami dari Utsman radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:“Sebaik-baik (manusia) di antara kamu adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya””. (HR. al-Bukhari nomor 5027).2 Materi pembelajaran Al-Qur’an meliputi pengajian membaca Al-Qur’an dengan tajwid, sifat dan makhrajnya. Selain itu juga terdapat kajian makna, terjemahan dan tafsirnya. Para pakar pendidikan sepakat bahwa Al-Qur’an adalah materi pokok dalam pendidikan Islam yang harus diajarkan kepada anak didik.3 Orang tua dan guru Agama Islam memiliki keharusan untuk memberi pengajaran tentang Al-Qur’an kepada anak-anak. Semua itu dapat dimulai dengan mengajarkan cara membaca Al-Qur’an yang baik dan benar serta membimbing anak-anak tersebut untuk menghafalkan ayat-ayat di dalam AlQur’an. Usaha nyata untuk memelihara kemurnian Al-Qur’an adalah dengan menghafalkannya, karena menghafalkan Al-Qur’an merupakan suatu pekerjaan yang sangat mulia di hadapan manusia dan dihadapan Allah SWT. Tidak ada suatu kitab pun di dunia ini yang dihafal oleh puluhan ribu orang di dalam hati mereka, kecuali hanya Al-Qur’an yang telah dimudahkan oleh Allah SWT. Untuk diingat dan dihafal Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-Qamar (54) ayat 17:
ِّ ولََق ْد يَ َّس ْرنَا الْ ُق ْرآ َن لي لذ ْك ير فَ َه ْل يم ْن ُم َّدكير َ “Dan sungguh, telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? “4 Menghafalkan Al-Qur’an adalah suatu perbuatan yang sangat mulia dan terpuji. Sebab orang yang menghafalkan Al-Qur’an merupakan salah satu
2
Ahmad Ibn Ismail Abu Ismail Abu ‘Abdullah Al Bukhari, Al Jami al Musnad as Shahih al Muktashar min Umury Rasulullah SAW. wa Sunanihi wa Ayyamih= Sahih Bukhari, Pentahqiq Muhammad Zuhair ibn Nashir an Nashir, (Daar an Najaat: 1422 H), Cet Ke 1, Juz 6, h. 192. 3 Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi : hadits-hadits pendidikan. (Jakarta : Kencana, 2012) Cet. Ke-2 hal. 13 4 Departemen Agama RI. Op.cit. hal 529
3
hamba yang ahlullah di muka bumi. Itulah sebabnya tidak mudah dalam menghafalkan
Al-Qur’an,
diperlukan
metode–metode
khusus
ketika
menghafalkanya. Harapanya, setelah hafal ayat-ayat Allah, hafalan tersebut tidak cepat lupa atau hilang dari ingatan. Karena itu dibutuhkan keuletan dan kedisiplinandalam menghafal Al-Qur’an. Rasulullah SAW. bersabda :
ٍ َ َع ْن أَن، َع ْن أَبي ييه،الر ْْحَ ين بْ ُن بُ َديْ ٍل الْ ُع َقْيلي ُّي ول ُ ال َر ُس َ َ ق:ال َ َس ق َّ َحدَّثَنَا َعْب ُد َّ َحدَّثَنَا َعْب ُد،الص َم يد يي ي من أَهل ا ي: فَيقيل،" َّاس ي ي ني يم َن الن ي " أ َْه ُل:ال َ َ ُه يمْن ُه ْم؟ ق َ " إي َّن للَّه أ َْهل:صلَّا ى ا ُهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َ ا ُه ُ ْ َْ َ الْ ُقر ي ) (رواه أْحد.آن ُه ْم أ َْه ُل ا ُه ْ “Telah menceritakan kepada kami Abdusshamad, telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Budaili Al-Uqaili, meriwayatkan dari ayahnya, dari Anas berkata: sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda: “sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri dari para manusia”. Lalu Rasulullah SAW.. ditanya: Siapakah mereka ya Rasulullah? jawab beliau: “Ahlul Quran”. Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang pilihanNya”.5 (HR. Ahmad nomor 12292) Melihat kenyataan yang ada, meskipun pendidikan yang ada di Indonesia memasukan Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran utama. Namun yang sangat disayangkan kemampuan siswa dalam menghafal maupun membaca Al-Qur’an masih sangat kurang, tidak hanya di sekolah-sekolah umum, di sekolah-sekolah agama seperti Madrasah, pada umumnya masih banyak siswa yang kurang mampu membaca Al-Qur’an dengan baik. Kemudian sangat disayangkan pula kebanyakan pihak sekolah maupun orang tua kurang memperhatikan hal tersebut. Mungkin karena faktor-faktor tertentu seperti, kurangnya alokasi waktu disekolah untuk mengajarkan AlQur’an yang lebih intensif atau kondisi lingkungan yang kurang memadai untuk siswa dapat mempelajari dan menghafalkan Al-Qur’an. Madrasah sebagai sekolah berciri khas agama Islam memiliki beragam potensi yang salah satunya adalah hafalan Al-Qur’an. Dan untuk meningkatkan prestasi siswa dalam hal hafalan Al-Qur’an diperlukan adanya program khusus pembelajaran dalam bentusk muatan lokal. 5
Abu ‘Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Asyaibani, Musnad Ahmad bin Hanbal,(Muassasah ar Risalah, 1421 H/2001 M), jilid. 19, hal.296.
4
Sehubung dengan hal tersebut lahirlah kebijakan dari Bidang Pendidikan Madrasah Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta, yang menjadikan program hafalan Al-Qur’an Juz 30 pada tingkat Madrasah Ibtidaiyyah, dan hafalan Juz 29 sebagai muatan lokal pada tingkat Madrasah Tsanawiyah. Serta hafalan Juz 28 untuk tingkat Madrasah Aliyah. Secara umum moto yang akan digunakan dalam menghafal Al-Qur’an adalah one day one verse (satu hari satu ayat) sehingga para peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam menghafal Al-Qur’an.6 Sebagaimana yang disampaikan oleh H. Murtado selaku Kepala Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta yang peneliti kutip dari website resmi Kementrian Agama provinsi DKI Jakarta Agar karakter madrasah tetap terjaga, maka mulok tahfidz mulai akan diterapkan tahun pelajaran 2013/2014, minimal dua jam pelajaran dalam seminggu. Adapun strukturnya untuk MI minimal menghafal Juz 30, MTs minimal menghafal Juz 30 dan 29, MA minimal menghafal Juz 30, 29 dan 28. Hafal Al-Qur’an merupakan nilai tambah yang luar biasa bagi umat Islam, di tengah kehidupan yang semakin modern.”7 Al-Qur’an memiliki fungsi penting sebagai solusi terhadap kompleksnya kehidupan dan inspirator untuk menggapai kehidupan yang lebih baik. Dengan adanya pengembangan kurikulum dengan program hafalan Al-Qur’an tersebut tentunya akan meningkatkan kompetensi lulusan madrasah khususnya di wilayah DKI Jakarta, terutama kompetensi membaca, menulis, dan menghafal Al-Qur’an, sehingga peserta didik senantiasa menghayati, mengamalkan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kandungan Al-Qur’an yang tercermin dalam perilaku kehidupan bermasyarakat. Kebijakan ini diberlakukan di seluruh Madrasah dan tentunya dapat di kembangkan sesuai kondisi Madrasah masing-masing. Di dalam pelaksanaan program hafalan tersebut diperlukan upaya dari pihak sekolah untuk menunjang pelaksanaan kegiatan menghafal siswa, dan juga diperlukan
6 Ahmad Faiz Ahmad, Panduan Menghafal Al-Qur’an Juz 29. Jakarta : Pustaka Balqis. 2015. Kata Pengantar. 7 Humas Kementrian Agama, “ Ka. Kanwil : Siswa-siswi Madrasah DKI Jakarta wajib hafal Al-Qur’an”, https: //dki.kemenag.go.id, 15 januari 2016.
5
dorongan dari berbagai pihak agar siswa mampu mencapai target hafalan AlQur’an sesuai yang telah ditetapkan. Harapan dari Kementrian Agama DKI Jakarta yang diungkapkan oleh Kepala Kanwil yaitu “dengan adanya program muatan lokal hafalan AlQur’an, dapat menyiapkan peserta didik di Madrasah khususnya di wilayah DKI Jakarta mampu menghafal ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu agar siswa mampu menghayati, mengamalkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an”. 8 Hafalan Al-Qur’an dalam bentuk ekstrakurikuler maupun muatan lokal sudah diterapkan dibeberapa madrasah, namun sebagian besar madrasah di DKI ini belum menjadikan hafalan Al-Qur’an sebagai muatan lokal.9 Dan pada kenyataannya dalam pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an ini masih terdapat banyak permasalahan serta hambatan. Hal tersebut dapat dilihat dari segi fasilitas, tenaga pendidik, siswa, maupun pada pelaksanaanya. Selain itu, yang menjadi permasalahannya ialah karena program tahfidz ini baru diterapkan sehingga masih sangat perlu perbaikan dan peningkatan agar yang diharapkan oleh pemerintah maupun sekolah dapat tercapai. Guru yang dibutuhkan untuk membimbing siswa dalam menghafalkan AlQur’an tentunya harus disesuaikan dengan bidangnya agar pelaksanaan program hafalan tersebut sesuai dengan tujuan dan harapan. Guru pembimbing menghafal tentunya diharapkan guru yang memang kompeten dibidang hafalan Al-Qur’an. Selain itu peranan guru lain khususnya guru kelas juga sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan program menghafal Al-Qur’an ini. Dengan kerjasama yang baik antara semua pihak tentunya apa yang diharapkan oleh pemerintah, sekolah, maupun orang tua akan mudah terlaksanakan dengan baik. Al-Qur’an. Guru yang memiliki hafalan Al-Qur’an tentu selain mampu membimbing siswa dalam menghafal, juga akan menjadi teladan yang baik, karena selain mengajarkan guru juga telah mencontohkan. Namun karena 8 9
Ibid Ibid
6
keterbatasan tenaga pendidik khususnya guru tahfidz yang kompeten dan menguasai hafalan sesuai yang dibutuhkan pemerintah maka terkadang sekolah mengalami kesulitan untuk dapat mengimplementasikan program tahfidz tersebut dengan maksimal. Sehingga pada kenyataannya masih banyak siswa yang kurang serius dalam menghafalkan. Tahfidz Al-Qur’an merupakan suatu program baru yang diterapkan di sekolah, pada pelaksanaannya banyak siswa yang merasa keberatan dengan adanya program tahfidz tersebut. Hal itu dikarenakan belum terbiasa, kurang motivasi, dan beberapa dari mereka belum lancar dalam membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan kitab Allah yang harus dibaca secara khusus dan sesuai dengan bacaan yang telah diturunkan Allah. Sebagaimana firman Allah di dalam surat al-Qiyamah (75) ayat 18:
ُفَيإذَا قَ َرأْنَاهُ فَاتَّبي ْع قُ ْرآنَه “Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.”10 Dan di dalam surat al-Muzzammil (20) ayat 4 Allah berfirman :
َوَرت يِّل الْ ُق ْرآ َن تَ ْرتي ًيل “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.”11 Sementara itu Rasulullah SAW. bersabda;
َّد حدَّثَنَا ََيَي عن س ْفيا َن ح َّدثَيِن ع ي اص ُم بْ ُن بَ ْه َدلَةَ َع ْن يزٍّر َع ْن َعْب يد اللَّ يه بْ ين َع ْم ٍر َ َ َ ُ ْ َ َْ َ ٌ َحدَّثَنَا ُم َسد ال رس ُ ي ي ي ال لي َ ي ي ت ُ صلَّا ى اللَّهُ َعلَْي يه َو َسلَّ َم يُ َق َ َق َ ِّل َك َما ُكْن َ ول اللَّه ُ َ َ َ ق.ال ْ صاحب الْ ُق ْرآن اقْ َرأْ َو ْارتَق َوَرت ك يعْن َد ي آخ ير آيٍَة تَ ْقَرُؤَها َ َِّل يِف الدُّنْيَا فَيإ َّن َمْن يزل ُ تَُرت “Telah menceritakan kepada Kami Musaddad telah menceritakan kepada Kami Yahya dari Sufyan, telah menceritakan kepadaku 'Ashim bin Bahdalah dari Zirr dari Abdullah bin 'Amr, ia berkata; Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam bersabda: "Dikatakan kepada orang yang 10 11
Departemen Agama RI. Op.cit. hal.577 Ibid. hal. 574
7
membaca Al Qur'an: "Bacalah, dan naiklah, serta bacalah dengan tartil (jangan terburu-buru), sebagaimana engkau membaca dengan tartil di dunia, sesungguhnya tempatmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca.””12 (HR. Abu Daud nomor 1464) Oleh karena itu, membaca Al-Qur’an harus sesuai dengan bacaan yang telah diturunkan kepada Rasulullah SAW., dan seperti bacaan rasulullah kepada sahabatnya, yaitu dengan cara pelan-pelan, hati-hati, dan tidak tergesagesa (tartil). Selain itu, membaca Al-Qur’an juga harus memperhatikan makhraj (tempat keluar), sifat masing-masing huruf, tajwidnya, membaguskan huruf-hurufnya, mengetahui saat mengawali dan mengakhiri bacaanya, dan ketentuan-ketentuan lainnya. 13 Dari penjelasan di atas dapat di ketahui bahwa bacaan Al-Qur’an harus sesuai dengan bacaan yang diturunkan Allah dan harus sesuai hukum bacaannya (Ilmu tajwidnya). Dengan demikian ketika diterapkan program menghafal Al-Qur’an disekolah, yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah bacaannya. Jadi seorang guru pembimbing tahfidz tidak boleh membiarkan siswanya sekedar hafal saja melainkan harus memperhatikan bacaan tiap siswanya agar siswa tidak sekedar hafal di luar kepala tapi bacaannya tepat dan benar sesuai ketentuan bacaan Al-Qur’an. Pada kenyataannya masih banyak siswa yang hanya sekedar hafal namun bacaannya banyak yang belum sesuai dengan ketentuan bacaan Al-Qur’an baik dari segi makhrajnya, tajwid maupun yang lainnya. Tentunya banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, baik dari tingkat kemampuan membaca AlQur’an tiap anak yang berbeda, keterbatasan waktu pembelajaraan, maupun perhatian guru dan orang tua yang masih kurang. Oleh sebab itu pula banyak siswa yang belum dapat menuntaskan target hafalan yang telah ditentukan atau dengan kata lain indikator pencapaian pembelajaran tahfidz masih belum tercapai.
12 Abu Daud Sulaiman bin Al-Asy’ats Al-Azady as- Sijistany, Sunan Abu Daud. Ditahqiq oleh: Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, (Beirut: Maktabah al-Asyriyah) Jilid 2 hal. 73 13 Hisyah Thalbah, Ensiklopedia Mukjizat Al-Qur’an dan Hadits. PT Sapta Sentosa. 2008. hal. 349
8
Dalam mengimplementasikan suatu program perlu adanya perhatian khusus dari sekolah, dimana harus adanya upaya-upaya yang sekiranya mampu mendorong dan mendukung siswa dalam menghafal Al-Qur’an sesuai yang ditargetkan dan sesuai indikator pencapaian dalam pembelajaran tahfidz tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti uraikan, maka peneliti tertarik untuk meneliti sebuah sekolah yang telah melaksanakan program tahfidz Al-Qur’an Juz 29 sejak ditetapkan oleh Kementrian Agama DKI Jakarta yaitu pada tahun 2013, sekolah tersebut adalah Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 di daerah Ciganjur Jakarta Selatan. Maka dari itu penelitian ini berjudul “Implementasi Program Tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan.” Ada beberapa hal yang mendorong peneliti mengambil judul tersebut, antara lain : 1. Tahfidz Al-Qur’an merupakan program unggulan yang telah menjadi kebijakan
Kemenag Bidang Pendidikan untuk seluruh Madrasah di
wilayah DKI Jakarta, baik tingkat Ibtidaiyyah, Tsanawiyyah, maupun Aliyah. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti penerapan program tahfidz tersebut secara langsung di sekolah. 2.
MTs Negeri 2 Jakarta Selatan telah mengimplementasikan program tahfidz Al-Qur’an sejak tahun 2013. Dan sepengetahuan peneliti bahwa di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan belum pernah diadakan penelitian terkait program tahfidz Al-Qur’an oleh pihak manapun.
3. Peneliti memilih MTs Negeri 2 Jakarta Selatan sebagai tempat penelitian salah satu faktornya adalah dikarenakan peneliti sudah cukup mengenal MTs Negeri 2 Jakarta. Hal itu dikarena peneliti melakukan Praktik Profesi Keguruan Terpadu di sana selama kurang lebih empat bulan yang menjadi titik awal studi pendahuluan yang peneliti lakukan terkait program tahfidz yang dilaksanakan disana.
9
4. MTs Negeri 2 Jakarta Selatan merupakan salah satu sekolah yang cukup diminati masyarakat, hal itu terlihat dari jumlah siswa yang mendaftar setiap tahunnya terus meningkat. Selain itu kemampuan siswa di sekolah ini tentunya beragam, khususnya kemampuan dalam membaca Al-Qur’an. Meskipun untuk dapat diterima di sekolah ini salah satu tesnya adalah membaca Al-Qur’an dan hafalan surat-surat pendek, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kemampuan tiap siswa dalam membaca Al-Qur’an serta kemampuan menghafalnya tentu berbeda-beda, sehingga sekolah harus sedemikian rupa mengupayakan agar program hafalan Al-Qur’an tersebut dapat berjalan dengan baik. B. Indentifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah
di
atas,
maka
peneliti
mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1.
Minat terhadap pembelajaran Al-Qur’an bagi anak-anak masih sangat kurang.
2.
Kurangnya dorongan dan bimbingan orang tua terhadap anak-anak dalam pembelajaran Al-Quran terutama dalam menghafalkan Al-Qur’an.
3.
Masih terdapat Madrasah di DKI Jakarta yang belum menerapkan program tahfidz Al-Quran.
4.
Pelaksanaan program tahfidz di sekolah belum berjalan secara maksimal.
5.
Peranan sekolah dalam memotivasi siswa menghafalkan Al-Qur’an belum optimal.
6.
Terdapat siswa yang sudah mampu menghafal ayat Al-Qur’an namun bacaanya tidak sesuai makhraj maupun tajwidnya.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, agar penelitian lebih terarah dan mengingat keterbatasan peneliti dalam hal kemampuan akademik, waktu, biaya, dan tenaga, maka permasalah yang akan diteliti dibatasi pada pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di sekolah MTs Negeri 2
10
Jakarta Selatan, serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program tahfidz di sekolah MTs Negeri 2 Jakarta Selatan.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah peneliti uraikan di atas, maka secara umum penelitian ini mengungkapkan: 1. Bagaimana pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta? 2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan gambaran tentang; a. Pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan b. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program tahfidz AlQur’an Juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan. 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis 1) Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan akademik di bidang Pendidikan Agama Islam, khususnya dalam mengembangkan
pengetahuan
terkait
pentingnya
program
pembelajaran Al-Qur’an. Dan dalam hal ini program pembelajaran yang dimaksud adalah program menghafal Al-Qur’an. 2) Hasil penelitian ini diharapkan bisa sebagai bahan literature penelitian yang akan datang dengan masalah yang sejenis. b. Kegunaan Praktis
11
1) Bagi masyarakat dapat memberi masukan dan sumbangan pemikiran dalam meningkatkan pemahaman tentang pentingya menghafal Al-Qur’an. 2) Bagi MTs Negeri 2 Jakarta Selatan, memberikan kontribusi dalam rangka pengembangan program tahfidz Al-Qur’an. 3) Bagi peneliti, sebagai sarana uji kemampuan terhadap materi yang di peroleh di bangku perkuliahan, dan menambah wawasan dan pelajaran yang berharga terkait pelaksanaan program tahfidz di sekolah.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Implementasi Program 1. Pengertian Implementasi Implementasi menurut kamus lengkap bahasa Indonesia yaitu “penerapan atau pelaksanaan”.1 Menurut Nana Sudjana, implementasi dapat diartikan sebagai upaya pimpinan untuk memotivasi seseorang atau kelompok orang yang dipimpin dengan menumbuhkan dorongan atau motivasi dalam dirinya untuk melakukan tugas atau kegiatan yang diberikan sesuai dengan rencana dalam rangka mencapai tujuan organisasi.2 Adapun menurut Nurdin “Implementasi atau pelaksanaan bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan hanya sekedar aktivitas, namun suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan suatu kegiatan.”3 Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah pelaksanaan
atau
penerapan
sebuah
kegiatan
yang
memerlukan
keterampilan, motivasi dan kepemimpinan untuk mencapai tujuan yang telah diharapkan. Dan dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan rencana, dan kemudian rencana tersebut dilaksanakan dengan mekanisme tertentu. 2. Pengertian Program Menurut kamus umum bahasa Indonesia program adalah “rencana atau rancangan mengenai sesuatu serta usaha-usaha yang akan dijalankan.”4 Menurut Suharsimi dan Cepi, program dapat didefinisikan sebagai “suatu 1
Indrawan W.S. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media). 2000. Hal. 231 2 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung : Sinar Baru .2009) hal. 20 3 Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kuriklum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2002). hal.70 4 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), hal. 965.
12
13
unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang”.5 Adapun menurut Eko Putro program adalah serangkaian kegiatan yang direncanakan dengan seksama. Dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan banyak orang.6 Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada beberapa unsur pokok untuk dapat dikategorikan sebagai program: a. Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan seksama. b. Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari satu kegiatan ke kegiatan lain atau dapat dikatakan ada keterkaitan antar kegiatan sebelum dengan kegiatan sesudahnya. c. Kegiatan tersebut berlangsung dalam sebuah organisasi, baik formal maupun nonformal. d. Kegiatan tersebut dalam implementai atau pelaksananya melibatkan banyak orang. 3.
Langkah Penyusunan Program Adapun Muhaimin merumuskan, dalam penyusunan program ada empat langkah yang perlu dilakukan, yaitu menetapkan program, menentukan indikator keberhasilan program, dan menetapkan penanggung jawab program.7 a. Menetapkan program Tahapan awal dalam menyusun suatu program yaitu sebaiknya menetapkan program yang akan dilakukan. Hal ini tentu dengan
5
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin, Evaluasi Program Pendidikan ( Pedoman Teoritis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. ( Jakarta : Bumi Aksara,2010) cet. Ke-2 hal. 4 6 Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran : Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta : Pustaka Belajar.2015) hal. 8 7 Muhaimin, dkk, Menejemen Pendidikan; Aplikasi dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah. (Jakarta : Kencana 2009) hal. 200
14
landasan dan latar belakang yang tepat, agar program yang akan dilaksanakan tidak menyalahi dan sesuai dengan kebutuhan sekolah. b. Menentukan indikator keberhasilan program Indikator keberhasilan dapat diartikan acuan yang akan dicapai. Setelah menentukan program yang akan dilaksanakan, untuk mencapai tujuan dari pelaksanaan program tersebut perlu ditentukan beberapa indikator keberhasilan dari program tersebut.
Hal tersebut perlu
dilakukan guna mengidentifikasi apa saja yang harus dicapai dari program yang akan dilaksanakan tersebut. c. Menetapkan penanggung jawab program Penanggung jawab terhadap program yang akan dilaksanakan merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan. Dalam menetapkan penanggung jawab tentu harus dengan pertimbangan. d. Menyusun kegiatan dan jadwal kegiatan Tahapan terakhir yang harus dilakukan adalah menyusun kegiatan dan jadwal kegiatan dari program yang akan dilaksanankan. Dengan menyusun dan menentukan jadwal kegiatan tentunya program yang akan dilaksanakan akan lebih jelas dan terarah. 4. Komponen-komponen Program Menurut Suharsimi dan Cepi, “komponen program adalah bagianbagian atau unsur-unsur yang membangung sebuah program yang saling terkait dan merupakan faktor-faktor penentu keberhasilan program.”8 Maka dari itu dalam melaksanakan suatu program tentu harus mengidentifikasi komponen atau unsur-unsurnya agar pelaksanaan program tersebut dapat terlaksana dengan baik. Sudjana menyebutkan komponen program itu meliputi beberapa hal, antara lain; tujuan, sasaran, isi, jenis kegiatan, proses kegiatan, waktu, fasilitas, alat, biaya, organisasi penyelenggara dan lain sebagainya.9
8
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin, op. cit., hal. 7 Djuju Sudjana, Menejemen Program Pendidikan ; untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, ( Bandung : Falah Production, 2009), hal. 1 9
15
Banyaknya komponen dalam setiap program berbeda-beda, semua itu tergantung dari tingkat kompleksitas program yang bersangkutan. Kumpulan dari beberapa komponen atau unsur yang ada tersebut berkaitan dengan suatu program dan bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan dari program tersebut.10 Dalam pelaksanaan program yang berada dalam bidang pendidikan atau program pembelajaran tentu terdapat komponen-komponen yang berkaitan. Dan komponen-komponen tersebut tentu saling melengkapi satu sama lain agar program pembelajaran tersebut dapat terlaksana dengan baik. Selain itu tentunya dari komponen-komponen yang ada, tujuan suatu program dapat dicapai. 5. Macam-macam Program Program dapat bermacam-macam wujudnya ditinjau dari berbagai aspek, menurut Suharsimi Arikunto aspek tersebut antara lain; a. Program ditinjau dari tujuan, ada program dengan kegiatan yang bertujuan mencari keuntungan dan ada yang bertujuan sukarela. b. Program ditinjau dari jenisnya, ada program pendidikan, program koperasi, program kemasyarakatan, program pertanian, dan sebagainya. Adapun pengklasifikasianya didasarkan atas isi kegiatan program tersebut. c. Program ditinjau dari jangka waktu, ada program berjangka pendek jangka menengah, dan jangka panjang. Dalam mengukur jangka waktu bagi suatu program sebenarnya relatif, disesuaikan dengan pelaksanaan kegiatan program itu sendiri. d. Program ditinjau dari keluasannya, ada program sempit dan program luas. Program sempit hanya menyangkut variabel yang terbatas sedangkan program luas menyangkut banyak variabel.
10
Suharsimi dan Cepi, op. cit., hal. 10
16
e. Program ditinjau dari pelaksana, ada program kecil yang hanya dilaksanakan oleh beberapa orang, dan program besar yang dilaksanakan oleh beberapa orang. f. Program ditinjau dari sifatnya, ada program penting dan program kurang penting. Program penting adalah program yang dampaknya menyangkut nasib orang banyak mengenai hal yang vital, sedangkan program kurang penting adalah program yang dampaknya hanya menyangkut sebagian orang atau program yang mengenai hal yang tidak terlalu vital.11
B. Tahfidz Al-Qur’an 1. Pengertian Tahfidz Al-Qur’an Tahfidz berasa dari lafal
حَْتفِيظِا- ِظ حُيحفِ ح- ِ حح َّف حظyang berarti menjaga
(jangan sampai rusak), memelihara, melindungi.12 Dalam hal ini maksud tahfidz ialah menghafal. Al-Qur’an adalah kitab suci yang berisi kata-kata atau kalimat dalam bahasa Arab, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.. yang diriwayatkan dan tersebar secara mutawatir. Segala kata-katanya hingga huruf yang terdapat dalam tulisan Al-Qur’an adalah sama seperti saat ditulis untuk pertama kalinya, dan dinilai sebagai ibadah bagi siapa yang membacanya.13 Al-Qur’an adalah Firman Allah yang menjadi sumber aqidah kita. Secara mutlak, Al-Qur’an merupakan perkataan yang paling agung dan paling mulia. Al-Qur’an berasal dari sisi Allah, sehingga memiliki derajat yang mulia dan memiliki keagungan.14 Kebenaran Al-Qur’an dan
11
Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: PT Bina Aksara. 1988), hal. 2 12 A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif,1997), Cet. Ke-14, hal 279 13 Imam Mukhlas, Al-Qur’an Berbicara, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1996), hal.19 14 Muhammad Syauman ar-Ramli. Keajaiban Membaca Al-Qur’an.( Sukoharjo : Insan Kamil.2007) hal. 28
17
keterpeliharaannya sampai saat ini justru semakin terbukti. Firman Allah SWT dalam surat At-Takwir (81) ayat 19-21:
ٍ إِنَّهِلححقو حلِرس ٍِ َِثَِّأحم ٍِ ِذيِقح َّوٍةِعْن حدِذيِالْ حع ْرش حِمك.ولِ حكِرٍِي .ي ِ حمطح ٍاع ح.ي ح ْ حح “Sesungguhnya (Al-Qur’an) itu benar-benar firman Allah yang dibawa oleh utusan yang mulia (Jibril), yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah yang memiliki Arsy, yangdisana (di alam malaikat) di taati dan dipercaya.”15 Dari penjelasan ayat tersebut dapat di pahami bahwa Al-Qur’an memiliki sifat keagungan dan memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah. Maka dari itu tentunya mempelajari Al-Qur’an baik membaca, menulis, menghafalkan, dan mempelajari isi kandungan Al-Qur’an merupakan suatu keharusan bagi umat muslim. Menurut Muhaimin Zen menghafal Al-Qur’an adalah “kegiatan memberikan bimbingan dalam menghafal Al-Qur’an”.16 Menurut Abdurrab Nawabuddin dalam menghafal Al-Qur’an, memelihara serta menalarnya harus memperthatikan tiga hal pokok, antara lain sebagai berikut: a. Menghayati bentuk-bentuk visual sehingga mampu di ingat kembali meski tanpa melihat kitab. b. Membaca secara rutin ayat-ayat yang dihafalkan. c. Mengingat-ingatnya.17 Sebelum menghafal Al-Qur’an sangat dianjurkan bagi orang yang akan menghafal Al-Qur’an untuk terlebih dahulu lancar dalam membaca Al-Qur’an.
Sebab,
kelancaran
saat
membaca
Al-Qur’an
akan
mempengaruhi cepat lambatnya dalam menghafal Al-Qur’an. Akan tetapi
15
Departemen Agama RI. Al-Hikmah ; Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Bandung : CV Penerbit Diponegoro .2008), hal. 586 16 Muhaimin Zen, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’annul Karim, (Jakarta : PT Al-Husna Zikra, 1996) cet. I hal. 10 17 Abdurrab Nawabuddin, Tekhnik Mennghafal Al-Qur’an, Terj. dari Kaifa Tahfazhul Quran oleh Bambang Saeful Ma’arif. Bandung: Sinar Baru Al-Gensindo, 1991) cet. I, hal. 25
18
bukan hanya sekedar lancar, melainkan harus baik, benar, dan fasih, serta menguasai ilmu tajwid. Sebab jika bacaan salah maka hasil yang dihafalkannya pun akan salah.18 2. Hukum Menghafal Al-Qur’an Al-Qur’an merupakan kitab suci yang sudah terjamin keasliannya oleh Allah SWT. Menurut Al-Azmi Al-Qur’an adalah “risalah terakhir untuk umat manusia, diwahyukan pada Rasul terakhir yakni Nabi Muhammad, yang meruang dan terpelihara dari segi keaslian bahasa tanpa perubahan, tambahan, maupun pengurangan.”19 Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hijr (15) ayat 9:
ِ .َّاَِن حنِنحَّزلْنحاِالذ ْكحر حِوإنَّاِلحهحِ حَلحافظحون ْ إن ح “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”20 Kendatipun Allah telah menjamin akan terpeliharanya Al-Qur’an berdasarkan ayat di atas, namun kita tidak boleh melepas tanggung jawab dan kewajiban kita untuk memelihara kemurnian Al-Qur’an dari tangantangan jahil dan dari musuh-musuh Islam yang tidak henti-hentinya berusaha mengotori dan memalsukan ayat-ayat Al-Qur’an. Memelihara Al-Qur’an pada dasarnya adalah kewajiban kita sebagai umat Islam. Karena Al-Qur’an adalah hal pokok yang harus kita jaga kemurniannya. Dan sebagai umat Islam sudah sepatutnya peduli terhadap Al-Qur’an. Salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan kemurnian Al-Qur’an adalah dengan menghafalkannya. Menurut Ahsin W. Alhafidz menghafalkan Al-Qur’an merupakan hal yang sangat diperlukan dengan beberapa alasan;
18
Wiwi Alawiyah, Panduan Menghafal A-Quran Super Kilat, (Yogyakarta : Diva Press. 2015 ) hal. 50 19 Prof M.M, Al-A’zami, The History The Qur’anic Text: Sejarah Teks Al-Qur’an dari Wahyu sampai Kompilasi. (Jakarta : Gema Insani.2005). 20 Departemen Agama RI, op. cit., hal. 262
19
a. Al-Qur’an diturunkan, diterima, dan diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW secara hafalan, sebagaimana ditegaskan Allah dalam firmannNya dalam surat As-Syu’ara (26) ayat 192-195:
ِ.ين ِكِلتح حكو حنِم حنِالْ حمْنذر ح ِِاْلحم ح ِيل حِربِالْ حعالحم ح ْ وح ُّ ِنححزحلِبه.ي ِ حعلحىِقح ْلب ح.ي ِالر ح حوإنَّهحِلحتح ْنز ح ٍ ٍِ ِمب .ي بل حسان ح ِعحر ٍِّب ح “Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.”21 b. Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur memiliki hikmah sebagai isyarat dan dorongan ke arah tumbuhnya kemauan kuat untuk menghafal, dan Nabi Muhammad SAW merupakan figur seorang Nabi yang dipersiapkan untuk menguasai wahyu secara hafalan, untuk menjadi teladan bagi umatnya. Nabi Muhammad menerima wahyu secara hafalan, kemudian mengajarkan kepada para sahabat secara hafalan dan mendorong para sahabat untuk menghafalkan Al-Qur’an. c. Firman Allah dalam surat Al-Hijr ayat 9 di atas bersifat aplikatif, artinya bahwa pemeliharaan terhadap kemurnia Al-Qur’an adalah Allah yang memberikannya, tetapi tugas secara nyata untuk memeliharanya harus dilakukan oleh umat Islam sebagai pemiliknya.22 Hukum menghafal Al-Qur’an adalah fardhu kifayah, sebagaimana yang dikutip oleh Muhaimin Zen dari kitab Burhan fi Ulumil-Quran, juzu’ I, halaman 539, Imam Badruddin bin Muhammad bin Abdullah AzZarkasih mengatakan bahwa “menghafal Al-Qur’an adalah fardhu kifayah.” Dan dalam kitab Nihayah Qaulul-Mufid, Syeikh Muhammad Makki Nashr mengatakan “sesungguhnya menghafal Al-Qur’an diluar
21
Departemen Agama RI, op. cit.,, hal. 375 Ahsin. W. Alhafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. (Jakarta: Bumi Aksara,1994) , hal. 22-23 22
20
kepala hukumnya fardhu kifayah”. Demikian pula mengajarkanya. Mengajarkan membaca Al-Qur’an adalah fardhu kifayah dan merupakan Ibadah yang utama.23 Menurut Imam Nawawi, mengajarkan seorang muslim untuk mempelajari Al-Qur’an adalah tugas seorang yang mengenal Al-Qur’an. Harus ada perwakilan di antara umat islam yang dididik untuk mengenal serta menghafalkan Al-Qur’an. Jika tidak ada satu pun di antara umat Islam yang menghafalkan Al-Qur’an maka kita senidri yang akan berdosa, namun jika ada meskipun hanya sebagian yang menekuninya, maka yang lain tidak berdosa. Dan jika ada pengajar Al-Qur’an diminta untuk mengajari seseorang lalu menyatakan keengganannya, maka menurut pendapat paling shahih ia tidak berdosa, namun ia dibenci jika tidak ada alasan yang tepat.24 Firman Allah SWT dalam surat At-Taghabun (64) ayat 16:
ِاِاستحطح ْعِتح ْم ْ فحاتَّ حقواِاللَّهح حِم “Maka bertaqwalah kalian kepada Allah semampu kalian.”25 Salah satu sifat manusia yang sudah menjadi kodrat dan sangat manusiawi adalah lupa, dan salah. Begitupun orang yang menghafalkan Al-Qur’an tentunya mempunyai sifat dan mengalami lupa dalam hafalannya. Mengenai dosa atau tidaknya terhadap hafalan Al-Qur’an tergantung dari usaha dalam menjaga hafalan. Rasulullah selalu menganjarkan untuk selalu memelihara dan menjaga hafalannya dengan cara membacanya setiap saat dan men-takrir hafalannya supaya tidak lupa dan hilang. Setelah ada usaha tetapi masih juga lupa, maka yang
23
Muhaimin Zen, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’annul Karim, (Jakarta : PT Al-Husna Zikra, 1996) cet. I hal. 37 24 Imam Nawawi, Adab Mengajarkan Al-Qur’an, terj. dari Al-Tibyan Fi Adab Hamalat Al-Qur’an, oleh Tramana Ahmad, ( Jakarta : Hikmah ). Cet. II hal. 45 25 Departemen Agama RI, op. cit., hal. 557
21
menghafalkan Al-Qur’an tersebut tidak lagi dinyatakan sebagai orang yang lengah dan bersalah. 26 Jadi dapat dikatakan bahwa hukum menghafal Al-Qur’an adalah fardhu kifayah sama seperti hukum mempelajari Al-Qur’an. al ini berarti bahwa orang yang menghafal Al-Qur’an tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir. Adapun mengenai hukum orang yang lupa terhadap apa yang dihafalkannya itu tergantung dari bagaimana usaha orang tersebut dalam menjaga hafalannya. 3. Urgensi Menghafal Al-Qur’an Menurut Abdul Qoyyum, “menghafal ilmu di dada mempunyai kedudukan yang sangat penting. Tanpa menghafal ilmu, penuntut ilmu tidak mungkin mencapai tingkatan yang dia inginkan.”27 Dengan menghafalkan Al-Qur’an tentu seseorang akan memiliki kedudukan yang sangat tinggi, karena Al-Qur’an merupakan sumber kehidupan, sumber pengetahuan dan petunjuk bagi umat Islam. Kegiatan menghafal Al-Qur’an adalah agenda turun-temurun semenjak Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad sampai saat ini dan sampai waktu yang akan datang nanti. Pada masa lampau menghafalkan Al-Qur’an merupakan dasar bagi pendidikan umat muslim, dan pada dewasa ini tampak adanya perubahan titik berat dalam pendidikan Islam. Namun demikian menurut Ahmad Von Denffer menghafalkan Al-Qur’an masih tetap diperlukan bagi seluruh umat muslim dengan beberapa alasan sebagai berikut: a. Menghafal Al-Qur’an merupakan sunah Rasul, dan hal yang dilaksanakan oleh para sahabat, tabi’in, dan orang-orang shalih terdahulu.
26
Wiwi Alawiyah, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an, (Yogyakarta : Diva Press. 2014 ) hal. 156-157 27 Abdul Qoyyum, Keajaiban Hafalan : Bimbingan Bagi Yang Ingin Menghafal AlQur’an, (Klaten : Pustaka Al-Haura’. 1429) hal. 12
22
b. Kemampuan membaca Al-Qur’an dalam bentuk hafalan amat diperlukan agar dapat melaksanakan sholat dengan baik. c. Hafalan Al-Qur’an tetap merupakan modal dasar bagi pelaksana dakwah yang baik. d. Penghafalan dan pengulangan Al-Qur’an akan membawa ke arah untuk lebih mengingat Allah dan firman-Nya. e. Penghafalan terhadap ayat-ayat ahkam akan menuntun kita ke arah kesadaran dan ikhtiar. Penghafalan akan mengarah pada pemahaman dan keimanan yang lebih dalam terhadap kandungan pesan Al-Qur’an.28 Adapun menurut Abdul Aziz ada beberapa urgensi menghafal AlQur’an, antara lain yaitu: a. Menjaga Kemutawatiran Al-Qur’an. Menghafal Al-Qur’an merupakan suatu hal yang sangat penting. Dengan adanya penghafalan Al-Qur’an tentu keotentikannya akan terjaga. Membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang telah ada sejak empat belas abad lalu, tanpa terkurangi kata bahkan hurufnya merupakan kenikmatan besar yang harus disyukuri umat Islam. Hal ini tidak terlepas dari jasa para penghafal Al-Qur’an yang jumlahnya banyak dan terus ada sepanjang sejarah kehidupan manusia. Sehingga AlQur’an teriwayatkan secara mutawatir, dan tidak mungkin diubah atau dipalsukan oleh tangan-tangan kotor, sebagaimana kitab-kitab suci sebelumnya. Perhatian ulama salaf sangat besar dalam merealisasikan kepentingan ini. Mereka telah berhasil mengabadikan sanad pengajaran Al-Qur’an sejak zaman rasulullah, sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in sampai sekarang. Proses belajar Al-Qur’an yang bersanad akan menjadikan pelajar Al-Qur’an benar-benar menguasai Al-Qur’an
28
Ahmad Von Denfer, Ilmu Al-Qur’an penenalan dasar, Terj. dari Ulum Al-Qur’an : An Introduction to the sciences of the Quran oleh Ahmad Nasir Budiman, ( Jakarta : Rajawali . 1988) hal. 204
23
secara baik dan benar, karena inilah yang mampu menjaga keaslian pengajaran Al-Qur’an. b. Meningkatkan Kualitas Umat. Al-Qur’an merupakan sumber ilmu dan petunjuk bagi manusia. Kualitas umat Islam tidak akan terangkat kecuali dengan Al-Qur’an. Dengan menjaga kemurnian Al-Qur’an dan menggali apa yang ada di dalam
Al-Qur’annya
sebagai
sumber
kehidupan
tentu
akan
meningkatkan kualitas umat Islam. Menghafal Al-Qur’an merupakan cara untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an. Jadi dengan menghafalkan Al-Qur’an tentu dapat meningkatkan kualitas umat. c. Menjaga terlaksananya sunah-sunah rasulullah. Sebagian ibadah yang dilakukan Rasulullah SAW ada yang terkait dengan hafalan Al-Qur’an dalam pelaksanaannya. Hafalan yang terbatas pada surat-surat pendek membatasi kita mentauladani ibadah beliau secara sempurna, khususnya dalam melaksanakan ibadah sholat. Dengan menghafalkan Al-Qur’an tentu akan menjaga kita untuk berusaha melaksanakan sunah-sunah Rasulullah. Pembinaan yang dilakukan Rasulullah terhadap sahabat-sahabatnya lebih mengarah pada praktik daripada teori. Pertemuan- pertemuan dengan para sahabat lebih banyak mengajak mereka untuk langsung berinteraksi terhadap ayat Al-Qur’an. d. Menjaga mukmin dari aktivitas laghwu (tidak ada nilainya di sisi Allah). Banyak cara yang dapat dilakukan agar terhindar dari kegiatan yang tidak manfaat. Dan kembali kepada Al-Qur’an merupakan salah satu cara terbaik. Dengan selalu membacanya apalagi menghafalkannya secara otomatis akan membentengi diri kita dari kegiatan yang tidak bermanfaat atau sia-sia. Dan muukmin yang sejati adalah yang telah berhasil menjauhkan diri dari aktifitas yang laghwu, baik yang mubah apalagi haram.
24
e. Melestarikan budaya Shalafusshalih. Melihat sejarah kehidupan orang-orang shalih zaman dahulu, akan kita dapatkan kehidupan yang cemerlang baik dalam hal pengetahuan maupun dalam ketaqwaan kepada Allah. Di antara kecemerlangan itu terlihat dalam perhatian mereka yang besar terhadap kitab Al-Qur’an. Dengan mempelajari Al-Qur’an apalagi menghafalkannya tentu akan melestarikan budaya orang-orang shalih zaman dahulu dan tentu akan menciptakan kehidupan yang cemerlang.29 4. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an Al-Qur’an adalah kitab suci yang merupakan penutup berbagai kitab suci sebelumnya, sehingga isinya berlaku secara umum dan abadi, baik dari segi waktu tempat maupun umat yang menerima risalah. Yang mana AlQur’an secara umum isi kandungannya terdiri atas tiga hal pokok, yaitu: Aqidah, Hukum, dan Akhlak. Kemudian ditetapkan pula bahwa syariat Islam memiliki keutamaan untuk membentuk agar setiap pribadi menjadi pelaku dan penganjur amal sholeh, menegakkan keadilan merata, dan menyelenggarakan kehidupan dengan sebaik-baiknya.30 Menghafal Al-Qur’an merupakan suatu perbuatan yang sangat terpuji dan mulia. Orang-orang yang mempelajari, membaca atau menghafal AlQur’an merupakan orang-orang pilihan yang memang dipilih Allah untuk menerima warisan kitab suci Al-Qur’an. Allah SWT. Berfirman dalam surat Fathir (35) ayat 32:
َّ حَثَِّأ ْحورثْنحاِالْكتح ح ِِم ِْقتحص ٌد حِومْن حه ْم ْ ين ِاصطححفْي نحاِم ْنِعبحادنحاِفحمْن حه ْمِظحاِلٌِلنح ْفسه حِومْن حه ْم ح ح ابِالذ ح ِ ض حلِالْ حكب حِي ْ حساب ٌقِب ْ ِه حوِالْ حف اْلحْي حراتِبإ ْذنِاللَّهِ حذل ح كح “Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilihdi antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang 29
Abdul Aziz, Kiat Sukses Menghafal Al-Qur’an, ( Jakarta : Dzilal Press.1996), hal.
14-21 30
Imam Mukhlas. Op. cit., hal. 38
25
pertengahan dan di antara mereka ada pula yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.31 Rasulullah SAW bersabda:
ٍ ِع ْن ِِأحنح، ِال ِقح ح:ال س ِقح ح َّ اِعْب حد َّ اِعْب حد ِع ْن ِأحبيه ح، ِالر ْْححن ِبْ حن ِبح حديْ ٍل ِالْ حع حقْيل ُّي ح ِحدَّثحنح ح، ححدَّثحنح ح ِالص حمد ح ِ ِم ِْنِأ ْحه حلِاهللِمْن حه ْم: ِ َِّصل حر حس ح ىِاهللح ح ِإِإ َّنِللَّهِأ ْحهل ح:ِعلحْيه حِو حسلَّ حم ولِاهلل ح يل ح ِفحق ح،يِم حنِالنَّا ِإ ِ ِ)ِ(رواهِأْحد.ِه ْمِأ ْحه حلِاهلل قح ح ِإِأ ْحه حلِالْ حق ْرآن ح:ال “Telah menceritakan kepada kami Abdusshamad, telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Budaili Al-Uqaili, meriwayatkan dari ayahnya, dari Anas berkata: sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda: “sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri dari para manusia”. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ditanya: Siapakah mereka ya Rasulullah? jawab beliau: “Ahlul Quran”. Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang pilihanNya”. (HR. Ahmad nomor 12292)32 Adapun manfaat dan keutamaan menghafal Al-Qur’an menurut Imam Nawawi dalam kitabnya At-Tibyan fi Adabi Hamalati Al-Qur’an, adalah sebagai berikut: a. Al-Qur’an adalah pemberi syafaat pada hari kiamat untuk umat manusia yang membaca, memahami dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. b. Para penghafal Al-Qur’an telah dijanjikan oleh Allah akan diangkat derajatnya yang tinggi di sisi-Nya, akan mendapatkan pahala yang besar, serta mendapatkan penghormatan di antara sesame manusia. c. Para pembaca Al-Qur’an, khususnya para penghafal Al-Qur’an yang kualitas dan kuantitas bacaannya lebih bagus akan bersama malaikat yang selalu melindunginya dan mengajak kepada kebaikan. d. Orang yang menghafalkan Al-Qur’an akan mendapatkan fasilitas khusus dari Allah SWT yaitu, berupa terkabulnya segala harapan, serta keinginan tanpa harus memohon dan berdoa. 31
Departemen Agama RI. Op. cit., hal 438
32
Abu ‘Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Asyaibani, Musnad Ahmad bin Hanbal. Muassasah ar Risalah, 1421 H/2001 M), jilid. 19, hal.296.
26
e. Para penghafal Al-Qur’an memiliki potensi untuk mendapatkan pahala yang banyak karena sering membaca (takrir) dan mengkaji AlQur’an. f. Para penghafal Al-Qur’an akan diprioritaskan untuk menjadi imam sholat. g. Menghafalkan Al-Qur’an akan menjadikan hidup menjadi lebih berkah karena menghabis kan waktu dengan sesuatu yang bermanfaat dan bernilai ibadah. h. Para penghafal Al-Qur’an adalah orang pilihan Allah SWT. i. Para penghafal Al-Qur’an merupakan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan mereka adalah para ilmuan. j. Para penghafal Al-Qur’an adalah keluarga Allah. k. Orang yang menghafalkan Al-Qur’an merupakan orang-orang yang mulia dari umat Rasulullah. l. Menghafalkan Al-Qur’an adalah salah satu kenikmatan paling besar yang telah Allah berikan kepada mereka yang mau menghafalkannya. m. Mencintai para penghafal Al-Qur’an sama halnya seperti mencintai Allah. n. Orang yang menghafalkan Al-Qur’an dijanjikan sebuah kebaikan, kebarokahan, dan kenikmatan dari Al-Qur’an. o. Orang yang menghafalkan Al-Qur’an memperoleh keistimewaan yang luar biasa karena lisannya tak pernah kering dan pikirannya tak pernah kosong, karena mereka sering membaca dan mengulangngulang Al-Qur’an. p. Para penghafal Al-Qur’an memiliki ingatan yang tajam dan bersih intuisinya.keduanya dapat dimiliki dan muncul dengan sendirinya. q. Orang yang menghafalkan Al-Qur’an akan dapat berbicara dan membaca Al-Qur’an dengan fasih (jelas) dan benar.
27
r. Menghafalkan Al-Qur’an mempunyai manfaat akademis. Al-Qur’an merupakan pengetahuan dasar bagi para penuntut ilmu dalam proses belajarnya.33
C. Implementasi Program Tahfidz Al-Qur’an di Sekolah 1) Pengertian Implementasi Program Tahfidz Al-Qur’an Implementasi program tahfidz Al-Qur’an adalah penerapan rencana kegiatan dalam menghafalkan Al-Qur’an. Menurut Khalid, program menghafal Al-Qur’an adalah menghafal AlQur’an dengan mutqin (hafalan yang kuat) terhadap lafadz-lafadz AlQur’an dan menghafal makna-maknanya dengan kuat yang memudahkan untuk menghadirkannya setiap menghadapi berbagai masalah kehidupan, yang mana Al-Qur’an senantiasa ada dan hidup di dalam hati sepanjang waktu sehingga memudahkan untuk menerapkan dan mengamalkannya.34 Adapun program tahfidz Al-Qur’an dalam hal ini merupakan seperangkat rencana dan pengajaran mengenai kegiatan menghafalkan semua surat dan ayat yang telah ditentukan, untuk mengucapkan dan mengungkapkannya kembali secara lisan pada semua surat dan ayat tersebut, sebagai aplikasi menghafal Al-Qur’an.35 Jadi dapat disimpulkan implementasi program tahfidz Al-Qur’an jika di terapkan di sekolah adalah pelaksanaan rencana kegiatan menghafalkan Al-Qur’an untuk seluruh siswa sesuai kebijakan yang telah ditentukan. Setelah menghafalkan, seluruh siswa diharapkan menyetorkan hafalannya kepada guru pembimbing tahfidz atau guru yang telah ditentukan oleh sekolah. Dalam pelaksanaan program tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan kebijakan dari masing-masing sekolah itu sendiri. 33
Imam Nawawi, Adab Seorang Ahlul Quran, dari At-Tibyan Fii Adabi Hamalatil Quran oleh Hakim, PPA.(Kamis, 21 Februari 2013). 30-02-2016, 07:12. Pdf. .hal. 17-21. (www.ashakimppa.blogspot.co.id) 34 Khalid bin Abdul Karim Al-Lahim, Metode Mutakhir Cara Cepat Menghafal AlQur’an, ( Surakarta : Daar An-Naba. 2 008), hal. 19 35 Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta, Kurikulum Muatan Lokal Hafaln AlQur’an Madrasah Tsanawiyah DKI Jakarta, 2013. hal. 3
28
2) Landasan Pelaksanaan Program Tahfidz a. Surat al-Ankabut (29) ayat 48-49 tentang keutamaan dari menghafal AlQur’an.
ٍ تِتحْت لحوِمنِقح ْبلهِمنِكتح ِات اب حِوحَل ح كِإذ ح َِتحطُّهحِبيحمين ح ٌ ِه حوِآيح حوحم ِاِ حكْن ح ِبح ْل ح.ابِالْ حمْبطِلحو حِن اَِل ْرتح ح ْ ْ َّ اتِِف ح .اَِي حح حدِبآيحاتنحاِإََّلِالظَّال حمون ٌ بحي نح ْينِأحوتحواِالْع ْل حم حِوحم ح ِص حدورِالذ ح “Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benarbenar ragulah orang yang mengingkari(mu). Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orangorang yang zalim”36 b. Surat al- Qiyamah ( 75) 17-18 tentang perintah membaca Al-Qur’an
ِ ِفحإذحاِقحِحرأْنحاهحِفحاتَّب ْعِقح ْرآنحِهح.ِعلحْي نحاَِجحْ حعهح حِوقح ْرآنحِهح إ َّن ح “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.”37 3) Tujuan Program Tahfidz Menurut Ahmad Lutfi tujuan program menghafal Al-Qur’an di sekolah antara lain; a. Siswa dapat memahami dan mengetahui arti penting dari kemampuan dalam menghafal Al-Qur’an b. Siswa dapat terampil menghafal ayat-ayat dari surat-surat tertentu yang menjadi materi pelajaran. c. Siswa dapat membiasakan menghafal Al-Qur’an dan supaya dalam berbagai kesempatan siswa sering melafadzkan ayat-ayat AlQur’an dalam kegiatan sehari-hari.38 Tujuan adanya pelaksanaan program tahfidz di sekolah adalah untuk menyiapkan peserta didik di madrasah untuk mampu membaca,
36
Departemen Agama RI, op. cit., hal. 402 Ibid. hal. 578 38 Ahmad Lutfi, Pembelajarn Al-Qur’an dan Hadits (Jakarta : Dirrektorat Pendidikan Islam,2009) hal. 168-169 37
29
menghafalkan, mempelajari, mengamalkan dan menjunjung tinggi nilainilai yang terkandung dalam Al-Qur’an.39 4) Materi dalam Program Menghafal Al-Qur’an Materi dalam program menghafal Al-Qur’an di sekolah tentu disesuaikan dengan kebutuhan dan kebijakan dari sekolah maupun pemerintah setempat. Adapun untuk Madrasah di wilayah DKI Jakarta materi dalam program menghafal sebagai berikut; a. Materi hafalan untuk tingkat Ibtidaiyyah adalah AlQuran Juz 30. AlQur’an Juz 30 terdiri dari surat an-Naba, an-Nazi’at, ‘Abasa, at-Takwir, al-Infitar, al-Muthaffifiin, al-Insyiqoq, al-Buruj, at-Tariq, al-A’la, alGhasiyyah, al-Fajr, al-Balad, asy-Syams, al-Lail, at-Tin, al-‘Alaq, alQadr, al-Bayyinah, al-Zalzalah, al-‘Adiyat, al-Qori’ah, at-Takatsur, al‘Asr, al-Humazah, al-Fil, al-Quraisy, Al-Ma’un, al-Kautsar, al-Kafirun, an-Nasr, al-Lahab, al-Ikhalas, al-Falaq, dan surat An-nas. b. Materi hafalan untuk tingkat Tsanawiyyah adalah Al-Qur’an Juz 29. AlQur’an Juz 29 terdiri dari surat al-Mulk, al-Qolam, al-Haqqoh, AlMa’arij, Nuh, Jin, al-Muzzammil, al-Mudatsir, al-Insan, dan surat AlMursalah. c. Materi hafalan untuk tingkat Aliyah adalah Al-Qur’an Juz 28. AlQur’an Juz 28 terdiri dari surat al-Mujadillah, al-Hasyr, AlMumtahanah, as-Saff, al-Jumu’ah, al-Munafiqun, at-Tagabun, at-Talaq, dan surat at-Tahrim. 5) Metode dalam Menghafal Al-Qur’an a. Metode Bi al-Nazhar Metode bi al-nazhar, yaitu membaca cermat ayat Al-Qur’an yang akan dihafal dengan berulang-ulang. Salah satu metode untuk mempercepat
menghafalkan
Al-Qur’an
ialah
memperbanyak
membacanya sesering mungkin sebelum menghafalkannya. Hal ini memiliki tujuan agar orang yang menghafalkannya akan mengenal
39
Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta, loc. cit.
30
terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkan dan tidak asing lagi dengan ayat-ayat tersebut, sehingga akan lebih mudah untuk menghafalkannya. Semakin sering membaca tentu akan membuat penghafal lebih mudah untuk menghafal.40 Menurut Ahsin W. Alhafidz metode Bin Nazhar dapat disebut metode wahdah yaitu menghafal satu persatu ayat-ayat yang hendak dihafalkan. Dan untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat dapat dibaca sebanyak sepuluh kali, atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk pola bayangannya. Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama..41 Menghafal dengan cara ini tentu memerlukan kesabaran yang ektra, karena akan memakan waktu yang cukup banyak. Menurut Abdul Aziz, menghafal dengan cara mengulang-ulang ini sangat cocok untuk para penghafal yang daya ingatannya lemah, hanya saja diperlukan kondisi fisik yang prima. Selain itu metode ini juga cocok untuk bagi anak-anak yang sedang mengikuti program menghafal, karena anak belum mampu mengingat sendiri, jadi perlu bimbingan untuk membacakannya secara berulang-ulang sampai anak tersebut hafal.42 Dengan membaca Al-Qur’an secara cermat dan berulang-ulang akan membantu mempercepat proses menghafal ayat-ayat Al-Qur’an. Semakin banyak bacaan yang diulang maka kualitas hafalan akan semakin baik. b. Metode Kitabah Metode kitabah yaitu penghafal terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang hendak dihafalkan pada kertas atau buku khusus yang telah dipersiapkan. Setelah di tulis kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya
40
Wiwi, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an. Op. cit., hal. 102 Ahsin. W. Alhafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. (Jakarta: Bumi Aksara,1994) , hal. 63 42 Abdul Aziz, Kiat Sukses Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta : Dzilal Press.1996), hal. 49 41
31
sehingga
lancar
dan
benar
bacaannya,
lalu
dihafalkannya.
Menghafalkannya dapat dilakukan dengan menulis ayat yang akan dihafalkannya berulang kali, sehingga dengan demikian orang yang menghafal akan lebih mudah untuk merekam hafalannya, karena dengan menuliskannya berulang kali tentu sekaligus dapat memperhatikan dan menghafalkannya ayat –ayat Al-Qur’an di dalam hati.43 Menulis dengan tangan sendiri dapat membantu proses menghafal. Metode kitabah sangat tepat dilakukan bagi seseorang yang mempunyai kesulitan dalam menghafal atau karena lemahnya otakapabila menghafal. Dengan menulis ayat Al-Qur’an melalui gerakan tangan dan indra penghlihatan akan memudahkan otak untuk meresap ayat-ayat yang dihafalkan. 44 Metode kitabah ini dapat dijadikan alternatif lain dari metode yang pertama yaitu bi nazhar atau wahdah. Apabila seorang penghafal mengalami kesulitan dalam menghafal dan sudah berulang kali membaca ayat yang akan dihafal, penghafal dapat menuliskannya terlebihh dahulu baik dikertas, buku, atau papan tulis. Dengan demikian tentu akan membantu penghafal untuk mengingat ayat yang sedang dalam proses penghafalan. Dan untuk lebih maksimal dan lebih cepat meresap ke dalam daya ingatan, penulisan ayat tersebut dapat dilakukan berulang kali. Karena itu akan memudahkan otak untuk meresap ayat – ayat yang dihafalkan tersebut. c. Metode Sima’i Metode sima’i yaitu dengan cara mendengarkan atau menyimak suatu bacaan untuk dihafalkan. Menurut Ahsin W. Alhafidz metode ini dapat dilakukan dengan dua alternative, antara lai; 1) Mendengar dari guru yang membimbingnya, terutama bagi penghafal tunanetra atau anak-anak. Dalam hal ini guru diharap
43 44
Ibid., hal. 64 Wiwi Alawiyah, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an. op. cit., hal. 100
32
untuk lebih sabar dan teliti dalam membaca dan membimbing, selain itu guru dituntut untuk berperan aktif dalam membantu proses menghafalkan. 2) Merekam ayat-ayat yang akan dihafalkan ke dalam pita kaset, tape re-corder, atau menggunakan alat perekam pada handphone sesuai kebutuhan dan kemampuannya. Kemudian apa yang direkam tersebut diputar dan didengar secara seksama sambil megikutinya secara perlahan-lahan. 45 Salah satu cara menerapkan metode sima’i yaitu dengan membuat metode teratur untuk mendengarkan bacaan ayat Al-Qur’an yang sedang dihafalkan dengan kaset-kaset, atau music di handphone dari syeikh besar yang terpercaya, seperti Syeikh Khusari dan Syeikh Abdul Basith untuk bacaan Al-Qur’an murottal.46 Metode sima’i sangat membantu proses menghafal ayat- ayat AlQur’an. Selain itu dengan mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dihafal, ini akan membantu penghafal mengulangi dan menguatkan hafalan. d. Metode Talaqqi Metode
talaqqi
yaitu
metode
setoran,
seseorang
yang
menghafalkan Al-Qur’an menyetorkan hafalan atau memperdengarkan hafalan yang baru dihafal kepada pendidik atau teman sebaya. Metode ini dilakukan untuk mengetahui hasil hafalan Al-Qur’an dan mendapat bimbingan seperlunya. 47 Menyetorkan hafalan kepada pendidik atau guru tahfidz merupakan kaidah baku yang sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW.. Al-Qur’an pada dasarnya diambil dengan cara talaqqi (berguru kepada
45
Ahsin, op. cit., hal. 65 Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Al-Qur’an. ( Surakarta : Insan Kamil. 2013). hal. 51 47 Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta. Kurikulum Muatan Lokal Hafalan AlQur’an Madrasah Tsanawiyah. 2013. hal. 9 46
33
ahlinya), dan sangat disarankan untuk belajar dari lisan para ulama yang mempunyai keahlian atau pakar mengenai lafal-lafal Al-Qur’an. Sehingga, seorang murid tidak mengalami kekeliruan ketika membaca atau melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an. 48 Seseorang yang menghafalkan Al-Qur’an sangat diharuskan menerapkan metode talaqqi ini. Karena apa yang dihafalkan tentunya harus diperdengarkan kepada guru atau pendidik. Dan tentunya untuk menyetorkan hafalan harus pada guru yang tepat yang memang menguasai cara membaca Al-Qur’an yang baik dan benar sesuai aturan. Karena apabila guru tidak mengerti atau memperhatikan bacaan muridnya tentu akan menimbulkan kekeliruan dalam membaca AlQur’anm dan itu akan berakibat fatal. Karena kesalahan dalam mengucapkan atau melafalkan ayat Al-Qur’an akan mengubah arti dan maksud dari ayat itu sendiri. e. Metode Takrir Menurut Wiwi, Metode takrir yaitu mengulang hafalan dan memperdengarkan hafalannya kepada guru atau teman sebaya. Selain dengan guru dan teman sebaya takrir dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja guna memperlancar hafalan ayat Al-Qur’an dan menjaga hafalannya agar tidak lupa.49 Seseorang penghafal tidak akan bisa menghafal Al-Qur’an dengan baik kecuali jika ia mengulanginya berkali-kali. Bahkan sebagian dari pada ulama ada yang mengulang-ulang satu permasalahan sebanyak 100 kali, dan ada juga yang mengulang sampai 400 kali, sehingga ilmu yang didapatnya seolah-olah berada di antara kedua matanya.50
48
Wiwi, op. cit., hal. 79 Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta, loc. cit. 50 Yahya, op. cit., hal. 84 49
34
f. Metode Jama’ Metode jama’ yaitu cara menghafalkan Al-Qur’an yang dilakukan secara kolektif atau bersama-sama. Ayat-ayat yang akan dihafalkan dibaca secara bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur.51 6) Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Program Menghafalkan Al-Qur’an a. Faktor Pendukung dalam Menghafalkan Al-Qur’an Menurut Ahsin W. Alhafidz terdapat beberapa hal penting sebagai pendukung tercapainya tujuan menghafal Al-Qur’an. Adapun faktorfaktor yang dimaksudkan antara lain 1) Usia yang Ideal Sebenarnya tidak ada batasan usia tertentu secara mutlak untuk menghafal Al-Qur’an tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat usia seseorang berpengaruh terhadap keberhasilan menghafal AlQur’an.Seseorang yang masih muda tentu akan lebih potensial daya serap dan resapnya terhadap materi-materi yang dibaca dan dihafal, atau yang didengarnya dibanding mereka yang berusia lanjut, namun hal tersebut tidak bersifat mutlak. 2) Manajemen Waktu Bagi mereka yang menempuh program khusus menghafal AlQur’an
dapat
mengoptimalkan
seluruh
kemampuan
dan
memaksimalkan seluruh kapasitas waktu yang dimilikinya, sehingga dapat menyelesaikan proram menghafal Al-Qur’an dengan lebih cepat, karena tidak mengahadapi kendala dari kegiatan-kegiatan lainnya. Sebaliknya bagi mereka yang memiliki kegiatan-kegiatan lain, seperti sekolah, bekerja, dan kesibukan yang lain, makaia harus pandai-pendai memanfaatkan waktu yang ada. Dan diperlukan manajemen waktu yang baik.
51
Ahsin, op. cit.,, hal. 69
35
Alokasi waktu yang ideal untuk ukuran sedang dengan target harian satu halaman adalah empat jam, dengan rincian dua jam untuk menghafal ayat-ayat baru, dan dua jam untuk muroja’ah ayatayat yang telah dihafalnya terdahulu. Penggunaan waktu tersebut dapat disesuaikan dengan manajemen yang diperlukan oleh masing-masing para penghafal. Adapun waktu–waktu yang dianggap baik untuk menghafal antaralain; waktu sebelum terbit fajar, setelah fajar sehingga terbit matahari, setelah bangun dari tidur siang, setelah sholat, dan waktu di antara magrib dan isya. Namun tidak berarti bahwa waktu selain yang disebutkan di atas tidak baik untuk membaca atau menghafal Al-Qur’an. Semua waktu pada dasarnya baik untuk menghafal tergantung pada situasi dan kondisi masing-masing penghafal. 3) Tempat Menghafal Situasi dan kondisi suatu tempat ikut mendukung tercapainya program menghafal Al-Qur’an. Untuk menghafalkan Al-Qur’an diperlukan tempat yang ideal untuk terciptanya konsentrasi dalam menghafal. Adapun beberapa tempat yang ideal untuk menghafal AlQur’an antara lain; a) Jauh dari kebisingan b) Bersih dan suci dari kotoran dan najis c) Cukup ventilasi untuk pergantian udara d) Tidak terlalu sempit e) Cukup penerangan f) Mempunyai temperatur yang sesuai dengan kebutuhan g) Terhindar dari berbagai ganguan.52
52
Ahsin. W. Alhafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. (Jakarta: Bumi Aksara,1994) , hal. 56-61
36
b. Faktor Penghambat dalam Menghafal Al-Qur’an Siapapun dapat menghafal Al-Qur’an, baik anak-anak, remaja bahkan orang tua, baik sebagian maupun keseluruhan. Jadi, usia bukan merupakan penghalang untuk menghafal Al-Qur’an. kesibukan ataupun status sosial juga bukan penghalang seseorang untuk menghafalkan AlQur’an. Menurut Abdul Aziz, “penghalang utama dalam menghafal adalah malas, tidak ada kemauan, hilang akal, dan mati hati.” Jika penyakit-penyakit tersebut lenyap, insya Allah akan mudah untuk menghafal Al-Qur’an.53 Menurut Wiwi Alawiyah, ada beberapa faktor yag menyebabkan seseorang mengalami kesulitan dan terhambat dalam menghafalkan AlQur’an, antara lain; 1) Tidak Menguasai Makhorijul Huruf dan Tajwid Salah satu faktor penghambat atau kesulitan dalam menghafal Al-Qur’an adalah karena bacaan yang tidak bagus, baik dari segi makhorijul huruf, kelancaran membacanya, ataupun tajwidnya. Halhal tersebut merupakan modal dasar yang harus diperhatikan. Karena orang yang tidak menguasai makharijul huruf dan memahami ilmu tajwid, akan mendapatkan kesulitan dan akan memakan waktu yang lama dalam menghafalkan ayat Al-Qur’an. 2) Tidak Sabar Sabar adalah kunci kesuksesan untuk meraih cita-cita, termasuk cita-cita dan keinginan untuk menghafal Al-Qur’an. Jika tidak memiliki sifat sabar dalam menghafal Al-Qur’an maka proses menghafalkan Al-Qur’an akan terhambat. Oleh karena itu seseorang yang menghafalkan Al-Qur’an tidak boleh mengeluh dan patah semangat ketika mengalami kesulitan dalam proses menghafal. Bila
53
Abdul Aziz, op. cit., hal. 20
37
proses menghafal dilakukan dengan sabar dan tulus semua ayat-ayat yang dihafalkan akan terasa sangat mudah dan tidak mengalami kesulitan yang berarti. 3) Tidak Sungguh-sungguh Kesungguhan dalam melakukan setiap pekerjaan sangat diharuskan. Apabila dalam menghafal Al-Qur’an tidak dengan sungguh-sungguh tentu akan menghambat proses menghafal AlQur’an. Salah satu peetanda niat setengah hati adalah kurangnya kerja keras dan kesungguhan dalam menghafalkan Al-Qur’an. 4) Kurang dalam Berdoa Berdoa adalah senjata umat Islam. Sebaai umat Islam kita harus meyakini bahwa tidak ada yang sia-sia dari usaha kita dalam berdoa. Selain berusaha atau bekerja dalam melakukan sesuatu termasuk menghafalkan Al-Qur’an, kita harus senantiasa berdoa. Ketika mengalami kesulitan dalam menghafalkan Al-Qur’an sedangkan kita tidak berdoa tentu Allah tidak akan membantu, sebab kita tidak meminta kepada-Nya.54 Sedangkan Muhaimin Zen menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang menjadi problem dalam menghafalkan Al-Qur’an, antaralain; a) Ayat – ayat yang sudah dihafal lupa lagi. b) Banyaknya ayat-ayat yang serupa tetapi tidak sama. c) Gangguan-gangguan kejiwaan. d) Ganggauan lingkungan. Program menghafal Al-Qur’an di sekolah termasuk ke dalam program yang ada dalam bidang pendidikan. Menurut Suharsimi dan Cepi, “Keberhasilan suatu program dalam bidang pendidikan sangat tergantung dari beberapa faktor penting, yaitu siswa, guru, materi, sarana-prasarana, pengelolaan, dan lingkungan.”55 54 55
Wiwi Alawiyah, Panduan Menghafal Al-Qur’an Super kilat. op. cit.,, hal. 113-117 Suharsimi dan Cepi, op. cit., hal. 10
38
Faktor penting yang telah disebutkan di atas dapat dikatakan sebagai komponen–komponen dari suatu program dalam bidang pendidikan atau pembelajaran. Apabila salah satu komponen tersebut kinerjanya kurang baik, pasti keberhasilan program pembelajaran tidak akan maksimal. Kegagalan dari suatu program tidak dapat dibebankan hanya pada satu atau dua faktor saja, namun harus diteliti komponen atau faktor mana saja yang kinerjanya kurang baik. D. Hasil Penelitian Relevan 1. Penelitian yang dilakukan oleh Surwarti (3103098), Mahasiswa IAIN Wali Songo Semarang, Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam, dengan judul Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an 2 Juz (Studi Di SDIT Harapan Bunda Semarang) pada tahun 2008, Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan data yang dikumpulkan berupa, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program tahfidz di SDIT Harapan Bunda, dan apa saja faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan program tersebut. Program tahfidz al-Qur’an di SDIT Harapan Bunda termasuk program kurikulum khas. Metode menghafalnya tidak ditentukan oleh pihak sekolah, sekolah hanya memberikan wadah dan guru sebagai fasilitator, yang membimbing dan mengarahkan. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Rohim (109011000046), Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam pada tahun 2014. Judul penelitiannya adalah Implementasi Daqu Method pada Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an di Podok Pesantren Tahfidz Daarul Quran Ketapang, Tangerang. Metodologi dalam penelitian ini menggunakan kualitatif deskripsi, yang mengungkapkan tentang Daqu method yang menjadi program unggulan di Daarul Quran. Daqu method yaitu pendidikan karakter yang berbasis Qurani yang bersumber dari nash Al-Qur’an.
39
3. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Idris, Mahasiswa IAIN Wali Songo Semarang jurusan Pendidikan Agama Islam pada tahun 2013. Dengan judul penelitiannya Manajemen Pembelajaran Tahfidzul Quran di MI Al-Khoiriyyah 1 Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan data yang dikumpulkan berupa, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana perencanaan, proses dan evaluasi pembelajaran tahfidz AlQur’an di MI Al-Khoiriyah. Proses kegiatan pembelajaran tahfidz di MI Al-Khoiriyyah, baik dari perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi sudah sangat baik. Guru-guru tahfidz di sekolah ini secara umum sudah cukup baik dalam menerapkan pengajaran menghafal Al-Qur’an. Persamaan penelitian sebelumnya dengan yang akan peneliti lakukan adalah membahas tentang pelaksanaan tahfidz Al-Qur’an. Metode yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif deskriptif berdasarkan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Namun dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi kasus. Selain itu terdapat perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu pada lokasi dan pembatasan penelitian tertuju kepada program tahfidz Al-Qur’an yang akan di teliti ini merupakan program yang termasuk dalam muatan lokal yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Dan penelitian ini juga akan difokuskan pada pelaksanaan program tahfidz dan faktor apa saja yang mendukung dan meghambat pelaksanaan program tahfidz Al-Quran di sekolah yang menjadi tempat penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dipusatkan di MTSN 2 Jakarta, yang beralamat di Jl. Moh. Kahfi I no. 34 Kelurahan Ciganjur Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan, dan waktu penelitian direncanakan mulai November 2015 sampai November 2016. B. Latar Penelitian 1. Latar a. Latar Fisik MTs Negeri 2 Jakarta terletak di tengah perkampungan penduduk. Lokasi sekolahnya cukup strategis dan nyaman, karena tidak dekat dengan jalan raya. Sehingga terhindar dari kebisingan yang biasa disebabkan oleh kendaraan yang melintas. Namun untuk menjangkaunya jika ditempuh dengan naik angkot harus sedikit berjalan kaki untuk bisa sampai ke sekolah. Bangunan sekolah merupakan bangunan milik Departemen Agama, yang didirikan pada tahun 1989. Dari tahun ke tahun gedung sekolah mengalami perubahan dan pertambahan agar kegiatan belajar mengajar serta kegiatan penunjang lainnya dapat berjalan lancar. Bagian depan sekolah ini nampak satu gerbang sebagai pintu utama untuk memasuki sekolah. Dan tak jauh dari gerbang terdapat pos satpam dan tempat parkir. Dan dibelakang sekolah juga terdapat gerbang kecil yang dibuka hanya ketika jam pulang sekolah saja. Di samping parkiran terdapat masjid yang persis di atas masjid terdapat aula dan di samping masjid terdapat ruang pertemuan. Di depan masjid terdapat lapangan sekolah, dan disebranggnya terdapat ruang guru yang di depan ruang guru terdapat meja piket, kemudian disamping kanan ruang guru ada ruang kepala sekolah, ruang
40
41
tata usaha yang di dalamnya terdapat finger print machine untuk absen guru dan karyawan serta UKS, dan di sisi kiri ruang guru di antara tangga terdapat ruang perpustakaan, dan Lab IPA. Sedangkan Lab komputer terdapat di lantai dua bersebelahan dengan ruang BK. Ruang OSIS juga berada di lantai dua di antara ruang kelas. Dan posisi kantin serta koperasi sekolah ada di belakang dan disana terdapat satu rumah dinas untuk salah satu karyawan. Adapun jumlah kelas secara keseluruhan ada 15 ruang kelas, masing-masing tingkat kelas menempati 5 ruang kelas. b. Latar Sosial Lingkungan sosial yang tercipta di MTs N 2 Jakarta cukup harmonis dan religius. Hal ini dapat dilihat dari hubungan antara kepala seklah dengan guru dan karyawan berjalan dengan baik. Semua menjalankan tugasnya masing-masing. Tak jarang kepala sekolah mengontrol kegiatan-kegiatan dan berbincang-bincang dengan guru dan karyawan. Hal yang sama juga diterapkan kepada siswanya. Setiap hari siswa maupun guru melaksanakan sholat zuhur berjamaah, dan dibuat jadwal imam untuk guru, dan jadwal adzan dan pembaca doa untuk siswa. Hal ini untuk membiasakan siswa agar siap ketika terjun dimasyarakat. Dan ada juga kegiatan sholat dhuha berjamaah namun masih secara bergilir. Banyak kegiatan-kegiatan yang mendukung keakraban guru satu sama lain, salah satu kegiatan yang sangat bermanfaat di tengah kesibukan mengajar yaitu one day one juz yang setiap harinya harus dilaporkan kepada salah satu guru penanggung jawab. Begitu pula hubungan sekolah dengan komite dan orang tua murid juga cukup baik. Ada kegiatan setiap minggu pengajian yang di hadiri oleh komite sekolah, guru-guru, serta orang tua murid. c. Latar proses Program menghafal Al-Qur’an Juz 29 dilakukan oleh seluruh siswa MTs Negeri 2 Jakarta. Kegiatan menghafal Juz 29 tersebut sistemnya berkelanjutan dari jenjang kelas VII sampai kelas IX. Dalam proses
42
pelaksanaan kegiatan menghafal tersebut siswa tidak semata-mata menyetorkan hafalannya saja, melainkan adanya guru pembimbing yang akan masuk ke dalam kelas untuk membimbing dan mengarahkan siswa dalam menghafal. Kegiatan bimbingan menghafal tersebut dilaksanakan satu pertemuan di dalam seminggu dengan alokasi waktu dua jam. 2. Entri Peneliti mulai datang ke sekolah MTs Negeri 2 Jakarta ketika melaksanakan Praktik Profesi Keguruan pada bulan Agustus 2015. Pengamatan mengenai sekolah serta program tahfidz
sudah sejak
pelaksanaan Praktik Profesi Keguruan. Namun peneliti melakukan perencanaan penelitian terkait program tahfidz Al-Qur’an terhitung pada bulan November 2015. C. Metode Penelitian Metode penelitan merupakan suatu cara yang dilakukan penelitian untuk melakukan penelitian. Dalam penyusunan ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Menurut Nana Syaodih “penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditunjukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivits sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok”.1 Melihat rumusan masalah yang diajukan, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Zainal Arifin dalam bukunya menjelaskan, “studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu.”2 Pada dasarnya penelitian dengan jenis studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui suatu hal secara mendalam. Maka dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode studi kasus untuk mencari tahu secara mendalam
1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2011), hal. 60 2 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan ; Metode dan Paradigma Baru. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2014) hal. 152
43
bagaimana implementasi program tahfidz Al-Qur’an juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta. D. Teknik Pengumpulan data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara dan dari berbagai sumber. Dilihat dari caranya teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, serta studi dokumen. Dan bila dilihat dari sumber datanya maka sumber datanya berupa data primer serta sekunder. Dan hal ini tentu saja disesuaikan dengan masalah yang akan diteliti. Tabel 3.1 Sumber dan Teknik Pengumpulan data Sumber data Primer
Fenomena,
Metode aktivitas Observasi
sosial, peristiwa dengan
Instrumen Lembar Observasi
kata-kata dan tindakan. Informan
Wawancara
Pedoman Wawancara dan
alat
perekam. Sekunder
Data tertulis, foto, buku, Studi
Daftar
dan data-data terkait.
Ceklist
dokumentasi
1. Observasi Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang paling utama dalam penelitian kualitaf. Menurut Djam’an Satori observasi penelitian kualitatif adalah “pengamatan langsung terhadap objek untuk mengertahui keberadaan objek, situasi, konteks dan maknanya dalam mengumpulkan data penelitian.”3 Observasi dilakukan untuk mendapatkan data dengan mengadakan kunjungan langsung ke tempat penelitian dan
3
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Alfabeta.2013) hal.105
44
mengamati keadaan sekolah, kegiatan yang berlangsung, sarana dan prasarana serta data yang mendukung lainnya. Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi partisipatif yaitu peneliti mendatangi lokasi penelitian langsung, yaitu MTs Negeri 2 Jakarta. Kemudian peneliti mengamati dan mencatat kegiatan yang berhubungan dengan program tahfidz Al-Qur’an dan sesekali peneliti terlibat langsung dalam beberapa kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di MTs Negeri 2. Peneliti tidak mempersiapkan intrumen observasi secara sistematis dari awal karena peneliti belum mengetahui pasti apa yang akan terjadi dilapangan, jenis data apa yang berkembang dan dengan cara apa data baru itu paling sesuai dieksplorasi. Namun sebagai alat bantu dalam penelitian ini, peneliti membuat pedoman observasi secara garis besar sebagai berikut. Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi No. Komponen
Objek Observasi
Aspek Pengamatan
1.
Place
Sekolah MTs
Keadaan fisik sekolah, sarana
(tempat)
Negeri 2 Jakarta
prasarana, dan keadaan ruang lingkup sekolah.
2.
Ruang kelas saat
Kondisi
pembelajaran
sarana prasarana pembelajaran
tahfidz
dikelas.
Actor
Kepala Sekolah,
Sikap
(pelaku)
Guru Tahfidz, dan
kebiasaan yang dilakukan di
Siswa.
dalam kelas maupun luar kelas yang
ruang
dan
berkaitan
program tahfidz. 3.
Activity
Aktivitas
KBM Proses KBM
(kegiatan)
tahfidz di kelas.
kelas
dan
kebiasaan-
dengan
45
Aktivitas
di
luar Jenis kegiatan, tujuan yang
kelas yang berkaitan ingin dicapai dalam kegiatan, dengan
program
tahfidz.
2. Wawancara Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada responden. Wawancara yang akan digunakan adalah wawancara semiterstruktur, yaitu peneliti melakukan wawancara berbentuk dialog bersama narasumber dengan penggabungan antara pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan dan pertanyaan yang lebih luas dan mendalam dengan mengabaikan pertanyaan-pertanyaan yang sudah ada namun tetap berpatokan kepada pedoman yang telah disiapkan.4 Adapun dalam melakukan penelitian ini peneliti melakukan wawancara kepada Kepala Sekolah, guru tahfidz Al-Qur’an, beberapa siswa MTsN 2 Jakarta serta wali murid MTs Negeri 2 Jakarta. Instrumen dalam teknik wawancara ini peneliti telah menyiapkan pedoman wawancara yang berisi aspek pertanyaan yang berkaitan dengan objek penelitian. Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara No. Aspek Pertanyaan 1.
Latar belakang pelaksanaan Kepala Sekolah, Guru program tahfidz
2.
Informan
Tahfidz
Tujuan dan manfaat program Kepala Sekolah, Guru tahfidz
Tahfidz,
Siswa,
dan
Orang tua 3.
Kompetensi guru pembimbing Kepala Sekolah program tahfidz
4
Afifuddin dan Beni Ahmad, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung : Pustaka Setia.2009). hal. 133
46
4.
Bentuk motivasi dan dukungan Kepala Sekolah Guru, guru terhadap program tahfidz
5.
siswa
Bentuk motivasi dan dukungan Siswa, Orang tua orang tua terhadap program tahfidz
6.
Pelaksanaan
pembelajaran Guru, Siswa
program tahfidz di kelas 7.
Metode dalam menghafal
8.
Penilaian
dalam
Guru, Siswa
program Guru
pembelajaran tahfidz 9.
Kendala-kendala
dalam Siswa
menghafalkan 10.
Fasilitas pendukung
Kepala Sekolah, Guru, Siswa
3. Studi Dokumentasi Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai suatu pristiwa, dimana dokumen sendiri menurut Samiaji “berarti segala materi dalam bentuk catatan dalam kertas maupun elektronik yang dibuat manusia.”5 Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Menurut Djam’an Satori, “Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.” 6 Dokumen yang akan dikumpulkan peneliti dapat meliputi data keadaan sekolah secara umum, seperti profil sekolah, keadaan warga sekolah dan, 5 6
Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar. (Jakarta: Indeks. 2012). Hal. 61 Djam’an Satori, op.cit, hal. 149
47
foto yang berkaitan dengan pelaksanaan program tahfidz serta data-data lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Tabel 3.3 Daftar Ceklist Dokumentasi Sekolah No. Nama Dokumen 1.
Ada
Tidak Keterangan Ada
Dokumentasi Sekolah a. Profil Sekolah b. Visi Misi dan Tujuan Sekolah c. Keadaan guru dan karyawan d. Keadaan Siswa
2.
Dokumentasi pembelajaran Tahfidz
3.
Dokumentasi pendukung
E. Pemeriksaan atau Pengecekkan Keabsahan Data Untuk memeriksa atau mengecek keabsahan data diperlukan suatu teknik pemeriksaan data. Menurut Lexy J. Moleong, “pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas kriteria tertentu. Ada empat krtiteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).”7 Masing-masing Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik pemeriksaan sendiri-sendiri. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pemeriksaan atau pengecekan data dengan teknik-teknik sebagai berikut; 1. Derajat kepercayaan a. Perpanjangan keikutsertaan
7
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. Ke-29, hal. 324
48
Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.8 Dalam penelitian ini peneliti melakukan perpanjangan keikutsertaan guna mendapatkan data-data terkait sekolah MTs Negeri 2 Jakarta dan program tahfidz Al-Qur’an. Keikut sertaan peneliti dalam sebuah penelitian sangat menentukan pengumpulan data. Dengan waktu yang lebih lama peneliti dapat mengetahui gejala-gejala dalam pelaksanaan program tahfidz AlQur’an dengan lebih mendalam. b. Ketekunan/keajegan pengamatan Ketekunan pengamatan dilakukan dengan melakukan pengamatan terkait program tahfidz Al-Qur’an secara terperinci dan terus menerus selama kebutuhan data berlangsung. c. Triangulasi Dalam penelitian ini peneliti juga melakukan pemeriksaan atau pengecekan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Menurut Affifudin dan Beni Ahmad, “proses triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”.9 Pemeriksaan yang dilakukan oleh peneliti antaralain : 1) Triangulasi data, yaitu dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara, data hasil wawancara dengan dokumentasi, dan data hasil pengamatan dengan dokumentasi. Hasil perbandiangan ini diharapkan dapat menyatukan persepsi atas data yang diperoleh. 2) Triangulasi metode, yaitu dengan cara penggunaan berbagai metode untuk meneliti. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi saat wawancara dilakukan, dan peneliti menggunakan metode observasi ditunjang dengan dokumen pada saat melakukan observasi. 8 9
Ibid. hal. 327 Affifudin dan Beni Ahmad, op. cit. hal. 143
49
3) Triangulasi pengamat, yaitu dengan cara adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini dosen pembimbing dan guru tahfidz bertindak sebagai pengamat yang memberikan masukan kepada peneliti terhadap hasil pengumpulan data. d. Pemeriksaan Sejawat Penulis melakukan teknik ini dengan cara berdiskusi dengan rekan sejawat, guru yang bersangkutan, serta dosen pembimbing terkait hasil sementara maupun hasil akhir penelitian. Sehingga peneliti mendapat masukkan, kritik, serta saran atas kekurangan yang mungkin terjadi dalam melakukan penelitian.. Dengan adanya teknik ini akan membantu peneliti
agar mampu mempertahankan keterbukaan dan kejujuran. e. Analisis Kasus Negatif Penulis mengumpulkan contoh kasus yang ditemui di lapangan yang tidak sesuai dengan informasi yang telah dikumpulkan. Hal tersebut dilakukan sebagai bahan pembanding. Apabila terdapat informasi yang bertentangan dari dua narasumber, atau antara hasil wawancara dengan fakta lapangan, maka peneliti akan melakukan analisis informasi atau data tersebut atau melakukan konfirmasi ulang kepada narasumber yang kompeten. 2. Keteralihan / Transferability Usaha dalam membangun keteralihan dalam penelitian ini dilakukan dengan uraian rinci.10 Peneliti berusaha untuk mencari dan mengumpulkan kejadian yang terjadi di lapangan terkait program tahfidz Al-Qur’an di sekolah dengan menguraikan secara rinci dan seteliti mungkin. Hal tersebut akan menuntut peneliti agar dapat dilaporkan hasil penelitian. 3. Kebergantungan /Dependability (Reliabilitas) Dalam hal ini peneliti berusaha untuk mempertajam uraian yang lebih konkrit. Dengan mengungkapkan data wawancara, dan dokumen dengan
10
Moleong op. cit. Hal. 337
50
berulang-ulang terhadap responden, meminta pendapaat dan pertimbangan peneliti lain yang menggunakan pendekatan kualitatif, dan pencatatan data atau informasi dengan alat mekanis komputer. 4. Kepastian/Objektivitas /Confirmability Data yang telah ditemukan peneliti analisis secara cermat dan teliti. Disusun dan dikategorikan secara sistematik, dan ditafsirkan berdasarkan pengalaman tanpa prasangka dan kecenderungan-kecenderungan tertentu.
F. Teknik Analisis Data Teknik Analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Data-data yang penulis peroleh akan dianalisis dengan analisis data dekskriptif, dengan tujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat yang diteliti. Sugiono mengutip pendapat Miles dan Huberman yang mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu melalui data reduction, data display, dan conclusion drawing/verivication”.11 1. Reduksi Data Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yang telah dikumpulkan. Setelah itu langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Dalam penelitian ini setelah peneliti menelaah seluruh data yang tersedia baik dari observasi, wawancara, maupun studi dokumentasi, peneliti melakukan reduksi data untuk memilah dari semua data yang ditemukan kemudian peneliti mengambil hanya hal-hal yang sesuai dengan 11
225
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, dan R & D, (Bandung Alfabeta,2012)cet.17 hal.
51
penelitian. Dan reduksi data dalam penelitian ini penulis lakukan selama proses penelitian. 2. Penyajian Data Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya yaitu peneliti menyajikan data berupa pendeskripsian sekumpulan informasi yang telah disusun sehingga memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, mengambil tindakan selanjutnya berdasarkan apa yang difahami tersebut.. Dalam penelitian ini penyajian data disajikan dalam bentuk teks naratif. 3. Penarikan Kesimpulan Mengambil kesimpulan merupakan analiss lanjutan dari reduksi data dan display data. Setelah melakukan penyajian data peneliti melakukan penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan. Kesimpulan awal yang dikemukakan sifatnya masih sementara. Sehingga peneliti masih berpeluang untuk menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara, masih dapat diuji kembali dengan data di lapangan, dengan cara mereflesikan kembali, peneliti dapat bertukar pikiran dengan teman sejawat, triangulasi, sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1. Observasi Observasi yang peneliti lakukan ini, berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan program tahfidz Al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan, baik secara umum maupun secara khusus meliputi tempat, pelaku, serta kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan program tahfidz AlQur’an. Dan berdasarkan observasi secara garis besar peneliti mendapatkan data sebagai berikut : 1) Lingkungan sekolah MTs Negeri 2 Jakarta Selatan cukup bersih dan nyaman. Meskipun sekolah tidak terlalu luas namun pemanfaatan lahan kosong di sekitar lapangan sangat baik karena terdapat banyak tanaman serta membuat suasana sekolah asri dan nyaman untuk beraktivitas. 2) Ruang kelas sebagai tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar cukup bersih karena adanya jadwal piket setiap harinya. Jumlah siswa di dalam kelas sekitar 35-38 orang. Selain meja dan kursi, di dalam kelas terdapat lemari, dua buah kipas angin, proyektor, serta speaker yang dapat digunakan sebagai media dalam pembelajaran. 3) Pelaksanaan pembelajaran tahfidz di kelas, berlangsung dengan tertib. Peneliti melakukan observasi pada kelas VIII-2 dan VII-4. Observasi di kelas peneliti lakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran tahfidz di dalam kelas. Peneliti mengamati proses pembelajaran serta pelaku yang terlibat dalam proses pembelajaran tahfidz tersebut, baik guru maupun siswa. 4) Selain dalam pembelajaran di kelas peneliti juga mengamati kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di luar kegiatan belajar mengajar dikelas. Kagiatan itu seperti tadarus AlQur’an Juz 29 sebelum kegiatan belajar mengajar, pembagian sertifikat
52
53
dan reward bagi siswa yang telah menyelesaikan target hafalan yang diselipkan saat upacara bendera hari senin. Dan beberapa kegiatan lainya yang berkaitan dengan pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan. 2. Deskripsi Data Hasil Wawancara Peneliti melakukan dengan berbagai pihak yang terkait dengan pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan. Dalam memilih dan memanfaatkan informan tentu peneliti terlebih dahulu menentukan bahwa mereka adalah orang-orang yang mengetahui situasi dan kondisi MTs Negeri 2 Jakarta Selatan dan program tahfidz Al-Qur’an yang berlangsung serta terlibat dalam pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an. Hal tersebut bertujuan agar peneliti mendapatkan informasi yang mendalam dengan tepat dan sesuai kebenaran yang ada. Adapun informan yang diwawancarai antara lain : 1) Drs. Wawan M. M.Pd, yang merupakan Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Jakarta. Informasi yang peneliti dapatkan dari beliau berkaitan dengan latar belakang dan tujuan adanya program tahfidz Al-Qur’an, peranan
Kepala
Sekolah
serta
upaya
sekolah
dalam
mengimplementasikan program tahfidz, kendala-kendala yang dihadapi serta harapan untuk pelaksanaan program tahfidz ke depannya. 2) Tuti Ani, M.Pd.I, merupakan guru tahfidz kelas VII dan VIII. Beliau adalah lulusan Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta. Dari beliau peneliti mendapatkan cukup banyak informasi. Informasi terkait program tahfidz Al-Qur’an di sekolah untuk pertama kalinya peneliti mendapatkan informasi pada beliau. Pada tahun 2015 peneliti pernah mewawancarai dan seiring berjalannya waktu karena diperlukan informasi baru maka peneliti mewawancarai beliau lagi. Adapun informasi
yang peneliti
dapatkan secara
umum
mencangkup
pelaksanaan pembelajaran program tahfidz, baik dari perencanaan, proses pembelajaran dikelas yang mencangkup metode dan media apa yang digunakan, serta evaluasi terhadap pembelajaran. Selain itu juga
54
peneliti mendapatkan informasi mengenai faktor pendukung serta penghambat yang dihadapi dan terlaksananya program tahfidz dan peranan guru tahfidz dalam memotivasi dan membimbing siswanya dalam menghafal Al-Qur’an juz 29. 3) Dr. Ahmad Faiz, Lc, M.Ag, merupakan guru tahfidz kelas IX. Beliau adalah guru yang membuat buku panduan menghafal Al-Qur’an untuk siswa MTs Negeri 2 Jakarta Selatan. Dari beliau peneliti mendapatkan informasi terkait latar belakang pembuatan buku panduan tersebut. Dan beberapa hal terkait buku tahfidz yang beliau buat. Selain itu peneliti juga menanyakan proses pembelajaran tahfidz di kelas, faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program menghafal yang dilakukan siswa. 4) Siswa MTs Negeri 2 Jakarta, yaitu sebanyak enam orang siswa. Dari siswa-siswa
tersebut
peneliti
mendapatkan
informasi
terkait
pelaksanaan pembelajaran dikelas, tanggapan mereka terkait adanya program tahfidz, dan kendala-kendala yang mereka rasakan dalam menghafalkan Al-Qur’an serta motivasi dalam menghafalkan AlQur’an. 5) Orang tua siswa, sebagai sumber informasi tambahan mengenai program tahfidz di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan. 3. Deskripsi Data Hasil Studi Dokumen. Dalam melengkapi data-data dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan dokumen-dokumen yang terkait program tahfidz AlQur’an sebagai data tambahan dari data-data utama yaitu wawancara dan observasi.
55
B. Pembahasan 1. Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan a. Langkah Penyusunan Program Tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta Dalam menyusun Program Tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan, terdapat beberapa langkah penyusunan yaitu; 1) Menetapkan Program Program tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta ditetapkan sebagai kurikulum muatan lokal.
Hal tersebut
sebagaimana dikatakan oleh kepala Madrasah MTs Negeri 2 Jakarta Selatan bahwa, “Program tahfidz ini sebagai muatan lokal yang mana pelaksanaan program tahfidz di sekolah ini sebagai bentuk implementasi kebijakan yang ditetapkan oleh Kementrian Agama Kanwil DKI Jakarta.”.1 Kemudian ditambahkan lagi informasi dari bapak Faiz selaku guru tahfidz yang mengatakan bahwa: Sebenarnya adanya program tahfidz di sekolah ini kan berdasarkan keputusan Kanwil, sebagai ciri khas madrasah yang ada di DKI Jakarta. Kenapa menjadi ciri khas karena melihat selama ini yang menerapkan hafalan-hafalan Al-Qur’an itu memang rata-rata hanya sekolah-sekolah swasta Islam. Maka dari itu beberapa tahun belakangan ini mulai lah ada program tahfidz.2 Sekolah Madrasah tidak lepas dari agama Islam, yang namanya Islam pasti itu tidak lepas dari AlQur’an. Oleh karena itu kewajiban kita sebagai orang muslim untuk menjaga dan memelihara AlQur’an, walaupun Allah telah menjaminnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Al-Hijr (15) ayat 9 :
1 2
Wawan Munjiani, wawancara. Jakarta, 1 September 2016 Ahmad Faiz Ahmad, wawancara. Jakarta, 12 Oktober 2016
56
إِنَّا حَْن ُن نحَّزلْنحا الذ ْكحر حوإِنَّا لحهُ حَلحافِظُون “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan alQur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.3 Salah satu upaya yang harus dilakukan madrasah agar pendidikan agamanya berkualitas adalah dengan cara memelihara tradisi-tradisi keagamaan. Pemeliharaan tradisi keagamaan ini dilakukan di samping secara formal melalui pengajaran ilmu-ilmu agama sesuai dengan struktur kurikulum yang dikembangkan oleh pemerintah juga dilakukan secara informal melalui pembiasaan. 2) Menentukan Tujuan Program Dalam mengimplementasikan suatu program tentu harus ada tujuan yang akan dicapai dalam program tersebut. Begitu juga dengan program tahfidz al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan. Dan adapun tujuan yang diharapkan sebagai hasil kegiatan dari pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan sebagaimana yang , sebagai berikut: a) Untuk mengimplementasikan kebijakan Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta. b) Siswa yang menyelesaikan belajarnya di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan di harapkan sudah dapat menghafal surat-surat dalam Juz 29. c) Untuk mengenalkan siswa bahwa mempelajari Al-Qur’an adalah suatu hal yang sangat penting. d) Untuk mendorong, membina dan membimbing siswa siswi MTs Negeri 2 untuk mencintai Al-Qur’an dengan menghafal dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.4 3) Menentukan Penanggung Jawab Program
3 Departemen Agama RI. Al-Hikmah ; Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Bandung : CV Penerbit Diponegoro .2008), hal 529 4 Wawan Munjiani, wawancara. Jakarta, 1 September 2016
57
Dalam hal ini sekolah MTs Negeri 2 Jakarta Selatan menetapkan dua orang guru tahfidz yang bertanggung jawab membimbing siswa menghafal di kelas dan juga yang akan menyimak setoran hafalan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Kepala MTs Negeri 2 Jakartsa Selatan; Alhamdulillah kebetulan di sekolah kan ada dua guru tahfidz ya, Bu Tuti sama Pak Faiz. Pa faiz sendiri itu lulusan kairo mesir di rumah juga beliau punya santri penghafal Al-Qur’an selain itu juga kan beliau membuat buku tahfidz dan menjadi perwakilah guru dari DKI Jakarta untuk lomba tahfidz tingkat nasional. Kemudia bu tuti juga alumni IIQ, selain itu juga beliau ustadzah mengisi ekskul SBQ di sekolah dan mengisi pengajian setiap hari minggu untuk komite dan orang tua murid. Jadi memang kualifikasi guru tahfidz di sekolah ini memang saya rasa mampu membimbing siswa menghafal Al-Qur’an. Selain guru tahfidz, Kepala Sekolah juga memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan. Karena Kepala Sekolah harus mengawasi segala kegiatan di sekolah termasuk program tahfidz Al-Qur’an. 4) Penetapan Alokasi Waktu dan Pembagian Materi Alokasi waktu disini adalah perkiraan berapa lama peserta didik mempelajari materi hafalan yang telah ditentukan di dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Alokasi perlu diperhatikan untuk memperkirakan jumlah jam tatap muka yang diperlukan. Adapun alokasi waktu tatap muka antara guru pembimbing tahfidz dengan siswa sebagaimana pelajaran lainnya. Karena program ini termasuk muatan lokal, jadi setiap minggunya tiap kelas hanya mendapat kesempatan satu kali tatap muka dengan guru pembimbing dengan waktu belajar satu pertemuan 2 x 40 menit.5 Materi dalam program tahfidz di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan menyesuaikan target yang telah ditentukan oleh Pemerintah setempat. Adapun untuk pembagian materi setiap pekannya di atur 5
Tuti Ani, Wawancara. Jakarta, 1 November 2015
58
oleh guru tahfidz itu sendiri. Berdasarkan hasil studi dokumentasi lebih jelasnya akan peneliti paparkan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.4 Materi Program Tahfidz Al-Qur’an Juz 29 Alokasi Waktu (2x40 menit) Pekan I Pekan II Pekan III Pekan IV Pekan V Pekan VI Pekan VII Pekan VIII Pekan IX Pekan X Pekan XI Pekan XII Pekan XIII Pekan XIV Pekan XV Pekan XVI Pekan XVII
Materi hafalan Kelas VII
Kelas VIII
Surat Al-Mulk ayat 1-5 Surat Al-Mulk ayat 6-10 Surat Al-Mulk ayat 11-15 Surat Al-Mulk ayat 15-20 Surat Al-Mulk ayat 20-25 Surat Al-Mulk ayat 26-30 Surat Al-Qolam ayat 1-9 Surat Al-Qolam ayat 10-20 Surat Al-Qolam ayat 21- 28 Surat Al-Qolam ayat 29-36 Surat Al-Qolam ayat 37-43 Surat Al-Qolam ayat 44-48 Surat Al-Qolam ayat 49- 52 Surat Al-Haqoh ayat 1-8 Surat Al-Haqoh ayat 9-14 Surat Al-Haqoh ayat 15-22 Surat Al-Haqoh ayat 23-32
Surat Nuh ayat 1-4
Kelas IX
Surat Al-Insan ayat 1-4 Surat Nuh ayat 5-9 Surat Al- Insan ayat 5-12 Surat Nuh ayat 10- Surat Al- Insan ayat 16 Surat Nuh ayat 17- Surat Al- Insan 23 ayat 13- 16 Surat Nuh ayat 24- Surat Al- Insan 28 ayat 17- 21 Surat Jin ayat 1-6 Surat Al- Insan ayat 22-25 Surah Jin ayat 7- 11 Surat Al- Insan ayat 26-29 Surah Jin ayat 12Surat Al- Insan 17 ayat 30-31 Surat Jin ayat 18-23 Surat Al-Mursalat ayat 1-8 Surat Jin ayat 24 – Surat Al-Mursalat 28 ayat 9-18 Surat Al-Muzzammil Surat Al-Mursalat ayat 1-9 ayat 19-27 Surat Al-Muzzammil Surat Al-Mursalat ayat 10-16 ayat 28-36 Surat Al-Muzzammil Surat Al-Mursalat ayat 17-19 ayat 37-44 Surat AlSurat Al-Mursalat Muzzammil ayat 20 ayat 45-50 Surat Al-Muddatsir ayat 1- 13 Surat Al-Muddatsir ayat 14 - 25 Surat Al-Muddatsir ayat 26 – 31
59
Pekan XVIII Pekan XIX Pekan XX Pekan XXI Pekan XXII Pekan XXIII Pekan XXIV
Surat Al-Haqoh ayat 33-42 Surat Al-Haqoh ayat 43- 52 Surat Al-Ma’arij ayat 1-10 Surat Al-Ma’arij ayat 11-23 Surat Al-Ma’arij ayat 24-31 Surat Al-Ma’arij ayat 32-39 Surat Al-Ma’arij ayat 40 -44
Surat Al-Muddatsir ayat 31-38 Surat Al-Muddatsir ayat 39-49 Surat Al-Muddatsir ayat 50-56 Surat Al - Qiyamah ayat 1-10 Surat Al - Qiyamah ayat 11-21 Surat Al - Qiyamah ayat 22 – 32 Surat Al-Qiyamah ayat 33-40
Materi yang harus disampaikan oleh guru tahfidz dan disetorkan siswa cukup banyak dan waktunya terbatas jika hanya mengandalkan jam pembelajaran di kelas. Melihat materi dan target hafalan tersebut oleh karenanya seperti yang telah penulis paparkan sebelumnya MTs Negeri 2 Jakarta Selatan berupaya menerapkan kegiatan-kegiatan yang mendukung pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an seperti membiasakan siswa-siswinya 15 menit sebelum KBM untuk membaca ayat Al-Qur’an pada Juz 29 dan guru tahfidz memberikan kesempatan untuk siswa menyetorkan hafalan diluar KBM. b. Manfaat program Tahfidz Pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta memiliki banyak manfaat. Hal itu penulis ketahui berdasarkan hasil wawancara dan observasi. Manfaat yang di dapatkan dari pelaksanaan program tersebut antara lain: 1) Siswa menjadi hafal surat-surat yang ada di Juz 29. Dengan diterapkan program menghafal di dalam pembelajaran di kelas tentunya setiap siswa tidak mampu menolak atau pun enggan melaksanakanya. Meskipun awalnya terlihat berat namun setelah dilakukan siswa akan merasakan manfaatnya. Seperti yang di katakan oleh salah seorang siswi bernama putri yaitu, “awalnya si
60
saya takut gak bisa mengikuti pelajaran menghafal, karena memang gak biasa juga. Tapi seiring berjalannya waktu si asyik-asyik aja kak. Saya juga seneng jadi bisa hafal surat-surat yang ada di Juz 29 ini, Yah meskipun belum hafal keseluruhan dan suka lupa juga.”6 Dengan adanya program tahfidz ini tentu siswa memiliki bekal hafalan yang tentunya sangat bermanfaat untuk kehidupannya. Selain itu dengan adanya program ini siswa menjadi tertarik untuk menghafalkan Al-Qur’an secara keseluruhan 30 Juz. 2) Terciptanya lingkungan sekolah yang cinta Al-Qur’an. Salah satu manfaat adanya program tahfidz di sekolah yaitu membentuk lingkungan yang cinta Al-Qur’an. Dengan adanya pelajaran khusus Al-Qur’an tentu akan membentuk siswa untuk selalu terbiasa membaca Al-Qur’an dan juga menghafalkannya. Dengan adanya pembiasaan tersebut tentunya akan menimpulkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an. Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis
dapatkan,
terdapat
banyak
kegiatan
yang
dapat
memunculkan sikap cinta Al-Qur’an antara lain; a. Kegiatan tadarus Al-Qur’an 15 menit sebelum KBM. b. Pembacaan ayat Al-Qur’an setiap upacara bendera hari senin oleh petugas upacara dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dibacakan oleh perwakilan siswa. c. Lomba Tahfidz Al-Qur’an pada perayaan Hari Besar Islam. d. Pembacaan ayat Al-Qur’an secara estafet oleh siswa yang sudah tuntas hafalan di saksikan oleh seluruh warga sekolah. 3) Mudah dalam menghafal materi pelajaran lain karena terbiasa menghafal Al-Qur’an. Manfaat ini dapat dirasakan oleh siswa sendiri. Siswa meraskan karena seringnya mereka menghafal Al-Qur’an ini, mereka jadi terbiasa dan ketika dalam menerapkan hafalan pada pelajaran
6
Putri Aditiana, wawancara. Jakarta 20 Oktober 2016.
61
lainnya akhirnya mereka lebih mudah untuk melakukannya. Seperti yang dikatakan oleh Syahidah, “Saya jadi bisa menghafalkan AlQur’an, jadi rajin baca Al-Qur’an, terus jadi terbiasa menghafal. Dan karena biasa ngafalin saya ngerasa jadi ketika pelajaran lain yang ada hafalan jadi kaya lebih mudah aja ka ngafalinnya.” 7 4) Dapat memperbaiki bacaan Al-Qur’an. Dalam pelaksanaan menghafal Al-Qur’an siswa tidak sematamata hanya menyetorkan hafalannya saja. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil wawancara dan observasi di kelas. Sebelum siswa menyetorkan hafalan, guru tahfidz membimbing dan memberikan contoh bacaan yang sesuai dengan makhroj maupun tajwidnya. Sebagaimana yang di sampaikan oleh Ibu Tuti Ani; Sebelum siswa menambah hafalan guru harus membimbing dulu, setiap pertemuan kan ada materi yang harus di hafalkan oleh siswa, jadi sebelum disetorkan harus di contohkan terlebih dulu biar bacaanya pun benar. Kemampuan siswa kan bedabeda ada yang bacaanya masih kurang jadi harus diajarkan dahulu biar makhroj, tajwid nya benar. Dan setiap ayat yang dihafal saya bahas hukum tajwidnya. Karena kalau siswa dibiarkan menghafal sendiri khawatir bacaanya masih ada yang salah, nanti yang ada bacaan Al-Qur’annya jadi rusak.8 Dari sini dapat dilihat dengan adanya program khusus menghafal Al-Qur’an disekolah siswa tidak hanya hafal melainkan bacaanya pun sesuai. Karena kemampuan membaca Al-Qur’an siswa juga berbeda-beda dengan di bimbing dan diperbaiki bacaanya oleh guru tentu proses menghafal akan lebih mudah. Dan dengan pelaksanaan program tahfidz yang dilaksanakan dengan tepat tentu siswa akan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. c. Metode Penggunaan metode yang tepat dalam menghafal Al-Qur’an memudahkan siswa untuk cepat menghafal Al-Qur’an. Masing-masing
7 8
Ummi Syahidah, wawancara. 25 November 2016 Tuti Ani, Wawancara. Jakarta, 1 November 2015
62
siswa memiliki pengalaman yang beragam dan latar belakang yang variatif, sehingga metode yang digunakan siswa satu belum tentu sama dengan siswa lainnya. Oleh karena itu, penggunaan metode menghafal Al-Qur’an sepenuhnya diserahkan kepada anak itu sendiri. Adapun dalam proses Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan dilaksanakan dengan menggunakan berbagai metode yang disesuaikan dengan kemampuan memori hafalan anak dan keadaan anak yang belum lancar membaca Al-Qur’an. Untuk mengatasi kebosanan metode pembelajaran tahfidz selalu berubah-ubah sesuai dengan keadaan siswa, sehingga dalam suatu pembelajaran Tahfidz guru menggunakan metode gabungan. Adapun metode-metode yang digunakan guru-guru tahfidz di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan berdasarkan hasil wawancara dan observasi antara lain: 1) Metode Bi al-Nazhar Metode bin nazhar atau melihat yaitu membaca cermat ayat AlQur’an yang akan dihafalkan. Siswa diperkenankan untuk melihat dan membaca tampilan ayat yang akan di hafal terlebih dahulu di proyektor maupun di buku panduan mengafal. Dengan membaca ayat yang akan di hafal secara berulang-ulang tentu akan memudahkan siswa untukmemperoleh gambaran menyeluruh tentang ayat yang dihafalkannya. 2) Metode Kitabah Metode ini dilakukan dengan cara siswa menuliskan ayat yang akan dihafalkan pada buku panduan menghafal Al-Qur’an. Seperti yang disampaikan oleh bapak Faiz bahwa metode kitabah itu perlu diterapkan dalam proses menghafal. Dengan metode ini tentu siswa akan terbiasa menulis ayat Al-Qur’an sehingga akan terlatih untuk dapat menulis dengan baik. Selain itu metode kitabah ini juga dapat
63
membantu siswa menghafal, karena siswa akan mudah menghafal ketika mereka menulis terlebih dahulu apa yang akan dihafalnya. 9 Jadi di sekolah MTs Negeri 2 Jakarta Selatan metode kitabah ini digunakan oleh guru tahfidz sebagai tugas harian siswa. Dengan cara menuliskan terlebih dahulu ayat yang akan dihafalkan, diharapkan dapat membantu proses hafalan siswa. Selain itu dengan penerapan metode ini tentu diharapkan siswa tidak hanya hafal namun dapat menuliskan ayat yang dihafalkannya. Dan untuk mengukur kemampuan siswa dalam pembelajaran tahfidz tes tulis pun dilakukan. Hal tersebut dapat diketahui dari adanya Ulangan Harian, ulangan Tengan Semester, dan Ulangan Akhir Semeter yang menggunakan sistem tes tulis. 3) Metode Sima’i Sebelum siswa menambah hafalan yang baru, guru tahfidz mencontohkan bacaan ayat yang harus di hafalkan pada pertemuan saat itu. Semua siswa harus mendengarkan sambil memperhatikan buku panduan menghafal atau tampilan ayat pada proyektor. Selain itu terkadang guru pembimbing tahfidz memutarkan murotal Al-Qur’an seperti yang saya lihat saat observasi dan berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa. Untuk pelaksanannya pertama, guru memulai dengan memutar bacaan ayat-ayat yang akan dihafalkan, murid-murid menirukan. Dan ketika di luar pembelajaran beberapa siswa pun mengatakan bahwa salah satu cara mereka untuk menghafalkan yaitu dengan mendengar murotal Al-Qur’an dari MP3, seperti yang dikatakan oleh Rhafa, “Saya biasanya ngafalinya dibaca ulang-ulang ka, Saya juga suka dengerin murotal Al-Qur’an surat yang lagi dihafalin pake HP. Bu Tuti juga kalau ngajar suka gitu ka di awalnya kita dengerin murotalnya dulu biar tau bacanya gimana.”10 9
Ahmad Faiz Ahmad, wawancara. Jakarta, 12 Oktober 2016 Rhaffa Izzatul Awaliyah, Wawancara. Jakarta, 26 Oktober 2016
10
64
4) Metode Takrir Metode ini adalah yang selalu dan paling sering diterapkan oleh guru di kelas. Guru membacakan ayat-ayat yang akan dihafal dan siswanya mendengarkan, kemudian murid melantunkan bersamasama. Hal seperti itu dilakukan secara berulang-ulang terus menerus sampai anak terbiasa mendengarkan dan membacanya. Setelah ayatayat itu dapat mereka baca dengan baik dan benar, dengan sedikit demi sedikit mencoba menutup buku panduan menghafal AlQur’annya dan demikian seterusnya sehingga ayat-ayat yang sedang dihafalnya yaitu benar-benar sepenuhnya masuk dalam ingatannya. Jadi secara otomatis secara tidak sadar mereka dapat menghafal dengan sendirinya. Setelah kira-kira semua siswa hafal, barulah mereka disuruh menyetorkan kepada guru pembimbing tahfidz. 11 Mengulang bacaan hafalan dilakukan pula ketika pertama kali mengawali pelajaran dan menutup. Guru pembimbing menyuruh siswa untuk mengulangi bacaan ayat yang sebelumnya mereka hafal. Ayat-ayat yang siswa ulangi bacaan tersebut selalu dimulai dari ayat pertama dari surat yang mereka sedang hafalkan. Selain itu mereka juga dapat murojaah hafalannya setiap hari sebelum jam pelajaran pertama yaitu dengan tadarus Al-Qur’an yang menjadi habitual curriculum. 5) Metode Jama’ Siswa membaca bersama-sama hafalan yang telah di hafal pada pertemuan sebelumnya maupun yang baru dihafalkan dengan dipimpin oleh salah seorang siswa perkelompok. 6) Metode Talaqi (setor hafalan) Metode setor selain sebagai metode sekaligus juga untuk menilai seberapa jauh hafalan siswa. Siswa memperdengarkan hafalannya di depan guru pembimbing dan dinilai
11
Observasi Pembelajaran Tahfidz kelas VII. Jakarta, 25 Oktober 2016
65
d. Perencanaan, Proses, dan Penilaian Pembelajaran Program tahfidz Al-Qur’an 1) Perencanaan Pembelajaran Dalam
merencanakan
pembelajaran,
sebagaimana
hasil
wawancara dengan ustadzah Tuti Ani, beliau mengatakan bahwa dalam tahap perencanaan guru-guru tahfidz juga harus menyusun program-program perencanaan pembelajaran. Seperti halnya kalender pendidikan, perhitungan pekan efektif dan jam tatap muka, Prota (Program tahunan), Promes (Program semester), dan terakhir membuat
RPP
(Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran)
yang
dikembangkan sendiri oleh guru-guru tahfidz MTs Negeri 2 Jakarta Selatan itu sendiri.12 2) Proses Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di kelas Pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk merealisasikan rancangan yang telah disusun baik di dalam silabus maupun rencana pembelajaran. Karena itu pelaksanaan kegiatan pembelajaran menunjukkan penerapan langkah-langkah metode dan strategi kegiatan belajar mengajar. Dalam penyusunan pelaksanaan pembelajaran di kelas guru tahfidz menyesuaikan kurikulum yang diberlakukan di sekolah MTs Negeri 2 Jakarta Selatan. Kelas VII dan VIII sudah menerapkan Kurtilas, adapun kelas IX masih menggunakan KTSP. Dan tentunya dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas masing-masing guru tahfidz memiliki cara yang berbeda. Seperti yang dikatakan oleh bapak Faiz bahwa, “Setiap guru tentu berbeda-beda dalam menyampaikan pelajaran. Begitupun saya dengan bu Tuti dalam membimbing siswa menghafal.”
12 13
13
Maka dari itu peneliti akan
Tuti Ani, Wawancara. Jakarta, 1 November 2015 Ahmad Faiz Ahmad, wawancara. Jakarta, 12 Oktober 2016
66
memaparkan pelaksanaan pembelajaran tahfidz dari dua guru yang berbeda. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Berdasarkan data dari hasil wawancara dan observasi, proses pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat diuraikan sebagai berikut : a) Pelaksanaan Pembelajaran di kelas VII dan kelas VIII14 Tahapan awal dalam proses pembelajaran adalah kegiatan pendahuluan dengan durasi kurang lebih 15 menit. Dalam tahapan ini guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, menanyakan kabar kemudian berdoa bersama. Setelah itu guru meminta siswa untuk bersama-sama muroja’ah hafalan sebelumnya. Sebelum menyampaikan materi baru, guru menanyakan materi hafalan sebelumnya dan memberikan kesempatan siswa untuk menyetorkan hafalannya yang sebelumnya bagi yang belum setoran. Tahapan kedua yaitu kegiatan inti dengan durasi kurang lebih 50 menit. Dalam tahap ini guru tahfidz melakukan serangkaian aktivitas pembelajaran dengan membimbing peserta didik untuk menghafal Al Qur’an dan kemudian menyetorkan hafalanya.
Karena
pendekatan
pada
kurikulum
2013
menggunakan pendekatan scientific, guru harus berupaya untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah. Dalam pendekatan scientific itu dikenal dengan
5
M
yaitu,
mengamati,
menanya,
mencoba,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Menerapkan pendekatan scientific untuk pembelajaran tahfidz ini tidak semudah pada pelajaran lain. Hal ini seperti yang disampaikan oleh ibu Tuti bahwa; 14
Observasi Pembelajaran Tahfidz di kelas VII ( 25 Oktober 2016) dan di Kelas VIII ( 26 Oktober 2016)
67
Karena sekolah ini sudah melaksanakan kurikulum 2013 untuk kelas VII dan VIII. Jadi diusahakan untuk menyesuaikan meskipun terkadang agak susah yah, karena untuk membimbing siswa menghafal Al-Qur’an sendiri kan memang harus guru yang berusaha aktif membimbing, mencontohkan bacaan yang benar. Jadi untuk menerapkan yang benar-benar sesuai kurikulum 2013 yah sejujurnya bagi saya tidak semudah pelajaran lain. Tapi saya tetap mengusahakan karena itu tuntutan.15 Dalam proses mengamati, guru tahfidz menayangkan bacaan surat yang akan dihafalkan tiap ayatnya menggunakan proyektor dan siswa mengamati tampilan ayat tersebut. Selain itu kegiatan mengamati juga dilakukan oleh siswa dengan mengamati guru pembimbing yang membacakan ayat yang akan dihafalkan siswa. Setelah siswa mengamati bacaan ayat kemudian diberikan kesempatan untuk bertanya baik hukum tajwid maupun penjelasan ayat. Dan apabila siswa tidak ada yang bertanya maka guru yang balik bertanya kepada siswa. Kegiatan mencoba dapat terlihat dari bagaimana siswa mulai menghafalkan ayat dengan bimbingan guru. Proses menghafalkan tersebut dilakukan dengan berbagai metode yang dipraktikan oleh guru. Siswa medengarkan guru kemudian mengikuti bacaan guru dan begitu selanjutnya sampai ayat yang ditentukan selesai di ajarkan. Mengasosiasi dalam hal ini dapat dilihat dari guru memberikan kesempatan bagi setiap kelompok berdasarkan barisan, untuk membacakan ayat yang sudah di hafalkan. Kemudian guru memberikan kesempatan perwakilan dari siswa untuk membacakan tafsir dari ayat yang sedang dihafalkan berdasarkan buku panduan menghafal.
15
Tuti Ani, Wawancara. Jakarta, 4 September 2016
68
Dan yang terakhir ini yaitu mengkomunikasikan, dapat terlihat dari kegiatan menyetorkan hafalan. Siswa secara bergiliran maju menyetorkan hafalannya. Karena waktu yang terbatas maka guru membolehkan siswa untuk maju berdua, bertiga, bahkan sampai berlima. Namun tetap penilaiannya secara individu. Sebagaimana di sampaikan oleh ibu Tuti, “karena waktu yang terbatas maka saya membolehkan siswa untuk menyetorkan hafalannya berdua sampai berlima. Namun penilaiannya tetap masing-masing, karean saya memperhatikan bacaan dari masing-masing siswa. Tapi menjelang UTS atau UAS itu saya minta setorannya sendiri-sendiri”.16 Pada kegiatan akhir pembelajaran guru meminta siswa muroja’ah kembali materi peremuan hari itu secara bersamasama. Kemudian guru memberikan tugas menulis ayat AlQur’an untuk materi hafalan minggu depan. Kemudian kegiatan di tutup dengan ucapan hamdallah dan salam dari guru. b) Pelaksanaan Pembelajaran di kelas IX17 Kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran tahfidz di kelas IX sama halnya dengan kelas VII dan VIII. Dalam tahapan ini berisi kegiatan membuka pelajaran dan muroja’ah materi hafalan sebelumnya bersama-sama selama kurang lebih 15 menit dan kegiatan setoran hafalan bagi yang belum setoran minggu lalu. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian berdoa bersama yang dipimpin oleh guru. Dalam kegiatan pendahuluan ini juga guru meminta siwa untuk membuka botol minuman bagi yang membawa. Menurut pak Faiz tujuannya sebagai ikhtiar berharap air yang dibacakan ayatayat Al-Qur’an ini bisa menjadi perantara bagi anak-anak agar mendapatkan keberkahan dari Al-Qur’an serta kemudahan 16 17
Tuti Ani, Wawancara. Jakarta, 4 September 2016 Observasi Pembelajaran Tahfidz di Kelas IX, 20 Oktober 2016.
69
dalam menghafalkannya.18 Firman Allah SWT di dalam surat Al-Anbiya ayat 30;
ِ َّ ِ َّ حن َّ ين حك حف ُروا أ اُحا حو حَ حَْنحا ِِ حن ُ ض حكانحتحا حرتْ ًقا فح حفتح ْقنح الس حم حاوات حو ْاْل ْحر ح أ ححوحَلْ يححر الذ ح الْ حم ِاء ُك َّل حش ْي ٍء حح ٍّي أحفح حَل يُ ْؤِِنُو حن Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman.19 Pada tahapan kedua yaitu kegiatan inti berisi kegiatan pembelajaran tahfidz yaitu menambah hafalan dan setoran ayat Al-Qur’an selam kurang lebih 45 menit. Kurikulum yang diterapkan pada kelas IX yaitu KTSP. Dalam KTSP di kenal istilah eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dalam proses pembelajaranya. Ekplorasi dalam kegiatan pembelajaran ini dapat terlihat dari guru meperdengarkan bacaan Al-Qur’an yang akan dihafalkan oleh siswa. Semua siswa menyimak dan mengulangi bacaan guru. Guru memberikan contoh dan menanyakan hukum tajwid dari ayat yang sedang dihafalkan siswa. Adapun elaborasi dalam kegiatan pembelajaran ini yaitu setelah guru memberikan contoh bacaan dan siswa menirukan, kemudian siswa membacakan sendiri materi hafalannya. Hal itu dilakukan dengan cara bersamaan maupun perbarisan. Dan dilakukan sampai sekiranya siswa sudah menguasai. Kegiatan yang terakhir yaitu konfirmasi. Siswa diberikan kesepatan untuk menyetorkan hafalannya. Karena keterbatasan waktu juga, maka siswa dibolehkan maju berdua sampai berlima. Namun tetap penilaiannya masing-masing sesuai denga 18 19
Ahmad Faiz Ahmad, wawancara. Jakarta, 12 Oktober 2016 Departemen Agama RI, op. cit. hal. 324
70
tingkat kelancaran dan makhroj serta tajwidnya. Bagi siswa yang masih memiliki hutang hafalan maka akan dipanggil terlebih dahulu untuk menyetorkan hafalan sebelumnya. Kegiatan penutup. Dalam tahap ini siswa muraja’ah lagi terhadap ayat yang tadi dihafal. Kemudian guru menutup pembelajaran dengan mengucap hamdallah dan berdo’a bersama-sama. 3) Penilaian Pembelajaran Penilaian dalam pembelajaran tahfidz diukur melalui tes lisan berupa setoran hafalan, dan tes tertulis juga seperti pelajaran lain, yaitu Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester dan Ulangan Akhir Semester. Program tahfidz ini harus mengikuti ketentuan penilaian sebagaimana pelajaran lainnya. Namun hal di utamakan yaitu setoran hafalan siswa. Setiap kali siswa menyetorkan hafalan guru akan memberikan nilai. Penilaiannya berdasarkan kelancaran hafalan, makhroj, serta tajwidnya. Bapak Faiz dan ibu Tuti sedikit berbeda dalam hal penyetoran ayat. Hal ini seperti dikatakan oleh beberapa siswa yang pernah di ajarkan oleh keduanya. Dan salah satunya adalah Hikam yang menatakan bahwa, “kalau bu tuti setorannya itu dari awal ka, kalau pa Faiz itu materi yang baru kita hafalin aja, jadi gak di ulang. Nanti di ulangnya paling pas mau semesteran.”20 Hal tersebut juga dikatakan oleh pak Faiz, “Karena waktu yang terbatas jadi saya minta siswa untuk menyetorkan materi hafalan yang barunya saja. Namun tetap di awal pelajaran dan diakhir ada muroja’ah dari awal surat. Dan nanti menjelang UTS atau UAS itu beru setoran semuanya”.21
20 21
Ahmad Mufti Hikam, wawancara. 26 November 2016 Ahmad Faiz Ahmad, wawancara. 12 Oktober 2016
71
Setiap guru memiliki kebijakan sendiri dalam mengajar. Dan kebijakan tersebut tentunya dengan alasan masing-masing. Baik bu Tuti maupun pak Faiz berusaha untuk membimbing siswa dalam menghafalkan Al-Qur’an dengan sebaik mungkin. 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program Tahfidz JUz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan Menghafal Al-Qur’an merupakan suatu proses panjang yang membutuhkan konsentrasi yang tinggi dan kesungguhan. Oleh karena itu, menghafal Al-Qur’an membutuhkan minat dan motivasi yang tinggi bagi orang yang hendak menghafalkannya. Berhubung menghafal merupakan suatu proses, maka dalam pelaksanaannya tentu dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program tahfidz AlQur’an dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, meliputi faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan tahfidz Al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan. a. Faktor Pendukung Faktor pendukung merupakan faktor penunjang keberhasilan pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an yang dilaksanakan oleh siswa. Faktor pendukung dalam menghafalkan Al-Qur’an . Adapun faktorfaktor pendukung dalam menghafalkan Al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan sebagai berikut: 1) Faktor Usia Siswa MTs Negeri 2 Jakarta Selatan Usia muda menjadi salah satu faktor penunjang untuk dapat menghafalkan Al-Qur’an lebih mudah. Ada pepatah mengatakan, “belajar di waktu kecil ibarat mengukir di atas batu, dan belajar setelah dewasa ibarat mengukir di atas air”. Makna dari pepatah tersebut yaitu bahwa, faktor umur mempengaruhi proses pembelajaran.
72
Usia anak-anak dan remaja, atau usia antara tujuh sampai lima belas tahun merupakan masa yang mudah untuk menerima pengetahuan, termasuk untuk mampu menghafalkan Al-Qur’an. masa anak-anak adalah masa paling tepat untuk menghafalkan AlQur’an. 22 Siswa MTs Negeri 2 Jakarta Selatan dapat dikategorikan usia muda atau remaja. Hal itu dapat diketahui dari usia siswa kisaran dua belas sampai lima belas tahun setingkat SLTP. Dengan usia yang tergolong muda, tentu daya ingatnya pun lebih tinggi. Namun hal itu tidak menjadi jaminan karena kemampuan setiap siswa yang berbeda-beda. 2) Keadaan Lingkungan MTs Negeri 2 Jakarta Selatan Lokasi sekolah MTs Negeri 2 cukup strategis dan jauh dari jalan raya, sehingga suasana belajar di sekolah terhindar dari kebisingan. Di sekitar halaman sekolah terdapat berbagai tanaman, baik buah-buahan, tanaman obat, maupun tanaman hias. Hal tersebut membuat asri dan sejuk lingkungan sekolah. Ruang belajar di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan berukuran 50,16 m2 dengan banyak siswa setiap kelasnya 35 sampai 38 orang. Ruangan kelas cukup nyaman, meskipun hanya terdapat kipas angin di sisi kanan dan kiri. Namun terdapat pula ventilasi yang cukup, sebagai tempat pertukaran udara. . 3) Perhatian Guru Perhatian guru sangat mempengaruhi pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an. Perhatian guru sangat berperan mendorong siswa untuk menghafalkan surat-surat yang dihafalkan sesuai dengan target yang telah ditentukan.
22 Abdurrab Nawabuddin dan Drs Bambang Saiful Ma’arif, Tekhnik Menghafal Al-Qur’an, Terj. dari Kaifa Tahfazhul Quran oleh Bambang Saeful Ma’arif, Bandung: Sinar Baru al Gensindo.1991. Cet. I hal. 33
73
Perhatian semua guru terhadap program ini sangat tinggi, khususnya guru pembimbing tahfidz. Oleh karena itu, guru pembimbing bertanggung jawab sepenuhnya terhadap proses dan pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan. Di dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah selain siswa menghafalkan sendiri. 4) Motivasi dari Orang tua Sekolah MTs Negeri 2 Jakarta Selatan menjadi salah satu pilihan sekolah yang cukup di minati oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Orang tua sebagai pendidik utama di rumah tentu mengharapkan pendidikan yang terbaik untuk anaknya di sekolah. Seperti yang dikatakan salah orang tua dari salah seorang siswa bahwa beliau menyekolahkan anaknya di MTs N 2 Jakarta selain karena keinginan anak juga karena berharap untuk anaknya sekolah di Madrasah. Karena di Madrasah itu banyak pelajaran agamanya khususnya pembelajaran Al-Qur’an. Dan ketika anaknya di terima di MTs N 2 Jakarta perasaan beliau senang sekali dan cukup bangga, karena yang mendaftar di sekolah MTs Negeri 2 Jakarta Selatan banyak dan tesnya pun cukup banyak.23 Dukungan dari orang tua sangat mempengaruhi siswa untuk mampu mengikuti program hafalan dengan baik di sekolah. Salah satu dukungan orang tua kepada anaknya adalah dengan memberi nasihat dan mengarahkan anaknya untuk belajar mengaji di luar kegiatan sekolah. Seperti yang dikatakan oleh Adelia; Alhamdulillah orang tua saya memang selalu dukung saya kalau soal pelajaan Al-Qur’an. Terutama mama saya selalu ingetin buat ngafalin, kadang mama juga yang bantuin ngafalin. Apalagi kalau ada lomba pasti orang tua juga yang ikutan repot dan marahin kalau akunya gak serius. Di rumah juga saya ngaji ka, selain ngaji baca Al-Qur’an yang biasa, saya juga ada latihan tilawah seminggu sekali.24 23 24
Faridhotul Bidayah, Wawancara. Jakarta, 26 November 2016 Adelia Aliefiani Karim, Wawancara. Jakarta 25 Oktober 2016
74
Adelia salah satu contoh siswa yang memiliki catatan bagus dalam pelajaran tahfidz. Adelia menjadi salah satu siswa yang mewakili sekolah untuk lomba tahfidz tingkat DKI Jakarta dan mendapat juara ke-3. Salah satu faktor pendukung yang menghantarkan ia mampu mengikuti program tahfidz dengan baik adalah karena dukungan orang tuanya. Dukungan orang tua di rumah memang menjadi hal yang sangat penting guna menunjang keberhasilan siswa di sekolah. Seperti yang dikatakan oleh ibu Faridhotul yang merupakan ibu salah satu orang tua murid bahwa; Menurut saya orang tua itu sangat penting perananya dalam mendukung segala kegiatan belajar siswa di sekolah. Terlebih lagi ini pelajarannya Al-Qur’an, kalau di dengar di awal mungkin kayanya berat menghafal Al-Qur’an, tapi kalau sudah dilakukan kan jadi enak buat diri sendiri nantinya. Makanya orang tua itu harus mendukung dan kasih semangat anaknya untuk mencintai Al-Qur’an. Apalagi ini kan menghfala jadi orang tua harus mantau juga dan kalau bisa bantu muroja’ah biar hafalan si anak tidak hilang.25 Ibu Faridhotul yang merupakan ibunda dari Hikam. Hikam merupakan salah satu siswa yang sudah menyelesaikan program menghafal juz 29 dan sudah mendapatkan sertifikat tahfidz secara lengkap. Motivasi yang beliau berikan kepada anaknya cukup besar. Dengan motivasi tersebut akhirnya anaknya mampu menyelesaikan hafalannya secara tuntas lebih cepat dari sebagian teman-temannya. 5) Fasilitas yang Memadai MTs Negeri 2 Jakarta Selatan memberikan fasilitas program tahfidz Al-Qur’an sebagaimana mata pelajaran lainnya. Sebagai bagian dari kurikulum khas yang ditetapkan oleh Kementrian Agama. Program ini dilaksanakan di kelas sebagaimana proses
25
Faridhotul Bidayah, Wawancara. Jakarta, 26 November 2016
75
belajar mengajar mata pelajaran lainnya, sehingga tidak kesan pembedaan dengan pembelajaran materi lain. Fasilitas merupakan salah satu hal pokok yang menunjang keberhasilan
kegiatan
hafalan
siswa.
Kesadaran
tentang
pemenuhan sarana dan prasarana hafalan mutlak harus dilakukan. Hal ini dikarenakan fasilitas merupakan faktor yang ikut andil dan menentukan keberhasilan hafalan siswa. Jika dilihat fasilitas yang diberikan oleh MTs Negeri 2 Jakarta Selatan cukup memadai. Hal ini terlihat dari sarana prasarana di dalam kelas yang menunjang terbantunya proses pembelajaran seperti terdapat proyektor dan speaker di dalam kelas. Program tahfidz Al-Qur’an dijadikan program unggulan oleh Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta. Setiap siswa Madrasah harus mampu mencapai target hafalan yang ditentukan yaitu AlQur’an juz 29. Sekolah diberi kebebasan untuk mengembangkan program tahfidz tersebut sesuai dengan karakteristik peserta didik. Program tahfidz ini tergolong program yang baru diterapkan, oleh karena ini pemerintah belum menyiapkan buku paket atau buku pedoman pembelajaran untuk guru maupun siswa. Namun sekolah MTs Negeri 2 Jakarta Selatan sendiri telah menyiapkan buku panduan menghafal untuk membantu pelaksanaan kegiatan program tahfidz Al-Qur’an. Sebagaimana hasil wawancara dengan pak Faiz; Sejauh ini si belum ada panitia yang menyiapkan buku panduan untuk siswa. Saya pun pernah memberitahu mengenai buku panduan tahfidz yang di gunakan di MTs 2 ini ke kanwil, dan pihak mereka sangat mengapresiasi dan menyadari bahwa buku panduan menghafal ini memang perlu di buat. Namun belum ada tindak lanjutnya lagi. Dan kebanyakan memang madrasah lainnya belum menggunakan buku panduan menghafal, jadi masih menggunakan Al-Qur’an saja. 26 26
Ahmad Faiz Ahmad, wawancara. Jakarta, 12 Oktober 2016
76
Selain itu karena menyiapkan buku panduang menghafal AlQur’an yang dibuat sendiri oleh salah seorang guru pembimbing tahfidz Al-Qur’an. Buku panduan menghafal Al-Qur’an tersebut dibuat sesuai dengan kebutuhan dan buku tersebut dibuat dalam tiga jilid, seseuai materi yang harus dihafalkan siswa tiap tingkat kelas. 6) Penghargaan bagi siswa yang tuntas hafalannya. Siswa yang telah tuntas menyetorkan hafalannya sesuai target akan mendapatkan sertifika tahfidz. Sekolah mengupayakan agar siswa mendapatkan tiga buah sertifikat selama tiga tahun mereka bersekolah di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan. Sertifikat tersebut dibagi sesuai tingkatan kelasnya. Dan sekolah berharap dengan sertifikat tahfidz tersebut akan membuat siswa termotivasi ke depannya untuk selalu mempelajari Al-Qur’an. Selain sertifikat siswa juga mendapatkan sebuah amplop yang berisikan uang sekedarnya. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk apresiasi sekolah, karena siswa telah berusaha dengan baik dalam melaksanakan program tahfidz di sekolah. 7) Kegiatan Pendukung di Luar KBM Dalam mencapai tujuan dari adanya program tahfidz AlQur’an juz 29 di sekolah, selain kegiatan pembelajaran tahfidz di kelas, dibutuhkan pula kegiatan-kegiatan lainya yang mampu membantu terlaksananya program tahfidz di sekolah. Sebagaimana di katakan oleh Kepala Madrasah, “Jika hanya mengandalkan pembelajarn tahfidz di kelas saja saya rasa itu kurang, karena waktu pembelajarannya yang terbatas. Makanya sekolah berupaya untuk menyelipkan kegiatan-kegiatan lain
yang sekiranya
dapat
menunjang program hafalan tersebut.” 27 Adapun kegiatan-kegiatan tersebut antara lain;28 27 28
Wawan Munjiani, wawancara. Jakarta, 1 September 2016 Lembar Observasi Lapangan
77
a) Kegiatan tadarus Al-Qur’an 15 menit sebelum KBM. Pelaksanaan tadarus Al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan selama ini sudah berjalan dengan baik. Guru piket bertanggung jawab untuk mengingatkan dan memantau kegiatan tadarus siswa sebelum KBM. Bukan hanya guru piket, guru yang masuk pada jam pertama juga diharapkan untuk mengawasi dan ikut siswa bertadarus di kelas. Namun di lapangan masih terdapat kelas yang gurunya terlambat masuk kelas dan tidak mengikuti dan mengawasi siswa tadarus si kelas. Dan dalam kegiatan tadarus Al-Qur’an tersebut ketua kelas bertugas memimpin teman-temannya untuk bersamasama membaca Al-Qur’an Juz 29 selama 15 menit. b) Pembacaan ayat Al-Qur’an pada upacara bendera. Upacara bendera dilaksanakan setiap hari senin. Petugas upacara ditentukan secara bergiliran. Setiap kelas akan mendapatkan kesempatan untuk menjadi petugas upacara. Di dalam pelaksanaan upacara selalu di selipkan kegiatan baca AlQur’an oleh perwakilan siswa dari petugas upacara. Selain itu peneliti juga beberapa kali melihat adanya penampilan siswasiswi yang telah menyelesaikan target hafalannya tampil sebelum upacara di tutup. Mereka akan mendapatkan sertifikat tahfidz dan reward dari sekolah, namun sebelum mendapatkan itu mereka harus membaca hafalannya secara estafet di depan siswa lainnya. Dengan adanya hal tersebut tentu akan menjadi motivasi tersendiri bagi siswa lainnya yang belum menuntaskan hafalannya. Seperti yang dikatakan Putri, “kalau bisa selesai hafalannya itu kita dapat sertifikat ada uangnya juga. Kadang
78
suka baper liat anak-anak yang selesai setoran hafalanya cepet. Soalnya dipanggil ke depan pas upacara gitu”.29 c) Perlombaan dan penampilan siswa dalam hafalan Al-Qur’an. Kegiatan perlombaan maupun penampilan di bidang tahfidz sering di adakan di MTs Negeri 2. Kegiatan tersebut biasa dilakukan pada peringatan Hari Besar Islam dan peringatan lainnya. Tidak hanya perlombaan tahfidz di sekolah, sesekali sekolah mengirimkn siswa-siswinya untuk mengikuti lomba tahfidz di luar Sekolah. Adanya perlombaan di sekolah tentu akan memberikan suatu wadah bagi siswa untuk mampu menujukkan kemampuannya. Dengan memberikan ruang dan kesempatan tersebut tentu akan menimbulkan semangat dan motivasi bagi siswa. b. Faktor penghambat Selain faktor pendukung, terdapat pula faktor penghambat pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan. Faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut; 1) Terbatasnya Alokasi waktu KBM Tahfidz Alokasi waktu pembelajaran tahfidz hanya 2 jam pelajaran dalam satu minggu. Dalam waktu tersebut guru tahfidz harus mampu menyampaikan materi, membimbing siswa menghafal, dan menyimak siswa dalam setoran hafalan. Dengan waktu yang terbatas itu tentu akan menghambat pelaksanaan program tahfidz di sekolah. Guru harus berupaya memaksimalkan waktu yang tersedia agar mampu mencapai target yang diharapakan untuk semua peserta didik hafal juz 29 secara tuntas. Upaya yang sekolah lakukan guna membantu pelaksanaan program tahfidz yaitu dengan kegiatan tadarus Al-Qur’an juz 29 sebelum kegiatan belajar mengajar setiap harinya selama 15 menit. 29
Putri Aditiana, Wawancara. Jakarta, 20 Oktober 2016
79
2) Lingkungan Pergaulan Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pribadi seseorang, apalagi bagi anak-anak. Pengaruh yang ditimbulkan
oleh
lingkungan
sekitar
(masyarakat)
dapat
membentuk pribadi anak. Oleh karena itu, orang tua seharusnya mengontrol kegiatan dan aktivitas anak di luar rumah. Orang tua harus memperhatikan perilaku anak ketika mereka bergaul dengan orang lain. Pergaulan anak dengan orang yang cenderung memiliki watak negatif, misalnya teman yang suka mencuri, maka kemungkinan anak terpengaruh. Oleh karena itu, orang tua harus selalu mengawasi kemanapun anak pergi di luar rumah dengan siapa anak bergaul. Hal tersebut dilakukan untuk menjauhkan anak dari hal-hal negatif yang timbul di masyarakat. Oleh karena itu, banyak siswa MTs Negeri 2 Jakarta Selatan yang terlambat menyetorkan hafalan Al-Qur’an dikarenakan terpengaruh dengan teman sebayanya di lingkungan sekitar, sehingga pelaksanaan program tahfidz AlQur’an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan kurang dapat berjalan dengan maksimal. 3) Kurang dapat Mengatur Waktu Masa anak dan remaja adalah masa bermain, sehingga sebagian waktunya terbuang. Meskipun demikian, bukan berarti anak tidak mendapat pengawasan dari orang tua ketika di rumah dan pengawasan guru ketika di sekolah. Terkait dengan persoalan ini, kerja sama antara guru dan orang tua sangat diperlukan. Guru memantau anak di sekolah dan orang tua memantau anak ketika di rumah. Keduanya saling bekerja sama dan berusaha semaksimal mungkin mengarahkan arah terhadap hal-hal yang bersifat positif. Kegiatan belajar mengajar di sekolah MTs Negeri 2 Jakarta Selatan yaitu mulai 06.30 sampai 14.15 kecuali hari jumat. Dengan aktifitas yang demikian padat siswa sering mengeluh sulitnya
80
membagi waktu. Seperti yang di katakana oleh Zianurr Ramdan, “Kebanyakan pelajaran ka PR nya juga banyak, ditambah hafalan gini kadang jadi kaya suka pusing. Pulang sekolah sampai rumah udah sore. Paling waktu luangnya sabtu minggu, saya biasanya main”.30 Tidak hanya Zainurr, mungkin sebagian siswa lainnya merasakan hal yang sama. Seperti yang dirasakan juga oleh Rhafa, “Kendalanya lupa dan susah bagi waktu ka ka, kan udah ngafalin tuh di ajarin guru, terus lupa lagi de sama yang udah pernah di hafalin. Terus juga pelajaran di seklah banyak jadi kadang akunya tidak sempet ngulang hafalan.”31 Meskipun tidak semua anak merasakan hal yang sama, namun pendapat Zainur dan Rhafa ini dapat mewakili sebagian siswa di sekolah MTs Negeri 2 Jakarta Selatan. Karena setiap siswa memiliki karakter dan kemampuan yang berbeda-beda. Sehubungan dengan masalah tersebut, masalah yang biasa dihadapi anak dalam program tahfidz Al-Qur’an adalah masalah manajemen waktu. Banyak di antara anak-anak yang belum tuntas menghafalkan target hafalan dikarenakan kurang mampu dalam mengatur waktu. 4) Lupa Kendala yang juga merupakan “alasan klasik” dalam menghafalkan Al-Qur’an adalah lupa. Kebanyakan siswa merasakan kendala dalam menghafal yaitu lupa terhadap ayat yang pernah dihafalkan. Seperti yang dikatakan oleh Ummi syahidah, “Kendala gak terlalu banyak ka, asalkan kitanya mau rajin, paling lupa tuh ka sama yang udah dihafalin”.32
30
Ahmad Zainur Ramdan, Wawancara. Jakarta, 26 Oktober 2016 Rhaffa Izzah Awalia, Wawancara. Jakarta, 26 Oktober 2016 32 Ummi Syahidah, Wawancara. Jakarta , 25 November 2016 31
81
Malasnya mengulang hafalan tentu mengakibatkan siswa lupa akan materi hafalan yang sudah di ajarkan oleh guru di kelas. Selain syahidah beberapa siswa lainnya pun merasakan hal yang sama yaitu kesulitan dalam mengingat apa yang pernah dihafalkan sebelumnya. Lupa menjadi salah satu faktor yang menghambat proses hafalan siswa Juz 29 secara keseluruhan. Dengan demikian pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di sekolah pun akan terhambat juga. Dalam mengantisipasi hal demikian sekolah berupaya untuk memberikan kegiatan-kegiatan yang dapat membantu siswa untuk kembali mengingat dan mengulang apa yang mereka hafalkan melalui kegiatan di luar kegiatan pembelajaran tahfidz. Seperti yang disampaikan oleh ibu Tuti bahwa setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Namun yang paling utama itu kemauan, jika setiap anak mau berusaha menghafalkan tanpa ada rasa malas tentu program akan berjalan lebih lancar. 33 Dalam mengatasi siswa yang malas guru berusaha untuk menegur dan selalu mengingatkan untuk setoran hafalan. Dan dalam proses pembelajaran tahfidz di kelas, guru sedemikian rupa menerapkan berbagai metode menghafal sehingga siswa dengan kemampuan yang berbeda dapat menerima materi hafalan yang baru dengan cara-cara yang beragam. Kontrol dan pengawasan guru di sekolah tetap dilakukan, sedangkan ketika siswa di rumah sepenuhnya diserahkan kepada orang tua.
33
Tuti Ani, wawancara. Jakarta, 4 September 2016
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Implementasi Program Tahfidz Al-Qur’an Juz 29 di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur‟an MTs Negeri 2 Jakarta Selatan sudah mengimplementasikan program tahfidz Al-Qur‟an sejak diberlakukannya kebijakan tersebut yaitu kurang lebih pada tahun 2013. Pelaksanaan program tahfidz Al-Qur‟an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan sudah berjalan dengan cukup baik, namun tetap perlu adanya peningkatan agar semua tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil observasi, wawancara, serta telah dokumen yang peneliti dapatkan di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapatkan informasi bahwa program tahfidz Al-Qur‟an memiliki banyak manfaat yang dirasakan oleh pihak sekolah, siswa, maupun orang tua murid. Alokasi waktu pembelajaran tahfidz setiap pertemuan adalah dua jam pelajaran (2 x 40 menit). Dalam pelaksanaan program tahfidz di kelas, guru tahfidz membimbing dan mengajarkan siswa dengan baik. Berbagai metode menghafal digunakan dalam proses pembelajaran tahfidz. Metode yang digunakan antara lain, metode bi al-nazhar, kitabah, simai’, takrir, jama’dan talaqqi. Dalam setiap pertemuan dalam pembelajaran tahfidz si kelas guru harus bisa membagi waktu untuk membimbing siswa menambah hafalan dan waktu untuk siswa setoran. 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Faktor pendukung dalam pelaksanaan program tahfidz di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan yaitu faktor usia siswa, lingkungan sekolah, perhatian
82
83
guru, motivasi orang tua, fasilitas yang memadai dan adanya kegiatan pendukung program tahfidz di luar KBM. Selain faktor pendukung terdapat pula faktor penghambat dalam pelaksanaan program tahfidz di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan, yaitu terbatasnya alokasi waktu KBM tahfidz, lingkungan pergaulan, kurang dapat mengatur waktu, dan lupa terhadap ayat yang pernah dihafalkan.
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka berikut ini dikemukakan implikasi dari penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis Penerapan program tahfidz Al-Quran di sekolah merupakan suatu kegiatan yang sangat bermanfaat. Namun untuk menerapkan program tersebut harus mendapat dukungan dari sekolah,guru, maupun orang tua. Guru tahfidz di kelas selain memeliki tugas untuk menyimak hafalan siswa, juga harus mampu membimbing siswa dalam menghafal. Dalam membimbing hafalan siswa diperlukan metode menghafal sehingga proses siswa dalam menghafal lebih mudah. 2. Implikasi Praktis a. Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian ini, mungkin dapat memberikan gambaran bagi sekolah lain untuk menerapkan program menghafal untuk siswa di sekolah. b. Dalam menerapkan program tahfidz di seolah tentu terdapat kendalakendala yang akan dihadapi, namun semua dapat di atasi dengan usaha keras dari pihak sekolah, guru, maupun orang tua. Beberapa usaha yang mungkin dapat dilakukan yakni: (1) menambahkan alokasi pembelajaran tahfidz di kelas (2) mengadakan kegiatan-kegiatan di luar KBM yang dapat mendukung terlaksananya program (3) mengadakan pertemuan antara pihak sekolah dengan orang tua (4) memberikan program bimbingan khusus bagi siswa yang belum lancar menghafal (5) menggunakan metode-metode yang lebih menarik
84
sehingga dapat mendorong siswa untuk lebih senang terhadap pembelajara tahfidz. c. Adanya kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan program tahfidz Al-Qur‟an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan harus diatasi semaksimal mungkin. Oleh sebab itu kemauan, kreatifitas, semangat dan keteladanan guru dapat menentukan keberhasilan sekolah dalam menerapkan program tahfidz Al-Qur‟an.
C. Saran Setelah melakukan penelitian di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan secara langsung, maka peneliti ingin mengutarakan beberapa hal antara lain; 1. Peneliti berharap pelaksanaan program tahfidz Al-Qur‟an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan dapat tetap ditingkatkan dan dikembangkan agar dapat mencapai semua tujuan yang diharapkan. 2. Mengingat pentingnya program tahfidz Al-Qur‟an ini, sebaiknya guru lainnya, terutama wali kelas ikut serta memperhatikan pelaksanaan program hafalan oleh siswa. Salah satunya dapat dilakukan dengan selalu datang tepat waktu di kelas pada jam pelajaran pertama, untuk mengawasi siswa tadarus sekaligus muroja’ah hafalan Al-Qur‟an juz 29. 3. Pihak sekolah sebaiknya melakukan komunikasi kepada pihak orang tua secara khusus terkait pelaksanaan program tahfidz Al-Qur‟an di sekolah. Dengan adanya komunikasi yang baik antara sekolah dan orang tua, diharapkan orang tua turut andil dalam mengawasi dan memberi dukungan penuh kepada anaknya dalam menghafalkan Al-Qur‟an. 4. Guru tahfiz diharapkan selalu melakukan inovasi dan trobosan baru agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran tahfidz di kelas dapat lebih maksimal dan tercapai semua tujuan yang diharapkan.
85
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Asyaibani, Musnad Ahmad bin Hanbal. Muassasah ar Risalah, 1421 H/2001 M, jilid: 19 Afifuddin dan Beni Ahmad, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.2009. Al Bukhari, Ahmad Ibn Ismail Abu Ismail Abu „Abdullah, Al Jami al Musnad as Shahih al Muktashar min Umury Rasulullah SAW wa Sunanihi wa Ayyamih = Sahih Bukhari. Pentahqiq Muhammad Zuhair ibn Nashir an Nashir, Daar an Najaat: 1422 H. Cet Ke 1, Jilid. 6 Ahmad, Faiz Ahmad. Panduan Menghafal al-Quran Juz 29. Jakarta : Pustaka Balqis.2015. Alawiyah, Wiwi. Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Quran, Yogyakarta: Diva Press.2014. Al-A‟zami, M.M., The History The Qur’anic Text:Sejarah Teks Al-Quran dari Wahyu sampai Kompilasi. Jakarta: Gema Insani.2005. Al-Lahim, Khalid bin Abdul Karim, Metode Mutakhir Cara Cepat Menghafal alQuran. Surakarta: Daar An-Naba.2008 Arifin, Zainal, Penelitian Pendidikan ; Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.2014. Arikunto, Suharsimi. Aksara, 1988.
Penilaian Program Pendidikan. Yogyakarta: PT Bina
Arikunto, Suharsimi, dan Cepi Safrudin, Evaluasi Program Pendidikan:Pedoman Teoritis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.2010. cet. Ke-2 As- Sijistany, Abu Daud Sulaiman bin Al-Asy‟ats Al-Azady Sunan Abu Daud. Ditahqiq oleh : Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, Beirut: Maktabah al-Asyriyah. Jilid 2 Asyaibani, Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad, Musnad Ahmad bin Hanbal. Muassasah ar Risalah.1421 H/2001 M. jilid: 19 Aziz, Abdul. Kiat Sukses Menghafal Al-Quran, Jakarta: Dzilal Press.1996. Departemen Agama RI, Al-Hikmah; Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung: CV Penerbit Diponegoro.2008.
86
Fattah, Yahya Abdul. Revolusi Menghafal Al-Quran. Surakarta: Insan Kamil.2013. Humas Kementrian Agama “Ka. Kanwil: Siswa-siswi Madrasah DKI Jakarta wajib hafal Al-Qur‟an”, https://dki.kemenag.go.id.15 januari.2016. Imam, Mukhlas, Al-Quran Berbicara. Surabaya: Pustaka Progresif.1996. J. Moleong, Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2011. Cet. Ke-29 Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta. Kurikulum Muatan Lokal Hafalan AlQuran Madrasah Tsanawiyah.2013. Lutfi, Ahmad. Pembelajarn Al-Quran dan Hadits. Jakarta: Dirrektorat Pendidikan Islam.2009. Majid Khon, Abdul, Hadis Tarbawi: hadits-hadits pendidikan. Jakarta: Kencana.2012. Cet. Ke-2 Muhaimin, dkk, Menejemen Pendidikan; Aplikasi dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah. Jakarta: Kencana.2009. Mukhlas, Imam. Al-Quran Berbicara, Surabaya: Pustaka Progresif.1996. Munawwir, A.W. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif.1997. Cet. Ke-14 Nawabuddin, Abdurrab. Tekhnik Menghafal Al-Quran, Terj. dari Kaifa Tahfazhul Quran oleh Bambang Saeful Ma‟arif, Bandung: Sinar Baru alGensindo.1991. Cet. I Nawawi, Imam, Adab Seorang Ahlul Quran, dari At-Tibyan Fii Adabi Hamalatil Quran oleh Hakim, PPA. Kamis, 21 Februari 2013).30-02-2016, 07:12. Pdf. (www.ashakimppa.blogspot.co.id) Nawawi, Imam, Adab Mengajarkan Al-Quran, terj. dariAl-Tib yan Fi Adab Hamalat Al-Quran, oleh Tramana Ahmad, Jakarta : Hikmah. Cet. II Putro Widoyoko, Eko , Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.2015. Qoyyum, Abdul, Keajaiban Hafalan: Bimbingan Bagi Yang Ingin Menghafal AlQuran. Klaten: Pustaka Al-Haura‟.1429. Salim Badwildan, Ahmad Kisah Inspiratif Para Penghafal Al-Quran. Sukoharjo: Wacana Ilmiah Press.2014.
87
Satori, Djam‟an dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.2013. Sarosa, Samiaji Penelitian Kualitatif (Dasar-dasar). Jakarta: Indeks.2012 Sudjana, Djuju, Menejemen Program Pendidikan; untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production.2009. Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.2009. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.2012. cet.17 Syahidah, Ummi, wawancara. Jakarta.25 November 2016 Syaodih Sukmadinata, Nana, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2011. ar-Ramli, Muhammad Syauman Keajaiban Membaca al-Quran. Sukoharjo: Insan Kamil.2007. Thalbah, Hisyah. Ensiklopedia Mukjizat Al-Quran dan Hadits. PT Sapta Sentosa.2008. Usman, Nurdin Konteks Implementasi Berbasis Kuriklum, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.2002. Von Denfer, Ahmad ,Ilmu Al-Quran penenalan dasar, Terj. dari Ulum Al-Quran: An Introduction to the sciences of the Quran oleh Ahmad Nasir Budiman, Jakarta: Rajawali.1988. W. Alhafidz, Ahsin. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran. Jakarta: Bumi Aksara.1994. W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.1982. W.S. Indrawan , Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Lintas Media.2000 Zen, Muhaimin, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quranul Karim, Jakarta: PT Al-Husna Zikra.1996. cet. I
88
Lampiran 1 LEMBAR OBSERASI SEKOLAH A. Sarana Prasarana No Fasilitas
JUMLAH
KETERANGAN Luas ukuran ruang kelas perkiraan lebih dari 50 m2. Setiap ruang kelas terdiri dari 35-38 siswa. Di dalam ruang kelas terdapat 1 meja dan kursi guru, lemari , proyektor, empat barisan meja siswa dengan dua kusi permeja.
1
Ruang Kelas
15
2
Ruang Kepala Madrasah
1
3
Ruang Guru
1
Ruang kepala sekolah kondisinya sangat baik, terdapat meja dan shofa untuk menerima tamu dan disana juga terdapat beberapa piala yang terpajang.
4
Ruang Tata Usaha
1
Kondisinya baik dan nyaman.
5
6
7
8
Laboratorium a. Komputer b. IPA c. Bahasa Perpustakaan
Ruang TIK
Ruang Aula
1 1 -
Ruangan cukup luas, karena di isi hanya beberapa pegawai, dan di dalam ruangan tersebut terdapat satu ruang khusus untuk Kepala TU.
1
Tidak terdapat ruang laboratorium bahasa di sekolah
1
Ruang perpustakaan cukup nyaman hanya saja bukunya kurang tertata dengan baik, terdapat seorang penjaga perpustakaan dan Kepala Perputakaan.
1
Kondisi ruang TIK sangat nyaman,dan luas namun terdapat beberapa komputer yang rusak. Di Ruang TIK juga terdapat mesin photo copy dan
89
9
Ruang BP/BK
1
10
Ruang UKS
1
11
12
Ruang Pertemuan
Masjid/Musholla
printer. Ruang serbaguna terdapat di lantai atas masjid. Sering digunakan untuk latihan hadroh atau kegiatan-kegiatan lainnya.
1
Ruang UKS bersih dan terdapat obatobatan serta galon air. Pengurus UKS adalah Siswa yang mengikuti Ekstrakurikuler PMR dengan satu orang Pembina.
1
Terdapat satu buah ruangan yang digunakan untuk kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru-guru, komite, atau orangtua.
13
Rumah Dinas
1
14
Kantin
2
Kondisi masjid di sekolah sangat baik. Dan terawat. Selain digunakan untuk kegiatan sholat dhuha berjama’ah, terkadang menjadi tempat pilihan siswa untuk menghafal Al-Qur’an. Dan juga sebagai tempat ekskul Tilawah dan pengajian yang dihadiri orang tua siswa. Rumah dinas bagian belakang sekolah. Terdapat 2 bagian kantin di sekolah, di kantin terdapat kios-kios yang di sewa oleh pedagang.
15
Koperasi
1
16
Ruang Osis
1
17
WC Guru
2
Koperasi sekolah menjual berbagai kebutuhan siswa dari alat tulis, pakaian, serta makanan ringan.
Kurang terawat 18
WC Siswa
6
90
B. Sarana Pendukung NO
Fasilitas
KET
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Lapangan Olah Raga Tiang Bendera Gawang Futsal Ring Basket Alat-alat Kesenian Alat-alat Keterampilan Alat-alat Praktikum IPA Meja Piket Majalah Dinding Pos Jaga Tempat Parkir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER Pramuka Palang Merah PASKIBRA Tilawah Seni Lukis/Kaligrafi IPA Futsal Volly Tari Hadroh Karate
KET
Catatan: 1.
Letak sekolah MTs Negeri 2 Jakarta cukup strategis, namun jika menaiki kendaraan umum harus sedikit berjalan untuk sampai di sekolah. Lingkungan sekolah MTs Negeri 2 Jakarta berada di tengah perkampungan dan cukup jauh dari jalan raya, sehingga terhindar dari kebisingan.
2. Sekolah MTs Negeri 2 Jakarta memang tidak terlalu luas namun terdapat berbagai tanaman di sekitar halaman sekolah yang membuat suasanya tampak asri dan nyaman. 3. Fasilitas pendukung lainnya yaitu, sekolah menyediakan buku paket pembelajaran yang dapat dipinjam di perpustakaan. Dan terdapat pula buku yang harus dimiliki oleh siswa sendiri seperti buku tahfidz Al-Qur’an yang sangat diperlukan oleh siswa dan akan bermanfaat meskipun siswa telah selesai pendidikannya di MTs Negeri 2 Jakarta.
91 Lampiran 2 HASIL OBSERVASI KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kelas
: VII- 4
Hari/ Tanggal
: Selasa, 25 Oktober 2016
Materi Hafalan
: Surat Al-Qolam ayat 21-28
Waktu
: 10.00 – 11.20
Objek Pengamatan
: - Proses Kegiatan Belajar Mengajar - Prilaku Guru dan Siswa
ASPEK YANG No.
DIAMATI
I
Pra Pembelajaran
DESKRIPSI
Guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar. Siswa sudah siap menerima pelajaran, terlihat dari sudah dipersiapkannya buku pelajaran tahfidz di meja.
II
Kegiatan
Guru membuka pelajaran dengan memimpin untuk
Membuka
membaca basmallah. Sebelum melanjutkan ke materi
Pelajaran
selanjutnya guru meminta siswa untuk melafadzkan hafalan yang sebelumya yaitu membaca surat al-Qolam ayat 1-10. Untuk permulaan guru meminta siswa membaca bersama-sama surat yang sudah dihafalkan sebelumnya.
Dengan
dipimpin
oleh
ketua
tiap
kelompok dalam barisan tempat duduk. III
Kegiatan Inti Pembelajaran A. Pelaksanaan
Guru menjelaskan materi hafalan yaitu surat Al-Qolam
Kegiatan
ayat 10-20. Selanjutnya siswa mendengarkan audio
Pembelajaran
murotal terkait ayat yang akan dihafal dan juga melihat bacaan ayat yang ditampilkan dengan proyektor. Guru membimbingan bacaan yang akan dihafal per ayat. Siswa mengikuti bacaan guru. Kemudian guru menanyakan hukum tajdwidnya. Siswa mengacungkan tangan dan menjawab. Setelah itu guru meminta siswa
92
mengulang bacaan ayat tersebut baik secara bersamasama. Jika dirasa siswa sudah hafal maka guru melanjutkan ayat berikutnya. Setelah selesai sampai ayat 28. Kemudian guru meminta siswa yang sudah merasa hafal untuk maju ke depan menyetorkan hafalan. Dan saat ada yang setoran siswa lainnya sibuk mempersiapkan setoran. B. Penilaian
Penilaian dilakukan berdasarkan setoran hafalan siswa.
C. Penugasan
Siswa diberikan tugas menulis ayat yang harus dihafalkan pada pertemuan berikutnya, surat Al-Qolam ayat 29-36.
IV
PENUTUP
Guru memberikan semangat untuk siswa agar tetap sabar dalam menghafal dan meminta siswa untuk selalu mengulang hafalannya dan Kegiatan pembelajaran di tutup dengan membaca“hamdallah”.
Catatan: 1. Kegiatan pembelajaran dimulai tepat waktu dan berjalan dengan tertib. Namun masih terdapat beberapa siswa yang tidak sempat menyetorkan hafalan karena waktu telah habis. 2. Siswa mengikuti pembelajaran dengan baik dan guru membimbing hafalan siswa dengan sabar dan selalu memberikan energy positive untuk siswa. 3. Metode yang digunakan dalam membimbing hafalan, yaitu mengulang hafalan minggu lalu dengan dipimpin perwakilan siswa, mendengarkan audio dan guru, membaca ayat yang akan dihafalkan pada proyektor, mengikuti bacaan guru secara berulang-ulang, dan menyetorkan hafalan.
93
Lampiran 2 HASIL OBSERVASI KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kelas
: VIII- 2
Hari/ Tanggal
: Rabu, 26 Oktober 2016
Materi Hafalan
: Surat Jin ayat 18-23
Waktu
: 08.20 - 09.40
Objek Pengamatan
: - Proses Kegiatan Belajar Mengajar - Prilaku Guru dan Siswa
No.
ASPEK YANG
DESKRIPSI
DIAMATI I
Pra Pembelajaran
Guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar. Siswa siap menerima pelajaran.
II
Kegiatan
Pembelajaran di buka dengan membaca “basmallah”.
Membuka
Sebelum
Pelajaran
meminta siswa untuk melafadzkan hafalan yang
melanjutkan
materi
selanjutnya
guru
sebelumya yaitu surat Jin ayat 1-17. Siswa membaca bersama-sama
surat
yang
sudah
dihafalkan
sebelumnya. dipimpin oleh ketua tiap kelompok dalam barisan tempat duduk. III
Kegiatan Inti Pembelajaran A. Pelaksanaan
Guru menjelaskan materi pelajaran yaitu surat Al-
Kegiatan
Qolam ayat 29-36. Guru menampilkan ayat yang akan
Pembelajaran
di hafalkan serta artinya pada proyektor. Selanjutnya Guru membimbingan bacaan yang akan dihafal per ayat. Siswa mengikuti bacaan guru. Kemudian guru menanyakan hukum tajdwid. Siswa mengacungkan tangan dan menjawab. Setelah itu guru meminta siswa mengulang bacaan ayat tersebut baik secara bersamasama maupun perkelompok. Jika dirasa siswa sudah
94
hafal maka guru melanjutkan ayat berikutnya. Setelah selesai membimbing bacaan siswa sampai ayat 23, kemudian guru meminta siswa yang sudah merasa hafal untuk maju ke depan menyetorkan hafalan. Siswa menyetorkan hafalan secara bergiliran. Ada yang menyetorkan hafalan sendiri, berdua, bertiga, bahkan berempat. Namun ketika ada empat orang siswa yang menyetor hafalan namun terlihat belum lancar dan masih belum benar guru tersebut meminta untuk duduk kembali dan menghafalkan ulang. Namun karena keterbatasan waktu tidak semua siswa dapat menyetorkan
hafalannya
sehingga
setorannya
digabung dengan pertemuan selanjutnya. B. Penilaian
Penilaian dilakukan berdasarkan setoran hafalan siswa.
C. Penugasan
Siswa diberikan tugas menulis ayat yang harus dihafalkan pada pertemuan berikutnya yaitu surat Jin ayat 24-28
IV
PENUTUP
Bel pelajaran berbunyi dan pembelajaran tahfidz diakhiri dengan membaca hamdallah.
Catatan: 1. Kegiatan pembelajaran dimulai tepat pada waktunya. Namun karena waktu terbatas masih terdapat sebagian siswa yang belum menyetorkan hafalan. 2. Siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan cukup baik. Namun ketika siswa lain setoran terdapat beberapa siswa yang mengobrol. 3. Guru membimbing hafalan dengan baik, menegur siswa yang kurang tertib. 4. Metode yang digunakan untuk membimbing hafalan cukup beragam, antara lain dengan mengulang hafalan, mendengarkan, membaca, dan menyetorkan hafalan.
95
Lampiran 2 HASIL OBSERVASI KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kelas
: IX – 5
Hari/ Tanggal
: Kamis, 20 Oktober 2016
Waktu
: 08.20 – 9.40
Materi Hafalan
: Surat Al-Mursalat ayat 1-8
Objek Pengamatan
: - Proses Kegiatan Belajar Mengajar - Prilaku Guru dan Siswa
No.
ASPEK YANG
DESKRIPSI
DIAMATI I
Pra Pembelajaran
Guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar. Siswa sudah siap menerima pelajaran. Beberapa siswa tampak menyiapkan botol minumannya di atas meja dengan posisi tutup botol minum terbuka. Guru mengingatkan siswa yang belum menmbuka buku panduan menghafal untuk membuka buku tersebut dan bagi siswa yang membawa minum untuk menyiapkan di atas meja.
II
Kegiatan Membuka
Guru membuka pelajaran dengan memimpin untuk
Pelajaran
berdoa bersama. Sebelum melanjutkan ke materi selanjutnya guru meminta siswa untuk murojaah hafalan yang sebelumya yaitu membaca surat AInsan ayat 1-31.
III
Kegiatan Inti Pembelajaran A. Pelaksanaan
Guru memberi contoh bacaan surat yang akan
Kegiatan
dihafalkan siswa yaitu surat Al-Mursalat ayat 1-8.
Pembelajaran
Siswa mendengarkan kemudian mengikuti bacaan guru. Kemudian guru menjelaskan tafsir dan penjelasan ayat secara singkat. Jika dirasa siswa
96
sudah hafal maka guru melanjutkan ayat berikutnya. Setelah selesai membimbing bacaan siswa sampai ayat 23, kemudian guru meminta siswa yang sudah merasa hafal untuk maju ke depan menyetorkan hafalan. Siswa yang menyetorkan hafalan secara bergiliran. Ada yang menyetorkan hafalan sendiri, berdua, bertiga, bahkan berempat. Ketika terlihat ada siswa yang tidak lancar atau hanya ikutan saja, guru mempersilahkan siswa untuk duduk kembali. B. Penilaian
Penilaian dilakukan berdasarkan setoran hafalan siswa.
C. Penugasan
Siswa diberikan tugas menulis ayat yang harus dihafalkan pada pertemuan berikutnya yaitu surat Al-Mursalat ayat 9-18 beserta mencari hukum tajwidnya.
IV
PENUTUP
Sebelum menutup pembelajaran. Bersama-sama mengulang kembali ayat yang sedang dihafalkan. Dan
kegiatan
pembelajaran
mengucapkan “hamdallah”.
di
tutup
dengan
97
Lampiran 3 LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN PENDUKUNG
No.
Nama Kegiatan dan
Deskripsi
Waktu Pengamatan 1.
Tadarus Al-Qur’an
Pada saat bel masuk sekolah berbunyi, guru piket
Juz 29
berbicara lewat speaker dan mengingatkan seluruh kelas ntuk bertadarus. Ada beberapa guru pada jam
( Setiap pagi hari
pertama yang masuk kelas untuk mempin tadarus
pada waktu
namun banyak yang masuk kelas ketika bel jam
pelaksanaan PPKT
pelajaran berbunyi. Kegiatan tadarus Al-Qur’an
tahun 2015)
dilakukan 15 menit sebelum KBM berlangsung. Saat Tadarus berlangsung surat yang dibaca adalah Juz dengan dipimpin oleh ketua kelas. Kemudian saat bel jam pelajaran pertama berbunyi kegiatan tadarus di tutup dengan membaca doa belajar bersama dan kemudian infaq harian.
2.
Upacara Bendera
Pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh salah seorang petugas
upacara
sebagai
pembukaan
kegiatan
( Setiap hari senin
upacara. Saat kegiatan upacara hampir selesai di isi
pada saat PPKT
dengang kegiatan estafet ayat Al-Qur’an Juz 29 yang
tahun 2015)
dilakukan oleh siswa-siswi yang telah menyelesaikan hafalan sesuai target yang ditentukan. Kemudian dilanjutkan dengan pembagian sertifikat dan uang pada siswa-siswi yang telah menyelesaikan hafalan yang ditentukan tepat waktu atau lebih dahulu.
3.
Lomba Tahfidz
Perwakilan dari MTs Negeri 2 Jakarta mengikuti perlombaan tahfidz tingkat DKI Jakarta di Sekolah
(Bulan November
Citra Cendekia. Yang terpilih mewakili sekolah ada
tahun 2015)
dua orang siswa dan siswi bernama Adil dan Friska. Semua biaya administrasi perlombaan dan biaya
98
akomodasi lainnya ditanggung oleh sekolah. 4.
PHBI Isra’ Mi’raj
Terdapat perlombaan yang diikuti oleh seluruh siswa MTs N 2. Salah satunya adalah lomba tahfidz AlKegiatan tersebut di ikuti banyak peserta. Dalam perlombaan tersebut akhirnya di menangkan oleh Ummi Syahidah kelas VII-I, Ahmad Mufti Hikam Kelas VIII-3 dan M. Adil kelas VIII-2
5.
Lomba Tahfidz
Siswa MTs Negeri 2 Jakarta kembali mengikuti perlomban tahfidz tingkat DKI Jakarta, peneliti ikut
(27 November
serta sebagai pendamping siswa. Siswa yang
tahun 2016)
mewakili sekolah antaralain Hikam kelas IX, Ummi Syahidah kelas VIII, dan Adelia VII. Dalam perlombaan tersebut Adelia mendapat juara III. Sebelum mengikuti lomba mereka di bombing oleh guru tahfidz di sekolah bahkan di rumah guru tersebut mereka juga dibimbing.
6.
Pentas Seni
Dalam kegiatan tersebut di isi dengan beragam
“Doeganz Explor
penampilan siswa. salah satu yang cukup menonjol
talent Area”
adalah penampilan dari beberapa siswa untuk
(22 Desember 2016) memperdengarkan hafalannya di atas panggung. Suasana sekolah dan kegiatan tersebut terasa lebih khidmat dan sejuk.
99
Lampiran 4 HASIL WAWANCARA KEPALA SEKOLAH
Nama
: Drs. Wawan Munjiani, M.Pd
Hari/Tanggal
: kamis, 1 September 2016
Waktu
: 12. 30 – 13.1
Tempat
: di Ruang Kepala Sekolah
Bagaimana latar belakang pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di sekolah ini? Program tahfidz ini sebagai muatan lokal yang mana pelaksanaan program tahfidz di sekolah ini sebagai bentuk implementasi kebijakan yang ditetapkan oleh Kementrian Agama Kanwil DKI Jakarta. Dan tahfidz ini merupakan program unggulan dan jadi ciri khas untuk sekolah madrasah itu sendiri. Apakah program ini untuk sekolah negri saja atau untuk seluruh madrasah yang ada di Jakarta ? Untuk seluruh madrasah yang ada di DKI ya. Tapi yang terutama itu madrasah Negeri, baik MIN, MTsN, maupun MAN. Dan mulok ini harus diterapkan disetiap madrasah karena ada standar kelulusan dari setiap tingkatan kelasnya,” Sejak kapan sekolah mulai menerapkan program tahfidz ? Saya kebetulan mendapat tugas di sini itu baru ya, sekitartahun ajaran 2014/2015. Tapi yang saya ketahui sejak di tetapkan kebijakan dari Kemenag yah sekolah ini karena memang negeri langsung menerapkan. Kalau tidak salah mulai 2012 atau 2013 tapi yang jelas silabus itu turun dari Kemenag mulai tahun ajaran 2013/2014. Tapi waktu awal pelaksanaanya belum seperti sekarang ini. Apakah tujuan adanya program tahfidz Al-Qur’an di sekolah ini? Tujuannya untuk memantapkan pendidikan agama mencakup Qurdis, fikih, Aqidah Ahlak, B.arab. Yang kedua membiasakan siswa trampil dalam hafalan, ketiga meningkatkan pemahaman terhadap kitab suci Al-Qur’an dan untuk mengenalkan siswa bahwa mempelajari Al-Qur’an adalah suatu hal
100
yang sangat penting. Jangan sampai keluar dari madrasah sama sekali tidak ada bekal hafalan Al-Qur’an, nanti tidak ada beda dengan SMP. Siswa yang menyelesaikan belajarnya di MTs Negeri 2 Jakarta di harapkan sudah dapat menghafal surat-surat dalam Juz 29. Apakah sejauh ini pelaksanaannya sudah berjalan dengan baik ? Bagaimana perkembangan tiap tahunnya? Alhamdulillah sejauh ini sudah berjalan dengan baik. Dan semuanya tentu berproses untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Bagaimana tanggung jawab dan apa saja tugas Bapak selaku kepala sekolah dalam pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an? Saya bertanggung jawab atas seluruh kegiatan di sekolah ini, maka dari itu saya tentu melakukan pengawasan terhadap kegiatan yang ada meskipun tidak mendetail. Namun nanti ada evaluasi dan pertemuan-pertemuan antara saya dengan guru yang lainnya. Apakah guru tahfidz di sekolah ini sesuai kompetensi yang seharusnya di miliki oleh guru tahfidz ? atau dapat dikatakan apa mereka hafal Quran? Alhamdulillah kebetulan di sekolah kana da dua guru tahfidz ya, bu tuti sama pa faiz. Pa faiz sendiri itu lulusan kairo mesir di rumah juga beliau punya santri penghafal Al-Qur’an selain itu juga kan beliau membuat buku tahfidz dan menjadi perwakilah guru dari DKI Jakarta untuk lomba tahfidz tingkat nasional. Kemudia bu tuti juga alumni IIQ, selain itu juga beliau ustadzah mengisi ekskul SBQ di sekolah dan mengisi pengajian setiap hari minggu untuk komite dan orang tua murid. Jadi memang kualifikasi guru tahfidz di sekolah ini memang saya rasa mampu membimbing siswa menghafal AlQur’an. Apa saja dukungan yang diberikan sekolah untuk pelaksanaan program tahfidz ini ? Jadi di sekolah ini kita menyiapkan sertifikat tahfidz kemudian ada reward juga bagi yang sudah tuntas ya. Sedikit si jumlah uangnya cuma buat motivasi mereka bias semangat hafalannya. Kemudian juga saya suka minta anak-anak untuk tampil kalau ada acara-acara PHBI, seperti kemarin acara tahun baru
101
Islam itu kita minta perwakilan untuk tampil. Ada juga perlombaanperlombaan tahfidz juga di sekolah, dan kemudian yang memang kiti utus lagi mewakili sekolah. Apakah semua siswa sudah dapat dikatakan mampu menghafal sesuai yang diharapkan oleh Kemenag ? Kalau dikatakan hafal secara keseluruhan saya rasa belum semua siswa mampu benar-benar hafal secara sempuran Juz 29 jika di minta membaca dari awal surat sampai akhir. Apalagi mengingat hanya 2 jam waktu untuk pembaelajaran tahfidz, tapi saya percayakan kepada dua guru tahfidz disini untuk memaksimalkan waktu yang ada agar siswa dapat pula mencapai target yang diharapkan. Adakah
kendala-kendala
yang
dialami
sekolah
dalam
mengimplementasikan program tahfidz Al-Qur’an di sekolah ? Kendala-kendala
tentu
ada
hanya
saja,
sekolah
harus
berupaya
meminimalisir hambatan-habmbatan yang ada. Seperti contohnya alokasi waktu belajar tahfidz di kelas itu kan menurut saya kurang ya, untuk membimbing kemudian anak-anak setoran kepada satu orang guru. Kemudian juga kesadaran dari anak-anak yang masih kurang akan pentingnya membaca dan menghafal Al-Qur’an sehingga ketika mereka sudah setoran hafalan kemudian ada hafalan baru mereka jadi lupa Faktor apa saja yang mendukung dalam pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an ? Fasilitas yang disiapkan sekolah seperti buku tahfidz dan sertifikat tahfidz yang saat ini belum dipersiapkan oleh Pemerintah, mungkin jika sertifikat ini atas nama Kemenag itu akan lebih menjadi motivasi besar bagi siswa serta sekolah untuk memaksimalkan pelaksanaan program hafalan ini ya. Selain itu ya guru tahfidz yang disipakan sekolah memang sesuai bidangnya sehingga pelaksanaan program tahfidz ini dapat berjalan dengan baik. Jika hanya mengandalkan pembelajarn tahfidz di kelas saja saya rasa itu kurang, karena waktu pembelajarannya yang terbatas. Oleh karena itu ada upaya-upaya dari
102
menyelipkan kegiatan-kegiatan lain yang sekiranya menunjang program hafalan itu. Apa saja contoh kegiatan tersebut ? Contohnya kegiatan tadarus Juz 29 sebelum KBM itu membantu siswa untuk mengingat dan mengulang hafalanya. Dalam penerapan hukuman pada siswa kita juga menjadikan hafalan sebagai sanksi. Selain itu juga ada lomba tahfidz Al-Qur’an pada perayaan hari besar Islam terus juga kita suka ada penampilan perwakilan siswa untuk memperdengarkan hafalannya jika pada acara-acara tertentu. Dan semoga dengan kegiatan tersebut dapat mendukung terlaksananya program tahfidz seperti yang diharapkan dan mampu memotivasi siswa untuk lebih semangat menghafalkan Al-Qur’an. Apa saja harapan bapak ke depannya untuk pelaksanaan program tahfidz di sekolah ini ? Harapan nya semoga seluruh siswa MTs Negeri 2 Jakarta selain mampu mengahfal juga dapat mengamalkan nilai-nilai di dalam Al-Qur’an. dan untuk ke depannya saya berharap program ini menjadi lebih baik lagi da nada perhatian lebih dari pemerintah agar program ini terus berkembang.
Jakarta, 1 September 2016
Dr. Wawan Munjiani, M.Pd
103
Lampiran 5 HASIL WAWANCARA DENGAN GURU TAHFIDZ
Nama
: Tuti Ani, M.Pd.I
Hari/Tanggal
: Tahap I : Minggu, 29 November 2015 Tahap II : Minggu, 4 September 2016
Waktu
: Pukul 16.00-18.00 dan Pukul 17.00-18.00
Tempat
: Jl. Sadar Raya Gandaria Ujung Rt 11 Rw 02 (Rumah ibu Tuti Ani)
Tahap I ( Minggu, 29 November 2015) Apa dasar atau latar belakang pelaksanaan tahfid di MTs N 2 Jakarta ? Sebenarnya pelaksanaan program tahfidz di MTsN 2, berdasarkan kebijakan yang di tetapkan oleh Kemenag DKI Jakarta. yang mana menjadikan mata pelajaran tahfidz ini ke dalam muatan lokal. Sudah berapa lama sekolah mengimplementasikan program tahfidz Al-Qur’an? Kurang lebih sudah 3 tahun, yah setelah ada keputusan kebijakan dari kanwil Kemenag sekolah langsung melaksanakan. Ada berapa jumlah guru tahfidz di MTs N 2 ? Ada dua orang, dan kebetulan saya sertifikasinya mulok jadi pas sekali ada kebijakan dari pemerintah mengenai prgram tahfidz yang dijadikan mulok . Apa saja tujuan Pelaksanaan program tahfidz ? Tujuannya si banyak ya, secara umunyanya kami berharap lulusan sekolah ini sudah hafal surat-surat dalam juz 29. Kemudian juga untuk membimbing siswa cinta Al-Qur’an, dan juga memperi tahu anak-anak akan pentingya menghafal AlQur’an. Bagaimana pembagian materi hafalan di sekolah untuk mencapai target hafal Juz 29 tersebut ? Materi dan target hafalan sebenarnya sudah di tentukan oleh Pemerintah, adapun rinciannya. kelas tujuh adalah surat al-Mulk, surat Al-Qolam, surat al-Haqqah dan al-Ma’arij. Sedangkan untuk kelas delapan adalah surat Nuh, Jin, al-
104
Muzammil, surat al-Mudatsir, adapun untuk kelas 9 adalah surat al-Insan dan surat al-Mursalah. Bagimana penetuan alokasi waktu dalam jam pelajaran ? Tatap muka di kelas dalam seminggu 1 kali, dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. Namun untuk setoran bisa di luar jam pembelajaran, karena waktu yang sedemikian itu sebenarnya tidak cukup. Apakah pelajaran tahfidz membuat RPP seperti pada pelajaran lainnya ? Tentu saja, dalam tahap perencanaan guru tahfidz juga harus menyusun program-program perencanaan pembelajaran karena sudah ada silabus juga dari pemerintah.Seperti halnya kalender pendidikan, perhitungan pekan efektif dan jam tatap muka, Prota (Program tahunan), Promes (Program semester), dan terakhir
membuat
RPP
(Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran)
yang
dikembangkan sendiri oleh guru tahfidz. Berapa target hafalan pada tiap pertemuan pelajaran tahfidz ? Untuk materi setiap pertemuan 5-8 ayat yang harus dihafal pada minggu sebelumnya tergantung panjang pendeknya ayat. Apa upaya sekolah dalam mendukung dan memotivasi siswa menghafal ? Dalam mengimplementasi program tahfidz ini sekolah menyiapkan buku panduan menghafal untuk siswa. Dan buku ini di buat oleh pak Faiz, kemudian juga untuk memotivasi anak ada sertifikat untuk siswa yang sudah mencapai target hafalan, kemudian ada sedikit uang juga, yah tujuannya si sebagai apresiasi bagi mereka yang sudah mencintai Al-Qur’an dengan menghafalkannya.
Tahap II ( Minggu, 4 September 2016) Bagaimana perkembangan dalam pelaksanaan program tahfidz saat ini ? Alhamdulillah masih berjalan dengan baik, dan tetap harus selalu di evaluasi. Sejauh ini kendala apa saja yang ibu rasakan dalam membimbing siswa dalam menghafalkan Al-Qur’an ?
105
Kendalanya sebenarnya ada saja, seperti kemampuan siswa itu kan berbedabeda, apalagi di sekolah ini kelasnya itu masih ada kelas unggulan dan kelas yang biasa. Jadi ya dibutuhkan kesabaran, namun semaksimal mungkin saya berusaha untuk menyikapi dan berinovasi terus untuk membimbing siswa menghafal. Apakah semua siswa mampu mencapai target yang telah ditentukan itu ? Setiap anak tentunya memiliki kemampua yang berbeda-beda namun kemauan itu yang utama. Kalau dikelas unggulan si mereka cepat dalam menghafal jadi tidak perlu ditagih malah ada siswa yang setoran hafalan melebihi targt perminggunya, namun ada juga siswa yang agak malas, sehingga harus selalu ditagih hafalan. Siswa yang memiliki tanggung jawab yang bagus tentu akan berusaha menyetorkan hafalan tepat waktu namun yang malas ya akibatnya setorannya yang terlambat. Tapi secara umum sejauh ini siswa sudah mampu mencapai indikator pembelajaran karena kan memang sistem penilaiannya seperti pelajaran lain dan penilaianya juga dari berbagai aspek. Bagaimana proses pembelajarn tahfidz yang ibu lakukan di kelas ? Pelaksanaanya menyesuaikan RPP yang saya buat aja. Karena sekolah ini sudah melaksanakan kurikulum 2013 untuk kelas VII dan VIII. Jadi diusahakan untuk menyesuaikan meskipun terkadang agak susah yah, karena untuk membimbing siswa menghafal Al-Qur’an sendiri kan memang harus guru yang berusaha aktif membimbing, mencontohkan bacaan yang benar. Jadi untuk menerapkan yang benar-benar sesuai kurikulum 2013 yah sejujurnya bagi saya tidak semudah pelajaran lain. Tapi saya tetap mengusahakan karena itu tuntutan. Jadi siswa gak menghafal sendiri ya bu ? Iya sebelum siswa menambah hafalan guru harus membimbing dulu, setiap pertemuan kan ada materi yang harus di hafalkan oleh siswa, jadi sebelum disetorkan harus di contohkan terlebih
dulu biar bacaanya pun benar.
Kemampuan siswa kan beda-beda ada yang bacaanya masih kurang jadi harus diajarkan dahulu biar makhroj, tajwid nya benar. Dan setiap ayat yang dihafal saya bahas hukum tajwidnya. Karena kalau siswa dibiarkan menghafal sendiri
106
khawatir bacaanya masih ada yang salah, nanti yang ada bacaan Al-Qur’annya jadi rusak. Metode apa saja yang biasa ibu gunakan ketika membimbing siswa menghafal? Macem-macem ya. Karena itu tadi kemampuan siswa yang berbeda jadi saya campur-campur. Saya biasanya juga pakai audio visual. Jadi tampilkan ayat pakat power point kemudian sambil dengerin murotal dan ikutin bacaanya. Tapi kalau audio jarang si cuma beberapa kali aja biar siswa semangat. Dan selebihnya saya sendiri yang mencontohkan. Siswa mendengarkan kemudian mengulang bacaan yang saya contohkan berulang ulang biasanya saya pakai metode 5 x 5 dan kalau siswanya masih belum hafal yah bisa sampai 10 x 10. Maksudnya metode 5 x 5 sampai 10 x 10 itu bagaimana ya bu ? Jadi bacaan ayat yang di hafal diulang sebanyak 5 x 5 kali sampai 10 x 10 kali, dan disesuaikan dengan siswanya juga si. Saya selalu menanyakan kalau ketika dibaca 3 kali sudah hafal ya saya lanjutkan hafalannya ke ayat selanjutnya. Selai itu juga ada imla juga ya. Jadi siswa juga biasanya menulis ayat yang akan dihafal terlebih dahulu sebagaimana di buku panduan tahfidz yang telah disediakan. Mengenai setoran hafalan, bagaimana sistem setorannya apakah dengan waktu yang terbatas itu cukup untuk seluruh siswa menyetorkan hafalanya ? Karena waktu yang terbatas maka saya membolehkan siswa untuk menyetorkan hafalannya berdua sampai berlima. Namun penilaiannya tetap masing-masing, karean saya memperhatikan bacaan dari masing-masing siswa. Tapi menjelang UTS atau UAS itu saya minta setorannya sendiri-sendiri. Apakah yang siswa setorkan itu sesuai materi yang ditentukan saja, atau diulang dari awal ? Kalau saya si meminta siswa untuk menyetorkan hafalan dari awal surat terus. Jadi siswa tidak hanya menyetorkan materi hafalan baru melainkan dari awal. Hal itu agar siswa tetap hafal, dan nanti ketika menjelang UTS atau UAS jadi
107
lebih mudah untuk setoran keseluruhan ayat di dalam surat. Tapi resikonya ya memang sedikit memakan waktu lebih banyak. Bagaimana sistem penilaian untuk pelajaran tahfidz ini sendiri ? Hampir sama dengan pelajaran lain, dan karena memang mengikuti kurikulum yang berlaku juga. Ada nilai harian, ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester. Nilai harian itu pakai setoran hafalan setiap pertemuan. Kemudian ulangan harian, UTS dan UAS itu tertulis. Tapi karena setoran itu diutamakan jadi tetap menjelang UTS dan UAS siswa menyetorkan hafalannya terlebh dahulu secara keseluruhan setorannya sendiri-sendiri tidak lagi berdua sampai berlima. Kelas yang ibu ajarkan menggunakan Kurtilas apakan ada penilaian sikap juga? Iya tentu ada penilalian sikap juga. Dengan mengamati bagaimana siswa di kelas. Jakarta, 4 September 2016
Tuti Ani, M.Pd.I NIP.197306042006042031
108
Lampiran 6 HASIL WAWANCARA DENGAN GURU TAHFIDZ
Nama
: Dr. Ahmad Faiz Ahmad, Lc.M.Ag
Hari/Tanggal
: Rabu, 12 Oktober 2016
Waktu
: Pukul 11.00 – 11.30
Tempat
: Ruang Guru MTs Negeri 2 Jakarta
Apakah yang menjadi latar belakang adanya program tahfidz di sekolah ini? Sebenarnya adanya program tahfidz di sekolah ini kan berdasarkan keputusan Kanwil, sebagai ciri khas madrasah yang ada di DKI Jakarta. Kenapa menjadi ciri khas karena melihat selama ini yang menerapkan hafalan-hafalan Al-Qur’an itu memang rata-rata hanya sekolah-sekolah swasta Islam. Maka dari itu beberapa tahun belakangan ini mulai lah ada program tahfidz. Dan dari sinilah kemudian saya berfikir perlu dibuat buku panduan untuk siswa menghafal. Apakah tidak ada buku yang dipersiapkan oleh pemerintah untuk pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an? Sejauh ini si belum ada panitia yang menyiapkan buku panduan untuk siswa. Saya pun pernah memberitahu mengenai buku panduan tahfidz yang di gunakan di MTs 2 ini ke kanwil, dan pihak mereka sangat mengapresiasi dan menyadari bahwa buku panduan menghafal ini memang perlu di buat. Namun belum ada tindak lanjutnya lagi. Dan kebanyakan memang madrasah lainnya belum menggunakan buku panduan menghafal, jadi masih menggunakan Al-Qur’an saja. Bagaimana proses pembuatan buku tahfidz ini ? Mengenai proses pembuatan buku ini cukup panjang. Karena waktu awal saya membuat juga masih sederhana hingga dari tahun ke tahun saya tambahkan dan saya perbaiki. Hal tersebut agar buku panduan ini benarbenar dapat membantu dan menudahkan siswa untuk menghafal. Jadi
109
kronologisnya memang untuk jadi buku seperti ini 3 tahun baru jdi seperti ini. Apa saja yang ada di dalam buku panduan menghafal yang bapak buat? Buku panduan itu isinya ayat-ayat dengan terjemahan dan tafsirnya. Selain itu terdapat tabel latihan tajwid, soal-soal latihan, lembar siswa untuk latihan menulis dan tebel laporan setoran. Pada halaman awal saya membuat pendahulan yang berisi motivasi agar siswa tidak menganggap bahwa menghafalkan Al-Qur’an itu susah dan berfikir positif untuk menyukai pembelajarn menghafal Al-Qur’an ini. Saya juga menuliskan dalam buku beberapa point mengenai persiapan sebelum menghafal serta metode menghafal. Apakah tujuan adanya program tahfidz Al-Qur’an di sekolah ini? Banyak sekali yang diharapkan dengan adanya program ini. Selain untuk mengimplementasikan program dari Kemenag juga diharapkan dengan program ini anak-anak jadi senang membaca Al-Qur’an dan mempelajari AlQur’an, dengan adanya program hafalan 1 juz ini yaitu juz 29 semoga bisa menjadi awal untuk anak-anak menghafalkan Al-Qur’an secara keseluruhan. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran di kelas yang bapak ajarkan? Setiap guru tentu berbeda-beda dalam menyampaikan pelajaran. Begitupun saya dengan bu Tuti dalam membimbing siswa menghafal. Agar anak tidak main-main makanya perlu juga diadakan Ujian tertulis seperti pelajaranpelajaran lain, jadi anak-anak tidak sekedar hanya setoran hafalan saja. Metode apa saja yang digunakan dalam pembelajaran Tahfidz? Metode yang digunakan bisa dibilang campuran, karena karakter setiap anak berbeda-beda dan untuk memudahkan hafalan juga perlu diterapkan berbagai metode. Seperti metode murojaah setiap mengawali pelajaran, untuk setiap nambah materi hafalan ya itu saya contohkan dulu bacaanya, mereka mendengarkan terus ngikutin apa yang saya baca. Kalau metode menulis ada tidak pak? Apa hanya sekedar hafalan saja ?
110
Tentu ya itu diterapkan,metode menulis itu penting, banyak juga orang hafal Al-Qur’an tapi tulisannya gak bagus. Dengan dibiasakan menulis ayat AlQur’an tentu siswa akan terlatih menulis dengan rapih, selain itu juga. siswa mudah menghafal ketika mereka menulis dahulu apa yang akan mereka hafalkan. Dan di buku panduan menghafal sudah tertera latihan-latihan untuk siswa menulis ayat, biasanya saya menjadikan itu buat penugasan sebelum mereka menghafal. Karena kan selain tes hafalan kita juga ada UH, UTS, dan UAS. Bagaimana pembagian materi untuk mencapai target hafal Juz 29 tersebut ? Materi dan target hafalan sebenarnya sudah di tentukan oleh Pemerintah, adapun rinciannya. kelas tujuh adalah surat al-Mulk, surat Al-Qolam, surat al-Haqqah dan al-Ma’arij. Sedangkan untuk kelas delapan adalah surat Nuh, Jin, al-Muzammil, surat al-Mudatsir, adapun untuk kelas 9 adalah surat alInsan dan surat al-Mursalah. Masalah pembagian materi setiap pertemuan itu sejak dari awal memang sudah direncanakan di hitung dalam satu tahun ada berapa pekan pertemuan dan semua saya konsepkan di dalam buku panduan menghafal. Bagimana penetuan alokasi waktu dalam jam pelajaran ? Tatap muka di kelas dalam seminggu 1 kali, dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. Namun untuk setoran bisa di luar jam pembelajaran, karena waktu yang sedemikian itu sebenarnya tidak cukup. Berapa target hafalan pada tiap pertemuan pelajaran tahfidz ? Untuk materi setiap pertemuan 5-8 ayat yang harus disetorkan siswa. Semua tergantung panjang pendeknya ayat. Dan pembagian itu sudah direncanakan sejak awal. Dan pada buku penduan menghafal itu tadi sudah saya bagi-bagi setiap pekannya. Apakah yang siswa setorkan itu sesuai materi yang ditentukan saja, atau diulang dari awal ?
111
Karena waktu yang terbatas jadi saya minta siswa untuk menyetorkan materi hafalan yang barunya saja. Namun tetap di awal pelajaran dan diakhir ada muroja’ah dari awal surat. Dan nanti menjelang UTS atau UAS itu baru setoran semuanya. Apakah semua siswa mampu mencapai target yang telah ditentukan itu? karena memang sudah dikonsepkan dari awal pembagian hafalannya jadi saya rasa seluruh siswa sudah mampu menyetorkan hafalannya. Hanya saja untuk dikatan semurna mungkin belum. Apa upaya yang bapak lakukan dalam memotivasi siswa menghafal ? Saya si selalu menekankan pada anak-anak bahwa menghafalkan Al-Qur’an itu gak sulit. Lakukan semuanya dengan ikhlas, dan jangan lupa berdoa. Makanya saya buat buku itu juga saya harap dengan buku itu siswa termotivasi dan merasakan lebih mudah untuk menghafal. Dan biasanya ketika saya mengajar saya meminta siswa untuk membuka botol minuman bagi yang membawa. Tujuannya apa ya pa? soalnya saya juga pernah lihat anak-anak ketika tadarus buka tutp botol air minumnya, katanya di kasih tau bapak ? Iya kali aja haus gitu kan baca terus, ngafalin terus hehe. Sebagai salah satu ikhtiar minta keberkahan dari ayat Al-Qur’an berharap dengan minum air tersebut anak-anak mendapat kemudahan dalam menghafal. Selain berusaha menghafal dan menjaga hafalan kan tetap harus berdoa. Mengenai evaluasi pembelajaran, bagaimana evaluasi dan penilaian dalam pembelajaran tahfidz ini ? Sebenarnya sama dengan pelajaran lain, ada ulangan Harian, UTS, dan UAS dan dalam hal ini tes tulis namun selain itu ada penilaian setoran hafalan per-pertemuan. Jakarta, 12 Oktober 2016
Dr. Ahmad Faiz Ahmad, Lc, M.Ag
112
Lampiran 7 HASIL WAWANCARA SISWA
Nama
: Adelia Aliefiani Karim
Kelas
: VII
Hari/Tanggal : Jumat, 25 November 2016 Waktu
: 15.30-16.00
Tempat
: di Rumah bu Tuti (Jalan Gandaria Ujung Jagakarsa)
Bagaimana pendapat adik dengan adanya pembelajaran tahfidz di sekolah? Menurut saya bagus ka Apa manfaat adanya pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di sekolah? Manfaatnya saya jadi bisa ngafalin Al-Qur’an, terbiasa baca Al-Qur’an dengerin bacaan Al- Quran juga. Apakah adik senang dengan adanya pembelajaran tahfidz? Senang banget Apakah di sekolah sebelumnya adik sudah terbiasa menghafalkan AlQur’an? Saya dulu di MI jadi udah biasa ngafalin Al-Qur’an Adakah dukungan khusus dari orang tua dirumah terhadap adanya pembelajaran tahfidz di sekolah? Alhamdulillah orang tua saya memang selalu dukung saya kalau soal pelajaan Al-Qur’an. Terutama mama saya selalu ingetin buat ngafalin, kadang mama juga yang bantuin ngafalin. Apalagi kalau ada lomba pasti orang tua juga yang ikutan repot dan marahin kalau akunya gak serius. Di rumah juga saya ngaji ka, selain ngaji baca Al-Qur’an yang biasa, saya juga ada latihan tilawah seminggu sekali.. hehe Apa saja dorongan dari sekolah yang adik rasakan sehingga adik semangat untuk menghafalkan Al-Qur’an? Guru nya si saya suka ngajarnya enak ngebantu banget buat cepet ngafalin. Trus katanya kalau udah hafal nanti dapat sertifikat ka. Terus
113
kalau ada acara suka ditampilin gitu ka tahfidz aku aja pernah tampil hehe. Terus seneng juga bisa ikut lomba kaya gini ngewakilin sekolah. Bagaimana cara guru tahfidz di sekolah ini dalam membimbing kalian menghafalkan Al-Qur’an? Saya yang ngajarnya kan bu tuti enak si ka, jadi dicontohin dulu, di baca ulang-ulang ditanyain juga udh hafal belum, kalau banyak yang belum dibaca lagi bareng-bareng. Kapan waktu adik menghafal? Pas pelajaranya ka, kalau dirumah juga saya ngafalin ka soalnya suka ditanyain mama udah ngafalin belum. Bagaimana cara adik menghafal ayat demi ayat Al-Qur’an? Saya suka dengerin murotal ka, terus kalau mau nambah hafalan ya saya baca aja berulang-ulang. Apakah selama ini adik telah mencapai target hafalan yang telah di tentukan? Surat Al-mulk aku sudah hafal, sekrang lagi hafalin surat Al-Qolam. Kendala apa saja yang adik alami ketika menghafal Al-Qur’an? Gak ada si ka aku mah ngerasanya enak aja ada hafalan gini. Paling kalau lagi ga mood aja kayanya susah gitu masuknya.
Jakarta, 25 November 2016
Adelia Aliefiani Karim
114
Lampiran 8 HASIL WAWANCARA SISWA
Nama
: Ahmad Zainur Ramdan
Kelas
: VII- 4
Hari/Tanggal : Rabu, 26 Oktober 2016 Waktu
: 10.00-10.15
Bagaimana pendapat adik dengan adanya pembelajaran tahfidz di sekolah ? Bagus-bagus aja Apa manfaat adanya pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di sekolah ? Bisa ngafalin Al-Qur’an Apakah adik senang dengan adanya pembelajaran tahfidz ? Biasa aja si ka, seneng-seneng aja Apakah di sekolah sebelumnya adik sudah terbiasa menghafalkan AlQur’an ? Gak ka, saya kan sekolahnya di SD dulunya jadi g ada pelajaran hafaln AlQur’an kaya di sini Adik kan dari SD apakah tidak keberatan ada program menghafal disekolah ? Lumayan si ka cuma kan emang saya dirumah juga ngaji, jadi jalanin aja Adakah dukungan khusus dari orang tua dirumah terhadap adanya pembelajaran tahfidz di sekolah? Orang tua tau si paling di suruh ngaji aja terus di ingetin suruh ngafalin Apa saja dorongan dari sekolah yang adik rasakan sehingga adik semangat untuk menghafalkan Al-Qur’an? Kan di nilai ka kaya pelajaran lain, terus katanya ada sertifikat juga Bagaimana cara guru tahfidz di sekolah ini dalam membimbing kalian menghafalkan Al-Qur’an? Diulang-ulang gitu ka ikutin bacaannya. Kapan waktu adik menghafal?
115
Di sekolah pas pelajarannya Bagaimana cara adik menghafal ayat demi ayat Al-Qur’an? Saya ngafalinnya ikut yang diajarin guru yang ngajar aja, diulang-ulang. Kendala apa saja yang adik alami ketika menghafal Al-Qur’an? Kebanyakan pelajaran ka pr nya juga banyak, ditambah hafalan gini kadang jadi kaya suka pusing. Pulang sekolah sampai rumah udah sore. Paling waktu luangnya sabtu minggu, saya biasanya main.
Jakarta, 26 Oktober 2016
Ahmad Zainur Ramdan
116
Lampiran 9 HASIL WAWANCARA SISWA
Nama
: Ummi Syahidah
Kelas
: VIII-3
Hari/Tanggal
: Jumat, 25 November 2016
Waktu
: 16.15 – 16.30
Bagaimana pendapat adik dengan adanya pembelajaran tahfidz di sekolah? Bersyukur banget ka ada pelajaran menghafal. Apa manfaat adanya pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di sekolah? Saya jadi bisa menghafalkan Al-Qur’an, jadi rajin baca Al-Qur’an, jadi lebih tentram aja gitu. terus jadi terbiasa menghafal. Karena biasa ngafalin saya ngerasa jadi ketika pelajaran lain yang ada hafalan jadi kaya lebih mudah aja ka ngafalinnya. Apakah adik senang dengan adanya pembelajaran tahfidz ? Senang ka, malah jadi kepengen gitu hafal Al-Qur’an secara keseluruhan. Apakah di sekolah adik dulu sudah terbiasa menghafalkan Al-Qur’an ? Saya udah biasa si ka ngafalin alhamdulillah, kaya surat al-mulk udah biasa dibaca diyayasan. Berarti kebantu juga ya tinggal di yayasan jadi kaya pesantren gitu ? Iya ka Al-Hamdulillah Apa saja dorongan dari sekolah yang adik rasakan sehingga adik semangat untuk menghafalkan Al-Qur’an ? Karena masuk rapot ka jadi kan ada keinginan buat nilai bagus, terus ada sertifikat juga alhamdulillah saya udah dapet. Terus ada lomba-lomba juga ka. Alhamdulillah saya menang pas kemarin isro’ mi’raj. Oia katanya dapet amplop juga ya kalau udah selesai hafalanya ? Iya ka Alhamdulillah. Bagaimana cara guru tahfidz di sekolah ini dalam membimbing kalian menghafalkan Al-Qur’an ?
117
Saya waktu kelas 7 dulu sama pa Faiz, kalau sekarang sama bu Tuti, hampir sama si sistemnya jadi biasanya si kita dengerin dulu gurunya terus diajarin dulu bacanya kita ikutin satu ayat satu ayat, terus dibahas tajwidnya juga. Setelah itu kita setoran deh. Kita juga gak ngafalin aja si ka kana da nulisnulisnya juga biasanya si tugas nulis ayat itu buat PR jadi sebelu kita dikasih materi baru kita disuruh nulis dulu ayatnya. Berapa banyak anak yang maju setoran? melihat banyaknya anak dan waktu yang terbatas untuk setoran? Biasanya si ka yang maju sendiri ada cuma jarang. Kadang yang maju 2 orang 3 orang malah kadang pas di akhir akhir semesteran karena banyak yang belum tuntas setorannya ya udah jadi majunya bisa sampai 6 orang. Kapan waktu adik menghafal? Kalau saya si paling di yayasan waktu sebelum atau setelah sholat jamaah ka. ngahaflinnya di musholah de, kadang juga di kamar. Bagaimana cara adik menghafal ayat demi ayat Al-Qur’an? Saya baca ulang-ulang ka. Apakah selama ini adik telah mencapai target hafalan secara keseluruhan? Al-hamdulillah ka sudah setoran semua. Sertifikat juga udah dapet. Tapi tetap si harus di baca terus. Kegiatan tadarus Al-Qur’an itu yang di baca surat apa? berjalan gak kegiatannya ? Surat-surat di Juz 29 ka, misalkan sekarang lagi hafalin surat al-mulk ya udah tiap pagi kit abaca itu. Sambil kaya ngulang hafalan ka, tapi ada aja si yang susah diatur dikelas. Kendala apa saja yang adik alami ketika menghafal Al-Qur’an? Kendala gak terlalu banyak ka , asalkan kitanya mau rajin, paling lupa tuh ka sama yang udah dihafalin. Jakarta, 25 November 2016
Ummi Syahidah
118
Lampiran 10 HASIL WAWANCARA SISWA
Nama
: Rhaffa Izatul Awaliyah
Kelas
: VIII-1
Hari/Tanggal
: Senin, 26 Oktober 2016
Waktu
: 14.30-14.45
Bagaimana pendapat adik dengan adanya pembelajaran tahfidz di sekolah ? Menurut saya bagus ka Apa manfaat adanya pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di sekolah ? Banyak ka, jadi terbiasa baca Al-Qur’an, jadi bisa belajar ngafalin juga Apakah adik senang dengan adanya pembelajaran tahfidz ? Senang ka Apakah di sekolah sebelumnya adik sudah terbiasa menghafalkan AlQur’an? Gak ada ka Adik kan dari SD apakah tidak keberatan ada program menghafal disekolah? Lumayan si ka, tapi aku senang jadi bisa tambah ilmu lagi walaupun di sd dulu cuma pelajaran agama dan gak terlalu lengkap. Adakah dukungan khusus dari orang tua dirumah terhadap adanya pembelajaran tahfidz di sekolah? Orang tua kan yang emang nyuruh sekolah di MTs biar aku banyak tau pelajaran Agama. Kan aku bilang ada pelajaran menghafal yah mereka nyuruh semangat ngafalin terus manggil guru ngaji ke rumah. Apa saja dorongan dari sekolah yang adik rasakan sehingga adik semangat untuk menghafalkan Al-Qur’an ? Dapat sertifikat ka terus juga kan di nilai, jadi harus nagafalin terus. Bagaimana cara guru tahfidz di sekolah ini dalam membimbing kalian menghafalkan Al-Qur’an ?
119
Di ajarin ka cara bacaanya dulu, hukum tajwidnya juga terus kita ikutin, kadnag juga bu tuti setel murotal gitu biar kita tau bacaanya. Kapan waktu adik menghafal ? Biasanya di kelas, terus di rumah juga kana da guru ngajinya. Bagaimana cara adik menghafal ayat demi ayat Al-Qur’an ? Saya biasanya ngafalinya dibaca ulang-ulang ka, Saya juga suka dengerin Murotal Al-Qur’an surat yang lagi dihafalin pake HP. Bu Tuti juga kalau ngajar suka gitu ka di awalnya kita dengerin murotalnya dulu biar tau bacanya gimana. Kendala apa saja yang adik alami ketika menghafal Al-Qur’an ? Kendalanya lupa ka, kan udah ngafalin tuh di ajarin guru, terus lupa lagi deh sama yang udah pernah di hafalin. Terus juga pelajaran di seklah banyak jadi kadang akunya g sempet ngulang hafalan.
Jakarta, 26 Oktober 2016
Rhaffa Izatul Awaliyah
120
Lampiran 11 HASIL WAWANCARA SISWA
Nama
: Putri Aditiana
Kelas
: IX-5
Hari/Tanggal
: Kamis, 20 Oktober 2016
Waktu
: 12.00-12.15
Bagaimana pendapat adik dengan adanya pembelajaran tahfidz di sekolah? Menurut saya bagus2 aja si ka Apa manfaat adanya pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di sekolah ? Banyak si ka, saya jadi bisa belajar membaca, menulis, juga ngafalin. Terus juga saya jadi belajar lagi cara baca Al-Qur’an, soalnya saya belum terlalu lancar baca Al-Qur’an. Apakah adik senang dengan adanya pembelajaran tahfidz ? Senang si ka, jadi kaya ada pelajaran khusus Al-Qur’an Apakah di sekolah sebelumnya adik sudah terbiasa menghafalkan? Gak ka, saya kan sekolahnya di SD dulunya jadi g ada pelajaran hafalan AlQur’an kaya di sini Adik kan dari SD apakah tidak keberatan ada program menghafal disekolah ? Awalnya si saya merasa berat tapi setelah dijalani asyik-asyik aja ka. Mungkin karena udah terbiasa. Adakah dukungan khusus dari orang tua dirumah terhadap adanya pembelajaran tahfidz di sekolah? Orang tua saya si tau ada pelajaran menghafal Al-Qur’an gini. Karena awalnya liat saya lagi menghafal surat Al-Mulk. Ibu saya kadang-kadang suka ngomel-ngomel kalau saya main hp aja, pasti ditanya “udah ngapalin Al-Qur’an buat disekolah belom ? lagu-lagu aja apal, Al-Qur’an males diapalin” gitu ka kata mama saya hehe. Terus juga dirumah kan saya juga disuru ngaji sama orang tua saya.
121
Apa saja dorongan dari sekolah yang adik rasakan sehingga adik semangat untuk menghafalkan Al-Qur’an ? Karena ada penilaiannya juga si ka kaya pelajaran lain, jadi kalau males ngapalin nanti nilainya kurang. Terus juga kalau bisa selesai hafalannya itu kita dapat sertifikat ada uangnya juga. Kadang suka baper liat anak-anak yang selesai setoran hafalanya cepet. Soalnya dipanggil ke depan pas upacara gitu. Bagaimana cara guru tahfidz di sekolah ini dalam membimbing kalian menghafalkan Al-Qur’an? Kelas 9 kan sekarang sama pa Faiz dulu waktu kelas 8 saya sama bu Tuti,hampir sama si mereka ngajarnya jadi kita di kasih tau dulu cara bacanya. Kapan waktu adik menghafal? Biasanya di sekolah kan bareng-bareng tuh ya. Kadang aku ngulang-ngulang sendiri kalau ada jam kosong. Tapi kadang juga suka males si ka, jadi seringnya pas pelajaran tahfidz nya aja.. Sekolah kan dari pagi sampe sore jadi kaya udah kecapean gitu kalau di rumah. Bagaimana cara adik menghafal ayat demi ayat Al-Qur’an? Saya biasanya ngafalinya dibaca ulang-ulang ka. Sebenarnya dikelas kita juga dibimbing si ka bacanya sama bu tuti. Itu juga bacanya diulang-ulang terus sama-sama sampai kita hafal, terus ada nulisnya juga. Cuma kalau ga diulang lagi dan setoran suka lupa. Aku juga kadang pake musik gitu ka kaya murotalan juga ngafalinnya. Apakah adik telah mencapai target hafalan yang telah di tentukan Saya mah belum selesai ka, tapi banyak juga si yang udah Kendala apa saja yang adik alami ketika menghafal Al-Qur’an? Kendalanya si yang paling sering tuh lupa ka, sama males hehe, jadi lebih ke diri sendiri aja, suka males ngulang hafalan. Jakarta, 20 Oktober 2016
Putri Aditiana
122
Lampiran 12 HASIL WAWANCARA SISWA Nama
: Ahmad Mufti Hikam
Kelas
: IX 5
Hari/Tanggal
: Sabtu, 26 November 2016
Waktu
: 11.00 – 11.20
Bagaimana pendapat adik dengan adanya pembelajaran tahfidz di sekolah? Wah saya mah senang banget ka Apa manfaat adanya pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di sekolah ? Banyak banget ka. Saya jadi bisa hafal juz 29 yah meskipun belum sempurna. Apakah di sekolah adik dulu sudah terbiasa menghafalkan Al-Qur’an ? Saya udah biasa si ka ngafalin gitu waktu MI. Tapi saya lupa kayanya si g ada hafal-hafalan Al-Qur’an kaya disini cuma paling ngafalin beberapa surat aja. Terus ga bener-bener dijadiin pelajaran kaya di sini. Adakah dukungan khusus dari orang tua terhadap pembelajaran tahfidz? Alhamdulillah si ka mama saya mah dukung banget. Malah dibantuin terus ngafalinnya. Jadi suka setoran hafalan sama mama juga. Malah mama saya suka yang nyuruh-nyuruh ikut lomba tahfidz mulu. Ini aja saya mau di daftarin lomba di masjid At-tin tapi saya masih belum siap si. Apa saja dorongan dari sekolah yang adik rasakan sehingga adik semangat untuk menghafalkan Al-Qur’an ? Guru nya si ka, ngajarinnya enak, jadi kita g asal dilepas aja ngafalin tapi emang dibimbing gitu. Terus juga dapet sertifikatnya tuh ka ada hadiah amplop juga hehe jadi semangat saya. Terus ada lomba tahfidz juga di sekolah, jadi bisa partisipasi. Bagaimana cara guru tahfidz di sekolah ini dalam membimbing kalian menghafalkan Al-Qur’an? Kalau di kelas biasanya kita dengerin dulu gurunya terus diajarin dulu bacanya kita ikutin tiap ayat, terus dibahas tajwidnya juga. Setelah itu kita
123
setoran deh. Kita juga gak ngafalin aja si ka kana da nulis-nulisnya juga biasanya si tugas nulis ayat itu buat PR jadi sebelum kita dikasih materi baru kita disuruh nulis dulu ayatnya. Kapan waktu adik menghafal ? Kalau saya si paling enak ngulang-ngulang gityu dirumah ka. Kalau nambahin hafalan kan emang biasanya di sekolah pas jam pelajaran dibantuin gurunya. Tapi kadang saya sebelum disuruh hafalin materi baru saya udah hafalin duluan biar enak dan jadi cepet ka. Bagaimana cara adik menghafal ayat demi ayat Al-Qur’an ? Saya biasanya biar inget saya baca ulang-ulang. Saya hafalin terus pas sholat saya suka baca ayat yang saya lagi hafalin. Apakah selama ini adik telah mencapai target hafalan secara keseluruhan? Al-hamdulillah ka sudah setoran semua. Sertifikat juga udah dapet. Tapi tetep aja di rumah saya disuruh mamanya buat tetep murojaah hafalan terus. Kendala apa saja yang adik alami ketika menghafal Al-Qur’an ? Sebenernya gak ada kendala si ka asal kitanya rajin. Lagian juga enak di sekolah udah disipain buku panduan menghafal juga. Tapi menurut saya waktu belajar di kelasnya yang kurang. Soalnya sering waktu udah abis tapi belum setoran semua. Hikam kan pernah diajar Ibuu tuti maupun Pak Faiz, ada kah perbedaanya? Hampir sama si ka, tapi kalau Bu tuti setorannya itu dari awal ka, kalau pa Faiz itu materi yang baru kita hafalin aja, jadi g di ulang. Nanti di ulangnya paling pas mau semesteran. Terus kalau Bu Tuti ngajar suka pake proyektor dan kadang pake denger murotalan gitu. Tapi sama-sama enak koq ka bikin termotivasi keduanya.
Jakarta, 26 November 2016
Ahmad Mufti Hikam
124
Lampiran 13 HASIL WAWANCARA ORANG TUA MURID
Nama
: Ibu Faridhotul Bidayah ( Ibu dari Hikam kelas 95)
Hari/Tanggal
: Sabtu, 26 November 2016
Waktu
: Pukul 11.20 – 12.00
Tempat
: Musholah Citra Cendekia (Saat mendampingi Hikam lomba MHQ)
Apakah ibu mengetahui ada program menghafal di sekolah Hikam ? Iya, saya tau Bagaimana menurut ibu dengan adanya program menghafal Al-Quran juz 29 di sekolah ? Bagus si kak, saya sangat mendukung Hikam buat rajin menghafal Al-Quran Apa saja dukungan yang ibu berikan kepada Hikam dalam menghafalkan Al-Quran ? Dalam seminggu minimal 2 kali Hikam murojaah hafalannya sama saya. Biasanya hari rabu sama jumat. Sisayan ya saya mengingatkan agar setiap hari tetap murojaah. Selain itu juga dirumah setiap abis magrib dia ngaji Al-Quran sama ustadz, sambil memperbaiki terus bacaannya. Bagaimana peranan orang tua dalam pelaksaan program menghafal siswa di sekolah menurut ibu ? Menurut saya orang tua itu sangat penting perananya dalam mendukung segala kegiatan belajar siswa di sekolah. Terlebih lagi ini pelajarannya Al-Quran, kalau di dengar di awal mungkin kayanya berat menghafal Al-Quran, tapi kalau sudah dilakukan kan jadi enak buat diri sendiri nantinya. Makanya orang tua itu harus mendukung dan kasih semangat anaknya untuk mencintai Al-Quran. Apalagi ini kan menghfala jadi orang tua harus mantau juga dan kalau bisa bantu muroja’ah biar hafalan si anak tidak hilang. Mengapa ibu semangat mensupport Hikam dalam belajar Al-Quran ? sampai ibu berkenan mengantarkan Hikam lomba MHQ ini ?
125
Saya dulu waktu Hikam SD lebih memprioritaskan pelajaran-pelajaran umum seperti matematika, bahasa inggris, dan IPA sampai saya nyari guru privat biar nilainya bagus. Namun setelah itu saya berfikir bahwa ilmu agama juga sangat penting dan harus jadi prioritas. Dan melihat Hikam semangat sekali dalam belajar Al-Quran di sekolah MTs saya jadi mendukung juga. Saya sebenarnya juga g pernah menghafal Juz 30 sama Juz 29 tapi karena sering bantu Hikam Murojaah, jadi sedikitnya hafal. Apa harapan ibu terhadap program tahfidz yang ada di sekolah ini ? Harapan saya semoga program ini terus berlanjut dan semakin baik. Dan saya juga berharap orang tua siswa lainnya menyadari bahwa pelajaran AL-Quran itu sangat penting. Jangan hanya menyuruh anak untuk menguasai pelajaran umum tapi ilmu agamanya dibiarkan. Jika orang tua mendukung tentu akan membantuk pelaksanaan program menghafal itu sendiri dan tentu ituakan sangat bermanfaat.
Jakarta, 26 November 2016
Faridhotul Bidayah
126
Lampiran 14 DAFTAR CEKLIST DOKUMENTASI SEKOLAH
No. Nama Dokumen
Ada
Tidak Keterangan Ada
Dokumentasi Sekolah 1.
a. Profil Sekolah
√
b. Visi Misi dan Tujuan Sekolah c. Keadaan guru dan karyawan
√
d. Keadaan Siswa
√
2.
Dokumentasi pembelajaran Tahfidz
√
3.
Dokumentasi pendukung
√
√
Berisi Identitas sekolah.
Jumlah guru serta karyawan Jumlah Siswa Keseluruhan dan tiap rombel kelas. Silabus dan Buku Panduan Menghafal Al-Quran untuk siswa Sertifikat Tahfidz, Program Pembiasaan, dan foto-foto kegiatan di sekolah terkait program tahfidz.
127
Lampiran 15 HASIL STUDI DOKUMENTASI SEKOLAH
1. Identitas Sekolah Nama Madrasah
: MTs Negeri 2 Ciganjur
Alamat Madrasah
: JL. R.M Kahfi 1 No.34
No. Telp
: 021 7270822
Kelurahan
: Ciganjur
Kecamatan
: Jagakarsa
Kota Madya
: Jakarta Selatan
Provinsi
: DKI Jakarta
Kode Pos
: 12630
Nama Kepala Sekolah : Drs. H. Wawan M, M.Pd. Status Madrasah
: Negeri
Standar Madrasah
: a. Tingkat Akreditasi b. Type Madrasah
A B
Keadaan Gedung
: Permanen
No. Statistik Madrasah
: 212317531036
Tahun Didirikan
: 1989
Tahun beroperasi
: 1990
Status Tanah
: Milik Departemen Agama
Luas Tanah
: 2.280 M2
Luas Bangunan
: 1.243 M2
2. Visi dan Missi a. Visi Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Jakarta Unggul dalam ilmu Pengetahuan berlandaskan Iman dan taqwa menuju penguasaan teknologi moderen. b. Misi Madrasah -
Menumbuhkan semangat belajar secara berkesinambungan.
-
Meningkatkan pembinaan akhlaqul karimah melalui keteladanan.
-
Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
128
Menerapkan pola pembiasaan melalui kegiatan Tadarus Al Qur’an,
-
sholat dan sholat berjamaah. -
Meningkatkan pelayanan prima dalam mendukung peningkatan mutu madrasah.
-
Menumbuhkan semangat dalam melaksanakan Program 9K.
-
Meningkatkan
penguasaan
teknologi
moderen
menuju
profesionalisme
3. Guru dan Tenaga Kependidikan Berdasarkan data guru dan karyawan yang penulis dapatkan, Jumlah kseseluruhan guru dan karyawan MTs Negeri 2 Ciganjur adalah sebanyak 49 orang. Jumlah guru sebanyak 37 orang, jumlah karyawan tata usaha sebanyak 10 orang, dan keamanan sekolah sebanyak 3 orang. Adapun dalam status kepegawaian, sebanyak 35 orang guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sementara 2 lainnya sebagai Non-PNS (honorer). Dan untuk mata pelajar tahfidz di MTs Negeri 2 Jakarta terdiri dari dua orang guru pembimbing tahfidz.
4. Siswa Jumlah siswa pada Tahun Pelajaran 2016/2017 sebanyak 542 anak. Adapun pembagiannya sebagai berikut; No. Kelas
Jumlah Siswa
No. Kelas
Jumlah Siswa
1.
VII-1
35
9.
VIII-4
37
2.
VII-2
34
10.
VIII-5
38
3.
VII-3
34
11.
IX-1
37
4.
VII-4
34
12.
IX-2
37
5.
VII-5
34
13.
IX-3
36
6.
VIII-1
37
14.
IX-4
38
7.
VIII-2
38
15.
IX-5
36
8.
VIII-3
37
129
5. Program Pembiasaan Program Pembiasaan mencakup kegiatan yang bersifat pembinaan karakter peserta didik yang dilakukan secara rutin, spontan, dan keteladanan. RUTIN
SPONTAN
KETELADANAN
Upacara
Terbiasa antri
Berpakaian rapi
Tadarus dan berdoa
memberi salam
Berprilaku sopan santun
INFAQ,
membuang sampah
Tepat waktu
pada tempatnya Musyawarah
Membiasakan disiplin
Jadwal imam dan
Bertanggung jawab
Saling menghormati dan
doa
sebagai pengurus
menyayangi
Sholat dhuha dan Sholat zuhur berjamaah
kelas Jadwal piket
Berani tampil dalam acara
Terbiasa disiplin
130 Lampiran 16 FOTO-FOTO DOKUMENTASI
KEGIATAN PEMBELAJARAN TAHFIDZ DI KELAS
KEGIATAN TADARUS AL-QURAN
131
PEMBAGIAN SERTIFIKAT TAHFIDZ AL-QURAN
LOMBA TAHFIDZ AL-QURAN TINGKAT DKI JAKARTA
132
BUKU PANDUAN MENGHAFAL AL-QURA’N UNTUK SISIWA
133
134
Lampiran 17 SURAT KETERANGAN HASIL PENELITIAN DARI SEKOLAH
135
136
137
Lampiran 18
138
139
140
141
142
143